fakultas tarbiyah institut agama islam negeri...
TRANSCRIPT
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MI
SURODADI 1 SAWANGAN MAGELANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S 1)
Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh:
RINA SHOLIKHATUN NIM 093111238
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Rina Sholikhatun
NIM : 093111238
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya
saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya
Semarang, Mei 2011 Saya yang menyatakan Rina Sholikhatun NIM: 093111238
NOTA PEMBIMBING
Semarang, Juni 2011
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo
Di Semarang
Assalamu’alaikum wr.wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AQIDAH
AKHLAK DI MI SURODADI 1 SAWANGAN
MAGELANG
Nama : Rina Sholikhatun
NIM : 093111238
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasyah.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Pembimbing,
Dr. Suja’i, M.Ag NIP. 19700503 199603 1 003
MOTTO
�$# آ�ن �"! � ر��ل ا أ��ة ���� ��� آ�ن � �� ا وا���م
)٢١: ا-�,اب(ا�() وذآ ا آ&� ا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah" (QS. Al-Ahzab: 21)1. ٭
.Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Departemen Agama RI, 2006), hlm٭1
336
ABSTRAK
Judul : Problematika Pembelajaran Aqidah Akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang
Penulis : Rina Sholikhatun NIM : 093111238
Skripsi ini dilatarbelakangi pelaksanaan pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang, metode yang digunakan berbeda antara guru yang satu dengan guru yang lain. Anehnya siswa masih banyak yang tidak minat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran akidah akhlak. Ini adalah sebuah bentuk ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang. Di luar problem yang dialami murid, proses belajar mengajar akidah akhlak, penggunaan metode memang belum ada yang efektif, karena siswa tidak merasa nyaman dalam pelajaran akidah akhlak, yang akibatnya siswa memilih untuk tidak mengikuti proses belajar mengajar akidah akhlak dari pada yang ikut.
Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan : 1) Bagaimana proses pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang? 2) Problematika apa saja yang di alami dalam pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang? 3) Solusi apa sajakah yang dilakukan untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang?
Permasalahan tersebut di bahas melalui penelitian kualitatif dengan pendekatan kualitatif deskriptif, setelah data terkumpul lalu dianalisis dengan menggunakan analisis data yang terdiri dari tahapan pengumpulan data, reduksi data, display data dan penyajian data, data yang yang terkumpul semata-mata bersifat deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan: 1) Proses pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang dilakukan dengan merencanakan pembelajaran dilanjutkan denga melaksanakan pembelajaran dengan menerangkan materi asmaul husna dengan ceramah tanya jawab dan diakhiri dengan menutup pelajaran. 2) Problematika yang di alami dalam pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelangterkait dengan problematika guru dalam menyampaikan materi, kurangnya sarana pra sarana penunjang seperti media pembelajaran, kurangnya minat siswa dalam beljar dan penggunaaan metode pembelajaran dan evaluasi belajar yang baik. 3) Solusi yang dilakukan untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang yaitu dengan merencanakan pembelajaran secara baik penggunaaan metode pembelajaran yang menciptkan pembelajaran aktif, melaksanakan evaluasi pembelajaran yang baik, menyediakan media pembelajarn yang dapat membantu memahamkan siswa dalam pembelajaran aqidah akhlak.
KATA PENGANTAR
Bismillãhirrah}mãnirrah}îm
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Robbal alamin yang telah
melimpahkan nikmat, Taufik, hidayah dan inayah-Nya setelah penulis skripsi ini
dapat terselesaikan.
Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, peneliti sampaikan skripsi
ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah
membantu. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo semarang,
beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan dengan baik
2. Nasirudin, M.Ag, Kepala Jurusan PAI yang telah memberikan pengarahan dan
pelayanan dengan baik.
3. H. Mursid, M.Ag, selaku Sekretaris Jurusan PAI yang telah memberikan
pengarahan dan pelayanan dengan baik
4. Ahmad Muthohar, M.Ag, selaku Pengelola Program yang telah memberikan
pengarahan dan pelayanan dengan baik.
5. Dr. Suja’i, M.Ag, selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Segenap Civitas Akademik IAIN Walisongo Semarang yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis untuk meningkatkan ilmu.
7. MI Surodadi 1 Sawangan Magelang yang telah memberikan izin dan
memberikan bantuan dalam penelitian.
8. Semua karib kerabat yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian
skripsi ini.
Kepada semuanya, peneliti mengucapkan terima kasih disertai do’a semoga
budi baiknya diterima oleh Allah SWT, dan mendapatkan balasan berlipat ganda
dari Allah SWT.
Kemudian penyusun mengakui kekurangan dan keterbatasan kemampuan
dalam menyusun skripsi ini, maka diharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif, evaluatif dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya
semoga dapat bermanfaat bagi diri peneliti khususnya.
Semarang, Maret 2011
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING .................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK ....................................................................................... vi
HALAMAN KATA PENGANTAR ..................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 3
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian .................................................... 3
D. Metode Penelitian.......................................................................... 4
BAB II PROBLEMATIKAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHL AK
A. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak ..................................... 9
B. Tujuan pembelajaran aqidah akhlak.............................................. 11
C. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Akidah Akhlak ........................... 12
D. Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak ......................................... 14
E. Konsep Pembelajaran Akidah Akhlak yang Ideal ........................ 18
F. Problematika dalam Pembelajaran Akidah Akhlak ..................... 20
G. Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak........................................ 22
H. Media Pembelajaran Akidah Akhlak ........................................ 25
I. Sarana dan Pra Sarana Pembelajaran Akidah Akhlak ................ 28
J. Problematika Dalam Pembelajaran Akidah Akhlak ................... 30
BAB III PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI
MI SURODADI I SAWANGAN MAGELANG
A. Gambaran Umum MI Surodadi I Sawangan Magelang ................ 41
1. Keadaan Historis MI Surodadi I Sawangan Magelang ........... 1
2. Struktur Organisasi MI Surodadi I Sawangan Magelang ....... 43
3. Sarana dan Prasarana............................................................... 44
B. Pelaksanaan Pembelajaran Akidah Akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan
Magelang Secara Umum ............................................................... 45
1. Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak di MI Surodadi 1
Sawangan Magelang ............................................................... 45
2. Materi Pembelajaran akidah akhlak ........................................ 46
3. Interaksi Guru dan Siswa ....................................................... 46
4. Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak ................................... 46
5. Pendekatan dan Prinsip ........................................................... 46
6. Metode Pembelajaran Akidah Akhlak .................................... 48
7. Media Pembelajaran Akidah Akhlak ....................................... 49
8. Pelaksanaan pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1
Sawangan Magelang .............................................................. 50
C. Problematika Pembelajaran Akidah Akhlak di MI Surodadi 1
Sawangan Magelang ..................................................................... 52
1. Problematika Pelaksanaan pembelajaran Akidah akhlak ........ 52
2. Problematika pada Guru .......................................................... 53
3. Problematika pada Materi Pelajaran ...................................... 55
4. Problematika Hasil Belajar Akidah Akhlak ............................ 56
5. Problematika pada Siswa ........................................................ 59
6. Problematika Sekolah.............................................................. 60
BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AKID AH
AKHLAK DI MI SURODADI I SAWANGAN MAGELANG
A. Analisis Pelaskanaan Pembelajaran Akidah Akhlak di MI
Surodadi I Sawangan Magelang ................................................... 61
1. Perencanaan pengajaran Akidah Akhlak ................................ 61
2. Pelaksanaan Pembelajaran Akidah Akhlak ............................. 61
3. Analisis Pendekatan Akidah Akhlak ...................................... 61
4. Analisis Interaksi Guru dan Siswa ......................................... 62
5. Analisis Metode Pembelajaran Akidah akhlak ....................... 63
6. Analisis Media Pembelajaran Akidah Akhlak ........................ 63
7. Analisis Evaluasi Pembelajaran Akidah Akhlak..................... 64
8. Perencanaan pengajaran Akidah Akhlak ................................ 65
9. Pelaksanaan Pembelajaran Akidah Akhlak ............................. 66
B. Analisis Solusi Terhadap Problematika Pembelajaran Akidah
Akhlak di MI Surodadi I Sawangan Magelang ............................. 71
1. Solusi terhadap Problematika Pelaksanaan Pembelajaran
Akidah Akhlak ........................................................................ 71
2. Solusi terhadap Problematika pada Guru ................................ 73
3. Solusi terhadap Problematika pada Materi Pelajaran .............. 75
4. Solusi terhadap Problematika pada Siswa............................... 76
5. Solusi terhadap Problematika Sekolah .................................... 77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 78
B. Saran-saran. ................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata
pelajaran PAI yang mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan
pengenalan dan penghayatan terhadap al-asma' al-husna, serta penciptaan
suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan
adab Islami melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan cara
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara substansial mata
pelajaran Akidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi
kepada peserta didik untuk mempraktikkan al-akhlakul karimah dan adab
Islami dalam kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dari keimanannya
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari
akhir, serta Qada dan Qadar. 2
Mata Pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk
membekali peserta didik agar dapat:
1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta
pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah
SWT.
2. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari
akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu
maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.3
Pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang
adalah bagian integral dari didikan agama. Walaupun bukan satu-satunya
factor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta
2Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar
Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 21
3Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, hlm. 21
didik. Tetapi secara subtansial mata pelajaran akidah akhlak memiliki
konstribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk
mengamalkan nilai-nilai keyakinan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam
kehidupan sehari hari.
Pelaksanaan pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan
Magelang ternyata tidaklah mudah. Adanya anggapan bahwa akidah akhlak
adalah pelajaran yang hanya dihafal membuat peserta didik menjadi statis dan
kurang berapresiasi. Hal ini jika dibiarkan berlarut-larut tentunya akan sangat
membahayakan akhlak dan akidah generasi bangsa. Pengaruh yang saat ini
bisa kita lihat dari permasalahan itu adalah dengan menurunnya moralitas
peserta didik dalam berperilaku yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama
Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan
Magelang ini, yang memang anggapan para siswa umumnya tidak ada
orientasi ke depan yang jelas berbeda dengan mata pelajaran yang lain, seperti
halnya belajar bahasa Inggris biar lebih keren, atau pada pelajaran MIPA yang
ke depannya akan menjadi teknisi yang banyak dibutuhkan oleh banyak
instansi.
Pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang
masih jauh dari ideal, karena di lihat dari prestasi belajar nilai ketuntasan
belajar aqidah akhlak hanya berkisar 50% dari seluruh jumlah siswa MI
Surodadi 1 Sawangan Magelang.
Meskipun pelaksanaan pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1
Sawangan Magelang, metode yang digunakan berbeda antara guru yang satu
dengan guru yang lain. Anehnya siswa masih banyak yang tidak minat untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran akidah akhlak. Ini adalah sebuah bentuk
ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak di MI
Surodadi 1 Sawangan Magelang. Di luar problem yang dialami murid, proses
belajar mengajar akidah akhlak, penggunaan metode memang belum ada yang
efektif, karena siswa tidak merasa nyaman dalam pelajaran akidah akhlak,
yang akibatnya siswa memilih untuk tidak mengikuti proses belajar mengajar
akidah akhlak dari pada yang ikut.
Penurunan prestasi belajar dan tingkah laku yang santun yang sesuai
dengan ajaran agama Islam menunjukkan adanya hal yang tidak menarik dari
pelajaran akidah akhlak yang diajarkan di pembelajaran akidah akhlak di MI
Surodadi 1 Sawangan Magelang. Penelitian ini menarik dilakukan karena
semangat berakhlakul karimah yang ditanamkan sejak kecil akan dapat
membentuk perilaku yang sesuai dengan ajaran agama Islam apabila peserta
didik tersebut dewasa. Apabila hal ini tercapai maka kemajuan Islam nantinya
akan terwujud. Oleh karena itu, penyampaian pendidikan agama Islam dan
segala komponen yang ada perlu dikemas secara menarik yang meliputi
metode mengajar, strategi mengajar dan segala hal yang berkaitan dengan
proses belajar mengajar haruslah menarik minat peserta didik. Dan perlu juga
untuk dicarikan solusi atas segala permasalahan yang muncul di lapangan saat
proses belajar mengajar berlangsung.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti lebih
jauh tentang Problematika Pembelajaran Aqidah Akhlak di MI Surodadi 1
Sawangan Magelang.
B. Rumusan Masalah
Masalah pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana proses pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan
Magelang?
2. Problematika apa saja yang di alami dalam pembelajaran akidah akhlak di
MI Surodadi 1 Sawangan Magelang?
3. Solusi apa sajakah yang dilakukan untuk mengatasi masalah dalam
pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penulisan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui proses pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi
1 Sawangan Magelang.
b. Untuk mengetahui problematika yang di alami dalam pembelajaran
akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang
c. Untuk mengetahui solusi yang dilakukan untuk mengatasi masalah
dalam pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan
Magelang
2. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan dapat
dijadikan wacana untuk menambah pengetahuan khususnya tentang
pembelajaran akhlak.
b. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dorongan kepada
masyarakat untuk lebih berperan dalam menciptakan suatu lingkungan
yang bermoral, sekaligus dapat untuk dijadikan acuan bagi peneliti
yang lain.
c. Bagi guru bidang studi akidah akhlak
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan
informasi yang positif dalam meningkatkan pendidikan akhlak untuk
diajarkan pada siswa-siswinya.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang
bersifat atau memiliki karakteristik, bahwa datanya dinyatakan dalam
keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya (natural setting) dengan
tidak merubah dalam bentuk simbol-simbol atau bilangan4 sehingga dalam
4 Hadari Nawawi dan Nini Martini, Penelitian Terapan, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 1996), hlm 174
penelitian ini peneliti menggambarkan peristiwa maupun kejadian yang ada
di lapangan tanpa mengubahnya menjadi angka maupun simbol.
2. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Sumber Data Primer
Jenis data primer adalah data pokok yang berkaitan dan
diperoleh secara langsung dari obyek penelitian. Sedangkan sumber
data primer adalah sumber data yang dapat memberikan data penelitian
secara langsung.5 Sumber data dalam penelitian ini adalah akidah
akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak
lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya.6
Atau dengan kata lain dapat pula didefinisikan sebagai sumber yang
dapat memberikan informasi/data tambahan yang dapat memperkuat
data pokok. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder
adalah segala sesuatu yang memiliki kompetensi dengan masalah yang
menjadi pokok dalam penelitian ini, baik berupa manusia maupun
benda (majalah, buku, koran, ataupun data-data resmi).
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data penelitian metode yang digunakan pada
penelitian ini meliputi:
a. Metode Observasi
Observasi yaitu suatu pengamatan yang khusus dan pencatatan
yang sistematis ditujukan pada satu/beberapa masalah dalam rangka
penelitian, dengan maksud untuk mendapatkan data yang diperlukan
5 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2004), cet. IV, hlm. 87 6 Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 91
untuk pemecahan persoalan yang dihadapi.7 Panduan observasi
digunakan untuk mendapatkan data hasil pengamatan.8
Dalam hal ini observasi dilakukan dengan menggunakan teknik
observasi secara langsung. Caranya peneliti mengamati gejala atau
proses yang terjadi dalam situasi sebenarnya pada pelaksanaan
pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang.
b. Metode Wawancara
Interview atau wawancara merupakan alat pengumpul informasi
dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk
dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari intervieu adalah kontak
langsung dengan tatap muka antara pencari informasi (intervier) dan
sumber informasi (interviewee).9
Merupakan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih,
yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subyek atau
kelompok subyek untuk dijawab.10 Pencari informasi mengajukan
pertanyaan, menilai jawaban, meminta penjelasan, mencatat dan
mengadakan prodding (menggali keterangan lebih mendalam). Di
pihak lain, interview menjawab pertanyaan, memberi penjelasan, dan
kadang-kadang juga membalas dengan mengajukan pertanyaan.11
Dalam hal ini data diperoleh dari wawancara terhadap guru akidah
akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, buku, transkip, surat kabar, prasasti,
7Safari, Imam Asy'ary, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya-Indonesia: Usaha
Rasional, 1998), hlm. 82 8Sanapiah Faisal, Format-format Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafmdo Persada, 2001), hlm.
135 9 Sanapiah Faisal, Format-format Sosial, hlm. 165. 10 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 130. 11 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), edisi 2,
hlm.218.
notulen rapat, agenda, dan sebagainya.12 Yaitu dengan mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda atau sebagainya.
Dengan menggunakan metode ini akan diperoleh data-data yang akurat
mengenai pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan
Magelang baik itu gambaran umum sekolah maupun dokumen
pembelajaran.
4. Analisis Data
Metode analisis data yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
gambar, dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian
akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian
laporan tersebut.13 Untuk memperjelas penulisan ini maka peneliti
menetapkan metode analisis deskriptif yaitu menyajikan dan menganalisis
fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan
disimpulkan. Data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif
sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat
prediksi maupun mempelajari implikasi.14
Langkah-langkah analisis deskriptif sebagai berikut:
a. Data Reduction
Mereduksi data bisa berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya.15 Setelah data penelitian yang diperoleh di lapangan terkumpul,
proses data reduction terus dilakukan dengan cara memisahkan catatan
antara data yang sesuai dengan data yang tidak, berarti data itu dipilih-
pilih.
12 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineika
Cipta, 2002),cet.XII, hlm.206. 13 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2002), hlm. 7 14 Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, hlm.6-7. 15 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan
Laporan Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm. 92
Data yang peneliti pilih-pilih adalah data dari hasil pengumpulan
data lewat metode observasi, metode wawancara dan metode
dokumenter. Semua data itu dipilih-pilih sesuai dengan masalah
penelitian yang peneliti pakai. Data wawancara yang peneliti lakukan di
lapangan juga dipilih-pilih mana data yang berkaitan dengan masalah
penelitian seperti hasil wawancara mengenai komponen-komponen
pembelajaran mulai dari tujuan sampai evaluasi. Semua data wawancara
itu dipilih-pilih yang sangat mendekati dengan masalah penelitian.
b. Verification Data/ Conclusion Drawing
Menurut Miles dan Huberman dalam Rasyid (2000: 71)
mengungkapkan verification data/ conclusion drawing yaitu upaya
untuk mengartikan data yang ditampilkan dengan melibatkan
pemahaman peneliti. Kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali
kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan merupakan
kesimpulan yang kredibel.16
Data yang didapat merupakan kesimpulan dari berbagai proses
dalam penelitian kualitatif, seperti pengumpulan data kemudian dipilih-
pilih data yang sesuai, kemudian disajikan, setelah disajikan ada proses
menyimpulkan, setelah menyimpulkan data, ada hasil penelitian yaitu
temuan baru berupa deskripsi , yang sebelumnya masih remang-remang
tapi setelah diadakan penelitian masalah tersebut menjadi jelas.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru
yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap
sehingga setelah diteliti menjadi jelas.17
16 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan
Laporan Penelitian, hlm. 99 17 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan
Laporan Penelitian, hlm. 99
BAB II
PROBLEMATIKAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK
A. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak
Secara etimologi (bahasa) akidah berasal dari kata ‘aqada-ya’qidu-
‘aqdan, berarti simpul, ikatan perjanjian dan kokoh, setelah terbentuk menjadi
’aqidah berarti keyakinan.18 Relevansinya antara arti kata ’aqada dan akidah
adalah keyakinan itu simpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat
dan mengandung perjanjian.
Sedangkan secara istilah (terminologi) akidah terdapat beberapa
definisi, antar lain:
1. Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Akidah adalah:
ة@ وا��� ?��3$<� =�ا��� ا�>#ه�� ا�;: ���89 �7 �5��67 ه� #ة�3$�اAB3$#� وا� C�=5 �-ا D� ن�E<=9 &�و �5=��C �F#G�7ز� ر? �;IJC �3K�9 ده����?� M�<Nو- �C� ى
“Akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum (axioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu, fitrah. kebenaran itu dipatrikan di dalam hati serta diyakini keshahikannya dan keberadaannya dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu”.19
2. Menurut Salih, sebagaimana dikutip oleh Hamka Akidah ialah percaya
kepada Allah SWT, para Malaikat, para Rasul, dan kepada hari akhir serta
kepada qodho dan qodar yang baik ataupun yang buruk”.20
3. Ibnu Taimiyyah sebagaimana dikutip oleh Muhaimin dalam bukunya
“akidah al Washitiyyah”, akidah adalah suatu perkara yang harus
dibenarkan dalam hati, dengan jiwa menjadi tenang sehingga jiwa menjadi
yakin serta mantap tidak dipengaruhi oleh keraguan”.21
Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang
18Munawir, Kamus Besar Bahasa Arab Indonesia, hlm.1023 19Yunahar Ilyas, Kuliah aqidah Islam, (Yogyakarta: LPPI, 2001), hlm. 1-2 20HAMKA, Pelajaran Agama Islam, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1989), hlm: 8 21Muhaimin, Dimensi-Dimensi Studi Islam, (Surabaya: Karya Aditama, 1994), hlm: 243
muslim yang bersumber ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim
sebagai sumber keyakinan yang mengikat.
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu :=( jamaknya قQ(ا yang
artinya tingkah laku, perangai, tabiat, watak, moral atau budi pekerti.
Sedangkan akhlak menurut istilah didefinisikan sebagai berikut:
1. Imam Al-Ghazali mengemukakan
�5 ه�T �U ا��SB را�IM �C�5 �R# ر ا- �3ل ?�R�� ���C=: 5>�رة ورو��" Tإ� ���� �W �7 ٢٢.و��
Akhlak ialah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan segala perbuatan yang dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
2. Ibnu Maskawaih dalam kitab Tahzib Al-Akhlaq Wa Tathhir Al-A’raq,
sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata, mendefinisikan :
و" �W �7 �C��3 أ Tإ� �C� ��5دا SB�=� ٢٣-رو����ل
Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah
sumber dari segala perbuatan yang sewajarnya artinya sesuatu perbuatan atau
sumber tindak tanduk manusia yang tidak dibuat-buat dan perbuatan yang
dapat dilihat adalah gambaran dari sifat-sifatnya yang tertanam dalam jiwa,
jahat atau baiknya.
Mata pelajaran Aqidah Akhlak ialah suatu mata pelajaran yang
mengajarkan dan membimbing siswa untuk dapat mengetahui, memahami dan
meyakini ajaran Islam serta dapat membentuk dan mengamalkan tingkah laku
yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam.
Mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan suatu mata pelajaran yang
harus direalisasikan dalam bentuk tingkah laku atau perbuatan yang harmonis
pada siswa, sebab pelajaran Aqidah Akhlak bukan hanya bersifat kognitif
22Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Juz. III, (Beirut: Dar Ihya’ Kutubil Arabiyyah,
t.th.), hlm. 52. 23Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), hlm. 3.
semata melainkan harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab
itu seorang guru dalam melaksanakan pengajaran Aqidah Akhlak harus
senantiasa memberi tauladan yang baik bagi siswa saat berada di lingkungan
sekolah maupun di luar sekolah. Dengan demikian pengajaran Aqidah Akhlak
yang disampaikan oleh guru dapat diterima oleh siswa semaksimal mungkin,
sehingga tujuan yang telah diprogramkan dapat tercapai.
B. Tujuan pembelajaran aqidah akhlak
Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata
pelajaran PAI yang mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan
pengenalan dan penghayatan terhadap al-asma' al-husna, serta penciptaan
suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan
adab Islami melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan cara
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara substansial mata
pelajaran Akidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi
kepada peserta didik untuk mempraktikkan al-akhlak al-karimah dan adab
Islami dalam kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dari keimanannya
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari
akhir, serta Qada dan Qadar.
Al-akhlak al-karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan
dibiasakan sejak dini oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, terutama
dalam rangka mengantisipasi dampak negatif era globalisasi dan krisis
multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.
Mata Pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan
untuk membekali peserta didik agar dapat:
1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta
pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah
SWT;
2. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari
akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu
maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah
Islam.24
C. Materi Mata Pelajaran Akidah Akhlak
Mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah berisi pelajaran
yang dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar peserta didik
untuk dapat memahami rukun iman dengan sederhana serta pengamalan dan
pembiasaan berakhlak Islami secara sederhana pula, untuk dapat dijadikan
perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang
pendidikan berikutnya.
Ruang lingkup mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah
meliputi:
1. Aspek akidah (keimanan) meliputi:
a. Kalimat thayyibah sebagai materi pembiasaan, meliputi: Laa ilaaha
illallaah, basmalah, alhamdulillaah, subhanallaah, Allaahu Akbar,
ta’awwudz, maasya Allah, assalaamu’alaikum, salawat, tarji’, laa
haula walaa quwwata illaa billah, dan istighfaar.
b. Al-asma’ al-husna sebagai materi pembiasaan, meliputi: al-Ahad, al-
Khaliq, ar-Rahmaan, ar-Rahiim, as- Samai’, ar-Razzaaq, al-Mughnii,
al-Hamiid, asy-Syakuur, al-Qudduus, ash-Shamad, al-Muhaimin, al-
‘Azhiim, al- Kariim, al-Kabiir, al-Malik, al-Baathin, al-Walii, al-
Mujiib, al-Wahhiab, al-’Aliim, azh-Zhaahir, ar-Rasyiid, al-Haadi, as-
Salaam, al-Mu’min, al-Latiif, al-Baaqi, al-Bashiir, al-Muhyi, al-
Mumiit, al-Qawii, al-Hakiim, al-Jabbaar, al-Mushawwir, al-Qadiir,
al-Ghafuur, al-Afuww, ash-Shabuur, dan al-Haliim.
c. Iman kepada Allah dengan pembuktian sederhana melalui kalimat
thayyibah, al-asma’ al-husna dan pengenalan terhadap salat lima
waktu sebagai manifestasi iman kepada Allah.
d. Meyakini rukun iman (iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul dan
Hari akhir serta Qada dan Qadar Allah)
24Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 21
2. Aspek akhlak meliputi:
a. Pembiasaan akhlak karimah (mahmudah) secara berurutan disajikan
pada tiap semester dan jenjang kelas, yaitu: disiplin, hidup bersih,
ramah, sopan-santun, syukur nikmat, hidup sederhana, rendah hati,
jujur, rajin, percaya diri, kasih sayang, taat, rukun, tolong-menolong,
hormat dan patuh, sidik, amanah, tablig, fathanah, tanggung jawab,
adil, bijaksana, teguh pendirian, dermawan, optimis, qana’ah, dan
tawakal.
b. Menghindari akhlak tercela (madzmumah) secara berurutan disajikan
pada tiap semester dan jenjang kelas, yaitu: hidup kotor, berbicara
jorok/kasar, bohong, sombong, malas, durhaka, khianat, iri, dengki,
membangkang, munafik, hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa,
marah, fasik, dan murtad.
3. Aspek adab Islami, meliputi:
a. Adab terhadap diri sendiri, yaitu: adab mandi, tidur, buang air
besar/kecil, berbicara, meludah, berpakaian, makan, minum, bersin,
belajar, dan bermain.
b. Adab terhadap Allah, yaitu: adab di masjid, mengaji, dan beribadah.
c. Adab kepada sesama, yaitu: kepada orang tua, saudara, guru, teman,
dan tetangga
d. Adab terhadap lingkungan, yaitu: kepada binatang dan tumbuhan, di
tempat umum, dan di jalan.
4. Aspek kisah teladan, meliputi: Kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan, Nabi
Sulaiman dengan tentara semut, masa kecil Nabi Muhammad SAW, masa
remaja Nabi Muhammad SAW, Nabi Ismail, Kan’an, kelicikan saudara-
saudara Nabi Yusuf AS, Tsa’labah, Masithah, Ulul Azmi, Abu Lahab,
Qarun, Nabi Sulaiman dan umatnya, Ashabul Kahfi, Nabi Yunus dan Nabi
Ayub. Materi kisah-kisah teladan ini disajikan sebagai penguat terhadap isi
materi, yaitu akidah dan akhlak, sehingga tidak ditampilkan dalam Standar
Kompetensi, tetapi ditampilkan dalam kompetensi dasar dan indikator.25
D. Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak
Metode pembelajaran aqidah akhlak pada dasarnya sama seperti
metode pembelajaran yang di kembangkan dalam Pendidikan Agama Islam
karena pendidikan aqidah akhlak adalah rumpun pelajaran dari Pendidikan
Agama Islam
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran aqidah
akhlak diantaranya:
1. Metode Keteladanan
Keteladanan dalam pendidikan adalah metode influensif yang
paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan
membentuk anak dalam moral, spiritual dan sosial. Hal ini karena orang
tua asuh adalah terbaik dalam pandangan anak asuh, yang akan ditirunya
dalam hal tindak tanduknya, dan tata santunnya, disadari ataupun tidak.26
Keteladanan selalu menuntut sikap yang konsisten serta
berkesinambungan baik dalam perbuatan ataupun budi pekerti yang luhur,
karena sekali memberikan contoh yang buruk akan mencoreng seluruh
budi pekerti yang luhur. Misalkan orang tua membiasakan anak-anaknya
untuk bersikap jujur, menyadarkan mereka betapa pentingnya sikap
tersebut serta memberikan penghargaan jika anak konsisten dengan sikap
tersebut, Insya Allah anak-anak akan tumbuh berkembang dengan sikap
itu.
Al-Qur'an memerintahkan kita untuk menjadikan Rasulullah SAW
sebagai suri tauladan dan panutan seperti terdapat dalam Al-Qur'an al-
Ahzab ayat 21:
�$# آ�ن �"! � ر��ل ا أ��ة ���� ��� آ�ن � �� ا وا���م ا�() )٢١: -�,ابا(وذآ ا آ&� ا
25Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, hlm. 24-25 26Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam II terj. Saifullah
Kamalie dan Hery Nor Ali, (Bandung: Asy-syIfa,1988), hlm. 2
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah" (QS. Al-Ahzab: 21)27
Dalam hal ini Nabi Muhammad menjadi suri teladan bagi para
sahabatnya. Beliau belajar bagaimana melaksanakan berbagai ibadah,
serta belajar dari beliau tingkah laku yang baik, akhlak yang luhur, dan
tata krama pergaulan umum.
Seorang pendidik baik yang pemula maupun bukan, tetaplah
memerlukan seorang figur pendidik yang sejati agar upaya pendidikan
yang dilakukannya dapat terarah sehingga berhasil dengan baik. Tidak ada
tokoh yang pantas untuk dijadikan sebagai figur teladan, kecuali Nabi
Muhammad SAW yang telah mempunyai misi dakwah sebagai
penyempurna akhlak. Beliau adalah seorang rasul pilihan yang diutus bagi umat manusia
dengan keutamaan sifat-sifat luhurnya, baik spiritual, moral, maupun
intelektual. Sifat-sifat luhur yang beliau tampilkan merupakan totalitas
kesatuan yang harus ada dalam diri seorang muslim.
Semua ini dimaksudkan agar anak mempunyai akhlak seperti
akhlak teladan mereka yaitu Rasulullah SAW, sehingga sang anak
mengenal keutamaan, mengikuti jejak dan hati Rasulullah SAW terpaut
untuk cinta kepada-Nya.
2. Metode Pembiasaan
Metode pembiasan adalah metode mendidik dan mengajar dengan
cara melalui kebiasaan yang dilakukan secara bertahap. Dalam hal ini
merubah kebiasaan-kebiasaan yang negatif.28
Menurut Quraish Shihab, bahwa pembiasaan yang akhirnya
melahirkan kebiasaan ditempuh Al-Quran bertujuan untuk memantapkan
27Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Departemen Agama RI, 2006), hlm.
336 28Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm.101.
pelaksanaan ajaran Al-Quran.29 Artinya Al-Quran mengajarkan kepada
manusia untuk dapat melaksanakan ajaran yang ada dalam Al-Quran,
membiasakan melaksanakan perintah Allah, sehingga akan terbiasa patuh
atau taat kepada Allah yang akhirnya hatinya menjadi yakin akan
kebenaran ajaran Al-Quran.
Lebih lanjut Quraish Shihab menjelaskan pembiasaan dalam Al-
Quran tersebut menyangkut segi pasif maupun aktif. Tetapi yang perlu
diperhatikan bahwa yang dilakukan Al-Quran menyangkut pembiasaan
dari segi pasif hanyalah hal-hal yang berhubungan dengan kondisi sosial
dan ekonomi. Sedangkan dalam hal yang bersifat aktif atau menuntut
pelaksanaan ditemui pembiasaan tersebut secara menyeluruh. Hal ini
dapat dibuktikan dengan mengamati semacam larangan minuman keras
atau riba (proses pembiasaan dapat dijumpai). Demikian halnya dalam
hal-hal semacam kewajiban shalat dan puasa.30
Sehubungan dengan hal itu M. Quthb juga berpendapat bahwa
pembiasaan (kebiasaan) digunakan sebagai salah satu tehnik pendidikan,
juga mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, karena ia dapat menghemat waktu dan mudah dapat
mengerjakannya.31
Hal ini merupakan segi teoritis. Sedang segi praktis dari hal ini
adalah menyediakan dan membiasakan anak agar beriman sepenuh jiwa
dan hatinya, bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Dan ini tidak mungkin
terlaksana kecuali dengan jalan mengemukakan benda-benda yang
mencerminkan kekuasaannya yang dapat dilihat oleh anak, seperti bunga,
langit, bumi, manusia dan ciptaan-ciptaan lainnya untuk diambil
keputusan oleh akal, bahwa dibalik ciptaan itu semua terdapat pencipta
yang tidak lain adalah Allah semata.
3. Metode Pemberian Nasehat
29M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung : Mizan, 1994), hlm. 176. 30M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, 31M. Quthb, Sistem Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1988), hlm. 363.
Metode lain yang penting dalam menanamkan amalan keagamaan
adalah pendidikan dengan pemberian nasihat. Sebab, nasihat dapat
membukakan mata anak-anak pada hakikat sesuatu, dan mendorongnya
menuju situasi yang luhur, dan menghiasinya dengan akhlak yang mulia
dan membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam.
Melalui metode ini, anak mendengar apa yang harus dikerjakan,
yaitu dengan pendidik menyuruh, memerintah anak untuk melaksanakan
amalan-amalan keagamaan dengan baik dan teratur sesuai dengan
perkembangan jasmani dan rohani anak.
4. Metode Pemberian Perhatian
Yang dimaksud dengan pemberian perhatian adalah mencurahkan,
memperhatikan dan senantiasa mengikuti perkembangan anak dalam
pembinaan akhlak dan moral, persiapan spiritual dan sosial. Di samping
selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan daya hasil
ilmiahnya.
Dalam hal ini orang tua diperintahkan untuk memperhatikan dan
mengikuti serta mengontrol anak dalam segi kehidupan dan pendidikan
yang universal. Hal ini disebabkan anak selamanya di bawah proyeksi
perhatian dan control pendidikan terhadap segala gerak-gerik, ucapan,
perbuatan dan otoritasnya.
5. Metode Pemberian Hukuman
Menurut Muhammad Quthb seperti dikutip oleh Abudin Nata
mengatakan: "Bila teladan dan nasihat tidak mampu, maka pada waktu itu
harus diadakan tindakan tegas yang dapat meletakkan persoalan di tempat
yang benar. Tindakan tegas itu adalah hukuman.32
Pemberlakuan hukuman dalam mendidik anak tidak berhenti pada
pemberian hukuman itu sendiri, melainkan pada tujuan yang ada
didalamnya yaitu agar anak yang melanggar itu insyaf, bertaubat dan
kembali menjadi orang baik.
32Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, hlm.103.
Dengan pemberian hukuman, anak akan jera dan berhenti
berperilaku buruk. Ia akan mempunyai perasan dan kepekaan yang
menolak mengikuti hawa nafsunya mengerjakan hal-hal yang diharamkan.
E. Guru Akidah Akhlak
Guru akidah akhlak sangat berperan dalam dalam membantu
perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara
optimal, keyakinan ini muncul karena manusia adalah mahluk lemah yang
dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir
bahkan saat meninggal, demikian halnya peserta didik, ketika orang tuanya
mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan
terhadap guru agar anaknya dapat berkembang secara optimal.
Memahami uraian di atas, betapa besar jasa guru dalam membantu
pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik, mereka memiliki peran
dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak.
Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan
kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan
potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, profesional dan
menyenangkan dengan memposisikan diri sebagai berikut:
1. Orang tua yang penuh kasih sayang terhadap peserta didiknya.
2. Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi peserta didik.
3. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan dan melayani peserta
didik sesuai minat, kemampuan dan bakatnya.
4. Memberikan sumbangan kepada orang tua untuk dapat mengetahui
permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya.
5. Memupuk rasa percaya diri, berani, dan bertanggung jawab.
6. Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan (silaturrahmi)
dengan orang lain secara wajar.
7. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peseta didik, orang
lain dan lingkungan.
8. Menjadi pembantu ketika diperlukan.33
Untuk memenuhi tuntutan diatas guru harus mampu memaknai
pembelajaran serta menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan
kompentensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik. Dengan
memperhatikan kajian Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon
and Wenstein (1997) sebagai mana dikutip oleh Mulyasa, dapat
diidentifikasikan sedikitnya ada 12 peran guru yakni:
1. Guru sebagai pendidik yaitu menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi peserta didik dan lingkungannya.
2. Guru sebagai pengajar yaitu guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum dipahami.
3. Guru sebagai pembimbing yaitu guru diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan yang berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan komplek.
4. Guru sebagai pembaharu (inovator) yaitu guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan bermakna bagi peserta didik.
5. Guru sebagai model dan teladan yaitu guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua yang menganggap dia sebagai guru.
6. Guru sebagai pribadi yaitu sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan sebagai pendidik.
7. Guru sebagai peneliti yaitu pembelajaran adalah seni yang dalam pelaksananya memerlukan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan berbagai penelitian yang di dalamnya melibatkan guru.
8. Guru sebagai pendorong kreatifitas yaitu kreatifitas merupakan hal yang penting dalam pembelajaran, dan guru dituntut untuk mendemontrasikan dan menunjukkan proses kreativitas tersebut.
9. Guru sebagi pembangkit pandangan yaitu guru harus terampil dalam berhubungan atau berkomunikasi dengan peserta didik di segala umur, sehingga setiap langkah dari proses pendidikan yang dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang fungsi ini.
10. Guru sebagai pekerja rutin yaitu guru bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan tertentu, serta kegiatan rutin yang amat diperlukan dan seringkali memberatkan.
33 E Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan
Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2005), hlm 36
11. Guru sebagai aktor yaitu sebagai seorang aktor, guru harus melakukan apa yang ada dalam naskah yang telah disusun dan dengan pertimbangan pesan akan disampaikan kepada penonton.
12. Guru sebagai evaluator yaitu evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling komplek karena banyak melibatkan latar belakang dan hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan kontek yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilain.34
F. Peserta didik dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak
Peserta didik sebagai raw material dalam prose transformasi dan
internalisasi menempati posisi yang sangat penting untuk dilihat signifikasi
nya dalam menemukan kebersihan sebuah proses.35
Dalam paradigma pendidikan Islam peserta didik merupakan orang
yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang
masih perlu dikembangkan. Disini peserta didik merupakan mahluk Allah
yang memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf
kematangan baik bentuk, ukuran, maupun pertimbangan pada bagian-bagian
lainnya. Dari segi rohaniah, ia memiliki bakat, memiliki kehendak, perasaan,
dan pikiran yang dinamis.36
Dari kemampuan yang dimiliki peserta didik sejak awal, apabila ia
telah memajukan jenjang sekolah (lembaga pendidikan), hal ini akan menjadi
tanggung jawab para pendidik untuk memberikan bimbingan agar ia bisa
tumbuh-kembang disini pula menuntut kebijakan kepala sekolah sebagai pilar
utama kehidupan sekolah untuk menjalin kerjasama yang baik dengan para
pendidik (guru).
Samsul Nizar menjelaskan deskripsi tenang hakikat peserta didik.37
Yaitu:
34 E Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan
Menyenangkan, hlm. 37-64. 35 Depag RI., Kendali Mutu PAI, (Jakarta: Departemen Agama, 2001), hlm. 12 36 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Al-Ma’arif, Bandung,
1989, hlm. 32 37 Samsul Nizar, M.A., Pendekatan Historis; Teoritik dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Pres,
2003), hlm. 48-49
1. Peserta didik bukan merupakan miniature orang dewasa akan tetapi
memiliki dunianya sendiri. Hal ini sangat penting untuk dipahami agar
perlakuan terhadap mereka dalam proses ke pendidikan tidak disamakan
dengan pendidikan orang dewasa baik dalam aspek metode mengajar,
materi yang akan diajarkan, sumber bahan yang digunakan dan sebagainya.
2. Peseta didik adalah manusia yang memiliki diferensiasi periodesasi
perkembangan dan pertumbuhan.
3. Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan, baik yang
menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani yang harus dipenuhi
4. Peserta didik adalah mahkluk Allah yang memiliki perbedaan individual
(diferensiasi individual) baik yang disebabkan oleh faktor pembawaan
maupun lingkungan dimana ia berada.
5. Peserta didik merupakan resultan dari dua unsur utama yaitu jasmani dan
rohani
6. Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi (fitrah) yang dapat
dikembangkan dan berkembang secara dinamis.
Peserta didik sebagai individu manusia memiliki sejumlah kemampuan
(ability). Kemampauan ini, ada yang masih bersifat potensial atau kapasitas
(capacity) dan ada yang sudah merupakan kecakapan nyata (achievement).
Kapasitas seringkali dibedakan pula antara kapasitas umum (general capacity)
atau kecerdasan, intelegensi (intelligence), dan kapasitas khusus (special
capacities) yang sering juga disebut bakat (aptitude). 38Dewasa ini bakat ini
pun seringkali disebut intelegensi intelektual, matematis, emosional, spiritual,
dsb. Tiap peserta didik memiliki kapasitas dan kecakapan yang berbeda.
Seseorang mungkin memiliki potensi yang tinggi dalam matematika dan
fisika, sedang dalam bahasa dan ilmu sosial, tetapi rendah dalam seni dan
olahraga. Peserta didik lain sebaliknya, atau tinggi dalam semuanya, atau
bahkan rendah dalam semua bidang.
38 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007), hlm. 31
Selain dalam kemampuan, individu manusia juga memiliki keragaman
dalam karakteristik, baik karakteristik yang bersifat permanen maupun
temporer. Karakteristik permanen terutama berkenaan dengan aspek jasmani,
seperti tinggi dan besar badan, postur tubuh, warna kulit, rambut, mata,
kondisi dan kemampuan indera, dsb., tetapi bisa juga berkenaan dengan psikis,
seperti sifat-sifat sabar, gigih, pemberani, pemarah, tekun, dsb. Karakteristik
kontemporer kebanyakan berkenaan dengan aspek psikis terutama kondisi
afektif seperti: semangat, perasan senang, sedih, bahagia, gembira, dsb., tetapi
bisa juga dengan aspek fisik, karena mendapat pengaruh dari faktor-faktor
tertentu seperti : lelah, lapar, ngantuk, sakit, dan lain-lain.39
G. Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak
Istilah strategi pada mulanya digunakan dalam dunia strategi berasal
dari bahasa Yunani “strategi” yang berarti jenderal atau panglima. Sehingga
strategi diartikan sebagai ilmu kejenderalan atau ilmu kepanglimaan, strategi
dalam penegrtian kemiliteran ini berarti cara penggunaan seluruh kekuatan
militer untuk mencapai tujuan perang. Pengertian strategi tersebut kemudian
diterapkan dalam dunia pendidikan. Menurut Ensiklopedia pendidikan, strategi
ialah : The Art Of Bringing To The Battle Field In Favourable Position. Dalam
pengertian ini strategi adalah suatu seni, yaitu seni membawa pasukan kedalam
posisi yang paling menguntungkan.40
Dalam perkembangan selanjutnya strategi tidak lagi hanya seni, tetapi
sudah merupakan ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari dengan demikian,
istilah strategi yang diterapkan dalam dunia pendidikan, khususnya dalam
KBM adalah suatu seni dan ilmu untuk membawakan pengajaran di kelas
sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah diterapkan dapat dicapai secara
efektif dan efisien.41
Jika strategi ini dimasukkan dalam dunia pendidikan secara makna
dalam secara global, strategi merupakan kebijakan, yang mendasar dalam
39 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan. hlm.31 40 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:PT Grasindo, 2002), hlm.4 41 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, hlm.4
pengembangan pendidikan sehingga tercapai tujuan pendidikan secara lebih
terarah, lebih efektif dan efisien. Jika dilihat secara mikro dalam strata
operasional khususnya dalam proses belajar mengajar maka pengertiannya
adalah “langkah-langkah tindakan yang mendasar dan berperan besar dalam
proses belajar mengajar untuk mencapai sasaran pendidikan.
Dengan demikian maka empat unsur strategi dasar itu operasionalisasi
dalam proses belajar mengajarnya (PBM) adalah memperhatikan pengertian
belajar mengajar itu sendiri lebih dahulu.
Strategi belajar mengajar akidah akhlak yang dikelompokkan
berdasarkan komponen yang mendapat tekanan dalam program pengajaran.
1. Strategi belajar mengajar yang berpusat pada guru
2. Strategi belajar mengajar yang berpusat pada peserta didik
3. Strategi belajar mengajar yang berpusat pada materi pelajaran.42
Dilihat dari kegiatan pengolahan pesan atau materi, maka strategi
belajar mengajar dapat dibedakan menjadi:
1. Strategi belajar mengajar ekspositori dimana guru mengolah secara tuntas
pesan materi sebelum disampaikan, dikelas sehingga peserta didik tinggal
menerima saja
2. Strategi belajar mengajar heuristik/kurirstik, dimana peserta didik mengolah
sendiri pesan/materi dengan pengarahan dari guru.43
3. Strategi belajar mengajar dari cara pengolahan / memproses pesan atau
materi:
4. Strategi belajar mengajar deduksi, yaitu pesan diolah mulai dari umum
menuju kepada yang khusus dan hal-hal yang abstrak kepada hal-hal yang
konkret dan konsep-konsep yang abstrak kepada contoh-contoh yang
konkret.
42 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, hlm. 11 43 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, hlm. 11
5. Strategi belajar mengajar induksi, yaitu pengolahan pesan yang dimulai dari
hal-hal yang khusus menuju ke hal-hal yang umum, dari peristiwa yang
besifat individu ke generalisasi, dan pengalaman empiris yang individual
menuju kepada konsep umum.44
Untuk menyelesaikan persoalan pokok dalam memilih strategi belajar
mengajar diperlukan suatu pendekatan tertentu. Pendekatan itu merupakan titik
tolak atau sudut pandang kita dalam memandang seluruh masalah yang ada
dalam program belajar mengajar sudut pandang tertentu itu menggambarkan
cara berfikir dan sikap seorang guru dalam menyelesaikan persoalan yang ia
hadapi. Seorang guru yang profesional tidak hanya berfikir tentang apa yang
akan diajarkan dan bagaimana diajarkan tetapi juga tetang siapa yang
menerima pelajaran.45
Masing-masing guru memberi tekanan yang berbeda terhadap
komponen-komponen pengajaran itu. Pemberian tekanan pada aspek terntu
pada strategi belajar mengajar itu sangat tergantung dari persepsi guru tentang
esensi mengajar ada yang berpendapat mengajar itu adalah penyampaian
informasi kepada peserta didik. Dengan demikian maka tekanan pada strategi
belajar. Mengajar terletak pada guru itu sendiri, guru berlaku sebagai sumber
informasi merupakan posisi yang sangat dominan.
Pendekatan lain bertolak dari pendapat bahwa belajar mengajar adalah
usaha untuk menguasai informasi. Dalam hubungan ini, strategi belajar
memusatkan pada materi pelajaran. Pendekatan seperti ini menghasilkan apa
yang disebut dengan material centre strategis, strategi belajar mengajar yang
berpusat pada materi.46
Pendekatan lain seperangkat dari pengertian mengajar sebagai usaha
untuk menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar
mengajar dalam arti ini adalah usaha menciptakan suasana belajar bagi siswa
44 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, hlm. 12 45 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, hlm. 4 46 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar d, hlm 5
secara optimal. Yang menjadi pusat perhatian dalam PBM ialah siswa.
Pendekatan menghasilkan strategi yang disebut student center strategis.
Strategi belajar mengajar yang berpusat pada peserta didik.47
Ada beberapa pendapat mengenai pendekatan mengajar. Richard
Auderson mengajukan dua pendekatan, yakni pedekatan yang berorientasi
kepada gurru atau disebut Teacher Centered dan pendekatan yang berorientasi
keapda siswa atau disebut Student Centered. Pendekatan pertama disebut pula
tipe stokratis dan pendekatan kedua disebut tipe demokratis pendapat lainnya
dikemukan oleh massiulas yang mengajukan dua pendekatan, yakni
epndekatan ekspositeri dan pendekatan inquiry. Bruce Joyce sebagaimana
dikutip oleh W Gulo mengemukkan 4 kategori yaitu :
1. Pendekatan Ekspositeri Atau Model Informasi Pendekatan ini bertolak dari pandangan, bahwa tingkah laku kelas
dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru/pengajar. 2. Pendekatan Inquiry/Discovery
Pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
3. Pendekatan Interkasi Sosial Pendekatan ini menekankan terbentuknya hubungan antara
individu/siswi yang satu dengan siswa lainnya sehingga dalam konteks yang lebih luas terjadi hubungan sosial individu dengan masyarakat.
4. Pendekatan Tingkah Laku (Behavioral Models) Pendekatan ini menekankan kepada teori tingkah laku, sehingga
aplikasi dari teori behaviorisme.48 H. Media Pembelajaran Akidah Akhlak
Media pembelajaran yaitu suatu media (gedung, alat atau
perlengkapan belajar mengajar, metode atau teknik yang dapat menunjang
kelancaran pelaksanaan program pendidikan dan pengajaran di sekolah.49
Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan
menuju tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan
47 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, hlm. 6 48 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 1989), hlm. 153-156 49 Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat,
(Jakarta : Gema Insani Press, 1995), halaman 136.
bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan
belajar anak didik dalam tenggang waktu tang cukup lama. Itu berarti kegiatan
belajar anak didik dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil
belajar yang lebih baik dari pada tanpa bantuan media. 50
Keberadaannya tidak dapat diabaikan begitu saja dalam proses
pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar. Hal ini dikarenakan
tanpa adanya media pembelajaran, pelaksanaan pendidikan tidak akan berjalan
dengan baik, termasuk dalam proses pembelajaran akidah akhlak diantaranya:
1. Alat-alat pengajaran klasikal, yakni alat-alat pengajar yang yang
dipergunakan oleh guru bersama-sama dengan murid, seperti papan tulis,
meja kursi, kapur tulis, buletin, gambar, peta, globe, grafik, poster, dan
lain-lain.
2. Alat-alat pengajaran individual, yakni alat-alat pelajaran yang dimiliki
masing-masing oleh guru dan murid, seperti alat-alat tulis, buku pelajaran
untuk murid, buku-buku pegangan, buku persiapan guru, dan lain-lain.
3. Alat peraga, yakni alat-alat pengajaran yang berfungsi atau memperjelas
ataupun memberikan gambaran yang kongkrit tentang hal-hal yang
diajarkannya, seperti dramatisasi, bermain peranan, sosiodrma, sandiwara
boneka, dan sebagainya.
4. Alat-alat pendidikan modern, adanya perkembangan teknologi modern
maka timbullah alat-alat modern yang dapat dipergunakan dalam bidang
pendidikan. Alat-alat modern tersebut antara lain :
5. Visual Aids, yakni alat-alat pendidikan yang dapat diserap melalui indera
penglihatan, seperti gambar-gambar yang diproyeksikan, .
6. Audio Aids, yakni alat-alat pendidikan yang diserap melalui indera
pendengaran, seperti radio, tape recorder, dan lain-lain
7. Audio Visual, yakni alat-alat pendidikan yg dapat diserap dengan
penglihatan dan pendengaran seperti televisi, film, slide dan lain-lain.51
50 Saiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta; Rieneka
Cipta, 2006), hlm. 122 51 Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama Dilengkapi dengan Modul dan
Permainan Simulasi, (Surabaya : Usaha Nasional, 1983), halaman 51-53.
Berbagai macam media tersebut, tentunya memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing dan setiap media tidak dapat digunakan dalam
kondisi dan keadaan yang sama. Misalnya : guru sedang menerangkan materi
tentang perilaku terpuji tentu media yang cocok adalah media audio visual
yang berupa film yang bercerita tentang kesabaran selain media tersebut tidak
memungkinkan untuk memakai media lain Oleh karena itu guru harus
membantu menyelaraskan antara media yang digunakan dengan materi yang
disampaikan.
Dalam memilih media pembelajaran akidah akhlak perlu
dipertimbangkan
1. Ekonomis, bukan berarti murah, tetapi kemanfaatannya dalam jangka
panjang terhitung murah.
2. Praktis dan sederhana tidak memerlukan pelayanan serta pengadaan
sampingan yang sulit.
3. Mudah diperoleh dalam arti sumber belajar itu dekat tidak perlu diadakan,
dibeli di toko dan pabrik.
4. Bersifat fleksibel dalam arti dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan
intruksional dan tidak dipengaruhi faktor luar.
5. Komponen-komponen sesuai dengan tujuan. 52
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih media terutama
adalam pembelajaran akidah akhlak antara lain:
1. Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran
yang telah ditentukan. Tujuan pembelajaran merupakan komponen
terpenting dalam KBM. Guru mampu menilai apakah media ini cocok atau
tidak dengan pembelajaran yang ingin dicapai. Sebagai contoh: Guru
mengajar siswa mampu mengenal rukun iman. Maka media yang
sebaiknya dipilih oleh guru adalah media yang mampu menyampaikan
materi tersebut dengan tepat, yaitu dapat nyanyian (alat audio visual).
52 Nana Sudjana, et. al., Pedoman Guru Menyusun Bahan Pelajaran, (Jakarta: Grasindo,
1991), hlm. 4.
2. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam
memilih media materi yang bersifat prinsip ataupun konsep sangat
memerlukan media agar lebih mudah dipahami oleh siswa. Sesuai atau
tidak antara materi dengan media yang digunakan akan berdampak pada
hasil pembelajaran siswa.
3. Kondisi audien (siswa) dari segi subyek belajar menjadi perhatian yang
serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai kondisi anak. Kondisi
siswa meliputi usia, intelegensi, latar belakang pendidikan, budaya dan
lingkungan dimana siswa tinggal.
4. Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru untuk
mendesain sendiri. Seringkali satu media dianggap tepat untuk digunakan
di kelas akan tetapi di sekolah tersebut tidak tersedia, sedangkan untuk
mendesain atau merancang media yang diinginkan, tidak mungkin
dilakukan oleh guru.
5. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan
disampaikan kepada siswa secara efektif dan efisien.
6. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang
dengan hasil yang akan dicapai, pemanfaatan media yang sederhana
memungkinkan lebih menguntungkan dari pada menggunakan media yang
sederhana mungkin lebih menguntungkan dari pada menggunakan media
yang canggih bilamana hasil yang dicapai tidak sebanding dengan dana
yang dikeluarkan. 53
I. Sarana dan Prasarana Pembelajaran Akidah Akhlak
Sarana pembelajaran sering diartikan oleh sebagian orang dengan istilah
alat pembelajaran dan bahkan sumber pembelajaran. Sarana pembelajaran
ialah suatu tindakan, perbuatan, situasi atau benda yang dengan sengaja
diadakan untuk mencapai suatu tujuan di dalam pendidikan. Sarana
pembelajaran bukanlah suatu resep yang sewaktu-waktu dapat digunakan
secara tepat guna atau mantap, tapi sarana pembelajaran merupakan suatu yang
53 Usman M. Basyiruddin dan Asnawir, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), hlm. 15
harus dipilih sesuai dengan tujuan pendidikan atau pembelajaran. Jelasnya,
kongkret saja, tetapi juga berupa nasehat, tuntunan juga bimbingan. 54
Sarana pendidikan tidak terbatas pada benda-benda yang bersifat
kongkret saja, tetapi juga berupa nasehat, tuntunan juga bimbingan. Banyak
yang bisa dipergunakan sebagai sarana pembelajaran sehingga membantu
tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien, seperti buku tulis,
tempat ibadah (masjid atau mushalla), tempat wudlu yang memadai, miniatur
ka’bah, dan lain-lain. Lembaga-lembaga keagamaan, seperti yayasan, bazis,
rumah sakit, bisa dijadikan sumber belajar dalam pembelajaran agama. Yang
penting pula adalah perpustakaan Madrasah yang menyediakan berbagai buku,
novel, lagu yang islami yang membangkitkan semangat keislaman bisa
dijadikan media dan sarana pembelajaran. Memanfaatkan lingkungan sosial
sebagai media pembelajaran adalah urgen. Urgensi ini sedikitnya
membangkitkan gairah siswa untuk belajar mencontoh bagaimana lingkungan
sosial yang baik itu terbentuk.55
Merencanakan sarana pembelajaran akidah akhlak dilakukan sebagai
berikut:
1. Alat Pelajaran
a. Merenacanakan kebutuhan buku, alat praktik, bahan praktik, dan alat
laboratorium berdasarkan kurikulum yang berlaku dengan
memperhatikan jumlah siswa.
b. Mendiskusikan jenis alat yang harus dibeli mana yang dapat
dikembangkan sendiri.
c. Mendasarkan pengadaan alat pelajaran pada prioritas.
d. Mencatat fasilitas perpustakaan dengan cermat dan tertib.
e. Menentukan penanggung jawab laboratorium dan perpustakaan
2. Alat Peraga
54 Depag RI, Membiasakan Tradisi Agama, Arah Baru Pengembangan Pendidikan
Agama Islam pada Madrasah Umum, Jakarta, Dirjen KAI, 2004. hlm. 57. 55 Depag RI, Membiasakan Tradisi Agama, Arah Baru Pengembangan Pendidikan
Agama Islam pada Madrasah Umum, Jakarta, Dirjen KAI, 2004. hlm. 57.
Menyusun kebutuhan alat peraga menurut jenisnya dengan
memperhatikan jumlah siswa.
Pengadaan perlengkapan pembelajaran akidah akhlak di Madrasah
biasanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan perkembangan
Madrasah, menggantikan barang-barang yang rusak, hilang, dihapuskan dan
sebab-sebab lain yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengadaan perlengkapan
pendidikan di Madrasah sebaiknya direncanakan dengan hati-hati.
Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan dapat diklasifkasikan sebagai
suatu proses memikirkan dan menetapkan program pengadaan fasilitas
Madrasah, baik yang berbentuk sarana maupun prasarana pendidikan di masa
yang akan datang.56
J. Problematika dalam Pembelajaran Akidah Akhlak
Secara umum problematika pembelajaran akidah akhlak di Madrasah
Ibtidaiyah antara lain:
1. Problematika pada guru
Setiap guru seharusnya dapat mengajar di depan kelas. Bahkan
mengajar itu dapat dilakukan pula pada sekelompok siswa di luar kelas
atau di mana saja.57 Namun kenyataannya tidak semua guru dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik. Padahal seorang guru memiliki
tanggung jawab bukan hanya mengajar namun masih banyak yang harus
dilakukannya.
Dalam buku belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya58
mengemukakan tanggung jawab guru cukup banyak yaitu meliputi hal-hal
berikut ini:
a. Memberi bantuan kepada siswa dengan menceritakan sesuatu yang
baik, yang dapat menjamin kehidupannya.
56 Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Madrasah, Teori dan Aplikasinya, Jakarta,
Bumi Aksara, 2004, hlm. 40. 57 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), hlm. 31 58 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, hlm. 33
b. Memberikan jawaban langsung pada pertanyaan yang diminta oleh
siswa.
c. Memberikan kesempatan untuk berpendapat.
d. Memberikan evaluasi.
e. Memberikan kesempatan menghubungkan dengan pengalamannya
sendiri.
Hal di atas merupakan sebagian kecil dari tanggung jawab guru.
Disamping tanggung jawab yang lain yang cukup penting. Tanggungjawab
yang sangat penting itu adalah menyampaikan materi dengan baik kepada
siswa serta bagaimana mendidik siswa agar memiliki ahklak yang mulia.
Guru diharapkan tidak hanya mampu mengajar saja namun
kemampuan yang lain seperti yang telah disebutkan di atas juga harus
dikuasai. Karena guru di tuntut agar dapat menjadi seorang organisator
yaitu orang yang mengorganisasikan sesuatu. Orang yang dapat
mengorganisasikan segala sesuatu dengan baik maka dia akan dapat
mengendalikanya.
Organisator yang baik memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri
tersebut antara lain:
a. Bukan penguasa yang tak terbatas, ia tidak membuat keputusan sendiri.
Dalam mengambil keputusan didasarkan pada musyawarah yang
pelaksanaannya secara demokratis. Dalam hal ini berarti guru tidak
mengambil keputusan sendiri. Guru melakukan musyawaroh dengan
anak didiknya dalam menentukan sesuatu.
b. Seseorang organisator yang baik tidak memiliki tingkah laku yang
sama dengan anggota yang lain. Ia memiliki kekuasaan yang khusus
dan peraturan yang khusus pula. Dalam hal ini berarti guru tidak
bertingkah laku sama dengan murid. Guru memiliki kelebihan dan ada
hal khusus yang harus dimilikinya.
c. Membantu anggota kelompok atau group itu untuk menemukan,
merumuskan dan menjelaskan tujuan dari apa yang dipelajari. Dalam
hal ini berarti guru membantu siswa dalam menentukan dan
mengetahui tujuan dari apa yang dipelajari.
d. Mewakilkan dan membagi tanggung jawab seluas mungkin. Dalam hal
ini guru berperan secara adil dalam memberikan tanggung jawab
kepada para siswanya.
e. Harus berani dan berinisiatif yang berguna. Organisator yang baik
memandang group dengan kerjanya sebagai potensi yang membangun.
Guru dituntut untuk berinisiatif yang baru dan berguna bagi semuanya.
Potensi yang ada pada anak didik harus dilihat secara positif dan
bermanfaat untuk membangun menuju hal yang lebih baik.
f. Selalu membangun kekuatan, jangan menekankan pada kelemahanya.
Dia memiliki pendapat yang konstan bahwa setiap orang mampu
menyelesaikan pekerjaan, mampu menyumbangkan pikiran, walaupun
kadang-kadang berbeda dari yang diharapkan. Dalam hal ini guru
selalu dituntut bahwa siswanya adalah orang yang mampu untuk
menyelesaikan sebuah permasalahan. Selalu berpikir positif terhadap
kemampuan siswa.
g. Memelihara kritik pada dirinya yang mengevaluasi diri sendiri di
dalam kelompok. Sebagai seorang pemimpin, direktur dan juga
pembimbing dia harus kerap kali mengambil dirinya untuk lahir di
dalam kelompok, dimana mereka memiliki keberhasilan maupun
kejatuhan. Guru harus siap menerima kritik dengan kondisi yang
bagaimanapun.
h. Memelihara pengawasan atau kontrol, karena tanpa pengawasan
kelompok tidak dapat berfungsi dengan baik. Guru selalu menjaga
kontrol dan pengawasan terhadap anak didiknya. Dengan adanya
kontrol ini sangat berpengaruh untuk melihat atau memantau sejauh
mana perkembangan seseorang.59
59 Mangun Budiyanto, Pendidikan Al qur'an.(Yogyakarta: Team Tadarus AMM , l990),
hlm. 8
Apabila guru memiliki ciri-ciri tersebut diatas maka dia akan
menjadi seorang organisator yang baik, terutama dalam tugas mengajar.
Guru tersebut dapat mengorganisasikan belajar yang dilakukan oleh siswa.
Dengan hal seperti itu maka pembelajaran akan berjalan dengan baik.
Pekerjaan mengajar bukanlah hal yang ringan. Seorang guru
harus berhadapan dengan sekelompok orang, mereka merupakan
sekelompok makhluk hidup yang memerlukan bimbingan dan pembinaan
menuju pada kedewasaan.
Mengingat tugas yang begitu berat, maka guru dituntut untuk
memiliki prinsip-prinsip mengajar yang harus dilakukan seefektif mungkin
agar guru tidak asal mengajar. Ada beberapa pendapat mengenai prinsip-
prinsip mengajar. Namun di sini akan disampaikan pendapat yang
mengatakan bahwa mengajar memiliki 10 prinsip.60 Kesepuluh prinsip
tersebut adalah:
a. Perhatian
Guru dituntut dapat menarik perhatian dari siswanya. Apabila
siswa telah dapat memperhatikan dengan baik maka pelajaran akan
lebih mudah masuk dan diterimanya. Biasanya siswa akan lebih
perhatian pada hal yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
b. Aktivitas
Guru dituntut agar siswa dapat melakukan aktivitas tertentu.
Aktivitas tersebut diharapkan akan mendapatkan sesuatu yang
bermanfaat. Apabila siswa dapat mengambil sesuatu dari aktivitasnya
sendiri maka sesuatu itu akan lebih mudah diingat karena berasal dari
penemuanya sendiri.
c. Apersepsi
Guru diharapkan mampu menghubungkan apa yang akan ia
sampaikan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Sehingga
apa yang disampaikan sesuai dengan kemampuannya dan siswa merasa
tidak begitu berat menerima pelajaran tersebut. Siswa akan dapat
60 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, hlm. 35
menghubungkan antara pelajaran yang dipelajari dengan kemampuan
yang dimilikinya.
d. Peragaan
Dalam menyampaikan materi hendaknya guru dapat
menunjukkan secara langsung benda yang diterangkan kepada murid.
Tentunya hal ini terkait dengan benda atau hal-hal yang bersifat
kongkrit. Dengan peragaan seperti ini anak akan lebih mudah
mengingat dibandingkan hanya dengan kata-kata atau tulisan. Alat
yang dapat digunakan juga sangat bervariasi bisa dengan model,
gambar, benda tiruan, radio, tape, televise, VCD, dll.
e. Repetisi
Repetisi memiliki makna mengulang-ulang. Sehingga dalam
hal ini guru diharapkan mengulang-ulang apa yang disampaikan.
Dengan cara seperti ini akan menjaga ingatan siswa yang terkadang
melupakan hal yang telah dipelajarinya. Pengulangan dapat dilakukan
dalam waktu-waktu tertentu atau pada saat sebelum melanjutkan
materi berikutnya.
f. Korelasi
Dalam menyampaikan pelajaran guru dituntut untuk dapat
memberikan hubungan dengan pelajaran yang lain. Dengan hal ini
akan memberikan pemahaman kepada siswa bahwa ilmu pengetahuan
saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Ilmu saling
melengkapi dan saling menunjang.
g. Konsentrasi
Guru dituntut agar dapat mengkondisikan siswanya agar dapat
konsentrasi dalam belajar. Dengan cara seperti itu siswa akan fokus
dan perhatian penuh dengan apa yang sedang dipelajarinya.
Konsentrasi sangatlah penting dalam proses belajar mengajar. Karena
pembelajaran bukan hanya kerja fisik tapi juga psikis.
h. Sosialisasi
Sosialisasi sangat penting dalam kehidupan. Siswa diarahkan
agar dapat bergaul dengan teman yang lain. Baik di dalam kelas
maupun di luar kelas. Guru juga dapat mempola pembelajaran agar
menjadi media bagi anak untuk bersosialisasi. Misalnya dengan
membentuk kelompok belajar, diskusi kelompok, dan lain sebagainya.
i. Individualisasi
Guru diharapkan memahami karakteristik dari masing-masing
siswa. Karena setiap siswa merupakan individu yang berbeda dengan
yang lain. Dengan mengetahui karakteristik dari masing-masing siswa
maka guru dapat melakukan pendekatan yang berbeda. Guru juga
dapat mengetahui perkembangan siswa secara pribadi-pribadi. Hal ini
untuk menentukan langkah ke depan yang akan ditentukan.
j. Evaluasi
Semua kegiatan belajar mengajar perlu dievaluasi. Evaluasi
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam
menangkap materi yang disampaikan. Evaluasi sangat penting baik
bagi guru maupun bagi murid itu sendiri. Dengan hasil evaluasi dapat
menambah semangat belajar siswa juga dapat menambah Performa
guru dalam mengajar sekaligus mengetahui kelemahan dan
kekurangan dalam menyampaikan materi.
Sepuluh hal di atas merupakan prinsip-prinsip mengajar yang
hendaknya dapat dikuasai oleh guru. Apabila guru dapat melaksanakan
semua hal di atas dengan baik maka proses belajar mengajar dapat berjalan
dengan maksimal.
2. Problematika pada sistem pengelolaan dan metode pengajaran.
Problematika yang dihadapi berikutnya adalah yang berkaitan
dengan sistem pengelolaan dan metode pengajaran. System pengelolaan
yang diterapkan oleh sebuah lembaga pendidikan terkadang mendatangkan
problematika tersendiri. Sistem pengelolaan terhadap sebuah lembaga atau
yang penulis katakan dengan management merupakan hal yang tidak kalah
pentingnya.
Bagaimana pemimpin lembaga tersebut mengelola lembaganya
merupakan salah satu hal yang juga akan ikut mempengaruhi terhadap
perjalanan pendidikan. Pemimpin lembaga seharusnya dapat memanajemen
dengan baik semua komponen yang ada agar dapat menjadi satu kesatuan
yang utuh. Mengusahakan keserasian antara kegiatan tiap orang dan tiap
pihak demi mencapai sasaran dan tujuan bersama atau yang disebut dengan
koordinasi merupakan inti manajemen.61
Dengan adanya manajemen yang baik dari seorang pemimpin maka
diharapkan perjalanan pendidikan pada lembaga tersebut dapat berjalan
dengan baik dan sesuai dengan apa yang diinginkan. Dengan seperti itu
maka problematika yang berkaitan dengan manajemen akan dapat di
minimalisir.
Selain problematika yang berkaitan dengan pengelolaan juga ada
problematika yang berkaitan dengan metode pengajaran. Terkadang metode
yang diterapkan oleh guru tidak cocok bagi siswa dan siswa tidak dapat
menangkap pelajaran dengan baik. Masih amat banyak guru yang belum
memahami metode yang bagaimana yang harus ia terapkan dalam
menyampaikan suatu materi.
Sebelum menerapkan metode yang akan diterapkan seharusnya
guru memahami tugas pokoknya. Dengan mengetahui tugas pokoknya
maka guru akan memiliki tanggung jawab yang besar dan berusaha
melaksanakan tugasnya dengan baik. Dalam buku Wawasan Tugas Tenaga
Guru dan Pembina Pendidikan Agama Islam Drs. Hadirja Paraba
menyampaikan tugas pokok guru.62 antara lain:
a. Mengajar
b. Mendidik
61 J Riberu, Dasar-Dasar Kepemimpinan. (Jakarta: Dep. Agama RI, Pedoman Ilmu Jaya,
1989), hlm. 62 62 Hadirja Paraba, Wawasan Tenaga Guru dan Pembina Pendidikan Agama Islam, Dep.
Agama RI. (Jakarta: Friska Agung Insani, 2000), hlm. 14
c. Melatih
d. Menilai atau mengevaluasi
Dengan mengetahui tugas pokok seperti di atas tentunya guru akan
berpikir apa yang harus dilakukan sebagai pelaksanaan tugas pokoknya.
Dengan seperti itu guru telah berusaha mencari cara atau jalan yang akan
ditempuhnya. Seperti dalam hal mengajar tentunya guru akan berpikir
bagaimana cara mengajarnya, apa yang akan diajarkanya, alat apa yang
akan digunakan, dan lain sebagainya.
Dalam hal mengajar tentunya diinginkan hal yang efektif. Dan
mengajar yang efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar siswa
yang efektif pula.63 Dalam hal mengajar yang efektif ini Drs. Slameto
dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya juga
menyampaikan syarat-syarat bagi mengajar yang efektif. Beliau
menyampaikan untuk melaksanakan mengajar yang efektif diperlukan
syarat-syarat sebagai berikut:
a. Belajar secara aktif baik mental maupun fisik.
b. Guru harus mempergunakan banyak metode pada waktu mengajar.
c. Motivasi, guru hendaknya memberikan motivasi yang tepat bagi anak.
Dengan motivasi tersebut anak akan belajar lebih giat dan rajin serta
bersemangat.
d. Kurikulum yang baik dan seimbang.
e. Guru perlu mempertimbangkan perbedaan individual.
f. Selalu membuat perencanaan sebelum mengajar.
g. Sugesti yang kuat akan merangsang siswa untuk rajin belajar.
h. Guru memiliki keberanian menghadapi siswa-siswanya.
i. Guru dapat menciptakan suasana yang demokratis di sekolah.
j. Dalam penyampaian materi guru perlu memberikan permasalahan yang
merangsang anak untuk berfikir.
k. Pelajaran yang diberikan pada siswa perlu diintegrasikan.
63 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, hlm. 92
l. Pelajaran di sekolah dihubungkan dengan kehidupan nyata di
masyarakat.
m. Guru memberikan kebebasan pada siswa untuk dapat menyelidiki
sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri, memecahkan masalah
sendiri.
n. Pengajaran remedial untuk mengulangi apa yang pernah disampaikan.
Dengan berbagai macam hal diatas, apabila dapat diterapkan
dengan baik maka proses pengajaran akan berjalan dengan baik dan efektif.
Guru juga dapat menentukan metode pengajaran yang sesuai dengan mata
pelajaran yang disampaikanya.
3. Problematika pada anak didik
Problematika yang selanjutnya adalah problematika yang dihadapi
oleh anak didik atau siswa. Siswa juga mengalami banyak problem dalam
belajarnya. Ada hal-hal yang dapat mempengaruhi belajar siswa, yang
secara umum ada dua faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor intern dan
ekstern64 hal itu juga sama persis dengan apa yang disampaikan oleh Drs.
Slameto65. Problematika yang ada pada siswa juga berkaitan dengan faktor
yang ada baik intern maupun ekstern.
4. Problematika Manajemen
Dalam bidang manajemen selama ini tampak bahwa sebagian
Madrasah Ibtidaiyah belum dikelola secara memadai untuk mengadakan
perbaikan atau upaya dan profesionalisme umumnya masih sangat rendah.
Semua itu tentu akan sangat mempengaruhi proses pembelajaran di dalam
kelas. Di kalangan pengelola Madrasah Diniyah sendiri, penerapan
prinsip-prinsip manajemen modern nampaknya masih merupakan barang
mewah.66
64 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. (Jakarta : Rineka Cipta, 2004),
hlm. 78 65Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, hlm. 54 66 A. Malik Fadjar, Madrasah dan Tantangan Modernitas, (Bandung : Mizan, 1998), hlm.
41
5. Problematika Metode
Metode sebagai salah satu sarana penting dalam proses pendidikan,
di lembaga pendidikan Islam sering kita jumpai pendekatan metodologi
pendidik masih terpaku pada orientasi tradisionalistis sehingga tidak
mampu menarik minat dari peserta didik. Metode yang digunakan
biasanya hanya menitikberatkan pada kemampuan verbalistik.67
6. Problematika Sarana dan Fasilitas
Pembelajaran akidah akhlak sebagaimana pendidikan lainnya juga
membutuhkan sarana dan fasilitas yang membawa peserta didik untuk
lebih memahami materi.
Sarana yang bersifat fisik seperti fasilitas peribadatan dan buku-
buku bacaan yang bernilai moral–religius, alat-alat peraga pendidikan
agama dan yang memotivasi perilaku susila atau sopan santun sosial dan
nasional, disamping mendorong terciptanya kemampuan kreatif dalam
berilmu pengetahuan, dan lain sebagainya. Perlu disediakan. Akan tetapi,
dalam sarana tersebut belum memadai, karena sumber dana yang terbatas
maka kelengkapan sarana dan fasilitaspun terbatas pula.
Di lingkungan sekolah pendidikan pada umumnya dan pembelajaran
akidah akhlak pada kenyataannya dipraktekkan sebagai pengajaran yang sifatnya
verbalistik. Pendidikan yang terjadi di sekolah formal adalah dikte, diktat,
hafalan, tanya jawab, dan sejenisnya yang ujung-ujungnya hafalan anak di tagih
melalui evaluasi tes tertulis. Kalau kenyataannya seperti itu berarti anak didik
baru mampu menjadi penerima informasi belum menunjukkan bukti telah
menghayati nilai-nilai Islam yang diajarkan. Pendidikan akhlak seharusnya
bukan sekedar untuk menghafal, namun merupakan upaya atau proses, dalam
mendidik murid untuk memahami, mengetahui sekaligus menghayati dan
mengamalkan nilai-nilai Islam dengan cara membiasakan anak mempraktekkan
ajaran Islam dalam kesehariannya. Ajaran Islam sejatinya untuk diamalkan bukan
sekedar di hafal, bahkan lebih dari itu mestinya sampai pada kepekaan akan
67 Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993), hlm. 122.., hlm.
99
amaliah Islam itu sendiri sehingga mereka mampu berbuat baik dan menghindari
berbuat jahat.68
Dalam situasi dan kondisi lingkungan masyarakat, keluarga, sekolah
sebagaimana dipaparkan sebelumnya, tentu akan sangat rentan bagi tumbuhnya
perilaku agresif dan menyimpang di kalangan siswa. Hampir setiap hari kita dapat
saksikan dalam realitas sosial banyak perilaku menyimpang yang dilakukan oleh
siswa, seperti menurunnya moral dan tata krama sosial dalam praktik kehidupan
sekolah, maupun masyarakat, yang pada dasarnya tidak sesuai dengan nilai-nilai
agama dan budaya lokal yang dianut masyarakat setempat.
Melihat fenomena tersebut masih banyak problem yang harus di
selesaikan meliputi metode dan pendekatan untuk menyampaikan esensi dan
klasifikasi ajaran Islam yang harus diutamakan. Ajaran Islam harus
mencerminkan perilaku keseharian dan kepribadian sekaligus spiritualisme dalam
hubungan antara manusia dan khalik-Nya.
68 A. Qodri A. Azizy, Pendidikan (Agama) untuk Membangun Etika Sosial, (Semarang :
Aneka Ilmu, 2003), Cet. II, hlm. 64-65
BAB III
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MI
SURODADI I SAWANGAN MAGELANG
A. Gambaran Umum MI Surodadi I Sawangan Magelang
1. Keadaan Historis MI Surodadi I Sawangan Magelang
Masyarakat Surodadi dan sekitarnya pada umumnya penganut
agama Islam yang kuat. Mereka mencita-citakan generasi muda mereka
merupakan generasi yang kuat dibidang ilmu pengetahuan umum dan
agamanya. Oleh karena itu apabila anak mereka telah tamat sekolah dasar.
Bisanya dilanjutkan ke Pondok Pesantren, ada yang ke Tegalrejo, Gontoir,
dan sebagainya sesuai dengan selera mereka. Dengan demikian mereka
harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk dapat mewujudkan
gagasan tersebut diatas. Sedangkan dengan kemajuan zaman mereka mulai
berfikir bagaimana cara mewujudkan cita-cita tersebut dengan efisien
dalam waktu tidak terlalu lama.
Untuk itu muncul sebuah gagasan untuk mendirikan sebuah
lembaga pendidikan yang mampu mencakup pendidikan umum dan aspek
agama. Beberapa tokoh masyarakat Surodadi dengan diam-diam dan
sambil lalu (sesuai dengan kondisi saat itu)mengemukakan gagasan
tersebut pada teman sejawat mereka. Akhirnya dengan disponsori oleh
Bapak Muhammad Siraj Kromoharjo Bp. Sutejo dan Bp. Prawirosutrisno
diadakan rapat pembentukan pengurus pendirian sekolah dengan
mengundang beberapa tokoh masyarakat dari lain dukuhan.
Masyarakat Dukuh Surodadi Sawangan Magelang mendukung
keberadaan madrasah, hal ini terbukti setiap tahunnya masyarakat
berbondong-bondong untuk menit9pkan putra-putrinya untuk belajar di
MI Surodadi 1. Pada awal berdirinya madrasah seperti sekolah-sekolah
lain, yaitu belum memiliki gedung sendiri dan proses pembelajaran
menumpang di rumah penduduk yang peduli akan pendidikan. MI
Surodadi I berdiri pada tahun 1957, dan tahun 1962 sudah mampu
mendirikan gedung berukuran 24 m lebar 6 m dengan sumber daya gotong
royong masyarakat sekitar.
MIM Surodadi Sawangan Magelang dalam melaksanakan kinerja
pembelajaran memiliki visi dan misi yang ingin dicapai. Sebagai visinya
yaitu: wujudnya MIM Surodadi I Sawangan Magelang sebagai sekolah
dasar yang bercirikan Islam yang handal sebagai basis pendidikan lebih
lanjut. Kemudian misi MIM Surodadi I Sawangan Magelang adalah:
a. Mewujudkan kultur madrasah sebagai kultur mendidik yang islami dan
berwawasan kedepan
b. Memberikan didikan kepribadian yang utuh menurut tuntunan agama
Islam berbudi luhur bangsa
c. Mengembangkan kemampuan dasar dan akademik yang memadai
sebagai bekal kelanjutan belajar pada pendidikan menengah dan tinggi.
d. Mengembangkan ketrampilan dasar yang memadai sebagai bekal
penyesuaian hidup bermasyarakat dan pengembangan kemampuan
keahlian
e. Membentuk manusia muslim yang berakhlak mulia, cakap, terampil,
percaya pada diri sendiri berguna bagi masyarakat dan negara.
Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, MIM Surodadi I
Sawangan Magelang telah mampu melaksanakan tugas yang diikuti oleh
sumber daya manusia yang profesional. Pengadaan guru sudah sesuai
dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki, sehingga di dalam proses
pembelajaran guru mampu melaksanakan secara maksimal.
MIM Surodadi I Sawangan Magelang telah banyak meluluskan
siswa yang saat ini tahun 2010 sudah banyak berhasil atau mendapatkan
pekerjaan yang layak, ada yang menjadi polisi, guru, dokter, bidan dan
lain sebagainya. Merupakan kebanggan tersendiri bagi madrasah, karena
setiap tahun selalu meluluskan siswa 100%.
Keberadaan MIM Surodadi I Sawangan Magelang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga kerjasama yang baik diantara
madrasah dengan masyarakat di dalam meningkatkan proses pembelajaran
merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan mutu madrasah
yang lebih baik. 69
2. Struktur Organisasi MIM Surodadi I Sawangan Magelang
Suatu lembaga pendidikan supaya proses pembelajaran dapat
berjalan secara maksimal, minimal harus memiliki struktur organisasi
yang satu sama lain saling keterkaitan. Struktur MIM Surodadi I
Sawangan Magelang dapat disampaikan berikut ini:
Struktur MIM Surodadi I Sawangan Magelang
Dari struktur organisasi tersebut diatas nampak sekali adanya
kerjasama yang baik diantara personal MIM Surodadi I Sawangan
Magelang di dalam melaksanakan tugas. Sehingga kerjasama yang baik
diantara beberapa komponen tersebut merupakan salah satu jalan yang
ditempuh untuk melaksanakan program pembelajaran yang dimulai dari
kepala madrasah sampai murid.70
69 Wawancara dengan kepala sekolah Ibu Rina Lestari, A.Ma, Pada Tanggal 7 April 2011 70 Wawancara dengan kepala sekolah Ibu Rina Lestari, A.Ma, Pada Tanggal 7 April 2011
Bendahara Kepala Madrasah
Komite
Perpustakaan Tata Usaha
Gr. KELAS Guru. Fak Gr. Pembina
M U R I D
3. Sarana dan Prasarana
a. Gedung dan fasilitas yang ada
1) 7 lokal ruang belajar (kelas)
2) 1 lokal kantor guru
3) 1 lokal perpustakaan
4) Dapur
b. Administrasi sekolah
a. Administrasi guru
1) Buku induk guru
2) Buku daftar hadir guru
3) Buku paket
4) Buku kumpulan ijin guru
5) Buku kurikulum dan GBPP
6) Buku agenda mengajar
7) Buku RP, program semester, program tahunan
b. Administrasi Murid
1) Buku daftar murid
2) Buku induk murid
3) Buku mutasi murid
4) Buku induk ujian
5) Buku daftar hadir
6) Buku legger
7) Buku raport
8) Buku kumpulan nilai semester, ujian
c. Administrasi perkantoran
1) Buku tamu umum dan khusus
2) Buku agenda masuk dan keluar
3) Buku ekspedisi surat menyurat
4) Papan jadwal pelajaran, statistik siswa
5) Papan keadaan guru
6) Papan kaldik
d. Alat-alat penunjang KBM
1) Globe
2) Peta dunia/indonesia
3) Alat olahraga
4) Alat peraga IPA
5) Alat matematika sederhana
6) Komputer
Dilihat dari saran prasarana tersebut fasilitas, sudah dapat
dipastikan, bahwa kegiatan pembelajaran di MI Surodadi I Sawangan
Magelang dilaksanakan secara maksimal yang didukung dengan sarana
dan prasarana pembelajaran yang telah disediakan.71
B. Pelaksanaan Pembelajaran Akidah Akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan
Magelang Secara Umum
Ada beberapa hal yang terkait dengan proses pembelajaran akidah
akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang.
1. Tujuan pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang
Sistem pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan
Magelang sudah menggunakan kuriklulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP). Proses pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan
Magelang mempunyai komponen pembelajaran antara lain tujuan, yaitu
yang memberikan ke arah mana pembelajaran aqidah akhlak berjalan.
Materi yaitu materi apa yang harus disampaikan kepada peserta didik.
Metode yaitu bagaimana cara menyampaikan materi yang telah diberikan
kepada peserta didik. Sedangkan media yang dimaksud yaitu media apa
saja yang digunakan pada materi yang akan disampaikan.
Adapun tujuan umum yang ingin dicapai dalam pembelajaran
akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang yaitu untuk
terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT,
berbudi pekerti yang luhur (berakhlak mulia), memiliki pengetahuan
71 Dokumentasi MI Surodadi I Sawangan Magelang yang dikutip Pada Tanggal 7 April
2011
tentang ajaran pokok ajaran agama Islam dan mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari, serta memiliki pengetahuan yang luas dan
mendalam tentang Islam sehingga memadai baik untuk kehidupan pribadi
atau bermasyarakat maupun untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi.72
2. Materi Pembelajaran Akidah Akhlak
Muatan materi pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1
Sawangan Magelang diberlakukan materi-materi dalam akidah akhlak
masih tetap didalamnya termuat inti pokok dari ajaran Islam yang memuat
akidah (masalah keimanan) dan akhlak baik akhlak terhadap Allah, akhlak
terhadap sesama manusia, atau akhlak terhadap lingkungan.73
3. Interaksi guru dan siswa
Interaksi yang dilakukan dalam pembelajaran aqidah akhlak
dengan menggunakan dilakukan dua arah yaitu antara guru dan peserta
didik saling menghargai dan menghormati dalam proses belajar mengajar,
guru memberikan pertanyaan kepada siswa agar siswa aktif menjawab.
4. Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak
Strategi yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran
Akidah Akhlak dilakukan dengan mengelompokkan siswa yaitu diantara
siswa melakukan pembelajaran tutor sebaya, siswa mempunyai
kemampuan lebih mejdi tutor bagi siswa yang kurang tahu.74
5. Pendekatan dan Prinsip
Dalam kegiatan pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1
Sawangan Magelang beberapa pendekatan, diantaranya:
a. Pendekatan Rasional, yaitu suatu pendekatan dalam proses
pembelajaran yang lebih menekankan kepada aspek penalaran.
Pendekatan ini dapat berbentuk proses berfikir induktif yang dimulai
72 Wawancara dengan guru akidah akhlak Ibu Sunarsih, S.Pd.I, Pada Tanggal 11 April
2011 73 Wawancara dengan guru akidah akhlak Ibu Sunarsih, S.Pd.I, Pada Tanggal 11 April
2011 74 Wawancara dengan guru akidah akhlak Ibu Sunarsih, S.Pd.I, Pada Tanggal 11 April
2011
dengan memperkenalkan fakta-fakta, konsep, informasi atau contoh-
contoh dan kemudian ditarik suatu generalisasi (kesimpulan) yang
bersifat menyeluruh (umum) atau proses berfikir deduktif yang dimulai
dari kesimpulan umum dan kemudian dijelaskan secara rinci melalui
contoh-contoh dan bagian-bagiannya.
b. Pendekatan emosional, yakni upaya menggugah perasaan (emosi)
peserta didik dalam menghayati yang sesuai dengan ajaran agama dan
budaya bangsa.
c. Pendekatan pengalaman, yakni guru memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil
pengalaman ibadah.
d. Pendekatan pembiasaan, yakni guru memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan ajaran Islam.
e. Pendekatan fungsional, yakni guru dalam menyajikan materi pokok
dari segi manfaatnya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
f. Pendekatan keteladanan, yaitu guru memberi contoh yang baik dalam
bergaul dan berperilaku.75
Sementara itu dalam kegiatan pembelajaran akidah akhlak guru
menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Berpusat pada peserta didik
Bahwa setiap peserta didik itu memiliki perbedaan minat
(interest), kemampuan (ability), kesenangan (prefence), pengalaman
(experience) dan cara belajar (learning style). Kegiatan pembelajaran
perlu menempatkan mereka sebagai subyek belajar dan mendorong
mereka untuk mengembangkan segenap bakat dan potensinya secara
optimal.
b. Belajar dengan melakukan
Peserta didik melakukan aktifitas karena itu guru memberi
kesempatan kepada peserta didik diberi kegiatan nyata yang
75 Wawancara dengan guru akidah akhlak Ibu Sunarsih, S.Pd.I, Pada Tanggal 11 April
2011
melibatkan dirinya. Untuk mencari dan menemukan sendiri, sehingga
akan menjadi kegembiraan sendiri dan peserta didik memperoleh harga
diri sesuai dengan hasil karyanya.
c. Perpaduan kompetensi, kerjasama dan solidaritas
Bahwa setiap peserta didik diharapkan berkompetensi, bekerja sama
dan mengembangkan solidaritasnya untuk mengembangkan
kompetensi yang sehat pada proses pembelajaran berlangsung.76
6. Metode Pembelajaran Akidah Akhlak
Pelaksanaan pembelajaran akidah akhlak antara lain dengan
menggunakan metode-metode yang sudah ada yang perlu dikembangkan
dan disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Diantaranya metode-
metode yang digunakan dalam pembelajaran antara lain:77
1) Metode ceramah
Berdasarkan observasi dan wawancara guru metode ini biasanya
digunakan guru pada awal pelajaran. Metode ini bisa dikatakan sebagai
prolog dari awal proses pembelajaran.
2) Metode Tanya jawab
Ini dilakukan agar peserta didik terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga proses pembelajaran tidak bersifat satu arah,
melainkan ada feed back dengan peserta didik.
3) Metode Demonstrasi
Metode ini merupakan metode interaksi edukatif yang sangat
efektif dalam membantu murid untuk mengetahui proses pelaksanaan
sesuatu, apa unsur yang terkandung di dalamnya, dan cara mana yang
paling tepat dan sesuai, melalui pengamatan induktif.
4) Metode diskusi
Metode diskusi merupakan metode yang diterapkan oleh semua
guru, sebagai upaya untuk mengembangkan pola pikir siswa
76Observasi dan Wawancara dengan Ibu Sunarsih, S.Pd.I pada tanggal 18 April 2011 77 Observasi pada tanggal 15 Desember 2007
7. Media Pembelajaran Akidah Akhlak
Selain itu media pembelajaran yang digunakan sesuai materi yang
diajarkan. Kreatifitas guru dalam menggunakan media sangat berpengaruh
dalam keberhasilan pembelajaran. memfasilitasi semua sumber belajar
sesuai kemampuan, baik sumber belajar yang skala besar misal gedung,
laboratorium, perpustakaan, sarana ibadah, buku-buku, alat peraga dan
sebagainya. Selain itu guru akidah akhlak juga dituntut oleh sekolah untuk
menciptakan media sendiri yang dapat memperlancar kegiatan
pembelajaran akidah akhlak
Dalam pelaksanaan pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1
Sawangan Magelang menggunakan tiga bentuk yaitu:
a. Bentuk kegiatan intrakurikuler
Kegiatan intrakurikuler ini yaitu proses pembelajaran yang diadakan
di ruang kelas, artinya guru menyampaikan secara langsung materi
pembelajaran di ruang kelas pada jam pelajaran. Adapun alokasi waktu
pada setiap tatap muka adalah satu jam pelajaran.
b. Bentuk kegiatan kookurikuler
Adapun kegiatan pembelajaran dalam bentuk kokurikuler ini
diadakan secara tidak langsung bertatap muka di dalam ruang kelas seperti
pada kegiatan intra kurikuler.
Dalam kegiatan kokurikuler ini guru hanya memberikan tugas
kepada peserta didik untuk dikerjakan di rumah baik dalam bentuk tugas
kelompok maupun tugas secara individu. Guru hanya memberikan petunjuk
secara umum tentang bagaimana cara yang harus ditempuh untuk
mengerjakan tugas tersebut.
Tugas-tugas tersebut dapat berbentuk mengikuti kegiatan
keagamaan dan membuat laporan tentang kegiatan keagamaan tersebut
seperti kegiatan pernikahan dan lain-lain.
Program kokurikuler ini bertujuan untuk mendidik para peserta
didik untuk dapat belajar mandiri, dapat mengatur waktu dan dapat
bertanggung jawab.
c. Bentuk kegiatan ekstrakulikuler
Pada kegiatan ini, MI Surodadi 1 Sawangan Magelang
melaksanakan program pendidikan agama guru tidak terlibat secara
langsung tetapi hanya sebagai pengarah dan pembimbing pasif dan
seharusnya peserta didiklah yang harus aktif melaksanakan bentuk kegiatan
yang ada.
Pada dasarnya pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler ini
merupakan bentuk manifestasi dari kegiatan intra kurikuler yang terbatas
pada dataran teori saja. Dalam kegiatan ekstra ini teori yang diperoleh dari
kegiatan intra kurikuler diwujudkan dan dipraktekkan dalam berbagai
macam kegiatan social keagamaan secara nyata dalam masyarakat, seperti
pelaksanaan penyelenggaraan peringatan hari besar Islam, pengumpulan
zakat fitrah bakti social, dan lain-lain.
Kegiatan ekstra kurikuler ini bertujuan agar peserta didik dapat
bertambah wawasan social keagamaannya dan mendidik para peserta didik
agar terlatih dalam bersosialisasi, berinteraksi, dengan lingkungan sekitar
dimanapun nantinya dia berdominasi. Dengan demikian ketika peserta
didik tersebut benar-bear terjun kemasyarakat akan mampu dengan cepat
beradaptasi dan menjadi orang yang sosialis, agamis, dan tidak menjadi
individu yang egois, apatis dan skeptis.78
8. Pelaksanaan pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan
Magelang
a. Perencanaan pengajaran akidah akhlak
Di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang perencanaan
pembelajaran akidah akhlak kepada anak dalam rencana pengajarannya
secara tertulis telah dilakukan sebelum kegiatan belajar mengajar
dilakukan, termasuk didalammya juga pengajaran akidah ini.
Pembuatan rencana pembelajaran merupakan keharusan bagi setiap
guru. Perencanaan ini secara tertulis telah disusun oleh guru
pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang
78 Observasi dan Wawancara dengan Ibu Sunarsih, S.Pd.I pada tanggal 18 April 2011
antara lain perencanaan program tahunan, program semesteran,
program satuan pelajaran, program rencana harian.
Dalam pembuatan RPP guru lebih banyak mengandalkan
kemampuan dalam menguasai kelas di banding membuat catatan
tertulis dalam proses pelaksanaannya.
Untuk program tahunan dan program semesteran disusun pada
awal tahun pelajaran oleh guru bidang studi akidah. Sedangkan
program satuan pelajaran yang ada disusun oleh guru pengajaran
aqidah. Guru bidang studi akidah juga dituntut untuk membuat rencana
harian pada waktu guru akan melaksanakan tugas mengajar.
b. Pelaksanaan pengajaran
Dari hasil observasi kelas yang dilakukan di MI Surodadi 1
Sawangan Magelang adalah sebagai berikut:
Pada saat observasi kelas dilakukan, materi yang sedang
diajarkan adalah: al-asma' al-husna, dengan kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
1) Pendahuluan.
a) Guru membuka pelajaran dengan salam.
b) Guru mengulangi materi yang disampaikan minggu lalu.
2) Kegiatan inti.
a) Guru membacakan pokok-pokok materi pelajaran serta
menyampaikan tujuan mempelajarinya yaitu tentang al-asma'
al-husna
b) Guru memberi tugas kepada siswa untuk mencatat hal-hal baru
yang disampaikan oleh guru, yang belum tertulis didalam buku
pegangan siswa.
c) Guru menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan
metode ceramah, diselingi dengan cerita, dan dengan beberapa
kali memberikan pertanyaan kepada siswa tentang materi yang
diajarkan guna memperjelas dan memperdalam materi
pelajaran.
3) Penutup.
a) Guru mengadakan post tes dengan memberikan pertanyaan
secara lisan.
b) Guru menutup pelajaran dengan salam.79
C. Problematika Pembelajaran Akidah Akhlak di MI Surod adi 1 Sawangan
Magelang
1. Problematika Pelaksanaan pembelajaran Akidah akhlak
Dalam menyampaikan materi pelajaran dapat selesai sesuai dengan
waktu yang ditentukan, tetapi ada beberapa problem yang timbul:
1) Untuk menyampaikan materi pengajaran aqidah kepada anak, guru
harus dapat menjelaskan sejelas mungkin.
2) Input siswa yang bervariasi menjadi masalah bagi guru dalam
memberikan penjelasan agar dapat diterima siswa secara menyeluruh.
3) Ketersediaan waktu dalam penyampaian materi pelajaran pengajaran
aqidah yang kecil, yaitu 2 jam dalam satu minggu. Sehingga materi
pelajaran yang disampaikan hanya mengejar target, imbasnya
pemahaman akidah akhlak pada siswa terhambat.
Melihat pelaksanaan kegiatan pengajaran tersebut diatas tampak
bahwa metode pengajaran yang digunakan adalah ceramah, cerita, tanya
jawab dan kadang-kadang diskusi.80
Problem yang timbul dalam penerapan metode mengajar adalah:
a. Metode ceramah.
Diantara siswa ada yang tidak begitu menanggapi dan tidak
begitu memperhatikan materi yang disampaikan, karena kemampuan
siswa yang bervariasi. Sehingga perlu bagi guru untuk benar-benar
memperhatikan kondisi siswa.
b. Tanya jawab.
79 Observasi pada tanggal 18 April 2011 80 Wawancara dengan Ibu Sunarsih, S.Pd.I pada tanggal 18 April 2011
Dalam kegiatan belajar mengajar, metode tanya jawab kurang
mendapat respon siswa, sehingga guru perlu memotivasi siswa untuk
aktif bertanya.
c. Evaluasi Belajar
Untuk mengevaluasi belajar mata pelajaran akidah akhlak di
MI Surodadi 1 Sawangan Magelang dilakukan melalui penilaian harian
dan penugasan. Penilaian harian/formatif dilakukan pada akhir satu
pokok bahasan. Adapun tekniknya adalah:
1) Tes tertulis dalam bentuk essay, yang berupa jawaban singkat dan
jawaban isian.
2) Tes lisan dalam bentuk tanya jawab.
Sedangkan penilaian penugasan dilaksanakan dengan cara
memberi tugas atau PR (Pekerjaan Rumah) untuk diselesaikan di luar
jam sekolah.81
2. Problematika pada Guru
a. Problematika yang Berhubungan dengan Penguasaan Materi.
Penguasaan dan pengembangan materi dapat menjadi
penghambat keberhasilan proses belajar mengajar. Guru semestinya
mengupayakan jalan keluar agar guru lebih professional dalam
mengajar. Permasalahan ini bisa disebabkan terbatasnya jam
mengajar, terlalu banyaknya materi yang harus diajarkan oleh guru,
kurangnya buku-buku penunjang dan sarana yang sangat terbatas juga
kemampuan siswa yang berbeda-beda. Adapun pengembangan materi
meliputi:
1) Aspek ranah kognitif meliputi pengetahuan tentang kaifiah atau
pengertian-pengertian dalam ketauhidan meliputi iman kepada
Allah, iman kepada malaikat Allah, iman kepada kitab Allah, iman
kepada rasul dan nabi Allah, iman kepada hari akhir dan iman
kepada segala kepastian atau ketentuan Allah.
81 Observasi dan Wawancara dengan Ibu Sunarsih, S.Pd.I pada tanggal 18 April 2011
2) Aspek ranah afektif meliputi sikap dan penghormatan akan nilai-
nilai (norma) yang berlaku di masyarakat. Adapun hasil belajar
afektif dapat dilihat dari:
a. Perhatian terhadap mata pelajaran akidah akhlak
b. Kedisiplinan dalam mengikuti mata pelajaran akidah akhlak.
c. Apresiasi yang diperlihatkan oleh siswa.
3) Aspek ranah kognitif yaitu keterampilan (skill) dalam menerima
pelajaran serta kemampuan berinteraksi dengan lingkungan di
rumah, di sekolah dan di masyarakat.82
b. Problematika yang Berhubungan dengan Pengelolaan Kelas dan
Metode Mengajar.
Dalam pengelolaan kelas jumlah murid bukanlah suatu
masalah. Yang menjadi masalah adalah memilih atau penggunaan
metode mengajar yang tepat. Pemilihan dan penggunaan metode yang
tepat sangat di penting sebab berkait dengan motivasi dan latar
belakang siswa yang kurang mendukung atau lemah dalam motivasi
belajar.
Sumber-sumber belajar siswa juga sangat terbatas karena siswa
hanya memiliki satu buku pegangan. Dalam penerapan metode
hanyalah menggunakan metode yang bisa diterapkan dalam kelas,
seperti metode ceramah, Tanya jawab, dan resitasi sehingga siswa
menjadi bosan sedangkan metode drill dan diskusi jarang
dipergunakan.83
c. Problematika yang Berhubungan dengan Evaluasi.
Evaluasi yang sering dilakukan adalah penilaian hasil belajar.
Evaluasi ini biasanya dilakukan disetiap akahir pembahasan satu
pokok pembahasan. Selain itu evaluasi juga dilakukan lewat ulangan
harian terskruktur (UHT / mid) dan semesteran. Sedangkan evaluasi
ranah afektif dan psikomotorik jarang dilakukan karena keterbatasan
82 Observasi dan Wawancara dengan Ibu Sunarsih, S.Pd.I pada tanggal 18 April 2011 83 Observasi dan Wawancara dengan Ibu Sunarsih, S.Pd.I pada tanggal 18 April 2011
waktu serta fasilitas yang ada. Evaluasi yang dilakukanpun sering kali
hanya berdasarkan lembar kerja siswa (LKS) yang diterbitkan oleh
penerbit sehingga aspek life skill (keterampilan hidup) kurang
tersentuh secara optimal.84
3. Problematika pada Materi Pelajaran
Akidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran inti, yang
semua Madrasah Ibtidaiyah menjadikan pelajaran tersebut sebagai satu
bidang studi yang wajib diajarkan kepada semua siswanya. Problematika
pembelajaran yang berkaitan dengan materi dari akidah akhlak itu sendiri
antara lain:
a. Materi pelajaran sangat banyak sehingga membingungkan.
Berdasarkan hasil wawancana peneliti dengan guru akidah
akhlak, alokasi jam pelajaran akidah akhlak per minggu ada 2 jam
yang setiap jam pelajaran terdiri dari 35 menit. Alokasi jam pelajaran
akidah akhlak tersebut terlalu sedikit apabila dibandingkan dengan
jumlah materi pelajaran yang ada dan input siswa yang lebih dari 50 %
tidak mengaji di pesantren atau madrasah Diniyah sehingga
pengetahuan keagamaan kurang. 85
b. Buku sebagai sumber materi sulit didapatkan.
Upaya peningkatan mutu pembelajaran akidah akhlak agar
cepat menyesuaikan diri dengan perkembangan dan tuntutan global di
berbagai aspek kehidupan yang berkembang ialah dengan
menumbuhkan siswa yang gemar membaca buku aqidah akhlak
sementara budaya baca akan berkembang apabila sumber bacaan
aqidah akhlak yang tersedia dan dibutuhkan siswa di perpustakaan
lengkap.
Akan tetapi karena keterbatasan yang dimiliki perpustakaan
dalam menyediakan buku-buku aqidah akhlak, maka proses belajar
84 Observasi dan Wawancara dengan Ibu Sunarsih, S.Pd.I pada tanggal 18 April 2011 85 Wawancara dengan Ibu Sunarsih, S.Pd.I pada tanggal 18 April 2011
mengajar agak terhambat dan solusinya siswa memfoto copy sumber
bacaan yang mereka butuhkan atau mencatat dirumah.
c. Materi aqidah akhlak sangat banyak hafalannya sehingga
membosankan dan memberatkan.
4. Problematika hasil Belajar Akidah Akhlak
Hasil belajar siswa pada pembelajaran akidah akhlak di MI
Surodadi 1 Sawangan Magelang pada tahun ajaran masih dibawah standar
dengan KKM 70. Berikut nilai akidah akhlak siswa:
Kelas I No Nama Nilai
1 Sodiq 65 2 Risma 65 3 Anisa 70 4 Lintang 60 5 Naswa 65 6 Yaga 60 7 Meiva 65 8 Aziz 70 9 Bagas 75
10 Iqbal 80 11 Devita 90 12 Feni 60 13 Adi 60 14 Laela 65 15 Lutfi 70 16 Lintan 60 17 Farah 60 18 Ardita 60 19 Arninda 60 20 Feni 65 21 Aksa Wulan 60 22 Ika Bela 70 Dari nilai di atas ketuntasan siswa hanya 7 siswa atau 31,8 % ini
menunjukkan hasil belajar siswa rendah
Kelas II No Nama nilai
1 Nurita 60
2 Dodik Y 67 3 Dimas A 60 4 Aditya S 70 5 Ahmad N.F 75 6 Arif S.R 60 7 Assyfa R 70 8 Faris Yogi R 80 9 Fahrul M 90
10 M. Ilham Hamami 80 11 Ikhwan Arrifanto 60 12 Lisa Nur K 70 13 Niken Dwi R 60 14 Pangestu N.F 65 15 Rahil K. Z 70 16 Wahana A 68 17 Zulia M 65 Dari nilai di atas ketuntasan siswa hanya 8 siswa atau 47,1 % ini
menunjukkan hasil belajar siswa rendah.
Kelas III No Nama Nilai
1 Bagus S Himawan 70 2 Beny Hartanto 65 3 Daroji Aziz 67 4 Esti 66 5 Febri Setiawan 70 6 Fera E 60 7 Feri Fadhli 90 8 Fira A.R. 90 9 Khanif R 65
10 Latifah 65 11 Luluk Mubarokah 65 12 M. Rizki 65 13 M. S. Najib 70 14 M. Syaefudin 70 15 N Putri 70 16 Nurul Setyani 50 17 Rinda M 60 18 Rudiyanto Z 65 19 Yudha Lesmana 65
Kelas IV No Nama Nilai
1 Agus S.U 65 2 Anas M 70 3 Anjas S.B 80 4 Annida 65 5 Annisa 70 6 Asleh Z.A 80 7 Desma 90 8 Devia 65 9 Eva 70
10 Fadila 65 11 Fajar 70 12 Fika 65 13 Hevilfa 70 14 Ikhsan A.L 60 15 Khoiril 65 16 Khusni 65 17 M. Abdal 65 18 Mia 65 19 Mitho A.U 70 20 Norma 80
Dari nilai di atas ketuntasan siswa hanya 10 siswa atau 50 % ini
menunjukkan hasil belajar siswa rendah
Kelas V No Nama Nilai
1 M. Supriyadi 70 2 A. Mustofa 80 3 Wahyu P 75 4 Ferdyanto 65 5 Tri Widya 60 6 Indra P.A 90 7 Anindita D 85 8 Beny 75 9 Farid 65
10 Qonita M.Z 60 11 Rahim L 65 12 Rizqiani A.K 60
13 Silmi S 60 14 Silvia 80 15 Like Rulhf 70
Dari nilai di atas ketuntasan siswa hanya 10 siswa atau 53,3 % ini
menunjukkan hasil belajar siswa rendah.
Kelas VI No Nama Nilai
1 Agustya Kurni 80 2 Eka Afriyanto 65 3 Hela Dhera 78 4 Ambar 60 5 Sita Arliana 70 6 Bariq 80 7 Ilham 67 8 Vera 70 9 Putri 70
10 Adit 70 11 Itsna 60 12 Rofida 80 13 Riki 65 14 M Raviali 65 15 Laela Hidayatus 70 16 Deni 80
Dari nilai di atas ketuntasan siswa hanya 10 siswa atau 62,5 % ini
menunjukkan hasil belajar siswa masih cukup.
5. Problematika pada Siswa
Problematika yang berkaitan dengan siswa juga sangat kompleks.
Walaupun tidak berlaku bagi semua siswa, namun hal yang muncul yang
berupa problematika sekalipun secukupnya kecil tetap merupakan salah
satu problem. Hal tersebut sesuai dengan wawancara peneliti terhadap
guru akidah akhlak, bahwa problematika yang berkaitan dengan siswa
dapat diklasifikasikan secara umum sebagai berikut:
a. Siswa kurang bersemangat dalam mempelajari pelajaran aqidah akhlak
b. Siswa tidak sungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran aqidah
akhlak
c. Kemampuan Siswa dalam memahami materi aqidah akhlak tidak
merata.
d. Siswa kesulitan dalam memahami dan mudah lupa dengan materi
aqidah akhlak
e. Datangnya anak mutasi dari sekolah lain, terutama dari SD biasanya
kemampuan agamanya sangat rendah.
f. Ada sebagian siswa yang mengantuk saat pelajaran aqidah akhlak
g. Jumlah siswa terlalu banyak, sehingga penyampaian guru tidak
maksimal.86
6. Problematika Sekolah
Problematika yang dihadapi oleh sekolah adalah problematika
yang sifatnya lebih luas dan menyeluruh dalam arti semua problematika
peserta didik dan juga problematika guru tentunya menjadi problematika
bagi sekolah tersebut.
Selain problematika yang muncul dari peserta didik dan guru maka
problematika yang dihadapi MI Surodadi 1 Sawangan Magelang antara
lain:
a. Kurangnya Lokal untuk pembelajaran
b. Kurangnya sarana dan prasarana untuk pembelajaran seperti minimnya
buku-buku pegangan dan penunjang.87
86 Observasi dan Wawancara dengan Ibu Sunarsih, S.Pd.I pada tanggal 18 April 2011 87 Wawancara dengan Ibu Sunarsih, S.Pd.I pada tanggal 18 April 2011
BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI
MI SURODADI I SAWANGAN MAGELANG A. Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Akidah Akhlak di MI Surodadi I
Sawangan Magelang
1. Analisis Materi Akidah Akhlak
Muatan materi pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1
Sawangan Magelang diberlakukan materi-materi dalam akidah akhlak
masih tetap didalamnya termuat inti pokok dari ajaran Islam yang memuat
akidah (masalah keimanan) dan akhlak baik akhlak terhadap Allah, akhlak
terhadap sesama manusia, atau akhlak terhadap lingkungan.
Perlu diingat bahwa dalam pembelajaran ini hendaknya
menggunakan pendekatan kontekstual sehingga akan membekali siswa
sebagai pembelajaran yang bermakna. Hal yang perlu dipertimbangkan
dalam penyusunan materi adalah kemanfaatan, alokasi waktu, kesesuaian,
ketetapan, situasi dan kondisi lingkungan masyarakat, kemampuan guru,
tingkat perkembangan peserta didik, fasilitas, keseimbangan aspek disiplin
dan fleksibilitas
2. Analisis Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak
Strategi pengelompokan yang dilakukan guru akidah akhlak MI
Surodadi 1 Sawangan Magelang dengan mengelompokkan siswa
merupakan langkah yang baik untuk mengembangkan kemampuan siswa
dalam pembelajaran, karena terjadi saling melengkapi diantara siswa,
namun pada realitasnya guru masih terfokus pada tanya jawab dan
ceramah pada praktekknya.
3. Analisis Pendekatan Akidah akhlak
Pendekatan yang dilakukan dalam pembelajaran akidah akhlak di
MI Surodadi 1 Sawangan Magelang banyak digunakan adalah pendekatan
CTL, karena dengan pendekatan CTL peserta didik diharapkan belajar
dengan mengalami langsung, bukan mendengar dan menghafal saja,
artinya siswa belajar dengan cara melibatkan diri secara langsung bukan
hanya sekedar mengetahui, ketika peserta didik belajar PAI diharapkan
mereka dapat memahami dan melaksanakan materi yang disampaikan
(dipraktekkan) dalam kehidupan sehari-hari sebagai contoh dalam bab
akhlakul karimah.
Namun pada prakteknya guru akidah akhlak di MI Surodadi 1
Sawangan Magelang masih menggunakan pendekatan klasik yang masih
menggunakan pendekatan yang menekankan keaktifan guru dari pada
keaktifan peserta didik.
4. Analisis Interaksi Guru dan Siswa
Interaksi yang dilakukan dalam pembelajaran aqidah akhlak dua
arah melalui tanya jawab yang dilakukan oleh guru akidah akhlak belum
mencerminkan pembelajaran yang berorientasi pada keaktifan peserta
didik.
Pembelajaran Aqidah Akhlak harus didasari dengan membentuk
keyakinan pada peserta didik akan proses pembelajaran yang mereka
lakukan dan membidik pentingnya kerja sama dalam sebuah tim mereka
sehingga mereka terbiasa dengan membutuhkan orang lain dalam setiap
proses pembelajaran, sehingga nantinya peserta didik siap dan
menyenangkan dalam melakukan pembelajaran, pemahaman dan
pengetahuan juga skill cepat diperoleh.
Interaksi antara guru dengan siswa pandangan peneliti sebuah
harus mengarah pada bentuk komunikasi proses pembelajaran partisipatif,
karena adanya keterlibatan, tanggung jawab dan umpan balik dari peserta
didik. Keterlibatan peserta didik merupakan syarat pertama dalam kegiatan
belajar di kelas. Untuk terjadinya keterlibatan itu peserta didik harus
memahami dan memiliki tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan
belajar. Keterlibatan peserta didik itupun harus memiliki arti penting
sebagai bagian dari dirinya dan perlu diarahkan secara baik oleh sumber
belajar.
Dalam pembelajaran partisipatif guru harus berperan sebagai
fasilitator dengan memberikan kemudahan belajar langkah-langkah di
atas.88
5. Analisis Metode Pembelajaran Akidah akhlak
Permasalahan yang sering kali dijumpai dalam pengajaran,
khususnya pengajaran agama Islam adalah bagaimana cara menyajikan
materi kepada siswa secara baik sehingga diperoleh hasil yang efektif dan
efisien. Fungsi metode pembelajaran tidak dapat diabaikan, karena metode
pembelajaran turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar
mengajar dan merupakan bagian yang integral dalam suatu sistem
pembelajaran.
Pada pelaksanaan pembelajaran metode yang dilakukan guru
Akidah akhlak dalam pembelajaran guru lebih banyak aktif dibandingkan
siswa dengan banyak ceramah dari pada diskusi atau memberikan .
Bentuk metode pembelajaran akidah akhlak perlu menggunakan
metode-metode yang sudah ada yang perlu dikembangkan dan disesuaikan
dengan materi yang diajarkan. Diantaranya metode-metode yang
digunakan dalam pembelajaran antara lain: metode ceramah, metode ini
digunakan dalam semua materi. Metode tanya jawab, metode ini
digunakan dalam semua materi. Metode demonstrasi dipergunakan untuk
meningkatkan keterampilan siswa dalam bidang kognitif. Metode diskusi
di gunakan untuk mengkaji pemahaman siswa terhadap materi lebih
mendalam.
Metode pembelajaran yang dilakukan tentunya harus mengarah
pada keaktifan peserta didik dari pada keaktifan siswa.
6. Analisis Media Pembelajaran Akidah Akhlak
MI Surodadi I Sawangan Magelang memfasilitasi semua sumber
belajar sesuai kemampuan, baik sumber belajar yang skala besar misalnya
gedung, laboratorium, perpustakaan, sarana ibadah, buku-buku, alat peraga
88E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajarann KBK, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 156-157
dan sebagainya. Selain itu guru akidah akhlak juga dituntut oleh sekolah
untuk menciptakan media sendiri yang dapat memperlancar kegiatan
pembelajaran akidah akhlak.
Dalam proses belajar mengajar, guru memiliki tugas untuk
mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk
mencapai tujuan. Agar guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat
segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas untuk membantu proses
perkembangan siswa. penyampaian materi pelajaran hanyalah sebagai
salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang
dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa, tetapi ia harus
mampu menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif sehingga
dapat merangsang siswa untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam
memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan, inilah yang harus
dilaksanakan di MI Surodadi I Sawangan Magelang terutama pada
pembelajaran akidah akhlak.
Seorang guru harus dapat menerapkan media apa yang paling tepat
dan sesuai untuk tujuan tertentu dan menyampaikan bahan tertentu.
Dengan adanya berbagai jenis media, sangat penting di ketahui oleh guru
dan tentu saja akan lebih baik jika guru memiliki kemampuan
menggunakan dan membuat suatu media yang dibutuhkan. Dan itulah
yang perlu dikembangkan guru akidah akhlak di MI Surodadi I Sawangan
Magelang.
7. Analisis Evaluasi Pembelajaran Akidah Akhlak
Setelah penyampaian materi diakhiri dengan evaluasi atau post test
yang berupa pengayaan dari proses belajar atau dalam bentuk praktik
sesuai materi kepada peserta didik dan memberikan penghargaan bagi
peserta didik yang berhasil.
Evaluasi atau penilaian hasil belajar akidah akhlak di MI Surodadi
I Sawangan Magelang menggunakan Penilaian Berbasis Kelas (PBK),
yang memuat ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam hal ini ada
bentuk penilaian yang digunakan: yaitu Penilaian Proses yang berupa
penilaian kognitif afektif dan psikomotorik. dan Penilaian Hasil ini berupa
Penilaian dilihat dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil
apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peseta didik
seluruhnya atau setidaknya sebagian besar.
Proses evaluasi yang dilakukan di MI Surodadi I Sawangan
Magelang belum mampu membuahkan hasil sedemikian rupa pada
pembentukan kepribadian anak didik khususnya pendidikan agama terlalu
menitik beratkan pada dimensi kognitif intelektual. Kurang menyentuh
aspek afektif dan psikomotorik serta wilayah trasendental.
8. Perencanaan pengajaran Akidah Akhlak
Pada tahap ini MI Surodadi I Sawangan Magelang mengalami
hambatan dalam mempersiapkan perencanaan pengajaran dan keadaan
atau kondisi kelas. Karena guru hanya menghandalkan pengalaman yang
dimilikinya dan kondisi kelas yang ada, tanpa mempertimbangkan
kejadian yang akan dialami dalam pengajaran. Hal ini belum sempurna
dalam mempersiapkan perencanaan mengajar. Sejauh yang kita ketahui
perencanaan kegiatan belajar mengajar adalah serangkaian tindakan yang
telah ditetapkan sebelum aktivitas belajar mengajar dilaksanakan untuk
merealisasikan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dengan perencanaan pengajaran yang matang dalam persiapannya. Maka
perencanaan itu harus dibuat dalam bentuk tulisan yang jelas, sehingga
dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya.
Kondisi kelas yang ada dalam kegiatan pembelajaran Akidah
Akhlak di MI Surodadi I Sawangan Magelang sangatlah belum dipandang
siap dan layak untuk dilaksanakan proses pembelajaran. Dengan kondisi
siswa yang masih mondar-mandir belum terkondisikan. Disinilah perlunya
dilaksanakan tahap pra instruksional salah satu jalanya dengan mengabsen
atau menertibkan siswa.
Pada dasarnya Pengajaran merupakan rangkaian peristiwa yang
direncanakan untuk disampaikan, untuk menggiatkan dan mendorong belajar
siswa yang merupakan proses merangkai situasi belajar yang terdiri dari ruang
kelas, siswa, guru dan materi kurikulum.89 Perencanaan merupakan bagian
yang penting dari langkah suatu pola pengajaran yang disebut penyiapan
lingkungan belajar untuk membantu menciptakan disiplin pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar yang benar dan memadai, suasana yang
menggairahkan dan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efesien dengan
maksud-maksud tertentu.90
Proses perencanaan pembelajaran aqidah akhlak yang dilakukan MI
Surodadi I Sawangan Magelang pada hakekatnya akan mempunyai beberapa
manfaat diantaranya:
a. Perencanaan pembelajaran adalah salah satu faktor penentu keberhasilan
dalam proses belajar mengajar.
b. Perencanaan pembelajaran yang baik dan matang, maka sudah barang
tentu perilaku belajar siswa akan berkembang dengan baik, artinya apabila
perencanaan dikemas dengan baik dan matang, maka siswa akan aktif.
c. Keberhasilan suatu proses belajar mengajar tidak dapat diraih secara
kebetulan namun semuanya tidak lepas dari proses perencanaan.
Adapun langkah-langkah penyusunan rencana pembelajaran yang bisa
dilakukan dalam pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi I Sawangan
Magelang meliputi:
a. Merumuskan dan menganalisis kurikulum menjadi silabus dan sistem
penilaian.
Sebagai langkah awal dalam penyusunan Rencana Pembelajaran
yang penting dianalisis adalah bagaimana mengembangkan keompetensi
yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan agar tidak lepas
dari Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar yang telah dituangkan dalam
Kurikulum sebagai standar Nasional, menjadi Silabus dan sistem penilaian
yang disesuaikan dengan kondisi sekolah.
89 B. Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997),
hlm. 9. 90 Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1996), hlm. 220.
b. Identitas mata pelajaran
Menyebutkan tentang jenis mata pelajaran, materi pokok,
kelas/semester, pertemuan minggu ke, serta alokasi waktu yang
dibutuhkan.
c. Standar kompetensi/ Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi adalah bagian dari kompetensi lulusan, yaitu
batas dan arah kemampuan yang harus dimiliki dan dapat dilakukan oleh
siswa setelah mengikuti proses pembelajaran suatu mata pelajaran tertentu.
Kata kerja operasional yang sering digunakan antara lain menafsirkan,
menganalisis, mengevaluasi, membandingkan, mendemontrasikan, dan
mendiskripsikan.
Kompetensi Dasar merupakan penjabaran Standar Kompetensi.
Setiap butir Standar Kompetensi dapat dijabarkan menjadi 3 sampai 6
butir kompetensi dasar. Cakupan kompetensi dasar lebih sempit
dibandingkan dengan standar kompetensi. Kata kerja operasional yang
digunakan antara lain, menghitung, mengidentifikasi, membedakan,
menafsirkan, menganalisis, menerapkan, dan merangkum.
d. Materi Pembelajaran
Dalam mengembangkan dan menetapkan materi perlu
memperhatikan hasil dari pengembangan silabus, pengalaman belajar yang
bagaimana yang akan ingin diciptakan dalam proses pembelajaran yang
didukung oleh uraian materi untuk mencapai kompetensi tersebut.
e. Sarana dan sumber pembelajaran
1) Sarana.
Yang dimaksud dengan sarana dalam pembahasan ini lebih
ditekankan pada sarana dalam artian media/alat peraga. Sarana
berfungsi memudahkan terjadinya proses pembelajaran sehingga
memudahkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh sebab
itu hendaknya dipilih sarana yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Menarik perhatian dan minat siswa
b) Meletakan dasar-dasar untuk memahami sesuatu hal secara
c) Kongkret dan sekaligus mencegah atau mengurangi verbalisme
d) Merangsang tumbuhnya pengertian dan atau usaha pengembangan
nilai-nilai
e) Berguna dan multifungsi
f) Sederhana, mudah digunakan dan dirawat, dapat dibuat sendiri
oleh guru atau diambil dari lingkungan sekitar.
2) Sumber belajar.
Sumber belajar yang utama bagi guru adalah sarana cetak
seperti : buku, brosur, majalah, poster, lembar informasi lepas, peta,
dan foto. Pembelajaran yang baik memerlukan sebanyak mungkin
sumber belajar untuk memperkaya pengalaman belajar siswa. Selain
menggunakan sumber belajar yang berupa sarana cetak seperti diatas,
lingkungan dapat digunakan sebagai sarana sumber belajar.
Lingkungan sebagai sumber belajar dapat dibedakan menjadi :
a) Lingkungan alam seperti bentang alam yang berupa gunung,
pegunungan, gunung berapi, plato, pantai, laut dalam, dan sungai.
b) Lingkungan sosial seperti keluarga, terminal, desa, kota, dan pasar.
c) Lingkungan budaya seperti candi, adat istiadat, dan monumen.
f. Penilaian dan tindak lanjut
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, serta menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa
yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga
menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian adalah :
1) Penilaian dapat dilakukan melalui tes dan nontes
2) Penilaian harus mencakup tiga aspek kemampuan yaitu pengetahuan,
keterampilan dan sikap
3) Menggunakan berbagai cara penilaian pada waktu proses pembelajaran
berlangsung, misalnya mendengarkan, observasi, mengajukan
pertanyaan, mengamati hasil kerja siswa, dan memberikan tes.
4) Pemilihan alat dan jenis penilaian berdasarkan tujuan pembelajaran
atau kompetensi yang ingin dicapai
5) Mengacu pada tujuan dan fungsi penilaian, misalnya memberikan
umpan balik, pemberian informasi pada siswa tentang tingkat
keberhasilan belajarnya, memberikan laporan kepada orang tua.
6) Alat penilaian harus mendorong kemampuan penalaran dan kreatifitas
siswa, misalnya tes tertulis uraian, tes kinerja, hasil karya siswa,
proyek, portofolio.
7) Mengacu pada prinsip diferensial, yakni memberikan peluang kepada
siswa untuk menunjukkan apa yang diketahui, difahami, dan mampu
dilakukan.
8) Tidak bersifat diskriminasi, yakni memberikan peluang yang adil
kepada semua siswa.
9. Pelaksanaan Pembelajaran Akidah Akhlak
Pada proses pelaksanaan pembelajaran guru akidah akhlak di MI
Surodadi I Sawangan Magelang masih belum terlihat proses pembelajaran
yang mengarah pada pembelajaran aktif karena proses pembelajaran
banyak didominasi ceramah dan kurang melakukan eksplorasi kemampuan
siswa, sarana yang dikembangkan dalam proses pembelajaran masih
bersifat hanya pemenuhan tugas mengajar seperti buku dan papan tulis,
pembelajaran tidak banyak mengembangkan media pembelajaran yang
berkembang belakangan ini seperti media audio visual dan media
lainnya.
Pada dasarnya Pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi I
Sawangan Magelang haruslah dipusatkan pada pemberdayaan siswa untuk
mencapai tingkatan pemahaman yang lebih tinggi. Pembelajaran yang
menekankan hafalan hendaknya dikurangi dan diganti dengan pendekatan
pembelajaran yang dapat mengembangkan tingkatan pemahamannya.
Oleh karena itu proses belajar terjadi mulai dari mengalami sendiri,
mengkonstruksi pengetahuan sendiri kemudian memberi makna pada
pengetahuan tersebut sesuai dengan kerangka berpikirnya.
Proses belajar terjadi secara alamiah di mana proses berpikirnya
adalah penemuan makna sesuatu atau hal baru (pengetahuan dan
ketrampilan) bersifat kontekstual, yakni ada kaitannya dengan lingkungan,
pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki siswa.
Pemaduan materi yang diajarkan dengan konteks kehidupan siswa
akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam, di mana
siswa memahami masalah dan cara penyelesaiannya. Melalui hubungan
dari dalam dengan luar kelas, suatu pendekatan kontekstual menjadi
pengalaman lebih relefan bagi siswa dalam membangun pengetahuan.
Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa, sehingga
pendekatan pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil.91
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah memberikan
kemudahan belajar pada siswa dengan menyediakan berbagai sarana dan
sumber belajar yang memadai. Guru tidak hanya menyampaikan materi
pembelajaran yang berupa hafalan, tetapi mengatur lingkungan dan
pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar.92
Agar kesadaran siswa terhadap lingkungan ini dapat lebih
ditingkatkan serta potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang secara
optimal, paradigma pembelajaran yang sedang berlangsung perlu
disempurnakan, khususnya terkait dengan cara sajian pelajaran dan
suasana pembelajaran. Paradigma “baru” ini dirumuskan sebagai siswa
aktif mengkonstruksi, guru membantu dengan sebuah kata kunci yakni
memahami pikiran anak untuk membantu anak belajar. Paradigma baru ini
dikenal dengan nama pendekatan kontekstual.93
Proses belajar dan mengajar yang ditunjukkan oleh perilaku- guru
dan siswa yang bernuansa CTL merupakan inti dari pembelajaran.
Perilaku guru seperti kejelasan mengajar, penggunaan strategi-metode-
91 Sambu, “Apa itu Pendekatan Kontekstual?”, http://smp.lpi-hidayatullah.com. Di akses
pada tanggal 17 April 2011. 92 E Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung:
Rosda Karya, 2004), cet. I, hlm. 137. 93 http://www.suaramerdeka.com/harian/0402/16/kha1. Di akses pada tanggal 17 April
2011.
teknik mengajar yang variatif, penggunaan media pengajaran yang
bervariasi mulai dari abstrak hingga konkrit, dari tiruan hingga asli,
pemanfaatan ide-ide siswa, antusiasme, jenis pertanyaan dan
pengembangan berpikir siswa perlu dikembangkan dari waktu ke waktu.
Perilaku siswa misalnya semangat belajar, keseriusan, perhatian, keaktifan
dan keingintahuan perlu didorong dari waktu ke waktu.
Guru hendaknya memperhatikan cara belajar yang dilakukan oleh
individu di samping bahan belajar dan kegiatan-kegiatan belajarnya.94
Dengan ini diharapkan adanya proses kegiatan belajar mengajar dapat
berjalan dengan menyenangkan tanpa menimbulkan rasa takut atau
mematikan minat siswa.
B. Analisis Solusi Terhadap Problematika Pembelajaran Akidah Akhlak di
MI Surodadi I Sawangan Magelang
1. Solusi terhadap Problematika Pelaksanaan Pembelajaran Akidah Akhlak
Proses pelaksanaan pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi I
Sawangan Magelang, Selama ini pembelajaran banyak dilakukan didalam
kelas. Namun demikian pelaksanaan pembelajaran akidah akhlak di MI
Surodadi I Sawangan Magelang masih ada beberapa problematika yang
harus dipecahkan bersama. Saat berlangsungnya pembelajaran mata
pelajaran akidah akhlak, suasana kelas sangat ramai dan gaduh. Respon
siswa terhadap guru tidak menunjukkan sikap yang positif.
Hal demikian bisa dijadikan sebagai salah satu indikasi yang
menunjukkan bahwa ada yang salah dalam pembelajaran akidah akhlak,
sehingga mereka berbuat seperti itu. Indikasi lain yang dapat dilihat
adalah saat berlangsungnya pembelajaran akidah akhlak, suasana kelas
sangat vakum dan hampa. Jika ramai maka dapat dipastikan
keramaiannya itu bukan karena siswa bertanya atau menjawab pertanyaan
akan tetapi mereka sedang bergurau. Kondisi seperti ini tentu menjadi
sebuah ironis bagi pembelajaran akidah akhlak dan mungkin juga untuk
mata pelajaran yang lain.
94 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumu Aksara, 2003),, hlm. 179.
Oleh karena itu proses pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi
I Sawangan Magelang diperlukan pembelajaran yang mengarah pada
peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehingga minat
siswa terhadap pembelajaran akidah akhlak menjadi tinggi. Menurut
Syafruddin Nurdin bahwa strategi belajar mengajar yang menekankan
keaktifan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar baik secara fisik,
mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil belajar yang
optimal, yakni:
a. Asimilasi (penyesuaian) dan akomodasi dalam pencapaian
pengetahuan.
b. Perbuatan serta pengalaman langsung dalam pembentukan
keterampilan.
c. Penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap
dan nilai.95
Secara umum prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam
meningkatkan keaktifan belajar siswa adalah:
a. Hal apapun yang dipelajari oleh murid, maka ia harus mempelajarinya
sendiri tidak ada seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar
tersebut untuknya.
b. Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatan sendiri dan setiap
kelompok umur terdapat variasi dalam kecepatan belajar).
c. Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah
memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti.
d. Apabila murid diberikan tanggungjawab untuk mempelajari sendiri,
maka ia lebih termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat
secara lebih baik.96
95 Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat
Press, Cet. III, 2005), hlm. 117 96 Mulyani Sumantri dan Johar Permana, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: C.V
Maulana, 2001), hlm. 101-102
2. Solusi terhadap Problematika pada Guru
a. Solusi terhadap Problematika yang Berhubungan dengan Penguasaan
Materi
Usaha uang dilakukan untuk mengatasi problem yang timbul
dalam penyampaian materi Akidah akhlak di MI Surodadi I Sawangan
Magelang antara lain:
1) Dalam penyampaian materi pembelajaran akidah akhlak, guru
lebih mengutamakan/memilih materi pelajaran yang penting atau
dengan menyampaikan inti materi, sehingga materi pelajaran yang
harus disampaikan dapat sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
2) Guru mengusahakan agar siswa dapat tertarik dan memahami
materi pelajaran yang disampaikan. Sehingga bagi siswa yang
kemampuannya lebih, tidak merasa terlalu mudah dan bagi siswa
yang kurang, tidak terlalu asing dalam menerima materi pelajaran
aqidah.
3) Mengingat waktu yang terbatas, dalam menyampaikan materi
akidah akhlak, guru juga memperbanyak kegiatan yang bersifat
religius seperti upacara peringatan keagamaan, antara lain berdo’a,
sholat berjama’ah.
b. Solusi terhadap Problematika yang Berhubungan dengan Pengelolaan
Kelas dan Metode Mengajar
Pada prinsipnya guru harus memiliki tiga kompetensi yaitu
kompetensi kepribadian, kompetensi penguasaan atas bahan dan
kompetensi dalam cara belajar mengajar”.97 Usaha optimalisasi
kreatifitas guru akan menjawab permasalahan pemilihan metode
pengajaran bantu dalam proses belajar mengajar di kelas. Kreatifitas
merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru
sehingga guru tidak akan menyerah apabila ada kendala-kendala yang
menghambat proses pembelajaran.
97 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 92 69
Dalam penerapan metode Akidah akhlak di MI Surodadi I
Sawangan Magelang yang digunakan dalam suatu kegiatan belajar
mengajar, guru sebaiknya tidak hanya memakai satu metode saja.
Akan tetapi dalam satu jam pertemuan, guru bisa mengkombinasikan
beberapa metode yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Selama
metode itu tidak bertentangan, tidak akan menimbulkan masalah yang
berarti. Dalam rangka mengenalkan ilmu baca tulis al-Qur’an kepada
siswa, guru sebaiknya tidak hanya memakai metode baca simak saja,
akan tetapi bisa dipadupadankan dengan metode audio lingual atau
metode yang lainnya. Dengan seperti ini pelajaran di kelas tidak akan
monoton dan membosankan.
c. Solusi terhadap Problematika yang Berhubungan dengan Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan pada pembelajaran Akidah akhlak di
MI Surodadi I Sawangan Magelang kurang memperhatikan kebutuhan
dan tujuan pembelajaran. Evaluasi yang di gunakan dalam
pembelajaran Akidah akhlak di MI Surodadi I Sawangan Magelang
untuk lebih efektifnya, harus meliputi tiga macam:
1) Penilaian terhadap hasil belajar pembelajaran Akidah akhlak di MI
Surodadi I Sawangan Magelang, perlu disesuaikan dengan tujuan-
tujuan yang ditetapkan. Oleh karena itu bentuk dan teknik
penilaiannya harus mengukur segenap ranah yang dikembangkan.
2) Untuk mengukur ranah kognitif siswa menggunakan tes objektif,
tes ini biasanya menggunakan tes secara tertulis. Sedangkan untuk
mengukur ranah afektif, digunakan tes subjektif (non tes). Tes ini
biasanya dilakukan melalui wawancara, skala penilaian.
Selanjutnya untuk mengukur ranah psikomotorik melalui tes
perbuatan dengan menggunakan lembar pengamatan.
3) Monitoring dan bimbingan terhadap efektifitas kegiatan belajar
mengajar perlu dilakukan secara berkelanjutan secara perorangan
(oleh masing-masing guru pengajar) dan juga bersama-sama
dengan guru yang lainnya sehingga tercapai pembelajaran yang
efektif dan bermakna.
Tujuan utama dari evaluasi adalah untuk mengetahui apakah
tujuan utama yang di rumuskan dapat tercapai atau belum. Karena
evaluasi sifatnya adalah sebagai alat untuk mengetahui sejauh mana
kedalaman materi yang telah di capai oleh siswa maka dalam
pelaksanaannya harus dilaksanakan secara terus menerus tidak boleh
berhenti dalam satu evaluasi saja. Yang lebih penting adalah maka
evaluasi itu bukanlah hanya sekedar untuk menentukan angka
keberhasilan, namun yang lebih penting adalah sebagai dasar serta
sarana bagi guru untuk melakukan umpan balik (feed back) dari proses
pembelajaran yang dilaksanakan.98
Selain tes tertulis dan lesan penilaian proses dan sikap seperti
yang penulis paparkan sedikit dapat juga dilaksanakan. Evaluasi ini
bisa lewat cheek list atau catatan yang harus dikumpulkan dan
dibubuhi tanda tangan orang tua.
Disamping upaya diatas guru juga harus mengadakan
komunikasi dengan orang tua dan sesama rekan kerja. Dengan
demikian akan terjalin komunikasi yang harmonis dan dinamis untuk
mengatasi kesulitan belajar siswa.
3. Solusi terhadap Problematika pada Materi Pelajaran
Keterbatasan waktu untuk menyelesaikan materi pembelajaran
akidah akhlak bisa diatasi dengan guru memperbanyak proses
pembelajaran yang mengarah pada penciptaan aktivitas siswa dalam
menggali materi melalui pembuatan contoh riel di lingkungan masing-
masing terhadap materi sehingga siswa dapat memahami materi secara
utuh:
Ketrampilan guru akidah akhlak Dalam pelaksanaan pembelajaran
akidah akhlak guru dituntut untuk menciptakan suasana pengajaran yang
98 Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar,(Bandung, Sinar Baru
Algesindo, 2004), hlm 113
kondusif, sehingga memungkinkan dalam mendorong peserta didik untuk
secara leluasa mengembangkan kreatifitasnya dengan bantuan guru.
Kemampuan guru dalam menciptakan pengajaran yang kondusif ini
merupakan indikator kreatifitas dan efektivitas guru dalam mengajar. Hal
tersebut dapat dicapai secara lebih baik jika guru dapat:
a. Memusatkan pada kepribadiannya dalam mengajar
b. Metode mengajarnya tepat
c. Memusatkan pada proses dan produknya
d. Memusatkan pada kompetensi yang relevan.99
4. Solusi terhadap Problematika pada Siswa
Ketidak ketertarikan siswa terhadap pembelajaran akidah akhlak di
MI Surodadi I Sawangan Magelang bisa diatasi dengan meningkatkan
minat belajar siswa. Usaha yang dilakukan dalam menumbuhkan minat
siswa adalah:
a. Periksalah kondisi anak, untuk mengetahui apakah segi ini menjadi
sebab, cek kepada orang tua atau guru-guru lain, apakah sikap dan
tingkah laku tersebut hanya terdapat pada pelajaran saudara atau juga
ditunjukkan di kelas lain dan ketika diajar oleh guru-guru yang lain.
b. Perhatikan anak diluar kelas atau sekolah, untuk melihat apakah
kegiatan yang diminati anak, hal ini dapat dipakai sebagai titik tolak
untuk menarik minat anak bagi kegiatan-kegiatan yang lain.
c. Cobalah menemukan sesuatu hal yang dapat menarik perhatian anak
agar tergerak minatnya.2
Selain itu guru harus memotivasi siswa, motivasi ini ada yang
bersifat internal, yaitu yang tumbuh dari dalam diri siswa, seperti rasa
ingin tahu tentang materi yang dipelajari, karena materi itu menarik
baginya. Adalagi motivasi eksternal, yaitu yang tumbuh akibat dari luar
diri siswa. Misalnya siswa terdorong belajar karena ingin mendapat pujian
atau karena takut mendapat hukuman.
99 Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1993), hlm. 6.
Beberapa cara memotivasi antara lain:
a. “Need analysis” yaitu pemberian analisis tentang kebutuhan siterdidik,
agar menyadari akan kebutuhan masa depannya.
b. Menumbuhkan keingintahuan dalam diri anak didik
c. Memberikan stimulus yang dapat merangsang respon atau kegiatan
murid
d. Memvariasikan metode mengajar dan penggunaan alat bantu mengajar.
e. Memberikan ganjaran dan hukuman”.100
5. Solusi terhadap Problematika Sekolah
Sekolah sebagai tempat atau induk dari semua persoalan diatas
hendaknya lebih cermat dan bijak dalam memecahkan problematika yang
dihadapi. Problematika yang dihadapi dalam pembelajaran akidah akhlak
di MI Surodadi I Sawangan Magelang tentunya dapat diatasi dengan
kerjasama semua komponen yang ada di MI Surodadi I Sawangan
Magelang. Tidak bisa dalam mengatasi problematika yang dihadapi
tersebut di bebankan hanya pada kepala sekolah atau guru, karena
problematika yang dihadapi oleh sekolah cakupanya lebih besar seperti
sarana dan prasarana, kurikulum dan kebijakan pemerintah.
100 Djamaluddin Darwis, “Strategi Belajar Mengajar”, dalam Chabib Thoha, Dkk (eds),
PBM PAI Disekolah Existensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, ( Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 1998) hlm. 210
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menguraikan pembahasan-pembahasan di bab terdahulu maka
dalam bab ini akan disimpulkan sebagai berikut;
1. Proses pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang
dilakukan dengan merencanakan pembelajaran dilanjutkan denga
melaksanakan pembelajaran dengan menerangkan materi asmaul husna
dengan ceramah tanya jawab dan diakhiri dengan menutup pelajaran.
2. Problematika yang di alami dalam pembelajaran akidah akhlak di MI
Surodadi 1 Sawangan Magelangterkait dengan problematika guru dalam
menyampaikan materi, kurangnya sarana pra sarana penunjang seperti
media pembelajaran, kurangnya minat siswa dalam beljar dan penggunaaan
metode pembelajaran dan evaluasi belajar yang baik
3. Solusi yang dilakukan untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran akidah
akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang yaitu dengan merencanakan
pembelajaran secara baik dan sesuai kegbutuhan sekolah, penggunaaan
metode pembeljaran yang menciptkan pembelajaran aktif seperti
melaksanakan CTL agar pembelajaran lebih bermakna bagi siswa dan siswa
tidak hanya menghafal materi pelajaran, melaksanakan evaluasi
pembelajaran yang baik, menyediakan media pembelajarn yang dapat
membantu memahamkan siswa dalam pembelajaran aqidah akhlak,
penguasaan materi dengan lebih banyak mengarahkan pemahaman materi
dengan belajar aktif siswa bukan mendikte, dan perlu kerja sama diantara
kepala sekolah, guru dan orang tua untuk meningkatkan pembelajaran siswa.
B. Saran-Saran
Setelah melihat kondisi yang ada, serta berdasarkan hasil penelitian
yang penulis lakukan, tidak ada salahnya bila peneliti memberikan beberapa
saran sebagai masukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan khususnya
pada pembelajaran Bahasa Arab sebagai berikut:
1. Bagi Guru akidah akhlak
a. Hendaknya dalam proses belajar mengajar, guru harus benar-benar
paham dan menyiapkan pembelajaran dengan sebaik-baik mungkin
agar materi dapat tersampaikan secara maksimal.
b. Hendaknya proses pembelajaran dirancang oleh guru sedemikian rupa
terutama dalam menerapkan CTL sehingga siswa dapat berpartisipasi
aktif baik secara fisik ataupun psikis dan mengalami kegiatan belajar
mengajar secara langsung, sehingga pengetahuan yang dicapai tidak
hanya secara teori saja dengan mendengarkan informasi. Tetapi
melalui proses pengalaman yang dapat menanamkan informasi dari
akarnya.
c. Menambah wawasan dengan mengikuti beberapa pelatihan dan
seminar tentang strategi pembelajaran yang dapat dikembangkan di
kelasnya sehingga mampu mencapai hasil optimal.
2. Pihak Sekolah
a. Hendaknya seluruh pihak sekolah mendukung dalam tiap kegiatan
pembelajaran yang berlangsung.
b. Memfasilitasi proses pembelajaran quantum teaching dengan
melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan
c. Perlunya kerja sama dengan pihak sekolah dengan orang tua siswa dan
masyarakat yang diharapkan dengan itu akan lebih memudahkan
proses pembelajaran dan akan membantu memaksimalkan guna
mencapai tujuan pembelajaran pendidikan yang diharapkan.
3. Bagi Siswa
Siswa harus lebih meningkatkan keaktifan belajarnya, dan belajar
dengan sungguh-sungguh
4. Bagi Orang Tua
Untuk membantu dan mendukung setiap program sekolah yang
berorientasi pada pengembangan kemampuan belajar siswa
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, dan Supriyono, Widodo, Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta, 2004
Ali, Muhammad, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar,Bandung, Sinar Baru Algesindo, 2004
Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineika Cipta, 2002,
Azizy, A. Qodri A., Pendidikan Agama untuk Membangun Etika Sosial, Semarang : Aneka Ilmu, 2003
Azwar, Saifuddin, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998
Bafadal, Ibrahim, Manajemen Perlengkapan Madrasah, Teori dan Aplikasinya, Jakarta, Bumi Aksara, 2004
Basyiruddin, Usman M, dan Asnawir, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers, 2002,
Budiyanto, Mangun, Pendidikan Al qur'an.Yogyakarta: Team Tadarus AMM , l990
Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Jakarta: Bumi Aksara, 2005,
Darwis, Djamaluddin, “Strategi Belajar Mengajar”, dalam Chabib Thoha, Dkk eds, PBM PAI Disekolah Existensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 1998
Depag RI, Membiasakan Tradisi Agama, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Agama Islam pada Madrasah Umum, Jakarta, Dirjen KAI, 2004
Djamarah, Saiful Bahri¸ dan Zain, Aswan, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta; Rineka Cipta, 2006
Fadjar, A. Malik, Madrasah dan Tantangan Modernitas, Bandung : Mizan, 1998
Faisal, Sanapiah, Format-format Sosial, Jakarta: PT. Raja Grafmdo Persada, 2001
Ghazali, Imam Al-, Ihya’ Ulumuddin, Juz. III, Beirut: Dar Ihya’ Kutubil Arabiyyah, t.th
Gulo, W., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:PT Grasindo, 2002,
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 2004
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumu Aksara, 2003
HAMKA, Pelajaran Agama Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1989
http://www.suaramerdeka.com/harian/0402/16/kha1. Di akses pada tanggal 17 April 2011.
Ilyas, Yunahar, Kuliah aqidah Islam, Yogyakarta: LPPI, 2001
Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Al-Ma’arif, Bandung, 1989
Moleong, Lexy J. , Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002
Muhaimin, Dimensi-Dimensi Studi Islam, Surabaya: Karya Aditama, 1994
Mulyasa, E., Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, Bandung: Rosda Karya, 2004
Mulyasa, E., Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2005
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001
Nahlawi, Abdurrahman An, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, Jakarta : Gema Insani Press, 1995
Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997
Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
Nawawi, Hadari¸ dan Martini, Nini, Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1996, hlm 174
Nizar, Samsul, Pendekatan Historis; Teoritik dan Praktis, Jakarta: Ciputat Pres, 2003
Nurdin, Syafruddin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta: Ciputat Press, 2005
Paraba, Hadirja, Wawasan Tenaga Guru dan Pembina Pendidikan Agama Islam, Dep. Agama RI. Jakarta: Friska Agung Insani, 2000
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab di Madrasah
Quthb, M. , Sistem Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma’arif, 1988
Riberu, J., Dasar-Dasar Kepemimpinan. Jakarta: Dep. Agama RI, Pedoman Ilmu Jaya, 1989
Safari, Imam Asy'ary, Metodologi Penelitian Sosial, Surabaya-Indonesia: Usaha Rasional, 1998
Sambu, “Apa itu Pendekatan Kontekstual?”, http://smp.lpi-hidayatullah.com. Di akses pada tanggal 17 April 2011.
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Quran, Bandung : Mizan, 1994
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2003
Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Departemen Agama RI, 2006
Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2004
Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996
Subroto, B. Suryo, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 1997
Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1989
Sudjana, Nana, et. al., Pedoman Guru Menyusun Bahan Pelajaran, Jakarta: Grasindo, 1991
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan Laporan Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2005, hlm. 92
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007
Sumantri, Mulyani, dan Permana, Johar, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: C.V Maulana, 2001
Ulwan, Abdullah Nasih, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam II terj. Saifullah Kamalie dan Hery Nor Ali, Bandung: Asy-syIfa,1988
Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama Dilengkapi dengan Modul dan Permainan Simulasi, Surabaya : Usaha Nasional, 1983
Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, Solo: Ramadhani, 1993
PEDOMAN WAWANCARA
1. Bagaimana tujuan pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan
Magelang?
2. Materi apa saja yang diberikan dalam pembelajaran akidah akhlak di MI
Surodadi 1 Sawangan Magelang?
3. Pendekatan apa saja yang dilakukan pada pembelajaran akidah akhlak di MI
Surodadi 1 Sawangan Magelang?
4. Apa saja bentuk-bentuk pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1
Sawangan Magelang?
5. Bagaimana pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan
Magelang?
6. Problematika pa saja yang dihadapi dalam pembelajaran akidah akhlak di MI
Surodadi 1 Sawangan Magelang?
PEDOMAN OBSERVASI
Nama Sekolah : MI Surodadi 1 Sawangan Magelang
Mata Pelajaran : Akidah Akhlak
Nama Guru : Hafidlin, S.Pd.I
No. Yang Diamati Ya Tidak Keterangan 1 Perencanaan pembelajaran Akidah
Akhlak
a. Guru membuat rencana pengajaran
sebagai pedoman pelaksanaan
pembelajaran
b. Tujuan pembelajaran
c. Materi atau Bahan
d. Metode
e. Alat Pembelajaran
f. Evaluasi
2
Pelaksanaan Pembelajaran Akidah
Akhlak
a. Pendahuluan
b. Kegiatan inti
c. Penutup
3
Problematika yang Dihadapi dalam
Proses Pembelajaran Bahasa Arab di
kelas IV MI Surodadi 1 Sawangan
Magelang
a. Problematika Pelaksanaan
pembelajaran Akidah akhlak
b. Problematika pada Guru
c. Problematika yang Berhubungan
dengan Pengelolaan Kelas dan Metode
Mengajar.
d. Problematika yang Berhubungan
dengan Evaluasi
e. Problematika pada Materi Pelajaran
f. Problematika pada Siswa
g. Problematika Sekolah
HASIL WAWANCARA
Satuan Pendidikan : MI Surodadi 1 Sawangan Magelang
Reponden : Ibu Sunarsih, S.Pd.I
Waktu : 18 April 2011
Guru Akidah Arab
1. Bagaimana tujuan pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan
Magelang?
Jawab
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam pembelajaran akidah akhlak di MI
Surodadi 1 Sawangan Magelang yaitu untuk terbentuknya peserta didik yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti yang luhur
(berakhlak mulia), memiliki pengetahuan tentang ajaran pokok ajaran agama
Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, serta memiliki
pengetahuan yang luas dan mendalam tentang Islam sehingga memadai baik
untuk kehidupan pribadi atau bermasyarakat maupun untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
2. Materi apa saja yang diberikan dalam pembelajaran akidah akhlak di MI
Surodadi 1 Sawangan Magelang?
Jawab
Materi pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang
diberlakukan materi-materi dalam akidah akhlak masih tetap didalamnya
termuat inti pokok dari ajaran Islam yang memuat akidah (masalah keimanan)
dan akhlak baik akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap sesama manusia, atau
akhlak terhadap lingkungan
3. Pendekatan apa saja yang dilakukan pada pembelajaran akidah akhlak di MI
Surodadi 1 Sawangan Magelang?
Jawab
a. Pendekatan Rasional, yaitu suatu pendekatan dalam proses pembelajaran
yang lebih menekankan kepada aspek penalaran. Pendekatan ini dapat
berbentuk proses berfikir induktif yang dimulai dengan memperkenalkan
fakta-fakta, konsep, informasi atau contoh-contoh dan kemudian ditarik
suatu generalisasi (kesimpulan) yang bersifat menyeluruh (umum) atau
proses berfikir deduktif yang dimulai dari kesimpulan umum dan
kemudian dijelaskan secara rinci melalui contoh-contoh dan bagian-
bagiannya.
b. Pendekatan emosional, yakni upaya menggugah perasaan (emosi) peserta
didik dalam menghayati yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya
bangsa.
c. Pendekatan pengalaman, yakni guru memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengalaman
ibadah.
d. Pendekatan pembiasaan, yakni guru memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan ajaran Islam.
e. Pendekatan fungsional, yakni guru dalam menyajikan materi pokok dari
segi manfaatnya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
f. Pendekatan keteladanan, yaitu guru memberi contoh yang baik dalam
bergaul dan berperilaku
4. Apa saja bentuk-bentuk pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1
Sawangan Magelang?
Jawab
a. Bentuk kegiatan intrakurikuler
Kegiatan intrakurikuler ini yaitu proses pembelajaran yang diadakan
di ruang kelas, artinya guru menyampaikan secara langsung materi
pembelajaran di ruang kelas pada jam pelajaran. Adapun alokasi waktu
pada setiap tatap muka adalah satu jam pelajaran.
b. Bentuk kegiatan kookurikuler
Adapun kegiatan pembelajaran dalam bentuk kokurikuler ini
diadakan secara tidak langsung bertatap muka di dalam ruang kelas seperti
pada kegiatan intra kurikuler.
Dalam kegiatan kokurikuler ini guru hanya memberikan tugas
kepada peserta didik untuk dikerjakan di rumah baik dalam bentuk tugas
kelompok maupun tugas secara individu. Guru hanya memberikan petunjuk
secara umum tentang bagaimana cara yang harus ditempuh untuk
mengerjakan tugas tersebut.
Tugas-tugas tersebut dapat berbentuk mengikuti kegiatan
keagamaan dan membuat laporan tentang kegiatan keagamaan tersebut
seperti kegiatan pernikahan dan lain-lain.
Program kokurikuler ini bertujuan untuk mendidik para peserta
didik untuk dapat belajar mandiri, dapat mengatur waktu dan dapat
bertanggung jawab.
c. Bentuk kegiatan ekstrakulikuler
Pada kegiatan ini, MI Surodadi 1 Sawangan Magelang
melaksanakan program pendidikan agama guru tidak terlibat secara
langsung tetapi hanya sebagai pengarah dan pembimbing pasif dan
seharusnya peserta didiklah yang harus aktif melaksanakan bentuk kegiatan
yang ada.
Pada dasarnya pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler ini merupakan
bentuk manifestasi dari kegiatan intra kurikuler yang terbatas pada dataran
teori saja. Dalam kegiatan ekstra ini teori yang diperoleh dari kegiatan intra
kurikuler diwujudkan dan dipraktekkan dalam berbagai macam kegiatan
social keagamaan secara nyata dalam masyarakat, seperti pelaksanaan
penyelenggaraan peringatan hari besar Islam, pengumpulan zakat fitrah
bakti social, dan lain-lain.
Kegiatan ekstra kurikuler ini bertujuan agar peserta didik dapat
bertambah wawasan social keagamaannya dan mendidik para peserta didik
agar terlatih dalam bersosialisasi, berinteraksi, dengan lingkungan sekitar
dimanapun nantinya dia berdominasi. Dengan demikian ketika peserta
didik tersebut benar-bear terjun kemasyarakat akan mampu dengan cepat
beradaptasi dan menjadi orang yang sosialis, agamis, dan tidak menjadi
individu yang egois, apatis dan skeptis
5. Bagaimana pelasksanaan pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1
Sawangan Magelang?
Jawab
a. Perencanaan pengajaran akidah akhlak
Perencanaan ini secara tertulis telah disusun oleh guru
pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang antara
lain perencanaan program tahunan, program semesteran, program satuan
pelajaran, program rencana harian
b. Pelaksanaan pengajaran dilakukan dengan melakukan kegiatan
pendahuluan, kegitran inti dan penutup untuk menerangkan meteri akidah
akhlak
6. Problematika apa saja yang dihadapi dalam pembelajaran akidah akhlak di MI
Surodadi 1 Sawangan Magelang?
Jawab
a. Problematika Pelaksanaan pembelajaran Akidah akhlak
Dalam menyampaikan materi pelajaran dapat selesai sesuai dengan
waktu yang ditentukan, tetapi ada beberapa problem yang timbul:
1) Untuk menyampaikan materi pengajaran aqidah kepada anak, guru
harus dapat menjelaskan sejelas mungkin.
2) Input siswa yang bervariasi menjadi masalah bagi guru dalam
memberikan penjelasan agar dapat diterima siswa secara menyeluruh.
3) Ketersediaan waktu dalam penyampaian materi pelajaran pengajaran
aqidah yang kecil, yaitu 2 jam dalam satu minggu. Sehingga materi
pelajaran yang disampaikan hanya mengejar target, imbasnya
pemahaman akidah akhlak pada siswa terhambat.
b. Problematika pada Guru
Problematika yang Berhubungan dengan Penguasaan Materi.
Terlalu banyaknya materi yang harus diajarkan oleh guru,
kurangnya buku-buku penunjang dan sarana yang sangat terbatas juga
kemampuan siswa yang berbeda-beda. Adapun pengembangan materi
meliputi:
1) Problematika yang Berhubungan dengan Pengelolaan Kelas dan
Metode Mengajar.
Dalam pengelolaan kelas jumlah murid bukanlah suatu
masalah. Yang menjadi masalah adalah memilih atau penggunaan
metode mengajar yang tepat. Pemilihan dan penggunaan metode yang
tepat sangat di penting sebab berkait dengan motivasi dan latar
belakang siswa yang kurang mendukung atau lemah dalam motivasi
belajar.
Sumber-sumber belajar siswa juga sangat terbatas karena siswa
hanya memiliki satu buku pegangan.
2) Problematika yang Berhubungan dengan Evaluasi.
Evaluasi yang sering dilakukan adalah penilaian hasil belajar.
Evaluasi ini biasanya dilakukan disetiap akahir pembahasan satu
pokok pembahasan. Selain itu evaluasi juga dilakukan lewat ulangan
harian terskruktur (UHT / mid) dan semesteran. Sedangkan evaluasi
ranah afektif dan psikomotorik jarang dilakukan karena keterbatasan
waktu serta fasilitas yang ada. Evaluasi yang dilakukanpun sering kali
hanya berdasarkan lembar kerja siswa (LKS) yang diterbitkan oleh
penerbit sehingga aspek life skill (keterampilan hidup) kurang
tersentuh secara optimal.
c. Problematika pada Materi Pelajaran
a. Materi pelajaran sangat banyak sehingga membingungkan.
Berdasarkan hasil wawancana peneliti dengan guru akidah akhlak,
alokasi jam pelajaran akidah akhlak per minggu ada 2 jam yang setiap
jam pelajaran terdiri dari 35 menit. Alokasi jam pelajaran akidah
akhlak tersebut terlalu sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah
materi pelajaran yang ada dan input siswa yang lebih dari 50 % tidak
mengaji di pesantren atau madrasah Diniyah sehingga pengetahuan
keagamaan kurang.
b. Buku sebagai sumber materi sulit didapatkan.
Upaya peningkatan mutu pembelajaran akidah akhlak agar cepat
menyesuaikan diri dengan perkembangan dan tuntutan global di
berbagai aspek kehidupan yang berkembang ialah dengan
menumbuhkan siswa yang gemar membaca buku aqidah akhlak
sementara budaya baca akan berkembang apabila sumber bacaan
aqidah akhlak yang tersedia dan dibutuhkan siswa di perpustakaan
lengkap.
d. Problematika pada Siswa
a. Siswa kurang bersemangat dalam mempelajari pelajaran aqidah akhlak
b. Siswa tidak sungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran aqidah
akhlak
c. Kemampuan Siswa dalam memahami materi aqidah akhlak tidak
merata.
d. Siswa kesulitan dalam memahami dan mudah lupa dengan materi
aqidah akhlak
e. Datangnya anak mutasi dari sekolah lain, terutama dari SD biasanya
kemampuan agamanya sangat rendah.
f. Ada sebagian siswa yang mengantuk saat pelajaran aqidah akhlak
g. Jumlah siswa terlalu banyak, sehingga penyampaian guru tidak
maksimal.
e. Problematika Sekolah
a. Kurangnya Lokal untuk pembelajaran
b. Kurangnya sarana dan prasarana untuk pembelajaran seperti minimnya
buku-buku pegangan dan penunjang.
HASIL OBSERVASI
Nama Sekolah : MI Surodadi 1 Sawangan Magelang
Mata Pelajaran : Aqidah Akhlak
Nama Guru : Hafidlin, S.Pd.I
No. Yang Diamati Ya Tidak Keterangan 1 Perencanaan pembelajaran Akidah
Akhlak
a. Guru membuat rencana pengajaran
sebagai pedoman pelaksanaan
pembelajaran
b. Tujuan pembelajaran
c. Materi atau Bahan
d. Metode
e. Alat Pembelajaran
f. Evaluasi
√
√
√
√
√
√
-
Buku Pelj
Buku Pelj
Foto
Foto
Foto
2
Pelaksanaan Pembelajaran Akidah
Akhlak
a. Pendahuluan
b. Kegiatan inti
c. Penutup
√
√
√
Foto
Foto
Foto
3
Problematika yang Dihadapi dalam
Proses Pembelajaran Aqidah Akhlak di
kelas IV MI Surodadi 1 Sawangan
Magelang
a. Problematika Pelaksanaan
pembelajaran Akidah akhlak
b. Problematika pada Guru
c. Problematika yang Berhubungan
dengan Pengelolaan Kelas dan Metode
Mengajar
√
√
√
√
Foto
Foto
Foto
Foto
d. Problematika yang Berhubungan
dengan Evaluasi
e. Problematika pada Materi Pelajaran
f. Problematika pada Siswa
g. Problematika Sekolah
√
√
√
Foto
Foto
Foto