evaluasi pipa
DESCRIPTION
Teknik KimiaTRANSCRIPT
TK-4102 EVALUASI KINERJA PROSES
TUGAS 1 – EVALUASI SISTEM PERPIPAAN
Dikerjakan oleh:
1. Danan Joyo S. (13012012)
2. Teguh Setiawan (13012042)
3. M. Irfan Rafi S. (13012060)
Permasalahan
Seorang engineer pabrik pengolahan gas mempertanyakan kelayakan desain suatu sistem
perpipaan ditinjau dari regime aliran yang menghubungkan antara header manifold dengan HP
Separator. Karakteristik data umpan yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. Laju alir massa : 65,22 MMSCFD
2. Temperatur : 120 oF
3. Tekanan : 497,2 psig
4. Komposisi (fraksi mol)
a. Hidrogen sulfida H2S 0,0053
b. Karbondioksida CO2 0,0362
c. Nitrogen N2 0,0131
d. Air H2O 0,0046
e. Metana CH4 0,8126
f. Etana C2H6 0,0131
g. Propana C3H8 0,0134
h. i-Butana iC4H10 0,0029
i. n-Butana nC4H10 0,0030
j. i-Pentana iC5H12 0,0015
k. n-Pentana nC5H12 0,0009
l. n-Heksana C6H14 0,0013
m. n-Heptana C7H16 0,0004
n. n-Oktana C8H18 0,0004
1
o. n-nonana C9H20 0,0003
p. n-dekana C10H22 0,0002
q. C11+ 0,0909
Untuk C11+, dilakukan pendekatan dengan MW = 208,1 dan densitas cair ideal = 46,88 lb/ft3
Dari sketsa tersebut, diperoleh profil perpipaan 12 inchi. Untuk mempermudah evaluasi yang
akan dilakukan, profil pipa akan dibagi menjadi 10 segmen yang didasarkan pada perubahan
ketinggian yang ada.
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri, terutama industri kimia, tidak lepas dengan kehadiran aliran fluida didalamnya. Aliran
fluida dapat berupa aliran satu fasa, dua fasa, maupun multi fasa. Perbedaan yang paling utama
antara aliran dua fasa dengan aliran satu fasa adalah bentuk alirannya. Aliran dua fasa gas-cair
banyak dijumpai pada industri kimia, contohnya industri pengolahan gas. Pada aliran dua fasa,
terdapat banyak jenis aliran salah satunya adalah slug flow. Slug flow atau sering juga disebut
aliran mampat adalah fenomena yang umum terjadi pada aliran dua fasa. Slug flow, terutama di
industri pengolahan gas sangat tidak diinginkan terjadi. Korosi pipa, kerusakan pada peralatan
proses, biaya perawatan yang tinggi, serta terlalu banyak cairan yang masuk ke dalam separator
menjadi alasan slug flow sangat dihindari. Evaluasi regime aliran pada jaringan pipa menjadi
penting dilakukan dengan tujuan mendeteksi kemungkinan slug flow yang dapat terjadi pada
jaringan pipa serta membuat sistem pencegahan slug flow pada jaringan pipa.
1.2 Tujuan
Tujuan dari evaluasi regime aliran pada jaringan pipa dari manifold ke HP separator adalah:
1. Mendeteksi kemungkinan slug flow yang dapat terjadi pada jaringan pipa.
2. Membuat sistem pencegahan slug flow pada jaringan pipa.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aliran Dua Fasa
Aliran dua fasa umumnya aliran yang terdiri dari fasa cair dan fasa gas.
2.1.1 Rejim aliran fasa gas-cair
Aliran dua fasa sering dijumpai pada industri kimia, salah satunya pada industri pengolahan gas.
Aliran dua fasa memiliki karakteristik bentuk rejim aliran yang bervariasi. Fraksi massa dari gas
atau cairan yang bisa berubah menjadi penyebab terbentuknya rejim aliran yang bermacam-
macam. Aliran dua fasa gas-cair memiliki bentuk rejim aliran dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Rejim aliran fasa gas-cair seiring dengan peningkatan kecepatan gas
(Holland,1995)
4
2.1.2 Pemetaan rejim aliran
Pemetaan rejim aliran bersifat tidak pasti dikarenakan transisi antara rejim terjadi secara
bertahap. Pembedaan antara rejim aliran satu dengan yang lain juga bersifat subjektif karena
berdasarkan pengamatan yang dilkaukan. Banyak variasi pemetaan rejim aliran, diantaranya
ditunjukkan pada Gambar 2.2 dan 2.3.
Gambar 2.2. Peta Rejim Aliran Gas-Cair pada Pipa Vertikal (Holland, 1995)
5
Gambar 2.3. Peta Rejim Aliran Gas-Cair pada Pipa Horizontal (Holland, 1995)
Estimasi bentuk aliran didapatkan dengan meninjau besaran-besaran diantaranya adalah laju alir
gas, laju alir volum cairan, kecepatan superfisial gas, kecepatan superfisial cairan, fluks massa
superfisial gas, fluks massa superfisial cairan, luas penampang saluran, densitas gas, dan densitas
cairan.
2.2 Slug Flow
Slug flow atau sering juga disebut aliran mampat merupakan salah satu bentuk rejim aliran pada
aliran dua fasa gas-cair. Slug flow merupakan bentuk rejim aliran dengan fasa gas berbentuk buih
besar dan dipisahkan oleh fasa cair berupa slug. Kronologi slug flow contohnya dapat dilihat di
Gambar 2.4. Gambar 2.4 menunjukkan bagaimana slug flow pada riser dapat terjadi.
Gambar 2.4. Siklus slug flow pada riser (Sumber: cdn.intechopen.com/pdfs-wm/40523.pdf)
Beberapa hal yang mengakibatkan slug flow antara lain:
- Pembentukan: gravitasi menyebabkan fasa cairan terakumulasi pada bagian bawah pipa
vertikal ditambah pula dengan kurangnya kecepatan gas dan cair yang mempermudah
akumulasi tersebut.
- Produksi: Fasa cair menutup fasa gas dan slug pun teproduksi pada riser selama hydrostatic
head dari cairan didalam riser meningkat lebih cepat dibandingkan hilang tekan pipa.
- Blowout: Slug akan ditekan keluar dari sistem ketika hilang tekan pada pipa mengalahkan
hydrostatic head cairan di dalam riser.
6
- Liquid fall back: Akumulasi terjadi lagi pada riser akibat mayoritas fasa gas dan cair telah
meninggalkan riser, sehingga kurangnya kecepatan gas untuk mengangkat aliran pada riser.
7
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Rejim Aliran Pipa
Pada Gambar 3.1, ditunjukkan profil perpipaan 12 inci yang terdiri dari 10 segmen didasarkan
pada perubahan ketinggian.
Gambar 3.1. Profil sistem perpipaan dari manifold ke HP separator
Dari segmen 1 hingga segmen 10, rejim aliran yang dimiliki berbeda-beda. Rejim aliran masing-
masing segmen pipa dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Rejim aliran sistem perpipaan 12 inci
Segmen Rejim Aliran1 Anular2 Slug flow3 Slug flow4 Slug flow5 Anular6 Slug flow7 Anular8 Slug flow9 Slug flow10 Slug flow
8
3.2. Rejim Aliran dengan Modifikasi Diameter Pipa
Evaluasi sistem perpipaan pada subbab 3.1 menunjukkan masih banyaknya slug flow di beberapa
segmen pipa. Hal ini akan ditangani dengan mengurangi diameter pipa. Dengan pengurangan
diameter pipa, maka kecepatan aliran gas akan lebih besar. Dengan demikian, berdasarkan
Gambar 2.3, rejim aliran akan bergeser dari slug flow menjadi anular atau bubble flow.
Pengurangan diameter yang dilakukan adalah sebesar 7 inci, yakni dari diameter semula sebesar
12 inci menjadi 5 inci. Pengurangan diameter ini akan berpengaruh terhadap rejim aliran. Hasil
simulasi menunjukkan bahwa pada diameter pipa 5 inci, rejim aliran pada setiap segmen pipa
adalah anular. Profil kecepatan gas disajikan pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Profil kecepatan gas dalam pipa
Berdasarkan Gambar 3.2, kecepatan gas lebih besar dari 44 m/s. Kecepatan gas yang berada di
atas 20 m/s dapat memungkinkan terjadinya pengikisan (erosi) pipa karena memiliki erotional
velocity yang cukup signifikan. Ini merupakan kelemahan dari pengecilan diameter pipa.
9
3.3. Rejim Aliran dengan Penambahan Heater
Diagram kesetimbangan P-T aliran umpan disajikan pada Gambar 3.3 berikut ini.
Gambar 3.3. Diagram kesetimbangan P-T umpan
Berdasarkan Gambar 3.3, untuk mendapatkan aliran satu fasa, umpan harus memiliki temperatur
di atas 316,3oC. Oleh karena itu, ide yang diusulkan adalah dengan melakukan pemanasan.
10
Pemanasan tersebut dicapai dengan menambahkan heater sebelum sistem perpipaan yang
bertujuan meningkatkan temperatur gas. Harapan ini terbukti dengan melakukan simulasi dengan
memanaskan umpan hingga bertemperatur 320oC. Tampak hasil simulasi menunjukkan aliran
dalam setiap segmen pipa adalah aliran satu fasa. Di sisi lain, pemanasan umpan ini
membutuhkan energi 27,3 MW. Ini merupakan jumlah energi yang sangat besar. Oleh karena itu,
modifikasi dengan penambahan pemanas tidak ekonomis untuk dilakukan.
3.4. Rejim Aliran dengan Penambahan Cooler dan Separator (Sistem DPCU)
Salah satu cara untuk menjaga aliran menjadi satu fasa adalah dengan menggunakan DPCU atau
dew point control unit. Metode pada subbab 3.4 ini ialah menambahkan cooler dan separator
sebelum sistem perpipaan. Ilustrasinya disajikan dalam Gambar 3.4.
Gambar 3.4. Diagram alir penggunaan cooler dan separator sebelum sistem perpipaan
Cooler akan mendinginkan aliran sehingga akan semakin banyak fasa cair yang terbentuk pada
separator. Dengan kata lain, aliran atas dari separator semakin miskin akan kandungan rantai C
panjang. Efeknya adalah aliran atas akan (1) memiliki fraksi metana yang semakin besar yakni
mencapai 0,91 dan (2) memiliki titik didih yang semakin rendah (kubah P-T bergeser ke kiri).
Diagram P-T terkait disajikan dalam Gambar XX. Hasil simulasi menunjukkan bahwa aliran
11
pada sistem perpipaan adalah satu fasa kecuali pada posisi 20,26 dan 25,80 meter. Pada kedua
posisi ini, aliran stable 2 phase terdeteksi.
Penggunaan cooler menuai suatu usaha lebih karena aliran proses hendak didinginkan dari
temperatur 48,89oC menjadi 20oC. Tentu proses pendinginan tidak dapat menggunakan cooling
water. Alternatif cara pendinginan adalah dengan menggunakan refrigeran beserta sistem
refrigerasinya. Bila sebelumnya tidak ada sistem refrigerasi, sistem tambahan perlu dibangun
untuk mendukung utilitas ini.
Gambar 3.5. Diagram kesetimbangan P-T untuk aliran atas separator (dengan cooler)
3.5. Rejim Aliran dengan Penambahan Separator dan Heater (Sistem DPCU)
Pada modifikasi kali ini, sebuah separator dan heater ditambahkan sebelum memasuki aliran
perpipaan. Gambaran lebih jelasnya tampak pada Gambar 3.6.
12
Gambar 3.6. Diagram alir penggunaan heater dan separator sebelum sistem perpipaan
Separator berguna untuk memiskinkan komponen berat dari aliran atas separator. Ini bertujuan
untuk menurunkan titik didih dari campuran. Di samping itu, aliran atas separator juga akan
memiliki fraksi metana yang semakin besar (0,90), tetapi nilai ini sedikit lebih kecil daripada
kasus pada subbab 3.4 di mana terdapat cooler sebelum separator.
Diagram P-T untuk aliran atas separator ditunjukkan pada Gambar 3.7.
Gambar 3.7. Diagram P-T aliran atas separator (tanpa cooler)
13
Pada Gambar 3.7 tampak bahwa temperatur kritis aliran atas separator adalah 50,81oC. Aliran
akan menjadi satu fasa dan tidak bisa berubah menjadi dua fasa ketika memiliki temperatur lebih
dari 50,81oC, kondisi aliran satu fasa ini dapat menghilangkan slug flow pada sistem perpipaan.
Untuk meningatkan temperatur aliran atas separator ini maka harus ditambahkan unit heater
sesudah separator sebelum sistem perpipaan.
14
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan dari hasil dan pembahasan ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Sistem PerpipaanDiameter dalam
pipa (inci)
Kecepatan
gas (m/s)
Jumlah segmen
dengan slug flow
Energi
tambahan (kW)
Unit operasi dan
utilitas tambahan
Erosional
velocity
Tanpa modifikasi 12 7 - 8 7 0 - Tidak ada
Modifikasi diameter 5 44 - 59 0 0 - Ada
Penambahan heater 12 17 - 18 0 27.430 Heater, HP steam Tidak ada
Penambahan cooler dan
separator12 6 - 7 0 2.300
Cooler, separator,
sisterm refrigerasiTidak ada
Penambahan separator
dan heater12 7 - 8 0 72,1
Heater, separator.
LP steamTidak ada
Dari Tabel 4.1 terlihat bahwa modifikasi yang paling optimal adalah modifikasi dengan penambahan separator dan heater. Hal ini
bisa dilihat dari kecepatan gas yang mengalir tidak lebih dari 20 m/s serta energi tambahan yang dibutuhkan relatif kecil. Sehingga
pada evaluasi ini, modifikasi yang dipilih adalah dengan penambahan separator dan cooler.
15
REFERENSI
1. http://cdn.intechopen.com/pdfs-wm/40523.pdf
2. Holland,F.A.; Bragg,H.1995. “Fluid Flow for Chemical Engineers 2nd ed”. Edward Arnold.
London.
3.
16