file referensi kues pugs 2
DESCRIPTION
giziTRANSCRIPT
-
PERILAKU GIZI MAHASISWA BIDANG GIZI FAKULTAS PERTANIAN DAN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA IPB
TENTANG PESAN-PESAN PEDOMAN UMUM GIZI SEIMBANG
NOVIKA TRI AFIANTI
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2008
-
Nutritional Behavior of Student Majoring Nutrition in Faculty of Agriculture and Faculty of Human Ecology, IPB,
Related to the General Guidance of Balance Diet Novika Tri Afianti1) Siti Madnijah2)
Abstract The General Guidance of Balance Diet are guidelines for good and right nutritional behavior which consist of 13 messages made by government in order to prevent many nutritional problems. The general objective of this research was to analyze nutritional behavior of student majoring Nutrition in Faculty of Agriculture and Faculty of Human Ecology, IPB, related to the General Guidance of Balance Diet. The research, which used cross sectional study design, was conducted in March 2008 in IPB Darmaga Campus. The statistical test used was Kruskal Wallis Test, Spearman Correlation Test, and Logistic Regression. The result shows that the knowledge about the General Guidance of Balance Diet of students in fourth, third, and second grades are different (p=0.000). Lower the educational level in college, greater number of sample with little knowledge of the General Guidance of Balance Diet. The attitude of the General Guidance of Balance Diet among samples has significant difference (p=0.000). Higher the educational level in college, greater number of student with good attitude of the General Guidance of Balance Diet. However, the practice of samples is not significantly different (p=0.288). The practical score difference between samples are not big. There is significant correlation between knowledge and attitude (p=0.000), and between knowledge and practice (p=0.022) about the General Guidance of Balance Diet. There is also correlation between attitude and practice of the General Guidance of Balance Diet (p=0.024). Factors that influence the practice about the General Guidance of Balance Diet are educational level of father, participation to organization and seminar/training related to food and nutrition, and information access to food and nutritional. Key word: The General Guidance of Balance Diet, nutritional behavior of college
student __________________ 1 Alumni Dept. Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, IPB 2 Staf Pengajar Dept. Gizi Masyarakat, FEMA, IPB
-
RINGKASAN
NOVIKA TRI AFIANTI. Perilaku Gizi Mahasiswa bidang Gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB tentang Pesan-pesan Pedoman Umum Gizi Seimbang. Dibimbing oleh SITI MADANIJAH.
Pesan-pesan pedoman umum gizi seimbang (PUGS) merupakan suatu pedoman perilaku gizi baik dan benar yang terdiri dari 13 pesan dan dibuat oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah berbagai masalah gizi. Tiga belas pesan tersebut, meliputi 1) makanlah aneka ragam makanan, (2) makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi, (3) makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi, (4) batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi, (5) gunakan garam beriodium, (6) makanlah makanan sumber zat besi, (7) berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan (ASI Eksklusif) dan tambahkan MP-ASI sesudahnya, (8) biasakan makan pagi, (9) minumlah air bersih, aman, dan cukup jumlahnya, (10) lakukan aktivitas fisik secara teratur, (11) hindari minuman beralkohol, (12) makanlah makanan yang aman bagi kesehatan, (13) bacalah label pada makanan yang dikemas.
Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk menganalisis perilaku gizi mahasiswa bidang Gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB tentang pesan-pesan PUGS. Tujuan khususnya, yaitu membandingkan pengetahuan, sikap, dan praktek tentang pesan-pesan PUGS pada 3 kelompok mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2), menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan sikap dan praktek tentang pesan-pesan PUGS pada 3 kelompok mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3,dan 2), dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan praktek terhadap pesan-pesan PUGS pada 3 kelompok mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2).
Desain penelitian ini adalah cross-sectional study dan dilaksanakan pada bulan Maret 2008 yang berlokasi di lingkungan kampus IPB, Darmaga Bogor. Contoh terdiri dari 120 mahasiswa dengan proporsi 39 mahasiswa tingkat 4 (35 orang perempuan dan 4 orang laki-laki), 41 mahasiswa tingkat 3 (35 orang perempuan dan 6 orang laki-laki), dan 40 mahasiswa tingkat 2 (36 orang perempuan dan 4 orang laki-laki). Pengambilan contoh dilakukan dengan proportionate stratified random sampling.
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer, meliputi karakteristik contoh (tingkat pendidikan di perguruan tinggi, alokasi pengeluaran untuk pangan, dan jenis kelamin), akses informasi pangan dan gizi, keikutsertaan pada organisasi dan seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi, pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS, sikap tentang pesan-pesan PUGS, dan praktek tentang pesan-pesan PUGS. Pengambilan data primer dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada contoh untuk diisi. Data sekunder yang dikumpulkan, meliputi nama mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah diikuti oleh contoh di perguruan tinggi serta nilai mutunya. Data sekunder diperoleh dari komisi pendidikan Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga dan Mayor Ilmu Gizi. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan inferensia dengan uji Kruskal Wallis, korelasi Spearman, dan Regresi Logistik.
-
Diantara 13 pesan PUGS, pesan yang diketahui oleh sebagian besar contoh adalah pesan ke-1 yakni makanlah aneka ragam makanan. Sementara itu, pesan yang diketahui oleh sebagian kecil contoh adalah pesan ke-12 yakni makanlah makanan yang aman bagi kesehatan. Semakin rendah tingkat pendidikan contoh di perguruan tinggi maka semakin banyak contoh yang pengetahuannya kurang tentang pesan-pesan PUGS. Pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS antara contoh pada kelompok tingkat 4, tingkat 3, dan tingkat 2 memiliki perbedaan yang nyata (p=0.000). Rata-rata skor pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS kelompok tingkat 4, 3, dan 2, yaitu 56.2, 55.8, dan 34.4. Lebih dari 90% contoh baik pada kelompok tingkat 4, 3, dan 2 mempunyai sikap setuju bahwa makanan yang beranekaragam adalah makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur, dan buah pada setiap kali makan. Semakin tinggi tingkat pendidikan contoh di perguruan tinggi, maka semakin banyak contoh yang memiliki sikap tentang pesan-pesan PUGS baik. Sikap tentang pesan-pesan PUGS antara contoh pada kelompok tingkat 4, 3, dan 2 memiliki perbedaan yang nyata (p=0.000). Rata-rata skor sikap tentang pesan-pesan PUGS contoh pada kelompok tingkat 4, 3, dan 2 berturut-turut adalah 78.4, 76.6, dan 72.6.
Diantara ke 13 pesan PUGS, pesan yang dipraktekkan oleh sebagian besar contoh adalah pesan ke-5 yakni menggunakan garam beriodium. Sementara itu, pesan PUGS yang dipraktekkan oleh sebagian kecil contoh adalah pesan ke-10 yakni olahraga secara teratur minimal 3 kali dalam satu minggu selama 30 menit. Hanya 2.5% contoh yang mempraktekkan pesan tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa contoh yang mempraktekkan pesan-pesan PUGS dengan baik hanya terdapat 3.3%. Jumlah terbanyak contoh yang memiliki praktek tentang pesan-pesan PUGS baik terdapat pada kelompok tingkat 4. Secara umum praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS tergolong cukup dan kurang. Terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan contoh di perguruan tinggi, maka prakteknya tentang pesan-pesan PUGS akan semakin baik. Namun, praktek tentang pesan-pesan PUGS antara contoh pada kelompok tingkat 4, 3 dan 2 tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p=0.288). Rata-rata skor praktek tentang pesan-pesan PUGS antara kelompok contoh tingkat 4, 3 dan 2 tidak berbeda jauh, yaitu 59.3, 57.4, dan 56.8.
Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman, terdapat hubungan yang nyata antara pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS dengan sikap contoh tentang pesan-pesan PUGS (p=0.000) dan praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS (p=0.022). Sementara itu, sikap tentang pesan-pesan PUGS juga memiliki hubungan yang nyata (p=0.024) dengan praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS.
Hasil uji Regresi Logistik menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi praktek tentang pesan-pesan PUGS adalah pendidikan ayah, keikutsertaan contoh terhadap organisasi dan seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi serta akses informasi pangan dan gizi.
-
PERILAKU GIZI MAHASISWA BIDANG GIZI FAKULTAS PERTANIAN DAN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA IPB
TENTANG PESAN-PESAN PEDOMAN UMUM GIZI SEIMBANG
NOVIKA TRI AFIANTI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2008
-
Judul Penelitian : Perilaku Gizi Mahasiswa bidang Gizi Fakultas Pertanian
dan Fakultas Ekologi Manusia IPB tentang Pesan-pesan
Pedoman Umum Gizi Seimbang
Nama Mahasiswa : Novika Tri Afianti
Nomor Pokok : A54104086
Disetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Siti Madanijah, MS NIP. 130 541 472
Diketahui, Dekan Fakultas Pertanian IPB
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal lulus:
-
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat serta hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
Skripsi ini yang berjudul Perilaku Gizi Mahasiswa bidang Gizi Fakultas Pertanian
dan Fakultas Ekologi Manusia IPB tentang Pesan-pesan Pedoman Umum Gizi
Seimbang sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Program
Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Atas selesainya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS, selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan waktunya untuk membimbing penulis serta kesabarannya
dalam membimbing.
2. Katrin Roosita, SP, MSi, selaku dosen penguji yang banyak memberikan kritikan serta saran yang membangun untuk perbaikan skripsi.
3. dr. Yekti Hartati Effendi selaku dosen pemandu seminar yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis.
4. drh. M. Rizal Martua Damanik, M. Rep. Sc.,PhD, selaku pembimbing
akademik yang telah membantu penulis dalam perkuliahan awal semester.
5. Seluruh rekan-rekan GMSK 41, GIZ 42 dan 43 yang telah bersedia menjadi
responden penulis sehingga penelitian ini dapat berjalan lancar.
6. Staf komisi pendidikan, mas Rena untuk kesediaan waktunya dalam
memberikan data pada penulis mengenai mata kuliah yang telah diambil
oleh contoh dalam penelitian ini.
7. Bapak yang ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada
dirinya, menghadapi lebih sedikit kesulitan, lebih tidak tergantung pada
siapapun dan (tapi) selalu membutuhkan kehadiranya. Terima kasih atas
semuanya yang tak terhingga baik dukungan moril maupun materi.
8. Ibu yang setiap saat memberi perhatian dan doa dalam setiap sujudnya.
9. Kakak-kakakku tersayang mba Lia dan mba Pipit yang telah berbagi
pengalaman yang sangat berharga kepada penulis.
10. Sdr. Firmansyah Alam yang selalu memberi dorongan agar penulis cepat
menyelesaikan skripsi dan selalu membantu penulis dalam segala hal serta
memberi penghiburan saat penulis mengalami kejenuhan.
-
11. Sahabat-sahabat penulis : Lenny, Dhyta, Suci, Yulia, dan Lia yang telah
memberi aspirasi, kesediaan waktu, dan dukungan moril pada saat penulis
dalam keadaan panik menghadapi seminar ataupun sidang.
12. Rekan-rekan seperjuangan, GMSK 41 yang tidak bisa disebutkan satu
persatu. I Love U All.
Terima kasih ya Allah, atas izin dan ridho-Mu skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Engkau anugrahkan pancaindera dan otak ini untuk
berfikir serta orang-orang yang Engkau gerakkan untuk membantu penulis
sehingga skripsi ini menjadi sebuah karya yang tak ternilai harganya. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya.
Bogor, Juli 2008
Penulis
-
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 7 November 1986 di Tangerang, Provinsi
Banten. Penulis merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara pasangan
ayahanda Aminuddin dan Ibunda Barikoh. Pendidikan formal yang pernah
dijalani penulis adalah pendidikan taman kanak-kanak di TK Nurul Mursyidah
yang kemudian dilanjutkan ke SD Islamic Village Tangerang lalu ke SMP Negeri
17 Tangerang, kemudian penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di
SMA Islamic Village Tangerang tahun 2004. Penulis diterima sebagai mahasiswa
pada Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui jalur SPMB.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kepungurusan dan
kepanitiaan. Penulis aktif dalam keorganisasian Himpunan Mahasiswa Peminat
Ilmu Gizi Pertanian (HIMAGITA) sebagai bendahara divisi kewirausahaan
periode 2005-2006, serta aktif sebagai panitia berbagai acara-acara yang
berlangsung di Program Studi maupun Fakultas. Penulis juga pernah mengikuti
Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang kewirausahaan.
Selain itu, penulis juga aktif di organisasi luar kampus, seperti Forum
Silaturahmi Mahasiswa (FOSMA). Forum ini merupakan himpunan mahasiswa
yang telah menjadi alumni training Emotional dan Spiritual Quotient (ESQ). Pada
tahun 2005-2007, penulis berperan serta secara aktif dalam penyelengaraan
training Emotional dan Spiritual Quotient (ESQ) di daerah Bogor.
-
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
Latar Belakang .......................................................................................... 1 Tujuan .................................................................................................. 2
Hipotesis .................................................................................................... 3 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 4
Perilaku terhadap Gizi dan Makanan ......................................................... 4 Pengetahuan tentang Gizi dan Makanan ................................................... 4
Sikap terhadap Gizi dan Makanan ........................................ 6 Praktek tentang Gizi dan Makanan ....................................... 7
Pendidikan gizi ................................................................................ 9 Pendidikan formal ................................................................. 9 Pendidikan nonformal ........................................................... 9
Proses belajar ............................................................................................. 10 Akses terhadap informasi ........................................................................... 12
Pedoman Umum Gizi Seimbang .................................................... 12 Makna Pesan-Pesan PUGS ....................................................................... 13
KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................ 20
METODE PENELITIAN .................................................................................... 22
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 22 Cara Pengambilan Contoh ........................................................................ 22 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ........................................................... 24 Pengolahan dan Analisis Data .................................................................. 24 Definisi operasional .................................................................................... 29
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 31
Karakteristik Contoh ................................................................................... 31 Jenis Kelamin ............................................................................................. 31 Alokasi Pengeluaran untuk Pangan ........................................................... 31 Karakteristik Orangtua ................................................................................ 32 Pendidikan Orangtua .................................................................................. 32 Pendapatan Orangtua ................................................................................ 33
Pendidikan Nonformal ................................................................................ 34 Akses terhadap Informasi Pangan dan Gizi ............................................... 36 Jumlah Mata Kuliah bidang Pangan dan Gizi ............................................. 38 IPK mata kuliah bidang pangan dan gizi .................................................... 40 Pengetahuan tentang Pesan-pesan PUGS ................................................ 40 Sikap tentang Pesan-pesan PUGS ............................................................ 45 Praktek tentang Pesan-pesan PUGS ......................................................... 49
-
Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, dan Praktek tentang Pesan-pesan PUGS ................................................................................... 53
Hubungan Pengetahuan dengan Sikap tentang Pesan-pesan PUGS ......................................................................... 53
Hubungan Pengetahuan dengan Praktek tentang Pesan-pesan PUGS ......................................................................... 54
Hubungan Sikap dengan Praktek tentang Pesan-pesan PUGS ......................................................................... 55
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktek tentang Pesan-pesan PUGS ......................................................................................................... 56
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 59
Kesimpulan ................................................................................................. 59 Saran .......................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 61
LAMPIRAN ....................................................................................................... 64
-
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Proporsi jumlah contoh tiap kelompok sesuai tingkat pendidikan di perguruan tinggi ................................................................................ 23
2. Proporsi jumlah contoh tiap kelompok contoh sesuai jenis kelamin ..... 23
3. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin .......................................... 31
4. Sebaran contoh berdasarkan besar alokasi pengeluaran untuk pangan .................................................................................................. 32
5. Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orangtua .................. 33
6. Sebaran orangtua contoh berdasarkan tingkat pendapatan perbulan ................................................................................................ 34
7. Sebaran contoh berdasarkan tingkat keikutsertaan terhadap organisasi bidang pangan dan gizi ....................................................... 34
8. Sebaran contoh berdasarkan tingkat keikutsertaan terhadap seminar/pelatihan mengenai pangan dan gizi ...................................... 36
9. Sebaran contoh berdasarkan akses terhadap informasi pangan dan gizi ................................................................................................. 37
10. Sebaran contoh berdasarkan tingkat akses informasi pangan dan gizi ................................................................................................. 38
11. Jumlah mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari contoh ................................................................................................... 38
12. Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan tentang istilah pesan-pesan PUGS .............................................................................. 41
13. Sebaran contoh yang dapat menyebutkan isi pesan-pesan PUGS dengan benar ....................................................................................... 42
14. Sebaran contoh berdasarkan jawaban yang benar mengenai pertanyaan makna pesan-pesan PUGS .............................. 43
15. Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS .............................................................................. 44
16. Sebaran contoh berdasarkan sikap setuju tentang pesan-pesan PUGS ................................................................................................... 46
17. Sebaran contoh berdasarkan tingkat sikap tentang pesan-pesan PUGS ................................................................................................... 46
18. Sebaran contoh yang selalu mempraktekkan pesan-pesan PUGS ...... 49
19. Sebaran contoh berdasarkan tingkat praktek tentang pesan-pesan PUGS ................................................................................................... 51
20. Hubungan pengetahuan dengan sikap contoh tentang pesan-pesan PUGS ................................................................................................... 53
21. Hubungan pengetahuan dengan praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS ................................................................................................... 54
-
22. Hubungan sikap dengan praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS ................................................................................................... 56
23. Faktor yang mempengaruhi praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS ................................................................................................... 56
-
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. . Kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku gizi mahasiswa bidang gizi tentang pesan-pesan PUGS ......... 21
-
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Kuesioner penelitian ........................................................................... 65
2. Daftar nilai mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari contoh kelompok tingkat 4 ................................................... 73
3. Daftar nilai mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari contoh kelompok tingkat 3 ................................................... 75
4. Daftar nilai mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari contoh kelompok tingkat 2 ................................................... 77
5. Daftar nama seminar/pelatihan dan organisasi bidang pangan dan gizi yang telah diikuti contoh ........................................................ 79
6. Hasil uji Kruskal Wallis variabel penelitian .......................................... 80
7. Hasil uji korelasi Spearman variabel penelitian .................................. 81
8. Hasil uji Regresi Logistik variabel penelitian ....................................... 82
-
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada era globalisasi ini, masalah gizi ganda seperti masalah gizi kurang
dan masalah gizi lebih masih dialami penduduk Indonesia. Masalah gizi berkaitan
erat dengan kualitas sumberdaya manusia (SDM). Rendahnya kualitas SDM
merupakan tantangan berat dalam menghadapi persaingan bebas di era
globalisasi. Oleh karena itu, pemerintah perlu meningkatkan upaya dalam
pembangunan melalui peningkatan kualitas SDM. Hal ini harus dilakukan secara
berkelanjutan agar dapat mencapai perkembangan gizi masyarakat yang baik
serta dapat mencapai tujuan globalisasi.
Pada dasarnya, masalah gizi ganda ini merupakan masalah perilaku.
Oleh sebab itu, diperlukan suatu tindakan pemerintah untuk memperbaiki
perilaku tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan pendekatan melalui pemberian
informasi tentang perilaku gizi yang baik dan benar (Depkes 1996).
Pada tahun 1992, kongres gizi internasional di Roma menghasilkan
keputusan bahwa setiap negara direkomendasikan untuk membuat pedoman
umum gizi seimbang (PUGS) guna menciptakan kualitas sumber daya manusia
yang baik. Oleh karena itu, Indonesia membuat pedoman umum gizi seimbang
(PUGS) yang terdiri dari 13 pesan, yaitu : (1) makanlah aneka ragam makanan,
(2) makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi, (3) makanlah
makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi, (4) batasi
konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi, (5)
gunakan garam beriodium, (6) makanlah makanan sumber zat besi, (7) berikan
ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan (ASI Eksklusif) dan tambahkan MP-ASI
sesudahnya, (8) biasakan makan pagi, (9) minumlah air bersih, aman, dan cukup
jumlahnya, (10) lakukan aktivitas fisik secara teratur, (11) hindari minuman
beralkohol, (12) makanlah makanan yang aman bagi kesehatan, (13) bacalah
label pada makanan yang dikemas (Depkes 2005).
Pendidikan gizi merupakan salah satu upaya penting yang dapat
dilakukan dalam meningkatkan status gizi masyarakat. Oleh karena itu, materi
mengenai pesan-pesan PUGS penting dimasukkan dalam kurikulum pada suatu
perguruan tinggi khususnya di bidang ilmu gizi.
-
Pendidikan gizi bagi orang dewasa bisa didapatkan secara formal, non
formal maupun informal. Pendidikan gizi secara formal didapatkan dalam
kegiatan belajar mengajar di suatu perguruan tinggi dimana materi yang
diberikan sesuai dengan kurikulum.
Suatu indikator keberhasilan dari kegiatan proses belajar di perguruan
tinggi adalah meningkatnya pengetahuan gizi dan terwujudnya perilaku
mahasiswa yang sesuai dengan pesan-pesan PUGS. Namun banyak faktor yang
mempengaruhi perilaku gizi sesuai pesan-pesan PUGS. Faktor yang dapat
mempengaruhinya antara lain faktor sosial ekonomi, budaya, kondisi kesehatan
dan sebagainya.
Penelitian ini ingin melihat sejauh mana mahasiswa bidang gizi telah
menerapkan pesan-pesan PUGS dalam kehidupannya sehari-hari. Penelitian ini
terfokus pada pengetahuan, sikap dan praktek mahasiswa bidang gizi tentang
pesan-pesan PUGS.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku gizi
mahasiswa bidang Gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB
terhadap pesan-pesan pedoman umum gizi seimbang (PUGS).
Tujuan Khusus Secara khusus tujuan penelitian ini, yaitu :
1. Membandingkan pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS pada 3
kelompok mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi
Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2). 2. Membandingkan sikap tentang pesan-pesan PUGS pada 3 kelompok
mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2).
3. Membandingkan praktek tentang pesan-pesan PUGS pada 3 kelompok
mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2).
4. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan sikap dan praktek
tentang pesan-pesan PUGS pada 3 kelompok mahasiswa bidang gizi
Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3,dan 2).
-
5. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi praktek tentang pesan-
pesan PUGS pada 3 kelompok mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian
dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2)
Hipotesis 1. Terdapat perbedaan pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS antara tiga
kelompok mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi
Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2).
2. Tiga kelompok mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas
Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2) memiliki sikap yang berbeda
tentang pesan-pesan PUGS.
3. Terdapat perbedaan praktek tentang pesan-pesan PUGS antara tiga
kelompok mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi
Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2).
4. Terdapat hubungan yang positif antara pengetahuan dengan sikap dan
praktek terhadap pesan-pesan PUGS pada mahasiswa bidang gizi Fakultas
Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2).
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai
pengetahuan, sikap, dan praktek mahasiswa bidang Gizi IPB Fakultas Pertanian
dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2) tentang pesan-pesan
PUGS serta faktor-faktor yang mempengaruhi praktek mahasiswa bidang Gizi
IPB Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB (tingkat 4, 3, dan 2)
tentang pesan-pesan PUGS. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat menjadi
masukan bagi pemerintah dan lembaga terkait lainnya dalam mengembangkan
sosialisasi dan penyampaian pesan gizi atau pesan dasar PUGS pada
masyarakat luas serta bagi pengelola Program Studi Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga dan Mayor Ilmu Gizi dalam merencanakan materi dan
cara penyampaian materi mengenai pesan-pesan PUGS agar subjek belajar
dapat mengetahui dan mempraktekkan pesan-pesan PUGS.
-
TINJAUAN PUSTAKA
Perilaku terhadap gizi dan makanan
Perilaku (manusia) adalah seluruh kegiatan atau aktivitas manusia yang
dapat terlihat oleh orang lain maupun yang tidak terlihat (Notoatmodjo 2003).
Menurut Skiner (1983) diacu dalam Notoatmodjo (2003) perilaku merupakan
respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Perilaku terjadi
karena adanya proses stimulus terhadap organisme, dimana organisme tersebut
akan merespons.
Namun, respons yang diberikan sangat tergantung dengan karakteristik
individu masing-masing. Oleh karena itu, walaupun stimulus yang diberikan sama
tetapi respons yang timbul pada setiap orang berbeda. Faktor yang membedakan
respons itu disebut determinan perilaku, diantaranya :
1) Determinan atau faktor internal meliputi karakteristik individu yang bersifat
genetik, seperti tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan
sebagainya.
2) Determinan atau faktor eksternal meliputi lingkungan baik lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya (Notoatmodjo 2003).
Perilaku terbagi ke dalam 3 domain, yaitu kognitif, affektif, dan
psikomotor. Ketiga domain ini dapat dinilai dari pengetahuan (knowledge), sikap
(attitude), dan praktek (practice) (Bloom 1908 diacu dalam Notoatmodjo 2003).
Oleh karena itu, perilaku meliputi pengetahuan, sikap, dan praktek seseorang
terhadap makanan. Perilaku makan merupakan respon seseorang terhadap
makanan sebagai kebutuhan utama dalam kehidupan (Notoatmodjo 2003).
Perilaku timbul dikarenakan adanya dorongan dalam diri seseorang untuk
memenuhi kebutuhannya. Perilaku tidak terjadi secara sporadis (timbul dan
hilang pada saat tertentu) melainkan terjadi secara kontinuitas antara perilaku
yang satu dan lainnya. Hal ini disebabkan perilaku manusia tidak perrnah
berhenti pada suatu waktu (Purwanto 1999).
Pengetahuan tentang Gizi dan Makanan Definisi pengetahuan secara luas yaitu hasil penginderaan seseorang
melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba tehadap suatu
objek tertentu. Selain itu, pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri
atau pengalaman orang lain. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
bertahan lebih lama dibanding tidak didasari dengan pengetahuan (Notoatmodjo
2003).
-
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan dalam domain kognitif memiliki
6 tingkatan diantaranya, yaitu :
1. Tahu (know)
Tingkatan tahu (know) ini merupakan tingkatan dari pengetahuan yang
terendah. Mengingat kembali (recall) sesuatu yang telah dipelajari termasuk
ke dalam tingkat ini. Tingkat pengetahuan ini dapat diukur melalui kata kerja,
seperti menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan
sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami merupakan kemapuan seseorang dalam menjelaskan suatu
objek serta dapat mengintrepetasikannya dengan benar. Tingkat
pengetahuan ini dapat diukur melalui kata kerja, seperti menjelaskan,
menyebutkan contoh, meramalkan, menyimpulkan, dan sebagainya.
3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi merupakan kemampuan seseorang untuk menerapkan materi yang
pernah dipelajarinya, seperti penggunaan rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang dalam menjabarkan suatu materi ke
dalam komponen-komponen secara berkaitan dan terstruktur. Tingkat
pengetahuan ini dapat diukur melalui kata kerja, seperti menggambarkan,
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis mengarah kepada kemampuan seseorang dalam membentuk
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Tingkat pengetahuan
ini dapat diukur melalui kata kerja, seperti menyusun, merencanakan,
meringkaskan, meneysuaikan, dan sebagainya.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi merupakan kemampuan seseorang melakukan penilaian terhadap
suatu objek yang didasari dengan kriteria-kriteria tertentu.
Pengetahuan seseorang dapat diperoleh dari beberapa macam proses
belajar, yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal
(Idris 1982 diacu dalam Emilia 1998). Berdasarkan hasil penelitian Yusra (1998)
terdapat hubungan yang nyata antara pengetahuan gizi dengan tingkat
pendidikan seseorang.
-
Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan
perilaku seseorang dalam memilih makanan yang akan mempengaruhi status
gizinya. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka
akan semakin baik status gizinya (Irawati, Damanhuri & Fahrurozi 1992 diacu
dalam Khomsan et al 2007). Pengetahuan gizi dapat diukur dengan cara
wawancara atau angket yang mencakup materi yang ingin diukur dari responden
(Notoatmodjo 2003).
Sikap terhadap Gizi dan Makanan Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap menggambarkan suka atau tidaknya seseorang terhadap suatu
objek. Sikap belum menunjukkan suatu tindakan atau aktivitas, tetapi sikap
merupakan predisposisi tindakan dari suatu perilaku (Notoatmodjo 2003).
Sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif
(emosi, perasaan), dan konatif (tindakan). Komponen kognitif sikap
menggambarkan pengetahuan seseorang tentang suatu objek. Komponen afektif
sikap menggambarkan perasaan dan emosi seseorang terhadap suatu objek.
Sedangkan komponen konatif sikap menggambarkan kecenderungan seseorang
untuk melakukan tindakan yang berkaitan dengan objek sikap. Sikap juga
memiliki dimensi positif, netral, dan negatif. Sikap dapat berubah dengan
berjalannya waktu (Sumarwan 2003).
Adanya hubungan yang kuat antara sikap dan tingkah laku (Fishbein &
Ajzen 1975). Oleh karena itu, sikap dapat mempengaruhi perilaku makan secara
langsung karena sikap merupakan suatu keadaan jiwa dan keadaan pikiran atau
daya nalar untuk memberi tanggapan terhadap sesuatu hal (Engel, Blackwell &
Miniard 1994). Menurut Khumaidi (1994) sikap dipengaruhi oleh lingkungan alam,
budaya, sosial, dan ekonomi.
Sikap seseorang terhadap suatu objek dapat timbul dalam konteks
situasi. Oleh karena itu, sikap dapat dipengaruhi oleh suatu situasi atau keadaan
(Sumarwan 2003). Sehingga seseorang dapat bersikap berdasarkan
pengalamannya tanpa mengerti situasinya secara lengkap (Engel, Blackwell &
Miniard 1994). Menurut Allport (1954) diacu dalam Notoatmodjio (2003) sikap
memiliki 3 komponen pokok, diantaranya :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave).
-
Ketiga komponen tersebut saling mendukung dalam pembentukan sikap
yang utuh. Selain itu, sikap juga memiliki beberapa tingkatan seperti halnya
pengetahuan. Tingkatan-tingkatan tersebut, yaitu menerima (receiving),
merespon (responding), menghargai (valuing), bertanggung jawab (responsible)
(Notoatmodjo 2003).
Menurut penelitian Yusra (1998) sikap terhadap gizi dan makanan dapat
dipengaruhi oleh tingginya tingkat pengetahuan seseorang. Terdapat hubungan
yang nyata antara sikap gizi dengan tingkat pendidikan formal seseorang.
Semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang, maka akan semakin baik
sikapnya terhadap gizi dan makanan.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Pengukuran yang dilakukan secara langsung yaitu dengan mewawancarai atau
memberi pertanyaan kepada responden mengenai pendapatnya terhadap suatu
objek (Notoatmodjo 2003).
Praktek tentang Gizi dan Makanan Praktek konsumsi pangan merupakan bentuk penerapan kebiasaan
makanan (Sanjur 1982). Kebiasaan merupakan cara-cara individu atau kelompok
masyarakat dalam memilih, mengkonsumsi, dan menggunakan makanan yang
tersedia, yang didasarkan pada latar belakang sosio budaya (Hertog et al 1983
diacu dalam Emilia 1998).
Praktek konsumsi pangan merupakan hasil interaksi antar pengetahuan
gizi dan sikap terhadap gizi (Sanjur 1982). Perilaku dalam menerapkan sesuatu
informasi terbentuk dimulai dengan domain kognitif yang merupakan rangsangan
dari luar sehingga menimbulkan pengetahuan baru dalam diri manusia
(Notoatmodjo 2003).
Pengetahuan dengan sikap seseorang terhadap suatu obyek tidak sama.
Pengetahuan saja tidak dapat menjadi pendorong seseorang untuk melakukan
suatu praktek. Pengetahuan akan menjadi sikap dan praktek apabila disertai
kesiapan pada diri seseorang untuk melakukannya sesuai pengetahuan yang
dimilikinya (Purwanto 1999).
Menurut hasil penelitian Yusra (1998) terdapat hubungan yang nyata
antara praktek gizi dengan pengetahuan gizi dan tingkat pendidikan formal
seseorang. Menurut Lunandi (1984) pengetahuan yang didapat oleh seseorang
menyebabkan seseorang tersebut memiliki keterampilan. Keterampilan serta
material yang tersedia akan mengarahkan seseorang pada perubahan perilaku.
-
Perilaku baru terjadi akibat dari perubahan sikap baru yang menyebabkan
bertambahnya pengetahuan baru. Dengan demikian, seseorang akan melatihkan
keterampilan baru dengan didukung material yang dibutuhkan (Lunandi 1984).
Perilaku atau praktek seseorang dalam pemilihan makanan yang terjadi secara
berulangulang dapat dikatakan sebagai kebiasaan makan (Khumaidi 1994).
Perkembangan perilaku makan seseorang dipengaruhi oleh kebiasaan
makan dalam keluarga melalui proses sosialisasi. Faktor kebiasaan makan yang
tumbuh dan berkembang tidak terlepas dari pengaruh faktor luar, seperti faktor
lingkungan ekologi (ciri tanaman pangan, ternak, dan ikan yang tersedia yang
dapat dibudidayakan), faktor lingkungan budaya, dan sistem ekonomi. Pada
hakekatnya kebiasaan makanan ini bersifat dinamis dan dapat berubah akibat
beberapa faktor yang terkait (Sajogyo 1994).
Perubahan sosial ekonomi dapat menyebabkan perubahan kebiasaan
makan (Hartog 1995). Menurut Frankle & Owen (1993) untuk merubah perilaku
makan seseorang agar menjadi lebih baik memerlukan beberapa aspek
pendukung, seperti biaya untuk makan, akses dan kemampuan, waktu, dan
lainnya. Dengan demikian, hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ananda (2000)
bahwa terdapat pengaruh nyata antara variabel penerimaan dan pengeluaran
untuk pangan terhadap tingkat konsumsi seseorang.
Menurut Padmiari & Hadi (2001) seseorang yang memiliki pendapatan
tinggi cenderung akan membeli makanan yang mahal. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan semakin
tinggi pengeluarannya untuk pangan.
Sejalan dengan meningkatnya pendapatan, kecenderungan pola makan
pun akan berubah, yaitu terjadi peningkatan dalam asupan lemak dan protein
hewani serta gula, diikuti dengan penurunan lemak dan protein nabati serta
karbohidrat. Peningkatan pendapatan juga berhubungan dengan peningkatan
frekuensi makan di luar rumah yang biasanya tinggi lemak (WHO 2000).
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dalam pemilihan
makanan. Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan atau penentuan jenis
dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi seseorang, yaitu selera, tersedia,
faktor sosial, ekonomi, pendidikan, dan lainnya (Riyadi 1996). Seseorang dengan
pendapatan tinggi cenderung akan lebih memilih pangan yang baik dalam jumlah
maupun jenisnya (WHO 2000).
-
Perubahan biologis, psikologis, dan kognitif pada remaja berpengaruh
langsung terhadap status gizinya. Perkembangan psikologi remaja
mempengaruhi kebiasaan makannya, seperti meninggalkan waktu makan,
makan berlebihan, mengkonsumsi suplemen, dan memiliki makanan kesukaan
(Stang & Story 2005).
Pada masa dewasa awal, seseorang cenderung untuk mudah
dipengaruhi oleh teman sebayanya. Oleh karena itu, semakin lama orang
dewasa muda melanjutkan studi di perguruan tinggi atau akademi, maka akan
semakin panjang periode pengaruh teman sebaya dan makin lama mereka
berperilaku sesuai dengan standar teman kelompok sebaya (Hurlock 1999).
Menurut hasil penelitian Smith, Baghurst, & Owen (1995) jenis kelamin tidak
mempengaruhi praktek gizi seseorang.
Pendidikan Gizi Pendidikan adalah suatu proses interaksi antara individu dengan
lingkungan sekitarnya, yaitu lingkungan alam semesta, lingkungan sosial,
masyarakat, sosial-ekonomi, sosial-politik dan sosial-budaya. Pendidikan gizi
dapat diperoleh secara formal, nonformal maupun informal (Hadikusumo 1996).
Menurut hasil penelitian Smith, Baghurst, & Owen (1995) pendidikan gizi
berhubungan secara nyata dengan pengetahuan, sikap, dan kepercayaan serta
diduga kuat memilki hubungan dengan perubahan perilaku seseorang. Namun,
pendidikan gizi berhubungan secara nyata dengan pengetahuan, sikap, dan
kepercayaan lebih memilki hubungan dengan perilaku seseorang terhadap
pemilihan makanan.
Pendidikan Formal Pendidikan formal merupakan pendidikan yang dilaksanakan pada suatu
organisasi tertentu, seperti universitas dimana di dalamnya terlihat ada
penjenjangan, program pembelajaran, jangka waktu proses belajar serta
memperhatikan proses penerimaan pelajaran oleh murid dan lain-lain
(Hadikusumo 1996). Pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan
pengetahuan gizi. (Sanjur 1982). Menurut hasil penelitian Taren et al (2001)
penambahan kurikulum atau jumlah mata kuliah ilmu gizi akan mempengaruhi
pengetahuan dan kemampuan praktek gizi seseorang.
Pendidikan Nonformal Pendidikan gizi juga dapat diperoleh melalui pendidikan secara
nonformal. Pendidikan nonformal merupakan suatu bentuk kegiatan pendidikan
-
di luar dari pendidikan pada organisasi tertentu, seperti universitas dan
diselenggarakan secara terorganisasi yang bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan dasar masyarakat (Hadikusumo 1996).
Pendidikan nonformal ini berfungsi sebagai penambah, pelengkap, dan
pengganti pendidikan formal. Pendidikan nonformal lebih menyesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat yang selalu berubah (Komar 2006).
Selain itu, pendidikan gizi tidak hanya dapat diperoleh melalui kedua jenis
pendidikan tersebut tetapi juga dapat dilakukan secara informal, yaitu pendidikan
gizi yang diperoleh dari lingkungan keluarga atau masyarakat dan berlangsung
tanpa organisasi, pendidik khusus, maupun evaluasi formal (Hadikusumo 1996).
Pada saat mencapai masa dewasa awal, seseorang mengalami
perubahan nilai dalam dirinya. Perubahan nilai yang dialami pada masa dewasa
awal seperti cara memandang pendidikan. Pada masa ini, seseorang tidak lagi
memandang pendidikan hanya sebagai kewajiban yang harus ditempuh. Namun,
mereka akan memandang pendidikan merupakan sesuatu hal yang dapat
membantu mereka dalam meraih keberhasilan sosial, karier, dan kepuasan
pribadi. Perubahan tersebut dapat memacu seseorang untuk mencari ilmu
dengan mengikuti kegiatan belajar, seperti kursus (Hurlock 1999).
Perubahan nilai ini terjadi karena seseorang cenderung menginginkan
agar dirinya dapat diterima di masyarakat. Oleh karena itu, mereka harus
menerima nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat dan menerapkannya. Nilai-
nilai baru yang diperolehnya tersebut dapat menumbuhkan minat baru dalam
dirinya. Orang-orang dewasa awal dalam memenuhi keinginan untuk meningkatkan status sosial, mereka cenderung giat mengikuti organisasi-
organisasi sosial di lingkungannya (Hurlock 1999).
Organisasi adalah suatu pola komunikasi dan hubungan kelompok
manusia dalam hal membuat dan melaksanakan keputusan (Simon 1997 diacu
dalam Syafaruddin & Anzizhan 2004). Pengalaman dalam aktivitas di luar
sekolah atau organisasi termasuk ke dalam pendidikan nonformal (Syafaruddin &
Anzizhan 2004).
Proses Belajar Proses belajar merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berfungsi untuk
perkembangan individu sebagai perorangan maupun individu sebagai makhluk
sosial. Terjadinya suatu perubahan atau reaksi individu terhadap lingkungannya
merupakan tujuan dari proses belajar. Terdapat 3 domain dalam proses belajar,
-
yaitu pengertian (cognitive domain), sikap (affective domain), dan tindakan atau
ketrampilan (psikomotor domain) (Depkes 1995).
Belajar merupakan suatu proses yang bertujuan untuk memperoleh
pengetahuan dan pengalaman. Dimana pengetahuan dan pengalaman tersebut
akan mengakibatkan perubahan sikap dan perilaku yang relatif mantap (Hamalik
2003). Menurut Engel, Blackwell & Miniard (1994) proses belajar terbagi dalam
dua jenis, yaitu proses belajar kognitif dan proses belajar perilaku. Proses belajar
kognitif adalah proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan
pengetahuan yang dihasilkan dari suatu informasi yang disimpan dalam jangka
panjang. Menurut Solomon (1999) diacu dalam Sumarwan (2003) proses belajar
perilaku adalah proses belajar yang terjadi karena adanya reaksi dari lingkungan
atau stimulus dari luar.
Hasil dari proses belajar dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada
tingkah lakunya. Perubahan yang terjadi tersebut dapat diamati dan diukur dalam
bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan seseorang (Hamalik
2003). Hal ini sejalan dengan pendapat Winkel (1996), yaitu hasil dari proses
belajar dapat mengakibatkan perubahan pada seseorang dalam sikap dan
tingkah lakunya.
Kegiatan belajar dan mengajar yang menggunakan metode latihan akan
menghasilkan kemampuan peserta didik yang lebih terarah (Suhardjo 2003).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar, yaitu faktor materi,
lingkungan, instrumental, dan faktor individual subjek belajar. Materi yang
dipelajari menentukan proses dan hasil belajar, seperti belajar pengetahuan,
belajar sikap atau keterampilan. Kemudian lingkungan, baik lingkungan fisik
(suhu, kelembaban udara, dan kondisi tempat belajar) dan lingkungan sosial
(interaksi dengan lingkungan). Faktor Instrumental, seperti perlengkapan belajar
atau alat peraga dan kurikulum, pengajar serta metode pembelajaran.
Sedangkan faktor individual subjek belajar meliputi kondisi fisik individu, seperti
(status gizi, kondisi panca indera) dan kondisi psikologis, seperti intelijensi, daya
tangkap, ingatan, motivasi dan sebagainya (Suhardjo 2003).
Kemampuan motorik mencapai masa puncaknya pada usia duapuluhan.
Dimana kecepatan respons maksimal berada pada masa ini. Proses belajar pada
masa ini sangat baik terutama dalam belajar menguasai ketrampilan-ketrampilan
motorik yang baru. Selain itu, kemampuan mental untuk mempelajari dan
menyesuaikan diri pada situasi-situasi baru, seperti mengingat hal yang telah
-
dipelajari, penalaran analogis, dan berfikir kreatif. Pada masa dewasa awal ini,
prestasi kreatifitas wanita lebih tinggi dibanding pria karena wanita lebih banyak
diberikan kesempatan dibandingkan pria (Hurlock 1999).
Akses tehadap Informasi Informasi dapat diakses oleh siapapun melalui media massa atau lainnya.
Media massa yang dijadikan saluran komunikasi bagi sejumlah orang antara lain
televisi, radio, majalah dan koran, buku, dan sebagainya.
Menurut Hurlock (1999) pada masa dewasa awal, seseorang cenderung
menyukai membaca surat kabar atupun majalah. Selain itu, radio merupakan
media yang mereka senangi dalam rangka mencari hiburan maupun
mendengarkan berita.
Media massa dapat memicu respon yang akan berdampak pada tindakan
nyata seseorang. Namun, pengaruh dari media massa sulit diidentifikasi karena
banyak faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku dalam kehidupan dan tidak
dapat dipisahkan. Media massa saja tidak dapat membuat perubahan perilaku
yang bertahan dalam jangka panjang pada seseorang (Ewles & Simnett 1994).
Diskusi tatap muka penting dilakukan karena lebih efektif untuk membuat
perubahan perilaku pada seseorang. Diskusi tatap muka yang dapat dilakukan
adalah konsultasi atau diskusi dengan tenaga medis dan paramedis, kader, dan
lainnya (Ewles & Simnett 1994).
Pedoman Umum Gizi Seimbang Manusia memerlukan zat gizi, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
dan mineral dalam jumlah yang cukup. Selain kelima zat gizi tersebut, manusia
juga membutuhkan serat dan air yang berfungsi untuk memperlancar berbagai
proses faali tubuh (Depkes 2005).
Pengetahuan mengenai cara menyusun menu seimbang yang didasarkan
Empat Sehat Lima Sempurna sangat diperlukan karena dapat menjamin
kesehatan dan gizi yang baik (Kardjati 1985 diacu dalam Yusra 1998). Hampir
semua negara yang mengikuti Kongres Gizi Internasional menyadari perlunya
disusun Nutritional Guidelines sebagai tindak lanjut dari Kongres Gizi
Internasional di Roma, Itali pada tahun 1992. Oleh karena itu, Indonesia
membuat pedoman umum gizi seimbang (PUGS) yang bertujuan untuk
mencegah timbulnya berbagai masalah gizi (Rai 1997 diacu dalam Yusra 1998).
Pada dasarnya kelahiran PUGS merupakan suatu proses dinamisasi dan
penjabaran secara operasional dari slogan Empat Sehat Lima Sempurna.
-
Dalam PUGS terkandung 13 pesan dasar tentang perilaku makan yang
diharapkan dapat mencegah permasalahan gizi. Adapun isi dari 13 pesan
tersebut antara lain :
1. Makanlah aneka ragam makanan
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan
energi
5. Gunakan garam beriodium
6. Makanlah makanan sumber zat besi
7. Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan tambahkan MP-ASI
sesudahnya
8. Biasakan makan pagi
9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya
10. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur
11. Hindari minum minuman beralkohol
12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
13. Bacalah label pada makanan yang dikemas (Depkes 2005).
Makna Pesan-Pesan PUGS 1. Makanlah aneka ragam makanan
Makanan yang beraneka ragam, yaitu makanan yang mengandung zat
tenaga, pembangun, dan pengatur. Makanan sumber zat tenaga antara lain :
beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti, dan mie.
Makanan sumber zat pembangun merupakan makanan yang berasal dari
pangan nabati dan hewani. Pangan nabati, seperti kacang-kacangan, tempe,
tahu dan pangan hewani, seperti telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil
olahannya, sedangkan makanan sumber zat pengatur, yaitu seluruh sayur-
sayuran dan buah-buahan (Depkes 2005).
Makanlah makanan yang beragam dalam setiap kali makan sehari-hari.
Setiap kali hidangan makan dianjurkan minimal terdapat satu jenis pangan
sumber zat tenaga, satu jenis pangan sumber pembangun, dan satu jenis
pangan sumber zat pengatur(Depkes 2005).
Makan makanan yang beragam dapat memelihara kesehatan karena
kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur yang
dibutuhkan tubuh terpenuhi. Oleh karena itu, perlu mengkonsumsi aneka
-
ragam jenis bahan makanan untuk mencapai konsumsi zat gizi secara
lengkap dan seimbang (Depkes 2005).
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
Energi dibutuhkan oleh seseorang untuk melakukan aktivitas. Energi
didapatkan dari makanan yang dikonsumsi. Makanan yang dapat memenuhi
kebutuhan energi, yaitu makanan sumber karbohidrat, protein, dan lemak
(Depkes 2005).
Menurut hasil analisis estimasi energi basal metabolisme (EBM)
berdasarkan berat badan Oxford Equation yang dilakukan pada populasi
ASIA, angka kecukupan energi (AKE) bagi orang dewasa khususnya umur
19-29 tahun yang berjenis kelamin wanita adalah 1900 Kal. Sementara
angka kecukupan energi (AKE) pria pada kelompok umur 19-29 tahun adalah
2550 Kal (Hardinsyah & Tambunan 2004).
Berat badan dapat dijadikan indikator kecukupan energi seseorang.
Apabila seseorang memiliki berat badan yang normal, maka kecukupan
asupan energinya sudah terpenuhi. Asupan energi yang berlebihan akan
menimbulkan dampak kegemukan. Namun, apabila konsumsi energinya
kurang, maka akan dapat menurunkan produktivitas kerja seseorang serta
dalam waktu yang lama akan menimbulkan kekurangan gizi dan penurunan
berat badan (Depkes 2005).
3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi
Karbohidrat terdiri dari karbohidrat kompleks dan karbohidrat sederhana.
Karbohidrat sederhana, seperti gula. Konsumsi gula dibatasi sampai
5% atau sekitar 3-4 sendok makan dari jumlah kecukupan energi per hari,
sedangkan karbohidrat kompleks, yaitu padi-padian (beras, jagung, gandum),
umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang), dan makanan lain, seperti
tepung, sagu, dan pisang (Depkes 2005). Karbohidrat kompleks sangat baik
dikonsumsi untuk tujuan pengendalian kadar glukosa darah (Whitney et al
1998 diacu dalam Hardinsyah & Tambunan 2004).
Makanan sumber energi utama yang biasa dikonsumsi orang Indonesia
adalah nasi, jagung, ubi atau sagu. Makanan sumber energi ini tidak
mengadung zat gizi yang lengkap. Oleh karena itu, dianjurkan untuk
mengkonsumsi pangan sumber karbohidrat hanya 50-60% dari kebutuhan
energi (Depkes 2005).
-
4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan
energi
Sebagian besar lemak (99%) dalam tubuh, yaitu trigliserida (Hardinsyah &
Tambunan 2004). Lemak dan minyak merupakan sumber energi tertinggi
dibanding bahan pangan lainnya. Setiap 1 gram lemak menghasilkan 9 Kal,
sedangkan karbohidrat dan protein hanya menyumbang 4 Kal (Depkes
2005). Oleh karena itu, proporsi konsumsi energi dari lemak dan minyak yang
dianjurkan adalah 20% dari total konsumsi energi dan tidak melebihi 30%
(Simopoulus et al 2000 diacu dalam Hardinsyah & Tambunan 2004). Apabila
mengkonsumsi lemak dalam jumlah yang berlebihan maka akan
mengakibatkan kebutuhan zat gizi lain tidak terpenuhi. Komposisi konsumsi
lemak yang dianjurkan, yaitu 2:1 antara makanan sumber lemak nabati dan
makanan sumber lemak lemak nabati (Depkes 2005).
Lemak dan minyak yang terdapat dalam makanan selain befungsi untuk
meningkatkan jumlah energi juga dapat membantu penyerapan vitamin larut
lemak, yaitu vitamin A, D, E, dan K serta menambah cita rasa makanan.
Lemak terdiri dari tiga kelompok, mulai dari yang paling mudah dicerna
hingga sulit dicerna, yaitu lemak yang mengandung asam lemat tak jenuh
ganda, lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh tunggal, dan lemak
yang mengandung asam lemak jenuh (Depkes 2005). Jenis lemak atau
minyak yang banyak mengandung lemak jenuh, yaitu lemak/gajih, minyak
kelapa, mentega, minyak inti sawit, dan coklat (Duyff 1998 diacu dalam
Hardinsyah & Tambunan 2004).
5. Gunakan garam beriodium
Iodium berfungsi dalam produksi hormon tiroid. Hormon ini sangat
dibutuhkan dalam perkembangan dan pertumbuhan saraf otot pusat,
pertumbuhan tulang, perkembangan fungsi otak dan sebagian besar
metabolisme sel tubuh, pengaturan suhu tubuh, sintesa protein, reproduksi,
pertumbuhan dan perkembangan neuromuskular (Kartono & Soekarti 2004).
Kekurangan iodium akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan otak pada anak, tekanan darah rendah, dan gondok.
Kecukupan iodium menurut FAO/WHO (2001) untuk kelompok umur diatas
12 tahun, pria dan wanita adalah 150 g/hari (Kartono & Soekarti 2004).
Anjuran pemenuhan kebutuhan garam iodium, yaitu tidak boleh lebih dari
6 gram per hari atau satu sendok teh setiap hari. Hal tersebut dikarenakan di
-
dalam garam beriodium mengandung natrium. Apabila konsumsi garam
berlebihan, maka akan dapat memicu timbulnya penyakit, seperti tekanan
darah tinggi, stroke, dan lainnya (Depkes 2005).
Pangan sumber iodium adalah ikan dan kerang yang mengandung
iodium tinggi, dan pangan nabati tinggi iodium, seperti rumput laut (Kartono &
Soekarti 2004). Menurut Kodyat (1998) diacu dalam Emilia (1998)
penambahan garam pada makanan sebaiknya dilakukan setelah makanan
dimasak karena kandungan iodium mudah rusak atau hilang saat makanan
dimasak.
6. Makanlah makanan sumber zat besi
Zat besi merupakan salah satu unsur yang berfungsi dalam pembentukan
sel darah merah. Zat besi terdapat dalam makanan. Oleh karena itu, zat besi
dapat diperoleh dari makanan sehari-hari (Depkes 2005).
Apabila konsumsi pangan sumber zat besi rendah, maka dalam jangka
waktu yang lama akan menimbulkan penyakit anemia gizi atau penyakit
kurang darah. Anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh, kemampuan
kognitif, dan lainnya (Depkes 2005).
Menurut FAO/WHO (2001) diacu dalam Kartono & Soekarti (2004)
kecukupan zat besi untuk pria pada kelompok umur 19 tahun keatas adalah
13 mg/hari, sedangkan kecukupan untuk wanita pada kelompok umur yang
sama adalah 26 mg/hari.
Bahan pangan sumber zat besi adalah bahan pangan hewani dan
kacang-kacangan serta sayuran yang berwarna hijau tua. Kekurangan zat
besi dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat penyerapan zat besi (Fe)
dalam tubuh. Sumber zat besi (Fe) yang berasal dari nabati hanya diserap 1-
2%, sedangkan yang berasal dari hewani mencapai 10-20%. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa pangan sumber zat besi yang berasal dari pangan
hewani memiliki daya penyerapan yang lebih tinggi dibanding sumber zat
besi (Fe) asal nabati (Depkes 2005). Selain itu, konsumsi vitamin C yang
rendah akan menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh (Kartono &
Soekarti 2004). Tanin dalam teh juga dapat menghambat absorpsi besi
dengan cara mengikatnya (Almatsier 2002).
7. Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan untuk bayi yang memiliki kelebihan
dalam segi gizi, kekebalan, dan kejiwaan. ASI harus diberikan pada bayi
-
segera setelah dilahirkan (30 menit setelah lahir). Hal ini disebabkan oleh
daya isap bayi sangat kuat pada masa ini sehingga dapat merangsang
produksi ASI selanjutnya (Depkes 2005).
ASI yang keluar pada saat pertama kali merupakan kolostrum. Dimana
kolostrum berwarna kekuning-kuningan dan lebih kental. Kolostrum
mengandung vitamin A yang tinggi dan zat kekebalan. Oleh karena itu, bayi
harus diberikan kolostrum (Depkes 2005).
Bayi pada usi 0-6 bulan dianjurkan untuk diberikan ASI eksklusif, artinya
bayi hanya diberikan ASI saja. Tidak dianjurkan untuk diberi makanan selain
ASI. Hal tersebut dikarenakan bayi belum mampu memproduksi enzim untuk
mencerna makanan lain (Depkes 2005).
8. Biasakan makan pagi
Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi tubuh. Sarapan sangat
bermanfaat untuk memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan,
dan meningkatkan produktifitas kerja. Selain itu, sarapan dapat
meningkatkan konsentrasi belajar sehingga pemahaman terhadap pelajaran
menjadi lebih mudah. Kebiasaan makan pagi dapat membantu dalam
memenuhi kecukupan gizi (Depkes 2005).
Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk sarapan atau makan pagi
sebelum melakukan aktivitas sehari-hari. Makan pagi sebaiknya terdiri dari
makanan sumber zat tenaga, sumber zat pembangun, dan sumber zat
pengatur (Depkes 2005).
9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya
Sekitar 60% tubuh orang dewasa terdiri dari air (Soekirman 2000). Air
dalam tubuh berfungsi unuk melancarkan transportasi zat gizi dalam tubuh,
mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh, mengatur
suhu tubuh, mengeluarkan bahan sisa (sisa metabolisme) dari dalam tubuh
(Depkes 2005).
Anjuran untuk mengkonsumsi air minum sehari adalah sekurang-
kurangnya dua liter atau setara dengan delapan gelas setiap hari. Selain
jumlahnya yang cukup, air yang dikonsumsi juga harus aman. Air yang aman
adalah air yang jernih, tidak mengandung kuman penyakit dan bahan
beracun, tidak berasa, tidak berwarna dan tidak berbau serta air dianjurkan
untuk dimasak sampai mendidih terlebih dahulu sebelum dikonsumsi
(Depkes 2005).
-
10. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur
Salah satu syarat menjaga kesehatan adalah menjaga kebugaran badan
dengan menjaga berat badan yang ideal. Berat badan adalah indikator
kesehatan yang penting bagi setiap orang (Soekirman 2000).
Konsumsi energi dengan kegiatan fisik atau olahraga harus seimbang.
Apabila tidak seimbang maka akan menyebabkan berat badan kurang atau
berlebih. Hal tersebut dapat meningkatkan resiko berkembangnya beberapa
penyakit kronis, seperti penyakit hati, tekanan darah tinggi, dan diabetes
(Depkes 2005).
11. Hindari minum minuman beralkohol
Kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol dapat menyebabkan
terhambatnya penyerapan zat gizi dalam tubuh, kurang gizi akibat kehilangan
zat gizi penting, timbulnya beberapa penyakit seperti gangguan hati dan
kerusakan saraf otak dan jaringan serta menjadi ketagihan dan kehilangan
kendali diri. Oleh sebab itu, dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi minuman
beralkohol (Depkes 2005).
12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
Makanan yang baik tidak hanya makanan yang mengandung zat gizi
yang lengkap dan seimbang, melainkan harus bebas dari kuman, cemaran,
racun, tidak mengalami perubahan bentuk, warna, aroma, rasa, dan diolah
dengan cara yang benar sehingga menncegah kehilangan beberapa zat gizi
rusak dan tidak bertentangan dengan nilai agama yang dianut (halal)
(Depkes 1995).
Selain itu, makanan juga harus aman dan sehat karena penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan. Makanan yang dikatakan tidak aman, yaitu
makanan yang sudah berlendir, berjamur, aroma dan rasa serta warna
berubah, atau pada makanan kemasan terjadi kerusakan pada kemasan,
seperti kaleng karatan, kaleng tidak utuh (menggembung atau peot), dan
tidak melewati tanggal kadarluasa (Depkes 1995).
13. Bacalah label pada makanan yang dikemas
Label adalah tulisan, tag, gambar atau deskripsi lain yang tertulis,
dicetak, distensil, diukir, dihias, atau dicantumkan dengan jalan apapun,
pemberian kesan yang melekat pada suatu wadah atau pengemas (Tejasari
2003). Semua keterangan yang rinci pada label makanan yang dikemas
sangat membantu konsumen untuk mengetahui bahan-bahan yang
-
terkandung dalam makanan tersebut serta susunan zat gizinya (Depkes
2005).
Selain itu, dapat memperkirakan bahaya yang mungkin terjadi pada
konsumen yang berisiko tinggi karena memiliki penyakit tertentu, seperti
alergi (Nurjanah 1992 diacu dalam Emilia 1998). Oleh karena itu, dianjurkan
untuk membaca label pada makanan yang dikemas terutama keterangan
tentang tanggal kadarluasa sebelum membeli atau mengkonsumsi makanan
tersebut (Depkes 2005).
-
KERANGKA PENELITIAN
Di dalam PUGS terdapat 13 pesan dasar mengenai perilaku gizi yang
baik dan benar. Namun, tidak seluruh dari 13 pesan dasar tersebut yang dapat
diterapkan oleh mahasiswa. Beberapa pesan dasar yang dapat diterapkan oleh
mahasiswa, yaitu (1) konsumsi makanan yang beragam dan mencukupi
kebutuhan energi, (2) konsumsi makanan sumber karbohidrat dan lemak, (3)
konsumsi garam beriodium, (4) konsumsi makanan sumber zat besi, (5) makan
pagi sebelum melakukan aktivitas sehari-hari, (6) konsumsi air minum yang
bersih, aman dan cukup jumlahnya, (7) melakukan aktivitas fisik atau olahraga
secara teratur, (8) konsumsi makanan dan minuman yang aman bagi kesehatan,
(9) memperhatikan label pada makanan yang dikemas. Kesembilan pesan
tersebut merupakan ringkasan dari 13 pesan dasar PUGS.
Banyak faktor yang diduga dapat mempengaruhi praktek seseorang
tentang pesan-pesan PUGS. Faktor-faktor tersebut adalah pengetahuan dan
sikap tentang pesan-pesan PUGS, karakteristik individu, seperti jenis kelamin
dan alokasi pengeluaran untuk pangan serta karakteristik keluarga, seperti
pendapatan dan pendidikan orangtua. Pendidikan formal yang dilihat dari jumlah
mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari beserta nilai indeks
prestasi kumulatif (IPK) mata kuliah tersebut, pendidikan nonformal, seperti
seminar/pelatihan dan organisasi bidang pangan dan gizi serta akses informasi
pangan dan gizi dari berbagai sumber, seperti media cetak dan elektronik,
tenaga medis dan paramedis, kader, keluarga, dan lainya juga dapat
mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan praktek seseorang tentang pesan-pesan
PUGS.
Sikap seseorang tentang pesan-pesan PUGS juga dipengaruhi oleh
banyak hal. Pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS, karakteristik individu dan
keluarga, pendidikaan formal, pendidikan nonformal serta akses informasi
pangan dan gizi dapat mempengaruhi sikap seseorang tentang pesan-pesan
PUGS.
Karakteristik individu dan keluarga, pendidikan yang dijalani baik yang
formal maupun nonformal serta akses informasi dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang tentang pesan-pesan PUGS. Selain itu, kondisi individu
dan lingkungan baik fisik maupun sosial dapat juga mempengaruhi pengetahuan
seseorang tentang pesan-pesan PUGS. Namun, dalam penelitian ini faktor
lingkungan dan kondisi individu tersebut tidak menjadi variabel yang diteliti.
-
Ket. : Variabel yang tidak diteliti
: Variabel yang diteliti
: Hubungan yang tidak dianalisis
: Hubungan yang dianalisis
Gambar 1 Kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku gizi mahasisiwa bidang gizi tentang pesan-pesan PUGS.
Karakteristik Individu & Keluarga : - Jenis Kelamin - Alokasi pangan individu - Pendapatan orangtua - Pendidikan ayah - Pendidikan ibu
Pendidikan Nonformal : - Seminar/pelatihan bid. pangan
& gizi - Organisasi bid.
pangan & gizi - Dan lain-lain
Kondisi Individu : - Kesehatan fisik - Kecerdasan - Motivasi
Akses Informasi pangan & gizi: - Media cetak - Media elektronik - Tenaga medis dan paramedis - Kader - Keluarga - Dan lain-lain
Pendidikan Formal : - Jumlah MK bid. pangan & gizi - IPK MK bid. pangan & gizi
Lingkungan : - Fisik (Tempat & Peralatan belajar) - Sosial
Pengetahuan tentang Pesan-pesan PUGS
Sikap tentang Pesan-pesan PUGS
Praktek tentang Pesan-pesan PUGS, meliputi :1. Konsumsi makanan yang beragam dan mencukupi kebutuhan energi 2. Konsumsi makanan sumber karbohidrat dan lemak 3. Konsumsi garam beriodium 4. Konsumsi makanan sumber zat besi 5. Makan pagi sebelum melakukan aktivitas sehari-hari 6. Konsumsi air minum yang bersih, aman dan cukup 7. Melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur 8. Konsumsi makanan yang aman 9. Memperhatikan label pada makanan yang dikemas
-
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survei. Desain penelitian yang
digunakan adalah cross sectional study. Lokasi penelitian ini dilakukan di kota
Bogor. Penelitian dilakukan di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor (IPB)
Darmaga. Pemilihan tempat ini didasarkan pada tingginya aktivitas dari
mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia Institut
Pertanian Bogor (IPB) di kampus IPB Darmaga Bogor. Pengambilan data
dilakukan pada bulan Maret 2008.
Cara Pengambilan Contoh Contoh dalam penelitian ini adalah mahasiswa bidang gizi Fakultas
Pertanian dan Fakultas Ekologi Manusia IPB yang terdiri dari tiga kelompok,
yaitu mahasiswa bidang gizi Fakultas Pertanian IPB tingkat 4 (Phassing Out)
serta mahasiswa bidang gizi Fakultas Ekologi Manusia IPB tingkat 3 dan 2.
Jumlah populasi yang akan diteliti berjumlah 210 orang. Dalam penentuan
jumlah contoh digunakan rumus Isaac dan Michael.
. . .
. .
Dimana :
Jumlah contoh
%
= 1.1 , diasumsikan kesalahan sebesar 10%
Jumlah populasi (210)
50% = 0.5
1 - P = 1 - 0.5 = 0.5
5% = 0.05
Jumlah contoh minimum yang didapat dari perhitungan dengan
menggunakan rumus di atas, yaitu 118 orang dari populasi yang akan diteliti.
Populasi yang akan diteliti terbagi menjadi 4 kelompok berdasarkan tingkat
pendidikan di perguruan tinggi, yaitu tingkat 4, 3, 2, dan 1. Oleh karena itu,
diperlukan proporsi contoh yang tepat dari setiap kelompok tersebut. Tetapi
dalam penelitian ini hanya mengambil contoh dari tingkat 4, 3, dan 2 karena
contoh pada tingkat 1 belum mendapatkan mata kuliah bidang pangan dan gizi.
-
Perhitungan proporsi contoh sesuai kelompoknya dapat dilihat pada
perhitungan dengan menggunakan rumus berikut :
Dimana :
ni = Jumlah contoh tiap kelompok sesuai tingkat pendidikan di perguruan tinggi
Ni = Jumlah populasi pada tiap kelompok populasi
N = Jumlah keseluruhan contoh (mahasiswa tingkat 4, 3, dan 2)
n = Jumlah contoh
Tabel 1 Proporsi jumlah contoh tiap kelompok contoh sesuai tingkat pendidikan di perguruan tinggi
Kelompok Jumlah Jumlah contoh Mahasiswa tingkat 4 69 39Mahasiswa tingkat 3 71 41Mahasiswa tingkat 2 70 40
Jumlah proporsi contoh sesuai jenis kelamin dapat diperoleh dari rumus
sebagai berikut :
Dimana :
nij = Jumlah contoh tiap kelompok mahasiswa sesuai jenis kelamin
Nij = Jumlah populasi pada tiap kelompok mahasiswa sesuai jenis kelamin
Ni = Jumlah keseluruhan contoh (mahasiswa tingkat 4, 3, dan 2)
ni = Jumlah contoh dari setiap kelompok populasi
Tabel 2 Proporsi jumlah contoh tiap kelompok contoh sesuai jenis kelamin
Kelompok Jenis kelamin Jumlah Jumlah contoh Mahasiswa tingkat 4 Perempuan 63 35 Laki-laki 6 4
Mahasiswa tingkat 3 Perempuan 61 35 Laki-laki 10 6
Mahasiswa tingkat 2 Perempuan 63 36 Laki-laki 7 4
Jadi, jumlah contoh yang akan diteliti adalah 120 orang dengan
pembagian 39 orang dari kelompok mahasiswa tingkat 4 (35 orang perempuan
dan 4 orang laki-laki), 41 orang dari kelompok mahasiswa tingkat 3 (35 orang
perempuan dan 6 orang laki-laki), dan 40 orang dari kelompok mahasiswa
tingkat 2 (36 orang perempuan dan 4 orang laki-laki). Pengambilan contoh
dilakukan dengan proportionate stratified random sampling.
-
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data
primer, meliputi karakteristik contoh (tingkat pendidikan di perguruan tinggi,
alokasi pengeluaran untuk pangan, dan jenis kelamin), akses informasi pangan
dan gizi, keikutsertaan pada organisasi dan seminar/pelatihan bidang pangan
dan gizi, pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS, sikap tentang pesan-pesan
PUGS, dan praktek tentang pesan-pesan PUGS. Pengambilan data primer
dilakukan dengan cara memberikan kuesioner kepada contoh untuk diisi. Data
sekunder yang dikumpulkan, meliputi nama mata kuliah bidang pangan dan gizi
yang telah diikuti oleh contoh di perguruan tinggi serta nilai mutunya. Data
sekunder diperoleh dari komisi pendidikan Program Studi Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga dan Mayor Ilmu Gizi.
Pengolahan dan Analisis Data Data primer dan data sekunder dianalisis secara deskriptif dan inferensia.
Pada tahap awal, data yang diperoleh dilakukan proses editing, coding, dan entri
data secara manual dengan menggunakan Microsoft Excel 2007. Selanjutnya,
data diolah dan dianalisis dengan menggunakan aplikasi komputer, yaitu
Microsoft excel dan SPSS 13.0 for Windows.
Data primer dan sekunder yang terdiri dari karakteristik contoh (tingkat
pendidikan di perguruan tinggi, alokasi pengeluaran untuk pangan, dan jenis
kelamin), akses informasi pangan dan gizi, keikutsertaan pada organisasi dan
seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi, pengetahuan tentang pesan-pesan
PUGS, sikap tentang pesan-pesan PUGS, praktek tentang pesan-pesan PUGS
dan nama mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah diikuti contoh di
perguruan tinggi beserta nilai mutunya diolah dengan menggunakan cara
deskriptif dan inferensia.
Data karakteristik contoh. Data karakteristik contoh terdiri dari tingkat pendidikan di perguruan tinggi, alokasi pengeluaran untuk pangan, dan jenis
kelamin. Terdapat tiga tingkat pendidikan contoh dalam perguruan tinggi, yaitu
tingkat 4, tingkat 3, dan tingkat 2. Selain itu, alokasi pengeluaran untuk pangan
contoh dibagi ke dalam empat kelompok antara lain < Rp. 200.000, Rp. 200.000-
Rp. 399.999, Rp. 400.000-Rp. 599.999, dan Rp. 600.000-Rp. 800.000.
Pengelompokkan tersebut dihitung berdasarkan persentil.
Data Karakterisik orangtua. Karakteristik orangtua terdiri dari pendidikan dan pendapatan orangtua. Pendapatan orangtua dibagi ke dalam
-
empat kelompok, yaitu > Rp. 5.000.000, Rp. 5.000.000-Rp. 2.500.000, Rp. 2.499.999-1.000.000, < Rp. 1.000.000. Rentang pendapatan ini dilakukan
sebelum data diperoleh.
Data pendidikan nonformal. Data pendidikan nonformal diukur dengan melihat keikutsertaan contoh dalam organisasi dan seminar/pelatihan bidang
pangan dan gizi. Keikutsertaan contoh dalam organisasi bidang pangan dan gizi
diukur dengan melihat jumlah organisasi yang pernah diikuti dan total masa
jabatannya. Selain itu, keikutsertaan contoh dalam kegiatan seminar/pelatihan
bidang pangan dan gizi diukur dengan melihat frekuensi dan durasi atau waktu
dalam satuan jam.
Keikutsertaan dalam organisasi bidang pangan dan gizi dikelompokkan
ke dalam tiga kategori. Tingkat keikutsertaan contoh dikatakan tinggi jika telah
mengikuti organisasi selama 2.5-4 tahun, sedang jika 1-2.4 tahun, dan rendah
jika < 1 tahun. Pengkategorian ini dihitung berdasarkan persentil.
Keikutsertaan dalam seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi juga
dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu tinggi jika telah mengikuti
seminar/pelatihan selama 43-64 jam, sedang jika 21-42 jam, dan rendah jika < 21
jam. Pengkategorian ini dihitung berdasarkan persentil.
Data akses informasi. Data ini diukur dengan melihat lamanya contoh dalam memperoleh informasi mengenai pangan dan gizi selama dua minggu
terakhir sebelum pengisian kuesioner. Lamanya akses informasi dilihat dari
durasi contoh mengakses informasi mengenai pangan dalam satuan jam. Akses
informasi contoh mengenai pangan dan gizi dikelompokkan ke dalam tiga
kategori, yaitu tinggi jika 18-27 jam, sedang jika 9-17.9 jam, dan rendah jika < 9
jam. Pengkategorian ini dihitung berdasarkan persentil. Data pendidikan formal. Data pendidikan formal terdiri dari jumlah mata
kuliah bidang pangan dan gizi yang telah diikuti oleh contoh di perguruan tinggi
dan nilai indeks prestasi kumulatif (IPK) dari semua mata kuliah tersebut. Nilai
IPK dihitung dengan cara mengkonversikan nilai mutu setiap mata kuliah bidang
pangan dan gizi dan dikalikan dengan jumlah sksnya. Nilai A dihitung 4, nilai B
dihitung 3, nilai C dihitung 2, dan nilai D dihitung 1. Selanjutnya, total perhitungan
tersebut dibagi dengan jumlah sks total mata kuliah bidang pangan dan gizi yang
telah dipelajari. Data mata kuliah bidang pangan dan gizi yang telah dipelajari
contoh beserta nilai mutunya diperoleh dari komisi pendidikan Program Studi Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga dan Mayor Ilmu Gizi.
-
Data pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS. Pengetahuan contoh tentang pesan-pesan PUGS ini diukur dengan pemberian skor pada jawaban
pertanyaan dalam kuesioner yang diberikan. Pertanyaan mengenai pengetahuan
gizi tentang PUGS yang diberikan berjumlah 25 buah yang terdiri dari 24
pertanyaan tertutup dan 1 pertanyaan terbuka. Di dalam pertanyaan terbuka,
contoh diminta untuk menyebutkan ketiga belas pesan PUGS sedangkan
pertanyaan tertutup terdiri dari 24 pertanyaan mengenai makna dari pesan-pesan
PUGS. Duapuluh empat pertanyaan tersebut mewakili 13 pesan PUGS. Jenis
pertanyaan pengetahuan tentang pesan-pesan PUGS dapat dilihat pada
kuesioner (Lampiran 1). Skor penilaian untuk setiap pertanyaan adalah sebagai
berikut:
0 = jawaban salah atau tidak dapat menjawab
1 = jawaban tepat
Oleh karena itu, untuk pertanyaan terbuka, skor 1 dibagi dengan 13
sehingga setiap pesan yang dapat disebutkan oleh contoh dengan lengkap dan
benar mendapat nilai 0.076. Skor total dari pertanyaan mengenai pengetahuan
contoh tentang pesan-pesan PUGS adalah 25. Contoh dikatakan memiliki
pengetahuan yang baik tentang pesan-pesan PUGS apabila skor totalnya
mencapai lebih dari 80% dari total skor, cukup jika antara 60-80% dari total skor,
dan kurang jika skornya kurang dari 60% (Khomsan 2000).
Data sikap terhadap pesan-pesan PUGS. Sikap contoh terhadap pesan-pesan PUGS ini diukur dengan pemberian skor pada pernyataan yang
diberikan pada contoh dalam kuesioner. Pemberian skor pada pernyataan
berdasarkan skala likert, yaitu :
Pernyataan positif Pernyataan negatif
5 = sangat setuju (SS) 1 = sangat setuju (SS)
4 = setuju (S) 2 = setuju (S)
3 = ragu-ragu (RG) 3 = ragu-ragu (RG)
2 = tidak setuju (TS), dan 4 = tidak setuju (TS), dan
1 = sangat tidak setuju (STS) 5 = sangat tidak setuju (STS)
Apabila terdapat contoh yang tidak menyikapi pernyataan sikap tentang
pesan-pesan PUGS, maka diberi skor 0. Jumlah pernyataan yang diberikan
adalah 17 buah. Jenis pertanyaan mengenai sikap tentang pesan-pesan PUGS
dapat dilihat pada kuesioner (Lampiran 1). Skor total dari pernyataan sikap ini,
yaitu 85. Contoh dikatakan memiliki sikap yang baik tentang pesan-pesan PUGS
-
apabila skor totalnya mencapai lebih dari 80% dari total skor, cukup jika antara
60-80% dari total skor, dan kurang jika skornya kurang dari 60%.
Data praktek tentang pesan-pesan PUGS. Praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS diukur dengan memberikan pertanyaan yang berhubungan
dengan praktek pesan-pesan PUGS. Jumlah pertanyaan yang diberikan adalah
20 buah. Pemberian skor dilakukan sesuai dengan frekuensi praktek contoh,
yaitu tidak pernah (TP), kadang-kadang (KD), sering (SR), dan selalu (SL)
dengan skor penilaian sebagai berikut :
Pernyataan positif Pernyataan negatif
0 = tidak pernah (TP) 3 = tidak pernah (TP)
1 = kadang-kadang (KD) 2 = kadang-kadang (KD)
2 = sering (SR), dan 1 = sering (SR), dan
3 = selalu (SL) 0 = selalu (SL)
Skor total dari pernyataan praktek ini, yaitu 60. Jenis pertanyaan
mengenai praktek tentang pesan-pesan PUGS dapat dilihat pada kuesioner
(Lampiran 1). Contoh dikatakan memiliki praktek yang baik tentang pesan-pesan
PUGS apabila skor totalnya mencapai lebih dari 75% dari total skor, cukup jika
antara 60-75% dari total skor, dan kurang jika skornya kurang dari 60%.
Kuesioner yang digunakan untuk memperoleh data sebelumnya telah
diujikan pada 10% dari jumlah contoh. Uji coba yang dilakukan meliputi uji
reliabilitas dan validitas. Variabel yang diujikan antara lain pengetahuan, sikap,
dan praktek tentang pesan-pesan PUGS. Nilai alpha cronbach variabel-variabel
tersebut berturut-turut adalah 0.8192, 0.6328, dan 0.7233. Sementara itu, uji
validitas dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor setiap pertanyaan
dengan skor totalnya. Korelasi setiap pertanyaan > 0.3 (nilai kritis). Hal ini
menandakan bahwa pertanyaan dapat dikatakan valid (Sugiyono 2004). Analisis
statistik yang digunakan untuk mengolah data, antara lain :
1. Analisis statistik deskriptif untuk menggambarkan variabel-variabel dalam
penelitian.
2. Untuk melihat perbedaan antara pengetahuan, sikap, dan praktek tentang
pesan-pesan PUGS pada kelompok contoh tingkat 4, 3, dan 2 dilakukan
analisis uji beda Kruskal Wallis.
3. Untuk melihat hubungan antara pengetahuan, sikap, dan praktek tentang
pesan-pesan PUGS dilakukan uji korelasi Spearman.
-
4. Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi praktek contoh tentang
pesan-pesan PUGS dilakukan uji Regresi Logistik dengan metode backward
wald. Model regresi logistik dalam penelitian ini, yaitu :
1 Ket.
() : praktek contoh tentang pesan-pesan PUGS (0=kurang baik, 1=baik) : eksponensial
0 : konstanta
1 n : koefisien regresi
1 : pengetahuan contoh tentang pesan-pesan PUGS baik (0 = tidak, 1 = ya)
2 : pengetahuan contoh tentang pesan-pesan PUGS cukup (0 = tidak, 1 = ya)
3 : sikap contoh tentang pesan-pesan PUGS baik (0 = tidak, 1 = ya)
4 : sikap contoh tentang pesan-pesan PUGS cukup (0 = tidak, 1 = ya)
5 : jumlah alokasi pangan contoh tinggi (0 = < 500 rb, 1 = 500 rb/bln)
6 : jumlah alokasi pangan contoh cukup (300 rb-500 rb/bln) (0 = tidak, 1 = ya)
7 : pendidikan ayah tinggi (0 = SLTA ke bawah, 1 = Perguruan tinggi)
8 : pendidikan ayah menengah (SLTP dan SLTA) (0 = tidak, 1 = ya)
9 : pendidikan ibu tinggi (0 = SLTA ke bawah, 1 = Perguruan tinggi)
10 : pendidikan ibu menengah (SLTP dan SLTA) (0 = tidak, 1 = ya)
11 : keikutsetaan contoh dalam organisasi bidang pangan dan gizi tinggi (0 = tidak, 1 = ya)
12 : keikutsetaan contoh dalam organisasi bidang pangan dan gizi sedang (0 = tidak , 1 = ya)
13 : keikutsertaan contoh dalam seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi tinggi (0 = tidak, 1 = ya)
14 : keikutsertaan contoh dalam seminar/pelatihan bidang pangan dan gizi sedang (0 = tidak, 1 = ya)
15 : akses informasi pangan dan gizi contoh tinggi (0 = tidak, 1= ya)
16 : akses informasi pangan dan gizi contoh sedang (0 = tidak, 1 = ya)
17 : jumlah mata kuliah bidang pangan dan gizi tinggi (0 = tidak, 1 = ya)
18 : jumlah mata kuliah bidang pangan dan gizi sedang (5-15) (0 = tidak, 1 = ya)
-
19 : IPK mata kuliah bidang pangan dan gizi tinggi (0 = < 2.75, 1 = 2.75)
20 :IPK mata kuliah bidang pangan dan gizi sedang (2.0-2.74) (0 = tidak, 1 = ya)
21 : tingkat pendidikan contoh di PT tinggi (0 = tingkat 3 & 2, 1 = tingkat 4)
22 : tingkat pendidikan contoh di PT sedang (tingkat 3) (0 = tidak, 1 = ya)
23 : jenis kelamin (0 = perempuan, 1 = laki-laki)
Definisi Operasional
Contoh adalah mahasiswa laki-laki dan perempuan Program Studi Gizi
Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian (tingkat 4)
dan Mayor Ilmu Gizi, Fakultas Ekologi Manusia, IPB (tingkat 3 dan 2).
Pedoman umum gizi seimbang (PUGS