flame detector

28
Flame Detector 00.05 RUSLAN NO COMMENTS Flame Detector Masalah yang umumnya sering ditemukan pada flame detector adalah sebagai berikut: 1. Lensa Flame Detector yang kotor yang disebabkan abu pembakaran batu bara. Hal ini mengakibatkan penunjukan indikator menjadi tidak tepat (fault) bahkan tidak ada penunjukan sama sekali. 2. Rusaknya card module flame detector yang juga menyebabkan penunjukan indikator pada panel flame detector di control room menjadi tidak tepat (fault). 3. Pecahnya fiber optic dalam flame detector yang berperan sebagai media transmisi. 4. Terbakarnya lensa depan flame detector. Flame Detector Gambar 2.3 Flame Detector Flame detector adalah merupakan salah satu alat instrument berupa sensor yang dapat mendeteksi nilai intensitas dan frekuensi api dalam suatu proses pembakaran, dalam hal ini pembakaran dalam boiler pada pembangkit listrik tenaga uap. Flame detector bisa mendeteksi kedua hal tersebut dikarenakan oleh komponen-komponen pendukung dari flame detector tersebut. Prinsip kerja flame detector adalah dimulai dari bahwa api akan bisa dideteksi oleh keberadaan spectrumcahaya infra

Upload: fadjarsensei

Post on 29-Dec-2015

589 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Flame Detector

Flame Detector00.05  RUSLAN  NO COMMENTS

Flame DetectorMasalah yang umumnya sering ditemukan pada flame detector adalah sebagai berikut:

1.         Lensa Flame Detector  yang kotor yang disebabkan abu pembakaran batu bara. Hal ini mengakibatkan    

penunjukan indikator menjadi tidak tepat (fault) bahkan tidak ada penunjukan sama sekali.

2.         Rusaknya card module flame detector yang juga menyebabkan penunjukan indikator pada panel flame detector di

control room menjadi tidak tepat (fault).

3.                  Pecahnya  fiber optic  dalam flame detector yang berperan sebagai media transmisi.

4.                  Terbakarnya lensa depan flame detector.

Flame Detector

 Gambar 2.3 Flame Detector

Flame detector adalah merupakan salah satu alat  instrument  berupa sensor yang dapat mendeteksi

nilai intensitas dan frekuensi api dalam suatu proses pembakaran, dalam hal ini pembakaran dalam boiler  pada

pembangkit listrik tenaga uap. Flame detector bisa mendeteksi kedua hal tersebut dikarenakan oleh komponen-

komponen pendukung dari flame detector  tersebut. Prinsip kerja flame detector adalah dimulai dari bahwa api

akan bisa dideteksi oleh keberadaan spectrumcahaya infra red maupun ultraviolet, dan dari situ semacam

sensor dalam flame detector akan bekerja untuk membedakan spectrum cahaya yang terdapat pada api yang

terdeteksi tersebut.

Page 2: Flame Detector

Gambar 2.4 Spektrum warna pada Flame Detector

                          

Photo diode merupakan komponen utama yang dapat

menangkap intensitas dan frekuensi api yang terdapat dalam cahaya api. Jenis photo diode  yang digunakan

adalah VTB5041 yang mana sensor ini sangat peka pada cahaya berwarna biru (datasheet terlampir).

Page 3: Flame Detector

                     

    (a)                                                       (b)

Gambar 2.5 Flame Detector Modul Card

 (a) tampak depan (b) tampak belakang

Kemudian ada

pula IC LM 258, IC ini adalah sebuah IC dengan dual operasional amplifier yang mempunyai keunikan

pada output  yang dapat mengayun sampai ground, karena sifatnya inilah sehinngaoutput dari photo diode dapat

dikonfersi kedalam bentuk sinyal-sinyal listrik, sehingga dapat diketahui besarnya nilai intensitas dan frekuensi

api yang diterima oleh photo diode tersebut.

Page 4: Flame Detector

 Gambar 2.6 Connection Diagrams LM258

Intensitas api yang dimaksud adalah kuat suatu intensitas api dalam suatu proses pembakaran. yang

man a pada flame detector, intensitas api ini akan dikonversi kedalam bentuk  sinyal-sinyal listrik. Semakin kuat

intensitas api yang dideteksi flame detector, maka semakin besar pula nilai sinyal-sinyal listrik yang dihasilkan

oleh flame detector tersebut. Kemudian sinyal-sinyal listrik tersebut akan diinputkan ke panel-panel instrument

flame detector. yang kemudian dirubah lagi ke dalam bentuk bit-bit digital, sehingga dapat ditampilkan pada

panel instrument yang berupa tampilan angka-angka decimal,sehingga dapat terbaca oleh operator kuat

intensitas api suatu pembakaran  pada boiler PLTU.

Frekuensi api sendiri adalah merupakan nilai frekuensi suatu nyala api pada proses pembakaran

dalam boiler PLTU. Frekuensi api ini akan melalui suatu proses penapis atau filterfrekuensi, yang bertujuan

untuk memproleh nilai frekuensi yang betul-betul akurat, sehinngga tidak terjadierror dalam mengkonfersinya

kedalam bentuk sinyal-sinyal listrik. Setelah dikonversi kedalam bentuk sinyal-sinyal listrik, akan dikonversi lagi

kebentuk bit-bit digital yang kemudian akan ditampilkan pada panel instrument yang berupa tampilan angka-

angka decimal, sehingga operator dapat mengetahui nilai frekuensi api pada boiler.

Page 5: Flame Detector

 Gambar 2.7 Reverse Engineering: Flame Detector Module

Gambar diatas adalah skema rangkaian module card conversion of Flame Detector. Api mempunyai 2

hal yang ingin kita ukur, pertama adalah intensitasnya dan yang kedua adalah frekuensinya (disturbancenya).

Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan sensor photodiode, dimana kedua hal tersebut dapat ditangkap

oleh sensor photodiode. Prinsip kerja skema rangkaian di atas adalah ketikaphoto diode mendeteksi intensitas

dan frekuensi api, output photo diode tersebut akan masuk ke IC LM258.

Untuk intensitas api, output dari IC LM258 masih berupa gelombang tegangan AC, sehingga perlu

dikonversi ke dalam bentuk gelombang tegangan DC. Untuk merubahnya, output tersebut akan di inputkan lagi

ke IC LM231. Yang mana IC LM231 ini mempunyai fungsi sebagai converter dari frekuensi ke tegangan.

Sedangkan untuk frekuensi api, output dari IC LM258 yang masih berupa sinyal yang belum difilterisasi, perlu

difilterisasi dengan menginputkan kembali sinyal output tersebut ke IC LM258 dan kapasitor, sehingga

frekuensi outputnya benar-benar akurat.

Page 6: Flame Detector

Dan berikut adalah data tambahan yang mungkin berguna untuk anda, sebagai referensi tambahan:

Data sheet VTB5041

Data datasheet yang saya download dari Mbah google jadi komponen ini adalah sebuah photo dioda. Dimana

cahaya api akan ditangkap oleh sensor ini, data selengkapnya dapat di lihat pada bagian datasheet. Dikatakan

dalam datasheet sensor ini sangat peka dengan cahaya yang berwarna biru.

Datasheet LM 258

Lm258 adalah sebuah dual operasional amplifier yang mempunyai keunikan pada output yang dapat mengayun

sampai ground meskipun diberi single supply. Karena low power maka dapat bekerja dengan tegangan 5

volt tampa menggunakan tegangan input ± 15 volt

Datasheet lengkap dapat dilihat pada bagian datasheet,Berikut adalah gambarnya :

Page 7: Flame Detector

Datasheet LM231

Pada Gambar dibawah kita dapat melihat konfigurasi dasar dari konversi tegangan menjadi frekuensi dengan

rumus Fout yang tertera pada datasheet ini.

 Dengan bantuan ic ini maka kita dapat mengkonversi tegangan menjadi frekuensi dengan sarat – sarat yang

telah ditulis pada datasheet ini.

 Card Conversi

Pertama api mempunyai 2 hal yang ingin kita ukur, pertama adalah intensitasnya dan yang kedua adalah

frekkuensinya (disturbancenya). Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan sensor photodiode, dimana kedua

hal tersebut dapat ditangkap oleh sensor photodiode.

Sebelum melanjutkan penjelasan lebih detail perlu memperhatikan detail komponen yang dipakai, maka ada

baiknya luangkan waktu membaca lembaran BOM (Bill of Material) dan baca bagian datasheetnya.

Berikut adalah gambar Circuitnya.

Page 8: Flame Detector

Bagi yang menginginkan file aslinya lengkap silahkan email ke [email protected]

 Dan berikut gambar – gambar yang diambil pada saat cleaning flame detector

Page 10: Flame Detector

Flame DetectorPOSTED BY ARDNAS20 ⋅ DECEMBER 16, 2010 ⋅ LEAVE A COMMENT

FILED UNDER  CCTV (VIDEO) FLAME DETECTOR, CONTROL SYSTEM ENGINEERING, DETECTOR, DUAL IR (IR/IR)

DETECTOR, FALSE ALARM, FIELD INSTRUMENT, FIRE AND GAS INSTRUMENT, FIRE AND GAS PROTECTION, FLAME

DETECTOR, INFRARED (IR) DETECTOR, INSTRUMENT EQUIPMENT,INSTRUMENTATION ENGINEERING, SENSOR, TRIPLE IR

(IR/IR/IR) DETECTOR, ULTRA VIOLET (UV) DETECTOR, UV/IR AND VISIBLE DETECTOR, UV/IR DETECTOR

Page 11: Flame Detector

Flame detector merupakan sebuah alat pendeteksi api yang menggunakan sensor optic untuk

mendeteksinya. Di sini ditegaskan bahwa flame detector digunakan untuk mendeteksi keberadaan

api, bukan panas. Prinsip kerja flame detector adalah dimulai dari bahwa api akan bisa dideteksi

oleh keberadaan spectrum cahaya infra red maupun ultraviolet, dan dari situ semacam

microprocessor dalam flame detector akan bekerja untuk membedakan spectrum cahaya yang

terdapat pada api yang terdeteksi tersebut.

Namun pada implementasinya, terdapat sumber-sumber cahaya lain yang ternyata bukan api dan

ikut menyumbang emisi cahaya pada gelombang infra red maupun ultraviolet dimana sumber-

sumber cahaya ini juga mempengaruhi kinerja flame detectoryang berakibat pada timbulnya false

alarm. Contoh sumber-sumber cahaya ini adalah kilatan petir, welding arc, metal grinding, hot

turbine, reactor, dan masih banyak lagi.

Page 12: Flame Detector

Berikut ini adalah beberapa tipe flame detector yang ada di pasaran:

1. Infrared (IR) Detector

Infrared flame detector bekerja pada pita spectral inframerah. Gas panas akan mengeluarkan

sebuah pola spektral spesifik di daerah infra merah, dimana ini akan disensor oleh sebuah

sebuah Thermal Imaging Camera (TIC), sebuah tipe kamera thermographic.

False Alarm bisa disebabkan oleh permukaan panas lain dan radiasi thermal di area yang

terkaburkan oleh air dan energi matahari. Frekuensi dalam Single IR Flame  Detector memiliki

sensitivitas pada range 4.4 micrometer dengan respon waktu sebesar 3-5 detik.

2. Ultra Violet (UV) Detector

Ultra Violet Detector bekerja pada panjang gelombang di bawah 300 nm. Detector ini mendeteksi

kebakaran dan ledakan diantara 3-4 milidetik melalui radiasi UV yang dipancarkan saat penyalaan.

False alarm akan dipicu oleh sumber-sumber UV seperti petir, arc welding, radiasi, dan cahaya

matahari. Dan dalam desain implementasi UV Flame Detector ini, sering digunakan time-delay

selama 2-3 detik untukk mengurangi intensitas false alarm.

3. Dual IR (IR/IR) Detector

Dual IR flame detector membandingkan sinyal mula di dua infrared range. Dalam hal ini, satu

sensor bekerja pada range 4.4 micrometer dan sensor lainnya pada sebuah frekuensi referensi.

4. UV/IR Detector

UV/IR flame detector membandingkan sinyal mula di dua infrared range, yaitu pada konfigurasi

“AND” dan rasionya secara berhubungan satu sama lain untuk memastikan fire signal dan

meminimalisasi false alarm.

Page 13: Flame Detector

5. UV/IR and Visible Detector

Pada beberapa detector, sensor untuk radiasi terlihat akan ditambahkan pada desain dengan

tujuan untuk mampu mengatasi false alarm secara lebih baik atau memperbaiki range deteksi.

6. Triple IR (IR/IR/IR) Detector

Triple IR flame detectors membadingkan tiga pita panjang gelombang spesifik dalam daerah

spektral Inframerah dan rasionya secara berhubungan satu sama lain untuk pendeteksian api yang

dapat diandalkan keakuratannya dalam usahanya mengurangi false alarm. Dalam hal ini, satu

sensor akan bekerja pada range 4.4 micrometer dan sensor lainnya pada frekuensi referensi. Triple

IR detector juga beresiko pada pengaburan yang disebabkan oleh air dan pengurangan sensitivitas

oleh sinar matahari.

7. CCTV (Video) Flame Detector

Closed-circuit television (CCTV) atau web camera bisa digunakan untuk deteksi video (panjang

gelombang antara 0.4 dan 0.7 µm). seperti manusia, kamera juga bisa dibutakan oleh asap dan

kabut.

Dalam perkembangan ketujuh jenis detector tersebut, tiga jenis flame detector yang terakhir

(UV/IR and Visible Detector, Triple IR Detector, dan CCTV Flame Detector) paling banyak disebut-

sebut oleh produsennya untuk menggantikan keempat detector yang lainnya, terutama UV/IR

Detector yang sejatinya banyak dipakai namun juga banyak menimbulkan false alarm yang

disebabkan oleh orang megelas, petir, ataupun panas yang ditimbulkan oleh logam (antara lain:

pipa) karena sengatan matahari sehingga menyebabkan terjadinya kepulan panas. Dan oleh

karena itu pula lah saat ini ketiha jenis flame detector tersebut banyak dipakai di industri sebagai

pendeteksi awal kebakaran.

Flame Detector

Page 14: Flame Detector

Flame Detector salah satu deteksi kebakaran yang paling sensitif diantara detektor

lain yang sudah anda kenal sebelumnya, detektorini sangat sensitif terhadap radiasi

sinar ultraviolet yang dihasilkan oleh nyalanya api. Detektor ini tidak akan bereaksi

pada lampu ruangan, infra merah  atau sumber cahaya lain yang tidak diakibatkan

oleh nyala api ( flame ) 

Penempatan Flame Detector sebaiknya di tempatkan ruang yang memiliki plafon

tinggi misalnya aula, gudang, dan galeri, dan sistem detektor ini sangat bagus jika

ditempatkan pada tempat yang memiliki resiko kebakaran tinggi misalnya gudang

bahan kimia, ruang panel listrik, tempat penyimpanan bahan bakar, dapat juga

diaplikasikan pada ruang komputer ataupun server.

Sebaiknya pemasangannya tidak terhalang oleh apapun yang dapat menggangu

kinerja perangkat detektor ini, dalam pemasangannya upayakan tidak terlalu dekat

dengan lampu mercury, lampu halogen, dan lampu untuk sterilisasi. Hindari

penempatan Flame Detector pada ruang yang di tempat tersebut sering terjadi

percikan ( spark ) misal adanya kegiatan pengelasan atau proses yang

mengoperasikan gerinda.

Flame Detector memilki respons yang sangat cepat, perangkat ini dapat

mendeteksi percikan pada jarak hingga 8m dalam rangkaian uji coba yang kami

lakukan dan menghasilkan respon yang baik. Sehingga upayakan

pemasangan Flame Detector pada ruangan yang tidak dipergunakan untuk

kegiatan umum atau area publik.

Apakah ada kemungkinan terjadi alarm palsu pada Flame Detector ?

Kemungkinan akan kekawatiran alarm palsu yang dapat diakibatkan oleh adanya

petir, radiasi dan panas matahari mungkin bisa terjadi, anda tidak perlu kawatir

karena perangkat Flame Detector sudah dilengkapi dengan sistem delay selama 2-3

detik yang sudah di pasangkan pada detektor ini.

Flame detector

Seperti halnya Series 65 Base Mounted UV Flame   Detector Produk appolo yang

memiliki banyak kelebihan di bandingkan dengan yang lainnya karena The Series 65

Basis Mounted UV Flame Detector dirancang untuk melindungi daerah dalam

Page 15: Flame Detector

ruangan tertutup di mana tetap dapat di harapkan untuk mendeteksi kebakaran

menyala terbuka. Detektor ini memiliki sensor UV tunggal dengan respon spektral

sempit untuk membedakan antara api dan sumber yang paling palsu radiasi.

kelebihan lainnya dari detector appolo antara lain :Merespon api stasioner tanpa

flicker

Sensitif terhadap radiasi UV yang dipancarkan oleh api selama pembakaran

Detektor nyala kompak yang cocok dengan Series 65 basis

Zona bertenaga

Produk dengan teknologi dan standart eropa ini menjadi produk yang siap di

pasarkan di indonesia pada 2014 ini.

TENTANG FIRE ALARM SISTEMPosted by Muhammad Taufan

Fire Alarm dikenal memiliki 2 (dua) sistem, yaitu: 1. Sistem Konvensional. 2. Sistem Addressable. 

Sistem Konvensional: yaitu yang menggunakan kabel isi dua untuk hubungan antar detector ke detector dan ke Panel. Kabel yang dipakai umumnya kabel listrik NYM 2x1.5mm atau NYMHY 2x1.5mm yang ditarik di dalam pipa conduit semisal EGA atau Clipsal. Pada instalasi yang cukup kritis kerap dipakai kabel tahan api (FRC=Fire Resistance Cable) dengan ukuran 2x1.5mm, terutama untuk kabel-kabel yang menuju ke Panel dan sumber listrik 220V. Oleh karena memakai kabel isi dua, maka instalasi ini disebut dengan 2-Wire Type. Selain itu dikenal pula tipe 3-Wire dan 4-Wire seperti terlihat pada Gambar di bawah ini. 

Page 16: Flame Detector

Pada 2-Wire Type nama terminal pada detectornya adalah L(+) dan Lc(-). Kabel ini dihubungkan dengan Panel Fire Alarm pada terminal yang berlabel L dan C juga. Hubungan antar detector satu dengan lainnya dilakukan secara PARALEL dengan syarat TIDAK BOLEH BERCABANG yang berarti harus ada titik AWAL dan ada titik AKHIR. Perhatikan Gambar di atas.

Titik akhir tarikan kabel disebut dengan istilah End-of-Line (EOL). Di titik inilah detector fire terakhir dipasang dan di sini pulalah satu loop dinyatakan berakhir (stop). Pada detector terakhir ini dipasang satu buah EOL Resistor atau EOL Capacitor. Jadi yang benar adalah EOL Resistor ini dipasang di UJUNG loop, BUKAN di dalam Control Panel dan jumlahnyapun hanya satu EOL Resistor pada setiap loop. Oleh sebab itu bisa dikatakan 1 Loop = 1 Zone yang ditutup dengan Resistor End of Line (EOL Resistor). 

Adapun tentang istilah konvensional, maka istilah ini untuk membedakannya dengan sistem Addressable. Pada sistem konvensional, setiap detector hanya berupa kontak listrik biasa, tidak mengirimkan ID Alamat yang khusus.

3-Wire Type digunakan apabila dikehendaki agar setiap detector memiliki output masing-masing yang berupa lampu. Contoh aplikasinya, misalkan untuk kamar-kamar hotel dan rumah sakit. Sebuah lampu indicator -yang disebut Remote Indicating Lamp- dipasang di atas pintu bagian luar setiap kamar dan akan menyala pada saat detector mendeteksi. Dengan begitu, maka lokasi kebakaran dapat diketahui orang luar melalui nyala lampu. Wiring diagram serta bentuk lampu indicatornya adalah seperti ini:

Page 17: Flame Detector

4-Wire Type umumnya digunakan pada kebanyakan Smoke Detector 12V agar bisa dihubungkan dengan Panel Alarm Rumah. Seperti diketahui Panel Alarm Rumah menggunakan sumber 12VDC untuk menyuplai tegangan ke sensor yang salah satunya bisa berupa Smoke Detector tipe 4-Wire ini. Di sini, ada 2 kabel yang dipakai sebagai supply +12V dan -12V, sedangkan dua sisanya adalah relay NO - C yang dihubungkan dengan terminal bertanda ZONE dan COM pada panel alarm. Selain itu tipe 4-wire ini bisa juga dipakai apabila ada satu atau beberapa Detector "ditugaskan" untuk men-trigger peralatan lain saat terjadi kebakaran, seperti: mematikan saklar mesin pabrik, menghidupkan mesin pompa air, mengaktifkan sistem penyemprot air (sprinkler system ataureleasing agent) dan sebagainya. Biasanya detector 4-wire memiliki rentang tegangan antara 12VDC sampai dengan 24VDC. 

Sistem Addressable kebanyakan digunakan untuk instalasi Fire Alarm di gedung bertingkat, semisal hotel, perkantoran, mall dan sejenisnya. Perbedaan paling mendasar dengan sistem konvensional adalah dalam hal Address (Alamat). Pada sistem ini setiap detector memiliki alamat sendiri-sendiri untuk menyatakan identitas ID dirinya. Jadi titik kebakaran sudah diketahui dengan pasti, karena panel bisa menginformasikan deteksi berasal dari detector yang mana. Sedangkan sistem konvensional hanya menginformasikan deteksi berasal dari Zone atau Loop, tanpa bisa memastikan detector mana yang mendeteksi, sebab 1 Loop atau Zone bisa terdiri dari 5 bahkan 10 detector, bahkan terkadang lebih. Agar bisa menginformasikan alamat ID, maka di sini diperlukan sebuah module yang disebut dengan Monitor Module. Ketentuannya adalah satu module untuk satu, sehingga diperoleh sistem yang benar-benar addressable (istilahnya fully addressable). Sedangkan addressable detector adalah detector konvensional yang memiliki module yang built-in. Apabila detector konvensional akan dijadikan addressable, maka dia harus dihubungkan dulu ke monitor module yang terpisah seperti pada contoh di bawah ini: 

Dengan teknik rotary switch ataupun DIP switch, alamat module detector dapat ditentukan secara berurutan, misalnya dari 001 sampai dengan 127. 

Satu hal yang menyebabkan sistem addressable ini "kalah pemasangannya" dibandingkan dengan sistem konvensional adalah masalah harga. Lebih-lebih jika menerapkan fully addressable dimana jumlah module adalah sama dengan jumlah keseluruhan detector, maka cost-nya lumayan mahal. Sebagai "jalan tengah" ditempuh cara "semi-addressable", yaitu panel dan jaringannya menggunakan Addressable, hanya saja satu module melayani beberapa detector konvensional. 

Dalam panel addressable tidak terdapat terminal Zone L-C, melainkan yang ada adalah terminal Loop.Dalam satu tarikan loop bisa dipasang sampai dengan 125 - 127 module. Apa artinya? Artinya jumlah detector-nya bisa sampai 127 titik alias 127 zone fully addressable hanya dalam satu tarikan saja. Jadi untuk model panel addressable berkapasitas 1-Loop sudah bisa menampung 127 titik detector (=127 zone). Jenis panel addressable 2-Loop artinya bisa menampung 2 x 127 module atau sama dengan 254 zone dan seterusnya. 

Page 18: Flame Detector

Jenis-jenis Detector Fire Alarm  

1. ROR (Rate of Rise) Heat Detector Heat detector adalah pendeteksi kenaikan panas. Jenis ROR adalah yang paling banyak digunakan saat ini, karena selain ekonomis juga aplikasinya luas. Area deteksi sensor bisa mencapai 50m2 untuk ketinggian plafon 4m. Sedangkan untukplafon lebih tinggi, area deteksinya berkurang menjadi 30m2. Ketinggian pemasangan max. hendaknya tidak melebihi 8m. ROR banyak digunakan karena detector ini bekerja berdasarkan kenaikan temperatur secara cepat di satu ruangan kendati masih berupa hembusan panas. Umumnya pada titik 55oC - 63oC sensor ini sudah aktif dan membunyikan alarm bell kebakaran. Dengan begitu bahaya kebakaran (diharapkan) tidak sempat meluas ke area lain. ROR sangat ideal untuk ruangan kantor, kamar hotel, rumah sakit, ruang server, ruang arsip, gudang pabrik dan lainnya.Prinsip kerja ROR sebenarnya hanya saklar bi-metal biasa. Saklar akan kontak saat mendeteksi panas. Karena tidak memerlukan tegangan (supply), maka bisa dipasang langsung pada panel alarm rumah. Dua kabelnya dimasukkan ke terminal Zone-Com pada panel alarm. Jika dipasang pada panel Fire Alarm, maka terminalnya adalah L dan LC. Kedua kabelnya boleh terpasang terbalik, sebab tidak memiliki plus-minus. Sedangkan sifat kontaknya adalah NO (Normally Open).  

2. Fix TemperatureFix Temperature termasuk juga ke dalam Heat Detector. Berbeda dengan ROR, maka Fix Temperature baru mendeteksi pada derajat panas yang langsung tinggi. Oleh karena itu cocok ditempatkan pada area yang lingkungannya memang sudah agak-agak "panas", seperti: ruang genset, basement, dapur-dapur foodcourt, gudang beratap asbes, bengkel las dan sejenisnya. Alasannya, jika pada area itu dipasang ROR, maka akan rentan terhadap False Alarm (Alarm Palsu), sebab hembusan panasnya saja sudah bisa menyebabkan ROR mendeteksi. Area efektif detektor jenis ini adalah 30m2 (pada ketinggian plafon 4m) atau 15m2 (untuk ketinggian plafon antara 4 - 8m). Seperti halnya ROR, kabel yang diperlukan untuk detector ini cuma 2, yaitu L dan LC, boleh terbalik dan bisa dipasang langsung pada panel alarm rumah merk apa saja. Sifat kontaknya adalah NO (Normally Open). 

Page 19: Flame Detector

3. Smoke DetectorSmoke Detector mendeteksi asap yang masuk ke dalamnya. Asap memiliki partikel-partikel yang kian lama semakin memenuhi ruangan smoke (smoke chamber) seiring dengan meningkatnya intensitas kebakaran. Jika kepadatan asap ini (smoke density) telah melewati ambang batas (threshold), maka rangkaian elektronik di dalamnya akan aktif. Oleh karena berisi rangkaian elektronik, maka Smoke memerlukan tegangan. Pada tipe 2-Wire tegangan ini disupply dari panel Fire bersamaan dengan sinyal, sehingga hanya menggunakan 2 kabel saja. Sedangkan pada tipe 4-Wire (12VDC), maka tegangan plus minus 12VDC-nya disupply dari panel alarm biasa sementara sinyalnya disalurkan pada dua kabel sisanya. Area proteksinya mencapai 150m2 untuk ketinggian plafon 4m. 

Pertanyaan yang sering diajukan adalah di area mana kita menempatkan Smoke dan di area mana kita menempatkanHeat. Apabila titik-titiknya sudah ditetapkan secara detail oleh Konsultan Proyek, maka kita harus mengikuti gambar titik yang diberikan. Namun apabila belum, maka secara umum patokannya adalah: 

Jika diperkirakan di area tersebut saat awal terjadi kebakaran lebih didominasi hembusan panas ketimbang kepulan asap, maka tempatkanlah Heat Detector. Contoh: ruang filing cabinet, gudang spare parts dari logam (tanpa kardus), bengkel kerja mekanik dan sejenisnya. 

Sebaliknya jika didominasi asap, sebaiknya memasang Smoke. Contoh: ruangan no smoking area yang beralas karpet (kecuali kamar hotel), gudang kertas, gudang kapas, gudang ban, gudang makanan-minuman (mamin) dan sejenisnya. 

Jenis Smoke Detector: Ionisation Smoke Detector yang bekerjanya berdasarkan tumbukan partikel asap dengan unsur radioaktif Am di dalam ruang detector (smoke chamber). 

Photoelectric Type Smoke Detector (Optical) yang bekerjanya berdasarkan pembiasan cahaya lampu LED di dalam ruang detector oleh adanya asap yang masuk dengan kepadatan tertentu. Smoke Ionisasi cocok untuk mendeteksi asap dari kobaran api yang cepat (fast flaming fires), tetapi jenis ini lebih mudah terkena false alarm, karena sensitivitasnya yang tinggi. Oleh karenanya lebih cocok untuk ruang keluarga dan ruangan tidur. Smoke Optical (Photoelectric) lebih baik untuk mendeteksi asap dari kobaran api kecil, sehingga cocok untuk di hallway(lorong) dan tempat-tempat rata. Jenis ini lebih tahan terhadap false alarm dan karenanya boleh diletakkan di dekat dapur. 

Page 20: Flame Detector

4. Flame DetectorFlame Detector adalah alat yang sensitif terhadap radiasi sinar ultraviolet yang ditimbulkan oleh nyala api. Tetapi detector ini tidak bereaksi pada lampu ruangan, infra merah atau sumber cahaya lain yang tidak ada hubungannya dengan nyala api (flame).Aplikasi yang disarankan:-Rumah yang memiliki plafon tinggi: aula, gudang, galeri.-Tempat yang mudah terbakar: gudang kimia, pompa bensin, pabrik, ruangan mesin, ruang panel listrik.-Ruang komputer, lorong-lorong dan sebagainya.Penempatan detector harus bebas dari objek yang menghalangi, tidak dekat dengan lampu mercury, lampu halogen dan lampu untuk sterilisasi. Juga hindari tempat-tempat yang sering terjadi percikan api (spark), seperti di bengkel-bengkel las atau bengkel kerja yang mengoperasikan gerinda. Dalam percobaan singkat, detector ini menunjukkan performa yang sangat bagus. Respon detector terbilang cepat saat korek api dinyalakan dalam jarak 3 - 4m. Oleh sebab itu, pemasangan di pusat keramaian dan area publik harus sedikit dicermati. Jangan sampai orang yang hanya menyalakan pemantik api (lighter) di bawah detector dianggap sebagai kebakaran. Bisa juga dipasang di ruang bebas merokok (No Smoking Area) asalkan bunyi alarm-nya hanya terjadi di ruangan itu saja sebagai peringatan bagi orang yang "membandel". 

5. Gas DetectorSesuai dengan namanya detector ini mendeteksi kebocoran gas yang kerap terjadi di rumah tinggal. Alat ini bisa mendeteksi dua jenis gas, yaitu:-LPG (El-pi-ji) : Liquefied Petroleum Gas.-LNG (El-en-ji): Liquefied Natural Gas.Dari dua jenis gas tersebut, Elpiji-lah yang paling banyak digunakan di rumah-rumah. Perbedaan LPG dengan LNG adalah: Elpiji lebih berat daripada udara, sehingga apabila bocor, gas akan turun mendekati lantai (tidak terbang ke udara). Sedangkan LNG lebih ringan daripada udara, sehingga jika terjadi kebocoran, maka gasnya akan terbang ke udara. Perbedaan sifat gas inilah yang menentukan posisi detector sebagaimana ilustrasi di bawah ini: 

Page 21: Flame Detector

Untuk LPG, maka letak detector adalah di bawah, yaitu sekitar 30 cm dari lantai dengan arah detector menghadap ke atas. Hal ini dimaksudkan agar saat bocor, gas elpiji yang turun akan masuk ke dalam ruang detector sehingga dapat terdeteksi. Jarak antara detector dengan sumber kebocoran tidak melebihi dari 4m. 

Untuk LNG, maka pemasangan detectornya adalah tinggi di atas lantai, tepatnya 30cm di bawah plafon dengan posisi detector menghadap ke bawah. Sesuai dengan sifatnya, maka saat bocor gas ini akan naik ke udara sehingga bisa terdeteksi. Jarak dengan sumber kebocoran hendaknya tidak melebihi 8m. 

PERINGATAN - Dapur atau ruangan yang dipenuhi oleh bocoran gas adalah sangat berbahaya dan berpotensi menimbulkan ledakan, karena kedua jenis gas ini amat mudah terbakar (highly flammable). 

Page 22: Flame Detector

Conventional Fire Alarm Control Panel 

Tampak luar Panel Fire Alarm umumnya berupa metal kabinet dari bahan yang kokoh seperti terlihat pada gambar di samping. Pada beberapa tipe ada yang berwarna merah, mungkin dengan maksud agar bisa dibedakan dengan panel listrik ataupun panel instrumentasi lainnya.Dalam sistem alarm, panel berfungsi sebagai pusat pengendali semua sistem dan merupakaninti dari semua sistem alarm. Oleh sebab itu, maka lokasi penempatannya harus direncanakan dengan baik, terlebih lagi pada sistem Fire Alarm. Syarat utamanya adalah tempatkan panel sejauh mungkin dari lokasi yang berpotensial menimbulkan kebakaran dan jauh dari campur tangan orang yang tidak berhak. Perlu diingat, kendati bukan merupakan alat keselamatan, namun sistem Fire Alarm sangat bersangkutan jiwa manusia, sehingga kekeliruan sekecil apapun sebaiknya diantisipasi sejak dini.Panel Fire Alarm memiliki kapasitas zone, misalnya 1 Zone, 5 Zone, 10 dan seterusnya. Pemilihan kapasitas panel disesuaikan dengan banyaknya lokasi yang akan diproteksi, selain tentu saja pertimbangan soal harga. Di bagian depannya tertera sederetan lampu indikator yang menunjukkan aktivitas sistem. Kesalahan sekecil apapun akan terdeteksi oleh panel ini, diantaranya:-Indikator Zone yang menunjukkan Lokasi Kebakaran (Fire) dan kabel putus (Zone Fault).-Indikator Power untuk memastikan bagus tidaknya pasokan listrik pada sistem.-Indikator Battery untuk memastikan kondisi baterai masih penuh atau sudah lemah.-Indikator Attention untuk mengingatkan operator akan adanya posisi switch yang salah.-Indikator Accumulation untuk menandakan bahwa sesaat lagi akan terjadi deteksi dan sederetan indikator lainnya. 

Panel Fire Alarm tidak memerlukan pengoperasian manual secara rutin, karena secara teknis ia sudah beroperasi selama 24 jam non-stop. Namun yang diperlukan adalah pengawasan dan pemeliharaan oleh pekerja yang memang sebaiknya ditunjuk khusus untuk melakukan itu. Setiap kesalahan (trouble) yang terjadi harus segera dilaporkan dan ditindaklanjuti, sebab kita tidak pernah tahu kapan terjadinya bahaya kebakaran. 

Pengujian berkala perlu dilakukan sedikitnya dua kali dalam setahun guna memastikan keseluruhan sistem bekerja dengan baik. Untuk menguji sistem diperlukan satu standar operasi yang benar, jangan sampai menimbulkan kepanikan luar biasa bagi orang-orang di sekitarnya disebabkan oleh bunyi bell alarm dari sistem yang kita uji.

"Tiga Serangkai" dalam sistem Fire Alarm terdiri dari:1. Manual Call Point.2. Indicator Lamp. 3. Fire Bell.

Page 23: Flame Detector

Disebut tiga serangkai, karena ketiganya biasa dipasang di tembok berjajar ke bawah ataupun ditempatkan dalam satu plat metal yang berada tepat di atas lemari hidran (selang pemadam api). 

 

1. Manual Call Point (MCP) Fungsi alat ini adalah untuk mengaktifkan sirine tanda kebakaran (Fire Bell) secara manual dengan cara memecahkankaca atau plastik transparan di bagian tengahnya. Istilah lain untuk alat ini adalah Emergency Break Glass. Di dalamnya hanya berupa saklar biasa yang berupa microswitch atau tombol tekan. Salah satu aspek yang harus diperhatikan adalah soal lokasi penempatannya. Terbaik jika unit ini diletakkan di lokasi yang: -sering terlihat oleh banyak orang, -terlewati oleh orang saat berlarian ke luar bangunan, -mudah dijangkau. Untuk menguji fungsi alat ini tidak perlu dengan memecahkan kaca, karena sudah tersedia tongkat atau kunci khusus, sehingga saklar bisa tertekan tanpa harus memecahkan kaca. Kaca yang telanjur retak atau pecah bisa diganti dengan yang baru. Di beberapa tipe ada yang dilengkapi dengan fungsi intercom (TEL). Petugas penguji dapat melakukan komunikasi dengan penjaga di Panel Control Room dengan memasukkan handset telepon ke dalam jack pada MCP. Seketika itu juga telepon di panel akan aktif,sehingga kedua orang ini bisa saling berkomunikasi. 

2. Fire Bell Fire Bell akan membunyikan bunyi alarm kebakaran yang khas. Suaranya cukup nyaring dalam jarak yang relatif jauh. Tegangan output yang keluar dari dari panel Fire Alarm adalah 24VDC, sehingga jenis Fire Bell 24VDC-lah yang banyak dipakai saat ini, sekalipun versi 12VDC juga tersedia. Perlu diperhatikan dalam pemasangan Fire Bell (pada tipe Gong) adalah kedudukan piringan bell terhadap batang pemukul piringan jangan sampai salah. Jika tidak pas, maka bunyi bell menjadi tidak nyaring. Aturlah kembali dudukannya dengan cermat sampai bunyi bel terdengar paling nyaring. 

Page 24: Flame Detector

3. Indicator Lamp Indicator lamp adalah lampu yang berfungsi sebagai pertanda aktif-tidaknya sistem Fire Alarm atau sebagai pertanda adanya kebakaran. Entah kami salah kaprah atau tidak, sebab dalam sebuah situs dikatakan begini: 

"An indicator lamp is a light that indicates whether power is on to a device or even if there is a problem with a circuit or if something is working properly".  

Jadi apabila demikian, maka yang dimaksud dengan Indicator Lamp pada Fire Alarm adalah lampu yang menunjukkan adanya power pada panel ataupun menunjukkan trouble dan atau kebakaran. Di dalamnya hanya berupa lampu bohlam (bulb) berdaya 30V/2W atau lampu LED berarus rendah. Oleh karena itu, dalam sistem yang normal (tidak pada saat kebakaran) seyogianya lampu ini menyala (On). Sebaliknya apabila lampu mati, ya tentu saja ada trouble pada power. Pada beberapa merk, indikasi kebakaran dinyatakan dengan lampu indikator yang berkedip-kedip. 

4. Remote Indicating Lamp Berbeda dengan Indicator Lamp, maka Remote Indicating Lamp akan menyala saat terjadi kebakaran. Ingat kembali pembahasan ini pada Judul Bagian 1. Detector Heat atau Smoke yang akan dihubungkan dengan unit ini harus ditempatkan pada Mounting Base 3-kabel. Lampu ini dipasang di luar ruangan tertutup (closed room), seperti ruang panel listrik, ruang genset, ruang pompa dan semisalnya, dengan maksud agar gejala kebakaran di dalam dapat diketahui oleh orang di luar melalui nyala lampu. Unit ini bisa juga dipasang di luar kamar hotel (sepanjang hallway), rumah sakit dan ruangan yang semisalnya.

Page 25: Flame Detector

Detektor Api / Flame Detector ( KU4-FD)Harga Detektor : Rp176.000,- Kontak : Wibowo 089-626-074-571

gambar detektor api/ flame detector

Sensor Api / Detektor Api / Flame detector KU4-FD adalah peralatan pendeteksi keberadaan api dengan prinsip ionisasi 2 elektrode.Sensor Api / Detektor api KU4-FD bekerja pada tegangan 12Vdc dan output relai SPDT, dengan logika ON-OFF

Sensor Api / Detektor Api mampu mendeteksi api dengan intensitas rendah seperti api lilin hingga tinggi seperti burner, dan dapat diaplikasikan pada oven gas, burner otomatis, tungku gas / minyak untuk pembakaran batu kapur,  kompor rumah tangga

Page 26: Flame Detector

hingga home industri

Pemasangan Sensor Api / Detektor api pada peralatan yang mengunakan nyala api bertujuan sebagai indikator api dalam keadaan menyala, sehingga resiko ledakan yang disebabkan api mati dan gas tetap mengalir dapat dihindari.

Pemdeteksian Api oleh KU4-FD terjadi apabila api menyentuh kedua elektrode atau beberapa milimeter dari elektrode ( tergantung setting sensitivitas ).

Pada peralatan burner otomatis, fungsi detektor api adalah sebagai pengaman dan pengatur aliran gas melalui katup elektrik, yang akan menutup secara otomatis bila api padan dan memicu alarm peringatan

Sensor Api / Detektor Api KU4-FD dapat bekerja pada berbagai macam jenis api dengan bahan bakar gas, minyak, dsb, tidak sepesifik dari satu jenis bahan bakar seperti detektor api dengan 1 elektrode.

Sensitifitas tertinggi mampu mendeteksi keberadaan api lilin dengan jarak 3mm dari elektrode,melelui setting lanjutan.

Contoh instalasi

Tulisan terkirim dikaitan (tagged) ‘cara kerja Sensor UVTron Flame Detector’30OKTSensor UVTron Flame   Detector Posted by Fahmizal in Sensor. Ditandai:akses sensor UVtron, cara kerja Sensor UVTron Flame Detector, Flame Detector, Hamamatsu R2868, harga sensor api, harga sensor UVtron, jualan sensor UVtron, menjual sensor UVtron,rangkaian driver UVTron C3704, sensor api, sensor pendeteksi keberadaan api, sensor UVtron, Sensor UVTron Flame Detector. 5 komentar

Page 27: Flame Detector

Sensor UVTron Flame Detector  memberikan sinyal aktif apabila mendeteksi adannya sinyal ultraviolet. UVTron dapat menemukan nyala api dalam jarak 5 meter dari sumber dan alat ini beroprasi dalam jangkauan spektruml 185 sampai dengan 160 nm. Alat ini terdiri dari 2 paket yaitu:1.         Hamamatsu R2868 Flame (UV) Sensor2.         UVTron C3704 Rangkaian driverUVTron adalah suatu device yang sangat sederhana. Ketika katoda diarahkan pada sinar ultraviolet, photoelektron dipancarkan dari katode secara efek photoelectric dan kemudian dipercepat ke arah anoda dengan medan elektrik.  Ketika tegangan yang diterapkan menjadi lebih tinggi dan medan elektrik bertambah kuat, energi kinetik dari elektron menjadi cukup besar untuk mengionisasikan molekul-molekul gas yang terdapat pada tabung dengan cara dibenturkan.Elektron-elektron yang dihasilkan dari ionisasi dipercepat, sehingga memungkinkannya untuk mengionisasi molekul-molekul lain sebelum mencapai anoda. Pada sisi lain, ion positive dipercepat ke arah katode dan menabrak sehingga membangkitkan elektron-elektron kedua. Proses ini menyebabkan arus yang besar antara elektroda-elektroda dan saat proses pelepasan berlangsung. Pelepasan yang pertama terjadi, tabung terisi dengan electron-elektron dan ion-ion. Tegangan turun atau jatuh antara katoda dan anoda dengan cepat. Status ini akan terjadi tanpa menurunkan tegangan anode sampai di bawah titik jenuh.Rangkaian pengarah menciptakan perbedaan tegangan yang diperlukan pada tabung untuk mengijinkan proses peluruhan ketika terkena sinar ultraviolet. Kemudian rangkaian mengamati arus keluaran dari tabung dan ketika proses peluruhan terjadi, tegangan pada anode dikurangi oleh rangkaian untuk mengijinkan bola lampu mengulang lagi atau mereset. Tiap waktu proses peluruhan dan pelepasan terjadi, sinyal dibangkitkan dengan sirkuit atau rangkaian dengan beberapa pengaruh untuk latar belakang. Gambar berikut menunjukkan jangkauan sensor pada posisi tidur.

Gambar jangkauan sensor pada posisi tidur

Posisi dari tabung Uvtron mempengaruhi jarak dari jangkauan pendeteksian sinar. Dengan posisi berdiri jangkauan lebih jauh tetapi jangkauan luasan daerah lebih sempit hal ini berkebalikan dengan posisi tidur sehingga posisi dari tabung harus disesuaikan dengan kebutuhan. Gambar berikut menunjukkan jangkauan sensor posisi berdiri.