epilepsi dengan delay speech
DESCRIPTION
pTRANSCRIPT
EPILEPSI DENGAN DELAY SPEECH
Kinanta 1102011137
Syadza Ashilah Putri 1102011270
Pembimbing : dr. Dani Kurnia, SpA
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
RSUD Arjawinangun
2015
BAB I - PENDAHULUAN
Epilepsi kondisi gangguan kronik yang ditandai oleh berulangnya
Bangkitan epilepsi
manifestasi klinis lepasnya muatan listrik yang
berlebihan dan hipersinkron dari sel neuron di otak
Menyebabkan keterlambatan bicara
(delay speech)
• Insidens epilepsi pada populasi umum diperkirakan 20-70 per 100.000 orang per tahun, dengan prevalensi 4-10 per 1000 orang.
• Insidens lebih tinggi pada anak daripada orang dewasa,.
Penyajian laporan kasus ini bertujuan untuk menjelaskan kasus epilepsi disertai dengan delay speech yang terjadi pada anak dan
memenuhi sebagian syarat Program Pendidikan Profesi Kepanitraan Bagian Ilmu Kesehatan Anak di RSUD
Arjawinangun.
TUJUAN PENULISAN
BAB II – PRESENTASI KASUS
ANAMNESIS
Idenditas pasien :An. AF, laki-laki
Usia : 3 tahunAlamat : Jati Para
Identitas Ibu Pasien :Ny. AT, 33 tahun
Pendidikan terakhir : SMPIbu Rumah Tangga
Idenditas Ayah Pasien :Tn. SD, 36 tahun
Pendidikan terakhir : SMAWiraswasta
• Kejang• Kejang belum berhenti setelah diberikan
diazepam per rectal dirumahKeluhan utama
• Batuk (-), pilek (-), mual (-), muntah (-). • Sebelum kejang : pusing (-), kelemahan otot
(-), sesak nafas (-) dan riwayat trauma disangkal, BAB dan BAK normal
Keluhan tambahan
Hasil EEG (Maret, 2015) : ditemukannya fokus epileptogenik di regio bifrontal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Kejang Usia Suhu badan Durasi Frekuensi
1 2 tahun 41 20 menit 1x/hari
2 2 tahun 6 bulan 37,1 15 menit 1x/hari
3 2 tahun 9 bulan 37,4 30 menit 1x/hari
4 3 tahun 39,1 30 menit 1x/hari
• Ayah pasien memiliki riwayat kejang saat usia kurang dari 5 tahun.
• Keponakan dari ayah pasien juga memiliki riwayat kejang.
Riwayat penyakit keluarga
• Diberi ASI hingga usia 1 tahun• Makanan pendamping sejak usia 5 bulanRiwayat makanan
• Imunisasi lengkapRiwayat imunisasi
PEMERIKSAAN FISIK
KU : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Nadi : 68 x/menit
Nafas : 24x/menit
Suhu : 36,4 0C
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Berat Badan : 18 kg
Tinggi Badan : 86 cm
Lingkar kepala : 46 cmBB/U : 120% (normalTB/U : 90% (malnutrisi ringan)BB/TB : 147% (obesitas)BMI : 24,3% (overweight)Lingkar kepala : Normocephal
Kulit hematom (-), ikterik (-)
Kepala deformitas (-), rambut hitam, tidak mudah dicabut.
Mata konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil bulat isokor, reflek cahaya langsung tidak langsung positif.
Leher Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening, trakea berada ditengah, tiroid tidak membesar.
Telinga normal, tidak terdapat serumen yang keluar.
Hidung simetris, sekret kelara (-), nafas cuping hidung (-)
Tenggorok faring hiperemis (-), tonsil t1- t1.
b. Paru depan dan belakang
Inspeksi Gerakan simetris Gerakan simetris
Palpasi
Fremitus normal
Fremitus normal
Perkusi
Sonor
Sonor
Auskultasi
Ronki (-) wheezing (-)
Rhonki (-) wheezing (-)
Kiri Kanan
PEMERIKSAAN PENUNJANGDarah lengkap (02 Juni 2015)
WBC : 43,4 RBC : 4,47 PLT : 461 MPV : 6,7
LYM : 4,5 HGB : 10,7 PCT : 0,309 RDW : 14,0
MON : 4,1 HCT : 33,8
GRA : 34,8 MCV : 75,6
LYM% : 10,3 MCH : 23,9
MON% : 9,5 MCHC : 31,7
GRA% : 80,2 RDW : 13,8
Darah lengkap (04 Juni 2015)
WBC : 20,88 RBC : 4,51
LUC% : 3,3 HGB : 11,6
BASO% : 0,6 HCT : 32,9
EOS% : 2,6 MCV : 73,0
LYM% : 26,8 MCH : 25,7
MON% : 5,0 MCHC : 35,2
PLT : 375 RDW : 14,1
Darah lengkap (05 Juni 2015)
WBC : 11,75 RBC : 4,51 MON% : 4,9 MCHC : 35,0
LUC% : 4,O HGB : 11,4 PLT : 397 RDW : 14,2
BASO% : 0,9 HCT : 32,7
EOS% : 5,0 MCV : 72,4
LYM% : 44,0 MCH : 25,3
RESUME
An. AF, 3 tahunKejang selama 30
menit SMRS
Kejang belum berhenti dengan pemberian diazepam per rectal dirumah
Hasil EEG (Maret, 2015)fokus epileptogenik di regio bifrontal
Riwayat kejang 4x dan riwayat kejang keluarga (+)
DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
Epilepsi
KAEN 1B 18 tetes per menitDiazepam supposituria
Antrain 3 x 170 mgDiazepam IV 3 x 2,5 mg
Oksigen 2 liter.
Diagnosis banding : Sinkop, drop attack, narcolepsi, kelainan psikiatrik, breath holding spells (serangan nafas terhenti sejenak)
FOLLOW UPTgl : 03/06/15 Tgl : 04/06/15 Tgl : 05/06/15
P : 68 x/menitR : 24 x/menitS : 36,8 0CTD : 100/70 mmHg
Keluhan :Kejang (-), demam (-), batuk berdahak; (+), pilek (-), mual (-), muntah (-)
Pemeriksaan Fisik :Pulmo : Ronki (+/+), Wheezing (+/+)
Terapi :• KAEN 1B 18 tpm• Diazepam IV 3 x 2,5 mg• Antrain 4 x 200 mg (KP)• Ceftriaxon 2 x 1 gram• Serial 24 jam
P : 90 x/menitR : 32 x/menitS : 37,10CTD : 90/60 mmHg
Keluhan :Kejang (-), demam (-), batuk berdahak; (+), pilek (-), mual (-), muntah (-)
Pemeriksaan Fisik :Pulmo : Ronki (+/+), Wheezing (+/+)
Terapi :• Terapi dilanjutkan
P : 110 x/menitR : 32 x/menitS : 36,4 0CTD : 100/60 mmHg
Keluhan :Kejang (-), demam (-), batuk berdahak; (+), pilek (-), mual (-), muntah (-)
Pemeriksaan Fisik :Pulmo : Ronki (+/+), Wheezing (+/+)
Terapi :• Terapi dilanjutkan
BAB III - TINJAUAN PUSTAKA
suatu kelainan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi yang dapat mencetuskan kejang epileptik,
Epilepsi
Etiologi
Epilepsi idiopatik
Epilepsi simtomatik
Epilepsi kriptogenik
Faktor Resiko Epilepsi
MANIFESTASI KLINIS
Kejang
Kejang umum (generalisata) Kejang fokal
• Kejang umum• Kejang tonik• Kejang klonik• Kejang tonik klonik
(grandmal)• Atonik• Absanse (petit mal)
• Kejang foklal tanpa penurunan kesadaran
• Kejang fokal dengan penurunan kesadaran
PATOFISIOLOGI
Neurotransmitter
Eksitasi Inhibisi
Dasar serangan epilepsi :Gangguan fungsi neuron di otak dan transmisi pada sinaps
DIAGNOSIS1. Anamnesis Pola / bentuk serangan Lama serangan Gejala sebelum, selama dan pasca
serangan Frekueensi serangan Faktor pencetus Ada / tidaknya penyakit lain yang
diderita sekarang Usia saat serangan pertama terjadi Riwayat kehamilan, persalinan dan
perkembangan Riwayat penyakit, penyebab dan
terapi sebelumnya Riwayat penyakit epilepsi dalam
keluarga
2. Pemeriksaan fisik dan neurologi
3. Pemeriksaan penunjang• Elektroensefalografi• Rekaman video EEG• Pemeriksaan radiologis
DIAGNOSIS BANDING
1. Sinkop
2. Drop attack
3. Narcolepsi
4. Kelainan psikiatrik
5. Breath Holding Spells (Serangan Nafas Terhenti Sejenak)
TATALAKSANAPrinsip pengobatan epilepsi :
1• OAE mulai diberikan bila diagnosis epilepsi sudah dipastikan, terdapat
minimal dua kali bangkitan dalam setahun
2• Dimulai dengan monoterapi
3
• Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan bertahap sampai dosis efektif tercapai atau timbul efek samping
4
• Bila dengan pengguanaan dosis maksimum OAE tidak dapat mengontrol bangkitan, ditambahkan OAE kedua. Bila OAE kedua telah mencapai kadar terapi, maka OAE pertama diturunkan bertahap perlahan-lahan
5
• Penambahan OAE ketiga baru dilakukan setelah terbukti bangkitan tidak dapat diatasi dengan pengguanaan dosis maksimal kedua OAE pertama
Prinsip mekanisme kerja obat anti epilepsi :
• Meningkatkan neurotransmiter inhibisi (GABA)
• Menurunkan eksitasi
Penghentian pemberian OAE :
Syarat umum menghentikan OAE :
• Penghentian OAE dapat didiskusikan dengan pasien atau keluarganya setelah minimal 2 tahun bebas bangkitan.
• Harus dilakukan secara bertahap, pada umumnya 25% dari dosis semula, setiap bulan dalam jangka waktu 3-6 bulan.
• Bila digunakan lebih dari satu OAE, maka penghentian dimulai dari satu OAE yang bukan utama.
KOMPLIKASI1. Gangguan kognitif dapat menyebabkan defisit fungsi
kognitif, seperti gangguan bicara.
2. Penurunan daya ingat.
3. Pemusatan perhatian.
PROGNOSISPada umumnya prognosis epilepsi baik, kurang lebih 70% penderita epilepsi mengalami remisi (bebas bangkitan selama 5 tahun atau lebih setelah penghentian obat).
Tanpa melihat jenis bangkitan kejang, dapat diberikan terapi berikut :
• Obat lini pertama Asam valproat 10-40 mg/kgBB/hr, dalam 2-3 dosis Fenobarbital 4-5 mg/kgBB/hr, dalam 2 dosis Karbamazepin 10-30 mg/kgBB/hr, dalam 2-3 dosis Fenitoin 5-7 mg/kgBB/hr, dalam 2 dosis
• Obat lini kedua Topiramate (topamax). Dosis inisial 1-3 mg/kgBB/hari, naikkan perlahan
dengan interval 1-2 minggu Lamotrigine (Lamictal). Dosis inisial 0,15 mg/kgBB/hari dalam 2 minggu,
lalu naikkan menjadi 0,3 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis Levetirasetam (Keppra). Dosis inisial 10 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis. ACTH atau steroid dapat digunakan untuk infantile spasm atau epilepsy
berat yang tidak terkontrol dengan medikasi lain.
Lamanya terapi antikonvulsan :
Neonatus diberikan hingga satu tahun hingga terjadi perbaikan klinis dan EEG.
Kejang umum tonik klonik diberikan hingga 2 tahun bebas kejang.EEG masih ada kelainan dilanjutkan hingga 3 tahun bebas kejang.
Kejang fokal dilanjutkan hingga 3 tahun bebas kejang.
Kejang absence diberikan hingga 2 tahun bebas kejang.
Juvenile myoclonic diberikan seumur hidup.
Penghentian arus dilakukan secara bertahap dalam 3-4 bulan. Dilakukan secara tiba-tiba memicu episode kejang lain.
DELAY SPEECH
Anak yang mengalami keterlambatan bicara dan bahasa berisiko mengalami kesulitan belajar, membaca dan menulis, dan akan menyebabkan pencapaian akademik yang kurang secara menyeluruh.
Keterlambatan bicara adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan paling sering ditemukan pada anak.
Epidemiologi
Data di Departemen Rehabilitasi Medik RSCM tahun 2006, dari 1125 jumlah kunjungan pasien anak terdapat 10,13% anak terdiagnosis keterlambatan bicara dan bahasa. Penelitian Wahjuni tahun 1998 di salah satu kelurahan di Jakarta Pusat menemukan prevalensi keterlambatan bahasa sebesar 9,3% dari 214 anak yang berusia bawah tiga tahun.
Etiologi
Gangguan pendengaran
Bilingual
Lingkungan
Hipoksia
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Usia 6 bulan tidak mampu memalingkan mata terhadap suara
yang datang.Usia 10 bulan tidak
memberi reaksi terhadap panggilan namanya sendiri.
Usia 15 bulan tidak mengerti dan
memberi reaksi terhadap kata-kata.
Usia 18 bulan tidak dapat menyebut 10
kata tunggal.
Usia 21 bulan tidak memberi reaksi
terhadap perintah.
Usia 24 bulan perbendaharaan kata yang sangat
sedikit.
Usia 30 bulan ucapannya tidak dimengerti oleh
anggota keluarga.
Usia 36 bulan belum dapat mempergunakan
kalimat sederhana
Dia
gn
osis
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Tes skirining
The Early Languange Milestone Scale
The Denver Developmental Screening Test
TATALAKSANA
Terapi perilaku
Terapi sensori integrasi
Terapi okupasi
Terapi wicara
Stimulus floor time
Pencegahan dan Prognosis
BAB IVPEMBAHASAN
Kejang demam kompleks
EEG Epilepsi Delay speech
BAB VKESIMPULAN
Epilepsi didefinisikan sebagai suatu kelainan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi yang dapat mencetuskan kejang epileptik, perubahan neurobiologis, kognitif, psikologis.
Dasar serangan epilepsi ialah adanya gangguan fungsi neuron - neuron di otak dan transmisi pada sinaps.
Diagnosis epilepsi dilakukan dengan pemeriksaan EEG dan tatalaksananya dengan pemberian obat anti epilepsi.
Serangan kejang yang lama menyebabkan hipoksia di otak sehingga menyebabkan gangguan keterlambatan bicara (delay speech) terdapat di area broca dan wernicke.
Terapi dengan menggunakan terapi sensori integritasi, wicara, dan floor time.
DAFTAR PUSTAKA• Carter R. 2014. The Human Brain Book. second edition. DK• Chung S. 2014. Febrile seizures. Review article. Korean J Pediatr.• Davey P. 2006. At a Glance Medicine. Penerbit Erlangga Medical Series. Jakarta• Garna, Melinda & Rahayuningsih. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak.Edisi
Ketiga. 2005. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran• George, Wita, Budi, dkk, 2008. Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf.
Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta• Ginsberg L. 2008. Lecture Notes: Neurologi Edisi Kedepan. Penerbit Erlangga Medical Series.
Jakarta• Hartanto F, Selina H, H Zuhriah, dkk. 2011. Pengaruh Perkembangan Bahasa Terhadap
Perkembangan Kognitif Anak Usia 1-3 Tahun. Vol 12. No 6• Lilihata & Handryastuti. 2014. Kapita Selekta. Edisi Keempat. Penerbit Media Aesculapius.
Jakarta• Lumantobing. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. 2014. Buku penerbit FKUI.
Jakarta• Mangunatmadja I. 2010. Buku Ajar Neurologi. Edisi Pertama. Ikatan Dokter Anak Indonesia• Markam S. Neurologi Praktis. 2008. Penerbit Widya Medika. Jakarta• McLaughlin,MR. 2011. Speech and Language Delay in Children. Am Fam Physician. Virginia
• Nelson W. 2014. Ilmu kesehatan anak. Edisi 5, EGC. Jakarta• Rubenstein, Wayne, dan Bradley. 2007. Lecture Notes: Kedokteran Klinis Edisi Kapita Selekta
Kedokteran Keenam. Penerbit Erlangga Medical Series. Jakarta• Soetjiningsih. 2012. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
Gambar :• Chung S. 2014. Febrile seizures. Review article. Korean J Pediatr.• Sumber : www.adameducation.com• Carter R. 2014. The Human Brain Book second edition. DK
Tabel : • Ginsberg L. 2008. Lecture Notes: Neurologi. Edisi Kedelapan. Penerbit Erlangga Medical Series.
Jakarta• Lilihata & Handryastuti. 2014.. Edisi Keempat. Penerbit Media Aesculapius. Jakarta