faktor yang mempengaruhi kejadian diare anak usia 3-6
TRANSCRIPT
JOURNAL OF ISLAMIC NURSING
Volume 1 Nomor 1 21
Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Anak Usia 3-6 Tahun di TK
Raudhatul Athfal Alauddin Makassar
Fatmawati1, Arbianingsih2, Musdalifah3
1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.
Email: [email protected]
2 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.
Email: [email protected]
3 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.
Email: [email protected]
Abstract
Diare merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia dimana merupakan penyebab kematian
nomor dua pada balita, nomor tiga pada bayi dan nomor lima bagi sejumlah umur. Berdasarkan
kelompok umur, penderita diare terbanyak pada kelompok umur 1-5 tahun. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak usia 3-6 tahun di
TK Raudhatul Athfal Alauddin Makassar. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik deskriptif cross
sectional dengan melibatkan 62 siswa secara purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan kuesioner dan observasi. Analisis data menggunakan uji Chi Square dan Fisher
Exact Test. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara perilaku cuci tangan dan kejadian
diare (p = 0,000 < 0,001) dimana responden yang memiliki perilaku cuci tangan yang tidak baik
mempunyai peluang 36 kali mengalami diare (OR = 36,364). Terdapat hubungan antara perilaku
makan dengan kejadian diare (p = 0,000 < 0,001) dimana responden yang memiliki perilaku makan
yang tidak baik mempunya peluang 23 kali mengalami diare (OR = 23, 125). Terdapat hubungan yang
signifikan antara status gizi dengan kejadian diare ( p = 0,000 < 0,001) dimana responden yang
memiliki status gizi kurang (kurus) mempunya peluang 71 kali mengalami diare (OR = 71,111).
Direkomendasikan agar orangtua lebih memperhatikan perilaku cuci tangan, perilaku makan dan
status gizi anak sebagai langkah preventif dan juga sebagai satu upaya meminimalisir kejadian diare
pada anak.
Keywords: Diare, Perilaku Cuci Tangan, Perilaku Makan, Status Gizi
JOURNAL OF ISLAMIC NURSING
Volume 1 Nomor 1 22
1. PENDAHULUAN
Diare merupakan salah satu masalah
kesehatan di Indonesia. Angka kematian akibat
diare pada tahun 2004 mencapai 23 ribu per 100
penduduk dan pada balita mencapai 75 per 100
ribu balita (Mujianto, 2008). Diare dapat
menyerang anak-anak maupun orang dewasa,
tapi bayi dan balita lebih rentan terserang
penyakit ini. Diare tidak saja terjadi di negara
berkembang tetapi juga di negara maju, di
negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan
kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi
insiden diare tetap tinggi. Di negara
berkembang, diare menyebabkan kematian
sekitar tiga juta penduduk setiap tahun.
(Darmawati, 2012).
Menurut data UNICEF (The United
Nations Children’s Fund) dan WHO (World
Health Organization) pada tahun 2009, diare
merupakan penyebab kematian nomor dua pada
balita di dunia, nomor tiga pada bayi dan nomor
lima bagi sejumlah umur. Data UNICEF
memperkirakan bahwa 1,5 juta anak meninggal
dunia setiap tahunnya karena diare (Sindo,
2010). Di Indonesia anak-anak menderita diare
lebih dari 12 kali per tahun dan hal ini yang
menjadi penyebab kematian sebesar 15-34%
dari semua penyebab kematian (Wardhani,
2012). Dari hasil Survey Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) ini menunjukkan betapa
penyakit diare tidak dapat dipandang sebelah
mata, karena secara umum setiap tahunnya rata
100.000 anak meninggal dunia di Indonesia
karena diare. Sebanyak 273 balita setiap
harinya kehilangan nyawa (Mujianto, 2008).
Survei morbiditas yang dilakukan oleh
Subdit Diare, Departemen Kesehatan Indonesia
tahun 2000 sampai dengan 2010 terlihat
kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000
IR (Incidence Rate) penyakit diare 301/1000
penduduk, tahun 2003 naik menjad 374/1000
penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000
penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000
penduduk (Hardi, 2012).
Diare di Sulawesi Selatan yang dapat dihimpun
melalui laporan dari 23 Kabupaten selama
tahun 2006 sampai 2009 terdapat 36,87% –
55,13% per 1000 penduduk mengalami diare.
Kematian tertinggi akibat diare berada pada
umur 1-4 tahun (Dinkes Prov. Sul-Sel, 2009).
Kasus diare yang dilaporkan oleh 39 puskesmas
se-Kota Makassar sampai dengan Desember
2013 sebanyak 28.908 kasus. Adapun jumlah
penderita diare yang dilaporkan di kecamatan
Tamalate Kota Makassar selama 3 tahun terakhir
yaitu pada tahun 2011 sebesar 2.049 kasus, tahun
2012 sebesar 1.695 kasus dan tahun 2013 sebesar
2.005 kasus. Salah satu kelurahan di kecamatan
Tamalate yaitu Kelurahan Mangasa, dimana
menurut data dari Puskesmas Mangasa, penyakit
yang tertinggi yang terdapat pada wilayah kerja
Puskesmas Mangasa adalah penyakit diare yaitu
sebanyak 1.044 kasus pada tahun 2012.
Berdasarkan kelompok umur, penderita diare
terbanyak pada kelompok umur 1-5 tahun
sebanyak 287 kasus (Ward, 2012).
Banyak faktor yang secara langsung
maupun tidak langsung dapat menjadi faktor
pendorong terjadinya diare. Penyebab tidak
langsung atau faktor-faktor yang mempermudah
atau mempercepat terjadinya diare seperti : status
gizi, pemberian ASI eksklusif, lingkungan,
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),
kebiasaan mencuci tangan, perilaku makan,
imunisasi dan sosial ekonomi. Penyebab
langsung antara lain infeksi bakteri virus dan
parasit, malabsorbsi, alergi, keracunan bahan
kimia maupun keracunan oleh racun yang
diproduksi oleh jasad renik, ikan, buah dan
sayur-sayuran (Zaitun, 2011).
Berdasarkan permasalahan diatas, hal inilah
yang melatarbelakangi saya sebagai penulis
untuk memberikan sebuah gagasan mengenai
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian
Diare Pada Anak Usia Pra Sekolah 3-6 Tahun
(Balita) Di TK Raudhatul Athfal Alauddin
Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Kota
Makassar”.
2. METODE
Penelitian ini dirancang dalam bentuk
penelitian deskriptif dengan rancangan Cross
Sectional Study. Penelitian ini dilaksanakan di
TK Raudhatul Athfal Alauddin Kelurahan
Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar
pada bulan Maret tahun 2015.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
anak usia pra sekolah (3-6 tahun) yang berada di
TK Raudhatul Athfal Alauddin Kelurahan
Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar
yang berjumlah 132 orang. Jumlah sampel
ditentukan dengan menggunakan rumus
JOURNAL OF ISLAMIC NURSING
Volume 1 Nomor 1 23
Lemeshow (Sugiyono, 2007) sehingga
diperoleh 62 sampel yang mewakili.
Instrumen atau alat yang digunakan
pada penelitian ini adalah kuesioner dan
observasi yang berisi pertanyaan-pertanyaan
yang berhubungan dengan variabel independen
yaitu perilaku mencuci tangan, perilaku makan
dan status gizi. Dimana kuesioner tersebut
dijawab oleh orang tua, yang sebagai
responden. Data yang dikumpulkan dianalisis
dengan menggunakan uji Chi Square dengan
alternatif Fisher Exact.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian
ini terdiri atas jenis kelamin dan usia.
Karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin yakni responden yang berjenis kelamin
laki-laki sebanyak 29 orang (46,8%) dan
responden yang berjenis kelamin perempuan
sebanyak 33 orang (53,2%). Karakteristik
responden berdasarkan usia yakni mayoritas
responden berusia 6 tahun sebanyak 35 orang
(56,5%), 5 tahun sebanyak 25 orang (40,3%)
dan 4 tahun sebanyak 2 orang (3,2%).
Analisis hubungan faktor perilaku cuci
tangan, perilaku makan dan status gizi dengan
kejadian diare. Hubungan masing-masing
variabel tercantum dalam tabel-tabel di bawah
ini:
a. Hubungan antara Perilaku Cuci Tangan
dengan Kejadian Diare.
Hasil uji kejadian diare berdasarkan
perilaku cuci tangan responden yang terdiri dari
perilaku cuci tangan kategori baik dan tidak baik
menunjukkan bahwa sebanyak 10 orang (47,6%)
responden yang memiliki perilaku cuci tangan
yang tidak baik mengalami diare dan 1 orang
(2,4%) responden tidak mengalami diare.
Responden yang memiliki perilaku cuci tangan
yang baik yang mengalami diare sebanyak 11
orang (52,4%) dan tidak mengalami diare
sebanyak 40 orang (97,6%).
Hasil uji Fisher exact diperoleh nilai p =
0,000 (p < 0,001) maka dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara perilaku
cuci tangan dengan kejadian diare. Hasil analisis
diperoleh pula nilai OR = 36,364 artinya :
responden yang memiliki perilaku cuci tangan
yang tidak baik mempunya peluang 36,364 kali
mengalami diare. Untuk lebih jelanya dapat
dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini.
Tabel. 1
Hubungan perilaku cuci tangan dengan kejadian diare
Perilaku
cuci tangan
Kejadian Diare Total
p OR
IK 95% Ya Tidak
n % N % N % Min Maks
Baik 11 52,4 40 97,6 51 82,3
0,000 36,364 4,198 315, 698 Tidak baik 10 47,6 1 2,4 11 17,7
Total 21 100 41 100 62 100
Sumber : Data Primer, 2015
*Uji Fisher Exact
b. Hubungan antara Perilaku Makan dengan
Kejadian Diare
Hasil uji kejadian diare berdasarkan
perilaku makan responden yang teridiri dari
perilaku makan kategori baik dan tidak baik
menunjukkan bahwa sebanyak 15 orang
(71,4%) responden yang memiliki makan yang
tidak baik mengalami diare dan 4 orang (9,8%)
responden tidak mengalami diare. Responden
yang memiliki perilaku makan yang baik yang
mengalami diare sebanyak 6 orang (28,6%) dan
tidak mengalami diare sebanyak 37 orang
(90,2%). Hasil uji Chi Square diperoleh nilai p
= 0,000 (p < 0,001) maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara
perilaku cuci tangan dengan kejadian diare.
Hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 23, 125
artinya : responden yang memiliki perilaku
makan yang tidak baik mempunya peluang 23,
125 kali mengalami diare. Untuk lebih jelanya
dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini.
JOURNAL OF ISLAMIC NURSING
Volume 1 Nomor 1 24
Tabel. 2
Hubungan perilaku makan dengan kejadian diare
Perilaku
makan
Kejadian Diare Total
p OR
IK 95% Ya Tidak
n % N % N % Min Maks
Baik 6 28,6 37 90,2 37 69,4
0,000 23,125 5,701 93, 794 Tidak baik 15 71,4 4 9,8 19 30,6
Total 21 100 41 100 62 100
Sumber : Data Primer, 2015
*uji Chi Square
c. Hubungan antara Status Gizi dengan
Kejadian Diare
Hasil uji kejadian diare berdasarkan
status gizi responden yang teridiri dari kategori
gizi kurang (kurus) dan gizi seimbang (normal)
menunjukkan bahwa sebanyak 20 orang
(95,2%) responden yang berada dalam kategori
gizi kurang (kurus) mengalami diare dan 9
orang (22%) responden tidak mengalami diare.
Responden yang berada dalam kategori gizi
seimbang (normal) yang mengalami diare
sebanyak 1 orang (4,8%) dan tidak mengalami
diare sebanyak 32 orang (78%). Hasil uji Chi
Square diperoleh nilai p = 0,000 (p < 0,001)
maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara status gizi dengan
kejadian diare. Hasil analisis diperoleh pula
nilai OR = 71,111 artinya : responden yang
memiliki status gizi kurang (kurus) mempunya
peluang 71,111 kali mengalami diare. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.8
berikut ini.
Tabel. 3
Hubungan status gizi dengan kejadian diare
Status gizi
Kejadian Diare Total
p OR
IK 95% Ya Tidak
n % n % N % Min Maks
Normal 1 4,8 32 78 33 53,2
0,000 71,111 8,365 604,518 Kurus 20 95,2 9 22 29 46,8
Total 21 100 41 100 62 100
Sumber : Data Primer, 2015
*Uji Chi Square
JOURNAL OF ISLAMIC NURSING
Volume 1 Nomor 1 25
PEMBAHASAN
a. Pengaruh perilaku cuci tangan terhadap
kejadian diare
Hasil penelitian mengenai perilaku cuci
tangan terdapat 11 anak (17,7%) yang memiliki
perilaku cuci tangan yang tidak baik dan 51
orang (82,3%) yang memiliki perilaku cuci
tangan yang baik. Berdasarkan hasil penelitian
pada tabulasi silang menunjukkan bahwa dari 11
responden yang memiliki perilaku cuci tangan
yang tidak baik, sebanyak 10 orang mengalami
diare sedangkan 11 responden yang sudah baik
dalam melakukan kebiasaan mencuci tangan
namun mengalami diare dalam kurun waktu 3
bulan terakhir. Hal ini dapat terjadi bahwa
mencuci tangan secara baikpun bukan berarti
responden terbebas dari diare.
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara perilaku cuci tangan dengan
kejadian diare (p = 0,000 < 0,001). Hasil analisis
diperoleh pula nilai OR = 36,364 artinya :
responden yang memiliki perilaku cuci tangan
yang tidak baik mempunya peluang 36,364 kali
mengalami diare.
Hasil tersebut sesuai dengan pendapat
WHO (2009) dalam Ernawati (2012) mencuci
tangan dengan sabun telah terbukti mengurangi
kejadian penyakit diare kurang lebih 40%.
Mencuci tangan disini lebih ditekankan pada
saat sebelum makan maupun sesudah buang air
besar. Cuci tangan menjadi salah satu intervensi
paling cost effective untuk mengurangi kejadian
diare pada anak. Selain itu Depkes RI (2009)
membuat kesimpulan, bahwa sekitar 30
penelitian terkait cuci tangan dengan sabun
dapat memangkas angka penderita diare hingga
separuh. Penyakit diare seringkali diasosiasikan
dengan keadaan air, namun secara akurat
sebenarnya harus diperhatikan juga penanganan
kotoran manusia seperti tinja dan air kencing,
karena kuman-kuman penyakit penyebab diare
berasal dari kotoran-kotoran ini. Kuman-kuman
penyakit ini membuat manusia sakit ketika
mereka masuk mulut melalui tangan yang telah
menyentuh tinja, air minum yang
terkontaminasi, makanan mentah, dan peralatan
makan yang tidak dicuci terlebih dahulu atau
terkontaminasi akan temapat makannya yang
kotor. Kebiasan cuci tangan, perilaku cuci
tangan tangan buruk berhubungan erat dengan
peningkatan kejadian diare dan penyakit yang
lain. Perilaku cuci tangan yang baik dapat
menghindarkan diri dari diare (Budi, 2006 dalam
Hardi, 2012)
Hal ini juga diperkuat oleh penelitian
yang dilakukan oleh Rompas, dkk (2013),
menunjukkan bahwa perilkaku cuci tangan pakai
sabun sebanyak 55 anak (93,2%) dan yang tidak
terbiasa 4 anak (6,8%). Anak SD yang menderita
diare dalam 3 bulan terakhir sebanyak 11 anak
(18,6%), sedangkan anak yang tidak menderita
diare 48 anak (81,4%). Kesimpulan : ada
hubungan antara perilaku cuci tangan pakai
sabun dengan terjadinya diare pada anak usia
sekolah dasar di SD GMIM 2 Lansot Kecamatan
Tareran. Dengan nilai p=0,003, ini berarti
hubungan antara cuci tangan pakai sabun sangat
penting untuk mencegah penyakit termasuk
diare.
Dalam sebuah hadist yang
diriwayatkan oleh HR. Baihaqi bahwa
Rasulullah saw bersabda :
الاسلام نظيف فتنظفوافانه لايدخل الجنة الا نظيف)رواه البيهقى
Artinya:
”Agama Islam itu adalah agama yang bersih
atau suci, maka hendaklah kamu menjaga
kebersihan. Sesungguhnya tidak akan masuk
surga kecuali orang-orang yang suci”. (HR.
Baihaqi)
Dalam hadist diatas dijelaskan bahwa
Agama Islam adalah agama yang lurus dan
bersih dari ajaran kesesatan. Orang-orang yang
selalu menjaga kebersihan akan ditingkatkan
kadar imannya dan akan diajuhkan dari berbagai
penyakit, salah satunya adalah penyakit diare.
Salah satu upaya pencegahan diare yaitu dengan
menjaga pola hidup yang bersih dan sehat,
kebersihan yang dimaksudkan adalah dari
seluruh aspek kehidupan yakni dari jasmani,
rohani, dan lingkungan, termasuk makanan dan
minuman harus tetap terjaga agar penyakit-
penyakit tidak bermunculan. Dengan demikian
pemeluk agama Islam harus memiliki pola
perilaku yang bersih dan hati yang suci dari
JOURNAL OF ISLAMIC NURSING
Volume 1 Nomor 1 26
perkara hawa nafsu. Sebab seseorang yang
demikian dijanjikan oleh Allah swt akan masuk
surga (Mustofa, 2011).
b. Pengaruh perilaku makan terhadap kejadian
diare
Hasil uji kejadian diare berdasarkan
perilaku makan menunjukkan bahwa sebanyak
15 orang (71,4%) responden yang memiliki
makan yang tidak baik mengalami diare dan 4
orang (9,8%) responden tidak mengalami diare.
Responden yang memiliki perilaku makan yang
baik yang mengalami diare sebanyak 6 orang
(28,6%) dan tidak mengalami diare sebanyak 37
orang (90,2%). Hasil uji Chi Square diperoleh
nilai p = 0,000 (p < 0,001) maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara perilaku cuci tangan dengan
kejadian diare. Hasil analisis diperoleh pula nilai
OR = 23, 125 artinya : responden yang memiliki
perilaku makan yang tidak baik mempunya
peluang 23, 125 kali mengalami diare. Perilaku
makan dalam penelitian ini meliputi perilaku
saat makan, apakah makanan atau peralatan
makan yang jatuh diambil kembali, anak jajan di
luar rumah atu tidak dan jenis makanan atau
jajanan yang dimakan di luar rumah.
Pemilihan bahan makanan yang
digunakan pada pambuatan jajan oleh produsen
biasanya kurang terjamin mutunya selain itu
cara penyimpanan makanan tidak dilakukan
dengan benar sehingga mengakibatkan adanya
kontaminasi dari bakteri dan virus panyebab
berbagai macam penyakit (Norman, 1998 dalam
Pradipta, 2013). Penggunaan bahan pewarna
makanan yang tidak baik kwalitasnya juga dapat
berdampak buruk bagi kesehatan. Tempat yang
digunakan untuk menjual jajanan tidak boleh
dekat dengan tempat sampah, saluran air yang
kotor, dekat dengan kamar kecil dan tempat
harus rapi dan bersih. Hal ini dimaksudkan
untuk menjaga kebersihan dan tingkat higienitas
makanan atau jajanan yang akan dikonsumsi
oleh konsumen (Depkes, 2009). Tingkat
higienitas perlu ditingkatkan untuk mengurangi
angka kejadian diare. Dengan cara perilaku cuci
tangan yang baik dapat menghindarkan diri dari
diare. Apabila kita selalu mencuci tangan,
kondisi tangan kita selalu bersih, sehingga dalam
melakukan aktivitas terutama makan tangan
yang kita gunakan selalu bersih sehingga tidak
ada kuman yang masuk ke dalam tubuh.Setiap
makan dan minum sebelumnya cucilah tangan
terlebih dahulu. Setiap cuci tangan atau mandi
sebaiknya menggunakan sabun. Hal-hal tersebut
diatas apabila tidak dilakukan akan menjadi
salah satu penyebab bahwa masih banyak
penyakit diare di masyarakat (Sjamsunir, 1978
dalam Pradipta, 2013).
Menurut Mini Shet dan Monika Obrah
(2006) dalam “Diarrhea Prevention Through
Food Safety Education” bahwa tidak mencuci
tangan, jajan yang kurang bersih serta tidak
higienis, dapat meningkatkan kejadian diare
sebanyak 52%. Dan ini mendukung dari hasil
penelitian yang telah dilakukan.Hal tersebut
yang mendukung adalah tingkat higienitas dan
perilaku jajan yang dilakukan oleh para
responden. Penelitian ini mendukung hasil dari
penelitian ini, karena dari hasil yang didapatkan
terdapat hubungan antara perilaku jajan dan
kejadian diare.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pradipta, dkk (2013) yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara kebiasan jajan dengan kejadian
diare (p = 0,000) dan nilai OR = 32,945. Hasil
OR tersebut dapat menyatakan bahwa perilaku
jajan dapat meningkatkan kejadian diare sebesar
32,945. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
jajanan yang diperjualbelikan bisanya tidak
mengindahkan pedoman dalam kesehatan.
Kurangnya penutupan dan keterbukaan makanan
terhadap lalat, serangga dan hama tidak hanya
akan menyebabkan penyakit tetapi juga
pertimbangan nilainilai estetika.
Allah SWT berfirman dalam Q.S Abasa
/80: 24-32.
JOURNAL OF ISLAMIC NURSING
Volume 1 Nomor 1 27
Terjemahnya :
”Maka hendaklah manusia itu
memperhatikan makanannya. Sesungguhnya
Kami benar-benar telah mencurahkan air
(dari langit), kemudian Kami belah bumi
dengan sebaik-baiknya, lalu Kami
tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur
dan sayur-sayuran, zaitun dan pohon
kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-
buahan serta rumput-rumputan, untuk
kesenanganmu dan untuk binatang-binatang
ternakmu.” (Qs Abasa: 24-32)
Allah SWT dalam ayat di atas
memerintahkan setiap manusia untuk melihat
apa yang dia makan, apa yang masuk ke dalam
perutnya. Perintah tersebut mengandung
beberapa hikmah diantaranya :
Pertama : agar manusia berfikir tentang
kebesaran Allah swt yang telah menyediakan
makanan untuk keperluan hidup manusia.
Berkata Imam Qurtubi dalam tafsirnya (20/143):
“Maka hendaknya manusia melihat bagaimana
Allah menciptakan makanan untuk manusi yaitu
makanan yang merupakan kebutuhan pokok
hidupnya, bagaimana Allah menyediakan
baginya sarana kehidupan, hal ini agar dia
mempersiapkan diri untuk kehidupan di akherat
“.
Kedua : ketika memerintahkan setiap
manusia untuk melihat apa yang dimakan, Allah
SWT menyebutkan beberapa nama makanan
yang sebenarnya sangat bagus untuk
kelangsungan kehidupan manusia itu sendiri,
seperti biji-bijian, anggur, sayur-sayuran,
zaitun, atau kurma, kebun-kebun yang lebat, dan
buah-buahan.
Ketiga : Perintah untuk memperhatikan
makanan, adalah perintah untuk berhati-hati
memilih makanan, agar kita tidak sembarang
mengkomsumsi makanan yang membahayakan
kesehatan kita.
Selain perilaku jajan, kebersihan alat
makan juga dapat mempengaruhi kejadi diare.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Shinthamurniwaty (2006) menunjukkan bahwa
perilaku mencuci alat makan sebelum digunakan
merupakan faktor protektif terhadap terjadinya
diare dengan OR = 0,21 (95% CI : 0,05-0,99)
dan secara statistik bermakna dengan nilai p =
0,031.
Hal ini sejalan dengan penelitian
Iskandar (2005) dimana terdapat hubungan
antara pencucian peralatan makan dengan
kejadian diare. Setiap peralatan makan harus
dicuci dengan air yang mengalir dan
menggunakan detergen atau bila menggunakan
ember harus sering diganti airnya, peralatan
yang sudah bersih disimpan ditempat yang
tertutup dan tidak memungkinkan terjadinya
pencemaran, demikian pula lap yang digunakan
harus sering diganti agar tidak terjadi
pencemaran ulang lap yang kotor pada peralatan
yang sudah bersih (Depkes, 2006).
c. Pengaruh Status Gizi terhadap kejadian
diare
Hasil uji kejadian diare berdasarkan
status gizi responden yang terdiri dari perilaku
makan kategori gizi kurang (kurus) dan gizi
seimbang (normal) menunjukkan bahwa
sebanyak 20 orang (95,2%) responden yang
berada dalam kategori gizi kurang (kurus)
mengalami diare dan 9 orang (22%) responden
tidak mengalami diare. Responden yang berada
dalam kategori gizi seimbang (normal) yang
mengalami diare sebanyak 1 orang (4,8%) dan
tidak mengalami diare sebanyak 32 orang
(78%). Data menunjukkan bahwa mayoritas
responden yang memiliki gizi kurang (kurus)
mengalami diare.
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara status gizi dengan kejadian
diare (p < 0,001). Hasil analisis diperoleh pula
nilai OR = 71,111 artinya : responden yang
memiliki status gizi kurang (kurus) mempunya
peluang 71,111 kali mengalami diare. Hal ini
menandakan bahwa secara parsial status gizi
mempunyai pengaruh signifikan terhadap
kejadian diare.
Pada balita penderita kurang gizi
serangan diare terjadi lebih sering. Semakin
JOURNAL OF ISLAMIC NURSING
Volume 1 Nomor 1 28
buruk keadaan / status gizi balita, semakin
sering dan berat diare yang diderita. Di duga
bahwa mukosa penderita malnutrisi sangat peka
terhadap infeksi karena daya tahan tubuh yang
kurang (Shinthamurniwaty, 2006).
Status gzi pada anak sangat berpengaruh
terhadap kejadian penyakit diare. Pada anak
yang menderita kurang gizi dan gizi buruk yang
mendapatkan asupan makan yang kurang
mengakibatkan diare yang lebih lama dan sering.
Risiko meninggal akibat diare persisten dan atau
disentri sangat meningkat bila anak sudah
mengalami kurang gizi. Beratnya penyakit,
lamanya dan risiko kematian karena diare
meningkat pada anak-anak dengan kurang gizi,
apalgi pada yang menderita gizi buruk (Palupi,
2009).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Shinthamurniwaty (2006) didapatkan
hasil analisis tabulasi silang menunjukkan
bahwa status gizi balita yang kurang secara
statistik signifikan merupakan faktor risiko
terjadinya diare pada balita dengan nilai p =
0,00. Risiko menderita diare pada balita yang
mempunyai status gizi kurang adalah 2,54 kali
lebih besar dibanding yang memiliki status gizi
cukup, dengan 95 % CI 1,54 – 4,18.
Berdasarkan analisis multivariat dengan
menggunakan regresi logistik berganda metode
backward conditional, variabel status gizi balita
berpengaruh terhadap kejadian diare pada balita
dengan nilai OR Adjudted = 4,21 ; 95 % CI :
2,30 – 7,73).
Selain itu, penilitian ini juga sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Iswari
(2011) yang menunjukkan adanya hubungan
antara status gizi dengan kejadian diare. Pada
penelitian tersebut menunjukkan anak dengan
status gizi buruk lebih banyak dibandingkan
anak dengan status gizi kurang dan gizi baik.
Hasil analisis hubungan menunjukkan bahwa
status gizi balita yang kurang secara statistik
signifikan merupakan faktor risiko terjadinya
diare pada anak. Berdasarkan analisis
multivariat dengan menggunakan regresi
logisytik berganda metode error, variabel status
gizi anak memiliki hubungan terhadap kejadian
diare pada balita.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Adisasmito (2007) yang
melakukan kajian terhadap beberapa faktor
risiko diare di Indonesia menyimpulan bahwa
status gizi yang rendah pada bayi dan balita
merupakan faktor resiko terjadinya diare. Status
gizi buruk dapat mempengaruhi kejadian dan
lamanya diare.
Keterbatasan Penelitian
Dari hasil penelitian ini tentu masih
belum sempurna dan tidak terlepas dari berbagai
keterbatasan, sehingga akan empengaruhi hasil
penelitian. Adapun keterbatasan tersebut antara
lain :
1. Bias informasi (Recall bias, bias
pewawancara )
Penelitian ini dalam pengumpulan data
menggunakan kuesioner sangat subyektif,
sehingga kebenaran data sangat tergantung pada
kejujuran responden serta kejujuran dan
kepekaan dari pewawancara (observer) pada saat
observasi (pengukran tinggi badan dan berat
badan) dan pengisian kuesioner yang tentunya
akan sangat mempengaruhi terhadap data dan
informasi yang dihasilkan. Untuk mendapatkan
informasi dan hasil yang lebih akurat lagi
sebaiknya pada peneliti selanjutnya agar
menggunakan observasi langsung untuk
mengukur dan mengetahui perilaku cuci tangan
dan perilaku makan.
2. Karakteristik responden
Anak-anak yang menjadi responden
terkadang kurang kooperatif pada saat
melakukan pengukuran tinggi badan dan berat
badan sehingga untuk meminimalkan kesalahan
dalam data seringkali dilakukan pengukuran
berulang pada beberapa responden.
4. KESIMPULAN
a. Terdapat hubungan yang signifikan antara
perilaku cuci tangan dengan kejadian diare
(p = 0,000 < 0,001) dan nilai OR = 36,364
artinya : responden yang memiliki perilaku
cuci tangan yang tidak baik mempunya
peluang 36 kali mengalami diare.
b. Terdapat hubungan yang signifikan antara
perilaku makan dengan kejadian diare (p =
0,000 < 0,001) dan nilai OR = 23, 125
artinya : responden yang memiliki perilaku
JOURNAL OF ISLAMIC NURSING
Volume 1 Nomor 1 29
makan yang tidak baik mempunya peluang
23 kali mengalami diare. c. Terdapat hubungan yang signifikan antara
status gizi dengan kejadian diare (p = 0,000
< 0,001) dan nilai OR = 71,111 artinya :
responden yang memiliki status gizi kurang
(kurus) mempunya peluang 71 kali
mengalami diare.
Saran
1. Bagi pelayanan keperawatan
Melihat faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian diare pada anak pra
sekolah di TK Raudhatul Athfal Alauddin, maka
perlu dilakukan kegiatan edukasi kepada orang
tua otentang pencegahan dan penanganan anak
diare di rumah, terutama mengajarkan cara
mencuci tangan yang benar dengan
menggunakan sabun dan air bersih, mengajarkan
bagaimana berprilaku makan yang baik dan
tentang pemberian makanan yang bergizi dan
seimbang melihat dari hasil penelitian bahwa
anak dengan status gizi buruk kurang dan buruk
mempunyai hubungan signiikan dalam
terjadinya penyakit diare.
2. Bagi pendidikan keperawatan
Berdasarkan hasil penelitian faktor ibu
adalah faktor yang berpengaruh besar terhadap
kejadian diare pada anak. Perlunya perhatian
yang lebih dari praktisi kesehatan terutama
perawat dalam pencegahan penyakit pada anak.
Sasaran utama dalam pencegahan ini adalah ibu,
dengan pemberian edukasi kesehatan yang tepat
diharapkan akan mengurangi angka kesakitan
diare pada anak. Diharapkan juga hasil
penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan
referensi bagi mahasiswa keperawatan.
3. Bagi penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
dasar untuk penelitian selanjutnya tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
diare pada anak usia pra sekolah (3-6 tahun).
Penelitian tentang hubungan perilaku cuci
tangan, perilaku makan dan status gizi dengan
kejadian diare perlu dialkukan pada penelitian
selanjutnya untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap penurunan kejadian diare pada anak.
5. REFERENSI
Achadi, E.L. Gizi dan Kesehatan Masyarakat
Edisi 1. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada. 2007.
Adisasmito W. Faktor Risiko Diare Pada Bayi
Dan Balita Di Indonesia: Systematic
Review Penelitian Akademik Bidang
Kesehatan Masyarakat. Makara
Kesehatan 2007; 11(1): 1-10.
Agustin, Ida Sri Aini. Hubungan Antara Status Gizi, Imunisasi Campak, Higiene Perorangan Dan Sanitasi
Rumah Dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-24 Bulan (Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas Suboh Kabupaten Situbondo). Jember : Universitas Jember. 2008.
Ahlquist D.A & Camilleri M. Diarrhea And Constipation, In: Harrison’s Principles Of Internal Medicine 116
th
Ed. USA: McGraw Hill. 2005.
Albert dan Trevino. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Insidens Diare Balita di
Jakarta Timur. Fakultas Kedokteran,
Universitas Indonesia Vo. 2 No.2. 2014.
Aprianigsih. Indikator Perbaikan Lingkungan Kesehatan Anak. Jakarta : EGC. 2009
Apriyanti, M. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 6-24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesemas Swakelola 11 Ilir Palembang. Palembang : Universitas Sriwijaya. 2009
Arisman. Buku Ajar Ilmu Gizi. EGC:
Jakarta. 2009.
Atikah Provetawati & Ernawati
Kusumawati. Ilmu Gizi Untuk
Keperawatan Dan Gizi Kesehatan.
Jakarta: Penerbit Nuha Medika. 2011.
Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: EGC. 2013.
JOURNAL OF ISLAMIC NURSING
Volume 1 Nomor 1 30
Darmawati. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Diare
Pada Masyarakat Di Kelurahan
Puncak Indah Kecamatan Malili
Kabupaten Luwu Timur Tahun 2012.
Jurnal Kesehatan. 2012.
id.scribd.com/doc/201651005/Jurnal-Thita-PDF (7 Januari 2015).
Departemen Kesehatan RI. Kumpulan modul
kursus hygiene sanitasi makanan &
minuman. Sub Direktorat Sanitasi
Makanan dan Bahan Pangan Direktorat
Penyehatan Lingkungan. Jakarta: Ditjen
PPM & PL. 2006
Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Makassar. Profil Kesehatan Kota Makassar 2014. 2013.
Dinas kesehatan Prov. Sul-Sel. Diare: Situs
Resmi Dinkes Sul-Sel. 2009. http/dinkes-
sul-sel.com (8 Januari 2015).
Dinas Kesehatan Prov. Sul-Sel. Profil kesehatan
provinsi Sulawesi Selatan. 2010. Official
Website.
http:///datinkessulsel.wordpress.com/2
009/11/30/profil-kesehatan-provinsi-
sulawesi-selatan-tahun-2009/ (8 Januari
2015).
Ernawati. Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Tentang Peningkatan Pengetahuan
Tentang Diare Pada Anak Jalanan Di
Semarang. Universitas Diponogoro. 2012
Firman, Zai Nias. Karakteristik, Pengetahuan,
Dan Sikap Pencegahan Diare. 2008.
[email protected] (7 Januari 2015).
Hardi, Masni, dkk. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kejadian Diare Pada
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Baranglompo Kexamatan Ujung Tanah
Tahun 2012. Jurnal Ilmiah.
2012.Repository.unhas.ac.id/handle/12345
6 789/4666 ( 5 Januari 2015).
Hasan, Iqbal. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara. 2006.
Hidayat, A. Aziz Alimul. Penelitian
Keperawatan Dan Tekhnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. 2008.
Hidayat. Konsep Dasar Mencuci Tangan Yang Baik. EGC: Jakarta. 2005.
Hidayat, A. Azil Alimul. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2. Jakarta: Salemba Medika. 2008.
Iskandar K. 2005. Hubungan Kejadian Diare
pada Balita dengan Perilaku Hidup
Bersih, Sarana Air Bersih dan Jamban di
Wilayah Puskesmas Kasomalang
Kecamatan Jalancagak Kabupaten
Subang Bulan Maret-Juni Tahun 2005.
[Skripsi]. Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia.
journal.ui.ac.id/ diunggah 15 November
2014. 29.
Iswari, Yeni. Analisis Faktor Resiko Kejadian Diare Pada Anak Usia Dibawah 2 Tahun Di RSUD Kota Jakarta. FIK UI. 2011.
Karomah, Atika Nurul. Penelitian Tentang Cara
Mencuci Tangan Yang BaikTerhadap
Kebersihan Dan Kesehatan Tubuh Pada
Anak Sekolah Dasar di SD Negeri
Kauman 07 Batang Tahun 2013/201.
Poltekkes Kemenkes Semarang. 2013.
Kementrian Kesehatan RI. Panduan Sosialisasi Tatalaksana Diare Pada Balita. Direktorat Jendral Pengadilan
Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan. 2011.
Kementerian Kesehatan R.I. Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013.
Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. 2013.
Lily. Mediakom. Kementerian Kesehatan edisi XXVI Oktober 2010. 2007.
Mujianto. Sanitasi Buruk Masyarakat
Terpuruk.
2008.http:///www.sanitasi.or.id/
indeks.php? (5 Januari 2015).
Mustofa, M. Chabib. Hubungan Antara Penguasaan Materi Thaharah Dengan
JOURNAL OF ISLAMIC NURSING
Volume 1 Nomor 1 31
Kebiasaan Hidup Bersih Pada Siswa Di Mts Nu 10 Penawaja Pageruyung
Kab. Kendal Tahun 2011. STAIN
Salatiga. 2011.
Notoadmodji, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta. 2010.
Nursalam. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2008.
Palupi, A. Status Gizi dan Hubungannya
dengan Kejadiaan diare pada anak
akut di ruang rawat inap RSUP Dr.
Sardhito Yogyakarta. Jurnal Gizi
Klinik Indonesia, vol. , No.1, Juli 2009
Pierce A. dan Neil R. At a Glance: Ilmu
Bedah, Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
2006.
Pradipta, Aditya, dkk. 2013. Hubungan
Perilaku Jajan Dengan Kejadian
Diare Pada Anak Sekolah Dasar Di
Kel. Cempaka Kec. Cempakakota Ban
Jarbaru. Jurnal Berkala Kedokteran
Vol. 9 No. 1 April 2013: 81-86
Rikayanti, Kadek Herna. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Mencuci Tangan Petugas Kesehatan Di Rumah Sakit Umum Daerah
Badung Tahun 2013. Jurnal Community Health Vol. 2 No.1. 2014.
Ramaiah, Safitri. Diare. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. 2008.
Rompas, dkk. Hubungan Antara Perilaku
Cuci Tangan Pakai Sabun Dengan
Terjadinya Diare Pada Anak Usia
Sekolah Di SD Gmim Dua Kecamatan
Tareran. Manado: Universitas Sam
ratulangi. 2013
Sandjadja, dkk. Kamus Gizi Pelengkap
Kesehatan Keluarga. Jakarta: Kompas.
2010.
Shihab, M. Quraish. Tafsir Al Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an. Surah al-Fatihah dan Surah al-
Baqarah Vol. 1. Jakarta: Lentera Hati.
2009.
Shet, Mini dan Obrah, Monika. Diarrhea
Prevention Through Food Safety
Edducation. Indian Journal of
Pediatrics 2006 ; 71(2) : 12-18
Sindo, Harian. Diare, Penyebab Kematin Kedua Balita Di Dunia. Harian Sindo. 2010.Iibrary.um.ac.id/images/stories/kl iping_pendidikan_2009/.../diare.doc (5 Januari 2015).
Sinthamurniwaty. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare Akut Pada Balita (Studi Kasus Di Kabupaten Semarang). UNDIP Semarang. 2006.
Siswanto, Hadi. Pendidikan Kesehatan Anak
Usia Dini. Yogyakarta: Pusta ka Rihama. 2010.
Subagijo. Hubungan Antara Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat (PHBS) Dengan
Kejadian Diare Yang Berobat Ke
Puskesmas Purwokwerto Barat Tahun
2006. Banyumas: PDF abstrak. Skripsi
Sarjana. 2006.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif
Dan Kualitatif. Bandung: Alfa beta.
2007.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2009.
Sulhana, Karman. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
2006.
Suparyanto. Konsep Makanan Sehat. 2010.
http://dr.suparyanto/2010/07/konsep-
makanan-sehat.html (20 Januari 2915).
Supriasa, I Dewa Nyoman, dkk. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. 2005.
JOURNAL OF ISLAMIC NURSING
Volume 1 Nomor 1 32
Suraatmaja, Sudaryat. Gastroenterologi Anak. Jakarta: Kapita Selekta. 2005.
Suraatmaja, Sudaryat. Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto. 2007.
Suriadi & Yulianni. Buku Pegangan Praktik Klinik Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: PT. Percetakan Penebar Swadaya. 2006.
Thohari, Fuad. Makanan Dalam Perspektif
Islam. 2013.
http://www.masjidrayavip.org/index.p
hp?option=com_content&view=article
&id=124:makanan-dalam-perspektif-
islam&catid=45:artikel-
islam&Itemid=67 (31 Januari 2015).
Ward, Valerie. Surveilans Puskesmas
Mangasa. 2012.
https://www.scribd.com/
doc/192219403/makalah-Surveilans-
Puskesmas-Mangasa-docx(29 Januari
2015).
Wardhani, Dea Priska K. Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Frekuensi
Kejadian Diare Pada Bayi Umur 7-12
Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kedungmundu Kecamatan Tembalang
Kota Semarang. Jurnal Kesehatan
Masayarakat Vo. 1 No.2 Hal. 945-954.
2012.
WHO. Kader Kesehatan Masyarakat, Buku Kedokteran. Jakarta. 2009.
Wijaya, Andra S. Keperawatan Medikal Medah (Keperawatan Dewasa. Jakarta: EGC. 2013.
Wijoyo.Y. Diare Pahami Penyakit dan
Obatnya. Yogyakarta: Citra Aji
Paraman. 2013.
Zaitun, Amalia. Faktor-Faktor Yang Behubunga Dengan Terjadinya Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Sigli Kabupaten
Pidie. STIKES Banda Aceh. 2011.
Zuraidah. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku Mencuci Tangan Dengan Benar Pada Siswa
Kelas V SDIT A N-NIDA’ Kota
Lubuklinggau Tahun 2013. Politeknik Kesehatan Palembang. 2013.