evaluasi kualitas beras dan unit cost...
TRANSCRIPT
EVALUASI KUALITAS BERAS DAN UNIT COST PENGGILINGAN PADI UNTUK VARIETAS CIHERANG DAN CILIWUNG
EVALUATION OF RICE QUALITY AND RICE MILLING UNIT COST TO CIHERANG AND CILIWUNG VARIETIES
Muh. Arsyad1, Junaedi Muhidong1, Mulyati M.Tahir2
1Bagian Manajemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin. 2Bagian Proses Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin.
Alamat Korespondensi : Muh Arsyad , S.TP Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 HP 085242085577 Email: [email protected]
Abstrak
Penggilingan padi yang dimiliki oleh masyarakat ini menghasilkan kualitas mutu beras yang belum baik, hal ini dipengaruhi oleh semakin berkembangnya varietas variasi sifat fisiknya sehingga mempengaruhi efisiensi proses penggilingan padi, baik dari total autput maupun unit cost. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rendemen pada setiap tahapan proses (huller dan Polisher) penggilingan dan menganalisis mutu beras (perubahan berat, panjang, dimensi butir beras dan warna) hasil penggilingan serta menganalisis unit cost beras hasil penggilingan padi varietas Ciherang dan Ciliwung. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu usaha penggilingan padi di bone, Sulawesi Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan melakukan pengamatan pada proses penggilingan padi untuk varietas Ciherang dan Ciliwung, pengumpulan data, melakukan perhitungan biaya yang digunakan baik bagi pihak penggilingan maupun pihak penyewa penggilingan, mengukur dimensi dan berat beras, baik beras pecah kulit maupun beras utuh serta mengetahui tingkat kekerasan beras varietas Ciherang dan Ciliwung dengan menggunakan Texture Analizer. Hasil penelitian ini adalah rendemen beras utuh varietas Ciherang 68% dan varietas Ciliwung 71 %, mutu beras berdasarkan perubahan ukuran untuk varietas Ciherang dari beras pecah kulit menjadi beras utuh yaitu dimensi kecil 7.2%, dimensi besar 5,3%, panjang 7,8 %, dan Berat 9,4 %, dan varietas Ciliwung yaitu dimensi kecil 5,01 %, dimensi besar 7,72 %, panjang 7,89%, dan berat 11,46 %, perhitungan biaya penggilingan yang dikeluarkan oleh pihak penggilingan sebesar Rp. 44,000,265 pertahun atau Rp. 169,231/Ton Gabah dan keuntungan Rp. 66,414,585 atau Rp. 255,440/Ton Gabah, sedangkan biaya sewa yang harus dibayarkan oleh pihak penyewa penggilingan sebesar Rp. 424,673/Ton Gabah dan keuntungan Rp. 691,668/Ton Gabah. Kata Kunci : Penggilingan Padi, Unit Cost, Beras pecah kulit, Beras utuh
Abstract
Rice milling owned by the society, producing of rice is not good quality. It is influenced by the development of varieties, thus affecting the efficiency of the rice milling process, total output and unit cost. This study aims to analyze the yield at each stage of the milling process (huller and polisher ) and analyze of quality the rice milling ( change weight, length, dimension of grain rice and colour) and analyze results of unit cost on rice milling varieties of Ciliwung and Ciherang. This study was conducted in one of the rice milling in bone , south Sulawesi. The research method used observations on the rice milling process for varieties Ciherang and Ciliwung, data collection, perform cost calculation used for both the milling owner and the milling rental, measure the dimension and weight of rice, broken rice skin, whole rice and determine the level of hardness on varieties of Ciherang and Ciliwung using Texture analyzer. The result of study showed that whole rice yield for Ciherang 68 %, for the Ciliwung variety 71 %, rice quality based on the change in size. The variety of Ciherang, from the broken rice skin into whole rice such as small dimension 7.2 %, large dimension 5.3 % , length 7.8 % , and weight 9.4 % respectively and the Ciliwung variety namely small dimensions 5.01 %, large dimensions 7.72%, length 7.89% , and weight 11.46 % respectively, The result of calculation of milling cost incurred by the rice miller of Rp . 44,000,265 per year or Rp . 169.231 / Ton of unhulled rice and Gains Rp. 66,414,585 or Rp . 255.440 / Ton of unhulled rice, while the rental fee to be paid by the tenant milling of Rp . 424.673 / Ton of unhulled rice and gains Rp . 691.668 / Ton of unhulled rice . Keywords : Rice Milling , Unit Cost , broken Rice skin , whole rice.
PENDAHULUAN
Sulawesi selatan memiliki daerah pengembangan padi yang sangat potensial dengan
luas lahan yaitu sekitar 380.806 Ha, dengan hasil produksi rata-rata gabah /ha yaitu 54,06
Kw/Ha (Palloge, 2012). Untuk mendukung potensi ini maka berbagai hal ditempuh, salah
satunya dengan meningkatkan aspek penanganan pasca panen dengan teknologi yang
memadai. Penanganan pasca panen padi merupakan serangkaian system yang mencakup
kegiatan mulai dari panen sampai dengan menghasilkan beras. Pada prinsipnya penanganan
pasca panen meliputi beberapa tahap kegiatan, salah satunya tahapan penggilingan.
Penggilingan padi memiliki peran yang sangat penting, peranan ini tercermin dari besarnya
jumlah penggilingan padi dan menyebar hampir merata di seluruh daerah sentra produksi padi
di Indonesia. Penggilingan padi merupakan pusat pertemuan antara produksi, pasca panen,
pengolahan dan pemasaran gabah/beras sehingga merupakan mata rantai penting dalam suplai
beras nasional yang dituntut untuk dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan beras,
baik dari segi kuantitas maupun kualitas
Menurut Asmawati (2009), dalam judulnya Analisis Kesetimbangan Massa pada
Pabrik Penggilingan Gabah UD. Sumber Hidup di Kec. Bantimurung Kab. Maros menyatakan
bahwa besarnya jumlah penggilingan padi yang tersebar disejumlah daerah tidak menjamin
kualitas beras yang dihasilkan akan lebih baik. Proses penggilingan padi secara umum yang
terdapat dimasyarakat hampir tidak memperhatikan kualitas mutu maupun rendemen beras
yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat pada saat proses penggilingan yang tidak
memperhatikan jenis varietas, karakter fisik seperti ukuran maupun tingkat kekerasan pada
saat penggilingan. Dalam penelitian yang dilakukan Basri (2012) menyatakan bahwa hampir
semua varietas diperlakukan sama dengan proses penggilingan yang standar untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku pabrik setiap harinya.
Penggilingan padi yang dimiliki oleh masyarakat ini menghasilkan kualitas mutu beras
yang belum baik. Selain itu hampir setiap peggilingan padi tidak memiliki informasi secara
pasti tentang harga satuan unit atau unit cost baik dari gabah maupun dari beras yang
dihasilkan oleh penggilingan, jumlah biaya yang mereka gunakan dalam suatu proses
penggilingan belum diketahui secara pasti begitu juga dengan hasil penggilingan dalam suatu
proses belum dapat diketahui sehingga informasi tentang unit cost penggilingan padi pada
suatu proses produksi belum dapat diketahui secara sfesifik.
Permasalahan yang ingin dijawab pada penelitian ini adalah berapa perubahan
rendemen beras dari setiap tahapan proses penggilingan padi, dan bagaimana mutu beras
berdasarkan perubahan berat, panjang, dimensi butir beras serta unit cost beras hasil
penggilingan.
Tujuan peneletian ini yaitu untuk menganalisis rendemen pada setiap tahapan proses
(huller dan Polisher) penggilingan padi dan menganalisis mutu beras (perubahan berat,
panjang, dimensi butir beras) hasil penggilingan padi varietas Ciherang dan Ciliwung serta
menganalisis unit cost beras hasil penggilingan.
BAHAN DAN METODE
Desain Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan dengan menghitung satuan biaya yang dikeluarkan oleh
penggilingan padi dalam setiap proses penggilingan, dan biaya sewa yang dikeluarkan oleh
pihak penyewa penggilingan, sehingga akan didapatkan besarnya biaya yang harus
dikeluarkan dan keutungan yang bisa diterima oleh pihak penggilingan dan pihak penyewa
penggilingan.
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2013, dengan lokasi
pengambilan data proses penggilingan padi disebuah usaha pabrik penggilingan padi yang
berada di Desa Barebbo, Kecamatan Barebbo, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan,
dan di Laboratorium Processing, Program Studi Keteknikan Pertanian, Jurusan Teknologi
pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah mesin penggilingan padi, alat
pengukur kadar air (Rice Paddy Moisture Meter), alat penguji tingkat kekerasan produk hasil
pertanian (Texture Analyzer-TA-XTPlus), jangka sorong, timbangan digital (ketelitian 0.001
g), kertas label, plastic kedap udara, kamera digital, penggaris, Alat pencahayaan objek,
software Adobe Photoshop CS5.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah padi dari varietas Ciherang dan
Ciliwung sebayak 100 kg untuk masing-masing varietas yang dibeli langsung dari petani di
Kabupaten bone pada bulan juli 2013
Metode Pengumpulan Data
Penulis melakukan pengumpulan data dengan menggunakan dua metode, yaitu studi
lapangan (Field Research) dan studi kepustakaan (Library Research). Studi lapangan yaitu
mencari data dan informasi pada industri yang terkait dengan melakukan observasi ataupun
melaui wawancara langsung dengan pihak industri. Sedangkan studi kepustakaan yaitu
dengan cara membaca dan mempelajari bahan keperpustakaan yang ada, berupa buku-buku,
jurnal yang berhubungan dengan analisis unit cost dan efisiensi penggilingan padi.
Metode Analisis Data
Metode analisis ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahapan analisisnya yaitu :
(a) Melakukan pengamatan pada setiap tahapan proses penggilingan padi berdasarkan
varietas, mulai dengan membeli gabah/padi (GKP) varietas Ciherang dan Ciliwung sebanyak
100 kg untuk masing-masing varietas pada petani, kemudian gabah tersebut dikeringkan
dengan cara dijemur dibawah sinar matahari hingga mencapai kadar air 10-14 % , kadar air di
ukur dengan menggunakan Rice Paddy Moisture Meter. Padi yang sudah kering (GKG)
kemudian ditimbang menggunakan alat timbangan beras masing-masing 20 kg untuk setiap
varietas. Padi yang sudah ditimbang kemudian dimasukkan kedalam mesin penggilingan
berdasarkan varietas masing-masing 3 kali ulangan. (b) Melakukan pengumpulan data tentang
seluruh pembiayaan selama proses pengolahan dan penggilingan padi menjadi beras. (c)
Beras yang diperoleh kemudian dilakukan proses pengukuran dimensi dan berat beras perbiji.
Pengukuran ini dilakukan dengan mengambil sampel dari masing masing beras berdasarkan
varietas sebanyak 50 biji yang diambil secara acak. Beras yang sudah dipilih kemudian
dilakukan proses pengukuran dimensi menggunakan alat jangka sorong (ketelitian 0.05 mm),
baik dari dimensi kecil, dimensi besar dan panjang beras. Beras yang diukur mulai dari beras
pecah kulit , beras utuh, beras pecah, dan beras menir. Masing masing beras yang sudah
diukur dimensinya kemudian dilakukan penimbangan secara perbiji menggunakan alat
timbangan digital (ketelitian 0.001 g). (d) Dilakukan pengukuran tingkat kekerasan,
Pengukuran ini dilakukan dengan mengambil masing masing sampel 10 biji beras
berdasarkan varietas baik dari beras pecah kulit maupun beras utuh. Kemudian dilakukan
pengukuran tingkat kekerasan dengan menggunakan alat pengukur tekstur (Texture Analyzer-
TA-XTPlus). (e) Dilakukan pengukuran warna, dengan menggunakan kamera digital,
kemudian hasil pemotretan dimasukan kedalam Software Adobe Photoshop CS5 untuk
mengetahui besaran angka LAB yang dihasilan dari masing masing beras pada setiap titik
yang ditentukan. Hal ini dilakukan pada beras pecah kulit dan beras utuh untuk masing
masing varietas.
Untuk mengetahui besarnya pembiayaan yang dilakukan pada penelitian kali ini
adalah dengan menentukan besarnya total biaya produksi serta komponen komponen yang
terlibat dalam besaran biaya. Menurut (Salengke, 2012), Total Biaya Produksi
yang harus dikeluarkan dalam setiap priode waktu dapat dihitung dengan menggunakan
Persamaan 1.
C=∑BT + ∑BTT (RP)……………1)
Pada persamaan diatas C adalah total biaya, ∑ BT adalah biaya tetap dan ∑ BTT adalah biaya
tidak tetap.Adapun komponen biaya tetap yang digunakan pada pembiayaan ini adalah biaya
penyusutan alat dan mesin, biaya penyusutan gedung dan lantai jemur pertahun, sedangkan
komponen biaya tidak tetap yang digunakan meliputi Biaya pemeliharaan dan perbaikan,
Biaya listrik, Biaya bahan bakar solar, dan Biaya tenaga kerja pertahun.
Setelah mengetahui total biaya produksi maka keutungan yang dapat diterima oleh
pihak penggilingan maupun dari pihak penyewa penggilingan baik pertahun maupun
perbulannya dapat diketahui dengan mengetahui terlebih dahulu persamaan untuk sewa
penggilingan yang digunakan pada penggilingan padi tersebut sebagai berikut :
Sewa Penggilingan=110
x Total Output Penggilingan Padi (kg)……………..2)
HASIL
Hasil pengamatan berdasarkan rendemen beras utuh pada Gambar 1 menunjukkan
bahwa, rendemen beras utuh yang dihasilkan pada proses penggilingan varietas Ciherang
memiliki rendemen sekitar 68%, sedangkan rendemen pada varietas Ciliwung sekitar 71%.
Hasil pengukuran yang dilakukan berdasarkan dimensi pada Gambar 2 menunjukkan
bahwa untuk varietas Ciherang perubahan dimensi dari beras pecah kulit menjadi beras utuh
berdasarkan panjang, dimensi kecil dan dimensi besar masing-masing mengalami persentase
perubahan sebesar 7,8%, 7,2 % dan 5,3%, sedangkan varietas ciliwung persentase perubahan
dimensi sebesar 7.89%, 5.01%, dan 7.72%.
Hasil Pengukuran yang dilakukan berdasarkan uji tingkat kekerasan pada Gambar 3
menunjukan bahwa varietas Ciliwung memiliki tekstur yang lebih tinggi baik dari segi beras
pecah kulit maupun beras utuh yaitu sekitar 10445.67 g dan 9757.57 g, sedangkan beras
varietas Ciherang memiliki tekstur yang lebih lunak yaitu sekitar 10399.79 g untuk beras
pecah kulit dan 9650.45 g untuk beras utuh.
Hasil pengukuran untuk tingkat putih beras varietas Ciherang sebelum penyosohan
pada beras pecah kulit lebih rendah dibandingkan dengan tingkat putih pada beras varietas
Ciliwung yaitu Ciherang 87,2 dan Ciliwung 89,7. Tingkat putih yang dihasilkan setelah
penyosohan pada beras utuh hampir sama untuk kedua varietas yaitu Ciherang 94,36 dan
Ciliwung 93,76.
Hasil perhitungan berdasarkan penerimaan keuntungan dan biaya yang dikeluarkan
oleh pihak penggilingan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa biaya Tetap dan biaya tidak tetap
yang dikeluarkan oleh pihak penggilingan meliputi biaya penyusutan, biaya listrik, biaya
tenaga kerja, biaya bahan bakar solar dan biaya perbaikan dan perawatan sebesar
Rp 44,000,265/tahun dan besarnya keuntungan yang didapatkan oleh pihak penggilingan padi
sebesar Rp 66,414,585/tahun.
Hasil Pengamatan berdasarkan biaya sewa yang dikeluarkan oleh pihak penyewa
penggilingan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa biaya sewa yang harus dikeluarkan oleh
pihak penyewa penggilingan adalah sebesar 67.4 kg beras atau setara Rp 424,673/ton gabah
dan keuntungan yang didapatkan pihak penyewa penggilingan padi sebesar Rp.691,668/ton
gabah.
PEMBAHASAN
Penelitian ini memperlihatkan bahwa rendemen beras utuh untuk varietas Ciliwung
lebih tinggi sekitar 71 %, dibandingkan dengan rendemen beras pada varietas Ciherang sekitar
68%, hal ini disebabkan karena Ciherang memiliki tingkat keras yang lebih rendah
dibandingkan Ciliwung sehingga pada saat penggilingan tingkat beras yang patah dan pecah
akan tinggi. Hal ini sesuai pernyataan Sudirman, (2011), Selain dipengaruhi oleh kualitas
gabah, beras patah juga disebabkan oleh kondisi penggilingan seperti lamanya proses
pengilingan dan penyosohan, hal ini juga didukung oleh Asmawati, (2009), bahwa perbedaan
tingkat kekerasan yang terdapat pada beras memiliki kontribusi yang signifikan terhadap
tingkat beras patah hasil penggilingan varietas Ciherang yang selalu lebih tinggi. Rendemen
beras juga dipengaruhi oleh proses penggilingan yang dilakukan dan kondisi dari gabah yang
digiling. Menurut Nugraha dkk., (2007), persentase gabah yang retak mengakibatkan beras
pecah dan menir yang meningkat dan penggilingan akan berpengaruh nyata pada rendemen
yang dihasilkan.
Penelitian dilakukan dengan melakukan pengukuran dimensi pada beras pecah kulit
dan beras utuh. Dengan data ini dapat diketahui mutu beras berdasarkan perubahan ukuran
beras sebelum penyosohan dan setelah penyosohan. Menurut Sudirman (2011), pada saat
beras pecah kulit masuk ke ruang penyosoh terjadi pengikisan pada permukaan beras pecah
kulit yang menimbulkan panas sehingga mengakibatkan tingginya butir menir, dengan
demikian rendemen semakin kecil. Hal ini juga dikemukakan oleh Nugraha dkk., (1998),
bahwa perubahan yang terjadi pada beras ini disebabkan oleh faktor kualitas beras terutama
derajat sosoh yang diinginkan karena semakin tinggi derajat sosoh maka rendemen akan
semakin rendah.
Penelitian ini menunjukkan bahwa varietas Ciliwung memiliki tekstur yang lebih
tinggi baik dari segi beras pecah kulit maupun beras utuh yaitu sekitar 10445.67 g dan
9757.57 g, sedangkan beras varietas Ciherang memiliki tekstur yang lebih lunak yaitu sekitar
10399.79 g untuk beras pecah kulit dan 9650.45 g untuk beras utuh, adanya proses
penyosohan yang dilakukan pada beras utuh sehingga beras pecah kulit memiliki ketebalan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan beras utuh sehingga terlihat lebih ramping dan ukuran
yang lebih tipis. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutrisno, (2006), bahwa varietas Ciherang
memiliki ukuran butir panjang bentuk ramping, dibandingkan dengan varietas ciherang
memiliki butir pendek bentuk tebal/bulat. Hal ini juga dikemukakan oleh Basit, (2010), bahwa
tingkat kekerasan varietas Ciherang secara konsisten rendah daripada varietas Ciliwung.
Tingkat putih beras varietas Ciherang sebelum penyosohan pada beras pecah kulit
lebih rendah dibandingkan dengan tingkat putih pada beras varietas Ciliwung yaitu Ciherang
87,2 dan Ciliwung 89,7. Sedangkan untuk beras utuh yaitu Ciherang 94,36 dan Ciliwung
93,76, menurut Argasasmita (2008), bahwa semakin besar nilai L maka warna benda akan
semakin mendekati warna putih, sebaliknya semakin kecil nilai L, maka warna benda akan
semakin mendekati warna hitam. Nilai L menyatakan cahaya pantul yang menghasilkan
warna akromatik putih, abu-abu, dan hitam. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa dengan melakukan proses penyosohan yang tidak terlalu tinggi pada varietas Ciliwung,
tingkat putih yang dihasilkan hampir sama dengan tingkat penyosohan yang terjadi pada
varietas Ciherang, sebaiknya pihak penggilingan mengatur proses penyosohan pada beras
berdasarkan varietas sehingga kehilangan berat maupun perubahan dimensi ini dapat
dikurangi dan pendapatan pihak penyewa penggilingan dapat meningkat hal ini sesuai dengan
pendapat Hasbullah (2009), semakin tinggi nilai derajat sosoh beras maka bobotnya akan
semakin berkurang dan kemungkinan terbentuknya patah semakin besar sehingga produsen
merasa dirugikan jika menggiling beras sampai derajat sosoh yang tinggi, hal ini disiasati
dengan menggiling sampai pada derajat sosoh tertentu yang dianggap masih menguntungkan.
Penelitian ini menunjukan bahwa biaya tetap dan biaya tidak tetap yang harus
dikeluarkan oleh penggilingan padi selama satu tahun proses penggilingan padi yang
dilakukan adalah sebesar Rp 44,000,265. Biaya ini merupakan biaya total produksi yang
harus dikeluarkan oleh penggilingan padi selama satu tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat
Salengke, (2012), bahwa total biaya produksi merupakan penjumlahan biaya tetap yang
dikeluarkan dan biaya tidak tetap selama proses produksi. Besarnya keuntungan yang
didapatkan oleh pihak penggilingan padi selama setahun sebesar Rp 66,414,585, ini
didapatkan setelah mengurangi biaya sewa yang didapatkan selama setahun dengan semua
biaya tetap dan tidak tetap yang harus dikeluarkan oeh pihak penggilingan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Giatman, (2006), besarnya satuan biaya atau biaya perunit dapat diketahui
dengan menjumlahkan besarnya total biaya yang digunakan selama satu priode meliputi
biaya tetap dan tidak tetap serta biaya bahan baku dibagi dengan jumlah unit produksi selama
satu priode waktu.
Biaya penyusutan mesin ini dikategorikan sebagai biaya tetap yang harus dikeluarkan
oleh penggilingan padi meskipun penggilingan padi tidak beroperasi begitu juga jika
kapasitas operasinya mengalami penurunan atau sebaliknya mengalami peningkatan. Biaya
penyusutan ini meliputi biaya penyusutan mesin, penyusutan penggilingan padi, penyusutan
lantai jemur dan biaya penyusutan gudang penggilingan padi. Menurut Khotimah, (2002),
bahwa biaya tetap adalah suatu biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik turunnya produksi
yang dihasilkan, seperti biaya tenaga kerja tidak langsung, penyusutan, bunga bank dan
asuransi.
Biaya tidak tetap yang dikeluarkan oleh pihak penggilingan meliputi biaya listrik,
biaya tenaga kerja, biaya bahan bakar solar dan biaya perbaikan dan perawatan. Jika
penggilingan padi ini tidak dioperasikan, maka biaya tidak tetap ini tidak dikeluarkan.
Menurut Purwandi (1999), biaya tidak tetap adalah biaya operasional yang dikeluarkan untuk
berbagai keperluan. Biaya Operasi baru ada, apabila alat dan mesin pertanian dioperasikan
dan besarnya pun berbeda-beda tergantung pada jam operasi, jenis pekerjaan, serta usia
penggunaan alat dan mesin pertanian.
Biaya sewa yang harus dikeluarkan oleh pihak penyewa penggilingan dengan basis
1 ton gabah, maka besarnya biaya sewa yang dikeluarkan oleh pihak penyewa penggilingan
adalah sebesar 67.4 kg beras atau setara dengan nilai biaya sebesar Rp 424,673. Biaya sewa
yang dikeluarkan oleh pihak penyewa penggilingan merupakan biaya pendapatan yang
diterima oleh pihak penggilingan untuk menutupi semua biaya yang dikeluarkan selama
proses penggilingan sedangkan keuntungan pihak penyewa penggilingan untuk 1 ton gabah
adalah sebesar Rp.691,668. Hal ini sesuai dengan pendapat Kusumawati (2012), Usaha
penggilingan padi akan mengalami keuntungan apabila terjadi hasil selisih antara penerimaan
dikurangi seluruh biaya, sedangkan usaha penggilingan padi akan mengalami rugi apabila
terjadi hasil selisih yang negatif.
Besarnya nilai jual yang diterima jika padi langsung dijual dalam bentuk gabah tanpa
memalui proses penggilingan terlebih dahulu, untuk satu kilogram gabah kering giling dijual
dengan harga sebesar Rp 3,800 baik itu gabah varietas Ciherang maupun varietas Ciliwung,
jadi besar pendapatan yang diterima jika gabah yang dimiliki sebanyak 120 kg gabah adalah
sebesar Rp 456,000, sedangkan jika dijual dalam bentuk beras maka besarnya harga jual
beras dengan bahan baku gabah sebanyak 120 kg adalah sebesar Rp 539,000. Besarnya selisih
pendapatan yang akan diterima oleh pihak penyewa penggilingan adalah sebesar Rp. 83,000
atau sekitar 18% jika melalui proses penggilingan dan dijual dalam bentuk beras.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1). Rendemen beras utuh untuk varietas
Ciherang sebesar 68%, sedangkan untuk varietas Ciliwung sebesar 71 %. 2) Untuk varietas
Ciherang persentase perubahan ukuran dari beras pecah kulit menjadi beras utuh masing-
masing, dimensi kecil sekitar 7.2%, dimensi besar sekitar 5,3%, panjang sekitar 7,8 %, dan
Berat sekitar 9,4 %. Untuk varietas Ciliwung persentase perubahan ukuran dari beras pecah
kulit menjadi beras utuh masing-masing, dimensi kecil sekitar 5,01 %, dimensi besar sekitar
7,72 %, panjang sekitar 7,89%, dan berat sekitar 11,46 %. 3) Sifat fisik padi varietas Ciherang
dan Ciliwung mempengaruhi efisiensi penggilingan khususnya dari sisi persentase beras utuh
dan tingkat sosoh. 4) Analisis biaya yang dilakukan, Biaya penggilingan yang dikeluarkan
oleh pihak penggilingan sebesar Rp. 44,000,265 pertahun atau Rp. 169,231/Ton Gabah. Biaya
sewa yang harus dibayarkan oleh pihak penyewa penggilingan sebesar Rp. 424,673/Ton
Gabah. Keuntungan yang diperoleh pihak penggilingan selama setahun yaitu sebesar Rp.
66,414,585 atau Rp. 255,440/Ton Gabah, sedangkan keuntungan pihak penyewa penggilingan
Rp. 691,668/Ton Gabah
Saran pada penelitian ini adalah Sebaiknya pada penelitian selanjutnya melakukan
pengamatan pada industry penggilingan padi yang berbeda sehingga bisa dilakukan
perbandingan biaya unit pengolahan beras dan tingkat derajat sosoh dari masing masing
penggilingan padi
UCAPAN TERIMA KASIH
Tulisan ini merupakan laporan lengkap hasil penelitian Evaluasi Kualitas Beras dan
Unit Cost Penggilingan Padi Untuk Varietas Ciherang dan Ciliwung. Dalam pelaksanaan
penelitian ini penulis banyak mendapatkan bantuan baik dari perorangan ataupun pada
instansi pemerintahan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada komisi penasehat, instansi terkait dan
pemilik penggilingan padi serta teman-teman yang telah membantu memberikan petunjuk
pengarahan dan bimbingan sejak dimulainya penelitian ini sampai selesai.
DAFTAR PUSTAKA
Argasasmita, Tri Utama., Muchtadi, Deddy., Astawan, Made & Widowati, Sri. (2008). Karakterisasi Sifat Fisikokimia Dan Indeks Glikemik Varietas Beras Beramilosa Rendah Dan Tinggi. Jurnal 2008. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Asmawati. (2009). Analisis Kesetimbangan Massa pada Pabrik Penggilingan Gabah UD. Sumber Hidup di Kec. Bantimurung Kab. Maros. Fakultas Pertanian Makassar : Universitas Hasanuddin.
Basith. (2010). Mempelajari Karakteristik Tingkat Kekerasan Padi Varietas Ciliwung Dan Ciherang Berdasarkan Letak Bulir Pada Malai. Fakultas Pertanian Makassar : Universitas Hasanuddin.
Basri, Ekawaty, (2012). Mempelajari pola kandungan zat kapur Pada biji padi (Oryza sativa) varietas ciherang Dan ciliwung berdasarkan posisi bulir Pada malai. Fakultas Pertanian, Makassar : Universitas Hasanuddin.
Giatman M, (2006). Ekonomi Teknik. Jakarta : Rajagrafindo Persada. Hasbullah, Rokhani & Dewi, Anggitha Ratri. (2009). Kajian Pengaruh Konfigurasi Mesin
Penggiling Terhadap Rendemen dan Susut Giling Beberapa Varietas padi. JTEP Jurnal Keteknikan Pertanian.Vol. 23. No. 2 oktober 2009.
Khotimah. (2002). Evaluasi Proyek dan Perencanaan Usaha. Jakarta : PT. Ghalia Indonesia dengan UMM Press.
Kusumawati, Dian Widy., Susrusa, Ketut Budi & SDJ, A.A.A Wulandira. (2012). Studi Perbandingan Kinerja Penggilingan Padi (Rice Milling Unit) Dengan dan Tanpa Pengering Buatan Berbahan Bakar Sekam di Kabupaten Tabanan. E-Journal Agribisnis dan Agrowisata ISSN: 2301-6523 Vol. 1, No. 1, Juli 2012
Nugraha, U.S., S.J.Munarso, Suismono dan A. Setyono. (1998). Tinjauan tentang rendemen beras giling dan susut pascapanen: 1. Masalah sekitar rendemen beras giling, susut dan pemecahannya. Makalah. Balai Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi. 15 Hal.
Nugraha, Sigit., Tahir, Ridwan., Lubis, Safaruddin & Sutrisno. (2007). Analisis Model Pengolahan Padi ( Studi Kasus di Kabupaten Lombok timur, NTB). Jurnal Enjiniring Pertanian. Vol V, No. 1. April 2007.
Palloge, Halim (2012). Kebijaksanaan pemerintah daerah dalam pemanfaatan Alsintan untuk memacu pembangunan pertanian Di sulawesi selatan. http://www.pustaka.litbang.deptan.go.id/bptpi/lengkap/IPTANA/fullteks/alsin/59.pdf
Purwandi. (1999). Ekonomi Teknik. Jakarta : Gramedia. Salengke, (2012). Engineering Economy : Techniques for Project and Business Feasibility
Analysis, Makassar : Universitas Hasanuddin. Sudirman, Umar. (2011). Pengaruh Sistim Penggilingan Padi terhadap Kualitas Giling di
Sentra Produksi Beras Lahan Pasang Surut. Jurnal Teknologi Pertanian Universitas Mulawarman. Volume 7 Nomor 1. Ha. 9-17.
Sutrisno, Budi Raharjo & Achmad, Dadan Ridwan (2006). Pengaruh bentuk gabah terhadap mutu beras giling dan upaya untuk mendapatkan mutu beras yang optimal (kasus di jawa barat). Badan Peneliti Mekanisasi pada Balai Besar Penelitian Padi, Sukamadi dan Peneliti Balai pada Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan.
LAMPIRAN
Gambar 1. Proporsi Beras Utuh, Beras Patah, Beras Menir dan Dedak Varietas Ciherang dan Ciliwung
. Gambar 2. Persentase Perubahan Dimensi dari Beras Pecah Kulit Ke Beras Utuh untuk
Varietas Ciherang dan Ciliwung
. Gambar 3. Tingkat Kekerasan pada Beras Pecah Kulit dan Beras Utuh untuk Varietas
Ciherang dan Ciliwung
.
10.5%
68%
15%6.5%8%
71%
17%4%
0.0%
20.0%
40.0%
60.0%
80.0%
Dedak Beras Utuh Beras Pecah Beras menir Ciherang Ciliwung
7.2%
5.3%
7.8%
5.01%
7.72% 7.89%
0.0%2.0%4.0%6.0%8.0%
10.0%
Diameter (kecil) Diameter (besar) Panjang
Peru
baha
n D
imen
si
(%)
Ciherang Ciliwung
9500
9750
10000
10250
10500
BPK BU
Ting
kat K
eker
asan
(g)
Jenis Beras
Ciherang
Ciliwung
Tabel 1. Keuntungan yang diterima Pihak Penggilingan Komponen Biaya Pertahun (Rp) Biaya Sewa Penggilingan 110,414,850 Biaya Tetap Dan Tidak tetap 44,000,265 Keuntungan 66,414,585 Perbulan (Rp) Keuntungan 5,534,549
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013 Tabel 2. Biaya Sewa Penggilingan Padi
Basis Sewa Penggiligan dalam bentuk beras (kg) Total Biaya Sewa Penggilingan
120 kg 8.09 50,961 1000 kg 67.4 424,673 260 ton 17,528.3 110,414,850
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013