elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · web viewmasyarakat...

147
Good Corporate Governance (GCG) Tata kelola perusahaan (bahasa Inggris: corporate governance) adalah rangkaian proses, kebiasaan, kebijakan, aturan, dan institusi yang mempengaruhi pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan suatu perusahaan atau korporasi. Tata kelola perusahaan juga mencakup hubungan antara para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat serta tujuan pengelolaan perusahaan. Pihak-pihak utama dalam tata kelola perusahaan adalah pemegang saham, manajemen, dan dewan direksi. Pemangku kepentingan lainnya termasuk karyawan, pemasok, pelanggan, bank dan kreditor lain, regulator, lingkungan, serta masyarakat luas. Tata kelola perusahaan adalah suatu subjek yang memiliki banyak aspek. Salah satu topik utama dalam tata kelola perusahaan adalah menyangkut masalah akuntabilitas dan tanggung jawab mandat, khususnya implementasi pedoman dan mekanisme untuk memastikan perilaku yang baik dan melindungi kepentingan pemegang saham. Fokus utama lain adalah efisiensi ekonomi yang menyatakan bahwa sistem tata kelola perusahaan harus ditujukan untuk mengoptimalisasi hasil ekonomi, dengan penekanan kuat pada kesejahteraan para pemegang saham. Ada pula sisi lain yang merupakan subjek dari tata kelola perusahaan, seperti sudut pandang pemangku kepentingan, yang menuntuk perhatian dan akuntabilitas lebih terhadap pihak- pihak lain selain pemegang saham, misalnya karyawan atau lingkungan. Perhatian terhadap praktik tata kelola perusahaan di perusahaan modern telah meningkat akhir-akhir ini, terutama sejak 1

Upload: truongnhan

Post on 26-Apr-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

Good Corporate Governance (GCG)

Tata kelola perusahaan (bahasa Inggris: corporate governance) adalah rangkaian

proses, kebiasaan, kebijakan, aturan, dan institusi yang mempengaruhi pengarahan,

pengelolaan, serta pengontrolan suatu perusahaan atau korporasi. Tata kelola perusahaan

juga mencakup hubungan antara para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat

serta tujuan pengelolaan perusahaan. Pihak-pihak utama dalam tata kelola perusahaan

adalah pemegang saham, manajemen, dan dewan direksi. Pemangku kepentingan lainnya

termasuk karyawan, pemasok, pelanggan, bank dan kreditor lain, regulator, lingkungan,

serta masyarakat luas.

Tata kelola perusahaan adalah suatu subjek yang memiliki banyak aspek. Salah satu

topik utama dalam tata kelola perusahaan adalah menyangkut masalah akuntabilitas dan

tanggung jawab mandat, khususnya implementasi pedoman dan mekanisme untuk

memastikan perilaku yang baik dan melindungi kepentingan pemegang saham. Fokus utama

lain adalah efisiensi ekonomi yang menyatakan bahwa sistem tata kelola perusahaan harus

ditujukan untuk mengoptimalisasi hasil ekonomi, dengan penekanan kuat pada

kesejahteraan para pemegang saham. Ada pula sisi lain yang merupakan subjek dari tata

kelola perusahaan, seperti sudut pandang pemangku kepentingan, yang menuntuk

perhatian dan akuntabilitas lebih terhadap pihak-pihak lain selain pemegang saham,

misalnya karyawan atau lingkungan.

Perhatian terhadap praktik tata kelola perusahaan di perusahaan modern telah

meningkat akhir-akhir ini, terutama sejak keruntuhan perusahaan-perusahaan besar AS

seperti Enron Corporation dan Worldcom. Di Indonesia, perhatian pemerintah terhadap

masalah ini diwujudkan dengan didirikannya Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)

pada akhir tahun 2004.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Tata_kelola_perusahaan)

1

Page 2: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

Membangun Tatakelola Perusahaan Menurut Prinsip-Prinsip GCG

Setiap perusahaan memiliki visi dan misi dari keberadaannya. Visi dan misi tersebut

merupakan pernyataan tertulis tentang tujuan-tujuan kegiatan usaha yang akan

dilakukannya. Tentunya kegiatan terencana dan terprogram ini dapat tercapai dengan

keberadaan sistem tatakelola perusahaan yang baik. Disamping itu perlu terbentuk

kerjasama tim yang baik dengan berbagai pihak, terutama dari seluruh karyawan dan top

manajemen.

Sistem tatakelola organisasi perusahaan yang baik ini menuntut dibangunnya dan

dijalankannya prinsip-prinsip tata kelola perusahaan (GCG) dalam proses manajerial

perusahaan. Dengan mengenal prinsip-prinsip yang berlaku secara universal ini diharapkan

perusahaan dapat hidup secara berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi para

stakeholdernya.

A. Prinsip-Prinsip GCG

Sejak diperkenalkan oleh OECD, prinsip-prinsip corporate governance berikut ini

telah dijadikan acuan oleh negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Prinsip-prinsip

tersebut disusun seuniversal mungkin sehingga dapat berlaku bagi semua negara atau

perusahaan dan diselaraskan dengan sistem hukum, aturan atau tata nilai yang berlaku di

negara masing-masing. Prinsip-prinsip tatakelola perusahaan yang baik ini antara lain :

(a). Akuntabilitas (Accountability)

Prinsip ini memuat kewenangan-kewenangan yang harus dimiliki oleh dewan komisaris dan

direksi beserta kewajiban-kewajibannya kepada pemegang saham dan stakeholders lainnya.

Dewan direksi bertanggung jawab atas keberhasilan pengelolaan perusahaan dalam rangka

mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh pemegang saham. Komisaris bertanggung

jawab atas keberhasilan pengawasan dan wajib memberikan nasehat kepada direksi atas

2

Page 3: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

pengelolaan perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Pemegang saham

bertanggung jawab atas keberhasilan pembinaan dalam rangka pengelolaan perusahaan.

(b). Pertanggungan-Jawab ( Responsibility)

Prinsip ini menuntut perusahaan maupun pimpinan dan manajer perusahaan melakukan

kegiatannya secara bertanggung jawab. Sebagai pengelola perusahaan hendaknya dihindari

segala biaya transaksi yang berpotensi merugikan pihak ketiga maupun pihak lain di luar

ketentuan yang telah disepakati, seperti tersirat pada undang-undang, regulasi, kontrak

maupun pedoman operasional bisnis perusahaan.

(c). Keterbukaan (Transparancy)

Dalam prinsip ini, informasi harus diungkapkan secara tepat waktu dan akurat. Informasi

yang diungkapkan antara lain keadaan keuangan, kinerja keuangan, kepemilikan dan

pengelolaan perusahaan. Audit yang dilakukan atas informasi dilakukan secara independen.

Keterbukaan dilakukan agar pemegang saham dan orang lain mengetahui keadaan

perusahaan sehingga nilai pemegang saham dapat ditingkatkan.

(d). Kewajaran (Fairness)

Seluruh pemangku kepentingan harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan perlakuan

yang adil dari perusahaan. Pemberlakuan prinsip ini di perusahaan akan melarang praktek-

praktek tercela yang dilakukan oleh orang dalam yang merugikan pihak lain. Setiap anggota

direksi harus melakukan keterbukaan jika menemukan transaksi-transaksi yang

mengandung benturan kepentingan.

(e). Kemandirian (Independency)

Prinsip ini menuntut para pengelola perusahaan agar dapat bertindak secara mandiri sesuai

peran dan fungsi yang dimilikinya tanpa ada tekanan-tekanan dari pihak manapun yang

tidak sesuai dengan sistem operasional perusahaan yang berlaku. Tersirat dengan prinsip ini

3

Page 4: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

bahwa pengelola perusahaan harus tetap memberikan pengakuan terhadap hak-hak

stakeholders yang ditentukan dalam undang-undang maupun peraturan perusahaan.

B. Pelaksanakan Tatakelola Perusahaan yang Sesuai dengan GCG

Dalam prakteknya prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik ini perlu

dibangun dan dikembangkan secara bertahap. Perusahaan harus membangun sistem dan

pedoman tata kelola perusahaan yang akan dikembangkannya. Demikian juga dengan para

karyawan, mereka perlu memahami dan diberikan bekal pengetahuan tentang prinsip-

prinsip tata kelola perusahaan yang baik yang akan dijalankan perusahaan.

Untuk memudahkan memberikan gambaran bagaimana prinsip-prinsip GCG tersebut

akan dibangun, dipahami dan dilaksanakan, berikut ini diberikan beberapa acuan praktis

yang perlu dikembangkan lebih lanjut di masing-masing perusahaan. Acuan ini diuraikan

mengikuti urutan butir-butir prinsip GCG yang telah dibahas di atas.

Accountability :

1. Pimpinan, manajer dan karyawan perusahaan telah mengetahui visi, misi, tujuan dan

target-target operasional di perusahaan

2. Pimpinan. Manajer, karyawan perusahaan telah mengetahui dan memahami peran, tugas

dan tanggung jawabnya masing-masing

3. Uraian tugas di setiap unit usaha atau unit organisasi telah ditetapkan dengan benar dan

sesuai dengan visi, misi dan tujuan perusahaan

4. Proses dalam pengambilan keputusaan telah mengacu dan mentaati sistem dan prosedur

yang telah dibangun.

5. Proses cek dan balance telah dilakukan secara menyeluruh di setiap unit organisasi.

6. Sistem penilaian kinerja operasional, organisasi dan kinerja perseorangan telah sepakat

ditetapkan, diterapkan dan dievaluasi dengan baik

7. Pertanggungan jawab kinerja pimpinan (BOC, BOD) perusahaan secara rutin seyogyanya

dapat dibangun dan dilaporkan.

4

Page 5: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

8. Hasil pekerjaan telah didokumentasikan, dipelihara dan dijaga dengan baik

Responsibility :

1. Pimpinan, manajer dan karyawan perusahaan telah mengetahui dan memahami seluruh

peraturan perusahaan yang berlaku.

2. Pimpinan. Manajer dan karyawan perusahaan telah menerapkan sistem tata nilai dan

budaya perusahaan yang dianut perusahaan.

3. Proses dalam pengambilan keputusan di perusahaan senantiasa mengacu dan mentaati

sistem dan prosedur yang telah dibangun.

4. Manajer dan karyawan perusahaan telah bekerja sesuai dengan standar operasional,

prosedur maupun ketentuan yang berlaku di perusahaan.

5. Unit kerja organisasi perusahaan telah berupaya menghindari pengelolaan perusahaan

yang berpotensi merugikan perusahaan dan stakeholder.

6. Proses pendelegasian kewenangan telah dijalankan dengan cukup dan baik demi

terselenggaranya pekerjaan.

7. Manajer dan unit organisasi telah melakukan pertanggungan jawab hasil kerja secara

teratur.

Transparancy dan Disclosure :

1. Bahwa berbagai pemegang kepentingan (manajemen, karyawan, pelanggan) dapat

melihat dan memahami proses dalam pengambilan keputusan manajerial di perusahaan.

2. Pemegang saham berhak memperoleh informasi keuangan perusahaan yang relevan

secara berkala dan teratur.

3. Proses pengumpulan dan pelaporan informasi operasional perusahaan telah dilakukan

oleh unit organisasi dan karyawan secara terbuka dan obyektif, dengan tetapa menjaga

kerahasiaan nasabah/pelanggan

4. Pimpinan, manajer dan karyawan perusahaan telah melakukan keterbukaan dalam proses

pengambilan keputusan, sistem pengawasan dan standardisasi yang dilakukan.

5

Page 6: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

5. Informasi tentang prosedur dan kebijakan di unit kerja maupun unit organisasi telah

dipublikasikan secara tertulis dan dapat diakses oleh semua pihak di dalam dan oleh unit-

unit terkait di luar perusahaan.

6. Eksternal auditor, komite audit, internal auditor memiliki akses atas informasi dengan

syarat kerahasiaan tetap dijaga.

7. Menyampaikan laporan keuangan audited dan kinerja usaha ke publik secara rutin,

maupun laporan corporate governance pada instansi yang berwenang.

Fairness :

1. Pengelola dan karyawan perusahaan akan memperhatikan kepentingan seluruh

stakeholder secara wajar menurut ketentuan yang berlaku umum.

2. Perlakuan adil kepada seluruh pihak pemegang kepentingan (nasabah, pelanggan,

pemilik) dalam memberikan pelayanan dan informasi.

3. Manajer, pimpinan unit organisasi dan karyawan dapat membedakan kepentingan

perusahaan dengan kepentingan organisasi.

4. Perlakuan, pengembangan timwork, hubungan kerja dan pembinaan pada para karyawan

akan dilakukan dengan memperhatikan hak dan kewajibannya secara adil dan wajar.

Independency :

1. Keputusan pimpinan perusahaan hendaknya lepas dari kepentingan berbagai pihak yang

merugikan perusahaan.

2. Proses pengambilan keputusan di perusahaan telah dilakukan secara obyektif untuk

kepentingan perusahaan

6

Page 7: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

Good Corporate Governance

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP-RI)

http://www.bpkp.go.id

LATAR BELAKANG

Latar belakang kebutuhan atas good corporate governance (GCG) dapat dilihat dari latar

belakang praktis dan latar belakang akademis.

* Dari latar belakang praktis, dapat dilihat dari pengalaman Amerika Serikat yang harus

melakukan restrukturisasi corporate governance sebagai akibat market crash pada tahun

1929. Corporate governance yang buruk disinyalir sebagai salah satu sebab terjadinya krisis

ekonomi politik Indonesia yang dimulai tahun 1997 yang efeknya masih terasa hingga saat

ini.

Krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat pada saat ini juga ditengarai karena tidak

diterapkannya prinsip-prinsip GCG, beberapa kasus skandal keuangan seperti Enron Corp.,

Worldcom, Xerox dan lainnya melibatkan top eksekutif perusahaan tersebut

menggambarkan tidak diterapkannya pronsip-prinsip GCG.

* Dari latar belakang akademis, kebutuhan good corporate governance timbul berkaitan

dengan principal-agency theory, yaitu untuk menghindari konflik antara principal dan

agentnya. Konflik muncul karena perbedaan kepentingan tersebut haruslah dikelola

sehingga tidak menimbulkan kerugian pada para pihak.

Korporasi yang dibentuk dan merupakan suatu Entitas tersendiri yang terpisah

merupakan Subyek Hukum, sehingga keberadaan korporasi dan para pihak yang

berkepentingan (stakeholders) tersebut haruslah dilindungi melalui penerapan GCG.

Selain pendekatan model Agency Theory dan Stakeholders Theory tersebut di atas,

kajian permasalahan GCG oleh para akdemisi dan praktisi juga berdasarkan Stewardship

Theory, Management Theory dan lainnya.

7

Page 8: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang

Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara,

menekankan kewajiban bagi BUMN untuk menerapkan GCG secara konsisten dan atau

menjadikan prinsip-prinsip GCG sebagai landasan operasionalnya, yang pada dasarnya

bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna

mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan

kepentingan stakeholders lainnya, dan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan

nilai-nilai etika.

PENGERTIAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Secara umum istilah good corporate governance merupakan sistem pengendalian dan

pengaturan perusahaan yang dapat dilihat dari mekanisme hubungan antara berbagai pihak

yang mengurus perusahaan (hard definition), maupun ditinjau dari "nilai-nilai" yang

terkandung dari mekanisme pengelolaan itu sendiri (soft definition). Tim GCG BPKP

mendefinisikan GCG dari segi soft definition yang mudah dicerna, sekalipun orang awam,

yaitu :

"KOMITMEN, ATURAN MAIN, SERTA PRAKTIK PENYELENGGARAAN BISNIS SECARA SEHAT

DAN BERETIKA"

PERAN BPKP DALAM PENGEMBANGAN GCG

Sesuai surat Nomor: S-359/MK.05/2001 tanggal 21 Juni 2001 tentang Pengkajian Sistem

Manajemen BUMN dengan prinsip-prinsip good corporate governance, Menteri Keuangan

meminta Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk melakukan kajian

dan pengembangan sistem manajemen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengacu

pada prinsip Good Corporate Governance (GCG). Selanjutnya, BPKP telah membentuk Tim

Good Corporate Governance dengan Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-06.02.00-

316/K/2000 yang diperbaharui dengan KEP-06.02.00-268/K/2001.

8

Page 9: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

Tim GCG tersebut mempunyai tugas :

"MERUMUSKAN PRINSIP-PRINSIP PEDOMAN EVALUASI, IMPLEMENTASI DAN SOSIALISASI

PENERAPAN GCG, SERTA MEMBERIKAN MASUKAN KEPADA PEMERINTAH DALAM

MENGEMBANGKAN SISTEM PELAPORAN KINERJA DALAM RANGKA PENERAPAN GCG PADA

BUMN/BUMD DAN BADAN USAHA LAINNYA (BUL)"

Sebagai bagian dari peningkatan governance di lingkungan Pemerintah Indonesia serta

dorongan dari beberapa lembaga internasional seperti International Monetary Fund (IMF),

Bank Dunia, Asian Development Bank (ADB), dan Overseas Economic Coordination Fund

(OECF), BPKP ikut mengerahkan sumber dayanya untuk mendorong penerapan good

corporate governance di lingkungan BUMN/D. Dilingkungan BUMN, upaya ini juga dilakukan

dalam rangka merespon surat Menteri Keuangan No. 359/MK.05/2001 tanggal 21 Juni 2001

seperti disebutkan di atas.

Selanjutnya, dengan dialihkannya Kedudukan, Tugas dan Kewenangan Menteri Keuangan

kepada Menteri BUMN tersebut, saat ini sedang dilakukan tindak lanjut kerjasama dengan

Kantor Kementrian BUMN.

Demikian pula halnya dengan good corporate governance di bidang Badan Usaha Milik

Daerah (BUMD), BPKP telah melakukan interaksi dengan Menteri Dalam Negeri dan

Otonomi Daerah (Otda) cq. Dirjen Otda. Upaya yang dilakukan oleh Tim GCG BPKP berupa

menyusun kajian dan bahan untuk sosialisasi GCG di BUMN/D. Strategi yang dilakukan

adalah melakukan kerjasama dengan Kantor Kementrian BUMN untuk melakukan

Sosialisasi, Lokakarya dan Asistensi Implementasi GCG

Dalam rangka mengukur tingkat penerapan GCG pada BUMN pertama kalinya, Menteri

BUMN meminta bantuan BPKP untuk melakukan pengukuran dan pengujian penerapan GCG

(Assessment) pada 16 BUMN, pengujian dan pengukuran GCG di 16 BUMN yang telah

dilakukan oleh BPKP merupakan momentum yang sangat strategis bagi dalam mengukur

dan menguji penerapan GCG pada BUMN dan mendorong penerapannya. Setelah pengujian

16 BUMN tersebut pengukuran dan pengujian penerapan GCG berlanjut pada BUMN-BUMN

lainnya, seperti BUMN sektor jasa keuangan, jasa konstruksi, perdagangan, sektor

perkebuanan, perhubungan dan lain-lain.

9

Page 10: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

PRODUK BPKP DALAM PENGUKURAN DAN PENGEMBANGAN CGG

Dalam rangka pengembangan dan pengukuran penerapan GCG, BPKP telah melakukan

kajian, pengembangan dan penerbitan modul-modul untuk meningkatkan kompetensi SDM

BPKP dan menyebarkan kepedulian dan perlunya penerapan GCG. Beberapa modul,

pedoman dan lain-lain yang telah diterbitkan antara lain :

1. Modul Pengenalan GCG terdiri dari :

1. Modul 1, Dasar-dasar Coprorate Governance

2. Modul 2, Governance Pada Organ Utama

3. Modul 3, Implementasi Good Corporate Governance Manajemen Korporasi

4. Modul 4, Organ Pendukung Dalam Penerapan Good Corporate Governance

5. Modul 5, Pengelolaan Hubungan Dgn Stakeholder Lainnya dlm Penerapan GCG

2. Pedoman Evaluasi GCG terdiri dari :

1. Buku I, Pedoman Umum

2. Buku II, Indikator dan Parameter

3. Buku III, Metodologi Pengumpulan dan Pengolahan Data

4. Buku IV, Pemaparan

5. Buku V, Pelaporan

3. Pedoman Asistensi GCG terdiri dari :

1. Buku I, Petunjuk Teknis

2. Buku II, Penyusunan Code of Corporate Governance

3. Buku III, Penyusunan Code of Conduct

4. Buku IV, Penyusunan Piagam Komite Audit

5. Buku V, Penyusunan Piagam Internal Audit

10

Page 11: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

4. Pedoman/Referensi Lain :

1. Kamus Scorecard GCG BPKP

2. Frequently Asked Question Good Corporate Governance

Untuk pengembangan penerapan GCG kedepan BPKP terus melakukan kajian dan

pengembangan, beberapa issu yang saat ini sedang mengemuka sehubungan dengan UU

tentang Perseroan Terbatas seperti Corporate Social Responsisbility (CSR) sedang dikaji

bagaimana implementasinya.

Evaluasi GCG 16 BUMN oleh BPKP

PENGUKURAN DAN PENGUJIAN PADA 16 BUMN

a. Latar Belakang

Krisis di kawasan Asia tahun 1997 diyakini oleh banyak pihak termasuk para pakar ekonomi

terkait langsung dengan praktik corporate governance yang kurang baik di berbagai negara

di Asia termasuk Indonesia. Menyadari hal tersebut, Pemerintah Indonesia menerbitkan

suatu aturan tentang pengembangan praktik Good Corporate Governance seperti tertuang

dalam Keputusan Menteri Negara/Kepala Badan Penanaman Modal dan Pembinaan Badan

Usaha Milik Negara No. Kep-23/M-PM.PBUMN/2000 tanggal 31 Mei 2000, yang selanjutnya

diatur lebih lanjut oleh Menteri BUMN melalui Surat Keputusan No. Kep-117/M-MBU/2002

tanggal 1 Agustus 2002. Melalui aturan ini Pemerintah mengharapkan perusahaan di

Indonesia khususnya BUMN dapat menerapkan konsep GCG ke dalam perusahaan masing-

masing.

Dalam perkembangannya, kebutuhan perusahaan tidak terkecuali BUMN untuk

menerapkan GCG tidak dapat ditawar-tawar lagi. Sejalan dengan hal tersebut, Pemerintah

sebagai pemilik BUMN sangat berkepentingan untuk mengetahui sampai sejauh mana

penerapan GCG di BUMN. Oleh sebab itu, Pemerintah yang dalam hal ini diwakili oleh

Menteri BUMN telah meminta pihak-pihak yang independen termasuk BPKP untuk

melakukan pengukuran dan pengujian terhadap penerapan GCG pada 16 BUMN.

11

Page 12: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

b. Dasar Penugasan

Adapun dasar penugasan pengukuran dan pengujian penerapan GCG oleh BPKP ini

mencakup:

1. Menyajikan hasil pengukuran dan pengujian berupa gambaran (potret) kondisi

penerapan GCG di BUMN sebagai informasi bagi Pemerintah Indonesia c.q. Menteri BUMN.

2. Menunjukkan bidang-bidang di dalam perusahaan yang sudah baik maupun yang

memerlukan perbaikan dari segi GCG berikut rekomendasi perbaikan untuk lebih

meningkatkan pelaksanaan GCG di BUMN yang dimaksud.

c. Ruang Lingkup dan Periode yang diukur dan diuji

1. Ruang Lingkup Pengukuran dan pengujian GCG

Lingkup pengukuran dan pengujian sebagaimana tertuang dalam surat permintaan Menteri

BUMN No 54/SBU/2002 tanggal 30 April 2002 meliputi semua aspek kegiatan yang

mendukung pelaksanaan GCG pada 16 BUMN.

2. Periode dilakukannya pengukuran dan pengujian GCG

Dalam pelaksanaan pengukuran dan pengujian tersebut, periode yang dievaluasi adalah

satu tahun dihitung sampai dengan selesainya pekerjaan lapangan oleh Tim BPKP.

d. Metode dan Prosedur

Dalam melakukan pengukuran dan pengujian terhadap penerapan GCG, BPKP menggunakan

indikator penerapan GCG berikut parameter-parameter yang mengacu kepada Surat

Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang

Penerapan Praktik GCG pada BUMN.

Sedangkan prosedur pengukuran dan pengujian dibagi ke dalam 3 tahap, yaitu

perencanaan, pekerjaan lapangan dan pelaporan dengan metode-metode sebagai berikut :

1. Tahap Pendahuluan

12

Page 13: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

3. Tahap Pelaporan

Daftar nama BUMN yang diuji:

1. PT PN VIII

2. PT Adhi Karya

3. PT Sarinah

4. PT PELNI

5. PT Jasa Marga

6. PT Pelindo II

7. PT Kereta Api Indonesia

8. PT ASEI

9. PT Bank Negara Indonesia

10. PT Krakatau Steel

11. PT Kimia Farma

12. PT Timah

13. PT Danareksa

14. PT Perusahaan Listrik Negara

15. PT Surveyor Indonesia

16. PT Hotel Indonesia Nataour

“SUMBER : Tim Corporate Governance BPKP

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Jalan Pramuka No. 33, Ged. BPKP Lantai 8 Telp (021) 85908090 Jakarta, e-mail :[email protected], website, http://www.bpkp.go.id”

GCG dan Etika Bisnis

13

Page 14: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK RI)

http://www.kpk.go.id

Pedoman Umum Pelaksanaan GCG

Prinsip Dasar

GCG diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten

dengan peraturan perundang-undangan. Penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang

saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai

pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha. Prinsip dasar

yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pilar adalah:

1. Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-undangan yang

menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan, melaksanakan peraturan

perundang-undangan dan penegakan hukum secara konsisten (consistent law enforcement)

2. Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman dasar

pelaksanaan usaha.

3. Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena

dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan kepedulian dan melakukan kontrol

sosial (social control) secara obyektif dan bertanggung jawab.

Pedoman Pokok Pelaksanaan GCG

A. Peranan Negara

1. Melakukan koordinasi secara efektif antar penyelenggara negara dalam penyusunan

peraturan perundang-undangan berdasarkan sistem hukum nasional dengan

memprioritaskan kebijakan yang sesuai dengan kepentingan dunia usaha dan masyarakat.

Untuk itu regulator harus memahami perkembangan bisnis yang terjadi untuk dapat

melakukan penyempurnaan atas peraturan perundang-undangan secara berkelanjutan.

14

Page 15: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

2. Mengikutsertakan dunia usaha dan masyarakat secara bertanggungjawab dalam

penyusunan peraturan perundang-undangan (rule-making rules).

3. Menciptakan sistem politik yang sehat dengan penyelenggara negara yang memiliki

integritas dan profesionalitas yang tinggi.

4. Melaksanakan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum secara konsisten

(consistent law enforcement).

5. Mencegah terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

6. Mengatur kewenangan dan koordinasi antar-instansi yang jelas untuk meningkatkan

pelayanan masyarakat dengan integritas yang tinggi dan mata rantai yang singkat serta

akurat dalam rangka mendukung terciptanya iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan.

7. Memberlakukan peraturan perundang-undangan untuk melindungi saksi dan pelapor

(whistleblower) yang memberikan informasi mengenai suatu kasus yang terjadi pada

perusahaan. Pemberi informasi dapat berasal dari manajemen, karyawan perusahaan atau

pihak lain.

8. Mengeluarkan peraturan untuk menunjang pelaksanaan GCG dalam bentuk ketentuan

yang dapat menciptakan iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan.

9. Melaksanakan hak dan kewajiban yang sama dengan pemegang saham lainnya dalam

hal Negara juga sebagai pemegang saham perusahaan.

B. Peranan Dunia Usaha

1. Menerapkan etika bisnis secara konsisten sehingga dapat terwujud iklim usaha yang

sehat, efisien dan transparan.

2. Bersikap dan berperilaku yang memperlihatkan kepatuhan dunia usaha dalam

melaksanakan peraturan perundang-undangan.

3. Mencegah terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

15

Page 16: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

4. Meningkatkan kualitas struktur pengelolaan dan pola kerja perusahaan yang didasarkan

pada asas GCG secara berkesinambungan.

5. Melaksanakan fungsi ombudsman untuk dapat menampung informasi tentang

penyimpangan yang terjadi pada perusahaan. Fungsi ombudsman dapat dilaksanakan

bersama pada suatu kelompok usaha atau sektor ekonomi tertentu.

C. Peranan Masyarakat

1. Melakukan kontrol sosial dengan memberikan perhatian dan kepedulian terhadap

pelayanan masyarakat yang dilakukan penyelenggara negara serta terhadap kegiatan dan

produk atau jasa yang dihasilkan oleh dunia usaha, melalui penyampaian pendapat secara

objektif dan bertanggung jawab.

2. Melakukan komunikasi dengan penyelenggara negara dan dunia usaha dalam

mengekspresikan pendapat dan keberatan masyarakat.

3. Mematuhi peraturan perundang-undangan dengan penuh kesadaran dan tanggung

jawab.

PERNYATAAN PENERAPAN PEDOMAN GCG

Prinsip Dasar

Pelaporan penerapan corporate governance merupakan faktor penting untuk diungkapkan

oleh setiap perusahaan. Untuk itu, setiap perusahaan harus membuat pernyataan dalam

laporan tahunannya tentang pelaksanaan penerapan Pedoman GCG. Dengan demikian,

pemangku kepentingan terutama regulator dan investor dapat menilai sejauh mana

penerapan Pedoman GCG pada perusahaan tersebut telah dilaksanakan.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

16

Page 17: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

1. Perusahaan harus membuat pernyataan tentang pelaksanaan corporate governance

berdasarkan Pedoman GCG yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance

(KNKG). Pengungkapan tersebut merupakan bagian yang tidak terpisah dari laporan tahunan

perusahaan.

2. Pernyataan tentang pelaksanaan corporate governance disertai dengan uraian tentang

aspek-aspek penting yang telah dilaksanakan. Uraian tersebut dapat sekaligus digunakan

untuk memenuhi ketentuan pelaporan dari otoritas terkait.

3. Dalam hal belum seluruh aspek Pedoman GCG yang dikeluarkan oleh KNKG dapat

dilaksanakan, perusahaan harus mengungkapkan aspek-aspek yang belum dilaksanakan

tersebut beserta alasannya. Penjelasan tentang aspek yang belum dilaksanakan dimasukkan

dalam uraian tentang informasi penting.

4. Informasi penting yang perlu diungkapkan dalam laporan tahunan meliputi tetapi tidak

terbatas pada:

Struktur dan pola kerja Dewan Komisaris, yang antara lain mencakup :

1. Nama anggota Dewan Komisaris dengan menyebutkan statusnya yaitu Komisaris

Independen atau Komisaris bukan Independen;

2. Jumlah rapat yang dilakukan oleh Dewan Komisaris, serta jumlah kehadiran setiap

anggota Dewan Komisaris dalam rapat;

3. Mekanisme dan kriteria penilaian sendiri (self assessment) tentang kinerja masing-

masing para anggota Dewan Komisaris;

4. Penjelasan mengenai Komite-Komite Penunjang Dewan Komisaris yang meliputi: (a)

nama anggota dari masing-masing Komite; (b) uraian mengenai fungsi dan mekanisme kerja

dari setiap Komite; (c) jumlah rapat yang dilakukan oleh setiap komite serta jumlah

kehadiran setiap anggota; dan (d) mekanisme dan kriteria penilaian kinerja Komite.

Struktur dan pola kerja Direksi, yang antara lain mencakup :

1. Nama anggota Direksi dengan jabatan dan fungsinya masing-masing;

17

Page 18: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

2. Penjelasan ringkas mengenai mekanisme kerja Direksi, termasuk didalamnya

mekanisme pengambilan keputusan serta mekanisme pendelegasian wewenang;

3. Jumlah rapat yang dilakukan oleh Direksi, serta jumlah kehadiran setiap anggota Direksi

dalam rapat;

4. Mekanisme dan kriteria penilaian terhadap kinerja para anggota Direksi;

5. Pernyataan mengenai efektivitas pelaksanaan sistem pengendalian internal yang

meliputi pengendalian risiko serta sistem pengawasan dan audit internal.

Informasi penting lainnya, yang antara lain mencakup :

1. Visi, misi dan nilai-nilai perusahaan;

2. Kondisi keuangan perusahaan;

3. Pemegang saham pengendali;

4. Kebijakan dan jumlah remunerasi Dewan Komisaris dan Direksi;

5. Transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa; dan

6. Risiko-risiko yang mungkin terjadi dan berpengaruh pada operasi perusahaan di masa

yang akan datang.

Peraturan INTERNATIONAL tentang GCG

* UNCAC pasal 12, 21, 22,

* SOX Act,

* POBO

A. UNCAC

http://www.unodc.org/pdf/crime/convention_corruption/signing/Convention-e.pdf

• Pasal 12 (Pencegahan Sektor Swasta)

18

Page 19: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

1. Setiap Negara Peserta wajib mengambil tindakan-tindakan, sesuai dengan prinsip-

prinsip dasar sistem hukum nasionalnya, untuk mencegah korupsi yang melibatkan sektor

swasta, meningkatkan standar akutansi dan audit di sektor swasta, dan dimana diperlukan,

memberikan sanksi perdata, administratf dan pidana yang efektif sebanding untuk kelalaian

memenuhi tindakan-tindakan tersebut.

2. Tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan ini dapat meliputi:

(a). meningkatkan kerjasama antara badan-badan penegak hukum dan badan-badan

hukum perdata yang bersangkutan;

(b). meningkatkan pengembangan standar-standar dan prosedur-prosedur yang

dirancang untuk melindungi integritas badan-badan hukum swasta yang bersangkutan,

termasuk aturan-aturan tentang berperilaku dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan bisnis

dan semua profesi yang berkaitan, yang benar, terhormat dan pantas, dan pencegahan

benturan-benturan kepentingan dan peningkatan praktek komersial yang baik diantara

bisnis-bisnis dan dalam hubungan kontraktual dari bisnis-bisnis dengan Negara;

(c). Meningkatkan transparansi di antara badan-badan hukum swasta, termasuk, sejauh

diperlukan, tindakan-tindakan mengenai identitas dari badan-badan hukum dan orang-

orang yang terlibat dalam pendirian dan manajemen badan-badan usaha;

(d). Mencegah penyalahgunaan prosedur yang mengatur badan-badan perdata,

termasuk prosedur mengenai subsidi dan perizinan-perizinan yang diberikan oleh otoritas-

otoritas publik untuk kegiatan-kegiatan komersial;

(e). Mencegah benturan-benturan kepentingan dengan menerapkan pembatasan-

pembatasan, dimana perlu, untuk jangka waktu yang wajar, bagi kegiatan-kegiatan

profesional mantan pejabat-pejabat publik, atau dalam hal mempekerjakan pejabat-pejabat

publik oleh sektor swasta setelah mereka mengundurkan diri atau pensiun, dalam hal

kegiatan-kegiatan atau pekerjaan tersebut berhubungan langsung dengan fungsi-fungsi

yang dahulunya dipegang atau diawasi oleh pejabat-pejabat publik itu selama masa jabatan

mereka;

19

Page 20: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

(f). Memastikan bahwa perusahan-perusahaan swasta, dengan memperhati-kan struktur

dan besarnya mereka, memiliki mekanisme kontrol audit internal membantu mencegah dan

melacak perbuatan-perbuatan korupsi dan bahwa rekening-rekening dan laporan-laporan

keuangan yang diperlukan dari perusahaan-perusahaan swasta itu mengikuti prosedur-

prosedur audit dan setifikasi yang tepat.

3. Guna mencegah korupsi, setiap Negara Peserta wajib mengambil tindakan-tindakan

yang mungkin diperlukan, sesuai dengan hukum nasionalnya dan peraturan perundang-

undangan mengenai pemeliharaan buku-buku dan catatan-catatan, laporan keuangan dan

standar akutansi dan auditing, untuk melarang perbuatan-perbuatan yang disebutkan

berikut ini, yang dilakukan dengan maksud untuk melakukan salah satu dari kejahatan-

kejahatan yang ditetapkan sesuai dengan Konvensi ini:

(a). Pembuatan catatan-catatan di luar pembukuan;

(b). Membuat transaksi-transaksi di luar pembukuan, dan yang tidak dapat diidentifikasi

dengan jelas;

(c). Mencatat pengeluaran yang tidak ada;

(d). Pembukuan kewajiban (utang) yang mempunyai identifikasi tujuannya yang tidak

benar;

(e). Penggunaan dokumen-dokumen palsu; dan,

(f). Pemusnahan secara sengaja dokumen pembukuan lebih awal dari yang telah

ditentukan oleh hukum.

4. Setiap Negara Peserta wajib menolak pengurangan pajak atau biaya-biaya yang

merupakan suap, yaitu salah satu unsur pokok dari tindak pidana yang ditetapkan sesuai

dengan Pasal 15 dan 16 Konvensi ini dan, dimana patut, biaya-biaya lain yang timbul sebagai

kelanjutan dari perilaku korupsi.

• Pasal 21(Penyuapan di Sektor Swasta)

Setiap Negara peserta wajib mengadopsi tindakan-tindakan legislatif dan tindakan-

tindakan yang lain sejauh diperlukan untuk menetapkan sebagai suatu tindak pidana

20

Page 21: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

kejahatan, bilamana dilakukan dengan sengaja dalam melaksanakan kegiatan ekonomi,

keuangan atau perdagangan:

(a). Menjanjikan, menawarkan atau memberikan secara langsung atau tidak langsung,

suatu keuntungan yang tidak semestinya kepada seseorang yang memimpin atau bekerja,

dalam suatu kapasitas, untuk suatu badan di sektor swasta, untuk dirinya sendiri atau orang

lain, agar ia dengan melanggar tugas-tugasnya, melakukan sesuatu atau menahan diri dari

melakukan sesuatu tindakan

(b). Permohonan atau penerimaan, secara langsung atau tidak langsung suatu

keuntungan yang tidak semestinya, yang dilakukan oleh seseorang yang memimpin atau

bekerja dalam suatu kapasitas apapun untuk suatu badan sektor swasta untuk dirinya

sendiri atau untuk orang lain, agar ia secara melawan hak, melakukan atau menahan diri

untuk melakukan sesuatu.

• Pasal 22 (penggelapan Kekayaan dalam Sektor Swasta)

Setiap Negara peserta wajib mengadopsi tindakan-tindakan legislatif dan tindakan-

tindakan yang lain sejauh diperlukan untuk menetapkan sebagai suatu tindak pidana

kejahatan, bilamana dilakukan dengan sengaja dalam melaksanakan kegiatan ekonomi,

keuangan atau perdagangan, penggelapan oleh seorang yang memimpin atau bekerja,

dalam kapasditas apapun, dalam suatu badan di sektor swasta atas suatu kekayaan, dana-

dana (pribadi) (swasta) atau sekuritas-sekuritas atau segala sesuatu yang bernilai yang

dipercayakan kepadanya karena kedudukannya.

B. SOX Act

http://www.sarbanes-oxley.com/section.php?level=1&pub_id=Sarbanes-Oxley

C. POBO (Prevention of Bribery Ordinance)

21

Page 22: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

http://www.legislation.gov.hk/blis_ind.nsf/CurAllEngDoc?

OpenView&Start=201&Count=30&Expand=201.1#201.1

Peraturan Nasional Negara Indonesia tentang GCG terangkum dalam :

• KUMPULAN UNDANG-UNDANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI, EDISI

PERTAMA 2006

• UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST CORRUPTION, 2003 (KONVENSI

PERSERIKATAN BANGSA-BANGSAMENENTANG KORUPSI, 2003)

• UU RI NOMOR 7 TAHUN 2006, TENTANG PENGESAHAN UNITED NATION

CONVENTION AGAINST CORRUPTION 2003.

• UU RI NOMOR 30 TAHUN 2002, TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK

PIDANA KORUPSI,

• PENJELASAN UU RI NOMOR 30 TAHUN 2002, TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN

TINDAK PIDANA KORUPSI

• UU RI NOMOR 31 TAHUN 1999, TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA

KORUPSI

• UU RI NOMOR 20 TAHUN 2001, TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG

NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

• UU RI NOMOR 28 TAHUN 1999, TENTANG PENYELENGGARA NEGARA YANG BERSIH

DAN BEBAS DARI KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME

• PENJELASAN UU RI NOMOR 28 TAHUN 1999, TENTANG PENYELENGGARA NEGARA

YANG BERSIH DAN BEBAS DARI KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME

Yang Diterbitkan oleh:

DIREKTORAT PEMBINAAN KERJA ANTAR KOMISI DAN INSTANSI KOMISI PEMBERANTASAN

KORUPSI

22

Page 23: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

ASAS GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis

dan di semua jajaran perusahaan. Asas GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,

independensi serta kesetaraan dan kewajaran diperlukan untuk mencapai kinerja yang

berkesinambungan dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan.

A. Transparansi (Transparency)

Prinsip Dasar :

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan

informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh

pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak

hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang

penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku

kepentingan lainnya.

Pedoman Pokok Pelaksanaan :

1. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat

dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan

haknya.

2. Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi, misi,

sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi

pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan

anggota Dewan Komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan

23

Page 24: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

lainnya yang memiliki benturan kepentingan, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan

dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan

kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan.

3. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk

memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.

4. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan kepada

pemangku kepentingan.

B. Akuntabilitas (Accountability)

Prinsip Dasar :

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan

wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan

kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham

dan pemangku kepentingan lain . Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk

mencapai kinerja yang berkesinambungan.

Pedoman Pokok Pelaksanaan :

1. Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-masing organ

perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi, sasaran usaha

dan strategi perusahaan.

2. Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua karyawan

mempunyai kompetensi sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam

pelaksanaan GCG.

3. Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam

pengelolaan perusahaan.

24

Page 25: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

4. Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang

konsisten dengan nilai-nilai perusahaan, sasaran utama dan strategi perusahaan, serta

memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment system) .

5. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ perusahaan dan

semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code of

conduct) yang telah disepakati .

C. Responsibilitas (Responsibility)

Prinsip Dasar :

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung

jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan

usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.

Pedoman Pokok Pelaksanaan :

1. Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan

kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan peraturan

perusahaan (by-laws).

2. Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain peduli

terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan dengan

membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.

D. Independensi (Independency)

Prinsip Dasar :

25

Page 26: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen

sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat

diintervensi oleh pihak lain.

Pedoman Pokok Pelaksanaan :

1. Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak

manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan

dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan

secara obyektif.

2. Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai

dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, tidak saling mendominasi dan

atau melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain sehingga terwujud sistem

pengendalian internal yang efektif.

E. Kesetaraan dan Kewajaran ( Fairness )

Prinsip Dasar :

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan

kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas

kesetaraan dan kewajaran.

Pedoman Pokok Pelaksanaan :

1. Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk

memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan serta

membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup

kedudukan masing-masing

26

Page 27: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

2. Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada pemangku

kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada perusahaan.

3. Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan,

berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa membedakan suku, agama,

ras, jender, dan kondisi fisik.

ETIKA BISNIS & PEDOMAN PERILAKU

Prinsip Dasar :

Untuk mencapai keberhasilan dalam jangka panjang, pelaksanaan GCG perlu dilandasi oleh

integritas yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan pedoman perilaku (code of conduct) yang

dapat menjadi acuan bagi organ perusahaan dan semua karyawan dalam menerapkan nilai-

nilai (values) dan etika bisnis sehingga menjadi bagian dari budaya perusahaan. Prinsip dasar

yang harus dimiliki oleh perusahaan adalah:

1. Setiap perusahaan harus memiliki nilai-nilai perusahaan (corporate values) yang

menggambarkan sikap moral perusahaan dalam pelaksanaan usahanya.

2. Untuk dapat merealisasikan sikap moral dalam pelaksanaan usahanya, perusahaan

harus memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati oleh organ perusahaan dan semua

karyawan. Pelaksanaan etika bisnis yang berkesinambungan akan membentuk budaya

perusahaan yang merupakan manifestasi dari nilai-nilai perusahaan.

3. Nilai-nilai dan rumusan etika bisnis perusahaan perlu dituangkan dan dijabarkan lebih

lanjut dalam pedoman perilaku agar dapat dipahami dan diterapkan.

Pedoman Pokok Pelaksanaan :

A. Nilai-nilai Perusahaan

27

Page 28: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

1. Nilai-nilai perusahaan merupakan landasan moral dalam mencapai visi dan misi

perusahaan. Oleh karena itu, sebelum merumuskan nilai-nilai perusahaan, perlu dirumuskan

visi dan misi perusahaan.

2. Walaupun nilai-nilai perusahaan pada dasarnya universal, namun dalam

merumuskannya perlu disesuaikan dengan sektor usaha serta karakter dan letak geografis

dari masing-masing perusahaan.

3. Nilai-nilai perusahaan yang universal antara lain adalah terpercaya, adil dan jujur.

B. Etika Bisnis

1. Etika bisnis adalah acuan bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha

termasuk dalam berinteraksi dengan pemangku kepentingan (stakeholders) .

2. Penerapan nilai-nilai perusahaan dan etika bisnis secara berkesinambungan mendukung

terciptanya budaya perusahaan.

3. Setiap perusahaan harus memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati bersama dan

dijabarkan lebih lanjut dalam pedoman perilaku.

C. Pedoman Perilaku

Fungsi Pedoman Perilaku :

1. Pedoman perilaku merupakan penjabaran nilai-nilai perusahaan dan etika bisnis dalam

melaksanakan usaha sehingga menjadi panduan bagi organ perusahaan dan semua

karyawan perusahaan;

2. Pedoman perilaku mencakup panduan tentang benturan kepentingan, pemberian dan

penerimaan hadiah dan donasi, kepatuhan terhadap peraturan, kerahasiaan informasi, dan

pelaporan terhadap perilaku yang tidak etis.

Benturan Kepentingan :

28

Page 29: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

1. Benturan kepentingan adalah keadaan dimana terdapat konflik antara kepentingan

ekonomis perusahaan dan kepentingan ekonomis pribadi pemegang saham, angggota

Dewan Komisaris dan Direksi, serta karyawan perusahaan;

2. Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, anggota Dewan Komisaris dan Direksi

serta karyawan perusahaan harus senantiasa mendahulukan kepentingan ekonomis

perusahaan diatas kepentingan ekonomis pribadi atau keluarga, maupun pihak lainnya;

3. Anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan dilarang

menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan atau keuntungan pribadi, keluarga dan pihak-

pihak lain;

4. Dalam hal pembahasan dan pengambilan keputusan yang mengandung unsur benturan

kepentingan, pihak yang bersangkutan tidak diperkenankan ikut serta;

5. Pemegang saham yang mempunyai benturan kepentingan harus mengeluarkan

suaranya dalam RUPS sesuai dengan keputusan yang diambil oleh pemegang saham yang

tidak mempunyai benturan kepentingan;

6. Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan yang memiliki

wewenang pengambilan keputusan diharuskan setiap tahun membuat pernyataan tidak

memiliki benturan kepentingan terhadap setiap keputusan yang telah dibuat olehnya dan

telah melaksanakan pedoman perilaku yang ditetapkan oleh perusahaan.

Pemberian dan Penerimaan Hadiah dan Donasi :

1. Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan dilarang

memberikan atau menawarkan sesuatu, baik langsung ataupun tidak langsung, kepada

pejabat Negara dan atau individu yang mewakili mitra bisnis, yang dapat mempengaruhi

pengambilan keputusan;

2. Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan dilarang

menerima sesuatu untuk kepentingannya, baik langsung ataupun tidak langsung, dari mitra

bisnis, yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan;

3. Donasi oleh perusahaan ataupun pemberian suatu aset perusahaan kepada partai

politik atau seorang atau lebih calon anggota badan legislatif maupun eksekutif, hanya boleh

29

Page 30: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam batas kepatutan

sebagaimana ditetapkan oleh perusahaan, donasi untuk amal dapat dibenarkan;

4. Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan diharuskan

setiap tahun membuat pernyataan tidak memberikan sesuatu dan atau menerima sesuatu

yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.

Kepatuhan terhadap Peraturan :

1. Organ perusahaan dan karyawan perusahaan harus melaksanakan peraturan

perundang-undangan dan peraturan perusahaan;

2. Dewan Komisaris harus memastikan bahwa Direksi dan karyawan perusahaan

melaksanakan peraturan perundang-undangan dan peraturan perusahaan;

3. Perusahaan harus melakukan pencatatan atas harta, utang dan modal secara benar

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Kerahasiaan Informasi :

1. Anggota Dewan Komisaris dan Direksi, pemegang saham serta karyawan perusahaan

harus menjaga kerahasiaan informasi perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan, peraturan perusahaan dan kelaziman dalam dunia usaha;

2. Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi, pemegang saham serta karyawan

perusahaan dilarang menyalahgunakan informasi yang berkaitan dengan perusahaan,

termasuk tetapi tidak terbatas pada informasi rencana pengambil-alihan, penggabungan

usaha dan pembelian kembali saham;

3. Setiap mantan anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan, serta

pemegang saham yang telah mengalihkan sahamnya, dilarang mengungkapkan informasi

yang menjadi rahasia perusahaan yang diperolehnya selama menjabat atau menjadi

pemegang saham di perusahaan, kecuali informasi tersebut diperlukan untuk pemeriksaan

dan penyidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, atau tidak lagi menjadi

rahasia milik perusahaan.

30

Page 31: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

Pelaporan terhadap pelanggaran Pedoman Perilaku :

1. Dewan Komisaris berkewajiban untuk menerima dan memastikan bahwa pengaduan

tentang pelanggaran terhadap etika bisnis dan pedoman perilaku perusahaan diproses

secara wajar dan tepat waktu;

2. Setiap perusahaan harus menyusun peraturan yang menjamin perlindungan terhadap

individu yang melaporkan terjadinya pelanggaran terhadap etika bisnis dan pedoman

perilaku perusahaan. Dalam pelaksanannya, Dewan Komisaris dapat memberikan tugas

kepada komite yang membidangi pengawasan implementasi GCG.

PERNYATAAN PENERAPAN PEDOMAN GCG

Prinsip Dasar :

Pelaporan penerapan corporate governance merupakan faktor penting untuk diungkapkan

oleh setiap perusahaan. Untuk itu, setiap perusahaan harus membuat pernyataan dalam

laporan tahunannya tentang pelaksanaan penerapan Pedoman GCG. Dengan demikian,

pemangku kepentingan terutama regulator dan investor dapat menilai sejauh mana

penerapan Pedoman GCG pada perusahaan tersebut telah dilaksanakan.

Pedoman Pokok Pelaksanaan :

1. Perusahaan harus membuat pernyataan tentang pelaksanaan corporate governance

berdasarkan Pedoman GCG yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance

(KNKG). Pengungkapan tersebut merupakan bagian yang tidak terpisah dari laporan tahunan

perusahaan.

2. Pernyataan tentang pelaksanaan corporate governance disertai dengan uraian tentang

aspek-aspek penting yang telah dilaksanakan. Uraian tersebut dapat sekaligus digunakan

untuk memenuhi ketentuan pelaporan dari otoritas terkait.

31

Page 32: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

3. Dalam hal belum seluruh aspek Pedoman GCG yang dikeluarkan oleh KNKG dapat

dilaksanakan, perusahaan harus mengungkapkan aspek-aspek yang belum dilaksanakan

tersebut beserta alasannya. Penjelasan tentang aspek yang belum dilaksanakan dimasukkan

dalam uraian tentang informasi penting.

4. Informasi penting yang perlu diungkapkan dalam laporan tahunan meliputi tetapi tidak

terbatas pada:

Struktur dan pola kerja Dewan Komisaris, yang antara lain mencakup:

1. Nama anggota Dewan Komisaris dengan menyebutkan statusnya yaitu Komisaris

Independen atau Komisaris bukan Independen;

2. Jumlah rapat yang dilakukan oleh Dewan Komisaris, serta jumlah kehadiran setiap

anggota Dewan Komisaris dalam rapat;

3. Mekanisme dan kriteria penilaian sendiri (self assessment) tentang kinerja masing-

masing para anggota Dewan Komisaris;

4. Penjelasan mengenai Komite-Komite Penunjang Dewan Komisaris yang meliputi: (a)

nama anggota dari masing-masing Komite; (b) uraian mengenai fungsi dan mekanisme kerja

dari setiap Komite; (c) jumlah rapat yang dilakukan oleh setiap komite serta jumlah

kehadiran setiap anggota; dan (d) mekanisme dan kriteria penilaian kinerja Komite.

Struktur dan pola kerja Direksi, yang antara lain mencakup:

1. Nama anggota Direksi dengan jabatan dan fungsinya masing-masing;

2. Penjelasan ringkas mengenai mekanisme kerja Direksi, termasuk didalamnya

mekanisme pengambilan keputusan serta mekanisme pendelegasian wewenang;

3. Jumlah rapat yang dilakukan oleh Direksi, serta jumlah kehadiran setiap anggota Direksi

dalam rapat;

4. Mekanisme dan kriteria penilaian terhadap kinerja para anggota Direksi;

5. Pernyataan mengenai efektivitas pelaksanaan sistem pengendalian internal yang

meliputi pengendalian risiko serta sistem pengawasan dan audit internal.

32

Page 33: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

Informasi penting lainnya, yang antara lain mencakup:

1. Visi, misi dan nilai-nilai perusahaan;

2. Kondisi keuangan perusahaan;

3. Pemegang saham pengendali;

4. Kebijakan dan jumlah remunerasi Dewan Komisaris dan Direksi;

5. Transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa; dan

6. Risiko-risiko yang mungkin terjadi dan berpengaruh pada operasi perusahaan di masa

yang akan datang.

PEDOMAN PRAKTIS PELAKSANAAN GCG

Prinsip Dasar :

Pelaksanaan GCG perlu dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Untuk itu

diperlukan pedoman praktis yang dapat dijadikan acuan oleh perusahaan dalam

melaksanakan GCG.

Pedoman Pokok Pelaksanaan :

Untuk melaksanakan GCG diperlukan penyusunan Pedoman GCG yang spesifik untuk

masing-masing perusahaan. Pedoman tersebut mencakup berbagai kebijakan yang

sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Visi, misi dan nilai-nilai perusahaan.;

2. Kedudukan dan fungsi RUPS, Dewan Komisaris, Direksi, Komite-Komite Penunjang

Dewan Komisaris, dan Pengawasan Internal;

3. Kebijakan untuk memastikan terlaksananya efektifitas fungsi masing-masing organ

perusahaan;

33

Page 34: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

4. Kebijakan untuk memastikan akuntabilitas dan efektifitas pengendalian internal dan

laporan keuangan;

5. Pedoman perilaku (code of conduct) yang didasarkan pada etika bisnis yang disepakati;

6. Sarana pengungkapan informasi untuk pemangku kepentingan (public disclosure) ;

7. Kebijakan penyempurnaan berbagai peraturan perusahaan dalam rangka memenuhi

prinsip GCG.

Agar pelaksanaan GCG dapat berjalan efektif, diperlukan proses keikutsertaan semua pihak

dalam perusahaan. Untuk itu diperlukan tahapan sebagai berikut:

1. Membangun pemahaman, kepedulian dan komitmen semua organ perusahaan dan

semua karyawan dengan dipelopori oleh Pemegang Saham Pengendali, Dewan Komisaris

dan Direksi untuk melaksanakan GCG;

2. Melakukan kajian terhadap kondisi perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan

GCG dan tindakan penyempurnaan yang diperlukan;

3. Menyusun program dan pedoman pelaksanaan GCG (manual building) ;

4. Melakukan internalisasi pelaksanaan GCG sehingga terbangun rasa memiliki dari semua

pihak dalam perusahaan, serta pemahaman atas aplikasi dari pedoman GCG dalam aktivitas

sehari-hari;

5. Melakukan penilaian baik secara sendiri ( self assessment) maupun dengan

menggunakan jasa pihak eksternal yang independen untuk memastikan implementasi GCG

secara berkesinambungan. Penilaian (assessment) ini sebaiknya dilakukan setiap tahun dan

hasil penilaian tersebut dilaporkan kepada pemegang saham pada pelaksanaan RUPS dan

kepada publik dalam laporan tahunan.

KODE ETIK

I. PERNYATAAN ETIKA BISNIS

A. Pernyataan Kebijakan

34

Page 35: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

Contoh :

Untuk menyesuaikan tujuan bisnis, Kami percaya pada Kejujuran, Kegiatan-kegiatan Etika,

Integritas dan Keterbukaan menjadi kekuatan bagi kredibilitas dan reputasi demi kelanjutan

Kesuksesan. Perusahaan berkomitmen untuk menyesuaikan dan akan terus mengenalkan

Prinsip-prinsip dan Nilai dengan Kebudayaan Perusahaan sebagai acuan dalam membangun

Hubungan dengan Shareholder, Pelanggan, Pegawai, dan Komunitas.

Prinsip-prinsip tersebut adalah :

1. Kesungguhan dalam Kesepakatan Bisnis;

2. Bertanggung jawab terhadap Pelanggan, Lingkungan dan Masyarakat;

3. Ramah-tamah dengan sesama Manusia;

4. Tidak Berlebihan dalam Kesepakatan Bisnis;

5. Perlakuan yang sama kepada semua pelanggan; dan

6. Semangat dalam membangun Bisnis.

B. Tujuan Pernyataan etika Bisnis

Contoh :

Tujuan dari Pernyataan etika Bisnis adalah :

1. Meningkatkan kepedulian dan memberikan panduan bagi manajemen dan pegawai di

perusahaan dalam melakukan kegiatan keseharian dan dalam membuat keputusan bisnis;

2. Memacu kepedulian terhadap isu etika dan aksi perlawanan dalam keseharian aktivitas

bisnis dan menjunjung Nilai seperti Kepercayan, Keterbukaan, Kejujuran, dan Akuntabilitas

dalam setiap kesepakatan.

3. Mempromosikan dan menjaga Tinggi Standar Etika, patuh pada Undang-Undang,

Peraturan, menghormati Kebudayaan lokal dan nasional, Menjamin hal ini diperhatikan dan

melekat pada individu-individu pada organisasi;

35

Page 36: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

4. Membangun kerangka kerja bagi perilaku profesional dan bertanggung jawab untuk

berprestasi untuk semua individu di perusahaan; dan

5. Menanamkan Kejelasan dan Prinsip-prinsip realistis atau Nilai yang diberikan kepada

Manajemen, Pimpinan dan Pegawai dalam memformulasikan dan mengimplementasikan

Kode etik, penghargaan klien dan best practices, membuatnya sebagai bagian dari

Kebudayaan Organisasi.

C. Ruang Lingkup dan Penerapan

Ruang Lingkup dan Penerapan harus luas ke seluruh perusahaan dan semua bagian pegawai

dan harus digunakan pada semua tipe kegiatan di Organisasi.

Contoh :

1. Pernyataan Kode Etik diterapkan pada pendekatan perusahaan dan harapan ketika

berhubungan dengan pelanggan, suplier, pegawai, masyarakat dan lingkungan

2. Kode etik perusahaan menjangkau seluruh level manajemen dan pegawai dan pemilik

perusahaan dalam area berikut ini:

* Kegiatan bisnis untuk Marketing Produk dan Jasa;

* Kerahasian Informasi atau Kerahasiaan seluruh rahasia dan kepemilikan informasi;

dan

* Penggunaan tenologi yang pantas, privasi, dan penyelahgunaan Intelektual Hak

Kepemilikan.

II. DASAR KEBIJAKAN ETIKA BISNIS

Contoh :

A. Kebijakan Etika

Kebijakan perusahaan mengikuti dan tunduk pada seluruh Undang-Undang pemerintah,

Peraturan yang berhubungan dengan bisnis, baik itu menunjukan atau bagian, menjaga

36

Page 37: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

serangkaian Integritas tertinggi selama Undang-Undang mengijinkan. Perusahaan

mengharapkan dilakukan dengan standar integritasnya di seluruh Perusahaan dan tidak

akan mentoleransi hasil yang diperoleh menggunakan pelanggaran Undang-Undang atau

kesepakatan yang tidak cermat.

B. Kebijakan Konflik Kepentingan

Merupakan kebijakan perusahaan dimana pegawai pada semua level diharapkan menjauhi

setiap konflik antara kepentingan mereka dengan kepentingan perusahaan yang akan

mempengaruhi kenerja perusahaan.

C. Kebijakan Pemberian dan Hiburan

Kebijakan perusahaan mengurangi praktek-praktek Pemberian kepada pegawai kami yang

berasal dari rekan bisnis, suplier dan pelanggan. Kebijakan Perusahaan melayani

kepentingan bisnis perusahaan dan mengembangkan konstruksi hubungan dengan

organisasi dan individu dalam melakukan bisnis atau melakukan bisnis dengan perusahaan.

D. Kebijakan Keamanan

Merupakan Kebijakan Perusahaan yang mendukung bisnis dalam bersikap yang melindungi

keamanan pegawai, berkaitan dengan operasional, pelanggan dan masyarakat. Perusahaan

percaya dengan menciptakan lingkungan yang aman dan sehat untuk pegawai dalam

melakukan tugas dan tanggung jawabnya dilingkungan kerjanya akan memberikan hasil

yang terbaik.

E. Kebijakan Lingkungan

Merupakan Kebijakan Perusahaan untuk menjalankan bisnis dalam bersikap yang sesuai

dengan keseimbangan kebutuhan ekonomi masyarakat dan lingkungan saat beroperasi.

37

Page 38: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

Perusahaan harus patuh dengan Peraturan dan Undang-Undang lingkungan dan

menggunakan standar tanggung jawab dimana Peraturan dan Undang-Undang tidak ada

dan harus peduli, hormat, dan bertanggung jawab untuk lingkungan disekitar pegawai.

Perusahaan juga akan berkolaborasi dengan pemerintah dan kelompok industri dalam

pembangunan Undang-Undang lingkungan yang effektive dan Peraturan yang

mempertimbangkan resiko, biaya, dan keuntungan, termasuk dampak pada energi dan

suplai produk.

F. Kebijakan Hubungan Pengguna dan Kualitas Produk

Kepuasan pelanggan adalah keutamaan bagi kesuksesan perusahaan. Oleh karena itu,

perusahaan berhati-hati dengan tanggung jawabnya kepada pelanggan dan komitmen untuk

mempertahankan Integritas produk dan jasa, meyakinkan waktu penerimaannya, dengan

harga yang pantas. Perusahaan juga membutuhkan kejujuran dalam mengiklankan produk

dan bentuk komunikasi lainnya.

G. Kebijakan Persamaan Kesempatan Pegawai

Merupakan kebijakan perusahaan untuk menyediakan kesempatan yang sama, berdasarkan

kesesuaian pekerjaan, ketika perekrutan dan promosi pegawai. Pelecehan seksual, fisik,

atau mental pegawai tidak akan dapat ditoleransi.

III. Kepatuhan

Kepatuhan pada Kebijakan Etika perusahaan adalah tanggung jawab seluruh pegawai,

begitu juga CEO. Penghargaan dimonitor oleh Supervisor, dibawah bimbingan Manager dan

Koordinator perusahaan. Setiap manager mendapatkan rasa hormat mereka dari contoh

perilaku, kinerja, keterbukaan dan kompetensi sosial .

Sedikitnya sekali setahun, pegawai harus menandatangani pernyataan bahwa mereka

mengerti Kebijakan Etika Perusahaan dan menerima salinannya. Perusahaan berharap

38

Page 39: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

semua pegawai dan manajemen bekerja sama dalam menjunjung Keberadaan Etika

Perusahaan dan Pegawai perusahaan dan Pegawai yang lainnya harus konfirmasi tertulis

bahwa mereka telah menjalankan semua operasional dalam pengawasan seusai dengan

Kebijakan. Kejahatan terhadap Kebijakan akan menghasilkan ketidakdisiplinan, meningkat

lagi sampai pemecatan pegawai.

IV. LAPORAN & KOMUNIKASI TERBUKA

Contoh :

Pegawai dan Manajemen mendorong untuk bertanya, peduli dan membuat saran yang

tepat sesuai dengan kegiatan bisnis perusahaan. Laporan terhadap pelaku kejahatan

Undang-Undang, Kebijakan Perusahaan, Prosedur Internal Kontrol atau Pelanggaran

kepercayaan harus dilaporkan kepada Manajemen.

Pegawai dapat berdiskusi berbagai persoalan dengan supervisor dan meminta review ke

depan, pada supervisor yang ada atau yang lain, jika tidak puas dengan review supervisor

sekarang. Review berlanjut ke tingkat Manajemen yang sesuai untuk memecahkan isu yang

ada.

Tergantung pada subyek pertanyaan persoalan, peduli atau saran, pegawai secara langsung

dari Departemen yang bersangkutan, sebagai contoh, Departemen SDM, Departemen

Keamanan, Departemen Kesehatan dan Departemen Lingkungan, Departemen Keuangan

dan yang lainnya.

Tidak ada bentuk Balas Jasa akan diberikan menghadapi orang yang melaporkan

mengetahui atau Pelaku Kejahatan etika sesuai dengan Prosedur yang dijelaskan diatas,

kecuali pegawai yang bersikap mengabaikan kebenaran, akan mendapatkan tindakan.

Setiap orang merespon setiap laporan atau saran diharapkan bijaksana sesuai keadaan dan

kerahasiaan, meskipun tidak dapat digunakan, tergantung keadaan sekitar. (Keterbukaan

dapat dihasilkan dari Peraturan Penyidikan dan Pengadilan). Pertanyaan tentang aplikasi

Kebijakan di kegiatan tertentu dan situasi meningkat, pimpinan, pegawai, diharapkan

39

Page 40: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

meminta klarifikasi dan panduan sebagai pertimbangan apakah akan menjadi Kejahatan

kebijakan, dan tindakan sesuai kemudian akan diberikan.

Contoh kasus dalam Etika Bisnis

1. Memburu software ilegal sampai ke dapur perusahaan

sumber: Suwantin Oemar; Bisnis Indonesia (11 April 2005) Perusahaan swasta, yang masih

menggunakan software ilegal untuk tujuan komersial, tampaknya harus berpikir dua kali

untuk meneruskan penggunaan peranti lunak itu pada personal computer mereka. Bila tidak

menggantinya dengan software resmi, maka bersiaplah untuk berhadapan dengan penegak

hukum.

3. Langgar Hak Paten, Ericsson Gugat Samsung

Sumber : Dewi Widya Ningrum –http://www.detikinet.com/

Jakarta, Raksasa perangkat jaringan mobile Ericsson melayangkan gugatan terhadap

pembuat ponsel Samsung Electronics. Gugatan ini diajukan karena Samsung dituduh telah

melanggar hak paten.

"Kami sudah melayangkan gugatan hukum kepada Samsung terkait pelanggaran hak paten

di Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan Belanda," kata Ase Lindskog, juru bicara Ericsson.

4. Sebuah jendela peluang buat Dell

Filed under: Current Events, Moral & Ethics, Brand Management — itpin @ 8:02 am Dell

akhirnya memutuskan menarik dan mengganti baterai komputer notebook-nya yang

bermasalah dengan mengeluarkan biaya sebesar USD 4.1 juta. Banyak posting di komunitas

blogging yang menyebutkan Dell sebenarnya sudah menyadari masalah ini sejak 2 tahun

sebelumnya. Lebih jauh lagi, video clip yang menggambarkan bagaimana sebuah notebook

Dell yang meledak telah beredar luas di Internet. Pelajaran pertama dari kasus ini: Internet

telah menambah kompleksitas kegiatan ‘public relations’ dan ‘crisis management’

perusahaan. Perusahaan tidak bisa lagi bersembunyi di balik perkataan “no comments“,

40

Page 41: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

sementara komunitas Internet telah dilengkapi dengan tools sedemikian banyaknya untuk

menyuarakan dan menyebarkan pendapat mereka.

Implementasi Good Corporate Governance di Sektor Swasta, BUMN dan BUMD -- KPK --

(Date 9/6/2008 17:50:00 | Topic: Studi Litbang)

Di dalam berbagai analisis dikemukakan, ada keterkaitan antara krisis ekonomi, krisis

finansial dan krisis yang berkepanjangan di berbagai negara dengan lemahya corporate

governance. Corporate governance adalah seperangkat tata hubungan diantara

manajemen, direksi, dewan komisaris, pemegang saham dan para pemangku kepentingan

(stakeholders) lainnya yang mengatur dan mengarahkan kegiatan perusahaan (OECD, 2004)

Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup

perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas,

responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan.

Di tahun 2007 Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan PT Multi Utama Indojasa

melaksanakan kegiatan studi Implementasi Good Corporate Governance (GCG) di Sektor

Swasta, BUMN dan BUMD. Studi ini ditujukan untuk memperoleh gambaran awal (baseline)

yang komprehensif tentang pelaksanaan prinsip-prinsip GCG di sektor swasta, BUMN dan

BUMD di Indonesia yang dari waktu ke waktu bisa digunakan sebagai data pembanding

dengan kondisi di masa depan.

Studi dilakukan dengan 3 (tiga) metode, yaitu (1) penyebaran kuesioner kepada responden,

(2) wawancara mendalam dengan pimpinan perusahaan yang menangani implementasi

GCG, dan (3) penelusuran dokumen perusahaan. Perusahaan yang terlibat dalam studi ini

adalah 66 perusahaan, yang terdiri dari 37 perusahaan swasta yang sudah go public, 17

perusahaan BUMN (12 diantaranya sudah go public), dan 12 perusahaan BUMD. Dari setiap

perusahaan, diambil sekitar 27 responden, mulai dari Preskom hingga karyawan non-

manajerial, serta pihak-pihak eksternal dari perusahaan seperti pelanggan, pemasok,

41

Page 42: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

perusahaan asuransi, auditor eksternal, investor institusi, lembaga pembiayaan dan

perusahaan afiliasi. Data dari kuesioner diolah dan dianalisis secara kuantitatif, sedangkan

hasil wawancara mendalam dan penelusuran dokumen diolah dan dianalisis secara

kualitatif.

Analisis implementasi GCG dilakukan dengan mengukur implementasi berdasarkan prinsip-

prinsip GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan fairness,

serta berdasarkan kerangka kerja GCG yaitu compliance, conformance, dan performance.

Selain itu, secara khusus dilihat aspek code of conduct, pencegahan korupsi dan disclosure.

Dari hasil studi diketahui bahwa secara umum implementasi GCG pada perusahaan-

perusahaan yang menjadi responden sudah sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari Indeks

GCG yang didapat, baik berdasarkan prinsip-prinsip GCG yang mencapai angka 88,89

maupun berdasarkan kerangka kerja implementasi GCG (compliance, conformance dan

performance) yang mencapai 90,41. Demikian juga untuk aspek code of conduct,

pencegahan korupsi, dan disclosure. .Hal ini berarti secara rata-rata, hampir 90% dari

prinsip-prinsip GCG sudah dilaksanakan oleh perusahaan responden.

Dari prinsip-prinsip GCG, ada satu prinsip yang relatif lemah yaitu responsibilitas. Lemahnya

implementasi prinsip ini berkenaan dengan masih lemahnya implementasi dalam

pembentukan komite-komite fungsional di bawah Komisaris. Sebagian perusahaan

responden hanya memiliki Komite Audit, Komite Nominasi dan Remunerasi serta Komite

Manajemen Resiko, sedangkan komite-komite lainnya seperti Komite Asuransi, Komite

Kepatuhan, Komite Eksekutif, dan Komite GCG, masih banyak yang belum memilikinya.

Adapun prinsip yang sudah relatif kuat adalah prinsip transparansi dan fairness. Ini

menunjukkan perusahaan telah berupaya untuk lebih transparan dan fair kepada

stakeholder.

Jika dilihat berdasarkan kerangka kerja GCG, aspek yang masih lemah adalah aspek

compliance pada sisi Board dan conformance pada sisi Karyawan. Pada sisi Board,

kelemahannya selain pada pembentukan komite-komite, juga pada implementasi

pencegahan benturan kepentingan, dan peningkatan kerjasama dengan penegak hukum.

42

Page 43: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

Sedangkan pada sisi karyawan, berkaitan dengan penandatanganan pernyataan kepatuhan

kepada Pedoman Perilaku dan Peraturan Perusahaan.

Indeks code of conduct adalah 88,77. Artinya secara umum perusahaan telah memiliki code

of conduct dan telah memuat beberapa hal yang berkaitan dengan implementasi prinsip-

prinsip GCG. Namun yang masih perlu diperbaiki dalam code of conduct ini adalah

sosialisasi kepada pihak eksternal seperti pelanggan, pemasok dan perusahaan asuransi.

Indeks pencegahan korupsi adalah 89,39, yang berarti sudah cukup baik. Namun beberapa

hal yang perlu didorong adalah pengawasan terhadap pelaksanaan dari tindakan yang

berpotensi terhadap terjadinya benturan kepentingan. Selain itu, masih belum adanya

kerjasama antara perusahaan dengan lembaga penegak hukum dalam mengembangkan

sistem pencegahan korupsi.

Indeks untuk disclosure ini adalah 92,42. Aspek ini termasuk yang menonjol dan menjadi

perhatian utama dari responden, terutama bagi perusahaan yang sudah go public. Aspek ini

menjadi sangat diprioritaskan oleh perusahaan karena kinerja pada aspek ini dapat dinilai

dan dirasakan oleh pihak luar.

Untuk analisis, perusahaan responden dibagi dalam 4 (empat) kelompok, yaitu

BUMN/BUMD Lembaga Keuangan, BUMN/BUMD Non Lembaga Keuangan, Swasta Lembaga

Keuangan, dan Swasta Non Lembaga Keuangan. Pembagian ini untuk memudahkan analisis

serta agar perbandingan antar perusahaan dapat dilakukan lebih fair.

Hasil studi menunjukkan bahwa swasta lembaga keuangan memiliki indeks yang paling

tinggi dibanding kelompok yang lain, baik berdasarkan prinsip-prinsip GCG maupun

berdasarkan compliance, conformance, dan performance. Selain itu, kelompok ini juga

memiliki indeks yang paling tinggi untuk code of conduct dan pencegahan korupsi. Namun

untuk disclosure, indeks tertinggi diraih kelompok swasta non lembaga keuangan.

Secara umum implementasi di perusahaan yang bergerak di sektor keuangan, baik

perusahaan swasta BUMN/BUMD lebih baik dibanding perusahaan non lembaga keuangan.

Selain itu, implementasi di perusahaan yang swasta lebih baik dibanding BUMN/BUMD.

Demikian pula, perusahaan yang sudah terbuka (go public) lebih baik dibanding perusahaan

yang belum go public.

43

Page 44: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

Berdasarkan kerangka kerja GCG, aspek compliance cukup lemah pada kelompok

perusahaan non lembaga keuangan. Hal ini dikarenakan oleh banyaknya perusahaan yang

belum melengkapi komite-komite fungsionalnya. Selain itu, masih kurangnya tindakan

komisaris terhadap (potensi) benturan kepentingan yang menyangkut dirinya. Sebaliknya,

aspek-aspek tersebut sangat diperhatikan oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di

sektor keuangan, sehingga lembaga keuangan lebih patuh dibanding perusahaan non

lembaga keuangan.

Sebagai rekomendasi, untuk meningkatkan kualitas implementasi GCG, perusahaan-

perusahaan perlu didorong untuk lebih patuh dalam membentuk berbagai komite

fungsional yang diperlukan dalam penerapan GCG. Lembaga-lembaga yang berfungsi

mengawasi dan membina seperti Bank Indonesia, Menneg BUMN dan Bapepam LK agar

lebih proaktif dalam mengawasi implementasi GCG terutama berkaitan dengan potensi

terjadinya benturan kepentingan. Selain itu, perlu diterbitkan peraturan yang dapat

memaksa perusahaan sawsta yang belum terbuka dan BUMD untuk menerapkan GCG.

Implementasi Good Goverment dan Clean Goverment pada institusi pemerintah terutama

yang berkaitan dengan pelayanan publik seperti Ditjen Pajak, Bea Cukai, Imigrasi, BPN,

Institusi yang mengeluarkan perizinan, dan institusi penegak hukum. Hal ini untuk

mendorong badan usaha lebih konsisten dalam menerapkan GCG serta untuk menciptakan

iklam usaha yang lebih sehat, kondusif dan kompetitif.

Dalam rangka meningkatkan kerjasama perusahaan dengan lembaga penegak hukum dalam

upaya pencegahan korupsi, diperlukan rumusan bentuk dan metode kerjasama yang dapat

dilakukan dan mendorong perusahaan untuk melakukan kerjasama dengan lembaga

penegak hukum.

Perlu adanya sosialisasi yang intensif tentang pedoman umum GCG, penyusunan code of

conduct, kaitan GCG dengan pencegahan korupsi, dan best practises dalam penerapan GCG

melalui berbagai media.

44

Page 45: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

PEDOMAN UMUM GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG)

http://www.governance-indonesia.com

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tahun 1999, Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) yang dibentuk

berdasarkan Keputusan Menko Ekuin Nomor: KEP/31/M.EKUIN/08/1999 telah

mengeluarkan Pedoman

Good Corporate Governance (GCG) yang pertama. Pedoman tersebut telah beberapa kali

disempurnakan, terakhir pada tahun 2001. Berdasarkan pemikiran bahwa suatu sektor

ekonomi tertentu cenderung memiliki karakteristik yang sama, maka pada awal tahun 2004

dikeluarkan Pedoman GCG Perbankan Indonesia dan pada awal tahun 2006 dikeluarkan

Pedoman GCG Perasuransian Indonesia.

Sejak Pedoman GCG dikeluarkan pada tahun 1999 dan selama proses pembahasan

pedoman GCG sektor perbankan dan sektor perasuransian, telah terjadi perubahan-

perubahan yang mendasar, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Walaupun peringkat

penerapan GCG di dalam negeri masih sangat rendah, namun semangat menerapkan GCG di

kalangan dunia usaha dirasakan ada peningkatan. Perkembangan lain yang penting dalam

kaitan dengan perlunya penyempurnaan, Pedoman GCG adalah adanya krisis ekonomi dan

moneter pada tahun 1997-1999 yang di Indonesia

berkembang menjadi krisis multidimensi yang berkepanjangan. Krisis tersebut antara lain

terjadi karena

banyak perusahaan yang belum menerapkan GCG secara konsisten, khususnya belum

diterapkannya

45

Page 46: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

etika bisnis. Oleh karena itu, etika bisnis dan pedoman perilaku menjadi hal penting yang

dituangkan dalam bab tersendiri.

Di luar negeri terjadi pula perkembangan dalam penerapan GCG. Organisation for Economic

Cooperation and Development (OECD) telah merevisi Principles of Corporate Governance

pada tahun 2004. Tambahan penting dalam pedoman baru OECD adalah adanya penegasan

tentang perlunya penciptaan kondisi oleh Pemerintah dan masyarakat untuk dapat

dilaksanakannya GCG secara efektif.

Peristiwa WorldCom dan Enron di Amerika Serikat telah menambah keyakinan tentang

betapa pentingnya penerapan GCG. Di Amerika Serikat, peristiwa tersebut ditanggapi

dengan perubahan

fundamental peraturan perundang-undangan di bidang audit dan pasar modal. Di negara-

negara lain, hal tersebut ditanggapi secara berbeda, antara lain dalam bentuk

penyempurnaan Pedoman GCG di negara yang bersangkutan.

Sehubungan dengan pelaksanaan GCG, Pemerintah juga makin menyadari perlunya

penerapan good governance di sektor publik, mengingat pelaksanaan GCG oleh dunia usaha

tidak mungkin dapat diwujudkan tanpa adanya good public governance dan partisipasi

masyarakat. Dengan latar belakang perkembangan tersebut, maka pada bulan November

2004, Pemerintah dengan Keputusan Menko Bidang Perekonomian Nomor:

KEP/49/M.EKON/11/2004 telah menyetujui pembentukan Komite Nasional Kebijakan

Governance (KNKG) yang terdiri dari Sub-Komite Publik dan Sub-Komite Korporasi. Dengan

telah dibentuknya KNKG, maka Keputusan Menko Ekuin Nomor : KEP/31/M.EKUIN/08/1999

tentang pembentukan KNKCG dinyatakan tidak berlaku lagi.

B. Maksud dan Tujuan Pedoman

Pedoman ini dikeluarkan untuk menjadi acuan dalam melaksanakan GCG bagi semua

perusahaan di Indonesia termasuk perusahaan yang beroperasi atas dasar prinsip syariah.

Perusahaan yang sahamnya telah tercatat di bursa efek, perusahaan negara, perusahaan

daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat, dan perusahaan-

perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan

46

Page 47: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, diharapkan menjadi pelopor

dalam penerapan pedoman ini. GCG diperlukan dalam rangka:

1. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang

didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta

kesetaraan dan kewajaran.

2. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ perusahaan,

yaitu Dewan Komisaris, Direksi dan Rapat Umum Pemegang Saham.

3. Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi agar dalam

membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh nilai moral yang tinggi

dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

4. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap

masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan.

5. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap memperhatikan

pemangku kepentingan lainnya.

6. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun internasional, sehingga

meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan

ekonomi nasional yang berkesinambungan.

Pedoman ini yang memuat prinsip dasar dan pedoman pokok pelaksanaan GCG merupakan

standar minimal yang akan ditindaklanjuti dan dirinci dalam Pedoman Sektoral yang

dikeluarkan oleh KNKG.

Berdasarkan Pedoman tersebut, masing-masing perusahaan perlu membuat manual yang

lebih operasional. Regulator juga diharapkan dapat menggunakan Pedoman ini sebagai

acuan dalam menyusun peraturan terkait serta sanksi yang perlu dikenakan.

47

Page 48: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

BAB I

PENCIPTAAN SITUASI KONDUSIF UNTUK MELAKSANAKAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Prinsip Dasar

GCG diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten

dengan peraturan perundang-undangan. Penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang

saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai

pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha. Prinsip-

prinsip dasar yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pilar adalah:

1. Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-undangan yang menunjang

iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan, melaksanakan peraturan perundang-

undangan dan penegakan hukum secara konsisten (consistent law enforcement).

2. Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman dasar pelaksanaan

usaha.

3. Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena

dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan kepedulian dan melakukan kontrol

sosial (social control) secara obyektif dan bertanggung jawab.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Peranan Negara

1.1. Melakukan koordinasi secara efektif antar penyelenggara negara dalam penyusunan

peraturan perundang-undangan berdasarkan sistem hukum nasional dengan

memprioritaskan kebijakan yang sesuai dengan kepentingan dunia usaha dan masyarakat.

Untuk itu regulator harus memahami perkembangan bisnis yang terjadi untuk dapat

melakukan penyempurnaan atas peraturan perundang-undangan secara berkelanjutan.

48

Page 49: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

1.2. Mengikutsertakan dunia usaha dan masyarakat secara bertanggungjawab dalam

penyusunan peraturan perundang-undangan (rule-making rules).

1.3. Menciptakan sistem politik yang sehat dengan penyelenggara negara yang memiliki

integritas dan profesionalitas yang tinggi.

1.4. Melaksanakan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum secara konsisten

(consistent law enforcement).

1.5. Mencegah terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

1.6. Mengatur kewenangan dan koordinasi antar-instansi yang jelas untuk meningkatkan

pelayanan masyarakat dengan integritas yang tinggi dan mata rantai yang singkat serta

akurat dalam rangka mendukung terciptanya iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan.

1.7. Memberlakukan peraturan perundang-undangan untuk melindungi saksi dan pelapor

(iwhistleblower) yang memberikan informasi mengenai suatu kasus yang terjadi pada

perusahaan. Pemberi informasi dapat berasal dari manajemen, karyawan perusahaan atau

pihak lain.

1.8. Mengeluarkan peraturan untuk menunjang pelaksanaan GCG dalam bentuk ketentuan

yang dapat menciptakan iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan.

1.9. Melaksanakan hak dan kewajiban yang sama dengan pemegang saham lainnya dalam

hal Negara juga sebagai pemegang saham perusahaan.

2. Peranan Dunia Usaha

2.1. Menerapkan etika bisnis secara konsisten sehingga dapat terwujud iklim usaha yang

sehat, efisien dan transparan.

2.2. Bersikap dan berperilaku yang memperlihatkan kepatuhan dunia usaha dalam

melaksanakan peraturan perundang-undangan.

2.3. Mencegah terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

2.4. Meningkatkan kualitas struktur pengelolaan dan pola kerja perusahaan yang didasarkan

pada asas GCG secara berkesinambungan.

49

Page 50: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

2.5. Melaksanakan fungsi ombudsman untuk dapat menampung informasi tentang

penyimpangan yang terjadi pada perusahaan. Fungsi ombudsman dapat dilaksanakan

bersama pada suatu kelompok usaha atau sektor ekonomi tertentu.

3. Peranan Masyarakat

3.1. Melakukan kontrol sosial dengan memberikan perhatian dan kepedulian terhadap

pelayanan masyarakat yang dilakukan penyelenggara negara serta terhadap kegiatan dan

produk atau jasa yang dihasilkan oleh dunia usaha, melalui penyampaian pendapat secara

obyektif dan bertanggung jawab.

3.2. Melakukan komunikasi dengan penyelenggara negara dan dunia usaha dalam

mengekspresikan pendapat dan keberatan masyarakat.

3.3. Mematuhi peraturan perundang-undangan dengan penuh kesadaran dan tanggung

jawab.

BAB II

ASAS GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis

dan di semua jajaran perusahaan. Asas GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas,

independensi serta kesetaraan dan kewajaran diperlukan untuk mencapai kesinambungan

usaha perusahaan dengan memperhatikan pemangku kepentingan.

1. Transparansi (Transparency)

Prinsip Dasar

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan

informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh

pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak

hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang

penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku

kepentingan lainnya.

50

Page 51: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

Pedoman Pokok Pelaksanaan

1.1. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat

dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan

haknya.

1.2. Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi, misi,

sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi

pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan

anggota Dewan Komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan

lainnya yang memiliki benturan kepentingan, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan

dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan

kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan.

1.3. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk

memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan

perundangundangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.

1.4. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan kepada

pemangku kepentingan.

2. Akuntabilitas (Accountability)

Prinsip Dasar

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan

wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan

kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham

dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk

mencapai kinerja yang berkesinambungan.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

51

Page 52: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

2.1. Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-masing organ

perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi, sasaran usaha

dan strategi perusahaan.

2.2. Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua karyawan

mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam

pelaksanaan GCG.

2.3. Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam

pengelolaan perusahaan.

2.4. Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang

konsisten dengan nilai-nilai perusahaan, sasaran utama dan strategi perusahaan, serta

memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment system).

2.5. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ perusahaan dan

semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code of

conduct) yang telah disepakati.

3. Responsibilitas (Responsibility)

Prinsip Dasar

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung

jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan

usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

3.1. Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan

kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran dasar dan peraturan

perusahaan (bylaws).

52

Page 53: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

3.2. Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain peduli

terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan dengan

membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.

4. Independensi (Independency)

Prinsip Dasar

Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen

sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat

diintervensi oleh pihak lain.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

4.1. Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak

manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan

dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan

secara obyektif.

4.2. Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai

dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, tidak saling mendominasi dan

atau melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain sehingga terwujud sistem

pengendalian internal yang efektif.

5. Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness)

Prinsip Dasar

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan

kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas

kesetaraan dan kewajaran.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

53

Page 54: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

5.1. Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk

memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan serta

membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup

kedudukan masing-masing.

5.2. Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada pemangku

kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada perusahaan.

5.3. Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan,

berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa membedakan suku, agama,

ras, jender, dan kondisi fisik.

BAB III

ETIKA BISNIS DAN PEDOMAN PERILAKU

Prinsip Dasar

Untuk mencapai keberhasilan dalam jangka panjang, pelaksanaan GCG perlu dilandasi oleh

integritas yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan pedoman perilaku (code of conduct) yang

dapat menjadi acuan bagi organ perusahaan dan semua karyawan dalam menerapkan nilai-

nilai (values) dan etika bisnis sehingga menjadi bagian dari budaya perusahaan. Prinsip-

prinsip dasar yang harus dimiliki oleh perusahaan adalah:

1. Setiap perusahaan harus memiliki nilai-nilai perusahaan (corporate values) yang

menggambarkan sikap moral perusahaan dalam pelaksanaan usahanya.

2. Untuk dapat merealisasikan sikap moral dalam pelaksanaan usahanya, perusahaan harus

memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati oleh organ perusahaan dan semua karyawan.

Pelaksanaan etika bisnis yang berkesinambungan akan membentuk budaya perusahaan

yang merupakan manifestasi dari nilai-nilai perusahaan.

3. Nilai-nilai dan rumusan etika bisnis perusahaan perlu dituangkan dan dijabarkan lebih

lanjut dalam pedoman perilaku agar dapat dipahami dan diterapkan.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

54

Page 55: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

1. Nilai-Nilai Perusahaan

1.1. Nilai-nilai perusahaan merupakan landasan moral dalam mencapai visi dan misi

perusahaan. Oleh karena itu, sebelum merumuskan nilai-nilai perusahaan, perlu dirumuskan

visi dan misi perusahaan.

1.2. Walaupun nilai-nilai perusahaan pada dasarnya universal, namun dalam

merumuskannya perlu disesuaikan dengan sektor usaha serta karakter dan letak geografis

dari masing-masing perusahaan.

1.3. Nilai-nilai perusahaan yang universal antara lain adalah terpercaya, adil dan jujur.

2. Etika Bisnis

2.1. Etika bisnis adalah acuan bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha

termasuk dalam berinteraksi dengan pemangku kepentingan (stakeholders).

2.2. Penerapan nilai-nilai perusahaan dan etika bisnis secara berkesinambungan mendukung

terciptanya budaya perusahaan.

2.3. Setiap perusahaan harus memiliki rumusan etika bisnis yang disepakati bersama dan

dijabarkan lebih lanjut dalam pedoman perilaku.

3. Pedoman Perilaku

3.1. Fungsi Pedoman Perilaku

a. Pedoman perilaku merupakan penjabaran nilai-nilai perusahaan dan etika bisnis dalam

melaksanakan usaha sehingga menjadi panduan bagi organ perusahaan dan semua

karyawan perusahaan;

b. Pedoman perilaku mencakup panduan tentang benturan kepentingan, pemberian dan

penerimaan hadiah dan donasi, kepatuhan terhadap peraturan, kerahasiaan informasi, dan

pelaporan terhadap perilaku yang tidak etis.

3.2. Benturan Kepentingan

55

Page 56: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

a. Benturan kepentingan adalah keadaan dimana terdapat konflik antara kepentingan

ekonomis perusahaan dan kepentingan ekonomis pribadi pemegang saham, angggota

Dewan Komisaris dan Direksi, serta karyawan perusahaan;

b. Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta

karyawan perusahaan harus senantiasa mendahulukan kepentingan ekonomis perusahaan

diatas kepentingan ekonomis pribadi atau keluarga, maupun pihak lainnya;

c. Anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan dilarang

menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan atau keuntungan pribadi, keluarga dan

pihak-pihak lain;

d. Dalam hal pembahasan dan pengambilan keputusan yang mengandung unsur benturan

kepentingan, pihak yang bersangkutan tidak diperkenankan ikut serta;

e. Pemegang saham yang mempunyai benturan kepentingan harus mengeluarkan suaranya

dalam RUPS sesuai dengan keputusan yang diambil oleh pemegang saham yang tidak

mempunyai benturan kepentingan;

f. Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan yang memiliki

wewenang pengambilan keputusan diharuskan setiap tahun membuat pernyataan tidak

memiliki benturan kepentingan terhadap setiap keputusan yang telah dibuat olehnya dan

telah melaksanakan pedoman perilaku yang ditetapkan oleh perusahaan.

3.3. Pemberian dan Penerimaan Hadiah dan Donasi

a. Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan dilarang

memberikan atau menawarkan sesuatu, baik langsung ataupun tidak langsung, kepada

pejabat Negara dan atau individu yang mewakili mitra bisnis, yang dapat mempengaruhi

pengambilan keputusan;

b. Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan dilarang

menerima sesuatu untuk kepentingannya, baik langsung ataupun tidak langsung, dari mitra

bisnis, yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan;

c. Donasi oleh perusahaan ataupun pemberian suatu aset perusahaan kepada partai

56

Page 57: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

politik atau seorang atau lebih calon anggota badan legislatif maupun eksekutif, hanya boleh

dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam batas

kepatutan sebagaimana ditetapkan oleh perusahaan, donasi untuk amal dapat

dibenarkan;

d. Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan diharuskan

setiap tahun membuat pernyataan tidak memberikan sesuatu dan atau menerima sesuatu

yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.

3.4. Kepatuhan terhadap Peraturan

a. Organ perusahaan dan karyawan perusahaan harus melaksanakan peraturan perundang-

undangan dan peraturan perusahaan;

b. Dewan Komisaris harus memastikan bahwa Direksi dan karyawan perusahaan

melaksanakan peraturan perundang-undangan dan peraturan perusahaan;

c. Perusahaan harus melakukan pencatatan atas harta, utang dan modal secara benar sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

3.5. Kerahasiaan Informasi

a. Anggota Dewan Komisaris dan Direksi, pemegang saham serta karyawan perusahaan

harus menjaga kerahasiaan informasi perusahaan sesuai dengan peraturan

perundangundangan, peraturan perusahaan dan kelaziman dalam dunia usaha;

b. Setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi, pemegang saham serta karyawan

perusahaan dilarang menyalahgunakan informasi yang berkaitan dengan perusahaan,

termasuk tetapi tidak terbatas pada informasi rencana pengambil-alihan, penggabungan

usaha dan pembelian kembali saham;

c. Setiap mantan anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta karyawan perusahaan, serta

pemegang saham yang telah mengalihkan sahamnya, dilarang mengungkapkan informasi

yang menjadi rahasia perusahaan yang diperolehnya selama menjabat atau menjadi

57

Page 58: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

pemegang saham di perusahaan, kecuali informasi tersebut diperlukan untuk pemeriksaan

dan penyidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, atau tidak lagi menjadi

rahasia milik perusahaan.

3.6. Pelaporan atas pelanggaran dan perlindungan bagi pelapor

a. Dewan Komisaris berkewajiban untuk menerima dan memastikan bahwa pengaduan

tentang pelanggaran terhadap etika bisnis dan pedoman perilaku perusahaan dan peraturan

perundang-undangan, diproses secara wajar dan tepat waktu;

b. Setiap perusahaan harus menyusun peraturan yang menjamin perlindungan terhadap

individu yang melaporkan terjadinya pelanggaran terhadap etika bisnis, pedoman perilaku

perusahaan dan peraturan perundang-undangan. Dalam pelaksanannya, Dewan Komisaris

dapat memberikan tugas kepada komite yang membidangi pengawasan implementasi GCG.

BAB IV

ORGAN PERUSAHAAN

Organ perusahaan, yang terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan

Komisaris dan Direksi, mempunyai peran penting dalam pelaksanaan GCG secara efektif.

Organ perusahaan harus menjalankan fungsinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku atas

dasar prinsip bahwa masingmasing organ mempunyai independensi dalam melaksanakan

tugas, fungsi dan tanggung jawabnya semata-mata untuk kepentingan perusahaan.

A. Rapat Umum Pemegang Saham

Prinsip Dasar

RUPS sebagai organ perusahaan merupakan wadah para pemegang saham untuk

mengambil keputusan penting yang berkaitan dengan modal yang ditanam dalam

perusahaan, dengan memperhatikan ketentuan anggaran dasar dan peraturan perundang-

undangan. Keputusan yang diambil dalam RUPS harus didasarkan pada kepentingan usaha

perusahaan dalam jangka panjang. RUPS dan atau pemegang saham tidak dapat melakukan

intervensi terhadap tugas, fungsi dan

58

Page 59: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

wewenang Dewan Komisaris dan Direksi dengan tidak mengurangi wewenang RUPS untuk

menjalankan haknya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan,

termasuk untuk melakukan penggantian atau pemberhentian anggota Dewan Komisaris dan

atau Direksi.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Pengambilan keputusan RUPS harus dilakukan secara wajar dan transparan dengan

memperhatikan hal-hal yang diperlukan untuk menjaga kepentingan usaha perusahaan

dalam jangka panjang, termasuk tetapi tidak terbatas pada:

1.1. Anggota Dewan Komisaris dan Direksi yang diangkat dalam RUPS harus terdiri dari

orangorang yang patut dan layak (fit and proper) bagi perusahaan. Bagi perusahaan yang

memiliki Komite Nominasi dan Remunerasi, dalam pengangkatan anggota Dewan Komisaris

dan Direksi harus mempertimbangkan pendapat komite tersebut.

1.2. Dalam mengambil keputusan menerima atau menolak laporan Dewan Komisaris dan

Direksi, perlu dipertimbangkan kualitas laporan yang berhubungan dengan GCG.

1.3. Bagi perusahaan yang memiliki Komite Audit, dalam menetapkan auditor eksternal

harus mempertimbangkan pendapat komite tersebut;

1.4. Dalam hal anggaran dasar dan atau peraturan perundang-undangan mengharuskan

adanya keputusan RUPS tentang hal-hal yang berkaitan dengan usaha perusahaan,

keputusan yang diambil harus memperhatikan kepentingan wajar para pemangku

kepentingan.

1.5. Dalam mengambil keputusan pemberian bonus, tantiem dan dividen harus

memperhatikan kondisi kesehatan keuangan perusahaan.

2. RUPS harus diselenggarakan sesuai dengan kepentingan perusahaan dan dengan

memperhatikan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, serta dengan

persiapan yang memadai, sehingga dapat mengambil keputusan yang sah. Untuk itu:

2.1. Pemegang saham diberikan kesempatan untuk mengajukan usul mata acara RUPS

sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

59

Page 60: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

2.2. Panggilan RUPS harus mencakup informasi mengenai mata acara, tanggal, waktu dan

tempat RUPS;

2.3. Bahan mengenai setiap mata acara yang tercantum dalam panggilan RUPS harus

tersedia di kantor perusahaan sejak tanggal panggilan RUPS, sehingga memungkinkan

pemegang saham berpartisipasi aktif dalam RUPS dan memberikan suara secara

bertanggung jawab. Jika bahan tersebut belum tersedia saat dilakukan panggilan untuk

RUPS, maka bahan itu harus disediakan sebelum RUPS diselenggarakan;

2.4. Penjelasan mengenai hal-hal lain yang berkaitan dengan mata acara RUPS dapat

diberikan sebelum dan atau pada saat RUPS berlangsung;

2.5. Risalah RUPS harus tersedia di kantor perusahaan, dan perusahaan menyediakan

fasilitas agar pemegang saham dapat membaca risalah tersebut.

3. Penyelenggaraan RUPS merupakan tanggung jawab Direksi. Untuk itu, Direksi harus

mempersiapkan dan menyelenggarakan RUPS dengan baik dan dengan berpedoman pada

butir 1 dan 2 diatas. Dalam hal Direksi berhalangan, maka penyelenggaraan RUPS dilakukan

oleh Dewan Komisaris atau pemegang saham sesuai dengan peraturan perundang-

undangan dan anggaran dasar perusahaan.

B. Dewan Komisaris dan Direksi

Prinsip Dasar

Kepengurusan Perusahaan Terbatas di Indonesia menganut sistem dua badan (two-board

system) yaitu Dewan Komisaris dan Direksi yang mempunyai wewenang dan tanggung

jawab yang jelas sesuai dengan fungsinya masing-masing sebagaimana diamanahkan dalam

anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan (fiduciary responsibility). Namun

demikian, keduanya mempunyai tanggung jawab untuk memelihara kesinambungan usaha

perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu,

Dewan Komisaris dan Direksi harus memiliki kesamaan persepsi terhadap visi, misi, dan

nilai-nilai (values) perusahaan.

60

Page 61: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Tanggung jawab bersama Dewan Komisaris dan Direksi dalam menjaga kelangsungan

usaha perusahaan dalam jangka panjang tercermin pada:

1.1. Terlaksananya dengan baik internal kontrol dan manajemen risiko;

1.2. Tercapainya imbal hasil (return) yang optimal bagi pemegang saham;

1.3. Terlindunginya kepentingan pemangku kepentingan secara wajar;

1.4. Terlaksananya suksesi kepemimpinan yang wajar demi kesinambungan manajemen di

semua lini organisasi.

2. Sesuai dengan visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan, Dewan Komisaris dan Direksi perlu

bersamasama menyepakati hal-hal tersebut di bawah ini:

2.1. Rencana jangka panjang, strategi, maupun rencana kerja dan anggaran tahunan;

2.2. Kebijakan dalam memastikan pemenuhan peraturan perundang-undangan dan

anggaran dasar perusahaan serta dalam menghindari segala bentuk benturan kepentingan

(conflict of interest);

2.3. Kebijakan dan metode penilaian perusahaan, unit dalam perusahaan dan personalianya;

2.4. Struktur organisasi sampai satu tingkat di bawah Direksi yang dapat mendukung

tercapainya visi, misi dan nilai-nilai perusahaan.

C. Dewan Komisaris

Prinsip Dasar

Dewan Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif

untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan

bahwa Perusahaan melaksanakan GCG. Namun demikian, Dewan Komisaris tidak boleh

turut serta dalam mengambil keputusan operasional. Kedudukan masing-masing anggota

Dewan Komisaris termasuk Komisaris Utama adalah setara. Tugas Komisaris Utama sebagai

primus inter pares adalah mengkoordinasikan kegiatan Dewan Komisaris. Agar pelaksanaan

tugas Dewan Komisaris dapat berjalan secara efektif, perlu dipenuhi prinsip-prinsip berikut:

61

Page 62: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

1. Komposisi Dewan Komisaris harus memungkinkan pengambilan keputusan secara efektif,

tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen.

2. Komisaris harus profesional, yaitu berintegritas dan memiliki kemampuan sehingga dapat

menjalankan fungsinya dengan baik termasuk memastikan bahwa Direksi telah

memperhatikan kepentingan semua pemangku kepentingan.

3. Fungsi pengawasan dan pemberian nasihat Dewan Komisaris mencakup tindakan

pencegahan, perbaikan, sampai kepada pemberhentian sementara.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Komposisi, Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Dewan Komisaris

1.1. Jumlah anggota Dewan Komisaris harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan

dengan tetap memperhatikan efektivitas dalam pengambilan keputusan.

1.2. Dewan Komisaris dapat terdiri dari Komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi

yang dikenal sebagai Komisaris independen dan Komisaris yang terafiliasi. Yang dimaksud

dengan terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan

pemegang saham pengendali, anggota Direksi dan Dewan Komisaris lain, serta dengan

perusahaan itu sendiri. Mantan anggota Direksi dan Dewan Komisaris yang terafiliasi serta

karyawan perusahaan, untuk jangka waktu tertentu termasuk dalam kategori terafiliasi.

1.3. Jumlah Komisaris independen harus dapat menjamin agar mekanisme pengawasan

berjalan secara efektif dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Salah satu dari

Komisaris independen harus mempunyai latar belakang akuntansi atau keuangan.

1.4. Anggota Dewan Komisaris diangkat dan diberhentikan oleh RUPS melalui proses yang

transparan. Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, badan usaha milik

negara dan atau daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat,

perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan

yang mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, proses penilaian calon

anggota Dewan Komisaris dilakukan sebelum dilaksanakan RUPS melalui Komite Nominasi

dan Remunerasi. Pemilihan Komisaris independen harus memperhatikan pendapat

62

Page 63: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

pemegang saham minoritas yang dapat disalurkan melalui Komite Nominasi dan

Remunerasi.

1.5. Pemberhentian anggota Dewan Komisaris dilakukan oleh RUPS berdasarkan alasan yang

wajar dan setelah kepada anggota Dewan Komisaris diberi kesempatan untuk membela diri.

2. Kemampuan dan Integritas Anggota Dewan Komisaris

2.1. Anggota Dewan Komisaris harus memenuhi syarat kemampuan dan integritas sehingga

pelaksanaan fungsi pengawasan dan pemberian nasihat untuk kepentingan perusahaan

dapat dilaksanakan dengan baik.

2.2. Anggota Dewan Komisaris dilarang memanfaatkan perusahaan untuk kepentingan

pribadi, keluarga, kelompok usahanya dan atau pihak lain.

2.3. Anggota Dewan Komisaris harus memahami dan mematuhi anggaran dasar dan

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan tugasnya.

2.4. Anggota Dewan Komisaris diharapkan memahami dan melaksanakan Pedoman GCG ini.

3. Fungsi Pengawasan Dewan Komisaris

3.1. Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional.

Dalam hal Dewan Komisaris mengambil keputusan mengenai hal-hal yang ditetapkan dalam

anggaran dasar atau peraturan perundang-undangan, pengambilan keputusan tersebut

dilakukan dalam fungsinya sebagai pengawas, sehingga keputusan kegiatan operasional

tetap menjadi tanggung jawab Direksi. Kewenangan yang ada pada Dewan Komisaris tetap

dilakukan dalam fungsinya sebagai pengawas dan penasihat.

3.2. Dalam hal diperlukan untuk kepentingan perusahaan, Dewan Komisaris dapat

mengenakan sanksi kepada anggota Direksi dalam bentuk pemberhentian sementara,

dengan ketentuan harus segera ditindaklanjuti dengan penyelenggaraan RUPS.

3.3. Dalam hal terjadi kekosongan dalam Direksi atau dalam keadaan tertentu sebagaimana

ditentukan oleh peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar, untuk sementara

Dewan Komisaris dapat melaksanakan fungsi Direksi.

63

Page 64: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

3.4. Dalam rangka melaksanakan fungsinya, anggota Dewan Komisaris baik secara bersama-

sama dan atau sendiri-sendiri berhak mempunyai akses dan memperoleh informasi tentang

perusahaan secara tepat waktu dan lengkap.

3.5. Dewan Komisaris harus memiliki tata tertib dan pedoman kerja (charter) sehingga

pelaksanaan tugasnya dapat terarah dan efektif serta dapat digunakan sebagai salah satu

alat penilaian kinerja mereka.

3.6. Dewan Komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas, menyampaikan laporan

pertanggungjawaban pengawasan atas pengelolaan perusahaan oleh Direksi, dalam rangka

memperoleh pembebasan dan pelunasan tanggung jawab (acquit et dėcharge) dari RUPS.

3.7. Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris dapat membentuk komite. Usulan dari

komite disampaikan kepada Dewan Komisaris untuk memperoleh keputusan. Bagi

perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan negara, perusahaan daerah,

perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produk

atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak

luas terhadap kelestarian lingkungan, sekurang-kurangnya harus membentuk Komite Audit,

sedangkan komite lain dibentuk sesuai dengan kebutuhan.

4. Komite Penunjang Dewan Komisaris

4.1. Komite Audit

a. Komite Audit bertugas membantu Dewan Komisaris untuk memastikan bahwa: (i)

laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum, (ii) struktur pengendalian internal perusahaan telah dapat dilaksanakan dengan baik,

(iii) pelaksanaan audit internal maupun eksternal telah dilaksanakan sesuai dengan standar

audit yang berlaku, dan (iv) tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen;

b. Komite Audit memproses calon Auditor Eksternal termasuk imbalan jasanya untuk

disampaikan kepada Dewan Komisaris;

c. Jumlah anggota Komite Audit harus disesuaikan dengan kompleksitas Perusahaan dengan

tetap memperhatikan efektifitas dalam pengambilan keputusan. Bagi perusahaan yang

64

Page 65: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang

menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya

digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap

kelestarian lingkungan, Komite Audit diketuai oleh Komisaris Independen dan anggotanya

dapat terdiri dari Komisaris dan atau pelaku profesi dari luar perusahaan. Salah seorang

anggota memiliki latar belakang dan

kemampuan akuntasi dan atau keuangan.

4.2. Komite Nominasi dan Remunerasi

a. Komite Nominasi dan Remunerasi bertugas membantu Dewan Komisaris dalam

menetapkan kriteria pemilihan calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta sistem

remunerasinya.

b. Komite Nominasi dan Remunerasi bertugas membantu Dewan Komisaris mempersiapkan

calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi dan mengusulkan besaran remunerasinya.

Dewan Komisaris dapat mengajukan calon tersebut dan remunerasinya untuk memperoleh

keputusan RUPS dengan cara sesuai ketentuan Anggaran Dasar.

c. Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan negara, perusahaan

daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan yang

produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai

dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, Komite Nominasi dan Remunerasi diketuai

oleh Komisaris Independen dan anggotanya dapat terdiri dari Komisaris dan atau pelaku

profesi dari luar perusahaan;

d. Keberadaan Komite Nominasi dan Remunerasi serta tata kerjanya dilaporkan dalam

RUPS.

4.3. Komite Kebijakan Risiko

a. Komite Kebijakan Risiko bertugas membantu Dewan Komisaris dalam mengkaji sistem

manajemen risiko yang disusun oleh Direksi serta menilai toleransi risiko yang dapat diambil

oleh perusahaan;

65

Page 66: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

b. Anggota Komite Kebijakan Risiko terdiri dari anggota Dewan Komisaris, namun bilamana

perlu dapat juga menunjuk pelaku profesi dari luar perusahaan.

4.4. Komite Kebijakan Corporate Governance

a. Komite Kebijakan Corporate Governance bertugas membantu Dewan Komisaris dalam

mengkaji kebijakan GCG secara menyeluruh yang disusun oleh Direksi serta menilai

konsistensi penerapannya, termasuk yang bertalian dengan etika bisnis dan tanggung jawab

sosial perusahaan (corporate social responsibility);

b. Anggota Komite Kebijakan Corporate Governance terdiri dari anggota Dewan Komisaris,

namun bilamana perlu dapat juga menunjuk pelaku profesi dari luar perusahaan.

c. Bila dipandang perlu, Komite Kebijakan Corporate Governance dapat digabung dengan

Komite Nominasi dan Remunerasi.

5. Pertanggungjawaban Dewan Komisaris

5.1. Dewan Komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas, menyampaikan laporan

pertanggungjawaban pengawasan atas pengelolaan perusahaan oleh Direksi. Laporan

pengawasan Dewan Komisaris merupakan bagian dari laporan tahunan yang disampaikan

kepada RUPS untuk memperoleh persetujuan.

5.2. Dengan diberikannya persetujuan atas laporan tahunan dan pengesahan atas laporan

keuangan, berarti RUPS telah memberikan pembebasan dan pelunasan tanggung jawab

(acquit et dėcharge) kepada masing-masing anggota Dewan Komisaris sejauh hal-hal

tersebut tercermin dari laporan tahunan, dengan tidak mengurangi tanggung jawab

masingmasing anggota Dewan Komisaris dalam hal terjadi tindak pidana atau kesalahan dan

atau kelalaian yang menimbulkan kerugian bagi pihak ketiga yang tidak dapat dipenuhi

dengan aset perusahaan.

5.3. Pertanggungjawaban Dewan Komisaris kepada RUPS merupakan perwujudan

akuntabilitas pengawasan atas pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan asas

GCG.

D. Direksi

66

Page 67: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

Prinsip Dasar

Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolegial dalam

mengelola perusahaan. Masing-masing anggota Direksi dapat melaksanakan tugas dan

mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya. Namun,

pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota Direksi tetap merupakan tanggung jawab

bersama. Kedudukan masing-masing anggota Direksi termasuk Direktur Utama adalah

setara. Tugas Direktur Utama sebagai primus inter pares adalah mengkoordinasikan

kegiatan Direksi. Agar pelaksanaan tugas Direksi dapat berjalan secara efektif, perlu

dipenuhi prinsip-prinsip berikut:

1. Komposisi Direksi harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan pengambilan

keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen.

2. Direksi harus profesional yaitu berintegritas dan memiliki pengalaman serta kecakapan

yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya.

3. Direksi bertanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan agar dapat menghasilkan

keuntungan (profitability) dan memastikan kesinambungan usaha (sustainability)

perusahaan.

4. Direksi mempertanggung jawabkan kepengurusannya dalam RUPS sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Komposisi Direksi

1.1. Jumlah anggota Direksi harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan

tetap memperhatikan efektifitas dalam pengambilan keputusan.

1.2. Anggota Direksi dipilih dan diberhentikan oleh RUPS melalui proses yang transparan.

Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan negara, perusahaan

daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan yang

produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai

dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, proses penilaian calon anggota Direksi

dilakukan sebelum dilaksanakan RUPS melalui Komite Nominasi dan Remunerasi.

67

Page 68: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

1.3. Pemberhentian anggota Direksi dilakukan oleh RUPS berdasarkan alasan yang wajar dan

setelah kepada yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri.

1.4. Seluruh anggota Direksi harus berdomisili di Indonesia, di tempat yang memungkinkan

pelaksanaan tugas pengelolaan perusahaan sehari-hari.

2. Kemampuan dan Integritas Anggota Direksi

2.1. Anggota Direksi harus memenuhi syarat kemampuan dan integritas sehingga

pelaksanaan fungsi pengelolaan perusahaan dapat dilaksanakan dengan baik.

2.2. Anggota Direksi dilarang memanfaatkan perusahaan untuk kepentingan pribadi,

keluarga, kelompok usahanya dan atau pihak lain.

2.3. Anggota Direksi harus memahami dan mematuhi anggaran dasar dan peraturan

perundangundangan yang berkaitan dengan tugasnya.

2.4. Anggota Direksi diharapkan memahami dan melaksanakan Pedoman GCG ini.

3. Fungsi Direksi

Fungsi pengelolaan perusahaan oleh Direksi mencakup 5 (lima) tugas utama yaitu

kepengurusan, manajemen risiko, pengendalian internal, komunikasi, dan tanggung jawab

sosial.

3.1. Kepengurusan

a. Direksi harus menyusun visi, misi, dan nilai-nilai serta program jangka panjang dan jangka

pendek perusahaan untuk dibicarakan dan disetujui oleh Dewan Komisaris atau

RUPS sesuai dengan ketentuan anggaran dasar;

b. Direksi harus dapat mengendalikan sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan secara

efektif dan efisien;

c. Direksi harus memperhatikan kepentingan yang wajar dari pemangku kepentingan;

68

Page 69: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

d. Direksi dapat memberikan kuasa kepada Komite yang dibentuk untuk mendukung

pelaksanaan tugasnya atau kepada karyawan perusahaan untuk melaksanakan tugas

tertentu, namun tanggung jawab tetap berada pada Direksi;

e. Direksi harus memiliki tata tertib dan pedoman kerja (charter) sehingga pelaksanaan

tugasnya dapat terarah dan efektif serta dapat digunakan sebagai salah satu alat penilaian

kinerja.

3.2. Manajemen Risiko

a. Direksi harus menyusun dan melaksanakan sistem manajemen risiko perusahaan yang

mencakup seluruh aspek kegiatan perusahaan;

b. Untuk setiap pengambilan keputusan strategis, termasuk penciptaan produk atau jasa

baru, harus diperhitungkan dengan seksama dampak risikonya, dalam arti adanya

keseimbangan antara hasil dan beban risiko;

c. Untuk memastikan dilaksanakannya manajemen risiko dengan baik, perusahaan perlu

memiliki unit kerja atau penanggungjawab terhadap pengendalian risiko.

3.3. Pengendalian Internal

a. Direksi harus menyusun dan melaksanakan sistem pengendalian internal perusahaan

yang handal dalam rangka menjaga kekayaan dan kinerja perusahaan serta memenuhi

peraturan perundang-undangan. Untuk itu perusahaan harus memiliki sistem pengendalian

termasuk auditor internal dan auditor eksternal;

b. Perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan negara, perusahaan

daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan yang

produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai

dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, harus memiliki satuan kerja pengawasan

internal;

c. Satuan kerja atau fungsi pengawasan internal bertugas membantu Direksi dalam

memastikan pencapaian tujuan dan kelangsungan usaha dengan: (i) melakukan evaluasi

terhadap pelaksanaan program perusahaan; (ii) memberikan saran dalam upaya

69

Page 70: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

memperbaiki efektifitas proses pengendalian risiko; (iii) melakukan evaluasi kepatuhan

perusahaan terhadap ketentuan internal, pelaksanaan GCG dan perundang-undangan; dan

(iv) memfasilitasi kelancaran pelaksanaan audit oleh auditor eksternal;

d. Satuan kerja atau pemegang fungsi pengawasan internal bertanggung jawab kepada

Direktur Utama atau Direktur yang membawahi tugas pengawasan internal. Satuan kerja

pengawasan internal mempunyai hubungan fungsional dengan Dewan Komisaris melalui

Komite Audit.

3.4. Komunikasi

a. Direksi harus memastikan kelancaran komunikasi antara perusahaan dengan pemangku

kepentingan dengan memberdayakan fungsi Sekretaris Perusahaan;

b. Fungsi Sekretaris Perusahaan adalah: (i) memastikan kelancaran komunikasi antara

perusahaan dengan pemangku kepentingan; dan (ii) menjamin tersedianya informasi yang

boleh diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan kebutuhan wajar dari pemangku

kepentingan;

c. Perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan negara, perusahaan

daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan yang

produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai

pengaruh terhadap kelestarian lingkungan, harus memiliki Sekretaris Perusahaan yang

fungsinya dapat mencakup pula hubungan dengan investor (investor relations);

d. Dalam hal perusahaan tidak memiliki satuan kerja kepatuhan (compliance) tersendiri,

fungsi untuk menjamin kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dilakukan oleh

Sekretaris Perusahaan;

e. Sekretaris Perusahaan atau pelaksana fungsi Sekretaris Perusahaan bertanggung jawab

kepada Direksi. Laporan pelaksanaan tugas Sekretaris Perusahaan disampaikan pula kepada

Dewan Komisaris;

3.5. Tanggung Jawab Sosial

70

Page 71: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

a. Dalam rangka mempertahankan kesinambungan usaha perusahaan, Direksi harus dapat

memastikan dipenuhinya tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

responsibility);

b. Direksi harus mempunyai perencanaan tertulis yang jelas dan fokus dalam melaksanakan

tanggung jawab sosial perusahaan.

4. Pertanggungjawaban Direksi

4.1. Direksi harus menyusun pertanggungjawaban pengelolaan perusahaan dalam bentuk

laporan tahunan yang memuat antara lain laporan keuangan, laporan kegiatan perusahaan,

dan laporan pelaksanaan GCG.

4.2. Laporan tahunan harus memperoleh persetujuan RUPS, dan khusus untuk laporan

keuangan harus memperoleh pengesahan RUPS.

4.3. Laporan tahunan harus telah tersedia sebelum RUPS diselenggarakan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku untuk memungkinkan pemegang saham melakukan penilaian.

4.4. Dengan diberikannya persetujuan atas laporan tahunan dan pengesahan atas laporan

keuangan, berarti RUPS telah memberikan pembebasan dan pelunasan tanggung jawab

(acquit et dėcharge) kepada masing-masing anggota Direksi sejauh hal-hal tersebut

tercermin dari laporan tahunan, dengan tidak mengurangi tanggung jawab masing-masing

anggota Direksi dalam hal terjadi tindak pidana atau kesalahan dan atau kelalaian yang

menimbulkan kerugian bagi pihak ketiga yang tidak dapat dipenuhi dengan aset

perusahaan.

4.5. Pertanggungjawaban Direksi kepada RUPS merupakan perwujudan akuntabilitas

pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan asas GCG.

71

Page 72: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

BAB V

PEMEGANG SAHAM

Prinsip Dasar

Pemegang saham sebagai pemilik modal, memiliki hak dan tanggung jawab atas perusahaan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan. Dalam

melaksanakan hak dan tanggung jawabnya, perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai

berikut:

1. Pemegang saham harus menyadari bahwa dalam melaksanakan hak dan tanggung

jawabnya, juga harus memperhatikan kelangsungan hidup perusahaan.

2. Perusahaan harus menjamin dapat terpenuhinya hak dan tanggung jawab pemegang

saham atas dasar asas fairness (kesetaraan dan kewajaran) sesuai dengan peraturan

perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Hak dan Tanggungjawab Pemegang Saham

1.1. Hak pemegang saham harus dilindungi dan dapat dilaksanakan sesuai peraturan

perundangundangan dan anggaran dasar perusahaan. Hak pemegang saham tersebut pada

dasarnya meliputi:

a. Hak untuk menghadiri, menyampaikan pendapat, dan memberikan suara dalam RUPS

berdasarkan ketentuan satu saham memberi hak kepada pemegangnya untuk

mengeluarkan satu suara;

b. Hak untuk memperoleh informasi mengenai perusahaan secara tepat waktu, benar dan

teratur, kecuali hal-hal yang bersifat rahasia, sehingga memungkinkan pemegang saham

membuat keputusan mengenai investasinya dalam perusahaan berdasarkan informasi yang

akurat;

c. Hak untuk menerima bagian dari keuntungan perusahaan yang diperuntukkan bagi

pemegang saham dalam bentuk dividen dan pembagian keuntungan lainnya, sebanding

dengan jumlah saham yang dimilikinya;

72

Page 73: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

d. Hak untuk memperoleh penjelasan lengkap dan informasi yang akurat mengenai

prosedur yang harus dipenuhi berkenaan dengan penyelenggaraan RUPS agar pemegang

saham dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, termasuk keputusan mengenai

hal-hal yang mempengaruhi eksistensi perusahaan dan hak pemegang saham;

e. Dalam hal terdapat lebih dari satu jenis dan klasifikasi saham dalam perusahaan, maka:

(i) setiap pemegang saham berhak mengeluarkan suara sesuai dengan jenis, klasifikasi dan

jumlah saham yang dimiliki; dan (ii) setiap pemegang saham berhak untuk diperlakukan

setara berdasarkan jenis dan klasifikasi saham yang dimilikinya.

1.2. Pemegang saham harus menyadari tanggung jawabnya sebagai pemilik modal dengan

memperhatikan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan. Tanggung

jawab pemegang saham tersebut pada dasarnya meliputi:

a. Pemegang saham pengendali harus dapat: (i) memperhatikan kepentingan pemegang

saham minoritas dan pemangku kepentingan lainnya sesuai peraturan perundangundangan;

dan (ii) mengungkapkan kepada instansi penegak hukum tentang pemegang saham

pengendali yang sebenarnya (ultimate shareholders) dalam hal terdapat dugaan terjadinya

pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan, atau dalam hal diminta oleh otoritas

terkait;

b. Pemegang saham minoritas bertanggung jawab untuk menggunakan haknya dengan baik

sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar;

c. Pemegang saham harus dapat: (i) memisahkan kepemilikan harta perusahaan dengan

kepemilikan harta pribadi; dan (ii) memisahkan fungsinya sebagai pemegang saham dengan

fungsinya sebagai anggota Dewan Komisaris atau Direksi dalam hal pemegang saham

menjabat pada salah satu dari kedua organ tersebut;

d. Dalam hal pemegang saham menjadi pemegang saham pengendali pada beberapa

perusahaan, perlu diupayakan agar akuntabilitas dan hubungan antar-perusahaan dapat

dilakukan secara jelas.

2. Tanggungjawab Perusahaan terhadap Hak dan Kewajiban Pemegang Saham

73

Page 74: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

2.1. Perusahaan harus melindungi hak pemegang saham sesuai dengan peraturan

perundangundangan dan anggaran dasar perusahaan.

2.2. Perusahaan harus menyelenggarakan daftar pemegang saham secara tertib sesuai

dengan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar.

2.3. Perusahaan harus menyediakan informasi mengenai perusahaan secara tepat waktu,

benar dan teratur bagi pemegang saham, kecuali hal-hal yang bersifat rahasia.

2.4. Perusahaan tidak boleh memihak pada pemegang saham tertentu dengan memberikan

informasi yang tidak diungkapkan kepada pemegang saham lainnya. Informasi harus

diberikan kepada semua pemegang saham tanpa menghiraukan jenis dan klasifikasi saham

yang dimilikinya.

2.5. Perusahaan harus dapat memberikan penjelasan lengkap dan informasi yang akurat

mengenai penyelenggaraan RUPS.

BAB VI

PEMANGKU KEPENTINGAN

Prinsip Dasar

Pemangku kepentingan -selain pemegang saham- adalah mereka yang memiliki kepentingan

terhadap perusahaan dan mereka yang terpengaruh secara langsung oleh keputusan

strategis dan operasional perusahaan, yang antara lain terdiri dari karyawan, mitra bisnis,

dan masyarakat terutama sekitar tempat usaha perusahaan. Antara perusahaan dengan

pemangku kepentingan harus terjalin hubungan yang sesuai dengan asas fairness

(kesetaraan dan kewajaran) berdasarkan ketentuan yang berlaku bagi masing-masing pihak.

Agar hubungan antara perusahaan dengan pemangku kepentingan berjalan dengan baik,

perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Perusahaan menjamin tidak terjadinya diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, aliran

dan gender serta terciptanya perlakuan yang adil dan jujur dalam mendorong

74

Page 75: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

perkembangan karyawan sesuai dengan potensi, kemampuan, pengalaman dan

keterampilan masing-masing.

2. Perusahaan dan mitra bisnis harus bekerja sama untuk kepentingan kedua belah pihak

atas dasar prinsip saling menguntungkan.

3. Perusahaan harus memperhatikan kepentingan umum, terutama masyarakat sekitar

perusahaan, serta pengguna produk dan jasa perusahaan.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Karyawan

1.1. Perusahaan harus menggunakan kemampuan bekerja dan kriteria yang terkait dengan

sifat pekerjaan secara taat asas dalam mengambil keputusan mengenai penerimaan

karyawan.

1.2. Penetapan besarnya gaji, keikutsertaan dalam pelatihan, penetapan jenjang karir dan

penentuan persyaratan kerja lainnya harus dilakukan secara obyektif, tanpa membedakan

latar belakang etnik, agama, jenis kelamin, usia, cacat tubuh yang dipunyai seseorang, atau

keadaan khusus lainnya yang dilindungi oleh peraturan perundang-undangan.

1.3. Perusahaan harus memiliki peraturan tertulis yang mengatur dengan jelas pola

rekrutmen serta hak dan kewajiban karyawan.

1.4. Perusahaan harus menjamin terciptanya lingkungan kerja yang kondusif, termasuk

kesehatan dan keselamatan kerja agar setiap karyawan dapat bekerja secara kreatif dan

produktif.

1.5. Perusahaan harus memastikan tersedianya informasi yang perlu diketahui oleh

karyawan melalui sistem komunikasi yang berjalan baik dan tepat waktu.

1.6. Perusahaan harus memastikan agar karyawan tidak menggunakan nama, fasilitas, atau

hubungan baik perusahaan dengan pihak eksternal untuk kepentingan pribadi. Untuk itu

perusahaan harus mempunyai sistem untuk menjaga agar setiap karyawan menjunjung

tinggi standar etika dan nilai-nilai perusahaan serta mematuhi kebijakan peraturan dan

prosedur internal yang berlaku.

75

Page 76: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

1.7. Karyawan serta serikat pekerja yang ada di perusahaan berhak untuk menyampaikan

pendapat dan usul mengenai lingkungan kerja dan kesejahteraan karyawan.

1.8. Karyawan berhak melaporkan pelanggaran atas etika bisnis dan pedoman perilaku,

serta peraturan perundang-undangan yang terkait dengan perusahaan.

2. Mitra Bisnis

2.1. Mitra Bisnis adalah pemasok, distributor, kreditur, debitur, dan pihak lainnya yang

melakukan transaksi usaha dengan perusahaan.

2.2. Perusahaan harus memiliki peraturan yang dapat menjamin dilaksanakannya hak dan

kewajiban mitra bisnis sesuai dengan perjanjian dan peraturan perundang-undangan.

2.3. Mitra bisnis berhak memperoleh informasi yang relevan sesuai dengan hubungan bisnis

dengan perusahaan sehingga masing-masing pihak dapat membuat keputusan atas dasar

pertimbangan yang adil dan wajar.

2.4. Kecuali dipersyaratkan lain oleh peraturan perundang-undangan, perusahaan dan mitra

bisnis berkewajiban untuk merahasiakan informasi dan melindungi kepentingan masing-

masing pihak.

3. Masyarakat serta Pengguna Produk dan Jasa

3.1. Perusahaan harus memiliki peraturan yang dapat menjamin terjaganya keselarasan

hubungan antara perusahaan dengan masyarakat sekitar, termasuk penerapan program

kemitraan dan bina lingkungan.

3.2. Perusahaan bertanggungjawab atas kualitas produk dan jasa yang dihasilkan serta

dampak negatif terhadap dan keselamatan pengguna.

3.3. Perusahaan bertanggungjawab atas dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan

usaha perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan dimana perusahaan beroperasi.

Oleh karena itu, perusahaan harus menyampaikan informasi kepada masyarakat yang dapat

terkena dampak kegiatan perusahaan.

76

Page 77: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

BAB VII

PERNYATAAN TENTANG PENERAPAN PEDOMAN GCG

Prinsip Dasar

Setiap perusahaan harus membuat pernyataan tentang kesesuaian penerapan GCG dengan

Pedoman GCG ini dalam laporan tahunannya. Pernyataan tersebut harus disertai laporan

tentang struktur dan mekanisme kerja organ perusahaan serta informasi penting lain yang

berkaitan dengan penerapan GCG. Dengan demikian, pemegang saham dan pemangku

kepentingan lainnya, termasuk regulator, dapat menilai sejauh mana Pedoman GCG pada

perusahaan tersebut telah diterapkan.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Pernyataan tentang penerapan GCG beserta laporannya, merupakan bagian dari laporan

tahunan perusahaan. Pernyataan dan laporan tersebut dapat sekaligus digunakan untuk

memenuhi ketentuan pelaporan dari otoritas terkait.

2. Dalam hal belum seluruh aspek Pedoman GCG ini dapat dilaksanakan, perusahaan harus

mengungkapkan aspek yang belum dilaksanakan tersebut beserta alasannya.

3. Laporan tentang struktur dan mekanisme kerja organ perusahaan meliputi:

3.1. Struktur dan mekanisme kerja Dewan Komisaris, yang antara lain mencakup:

a. Nama anggota Dewan Komisaris dengan menyebutkan statusnya yaitu Komisaris

Independen atau Komisaris bukan Independen;

b. Jumlah rapat yang dilakukan oleh Dewan Komisaris, serta jumlah kehadiran setiap

anggota Dewan Komisaris dalam rapat;

c. Mekanisme dan kriteria penilaian sendiri (self assessment) tentang kinerja masingmasing

para anggota Dewan Komisaris;

d. Penjelasan mengenai Komite-Komite Penunjang Dewan Komisaris yang meliputi: (i) nama

anggota dari masing-masing Komite; (ii) uraian mengenai fungsi dan mekanisme kerja dari

77

Page 78: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

setiap Komite; (iii) jumlah rapat yang dilakukan oleh setiap Komite serta jumlah kehadiran

setiap anggota; dan (iv) mekanisme dan kriteria penilaian kinerja Komite.

3.2. Struktur dan mekanisme kerja Direksi, yang antara lain mencakup:

a. Nama anggota Direksi dengan jabatan dan fungsinya masing-masing;

b. Penjelasan ringkas mengenai mekanisme kerja Direksi, termasuk didalamnya mekanisme

pengambilan keputusan serta mekanisme pendelegasian wewenang;

c. Jumlah rapat yang dilakukan oleh Direksi, serta jumlah kehadiran setiap anggota Direksi

dalam rapat;

d. Mekanisme dan kriteria penilaian terhadap kinerja para anggota Direksi;

e. Pernyataan mengenai efektivitas pelaksanaan sistem pengendalian internal yang meliputi

pengendalian risiko serta sistem pengawasan dan audit internal.

4. Informasi penting lainnya yang berkaitan dengan penerapan GCG dan perlu diungkapkan

dalam laporan penerapan GCG antara lain mencakup:

4.1. Visi, misi dan nilai-nilai perusahaan;

4.2. Pemegang saham pengendali;

4.3. Kebijakan dan jumlah remunerasi Dewan Komisaris dan Direksi;

4.4. Transaksi dengan pihak yang memiliki benturan kepentingan;

4.5. Hasil penilaian penerapan GCG yang dilaporkan dalam RUPS tahunan; dan

4.6. Kejadian luar biasa yang telah dialami perusahaan dan dapat berpengaruh pada kinerja

perusahaan.

BAB VIII

78

Page 79: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

PEDOMAN PRAKTIS PENERAPAN GCG

Prinsip Dasar

Pelaksanaan GCG perlu dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Untuk itu

diperlukan pedoman praktis yang dapat dijadikan acuan oleh perusahaan dalam

melaksanakan penerapan GCG.

Pedoman Pokok Pelaksanaan

1. Dalam rangka penerapan GCG, masing-masing perusahaan harus menyusun pedoman

GCG perusahaan dengan mengacu pada Pedoman GCG ini dan Pedoman Sektoral (bila ada).

Pedoman GCG perusahaan tersebut mencakup sekurang-kurangnya hal-hal sebagai berikut:

1.1. Visi, misi dan nilai-nilai perusahaan;

1.2. Kedudukan dan fungsi RUPS, Dewan Komisaris, Direksi, Komite Penunjang Dewan

Komisaris, dan Pengawasan Internal;

1.3. Kebijakan untuk memastikan terlaksananya fungsi setiap organ perusahaan secara

efektif;

1.4. Kebijakan untuk memastikan terlaksananya akuntabilitas, pengendalian internal yang

efektif dan pelaporan keuangan yang benar;

1.5. Pedoman perilaku (code of conduct) yang didasarkan pada nilai-nilai perusahaan dan

etika bisnis;

1.6. Sarana pengungkapan informasi untuk pemegang saham dan pemangku kepentingan

lainnya;

1.7. Kebijakan penyempurnaan berbagai peraturan perusahaan dalam rangka memenuhi

prinsip GCG.

2. Agar pelaksanaan GCG dapat berjalan efektif, diperlukan proses keikutsertaan semua

pihak dalam perusahaan. Untuk itu diperlukan tahapan sebagai berikut:

79

Page 80: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

2.1. Membangun pemahaman, kepedulian dan komitmen untuk melaksanakan GCG oleh

semua anggota Direksi, Dewan Komisaris dan Pemegang Saham Pengendali, serta semua

karyawan;

2.2. Melakukan kajian terhadap kondisi perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan

GCG dan tindakan korektif yang diperlukan;

2.3. Menyusun program dan pedoman pelaksanaan GCG perusahaan;

2.4. Melakukan internalisasi pelaksanaan GCG sehingga terbentuk rasa memiliki dari semua

pihak dalam perusahaan, serta pemahaman atas pelaksanaan pedoman GCG dalam kegiatan

sehari-hari;

2.5. Melakukan penilaian sendiri (self assessment) atau dengan menggunakan jasa pihak

eksternal yang independen untuk memastikan penerapan GCG secara berkesinambungan.

Hasil penilaian tersebut diungkapkan dalam laporan tahunan dan dilaporkan dalam RUPS

tahunan.

80

Page 81: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

PERKEMBANGAN GCG DI INDONESIA

Peringkat Corruption Perception Index (CPI) atau Indek Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia

Diantara Negara-negara ASEAN tahun 2008 :

Source: Tranparency International

Corruption Perceptions Index 2009 :

Click map above to launch an interactive version with individual country scores. The darker

the blue, the higher the perceived level of public sector corruption.

81

Page 82: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

What is the Corruption Perceptions Index?

The Corruption Perceptions Index (CPI) measures the perceived level of public-sector

corruption in 180 countries and territories around the world. The CPI is a "survey of

surveys", based on 13 different expert and business surveys.

“Indonesia (CPI 2009 Score : 2,8 / Convidence Range : 2,4-3,2) still has a long way to go to

eradicate corruption but the recent tough approach by the Corruption Eradication

Commission (KPK) is encouraging. The KPK has reported a 100 per cent conviction rate for

corruption cases involving some of the country's highest-ranking officials. A crucial task for

the new administration is to continue support of the KPK. Local anti-corruption advocate

must ensure that this agency is not weakened”. Source transparency international 2009,

http://www.transparency.org

Peraturan dan Kelembagaan GCG di Indonesia :

• Dibentuknya Komite Nasional tentang Kebijakan Corporate Governance (KNKCG)

melalui Keputusan Menko Ekuin Nomor: KEP/31/M.EKUIN/08/1999 tentang pembentukan

KNKCG . Menerbitkan Pedoman GCG Indonesia

• Saat ini telah dibentuk Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) sebagai

pengganti KNKCG melalui Surat Keputusan Menko Bidang Perekonomian Nomor:

KEP/49/M.EKON/11/2004. Terdiri dari Sub-Komite Publik dan Sub-Komite Korporasi.

Komitmen GCG – Pemerintah dan Bank Indonesia :

• Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN Nomor Kep-133/M-PBUMN/1999

tentang Pembentukan Komite Audit bagi BUMN.

82

Page 83: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

• SE Ketua Bapepam Nomor Se-03/PM/2000 tentang Komite Audit yang berisi

himbauan perlunya Komite Audit dimiliki oleh setiap Emiten.

• Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-05/MBU/2008 Tentang Pedoman umum

pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa BUMN.

• Keputusan Menteri BUMN No. 09A/MBU/2005 Tentang Proses Penilaian Fit & Proper

Test Calon Anggota Direksi BUMN

• SE Menteri BUMN No. 106 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri BUMN No. 23 Tahun

2000 - mengatur dan merumuskan pengembangan praktik good corporate governance

dalam perusahaan perseroan.

• Disempurnakan dengan KEP-117/M-MBU/2002 tentang Keputusan Menteri BUMN

Nomor Kep-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance

Pada BUMN.

• Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/4/PBI/2006 tentang GCG yang dirubah dengan

PBI No. 8/14/GCG/2006.

Komitmen GCG – Sektor Swasta :

• Bursa Efek

Pada tahun 2000, Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) memberlakukan

Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-315/BEJ/062000 perihal Peraturan

Pencatatan Efek Nomor I-A yang antara lain mengatur tentang kewajiban mempunyai

Komisaris Independen, Komite Audit, memberikan peran aktif Sekretaris Perusahaan di

dalam memenuhi kewajiban keterbukaan informasi serta mewajibkan perusahaan tercatat

untuk menyampaikan informasi yang material dan relevan.

• Lahirnya Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI).

• Lahirnya Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG)

• Lahirnya Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD)

83

Page 84: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

• Lahirnya Lembaga Komisaris dan Direksi Indonesia (LKDI) yang kegiatannya antara

lain mengadakan Forum LKDI untuk membahas berbagai hal seperti tanggung jawab hukum

bagi Komisaris dan Direksi, undang-undang pencucian uang dsb.

• Lahirnya Indonesia Corporate Secretary Association (ICSA)

• Lahirnya Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI)

• Lahirnya Asosiasi Auditor Internal (AAI)

• Lahirnya Klinik GCG Kadin

• Annual Report Award

• Berbagai award tentang GCG

Harapan untuk Perbaikan Penerapan GCG di Indonesia :

• Adanya undang-undang atau peraturan yang mengharuskan implementasi GCG

khususnya bagi perusahaan swasta.

• Peningkatan governance bagi instansi pemerintah terutama yang berkaitan dengan

pelayanan publik dan penegakan hukum - Ditjen Pajak, Bea Cukai, Imigrasi, BPN, Institusi

yang mengeluarkan perizinan, dan institusi penegak hukum.

• Mengingat rendahnya tingkat implementasi GCG di BUMD, maka perlu

dipertimbangkan untuk menyusun mekanisme yang dapat “memaksa” BUMD untuk

mengimplementasikan GCG. Misalnya UU yang mengatur BUMD.

• Sosialisasi dan asistensi tentang GCG khususnya kepada perusahaan yang belum go

public.

• Penerapan GCG yang dikaitkan dengan upaya pencegahan korupsi di sektor swasta.

• Bapepam LK dan BEI perlu memberlakukan aturan GCG yang lebih luas untuk semua

perusahaan yang go public.

• Menjadikan GCG sebagai Corporate Culture.

84

Page 85: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

Beberapa Tipikal Penyimpangan Korporasi di Indonesia :

• Penggunaan perusahaan sebagai vehicle untuk mendapatkan dana murah dari

masyarakat.

• Ketidakterbukaan atas informasi bisnis yang berisiko.

• Penggunaan nama perusahaan untuk pinjaman pribadi.

• Keputusan bisnis yang diambil karena moral hazard.

• Intervensi pemegang saham atau pihak lain dalam kegiatan perusahaan.

• Adanya praktik perusahaan dalam perusahaan.

• Perusahaan “highly leveraged” tidak mempertimbangkan service capacity.

• Diversifikasi dan ekspansi usaha yang tidak prudensial.

• Risiko tidak dikelola secara hati-hati.

• Diabaikannya hak-hak pemegang saham minoritas.

Parameter Implementasi GCG :

• Compliance (kepatuhan) yaitu sejauh mana perusahaan telah mematuhi aturan-

aturan yang ada dalam memenuhi prinsip-prinsip GCG;

• Conformance (kesesuaian dan kelengkapan) yaitu sejauh mana perusahaan telah

berperilaku sesuai dengan berbagai aspek yang menjadi prinsip GCG dan kelengkapan

perangkat dalam memenuhi kebutuhan implementasi GCG

• Performance (unjuk kerja) yaitu sejauh mana perusahaan telah menampilkan bukti

(evidence) yang menunjukkan bahwa perusahaan telah mendapatkan manfaat yang nyata

dari perapan prinsip GCG di dalam perusahaan.

Manfaat Implementasi GCG :

85

Page 86: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

• Pengelolaan sumber daya korporasi secara amanah dan bertanggungjawab, yang

akan meningkatkan kinerja korporasi secara sustainable.

• Perbaikan citra korporasi sebagai agen ekonomi yang bertanggungjawab (good

corporate citizen) sehingga meningkatkan nilai perusahaan (value of the firm).

• Peningkatkan keyakinan investor terhadap korporasi sehingga menjadi lebih atraktif

sebagai target investasi.

• Memudahkan akses terhadap investasi domestik dan asing

• Melindungi Direksi dan Dewan Komisaris dari tuntutan hokum

Definisi Good Corporate Governance menurut OECD :

• SISTEM :

Mengatur bagaimana korporasi diarahkan dan dikendalikan untuk meningkatkan

kemakmuran bisnis secara accountable untuk mewujudkan nilai pemegang saham dalam

jangka panjang dengan tidak mengabaikan kepentingan stakeholder lainnya.

• STRUKTUR :

Memberikan kejelasan fungsi, hak, kewajiban dan tanggungjawab antara pihak-pihak yang

berkepentingan atas korporasi, mencakup proses kontrol internal dan eksternal yang efektif

serta menciptakan keseimbangan internal (antar organ perusahaan) dan keseimbangan

eksternal (antar stakeholders)

Tentang Transparency International

Transparency International (TI), merupakan sebuah organisasi kemasyarakatan yang

memfokuskan diri melawan korupsi dengan menyertakan seluruh masyarakat ke dalam

sebuah koalisi internasional yang kuat dalam rangka membasmi efek buruk dari korupsi

yang berimbas kepada kaum lelaki, perempuan dan anak-anak di seluruh dunia. Misi utama

dari TI adalah untuk menciptakan sebuah lingkungan yang bersih dari praktik korupsi.

Transparency International berpusat di Berlin, Jerman dan mempunyai cabang di 99 negara.

86

Page 87: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

TI-Indonesia, sebagai bagian dari upaya global untuk menghapuskan korupsi, mempunyai

tujuan untuk mendorong tumbuhnya transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan

pemerintahan dan kegiatan usaha di Indonesia.

Penekanan kami adalah pada pembaharuan sistem, bukan pada pengungkapan kasus-kasus

korupsi secara individu.

Pemberantasan Korupsi Merupakan Salah Satu Faktor Terpenting Dalam Mengembalikan

Ekonomi Indonesia

Korupsi menyebabkan dampak negatif pada masyarakat akibat harga yang menjadi semakin

mahal, menyebabkan prioritas terganggu, dan pengalokasian sumber daya yang tidak tepat.

Korupsi juga merusak pembangunan ekonomi dan sosial. Korupsi adalah lawan dari

kejujuran dan keadilan, yang merupakan nilai-nilai utama yang mendukung sebuah

masyarakat.

Indonesia merupakan salah satu negara terkorup di dunia. Untuk merevitalisasi ekonominya

dan menghapuskan kemiskinan, Indonesia memerlukan sebuah Strategi Nasional untuk

menghapuskan korupsi. Untuk membangun strategi nasional tersebut, seluruh elemen

masyarakat harus ikut terlibat. Kemudian, elit-elit politik harus mempunyai kemauan politik

untuk melaksanakannya. Hanya dengan cara inilah Indonesia dapat keluar dari krisis

ekonomi yang berkepanjangan ini dan memberikan kesejahteraan kepada seluruh

rakyatnya.

Pada upaya melawan korupsi, seluruh elemen masyarakat harus bekerjasama untuk

membangun kekuatan bersama. Dengan memadukan seluruh kekuatan ini, lembaga

internasional, pemerintah, sektor swasta, dan yang paling penting masyarakat sipil dapat

mengalahkan korupsi.

Sebagai bagian dari jaringan global, kami mempunyai kesempatan untuk membawa keahlian

dan pengalaman dari belahan dunia lain ke masyarakat kita sehingga masyarakat kita dapat

belajar dan menggunakan beragam metoda dan pendekatan dalam upaya memberantas

korupsi. Kami juga siap bekerjasama dengan siapa saja untuk membangun sebuah

pendekatan anti korupsi yang berbasis pada budaya dan sistem nilai yang kita anut.

87

Page 88: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

TI-Indonesia didirikan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :

• TI-Indonesia adalah sebuah perkumpulan berbentuk asosiasi yang didirikan sesuai dengan

hukum yang berlaku di Indonesia

• TI-Indonesia adalah sebuah organisasi non pemerintah yang independen, nir laba,

mempunyai nilai-nilai tanpa kekerasan dan non-partisan

• TI-Indonesia berdomisili di Jakarta dan akan membuka kantor-kantor daerah di seluruh

Indonesia

• TI-Indonesia berafiliasi dengan Transparency International, yang berkedudukan di Berlin,

Jerman, tetapi mempunyai status otonom

• TI-Indonesia mempunyai kode etik yang mengacu pada Kode Etik Transparency

International

Prioritas dan Kegiatan Strategis :

• Mempromosikan transparansi dan akuntabilitas (tanggung gugat) pengelolaan dana-dana

publik yang dikutip dari masyarakat seperti pajak, dana-dana jaminan sosial seperti

Jamsostek, dana-dana keagamaan seperti ONH dan zakat, dan pendapatan negara dari

pengelolaan dan eksploitasi sumber daya alam.

• Mempromosikan integritas (harkat dan martabat) dari sistem politik yang demokratis,

yang dilaksanakan lewat berbagai kegiatan seperti sistem kegiatan keuangan partai politik,

dan pola pengambilan keputusan di DPR.

• Mempromisikan pulau-pulau integritas di berbagai lembaga pemerintahan terutama di

dalam pengalaman barang dan jasa.

• Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang akibat negatif dari korupsi melalui

kampanye yang dilakukan dengan cara-cara yang populer dan komunikasi aktif di lapis akar

rumput.

• Mempromosikan tata kelola perusahaan yang baik.

Program yang telah berjalan :

88

Page 89: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

• Studi Standar Akuntansi Khusus Partai Politik di Indonesia

• Pemantauan Integritas Lembaga DPR/MPR

• Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan

• Iklan Layanan Masyarakat

• Layar Tancap Anti-Korupsi

• Membuat Program populer Televisi

• Pemantauan Dana Kampanye Legislatif dan Presiden

• Program Peningkatan Kapasitas Masyarakat Sipil dan Pemerintah Lokal; Upaya

Pencegahan Korupsi Dalam Rekonstruksi Aceh

• Survei Indeks Persepsi Korupsi Indonesia 2004 & 2006

• Studi Awal Transparansi di Industri Ekstraktif

Program yang sedang berlangsung :

• Pakta Integritas dalam Pengadaan Barang dan Jasa

• Prinsip Bisnis Tanpa Suap

• Mempromosikan Sistem Integritas Lokal untuk memerangi korupsi

• Penerbitan Berbagai Macam Buku Anti Korupsi

• Transparansi Pengelolaan pendapatan Industri Ekstraktif

• Indeks Persepsi Korupsi 2008

Kantor Transparency International Indonesia

Jl. Senayan Bawah No.17 Jakarta 12180 Indonesia

Telp : +62-21 720 8515, 723 6004, 726 7807, 27, Fax : +62-21 726 7815

Website : www.ti.or.id, Email : [email protected]

89

Page 90: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

OECD Principles of Corporate Governance

(ORGANISATION FOR ECONOMIC CO-OPERATION AND DEVELOPMENT)

http://www.oecd.org

I. THE RIGHTS OF SHAREHOLDERS

The corporate governance framework should protect shareholders’ rights.

A. Basic shareholder rights include the right to:

1) secure methods of ownership registration;

2) convey or transfer shares;

3) obtain relevant information on the corporation on a timely and regular basis;

4) participate and vote in general shareholder meetings;

5) elect members of the board;

6) share in the profits of the corporation.

B. Shareholders have the right to participate in, and to be sufficiently informed on, decisions

concerning fundamental corporate changes such as:

1) amendments to the statutes, or articles of incorporation or similar governing documents

of the company;

90

Page 91: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

2) the authorisation of additional shares;

3) extraordinary transactions that in effect result in the sale of the company.

C. Shareholders should have the opportunity to participate effectively and vote in general

shareholder meetings and should be informed of the rules, including voting procedures, that

govern general shareholder meetings:

1. Shareholders should be furnished with sufficient and timely information concerning the

date, location and agenda of general meetings, as well as full and timely information

regarding the issues to be decided at the meeting.

2. Opportunity should be provided for shareholders to ask questions of the board and to

place items on the agenda at general meetings, subject to reasonable limitations.

3. Shareholders should be able to vote in person or in absentia, and equal effect should be

given to votes whether cast in person or in absentia.

D. Capital structures and arrangements that enable certain shareholders to obtain a degree

of control disproportionate to their equity ownership should be disclosed.

E. Markets for corporate control should be allowed to function in an efficient and

transparent manner.

OECD Principles of Corporate Governance :

1. The rules and procedures governing the acquisition of corporate control in the capital

markets, and extraordinary transactions such as mergers, and sales of substantial portions

of corporate assets, should be clearly articulated and disclosed so that investors understand

their rights and recourse. Transactions should occur at transparent prices and under fair

conditions that protect the rights of all shareholders according to their class.

2. Anti-take-over devices should not be used to shield management from accountability.

F. Shareholders, including institutional investors, should consider the costs and benefits of

exercising their voting rights.

91

Page 92: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

II. THE EQUITABLE TREATMENT OF SHAREHOLDERS

The corporate governance framework should ensure the equitable treatment of all

shareholders, including minority and foreign shareholders. All shareholders should have the

opportunity to obtain effective redress for violation of their rights.

A. All shareholders of the same class should be treated equally.

1. Within any class, all shareholders should have the same voting rights. All investors should

be able to obtain information about the voting rights attached to all classes of shares before

they purchase. Any changes in voting rights should be subject to shareholder vote.

2. Votes should be cast by custodians or nominees in a manner agreed upon with the

beneficial owner of the shares.

3. Processes and procedures for general shareholder meetings should allow for equitable

treatment of all shareholders. Company procedures should not make it unduly difficult or

expensive to cast votes.

B. Insider trading and abusive self-dealing should be prohibited.

C. Members of the board and managers should be required to disclose any material

interests in transactions or matters affecting the corporation.

III. THE ROLE OF STAKEHOLDERS IN CORPORATE GOVERNANCE

The corporate governance framework should recognise the rights of stakeholders as

established by law and encourage active co-operation between corporations and

stakeholders in creating wealth, jobs, and the sustainability of financially sound enterprises.

A. The corporate governance framework should assure that the rights of stakeholders that

are protected by law are respected.

B. Where stakeholder interests are protected by law, stakeholders should have the

opportunity to obtain effective redress for violation of their rights.

92

Page 93: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

C. The corporate governance framework should permit performance-enhancing

mechanisms for stakeholder participation.

D. Where stakeholders participate in the corporate governance process, they should have

access to relevant information.

IV. DISCLOSURE AND TRANSPARENCY

The corporate governance framework should ensure that timely and accurate disclosure is

made on all material matters regarding the corporation, including the financial situation,

performance, ownership, and governance of the company.

A. Disclosure should include, but not be limited to, material information on:

1. The financial and operating results of the company.

2. Company objectives.

3. Major share ownership and voting rights.

4. Members of the board and key executives, and their remuneration.

5. Material foreseeable risk factors.

6. Material issues regarding employees and other stakeholders.

7. Governance structures and policies.

B. Information should be prepared, audited, and disclosed in accordance with high quality

standards of accounting, financial and non-financial disclosure, and audit.

C. An annual audit should be conducted by an independent auditor in order to provide an

external and objective assurance on the way in which financial statements have been

prepared and presented.

D. Channels for disseminating information should provide for fair, timely and cost-efficient

access to relevant information by users.

93

Page 94: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

V. THE RESPONSIBILITIES OF THE BOARD

The corporate governance framework should ensure the strategic guidance of the company,

the effective monitoring of management by the board, and the board’s accountability to the

company and the shareholders.

A. Board members should act on a fully informed basis, in good faith, with due diligence and

care, and in the best interest of the company and the shareholders.

B. Where board decisions may affect different shareholder groups differently, the board

should treat all shareholders fairly.

C. The board should ensure compliance with applicable law and take into account the

interests of stakeholders.

D. The board should fulfil certain key functions, including:

1. Reviewing and guiding corporate strategy, major plans of action, risk policy, annual

budgets and business plans; setting performance objectives; monitoring implementation

and corporate performance; and overseeing major capital expenditures, acquisitions and

divestitures.

2. Selecting, compensating, monitoring and, when necessary, replacing key executives and

overseeing succession planning.

3. Reviewing key executive and board remuneration, and ensuring a formal and transparent

board nomination process.

4. Monitoring and managing potential conflicts of interest of management, board members

and shareholders, including misuse of corporate assets and abuse in related party

transactions.

94

Page 95: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

5. Ensuring the integrity of the corporation’s accounting and financial reporting systems,

including the independent audit, and that appropriate systems of control are in place, in

particular, systems for monitoring risk, financial control, and compliance with the law.

6. Monitoring the effectiveness of the governance practices under which it operates and

making changes as needed.

7. Overseeing the process of disclosure and communications.

E. The board should be able to exercise objective judgement on corporate affairs

independent, in particular, from management.

1. Boards should consider assigning a sufficient number of non-executive board members

capable of exercising independent judgement to tasks where there is a potential for conflict

of interest. Examples of such key responsibilities are financial reporting, nomination and

executive and board remuneration.

2. Board members should devote sufficient time to their responsibilities.

F. In order to fulfil their responsibilities, board members should have access to accurate,

relevant and timely information.

95

Page 96: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

Implementasi GCG pada Perusahaan Manufaktur /Jasa berdasarkan prinsip moral dan

etika pada struktur organisasi (hardware) dan berdasarkan moral, etika visi dan misi

(software).

Implementasi Good Corporate Governance (GCG) di PT Petrokimia Gresik tercermin dalam

Wujud Komitmen, sbb :

• Anggaran Dasar Perusahaan

• Board Policy Manual (BPM)

• Corporate Policy Manual (CPM)

• Pedoman Perilaku Bisnis (PPB)

• Pedoman Manajemen Risiko (PMR)

• Sistem Manajemen

• State of Corporate Intent (SCI)

• Contract Management (KPI)

• Internal Audit Charter (IAC)

96

Page 97: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

• Coommittee Audit Charter (CAC)

• Risk Based Audit

• RJP, RKAP, SK. M. BUMN No. 100/MBU/2002

• Hubungan Anak Perusahaan, Anggota Holding

• Corporate Social Responsibility (CSR)

• Peraturan & Perundang-undangan yang berkaitan dengan penerapan GCG

SURAT EDARAN BANK INDONESIA NO. 9/12/DPNP PERIHAL PELAKSANAAN

GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM

1. Apa latar belakang penerbitan Surat Edaran Bank Indonesia (SE BI) ini?

Dengan telah dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 8/4/PBI/2006 tentang

Pelaksanaan Good Corporate Goovernace bagi Bank Umum sebagaimana telah diubah

dengan PBI No 8/14/PBI/2006, dianggap perlu diatur ketentuan pelaksanannya dalam SE BI

perihal Pelaksanaan Good Corporate Governace bagi Bank Umum untuk mempermudah

penerapannya oleh Bank.

2. Apa saja pokok-pokok penjelasan dalam SE BI ini?

a. Memperjelas difinisi independen atau independensi bagi Komisaris Independen dan Pihak

Independen termasuk Presiden Direktur.

b. Memperjelas tata cara melakukan self assessment pelaksanaan Good Corporate

Governance (GCG).

c. Memperjelas aspek-aspek yang perlu diungkap dalam Laporan Pelaksanaan GCG.

97

Page 98: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

3. Persyaratan apa yang ditetapkan agar seseorang dapat menjadi Komisaris Independen,

Pihak Independen dan Presiden Direktur?

a. Seseorang dapat menjadi Komisaris Independen/Pihak Independen apabila tidak memiliki:

1) Hubungan keuangan, yakni apabila memperoleh penghasilan, bantuan keuangan atau

pinjaman dari anggota Dewan Komisaris lainnya dan/atau Direksi (pengurus) Bank, dari

perusahaan yang PSP nya pengurus Bank, dan dari Pemegang Saham Pengendali (PSP) Bank.

2) Hubungan kepengurusan, yakni apabila menjadi pengurus pada perusahaan dimana

Dewan Komisaris Bank lainnya menjadi pengurus, menjadi pengurus pada perusahaan yang

PSP nya pengurus Bank, dan menjadi pengurus atau Pejabat Eksekutif pada perusahaan PSP

Bank.

3) Hubungan kepemilikan saham yakni apabila menjadi pemegang saham pada perusahaan

yang PSP nya adalah pengurus dan/atau PSP Bank, dan/atau menjadi pemegang saham pada

perusahaan PSP Bank.

4) Hubungan dengan Bank apabila:

a) memiliki saham Bank lebih dari 5% (lima perseratus) dari modal disetor Bank;

b) menerima/memberi penghasilan, bantuan keuangan atau pinjaman dari/kepada Bank

yang menyebabkan pihak yang memberi bantuan, memiliki kemampuan untuk

mempengaruhi pihak yang menerima bantuan, seperti pihak terafiliasi dan/atau pihak yang

melakukan transaksi keuangan dengan bank (debitur inti dan deposan inti).

b. Seseorang dapat menjadi Presiden Direktur apabila tidak memiliki:

1) hubungan keuangan, yakni apabila menerima penghasilan, bantuan keuangan atau

pinjaman dari PSP Bank;

2) hubungan kepengurusan, yakni apabila menjadi pengurus dan Pejabat Eksekutif pada

perusahaan PSP Bank; dan

3) hubungan kepemilikan, yakni apabila menjadi pemegang saham pada perusahaan PSP

Bank, dan/atau pemegang saham Bank bersama PSP Bank, kecuali kepemilikan yang berasal

98

Page 99: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

dari management shares option program (MSOP) Bank yang besarnya tidak lebih dari 5%

(lima perseratus) dari modal disetor Bank.

c. Dalam penjelasan diatas, yang dimaksud PSP Bank adalah pemegang saham Bank sampai

dengan pengendali akhir (ultimate shareholders) Bank.

44. Apakah seorang Komisaris perwakilan PSP yang telah berakhir masa jabatannya dan

akan menjadi Komisaris Independen harus melalui fit and proper test terlebih dahulu?

Mengingat persyaratan untuk menjadi Komisaris Independen lebih lengkap, maka mantan

Komisaris yang akan menjadi Komisaris Independen harus melalui fit and proper test

administrasi, yakni:

a. Mengajukan permohonan kepada Bank Indonesia dengan dilampiri surat pernyataan

independen.

b. Dilakukan penelitian terhadap independensi yang bersangkutan, yang meliputi hubungan

keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dengan anggota Dewan komisaris, Direksi

dan/atau Pemegang Saham Pengendali serta hubungan dengan Bank yang dapat

mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen.

c. Tidak tercatat dalam track record pada Bank Indonesia.

5. Terkait dengan Pasal 20 yang menyatakan bahwa Presiden Direktur wajib berasal dari

pihak yang independen terhadap PSP, apakah seorang Presiden Direktur yang memiliki

saham Bank dikatagorikan sebagai PSP Bank? Jika yang bersangkutan sebagai pihak

pengendali, apakah yang bersangkutan dapat memenuhi persyaratan sebagai Presiden

Direktur?

3.

Sesuai Pasal 1 angka 4 PBI tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper

Test), bahwa seseorang yang dinyatakan sebagai PSP, tidak hanya yang memiliki saham 25%

atau lebih tetapi juga memiliki saham kurang dari 25% namun dapat dibuktikan melakukan

pengendalikan.

Sesuai Pasal 2 ayat (2) PBI diatas, dinyatakan bahwa yang termasuk sebagai pengendali

Bank adalah orang perseorangan, bahan hukum atau kelompok usaha yang melakukan

99

Page 100: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

pengendalian terhadap Bank, termasuk namun tidak terbatas pada PSP, Pengurus dan

Pejabat Eksekutif.

Dengan memperhatikan kedua butir diatas, apabila Presiden Direktur memiliki saham

Bank maka yang besangkutan tergolong sebagai pengendali Bank atau menjadi PSP Bank,

sehingga tidak dapat menjadi Presiden Direktur. Namun untuk azas fairness, kepemilikan

saham yang berasal dari management shares option program (MSOP) Bank dengan

kepemilikan saham Bank tidak lebih dari 5% (lima perseratus) dapat dikecualikan sebagai

kepemilikan saham dimaksud.

66. Bagaimana penerapan masa tunggu (cooling off) bagi Komisaris Independen dan Pihak

Independen? Mantan anggota Direksi atau Pejabat Eksekutif yang melakukan tugas fungsi

pengawasan, tidak dapat menjadi Komisaris Independen/Pihak Independen pada Bank yang

sama, apabila aktifitas di fungsi pengawasan kurang dari 1 (satu) tahun/kurang dari 6

(enam) bulan.

7. Hal-hal apa yang diperlukan, apabila Dewan Komisaris Bank memutuskan

menyelenggarakan rapat dengan menggunakan teknologi telekonferensi? Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam penyelenggaraan rapat dengan menggunakan teknologi telekonferensi:

a. Dasar keputusan penyelenggaraan rapat, misalnya ketentuan intern Bank dan risalah

rapat;

b. Bukti rekaman penyelenggaraan rapat; dan

c. Risalah rapat yang telah ditandatangani oleh seluruh peserta yang hadir.

8. Dimana sajakah Pihak Independen anggota Komite dapat merangkap jabatan? Pihak

Independen anggota Komite dapat merangkap jabatan pada Bank yang sama, Bank lain

dan/atau perusahaan lain, sepanjang yang bersangkutan memenuhi: seluruh kompetensi

yang disyaratkan, kriteria independensi, mampu menjaga rahasia Bank, memperhatikan

kode etik yang berlaku serta tidak mengabaikan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab

sebagai anggota Komite.

9. Dapatkah anggota Direksi Bank menjadi Pihak Independen anggota Komite pada Bank

lain?

100

Page 101: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

Anggota Direksi Bank dilarang menjadi anggota Komite Audit, Komite Pemantau Risiko dan

Komite Remunerasi dan Nominasi baik pada Bank yang sama, Bank lain maupun perusahaan

lain.

10. Bagaimana cara Bank melakukan self assessmnet pelaksanaan Good Corporate

Governance (GCG)?

Self assessment GCG dilakukan dengan mengisi Kertas Kerja Self Assessment GCG yang telah

ditetapkan, yang meliputi 11 (sebelas) Faktor Penilaian, dengan cara:

a. Menetapkan Nilai Peringkat per Faktor, dengan melakukan Analisis Self Assessment

dengan cara membandingkan Tujuan dan Kriteria/Indikator yang telah ditetapkan dengan

kondisi Bank yang sebenarnya.

b. Menetapkan Nilai Komposit hasil self assessment , dengan cara membobot seluruh

Faktor, menjumlahkannya dan selanjutnya memberikan Predikat Kompositnya.

c. Dalam penetapan Predikat, perlu diperhatikan batasan berikut :

1) Apabila dalam penilaian seluruh Faktor terdapat Faktor dengan Nilai Peringkat 5, maka

Predikat Komposit tertinggi yang dapat dicapai Bank adalah ”Cukup Baik”;

2) Apabila dalam penilaian seluruh Faktor terdapat Faktor dengan Nilai Peringkat 4, maka

Predikat Komposit tertinggi yang dapat dicapai Bank adalah ”Baik”.

11. Bagaimana penulisan Laporan Pelaksanaan Good Corporate Governance dalam Laporan

Tahunan Bank?

Laporan Pelaksanaan GCG dapat menjadi Bab tersendiri dalam Laporan Tahunan Bank atau

disajikan terpisah dari Laporan Tahunan Bank yang disampaikan bersamasama dengan

Laporan Tahunan Bank.

12. Bagaimana perlakuan terhadap hasil pelaksanaan self assessment GCG Bank yang

berbeda dengan hasil pemeriksaan/pengawasan Bank Indonesia?

a. Apabila hasil pelaksanaan self assessment GCG Bank menunjukkan perbedaan yang

material yakni mengakibatkan hasil Predikat Komposit yang berbeda, maka Bank wajib

101

Page 102: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

menyampaikan revisi hasil pelaksanaan self assessment GCG Bank tersebut secara lengkap

kepada Bank Indonesia.

b. Revisi hasil self assessment pelaksanaan GCG Bank tersebut, harus dipublikasikan dalam

Laporan Keuangan Publikasi Bank pada periode terdekat, meliputi Nilai 5 Komposit dan

Predikatnya.

Beberapa Contoh Software aplikasi untuk penerapan Good Corporate Governance :

Microsoft SAM (Software Asset Management)

About Software Asset Management :

Software Asset Management, or SAM, is a series of business processes that provides you

with everything you need to manage and control your organisation’s software through all

stages of its lifecycle.

Reasons to implement SAM :

1. Smoother operations.

2. Financial security.

3. Eliminate waste and redundancy.

4. Volume discounts.

5. Every employee benefits.

102

Page 103: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

6. Liability.

7. Future benefits.

8. Corporate governance. SAM can help you identify and control your software risks, the

two basic considerations in good corporate governance.

www.microsoft.com/resources/sam/tool.mspx.

Corporate Governance Software/Board Management Software :

http://www.change-leaders.com/Corporate-Governance-Software.html

• Boardvantage

This corporate governance software is a hosted service that centralizes Board documents,

process and communication in a secure portal. (Boardvantage.com)

• Compliance360

This web-based corporate governance software assists in the management of corporate

compliance programs through a single, enterprise-wide application. (Compliance360.com)

• D2C

This corporate governance software enables cross-platform, real-time visibility into a

compliance analysis for each business process and more. (D2c.net)

• Directors Desk

A hosted board management software that improves Board communications and

effectiveness by reducing paperwork and the time involved in keeping Boards informed.

(DirectorsDesk.com)

• Protiviti's Governance Portal

103

Page 104: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

A board management software and a simple cost-effective risk compliance management

tool with three applications: SarbOx Portal, Self Assessor and Operational Risk Management.

(Protiviti.com)

• Thomson BoardLink

BoardLink is a secure, web-based board management software solution that improves the

information flow between companies and their directors.

(https://www.thomsonboardlink.com/BOD/Logon.aspx)

Serena Software

Serena Software promotes good corporate governance and ethics through oversight by its

Board of Directors and applicable company policies, procedures and practices.

http://www.serena.com

Catatan Tambahan :

Corporate Politics :

Politik organisasional Adalah penggunaan kekuasaan untuk mempengaruhi

pengambil keputusan dalam organisasi atau pada perilaku anggota-anggotanya yang

bersifat mementingkan diri sendiri dan secara organisasional tidak bersangsi.

Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perilaku politik yakni :

A. Faktor indifidu

B. Faktor organisasi

Realokasi sumber daya

Keputusan promosi

Tingkat kepercayaan rendah

Ambiguitas peran

Sistem evaluasi kinerja tidak jelas

104

Page 105: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

Praktik-praktik imbalan zero-sum

Pengambilan keputusan yang demokratis

Tekanan kinerja tinggi

Para manajer yang egois

Power

Power merupakan sesuatu yang penting di lingkup manajerial. Power adalah

kemampuan menyuruh orang lain melakukan apa yang kita ingin untuk mereka lakukan.

Power berbeda dengan pengaruh (influence). Pengaruh adalah suatu respon yang berupa

tindakan atas digunakannya power.

Perspektif manajerial terhadap power dan pengaruh harus mencakup pertimbangan praktis

tentang bagaimana memperoleh power yang diperlukan agar suatu pekerjaan dilakukan

oleh orang lain. Bagi higher-level superiors, power diperoleh dari personal power dan

pengaruh yang ditujukan pada atasan. Bagi manager, power diperoleh dari personal power

dan pengaruh yang ditujukan pada bawahan. Pada tingkat manajer itu pula, jika seorang

manajer memperoleh pengaruh yang ditujukan pada sesamanya yang mana pengaruh itu

didukung oleh personal power maka si manajer tadi bisa memperoleh kekuasaan atas

sesamanya (peers) dan pihak luar (outsiders). Bagi subordinates, power diperoleh dari

personal power dan position power, serta pengaruh yang ditujukan pada sesama bawahan.

Power bersifat non-politis apabila ia tetap dalam batas-batas otoritas formal, kebijakan

organisasional, prosedur, dan deskripsi kerja, atau apabila ia ditujukan pada pencapaian

tujuan yang ditentukan organisasi sendiri.

Perbedaan antara kepemimpinan dengan kekuasaan yakni terkait dengan kesesuaian

tujuan. Kekuasaan tidak mensyaratkan kesesuaian tujuan hanya ketergantugan, sebaliknya

kepemimpinan mensyaratkan keserasian antara tujuan pemimpin dan mereka yang

dipimpin. Perbedaan kedua berkaitan dengan arah pengaruh. Kepemimpinan berfokus pada

pengaruh kebawah kepada para pengikut. Kepemimpinan meminimalkan pola-pola

pengaruh kesamping dan keatas kekuasaan tidak demikian.

105

Page 106: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

Empowerment adalah proses melalui mana para manajer membantu pihak lain

mendapatkan dan menggunakan power yang diperlukan untuk membuat keputusan yang

mempengaruhi mereka sendiri dan kerja mereka.

STRUKTUR ORGANISASI

Pengertian

Robbins (2003: 176). Struktur organisasi menetapkan cara tugas pekerjaan dibagi,

dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal.

Gibson et al. (2006: 7). Struktur organisasi adalah cetak biru yang mengindikasikan

bagaimana orang dan pekerjaan dikelompokkan bersama dalam suatu organisasi.

Struktur digambarkan oleh suatu bagan organisasi.

Robbins dan Judge (2007: 478)

Struktur organisasi didefinisikan bagaimana tugas pekerjaan dipisahkan secara

formal.

McShane dan Glinow (2006: 233)

Struktur organisasi merujuk pada pembagian karyawan dan pola koordinasi,

komunikasi, aliran kerja, dan kekuasan formal yang langsung pada aktivitas

organisasi.

Elemen struktur organisasi :

Robbins (2003)

1. Rentang kendali

2. Sentralisasi dan desentralisasi

3. Formalisasi

4. Departementalisasi

106

Page 107: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

5. Spesialisasi pekerjaan

6. Rantai komando

McShane & Glinow (2006)

1. Rentang kendali

2. Sentralisasi dan desentralisasi

3. Formalisasi

4. Departementalisasi

TIPE/DESAIN ORGANISASI :

Robbins (2003)

Desain org yg lazim:

Sederhana

Birokrasi

Matrik

Pilihan desain baru:

Struktur tim

Organisasi virtual

Org tanpa tapal batas

McShane & Glinow (2006), Tipe departementalisasi murni:

Struktur sederhana

Struktur fungsional

Struktur divisional

Struktur matrik

107

Page 108: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

Struktur tim

Struktur organisasi adalah bagaimana organisasi membagi tugas dan pekerjaan serta

bagaimana mengkoordinasikannya. Ada enam elemen struktur organisasi yaitu: spesialisasi

pekerjaan, departementalisasi, rantai komando, rentang kendali, sentralisasi dan

desentralisasi, serta formalisasi. Tipe struktur atau desain organisasi yang dikenal adalah

struktur sederhana, fungsional, divisional, matrik, tim, birokrasi, organissi virtual, dan

organisasi tanpa tapal batas. Perbedaan struktur/desain organisasi antara organisasi yang

satu dengan yang lain dipengaruhi oleh faktor lingkungan, ukuran organisasi, teknologi, dan

strategi organisasi.

Budaya organisasi merupakan serangkaian praktik organisasi yang dapat dilihat sebagai

karakteristik yang sifatnya spesifik dan relatif konstan jika dibandingkan dengan sifat

organisasi lain. Ada tujuh karakteristik primer dari budaya organisasi: inovasi dan

pengambilan risiko, perhatian terhadap detail, orientasi hasil, orientasi orang, orientasi tim,

keagresifan, dan kemantapan.

Daftar Bacaan :

* Arafat, Wilson, Mohamad Fajri MP, Smart Strategy for 360 degree GCG (Good Corporate

Governance) (October 2009). Skyrocketing Publisher. ISBN 978-979-18098-1-8

* Arafat, Wilson, How To Implement GCG Effectively (July 2008). Skyrocketing Publisher.

* Becht, Marco, Patrick Bolton, Ailsa Röell, Corporate Governance and Control (October

2002; updated August 2004). ECGI - Finance Working Paper No. 02/2002.

* Brickley, James A., William S. Klug and Jerold L. Zimmerman, Managerial Economics &

Organizational Architecture, ISBN 0-07-282809-9

* Cadbury, Sir Adrian, The Code of Best Practice, Report of the Committee on the Financial

Aspects of Corporate Governance, Gee and Co Ltd, 1992

* Cadbury, Sir Adrian, "Corporate Governance : Brussels", Instituut voor Bestuurders,

Brussels, 1996.

108

Page 109: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

* Claessens, Stijn, Djankov, Simeon & Lang, Larry H.P. (2000) The Separation of Ownership

and Control in East Asian Corporations, Journal of Financial Economics, 58: 81-112

* Clarke, Thomas (ed.) (2004) "Theories of Corporate Governance: The Philosophical

Foundations of Corporate Governance," London and New York: Routledge, ISBN 0-415-

32307-X

* Clarke, Thomas (ed.) (2004) "Critical Perspectives on Business and Management: 5

Volume Series on Corporate Governance - Genesis, Anglo-American, European, Asian and

Contemporary Corporate Governance" London and New York: Routledge, ISBN 0-415-

32910-8

* Clarke, Thomas & dela Rama, Marie (eds.) (2006) "Corporate Governance and

Globalization" London and Thousand Oaks, CA: SAGE, ISBN 1-4129-2899-0

* Colley, J., Doyle, J., Logan, G., Stettinius, W., What is Corporate Governance ? (McGraw-

Hill, December 2004) ISBN 0-07-144448-3

* Easterbrook, Frank H. and Daniel R. Fischel, The Economic Structure of Corporate Law,

ISBN 0-674-23539-8

* Erturk, Ismail, Froud, Julie, Johal, Sukhdev and Williams, Karel (2004) Corporate

Governance and Disappointment Review of International Political Economy, 11 (4): 677-713.

* Garrett, Allison, "Themes and Variations: The Convergence of Corporate Governance

Practices in Major World Markets," 32 Denv. J. Int’l L. & Pol’y 147 (2004).

* Holton, Glyn A (2006). Investor Suffrage Movement, Financial Analysits Journal, 62 (6),

15–20.

* Monks, Robert A.G. and Minow, Nell, Corporate Governance (Blackwell 2004) ISBN 1-

4051-1698-6

* Monks, Robert A.G. and Minow, Nell, Power and Accountability (HarperBusiness 1991)

* New York Society of Securities Analysts, 2003, Corporate Governance Handbook

* OECD (1999, 2004) Principles of Corporate Governance Paris: OECD)

109

Page 110: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

* Özekmekçi, Abdullah, Mert (2004) "The Correlation between Corporate Governance and

Public Relations", Istanbul Bilgi University.

* Whittington, G. "Corporate Governance and the Regulation of Financial Reporting",

Accounting and Business Research, Vol. 2, 1993, Corporate Governance Special Issue, pp.

311-319.

* World Business Council for Sustainable Development WBCSD (2004) Issue Management

Tool: Strategic challenges for business in the use of corporate responsibility codes,

standards, and frameworks

110

Page 111: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

111

Page 112: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

112

Page 113: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

113

Page 114: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

114

Page 115: elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/476/jbptunikompp-gdl... · Web viewMasyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan

115