emasain vol iii no.1 tahun 2014

114
YAYASAN PEMBINA LEMBAGA PENDIDIKAN (YPLP) PERGURUAN TINGGI INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALI Alamat: Jalan Seroja Tonja Denpasar Utara tlp: (0361) 431434 Alamat Web: ikippgribali.ac.id INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN, Jurusan/PS Bimbingan dan Konseling FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA SENI, Jurusan/PS: Pend. Bhs. Indonesia dan Daerah Bali, Pend. Sendratasik dan Pend. Seni Rupa. FAKULTAS PENDDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL, Jurusan/PS: Pend. Ekonomi, dan Pend. Sejarah. FAKULTAS PENDIDIKAN OLAH RAGA DAN KESEHATAN, Jurusan/Prodi: Pend. Olah Raga dan Kesehatan FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FPMIPA) Jurusan/PS: Pendidikan Matematika dan Pendidikan Biologi Alamat: Jln Akasia No 16 Tanjung Bungkak Denpasar Timur tlp. (0361) 265693 e-mail: [email protected] JURNAL EDUKASI MATEMATIKA dan SAINS VOLUME III, NOMOR 1, MARET TAHUN 2014 ISSN 2302-2124 VOLUME III, NOMOR 1, MARET TAHUN 2014 ISSN 2302-2124 Emasains J U R N A L E D U K A S I MATEMATIKA dan SAINS Strategi Pembelajaran Sepak Bola Verbal. Metode Pembelajaran Berbasis Joyful Learning dan Gaya Berpikir. Air Rendaman Ampas Teh Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Bawang Merah (Allium ascalonicum L.). Bentuk Asesmen Formatif Dan Tingkat Motivasi Berprestasi. Keragaman Jenis Serangga Predator di Areal Persawahan. Model Pembelajaran Problem Solving. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT. Penerapan Model Pembelajaran Eksposiroti Dengan Tutor Sebaya. Penerapan Metode Tanya Jawab Multi Arah Melalui Latihan Keterampilan (Drill Method). Meningkatkan Prestasi Belajar Dengan Metode Karya Wisata Dengan Bermain Sambil Belajar Dan Metode Bercerita. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Model Pembelajaran Kreatif Problem Solving Berbantuan Media ICT. Model Pembelajaran Kooperatif Melalui Bimbingan Kelompok. FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALI Jln Akasia Desa Sumerta No.: 16 Denpasar Timur Telp. (0361) 265693 Email: [email protected] JEms

Upload: ikippgribali2

Post on 02-Feb-2016

135 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

TRANSCRIPT

Page 1: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

VOLUME lI, NOMOR 2, MARET TAHUN 2013 ISSN 2302-2124

YAYASAN PEMBINA LEMBAGA PENDIDIKAN (YPLP) PERGURUAN TINGGIINSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALI

Alamat: Jalan Seroja Tonja Denpasar Utara tlp: (0361) 431434Alamat Web: ikippgribali.ac.id

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALIFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN,

Jurusan/PS Bimbingan dan Konseling

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA SENI,Jurusan/PS: Pend. Bhs. Indonesia dan Daerah Bali,

Pend. Sendratasik dan Pend. Seni Rupa.

FAKULTAS PENDDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL,Jurusan/PS: Pend. Ekonomi, dan Pend. Sejarah.

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAH RAGA DAN KESEHATAN,Jurusan/Prodi: Pend. Olah Raga dan Kesehatan

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FPMIPA)Jurusan/PS: Pendidikan Matematika dan Pendidikan Biologi

Alamat: Jln Akasia No 16 Tanjung Bungkak Denpasar Timur tlp. (0361) 265693e-mail: [email protected]

JURNAL EDUKASIM

ATEMATIKA dan SAIN

SV

OLU

ME III, N

OM

OR

1, MA

RET TA

HU

N 2014

ISS

N 2302-2124

VOLUME III, NOMOR 1, MARET TAHUN 2014 ISSN 2302-2124 VOLUME III, NOMOR 1, MARET TAHUN 2014 ISSN 2302-2124

Emasains

JURNAL EDUKASI MATEMATIKA dan SAINS

Strategi Pembelajaran Sepak Bola Verbal. Metode Pembelajaran Berbasis Joyful Learning dan Gaya Berpikir. Air Rendaman Ampas Teh Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Bawang

Merah (Allium ascalonicum L.). Bentuk Asesmen Formatif Dan Tingkat Motivasi Berprestasi. Keragaman Jenis Serangga Predator di Areal Persawahan. Model Pembelajaran Problem Solving. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT. Penerapan Model Pembelajaran Eksposiroti Dengan Tutor Sebaya. Penerapan Metode Tanya Jawab Multi Arah Melalui Latihan

Keterampilan (Drill Method). Meningkatkan Prestasi Belajar Dengan Metode Karya Wisata Dengan

Bermain Sambil Belajar Dan Metode Bercerita. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Model Pembelajaran Kreatif Problem Solving Berbantuan Media ICT. Model Pembelajaran Kooperatif Melalui Bimbingan Kelompok.

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALI Jln Akasia Desa Sumerta No.: 16 Denpasar Timur

Telp. (0361) 265693 Email: [email protected]

JEms

Page 2: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

�Jurnal EMASAINS Volume lIl, Nomor 1, Maret Tahun 2014 ISSN 2302-2124

MATEMATIKA dan SAINSJURNAL EDUKASI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMINSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) PGRI BALI

Jln Akasia Desa Sumerta No.: 16 Denpasar TimurTelp. (0361) 265693 Email: [email protected]

Page 3: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume lIl, Nomor 1, Maret Tahun 2014 ISSN 2302-2124��

Emasains jurnal edukasi matematika dan sains Emasains, Jurnal Edukasi Matematika dan Sains terbit dua kali dalam setahun (Maret dan September), Berbahasa Indonesia maupun Inggris. Sebagai media komunikasi ilmiah dengan kajian masalah pendidikan, pendidikan matematika, sains dan lingkungan hidup. Memuat tulisan yang berasal dari hasil penelitian, kajian teoretis dan aplikasi teori.

Penasehat Dr. I Made Suarta, SH., M. Hum

Penanggungjawab

Drs. I Wayan Suanda, SP., M.Si.

Ketua Redaksi Drs. I Nengah Suka Widana, M.Si

Sekretaris Redaksi

Dra. I Gusti Ayu Rai, M.Si.; I Wayan Eka Mahendra, S.Pd., M.Pd

Redaksi Ahli Prof.Dr. I Wayan Suparta, M.S (UNUD).

Prof. Dr. Putu Budiadnyana, M.Si (Undiksha Singaraja). Dr. Bayu Aji (LIPI-Kebun Raya Eka Karya Bali).

Dr. Ir. I G.N. Alit Wirya Susanta, M.Agr. (UNUD). Drs. I Wayan Budiyasa, M.Si. (IKIP PGRI Bali).

Drs. I Dewa Putu Juwana, M.Pd. (IKIP PGRI Bali).

Redaksi Pelaksana Drs. Made Surat, M.Pd.; Drs I Wayan Sudiarsa.; Drs. I Made Sunastra, M.Si.

M.Si.; Drs. I Made Subrata; M.Si; I Wayan Widana, S.Pd., M.Pd. N. Putri Sumaryani, SP., M.MA.; Made Wahyu Cerianingsih, S.Si.

Ni Luh Mery Marlinda, S.Pd.

Bendahara Dra. Ni Nyoman Parmithi, MM.

Distribusi

I Putu Sukerteyasa, S.Pd., M.Pd; Gustut Ariana, S.Pd.

Pembantu Pelaksana Tata Usaha Sri Utami, S.Pd.; Ni G.A. Nyoman Sri Ernawati.

Alamat Redaksi

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP PGRI Bali Jln Akasia Desa Sumerta No.: 16 Denpasar Timur

Telp. (0361) 265693 Email: [email protected]

JEms

Dicetak Oleh:PT. Percetakan Bali, Jl. Gajah Mada I/1 Denpasar 80112, Telephone (0361) 234723, 235221

NPWP: 01.126.360.5-904.000, Tanggal Regestrasi DKP: 1 July 2006

Page 4: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

���Jurnal EMASAINS Volume lIl, Nomor 1, Maret Tahun 2014 ISSN 2302-2124

Emasains jurnal edukasi matematika dan sains

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i SUSUNAN ORGANISASI PENGELOLA JURNAL EMASAINS ii DAFTAR ISI iii Penerapan Strategi Pembelajaran Sepak Bola Verbal Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dely Kus Purnama…………………………………………………………………………………………………………………………..

1-11

Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Joyful Learning Dan Gaya Berpikir Terhadap Hasil Belajar Matematika. Gabriella Putri Siska Yunita…………………………………………………………………………………………………………….

12-23

Pengaruh Penyiraman Air Rendaman Ampas Teh Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Bawang Merah (Allium ascalonicum L.). N Putri Sumaryani dan I Gede Adnyana…………………………………………………………………………………………

24-32 Pengaruh Penerapan Bentuk Asesmen Formatif Dan Tingkat Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Matematika. I Gusti Agung Ayu Pramita Tryarika, dan Ni Wayan Sunita…………………………………………………………..

33-41

Keragaman Jenis Serangga Predator Di Areal Persawahan Desa Kerobokan Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung. Ni Luh Swastini dan I Nengah Suka Widana…………………………………………………………………………………..

42-50 Model Pembelajaran Problem Solving Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa I Nyoman Sunata…………………………………………………………………………………………………………………………..

51-55

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Peserta Didik Kelas V SD Negeri 3 Jagaraga. Gusti Ayu Putu Putri Ekawati…………………………………………………………………………………………………………

56-62 Penerapan Model Pembelajaran Eksposiroti Dengan Tutor Sebaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Desak Putu Oka Sunedi………………………………………………………………………………………………………………….

63-69 Penerapan Metode Tanya Jawab Multi Arah Melalui Latihan Keterampilan (Drill Method) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Luh Redasi…………………………………………………………………………………………………………………………………….

70-78 Meningkatkan Prestasi Belajar Dengan Metode Karya Wisata Dengan Bermain Sambil Belajar Dan Metode Bercerita I Gusti Ayu Suwantari……………………………………………………………………………………………………………………

79-82 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Ni Luh Widiani……………………………………………………………………………………………………………………………….

83-94 Model Pembelajaran Kreatif Problem Solving Berbantuan Media ICT Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar I Wayan Sudanta…………………………………………………………………………………………………………………………..

95-98 Model Pembelajaran Kooperatif Melalui Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika I Ketut Swarsa……………………………………………………………………………………………………………………………….

99-107 PEDOMAN PENULISAN EMASAINS

JEms

1-11

12-13

24-32

33-41

42-50

51-55

56-62

63-69

70-78

79-82

83-94

95-98

99-107

Page 5: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

�Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN SEPAK BOLA VERBAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

I Wayan Eka Mahendra dan WDely Kus Purnama

Jurusan/Prodi Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI Bali e-mail: [email protected]

Implementation Strategy Soccer Verbal Learning To Improve Math Learning Outcomes

Type of research is classroom action research (PTK) in SMP Negeri 5 Denpasar school year 2013/2014. The problems that were examined is whether the application of learning strategies group Verbal Football can improve mathematics learning outcomes. Research purposes to determine the improvement of mathematics learning outcomes of students, after learning strategy applied Soccer Verbal group. Subjects were VIIIA grade students of SMP Negeri 5 Denpasar, as many as 34 people. Data learning outcomes and learning activities using instruments sheet obtained by observation and achievement test, the data were analyzed using descriptive statistics. The findings of the research that results in students learning math class VIIIA of SMP Negeri 5 Denpasar with applied learning strategy Football Verbal there was an increase of 68.59 on the first cycle to 82.5 in the second cycle. Thus the application of the Football Verbal learning strategies to improve learning outcomes math VIIIA grade students of SMP Negeri 5 Denpasar. Keywords: Verbal Learning Strategies Football.

PENDAHULUAN Sistem Pendidikan Nasional (UU RI

No. 20 Tahun 2003) menyebutkan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan ter-encana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keteram-pilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kurikulum yang di-terapkan mengacu pada standar nasional pendidikan (SNP), berkenaan dengan stan-dar isi, proses dan kompetensi lulusan (Tim Penyusun, 2003).

Observasi terhadap proses pembelajar-an dan keadaan peserta didik di SMP Negeri 5 Denpasar pada awal Pebruari 2014, dimana setiap individu mempunyai pan-dangan berbeda tentang pelajaran matem-atika, bagi yang memandang matematika menyenangkan, maka akan tumbuh moti-vasi dalam diri individu tersebut untuk mempelajari matematika dan optimis dalam menyelesaikan masalah-masalah

dalam pelajaran matematika. Sebaliknya, yang memandang sebagai sesuatu yang sulit, maka individu tersebut akan pesimis-tis dalam menyelesaikan masalah mate-matika, kurang termotivasi. Fakta lapangan menunjukkan sebagian besar peserta didik menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit, sehingga cendrung pesimistis, kurang termotivasi untuk mempelajarinya. Mencermati keadaan tersebut, Seorang guru seharusnya mengetahui psikologis peserta didik sebelum menentukan strategi atau pendekatan yang digunakan. Strategi yang digunakan harus beragam agar peserta didik tidak bosan.

Ginnis (2008) menyatakan bahwa kebaikan strategi pembelajaran Sepak Bola Verbal yaitu dapat mendorong aktivitas kerja kelompok, memberikan pengalaman mengenai macam-macam keterampilan membaca yang didorong oleh kecepatan aktivitas, meningkatkan belajar mandiri dan kecakapan uji lain, membantu peserta didik untuk membiasakan diri belajar pada sumber bukan guru. Selain hal tersebut aktivitas kerja sama, dapat menciptakan

Page 6: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�242

hubungan sosial antar peserta didik dan tercipta pembelajaran kooperatif tapi tetap memfokuskan pada pribadi peserta didik agar dapat memperoleh standar yang tinggi. Berdasarkan paparan tersebut, maka masalah yang diteliti pada kesempatan ini adalah apakah ada peningkatan hasil belajar mate-matika peserta didik kelas VIIIA SMP Negeri 5 Denpasar melalui penerapan stra-tegi pembelajaran Sepak Bola Verbal tahun pelajaran 2013/2014. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar matematika yang dicapai peserta didik.

Belajar menurut Dimyanti (2013) adalah kegiatan yang dilakukan seseorang agar memiliki kompetensi berupa keteram-pilan dan pengetahuan yang diperlukan. Strategi berupa urutan-urutan kegiatan yang dipilih untuk menyampaikan metode pem-belajaran dalam lingkungan tertentu (Supri-jono, 2009). Pembelajaran menurut Degeng dalam Uno (2008) merupakan upaya dalam membelajarkan peserta didik, dimana dalam hal ini dipilih, ditetapkan, dan dikembang-kan metode untuk mencapai hasil pembe-lajaran yang diinginkan sesuai kondisi pem-belajaran yang ada. Sepak Bola Verbal merupakan sebuah aktivitas riset dengan insentif bawaan untuk kerja tim dan kece-patan (Ginnis, 2008). Namun terkadang dalam pembelajaran banyak hal yang mem-pengaruhi berhasil tidaknya peserta didik menerima materi yang disampaikan, yaitu faktor guru, peserta didik, kurikulum, dan lingkungan (Ali, 2007), ini berarti seorang guru harus memiliki kapabilitas yang cukup dalam meramu, menyusun skenario pembelajaran di kelas serta mampu men-transfer strategi yang sifatnya kognitif, sehingga apa yang menjadi tujuan pembela-jaran dapat tercapai. Ginnis (2008) mengemukakan langkah-langkah pembe-lajarannya sebagai berikut (1) menjelaskan tujuan permainan yaitu menguji penge-tahuan dan pemahaman, guru membagi kelas menjadi dua tim, dan tiap tim me-milih seorang kapten. (2) Guru menjelaskan bahwa keberhasilan dalam pertandingan akan bergantung pada latihan serius. Trai-

ning menuntut tim melalui sebuah topik yang disediakan, memerikasa fakta dan pemahaman satu dengan yang lain dan me-ngingat detail untuk menjawab pertanyaan dari guru. (3) Ketika periode latihan selesai, semua buku dan catatan harus disingkirkan, kapten dipanggil bersama, koin dilontarkan untuk mengetahui siapa yang memulai (kick off) dan permainan dimulai. (4) Tim dengan kick off menerima pertanyaan dari guru. Siapapun dapat menjawab dalam lima detik (alokasi waktu menjawab disesuaikan dengan tingkat kesulitan soal). Jika men-jawab dengan benar, mereka mempertahan-kan kepemilikan bola. Pertanyaan lain diajukan oleh guru. Lagi, jika seseorang dalam tim menjawab dengan benar dalam lima detik (alokasi waktu menjawab dise-suaikan dengan tingkat kesulitan soal), bola telah berhasil digulirkan dan bola dipertahan-kan. Gabungkan tiga pertanyaan benar (= tiga kali memegang bola), dan gol! Begitu seseorang telah menjawab sebuah pertanya-an, dia tidak dapat menjawab lagi sampai semua orang lain telah mencoba. Ini ter-gantung pada pemainnya, terutama kapten untuk memantau siapa yang sudah dan siapa yang belum ikut serta. (5) Jika sese-orang pemain menjawab dengan salah, itu berarti satu tackle, dan bola pindah ke lawan. Jadi seorang guru harus mulai mengajukan pertanyaan pada mereka. Jika tidak seseorang pun menjawab dalam lima detik (alokasi waktu menjawab disesuaikan dengan tingkat kesulitan soal), bola lepas. Jika lawan dapat menjawab dalam lima detik (alokasi waktu menjawab disesuaikan dengan tingkat kesulitan soal) berikutnya, mereka memegang bola dan mulai meneri-ma pertanyaan. (a) Pelanggaran terjadi bila peserta didik meneriakkan jawaban saat bukan gilirannya, menjawab ketika tidak berhak, dan terutama berdebat dengan wasit! Wasit diminta untuk menggunakan kartu kuning atau merah. (b) Pemenangnya adalah tim dengan gol lebih banyak di akhir pelajaran. Variasi dari strategi pembelajaran Sepak Bola Verbal adalah sebagai berikut (a) Selama latihan tiap pemain menyiapkan sejumlah pertanyaan untuk ditanyakan ke-

Page 7: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

3Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

pada lawan. Selama permainan, bukan guru yang bertanya, tetapi peserta didik saling bertanya. Seorang peserta didik tidak dapat mengajukan pertanyaan kedua sebelum se-mua yang lain dalam tim telah ikut serta. Dalam hal ini, pelanggaran terjadi karena mengajukan pertanyaan yang tidak dapat dimengerti!. Kapten mengatur urutan pe-main yang mengajukan pertanyaan. (b) Tim dapat diberi topik yang sama dengan saat latihan atau topik berbeda. (c) Kegiatan ini dapat juga digunakan untuk memperkenal-kan topik. Dalam hal ini, pelatihannya terdiri dari riset, open ended jika kelas telah memiliki kecakapan, atau terstruktur. Kedua tim perlu dilakukan riset, dan bersiap menjawab pertanyaan tentang materi yang sama. Aplikasi tambahan dari strategi pembelajaran sepak bola verbal adalah sebagai berikut (a) Konsolidasi di akhir topik atau revisi setelahnya. (b) Untuk memperkenalkan topik Sepak Bola Verbal memungkinkan seorang guru mengecek berapa banyak yang telah diketahui. (c) Untuk melakukan penilaian diagnostik di tengah sebuah topik kegiatan ini secara ka-sar mengungkapkan berapa banyak yang telah dipahami dan berapa banyak data telah diserap sejauh ini. Hal ini seorang guru dapat menyesuaikan rencana untuk pelajaran berikutnya. Sedangkan, kelemahannya ada-lah timbul kegaduhan dalam proses belajar mengajar karena strategi pembelajaran ini bersifat games dan berkelompok. Setelah penerapan strategi pembelajaran Sepak Bola Verbal sangat diharapkan hasil belajar mate-matika peserta didik meningkat. Dalam sis-tem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifi-kasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya men-

jadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor (Sudjana, 2011). Berdasarkan masalah dan kajian teori tersebut, maka diduga bahwa penerapan strategi pembelajaran sepak bola verbal dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada peserta didik.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah Penelitian Tin-dakan Kelas, dengan model yang ditawarkan oleh Kemmis dan McTaggart (1998). Model ini terdiri dari empat komponen dalam se-tiap siklusnya, yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (refleck). Secara mendetail Kemmis dan Taggart (1998) menjelaskan tahap-tahap penelitian tindakan kelas yang dilakukannya. Permasalahan penelitian difo-kuskan kepada strategi bertanya kepada peserta didik. Keputusan ini timbul dari pengamatan tahap awal yang menunjuk-kan bahwa peserta didik belajar dengan cara menghafal dan bukan dalam proses inkuiri. Pada kotak tindakan (action), mulai diaju-kan pertanyaan pertanyaan kepada peserta didik untuk mendorong mereka mengata-kan apa yang mereka pahami, dan apa yang mereka minati. Pada pengamatan (observe), jawaban-jawaban dicatat dan direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi. Dalam kotak Refleksi (reflect), ternyata kontrol kelas yang terlalu ketat menyebabkan tanya jawab kurang lancar dilaksanakan sehingga tidak mencapai hasil yang baik, dan perlu diperbaiki. Pada siklus berikutnya, peren-canaan direvisi dengan modifikasi dalam bentuk mengurangi pernyataan-pernyataan guru yang bersifat mengontrol peserta didik, agar strategi bertanya dapat berlangsung dengan baik. Pada tahap tindakan siklus

Page 8: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�244

kedua hal itu dilakukan. Pelaksanaannya dicatat dan direkam untuk melihat pengaruh-nya terhadap perilaku peserta didik (Wiriaat-madja, 2008). Artinya bahwa pada tahap selanjutnya dilakukan revisi. Subjek pene-litian adalah peserta didik kelas VIII A SMP Negeri 5 Denpasar, tahun pelajaran 2013/2014. Dalam penelitian juga dilibat-kan dua orang guru mata pelajaran mate-matika kelas VIII SMP Negeri 5 Denpa-sar, satu orang sebagai pengajar dan yang lain sebagai pengamat (observer). Objek penelitian ini adalah Strategi Pembelajaran Sepak Bola Verbal, dan hasil belajar peserta didik.

Prosedur Penelitian, penelitian dilak-sanakan dalam dua siklus, siklus tersebut merupakan rangkaian yang saling ber-kaitan, dalam artian bahwa pelaksanaan setiap siklus merupakan lanjutan dari per-baikan siklus sebelumnya. Tahapan yang ditempuh dalam pelaksanaan siklus PTK (mengacu pada Kemmis dan McTaggart, 1998), meliputi tahap perencanaan tindakan, pada tahap ini, langkah-langkah yang dil-akukan adalah sebagai berikut. (a) Menela-ah materi pelajaran, termasuk mengkaji kurikulum SMP Negeri 5 Denpasar untuk mata pelajaran Matematika dan hal yang berhubungan dengan kondisi peserta didik. (b) Merumuskan tujuan-tujuan pengajaran. (c) Mengembangkan tes (instrument pene-litian) untuk melihat kemampuan hasil belajar peserta didik terhadap materi yang disajikan. (d) Mendesain system instruk-sional (membuat perangkat untuk setiap pertemuan yakni berupa rencana pelaksana-an pembelajaran). (e) Membuat lembar ob-servasi (untuk mengamati bagaimana kondi-si belajar mengajar ketika pelaksanaan tindakan berlangsung).

Tahap pelaksanaan, setelah rencana awal, maka dilanjutkan dengan tahap pelak-sanaan yaitu dilakukan praktek pembelajar-an di kelas VIIIA SMP Negeri 5 Denpasar menggunakan strategi pembelajaran sepak bola verbal, penggunaan strategi pembela-jaran ini akan disesuaikan dengan keadaan dan situasi kelas guna menyempurnakan

pelaksanaan pembelajaran. Materi yang di-sampaikan yaitu sistem menentukan unsur dan bagian-bagian lingkaran; Menghitung keliling dan luas lingkaran. Pada tahap ini, yang akan dilakukan peneliti adalah sebagai berikut (a) Menguji cobakan desain yang telah dibuat pada proses perencanaan. (b) Menerapkan strategi pembelajaran sepak bola verbal. (c) Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran. (d) Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang dilaksana-kan. (e) Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemukan kendala saat melakukan tahap tindakan. (f) Memberikan tes untuk mengetahui hasil belajar terkait materi yang telah diajarkan.

Tahap Pengamatan, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah mengamati setiap aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung dengan meng-gunakan lembar observasi yang memuat faktor yang diamati yaitu: (1) Peserta didik yang hadir saat proses pembelajaran ber-langsung. (2) Peserta didik yang memberi perhatian saat guru menjelaskan. (3) Peserta didik yang bekerja sama dengan rekan sekelompoknya.(4) Peserta didik yang men-cari solusi atau jawaban dari pertanyaan atau masalah yang diajukan dengan cepat dan tepat. (5) Peserta didik yang mampu menemukan solusi ketika diajukan perma-salahan atau pertanyaan. (6) Peserta didik yang mengerjakan soal di depan kelas. (7) Peserta didik yang mampu menyimpulkan pelajaran yang telah berlangsung.

Tahap Refleksi, Pada tahap ini dilakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan yang meliputi evaluasi mutu, waktu, dan hal-hal lain yang mempeng-aruhi hasil belajar dari setiap jenis tinda-kan serta memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk diguna-kan pada siklus berikutnya. Gambaran Umum Siklus Berikutnya, langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II relatif sama dengan siklus I dan dengan mengadakan

Page 9: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

�Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

perbaikan sesuai dengan hasil refleksi pada siklus I.

Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian, Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian tinda-kan kelas ini adalah (1) Observasi awal yaitu dengan mengadakan pengamatan awal pada hasil belajar pesertadidik sebelum strategi pembelajaran sepak bola verbal diterapkan dalam proses belajar mengajar. (2) Memberikan tes hasil belajar matematika tes ini berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban dengan jumlah soal 10 item untuk siklus I. Ada 10 item untuk siklus II. Tes hasil belajar ini diambil dari buku soal, hal ini dilakukan karena soal dari buku sudah teruji validitas dan reabilitasnya, jadi tidak perlu menguji validitas dan reabilitas item,hanya dilakukan uji validitas isi, pengujian ini dilakukan membandingkan antara instrument dengan materi pelajaran yang telah diajarkan atau rancangan yang telah ditetapkan, serta mengkonsultasikan instrument yang telah disusun dengan guru matematika yang ada di sekolah SMP Negeri 5 Denpasar yaitu I Nyoman Gede Udiana, S.Pd selaku validator. Dalam penelitian ini tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar dan tingkat kemampuan peserta didik me-nyelesaikan soal-soal dengan strategi pembelajaran Sepak Bola Verbal terhadap penguasaan materi yang diajarkan.

Analisis data dan kriteria keberhasil-an yang digunakan sesuai dengan teknik analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Untuk analisis kuantitatif digunakan statistik deskriptif untuk mendeskripsikan karakteris-tik dari subjek penelitian, yaitu menghitung rata-rata berdasarkan Tiro (2000). Daya Serap, ditentukan menggunakan rumus dari Sudijono (2004); dan mencari prosentase (%) sesuai Sudijono (2004) dan ketuntasan klasikal berdasarkan Tiro (2000). Untuk kategori hasil belajar digunakan standar menurut Depdikbud (2003). Untuk tingkat penguasaan 0-34% (sangat rendah); 35-54% (rendah); 55-64% (sedang); 65-84% (Tinggi); 85-100% (sangat tinggi). Kriteria Keberhasilan menurut ketentuan Depdikbud

bahwa peserta didik dikatakan tuntas belajar jika memperoleh nilai minimal 70 dari nilai ideal, dan tuntas secara klasikal apabila minimal 85% dari jumlah peserta didik yang telah tuntas belajar. Artinya bahwa ketuntasan belajar peserta didik terlihat dari hasil belajarnya, apabila sudah menunjukkan nilai minimal 70 dari skor idealnya, dan secara klasiknya minimal 85% dari semua jumlah peserta didik yang telah tuntas.

HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi awal, penelitian dilaksana-

kan pada tanggal 6 s/d 16 Januari 2014, dengan melibatkan 34 peserta didik kelas VIIIA SMP Negeri 5 Denpasar tahun pelajaran 2013/2014, terdiri atas 18 laki-laki dan 16 perempuan. Data yang dikum-pulkan adalah data hasil belajar melalui penerapan strategi pembelajaran sepak bola verbal. Pada kondisi awal dalam kegiatan pembelajaran matematika peserta didik masih kurang aktif dalam bertanya maupun menjawab soal di depan kelas, itu disebabkan karena cara mengajar yang dilakukan oleh guru bisa dikatakan “mo-noton” atau terlalu berpusat pada guru (teacher centre). Berdasarkan data hasil belajar yang diperoleh pada waktu observasi yaitu nilai rata-rata kelas 55,53 dan ketun-tasan klasikal 5,88%. Hal ini menunjukan bahwa nilai ketuntasan klasikal belum memenuhi kriteria ketuntasan yang telah ditentukan oleh kurikulum, sehingga perlu diterapkan strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan kegiatan peserta didik. Salah satunya dengan penerapan strategi pembelajaran sepak bola verbal yang nanti-nya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam dua siklus.

Hasil penelitian siklus I, pada siklus ini dilaksanakan 3 kali pertemuan, 2 kali pertemuan, untuk membahas materi dan 1 kali pertemuan berikutnya untuk tes siklus. Pada pembelajaran ini peserta didik dan guru melaksanakan strategi pembelajaran Sepak Bola Verbal. Adapun rincian tindakannya (1) Pada pertemuan pertama,

Page 10: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24�

guru memulai pelajaran dengan memberi salam dan mengabsen peserta didik. (2) Guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai. (3) Pada kesempatan ini guru memberi motivasi kepada peserta didik agar mening-katkan hasil belajarnya. Ini dilakukan dengan mengumumkan hasil tes belajar peserta didik yang diperoleh sebelumnya. (4) Guru menyampaikan strategi pembela-jaran dan langkah-langkah proses pem-belajaran hari ini. (5) Peserta didik dibagi menjadi dua kelompok, dan masing-masing kelompok mempunyai satu kapten. (6) Guru menjelaskan bahwa keberhasilan dalam pertandingan bergantung pada latihan yang serius. (7) Guru memasuki periode training dengan sebuah topik yang diberikan. (8) Ketika periode latihan selesai, maka semua buku dan catatan disingkirkan kemu-dian kedua kapten tersebut dipanggil ber-sama dan koin dilontarkan untuk mengetah-ui siapa yang memulai kick off dan per-mainan dimulai. (9) Tim/kelompok dengan kick off menerima pertanyaan dari guru. Siapapun dapat menjawab dalam lima detik (alokasi waktu menjawab disesuai-kan dengan tingkat kesulitan soal). (10) Guru menyampaikan bahwa jika peserta didik dalam tim menjawab dengan benar maka tim mereka mempertahankan kepemi-likan bola, kemudian guru mengajukan pertanyaan baru. (11) Jika peserta didik menjawab lagi dengan benar maka bola telah berhasil digulirkan dan dipertahankan. (12) Guru menyampaikan bahwa jika peser-ta didik/pemain dalam tim menjawab dengan salah maka itu satu tackle artinya bola itu pindah ke lawan, dan guru mulai mengajukan pertanyaan kepada mereka. (13) Guru memberikan sanksi kepada peserta didik yang menjawab saat bukan gilirannya, menjawab tidak berhak terutama berdebat dengan wasit maka satu kartu kuning. (14) Kemudian pada akhir pelajaran guru menyampaikan bahwa pemenang adalah tim/kelompok yang lebih banyak gol. (15) Pada saat proses pemberian materi, masih ada sebagian peserta didik yang tidak antusias mengikutinya karena strategi pembelajaran ini adalah strategi yang baru

bagi mereka, artinya peserta didik belum siap dengan strategi tersebut. (17) Guru mempersentasikan materi pembelajaran, pada pertemuan pertama materi yang diberikan tentang menentukan unsur, bagian lingkaran serta ukurannya yaitu bagaimana cara menentukan unsur dan bagian-bagian lingkaran. (19) Guru kembali memanggil kedua kapten dari masing-masing tim dan melontarkan koin untuk mengetahui tim yang mana yang akan pertama menerima pertanyaan dari guru. (20) Pada pertemuan ini materi yang diajarkan adalah Menentukan unsur dan bagian-bagian lingkaran. Serta menambah variasi tindakan yang sesuai dengan strategi tersebut yaitu menyuruh peserta didik/pemain untuk mempersiapkan per-tanyaan yang akan ditanyakan kepada lawan. (21) Pada siklus I ini terlihat peserta didik sebagian besar peserta didik antusias dalam mempelajari matematika. (23) Pada pertemuan pertama guru memberikan materi tentang menentukan unsur dan bagian-bagian lingkaran. (24) Pada pertemuan kedua guru memberikan materi tentang Menemukan nilai (phi) , menentukan rumus keliling dan luas lingkaran, dalam pertemuan ini semangat peserta didik sudah mulai lumayan dari pada pertemuan pertama. (25) Selanjutnya guru memberikan tes hasil belajar pada pertemuan berikutnya.

Analisis data hasil belajar pada siklus I, data hasil belajar peserta didik setelah tindakan siklus I dianalisis untuk menentu-kan rata-rata nilai hasil belajar dan ketun-tasan klasikal, hasilnya sebagai berikut, rata-rata nilai hasil belajar ( ): 68,59 (kategori tinggi); daya serap peserta didik (DS)= 68,59%; ketuntasan klasikal (KK)= 55,88%. Berdasarkan kriteria hasil belajar peserta didik, maka hasil belajar peserta didik pada siklus I dikategorikan tinggi. Dengan diperoleh nilai rata-rata hasil belajar sebesar 68,59 dan ketuntasan klasikal sebesar 55,88% yang artinya dari 34 peserta didik 19 peserta didik yang sudah tuntas dan 15 peserta didik yang belum tuntas. Berdasarkan kriteria keber-

Page 11: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

�Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

hasilan yang ditetapkan yaitu rata-rata nilai hasil belajar minimal 70 dan ketun-tasan klasikal , maka hasil belajar pada siklus I dengan rata-rata nilai hasil belajar sebesar 68,59 belum mencapai kriteria keberhasilan, dan ketuntasan klasikal sebesar 55,88% belum mencapai kriteria keberhasilan. Hal ini berarti bahwa pelaksanaan tindakan siklus I belum ber-hasil. Oleh karena itu, penelitian tindakan ini perlu dilanjutkan ke siklus II untuk memperbaiki hasil yang dicapai pada siklus I.

Refleksi siklus I, dilakukan dengan melihat hasil tes peserta didik setelah dilakukan kegiatan pembelajaran pada siklus I. Refleksi yang dilaksanakan untuk mengetahui dengan jelas apakah tindakan kelas, dalam hal ini penerapan strategi pembelajaran Sepak Bola Verbal telah dilaksanakan sesuai dengan rencana serta mampu meningkatkan hasil belajar matematika pada peserta didik kelas VIIIA SMP Negeri 5 Denpasar. Hasil analisis data menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan pada 34 peserta didik diperoleh bahwa terdapat 19 peserta didik yang sudah tuntas dan 15 peserta didik yang belum tuntas dengan nilai rata-rata 68,59 dan termasuk dalam kategori tinggi. Namun hasil yang diperoleh sebesar 55,88% ini belum mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu tuntas secara klasikal apabila minimal 85% dari jumlah peserta didik yang telah tuntas belajar. Ketidakcapaian aspek-aspek ini disebabkan oleh: (1) Peserta didik belum tertarik dengan strategi yang digunakan, ini disebabkan peserta didik belum memahami tujuan dari pembelajaran. (2) Peserta didik belum siap dengan strategi tersebut. (3) Peserta didik belum mampu meningkatkan kecerdasan emosionalnya, belum mampu berpikir tinggi. (4) Peserta didik cenderung enggan dan takut bertanya atau meminta petunjuk dan bimbingan dari guru serta tidak mampu mengutarakan bagian-bagian materi atau penyelesaian soal yang belum dimeng-erti. Disebabkan karena karakter peserta didik yang berbeda-beda. (5) Guru kurang

memperhatikan peserta didik untuk lebih membimbing peserta didik dalam menyele-saikan masalah.

Berdasarkan capaian tersebut maka penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan menitikberatkan perbaikan pada hal-hal berikut. (1) Di awal pembelajaran guru memberikan motivasi dan dorongan untuk selalu meningkatkan prestasi belajar dengan cara mendorong peserta didik untuk bekerja sama, saling membantu bila ada peserta didik yang kesulitan dalam belajar, disiplin diri, keberanian dan menghilangkan rasa takut salah bila diminta untuk mengungkap-kan jawaban dari soal-soal yang diberikan oleh guru. (2) Peserta didik diarahkan untuk memperhatikan dengan saksama penjelasan guru. (3) Peserta didik dituntut dan dilatih merangkai kecakapan berpikir serta mening-katkan kecerdasan emosionalnya.

Hasil Penelitian Siklus II, pada siklus ini dilaksanakan 3 kali pertemuan, 2 kali pertemuan digunakan untuk mem-bahas materi dan 1 kali pertemuan digunakan untuk tes siklus. Pada dasarnya langkah-langkah yang dilakukan dalam siklus II ini memperoleh refleksi, selanjut-nya dikembangkan dan dimodifikasi tahapan-tahapan yang ada pada siklus I dengan beberapa perbaikan dan penambahan sesuai dengan kenyataan yang ditemukan. Tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut. (1) Pada pertemuan pertama, guru memulai pelajaran dengan memberi salam dan mengabsen peserta didik. (2) Guru menyampaikan tujuan yang ingin dicapai. (3) Pada kesempatan ini guru memberi motivasi kepada peserta didik agar meningkatkan hasil belajarnya. Ini dilaku-kan dengan mengumumkan hasil tes belajar peserta didik yang diperoleh sebelumnya. (4) Guru menyampaikan strategi pembe-lajaran dan langkah-langkah proses pem-belajaran hari ini. (5) Guru menyampaikan sedikit materi yang berkaitan dengan materi ajar dan menggambarkan dalam kehidupan sehari-hari. (6) Peserta didik dibagi menjadi dua kelompok, dan masing-masing kelompok mempunyai satu kapten. (7) Guru menjelaskan bahwa keberhasilan

Page 12: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24�

dalam pertandingan bergantung pada latihan yang serius. (8) Guru memasuki periode latihan dengan sebuah topik yang diberikan. (9) Selama proses latihan peserta didik/ pemain menyiapkan pertanyaan untuk ditanyakan kepada lawan. (10) Ketika periode latihan selesai, maka semua buku dan catatan disingkirkan kemudian kedua kapten tersebut dipanggil bersama dan koin dilontarkan untuk mengetahui siapa yang memulai kick off dan permainan dimulai. (11) Tim/kelompok dengan kick off menerima pertanyaan dari guru. Siapa-pun dapat menjawab dalam lima detik (alokasi waktu menjawab disesuaikan dengan tingkat kesulitan soal). (12) Guru menyampaikan bahwa jika peserta didik dalam tim menjawab dengan benar maka tim mereka mempertahankan kepemilikan bola, kemudian guru mengajukan pertanya-an baru. (13) Jika peserta didik menjawab lagi dengan benar maka bola telah berhasil digulirkan dan dipertahankan. (14) Guru menyampaikan bahwa jika peserta didik/pemain dalam tim menjawab dengan salah maka itu satu tackle artinya bola itu pindah ke lawan, dan guru mulai mengajukan pertanyaan kepada mereka. (15) Guru memberikan pelanggaran kepada peserta didik yang menjawab saat bukan gilirannya, menjawab tidak berhak terutama berdebat dengan wasit maka satu kartu kuning. (16) Kemudian guru menyampaikan bahwa pemenang adalah tim/kelompok yang lebih banyak gol di akhir pelajaran. (17) Setelah saat memasuki proses pem-berian materi, peserta didik lebih antusias mengikutinya karena penerapan strategi pembelajaran Sepak Bola Verbal bisa merangsang atau memancing peserta didik mengungkapkan apa yang telah dipahami, sehingga peserta didik yang jarang ber-bicara juga ikut berbicara. Lagipula stra-tegi ini juga mendorong peserta didik ber-partisipasi yang lebih berani meskipun tidak mengungkapkan apa-apa. (18) Guru mempersentasikan materi pembelajaran, pada pertemuan pertama materi yang diberikan tentang Menghitung keliling dan luas lingkaran yaitu bagaimana cara

Menghitung keliling lingkaran. (19) Guru kembali memanggil kedua kapten dari masing-masing tim dan melontarkan koin untuk mengetahui tim yang mana yang akan pertama menerima pertanyaan dari guru. (20) Pada pertemuan ini materi yang diajarkan adalah Menghitung keliling lingkaran. Serta menambah variasi tindakan yang sesuai dengan strategi tersebut yaitu menyuruh peserta didik/pemain untuk mempersiapkan pertanyaan yang akan ditanyakan kepada lawan. (21) Pada siklus II ini terlihat peserta didik sudah antusias dalam mempelajari matematika. (22) Pada pertemuan selanjutnya guru memberikan materi tentang Menghitung luas lingkaran serta menggunakan rumus keliling dan luas lingkaran dalam pemecahan masalah. Dan sangat terlihat semangat dan kerja sama peserta didik dalam tim. (23) Selanjutnya guru memberikan tes hasil belajar pada pertemuan berikutnya.

Analisis data hasil belajar peserta didik pada siklus II, data tersebut dianalisis untuk menentukan rata-rata nilai hasil belajar dan ketuntasan klasikal. Diperoleh sebagai berikut, rata-rata nilai hasil belajar ( ): 82,5 (kategori: sangat tinggi), daya serap peserta didik (DS)= 82,5%; ketuntasan klasikal (KK)= 97,06%. Menurut kriteria hasil belajar peserta didik, maka hasil belajar peserta didik pada siklus II di-kategorikan sangat tinggi. Dengan diper-oleh nilai rata-rata hasil belajar sebesar 82,5 dan ketuntasan klasikal sebesar 97,06% yang artinya dari 34 peserta didik 33 peserta didik yang sudah tuntas dan 1 peserta didik yang belum tuntas. Berda-sarkan kriteria keberhasilan yang ditetap-kan yaitu rata-rata hasil belajar minimal 70 dan ketuntasan klasikal , maka hasil belajar pada siklus II dengan rata-rata nilai hasil belajar sebesar 82,5 telah mencapai kriteria keberhasilan, dan ketuntasan klasikal sebesar 97,06% telah mencapai kriteria keberhasilan. Hal ini berarti bahwa pelaksanaan tindakan siklus II telah berhasil dan siklus dapat dihentikan.

> 85%,

x_

Page 13: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

�Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

Refleksi siklus II, refleksi dilaku-kan berdasarkan analisis tes hasil belajar selama kegiatan siklus II berlangsung. Refleksi dimaksud untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan (strategi pembelajaran Sepak Bola Verbal) apakah dapat meningkatkan hasil belajar matemati-kanya. Dari refleksi yang dilakukan dapat diketahui bahwa tindakan yang diberikan pada siklus II telah terlaksana sebagaima-na yang diharapkan dan telah mencapai kriteria keberhasilan. Hal ini terlihat terca-painya ketuntasan belajar peserta didik 97,06% dan terjadi peningkatan skor rata-rata hasil belajar peserta didik dari siklus

I sebesar 68,59 ke siklus II sebesar 82,5; selain itu terjadi perubahan sikap pada peserta didik yang sebelumnya kurang aktif menjadi aktif.

Pembahasan hasil penelitian di-dasarkan padahasil analisis deskriptif, bahwa peserta didik yang semula berada pada kate-gori belum tuntas dapat ditingkatkan men-jadi tuntas dengan model pembelajaran sepak bola verbal.

Berikut ini disajikan perbandingan nilai hasil belajar matematika peserta didik pada siklus I dan siklus II.

Tabel 1. Distribusi Statistik Hasil Belajar Matematika Pada Siklus I dan Siklus II.

STATISTIK

NILAI STATISTIK

SEBELUM SESUDAH Siklus I Siklus II

55,53 68,59 82,5

Rata-rata hasil belajar yang diperoleh peserta didik mengalami peningkatan dari

55,53 sebelum siklus, 68,59 pada siklus I, dan menjadi 82,5 pada siklus II.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Prosentase Nilai Pemahaman Matematika Pada

Siklus I dan Siklus II.

No Nilai Kategori Frekuensi Prosentase

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Siklus I Sklus II Siklus I Siklus II

1 0-34 Sangat rendah 0 0 0 0 0 0 2 35-54 Rendah 16 4 0 47,06 11,76 0 3 55-64 Sedang 11 11 0 32,35 32,35 0 4 65-84 Tinggi 7 15 16 20,59 44,12 47,06 5 85-100 Sangat tinggi 0 4 18 0 11,76 52,94

Jumlah 34 34 34 100 100 100 Berdasarkan tabel tersebut bahwa

terjadi peningkatan yang berarti setelah diterapkan strategi pembelajaran sepak bola verbal. Dengan rincian sebelum penerapan strategi tersebut terdapat 16 peserta didik memperoleh nilai rendah, selanjutnya pada

siklus I hanya 4 yang masih memperoleh nilai rendah, namun pada siklus II tidak ada yang memperoleh nilai rendah atau 47,06% sebelum diterapkan, dan setelah diterapkan menjadi 11,76% pada siklus I, selanjutnya menjadi 0% pada siklus II.

Tabel 3. Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar Matematika setelah penerapan strategi pembelajaran Sepak Bola Verbal Pada Siklus I dan Siklus II.

No Nilai Kategori Frekuensi Prosentase

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II

1 0-69 Tidak tuntas 32 15 1 94,12 44,12 2,94 2 70-100 Tuntas 2 19 33 5,88 55,88 97,06

Jumlah 34 34 34 100 100 100

Page 14: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24�0

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM), dari 34 peserta didik sebelum penerapan strategi pembelajaran sepak bola verbal sebesar 94,12% dikate-gorikan tidak tuntas dan 5,88% dalam kategori tuntas. Sedangkan pada siklus I, t 44,12% dalam kategori tidak tuntas. Sedangkan pada siklus II, terjadi peningkatan atau penurunan ketitaktuntasan menjadi 2,94% atau 97,06% dalam kategori tuntas.

Berdasarkan analisis data secara deskriptif diperoleh nilai rata-rata hasil belajar matematika, setelah diterapkan strategi pembelajaran Sepak Bola Verbal, yaitu skor rata-rata yang diperoleh meng-alami peningkatan dari 68,59 (siklus I) menjadi 82,5 (siklus II), sedangkan nilai rata-rata yang diperoleh sebelum penerapan strategi pembelajaran Sepak Bola Verbal adalah 55,53 dan 34 peserta didik yang mengikuti tes hanya dua peserta didik yang berkategori tuntas dan yang lain berada pada kategori rendah. Sedangkan Pada siklus I dikategorikan berada pada kategori tinggi tetapi yang tuntas hanyalah 55,88% dan 44,12% yang tidak tuntas, dan pada siklus II berada pada kategori tinggi dan sudah menunjukkan ketuntasan belajar sebesar 97,06% dari 34 peserta didik. Hal ini berarti bahwa pembe-lajaran dengan strategi Sepak Bola Verbal dapat meningkatkan hasil belajarnya. Ren-dahnya hasil belajar sebelum penerapan strategi pembelajaran sepak bola verbal disebabkan karena peserta didik belum siap untuk menerima tes, serta disebabkan karena karakter peserta didik yang berbeda-beda. Sedangkan pada siklus I terlihat sudah lebih baik dari sebelumnya, hanya saja masih ada sebagian peserta didik yang belum antusias terhadap strategi tersebut karena bagi peserta didik strategi tersebut merupakan hal baru, sedangkan pada siklus II terlihat mengalami peningkatan yang sangat berarti. Strategi ini dapat melatih keberanian, kecakapan berpikir, meningkatkan kecerdasan emosi-onal. Peningkatan hasil belajar pada siklus

II itu disebabkan karena peserta didik sudah memiliki kesiapan dan mampu mema-hami materi dengan baik. Dan peserta didik juga telah berani mengungkapkan pendapatnya di depan teman-temannya. Dengan memperhatikan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran sebelum penerapan Sepak Bola Verbal dan siklus I berarti bahwa kriteria keberhasilan penelitian yang ditetapkan belum dapat dicapai. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar peserta didik dengan penerapan startegi pembelajaran Sepak Bola Verbal belum dicapai. Oleh karena itu dalam refleksi yang dilakukan pada akhir pembelajaran siklus I dilanjutkan ke siklus berikutnya (siklus II), disertai dengan perbaikan dan penyempurnaan terhadap aspek-aspek kegiatan yang belum optimal. Apabila dikategorikan berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka dari 34 peserta didik yang mengikuti tes sebelum penerapan Strategi pembelajaran Sepak Bola Verbal sebesar 94,12% peserta didik dalam kategori tidak tuntas dan pada siklus I 44,12% peserta didik dalam kategori tidak tuntas. Sedangkan pada siklus II, telah mengalami penurunan dari 34 peserta didik yang mengikuti tes hanya 2,94% dikategorikan tidak tuntas dan 97,06% dalam kategori tuntas.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan Simpulan yang diperoleh dari pene-

litian bahwa, penerapan strategi pembelajar-an sepak bola verbal dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada peserta didik kelas VIIIA SMP Negeri 5 Denpasar tahun pelajaran 2013/2014, dimana pening-katannya pada siklus II diperoleh rata-rata kelas 82,5 dan ketuntasan klasikal 97,06%. Saran

Saran yang disampaikan berdasarkan pada hasil penelitian ini bagi guru mate-matika menerapkan strategi pembelajaran sepak bola verbal, sehingga memungkinkan

Page 15: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

��Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

menggunakan berbagai macam model atau metode serta strategi yang sesuai dengan materi yang dibelajarkan agar anak dapat memahami pemblajaran matematika dengan baik dan sesuai kurikulum yang berlaku.

DAFTAR RUJUKAN

Ali, Muhammad. 2007. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. (Cet.XIII; Bandung: Sinar Baru Algesindo).

Baharuddin dan Ersa Nur Wahyuni. 2010. Teori Belajar & Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media).

Cunayah, Cucun, S.Pd. 2004. Ringkasan dan Bank Soal Matematika, (Cet.I; Bandung; Yrama Widya).

Depdiknas. 2013. Pedoman umum sistem pengujian hasil kegiatan belajar, diakses dari internet, tanggal 22/10/2013 www. google.com

Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran, (Cet.V; Jakarta: PT. Rineka Cipta)

Ginnis, Paul. 2008. Trik dan Taktik Mengajar,Strategi Meningkatkan Pencapaian pengajaran di Kelas (Cet.II, Jakarta:PT Index).

Kemmis dan McTaggart. 1998. The Action Research Planner, (Cet.III; Victoria: Deakin University).

Maghrida, Indri. 2012. Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Sepak Bola Verbal Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta didik Pada Pokok Bahasan Struktur Atom dan Sistem

Periodik Unsur di Kelas X SMA Al-Huda Pekanbaru. (tidak diterbitkan).

Rahmatya, Okma. 2012. Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Sepak Bola Verbal Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik Pada Pokok Bahasan Ikatan Kimia Di Kelas X SMAN 2 Siak Hulu. (tidak diterbitkan).

Sudijono, Anas. 2004. Pengantar Statistik Pendidikan. (Cet.XIV; Jakarta: Raja Grafindo Persada).

Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Cet.XVII; Bandung: PT Remaja Rosdakarya).

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM). (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar).

Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Cet.X; Bandung: Rosda Karya).

Tim Penyusun. 2003. Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,( Bandung: Citra Umbara).

Tiro, M.Arif. 2000. Dasar-Dasar Statistik. (Cet.II; Makassar: State University of Makassar Press).

Uno, Hamzah B. 2008. Perencanaan Pembelajaran. (Cet.IV; Jakarta: Bumi Aksara)

Wiriaatmadja, Rochiati. 2008. Metode Pennelitian Tindakan Kelas. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya).

Page 16: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24�2

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS JOYFUL LEARNING DAN GAYA BERPIKIR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

Gabriella Putri Siska Yunita

Jurusan/Prodi. Pendidikan Matematika FPMIPA IKIP PGRI Bali

ABSTRACT Application Method Based Learning Styles and Joyful Learning to Think of Learning Math.

The research objective was to determine the effect of joyful learning method based learning and thinking styles on learning outcomes math class VIII students of SMP Negeri 5 Denpasar school year 2013/2014. The type of research conducted, a quasi-experimental. Population in the study of 328 people, with a random sampling technique, obtained a sample of 72 people, divided into 2 groups. The experimental group with application of joyful learning method based learning and control group with conventional teaching methods. The instruments used in data collection in the form of test results of learning and thinking styles tests, the data were analyzed using ANOVA test two paths.

Based on the results of data analysis and hypothesis testing findings obtained in research that 1) there is a difference between the mathematics learning outcomes that learned with joyful learning teaching methods and conventional methods; 2) There was a significant interaction between learning method in the style of thinking in its influence on mathematics learning outcomes; 3) At the learners who have divergent thinking styles, there are differences between the mathematics learning outcomes that learned with joyful learning method based learning and that learned with conventional methods; 4) At the learners who have convergent thinking style, there are differences between the mathematics learning outcomes that learned with joyful learning method based learning and that learned with conventional methods. Keywords: Thinking Style, Joyful Learning.

PENDAHULUAN

Tujuan pendidikan matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah menekankan pada penataan nalar dan pembentukan kepribadian (sikap) peserta didik agar dapat menerapkan atau menggunakan matematika dalam kehidupannya (Soedjadi, 2000). Matematika berkaitan dengan konsep abstrak, sehingga peserta didik sulit untuk mempelajarinya, karena peserta didik lebih mudah untuk mempelajari hal yang kongkrit. Sehingga guru harus bisa menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar peserta didik dapat lebih mudah mempelajari matematika. Hardini dan Puspitasari (2012), metode pem-belajaran merupakan cara-cara yang diguna-kan oleh guru untuk menciptakan situasi pem-

belajaran yang menyenangkan dan mendu-kung kelancaran proses belajar sehingga terca-painya prestasi belajar anak yang memuaskan. Guru berperan penting dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menye-nangkan untuk mengarahkan peserta didik mencapai tujuan secara optimal, serta dinamis dan fleksibel sebagai informan, organizer, serta evaluator bagi terwujudnya kegiatan be-lajar peserta didik yang dinamis dan inovatif (Susanto, 2013). Faktor lainnya yang me-mengaruhi hasil belajar adalah perbedaan individu meliputi bakat, minat, motivasi, dan gaya berpikir. Gaya berpikir merupakan salah satu dari karakteristik peserta didik. Manusia memiliki dua pola pikir yang fundamental, yaitu divergen dan konvergen. Pola pikir

Page 17: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

�3Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

konvergen diartikan sebagai pola pikir terfo-kus atau spesifik, sementara pola divergen diartikan sebagai pola yang menyebar atau menjauh (Hidayah, 2007).

Hasil observasi di SMP Negeri 5 Denpasar oleh guru mata pelajaran matema-tika bahwa selama ini dalam pembelajaran matematika masih menggunakan metode pembelajaran konvensional (teacher-centered) sehingga keaktifannya rendah, peserta didik lebih bersifat pasif, menerima apa saja yang diberikan guru, juga menimbulkan rasa bosan dan merasa pembelajaran matematika tidak menyenangkan. Rendahnya kualitas proses pembelajaran akan berdampak pada hasil belajar peserta didik. Jika hal tersebut dibiar-kan, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan interaksi antara guru dan peserta didik adalah metode pembelajaran berbasis joyful learning. Joyful learning meru-pakan metode pembelajaran yang melibatkan rasa senang, bahagia, dan nyaman dari pihak-pihak yang sedang berada dalam proses belajar mengajar (Rahmani, 2011). Metode pembelajaran berbasis joyful learning meng-utamakan kegiatan pembelajaran yang menye-nangkan dan mengesankan, dengan beberapa keistimewaan antara lain, tidak terpengaruh oleh perubahan kurikulum, banyak strategi yang dapat diterapkan, serta dapat merangsang kreativitas dan aktivitas (Catur, 2008). Ber-dasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian dengan mengkaji masalah yang meliputi (1) apakah ada perbedaan hasil belajar matematika antara peserta didik dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning dengan metode konvensional? (2) Apakah ada interaksi antara metode pembe-lajaran dengan gaya berpikir terhadap hasil belajar matematika peserta didik? (3) Apakah ada perbedaan hasil belajar matematika pada peserta didik yang memiliki gaya berpikir divergen antara peserta didik yang dibelajar-kan dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning dengan peserta didik yang

dibelajarkan dengan metode konvensional? (4) Apakah ada perbedaan hasil belajar matemati-ka pada peserta didik yang memiliki gaya berpikir konvergen antara peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning dengan peserta didik yang dibelajarkan dengan metode konven-sional? Tujuan yang ingin dicapai, (a) Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar mate-matika antara peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning dengan peserta didik yang dibelajar-kan dengan metode konvensional. (b) Untuk mengetahui ada tidaknya interaksi antara metode pembelajaran dengan gaya berpikir terhadap hasil belajar matematika peserta didik. (c) Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika antara peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning dengan peserta didik yang dibelajarkan dengan metode konven-sional pada peserta didik yang memiliki gaya berpikir divergen. (d) Untuk mengetahui per-bedaan hasil belajar matematika antara peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pem-belajaran berbasis joyful learning dengan peserta didik yang dibelajarkan dengan me-tode konvensional pada peserta didik yang memiliki gaya berpikir konvergen. Manfaat praktis yang diperoleh yaitu bagi guru adalah dapat memberikan alternatif strategi pembe-lajaran bagi guru untuk dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik.

Matematika merupakan ilmu pengetah-uan yang mendukung keberadaan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Kata matematika berasal dari perkataan latin mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari, sedangkan dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang berkaitan dengan penalaran (Depdiknas, 2001). Belajar matematika adalah belajar tentang konsep dan struktur matematika yang terdapat dalam ma-teri yang dipelajari serta mencari hubungan-

Page 18: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24�4

hubungan antar konsep-konsep dan struktur-struktur matematika tersebut (Hudoyo, 2003). Matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan pengamatan, tetapi menggunakan penalaran deduktif. karena proses mencari kebenaran (generalisasi) dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan yang lain. Sudjana (1989) yang termasuk dalam komponen pembelajaran adalah tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian. Metode pembelajaran adalah cara yang harus ditempuh guru di dalam mengajar (Slameto, 2003). Metode pembelajaran yang digunakan guru hampir tidak ada yang sia-sia, karena metode tersebut mendatangkan hasil dalam waktu dekat atau dalam waktu yang relatif lama. Hasil yang dirasakan dalam waktu dekat dikatakan sebagai dampak lang-sung (instructional effect), sedangkan hasil yang dirasakan dalam waktu yang relatif lama disebut dampak pengiring (nurturant effect) biasanya berkenaan dengan sikap dan nilai (Djamarah, 2000). Kholik (2011), ada bebe-rapa macam metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, diantaranya (a) Metode Ceramah, (b) Metode Tanya Jawab, (c) Metode Demonstrasi, (d) Metode Kerja Kelompok, (e) Metode Karya-wisata. Hardini dan Puspitasari (2012) Joyful Learning, merupakan satu proses pembelajar-an yang di dalamnya terdapat sebuah hubung-an yang kuat antara pendidik dan peserta didik, tanpa ada perasaan terpaksa atau ter-tekan, adanya hubungan yang baik antara peserta didik dan guru di dalam pembelajaran. Posisi guru dalam pembelajaran adalah seba-gai teman belajar peserta didik, bahkan tidak menutup kemungkinan guru belajar dari peser-ta didiknya. Dryden and Vos dalam Darman-syah (2011) bahwa pembelajaran menyenang-kan adalah pembelajaran di mana interaksi antara guru dan peserta didik, lingkungan fisik, dan suasana memberikan peluang tercip-tanya kondisi yang kondusif untuk belajar. Rahmani (2011), joyful learning merupakan metode pembelajaran yang melibatkan rasa

senang, bahagia, dan nyaman dari pihak-pihak yang sedang berada dalam proses belajar mengajar, sehingga menjadi sarana yang membuat guru maupun peserta didik betah menjalani sesi demi sesi pelajaran sehingga hasilnya akan maksimal.

Cahyadi (2010), cara menciptakan joyful learning adalah sebagai berikut. (a) Pe-nerapan Teknik-teknik mengajar yang menye-nangkan: (1) mengawali kegiatan dengan hal-hal yang menyenangkan. (2) Menjauhi gaya berkomunikasi yang kurang patut. (3) Meng-uasai keterampilan dasar mengajar. (4) Meng-gunakan media pembelajaran. (5) Mengguna-kan metode pembelajaran bervariasi. (6) Memberikan hadiah kepada peserta didik yang berprestasi. (7) Learning by doing. (b) Peng-kondisian lingkungan belajar. Catur (2008), keistimewaan metode joyful learning antara lain (1) dapat diaplikasikan langsung ke mata pelajaran. (2) Tidak terpengaruh oleh per-ubahan kurikulum. (3) Dipakai untuk selama-nya (di SD, SMP, SMA, kuliah, dan saat bekerja). (4) Suasana belajar rileks dan me-nyenangkan. (5) Banyak strategi yang bisa diterapkan. (6) Mempercepat proses belajar. (7) Bebas menentukan sendiri metode yang disenangi. (8) Merangsang kreativitas dan ak-tivitas. (9) Lebih efektif dalam pembelajaran di kelas. (10) Lebih bervariasi dalam menyam-paikan materi pembelajaran. (11) Mening-katkan kreatifitas guru. (12) Menjadi katalis. (13) Membantu mengatasi masalah kesulitan belajar peserta didik. (14) Mampu menghadapi banyak tipe murid di kelas. (15) Materi pelajaran lebih berkesan. Yuliana (2012), langkah-langkah proses pembelajaran dengan metode joyful learning adalah, (a) Guru men-jelakan materi pelajaran dengan metode cera-mah dan tanya jawab. (b) Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang ber-anggotakan 4-5 orang dan diberi soal latihan untuk dikerjakan pada waktu itu juga. (c) Setelah selesai mengerjakan soal tersebut, peserta didik diminta untuk mengerjakan di depan kelas. (d) Cara menunjuk peserta didik

Page 19: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

��Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

untuk mengerjakan di depan dengan cara per-mainan. (e) Peserta didik menyimpulkan materi yang dipelajari. (f) Guru menyempur-nakan simpulan dari peserta didik dan mem-beri penghargaan kepada yang berani men-jawab soal dengan benar di depan kelas.

Sudjana (1989), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajar-nya. Susanto (2013), hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri peserta didik, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Wasliman (2007), hasil belajar yang dicapai peserta didik merupakan hasil interaksi antara beberapa faktor yang memengaruhinya, baik faktor internal maupun eksternal. Ruseffendi (1991) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil bela-jar, yaitu kecerdasan, kesiapan anak, bakat anak, kemauan belajar, minat anak, model penyajian materi, pribadi dan sikap guru, sua-sana belajar, kompetensi guru, dan kondisi masyarakat. Gaya Berpikir berkaitan dengan pola orang memproses informasi dan meng-gunakan strategi untuk merespon suatu tugas (Good and Brophy, 1990). Gaya berpikir merupakan cara individu memproses infor-masi yang diterimanya dan dapat memecahkan masalah dengan caranya sendiri. Manusia memiliki dua pola pikir yang fundamental, yaitu secara divergen dan konvergen. Pola pikir konvergen diartikan sebagai pola pikir terfokus atau spesifik, sementara pola pikir divergen diartikan sebagai pola pikir yang me-nyebar atau menjauh. Harris (1998), pengem-bangan kemampuan berpikir mencakup 4 hal, yakni (1) kemampuan menganalisis, (2) mem-belajarkan peserta didik bagaimana mema-hami pernyataan, (3) mengikuti dan mencipta-kan argumen logis, (4) mengeliminir jalur yang salah dan fokus pada jalur yang benar. Dalam konteks itu berpikir dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu berpikir kritis (konver-gen) dan berpikir kreatif (divergen). Bila dielaborasi perbedaan kedua jenis berpikir

tersebut adalah, gaya berpikir divergen adalah berpikir kreatif, berpikir untuk memberikan berbagai macam kemungkinan jawaban ber-dasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada kuantitas, keragaman, dan keorisinilan jawaban (Munandar, 1992). Gaya berpikir konvergen adalah pola berpikir individu yang didominasi oleh berfungsinya belahan otak kiri, sistematis, terfokus, dan cenderung untuk meningkatkan pengetahuan yang sudah ada (Crowl, dkk, 1997). Sudjana (1989), berpikir berdasar pengetahuan hafalan, berpikir pemahaman, berpikir aplikasi, dan berpikir analisis dipandang sebagai berpikir konvergen yang satu tingkat lebih rendah daripada berpikir divergen. Berpikis sintesis adalah berpikir divergen. Dalam berpikir divergen jawabannya belum dapat dipastikan. Analisis berarti memecah integritas menjadi bagian-bagian, sedangkan sistesis berarti menyatukan unsur-unsur menjadi integritas dengan penuh telaah. Berpikir sistesis dapat menjadikan orang lebih kreatif. Berpikir kreatif merupakan suatu hal yang ingin dicapai dalam pendidikan, karena seseorang yang kreatif sering menemukan dan menciptakan hal-hal yang baru. Berdasarkan hasil kajian empirik yang dilakukan oleh Sri Susilawati (2011), Soenarto (2011) dan Sholikhah (2012) terkait hasil belajar, bahwa dengan penerapan metode pembelajaran berbasis joyful learning dan gaya berpikir dapat memengaruhi hasil belajar matematika.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini tergolong penelitian eksperimen semu, pengembangan dari true exsperiment design oleh karena mempunyai kelompok kontrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2011). Rancangan penelitian ini dalam analisis data dan uji hipotesis meng-gunakan Anava dua jalur dengan desain treat-ment by level. Yang menjadi variabel modera-tor adalah gaya berpikir. Pemilahan berdasar-

Page 20: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24��

kan gaya berpikir dibagi dua yaitu gaya berpikir divergen dan gaya berpikir

konvergen.

Tabel 1. Rancangan Anava Dua Jalur (Treatment by Level)

(A)

(B) (A1) (A2)

(B1) A1B1 A2B1 (B2) A1B2 A2B2

Keterangan: A= metode pembelajaran B= gaya berpikir; (A1) Kelompok peserta didik yang dibe-lajarkan dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning. (A2) Kelompok peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajar-an konvensioal. (B1) Kelompok peserta didik yang memiliki gaya berpikir divergen. (B2) Kelompok peserta didik yang memiliki gaya berpikir konvergen. (A1B1) Kelompok peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pem-belajaran berbasis joyful learning dan memi-liki gaya berpikir divergen. (A2B1) Kelompok peserta didik yang dibelajarkan dengan meto-de pembelajaran konvensional dan memiliki gaya berpikir divergen. (A1B2) Kelompok peserta didik yang dibelajarkan dengan meto-de pembelajaran berbasis joyful learning dan memiliki gaya berpikir konvergen. (A2B2) Kelompok peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran konvensional dan memiliki gaya berpikir konvergen.

Perlakuan dalam pembelajaran melalui dua metode yaitu metode pembelajaran berbasis joyful learning untuk kelas eksperi-men dan metode pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol. Pada masing-masing kelas terdapat kelompok yang memiliki gaya berpikir divergen dan konvergen. Populasi penelitian, seluruh peserta didik kelas VIII SMP Negeri 5 Denpasar yang terdiri atas 10 kelas dengan jumlah 328 orang. Sampel diperoleh dengan teknik random sampling dengan cara undian, yang di random adalah kelas. Kemudian kedua kelompok diberikan tes gaya berpikir untuk memilah kelompok divergen dan konvergen, berdasarkan skor

yang diperoleh dari tes gaya berpikir tersebut. Sebanyak 50% kelompok atas dinyatakan sebagai kelompok peserta didik yang memiliki gaya berpikir divergen dan 50% kelompok bawah dinyatakan sebagai kelompok peserta didik yang memiliki gaya berpikir konvergen. Penelitian ini melibatkan beberapa variabel yaitu, variabel terikat berupa hasil belajar matematika peserta didik,variabel bebas ber-upa metode pembelajaran berbasis joyful lear-ning dan variabel moderator berupa gaya ber-pikir peserta didik.

Metode pengumpulan data, (1) obser-vasi terhadap lokasi sekolah, keadaan sekolah, populasi dan sampel yang akan diteliti. (2) Tes hasil belajar matematika dan tes gaya berpikir. Dalam penyusunan instrumen pengumpul data menerapkan prosedur dengan terlebih dahulu membuat kisi-kisi kemudian dilanjutkan dengan uji validitas dan reliabilitasnya. Untuk uji validitas soal tes hasil belajar matematika, menggunakan uji korelasi point biserial (berdasarkan Koyan, 2012). Sedangkan Reliabilitas yang merupakan ukuran untuk menyatakan tingkat kekonsistenan suatu soal tes, digunakan KR-20 (merujuk pada Sugiyono, 2012). Berdasarkan uji tersebut, instrumen dinyatakan valid dan reliabel. Instrumen gaya berpikir yang digunakan adalah tes yang telah distandarisasi oleh Utami Munandar (1992). Tes tersebut terdiri atas enam sub tes, yaitu: 1) Permulaan kata; 2) Menyusun kata; 3) Membentuk kalimat tiga kata; 4) Sifat-sifat yang sama; 5) Macam-macam penggunaan; dan 6) Apa akibatnya. Waktu yang diberikan kepada peserta didik

Page 21: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

��Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

untuk menjawab tes gaya berpikir mempunyai batas waktu, karena menentukan waktu adalah penting untuk pengetesan yang cermat. Ada-pun ketentuan waktunya adalah sebagai ber-ikut. Subtes 1, 2, 4 dan 5 masing-masing disediakan waktu 2 menit, subtes 3 disediakan waktu 3 menit, dan sub tes 6 disediakan waktu 4 menit. Jadi secara keseluruhan waktu yang diberikan kepada subjek untuk menjawab seluruh tes gaya berpikir adalah 15 menit. Hasil tes yang diberikan pada peserta didik akan mencerminkan gaya berpikirnya, sema-kin tinggi, maka peserta tes digolongkan me-miliki gaya berpikir divergen, sebaliknya semakin rendah nilai tes, maka peserta tes tersebut digolongkan memiliki gaya berpikir konvergen.

HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian menyertakan 72

peserta didik sebagai sampel yang terdiri atas 3 sebagai kelompok eksperimen, terdapat 17 yang memiliki gaya berpikir divergen dan 17 memiliki gaya berpikir konvergen. Sedangkan, pada kelompok kontrol, terdapat 19 peserta didik yang memiliki gaya berpikir divergen dan 19 peserta didik yang memiliki gaya berpikir konvergen.

Penelitian menggunakan rancangan analisis anava dua jalur (treatment by level), berdasarkan rancangan tersebut, deskripsi data yang disajikan terdiri atas delapan kelompok, (1) hasil belajar matematika peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning, (2) hasil belajar matematika peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran konvensional, (3) hasil belajar matematika peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning dan memiliki gaya berpikir divergen, (4) hasil belajar matematika peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning dan memiliki gaya berpikir konvergen, (5) hasil belajar matematika peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran konvensional dan memiliki gaya berpikir divergen, (6) hasil belajar matematika peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran konvensional dan memiliki gaya berpikir konvergen, (7) hasil belajar matematika peserta didik yang memiliki gaya berpikir divergen, (8) hasil belajar matematika peserta didik yang memiliki gaya berpikir konvergen.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik

Data Statistik

A1 A2 B1 B2 A1B1 A1B2 A2B1 A2B2

n 34 38 36 36 17 17 19 19

Mean 73,24 67,89 72,78 68,06 82,06 64,41 64,47 71,32

Median 72,50 70 70 70 80 65 65 70

Modus 70 70 70 70 80 70 70 80 Standar Deviasi 13,48 10,31 12,90 10,97 9,69 10,74 9,26 10,39

Varians 181,64 106,26 166,35 120,40 93,93 115,26 85,82 107,89

Maksimum 100 90 100 90 100 90 85 90 Minimum 45 45 45 45 60 45 45 50

Deskripsi data hasil belajar matematika

peserta didik yang dibelajarkan dengan me-tode pembelajaran berbasis joyful learning.

Jumlah sampel (n)=34, mean = 73,24, median = 72,50, modus = 70, simpangan baku (SD) = 13,48, varians = 181,64, skor maksimum =

Page 22: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24��

100, skor minimum = 45, diperoleh bahwa 23,53% peserta didik memperoleh skor di sekitar rata-rata, sebanyak 26,47% memper-oleh skor di atas rata-rata, dan sebanyak 50% memperoleh skor di bawah rata-rata.

Deskripsi data hasil belajar matematika peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran konvensional. Jumlah sampel (n) = 38, mean = 67,89, median = 70, modus = 70, simpangan baku (SD) = 10,31, varians = 106,26, skor maksimum = 90, skor minimum = 45, sebanyak 26,32% peserta didik memperoleh skor di sekitar rata-rata, sebanyak 28,94% memperoleh skor di atas rata-rata, dan sebanyak 44,73% memperoleh skor di bawah rata-rata.

Deskripsi data hasil belajar matematika peserta didik yang memiliki gaya berpikir divergen. Jumlah sampel (n) = 36, mean = 72,78, median = 70, modus = 70, simpangan baku (SD) = 12,90, varians = 166,35, skor maksimum = 100, skor minimum = 45, sebanyak 22,22% peserta didik memperoleh skor di sekitar rata-rata, sebanyak 25% memperoleh skor di atas rata-rata, dan sebanyak 52,79% memperoleh skor di bawah rata-rata.

Deskripsi data hasil belajar matematika peserta didik yang memiliki gaya berpikir konvergen. Jumlah sampel (n) = 36, mean = 68,06, median = 70, modus = 70 simpangan baku (SD) = 10,97, varians = 120,40, skor maksimum = 90, skor minimum = 45, sebanyak 27,78% peserta didik memperoleh skor di sekitar rata-rata, sebanyak 30,55% memperoleh skor di atas rata-rata, dan sebanyak 41,66% memperoleh skor di bawah rata-rata.

Deskripsi data hasil belajar matematika peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning dan memiliki gaya berpikir divergen. Jumlah sampel (n) = 17, mean = 82,06, median = 80, modus = 80 simpangan baku (SD) = 9,69, varians = 93,93, skor maksimum = 100, skor minimum = 60, sebanyak 41,18% peserta

didik memperoleh skor di sekitar rata-rata, sebanyak 29,41% memperoleh skor di atas rata-rata, dan sebanyak 29,41% memperoleh skor di bawah rata-rata.

Deskripsi data hasil belajar matema-tika peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning dan memiliki gaya berpikir konvergen. Jumlah sampel (n)= 17, mean = 64,41, median = 65, modus = 70, simpangan baku (SD) = 10,74, varians = 115,26, skor maksimum = 90, skor minimum = 45, sebanyak 23,53% peserta didik memperoleh skor di sekitar rata-rata, sebanyak 47,05% peserta didik memperoleh skor di atas rata-rata, dan sebanyak 29,41% peserta didik memperoleh skor di bawah rata-rata.

Deskripsi data hasil belajar matematika peserta didik yang dibelajarkan dengan meto-de pembelajaran konvensional dan memiliki gaya berpikir divergen. Jumlah sampel (n) = 19, mean = 64,47, median = 65, modus = 70, simpangan baku (SD) = 9,26, varians = 85,82, skor maksimum = 85, skor minimum = 45, sebanyak 15,79% peserta didik memperoleh skor di sekitar rata-rata, sebanyak 63,15% peserta didik memperoleh skor di atas rata-rata, dan sebanyak 21,06% memperoleh skor di bawah rata-rata.

Deskripsi data hasil belajar matematika peserta didik yang dibelajarkan dengan meto-de pembelajaran konvensional yang memiliki gaya berpikir konvergen. Jumlah sampel (n) = 19, mean = 71,32, median = 70, modus = 80, simpangan baku (SD) = 10,39, varians = 107,89, skor maksimum = 90, skor minimum = 50, sebanyak 36,84% peserta didik memperoleh skor di sekitar rata-rata, sebanyak 31,58% memperoleh skor di atas rata-rata, dan sebanyak 31,59% memperoleh skor di bawah rata-rata. Uji Hipotesis

Karena semua persyaratan telah ter-penuhi, maka dilanjutkan dengan uji hipotesis, menggunakan Anava dua jalur. Bila terdapat

Page 23: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

��Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

interaksi antara metode pembelajaran dan gaya berpikir terhadap hasil belajar maka dilanjut-kan dengan uji t-scheffe. Perhitungan Anava

dua jalur hasil belajar dalam penelitian ini dirangkum pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Rekapitulasi Anava Dua Jalur untuk Hasil Belajar.

Sumber Variasi JK dk RJK hitungF tabelF

%5 Keterangan

Antar A 511,80 1 511,80 5,09 3,98 Signifikan Antar B 401,39 1 401,39 3,99 3,98 Signifikan Inter AB 2690,41 1 2690,41 26,77 3,98 Signifikan

dalam 6833,90 68 100,50 - - - Total 10437,50 71 - - - -

a) Uji hipotesis pertama.

Uji dengan Anava dua jalur diperoleh FA=5,09, sedangkan Ft (1,68)(0,05)=3,98 ternyata FA>Ft, sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti ada perbedaan hasil belajar mate-matika antara peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning dengan peserta didik yang dibelajar-kan dengan metode konvensional.

b) Uji Hipotesis Kedua

Dari hasil uji dengan Anava dua jalur diperoleh FAB = 26,77, sedangkan Ft

(1,68)(0,05)=3,98. Ternyata FAB>Ft, sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti ada interaksi antara metode pembelajaran dengan gaya berpikir dalam pengaruhnya terhadap hasil belajar matematika. Karena FAB signifi-kan, maka dilakukan uji lanjut, menggunakan uji t-Scheffe untuk hipotesis kedua dan ketiga.

c) Uji Hipotesis Ketiga

Uji lanjut pada kelompok A1B1 dan A2B1 diperoleh thitung = 5,25, sedangkan ttabel = 2,00. Ternyata thitung > ttabel, sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti ada perbedaan hasil belajar matematika pada pe-serta didik yang memiliki gaya berpikir diver-gen antara peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning dengan peserta didik yang dibelajar-kan dengan metode konvensional.

d) Uji Hipotesis Keempat

Dari hasil uji lanjut pada kelompok A1B2 dan A2B2 diperoleh thitung = 2,06, sedangkan ttabel = 2,00. Ternyata thitung > ttabel, sehingga H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti ada perbedaan hasil belajar matematika pada peserta didik yang memiliki gaya ber-pikir konvergen antara peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning dengan peserta didik yang dibelajarkan dengan metode konvensi-onal.

Pembahasan Hasil Penelitian 1. Perbedaan Hasil Belajar Matematika

Antara Peserta Didik yang Dibelajarkan dengan Metode Pembelajaran Berbasis Joyful Learning dengan Metode Konven-sional

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar matematika antara peserta didik yang dibelajarkan dengan meto-de pembelajaran berbasis joyful learning dengan yang dibelajarkan dengan metode konvensional. Rata-rata hasil belajar yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning adalah 73,24 dan dengan metode konvensional adalah 67,89, atau hasil belajar yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning lebih tinggi dibandingkan dengan yang dibela-

Page 24: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�2420

jarkan dengan metode konvensional. Hal tersebut menunjukkan bahwa metode pem-belajaran berbasis joyful learning dapat lebih meningkatkan hasil belajar matematika. Hal ini terkait dengan kebaikan metode tersebut, baik bagi peserta didik maupun guru. Dimana guru dapat menggunakan berbagai metode sehingga peserta didik tidak jenuh dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran berbasis joyful learning mampu meningkat kreatifitas, mempercepat proses belajar, dan materi pelajaran menjadi lebih berkesan. Dengan keunggulan-keunggulan metode pembelajaran berbasis joyful learning tersebut, maka metode tersebut dapat mening-katkan hasil belajar matematika. Hasil peneli-tian memperkuat temuan Sholikhah (2012), bahwa metode pembelajaran berbasis joyful learning dapat meningkatkan hasil belajar matematika.

2. Interaksi Antara Metode Pembelajaran

dengan Gaya Berpikir dalam Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada interaksi antara metode pembelajaran dengan gaya berpikir dalam pengaruhnya ter-hadap hasil belajar matematika. Guru berpe-ranan penting dalam kegiatan pembelajaran demikian juga metode pembelajaran yang digunakan, karena berpengaruh pada hasil belajar. Metode pembelajaran berbasis joyful learning dapat menciptakan interaksi yang kuat antara guru dan peserta didik karena tidak ada rasa tertekan dalam kegiatan pembelajaran sehingga terciptanya situasi kondusif dalam belajar. Dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning, guru dapat menggunakan beberapa metode pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi sangat menye-nangkan, peserta didik menjadi semakin kre-atif, dan materi pelajaran menjadi lebih ber-kesan. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh faktor internal, salah satunya ialah gaya ber-pikir yang dimiliki. Peserta didik yang memi-liki gaya berpikir konvergen cenderung kritis,

dan tidak bisa memecahkan masalah dengan cara yang baru. Sedangkan yang memiliki gaya berpikir divergen cenderung kreatif, menyukai tantangan dan hal-hal yang baru. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat ada-nya interaksi antara metode pembelajaran dan gaya berpikir. Kesesuaian ciri dan karakter-istik masing-masing gaya berpikir dengan metode pembelajaran saling berinteraksi dan memengaruhi hasil belajarnya.

3. Perbedaan Hasil Belajar Matematika Pada

Peserta Didik yang Memiliki Gaya Berpikir Divergen Antara yang Dibelajarkan dengan Metode Pembelajaran Berbasis Joyful Learning dengan yang Dibelajarkan dengan Metode Konvensional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar matematika pada peserta didik yang memiliki gaya berpikir divergen antara yang dibelajarkan dengan me-tode pembelajaran berbasis joyful learning dengan yang dibelajarkan dengan metode kon-vensional. Rata-rata hasil belajar yang dibela-jarkan dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning adalah 82,06 dan rata-rata hasil belajar dengan metode konvensional adalah 64,47. Dengan kata lain hasil belajar yang di-belajarkan dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning lebih tinggi diban-dingkan dengan metode konvensional. Uji hipotesis tersebut menunjukkan bahwa metode pembelajaran berbasis joyful learning lebih cocok diterapkan bagi peserta didik yang memiliki gaya berpikir divergen. Individu yang berpikir divergen merespon permasalah-an dengan berbagai alternatif. Berpikir kreatif merupakan suatu hal yang ingin dicapai dalam pendidikan, karena seseorang yang kreatif sering menemukan dan menciptakan hal-hal yang baru. Metode joyful learning bisa diterapkan dengan menggabungkan beberapa metode pembelajaran. Sehingga dengan penggunaan metode joyful learning, guru berpotensi meningkatkan kreatifitas peserta didik.

Page 25: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

2�Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

4. Perbedaan Hasil Belajar Matematika Pada

Peserta Didik yang Memiliki Gaya Berpikir Konvergen Antara yang Dibelajarkan dengan Metode Pembelajaran Berbasis Joyful Learning dengan Metode Konvensional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar matematika pada peserta didik yang memiliki gaya berpikir konvergen antara yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning dengan metode konvensional. Nilai rata-rata hasil belajar matematika, dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning adalah 64,41 dan rata-rata hasil belajar dengan metode konvensional adalah 71,32. Hasil belajar matematika yang dibelajarkan dengan metode konvensional lebih tinggi dibanding-kan dengan yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning. Uji hipotesis tersebut menunjukkan bahwa metode konvensional lebih cocok diterapkan bagi peserta didik yang memiliki gaya berpikir konvergen. Pada pembelajaran konvensional, proses belajar mengajar lebih sering diarahkan pada transfer pengetahuan dari guru ke peserta didik. Peserta didik yang berpikir konvergen merespon permasalahan secara tunggal. Peser-ta didik yang berpikir konvergen mampu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan menggunakan cara-cara yang telah biasa dibelajarkankan oleh guru, tetapi mereka tidak akan mampu memecahkan masalah yang memerlukan cara-cara yang lain (baru).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan Beberapa hal yang dapat disimpulkan

meliputi, (1) Ada perbedaan hasil belajar matematika peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning dan peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran konvensional. Hasil belajar matematika peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran

berbasis joyful learning lebih baik daripada hasil belajar matematika peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran konvensional. (2) Ada pengaruh interaksi yang signifikan antara metode pembelajaran dan gaya berpikir terhadap hasil belajar matemati-ka peserta didik. (3) Pada peserta didik yang memiliki gaya berpikir divergen, ada per-bedaan hasil belajar matematika antara peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pem-belajaran berbasis joyful learning dan peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pem-belajaran konvensional. Pada peserta didik yang memiliki gaya berpikir divergen, hasil belajar matematika peserta didik yang dibe-lajarkan dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning lebih baik daripada hasil belajar matematika peserta didik yang dibe-lajarkan dengan metode pembelajaran konven-sional. (4) Pada peserta didik yang memiliki gaya berpikir konvergen, ada perbedaan hasil belajar matematika antara peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning dan peserta didik yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran konvensional. Pada peserta didik yang me-miliki gaya berpikir konvergen, hasil belajar matematika peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional lebih baik daripada hasil belajar matematika peserta didik yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran berbasis joyful learning. Secara umum dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaraan berbasis joyful learning dan gaya berpikir berpengaruh terhadap hasil belajar matematika peserta didik kelas VIII SMP Negeri 5 Denpasar tahun pelajaran 2013/2014.

Saran Beberapa saran yang dapat dikemuka-

kan antara lain, (1) Bagi guru, metode pembe-lajaran berbasis joyful learning dapat dipertim-bangkan untuk diterapkan sebagai suatu inovasi pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran sehingga terwujud situasi pembelajaran menyenangkan terutama

Page 26: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�2422

dalam pembelajaran matematika. (2) Bagi sekolah, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pemilihan me-tode pembelajaran khususnya dalam pembela-jaran matematika sehingga dapat meningkat-kan hasil belajar matematika peserta didik.

DAFTAR RUJUKAN Cahyadi, Cecep. 2010. Joyfull Learning

(online). Tersedia: http://cecepassaadatain.wordpress.com/2010/12/15/joyfull-learning/. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2013.

Catur, Catharina. 2008. Joyful Learning (online). Tersedia: http://catharinacatur.wordpress.com/2008/10/15/joyful-learning/. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2013.

Crowl, Thomas K.; Sally Kaminsky, dan David M. Podell. 1997. Educational Psichology Windows on Teaching. Dubuque: Timer Mirror Higher Education Group. Inc.

Darmansyah. 2011. Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Depdiknas. 2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Good, Thomas L. and Jere E. Brophy. 1990. Educational Psychology: A Realistic Approach. London: Longman.

Harris, Robert. 1998. Introduction to Creative Thinking (online). Tersedia: http://virtualsalt.com/crebook1.htm. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2013.

Hardini, Isriani dan Dewi Puspitasari. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu (Teori, Konsep, & Implementasi). Yogyakarta: Familia.

Hidayah, M. Wendy Taufiq. 2007. Divergen dan Konvergen (Part 2) (online). Tersedia: http://kampus-

hitam.blogspot.com/2007/12/divergen-dan-konvergen-part-2.html. Diakses pada tanggal 3 November 2013.

Hudoyo, Herman. 2003. Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di Depan Kelas. Surabaya: Usaha Nasional.

Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan (Teknik Analisis Data Kuantitatif). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Press.

Kholik, Muhammad. 2011. Metode Pembelajaran Konvensional (online). Tersedia: http://muhammadkholik.wordpress.com/2011/11/08/metode-pembelajaran-konvensional/. Diakses pada tanggal 3 November 2013.

Rahmani, Nani. 2011. Pengajar Cerdas Dengan Joyful Learning (online). Tersedia:http://www.bppk.depkeu.go.id/bdk/medan/index.php?option=com_content&view=article&id=136:pengajar-cerdas-dengan-joyful-learning&catid=10:umum. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2013.

Ruseffendi, E.T. 1991. Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Sholikhah, Nurul Aini, Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Joyful Learning Untuk Meningkatkan Kualitas Proses Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Pada Pembelajaran Matematika di MI Muhammadiyah Basin, Skripsi, 2012.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika Di Indonesia Konstatasi keadaan Masa Kini Menuju Harapan

Page 27: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

23Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

Masa Depan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Soenarto, Sunaryo, Pengaruh Pembelajaran Berbantuan Komputer dan Gaya Berpikir Terhadap Hasil Belajar Fisika, Karya Ilmiah, 2009.

Sudjana, Nana. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.

Susilawati, Sri, Pengaruh Strategi Pembelajaran Dan Gaya Berpikir Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Siawa Di SMP Negeri 1 ldl Rayeak Kabupaten Aceh Timur, Tesis, Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, 2011.

Sutrisna, Putu. 2011. Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dan Gaya Berfikir terhadap Prestasi Belajar Matematika (online). Tersedia: http://putusutrisna.blogspot.com/2011/11/contoh-proposal-eksperimen-pendidikan.html. Diakses pada tanggal 5 november 2013.

Utami, Munandar. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah: Penuntun Bagi Para Guru dan Orang Tua. Jakarta: Grasindo.

Wasliman, Iim. 2007. Problematika Pendidikan Dasar. Bandung: SPs-UPI.

Yuliana, Rosi. 2012. Peningkatan Keaktifan Belajar Matematika Melalui Metode Pembelajaran Berbasis Joyful Learning (online). Tersedia: http://ochimath.wordpress.com/2012/01/12/peningkatan-keaktifan-belajar-matematika-melalui-metode-penbelajaran-berbasis-joyful-learning/. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2013.

Page 28: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�2424

PENGARUH PENYIRAMAN AIR RENDAMAN AMPAS TEH TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

N Putri Sumaryani dan I Gede Adnyana Jurusan/Prodi. Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP PGRI Bali

E-mail: [email protected] dan [email protected]

ABSTRACT

Influence of the Soaking Water Watering Tea Dregs of the Vegetative Growth Of onion (Allium ascalonicum L.) Shallots have a high nutrient content of carbohydrate, protein, phosphorus, Ca, Mn, Fe, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3, vitamin B6, vitamin C, and vitamin K. It should be an increase in the growth of onion plants that produced a more optimal production . In addition to a good crop seed selection, proper fertilization fertilization is necessary to particularly environmentally friendly and safe for health through organic systems. One material that can be used are the dregs of tea, because it is more practical than the use of compost . The content contained in the dregs of tea polyphenols in addition there are a number of vitamin B complex is approximately ten times more cereals and vegetables. The purpose of this study was to determine the effect of water immersion watering tea dregs of the vegetative growth of onion ( Allium ascalonicum L.) and to determine the concentration of the tea waste water immersion best effect on vegetative growth of onion (Allium ascalonicum L.) , with hypothesis watering tea waste water immersion effect on vegetative growth of onion (Allium ascalonicum L.). to achieve these objectives, the type of experimental research conducted by random sampling technique . The independent variable in this study is the soaking water and tea dregs dependent variable is the vegetative growth of onion plants. Based on the data analysis it turns out that the value of F calculated for wet weight of onion crop is 199.47 while the rejection limit value the null hypothesis ( H0 ) at a significance level of 5 % and 1 % with treatment db = 3, randomized db = 12 obtained price limit rejection the null hypothesis (H0) in the table for a significance level of 5 % and 1 % = 3.49 = 5.95. It shows that there is influence of the soaking water watering tea dregs of the vegetative growth of onion (Allium ascalonicum L.) Keywords: Influence, Concentration, Vegetative Growth

PENDAHULUAN

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) atau sering disebut Brambang (Jawa) adalah nama tanaman dari familia Alliaceae dan nama dari umbi yang dihasilkan. Ba-wang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang termasuk ke dalam kelompok rempah dapat berfungsi sebagai bumbu pe-nyedap makanan serta bahan obat tradisional. Bawang merah merupakan salah satu komo-ditas tanaman hortikultura yang banyak di-manfaatkan oleh masyarakat dan mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi yaitu karbohidrat, protein, fosfor, Ca, Mn, Fe, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin

B3, vitamin B6, vitamin C, dan vitamin K. Bawang merah memiliki khasiat bagi kese-hatan yaitu dapat menyembuhkkan berbagai macam penyakit karena mengandung anti-biotik yang tinggi. Penyakit yang dapat disembuhkan dengan bawang merah antara lain penyakit masuk angin, sakit tenggorok-an, dan penurun panas (Nurfita, 2012).

Bawang merah adalah tanaman semusim yang memiliki umbi yang berlapis, mempunyai akar serabut, dengan daun ber-bentuk silinder berongga. Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan mem-bentuk batang yang berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi ber-

Page 29: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

2�Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

lapis. Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu. Umbi bawang merah bukan meru-pakan umbi sejati seperti pada kentang atau talas. Untuk memenuhi kebutuhan masyara-kat, baik dari segi kualitas maupun kuantitas maka perlu dilakukan peningkatan pertum-buhan tanaman bawang merah agar produksi yang dihasilkan lebih optimal. Selain pemi-lihan bibit tanaman yang baik, pemupukan yang tepat sangatlah perlu dilakukan. Dan pemupukan yang disarankan adalah pemupu-kan yang ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan melalui sistem organik. Salah satu bahan yang dapat dimanfaatkan adalah berupa ampas teh. Ampas teh merupakan limbah rumah tangga yang baik untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik.

Menurut Akhadi (2005), sisa teh atau ampas teh ternyata dapat bermanfaat bagi tanaman, yaitu dapat memperbaiki kesuburan tanah, merangsang pertumbuhan akar, batang dan daun, limbah rumah tangga ini dapat digunakan langsung tanpa harus diolah lagi. Ampas teh ini lebih praktis dibandingkan penggunaan kompos lainnya. Kandungan yang terdapat di ampas teh selain polyphenol juga terdapat sejumlah vitamin B kompleks kira-kira 10 kali lipat sereal dan sayuran. Ampas teh ini bisa diberikan pada semua jenis tanaman. Misalnya, tanaman sayuran, tanaman hias, maupun tanaman obat-obatan,

hal ini karena ampas teh tersebut banyak mengandung unsur hara yang bagus untuk tanah, Karbon Organik, Tembaga 20%, Mag-nesium10%, dan Kalsium 13%. Kandungan tersebut dapat membantu menyuburkan tana-man. Dengan demikian ampas teh berpotensi untuk dijadikan pupuk organik. Akan tetapi, masih perlu dibuktikan secara ilmiah kebe-narannya.Penggunaan ampas teh diharapkan dapat memberi pengaruh yang baik karena ampas teh tersebut merupakan penerapan pupuk organik yang baik bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Dari uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh penyiraman air rendaman ampas teh terhadap pertumbuhan vegetatif bawang merah, agar nantinya dapat memberikan solusi bagi masalah petani dalam mengoptimalkan per-tumbuhan tanaman bawang merah. Berdasar-kan latar belakang masalah diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian pengaruh penyiraman air rendaman ampas teh terhadap pertmbuhan vegetatif bawang merah (Allium ascalonicum L.). Tujuan dilakukan peneli-tian ini adalah 1)Untuk mengetahui pengaruh penyiraman air rendaman ampas teh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.), 2)Untuk me-ngetahui konsentrasi air rendaman ampas teh yang berpengaruh terbaik terhadap pertum-buhan vegetatif tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian tergolong dalam pe-nelitian eksperimen yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui adanya hubung-an sebab akibat dengan memberikan perla-kuan tertentu kepada kelompok eksperimen.

Hasilnya dibandingkan dengan kelompok lain yang tidak diberikan perlakuan (kontrol). Karena terdapat kelompok kontrol sebagai pembanding, maka pola umum penelitian ini adalah the post test only control group design dengan bagan:

Gambar 1. Rancangan Penelitian (Sumber: Arikunto, 2006)

R X O

R O

Page 30: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�242�

Keterangan : R = Menunjukkan sampel penelitian, yaitu

umbi bawang merah yang dipilih secara random.

X = Menunjukkan perlakuan terhadap sampel dalam hal ini penyiraman bibit bawang merah dengan menggunakan

air rendaman ampas teh dengan konsentrasi yang berbeda.

O = Menunjukkan observasi yang dilakukan pada akhir eksperimen yaitu penghitungan berat basah bawang merah.

Tanpa X = Menunjukkan kelompok kontrol yang umbinya tidak disiram dengan air rendaman ampas teh.

Penelitian ini menggunakan Ran-

cangan Acak Kelompok (RAK). Rancangan ini merupakan rancangan yang paling seder-hana jika dibandingkan rancangan lainnya, dapat berupa kotak-kotak antara unit perco-baan ini dibatasi dengan ruang pengamatan sehingga tidak terjadi interaksi antara sesama unit Dengan demikian letak dan posisi masing-masing unit tidak akan mempeng-aruhi hasil-hasil percobaan karena percobaan ini dilakukan pada kondisi terkendali. Dalam hal ini tiap satu kali ulangan digunakan 40 sampel yang dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan dan masing-masing kelompok perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 4 kali, dimana tiap-tiap kelompok perlakuan terdiri atas 10 sampel. Karena penelitian ini menggunakan empat perlakuan, maka berda-sarkan rumus di atas dapat diperoleh ulangan sebanyak empat kali ulangan. Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) yang jumlahnya 6 kg bibit bawang merah. Populasi diasumsikan sama atau relatif homogen karena diambil dari satu tanaman yang sama dan memiliki ukuran yang relatif sama. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 160 menggunakan metode simple random sampling yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi dengan cara undian. Dari 160 sampel yang ada, dibagi menjadi 4 kelompok percobaan (ulangan) secara random. Dalam hal ini setiap satu kali ulangan digunakan 40 tanaman bawang merah, dimana tiap-tiap kelompok perlakuan terdiri dari 10 sampel dengan perlakuan 1)Sebanyak 10 sampel yang tidak diberikan perlakuan dengan air

rendaman ampas teh atau kelompok sampel yang dipakai sebagai kontrol, 2)Sebanyak 10 sampel yang diberikan perlakuan dengan air rendaman ampas teh konsentrasi 5%.3) Sebanyak 10 sampel yang diberikan perlaku-an dengan air rendaman ampas teh konsen-trasi 10%, 4)Sebanyak 10 sampel yang di-berikan perlakuan dengan air rendaman ampas teh konsentrasi 15%

Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah air rendaman ampas teh,dan varia-bel terikat dalam penelitian ini adalah per-tumbuhan vegetatif tanaman bawang merah. Data yang akan dikumpulkan dalam peneli-tian ini adalah data tentang pertumbuhan vegetatif tanaman bawang merah dalam ben-tuk berat basah dengan masa penanaman selama 45 hari sehingga data tersebut digo-longkan sebagai data primer.

Untuk memperoleh data dari hasil penelitian tersebut di atas, maka ditempuh prosedur penelitian sebagai berikut : 1.Tahap Persiapan Penelitian

Tahap persiapan yang dilakukan yaitu menyiapkan alat dan bahan antara lain : a. Alat-alat: Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, ember plastik, penggaris, alat dokumentasi, centong, gelas ukur, corong dan neraca. b.Bahan-bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit bawang merah, pupuk kandang, pasir, tanah, air rendaman ampas teh, air. 2.Tahap pelaksanaan Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Tabola, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Ka-rangasem dengan menggunakan polybag dan

Page 31: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

2�Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

untuk menghindari gangguan hewan, maka tempat mengadakan eksperimen akan di-pagari dengan bambu. Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh adalah sebagai berikut. a. Pemilihan Bibit Untuk mendapatkan hasil yang optimal, benih yang dgunakan harus memiliki kualitas yang baik. Oleh karena itu, perlu adanya proses pemilihan (screening) terhadap benih yang akan digunakan sehingga sesuai dengan persyaratan benih unggul. Adapun kriteria benih unggul yaitu utuh (tidak cacat), sehat (bebas dari hama dan penyakit), bersih dari kotoran, memiliki daya tumbuh yang baik dan tidak berkerut atau keriput. Digunakan bibit bawang yang terdiri dari satu siung saja. b. Membuat air rendaman ampas teh Pembuatan air rendaman ampas teh secara rinci adalah sebagai berikut: 1. Semua alat yang akan digunakan dalam eksperimen ini terlebih dahulu dibersihkan 2. Ampas teh yang disiapkan yaitu ampas teh yang sudah dipakai atau diseduh sebanyak 1 kali 3. Diambil 50 gr ampas teh, dicampur dengan 3.000 ml air PAM kemudian direndam selama 12 jam, dari jam 8 malam sampai jam 8 pagi. Dari perendaman ampas teh tersebut diadakan penyaringan sehingga diperoleh kurang lebih 2.800 ml larutan air rendaman ampas teh 4. Air rendaman ampas teh tersebut diambil, di taruh didalam ember plastik yang disebut dengan larutan air rendaman ampas teh seba-gai larutan stok. Dari larutan ini kemudian dibuat konsentrasi 5%, 10% dan 15% dengan menggunakan gelas ukur 5. Konsentrasi 0% (kontrol) adalah: air tanpa berisi rendaman ampas teh atau air PAM se-banyak 100 ml yang digunakan untuk menyi-rami satu sampel penelitian 6. Konsentrasi 5% adalah: rendaman ampas teh yang diambil sebanyak 5 ml kemudian dicampur dengan 95 ml air PAM yang di-gunakan untuk menyirami satu sampel penelitian.

7. Konsentrasi 10% adalah: rendaman ampas teh yang diambil sebanyak 10 ml kemudian dicampur dengan 90 ml air PAM yang digunakan untuk menyirami satu sampel penelitian. 8. Konsentrasi 15% adalah: rendaman ampas teh yang diambil sebanyak 15 ml kemudian dicampur dengan 85 ml air PAM yang digunakan untuk menyirami satu sampel penelitian 9. Perlakuan I yang menggunakan konsen-trasi 0% (kontrol) memerlukan air PAM sebanyak 400 ml yang digunakan untuk menyirami 40 sampel penelitian 10. Perlakuan II yang menggunakan konsen-trasi 5% memerlukan larutan air rendaman ampas teh sebanyak 200 ml dan air PAM sebanyak 3.800 ml yang digunakan untuk menyirami 40 sampel penelitian 11. Perlakuan III yang menggunakan kon-sentrasi 10% memerlukan larutan air ren-daman ampas teh sebanyak 400 ml dan air PAM sebanyak 3.600 ml yang digunakan untuk menyirami 40 sampel penelitian 12. Perlakuan IV yang menggunakan kon-sentrasi 15% memerlukan larutan air rendaman ampas teh sebanyak 600 ml dan air PAM sebanyak 3.400 ml yang digunakan untuk menyirami 40 sampel penelitian 13. Total jumlah larutan air rendaman ampas teh yang diperlukan untuk menyirami 120 sampel penelitian sebanyak 1.200 ml 14. Total air PAM yang diperlukan untuk menyirami 160 sampel penelitian sebanyak 14. 800 ml yang terdiri dari : 0% (kontrol) sebanyak 4000 ml untuk 40 sampel, konsen-trasi 5% sebanyak 3.800 ml untuk 40 sampel, konsentrasi 10% sebanyak 3.600 ml untuk 40 sampel, konsentrasi 15% sebanyak 3.400 ml untuk 40 sampel penelitian. c. Persiapan media tanam Media tanam yang digunakan dalam penanaman bibit bawang merah digunakan media campuran antara tanah, pasir, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1. Media berupa tanah yang digunakan untuk mengizi polybag diambil dari tempat yang sama dengan ukuran yang sama dan disiram dengan volume air yang sama.

Page 32: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�242�

d. Penanaman Sebelum penanaman dilakukan, tanah, pasir, dan pupuk kandang dicampur terlebih dahulu, kemudian dimasukkan pada setiap polybag dan sebelum ditanam, kulit luar bibit bawang merah yang mengering dan sisa-sisa akarnya dibuang. Selain itu, bagian ujung umbi dipotong dengan pisau bersih kurang lebih 1/3 sampai 1/4 bagian dari panjang umbi, kemudian umbi bawng merah ditanam dengan kedalaman kurang lebih 2 sampai 3 cm. e.Pemberian Perlakuan a. Perlakuan kontrol tidak menggunakan air

rendaman ampas teh b. Air rendaman ampas teh sebanyak 5

ml ditambahkan dengan 95 ml air PAM c. Air rendaman ampas teh sebanyak 10 ml

ditambahkan dengan 90 ml air PAM d. Air rendaman ampas teh sebanyak 15

ml ditambahkan dengan 85 ml air PAM e. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman bawang merah dalam polybag lebih mudah karena kesehatan setiap tanaman lebih terkontrol dan penularan pe-nyakit lewat akar dapat dihindari. Beberapa pemeliharaan rutin yang perlu dilakukan sebagai berikut: 1.Penyiraman Ada tiga hal yang mendorong dilakukannya penyiraman, yaitu menggantikan air yang telah menguap pada siang hari, memberi tambahan air yang dibutuhkan oleh tanaman dan mengembalikan kekuatan tanaman. 2.Penyulaman Penyulaman dilakukan jika ada tanaman yang terkena serangan penyakit dengan mengganti bibit yang umurnya sama. Penyu-laman dilakukan setelah seminggu penanam-an. 3.Pemupukan Pemberian penambahan pupuk ini bertujuan untuk memberikan unsur hara yang diper-lukan tanaman pada media tanam sehingga tanaman dapat mencapai potensi tumbuh secara maksimal. Pemupukan yang diberikan adalah pupuk organik dari air rendaman

ampas teh yang dapat dilakukan saat pena-naman dengan cara disiram pada tanah. 4.Penyiangan, pendangiran dan pembu-bunan Pekerjaan penyiangan, pendangiran dan pembubunan bertujuan untuk membersihkan tanaman bawang merah dari tumbuhan dan benda-benda lain yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

Untuk memperoleh data mengenai pertumbuhan vegetatif tanaman bawang merah, maka digunakan metode observasi yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati langsung serta melakukan pencatatan langsung terhadap objek yang diteliti. Pengumpulan data ini dilakukan pada akhir penelitian dengan cara melakukan penimbangan terhadap berat basah dari masing-masing sample. Dalam penimbangan digunakan neraca ohaus dengan ketelitian 0,01 gram. Teknik Analisis Data Data yang sudah terkumpul kemudian dilakukan analisis dengan menguji anava satu jalur. Uji F dilakukan dengan taraf signifikansi 5%, yang dilanjutkan dengan uji beda rata-rata dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5% dan 1% apabila uji F menunjukkan hasil signifikan.

Dalam pengujian hipotesis penelitian ini digunakan taraf signifikansi 5%. Jika Fhitung ≤ Ftabel , maka Ho diterima sedangkan H1 ditolak. Hal ini berarti “Tidak ada pengaruh penyiraman air rendaman ampas teh terhadap pertumbuhan vegetatif bawang merah (Allium ascalonicum L.)”. Jika Fhitung ≥ Ftabel maka Ho ditolak sedangkan H1 diterima yang berarti “Ada pengaruh penyiraman air rendaman ampas teh terhadap pertumbuhan vegetatif bawang merah (Allium ascalonicum L.) ”. Bila uji F signifikan, maka dilanjutkan dengan uji BNT dengan menggunakan rumus :

BNT = t tabel × UlanganKTacak2

Page 33: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

2�Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

Tabel 02 Model Matrik Selisih Nilai Rata-rata Berat Basah Tanaman Bawang Merah

Perlakuan Nilai rata-rata

A B C D Y1 (Ya) Y2 (Ya) Y3 (Ya) Y4 (Ya)

A Y1 (Ya) 0 B Y1 (Ya) d(1-2) 0 C Y1 (Ya) d(1-3) d(2-3) 0 D Y1 (Ya) d(1-4) d(2-4) d(3-4) 0 BNT 5% BNT 1%

HASIL DAN PEMBAHASAN Ketepatan data yang diperoleh

dalam suatu penelitian tergantung pada alat pengumpulan data. Alat yang diguna-kan untuk mengumpulkan data pada pene-litian ini adalah Neraca Ohaus tipe 311 yang sudah merupakan timbangan standar, dengan demikian alat tersebut memberikan hasil yang valid. Neraca Ohaus tipe 311 memiliki ketelitian sampai 0,01 gram dan

dilengkapi dengan satu piring neraca dengan kapasitas 311 gram serta empat lengan gaya yaitu lengan 200 gram, lengan 100 gram, lengan 10 gram dan lengan 0,1 gram Hasil penelitian yang disajikan adalah berat basah tanaman bawang merah yang berumur 45 hari, selanjutnya disaji-kan dalam bentuk tabel (tabulasi data).

Tabel 03

Rata-rata Berat Basah Tanaman Bawang Merah Berumur 45 Hari Setelah Tanam

Ulangan (n) Berat Basah (gram) Tanaman Bawang Merah

Jumlah A B C D

I 10,27 21,88 30,12 40,06 102,33 II 10,34 21,91 31,76 45,32 109,33 III 10,53 21,56 32,43 45,64 110,16 IV 11,38 20,76 29,12 48,39 109,65 Total 42,52 86,11 123,43 179,41 431,47 Rata-rata 10,63 21,53 30,86 44,85 107,87

Dari data tabel 03 yaitu rata-rata berat basah tanaman bawang merah yang

berumur 45 hari setelah tanam dapat digambarkan grafik sebagai berikut:

Page 34: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�2430

Gambar 04 : Grafik Berat Basah Tanaman Bawang Merah Berumur 45 Hari Setelah Tanam

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan pada tanaman bawang merah yang berumur 45 hari dengan mengguna-kan pupuk organik berupa air rendaman ampas teh yang direndam selama 12 jam maka diperoleh perbedaan dari segi pertumbuhan organ vegetatif yaitu per-bedaan akar, batang, daun, umbi dan tingi tanaman. Hal ini disebabkan karena perbedaan konsentrasi air rendaman ampas teh yang diberikan pada masing-masing perlakuan berbeda-beda sehingga berpeng-aruh pada penyediaan unsur-unsur hara baik makro maupun mikro yang dibutuh-kan tanaman. Adapun perlakuan masing-masing kelompok adalah untuk (A) tidak diberi air rendaman ampas teh (kontol), (B) dengan konsentrasi 5%, (C) dengan konsentrasi 10% dan (D) dengan kon-sentrasi 15% air rendaman ampas teh. Untuk mengetahui pengaruh penyi-raman air rendaman ampas teh terhadap pertumbuhan vegetatif pada tanaman bawang merah yang paling optimal maka dilakukan dengan cara menimbang berat basah tanaman bawang merah dengan Neraca Ohaus tipe 311 yang memiliki ke-telitian sampai 0,01 gram. Dari hasil pengamatan yang diperoleh bahwa untuk perlakuan (A) atau kontrol pertumbuhan daun tanaman bawang merah tampak kecil, jumlah daun sedikit, warna daun hijau muda, tinggi

daun mencapai 25 cm, pertumbuhan ba-tang kurus, batang kurang kuat, akar perca-bangan sedikit dan warna umbi putih. Untuk perlakuan (B) dengan konsentrasi air rendaman ampas teh 5% hasilnya yaitu jumlah daun lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan (A), daun berwarna hijau tua, tinggi daun mencapai 35 cm, pertumbuhan batang kurus, batang kurang kuat, akar percabangan sedikit dan warna umbi putih, Untuk perlakuan (C) dengan konsentrasi air rendaman ampas teh 10% hasilnya pertumbuhan daun lebih besar, lebih banyak, berwarna hijau tua, tinggi daun mencapai 40 cm dan batangnya gemuk sehingga tanaman lebih kokoh, warna umbi merah muda ,percabangan akarnya lebih banyak serta umbinya ber-warna merah muda. Untuk perlakuan (D) dengan konsentrasi air rendaman ampas teh 15% hasilnya sangat berbeda dengan perlakuan yang lainnya yaitu daunnya lebih banyak, tinggi daunnya mencapai 50 cm, berwarna hijau tua, jumlah daunnya lebih banyak, lebih lebar, batang kuat, akar percabangan banyak dan umbi berarna merah tua. Pengaruh penyiraman air rendaman ampas teh pada konsentrasi yang berbeda terhadap berat basah tanaman bawang merah diperoleh berat tertinggi pada per-lakuan (D) dengan konsentrasi 15% bila dibandingkan dengan perlakuan (A) kon-

Page 35: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

3�Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

trol, perlakuan (B) dengan konsentrasi air rendaman ampas teh 5% dan perlakuan (C) dengan konsentrasi air rendaman ampas teh 10%.

Konsentrasi yang paling optimal untuk pertumbuhan vegetatif tanaman bawang merah yaitu pada konsentrasi 15%, hal tersebut disebabkan karena terda-patnya unsur-unsur mineral baik makro maupun mikro yang terdapat pada ampas teh seperti polifenol, tehofilin, flavonoid, tanin, vitamin C dan vitamin E serta sejumlah mineral Zn, Se, Ge, N dan Mg yang sangat dibutuhkan tanaman bawang merah untuk pertumbuhan, khususnya fase vegetatif seperti pertumbuhan tinggi ta-naman dan pertambahan jumlah daun dan umbi.

Menurut Nurmayanti (2008), bah-wa tanin juga merupakan kandungan yang terdapat dalam ampas teh, yang berfungsi mengusir kehadiran semut pada tanaman dan juga untuk menumbuhkan tunas yang masih muda.

Kandungan yang terdapat pada ampas teh selain polifenol dan tanin juga terdapat sejumlah vitamin B kompleks kira-kira sepuluh kali lipat sereal dan sayuran. Manfaat ampas teh yaitu mem-perbaiki kesuburan tanah, merangsang pertumbuhan bunga dan buah, merangsang pertumbuhan akar, batang dan daun. Memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Ampas teh biasanya diberikan pada semua jenis tanaman seperti tanaman sayuran, ta-naman hias, maupun tanaman obat-obatan, hal ini dikarenakan bahwa ampas teh tersebut mengandung Karbon Organik, Tembaga (CU) 20%. Magnesium (Mg) 10% dan Kalsium 13%, kandungan tersebut dapat membantu pertumbuhan tanaman. Ampas teh tidak hanya dapat berfungsi sebagai pupuk organik, tetapi ternyata dapat juga dijadikan sebagai pes-tisida yang berifat toksik pada serangga, ampas teh banyak mengandung unsur hara dan mineral baik makro maupun mikro yang bermanfaat untuk menyuburkan tanah.

Bawang merah merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dan mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi yaitu karbohidrat, protein, fosfor, Ca, Mn, Fe, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3, vitamin B6, vitamin C, dan vitamin K. Bawang merah memiliki khasiat bagi kesehatan yaitu dapat menyembuhkkan berbagai macam penyakit karena mengandung antibiotik yang tinggi. Penyakit yang dapat disem-buhkan dengan bawang merah antara lain penyakit masuk angin, sakit tenggorokan, dan penurun panas. Selain mempunyai kandungan gizi dan mengandung anti-biotik yang baik bagi kesehatan bawang merah juga mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, umbi bawang merah banyak dimanpaatkan oleh masyarakat sebagai salah satu bahan penyedap makan-an, daun bawang merah juga dapat diman-faatkan sebagai bahan utama pembuatan sambal disamping rasanya enak, dan har-ganya relatif murah.

Dari penimbangan berat basah tanaman bawang merah maka dilakukan analisis data yaitu uji F hitung legih besar dari pada F tabel. Ini berarti hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima. Dengan demikian berarti ada pengaruh penyiraman air rendaman ampas teh tehadap pertumbuhan vegetatif bawang merah (Allium ascalonicum L.)

Perolehan berat basah tanaman bawang merah yang paling baik terlihat pada perlakuan (D) dengan konsentrasi air rendaman ampas teh 15%. Pada perlakuan (A), (B) dan (C) hasilnya kurang baik, hal ini dikarenakan konsentrasi air rendaman ampas teh yang diberikan masih sedikit sehingga unsur-unsur hara yang dibutuh-kan tanaman tidak dapat memenuhi kebu-tuhan tanaman sampai tingkat optimal. Terlebih pada kontrol yang tidak diberikan air rendaman ampas teh, maka unsur hara yang tersedia sangat kurang. Berdasarkan tabel 09 yaitu pada uji BNT (Beda Nyata Terkecil) ternyata kelompok kontrol (A) dengan perlakuan penelitian

Page 36: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�2432

menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata (d>5%) terlihat pada perlakuan (D) dengan konsentrasi air rendaman ampas teh 15%.

SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat ditarik suatu kesimpulan 1)Ada pengaruh penyiraman air rendaman ampas teh terhadap pertum-buhan vegetatif bawang merah (Allium ascalonicum L.) yaitu pada perlakuan (D) pada konsentrasi 15% yang memberikan pengaruh pada pertumbuhan batang yang gemuk, umbi yang berwarna merah, jumlah daun lebih banyak, berwarna hijau tua dan tinggi 2)Penyiraman air rendaman ampas teh pada konsentrasi 15% memberi-kan hasil yang terbaik bagi pertumbuhan tanaman bawang merah (Allium ascalo-nicum L.) dengan rata-rata berat basah 44,85 gram. Berdasarkan simpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut 1)Dari hasil penelitian ini penyiraman dengan menggunakan air rendaman ampas teh sangat baik diguna-kan untuk membantu pertumbuhan tana-man bawang merah. Oleh karena itu disarankan kepada para petani agar meng-gunakan pupuk organik ampas teh sebagai pupuk untuk digunakan pada tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) 2)Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan bagi masyarakat atau siapa saja yang berminat membudida-yakan tanaman bawang merah untuk meningkatkan pertumbuhan dan meng-optimalkan hasil produksinya dengan menggunakan limbah rumah tangga berupa ampas teh sebagai pupuk organik yang baik bagi kesehatan dan ramah lingkungan 3)Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan yang berman-faat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya 4)Hasil peneli-tian ini dapat dipergunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kegunaan dari tanaman bawang merah, sebagian besar tanaman bawang merah yang diman-

faatkan adalah umbinya tetapi dengan pe-nelitian ini daun bawang merah juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan dasar pembuatan masakan disamping rasa-nya enak dan harganya relatif murah.

DAFTAR RUJUKAN Akhadi. H. 2005. Manfaat Daun Teh.

Jakarta. Bintang Ilmu. Anonim. 2012. Bercocok Tanam Teh.

http//www.labink.or.id. (diakses tanggal 11 Januari 2014).

Anonim. 2008. Data Botani Bawang Merah. http://www.lablink.or.id (diakses tanggal 17 Januari 2014).

Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta. PT. Rineka Cipta.

Dewi, Nurfita. 2012. Untung Segunung Bertanam Aneka Bawang. Yogyakarta. Pustaka Baru Press.

Djarwanto. 2009. Statistik Non Parametrik. Yogyakarta. BPFE.

Irianto. 2009. Pembibitan Palawija dan Hortikultura. Klaten. Bola Bintang Publising.

Ishak. 2008. Budidaya Tanaman Hortikultura. Malang. P.T Soeroengan.

Nazzaruddin. 1993. Budidaya Tanaman Teh. Jakarta. Penebar Swadaya.

Nurmayati. 2008. Teh. Jakarta. Bumi Angkasa.

Poerwadarminta.2013. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. Penebar Balai Pustaka.

Sugiyono. 2013. Statistik Untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta.

Tenaya, Narka, I Dewa Gede Raka dan I Dewa Gede Agung. 1986. Perancangan Percobaan I Rancangan Dasar. Denpasar: Universitas Udayana.

Wiratno. Budidaya dan Pasca Panen Teh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Teh.

Yuniebio. 2009. Petunjuk Praktis Bertanam Teh. Semarang. Aneka Ilmu.

Page 37: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

33Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

PENGARUH PENERAPAN BENTUK ASESMEN FORMATIF DAN TINGKAT MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL

BELAJAR MATEMATIKA

I Gusti Agung Ayu Pramita Tryarika1, Ni Wayan Sunita2 1 dan 2Program Studi Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP PGRI Bali

ABSTRACT

Effect of the Application of Formative Assessment Form and the Level of Achievement Motivation on Students' Mathematics Learning Outcomes

The main objective of this study was to determine the effect of the application of formative assessment form and the level of achievement motivation on students' mathematics learning outcomes. This research is a quasi-experimental study (quasi experiment). The population of this study were students of class XI IPA semester at SMA Negeri 1 Mengwi 2013/2014 school year as many as 225 people. The research sample is a sample class elected random sampling, where from 6 elected class 2 class into a class sample is a sample group of experiments is a class XI IPA 3 as many as 37 people, and the control group sample was grade XI 6 as many as 37 people. Tests are used to collect data is the test result of learning and achievement motivation questionnaire. The data collected in this study is data about students' mathematics learning outcomes after given performance assessment which is then analyzed using ANOVA followed by a two-lane Scheffe test. The analysis showed: 1) there is a difference in students 'mathematics learning outcomes between students who were given the assessment of performance by the students who were given the traditional assessment, 2) there is an interaction between the shape of formative assessment and student achievement motivation together in their influence on students' mathematics learning outcomes, 3 ) for students with high achievement motivation, mathematics learning outcomes of students who were given a better performance than the assessment of mathematics learning outcomes of students who were given the traditional assessment, 4) for students with low achievement motivation, learning outcomes of students who were given math better than the traditional assessment mathematics learning outcomes of students who were given the assessment of performance, so it can be concluded no effect of the application forms of formative assessment and achievement motivation on mathematics learning outcomes. Keywords: Learning Outcomes, Assessment of Performance, Achievement Motivation

PENDAHULUAN Untuk membangun masyarakat terdidik, masyarakat yang cerdas, maka mau tidak mau harus merubah paradigma dan sistem pendidikan (Aunurrahman, 2012). Paradigma pembelajaran konstruktivistik yang berkem-bang saat ini membawa pembelajaran dengan siswa sebagai pusatnya (student centered) dalam mengkonstruksi pengetahuannya secara aktif. Dalam proses pembelajaran siswa ber-tanggung jawab terhadap hasil belajarnya

sendiri. Artinya dalam proses pembelajaran siswa harus terus didorong untuk memiliki semangat dan motivasi yang tinggi untuk mengembangkan penalaran terhadap apa yang ia pelajari, dengan cara mencari makna, mem-bandingkan sesuatu yang baru dipelajari dengan pengetahuan yang telah ia miliki sebe-lumnya (Susanto, 2013). Salah satu wujud perubahan yang ter-jadi adalah inovasi yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Kebiasaan

Page 38: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�2434

guru dalam mengumpulkan informasi meng-enai tingkat pemahaman siswa melalui per-tanyaan, observasi, pemberian tugas dan tes akan sangat bermanfaat dalam menentukan tingkat penguasaan siswa dan dalam evaluasi keefektifan proses pembelajaran. Informasi yang akurat tentang hasil belajar, minat, motivasi dan kebutuhan siswa hanya dapat diperoleh melalui asesmen dan evaluasi yang efektif. Penilaian yang dilakukan oleh guru memberikan informasi yang penting baik bagi guru itu sendiri maupun bagi siswa dalam proses pembelajarannya. Informasi dari hasil penilaian pembelajaran bagi guru bermanfaat untuk melihat ketepatan model, strategi, met-ode, dan teknik pembelajaran yang digunakan oleh guru, sedangkan bagi siswa berfungsi untuk menilai sejauh mana pemahaman me-reka terhadap materi yang telah dipelajarinya. Penilaian yang biasa digunakan dalam sistem pendidikan kita adalah melalui deskripsi kuantitatif, yaitu tes (tertulis). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Mengwi tahun pelajaran 2013/2014 menunjukkan bahwa bentuk penilaian (asesmen) yang digunakan pada pelajaran matematika selama ini masih dominan menggunakan tes yakni bentuk pilihan ganda. Penilaian pembelajaran yang menggunakan tes pilihan ganda merupakan bentuk penilaian yang sangat mudah untuk diterapkan oleh guru dalam pembelajaran, karena tidak perlu memerlukan waktu yang lama untuk melakukan analisis dari hasil penilaiannya. Penilaian dengan tes biasanya hanya mengukur hasil akhir belajar siswa dan kurang dapat mengukur proses belajar yang telah dilalui oleh siswa. Penilaian ini juga tidak dapat menggambarkan kemampuan siswa sesungguhnya. Hal ini tentu tidak sesuai dengan hakekat pembelajaran konstruktivistik yang berkembang saat ini, yaitu proses konstruksi pengetahuan siswa yang menilai pembelajaran dari sudut pandang prosesnya. Dampak selanjutnya adalah dapat menurunkan

motivasi berprestasi siswa, sebab guru hanya berpatokan pada hasil akhir dari tes yang dikerjakan siswa. Sehingga penilaian yang tepat digunakan dalam pembelajaran kons-truktivistik adalah penilaian yang berorientasi pada proses belajar siswa. Penggunaan jenis asesmen yang tepat akan sangat menentukan keberhasilan dalam mengakses informasi yang berkenaan dengan proses pembelajaran termasuk motivasi yang dimiliki tiap siswa. Pemilihan metode asesmen harus didasarkan pada target informasi yang ingin dicapai. Informasi yang dimaksud adalah hasil belajar yang dicapai siswa. Asesmen yang berorientasi pada penilaian yang dilaku-kan dengan mengamati kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu merupakan penilaian proses belajar. Penilaian belajar siswa yang sedang berkembang saat ini adalah penilaian kinerja (asesmen kinerja), di mana disinyalir memiliki banyak manfaat baik bagi guru maupun bagi siswa sebagai salah satu metode alternatif dalam pendidikan yang dapat digunakan dalam penilaian individu. Selain asesmen, banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, antara lain motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri. Seorang siswa dengan motivasi berprestasi tinggi akan giat berusaha, tampak gigih, tidak mau menyerah, giat membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya dan untuk meme-cahkan masalahnya. Sebaliknya, jika seorang siswa memiliki motivasi berprestasi rendah, maka tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering meninggalkan pela-jaran. Berdasarkan karakteristik siswa yang demikian diduga terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah.Dengan penerapan asesmen kinerja di dalam pembelajaran, diha-rapkan dapat meningkatkan hasil belajar mate-matika siswa dengan mengembangkan ke-mampuan berpikirnya dalam menjawab soal-

Page 39: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

3�Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

soal tes, tugas-tugas dan latihan-latihan mate-matika serta dapat memberikan informasi yang akurat bagi guru mengenai proses belajar siswa. Memperhatikan latar belakang di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian penerapan bentuk asesmen formatif dan motivasi berprestasi dalam pembelajaran ma-tematika yang mengangkat judul “Pengaruh Penerapan Bentuk Asesmen Formatif dan Tingkat Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetah-ui 1) Perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang diberi asesmen kinerja dengan siswa yang diberi asesmen tradisional pada kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Mengwi tahun pelajaran 2013/2014 2) Interaksi antara bentuk asesmen formatif dengan motivasi berprestasi dalam pengaruhnya terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Mengwi tahun pelajaran 2013/2014 3) Perbedaan hasil belajar mate-matika siswa yang memiliki motivasi berpres-tasi tinggi antara siswa yang diberi asesmen kinerja dengan siswa yang diberi asesmen tradisional pada kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Mengwi tahun pelajaran 2013/2014 4) Per-bedaan hasil belajar matematika siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah antara siswa yang diberi asesmen kinerja dengan siswa yang diberi asesmen tradisional pada kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Mengwi tahun pelajaran 2013/2014.

METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini tergolong eksperimen semu (quasi experimental design), karena ge-jala yang akan diselidiki ditimbulkan terlebih dahulu dengan sengaja. Desain eksperimen semu merupakan pengembangan dari true experimental design. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel–varia-bel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Dalam penelitian eksperimen digunakan dua kelompok sampel, yaitu kelompok per-lakuan (eksperimen) dan kontrol. Untuk menggambarkan hubungan antara variabel dalam penelitian ini maka digunakan anava dua jalur. Adapun desain yang digunakan yaitu Treatmen By Level, karena salah satu variabel independennya berfungsi sebagai variabel moderator. Pemilihan metode ini disesuaikan dengan data yang diharapkan, yaitu perbedaan hasil belajar matematika sebagai akibat perlakuan yang diberikan. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa. Variabel independen perlakuan adalah bentuk asesmen formatif yang dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu asesmen kinerja dan asesmen tradisional. Variabel moderatornya, motivasi berprestasi yang dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu motivasi berprestasi tinggi dan motivasi berprestasi rendah. Secara skematis desain hubungan antara variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut.

Desain Treatmen By Level Bentuk asesmen formatif (A) Motivasi berprestasi (B)

Asesmen kinerja (A1)

Asesmen tradisional

(A2) Total

Motivasi berprestasi tinggi (B1) A1B1 A2B1 A1B1+ A2B1 Motivasi berprestasi rendah (B2) A1B2 A2B2 A1B2+ A2B2 Total A1B1+ A1B2 A2B1+A2B2

Page 40: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�243�

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Mengwi yang terdiri dari 6 kelas sebanyak 225 orang. Berdasarkan karakteristik populasi dan tidak bisa dilakukannya pengacakan individu karena tidak bisa mengubah kelas yang telah terbentuk sebelumnya, oleh karena itu peng-ambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik pengacakan kelas yang setara (random sampling terhadap kelas) mengguna-kan undian. Langkah–langkah pengumpulan data terdiri dari 3 tahapan, yaitu tahapan persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap eva-luasi. 1. Tahap persiapan: 1) Menentukan sampel berupa kelas dari populasi yang ter-sedia dengan cara random 2) Dari sampel yang telah diambil kemudian diundi untuk menen-tukan kelas eksperimen dan kelas kontrol 3) Menyusun instrumen penelitian berupa tes hasil belajar pada ranah kognitif untuk meng-ukur hasil belajar matematika siswa dan kuesi-oner untuk tes motivasi berprestasi 4) Menga-dakan validasi instrumen penelitian yaitu tes hasil belajar matematika dan kuesioner motivasi berprestasi 5) Mengkonsultasikan instrumen penelitian dengan guru matematika, dosen matematika dan dosen pembimbing. 2. Tahap Pelaksanaan: penelitian ini dilak-sanakan di SMA Negeri 1 Mengwi, Keca-matan Mengwi, Kabupaten Badung pada siswa kelas XI IPA mulai tanggal 1 Pebruari 2014 dan berakhir pada tanggal 15 Maret 2014. Pada saat pelaksanaan eksperimen, per-temuan diadakan sebanyak 9 kali, 7 kali treatment (tindakan) dan 2 kali tes yaitu, 1 kali tes untuk menyebarkan kuesioner untuk meng-etahui motivasi berprestasi dari siswa dan 1 kali pertemuan untuk pengerjaan tes hasil belajar matematika pada akhir penelitian. Langkah–langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah: 1) Memberikan kuesioner motivasi berprestasi untuk memilah peserta didik yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan pe-serta didik yang memiliki motivasi berprestasi rendah di kelas eksperimen dan di kelas kontrol 2) Memberikan perlakuan kepada ke-

las eksperimen berupa pemberian asesmen ki-nerja dan perlakuan kepada kelas kontrol dengan pemberian asesmen tradisional. 3. Tahap evaluasi. Pada tahap evaluasi, langkah - langkah yang dilakukan adalah memberikan post test pada akhir penelitian, baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kon-trol. Soal post test yang diberikan kepada ke-dua kelompok adalah sama yaitu tes campuran (pilihan ganda dan esay) dan dilaksanakan satu kali. Post test dilaksanakan untuk menge-tahui perbedaan hasil belajar antara peserta di-dik yang diberi asesmen kinerja dengan peser-ta didik yang diberi asesmen tradisional. Menganalisis data hasil penelitian dan melaku-kan uji hipotesis. Sebelum dilakukan uji hipo-tesis melalui metode statistik dengan rumus anava dua jalur, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis. Uji prasyarat tersebut adalah uji normalitas dan uji homogenitas varians.

HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menyertakan sebanyak 74 siswa sebagai sampel yang terdiri dari 37 siswa sebagai kelompok eksperimen, yang di-beri asesmen kinerja dan 37 siswa sebagai ke-lompok kontrol yang diberi asesmen tradisi-onal. Pada kelompok ekperimen terdiri dari 18 siswa memiliki motivasi berprestasi tinggi dan 19 siswa memiliki motivasi berprestasi rendah dan pada kelompok kontrol terdiri dari 19 sis-wa memiliki motivasi berprestasi tinggi dan 18 siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Data perlakuan pada masing-masing kelompok dikumpulkan, kemudian ditabulasi sesuai dengan keperluan analitis. Data yang terkumpul antara lain: (1) hasil belajar mate-matika siswa yang diberi asesmen kinerja, (2) hasil belajar matematika siswa yang diberi asesmen tradisional, (3) hasil belajar mate-matika siswa yang memiliki motivasi berpres-tasi tinggi, (4) hasil belajar matematika siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah, (5) hasil belajar matematika siswa yang diberi

Page 41: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

3�Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

asesmen kinerja dan memiliki motivasi ber-prestasi tinggi, (6) hasil belajar matematika siswa yang diberi asesmen kinerja dan memi-liki motivasi berprestasi rendah, (7) hasil belajar matematika siswa yang diberi asesmen tradisional dan memiliki motivasi berprestasi tinggi, (8) hasil belajar matematika siswa yang diberi asesmen tradisional dan memiliki motivasi berprestasi rendah. Untuk menganalisis data digunakan statistik deskriptif dan inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk mendiskripsikan data variabel yang diteliti meliputi: jumlah perolehan skor, skor tertinggi, skor terendah, nilai rata-rata, median, simpangan baku, vari-

ans, range, histogram, dan katagorisasi masing-masing variabel yang diteliti. Sedang-kan statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis meliputi pengaruh bentuk asesmen formatif yang berbeda dari masing-masing kelompok terhadap hasil belajar mate-matika siswa. Untuk menganalisis data, di-gunakan ANAVA dua jalur Desain Treatment By Level, yang merupakan salah satu bagian statistik yang berfungsi sebagai alat untuk menganalisis data. Data dianalisis secara manual dengan bantuan Microsoft Exsel. Ringkasan data berdasarkan statistik deskriptif disajikan pada table 2 berikut.

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Belajar Matematika Data Statistik

A1 A2 B1 B2 A1B1 A1B2 A2B1 A2B2

n 37 37 37 37 18 19 19 18 Mean 76,94 75 79,03 72,91 82,61 71,58 75,63 74,33 Median 77 75 80 72 84 71 76 75 Modus 71 70 84 75 84 71 70 70 Standar Deviasi 7,31 5,81 6,46 5,31 4,38 5,135 6,353 5,28

Varians 53,49 33,77 41,74 28,29 19,19 26,37 40,36 27,88 Maksimun 90 86 90 84 90 84 86 82 Minimum 65 65 65 65 75 65 65 65

Uji normalitas dilakukan untuk menge-tahui apakah sebaran skor data pada setiap variabel berdistribusi normal atau tidak.

Uji normalitas ini juga merupakan prasyarat untuk dapat menggunakan uji ANAVA dua jalur. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan Chi-kuadrat (X2)

Tabel 3. Ringkasan Uji Normalitas Data

No Kelompok Sampel Jumlah Sampel X2

hitung X2tabel Kesimpulan

1 A1 37 6,498 11,070 Normal 2 A2 37 2,070 9,488 Normal 3 B1 37 3,804 11,070 Normal 4 B2 37 3,267 11,070 Normal 5 A1B1 18 5,653 9,488 Normal 6 A1B2 19 2,925 7,815 Normal 7 A2B1 19 8,546 9,488 Normal 8 A2B2 18 1,611 7,815 Normal

Page 42: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�243�

Berdasarkan hasil uji normalitas data sesuai dengan tabel 4.10 di atas, untuk tiap-tiap kelompok siswa datanya berdistribusi normal. Dengan demikian tidak ada per-bedaan yang signifikan, maka pengujian hipotesis dengan ANAVA faktoral 2 X 2 dapat dilanjutkan. Uji homogenitas penelitian ini menggunakan uji kesamaan dua varians yaitu varians terbesar dibandingkan varians terkecil untuk menguji kelompok eksperimen (A1) dengan

kelompok kontrol (A2), diperoleh nilai Fhitung = 1,58378 dan Ftabel = 1,942116 dicari dengan bantuan Microsoft Exel. Dengan kriteria Fhitung ≤ Ftabel, maka tidak terdapat perbedaan varians kelompok eksperimen (A1) dengan kelompok kontrol (A2). Uji homogenitas dalam penelitian ini juga menggunakan uji Bartlet untuk menguji homogenitas kelompok sampel sesuai perlakuan penelitian. Ringkasan Uji Bartlet disajikan dalam tabel 4. sebagai berikut.

Tabel 4. Ringkasan Uji Homogenitas Data

Kelompok dk dk1 s s2 Log s2 dk × Log s2 dk × s2

A1B1 17 0,0588 4,3809 19,1928 1,28314 21,8134 326,278 A1B2 18 0,0555 5,1350 26,3684 1,42108 25,5795 474,632 A2B1 18 0,0555 6,3526 40,3567 1,60592 28,9065 726,42 A2B2 17 0,0588 5,2803 27,8823 1,44533 24,5706 473,999

Jumlah 70 0,2287 100,87 2001,33 Karena semua persyaratan uji hipotesis terpenuhi maka dilanjutkan dengan analisis ANAVA dua jalur. Bila dari hasil analisis diperoleh ada interaksi antara bentuk asesmen formatif dan motivasi berprestasi

terhadap hasil belajar matematika siswa maka dilanjutkan dengan uji Scheffe. Hasil perhitungan analisis ANAVA dua jalur dari hasil belajar matematika siswa dalam penelitian ini dirangkum pada tabel 5. berikut ini.

Tabel 5. Anava Dua Jalur untuk Hasil Belajar Matematika SUMBER VARIAN

JK

dk

RJK

Fhitung Ftabel (0.05) Keterangan

A 70,05405 1 70,05405 4,745611 3,97 Signifikan B 690,2162 1 690,2162 46,75671 3,97 Signifikan

AB 450,3453 1 450,3453 30,50735 3,97 Signifikan 1033,33 70 14,76186

TOTAL 2243,95 73

Hasil uji dengan ANAVA dua jalur menunjukan bahwa nilai F antar tingkat faktor pada bentuk asesmen formatif (antar kolom) diperoleh Fhitung sebesar 4,745611, sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5%

sebesar 3,97. Ternyata Fhitung lebih dari Ftabel (Fhitung > Ftabel ). Ini berarti hipotesis nol (Ho) ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika berdasarkan bentuk asesmen

Page 43: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

3�Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

formatif. Hasil uji dengan ANAVA dua jalur menunjukan bahwa nilai F antar kolom dan baris interaksi (AXB) pada tabel, diperoleh Fhitung sebesar 30,50735, dan Ftabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 3,97. Ternyata Fhitung lebih dari Ftabel (Fhitung > Ftabel ). Ini berarti hipotesis nol (Ho) ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukan bahwa ada interaksi bentuk asesmen formatif dengan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar matematika siswa. Berkenaan dengan terbuktinya hipotesis penelitian kedua yang

menyatakan adanya interaksi antara bentuk asesmen formatif dan motivasi berprestasi siswa dalam pengaruhnya terhadap hasil belajar matematika siswa, maka analisis hipotesis ketiga dan keempat dilanjutkan dengan uji Scheffe. Analisis ini digunakan untuk menguji perbedaan nilai rata-rata dari dua kelompok yang dipasangkan dengan cara membandingkan nilai yang diperoleh dengan nilai pada tabel. Hasil uji Scheffe pada taraf signifikansi 0,05 terangkum pada tabel berikut ini.

Tabel 6. Hasil ANAVA Tahap Lanjut dengan Uji Scheffe

Hipotesis Kelompok Yang diperbandingkan t hitug

t tabel (0,05) Keterangan

Ketiga Keempat

A1B1 dan A2B1 A1B2 dan A2B2

5,522909 2,179548

1,994 1,994

Signifikan Signifikan

Pembandingan antara A1B1 dan A2B1

diperoleh t hitung > t tabel artinya ada perbedaan hasil belajar matematika siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi antara yang diberi asesmen kinerja dengan siswa yang diberi asesmen tradisional yaitu siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi lebih baik diberi asesmen kinerja dibandingkan dengan diberi asesmen tradisional. Dan pembandingan kedua antara A1B2 dan A2B2 diperoleh t hitung > t tabel artinya ada perbedaan hasil belajar matematika siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah antara yang diberi asesmen kinerja dengan siswa yang diberi asesmen tradisional, yaitu siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah lebih baik diberi asesmen tradisional disbanding-kan dengan diberi asesmen kinerja.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah diuraikan di depan, maka dapat disimpulkan dari penelitian ini sebagai berikut: 1) Ada pengaruh bentuk asesmen formatif terhadap hasil belajar matematika siswa. Hasil uji hipotesis dengan mengguna-

kan ANAVA dua jalur diperoleh harga Fhitung = 4,745611, sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 3,97 2) Ada interaksi antara bentuk asesmen formatif dengan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar matematika. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan ANAVA dua jalur diperoleh harga F hitung = 30,50735, sedangkan F tabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 3,97 3) Pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, hasil belajar matematika siswa yang diberi asesmen kinerja lebih baik dari siswa yang diberi asesmen tradisional. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji Scheffe diperoleh harga t hitung = 5,5229 , sedangkan t tabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 1,994 4) Pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah, hasil belajar matematika siswa yang diberi asesmen tradisional lebih baik dari siswa yang diberi asesmen kinerja. Hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji Scheffe diperoleh harga t hitung = 2,179, sedangkan t tabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 1,994.

Berdasarkan simpulan yang diper-oleh dalam penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

Page 44: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�2440

1)Bagi siswa, asesmen kinerja dapat mem-berikan kesempatan siswa untuk memper-lihatkan kemampuannya baik kecepatan maupun ketepatan dalam menjawab soal, dapat melakukan pengorganisasian dan pemikiran sendiri, memahami matematika bukanlah serangkaian peraturan untuk diingat dan diikuti tetapi lebih kepada proses yang memungkinkan siswa untuk menye-lesaikan masalah, meningkatkan motivasi, dan mengetahui kekuatan dan kekurangan matematika 2)Bagi guru, asesmen kinerja dapat menekankan siswa untuk berlomba dengan dirinya serndiri daripada dengan siswa lainnya, dapat menambah pemahaman siswa tentang apa yang diketahui dan dilakukan, dapat menghilangkan ketakutan terhadap matematika karena tidak ada jawaban benar atau salah serta dapat membuat pembelajaran lebih relevan ke kehidupan siswa dan dunia nyata.

DAFTAR RUJUKAN

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2013. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kuri-kulum 2013. Jakarta: Prestasi Pus-takaraya

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembe-lajaran. Bandung: Alfabeta

Ayu Swandewi, Kadek. 2013. Pengaruh Penerapan Pendekatan Pembela-jaran Kontekstual Berbasis Ases-men Kinerja Terhadap Kompetensi Matematika Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 2 Kuta Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Bali: IKIP PGRI Bali

Djaali, H. 2013. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Eka Mahendra, I Wayan. 2013. Diktat Uji Validitas dan Reliabilitas Tes Campuran. Denpasar

Husamah dan Yanur Setyaningrum. 2013. Desain Pembelajaran berbasis Pencapaian Kompetensi Panduan dalam Merancang Pembelajaran Untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustakaraya

Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan (Teknik Analisis Data Kuantitatif). Bali: Universitas Pendidikan Ganesha Press

-------. 2002. Pengaruh Jenis Tes Formatif dan Kemampuan Penalaran Formal Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Studi Eksperimen pada Siswa SMUN 1 Singaraja. Desertasi (Tidak Diterbitkan). Jakarta: Universitas Negeri Jakarta

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: Rajawali Pers

Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakaryas

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuatitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sumiara, I Wayan. 2011. Pengaruh model pembelajaran kooperatif jigsaw dan motivaasi berprestasi terhadap hasil belajar IPA Siswa SMP Negeri 3 Denpasar. Tesis. Bali. Universitas Pendidikan Ganesha

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Uno, Hamzah.B dan Satria Koni, 2012. Assessment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Page 45: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

4�Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

Usman, Husaini dan R. Purnomo Setiady Akbar. 2012. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara

Wardana Yasa, I Wayan. 2009. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Ma-salah dan Bentuk Asesmen Ter-hadap Hasil Belajar Biologi (Studi Eksperimen pada SMA Negeri 1

Marga). Tesis (Tidak diterbitkan). Bali. Universitas Ganesha Singaraja

Wina, Sanjaya. 2013. Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kharisma Putra Utama

Yudhawati, Ratna dan Dany Haryanto. 2011. Teori – Teori Dasar Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustakaraya

Page 46: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�2442

KERAGAMAN JENIS SERANGGA PREDATOR DI AREAL PERSAWAHAN DESA KEROBOKAN KECAMATAN KUTA UTARA KABUPATEN BADUNG

Ni Luh Swastini1) dan I Nengah Suka Widana2)

1)[email protected] 2) [email protected]

ABSTRACT Diversity of Insect Predator in Paddy Fields Kerobokan Village North District Kuta Badung

The research objective was to determine the diversity of insect predators found in paddy fields Subak Kerobokan village Tegal District of North Kuta Badung, based on indicators Importance Value Index (IVI) is calculated from the accumulated value of the density or relative density and relative frequency. The importance of the index can be used to indicate the insects that dominate the area Subak. Type of research is descriptive research, by analyzing the relative density, relative frequency to obtain the INP and descriptive analysis to determine the species of insect predators.

Data such as the number and types of predatory insects have been found in the location of the survey, data were collected by direct sweeping techniques of data collection (insects) by direct capture using insect nets. The findings of the study include, the highest IVI species of dragonflies (Anax juinus) amounted to 30.12%, while the lowest was found in species INP ladybird (Coccinella septempunctata) at 0.97%. Number of insect predators are successfully observed as many as 12 species. Based on the range and diversity index grouping the level of diversity of insect predators in Subak Tegal Kerobokan Village District of North Kuta Badung regency in the period beginning in March 2014 classified diversity of medium. Keywords: Insect predators, INP and Diversity Index

PENDAHULUAN Serangga merupakan kelompok

organisme yang paling banyak jenisnya dibandingkan dengan kelompok organisme lainnya dalam Phylum Arthropoda. Hingga saat ini telah diketahui sebanyak lebih kurang 950.000 spesies serangga di dunia, atau sekitar 59,5% dari total organisme yang telah dideskripsi (Siswanto & Wiratno, 2001). Tingginya karagaman serangga berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas produk per-tanian yang dihasilkan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para petani di Subak Tegal Desa Canggu Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung Bali, menunjukkan bahwa serangga hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menim-bulkan kerusakan secara fisik yang menye-babkan kerugian dalam pertanian. Semua orang mengira bahwa pestisida merupakan

satu-satunya jawaban yang paling ampuh untuk mengendalikan serangan hama, ter-utama jika populasi serangga hama telah melampaui batas yaitu suatu tingkat serangan hama yang segera akan menyebabkan keru-gian ekonomi apabila tidak dikendalikan. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa penggunaan pestisida secara terus-menerus dan berlebihan ternyata dapat menimbulkan dampak negatif antara lain yaitu serangga hama menjadi lebih tahan, pencemaran ling-kungan, bahaya langsung terhadap pemakai, bahaya residu terhadap manusia dan hewan peliharaan, serta akibat yang lebih serius adalah matinya serangga berguna seperti pre-dator, parasitoid dan serangga penyerbuk, dan selanjutnya dapat menimbulkan terjadinya peningkatan populasi hama setelah pengguna-an pestisida (resurgensi), resistensi hama dan terjadinya ledakan hama sekunder (Untung,

Page 47: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

43Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

1993). Pengendalian hama seharusnya bisa dilakukan dengan pemanfaatan musuh alami hama (serangga predator), tetapi para petani di Subak Tegal jarang melakukannya karena kurang pengetahuan tentang serangga pre-dator. Pemanfaatan musuh alami sebagai agens hayati pada tanaman mempunyai pelu-ang yang cukup besar dalam pengendalian hama tanaman. Untuk dapat diterima semau pihak, penggunaan musuh alami untuk peng-endalian hama tanaman perlu terus dikem-bangkan, sehingga menghasilkan cara peng-endalian alami tetapi efektif dan efisien bila diapalikasikan dan peranannya sebagai agens pengendali hayati semakin nyata dan konsisten (Anonim, 2003).

Informasi tentang keanekaragaman hayati pada areal sawah kini sangat diperlukan dalam mendukung perkembangan komoditas secara organik, untuk terwujudnya sistem pertanian berkelanjutan dan berbasis kelestarian ekosistem. Untuk menjaga keseimbangan ekosistem, konservasi serangga perlu lebih digalakkan. Sebagai bagian terbesar dari semua spesies di Bumi, serangga menjadi entry point upaya pelestarian ekologi. Tanpa konservasi, serangga bisa mengalami ledakan hama yang mampu mengganggu kehidupan pertanian (Anonim, 2012). Dari uraian tersebut maka dilakukan penelitian tentang keanekaragaman serangga predator di areal persawahan Subak Tegal Desa Kerobokan Kecamatan Kuta Utara, Badung.

METODE PENELITIAN

Penelitian dikategorikan ke dalam pene-litian deskriptif, yaitu mengadakan kegiatan pengumpulan data, dan menginterprestasikan data yang bertujuan membuat deskripsi mengenai kejadian yang terjadi pada pene-litian dan teknik pengambilan data dilakukan dengan observasi secara langsung di lapangan (Suryabrata, 1982). Subjek dalam penelitian ini adalah semua jenis serangga yang terdapat di areal pertanian padi di Subak Tegal Desa Kerobokan Kecamatan Kuta Utara Kabupaten

Badung, Objek dalam penelitian berupa se-rangga predator yang berhasil diobservasi. Prosedur yang ditempuh, yaitu per-siapan alat dan bahan, antara lain penggaris, jaring penangkap serangga, kamera, kantong plastik/botol transparan, kertas label, rool meter, pinset, tali raffia, buku identifikasi serangga, dan alat-alat tulis. Bahan yang digunakan adalah alcohol, dengan langkah pelaksanaan, berikut. 1) Menetapkan lokasi, yaitu pada areal

persawahan di Subak Tegal Desa Kerobo-kan Kecamatan Kuta Utara, Badung dengan luas daerah ±100 ha yang terdiri atas 6 munduk, diantaranya: (a) Stasiun A (Munduk Tanah Sampi); (b) Stasiun B (Munduk Kelaci); (c) Stasiun C (Munduk Pelantang); (d) Stasiun D (Munduk Bengkel); (e) Stasiun E (Munduk Gadon); (f) Stasiun F (Munduk Tegal Linggah).

2) Membuat 5 petak pada masing-masing munduk; luas petak masing-masing 30m x 30 m, jarak antar petak 20 m dengan meng-gunakan lajur tanaman.

3) Ploting lokasi penelitian (Gambar 1). 4) Teknik pengumpulan dengan direct swe-

eping, yaitu teknik pengumpulan serangga dengan penangkapan langsung mengguna-kan jaring.

a) Jaring udara digunakan untuk menangkap serangga terbang, yaitu belalang, lebah, dan capung. Jaring serangga yang di-gunakan berdiameter 35 cm pada bagian depan dan panjang jaring 50 cm.

b) Jaring ayun untuk menangkap serangga pada daun-daunan atau rerumputan. Agar serangga tidak ke luar, waktu mengambil seranga dari jaring dilakukan membela-kangi sinar matahari.

c) Untuk mengambil serangga yang biasanya tercampur lumpur, lumpur ditaruh di suatu nampan dan diberi air lalu dikorek-korek untuk mendapatkan serangganya.

d) Serangga yang terdapat pada tanaman, di serasah, di bawah batu dan tempat-tempat

Page 48: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�2444

lain yang dapat dicari diambil langsung dengan tangan.

e) Serangga yang berhasil ditangkap dimasukkan ke dalam plastik yang sudah berisi larutan pengawet, kemudian diberi kode sesuai dengan plot dan masing-masing munduk.

f) Mengamati dan menghitung serangga yang berhasil diobservasi dan melakukan analisis data.

5) Penelitian dilakukan di areal persawahan di Subak Tegal Desa Kerobokan Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung pada bulan Pebruari s/d Maret 2014, pada pagi, siang dan sore hari, kemudian indentifikasi jumlah dan jenis serangga predator dila-kukan di Laboratorium Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP PGRI Bali.

Metode Pengumpulan Data 1) Melakukan pengamatan dan penghitungan

secara langsung terhadap serangga preda-tor, dalam penelitian ini penangkapan se-rangga predator menggunakan teknik direct sweeping.

2) Data yang diperoleh selanjutnya diidenti-fikasi dan dimasukkan ke dalam table ke-mudian dihitung jumlahnya sesuai dengan metode analisis deskriptif.

Selanjutnya dilakukan identifikasi dengan megamati ciri morfologi, kemudian mencocokan dengan kunci identifikasi serang-ga. Untuk menghitung Indeks Nilai Penting (INP), dimana INP berguna untuk mengetahui dominasi suatu jenis serangga terhadap komu-nitasnya. Menurut Soegianto (1994), bahwa INP dapat ditentukan dengan merumuskan sebagai berikut. a. Kepadatan (K) dengan rumus:

Keterangan: Ki : kepadatan spesies ke i

ni : jumlah total individuspesies ke i A : luas total daerah yang disampling b. Kepadatan Relatif (Kr) dengan rumus:

Keterangan: Kr : Kepadatan spesies ke i Ki : Kepadatan untuk spesies ke i ΣK: Jumlah kepadatan semua spesies. c. Frekuensi (F)

Keterangan: Fi : Frekuensi Relatif untuk spesies ke i. Ji : Jumlah petak yang terdapat spesies ke i. K : jumlah total petak yang dibuat. d. Frekuensi Relatif (Fr) dengan rumus :

Keterangan: Fr : frekuensi relative spesies ke i Fi : Frekuensi untuk spesies ke i ΣF :Jumlah total frekuensi untuk semua spesies e. Menghitung Indeks Nilai Penting

Indeks Nilai Penting adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyata-kan tingkat dominasi (tingkat penguasaan) spesies-spesies dalam suatu komunitas. Spesies-spesies yang dominan (yang berkuasa) dalam suatu komunitas akan memiliki indeks nilai penting yang tinggi, (Soegianto,1994). Dalam penelitian ini nilai INP yang dihitung hanya pada serangga predator dengan rumus: INP = KR + FR. Keterangan: Fr : Frekuensi Relatif Kr : Kelimpahan Relatif

Kr = x 100%Ki∑K

Fi= JiK

Fr = Fi∑F

x 100

Ki = niA

Page 49: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

4�Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

Gambar 1. Ploting Lokasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Data jumlah dan jenis serangga pre-

dator yang ditemukan di areal persawahan Subak Tegal Desa Kerobokan Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung, disusun secara sistematis selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel. Berdasarkan data hasil penelitian, bahwa serangga predator yang ditemukan di sekitar areal persawahan Subak Tegal Desa Kerobokan Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung sebanyak 11 genus yang terbagi dalam 2 kelas, 10 famili dan terdiri atas 7 Ordo yaitu, Ordo: Odonata, Ordo: Diptera,

Ordo: Hymenoptera, Ordo: Coleoptera, Ordo: Araida, Ordo: Orthoptera dan Ordo: Hemi-ptera. Selengkapnya serangga predator yang ditemukan, disajikan dalam tabel 1.

Data dianalisis secara deskriptif meng-gunakan rumus Indeks Nilai penting (INP) menurut Soegianto (1994), dilanjutkan dengan menentukan nilai dominasi serangga predator. Data penghitungan INP masing-masing Stasiun pengamatan selengkapnya disajikan pada tabel 2 dan 3.

Tabel 1. Jenis Serangga Predator

Ordo Family Genus Spesies Nama Indonesia Orthoptera Mantisadeae Mantis Mantis religosa Belalang sembah

Grylludae Gryllus Gryllus sp Jangkrik Hemiptera Gerridae Lymnoganus Lymnoganus sp Anggang-anggang

Hymenoptera Vespidae Vespa Vespa mandarina Tawon Kertas Fermicidae Soleonopsis Soleonopsis sp Semut rang-rang

Trichrogrammatida

Trichrogram matida

Trichroorama javanicum

Tabuhan

Araida Lycosidae Lycora Lycora sp Laba-laba Coleoptera Coccinelidae Verania Verania sp Kumbang kubah

Odonata Ansoptera Anax Anax juinus Capung Diptera Asilidae Leptogaster Leptogaster miegan Lalat buas

Gambar 1. Ploting Lokasi

A B

C D

F G

Page 50: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�244�

Tabel 2. Rata-rata INP Spesies di Seluruh Stasiun Pengamatan No. Spesies INP % 1. Anax juinus 5,02 2. Agriochemis pygmaea 3,83 3. Soleonopsis sp 3,17 4. Lycosa sp 2,58 5. Lymnoganus sp 1,98 6. Mantis religiosa 1,45 7. Gryllus sp 1,31 8. Vespa mandarinia 0,9 9. Leptogaster miegan 0,67

10. Trichroorama javanicum 0,46 11. Ropalidia fasciata 0,27 12. Coccinella septempunctata 0,16

Tabel 3. Rata-rata Indeks Keragaman Spesies.

No. Spesies H' 1. Anax juinus 0,56 2. Agriochemis pygmaea 0,73 3. Soleonopsis sp 0,84 4. Lycosa sp 0,99 5. Lymnoganus sp 1,08 6. Mantis religiosa 1,20 7. Gryllus sp 1,28 8. Vespa mandarinia 1,38 9. Leptogaster miegan 1,50 10. Trichroorama javanicum 1,68 11. Ropalidia fasciata 1,98 12. Coccinella septempunctata 2,13

Jumlah rata-rata 1,28

HASIL DAN PEMBAHASAN Indeks keanekaragaman serangga predator di Subak Tegal adalah 1,28 maka dapat disimpulkan tingkat keanekaragaman serangga predator di Subak Tegal Desa Kero-bokan Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung adalah tergolong ke dalam kelompok keanekaragaman yang sedang. Hal itu dise-babkan karena lahan persawahan di Subak tegal sudah banyak mengalami alih fungsi lahan menjadi pertokoan dan pemukiman penduduk serta maraknya penggunaan pes-tisida yang menyebabkan terbunuhnya serang-ga predator yang bukan menjadi target.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Subak Tegal Desa Kerobokan Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung menunjukkan bahwa serangga yang berhasil diobservasi terdiri dari 12 jenis serangga predator.

1) Anax juinus (Capung) Ciri-cirinya adalah memiliki 3 pasang

tungkai, jarang berada/jauh dari air, memiliki 2 pasang sayap, memiliki antenna kecil. Tubuh tersusun atas caput, thoraks,abdomen, memiliki mata yang besar yang sangat berde-katan dilihat dari arah atas. Pangkal sayap belakang lebih lebar dari pada sayap depan, umumnya berwarna cokelat tua dan sering berwarna kebiruan atau kehijauan, ukurannya sekitar 7,5 cm. capung ini mempunyai banyak tenaga, sehingga dikenal sebagai penerbang yang kuat dan sebagai predator.

2) Agriochemis pygmaea (Capung Jarum) Capung umumnya bertubuh relatif

besar dan hinggap dengan sayap terbuka atau terbentang ke samping. Sedangkan capung jarum umumnya bertubuh kecil (meskipun ada beberapa jenis yang agak besar), memiliki abdomen yang kurus ramping mirip jarum dan

Page 51: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

4�Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

hinggap dengan sayap-sayap tertutup agak menyatu di atas punggungnya.

3) Soleonopsis sp (Semut Rangrang) Semut rangrang merupakan makhluk

koloni, membuat sarang di pepohonan yang tinggi, berwarna coklat kemerahan. Panjang tubuhnya antara 5-10 mm. Merupakan pre-dator serangga hama. Memiliki sepasang antenna, 3 pasang tungkai, dan tubuh beruas-ruas. Ruas pertama abdomen berbentuk seperti bonggol tegak. Mangsa/inang utama aphid sp, lalat buah.

3) Lycora sp (Laba-Laba) Ciri-cirinya adalah merupakan hewan

berbuku-buku, punya 2 segmen yaitu chepalothoraks dan abdomen, punya 4 pasang kaki, dan tidak bersayap. Mampu membuat jarring dan merupakan hewan karnivora punya rahang bertaring (chelicera) dan punya alat bantu (mulut) yaitu pedipalpus. Tubuhnya terdiri dari dua segmen, mempunyai delapan kaki, tidak memiliki sayap, mempunyai mulut pada ujung abdomen yang berfungsi untuk mengunyah, memiliki sutra untuk memanjat yang di sebut spinneret, sebagian besar mempunyai alat untuk membuat jaring yang terdapat pada bagian tengah perut yang berfungsi untuk memerangkap serangga, bagi laba-laba penjaring mempunyai kelenjar minyak anti rekat yang terdapat di kakinya dan berfungsi agar tidak terperangkap pada jaring.

4) Lymnogonus sp (Anggang-anggang) Ciri-ciri searangga ini adalah warna

tubuhnya hijau kuning kecoklatan dan panjangnya berkisaran antara 15-30 mm (Harahap dan Tjahyono, 1997). Secara fisik, semua spesies anggang-anggang pada dasarnya memiliki ciri-ciri utama berupa tubuh yang ramping dan kaki yang panjang. Memiliki rambut-rambut sangat kecil (mic-rosetae) pada ujung tungkainya, dan merupa-kan predator, memiliki 4 pasang tungkai dan 1 pasang antenna, tubuhnya tersusun atas caput, thoraks dan abdomen. Ukuran mereka bervariasi, mulai dari yang berukuran hanya beberapa milimeter hingga yang mencapai 20

cm. Dan karena anggang-anggang tergolong ke dalam keluarga kepik sejati (ordo Hemi-ptera), anggang-anggang juga memiliki sifat-sifat umum kepik, yaitu memiliki mulut ber-bentuk jarum, 2 pasang sayap bening yang bisa dilipat, & mengalami metamorfosis tidak sempurna. Mangsa/inang utama, nyamuk, wereng.

5) Mantis religiosa (Belalang Sembah) Memiliki ukuran tubuh dari medium

sampai besar, bersifat hemimetabola, mulut-nya tipe pengunyah, memiliki dua pasang sayap, sayap depan lebih tebal dan seperti kertas dari kulit yang disebut tegumina. Sayap belakang berupa membran dan dilipat seperti kipas dan terletak di bawah sayap depan. Tubuhnya juga terbungkus oleh eksoskleton yang melindungi sistem organ yang lunak sebelah dalam.eksoskeleton merupakan kuti-kula yang tersusun dari kitin dan terbagi atas segmen-segmen. Antenanya pendek, femur dilengkapi dengan duri-duri kaki dan kaki depan berfungsi sebagai penangkap mangsa. Umumnya berwarna krem (coklat muda) atau hijau dengan beberapa bagian berwarna hitam dan kuning

Biasanya belalang ini akan duduk diam tanpa bergerak di tempat yang tersembunyi untuk menunggu mangsa, kaki depan dalam posisi seperti berdoa dan siap untuk untuk menangkap mangsa yang lewat. Sebagai pre-dator yang efektif, memangsa berbagai se-rangga, sering pula bersifat kanibal dengan memakan mantid lainnya.

5) Gryllus sp (Jangkrik) Hewan yang termasuk dalam ordo

Orthoptera, termasuk di dalamnya Gryllus sp (jangkrik) adalah bersifat hemimetabola, mu-lutnya tipe pengunyah, memilki 2 pasang sayap, sayap depan lebih tebal dan seperti kertas dari kulit, yang disebut tegumina. Sayap belakang berupa membran dan dilipat seperti kipas dan terletak di bawah sayap depan. Pada beberapa spesies, sayap hanya berupa sisa saja atau ada juga yang tidak bersayap.

Page 52: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�244�

Hewan yang sudah dewasa umumnya berwarna hitam, sedangkan nypha berwarna kuning pucat dengan garis-garis coklat.Antena panjang dan kaku seperti rambut. Hewan dewasa akan kehilangan sayap setelah mene-tap di lingkungan sawah. Hampir semua he-wan ini bertindak sebagai predator.

6) Vespa mandarinia (Tawon kertas) Ciri-ciri morfologinya adalah abdo-

men berhubungan dengan thoraks dengan sebuah petioles yang ramping. Antenanya ter-diri dari 13 ruas atau kurang.Sayap melipat longitudinal pada waktu istirahat.sebagian besar berwarna hitam, beberapa jenis dibagian muka dan abdomen dengan warna kuning. Dijumpai di berbagai tempat, beberapa ada yang menyengat, sebagian bertindak sebagai predator dan sebagian lagi sebagai penyerbuk bunga.

7) Leptogaster miegan (Lalat Buas) Ciri-ciri morfologi lalat buas adalah

tubuh sebagian besar memanjang dengan ab-domen pipih, nampak kokoh.Thoraks relatif besar, kokoh dengan kaki panjang.Tubuh ada yang berambut dan ada juga yang tidak, tetapi muka selalu berbulu.Umumnya berwarna abu-abu, cokelat, atau hitam.Bagian puncak kepala jelas berbentuk cekung, terletak antara lekuk ke-2 mata faset.Antenanya terdiri atas 3 ruas, ruas ke-3 kadang-kadang membulat atau panjang (Lilies, 1992).

8) Trichrooama javanicum (Tabuhan) Ciri-cirinya adalah berukuran kecil

(0,3-1 mm) berwarna hitam remang-remang coklat pucat/kuning, sayapnya berumbai-rumbai, bulu sayap teratur, bentuknya seperti lalat, punya 3 pasang tungkai, memiliki sepasang sayap, sepasang antena pada caput, tubuhnya beruas-ruas, mangsa/inang utama: telur, serangga, ngengat.

9) Ropalidia fasciata (Tawon Kemit) Tawon kemit memiliki pinggang kecil

seperti biola, warnanya mencolok dengan garis kuning berpadu dengan garis hitam yang sangat kontras dan cantik. Sepintas bentuk tubuhnya sepperti semut.Tawon sebetulnya

berbeda dengan Lebah, walaupun keduanya termasuk anggota Hymenoptera.Tubuh Tawon lebih ramping dan tidak berbulu sedangkan tubuh lebah terlihat lebih gemuk dan berbulu. Mulut tawon mempunyai mandibula (rahang) untuk menggigit,dalam bentuk larva biasanya makanan utamanya adalah daging, sedangkan Lebah yang tidak mempunyai rahang (mandi-bula) ketika masih menjadi larva yang menjadi makanan utamanya adalah madu.

10) Kumbang Koksi (Coccinella septem-punctata) Kumbang koksi adalah salah satu

serangga kecil dari ordo Coleoptera.Serangga ini mudah dikenali dari penampilannya yang bundar kecil dengan punggungnya yang berwarna-warni serta pada beberapa jenis berbintik-bintik. Kebanyakan orang mengenal kumbang koksi sebagai kumbang kepik, karena ukurannya dan perisainya yang juga keras, namun kumbang ini sama sekali bukan dari bangsa kepik (Hemiptera) (Johnson, 1997). Kumbang koksi (Coccinella septem-punctata) ini memiliki ciri morfologi yaitu bentuk tubuh yang kecil mirip dengan kepik pada bagian sayap berwarna oranye yang terdapat bintik-bintik hitam. Kumbang koksi (Coccinella septempunctata) juga memiliki kaki berjumlah enam, yang terletak pada bagian depan dua, tengah dua, dan belakang dua. Pada bagian kaki juga terdapat bulu kecil yang berfungsi sebagai pelekat.

Indeks Nilai Penting merefleksikan keberadaan peran dominasi populasi dalam suatu lokasi. Berdasarkan rekapitulasi hasil perhitungan INP, nilai indeks nilai penting tertinggi terdapat pada spesies Anax juinus sebesar 5,02, selanjutnya spesies Agriochemis pygmaeasebesar 3,83 dan terendah adalah Coccinella septempunctata sebesar 0,16. Tingkat dominasi (INP) antara 0-10 menun-jukkan jenis serangga predator yang berperan dalam ekosistem, sehingga jika INP 10 berarti serangga predator memiliki peran yang penting dalam lingkungan.

Page 53: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

4�Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

Tingginya indeks nilai penting (INP) di lokasi penelitian menunjukkan serangga pre-dator berperan cukup tinggi dalam menjaga keberlangsungan ekosistem.Tingginya indeks nilai penting (INP) Anax juinus pada lokasi penelitian diduga karena mobilitas serangga yang sangat tinggi, suhu optimum yang baik bagi kelangsungan hidupnya dan makanan yang melimpah yang mendukung kehidupan Anax juinus. Persawahan adalah habitat capung yang sangat baik, karena siklus hidup capung lebih banyak di air capung meletakkan telurnya pada tumbuhan yang berada di air, setelah menetas larva capung hidup dan berkembang di dasar perairan mengalami metamorphosis menjadi nimfa dan akhirnya keluar dari air sebagai capung dewasa. Nimfa capung hidup sebagai karnivora yang ganas, nimfa capung yang berukuran besar bahkan dapat memangsa berudu dan anak ikan.Setelah dewasa, capung memangsa nyamuk dan kutu daun (Susanti dalam Hidayah, 2008). Semen-tara serangga yang hasil penghitungan indeks nilai penting (INP) sedikit diduga karena maraknya penggunaan pestisida yang menye-babkan terbunuhnya serangga bukan target. Sehingga jenis serangga tertentu sudah jarang ditemukan bahkan sudah tidak bisa ditemukan sama sekali.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap keanekaragaman serangga predator di areal persawahan Subak Tegal Desa Kerobokan Kecamatan Kuta Utara Ka-bupaten Badung, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Rata-rata Indeks Keanekaragaman spesies

pada seluruh stasiun pengamatan adalah 1,28. Berdasarkan Kisaran dan Pengelom-pokan Indeks Keanekaragaman menurut Mason (1980) dalam Daryanti (2009), maka tingkat keanekaragaman serangga predator di Subak Tegal Desa Kerobokan Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung

tergolong ke dalam kelompok keanekara-gaman sedang.

2. Jumlah spesies serangga predator yang ditemukan adalah 12.

3. Indeks Nilai Penting (INP) serangga predator di areal persawahan Subak Tegal Desa Kerobokan Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung tertinggi adalah Anax juinus (5,02) dan terendah adalah Cocc-inella septempunctata (0,16).

Saran Merujuk pada temuan penelitian itu, dapat

direkomendasikan beberapa hal: 1. Para petani perlu diberikan pemahaman

secara menyeluruh tentang peranan dan fungsi serangga predator dalam pengen-dalian hama secara alami. Sekaligus pema-haman tentang manfaat dan kebaikan peng-endalian secara biologi terhadap kelestarian lingkungan.

2. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai pemanfaatan serangga predator untuk pe-nenggulan hama hayati menuju pertanian organik.

DAFTAR RUJUKAN

Abrar Faperta. Ordo-ordo serangga. Sumber: www.google.com. Diakses pada tanggal 30 Juni 2013.

Anonim,2011. http://www.rudyct.com/SERANGGA_LINGK.htm, diakses pada tanggal 17 juli 2013 pada pukul 22.30

Bernays, E.A. 1998. Evolution of feeing behavior in insect herbivora: Successeen as different ways to eatwithout being eaten. Bioscience 48(1): 35-44.

Borror, D. J., C. A. Triplehorn dan N. F. Johnson. 1997. Pengenalan Pelajaran Serangga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Borror et al. 2005. Study of Insect.Ed-7. Amerika: Thomson Brook/Cole.

Champbell, Reece-Mitchell, 2003. Biologi. Jilid Dua. Jakarta: Erlangga

Page 54: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24�0

Ferianita, M 2006. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Rineka cipta, Jakarta Kramadibrata, I. 1995. Ekologi Hewan.

Bandung: ITB Kuswadi & Mutiara, E. 2004. Delta-8

Langkah & 7 Alastat. Jakarta: Elex media Komputindo.

Lilies, S.C.1992. Kunci Determinasi Serangga, Jakarta: Kanisius. Lisa. 2011. Identifikasi Keanekaragaman

Serangga Menggunakan Alat Perangkap Jebak (Pit Fall Trap) Di Areal Perkebunan Rakyat Desa Kaliakah Dusun Pangkung Buluh, Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana. Fakultas Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP PGRI BALI.

Natawigena,H. 1990. Entomologi Pertanian. Bandung: Orba Sakti

Siswanto & Wiratno. 2001. Biodiversitas serangga pada tanaman panili (Vlanillaplanipolia) dengan tanaman penutup tanah Arachis pintoi K. (Proseding Seminar Nasional III). Perhimpunan Entomologi Indonesia. Bogor.

Tobing, M.C., D. Bakti, A. Sutanto dan H. Saragih. 2006. Uji penggunaan perangkap feromon dan jala untuk pengendalian Oryctes rhinoceros.

Untung, K. 1993. Konsep Pengendalian Hama Terpadu. Andi Offset. Yogyakarta.

Page 55: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

��Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA

I Nyoman Sunata

NUPTK: 9544-7436-4620-0062 SMA N. 1 Kerambitan Disdikpora Kabupaten Tabanan.

ABSTRACT

Problem Solving Learning Model to Improve Student Achievement To get the better student learning and to improve the quality of teaching and learning process it is necessary to study. The research was conducted at SMAN 1 Kerambitan, in Class XI IPA 4 that the ability of students to chemistry subjects still low. The research objective of this class action is to improve learning achievement chemistry student by applying learning models problem solving. Data collection method is observation and learning achievement test. Methods of data analysis is descriptive. The results of this research are Problem Solving learning model can improve student achievement. This is evident from the results obtained in the first average 65.78, in the first cycle increased to 71.72 and the second cycle increased to 73.43. From the results obtained as above, the conclusions obtained from this study is Problem Solving learning model can improve learning achievement. Keywords: Learning Model of Problem Solving, Learning Achievement.

PENDAHULUAN Kendala dalam proses pembelajaran

yang sedang dihadapi guru kelas XI IPA 4 di SMA Negeri 1 Kerambitan adalah masalah pembelajaran untuk mengaktifkan, mem-bangkitkan motivasi belajar siswa untuk mencapai hasil yang diharapkan. Hal inilah yang menjadi masalah sehingga peningkatan mutu pendidikan belum dapat diupayakan secara maksimal.

Pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan model tradisional atau konvensional belum membuahkan hasil sesuai harapan. Oleh karenanya penulis mulai memikirkan cara untuk memecahkan masalah yang mendesak untuk ditangani. Prestasi belajar siswa kelas XI IPA 4 di SMA Negeri 1 Kerambitan pada semester 1 masih jauh di bawah KKM mata pelajaran kimia di sekolah ini yaitu 73 Rata-rata yang diperoleh baru 65,78 dan ketuntasan belajar mereka baru mencapai 39,13 %. Perolehan hasil yang rendah tersebut merupakan masalah yang sesegera mungkin harus ditangani, itulah yang mendorong peneliti sehingga penelitian ini menjadi penting untuk dilaksanakan. Ketersediaan waktu di

sekolah untuk memperbaiki proses belajar mengajar menyebabkan peneliti melakukan penelitian yang berjudul: “Model Pembelajaran Problem Solving Sebagai Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA 4 Semester 1 SMA Negeri 1 Kerambitan Tahun Pelajaran 2011/ 2012” dalam upaya memecahkan perma-salahan yang penting dan mendesak di kelas ini. Dengan memanfaatkan model pembe-lajaran tersebut diharapkan dapat menjadi solusi yang tepat untuk menangani permasalahan yang sedang dihadapi.

Berdasar uraian tersebut dinyatakan bahwa model pembelajaran Problem Solving menuntut kemampuan siswa untuk me-nyelesaikan masalah yang dihadapi secara kreatif dan mampu berpikir kritis. Di pihak lain, untuk dapat menyelesaikan tuntutan tersebut, inovasi yang dilakukan guru akan sangat menentukan. Inovasi tersebut berupa tuntunan-tuntunan, pemberian fasilitas-fasilitas, motivasi-motivasi, interpretasi serta kemampuan implementasi yang tinggi, dalam rangka memecahkan masalah penelitian ini.

Page 56: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24�2

Rumusan masalah, yang telah disampaikan, sebagai beberapa kendala yang dihadapi dan berbagai solusi yang akan diterapkan membantu guru sebagai peneliti untuk menetapkan tujuan penelitian sebagai berikut : untuk mengetahui seberapa tinggi peningkatan prestasi belajar siswa akan terjadi setelah diterapkan model pembelajaran Problem Solving dalam pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran ini haruslah didukung dengan segala sesuatu yang menyentuh kebutuhan siswa untuk dapat menggali berbagai informasi yang sesuai dan diperlukan dalam memecahkan masalah, misalnya laboratorium, perpustaka-an, LKS dan media pembelajaran yang relevan. Melalui langkah pembelajaran yang diungkapkan tersebut, siswa dilatih mengembangkan kompetensi penalaran sehingga daya nalar dan kreativitas berpikir dapat berkembang yang pada akhirnya mereka berlatih berfikir secara logis, kritis dan kreatif.

Uraian tersebut didasari asas pemikiran Gagne Tahun 1970 (Depdiknas, 2009) yang mengatakan bahwa keterampilan intelektual tingkat tinggi dapat dikembang-kan melalui pemecahan masalah.

Dari semua pendapat yang sudah disajikan tersebut, untuk sementara dapat disampaikan bahwa model pembelajaran Problem Solving atau model pemecahan masalah pengupayakan agar siswa dapat melakukan pembelajaran dengan tidak menghafal, tetapi melakukan pembelajaran dengan mengupayakan agar mereka bisa berpikir logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif. Disamping itu mampu memecahkan masalah yang sedang dihadapi dengan memahami masalah tersebut, membuat perencanaan pemecahannya, menyelesaikan masalah tersebut dengan mengecek kembali langkah-langkah yang bisa diupayakan untuk itu. Siswa mesti diupayakan untuk mampu menggunakan proses berpikir yang lebih jauh dan lebih dalam, terlibat lebih aktif seperti berdiskusi, berprestasi, saling mengoreksi serta pemberian hadiah oleh guru bagi yang

berprestasi. Guru mesti berupaya pada model pembelajaran ini dengan mengupayakan proses pemecahan masalah melalui kelom-pok-kelompok kecil yang akan memberi kesempatan atau peluang bagi para siswa untuk lebih banyak bertukar pikiran, bertukar pendapat untuk pencapaian keberhasilan yang lebih baik.

Setiap hari kita dihadapkan pada berbagai situasi yang harus kita selesaikan dengan baik. Masalah merupakan suatu keadaan yang perlu diselesaikan dan menjadi tanggung jawab setiap individu. Penyelesai-an suatu masalah melibatkan berbagai jenis pemikiran atau kognisi seperti mengidenti-fikasi, mengkatagori, menyusun, membuat inferensi, merumuskan analogi dan meng-ingat kembali.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kerambitan kelas XI IPA 4 Semester 1 tahun ajaran 2011/2012. Sekolah ini terletak di Desa Kukuh, Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan, dengan situasi yang sejuk, rindang, bersih, aman dan nyaman. Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian tindakan, engan menetapkan tingkat keberhasilan per siklus yaitu pada siklus I prestasi belajar siswa mencapai nilai rata-rata 73 dengan ketuntasan belajar sebesar 80% dan pada siklus II mencapai nilai rata-rata 73 atau lebih dengan ketuntasan belajar minimal 90%.

Subjek penelitian yaitu siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Kerambitan. Sedangkan peningkatan prestasi belajar siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 1 Kerambitan setelah diterapkan model pembelajaran problem solving adalah merupakan objek penelitian. Yang dipergunakan untuk menganalisis data hasil penelitian ini adalah metode deskriptif. Untuk data kuantitatif dianalisis dengan mencari mean, median, modus, membuat interval kelas dan melakukan penyajian dalam bentuk tabel dan grafik.

Page 57: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

�3Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Pada bagian ini, akan dipaparkan data yang diperoleh dari penelitian tindakan ini secara rinci berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1 Kerambitan. Dalam pemaparan hasil penelitian dan pembahasan, disajikan uraian masing-masing siklus dengan data lengkap mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi. Perlu ditambahkan hal yang mendasar, yaitu hasil pembahasan (kemajuan) pada diri siswa, lingkungan, guru, motivasi dan aktivits belajar, situasi kelas dan hasil belajar, kemukakan grafik dan tabel hasil analisis data yang menunjukkan perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara sistimatis dan jelas (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006: 83). Melihat paparan ini jelaslah apa yang harus dilihat dalam Bab ini yaitu menulis lengkap mulai dari apa yang dibuat sesuai perencanaan, hasilnya apa, bagaimana pelaksanaanya, apa hasil yang dicapai, sampai pada refleksi. Oleh karenanya pembicaraan pada bagian ini dimulai dengan apa yang dilakukan dari bagian perencanaan.

Pada bagian ini disampaikan hasil observasi awal: dari 46 orang yang diteliti di kelas XI IPA 4 pada semester 1, tahun pelajaran 2011/2012 hanya 18 orang atau 39,13% mencapai ketuntasan belajar sesuai KKM mata pelajaran kimia di sekolah ini yaitu 73. Data tersebut menunjukkan rendahnya prestasi belajar kimia di sekolah ini, sehingga harus mengupayakan cara lain untuk membenahi proses pembelajaran menjadi lebih baik.

Yang didapat dari kegiatan perencanaan meliputi, menyusun RPP mengikuti alur model pembelajaran Problem Solving, menyiapkan bahan-bahan pendukung pembelajaran seperti Silabus, RPP, LKS, Buku Agenda, Daftar Nilai, membaca teori-teori tentang model pembelajaran Problem Solving untuk dapat dilaksanakan dengan benar di lapangan,

membuat soal-soal penilaian yang berhubungan dengan kompetensi pelajaran kimia yang ingin dicapai, mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan membantu proses pembelajaran, membaca dengan baik pedoman-pedoman yang diberikan oleh Departemen Pendidikan dalam menyusun perencanaan agar mampu nanti melakukan pembelajaran sesuai harapan, menyusun materi pembelajaran

Pada siklus I pengamatan dilakukan setelah proses pembelajaran dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan dengan memberikan tes prestasi belajar. Dalam pengamatan ini peneliti mengawasi siswa dengan ketat agar tidak ada siswa yang bekerjasama dalam mengerjakan soal. Namun setelah dilakukan pengukuran masih ada beberapa siswa yang nilainya di bawah KKM yaitu dari 46 orang siswa ditemukan 8 orang siswa yang tidak tuntas dan 38 orang siswa yang nilainya tersebut KKM. Beberapa kendala yang masih perlu mendapat perhatian adalah peserta didik masih lebih senang santai sehingga kemampuan secara maksimal untuk mengarahkan siswa agar giat bekerja agak sulit diupayakan, lingkungan peserta didik kurang mendukung untuk mereka aktif belajar, sebagian besar siswa tidak memiliki buku pelajaran. Suatu kebanggaan terjadi pada diri guru akibat prestasi belajar siswa mampu ditingkatkan walaupun belum optimal peneliti berpendapat penelitian ini akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Adapun perencanaan pembelajaran yang dilakukan pada siklus II sama dengan siklus sebelumnya, dengan focus perhatian lebih pada kendala yang dialami pada siklus I. Untuk data yang menyangkut pencapaian prestasi belajar siswa dilakukan dengan tes dengan hasil sebagai berikut : dari jumlah siswa 46 orang tinggal 2 orang siswa saja yang nilainya belum tuntas, tetapi telah menghasilkan nilai rata-rata tersebut KKM yaitu 73,43 dan ketuntasan belajar sebesar 95,65% dan ini sesuai dengan criteria penelitian yang diusulkan, dan penelitian ini tidak perlu lagi dilanjutkan.

Page 58: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24�4

Pembahasan Berdasarkan kegiatan yang peneliti

lakukan maka data awal mengenai prestasi peserta didik yang diperoleh rata-rata 65,78 menunjukkan bahwa kemampuan anak/siswa dalam mata pelajaran kimia masih sangat rendah mengingat kriteria ketuntasan belajar siswa untuk mata pelajaran ini di SMA Negeri 1 Kerambitan adalah 73. Dengan nilai yang sangat rendah seperti itu maka peneliti mengupayakan untuk dapat meningkatkan prestasi belajar anak/siswa menggunakan model Problem Solving. Akhirnya dengan penerapan model Problem Solving yang benar sesuai teori yang ada, peningkatan rata-rata prestasi belajar anak/siswa pada siklus I dapat diupayakan dan mencapai rata-rata 71,72. Namun rata-rata tersebut belum maksimal karena hanya 38 orang dari 46 orang siswa memperoleh nilai tersebut KKM sedangkan yang lainnya belum mencapai KKM. Sedangkan prosentase ketuntasan belajar mereka baru mencapai 82,61 %. Hal tersebut terjadi akibat penggunaan model pembelajaran Problem Solving belum maksimal dapat dilakukan disebabkan penerapan model tersebut baru dicobakan sehingga guru masih belum mampu melaksanakannya sesuai alur teori.

Pada siklus ke II perbaikan prestasi belajar siswa diupayakan lebih maksimal dengan peneliti membuat perencanaan yang lebih baik, menggunakan alur dan teori dari model pembelajaran Problem Solving dengan benar dan lebih maksimal. Peneliti giat memotivasi siswa agar giat belajar, memberi arahan-arahan, menuntun mereka untuk mampu menguasai materi pelajaran pada mata pelajaran kimia lebih optimal. Akhirnya dengan semua upaya tersebut peneliti mampu meningkatkan prestasi belajar siswa pada siklus II menjadi rata-rata 73,43 dan ketuntasan belajar mencapai 95,65%. Upaya-upaya yang maksimal tersebut menuntun kepada penelitian bahwa model pembelajaran Problem Solving mampu meningkatkan prestasi belajar anak/siswa.

SIMPULAN DAN SARAN Semua hasil kegiatan pembelajaran

menggunakan model Problem Solving yang telah dilakukan selama dua siklus dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan model Problem Solving memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa di SMA Negeri 1 Kerambitan yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu : 39, 13 pada siklus I menjadi 82,61 dan pada siklus II menjadi 95,65.

Dalam melaksanakan proses pembelajaran pada mata pelajaran kimia, penggunaan model pembelajaran Problem Solving semestinya menjadi pilihan dari beberapa model yang ada mengingat model ini telah terbukti dapat meningkatkan kerjasama, kreasi, bertindak aktif, bertukar informasi, mengeluarkan pendapat, bertanya, berdiskusi, berargumentasi dan lain-lain, walaupun penelitian ini sudah dapat membuktikan efek utama dari model pembelajaran Problem Solving dalam meningkatkan prestasi belajar, sudah pasti dalam penelitian ini masih ada hal-hal yang belum sempurna dilakukan, oleh karenanya kepada peneliti lain yang berminat untuk meneliti topik yang sama, disarankan untuk meneliti bagian-bagian yang belum sempat diteliti, selanjutnya untuk adanya penguatan-penguatan, diharapkan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan guna verifikasi data hasil penelitian.

DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi.

2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007. Jakarta: BSNP.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004. Jakarta: Depdiknas.

Page 59: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

��Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

Direktorat Tenaga Kependidikan. 2009. Kompetensi Supervisi Akademik. Jakarta: Depdiknas.

Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. 2008. Metode dan Teknik Supervisi. Jakarta: Depdiknas.

Murwansyah dan Mukaram. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pusat Penerbit Administrasi Niaga Politeknik Negeri Bandung, Indonesia..

Nur, Mohamad et al. 2007. Pengembangan Model Pembelajaran IPA Berorientasi Masalah Kontekstrual untuk Meningkatkan Daya Nalar Mahasiswa dalam Rangka Menyongsong Masyarakat IPTEK pada Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua. Makalah. Disampaikan pada Seminar Hasil-hasil Penelitian Unggulan. IKIP Negeri Surabaya.

Puger, I Gusti Ngurah. 2004. Belajar Kooperatif. Diktat Perkuliahan Mahasiswa Unipas.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 Tanggal 23 November 2007. Jakarta: Depdiknas.

Tim Redaksi Focus Media. 2006. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20

Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional. Bandung: Focus Media.

Tim Redaksi Fokus Media. 2006. Himpunan Perundang-Undangan dan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005. Bandung: Focus Media.

Universitas Negeri Jakarta. 2000. Aplikasi Komputer: Kalibrasi Instrumen, Pengolahan Data, dan Pemanfaatan Internet. Jakarta: Laboratorium Komputer UNJ.

Uno, B. Hamzah, et. al. 2001. Pengembangan Instrumen Untuk Penelitian. Jakarta: Delima Press.

Wardanim Dyah Retno Kusuma. 2001. Pengaruh Metode Pembelajaran Problem Solving dan Group Investigation terhadap Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dengan Mempertimbangkan Kreativitas pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Denpasar Tahun Ajaran 2010/2011. Tesis. Universitas Pendidikan Ganesha Program Pascasarjana Singaraja.

Wardani, I. G. A. K Siti Julaeha. Modul IDIK 4307. Pemantapan Kemampuan Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Wojowasito. 1982. Kamus Umum Lengkap Inggris Indonesia – Indonesia Inggris. Malang: Delta Citra Grafindo.

Page 60: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24��

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS V

SD NEGERI 3 JAGARAGA

Gusti Ayu Putu Putri Ekawati

SD Negeri 3 Jagaraga, Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng

ABSTRACT Application of Model Learning Cooperative Type NHT Type to Increase Achievement Math Class V SD State 3 Jagaraga

This study was conducted in SD Negeri 3 Jagaraga class V student's ability to lower the material Mathematics. The purpose of writing this class action research is to determine whether the Cooperative Learning Model Numbered Heads Together (NHT) can increase student learning achievement. Methods of data collection is learning achievement test. Methods of data analysis is quantitative descriptive. The results obtained from this study is the kind of Cooperative Learning Model Numbered Heads Together (NHT) can increase student achievement. This is evidenced by the results obtained initially with an average value of 63.75 at 66.86 first cycle and the second cycle into 70.63. This study was obtained from Cooperative Learning Model Numbered Heads Together (NHT) can improve learning achievement. Keywords: Cooperative Learning Model, NHT, learning achievement

PENDAHULUAN Rendahnya daya serap peserta didik

merupakan masalah pokok dalam pembelajar-an pada pendidikan formal (sekolah) saat ini. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya rerata hasil belajar peserta didik yang masih sangat memperihatinkan. Prestasi ini merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dsn tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu. Kurangnya aktivitas belajar matematika murid dalam proses belajar mengajar terlihat saat murid menampakkan sikap yang kurang bergairah, kurang bersemangat dan kurang siap dalam menerima pelajaran. Kurang siapnya murid dalam menerima pelajaran tersebut akan berpengaruh dalam proses belajar mengajar, karena akan mengakibatkan suasana kelas kurang aktif dan interaksi timbal balik antara guru dan peserta didik kurang, serta antara murid dengan murid tidak terjadi, hingga murid cendederung bersikap pasif dan hanya menerima apa yang diberikan guru dan pada

akhirnya hasil belajar mereka rendah dan tidak memenuhi standar KKN yang telah ditetap-kan. Dipandang perlu melaksanakan suatu proses pembelajaran yang mampu memberkan peserta didik kesempatan lebih banyak untuk berpartisipasi aktif di dalam kelas. Proses pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan dengan mengaplikasikan pembelajaran koo-peratif yang lebih bersifat students centred.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, terungkap bahwa murid kelas V SD 3 Jagaraga Kecamatan Buleleng menghadapi permasalahan yang pada hakikatnya sama dengan permasalahan yang telah dipaparkan tersebut. Melihat kesenjangan antara harapan yang telah disampaikan dengan kenyataan lapangan sangat berbeda. Dalam upaya memperbaiki mutu pendidikan utamanya pada mata pelajaran Matematika, sangat perlu kiranya dilakukan perbaikan cara pembelajar-an. Salah satunya adalah perbaikan pembe-lajaran dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT). Oleh karenanya penelitian ini sangat

Page 61: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

��Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

penting untuk dilaksanakan. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui seberapa tinggi Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat sebagai acuan dalam memperkaya teori dalam rangka peningkatan kompetensi guru. Sedangkan secara praktis penilaian ini diharapkan bermanfaat bagi sekolah, khususnya SD Negeri 3 Jagaraga dalam meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana murid belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembe-lajaran. Beberapa peneliti telah menemukan bahwa strategi belajar kooperatif mendorong harga-diri individu dan menganjurkan peserta didik untuk mengambil kendali dari belajarnya sendiri. Tuntutan ini melengkapi suatu ringkasan dan strategi belajar kooperatif dan menunjukkan bagaimana guru-guru dapat mengintegrasikan strategi-strategi tersebut. Dalam rencana pembelajran mereka (Hilke, 1998: 3). Menurut Slavin (1995: 5 ), terdapat enam metode utama dalam pembelajaran bertim (Student Teams Learning). Empat diantaranya, berlaku secara umum pada semua bidang studi, yaitu sebagai berikut : ―Student Teams-Achievement Divisions (STAD), Teams Games Tournaments (TGT), Jigsaw II dan Numbered Heads Together (NHT)”. Sedangkan dua metode lainnya berlaku secara khusus, yaitu : (1) saling ketergantungan tujuan yang positif, (2) memajukan interaksi tatap muka, (3) pertanggungjawaban individu, (4) keterampilan sosial, (5) proses kelompok.

Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk memengaruhi pola-pola interaksi peserta didik dalam

memiliki tujuan untuk menguatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Spancer Kagen dan Ibrahim dengan melibatkan para peserta didik dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pembelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Fahrul (2007: 18) mengemukakan bahwa ada 4 langkah dalam pendekatan structural Num-bered Heads Together (NHT), yaitu: Langkah-1 Numbering (pelabelan); Langkah-2 Questi-oning (mengajukan pertanyaan); Langkah-3 Heads Together (berpikir bersama); dan Langkah-4 Answering (menjawab). Rusli (2010) mengemukakan bahwa, manfaat dari pembelajaran kooperatif tipe NHT bagi peserta didik, (1) penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar. (2) Perselisihan antar pribadi berkurang. (3) Sikap apatis berkurang. (4) Pemahaman lebih mendalam. (6) Motivasi lebih besar. (7) Hasil belajar lebih baik. (8) Meningkatkan budi pekerti, kepekaan dan toleransi. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan (Depdiknas, 2008: 895). Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditentukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Jadi prestasi belajar dapat diartikan hasil yang diperoleh dari proses perubahan tingkah laku, latihan, atau pengalaman dari interaksi dengan lingkungan. Di dalam kaitannya dengan prestasi belajar, terdapat dua komponen proses belajar, yaitu aktivitas dan belajar. Kata Aktifitas berasal dari Bahasa Inggris activity yang artinya state of action lireliness or ingorous mation (Webster New American Dictionary: 12). Apabila diartikan dalam Bahasa Indonesia kata lain berarti kebenaran dari perlakuan, kegiatan yang aktif, kegiatan yang aktual atau giat dalam melakukan gerak-gerik, usul. Dalam bahasa Indonesia aktif berarti giat belajar, giat berusaha, dinamis, mampu berkreasi dan beraksi ( Kamus Besar Bahasa

Page 62: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24��

Indonesia: 32). Selanjutnya belajar juga berarti perubahan yang relatif permanen dalam kapasitas pribadi seseorang sebagai akibat pengolahan atas pengalaman yang diperolehnya dari praktek yang dilakukannya (Glosarium Standar Proses, Permen Diknas No. 41 tahun 2007). Djamarah (1994:23) mendefinisikan prestasi belajar sebagai hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Dengan kata lain prestasi belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik sebagai akibat perbuatan belajar atau setelah menerima pengalamanbelajar, yang dapat dikatagorikan menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Hipotesis tindakan dalam penelitian ini yaitu,apabila langkah-langkah model

pembelajar Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) mampu dilaksanakan secara maksimal sesuai teori, maka prestasi belajar Matematika peserta didik kelas V SD Negeri 3 Jagaraga dapat ditingkatkan.

METODE PENELITIAN

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas V Semester I SD Negeri 3 Jagaraga Tahun Pelajaran 2012/2013. Sekolah ini tergolong sekolah potensial, dengan jumlah peserta didik 24 orang terdiri atas 13 orang peserta didik perempuan dan 11 orang peserta didik laki-laki. Rancangan penenlitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan yang yang mengacu Depdiknas (2011: 12), seperti terlihat pada gambar berikut ini.

SIKLUS - I SIKLUS - II

Permasalahan Perencanaan

Tindakan - I Pelaksanaan

Tindakan - I

Pengamatan/

Pengumpulan Data-I

Refleksi - I

Permasalah baru

hasil Refleksi-I Perencanaan

Tindakan - II Pelaksanaan

Tindakan - II

Pengamatan/

Pengumpulan Data-II

Refleksi - II

Bila Permasalah

Belum Terselesaikan Dilanjutkan ke Siklus

Berikutnya

Page 63: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

��Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

Penentuan subjek penelitian dikare-nakan peneliti ingin menemukan per-masalahan belum tuntasnya prestasi belajar peserta didik yang belum sesuai dengan harapan. Permasalahan tersebut ditemukan pada sisiwa kelas V SD Negeri 3 Jagaraga, sehingga dipilih menjadi subjek dalam penelitian ini. Nama-nama peserta didik kelas V SD Negeri 3 Jagaraga yang menjadi subjek penelitian tersaji dalam table berikut ini. Objek penelitian merupakan suatu hal yang akan diteliti untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu dan kemudian dapat dijadikan pedoman peningkatan prestasi belajar Matematika peserta didik kelas V SD Negeri 3 Jagaraga setelah diterapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT).

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan dan dilakukan bersiklus. Siklus yang dilakukan berlangsung sebanyak 2 kali. Siklus berlangsung dari bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012.

Pengukuran hasil belajar dilakukan peneliti untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, dengan tujuan untuk menge-tahui peningkatan prestasi belajar peserta didik setelah diberikan alternative perlakuan oleh peneliti. Pengukuran tersebut dilakukan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan yang terdapat dalam lampiran.

Instrument adalah alat yang dimanfaatkan oleh guru sebagai peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yang berbentuk tes prestasi belajar. Jumlah dan jenis tes yang digunakan terlampir di masing-masing Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada lampiran.

HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut ini merupakan hasil

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan mengimplementasikan Model Pembelajaraan Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada mata pelajaran Matematika kelas V SD Negeri 3 Jagaraga.

Siklus I 1. Banyak kelas (K) = 1 + 3,3 X Log (N)

= 1 + 3,3 X Log 24 = 1 + (3,3 X 1,38)

= 1 + 4,55 = 5,55 6 2. Rentang Kelas (r) = Skor maksimum – skor minimum

= 80 – 60 = 20

3. Panjang Interval (i) = kr = 433,3

620

Tabel 1. Interval Kelas Siklus I No Urut Interval Nilai Tengah Frekuensi Absolut Frekuensi

Relatif 1 60—63 61,5 5 20,83 2 64—67 65,5 8 33,33 3 68—71 69,5 9 37,50 4 72—75 73,5 1 4,17 5 76—79 77,5 0 0,00 6 80—83 81,5 1 4,17

Total 24 100

Page 64: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24�0

SIKLUS II 1. Banyak kelas = 1+ 3,3 X Log (N)

= 1+ 3,3 X Log 24 = 1+( 3,3 X 1,38)

= 1 + 4,55 = 5,55 ->6 2. Rentang Kelas = skor maksimum – skor minimum

= 80 - 60 = 20

3. Panjang Interval (i) = r/k = 20/60 = 3,33 -> 4 Tabel 2 Interval Kelas Siklus II

No urut Interval Nilai tengah Frekuensi absolut

Frekuensi relatif

1 60 – 63 61,5 2 8,33 2 64 – 67 65,5 0 0,00

3 68 – 71 69,5 17 70,83 4 72 –75 73,5 3 12,50 5 76 – 79 77,5 0 0,00 6 80 – 83 81,5 2 8,33

Total 24 100

Hasil tes prestasi belajar yang merupakan tes individu yang memfosir peserta didik untuk betul-betul dapat memahami apa yang suda dipelajari. Nilai rata-rata peserta didik di siklus I sebesar 66, 88 menunjukan bahwa peserta didik setelah menguasai materi yang diajarkan walaupun belum begitu sempurna. Hasil ini menunjukan peningkatan kemampuan peserta didik menguasai mata pelajaran Matematika apabila dibandingkan dengan nilai awal peserta didik sesuai data yang sudah disampaikan dalam analisis sebelumnya. Hasil tes prestasi belajar disiklus I telah menemukan efek utama bahwa pengguaan model/metode tertentu akan berpengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik yang dalam hal ini adalah model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT). Kendala yang masih tersisa yang perlu dibahas adalah prestasi belajar yang dicapai pada siklus I ini belum memenuhi harapan sesuai dengan tuntunan KKM mata pelajaran Matematika disekolah ini yaitu 70, 00. Oleh karena itu upaya perbaikan lebih lanjut

masih perlu diupayakan sehingga perlu dilakukan perencanaan yang lebih matang untuk siklus selanjutnya. Hasil yang diperoleh dari tes prestasi belajar di siklus II menunjukan bahwa kemampuan peserta didik dalam mengikuti pelajaran sudah cukup baik. Ini terbukti dari rata-rata nilai peserta didik mencapai 70,63. Hasil ini menunjukan bahwa model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) telah berhasil meningkatkan prestasi belajar bidang studi Matematika peserta didik. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa model yang diterapkan dalam proses pembelajaran berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar peserta didik. Prestasi yang dicapai peserta didik membuktiakn bahwa guru sudah tepat memilih model dalam melaksanakan proses pembelajaran. Setelah dilakukan tindakan dalam dua siklus dapat dilihat penbandingan nilai rata-rata yang diperoleh, dimana pada awalnya nilai rata-rata peserta didik hanya 63,75 naik disiklus I menjadi 66,88 dan di diklus II naik menjadi 70,63. Kenaikan ini

Page 65: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

��Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

merupakan upaya maksimal yang peneliti laksanakan untuk meningkatan prestasi belajar peserta didik terutama mingkatkan mutu pendidikan di SD Negeri 3 Jagaraga.

Hasil tes prestasi belajar yang merupakan tes individu yang memfosir peserta didik untuk betul-betul dapat memahami apa yang suda dipelajari. Nilai rata-rata peserta didik di siklus I sebesar 66, 88 menunjukan bahwa peserta didik setelah menguasai materi yang diajarkan walaupun belum begitu sempurna. Hasil ini menunjukan peningkatan kemampuan peserta didik menguasai mata pelajaran Matematika apabila dibangdingkan dengan nilai awal peserta didik sesuai data yang sudah disampaikan dalam analisis sebelumnya. Hasil tes prestasi belajar disiklus I telah menemukan efek utama bahwa pengguaan model/metode tertentu akan berpengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik yang dalam hal ini adalah model pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT). Kendala yang masih tersisa yang perlu dibahas adalah prestasi belajar yang dicapai pada siklus I ini belum memenuhi harapan sesuai dengan tuntunan KKM mata pelajaran Matematika disekolah ini yaitu 70, 00. Oleh karena itu upaya perbaikan lebih lanjut masih perlu diupayakan sehingga perlu dilakukan perencanaan yang lebih matang untuk siklus selanjutnya. Hasil yang diperoleh dari tes prestasi belajar di siklus II menunjukan bahwa kemampuan peserta didik dalam mengikuti pelajaran sudah cukup baik. Ini terbukti dari rata-rata nilai peserta didik mencapai 70,63. Hasil ini menunjukan bahwa model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) telah berhasil meningkatkan prestasi belajar bidang studi Matematika peserta didik. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa model yang diterapkan dalam proses pembelajaran berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar peserta didik.

Prestasi yang dicapai peserta didik mem-buktiakn bahwa guru sudah tepat memilih model dalam melaksanakan proses pembelajaran. Setelah dilakukan tindakan dalam dua siklus dapat dilihat penbandingan nilai rata-rata yang diperoleh, dimana pada awalnya nilai rata-rata peserta didik hanya 63,75 naik disiklus I menjadi 66,88 dan di diklus II naik menjadi 70,63. Kenaikan ini merupakan upaya maksimal yang peneliti laksanakan untuk meningkatan prestasi belajar peserta didik terutama mingkatkan mutu pendidikan di SD Negeri 3 Jagaraga.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil refleksi tersebut dan melihat semua data yang telah dipaparkan, dapat disampaikan bahwa pencapaian tujuan penelitian tersebut dapat dibuktikan dengan argumentasi sebagai berikut. a) Dari awal ada 16 peserta didik

mendapatkan nilai KKM dan pada siklus satu menurun menjadi 13 peserta didik dan siklus II hanya 2 peserta didik mendapakan nilai di bawah KKM. Nilai rata-rata awal 63,75 naik menjadi 66,88 pada siklus I dan pada siklus II naik menjadi 70,63.

b) Dari data awal peserta didik yang tuntas hanya 8 orang sedangkan pada siklus I menjadi lebih banyak yaitu 11 peserta didik dan pada siklus II menjadi cukup banyak yaitu 22 peserta didik

c) Nilai rata-rata awal 63,75 naik menjadi 66,88 pada siklus I dan pada siklus II naik menjadi 70,63.

Paparan tersebut membuktikan bahwa Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat member jawaban sesuai tujuan penelitian ini. Semua ini dapat dicapai karena Model Kooperatif Tipe Numbere Heads Together (NHT) sangat efektif diterapkan dalam proses pembelajaran yang mengakibatkan peserta didik aktif, antusias dan dapat memahami

Page 66: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24�2

materi yang diajarkan sehingga prestasi belajar peserta didik menjadi meningkat. Saran Peneliti memandang perlu adanya saran yang disampaikan setelah melakukan penelitian ini. Saran tersebut diuraikan sebagai berikut: (1) Bagi guru kelas, apabila mau melaksanakan proses pembelajaran penggunaan model yang telah diterapkan ini semestinya menjadi pilihan dari beberapa model yang ada mengingat model ini telah terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. (2) Bagi peneliti lain, walaupun peneliti ini sudah dapat membuktikan efek utama dari Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dalam meningkatkan prestasi belajar, sudah pasti dalam penelitian ini masih ada hal-hal yang belum sempurna dilakukan, oleh karenanya disarankan kepada peneliti lain yang berminat meneliti topik yang sama untuk meneliti bagian-bagian yang tidak sempat diteliti. (3) Bagi pengembangan pendidikan, selanjutnya untuk adanya penguatan-penguatan, diharapkan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan guna memverifikasi data hasil penelitian ini.

DAFTAR RUJUKAN Depdiknas. 2008. Prestasi Belajar. Jakarta:

Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Djamarah, Syaful Bahri. 2002. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Fahrul. 2007. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Peserta didik Kelas V SD Inpres Batua 11Bertingkat Makassar Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT). Skripsi Jurusan Matematika UNISMUSH: Makassar.

Hilke, Eileen Veronica. 1998. Fastback Cooperative_Learning. New York: McGrawhill, Inc.

Johnson, David W. and Roger T. Johnson. 1984. Cooperation in the Classroom. Edina, Minnesota: A Publication Interaction Book Company.

Modern Educators and Lexicographers. 1939. Webster's New American Detionary. New York: 140 Broadway, Books, Inc.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 Tanggal 23 November 2007. Jakarta: Depdiknas.

Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. 2005. PT Balai Pustaka Jakarta.

Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. Boston: Allyn and Bacon

Page 67: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

�3Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPOSIROTI DENGAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Desak Putu Oka Sunedi

SD N 5 Panji, Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng

ABSTRACT Peer Tutors in Expository Model to Improve Student Learning Achievement

the purpose of the research is to improve learning achievement for Indonesian Students in Grades IV SD N 5 Panji academic year 2012/2013 through Peer Tutor Role In Expository Study This study was carried out through a process of action research which includes four phases, namely, planning, implementation, observation, and reflection. Data were collected using achievement test that analyzed descriptively. From the analysis of the results datadiperoleh that use Expository learning model can improve student achievement in subjects Indonesian. The evidence can be submitted, student achievement has increased from the initial data until the second cycle, namely, preliminary data showed learning completeness reached 45.45% first cycle increased to 63.63, the second cycle increased to 90.90. It proves that the model applied expository teacher in the learning process has been able to improve student achievement by both, as well as learning methods can be used as an alternative learning.

Keywords: Expository Learning, Peer Tutoring, Academic Achievement

PENDAHULUAN Seiring dengan perubahan paradigma

pendidikan yang berlaku di Indonesia dewasa ini, yakni dari proses pengajaran yang cenderung bersifat monoton dari guru sebagai penyampai materi kepada peserta didik sebagai penerima, beralih ke proses pembelajaran yang bersifat menggali kreativitas peserta didik sebagai subjek pembelajaran menuntut guru lebih profesi-onal dalam menjalankan tugasnya di bidang pendidikan agar proses pembelajaran dapat berlangsung dalam suasana kondusif demi percepatan pemahaman peserta didik. Kompetensi guru sebagai agen pembelajaran merupakan modal pokok bagi seorang guru dalam mengemban tugas keprofesionalan. Menurut Undang-undang guru dan dosen, dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban: (1) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembe-lajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; (2) meningkatkan dan mengembangkan kuali-fikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (3)

bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; (4) menjunjung tinggi per-aturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; (5) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. Pembe-lajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Keberhasilan proses pembelajaran lebih banyak ditentukan oleh kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran tersebut. Kadang kala ada guru yang disebut pintar tetapi lemah dalam menyampaikan pengetahuan dan pemahaman yang ada dalam dirinya maka tentu proses pembelajaran tidak akan berhasil dengan baik. Kadang ada guru yang disebut tidak terlalu pintar tetapi dalam menyampaikan dan mengelola pembelajaran lebih kreatif dan memahami cara penyampaiannya bisa jadi menyebabkan proses pembelajaran akan berhasil dengan baik. Diantara keduanya tentu yang paling sesuai adalah memiliki

Page 68: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24�4

kemampuan profesionalisme keguruan dan mampu menyampaikan dengan baik demi terciptanya proses dan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pada observasi pendah-uluan (siklus awal) nilai rata-rata yang dicapai masih di bawah KKM, peserta didik kurang antusias dan kurang aktif dalam belajar, kurang mandiri dalam mengerjakan tugas-tugas pelajaran. Sehingga berdasarkan pada data tersebut agar antusiasme dan aktivitas peserta didik meningkat, dan lebih mandiri maka metode pembelajaran yang paling baik diterapkan di kelas tersebut adalah metode diskusi kelompok kecil. Masalah dalam penelitian ini adalah apakah metode diskusi kelompok kecil dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik kelas IV SD Negeri 5 Panji. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa tinggi peningkatan prestasi belajar peserta didik setelah diterapkan diskusi kelompok kecil.

Penelitian dapat bermanfaat dalam memperkaya teori untuk peningkatan kompetensi guru. Sedangkan secara praktis bermanfaat; (1) Manfaat Teoritis a) Bagi penulis, penerapan metode ini dapat mem-bantu meningkatkan aktivitas belajar peserta didik dan memberikan informasi, sehingga dapat lebih memahami pola pikir dan kemampuan anak dalam menerima pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan mereka. b) Bagi akademisi/lembaga pendidikan dapat dijadikan sumber informasi dan referensi bagi pengembangan metode. (2) Manfaat Praktis a) Bagi peserta didik, dengan pendekatan metode ini maka pembelajaran lebih ditekankan pada pemberian pengalam-an belajar bermakna dengan mengaitkan kemampuan berdiskusi untuk dapat menum-buhkan kemampuan berpikir, berbuat, dan bersikap positif untuk meningkatkan hasil belajar. b) Bagi guru, metode ini dapat membantu untuk mengetahui kesulitan yang dialami peserta didik dalam memahami fakta, konsep atau prinsip pada mata pelajaran yang diampu sehingga dengan segera dapat membantu peserta didik memecahkan masalah yang dihadapi serta

meningkatkan kreativitas dan kualitas pembelajaran.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan melalui proses pengkajian berdaur, dengan jenis penelitian berupa penelitian tindakan (action research). Oleh karena penelitian tindakan ini dilakukan di kelas maka disebut penelitian tindakan kelas (PTK). Pelaksanaan PTK meliputi empat tahapan yaitu, perencanaan (planning), pelaksanaan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection). Penelitian ini berlokasi di SD Negeri 5 Panji, dimana keberadaan sekolah ini dengan suasana lingkungan bersih karena masing-masing kelas diisi bak sampah dan sekolah memiliki tenaga kebersihan dibantu oleh peserta didik siswi untuk menjaga kebersihan sekolah. Untuk penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang di sampaikan oleh Mc. Kernan. Subjek penelitian ini adalah semua peserta didik kelas IV SD Negeri 5 Panji yang jumlahnya 22 orang dengan 8 orang perempuan dan 14 laki-laki. Objek penelitian ini adalah peningkatan prestasi belajar peserta didik kelas IV semester 1 tahun pelajaran 2012/2013 SD Negeri 5 Panji setelah diterapkan model ekpositori dalam pembelajaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Siklus I

Rencana Tidakan I Hasil yang didapat dari kegiatan

perencanaan meliputi (1) menentukan peserta didik atau kelas yang akan dijadikan tempat penelitian dengan mengacu pada prestasi belajar yang belum memenuhi KKM. (2) Melakukan analisis kiarakteristik peserta didik yang telah dijadikan subjek penelitian dan mengkaji secara seksama kendala dan alternatif tindakan yang dapat digunakan untuk mengatasinya. (3) Melakukan pengecekan mengenai jadwal pelaksanaan penelitian yang telah direncanakan. (4) Menyusun secara rinci skenario tindakan yang telah direncanakan dan melakukan pengkajian ulang untuk meminimalisir

Page 69: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

��Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

kemungkinan terjadinya kesalahan. (5) Berkonsultasi dengan teman-teman guru tentang pembelajaran Ekpositori.

1. Pelaksanaan tindakan I (1) Membawa semua persiapan ke kelas. (2) Mengucapkan salam kepada peserta didik. (3) Sebelum masuk pelajaran inti, guru melakukan apersepsi untuk memancing perhatian peserta didik terhadap materi pelajaran yang akan disampaikan. (4)

Mengajar sesuai langkah-langkah metode pembelajaran Ekpository sesuai teori. (5) Mengajak guru sejawat ke kelas untuk mengamati proses pembelajaran.

2. Observasi/Pengamatan Siklus

Observasi dilakukan dengan memberikan tes yang berupa tes prestasi belajar, Hasil pengamatan pada siklus I penelitian disajikan pada tabel berikut.

Tabel 1. Data Hasil Belajar Peserta didik Kelas IV Semester I Siklus I

No Subjek Penelitian Nilai Keterangan 1 50 Belum tuntas 2 70 Tuntas 3 40 Belum tuntas 4 70 Tuntas 5 50 Belum tuntas 6 50 Belum tuntas 7 50 Belum tuntas 8 50 Belum tuntas 9 50 Belum tuntas 10 70 Tuntas 11 80 Tuntas 12 70 Tuntas 13 70 Tuntas 14 70 Tuntas 15 70 Tuntas 16 50 Belum tuntas 17 70 Tuntas 18 70 Tuntas 19 70 Tuntas 20 70 Tuntas 80 Tuntas 70 Tuntas

Jumlah Nilai 1390 Rata-rata(mean) 63,18

KKM(Kriteria ketuntasan minimal) 70 Jumlah peserta didik yang mesti

diremedi 8

Jumlah peserta didik yang perlu diberi pengayaan 14

Prosentase ketuntasan belajar 63,63 3. Refleksi Siklus I

Refleksi merupakan kajian secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul,

kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan. Refleksi me-nyangkut analisis, sintesis, dan pengamatan atas tindakan yang diberikan (Hopkin, 1993 dalam Arikunto, Suhardojono, Suparsi,

Page 70: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24��

2006: 80). Analisis kuantitatif prestasi belajar peserta didik siklus I 1. Rata – rata (mean) Peneliti menghitung rata-rata dengan cara :

= = 55,90

2. Median (titik tengah) Cara mencari median adalah mengurut

data/niali peserta didik dari yang terkecil sampai terbesar. Setelah diurut apabila jumlah data ganjil maka mediannya adalah data yang tengah. Di bagi 2 (dua). Untuk median yang di peroleh dari data siklus I dengan menggunakan cara tersebut adalah: 70.

3. Modus (angka yang paling banyak/paling sering muncul)

Modus di cari dengan melakukan pengecekan angka yang paling banyak muncul. Setelah diasccending/diurut angka tersebut adalah: 70.

4. Untuk persiapan penyajian dalam bentuk grafik maka hal-hal berikut dihitung terlebih dahulu.

(1) Banyak Kelas (K) = 1 + 3,3 x Log (N) = 1 + (3,3 x 1,34)

= 1 + 4,422 = 5,422 = 5 (2) Rentang kelas (r) = skor

maksimum – skor minimum = 80 – 40 = 40 (3) Panjang kelas interval (i)

= 76,6640

kr

Tabel 2. Data kelas interval siklus I No

Urut Interval Nilai Tengah Frekuensi Absolut

Frekuensi Relatif

1 40 – 46 40 1 5 2 47 – 53 50 7 32 3 54 – 60 57 0 0 4 61 – 67 64 0 0 5 68 – 74 71 12 54 6 75 - 81 78 2 9

Total 22 100 B. Siklus II

(1) Rencana Tindakan II Hasil yang didapat dari kegiatan perencanaan meliputi: 1. Merencanakan pembelajaran yang student

centered. 2. Merencanakan pembelajaran diskusi. 3. Merencanakan pembelajaran

berpresentasi. 4. Merencanakan pembelajaran yang

membuat peserta didik giat bertanya. 5. Merencanakan merubah pembelajaran

yang didominasi guru. (2) Pelaksanaan tindakan II

1. Melaksanakan pembimbingan yang bervariasi.

2. Melaksanakan pembimbingan yang menarik.

3. Melaksanakan pembimbingan yang menyenangkan.

4. Melaksanakan pembimbingan yang inovatif.

5. Melaksanakan pembelajaran yang inovatif.

(3) Observasi/Pengamatan Siklus II

Melakukan pemeriksaan hasil tes yang dilakukan peserta didik secara seksama untuk mendapatkan nilai yang diharapkan. Hasil pengamatan pada siklus II penelitian akan di sampaikan pada tabel berikut.

Jumlah nilaijumlah siswa =

123022 = 55,90

Page 71: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

��Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

Tabel 3. Data Hasil Belajar Peserta didik Kelas IV Semester 1 Pada Siklus II. Nomor Subjek Penelitian Nilai Keterangan

1. 70 Tuntas 2. 75 Tuntas 3. 50 Belum Tuntas 4. 80 Tuntas 5. 80 Tuntas 6. 50 Belum Tuntas 7. 70 Tuntas 8. 80 Tuntas 9. 80 Tuntas

10. 80 Tuntas 11. 90 Tuntas 12. 90 Tuntas 13. 80 Tuntas 14. 80 Tuntas 15. 75 Tuntas 16. 70 Tuntas 17. 80 Tuntas 18. 80 Tuntas 19. 75 Tuntas 20. 80 Tuntas 21. 80 Tuntas 22. 80 Tuntas

Jumlah Nilai 1675 Rata-rata (Mean) 76,13

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 70 Jumlah Peserta didik yang Mesti

Diremidi 2

Jumlah Peserta didik yang Perlu Diberi Pengayaan 20

Prosentase Ketuntasan Belajar 90,90 4. Refleksi Siklus II Refleksi merupakan kajian secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan. Refleksi menyangkut analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan (Hopkin, 1993 dalam Arikunto, Suhardjono, Supradi, 2006: 80). Analisis kuantitatif Prestasi belajar peserta didik siklus II

1. Rata-rata (Mean) Menghitung rata-rata kelas dilakukan

dengan cara :

13,7622

1675

ajumlahsiswijumlahnila

2. Median (titik tengah) Dalam analisis perlu ditentukan median.

Median dicari dengan cara mengurut data/nilai peserta didik dari yang terkecil sampai terbesar. Setelah diurut apabila jumlah data ganjil maka mediannya adalah data yang ditengah. Kalau jumlahnya genap maka dua data yang ditengah dijumlahkan dibagi 2 (dua). Untuk median yang diperoleh dari data siklus II dengan menggunakan cara tersebut adalah : 80

3. Modus (angka yang paling banyak/paling sering muncul)

Page 72: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24��

Modus dicari dengan melakukan pengecekan angka yang paling banyak muncul setelah diasccending/diurut angka tersebut adalah : 80

4. Untuk persiapan penyajian dalam bentuk grafik maka hal-hal berikut dihitung terlebih dahulu.

(1) Banyak kelas (K)= 1 + 3,3 x Log (N) = 1 + (3,3 x 1,34)

= 1 + 4,422 = 5,422 = 6 (2) Rentang kelas (r)= skor maksimum –

skor minimum = 90 – 50 = 40 (3) Panjang kelas interval (i)=

76,6640

Kr

Tabel 4. Data Kelas Interval Siklus II

No Urut

Interval Nilai Tengah

Frekuensi Absolut

Frekuensi Relatif

1 50 – 56 53 2 9 2 57 – 63 60 0 0 3 64 – 70 67 3 14 4 71 – 77 74 3 14 5 78 – 84 80 12 54 6 85 - 91 88 2 9

Total 22 100

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan merupakan ringkasan hasil penelitian yang bertalian dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Berdasarkan semua hasil tindakan yang dilakukan, baik siklus I maupun siklus II mulai dari perenanaan, pelaksanaan, pengamatan atau observasi dan refleksi dapat disampaikan hal-hal berikut : (1) Pelaksanaan kegiatan awal dimana model pembelajaran yang digunakan tidak menentu, termasuk pula metode ajar yang digunakan hanya sekedar terlaksana membuat nilai peserta didik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia rendah dengan rata-rata 55,90 yang masih jauh dari criteria ketuntasan minimal pada mata pelajaran ini yaitu (a) Setelah dilakukan perencanaan yang lebih matang mengguna-kan model pembelajaran Ekpository yang dilakukan dengan metode/media tutor sebaya, dilanjutkan dengan pelaksanaannya dilapangan yang benar sesuai teori yang ada dan dibarengi dengan pemberian tes atau obsevasi secara objektif akhirnya terjadi peningkatan dari nilai-nilai rata-rata awal menjadi rata-rata 63,18 Demikian juga terjadi peningkatan dari nilai rata-rata siklus I meningkat menjadi 76,13 pada siklus II. (b) Seperti kebenaran tujuan pelaksanaan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu untuk peningkatan proses pembelajaran, maka upaya-upaya yang maksimal telah dilakukan dengan sangat giat sehingga hasil yang diharapkan sesuai perolehan data telah mampu memberi jawaban terhadap rumusan masalah dan tujuan penelitian ini. Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar di SD Negeri 5 Panji lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi peserta didik, maka disampaikan saran sebagai berikut (1) Untuk melaksanakan pembinaan memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga disarankan agar guru mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model Pembelajaran Ekspositori sehingga diperoleh hasil yang optimal. (2) Agar mampu meningkatkan prestasi belajar, maka guru hendaknya lebih sering melatih peserta didik dengan kegiatan penemuan, walau dalam taraf yang sederhana, agar para peserta didik menjadi berminat terhadap kegiatan yang dilakukan sehingga keaktifan belajar akan meningkat. (3) Peneliti lain diharapkan melakukan penelitian lebih lanjut untuk meneliti bagian-bagian yang belum sempat diteliti.

Page 73: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

��Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi.

2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Depdikbud. 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar-Mengajar. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Depdiknas. 2011. Membimbing Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Menjaminan Mutu Pendidikan.

Inten, I Gede. 2004. Pengaruh Model Pembelajaran dan Pengetahuan Awal Peserta didik Terhadap Prestasi Belajar PKN dan Sejarah pada Peserta didik Kelas II di SMU Laboratorium IKIP Negeri Singaraja. Tesis. Program Pascasarjana IKIP Negeri Singaraja.

Paizaluddin dan Ermalinda. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta.

Puger, I Gusti Ngurah. 2004. Pengaruh Model Pembelajaran dan Kemampuan Berfikir Silogisme Terhadap Prestasi Belajar Biologi Pada Peserta didik Kelas III SMP Negeri Seririt (Experimen Pada Pokok Bahasan Reproduksi Generatif Tumbuhan Angiospermae). Tesis. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.

Slameto. 2000. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukidin, Basrowi, Suranto. 2002. Menajemen Penelitian Tindakan Kelas. Penerbit: Insan Cendekia ISBN: 979 9048 33 4.

Suryabrata, Sumadi. 2000. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Wardani, I. G. A. K Siti Julaeha. Modul IDIK 4307. Pemantapan Kemampuan Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Page 74: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24�0

PENERAPAN METODE TANYA JAWAB MULTI ARAH MELALUI LATIHAN KETERAMPILAN (DRILL METHOD) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI

BELAJAR MATEMATIKA

Luh Redasi Sekolah Dasar Negeri 5 Sukasada, Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng

ABSTRACT

Application Questions and Answers Learning Methods Multi-Way through Training Skill (Drill Method) to Improve Student Learning Achievement in Mathematics

This study was conducted in SD N 5 Sukasada in class V student ability in mathematics remains low The aim of writing this class action research is to find out whether the method of question and answer multiple directions can improve student achievement .This method of collecting data is the achievement test. Deskriptif.Hasil methods of data analysis is obtained from this research is the question and answer method multidirectional can improve student achievement. This is evident from the results obtained in the first 53.9 in the first cycle and the second cycle becomes 64.3. The conclusion of this study is the method of question and answer multidirectional can improve student achievement. Keywords: Questions & Answers Learning Methods, Multi Direction, Achievement

PENDAHULUAN Guru-guru seharusnya sudah berupaya keras untuk menyelesaikan dan mengerjakan tugas-tugas yang disuruh, namun akhirnya kegiatan tersebut belumlah maksimal. Untuk memaksimalkan hal tersebut mereka harus diawasi, diikuti dengan dinilai, dievalusi dan diberi tindak lanjut. Serta Mata pelajaran matematika menuntut kemampuan saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman serta untuk meningkatkan kemampuan intelektual. Standar kompetensi mata pelajaran matematika adalah untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif serta menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. Standar kompetensi ini disiapkan dengan mempertimbangkan kedudu-kan dan fungsi mata pelajaran matematika sebagai hasil cipta intelektual produk yang berkonsekuensi pada fungsi mata pelajaran sebagai (1) sarana pembinaan (2) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan, (3) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan mengem-

bangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

Setiap peserta didik mempunyai kemampuan dan memiliki kecerdasan. Hal tersebut harus diupayakan lewat kegiatan pembelajaran agar mampu diaplikasikan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Apabila orang sudah meiliki pengetahuan maka mereka akan mampu mengarungi kehidupan-nya kelak. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembanagn seluruh aspek aspek kepribadian dan kehidupan manusia. Menurut UU. No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan disebutkan Pendidikan nasional berfungsi mengembang-kan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangajka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung-jawab.

Page 75: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

��Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

Seperti telah dipaparkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan diperlukan berbagai upaya aktif dari pendidik untuk mewujudkan pem-belajaran yang efektif dan efisien. Proses pembelajaran di kelas akan berhasil jika dalam pelaksanaannya guru memahami dengan baik peran, fungsi dan kegunaan mata pelajaran yang diajarnya. Disamping mengetahui peran, fungsi dan kegunaan mata pelajaran guru juga diharapkan mampu menerapkan berbagai metode ajar sehingga paradigma pengajaran dapat dirubah menjadi paradigm pem-belajaran.

Untuk mampu melakukan semua hal yang diharapakan oleh pemerintah , maka sebagai seorang guru harus memiliki keterampilan dalam melaksanakan pembelajaran. Wardani dan Siti Julaeha menjelaskan tujuh syarat keterampilan yang mesti dikuasai guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk disebut professional, yaitu 1) keterampilan bertanya, 2) keterampilan member penguatan, 3) keterampilan mengadakan variasi, 4) keterampilan menjelaskan, 5) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, 6) keterampilan membimbing diskusi,dan 7) keterampilan mengelola kelas. Keterampilan-keterampilan ini berhu8bungan dengan kemampuan guru untuk menguasai dasar- dasar pengetahuan yang dapat memudahkan mereka untuk melakukan persiapan dan pelaksanaan proses pembelajaran untuk memeberikan dukungan terhadap cara berpikir siswa yang kreatif dan imajinatif (Modul IDIK 4307: 1-30).

Rendahnya prestasi belajar siswa bisa saja disebabkan oleh rendahnya kemauan guru untuk menerapkan model dan strategi pembelajaran yang benar yang benar yang bisa membuat siswa aktif dalam belajar. Masih banyak guru lebih cenderung berperan sebagai penyampai materi ajar ketimbang sebagi guru sejati yang seharusnya bertugas sebagai pendidik dan pengajar. Hal tersebut terjadi akibat rendahnya kemauan guru menyiapakn bahan yang lebih baik , termasuk kemauan guru itu sendiri untuk menerapkan metode-metode ajar yang lebih konstruktivis. Selain itu guru kurang berkeinginan untuk menegmbangkan keterampilan mengajar yang dapat menarik perhatian siswa dan merangsang siswa lebih aktif dalam belajar.

Pengamatan terhadap siswa kelas V pada semester 1 tahun ajaran 2012/2013 ternyata masih sangat rendah dengan pencapaian rata-rata 37,5%. Hasil ini jauh di bawah KKM mata pelajaran matematika di sekolah tersebut. Adanya kesenjangan antara harapan-harapan yang telah disampaikan dengan kenyataan di lapangan sangat jauh berbeda, dalam upaya memperbaiki mutu pendidikan yaitu pada mata pelajaran matematika sangat perlu dilakukan perbaikan cara pembelajaran. Salah satunya adalah perbaikan cara pembelajaran dengan menggunakan metode tanya jawab multiarah. Metode ini berpijak pada dasar pemikiran bahwa semua manusia dilahirkan dengan rasa ingin tahu yang tak pernah terpuaskan, serta mempunyai alat-alat yang diperlukan untuk memuaskannya. Pembelajaran dengan menerapkan metode tanya jawab multiarah sebagai salah satu model, strategi, dan pende-katan pembelajaran khusunya menyangkut keterampilan guru dalam mematangkan materi lewat Tanya jawab.

Dalam penelitian ini dicoba menerapkan metode tanya jawab multi-arah melalui latihan keterampilan atau drill method untuk meningkatkan prestasi belajar

Page 76: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24�2

matematika pada siswa kelas V semester 1 tahun ajaran 2012/2013 SD N 5 Sukasada.

METODE PENELITIAN Penelitian ini berlokasi di SD N 5

Sukasada, lingkungan sekolah tempat dialkukan penelitian ini cukup baik dalam mendukung lancarnya pelaksanaan proses belajar mengajar karena aman, nyaman, rindang, tidak bising serta masyarakat sekitar mendukung keberadaan sekolah dengan baik. Penelitian yang dilaksanakan ini sesuai alur rancangan yang dibuat oleh M.C Kernan yaitu penelitian yang dilakukan termasuk penelitian tindakan. Oleh karenanya, rancanagan yang khusus untuk sebuah penelitian tindakan sangat diperlukan. Penelitian tindakan didasarkan pada filosofi bahwa setiap manusia tidak suka atas hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan terus menerus sampai tujuan tercapai ( Suharsimi Arikunto, suhardjono, Supardi,2006:67). Untuk penelitian ini penulis memilih rancangan penelitian tindakan yang disampaikan oleh Mc. Kernan Prosedur: Rancangan yang dibuat para ahli sangat penting dijadikan pedoman dalam melaksanakan penelitian. Prosedur pelaksa-naannya tentu saja mengikuti alur rancangan para ahli. Dalam penelitian ini yang diikuti adalah rancangan atau gambar yang dibuat oleh M.C Kernan, sehingga prosedur yang diikuti adalah mulai dengan tindakan daur I dilakukan definisi masalah dilanjutkan dengan pelaksanaan di lapangan, dirumuskan hipote-sisnya, dikembangkan hipoptesis tersebut, diimplementasikan, dievaluasi dari hasil yang di dapat dan evaluasi diterapkan. Langkah – langkah pada daur II atau siklus II sama dengan yang di siklus I yaitu dimulai dengan adanya suatu permasalahan yang baru, didefinisikan masalahnya, dibuat hipotesisnya direvisi, selanjutnya dilakukan implementasi di lapangan, dievaluasi, kemudian hasil yang

didapat merupakan penerapan baru apabila masih adalah masalah. Hasil belajar yang diharapakan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan memberikan tes prestasi belajar. semua data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianilisis untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang tingkat keber-hasilan yang telah dicapai. Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif. Untuk data kuantitatif dianalisis dengan mencari mean, median, modus serta menyajikan semua data dalam tabel untuk selanjutnya dibuat gambar grafiknya. Untuk menentukan batasan keberhasi-lan penelitian agar tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya diusulkan pada siklus I mencapai nilai rata – rata 55% dan siklus II mencapai nilai rata – rata 80% atau lebih dengan tingkat ketuntasan belajar secara kelompok mencapai presentase minimal 85%. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bagian ini, akan dipaparkan data yang diperoleh dari penelitian tindakan ini secara rincian berdasarkan penelitian yang dilakukan di SD Negeri 5 Sukasada. Sebelum menyampaikan hasil – hasil penelitian ada baiknya dilihat dahulu pendapat para ahli pendidikan berikut: dalam menyampaikan hasil penelitian dan pembahasan, perlu menyajikan uraian masing – masing siklus dengan data lengkap mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi. Perlu ditambahkan hal yang mendasar, yaitu hasil pembahasan (kemajuan) pada diri siswa, lingkungan, guru, motivasi dan aktivitas belajar, situasi kelas dan hasil belajar, kemukakan grafik dan tabel hasil analisis data yang menunjukkan perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara sistematis dan jelas (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006: 83). Melihat paparan ini jelaslah apa yang harus dilihat dalam BAB ini yaitu menulis lengkap mulai dari apa yang

Page 77: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

�3Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

dibuat sesuai perencanaan, hasilnya apa, bagaimana pelaksanaannya, apa hasil yang dicapai, sampai pada refleksi berikutnya semua hasilnya. Oleh karenanya pembicaraan pada bagian ini dimulai dengan apa yang dilakukan dari bagian perencanaan.

1. Siklus I Rencana Tindakan I Hasil yang didapat dari kegiatan perencanaan meliputi: 1. Menentukan siswa atau kelas yang akan

dijadikan tempat penelitian dengan mengacu pada prestasi belajar yang belum memenuhi KKM.

2. Melakukan analisis karakteristik siswa yang telah dijadikan subjek penelitian dan mengkaji secara seksama kendala dan alternative tindakan yang dapat digunakan untuk mengatasinya.

3. Melakukan pengecekan mengenai jadwal pelaksanaan penelitian yang telah direncanakan.

4. Menyusun secara rinci skenario tindakan yang tela direncanakan dan melakukan pengkajian ulang untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya kesalahan.

5. Melaksanakan kegiatan pemahaman konsep, ada pemahaman prosedur, ada kegiatan penalaran, ada kegiatan berfikir sejenak, ada kegiatan bernalar, ada kegiatan membuat bukti, ada kegiatan penghayatan, dll.

Pelaksanaan Tindakan I 1. Masuk ke kelas dengan membawa lembar

observasi/pengamatan 2. Masuk ke kelas dengan mengucapkan

salam, berlanjut dengan memberi penjelasan tentang tes yang harus dikerjakan, membagikan tes serta lembar kertas yang digunakan untuk menjawab soal-soal tes pada siswa

3. Memberi kesempatan pada siswa untuk menandatangani absen kehadiran ikut tes

4. Dalam melakukan observasi, peneliti menggunakan jenis instrumen yang telah disusun sebelumnya dalam RPP

5. Melaksanakan pembelajaran penutup dengan melakukan rangkuman atau simpulan.

Observasi/Pengamatan Siklus I 1. Memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menandatangai absen kehadiran ikut tes.

2. Semua tes yang telah dipersiapkan mengacu pada indikator dan kompetensi siswa yang ikut di ukur.

3. Mengawasi pelaksanaan tes agar siswa tidak bekerjasama untuk memperoleh data yang valid atau dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya.

4. Setelah pelaksanaan tes, guru kembali ke kantor melanjutkan pemeriksaan terhadap jawaban yang dibuat peserta didik.

5. Setelah diperiksa hasil dari jawaban-jawaban peserta didik yang telah diperiksa, selanjutnya ditaruh tabel keberhasilan yang telah dicapai. Dijumlahkan nilai mereka lalu dicari rata-ratanya untuk dipaparkan pada bagian observasi atau pengamatan atau pengumpulan data ini dan tertera pada paparan tabel berikut.

Refleksi Siklus I

Apa yang dilakukan dalam refleksi adalah mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna penyempurnaan tindakan. Refleksi merupakan kajian secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan. Refleksi menyangkut analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan (Hopkin, 1993 dalam Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006: 80). Analisis kuantitatif Presentasi belajar siswa siklus I 1. Rata-rata (mean)

Page 78: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24�4

Untuk perhitungan nilai rata-rata dicari dengan

87,588

417

aJumlahsiswiJumlahnila

2. Median (titik tengahnya) Dalam analisis perlu ditentukan media,

median dicari dengan cara mengurut data/nilai siswa dari yang terkecil sampai terbesar. Setelah diurut apabila jumlah data ganjil maka mediannya adalah data yang ditengah. Kalau jumlahnya genap maka dua data yang di tengah dijumlahkan dibagi 2 (dua). Untuk median yang diperoleh dari data siklus I dengan menggunakan cara tersebut adalah: 58 3. Modus (angka yang paling banyak/paling

sering muncul)

Modus dicari dengan melakukan pengecekan angka yang paling banyak muncul. Setelah diasccending/diurut angka tersebut adalah 58. 4. Untuk persiapan penyajian dalam bentuk

grafik maka hal-hal berikut dihitung terlebih dahulu.

(1) Banyak kelas (K) = 1 + 3,3 x Log (N)

= 1 + 3,3 log 8 = 1 + (3,3 x 0,9) = 1 + 2,97 = 3,97 3 a. Rentang kelas (r) = skor

maksimum – skor minimum = 68 – 52 = 16

b. Panjang kelas interval (i) Tabel 04. Interval Kelas Siklus I No Urut Interval Nilai

Tengah Frekuensi Absolut

Frekuensi Relatif

1 52 – 57 54,5 3 37,50 2 58 – 63 60,5 3 37,50 3 64 - 69 66,5 2 25,00 Total 8 100

2. Siklus II Rencana Tindakan II

Hasil yang didapat dari kegiatan perencanaan meliputi, (1) Menentukan siswa atau kelas yang akan dijadikan tempat penelitian dengan mengacu pada presentasi belajar yang belum memenuhi KKM. (2) Melakukan analisis karakteristik siswa yang telah dijadikan subjek penelitian dan mengkaji secara seksama kendala dan alternatif tindakan yang dapat digunakan untuk mengatasinya. (3) Melakukan pengecekan mengenai jadwal pelaksanaan penelitian yang telah diren-canakan. (4) Menyusun secara rinci skenario tindakan yang telah direncanakan dan melakukan pengkajian ulang untuk memi-nimalisir kemungkinan terjadinya kesalahan. (5) Melaksanakan kegiatan yang bervariasi dalam menjelaskan seperti ada kegiatan pemahaman konsep, ada pemahaman prosedur, ada kegiatan penalaran, ada kegiatan berpikir sejenak, ada kegiatan bernalar, ada

kegiatan membuat bukti, ada kegiatan penghayatan, dll. Pelaksanaan Tindakan II 1. Masuk ke kelas dengan membawa lembar

observasi/pengamatan 2. Masuk ke kelas dengan mengucapkan

salam, berlanjut dengan memberi penjelasan tentang tes yang harus dikerjakan, membagikan tes serta lembar kertas yang digunakan untuk menjawab soal-soal tes pada siswa

3. Memberi kesempatan pada siswa untuk menandatangani absen kehadiran ikut tes

4. Dalam melakukan observasi, peneliti menggunakan jenis instrumen yang telah disusun sebelumnya dalam RPP.

5. Melaksanakan tahap pembelajaran penutup dengan melakukan rangkuman atau simpulan.

Page 79: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

��Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

Observasi / pengamatan siklus II 1. Memberi kesempatan kepada siswa

untuk menandatangani absen kehadiran ikut tes.

2. Semua tes yang telah dipersiapkan mengacu pada indikator dan kompetensi siswa yang ingin di ukur.

3. Mengawasi pelaksanna tes agar siswa tidak bekerjasama untuk memperoleh data yang valid atau dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya.

4. Setelah pelaksanaan tes, guru kembali kekantor melanjutkan pemeriksaan

terhadap jawaban yang dibuat peserta didik.

5. Setelah diperiksa hasil dari jawaban-jawaban peserta didik yang telah diperiksa, selanjutnya ditaruh tabel dari keberhasialan yang telah dicapai. Dijumlahkan nilai mereka lalu dicari rata-ratanya untuk dipaparkan pada bagian observasi atau pengamatan atau pengumpulan data ini dan tertera pada paparan tabel berikut.

Hasil pengamatan pada siklus II peneliti

sampaikan pada tabel berikut.

Tabel 02. Prestasi Belajar Siswa Kelas V Semester I Tahun Ajaran 2012/2013 Siklus II. Nomor Subjek Nilai Keterangan 1 60 Tuntas 2 65 Tuntas 3 62 Tuntas 4 62 Tuntas 5 52 Belum Tuntas 6 70 Tuntas 7 71 Tuntas 8 72 Tuntas Jumlah Nilai 514 Rata-rata(mean) 64.25 KKM (kriteria Ketuntasan minimal) 60 Jumlah Siswa yang Mesti Remidi) 1 Jumlah siswa yang perlu diberi pengayaan 7 Prosentase ketuntasan Belajar 87,5% 1. Refleksi Siklus II Apa yang dilakukan dalam refleksi adalah

mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul,kemudian dilakukan evaluasi guru guna penyempurnaan tindakan. Refleksi merupakan kajian secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan.Refleksi menyangkut analisis,sintesis,dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan (Hopkin,1993 dalam Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006:80).

Analisis Kuantitatif Prestasi belajar siswa siklus II 1. Rata-rata (mean) Untuk perhitungan nilai rata-rata dicari dengan

aJumlahsiswiJumlahnila =

8514 = 64,25

2. Median (titik tengahnya) Dalam analisis perlu ditentukan median dicari dengan cara mengurut data/nilai siswa dari yang terkecil sampai terbesar.Setelah diurut apabila jumlah data ganjil maka mediannya adalah data yang ditengah. Kalau jumlahnya genap maka dua

Page 80: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24��

data yang ditengah dijumlahkan kemudian dibagi dua.Untuk median yang diperoleh dari data siklus I dengan menggunakan cara tersebut adalah 63,5 3. Modus(angka yang paling sering muncul) Modus dicari dengan melakukan pengecekan angka yang paling banyak muncul.setelah diasccending/ diurut angka tersebut adalah 62. 4. Untuk persiapan penyajian dalam bentuk grafik maka hal-hal berikut dihitung terlebih dahulu.

Banyak Kelas (K) = 1+ 3,3 x log(N) = 1+3,3 log8 = 1 +(3,3x0,9) = 1+ 2,79=3,97 3 Rentang kelas (r)= skor maksimum – skor minimum = 72-52 = 20

Tabel 04 Interval Kelas Siklus II

No Urut Interval Nilai

Tengah Frekuensi Absolut

Frekuensi Relatif

1 52 – 58 55 1 12,50 2 59 – 65 62 4 50,00 3 66 – 72 69 3 37,50 Total 8 100

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Pelaksanaan Pra Siklus Deskripsi awal telah menunjukan

rendahnya prestasi belajar siswa yang diakibatkan oleh faktor-faktor luar dan faktor-faktor dari dalam diri guru sendiri. Faktor-faktor tersebut telah dipahami betul dan pelan-pelan diperbaiki agar proses pembelajaran tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut dengan cara membuat perencanaan yang lebih baik pada siklus berikutnya. Dari faktor siswa tentang kurangnya motivasi orang tua dalam mengarahkan anak-anak mereka untuk mau giat belajar dilakukan dengan memberi pengarahan lewat penyampaian yang dilakukan kepala sekolah terhadap orang tua siswa.

2. Pembahasan Hasil yang Diperoleh dari Siklus 1 Dari hasil pengamatan yang telah

dilakukan pada sikllus I ini dalam upaya pembenahan proses pembelajaran dikelas dapat disampaikan bahwa ada kelebihan-kelebihan yaitu peneliti telah membuat perencanaan yang matang,dengan terlebih

dahulu membaca teori yang ada,dalam pelaksanaan pembelajaran peneliti telah berpakaian rapi,menggunakan bahasa yang santun,menuntun siswa dengan baik.Hal ini menimbulkan binterprestasi bahwa perjalanan penelitian sudah cukup baik.Kelemahan yang disampaikan perlu diberikan analisis yaitu penggunaan waktu yang belum efektif, kontruksi, kontribusi siswa belum maksimal, fakta ini akan digunakan acuan kebenaran data, validasi internal validasi eksternal berupa penggunaan teori-teori yang mendukung dan realibilitas data penelitian ini dapat penulis yakini karena hal itu merupakan ketetapan peneliti memilih instrumen. Faktor-faktor yang berpengaruh belum maksimalnya pembelajaran pada siklus I ini adalah karena peneliti baru satu kali mencoba model ini. Cara pemecahan masalahnya adalah penyiapan RPP yang lebih baik, lebih berkualitas, meminta pendapat teman sejawat untuk memperoleh tambahan pengalaman, gambaran-gambaran. Dari gambaran pelaksanaan yang telah dilakukan ternyata hasil yang diproleh pada siklus I ini sudah lebih baik dari hasil awal yang baru mencapai

Page 81: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

��Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

nilai rata-rata 53,9 dengan ketuntasan belajar belajar 60. Pada siklus I ini sudah mencapai peningkatan sedikit lebih tinggi dengan rata-rata58,9 dan ketuntasan belajar 60. Namun hasil tersebut belum maksimal karena tuntutan indicator keberhasilan penelitian adalah agar peserta didik agar mampu memperoleh rata-rata 65 dengan ketuntasan belajar 60. Oleh karenanya penelitian ini perlu untuk dilanjut-kan.

3. P

Pembahasan Hasil yang Diperoleh dari Pelaksanaan Siklus II

Perolehan dari kegiatan penelitian siklus II ini terbukti telah menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran sudah cukup baik. Ini terbukti dari rata – rata nilai siswa yang mencapai 64,3 dengan ketuntasan belajar 60. Hasil ini menunjukkan hasil pembelajaran Tanya jawab multiarah metode pembelajaran multiarah telah berhasil meningkatkan kemampuan siswa menempa ilmu sesuai harapan.Metode pembelajaran multiarah merupakan metode/ model yang cocok bagi siswa apabila guru menginginkan mereka memiliki kemampuan melakukan analisis, sintesis, berargumentasi, mengeluarkan pendapat secara lugas. Metode pembelajaran Tanya jawab multiarah mampu memupuk kemampuan intelektual siswa, mendorong siswa untuk mampu menemukan sendiri, menempatkan siswa pada posisi sentral dan mengupayakan agar siswa mampu belajar lewat penemuan agar materi yang dipelajari dapat diingat lebih lama. Hasil penelitian ini ternyata telah member efek utama bahwa model yang diterapkan dalam proses pembelajaran berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Temuan ini membuktikan bahwa guru sudah dapat memilih metode dalam melaksanakan proses pembelajaran karena pemilihan metode merupakan hal yang tidak boleh dikesampingkan. Hal ini sejalan pula dengan temuan-temuan peneliti lain seperti yang

dilakukan oleh Intan (2004) dan Puger (2004) yang pada dasarnya menyatakan bahwa metode pembelajaran yang diterapkan ber-pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Upaya maksimal dalam melaksanakan pembelajaran pada siklus II dengan memperbaiki semua kelemahan-kelemahan sebelumnya telah mampu membuat peningkatan pemahaman dan ilmuan peserta didik. Dari nilai yang diperoleh siswa, lebih setengah siswa mendapat nilai di atas KKM, ada 6 orang siswa memperoleh nilai sesuai KKM dan 1 orang siswa memperoleh nilai rendah. Atas dasar perolehan data dalam bentuk nilai tersebut dapat diyakini bahwa prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan penggunaan metode pembelajaran Tanya jawab multiarah. Melihat perbandingan nilai awal, nilai siklus I dan nilai siklus II, terjadi kenaikan yang signifikan, yaitu dari rata-rata nilai awal adalah 53,9 naik di siklus I menjadi 58,9 dan siklus II naik, menjadi 64,3. Kenaikan ini tidak bisa dipandang sebelah mata karena kenaikan nilai ini adalah dari upaya-upaya yang maksimal yang dilaksanakan penelitian demi peningkatan mutu pendidikan dan kemajuan pendidikan khususnya di SD N 5 Sukasada.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan Pembuktian berdasarkan data-data empiric yang telah diuraikan dalam kaitan dengan penerapan model pembelajaran Tanya-jawab multiarah dalam proses pembelajaran, serta hasil dari pelaksanaan tindakan seperti yang telah dijelaskan pada bab terdahulu telah memperoleh hasil dari pelaksanaan tindakan seperti yang telah dijelaskan pada bab terdahulu telah memperoleh hasil sesuai harapan. Dari semua data yang telah diperoleh bahwa fakta-fakta yang ada telah mampu menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian ini. Data tersebut adalah kenaikan prestasi yang diperoleh peserta didik dari awal baru mencapai rata-rata 53,9, pada siklus I

Page 82: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24��

naik menjadi 58,9 dan pada siklus II naik menjadi 64,3. Bukti-bukti tersebut,baik bukti yang masih rendah yang diperoleh pada awalnya maupun bukti yang sudah lebih baik pada siklus I dan bukti data yang baik yang sesuai harapan yang diperoleh pada siklus II telah dapat membuktikan diterimanya hipotesis penelitian yang telah diajukan. Dari paparan tersebut, disimpulkan bahwa metode tanya jawab multiarah telah dapat menjawab keberhasilan yang diharapkan dan telah dapat membuktikan keberhasilan sesuai tuntutan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Saran Mengacu pada kesimpulan yang telah dijelaskan, maka saran yang dapat disampaikan adalah (1) Kepada teman guru pengajar mata pengajar mata pelajaran matematika disarankan untuk meningkatkan keaktifan, kreativitas siswa dan keefektivan pembelajaran diharapkan menerapkan model pembelajaran multiarah untuk upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. (2) Untuk memperoleh jawaban yang tepat, sesuai dengan tujuan penelitian disarankan untuk menggali pendapat atau tanggapan siswa dengan kalimat yang lebih mengarah pada proses pembelajaran dengan model pembe-lajaran multiarah. (3) Kepada kepala sekolah disarankan untuk member pemahaman agar guru mau melaksanakan pembelajaran dengan langkah-langkah model pembelajaran yang sudah diteliti. (4) Kepada pengawas agar membina guru-guru di wilayah binaannya agar mencoba model pembelajaran yang telah dicobakan untuk diterapkan di sekolah.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Slameto. 2000. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta.: Rineka Cipta.

Sudjana. 1996. Metoda Statistik. Bandung: Tarsito.

Sukidin, Basrowi, Suranto, 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Penerbit: Insan Cendekia ISBN: 979 9048 33 4.

Supardi, 2005. Pengembangan Profesi dan Ruang Lingkup Karya Ilmiah. Jakarta:Depdinas.

Trianto. 2010. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Page 83: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

��Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DENGAN METODE KARYA WISATA DENGAN BERMAIN SAMBIL BELAJAR DAN METODE BERCERITA

I Gusti Ayu Suwantari

SD Negeri 3 Jagaraga, Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng

ABSTRACT Mproving Performance Learning Works With Tour With Playing While Teaching And Learning Method of Storytelling To get the better student learning and to improve the quality of teaching and learning process it is necessary to study. The study was conducted in SD Negeri 3 Jagaraga the ability to write letters still lacking. The research objective of this class action is to improve the achievement of students learning to write letters by applying the method works with a playing tour while learning and storytelling. Data collection method is observation and learning achievement test. Methods of data analysis is descriptive. The results obtained from this study is the learning model method works by playing travel while learning and storytelling in learning to write letters can improve student achievement. This is evident from the results obtained in the first cycle and the second cycle 55 increase to 63.75 from the results obtained from this study is the method works with a playing tour while learning and storytelling in learning to write can improve learning achievement. Keywords: Teaching Methods Study Tours, Storytelling, Learning Outcomes

PENDAHULUAN Perolehan hasil belajar sangat

ditentukan oleh kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu sebagai pendidik harus mampu melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, yang nantinya diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Ken-dala yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran di SD Negeri 3 Jagaraga adalah masalah belajar menulis. Kemam-puan siswa dalam menulis masih kurang. Hal inilah yang menjadi masalah sehingga peningkatan mutu pendidikan belum dapat diupayakan secara maksimal.

Pelaksanaan model pembelajaran tradisional belum membuahkan hasil sesuai harapan. Oleh karenya penulis berusaha memecahkan masalah yang mendesak untuk ditangani. Prestasi belajar siswa SD Negeri 3 Jagaraga pada semester I masih jauh dibawah KKM, perolehan hasil yang rendah tersebut merupakan masalah yang sesegera mungkin harus ditangani, itulah yang

mendorong peneliti sehingga penelitian ini menjadi penting untuk dilaksanakan. Keter-sediaan waktu di sekolah untuk memperbaiki proses belajar mengajar menyebabkan pene-liti melakukan penelitian yang berjudul “Meningkatkan prestasi belajar dengan metode karya wisata dengan bermain sambil belajar dan metode bercerita dalam belajar menulis huruf kelas 1 semester I SD Negeri 3 Jagaraga tahun pelajaran 2012/2013” dalam upaya memecahkan permasalahan yang penting dan mendesak dikelas ini. Dengan memanfaatkan model pembelajaran tersebut diharapkan dapat menjadi solusi yang tepat untu menangani permasalahan yang sedang dihadapi berdasarkan uraian tersebut. Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah apakah model pembelajaran tem-atik melalui metode karya wisata yang dibantu dengan metode bercerita dapat meningkatkan prestasi belajar menulis huruf siswa kelas 1 SD negeri 3 Jagaraga? Pemecahan masalah ini dilakukan dengan

Page 84: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24�0

mengupayakan pembelajaran yang lebih baik berdasar teori yang ada. Untuk itu cara yang dilakukan dalam memecahkan masalah yang ada, peneliti berpijak pada konsep dasar Model pembelajaran tematik yang diterapkan melalui metode karya wisata dan bercerita yang bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar agar mampu mengaitkannya dengan konsep-konsep nyata yang ada di lapangan yang diterima di sekolah secara bermakna, sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keter-ampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkontruksikan sendiri dan mengaitkan secara aktif pemahamannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultur). Model pembelajaran Tematik yang dikombinasikan dengan metode karya wisata dan bercerita mempunyai langkah-langkah yang men-dorong keaktifan berpikir siswa dan melatih mereka untuk siap memanfaatkan peng-etahuannya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan Penelitian berdasar rumusan masalah yang sudah disampaikan, maka tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui seberapa tinggi peningkatan prestasi belajar siswa akan terjadi setelah diterapkan model pembe-lajaran Tematik dibantu dengan metode karya wisata dan bercerita dalam pembelajaran.

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 3 Jagaraga kelas 1 semester I tahun ajaran 2012 / 2013. Sekolah ini terletak di desa Jagaraga kabupaten Tabanan dengan situasi yang sejuk, rindang, dan nyaman. Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian tindakan. Peneliti di dalam penelitian ini mengusulkan tingkat keberhasilan per siklus yaitu siklus I prestasi belajar siswa mencapai rata-rata 55, dan pada siklus II 63,75. Penelitian ini mengambil subyek penelitian yaitu siswa SD Negeri 3 Jagaraga kelas 1, semester I. sedangkan peningkatan prestasi

belajar siswa SD Negeri 3 Jagaraga setelah diterapkan metode karya wisata dengan bermain sambil belajar dan metode bercerita dalam belajar menulis huruf. Yang dipergunakan untuk menganalisis data hasil penelitian ini adalah metode deskriptif dianalisis dengan mencari mean, median, modus, menyajikan dalam bentuk tabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hail pengamatan yang telah

dilakukan pada siklus I ini dalam upaya pembenahan proses pembelajaran di kelas dapat disampaikan bahwa ada kelebihan-kelebihan yaitu peneliti telah membuat perencanaan yang matang, dengan terlebih dahulu membaca teori yang ada, dalam pelaksanaan pembelajaran peneliti sudah berpakaian rapi, menggunakan bahasa yang santun, menuntun siswa dengan baik. Hal ini menimbulkan interpretasi bahwa perjalanan penelitian sudah cukup baik. Kelemahan yang disampaikan perlu diberikan analisis yaitu penggunaan waktu yang belum efektif, konstruksi, kontribusi siswa belum maksimal, fakta ini akan dijadikan acuan kebenaran data, validasi internal validitas eksternal berupa penggunaan teori-teori yang mendukung dan reliabilitas data penelitian ini dapat penulis yakini karena hal itu merupakan ketepatan peneliti memilih instrumen. Faktor-faktor yang berpengaruh belum maksimalnya pembelajaran pada siklus I ini adalah karena peneliti baru satu kali mencoba model ini. Cara pemecahan masalahnya adalah penyiapan RPP yang lebih baik, lebih berkualitas, meminta pendapat teman sejawat untuk memperoleh tambahan pengalaman, gambaran-gambaran.

Dari gambaran pelaksanaan yang telah dilakukan ternyata hasil yang diperoleh pada siklus I ini sudah lebih baik dari hasil awal yang baru mencapai nilai rata-rata 53,125 dengan ketuntasan belajar 50 %. Pada siklus I ini sudah mencapai peningkatan sedikit lebih tinggi yaitu dengan rata-rata 55,00 dan ketuntasan belajar 50 %

Page 85: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

��Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

Namun hasil tersebut belum maksimal karena tuntutan indikator keberhasilan penelitian belajar 81 % Oleh karenanya pe-nelitian ini masih perlu untnk dilanjutkan.

Perolehan hasil dari kegiatan penelitian pada siklus II ini terbukti telah menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mengikuti pelajaran sudah cukup baik. Ini terbukti dari rata-rata nilai siswa mencapai 63,75 dengan ketuntasan belajar 81 % Hasil ini menunjukkan bahwa model / metode karya wisata telah berhasil mening-katkan kemampuan siswa menempa ilmu sesuai harapan. Metode/model karya wisata merupakan metode/model yang cocok bagi siswa apabila guru menginginkan mereka memiliki kemampuan melakukan analisis, sintesis, berargumentasi, mengeluarkan pendapat secara lugas. Metode/ model karya wisata mampu memupuk kemampuan intelektual siswa, mendorong siswa untuk mampu menemukan sendiri, menempatkan siswa pada posisi sentral dan mengupayakan agar siswa mampu belajar lewat penemuan agar materi yang dipelajari dapat diingiat lebih lama.

Hasil penelitian ini ternyata telah memberi efek utama bahwa model yang diterapkan dalam proses pembelajaran berp-engaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Temuan ini membuktikan bahwa guru sudah tepat memilih metode dalam melaksanakan proses pembelajaran karena pemilihan metode merupakan hal yang tidak boleh dikesampingkan. Hal ini sejalan pula dengan temuan-temuan peneliti lain seperti yang dilakukan oleh Inten (2004) dan Puger (2004) yang pada dasarnya menyatakan bahwa metode pembelajaran yang diterapkan berpengaruh terhadap pres-tasi belajar siswa.

Upaya maksimal dalam melaksana-kan pembelajaran pada siklus II dengan memperbaiki semua kelemahan-kelemahan sebelumnya telah mampu membuat pening-katan pemahaman dan keilmuan peserta didik. Dari nilai yang diperoleh siswa, lebih

setengah siswa mendapat nilai ,70,80 dan 5 siswa memperoleh nilai sesuai KKM dan 3 siswa memperoleh nilai rendah. Atas dasar perolehan data dalam bentuk nilai tersebut dapat diyakini bahwa prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan penggunaan metode/model karya wisata. Melihat perbandingan nilai awal, nilai siklus I dan nilai siklus II, terjadi kenaikan yang signifikan, yaitu dari rata-rata nilai awal adalah 53,125 naik di siklus I menjadi 55 dan di siklus II naik menjadi 63,75 Kenaikan ini tidak bisa dipandang sebelah mata karena kenaikan nilai ini adalah dari upaya-upaya yang maksimal yang dilaksanakan peneliti demi peningkatan mutu pendidikan dan kemajuan pendidikan khususnya di SD Negeri 3 Jagaraga.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan dan saran yang diperoleh

dari hasil penelitian ini adalah Fokus pembahasan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah model pembelajaran Karya Wisata dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dari hasi analisis yang telah dilakukan yang dilanjutkan dengan pem-bahasan dapat disampaikan bahwa pening-katan hasil belajar telah dapat diupayakan. Dari data awal yang rata-rata baru mencapai 53,125 dan jauh dari kriteria ketuntasan minimal pada mata pelajaran ini, pada siklus I sudah dapat ditingkatkan menjadi 55,00 dan pada siklus II sudah mencapai rata-rata 63,75 Siswa yang pada awalnya kemam-puannya masih sangat rendah dimana hanya ada 5 yang tuntas, pada siklus I sudah dapat ditingkatkan yaitu ada 8 siswa yang sudah tuntas dan pada siklus II sudah 13 yang tuntas. Dari hasil awal ada 9 siswa yang harus diremidi sedangkan pada siklus II hanya 3 siswa yang mesti diremidi.

Dari uraian fakta-fakta di atas yang dibarengi dengan penyajian data hasil observasi baik siklus I maupun siklus II yang disampaikan pada Bab IV telah dapat dibuktikan bahwa model/metode karya

Page 86: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24�2

wisata dan metode bercerita dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar. Dengan hasil tersebut dapat dibuktikan bahwa rumusan masalah dan tujuan penelitian telah tercapai dan hipotesis yang diajukan sudah dapat diterima. Untuk hal tersebut selanjutnya perlu disampaikan saran : Berdasarkan temuan yang sudah disimpulan dari hasil penelitian, dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran, dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut: 1) Bagi guru kelas, apabila mau melaksanakan proses pembelajaran penggunaan metode yang telah diterapkan ini semestinya menjadi pilihan dari beberapa metode yang ada mengingat metode ini telah terbukti dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. 2) Bagi peneliti lain, walaupun penelitian ini sudah dapat membuktikan efek utama dari model pembelajaran karya wisata dengan bermain sambil belajar dalam meningkatkan prestasi belajar, sudah pasti dalam penelitian ini masih ada hal-hal yang belum sempurna dilakukan, oleh karenanya kepada peneliti lain yang berminat meneliti topik yang sama untuk meneliti bagian-bagian yang tidak sempat diteliti. 3) Bagi pengembang pendidikan, selanjutnya untuk adanya penguatan-penguatan, diharapkan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan guna memverifikasi data hasil pene-litian ini.

DAFTAR PUSTAKA Nurbiana Dhieni. (2007). Metode Pengem-

bangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka

Gunarti, Winda, dkk. (2008). Pengem-bangan Perilaku dan Kemampuan Dasar. Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka

Hajar, Ibnu. 1999. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendi-dikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sabri Jamilah Sanan, dan H. Martinis Yamin, 2010, Panduan Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: Gaung Persada Press Group.

Page 87: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

�3Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Ni Luh Widiani

SD Negeri 1 Suwug, Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng

ABSTRACT Cooperative Learning Model Type STAD as Efforts to Improve Student Learning Achievement

The purpose of this research was to determine whether the model STAD able aeningkatkan student achievement. This study takes the research subjects in class VI in SD Negeri 1 Suwug in the 1st half of the school year 2012 2013. This study uses the learning achievement tests as research data. After all the processes through which the data obtained from the analysis that was originally mastery learning students reached 30%, in the first cycle increased to 70% and in the second cycle has reached 90%. Increased percentage obtained by the hard work of researchers from making good planning, implementing learning process in the classroom achievement increase learning achievement. After the implementation is done, followed by observation and reflection of the success of the lead researchers made the conclusion that the STAD model can improve learning achievement. Keywords: Cooperative Learning Model STAD, academic achievement

PENDAHULUAN Peran mata pelajaran Matematika

adalah untuk pengembangan intelektual, sosial dan emosional siswa. Fungsi mata pelajaran Matematika adalah sebagai suatu bidang kajian untuk mempersiapkan siswa mampu merefleksikan pengalamannya sendiri dan pengalaman orang lain. Sedangkan kegunaannya adalah untuk membantu siswa mengenal dirinya, budayanya, budaya orang lain, membuat keputusan yang bertanggungjawab. Kelemahankelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran : guru kurang kemauan menyiapkan bahan yang lebih baik, metode yang bervariasi, kurang mampu menguasai keterampilan mengajar yang dapat menarik perhatian siswa dan merangsang siswa untuk belajar. Hal ini mengakibatkan prestasi bela jar Matematika siswa kelas VI di semester I tahun ajaran 20122013 masih sangat rendah yaitu 60,5 jauh dibawah KKM.Melihat kesenjangan antara harapan dengan kenyataan di lapangan sangat jauh berbeda, maka sangat perlu kiranya dilakukan perbaikan cara pembelajaran. Salah satunya adalah perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooper-

atif Tipe STAD. Oleh karenanya penelitian ini sangat penting untuk dilaksanakan.

Rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VI SD Negeri 1 Suwug ? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peningkatan prestasi belajar yang terjadi setelah langkahlangkah model pembelajaran STAD dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Manfaat penelitiannya adalah: 1) Bagi guru, untuk memperluas dan menambah wawasan serta kreatifitas berpikir dalam mengembang-kan potensinya sebagai pendidik; 2) Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kreatifitas siswa; 3) Bagi siswa, dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa dalam belajar sehingga prestasi belajar meningkat.

Model pembelajaran kooperatif yang dipaparkan oleh Hilke bertujuan untuk : (1) untuk membantu perkembangan kerjasama akademik di antara siswa, (2) untuk menganjurkan hubungan kelompok yang positif, (3) mengembangkan hargadiri siswa, dan (4) untuk meningkatkan penca paian

Page 88: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24�4

akademik. Pada tahun 1940, Morton Deutsch (1949) menyusun suatu teori tentang bagaimana orangorang berhubungan dan berinteraksi pada masing-masing susunan tersebut. Pada susunan kompetitif, seorang siswa bekerja melawan masing-masing yang lainnya dan tampilan mereka dibandingkan. Beberapa siswa mengalami kekeliruan dalam susunan ini, hasilnya kehilangan hargadiri dan kadangkadang berperasaan negatif terhadap teman sebaya mereka secara bebas pada langkah mereka sendiri untuk men capai tujuan yang ditetapkan oleh guru. Guru selanjutnya mengevaluasi sekelompok tujuan untuk masing-masing individu. (Lickona, 1992: 236238) Pembelajaran dengan meng gunakan metode pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang memusat-kan perhatian pada proses penalaran nilainilai moral, melalui diskusi dan proses tanya jawab dialektis yang bersifat mengajar dan menantang proses pemahaman .

Menurut Slavin dalam pembelajaran kooperatif STAD, materi pembelajaran dirancang untuk pembelajaran kelompok. Dengan menggunakan LKS atau perangkat pembelajaran yang lain, siswa berkerja bersamasama untuk menyelesaikan materi. Siswa saling membantu satu sama lain untuk memahami materi pembelajaran,sehingga setiap anggota kelompok dapat memahami materi pembelajaran secara tuntas. STAD adalah salah satu model pembelajaran koope ratif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen (45 orang), diskusikan bahan belajar LKS modul secara kolaboratif, sajian presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelom pok,umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward (Nalimun (2012), Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin. Scripta Cendikia. Menurut Nur Citra Utomo dan C.Novi Primiani (2009: 9), "

STAD didesain untuk memotivasi siswasiswa supaya kembali bersemangat dan saling menolong untuk mengembangkan ketrampilan yang diajarkan oleh guru". Dalam model ini siswa dikelompokkan dalam tim dengan anggota 4 orang. Tim

dibentuk heterogen menurut ting kat kerja, jenis kelamin dan suku.

Prestasi belajar merupakan ke mampuan siswa yang dapat diukur, berupa pengetahuan, sikap dan kete rampilan yang dicapai siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Djamarah (1994:23) mendefinisikan prestasi belajar sebagai hasil yang diperoleh berupa kesankesan yang menga kibatkan perubahan dalam diri indi vidu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Kalau perubahan tingkah laku adalah tujuan yang mau dicapai dari aktivitas belajar, maka perubahan tingkah laku itulah salah satu indika tor yang dijadikan pedoman untuk mengetahui kemajuan individu dalam segala hal yang diperolehnya di sekolah. Dengan kata lain prestasi belajar merupakan kemampuan-kemamuan yang dimiliki oleh siswa sebagai akibat perbuatan belajar atau setelah menerima pengalaman belajar, yang dapat dikatagorikan menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, afektif, dan psiko-motor. Sardinian (1988: 25) menyatakan prestasi belajar sangat vital dalam dunia pendidikan, me ngingat prestasi belajar itu dapat berperan sebagai hasil penilaian dan sebagai alat motivasi. Adapun peran sebagai hasil penilaian dan sebagai alat motivasi diuraikan seperti berikut. Abdullah dalam Mamik Suratmi (1994: 22), mengatakan bahwa fungsi prestasi belajar adalah: (a) sebagai indikator dan kuantitas pengetahuan yang telah dimiliki oleh pelajar, (b) sebagai lam bang peme nuhan keingintahuan, (c) informasi tentang prestasi belajar dapat menjadi perangsang untuk peningkatan ilmu pengetahuan dan (d) sebagai indikator daya serap dan kecerdasan.

Hipotesis yang diajukan adalah apabila langkah-langkah model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD mampu dilaksanakan secara maksimal sesuai teori maka prestasi belajar Matematika siswa kelas VI SD Negeri 1 Suwug dapat ditingkatkan.

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SD

Negeri 1 Suwug Kecamatan Sawan. Rancangan penelitian ini me ngikuti

Page 89: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

��Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

rancangan yang dibuat oleh Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi (2006: 54)

seperti terlihat pada gambar berikut.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Negeri 1 Suwug yang jumlahnya 30 orang, lakilaki 16 orang dan perempuan 14 orang. Objek penelitiannya adalah peningkatan prestasi belajar matematika.

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Nopember tahun pelajaran 20122013. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil penelitian ini adalah tes prestasi belajar, sedangkan metode analisis datanya menggunakan analisis deskriptif.

Instrumen dari penelitian ini adalah tes yang ada di masing-masing RPP. Indikator keberhasilan dari penelitian ini diusulkan pada siklus I mencapai nilai ratarata 66 dengan ketuntasan belajar kurang dari 85% dan pada siklus II mencapai nilai ratarata 73 atau lebih dari ketuntasan belajar minimal 85%.

HASIL DAN PEMBAHASAN Suharsimi Arikunto, Suhardjono,

Supardi (2006: 83) menyatakan bahwa, dalam menyampaikan hasil penelitian dan pembahasan, perlu menyajikan uraian masing-masing siklus dengan data lengkap mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi. Juga disampaikan kemajuan pada diri siswa, lingkungan, guru,

motivasi dan aktivits belajar, situasi kelas dan hasil belajar, kemukakan grafik dan tabel hasil analisis data yang menunjukkan perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara sistimatis dan jelas. 1. Rencana Tindakan Siklus I Menentukan siswa atau kelas yang akan

dijadikan tempat penelitian dengan mengacu pada prestasi belajar yang belum memenuhi KKM

Melakukan analisis karakteris tik siswa yang telah dijadikan subjek penelitian dan mengkaji secara seksama kendala dan alternatif tindakan yang dapat digunakan untuk mengatasinya

Mekakukan pengecekan mengenai jadwal pelaksanaan penelitian yang telah direncanakan

Menyusun secara rinci skena rio tindakan yang telah diren canakan dan melakukan peng kajian ulang untuk meminima lisir kemungkinan terjadi kesa lahan

Merencanakan membimbingan yang bervariasi.

2. Pelaksanaan Tindakan I a. Sebelum memasuki ruangan kelas untuk

memulai pelaksanaan tindakan pada siklus I ini guru selaku peneliti me nyiapkan segala alat dan per lengkapan yang akan dibawa ke ruang kelas.

Permasalahan

Perencanaan Tindakan I

Pelaksanaan Tindakan I

Permasalahan Baru Hasil refleksi

Refleksi Pengamatan/ Pengumpulan

Perencanaan Tindakan II

Pelaksanaan Tindakan II

Pengematan/ Pengumpulan data II

Refleksi Apabila Permasalahan belum

Terselesaikan Dilanjutkan ke siklus

Berikutnya

Page 90: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24��

b. Sesampainya di kelas, guru selaku peneliti melaksanakan pembelajaran dengan pembelajaran pendahuluan yaitu: mengucapkan salam, melaku kan ab-sensi, memotivasi siswa agar giat be-lajar, melakukan apersepsi, menyampai-kan tu juan pembelajaran serta caku pan materi yang sedang diajar kan.

c. Melakukan pembelajaran inti explorasi dengan cara:

Membawa semua persiapan ke kelas Mengucapkan salam kepa da siswa, dan

pengabsensi Sebelum masuk ke pela jaran inti, guru

melakukan appersepsi untuk meman cing perhatian siswa terha dap materi pelajaran yang akan disampaikan

Memperhatikan kekurangankekurangan sebelumnya dengan giat memperbaiki kekurangankekurangan yang sudah ada dalam catatan pelaksa naan pembelajaran sesuai perencanaan yang sudah dibuat.

Menyiapkan alatalat pen dukung pembelajaran da lam porsi yang sebenar nya d. Melakukan pembelajaran inti elaborasi

dengan cara: Membiasakan peserta di dik membaca dan

menulis yang beragam melalui tugastugas tertentu yang bermakna

Memfasilitasi peserta di dik melalui pemberian tugas, diskusi dan lainlain untuk memunculkan gagas an baru baik secara lisan maupun tertulis

Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran koo peratif dan kolaboratif

Memfasilitasi peserta di dik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar

Memfasilitasi peserta di dik melakukan kegiatan yang menumbuhkan ke banggaan dan rasa percaya diri peserta didik

e. Melakukan pembelajaran inti konfirmasi dengan cara:

Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulis an, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan pe serta didk

Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber

Memfasilitasi peserta di dik untuk memperoleh pengalaman yang bermak na dalam mencapai kom petensi dasar membantu menyelesaikan masalah

Memfasilitasi peserta di dik untuk mencapai kom petensi dasar memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan penge cekan hasil eksplorasi

Memberikan motivasi ke pada peserta didik yang kurang atau belum berpar tisipasi aktif.

f. Melakukan kegiatan pembe lajaran penutup dengan cara:

Bersamasama dengan pe serta didik membuat rang kuman/simpulan pelajaran

Melakukan penilaian ter hadap kegiatan yang su dah dilaksanakan secara konsisten dan terprogran

Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran

Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, pro gram pengayaan dan layanan konseling

Menyampaikan rencana pembelajaran pada perte muan berikutnya g. Mengakhiri pembelajaran dengan

mengucapkan salam penutup.

3. Observasi/Pengamatan Siklus I Observasi dilakukan dengan cara: (1) Menilai tugastugas yang diberikan (2) Mengobservasi kegiatan yang dilakukan anak-anak. (3) Menilai hasil tes yang diberikan

Hasil pengamatan pada siklus I penelitian sampaikan pada tabel berikut.

Page 91: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

��Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

Tabel 1. Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VI Semester 1 Tahun Pelajaran 2012- 2013 Siklus I

Nomor Subjek Penelitian Nilai Keterangan 1. 70 Tuntas 2. 50 Tidak Tuntas 3. 70 Tuntas 4. 70 Tuntas 5. 50 Tidak Tuntas 6. 75 Tuntas 7. 55 Tidak Tuntas 8. 85 Tuntas 9. 75 Tuntas 10. 50 Tidak Tuntas 11. 75 Tuntas 12. 70 Tuntas 13. 75 Tuntas 14. 45 Tidak Tuntas 15. 70 Tuntas 16. 70 Juntas 17. 50 Tidak Tuntas 18. 75 Tuntas 19. 70 Tuntas 20. 70 Tuntas 21. 80 Tuntas 22. 75 Tuntas 23. 70 Tuntas 24. 45 Tidak Tuntas 25. 70 Tuntas 26. 70 Tuntas 27. 50 Tidak Tuntas 28. 55 Tidak Tuntas 29. 75 Tuntas 30. 70 Tuntas

Jumlah Nilai 1980 Raterate (Mean) 66 KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 68

Jumlah Siswa yang Mesti Diremidi 9

Jumlah Siswa yang Perlu Diberi Pengayaan 21

Prosentase Ketuntasan Belajar 70%

4. Refleksi Siklus I

Sebelum memulai refleksi, ada baiknya melihat pendapat pakar pendidikan tentang

apa yang di maksud dengan refleksi. Pendapat ini akan merupakan panduan terha dap cara atau hal-hal yang perlu

Page 92: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24��

dalam menulis refleksi. Refleksi meru-pakan kajian secara menye luruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah ter kumpul, kemudian dilakukan eva luasi guna menyempur-nakan tinda kan. Refleksi menyangkut analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan (Hopkin, 1993 dalam Suharsimi Analisis kuan titatif Prestasi belajar siswa siklus I Gambaran data yang dianalisis pada siklus I adalah dari 30 siswa yang ditulis ada 21 siswa yang sudah me menuhi KKM mata pelajaran, dan ada 9 siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Apabila dibuat dalam bentuk prosentase maka siswa yang mencapai rata rata diatas KKM adalah 70% dan yang masih dibawah KKM adalah 30%

1. Ratarata (mean) Ratarata (mean) dihitung dengan cara

6630

1980siswaJumlahnilaiJumlah

2. Median (titik tengah)

Median (titik tengah) dicari dengan mengurut data/nilai siswa dari yang terkecil sampai terbesar. Setelah di urut apabila jumlah data ganjil maka mediannya adalah data yang ditengah. Kalau jumlahnya genap maka dua data yang di tengah dijumlahkan dibagi 2 (dua). Untuk median yang diperoleh dari data siklus II dengan menggunakan cara tersebut adalah 70 3. Modus (angka yang paling banyak/paling

sering muncul) Setelah diasccending / diurut, angka tersebut adalah 70 Untuk persiapan penyajian dalam bentuk grafik maka hal-hal berikut dihitung terlebih dahulu. Banyak kelas (K)= 1 + 3,3 x Log (N) = 1 + 3,3 x Log 30 = 1 + (3,3x1,48) = 1 + 4,88 = 5,88 Rentang kelas (r)= skor maks- skor min = 8545 = 40

Panjang interval (i) = Kr =

640 = 6,7 = 7

6 Tabel 2. Interval Kelas Siklus I

No Unit Interval Nilai

Tengah Frekuensi Absolut

Frekuensi Relatif

1 4551 48,0 7 23,33 2 5258 55,0 2 6,67 3 5965 62,0 0 0,00 4 6672 69,0 12 40,00 5 7379 76,0 7 23,33 6 8086 83,0 2 6,67

Total 30 100

Kekurangankekurangan/kelemahankelemahan yang ada dari pelaksanaan tindakan siklus I adalah: 1. Kemampuan secara maksi mal

mengarahkan siswa agar giat belajar agak sulit diupayakan akibat kebiaasan peserta didik yang masih lebih senang santai.

2. Banyak siswa lain lain, mereka belum terbiasa memu satkan perhatiannya dalam belajar.

3. Peserta didik belum sepenuhnya berniat untuk meningkatkan kemampuan be lajar mereka.

4. Guru belum sepenuhnya menguasai keterampilan keterampilan mengajar.

5. Perubahan situasi seperti pengelompokan siswa untuk belajar di suatu grup belum terbiasa bagi peserta didik.

Sedangkan kelebihan yang dite

Page 93: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

��Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

mukan pada pelaksanaan tindakan siklus I adalah: 1. Siswa memiliki pengalaman dengan

pembelajaran yang baru sehingga mereka dapat membandingkan keaktifan mereka sebelumnya dengan setelah digunakan model yang baru.

2. Proses belajar mengajar dapat dilakukan dengan perencanaan yang sudah matang.

3. Model ini membuat guru tidak menyajikan pembelajaran secara berte-letele seperti yang dilakukan sebe lumnya.

4. Model ini mampu memberi jawaban atas pertanyaan – pertanyaan yang masih ter sisa adalah peningkatan mau pun penyelidikan setelah selesai tindakan dilakukan.

5. Kelebihan yang lain dari model ini mampu mening katkan prestasi belajar siswa walaupun belum optimal.

1. Perencanaan Siklus II Menentukan siswa atau kelas yang akan

dijadikan tempat penelitian dengan mengacu pada prestasi belajar yang belum memenuhi KKM

Melakukan analisis karakteristik siswa yang telah dijadikan sub jek penelitian dan mengkaji se cara seksama kendala dan alter natif tindakan yang dapat di gunakan untuk mengatasinya.

Melakukan pengecekan menge nai jadwal pelaksanaan peneliti an yang telah direncanakan

Menyusun secara rinci skenario tindakan yang telah direncana kan dan melakukan pengkajian ulang untuk meminimalis ke mungkinan terjadinya kesalahan

Melakukan diskusi interaktif dengan teman sejawat, siswa dan kepala sekolah menyangkut pemilihan tindakan terbaik un tuk dilaksanakan dalam rangka memperbaiki prestasi belajar siswa

b. Pelaksanaan Tindakan II. a. Sebelum memasuki ruangan kelas untuk

memulai pelaksa naan tindakan pada siklus II ini guru selaku peneliti menyiap kan segala alat dan perlengkapan yang

akan dibawa ke ruang kelas. b. Sesampainya di kelas, guru selaku

peneliti melaksanakan pembelajaran dengan pembela jaran pendahuluan yaitu: me ngucapkan salam, melakukan absensi, memotivasi siswa agar giat belajar, melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran serta cakupan materi yang sedang diajarkan.

c. Melakukan pembelajaran inti explorasi dengan cara :

a. peserta didik mencari infor masi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi Melibatkan yang akan dipelajari dengan menerap kan prinsip alam

b. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain

c. Memfasilitasi terjadinya in teraksi antar peserta didik dengan guru,lingkungan dan sumber belajar lainnya.

d. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran;dan

e. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.

d. Melakukan pembelajaran inti

elaborasi dengan cara: Membiasakan peserta didik membaca

dan menulis yang beragam melalui tugastugas tertentu yg bermakna;

Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi,dll untuk memun culkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;

Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, me nyelesaikan masalah dan bertindak tanpa rasa takut;

Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran koope ratif dan kolaboratif;

Fasilitasi peserta didik ber kompotisi secara sehat untuk meningkatkan pres tasi pembelajaran;

e. Melakukan pembelajaran inti konfirmasi dengan cara:

Berfungsi sebagai nara sumber dan fasilitator dalam menjawab pertanya an

Page 94: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24�0

peserta didik yang menghadapi kesulitan de ngan menggunakan bahasa yang baku dan benar;

Membantu menyelesaikan masalah; Memberi acuan agar peserta didik dapat

melakukan pe ngecekan hasil eksplorasi; Memberi informasi untuk bereksplorasi

lebih jauh; Memberikan motivasi kepa da peserta

didik yang kurang atau belum berpar tisipasi.

f. Melakukan kegiatan pembe lajaran penutup dengan cara:

Bersamasama dengan pe serta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/sim pulan pelajaran;

Melakukan penilaian dan atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilak sanakan secara konsisten dan terprogam;

Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

Merencanakan kegiatan tin dak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, prog ram pengayaan, layanan konseling dan atau membe rikan tugas baik tugas indi vidual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;

Menyampaikan rencana pembelajaran pada perte muan beerikutnya.

Mengakhiri pembelajaran dengan

mengucapkan salam penutup 6. Observasi/Pengamatan Siklus II (1) Masuk ke kelas dengan membawa

lembar observasi/pengamatan. (2) Masuk ke kelas dengan mengucapkan

salam, berlanjut dengan memberi penjelasan tentang tes yg harus dikerjakan, membagikan tes serta lembar kertas yg digunakan untuk menjawab tes pada siswa.

(3) Memberi kesempatan pada siswa untuk menandatangani absen kehadiran ikut tes.

(4) Mengawasi pelaksanakan tes agar siswa tidak bekerjasama untuk memperoleh data yang valid atau dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya.

(5) Setelah waktu pengerjaan tes berakir, dilanjutkan jawaban peserta didik yang menyam paikan beberapa hal yg perlu dilakukan selanjutnya.

(6) Penyampaian pada peserta didik, bahwa setelah jawaban mereka dan menjelaskan; bagi mereka yang nilainya belum mencapai K.KM yang dituntut pada mata pelajaran ini yaitu 68 akan diberikan remedial dan bagi yg sudah mencapai KKM atau melebihi akan di berikan pengayaan.

Hasil pengamatan pada siklus II penelitian sampaikan pada tabel berikut.

Tabel 3. Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VI Semester 1 siklus II Nomor Subjek Penelitian Nilai Keterangan 1. 70 Juntas 2. 75 Tuntas 3. 70 Tuntas 4. 70 Tuntas 5. 55 Tidak Tuntas 6. 80 Tuntas 7. 70 Tuntas 8. 90 Tuntas 9. 75 Juntas 10. 75 Tuntas 11. 85 Tuntas 12. 80 Tuntas 13. 75 Tuntas 14. 60 Tidak Tuntas

Page 95: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

��Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

15. 75 Tuntas 16. 70 Tuntas 17. 75 Tuntas 18. 80 Tuntas 19. 75 Tuntas 20. 70 Tuntas 21. 70 Tuntas 22. 75 Tuntas 23. 70 Tuntas 24. 70 Tuntas 25. 85 Tuntas 26. 70 Tuntas 27. 50 Tidak Tuntas 28. 75 Tuntas 29. 80 Tuntas 30. 70 Tuntas Jumlah Nilai 2190 Ratarata (Mean) 73 KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 68 Jumlah Siswa yang Mesti Diremidi 3 Jumlah Siswa yang Perlu Diberi Pengayaan 27

Prosentase Ketuntasan Belajar 90% 7. Refleksi Siklus II

Hasil yg diperoleh dari pelak sanaan penelitian di Silkus II ini ada lah tingkat kemajuan yg dicapai peser ta didik sudah menunjukan perbaikan. Dari 30 orang anak yg diteliti ternyata 27 orang anak hasilnya sudah sesuai dengan harapan. Dari hasil tersebut diketahui hampir semua siswa sudah sangat mampu dalam meningkatkan prestasi belajar mereka. Jika dijelas kan dengan cara yang lain, maka 90% anak mencapai katagori sangat mampu, sisanya 10% anak berada pada katagori tidak mampu. Dengan dica painya hasil seperti digambarkan diatas menyatakan indikator keber hasilan yakni hanya sedikit anak yang berada pada katagori tertinggal. Ana lisis kuantitatif Prestasi belajar siswa siklus II 1. Rata-rata (mean) yang diperoleh

dihhung dengan menjumlahkan seluruh nilai siswa kemudian dibagi dengan jumlah siswa. Nilai tersebut adalah

7330

...2190...siswaJumlahnilaiJumlahMean

2. Median (titik tengah) yang diperoleh dengan mengurut data/nilai siswa dari yang ter kecil sampai terbesar. Sete lah diurut apabila jumlah data ganjil maka mediannya adalah data yang ditengah. Kalau jumlahnya genap maka dua data yang di tengah dijumlahkan dibagi 2 (dua). Unruk median yang diperoleh dari data siklus II dengan menggunakan cara tersebut adalah 75

3. Modus (angka yang paling banyak/paling sering muncul) 70

4. Untuk persiapan penyajian dalam bentuk grafik maka hal-hal berikut dihitung terlebih dahulu.

Banyak kelas (K) = 1 + 3,3 x Log (N) = 1+3,3 log 30

= 1 +(3,3x1,48) = 1 + 4,88 = 5,88 6 2. Rentang kelas (r) = skor maks- skor min = 9050 = 40

3. Panjang interval (i) = 77,6640

kr

Page 96: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24�2

Tabel 4. Interval Kelas Siklus II

No Urut Interval Nilai

Tengah Frekuensi Absolut

Frekuensi Relatif

1 5056 53 2 6,67 2 5763 60 1 3,33 3 6470 67 11 36,67 4 7177 74 9 30,00 5 7884 81 4 13,33 6 8591 88 3 10,00

Total 30 100

Kekurangan, kelemahan yang ada dari pelaksanaan tindakan siklus II adalah 1. Pembelajaran adalah sebuah sistem

sehingga banyak hal yang harus terkait. Keterkaitan ini belum maksimal diupayakan.

2. Banyaknya jumlah siswa yang harus diberi bantuan menyebabkan belum meratanya bantuan yang diberikan.

3. Perencanaan memang sudah dibuat cukup mantap, tapi dalam pelak-sanaannya agak tersendat karena model ini baru diujicobakan.

Sedangkan kelebihan yang ditemukan

pada pelaksanaan siklus II adalah: 1. Suatu kebanggaan terjadi pada diri guru

akibat prestasi belajar siswa mampu ditingkatkan.

2. Model ini mampu memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang masih tersisa dalam peningkatan mutu pembelajaran setelah dilakukan tin-dakan.

3. Kegiatan belajar mandiri siswa mampu dipupuk dengan lebih baik serta mampu menguatkan pemahaman mereka terhadap materi yang diberikan Kelebihan yang lain adalah peneliti sudah mampu mengembangkan inovasi dalam pembelajaran yang mampu mendukung pelaksanaan pembelajaran lebih efektif dan efisien.

Pembahasan A. Pembahasan Siklus I

Berdasar hasil awal yang rendah dilakukan upaya upaya yang lebih

menjanjikan seperti mengupayakan bimbingan yang maksimal, mendemon-strasikan media secara baik, memusatkan perhatian anak untuk giat dalam belajar, memaksimalkan motivasi, arahan, bimbingan. Kreativitas guru ditingkatkan dengan cara menyiapkan bahan ajar dari berbagai sumber, membaca teoriteori sebagai upaya triangulasi, melaksanakan proses sesuai langkah langkah model yang dipilih agar memberikan hasil yang maksimal. Hasil yang diperoleh dengan kegiatan tindakan yang sudah giat dilakukan ternyata belum sesuai harapan. Hasil yang diperoleh dari kegiatan tindakan siklus I adalah ada 21 anak (70%) yang mencapai nilai sudah di atas KKM, sedangkan yang lain belum mencapai hasil sesuai harapan. Jumlah mereka adalah 9 orang atau 30% yang masih memperoleh nilai di bawah KKM. Untuk data ini belum sesuai dengan harapan indikator keberhasilan penelitian yang dicanangkan yaitu minimal 80% anak mampu melakukan tanpa dibantu. Data tersebut menunjukan bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran belum maksimal, dan harus lebih giat lagi diupayakan lewat pembelajaran yang efektif, menyenangkan dan menantang serta lebih diupayakan dengan pemberian mediamedia yang menarik. Walaupun motivasi, pengasuhan, demonstrasi, sudah dilakukan secara maksimal namun subyek yang belum termotivasi dengan media yang digunakan merupakan masalah. Aspek konsentrasinya adalah agar anak-anak mampu menguasai materi pelajaran secara

Page 97: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

�3Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

maksimal. Dari semua data yang diperoleh pada siklus I ini semua persentase pencapaian peningkatan mereka belum memenuhi harapan ketercapaian indikator keberhasilan penelitian sehingga penelitian ini masih perlu untuk dilanjutkan ke siklus berikutnya.

B. Pembahasan Siklus II Pada siklus II ini semua kekurangan yang ada pada siklus Idiperhatikan dengan baik dan dilakukan inovasiinovasi yang lebih maksimal agar hasil yang di peroleh sesuai harapan tujuan penelitian ini. Siswa yang belum aktif diupayakan dengan pemberian pertanyaan, atau masalah masalah yang menuntun ke pembelajaran yang lebih maksimal. Dari semua tindakan yang sudah dilakukan pada siklus II ini ternyata hasil yang diperoleh sudah melebihi tuntutan indikator keberhasilan penelitian yaitu peserta didik yang sudah mencapai 90% dengan rata-rata kelas mencapai 73. Hasil ini tentu diperolah akibat kerja keras yang dilakukan. Dengan hasil tersebut penelitian sudah dianggap berhasil dan tidak diteruskan ke siklus berikutnya.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan yang diperoleh dari hasil

penelitian ini adalah: (1) Pelaksanaan kegiatan awal dimana model pembelajaran yang digunakan tidak menentu, termasuk pula metode ajar yang digunakan hanya sekedar terlaksana membuat nilai siswa pada mata pelajaran Matematika rendah dengan ratarata 60,5 yang masih jauh dari kriteria ketuntasan minimal pada mata pelajaran ini yaitu 68. (2) Setelah dilakukan perencanaan yang lebih matang menggunakan model pembelajaran STAD yang dilanjutkan dengan pelaksanaannya di lapangan yang benar sesuai teori yang ada dan di barengi dengan pemberian tes atau observasi secara objektif akhirnya terjadi peningkatan dari nilai rata-rata 66 pada siklus I meningkat menjadi 73 pada siklus II. (3) Seperti kebenaran tujuan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu untuk peningkatan proses pembelajaran,

maka upaya yang maksimal telah dilakukan dengan sangat giat sehingga hasil yang diharapkan sesuai perolehan data telah mampu memberi jawaban terhadap rumusan masalah dan tujuan penelitian ini.

Saran yang perlu disampaikan : (1) Untuk melaksanakan pembinaan memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga disarankan agar guru mampu menentukan atau memilih topik yang benarbenar bisa diterapkan dengan rangsanganrangsangan, motivasi, arahan agar mereka ikut terlibat aktif dalam pembelajaran. Siswa yang lain juga diarahkan dengan guru lebih gencar memberi pertanyaan yang menuntun keaktifaan belajar. Langkah-langkah model pembelajaran STAD dioptimalkan dimana guru tidak lagi boleh menyuapi peserta didik. Mereka harus diupayakan agar mampu menemukan sendiri apa isi dari materi lewat pemberian pertanyaan model STAD sehingga diperoleh hasil yang optimal. (2) Agar mampu meningkatkan prestasi belajar, maka guru hendaknya lebih sering melatih siswa menjadi berminat terhadap kegiatan yang dilakukan sehingga keaktifan belajar akan meningkat. (3) Peneliti lain diharapkan melakukan penelitian lebih lanjut untuk meneliti bagian bagian yang belum sempat diteliti.

DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi.

2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bum! Aksara.

Badan Standar Nasiona] Pendidikan. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun2007. Jakarta: BSNP.

Djamarah, Syaful Bahri. 2002. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional.

Hilke, Eileen Veronica. 1998. Fastback Cooperative Learning. New York: McGrawHill, Inc.

Nur, Mohamad et al. 2001. Teori Belajar. Surabaya: University Press.

Slavin, Robert E. 1995. Cooperative

Page 98: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24�4

Learning : Theory, Research, and Practice. Boston: Allyn and Bacon.

Suryabrata, Sumadi. 2000. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyafcarta: Penerbit Audi.

Sukidin, Basrowi, Suranto. 2002. Menajemen Penelitian Tindakan Kelas. Penerbti: Insan Cendekia ISBN: 979 9048 33 4.

Page 99: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

��Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

MODEL PEMBELAJARAN KREATIF PROBLEM SOLVING BERBANTUAN MEDIA ICT DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

I Wayan Sudanta

SD N 2 Wanagiri, Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng

ABSTRACT Model Creative Problem Solving Learning with Media ICT to Improving Learning Achievement The purpose of this research is to improve student achievement by learning model creative problem solving through the method of question and answer multidirectional ICT-aided media. This classroom action research conducted in 4th grade N 2 Wanagiri in 2 cycles. The data are dikumpulakan in this research is student achievement that captured the achievement test. The collected data were analyzed using descriptive statistics. The results obtained are learning model that is used can improve student achievement is evident from the average. In the first cycle the average student achievement by 69 and increased in the second cycle to 76 who have reached KKM was set at 70. Keywords: Creative Problem Solving Model, ICT, Learning Achievement

PENDAHULUAN Proses pembelajaran di kelas akan

sangat efektif apabila guru melaksanakannya dengan memahami peran, fungsi, dan kegunaan mata pelajaran yang diajarkannya. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajar-an sekolah diharapkan mengunakan tekno-logi informasi dan komunikasi, seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya. Permendiknas NO 41 tahun 2006 menyebut-kan proses pembelajaran pada satuan pendidikan harus inspiratif, interaktif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Sebagai agen pembelajaran guru merupakan ujung tombak Pendidikan dan keberhasilan pelaksanaan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan tugas dan tanggungjawabnya selaku guru yang professional. Guru yang profesional harus memiliki kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompe-tensi sosial, kompetensi profesional yang

diperoleh melalui pendidikan Profesi. Kom-petensi guru meliputi: menguasasi bahan; mengelola program belajar mengajar; meng-gunakan media/sumber belajar; menguasai landasan kependidikan, mengelola interaksi belajar mengajar; menilai prestasi belajar mengajar; mengenal fungsi dan layanan bimbingan dan penyuluhan; mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah dan memahami dan menafsirkan penelitian guna keperluan pengajaran. Ada harapan, ada kenyataan yaitu rendahnya prestasi belajar dan penyebabnya adalah kurang seriusnya guru dalam melakukan persiapan untuk memulai proses pembelajaran, kurangnya daya dukung berupa media/sumber belajar yang dimafaatkan guru saat pelaksanaan pembelajaran dan kurangnya daya kreativitas peserta didik akibat waktu belajar banyak dikuasai guru. Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah implementasi model pembe-lajaran kreative problem solving dengan metoda Tanya jawab multiarah berbantuan media ICT dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan prestasi belajar peserta didik melalui model pembelajaran kreative

Page 100: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24��

problem solving dengan metoda Tanya jawab multiarah berbantuan media ICT.

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 2 Wanagiri kelas 4 Semester 1 tahun ajaran 2013/2014. Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas 4 sebanyak 30 orang, yang terdiri dari 19 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. Objek penelitiannya adalah prestasi belajar peserta didik.

Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari sampai bulan Maret tahun pelajaran 2013/2014. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil penelitian ini adalah tes prestasi belajar yang terdapat pada masing-masing RPP, sedangkan metode analisis datanya menggunakan analisis deskriptif. penelitian ini terdiri dari dua siklus dengan indikator keberhasilan adalah tercapainya KKM sebesar 70.

HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam menulis yang isinya tentang hasil belajar dan pembahasan dilakukan dengan menyampaikan perencanaan, pelaksanaan observasi/mengumpulkan data dan refleksi untukitu pendapat berikut di jadikan acuan. Penelitian Tindakan Model Mc.Kernan, 1991 (dalam Sukidin, Basrowi, Suranto, 2002:54) menyatakan bahwa, dalam menyampaikan hasil penelitian dan pem-bahasan, perlu menyajikan uraian masing-masing siklus dengan data lengkap mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi. Juga disampaikan kemajuan) pada diri peserta didik, lingkungan, guru, motivasi dan aktivitas belajar, situasi kelas dan hasil belajar. Hasil analisis data yang menunjuk-kan perubahan yang terjadi disertai pemba-hasan secara sistimatis dan jelas. Observasi dilakukan menggunakan instrumen yang telah disusun dalam RPP. Semua tes yang telah dipersiapkan mengacu pada indikator dan kompetensi peserta didik. Refleksi dilakukan untuk melihat, mengkaji

dan mempertimbangkan dampak tindakan yang telah diberikan. Berdasarkan hasil refleksi dapat melakukan perbaikan keku-rangan-kekurangan dalam proses pembelajar-an. Analisis kuantitatif prestasi belajar peserta didik pada siklus I. Rata-rata (mean), median (titik tengah), modus (angka yang paling banyak muncul/sering muncul). Dari hasil observasi siklus I ditemukan beberapa kelemahan, seperti: 1) Metode yang dipakai mengajar masih lebih banyak didominasi oleh ceramah sehingga materi belum maksimal dalam penyerapan-nya, 2) Alat-alat yang digunakan untuk membantu berdemontrasi belum sesuai dengan kebenaran alat yang sebenarnya, 3) hanya sedikit peserta didik yang memiliki buku, 4) pendekatan pembelajaran belum mampu membuat peserta didik untuk aktif belajar, 5) dengan strategi yang berbeda peserta didik masih menunggu perintah guru, dan 6) banyak peserta didik yang masih lain-lain.mereka belum terbiasa memusatkan perhatiannya dalam belajar. Pada siklus I diperoleh rata-rata hasil belajar peserta didik sebesar 69 dan belum mencapai kreteria keberhasilan yang ditetapkan. Dari 30 orang peserta didik baru 18 atau sekitar 60% orang yang mencapapai KKM. Kelemahan-kelemahan siklus II adalah: 1) diperlukan dukungan dari orang tua agar ikut mengarahkan anak-anaknya untuk lebih giat belajar, 2) kemampuan mengarahkan secara maksimal agak sulit karena kebiasaan peserta didik yang masih sangat santai, 3) penguatan-penguatan baik verbal maupun non verbal belum mampu diupayakan dengan baik akibat singkatnya waktu pembelajaran, dan 4) kemampuan peserta didik yang berbeda-beda tidak mampu memasukkan ilmu secara masih lain-lain. Mereka belum terbiasa memusatkan perhatiannya dalam belajar. Pada siklus I diperoleh rata-rata hasil belajar peserta didik sebesar 76 dan telah mencapai kreteria keberhasilan yang ditetapkan. Dari 30 orang peserta didik baru 27 atau sekitar 90% orang yang mencapapai KKM yang ditetapkan.

Page 101: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

��Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

Data awal yang diperoleh dengan rata-rata 69 menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik masih sangat rendah mengingat kriteria ketuntasan belajar peserta didik untuk mata pelajaran ini di SD N. 2 Wanagiri adalah 70 Dengan nilai yang sangat rendah seperti itu maka peneliti mengupayakan untuk dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik menggunakan model pembe-lajaran creative problem solving akhirnya dengan penerapan metodeTanya tanya jawab multiarah berbantuan media ICT yang benar sesuai teori yang ada, peningkatan rata-rata prestasi belajar peserta didik pada siklus I dapat diupayakan dan mencapai rata-rata 69,2. Namun rata-rata tersebut belum maksimal karena hanya 18 peserta didik memperoleh nilai di atas KKM sedangkan yang lainnya belum mencapai KKM. Sedangkan prosentase ketuntasan belajar mereka baru mencapai 60% Hal tersebut terjadi akibat penggunaan metode creatifve problem solving belum maksimal dapat dilakukan disebabkan penerapan model/ metode tersebut baru dicobakan sehingga guru masih belum mampu melaksanakannya sesua alur teori yang benar. Pada siklus ke II perbaikan prestasi belajar peserta didik diupayakan lebih maksimal dengan peneliti membuat perencanaan yang lebih baik, menggunakan alur dan teori dari model pembelajaran dengan benar dan lebih maksimal. Peneliti giat memotivasi peserta didik agar giat belajar, memberi arahan-arahan, menuntun mereka untuk mampu menguasai materi pelajaran pada mata pelajaran PKn lebih optimal. Akhirnya dengan semua upaya tersebut peneliti mampu meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada siklus II menjadi rata-rata 76. Upaya-upaya yang maksimal tersebut menuntun pada suatu keberhasilan bahwa model Pembelajaran Creative Problem Solving dengan metoda tanya jawab berbantuan media ICT mampu meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah disampaikan, dapat dipaparkan kesimpulan dari hasil pelaksanaan penelitian tindakan ini sebagai berikut. Penggunaan metoda atanya jawab multiarah berbantua media ICT (model kreatif problem solving) yang telah diupayakan dalam pelaksanaan proses pem-belajaran pada peserta didik kelas 4 telah berjalan dengan baik dan lancar. Hal tersebut telsah didahului dengan perencanaan yang baik ,diikuti dengan pelaksanaan yang maksimal, dilanjutkan dengan observasi, pengamatan, pengumpulan data, mengguna-kan tes sesuai harapan indikator dan dilakukan dengan penjagaan yang ketat untuk memperoleh hasil yang sesuai dengasn tuntutsn ysmg dihsrapkan setelah dilakukan refleksi ternyata hasil yang diperoleh sudah meningkat mdari rata-rata awal 69,2 meningkat menjadi pada siklus I dan meningkat menjadi 76 pada siklus II. Dari data yang disampaikan di atas sudah terjadi peningkatan pada dua belah pihak yaitu dipihak guru mampu melaksanakan pembelajaran dengan lebih baik,dan dipihak peserta didik sudah terjadi keuletan keaktifan, semangat, keingainan, sehingga hasil yang diperoleh dapat meningkat sesuai harapan. Hasil penelitian ini telah mampu menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian sehingga hipotesis yang diajukan dapat dibuktikan kebenarannya. Dengan berhasilnya model pembe-lajaran kreatif problem solving dengan metoda tanya jawab berbantuan media ICT untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik, maka dapat sisampaikan saran-saran sebagai berikut: 1) kepada teman-teman guru di Kecamatan Sukasada hendaknya dalam melaksanakan proses pembelajaran jika menemukan masalah tentang prestasi belajar peserta didik,penggunaan model pembelajar-an kreatif problem solving Dengan metoda tanya jawab multiarah berbantuan media ICT semestinya menjadi pilihan dari beberapa metoda yang ada mengingat nmetoda ini

Page 102: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24��

telah terbukti dapat meningkatkan penguasa-an materi secara tuntas,yang berimplikasi kepada prestasi belajar, 2) bagi peneliti lain,bahwa walaupun penelitian ini sudah dapat membuktikan efek utama dari model pembelajaran kreatif problem solving dengan metoda tanya jawab multiarah berbantuan media ICT dapat meningkatkan prestasi belajar,sudah pasti dalam penelitian ini masih ada hal-hal yang belum sempurna dilaku-kan,oleh karenannya bagi yang berminat meneliti topik yang sama untuk meneliti maka disarankan meneliti topik yang sama tetapi lebih difokuskan kepada hal-hal yang belum terjangkau pada penelitian ini, 3) kepada pembaca diharapkan untuk menga-dakan penguatan, atau pengembangan melalui verifikasi data dan fakta hasil penelitian dengan melakukan penelitian yang sama.

DAFTAR RUJUKAN

Sukidin, Basrowi, dan Suranto. (2002). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Insan Cendikia

Nur, Mohamad et al. 2001. Teori Belajar. Surabaya: University Press.

Purwanto, Ngalim. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.

Sardiman, A.M. 1988. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar Pedoman bagi Guru dan Calon Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Slameto. 2000. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Wardani, I. G. A. K Siti Julaeha. Modul IDIK 4307. Pemantapan Kemampuan Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Page 103: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

��Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

I Ketut Swarsa

SD No.5 Panji, Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng

ABSTRACT Cooperative Learning Model through Group Counseling for Improving Mathematics Learning Achievement The purpose of this research is to improve student learning achievement grade I SD N 5 Panji academic year 2013/2014 by applying the model of cooperative learning through group counseling. This research was conducted through a review process cycle (action research), which includes four phases, namely planning, implementation, observation, and reflection. Data were collected using a learning achievement test that analyzed descriptively. From the results of data analysts, the conclusions obtained from this study is the use of cooperative learning model has been able to improve student achievement in mathematics evidence can be submitted, student achievement has increased from the initial data until the second cycle, namely, preliminary data showed learning completeness reached 68.33%, becoming the first cycle menigkat 68.53, second cycle increased to 73.57. It was proved that the cooperative learning model that applied the teacher in the learning process has been able to improve student achievement by both, as well as learning methods can be used as an alternative learning of mathematics Keywords: Cooperative learning, mathematics learning outcomes

PENDAHULUAN Pendidikan adalah tujuan sadar yang

bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia, sebagai suatu kegiatan yang sadar akan, maka dalam pelaksanaannya berada dalam suatu proses yang berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan semuanya berkaitan dalam satu sistem pendidikan yang integral (Djamarah, 2005: 22). Para ahli pendidikan telah menyadari bahwa mutu pendidikan sangat tergantung pada kualitas guru dan praktek pembe-lajarannya, sehingga peningkatan kualitas pembelajaran merupakan isu mendasar bagi peningkatan mutu pendidikan secara nasional.

Guru yang baik adalah guru yang mampu mengatasi dan menyelesaikan ma-salah pembelajaran didalam kelas secara bijaksana. Belajar dan mengajar pada dasar-nya adalah interaksi atau hubungan timbal

balik antara guru dan peserta didik dalam situasi pendidikan. Tujuan yang hendak dicapai agar dapat memiliki pengetahuan, keterampilan, dan skap peserta didik sebagai bentuk perubahan prilaku. Belajar dan strategi belajar merupakan faktor yang dapat menentukan keberhasilan peserta didik dalam belajar.

Dalam proses belajar mengajar, hal yang paling berperan adalah cara guru mengajar atau menyampaikan pelajaran yang bertujuan untuk menarik perhatian peserta didik. Dalam hal ini metode yang sesuai materi yang akan disampaikan dan juga alat peraga yang digunakan akan mempermudah peserta didik untuk memahami materi. Metode yang akan digunakan dapat mem-berikan agar peserta didik lebih menyenangi pelajaran. Kurang efektifnya metode pelajaran yang digunakan, menyebabkan tidak seim-

Page 104: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24�00

bangnya kemampuan kognitif, afektif dan psikimotorik, misalnya pembelajaran yang monoton dari waktu ke waktu, guru yang bersifat otoriter dan kurang bersahabat dengan peserta didik sehingga peserta didik merasa bosan dan kurang minat belajar. Untuk mengatasi hal tersebut maka guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik harus selalu meningkatkan kualitas profesionalis-menya yaitu dengan cara memberikan kesempatan belajar kepada peserta didik dengan melibatkan peserta didik secara efektif dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran dengan model atau metode pembelajara kooperatif bimbingan kelompok dan bantuan rekan sebaya merupakan suatu strategi yang digunakan pendidik dengan maksud mengajak peserta didik untuk menemukan konsep dan fakta melalui klasifikasi materi yang dibahas dalam pembelajaran. Kesalahan menggunakan me-tode dapat menghambat tercapainya tujuan pendidikan yang diinginkan. Dampak yang lain adalah rendahnya motivasi dan minat belajar peserta didik dalam pembelajaran matematika. Motivasi sebagai keseluruhan daya penggerak peserta didik di dalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah dari kgiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendai peserta didik dapat tercapai. Motivasi yaitu keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu unuk melakukan kegiatan tertentu guna mncapai suatu tujuan (Sardiman, 1996 : 75). Peningkatan hasil belajar akan dapat diupayakan apabila peserta didik dapat mewujudkan suatu perilaku yang diarahkan pada tujuan untuk mencapai sasaran atau kepuasan, keberhasilan belajar seseorang tidak lepas dari motivasi orang yang bersangkutan, oleh karena itu pada dasarnya motivasi belajar merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan belajar

seseorang. Peserta didik yang memiliki motivasi belajar akan mempunyai banyak aktivitas untuk melakukan kegiatan belajar, sehingga kemampuan yang ada pada diri peserta didik akan mempengaruhi prestasi belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melaksanakan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.

Faktor lain yang menunjang keberhasilan belajar peserta didik adalah minat peserta didik untuk belajar dan berusaha. Hal ini berarti kesempatan belajar makin banyak dan optimal jika peserta didik tersebut menunjukan keseriusannya dalam mempelajari matematika sehingga dapat membangkitkan minat dan motivasi untuk belajar. Peserta didik yang telah termotivasi dalam belajar matematika, dia akan lebih bersemangat dalam mempelajarinya sehingga menimbulkan minat belajarnya. Peserta didik mempunyai minat belajar yang tinggi akan selalu berusaha mencari, menggali dan mengembangkan potensi dasar(bakatnya), sehingga dapat menumbuhkan rasa percaya diri.

Demikian harapan-harapan yang perlu disampaikan dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik, namun karena kenyata-an yang ada dilapangan berbeda dengan harapan yang ada, yaitu nilai rata-rata peserta didik kelas 1 SD N 5 Panji masih jauh dari harapan. Rata-rata hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran akuntasi masih dibawah kkm yang ditetapkan disekolah ini, yaitu 68,33. Hal inilah yang menyebakan peniliti mencoba suatu model pembelajaran untuk meningkatkan prestasi tersebut sehingga penilitian ini sangat penting untuk dilaksanakan. Rendahnya prestasi belajar awal menuntut peniliti menbuat rumusan masalah apakah metode kooperatif melalui bimbingan kelompok dengan bantuan teman sebaya mampu meningkatkan prestasi belajar matematika anak kelas 1 SD N 5 Panji pada

Page 105: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

�0�Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

semester II tahun pelajaran 2013/2014? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa tinggi peningkatan prestasi belajar anak setelah diterapkan metode kooperatif melalui bimbingan kelompok dengan bantuan teman sebaya.

METODE PENELITIAN Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SD Negeri 5 Panjin. Untuk

mendukung pembelejaran yang baik sgenap pihak di sekolah ini telah mengupayakan siuasi yang aman, tenang, nyaman, rindang, dan lestari. Rancangan penelitian dalam penelitian ini disampaikan oleh Mc.Kernan. Untuk penelitian ini dipilih rancangan penelitian tindakan yang disampaikan oleh Mc.Keren (1991) seperti terlihat pada gambar berikut.

Gambar 1. Penelitian Tindakan Model Mc.Kernan

(Sumber: Mc. Kernan, 1991 dalam Sukidin, Basrowi, Suranto, 2002: 54).

Tindakan daur I dilakukan definisi masalah dilanjutkan dengan pelaksanaan di lapangan, dirumuskan hipotesisnya, dikembangkan hipotesis tersebut, dimple-mentasikan, dievaluasi dari hasil yang didapat dan evaluasi diterapkan. Lankah-langkah pada daur II atau siklus II sama dengan yang di siklus I yaitu dimulai dengan adanya suatu permasalahan yang baru, didefinisikan masalahnya, dibuat

hipotesisnya direvisi, selanjutnya dilakukan implementasi di lapangan, dievaluasi, kemudian hasil yang didapat merupakan penerapan baru apabila masih ada masalah. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas kelas I SD Negeri 5 Panji sebanyak 21 orang yang kemampuannya sangat rendah. Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data. Dalam penelitian ini objek penelitiannya

TINDAKAN DAUR I Tindakan perlu perbaikan

Definisi masalah

Need assessement

Hipotesis Ide

Develop action plan T 1

Implementasi tindakan

Penerapan

Evaluasi tindakan

DAUR 2

Redefine problem

Need assessement

New Hipotesis

Revise action plan T 2

Impl. Revise plan

Penerapan

Evaluate action

Page 106: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24�02

adalah peningkatan prestasi belajar peserta didik kelas I SD Negeri 5 Panji setelah diterapkan model tematik dalam proses pembelajaran. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini data tentang prestasi belajar peserta didik yang dijaring dengan tes prestasi belajar. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan statistik deskriptif. sementara itu indikator keber-hasilnnya adalah ketuntasan belajar minimal 80% sangat diharapkan dalam penelitian ini. Apabila nilai peserta didik tersebut pada sisklus satu belum mencapai KKM, akan dilakukan lagi pada siklus II agar mencapai rata-rata nilai tersebut KKM dan ketuntasan melebihi 80%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini, akan dipaparkan data yang diperoleh dari penelitian tindakan ini secara rinci berdasarkan penelitian yang dilakukan di SD Negeri 5 Panji. dalam menyampaikan hasil penelitian dan pem-bahasan, perlu disajikan uraian masing-masing siklus dengan data lengkap mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi. Perlu ditambahkan hal yang mendasar, yaitu hasil pembahasan (kema-juan) pada diri peserta didik, lingkungan, guru, motivasi dan aktivitas belajar, situasi kelas dan hasil belajar, kemukakan grafik dan tabel hasil analisis data yang menunjukan perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara sistematis dan jelas (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006: 83). Melihat paparan ini jelaslah apa yang harus dilihat dalam bab ini yaitu menulis lengkap mulai dari apa yang dibuat sesuai perencanaan, hasilnya apa, bagaimana pelaksanaannya, apa hasil yang dicapai, sampai pada refleksi berikutnya semua hasilnya. Oleh karenanya pembi-

caraan pada bagian ini dimulai dengan apa yang dilakukan dari bagian perencanaan.

1. Siklus I Rencana Tindakan I Hasil yang didapat dari kegiatan perencanaan meliputi: (1) Menentukan peserta didik atau kelas

yang akan dijadikan tempat penelitian dengan mengacu pada prestasi belajar yang belum memenuhi KKM.

(2) Menyusun secara rinci scenario tindakan yang telah direncanakan dan melakukan pengkajian ulang untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya kesalahan.

(3) Menyusun rencana dalam mengatasi masalah yang ada.

(4) Merencanakan pembelajaran yang menyenangkan.

(5) Merencanakan pembimbingan yang menyenangkan

Pelaksanaan Tindakan I (1) Mengajak teman guru sejawat kekelas

untuk mengamati kebenaran proses pembelajaan.

(2) Mencatat aktivitas belajar peserta didik. (3) Menyampaikan bahan-bahan lain

pendukung pembelajaran pada peserta didik agar materi dapat dibaca dari berbagai sumber.

(4) Menyampaikan pada peserta didik bahwa test akan diberikan pada pertemuan selanjutnya.

(5) Memotivasi agar peserta didik giat belajar bekerja.

Observasi/Pengamatan Siklus I

Peneliti telah menyiapkan test terlebih dahulu yang digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik. Hasil pengamatan pada siklus I penelitian sampaikan pada tabel berikut.

Page 107: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

�03Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

Tabel 1. Prestasi Belajar Peserta didik Kelas I Semester 2 Tahun Siklus I Nomor Subjek Penelitian Nilai Keterangan

1 65 Belum Tuntas 2 75 Tuntas 3 80 Tuntas 4 75 Tuntas 5 80 Tuntas 6 75 Tuntas 7 65 Belum Tuntas 8 70 Tuntas 9 75 Tuntas 10 65 Belum Tuntas 11 75 Tuntas 12 75 Tuntas 13 75 Tuntas 14 80 Tuntas 15 45 Belum Tuntas 16 70 Tuntas 17 55 Belum Tuntas 18 65 Belum Tuntas 19 70 Tuntas 20 55 Belum Tuntas 21 50 Belum Tuntas

Jumlah Nilai 1440 Rata – rata (Mean) 68.57 KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 70 Jumlah Peserta didik yang Mesti Diremidi

8

Jumlah Peserta didik yang Perlu Diberi Pengayaan

13

Prosentase Ketuntasan Belajar 61.90

4. Refleksi Siklus I Dalam siklus I peneliti menggunakan

refleksi kuantitatif. Refleksi merupakan kajian secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah dikumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan. Refleksi me-nyangkut analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan (Hopkin, 1993 dalam Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006: 80).

Analisis kuantitatif Prestasi belajar peserta didik siklus I.

a. Rata-rata (Mean) Penentuan nilai rata-rata dihitung dengan :

57.6821

1440

ajumlahsiswijumlahnila

b. Median (Titik tengahnya): Median dihitung dengan cara mengurut data /nilai peserta didik dari yang terkecil sampai terbesar. Setelah diurut apabila jumlah data ganjil maka mediannya adalah data yang ditengah. Kalau jumlahnya genap maka dua data yang ditengah dijmlahkan dibagi 2 (dua). Untuk median yang diperoleh dari data siklus I dengan cara tersebut adalah : 70

Page 108: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24�04

c. Modus (anggka yang paling banyak/ paling sering muncul), Modus adalah angka yang paling banyak muncul dalam data yang sudah diperoleh. Dalam data hasil penelitian ini, maka yang paling banyak muncul adalah setelah diasccen-ding/diurut angka tersebut adalah : 75.

d. Untuk persiapan penyajian dalam bentuk grafik maka hal-hal berikut dihitung terlebih dahulu.

(1)Banyak kelas (K) = 1+3,3 X log(N) = 1+3,3 X log 21 = 1+ (3,3 X 1,32) = 1+4,36 = 5,366

(2)Rentang Kelas (r) = skor maks – skor min = 80 – 45 = 35

Panjang Interval (i) = 683,5635

Kr

Tabel 2. Interval Kelas Siklus I

No Urut Interval Nilai tengah Frekuensi absolut

Frekuensi relatif

1 45-50 47,5 2 9,52 2 51-56 53,5 2 9,52 3 57-62 59,5 0 0,00 4 63-68 65,5 4 19,05 5 69-74 71,5 3 14,29 6 75-80 77,5 10 47,62

Total 21 100

2. Siklus II Rencana Tindakan II, hasil yang didapat dari kegiatan perencanaan meliputi : 1) Merencanakan alat pembelajaran yang

menarik minat peserta didik 2) Merencanakan merubah situasi

belajar yang lebih baik 3) Merencanakan materi ajar dari yang

mudah ke yang lebih 4) Merencanakan pembelajaran yang

menggunakan diskusi kelompok kecil yang dibantu dengan diskusi perorangan

5) Merencanakan mengajar dengan memberi penugasan sesuai kemampuan peserta didik.

Pelaksanaan tindakan II 1) Membawa semua persiapan ke kelas. 2) Bergiat menumbuhkan partisipasi peserta

didik. 3) Mendorong kreatifitas peserta didik.

4) Mengupayakan agar volume dan intonasi suara guru dapat didengar dengan baik oleh peserta didik.

5) Melakukan pembelajaran dengan menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan bagi peserta didik.

Observasi/pengamatan siklus II

Untuk dapat menggambarkan keberhasilan tindakan secara jelas, maka hasil test yang telah didapatkan kemudian direfleksikan dan hasilnya dikonfirmasi dengan acuan indicator keberhasilan yang ada. Hasil pengamatan pada siklus II penelitian sampaikan pada tabel berikut. Refleksi siklus II

Dalam siklus II peneliti menggunakan refleksi kuantitatif. Refleksi merupakan kajian secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan. Refleksi

Page 109: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

�0�Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

menyangkut analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan (Hopkin, 1993 dalam Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006.80)

Analisis kuantitatif prestasi belajar siklus II a) Rata-rata (Mean)

Menghitung nilai rata-rata dilakukan denagan

57.7321

1545

ajumlahsiswijumlahnial

b) Median (titik tengah). Ada perhitungan sederhana dalaam analisis kuantitatif seperti pencarian median. Median dicari mengikuti langkah-langkah berikut yaitu mengurut data nilai peserta didik dari yang terkecil sampai terbesar. Setelah diurut apabila jumlah data ganjil maka mediannya adalah data yang ditengah kalau jumlahnya genap maka dua data yang di tengah dijumlahkan dibagi 2 (dua). Untuk median yang diperoleh dari

data siklus II dengan menggunakan cara tersebut adalah : 75.

c) Modus (angka yang paling banyak/ paling sering muncul). Modus adalah angka yang paling banyak muncul dalam data yang sudah diperoleh. Dalam data hasil penelitian ini, angka yang paling banyak muncul adalah setelah diurut angka tersebut adalah : 75.

d) Untuk persiapan penyajian dalam bentuk tabel frekuensi maka hal-hal berikut dihitung terlebih dahulu.

Banyak Kelas ( K) = 1 + 3,3 X Log ( N) = 1 + 3,3 x Log 21 = 1 + (3,3 X 1,32) = 1 + 4,36 = 5,36

Rentang Kelas (r)=skor mak – skor min = 85 – 50

= 35

Panjang Interval ( i) = 683,5635

kr

Tabel 3. Interval kelas siklus II

No Urut

Interval Nilai Tengah Frekuensi Absolut

Frekuensi Relatif

1 50-55 52,5 1 4,76 2 56-61 58,5 1 4,76 3 62-67 64,5 2 9,25 4 68-73 70,5 3 14,29 5 74-79 76,5 8 38,10 6 80-85 82,5 6 28,57 Total 21 100

Deskripsi awal telah menunjukan

rendahnya prestasi belajar peserta didikyang diakibatkanoleh faktor-faktor luar dan faktor-faktor dari dalam diri guru sendiri. Faktor-faktor tersebut telah difahami betul dan pelan-pelan diperbaiki agar proses pembelajaran tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut dengan cara membuat perencanaan yang lebih baik pada siklus berikutnya. Dari faktor peserta didik tentang kurangnya motivasi orang tua dalam mengarahkan anak-anak mereka untuk mau

giat belajar dilakukan dengan memberi pengarahan lewat penyampaian yang dilakukan kepala sekolah terhadap orang tua peserta didik. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada siklus I ini dalam upaya pembenahan proses pembelajaran di kelas dapat disampaikan bahwa ada kelebihan-kelebihan yaitu peneliti telah membuat perencanaan yang matang terlebih dahulu membaca teori yang ada, dalam pelaksanaan pembelajaran peneliti sudah berpakaian rapi, menggunakan bhasa yang santun menuntun

Page 110: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24�0�

peserta didik dengan baik. Hal ini menim-bulkan interprestasi bahwa perjalanan penelitian sudah cukup baik. Kelemahan yang disampaikan perlu diberikan analisis yaitu penggunaan waktu yang belum efektif, konstruksi, kontribusi, peserta didik belum maksimal, fakta ini akan dijadikan acuan kebenaran data, validasi internal validitas eksternal berupa penggunaan teori-teori yang mendukung dan reliabilitas dat penelitian ini dapat penulis yakini karena hal itu merupakan ketepatan dalam memilih instrument. Faktor-faktor yang berpengaruh belum maksimalnya pembelajaran pada siklus I ini sudah lebih baik dari hasil awalnya yang baru mencapai nilai rata-rata 68,33 dengan ketuntasan belajar 71,42%. Pada siklus I ini sudah mencapai pening-katan sedikit lebih tinggi yaitu dengan rata-rata 68,57 dan ketuntasan belajar 61,90%. Namun hasil tersebut belum maksimal karena tuntutan indicator keberhasilan penelitian adalah agar peserta didik mampu memper-oleh rata-rata 70 dengan ketuntasan belajar 61,90%. Oleh karenanya penelitian ini masih perlu untuk dilanjutkan. Perolehan hasil dari dari kegiatan penelitian pada siklus II ini terbukti telah menunjukan bahwa kemampuan peserta didik dalam mengikuti pelajaran sudah cukup baik. Ini terbukti dari rat-rata nilai peserta didik mencapai 73,57 dengan ketuntasan belajar 80.95% hasil ini menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif melalui bimbingan kelompok telah berhasil meningkatkan kemampuan peserta didik menempa ilmu sesuai harapan. Model pembelajaran koope-ratif metode teman sebaya merupakan metode yang cocok bagi peserta didik apabila guru menginginkan mereka kemam-puan melakukan analisis, sisntesis, berar-gumentasi, mengeluarkan pendapat secara lugas, model pembelajaran kooperatif melalui bimbingan kelompok mampu memupuk kemampuan intelektual peserta didik, men-dorong peserta didik untuk mampu

mnemukan sendiri menempatkan peserta didik pada posisi sentral dan mengupayakan agar peserta didik mampu belajar lewat penemuan agar materi yang dipelajari dapat diingat lebih lama. Hasil penelitian ini ternyata telah memberi efek utama bahwa model yang diterapkan dalam proses pembelajaran ber-pengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar peserta didik. Temuan ini mem-buktikan bahwa guru sudah tepat memilih metode dalam melaksanakan proses pembelajaran karena pemilihan metode merupakan hal yang tidak boleh dikesam-pingkan. Hal ini sejalan pula dengan temuan-temuan peneliti lain seperti yang dilakukan oleh Inten (2004) dan Puger (2004) yang pada dasarnya menyatakan bahwa metode pembelajaran yang diterapkan berpengaruh terhadap prestasi belajar peserta didik. Upaya maksimal dalam melaksanakan pembelajaran pada siklus II dengan mem-perbaiki semua kelemahan-kelemahan sebe-lumnya setelah mampu membuat peningkatan pemahaman dan keilmuan peseta didik. Dari nilai yang diperoleh peserta didik, lebih setengah peserta didik mendapat nilai 14,3 peserta didik memperoleh nilai sesuai KKM dan 4 peserta didik memporoleh nilai rendah. Atas dasar perolehan nilai sesuai KKM dan 4 peserta didik memperoleh nilai rendah. Atas dasar perolehan data dalam bentuk nilai tersebut dapat diyakini bahwa prestasi belajar peserta didik dapat ditingkatkan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif melalui bimbingan kelompok.

Melihat perbandingan nilai awal, nilai siklus I dan nilai siklus II, terjadi kenaikan yang signifikan, yaitu dari rata-rata nilai awal adalah 68,33 naik di siklus I menjadi 69,57 dan siklus II naik menjadi 73,57. Kenaikan ini tidak bisa dipandang sebelah mata karena kenaikan ini adalah dari upaya-upaya maksimal yang dilaksanakan demi mening-katkan mutu pendidikan dan kemajuan pendidikan khususnya di SD Negeri 5 Panji.

Page 111: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

�0�Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Ringkasan hasil penelitian yang berhubungan dengan simpulan untuk menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian dipaparkan sesuai data yang telah diperoleh dari hasil tindakan yang dilakukan, baik siklus I maupun siklus II mulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi dapat disampaikan hal-hal berikut. Kegiatan awal dimana model pembelajaran yang digunakan tidak menentu, termasuk pula metode ajar yang digunakan hanya sekedar saja membuat nilai peserta didik pada mata pelajaran matematika rendah dengan rata-rata 68,33 dan masih jauh dari kriteria ketuntasan minimal pada mata pelajaran ini yaitu 70. Setelah dilakukan peencanaan yang lebih matang menggunakan model pem-belajaran kooperatif yang dilakukan dengan metode bimbingan kelompok dengan bantuan teman sebaya, dilanjutkan dengan pelaksana-annya di lapangan yang benar sesuai teori yang ada dan dibarengi dengan pemberian tes secara objektif akhirnya terjadi peningkatan dari nilai rata-rata awal menjadi rata-rata 68,57 pada siklus I. demikian juga terjadi nilai peningkatan dari nilai rata-rata siklus I meningkat menjadi 73,57 pada siklus II. Tujuan pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) adalah untuk peningkatan proses pembelajaran, untuk hal tersebut upaya-upaya yang maksimal telah dilakukan dengan sangat giat sehingga hasil yang diharapkan sesuai perolehan data telah mampu memberi jawaban terhadap rumusan masalah dan tujuan penelitian ini.

Saran Hasil penelitian yang diperoleh dari

uraian sebelumnya mampu membuat peserta didik lebih efektif dan lebih menggairahkan. Dalam hubungan dengan hal tersebut perlu disampaikan saran sebagai berikut, yaitu usaha untuk membuat peningkatan mutu pendidikan memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga disarankan agar guru mampu menentukan atau memilih model yang benar-benar bisa diterapkan sehingga diperoleh hasil yang optimal. Agar mampu meningkatkan prestasi belajar, maka guru hendaknya lebih sering melatih peserta didik dengan kegiatan penemuan, walau dalam taraf yang sederhana, agar para peserta didik menjadi berminat terhadap kegiatan yang dilakukan sehingga keaktifan belajar akan meningkat. Peneliti lain disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk meneliti bagian-bagian yang belum sempat diteliti.

DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi.

2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT Bumi Aksara

Depdiknas. 2010. Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Direktorat pembinaan TK dan SD, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Hajar, Ibnu. 2013. Pandun Lengkap Kurikulum Tematik SD/MI. Jogjakarta : Diva pres.

Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning : Theory, Research, and practice. Boston: Allyn and Bacon

Trianto. 2010. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya

Page 112: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24�0�

PEDOMAN BAGI PENULIS JURNAL EMASAINS

1. Memuat naskah ilmiah bidang Edukasi Matematika dan Sains dengan kajian masalah pendidikan matematika, sains dan lingkungan hidup.

2. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia baku sesuai ejaan yang disempurnakan dan atau bahasa inggris baku.

3. Tulisan dari hasil penelitian, kajian teoretis dan aplikasi teori. Naskah harus asli (belum pernah dipublikasikan) dan ditulis oleh peneliti maupun tim peneliti menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Naskah ilmiah yang telah diseminarkan dalam pertemuan ilmiah nasional dan internasional, hendaknya disertai dengan catatan kaki.

4. Naskah dicetak pada kertas ukuran A4, diketik dengan spasi ganda menggunakan program olah kata word for windows, huruf times new roman ukuran 12.

5. Tatacara penulisan hasil penelitian hendaknya disusun menurut urutan berikut: Judul, Identitas penulis, Abstrak, Pendahuluan, Metode Penelitian, Hasil dan Pembahasan, Simpulan dan saran, Ucapan Terimakasih, dan Daftar Rujukan. Upayakan naskah dicetak hitam-putih, dan keseluruhan naskah tidak lebih dari 15-20 halaman.

6. Judul : Singkat dan jelas (tidak lebih dari 14 kata), ditulis dengan huruf Kapital.

7. Identitas Penulis: Nama ditulis lengkap (tidak disingkat) tanpa gelar. Bila alamat instansi penulis berbeda, maka di belakang setiap nama diberi indeks atas angka arab. Alamat penulis ditulis di bawah nama penulis, mencakup laboratorium, lembaga, dan alamat lengkap dengan nomor telpon/faksimili dan e-mail. Indeks tambahan diberikan pada penulis yang dapat diajak berkorespondensi (corresponding author).

8. Abstrak: Ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, bila naskah berbahasa Indonesia, begitu pula sebaliknya. Abstrak dilengkapi kata kunci (key words) yang diurut berdasarkan kepentingannya. Abstrak memuat ringkasan naskah, mencakup seluruh tulisan tanpa mencoba merinci setiap bagiannya. Hindari menggunakan singkatan. Hanya abstrak berbahasa Inggris yang akan dimuat.

9. Pendahuluan: Memuat tentang ruang lingkup, latar belakang tujuan dan manfaat penelitian. Bagian ini hendaknya memaparkan latar belakang agar pembaca dapat memahami dan menilai hasil penelitian tanpa membaca laporan-laporan sebelumnya yang berkaitan dengan topik. Manfaatkanlah pustaka yang dapat mendukung pembahasan.

10. Metode Penelitian: Hendaknya diuraikan secara rinci dan jelas mengenai bahan yang digunakan dan cara kerja yang dilaksanakan, termasuk metode statistika. Cara kerja yang disampaikan hendaknya memuat informasi yang memadai sehingga memungkinkan penelititan tersebut dapat diulang dengan berhasil.

Page 113: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

�0�Jurnal EMASAINS Volume Ill, Nomor �, Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24

11. Hasil dan Pembahasan: Disajikan secara bersama dan membahas dengan jelas hasil-hasil penelitian. Dapat disajikan dalam bentuk tertulis di dalam naskah, tabel, atau gambar. Kurangi penggunaan grafik jika hal tersebut dapat dijelaskan dalam naskah. Batasi pemakaian foto, sajikan foto yang jelas menggambarkan hasil yang diperoleh. Gambar dan tabel harus diberi nomor dan dikutip dalam naskah. Foto dapat dikirim dengan ukuran 4R. Biaya pemuatan foto berwarna akan dibebankan kepada penulis. Grafik hasil pengolahan data dikirim dalam file yang terpisah dari file naskah ilmiah dan disertai nama program dan data dasar penyusunan grafik. Pembahasan yang disajikan hendaknya memuat tafsir atas hasil yang diperoleh dan bahasan yang berkaitan dengan laporan-laporan penelitian sebelumnya. Akan lebih baik jika rujukan yang digunakan berasal dari Jurnal. Hindari mengulang pernyataan yang telah disampaikan pada metode, hasil dan informasi lain yang telah disajikan pada pendahuluan.

12. Simpulan dan Saran : Disajikan secara terpisah dari hasil dan pembahasan.

13. Ucapan terima kasih : Dapat disajikan bila dipandang perlu. Ditujukan kepada yang mendanai penelitian dan untuk memberikan penghargaan kepada lembaga maupun perseorangan yang telah membantu penelitian atau proses penulisan ilmiah.

14. Daftar Rujukan: Disusun secara alfabetis menurut nama dan tahun terbit. Singkatan majalah/jurnal bedasarkan tata cara yang dipakai oleh masing-masing jurnal, daftar rujukan jurnal/majalah ilmiah (10 tahun terkahir) sedikitnya 60% dan text books 40%. Contoh penulisan daftar rujukan:

Jurnal/Majalah : Nama, tahun, judul artikel, nama jurnal, Vol. Nomor, halaman, Tahun.

Contoh: Yoger, R.E., Tamir, Pinchas, 1993 STS Aproach: Reasons, Intention, Accomplisment, and Outcomes. Journal Science Education Vol. 77(6), 11-17

Buku: nama pengarang, tahun terbit,judul, edisi, nama dan tempat penerbit.

Contoh: Holman, J. 1986, Science-Technology In Society, General Guide, The Associationfor Science Education.

Makalah Seminar: Nama, Tahun, Judul Makalah, Thema Seminar, Tanggal Pelaksanaan, Tempat.

Contoh: Arinasa, I.B.K. 1998. Kontribusi Kebun Raya Eka Karya Bali dalam Melestarikan Flora Langka yang ada di Bali Beserta Permaslahannya. Makalah Seminar Hari Puspa dan Satwa Nasional, Tanggal 5 Nopember 1998 di STKIP Singaraja.

Prosiding: Nama pengarang, tahun, judul, nama Prosiding, tanggal, halaman

Contoh: Muzzarelli R. 1990. Chitin and chitoson : Unique cationic polysaccharides, In: Procceding Symposium Toward Carbohydrate Based Chemistry. Amies,France,23-26 Oct 1989. Pp 199-231

Tesis/disertasi: nama pengarang, tahun, judul thesis/desertasi, nama universitas/Perguruan Tinggi.

Contoh: Said S. 2003. Studies on fertilization of rat oocytes by intracytoplasmic sperm injection. (Disertation). Okayama: Okayama University.

Internet: Nama Pengarang, tahun, judul artikel, sumber, tanggal diunduh.

Contoh: Okezone, 2008. Dampak Buruk Emisi Kendaraan. Diperoleh dari URL: http;//antos.

Page 114: EMASAIN Vol III No.1 Tahun 2014

Jurnal EMASAINS Volume llI, Nomor � Maret Tahun 20�4 ISSN 2302-2�24��0

okezone.com/index/Read story/2008/01/25/87/78078/dampak;buruk;e-. Diunduh tanggal 15 Pebruari 2008.

15. Naskah dari artikel ulas balik (review), dan laporan kasus sesuai dengan aturan yang lazim.

16. Pengiriman naskah dapat dilakukan setiap saat dalam bentuk cetakan (print out) sebanyak 2 eksemplar dan 1 soft copy kepada Redaksi Jurnal Emasains Jln Akasia Desa Sumerta No 16 Denpasar Timur

17. Naskah yang dikirim harus disertai surat dari penulis. Surat harus dengan jelas menyatakan, alamat lengkap, nomor telpon dan faksimili, dan alamat email. Penulis korespondensi bertanggungjawab terhadap keaslian penelitian dan isi naskah. Untuk mempercepat proses penelaahan tulisan tersebut, penulis sebaiknya menyodorkan sedikitnya tiga penelaah (reviewer) yang tidak bekerja dalam satu lembaga atau satu lab. Sertakan pula alamat penelaah yang direkomendasikan.

18. Terhadap naskah/makalah yang dikirim, redaksi berhak untuk: memuat naskah/makalah tanpa perbaikan, memuat naskah/makalah dengan perbaikan, dan menolak naskah/makalah. Semua keputusan redaksi tidak dapat diganggu gugat dan tidak diadakan surat menyurat untuk keperluan itu.

19. Biaya cetak: Makalah yang telah dimuat dikenai biaya penerbitan dan pengiriman. Biaya cetak dibebankan kepada penulis pertama (coreponding author), sebesar 150.000 rupiah bagi anggota dan 200.000 rupiah bagi bukan anggota.

20. Penulis/pelanggan dapat mengirimkan biaya pemuatan-naskah atau langganan lewat transfer bank BNI Cabang Denpasar atas nama Dra Ni Nyoman Parmithi, MM, rekening No. 0557-01-000051-53-9.