filsafat pancasila

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan negara Indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan. Pancasila sebagai dasar Negara memang sudah final. Menggugat Pancasila hanya akan membawa ketidakpastian baru. Bukan tidak mungkin akan timbul chaos (kesalahan) yang memecah belah eksistensi negara kesatuan. Akhirnya Indonesia akan tercecer menjadi negara-negara kecil yang berbasis agama dan suku. Untuk menghindarinya maka penerapan hukum-hukum agama (juga hukum-hukum adat) dalam sistem hukum negara menjadi penting untuk diterapkan. Pancasila yang diperjuangkan untuk mengikat agama-agama dan suku-suku itu harus tetap mengakui jati diri dan ciri khas yang dimiliki setiap agama dan suku. Sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung makna adanya keyakinan terhadap 1

Upload: i-putu-adi-yana

Post on 14-Apr-2016

19 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Makalah

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa

Indonesia yang majemuk. Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsa

dan negara Indonesia? Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan

kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa

daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu

sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan. Pancasila sebagai dasar Negara memang

sudah final. Menggugat Pancasila hanya akan membawa ketidakpastian baru. Bukan

tidak mungkin akan timbul chaos (kesalahan) yang memecah belah eksistensi negara

kesatuan. Akhirnya Indonesia akan tercecer menjadi negara-negara kecil yang

berbasis agama dan suku. Untuk menghindarinya maka penerapan hukum-hukum

agama (juga hukum-hukum adat) dalam sistem hukum negara menjadi penting untuk

diterapkan. Pancasila yang diperjuangkan untuk mengikat agama-agama dan suku-

suku itu harus tetap mengakui jati diri dan ciri khas yang dimiliki setiap agama dan

suku. Sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung makna

adanya keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa , yang menciptakan alam semesta

beserta isinya. Diantara makhluk ciptakan Tuhan Yang Maha Esa yang berkaitan

dengan sila ini ialah manusia. Sebagai Maha Pencipta, kekuasaan Tuhan tidaklah

terbatas, sedangkan selainNya adalah terbatas. Negara Indonesia yang didirikan atas

landasan moral luhur, yaitu berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esaberkonsekuensi

untuk menjamin kepada warga negara dan penduduknya memeluk dan untuk

beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya, seperti pengertiannya

terkandung dalam:

a. .Pembukaan UUD 1945 aline ketiga, yang antara lain berbunyi :

“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa …. “

Dari bunyi kalimat ini membuktikan bahwa negara Indonesia sangat menjunjung

tinggi nilai-nilai Ketuhanan.1

b. Pasal 29 UUD 1945

1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya

masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya. Oleh

karena itu, di dalam bangsa Indonesia tidak boleh ada pertentangan dalam hal

Ketuhanan Yang Maha Esa. Kita seharusnya menghindari sikap atau perbuatan yang

anti terhadap Tuhan Yang Maha Esa, anti agama. Untuk itulah sebagai generasi

penerus bangsa, kita wajib mengkaji, memahami, dan menerapkan sila pertama

Pancasila. Diharapkan melalui pembahasan sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini, akan

terwujud generasi-generasin penerus bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-

nilai Ketuhanan dan berbudi luhur.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam karya tulis ini adalah :

1. Apakah makna penting Pancasila bagi bangsa Indonesia?

2. Apakah makna sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa?

3. Apa sajakah butirbutir pengamalan Pancasila sila pertama?

4. Bagaimanakah penerapan sila pertama Pancasila dalam kehidupan berbangsa saat

ini?

1.3 Tujuan Penulisan

Karya tulis ini dibuat dengan tujuan agar pembaca dapat :

1. Memahami makna penting Pancasila bagi bangsa Indonesia.

2. Memaknai sila pertama Pancasila “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai salah satu

nilai yang penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

3. Mengetahui dan memahami butirbutir pengamalan Pancasila sila pertama.

4. Menerapkan sila pertama Pancasila beserta nilai-nilai yang terkandung

didalamnya dalam kehidupan sehari-hari dengan sebaik-baiknya.

2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Fisafat Pancasila Sila Pertama

Sebelum dibahas pengertian filsafat secara material maka dipandang perlu

untuk membahas terlebih dahulu makna dan arti istilah “filsafat“. Pada umumnya

para filsuf maupun para ahli filsafat mempunyai tinjauan yang senada dalam

mengertikan istilah filsafat, walaupun secara harafiah mempunyai perbedaan. Istilah

“filsafat“ dalam bahasa Indonesia mempunyai padanan “falsafah” dalam kata Arab.

Sedangkan menurut kata Inggris “philosophy”, kata latin “philosophia”, kata Belanda

“philosophie”, kata Jerman “philosophier”, kata Perancis “philosophie”, yang

kesemuanya itu diterjemahkan dalam kata Indonesia “filsafat”. “Philosophia” ini

adalah kata benda yang merupakan hasil dari kegiatan “philosphien” sebagai kata

kerjanya. Sedangkan kegiatan ini dilakukan oleh philosophos atau filsuf sebagai

subjek yang berfisafat.

Istilah “filsafat” berasal dari bahasa Yunani, bangsa Yunanilah yang mula-

mula berfilsafat seperti lazimnya dipahami orang sampai sekarang. Kata ini bersifat

majemuk, berasal dari kata “philos” yang berarti “sahabat” dan kata “shophia” yang

berarti “pengetahuan yang bijaksana (wished) dalam bahasa Belanda, atau wisdom

kata Inggris, dan hikmat menurut kata Arab. Maka philosopia menurut arti katanya

berarti cinta pada pengetahuan yang bijaksana.

Terkait dengan uraian diatas filsafat pancasila khususnya sila pertama yaitu

Ketuhanan Yang Maha Esa mendasari dan menjiwai sila-sila kemanusiaan yang adil

dan beradab, persatuan Indonesia, kerkyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan serta keadilan social bagi seluruh

rakyat Indonesia. Jadi apa yang kita kerjakan seharusnya didasari oleh Ketuhanan

karena Tuhan adalah sebagai asal mula segala sesuatu, Tuhan adalah mutlak,

sempurna dan kuasa, tidak berubah, tidak terbatas pula sebagai pengatur tata tertib

alam.

3

2.2 Makna Penting Pancasila Bagi Bangsa Indonesia

Meskipun di Indonesia sudah pernah berdiri berbagai Negara atau kerajaan

dan pemerintahan yang hidup sebelum bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa lain,

namun belum ada satupun yang mempunyai undang – undang dasar, apalagi dasar

filsafat Negara. Didalam masa penjajahan yang cukup lama bangsa Indonesia tidak

mempunyai kesempatan yang banyak untuk mempelajari dan meneliti kekayaan

kebudayaannya sendiri. Meskipun mendapat berbagai pengaruh baik yang bersifat

material maupun non material dan perlakuan yang tidak adil dari kaum penjajah,

namun bangsa Indonesia masih mampu tegak mempertahankan kebudayaannya

sendiri.

Setelah bangsa Indonesia ditantang apakah dasarnya jika Indonesia merdeka,

maka Bung Karno sebagai putra Indonesia memberi jawaban yaitu pancasila. jawaban

tersebut merupakan hasil analisa dan abstraksi dari kebudayaan bangsa Indonesia

sendiri. Hal ini terbukti dapat menggerakkan setiap pemimpin bangsa Indonesia dan

menggerakkan hati mereka. Usul bungkarno mendapat sambutan hangat yang

kemudian diterima secara bulat. Hal ini pulalah yang menghasilkan kebulatan tekad

bangsa Indonesia.

Pancasila yang diusulkan oleh bung karno sebagai dasar filsafat Negara

Indonesia Merdeka ternyata dapat menggetarkan jiwa pemimpin – pemimpin dan

bahkan juga bangsa Indonesia menunjukkan bahwa pancasila adalah identitas bangsa

Indonesia (Sunoto, 1984 : 107).

Pendapat diatas menyatakan bahwa pancasila merupakan identitas bangsa

Indonesia yang bisa diartikan pula sebagai kepribadian bangsa Indonesia.

Kepribadian bangsa Indonesia sendiri dijabarkan sebagai sifat – sifat atau ciri – ciri

khusus yang dimiliki dan merupakan watak bangsa Indonesia. Ciri – ciri ini yang

membedakan antara bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Oleh karena unsur – unsur

Pancasila telah dimiliki oleh bangsa Indonesia dan terdapat didalam diri dan

kebudayaan bangsa Indonesia, maka kepribadian bangsa Indonesia tidak lain adalah

kepribadian pancasila.

4

Adanya kesamaan antara beberapa unsur dengan unsur yang dimiliki oleh

bangsa lain tidak dapat diartikan bahwa bangsa Indonesia mengambil sebagian unsur

dari bangsa lain. Begitu pula dengan adanya pengaruh dari luar ataupun sebaliknya

menunjukkan bahwa kepribadian memang berkembang tanpa mengurangi ciri khas

yang dimilikinya. Misalnya pada sila pertama yang digambarkan dengan perilaku

bangsa Indonesia yang bersikap jujur dan taat merupakan pengejawantahan unsur

Ketuhanan. Unsur tersebut keluar dengan sendirinya sehingga merupakan identitas

kepribadian bangsa Indonesia. Makna yang selanjutnya yaitu pancasila sebagai dasar

dan pedoman. Dikatakan sebagai dasar berarti pancasila itu berperan sebagai pondasi

atau landasan tempat bertumpu bagi segala kegiatan bangsa Indonesia. Sehingga,

alam kehidupan sehari– hari tidak boleh lepas apalagi menyimpang dari pancasila.

seiring dengan majunya jaman, inti unsur – unsur sila Pancasila tetap dan tidak

mengalami perubahan. Ini bukan berarti Pancasila yang tengah dijadikan dasar

Negara tersebut telah using dan membutuhkan pembaharuan, tetapi dalam hal ini

kandungan atau makna – makna yang ada didalamnya adalah tetap. Nilai-nilai budaya

yang berada dalam sebagian besar masyarakat dalam suatu negara dan tercermin di

dalam identitas nasional bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan

normatif dan dogmatis, melainkan sesuatu yang terbuka dan cenderung terus menerus

berkembang karena hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat

pendukungnya. Implikasinya adalah bahwa identitas nasional merupakan sesuatu

yang terbuka untuk diberi makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam

kondisi aktual yang berkembang dalam masyarakat. Indonesia adalah negara yang

plural, terdiri dari banyak suku, ras, bahasa daerah, agama, sistem kepercayaan,

kultur, subkultur, dan sebagainya. Walaupun demikian, para pemuda pada tahun 1928

merasa senasib dan sepenanggungan; mereka merasa sebangsa dan setanah air.

Mereka juga mendeklarasikan Bahasa Indonesia (Bahasa Melayu yang sudah

disempurnakan dan dipakai di seluruh Nusantara sebagai bahasa dagang) sebagai

bahasa persatuan. Para bapak pendiri bangsa kita pun menyadari hal ini. Maka

diciptakan sebuah sistem filsafat yang sekiranya dapat menjembatani segala

keanekaragaman tersebut, sistem filsafat yang sebenarnya sudah beruratberakar

5

dalam hati sanubari, adatistiadat, dan kebudayaan Nusantara, bahkan jauh sejak masa

Nusantara kuna (4001500M). Sistem filsafat itu adalah manifestasi kemanusiaan

Indonesia. Kelima sila dari Pancasila pada hakikatnya adalah suatu nilai. Nilai-nilai

yang merupakan perasaan dari sila-sila Pancasila tersebut adalah: nilai ketuhanan,

nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Nilai itu

selanjutnya menjadi sumber nilai bagi penyelenggaraan kehidupan bernegara

Indonesia. Dalam filsafat Pancasila juga disebutkan bahwa ada 3 (tiga) tingkatan

nilai, yaitu nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis.

1. Nilai dasar, yaitu nilai mendasari nilai instrumental. Nilai dasar adalah asas-asas

yang kita terima sebagai dalil yang bersifat sedikt banyak mutlak. Kita menerima

nilai dasar itu sebagai sesuatu yang benar atau tidak perlu dipertanyakan lagi.

2. Nilai instrumental, yaitu nilai sebagai pelaksanaan umum dari nilai dasar.

Umumnya berbentuk norma sosial dan norma hukum yang selanjutnya akan

terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme perkembangan zaman, baik dalam

negeri maupun dari luar negeri. Nilai ini dapat berupa Tap MPR, UU, PP, dan

peraturan perundangan yang ada untuk menjadi tatanan dalam pelaksanaan

ideology Pancasila sebagai pegangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

3. Nilai praktis, yaitu nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan.

Nilai praktis sesungguhnya menjadi batu ujian, apakah nilai dasar dan nilai

instrumental itu benar-benar hidup dalam masyarakat Indonesia.

Nilai-nilai Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral. Nilai-nilai dalam

Pancasila termasuk dala tingkatan nilai dasar. Nilai dasar ini mendasari nilai

berikutnya, yaitu nilai instrumental. Nilai dasar itu mendasari semua aktivitas

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai dasar bersifat

fundamental dan tetap.

Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung arti adanya pengakuan dan

keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pencipta alam semesta. Nilai

ini menyatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius, bukan

bangsa yang ateis. Pengakuan terhadap Tuhan diwujudkan dengan perbuatan

untuk taat pada perintah Tuhan dan menjauhi laranganNya sesuai dengan ajaran

6

atau tuntutan agama yang dianutnya. Nilai ketuhanan juga memiliki arti bagi

adanya pengakuan akan kebebasan untuk memeluk agama, menghormati

kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak berlaku diskriminasi antar

umat beragama.

2.3 Makna Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Setelah melakukan beberapa perundingan, Bung Hatta, selaku anggota PPKI,

dengan bijaksana merumuskan sila petama pancasila dengan frasa “Ketuhanan Yang

Maha Esa”. Karena terminologi “Ketuhanan” jauh lebih luas, dapat merangkum

segala penyebutan Sang ada pada tiap-tiap agama yang berbeda. Maknanya akan

menjadi kerdil kata seandainya kita coba telaah dalam satu sudut pandang (dogma)

agama tertentu saja.

Kebebasan memeluk agama adalah salah satu hak yang paling asasi diantara

hak-hak asasi manusia, sebab kebebasan agama itu langsung bersumberkan kepada

martabat manusia sebagai mahluk Tuhan.

Manusia selain merupakan mahluk ciptaan Tuhan juga merupakan mahluk

sosial, yang berarti bahwa manusia memerlukan pergaulan dengan manusia lainnya.

Setiap manusia perlu bersosialisasi dengan anggota masyarakat lainnya. Bangsa

Indonesia yang beraneka agama, menjalankan ibadahnya masing-masing dimana

pemeluk melaksanakan ajaranNya sesuai dengan norma agamanya. Agar tidak terjadi

pertentangan antara pemeluk agama yang berbeda, maka hendaknya dikembangkan

sikap toleransi beragama, yaitu sikap hormat menghormati sesama pemeluk agama

yang berbeda, sikap menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai ajaran

agama masing-masing, dan tidak boleh memaksakan suatu agama kepada orang lain.

Tolenransi beragama tidak berarti bahwa ajaran agama yang satu bercampur dari

beberapa uraian di atas kita dapat menyimpulkan pelaksanaan Ibadah Agama dan

Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa antara lain:

1. Negara kita adalah negara yang berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Negara memberikan jaminan kebebasan kepada warga negara untuk memeluk

salah satu agama atau kepercayaan sesuai dengan keyakinan masingmasing.

7

3. Kita tidak boleh memaksakan seseorang untuk memeluk agama kita atau

memaksa seseorang pindah dari satu agama ke agama yang lain.

4. Dalam hal ibadah negara memberikan jaminan seluasluasnya kepada semua

umat beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan

masingmasing.

5. Setiap warga negara Indonesia harus percaya dan beriman kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

6. Fungsi Agama

Agama mempunyai fungsi yang penting antara lain:

a. Agama sebagai sumber inspirasi. Bagi bangsa indonesia, agama dapat

menjadi sumber inspirasi dalam berbudaya baik yang berupa fisik maupun

non fisik.

b. Sumber Moral. Agama di Indonesia dapat memberikan dorongan batin

maupun moral atau akhlak yang baik bagi manusia. Pembangunan

berjalan dengan baik karena dilakukan dengan semangat ibadah kepada

Tuhan Yang Maha Esa.

c. Sumber Motovasi dan Inovasi. Agama dapat memberikan semangat dalam

bekerja dan lebih kreatif serta produktif. Pada gilirannya dapat pula

mendorong tumbuhnya pembaharuan dan penyempurnaan.

d. Sumber penyatuan dalam melaksanakan pembangunan Nasional. Agama

dapat mengintegrasikan/menyatukan dan menyerasikan segenap aktifitas

manusia baik individual maupun sebagai anggota masyarakat. Dengan

adanya kesamaan dalam katakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

maupun kebersamaan sebagai mahluk sosial, timbul rasa persatuan

sebagai makhluk sosial dengan demikian rasa persatuan sebagai bangsa

Indonesia akan terjadi dengan sendirinya.

8

Selain uraian makna di atas, pancasila sila Ketuhanan Yang Maha Esa juga

memiliki arti dan juga makna sebagai berikut :

1. Mengandung arti pengakuan adanya kuasa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan

yang Maha Esa

2. Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah

menurut agamanya.

3. Tidak memaksa warga negara untuk beragama.

4. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama.

5. Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi ditekankan dalam

beribadah menurut agamanya masing-masing.

6. Negara memberi fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama dan iman

warganegara dan mediator ketika terjadi konflik agama.

Sebagai bangsa Indonesia seharusnya menyadari betul bahwa negara kita

mempunyai prinsip untuk mengatur rakyatnya, demikian juga seharusnya prinsip itu

dimulai dari setiap individu bagaimana seharusnya individu itu berbuat sesuai dengan

norma norma yang berlaku di masyarakat. Setiap Agama mengajarkan kepada

umatnya tentang perintah dan larangan.

Menjalankan perintah – Nya dan menjauhi larangan – Nya. Kepercayaan dan

keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa hendaknya diikuti oleh ketakwaan

terhadapNya, yaitu dengan melaksanakan apa yang diperintahkan dan menjauhi

laranganNya. Keyakinan itu diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Kita harus selalu menyembah Tuhan, karena Tuhanlah yang telah

menciptakan kita beserta seluruh alam semesta.

2. Dan juga Tuhanlah yang memelihara alam semesta.

3. Kita meyakini Tuhan Yang Maha Esa karena Tuhanlah yang telah

mengkaruniakan seluruh nikmat kepada setiap makhluk – Nya.

4. Kita meyakini bahwa alam semesta beserta isinya diatur oleh Tuhan yang

Maha Esa

9

Menjalankan perintah – Nya dan menjauhi larangan – Nya berarti: kita

melakukan perbuatan menghambakan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

didasari oleh keikhlasan untuk melakukannya. Keihklasan untuk menjalankan

perintah – Nya dan menjauhi larangan – Nya bagi umat beriman dan bertakwa bukan

hanya kewajiban, akan tetapi merupakan kebutuhan dan kebanggaan. Hal ini

merupakan pernyataan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Pelaksanaan perintah Tuhan Yang Maha Esa meliputi:

1. Perintah secara vertikal, menurut agama Islam hal seperti ini disebut Hablum

Minallahyaitu hubungan secara langsung dengan Tuhan Yang Maha Esa,

sedangkan untuk agama Kristen misalnya kebaktian.

2. Perintah secara horizontal, disebut juga dengan Hablum Minanas hubungan

denganmahluk Tuhan terutama manusia dan alam sekitarnya, menjaga

lingkungan hidup ataupelestarian alam dan lain sebagainya.

Perintah Tuhan untuk menjauhi larangan – Nya antara lain sebagai berikut:

1. Tidak boleh mencuri, menggarong, merampok, malak, dan lain lain.

2. Tidak boleh minum minuman keras/mabukmabukan.

3. Tidak boleh minum/menelan obatobat terlarang, misalnya pil Ectasy,Nipam,

Sabu-sabu dan lain sebagainya termasuk di dalamnya Narkotik atau Ganja.

2.4 Butir-butir sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Pengamalan Pancasila Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Ketetapan MPR no.

II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan kelima asas dalam

Pancasila menjadi 45 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan

Pancasila. Ketetapan ini kemudian dicabut dengan Tap MPR no. I/MPR/2003.

1. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai

dengan agama dan kepercayaannya masingmasing menurut dasar kemanusiaan

yang adil dan beradab.

2. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antra pemeluk

agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang

Maha Esa.

10

3. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa

4. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang

menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

5. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai

dengan agama dan kepercayaanya masing masing.

6. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa kepada orang lain.

Dari butirbutir yang telah disebutkan di atas, telah di sebutkan bahwa dalam

kehidupan beragama itu tidak diperbolehkan adanya suatu paksaan. Setelah ketetapan

ini dicabut, tidak pernah dipublikasikan kajian mengenai apakah butir-butir ini benar-

benar diamalkan dalam keseharian warga Indonesia.

Manusia selain merupakan mahluk ciptaan Tuhan juga merupakan mahluk

sosial, yang berarti bahwa manusia memerlukan pergaulan dengan manusia lainnya.

Setiap manusia perlu bersosialisasi dengan anggota masyarakat lainnya.

Bangsa Indonesia yang beraneka agama, menjalankan ibadahnya masing –

masing dimana pemeluk melaksanakan ajaran agama sesuai dengan norma agamanya.

Agar tidak terjadi pertentangan antara pemeluk agama yang berbeda, maka

hendaknyadikembangkan sikap toleransi beragama, yaitu sikap hormat menghormati

sesamapemeluk agama yang berbeda, sikap menghormati kebebasan menjalankan

ibadah sesuai ajaran agama masingmasing, dan tidak boleh memaksakan suatu agama

kepada orang lain. Tolenransi beragama tidak berarti bahwa ajaran agama yang satu

bercampur aduk dengan ajaran agama lainnya.

2.5 Penerapan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Kehidupan Berbangsa

Saat Ini Menjelang berakhirnya abad ke 20, dunia telah diguncang oleh

berbagai peristiwa yang tak terduga terjadi dan membawa perubahan – perubahan

sangat drastis serta spektakuler, yang menjungkir balikkan berbagai pra anggapan

yang sudah berakar puluhan tahun. Paska perang dingin telah meruntuhkan raksasa

Uni Soviet menjadi Negara – Negara kecil. Kegagalan Negara – Negara komunis

11

mengembangkan pembangunan yang meningkatkan kesejahteraan rakyat telah

melumpuhkan konsep pembangunan berdasarkan ajaran komunis. Pola pembangunan

dengan perencanaan sentral, pola politik dengan kekuatan partai tunggal dan pola

kemasyarakatan yang terkontrol menderita keruntuhan untuk diganti dengan pola

baru.

Sejak reformasi, bangsa Indonesia sedang mengalami perubahan yang radikal.

Reformasi yang sebenarnya memiliki tujuan yang sangat mulia, ternyata telah

menghantarkan bangsa Indonesia pada dunia baru yang sama sekali berbeda dengan

sebelumnya, yaitu sangat terbuka dan liberal, ditengah suatu gelombang yang disebut

dengan globalisasi. Globalisasi tidak hanya berhasil mengubah selera dan gaya hidup

suatu masyarakat bangsa menjadi sama dengan bangsa lain, tetapi juga menyatukan

orientasi dan budaya menuju satu budaya dunia (world culture).

Salah satu dampak serius dari perubahan – perubahan tersebut adalah adanya

kecenderungan memudarnya nasionalisme bangsa Indonesia. Kecenderungan tersebut

timbul karena posisi nasionalisme bangsa Indonesia sedang berada dalam kisaran

tarik – menarik antara kekuatan arus perubahan global dengan kekuatan komitmen

kebangsaan dan ke Indonesiaan yang ingin dipertahankan oleh bangsa Indonesia.

Bangsa dan Negara kesatuan RI bersama Bangsa – bangsa modern memasuki era

globalisasi yang semakin meningkat dinamikanya, sehingga dapat menggoda serta

melanda semua bangsa – bangsa, apalagi terhadap bangsa yang tidak teguh kesetiaan

dan integritas nasionalnya. Merupakan fenomena aktual bahwa globalisasi

sesungguhnya membawa misi liberalisasi dengan pesan – pesan visi dan misi HAM

serta demokrasi, kebebasan dan keterbukaan.

Dengan demikian nampak bahwa pada setiap perubahan dapat menghasilkan

kemajuan ataupun kemunduran, hal ini sangat di pengaruhi oleh kesiapan dan

kemampuan masyarakatnya dalam melakukan perubahan itu serta pada kemampuan

para pemimpinnya dalam mengelola perubahan itu dan memberi keteladanan agar

terjadi kemajuan yang harmonis. Karena bayak bukti empirik menunjukkan bahwa

masyarakat yang paternalistik, akan lebih cepat melakukan dan mengikuti perubahan

serta kemajuan bila ada keteladanan dari para pemimpinnya. Suatu aturan atau hukum

12

yang sudah ditetapkan tentu mempunyai tujuan. Dimana tujuan tersebut haruslah

sesuai dengan kondisi yang tengah dialami dalam kehidupan. Apalagi ini adalah

ideology bangsa, identitas bangsa, sudah barang tentu dapat diterapkan secara nyata

dalam kehidupan seharihari. Penerapan tesebut dapat berupa tindakan, sebagai

berikut:

1. Membina Kerukunan Hidup Diantara Sesama Umat Beragama &

Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Manusia selain merupakan

mahluk ciptaan Tuhan juga merupakan mahluk sosial, yang berarti bahwa

manusia memerlukan pergaulan dengan manusia lainnya. Setiap manusia

perlu bersosialisasi dengan anggota masyarakat lainnya. Bangsa Indonesia

yang beraneka agama, menjalankan ibadahnya masingmasing dimana

pemeluk melaksanakan ajaranNya sesuai dengan norma agamanya. Agar tidak

terjadi pertentangan antara pemeluk agama yang berbeda, maka hendaknya

dikembangkan sikap toleransi beragama, yaitu sikap hormat menghormati

sesame pemeluk agama yang berbeda, sikap menghormati kebebasan

menjalankan ibadah sesuai ajaranagama masing-masing, dan tidak boleh

memaksakan suatu agama kepada orang lain. Tolenransi beragama tidak

berarti bahwa ajaran agama yang satu bercampur aduk dengan ajaran agama

lainnya.

2. Saling tolong menolong. Tidak perlu melakukan permusuhan ataupun

diskriminasi terhadap umat yang berbeda agama, berbeda keyakinan maupun

berbeda adat istiadat.

3. Hanya karena merasa berasal dari agama mayoritas tidak seharusnya

bersikapmerendahkan umat yang berbeda agama ataupun membuat aturan

yang secara langsung dan tidak langsung memaksakan aturan agama yang

dianut atau standar agama tertentu kepada pemeluk agama lainya dengan dalih

moralitas.

4. Tidak menggunakan standar sebuah agama tertentu untuk dijadikan tolak ukur

nilai moralitas bangsa Indonesia. Karena akan terjadi chaos dan timbul

gesekan antar agama. kalaupun penggunaan dasar agama haruslah

13

mengakomodir standar dari Islam, Kristen, Katolik, Budha dan Hindu bukan

berdasarkan salah satu agama entah agama mayoritas ataupun minoritas.

Sesungguhnya tidak ada agama yang salah dan mengajarkan permusuhan.

Seandainya ada penyelewengan dalam beragama, sesungguhnya itu

merupakan penyalah tafsiran dari pihak tertentu saja.

Pancasila mengajarkan agar setiap manusia Indonesia percaya kepada Tuhan

Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan mereka masing – masing.

Pancasila Tidak mengajarkan untuk mencampuri urusan agama dan kepercayaan

masing – masing karena hubungan antara manusia dengan Tuhan telah diatur oleh

agama dan kepercayaaan tersebut.

Pancasila mengatur bagaimana hubungan antara manusia Indonesia denga

berbagai agama dan kepercayaannya itu hidup sejahtera, aman dan damai dalam

menjalankan tugas dan agama serata kepercayaannya masing – masing. Berarti yidak

ada yang salah mengenai upaya yang dilakukan pemerintah dalam hal mengatur

hubungan antara pemerintah denga umat beragama dan kepercayaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa. Serta pemerintah juga mengatur hubungan antara umat agama dan

berkepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam lingkunganya masing – masing.

Sesungguhnya apabila pancasila dipahami, dihayati, dan diamalkan secara

jujur dan benar serta konsekuen oleh setiap anggota masyarakat, utamanya para

penyelenggara Negara dan para elit politik dalam melaksanakan gerakan reformasi

untuk mewujudkan Indonesia masa depan yang dicitacitakan, maka pancasila dapat

menjadi perekat dan mengarahkan kekuatan kemajemukan bangsa untuk mencapai

tujuan yang besar dan mulia berupa tegaknya kedaulatan Negara untuk kepentingan

seluruh bangsa Indonesia. Disamping itu secara filosofis Pancasila dapat

dikembangkan menjadi sitem moral universal, yang dipayungi oleh sila pertama

ketuhanan yang maha esa, sebagai sumber nilai utama dan tertinggi dari sila – sila

yang lain dan kemudian diakhiri dengan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia sebagai tujuan kemerdekaan. Pancasila tidak diragukan lagi adalah suatu

welt anschaung yang dahsyat bagi bangsa Indonesia.

14

Agama merupakan persoalan individu dan bukan persoalan negara. Syariat

Islam bisa dilaksanakan, tapi pada tingkat masyarakat, oleh para pemeluknya sendiri.

Inilah makna sekularisme sebagaimana dikatakan Talcott Parson: mengembalikan

agama kepada masyarakat dan bukan bersatu dengan kekuasaan Negara. Kebebasan

beragama, dengan dalil tidak ada paksaan dalam agama, adalah prinsip yang sangat

penting dalam sekularisme dan harus dipahami makna dan konsekuensinya, baik oleh

negara maupun masyarakat.

Dari uraian tersebut jelas bahwa segala kegiatan Negara seperti merealisasi

tujuannya, melaksanaka keadilan, menjalankan kekuasaan dan sebagainya seharusnya

sesuai dengan hakekat sila pertama. Demikian pula organisasi apa saja didalam

masyarakat harus menunjang apa yang dilakukan pemerintah yang ingin merealisasi

nilai – nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dalam kehidupan rakyat Indonesia. Ketaatan

dan ketakliman kepada Tuhan menunjukkan betapa agungnya Tuhan sebagai Yang

Ada dan mutlak.

15

BAB III

PENUTUP3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka didapat beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

1. Pancasila merupakan sistem filsafat yang sekiranya dapat menjembatani

segala keanekaragaman bangsa Indonesia yang sebenarnya sudah

beruratberakar dalam hati sanubari, adatistiadat, dan kebudayaan Nusantara,

bahkan jauh sejak masa Nusantara kuno.

2. Kebebasan memeluk agama adalah salah satu hak yang paling asasi diantara

hak-hak asasi manusia, sebab kebebasan agama itu langsung bersumberkan

kepada martabat manusia sebagai mahluk Tuhan.

3. Dari butir-butir yang telah disebutkan di atas, telah di sebutkan bahwa dalam

kehidupan beragama itu tidak diperbolehkan adanya suatu paksaan.

4. Agar tidak terjadi pertentangan antara pemeluk agama yang berbeda, maka

hendaknya dikembangkan sikap toleransi beragama, saling tolong menolong,

dan tidak menggunakan standar sebuah agama tertentu untuk dijadikan tolak

ukur nilai moralitas bangsa Indonesia.

3.2 Saran

Berdasarkan pembahasan di atas, ada beberapa saran untuk meningkatkan

pemahaman tentang nilai pancasila, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk semakin memperkokoh rasa bangga terhadap pancasila perlu adanya

peningkatan pengamalan butir-bitir pancasila khususnya sila Ketuhanan yang

Maha Esa. Salah satu caranya adalah dengan saling menghargai antar umat

beragama.

2. Untuk menjadi sebuah Negara pancasila yang nyaman bagi rakyatnya

diperlukan adanya jaminan terhadap keamanan dan kesejahteraan setiap

masyarakat yang ada di dalamnya. Khususnya jaminan keamanan dalam

melaksanakan kegiatan beribadah.

16