ekspektasi mahasiswa islam

12

Click here to load reader

Upload: rahimisaad

Post on 10-Aug-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Peranan mahasiswa

TRANSCRIPT

Page 1: Ekspektasi Mahasiswa Islam

EKSPEKTASI MAHASISWA ISLAMStudi Kasus Perguruan Tinggi Agama Islam di Jakarta

Ringkasan Laporan Hasil Penelitian Kompetitif Tahun 2002Ketua Peneliti: Drs. H.M. Anis Agus

Anggota Peneliti: Drs. H. Zaeni Dahla, M. Ag., Drs. Sigit Muryono, M. Pd., dan Drs. Imam Syafi’i, M. Pd.,

Institut Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an Jakarta

Editor & Peringkas: Masykur Afuy

 

PENDAHULUAN

Pada era globalisasi manusia hidup dalam dunia yang terbuka. Keterbukaan ini melingkupi segala bidang kehidupan manusia. Dalam bidang pendidikan keterbukaan sangat berkaitan dengan penyelenggaraan institusi yang dituntut untuk berkompetisi antar institusi sejenis. Dengan demikian, eksistensi perguruan tinggi sebagai institusi perlu ditinjau kembali dalam konteks globalisasi ini.

Dewasa ini sebagian besar Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) menghadapi kendala utama yang sama, yaitu input mahasiswa yang menurun. Karena, minat mahasiswa untuk belajar di PTAI berkurang. Persoalan ini muncul dengan asumsi, bahwa PTAI tidak dapat memberikan prospek masa depan yang diharapkan. Asumsi ini muncul, karena civitas akademika PTAI sendiri bersikap inferior. Selain itu, seringkali pengguna lulusan perguruan tinggi memperlakukan lulusannya secara diskriminatif. Apabila persoalan tersebut tidak segera dicarikan alternatif pemecahannya, maka tidak mustahil PTAI akan menjadi “kering,” dan akhirnya akan “ambruk.”

PTAI yang kering jelas menghasilkan lulusan yang tidak bermutu. Hal ini menimbulkan kesan bahwa pendirian PTAI tampak asal-asalan, tidak ada penelitian penjajagan terlebih dahulu terhadap program studi atau jurusan. Padahal, dalam mengembangkan program studi PTAI harus mempertimbangkan kemaslahatan civitas akademika dan masa depan lulusannya. Kondisi ini diperparah lagi dengan proses pembelajaran pada PTAI yang tidak seimbang. Sebenarnya penyelenggaraan perguruan tinggi harus memenuhi persyaratan berikut ini: 1] Kurikulum dan proses pembelajaran yang relevan dan bermutu. 2] Manajemen program dan sumber daya yang efektif dan efisien.1 [1]

Dengan demikian, berdasarkan persoalan-persoalan di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang difokuskan pada permasalahan ekspektasi mahasiswa setelah lulus dari PTAI di wilayah DKI Jakarta. Selain itu, peneliti juga menjelaskan motivasi mahasiswa belajar dan iklim pembelajaran pada PTAI sebagai faktor pendukung.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang didukung dengan penelitian kepustakaan. Untuk mengumpulkan data di lapangan, peneliti menggunakan metode penyebaran angket dan metode wawancara mendalam, yang diperkuat dengan metode dokumentasi. Metode penyebaran angket ini digunakan untuk mengumpulkan data primer. Sementara itu, metode wawancara mendalam dan dokumenter digunakan untuk mengumpulkan data sekunder.

1

Page 2: Ekspektasi Mahasiswa Islam

Dengan terkumpulnya data tersebut, peneliti menganalisisnya dengan metode analisis deskriptif kuantitatif dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase.

Teknisnya, penelitian ini dilaksanakan pada 10 PTAI di Jakarta, yang terdiri dari: 2 PTAI di Jakarta Utara, 7 PTAI di Jakarta Selatan dan 2 PTAI di Jakarta Timur. Dari jumlah 11 PTAI tersebut, satu adalah PTAIN dan lainnya adalah PTAIS. Diketahui bahwa mahasiswa PTAI di DKI Jakarta berjumlah sekitar 12.948 orang yang tersebar pada 36 PTAIS dan berjumlah 4.906 orang yang ada pada 1 PTAIN.2 [2] Karena itu, populasi mahasiswa dalam penelitian ini adalah 10 PTAIS. Sedangkan, sampel yang digunakan, berjumlah 6.797 orang. Dengan demikian, jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah 11.703 orang.

Sebagai data primer adalah mahasiswa PTAI di DKI Jakarta. Penetapan sampel dilakukan dengan cara acak stratifikasi (statified random sampling). Sebagaimana, dikatakan oleh Sugiyono, bahwa ukuran populasi yang berjumlah 10.000 responden, pada confidence level = 95 % jumlah sampel yang diperlukan berjumlah 369 responden.3 [3] Oleh karena itu, dengan jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 11.703 orang, sampel ditetapkan berjumlah 821 responden. Berdasarkan kenyataan, bahwa jumlah mahasiswa pada setiap PTAI sangat bervariatif, tentunya sampel yang ditetapkan akan bermacam-macam juga.

Penetapan instrumen angket dilakukan dengan uji coba yang menitikberatkan pada ketercakupan, keterpahaman dan keterbacaan instrumen oleh responden. Karena, tujuan uji coba instrumen bukan test untuk mengetahui tingkat pemahaman responden terhadap instrumen. Angket yang telah diujicobakan, kemudian disebarkan kepada responden yang telah ditetapkan. Bentuk angket adalah angket tertutup dan angket terbuka. Dengan demikian, responden diminta hanya memilih jawaban alternatif yang tersedia dengan angket tertutup. Sedangkan, pada angket tertutup responden hanya memberikan tanda silang pada jawaban yang tersedia.4 [4]

 

Fenomena PTAI di Jakarta

Iklim perguruan tinggi merupakan fungsi interaksi seluruh komponen di perguruan tinggi. Komponen-komponen yang signifikan, yaitu dosen, mahasiswa, para penyelenggara, sarana fisik dan kegiatan administrasi. Seluruh komponen ini baik secara individual ataupun kolektif akan menentukan keunggulan dan kelemahan perguruan tinggi sebagai sebuah institusi.

Secara substansial keunggulan PTAI merupakan kekhasan dari PTAI yang dimiliki. Berdasarkan pendapat sebagian besar mahasiswa, kiprah sosial lulusan adalah kekhasan yang paling diunggulkan [271/33.01%]. Penilaian ini tepat jika dilihat secara real kebutuhan masyarakat. Karena, dewasa ini kegiatan masyarakat masih penuh dengan muatan ritual keagamaan yang selalu menampilkan para lulusan PTAI. Popularitas pimpinan juga mendapat penilaian yang dominan dari sebagian mahasiswa [219/26%]. Pendapat kedua ini pun merupakan masih realistis bagi masyarakat Jakarta. Karena, ternyata popularitas

234

Page 3: Ekspektasi Mahasiswa Islam

pimpinan ini masih mempengaruhi reputasi PTAI di Jakarta. Seperti tampak pada tabel di bawah ini:

Tabel 1

Keunggulan Perguruan Tinggi Agama Islam di Jakarta

No Pilihan Profesi

Fakultas/Jurusan Jumlah

Tarbiyah

Dakwah

Syariah Ushuluddin Adab

F % F % F % F % F % F %

1 Prestasi Mahasiswa

72 20.7 30 28 58 35.8 22 21.36 18 17.8 200 24.36

2 Popularitas Pimpinan

113 32.5 25 23.4 25 15.4 25 24.27 31 30.7 219 26.67

3 Kiprah Sosial Lulusan

130 37.4 36 33.6 51 31.5 31 30.1 23 22.8 271 33.01

4 Bagunan Fisik Kampus

19 5.46 10 9.35 16 9.88 15 14.56 14 13.9 74 9.013

5 Lain-lain 14 4.02 6 5.61 12 7.41 10 9.709 15 14.9 57 6.943

JUMLAH 348 100 107 100 162 100 103 100 101 100 821 100

Di samping itu, sebagian mahasiswa juga menilai, bahwa keterbatasan sarana yang mendudung proses belajar mengajar (PMB) merupakan faktor yang paling lemah di dalam kelemahan PTAI sekarang ini [341/41.53%]. Selanjutnya, input mahasiswa yang tidak diterima pada Perguruan Tinggi Umum Negeri (PTUN) favorit merupakan faktor kedua yang perlu diperhatikan bagi PTAI [145/17.66%]. Kelemahan demikian ini tampak pada tabel di bawah ini:

Tabel 2

Kelemahan Perguruan Tinggi Agama Islam di Jakarta

No Pilihan Profesi

Fakultas/Jurusan Jumlah

Tarbiyah

Dakwah Syariah Ushuluddin

Adab

F % F % F % F % F % F %

1 Input Mahasiswa 62 17.8 18 16.8 29 17.9 21 20.39 15 14.9 145 17.66

Page 4: Ekspektasi Mahasiswa Islam

2 Dosen Kurang Berkualitas

42 12.1 17 15.9 28 17.3 12 11.65 18 17.8 117 14.25

3 Keterbatasan Sarana PBM

168 48.3 52 48.6 55 34 39 37.86 27 26.7 341 41.53

4 Lokasi Kampus Tdk Strategis

38 10.9 12 11.2 15 9.26 11 10.68 22 21.8 98 11.94

5 Latar Belakang Ekonomi

33 9.48 3 2.8 25 15.4 13 12.62 12 11.9 86 10.48

6 Lain-lain 5 1.44 5 4.67 10 6.17 7 6.796 7 6.93 34 4.141

JUMLAH 348 100 107 100 162 100 103 100 101 100 821 100

Ekspektasi Mahasiswa Setelah Lulus dari PTAI

Sejak semester pertama para mahasiswa sudah mempunyai ekspektasi yang variatif. Ekspektasi yang dimaksud adalah profesi yang diharapkan mahasiswa setelah lulus dari PTAI. Oleh karena itu, ketika sebagian besar mahasiswa memilih program studi/jurusan, pemilihan mereka dikaitkan dengan profesi yang akan dilakukan. Meskipun, sebagian mahasiswa yang lain memilih program studi/jurusan tanpa cita-cita. Fenomena ini tampak pada tabel berikut ini:

Tabel 3

Ekspektasi Profesi Mahasiswa Setelah Lulus

No Pilihan Profesi

Fakultas/JurusanJumlah

Tarbiyah Dakwah Syariah Ushuluddin Adab

F % F % F % F % F % F %

1 Mubaligh 133 36.6 38 35.5 54 36.7 29 28.16 17 16.8 271 33.01

2 PNS 89 24.5 22 20.6 25 17 20 19.42 20 19.8 176 21.44

3 Politikus 38 10.5 4 3.74 8 5.44 11 10.68 11 10.9 72 8.77

4 Wartawan/Penulis 32 8.82 19 17.8 15 10.2 13 12.68 15 14.9 94 11.45

5 Wiraswastawan 57 15.7 14 13.1 25 17 22 21.36 17 16.8 135 16.44

6 Lain-lain 14 3.86 10 9.35 20 13.6 8 7.767 21 20.8 73 8.892

JUMLAH 363 100 107 100 147 100 103 100 101 101 821 100

Page 5: Ekspektasi Mahasiswa Islam

Berdasarkan tabel di atas, persentase terbesar atas ekspektasi profesi setelah lulus adalah menjadi mubâligh [271/33,01%]. Mubâligh adalah tidak terbatas pada juru dakwah atau penceramah saja, akan tetapi juga penyampai syariat Islam pada masyarakat luas. Meskipun, pilihan sebagai alternatif, tetapi sebagian mahasiswa menolak jika profesi mubâligh dikaitkan dengan pekerjaan. Karenanya, sebagian mahasiswa yang memilih profesi tersebut tetapi mereka memilih juga Pegawai Negeri Sipil (PNS) [176/21.44%], meskipun pilihan PNS tersebut tidak berhubungan dengan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama kuliah. Dalam konteks ini PNS masih menjadi ekspektasi banyak mahasiswa, karena mereka memandang PNS merupakan profesi stabil dan memperoleh jaminan di hari tua nanti. Selanjutnya, sebagian mahasiswa memilih profesi yang lain.

Selanjutnya, peneliti dapat menjelaskan persoalan “kenapa mahasiswa memilih ekspektasi profesi tidak berhubungan dengan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama kuliah?” Sebagaimana tampak pada tabel tentang relevansi mata kuliah dalam program studi/jurusan dengan ekspektasi profesi di bawah ini:

Tabel 4

Relevansi Mata Kuliah dalam Program Studi/Jurusan dengan Ekspektasi Profesi

NoTingkat

Relevansi

Fakultas/JurusanJumlah

Tarbiyah Dakwah Syariah Ushuluddin Adab

F % F % F % F % F % F %

1 Sangat Tinggi 31 8.9 13 12 43 27 17 17 14 14 118 14.4

2 Tinggi 46 13 24 22 41 25 18 17 19 19 148 18

3 Sedang 142 41 32 30 41 25 32 31 29 29 276 33.6

4 Kurang 62 18 17 16 26 16 19 18 27 27 151 18.4

5Sangat Rendah

67 19 21 20 11 6.8 17 17 12 12 128 15.6

JUMLAH 348 100 107 100 162 100 103 100 101 100 821 100

 

Berdasarkan tabel tersebut, adalah suatu kenyataan yang dihadapi PTAI, tidak ada hubungan (link and match) antara ekspektasi profesi dengan mata kuliah dalam program studi/jurusan yang dipilih sebagian mahasiswa saat kuliah [276/33.6%]. Karena, mata kuliah dalam program studi/jurusan tidak diorientasikan kepada suatu profesi tertentu. Dengan kata lain, program studi/jurusan tidak ditangani secara profesional, tidak ada relevansinya dengan kesempatan kerja yang dibutuhkan masyarakat saat ini

Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti memberikan suatu alternatif pemecahan persoalan tersebut dengan cara membuka program studi/jurusan baru yang beroreintasi pada bidang pendidikan umum. Ternyata, alternatif pemecahan persoalan ini mendapat dukungan dari sebagian besar mahasiswa [481/58.6%]. Sebagaimana tampak pada tabel berikut ini:

Tabel 5

Page 6: Ekspektasi Mahasiswa Islam

Sikap Mahasiswa terhadap Program Studi/Jurusan Baru yang berorientasi pada Bidang Pendidikan Umum

NoTingkat

Relevansi

Fakultas/JurusanJumlah

Tarbiyah Dakwah Syariah Ushuluddin Adab

F % F % F % F % F % F %

1 Mendukung 226 65 61 57 88 54 57 55 49 49 481 58.6

2Tidak Mendukung

47 14 14 13 19 12 29 28 31 31 140 17.1

3Terkesan dipaksakan

19 5.5 16 15 27 17 11 11 18 18 91 11.1

4Tidak berkomentar

56 16 16 15 28 17 6 5.8 3 3 109 13.3

JUMLAH 348 100 107 100 162 100 103 100 101 100 821 100

 

Dengan melihat persentase sebagian besar mahasiswa mendukung terhadap pembukaan program studi/jurusan baru yang berorientasi pada bidang pendidikan umum. Kiranya, PTAI dan Direktorat Perguruan Tinggi Islam Departemen Agama RI perlu melakukan serangkaian kajian berkaitan dengan persoalan tersebut. Alternatif ini didasarkan pada pemikiran, bahwa dengan adanya program studi/jurusan baru standar kelayakan PTAI dapat terpenuhi.

 

PENUTUP

Berdasarkan pemaparan di atas peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut:

1.     Kondisi PTAI di wilayah DKI Jakarta pada umumnya memiliki keunggulan, karena adanya kiprah sosial para alumninya. Tetapi, juga memiliki kelemahan yang sangat menonjol, yaitu keterbatasan sarana proses belajar mengajar. Mahasiswa sebagian besar telah memahami visi dan misi PTAI di tempat mereka studi. Sedangkan, terhadap program studi/jurusan yang mereka tempuh masih terdapat beberapa mahasiswa yang kurang memahami dan bahkan masih ada yang tidak memahaminya. Beberapa mata kuliah yang ditawarkan di PTAI juga sangat disukai oleh responden dengan alasan dosen pengampunya dianggap berkualitas. Beberapa mata kuliah lagi tidak disukai oleh mahasiswa, karena mereka merasa terlalu berat untuk mempelajarinya. Pembelajaran di PTAI menurut sebagian besar responden sudah dirasakan efektif, karena didukung oleh penerapan metode yang agak bervariasi, pemberian contoh-conoh yang aktual berkaitan dengan pokok bahasan, tetapi pembelajaran yang dilaksanakan belum secara optimal merangsang pemikiran dan memunculkan pertanyaan-pertanyaan kritis mahasiswa. Suatu kendala dalam proses pembelajaran adalah kurang daya dukung terhadap sarana prasarana pembelajaran termasuk dalam hal laboratorium bahasa dan komputer. Kendala lain, adalah berkaitan pelayanan akademik. Beberapa pihak yang terlibat dalam proses pembelajaran di PTAI belum sepenuhnya memahami esensi akademik.

Page 7: Ekspektasi Mahasiswa Islam

2.     Profesi yang diharapkan setelah lulus dari PTAI seagian besar menginginkan sebagai mubâligh dan pegawai negeri sipil. Mubâligh dalam pengertian profesi yang menghasilkan uang, tetapi lebih merupakan sebagai konsekuensi setelah belajar dan mendalami pengetahuan agama Islam. Sedangkan, profesi yang berkaitan dengan mendapatkan penghasilan, pegawai negeri sipil masih merupakan tumpuan. Relevansi beberapa mata kuliah yang dilaksanakan di PTAI dengan profesi yang diharapkan mahasiswa dirasakan masih kurang. Fenomena ini diperparah dengan program studi atau jurusan yang lebih mengarah pada penguasaan akademik dibandingkan dengan penyiapan mahasiswa menjadi seorang yang profesional. Akibatnya, meskipun sebagian kecewa melihat profesi lulusan PTAI yang bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya, namun sebagian dapat menyetujui dengan berbagai alasan. Oleh karena itu, banyak mahasiswa PTAI banyak yang menyetujui dan mendukung dibukanya program studi/jurusan baru dengan alasan supaya lulusannya tidak banyak yang menganggur, tidak tertinggal dengan PTU dan tidak ada dikotomi pendidikan agama dan umum.

Dari kesimpulan tersebut, peneliti memberi saran dan rekomendasi berikut ini:

1.     Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif. Oleh karena itu, temuan-temuan yang disajikan secara deskriptif masih berupa kecenderungan-kecenderungan yang ditujukkan dengan proporsi presentase. Dari kajian ini tergambar fenomena menonjol pada tiap-tiap aspek. Untuk memperoleh informasi yang komprehensif dan mendalam terhadap fenomena tersebut, penelitian ini perlu dilanjutkan dengan pendekatan kualitatif. Dengan pendekatan ini terjadi secara mendalam setiap fenomena yang muncul dan menarik baik menurut perspektif etik maupun emik. Karena itu, penelitian berikutnya diharapkan juga dapat mengkaji jejak alumni berupa penelusuran terhadap peran dan kiprah sosial para alumni. Dengan kegiatan studi penelusuran (trace study) ini, upaya untuk melihat kebermaknaan studi yang diperoleh di PTAI dengan profesi yang dijalani saat ini semakin jelas. Tema penelitian sangat penting mengingat pada penelitian baru terungkap bagian-bagian permukaan saja.

2.     Adanya sikap inferior civitas akademika PTAI, apabila dikaitkan dengan PTU dan profesi yang akan dijalani setelah lulus PTAI menyebabkan kecenderungan PTAI melakukan berbagai perubahan. Kecenderungan tersebut tampak pada upaya PTAI membuka program studi/jurusan baru yang dianggap relevan dengan dunia kerja. Berdasarkan penelitian ini upaya PTAI tersebut cukup mendapat dukungan responden. Agar pembukaan program studi/jurusan baru tidak terkesan ikut-ikutan, pihak PTAI dan Direktorat Perguruan Tinggi Departemen Agama RI harus melakukan serangkaian kajian yang berkaitan dengan masalah tersebut. Di satu pihak PTAI harus melakukan studi kelayakan terhadap jurusan atau program studi yang akan dibuka dengan serius dan cermat, sehingga memiliki nilai akurasi, daya saing, daya tahan dan daya jual yang tinggi. Di lain pihak, Ditperta Depag RI harus bersikap tegas untuk memberikan dukungan dan penolakan terhadap program studi/jurusan baru yang akan dibuka. Apabila dari hasil studi kelayakan dipandang tepat, Ditperta Depag RI dengan sepenuh kewenangan untuk membantu. Demikian pula sebaliknya, apabila dari hasil studi kelayakan dipandang tidak tepat, maka pihak Ditperta Depag RI harus menolak dengan tegas supaya di kemudian hari tidak terjadi “bom waktu” akibat tindakan tersebut.

 

5[1] Bambang Suhendro, Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi Jangka Penjang 1996-2005, (Jakarta: Depdikbud Dikti, 1996).

6[2] Berdasarkan Data Ditbinperta Islam, Jakarta, 2002 dan Data EMIS, Jakarta, 2001.

56

Page 8: Ekspektasi Mahasiswa Islam

7[3] Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 1994).

8[4] Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1983).

DAFTAR PUSTAKA

 

Abdurrahman, Ma’sud, Menggagas Format Pendidikan Non-Dikotomik: Humanisme Religius sebagai Paradigma Pendidikan Islam, Gama Media, Yogyakarta, 2002.

A.M., Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1986.

Andrias, Harefa, Pembelajaran di Era Serba Otonomi, Kompas, Jakarta, 2001.

Anonim, Sistem Pendidikan Nasional, CV. Aneka, Solo, 1995.

______, Analisis dan Interpretasi Data Pendidikan: Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri IAIN & STAIN di Indonesia, Emis PTAIS, Jakarta, 2001.

Budiono, Pendidikan dan Perubahan Sosial Ekonomi, Aditya Media, Yogyakarta, 1997.

Chanco, Paul and Brandt, What is Instrinsic Motivotion, http://seamonkey.ed.asu.edu/jimbo/Ribary/Problem.htm.

Crow, Lester D. and Alice D. Crow, Psikologi Pendidikan, terj. Rahaman Abror, Nur Cahaya, Yogyakarta, 1989.

Dardjowidjoyo, Soejono, Pedoman Pendidikan Tinggi, Gramedia Widiasarana, Jakarta, 1991.

Danim, Sudarwan, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Pustaka Setia, Bandung, 2002.

De Ceco, John P., The Psychology of Learning and Introduction Educational Psychology, Englewood Cliffs, New Jersey, 1968.

Faisal, Yusuf Amir, Reorientasi Pendidikan Islam, Gema Insani Press, Jakarta, 1995.

Fear, Richard S., The Evaluation Interview, McGraw-Hill Book Company, New York, t.t.

Feldman, Robert S., Essential of Understanding Psychology, McGraw-Hill Inc., New York, 1989.

Gagne, Robert M. dan Leslie J. Briggs, Principle of Instructional Design, Holt, Rineharta and Winston, United States of Amarica, 1974.

Gay, L.R., Educational Research: Competencies for Analysis and Application, Second Edition, A Bell & Howell Company, Colombus, 1981.

Getzel, J.W. and E.G. Guba, “Social Behavior and the Administrative Process,” School Review, 1975.

Good, Thomas L. and Jeremy E. Brophy, Educational Psychology, Longman, New York, 1990.

Harahap, Syahrin, Perguruan Tinggi Islam di Era Globalisasi, Tiara Wacana, Yogyakarta, 1998.

Hidayat, Komaruddin, “Dosen juga Peneliti,” Jurnal PERTA, Vol. IV, No. 01, Jakarta, 2001.

Hidayat, Komaruddin dan Hendro Prasetyom (eds.), Problem dan Prospek IAIN: Antologi Pendidikan Tinggi Islam, Ditbinperta Dirjen Binbagais Depag RI, Jakarta, 2000.

Hisyam, dkk., Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi, Center for Teaching Staff Development, Yogyakarta, 2002.

78

Page 9: Ekspektasi Mahasiswa Islam

Irfan, H.M. (ed.), Kompetensi Perguruan Tinggi Islam Swasta dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua, Unisma-Bekasi PTAIS dan Tiara Wacana, Yogyakarta, 1993.

Jalal, Fasri dan Dedi Supriadi (eds.), Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah, Depdiknas, Bappenas dan Adicita Karya Nusa, Yogyakarta, 2001.

Kimble, Gregori A., Introduction to Theories of Learning, Prentice-Hall International Inc., New Jersey, t.t.

Langgulung, Hasan, Pendidikan dan Peradaban Islam, Pustaka Al-Husna, Jakarta, 1983.

Nawawi, Hadari, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Basis yang Kompetitif, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1997.

______________, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 1983.

Notodihardjo, Hardjono, Pendidikan Tinggi dan Tenaga Kerja Tingkat Tinggi di Indonesia, UI Press, Jakarta, 1990.

Maslow, Abraham H., Motivation and Personality, Harper and Row Publiser, New York, 1970.

McBeatch, Ron (ed.), Instructing and Evaluating in Higher Education: A Guidebook for Planning Outcomes, Educational Technology Publication Inc., New Jersey, 1992.

McClelland, David C., The Achievement Motive, Irvington Publishers Inc., New York, 1975.

Moh. Amin, “Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi,” Bahan Penataran untuk Latihan Pra Jabatan Golongan III IKIP Yogyakarta, Depdikbud IKIP Yogyakarta, Yogyakarta, 1995.

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995.

Morgan, Introduction to Psychology, McGraw-Hill Book Company, New York, 1986.

Morris, Charlea G., Psychology, Prentice-Hall International Inc., New Jersey, 1990.

Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 1990.

Regeluth, Charles M., Instructional Theories in Action, Lawrence Erlbaum Associates Inc., United States of America, 1987.

Rudimin dkk., Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia II: Kurikulum untuk Abad 21, Gramedia Widiasarana, Jakarta, 1995.

Ryans, D.G., System Analysis in Education Planning, Routledge & Kegan Paul, London, 1982.

Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 1994.

Semiawan, Conny R., Pendidikan Tinggi: Peningkatan Kemampuan Manusia Sepanjang Hayat Seoptimal Mungkin, Grasindo, Jakarta, 1999.

Suhendra, Bambang, Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi Jangka Penjang 1996-2005, Depdikbud Dikti, Jakarta, 1996.

Sunaryo, Endang, Teori Perencanaan Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Sistem, Adicita Karya Nusa, Yogyakarta, 2000.

Suparman, Atwi, Desain Instruksinal, Dirjen Dikti Depdiknas, Jakarta, 1999.

Suryadi, Ace dan H.A.R Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan: Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993.

Tilaar, H.A.R., Manajemen Pendidikan Nasional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1992.

___________, Membenahi Pendidikan Nasional, Rineka Cipta, Jakarta, 2002.

Winkel, W.S., Psikologi Pengajaran, Grasindo, Jakarta, 1991.

 

Page 10: Ekspektasi Mahasiswa Islam