epid fraktur.docx

Upload: dian-fahmi

Post on 09-Oct-2015

84 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis baik bersifat total maupun parsial (Rasjad 2007). Fraktur dapat terjadi pada semua bagian tulang, baik ekstremitas atas dari sendi bahu sampai ke jari tangan, maupun ekstremitas bawah dari sendi panggul sampai kaki. Menurut Halstead (2004) fraktur pada ekstremitas bawah, sering mengenai tulang panjang yang meliputi femur, tibia, dan fibula. Selain itu fraktur dapat terjadi pada semua kelompok usia, terutama pada orang yang mengalami trauma dan usia tua (LeMone & Burke, 2008)Trauma merupakan faktor utama penyebab fraktur, terutama fraktur pada ekstremitas bawah. Kejadian trauma lebih dari 58 juta orang tiap tahun, dan dilaporkan 30% dari keseluruhan trauma disertai fraktur tibia terbuka, sehingga insiden fraktur tibia mencapai sekitar 17,4 juta kasus pertahun (Maher, Salmond, & Pellino, 2002). Insiden fraktur terbuka tulang panjang di United States diperkirakan 11.5 per 100,000 orang, dengan 40% pada ekstremitas bawah dan sering terjadi pada diafisis tulang tibia (Epidemiologi Tibia, 2011). Hasil penelitian Moesbar (2007) tentang kejadian fraktur di Sumatera Utara selama periode tahun 2005 2007 terdapat 864 kasus akibat kecelakaan lalu lintas, dari angka tersebut, 549 kasus (63,5%) datang berobat ke rumah sakit dan mengalami fraktur pada ekstremitas bawah dan 250 kasus (28,9%) fraktur ekstremitas atas. Angka tersebut diikuti 39 kasus (4,5%) fraktur daerah tulang panggul (Pelvik) dan 26 kasus (3,1%) fraktur tulang belakang (spine).Penyebab fraktur selain akibat trauma adalah karena usia melalui proses kehilangan jaringan tulang. Pada lansia terjadi penurunan penyerapan kalsium seiring dengan bertambahnya usia. Pada umumnya puncak massa tulang akan tercapai pada usia 20 sampai 30 tahun, setelah itu akan menurun karena proses penuaan, absorbs kalsium menurun dan fungsi paratiroid meningkat. Hal ini memicu oestopenia (osteoporosis dini) dan berlanjut pada kejadian fraktur (Depkesm 2008). Pada masa perimenopause wanita terjadi kondisi hipoestrogen. Kondisi tersebut akan memicu oestopenia karena terjadi kehilangan jaringan 2-3% pertahun dan hal ini berlangsung terus menerus sampai 5-10 tahun pasca menopause, sehingga mencapai ambang fraktur. Setelah usia 65 tahun memasuki usia geriatric tetap terjadi kehilangan masa tulang dengan kecepatan yang lebih rendah (Irhamsyah, 2005). Pada tahun 2003 WHO (World Health Organization) mencatat lebih dari 75 juta orang di Eropa, Amerika, dan Jepang menderita osteoporosis dan penyakit tersebut mengakibatkan 2,3 juta kasus fraktur tiap tahun (Depkes, 2008).Menurut Maher, Salmond, dan Pellino (2002) fraktur memberikan dampak yang signifikan pada perubahan kualitas hidup individu, menyebabkan restriksi aktivitas, ketidakmampuan, cacat fisik, perburukan kondisi dan kehilangan penghasilan. Fraktur juga menyebabkan pasien harus dirawat di rumah sakit, mengalami gangguan mobilisasi, ketidakmampuan (disability), ketidakmandirian, dan bahkan meninggal dunia. Data The National Center for Health Statistic (NCHS), menyebutkan bahwa di United States dalam 1 tahun terdapat 1,3 juta pasien meninggal (NCHS dalam Michelle, 2010). Hasil survey tim Depkes RI (2007) dari 8 juta pasien fraktur didapatkan 25% pasien fraktur mengalami kematian, 45% mengalami cacat fisik, 15% mengalami stress psikologis karena cemas dan bahkan depresi, dan hanya 10% yang mengalami kesembuhan dengan baik.Angka kejadian fraktur di RS Al-Irsyad Surabaya dari januari 2010 sampai dengan Desember 2010 terdapat 1239 kasus, dan jumlah tersebut kasus fraktur kasus pada laki-laki sebanyak 878 (71%) dan pada wanita 361 (29%). Sedangkan kasus pada ekstremitas bawah mencapai angka 733 (59%).Referensi:Astuti, Puji. Pengaruh Edukasi Preoperasi Terstruktur (Dengan Teori Kognitif Sosial) Terhadap Self-Efficacy dan Perilaku Latihan Post Operasi Pada Pasien Fraktur Ekstremitas Bawah Dengan Pembedahan Di Surabaya. Universitas Indonesia. Jakarta: 2011Fraktur kruris terbuka. Fraktur kruris yang mengenai tibia dan fibila merupakan fraktur yang lebih sering terjadi dibandingkan dibandingkan fraktur tulang panjang lainnya. Karena terletak pada subkutan, tibia lebih sering mengalami fraktur terbuka. (Salter RB. Text Book of Disorder and Injuries of the Musculoskeletal System, third edition, Williams & Wilkins A Waverly Company, Baltimore, USA;1999: 425-35)