fakultas tarbiyah institut agama islam negeri...

105
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MI SURODADI 1 SAWANGAN MAGELANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S 1) Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Disusun Oleh: RINA SHOLIKHATUN NIM 093111238 FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011

Upload: vominh

Post on 07-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MI

SURODADI 1 SAWANGAN MAGELANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S 1)

Ilmu Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh:

RINA SHOLIKHATUN NIM 093111238

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2011

Page 2: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Rina Sholikhatun

NIM : 093111238

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya

saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya

Semarang, Mei 2011 Saya yang menyatakan Rina Sholikhatun NIM: 093111238

Page 3: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak
Page 4: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

NOTA PEMBIMBING

Semarang, Juni 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah

IAIN Walisongo

Di Semarang

Assalamu’alaikum wr.wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan

koreksi naskah skripsi dengan:

Judul : PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AQIDAH

AKHLAK DI MI SURODADI 1 SAWANGAN

MAGELANG

Nama : Rina Sholikhatun

NIM : 093111238

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasyah.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Pembimbing,

Dr. Suja’i, M.Ag NIP. 19700503 199603 1 003

Page 5: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

MOTTO

�$# آ�ن �"! � ر��ل ا أ��ة ���� ��� آ�ن � �� ا وا���م

)٢١: ا-�,اب(ا�() وذآ ا آ&� ا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat

dan dia banyak menyebut Allah" (QS. Al-Ahzab: 21)1. ٭

.Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Departemen Agama RI, 2006), hlm٭1

336

Page 6: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

ABSTRAK

Judul : Problematika Pembelajaran Aqidah Akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang

Penulis : Rina Sholikhatun NIM : 093111238

Skripsi ini dilatarbelakangi pelaksanaan pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang, metode yang digunakan berbeda antara guru yang satu dengan guru yang lain. Anehnya siswa masih banyak yang tidak minat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran akidah akhlak. Ini adalah sebuah bentuk ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang. Di luar problem yang dialami murid, proses belajar mengajar akidah akhlak, penggunaan metode memang belum ada yang efektif, karena siswa tidak merasa nyaman dalam pelajaran akidah akhlak, yang akibatnya siswa memilih untuk tidak mengikuti proses belajar mengajar akidah akhlak dari pada yang ikut.

Studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan : 1) Bagaimana proses pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang? 2) Problematika apa saja yang di alami dalam pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang? 3) Solusi apa sajakah yang dilakukan untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang?

Permasalahan tersebut di bahas melalui penelitian kualitatif dengan pendekatan kualitatif deskriptif, setelah data terkumpul lalu dianalisis dengan menggunakan analisis data yang terdiri dari tahapan pengumpulan data, reduksi data, display data dan penyajian data, data yang yang terkumpul semata-mata bersifat deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan: 1) Proses pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang dilakukan dengan merencanakan pembelajaran dilanjutkan denga melaksanakan pembelajaran dengan menerangkan materi asmaul husna dengan ceramah tanya jawab dan diakhiri dengan menutup pelajaran. 2) Problematika yang di alami dalam pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelangterkait dengan problematika guru dalam menyampaikan materi, kurangnya sarana pra sarana penunjang seperti media pembelajaran, kurangnya minat siswa dalam beljar dan penggunaaan metode pembelajaran dan evaluasi belajar yang baik. 3) Solusi yang dilakukan untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang yaitu dengan merencanakan pembelajaran secara baik penggunaaan metode pembelajaran yang menciptkan pembelajaran aktif, melaksanakan evaluasi pembelajaran yang baik, menyediakan media pembelajarn yang dapat membantu memahamkan siswa dalam pembelajaran aqidah akhlak.

Page 7: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

KATA PENGANTAR

Bismillãhirrah}mãnirrah}îm

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Robbal alamin yang telah

melimpahkan nikmat, Taufik, hidayah dan inayah-Nya setelah penulis skripsi ini

dapat terselesaikan.

Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, peneliti sampaikan skripsi

ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak,

baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis

mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah

membantu. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo semarang,

beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan dengan baik

2. Nasirudin, M.Ag, Kepala Jurusan PAI yang telah memberikan pengarahan dan

pelayanan dengan baik.

3. H. Mursid, M.Ag, selaku Sekretaris Jurusan PAI yang telah memberikan

pengarahan dan pelayanan dengan baik

4. Ahmad Muthohar, M.Ag, selaku Pengelola Program yang telah memberikan

pengarahan dan pelayanan dengan baik.

5. Dr. Suja’i, M.Ag, selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan

pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Segenap Civitas Akademik IAIN Walisongo Semarang yang telah

memberikan bimbingan kepada penulis untuk meningkatkan ilmu.

7. MI Surodadi 1 Sawangan Magelang yang telah memberikan izin dan

memberikan bantuan dalam penelitian.

8. Semua karib kerabat yang telah memberikan motivasi dalam penyelesaian

skripsi ini.

Kepada semuanya, peneliti mengucapkan terima kasih disertai do’a semoga

budi baiknya diterima oleh Allah SWT, dan mendapatkan balasan berlipat ganda

dari Allah SWT.

Page 8: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

Kemudian penyusun mengakui kekurangan dan keterbatasan kemampuan

dalam menyusun skripsi ini, maka diharapkan kritik dan saran yang bersifat

konstruktif, evaluatif dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya

semoga dapat bermanfaat bagi diri peneliti khususnya.

Semarang, Maret 2011

Penulis

Page 9: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING .................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ........................................................................................... v

HALAMAN ABSTRAK ....................................................................................... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ..................................................................... viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 3

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian .................................................... 3

D. Metode Penelitian.......................................................................... 4

BAB II PROBLEMATIKAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHL AK

A. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak ..................................... 9

B. Tujuan pembelajaran aqidah akhlak.............................................. 11

C. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Akidah Akhlak ........................... 12

D. Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak ......................................... 14

E. Konsep Pembelajaran Akidah Akhlak yang Ideal ........................ 18

F. Problematika dalam Pembelajaran Akidah Akhlak ..................... 20

G. Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak........................................ 22

H. Media Pembelajaran Akidah Akhlak ........................................ 25

I. Sarana dan Pra Sarana Pembelajaran Akidah Akhlak ................ 28

J. Problematika Dalam Pembelajaran Akidah Akhlak ................... 30

BAB III PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI

MI SURODADI I SAWANGAN MAGELANG

A. Gambaran Umum MI Surodadi I Sawangan Magelang ................ 41

1. Keadaan Historis MI Surodadi I Sawangan Magelang ........... 1

Page 10: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

2. Struktur Organisasi MI Surodadi I Sawangan Magelang ....... 43

3. Sarana dan Prasarana............................................................... 44

B. Pelaksanaan Pembelajaran Akidah Akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan

Magelang Secara Umum ............................................................... 45

1. Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak di MI Surodadi 1

Sawangan Magelang ............................................................... 45

2. Materi Pembelajaran akidah akhlak ........................................ 46

3. Interaksi Guru dan Siswa ....................................................... 46

4. Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak ................................... 46

5. Pendekatan dan Prinsip ........................................................... 46

6. Metode Pembelajaran Akidah Akhlak .................................... 48

7. Media Pembelajaran Akidah Akhlak ....................................... 49

8. Pelaksanaan pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1

Sawangan Magelang .............................................................. 50

C. Problematika Pembelajaran Akidah Akhlak di MI Surodadi 1

Sawangan Magelang ..................................................................... 52

1. Problematika Pelaksanaan pembelajaran Akidah akhlak ........ 52

2. Problematika pada Guru .......................................................... 53

3. Problematika pada Materi Pelajaran ...................................... 55

4. Problematika Hasil Belajar Akidah Akhlak ............................ 56

5. Problematika pada Siswa ........................................................ 59

6. Problematika Sekolah.............................................................. 60

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AKID AH

AKHLAK DI MI SURODADI I SAWANGAN MAGELANG

A. Analisis Pelaskanaan Pembelajaran Akidah Akhlak di MI

Surodadi I Sawangan Magelang ................................................... 61

1. Perencanaan pengajaran Akidah Akhlak ................................ 61

2. Pelaksanaan Pembelajaran Akidah Akhlak ............................. 61

3. Analisis Pendekatan Akidah Akhlak ...................................... 61

4. Analisis Interaksi Guru dan Siswa ......................................... 62

Page 11: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

5. Analisis Metode Pembelajaran Akidah akhlak ....................... 63

6. Analisis Media Pembelajaran Akidah Akhlak ........................ 63

7. Analisis Evaluasi Pembelajaran Akidah Akhlak..................... 64

8. Perencanaan pengajaran Akidah Akhlak ................................ 65

9. Pelaksanaan Pembelajaran Akidah Akhlak ............................. 66

B. Analisis Solusi Terhadap Problematika Pembelajaran Akidah

Akhlak di MI Surodadi I Sawangan Magelang ............................. 71

1. Solusi terhadap Problematika Pelaksanaan Pembelajaran

Akidah Akhlak ........................................................................ 71

2. Solusi terhadap Problematika pada Guru ................................ 73

3. Solusi terhadap Problematika pada Materi Pelajaran .............. 75

4. Solusi terhadap Problematika pada Siswa............................... 76

5. Solusi terhadap Problematika Sekolah .................................... 77

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 78

B. Saran-saran. ................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 12: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata

pelajaran PAI yang mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan

pengenalan dan penghayatan terhadap al-asma' al-husna, serta penciptaan

suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan

adab Islami melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan cara

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara substansial mata

pelajaran Akidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi

kepada peserta didik untuk mempraktikkan al-akhlakul karimah dan adab

Islami dalam kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dari keimanannya

kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari

akhir, serta Qada dan Qadar. 2

Mata Pelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk

membekali peserta didik agar dapat:

1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan

pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta

pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia

muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah

SWT.

2. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari

akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu

maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.3

Pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang

adalah bagian integral dari didikan agama. Walaupun bukan satu-satunya

factor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian peserta

2Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar

Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 21

3Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, hlm. 21

Page 13: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

didik. Tetapi secara subtansial mata pelajaran akidah akhlak memiliki

konstribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk

mengamalkan nilai-nilai keyakinan (tauhid) dan akhlakul karimah dalam

kehidupan sehari hari.

Pelaksanaan pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan

Magelang ternyata tidaklah mudah. Adanya anggapan bahwa akidah akhlak

adalah pelajaran yang hanya dihafal membuat peserta didik menjadi statis dan

kurang berapresiasi. Hal ini jika dibiarkan berlarut-larut tentunya akan sangat

membahayakan akhlak dan akidah generasi bangsa. Pengaruh yang saat ini

bisa kita lihat dari permasalahan itu adalah dengan menurunnya moralitas

peserta didik dalam berperilaku yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama

Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan

Magelang ini, yang memang anggapan para siswa umumnya tidak ada

orientasi ke depan yang jelas berbeda dengan mata pelajaran yang lain, seperti

halnya belajar bahasa Inggris biar lebih keren, atau pada pelajaran MIPA yang

ke depannya akan menjadi teknisi yang banyak dibutuhkan oleh banyak

instansi.

Pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang

masih jauh dari ideal, karena di lihat dari prestasi belajar nilai ketuntasan

belajar aqidah akhlak hanya berkisar 50% dari seluruh jumlah siswa MI

Surodadi 1 Sawangan Magelang.

Meskipun pelaksanaan pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1

Sawangan Magelang, metode yang digunakan berbeda antara guru yang satu

dengan guru yang lain. Anehnya siswa masih banyak yang tidak minat untuk

mengikuti kegiatan pembelajaran akidah akhlak. Ini adalah sebuah bentuk

ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak di MI

Surodadi 1 Sawangan Magelang. Di luar problem yang dialami murid, proses

belajar mengajar akidah akhlak, penggunaan metode memang belum ada yang

efektif, karena siswa tidak merasa nyaman dalam pelajaran akidah akhlak,

Page 14: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

yang akibatnya siswa memilih untuk tidak mengikuti proses belajar mengajar

akidah akhlak dari pada yang ikut.

Penurunan prestasi belajar dan tingkah laku yang santun yang sesuai

dengan ajaran agama Islam menunjukkan adanya hal yang tidak menarik dari

pelajaran akidah akhlak yang diajarkan di pembelajaran akidah akhlak di MI

Surodadi 1 Sawangan Magelang. Penelitian ini menarik dilakukan karena

semangat berakhlakul karimah yang ditanamkan sejak kecil akan dapat

membentuk perilaku yang sesuai dengan ajaran agama Islam apabila peserta

didik tersebut dewasa. Apabila hal ini tercapai maka kemajuan Islam nantinya

akan terwujud. Oleh karena itu, penyampaian pendidikan agama Islam dan

segala komponen yang ada perlu dikemas secara menarik yang meliputi

metode mengajar, strategi mengajar dan segala hal yang berkaitan dengan

proses belajar mengajar haruslah menarik minat peserta didik. Dan perlu juga

untuk dicarikan solusi atas segala permasalahan yang muncul di lapangan saat

proses belajar mengajar berlangsung.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti lebih

jauh tentang Problematika Pembelajaran Aqidah Akhlak di MI Surodadi 1

Sawangan Magelang.

B. Rumusan Masalah

Masalah pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana proses pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan

Magelang?

2. Problematika apa saja yang di alami dalam pembelajaran akidah akhlak di

MI Surodadi 1 Sawangan Magelang?

3. Solusi apa sajakah yang dilakukan untuk mengatasi masalah dalam

pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penulisan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Page 15: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

a. Untuk mengetahui proses pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi

1 Sawangan Magelang.

b. Untuk mengetahui problematika yang di alami dalam pembelajaran

akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang

c. Untuk mengetahui solusi yang dilakukan untuk mengatasi masalah

dalam pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan

Magelang

2. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan dapat

dijadikan wacana untuk menambah pengetahuan khususnya tentang

pembelajaran akhlak.

b. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dorongan kepada

masyarakat untuk lebih berperan dalam menciptakan suatu lingkungan

yang bermoral, sekaligus dapat untuk dijadikan acuan bagi peneliti

yang lain.

c. Bagi guru bidang studi akidah akhlak

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan

informasi yang positif dalam meningkatkan pendidikan akhlak untuk

diajarkan pada siswa-siswinya.

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang

bersifat atau memiliki karakteristik, bahwa datanya dinyatakan dalam

keadaan sewajarnya atau sebagaimana adanya (natural setting) dengan

tidak merubah dalam bentuk simbol-simbol atau bilangan4 sehingga dalam

4 Hadari Nawawi dan Nini Martini, Penelitian Terapan, (Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 1996), hlm 174

Page 16: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

penelitian ini peneliti menggambarkan peristiwa maupun kejadian yang ada

di lapangan tanpa mengubahnya menjadi angka maupun simbol.

2. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Sumber Data Primer

Jenis data primer adalah data pokok yang berkaitan dan

diperoleh secara langsung dari obyek penelitian. Sedangkan sumber

data primer adalah sumber data yang dapat memberikan data penelitian

secara langsung.5 Sumber data dalam penelitian ini adalah akidah

akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak

lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya.6

Atau dengan kata lain dapat pula didefinisikan sebagai sumber yang

dapat memberikan informasi/data tambahan yang dapat memperkuat

data pokok. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder

adalah segala sesuatu yang memiliki kompetensi dengan masalah yang

menjadi pokok dalam penelitian ini, baik berupa manusia maupun

benda (majalah, buku, koran, ataupun data-data resmi).

3. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data penelitian metode yang digunakan pada

penelitian ini meliputi:

a. Metode Observasi

Observasi yaitu suatu pengamatan yang khusus dan pencatatan

yang sistematis ditujukan pada satu/beberapa masalah dalam rangka

penelitian, dengan maksud untuk mendapatkan data yang diperlukan

5 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,

2004), cet. IV, hlm. 87 6 Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 91

Page 17: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

untuk pemecahan persoalan yang dihadapi.7 Panduan observasi

digunakan untuk mendapatkan data hasil pengamatan.8

Dalam hal ini observasi dilakukan dengan menggunakan teknik

observasi secara langsung. Caranya peneliti mengamati gejala atau

proses yang terjadi dalam situasi sebenarnya pada pelaksanaan

pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang.

b. Metode Wawancara

Interview atau wawancara merupakan alat pengumpul informasi

dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk

dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari intervieu adalah kontak

langsung dengan tatap muka antara pencari informasi (intervier) dan

sumber informasi (interviewee).9

Merupakan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih,

yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subyek atau

kelompok subyek untuk dijawab.10 Pencari informasi mengajukan

pertanyaan, menilai jawaban, meminta penjelasan, mencatat dan

mengadakan prodding (menggali keterangan lebih mendalam). Di

pihak lain, interview menjawab pertanyaan, memberi penjelasan, dan

kadang-kadang juga membalas dengan mengajukan pertanyaan.11

Dalam hal ini data diperoleh dari wawancara terhadap guru akidah

akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, buku, transkip, surat kabar, prasasti,

7Safari, Imam Asy'ary, Metodologi Penelitian Sosial, (Surabaya-Indonesia: Usaha

Rasional, 1998), hlm. 82 8Sanapiah Faisal, Format-format Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafmdo Persada, 2001), hlm.

135 9 Sanapiah Faisal, Format-format Sosial, hlm. 165. 10 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 130. 11 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), edisi 2,

hlm.218.

Page 18: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

notulen rapat, agenda, dan sebagainya.12 Yaitu dengan mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,

surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda atau sebagainya.

Dengan menggunakan metode ini akan diperoleh data-data yang akurat

mengenai pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan

Magelang baik itu gambaran umum sekolah maupun dokumen

pembelajaran.

4. Analisis Data

Metode analisis data yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-kata,

gambar, dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian

akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian

laporan tersebut.13 Untuk memperjelas penulisan ini maka peneliti

menetapkan metode analisis deskriptif yaitu menyajikan dan menganalisis

fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan

disimpulkan. Data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif

sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat

prediksi maupun mempelajari implikasi.14

Langkah-langkah analisis deskriptif sebagai berikut:

a. Data Reduction

Mereduksi data bisa berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya.15 Setelah data penelitian yang diperoleh di lapangan terkumpul,

proses data reduction terus dilakukan dengan cara memisahkan catatan

antara data yang sesuai dengan data yang tidak, berarti data itu dipilih-

pilih.

12 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineika

Cipta, 2002),cet.XII, hlm.206. 13 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2002), hlm. 7 14 Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, hlm.6-7. 15 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan

Laporan Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm. 92

Page 19: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

Data yang peneliti pilih-pilih adalah data dari hasil pengumpulan

data lewat metode observasi, metode wawancara dan metode

dokumenter. Semua data itu dipilih-pilih sesuai dengan masalah

penelitian yang peneliti pakai. Data wawancara yang peneliti lakukan di

lapangan juga dipilih-pilih mana data yang berkaitan dengan masalah

penelitian seperti hasil wawancara mengenai komponen-komponen

pembelajaran mulai dari tujuan sampai evaluasi. Semua data wawancara

itu dipilih-pilih yang sangat mendekati dengan masalah penelitian.

b. Verification Data/ Conclusion Drawing

Menurut Miles dan Huberman dalam Rasyid (2000: 71)

mengungkapkan verification data/ conclusion drawing yaitu upaya

untuk mengartikan data yang ditampilkan dengan melibatkan

pemahaman peneliti. Kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,

didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali

kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan merupakan

kesimpulan yang kredibel.16

Data yang didapat merupakan kesimpulan dari berbagai proses

dalam penelitian kualitatif, seperti pengumpulan data kemudian dipilih-

pilih data yang sesuai, kemudian disajikan, setelah disajikan ada proses

menyimpulkan, setelah menyimpulkan data, ada hasil penelitian yaitu

temuan baru berupa deskripsi , yang sebelumnya masih remang-remang

tapi setelah diadakan penelitian masalah tersebut menjadi jelas.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru

yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau

gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap

sehingga setelah diteliti menjadi jelas.17

16 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan

Laporan Penelitian, hlm. 99 17 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan

Laporan Penelitian, hlm. 99

Page 20: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

BAB II

PROBLEMATIKAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

A. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak

Secara etimologi (bahasa) akidah berasal dari kata ‘aqada-ya’qidu-

‘aqdan, berarti simpul, ikatan perjanjian dan kokoh, setelah terbentuk menjadi

’aqidah berarti keyakinan.18 Relevansinya antara arti kata ’aqada dan akidah

adalah keyakinan itu simpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat

dan mengandung perjanjian.

Sedangkan secara istilah (terminologi) akidah terdapat beberapa

definisi, antar lain:

1. Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Akidah adalah:

ة@ وا��� ?��3$<� =�ا��� ا�>#ه�� ا�;: ���89 �7 �5��67 ه� #ة�3$�اAB3$#� وا� C�=5 �-ا D� ن�E<=9 &�و �5=��C �F#G�7ز� ر? �;IJC �3K�9 ده����?� M�<Nو- �C� ى

“Akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum (axioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu, fitrah. kebenaran itu dipatrikan di dalam hati serta diyakini keshahikannya dan keberadaannya dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu”.19

2. Menurut Salih, sebagaimana dikutip oleh Hamka Akidah ialah percaya

kepada Allah SWT, para Malaikat, para Rasul, dan kepada hari akhir serta

kepada qodho dan qodar yang baik ataupun yang buruk”.20

3. Ibnu Taimiyyah sebagaimana dikutip oleh Muhaimin dalam bukunya

“akidah al Washitiyyah”, akidah adalah suatu perkara yang harus

dibenarkan dalam hati, dengan jiwa menjadi tenang sehingga jiwa menjadi

yakin serta mantap tidak dipengaruhi oleh keraguan”.21

Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang

18Munawir, Kamus Besar Bahasa Arab Indonesia, hlm.1023 19Yunahar Ilyas, Kuliah aqidah Islam, (Yogyakarta: LPPI, 2001), hlm. 1-2 20HAMKA, Pelajaran Agama Islam, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1989), hlm: 8 21Muhaimin, Dimensi-Dimensi Studi Islam, (Surabaya: Karya Aditama, 1994), hlm: 243

Page 21: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

muslim yang bersumber ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim

sebagai sumber keyakinan yang mengikat.

Kata akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu :=( jamaknya قQ(ا yang

artinya tingkah laku, perangai, tabiat, watak, moral atau budi pekerti.

Sedangkan akhlak menurut istilah didefinisikan sebagai berikut:

1. Imam Al-Ghazali mengemukakan

�5 ه�T �U ا��SB را�IM �C�5 �R# ر ا- �3ل ?�R�� ���C=: 5>�رة ورو��" Tإ� ���� �W �7 ٢٢.و��

Akhlak ialah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan segala perbuatan yang dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

2. Ibnu Maskawaih dalam kitab Tahzib Al-Akhlaq Wa Tathhir Al-A’raq,

sebagaimana dikutip oleh Abuddin Nata, mendefinisikan :

و" �W �7 �C��3 أ Tإ� �C� ��5دا SB�=� ٢٣-رو����ل

Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah

sumber dari segala perbuatan yang sewajarnya artinya sesuatu perbuatan atau

sumber tindak tanduk manusia yang tidak dibuat-buat dan perbuatan yang

dapat dilihat adalah gambaran dari sifat-sifatnya yang tertanam dalam jiwa,

jahat atau baiknya.

Mata pelajaran Aqidah Akhlak ialah suatu mata pelajaran yang

mengajarkan dan membimbing siswa untuk dapat mengetahui, memahami dan

meyakini ajaran Islam serta dapat membentuk dan mengamalkan tingkah laku

yang baik yang sesuai dengan ajaran Islam.

Mata pelajaran Aqidah Akhlak merupakan suatu mata pelajaran yang

harus direalisasikan dalam bentuk tingkah laku atau perbuatan yang harmonis

pada siswa, sebab pelajaran Aqidah Akhlak bukan hanya bersifat kognitif

22Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Juz. III, (Beirut: Dar Ihya’ Kutubil Arabiyyah,

t.th.), hlm. 52. 23Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), hlm. 3.

Page 22: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

semata melainkan harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab

itu seorang guru dalam melaksanakan pengajaran Aqidah Akhlak harus

senantiasa memberi tauladan yang baik bagi siswa saat berada di lingkungan

sekolah maupun di luar sekolah. Dengan demikian pengajaran Aqidah Akhlak

yang disampaikan oleh guru dapat diterima oleh siswa semaksimal mungkin,

sehingga tujuan yang telah diprogramkan dapat tercapai.

B. Tujuan pembelajaran aqidah akhlak

Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata

pelajaran PAI yang mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan

pengenalan dan penghayatan terhadap al-asma' al-husna, serta penciptaan

suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan

adab Islami melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan cara

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara substansial mata

pelajaran Akidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi

kepada peserta didik untuk mempraktikkan al-akhlak al-karimah dan adab

Islami dalam kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dari keimanannya

kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari

akhir, serta Qada dan Qadar.

Al-akhlak al-karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan

dibiasakan sejak dini oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, terutama

dalam rangka mengantisipasi dampak negatif era globalisasi dan krisis

multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.

Mata Pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan

untuk membekali peserta didik agar dapat:

1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan

pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta

pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia

muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah

SWT;

2. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari

akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu

Page 23: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah

Islam.24

C. Materi Mata Pelajaran Akidah Akhlak

Mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah berisi pelajaran

yang dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar peserta didik

untuk dapat memahami rukun iman dengan sederhana serta pengamalan dan

pembiasaan berakhlak Islami secara sederhana pula, untuk dapat dijadikan

perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang

pendidikan berikutnya.

Ruang lingkup mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah

meliputi:

1. Aspek akidah (keimanan) meliputi:

a. Kalimat thayyibah sebagai materi pembiasaan, meliputi: Laa ilaaha

illallaah, basmalah, alhamdulillaah, subhanallaah, Allaahu Akbar,

ta’awwudz, maasya Allah, assalaamu’alaikum, salawat, tarji’, laa

haula walaa quwwata illaa billah, dan istighfaar.

b. Al-asma’ al-husna sebagai materi pembiasaan, meliputi: al-Ahad, al-

Khaliq, ar-Rahmaan, ar-Rahiim, as- Samai’, ar-Razzaaq, al-Mughnii,

al-Hamiid, asy-Syakuur, al-Qudduus, ash-Shamad, al-Muhaimin, al-

‘Azhiim, al- Kariim, al-Kabiir, al-Malik, al-Baathin, al-Walii, al-

Mujiib, al-Wahhiab, al-’Aliim, azh-Zhaahir, ar-Rasyiid, al-Haadi, as-

Salaam, al-Mu’min, al-Latiif, al-Baaqi, al-Bashiir, al-Muhyi, al-

Mumiit, al-Qawii, al-Hakiim, al-Jabbaar, al-Mushawwir, al-Qadiir,

al-Ghafuur, al-Afuww, ash-Shabuur, dan al-Haliim.

c. Iman kepada Allah dengan pembuktian sederhana melalui kalimat

thayyibah, al-asma’ al-husna dan pengenalan terhadap salat lima

waktu sebagai manifestasi iman kepada Allah.

d. Meyakini rukun iman (iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul dan

Hari akhir serta Qada dan Qadar Allah)

24Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, hlm. 21

Page 24: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

2. Aspek akhlak meliputi:

a. Pembiasaan akhlak karimah (mahmudah) secara berurutan disajikan

pada tiap semester dan jenjang kelas, yaitu: disiplin, hidup bersih,

ramah, sopan-santun, syukur nikmat, hidup sederhana, rendah hati,

jujur, rajin, percaya diri, kasih sayang, taat, rukun, tolong-menolong,

hormat dan patuh, sidik, amanah, tablig, fathanah, tanggung jawab,

adil, bijaksana, teguh pendirian, dermawan, optimis, qana’ah, dan

tawakal.

b. Menghindari akhlak tercela (madzmumah) secara berurutan disajikan

pada tiap semester dan jenjang kelas, yaitu: hidup kotor, berbicara

jorok/kasar, bohong, sombong, malas, durhaka, khianat, iri, dengki,

membangkang, munafik, hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa,

marah, fasik, dan murtad.

3. Aspek adab Islami, meliputi:

a. Adab terhadap diri sendiri, yaitu: adab mandi, tidur, buang air

besar/kecil, berbicara, meludah, berpakaian, makan, minum, bersin,

belajar, dan bermain.

b. Adab terhadap Allah, yaitu: adab di masjid, mengaji, dan beribadah.

c. Adab kepada sesama, yaitu: kepada orang tua, saudara, guru, teman,

dan tetangga

d. Adab terhadap lingkungan, yaitu: kepada binatang dan tumbuhan, di

tempat umum, dan di jalan.

4. Aspek kisah teladan, meliputi: Kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan, Nabi

Sulaiman dengan tentara semut, masa kecil Nabi Muhammad SAW, masa

remaja Nabi Muhammad SAW, Nabi Ismail, Kan’an, kelicikan saudara-

saudara Nabi Yusuf AS, Tsa’labah, Masithah, Ulul Azmi, Abu Lahab,

Qarun, Nabi Sulaiman dan umatnya, Ashabul Kahfi, Nabi Yunus dan Nabi

Ayub. Materi kisah-kisah teladan ini disajikan sebagai penguat terhadap isi

Page 25: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

materi, yaitu akidah dan akhlak, sehingga tidak ditampilkan dalam Standar

Kompetensi, tetapi ditampilkan dalam kompetensi dasar dan indikator.25

D. Metode Pembelajaran Aqidah Akhlak

Metode pembelajaran aqidah akhlak pada dasarnya sama seperti

metode pembelajaran yang di kembangkan dalam Pendidikan Agama Islam

karena pendidikan aqidah akhlak adalah rumpun pelajaran dari Pendidikan

Agama Islam

Beberapa metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran aqidah

akhlak diantaranya:

1. Metode Keteladanan

Keteladanan dalam pendidikan adalah metode influensif yang

paling meyakinkan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan

membentuk anak dalam moral, spiritual dan sosial. Hal ini karena orang

tua asuh adalah terbaik dalam pandangan anak asuh, yang akan ditirunya

dalam hal tindak tanduknya, dan tata santunnya, disadari ataupun tidak.26

Keteladanan selalu menuntut sikap yang konsisten serta

berkesinambungan baik dalam perbuatan ataupun budi pekerti yang luhur,

karena sekali memberikan contoh yang buruk akan mencoreng seluruh

budi pekerti yang luhur. Misalkan orang tua membiasakan anak-anaknya

untuk bersikap jujur, menyadarkan mereka betapa pentingnya sikap

tersebut serta memberikan penghargaan jika anak konsisten dengan sikap

tersebut, Insya Allah anak-anak akan tumbuh berkembang dengan sikap

itu.

Al-Qur'an memerintahkan kita untuk menjadikan Rasulullah SAW

sebagai suri tauladan dan panutan seperti terdapat dalam Al-Qur'an al-

Ahzab ayat 21:

�$# آ�ن �"! � ر��ل ا أ��ة ���� ��� آ�ن � �� ا وا���م ا�() )٢١: -�,ابا(وذآ ا آ&� ا

25Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, hlm. 24-25 26Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam II terj. Saifullah

Kamalie dan Hery Nor Ali, (Bandung: Asy-syIfa,1988), hlm. 2

Page 26: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah" (QS. Al-Ahzab: 21)27

Dalam hal ini Nabi Muhammad menjadi suri teladan bagi para

sahabatnya. Beliau belajar bagaimana melaksanakan berbagai ibadah,

serta belajar dari beliau tingkah laku yang baik, akhlak yang luhur, dan

tata krama pergaulan umum.

Seorang pendidik baik yang pemula maupun bukan, tetaplah

memerlukan seorang figur pendidik yang sejati agar upaya pendidikan

yang dilakukannya dapat terarah sehingga berhasil dengan baik. Tidak ada

tokoh yang pantas untuk dijadikan sebagai figur teladan, kecuali Nabi

Muhammad SAW yang telah mempunyai misi dakwah sebagai

penyempurna akhlak. Beliau adalah seorang rasul pilihan yang diutus bagi umat manusia

dengan keutamaan sifat-sifat luhurnya, baik spiritual, moral, maupun

intelektual. Sifat-sifat luhur yang beliau tampilkan merupakan totalitas

kesatuan yang harus ada dalam diri seorang muslim.

Semua ini dimaksudkan agar anak mempunyai akhlak seperti

akhlak teladan mereka yaitu Rasulullah SAW, sehingga sang anak

mengenal keutamaan, mengikuti jejak dan hati Rasulullah SAW terpaut

untuk cinta kepada-Nya.

2. Metode Pembiasaan

Metode pembiasan adalah metode mendidik dan mengajar dengan

cara melalui kebiasaan yang dilakukan secara bertahap. Dalam hal ini

merubah kebiasaan-kebiasaan yang negatif.28

Menurut Quraish Shihab, bahwa pembiasaan yang akhirnya

melahirkan kebiasaan ditempuh Al-Quran bertujuan untuk memantapkan

27Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Departemen Agama RI, 2006), hlm.

336 28Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm.101.

Page 27: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

pelaksanaan ajaran Al-Quran.29 Artinya Al-Quran mengajarkan kepada

manusia untuk dapat melaksanakan ajaran yang ada dalam Al-Quran,

membiasakan melaksanakan perintah Allah, sehingga akan terbiasa patuh

atau taat kepada Allah yang akhirnya hatinya menjadi yakin akan

kebenaran ajaran Al-Quran.

Lebih lanjut Quraish Shihab menjelaskan pembiasaan dalam Al-

Quran tersebut menyangkut segi pasif maupun aktif. Tetapi yang perlu

diperhatikan bahwa yang dilakukan Al-Quran menyangkut pembiasaan

dari segi pasif hanyalah hal-hal yang berhubungan dengan kondisi sosial

dan ekonomi. Sedangkan dalam hal yang bersifat aktif atau menuntut

pelaksanaan ditemui pembiasaan tersebut secara menyeluruh. Hal ini

dapat dibuktikan dengan mengamati semacam larangan minuman keras

atau riba (proses pembiasaan dapat dijumpai). Demikian halnya dalam

hal-hal semacam kewajiban shalat dan puasa.30

Sehubungan dengan hal itu M. Quthb juga berpendapat bahwa

pembiasaan (kebiasaan) digunakan sebagai salah satu tehnik pendidikan,

juga mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan

manusia, karena ia dapat menghemat waktu dan mudah dapat

mengerjakannya.31

Hal ini merupakan segi teoritis. Sedang segi praktis dari hal ini

adalah menyediakan dan membiasakan anak agar beriman sepenuh jiwa

dan hatinya, bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Dan ini tidak mungkin

terlaksana kecuali dengan jalan mengemukakan benda-benda yang

mencerminkan kekuasaannya yang dapat dilihat oleh anak, seperti bunga,

langit, bumi, manusia dan ciptaan-ciptaan lainnya untuk diambil

keputusan oleh akal, bahwa dibalik ciptaan itu semua terdapat pencipta

yang tidak lain adalah Allah semata.

3. Metode Pemberian Nasehat

29M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung : Mizan, 1994), hlm. 176. 30M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, 31M. Quthb, Sistem Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1988), hlm. 363.

Page 28: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

Metode lain yang penting dalam menanamkan amalan keagamaan

adalah pendidikan dengan pemberian nasihat. Sebab, nasihat dapat

membukakan mata anak-anak pada hakikat sesuatu, dan mendorongnya

menuju situasi yang luhur, dan menghiasinya dengan akhlak yang mulia

dan membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam.

Melalui metode ini, anak mendengar apa yang harus dikerjakan,

yaitu dengan pendidik menyuruh, memerintah anak untuk melaksanakan

amalan-amalan keagamaan dengan baik dan teratur sesuai dengan

perkembangan jasmani dan rohani anak.

4. Metode Pemberian Perhatian

Yang dimaksud dengan pemberian perhatian adalah mencurahkan,

memperhatikan dan senantiasa mengikuti perkembangan anak dalam

pembinaan akhlak dan moral, persiapan spiritual dan sosial. Di samping

selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan daya hasil

ilmiahnya.

Dalam hal ini orang tua diperintahkan untuk memperhatikan dan

mengikuti serta mengontrol anak dalam segi kehidupan dan pendidikan

yang universal. Hal ini disebabkan anak selamanya di bawah proyeksi

perhatian dan control pendidikan terhadap segala gerak-gerik, ucapan,

perbuatan dan otoritasnya.

5. Metode Pemberian Hukuman

Menurut Muhammad Quthb seperti dikutip oleh Abudin Nata

mengatakan: "Bila teladan dan nasihat tidak mampu, maka pada waktu itu

harus diadakan tindakan tegas yang dapat meletakkan persoalan di tempat

yang benar. Tindakan tegas itu adalah hukuman.32

Pemberlakuan hukuman dalam mendidik anak tidak berhenti pada

pemberian hukuman itu sendiri, melainkan pada tujuan yang ada

didalamnya yaitu agar anak yang melanggar itu insyaf, bertaubat dan

kembali menjadi orang baik.

32Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, hlm.103.

Page 29: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

Dengan pemberian hukuman, anak akan jera dan berhenti

berperilaku buruk. Ia akan mempunyai perasan dan kepekaan yang

menolak mengikuti hawa nafsunya mengerjakan hal-hal yang diharamkan.

E. Guru Akidah Akhlak

Guru akidah akhlak sangat berperan dalam dalam membantu

perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara

optimal, keyakinan ini muncul karena manusia adalah mahluk lemah yang

dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir

bahkan saat meninggal, demikian halnya peserta didik, ketika orang tuanya

mendaftarkan anaknya ke sekolah pada saat itu juga ia menaruh harapan

terhadap guru agar anaknya dapat berkembang secara optimal.

Memahami uraian di atas, betapa besar jasa guru dalam membantu

pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik, mereka memiliki peran

dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak.

Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan

kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan

potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, profesional dan

menyenangkan dengan memposisikan diri sebagai berikut:

1. Orang tua yang penuh kasih sayang terhadap peserta didiknya.

2. Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi peserta didik.

3. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan dan melayani peserta

didik sesuai minat, kemampuan dan bakatnya.

4. Memberikan sumbangan kepada orang tua untuk dapat mengetahui

permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya.

5. Memupuk rasa percaya diri, berani, dan bertanggung jawab.

6. Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan (silaturrahmi)

dengan orang lain secara wajar.

7. Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antar peseta didik, orang

lain dan lingkungan.

Page 30: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

8. Menjadi pembantu ketika diperlukan.33

Untuk memenuhi tuntutan diatas guru harus mampu memaknai

pembelajaran serta menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan

kompentensi dan perbaikan kualitas pribadi peserta didik. Dengan

memperhatikan kajian Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon

and Wenstein (1997) sebagai mana dikutip oleh Mulyasa, dapat

diidentifikasikan sedikitnya ada 12 peran guru yakni:

1. Guru sebagai pendidik yaitu menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi peserta didik dan lingkungannya.

2. Guru sebagai pengajar yaitu guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum dipahami.

3. Guru sebagai pembimbing yaitu guru diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan yang berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan komplek.

4. Guru sebagai pembaharu (inovator) yaitu guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan bermakna bagi peserta didik.

5. Guru sebagai model dan teladan yaitu guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua yang menganggap dia sebagai guru.

6. Guru sebagai pribadi yaitu sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan sebagai pendidik.

7. Guru sebagai peneliti yaitu pembelajaran adalah seni yang dalam pelaksananya memerlukan penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi lingkungan. Untuk itu diperlukan berbagai penelitian yang di dalamnya melibatkan guru.

8. Guru sebagai pendorong kreatifitas yaitu kreatifitas merupakan hal yang penting dalam pembelajaran, dan guru dituntut untuk mendemontrasikan dan menunjukkan proses kreativitas tersebut.

9. Guru sebagi pembangkit pandangan yaitu guru harus terampil dalam berhubungan atau berkomunikasi dengan peserta didik di segala umur, sehingga setiap langkah dari proses pendidikan yang dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang fungsi ini.

10. Guru sebagai pekerja rutin yaitu guru bekerja dengan keterampilan dan kebiasaan tertentu, serta kegiatan rutin yang amat diperlukan dan seringkali memberatkan.

33 E Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan

Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2005), hlm 36

Page 31: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

11. Guru sebagai aktor yaitu sebagai seorang aktor, guru harus melakukan apa yang ada dalam naskah yang telah disusun dan dengan pertimbangan pesan akan disampaikan kepada penonton.

12. Guru sebagai evaluator yaitu evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling komplek karena banyak melibatkan latar belakang dan hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan kontek yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilain.34

F. Peserta didik dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak

Peserta didik sebagai raw material dalam prose transformasi dan

internalisasi menempati posisi yang sangat penting untuk dilihat signifikasi

nya dalam menemukan kebersihan sebuah proses.35

Dalam paradigma pendidikan Islam peserta didik merupakan orang

yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang

masih perlu dikembangkan. Disini peserta didik merupakan mahluk Allah

yang memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf

kematangan baik bentuk, ukuran, maupun pertimbangan pada bagian-bagian

lainnya. Dari segi rohaniah, ia memiliki bakat, memiliki kehendak, perasaan,

dan pikiran yang dinamis.36

Dari kemampuan yang dimiliki peserta didik sejak awal, apabila ia

telah memajukan jenjang sekolah (lembaga pendidikan), hal ini akan menjadi

tanggung jawab para pendidik untuk memberikan bimbingan agar ia bisa

tumbuh-kembang disini pula menuntut kebijakan kepala sekolah sebagai pilar

utama kehidupan sekolah untuk menjalin kerjasama yang baik dengan para

pendidik (guru).

Samsul Nizar menjelaskan deskripsi tenang hakikat peserta didik.37

Yaitu:

34 E Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan

Menyenangkan, hlm. 37-64. 35 Depag RI., Kendali Mutu PAI, (Jakarta: Departemen Agama, 2001), hlm. 12 36 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Al-Ma’arif, Bandung,

1989, hlm. 32 37 Samsul Nizar, M.A., Pendekatan Historis; Teoritik dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Pres,

2003), hlm. 48-49

Page 32: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

1. Peserta didik bukan merupakan miniature orang dewasa akan tetapi

memiliki dunianya sendiri. Hal ini sangat penting untuk dipahami agar

perlakuan terhadap mereka dalam proses ke pendidikan tidak disamakan

dengan pendidikan orang dewasa baik dalam aspek metode mengajar,

materi yang akan diajarkan, sumber bahan yang digunakan dan sebagainya.

2. Peseta didik adalah manusia yang memiliki diferensiasi periodesasi

perkembangan dan pertumbuhan.

3. Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan, baik yang

menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani yang harus dipenuhi

4. Peserta didik adalah mahkluk Allah yang memiliki perbedaan individual

(diferensiasi individual) baik yang disebabkan oleh faktor pembawaan

maupun lingkungan dimana ia berada.

5. Peserta didik merupakan resultan dari dua unsur utama yaitu jasmani dan

rohani

6. Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi (fitrah) yang dapat

dikembangkan dan berkembang secara dinamis.

Peserta didik sebagai individu manusia memiliki sejumlah kemampuan

(ability). Kemampauan ini, ada yang masih bersifat potensial atau kapasitas

(capacity) dan ada yang sudah merupakan kecakapan nyata (achievement).

Kapasitas seringkali dibedakan pula antara kapasitas umum (general capacity)

atau kecerdasan, intelegensi (intelligence), dan kapasitas khusus (special

capacities) yang sering juga disebut bakat (aptitude). 38Dewasa ini bakat ini

pun seringkali disebut intelegensi intelektual, matematis, emosional, spiritual,

dsb. Tiap peserta didik memiliki kapasitas dan kecakapan yang berbeda.

Seseorang mungkin memiliki potensi yang tinggi dalam matematika dan

fisika, sedang dalam bahasa dan ilmu sosial, tetapi rendah dalam seni dan

olahraga. Peserta didik lain sebaliknya, atau tinggi dalam semuanya, atau

bahkan rendah dalam semua bidang.

38 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2007), hlm. 31

Page 33: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

Selain dalam kemampuan, individu manusia juga memiliki keragaman

dalam karakteristik, baik karakteristik yang bersifat permanen maupun

temporer. Karakteristik permanen terutama berkenaan dengan aspek jasmani,

seperti tinggi dan besar badan, postur tubuh, warna kulit, rambut, mata,

kondisi dan kemampuan indera, dsb., tetapi bisa juga berkenaan dengan psikis,

seperti sifat-sifat sabar, gigih, pemberani, pemarah, tekun, dsb. Karakteristik

kontemporer kebanyakan berkenaan dengan aspek psikis terutama kondisi

afektif seperti: semangat, perasan senang, sedih, bahagia, gembira, dsb., tetapi

bisa juga dengan aspek fisik, karena mendapat pengaruh dari faktor-faktor

tertentu seperti : lelah, lapar, ngantuk, sakit, dan lain-lain.39

G. Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak

Istilah strategi pada mulanya digunakan dalam dunia strategi berasal

dari bahasa Yunani “strategi” yang berarti jenderal atau panglima. Sehingga

strategi diartikan sebagai ilmu kejenderalan atau ilmu kepanglimaan, strategi

dalam penegrtian kemiliteran ini berarti cara penggunaan seluruh kekuatan

militer untuk mencapai tujuan perang. Pengertian strategi tersebut kemudian

diterapkan dalam dunia pendidikan. Menurut Ensiklopedia pendidikan, strategi

ialah : The Art Of Bringing To The Battle Field In Favourable Position. Dalam

pengertian ini strategi adalah suatu seni, yaitu seni membawa pasukan kedalam

posisi yang paling menguntungkan.40

Dalam perkembangan selanjutnya strategi tidak lagi hanya seni, tetapi

sudah merupakan ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari dengan demikian,

istilah strategi yang diterapkan dalam dunia pendidikan, khususnya dalam

KBM adalah suatu seni dan ilmu untuk membawakan pengajaran di kelas

sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah diterapkan dapat dicapai secara

efektif dan efisien.41

Jika strategi ini dimasukkan dalam dunia pendidikan secara makna

dalam secara global, strategi merupakan kebijakan, yang mendasar dalam

39 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan. hlm.31 40 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:PT Grasindo, 2002), hlm.4 41 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, hlm.4

Page 34: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

pengembangan pendidikan sehingga tercapai tujuan pendidikan secara lebih

terarah, lebih efektif dan efisien. Jika dilihat secara mikro dalam strata

operasional khususnya dalam proses belajar mengajar maka pengertiannya

adalah “langkah-langkah tindakan yang mendasar dan berperan besar dalam

proses belajar mengajar untuk mencapai sasaran pendidikan.

Dengan demikian maka empat unsur strategi dasar itu operasionalisasi

dalam proses belajar mengajarnya (PBM) adalah memperhatikan pengertian

belajar mengajar itu sendiri lebih dahulu.

Strategi belajar mengajar akidah akhlak yang dikelompokkan

berdasarkan komponen yang mendapat tekanan dalam program pengajaran.

1. Strategi belajar mengajar yang berpusat pada guru

2. Strategi belajar mengajar yang berpusat pada peserta didik

3. Strategi belajar mengajar yang berpusat pada materi pelajaran.42

Dilihat dari kegiatan pengolahan pesan atau materi, maka strategi

belajar mengajar dapat dibedakan menjadi:

1. Strategi belajar mengajar ekspositori dimana guru mengolah secara tuntas

pesan materi sebelum disampaikan, dikelas sehingga peserta didik tinggal

menerima saja

2. Strategi belajar mengajar heuristik/kurirstik, dimana peserta didik mengolah

sendiri pesan/materi dengan pengarahan dari guru.43

3. Strategi belajar mengajar dari cara pengolahan / memproses pesan atau

materi:

4. Strategi belajar mengajar deduksi, yaitu pesan diolah mulai dari umum

menuju kepada yang khusus dan hal-hal yang abstrak kepada hal-hal yang

konkret dan konsep-konsep yang abstrak kepada contoh-contoh yang

konkret.

42 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, hlm. 11 43 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, hlm. 11

Page 35: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

5. Strategi belajar mengajar induksi, yaitu pengolahan pesan yang dimulai dari

hal-hal yang khusus menuju ke hal-hal yang umum, dari peristiwa yang

besifat individu ke generalisasi, dan pengalaman empiris yang individual

menuju kepada konsep umum.44

Untuk menyelesaikan persoalan pokok dalam memilih strategi belajar

mengajar diperlukan suatu pendekatan tertentu. Pendekatan itu merupakan titik

tolak atau sudut pandang kita dalam memandang seluruh masalah yang ada

dalam program belajar mengajar sudut pandang tertentu itu menggambarkan

cara berfikir dan sikap seorang guru dalam menyelesaikan persoalan yang ia

hadapi. Seorang guru yang profesional tidak hanya berfikir tentang apa yang

akan diajarkan dan bagaimana diajarkan tetapi juga tetang siapa yang

menerima pelajaran.45

Masing-masing guru memberi tekanan yang berbeda terhadap

komponen-komponen pengajaran itu. Pemberian tekanan pada aspek terntu

pada strategi belajar mengajar itu sangat tergantung dari persepsi guru tentang

esensi mengajar ada yang berpendapat mengajar itu adalah penyampaian

informasi kepada peserta didik. Dengan demikian maka tekanan pada strategi

belajar. Mengajar terletak pada guru itu sendiri, guru berlaku sebagai sumber

informasi merupakan posisi yang sangat dominan.

Pendekatan lain bertolak dari pendapat bahwa belajar mengajar adalah

usaha untuk menguasai informasi. Dalam hubungan ini, strategi belajar

memusatkan pada materi pelajaran. Pendekatan seperti ini menghasilkan apa

yang disebut dengan material centre strategis, strategi belajar mengajar yang

berpusat pada materi.46

Pendekatan lain seperangkat dari pengertian mengajar sebagai usaha

untuk menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar

mengajar dalam arti ini adalah usaha menciptakan suasana belajar bagi siswa

44 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, hlm. 12 45 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, hlm. 4 46 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar d, hlm 5

Page 36: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

secara optimal. Yang menjadi pusat perhatian dalam PBM ialah siswa.

Pendekatan menghasilkan strategi yang disebut student center strategis.

Strategi belajar mengajar yang berpusat pada peserta didik.47

Ada beberapa pendapat mengenai pendekatan mengajar. Richard

Auderson mengajukan dua pendekatan, yakni pedekatan yang berorientasi

kepada gurru atau disebut Teacher Centered dan pendekatan yang berorientasi

keapda siswa atau disebut Student Centered. Pendekatan pertama disebut pula

tipe stokratis dan pendekatan kedua disebut tipe demokratis pendapat lainnya

dikemukan oleh massiulas yang mengajukan dua pendekatan, yakni

epndekatan ekspositeri dan pendekatan inquiry. Bruce Joyce sebagaimana

dikutip oleh W Gulo mengemukkan 4 kategori yaitu :

1. Pendekatan Ekspositeri Atau Model Informasi Pendekatan ini bertolak dari pandangan, bahwa tingkah laku kelas

dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru/pengajar. 2. Pendekatan Inquiry/Discovery

Pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

3. Pendekatan Interkasi Sosial Pendekatan ini menekankan terbentuknya hubungan antara

individu/siswi yang satu dengan siswa lainnya sehingga dalam konteks yang lebih luas terjadi hubungan sosial individu dengan masyarakat.

4. Pendekatan Tingkah Laku (Behavioral Models) Pendekatan ini menekankan kepada teori tingkah laku, sehingga

aplikasi dari teori behaviorisme.48 H. Media Pembelajaran Akidah Akhlak

Media pembelajaran yaitu suatu media (gedung, alat atau

perlengkapan belajar mengajar, metode atau teknik yang dapat menunjang

kelancaran pelaksanaan program pendidikan dan pengajaran di sekolah.49

Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan

menuju tercapainya tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan

47 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, hlm. 6 48 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru

Algesindo, 1989), hlm. 153-156 49 Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat,

(Jakarta : Gema Insani Press, 1995), halaman 136.

Page 37: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan media mempertinggi kegiatan

belajar anak didik dalam tenggang waktu tang cukup lama. Itu berarti kegiatan

belajar anak didik dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil

belajar yang lebih baik dari pada tanpa bantuan media. 50

Keberadaannya tidak dapat diabaikan begitu saja dalam proses

pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar. Hal ini dikarenakan

tanpa adanya media pembelajaran, pelaksanaan pendidikan tidak akan berjalan

dengan baik, termasuk dalam proses pembelajaran akidah akhlak diantaranya:

1. Alat-alat pengajaran klasikal, yakni alat-alat pengajar yang yang

dipergunakan oleh guru bersama-sama dengan murid, seperti papan tulis,

meja kursi, kapur tulis, buletin, gambar, peta, globe, grafik, poster, dan

lain-lain.

2. Alat-alat pengajaran individual, yakni alat-alat pelajaran yang dimiliki

masing-masing oleh guru dan murid, seperti alat-alat tulis, buku pelajaran

untuk murid, buku-buku pegangan, buku persiapan guru, dan lain-lain.

3. Alat peraga, yakni alat-alat pengajaran yang berfungsi atau memperjelas

ataupun memberikan gambaran yang kongkrit tentang hal-hal yang

diajarkannya, seperti dramatisasi, bermain peranan, sosiodrma, sandiwara

boneka, dan sebagainya.

4. Alat-alat pendidikan modern, adanya perkembangan teknologi modern

maka timbullah alat-alat modern yang dapat dipergunakan dalam bidang

pendidikan. Alat-alat modern tersebut antara lain :

5. Visual Aids, yakni alat-alat pendidikan yang dapat diserap melalui indera

penglihatan, seperti gambar-gambar yang diproyeksikan, .

6. Audio Aids, yakni alat-alat pendidikan yang diserap melalui indera

pendengaran, seperti radio, tape recorder, dan lain-lain

7. Audio Visual, yakni alat-alat pendidikan yg dapat diserap dengan

penglihatan dan pendengaran seperti televisi, film, slide dan lain-lain.51

50 Saiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta; Rieneka

Cipta, 2006), hlm. 122 51 Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama Dilengkapi dengan Modul dan

Permainan Simulasi, (Surabaya : Usaha Nasional, 1983), halaman 51-53.

Page 38: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

Berbagai macam media tersebut, tentunya memiliki kelebihan dan

kekurangan masing-masing dan setiap media tidak dapat digunakan dalam

kondisi dan keadaan yang sama. Misalnya : guru sedang menerangkan materi

tentang perilaku terpuji tentu media yang cocok adalah media audio visual

yang berupa film yang bercerita tentang kesabaran selain media tersebut tidak

memungkinkan untuk memakai media lain Oleh karena itu guru harus

membantu menyelaraskan antara media yang digunakan dengan materi yang

disampaikan.

Dalam memilih media pembelajaran akidah akhlak perlu

dipertimbangkan

1. Ekonomis, bukan berarti murah, tetapi kemanfaatannya dalam jangka

panjang terhitung murah.

2. Praktis dan sederhana tidak memerlukan pelayanan serta pengadaan

sampingan yang sulit.

3. Mudah diperoleh dalam arti sumber belajar itu dekat tidak perlu diadakan,

dibeli di toko dan pabrik.

4. Bersifat fleksibel dalam arti dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan

intruksional dan tidak dipengaruhi faktor luar.

5. Komponen-komponen sesuai dengan tujuan. 52

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih media terutama

adalam pembelajaran akidah akhlak antara lain:

1. Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan pembelajaran

yang telah ditentukan. Tujuan pembelajaran merupakan komponen

terpenting dalam KBM. Guru mampu menilai apakah media ini cocok atau

tidak dengan pembelajaran yang ingin dicapai. Sebagai contoh: Guru

mengajar siswa mampu mengenal rukun iman. Maka media yang

sebaiknya dipilih oleh guru adalah media yang mampu menyampaikan

materi tersebut dengan tepat, yaitu dapat nyanyian (alat audio visual).

52 Nana Sudjana, et. al., Pedoman Guru Menyusun Bahan Pelajaran, (Jakarta: Grasindo,

1991), hlm. 4.

Page 39: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

2. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam

memilih media materi yang bersifat prinsip ataupun konsep sangat

memerlukan media agar lebih mudah dipahami oleh siswa. Sesuai atau

tidak antara materi dengan media yang digunakan akan berdampak pada

hasil pembelajaran siswa.

3. Kondisi audien (siswa) dari segi subyek belajar menjadi perhatian yang

serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai kondisi anak. Kondisi

siswa meliputi usia, intelegensi, latar belakang pendidikan, budaya dan

lingkungan dimana siswa tinggal.

4. Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru untuk

mendesain sendiri. Seringkali satu media dianggap tepat untuk digunakan

di kelas akan tetapi di sekolah tersebut tidak tersedia, sedangkan untuk

mendesain atau merancang media yang diinginkan, tidak mungkin

dilakukan oleh guru.

5. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan

disampaikan kepada siswa secara efektif dan efisien.

6. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media harus seimbang

dengan hasil yang akan dicapai, pemanfaatan media yang sederhana

memungkinkan lebih menguntungkan dari pada menggunakan media yang

sederhana mungkin lebih menguntungkan dari pada menggunakan media

yang canggih bilamana hasil yang dicapai tidak sebanding dengan dana

yang dikeluarkan. 53

I. Sarana dan Prasarana Pembelajaran Akidah Akhlak

Sarana pembelajaran sering diartikan oleh sebagian orang dengan istilah

alat pembelajaran dan bahkan sumber pembelajaran. Sarana pembelajaran

ialah suatu tindakan, perbuatan, situasi atau benda yang dengan sengaja

diadakan untuk mencapai suatu tujuan di dalam pendidikan. Sarana

pembelajaran bukanlah suatu resep yang sewaktu-waktu dapat digunakan

secara tepat guna atau mantap, tapi sarana pembelajaran merupakan suatu yang

53 Usman M. Basyiruddin dan Asnawir, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers,

2002), hlm. 15

Page 40: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

harus dipilih sesuai dengan tujuan pendidikan atau pembelajaran. Jelasnya,

kongkret saja, tetapi juga berupa nasehat, tuntunan juga bimbingan. 54

Sarana pendidikan tidak terbatas pada benda-benda yang bersifat

kongkret saja, tetapi juga berupa nasehat, tuntunan juga bimbingan. Banyak

yang bisa dipergunakan sebagai sarana pembelajaran sehingga membantu

tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien, seperti buku tulis,

tempat ibadah (masjid atau mushalla), tempat wudlu yang memadai, miniatur

ka’bah, dan lain-lain. Lembaga-lembaga keagamaan, seperti yayasan, bazis,

rumah sakit, bisa dijadikan sumber belajar dalam pembelajaran agama. Yang

penting pula adalah perpustakaan Madrasah yang menyediakan berbagai buku,

novel, lagu yang islami yang membangkitkan semangat keislaman bisa

dijadikan media dan sarana pembelajaran. Memanfaatkan lingkungan sosial

sebagai media pembelajaran adalah urgen. Urgensi ini sedikitnya

membangkitkan gairah siswa untuk belajar mencontoh bagaimana lingkungan

sosial yang baik itu terbentuk.55

Merencanakan sarana pembelajaran akidah akhlak dilakukan sebagai

berikut:

1. Alat Pelajaran

a. Merenacanakan kebutuhan buku, alat praktik, bahan praktik, dan alat

laboratorium berdasarkan kurikulum yang berlaku dengan

memperhatikan jumlah siswa.

b. Mendiskusikan jenis alat yang harus dibeli mana yang dapat

dikembangkan sendiri.

c. Mendasarkan pengadaan alat pelajaran pada prioritas.

d. Mencatat fasilitas perpustakaan dengan cermat dan tertib.

e. Menentukan penanggung jawab laboratorium dan perpustakaan

2. Alat Peraga

54 Depag RI, Membiasakan Tradisi Agama, Arah Baru Pengembangan Pendidikan

Agama Islam pada Madrasah Umum, Jakarta, Dirjen KAI, 2004. hlm. 57. 55 Depag RI, Membiasakan Tradisi Agama, Arah Baru Pengembangan Pendidikan

Agama Islam pada Madrasah Umum, Jakarta, Dirjen KAI, 2004. hlm. 57.

Page 41: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

Menyusun kebutuhan alat peraga menurut jenisnya dengan

memperhatikan jumlah siswa.

Pengadaan perlengkapan pembelajaran akidah akhlak di Madrasah

biasanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan perkembangan

Madrasah, menggantikan barang-barang yang rusak, hilang, dihapuskan dan

sebab-sebab lain yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengadaan perlengkapan

pendidikan di Madrasah sebaiknya direncanakan dengan hati-hati.

Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan dapat diklasifkasikan sebagai

suatu proses memikirkan dan menetapkan program pengadaan fasilitas

Madrasah, baik yang berbentuk sarana maupun prasarana pendidikan di masa

yang akan datang.56

J. Problematika dalam Pembelajaran Akidah Akhlak

Secara umum problematika pembelajaran akidah akhlak di Madrasah

Ibtidaiyah antara lain:

1. Problematika pada guru

Setiap guru seharusnya dapat mengajar di depan kelas. Bahkan

mengajar itu dapat dilakukan pula pada sekelompok siswa di luar kelas

atau di mana saja.57 Namun kenyataannya tidak semua guru dapat

melaksanakan tugasnya dengan baik. Padahal seorang guru memiliki

tanggung jawab bukan hanya mengajar namun masih banyak yang harus

dilakukannya.

Dalam buku belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya58

mengemukakan tanggung jawab guru cukup banyak yaitu meliputi hal-hal

berikut ini:

a. Memberi bantuan kepada siswa dengan menceritakan sesuatu yang

baik, yang dapat menjamin kehidupannya.

56 Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Madrasah, Teori dan Aplikasinya, Jakarta,

Bumi Aksara, 2004, hlm. 40. 57 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. (Jakarta: Rineka Cipta,

2003), hlm. 31 58 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, hlm. 33

Page 42: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

b. Memberikan jawaban langsung pada pertanyaan yang diminta oleh

siswa.

c. Memberikan kesempatan untuk berpendapat.

d. Memberikan evaluasi.

e. Memberikan kesempatan menghubungkan dengan pengalamannya

sendiri.

Hal di atas merupakan sebagian kecil dari tanggung jawab guru.

Disamping tanggung jawab yang lain yang cukup penting. Tanggungjawab

yang sangat penting itu adalah menyampaikan materi dengan baik kepada

siswa serta bagaimana mendidik siswa agar memiliki ahklak yang mulia.

Guru diharapkan tidak hanya mampu mengajar saja namun

kemampuan yang lain seperti yang telah disebutkan di atas juga harus

dikuasai. Karena guru di tuntut agar dapat menjadi seorang organisator

yaitu orang yang mengorganisasikan sesuatu. Orang yang dapat

mengorganisasikan segala sesuatu dengan baik maka dia akan dapat

mengendalikanya.

Organisator yang baik memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri

tersebut antara lain:

a. Bukan penguasa yang tak terbatas, ia tidak membuat keputusan sendiri.

Dalam mengambil keputusan didasarkan pada musyawarah yang

pelaksanaannya secara demokratis. Dalam hal ini berarti guru tidak

mengambil keputusan sendiri. Guru melakukan musyawaroh dengan

anak didiknya dalam menentukan sesuatu.

b. Seseorang organisator yang baik tidak memiliki tingkah laku yang

sama dengan anggota yang lain. Ia memiliki kekuasaan yang khusus

dan peraturan yang khusus pula. Dalam hal ini berarti guru tidak

bertingkah laku sama dengan murid. Guru memiliki kelebihan dan ada

hal khusus yang harus dimilikinya.

c. Membantu anggota kelompok atau group itu untuk menemukan,

merumuskan dan menjelaskan tujuan dari apa yang dipelajari. Dalam

Page 43: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

hal ini berarti guru membantu siswa dalam menentukan dan

mengetahui tujuan dari apa yang dipelajari.

d. Mewakilkan dan membagi tanggung jawab seluas mungkin. Dalam hal

ini guru berperan secara adil dalam memberikan tanggung jawab

kepada para siswanya.

e. Harus berani dan berinisiatif yang berguna. Organisator yang baik

memandang group dengan kerjanya sebagai potensi yang membangun.

Guru dituntut untuk berinisiatif yang baru dan berguna bagi semuanya.

Potensi yang ada pada anak didik harus dilihat secara positif dan

bermanfaat untuk membangun menuju hal yang lebih baik.

f. Selalu membangun kekuatan, jangan menekankan pada kelemahanya.

Dia memiliki pendapat yang konstan bahwa setiap orang mampu

menyelesaikan pekerjaan, mampu menyumbangkan pikiran, walaupun

kadang-kadang berbeda dari yang diharapkan. Dalam hal ini guru

selalu dituntut bahwa siswanya adalah orang yang mampu untuk

menyelesaikan sebuah permasalahan. Selalu berpikir positif terhadap

kemampuan siswa.

g. Memelihara kritik pada dirinya yang mengevaluasi diri sendiri di

dalam kelompok. Sebagai seorang pemimpin, direktur dan juga

pembimbing dia harus kerap kali mengambil dirinya untuk lahir di

dalam kelompok, dimana mereka memiliki keberhasilan maupun

kejatuhan. Guru harus siap menerima kritik dengan kondisi yang

bagaimanapun.

h. Memelihara pengawasan atau kontrol, karena tanpa pengawasan

kelompok tidak dapat berfungsi dengan baik. Guru selalu menjaga

kontrol dan pengawasan terhadap anak didiknya. Dengan adanya

kontrol ini sangat berpengaruh untuk melihat atau memantau sejauh

mana perkembangan seseorang.59

59 Mangun Budiyanto, Pendidikan Al qur'an.(Yogyakarta: Team Tadarus AMM , l990),

hlm. 8

Page 44: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

Apabila guru memiliki ciri-ciri tersebut diatas maka dia akan

menjadi seorang organisator yang baik, terutama dalam tugas mengajar.

Guru tersebut dapat mengorganisasikan belajar yang dilakukan oleh siswa.

Dengan hal seperti itu maka pembelajaran akan berjalan dengan baik.

Pekerjaan mengajar bukanlah hal yang ringan. Seorang guru

harus berhadapan dengan sekelompok orang, mereka merupakan

sekelompok makhluk hidup yang memerlukan bimbingan dan pembinaan

menuju pada kedewasaan.

Mengingat tugas yang begitu berat, maka guru dituntut untuk

memiliki prinsip-prinsip mengajar yang harus dilakukan seefektif mungkin

agar guru tidak asal mengajar. Ada beberapa pendapat mengenai prinsip-

prinsip mengajar. Namun di sini akan disampaikan pendapat yang

mengatakan bahwa mengajar memiliki 10 prinsip.60 Kesepuluh prinsip

tersebut adalah:

a. Perhatian

Guru dituntut dapat menarik perhatian dari siswanya. Apabila

siswa telah dapat memperhatikan dengan baik maka pelajaran akan

lebih mudah masuk dan diterimanya. Biasanya siswa akan lebih

perhatian pada hal yang sesuai dengan minat dan bakatnya.

b. Aktivitas

Guru dituntut agar siswa dapat melakukan aktivitas tertentu.

Aktivitas tersebut diharapkan akan mendapatkan sesuatu yang

bermanfaat. Apabila siswa dapat mengambil sesuatu dari aktivitasnya

sendiri maka sesuatu itu akan lebih mudah diingat karena berasal dari

penemuanya sendiri.

c. Apersepsi

Guru diharapkan mampu menghubungkan apa yang akan ia

sampaikan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Sehingga

apa yang disampaikan sesuai dengan kemampuannya dan siswa merasa

tidak begitu berat menerima pelajaran tersebut. Siswa akan dapat

60 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, hlm. 35

Page 45: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

menghubungkan antara pelajaran yang dipelajari dengan kemampuan

yang dimilikinya.

d. Peragaan

Dalam menyampaikan materi hendaknya guru dapat

menunjukkan secara langsung benda yang diterangkan kepada murid.

Tentunya hal ini terkait dengan benda atau hal-hal yang bersifat

kongkrit. Dengan peragaan seperti ini anak akan lebih mudah

mengingat dibandingkan hanya dengan kata-kata atau tulisan. Alat

yang dapat digunakan juga sangat bervariasi bisa dengan model,

gambar, benda tiruan, radio, tape, televise, VCD, dll.

e. Repetisi

Repetisi memiliki makna mengulang-ulang. Sehingga dalam

hal ini guru diharapkan mengulang-ulang apa yang disampaikan.

Dengan cara seperti ini akan menjaga ingatan siswa yang terkadang

melupakan hal yang telah dipelajarinya. Pengulangan dapat dilakukan

dalam waktu-waktu tertentu atau pada saat sebelum melanjutkan

materi berikutnya.

f. Korelasi

Dalam menyampaikan pelajaran guru dituntut untuk dapat

memberikan hubungan dengan pelajaran yang lain. Dengan hal ini

akan memberikan pemahaman kepada siswa bahwa ilmu pengetahuan

saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Ilmu saling

melengkapi dan saling menunjang.

g. Konsentrasi

Guru dituntut agar dapat mengkondisikan siswanya agar dapat

konsentrasi dalam belajar. Dengan cara seperti itu siswa akan fokus

dan perhatian penuh dengan apa yang sedang dipelajarinya.

Konsentrasi sangatlah penting dalam proses belajar mengajar. Karena

pembelajaran bukan hanya kerja fisik tapi juga psikis.

Page 46: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

h. Sosialisasi

Sosialisasi sangat penting dalam kehidupan. Siswa diarahkan

agar dapat bergaul dengan teman yang lain. Baik di dalam kelas

maupun di luar kelas. Guru juga dapat mempola pembelajaran agar

menjadi media bagi anak untuk bersosialisasi. Misalnya dengan

membentuk kelompok belajar, diskusi kelompok, dan lain sebagainya.

i. Individualisasi

Guru diharapkan memahami karakteristik dari masing-masing

siswa. Karena setiap siswa merupakan individu yang berbeda dengan

yang lain. Dengan mengetahui karakteristik dari masing-masing siswa

maka guru dapat melakukan pendekatan yang berbeda. Guru juga

dapat mengetahui perkembangan siswa secara pribadi-pribadi. Hal ini

untuk menentukan langkah ke depan yang akan ditentukan.

j. Evaluasi

Semua kegiatan belajar mengajar perlu dievaluasi. Evaluasi

dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam

menangkap materi yang disampaikan. Evaluasi sangat penting baik

bagi guru maupun bagi murid itu sendiri. Dengan hasil evaluasi dapat

menambah semangat belajar siswa juga dapat menambah Performa

guru dalam mengajar sekaligus mengetahui kelemahan dan

kekurangan dalam menyampaikan materi.

Sepuluh hal di atas merupakan prinsip-prinsip mengajar yang

hendaknya dapat dikuasai oleh guru. Apabila guru dapat melaksanakan

semua hal di atas dengan baik maka proses belajar mengajar dapat berjalan

dengan maksimal.

2. Problematika pada sistem pengelolaan dan metode pengajaran.

Problematika yang dihadapi berikutnya adalah yang berkaitan

dengan sistem pengelolaan dan metode pengajaran. System pengelolaan

yang diterapkan oleh sebuah lembaga pendidikan terkadang mendatangkan

problematika tersendiri. Sistem pengelolaan terhadap sebuah lembaga atau

Page 47: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

yang penulis katakan dengan management merupakan hal yang tidak kalah

pentingnya.

Bagaimana pemimpin lembaga tersebut mengelola lembaganya

merupakan salah satu hal yang juga akan ikut mempengaruhi terhadap

perjalanan pendidikan. Pemimpin lembaga seharusnya dapat memanajemen

dengan baik semua komponen yang ada agar dapat menjadi satu kesatuan

yang utuh. Mengusahakan keserasian antara kegiatan tiap orang dan tiap

pihak demi mencapai sasaran dan tujuan bersama atau yang disebut dengan

koordinasi merupakan inti manajemen.61

Dengan adanya manajemen yang baik dari seorang pemimpin maka

diharapkan perjalanan pendidikan pada lembaga tersebut dapat berjalan

dengan baik dan sesuai dengan apa yang diinginkan. Dengan seperti itu

maka problematika yang berkaitan dengan manajemen akan dapat di

minimalisir.

Selain problematika yang berkaitan dengan pengelolaan juga ada

problematika yang berkaitan dengan metode pengajaran. Terkadang metode

yang diterapkan oleh guru tidak cocok bagi siswa dan siswa tidak dapat

menangkap pelajaran dengan baik. Masih amat banyak guru yang belum

memahami metode yang bagaimana yang harus ia terapkan dalam

menyampaikan suatu materi.

Sebelum menerapkan metode yang akan diterapkan seharusnya

guru memahami tugas pokoknya. Dengan mengetahui tugas pokoknya

maka guru akan memiliki tanggung jawab yang besar dan berusaha

melaksanakan tugasnya dengan baik. Dalam buku Wawasan Tugas Tenaga

Guru dan Pembina Pendidikan Agama Islam Drs. Hadirja Paraba

menyampaikan tugas pokok guru.62 antara lain:

a. Mengajar

b. Mendidik

61 J Riberu, Dasar-Dasar Kepemimpinan. (Jakarta: Dep. Agama RI, Pedoman Ilmu Jaya,

1989), hlm. 62 62 Hadirja Paraba, Wawasan Tenaga Guru dan Pembina Pendidikan Agama Islam, Dep.

Agama RI. (Jakarta: Friska Agung Insani, 2000), hlm. 14

Page 48: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

c. Melatih

d. Menilai atau mengevaluasi

Dengan mengetahui tugas pokok seperti di atas tentunya guru akan

berpikir apa yang harus dilakukan sebagai pelaksanaan tugas pokoknya.

Dengan seperti itu guru telah berusaha mencari cara atau jalan yang akan

ditempuhnya. Seperti dalam hal mengajar tentunya guru akan berpikir

bagaimana cara mengajarnya, apa yang akan diajarkanya, alat apa yang

akan digunakan, dan lain sebagainya.

Dalam hal mengajar tentunya diinginkan hal yang efektif. Dan

mengajar yang efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar siswa

yang efektif pula.63 Dalam hal mengajar yang efektif ini Drs. Slameto

dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya juga

menyampaikan syarat-syarat bagi mengajar yang efektif. Beliau

menyampaikan untuk melaksanakan mengajar yang efektif diperlukan

syarat-syarat sebagai berikut:

a. Belajar secara aktif baik mental maupun fisik.

b. Guru harus mempergunakan banyak metode pada waktu mengajar.

c. Motivasi, guru hendaknya memberikan motivasi yang tepat bagi anak.

Dengan motivasi tersebut anak akan belajar lebih giat dan rajin serta

bersemangat.

d. Kurikulum yang baik dan seimbang.

e. Guru perlu mempertimbangkan perbedaan individual.

f. Selalu membuat perencanaan sebelum mengajar.

g. Sugesti yang kuat akan merangsang siswa untuk rajin belajar.

h. Guru memiliki keberanian menghadapi siswa-siswanya.

i. Guru dapat menciptakan suasana yang demokratis di sekolah.

j. Dalam penyampaian materi guru perlu memberikan permasalahan yang

merangsang anak untuk berfikir.

k. Pelajaran yang diberikan pada siswa perlu diintegrasikan.

63 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, hlm. 92

Page 49: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

l. Pelajaran di sekolah dihubungkan dengan kehidupan nyata di

masyarakat.

m. Guru memberikan kebebasan pada siswa untuk dapat menyelidiki

sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri, memecahkan masalah

sendiri.

n. Pengajaran remedial untuk mengulangi apa yang pernah disampaikan.

Dengan berbagai macam hal diatas, apabila dapat diterapkan

dengan baik maka proses pengajaran akan berjalan dengan baik dan efektif.

Guru juga dapat menentukan metode pengajaran yang sesuai dengan mata

pelajaran yang disampaikanya.

3. Problematika pada anak didik

Problematika yang selanjutnya adalah problematika yang dihadapi

oleh anak didik atau siswa. Siswa juga mengalami banyak problem dalam

belajarnya. Ada hal-hal yang dapat mempengaruhi belajar siswa, yang

secara umum ada dua faktor yang mempengaruhinya yaitu faktor intern dan

ekstern64 hal itu juga sama persis dengan apa yang disampaikan oleh Drs.

Slameto65. Problematika yang ada pada siswa juga berkaitan dengan faktor

yang ada baik intern maupun ekstern.

4. Problematika Manajemen

Dalam bidang manajemen selama ini tampak bahwa sebagian

Madrasah Ibtidaiyah belum dikelola secara memadai untuk mengadakan

perbaikan atau upaya dan profesionalisme umumnya masih sangat rendah.

Semua itu tentu akan sangat mempengaruhi proses pembelajaran di dalam

kelas. Di kalangan pengelola Madrasah Diniyah sendiri, penerapan

prinsip-prinsip manajemen modern nampaknya masih merupakan barang

mewah.66

64 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. (Jakarta : Rineka Cipta, 2004),

hlm. 78 65Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, hlm. 54 66 A. Malik Fadjar, Madrasah dan Tantangan Modernitas, (Bandung : Mizan, 1998), hlm.

41

Page 50: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

5. Problematika Metode

Metode sebagai salah satu sarana penting dalam proses pendidikan,

di lembaga pendidikan Islam sering kita jumpai pendekatan metodologi

pendidik masih terpaku pada orientasi tradisionalistis sehingga tidak

mampu menarik minat dari peserta didik. Metode yang digunakan

biasanya hanya menitikberatkan pada kemampuan verbalistik.67

6. Problematika Sarana dan Fasilitas

Pembelajaran akidah akhlak sebagaimana pendidikan lainnya juga

membutuhkan sarana dan fasilitas yang membawa peserta didik untuk

lebih memahami materi.

Sarana yang bersifat fisik seperti fasilitas peribadatan dan buku-

buku bacaan yang bernilai moral–religius, alat-alat peraga pendidikan

agama dan yang memotivasi perilaku susila atau sopan santun sosial dan

nasional, disamping mendorong terciptanya kemampuan kreatif dalam

berilmu pengetahuan, dan lain sebagainya. Perlu disediakan. Akan tetapi,

dalam sarana tersebut belum memadai, karena sumber dana yang terbatas

maka kelengkapan sarana dan fasilitaspun terbatas pula.

Di lingkungan sekolah pendidikan pada umumnya dan pembelajaran

akidah akhlak pada kenyataannya dipraktekkan sebagai pengajaran yang sifatnya

verbalistik. Pendidikan yang terjadi di sekolah formal adalah dikte, diktat,

hafalan, tanya jawab, dan sejenisnya yang ujung-ujungnya hafalan anak di tagih

melalui evaluasi tes tertulis. Kalau kenyataannya seperti itu berarti anak didik

baru mampu menjadi penerima informasi belum menunjukkan bukti telah

menghayati nilai-nilai Islam yang diajarkan. Pendidikan akhlak seharusnya

bukan sekedar untuk menghafal, namun merupakan upaya atau proses, dalam

mendidik murid untuk memahami, mengetahui sekaligus menghayati dan

mengamalkan nilai-nilai Islam dengan cara membiasakan anak mempraktekkan

ajaran Islam dalam kesehariannya. Ajaran Islam sejatinya untuk diamalkan bukan

sekedar di hafal, bahkan lebih dari itu mestinya sampai pada kepekaan akan

67 Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993), hlm. 122.., hlm.

99

Page 51: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

amaliah Islam itu sendiri sehingga mereka mampu berbuat baik dan menghindari

berbuat jahat.68

Dalam situasi dan kondisi lingkungan masyarakat, keluarga, sekolah

sebagaimana dipaparkan sebelumnya, tentu akan sangat rentan bagi tumbuhnya

perilaku agresif dan menyimpang di kalangan siswa. Hampir setiap hari kita dapat

saksikan dalam realitas sosial banyak perilaku menyimpang yang dilakukan oleh

siswa, seperti menurunnya moral dan tata krama sosial dalam praktik kehidupan

sekolah, maupun masyarakat, yang pada dasarnya tidak sesuai dengan nilai-nilai

agama dan budaya lokal yang dianut masyarakat setempat.

Melihat fenomena tersebut masih banyak problem yang harus di

selesaikan meliputi metode dan pendekatan untuk menyampaikan esensi dan

klasifikasi ajaran Islam yang harus diutamakan. Ajaran Islam harus

mencerminkan perilaku keseharian dan kepribadian sekaligus spiritualisme dalam

hubungan antara manusia dan khalik-Nya.

68 A. Qodri A. Azizy, Pendidikan (Agama) untuk Membangun Etika Sosial, (Semarang :

Aneka Ilmu, 2003), Cet. II, hlm. 64-65

Page 52: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

BAB III

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MI

SURODADI I SAWANGAN MAGELANG

A. Gambaran Umum MI Surodadi I Sawangan Magelang

1. Keadaan Historis MI Surodadi I Sawangan Magelang

Masyarakat Surodadi dan sekitarnya pada umumnya penganut

agama Islam yang kuat. Mereka mencita-citakan generasi muda mereka

merupakan generasi yang kuat dibidang ilmu pengetahuan umum dan

agamanya. Oleh karena itu apabila anak mereka telah tamat sekolah dasar.

Bisanya dilanjutkan ke Pondok Pesantren, ada yang ke Tegalrejo, Gontoir,

dan sebagainya sesuai dengan selera mereka. Dengan demikian mereka

harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk dapat mewujudkan

gagasan tersebut diatas. Sedangkan dengan kemajuan zaman mereka mulai

berfikir bagaimana cara mewujudkan cita-cita tersebut dengan efisien

dalam waktu tidak terlalu lama.

Untuk itu muncul sebuah gagasan untuk mendirikan sebuah

lembaga pendidikan yang mampu mencakup pendidikan umum dan aspek

agama. Beberapa tokoh masyarakat Surodadi dengan diam-diam dan

sambil lalu (sesuai dengan kondisi saat itu)mengemukakan gagasan

tersebut pada teman sejawat mereka. Akhirnya dengan disponsori oleh

Bapak Muhammad Siraj Kromoharjo Bp. Sutejo dan Bp. Prawirosutrisno

diadakan rapat pembentukan pengurus pendirian sekolah dengan

mengundang beberapa tokoh masyarakat dari lain dukuhan.

Masyarakat Dukuh Surodadi Sawangan Magelang mendukung

keberadaan madrasah, hal ini terbukti setiap tahunnya masyarakat

berbondong-bondong untuk menit9pkan putra-putrinya untuk belajar di

MI Surodadi 1. Pada awal berdirinya madrasah seperti sekolah-sekolah

lain, yaitu belum memiliki gedung sendiri dan proses pembelajaran

menumpang di rumah penduduk yang peduli akan pendidikan. MI

Surodadi I berdiri pada tahun 1957, dan tahun 1962 sudah mampu

Page 53: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

mendirikan gedung berukuran 24 m lebar 6 m dengan sumber daya gotong

royong masyarakat sekitar.

MIM Surodadi Sawangan Magelang dalam melaksanakan kinerja

pembelajaran memiliki visi dan misi yang ingin dicapai. Sebagai visinya

yaitu: wujudnya MIM Surodadi I Sawangan Magelang sebagai sekolah

dasar yang bercirikan Islam yang handal sebagai basis pendidikan lebih

lanjut. Kemudian misi MIM Surodadi I Sawangan Magelang adalah:

a. Mewujudkan kultur madrasah sebagai kultur mendidik yang islami dan

berwawasan kedepan

b. Memberikan didikan kepribadian yang utuh menurut tuntunan agama

Islam berbudi luhur bangsa

c. Mengembangkan kemampuan dasar dan akademik yang memadai

sebagai bekal kelanjutan belajar pada pendidikan menengah dan tinggi.

d. Mengembangkan ketrampilan dasar yang memadai sebagai bekal

penyesuaian hidup bermasyarakat dan pengembangan kemampuan

keahlian

e. Membentuk manusia muslim yang berakhlak mulia, cakap, terampil,

percaya pada diri sendiri berguna bagi masyarakat dan negara.

Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, MIM Surodadi I

Sawangan Magelang telah mampu melaksanakan tugas yang diikuti oleh

sumber daya manusia yang profesional. Pengadaan guru sudah sesuai

dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki, sehingga di dalam proses

pembelajaran guru mampu melaksanakan secara maksimal.

MIM Surodadi I Sawangan Magelang telah banyak meluluskan

siswa yang saat ini tahun 2010 sudah banyak berhasil atau mendapatkan

pekerjaan yang layak, ada yang menjadi polisi, guru, dokter, bidan dan

lain sebagainya. Merupakan kebanggan tersendiri bagi madrasah, karena

setiap tahun selalu meluluskan siswa 100%.

Keberadaan MIM Surodadi I Sawangan Magelang sangat

dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga kerjasama yang baik diantara

madrasah dengan masyarakat di dalam meningkatkan proses pembelajaran

Page 54: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan mutu madrasah

yang lebih baik. 69

2. Struktur Organisasi MIM Surodadi I Sawangan Magelang

Suatu lembaga pendidikan supaya proses pembelajaran dapat

berjalan secara maksimal, minimal harus memiliki struktur organisasi

yang satu sama lain saling keterkaitan. Struktur MIM Surodadi I

Sawangan Magelang dapat disampaikan berikut ini:

Struktur MIM Surodadi I Sawangan Magelang

Dari struktur organisasi tersebut diatas nampak sekali adanya

kerjasama yang baik diantara personal MIM Surodadi I Sawangan

Magelang di dalam melaksanakan tugas. Sehingga kerjasama yang baik

diantara beberapa komponen tersebut merupakan salah satu jalan yang

ditempuh untuk melaksanakan program pembelajaran yang dimulai dari

kepala madrasah sampai murid.70

69 Wawancara dengan kepala sekolah Ibu Rina Lestari, A.Ma, Pada Tanggal 7 April 2011 70 Wawancara dengan kepala sekolah Ibu Rina Lestari, A.Ma, Pada Tanggal 7 April 2011

Bendahara Kepala Madrasah

Komite

Perpustakaan Tata Usaha

Gr. KELAS Guru. Fak Gr. Pembina

M U R I D

Page 55: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

3. Sarana dan Prasarana

a. Gedung dan fasilitas yang ada

1) 7 lokal ruang belajar (kelas)

2) 1 lokal kantor guru

3) 1 lokal perpustakaan

4) Dapur

b. Administrasi sekolah

a. Administrasi guru

1) Buku induk guru

2) Buku daftar hadir guru

3) Buku paket

4) Buku kumpulan ijin guru

5) Buku kurikulum dan GBPP

6) Buku agenda mengajar

7) Buku RP, program semester, program tahunan

b. Administrasi Murid

1) Buku daftar murid

2) Buku induk murid

3) Buku mutasi murid

4) Buku induk ujian

5) Buku daftar hadir

6) Buku legger

7) Buku raport

8) Buku kumpulan nilai semester, ujian

c. Administrasi perkantoran

1) Buku tamu umum dan khusus

2) Buku agenda masuk dan keluar

3) Buku ekspedisi surat menyurat

4) Papan jadwal pelajaran, statistik siswa

5) Papan keadaan guru

6) Papan kaldik

Page 56: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

d. Alat-alat penunjang KBM

1) Globe

2) Peta dunia/indonesia

3) Alat olahraga

4) Alat peraga IPA

5) Alat matematika sederhana

6) Komputer

Dilihat dari saran prasarana tersebut fasilitas, sudah dapat

dipastikan, bahwa kegiatan pembelajaran di MI Surodadi I Sawangan

Magelang dilaksanakan secara maksimal yang didukung dengan sarana

dan prasarana pembelajaran yang telah disediakan.71

B. Pelaksanaan Pembelajaran Akidah Akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan

Magelang Secara Umum

Ada beberapa hal yang terkait dengan proses pembelajaran akidah

akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang.

1. Tujuan pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang

Sistem pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan

Magelang sudah menggunakan kuriklulum tingkat satuan pendidikan

(KTSP). Proses pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan

Magelang mempunyai komponen pembelajaran antara lain tujuan, yaitu

yang memberikan ke arah mana pembelajaran aqidah akhlak berjalan.

Materi yaitu materi apa yang harus disampaikan kepada peserta didik.

Metode yaitu bagaimana cara menyampaikan materi yang telah diberikan

kepada peserta didik. Sedangkan media yang dimaksud yaitu media apa

saja yang digunakan pada materi yang akan disampaikan.

Adapun tujuan umum yang ingin dicapai dalam pembelajaran

akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang yaitu untuk

terbentuknya peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT,

berbudi pekerti yang luhur (berakhlak mulia), memiliki pengetahuan

71 Dokumentasi MI Surodadi I Sawangan Magelang yang dikutip Pada Tanggal 7 April

2011

Page 57: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

tentang ajaran pokok ajaran agama Islam dan mengamalkannya dalam

kehidupan sehari-hari, serta memiliki pengetahuan yang luas dan

mendalam tentang Islam sehingga memadai baik untuk kehidupan pribadi

atau bermasyarakat maupun untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi.72

2. Materi Pembelajaran Akidah Akhlak

Muatan materi pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1

Sawangan Magelang diberlakukan materi-materi dalam akidah akhlak

masih tetap didalamnya termuat inti pokok dari ajaran Islam yang memuat

akidah (masalah keimanan) dan akhlak baik akhlak terhadap Allah, akhlak

terhadap sesama manusia, atau akhlak terhadap lingkungan.73

3. Interaksi guru dan siswa

Interaksi yang dilakukan dalam pembelajaran aqidah akhlak

dengan menggunakan dilakukan dua arah yaitu antara guru dan peserta

didik saling menghargai dan menghormati dalam proses belajar mengajar,

guru memberikan pertanyaan kepada siswa agar siswa aktif menjawab.

4. Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak

Strategi yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran

Akidah Akhlak dilakukan dengan mengelompokkan siswa yaitu diantara

siswa melakukan pembelajaran tutor sebaya, siswa mempunyai

kemampuan lebih mejdi tutor bagi siswa yang kurang tahu.74

5. Pendekatan dan Prinsip

Dalam kegiatan pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1

Sawangan Magelang beberapa pendekatan, diantaranya:

a. Pendekatan Rasional, yaitu suatu pendekatan dalam proses

pembelajaran yang lebih menekankan kepada aspek penalaran.

Pendekatan ini dapat berbentuk proses berfikir induktif yang dimulai

72 Wawancara dengan guru akidah akhlak Ibu Sunarsih, S.Pd.I, Pada Tanggal 11 April

2011 73 Wawancara dengan guru akidah akhlak Ibu Sunarsih, S.Pd.I, Pada Tanggal 11 April

2011 74 Wawancara dengan guru akidah akhlak Ibu Sunarsih, S.Pd.I, Pada Tanggal 11 April

2011

Page 58: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

dengan memperkenalkan fakta-fakta, konsep, informasi atau contoh-

contoh dan kemudian ditarik suatu generalisasi (kesimpulan) yang

bersifat menyeluruh (umum) atau proses berfikir deduktif yang dimulai

dari kesimpulan umum dan kemudian dijelaskan secara rinci melalui

contoh-contoh dan bagian-bagiannya.

b. Pendekatan emosional, yakni upaya menggugah perasaan (emosi)

peserta didik dalam menghayati yang sesuai dengan ajaran agama dan

budaya bangsa.

c. Pendekatan pengalaman, yakni guru memberi kesempatan kepada

peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil

pengalaman ibadah.

d. Pendekatan pembiasaan, yakni guru memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan ajaran Islam.

e. Pendekatan fungsional, yakni guru dalam menyajikan materi pokok

dari segi manfaatnya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

f. Pendekatan keteladanan, yaitu guru memberi contoh yang baik dalam

bergaul dan berperilaku.75

Sementara itu dalam kegiatan pembelajaran akidah akhlak guru

menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Berpusat pada peserta didik

Bahwa setiap peserta didik itu memiliki perbedaan minat

(interest), kemampuan (ability), kesenangan (prefence), pengalaman

(experience) dan cara belajar (learning style). Kegiatan pembelajaran

perlu menempatkan mereka sebagai subyek belajar dan mendorong

mereka untuk mengembangkan segenap bakat dan potensinya secara

optimal.

b. Belajar dengan melakukan

Peserta didik melakukan aktifitas karena itu guru memberi

kesempatan kepada peserta didik diberi kegiatan nyata yang

75 Wawancara dengan guru akidah akhlak Ibu Sunarsih, S.Pd.I, Pada Tanggal 11 April

2011

Page 59: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

melibatkan dirinya. Untuk mencari dan menemukan sendiri, sehingga

akan menjadi kegembiraan sendiri dan peserta didik memperoleh harga

diri sesuai dengan hasil karyanya.

c. Perpaduan kompetensi, kerjasama dan solidaritas

Bahwa setiap peserta didik diharapkan berkompetensi, bekerja sama

dan mengembangkan solidaritasnya untuk mengembangkan

kompetensi yang sehat pada proses pembelajaran berlangsung.76

6. Metode Pembelajaran Akidah Akhlak

Pelaksanaan pembelajaran akidah akhlak antara lain dengan

menggunakan metode-metode yang sudah ada yang perlu dikembangkan

dan disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Diantaranya metode-

metode yang digunakan dalam pembelajaran antara lain:77

1) Metode ceramah

Berdasarkan observasi dan wawancara guru metode ini biasanya

digunakan guru pada awal pelajaran. Metode ini bisa dikatakan sebagai

prolog dari awal proses pembelajaran.

2) Metode Tanya jawab

Ini dilakukan agar peserta didik terlibat secara aktif dalam proses

pembelajaran, sehingga proses pembelajaran tidak bersifat satu arah,

melainkan ada feed back dengan peserta didik.

3) Metode Demonstrasi

Metode ini merupakan metode interaksi edukatif yang sangat

efektif dalam membantu murid untuk mengetahui proses pelaksanaan

sesuatu, apa unsur yang terkandung di dalamnya, dan cara mana yang

paling tepat dan sesuai, melalui pengamatan induktif.

4) Metode diskusi

Metode diskusi merupakan metode yang diterapkan oleh semua

guru, sebagai upaya untuk mengembangkan pola pikir siswa

76Observasi dan Wawancara dengan Ibu Sunarsih, S.Pd.I pada tanggal 18 April 2011 77 Observasi pada tanggal 15 Desember 2007

Page 60: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

7. Media Pembelajaran Akidah Akhlak

Selain itu media pembelajaran yang digunakan sesuai materi yang

diajarkan. Kreatifitas guru dalam menggunakan media sangat berpengaruh

dalam keberhasilan pembelajaran. memfasilitasi semua sumber belajar

sesuai kemampuan, baik sumber belajar yang skala besar misal gedung,

laboratorium, perpustakaan, sarana ibadah, buku-buku, alat peraga dan

sebagainya. Selain itu guru akidah akhlak juga dituntut oleh sekolah untuk

menciptakan media sendiri yang dapat memperlancar kegiatan

pembelajaran akidah akhlak

Dalam pelaksanaan pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1

Sawangan Magelang menggunakan tiga bentuk yaitu:

a. Bentuk kegiatan intrakurikuler

Kegiatan intrakurikuler ini yaitu proses pembelajaran yang diadakan

di ruang kelas, artinya guru menyampaikan secara langsung materi

pembelajaran di ruang kelas pada jam pelajaran. Adapun alokasi waktu

pada setiap tatap muka adalah satu jam pelajaran.

b. Bentuk kegiatan kookurikuler

Adapun kegiatan pembelajaran dalam bentuk kokurikuler ini

diadakan secara tidak langsung bertatap muka di dalam ruang kelas seperti

pada kegiatan intra kurikuler.

Dalam kegiatan kokurikuler ini guru hanya memberikan tugas

kepada peserta didik untuk dikerjakan di rumah baik dalam bentuk tugas

kelompok maupun tugas secara individu. Guru hanya memberikan petunjuk

secara umum tentang bagaimana cara yang harus ditempuh untuk

mengerjakan tugas tersebut.

Tugas-tugas tersebut dapat berbentuk mengikuti kegiatan

keagamaan dan membuat laporan tentang kegiatan keagamaan tersebut

seperti kegiatan pernikahan dan lain-lain.

Program kokurikuler ini bertujuan untuk mendidik para peserta

didik untuk dapat belajar mandiri, dapat mengatur waktu dan dapat

bertanggung jawab.

Page 61: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

c. Bentuk kegiatan ekstrakulikuler

Pada kegiatan ini, MI Surodadi 1 Sawangan Magelang

melaksanakan program pendidikan agama guru tidak terlibat secara

langsung tetapi hanya sebagai pengarah dan pembimbing pasif dan

seharusnya peserta didiklah yang harus aktif melaksanakan bentuk kegiatan

yang ada.

Pada dasarnya pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler ini

merupakan bentuk manifestasi dari kegiatan intra kurikuler yang terbatas

pada dataran teori saja. Dalam kegiatan ekstra ini teori yang diperoleh dari

kegiatan intra kurikuler diwujudkan dan dipraktekkan dalam berbagai

macam kegiatan social keagamaan secara nyata dalam masyarakat, seperti

pelaksanaan penyelenggaraan peringatan hari besar Islam, pengumpulan

zakat fitrah bakti social, dan lain-lain.

Kegiatan ekstra kurikuler ini bertujuan agar peserta didik dapat

bertambah wawasan social keagamaannya dan mendidik para peserta didik

agar terlatih dalam bersosialisasi, berinteraksi, dengan lingkungan sekitar

dimanapun nantinya dia berdominasi. Dengan demikian ketika peserta

didik tersebut benar-bear terjun kemasyarakat akan mampu dengan cepat

beradaptasi dan menjadi orang yang sosialis, agamis, dan tidak menjadi

individu yang egois, apatis dan skeptis.78

8. Pelaksanaan pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan

Magelang

a. Perencanaan pengajaran akidah akhlak

Di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang perencanaan

pembelajaran akidah akhlak kepada anak dalam rencana pengajarannya

secara tertulis telah dilakukan sebelum kegiatan belajar mengajar

dilakukan, termasuk didalammya juga pengajaran akidah ini.

Pembuatan rencana pembelajaran merupakan keharusan bagi setiap

guru. Perencanaan ini secara tertulis telah disusun oleh guru

pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang

78 Observasi dan Wawancara dengan Ibu Sunarsih, S.Pd.I pada tanggal 18 April 2011

Page 62: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

antara lain perencanaan program tahunan, program semesteran,

program satuan pelajaran, program rencana harian.

Dalam pembuatan RPP guru lebih banyak mengandalkan

kemampuan dalam menguasai kelas di banding membuat catatan

tertulis dalam proses pelaksanaannya.

Untuk program tahunan dan program semesteran disusun pada

awal tahun pelajaran oleh guru bidang studi akidah. Sedangkan

program satuan pelajaran yang ada disusun oleh guru pengajaran

aqidah. Guru bidang studi akidah juga dituntut untuk membuat rencana

harian pada waktu guru akan melaksanakan tugas mengajar.

b. Pelaksanaan pengajaran

Dari hasil observasi kelas yang dilakukan di MI Surodadi 1

Sawangan Magelang adalah sebagai berikut:

Pada saat observasi kelas dilakukan, materi yang sedang

diajarkan adalah: al-asma' al-husna, dengan kegiatan-kegiatan sebagai

berikut:

1) Pendahuluan.

a) Guru membuka pelajaran dengan salam.

b) Guru mengulangi materi yang disampaikan minggu lalu.

2) Kegiatan inti.

a) Guru membacakan pokok-pokok materi pelajaran serta

menyampaikan tujuan mempelajarinya yaitu tentang al-asma'

al-husna

b) Guru memberi tugas kepada siswa untuk mencatat hal-hal baru

yang disampaikan oleh guru, yang belum tertulis didalam buku

pegangan siswa.

c) Guru menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan

metode ceramah, diselingi dengan cerita, dan dengan beberapa

kali memberikan pertanyaan kepada siswa tentang materi yang

diajarkan guna memperjelas dan memperdalam materi

pelajaran.

Page 63: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

3) Penutup.

a) Guru mengadakan post tes dengan memberikan pertanyaan

secara lisan.

b) Guru menutup pelajaran dengan salam.79

C. Problematika Pembelajaran Akidah Akhlak di MI Surod adi 1 Sawangan

Magelang

1. Problematika Pelaksanaan pembelajaran Akidah akhlak

Dalam menyampaikan materi pelajaran dapat selesai sesuai dengan

waktu yang ditentukan, tetapi ada beberapa problem yang timbul:

1) Untuk menyampaikan materi pengajaran aqidah kepada anak, guru

harus dapat menjelaskan sejelas mungkin.

2) Input siswa yang bervariasi menjadi masalah bagi guru dalam

memberikan penjelasan agar dapat diterima siswa secara menyeluruh.

3) Ketersediaan waktu dalam penyampaian materi pelajaran pengajaran

aqidah yang kecil, yaitu 2 jam dalam satu minggu. Sehingga materi

pelajaran yang disampaikan hanya mengejar target, imbasnya

pemahaman akidah akhlak pada siswa terhambat.

Melihat pelaksanaan kegiatan pengajaran tersebut diatas tampak

bahwa metode pengajaran yang digunakan adalah ceramah, cerita, tanya

jawab dan kadang-kadang diskusi.80

Problem yang timbul dalam penerapan metode mengajar adalah:

a. Metode ceramah.

Diantara siswa ada yang tidak begitu menanggapi dan tidak

begitu memperhatikan materi yang disampaikan, karena kemampuan

siswa yang bervariasi. Sehingga perlu bagi guru untuk benar-benar

memperhatikan kondisi siswa.

b. Tanya jawab.

79 Observasi pada tanggal 18 April 2011 80 Wawancara dengan Ibu Sunarsih, S.Pd.I pada tanggal 18 April 2011

Page 64: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

Dalam kegiatan belajar mengajar, metode tanya jawab kurang

mendapat respon siswa, sehingga guru perlu memotivasi siswa untuk

aktif bertanya.

c. Evaluasi Belajar

Untuk mengevaluasi belajar mata pelajaran akidah akhlak di

MI Surodadi 1 Sawangan Magelang dilakukan melalui penilaian harian

dan penugasan. Penilaian harian/formatif dilakukan pada akhir satu

pokok bahasan. Adapun tekniknya adalah:

1) Tes tertulis dalam bentuk essay, yang berupa jawaban singkat dan

jawaban isian.

2) Tes lisan dalam bentuk tanya jawab.

Sedangkan penilaian penugasan dilaksanakan dengan cara

memberi tugas atau PR (Pekerjaan Rumah) untuk diselesaikan di luar

jam sekolah.81

2. Problematika pada Guru

a. Problematika yang Berhubungan dengan Penguasaan Materi.

Penguasaan dan pengembangan materi dapat menjadi

penghambat keberhasilan proses belajar mengajar. Guru semestinya

mengupayakan jalan keluar agar guru lebih professional dalam

mengajar. Permasalahan ini bisa disebabkan terbatasnya jam

mengajar, terlalu banyaknya materi yang harus diajarkan oleh guru,

kurangnya buku-buku penunjang dan sarana yang sangat terbatas juga

kemampuan siswa yang berbeda-beda. Adapun pengembangan materi

meliputi:

1) Aspek ranah kognitif meliputi pengetahuan tentang kaifiah atau

pengertian-pengertian dalam ketauhidan meliputi iman kepada

Allah, iman kepada malaikat Allah, iman kepada kitab Allah, iman

kepada rasul dan nabi Allah, iman kepada hari akhir dan iman

kepada segala kepastian atau ketentuan Allah.

81 Observasi dan Wawancara dengan Ibu Sunarsih, S.Pd.I pada tanggal 18 April 2011

Page 65: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

2) Aspek ranah afektif meliputi sikap dan penghormatan akan nilai-

nilai (norma) yang berlaku di masyarakat. Adapun hasil belajar

afektif dapat dilihat dari:

a. Perhatian terhadap mata pelajaran akidah akhlak

b. Kedisiplinan dalam mengikuti mata pelajaran akidah akhlak.

c. Apresiasi yang diperlihatkan oleh siswa.

3) Aspek ranah kognitif yaitu keterampilan (skill) dalam menerima

pelajaran serta kemampuan berinteraksi dengan lingkungan di

rumah, di sekolah dan di masyarakat.82

b. Problematika yang Berhubungan dengan Pengelolaan Kelas dan

Metode Mengajar.

Dalam pengelolaan kelas jumlah murid bukanlah suatu

masalah. Yang menjadi masalah adalah memilih atau penggunaan

metode mengajar yang tepat. Pemilihan dan penggunaan metode yang

tepat sangat di penting sebab berkait dengan motivasi dan latar

belakang siswa yang kurang mendukung atau lemah dalam motivasi

belajar.

Sumber-sumber belajar siswa juga sangat terbatas karena siswa

hanya memiliki satu buku pegangan. Dalam penerapan metode

hanyalah menggunakan metode yang bisa diterapkan dalam kelas,

seperti metode ceramah, Tanya jawab, dan resitasi sehingga siswa

menjadi bosan sedangkan metode drill dan diskusi jarang

dipergunakan.83

c. Problematika yang Berhubungan dengan Evaluasi.

Evaluasi yang sering dilakukan adalah penilaian hasil belajar.

Evaluasi ini biasanya dilakukan disetiap akahir pembahasan satu

pokok pembahasan. Selain itu evaluasi juga dilakukan lewat ulangan

harian terskruktur (UHT / mid) dan semesteran. Sedangkan evaluasi

ranah afektif dan psikomotorik jarang dilakukan karena keterbatasan

82 Observasi dan Wawancara dengan Ibu Sunarsih, S.Pd.I pada tanggal 18 April 2011 83 Observasi dan Wawancara dengan Ibu Sunarsih, S.Pd.I pada tanggal 18 April 2011

Page 66: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

waktu serta fasilitas yang ada. Evaluasi yang dilakukanpun sering kali

hanya berdasarkan lembar kerja siswa (LKS) yang diterbitkan oleh

penerbit sehingga aspek life skill (keterampilan hidup) kurang

tersentuh secara optimal.84

3. Problematika pada Materi Pelajaran

Akidah Akhlak merupakan salah satu mata pelajaran inti, yang

semua Madrasah Ibtidaiyah menjadikan pelajaran tersebut sebagai satu

bidang studi yang wajib diajarkan kepada semua siswanya. Problematika

pembelajaran yang berkaitan dengan materi dari akidah akhlak itu sendiri

antara lain:

a. Materi pelajaran sangat banyak sehingga membingungkan.

Berdasarkan hasil wawancana peneliti dengan guru akidah

akhlak, alokasi jam pelajaran akidah akhlak per minggu ada 2 jam

yang setiap jam pelajaran terdiri dari 35 menit. Alokasi jam pelajaran

akidah akhlak tersebut terlalu sedikit apabila dibandingkan dengan

jumlah materi pelajaran yang ada dan input siswa yang lebih dari 50 %

tidak mengaji di pesantren atau madrasah Diniyah sehingga

pengetahuan keagamaan kurang. 85

b. Buku sebagai sumber materi sulit didapatkan.

Upaya peningkatan mutu pembelajaran akidah akhlak agar

cepat menyesuaikan diri dengan perkembangan dan tuntutan global di

berbagai aspek kehidupan yang berkembang ialah dengan

menumbuhkan siswa yang gemar membaca buku aqidah akhlak

sementara budaya baca akan berkembang apabila sumber bacaan

aqidah akhlak yang tersedia dan dibutuhkan siswa di perpustakaan

lengkap.

Akan tetapi karena keterbatasan yang dimiliki perpustakaan

dalam menyediakan buku-buku aqidah akhlak, maka proses belajar

84 Observasi dan Wawancara dengan Ibu Sunarsih, S.Pd.I pada tanggal 18 April 2011 85 Wawancara dengan Ibu Sunarsih, S.Pd.I pada tanggal 18 April 2011

Page 67: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

mengajar agak terhambat dan solusinya siswa memfoto copy sumber

bacaan yang mereka butuhkan atau mencatat dirumah.

c. Materi aqidah akhlak sangat banyak hafalannya sehingga

membosankan dan memberatkan.

4. Problematika hasil Belajar Akidah Akhlak

Hasil belajar siswa pada pembelajaran akidah akhlak di MI

Surodadi 1 Sawangan Magelang pada tahun ajaran masih dibawah standar

dengan KKM 70. Berikut nilai akidah akhlak siswa:

Kelas I No Nama Nilai

1 Sodiq 65 2 Risma 65 3 Anisa 70 4 Lintang 60 5 Naswa 65 6 Yaga 60 7 Meiva 65 8 Aziz 70 9 Bagas 75

10 Iqbal 80 11 Devita 90 12 Feni 60 13 Adi 60 14 Laela 65 15 Lutfi 70 16 Lintan 60 17 Farah 60 18 Ardita 60 19 Arninda 60 20 Feni 65 21 Aksa Wulan 60 22 Ika Bela 70 Dari nilai di atas ketuntasan siswa hanya 7 siswa atau 31,8 % ini

menunjukkan hasil belajar siswa rendah

Kelas II No Nama nilai

1 Nurita 60

Page 68: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

2 Dodik Y 67 3 Dimas A 60 4 Aditya S 70 5 Ahmad N.F 75 6 Arif S.R 60 7 Assyfa R 70 8 Faris Yogi R 80 9 Fahrul M 90

10 M. Ilham Hamami 80 11 Ikhwan Arrifanto 60 12 Lisa Nur K 70 13 Niken Dwi R 60 14 Pangestu N.F 65 15 Rahil K. Z 70 16 Wahana A 68 17 Zulia M 65 Dari nilai di atas ketuntasan siswa hanya 8 siswa atau 47,1 % ini

menunjukkan hasil belajar siswa rendah.

Kelas III No Nama Nilai

1 Bagus S Himawan 70 2 Beny Hartanto 65 3 Daroji Aziz 67 4 Esti 66 5 Febri Setiawan 70 6 Fera E 60 7 Feri Fadhli 90 8 Fira A.R. 90 9 Khanif R 65

10 Latifah 65 11 Luluk Mubarokah 65 12 M. Rizki 65 13 M. S. Najib 70 14 M. Syaefudin 70 15 N Putri 70 16 Nurul Setyani 50 17 Rinda M 60 18 Rudiyanto Z 65 19 Yudha Lesmana 65

Page 69: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

Kelas IV No Nama Nilai

1 Agus S.U 65 2 Anas M 70 3 Anjas S.B 80 4 Annida 65 5 Annisa 70 6 Asleh Z.A 80 7 Desma 90 8 Devia 65 9 Eva 70

10 Fadila 65 11 Fajar 70 12 Fika 65 13 Hevilfa 70 14 Ikhsan A.L 60 15 Khoiril 65 16 Khusni 65 17 M. Abdal 65 18 Mia 65 19 Mitho A.U 70 20 Norma 80

Dari nilai di atas ketuntasan siswa hanya 10 siswa atau 50 % ini

menunjukkan hasil belajar siswa rendah

Kelas V No Nama Nilai

1 M. Supriyadi 70 2 A. Mustofa 80 3 Wahyu P 75 4 Ferdyanto 65 5 Tri Widya 60 6 Indra P.A 90 7 Anindita D 85 8 Beny 75 9 Farid 65

10 Qonita M.Z 60 11 Rahim L 65 12 Rizqiani A.K 60

Page 70: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

13 Silmi S 60 14 Silvia 80 15 Like Rulhf 70

Dari nilai di atas ketuntasan siswa hanya 10 siswa atau 53,3 % ini

menunjukkan hasil belajar siswa rendah.

Kelas VI No Nama Nilai

1 Agustya Kurni 80 2 Eka Afriyanto 65 3 Hela Dhera 78 4 Ambar 60 5 Sita Arliana 70 6 Bariq 80 7 Ilham 67 8 Vera 70 9 Putri 70

10 Adit 70 11 Itsna 60 12 Rofida 80 13 Riki 65 14 M Raviali 65 15 Laela Hidayatus 70 16 Deni 80

Dari nilai di atas ketuntasan siswa hanya 10 siswa atau 62,5 % ini

menunjukkan hasil belajar siswa masih cukup.

5. Problematika pada Siswa

Problematika yang berkaitan dengan siswa juga sangat kompleks.

Walaupun tidak berlaku bagi semua siswa, namun hal yang muncul yang

berupa problematika sekalipun secukupnya kecil tetap merupakan salah

satu problem. Hal tersebut sesuai dengan wawancara peneliti terhadap

guru akidah akhlak, bahwa problematika yang berkaitan dengan siswa

dapat diklasifikasikan secara umum sebagai berikut:

a. Siswa kurang bersemangat dalam mempelajari pelajaran aqidah akhlak

Page 71: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

b. Siswa tidak sungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran aqidah

akhlak

c. Kemampuan Siswa dalam memahami materi aqidah akhlak tidak

merata.

d. Siswa kesulitan dalam memahami dan mudah lupa dengan materi

aqidah akhlak

e. Datangnya anak mutasi dari sekolah lain, terutama dari SD biasanya

kemampuan agamanya sangat rendah.

f. Ada sebagian siswa yang mengantuk saat pelajaran aqidah akhlak

g. Jumlah siswa terlalu banyak, sehingga penyampaian guru tidak

maksimal.86

6. Problematika Sekolah

Problematika yang dihadapi oleh sekolah adalah problematika

yang sifatnya lebih luas dan menyeluruh dalam arti semua problematika

peserta didik dan juga problematika guru tentunya menjadi problematika

bagi sekolah tersebut.

Selain problematika yang muncul dari peserta didik dan guru maka

problematika yang dihadapi MI Surodadi 1 Sawangan Magelang antara

lain:

a. Kurangnya Lokal untuk pembelajaran

b. Kurangnya sarana dan prasarana untuk pembelajaran seperti minimnya

buku-buku pegangan dan penunjang.87

86 Observasi dan Wawancara dengan Ibu Sunarsih, S.Pd.I pada tanggal 18 April 2011 87 Wawancara dengan Ibu Sunarsih, S.Pd.I pada tanggal 18 April 2011

Page 72: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI

MI SURODADI I SAWANGAN MAGELANG A. Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Akidah Akhlak di MI Surodadi I

Sawangan Magelang

1. Analisis Materi Akidah Akhlak

Muatan materi pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1

Sawangan Magelang diberlakukan materi-materi dalam akidah akhlak

masih tetap didalamnya termuat inti pokok dari ajaran Islam yang memuat

akidah (masalah keimanan) dan akhlak baik akhlak terhadap Allah, akhlak

terhadap sesama manusia, atau akhlak terhadap lingkungan.

Perlu diingat bahwa dalam pembelajaran ini hendaknya

menggunakan pendekatan kontekstual sehingga akan membekali siswa

sebagai pembelajaran yang bermakna. Hal yang perlu dipertimbangkan

dalam penyusunan materi adalah kemanfaatan, alokasi waktu, kesesuaian,

ketetapan, situasi dan kondisi lingkungan masyarakat, kemampuan guru,

tingkat perkembangan peserta didik, fasilitas, keseimbangan aspek disiplin

dan fleksibilitas

2. Analisis Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak

Strategi pengelompokan yang dilakukan guru akidah akhlak MI

Surodadi 1 Sawangan Magelang dengan mengelompokkan siswa

merupakan langkah yang baik untuk mengembangkan kemampuan siswa

dalam pembelajaran, karena terjadi saling melengkapi diantara siswa,

namun pada realitasnya guru masih terfokus pada tanya jawab dan

ceramah pada praktekknya.

3. Analisis Pendekatan Akidah akhlak

Pendekatan yang dilakukan dalam pembelajaran akidah akhlak di

MI Surodadi 1 Sawangan Magelang banyak digunakan adalah pendekatan

CTL, karena dengan pendekatan CTL peserta didik diharapkan belajar

dengan mengalami langsung, bukan mendengar dan menghafal saja,

artinya siswa belajar dengan cara melibatkan diri secara langsung bukan

Page 73: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

hanya sekedar mengetahui, ketika peserta didik belajar PAI diharapkan

mereka dapat memahami dan melaksanakan materi yang disampaikan

(dipraktekkan) dalam kehidupan sehari-hari sebagai contoh dalam bab

akhlakul karimah.

Namun pada prakteknya guru akidah akhlak di MI Surodadi 1

Sawangan Magelang masih menggunakan pendekatan klasik yang masih

menggunakan pendekatan yang menekankan keaktifan guru dari pada

keaktifan peserta didik.

4. Analisis Interaksi Guru dan Siswa

Interaksi yang dilakukan dalam pembelajaran aqidah akhlak dua

arah melalui tanya jawab yang dilakukan oleh guru akidah akhlak belum

mencerminkan pembelajaran yang berorientasi pada keaktifan peserta

didik.

Pembelajaran Aqidah Akhlak harus didasari dengan membentuk

keyakinan pada peserta didik akan proses pembelajaran yang mereka

lakukan dan membidik pentingnya kerja sama dalam sebuah tim mereka

sehingga mereka terbiasa dengan membutuhkan orang lain dalam setiap

proses pembelajaran, sehingga nantinya peserta didik siap dan

menyenangkan dalam melakukan pembelajaran, pemahaman dan

pengetahuan juga skill cepat diperoleh.

Interaksi antara guru dengan siswa pandangan peneliti sebuah

harus mengarah pada bentuk komunikasi proses pembelajaran partisipatif,

karena adanya keterlibatan, tanggung jawab dan umpan balik dari peserta

didik. Keterlibatan peserta didik merupakan syarat pertama dalam kegiatan

belajar di kelas. Untuk terjadinya keterlibatan itu peserta didik harus

memahami dan memiliki tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan

belajar. Keterlibatan peserta didik itupun harus memiliki arti penting

sebagai bagian dari dirinya dan perlu diarahkan secara baik oleh sumber

belajar.

Page 74: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

Dalam pembelajaran partisipatif guru harus berperan sebagai

fasilitator dengan memberikan kemudahan belajar langkah-langkah di

atas.88

5. Analisis Metode Pembelajaran Akidah akhlak

Permasalahan yang sering kali dijumpai dalam pengajaran,

khususnya pengajaran agama Islam adalah bagaimana cara menyajikan

materi kepada siswa secara baik sehingga diperoleh hasil yang efektif dan

efisien. Fungsi metode pembelajaran tidak dapat diabaikan, karena metode

pembelajaran turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar

mengajar dan merupakan bagian yang integral dalam suatu sistem

pembelajaran.

Pada pelaksanaan pembelajaran metode yang dilakukan guru

Akidah akhlak dalam pembelajaran guru lebih banyak aktif dibandingkan

siswa dengan banyak ceramah dari pada diskusi atau memberikan .

Bentuk metode pembelajaran akidah akhlak perlu menggunakan

metode-metode yang sudah ada yang perlu dikembangkan dan disesuaikan

dengan materi yang diajarkan. Diantaranya metode-metode yang

digunakan dalam pembelajaran antara lain: metode ceramah, metode ini

digunakan dalam semua materi. Metode tanya jawab, metode ini

digunakan dalam semua materi. Metode demonstrasi dipergunakan untuk

meningkatkan keterampilan siswa dalam bidang kognitif. Metode diskusi

di gunakan untuk mengkaji pemahaman siswa terhadap materi lebih

mendalam.

Metode pembelajaran yang dilakukan tentunya harus mengarah

pada keaktifan peserta didik dari pada keaktifan siswa.

6. Analisis Media Pembelajaran Akidah Akhlak

MI Surodadi I Sawangan Magelang memfasilitasi semua sumber

belajar sesuai kemampuan, baik sumber belajar yang skala besar misalnya

gedung, laboratorium, perpustakaan, sarana ibadah, buku-buku, alat peraga

88E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajarann KBK, (Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 156-157

Page 75: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

dan sebagainya. Selain itu guru akidah akhlak juga dituntut oleh sekolah

untuk menciptakan media sendiri yang dapat memperlancar kegiatan

pembelajaran akidah akhlak.

Dalam proses belajar mengajar, guru memiliki tugas untuk

mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk

mencapai tujuan. Agar guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat

segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas untuk membantu proses

perkembangan siswa. penyampaian materi pelajaran hanyalah sebagai

salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang

dinamis dalam segala fase dan proses perkembangan siswa, tetapi ia harus

mampu menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif sehingga

dapat merangsang siswa untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam

memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan, inilah yang harus

dilaksanakan di MI Surodadi I Sawangan Magelang terutama pada

pembelajaran akidah akhlak.

Seorang guru harus dapat menerapkan media apa yang paling tepat

dan sesuai untuk tujuan tertentu dan menyampaikan bahan tertentu.

Dengan adanya berbagai jenis media, sangat penting di ketahui oleh guru

dan tentu saja akan lebih baik jika guru memiliki kemampuan

menggunakan dan membuat suatu media yang dibutuhkan. Dan itulah

yang perlu dikembangkan guru akidah akhlak di MI Surodadi I Sawangan

Magelang.

7. Analisis Evaluasi Pembelajaran Akidah Akhlak

Setelah penyampaian materi diakhiri dengan evaluasi atau post test

yang berupa pengayaan dari proses belajar atau dalam bentuk praktik

sesuai materi kepada peserta didik dan memberikan penghargaan bagi

peserta didik yang berhasil.

Evaluasi atau penilaian hasil belajar akidah akhlak di MI Surodadi

I Sawangan Magelang menggunakan Penilaian Berbasis Kelas (PBK),

yang memuat ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam hal ini ada

bentuk penilaian yang digunakan: yaitu Penilaian Proses yang berupa

Page 76: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

penilaian kognitif afektif dan psikomotorik. dan Penilaian Hasil ini berupa

Penilaian dilihat dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil

apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peseta didik

seluruhnya atau setidaknya sebagian besar.

Proses evaluasi yang dilakukan di MI Surodadi I Sawangan

Magelang belum mampu membuahkan hasil sedemikian rupa pada

pembentukan kepribadian anak didik khususnya pendidikan agama terlalu

menitik beratkan pada dimensi kognitif intelektual. Kurang menyentuh

aspek afektif dan psikomotorik serta wilayah trasendental.

8. Perencanaan pengajaran Akidah Akhlak

Pada tahap ini MI Surodadi I Sawangan Magelang mengalami

hambatan dalam mempersiapkan perencanaan pengajaran dan keadaan

atau kondisi kelas. Karena guru hanya menghandalkan pengalaman yang

dimilikinya dan kondisi kelas yang ada, tanpa mempertimbangkan

kejadian yang akan dialami dalam pengajaran. Hal ini belum sempurna

dalam mempersiapkan perencanaan mengajar. Sejauh yang kita ketahui

perencanaan kegiatan belajar mengajar adalah serangkaian tindakan yang

telah ditetapkan sebelum aktivitas belajar mengajar dilaksanakan untuk

merealisasikan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dengan perencanaan pengajaran yang matang dalam persiapannya. Maka

perencanaan itu harus dibuat dalam bentuk tulisan yang jelas, sehingga

dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya.

Kondisi kelas yang ada dalam kegiatan pembelajaran Akidah

Akhlak di MI Surodadi I Sawangan Magelang sangatlah belum dipandang

siap dan layak untuk dilaksanakan proses pembelajaran. Dengan kondisi

siswa yang masih mondar-mandir belum terkondisikan. Disinilah perlunya

dilaksanakan tahap pra instruksional salah satu jalanya dengan mengabsen

atau menertibkan siswa.

Pada dasarnya Pengajaran merupakan rangkaian peristiwa yang

direncanakan untuk disampaikan, untuk menggiatkan dan mendorong belajar

siswa yang merupakan proses merangkai situasi belajar yang terdiri dari ruang

Page 77: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

kelas, siswa, guru dan materi kurikulum.89 Perencanaan merupakan bagian

yang penting dari langkah suatu pola pengajaran yang disebut penyiapan

lingkungan belajar untuk membantu menciptakan disiplin pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar yang benar dan memadai, suasana yang

menggairahkan dan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efesien dengan

maksud-maksud tertentu.90

Proses perencanaan pembelajaran aqidah akhlak yang dilakukan MI

Surodadi I Sawangan Magelang pada hakekatnya akan mempunyai beberapa

manfaat diantaranya:

a. Perencanaan pembelajaran adalah salah satu faktor penentu keberhasilan

dalam proses belajar mengajar.

b. Perencanaan pembelajaran yang baik dan matang, maka sudah barang

tentu perilaku belajar siswa akan berkembang dengan baik, artinya apabila

perencanaan dikemas dengan baik dan matang, maka siswa akan aktif.

c. Keberhasilan suatu proses belajar mengajar tidak dapat diraih secara

kebetulan namun semuanya tidak lepas dari proses perencanaan.

Adapun langkah-langkah penyusunan rencana pembelajaran yang bisa

dilakukan dalam pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi I Sawangan

Magelang meliputi:

a. Merumuskan dan menganalisis kurikulum menjadi silabus dan sistem

penilaian.

Sebagai langkah awal dalam penyusunan Rencana Pembelajaran

yang penting dianalisis adalah bagaimana mengembangkan keompetensi

yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan agar tidak lepas

dari Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar yang telah dituangkan dalam

Kurikulum sebagai standar Nasional, menjadi Silabus dan sistem penilaian

yang disesuaikan dengan kondisi sekolah.

89 B. Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997),

hlm. 9. 90 Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1996), hlm. 220.

Page 78: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

b. Identitas mata pelajaran

Menyebutkan tentang jenis mata pelajaran, materi pokok,

kelas/semester, pertemuan minggu ke, serta alokasi waktu yang

dibutuhkan.

c. Standar kompetensi/ Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi adalah bagian dari kompetensi lulusan, yaitu

batas dan arah kemampuan yang harus dimiliki dan dapat dilakukan oleh

siswa setelah mengikuti proses pembelajaran suatu mata pelajaran tertentu.

Kata kerja operasional yang sering digunakan antara lain menafsirkan,

menganalisis, mengevaluasi, membandingkan, mendemontrasikan, dan

mendiskripsikan.

Kompetensi Dasar merupakan penjabaran Standar Kompetensi.

Setiap butir Standar Kompetensi dapat dijabarkan menjadi 3 sampai 6

butir kompetensi dasar. Cakupan kompetensi dasar lebih sempit

dibandingkan dengan standar kompetensi. Kata kerja operasional yang

digunakan antara lain, menghitung, mengidentifikasi, membedakan,

menafsirkan, menganalisis, menerapkan, dan merangkum.

d. Materi Pembelajaran

Dalam mengembangkan dan menetapkan materi perlu

memperhatikan hasil dari pengembangan silabus, pengalaman belajar yang

bagaimana yang akan ingin diciptakan dalam proses pembelajaran yang

didukung oleh uraian materi untuk mencapai kompetensi tersebut.

e. Sarana dan sumber pembelajaran

1) Sarana.

Yang dimaksud dengan sarana dalam pembahasan ini lebih

ditekankan pada sarana dalam artian media/alat peraga. Sarana

berfungsi memudahkan terjadinya proses pembelajaran sehingga

memudahkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh sebab

itu hendaknya dipilih sarana yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a) Menarik perhatian dan minat siswa

b) Meletakan dasar-dasar untuk memahami sesuatu hal secara

Page 79: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

c) Kongkret dan sekaligus mencegah atau mengurangi verbalisme

d) Merangsang tumbuhnya pengertian dan atau usaha pengembangan

nilai-nilai

e) Berguna dan multifungsi

f) Sederhana, mudah digunakan dan dirawat, dapat dibuat sendiri

oleh guru atau diambil dari lingkungan sekitar.

2) Sumber belajar.

Sumber belajar yang utama bagi guru adalah sarana cetak

seperti : buku, brosur, majalah, poster, lembar informasi lepas, peta,

dan foto. Pembelajaran yang baik memerlukan sebanyak mungkin

sumber belajar untuk memperkaya pengalaman belajar siswa. Selain

menggunakan sumber belajar yang berupa sarana cetak seperti diatas,

lingkungan dapat digunakan sebagai sarana sumber belajar.

Lingkungan sebagai sumber belajar dapat dibedakan menjadi :

a) Lingkungan alam seperti bentang alam yang berupa gunung,

pegunungan, gunung berapi, plato, pantai, laut dalam, dan sungai.

b) Lingkungan sosial seperti keluarga, terminal, desa, kota, dan pasar.

c) Lingkungan budaya seperti candi, adat istiadat, dan monumen.

f. Penilaian dan tindak lanjut

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,

menganalisis, serta menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa

yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga

menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian adalah :

1) Penilaian dapat dilakukan melalui tes dan nontes

2) Penilaian harus mencakup tiga aspek kemampuan yaitu pengetahuan,

keterampilan dan sikap

3) Menggunakan berbagai cara penilaian pada waktu proses pembelajaran

berlangsung, misalnya mendengarkan, observasi, mengajukan

pertanyaan, mengamati hasil kerja siswa, dan memberikan tes.

Page 80: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

4) Pemilihan alat dan jenis penilaian berdasarkan tujuan pembelajaran

atau kompetensi yang ingin dicapai

5) Mengacu pada tujuan dan fungsi penilaian, misalnya memberikan

umpan balik, pemberian informasi pada siswa tentang tingkat

keberhasilan belajarnya, memberikan laporan kepada orang tua.

6) Alat penilaian harus mendorong kemampuan penalaran dan kreatifitas

siswa, misalnya tes tertulis uraian, tes kinerja, hasil karya siswa,

proyek, portofolio.

7) Mengacu pada prinsip diferensial, yakni memberikan peluang kepada

siswa untuk menunjukkan apa yang diketahui, difahami, dan mampu

dilakukan.

8) Tidak bersifat diskriminasi, yakni memberikan peluang yang adil

kepada semua siswa.

9. Pelaksanaan Pembelajaran Akidah Akhlak

Pada proses pelaksanaan pembelajaran guru akidah akhlak di MI

Surodadi I Sawangan Magelang masih belum terlihat proses pembelajaran

yang mengarah pada pembelajaran aktif karena proses pembelajaran

banyak didominasi ceramah dan kurang melakukan eksplorasi kemampuan

siswa, sarana yang dikembangkan dalam proses pembelajaran masih

bersifat hanya pemenuhan tugas mengajar seperti buku dan papan tulis,

pembelajaran tidak banyak mengembangkan media pembelajaran yang

berkembang belakangan ini seperti media audio visual dan media

lainnya.

Pada dasarnya Pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi I

Sawangan Magelang haruslah dipusatkan pada pemberdayaan siswa untuk

mencapai tingkatan pemahaman yang lebih tinggi. Pembelajaran yang

menekankan hafalan hendaknya dikurangi dan diganti dengan pendekatan

pembelajaran yang dapat mengembangkan tingkatan pemahamannya.

Oleh karena itu proses belajar terjadi mulai dari mengalami sendiri,

mengkonstruksi pengetahuan sendiri kemudian memberi makna pada

pengetahuan tersebut sesuai dengan kerangka berpikirnya.

Page 81: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

Proses belajar terjadi secara alamiah di mana proses berpikirnya

adalah penemuan makna sesuatu atau hal baru (pengetahuan dan

ketrampilan) bersifat kontekstual, yakni ada kaitannya dengan lingkungan,

pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki siswa.

Pemaduan materi yang diajarkan dengan konteks kehidupan siswa

akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam, di mana

siswa memahami masalah dan cara penyelesaiannya. Melalui hubungan

dari dalam dengan luar kelas, suatu pendekatan kontekstual menjadi

pengalaman lebih relefan bagi siswa dalam membangun pengetahuan.

Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa, sehingga

pendekatan pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil.91

Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah memberikan

kemudahan belajar pada siswa dengan menyediakan berbagai sarana dan

sumber belajar yang memadai. Guru tidak hanya menyampaikan materi

pembelajaran yang berupa hafalan, tetapi mengatur lingkungan dan

pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar.92

Agar kesadaran siswa terhadap lingkungan ini dapat lebih

ditingkatkan serta potensi yang dimiliki siswa dapat berkembang secara

optimal, paradigma pembelajaran yang sedang berlangsung perlu

disempurnakan, khususnya terkait dengan cara sajian pelajaran dan

suasana pembelajaran. Paradigma “baru” ini dirumuskan sebagai siswa

aktif mengkonstruksi, guru membantu dengan sebuah kata kunci yakni

memahami pikiran anak untuk membantu anak belajar. Paradigma baru ini

dikenal dengan nama pendekatan kontekstual.93

Proses belajar dan mengajar yang ditunjukkan oleh perilaku- guru

dan siswa yang bernuansa CTL merupakan inti dari pembelajaran.

Perilaku guru seperti kejelasan mengajar, penggunaan strategi-metode-

91 Sambu, “Apa itu Pendekatan Kontekstual?”, http://smp.lpi-hidayatullah.com. Di akses

pada tanggal 17 April 2011. 92 E Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, (Bandung:

Rosda Karya, 2004), cet. I, hlm. 137. 93 http://www.suaramerdeka.com/harian/0402/16/kha1. Di akses pada tanggal 17 April

2011.

Page 82: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

teknik mengajar yang variatif, penggunaan media pengajaran yang

bervariasi mulai dari abstrak hingga konkrit, dari tiruan hingga asli,

pemanfaatan ide-ide siswa, antusiasme, jenis pertanyaan dan

pengembangan berpikir siswa perlu dikembangkan dari waktu ke waktu.

Perilaku siswa misalnya semangat belajar, keseriusan, perhatian, keaktifan

dan keingintahuan perlu didorong dari waktu ke waktu.

Guru hendaknya memperhatikan cara belajar yang dilakukan oleh

individu di samping bahan belajar dan kegiatan-kegiatan belajarnya.94

Dengan ini diharapkan adanya proses kegiatan belajar mengajar dapat

berjalan dengan menyenangkan tanpa menimbulkan rasa takut atau

mematikan minat siswa.

B. Analisis Solusi Terhadap Problematika Pembelajaran Akidah Akhlak di

MI Surodadi I Sawangan Magelang

1. Solusi terhadap Problematika Pelaksanaan Pembelajaran Akidah Akhlak

Proses pelaksanaan pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi I

Sawangan Magelang, Selama ini pembelajaran banyak dilakukan didalam

kelas. Namun demikian pelaksanaan pembelajaran akidah akhlak di MI

Surodadi I Sawangan Magelang masih ada beberapa problematika yang

harus dipecahkan bersama. Saat berlangsungnya pembelajaran mata

pelajaran akidah akhlak, suasana kelas sangat ramai dan gaduh. Respon

siswa terhadap guru tidak menunjukkan sikap yang positif.

Hal demikian bisa dijadikan sebagai salah satu indikasi yang

menunjukkan bahwa ada yang salah dalam pembelajaran akidah akhlak,

sehingga mereka berbuat seperti itu. Indikasi lain yang dapat dilihat

adalah saat berlangsungnya pembelajaran akidah akhlak, suasana kelas

sangat vakum dan hampa. Jika ramai maka dapat dipastikan

keramaiannya itu bukan karena siswa bertanya atau menjawab pertanyaan

akan tetapi mereka sedang bergurau. Kondisi seperti ini tentu menjadi

sebuah ironis bagi pembelajaran akidah akhlak dan mungkin juga untuk

mata pelajaran yang lain.

94 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumu Aksara, 2003),, hlm. 179.

Page 83: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

Oleh karena itu proses pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi

I Sawangan Magelang diperlukan pembelajaran yang mengarah pada

peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sehingga minat

siswa terhadap pembelajaran akidah akhlak menjadi tinggi. Menurut

Syafruddin Nurdin bahwa strategi belajar mengajar yang menekankan

keaktifan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar baik secara fisik,

mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil belajar yang

optimal, yakni:

a. Asimilasi (penyesuaian) dan akomodasi dalam pencapaian

pengetahuan.

b. Perbuatan serta pengalaman langsung dalam pembentukan

keterampilan.

c. Penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap

dan nilai.95

Secara umum prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam

meningkatkan keaktifan belajar siswa adalah:

a. Hal apapun yang dipelajari oleh murid, maka ia harus mempelajarinya

sendiri tidak ada seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar

tersebut untuknya.

b. Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatan sendiri dan setiap

kelompok umur terdapat variasi dalam kecepatan belajar).

c. Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah

memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti.

d. Apabila murid diberikan tanggungjawab untuk mempelajari sendiri,

maka ia lebih termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat

secara lebih baik.96

95 Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat

Press, Cet. III, 2005), hlm. 117 96 Mulyani Sumantri dan Johar Permana, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: C.V

Maulana, 2001), hlm. 101-102

Page 84: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

2. Solusi terhadap Problematika pada Guru

a. Solusi terhadap Problematika yang Berhubungan dengan Penguasaan

Materi

Usaha uang dilakukan untuk mengatasi problem yang timbul

dalam penyampaian materi Akidah akhlak di MI Surodadi I Sawangan

Magelang antara lain:

1) Dalam penyampaian materi pembelajaran akidah akhlak, guru

lebih mengutamakan/memilih materi pelajaran yang penting atau

dengan menyampaikan inti materi, sehingga materi pelajaran yang

harus disampaikan dapat sesuai dengan waktu yang telah

ditentukan.

2) Guru mengusahakan agar siswa dapat tertarik dan memahami

materi pelajaran yang disampaikan. Sehingga bagi siswa yang

kemampuannya lebih, tidak merasa terlalu mudah dan bagi siswa

yang kurang, tidak terlalu asing dalam menerima materi pelajaran

aqidah.

3) Mengingat waktu yang terbatas, dalam menyampaikan materi

akidah akhlak, guru juga memperbanyak kegiatan yang bersifat

religius seperti upacara peringatan keagamaan, antara lain berdo’a,

sholat berjama’ah.

b. Solusi terhadap Problematika yang Berhubungan dengan Pengelolaan

Kelas dan Metode Mengajar

Pada prinsipnya guru harus memiliki tiga kompetensi yaitu

kompetensi kepribadian, kompetensi penguasaan atas bahan dan

kompetensi dalam cara belajar mengajar”.97 Usaha optimalisasi

kreatifitas guru akan menjawab permasalahan pemilihan metode

pengajaran bantu dalam proses belajar mengajar di kelas. Kreatifitas

merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh guru

sehingga guru tidak akan menyerah apabila ada kendala-kendala yang

menghambat proses pembelajaran.

97 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 92 69

Page 85: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

Dalam penerapan metode Akidah akhlak di MI Surodadi I

Sawangan Magelang yang digunakan dalam suatu kegiatan belajar

mengajar, guru sebaiknya tidak hanya memakai satu metode saja.

Akan tetapi dalam satu jam pertemuan, guru bisa mengkombinasikan

beberapa metode yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Selama

metode itu tidak bertentangan, tidak akan menimbulkan masalah yang

berarti. Dalam rangka mengenalkan ilmu baca tulis al-Qur’an kepada

siswa, guru sebaiknya tidak hanya memakai metode baca simak saja,

akan tetapi bisa dipadupadankan dengan metode audio lingual atau

metode yang lainnya. Dengan seperti ini pelajaran di kelas tidak akan

monoton dan membosankan.

c. Solusi terhadap Problematika yang Berhubungan dengan Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan pada pembelajaran Akidah akhlak di

MI Surodadi I Sawangan Magelang kurang memperhatikan kebutuhan

dan tujuan pembelajaran. Evaluasi yang di gunakan dalam

pembelajaran Akidah akhlak di MI Surodadi I Sawangan Magelang

untuk lebih efektifnya, harus meliputi tiga macam:

1) Penilaian terhadap hasil belajar pembelajaran Akidah akhlak di MI

Surodadi I Sawangan Magelang, perlu disesuaikan dengan tujuan-

tujuan yang ditetapkan. Oleh karena itu bentuk dan teknik

penilaiannya harus mengukur segenap ranah yang dikembangkan.

2) Untuk mengukur ranah kognitif siswa menggunakan tes objektif,

tes ini biasanya menggunakan tes secara tertulis. Sedangkan untuk

mengukur ranah afektif, digunakan tes subjektif (non tes). Tes ini

biasanya dilakukan melalui wawancara, skala penilaian.

Selanjutnya untuk mengukur ranah psikomotorik melalui tes

perbuatan dengan menggunakan lembar pengamatan.

3) Monitoring dan bimbingan terhadap efektifitas kegiatan belajar

mengajar perlu dilakukan secara berkelanjutan secara perorangan

(oleh masing-masing guru pengajar) dan juga bersama-sama

Page 86: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

dengan guru yang lainnya sehingga tercapai pembelajaran yang

efektif dan bermakna.

Tujuan utama dari evaluasi adalah untuk mengetahui apakah

tujuan utama yang di rumuskan dapat tercapai atau belum. Karena

evaluasi sifatnya adalah sebagai alat untuk mengetahui sejauh mana

kedalaman materi yang telah di capai oleh siswa maka dalam

pelaksanaannya harus dilaksanakan secara terus menerus tidak boleh

berhenti dalam satu evaluasi saja. Yang lebih penting adalah maka

evaluasi itu bukanlah hanya sekedar untuk menentukan angka

keberhasilan, namun yang lebih penting adalah sebagai dasar serta

sarana bagi guru untuk melakukan umpan balik (feed back) dari proses

pembelajaran yang dilaksanakan.98

Selain tes tertulis dan lesan penilaian proses dan sikap seperti

yang penulis paparkan sedikit dapat juga dilaksanakan. Evaluasi ini

bisa lewat cheek list atau catatan yang harus dikumpulkan dan

dibubuhi tanda tangan orang tua.

Disamping upaya diatas guru juga harus mengadakan

komunikasi dengan orang tua dan sesama rekan kerja. Dengan

demikian akan terjalin komunikasi yang harmonis dan dinamis untuk

mengatasi kesulitan belajar siswa.

3. Solusi terhadap Problematika pada Materi Pelajaran

Keterbatasan waktu untuk menyelesaikan materi pembelajaran

akidah akhlak bisa diatasi dengan guru memperbanyak proses

pembelajaran yang mengarah pada penciptaan aktivitas siswa dalam

menggali materi melalui pembuatan contoh riel di lingkungan masing-

masing terhadap materi sehingga siswa dapat memahami materi secara

utuh:

Ketrampilan guru akidah akhlak Dalam pelaksanaan pembelajaran

akidah akhlak guru dituntut untuk menciptakan suasana pengajaran yang

98 Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar,(Bandung, Sinar Baru

Algesindo, 2004), hlm 113

Page 87: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

kondusif, sehingga memungkinkan dalam mendorong peserta didik untuk

secara leluasa mengembangkan kreatifitasnya dengan bantuan guru.

Kemampuan guru dalam menciptakan pengajaran yang kondusif ini

merupakan indikator kreatifitas dan efektivitas guru dalam mengajar. Hal

tersebut dapat dicapai secara lebih baik jika guru dapat:

a. Memusatkan pada kepribadiannya dalam mengajar

b. Metode mengajarnya tepat

c. Memusatkan pada proses dan produknya

d. Memusatkan pada kompetensi yang relevan.99

4. Solusi terhadap Problematika pada Siswa

Ketidak ketertarikan siswa terhadap pembelajaran akidah akhlak di

MI Surodadi I Sawangan Magelang bisa diatasi dengan meningkatkan

minat belajar siswa. Usaha yang dilakukan dalam menumbuhkan minat

siswa adalah:

a. Periksalah kondisi anak, untuk mengetahui apakah segi ini menjadi

sebab, cek kepada orang tua atau guru-guru lain, apakah sikap dan

tingkah laku tersebut hanya terdapat pada pelajaran saudara atau juga

ditunjukkan di kelas lain dan ketika diajar oleh guru-guru yang lain.

b. Perhatikan anak diluar kelas atau sekolah, untuk melihat apakah

kegiatan yang diminati anak, hal ini dapat dipakai sebagai titik tolak

untuk menarik minat anak bagi kegiatan-kegiatan yang lain.

c. Cobalah menemukan sesuatu hal yang dapat menarik perhatian anak

agar tergerak minatnya.2

Selain itu guru harus memotivasi siswa, motivasi ini ada yang

bersifat internal, yaitu yang tumbuh dari dalam diri siswa, seperti rasa

ingin tahu tentang materi yang dipelajari, karena materi itu menarik

baginya. Adalagi motivasi eksternal, yaitu yang tumbuh akibat dari luar

diri siswa. Misalnya siswa terdorong belajar karena ingin mendapat pujian

atau karena takut mendapat hukuman.

99 Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

1993), hlm. 6.

Page 88: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

Beberapa cara memotivasi antara lain:

a. “Need analysis” yaitu pemberian analisis tentang kebutuhan siterdidik,

agar menyadari akan kebutuhan masa depannya.

b. Menumbuhkan keingintahuan dalam diri anak didik

c. Memberikan stimulus yang dapat merangsang respon atau kegiatan

murid

d. Memvariasikan metode mengajar dan penggunaan alat bantu mengajar.

e. Memberikan ganjaran dan hukuman”.100

5. Solusi terhadap Problematika Sekolah

Sekolah sebagai tempat atau induk dari semua persoalan diatas

hendaknya lebih cermat dan bijak dalam memecahkan problematika yang

dihadapi. Problematika yang dihadapi dalam pembelajaran akidah akhlak

di MI Surodadi I Sawangan Magelang tentunya dapat diatasi dengan

kerjasama semua komponen yang ada di MI Surodadi I Sawangan

Magelang. Tidak bisa dalam mengatasi problematika yang dihadapi

tersebut di bebankan hanya pada kepala sekolah atau guru, karena

problematika yang dihadapi oleh sekolah cakupanya lebih besar seperti

sarana dan prasarana, kurikulum dan kebijakan pemerintah.

100 Djamaluddin Darwis, “Strategi Belajar Mengajar”, dalam Chabib Thoha, Dkk (eds),

PBM PAI Disekolah Existensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, ( Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 1998) hlm. 210

Page 89: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah menguraikan pembahasan-pembahasan di bab terdahulu maka

dalam bab ini akan disimpulkan sebagai berikut;

1. Proses pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang

dilakukan dengan merencanakan pembelajaran dilanjutkan denga

melaksanakan pembelajaran dengan menerangkan materi asmaul husna

dengan ceramah tanya jawab dan diakhiri dengan menutup pelajaran.

2. Problematika yang di alami dalam pembelajaran akidah akhlak di MI

Surodadi 1 Sawangan Magelangterkait dengan problematika guru dalam

menyampaikan materi, kurangnya sarana pra sarana penunjang seperti

media pembelajaran, kurangnya minat siswa dalam beljar dan penggunaaan

metode pembelajaran dan evaluasi belajar yang baik

3. Solusi yang dilakukan untuk mengatasi masalah dalam pembelajaran akidah

akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang yaitu dengan merencanakan

pembelajaran secara baik dan sesuai kegbutuhan sekolah, penggunaaan

metode pembeljaran yang menciptkan pembelajaran aktif seperti

melaksanakan CTL agar pembelajaran lebih bermakna bagi siswa dan siswa

tidak hanya menghafal materi pelajaran, melaksanakan evaluasi

pembelajaran yang baik, menyediakan media pembelajarn yang dapat

membantu memahamkan siswa dalam pembelajaran aqidah akhlak,

penguasaan materi dengan lebih banyak mengarahkan pemahaman materi

dengan belajar aktif siswa bukan mendikte, dan perlu kerja sama diantara

kepala sekolah, guru dan orang tua untuk meningkatkan pembelajaran siswa.

B. Saran-Saran

Setelah melihat kondisi yang ada, serta berdasarkan hasil penelitian

yang penulis lakukan, tidak ada salahnya bila peneliti memberikan beberapa

Page 90: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

saran sebagai masukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan khususnya

pada pembelajaran Bahasa Arab sebagai berikut:

1. Bagi Guru akidah akhlak

a. Hendaknya dalam proses belajar mengajar, guru harus benar-benar

paham dan menyiapkan pembelajaran dengan sebaik-baik mungkin

agar materi dapat tersampaikan secara maksimal.

b. Hendaknya proses pembelajaran dirancang oleh guru sedemikian rupa

terutama dalam menerapkan CTL sehingga siswa dapat berpartisipasi

aktif baik secara fisik ataupun psikis dan mengalami kegiatan belajar

mengajar secara langsung, sehingga pengetahuan yang dicapai tidak

hanya secara teori saja dengan mendengarkan informasi. Tetapi

melalui proses pengalaman yang dapat menanamkan informasi dari

akarnya.

c. Menambah wawasan dengan mengikuti beberapa pelatihan dan

seminar tentang strategi pembelajaran yang dapat dikembangkan di

kelasnya sehingga mampu mencapai hasil optimal.

2. Pihak Sekolah

a. Hendaknya seluruh pihak sekolah mendukung dalam tiap kegiatan

pembelajaran yang berlangsung.

b. Memfasilitasi proses pembelajaran quantum teaching dengan

melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan

c. Perlunya kerja sama dengan pihak sekolah dengan orang tua siswa dan

masyarakat yang diharapkan dengan itu akan lebih memudahkan

proses pembelajaran dan akan membantu memaksimalkan guna

mencapai tujuan pembelajaran pendidikan yang diharapkan.

3. Bagi Siswa

Siswa harus lebih meningkatkan keaktifan belajarnya, dan belajar

dengan sungguh-sungguh

4. Bagi Orang Tua

Untuk membantu dan mendukung setiap program sekolah yang

berorientasi pada pengembangan kemampuan belajar siswa

Page 91: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, dan Supriyono, Widodo, Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta, 2004

Ali, Muhammad, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar,Bandung, Sinar Baru Algesindo, 2004

Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineika Cipta, 2002,

Azizy, A. Qodri A., Pendidikan Agama untuk Membangun Etika Sosial, Semarang : Aneka Ilmu, 2003

Azwar, Saifuddin, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998

Bafadal, Ibrahim, Manajemen Perlengkapan Madrasah, Teori dan Aplikasinya, Jakarta, Bumi Aksara, 2004

Basyiruddin, Usman M, dan Asnawir, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers, 2002,

Budiyanto, Mangun, Pendidikan Al qur'an.Yogyakarta: Team Tadarus AMM , l990

Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Jakarta: Bumi Aksara, 2005,

Darwis, Djamaluddin, “Strategi Belajar Mengajar”, dalam Chabib Thoha, Dkk eds, PBM PAI Disekolah Existensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 1998

Depag RI, Membiasakan Tradisi Agama, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Agama Islam pada Madrasah Umum, Jakarta, Dirjen KAI, 2004

Djamarah, Saiful Bahri¸ dan Zain, Aswan, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta; Rineka Cipta, 2006

Fadjar, A. Malik, Madrasah dan Tantangan Modernitas, Bandung : Mizan, 1998

Faisal, Sanapiah, Format-format Sosial, Jakarta: PT. Raja Grafmdo Persada, 2001

Ghazali, Imam Al-, Ihya’ Ulumuddin, Juz. III, Beirut: Dar Ihya’ Kutubil Arabiyyah, t.th

Gulo, W., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:PT Grasindo, 2002,

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 2004

Page 92: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumu Aksara, 2003

HAMKA, Pelajaran Agama Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1989

http://www.suaramerdeka.com/harian/0402/16/kha1. Di akses pada tanggal 17 April 2011.

Ilyas, Yunahar, Kuliah aqidah Islam, Yogyakarta: LPPI, 2001

Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Al-Ma’arif, Bandung, 1989

Moleong, Lexy J. , Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002

Muhaimin, Dimensi-Dimensi Studi Islam, Surabaya: Karya Aditama, 1994

Mulyasa, E., Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, Bandung: Rosda Karya, 2004

Mulyasa, E., Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2005

Mustaqim, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001

Nahlawi, Abdurrahman An, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, Jakarta : Gema Insani Press, 1995

Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997

Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Nawawi, Hadari¸ dan Martini, Nini, Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1996, hlm 174

Nizar, Samsul, Pendekatan Historis; Teoritik dan Praktis, Jakarta: Ciputat Pres, 2003

Nurdin, Syafruddin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta: Ciputat Press, 2005

Paraba, Hadirja, Wawasan Tenaga Guru dan Pembina Pendidikan Agama Islam, Dep. Agama RI. Jakarta: Friska Agung Insani, 2000

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 2 Tahun 2008, Tentang Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab di Madrasah

Page 93: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

Quthb, M. , Sistem Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma’arif, 1988

Riberu, J., Dasar-Dasar Kepemimpinan. Jakarta: Dep. Agama RI, Pedoman Ilmu Jaya, 1989

Safari, Imam Asy'ary, Metodologi Penelitian Sosial, Surabaya-Indonesia: Usaha Rasional, 1998

Sambu, “Apa itu Pendekatan Kontekstual?”, http://smp.lpi-hidayatullah.com. Di akses pada tanggal 17 April 2011.

Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Quran, Bandung : Mizan, 1994

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2003

Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Departemen Agama RI, 2006

Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2004

Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996

Subroto, B. Suryo, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 1997

Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1989

Sudjana, Nana, et. al., Pedoman Guru Menyusun Bahan Pelajaran, Jakarta: Grasindo, 1991

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif: dilengkapi dengan Contoh Proposal dan Laporan Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2005, hlm. 92

Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007

Sumantri, Mulyani, dan Permana, Johar, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: C.V Maulana, 2001

Ulwan, Abdullah Nasih, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam II terj. Saifullah Kamalie dan Hery Nor Ali, Bandung: Asy-syIfa,1988

Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama Dilengkapi dengan Modul dan Permainan Simulasi, Surabaya : Usaha Nasional, 1983

Page 94: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

Zuhairini, Metodologi Pendidikan Agama, Solo: Ramadhani, 1993

Page 95: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

PEDOMAN WAWANCARA

1. Bagaimana tujuan pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan

Magelang?

2. Materi apa saja yang diberikan dalam pembelajaran akidah akhlak di MI

Surodadi 1 Sawangan Magelang?

3. Pendekatan apa saja yang dilakukan pada pembelajaran akidah akhlak di MI

Surodadi 1 Sawangan Magelang?

4. Apa saja bentuk-bentuk pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1

Sawangan Magelang?

5. Bagaimana pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan

Magelang?

6. Problematika pa saja yang dihadapi dalam pembelajaran akidah akhlak di MI

Surodadi 1 Sawangan Magelang?

Page 96: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

PEDOMAN OBSERVASI

Nama Sekolah : MI Surodadi 1 Sawangan Magelang

Mata Pelajaran : Akidah Akhlak

Nama Guru : Hafidlin, S.Pd.I

No. Yang Diamati Ya Tidak Keterangan 1 Perencanaan pembelajaran Akidah

Akhlak

a. Guru membuat rencana pengajaran

sebagai pedoman pelaksanaan

pembelajaran

b. Tujuan pembelajaran

c. Materi atau Bahan

d. Metode

e. Alat Pembelajaran

f. Evaluasi

2

Pelaksanaan Pembelajaran Akidah

Akhlak

a. Pendahuluan

b. Kegiatan inti

c. Penutup

3

Problematika yang Dihadapi dalam

Proses Pembelajaran Bahasa Arab di

kelas IV MI Surodadi 1 Sawangan

Magelang

a. Problematika Pelaksanaan

pembelajaran Akidah akhlak

b. Problematika pada Guru

c. Problematika yang Berhubungan

dengan Pengelolaan Kelas dan Metode

Mengajar.

Page 97: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

d. Problematika yang Berhubungan

dengan Evaluasi

e. Problematika pada Materi Pelajaran

f. Problematika pada Siswa

g. Problematika Sekolah

Page 98: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

HASIL WAWANCARA

Satuan Pendidikan : MI Surodadi 1 Sawangan Magelang

Reponden : Ibu Sunarsih, S.Pd.I

Waktu : 18 April 2011

Guru Akidah Arab

1. Bagaimana tujuan pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan

Magelang?

Jawab

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam pembelajaran akidah akhlak di MI

Surodadi 1 Sawangan Magelang yaitu untuk terbentuknya peserta didik yang

beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi pekerti yang luhur

(berakhlak mulia), memiliki pengetahuan tentang ajaran pokok ajaran agama

Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, serta memiliki

pengetahuan yang luas dan mendalam tentang Islam sehingga memadai baik

untuk kehidupan pribadi atau bermasyarakat maupun untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

2. Materi apa saja yang diberikan dalam pembelajaran akidah akhlak di MI

Surodadi 1 Sawangan Magelang?

Jawab

Materi pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang

diberlakukan materi-materi dalam akidah akhlak masih tetap didalamnya

termuat inti pokok dari ajaran Islam yang memuat akidah (masalah keimanan)

dan akhlak baik akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap sesama manusia, atau

akhlak terhadap lingkungan

3. Pendekatan apa saja yang dilakukan pada pembelajaran akidah akhlak di MI

Surodadi 1 Sawangan Magelang?

Jawab

Page 99: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

a. Pendekatan Rasional, yaitu suatu pendekatan dalam proses pembelajaran

yang lebih menekankan kepada aspek penalaran. Pendekatan ini dapat

berbentuk proses berfikir induktif yang dimulai dengan memperkenalkan

fakta-fakta, konsep, informasi atau contoh-contoh dan kemudian ditarik

suatu generalisasi (kesimpulan) yang bersifat menyeluruh (umum) atau

proses berfikir deduktif yang dimulai dari kesimpulan umum dan

kemudian dijelaskan secara rinci melalui contoh-contoh dan bagian-

bagiannya.

b. Pendekatan emosional, yakni upaya menggugah perasaan (emosi) peserta

didik dalam menghayati yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya

bangsa.

c. Pendekatan pengalaman, yakni guru memberi kesempatan kepada peserta

didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengalaman

ibadah.

d. Pendekatan pembiasaan, yakni guru memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan ajaran Islam.

e. Pendekatan fungsional, yakni guru dalam menyajikan materi pokok dari

segi manfaatnya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

f. Pendekatan keteladanan, yaitu guru memberi contoh yang baik dalam

bergaul dan berperilaku

4. Apa saja bentuk-bentuk pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1

Sawangan Magelang?

Jawab

a. Bentuk kegiatan intrakurikuler

Kegiatan intrakurikuler ini yaitu proses pembelajaran yang diadakan

di ruang kelas, artinya guru menyampaikan secara langsung materi

pembelajaran di ruang kelas pada jam pelajaran. Adapun alokasi waktu

pada setiap tatap muka adalah satu jam pelajaran.

b. Bentuk kegiatan kookurikuler

Page 100: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

Adapun kegiatan pembelajaran dalam bentuk kokurikuler ini

diadakan secara tidak langsung bertatap muka di dalam ruang kelas seperti

pada kegiatan intra kurikuler.

Dalam kegiatan kokurikuler ini guru hanya memberikan tugas

kepada peserta didik untuk dikerjakan di rumah baik dalam bentuk tugas

kelompok maupun tugas secara individu. Guru hanya memberikan petunjuk

secara umum tentang bagaimana cara yang harus ditempuh untuk

mengerjakan tugas tersebut.

Tugas-tugas tersebut dapat berbentuk mengikuti kegiatan

keagamaan dan membuat laporan tentang kegiatan keagamaan tersebut

seperti kegiatan pernikahan dan lain-lain.

Program kokurikuler ini bertujuan untuk mendidik para peserta

didik untuk dapat belajar mandiri, dapat mengatur waktu dan dapat

bertanggung jawab.

c. Bentuk kegiatan ekstrakulikuler

Pada kegiatan ini, MI Surodadi 1 Sawangan Magelang

melaksanakan program pendidikan agama guru tidak terlibat secara

langsung tetapi hanya sebagai pengarah dan pembimbing pasif dan

seharusnya peserta didiklah yang harus aktif melaksanakan bentuk kegiatan

yang ada.

Pada dasarnya pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler ini merupakan

bentuk manifestasi dari kegiatan intra kurikuler yang terbatas pada dataran

teori saja. Dalam kegiatan ekstra ini teori yang diperoleh dari kegiatan intra

kurikuler diwujudkan dan dipraktekkan dalam berbagai macam kegiatan

social keagamaan secara nyata dalam masyarakat, seperti pelaksanaan

penyelenggaraan peringatan hari besar Islam, pengumpulan zakat fitrah

bakti social, dan lain-lain.

Kegiatan ekstra kurikuler ini bertujuan agar peserta didik dapat

bertambah wawasan social keagamaannya dan mendidik para peserta didik

agar terlatih dalam bersosialisasi, berinteraksi, dengan lingkungan sekitar

dimanapun nantinya dia berdominasi. Dengan demikian ketika peserta

Page 101: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

didik tersebut benar-bear terjun kemasyarakat akan mampu dengan cepat

beradaptasi dan menjadi orang yang sosialis, agamis, dan tidak menjadi

individu yang egois, apatis dan skeptis

5. Bagaimana pelasksanaan pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1

Sawangan Magelang?

Jawab

a. Perencanaan pengajaran akidah akhlak

Perencanaan ini secara tertulis telah disusun oleh guru

pembelajaran akidah akhlak di MI Surodadi 1 Sawangan Magelang antara

lain perencanaan program tahunan, program semesteran, program satuan

pelajaran, program rencana harian

b. Pelaksanaan pengajaran dilakukan dengan melakukan kegiatan

pendahuluan, kegitran inti dan penutup untuk menerangkan meteri akidah

akhlak

6. Problematika apa saja yang dihadapi dalam pembelajaran akidah akhlak di MI

Surodadi 1 Sawangan Magelang?

Jawab

a. Problematika Pelaksanaan pembelajaran Akidah akhlak

Dalam menyampaikan materi pelajaran dapat selesai sesuai dengan

waktu yang ditentukan, tetapi ada beberapa problem yang timbul:

1) Untuk menyampaikan materi pengajaran aqidah kepada anak, guru

harus dapat menjelaskan sejelas mungkin.

2) Input siswa yang bervariasi menjadi masalah bagi guru dalam

memberikan penjelasan agar dapat diterima siswa secara menyeluruh.

3) Ketersediaan waktu dalam penyampaian materi pelajaran pengajaran

aqidah yang kecil, yaitu 2 jam dalam satu minggu. Sehingga materi

pelajaran yang disampaikan hanya mengejar target, imbasnya

pemahaman akidah akhlak pada siswa terhambat.

b. Problematika pada Guru

Problematika yang Berhubungan dengan Penguasaan Materi.

Page 102: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

Terlalu banyaknya materi yang harus diajarkan oleh guru,

kurangnya buku-buku penunjang dan sarana yang sangat terbatas juga

kemampuan siswa yang berbeda-beda. Adapun pengembangan materi

meliputi:

1) Problematika yang Berhubungan dengan Pengelolaan Kelas dan

Metode Mengajar.

Dalam pengelolaan kelas jumlah murid bukanlah suatu

masalah. Yang menjadi masalah adalah memilih atau penggunaan

metode mengajar yang tepat. Pemilihan dan penggunaan metode yang

tepat sangat di penting sebab berkait dengan motivasi dan latar

belakang siswa yang kurang mendukung atau lemah dalam motivasi

belajar.

Sumber-sumber belajar siswa juga sangat terbatas karena siswa

hanya memiliki satu buku pegangan.

2) Problematika yang Berhubungan dengan Evaluasi.

Evaluasi yang sering dilakukan adalah penilaian hasil belajar.

Evaluasi ini biasanya dilakukan disetiap akahir pembahasan satu

pokok pembahasan. Selain itu evaluasi juga dilakukan lewat ulangan

harian terskruktur (UHT / mid) dan semesteran. Sedangkan evaluasi

ranah afektif dan psikomotorik jarang dilakukan karena keterbatasan

waktu serta fasilitas yang ada. Evaluasi yang dilakukanpun sering kali

hanya berdasarkan lembar kerja siswa (LKS) yang diterbitkan oleh

penerbit sehingga aspek life skill (keterampilan hidup) kurang

tersentuh secara optimal.

c. Problematika pada Materi Pelajaran

a. Materi pelajaran sangat banyak sehingga membingungkan.

Berdasarkan hasil wawancana peneliti dengan guru akidah akhlak,

alokasi jam pelajaran akidah akhlak per minggu ada 2 jam yang setiap

jam pelajaran terdiri dari 35 menit. Alokasi jam pelajaran akidah

akhlak tersebut terlalu sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah

materi pelajaran yang ada dan input siswa yang lebih dari 50 % tidak

Page 103: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

mengaji di pesantren atau madrasah Diniyah sehingga pengetahuan

keagamaan kurang.

b. Buku sebagai sumber materi sulit didapatkan.

Upaya peningkatan mutu pembelajaran akidah akhlak agar cepat

menyesuaikan diri dengan perkembangan dan tuntutan global di

berbagai aspek kehidupan yang berkembang ialah dengan

menumbuhkan siswa yang gemar membaca buku aqidah akhlak

sementara budaya baca akan berkembang apabila sumber bacaan

aqidah akhlak yang tersedia dan dibutuhkan siswa di perpustakaan

lengkap.

d. Problematika pada Siswa

a. Siswa kurang bersemangat dalam mempelajari pelajaran aqidah akhlak

b. Siswa tidak sungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran aqidah

akhlak

c. Kemampuan Siswa dalam memahami materi aqidah akhlak tidak

merata.

d. Siswa kesulitan dalam memahami dan mudah lupa dengan materi

aqidah akhlak

e. Datangnya anak mutasi dari sekolah lain, terutama dari SD biasanya

kemampuan agamanya sangat rendah.

f. Ada sebagian siswa yang mengantuk saat pelajaran aqidah akhlak

g. Jumlah siswa terlalu banyak, sehingga penyampaian guru tidak

maksimal.

e. Problematika Sekolah

a. Kurangnya Lokal untuk pembelajaran

b. Kurangnya sarana dan prasarana untuk pembelajaran seperti minimnya

buku-buku pegangan dan penunjang.

Page 104: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

HASIL OBSERVASI

Nama Sekolah : MI Surodadi 1 Sawangan Magelang

Mata Pelajaran : Aqidah Akhlak

Nama Guru : Hafidlin, S.Pd.I

No. Yang Diamati Ya Tidak Keterangan 1 Perencanaan pembelajaran Akidah

Akhlak

a. Guru membuat rencana pengajaran

sebagai pedoman pelaksanaan

pembelajaran

b. Tujuan pembelajaran

c. Materi atau Bahan

d. Metode

e. Alat Pembelajaran

f. Evaluasi

-

Buku Pelj

Buku Pelj

Foto

Foto

Foto

2

Pelaksanaan Pembelajaran Akidah

Akhlak

a. Pendahuluan

b. Kegiatan inti

c. Penutup

Foto

Foto

Foto

3

Problematika yang Dihadapi dalam

Proses Pembelajaran Aqidah Akhlak di

kelas IV MI Surodadi 1 Sawangan

Magelang

a. Problematika Pelaksanaan

pembelajaran Akidah akhlak

b. Problematika pada Guru

c. Problematika yang Berhubungan

dengan Pengelolaan Kelas dan Metode

Mengajar

Foto

Foto

Foto

Foto

Page 105: FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/109/jtptiain-gdl... · ketidakseriusan mereka terhadap kegiatan pembelajaran akidah akhlak

d. Problematika yang Berhubungan

dengan Evaluasi

e. Problematika pada Materi Pelajaran

f. Problematika pada Siswa

g. Problematika Sekolah

Foto

Foto

Foto