fakultas keguruan dan ilmu pendidikan … file1 penerapan model pembelajaran bermain untuk...

76
1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR PADA SISWA KELAS VII H SMP MUHAMMADIYAH I SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009 Skripsi Oleh : PUTRI HARSARI NIM K 4605007 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

Upload: nguyenbao

Post on 17-May-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR PADA

SISWA KELAS VII H SMP MUHAMMADIYAH I SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009

Skripsi Oleh :

PUTRI HARSARI NIM K 4605007

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2009

2

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR PADA

SISWA KELAS VII H SMP MUHAMMADIYAH I SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009

Oleh :

PUTRI HARSARI NIM K 4605007

Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2009

3

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Drs. Agus Mukholid, M.Pd Singgih Hendarto, S.Pd, M.Pd NIP. 131 842 690 NIP. 132 318 014

4

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Selasa

Tanggal : 9 Juni 2009

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. H. Sunardi, M.Kes 1.

Sekretaris : Drs. Budhi Satyawan, M.Pd 2.

Anggota I : Drs. Agus Mukholid, M.Pd 3.

Anggota II : Singgih Hendarto, S.Pd, M.Pd 4.

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr.H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 131 658 563 .

5

ABSTRAK Putri Harsari. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK DASAR PADA SISWA KELAS VII H SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2008/2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei 2009.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar

pada siswa kelas VII H SMP Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun Ajaran

2008/2009 melalui penerapan model pembelajaran bermain.

Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). Subjek yang digunakan adalah siswa kelas VII H SMP Muhammadiyah 1

Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009 yang berjumlah 37 siswa yang terdiri dari 20

siswa putra dan 17 siswa putri. Sumber data yang digunakan berupa kemampuan

gerak dasar siswa dan melalui observasi. Teknik analisis data yang digunakan

adalah deskriptif kualitatif dengan analisis varian satu jalan. Sedangkan prosedur

penelitian yang digunakan dalam PTK dilaksanakan dalam II siklus dan setiap

siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan,(2) pelaksanaan,(3)

observasi dan interpretasi, (4) analisis dan refleksi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan bahwa penerapan

model pembelajaran bermain dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar siswa

kelas VII H SMP Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009. Hal ini

dapat dilihat dari beberapa indikator: (1) Siswa senang mengikuti pembelajaran

gerak dasar meningkat 32.43%,(2) Siswa terlihat serius memperhatikan setiap

pembelajaran gerak dasar meningkat 24.33%,(3) Siswa mampu melakukan

permainan gerak dasar meningkat 21.62%,(4) Siswa yang mampu melakukan tes

keterampilan gerak dasar meningkat 29.73%,(5) Siswa merasa puas dengan proses

dan model pembelajaran bermain meningkat 29.73%. Berdasarkan hasil analisis

data tes kemampuan gerak dasar diperoleh hasil peningkatan sebagai berikut: (1)

Lempar bola medicine menimgkat sebesar 10,53%.(2) Standing broad jump

meningkat sebesar 23,98%.(3) Lari zig-zag meningkat sebesar 6,64%. Secara

keseluruhan terjadi peningkatan sebesar 0.16%

6

MOTTO

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan dan hendaknya

kepada Tuhanmulah kamu berhaap”

(Terjemahan QS. Al Insyirah

: 6)

“Ilmu dapat membuat orang lebih bijaksana, mencegah berbuat aniaya dan

membuat yang tak tahu arah menjadi terarah”

(Al Imam Al Mawardi)

“Barang siapa diminta penjelasan tentang suatu ilmu pengetahuan kemudian dia

tidak menjawab (menyembunyikan) maka dia akan diikat dengan ikat dari api

neraka”

(H.R. Abu Daud, Tirmidzi dan Hakim)

7

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan

Kepada:

Ibu dan ayah tercinta

Kakakku tersayang

Mas tri tercinta

Teman-teman angkatan ‘05

Almamater

8

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk

memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesian

penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya

kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk

bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan FKIP UNS Surakarta.

3. Ketua Program Penjaskesrek Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FKIP UNS Surakarta.

4. Bapak Drs. Agus Mukholid, M.Pd, selaku Pembimbing I.

5. Bapak Singgih Hendarto, S.Pd, M.Pd, selaku pembimbing II.

6. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari

Tuhan Yang Maha Esa.

Walaupun disadari dalam skripsi ini masih ada kekurangan, namun

diharpkan skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, Mei 2009.

9

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………………………...

HALAMAN PENGAJUAN………………………………………………

HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….

HALAMAN ABSTRAK………………………………………………….

HALAMAN MOTTO…………………………………………………….

HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………..

KATA PENGANTAR…………………………………………………….

DAFTAR ISI………………………………………………………………

DAFTAR TABEL…………………………………………………………

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………...

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………...

BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………..

A. Latar Belakang Masalah………………………………………..

B. Identifikasi Masalah……………………………………………

C. Pembatasan Masalah…………………………………………...

D. Perumusan Masalah…………………………………………….

E. Tujuan Penelitian……………………………………………….

F. Manfaat Penelitian……………………………………………...

BAB II. LANDASAN TEORI…………………………………………

A. Tinjauan Pustaka………………………………………………..

1. Pendidikan Jasmani………………………………………...

2. Pengertian Pembelajaran…………………………………...

3. Kemampuan Gerak Dasar…………………………………..

4. Fase Perkembangan dan Karakteristik Anak……………….

5. Kriteria Pentahapan Perkembangan Individu………………

6. Bermain Untuk Meningkatkan Keterampilan Gerak Dasar..

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

ix

xii

xiv

xv

1

1

3

4

4

4

5

6

6

6

8

12

13

17

18

10

B. Kerangka Pemikiran…………………………………..………

C. Perumusan Hipotesis………………………………………….

BAB III. METODE PENELITIAN……………………………..……

A. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………

1. Tempat Penelitian…………………………………………..

2. Waktu Penelitian…………………………………………...

B. Metode Penelitian……………………………………………..

C. Subyek Peneltian………………………………………………

D. Variabel Penelitian…………………………………………….

E. Teknik Pengumpulan Data…………………………………….

F. Teknik Analis Data……………………………………………

G. Prosedur Penelitian……………………………………………

H. Proses Penelitian………………………………………………

1. Rancangan Siklus I…………………………………………

2. Rancangan Siklus II………………………………………..

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………..

A. Survey Awal…………………………………………………...

B. Deskripsi Hasil Penelitian……………………………………..

1. Siklus I……………………………………………………...

a Perencanaan Tindakan I……………………………….

b Pelaksanaan Tindakan I……………………………….

c Observasi dan Interpretaasi……………………………

d Analisis dan Refleksi Tindakan I……………………...

2. Siklus II…………………………………………………….

a Perencanaan Tindakan II………………………………

b Pelaksanaan Tindakan II………………………………

c Observasi dan Interpretaasi……………………………

d Analisis dan Refleksi Tindakan II……………………..

C. Deskripsi Data…………………………………………………

D. Mencari Reliabilitas…………………………………………...

E. Pembahasan……………………………………………………

21

22

23

23

23

23

24

27

27

28

28

30

31

31

32

33

33

33

34

34

35

37

41

42

42

43

45

48

48

49

50

11

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN…………………..

A. Simpulan………………………………………………………

B. Implikasi………………………………………………………

C. Saran…………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..

LAMPIRAN……………………………………………………………….

55

55

56

58

59

61

12

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rencana Kegiatan Penelitian……………………………………

Tabel 2. Indikator Ketercapaian Belajar Siswa…………………………..

Tabel 3. Hasil Keaktifan Siswa Saat Pemberian Materi Pembelajaran…..

Tabel 4. Hasil Keaktifan Siswa Saat Pembelajaran Berlangsung………...

Tabel 5. Hasil Siswa Yang Mampu Melakukan Permainan Dalam

Pembelajaran……………………………………………………

Tabel 6. Hasil Siswa Yang Mampu Melakukan Tes Ketrampilan

Kompetisi……………………………………………………….

Tabel 7. Hasil Keaktifan Siswa Saat Pemberian Materi Pembelajaran…...

Tabel 8. Hasil Keaktifan Siswa Saat Pembelajaran Berlangsung………...

Tabel 9. Hasil Siswa Yang Mampu Melakukan Permainan Dalam

Pembelajaran…………………………………………………….

Tabel 10. Hasil Siswa Yang Mampu Melakukan Tes Ketrampilan

Kompetisi……………………………………………………….

Tabel 11. Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Gerak Dasar Pada Siswa

Kelas VII H SMP Muhammadiyah 1 Surakarta…………………

Tabel 12. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas………………………………...

Tabel 13. Range Kategori Reliabilitas……………………………………..

Tabel 14. Hasil Peningkatan Kualitas Pembelajaran Antar Siklus………...

Tabel 15. Deskripsi Hasil Penelitian……………………………………….

Tabel 16. Contoh Instrument Penelitian Berupa Kuesioner……………….

Tabel 16. Hasil Kartu Ceria Siklus I Pertemuan Pertama………………….

Tabel 17. Hasil Kartu Ceria Siklus I Pertemuan Pertama………………….

Tabel 18. Hasil Kartu Ceria Siklus II Pertemuan Pertama…………………

Tabel 19. Hasil Kartu Ceria Siklus II Pertemuan Pertama…………………

Tabel 20. Rekapitulasi Hasil Tes Kemampuan Motorik Siswa Kelas VII H

SMP Muhammadiyah 1 Surakarta………………………………

23

31

38

39

39

40

47

47

47

48

49

49

50

50

51

61

62

63

64

65

76

13

Tabel 21. Rekapitulasi Hasil Re-Tes Kemampuan Motorik Siswa Kelas

VII H SMP Muhammadiyah 1 Surakarta……………………….

Tabel 22. Hasil Uji Reliabilitas Tes Lempar Bola Medicine (putra) Kelas

VII H SMP Muhammadiyah 1 Surakarta……………………….

Tabel 23. Hasil Uji Reliabilitas Tes Lempar Bola Medicine (putri) Kelas

VII H SMP Muhammadiyah 1 Surakarta……………………….

Tabel 24. Hasil Uji Reliabilitas Tes Standing Broad Jump (putra) Kelas

VII H SMP Muhammadiyah 1 Surakarta……………………….

Tabel 25. Hasil Uji Reliabilitas Tes Standing Broad Jump (putri) Kelas

VII H SMP Muhammadiyah 1 Surakarta……………………….

Tabel 26. Hasil Uji Reliabilitas Tes Lari Zig-zag (putra) Kelas VII H SMP

Muhammadiyah 1 Surakarta…………………………………….

Tabel 27. Hasil Uji Reliabilitas Tes Lari Zig-zag (putri) Kelas VII H SMP

Muhammadiyah 1 Surakarta…………………………………….

Tabel 28. Data Secara Keseluruhan………………………………………..

Tabel 29. Tscore Tes Awal…………………………………………………..

Tabel 30. Tscore Tes Akhir………………………………………………….

Tabel 31. Menghitung Persentase Peningkatan Kemampuan Gerak Dasar

Siswa Kelas VII H SMP Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun

Ajaran 2008/2009……………………………………………….

Tabel 32. Hasil Tes Medicine Ball Throw…………………………………

Tabel 33. Hasil Tes Standing Broad Jump…………………………………

Tabel 34. Hasil Tes Lari Zig-zag…………………………………………..

Tabel 35. Hasil Re-Tes Medicine Ball Throw……………………………..

Tabel 36. Hasil Re-Tes Standing Broad Jump……………………………..

Tabel 37. Hasil Re-Tes Lari Zig-zag……………………………………….

77

78

80

82

84

86

88

90

91

92

93

94

95

96

97

98

99

14

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Gambar Kegiatan Pembelajaran……………………………….

Gambar 2. Kategori dan Contoh Gerakan Kemampuan Gerak Dasar…….

Gambar 3. Lapangan Lari Zig-zag………………………………………...

Gambar 4. Standing Broad Jump………………………………………….

Gambar 5. Melempar Bola Medicine……………………………………...

Gambar 6. Peneliti Memberikan Intruksi Pada Siswa……………………..

Gambar 7. Pelaksanaan Pemanasan………………………………………..

Gambar 8. Pemberian Penjelasan Kepada Siswa…………………………..

Gambar 9. Pelaksanaan Tes Lompat Jauh Tanpa Awalan…………………

Gambar 10.Pelaksanaan Tes Lari Zig-zag…………………………………

Gambar 11.Pelaksanaan Tes Lempar Bola Medicine……………………...

7

11

63

64

65

112

112

113

113

114

114

15

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Contoh Instrument Berupa Kuesioner Kartu Ceria………….

Lampiran 2. Petunjuk Pelaksanaan Tes Kemampuan Motorik……………

Lampiran 3. Jenis Model Pembelajaran Bermain…………………………

Lampiran 4. Rekapitulasi Hasil Tes Kemampuan Motorik Siswa Kelas

VII H SMP Muhammadiyah 1 Surakarta……………………

Lampiran 5. Rekapitulasi Hasil Re-Tes Kemampuan Motorik Siswa

Kelas VII H SMP Muhammadiyah 1 Surakarta…………….

Lampiran 6. Hasil Uji Reliabilitas Tes Lempar Bola Medicine (putra)

Kelas VII H SMP Muhammadiyah 1 Surakarta…………….

Lampiran7. Hasil Uji Reliabilitas Tes Lempar Bola Medicine (putri)

Kelas VII H SMP Muhammadiyah 1 Surakarta…………….

Lampiran 8. Hasil Uji Reliabilitas Tes Standing Broad Jump (putra)

Kelas VII H SMP Muhammadiyah 1 Surakarta…………….

Lampiran 9. Hasil Uji Reliabilitas Tes Standing Broad Jump (putri) Kelas

VII H SMP Muhammadiyah 1 Surakarta……………………

Lampiran 10. Hasil Uji Reliabilitas Tes Lari Zig-zag (putra) Kelas VII H

SMP Muhammadiyah 1 Surakarta…………………………..

Lampiran 11. Hasil Uji Reliabilitas Tes Lari Zig-zag (putri) Kelas VII H

SMP Muhammadiyah 1 Surakarta…………………………..

Lampiran 12. Data Secara Keseluruhan……………………………………

Lampiran 13. Tscore Tes Awal………………………………………………

Lampiran 14. Tscore Tes Akhir………………………………………………

Lampiran 15. Menghitung Persentase Peningkatan Kemampuan Gerak

Dasar Siswa Kelas VII H SMP Muhammadiyah 1 Surakarta

Tahun Ajaran 2008/2009……………………………………

Lampiran 16. Hasil Tes Medicine Ball Throw…………………………….

Lampiran 17. Hasil Tes Standing Broad Jump…………………………….

57

62

66

76

77

78

80

82

84

86

88

90

91

92

93

94

95

16

Lampiran 18. Hasil Tes Lari Zig-zag………………………………………

Lampiran 19. Hasil Re-Tes Medicine Ball Throw…………………………

Lampiran 20. Hasil Re-Tes Standing Broad Jump..………………………

Lampiran 21. Hasil Re-Tes Lari Zig-zag…………………………………..

Lampiran 22. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran………………………...

Lampiran 23. Dokumentasi Penelitian……………………………………..

96

97

98

99

100

112

17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang melibatkan

aktivitas fisik dengan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani

merupakan pelajaran yang mengutamakan aktivitas fisik, pembentukan gerak

dasar, pertumbuhan dan pengembangan jasmani dan rohani, sosial, emosional

yang serasi, selaras dan seimbang. Sebagai alat pendidikan, pendidikan jasmani

bukan hanya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan jasmani siswa, tetapi

melalui aktivitas jasmani dikembangkan pola potensi lainnya, seperti kognitif,

afektif dan psikomotor anak. Pendidikan jasmani berperan penting terhadap

pencapaian tujuan belajar mengajar secara keseluruhan. Melalui pendidikan

jasmani diharapkan dapat merangsang perkembangan dan pertumbuhan jasmani

siswa, merangsang perkembangan sikap, mental, sosial, emosi yang seimbang

serta keterampilan gerak siswa. Keterampilan gerak fisik yang diperoleh melalui

pendidikan jasmani bukan saja berguna untuk melakukan tugas dalam kehidupan

sehari-hari tetapi merupakan dasar anak untuk menguasai cabang olahraga tertentu

sehingga menjadikan atlet berprestasi. M. Yusuf dan Aip Syaifuddin (1996: 61)

menyatakan bahwa “Dari anak yang akan dijadikan atlet bibit unggul antara lain

adalah kemampuan gerak dasar yang baik seperti kekuatan, kecepatan,

kelincahan, daya tahan, koordinasi daya ledak dan sebagainya”.

Hal itulah yang saat ini terjadi di SMP Muhammadiyah I Surakarta. Hasil

survey yang telah dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa kemampuan gerak

dasar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah I Surakarta masih tergolong rendah.

Hal ini dapat dilihat saat siswa melakukan olahraga, mereka tidak dapat

melakukan teknik dasar olahraga tertentu secara maksimal sehingga saat

pengambilan nilai olahraga nilai rata-rata mereka sangat rendah karena tidak

mencapai batas minimal yang telah menjadi ukuran dari olahraga tersebut. Jika

dilihat dari hasil nilai rata-rata pelajaran penjas yang hanya 63. Padahal KKM

18

untuk pelajaran penjas SMP Muhamamdiyah I Surakarta adalah 65, maka nilai

rata-rata tersebut sangat rendah. Menurut hasil pengamatan peneliti, rendahnya

kemampuan gerak dasar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah I Surakarta

disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu: (1) Terbatasnya sarana dan

prasarana yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran Penjas, (2)

Terbatasnya kemampuan guru Penjas dalam menemukan model pembelajaran

untuk meningkatkan gerak dasar siswa SMP, (3) Banyak siswa ditingkat SMP

sudah tidak lagi menyukai dan menikmati kerja fisik yang berat, (4) Waktu yang

disediakan sekolah tidak memadai untuk mengembangkan kemampuan gerak

dasar dan yang lainnya (kebugaran jasmani). Menurut Agus Mahendra (2006: 24)

“indikator keberhasilan Penjas ditandai oleh meningkatnya: (1) Kebugaran

Jasmani, (2) Kemampuan fisik dan motorik, (3) Pemahaman konsep dan prinsip

gerak, (4) Kemampuan berpikir, (5) Kecakapan rasa dan sosial”. Agar

pembelajaran penjas dapat berhasil, maka harus diciptakan lingkungan yang

kondusif diantaranya dengan cara menciptakan model-model pembelajaran.

Model-model pembelajaran diciptakan dengan mempertimbangkan beberapa

faktor, lima diantaranya yaitu: (1) Kegiatan pembelajaran diarahkan pada

pencapaian tujuan belajar, (2) Karakteristik mata pelajaran, (3) Kemampuan Guru,

(4) Fasilitas/media pembelajaran masih sangat terbatas, (5) Kemampuan siswa.

Siswa SMP kelas VII yang masih tergolong fase anak-anak akhir/anak

besar bentuk aktivitasnya cenderung masih berupa permainan. Seperti pada saat

jam istirahat mereka sangat antusias untuk melakukan bermacam-macam bentuk

permainan, diantaranya mereka bermain sepak bola dengan kertas yang dijadikan

bola. Tanpa disadari mereka sering bermain dengan melakukan gerakan-gerakan

dasar dalam cabang olahraga. Agar tujuan penjas dapat dicapai maka

penyampaian materi pembelajaran penjas pada anak SMP khususnya kelas VII

yang masih tergolong fase anak-anak akhir/anak besar harus disampaikan dalam

situasi bermain. Menurut M. Furqon.H (2006: 2) bahwa,“ Bermain merupakan

cara untuk bereksplorasi dan bereksperimen dengan dunia sekitar sehingga anak

akan menemukan sesuatu dari pengalaman bermain”.

19

Kemampuan gerak dasar atau sering disebut dengan istilah “kemampuan

motorik”. Kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang dimiliki anak

seiring dengan pertumbuhan dan perkembangannya seperti dikemukakan

Waharsono (1999: 53) bahwa “Sejalan dengan meningkatnya ukuran tubuh dan

meningkatnya kemampuan fisik, maka meningkat pulalah geraknya”.

Bompa (1990: 4) mengemukakan bahwa “Pengembangan fisik yang luas

serta mendasar, khususnya persiapan fisik umum, merupakan salah satu dasar

tuntutan yang penting untuk mencapai tingkat spesialisasi yang tinggi dari

persiapan fisik dan penguasaan tekniknya”. Agar nanti dapat menerapkan gerak

dasar dalam teknik dasar olahraga yang benar, maka kemampuan gerak dasar di

SMP khususnya kelas VII perlu dioptimalkan. Supaya optimalisasi kemampuan

gerak dasar dapat efektif upaya yang dipilih sesuai karakteristik anak SMP

khususnya kelas VII. Karena penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah PTK,

maka peneliti memilih subjek penelitian secara random yaitu kelas VII H. Dalam

hal ini dipilih penerapan model pembelajaran bermain untuk meningkatkan

kemampuan gerak dasar pada siswa kelas VII H SMP Muhammadiyah I Surakarta

Tahun Ajaran 2008/2009 berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

masalah yang timbul dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Penekanan tujuan penjas di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta adalah

merangsang gerak dasar siswa sehingga siswa dapat melakukan teknik dasar

dalam olahraga dengan optimal. Kenyataannya tujuan itu belum tercapai, hal

ini dapat dilihat pada saat siswa melakukan olahraga penjas mereka tidak

dapat melakukan teknik dasar olahraga tertentu secara maksimal sehingga saat

pengambilan nilai olahraga nilai rata-rata mereka sangat rendah karena

kebanyakan dari mereka tidak dapat mencapai batas minimal dari olahraga

tersebut.

20

2. Ada beberapa hal yang menyebabkan tujuan penjas di SMP Muhammadiyah 1

Surakarta belum tercapai, diantaranya: (1) Terbatasnya sarana dan prasarana

yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran penjas. (2)

Terbatasnya kemampuan guru penjas dalam menemukan model pembelajaran

untuk meningkatkan gerak dasar siswa SMP, (3) Banyak siswa ditingkat SMP

sudah tidak lagi menyukai dan menikmati kerja fisik yang berat, (4) Waktu

yang disediakan sekolah tidak memadai.

3. Hasil pembelajaran penjas dan peningkatan kualitas fisik dapat diupayakan

salah satunya dengan model pembelajaran bermain. Model ini belum pernah

dikenakan pada siswa SMP kelas VII, sehingga belum diketahui benar

tidaknya penerapan model pembelajaran bermain dapat meningkatkan

kemampuan gerak dasar pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah I

Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka penelitian ini

dibatasi pada peningkatan kemampuan gerak dasar pada siswa kelas VII H SMP

Muhammadiyah I Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009 dengan penerapan model

pembelajaran bermain.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, masalah dalam penelitian ini

dirumuskan: “Apakah Penerapan model pembelajaran bermain dapat

meningkatkan kemampuan gerak dasar siswa kelas VII H SMP Muhammadiyah I

Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009?”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui benar tidaknya penerapan model

pembelajaran bermain dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar pada siswa

kelas VII H SMP Muhammadiyah I Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009.

21

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

a. Bagi Siswa

Dengan adanya penerapan model pembelajaran bermain dalam pembelajaran

pendidikan jasmani khususnya pembelajaran gerak dasar, siswa menjadi

lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran gerak dasar dan siswa

lebih mudah mengikuti proses pembelajaran gerak dasar.

b. Bagi Guru

Memberikan wawasan dan menumbuhkan kreativitas Guru SMP dalam hal

meningkatkan kemampuan gerak dasar anak SMP sehingga siswa lebih

mudah nantinya jika melakukan teknik dasar dalam olahraga.

c. Bagi Peneliti

Peneliti mendapatkan fakta bahwa dengan penerapan model pembelajaran

bermain dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk referensi penelitian selanjutnya

yang berhubungan dengan hal yang sama.

b. Dapat dipergunakan sebagai media alternative bagi guru di sekolah lain

dalam mengajarkan materi gerak dasar yang lebih menyenangkan bagi

siswa.

22

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang melibatkan

aktifitas fisik dengan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan

pengertian pendidikan jasmani menurut Rusli Lutan (1998: 1.13) “ Pendidikan

Jasmani adalah proses pendidikan via aktivitas jasmani, permainan dan/atau

cabang olahraga yang terpilih dengan maksud untuk mencapai tujuan

pendidikan”. Tujuan yang ingin dicapai bersifat menyeluruh, mencakup aspek

fisik, intelektual, emosional, sosial dan moral. Berkenaan dengan aspek fisik,

tujuan utama pendidikan jasmani adalah untuk memperkaya perbendaharaan

gerak dasar anak-anak dengan aktivitas fisik, sesuai dengan tingkat pertumbuhan

dan perkembangannya.. Sebagai alat pendidikan, pendidikan jasmani bukan hanya

bertujuan untuk mengembangkan kemampuan jasmani siswa, tetapi melalui

aktivitas jasmani dikembangkan pola potensi lainnya, seperti kognitif, afektif dan

psikomotor anak. Pendidikan jasmani berperan penting terhadap pencapaian

tujuan belajar mengajar secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani

diharapkan dapat merangsang perkembangan dan pertumbuhan jasmani siswa,

merangsang perkembangan sikap, mental, sosial, emosi yang seimbang serta

keterampilan gerak siswa. Menurut Depdiknas, 2003 mengemukakan bahwa

“Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas

jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan

dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perceptual, kognitif,

dan emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional “.

Pendidikan jasmani yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat

berarti terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang diperoleh

dari pendidikan jasmani adalah perkembangan yang lengkap, meliputi aspek

organis, aspek neuromuscular, aspek perceptual, aspek kognitif, aspek sosial, dan

23

aspek emosional. Adapun rincian penjelasannya/fungsi dari aspek-aspek tersebut

adalah sebagai berikut:

a Aspek Organis

1) Menjadikan fungsi tubuh menjadi lebih baik

2) Meningkatkan kekuatan, daya tahan otot/kardiofaskuler/fleksibilitas

b Aspek Neuromuscular

1) Meningkatkan keharmonisan antara fungsi saraf dan otot

2) Mengembangkan keterampilan lokomotor, non-lomotor, manipulatif

(berpindah otot dengan menggunakan alat tertentu)

3) Mengembangkan faktor-faktor gerak, ketepatan irama, rasa gerak, power,

waktu reaksi, kelincahan

4) Mengembangkan keterampilan olahraga

5) Mengembangkan keterampilan rekreasi

c Aspek Perceptual

1) Mengembangkan, menerima, dan membedakan isyarat

2) Mengembangkan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan

tempat/ruang

3) Mengembangakan koordinasi gerak visual

4) Mengembangkan keseimbangan tubuh

5) Mengembangkan dominasi, consist dalam menggunakan kaki/tangan

6) Mengembangkan lateralitas : kemampuan membedakan antara sisi kanan

atau kiri tubuh

d Aspek Kognitif

1) Mengembangkan kemampuan menemukan sesuatu, memahami,

memperoleh pengetahuan dan mengambil keputusan

2) Meningkatkan pengetahuan tentang peraturan permainan keselamatan dan

etika

3) Mengembangkan kemampuan penggunaan taktik dan strategi aktifitas

yang terorganisasi

4) Meningkatkan pengetahuan bagaimana fungsi tubuh dan hubungan dengan

aktifitas jasmani

24

5) Mengurangi kinerja tubuh; penggunaan pertimbangan yang berhuungan

dengan jarak, waktu, tempat, kecepatan dan arah yang digunakan dalam

mengimplementasikan aktifitas dan dirinya

e Aspek Sosial

1) Menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan dimanapun berada

2) Mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan

3) Belajar berkomunikasi dengan orang lain

4) Mengembangkan kemampuan betukar pikiran dan mengevaluasi ide

5) Mengembangkan kepribadian, sikap dan nilai sebagai anggota masyarakat

6) Mengembangkan rasa memiliki dan tanggung jawab di masyarakat

7) Mengembangkan sifat kepribadian positif

8) Menggunakan waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat

9) Mengembangkan sikap yang mencerminkan karakter moral yang baik

f Aspek Emosional

1) Mengembangkan respon positif terhadap aktifitas jasmani

2) Mengembangkan reaksi yang positif sebagai penonton

3) Melepas ketegangan melalui aktifitas fisik yang tepat

4) Memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan kreatifitas

2. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan antara guru dan

siswa. Guru bertugas sebagai pemberi materi pembelajaran (mengajar), sedangkan

siswa sebagai penerima materi pelajaran (belajar). Jadi pembelajaran adalah suatu

kegiatan mengajar dan belajar yang dilakukan antara guru dan siswa untuk

mencapai tujuan tertentu (pembelajaran). Adapun kegiatan tersebut dapat dibuat

gambar sebagai berikut :

Guru

Siswa

Gambar 1 : Gambar kegiatan pembelajaran

Mengajar dan Belajar

Tujuan

25

Pengajaran berarti perbuatan belajar (oleh siswa) dan mengajar (oleh

guru). Kegiatan belajar-mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang

searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan yang primer dalam kegiatan belajar-

mengajar tersebut, sedangkan mengajar merupakan kegiatan sekunder yang

dimaksudkan untuk dapat terjadi kegiatan belajar yang optimal.

Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar yang optimal

adalah situasi dimana siswa dapat berinteraksi dengan guru dan bahan pengajaran

di tempat tertentu yang telah diatur dalam rangka tercapainya tujuan. Situasi itu

dapat dioptimalkan dengan menggunakan metode dan media yang tepat. Agar

dapat diketahui keefektifan kegiatana belajar mengajar, maka setiap proses dan

hasilnya harus dievaluasi. Dengan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa

“Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa

komponen yaitu guru, siswa, tujuan pembelajaran, materi pelajaran, metode

pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi”.(Gino, dkk, 2000: 30)

Salah satu komponen yang sangat penting dalam proses belajar-mengajar

yakni tujuan, karena semua komponen dalam sistem pembelajaran dilaksanakan

atas dasar pencapaian tujuan belajar. Bloom (dikutip oleh Hanik Liskustyawati,

2006: 26 ) membagi “Tujuan belajar menjadi tiga, yaitu (1) Ranah kognitif,

(2) Ranah afektif, (3) Ranah psikomotor”. Adapun rincian penjelasannya adalah

sebagai berikut:

a. Ranah Kognitif

Secara sederhana ranah kognitif mencakup tujuan berupa kemampuan

berfikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Berdasarkan konsep yang

dikembangkan oleh Bloom (dikutip oleh Hanik Liskustyawati, 2006: 27), ranah

kognitif mencakup tujuan yang berkenaan dengan kemampuan untuk mengingat

atau mengutarakan kembali pengetahuan dan perkembangan kemampuan dan

keterampilan intelektual. Kemampuan kognitif meliputi enam tingkatan, yaitu:

pengetahuan (knowledge), Pemahaman (comprehension), Penerapan (Aplikasi),

Analisa, Sintesa, Evaluasi.

26

b. Kawasan Kemampuan Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, minat dan apresiasi. Ranah

afektif ini mencakup tujuan yang berkenaan dengan perubahan minat, dan nilai

serta perkembangan apresiasi dan penyesuaian (Krathwohl, Bloom dan Maria:

1964). Ranah afektif terdiri dari 5 tingkatan, yaitu: Menerima, Responding,

Menaruh penghargaan, Mengorganisasikan sistem nilai, Mengadakan

karakterisasi nilai.

c. Kawasan Kemampuan Psikomotor

Ranah psikomotor mencakup tujuan yang berkenaan dengan keterampilan

motorik. Ranah psikomotor terdiri dari 5 tingkatan, yaitu: Peniruan, Manipulasi,

Kecermatan, Artikulasi, Naturalisasi (alami). Menurut Gino, dkk (2000: 36-39)

mengungkapkan bahwa “ Ciri-ciri pembelajaran adalah tanda-tanda adanya upaya

guru mengatur unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran, sehingga dapat

mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar agar terjadi proses belajar,

dan tujuan belajar dapat tercapai”. Adapun ciri-ciri pembelajaran tersebut terletak

pada adanya unsur-unsur dinamis dalam proses belajar siswa adalah Motivasi

belajar, bahan belajar, alat bantu belajar, suasana belajar, kondisi subyek yang

belajar. Untuk lebih jelasnya dapat diikuti uraian berikut:

a Motivasi belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, bila ada seorang siswa, misalnya tidak

dapat berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki, mungkin

ia sakit, ada problem pribadi mungkin ia tidak senang, dan sebagainya. Keadaan

semacam ini perlu dilakukan daya upaya yang dapat menemukan sebab-sebabnya

dan kemudian mendorong seorang siswa itu mau melakukan pekerjaan tersebut

yang seharusnya dilakukan.

b Bahan belajar

Bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. Bahan atau materi

belajar perlu berorientasi pada tujuan yang akan dicapai siswa, dan

memperhatikan karakteristik siswa agar dapat diminati siswa. Menurut Dadang

Sulaiman (1988: 29) mengemukakan bahwa “Pemilihan materi belajar yang

dilakukan dengan teliti serta penggunaannya yang bijaksana, akan memberikan

27

motivasi yang tinggi kepada pada siswa untuk merespon terhadap pengajaran”.

Bahan pengajaran, yakni segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan konsep

yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain bahan yang berupa

informasi, maka perlu diusahakan isi pengajaran dapat merangsang daya cipta

atau yang bersifat menantang agar menumbuhkan dorongan pada diri siswa untuk

menemukan atau memecahkannya, sehingga kelas menjadi hidup.

c Alat bantu belajar

Alat bantu belajar atau media belajar merupakan alat yang dapat

membantu siswa belajar untuk mencapai tujuan belajar misalnya media cetak

(buku-buku paket), media elektronik (radio, tape recorder, TV dan lain-lainya)

alat bantu belajar atau pembelajaran, adalah semua alat yang digunakan dalam

kegiatan belajar mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan

(informasi) pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada

penerima (siswa). Perlu ditambahkan bahwa informasi yang disampaikan melalui

media, harus dapat diterima oleh siswa, dengan menggunakan salah satu ataupun

gabungan beberapa alat indera mereka, bahkan lebih baik lagi bila seluruh alat

indera siswa mampu dan dapat menerima isi pesan yang disampaikan.

d Suasana belajar

Suasana yang bagaimana yang dapat menimbulkan aktivitas atau

kegairahan belajar siswa? Hal ini dapat dijawab bila dalam kegiatan belajar

mengajar terjadi:

1) Adanya komunikasi dua arah (antara guru-siswa, siswa dengan siswa) yang

intim dan hangat, sehingga hubungan guru siswa yang secara hakiki setara,

dan dapat berbuat bersama.

2) Adanya kegairahan dan kegembiraan belajar. Suasana belajar mengajar yang

dapat meningkatkan kegairahan dan kegembiaraan belajar akan terjadi apabila

isi pelajaran yang disediakan berkesesuaian dengan karakteristik siswa. Dapat

ditambahkan di sini, kegairahan dan kegembiraan belajar dapat ditimbulkan

dengan penggunaan media, selain isi pelajaran disesuaikan dengan

karakteristik siswa, juga didukung oleh faktor intern siswa yang belajar (sehat

jasmani, ada minat, perhatian, motivasi dan lain-lainnya)

28

e Kondisi subyek yang belajar

Mengenai kondisi siswa, dapat dikemukakan di sini sebagai berikut:

1) Anak/siswa memiliki sifat yang unik artinya, antara anak yang satu dengan

yang lainnya berbeda.

2) Disamping adanya ketidaksamaan pada diri anak, terdapat juga adanya

kesamaan, yaitu memiliki langkah-langkah perkembangan, dan memiliki

potensi yang perlu diaktualisasikan melalui pembelajaran.

Dengan kondisi siswa yang demikian itu, akan dapat berpengaruh pada

partisipasi siswa dalam proses belajar. Apalagi kita ketahui bahwa kondisi siswa

dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam/intern misalnya motivasi dan faktor dari

luar, yaitu segala sesuatu yang ada diluar siswa, termasuk situasi belajar-mengajar

yang diciptakan guru. Untuk itu kegiatan pengajaran lebih menekankan pada

peranan dan partisipasi siswa, bukan peran guru yang dominan, tetapi lebih

berperan sebagai fasilitator (memberi kemudahan pada siswa untuk belajar),

motivator dan sebagai pembimbing (memberi bimbingan kepada siswa yang

memerlukan).

3. Kemampuan Gerak Dasar

Berkaitan dengan kemampuan gerak dasar Rusli Lutan (1988: 96)

menyatakan “Kemampuan motorik lebih tepatnya disebut sebagai kapasitas dari

seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan suatu keterampilan

yang relative melekat setelah masa kanak-kanak”. Berdasarkan pendapat tersebut

dapat disimpulkan bahwa kapasitas dari seseorang yang berkaitan dengan

pelaksanaan dan peragaan suatu keterampilan yang menghasilkan suatu kualitas

gerak individu dalam melakukan gerak.

Kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang sangat mendasar

yang dibutuhkan oleh anak agar dapat menerapkan teknik dasar olahraga dengan

secara optimal. Jika anak memiliki gerak dasar yang baik maka dia dapat

menerapkan teknik dasar olahraga dengan baik. Menurut M. Furqon, (2002: 30)

“Kemampuan gerak dasar terkategorikan ke dalam (a) gerak dasar non-lokomotor;

yakni gerak yang dilakukan ditempat atau tidak berpindah tempat. (b) gerak dasar

29

lokomotor; adalah gerak yang dilakukan dengan berpindah tempat, dan (c) gerak

dasar manipulatif; adalah gerak yang bertindak melakukan suatu gerak dari

anggota tubuh secara lebih terampil”.

Kategori dan contoh gerakan kemampuan gerak dasar tersaji dalam gambar 2 berikut:

Gambar 2 : Kategori dan Contoh Gerakan Kemampuan Gerak Dasar

Penguasaan kemampuan dasar akan mendasari keterampilan gerak

olahraga. Keterampilan dasar ini harus dikembangkan sejak dini, dengan

mengikuti prinsip tertentu sesuai dengan tahap perkembangan siswa.

Mengembangkan kemampuan fisik anak-anak dan remaja harus mengikuti prinsip

perkembangan menyeluruh, karena mereka belum mencapai tahap kematangan

fisik. Setelah melewati usia remaja baru boleh berlatih secara khusus pada cabang

olahraga yang diminati, dan pada usia dewasa diharapkan tercapai prestasi

tertingginya (Bompa, 1990: 30). Kemampuan gerak dasar dapat diterapkan dalam

aneka permainan, olahraga, dan aktivitas jasmani sehari-hari.

4. Fase Perkembangan dan Karakteristik Anak

Santrok dan Yussen (www.Tabloid-nakita.com/artikel.php3?edisi

08392&rubric batita) menyatakan bahwa “Fase perkembangan anak di bagi

menjadi 5 yaitu, (1) Fase pra natal (saat dalam kandungan), (2) Fase bayi, (3) Fase

kanak-kanak awal, (4) Fase kanak-kanak tengah dan akhir, (5) Masa remaja”.

LOKOMOTOR · Berjalan · Berlari · Meloncat · Melompat · Melayang · Meluncur · Berjingkrak · Memanjat · Dan lain-lain

MANIPULATIF · Melempar · Menangkap · Menendang · Menjebak · Menyerang · Melambung · Melenting · Menggelinding · Menyepak · Dan lain-lain

NON-LOKOMOTOR · Membungkuk · Meregang · Memutar · Mengayun · Mendarat · Berhenti · Mengelak · Keseimbangan · Dan lain-lain

KEMAMPUAN GERAK DASAR

30

Sedangkan menurut Suplemen mata kuliah Perkembangan Motorik yang

dibuat oleh Agus Kristiyanto hal 6-25, “Fase perkembangan anak dibagi menjadi

2 yaitu (1) Anak kecil (1-2 sampai 6 tahun), (2) Anak besar (Anak besar (Pi; 6-10

th dan Pa; 6-12 th)”. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Anak kecil (1-2 sampai 6 tahun)

a. Pertumbuhan fisik

1) Menurun kecepatan pertumbuhan dibanding masa bayi

2) Peningkatan tinggi badan lebih cepat dibanding berat badan

3) Kaki dan tangan tumbuh lebih cepat dibansing togok

4) Jaringan tulang tumbuh lebih cepat dibanding jaringan otot dan lemak

sampai umur 5 tahun

5) Umur 5-6 th jaringan otot tumbuh lebih cepat

6) Laki-laki dan perempuan hampir tidak berbeda

b. Perkembangan kemampuan fisik

1) Pada masa 2 tahun terakhir meningkat cukup cepat dalam hal :

a) kekuatan

b) kecepatan

c) penguasaan gerak dasar

d) koordinasi gerak

e) keseimbangan

2) Mulai mengenal konsep dasar obyek, ruang, gaya, waktu, dan sebab

akibat

c. Perkembangan gerak umum

1) Kualitas penguasaan gerak meningkat

2) Variasi gerakan meningkat

3) Antara laki-laki dan perempuan kecil perbedaannya

d. Perkembangan kemampuan gerak dasar

1) Secara mekanik meningkat kualitasnya

2) Makin bervariasi polanya

e. Minat melakukan aktivitas fisik

1) Sangat besar minatnya

31

2) Menyenangi gerak berirama

3) Memiliki sifat :

a) imajinatif

b) rasa ingin tahunya besar

c) individualistik

d) egosentrik

4) Mulai bisa menilai teman sepermainan

f. Aktivitas yang diperlukan

1) Aktivitas yang melibatkan otot-otot besar

2) Permainan sederhana

3) Mencoba-coba gerakan dan menirukan gerakan

4) Aktivitas bersama dengan temannya

5) Menggunakan sarana bermain dengan berbagai ukuran

2. Anak besar (Pi; 6-10 th dan Pa; 6-12 th)

a. Pertumbuhan fisik

1) Relatif lambat

2) Kaki dan tangan tumbuh relatif cepat dibanding togok

3) Proporsi lebar bahu dan panggul mulai berbeda antara laki-laki dan

perempuan

4) Antara umur 10-14 tahun perempuan menjadi cenderung lebih tinggi

dan sesudahnya laki-laki lebih tinggi

5) Mulai tampak kecenderungan tumbuh kearah tipe tubuh tertentu

b. Perkembangan kemampuan fisik

1) Kekuatan

a) Laki-laki peningkatan tercepat pada usia 11-12 tahun

b) Perempuan peningkatan tercepat pada usia 9-10 tahun

c) Antara laki-laki dan perempuan makin besar perbedaannya

2) Fleksibilitas

a) Secara umum meningkat sampai usia 12 tahun pada perempuan

b) Tidak ada interkorelasi antar bagian tubuh

3) Keseimbangan

32

a) Keseimbangan dinamik meningkat antara usia 6-14 tahun

b) Laki-laki 7-9 tahun melambat-meningkatnya

c) Perempuan usia 8-10 tahun melambat-meningkatnya

d) Mulai usia 8 tahun anak laki-laki lebih baik keseimbangan

dinamiknya

c. Perkembangan koordinasi

1) Meningkat secara berangsur-angsur

2) Secara umum sampai usia 11 tahun antara laki-laki dengan perempuan

tidak berbeda

3) Perbedaan adalah dalam hal-hal tertentu :

a) Laki-laki : gerakan yang memerlukan kekuatan dan melibatkan

otot-otot besar

b) Perempuan : gerakan yang memerlukan kecermatan

d. Perkembangan gerak dasar

1) Mekanikanya makin besar

2) Makin lancar dan terkontrol

3) Pola gerak makin bervariasi

4) Gerakan makin bertenaga

5) Bentuk geraknya sudah menyerupai gerak orang dewasa

e. Minat melakukan aktivitas fisik

1) Berkembang sejalan dengan kesempatan melakukannya

2) Grafik perkembangan minat meningkat

3) Peningkatan yang pesat antara usia 9-15 tahun. Laki-laki umur 15-18

tahun masih meningkat cukup besar, sedangkan perempuan 15-18

tahun hanya meningkat sedikit

4) Usai 9 tahun mulai berminat melakukan aktifitas fisik/olahraga yang

biasa dilakukan orang dewasa

f. Aktivitas yang diperlukan anak besar

33

1) Aktifitas yang menggunakan keterampilan untuk mencapai tujuan

tertentu

a) pengenalan ketermpilan olahraga

b) bermain dalam situasi berlomba/bertanding, yang sederhana

c) aktifitas pengujian diri dan yang menggunakan alat

d) berlatih dalam situasi “drill”

2) Aktifitas beregu

a) bermain/berlomba beregu

b) bermain/gerak berirama dengan membentuk formasi tertentu

3) Aktifitas mencoba-coba

a) aktifitas mengatasi masalah dengan cara masing-masing

b) gerak tari kreatif

c) latihan gerak untuk pengembangan

4) Aktifitas meningkatkan kemampuan fisik dan keberanian

a) permainan kompetitif

b) latihan pengembangan kemampuan fisik (kekuatan dan ketahanan)

c) latihan relaksasi

g. Sifat anak besar

1) Kemampuan memusatkan perhatian meningkat

2) Bersemangat mencari pengelaman baru

3) Senang berada diantara teman sebaya sejenis

4) Semangat berkompetisi tinggi

5) Perilaku laki-laki dan perempuan berbeda

5. Kriteria Pentahapan Perkembangan Individu

Perkembangan manusia sejak konsepsi sampai masa prosesnya terjadi

secara bertahap melalui berbagai tahapan perkembangan, dimana dalam setiap

tahapan perkembangan ditandai dengan bentuk kehidupan tertentu yang berbeda

dengan fase sebelum dan sesudahnya. Untuk memudahkan kita memahami

tahapan perkembangan tersebut Elizabeth Hurlock (www.Tabloid-

nakita.com/artikel.php3?edisi 08392&rubric batita) secara lengkap telah

34

membagi tahapan perkembangan manusia dalam 10 tahapan/masa perkembangan,

yaitu :

1. Masa sebelum lahir (prenatal) selama 280 hari 2. Masa bayi baru lahir (new born) 0,0 – 2,0 minggu 3. Masa bayi (Baby Hood) 2 minggu – 2,0 tahun 4. Masa kanak-kanak awal (early Childhood) 2,0 – 6,0 tahun 5. Masa kanak-kanak akhir (later Childhood) 6,0 – 12 tahun 6. Masa puber (puberty) 11,0 / 12,0 – 15,0 / 16,0 tahun 7. Masa remaja (adolescence) 15,0 / 16,0 – 21,0 tahun 8. Masa dewasa awal (early Adulthood) 21,0 – 40,0 tahun 9. Masa dewasa madya (Middle Adulthood) 40,0 – 60, 0 tahun 10. Masa usia lanjut (later Adulthood) 60,0 -….

6. Bermain Untuk Meningkatkan Ketrampilan Gerak Dasar

Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, sukarela

tanpa paksaan dan tidak sungguhan dalam batas waktu, tempat dan ikatan

peraturan. Menurut Loy, McPherson dan Kenyon (1978: 21) mendefinisikan

bahwa “Bermain adalah berbagai aktivitas yang bersifat bebas, terpisah, tak pasti

atau berubah-ubah, secara spontan, tidak mempertimbangkan hasil dan diatur oleh

peraturan serta membuat kepercayaan”. Dengan demikian dapat diambil suatu

kesimpulan bahwa dalam bermain merupakan suatu kegiatan yang harus

dilakukan dengan sungguh-sungguh akan tetapi bermain bukan merupakan

kesungguhan.

Permainan yang dilakukan dengan tertata bermanfaat untuk mendorong

petumbuhan dan perkembangan anak. Bermain merupakan pengalaman belajar

yang sangat berharga untuk anak. Pengalaman itu bisa berupa jalinan hubungan

sosial untuk mengungkapkan perasaannya dengan sesama temannya dan

meyalurkan hasrat. Sehubungan dengan hal tersebut, menurut Yudha (2001: 7),

“Bermain bermanfaat untuk antara lain (1) Perkembangan fisik, (2)

Perkembangan keterampilan, (3) Perkembangan intelektual, (4) Perkembangan

sosial, (5) Perkembangan emosional, (6) Perkembangan keterampilan olahraga”.

Adapun rincian penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Perkembangan fisik

35

Anak yang memperoleh kesempatan kegiatan bermain yang banyak

melibatkan gerakan tubuh, maka tubuh anak tersebut akan menjadi bugar, otot

menjadi lebih kuat.

b. Perkembangan keterampilan

Penguasaan keterampilan gerak dapat dikembangkan melalui aktivitas

bermain. Hal ini dapat kita amati dalam kegiatan sehari-hari, misalnya pada

saat anak bermain kejar-kejaran. Pada awalnya anak belum terampil berlari,

dengan bermain kejar-kejaran, maka anak akan semakin berminat untuk

melakukannya, sehingga anak tersebut menjadi terampil berlari.

c. Perkembangan intelektual

Melalui aktivitas fisik dan bermain, anak dihadapkan pada suatu masalah

untuk membuat keputusan dengan cepat dan tepat. Aktivitas fisik dan bermain

yang seimbang akan memupuk kecerdasan anak.

d. Perkembangan sosial

Biasanya anak bermain dengan temannya akan belajar berbagi hak milik,

menggunakan permainan secara bergantian, melakukan kegiatan bersama-

sama, mencari cara pemecahan masalah yang dihadapi bersama temannya.

e. Perkembangan emosional

Melalui bemain anak dapat mengungkapkan perasaan dan keinginan, anak

dilatih untuk mengendalikan diri. Bermain dilakukan dengan sekelompok

teman, maka masing-masing mempunyai penilaian terhadap dirinya sendiri,

tentang kemampuan, kelemahan dan kelebihan yang ada pada dirinya.

f. Perkembangan keterampilan olahraga

Anak yang terampil berjalan, berlari, melompat dan melempar, anak tersebut

akan lebih siap untuk menekuni suatu cabang olahraga tertentu. Anak akan

lebih terampil melakukan kegiatan tersebut dan akan lebih percaya diri dan

merasa mampu melakukan gerakan yang sulit.

Dengan mengetahui manfaat bermain, diharapkan guru dapat melahirkan

ide mengenai cara mengemas kegiatan bermain untuk mengembangkan

bermacam-macam aspek perkembangan anak. Aspek yang dapat dikembangkan

mencakup fisik, intelektual, sosial, emosional dan moral. Terdapat beberapa hal

36

yang perlu diperhatikan dalam merancang aktivitas bermain yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan gerak dasar, (a) karakteristik siswa, baik fisik, psikis

maupun sosialnya, (b) gerak dasar yang dikembangkan, (c) mendorong partisipasi

maksimal, (d) memperhatikan keselamatan, (e) efektifitas dan efisiensi gerak, (f)

memenuhi tuntutan dan perbedaan anak, (g) meningkatkan perkembangan emosi

dan sosial. Beberapa contoh permainan yang dirancang untuk mengembangkan

kemampuan dasar adalah:

1. Gerakan lari.

a. Lari zig-zag : anak lari dengan jalur zig-zag yang telah dibuat.

b. Lari melewati bangku : anak lari dengan melewati bangku yang telah

disusun sedemikian rupa.

c. Lari dengan kode hitam-hijau : anak berlari mengejar teman yang ada di

depannya

d. Lari dengan memindahkan kardus, bola, bendera : lari sambung bolah-balik

dengan memindahkan kardus, bola. bendera

2. Gerakan lompat

a. Lompat melewati kardus : anak melakukan kegiatan dengan melompati

kardus bekas yang telah diatur sedemikian rupa.

b. Melompati teman : anak melakukan kegiatan dengan melompati temannya.

c. Melompati hula hup : anak melakukan kegiatan melompati hula hup, bisa

dengan satu kaki (kanan/kiri), atau bisa dengan dua kaki.

d. Lompat karet : anak melakukan kegiatan lompat tali/karet, bisa

menggunakan satu kaki bergantian kanan kiri atau dengan dua kaki

3. Gerakan lempar

a. Melempar dengan dua tangan : anak dapat melakukan permainan ini dengan

menggunakan bola karet atau kantong kecil berisi gabah. Anak dapat

melakukannya dengan duduk ataupun berdiri.

b. Melempar pada sasaran : anak melemparkan bola pada sasaran yang telah

ditentukan.

37

c. Melempar dengan sasaran yang bergerak : anak melakukan lemparan dengan

sasaran yang bergerak atau bisa juga dengan sasaran yang digantungkan

pada tiang.

B. Kerangka Pemikiran

Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui aktivitas

jasmani atau olahraga. Dengan pendidikan jasmani yang benar maka akan

memberikan sumbangan terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. Salah satu

tujuan pembelajaran penjas adalah mengembangkan kemampuan gerak dan

keterampilan berbagai macam permainan dan olahraga. Sebagai alat pendidikan,

pendidikan jasmani bukan hanya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan

jasmani siswa, tetapi melalui aktivitas jasmani dikembangkan pola potensi

lainnya, seperti kognitif, afektif dan psikomotor anak.

Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, sukarela

tanpa paksaan dan tidak sungguhan dalam batas waktu, tempat dan ikatan

peraturan.Permainan yang dilakukan dengan tertata bermanfaat untuk mendorong

pertumbuhan dan perkembangan siswa. Sehubungan dengan hal tersebut bermain

bermanfaat untuk antara lain: 1.) Perkembangan fisik 2.) Perkembangan

keterampilan 3.) Perkembangan intelektual 4.) Perkembangan sosial 5.)

Perkembangan emosional 6.) Perkembangan keterampilan olahraga.

Kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan motorik lebih tepatnya

disebut sebagai kapasitas dari seseorang yang berkaitan dengan pelaksanaan dan

peragaan suatu keterampilan yang relative melekat setelah masa kanak-kanak.

Penguasaan kemampuan dasar akan mendasari keterampilan gerak olahraga.

Keterampilan ini harus dikembangkan sejak dini dengan mengikuti prinsip

tertentu, sesuai tahap perkembangan siswa. Dengan penerapan model

pembelajaran bermain mampu meningkatkan gerak dasar siswa.

38

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diajukan hipotesis: penerapan

model pembelajaran bermain dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar siswa

kelas VII H SMP Muhammadiyah I Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009.

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lapangan olahraga SMP Muhammadiyah 1

Surakarta, yang berlokasi di jalan Flores No.1 Surakarta 57111.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan, yang dimulai pada bulan

Desember 2008 sampai April 2009. Adapun rincian kegiatan yang dilakukan

selama 5 bulan adalah sebagai berikut:

Tabel 1: Kegiatan Penelitian

No. Rencana Kegiatan

(Minggu ke) 1 2 3 4 5

1. Persiapan (Desember) Persiapan survey awal x Menyusun proposal dan konsep pelaksanaan x x x Menyepakati jadwal dan tugas x Menyusun instrument x 2. Pelaksanaan (Januari) 1 2 3 4 5 Seminar proposal penelitian x Menyiapkan kelas dan alat x x x Pengambilan data awal x Pelaksanaan (Februari) 1 2 3 4 Melakukan tindakan siklus I x x Melakukan tindakan siklus II x x Pelaksanaan (Maret) 1 2 3 4 5 Pengambilan data akhir x 3. Penyusunan Laporan (April) 1 2 3 4 5 Analisis data x x x x x 1 2 3 4 5 Ujian Skripsi (Juni) x Perbaikan laporan x x x x

40

B. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). Istilah dalam bahasa inggris adalah (Classroom Action Research). Dari

namanya sudah menunjukkan isi yang terkandung di dalamnya, yaitu sebuah

kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Menurut Suharsimi Arikunto, et al

(dalam bukunya yang berjudul Penelitian Tindakan Kelas, 2006: 58)

mengemukakan bahwa “Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan

(action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktek

pembelajaran di kelasnya”. Menurut Sarwiji Suwandi, dalam bukunya Pelatihan

PTK Sebagai Sarana Peningkatan Mutu Pembelajaran (2008: 3) bahwa “Kegiatan

penelitian berangkat dari permasalahan riil yang dihadapi oleh guru dalam proses

belajar mengajar, kemudian direfleksikan alternatif pemecah masalahnya dan

ditindaklanjuti dengan tindakan-tindakan nyata yang terencana dan terukur”. Hal

penting dalam PTK adalah tindakan nyata (action) yang dilakukan oleh guru ( dan

bersama pihak lain) untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses

belajar mengajar. Tindakan – tindakan itu harus direncanakan dengan baik dan

dapat diukur tingkat keberhasilannya dalam pemecahan masalah tersebut. Dan

apabila ternyata program tersebut belum dapat memecahkan masalah yang ada,

maka perlu dilakukan penelitian siklus berikutnya (siklus kedua) untuk mencoba

tindakan lain (alternative pemecahan lain sampai permasalahan yang dihadapi

dapat diatasi).

Menurut Suharsimi Arikunto, et al (dalam Bukunya PTK, 2006: 6)

“Prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas ada 5 yaitu (1) Kegiatan nyata dalam

situasi rutin, (2) Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja, (3) SWOT

sebagai dasar berpijak, (4) Upaya empiris dan sistemik, (5) Ikuti prinsip SMART

dalam perencanaan”. Adapun rincian penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin

Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin.

Mengapa? Jika penelitian dilakukan dalam situasi lain, hasilnya tidak dijamin

dapat dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya atau dengan kata lain

41

penelitiannya tidak dalam situasi wajar. Oleh karena itu, penelitian tindakan

tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak mengubah jadwal yang sudah

ada. Dengan demikian, apabila guru akan melakukan beberapa kali penelitian

tindakan, tidak menimbulkan kerepotan bagi kepala sekolah dalam mengelola

sekolahnya.

2. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja

Penelitian tindakan dilakukan bukan karena paksaan atau permintaan dari

pihak lain, tetapi harus atas dasar sukarela, dengan senang hati, karena

menunggu hasilnya yang diharapkan lebih baik dari hasil yang lalu, dan

dirasakan belum memuaskan sehingga perlu ditingkatkan.

3. SWOT sebagai dasar berpijak

Penelitian tindakan harus dimulai dengan melakukan analisis SWOT, terdiri

atas unsur-unsur S-Strength (kekuatan), W-Weaknesses (kelemahan), O-

Opportunity (kesempatan), T-Threat (ancaman). Empat hal tersebut dilihat

dari sudut guru yang melaksanakan maupun siswa yang dikenai tindakan.

Penelitian tindakan dapat dilaksanakan hanya apabila ada kesejalanan antara

kondisi yang ada pada guru dan juga pada siswa.

4. Upaya empiris dan sistemik

Prinsip keempat ini merupakan penerapan dari prinsip ketiga. Dengan telah

dilakukannya analisi SWOT, tentu saja apabila guru melakukan penelitian

tindakan, berarti sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman)

dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan

sistem yang terkait dengan obyek yang sedang digarap.

5. Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan

SMART adalah kata bahasa Inggris yang artinya cerdas. Akan tetapi dalam

proses perencanaan kegiatan merupakan singkatan darai 5 huruf bermakna.

Adapun makna dari masing-masing huruf adalah sebagai berikut:

a. S-Specific, khusus, tidak terlalu umum

b. M-Managable, dapat dikelola, dilaksanakan

c. A-AccepTabel, dapat diterima lingkungan atau Achievable, dapat dicapai,

dijangkau

42

d. R-Realistic, operasional, tidak diluar jangkauan

e. T-Time-bound, diikat oleh waktu, terencana

Ketika guru menyusun rencana tindakan, harus mengingat hal-hal yang

disebutkan dalam SMART. Tindakan yang dipilih peneliti harus:

1) Khusus spesifik, tidak terlalu luas misalnya melakukan penelitian untuk

pelajaran bahasa (Indonesia, Inggris, atau yang lain), tetapi hanya satu

aspek saja, misalnya spek berbicara, aspek membaca, aspek mendengarkan

atau aspek menulis.

2) Mudah dilakukan, tidak sulit atau berbelit, misalnya kesulitan dalam

mencari lokasi, mengumpulkan hasil, mengoreksi dan kesulitan dalam

bentuk lain.

3) Dapat diterima oleh subjek yang dikenai tindakan, artinya siswa tidak

mengeluh gara-gara guru memberikan tindakan, dan juga lingkungan tidak

terganggu karenanya.

4) Tidak meyimpang dari kenyataan dan jelas bermanfaat bagi dirinya dan

subjek yang dikenai tindakan.

Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan

bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat 4 tahapan yanga lazim

dilalui, yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi.

Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut

:

observe

Act

observe

Siklus II Reflect

Plan

Siklus I Act Reflect

Plan

?

43

Keterangan :

a. Plan (perencanaan tindakan) : akan membantu siswa dengan penerapan model

pembelajaran bermain untuk meningkatkan gerak dasar.

b. Act (pelaksanaan tindakan) : pelaksanaan model pembelajaran bermain dalam

meningkatkan gerak dasar.

c. Observe (obsevasi dan interpretasi) : mengamati proses penerapan model

pembelajaran bermain.

d. Reflect (analisis dan refleksi) : mengidentifikasi kelemahan dan keunggulan

model pembelajaran bermain yang telah dilakukan pada siklus I – Siklus II dst.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

research) yang menggunakan pendekatan kualitatif karena menggunakan sumber

data langsung sebagai latar ilmiah, data deskriptif berupa kata-kata atau kalimat,

dibatasi oleh focus. Analisis data dilakukan secara induktif dan lebih

mementingkan proses daripada hasil.

Jenis penelitian yang digunakan adalah participatori action research,

peneliti terlibat secara langsung dari awal hingga akhir penelitian. Dalam

penelitian ini, kehadiran peneliti di lapangan untuk menyusun rencana kegiatan,

melaksanakan tindakan pembelajaran, mengobservasi pelaksanaan pembelajaran,

mengadakan wawancara dengan subyek penelitian, dan melaporkan hasilnya.

C. Subjek Penelitian

Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII H SMP

Muhammadiyah I Surakarta.

D. Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah kemampuan gerak dasar

(lari, lompat, lempar) dan pendekatan bermain. Data yang dikumpulkan adalah :

1. Kemampuan lari cepat

2. Kemampuan melompat

44

3. Kemampuan melempar

4. Semangat dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran penjas

5. Kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran.

6. Kreativitas dan ketepatan guru dalam memilih gerakan untuk meningkatkan

kemampuan gerak dasar lari lompat, lempar.

7. Ketepatan guru dalam memilih media pembelajaran sesuai dengan

kemampuan gerak dasar yang akan ditingkatkan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian tindakan kelas, pelaksanaan tindakan diikuti secara

simultan dengan kegiatan observasi pengumpulan data (monitoring). Kegiatan ini

digunakan untuk mengumpulkan data sebagai bahan refleksi dan analisis.

Observasi dilakukan sendiri oleh guru dan peneliti untuk mendapatkan data yang

rinci dan akurat. Data-data dikumpulkan dengan :

1. Kemampuan lari cepat siswa kelas 1 diukur dengan lari zig-zag

2. Kemampuan melompat diukur dengan Standing Broad Jump.

3. Kemampuan melempar diukur dengan Medicine Ball Throw.

4. Semangat dan keaktifan siswa diperoleh dengan pengamatan lapangan.

5. Data kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran diperoleh dari kartu ceria.

6. Kreativitas dan ketepatan guru dalam memilih gerakan untuk meningkatkan

kemampuan gerak dasar lari, lompat, lempar melalui lembar observasi dan

pengamatan lapangan.

7. Ketepatan guru dalam memilih media pembelajaran sesuai dengan

kemampuan gerak dasar yang akan ditingkatkan melalui lembar observasi dan

pengamatan lapangan.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif. Hal ini dilakukan karena sebagian besar data yang dikumpulkan dalam

45

penelitian ini berupa uraian deskriptif tentang perkembangan pembelajaran

penjas.

Adapun uji prasyarat menggunakan analisis varian satu jalan dari

Mulyono. B (2001: 42) yang meliputi:

1. Uji Reliabilitas

d1 MSA – MSW Reliabilitas = dengan R = dx MSA Untuk menghitung MSA dan MSW harus dicari dulu 6 dari suatu set skor ialah :

(∑X)2

a. Jumlah kuadrat total ® SST = ∑X2 – n . k

b. Derajat kebebasan total ® dfT = (n) (k) – 1

∑Ti2 (∑X)2

c. Jumlah kuadrat diantara subyek ® SSA = - - k n . k

d. Derajat kebebasan diantara subyek ® dfA = n – 1 ∑Ti2

e. Jumlah kuadrat dalam subyek®SSW =∑X2 - k

f. Derajat kebebasan dalam subyek ® dfW = n (k – 1) catatan : ∑X2 = jumlah skor kuadrat ∑X = Jumlah skor seluruh subyek n = Jumlah subyek k = Jumlah skor tiap subyek Ti = Jumlah skor untuk setiap subyek i Dengan mendapatkan ke – 6 harga tersebut maka dapat dihitung kuadrat rata-rata diantara subyek dan kuadrat rata-rata dalam subyek: SSA SSA MSA = = dfA n - 1 SSW SSW MSW = = DfW n(k – 1) 2. Menentukan Tscore

a Temukan dari data yang ada AT (angka tertinggi), AR (angka terendah), range, tentukan kelas interval.

b Menetapkan interval (i) c Menetapkan angka pertama d Menyusun Tabel frekuensi dengan angka pertama nulai dari bawah. e Menyelesaikan Tabel frekuensi dengan kolom – kolom Tally/T – cf –

Cumf-½f - Cumf-½fx100% - TSKOR

46

G. Prosedur Penelitian

Untuk memperoleh hasil penelitian seperti yang diharapkan, prosedur

penelitian ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut :

1. Tahap Pengenalan Masalah

Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini adalah :

a. Mengidentifikasi masalah

b. Menganalisis masalah secara mendalam dengan mengacu pada teori-teori

yang relevan

c. Menyusun bentuk tindakan yang sesuai dengan siklus pertama

d. Menyusun alat monitoring dan evaluasi

2. Tahap Persiapan Tindakan

Pada tahap ini peneliti melakukan Persiapan yang meliputi :

a. Penyusunan jadwal penelitian

b. Penyusunan rencana pembelajaran

c. Penyusunan tes evaluasi

3. Tahap Penyusunan Rencana Tindakan

Rencana tindakan disusun dalam 2 siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Setiap

siklus terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan

tindakan, observasi dan interpretasi serta tahap analisis dan refleksi. Pada

penelitian ini hanya dilakukan dua siklus karena kepadatan waktu dari sekolah

yang diteliti tersebut. Setiap siklus dilaksanakan selama dua kali pertemuan.

4. Tahap Implementasi Tindakan

Dalam tahap ini peneliti melaksanakan hipotesis tindakan, yakni untuk

meningkatkan kemampuan gerak dasar siswa kelas VII H SMP

Muhammadiyah I Surakarta dalam pembelajaran pendidikan jasmani dengan

penerapan model pembelajaran bermain. Hipotesis tindakan ini dimaksudkan

untuk menguji kebenarannya melalui tindakan yang telah direncanakan.

5. Tahap Pengamatan

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan lapangan terhadap siswa yang

sedang melakukan kegiatan belajar mengajar di bawah bimbingan guru.

47

6. Tahap Penyusunan Laporan

Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dari semua kegiatan yang telah

dilakukan selama penelitian.

H. Proses Penelitian

Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya

kemampuan gerak dasar pada siswa kelas VII H SMP Muhammadiyah I Surakarta

melalui pengoptimalan penerapan model pembelajaran bermain. Setiap tindakan

upaya peningkatan indikator tersebut dirancang satu unit sebagai satu siklus.

Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2)

pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, (4) analisis dan refleksi

untuk perencanaan siklus berikutnya. Dalam penelitian ini, dilaksanakan dalam 2

siklus.

1. Rancangan siklus I

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti dan guru kelas menyusun :

1) Skenario pembelajaran sebagai berikut:

a) Guru bersama peneliti menyusun bentuk gerakan dan permainan untuk

meningkatkan kemampuan berlari, melompat dan melempar.

b) Guru bersama peneliti membuat media yang diperlukan dalam

pembelajaran lari, lompat, dan lempar. Media dibuat dari kotak kardus,

hulahup, botol air mineral, pralon, dll.

2) Instrument untuk evaluasi yang berupa tes kemampuan gerak dasar dan

pengisian kartu ceria

3) Menetapkan indikator ketercapaian tujuan sebagai berikut :

Tabel 2 : Indikator Ketercapaian Belajar Siswa

Aspek yang diukur

Persentase Target Capaian

Cara Mengukur Siklus

1 Siklus

2 Siklus

3 Keaktifan siswa 30% 40% 50% Diamati dan dinilai oleh guru

48

selama pembelajaran

saat peneliti memberikan materi model pembelajaran bermain kepada siswa pada awal pembelajaran

Keaktifan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran

40% 50% 60% Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh guru dan peneliti serta dihitung dari jumlah siswa yang menunjukkan kesungguhan dalam kegiatan belajar mengajar.

Kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran

30% 40% 50% Diamati setelah pembelajaran dengan menggunakan kartu ceria oleh peneliti

Ketuntasan hasil belajar (hasil dari tes kemampuan gerak dasar)

40% 50% 60% Dihitung dari jumlah siswa yang memperoleh nilai 65 ke atas untuk tes kemampuan gerak dasar. Siswa yang mendapat nilai 60 atau lebih dinyatakan telah mencapai ketuntasan belajar

b. Tahap pelaksanaan, dilakukan dengan melaksanakan skenario pembelajaran

yang telah direncanakan, yang dilakukan bersamaan dengan observasi

terhadap dampak tindakan

c. Tahap observasi dan interpretasi, dilakukan dengan mengamati dan

menginterpretasi aktifitas penerapan model pembelajaran bermain pada proses

pembelajaran pendidikan jasmani maupun pada hasil pembelajaran yang telah

dilaksanakan untuk mendapatkan data tentang kekurangan dan kemajuan

penerapan tindakan pertama.

d. Tahap analisis dan refleksi, dilakukan dengan menganalisis hasil observasi dan

interpretasi sehingga diperoleh kesimpulan bagian mana yang perlu diperbaiki

atau disempurnakan dan bagian mana yang telah memenuhi target.

2. Rancangan siklus II

Pada siklus II perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah

dicapai pada tindakan siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan

materi pembelajaran sesuai dengan silabus mata pelajaran pendidikan jasmani.

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Survey Awal

Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti

melakukan kegiatan survey awal untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di

lapangan. Hasil dari kegiatan survey awal tersebut adalah sebagai berikut:

1. Terbatasnya sarana dan prasarana Penjas

Terbatasnya sarana dan prasarana yang digunakan untuk mendukung proses

pembelajaran Penjas. Hal itu terbukti dengan sedikitnya alat-alat olahraga

yang dimiliki sekolah untuk pembelajaran Penjas.

2. Guru kurang kreatif dalam memodifikasi alat-alat untuk pembelajaran Penjas

Hal tersebut dapat dilihat bahwa selama ini pembelajaran Penjas dilakukan

guru hanya dengan alat seadanya, padahal sarana dan prasarana yang dimiliki

sekolah sangat sedikit sehingga pada waktu pelajaran banyak siswa yang

menganggur.

3. Guru kesulitan dalam menemukan model pembelajaran bermain yang tepat

untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar siswa

Dalam setiap pembelajaran Penjas, siswa menunjukkan sikap yang kurang

berminat dan antusias. Siswa terlihat bosan dan tidak menaruh perhatian

sepenuhnya pada pelajaran karena model permainan yang dilakukan monoton.

Guru sudah mencoba membangkitkan minat siswa dengan memberi

pendekatan secara langsung dan menegur siswa yang tidak memperhatikan

pelajaran. Namun, cara ini belum mampu membangkitkan minat siswa.

B. Deskripsi Hasil Penelitian

Proses penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus yang masing-masing siklus

terdiri 4 tahapan, yakni: (1) Perencanaan (2) Pelaksanaan Tindakan (3) Observasi

dan interpretasi (4) Analisis dan refleksi.

50

1. Siklus I

a. Perencanaan tindakan I

Kegiatan perencanaan tindakan I dilaksanakan pada hari Kamis, 22

Januari 2009 di SMP Muhammadiyah I Surakarta. Peneliti (sekaligus sebagai

guru penjas putri) dan guru penjas putra mendiskusikan rancangan tindakan yang

akan dilakukan dalam proses penelitian ini. Kemudian disepakati bahwa

pelaksanaan tindakan pada siklus I akan dilaksanakan selama dua kali pertemuan,

yakni pada hari Kamis, 5 Februari 2009 dan Kamis, 12 Februari 2009. Pada tahap

sebelumnya pada hari Kamis, 29 Januari 2009 guru bersama peneliti mengukur

kemampuan gerak dasar lari, lempar, lompat siswa sebagai tes awal. Berdasar

hasil pengukuran tersebut guru bersama peneliti merencanakan tindakan I meliputi

kegiatan sebagai berikut:

1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran bermain untuk

meningkatkan kemampuan gerak dasar, yakni dengan langkah-langkah:

a) Peneliti menjelaskan mengenai materi gerak dasar yang akan diajarkan.

b) Peneliti memberikan contoh kemampuan gerak dasar dalam bentuk

permainan kepada siswa.

c) Peneliti dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar mengajar

yang telah dilakukan.

2) Peneliti dan guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk materi

gerak dasar.

3) Guru bersama peneliti membuat media yang diperlukan dalam pembelajaran

lari, lempar dan lompat. Media dibuat dari botol air mineral, hula hop, bola

tenis, bola tenis berekor, bola berisi pasir, kardus dan lain-lain.

4) Peneliti dan guru menyusun instrument penelitian, yakni berupa tes dan non

tes. Instrument tes dinilai dari hasil tes lari, tes lempar dan tes lompat.

Sedangkan instrument non tes dinilai berdasarkan pedoman observasi yang

dilakukan oleh peneliti dengan mengamati keaktifan dan sikap siswa selama

kegiatan pembelajaran berlangsung.

51

b. Pelaksanaan Tindakan I

Pelaksanaan tindakan ini direncanakan berlangsung selama dua kali

pertemuan, yakni pada hari Kamis, 5 Februari 2009 dan Kamis, 12 Februari 2009

di lapangan SMP Muhammadiyah I Surakarta. Masing-masing pertemuan

dilaksanakan selama 2 x 40 menit. Sesuai dengan skenario pembelajaran pada

siklus I ini pembelajaran dilakukan oleh peneliti dan peneliti sekaligus melakukan

observasi terhadap proses pembelajaran dan wawancara kepada beberapa siswa

setelah pembelajaran berakhir.

Materi pelaksanaan tindakan I, pada pertemuan pertama (Kamis, 5

Februari 2009) ini adalah model pembelajaran bermain untuk meningkatkan

kemampuan gerak dasar.

Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Peneliti memberikan gerakan pemanasan yang berkaitan dengan materi

kemampuan gerak dasar.

2) Peneliti menjelaskan materi kemampuan gerak dasar dalam bentuk

permainan; gerak dasar lari (lari dengan kode hitam hijau, lari dengan

bergandengan tangan), gerak dasar lompat (melompati kardus dengan dua

kaki, melompati kardus dengan satu kaki kanan dan kiri), gerak dasar

lempar (melempar bola dengan dua tangan baik dari atas kepala maupun

dari depan dada).

3) Siswa mendapatkan penjelasan dari guru

4) Peneliti memberi contoh bagaimana cara melakukan permainan dengan

baik. Misalnya cara lari dengan kode hitam-hijau, lari dengan

bergandengan tangan, melompati kardus dengan dua kaki dan satu kaki

baik kanan/kiri,melempar bola dengan dua tangan baik dari atas kepala

maupun dari depan dada dengan benar.

5) Peneliti menyuruh siswa melakukan model pembelajaran bermain tersebut

dengan baik.

6) Siswa melakukan model pembelajaran bermain yang disampaikan dan

dicontohkan oleh peneliti.

52

7) Peneliti memotivasi siswa agar mempunyai semangat dalam melakukan

model pembelajaran tersebut.

8) Di akhir pembelajaran, siswa diberi kartu ceria oleh peneliti.

Materi pada pelaksanaan tindakan I, pada pertemuan kedua (Kamis, 12

Februari 2009) ini adalah model pembelajaran bermain untuk meningkatkan

kemampuan gerak dasar.

Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Peneliti memberikan gerakan pemanasan yang berkaitan dengan materi

kemampuan gerak dasar.

2) Peneliti menjelaskan materi kemampuan gerak dasar lari (lari zig-zag dan

lari menuju hula hup yang telah diberi angka), gerak dasar lompat

(melompat dengan dua kaki, satu kaki baik kanan maupun kiri dengan

membawa bendera dari satu tempat ke tempat lain), gerak dasar lempar

(melempar botol yang telah diisi pasir dengan jarak tertentu dengan bola

tenis, melempar bola dengan sasaran teman sendiri). Tes kompetisi

dilakukan bersamaan dengan pemberian materi dengan tujuan anak lebih

termotivasi.

3) Siswa mendengarkan penjelasan dari peneliti.

4) Peneliti memberi contoh bagaimana cara melakukan permainan dengan

baik. Misalnya cara lari zig-zag dan lari menuju hula hup yang telah diberi

angka, melempar botol yang telah diisi pasir dengan jarak tertentu,

melempar botol yang telah diisi pasir dengan jarak tertentu dengan bola

tenis dengan benar.

5) Peneliti menyuruh siswa melakukan model pembelajaran bermain tersebut

dengan baik.

6) Peneliti menyuruh siswa melakukan model pembelajaran bermain dengan

sifat kompetisi antar teman.

7) Siswa melakukan model pembelajaran bermain yang disampaikan dan

dicontohkan oleh peneliti.

8) Peneliti memotivasi siswa agar mempunyai semangat dalam melakukan

model pembelajaran tersebut.

53

9) Diakhir pembelajaran, siswa diberi kartu ceria oleh peneliti.

Dalam tahap ini peneliti bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan

pembelajaran, sedangkan guru hanya bertindak sebagai partisipan pasif.

c. Observasi dan Interpretasi

Peneliti mengamati proses pembelajaran bermain untuk meningkatkan

kemampuan gerak dasar. Ada pertemuan pertama (Kamis, 5 Februari 2009 selama

2 x 40 menit), peneliti mengajarkan materi gerak dasar dan memberikan

permainan gerak dasar lari (lari dengan kode hitam hijau, lari dengan

bergandengan tangan), gerak dasar lompat (melompati kardus dengan dua kaki,

melompati kardus dengan satu kaki kanan dan kiri), gerak dasar lempar

(melempar bola dengan dua tangan baik dari atas kepala dan depan dada)

Setelah itu siswa diminta untuk melakukan permainan tersebut. Pada

pertemuan kedua (Kamis, 12 Februari 2009 selama 2 x 40 menit), peneliti

memberikan model pembelajaran bermain untuk meningkatkan kemampuan gerak

dasar dengan model pembelajaran yang berbeda dengan model permainan yang

sebelumnya. Model permainan ini disertai kompetisi untuk lebih memotivasi

siswa. Dari kegiatan tersebut, diperoleh deskripsi tentang jalannya proses belajar

mengajar gerak dasar dengan model pembelajaran bermain sebagai berikut:

1) Sebelum mengajar, peneliti dan guru telah membuat rencana pembelajaran

yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar.

2) Peneliti sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran gerak dasar dengan

benar, yaitu dengan cara mengajar sesuai jelas dan terencana. Pada awal

pembelajaran, peneliti dengan sangat jelas mengemukakan bagaimana

menerapkan model pembelajaran bermain untuk meningkatkan

kemampuan gerak dasar. Peneliti memberikan gerakan pemanasan yang

berkaitan dengan materi kemampuan gerak dasar. Pada pertemuan pertama

(2 x 40 menit) peneliti menjelaskan materi kemampuan gerak dasar dalam

bentuk permainan; gerak dasar lari (lari dengan kode hitam hijau, lari

dengan bergandengan tangan), gerak dasar lompat (melompati kardus

dengan dua kaki, melompati kardus dengan satu kaki kanan dan kiri),

54

gerak dasar lempar (melempar bola dengan dua tangan baik dari atas

kepala maupun dari depan dada). Pada pertemuan kedua (2 x 40 menit)

guru menjelaskan materi kemmapuan gerak dasar lari (lari zig-zag dan lari

menuju hula hup yang telah diberi angka), gerak dasar lompat (melompat

dengan dua kaki, satu kaki baik kanan maupun kiri dengan membawa

bendera dari satu tempat ke tempat lain), gerak dasar lempar (melempar

botol yang telah diisi pasir dengan bola tenis, melempar bola dengan

sasaran teman sendiri). Di akhir pembelajaran guru memberikan kartu

ceria untuk mengetahui apakah anak merasa senang, biasa atau merasa

tidak senang setelah diberi pembelajaran gerak dasar tersebut.

3) Peneliti memotivasi siswa agar melakukan model pembelajaran bermain

untuk meningkatkan gerak dasar. Sebelumnya guru memberikan contoh

dan siswa dengan semangat melakukan apa yang diperintah oleh guru.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar diperoleh

gambaran tentang motivasi dan aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar

belangsung, yaitu sebagai berikut:

a) Siswa yang aktif selama pemberian materi gerak dasar sebesar 62,16%

sedangkan 37,84% lainnya tampak berbicara dengan temannya dan asyik

bercanda sambil duduk-duduk Dari hasil wawancara dengan siswa yang

kurang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, diperoleh

penjelasan bahwa diantara mereka kurang menyukai materi gerak dasar. Pada

saat peneliti memberikan materi, guru menghitung siswa yang aktif dan tidak

aktif serta guru membantu menilainya.

Tabel 3 : Hasil Keaktifan Siswa Saat Pemberian Materi Pembelajaran

No. Nilai Jumlah Siswa Persentase Kriteria Ketuntasan

1. 2. 3.

75 - 80 70 - 74 65 - 69

10 8 5

27,03% 21,62% 13,51%

Tuntas

4. 5. 6.

60 – 64 55 – 59 50 - 54

14 - -

37,84% - -

Tidak Tuntas

Jumlah 37 100% 62,16% Tuntas

55

b) Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung sebesar 64,86

% sedangkan 35,14 % lainnya kurang memperhatikan penjelasan dari peneliti.

Siswa tersebut bermain sendiri dengan temannya. Sedangkan posisi peneliti

lebih banyak di depan dan suara peneliti kurang keras. Jadi siswa yang berada

di belakang merasa kurang diperhatikan dan tidak begitu mendengar

penjelasan dari peneliti sehingga berbuat seenaknya. Pada saat peneliti

memberikan materi, guru menghitung siswa yang aktif dan tidak aktif serta

guru membantu menilainya.

Tabel 4 : Hasil Keaktifan Siswa Saat Kegiatan Pembelajaran Berlangsung.

No. Nilai Jumlah Siswa Persentase Kriteria Ketuntasan

1. 2. 3.

75 - 80 70 - 74 65 - 69

11 8 5

29,73% 21,62% 13,51%

Tuntas

4. 5. 6.

60 – 64 55 – 59 50 - 54

13 - -

35,14% - -

Tidak Tuntas

Jumlah 37 100% 64,86% Tuntas

Adapun berdasarkan hasil keterampilan siswa dapat diidentifikasi:

1) Siswa yang sudah mampu melakukan permainan dengan baik sebesar 72,97%

sedangkan siswa lainnya melakukan permainan tanpa disertai gerakan yang

benar dan terkesan asal melakukan gerakan sebesar 27,03%. Guru ikut

membantu peneliti dalam menilai siswa saat melakukan pembelajaran.

Tabel 5 : Hasil Siswa yang Mampu Melakukan Permainan Dalam Pembelajaran.

No. Nilai Jumlah Siswa Persentase Kriteria Ketuntasan

1. 2. 3.

75 - 80 70 - 74 65 - 69

10 11 6

27,03% 29,73% 16,21%

Tuntas

4. 5. 6.

60 – 64 55 – 59 50 - 54

10 - -

27,03% - -

Tidak Tuntas

Jumlah 37 100% 72,97% Tuntas

2) Siswa yang dapat melakukan tes kompetisi pada pertemuan kedua siklus

pertama dengan mendapat nilai baik (mendapat nilai 65 ke atas) 67,57%,

56

sedangkan siswa lainnya belum sempurna nilainya (32,43%). Hal ini

disebabkan mereka kesulitan dan merasa asing dengan model pembelajaran

yang diterapkan dalam bentuk kompetisi tersebut.

Tabel 6 : Hasil Siswa yang Mampu Melakukan Tes Keterampilan Kompetisi.

No. Nilai Jumlah Siswa Persentase Kriteria

Ketuntasan 1. 2. 3.

75 - 80 70 - 74 65 - 69

9 11 5

24,32% 19,72% 13,51%

Tuntas

4. 5. 6.

60 – 64 55 – 59 50 - 54

12 - -

32.43% - -

Tidak Tuntas

Jumlah 37 100% 67,57% Tuntas

3) 70,27% siswa merasa senang dengan model pembelajaran bermain (hasil kartu

ceria). Adapun hasil dari kartu ceria tersebut adalah dimana 26 siswa (70,27%)

menyukai/senang dengan model pembelajaran, yang biasa sebanyak 5 siswa

(13,51%) dan yang tidak menyukai ada 6 siswa (16,22%).

Beberapa kelemahan yang dimiliki oleh peneliti yaitu:

1) Suara peneliti yang kurang keras dalam memberikan penjelasan sehingga

siswa kurang begitu mengerti tentang cara pelaksanaan permainan.

2) Peralatan yang disiapkan oleh peneliti kurang banyak sehingga banyak siswa

yang masih menunggu giliran dalam pelaksanaan pemainan dan siswa

akhirnya menjadi bosan karena terlalu lama menunggu.

3) Peneliti masih belum bisa membangkitkan semangat siswa untuk mau

melakukan permainan dengan benar.

4) Posisi peneliti lebih banyak berada di depan, sehingga tidak dapat memonitor

siswa yang berada di belakang.

Sedangkan dari sisi siswa ditemukan beberapa kekurangan, yakni sebagai

berikut:

1) Pada awalnya, siswa tertarik dengan permainan yang telah diterapkan, tetapi

lama-kelamaan mereka menjadi bosan karena materi yang diberikan terlalu

banyak dan mereka menjadi bosan.

57

2) Masih banyak siswa yang kesulitan dalam melakukan permainan karena

mereka masih asing dan belum pernah mendapatkan permainan tersebut.

Hanya 72.97% siswa yang mampu melakukan gerakan permainan dengan

benar, sedangkan siswa lainnya masih asal dalam melakukan permainan

tersebut.

3) Siswa kurang antusias dalam permainan karena materi kompetisi antar

kelompok masih sedikit.

d. Analisis dan Refleksi Tindakan I

Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti melakukan analisis dan

refleksi sebagai berikut:

1) Agar siswa tidak cepat bosan maka siswa sebaiknya diberi permainan yang

berbeda-beda dan dengan peralatan yang berbeda dengan permainan

sebelumnya.

2) Agar siswa tidak merasa asing dengan permainan tersebut maka peneliti

memberikan penjelasan cara bermain dengan benar dalam pembelajaran

bermain untuk meningkatkan kemampuan kemampuan gerak dasar.

3) Peneliti tidak hanya berada di depan saat memberikan penjelasan kepada

siswa. Peneliti juga harus memonitor siswa yang berada di belakang agar

mereka juga ikut aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

4) Peneliti sebaiknya memberikan materi permainan kompetisi antar

kelompok lebih banyak agar siswa menjadi antusias dan lebih semangat

lagi.

5) Peneliti harus lebih banyak lagi menyiapkan peralatan yang akan

digunakan untuk permainan sehingga siswa tidak bosan karena terlalu

lama menunggu gilirannya.

6) Peneliti perlu untuk memberikan pemahaman dan motivasi system

pembelajaran yang berorientasi pad pendekatan bermain.

7) Suara peneliti sebaiknya lebih diperkeras agar siswa bisa mendengar dan

memahami penjelasan dari peneliti.

58

8) Untuk mendorong siswa agar lebih aktif dalam melakukan permainan,

sebaiknya peneliti memberikan hadiah/reward kepada siswa, misalnya

berupa pujian atau dengan memberi nilai tambahan kepada siswa tersebut.

2. Siklus II

a. Perencanaan Tindakan II

Pada hari Senin, 16 Februari 2009 di kantor SMP Muhammadiyah I

Surakarta, peneliti (sekaligus sebagai guru penjas putri) dan guru penjas putra

mengadakan diskusi. Dalam kesempatan kali ini, peneliti, menyampaikan analisis

hasil observasi terhadap siswa kelas VII H yang dilakukan pada siklus I. peneliti

menyampaikan segala kelebihan dan kekurangan selama berlangsungnya proses

pembelajaran bermain untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar pada siklus I.

Untuk mengatasi berbagai kekurangan yang ada, akhirnya peneliti dan

guru penjas mengambil keputusan sebagai berikut:

1) Peneliti memberikan permainan yang berbeda dengan siklus I dan

dengan peralatan yang berbeda pula.

2) Peneliti dalam memberi penjelasan harus dengan suara yang keras agar

siswa dapat mendengar dan memahami penjelasan dari peneliti.

3) Peneliti saat memberikan penjelasan harus disertai contoh yang benar

sehingga siswa lebih cepat mengerti apa yang harus dilakukan dalam

pembelajaran tersebut.

4) Peneliti mengubah posisi saat mengajar dengan berdiri berpindah-pindah

mendekati siswa yang kurang perhatian dan bersemangat, peneliti

sesekali berada di depan siswa dan sesekali berada di belakang maupun

di tengah saat pembelajaran tersebut.

5) Peneliti harus memberikan lebih banyak kompetisi saat menerapkan

pembelajaran bermain terhadap siswa sehingga siswa lebih semangat dan

antusias dalam pembelajaran tersebut.

6) Peneliti lebih memberikan motivasi kepada siswa, dengan memberikan

semangat saat pembelajaran tersebut.

59

7) Peneliti harus mempersiapkan alat lebih banyak sehingga siswa tidak

merasa bosan dalam menunggi giliran dalam pembelajaran tersebut.

Peneliti akan memberikan reward/hadiah bagi siswa yang aktif dan

memperoleh nilai tertinggi saat belangsngnya permainan.

Tahap perencanaan tindakan II meliputi kegiatan sebagai berikut:

a) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran bermain untuk

meningkatkan kemampuan gerak dasar, yakni dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

(1) Peneliti menjelaskan mengenai materi gerak dasar yang akan diajarkan

pada hari itu, siswa menyimak.

(2) Peneliti memberikan contoh kemampuan gerak dsar dlam bentuk

permainan kepada siswa.

(3) Peneliti dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar mengajar

yang telah dilakukan

b) Peneliti dan guru menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) utuk

materi yang berkaitan dengan kemampuan gerak dasar.

c) Guru bersama peneliti membuat media yang diperlukan dalam pemelajaran

lari, lompat dan lempar. Media dibuat dari hula hop, bola tenis, tali dll.

d) Peneliti dan guru menyusun instrument penelitian, yakni berupa tes dan non

tes. Instrument tes dinilai dari hasil tes balap lari, tes lompat dan melempar

bola dengan target yang sebagian tes dilakukan antar kelompok. Sedangkan

instrument non tes dinilai berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti

dengan mengamati keaktifan dan sikap siswa selama kegiatan pembelajaran

berlangsung.

b. Pelaksanaan Tindakan II

Pelaksanaan tindakan II ini direncanakan berlangsung selama dua kali

pertemuan, yakni pada hari Kamis, 19 Februari 2009 dan Kamis, 26 Februari

2009 di SMP Muhammadiyah I Surakarta. Masing-masing petemuan

dilaksanakan selama 2 x 40 menit. Dlam kegiatan ini peneliti menerapkan solusi

yang telah disepakati dengan guru untuk mengatasi kekurangan pada proses

pembelajaran bermain pada siklus I.

60

Sesuai dengan skenario pada siklus II ini pembelajaran dilakukan oleh

peneliti. Peneliti sekaligus melakukan observasi terhadap proses pembelajaran dan

wawancara kepada beberapa siswa setelah pembelajaran berakhir.

Materi pelaksanaan tindakan II, pada pertemuan pertama (Kamis, 12

Februari 2009) ini adalah model pembelajaran bermain untuk meningkatkan

kemampuan gerak dasar .

Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Peneliti memberikan gerakan pemanasan yang berkaitan dengan materi

kemampuan gerak dasar.

2) Peneliti menjelaskan materi kemampuan gerak dasar dalam bentuk permainan;

gerak dasar lari (lari dengan membawa kardus bolak-balik), gerak dasar

lompat (melompati temannya, melompati cons), gerak dasar lempar

(melempar bola tenis berekor ke arah teman dengan jarak yang telah diatur

sedemikian rupa).

3) Siswa mendapatkan penjelasan dari guru

4) Peneliti memberi contoh bagaimana cara melakukan permainan dengan baik.

Misalnya cara lari dengan membawa kardus bolak balik, melompati temannya,

melompati cons, melempar bola tenis berekor ke arah teman dengan jarak

yang telah diatur sedemikian rupa

5) Peneliti menyuruh siswa melakukan model pembelajaran bermain tersebut

dengan baik dan benar.

6) Peneliti menyuruh siswa melakukan model pembelajaran bermain tersebut

dengan kompetisi.

7) Siswa melakukan model pembelajaran bermain yang disampaikan dan

dicontohkan oleh peneliti.

8) Peneliti memotivasi siswa agar mempunyai semangat dalam melakukan model

pembelajaran tersebut.

9) Di akhir pembelajaran, siswa diberi kartu ceria oleh peneliti.

Materi pada pelaksanaan tindakan II, pada pertemuan kedua (Kamis, 26

Februari 2009) ini adalah model pembelajaran bermain untuk meningkatkan

kemampuan gerak dasar.

61

Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Peneliti memberikan gerakan pemanasan yang berkaitan dengan materi

kemampuan gerak dasar.

2) Peneliti menjelaskan materi kemampuan gerak dasar dalam bentuk permainan;

gerak dasar lari (lari sambung dengan mengumpulkan pipa secara

berkelompok), gerak dasar lompat (lompat karet, bisa menggunakan dua kaki,

satu kaki kanan/kiri bergantian), gerak dasar lempar (melempar bola tenis

berekor sejauh-jauhnya, melempar dengan sasaran yang telah ditentukan).

3) Siswa mendapatkan penjelasan dari guru

4) Peneliti memberi contoh bagaimana cara melakukan permainan dengan baik..

5) Peneliti menyuruh siswa melakukan model pembelajaran bermain tersebut.

6) Peneliti menyuruh siswa melakukan model pembelajaran bermain tersebut

dengan kompetisi.

7) Siswa melakukan model pembelajaran bermain yang disampaikan dan

dicontohkan oleh peneliti.

8) Peneliti memotivasi siswa agar mempunyai semangat dalam melakukan model

pembelajaran tersebut.

9) Di akhir pembelajaran, siswa diberi kartu ceria oleh peneliti.

Dalam tahap ini peneliti bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan

pembelajaran.

c. Observasi dan Interpretasi

Peneliti mengajar sekaligus melakukan observasi pada siswa kelas VII H

di lapangan SMP Muhammadiyah I Surakarta . Kegiatan observasi ini

dimaksudkan untuk mendiskripsikan apakah kekurangan-kekurangan pada siklus I

sudah bisa diatasi atau belum. Selama mengajar di kelas VII H SMP

Muhammadiyah I Surakarta peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran

berjalan dengan baik. Siswa terlihat lebih tertib dalam mengikuti kegiatan belajar

mengajar. Seperti pada siklus I. pelaksanaan tindakan II dilaksanakan selama dua

kali pertemuan yakni pada pertemuan pertama (Kamis, 19 Februari 2009 selama 2

x 40 menit), pertemuan kedua (Kamis, 26 Februari 2009 selama 2 x 40 menit).

62

Pada awal pembelajaran pertemuan pertama (Kamis, 19 Februari 2009)

peneliti mengawali pelajaran dengan memberikan gerakan pemanasan yang

berkaitan dengan materi kemampuan gerak dasar. Peneliti menjelaskan materi

kemampuan gerak dasar lari (lari dengan membawa kardus bolak-balik), gerak

dasar lompat (melompati temannya, melompati cons), gerak dasar lempar

(melempar bola tenis berekor ke arah teman dengan jarak yang telah diatur

sedemikian rupa). Siswa mendengarkan penjelasan dari peneliti. Peneliti memberi

contoh bagaimana cara melakukan permainan dengan baik. Siswa melakukan

model pembelajaran bermain yang disampaikan dan dicontohkan oleh peneliti.

Siswa tampak antusias melakukan permainan tersebut. Peneliti memotivasi siswa

agar semangat dalam melakukan model pembelajaran bermain. Diakhir

pembelajaran, siswa diberi kartu ceria oleh peneliti.

Pada pertemuan kedua (Kamis, 26 Februari 2009), peneliti menugasi siswa

untuk melakukan permainan gerak dasar lari (lari sambung dengan

mengumpulkan pipa secara berkelompok), gerak dasar lompat (lompat karet, bisa

menggunakan dua kaki, satu kaki kanan/kiri bergantian), gerak dasar lempar

(melempar bola tenis berekor sejauh-jauhnya, melempar dengan sasaran).Dilihat

dari ekspresinya, siswa terlihat senang melakukan kegiatan tersebut . Peneliti terus

memotivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Peneliti ikut dalam

permainan tersebut sehingga siswa menjadi berani dan merasa lebih dekat dengan

peneliti. Peneliti memberikan hukuman berupa push up bagi regu yang kalah

sehingga siswa semakin senang melakukan permainan tersebut. Peneliti juga

memberikan reward/hadiah berupa pujian dan nilai tambahan kepada siswa yang

menang dan semangat dalam permainan.

Dari hasil observasi terhadap proses pembelajaran dan wawancara

terhadap siswa diperoleh data penelitian pada siklus II ini sebagai berikut:

a.) Siswa yang aktif selama pemberian materi sebesar 94,59%, sedangkan 5,41%

lainnya tampak masih bercanda dan berbicara dengan temannya sendiri. Dari

hasil wawancara dengan siswa yang kurang aktif selama kegiatan belajar

mengajar berlangsung, diperoleh penjelasan bahwa di antara mereka ada yang

kurang menyukai materi pembelajaran bermain yang tidak berkelompok.

63

Tabel 7 : Hasil Keaktifan Siswa Saat Pemberian Materi Pembelajaran.

No. Nilai Jumlah Siswa Persentase Kriteria Ketuntasan

1. 2. 3.

75 - 80 70 - 74 65 - 69

15 13 7

40,54% 35,14% 19,92%

Tuntas

4. 5. 6.

60 – 64 55 – 59 50 - 54

2 - -

5,41% - -

Tidak Tuntas

Jumlah 37 100% 94,59% Tuntas

b.) Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung sebesar

89,19% sedangkan 10,81% lainnya kurang memperhatikan penjelasan dari

peneliti. Siswa tersebut bermain sendiri dengan temannya.

Tabel 8 : Hasil Keaktifan Siswa Saat Kegiatan Pembelajaran Berlangsung

No. Nilai Jumlah Siswa Persentase Kriteria Ketuntasan

1. 2. 3.

75 - 80 70 - 74 65 - 69

14 12 7

37,84% 32,43% 18,91%

Tuntas

4. 5. 6.

60 – 64 55 – 59 50 - 54

4 - -

10,81% - -

Tidak Tuntas

Jumlah 37 100% 89,19% Tuntas

Adapun berdasarkan hasil pekerjaan siswa dapat diidentifikasi:

a.) Siswa yang mempu melakukan permainan gerak dasar dengan gerakan yang

benar sebesar 94,59%, sedangkan siswa lainnya (5,41%) melakukan gerak

dasar tanpa disertai gerakan yang benar.

Tabel 9 : Hasil Siswa yang Mampu Melakukan Permainan Dalam Pembelajaran.

No. Nilai Jumlah Siswa Persentase Kriteria

Ketuntasan 1. 2. 3.

75 - 80 70 - 74 65 - 69

17 14 3

45,95% 37,84% 8,11%

Tuntas

4. 5. 6.

60 – 64 55 – 59 50 - 54

2 - -

5,41% - -

Tidak Tuntas

Jumlah 37 100% 94,59% Tuntas

64

b.) Siswa yang dapat melakukan tes kompetisi pada pertemuan kedua siklus II

dengan mendapat nilai baik (mendapat nilai 65 ke atas) 97,3%, sedangkan

siswa lainnya (2,70%)belum sempurna nilainya.

Tabel 10 : Hasil Siswa yang Mampu Melakukan Tes Keterampilan Kompetisi.

No. Nilai Jumlah Siswa Persentase Kriteria

Ketuntasan 1. 2. 3.

75 - 80 70 - 74 65 - 69

18 12 4

48,65% 32,43% 10,81%

Tuntas

4. 5. 6.

60 – 64 55 – 59 50 - 54

1 - -

2,70% - -

Tidak Tuntas

Jumlah 37 100% 97.3% Tuntas

c.) 100% siswa merasa senang dengan model pembelajaran gerak dasar (hasil

kartu ceria).

d. Analisis dan Refleksi

Secara umum semua kelemahan yang ada dalam proses pembelajaran

bermain untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar pada siklus II ini telah

dapat diatasi denganbaik. Peneliti telah berhasil membangkitkan semangat siswa

untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan tertib. Peneliti telah mampu

memancing respons siswa terhadap stimulus yang diberikannya. Siswa terlihat

semangat untuk melakukan permainan gerak dasar dengan baik, meskipun masih

ada beberapa yang kurang baik. Peningkatan indikator-indikator ini dapat dilihat

dari nilai siswa pada tes yang dilakukan pada siklus I sampai siklus II.

C. Deskripsi Data

Dalam bab ini disajikan mengenai hasil penelitian. Penyajian hasil

penelitian salah satunya berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap data

kemampuan gerak dasar pada siswa kelas VII H SMP Muahammadiyah I

Surakarta. Data yang diperoleh dari penelitian dikelompokkan dan dianalisis

dengan statistik, seperti terlihat pada lampiran.

65

Adapun deskripsi data secara keseluruhan disajikan dalam bentuk tabel

sebagai berikut:

Tabel 11 : Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Gerak Dasar Pada Siswa Kelas

VII H SMP Muhammadiyah I Surakarta.

Siswa Item N Satuan Mean SD Nilai

Tertinggi Nilai

Terendah

Awal

Medicine Ball Throw

37 Meter 2.1738 0.4250 3.15 1.53

Standing Broad Jump

37 Meter 1.1543 0.2070 1.64 0.82

Lari zig-zag 37 Detik 8.8765 0.9182 10.88 7.05

Akhir

Medicine Ball Throw

37 Meter 2.4027 0.4386 3.24 1.77

Standing Broad Jump

37 Meter 1.4310 0.2764 2.11 1.03

Lari zig-zag 37 Detik 8.2870 0.8024 10.14 6.85

D. Mencari Reliabilitas

Dalam penelitian ini dilakukan penghitungan reliabilitas data hasil tes,

dengan maksud untuk memenuhi tingkat keajegan hasil tes yang diperoleh.

Adapun hasil ujui reliabilitas yang dilakukan terhadap hasil tes kemampuan gerak

dasar siswa kelas VII H SMP Muhammadiyah I Surakarta seperti tertera pada

tabel di bawah ini.

Tabel 12 : Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data

No. Variabel Siswa Reliabilitas Kategori 1. Standing Broad Jump

Putra 0.80 Tinggi

2. Lempar Bola Medicine 0.80 Tinggi 3. Lari Zig-zag 0.44 Kurang 1. Standing Broad Jump

Putri 0.70 Cukup

2. Lempar Bola Medicine 0.93 Tinggi sekali 3. Lari Zig-zag 0.71 Cukup

Adapun pengertian kategori koefisien reliabilitas tes tersebut,

menggunakan pedoman tabel koefisian korelasi Book Walter yang dikutip

Mulyono B. (1992 : 22) yaitu:

66

Tabel 13 : Range Kategori Reliabilitas

Kategori Reliabilita Tinggi Sekali 0.90-1.00

Tinggi 0.80-0.89 Cukup 0.60-0.79 Kurang 0.40-0.59

Kurang Sekali 0.00-0.39

E. Pembahasan

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II dapat

dinyatakan bahwa terjadi peningkatan kualitas pembelajaran (baik proses maupun

hasil) kemampuan gerak dasar dari siklus I ke siklus II. Hal tersebut dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 14 : Hasil Peningkatan Kualitas Pembelajaran Antar Siklus

No. Kegiatan Siklus I Siklus II Selisih Kenaikan

1. Siswa yang aktif selama pemberian materi gerak dasar

62,16% 94,59% 32,43%

2. Siswa yang aktif selama kegiatan belajar mengajar

64,86% 89,19% 24,33%

3. Siswa yang mampu melakukan pembelajaran gerak dasar dengan baik dan benar

72,97% 94,59% 21,62%

4. Siswa yang mampu melakukan tes keterampilan gerak dasar dengan baik dan benar

67,57% 97,3% 29,73%

5. Hasil kartu ceria setelah pembelajaran gerak dasar 70,27% 100% 29,73%

Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) ini dilaksanakan

selama dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam empat tahap, yakni: (1) Tahap

persiapan dan perencanaan, (2) Tahap pelaksanaan tindakan, (3) Tahap observasi

dan interpretasi, (4) Tahap analisis dan refleksi.

Adapun deskripsi hasil penelitian dari siklus I sampai siklus II dapat

dijelaskan secara singkat pada tabel berikut ini.

67

Tabel 15 : Deskripsi Hasil Penelitian

Siklus Perencanaan Tindakan

Pelaksanaan Tindakan Hasil Kekurangan/ kelemahan

I a. Peneliti dan guru me- nyusun skenario pem- belajaran

b.Peneliti dan guru me- nyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk materi gerak dasar

c. Peneliti dan

guru menyiap kan media pembelajaran

d.Peneliti dan

guru menyusun instrument

e. kegiatan pem

belajaran dilaksanakan selama dua kali pertemu an (Kamis,5 -feb dan 12 feb 2009)

a. Peneliti memberikan gerakan pemanasan kepada siswa

b.Peneliti menjelaskan

materi permainan gerak dasar lari (lari dengan kode hitam hijau, lari dengan bergandeng an tangan), gerak dasar lompat (melompati kardus dengan dua kaki, melompati kardus dengan satu kaki kanan dan kiri), gerak dasar lempar (melempar bola dengan dua tangan baik dari atas kepala dan depan dada).

c. Peneliti memberikan contoh melakukan model pembelajaran bermain

d. Siswa melakukan

model pembelajaran bermain

e. Peneliti memberikan motivasi untuk siswa agar mempunyai semangat dalam melakukan model pembelajaran bermain

f. Pada akhir pembelajran siswa mengisi kartu ceria

a. 62,16% siswa aktif selama pemberian materi gerak dasar

b.64,86%

siswa aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung

c. 72,97% mampu me- lakukan permainan gerak dasar

d.67,57% siswa men- dapat nilai yang baik untuk tes

e. 70,27% siswa senang dengan model pem belajaran gerak dasar (hasil kartu ceria)

a. Suara peneliti kurang keras sehingga siswa yang di belakang kurang men- dengar penjelas an dari guru.

b.Posisi peneliti lebih banyak di depan sehingga banyak siswa yang berada di belakang bermain dengan temannya dan berbicara sendiri

c. Alat yang diguna

kan untuk pem- belajaran kurang mencukupi

d.Siswa masih

kesulitan dalam melakukan permainan gerak dasar

e. Guru masih belum bisa membangkitkan semangat siswa dalam melakuk an pembelajaran

f. kurang antusias dalam permainan karena kurang

68

g. Pada pertemuan kedua siswa diminta untuk melakukan model pembelajaran yang bersifat kompetitif

adanya materi kompetisi antar kelompok

II a. Untuk meng atasi ke- kurangan dan kelemahan pada siklus I maka peneliti memberi pen jelasan lebih dan mudah dipahami oleh siswa dengan cara memberi contoh secara langsung kepada siswa.

b. Peneliti akan memberikan hukuman kepada siswa yang kalah dalam melakukan kompetisi

c. Peneliti tetap memberikan permainan yang berbeda agar siswa tidak bosan

d.Peneliti akan memberikan hadiah kepad siswa yang semangat be rupa tambah an nilai

a. Peneliti memberikan gerakan pemanasan kepada siswa

b. Peneliti menjelaskan

materi permainan gerak dasar lari (lari dengan membawa kardus bolak-balik), gerak dasar lompat (melompati temannya, melompati cons), gerak dasar lempar (melempar bola tenis berekor ke arah teman dengan jarak tertentu)

c. Peneliti memberikan contoh melakukan model pembelajaran bermain

d.Siswa melakukan model

pembelajaran bermain

a. 94,59% siswa aktif selama pemberian materi gerak dasar

b. 89,19%

siswa aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung

c. 94,59% mampu melakukan permainan gerak dasar

d.97,3% siswa

mendapat nilai yang baik untuk tes

Secara umum semua kelemahan yang ada dalam proses pembelajar an bermain untuk meningkatkan ke mampuan gerak dasar pada siklus II ini telah dapat diatasi dengan baik. Peneliti telah berhasil membangkitkan semangat siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan tertib. Peneliti telah mampu me mancing respon siswa terhadap stimulus yang di-berikannya. Siswa terlihat semangat untuk melakukan permainan. Siswa yang sudah mampu melaku kan permainan gerak dasar dengan baik, meskipun masih ada beberap kurang baik. Pe- ningkatan indikator ini dapat dilihat dari nilai siswa pada tes yang dilakukan pad siklus I sampai siklus II.

69

e. Peneliti ikut dalam pem belajaran ter sebut se-hingga siswa menjadi lebih semangat.

f. Pelaksanaan kegiatan pem belajaran selama dua kali pertemu an (Kamis, 19 Feb dan 26 Feb 2009)

e. Peneliti memberikan motivasi untuk siswa agar mempunyai semangat dalam melakukan model pembelajaran bermain

f. Pada akhir pembelajran

siswa mengisi kartu ceria

g.Pada pertemuan kedua

siswa diminta untuk melakukan model pembelajaran yang bersifat kompetitif

e. 100% siswa senang dengan model pem belajaran gerak dasar (hasil kartu ceria)

Dengan semikian dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajar an bermain untuk meningkatkan ke- mampuan gerak dasar tersebut telah berhasil dan menunjukkan peningkatan baik dari segi proses maupun hasil belajar siswa

Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti melakukan survey awal untuk

mengetahui kondisi yang ada di lapangan. Dari hasil kegiatan survey ini, peneliti

menemukan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran yang berkaitan dengan

kemampuan gerak dasar masih rendah. Kemudian peneliti berkolaborasi dengan

guru penjas dan dosen pembimbing (Agus Mukholid) berupaya untuk mengatasi

masalah tersebut dengan menerapkan model pembelajaran bermain untuk

meningkatkan kemampuan gerak dasar. Kemudian peneliti, guru penjas dan dosen

pembimbing menyusun rencana guna melaksanakan siklus I . Siklus pertama

penerapan model pembelajaran bermain untuk meningkatakan kemampuan gerak

dasar. Ternyata masih terdapat beberapa kekurangan/kelemahan yang ada selama

proses pembelajaran bermain. Siklus II dilaksanakan untuk mengatasi kekurangan

/kelemahan yang ada pada siklus II. Selain itu siklus II juga merupakan siklus

yang menguatkan hasil dari penerapan model pembelajaran bermain untuk

meningkatkan kemampuan gerak dasar. Siklus yang dilaksanakan pada penelitian

ini hanya dua siklus dikarenakan jika dilaksanakan tiga siklus akan bertabrakan

dengan ujian tengah semester.

Berdasarkan tindakan tersebut, peneliti telah berhasil menerapkan model

pembelajaran bermain untuk menarik siswa dan meningkatkan kemamapuan

gerak dasar. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk meningkatkan kinerja

guru agar lebih efektif dan menarik dalam melaksanakan pembelajaran di

70

lapangan. Keberhasilan penerapan model pembelajaran bermain untuk

meningkyakan kemampuan gerak dasar ini dapat dilihat dari indikator-indikator

sebagai berikut:

1) Siswa sudah mampu melakukan pembelajaran bermain

Pengambilan nilai dari hasil tes yang dilakukan di setiap materi pembelajaran

bermain yang diberikan telah meningkatkan peningkatan dari siklus I sampai

siklus II. Pada awalnya siswa kesulitan dalam melakukan model pembeljaran

bermain tersebut, tetapi peneliti selalu mengulang-ulang gerakan yang

dianggap sukar dan selalu menanyakan kepada siswa bagian mana yang sulit

untuk dilakukan. Lalu peneliti menjelaskan gerakan yang sukar tersebut dan

memberikan contoh yang baik dan benar. Dengan demikian siswa menjadi

mengerti dan mengetahui kesalahannya.

2) Guru penjas sudah mampu membangkitkan semangat dan minat siswa

Semangat dan minat siswa terhadap pembelajaran bermain dapat dikatakan

mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat saat proses pembelajaran

bermain, dimana siswa terlihat lebih semangat dan antusias. Selain itu model

pembelajaran bermain ini juga meningkatkan krestifitas dan menciptakan

lingkungan belajar yang gembira. Hal ini terjadi karena guru penjas berusaha

membangkitkan semangat dan minat siswa dengan memberikan reward/hadiah

berupa pujian dan nilai tambahan.

3) Siswa terlihat tertarik dalam mengikuti pembelajaran bermain

Siswa terlihat tertarik dengan model pembelajaran bermain ini. Hal ini dapat

dilihat dari semangat dan antusias siswa saat proses pembelajaran bermain.

Mereka begitu semangat dan gembira saat melakukan pembelajaran tersebut.

Selain itu ketertarikan siswa dapat juga dilihat dengan kartu ceria yang

diberikan oleh peneliti setelah pembelajaran berakhir.

71

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di kelas VII H SMP

Muhammadiyah I Surakarta ini ada dua siklus. Pelaksanaaan penelitian ini

dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklus yang dilaksanakan terdapat empat

tahapan yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Observasi dan interpretasi,

(4) Analisis dan Refleksi.

Simpulan hasil penelitian ini secara singkat yaitu terdapatnya peningkatan

kemampuan gerak dasar (baik proses maupun hasil) pada siswa kelas VII H SMP

Muhamamdiyah I Surakarta. Peningkatan tersebut terjadi setelah peneliti

melakukan beberapa upaya, yaitu:

1. Penerapan model pembelajaran bermain sebagai media untuk meningkatkan

kemampuan gerak dasar siswa.

2. Penerapan model pembelajaran bermain yang dilakukan berbeda-beda

sehingga siswa tidak merasa bosan.

3. Peneliti selalu memberikan semangat dan reward/hadiah kepada siswa.

Reward/hadiah yang diberikn berupa pujian dan nilai tambahan.

4. Peneliti menjelaskan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa, sehingga siswa

tahu kesalahannya dalam melakukan gerak dasar.

5. Peneliti tidak segan untuk ikut dalam permainan yang dilakukan agar siswa

lebih semangat dan antusias.

Upaya yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penerapan model

pembelajaran bermain untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar pada siswa

kelas VII H SMP Muhammadiyah I Surakarta. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil

penelitian berikut ini:

1. Siswa terlihat aktif, tertarik dan semangat dalam mengikuti pembelajaran

bermain. Hal itu dapat dilihat dari hasil yang ditunjukkan pada siklus I :

62,16% dan siklus II meningkat menjadi 94,59%.

72

2. Siswa terlihat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat dari

hasil yang ditunjukkan pada siklus I : 64,86% dan siklus II meningkat menjadi

89,19%.

3. Siswa sudah mampu melakukan permainan gerak dasar. Hal ini dapat dilihat

dari hasil yang ditunjukkan pada siklus I : 72,97% dan siklus II meningkat

menjadi 94,59%.

4. Siswa mampu melakukan tes kemampuan gerak dasar dengan baik. Hal ini

dapat dilihat dari hasil yang ditunjukkan pada siklus I : 67,57% dan siklus II

meningkat menjadi 97,3%.

5. Siswa senang dengan pembelajaran gerak dasar. Hal ini dapat dilihat dari hasil

yang ditunjukkan pada siklus I : 70,27% dan siklus II meningkat menjadi

100%.

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Lempar bola medicine mengalami kenaikan sebesar 10,53%

2. Standing broad jump mengalami kenaikan sebesar 23,98%

3. Lari zig-zag mengalami kenaikan sebesar 6,64%

4. Secara keseluruhan terjadi kenaikan sebesar 0,16%

B. Implikasi

Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan

pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari

guru dan siswa. Faktor dari pihak guru antara lain metode yang digunakan dalam

pembelajaran, kemampuan guru dalam menyampaikan materi, kemampuan guru

dalam mengelola kelas, teknik yang digunakan sebagai sarana untuk

menyampaikan materi, kemampuan guru dalam mengembangkan materi.

Sedangkan faktor dari sisi siswa adalah motivasi dan minat siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran.

Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus

diupayakan semaksimal mungkin agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan

73

lancar. Jika guru dapat mengelola kelas dengan baik, mengembangkan materi,

mengembangkan strategi /teknik sebagai sarana untuk menyampaikan materi

dengan baik sehingga siswa mudah menerima materi, dan siswa pun memiliki

minat dan motivasi yang tinggi untuk aktif dalam proses pembelajaran maka

proses belajar mengajar akan lebih efektif, lancar dan efisien.

Penelitian ini juga memberikan deskripsi yang jelas bahwa dengan adanya

penerapan model pembelajaran bermain ini dapat meningkatkan kemampuan

gerak dasar (baik proses maupun hasilnya), sehingga penelitian ini dapat

digunakan guru sebagai media yang berupa peralatan bekas sebagai media

alternative untuk pembelajaran gerak dasar. Bagi guru penjas, hasil penelitian ini

dapat digunakan sebagai suatu alternative dalam proses pelaksanaan pembelajaran

penjas agar lebih efektif dan efisien, siswa menjadi aktif dalam pembelajaran

penjas, dan menarik siswa agar lebih senang dengan pembelajaran penjas. Apalagi

bagi guru yang memiliki kemampuan yang lebih kreatif dalam membuat model-

model pembelajaran yang lebih banyak. Ia dapat menyalurkan kemampuannya

tersebut dan memanfaatkan fasilitas yang ada dalam upaya meningkatkan kinerja

sebagai seorang pendidik yang lebih inovatif dan professional.

Dengan diterapkannya model pembelajaran bermain untuk meningkatkan

kemampuan gerak dasar maka siswa akan memperoleh pengalaman baru dan

berbeda dalam proses pembelajaran gerak dasar. Dimana siswa yang biasanya

bosan dengan pembelajaran gerak dasar, maka dengan adanya penerapan model

pembelajaran bermain ini siswa menjadi lebih tertarik dan senang dalam

pembelajaran penjas. Teknik penerapan model pembelajaran bermain ini sesekali

perlu diterapkan dalam pembelajaran penjas agar siswa lebih aktif.

Pemberian tindakan dari siklus I ke siklus II memdeskripsikan bahwa

terdapatnya kekurangan dan kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran.

Namun, kekurangan tersebut dapat di atasi pada pelaksanaan siklus berikutnya.

Dari pelaksanaan tindakan yang kemudian dilakukann refleksi terhadap proses

pembelajaran, dapat dijelaskan terdapatnya peningkatan kualitas baik proses

maupun hasil dalam pembelajaran. Penerapan model pembelajaran bermain ini

dapat merangsang aspek kognitif, afektif dan terutama psikomotor siswa.

74

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis menyampaikan saran-saran

sebagai berikut :

1. Guru sebaiknya lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan

pembelajaran sehingga siswa tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran

penjas.

2. Bagi kepala sekolah hendaknya berusaha memberikan sarana dan prasarana

yang lengkap pada mata pelajaran penjas sehingga kegiatan belajar mengajar

dapat berjalan lancar.

3. Bagi guru sekolah lain yang belum menerapkan model pembelajaran bermain

sebaiknya mulai diterapkan model pembelajaran tersebut agar siswa lebih

menyukai lagi mata pelajaran penjas dan pembelajaran lebih efektif.

75

DAFTAR PUSTAKA

Agus Kristiyanto. Fase Perkembangan Anak. Suplemen Perkembangan Motorik:

JPOK FKIP UNS.

Agus Mahendra, 2006. Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Materi Diklat

Guru SMP Tingkat Nasional.

Barry L Johnson & Jeck K Nelson. 1986. Practikal Mearsurments for Evolution

in Phsycl Education. New York. Macmillian Company.

Bompa, Tudor O. 1990. Theory and Methodology of Training. London: The CV.

Mosby Company.

FKIP UNS. 2007. Pedoman Penyusunan Skripsi. Surakarta : UNS Press

Gino, H.J., dkk. 1995. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta : UNS Press

Hanik Liskustyawati. 2006. Evaluasi Pengajaran. Surakarta : Universitas Sebelas

Maret.

Mulyono.BA, 1992. Tes dan Pengukuran Olahraga. Surakarta : UNS Press

. 2001. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani/Olahraga.

Universitas Sebelas Maret.

M. Furqon H. 2002. Pembinaan Olahraga Usia Dini. PUSLIBANG-OR

Universitas Sebelas Maret. UNS Press.

, 2006. Mendidik Anak dengan Bermain. Buku pegangan guru

penjas di Sekolah Dasar. Universitas Sebelas Maret.

M. Yudha Saputra, 2001. Pembelajaran Atletik di Sekolah Dasar. Jakarta:

Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Bekerjasama

dengan Direktorat Jendral Olahraga.

M. Yusuf dan Aip Syaifuddin, 1996. Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta :

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral

Pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik

Rusli Lutan, 1998. Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.

Jakarta: Universitas Terbuka.

76

Sarwiji Suwandi, 2008. “Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Sarana

Peningkatan Mutu Pembelajaran”. FKIP Universitas Sebelas

Maret

Suharsimi Arikunto, et al. . 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

,2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

http://www.tabloid-nakita.com/artikel.php3?edisi=08392&rubrik batita