faktor-faktor yang mempengaruhi …/faktor... · ... and growth is proxied by price earning ratio...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN PADA
PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Magister Manajemen
Minat Utama :
Manajemen Keuangan
Diajukan oleh :
LINDA SITOMPUL
NIM : S4111064
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
Lembar Persetujuan
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN PADA
PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Disusun oleh :
LINDA SITOMPUL
NIM : S4111064
Telah disetujui Pembimbing
Pada tanggal : ………………………..
Pembimbing
Prof. Dr. Hartono, M.S.
NIP. 19531221 198003 1 004
Mengetahui :
Ketua Program Studi Magister Manajemen
Prof. Dr. Hartono, M.S.
NIP. 19531221 198003 1 004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
Lembar Persetujuan Penguji
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN PADA
PERUSAHAAN NON-KEUANGAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Disusun oleh :
LINDA SITOMPUL
NIM : S4111064
Telah disetujui oleh Tim Penguji
Pada tanggal : ………………………..
Ketua Tim Penguji : Dr. Payamta, MSi., Ak. CPA …………………….
Pembimbing : Prof. Dr. Hartono, MS ……………………...
Penguji : Dr. Asri Laksmi R, MS ………………………
Mengetahui :
Ketua Program Studi Magister Manajemen
Prof. Dr. Hartono, M.S.
NIP. 19531221 198003 1 004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Linda Sitompul
NIM : S4111064
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kebijakan Dividen pada Perusahan Non-keuangan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang
bukan karya saya, dalam tesis ini diberi tanda citasi dan situnjukkan dalam daftar
pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh atas tesis tersebut.
Surakarta, 30 Agustus 2012
Yang menyatakan,
Linda Sitompul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat
dan karuniaNya yang telah diberikan kepada saya sehingga saya dapat
menyelesaikan tesis ini tanpa hambatan yang cukup berarti. Tesis yang saya
kerjakan ini dipergunakan untuk memenuhi prasyarat kelulusan strata 2 di
Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Dalam penulisan tesis ini, saya berusaha menyelesaikan dan menjelaskan
apa yang saya kerjakan selama membuat tesis dan merupakan aplikasi dari apa
yang telah saya dapat di kampus Magister Manajemen Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Selama pelaksanaan dan penyusunan tesis ini, saya telah banyak
mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof.Dr. Hartono, M S, selaku Ketua Program Magister Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret yang juga sebagai Dosen
Pembimbing yang telah meluangkan waktu dengan sabar dan bijaksana dalam
membimbing serta memberikan arahan, nasihat, dan semangat kepada saya
sampai terselesaikannya tesis ini.
2. Bapak Dr. Payamta, MSi., Ak. CPA dan Ibu Dr.Asri Laksmi Riani, M S
sebagai dosen penguji yang telah memberikan banyak saran dan kritik yang
membangun dalam penyusunan tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
3. Para dosen dan seluruh staf pengajar Program Studi Magister Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan bekal
ilmu yang bermanfaat bagi saya.
4. Para staf administrasi dan tata usaha Program Studi Magister Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret yang telah banyak membantu
saya dalam menyelesaikan studi di Program Magister Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
5. Ananda tercinta Duvan Nanda Putra juga Wiyani, Rustono, dan Johan yang
selama ini menemani, mendampingi dengan sabar, membantu dan memberi
semangat kepada saya.
6. Adik saya Pahala Sitompul dan adik ipar saya Neni Anggraini tersayang juga
keponakan-keponakan saya tercinta Paquita, Joshua, Nandito, dan Nakia, serta
seluruh keluarga besar MM Hutabarat tersayang.
7. Sahabat-sahabatku Anita, Yuni, Agatha, terima kasih atas persahabatan yang
indah dan yang memberi dukungan dan waktu pada saat yang dibutuhkan.
8. Teman-teman angkatan 36, terima kasih atas bantuan, dukungan, kerjasama
dan kebersamaan selama menempuh studi di Magister Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Keep our friendship forever.
9. Atasan saya di kantor, bapak Dewanto Santosa dan bapak Sofyan yang telah
mendukung dan memberi dorongan untuk cepat menyelesaikan tesis saya ini.
10. Rekan-rekan sekantor di PT Kusumahadi Santosa/PT Kusumaputra Santosa
yang telah membantu, sabar, penuh pengertian dan telah memberi dukungan
selama saya menyelesaikan tesis ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
11. Semua pihak yang telah membantu saya yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Saya menyadari akan keterbatasan pengetahuan yang saya miliki. Saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan pada masa
yang akan datang.
Akhir kata, saya berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi saya sendiri dan
bagi pembaca sekalian.
Tuhan memberkati.
Surakarta, 30 Agustus 2012
Penyusun,
Linda Sitompul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...……………………………………………………………i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ...………………………………...ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ...…..………………………………….iii
HALAMAN PERNYATAAN ...……………...………………………………….iv
KATA PENGANTAR ...………………………………………………………….v
DAFTAR ISI ...………………………………………………………………....viii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………..xi
DAFTAR GAMBAR ...……………………………………………………….....xii
DAFTAR LAMPIRAN ...…………………………………………………...….xiii
ABSTRAK ...……………………………………………………………………xiv
ABSTRACT ……………………………………………………………………..xv
BAB I PENDAHULUAN ...………………………………………………………1
A. Latar Belakang ...……………………………………………………...1
B. Perumusan Masalah ...………………………………………………...4
C. Tujuan Penelitian ...…………………………………………………...5
D. Manfaat Penelitian …...…………………………………………….....5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ...……6
A. Tinjauan Pustaka …...…………………………………………………6
B. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis …...……………28
C. Kerangka Pemikiran ...……………………………………………….38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
BAB III METODE PENELITIAN ...………………………….………………...40
A. Design Penelitian ...………………………………………………….40
B. Populasi dan Sampel Penelitian..…………………………………….40
C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel …..…………………41
D. Analisis Data ………………………………………………………...44
1. Pengujian Asumsi Klasik …….………………………………….44
a. Uji Normalitas Data ….……..…………...…………………..44
b. Uji Multikolinieritas ..………………………………………..45
c. Uji Autokorelasi ……..………………………………………45
d. Uji Heteroskedastisitas …………………….………………..46
2. Pengujian Hipotesis ……………………………………………...47
a. Analisis Koefisien Determinasi ……………………………..48
b. Uji Statistik F ………………………………………………..48
c. Uji Statistik t ………………………………………………...49
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN…………………………….50
A. Hasil pengumpulan Data ...…………………………………….…….50
B. Statistik Deskriptif ...………………………………………………...50
C. Uji Asumsi Klasik …...………………………………………………52
1. Uji Normalitas Data ….……..…………...……………………...52
2. Uji Multikolinieritas ..…………………………………………....54
3. Uji Autokorelasi ……..…………………………………………..55
4. Uji Heteroskedastisitas …………………….…………………….60
D. Uji Hipotesis………………………………………………………....62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
1. Koefisien Determinasi …………….…………………………….62
2. Nilai F …………………………………………………………...63
3. Nilai t ………………………………………………...................63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………….70
A. Kesimpulan ...….…………………………………………………….70
B. Implikasi Hasil Penelitian ……..…………………………………….72
C. Keterbatasan .....……………….……….…………………………….73
D. Saran …………………………………………..……………………..73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil Pengambilan Sampel ……………………………...……………..50
Tabel 2 Hasil Uji Deskriptif .……………………………………...…………….51
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Data ……………………………...………………53
Tabel 4 Hasil Uji Multikolinearitas …………………….………………………55
Tabel 5 Hasil Uji Durbin - Watson ………………………………………….….56
Tabel 6 Hasil Uji Durbin - Watson (Revisi) ……………………………………58
Tabel 7 Hasil Uji Runs Test ………...…………………………………………..59
Tabel 8 Hasil Uji Glejser …....………………………………………………….60
Tabel 9 Hasil Uji Koefisien Determinasi …………………………………….…62
Tabel 10 Hasil Uji Nilai F …………..…………………………………………...63
Tabel 11 Hasil Pengujian Regresi Berganda Parsial (Uji t) ………………….….64
Tabel 12 Hasil Pengujian Hipotesis ...………………………………………...…65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Teoritis ………………………………………...39
Gambar 2 Hasil Pengujian Normalitas Data ……………...……………………..54
Gambar 3 Gambar Grafik Durbin-Watson ….. ………………………………….56
Gambar 4 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas …………………………………61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Sampel Penelitian dan Data Olah
Lampiran 2 Output SPSS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
FACTORS INFLUENCING THE DIVIDEND POLICY
ON NON-FINANCIAL COMPANIES LISTED IN
INDONESIA STOCK EXCHANGE
LINDA SITOMPUL NIM : S4111064
ABSTRACT
This study is performed to examine the effect of agency cost, firm size, profitability, financial leverage, and growth variables toward dividend policy of non-financial companies that listed in Indonesian Stock Exchange over period 2006-2010. Dividend policy proxied by dividend payout ratio (DPR), agency cost is proxied by managerial ownership (insider ownership – INSD), profitability is proxied by return on assets (ROA), and growth is proxied by price earning ratio (PER). While firm size measured by capital market (SIZE) and financial leverage used financial leverage ratio (FLEVER), the ratio of total debt to total assets.
The sampling technique used here is purposive sampling and acquired 46 companies in accordance with predetermined criteria. The data is obtained based on Indonesian Capital Market Directory (ICMD 2011) publication. The analysis technique used here is multiple regression with the least square difference and hypothesis test using t-statistic to examine partial regression coefficient and F-statistic to examine the mean of mutual effect with level of significance 5%.
This research results that profitability (ROA) gives significantly positive effect on dividend payout ratio (DPR). The other variables which is agency costs (INSD), firm size (SIZE), financial leverage (FLEVER), and growth (PER)are not significant to DPR..
Keywords: Dividend policy (DPR), agency cost (INSD), firm size (SIZE), profitability (ROA), financial leverage (FLEVER), growth (PER).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
xv
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN NON-
KEUANGAN YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
LINDA SITOMPUL NIM : S4111064
ABSTRAK
Penelitian ini untuk menguji pengaruh variabel biaya agensi, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage keuangan, dan pertumbuhan perusahaan pada kebijakan dividen di perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2010. Kebijakan dividend diproksi dengan dividend payout rasio (DPR), biaya agensi diproksi dengan kepemilikan manajerial (insider ownership – INDS), profitabilitas diproksikan dengan return on assets (ROA), dan pertumbuhan perusahaan diproksi dengan price earning ratio (PER). Sedangkan ukuran perusahaan diukur dengan capital market (SIZE) dan leverage keuangan menggunakan rasio leverage keuangan (FLEVER), rasio dari total hutang terhadap total asset.
Teknik sampling digunakan purposive sampling dan didapat 46 perusahaan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Data diperoleh dari publikasi Indonesian Capital Market Directory (ICMD 2011).Teknik analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan persamaan kuadrat terkecil dan uji hipotesis menggunakan t-statistik untuk menguji koefisien regresi parsial serta F-statistik untuk menguji pengaruh secara bersama-sama dengan tingkat kepercayaan 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas (ROA) berpengaruh signifikan positif terhadap DPR. Sedangkan variabel lain yaitu biaya agensi (INDS), ukuran perusahaan (SIZE), leverage keuangan (FLEVER), dan pertumbuhan perusahaan (PER) tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR. Kata kunci : Kebijakan dividen (DPR), biaya agensi (INSD), ukuran perusahaan (SIZE),
profitabilitas (ROA), leverage keuangan (FLEVER), dan pertumbuhan perusahaan (PER).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sementara argumen ketidakrelevanan kebijakan dividen perusahaan dalam
pasar modal sempurna telah sangat penting dalam teori keuangan, juga ada
banyak kontroversi tentang kebijakan dividen dalam dunia nyata di mana ada
ketidaksempurnaan pasar. Kehadiran asimetri informasi, problem agensi,
pajak, dan biaya transaksi semua tampaknya membuat masalah pada
kebijakan dividen. Teori dengan wadah yang besar dan penelitian empiris
telah berusaha untuk mengidentifikasi faktor-faktor penentu kebijakan dividen
perusahaan.
Setelah Miller & Modigliani (1961) merintis hipotesis dividen tidak
relevan, ekonom keuangan telah lebih maju dengan sejumlah teori yang
bertentangan dalam upaya untuk menjelaskan mengapa kebijakan dividen
perusahaan dalam praktek tampaknya menjadi masalah. Beberapa teori telah
berkembang sekitar proposisi bahwa kebijakan dividen relevan karena
keberadaan pajak (Litzenberger & Ramaswamy, 1979, Poterba & Summers,
1984, dan Barclay, 1987). Lainnya berpendapat adanya masalah clientele
effect pada kebijakan dividen (Pettit, 1977, Scholz, 1992, dan Allen et al.,
2000). Hipotesis kebijakan dividen lain menunjukkan bahwa kebijakan
dividen dipengaruhi oleh ketidaksempurnaan pasar lain seperti asimetri
informasi dan biaya agensi. Asimetri informasi, yang dikenal sebagai teori
sinyal, memprediksi bahwa perusahaan dapat menyampaikan informasi pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pasar dengan membayar dividen (Bhattacharya, 1979, Miller & Rock, 1985,
dan Bali, 2003). Biaya agensi, yang dikenal sebagai teori agensi, berpendapat
bahwa dividen dapat mengurangi biaya konflik pemegang saham-manajer
(atau mengendalikan minoritas pemegang saham) (Rozeff, 1982, Easterbrook,
1984, Jensen, 1986, dan Alli et al., 1993). Debat antara model-model teoritis
tetap belum terpecahkan.
Pola-pola kebijakan pembayaran dividen perusahaan tidak hanya
bervariasi dari waktu ke waktu tetapi juga di seluruh negara, terutama antara
pasar modal yang telah berkembang dan yang baru berkembang. Glen et
al.(1995) menemukan bahwa kebijakan dividen di pasar yang telah
berkembang berbeda dari pasar yang baru berkembang. Mereka melaporkan
rasio pembayaran dividen di negara berkembang hanya sekitar dua per tiga
dari negara-negara maju. Ramcharran (2001) juga mengamati hasil dividen
yang rendah untuk pasar negara berkembang. Aivazian et al. (2003)
membandingkan sampel perusahaan yang beroperasi di delapan pasar negara
berkembang dengan sampel dari 99 perusahaan AS.
Pasar negara berkembang berbeda dengan negara maju dalam banyak
aspek. Pasar negara berkembang sering dari asal-usul yang lebih baru, kurang
memiliki informasi yang efisien, lebih volatilitas, dan ukuran lebih kecil
(Kumar & Tsetsekos, 1999). Pasar negara berkembang juga berbeda dari
pasar-pasar yang sudah berkembang dalam karakteristik lain seperti tata kelola
perusahaan, pengenaan pajak atas dividen dan keuntungan modal (keuntungan
penjualan saham yang harga jualnya lebih tinggi dari harga belinya), dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
struktur kepemilikan. Selain itu, pasar negara berkembang biasanya ditandai
dengan kepemilikan yang terkonsentrasi, dan sistem keuangan adalah bank
bukan berbasis pasar. Dalam hal ini, bank dapat memainkan peran penting
dalam mendekatkan kesenjangan informasi antara manajemen perusahaan dan
pasar yang menyebabkan peran dividen sebagai perangkat untuk sinyal atau
mengurangi biaya agensi menjadi kurang penting. Selain itu, perusahaan-
perusahaan di pasar negara berkembang lebih tergantung pada kendala
keuangan dari pada rekan-rekan mereka di negara maju yang mungkin
memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen. Perbedaan-perbedaan ini, dan
kekhususan dari pasar tertentu itu sendiri, menimbulkan pertanyaan tentang
sejauh mana persaingan teori kebijakan dividen dapat diterapkan di pasar
modal Indonesia.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang “Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebijakan Dividen
pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Al-Malkawi (2008) yang
meneliti mengenai faktor potensial yang berpengaruh terhadap kebijakan
dividen pada developing capital market khususnya Jordan pada perusahaan-
perusahaan sektor ekonomi yaitu manufaktur, bank, asuransi, dan jasa.
Sedangkan dalam penelitian ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan non-
keuangan saja. Tidak dimasukkan perusahaan berbasis industri keuangan
seperti perbankan, investasi, asuransi, sekuritas ataupun jasa keuangan lainnya
dengan pertimbangan bahwa penilaian atas rasio keuangannya sangat berbeda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
dengan rasio keuangan perusahaan pada umumnya. Selain itu perusahaan
yang berbasis industri keuangan juga diikat dengan aturan yang lebih ketat
dibandingkan perusahaan pada industri yang lain (Damasita, 2011).
B. Perumusan Masalah
Bagaimanapun untuk saat ini tidak ada konsensus tentang apa faktor-
faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Masalah ini bahkan menjadi
lebih rumit ketika datang ke pasar yang baru berkembang. Studi ini mencoba
untuk memberikan wawasan ke dalam kebijakan dividen di satu pasar yang
masih berkembang, yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) di mana kurang adanya
bukti tentang faktor-faktor penentu kebijakan dividen.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen yang diteliti
adalah :
1. Apakah biaya agensi mempunyai pengaruh negatif pada kebijakan
dividen?
2. Apakah ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif pada kebijakan
dividen?
3. Apakah profitabilitas mempunyai pengaruh positif pada kebijakan
dividen?
4. Apakah leverage keuangan mempunyai pengaruh negatif pada kebijakan
dividen?
5. Apakah pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh negatif pada
kebijakan dividen?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
C. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini untuk mengkaji keputusan dividen
perusahaan-perusahaan non-keuangan yang sudah go public yang
diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dengan menguji :
1. Pengaruh negatif biaya agensi pada kebijakan dividen.
2. Pengaruh positif ukuran perusahaan pada kebijakan dividen.
3. Pengaruh positif profitabilitas pada kebijakan dividen.
4. Pengaruh negatif leverage keuangan pada kebijakan dividen.
5. Pengaruh negatif pertumbuhan perusahaan pada kebijakan dividen.
D. Manfaat Penelitian
1. Dapat menjadi bukti empiris dan memberikan kontribusi dalam
memperkaya penelitian-penelitian sebelumnya.
2. Bagi para investor dan calon investor hasil temuan ini dapat menjadi
masukan dalam mempertimbangkan pembuatan keputusan untuk membeli
dan menjual saham sehubungan dengan harapannya terhadap dividen yang
diharapkan.
3. Bagi emiten hasil temuan ini diharapkan dapat memberikan masukan
terhadap isu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan dividen
khususnya pada perusahaan publik di Indonesia.
4. Bagi para peneliti lain yang tertarik untuk meneliti kajian yang sama
diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan pijak untuk
penelitian selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
Dividen merupakan hak pemegang saham biasa (common stock) untuk
mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Jika perusahaan
memutuskan untuk membagi keuntungan dalam dividen, semua pemegang
saham biasa mendapatkan haknya yang sama. Hanafi (2004) menyatakan
bahwa dividen merupakan kompensasi yang diterima oleh pemegang saham,
di samping capital gain. Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang
saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Dividen ditentukan
berdasarkan dalam rapat umum anggota pemegang saham dan jenis
pembayarannya tergantung kepada kebijakan pemimpin. Pembuat keputusan
tentang dividen ini disebut kebijakan dividen atau dengan kata lain kebijakan
dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam
bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan
investasi di masa yang akan datang.
1. Teori Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan
pendanaan perusahaan. Dividend payout ratio menentukan jumlah laba
yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan
semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
6
Alokasi penentuan laba sebagai laba ditahan dan pembayaran dividen
merupakan aspek utama dalam kebijakan dividen (Van Horne et al.,1998).
Kebijakan dividen menyangkut masalah penggunaan laba yang menjadi
hak para pemegang saham, dan laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen
atau laba yang ditahan untuk diinvestasikan kembali (Husnan,1996).
Dengan demikian dimungkinkan membagi laba sebagai dividen dan pada
saat yang sama menerbitkan saham baru. Kebijakan dividen bersangkutan
dengan penentuan pembagian pendapatan (earning) antara penggunaan
pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai
dividen atau untuk digunakan didalam perusahaan, yang berarti laba
tersebut harus ditahan di dalam perusahaan (Riyanto 2001).
Laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu dari sumber dana
yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Sedangkan
dividen merupakan aliran kas yang dibayarkan kepada para pemegang
saham atau “equity investors”. Setiap perusahaan selalu menginginkan
adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut di satu pihak dan juga dapat
membayarkan dividen kepada para pemegang saham di lain pihak, tetapi
kedua tujuan tersebut selalu bertentangan. Sebab jika makin tinggi tingkat
dividen yang dibayarkan, berarti semakin sedikit laba yang ditahan, dan
sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat pertumbuhan (rate of growth)
dalam pendapatan dan harga sahamnya.
Kalau perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatan yang
tersedia maka untuk pembayaran deviden semakin kecil. Persentase dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
6
pendapatan yang akan di bayarkan kepada pemegang saham sebagai cash
dividend disebut dividend payout ratio. Dengan demikian dapatlah
dikatakan bahwa makin tingginya dividend payout ratio yang ditetapkan
oleh perusahaan berarti makin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan
kembali di dalam perusahaan yang ini berarti akan menghambat
pertumbuhan perusahaan (Riyanto 2001).
Kebijakan terhadap pembayaran dividen merupakan keputusan yang
sangat penting dalam suatu perusahaan. Kebijakan ini melibatkan dua pihak
yang mempunyai kepentingan yang berbeda, yaitu pihak pertama para
pemegang saham dan pihak kedua perusahaan itu sendiri. Dividen diartikan
sebagai pembayaran kepada para pemegang saham oleh pihak perusahaan
atas keuntungan yang diperolehnya. Kebijakan dividen adalah kebijakan
yang berhubungan dengan pembayaran dividen oleh pihak perusahaan,
berupa penentuan besarnya pembayaran dividen dan besarnya laba ditahan
untuk kepentingan pihak perusahaan (Alexander, et.al, 1993 dalam
Prihantoro,2003).
Beberapa teori yang berkaitan dengan dividend payout ratio dan asumsi
– asumsi yang mendasarinya:
a. Dividen tidak relevan
Menurut Modigliani & Miller (1961) dalam Saxena (1999),
dividend payout ratio tidak mempunyai pengaruh pada harga saham
perusahaan atau biaya modalnya. Modigliani dan Miller menyatakan
bahwa dividend payout ratio adalah tidak relevan, selanjutnya nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
6
perusahaan ditentukan oleh earning power dari aset perusahaan.
Sementara itu keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan
dalam bentuk dividen atau akan ditahan tidak mempengaruhi nilai
perusahaan. Untuk membuktikan teorinya, Modigliani dan Miller
mengemukakan berbagai asumsi sebagai berikut:
a) Tidak ada pajak perseorangan dan pajak penghasilan perusahaan
b) Tidak ada biaya emisi atau flotation cost dan biaya transaksi
c) Kebijakan penganggaran modal perusahaan independen terhadap
dividend payout ratio
d) Investor dan manajer mempunyai informasi yang sama tentang
kesempatan investasi di masa yang akan datang.
e) Distribusi pendapatan di antara dividen dan laba ditahan tidak
berpengaruh terhadap tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh
investor.
b. Bird in The Hand Theory
Menurut Gordon (1963) dan Lintner (1956), tingkat keuntungan
yang disyaratkan akan naik apabila pembagian dividen dikurangi
karena investor lebih yakin terhadap penerimaan dividen daripada
kenaikan nilai modal (capital gain) yang akan dihasilkan dari laba
ditahan. Pendapat Gordon (1963) dan Lintner (1962) oleh MM diberi
nama bird in the hand fallacy. Gordon dan Lintner beranggapan
investor memandang bahwa satu burung di tangan lebih berharga
daripada seribu burung di udara. Namun, MM berpendapat bahwa tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
6
semua investor berkepentingan untuk menginvestasikan kembali
dividen mereka di perusahaan yang sama dengan memiliki resiko yang
sama, oleh sebab itu tingkat resiko pendapatan mereka di masa yang
akan datang bukannya ditentukan oleh DPR tetapi ditentukan oleh
tingkat resiko investasi baru.
c. Tax preference theory
Adalah suatu teori yang menyatakan bahwa karena adanya pajak
terhadap keuntungan dividen dan capital gains maka para investor lebih
menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak.
Berdasarkan ketiga konsep teori tersebut di atas, perusahaan dapat
melakukan hal-hal sebagai berikut :
a) Jika manajemen percaya bahwa dividend irrelevance theory dari
Modigliani dan Miller itu benar maka perusahaan tidak perlu
memperhatikan besarnya dividen yang harus dibagikan.
b) Jika perusahaan menganut bird in the hand theory maka perusahaan
harus membagi seluruh EAT (Earning After Tax) dalam bentuk
dividen.
c) Jika manajemen cenderung mempercayai tax preference theory
maka perusahaan harus menahan seluruh keuntungan.
Menurut Brigham & Houston (2001) dua teori lain yang dapat
membantu untuk memahami kebijakan dividen adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
6
a) Information content or signaling hypothesis
Di dalam teori ini Modigliani dan Miller berpendapat bahwa
suatu kenaikan dividen yang diatas kenaikan normal biasanya
merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen
perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa yang
akan datang.
Sebaliknya, suatu penurunan dividen yang dibawah penurunan
normal diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan
mengalami masa sulit di masa mendatang. Namun demikian sulit
dikatakan apakah kenaikan atau penurunan harga setelah adanya
kenaikan atau penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh efek
sinyal atau mungkin preferensi terhadap dividen.
b) Clientele Effect
Menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda akan
memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen
perusahaan. Kelompok investor yang membutuhkan penghasilan saat
ini lebih menyukai suatu DPR yang tinggi, sebaliknya kelompok
investor yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang
jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan.
2. Agency Theory (Teori Agensi)
Teori keagenan menjelaskan bahwa kepentingan manajer dan
kepentingan pemegang saham seringkali bertentangan, sehingga dapat
menyebabkan terjadi konflik diantara keduanya (Jensen & Meckling,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
6
1976). Hal ini terjadi karena manajer berusaha untuk mengutamakan
kepentingan pribadinya yang tidak sesuai dengan keinginan pemegang
saham dimana kepentingan manajer dapat menambah biaya perusahaan
yang mengurangi keuntungan perusahaan. Menurunnya keuntungan
perusahaan menyebabkan penerimaan pemegang saham juga menurun.
Konflik yang terjadi ini dapat dikurangi dengan adanya suatu mekanisme
kontrol atau pengawasan sehingga dapat mensejajarkan kepentingan-
kepentingan tersebut. Mekanisme pengawasan menimbulkan adanya biaya
agensi (Agency Cost).
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi adanya biaya
keagenan adalah dengan pembayaran dividen yang dapat menjadi bonding
bagi manajer. Jadi kebijakan dividen digunakan sebagai salah satu cara
untuk mengurangi biaya keagenan, pembayaran dividen yang lebih besar
akan memperbesar kesempatan untuk mendapatkan dana tambahan dari
sumber eksternal (Crutchley & Hansen, 1989).
Pembagian dividen ini membuat pemegang saham mendapatkan
pendapatan tambahan selain dari capital gain. Dividen juga membuat
pemegang saham mempunyai kepastian pendapatan (Crutchley & Hansen,
1989).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi dividen yang diuji di penelitian ini:
a. Biaya Agensi
Biaya agensi adalah biaya yang ditanggung oleh pemegang saham
untuk mencegah atau meminimalkan masalah agensi (Jensen et al, 1992).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
6
Ada tiga kategori biaya keagenan yaitu :
a) Pengeluaran untuk memonitor aktifitas-aktivitas manajer misalnya biaya
audit.
b) Pengeluaran-pengeluaran untuk membuat struktur organisasi yang dapat
membatasi perilaku manajer yang tidak diinginkan misalnya dengan
mengangkat investor ke dalam dewan direksi
c) Opportunity cost yang timbul akibat kondisi dimana manajer tidak dapat
segera mengambil keputusan tanpa persetujuan pemegang saham
(Brigham et al., 1999)
Biaya agensi dapat dibedakan menjadi 2 jenis (Jensen & Mecking,
1976) yaitu :
a) Biaya agensi ekuitas luar yang terjadi karena perbedaan kepentingan
antara pemilik-manajer dengan pemegang saham luar sebagai akibat
penjualan klaim ekuitas atas perusahaan. Pemilik dan manajer hanya
akan menanggung sebagian biaya dari operasional perusahaan yang
digunakannya untuk mengkonsumsi penghasilan tambahan dari
sumberdaya perusahaan. Konflik potensial berasal dari keadaan ketika
kepemilikan manajer turun sehingga dorongan untuk mencurahkan
usaha pada aktivitas-aktivitas yang kreatif juga menurun.
b) Biaya agensi hutang yang terjadi karena perbedaan kepentingan antara
pemegang saham (stockholder) dengan pemegang hutang (debt holder).
Dengan penerbitan hutang, maka kreditur mengkonsumsi sebagian laba
dari biaya bunga yang dibayarkan, sementara itu manajer memegang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
6
pengendalian yang sangat menentukan untuk tingkat profitabilitas dan
risiko perusahaan melalui aliran kas, misalnya manajer melakukan
ekspansi yang menyebabkan risiko lebih besar. Jika investasi tersebut
berhasil maka sebagian besar keuntungan akan menjadi hak pemegang
saham karena bunga atas hutang bersifat tetap. Tetapi bila investasi
tersebut gagal, maka kreditur akan ikut menanggung kerugian tersebut,
sehingga disimpulkan bahwa investasi tersebut hanya baik untuk
pemegang saham.
Distribusi sumber daya tunai mengurangi ukuran dana internal yang
dihasilkan yang tersedia bagi manajer, memaksa mereka lebih sering masuk
ke dalam pasar modal untuk memperoleh pendanaan eksternal, sehingga
manajer menjadi subjek pengawasan pasar modal. Dalam rangka untuk
mengamankan dana yang dibutuhkan, manajer akan memiliki insentif untuk
mengungkapkan kedua informasi dan mengurangi biaya agensi
(Easterbrook, 1984, dan Moh'd et al., 1995.). Oleh karena itu, pembayaran
dividen menguntungkan pemegang saham dengan mengurangi biaya agensi
yang terkait dengan pemantauan manajer yang memperluas peran ini ke
pasar modal.
Pembayaran dividen juga berfungsi untuk mengurangi "free cash flow"
dari menjadi terbuang karena proyek-proyek tidak menguntungkan atau net
present value (NPV) negatif. Ketika suatu perusahaan telah menghabiskan
semua peluang pertumbuhan yang menguntungkan dan proyek dengan
NPV positif, agency problem antara pemegang saham dan manajer akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
6
lebih parah karena perusahaan memiliki cash flow yang berlebihan (Jensen,
1986). Pembayaran dividen yang besar kepada pemegang saham
mengurangi dana diskresioner yang tersedia untuk manajer, sehingga
mengurangi potensi masalah invesmen yang berlebihan dan sesuai dengan
itu meminimalkan konflik pemegang saham – manajer. Namun, Jensen
(1986) berpendapat bahwa hutang juga bisa berfungsi secara efektif sebagai
mekanisme pengganti untuk dividen dalam mengurangi biaya agensi dari
free cash flow. Argumentasi ini mungkin berlaku untuk Indonesia karena
sistem keuangan di Indonesia berdasarkan bank (bank-based) dan bank
memainkan peran penting dalam pembiayaan kegiatan usaha. Sebagian
besar dari struktur modal perusahaan Indonesia adalah hutang jangka
pendek dan jenis fasilitas kredit yang dominan yang diberikan oleh bank
Indonesia yang secara alamiah jangka pendek. Akibatnya perusahaan harus
tunduk pada pengawasan bank, pengawasan akan lebih sering ketika
mereka melakukan pendekatan ke bank untuk pembiayaan.
Proksi untuk biaya agensi pada penelitian ini adalah persentase saham
biasa suatu perusahaan yang dipegang oleh orang dalam (INSD - insiders).
Proksi ini telah banyak digunakan dalam literatur (Rozeff, 1982, Lloyd et
al, 1985., Jensen, et al., 1992, dan Holder et al.,1998). Telah berpendapat
bahwa biaya agensi mungkin dapat dikurangi jika orang dalam (manajer,
direktur, dan pejabat eksekutif lainnya) meningkatkan kepemilikan mereka
di perusahaan, karena ini dapat membantu untuk menyelaraskan
kepentingan keduanya, manajer dan pemegang saham (Jensen dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
6
Meckling, 1976). Oleh karena itu, semakin tinggi proporsi kepemilikan
manajer dalam perusahaan, semakin kurang kebutuhan untuk menggunakan
dividen sebagai perangkat untuk mengurangi biaya agensi. Oleh karena itu,
proporsi kepemilikan insider (INSD) diharapkan untuk memiliki hubungan
negatif ke dividend payout.
b. Ukuran Perusahaan
Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori
yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium firm),
dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini
didasarkan kepada total aset perusahaan (Machfoedz, 1994 dalam Ulfah,
2012)
Ukuran perusahaan merupakan suatu faktor yang penting bukan hanya
sebagai proksi pada biaya keagenan (dimana dapat diharapkan lebih tinggi
pada perusahaan dengan ukuran yang lebih besar) tetapi juga disebabkan
biaya transaksi yang berhubungan dengan penerbitan saham sehubungan
dengan ukuran perusahaan (Smith, 1977). Bagaimanapun (Smith & Watts,
1992) menunjukkan, dasar teori pada pengaruh dari ukuran (size) terhadap
dividend payout ratio sangat kuat. Perusahaan besar dengan akses pasar
yang lebih baik seharusnya membayar dividen yang tinggi kepada
pemegang sahamnya, sehingga antara ukuran perusahaan dan pembayaran
dividen memiliki hubungan yang positif.
Sedangkan Al-Malkawi (2008) menyatakan bahwa sebuah perusahaan
besar biasanya memiliki akses lebih baik ke pasar modal dan menemukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
6
lebih mudah untuk meningkatkan dana dengan biaya lebih rendah dan
kendala lebih sedikit dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini
menunjukkan bahwa ketergantungan pada dana internal menurun dengan
meningkatnya ukuran perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan besar lebih
cenderung untuk membayar dividen lebih tinggi untuk pemegang saham.
Sejumlah studi empiris telah didokumentasikan bahwa ukuran adalah
signifikan dalam menentukan kebijakan dividen perusahaan, dan
berpengaruh positif berhubungan dengan dividen (Lloyd et al., 1985,
Barclay et al., 1995., Redding, 1997, Holder et al. 1998, Fama & French,
2001).
Ada pengukuran-pengukuran yang berbeda dari ukuran perusahaan,
misalnya kerja, penjualan, aset, dan kapitalisasi/pemodalan. Dalam
penelitian ini, kapitalisasi pasar ekuitas umum perusahaan digunakan
sebagai pengukur untuk ukuran (SIZE). Ukuran ini telah sering digunakan
oleh penelitian sebelumnya (Al-Malkawi, 2008., Deshmukh, 2003).
Berdasarkan pembahasan tersebut di atas dan konsisten dengan penelitian
sebelumnya, besarnya variabel diharapkan memiliki hubungan positif
dengan dividend payout.
c. Profitabilitas
Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh
perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Dividen adalah merupakan
sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karenanya
dividen akan dibagikan jika perusahaan memperoleh keuntungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
6
Keuntungan yang layak dibagikan kepada para pemegang saham adalah
keuntungan setelah perusahaan memenuhi seluruh kewajiban tetapnya yaitu
beban bunga dan pajak. Karena dividen diambil dari keuntungan bersih
yang diperoleh perusahaan, maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi
besarnya dividend payout ratio. Perusahaan yang memperoleh keuntungan
cenderung akan membayar porsi keuntungan yang lebih besar sebagai
dividend. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin
besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Atribut
profitabilitas ini diwakili oleh tingkat keuntungan setelah pajak dibagi
dengan total assets (Chang dan Rhee, 1990) yang merupakan salah satu
rasio profitabilitas.
Menurut Kasmir (2008), rasio profitabilitas merupakan rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga
memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan yang
ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan
investasi. Pada dasarnya penggunaan rasio ini menunjukkan tingkat
efisiensi suatu perusahaan. Manfaat rasio profitabilitas ini tidak terbatas
hanya pada pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak luar
perusahaan terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau
kepentingan dengan perusahaan.
Terdapat beberapa jenis rasio profitabilitas untuk mengukur tingkat
profitabilitas suatu perusahaan, antara lain :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
6
a) Gross profit margin (GPM)
Pengukuran ini adalah ukuran persentase dari setiap hasil penjualan
sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan. Semakin tinggi
gross profit margin maka semakin baik.
b) Operating profit margin (OPM)
Pengukuran ini adalah ukuran persentase dari setiap hasil penjualan
sesudah semua biaya dan pengeluaran lain dikurangi kecuali bunga dan
pajak.
c) Net profit margin (NPM)
Pengukuran ini adalah ukuran untuk mengukur persentase keuntungan
perusahaan setelah dikurangi semua biaya dari pengeluaran termasuk
bunga dan pajak.
d) Return on assets (ROA)
Pengukuran ini adalah ukuran keefektifan manajemen dalam
menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia.
e) Return on Equity (ROE)
ROE adalah tingkat pengembalian atas ekuitas pemilik perusahaan.
Ekuitas pemilik adalah jumlah aktiva bersih perusahaan sehingga
perhitungan ROE sebuah perusahaan dapat dihitung dengan membagi
total ekuitas dengan laba bersih perusahaan. Pengukuran ini adalah
ukuran pengembalian yang diperoleh pemilik atas investasi.
Pada penelitian ini profitabilitas diproksikan dengan return on assets
(ROA).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
6
Ang (1997) menyatakan bahwa Return on Asset adalah tingkat
keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan
operasionalnya. Return on Asset diukur dari laba bersih setelah pajak
(earning after tax) terhadap total assetnya yang mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam penggunaan investasi yang digunakan untuk operasi
perusahaan dalam rangka menghasilkan probabilitas perusahaan. ROA
yang merupakan salah satu ukuran profitabilitas juga merupakan ukuran
efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva tetap yang digunakan dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan aktiva tetap yang digunakan untuk
operasi. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang
semakin baik karena tingkat kembalian investasi (return) yang semakin
besar (Puspita, 2009)
d. Leverage Keuangan
Menurut Al-Malkawi (2008) struktur keuangan perusahaan terdiri dari
hutang (kewajiban) dan pembiayaan ekuitas. Pembiayaan jangka panjang
biasanya mengacu pada struktur modal perusahaan, dan sejauh mana
perusahaan bergantung pada pembiayaan hutang yang disebut leverage
keuangan. Selain keuntungan dari pajak (pemotongan bunga/interest atas
penghasilan), penggunaan pendanaan hutang dapat menaikan/lever-up laba
pemegang saham atas ekuitas. Namun, leverage mengandung risiko, yaitu,
ketika sebuah perusahaan memperoleh pembiayaan hutang dan
berkomitmen untuk beban keuangan tetap diwujudkan dalam bunga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
6
pembayaran dan jumlah pokok, maka kegagalan untuk memenuhi
kewajiban ini dapat membuat perusahaan ke dalam likuidasi. Risikonya
berkaitan dengan tingginya derajat leverage keuangan karena dapat
mengakibatkan rendahnya pembayaran dividen karena perusahaan perlu
untuk menjaga arus kas internal mereka untuk membayar kewajiban
mereka daripada mendistribusikan uang tunai untuk pemegang saham.
Selain itu, Rozeff (1982) menunjukkan bahwa, perusahaan dengan
leverage keuangan tinggi cenderung memiliki rasio pembayaran dividen
rendah untuk mengurangi biaya transaksi terkait dengan pembiayaan
eksternal. Selain itu, ada juga beberapa perjanjian hutang yang berlaku
dengan pembatasan pembayaran dividen. Adanya restriksi dividen dalam
perjanjian hutang mendorong terjadinya konflik tersebut. Menurut Kalay
(1982), adanya pembatasan dividen yang dijumpai dalam perjanjian hutang
dimaksudkan untuk mengontrol biaya agensi hutang yang timbul dari
pembayaran dividen yang mungkin didanai dari penerbitan hutang baru dan
atau dari investasi yang terlebih dahulu (foregoing investment). Sebagai
salah satu konsekwensi pembatasan tersebut, pihak perusahaan terikat
dengan perjanjian tersebut. Bila perusahaan sedang mengalami kesulitan
keuangan, jumlah investasi minimal perusahaan kemungkinan besar
dikonversi kedalam dividen yang rendah. Hasil penelitian DeAngelo dan
DeAngelo (1996) menunjukan bahwa perusahaan mengurangi jumlah
dividen yang dibayarkan ketika sedang mengalami kesulitan keuangan.
Hasil penelitian mereka juga menunjukkan adanya pengurangan dividen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
6
walaupun tidak terikat dengan perjanjian hutang. Menurut Deskmukh
(2005) para manajer memotong dividen ketika sedang menghadapi
kesulitan keuangan untuk menghindari kemungkinan tidak membayar di
masa datang. Biaya yang terjadi akan sangat mahal bila perusahaan
meniadakan pembagian dividen. Karena para manajer lebih suka
mengurangi dividen dibandingkan dengan pemutusan pembagian dividen,
perusahaan dengan tingkat kesulitan keuangan yang tinggi akan membagi
dividen yang lebih rendah untuk menjaga kebijakan dividen yang stabil.
Oleh karena itu, hal yang lainnya menjadi sama, hubungan terbalik
antara hutang dan pembayaran dividen tampaknya masuk akal. Beberapa
penelitian telah melaporkan hubungan negatif antara hutang dan dividen
(Jensen et al, 1992., Agrawal & Jayaraman, 1994 dan Gugler & Yurtoglu,
2003).
Selanjutnya, sebagaimana didalilkan oleh Jensen (1986), hutang dapat
berfungsi sebagai perangkat pengganti untuk dividen dalam mengurangi
biaya agensi dari arus kas bebas. Artinya, ketika sebuah perusahaan
mendapatkan hutang, itu membuat komitmen tetap untuk kreditur, yang
mengurangi dana diskresioner yang tersedia untuk manajer dan
memusatkan mereka untuk pengawasan hutang-pemasok. Ini menunjukkan
bahwa, perusahaan dengan leverage tinggi diharapkan memiliki
pembayaran dividen yang rendah. Seperti yang dinyatakan Sudarsi (2002),
peningkatan hutang ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang
tersedia bagi pemegang saham, artinya semakin tinggi kewajiban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
6
perusahaan, akan semakin menurunkan kemampuan perusahaan membayar
deviden.
Untuk menguji sejauh mana hutang dapat mempengaruhi keputusan
dividen, studi ini menggunakan rasio leverage keuangan yang didefinisikan
sebagai rasio dari total hutang terhadap total aset (FLEVER – financial
leverage ratio). Berdasarkan pembahasan di atas, hubungan negatif
diharapkan antara dividen dan leverage keuangan.
e. Pertumbuhan perusahaan
Menurut Miller dan Modigliani (1961), di pasar modal sempurna,
keputusan investasi perusahaan dan dividen bersifat independen. Namun, di
hadapan pasar yang tidak sempurna seperti pajak, biaya flotasi,dan biaya
agensi, baik dividen dan keputusan investasi mungkin berkaitan erat atau
saling tergantung. Hubungan antara kebijakan investasi dan dividen dapat
dilihat dari dua perspektif. Pertama, dengan membayar dividen, perusahaan
memiliki sumber pembiayaan yang relatif murah, yaitu saldo laba,
dibandingkan dengan hutang dan isu-isu ekuitas baru. Kedua, pembayaran
dividen mengurangi dana yang tersedia pada perusahaan untuk kegiatan
investasi. Dengan kata lain, dividen dan investasi bersaing untuk dana
internal terbatas dan pembiayaan internal yang rendah (Elston, 1996).
Hal ini menunjukkan bahwa di pasar modal tidak sempurna mungkin
ada hubungan antara dividen dan investasi. Secara intuitif, perusahaan
dengan pertumbuhan yang tinggi dan peluang investasi akan memerlukan
dana internal yang berkesinambungan untuk membiayai investasi tersebut,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
6
dan dengan demikian memiliki kecenderungan untuk membayar sedikit
dividen atau bahkan tidak ada. Sebaliknya, perusahaan dengan
pertumbuhan lambat dan memiliki lebih sedikit peluang investasi
cenderung untuk membayar dividen lebih (Al-Malkawi, 2008). Prediksi ini
konsisten dengan hipotesis arus kas bebas (free cash flow hypothesis). Teori
free cash flow hypothesis yang disampaikan oleh Jensen (1986) dalam
Jensen et.al.,(1992) menyebutkan bahwa perusahaan dengan kesempatan
pertumbuhan yang lebih tinggi akan memiliki free cash flow yang rendah
karena sebagian besar dana yang ada digunakan untuk investasi pada
proyek yang memilki nilai net present value (NPV) yang positif.
Sebaliknya, perusahaan dengan investasi rendah cenderung berpeluang
memiliki masalah kelebihan investasi, maka dengan membayar dividen
perusahaan dapat membatasi kebijakan manajemen terhadap investasi yang
berlebihan (Jensen, 1986, dan Lang & Litzenberger, 1989).
Selanjutnya, hubungan negatif antara pertumbuhan perusahaan, peluang
dan pembayaran dividen adalah konsisten dengan teori pecking order dari
Myers dan Majluf (1984). Myers dan Majluf menyarankan bahwa
perusahaan yang mengalami kesempatan pertumbuhan yang tinggi akan
memiliki rasio payout rendah. Selanjutnya, menurut "hipotesis
kedewasaan" yang disajikan oleh Grullon et al. (2002), dengan perusahaan
menjadi lebih matang, pertumbuhan dan peluang investasi mereka
mengalami penyusutan, mengakibatkan penurunan dalam belanja modal
mereka. Jadi, arus kas bebas yang tersedia harus dibayar sebagai dividen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
6
Grullon et al.(2002) menunjukkan bahwa kenaikan dividen adalah tanda
"perubahan dalam siklus hidup perusahaan, terutama untuk transisi
perusahaan dari fase pertumbuhan yang lebih ke fase pertumbuhan yang
lebih rendah ". Menggunakan sampel yang besar atas pengumuman
perubahan dividen dari perusahaan AS untuk periode 1967-1993, Grullon
et al. (2002) menemukan bahwa, perusahaan yang meningkatkan dividen
mengalami penurunan risiko sistematis dan profitabilitas. Mereka
menyatakan "... menurut hipotesis kedewasaan, peningkatan atas dividen
bersifat informatif mengenai pengaturan penyusutan kesempatan investasi,
penurunan risiko sistematis, penurunan pengembalian atas aset, dan
pertumbuhan laba ". Penurunan risiko perusahaan dianggap sebagai kabar
baik, sedangkan penurunan profitabilitas adalah berita buruk. Dalam studi
mereka, Grullon et al (2002). menunjukkan bahwa pasar saham bereaksi
positif terhadap pengumuman peningkatan dividen, yang menyiratkan
bahwa berita baik tentang pengurangan risiko mendominasi atas berita
buruk tentang penurunan profitabilitas. Sebagai tambahan atas kabar baik
yang terkait dengan penurunan risiko sistematis, pasar dapat melihat
peningkatan dividen dapat membantu mengurangi masalah kelebihan
investasi. Grullon et al. (2002) menyimpulkan "... peningkatan dividen
tidak hanya menyampaikan informasi tentang perubahan dalam
fundamental perusahaan, tetapi juga tentang manajemen komitmen untuk
tidak melakukan kelebihan investasi ".
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
6
Manajer dalam bisnis perusahaan dengan memperhatikan pertumbuhan
lebih menyukai untuk menginvestasikan pendapatan setelah pajak dan
mengharapkan kinerja dari dividen akan lebih kuat dalam pertumbuhan
perusahaan secara keseluruhan (Charitou & Vafeas,1998). Saxena (2002)
juga menyatakan bahwa dividend payout ratio sangat penting dengan
berbagai alasan antara lain : Pertama, dalam penelitiannya, Saxena (2002)
menemukan bahwa perusahaan menggunakan dividen sebagai sebuah tanda
mekanisme keuangan yang dicerminkan kinerja perusahaan kepada pihak
luar sehubungan dengan stabilitas dan prospek pertumbuhan dari
perusahaan. Kedua, dividen memegang peranan penting pada struktur
modal.
Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan, akan semakin besar
tingkat kebutuhan dana untuk membiayai ekspansi. Semakin besar
kebutuhan dana di masa yang akan datang, akan semakin memungkinkan
perusahaan menahan keuntungan dan tidak membayarkannya sebagai
dividen. Oleh karenanya, potensi pertumbuhan perusahaan menjadi faktor
penting yang menentukan kebijakan dividen (Chang & Rhee, 1990).
Pertumbuhan perusahaan menggambarkan tolak ukur keberhasilan
perusahaan. Menurut Florentina (2001) dalam Yuniningsih (2002)
menyatakan bahwa keberhasilan tersebut juga menjadi tolak ukur investasi
untuk pertumbuhan pada masa yang akan datang.
Dalam penelitian ini, untuk menguji apakah pertumbuhan
mempengaruhi kebijakan dividen, dipilih proksi untuk pertumbuhan adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
6
price earning ratio (PER) perusahaan. Menurut Sartono (1996), PER
diartikan sebagai indikator kepercayaan pasar terhadap prospek
pertumbuhan perusahaan sehingga banyak pelaku pasar modal yang
menaruh perhatian terhadap pendekatan PER. Menurut Brigham dan
Gapenski (2003), price earning ratio (PER) dipengaruhi oleh prospek
usaha dan risiko perusahaan ditempat yang berbeda. Pendapat ini berbeda
dengan pernyataan Brealey dan Myers (1991) yang menyatakan bahwa
PER yang tinggi menunjukkan bahwa investor menganggap perusahaan
memiliki peluang pertumbuhan yang baik di masa mendatang, memiliki
tingkat laba yang relatif aman dan menandakan tingkat kapitalisasi yang
rendah. PER yang tinggi menunjukkan bahwa investor mengharapkan
pertumbuhan deviden yang tinggi dan risiko saham yang rendah. Oleh
karena itu, menurut Brealey dan Myers faktor utama yang paling
berpengaruh terhadap PER adalah tingkat pertumbuhan dividen dan risiko
perusahaan. Beberapa peneliti telah menggunakan PER sebagai proksi
untuk peluang pertumbuhan (Al-Malkawi, 2008., Ang & Peterson, 1984,
dan Glen et al., 1995). PER merupakan indikator yang baik atas prospek
pertumbuhan di masa depan karena menggabungkan penilaian pasar atas
aliran kas sebuah perusahaan di masa depan. Investor bersedia membayar
premi untuk perusahaan yang tumbuh dengan cepat, yaitu mereka yang
merupakan perusahaan yang biasanya menahan pendapatan mereka untuk
membiayai pertumbuhan di masa depan. Hal lain dianggap konstan,
perusahaan dengan rasio PE yang lebih tinggi memiliki pertumbuhan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
6
lebih tinggi daripada perusahaan dengan rasio PE rendah (PER hubungan
positif dengan pilihan pertumbuhan). Dengan demikian, diharapkan
hubungan negatif antara PER dan pembayaran dividen.
B. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis
Penelitian yang dilakukan oleh Husam-Aldin Nizar Al-Malkawi (2008)
yang diacu dalam penelitian ini, mengkaji faktor-faktor penentu keputusan
dividen perusahaan publik di Yordania sebagai sebuah studi kasus dari sebuah
pasar yang baru berkembang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa empat
faktor dapat mempengaruhi keputusan dividen di Jordania. Perusahaan-
perusahaan yang lebih besar, lebih menguntungkan, dan dewasa dengan
sedikit kesempatan investasi jauh lebih cenderung untuk membayar dividen.
Leverage keuangan perusahaan ditemukan berdampak negatif pada
kemungkinan untuk membayar dividen. Variabel-variabel yang dimaksudkan
untuk menyediakan tes langsung untuk biaya agensi hipotesis ditemukan tidak
terkait dengan keputusan dividen perusahaan. Hasil penelitian ini juga
menyarankan hubungan kuadratik antara usia perusahaan dan keputusan
dividen.
1. Biaya agensi dan Kebijakan Dividen
Biaya agensi dinyatakan oleh Jensen dan Mecking (1976) sebagai
biaya yang ditanggung oleh pemegang saham untuk mencegah atau
meminimalkan masalah-masalah keagenan dan untuk memaksimumkan
kekayaan pemegang saham. Jika konflik agensi sangat dominan maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
6
akan menimbulkan biaya agensi yang besar dan nilai perusahaan menjadi
rendah. Variabel biaya agensi di penelitian ini diproksikan dengan
persentase saham biasa yang dimiliki oleh orang dalam (INSD) atau
manager, direktur dan pejabat eksekutif lainnya. Dalam hubungannya
dengan kebijakan dividen, para pemilik saham manajerial lebih menyukai
pembayaran dividen yang rendah karena didorong oleh keinginan para
manajer untuk membiayai investasi yang akan datang dari sumber internal
sehingga dana yang tersedia untuk pembayaran dividen semakin sedikit.
Beberapa penelitian yang terdahulu menemukan bahwa kepemilikan
manajerial berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, namun
demikian arah hubungan kepemilikan manajerial dengan kebijakan
dividen masih berbeda-beda dan belum konsisten. Hasil penelitian
mengenai pengaruh agency cost (insider ownership, shareholder
dispersion) dan transaction cost (growth dan risk) yang dilakukan Rozeff
(1982) menunjukkan bahwa insider ownership secara parsial berpengaruh
negatif terhadap kebijakan diveden. Penelitian Moh’d et al. (1995)
menguji hubungan antara teori agensi dan kebijakan dividen. Variabel
yang digunakan adalah growth, institutional dan insider ownership,
shareholder dispersion, firm size, business risk, operating, financial
leverage dan dividend payout ratio. Hasil penelitian menunjukan bahwa
tingkat pertumbuhan, insider ownership, operating leverage, dan financial
leverage secara parsial berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan
dividen. Saxena (1999) melakukan penelitian pada NYSE dan menyatakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
6
bahwa terdapat pengaruh signifikan antara agency cost terhadap kebijakan
dividen. Hasil penelitian menunjukan bahwa koefisien kepemilikan
manajerial berhubungan negatif dengan dividend payout ratio. Penelitian
yang dilakukan Putera (2006) meneliti pengaruh biaya agensi terhadap
kebijakan dividen untuk periode 2002 – 2004, demikian pula Al Malkawi
(2008) yang meneliti pengaruh biaya agensi terhadap kebijakan dividen di
Jordan periode 1989 – 2003, hasilnya menunjukan bahwa kepemilikan
manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Dari
penelitian terdahulu, dapat diambil hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis 1 : Ada pengaruh negatif biaya agensi pada kebijakan dividen.
2. Ukuran perusahaan dan Kebijakan Dividen
Pada penelitian ini, ada dua alasan utama untuk menguji hubungan
antara ukuran perusahaan dan kebijakan dividen. Pertama, konsisten
dengan penelitian sebelumnya yang ukuran perusahaan harus dimasukkan
dalam analisis sebagai variabel kontrol. Kedua, dan yang lebih penting,
kurangnya bukti penelitian yang tersedia tentang dampak pengaruh dari
ukuran terhadap pembayaran dividen di Indonesia.
Sejumlah penelitian empiris yang terdahulu antara lain Lloyd et
al.(1985), Barclay et al. (1995), Redding (1997), Holder et al. (1998),
Fama & French (2001) telah mendokumentasikan bahwa ukuran adalah
signifikan dalam menentukan kebijakan dividen perusahaan, dan
berpengaruh positif berhubungan dengan dividen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
6
Suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki akses yang
mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan yang
masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memilki akses ke
pasar modal. Karena kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk
fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar,
sehingga perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang
lebih tinggi daripada perusahaan kecil (Chang & Rhee,1990).
Dari penelitian terdahulu, dapat diambil hipotesis sebagai berikut :
Hipotesis 2: Ada pengaruh positif ukuran perusahaan pada kebijakan
dividen.
3. Profitabilitas dan Kebijakan Dividen
Beberapa penelitian telah mendokumentasikan hubungan positif antara
profitabilitas dan pembayaran dividen (Jensen et al, 1992, dan Fama &
France, 2002). Bukti dari emerging market juga mendukung proposisi
bahwa profitabilitas adalah salah satu faktor terpenting yang menentukan
kebijakan dividen (Adaoglu, 2000, dan Aivazian et al., 2003).
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
selama periode tertentu (Suharli dan Oktorina, 2005). Berkaitan dengan
profitabilitas perusahaan, signaling theory menyatakan bahwa kebijakan
dividen yang tinggi merupakan sinyal meningkatnya profitabilitas
perusahaan (Ismiyanti dan Hanafi, 2003). Pihak manajemen akan
membayar dividen untuk memberi sinyal kepada investor mengenai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
6
keberhasilan perusahaan membukukan keuntungan. Sinyal tersebut
menyimpulkan bahwa kemampuan perusahaan untuk membayar dividen
merupakan fungsi dari keuntungan. Dengan demikian, perusahaan dengan
profitabilitas tinggi membayarkan dividen yang tinggi pula (Suharli,
2007).
Untuk menguji hipotesis ini, profitabilitas perusahaan diproksikan
dengan return on assets (ROA) mengacu pada penelitian Ahmed dan Javid
(2009) dan Kapoor et al. (2010).
Menurut Hanafi (2004) perusahaan yang mempunyai aliran kas atau
profitabilitas yang baik bisa membayar dividen atau meningkatkan
dividen. Hal yang sebaliknya akan terjadi jika aliran kas tidak baik. Alasan
lain pembayaran dividen adalah untuk menghindari akuisisi oleh
perusahaan lain. Perusahaan yang mempunyai kas yang berlebihan
seringkali menjadi target dalam akuisisi. Untuk menghindari akuisisi,
perusahaan tersebut bisa membayarkan dividen, dan sekaligus juga
membuat senang pemegang saham. Faktor profitabilitas juga berpengaruh
terhadap kebijakan dividen karena dividen adalah sebagian dari laba bersih
yang diperoleh perusahaan, oleh karena itu dividen akan dibagikan
apabila perusahaan memperoleh keuntungan.
Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah
keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya
yaitu bunga dan pajak. Oleh karena itu dividen yang diambilkan dari
keuntungan bersih akan mempengaruhi dividend payout ratio. Perusahaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
6
yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan
yang semakin besar sebagai dividen (Sudarsi 2002 : 79).
Gordon (1963) dan Lintner (1956) dalam Saxena (1999) menyatakan
bahwa tingkat keuntungan yang disyaratkan akan naik apabila pembagian
dividen dikurangi, karena investor lebih yakin terhadap penerimaan
dividen daripada kenaikan nilai modal (capital gain) yang akan dihasilkan
dari laba yang ditahan.
Modigliani dan Miller (1961) berpendapat dan telah dibuktikan secara
matematis bahwa investor merasa sama saja apakah menerima dividen saat
ini atau menerima capital gain di masa yang akan datang. Dengan kata
lain, tingkat keuntungan yang disyaratkan tidak dipengaruhi oleh dividend
payout ratio. Oleh karena dividen diambil dari keuntungan bersih yang
diperoleh perusahaan, maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi
besarnya dividend payout ratio.
Perusahaan yang memperoleh keuntungan cenderung akan membayar
porsi keuntungan yang lebih besar sebagai dividen . Semakin besar
keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan
perusahaan untuk membayar dividen (Damayanti & Achyani, 2006) dan
menyatakan bahwa besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan akan
mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibagikan. Semakin
besar tingkat laba atau profitabilitas yang diperoleh perusahaan akan
mengakibatkan semakin besarnya dividen yang akan dibagikan dan
sebaliknya (Florentina, 2001 dalam Yuniningsih, 2002) dan menemukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
6
bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh positif dengan dividend payout
ratio.
Dari penelitian terdahulu, dapat diambil hipotesis sebagai berikut :
Hipotesis 3 : Ada pengaruh positif profitabilitas pada kebijakan dividen.
4. Financial Leverage dan Kebijakan Dividen
Al-Malkawi (2008) yang diacu dalam penelitian ini menemukan
bahwa leverage keuangan berdampak negatif pada kemungkinan dividend
payout yang didukung oleh Rozeff (1982) yang menunjukan bahwa
perusahaan dengan leverage keuangan tinggi cenderung memiliki rasio
pembayaran dividen rendah untuk mengurangi biaya transaksi terkait
dengan pembiayaan eksternal.
Siregar (2005) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi rasio
pembayaran dividen pada perusahaan manufaktur yang listed di BEJ tahun
2001 sampai dengan 2003 yang berjumlah 154 perusahaan. Variabel-
variabel yang diteliti meliputi leverage keuangan, investasi, profitabilitas,
ukuran perusahaan, dan likuiditas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
leverage keuangan dan likuiditas berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kebijakan dividen. Tiga variabel lainnya tidak signifikan. Dan
dalam penelitian yang dilakukan Yuniningsih (2002) terhadap perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 1992-1995
dengan sampel sebanyak 159 perusahaan menunjukkan bahwa investasi
berpengaruh negatif signifikan terhadap dividen payout ratio. Faktor lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
6
seperti financial leverage, likuiditas, profitabilitas, dan risk tidak
berpengaruh secara signifikan.
Hasil penelitian dari Suharli (2006) terhadap variabel profitabilitas,
leverage, harga saham, dan dividend payout ratio ditemukan bahwa antara
variabel profitabilitas dan harga saham berpengaruh signifikan terhadap
dividend payout ratio, sedangkan variabel leverage tidak berpengaruh
signifikan terhadap dividend payout ratio. Beberapa penelitian juga telah
melaporkan hubungan negatif antara hutang dan dividen (Jensen et al,
1992, Agarwal & Jayaraman, 1994 dan Gugler & Yurtoglu, 2003)
Dari penelitian terdahulu, dapat diambil hipotesis sebagai berikut :
Hipotesis 4 : Ada pengaruh negatif leverage pada kebijakan dividen.
2. Pertumbuhan Perusahaan dan Kebijakan Dividen
Brigham et al. (1999) menyatakan bahwa perusahaan akan membayar
dividen hanya ketika menghasilkan keuntungan (gains) yang tidak
digunakan untuk berinvestasi. Perusahaan akan merasa perlu untuk
menjaga pembayaran dividen minimum ketika mempunyai kesempatan
investasi untuk menghindari external financing costs. Perusahaan yang
sedang tumbuh membutuhkan dana yang lebih besar untuk memenuhi
kebutuhan investasinya. Kebutuhan dana ini dapat diatasi dengan dua
alternatif sumber dana yaitu sumber inter atau ekstern. Jika perusahaan
yang sedang tumbuh memilih untuk memenuhi kebutuhan dana dari
sumber inter yaitu dengan menahan laba yang diperoleh dengan tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
6
dibagikan sebagai dividen maka kebijakan dividen mungkin akan
terpengaruh. Jensen & Meckling (1976) menegaskan bahwa pada
keadaan-keadaan tertentu dimana perusahaan memiliki kesempatan
investasi lebih banyak dan ketersediaan cash flow yang terbatas, maka
shareholder akan meningkatkan toleransi terhadap dividend payout ratio
dengan kesempatan investasi. Hasil penelitian Rozeff (1982) juga
menunjukan hubungan negatif signifikan antara pertumbuhan penjualan
dengan dividend payout. Selanjutnya hubungan negatif antara
pertumbuhan perusahaan, peluang dan pembayaran dividen adalah
konsisten dengan teori pecking order dari Myers dan Majluf (1984) yang
menyarankan bahwa perusahaan yang mengalami kesempatan
pertumbuhan yang tinggi akan memiliki ratio payout yang rendah.
Menurut Jensen (1986) dan Atmini (2004) salah satu masalah antara
manajer dan pemegang saham yaitu pemegang saham lebih menyukai
pembayaran dividen daripada diinvestasikan lagi, sedangkan manajer
sebaliknya . Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah
cenderung untuk membayar dividen lebih besar agar dapat mengalihkan
sumber dana perusahaan agar tidak ditanam dalam proyek dengan net
present value yang negatif. Hal ini juga memperkecil biaya keagenan yang
berkaitan dengan aliran kas bebas. Perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan yang tinggi, membayar dividen lebih kecil karena akan
diinvestasikan untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
6
Riyanto (2001) makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan,
makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai
pertumbuhanya. Perusahaan tersebut biasanya akan lebih senang untuk
menahan pendapatannya daripada dibayarkan sebagai dividen dengan
mengingat batasan-batasan biayanya. Apabila perusahaan telah mencapai
tingkat pertumbuhan sedemikian rupa sehingga perusahaan telah well
established, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana yang
berasal dari pasar modal atau sumber dana ekstern lainnya, maka
keadaanya adalah berbeda. Dalam hal yang demikian perusahaan dapat
menetapkan devidend payout ratio yang tinggi.
Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi
perusahaan tersebut di satu pihak dan juga dapat membayarkan deviden
kepada para pemegang saham di lain pihak, tetapi kedua tujuan tersebut
selalu bertentangan. Sebab semakin tinggi tingkat deviden yang
dibayarkan, berarti semakin sedikit laba yang ditahan, dan sebagai
akibatnya ialah menghambat tingkat pertumbuhan (rate of growth) dalam
pendapatan dan harga sahamnya.
Jika perusahaan ingin menahan sebagian besar dari pendapatan yang
tersedia maka untuk pembayaran deviden semakin kecil. Persentase dari
pendapatan yang akan di bayarkan kepada pemegang saham sebagai cash
devidend disebut devidend payout ratio. Dengan demikian dapatlah
dikatakan bahwa makin tingginya devidend payout ratio yang ditetapkan
oleh perusahaan berarti makin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
6
kembali di dalam perusahaan yang ini berarti akan menghambat
pertumbuhan perusahaan (Riyanto 2001).
Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan, akan semakin besar
tingkat kebutuhan dana untuk membiayai ekspansi. Semakin besar
kebutuhan dana di masa yang akan datang, akan semakin memungkinkan
perusahaan menahan keuntungan dan tidak membayarkannya sebagai
dividen. Oleh karenanya, potensi pertumbuhan perusahaan menjadi faktor
penting yang menentukan kebijakan dividen (Chang dan Reee, 1990).
Pertumbuhan perusahaan menggambarkan tolak ukur keberhasilan
perusahaan. Menurut Florentina (2001) dalam Yuniningsih (2002)
menyatakan bahwa keberhasilan tersebut juga menjadi tolok ukur investasi
untuk pertumbuhan pada masa yang akan datang.
Dari penelitian terdahulu, dapat diambil hipotesis sebagai berikut :
Hipotesis 5 : Ada pengaruh negatif pertumbuhan perusahaan pada
kebijakan dividen.
C. Kerangka Pemikiran Teoritis
Dengan melihat dari dasar teori yang telah diuraikan sebelumnya dan
penelitian-penelitian terdahulu, maka variabel yang dipakai dalam penelitian
ini adalah kebijakan dividen, biaya agensi, ukuran perusahaan, profitabilitas,
leverage keuangan, dan pertumbuhan perusahaan. Sehingga kerangka
pemikiran teoritis dalam penelitian ini, dapat digambarkan seperti pada
gambar berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
6
Variabel independen Variabel dependen
Gambar 1
Kerangka Pemikiran Teoritis
Dari kerangka pemikiran teoritis di atas dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Biaya agensi, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage keuangan, dan
pertumbuhan perusahaan merupakan variabel independen. Variabel-variabel
independen ini diujikan pengaruhnya pada kebijakan dividen.
b. Kebijakan dividen merupakan variabel dependen.
Biaya Agensi
Profitabilitas
Leverage Keuangan
Pertumbuhan Perusahaan
Economic Value Added
Kebijakan Dividen
Ukuran Perusahaan
H1 (-)
H2 (+)
H3 (+)
H4 (-)
H5 (-)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini didesain sebagai studi empiris. Penelitian ini merupakan
penelitian penjelasan (explanatory research) yang memfokuskan pada
hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis seperti
yang telah dirumuskan sebelumnya. Penelitian ini bersifat pooled yaitu
observasi yang melibatkan data time series dan cross section.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan saham publik yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), mencakup data untuk semua
perusahaan non-keuangan yang terdaftar di BEI dan periode penelitian adalah
2006 – 2010 sebanyak 338 perusahaan. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini dengan menggunakan purposive sampling, yaitu metode
pengambilan sampel dimana populasi yang akan dijadikan sample adalah
populasi yang memenuhi kriteria sampel tertentu yang ditentukan peneliti.
Kriteria perusahaan yang ditentukan sebagai sampel penelitian ini adalah :
a. Perusahaan non-keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2006 sampai
dengan 2010 dan membagikan dividen di antara periode tersebut.
b. Perusahaan non-keuangan yang telah menerbitkan laporan tahunan selama
kurun waktu 2006 sampai dengan 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
c. Perusahaan yang memiliki informasi managerial ownership, capital
market, ROA, financial leverage, PER pada periode 2006 – 2010.
Penelitian ini bersifat pooled yaitu observasi yang melibatkan data time
series dan cross section untuk mengatasi keterbatasan data (Cooper dan
Schinder, 2001 dalam Nuringsih, 2005). Keterbatasan data terjadi karena di
Indonesia tidak banyak perusahaan yang membayar dividen dan tidak banyak
perusahaan yang mengeluarkan kebijakan managerial ownership.
Teknik pooled data dilakukan dengan menjumlahkan seluruh perusahaan
yang sesuai kriteria selama 5 tahun pengamatan sehingga dapat meningkatkan
power of test penelitian.
Teknik pengumpulan data untuk keperluan penelitian ini dilakukan dengan
dokumentasi dengan mengumpulkan semua data sekunder yaitu data yang
diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian yang bersumber dari
Bursa Efek Indonesia melalui Indonesian Capital Market Directory dan
http://www.idx.co.id.
C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian menggunakan satu variabel dependen dan lima variabel
independen yang dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen
yang diukur dengan dividend payout ratio (DPR). Kebijakan dividen
merupakan keputusan perusahaan dimana manajemen mempunyai dua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
alternatif perlakuan terhadap penghasilan bersih sesudah pajak (EAT)
perusahaan yaitu dibagi kepada para pemegang saham perusahaan
dalam bentuk dividen dan diinvestasikan kembali ke perusahaan
sebagai laba ditahan (retained earning).
Pada umumnya sebagian EAT (Earning After Tax) dibagi
dalam bentuk dividen dan sebagian lagi diinvestasikan kembali,
artinya manajemen harus membuat keputusan tentang besarnya EAT
yang dibagikan sebagai dividen.
Variabel dependen ini diproksikan dengan dividend payout ratio
(DPR) yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Dividen per share DPR = Earning per share
b. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah :
a) Biaya agensi
Biaya agensi dalam penelitian ini diproksikan dengan kepemilikan
saham oleh pihak manajemen perusahaan (insider
ownership/kepemilikan manajerial). Kepemilikan manajerial dianggap
sebagai salah satu cara untuk meminimalkan biaya agensi karena
dengan memiliki saham maka mereka akan bertindakan sesuai dengan
keinginan pemegang saham. Kepemilikan manajerial merupakan
persentase saham yang dimiliki oleh direktur dan komisaris
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
perusahaan (Crutchley & Hansen, 1989). Dalam hubungannya dengan
kebijakan dividen, para pemilik saham manajerial lebih menyukai
pembayaran dividen yang rendah. Kepemilikan manajerial dapat
diperoleh dengan menghitung :
Jumlah saham yang dimiliki komisaris & direktur INSD = Total saham
b) Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan
capital market sebagai pengukur ukuran perusahaan yang diambil dari
laporan tahunan. Ukuran ini telah sering digunakan oleh penelitian
sebelumnya (Deshmukh, 2003, Al-Malkawi, 2008).
c) Profitabilitas
Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan return on
assets (ROA) mengacu pada penelitian Ahmed dan Javid (2009) serta
Kapoor et al. (2010) yang dapat dihitung dengan rumus berikut ini :
Laba bersih setelah pajak ROA = Total aktiva
d) Leverage keuangan
Untuk menguji sejauh mana utang dapat mempengaruhi keputusan
dividen, penelitian ini menggunakan rasio leverage keuangan yang
didefinisikan sebagai rasio dari total hutang terhadap total aset.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Total Hutang FLEVER = Total aset
e) Pertumbuhan perusahaan
Pada penelitian ini proksi untuk pertumbuhan perusahaan adalah
price earning ratio (PER) perusahaan yang dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
Harga per lembar saham PER = Earning per share
D. Analisis Data
1. Pengujian Asumsi Klasik
Sebagai syarat pengujian hipotesis dilakukan uji klasik untuk
memastikan bahwa data penelitian valid, tidak bias, dan penafsiran
koefisien regresi efisien (Gujarati & Potter, 2009). Untuk memperoleh
model regresi yang memberikan hasil regresi yang baik dimana model
regresi tersebut berdistribusi normal, tidak terdapat autokorelasi, tidak
terjadi multikolinieritas, dan tidak terdapat heteroskedatisitas, maka model
tersebut perlu diuji asumsi dasar klasik dengan metode Ordinary Least
Square (OLS).
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah variabel
pengganggu atau residual dalam model regresi memiliki distribusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
normal. Untuk mendeteksi apakah variabel pengganggu memiliki
distribusi normal atau tidak dilakukan uji statistik non-parametrik
Kolmogrov-Smirnov (Ghozali, 2009). Uji ini dilakukan dengan
membuat hipotesis sebagai berikut :
Ho = data residual berdistribusi normal
HA = data residual tidak berdistribusi normal
Model regresi yang memiliki distribusi data residual normal apabila uji
Kolmogrov-Smirnov memiliki tingkat signifikansi > 0.05 dan tidak
berdistribusi normal jika tingkat signifikansi < 0.05.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen yang
seharusnya model regresi tidak terjadi korelasi antar variabel
independen (Ghozali, 2009). Uji multikolinieritas dilakukan dengan
meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antara
variabel independen dengan menggunakan tolerance value dan
lawannya nilai variance inflation factor (VIF) dari masing-masing
variabel independen. Tolerance value mengukur variabilitas variabel
independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Multikolinieritas tidak terjadi apabila tolerance
value di atas 0.10 dan VIF di bawah 10.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
c. Uji Autokolerasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi linier terdapat korelasi antar residual pada periode t
dengan residual periode t-1. Jika terjadi korelasi maka dinamakan
problem korelasi. Autokorelasi terjadi karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya (Ghozali, 2009).
Autokorelasi diuji dengan menggunakan Durbin-Watson. Cara untik
mendekteksi autokorelasi adalah dengan menggunakan kriteria
bilamana D-W hitung mendekati +2 maka dalam model regresi tidak
terjadi autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan lainnya. Jika variance dari residual satu pengamatam
ke pengamatan yang lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2009). Pengujian heteroskedastisitas dengan metode grafik
lazim dipergunakan meskipun menimbulkan bias karena pengamatan
antara satu pengamatan dengan pengamatan lain bias menimbulkan
perbedaan persepsi. Oleh karena itu penggunaan uji statistik
diharapkan menghilangkan unsur bias tersebut. Salah satu uji statistik
yang dipergunakan di penelitian ini adalah uji Glejser (uji yang lain
misalnya uji Park, atau uji White). Uji Glejser dilakukan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
meregresikan variabel-veriabel independen terhadap nilai absolut
residualnya (Gujarati & Potter, 2009). Jika hasil uji menunjukkan
bahwa variabel independen signifikan berarti terjadi
heteroskedastisitas, demikian pula jika sebaliknya (Ghozali, 2009).
2. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini,
digunakan model analisis regresi berganda. Secara sistematis, model yang
dikembangkan dalam penelitian in sebagai berikut :
DIVPOL = β1 + β2(INDS) + β3(SIZE) + β4(PROF) + β5(FLEVER) + β6(PER) + е
Keterangan :
DIVPOL = Kebijakan dividen
INDS = Jumlah saham yang dimiliki komisaris & direktur
SIZE = Ukuran perusahaan
PROF = Profitabilitas
FLEVER = Leverage keuangan
PER = Pertumbuhan perusahaan
е = Error term
β1 = Konstanta
β2, β3, β4,β5, β6 = Koefisien regresi
Metode pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dilakukan
pengujian secara parsial dan pengujian secara simultan serta analisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
koefisien determinasi (R2) (Ghozali, 2009). Pengujian hipotesis tersebut
sebagai berikut :
a. Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui sampai
seberapa besar presentasi variasi variabel independen pada model
dapat menjelaskan variabel dependen (Gujarati & Potter, 2009).
Koefisien determinasi (R2) dinyatakan dalam persentasi yang nilainya
berkisar antara 0 < R2 < 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
independen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen. Secara
umum koefisien determinasi untuk data silang (cross section) relatif
rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing
pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya
mempunyai nilai koefisien determinasi tinggi.
b. Uji Statistik F
Pengujian secara simultan dengan F-test bertujuan untuk
mengetahui pengaruh bersama-sama variabel independen terhadap
variabel dependen. Langkah-langkah dalam pengujian adalah :
H0 : p = 0, diduga variabel independen secara bersama-sama tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
H1 : p ≠ 0, diduga variabel independen secara bersama-sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen
Menetapkan kriteria pengujian yaitu :
Tolak H0 jika angka signifikansi lebih besar dari α = 5%
Terima H0 jika angka signifikansi lebih kecil dari α = 5%
c. Uji Statistik t
Pengujian secara parsial menggunakan uji t (pengujian signifikan
secara parsial). Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui
pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap
variabel dependen dengan asumsi variabel lainnya konstan. Langkah-
langkah dalam pengujian ini adalah :
H0 : β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = 0, diduga variabel independen secara
parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variable dependen
H1 : β2 ≠ 0, diduga variabel independen secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen
Menetapkan kriteria pengujian yaitu :
Tolak H0 jika angka signifikansi lebih besar dari α = 5%
Terima H0 jika angka signifikansi lebih kecil dari α = 5%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengumpulan Data
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa faktor yamg
berpengaruh pada kebijakan dividen pada perusahaan non-keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2010 yang diambil secara
purposive sampling yang berasal dari Indonesia Capital Market Directory
(ICMD) dengan kriteria yang telah ditentukan di bab sebelumnya, maka
diperoleh sampel dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 1 Hasil Pengambilan Sampel
Kriteria Sampel
Perusahaan non-keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2006 - 2010 338 Perusahaan yang tidak memiliki managerial ownership (259) Perusahaan yang tidak membagikan dividen (24) Perusahaan yang tidak memiliki data lengkap periode 2006 - 2010 (9) Jumlah Sampel 46 Detail sampel : Perusahaan sampel tahun 2006 9 Perusahaan sampel tahun 2007 11 Perusahaan sampel tahun 2008 12 Perusahaan sampel tahun 2009 8 Perusahaan sampel tahun 2010 6
Sumber : Hasil Pengumpulan Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
B. Statistik Deskriptif
Penelitian ini diawali dengan melakukan uji deskriptif. Uji deskriptif
merupakan pengujian terhadap nilai maximum, minimum, rata-rata, maupun
standar deviasi dari variabel. Perhitungan untuk seluruh analisis menggunakan
program SPSS 17 for Windows. Di bawah ini adalah tabel hasil uji deskriptif :
Tabel 2 Hasil Uji Deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Insider 46 .0005 .2594 .041293 .0745961 Capital Market 46 9.91 18.16 13.5973 1.70016
ROA 46 -1.41 15.35 6.8322 4.36311 Leverage 46 .06 .88 .4007 .20805 PER 46 -6.94 50.19 13.2750 11.61818
DPR 46 -61.29 113.81 32.7578 25.88004 Valid N (listwise) 46
Sumber: Data diolah, 2012
Dari tabel 2 menunjukkan bahwa variabel biaya agensi (Insider - INSD)
memiliki nilai rata-rata sebesar 0,041293 dan nilai standar deviasi sebesar
0,0745961. Nilai standar deviasi variabel biaya agensi lebih besar jika
dibandingkan nilai rata-ratanya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
sebaran data pada INSD sangat besar ditunjukkan dengan nilai maksimum dan
minimum masing-masing sebesar 0,2594 dan 0,0005. Sedangkan untuk
variabel ukuran perusahanan (Capital Market – SIZE) nilai standar deviasi
1,70016 dan nilai rata-rata 13,5973. Dengan standar deviasi yang lebih kecil
dari nilai rata-rata menunjukkan sebaran tidak terlalu besar yang ditunjukkan
dengan nilai maksimum dan minimum masing-masing sebesar 18,16 dan 9,91.
Demikian pula untuk variabel profitabilitas (ROA) yamg memiliki nilai rata-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
rata 6,8322 dan nilai standar deviasi 4,36311 dimana nilai standar deviasi
lebih kecil dari nilai rata-rata sehingga dapat dinyatakan variabel ROA
memiliki sebaran data tidak besar dengan minimum data – 1,41 dan
maksimum 15,35. Untuk variabel leverage keuangan, nilai rata-rata 0,4007
dan nilai standar deviasi 0,20805 dimana nilai standar deviasi lebih kecil dari
nilai rata-rata sehingga dapat dinyatakan variabel leverage memiliki sebaran
data yang tidak besar dengan minimum data 0,06 dan maksimum 0,88.
Sedangkan untuk variabel pertumbuhan perusahanan (PER) nilai standar
deviasi 11,61818 dan nilai rata-rata 13,2750. Dengan standar deviasi yang
lebih kecil dari nilai rata-rata menunjukkan sebaran tidak terlalu besar yang
ditunjukkan dengan nilai maksimum dan minimum masing-masing sebesar
50,19 dan - 6,94. Dan untuk variabel kebijakan dividen (DPR) nilai standar
deviasi 25,88004 dan nilai rata-rata 32,7578. Dengan standar deviasi yang
lebih kecil dari nilai rata-rata menunjukkan sebaran tidak terlalu besar yang
ditunjukkan dengan nilai maksimum dan minimum masing-masing sebesar –
113,81 dan – 61,29.
C. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas Data
Tahap kedua adalah uji normalitas data, hal ini penting untuk
mengetahui residual berdistribusi secara normal. Untuk mengetahui data
berdistribusi secara normal digunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Hasil perhitungan uji normalitas menggunakan program SPSS 17 for
Windows dapat dilihat pada tabel 3 berikut :
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
U
N 46 Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation 22.19375593 Most Extreme Differences Absolute .105
Positive .079 Negative -.105
Kolmogorov-Smirnov Z .713 Asymp. Sig. (2-tailed) .689 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data. Sumber: Data diolah, 2012
Pada tabel diatas terlihat bahwa uji Kolmogrov-Smirnov didapatkan
hasil signifikansi sebesar 0,689. Hal ini berarti nilai signifikansi berada di
atas 0,05 yang mengindikasikan data tersebut berdistribusi normal.
Cara lain untuk menguji normalitas data dengan teknik grafik (plot) yaitu
melihat nilai residual pada model regresi yang akan di uji. Jika sampel
berasal dari sebuah populasi yang normal, titik-titik dalam plot akan jatuh
di sekitar garis lurus. Jika sampel berasal dari sebuah populasi yang tidak
normal, plot akan terlihat seperti kurva. Dalam pengujian ini dilakukan
dengan program SPSS 17 for Windows. Gambar 2 menunjukkan hasil
pengujian normalitas data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Sumber: Data diolah , 2012
Gambar 2 Hasil Pengujian Normalitas Data
Berdasarkan gambar 2 menunjukkan bahwa titik-titik dalam plot
jatuh di sekitar garis lurus dan tidak ada data yang menyimpang secara
ekstrim. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua data dalam
penelitian ini berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas terjadi jika variabel independen secara kuat
berkorelasi satu sama lain. Multikolinieritas terdeteksi apabila dari
persamaan regresi didapatkan nilai adjusted R square yang tinggi
sedangkan nilai tiap variabelnya rendah. Pengujiannya adalah dengan
melihat koefisien VIF. Apabila berada pada kisaran 0,1 sampai dengan 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
maka disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas. Hasil pengolahan data
dengan program SPSS 17 for Windows sebagai berikut:
Tabel 4 Hasil Pengujian Multikolinieritas
Variabel Nilai VIF Insider 1,439
Capital Market 1,305 ROA 1,468
Leverage 1,155 PER 1,391
Sumber: Data diolah, 2012
Hasil olah data tersebut secara jelas menunjukkan nilai VIF dari
tiap-tiap variabel berada pada posisi 0,1 sampai dengan 10 sehingga dapat
disimpulkan tidak terjadi multikolinieritas pada variabel yang diteliti.
Besarnya nilai VIF masing-masing variabel adalah biaya agensi (Insider)
sebesar 1,439; ukuran perusahaan (Capital Market) sebesar 1,305;
profitabilitas (ROA) sebesar 1,468; leverage keuangan sebesar 1,155; dan
pertumbuhan perusahaan (PER) sebesar 1,391.
3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi terjadi jika pengganggu, e, berkorelasi dari waktu ke
waktu. Terjadinya korelasi karena sebuah kejadian dalam satu periode
waktu mungkin mempengaruhi satu kejadian di periode waktu berikutnya.
Dalam penelitian ini digunakan uji Durbin Watson dan Runs Test. Hasil
pengujian Durbin Watson dengan program SPSS 17 for Windows dapat
dilihat pada tabel 5 berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Tabel 5 Hasil Uji Durbin-Watson
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .514a .265 .173 23.54003 2.266
a. Predictors: (Constant), PER, Leverage, Capital Market, ROA, Insider
b. Dependent Variable: DPR Sumber: data diolah, 2012
Dari hasil diatas dapat dilihat koefisien Durbin-Watson
menunjukkan angka sebesar 2,266, sedangkan nilai du dan dl pada tabel
DW masing-masing sebesar 1,776 dan 1,287.
Gambar 3 Gambar Grafik Durbin-Watson
Suatu data dikatakan bebas autokorelasi jika nilai dw diantara du
dan 4 - du. Karena nilai d berada diantara 4 - du dan 4 - dl maka dapat
disimpulkan bahwa model tersebut pada daerah tanpa keputusan.
Korelasi dapat terjadi karena banyak data dalam penelitian bergerak
bersama-sama (Chandra Wijaya, 2005). Karena data masuk ke dalam
daerah tanpa keputusan, maka perlu dilakukan pengobatan terhadap data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
yang akan dianalisis yaitu dengan mentransformasi model awal menjadi
model difference :
DIVPOLt = β1 + β2INDSt + β3SIZEt + β4PROFt + β5FLEVERt +
Β6PERt + µ …………………………………. (Persamaan IV.1)
Diasumsikan bahwa residual atau error mengikuti autoregressiveAR(1)
sebagai berikut:
µt = ρμt-1 + εt – 1 < ρ < 1 ………..……..…….……...(Persamaan IV.2)
Dengan mentransformasikan data kedalam bentuk logaritma natural,
kemudian dilakukan regresi maka dapat diketahui dengan menghitung
menggunakan rumus Theil dan Nagar sebagai berikut :
………………………………………(Persamaan IV.3)
Jika persamaan persamaan IV.1 benar untuk waktu t, maka akan benar
juga dengan waktu t-1, sehingga :
DIVPOLt-1 = β1 + β2INDSt-1 + β3SIZEt-1 + β4PROFt-1 + β5FLEVERt-1 +
Β6PERt-1 + µt-1 ……………………..…………. (Persamaan IV.4)
Sisi kanan dan kiri persamaan dikalikan dengan ρ diperoleh persamaan
sebagai berikut :
ρDIVPOLt-1 = ρβ1 + ρβ2INDSt-1 + ρβ3SIZEt-1 + ρβ4PROFt-1 +
ρβ5FLEVERt-1 + ρβ6PERt-1 + ρµt-1 ……..…..…. (Persamaan IV.5)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Dengan mengurangkan persamaan VI.1 dan VI.5 akan diperoleh
persamaan sebagai berikut :
(DIVPOLt - ρDIVPOLt-1) = β1(1 – ρ) + β2(INDSt - ρINDSt-1) + β3(SIZEt –
ρSIZEt-1) + β4(PROFt - ρPROFt-1) + β5(FLEVERt - ρFLEVERt-1) +
β6(PERt - ρPERt-1) + εt ……………………..… (Persamaan IV.6)
Dimana εt = (µt - ρµt-1)
Sehingga persamaan diatas dinyatakan sebagai berikut :
DIVPOLt = β1* + β2*INDSt* + β3*SIZEt* + β4*PROFt* + β5* FLEVERt*
+ β6*PERt* + εt ………………………………. (Persamaan IV.7)
Oleh karena residual persamaan IV.7 memenuhi asumsi OLS, maka kita
dapat menggunakan OLS untuk menaksir persamaan IV.7 yaitu dengan
meregresikan dengan metode estimasi Generalized Least Square (GLS).
Setelah itu dilakukan kembali pengujian Durbin-Watson sehingga
menghasilkan :
Tabel 6 Hasil Uji Durbin-Watson [Revisi]
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .534a .285 .194 23.31152 1.809
a. Predictors: (Constant), PERstar, Caparketstar, Leveragestar, INSDstar, ROAstar
b. Dependent Variable: DPRstar
Dari hasil di atas dapat dilihat koefisien Durbin-Watson revisi
menunjukkan angka sebesar 1,809, sedangkan nilai du sebesar 1,776.
Seperti disebutkan di atas bahwa suatu data dikatakan bebas autokorelasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
jika nilai dw diantara du dan 4 - du, maka setelah pengobatan di atas nilai
dw dalam penelitian ini berada diantara du dan 4 - du (1,776 ≤ 1,809 ≤
2,224). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data bebas
autokorelasi positif atau negatif.
Cara lain pengujian ada tidaknya gejala autokorelasi pada model
dengan melihat nilai signifikansi pada Runs Test. Suatu data dikatakan
tidak terjadi autokorelasi jika memiliki nilai signifikansi di atas 5%. Hasil
pengujian Runs Test setelah data ditransformasikan dengan program SPSS
17 for Windows dapat dilihat pada tabel 7 berikut:
Tabel 7
Hasil Uji Runs Test Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea .36152
Cases < Test Value 22
Cases >= Test Value 23
Total Cases 45 Number of Runs 26
Z .607
Asymp. Sig. (2-tailed) .544
a. Median
Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi
menunjukkan angka sebesar 0,544 yang berarti nilai Runs Test berada
diatas 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
autokorelasi positif atau negatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
4. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian asumsi klasik terakhir adalah heteroskedastisitas.
Asumsi dari regresi linier menyatakan bahwa pengganggu, e, dalam
persamaan regresi populasi mempunyai varians yang konstan. Salah satu
cara untuk menguji heteroskedastisitas adalah dengan uji Glejser. Uji
Glejser dilakukan dengan meregres nilai absolut residual terhadap variable
independen. Apabila koefisien parameter beta dari persamaan regresi
tersebut signifikan secara statistik, hal ini menunjukkan bahwa model
yang diestimasi terdapat heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika parameter
beta tidak signifikan secara statistik maka asumsi homoskedastisitas pada
model tidak dapat ditolak. Uji Glejser dilakukan menggunakan program
SPSS 17 for Windows, hasilnya dapat dilihat pada tabel 8 berikut:
Tabel 8 Hasil Uji Glejser
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 21.308 22.748 .937 .355
INSDstar 41.626 36.349 .207 1.145 .259
Caparketstar -.442 1.569 -.049 -.281 .780
ROAstar .074 .639 .021 .116 .908
Leveragestar 10.953 11.676 .152 .938 .354
PERstar -.421 .233 -.323 -1.813 .078
a. Dependent Variable: abs
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa koefisien parameter
untuk variabel independen tidak ada yang signifikan atau nilainya di atas
0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak
terjadi heteroskedastisitas.
Cara lain pengujian heteroskedastisitas dengan melihat penyebaran
data pada grafik scatter plot. Dalam sebuah plot residual, nilai residual
seharusnya terlihat tersebar secara random, tanpa adanya pola yang
sistematik. Jika varians tidak konstan, dalam sebuah plot residual, nilai
residual akan membentuk pola yang sistematik. Kejadian ini menunjukkan
adanya heteroskedastisitas. Pengujian ini dilakukan dengan program SPSS
17 for Windows.
Sumber: Data diolah, 2012
Gambar 4 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa plot residual persamaan
regresi tidak menunjukkan pola yang sistematik dan data tersebar secara
random. Dengan demikian persamaan regresi yang digunakan dalam
penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas.
D. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis menggunakan uji regresi berganda dengan data yang
telah ditransformasikan. Pengujian pengaruh biaya agensi (INSD), ukuran
perusahaan (Capital Market), profitabilitas (ROA), leverage keuangan, dan
pertumbuhan perusahaan (PER) pada kebijakan dividen dilakukan secara
simultan dengan tingkat signifikasi 0,05 atau 5%. Hasil pengujian
menggunakan program SPSS 17 for Windows
1. Koefisien Determinasi (R2)
Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 9 berikut:
Tabel 9 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .534a .285 .194 23.31152 1.809
a. Predictors: (Constant), PERstar, Capaitalmarketstar, Leveragestar, INSDstar, ROAstar
b. Dependent Variable: DPRstar Sumber: Data diolah, 2012
Hasil output pengujian SPSS tersebut menjelaskan bahwa variabel
dependen dalam hal ini kebijakan dividen dapat dijelaskan sebesar 19,4%
oleh variabel-variabel independennya. Hal itu terlihat dari nilai adjusted R
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Square sebesar 0,194. Sedangkan sebesar 80,6% variabel kebijakan
dividen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak tercantum dalam model.
2. Nilai F
Hasil uji nilai F statistik penelitian ini seperti table berikut :
Tabel 10 Hasil Uji Nilai F
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 8463.173 5 1692.635 3.115 .018a
Residual 21193.652 39 543.427 Total 29656.825 44
a. Predictors: (Constant), PERstar, Capitalmarketstar, Leveragestar, INSDstar, ROAstar
b. Dependent Variable: DPRstar
Dari hasil di atas dapat diketahui nilai F hitung sebesar 3,115 dan
signifikansi sebesar 0,018 yang berada di bawah 0,05. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan variabel-variabel
independen terhadap variabel dependen.
3. Nilai t
Pada pengujian tiap variabel independen sebagai pengujian
hipotesis didapatkan hasil sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tabel 11 Hasil Pengujian Regresi Berganda secara Parsial ( Uji t )
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -15.190 34.446 -.441 .662 INSDstar 88.413 55.042 .261 1.606 .116 .695 1.439
Caparketstar 1.012 2.376 .066 .426 .673 .766 1.305
ROAstar 3.259 .968 .552 3.365 .002 .681 1.468
Leveragestar 7.824 17.681 .064 .442 .661 .865 1.155
PERstar .211 .352 .096 .600 .552 .719 1.391
a. Dependent Variable: DPRstar Sumber: Data diolah, 2012
Dari kelima variabel independen yaitu biaya agensi, ukuran
perusahaan, profitabilitas, leverage keuangan, dan pertumbuhan
perusahaan didapatkan hasil dengan melihat tingkat signifikansi. Apabila
nilai signifikansi dibawah 0,05 maka berpengaruh secara signifikan. Dapat
disimpulkan bahwa biaya agensi tidak berpengaruh signifikan pada
kebijakan dividen dengan nilai signifikansi sebesar 0,116 yang berada di
atas 0,05 dan nilai t sebesar 1,606. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh
signifikan pada kebijakan dividen dengan nilai signifikansi sebesar 0,673
yang berada di atas 0,05 dan nilai t sebesar 0,426. Profitabilitas
berpengaruh signifikan pada kebijakan dividen dengan nilai signifikansi
sebesar 0,002 yang berada di bawah 0,05 dan nilai t sebesar 3,365.
Leverage keuangan tidak berpengaruh signifikan pada kebijakan dividen
dengan nilai signifikansi sebesar 0,661 yang berada di atas 0,05 dan nilai t
sebesar 0,442. Pertumbuhan perusahan tidak berpengaruh signifikan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
kebijakan dividen dengan nilai signifikansi sebesar 0,552 yang berada di
atas 0,05 dan nilai t sebesar 0,600.
Tabel 12 Tabel Hasil Pengujian Hipotesis
Nilai Sig. Kesimpulan
Biaya Agensi 0,116 H1 tidak didukung Ukuran Perusahaan 0,673 H2 tidak didukung
Profitabilitas 0,002 H3 didukung Leverage Keuangan 0,661 H4 tidak didukung
Pertumbuhan Perusahaan 0,552 H5 tidak didukung
Dari table 12 di atas menunjukan bahwa :
a. Pengujian Hipotesis 1
Hipotesis 1 bertujuan untuk menguji pengaruh biaya agensi pada
kebijakan dividen. Berdasarkan hasil pengujian tabel 12 didapatkan
hasil bahwa biaya agensi tidak memiliki pengaruh pada kebijakan
dividen dengan nilai signifikansi sebesar 0,116. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 tidak didukung. Artinya, secara
statistik dapat ditunjukkan bahwa biaya agensi tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen karena nilai
signifikansi lebih besar dari 5% (0,05). Hal ini mengindikasikan bahwa
peningkatan atau penurunan biaya agensi pada perusahaan tidak akan
mengakibatkan kenaikan atau penurunan kebijakan dividen.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Al-Malkawi (2008)
dimana hasil penelitiannya secara statistik tidak signifikan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
menunjukkan bahwa kepemilikan insider tidak mempengaruhi keputusan
untuk membayar dividen.
Hal ini dapat dikaitkan dengan konsentrasi kepemilikan yang dapat
menyebabkan konsentrasi kontrol, oleh karena itu pemegang saham
minoritas tidak dapat mengerahkan banyak pengaruh terhadap kebijakan
dividen.
b. Pengujian Hipotesis 2
Hipotesis 2 bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan
terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan tabel 12 ukuran perusahaan
tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen dengan nilai
signifikansi sebesar 0,673. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
hipotesis 2 tidak didukung. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan
bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen karena nilai signifikansi lebih besar dari 5% (0,05).
Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan nilai
ukuran perusahaan tidak mengakibatkan kenaikan atau penurunan
kebijakan dividen.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Al – Malkawi
(2008) dimana hasil penelitiannya untuk ukuran perusahaan signifikan
terhadap kemungkinan meningkatkan keputusan membayar dividen.
Tetapi hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Risaptoko (2007)
dalam penelitiannya terhadap perusahaan yang terdaftar di BEI tidak
ada pengaruh signifikan antara variabel Size dengan variabel DPR,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
artinya tidak ada pengaruh antara perusahaan besar maupun
perusahaan kecil dalam melakukan kebijakan dividen.
Hasill ini kemungkinan karena pada tahun 2008 mulai krisis
ekonomi global sehingga baik perusahaan kecil maupun besar lebih
berkonsentrasi untuk mempertahankan perusahaan untuk menghadapi
krisis ekonomi tersebut.
c. Pengujian Hipotesis 3
Hipotesis 3 bertujuan untuk menguji pengaruh profitabilitas pada
kebijakan dividen. Berdasarkan tabel 12, menunjukkan bahwa
profitabilitas berpengaruh positif signifikan pada kebijakan dividen
dengan nilai signifikansi sebesar 0,002. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hipotesis 3 didukung. Artinya, secara statistik
dapat ditunjukkan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh positif
signifikan terhadap kebijakan dividen karena nilai signifikansi lebih
kecil dari 5% (0,05). Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan
profitabilitas pada perusahaan mengakibatkan peningkatan kebijakan
dividen..
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Al-Malkawi (2008) dimana hasil penelitiannya pada profitabilitas
berpengaruh kuat pada kebijakan dividen.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan lebih menguntungkan
lebih cenderung untuk membayar dividen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
d. Pengujian Hipotesis 4
Hipotesis 4 bertujuan menguji pengaruh leverage keuangan
terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan tabel 12, leverage keuangan
tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen
dengan nilai signifikansi sebesar 0,661. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hipotesis 4 tidak didukung. Artinya, secara
statistik dapat ditunjukkan bahwa leverage keuangan tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen karena nilai
signifikansi lebih besar dari 5% (0,05). Hal ini mengindikasikan bahwa
peningkatan atau penurunan nilai leverage keuangan pada perusahaan
tidak mengakibatkan kenaikan atau penurunan kebijakan dividen.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Al-
Malkawi (2008) dimana hasil penelitiannnya untuk leverage keuangan
berpengaruh negatif dan signifikan pada kebijakan dividen. Tetapi
hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Suharli (2005) dan Setiati (2006), yang dalam penelitiannya leverage
tidak berpengaruh pada kebijakan dividen.
Hal ini kemungkinan karena adanya krisis ekonomi global yang
dimulai pada tahun 2008 yang menyababkan terjadi perubahan pola-
pola kebijakan dividen, sehingga perusahaan dengan leverage
keuangan tinggi maupun rendah berkonsentrasi untuk
mempertahankan perusahaan untuk menghadapi krisis ekonomi
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
e. Pengujian Hipotesis 5
Hipotesis 5 bertujuan menguji pengaruh pertumbuhan perusahaan
pada kebijakan kividen. Berdasarkan tabel 12, hasil penelitian tidak
berpengaruh signifikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,552.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis 5 tidak
didukung. Artinya, secara statistik dapat ditunjukkan bahwa
pertumbuhan perusahaan memang tidak mempunyai pengaruh pada
kebijakan dividen karena nilai signifikansi lebih besar dari 5% (0,05).
Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan
pertumbuhan perusahaan tidak mengakibatkan peningkatan atau
penurunan kebijakan dividen.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Al-Malkawi (2008) yang melakukan penelitiannya untuk
pertumbuhan perusahaan dengan proksi rasio pendapatan (PER) secara
statistik tidak memiliki pengaruh pada kebijakan dividen.
Hal ini kemungkinan karena adanya krisis ekonomi global yang
mulai pada tahun 2008 sehingga terjadi perubahan pola-pola kebijakan
dividen yang menyebabkan perusahaan tidak mempertimbangkan
untuk pertumbuhan perusahaan, besar atau kecil, tapi berkonsentrasi
untuk mempertahankan perusahaan untuk menghadapi krisis ekonomi
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini mencoba untuk meneliti, apakah biaya agensi (INSD),
ukuran perusahaan (SIZE), profitabilitas (ROA), leverage keuangan (FLEVER),
pertumbuhan perusahaan (PER) berpengaruh terhadap kebijakan dividen (DPR)
pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2006 – 2010. Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi
berganda dengan lima variabel independen yaitu biaya agensi (INSD), ukuran
perusahaan (SIZE), profitabilitas (ROA), leverage keuangan (FLEVER),
pertumbuhan perusahaan (PER) dan satu variabel dependen kebijakan dividen
(DPR) pada perusahaan non–keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2006 - 2010 menunjukkan bahwa :
1. Hasil penelitian yang diperoleh dari nilai adjusted R2, variasi kebijakan
dividen (DPR) dapat dijelaskan oleh ke lima variabel independen biaya
agensi (INSD), ukuran perusahaan (SIZE), profitabilitas (ROA), leverage
keuangan (FLEVER), pertumbuhan perusahaan (PER) sebesar 19.4%,
sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
2. Hasil analisis menggunakan analisis regresi didapatkan bahwa biaya
agensi (INSD) tidak berpengaruh pada kebijakan dividen (DPR) pada
perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2006 – 2010, sehingga hipotesis pertama yang menyatakan bahwa biaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
agensi (INSD) berpengaruh signifikan negatif pada kebijakan dividen
(DPR) tidak dapat diterima.
3. Hasil analisis menggunakan analisis regresi didapatkan bahwa ukuran
perusahaan (SIZE) tidak berpengaruh pada kebijakan dividen (DPR) pada
perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2006 - 2010, sehingga hipotesis kedua yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan (SIZE) berpengaruh signifikan positif pada kebijakan dividen
(DPR) tidak dapat diterima.
4. Hasil analisis menggunakan analisis regresi didapatkan bahwa
profitabilitas (ROA) berpengaruh pada kebijakan dividen (DPR) pada
perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2006 - 2010, sehingga hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa
profitabilitas (ROA) berpengaruh signifikan positif pada kebijakan dividen
(DPR) dapat diterima.
5. Hasil analisis menggunakan analisis regresi didapatkan bahwa leverage
keuangan (FLEVER) tidak berpengaruh pada kebijakan dividen (DPR)
pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2006 - 2010, sehingga hipotesis keempat yang menyatakan bahwa
leverage keuangan (FLEVER) berpengaruh signifikan negatif pada
kebijakan dividen (DPR) tidak dapat diterima.
6. Hasil analisis menggunakan analisis regresi didapatkan bahwa
pertumbuhan perusahaan (PER) tidak berpengaruh pada kebijakan dividen
(DPR) pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Indonesia periode 2006 - 2010, sehingga hipotesis kelima yang
menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan (PER) berpengaruh
signifikan negatif pada kebijakan dividen (DPR) ditolak.
7. Penolakan pada hipotesis pertama dapat dikaitkan dengan konsentrasi
kontrol, oleh karena itu pemegang saham minoritas tidak dapat
mengerahkan banyak pengaruh terhadap kebijakan dividen, sedangkan
penolakan pada hipotesis kedua, keempat, dan kelima dapat dikaitkan
dengan mulainya krisis ekonomi global pada tahun 2008 yang
kemungkinan menyebabkan terjadinya perubahan pola-pola kebijakan
dividen.
B. Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil perhitungan analisis regresi, maka variabel yang
memiliki pengaruh paling besar dan signifikan terhadap kebijakan dividen
(DPR) adalah variabel Return On Asset (ROA) dengan nilai koefisien sebesar
0,552. Hasil temuan ini menunjukkan pula hal-hal yang perlu diperhatikan,
baik oleh pihak manajemen perusahaan dalam pengelolaan perusahaan,
maupun oleh para investor dalam menentukan strategi investasi dilihat dari
sisi kebijakan dividen adalah ROA.
Berdasarkan hasil tersebut maka manajemen perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia perlu memperhatikan faktor kinerja profitabilitas (ROA)
dengan memanfaatkan aset yang dimiliki perusahaan secara optimal untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
mendapatkan laba, karena semakin besar perusahaan memperoleh laba maka
DPR akan meningkat.
C. Keterbatasan
Dalam penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan yang
dimiliki oleh peneliti. Antara lain dengan hanya menggunakan periode waktu
selama lima tahun saja dan waktu pengamatan yang kurang baik karena pada
periode 2008 mulai krisis ekonomi global sehingga banyak perusahaan yang
tidak mampu untuk membayar dividen.
Hasil juga menunjukkan besarnya pengaruh variabel independen dalam
mempengaruhi variabel dependen sebesar 19,4% dan sisanya sebesar 80,6%
dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dirumuskan dalam penelitian ini.
Oleh karena itu diperlukan kehati-hatian dalam mengeneralisasi hasil dari
penelitian ini.
D. Saran
1. Dalam penelitian selanjutnya disarankan untuk menambahkan variabel-
variabel lain yang mempengaruhi kebijakan dividen (DPR). Variabel yang
dapat ditambahkan dalam penelitian ini adalah kepemilikan institusional,
tingkat inflasi, suku bunga, tingkat risiko pasar, usia perusahaan dan lain-
lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
2. Menambahkan jumlah sampel dalam waktu pengamatan yang lebih lama
sehingga nantinya diharapkan hasil yang diperoleh akan lebih dapat
digeneralisasikan.