fat splitting
DESCRIPTION
oleokimiaTRANSCRIPT
1. Sumber Lemak
Suatu lipid didefinisikan sebagai senyawa organik yang terdapat dalam alam
serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar seperti suatu
hidrokarbon atau dietil eter. Salah satu anggota dari golongan lipid ini adalah lemak
yang tergolong dalam lipid netral.Lemak merupakan sumber energi dalam aktivitas
tubuh manusia, yang bila dioksidasi secara sempurna dalam tubuh menghasilkan 9,3
kalori lemak per 1 gram. Lemak sebagai bahan pangan dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu : 1) lemak yang siap dikonsumsi tanpa harus dimasak (edible fat consumed
uncooked) misalnya mentega, margarin dan lemakyang biasa digunakan dalam
kembang gula, dan 2) lemak yang dimasak bersama bahan pangan atau dijadikan
sebagai bahan pengantar panas dalam memasak bahan pangan, misalnya minyak
goreng, shortening dan lemak babi.
Disamping kegunaannya sebagai bahan pangan, lemak juga berfungsi sebagai
bahan pembuatan sabun, bahan pelumas (misalnya minyak jarak), sebagai obat-
obatan(misalnya minyak ikan), sebagai pengkilat cat(terutama yang berasal dari
golongan minyak mengering).Produk dunia dari lemak diperkirakan akan meningkat
setiap tahunnya, kenaikan produksi ini terutama disebabkan karena melimpahnya
panen biji-bijian sebagai sumber lemak.
Sumber Lemak
Lemak dihasilkan oleh alam yang dapat bersumber dari bahan hewani atau
nabati.Karena dalam hewan atau tumbuhan itu lemak tersebut berfungsi sebagai
cadangan energi. Lemak bisa diklasifikasikan berdasarkan sumbernya, sebagai
berikut :
1. Bersumber dari tanaman.
Biji-bijian palawija : jagung, biji kapas, kacang, wijen, kedele, bunga
matahari.
Kulit buah tanaman tahunan : zaitun dan kelapa sawit.
Biji-bijian dari tanaman tahunan : kelapa, coklat, inti sawit, babassu, cohune
dan sejenisnya.
1
2. Bersumber dari hewan :
Susu hewan peliharaan : lemak susu.
Daging hewan peliharaan : lemak sapi dan turunannya oleostearin, oleo oil
dari oleo stock, lemak babi dan muttor tallow.
Adapun perbedaan umum antara lemak nabati dan hewani adalah :
1) lemak hewani mengandung kolesterol,
2) kadar asam lemak tidak jenuh pada lemak hewani lebih kecil dari lemak nabati,
3) lemak hewani mempunyai bilangan Reichert-Meissl lebih besar dari bilangan
Polenske lebih kecil dibandingkan dengan minyak nabati.
Lemak nabati dan hewani dapat diklasifikasikan bedasarkan sifat fisiknya berikut
dengan contohnya :
1. Lemak nabati, seperti : lemak biji coklat, inti sawit, cohune, babassu, tengkawang,
nutmeg butter, shea butter.
2. Lemak hewani :
a. Lemak susu (butter fat), seperti : lemak dari susu sapi, kerbau, kambing, dan
domba.
b. Hewan peliharaan, seperti : lemak babi, skin grease, mutton tallow, lemak tulang,
lemak/gemul wool.
Lemak dalam tanaman dibentuk dalam sel hidup yang merupakan hasil dri
serangkaian reaksi yang kompleks alam proses metabolisme.Molekul lemak disintesa
dengan proses kondensasi dari suatu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak.
Molekul asam lemak dan gliserol tersebut dibentuk dari hasil oksidasi karbohidrat
secara proses metabolisme berlangsung.
Proses pembentukan lemak dalam tanaman terdiri dari tiga tahap, yaitu :
1. Sintesa gliserol.
Gilserol disintesa dari dihidroksi aseton fosfat, yang merupakan salah satu hasil
penguraian fruktosa difosfat oleh enzim oleh aldose dalam tanaman. Dihidroksi aseton
2
fosfat direduksi menjadi gliserol fosfat dan akhirnya diubah menjadi gliserol dengan
proses de-phaphorilase.
2. Sintesa asam lemak.
Asam lemak dihasilakan dari reaksi dua persenyawaan yang m,engandung karbon,
yang etrbentuk selama proses metabolisme misalnya asam asetat, asetaldehida, dan
alkohol (etanol). Dalam kondisi anaerob, asam lemak dalam tanaman disintesa oleh
bakteri tertentu. Sebagai contoh adalah sintesa asam butirat dan asam kaproat oleh
bakteri Clostridium Kluyveri, dengan reaksi sebagai berikut :
2 CH3OH + CH3COOH C⃗ . Kluyveri CH3(CH2)2COOH + H2O
Asam butirat
C2H5OH + CH3COOH C⃗ . Kluyveri CH3(CH2)4COOH + 2H2O
Asam kaproat
3. Kondensasi gliserol dan asam lemak sehingga membentuk lemak.
Proses pembentukan lemak atau minyak dalam tanaman merupakan proses
esterifikasi gliserol dengan asam lemak. Sebagai contoh adalah proses pembentukan
palmitin.Enzim lipase biasanya terdapat dalam biji-bijian yang dapat mengandung
lemak misalnya kacang kedele, biji jarak, biji bunga matahari, biji jagung dan juga
terdapat dalam daging hewan serta beberapa jenis bakteri.
Lemak hewani bersumber dari tubuh hewan, yang terdapat dalam jaringan adipose.
Jenis-jenis lemak hewani yang telah banyak dikenal adalah lemak susu, kuning telur,
lemak sapi, lemak babi,lemak sumsum, lemak ayam, lemak ikan paus, ikan hiu, dan
sebagainya
2. Pengertian Fat Splitting
Fat Splitting menurut bahasa berarti pemecahan lemak. Sedangkan secara
definisi berarti proses pemecahan lemak atau minyak (Trigliserida) menjadi Fatty
3
Acid (Asam lemak) serta gliserin sebagai produk samping, dengan menggunakan air
(Proses hidrolisa) dan atau menggunakan enzim.
Secara tersirat dapat diketahui reaktan pada proses ini adalah minyak (crude
palm oil, palm kernel oil, serta coconut oil) atau lemak yang sudah di kilang untuk
pembersihan, dan yang akan dijelaskan secara mendalam pada bagian-bagian
selanjutnya adalah menggunakan coconut oil dan crude palm oil (CPO) sebagai
umpan reaksi.
Adapun kegunaan dari proses “pemecahan lemak” ini adalah untuk
menghasilkan asam lemak dan gliserin sebagai produk samping. Sebagaimana kita
ketahui bersama kedua produk ini memiliki nilai jual lebih bila dibandingkan umpan
kita tadi. Adapun asam lemak dapat juga dikatakan “basic oleochemical” terpenting,
pada industri oleochemical asam lemak digunakan sebagai materi awal untuk sabun,
medium-chain trigliserida, polyol ester, alkanoamida, dan sebagainya.
3. Reaksi Serta Mekanisme Reaksi Fat Splitting
Sebagaimana kita ketahui minyak kelapa maupun minyak sawit, bisa dihidrolisa
atau dipecah menjadi korespondensi asam lemak dan gliserin. Reaksinya dijelaskan
menurut persamaan:
RCOOCH2 RCOOH CH2OH
| |
R’COOCH + 3H2O R’COOH + CHOH
| |
R’’COO CH2 R’’COOH CH2OH
Tigliserida 3 Air 3 Asam Lemak Gliserin
4
Pada penggunaan minyak kelapa, fraksi asam lemak adalah C8-C18 dan bukan
tidak memungkinkan juga C6.
Fat splitting merupakan reaksi yang essensial yang berlangsung pada tahapan
sebagai berikut :
Asam lemak radikal, berpindah tempat dari trigliserida satu kali dari tri ke di ke
mono. Pemecahan yang tidak sempurna akan menghasilkan monogliserida, digliseridaa,
dan mungkin juga masih berbentuk trigliserida. Semenjak proses inisiasi, reaksi berjalan
lamban, terbatas oleh kelarutan air di dalam fasa minyak. Pada tahapan kedua, prosedur
reaksi mulai bergerak cepat, karena peningkatan kelarutan air pada fasa minyak. Pada
tahap akhir ditandai dengan dimishing rata-rata reaksi sebagai asam lemak dan gliserin
sebagai produk kondiri equilibrium. Dapat di lihat pada ilustrasi berikut:
Pemecahan lemak merupakan reaksi yang reversibel, pada titik equilibrium nilai
hidrolisis dan reesterifikasi adalah setimbang. Gliserin sebagai produk harus ditari
keluar secara kontinu, sebagai usaha untuk menghindari terjadinya reesterifikasi yang
berlebihan.
Meningkatkan suhu dan tekanan akan memepercepat reaksi karena akan
meningkatkan kelarutan air di dalam fasa minyak, dan untuk meningkatkan energi
aktifasi. Temperatur pada bagian partikel, akan menimbbulkan efek yang signifikan.
Menaikkan suhu dan temperatur (misal dari 150 – 220 oc akan meningkatkan kelarutan
5
air 2 sampai 3 kali lipat. Presentasi asam mineral yang kecil seperti asam sulfat atau
oksida logam (seperti Zn dan Magnesium Clorida) meningkatkan reaksi pemecahan.
Oksida logam adalah katalis sebenarnya. Ia juga berperan dalam formasi dan proses
emulsi.
4. Macam-Macam Proses Fat Splitting
1) Proses Twitchell
Proses twitchell adalah proses yang mula-mula dikembangkan pada pemisahan
lemak. Proses ini masih menggunakan cara yang sederhana, disebabkan murah serta
kemudahan dari instalasi dan operasi. Tetapi proses ini membutuhkan energi yang
besar dan kualitas produk yang rendah. Proses pemisahan menggunakan reagen
Twitchell dan H2SO4 sebagai katalis dalam hidrolisis. Reagennya adalah campuran
dari oleic atau asam lainnya dengan naptalen tersulfonasi.
Operasi terjadi dalam suatu wooden lead-lined, atau tong tahan asam.
Kandungan yang terdiri dari air yang jumlahnya ± ½ dari lemak, H2SO4 1-2 % dan
reagen Twitchell 0,75-1,25 % dipanaskan sampai mendidih pada tekanan atmosfer
selama 36-48 jam, menggunakan steam terbuka. Proses biasanya diulangi dua sampai
empat kali, fasa tiap tahap menghasilkan larutan gliserin dan air. Pada tahap akhir,
air ditambahkan dan campuran dipanaskan kembali hingga mendidih guna mencuci
asam yang tertinggal.
Pada periode reaksi yang panjang, steam yang dibutuhkan menjadi tinggi
dan diskolorisasi asam lemak tidak merata sehingga pemakaian proses ini tidak
menguntungkan.
Gambar 1. Proses Twitchell.
6
2) Proses Autoclave Batch
Proses ini adalah metode komersial yang membutuhkan waktu yang cukup
lama dalam pemisahan. Asam yang disediakan harus dalam jumlah yang cukup
banyak untuk menghasilkan zat ligh-clored. Proses ini lebih cepat dibandingkan
dengan proses Twitchell, butuh waktu selama 6-10 jam sampai selesai. Pemisahan
menggunakan katalis zinc, Mg atau kalsium oksida. Dari semua katalis yang paling
aktif adalah zinc. Sekitar 2-4 % katalis digunakan dan sejumlah dari serbuk zinc
ditambahkan untuk meningkatkan warna dari asam lemak.
Autoclave merupakan silnder yang tinggi, dengan diameter 1220-1829 mm
dan tinggi 6-12 m dibuat dari alloy yang tahan terhadap korosi (corrosion-resistant
alloy) dan terlindungi secara penuh. Penginjeksian steam menyebabkan terjadinya
pengadukan, meskipun pada beberapa kondisi digunakan mesin pengaduk.
Dalam operasi, autoclave diisi dengan lemak dan air yang jumlahnya (sekitar
± ½ dari lemak) dan katalis. Steam dihembuskan guna menggantikan udara terlarut
dan autoclave ditutup. Steam yang digunakan untuk menaikkan tekanan sampai 1135
kPa dan diinjeksikan secara kontiniu, sementara sebagian kecil kisi-kisi menjaga
agitasi dan tekanan operasi. Konversi dapat dicapai lebih dari 95% setelah 6-10 jam.
Isi dari autoclave dipindahkan ke tangki, dimana terbentuk asam lemak
dibagian atas dan gliserin pada bagian bawah. Asam lemak yang terbentuk
ditambahkan asam mineral untuk memisahkan kandungan sabun dan selanjutnya
dilakukan pencucian kembali guna memisahkan sisa asam mineral.
Gambar 2. Proses Autoclave Batch
7
3) Proses Kontinu
Proses kontiniu merupakan proses pemisahan lemak dengan menggunakan
suhu dan tekanan yang tinggi. Proses pemisahan asam lemak lebih dikenal dengan
proses Coltage-Emery, merupakan metode yang paling efisien dalam hidrolisis
lemak. Suhu dan tekanan tinggi dipergunakan untuk mempercepat waktu reaksi.
Aliran counter current dipenuhkan oleh minyak dan air guna menghasilkan suatu
derajat pemisahan yang maksimal tanpa memerlukan katalis.
Menara pemisah merupakan bagian utama dari proses ini. Kebanyakan dari
menara pemisah mempunyai konfigurasi sama dan dioperasikan dengan cara yang
sama. Tergantung dari kapasitas, menara bisa berkapasitas pad diameter 508-1220
mm dengan tinggi 18-25 m dan terbuat dari bahan tahan korosi seperti baja stainless
316 atau campuran logam yang dirancang untuk beroperasi pada tekanan sekitar
5000 kPa.
Gambar 3. Single-stage countercurrent splitting.
Gambar 3 menunjukkan suatu rancangan Single-stage Countercurrent splitting,
lemak terdegradasi pada sebuah cincin sparge bagian tengah sekitar 1 meter dari
dasar dengan sebuah pompa bertekanan tinggi. Air terdapat pada bagian atas dengan
8
perbandingan 0-50% dari berat lemak. Temperatur pemisahan yang tinggi (250-260 oC) cukup menjamin penghancuran fase air pada minyak.
Volume kosong menara digunakan sebagai tempat reaksi. Lemak mentah
lewat sebagai fase yang saling bersentuhan dari dasar atas menara, sementara cairan
lebih berat mengalir turun sebagai fase terdispersi dalam bentuk campuran lemak dan
asam. Derajat pemisahan dapat dicapai hingga 99%. Proses continiu countercurrent
tekanan tinggi memecah lemak dan minyak dengan lebih efisien dari pada proses lain
dengan lama reaksi 2-3 jam.
Konsumsi utilitas untuk per ton umpan adalah :
Steam (6000 kPa) 190 kg
Air pendingin (20oC) 3 m3
Energi elektrik 10 kWj
Air proses 0,6 m3
4) Pemecahan secara enzimatis
Lemak dan minyak dapat dihidrolisis dengan enzim alami.Pemecahan lemak
dengan enzim telah dilakukan melalui percobaan.Tetapi saat ini prosesnya tidak
begitu dianggap penting karena biayanya yang mahal dan waktu reaksinya yang
lama.Pemecahan lemak dan minyak secara enzimatis oleh lipase dari Candida
Rugosa, Aspergilus niger, dan Rhizopus Arrhizus telah dipelajari pada range
temperatur 26-40 oC dengan periode 48-72 jam dengan hasil pemecahan kira-kira
98 %.
9
Perbandingan Beberapa Proses Fat Splitting
Twitchell Batch Autoklav Kontinu Counter-
current dari P&G
Enzimatik
Suhu oc 100-105 150-175 atau 240 250 26-46
Tekanan 5.2-10.0 atau 2.9-3.1
Katalis Asamalkil, aril
sulfonat dan
asam
sikloalifatik,
dipakai
bersama-sama
dengan asam
sulfat sebanyak
0.7-1.25%
Seng, kalsium, atau
magnesium oksida 1-
2%, atau tanpa katalis
Optional Lipase dari
candida
rugosa,
aspergilus
niger
Dan rizopus
arrhizus
Waktu, h 12-48 5-10 atau 2-4 2-3 48-72
Metode
operasi
Batch Batch Kontinu
Perolehan 35-98%
larutan gliserol
5-15%
bergantung
jumlah tahap
dan jenis lemak
85-95%
larutan gliserol 10-15%
tergantung pada jumlah
tahap dan jenis lemak
97-99%
larutan gliserol 10-
25% tergantung
jenis lemak
98%
Keuntungan - suhu dan
tekanan
rendah
- bisa untuk
skala lab.
- Investasi awal
relatif ringan
- dapat diadaptasi
untuk skala kecil
- investasi awal lebih
murah daripada kontinu
proses
- lebih cepat dari pada
twitchell proses
- tidak butuh ruang
luas
- kualitas produk
seragam
- perolehan lebih
tinggi
- konsentrasi lebih
tinggi
- biaya murah
untuk operasi
Perolehan
tinggi dan
lebih ramah
lingkungan
hidup
10
- karena otomatis,
pengendaliannya
mudah
Kelemahan - penanganan
katalis butuh
waktu lama
- stok bahan
baku kurang
bagus,
terpaksa di
rafinasi, agar
tidak teracuni
oleh katalis
- konsumsi
steam tinggi
- cenderung
bewarna gelap
- lebih dari 1
tahap untuk
perolehan
tinggi
- pengendalian
manual
- biaya tenaga
kerja tinggi
- Investasi awal
agak tinggi
- Penanganan
katalis
- Waktu reaksi
lebih lama dari
pada kontinu
proses
- Biaya tenaga
kerja tinggi
- Perlu lebih dari
satu tahap
untuk hasil
yang baik
- investasi
awal tinggi
- suhu dan
tekanan
tinggi
- tingkat
penanganan
yang
dibutuhkan
tinggi
Waktu yang
lama diikuti
investasi
biologi
mahal
5. Uraian Proses
Pada prinsipnya pembuatan pemisahan lemak ini terbagi menjadi beberapa tahap :
1. tahap degumming
2. tahap hidrolisa
3. fatty acid distilation and fractionation opertion
4. tahap penguapan
11
Gambar 4 : tahap proses
Degumming merupakan proses pemisahan getah (gum), yaitu lendir yang terdiri
dari phospotida, protein residu, karbohidrat, air, resin, lechitin, dimana bahan-bahan
tersebut merupakan bahan impuritis yang dapat mengganggu proses-proses selanjutnya.
Misalnya lechitin pada suhu tinggi dapat menghasilkan warna gelap.
Biasanya proses ini dilakukan dengan cara dehidrasi gum dengan injeksi asam
pospat sehingga kotoran terbentuk mudah lepas dari minyak, kemudian disusul dengan
proses sentrifugasi minyak yang telah di degumming, selanjutnya dihidrolisa pada
reaktor hidrolisa.
Hidrolisa lemak atau minyak untuk menghasilkan asam lemak dan gliserol
dilakuakan dengan merasakan air bertekanan dengan minyak atau lemak pada menara
splitting. Minyak dan air secara kontinu di alirkan ke splitting yang beroperasi pada
suhu 250oc dan tekanan 50 atm. Gliserol dapat larut dalam air sedangkan asam lemak
tidak larut, sehingga trigliserida terikat bersama asam lemak merupakan bagian atas dari
produk di menara splitting. Sedangkan gliserol dan air berada di bottom menara. Reaksi
yang terjadi bersifat endotermis (memerlukan panas).
Selanjutnya produk gliserol yang masih mengandung sebagian besar air
dilakuakan pemisahan dengan cara penguapan menggunakan evaporator yang
merupakan unit operasi dimana gliserol dipisahkan dari komponen campurannya yaitu
air. Hasil dari unit pemisahan ini diperkirakan menghasilkan produk gliserol 90,9%.
Selanjutnya dilakukan distilasi dan operasi fraksionasi. Asam lemak yang
dihasilkan dibersihkan dan dipisahkan dengan penyulingan dan fraksinasi.
12
Penyulingan zat asam yang mengandung lemak kasar.
Zat asam yang mengandung lemak sangat sensitif jika dipanaskan, dioksidasi,
dan dapat menimbulkan karat. Penyulingan dibawa ke ruang hamapa dan menurunkan
temperatur sehingga memperpendek waktu proses. Zat asam yang mengandung lemak
kasar dikeringkan dengan melewati ruang hampa dan dimasukkan pada unit destilasi,
direaksikan pada ruang hampa 1,2 kPa atau temperatur kira-kira 210oc.
Panas memudahkan pengurangan kotoran seperti halnya bau dan badan warna
dari uap air yang meninggalkan sistem tersebut. Lemak yang disaring punya warna
putih dan bebas dari ketidak murnian. Akhirnya terdiri dari beberapa kualitas produk
akhir, ynag dapat di daur ulang secara langsung dengan penyulingan kembali.
Menurut lurgi pemakaian lemak kasar per ton untuk 50 – 200 ton per hari.
Heating steam (5 000 kPa) 370 kg
Steam (300 – 1000 kPa) 150 kg
Cooling water (20oc) 15 m3
Electrical energy 5 kWh
Export steam (300 kPa) 120 kg
Pecahan spesifik dengan kemurnian lebih dari 99 % laris untuk produk tertentu.
Kebetulan dalam pengembangan dalam teknologi fraksionasi sekarang dapat siap
menghadapi tantang ini. Kemurnian 99, 5 % kaleng dapat dicapai untuk C12 atau C14
Fraksionasi dapat memisahkan campuran zat asam yang mengandung lemak.
Detergen punya ikatan C12 – C18 yang terpisah dari keseluruhan oleh lapisan di atas C8
– C10. potongan tengah C12 – C14 dapat difraksionasi lebih lanjut dari C12 – C18
dengan memanfaatkan dua atau lebih kolom.
Keseluruhan proses fraksionasi dapat memberi perbandingan hasil akhir. Pada
dasrnya masing-masing proses menggunakan suatu deaerator, sumber panaas, kolom
fraksionasi, sistem penguapan, dan sumber ruang hampa. Proses berbeda untuk tiap
kolom. Dengan penguapan dan pemadatan dan engaturan pipa untuk menimbulkan
panas yang lebih baik, tetapi mereka dapat memberi hasil yang baik. Sistem ruang
hampa disajikan dengan bebas untuk masng-masing kolom dan pada umumya berisi
suatu ruang hampa dan suatu ejektor uap air mencapai ruang hampa yang paling tinggi.
13
Suatu sistem ruang hampa tidaklah direkomendarikan. Karena dapat mempengaruhi
langkah-langkah lain.
6. Blok Diagram Proses
Sebagai mana telah diulas lebih lengkap mengenai tahapan-tahapan proses
pada fat splitting, maka dapat dibuatkan diagram alir proses fat splitting
menggunakan metode kontinu.
14
7. Penjelasan Mengenai Produk
Kita telah tahu mengenai macam proses, mekanisme, serta mekanisme proses
fat splitting dari ulasan yang telah panjang lebar di atas. Nah pada bgian akhir
pembahasan ini akan kami jelaskan sedikit mengenai produk akhir dari proses fat
splitting. Adapun produk yang dihasilkan adalah asam lemak dan gliserin (sebagai
produk samping), namun kami hanya kan menjelaskan mengenai asam leak saja,
karena gliserin akan dijelaskan sangat mendalam pada ulasan kelompok berikkutnya.
Asam lemak merupakan salah satu bahan dasar oleokimia yang sangat penting
dalam industri oleokimia selanjutnya. Asam lemak dapat diperoleh dari minyak
nabati, seperti CPO, PKO, dan coconut oil. Sedang asam lemak itu sendiri
merupakan asam karboksilat dengan jumlah atom karbon C6 – C24 dan dapat
diperoleh dengan cara pemisahan minyak nabati
Kandungan asam lemk pada CPO, PKO, dan coconut oil dapat dilihat pada tabel
berikut:
Asam lemak
Formula CPO (%) PKO (%) Coconut oil (%)
CaproicCaprilicCapricLauricMyristicPalmiticStreticOleiclinoleic
C6H12O2
C8H16O2
C10H20O2
C12H24O2
C14H28O2 C15H32O2
C18H36O2
C18H34O2
C18H32O2
1.1-2.540-463.6-4.739-457-11
0.2-0.86-96-1046-5017-198-102-35-7
1-2.5
0-13-53-5
44-5115-177-102-3
12-191-2
Terjadi perbedaan disebabkan karena jumlah atom karbon, posisi rantai
cabang, dan ikatan rangkap antara 2 atom karbon, maka dibedakan menjadi asam
lemak jenuh dan tak jenuh. Kegunaan asam lemak antara lain; sabun, detergen,
alkohol lemak, kosmetik, karet, plastik, crayon, cat, pengemulsi makanan, vernish,
dan serta obat-obatan.
15
8. Kesimpulan
1. Proses Fat Splitting merupakan proses pemisahan minyak atau lemak
2. Langkah fat splitting adalah reaksi hidrolisa dengan 4 metode yaitu twitchell,
batch autoklav, kontinu, dan enzime, yang masingn-masingnya memiliki
kelebihan dan kekurangan. Pada kesempatan ini kami lebih memilih metode
kontinu.
3. Adapun tahapan prosesnya adalah degumming, hidrolisa, dekanter, yang
memisahkan giserol-air (selanjutnya menuju evaporator untuk memisahkannya)
serta trigliserida-asam lemak (selanjutnya ke unit fraksinator)
4. Hasil utama proses ini adalah asam lemak serta produk samping berupa gliserin
5. Proses Twitchell merupakan proses yang paling sederhana pada pemecahan
lemak dan masih digunakan dalam skala kecil karena biayanya yang murah dan
pengoperasian yang mudah. Namun, waktu reaksinya lama dan konsumsi
steam-nya tinggi.
6. Proses Autoclave-Batch merupakan metode komersial paling tua yang
digunakan untuk pemecahan lemak tingkat tinggi, waktu reaksinya lebih cepat
daripada proses Twitchell. Namun, dibandingkan dengan proses Kontinu lebih
lambat
7. Proses Kontinu merupakan proses yang paling efisien dalam metoda hidrolisis
lemak, menghasilkan konversi yang paling tinggi diantara semua proses fat
splitting dengan waktu reaksi yang singkat.
8. Proses secara Enzimatis memanfaatkan enzim lipase dari mikroorganisme
sebagai biokatalisator bagi reaksi penguraian minyak atau lemak (hidrolisis)
menjadi gliserin asam-asam lemak murni tersebut, maka asam lemak hasil
hidrolisis tersebut difraksinasi dengan cara destilasi
9. Pemilihan proses dipertimbangkan berdasarkan : konversi produk yang tinggi,
waktu reaksi lebih singkat, dan biaya operasi yang lebih murah
10. Berdasarkan kriteria pemilihan proses di atas, maka proses kontinu adalah
proses yang paling baik untuk diterapkan dalam proses pemecahan lemak yang
paling efektif dan efisien.
16