fneh - kemlu.go.id kemenlu 2014 (buku i-full version... · daftar isi ii ikhtisar eksekutif iv...
TRANSCRIPT
LAPORAN KINERJAKEMENTERIAN LUAR NEGERITAHUN 2014
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat ii
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
IKHTISAR EKSEKUTIF iv
INDIKATOR KINERJA UTAMA
v
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Aspek Strategis Kementerian Luar Negeri 1
B. Tantangan dan Isu-isu Strategis Tahun 2014 2
BAB II PERENCANAAN KINERJA 5
A. RPJMN Tahun 2010-2014 5
B. Revisi RENSTRA Tahun 2010-2014 6
C. Pemetaan Sasaran Strategis – Indikator Kinerja Utama 7
D. Penetapan Kinerja Tahun 2014 9
E. Pengukuran Kinerja 10
F. Perbaikan Rumusan Indikator Kinerja Utama 22
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2014 26
A. Capaian RPJMN Tahun 2010—2014 26
B. Capaian RENSTRA Tahun 2010—2014 29
C. Perbandingan Capaian Tahun 2013—2014 32
D. Capaian Tahun 2014 33
D.1 Analisis Capaian Sasaran Strategis-1: Meningkatnya Peran dan
Kepemimpinan Indonesia dalam Pembentukan Masyarakat
ASEAN di Bidang Politik dan Keamanan, Ekonomi, dan Sosial
Budaya
34
D.1.1 Perbandingan Capaian Sasaran Strategis-1 Tahun 2010—2014
49
DAFTAR ISI
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat iii
D.2 Analisis Capaian Sasaran Strategis-2: Meningkatnya Peran
Diplomasi Indonesia dalam Penanganan Isu Multilateral
50
D.2.1 Perbandingan Capaian Sasaran Strategis-2 Tahun 2010—2014 65
D.3 Analisis Capaian Sasaran Strategis-3: Meningkatnya Kerja Sama di Berbagai Bidang antara RI dengan Negara-negara dan Organisasi Intrakawasan di Kawasan Asia-Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa
66
D.3.1 Perbandingan Capaian Sasaran Strategis-3 Tahun 2010—2014 81
D.4 Analisis Capaian Sasaran Strategis-4: Meningkatnya Kualitas Hukum dan Perjanjian Internasional yang Aman dari Aspek Politis, Yuridis, Teknis, dan Keamanan
83
D.4.1 Perbandingan Capaian Sasaran Strategis-4 Tahun 2010—2014 91
D.5 Analisis Capaian Sasaran Strategis-5: Meningkatnya Kualitas Pelayanan Keprotokolan dan Kekonsuleran
92
D.5.1 Perbandingan Capaian Sasaran Strategis-5 Tahun 2010—2014 107
D.6 Analisis Capaian Sasaran Strategis-6: Meningkatnya Citra
Indonesia Dimata Publik Domestik dan Internasional
108
D.6.1 Perbandingan Capaian Sasaran Strategis-6 Tahun 2010—2014 124
E. Analisis Program/Kegiatan 126
F. Realisasi Anggaran dan Analisis Efisiensi Sumber Daya 130
BAB IV PENUTUP 133
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat iv
Laporan Kinerja Kementerian Luar Negeri Tahun 2014 menjabarkan capaian 6 (enam)
Tujuan/Sasaran Strategis (SS) dengan Indikator Kinerja Utama (IKU)-nya. Capaian kinerja
tersebut telah memperhitungkan kinerja unit-unit kerja, termasuk Perwakilan RI. Laporan
Kinerja ini juga menggambarkan Pengukuran Kinerja Kementerian Luar Negeri dengan
harapan lebih mudah dipahami oleh masyarakat publik.
Secara kuantitatif, Capaian kinerja Kementerian Luar Negeri tahun 2014 adalah
sebesar 95,56% meningkat 3,74% dibanding tahun 2013 dengan sebesar 91,82%. Capaian
kinerja tersebut merupakan cerminan keberhasilan Kementerian Luar Negeri dalam
menjalankan amanah dalam mencapai Sasaran Prioritas RPJMN 2010-2014 di Bidang Politik
Luar Negeri yaitu, ”Pulihnya posisi penting Indonesia sebagai negara demokratis besar yang
ditandai dengan keberhasilan diplomasi di fora internasioal dalam upaya pemeliharaan
keamanan nasional, integritas wilayah dan pengamanan kekayaan sumber daya alam nasional”,
serta Misi Pembangunan Nasional 2010—2014 “Mewujudkan Indonesia berperan penting
dalam pergaulan dunia internasional adalah memantapkan diplomasi Indonesia dalam rangka
memperjuangkan kepentingan nasional; melanjutkan komitmen Indonesia terhadap
pembentukan identitas dan pemantapan integrasi internasional dan regional; dan mendorong
kerja sama internasional, regional dan bilateral antarmasyarakat, antarkelompok, serta
antarlembaga di berbagai bidang”. Hal ini juga telah ditandai dengan pengakuan dari berbagai
pemangku kepentingan di mancanegara baik di forum regional, bilateral, maupun multilateral.
Secara bilateral, kerjasama Indonesia dengan negara-negara di dunia semakin
meningkat yang ditandai dengan meningkatnya intensitas kunjungan pejabat tinggi negara,
semakin banyaknya dokumen kerjasama yang disahkan, yang pada akhirnya ber-impact pada
meningkatnya total nilai perdagangan, nilai investasi negara asing, dan wisatawan
mancanegara.
Dalam forum regional, khususnya ASEAN, Indonesia telah mengukuhkan
kepemimpinannya dalam pembentukan Masyarakat ASEAN 2015 di bidang Politik dan
Keamanan, Ekonomi, dan Sosial Budaya. Indonesia telah menunjukkan perannya melalui
inisiatif dan prakarsa kreatif yang dirujuk oleh seluruh anggota ASEAN dalam menciptakan
stabilitas kawasan ditengah-tengah isu sensitif di Laut Tiongkok Selatan.
Di forum multilateral, peran Indonesia dalam penanganan isu-isu multilateral semakin
menunjukkan pengaruhnya di dunia internasional. Pandangan Indonesia yang disampaikan
disetiap pertemuan semakin diakui oleh negara-negara lain. Kontribusi Indonesia pada misi
perdamaian PBB juga telah menempatkan peringkat ke-16 dari 122 negara yang mengirimkan
pasukan perdamaiannya. Indonesia juga dipercaya dalam beberapa keanggotaan organisasi
dunia.
Pada tahun 2014, realisasi anggaran Kementerian Luar Negeri adalah sebesar
Rp. 5.335.907.090.624,- atau 93,10% dari pagu anggaran Rp. 5.731.138.190.000,-. Realisasi
anggaran Kementerian Luar Negeri meningkat 5,51% dari tahun 2013. Jika membandingkan
capaian kinerja tahun 2014 sebesar 95,56% dengan kinerja anggaran sebesar 93,10%, maka
secara keseluruhan Kementerian Luar Negeri telah membuktikan budget follows function dalam
kerangka membangun sebuah organisasi yang berorientasi hasil.
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat v
No Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama (IKU) Target 2013
Target 2014
1 SS-1, Meningkatnya Peran dan Kepemimpinan Indonesia dalam Pembentukan Masyarakat ASEAN 2015 di Bidang Politik dan Keamanan, Ekonomi, dan Sosial Budaya
Indeks peran dan kepemimpinan Indonesia dalam Masyarakat ASEAN 2015 (IKU-1)
5 8
2 SS-2, Meningkatnya Peran Diplomasi Indonesia dalam Penanganan Isu Multilateral
Indeks peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu-isu multilateral (IKU-2)
6 8
3
SS-3, Meningkatnya Kerja Sama di Berbagai Bidang antara RI dengan Negara-negara dan Organisasi Intrakawasan di Kawasan Asia-Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa
Indeks kerjasama Indonesia di berbagai bidang dengan negara-negara dan organisasi intrakawasan di kawasan Asia-Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa (IKU-3)
9 10
4 SS-4, Meningkatnya Kualitas Hukum dan Perjanjian Internasional yang Aman dari Aspek Politis, Yuridis, Teknis, dan Keamanan
Indeks diplomasi bidang hukum dan perjanjian internasional (IKU-4)
7 8
5 SS-5, Meningkatnya Kualitas Pelayanan Keprotokolan dan Kekonsuleran
Persentase Permasalahan/ Kasus WNI dan BHI di Luar Negeri yang diselesaikan
(IKU-5)
50% 55%
Indeks pelayanan keprotokolan dan kekonsuleran (IKU-6)
6 7
6 SS-6, Meningkatnya Citra Indonesia Dimata Publik Domestik dan Internasional
Indeks citra positif penyelenggaraan politik dan hubungan luar negeri dari persepsi masyakat domestik dan internasional (IKU-7)
4 6
INDIKATOR KINERJA UTAMA
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 1
A. Aspek Strategis Kementerian Luar Negeri
Sesuai dengan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1999
Tentang Hubungan Luar Negeri, Kementerian Luar Negeri merupakan pelaksana hubungan
luar negeri dan politik luar negeri. Kementerian Luar Negeri bertugas membantu Presiden RI
dalam menyelenggarakan politik dan hubungan luar negeri, merumuskan kebijakan dan
strategi pencapaian tujuan dan sasarannya dengan meletakkan kepentingan nasional sebagai
prioritas utama.
Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara RI dan diperbarui
berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara, maka kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata
kerja Kementerian Luar Negeri sebagai berikut :
1. Kedudukan:
Kementerian Luar Negeri dipimpin oleh Menteri Luar Negeri yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Presiden.
2. Tugas:
Kementerian Luar Negeri mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan
sebagian urusan pemerintahan di bidang politik dan hubungan luar negeri.
3. Fungsi:
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang politik dan hubungan luar
negeri;
b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian
Luar Negeri;
c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidang politik dan hubungan luar negeri;
d. pelaksanaan kegiatan teknis dan dari pusat sampai daerah.
Aspek strategis keberadaan Kementerian Luar Negeri di Indonesia juga disebut dalam
Pasal 8 Undang-Undang Dasar Bab III Kekuasaan Pemerintah Pasal 8 menyebutkan bahwa
“Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, pelaksanaan tugas
Kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pertahanan secara
bersama-sama. Selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah itu, Majelis Permusyawaratan
Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih”.
Sebagai pilar terdepan dalam melaksanakan politik luar negeri dan hubungan luar
negeri, Kementerian Luar Negeri memperkokoh peranan Indonesia dalam peningkatan kerja
sama internasional, menciptakan perdamaian dunia, serta mendorong terciptanya kerja sama
ekonomi dalam tataran bilateral, regional dan multilateral sebagai bagian dari strategi
memperkuat lingkaran pertama kebijakan politik luar negeri Indonesia demi mencapai
kepentingan nasional. Kementerian Luar Negeri memiliki fungsi strategis dalam memagari
BAB I PENDAHULUAN
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 2
potensi disintegrasi bangsa, pelayanan dan perlindungan WNI BHI di luar negeri, serta
peningkatan citra Indonesia.
Kementerian Luar Negeri juga senantiasa menjadi bagian dari solusi (part of the
solution) bagi penyelesaian masalah global. Dalam konteks tersebut, politik luar negeri RI
telah terbukti memberikan peluang dalam membangun hubungan baik dengan negara-negara
di dunia dan meningkatkan peranan Indonesia dalam berbagai organisasi regional dan
internasional. Selain itu, kebijakan luar negeri juga memprioritaskan isu-isu yang menjadi
kepentingan masyarakat, antara lain isu lingkungan hidup, isu ekonomi, demokrasi, HAM dan
ancaman keamanan non-tradisional. Dengan prinsip polugri yang bebas dan aktif,
Kementerian Luar Negeri terbukti memberikan peluang dalam membangun hubungan baik
dengan negara-negara di dunia dan meningkatkan peranan Indonesia yang menonjol dalam
berbagai organisasi regional dan internasional.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Menteri Luar Negeri dibantu oleh Wakil
Menteri Luar Negeri, 10 orang Eselon Ia yang terdiri dari Sekretaris Jenderal; 7 orang Direktur
Jenderal; Inspektur Jenderal; Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan; dan 4
orang Staf Ahli Menteri setingkat Eselon Ib.
B. Tantangan dan Isu-isu Strategis Tahun 2014
Tahun 2014, Kementerian Luar Negeri menghadapi berbagai tantangan dalam
pelaksanaan diplomasi Indonesia serta menghadapi berbagai isu-isu strategis. Tantangan
yang paling mendasar adalah pemeliharaan perdamaian dan keamanan di kawasan. Isu yang
menjadi perhatian Indonesia antara lain isu Laut Tiongkok Selatan. Bagi Indonesia, keamanan
di kawasan merupakan hal mutlak yang harus ada. Dalam hal ini, Kementerian Luar Negeri
terus aktif mendorong implementasi Declaration on the Conduct of Parties in the South China
Sea (DoC) secara penuh dan efektif, serta diselesaikannya Code of Conduct in The South China
Sea (CoC).
Dalam menjaga kedaulatan Indonesia pada tahun 2014, di kawasan yang langsung
berdekatan dengan Indonesia, masih terdapat potensi konflik karena masalah perbatasan.
Kementerian Luar Negeri berkomitmen untuk menyelesaikan masalah perbatasan dan
semakin intensif mendorong kesediaan negara pihak untuk melakukan perundingan dalam
penyelesaian perbatasan baik perbatasan darat maupun perbatasan laut. Dalam penyelesaian
sengketa, Indonesia mengedepankan cara-cara damai dan menghormati prinsip hukum
internasional, termasuk UNCLOS 1982.
Tahun 2014 juga merupakan tahun yang sangat strategis bagi Indonesia dalam
mempersiapkan diri memasuki Masyarakat ASEAN 2015 yang akan segera diberlakukan pada
31 Desember 2015. Tantangan terbesar dalam hal ini adalah kesiapan masyarakat Indonesia
dalam menghadapi Masyarakat ASEAN 2015 dan memastikan implementasi langkah aksi
cetak biru masyarakat ASEAN oleh seluruh pemangku kepentingan terkait. Berbagai upaya
Indonesia dalam hubungan kerja sama ASEAN senantiasa dimaksudkan untuk terus
meningkatkan peran dan kepemimpinannya di ASEAN agar proses pembentukan Masyarakat
ASEAN 2015 berjalan dengan lancar dan sejalan dengan kepentingan nasional Indonesia.
Kementerian Luar Negeri juga terus berperan aktif dalam pencapaian Masyarakat ASEAN dan
menyiapkan visi Masyarakat ASEAN pasca 2015. Disamping itu, terdapat juga beberapa
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 3
prioritas yang perlu segera dituntaskan dalam konteks ASEAN, antara lain Protokol SEANWFZ,
dan penguatan ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR).
Dunia juga terus menghadapi tantangan keamanan tradisional seperti isu perlucutan
senjata, non-proliferasi senjata nuklir, serta berbagai konflik yang terkait dengan sengketa
perbatasan. Ancaman terorisme seperti munculnya ISIS dan Foreign Terrorist Fighters (FTF)
sangat membahayakan dan mengkhawatirkan dunia. Ancaman lain yang perlu mendapatkan
perhatian adalah perdagangan manusia dan narkoba. Selain itu juga isu Hak Asasi Manusia,
perlindungan buruh migran, kerja sama penanggulangan bencana, serta Regional Cooperation
Economic Partnership (RCEP) menjadi isu yang terus mengemuka.
Kementerian Luar Negeri juga menghadapi berbagai permasalahan kasus WNI di luar
negeri. Berdasarkan data sejak Juli 2011 sampai dengan 31 Desember 2014, Kementerian Luar
Negeri telah menangani sejumlah 467 WNI yang terancam hukuman mati. Dari jumlah
tersebut, 229 WNI masih dalam proses penanganan.
Di tahun 2014, Indonesia juga menyaksikan berkembangnya wabah Ebola. Untuk
mencegah agar tidak berkembang lebih luas Kementerian Luar Negeri kerja sama intensif
antar negara. Sementara itu, di bidang ekonomi, krisis ekonomi dan keuangan global belum
menunjukkan pemulihan yang sempurna. Oleh karena itu, merupakan kepentingan semua
negara untuk berupaya memulihkan perekonomian dunia menjadi semakin baik di masa
mendatang.
Di sisi lain, meningkatnya status Indonesia sebagai negara berkembang dengan
tingkat pendapatan menengah, telah memberi kesempatan untuk memperkuat posturnya
sebagai negara penyedia dalam kerangka Kerjasama Selatan-Selatan (KSS) dan adanya
permintaan kerjasama dari berbagai negara dan mitra pembangunan dalam kerangka
Kerjasama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) semakin meningkat.
Pada tahun 2014 juga merupakan tahun pemilihan umum bagi Indonesia dan
merupakan tahun transisi kepemimpinan bagi Kementerian Luar Negeri. Melalui pemilihan
umum yang demokratis, Indonesia telah memilih Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden
Jusuf Kalla sebagai pimpinan nasional untuk periode 2014-2019. Dari sejak hari pertama
masa pemerintahan baru, prioritas-prioritas nasional telah ditetapkan visi Indonesia sebagai
Poros Maritim Dunia, yang memiliki 5 pilar utama, yaitu (i) membangun budaya maritim; (ii)
penjagaan dan pengelolaan sumber daya laut; (iii) membangun infrastruktur dan konektifitas
maritim; (iv) kerja sama maritim melalui diplomasi dan (v) pembangunan kekuatan
pertahanan maritim. Untuk mendukung realisasi Poros Maritim, diplomasi Indonesia akan
mendorong penguatan kerja sama maritim dalam berbagai mekanisme bilateral regional
maupun multilateral.
Sebagai negara middle power dengan penduduk kurang lebih 250 juta orang,
demokrasi terbesar ketiga di dunia, penduduk Muslim terbesar di dunia, negara terbesar di
ASEAN, anggota G-20, Kementerian Luar Negeri memainkan peran pentingnya baik di
kawasan maupun di dunia.
Satu isu yang perlu terus menerus mendapatkan dukungan dunia, yaitu masalah
Palestina. Kementerian Luar Negeri akan terus mendukung perjuangan Palestina membentuk
negara merdeka dan berdaulat dan mendesak negara lain mengakui kemerdekaan Palestina.
Indonesia sangat menyesalkan kegagalan Dewan Keamanan (DK) PBB mengadopsi rancangan
resolusi mengenai Palestina di New York, 30 Desember 2014. Untuk lebih mendekatkan diri
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 4
dengan Palestina, selain Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Palestina berkedudukan di
Amman, Yordania, Indonesia dalam waktu dekat akan mendirikan Konsulat Kehormatan
Indonesia di Ramallah. Bantuan Indonesia kepada Palestina di bidang pembangunan kapasitas
juga terus ditingkatkan.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 5
A. RPJMN Tahun 2010-2014
Sesuai amanat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, Kementerian Luar Negeri memiliki 3 Prioritas Nasional yaitu :
1. Prioritas Nasional 10 Daerah Tertinggal, Terluar, Terdepan dan Pasca Konflik, terkait capaian kinerja atas jumlah perundingan dalam rangka upaya penyelesaian penetapan batas wilayah nasional darat dan di laut.
2. Prioritas Nasional 12 Politik, Hukum dan Keamanan terait capaian kinerja atas Jumlah prakarsa Indonesia untuk mendorong reformasi Dewan Keamanan PBB.
3. Prioritas Nasional Lainnya terkait peningkatan kualitas dan kapasitas pelayanan perlindungan WNI dan BHI di luar negeri.
Visi Pembangunan Nasional Tahun 2005-2025
Misi Pembangunan Nasional (Kementerian Luar Negeri masuk pada Misi 8) Sasaran Prioritas RPJMN 2010-2014 di Bidang Politik Luar Negeri
“Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia
internasional adalah memantapkan diplomasi Indonesia dalam rangka
memperjuangkan kepentingan nasional; melanjutkan komitmen
Indonesia terhadap pembentukan identitas dan pemantapan integrasi
internasional dan regional; dan mendorong kerja sama internasional,
regional dan bilateral antarmasyarakat, antarkelompok, serta
antarlembaga di berbagai bidang”
“INDONESIA YANG MANDIRI,
MAJU, ADIL DAN MAKMUR”
BAB II PERENCANAAN KINERJA
”Pulihnya posisi penting Indonesia sebagai negara demokratis besar yang
ditandai dengan keberhasilan diplomasi di fora internasioal dalam upaya
pemeliharaan keamanan nasional, integritas wilayah dan pengamanan
kekayaan sumber daya alam nasional”
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 6
B. Revisi RENSTRA Tahun 2010-2014
Tahun 2013, Kementerian Luar Negeri telah melakukan upaya peningkatan kualitas rencana strategis di lingkungan Kementerian Luar Negeri diantaranya dengan melakukan Revisi Rencana Strategis (Renstra) dan Indikator Kinerja Utama (IKU) dengan perumusan tujuan/sasaran strategis yang berorientasi kepada outcome serta Indikator Kinerja Utama (IKU) yang relevan dan terukur.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 7
C. Pemetaan Sasaran Strategis – Indikator Kinerja Utama Kementerian Luar Negeri
SS-1: Meningkatnya Peran dan Kepemimpinan Indonesia dalam Pembentukan Masyarakat ASEAN di Bidang Politik dan Keamanan, Ekonomi, dan Sosial Budaya. IKU-1 SS-1: Indeks Peran dan Kepemimpinan Indonesia dalam Masyarakat ASEAN
Komponen 1 IKU-1 SS-1: Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam setiap pertemuan.
Komponen 2 IKU-1 SS-1: Persentase responden yang mendukung Masyarakat ASEAN
Komponen 3 IKU-1 SS-1: Persentase Implementasi langkah aksi (action line) Cetak Biru Masyarakat ASEAN
SS-2: Meningkatnya Peran Diplomasi Indonesia dalam Penanganan Isu Multilateral
IKU-2 SS-2: Indeks Peran Diplomasi Indonesia dalam Penanganan Isu-Isu Multilateral Komponen 1 IKU-2 SS-2: Persentase posisi Indonesia yang diterima dalam forum multilateral
Komponen 2 IKU-2 SS-2: Persentase kepemimpinan Indonesia dalam forum-forum multilateral
Komponen 3 IKU-2 SS-2: Persentase keberhasilan pencalonan pemerintah/individu Indonesia dalam keanggotaan/jabatan pada Organisasi
Internasional
Komponen 4 IKU-2 SS-2: Jumlah implementasi kesepakatan multilateral pada tingkat nasional
SS-3: Meningkatnya Kerja Sama di Berbagai Bidang antara RI dengan Negara-negara dan Organisasi Intrakawasan di Kawasan Asia-Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa.
IKU-3 SS-3: Indeks Kerja Sama Indonesia di Berbagai Bidang dengan Negara-Negara dan Organisasi Intrakawasan di Kawasan Asia-Pasifik dan Afrika Serta Amerika dan Eropa
Komponen 1 IKU-3 SS-3: Jumlah kunjungan/pertemuan Kepala Negara/Pemerintahan dan pejabat tinggi
Komponen 2 IKU-3 SS-3: Jumlah dokumen kerjasama dan prakarsa di bidang politik dan keamanan, ekonomi, perdagangan dan investasi, sosial dan
budaya.
Komponen 3 IKU-3 SS-3: Negara yang mengakui Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Komponen 4 IKU-3 SS-3: Nilai investasi negara-negara asing
Komponen 5 IKU-3 SS-3: Total nilai perdagangan
Komponen 6 IKU-3 SS-3: Jumlah wisatawan mancanegara
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 8
SS-4 Meningkatnya Kualitas Hukum dan Perjanjian Internasional yang Aman dari Aspek Politis, Yuridis, Teknis, dan Keamanan
IKU-4 SS-4: Indeks Diplomasi Bidang Hukum dan Perjanjian Internasional Komponen 1 IKU-4 SS-4: Jumlah perundingan dalam rangka upaya penyelesaian penetapan batas wilayah nasional di darat dan di laut
Komponen 2 IKU-4 SS-4: Persentase perjanjian internasional di bidang politik, keamanan, kewilayahan, dan kelautan serta ekonomi dan sosial
budaya yang dibuat
Komponen 3 IKU-4 SS-4: Persentase produk hukum yang diselesaikan
SS-5 Meningkatnya Kualitas Pelayanan Keprotokolan dan Kekonsuleran
IKU-5 SS-5: Persentase Permasalahan/ Kasus WNI dan BHI di Luar Negeri yang diselesaikan IKU-6 SS-5: Indeks Pelayanan Keprotokolan dan Kekonsuleran
Komponen 1 IKU-6 SS-5: Persentase penerima jasa yang menyatakan puas atas pelayanan kekonsuleran
Komponen 2 IKU-6 SS-5: Persentase pelayanan keprotokolan yang sesuai dengan Protap yang berlaku
Komponen 3 IKU-6 SS-5: Persentase dokumen fasilitas diplomatik yang diselesaikan sesuai SOP
SS-6 Meningkatnya Citra Indonesia Dimata Publik Domestik dan Internasional IKU-7 SS-6: Indeks Citra Positif Penyelenggaraan Politik dan Hubungan Luar Negeri dari Persepsi Masyakat Domestik dan Internasional
Komponen 1 IKU-7 SS-6: Persentase citra positif Indonesia di wilayah negara akreditasi
Komponen 2 IKU-7 SS-6: Persentase dukungan konstituen terhadap aset diplomasi publik dan politik luar negeri Indonesia
Komponen 3 IKU-7 SS-6: Persentase pemberitaan positif tentang Indonesia yang dimuat media asing di Indonesia
Komponen 4 IKU-7 SS-6: Persentase press release yang dimuat di media nasional maupun asing
Komponen 5 IKU-7 SS-6: Persentase peningkatan permintaan bantuan kerjasama teknis dari Indonesia yang diterima
Komponen 6 IKU-7 SS-6: Persentase peningkatan kegiatan bantuan kerjasama teknis melalui mekanisme triangular
Komponen 7 IKU-7 SS-6: Persentase negara yang hadir dalam rangka kegiatan diplomasi publik
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 9
D. Penetapan Kinerja Tahun 2014
PENETAPAN KINERJA
KEMENTERIAN : KEMENTERIAN LUAR NEGERI
TAHUN ANGGARAN : 2014
SASARAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET PROGRAM ANGGARAN (Rp)
Meningkatnya peran dan kepemimpinan Indonesia dalam pembentukan Mayarakat ASEAN di bidang politik dan keamanan, ekonomi, dan sosial budaya
1. Indeks peran dan kepemimpinan Indonesia dalam Masyarakat ASEAN
8 Program Peningkatan Hubungan dan Politik Luar Negeri melalui Kerja Sama ASEAN
53.976.884.000
Meningkatnya peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu multilateral
2. Indeks peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu-isu multilateral
8 Program Peningkatan Peran dan Diplomasi Indonesia di Bidang Multilateral
303.093.600.000
Meningkatnya kerja sama di berbagai bidang antara RI dengan negara-negara dan organisasi intrakawasan di kawasan Asia-Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa
3. Indeks kerja sama Indonesia di berbagai bidang dengan negara-negara dan organisasi intrakawasan di kawasan Asia-Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa
10 Program Pemantapan Hubungan dan Politik Luar negeri serta Optimalisasi Diplomasi di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika; dan Program Pemantapan Hubungan dan Politik Luar negeri serta Optimalisasi Diplomasi di Kawasan Amerika dan Eropa
79.828.700.000
Meningkatnya kualitas hukum dan perjanjian internasional yang aman dari aspek politis, yuridis, teknis, dan keamanan
4. Indeks diplomasi bidang hukum dan perjanjian internasional
8 Program Optimalisasi Diplomasi terkait dengan Pengelolaan Hukum dan Perjanjian Internasional
34.734.216.000
Meningkatnya kualitas pelayanan keprotokolan dan kekonsuleran
5. Persentase Permasalahan/ Kasus WNI dan BHI di Luar Negeri yang diselesaikan
55% Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Keprotokolan dan Kekonsuleran
124.620.836.000
6. Indeks pelayanan keprotokolan dan kekonsuleran
7
Meningkatnya citra Indonesia dimata publik domestik dan internasional
7. Indeks citra positif penyelenggaraan politik dan hubungan luar negeri dari persepsi masyakat domestik dan internasional
6 Program Optimalisasi Informasi dan Diplomasi Publik
97.194.782.000
Jumlah Anggaran Tahun 2014 : Rp. 5.237.217.082.000,- *)
*) Anggaran pada saat penandatanganan PK
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 10
E. Pengukuran Kinerja
Indeks capaian kinerja Kementerian Luar Negeri ditetapkan dengan skala Indeks 1
s.d Indeks 10, dengan “range” capaian kinerja yang ditoleransi objektif adalah: 60% s.d
100%. Toleransi objektif artinya capaian kinerja yang dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan perencanaan penetapan kinerja yang baik. Jumlah capaian komponen
dibawah 60% dan diatas 100% dianggap kurang baik karena terdapat faktor kelemahan
dalam penetapan target.
Indeks capaian kinerja Kementerian Luar Negeri diperoleh dari jumlah seluruh
komponen pembobotan yang diindeksasi :
∑(((realisasi komponen x bobot komponen)
Ket: ∑=Jumlah
INDEKS CAPAIAN KINERJA KEMENTERIAN LUAR NEGERI
Indeks capaian kinerja didasarkan pada skala 1 s.d 10
Penjelasan Penetapan Indeksasi:
1. Penetapan “range” 60% s.d 100% merujuk pada capaian kinerja Kementerian Luar Negeri tahun 2010, tahun 2011, dan tahun 2012.
2. Kenaikan antar indeks adalah 5 (lima) dengan pertimbangan bahwa penurunan dan kenaikan capaian kinerja dengan 5% dianggap relatif wajar, tidak memberatkan dan juga tidak terlalu mudah.
3. Angka maksimal dari masing-masing “Realisasi komponen” adalah 120%. Jika persentase realisasi per komponennya lebih dari 120%, maka dikonversi menjadi 120%. Penetapan angka maksimal bertujuan untuk menjaga capaian kinerja organisasi serta untuk menghindari terjadinya angka capaian IKU yang terlalu besar sehingga organisasi tidak kehilangan fokus untuk memenuhi capaian IKU yang lain. Selain itu, kualitas dan target kinerja Kementerian Luar Negeri semakin tajam dan lebih menantang.
INDEKS JUMLAH TOTAL
KOMPONEN
INTERPRETASI DAN KARAKTERISTIK
INDEKS
10 >100 ISTIMEWA
9 95< x ≤ 100
8 90< x ≤ 95 AMAT BAIK
7 85< x ≤ 90
6 80< x ≤ 85 BAIK
5 75< x ≤ 80
4 70< x ≤ 75 CUKUP
3 65< x ≤ 70
2 60< x ≤ 65 RENDAH
1 ≤ 60 SANGAT RENDAH
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 11
Guna memberikan gambaran utuh atas pengukuran kinerja Kementerian Luar Negeri, berikut disampaikan penjelasan secara komprehensif dan formulasi pengukuran capaian kinerja dari masing-masing Sasaran Strategis (SS) untuk menyamakan persepsi antara Kementerian Luar Negeri dengan pemangku kepentingan di tanah air, termasuk masyarakat umum.
1. SASARAN STRATEGIS 1 (SS-1):
Meningkatnya Peran dan Kepemimpinan Indonesia dalam Pembentukan Masyarakat ASEAN di Bidang Politik dan Keamanan, Ekonomi, dan Sosial Budaya.
Peran dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN, sebagai bagian dari strategi memperkuat lingkaran pertama kebijakan politik luar negeri, tercermin pada keberhasilannya menuangkan gagasan untuk membentuk Masyarakat ASEAN yang terdiri dari 3 (tiga) pilar, yaitu: Politik-Keamanan ASEAN, Ekonomi ASEAN, dan Sosial Budaya ASEAN. Masyarakat ASEAN yang ingin dicapai pada tahun 2015 tersebut bertujuan untuk mewujudkan perdamaian, stabilitas dan kesejahteraan di antara negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
Peran dan kepemimpinan Indonesia dalam Masyarakat ASEAN 2015 ditandai dengan banyaknya prakarsa dan rekomendasi Indonesia yang diterima oleh negara-negara ASEAN dan dukungan/partisipasi masyarakat domestik serta implementasi langkah aksi cetak biru Masyarakat ASEAN.
SS-1 diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU-1 SS-1): “Indeks peran dan kepemimpinan Indonesia dalam Masyarakat ASEAN 2015”, yang diperoleh dari komponen dan pembobotan sebagai berikut:
KOMPONEN 1 IKU-1 SS-1: Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam setiap pertemuan, merupakan wujud dari “kepemimpinan” Indonesia dalam pembentukan Masyarakat ASEAN di bidang politik dan keamanan, ekonomi, dan sosial budaya. Rekomendasi adalah penyampaian usulan yang menjadi kepentingan Indonesia dalam menanggapi/menindaklanjuti/merespon (setuju/tidak setuju) terhadap suatu isu tertentu yang dibahas dalam pertemuan ASEAN. Sedangkan prakarsa adalah inisiatif atau gagasan baru yang diusulkan oleh Indonesia dalam isu/pertemuan tertentu. Rekomendasi atau prakarsa yang diterima adalah dicatatnya, dicantumkan, disepakatinya prakarsa/ rekomendasi Indonesia ke dalam dokumen sidang. Formulasi perhitungan Komponen 1 IKU-1 SS-1:
No Komponen Bobot
1 Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam setiap pertemuan. (sebagai wujud “kepemimpinan”)
60%
2 Persentase responden yang mendukung Masyarakat ASEAN
(sebagai wujud dari “peran”)
25%
3 Persentase Implementasi langkah aksi (action line) Cetak Biru Masyarakat ASEAN. (sebagai wujud dari “peran”)
15%
(Jumlah rekomendasi dan prakarsa yang diterima dibagi dengan
jumlah total rekomendasi dan prakarsa yang disampaikan) x 100%
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 12
KOMPONEN 2 IKU-1 SS-1: Persentase responden yang mendukung Masyarakat ASEAN merupakan wujud dari “peran” Indonesia dalam pembentukan Masyarakat ASEAN di bidang politik dan keamanan, ekonomi, dan sosial budaya. Masyarakat ASEAN adalah sebuah Masyarakat yang berpandangan maju, hidup dalam lingkungan yang damai, stabil dan makmur, dipersatukan oleh hubungan kemitraan yang dinamis dan masyarakat yang saling peduli. Masyarakat ASEAN yang ingin dicapai pada tahun 2015 tersebut bertujuan untuk mewujudkan perdamaian, stabilitas dan kesejahteraan di antara negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Mengingat isu “Masyarakat ASEAN” relatif masih baru, persentase dukungan dan partisipasi masih diukur melalui jumlah kerjasama dalam bentuk pelaksanaan kegiatan dengan K/L dan institusi terkait dalam sosialisasi mengenai pembentukan Masyarakat ASEAN 2015. Dukungan masyarakat domestik (meliputi institusi pemerintah (K/L), institusi pendidikan, para pejabat daerah, pengusaha, mahasiswa, siswa, guru dan masyarakat umum) terhadap Masyarakat ASEAN sangat signifikan bagi pembentukan dan kesiapan Indonesia dalam menyongsong Masyarakat ASEAN 2015. Dukungan masyarakat domestik terhadap pembentukan Masyarakat ASEAN 2015 mencakup setiap kontribusi positif yang dapat juga berupa fasilitasi. Sedangkan partisipasi adalah bentuk keterlibatan masyarakat secara nyata dalam kegiatan-kegiatan dalam rangka pembentukan Masyarakat ASEAN. Adapun bentuk konkrit dukungan dari masyarakat sebagai respon dari pelaksanaan kegiatan sosialisasi antara lain terbentuknya ASEAN Study Centre (Pusat Studi ASEAN) di beberapa Universitas utama di Indonesia, pembentukan Komite ASEAN di KADIN Indonesia, adopsi ASEAN Single Curriculum on Entrepreneurship oleh institusi pendidikan, pembentukan UKM Centre-ASEAN oleh masyarakat secara swadaya, dan munculnya kolom ASEAN di beberapa media lokal. Tingginya partisipasi peserta di tiap kegiatan menunjukkan adanya dukungan masyarakat domestik yang cukup signifikan bagi terbentuknya Masyarakat ASEAN 2015. Formulasi perhitungan Komponen 2 IKU-1 SS-1 diperoleh dari jumlah pemangku kepentingan yang hadir dalam kegiatan sosialisasi yang menjawab kuesioner dengan nilai 80-100. Kuesioner berisikan pertanyaan tentang hal-hal yang ada dalam materi sosialisasi sekaligus mencakup pertanyaan dukungan terhadap pembentukan Masyarakat ASEAN 2015. Capaian tersebut dicapai melalui upaya pemasyarakatan/sosialisasi Masyarakat ASEAN 2015 kepada stakeholders terkait. Dalam hal ini K/L dan institusi terkait dalam pelaksanaan kegiatan meliputi para pemangku kepentingan meliputi institusi pemerintah, institusi pendidikan, para pejabat daerah, pengusaha, mahasiswa, siswa, guru dan masyarakat umum dan media. Pencapaian ini berarti terdapat dukungan masyarakat domestik yang cukup signifikan bagi terbentuknya Masyarakat ASEAN 2015. Kesiapan pemangku kepentingan di dalam negeri merupakan kunci utama dalam memanfaatkan peluang dari Masyarakat ASEAN. Dengan demikian, komponen 2 ini merupakan penunjang langsung terhadap capaian kerberhasilan sasaran. KOMPONEN 3 IKU-1 SS-1: Persentase Implementasi langkah aksi (action line) Cetak Biru Masyarakat ASEAN merupakan komponen “intermestik,” dimana isu internasional dan domestik merupakan satu kesatuan utuh dalam pelaksanaan politik luar negeri Indonesia. Implementasi Cetak Biru Masyarakat ASEAN dilaksanakan oleh seluruh pemangku kepentingan domestik di tanah air sebagai wujud peran Indonesia. Cetak Biru Masyarakat ASEAN adalah kerangka kerja terperinci sebagai landasan yang harus dilaksanakan oleh seluruh Negara anggota ASEAN untuk mencapai Masyarakat ASEAN.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 13
Langkah Aksi (action lines) adalah serangkaian langkah/tindakan (actions) yang tertuang dalam dokumen Cetak Biru Masyarakat ASEAN yang meliputi Polkam, Ekonomi dan Sosbud untuk mencapai Masyarakat ASEAN 2015. Sesuai Cetak Biru Masyarakat ASEAN langkah Aksi bidang Polkam sejumlah 147, Ekonomi sejumlah 91, dan Sosbud sejumlah 339. Formulasi perhitungan Persentase Implementasi langkah aksi (action line) Cetak Biru Masyarakat ASEAN diperoleh dari :
Pembobotan Komponen IKU-1 SS-1: Komponen 1 IKU-1 SS-1 dibobotkan lebih tinggi karena merupakan aspek eksternal (hubungan luar negeri) yang menjadi bobot utama tugas dan fungsi Kemlu dan membutuhkan upaya lebih besar yang sangat berkaitan dengan situasi kondisi tertentu yang memungkinkan Indonesia menyampaikan prakarsa/rekomendasi, sehingga negara-negara ASEAN pada akhirnya dapat menerima prakarsa/rekomendasi yang diajukan Indonesia. Sumber data capaian kinerja tersebut dapat diperoleh dari Laporan dan Dokumen Sidang: Chairman’s Statement, Joint Statement, Report of the Meeting, Summary of Discussion, Summary Record, Joint Communiqué, Agreed Minutes, Declaration, kertas posisi Delri, Suggested Point Of Intervention, agreement, MoU, Laporan kegiatan/laporan sosialisasi, dll. Komponen 2 dan 3 IKU-1 SS-1 merupakan komponen “intermestik,” dimana isu internasional dan domestik merupakan satu kesatuan utuh dalam pelaksanaan politik luar negeri Indonesia masa kini. Hal ini telah sesuai dengan Visi Kemlu yaitu ‘Memajukan kepentingan nasional melalui diplomasi total,’ dimana diplomasi total didefinisikan sebagai upaya melibatkan seluruh pemangku kepentingan (termasuk pemangku kepentingan domestik) dan memanfaatkan seluruh lini kekuatan (multi-track diplomacy) bangsa Indonesia dalam pelaksanaan politik luar negeri. Dengan demikian, kedua komponen tersebut merupakan penunjang langsung terhadap capaian kerberhasilan sasaran.
2. SASARAN STRATEGIS 2 (SS-2):
Meningkatnya Peran Diplomasi Indonesia dalam Penanganan Isu Multilateral
Diplomasi multilateral diselenggarakan dalam rangka menciptakan dan memelihara stabilitas, keamanan, dan perdamaian di tingkat kawasan maupun di tingkat global, serta terciptanya keadilan dan kemakmuran baik di tingkat kawasan maupun di tingkat global. Diplomasi multilateral tersebut dilakukan demi kepentingan nasional Indonesia dan sesuai dengan amanat Konstitusi untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Peningkatan peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu multilateral ditandai dengan banyaknya prakarsa dan posisi Indonesia yang diterima dalam forum multilateral. Selain itu, dengan diterimanya pencalonan pemerintah/individu dalam keanggotaan/ jabatan pada badan di berbagai fora Internasional sebagai bukti Indonesia diakui perannya oleh masyarakat Internasional dan sekaligus Indonesia lebih memiliki peluang besar untuk memperjuangkan kepentingan Indonesia dalam organisasi yang sedang dipimpin.
(Jumlah Action Line yang diimplementasikan Indonesia/
jumlah total Action Line Cetak Biru Komunitas ASEAN)x100%
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 14
SS-2 diukur dengan Indikator Kinerja Utama SS-2 (IKU-2 SS-2): “Indeks peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu-isu multilateral”, yang diperoleh dari komponen dan pembobotan sebagai berikut :
KOMPONEN 1 IKU-2 SS-2: Persentase posisi Indonesia yang diterima dalam forum multilateral. Penjelasan “Posisi” pada Komponen 1 IKU-2 SS-2 adalah sikap Pemerintah Indonesia terhadap suatu masalah yang sedang dibahas atau dinegosiasikan dalam penanganan isu multilateral, sedangkan posisi “yang diterima” adalah posisi yang berhasil dicatat atau dicantumkan atau disepakati dalam dokumen hasil sidang. Formulasi perhitungan Komponen 1 IKU-2 SS-2 diperoleh dari :
Sumber data Jumlah posisi yang diterima terdapat pada dokumen-dokumen hasil sidang (laporan Delri, resolusi, keputusan, presidential/chairman statement, dll). Sedangkan sumber data Jumlah posisi yang disampaikan terdapat pada kertas posisi, statement Delri.
KOMPONEN 2 IKU-2 SS-2: Persentase kepemimpinan Indonesia dalam forum-forum multilateral. Penjelasan mengenai “kepemimpinan” pada Komponen 2 IKU-2 SS-2 adalah setiap event internasional pembahasan isu-isu multilateral yang Indonesia menjadi chair, co-chair, host, atau co-host. Dalam satu pertemuan internasional, Indonesia dapat menjadi chair atau co-chair dari beberapa komite dan working group, termasuk Indonesia yang ditunjuk sebagai chair, co-chair dan Indonesia yang ditunjuk sebagai host atau co-host. Target merupakan kemungkinan dan kesempatan bagi Indonesia dalam kepemimpinan. Terdapat kemungkinan pertemuan yang telah disepakati untuk dipimpin oleh Indonesia batal terlaksana, sehingga persentase antara "kepemimpinan yang terlaksana" terhadap "kepemimpinan yang disepakati" dapat dijadikan ukuran keberhasilan. Formulasi perhitungan Komponen 2 IKU-2 SS-2 diperoleh dari :
No Komponen Bobot
1 Persentase posisi Indonesia yang diterima dalam forum multilateral 40%
2 Persentase kepemimpinan Indonesia dalam forum-forum multilateral
30%
3 Persentase keberhasilan pencalonan pemerintah/individu Indonesia dalam keanggotaan/jabatan pada Organisasi Internasional
15%
4 Jumlah implementasi kesepakatan multilateral pada tingkat nasional 15%
(Jumlah kepemimpinan Indonesia yang dilaksanakan dibagi
Jumlah pertemuan atau event yang disepakati untuk dipimpin oleh
Indonesia (sebagai chair, co-chair, host, co-host))x100%
(Jumlah posisi yang diterima dibagi
jumlah posisi yang disampaikan dalam persidangan) x100%
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 15
KOMPONEN 3 IKU-2 SS-2: Persentase keberhasilan pencalonan pemerintah/individu Indonesia dalam keanggotaan/jabatan pada Organisasi Internasional, yaitu keberhasilan pencalonan akan dicatat dalam tahun penyelenggaraan pemilihan. Contoh: pemilihan anggota Dewan HAM periode 2015-2017 akan diselenggarakan pada tahun 2014. Sekiranya Indonesia berhasil terpilih sebagai anggota Dewan HAM periode 2015-2017, maka capaian tersebut akan dicatat sebagai capaian Kemlu pada tahun 2014. Pada prinsipnya, keputusan pencalonan untuk suatu jabatan pada organisasi internasional berada di tangan instansi yang menjadi focal point organisasi internasional tersebut. Kemlu selalu menyampaikan pandangan dan rekomendasi terhadap usulan pencalonan dari instansi (focal point). Walaupun pandangan dan rekomendasi dari Kemlu tersebut pada akhirnya tidak diakomodasi oleh instansi/focal point, Kemlu tetap akan mengupayakan pemenangan terhadap pencalonan dimaksud. Namun, Kemlu akan mencatat dalam laporan akuntabilitasnya bahwa Kemlu telah menyampaikan pandangan dan rekomendasi terhadap pencalonan tersebut. Formulasi perhitungan Komponen 3 IKU-2 SS-2 diperoleh dari :
KOMPONEN 4 IKU-2 SS-2: Jumlah implementasi kesepakatan multilateral pada tingkat nasional. Penjelasan “kesepakatan multilateral” pada Komponen 4 IKU-2 SS-2, merupakan hal-hal yang disepakati di forum multilateral yang menuntut implementasi di Indonesia dan merupakan tindak lanjut kesepakatan/perjanjian yang telah disetujui pada tingkat multilateral. Hasil akhir implementasi dapat berupa: kebijakan, rencana aksi, peraturan perundang-undangan (termasuk UU untuk ratifikasi). Komponen 4 ini turut mendukung pencapaian SS-2 mengingat koordinasi di tingkat nasional merupakan bagian dari proses diplomasi multilateral itu sendiri. Perlu dipahami bahwa proses diplomasi multilateral diawali dengan koordinasi di tingkat domestik untuk menyusun posisi Pemerintah RI, kemudian posisi Pemri disampaikan dalam berbagai fora multilateral, dan hasil sidang atau komitmen di pertemuan multilateral tersebut diimplementasikan di tingkat domestik. Dalam hal ini, Kemlu senantiasa melakukan koordinasi dengan instansi pemerintah maupun pihak terkait lainnya di tingkat domestik, khususnya isu-isu dimana Kemlu menjadi focal point yang memimpin koordinasi tingkat nasional (contoh: Kemlu memimpin Pokja TKMPP, Pokja ratifikasi ICSANT, koordinator penyiapan posisi Pemri dalam sidang ATT, CPCJ, dan sidang multilateral lainnya). Selain itu, komitmen di tingkat multilateral harus ditindaklanjuti dengan implementasi tingkat domestik. Kesepakatan-kesepakatan yang telah dihasilkan pada tingkat multilateral dituntut dapat diimplementasikan pada tingkat nasional. Dengan demikian, komponen 4 tersebut merupakan penunjang langsung terhadap capaian kerberhasilan sasaran.
Pembobotan Komponen IKU-2 SS-2: Pembobotan Komponen 1 dan 2 yang tinggi dikarenakan membutuhkan effort dan koordinasi nasional yang lebih tinggi. Bobot yang lebih tinggi juga disebabkan karena merupakan aspek eksternal (hubungan luar negeri) yang menjadi bobot utama tugas dan fungsi Kemlu. Pembobotan Komponen 3 dan 4 yang lebih rendah karena keberhasilan pencapaian indikator tersebut banyak dipengaruhi pula oleh pemangku kepentingan nasional lain di dalam negeri maupun terkait dengan perkembangan internasional.
(Jumlah pencalonan yang berhasil dibagi
Jumlah pencalonan yang diusulkan)x100%
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 16
Sumber data capaian kinerja tersebut dapat diperoleh dari Laporan dan Dokumen Sidang: Chairman’s Statement, Joint Statement, Report of the Meeting, Summary of Discussion, Summary Record, Joint Communiqué, Agreed Minutes, Declaration, kertas posisi Delri, Suggested Point Of Intervention, agreement, MoU, hasil group discussion, kelompok kerja, perumusan resolusi, dll.
3. SASARAN STRATEGIS 3 (SS-3):
Meningkatnya Kerja Sama di Berbagai Bidang antara RI dengan Negara-negara dan Organisasi Intrakawasan di Kawasan Asia-Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa.
Pelaksanaan diplomasi Indonesia di kawasan Asia, Pasifik, Afrika, Amerika dan Eropa sangat signifikan bagi kepentingan prioritas nasional Indonesia, khususnya dalam mendukung keutuhan wilayah NKRI, mengembangkan kerja sama ekonomi, perdagangan dan investasi serta meningkatkan pengaruh dan peran Indonesia secara global. Peningkatan kerjasama ditandai dengan indikator utama kerjasama, yaitu: banyaknya jumlah dokumen kerjasama yang disepakati dan prakarsa Indonesia yang diterima; jumlah kunjungan/pertemuan Kepala Negara/Pemerintahan dan pejabat tinggi; Negara yang mengakui kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI); neraca perdagangan Indonesia dengan negara-negara kawasan; nilai investasi negara-negara asing di Indonesia; dan jumlah wisatawan mancanegara. Terjadi peningkatan hubungan Indonesia dengan negara-negara mitra di tingkat bilateral, khususnya dengan negara-negara yang memiliki kemitraan strategis dengan Indonesia (Australia, RRT, Jepang, Korea, India, Afrika Selatan, Uni Eropa, Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Jerman, Brasil, Turki, dan Rusia) maupun di tingkat regional. Di kawasan Asia, Pasifik dan Afrika, serta kawasan Amerika dan Eropa hal ini tampak dari peningkatan kerja sama di bidang ekonomi, termasuk investasi dan perdagangan, kerja sama pertahanan, maritim dan pertanian. Secara khusus, penguatan kerja sama dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik juga ditujukan untuk mendukung terciptanya kawasan yang damai, aman dan stabil serta sejalan dengan kepentingan nasional Indonesia. Sementara itu, hubungan Indonesia dengan negara-negara di kawasan Amerika dan Eropa semakin menunjukkan perkembangan kerja sama menuju ke arah kemitraan baru yang saling menguntungkan dalam isu-isu strategis seperti lingkungan hidup, ketahanan pangan, energi, demokrasi, pertahanan, kehutanan, infrastruktur, pengadaan pemerintah, pendidikan dan IPTEK, penanganan bencana alam, kerja sama kota kembar, perjanjian bebas visa untuk paspor diplomatik dan khusus, interfaith dialogue, Perlindungan WNI/BHI dan HAM. Hal ini membuktikan pula bahwa peranan Indonesia di mata negara-negara di kawasan tersebut diakui menjadi semakin penting.
SS-3 diukur dengan IKU-3 SS-3: “Indeks kerja sama Indonesia di berbagai bidang dengan negara-negara dan organisasi intrakawasan di kawasan Asia-Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa”, yang diperoleh dari komponen dan pembobotan sebagai berikut :
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 17
KOMPONEN 1 IKU-3 SS-3: Jumlah kunjungan/pertemuan Kepala Negara/Pemerintahan dan pejabat tinggi dari/ke Indonesia merupakan capaian kinerja yang signifikan bagi Kementerian Luar Negeri karena merupakan suatu proses panjang yang sangat kompleks. Dengan semakin tingginya intensitas kunjungan Kepala Negara/Pemerintahan dan pejabat tinggi, akan semakin mendukung pula terhadap pencapaian sasaran peningkatan kerjasama di bidang politik, keamanan, ekonomi, sosial budaya antara RI dengan negara-negara kawasan Asia Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa. KOMPONEN 2 IKU-3 SS-3: Jumlah dokumen kerjasama dan prakarsa di bidang politik dan keamanan, ekonomi, perdagangan dan investasi, sosial dan budaya, dokumen kerjasama mencakup seluruh dokumen yang ditandatangani/diparaf (MoU/Record of Discussion/Summary of Discussion/Agreed Minutes/Agreement). Dokumen kesepakatan ini merupakan referensi bagi K/L/instansi lain dalam menindaklanjuti kerja sama dan laporan tidak termasuk sebagai dokumen kesepakatan. Adapun prakarsa yang diterima adalah inisiatif atau gagasan baru yang diusulkan oleh Indonesia dalam isu/pertemuan tertentu yang dicatat, dicantum, disepakatinya prakarsa/rekomendasi Indonesia tersebut ke dalam dokumen sidang.
KOMPONEN 3 IKU-3 SS-3: Jumlah negara yang mengakui Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan capaian penting dari pelaksanaan politik luar negeri Indonesia dalam mendapatkan dan mempertahankan pengakuan Pemerintah, Parlemen dan LSM negara mitra terhadap kedaulatan dan integritas negara kesatuan Republik Indonesia, termasuk isu-isu separatis. Capaian ini penting untuk membangun citra positif Indonesia di dunia internasional guna menciptakan suasana kondusif bagi pembangunan ekonomi, perdagangan dan investasi serta pariwisata nasional. KOMPONEN 4,5, dan 6 IKU-3 SS-3 Nilai investasi negara-negara asing, total nilai perdagangan, dan jumlah wisatawan mancanegara merupakan kinerja atau outcome dari pelaksanaan politik luar negeri, sebagai kontribusi atas upaya bersama dalam meningkatkan nilai perdagangan dan investasi asing. Komponen ini diberi bobot kecil karena merupakan hasil kinerja banyak stakeholders di dalam dan luar negeri negeri seperti kementerian terkait: Kemendag, BKPM, KemenPariwisata, dan para pengusaha di tanah air serta perwakilan RI di luar negeri.
No Komponen Bobot
1 Jumlah kunjungan/pertemuan Kepala Negara/Pemerintahan dan pejabat tinggi
45%
2 Jumlah dokumen kerjasama dan prakarsa di bidang politik dan keamanan, ekonomi, perdagangan dan investasi, sosial dan budaya.
30%
3 Negara yang mengakui Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) 10%
4 Nilai investasi negara-negara asing 5%
5 Total nilai perdagangan 5%
6 Jumlah wisatawan mancanegara 5%
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 18
Pembobotan Komponen IKU-2 SS-2: Komponen (1) dan (2) dibobotkan paling tinggi karena merupakan komponen atau indikator utama serta merupakan mekanisme utama dalam pencapaian sasaran rencana pembangunan nasional sebagai hasil pelaksanaan politik luar negeri untuk mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Komponen ini juga menjadi core kompetensi dari Kemlu. Sumber data capaian kinerja tersebut dapat diperoleh dari Dokumen MoU/Agreement/ Laporan dan Dokumen Sidang: Chairman’s Statement, Joint Statement, Report of the Meeting, Summary of Discussion, Summary Record, Joint Communiqué, Agreed Minutes, Declaration, kertas posisi Delri, Suggested Point Of Intervention, agreement, MoU, hasil group discussion, kelompok kerja, Data nilai investasi dari BKPM, Laporan Neraca Perdaganganan/Data Neraca perdagangan Kemendag, Badan Pusat Statistik, Laporan hasil kunjungan/pertemuan Kepala Negara/Pemerintahan dan pejabat tinggi, Matrik negara yang mendukung NKRI, Data kunjungan turis dari Kemen Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Matrik Negara Pendukung NKRI.
4. SASARAN STRATEGIS 4 (SS-4):
Meningkatnya Kualitas Hukum dan Perjanjian Internasional yang Aman dari Aspek Politis, Yuridis, Teknis, dan Keamanan
Peningkatan kualitas hukum dan perjanjian internasional ditujukan untuk mengakomodasi kepentingan nasional yang ditandai dengan 4 aspek aman, yaitu: aman dari aspek politis adalah tidak bertentangan dengan politik luar negeri dan kebijakan hubungan luar negeri pemerintah pusat pada umumnya. Aman dari aspek yuridis menekankan terdapat jaminan kepastian hukum yang secara maksimal dapat menutup celah-celah (loopholes) yang merugikan bagi pencapaian tujuan kerjasama. Aman dari aspek teknis yaitu tidak bertentangan dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Kementerian Teknis yang terkait. Aman dari aspek keamanan menekankan bahwa kerjasama luar negeri tidak digunakan atau disalahgunakan sebagai akses atau kedok bagi kegiatan asing (spionase) yang dapat mengganggu atau mengancam stabilitas dan keamanan dalam negeri.
SS-4 diukur dengan IKU : “Indeks diplomasi bidang hukum dan perjanjian internasional”, yang diperoleh dari komponen dan pembobotan sebagai berikut :
KOMPONEN 1 IKU-4 SS-4: Jumlah perundingan dalam rangka upaya penyelesaian penetapan batas wilayah nasional di darat dan di laut adalah banyaknya perundingan merupakan ukuran kinerja karena sifat perundingan masalah penetapan perbatasan, selain menyangkut aspek hukum dan teknis juga sangat dipengaruhi kebijakan politik masing-masing negara. Penyelesaian masalah perbatasan sulit diukur secara kuantitatif karena
No Komponen Bobot
1 Jumlah perundingan dalam rangka upaya penyelesaian penetapan batas wilayah nasional di darat dan di laut
50%
2 Persentase perjanjian internasional di bidang politik, keamanan, kewilayahan, dan kelautan serta ekonomi dan sosial budaya yang dibuat
30%
3 Persentase produk hukum yang diselesaikan 20%
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 19
menyangkut aspek hukum, politis, dan teknis yang juga sangat dipengaruhi kepentingan nasional masing-masing negara. Hal yang paling signifikan yang dapat mengukur tingkat kemajuan penyelesaian masalah perbatasan tersebut adalah banyaknya perundingan yang dilakukan, karena untuk bisa melakukan satu perundingan saja dibutuhkan kinerja diplomasi melalui langkah pendekatan diplomatik untuk bisa mengajak negara mitra memulai dan melanjutkan perundingan.
KOMPONEN 2 IKU-4 SS-4: Persentase perjanjian internasional di bidang politik, keamanan, kewilayahan, dan kelautan serta ekonomi dan sosial budaya yang dibuat, mencakup kesepakatan publik antar negara dan organisasi internasional, seperti Persetujuan, MoU, dll. Formulasi perhitungan Komponen 2 IKU-4 SS-4 diperoleh dari:
KOMPONEN 3 IKU-4 SS-4: Persentase produk hukum yang diselesaikan, adalah sampai dengan produk hukum (UU, Perpres Perjanjian Bebas Visa bagi pemegang paspor diplomatik dan dinas, Permenlu, Kepmenlu, Surat Keputusan, Kontrak Sewa/Beli/Gedung Kantor/Wisma) ditandatangani. Semakin tinggi produk hukum yang diselesaikan menandakan semakin meningkatnya kualitas hukum dan perjanjian internasional yang aman dari aspek politis, yuridis, teknis, dan keamanan. Hal ini dapat terlihat dari brafaks permintaan pendapat hukum yang umumnya terkait dengan perjajian/perkara hukum dengan pihak asing yang menyangkut pembelian tanah dan pembelian/sewa property Perwakilan RI di luar negeri, penerapan asas resiprokal dan harmonisasi hukum nasional atas kepemilikan aset Perwakilan Negara Asing di Jakarta, kontrak local staff Perwakilan RI, tuntutan hukum dan setiap aspek hukum lainnya di luar negeri yang terkait dengan pemerintah, badan hukum dan warga negara Indonesia. Dengan demikian, komponen 3 tersebut merupakan penunjang langsung terhadap capaian keberhasilan sasaran.
Formulasi perhitungan Komponen 3 IKU-4 SS-2 diperoleh dari :
Pembobotan komponen
Komponen (1) dan (2) dibobotkan lebih tinggi karena merupakan aspek eksternal (hubungan luar negeri) yang menjadi bobot utama tugas dan fungsi Kemlu. Komponen (1) dibobotkan paling tinggi karena isu menyangkut isu kedaulatan teritorial yang sensitif dan proses perundingan yang cenderung lama.
Sumber data capaian kinerja dapat diperoleh dari Laporan Perundingan, Data Treaty Room, Nota Dinas/Surat Dinas Permintaan Pendapat Hukum, Nota Dinas/ Surat Dinas
(Jumlah perjanjian internasional di bidang politik, keamanan, kewilayahan, dan kelautan yang dibuat dan atau diratifikasi/jumlah permintaan pendapat mengenai perjanjian internasional yang diterima)x100% ditambah (Jumlah perjanjian internasional di bidang ekonomi dan sosial budaya yang dibuat dan atau diratifikasi/jumlah permintaan pendapat mengenai perjanjian internasional yang diterima)x100%) dibagi 2
(Jumlah produk hukum yang diselesaikan/ jumlah seluruh permintaan produk hukum yang masuk)x100%
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 20
Penyampaian Pendapat Hukum, Nota dinas/surat dinas/brafaks/kawat penyampaian produk hukum.
5. SASARAN STRATEGIS 5 (SS-5): Meningkatnya Kualitas Pelayanan Keprotokolan dan Kekonsuleran
SS-5 merupakan fungsi pelayanan publik Kementerian Luar Negeri dalam memberikan pelayanan terbaik, prima professional kepada seluruh pemangku kepentingan. Adapun pelayanan publik yang diberikan meliputi pemberian pelayanan keprotokolan, pelayanan kekonsuleran, pelayanan fasilitas diplomatik, dan perlindungan WNI dan BHI di luar negeri. Perlindungan kepada WNI/TKI di luar negeri menjadi prioritas nasional. SS-5 diukur dengan IKU : IKU-1 SS-5: “Persentase Permasalahan/ Kasus WNI dan BHI di Luar Negeri yang diselesaikan” dan IKU-2 SS-5: “Indeks pelayanan keprotokolan dan kekonsuleran“.
Formulasi perhitungan IKU-1 SS-5 diperoleh dari perhitungan:
PK dan PHMP diperoleh dari perhitungan:
Adapun permasalahan/kasus WNI yang diselesaikan mencakup penanganan kasus lainnya seperti gaji yang tidak dibayar, penyiksaan/kekerasan fisik, pelecehan seksual, beban kerja tidak sesuai, perselisihan dengan majikan, sakit, kecelakaan kerja; dan pembebasan WNI dari ancaman hukuman mati. Sumber data capaian kinerja “Penyelesaian permasalahan/kasus WNI” diperoleh dari database perlindungan WNI/BHI. Formulasi perhitungan IKU-2 SS-5, diperoleh dari komponen dan pembobotan sebagai berikut :
No Komponen Bobot
1 Persentase penerima jasa yang menyatakan puas atas pelayanan kekonsuleran
50%
2 Persentase pelayanan keprotokolan yang sesuai dengan Protap yang berlaku
30%
3 Persentase dokumen fasilitas diplomatik yang diselesaikan sesuai SOP
20%
(PK + PHMP) ------------------- = …%
2 PK: Persentase penanganan kasus tahun terkait PHMP: Persentase pembebasan WNI dari hukuman mati tahun terkait
PK : KS x100% KD
KS: Jumlah kasus yang diselesaikan KD: Jumlah kasus
PHMP: KHMS X 100% KHMD
KHMD: Total kasus hukuman mati KHMS: Jumlah kasus dibebaskan dari hukuman mati
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 21
KOMPONEN 1 IKU-2 SS-5: Persentase penerima jasa yang menyatakan puas atas pelayanan kekonsuleran, tingkat kepuasan tersebut diukur berdasarkan atas pengukuran kepuasan pelayanan kekonsuleran yang diambil dengan menggunakan kuisioner dan media sms dari para responden. Formulasi perhitungan Komponen 1 IKU-2 SS-5 diperoleh dari :
KOMPONEN 2 IKU-2 SS-5: Persentase pelayanan keprotokolan yang sesuai dengan Protap yang berlaku, dengan formulasi perhitungan:
KOMPONEN 3 IKU-2 SS-5: Persentase dokumen fasilitas diplomatik yang diselesaikan sesuai SOP, dengan formulasi perhitungan:
Dokumen tersebut mencakup dokumen permohonan pembelian kendaraan bermotor, dokumen permohonan importasi barang, dokumen permohonan pembebasan pajak dan prasarana, dokumen permohonan perijinan, bangunan dan pengawasan, dokumen permohonan perijinan senjata api dan alat komunikasi, dokumen permohonan fasilitas kunjungan dan akreditasi.
Evaluasi dan survey atas kesesuaian dengan Protap/SOP diantaranya dilakukan oleh Kelompok Kerja Internal, stakeholders terkait seperti PNS K/L, masyarakat umum, petugas dari Perwakilan asing maupun organisasi internasional, serta oleh perusahaan quality control/assurance yang memberikan sertifikasi/resertifikasi ISO, sehingga evaluasi dan survey menghasilkan penilaian yang lebih objektif.
Kementerian Luar Negeri mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi berupa Piagam Penghargaan Citra Pelayanan Prima pada tanggal 15 Desember 2010. Pada tahun 2012 ini, Kementerian Luar Negeri berhasil mempertahankan ISO 9001:2008 yang diperoleh sejak 2010. Beberapa kriteria yang dipenuhi untuk mempertahankan ISO ini adalah:
- Waktu penyelesaian maksimal 5 (lima) hari setelah dokumen dinyatakan lengkap, tercapai.
- Kerusakan proses kartu karena proses pencetakan dan laminasi tidak lebih dari 0,06%.
- Pengaduan ditanggapi paling lambat 2 hari kerja - Realisasi pelaksanaan program peningkatan personil Direktorat Fasilitas
Diplomatik minimum 80% dari yang direncanakan secara internal. - Realisasi pemeliharaan sarana dan prasarana kantor sesuai jadwal dengan
toleransi 10% dari waktu yang ditetapkan.
(Jumlah penerima jasa yang puas/jumlah kuesioner yang dibagikan)x100%
(Jumlah pelayanan keprotokolan yang sesuai protap/ jumlah seluruh pelayanan keprotokolan yang dilakukan)x100%
(Jumlah dokumen fasilitas diplomatik yang diselesaikan sesuai SOP/ seluruh dokumen permohonan)x100%
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 22
Pembobotan Komponen (1) dibobotkan lebih tinggi karena menyangkut aspek pelayanan prima dan kepuasan atas pelayanan publik. Sumber data capaian kinerja dapat diperoleh dari kuesioner, laporan kegiatan, dokumen check list pelaksanaan keprotokolan dan fasilitas diplomatik.
6. SASARAN STRATEGIS 6 (SS-6):
Meningkatnya Citra Indonesia Dimata Publik Domestik dan Internasional
Pencapaian kepentingan Indonesia yang diperjuangkan melalui diplomasi dipengaruhi pula oleh citra Indonesia di tengah-tengah masyarakat internasional. Oleh karena itu, upaya membangun citra positif Indonesia menjadi hal yang penting, mengingat citra bangsa yang positif akan turut mendukung peningkatan kepercayaan publik, baik di dalam negeri maupun di dunia internasional. Tumbuh dan berkembangnya citra positif terhadap Indonesia menjadi salah satu faktor pendukung suksesnya diplomasi Indonesia guna pencapaian kepentingan nasional di berbagai aspek antara lain meningkatkan pertumbuhkan ekonomi yang lebih tinggi, menciptakan harmoni dan kestabilan politik, peningkatan kesejahteraan sosial, dan semakin dikenalnya budaya Indonesia di dunia internasional.
SS-6 diukur dengan IKU-1 SS-6:
“Indeks citra positif penyelenggaraan politik dan hubungan luar negeri dari persepsi masyakat domestik dan internasional”, yang diperoleh dari komponen dan pembobotan sebagai berikut :
No Komponen Bobot
1 Persentase citra positif Indonesia di wilayah negara akreditasi 30% 2 Persentase dukungan konstituen terhadap aset diplomasi publik
dan politik luar negeri Indonesia 20%
3 Persentase pemberitaan positif tentang Indonesia yang dimuat media asing di Indonesia
20%
4 Persentase press release yang dimuat di media nasional maupun asing
10%
5 Persentase peningkatan permintaan bantuan kerjasama teknis dari Indonesia yang diterima
10%
6 Persentase peningkatan kegiatan bantuan kerjasama teknis melalui mekanisme triangular
10%
7 Persentase negara yang hadir dalam rangka kegiatan diplomasi publik
10%
KOMPONEN 1 IKU-1 SS-6: Persentase citra positif Indonesia di wilayah negara akreditasi, citra positif merupakan persepsi masyarakat Indonesia dan masyarakat negara setempat yang diperoleh berdasar survey Kementerian Luar Negeri di tanah air dan Perwakilan RI di luar negeri.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 23
KOMPONEN 2 IKU-1 SS-6: Persentase dukungan konstituen terhadap aset diplomasi publik dan politik luar negeri Indonesia. Konstituen mencakup domestik dan asing mencakup korps diplomatik, politikus, tokoh agama, akademisi, tokoh civil society, civil society, mahasiswa/pelajar, media, generasi muda, pengusaha. Aset diplomasi publik adalah keberagaman/kemajemukan/budaya, ekonomi progresif, demokrasi Indonesia, Islam moderat, kerukunan umat beragama. Dengan demikian, komponen 2 tersebut merupakan penunjang langsung terhadap capaian kerberhasilan sasaran. Formulasi perhitungan Komponen 1 IKU-1 SS-6 diperoleh dari :
KOMPONEN 3 IKU-1 SS-6: Persentase pemberitaan positif tentang Indonesia yang dimuat media asing di Indonesia, mencakup monitoring ulasan positif maupun negatif media asing terkait pencitraan Indonesia. Formulasi perhitungan Komponen 3 IKU-1 SS-6 diperoleh dari:
KOMPONEN 4 IKU-1 SS-6: Persentase press release yang dimuat di media nasional maupun asing, bahwa semakin tinggi press release yang dimuat di media nasional maupun asing maka semakin meningkatnya citra indonesia dimata publik domestik dan internasional. Dengan demikian, komponen 4 tersebut merupakan penunjang langsung terhadap capaian kerberhasilan sasaran. Formulasi perhitungan Komponen 4 IKU-1 SS-6 diperoleh dari :
KOMPONEN 5 dan 6 IKU-1 SS-6: Persentase peningkatan permintaan bantuan kerjasama teknis dari Indonesia yang diterima dan Persentase peningkatan kegiatan bantuan kerjasama teknis melalui mekanisme triangular. Bagi Indonesia, kerja sama teknik dalam kerangka Kerja Sama Selatan-Selatan merupakan amanah dari Pembukaan UUD 1945 terutama pada alinea ke-4. Kerja sama teknik merupakan salah satu alat yang dapat mendukung upaya-upaya diplomasi RI di forum bilateral, regional maupun multilateral. Seiring dengan meningkatnya postur Indonesia di dunia internasional serta berbagai kapasitas yang dimiliki Indonesia, Indonesia semakin dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi berbagai masalah pembangunan yang dialami oleh negara-negara berkembang lainnya. Indonesia telah memainkan peranan aktif untuk membantu negara-negara berkembang sejak tahun 1980-an. Melalui pembiayaan APBN maupun bekerja sama dengan para mitra pembangunan, ribuan peserta dari berbagai negara berkembang telah mengikuti berbagai pelatihan, loka karya dan pemagangan di Indonesia. Indonesia juga telah mengirimkan berbagai tenaga ahli dan peralatan teknik lainnya ke negara-negara berkembang.
(Jumlah peserta yang mendukung/Jumlah kuesioner yang dikembalikan)x100%
(Jumlah pemberitaan yang positif/jumlah pemberitaan yang disebarkan)x100%
(jumlah press release yang dimuat/
jumlah press release yang disebar)x100%
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 24
Berbagai perkembangan tersebut membuktikan bahwa saat ini Indonesia sudah menjadi negara pemberi bantuan walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia juga masih membutuhkan bantuan dari negara-negara lain. Meningkatnya status Indonesia sebagai Negara pemberi bantuan pembangunan merupakan bukti untuk mendukung SS-6.
Formulasi perhitungan komponen 5 IKU-1 SS-6 diperoleh dari :
Formulasi perhitungan komponen 6 IKU-1 SS-6 diperoleh dari :
KOMPONEN 7 IKU-1 SS-6: Persentase negara yang hadir dalam rangka kegiatan diplomasi publik, dilihat dari sudut pandang ini, kehadiran peserta asing dalam berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh Kementerian Luar Negeri merupakan indikator bahwa masyarakat internasional memiliki pandangan positif terhadap Indonesia. Para peserta atau negara bersedia hadir dalam kegiatan di Indonesia karena kegiatan tersebut sebagai faktor pembentuk persepsi memiliki arti yang signifikan bagi para peserta/negara tersebut sehingga tingkat kehadiran peserta/negara memiliki korelasi positif terhadap persepsi mengenai Indonesia. Formulasi perhitungan
Komponen 7 IKU-1 SS-6 diperoleh dari :
Pembobotan Komponen IKU-1 SS-6
Komponen (1) dibobotkan lebih tinggi karena merupakan aspek eksternal (hubungan luar negeri) yang menjadi bobot utama tugas dan fungsi Kemlu dan terkait aspek soft power yang bersifat dua arah serta lebih kompleks pencapaiannya dibandingkan aspek hard power. Sumber data capaian kinerja dapat diperoleh dari Laporan survey, kuesioner, naskah perjanjian Kerjasama Teknik, media cetak asing/online, nota diplomatik dan kawat/brafaks, laporan kegiatan.
(Permintaan bantuan Kerjasama Teknik tahun berjalan/ permintaan tahun sebelumnya)x100%
Jumlah peningkatan kegiatan triangular KST tahun berjalan/ jumlah kegiatan triangular KST tahun sebelumnya)x100%
(Jumlah negara yang hadir/undangan yang disebarkan)x100%
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 25
F. Perbaikan Rumusan Indikator Kinerja Utama
Pada pertengahan tahun 2014, Kementerian Luar Negeri melakukan perbaikan pada rumusan Indikator Kinerja Utama. Perubahan tersebut tidak
merubah substansi, batasan klaim kinerja ataupun inti dari formulasi pengukuran. Perubahan hanya dilakukan untuk penajaman rumusan Indikator
Kinerja Utama sebagaimana berikut:
KATEGORI AWAL PERUBAHAN
IKU-1 SS-1
Indeks peran dan kepemimpinan Indonesia dalam pembentukan
Komunitas ASEAN 2015
Indeks peran dan kepemimpinan Indonesia dalam Masyarakat
ASEAN
Komponen 1 IKU-1 SS-1
Persentase dukungan dan partisipasi masyarakat domestik terhadap
pembentukan komunitas ASEAN 2015
Persentase responden yang mendukung Masyarakat ASEAN
IKU-5 SS-5
Persentase Penyelesaian Permasalahan/ Kasus WNI dan BHI di Luar
Negeri
PK : KSx100%
KD
KS: Jumlah kasus yang diselesaikan
KD: Jumlah kasus yang ditangani
Persentase Permasalahan/ Kasus WNI dan BHI di luar negeri
yang diselesaikan
PK : KSx100%
KD
KS: Jumlah kasus yang diselesaikan
KD: Jumlah kasus
Penjelasan:
Penyelesaian Permasalahan/kasus WNI mencakup
Penjelasan:
Permasalahan/kasus WNI yang diselesaikan mencakup
PHMP: KHMS X 100%
KHMD
KHMD: Jumlah kasus hukuman mati yang ditangani
KHMS: Jumlah kasus dibebaskan dari hukuman mati
KHMD: Total kasus hukuman mati
Komponen 3 IKU-2 SS-5 Persentase penyelesaian dokumen fasilitas diplomatik yang
diselesaikan sesuai SOP
Persentase dokumen fasilitas diplomatik yang diselesaikan
sesuai SOP
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 26
A. Capaian RPJMN Tahun 2010—2014
Tahun 2014 merupakan tahun keempat dari pelaksanaan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010 – 2014. Dalam kurun waktu tahun
2010—2014, 3 Prioritas Nasional yang diamanatkan kepada Kementerian Luar Negeri
sebagai amanat RPJMN tahun 2010—2014 telah berhasil melampaui target nasional.
Prioritas Nasional 10 “Daerah Tertinggal, Terluar, Terdepan dan Pasca Konflik”
dengan indikator “jumlah pelaksanaan perundingan perbatasan maritim dan darat” telah
tercapai sebesar 276,67%. Prioritas Nasional 12 “Politik, Hukum dan Keamanan“ dengan
indikator “jumlah prakarsa Indonesia untuk mendorong reformasi Dewan Keamanan PBB”
telah tercapai sebesar 150%.
Prioritas Nasional Lainnya terkait Perlindungan WNI di luar negeri yang diukur
dengan 4 indikator dalam RPJMN selama kurun 2010—2012 telah mencapai kinerja
melebihi target 100%, sehingga pada tahun 2013 dilakukan revisi indikator yang baru
yang diimplementasikan kedalam RPJMN Tahun 2010—2014 yaitu “Persentase
permasalahan/Kasus WNI dan BHI di luar negeri yang diselesaikan” dengan capaian pada
tahun 2013 sebesar 61% dan pada tahun 2014 sebesar 83,84%. Dengan adanya revisi
tersebut maka penjelasan dalam perbandingan kinerja dari tahun ke tahun juga
disesuaikan dengan tingkat kualitas kinerja tersebut.
Perubahan IKU dilakukan karena IKU sebagian besar masih berorientasi pada
kegiatan, proses, dan setingkat ouput. Selain itu, capaian kinerja Kemlu pada Prioritas
Nasional tahun 2010-2012 telah mencapai target bahkan telah melebihi dari target yang
ditetapkan. Pada tahun 2013, Kementerian Luar Negeri melakukan revisi terhadap
Renstra khususnya Sasaran Strategis dan IKU yang telah berorientasi hasil dengan IKU
yang terukur dan setingkat outcome bahkan impact serta melakukan perubahan pada
setting target yang lebih progresif dan menantang khususnya di tahun 2013 dan 2014.
Sebagai langkah kedepan atas capaian RPJMN Tahun 2010—2014, penentuan
prioritas pada periode kedepan diantaranya pelaksanaan diplomasi maritim untuk
mempercepat penyelesaian masalah perbatasan Indonesia dengan 10 negara tetangga,
termasuk perbatasan darat. Penyelesaian persoalan perbatasan sangat penting untuk
menjaga keamanan dan integritas wilayah Indonesia.
Selain itu, dalam Reformasi Dewan Keamanan PBB, Kementerian Luar Negeri
harus terus mendorong reformasi Dewan Keamanan PBB, khususnya aspek yang
berkenaan langsung dengan kepentingan nasional Indonesia, seperti perluasan
keanggotaan DK PBB guna meningkatkan keterwakilan negara berkembang, penghapusan
hak veto, serta penguatan hubungan antara DK PBB dan organ-organ PBB lainnya melalui
pendekatan intermediate approach seraya senantiasa memperkuat upaya pendekatan
dengan negara-negara kunci untuk memajukan posisi dan kepentingan nasional RI melalui
perannya sebagai bridge builder and consensus builder. Bersamaan dengan hal itu, dalam
hal menghadapi permasalahan/kasus WNI di luar negeri, harus terus dilakukan
peningkatan kualitas perlindungan hak dan keselamatan WNI/BHI di luar negeri
khususnya perlindungan terhadap tenaga kerja Indonesia (TKI).
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 27
Tabel Capaian RPJMN Tahun 2010—2014
No Prioritas Nasional Indikator Target
Akumulatif 2010—2014
Realisasi Per Tahun Realisasi Akumulatif
2010—2014
Capaian 2010 2011 2012 2013 2014
1 Prioritas Nasional 10 Daerah Tertinggal, Terluar, Terdepan dan Pasca Konflik
Jumlah pelaksanaan perundingan perbatasan maritim dan darat
60 23 38 32 41 32 166 276,67%
2 Prioritas Nasional 12 Politik, Hukum dan Keamanan
Jumlah prakarsa Indonesia untuk mendorong reformasi Dewan Keamanan PBB
20 3
5 5 6 11 30 150%
3 Prioritas Nasional lainnya
Jumlah WNI/TKI yang memperoleh fasilitas di penampungan
14.998 15.766 24.567 16.051 - - 56.384*) 375,94%
Jumlah WNI/TKI yang direpatriasi
14.998 6.287 12.402 2.293 - - 20.982*) 139,90%
Jumlah WNI/TKI yang dideportasi
24.020 28.721 14.396 6.518 - - 49.635*) 206,64%
Persentase pemberian bantuan hukum (advokasi dan lawyer) bagi WNI terutama tenaga kerja wanita
100% 90,92% dari
16.064 kasus
45,61% 41,56% - - 41,56%***) 41,56%
Persentase permasalahan/Kasus WNI dan BHI di luar negeri yang diselesaikan**)
Tahun 2013: 50%***) Tahun 2014: 55%***)
- -
- -
- -
57,93% -
-
61%
57,93%***)
61%***)
100%
83,84%
*) Realisasi akumulatif tahun 2010 s.d tahun 2012 **) Pada tahun 2013, Indikator diubah menjadi IKU yang lebih SMART, yaitu “Persentase permasalahan/Kasus WNI dan BHI di luar negeri yang diselesaikan” ***) Bukan Akumulatif
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 28
Capaian kinerja Kementerian Luar Negeri telah berkontribusi langsung terhadap
pencapaian Sasaran Prioritas RPJMN 2010-2014 di Bidang Politik Luar Negeri yaitu,
”Pulihnya posisi penting Indonesia sebagai negara demokratis besar yang ditandai dengan
keberhasilan diplomasi di fora internasioal dalam upaya pemeliharaan keamanan
nasional, integritas wilayah dan pengamanan kekayaan sumber daya alam nasional” serta
pencapaian Misi Pembangunan Nasional 2010—2014 “Mewujudkan Indonesia berperan
penting dalam pergaulan dunia internasional adalah memantapkan diplomasi Indonesia
dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional; melanjutkan komitmen Indonesia
terhadap pembentukan identitas dan pemantapan integrasi internasional dan regional;
dan mendorong kerja sama internasional, regional dan bilateral antarmasyarakat,
antarkelompok, serta antarlembaga di berbagai bidang”.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 34
D.1
Sasaran Strategis
(SS-1)
Meningkatnya Peran dan Kepemimpinan Indonesia dalam Pembentukan Masyarakat1 ASEAN di Bidang Politik dan Keamanan, Ekonomi, dan Sosial Budaya
Indonesia merupakan negara terbesar di ASEAN yang memiliki peran penting
dalam merancang proses integrasi ASEAN. Diplomasi Indonesia dalam kerangka kerja
sama ASEAN difokuskan untuk memastikan agar perkembangan ASEAN dapat
memberikan manfaat bagi Indonesia. Kementerian Luar Negeri sebagai pilar terdepan
dalam melaksanakan politik luar negeri dan hubungan luar negeri mempunyai peranan
penting dalam meningkatkan peran dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN sebagai
bagian dari strategi memperkuat lingkaran pertama kebijakan politik luar negeri
Indonesia. Selain itu, kepemimpinan Indonesia di ASEAN sangat penting untuk
memastikan proses pembentukan Masyarakat ASEAN 2015 berjalan dengan lancar dan
sejalan dengan kepentingan nasional Indonesia. Sasaran Strategis Kementerian Luar
Negeri “Meningkatnya peran dan kepemimpinan Indonesia dalam pembentukan
Masyarakat ASEAN di bidang politik dan keamanan, ekonomi, dan sosial budaya”
sebagai Sasaran Strategis 1 (SS-1) diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU-1) “Indeks
peran dan kepemimpinan Indonesia dalam Masyarakat ASEAN 2015”.
Peran dan kepemimpinan Indonesia dalam pembentukan Masyarakat ASEAN 2015
ditandai dengan banyaknya prakarsa dan rekomendasi Indonesia yang diterima oleh
negara-negara ASEAN, dukungan dan partisipasi masyarakat domestik serta implementasi
langkah aksi cetak biru Masyarakat ASEAN. Pada tahun 2014, capaian kinerja SS-1
ditargetkan dengan Indeks 8 dengan capaian Indeks 8 (92,92%) dengan kategori
capaian “amat baik” (range capaian 85<x≤95), yang diperoleh dari komponen dan
pembobotan sebagai berikut :
Tabel Capaian SS-1 Tahun 2014
No Komponen Bobot Realisasi
2014 Realisasi
Pembobotan 1 Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang
diterima dalam setiap pertemuan. (Komponen-1 IKU-1 SS-1)
60 95,05% 57,03%
2 Persentase responden yang mendukung Masyarakat ASEAN (Komponen-2 IKU-1 SS-1)
25 90,62% 22,66%
3 Persentase Implementasi langkah aksi (action line) Cetak Biru Masyarakat ASEAN (Komponen-3 IKU-1 SS-1)
15 88,21% 13,23%
% Capaian SS-1 92,92% Indeks SS-1 Capaian 8
Target 8
1 Sesuai kajian Lembaga Bahasa tahun 2014, nomenklatur “Komunitas ASEAN” diubah menjadi “Masyarakat ASEAN”.
“Indonesia has a big role to play in ASEAN. It helps ASEAN to build up to what it is today” Denzil Abel, Pengamat isu internasional dari Institut Studi Strategis dan
Internasional Myanmar (Channel News Asia, 11 November 2014)
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 35
Peran dan kepemimpinan Indonesia telah mendapat pengakuan berbagai
pengamat politik dan akademisi di dalam negeri maupun luar negeri. Sebagai pemimpin
ASEAN, Indonesia mempunyai kepentingan untuk menentukan arah kebijakan ASEAN
untuk masa depan.
Kontribusi konkrit Kementerian Luar Negeri pada tahun 2014 untuk mendukung
peran penting Indonesia dalam mempertahankan dan memelihara perdamaian dan
stabilitas di Laut Tiongkok Selatan adalah melalui peran aktifnya dalam mendorong
penyelesaian masalah Laut Tiongkok Selatan melalui mekanisme regional dan instrumen
Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea (DoC) dan Code of Conduct in
The South China Sea (CoC). Selain itu, Kementerian Luar Negeri juga telah berhasil
mendorong ratifikasi Kesepakatan ASAP ASEAN (AATHP) melalui UU No. 26 tahun 2014,
dengan ratifikasi tersebut, Indonesia akan memainkan peran penting dalam pengambilan
keputusan dan ikut aktif mengarahkan keputusan ASEAN. Bersamaan dengan itu, dalam
konteks pembentukan Masyarakat ASEAN 2015, Kementerian Luar Negeri terus berperan
aktif dan memberikan kontribusi konkrit dalam mewujudkan pencapaian Masyarakat
ASEAN 2015 serta ASEAN pasca-2015 melalui rekomendasi yang dituangkan dalam
elemen-elemen pokok ASEAN Community’s Post 2015 Vision.
Bukti peningkatan peran dan kepemimpinan Indonesia di ASEAN juga dapat dilihat
dari semakin banyaknya peran dan kontribusi Indonesia dalam penyelesaian berbagai isu
strategis dan menonjol di ASEAN sepanjang tahun 2010—2014. Prakarsa pembentukan
ASEAN Institute for Peace and Reconciliation (AIPR) oleh Indonesia telah direalisasikan
oleh seluruh negara anggota ASEAN dan saat ini Sekretariat AIPR berkedudukan di
Jakarta. Di bidang HAM, Indonesia juga telah menginisiasi pembentukan Badan HAM
ASEAN (AICHR). Tahun 2012, ketika timbul keraguan mengenai kesamaan pandangan
ASEAN mengenai Laut Tiongkok Selatan, Indonesia bergerak melalui shuttle diplomacy
“Indonesia’s ability to position itself as the main mover of ASEAN norms and identity has buttressed its stature as the natural leader of ASEAN, as acknowledged in policy circles as well as the academic literature”
Emirza Adi Syailendra -The Nation, 10 Januari 2015
BUKTI PERAN DAN KEPEMIMPINAN
INDONESIA DI ASEAN
“Indonesia is a natural leader of
ASEAN”
Dionisius Narjoko (ERIA)
EAS Journal, 3 Maret 2014
“Indonesia punya peran sangat penting di kawasan Asia Tenggara,
terutama untuk tetap membuat wilayah itu bergerak dinamis. Hanya
Indonesia yang dipandang mampu memimpin dan memobilisasi
negara-negara kawasan, termasuk dalam konteks ASEAN, demi
keuntungan bersama” -Wing Thye Woo, Guru Besar Departemen
Ekonomi, Universitas California-KOMPAS 21 Januari 2015
“Indonesia selalu memainkan peran utama di seluruh
pengembangan dan evolusi ASEAN”
-Lee Luong Minh-
Sekjen ASEAN Koran Tempo, 19 Juli 2014
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 36
selama 36 jam untuk mengkonsolidasikan posisi ASEAN sesuai six-point principles. Tahun
2013, kesediaan RRT memulai konsultasi formal pembentukan “code of conduct” di tahun
2013, tidak lepas dari peran aktif Indonesia dalam mendorong diselesaikannya dokumen
tersebut sebagai acuan utama dalam pengelolaan masalah Laut Tiongkok Selatan. Gagasan
Indonesia mengenai Indo-Pacific Treaty, yaitu treaty yang mencakup kawasan Indo-Pasifik
yang lebih luas dan bertujuan untuk menciptakan kawasan yang memiliki mutual trust and
confidence telah mendapat endorsement dari para Kepala Negara ASEAN di tahun 2014.
Keketuaan Myanmar di tahun 2014 juga tidak terlepas dari peran Indonesia yang pada
masa keketuaannya di tahun 2011 mampu meyakinkan berbagai negara bahwa Myanmar
telah menjadi negara yang demokratis dan mampu menjadi Ketua ASEAN.
Pada masa keketuaan Indonesia di ASEAN 2011, Indonesia juga telah berhasil
mendorong masuknya Amerika Serikat dan Rusia untuk bergabung dengan East Asia
Summit. Terkait upaya pengembangan hubungan eksternal ASEAN, Indonesia
mengusulkan adanya kemitraan yang lebih sejajar dan saling menguntungkan antara
ASEAN dengan mitra wicaranya, maupun dengan pihak eksternal lainnya (Second
Generation Partnership). Untuk memastikan keberlanjutan pembangunan Komunitas
ASEAN, Indonesia mengusulkan elemen-elemen pokok ASEAN Community’s Post 2015
Vision yang menjadi dasar penyusunan Visi Komunitas ASEAN Pasca 2015.
Di bidang kerja sama ekonomi ASEAN, Indonesia mengggagas dibentuknya ASEAN
Framework on Equitable Economic Development (AFEED) dan Regional Comprehensive
Economic Partnership (RCEP). AFEED yakni prinsip-prinsip pedoman untuk mencapai
pertumbuhan berkelanjutan dan inclusive yang ditujukan untuk mengurangi kesenjangan
pembangunan antar negara anggota ASEAN. RCEP merupakan perjanjian kerja sama
ekonomi komprehensif di bidang perdagangan, jasa, investasi dan bidang ekonomi
lainnya, dengan 6 (enam) Negara Mitra Wicara (Australia, India, Jepang, Republik Korea,
dan RRT, serta Selandia Baru) ASEAN yang mengedepankan common best practices
(prinsip open regionalism) dan mutually beneficial cooperation. Pada kerja sama sosial
budaya, Indonesia menggagas penyusunan Declaration on ASEAN Unity in Cultural
Diversity: Towards Strengthening ASEAN Community. Indonesia juga terlibat secara aktif
dalam kerja sama penanggulangan bencana alam di ASEAN. Hal ini dibuktikan melalui
pembentukan ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on disaster
management (AHA Centre) di Jakarta.
Jika dibandingkan dengan tahun 2013, posisi Indeks 8 atas capaian SS-1 telah
berhasil dipertahankan di tahun 2014. Sedangkan dari sisi angka persentase capaian, pada
tahun 2014 telah mengalami peningkatan dari tahun 2013 sebesar 1,64% (92,92% pada
tahun 2014 dari 91,28% pada tahun 2013). Peningkatan capaian SS-1 tahun 2014
merupakan refleksi dari semakin meningkatnya peran sentral Indonesia dan
kepemimpinan Indonesia di ASEAN terutama dalam aspek kualitas rekomendasi
Indonesia atas isu-isu yang sedang dibahas di ASEAN yang banyaknya diterima.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 37
Tabel Perbandingan Capaian SS-1 Tahun 2014 dengan Tahun 2013
No Komponen Realisasi
2013
Realisasi Pembobotan
2013
Realisasi 2014
Realisasi Pembobotan
2014
1 Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam setiap pertemuan. (Komponen-1 IKU-1 SS-1)
94,34% 56,60% 95,05% 57,03%
2 Persentase responden yang mendukung Masyarakat ASEAN (Komponen-2 IKU-1 SS-1)
90,85% 22,71% 90,62% 22,66%
3 Persentase Implementasi langkah aksi (action line) Cetak Biru Masyarakat ASEAN (Komponen-3 IKU-1 SS-1)
79,84% 11,97% 88,21% 13,23%
% Capaian SS-1 91,28% (Amat Baik)
92,92%*) (Amat Baik)
Indeks SS-1 Capaian 8 8
Target 5 8 *) Terjadi peningkatan sebesar 1,64% di tahun 2014
Dalam pencapaian kinerja SS-1, Kementerian Luar Negeri menghadapi kendala
diantaranya kendala utama terkait tingginya sensitifitas isu-isu yang dibahas di ASEAN
sehingga memerlukan waktu negosiasi yang cukup panjang dan masih stagnannya
pembahasan isu-isu yang bersifat tradisional atau carried over dari tahun sebelumnya.
Kendala lain yang menjadi tantangan Kementerian Luar Negeri adalah terkait
tingkat pemahaman masyarakat Indonesia terhadap Masyarakat ASEAN 2015 yang relatif
masih rendah dibandingkan dengan negara Anggota ASEAN lainnya seperti Laos, Vietnam,
Myanmar dan Thailand. Selain itu, Kementerian Luar Negeri juga belum memiliki
pengukuran riil terkait tingkat pemahaman masyarakat Indonesia secara nasional secara
terhadap Masyarakat ASEAN 2015.
Kendala dalam konteks implementasi langkah aksi Cetak Biru Masyarakat ASEAN
di tingkat nasional, peran Setnas ASEAN-Indonesia masih belum optimal. Selain itu,
banyaknya pemangku kepentingan yang terlibat dan tingginya dinamika
pertemuan/sidang ASEAN yang menghasilkan banyak kesepakatan menjadi tantangan
bagi Kementerian Luar Negeri untuk dapat meyakinkan terimplementasikannya seluruh
kesepakatan hasil sidang dimaksud pada tingkat nasional.
Mengatasi kendala tersebut dan sebagai langkah solutif kedepan, Kementerian
Luar Negeri akan mengoptimalkan Setnas ASEAN-Indonesia untuk meningkatkan
koordinasi dengan para pemangku kepentingan terkait dan mengkonsolidasikan berbagai
hasil kesepakatan ASEAN pada tingkat nasional. Dalam hal pemasyarakatan ASEAN,
Kementerian Luar Negeri akan melakukan berbagai upaya untuk dapat menjangkau
audience secara nasional melalui media engagement dan ASEAN Corners di berbagai event,
melibatkan pemangku kepentingan untuk impact yang lebih luas, serta bekerjasama
dengan lembaga independen untuk mengukur pemahaman masyarakat Indonesia secara
nasional terhadap Masyarakat ASEAN.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 38
ANALISIS IKU-1 SS-1: Indeks Peran dan Kepemimpinan Indonesia dalam Masyarakat
ASEAN 2015
Indeks peran dan kepemimpinan ini diperoleh dari 3 komponen dengan pembobotan yang
berbeda, yaitu:
Analisis Komponen-1 IKU-1 SS-1: Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia
yang diterima dalam setiap pertemuan.
Wujud Kepemimpinan Indonesia dalam pembentukan ASEAN di Bidang Politik dan
Keamanan, Ekonomi, dan Sosial Budaya, ditandai dengan banyaknya prakarsa
(inisiatif/gagasan baru) dan rekomendasi (usulan) Indonesia yang diterima oleh negara-
negara ASEAN. Pada tahun 2014, Indonesia telah berhasil memperjuangkan 499
rekomendasi dan prakarsa yang diterima (diadopsi) dari 525 rekomendasi dan prakarsa
yang disampaikan dalam 192 pertemuan yang dihadiri oleh delegasi Indonesia pada
Sidang ASEAN. Rincian capaian kinerja dari IKU-1 SS-1 yaitu “Persentase rekomendasi
dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam setiap pertemuan” sebagai wujud
“kepemimpinan” Indonesia dalam Pembentukan Masyarakat ASEAN di Bidang Politik dan
Keamanan, Ekonomi, dan Sosial Budaya adalah sebesar 118,81 % sebagai berikut:
Tabel Capaian Komponen-1 IKU-1 SS-1 Tahun 2014 Komponen
1 IKU-1 SS-1
Bidang Prakarsa
Disampaikan Prakarsa Diterima
Rekomendasi disampaikan
Rekomendasi diterima
Nilai
Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam setiap pertemuan.
Bidang Politik 6 6 166 153
Bidang Ekonomi 4 3 46 43
Bidang Sosial Budaya 14 14 66 61
Kerjasama ASEAN dengan negara mitra wicara ASEAN dan organisasi regional/ Internasional
0 0 223 219
Jumlah 24 23 501 476
Yang diterima (%) 95,83 95
Jumlah Rekomendasi dan Prakarsa yang disampaikan: 525
Jumlah Rekomendasi dan Prakarsa yang diterima: 499
Realisasi (%): 95,05
Capaian (%) dari target 80%: 118,81
Komponen IKU Bobot
Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam setiap pertemuan (Komponen-1 IKU-1 SS-1)
60
Persentase responden yang mendukung Masyarakat ASEAN (Komponen-2 IKU-1 SS-1)
25
Persentase Implementasi langkah aksi (action line) Cetak Biru Masyarakat ASEAN (Komponen-3 IKU-1 SS-1)
15
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 39
Tabel Perbandingan Kinerja Komponen-1 IKU-1 SS-1
Tahun 2014 dengan Tahun 2014
INFORMASI KINERJA TAHUN 2013 TAHUN 2014
Prakarsa Yang Disampaikan 81 24
Prakarsa Yang Diterima 78 23
Rekomendasi Yang Disampaikan 361 501
Rekomendasi Yang Diterima 339 476
Realisasi 94,34% 95,05%
Jika dibandingkan dengan jumlah prakarsa dan rekomendasi Pemri tahun 2013
lalu, tahun 2014 jumlah prakarsa yang disampaikan dalam pertemuan ASEAN mengalami
pengurangan (dari 81 menjadi 24), namun demikian jumlah rekomendasi yang
disampaikan meningkat secara signifikan (dari 261 menjadi 501). Penurunan jumlah
prakarsa tersebut terjadi mengingat pada tahun 2014, Indonesia lebih memfokuskan pada
upaya untuk menyampaikan rekomendasi langkah-langkah tindak lanjut dari prakarsa-
prakarsa yang telah menjadi komitmen pada tahun 2013. Indonesia ingin memastikan
agar prakarsa yang telah disampaikan kepada negara anggota ASEAN dapat direalisasikan
ke dalam langkah-langkah yang konkrit. Sebagai contoh prakarsa Indonesia di tahun 2013
tentang konsep Indo-Pacific Treaty of Friendship and Cooperation yang bertujuan untuk
menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan ditindaklanjuti pada tahun 2014 dan
mendapatkan dukungan ASEAN. Nilai-nilai TAC ditujukan untuk menjaga hubungan antar
negara di kawasan Indo-Pacific sangat penting untuk ditindaklanjuti guna menjamin
peningkatan kepercayaan dan mencegah terjadinya konflik tradisional diantara negara-
negara di kawasan.
Adapun perbandingan kinerja Komponen 1 IKU-1 SS-1 tahun 2014 dengan tahun-
tahun sebelumnya sebagai berikut:
Tabel Perbandingan Realisasi Komponen-1 IKU-1 SS-1 Tahun 2010—2014
Informasi Kinerja Komponen-1 IKU-1 SS-1
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Jumlah Sidang*) 378 350 328 188 192
Rekomendasi dan prakarsa yang disampaikan
N/A N/A 209 442 525
Rekomendasi dan prakarsa yang diterima
N/A N/A 187 417 499
Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam setiap pertemuan
- - 89,48% 94,34% 95,05%*)
*) Pada tahun 2010 kinerja yang dihitung baru sebatas jumlah sidang, namun mulai tahun 2012
terutama tahun 2013 telah dilakukan perubahan IKU
**) Pada tahun 2014 mengalami peningkatan 0,71% dari tahun sebelumnya
Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, persentase realisasi rekomendasi
dan prakarsa yang diterima telah mengalami peningkatan pada tahun 2014 sebesar
0,71%. Hal ini membuktikan semakin meningkatnya kepemimpinan Indonesia dalam
pembentukan Masyarakat ASEAN di bidang politik dan keamanan, ekonomi, dan sosial
budaya yang ditandai dengan semakin berkualitasnya prakarsa dan rekomendasi yang
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 40
Presiden dan Menlu RI di sela-sela Pertemuan ASEAN
disampaikan dalam berbagai pertemuan ASEAN dalam setiap isu melalui langkah-langkah
diplomasi yang optimal sehingga dapat diterima sebagai kesepakatan ASEAN.
Beberapa rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang bernilai strategis dan
merupakan perwujudan peran dan kepemimpinan di ASEAN antara lain:
1. Dalam isu Laut Tiongkok Selatan, Kementerian Luar Negeri mendorong
dimasukkannya elemen-elemen dasar dan struktur dari Code of Conduct (COC) di
dalam Second List of Commonalities yang tengah dibahas oleh ASEAN-RRT. Senior
Officials Meeting on DOC di tahun 2014 telah menyepakati First List of Commonalities
antara ASEAN-RRT yang berisi berbagai kesepahaman antara ASEAN-RRT terkait isu
LTS yang nantinya diharapkan dapat menjadi bagian preambular dari COC. Posisi
Indonesia untuk mempercepat pembahasan COC guna membuat adanya aturan
hukum yang mengikat akan terus dipertahankan mengingat sebagai jalur
perdagangan utama dunia, terutama bagi Indonesia, konflik terbuka di Laut Tiongkok
Selatan diprediksi dapat menurunkan perekonomian kawasan secara umum dan
Indonesia secara khusus.
2. Dalam kerangka kerja sama Migrant Worker Kementerian Luar Negeri aktif
menyuarakan pentingnya memberian perlindungan maksimal kepada para pekerja
migran di ASEAN, dikarenakan integrasi ASEAN pada tahun 2015 akan semakin
mendorong mobilisasi para pekerja di ASEAN. Bagi Indonesia terbentuknya
instrumen hukum yang mengikat negara anggota ASEAN akan bermanfaat menjamin
Warga Negara Indonesia (WNI) yang bekerja di wilayah ASEAN.
3. Disampaikannya konsep Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia pada KTT ke-9 Asia
Timur tanggal 13 November 2014 di Nay Pyi
Taw, Myanmar. Dengan penyampaian
konsep Poros Maritim Dunia, Indonesia telah
menegaskan posisinya sebagai negara
maritim yang siap membuka kerja sama di
bidang maritim untuk mendukung kemajuan
perekonomian Indonesia dan kawasan.
Dengan penyampaian konsep Poros Maritim
Dunia, Indonesia telah menegaskan
posisinya sebagai negara maritim yang siap membuka kerja sama di bidang maritim
untuk mendukung kemajuan perekonomian Indonesia dan kawasan. Penyampaian
konsep ini akan bisa memperkuat dan bersinergi positif dengan ASEAN untuk
memberi kontribusi positif bagi pelbagai kerja sama regional yang ada dan bagi
perkembangan evolusi arsitektur kawasan Asia Tenggara dan Timur.
4. Ratifikasi ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution (AATHP) melalui UU
No. 26 tahun 2014. Melalui ratifikasi tersebut, Indonesia kini dapat aktif di Conference
of Parties to the AATHP dan akan memainkan peran penting dalam pengambilan
keputusan dan ikut aktif mengarahkan keputusan ASEAN dalam pengendalian
kebakaran lahan dan hutan.
5. Diterimanya prakarsa Indonesia terkait kerja sama penangangan penyebaran virus
Ebola melalui pengesahan stand alone statement mengenai Joint Statement of the 9th
EAS on Regional Response to the Outbreak of Ebola Virus Disease pada KTT ke-9 Asia
Timur di Nay Pyi Taw, Myanmar tanggal 13 November 2014. Indonesia dapat
memanfaatkan kerja sama dengan Negara EAS untuk meningkatkan kesadaran publik
dan memanfaatkan emergency public info and warning yang akan dibangun.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 41
6. Indonesia bersama seluruh negara anggota ASEAN lainnya, terus berusaha agar
negara-negara (Nuclear Weapons State (NWS) bersedia untuk menandatangani
protokol Southeast Asian Nuclear Weapons Free Zone (SEANWFZ). Penandatanganan
Protokol Traktat SEANWFZ oleh negara pemilik senjata nuklir merupakan target
utama Indonesia. Hal ini mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan, sangat
rawan dilewati dan disinggahi oleh kapal-kapal pengangkut senjata nuklir.
Penandatanganan Protokol Traktat SEANWFZ diharapkan dapat mengikat negara
pemilik senjata nuklir untuk mematuhi aturan main dan menjamin kawasan Asia
Tenggara tidak akan menjadi sasaran dari senjata nuklir.
7. Dalam perundingan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) Working
Group on Economic and Technical Cooperation (WGETC) yang membahas mengenai
kerja sama pembangunan dalam kerangka RCEP maka Indonesia telah mengusulkan
immediate objective yang meliputi peningkatan kemampuan kapasitas dalam
mengimplementasikan RCEP, meningkatkan kesadaran dan partisipasi pemangku
kepentingan dan memaksimalkan mutual benefits dari implementasi RCEP. Dengan
diterimanya usulan Indonesia terkait immediate objective tersebut, maka mutual
benefits (manfaat) dari RCEP akan dapat dirasakan oleh Negara-negara ASEAN
termasuk Indonesia dengan maksimal.
8. Dalam kerangka kerja sama energi ASEAN, Indonesia telah meminta agar pembahasan
draft ASEAN Agreement on Coal Use and Trading (ACUT) yang berlangsung untuk
diberhentikan. Dengan dihentikannya pembahasan mengenai ACUT di dalam forum
kerja sama energi ASEAN, hal tersebut akan mendukung prioritas nasional dalam
melakukan hilirisasi sektor pertambangan batubara.
Dalam pencapaian Komponen 1 Indeks IKU-1 SS-1, Kementerian Luar Negeri
menghadapi kendala stagnannya pembahasan isu-isu yang bersifat tradisional atau
carried over dari tahun sebelumnya, seperti isu penandatanganan Protokol SEANWFZ
Treaty dan pembentukan Code of Conduct in the South China Sea. Di samping itu, beberapa
isu yang dibahas di ASEAN memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi sehingga memerlukan
waktu negosiasi yang cukup panjang. Dinamika perkembangan politik internal masing-
masing Negara Anggota ASEAN juga mempengaruhi strategi keberhasilan diplomasi
Indonesia di ASEAN. Contohnya, usulan Indonesia untuk mengadakan Special ASEAN
Foreign Ministers’ Meeting untuk membahas isu-isu terkini dikawasan, Laut Tiongkok
Selatan dan Kondisi Politik di Thailand, mengalami kebuntuan akibat penolakan Thailand
setelah terjadinya kudeta militer di negara tersebut.
Dalam mengatasi kendala tersebut, Kementerian Luar Negeri senantiasa
menyuarakan kepentingan-kepentingan perdamaian dan keamanan kawasan yang
menjadi isu bersama dalam berbagai forum rutin ASEAN. Kementerian Luar Negeri terus
berupaya melakukan pendekatan secara khusus kepada negara tertentu yang menjadi
penghambat dalam pembahasan isu-isu yang menjadi kepentingan Indonesia dan ASEAN.
Sebagai langkah solutif kedepan, Indonesia perlu mendorong Sekretariat ASEAN
dan seluruh Negara Anggota ASEAN untuk memetakan berbagai isu berdasarkan skala
prioritas sehingga penumpukan isu pending bisa dikurangi dan segara dapat diselesaikan
pembahasannya. Indonesia juga harus mendukung dilakukannya streamlining terhadap
pertemuan-pertemuan ASEAN yang sangat banyak agar lebih efektif dan efisien dalam
pembahasan berbagai isu.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 42
Analisis Komponen-2 IKU-1 SS-1: Persentase Responden yang Mendukung
Masyarakat ASEAN
Dalam tataran domestik, Kementerian Luar Negeri senantiasa melakukan berbagai
upaya untuk membangun kesadaran publik mengenai ASEAN, kerja sama ASEAN,
tantangan dan manfaatnya bagi masyarakat Indonesia. Masyarakat domestik memegang
peran yang krusial bagi terwujudnya Masyarakat ASEAN. Untuk mewujudkan Masyarakat
ASEAN yang dicita-citakan, kesiapan nasional merupakan sebuah prasyarat utama.
Mewujudkan kesiapan nasional tersebut merupakan hal yang kompleks. ASEAN
merupakan sebuah isu yang lintas sektoral serta lintas K/L. Hal ini tercerminkan dari tiga
pilar Masyarakat ASEAN yang mencakup hampir seluruh aspek dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Kesiapan nasional untuk menyambut Masyarakat ASEAN hanya
dapat dilakukan melalui komitmen dan kerja sama yang efektif dari seluruh bagian
pemerintahan serta pemangku kepentingan terkait dari beragam bidang dan tingkatan.
Dalam hal ini, Kementerian Luar Negeri menyelaraskan dan mensinergikan berbagai
upaya yang telah dilakukan oleh para pemangku kepentingan nasional termasuk
masyarakat domestik.
Bentuk-bentuk pemasyarakatan ASEAN antara lain sosialisasi, kuliah umum,
seminar, workshop, lokakarya, FGD, ASEAN Goes To
School, Roundtable Discussion, simulasi sidang,
lomba fotografi ASEAN, ASEAN Fun Run, ASEAN
Village, ASEAN Goes on Air (TV/Radio), ASEAN
Corner, pembentukan Pusat Studi ASEAN (PSA) dan
penerbitan bahan publikasi seperti Majalah ASEAN,
buku ASEAN Selayang Pandang, buku Kenali ASEAN
Kita dan lain-lain. Sasaran pemasyarakatan ASEAN
adalah para pelajar SMP/SMA, mahasiswa, akademisi, kalangan pengusaha, UKM, SKPD,
media masa, kementerian/lembaga dan masyarakat umum. Media yang paling efektif untuk
meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai integrasi Masyarakat
ASEAN 2015 adalah kegiatan sosialisasi dalam bentuk tatap muka langsung melalui
kegiatan-kegiatan seperti seminar dan kuliah umum.
Capaian Komponen 2 IKU-1 SS-1 yaitu “Persentase responden yang mendukung
Masyarakat ASEAN” adalah sebesar 113,27%. Perhitungan tersebut diperoleh dari total
13.453 kuesioner yang diterima dari peserta kegiatan pemasyarakatan ASEAN, sebanyak
12.191 kuesioner dengan nilai jawaban 80-100, dari target 80%. Kuesioner berisikan
pertanyaan tentang hal-hal yang ada dalam materi sosialisasi sekaligus mencakup
pertanyaan dukungan terhadap pembentukan Komunitas ASEAN 2015. Semakin tinggi
dukungan dan partisipasi keterlibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan dalam rangka
pembentukan Masyarakat ASEAN, serta semakin tinggi responden yang mendukung, maka
semakin berperan Indonesia dalam pembentukan Masyarakat ASEAN 2015.
Tabel Capaian Komponen-2 IKU-1 SS-1 Tahun 2014
Komponen-2 IKU-1 SS-1 Jumlah kuesioner
yang diterima
Jumlah kuesioner yang
menjawab dengan nilai
80-100
Nilai
Persentase responden yang
mendukung Masyarakat
ASEAN
13.453 12.191
Realisasi IKU 2 (%): 90,62
Capaian (%) dari target 80%: 113,27
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 43
Tabel Perbandingan Capaian Komponen-2 IKU-1 SS-1
Tahun 2014 dengan Tahun 2013
INFORMASI KINERJA TAHUN 2013 TAHUN 2014
Jumlah kuesioner yang diterima 11.023 13.453
Jumlah kuesioner yang menjawab dengan nilai 80-100 10.014 12.191
Realisasi 90,85% 90,62%
Capaian IKU 113,56% 113,27%
*) Terjadi penurunan 0,29% di tahun 2014
Jika dibandingkan dengan capaian tahun 2013, pada tahun 2014 terdapat
penurunan capaian sebesar 0,29%. Penurunan tersebut tidak begitu signifikan mengingat
berbagai latar belakang responden dalam merespon isu Masyarakat ASEAN. Pemahaman
pemerintah daerah antara satu daerah dengan satu yang lain tentang pembentukan
Masyarakat ASEAN 2015 sangat beragam dan dipengaruhi oleh letak geografis, faktor
keterbukaan daerah dan kapasitas pejabat di daerah. Umumnya daerah maupun kalangan
perguruan tinggi memiliki pengetahuan yang terbatas tentang Masyarakat ASEAN, namun
diakhir kegiatan sosialisasi hasrat pejabat daerah untuk menanggapi perkembangan
ASEAN cukup besar sesuai dengan karakteristik dan potensi daerah masing-masing,
misalnya bagaimana meningkatkan dan memasarkan produk-produk daerah yang
memiliki potensi unggulan di bidang pertanian, buah-buahan dan produk lokal lainnya,
atau daerah pesisir yang mengutamakan dunia perikanan dan pelabuhan, pengolahan
hasil laut maupun pariwisata.
Jika pada tahun 2013 kegiatan sosialisasi masyarakat ASEAN banyak terpusat pada
provinsi dan kota, maka tahun 2014 sasaran kegiatan sosialisasi masyarakat ASEAN 2015
lebih diarahkan pada kalangan pejabat pemerintah kota dan kabupaten, kalangan
perguruan tinggi dan sekolah menengah/kejuruan (segmentasi audiens), dan
pemanfaatan media lokal seperti stasiun Radio dan TV serta media surat kabar setempat
yang jangkauannya cukup luas di masyarakat.
Tabel Perbandingan Pemasyarakatan Masyarakat ASEAN Tahun 2010 - 2014
Pemasyarakatan Masyarakat ASEAN
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Jumlah Sosialisasi 33 kali 115 kali 110 kali 141 kali 132 kali
Jumlah Kabupaten/Kota 23 42 25 42 37
Jumlah Institusi 28 77 86 142 126
Jumlah orang yang hadir N/A 5.850 5.400 25.043 35.738
Dari berbagai kegiatan sosialisasi di daerah, salah satu dukungan kesiapan
pemerintah daerah terhadap pembentukan Masyarakat ASEAN 2015 disampaikan oleh
Wakil Walikota Sorong pada saat sosialisasi Masyarakat ASEAN 2015 tanggal 20-21
November 2014 dan antusias kalangan akademisi, mahasiswa/pelajar di Sorong mengenai
kesiapan daerah kota Sorong menyambut pembentukan Masyarakat ASEAN 2015.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 44
39%
61%
Responden Sebelum Pemasyarakatan
Tahu Tidak Tahu
94%
6%
Responden Setelah
Pemasyarakatan
Paham Tidak Paham
98%
2%
Responden Mendukung
Mendukung
Tidak Mendukung
98%
2%
Responden Menilai Masyarakat ASEAN 2015 Bermanfaat
YA TIDAK
96%
4%
Responden akan Berpartisipasi
YA TIDAK
Ket: Salah satu capture kuesioner
Hasil Sosialisasi “Masyarakat ASEAN 2015” Tahun 2014
Dalam pencapaian Komponen 2 IKU-1 SS-1, Kementerian Luar Negeri menghadapi
kendala seperti letak geografis, faktor keterbukaan daerah dan kapasitas pejabat di
daerah saat pemasyarakatan ASEAN, serta belum diketahuinya perkiraan pemahaman
responden Pemasyarakatan ASEAN melalui on air melalui televisi dan radio. Saat ini data
dan angka yang disajikan masih terbatas atas dasar berapa banyak peserta kegiatan yang
menyampaikan kembali kuesioner yang diberikan dan yang menjawab dengan skor 80-
100. Pada kenyataannnya, kegiatan pemasyarakatan ASEAN yang sifatnya on air melalui
televisi dan radio, belum dapat dihitung feedbacknya. Selain itu, Kementerian Luar Negeri
juga belum memperhitungkan efek sebaran informasi yang diberikan oleh peserta yang
telah diberi sosialisasi kepada orang di sekitarnya atau key influencers seperti guru, dosen,
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 45
SKPD, dan para pemuka masyarakat yang dapat menyebarkan informasi lebih jauh kepada
para siswa, mahasiswa, pejabat/staf di bawah jajarannya dan masyarakat umum lainnya.
Selain adanya pemahaman yang beragam, juga terdapat kendala pada tataran
kebijakan nasional yang secara tidak langsung mempengaruhi pencapaian target seperti
kebijakan penghematan anggaran sehingga beberapa kegiatan pemasyarakatan ASEAN
tidak dapat dilaksanakan dengan optimal. Untuk menjaga agar pencapaian target kinerja
berhasil, Kementerian Luar Negeri dalam kegiatan pemasyarakatan ASEAN menambahkan
jumlah target peserta sebagai kompensasi atas beberapa kegiatan yang dibatalkan. Namun
demikian, penambahan jumlah peserta untuk tiap kegiatan juga tetap mempertimbangkan
ketersediaan anggaran yang ada.
Mengatasi kendala tersebut dilakukan langkah solutif kedepan seperti
kerjasama dengan lembaga independen untuk melakukan kajian dan survey pemahaman
secara nasional terkait ASEAN dan Masyarakat ASEAN.
Analisis Komponen-3 IKU-1 SS-1: Persentase Implementasi Langkah Aksi (Action
Line) Cetak Biru Masyarakat ASEAN
Dalam konteks implementasi di tingkat nasional, Kementerian Luar Negeri
memastikan agar Cetak Biru Masyarakat ASEAN di ketiga pilarnya (pilar politik-
keamanan, pilar ekonomi, pilar sosial-budaya) dapat diimplementasikan secara penuh
baik oleh seluruh Negara Anggota ASEAN dan Indonesia pada tingkat nasional. Langkah
Aksi (action line) merupakan serangkaian langkah/tindakan (actions) yang tertuang dalam
dokumen Cetak Biru Masyarakat ASEAN (kerangka kerja terperinci sebagai landasan yang
harus dilaksanakan oleh seluruh negara anggota ASEAN) untuk mencapai Masyarakat
ASEAN 2015. Semakin tinggi kontribusi Indonesia dalam melaksanakan implementasi
langkah aksi (action line) cetak biru Masyarakat ASEAN, maka semakin pentingnya peran
Indonesia dalam Pembentukan Masyarakat ASEAN. Pada tahun 2014, peran aktif
Indonesia ditunjukkan dengan semakin meningkatnya jumlah implementasi langkah aksi.
Kementerian Luar Negeri memiliki peran signifikan dalam upaya mendorong
pelaksanaan Cetak Biru Masyarakat Politik ASEAN. Hal ini disebabkan Kementerian Luar
Negeri sebagai focal point dari pilar politik keamanan. Terdapat perbedaan nature dari
beberapa langkah aksi di dalam Cetak Biru Pilar Politik-Keamanan ASEAN yang
seharusnya mekanisme pengukuran implementasinya tidak disamaratakan. Sebagai
ilustrasi, terdapat beberapa langkah aksi yang memiliki parameter jelas dalam
penyelesaian proses implementasinya, seperti ratifikasi 10 negara AMS atas suatu
konvensi, pembentukan suatu badan atau mekanisme, penyusunan suatu dokumen. Di sisi
lain, terdapat beberapa langkah aksi yang bersifat berkelanjutan dan tidak memiliki
parameter khusus impelementasinya, seperti upaya mempromosikan pemahaman tentang
suatu isu atau meningkatkan kerjasama di bidang tertentu. Jenis langkah aksi yang bersifat
berkelanjutan ini pada akhirnya akan terus kembali muncul tiap tahunnya dan tercatat
sebagai capaian Kementerian Luar Negeri dalam mengimplementasikan langkah aksi
Cetak Biru Pilar Politik-Keamanan ASEAN.
Sedangkan untuk Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Cetak Biru
Masyarakat Sosial Budaya ASEAN, Kementerian Luar Negeri merupakan unit pendukung,
mengingat focal point bidang ekonomi adalah Kementerian Perdagangan dan focal point
untuk bidang sosial budaya adalah kementerian/lembaga yang didasarkan pada isu-isu
bidang sosial budaya. Sebagai upaya mendorong kemajuan implementasi Cetak Biru
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 46
Masyarakat Ekonomi ASEAN dan Cetak Biru Masyarakat Sosial Budaya ASEAN,
Kementerian Luar Negeri selalu mengambil peran aktif dalam memberikan masukan dan
rekomendasi/prakarsa dalam pertemuan-pertemuan kementerian/lembaga terkait dalam
rangka implementasi langkah aksi tersebut.
Capaian komponen 3 IKU-1 SS-1 yaitu “Persentase implementasi langkah aksi
(action line) Cetak Biru Masyarakat ASEAN” adalah sebesar 110,26%. Kementerian
Luar Negeri mencatat bahwa dari 611 langkah aksi yang ada dalam Cetak Biru Masyarakat
ASEAN terdapat 539 langkah aksi yang telah diimplementasikan oleh ASEAN dan
Indonesia sampai dengan tahun 2014, sebagaimana tabel di bawah ini:
Tabel Perbandingan Capaian Komponen-3 IKU-1 SS-1 Tahun 2014 dengan Tahun 2013
Ket: *) Jumlah Action Line yang diimplementasikan dengan perhitungan kumulatif tahun 2009-2014 **) Jumlah Action Line Fase Tahap IV (Tahun 2014-2015)
Tabel Perbandingan Jumlah Action Line yang Diimplementasikan
Tahun 2009—2014
Pilar Total
Action Line Jumlah Action Line yang diimplementasikan*)
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Politik 147 - 67 22 14 10 2 10
Ekonomi*) N/A 94 126 81 82
Sosial Budaya
339 10 19 24 25 30 207 27
Ket: *) Jumlah Action Line yang diimplementasikan dengan perhitungan per tahun, tidak kumulatif **) Jumlah Action Line Tahap I (tahun 2008-2009), Tahap II (2010-2011), Tahap III (2012-2013), dan Tahap IV (2014-2015)
Action Line Cetak Biru Masyarakat ASEAN Pilar Politik-Keamanan
Kinerja action lines cetak biru Masyarakat ASEAN pilar Politik-Keamanan ASEAN
dihitung berdasarkan 147 jumlah action lines yang ditetapkan oleh 10 kepala negara
ASEAN dalam ASEAN Politic and Security Community Blueprint pada tanggal 1 Maret 2009.
Action lines ini merupakan langkah percepatan yang merupakan tanggung jawab bersama
Komponen-3 IKU-1 SS-1
Pilar
Tahun 2013 Tahun 2014
Jumlah total Action Line Cetak Biru
Masyarakat ASEAN
Jumlah Action Line
yang diimplemen-
tasikan
Jumlah total Action Line Cetak Biru
Masyarakat ASEAN
Jumlah Action Line
yang diimplemen-
tasikan
Persentase Implementasi langkah aksi (action line) Cetak Biru Masyarakat ASEAN
Pilar Politik-Keamanan
147 115 147 125*)
Pilar Ekonomi
417 301 125 82**)
Pilar Sosial Budaya
339 305 339 332*)
Jumlah 903 721 611 539
Realisasi (%):
79,84 88,21
Capaian (%):
133,07 (dari target
60%)
110,26 (dari target
80%)
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 47
10 negara ASEAN menuju Masyarakat ASEAN 2015. Action line diwujudkan dalam bentuk
kegiatan-kegiatan yang nantinya akan memberikan landasan yang kuat untuk kerja sama
dalam rangka menjaga dan meningkatkan stabilitas dan perdamaian di kawasan. Pada
tahun 2014 terdapat penambahan jumlah action line sebanyak 9 action line pilar Politik,
sehingga pencapaian scorecard Cetak Biru Masyarakat ASEAN di Pilar Politik-Keamanan
dari 147 rencana aksi ASEAN, 125 telah dan tengah diimplementasikan (85,03%).
Dalam rangka memberikan kontribusi bagi implementasi langkah aksi pilar Politik,
Indonesia sepanjang tahun 2014 telah mengambil inisiatif melaksanakan 8 dari 22
langkah aksi yang menjadi komitmennya sebagai lead shepherd dengan menjadi tuan
rumah bagi penyelenggaraan kegiatan capacity building seperti yang dimandatkan dalam
Cetak Biru Pilar Politik-Keamanan.
Action Line Cetak Biru Masyarakat ASEAN Pilar Ekonomi
Langkah aksi Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN untuk Fase ke-4 (2014-2015),
terdapat total 229 measures, dimana 213 measures merupakan measures yang harus
diimplementasikan oleh seluruh Negara-negara anggota ASEAN, dan sisanya merupakan
measures spesifik untuk negara ASEAN tertentu. Dari 213 Measures tersebut, 125
ditargetkan untuk selesai pada tahun 2014, dan 88 selesai pada tahun 2015. Sampai
dengan akhir Desember 2014, 38,5% atau 82 dari 213 measures yang ditargetkan untuk
fase ke-4 dari AEC scorecard telah diimplementasikan. Yang belum diimplementasikan
umumnya terkait dengan perdagangan di bidang jasa dan keuangan. Pada umumnya,
kemajuan implementasi langkah aksi pilar ekonomi sudah sangat maju dan seluruh negara
Anggota ASEAN sangat terbantu dengan adanya fase-fase yang disepakati sebagai tahapan
pelaksanaan measures yang disepakati dalam tiap fasenya.
Tabel Perbandingan Jumlah Action Line yang Diimplementasikan
Pilar 2008-2009 2010-2011 2012-2013 Tahun 2014
T I T I T I T I
Pilar Ekonomi 105 94 165 126 147 81 125 82
Ketetangan:
T : Jumlah total Measures Cetak Biru Masyarakat ASEAN setiap fase
I : Jumlah Measures yang diimplementasikan
Dalam rangka mendukung tercapainya langkah aksi cetak biru Masyarakat ekonomi
ASEAN, sampai dengan tahun 2014, Indonesia telah meratifikasi sebanyak 121 dari 144
Perjanjian Ekonomi sedangkan 23 lainnya sedang dalam proses ratifikasi. Selain itu,
Indonesia juga aktif mendorong melalui berbagai pertemuan dan memberikan bantuan
capacity building bagi Negara ASEAN lain yang membutuhkan agar dapat
mengimplementasikan langkah aksi dan measures yang sudah ditargetkan.
Action Line Cetak Biru Masyarakat ASEAN Pilar Sosial Budaya
Berdasarkan laporan Mid-Term Review ASEAN Social Cultural Community (ASCC),
seluruh Negara anggota ASEAN telah berhasil mengimplementasikan langkah aksi (action
line) Cetak Biru ASCC Blueprint dengan capaian 90%. Negara anggota ASEAN pada tingkat
nasional dan regional berupaya untuk mempersiapkan integrasi Masyarakat ASEAN 2015
dan bahkan telah menetapkan target pencapain Pilar Sosial Budaya pasca 2015.
Berdasarkan data ASEAN kontinuitas untuk melanjutkan penyelesaian langkah aksi yang
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 48
tersisa (7 dari 339) dari yang telah terimplementasi sampai tahun 2014, hingga kini masih
terus dilaksanakan mengingat implementasinya melibatkan lintas pilar.
Pelaksanaan langkah aksi action lines pada pilar sosial budaya dilaksanakan secara
berkelanjutan (tidak hanya dalam waktu tertentu) sehingga total 305 langkah aksi dari
339 langkah aksi dilaksanakan dalam periode 2009 – 2013, dan diharapkan 34 langkah
aksi lainnya selesai dilaksanakan hingga tahun 2015. Indonesia melalui berbagai
rekomendasi yang telah disampaikan ke berbagai pertemuan ASEAN Socio Cultural
Community senantiasa mendorong seluruh Negara Anggota ASEAN melalui Setnas ASEAN
masing-masing negara untuk mengkonsolidasikan implementasi langkah aksi pilar sosial
budaya.
Grafik Implementasi Cetak Biru Masyarakat Sosial Budaya ASEAN s.d 2014
Kendala dan tantangan yang dihadapi dalam implementasi langkah aksi Cetak
Biru Masyarakat ASEAN diantaranya di Pilar Politik-Keamanan disebabkan minimnya
inisiatif dari negara anggota ASEAN selain Indonesia dan Filipina untuk melaksanakan
action lines APSC. Selain itu, belum ada negara anggota ASEAN yang bersedia memimpin 2
(dua) langkah aksi yang belum diimplementasikan, yaitu langkah aksi A.1.2.i yaitu
encourage the ASEAN Ministers Reponsible for information to developan institutional
framework to facilitate free flow of information based on each country’s national laws by
establishing an information baseline of these laws and to submit a progrees report to the
APSC; dan langkah aksi A.2.2.ii. yaitu convence a conference og high contracting payiers to
the tac to review its implementation.
Sedangkan kendala yang dihadapi dalam langkah aksi Pilar Ekonomi adalah tidak
siapnya/adanya regulasi domestik masing-masing negara terkait measures tertentu dan
proses legislasi nasional Negara Anggota ASEAN masing-masing berbeda. Selain itu
kesenjangan pembangunan ekonomi yang ada di ASEAN (seperti negara CLMV) juga ikut
mempengaruhi capaian implementasi langkah aksi pilar ekonomi. Di sisi lain, kendala yang
dihadapi di Pilar Sosial Budaya adalah begitu banyak isu-isu yang harus
diimplementasikan dan banyak badan sektoral yang terlibat. Selain itu beberapa langkah
aksi yang tersisa melibatkan kerja lintas pilar, yakni antara Pilar Sosbud dengan Pilar
Polkam dan Pilar Ekonomi.
Sebagai langkah solutif kedepan, Indonesia akan lebih aktif mengambil peran
dalam pelaksanaan kegiatan langkah aksi yang masih tersisa dan akan mendorong negara
93%
97%
79%
6.54
96%
ASEAN Socio Cultural Community (ASCC)Blueprint Implementation Progress Year 2015
Human Development 93%
Social Welfare 97%
Social Justice and Rights 79%
Environmental Sustainability EPITrend 6.54
ASEAN Identity 96%
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 49
anggota ASEAN untuk lebih aktif dalam impelementasi langkah aksi tersebut. Dalam hal
ini, Indonesia telah berkomitmen untuk menjadi lead shepherd 8 dari 22 langkah aksi yang
belum diimplementasikan. Kementerian Luar Negeri juga akan mengoptimalkan Setnas
ASEAN-Indonesia untuk meningkatkan koordinasi dengan para pemangku kepentingan
terkait dan mengkonsolidasikan berbagai hasil kesepakatan ASEAN pada tingkat nasional
terutama terkait implementasi langkah aksi Cetak Biru Masyarakat ASEAN 2015.
D.1.1 Perbandingan Capaian Sasaran Strategis-1 Tahun 2010—2014
Tabel Perbandingan Capaian SS-1 Tahun 2010—2014
Dalam periode 2010—2014, SS-1 telah direvisi pada tahun 2013 termasuk IKU.
SS-1 pada tahun 2012 telah melampaui 100% (105,46%), karena IKU masih berorientasi
kegiatan, proses, dan setingkat output. Sejak tahun 2013, SS-1 didukung dengan IKU yang
lebih tinggi dan terukur dengan menggunakan indeksasi yang disertai dengan setting
target yang lebih progresif dan menantang khususnya di tahun 2013 dan 2014. Hal ini
menyebabkan sepintas kinerja capaian SS-1 tahun 2013—2014 secara kuantitatif
mengalami penurunan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Namun secara kualitas, kinerja
Kementerian Luar Negeri lebih akuntabel.
SASARAN STRATEGIS (SS-1) % CAPAIAN
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Lama: Meningkatnya Peran dan Kepemimpinan Indonesia di Bidang Politik dan Keamanan, Ekonomi, Sosial Budaya, dan Kerja Sama dengan Mitra Wicara dalam Upaya Proses Integrasi Komunitas ASEAN
95,5 109 105,46 - -
Revisi: Meningkatnya peran dan kepemimpinan Indonesia dalam pembentukan Masyarakat ASEAN di bidang politik dan keamanan, ekonomi, dan sosial budaya (SS-1)
- - - Indeks 8 (91,28%) Amat Baik
Indeks 8 (92,92%) Amat Baik
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 50
D.2
Sasaran
Strategis
(SS-2)
Meningkatnya Peran Diplomasi Indonesia dalam Penanganan Isu Multilateral
Peningkatan peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu multilateral selama
tahun 2014 telah ditunjukkan oleh Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri. Hal ini dapat
dilihat dari keberhasilan menyampaikan posisi dan rekomendasi Pemerintah Indonesia dalam
sidang-sidang yang membahas isu-isu multilateral, menyampaikan inisiatif Pemerintah
Indonesia dalam memajukan kerja sama multilateral, dan mengupayakan pemenangan
pencalonan pemerintah/individu Indonesia dalam keanggotaan/jabatan pada berbagai
organisasi internasional. Di bidang politik dan keamanan internasional, Indonesia
berkontribusi aktif dalam upaya menciptakan dunia yang lebih aman, stabil, damai, adil, dan
makmur.
Pencapaian Sasaran Strategis 2 (SS-2) Kementerian Luar Negeri yaitu “Meningkatnya
peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu multilateral” diukur dengan Indikator
Kinerja Utama (IKU-2) Indeks peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu
multilateral. Peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu multilateral ditandai dengan
banyaknya posisi Indonesia yang diterima dalam forum multilateral, kepemimpinan
Indonesia dalam forum multilateral, keberhasilan pencalonan pemerintah/individu Indonesia
dalam keanggotaan/jabatan pada Organisasi Internasional, serta jumlah implementasi
kesepakatan multilateral pada tingkat nasional.
Pada tahun 2014, IKU-2 SS-2 ditargetkan Indeks 8 dengan realisasi Indeks 10
(102,16%) dengan kategori capaian “istimewa” (range >100). Capaian ini diperoleh dari
komponen dan pembobotan sebagai berikut:
No Komponen Bobot Realisasi Batas
Toleransi Realisasi
Pembobotan 1 Persentase posisi Indonesia yang diterima
dalam forum multilateral (Komponen-1 IKU-2 SS-2)
40 98,07% - 39,23%
2 Persentase kepemimpinan Indonesia dalam forum multilateral (Komponen-2 IKU-2 SS-2)
30 130,77% 120% 36,00%
3 Persentase keberhasilan pencalonan pemerintah/individu Indonesia dalam keanggotaan/jabatan pada Organisasi Internasional (Komponen-3 IKU-2 SS-2)
15 81,82% - 12,27%
4 Jumlah implementasi kesepakatan multilateral pada tingkat nasional (Komponen-4 IKU-2 SS-2)
15 97,73% - 14,66%
%Capaian SS-2 102,16% Indeks SS-2 Capaian 10
Target 8
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 51
Komitmen Indonesia terhadap penurunan emisi gas rumah kaca dan peranan dalam mendorong pembangunan hijau telah menjadikan
Presiden Yudhoyono sebagai Presiden Global Green Growth Institute. Pengakuan dunia internasional terhadap kiprah Presiden Yudhoyono pada kebijakan lingkungan hidup pada tingkat global maupun dalam negeri telah mendorong United Nations Environment Programme (UNEP)
memberikan penghargaan “The 2014 Champion on the Earth” dalam
kategori Policy Leadership, yang
diserahkan pada tanggal 19 November 2014 di Washington D.C.
Pada tahun 2014, Kementerian Luar Negeri
berhasil mencapai kinerja SS-2 sebesar
102,16% dengan indeks 10, hal ini
melampaui target yang telah ditetapkan yaitu
indeks 8. Capaian ini mengalami peningkatan
dibandingkan dari tahun sebelumnya yang
memiliki capaian sebesar 91,79% dengan indeks
8. Peningkatan capaian ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor pendukung, antara lain
meningkatnya koordinasi antara Kementerian
Luar Negeri dengan pemangku kepentingan
terkait di dalam negeri. Koordinasi ini
menghasilkan posisi Indonesia di forum
multilateral yang tidak hanya mampu melindungi
kepentingan nasional, tetapi juga mampu
menyuarakan pendapat atau sikap negara-negara
berkembang pada umumnya. Posisi-posisi inilah
yang lantas membangun citra Indonesia sebagai
negara yang dapat dipercaya oleh dunia. Kepercayaan dunia kepada Indonesia lantas
ditunjukkan dengan berbagai kesempatan yang diberikan kepada Indonesia untuk memimpin
pada forum-forum internasional.
Perbandingan capaian kinerja SS-2 yang telah dicapai pada tahun 2013 dan 2014
dapat dilihat pada tabel berikut:
*) Telah mengalami peningkatan sebesar 10,37%
No Komponen Realisasi
2013
Realisasi Pembobotan
2013
Realisasi 2014
Realisasi Pembobotan
2014 1 Persentase posisi Indonesia yang diterima
dalam forum multilateral
(Komponen 1 IKU-2 SS-2)
92,84% 37,14% 98,07% 39, 23%
2 Persentase kepemimpinan Indonesia dalam
forum multilateral
(Komponen 2 IKU-2 SS-2)
100% 30% 120% 36,00%
3 Persentase keberhasilan pencalonan
pemerintah/individu Indonesia dalam
keanggotaan/jabatan pada Organisasi
Internasional (Komponen 3 IKU-2 SS-2)
73,34% 11% 81,82% 12,27%
4 Jumlah implementasi kesepakatan
multilateral pada tingkat nasional
(Komponen 4 IKU-2 SS-2)
91,03% 13,65% 97,73% 14,66%
%Capaian SS-2 91,79% 102,16 %*) Indeks SS-2 Capaian 8 10
Target 6 8
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 52
Pada Sidang Majelis Umum (SMU) PBB ke-69 yang berlangsung di New York, tanggal 21 Oktober 2014, Indonesia kembali terpilih sebagai anggota Dewan HAM, dengan perolehan 152 suara. Bersama India, Bangladesh, dan Qatar, Indonesia akan kembali berpartisipasi aktif di Dewan HAM untuk periode 2015-2017 mewakili wilayah Asia dalam upaya promosi, pemajuan, dan perlindungan HAM di tingkat global. Terpilihnya kembali Indonesia sebagai anggota Dewan HAM PBB merupakan suatu bukti nyata kepercayaan masyarakat internasional terhadap upaya Indonesia dalam pemajuan dan perlindungan HAM, konsolidasi demokrasi Indonesia yang makin menguat, serta dukungan terhadap pemerintahan Indonesia yang baru.
Bukti peningkatan diplomasi Indonesia dalam penanganan isu multilateral secara
umum dapat dilihat dari beberapa capaian kinerja dalam kurun waktu tahun 2010-2014,
antara lain sebagai berikut:
1) Indonesia sebagai anggota Dewan HAM PBB. Pada 2010-2014, Indonesia terpilih
sebagai anggota Dewan HAM untuk periode 2011-2014 (perolehan suara 184 dari 191
negara), dan 2015-2019 (perolehan 152 suara). Terpilihnya kembali Indonesia sebagai
anggota Dewan HAM, tidak saja memungkinkan Indonesia untuk berpartisipasi secara
aktif dan menentukan arah pembahasan suatu isu, tetapi juga secara langsung
memperjuangkan kepentingan nasional, termasuk memagari kedaulatan NKRI.
Terpilihnya Indonesia dalam setiap pencalonannya di Dewan HAM menunjukkan
kredibilitas Indonesia dalam upaya pemajuan dan perlindungan HAM di berbagai
tingkatan.
2) Dialog Interaktif Pemerintah Indonesia dengan Treaty Bodies PBB. Kementerian Luar
Negeri telah berpartisipasi aktif dalam proses penyusunan dan pembahasan implementasi
instrumen HAM internasional, di mana Indonesia menjadi Negara Pihak, antara lain:
Pembahasan Laporan Periodik Gabungan ke-6 dan ke-7 pada tanggal 11 Juli 2012 di
New York, Sidang ke-52 Komite Conventionon the Elimination of All Forms of
Discrimination AgainstWomen/CEDAW).
Pembahasan Laporan Inisial dan Periodik Pertama Indonesia sebagai Negara Pihak
International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR) pada Sidang Komite Hak
Sipil dan Politik PBB (CCPR) pada tanggal 10-11 Juli 2013 di Jenewa.
Dialog interaktif antara Pemri dengan Komite Conventionon the Rights of the Child
(CRC) PBB, pada Sidang Sesi ke-66 pada tanggal 5 Juni 2014 di Jenewa.
Hasil dialog interaktif dapat memberikan rujukan dan arah bagi langkah-langkah lebih
lanjut yang perlu diambil oleh pemerintah maupun pemangku kepentingan lain
di Indonesia untuk pelaksanaan instrumen HAM internasional.
3) Kontribusi Indonesia di misi pemeliharaan PBB. Jumlah personel Indonesia yang
berpartisipasi dalam berbagai UN PKO (sesuai data United Nations Department of
Peacekeeping Operations per 31 Desember 2014) adalah sejumlah 1.844 personel, yang
menempatkan Indonesia di urutan ke-16 dari 122 Troops/Police Contributing Countries
(T/PCC). Pasukan tersebut bertugas di 9 (sembilan) misi pemeliharaan perdamaian PBB
di 6 (enam) negara, yaitu: MINUSTAH (Haiti); MONUSCO (Republik Demokratik Kongo);
UNAMID (Darfur, Sudan); UNIFIL (Lebanon); UNMIL (Liberia); UNMISS (Sudan Selatan),
MINURSO (Sahara Barat), MINUSCA (Arfrika Tengah), dan UNISFA (Abyei, Sudan). Sesuai
dengan amanat Konstitusi dan instruksi Presiden RI, Pemerintah Indonesia akan terus
meningkatkan partisipasinya dalam UN PKO sebagai net contributor dari perdamaian
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 53
0
1000
2000
20
10
20
11
20
12
20
13
20
14
Personel Indonesia yang Berpartisipasi dalam Berbagai UN
PKO
Total personel
dunia. Visi Indonesia dalam hal ini adalah mewujudkan penggelaran 4.000 Indonesian
Peacekeepers pada tahun 2019, yang diharapkan menempatkan Indonesia masuk ke
dalam peringkat sepuluh besar penyumbang pasukan (Troop/Police Contributing
Countries) di UN PKO. Berikut data partisipasi Indonesia selama 5 (lima) tahun terakhir:
4) Upaya Indonesia dalam Mendorong Reformasi Dewan Keamanan (DK) PBB.
Mendorong Reformasi Dewan Keamanan (DK) PBB merupakan salah satu prioritas
nasional Indonesia selama periode 2010-2014. Selama periode tersebut, Pemerintah
Indonesia melalui inisiatif-inisiatifnya terus menyuarakan perlunya DK PBB yang lebih
transparan, representatif, akuntabel, dan demokratis. Pemerintah Indonesia juga terus
mendorong intermediate approach guna menjembatani perbedaan posisi yang cukup
tajam antara negara-negara kunci, termasuk dengan Negara anggota tetap Dewan
Keamanan PBB. Posisi Indonesia terkait intermediate approach dalam berbagai
pembahasan mengenai Reformasi Dewan Keamanan PBB berada di bawah kerangka
Intergovernmental Negotiation (IGN).
5) Pokja Registrasi, Monitoring dan Evaluasi Non Government Organization (NGO)
Asing. Pelaksanaan Monev NGO asing di Indonesia secara langsung berdampak pada
peningkatan bantuan kerja sama pembangunan dari sumber-sumber pendanaan
multilateral terhadap program dan proyek yang dilakukan baik di Indonesia maupun
negara lain yang bekerjasama dengan Indonesia. Beberapa NGO asing di Indonesia turut
membantu penyelesaian program Pemerintah Indonesia dalam menangani isu-isu terkait
lingkungan hidup (seperti lahan basah, konservasi alam), peningkatan hak anak dan
pertanian berkelanjutan. Selama tahun 2014, telah terlaksana 9 (sembilan) pelaksanaan
pokja registrasi, monitoring, dan evaluasi NGO Asing. Hasil monev akan menjadi rujukan
untuk perpanjangan kerjasama NGO dengan kementerian teknis terkait.
TAHUN
TOTAL PERSONEL
KESELURUHAN
Peringkat
2010 1.795 personel 16
2011 1.981 personel 15
2012 1.717 personel 16
2013 1.546 personel 21
2014 1.844 personel 16
TAHUN
JUMLAH INISIATIF INDONESIA YANG DITERIMA
DALAM MENDUKUNG REFORMASI DK PBB
2010 3 Inisiatif
2011 5 Inisiatif
2012 5 Inisiatif
2013 6 Inisiatif
2014 11 Inisiatif
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 54
Tahun Jumlah NGO yang dibahas Jumlah Pelaksanaan Pokja Registrasi, Monitoring, dan Evaluasi NGO Asing
2010 86 6
2011 80 23
2012 91 17
2013 88 11
2014 87 9
6) Proses Ratifikasi Konvensi Minamata untuk Merkuri. Selama tahun 2010-2014,
Indonesia telah berpartisipasi aktif dalam perumusan Konvensi Minamata untuk
mencegah penggunaan Merkuri. Rangkaian Intergovernmental Negotiating Committee
(INC) untuk menyiapkan legally binding instrument untuk Merkuri telah dimulai sejak
tahun 2010. Pada tahun 2013, INC ke-5 berhasil menyepakati legally binding instrument
untuk Merkuri dengan mengesahkan Konvensi Minamata untuk Merkuri. Indonesia
merupakan salah satu negara pertama yang telah melakukan penandatangan Konvensi
dan Final Act tersebut pada Diplomatic Conference Konvensi Minamata pada tanggal
10 Oktober 2013. Setelah disepakatinya naskah konvensi, pada November 2014
pertemuan Intergovernmental Negotiating Committee ke-6 masih terus dilanjutkan untuk
membahas supplementary document pada konvensi Minamata. Konvensi Minamata telah
ditandatangani oleh 128 negara dan diratifikasi oleh 8 negara. Pada pertemuan INC ke-6
tersebut, Pemri telah menyampaikan perkembangan penyusunan Rencana Aksi Nasional
(RAN) untuk penambang emas berskala kecil yang berpedoman pada artikel 7 dan
annex C Konvensi Minamata. Sebagai upaya untuk melindungi kesehatan manusia dan
lingkungan hidup. Pemri telah memiliki komitmen untuk melakukan pelarangan
penggunaan Merkuri. Pasca penandatanganan Konvensi Minamata oleh Pemri, proses
selanjutnya yang perlu dilakukan adalah proses ratifikasi dan implementasi konvensi.
Dalam upaya menyiapkan proses ratifikasi Konvensi Minamata di Indonesia berbagai
upaya peningkatan kesadaran masyarakat telah dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri
antara lain dengan melakukan diseminasi informasi terkait Konvensi Minamata.
Sementara itu, dalam proses nasional persiapan ratifikasi Konvensi Minamata, pada tahun
2014 Pemri telah memulai proses inter-kementerian untuk menyiapkan naskah akademis
sebagai prasyarat ketentuan Pemri untuk merancang UU ratifikasi dan UU implementasi
Konvensi Minamata.
Meskipun capaian SS-2 pada tahun 2014 telah melebihi target, namun dalam
mencapai kinerja tersebut Kementerian Luar Negeri masih menghadapi berbagai kendala,
seperti:
1. Di bidang HAM dan Kemanusiaan, penjadwalan ulang sejumlah pertemuan internasional
dan bilateral maupun kegiatan implementasi kesepakatan multilateral pada tingkat
nasional yang disebabkan oleh masih diperlukannya pembahasan lebih lanjut mengenai
waktu penyelenggaraan kegiatan maupun isu yang akan dibahas serta faktor koordinasi
dan komitmen para pemangku kepentingan yang masih perlu ditingkatkan.
2. Di bidang Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata, dalam upaya mendorong
Reformasi Dewan Keamanan (DK) PBB, dipahami bahwa berlarut-larutnya proses
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 55
Reformasi tersebut antara lain disebabkan oleh belum tercapainya kesepakatan antar
negara anggota PBB terkait 5 (lima) isu kunci reformasi DK PBB, kekhawatiran kelima
negara anggota DK PBB bahwa proses reformasi akan mengurangi privilege mereka
vis-à-vis negara anggota PBB lainnya, serta peraturan bahwa keputusan yang diambil
harus didukung lebih dari 2/3 negara anggota termasuk persetujuan 5 (lima) negara
anggota tetap DK PBB, melalui ratifikasi negara anggota, serta melalui proses amandemen
Piagam PBB.
3. Dalam bidang pencalonan pemerintah/individu Indonesia dalam
keanggotaan/jabatan pada Organisasi Internasional, kurangnya koordinasi antara
focal point menyebabkan tidak selarasnya pandangan antara Kementerian Luar Negeri
dengan focal point Kementerian atau Lembaga lainnya. Hal tersebut menyebabkan upaya
penggalangan dukungan menjadi tidak efektif. Selain itu, notifikasi akan majunya
Indonesia dalam beberapa pemilihan diinformasikan pada waktu yang sangat dekat
dengan hari pemilihan. Hal ini menyebabkan kurang efektifnya penggalangan dukungan,
walaupun Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan RI di luar negeri telah mengupayakan
kampanye seoptimal mungkin, yang mengakibatkan tidak berhasilnya pencalonan.
4. Kendala teknis lainnya di bidang Pembangunan, Ekonomi, dan Lingkungan Hidup,
bidang Perdagangan, Perindustrian, Investasi dan Hak Kekayaan Intelektual serta
bidang Sosial Budaya dan Organisasi Internasional Negara Berkembang antara lain
adanya pemotongan anggaran yang menyebabkan keterbatasan dalam penyelenggaraan
beberapa kegiatan, terdapat kegiatan prioritas yang muncul secara mendadak dan berada
di luar perencanaan sehingga sumber daya yang tersedia harus dialihkan untuk
menyelenggarakan kegiatan prioritas yang mendadak tersebut, adanya kekosongan pada
jabatan struktural, sehingga terjadi overlapping pada SDM yang ada.
Guna mengatasi kendala-kendala tersebut, Kementerian Luar Negeri telah mengambil
langkah kedepan sebagai berikut:
1. Terkait dengan Reformasi DK PBB, walaupun reformasi DK PBB tidak lagi menjadi
prioritas nasional pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
periode 2015-2019, Indonesia harus senantiasa berperan aktif dalam mendorong
reformasi Dewan Keamanan PBB, khususnya aspek yang berkenaan langsung dengan
kepentingan nasional Indonesia, seperti perluasan keanggotaan DK PBB guna
meningkatkan keterwakilan negara berkembang, penghapusan hak veto, serta penguatan
hubungan antara DK PBB dan organ-organ PBB lainnya. Untuk itu, Indonesia perlu terus
memperkaya dan mengkonsolidasikan pendekatan intermediate approach seraya
senantiasa memperkuat upaya pendekatan dengan negara-negara kunci untuk
memajukan posisi dan kepentingan nasional RI melalui perannya sebagai bridge builder
and consensus builder.
2. Mempertahankan dan memperkuat kepempimpinan (leadership) Indonesia di berbagai
isu terkait hubungan dan politik luar negeri di berbagai fora multilateral, khususnya di
PBB, sejalan dengan kepentingan nasional.
3. Memperkuat kerja sama dan dialog dengan berbagai stakeholders, khususnya pemangku
kepentingan terkait di dalam negeri dalam perumusan dan implementasi kebijakan luar
negeri sesuai dengan sistem politik Indonesia yang demokratis.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 56
4. Membuat perencanaan sebaik mungkin dan membuat skala prioritas yang mengantisipasi
kemungkinan terjadinya kegiatan atau pertemuan di luar perencanaan dengan
memperhatikan juga tujuan jangka panjang yang ingin dicapai.
ANALISIS IKU-2 SS-2: Indeks Peran Diplomasi Indonesia dalam Penanganan Isu Multilateral
Indeks peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu Multilateral diperoleh dari
4 (empat) komponen dengan pembobotan yang berbeda, yaitu:
No Komponen IKU-2 SS-2 Bobot
1 Persentase posisi Indonesia yang diterima dalam forum multilateral (Komponen 1 IKU-2 SS-2)
40
2 Persentase kepemimpinan Indonesia dalam forum multilateral (Komponen 2 IKU-2 SS-2)
30
3 Persentase keberhasilan pencalonan pemerintah/individu Indonesia dalam keanggotaan/jabatan pada Organisasi Internasional (Komponen 3 IKU-2 SS-2)
15
4 Jumlah implementasi kesepakatan multilateral pada tingkat nasional(Komponen 4 IKU-2 SS-2)
15
Analisis Komponen 1 IKU-2 SS-2: Persentase posisi Indonesia yang diterima dalam
forum multilateral
Posisi yang disampaikan suatu negara mencerminkan kepentingan nasional negara tersebut. Seluruh posisi yang disampaikan Indonesia di forum multilateral merupakan cerminan kepentingan nasional Indonesia. Dengan demikian, diterimanya posisi Indonesia dalam forum multilateral berarti Indonesia mampu memperjuangkan kepentingan nasionalnya. Semakin banyak posisi yang diterima, dapat disimpulkan bahwa semakin besar pengaruh Indonesia di dalam forum tersebut. Realisasi dan capaian untuk komponen 1 IKU-2 SS-2 dapat dilihat sebagaimana tabel berikut:
Komponen 1 IKU-2 SS-2
Target %
Capaian Informasi kinerja Jumlah
% Realisasi
Data Dukung
Persentase posisi Indonesia yang diterima dalam forum multilateral
80%
122,59% Jumlah posisi yang diterima dalam forum multilateral
356 98,07% Laporan Delri, resolusi, keputusan Presidensial/Chairman statement,dll
Jumlah posisi yang disampaikan dalam forum multilateral
363
Selama tahun 2014, Kementerian Luar Negeri berhasil mencapai realisasi komponen
1 IKU-2 SS-2 sebesar 98,07% posisi yang diterima di dalam forum multilateral (356 posisi
diterima dibandingkan dengan 363 posisi yang disampaikan) dari target sebesar 80%.
Sehingga capaian komponen 1 IKU-2 SS-2 untuk posisi yang diterima dalam persidangan di
forum-forum multilateral pada tahun 2014 adalah sebesar 122,59%. Berikut beberapa posisi
strategis Indonesia yang diterima di forum multilateral:
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 57
1. Diterimanya posisi Indonesia dalam rancangan resolusi, rancangan keputusan, dan
Presidential Statement pada sesi persidangan Dewan HAM PBB dan Komite III SMU PBB,
sesuai dengan posisi Indonesia sebagai anggota Dewan HAM untuk periode 2011-2014,
yang terkait dengan penanganan berbagai isu HAM dan kemanusiaan yang bersifat
strategis dan sejalan dengan kepentingan nasional Indonesia.
2. Pada UN Climate Summit 2014, Presiden RI
menyampaikan upaya-upaya Indonesia dalam
menghadapi tantangan perubahan iklim seperti
komitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca
sebesar 26% dengan upaya sendiri dan 41% dengan
bantuan internasional, melalui antara lain upaya
REDD+, ekplorasi blue carbon ecosystem, dan
ratifikasi Doha Amandemen untuk Kyoto Protocol.
3. Diterimanya posisi Indonesia dalam pertemuan Peacekeeping Summit yang
diselenggarakan di sela-sela SMU PBB ke-69 di New York, Amerika Serikat, pada tanggal
26 September 2014, yaitu komitmen Pemerintah RI untuk terus meningkatkan
kuantitas dan kualitas personelnya dalam misi pemeliharaan perdamaian PBB,
khususnya melalui pemenuhan Vision 4.000 Peacekeepers, serta kesiapan Indonesia
untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan konferensi regional mengenai
peacekeeping pada tahun 2015.
Pada Senior Official Meeting (SOM) Persiapan KTM OKI ke-41 di Jeddah pada tanggal
13-15 Mei 2014, Indonesia menyampaikan dukungannya atas rekonsiliasi nasional Palestina
dan aksesi Palestina pada 15 konvensi dan perjanjian internasional dan mengajukan proposal
penambahan paragraf baru dalam ranres yang intinya berisi kecaman terhadap Israel atas
penahanan ilegal warga Palestina, termasuk anak anak dan wanita, dan praktek solitary
confinement serta meminta negara anggota untuk bekerja sama dengan komunitas
internasional dalam menekan Israel untuk mematuhi hukum internasional.
Realisasi komponen 1 IKU-2 SS-2 hampir mencapai 100% (hanya 7 yang tidak
diterima dari 363 posisi yang disampaikan). Capaian ini didukung oleh cukup baiknya
koordinasi yang dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri dengan pemangku kepentingan
terkait di dalam negeri. Koordinasi ini menghasilkan posisi Indonesia di forum multilateral
yang tidak hanya mampu melindungi kepentingan nasional, tetapi juga mampu mewakili
pendapat atau sikap negara-negara berkembang pada umumnya terhadap suatu isu.
Meskipun capaian kinerja komponen 1 IKU-2 SS-2 mencapai 122,59%, dalam
pelaksanaannya Kementerian Luar Negeri juga menghadapi beberapa kendala, seperti
adanya penjadwalan ulang beberapa pertemuan internasional secara mendadak dan
kurangnya komitmen para pemangku kepentingan di dalam negeri. Dalam upaya mengatasi
kendala yang dihadapi, Kementerian Luar Negeri telah melakukan beberapa langkah solutif
dengan meningkatkan intensitas komunikasi dan memperluas jaringan untuk lebih
mengefektifkan koordinasi dan melancarkan kerja sama dengan berbagai pihak terkait.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 58
Berikut perbandingan jumlah posisi Indonesia pada komponen 1 IKU-2 SS-2 untuk
tahun 2010-2014:
Komponen 1 IKU-2 SS-2
Informasi kinerja Jumlah posisi 2010
Jumlah posisi 2011
Jumlah posisi 2012
Jumlah posisi 2013
Jumlah posisi 2014
Persentase posisi Indonesia yang diterima dalam forum multilateral
Jumlah posisi yang diterima dalam forum multilateral
N/A N/A 122 324 356
Jumlah posisi yang disampaikan dalam forum multilateral
132 349 363
% Realisasi posisi Indonesia yang diterima dalam forum multilateral
92,42% 92,84% 98,07%
Jika dilihat dari perbandingan jumlah posisi tahun 2010—2014 diatas, dapat dilihat
bahwa dari tahun ke tahun terjadi fluktuasi jumlah posisi baik yang disampaikan oleh
Indonesia maupun posisi yang diterima dalam forum multilateral. Hal ini disebabkan oleh
fluktuasi jumlah persidangan multilateral yang bernilai strategis bagi Indonesia pada setiap
tahunnya.
Analisis Komponen 2 IKU-2 SS-2: Persentase Kepemimpinan Indonesia dalam Forum
Multilateral
Sebagaimana posisi, kepemimpinan Indonesia di forum multilateral juga dapat
meningkatkan peranan Indonesia di dunia internasional. Apabila peran Indonesia sudah
meningkat, pelaksanaan diplomasi untuk melindungi kepentingan nasional menjadi lebih
mudah. Sepanjang tahun 2014, Kementerian Luar Negeri mencatat bahwa dari target
sebanyak 80% forum internasional yang direncanakan dipimpin oleh Indonesia, seluruhnya
berjalan sesuai rencana. Bahkan, ada forum-forum yang tidak direncanakan di awal tahun
tetapi pada tahun berjalan dapat terlaksana sehingga realisasi komponen 2 IKU-2 SS-2 ini
melebihi target. Dengan demikian, capaian untuk komponen 2 IKU-2 SS-2 tersebut adalah
sebesar 163,46% sebagaimana tabel berikut:
Komponen2 IKU-2 SS-2
Target %
Capaian Informasi Kinerja Jumlah
% Realisasi
Data Dukung
Persentase kepemimpinan Indonesia dalam forum multilateral
80%
163,46% Jumlah kepemimpinan yang dilaksanakan dalam forum multilateral
17 130,77% Laporan Delri, resolusi, keputusan Presidensial/Chairman statement,dll
Jumlah pertemuan atau event yang disepakati untuk dipimpin oleh Indonesia dalam forum multilateral
13
Realisasi komponen 2 IKU-2 SS-2 yang mencapai lebih dari 100% ini didukung oleh
faktor meningkatnya kepercayaan dunia kepada Indonesia. Dengan konstelasi global yang
dinamis saat ini, terdapat desakan dari dunia agar Indonesia memimpin pada forum-forum
multilateral, khususnya karena Indonesia dianggap dapat mewakili suara negara-negara
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 59
Dalam kerangka kerja sama multilateral penanggulangan terorisme,Indonesia berperan aktif dalam Global Counter-TerrorismForum (GCTF). Pada periode 2011-2013, Indonesia menjadi co-chair dari Southeast Asia Capacity Building Working Group yang memiliki fokus pada upaya saling tukar informasi, pengalaman,dan best practices terkait dengan isu penanggulangan terorismedi kawasan. Indonesia juga telah menjadi tuanrumah penyelenggaraan Inaugural Meeting of the Detentionand Reintegration Working Group, di Bali, pada tanggal 12-13Agustus 2014. Pertemuan tersebut telah mengesahkan work plan untuk kerja working groupselama 2 (dua) tahun ke depan.
berkembang. Indonesia menerima kesempatan-kesempatan untuk memimpin, karena
kesempatan tersebut sejalan dengan prinsip politik luar negeri dan peluang melindungi
kepentingan nasional di tingkat global, sehingga jumlah kepemimpinan yang dilaksanakan
Indonesia lebih besar dari jumlah yang ditargetkan.
Sepanjang tahun 2014, Indonesia telah
memimpin forum-forum strategis sebagai bukti
kepemimpinan Indonesia dalam forum multilateral
yang bisa membantu meningkatkan citra dan
pencapaian kepentingan nasional. Forum-forum
tersebut di antaranya adalah:
1. Pertemuan World Humanitarian Summit
2016 North and South East Asia Regional
Consultation di Tokyo, Jepang pada tanggal
23-24 Juli 2014. Indonesia memimpin
sebagai co-chair.
2. Pertemuan Open Government Partnership Tingkat Regional Asia Pasifik.
Pertemuan yang mengangkat tema Unlocking Innovative Oppenness: "
Impetus to Greater Citizen Engagement ini
diselenggarakan di Bali pada tanggal 4-7
Mei 2014. Pertemuan ini berhasil
mendorong kerja sama yang lebih erat
antara para pemangku kepentingan dalam
mencapai OGP melalui implementasi 4
(empat) prinsip yaitu konsepsi,
komitmen, keberlanjutan, serta co-
partnership antara pemerintah dan CSO.
3. Pertemuan Tingkat Menteri World Coral
Reef Conference (WCRC) di Manado pada tanggal 13-17 Mei 2014. Pertemuan
menyepakati dokumen Manado Coral Reef Conference Communique sebagai komitmen
penanganan dan pemanfaatan terumbu karang dunia.
Dari 13 pertemuan dalam forum multilateral yang disepakati/direncanakan untuk
dipimpin Indonesia, pada realisasinya terdapat 17 pertemuan yang terlaksana. Terdapat
4 pertemuan tambahan yang tidak direncanakan sebelumnya. Pertemuan-pertemuan tersebut
adalah:
1. High Level Round Table 1 dan Plenary 1 dalam 6th AMCDRR di Bangkok pada tanggal
22-26 Juni 2014. Sidang yang membahas mengenai upaya-upaya pengurangan risiko
bencana oleh berbagai negara, termasuk dalam mengimplementasikan Hyogo
Framework for Action ini, Indonesia menjadi co-chair (High Level Round Table 1) dan
chair (Plenary 1). Sidang ini merupakan bagian dari rangkaian 6th AMCDRR. Indonesia
tidak merencanakan kehadirannya pada sidang ini di awal tahun, namun pada
perjalanannya Indonesia diminta untuk menjadi chair dan co-chair. Mengingat
permintaan ini merupakan suatu kesempatan bagi Indonesia untuk menunjukkan
kepemimpinannya di forum multilateral, Indonesia memutuskan untuk menerimanya.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 60
2. Dialog HAM Bilateral Indonesia-Iran di Teheran, Iran pada tanggal 12-13 Juli 2014.
Pada dialog yang menyepakati pembahasan Kerangka Kerjasama HAM kedua negara,
Review perkembangan isu HAM, Kebijakan HAM di kedua negara, Isu HAM di forum
internasional dan multilateral, dan isu-isu lainnnya ini, Indonesia bertindak sebagai
co-chair. Pada pertemuan ini juga Iran banyak belajar dari Indonesia mengenai
pembuatan dan penyusunan RANHAM. Pertemuan ini tidak direncanakan di awal
tahun, melainkan merupakan tindak lanjut dari Dialog HAM Bilateral Indonesia-Iran
yang dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 6 Maret 2014.
3. Pertemuan Teknis Bilateral RI-Timor Leste di Dili, Timor Leste pada tanggal
18-19 Agustus 2014. Pada pertemuan yang membahas tentang Pembayaran THT,
NTIP, dan Taperum bagi mantan PNS dan anggota TNI/Polri serta JHT bagi mantan
karyawan swasta pada bekas Propinsi Timor Timur berhasil menyusun perjanjian
mengenai pembayaran THT, NTIP dan Taperum yang belum selesai sebelumnya ini
Indonesia bertindak sebagai co-chair. Pertemuan ini tidak direncanakan di awal
tahun, melainkan merupakan tindak lanjut dari Pertemuan Bilateral RI-Timor Leste
yang diselenggarakan di Dili pada tanggal 26-27 Maret 2014.
4. Like-Minded Countries Workshop on Foreign Terrorist Fighters di Bali pada tanggal
14 Agustus 2014. Indonesia bertindak sebagai tuan rumah pada workshop ini dan
kegiatan ini diselenggarakan atas kerja sama Pemerintah Indonesia dengan
Pemerintah Belanda, Inggris, dan Australia. Workshop bertujuan sebagai sarana tukar
informasi antara kalangan Pemerintah maupun akademisi terkait isu foreign terrorist
fighters. Workshop ini merupakan kegiatan yang tidak direncanakan, namun
mengingat substansinya yang penting dan sejalan dengan kepentingan nasional.
Jika dibandingkan dengan kinerja 5 tahun sebelumnya, tahun 2010—2014 jumlah
kepemimpinan Indonesia dalam forum multilateral setiap tahunnya selalu melebihi target.
Hal ini bukan dikarenakan perencanaan yang kurang matang, melainkan oleh meningkatnya
kepercayaan dunia kepada Indonesia sehingga ada beberapa forum multilateral yang tidak
direncanakan akan dipimpin oleh Indonesia namun pada pelaksanaannya Indonesia
mendapat kepercayaan untuk memimpin pada forum-forum tersebut.
Berikut perbandingan target dan realisasi komponen 2 IKU-2 SS-2 tahun 2010-2014:
Komponen 2 IKU-2 SS-2
Informasi Kinerja Jumlah
2010 Jumlah
2011 Jumlah
2012 Jumlah
2013 Jumlah
2014
Persentase kepemimpinan Indonesia dalam forum multilateral
Jumlah kepemimpinan yang dilaksanakan dalam forum multilateral
N/A N/A 10 18 17
Jumlah pertemuan atau event yang disepakati untuk dipimpin oleh Indonesia dalam forum multilateral
7 18 13
% Realisasi kepemimpinan Indonesia dalam forum multilateral
142,86% 100% 130,77%
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 61
Analisis Komponen 3 IKU-2 SS-2: Persentase Keberhasilan Pencalonan
Pemerintah/Individu Indonesia dalam Keanggotaan/Jabatan pada Organisasi
Internasional
Pencalonan pada organisasi internasional merupakan upaya strategis Pemerintah
Indonesia untuk memperjuangkan kepentingan nasional melalui jabatan strategis pada
organisasi internasional. Dengan menduduki jabatan tersebut, Indonesia berkesempatan
untuk turut serta menyusun kebijakan suatu organisasi internasional, menyusun dan
melaksanakan program-program kerja organisasi internasional yang dapat dimanfaatkan dan
disesuaikan untuk memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia, maupun
memperjuangkan kepentingan regional dan negara-negara berkembang guna meningkatkan
postur internasional Indonesia, dan dalam rangka meningkatkan peran aktif Indonesia dalam
berbagai kerja sama internasional dan menjadi bagian dari solusi permasalahan global.
Selama tahun 2014, Indonesia berhasil memenangkan pencalonan pada 9 (sembilan)
organisasi internasional. Keberhasilan pencalonan Indonesia utamanya didukung oleh
perencanaan yang matang dan koordinasi antara Kementerian Luar Negeri dan instansi
terkait yang optimal.
Komponen 3 IKU-2 SS-2 Target %
Capaian
Informasi
Kinerja Jumlah
%
Realisasi
Data
Dukung
Persentase keberhasilan
pencalonan
pemerintah/individu
Indonesia dalam
keanggotaan/jabatan pada
Organisasi Internasional
70%
116,88% Jumlah
pencalonan yang
berhasil
9 81,82% Laporan
Delri,
resolusi,
keputusan
Presidensial/
Chairman
statement,dll
Jumlah
pencalonan yang
diusulkan
11
Beberapa pencalonan Indonesia yang berhasil, antara lain:
1. Indonesia terpilih sebagai anggota Dewan HAM PBB periode 2015-2017;
2. Indonesia terpilih sebagai anggota Dewan International Telecommunication Union (ITU)
2014-2018;
3. Dr. Andi Eka Sakya, M.Eng terpilih sebagai President of Regional Association V of World
Meteorological Organization (RSA V WMO) periode 2014-2018;
4. Dr. Siti Ruhaini Dzuhayatin terpilih sebagai anggota Independent and Permanent Human
Rights Commission OKI periode 2015-2018.
Dari 11 (sebelas) pencalonan yang diajukan, Indonesia tidak berhasil terpilih pada
2 (dua) pencalonan, yaitu:
1. Dr. Nurhayati Ali Assegaf sebagai Presiden Inter-Parliamentary Union (IPU) periode
2014-2017;
2. Bapak Meiditomo Sutyarjoko sebagai anggota Radio Regulations Board ITU periode
2014-2018.
Gagalnya kedua pencalonan tersebut diatas disebabkan oleh beberapa kendala,
seperti kurangnya koordinasi antara focal point yang menyebabkan tidak selarasnya
pandangan antara Kementerian Luar Negeri dengan focal point Kementerian/Lembaga terkait
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 62
sehingga upaya penggalangan dukungan menjadi kurang efektif. Selain itu, adanya
pemberitahuan mengenai akan majunya Indonesia dalam beberapa pemilihan diinformasikan
pada waktu yang telah dekat dengan waktu pemilihan, hal ini menyebabkan terbatasnya
waktu sehingga upaya penggalangan dukungan menjadi kurang efektif dan optimal. Guna
mengatasi masalah kegagalan dalam pencalonan di tahun-tahun mendatang, Kementerian
Luar Negeri melakukan langkah-langkah solutif, seperti meningkatkan koordinasi dengan
focal point Kementerian/Lembaga terkait, menyusun perencanaan pencalonan Indonesia
selama satu tahun ke depan dengan lebih matang, dan mengoptimalkan berbagai upaya untuk
menggalang dukungan.
Berikut data pencalonan Pemerintah/individu dalam keanggotaan/jabatan di
Organisasi Internasional untuk 5 (lima) tahun terakhir:
Komponen 3 IKU-2 SS-2 Informasi
Kinerja
Jumlah
2010 Jumlah
2011
Jumlah
2012
Jumlah
2013
Jumlah
2014
Persentase keberhasilan
pencalonan
pemerintah/individu
Indonesia dalam
keanggotaan/jabatan pada
Organisasi Internasional
Jumlah
pencalonan yang
berhasil
8 16 9 11 9
Jumlah
pencalonan yang
diusulkan
9 19 10 15 11
% Realisasi keberhasilan pencalonan
pemerintah/individu Indonesia dalam
keanggotaan/jabatan pada
Organisasi Internasional
88,89% 84,21% 90% 73,33% 81,82%
Pada diagram disamping dapat
dilihat fluktuasi jumlah pencalonan
yang diusulkan dan pencalonan
yang berhasil dari tahun 2010-
2014. Fluktuasi tersebut
disebabkan oleh konstelasi dunia
internasional di tahun-tahun
tertentu, apakah ada banyak
pencalonan strategis untuk diikuti
oleh Indonesia.
Analisis Komponen 4 IKU-2 SS-2: Jumlah Implementasi Kesepakatan Multilateral pada
Tingkat Nasional
Implementasi kesepakatan multilateral merupakan hal-hal yang disepakati di dalam
forum multilateral yang menuntut implementasi di Indonesia. Selain itu, implementasi yang
dimaksud dalam bidang multilateral adalah tindak lanjut dari kesepakatan/perjanjian yang
telah disetujui pada tingkat multilateral. Hasil akhir dari implementasi dapat berupa
kebijakan, rencana aksi dan peraturan perundang-undangan, termasuk Undang-Undang untuk
0
5
10
15
20
2010 2011 2012 2013 2014
Pencalonan yang diusulkan
Pencalonan yang berhasil
Diagram Pencalonan Tahun 2010-2014
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 63
Dalam kerangka International Year of Solidarity with Palestinian People, tanggal 28 November 2014 di Jakarta, Kemlu bekerja sama dengan Kedutaan Besar Palestina dan United Nation Information Center menyelenggarakan International Seminar on Palestine dengan tema “Unwavering Support of Indonesia to Palestine and the Role of the United Nations” untuk menujukkan dukungan Indonesia terhadap perjuangan rakyat Palestina dan bagi two-states solution, dengan Jerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Kegiatan ini juga didiseminasikan kepada PBB melalui PTRI New York.
diratifikasi. Sepanjang tahun 2014, Kementerian Luar Negeri mencatat bahwa dari target
sebanyak 132 kesepakatan multilateral yang diimplementasikan pada tingkat nasional, pada
realisasinya ada 129 kesepakatan yang dapat diimplementasikan (97,73%). Dengan demikian,
capaian untuk komponen 4 IKU-2 SS-2 adalah sebesar 97,73% sebagaimana tabel berikut:
Komponen 4 IKU-2 SS-2 Target %
Capaian Informasi Kinerja Jumlah Data Dukung
Jumlah implementasi
kesepakatan multilateral pada
tingkat nasional
132
97,73% Jumlah
Implementasi
Kesepakatan
Multilateral pada
tingkat nasional
yang dilaksanakan
129 Laporan Delri,
resolusi,
keputusan
Presidensial/
Chairman
statement,dll
Bentuk realisasi dari komponen 4 IKU-2 SS-2 ini antara lain:
1. Penerbitan buku terkait sejumlah Konvensi HAM
internasional (International Covenant on Civil
and Political Rights/ICCPR, International
Covenant on Economic, Social and Cultural
Rights/ICSESR, Convention to Eliminate all
Forms of Discrimination against
Women/CEDAW, dan Convention on the
Rights of the Child/CRC) yang telah
diratifikasi oleh Indonesia.
2. Simposium ”Agenda Pembangunan Global:
dari MDGs Menuju Agenda Pembangunan
GlobalPasca-2015” yang dilaksanakan di
Universitas Andalas, Padang, Sumatra Barat pada
tanggal 24 Februari 2014.
3. Focus Group Discussion mengenai Keanggotaan pada Organisasi
Internasional Sektor Komoditas Perikanan dan Kehutanan di Bandung pada
tanggal 13-15 November 2014. FGD ini berhasil merumuskan paper rekomendasi
keanggotaan Indonesia pada OI komoditas sektor perikanandan kehutanan sebagai
referensi bagi K/L untuk melihat kembali manfaat/relevansi keanggotaan Indonesia pada
OI sektor komoditas tersebut.
Tidak tercapainya target komponen 4 IKU-2 SS-2 ini antara lain dipengaruhi oleh
beberapa kendala, seperti kurangnya komitmen dari pemangku kepentingan terkait dengan
penetapan waktu penyelenggaraan kegiatan implementasi serta isu-isu yang akan dibahas
yang disesuaikan dengan perkembangan yang ada, adanya kesulitan dalam pengaturan waktu
dengan pejabat dari Kementerian/Lembaga terkait. Guna mengatasi kendala-kendala
tersebut, Kementerian Luar Negeri memiliki langkah solutif, antara lain terus meningkatkan
intensitas komunikasi dan memperluas jaringan untuk lebih mengefektifkan koordinasi dan
memperlancar kerja sama dengan Kementerian/Lembaga/Counterpart terkait.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 64
120
125
130
135
140
145
2013 2014
Target Implementasi
Realisasi Implementasi
Jika dibandingkan dengan kinerja 5 tahun sebelumnya, berikut data perbandingan
jumlah implementasi kesepakatan multilateral dari tahun 2010-2014:
Komponen 4 IKU-2 SS-2 2010 2011 2012 Target
2013
Realisasi
2013 Target
2014
Realisasi
2014
Jumlah implementasi
kesepakatan multilateral
pada tingkat nasional
N/A N/A N/A 145 132 132
129
*) Jumlah implementasi hanya bisa dibandingkan untuk tahun 2013-2014, hal ini dikarenakan perbaikan rumusan di tahun 2013 dengan tolak tolak ukur atau indikator kinerja utama yang berbeda dan lebih berorientasi hasil.
Grafik Perbandingan Jumlah Implementasi Kesepakatan Multilateral
Tahun 2013-2014
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 65
D.2.1 Perbandingan Capaian Sasaran Strategis-2 Tahun 2010—2014
Tabel Perbandingan Capaian SS-2 Tahun 2010—2014
Dalam periode 2010—2014, SS-2 telah direvisi pada tahun 2013 termasuk IKU. SS-2
pada tahun 2012 telah melampaui 100% (144,85%), karena IKU masih berorientasi kegiatan,
proses, dan setingkat output. Sejak tahun 2013, SS-2 didukung dengan IKU yang lebih tinggi
dan terukur dengan menggunakan indeksasi yang disertai dengan setting target yang lebih
progresif dan menantang khususnya di tahun 2013 dan 2014. Hal ini menyebabkan sepintas
kinerja capaian SS-2 tahun 2013—2014 secara kuantitatif mengalami penurunan dibanding
tahun-tahun sebelumnya. Namun secara kualitas, kinerja Kementerian Luar Negeri lebih
akuntabel.
SASARAN STRATEGIS (SS-2)
% CAPAIAN
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Lama: Meningkatnya Peran Aktif Indonesia dalam Mewujudkan Perdamaian dan Keamanan Internasional, Pemajuan dan Perlindungan HAM, serta Meningkatkan Pembangunan Ekonomi, Sosial Budaya, Keuangan, Lingkugan Hidup, Perdagangan, Peridustrian, Investasi, dan Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Melalui Penguatan Kerja Sama Multilateral
84,54 87,89 144,85 - -
Revisi: Meningkatnya peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu multilateral (SS-2)
- - - Indeks 8 (91,79%)
Amat Baik
Indeks 10 (102,16%) Istimewa
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 66
D.3 Sasaran Strategis
(SS-3)
Meningkatnya Kerja Sama di Berbagai Bidang antara RI dengan Negara-negara dan Organisasi Intrakawasan di Kawasan Asia-Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa
Indonesia telah memiliki hubungan dalam kurun waktu yang panjang dengan negara-
negara secara bilateral dan dengan organisasi-organisasi intrakawasan. Diplomasi bilateral
merupakan mekanisme penting dalam menjalin hubungan kerja sama yang baik dengan
negara-negara lain. Diplomasi Indonesia di kawasan ini pada tahun 2014 menghasilkan
berbagai capaian yang positif dalam kerjasama di berbagai bidang, yaitu ekonomi dan
perdagangan, pariwisata, lingkungan hidup, pendidikan, transportasi, dan bidang prioritas
lainnya yang bermanfaat bagi kepentingan nasional Indonesia.
Hubungan Indonesia dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik dan Afrika serta
Amerika dan Eropa dapat digambarkan semakin kuat dan solid dan matang di segala bidang,
dengan hasil-hasil kerja sama bilateral yang telah memberikan kontribusi positif tidak hanya
bagi kemajuan hubungan Indonesia dengan negara sahabat, akan tetapi juga bagi kemajuan
kerja sama di regional dan internasional
Sasaran Strategis Kementerian Luar Negeri “Meningkatnya Kerja Sama di Berbagai
Bidang antara RI dengan Negara-negara dan Organisasi Intrakawasan di Kawasan Asia-
Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa” sebagai Sasaran Strategis 3 (SS-3)
diukurdengan Indikator Kinerja Utama (IKU-3 SS-3) “Indeks Kerja Sama Indonesia di
berbagai bidang dengan negara-negara dan organisasi intrakawasan di kawasan Asia-
Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa”.
Meningkatnyakerja sama bilateral di berbagai bidang antara RI dengan Negara-negara
dan organisasi intra kawasan ditandai dengan jumlah kunjungan/pertemuan Kepala
Negara/Pemerintahan dan pejabat tinggi, jumlah dokumen kerja sama dan prakarsa di bidang
politik dan keamanan, ekonomi, perdagangan dan investasi, sosial dan budaya, negara yang
mengakui Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), nilai investasi negara-negara asing,
total nilai perdagangan, dan jumlah wisatawan mancanegara. Pada tahun 2014, capaian
kinerja SS-3 ditargetkan dengan Indeks 10 dengan capaian Indeks 10 (112,05%) dengan
kategori capaian “Istimewa” (range capaian 95<x≤100), yang diperoleh dari komponen dan
pembobotan sebagai berikut:
"Indonesia helps to contribute to stability in the Asia-Pacific region and the world” Amitav Acharya, author of “Indonesia Matter”
-The New York Times, October 21, 2014-
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 67
Tabel Capaian SS-3 Tahun 2014
No Komponen Bobot Target Realisasi
Capaian (Batas
Toleransi: 120%)
Realisasi Pembobotan
1 Jumlah kunjungan/pertemuan KepalaNegara/Pemerintahan dan pejabat tinggi (Komponen 1 IKU-3SS-3)
45 84 93 110,71% 49,82%
2 Jumlah dokumen
kerjasamadan prakarsa di
bidang politik dan
keamanan, ekonomi,
perdagangan dan investasi,
sosial dan budaya.
(Komponen 2 IKU-3 SS-3)
30 81 119 120% 36%
3 Negara yang mengakui
Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI)
(Komponen 3 IKU-3 SS-3)
10 100% 99,53% 99,53% 9,95%
4 Nilai investasi negara-
negara asing (Komponen 4
IKU-3 SS-3)
5 Rp. 297,3 T USD 28.527,3*
Rp. 307,0 T
103,26% 5,16%
5 Total nilai perdagangan (Komponen 5 IKU-3 SS-3)
5 USD 250 *) USD 354,47*) 120% 6%
6 Jumlah wisatawan
mancanegara
(Komponen 6 IKU-3 SS-3)
5 9.200.000 9.435.411
102,56% 5,12%
% Capaian SS-3 112,05%
Indeks SS-3 Capaian 10
Target 10
*TW I s.dTW III2014KursUS$1=Rp10.500 (kurs APBN2014). TWIVKursUS$1=Rp11.600(kursAPBN-P2014) (dalam juta USD) *) Dalam JutaUSD
Secara keseluruhan, hasil dari capaian diplomasi tersebut merefleksikan semakin
meningkatnya hubungan kerja sama RI dengan nengara-negara di kawasan Asia Pasifik dan
Afrika serta Amerika dan Eropa. Sepanjang tahun 2014 politik luar negeri Indonesia telah
bekerja keras untuk menciptakan suatu tatanan di kawasan, baik dalam bentuk penguatan
kapasitas kelembagaan di kawasan maupun dalam penguatan norma-norma dan prinsip
hubungan baik antar negara, yang kesemuanya ditujukan bagi pemeliharaan stabilitas
perdamaian dan keamanan di kawasan Asia Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa dari
berbagai ancaman.
Pendekatan diplomasi juga diterapkan berdasarkan keterkaitan antara masalah
nasional, bilateral, regional dan global. Diplomasi ekonomi merupakan wujud nyata dalam
penerapan pendekatan komprehensif tersebut. Sebagai contoh, dalam pertemuan APEC telah
menghasilkan komitmen penting untuk peningkatan perdagangan antara ekonomi
anggotaAPEC di lingkar Asia Pasifik, antara lain melalui peningkatan konektifitas, termasuk
fisik, institusional dan people to people.
Politik luar negeri Indonesia juga telah dilaksanakan tidak hanya untuk meningkatkan
kerjasama dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik dan Afrika, namun juga dilakukan
untuk memagari kepentingan nasional yang lebih luas yaitu dukungan terhadap NKRI. Untuk
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 68
itu, politik luar negeri telah mengoptimalkan peningkatan hubungan bilateral dengan negara-
negara Pasifik serta melalui kerjasama regional seperti Melanesian Sparehead Group (MSG),
Southwest Pacific Dialogue (SWPD) maupun Pasific Islands Development Forum (PIFD).
Jika dibandingkan dengan tahun 2013, posisi Indeks10 atas capaian SS-3 telah berhasil
dipertahankan di tahun 2014. Sedangkan dari sisi angka persentase capaian, pada tahun 2014
telah mengalami peningkatan dari tahun 2103 sebesar 12,11% (112,05% pada tahun 2014
dari 99,94% pada tahun 2013). Peningkatan capaian SS-3 tahun 2014 merupakan refleksi dari
semakin meningkatnya peran sentral Indonesia dan semakin baiknya tingkat hubungan dan
kepercayaan negara-negara terhadap Indonesia pada kerja sama bilateral dengan negara-
negara di berbagai kawasan serta dalam fora kerja sama intra kawasan. Selain itu, faktor
pendorong pencapaian target ke angka tersebut adalah keberhasilan pelaksanaan koordinasi
dengan berbagai pemangku kepentingan terkait. Besarnya capaian ini menunjukkan semakin
berperannya Indonesia dalam memajukan kepentingan nasional melalui diplomasi di
kawasan.
Tabel Perbandingan Capaian SS-3Tahun 2014 dengan Tahun 2013
No Komponen Realisasi
2013
Realisasi Pembobotan
2013
Realisasi 2014
Realisasi Pembobotan
2014 1 Jumlah
kunjungan/pertemuan KepalaNegara/Pemerintahan dan pejabat tinggi (Komponen 1 IKU-3SS-3)
201,43% 45% 110,71% 49,82%
2 Jumlah dokumen kerjasamadan prakarsa di bidang politik dan keamanan, ekonomi, perdagangan dan investasi, sosial dan budaya.(Komponen 2 IKU-3 SS-3)
280.32% 30% 146,90 (120%)
36,00%
3 Negara yang mengakui Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) (Komponen3 IKU-3 SS-3)
99,44% 9,94% 99,53% 9,95%
4 Nilai investasi negara-negara asing(Komponen 4IKU-3 SS-3)
US28.617,5 Rp. 300,48 T
5% USD28.527,3* Rp.307,0 T (103,26%)
5,16%
5 Total nilai perdagangan (Komponen 5 IKU-3 SS-3)
USD 369.180,5*
5% USD 354.471,5*
(120%)
6,00%
6 Jumlah wisatawan mancanegara(Komponen 6 IKU-3 SS-3)
8.802.129 5% 9.435.411 (102.56%) 5,12%
% Capaian SS-3 99,94% (Istimewa)
112,05%*) (Istimewa)
Indeks SS-3 Capaian 10 10 Target 9 10
* dalam juta USD *) Terjadi peningkatan sebesar 12,11% di tahun 2014
Dalam kerangka hubungan kerjasama yang dilandasi azas saling menghormati,
pelaksanaan SS-3 telah berjalan baik dan lancar, namun bukan berarti tidak mengalami
kendala dalam pelaksanaannya. Sepanjang tahun 2014, dalam pencapaian SS-3 terdapat
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 69
beberapa kendala yang diakibatkan oleh beberapa faktor yang turut mempengaruhi kinerja
secara umum, antara lain :
1. Masih terjadinya penyesuaian waktu maupunpenundaan kunjungan/pertemuan dari apa
yang direncanakan sebelumnya akibat perubahan dari negara sahabat maupun
perkembangan situasi dan kondisi di kawasan. Sebagai contoh, dengan adanya situasi
konflik dan permasalahan-permasalahan lain yang masih terus berlangsung di beberapa
negara di kawasan Timur Tengah, secara langsung dan tidak langsung juga dapat
mempengaruhi pelaksanaan kinerja misalnya keadaan politik di Mesir, konfik di Yaman,
Libya serta Islamic State of Iraq and Shams (ISIS) mengakibatkan beberapa pertemuan
bilateral (SKB) dengan negara-negara di kawasan Timur Tengah seperti SKB RI-Arab
Saudi, SKB RI-Maroko, SKB RI-Persatuan Emirat Arab, SKB RI-Tunisia tidak dapat
terlaksana. Selain itu, tidak tercapainya kesepakatan waktu penyelenggaraan kegiatan
dengan negara mitra karena padatnya jadwal para pemimpin negara dan pejabat tinggi
lainnya menyebabkan ditundanya atau dibatalkannya sejumlah kegiatan.
2. Kondisi nasional Indonesia tahun 2014 yang merupakan tahun politik dan pergantian
kepemimpinan nasional. Tahun 2014 merupakan terakhir Pemerintahan Kabinet Bersatu
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sehingga kegiatan lebih dibatasi, pembatalan
beberapa kunjungan dan tidak terlaksananya berbagai kegiatan. Di sisi lain, terpilihnya
Bapak Joko Widodo sebagai Presiden RI terpilih telah menimbulkan antusiasme dan
intensitas kunjungan incoming Kepala Negara / Kepala Pemerintah, Menteri Luar Negeri
serta pejabat tinggi yang tidak tercantum dalam dokumen perencanaan.
3. Kendala yang disebabkan oleh faktor internal antara lain kurang optimalnya koordinasi
antar kementerian dalam mengembangkan kerja sama bilateral dan regional kawasan
Asia Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa dan kurangnya antusiasme kalangan
bisnis dalam melakukan hubungan dagang khususnya dengan negara-negara Pasifik dan
Afrika karena masih menganggap kawasan tersebut tidak memiliki potensi perdagangan
yang cukup besar.
4. Disamping itu, sebagai konsekuensi dinamika diplomasi RI dan hubungan yang semakin
meningkat dengan negara di kawasan, pada tahun 2014 terdapat beberapa kunjungan
atau pertemuan, khususnya kunjungan kepala negara/pemerintahan dan pejabat tinggi
negara sahabat, yang tidak direncanakan sebelumnya.
Sebagai langkah solutif untuk tahun mendatang, telah dilakukan upaya untuk lebih
mempertajam perencanaan kegiatan, penetapan target kinerja, dan meningkatkan koordinasi
dengan para pemangku kepentingan baik di dalam maupun di luar negeri. Selain itu, pada
tingkat Kementerian di bawah koordinasi Sekretariat Jenderal akan meningkatkan
penyelarasan jadwal kegiatan, khususnya kunjungan dan pertemuan di tingkat Kepala
Negara/Pemerintahan dan Menteri, sehingga tidak terjadi tumpang tindih jadwal pelaksanaan
kegiatan, baik di antara satker Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan RI maupun dengan
instansi lain.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 70
AnalisisKomponen-1 IKU-3 SS-3: Jumlah Kunjungan/Pertemuan Kepala
Negara/Pemerintahan dan Pejabat Tinggi
Kunjungan/pertemuan antara Kepala Negara/Pemerintahan dan Pejabat Tinggi
merupakan cerminan peningkatan kerja sama dengan negara-negara mitra yang bobotnya
sangat besar mengingat kunjungan/pertemuan bilateral ini merupakan layer pertama dalam
pelaksanaan diplomasi dan strategisnya isu-isu yang dibahas. Isu-isu dimaksud merupakan
agenda yang menjadi prioritas kedua negara untuk disepakati atau diselesaikan.
Tabel Capaian Komponen 1 IKU-3SS-3 Tahun 2014
Di tahun 2014 telah dilaksanakan 93
kunjungan/pertemuan Kepala Negara/
Pemerintahan dan Pejabat Tinggi, masing-masing
63 dari kawasan Asia Pasifik dan Afrika dan 30 dari
kawasan Amerika dan Eropa. Secara keseluruhan,
Kementerian Luar Negeri berhasil mencatat
realisasi kinerja sebanyak 93 (sembilan puluh tiga)
kunjungan/pertemuan dari 84 (delapan puluh
empat) kunjungan/pertemuan yang ditargetkan.
Sehingga pada tahun 2014 capaian Komponen-1
IKU-3 SS-3 adalah sebesar 110,7%. Capaian
kinerja tersebut menunjukkan semakin baiknya
tingkat hubungan dan kepercayaan negara-negara
terhadap Indonesia. Faktor lain yang mendorong
capaian kinerja ini juga adalah faktor
kepemimpinan baru Indonesia yang merupakan
magnet tersendiri bagi negara-negara sahabat Indonesia untuk melakukan kunjungan
maupun untuk mengadakan pertemuan dengan Indonesia, baik untuk bertemu dengan
Presiden RI maupun dengan Menlu RI dan menteri-menteri lainnya.
Tabel Perbandingan Capaian Komponen 1 IKU-3 SS-3 Tahun 2010 - Tahun 2014
TAHUN
Kawasan Asia Pasifik dan Afrika
Kawasan Amerika dan Eropa TOTAL
TARGET REALISASI
CAPAIAN KINERJA
(%) TARGET REALISASI
CAPAIAN KINERJA
(%) TARGET REALISASI
CAPAIAN KINERJA
IKU 1 (%)
2010 41 42 102,4% 13 13 100% 54 55 101,9%
2011 49 42 85,7% 9 14 155,6% 58 56 96,6%
2012 55 59 107,3% 11 16 145,5% 66 75 113,6%
2013 68 57 83,8% 21 67 319,1% 89 124 139,3%
2014 68 63 92,6% 16 30 188% 84 93 110,7%
Komponen 1 IKU-3 SS-3
Kawasan Target Realisasi Capaian
Jumlah Kunjungan/ Pertemuan Kepala Negara/ Pemerintahan dan Pejabat Tinggi
Asia Pasifik dan Afrika
68 63 92,6%
Amerika dan Eropa 16 30 188,0%
Total 84 93 110,7%
JUMLAH KUNJUNGAN/PERTEMUAN
KEPALA NEGARA/PEMERINTAHAN
DAN PEJABAT TINGGI dari/ke
Indonesia merupakan capaian kinerja
yang signifikan bagi Kementerian Luar
Negeri karena merupakan suatu proses
panjang yang sangat kompleks mulai
dari penentuan waktu sampai pada
pelaksanaannya. Dengan semakin
tingginya intensitas kunjungan/
pertemuan Kepala Negara/Pemerintahan
dan pejabat tinggi, maka capaian
sasaran peningkatan kerjasama di
berbagai bidang antara RI dengan
negara-negara kawasan Asia Pasifik dan
Afrika serta Amerika dan Eropa juga
akan meningkat mengingat hasil
kunjungan/pertemuan tersebut.
mencerminkan kesepakatan/komitmen
kedua negara untuk menjalin hubungan
yang lebih dekat lagi.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 71
Kementerian Luar Negeri telah berupaya menerapkan penetapan target secara
rasional dengan memperhitungkan kecenderungan naiknya jumlah kunjungan/pertemuan
yang merujuk pada data realisasi yang diperoleh dari tahun-tahun sebelumnya. Namun
demikian, dalam pelaksanaan tahun 2014 terdapat pemotongan anggaran, sehingga telah
dilakukan penyesuaian revisi pada target Komponen 1 IKU-3 SS-3. Namun pada tahun 2014
ini terdapat peningkatan frekuensi pertemuan yang di luar perencanaan, antara lain
pertemuan bilateral oleh para pemimpin negara-negara Amerika dan Eropa serta Asia Pasifik
dan Afrika pada forum internasional APEC dan KTT G-20, sehingga capaian Komponen 1 IKU-
3 SS-3 tahun 2014 melampaui target yang ditetapkan.
Sepanjang tahun 2014, terdapat beberapa kunjungan kenegaraan/kerja Presiden RI
ke negara-negara Amerika dan Eropa, yaitu Amerika Serikat dan Portugal. Dalam lawatan ke
AS pada tanggal 20-27 September 2014, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono menghadiri
Sidang Majelis Umum PBB ke-69, menghadiri Climate Summit, serta menyelenggarakan High
Level Event (HLE) Open Government Partnership (OGP). Presiden RI juga melakukan
kunjungan serta menyampaikan pidato di United States Military Academy West Point dan
George Washington University. Sedangkan, kunjungan Presiden RI ke Lisabon, Portugal
dilaksanakan dalam rangka kunjungan kenegaraan.
Sementara itu, di kawasan Asia Pasifik dan Afrika terdapat beberapa
pertemuan/kunjungan tingkat Kepala Negara/Pemerintahan, diantaranya yaitu Kunjungan
PM Palestina ke Indonesia, 28 Februari – 2 Maret 2014, Kunjungan kerja Presiden RI ke
Filipina, 22-24 Mei 2014,serta Kunjungan kenegaraan Presiden RI ke Fiji, 17-19 Juni 2014.
"I thank you for your support by providing capacity building programs through trainings for around two thousand Palestinian civil servants in Indonesia"
Palestinian Prime Minister Rami
Hamdallah, Antara, 28 February 2014
Kunjungan Perdana Menteri Palestina Rami Hamdallah ke Indonesia, 28 Februari – 2 Maret 2014
“As one of the world’s largest democracies and
also one with a large Islamic population,
Indonesia has played an extraordinary role in
promoting pluralism and respect for religious
diversity”
Presiden Barack Obama, Beijing, RRT
(The Wall Street Journal, 10 November 2014)
Pidato Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono di George Washington University,
Washington D.C, 26 September 2014
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 72
Pada fora internasional, Presiden RI mengadakan pertemuan dengan beberapa Kepala
Negara/Pemerintahan di forum internasional KTT APEC di Beijing (November 2014),
diantaranya yaitu dengan Presiden Amerika Serikat, Presiden Rusia, Presiden China dan
Presiden Meksiko. Pertemuan bilateral di sela-sela KTT G-20 di Brisbane (November 2014)
juga dilaksanakan oleh Presiden RI dengan Presiden Perancis, Perdana Menteri Turki,
Perdana Menteri Italia dan Kanselir Jerman.
Selama tahun 2014 pula, Menlu RI telah melakukan kunjungan kerja ke Amerika
Serikat, Meksiko, Perancis, Portugal dan Latvia, serta menerima kunjungan kerja Menlu dan
pejabat setingkat menteri dari kawasan Amerika dan Eropa ke Indonesia, yaitu Menlu Inggris,
Menlu Amerika Serikat, Menlu Jerman, Ketua Dewan Federasi Majelis Federal Federasi Rusia.
Di samping itu, Menlu RI telah melakukan pertemuan bilateral dengan para Menlu dan
pejabat setingkat menteri di sela-sela berbagai forum/konferensi internasional, diantaranya
dengan Menlu Meksiko disela-sela Forum MIKTA (Meksiko, Indonesia, Korea, Turki dan
Australia).
Kendala yang dihadapi dalam
pencapaian Komponen 1 IKU-3 SS-3
antara lain sulitnya untuk mencapai
kesepakatan dengan negara sahabat
dalam menentukan waktu dan tempat
pertemuan, baik untuk kunjungan
Presiden maupun tingkat Menteri yang
telah dijadwalkan dalam Penetapan
Kinerja 2014. Selain itu, sebagaimana
telah disebutkan, adanya pergantian
kepemimpinan nasional pada tahun
2014 mendorong terjadinya
peningkatan pertemuan bilateral yang
tidak dijadwalkan sebelumnya.
“We have a proverb that says: ‘Out of sight, close to the heart’. Although our two nations are separated by a vast ocean, the huge waves have not deterred us from interacting since the era of Admiral Cheng Ho’s voyage and the Asia-Africa Conference.The two countries have developed a deep friendship, with mutual respect, as neighbors and old friends.Ours has become one of the most dynamic and influential bilateral relationships in the Asia-Pacific region.
President Xi Jinping, Jakarta Globe, November 10 2014
Pertemuan Bilateral Presiden RI – Presiden RRT di sela-
sela APEC Leaders Meeting, Beijing, November 2014
Menlu RI bertemu dengan José Antonio Dias Toffoli, Minister of the Supreme Federal Court merangkap President of the Electoral High Court of Brazil, tanggal 10 Oktober 2014, di sela-sela pertemuan
BDF VII di Bali.
Gambar 3.4 Pertemuan Bilateral Menlu RI dan Menlu AS di New York,
27 September 2013. (foto: State Department Photo / Public Domain)
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 73
Guna mengatasi kendala yang dihadapi, telah dilakukan langkah-langkah kedepan
optimalisasi pelaksanaan kegiatan berdasarkan prioritas dan urgensi dan melakukan
penjadwalan ulang beberapa pertemuan terkait dan kunjungan yang tertunda. Sebagai
langkah antisipasi untuk tahun mendatang, perencanaan kegiatan akan lebih dipertajam serta
koordinasi dengan para pemangku kepentingan baik di dalam maupun di luar negeri akan
lebih ditingkatkan.
Analisis Komponen-2 IKU-3 SS-3: Jumlah Dokumen Kerja Sama Dan Prakarsa Di Bidang
Politik dan Keamanan, Ekonomi, Perdagangan dan Investasi, Sosial dan Budaya
Salah satu ukuran meningkatnya hubungan antarnegara adalah dengan pengesahan
atau penandatanganan perjanjian dan prakarsa yang mencerminkan komitmen kedua negara
untuk penguatan kerja sama yang setara dan saling menguntungkan. Sepanjang tahun 2014,
dalam hal capaian Komponen-2 IKU-3 SS-3 yaitu “Jumlah dokumen kerja sama yang
disepakati di bidang politik dan keamanan, ekonomi, keuangan dan pembangunan,
serta sosial dan budaya”, Indonesia telah mengesahkan 119 dokumen kerja sama di
berbagai bidang dengan negara-negara mitra.
Tabel Capaian Komponen-2 IKU-3 SS-3 Tahun 2014
Capaian Komponen 2 IKU-3 SS-3 sebesar 146,9% pada tahun 2014 ini menurun
dibandingkan tahun 2013, namun masih lebih tinggi daripada tahun 2012, dan melampaui
target, sebagaimana dapat dilihat pada tabel perbandingan berikut.
Tabel Perbandingan Komponen 2 IKU-3 SS-3Tahun 2010 - Tahun 2014
TAHUN
KAWASAN ASIA PASIFIK DAN AFRIKA
KAWASAN AMERIKA DAN EROPA
TOTAL
TARGET REALISASI
CAPAIAN KINERJA
(%) TARGET REALISASI
CAPAIAN KINERJA
(%) TARGET REALISASI
CAPAIAN KINERJA
(%)
2010 77 80 103,9% 16 11 68,8% 93 91 97,8%
2011 41 39 95,1% 4 11 275,0% 45 50 111,1%
2012 52 56 107,7% 21 19 90,5% 73 75 102,7%
2013 77 116 150,6% 20 82 410,0% 97 198 204,1%
2014 63 71 112,7% 18 48 266,7% 81 119 146,9%
Pada tahun 2014, jumlah dokumen kesepakatan yang dihasilkan, baik di kawasan
Amerika dan Eropa maupun Asia dan Afrika, mengalami penurunan dibandingkan tahun
2013. Hal ini dikarenakan pada tahun 2013 Indonesia menjadi tuan rumah sejumlah
Komponen-2 IKU-3 SS-3
Kawasan Target Realisasi Capaian
Jumlah Dokumen Kerja Sama Dan Prakarsa Di Bidang Politik Dan Keamanan, Ekonomi, Perdagangan Dan Investasi, Sosial Dan Budaya
Asia Pasifik dan Afrika
63 71 112,7%
Amerika dan Eropa
18 48 266,7%
Total 81 119 146,9%
Total Realisasi : 119dokumen
Total Capaian : 146,9% Total Konversi Capaian : 120,0%
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 74
konferensi internasional seperti FEALAC, APEC dan WTO. Pada sejumlah konferensi tersebut,
Indonesia menyepakati sejumlah dokumen dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik,
Afrika, Amerika dan Eropa sehingga capaian dokumen kesepakatan di tahun 2013 melambung
jauh dibandingkan capaian tahun 2014.
Meskipun demikian, pada tahun 2014, tren capaian dokumen di kawasan Amerika dan
Eropa masih mengikuti tahun sebelumnya, yakni capaian diatas 200%. Pada awal tahun 2014,
target dokumen kesepakatan di kawasan Amerika dan Eropa yang terdapat dalam dokumen
Rencana Kerja adalah sebesar 27, yang berarti target tersebut sudah mengalami peningkatan
jumlah dibandingkan tahun 2013. Namun seiring dengan terjadinya penghematan anggaran
pada bulan Mei dan Agustus di Kemlu, berakibat pada ditiadakannya sejumlah rencana
kegiatan pada dokumen kesepakatan tersebut. Hal ini menyebabkan target dokumen
kesepakatan berkurang menjadi 18. Sementara itu pada tahun berjalan, dengan sisa anggaran
yang ada, Kemlu berhasil melaksanakan sejumlah kegiatan tambahan melalui optimalisasi
anggaran dan menghasilkan dokumen-dokumen kesepakatan sehingga capaian tersebut
dapat melebihi 200%.
Salah satu capaian signifikan
Komponen 2 IKU-3 SS-3antara lain
berupa Letter of Intent (LoI)
kerjasama penanganan transnational
crime dengan Amerika Serikat, Plan
of Action (PoA) 5 tahun kerjasama
RI-Kanada, serta Memorandum
Saling Pengertian (MSP) antara
Menlu RI dengan Menlu AS mengenai
Kerjasama Selatan-Selatan dan
Triangular.
Beberapa highlight lainnya
adalah penandatanganan Agreement
Between the Government of the
Republic of Indonesia and the Government of the Kingdom of Saudi Arabia on The Placement
and Protection of Indonesian Domestic Workers, Riyadh, 19 Februari 2014 yang merupakan
perjanjian pertama antara kedua negara untuk melindungi para pekerja Indonesia di Saudi
Arabia. Selain itu, Indonesia juga berhasil menandatangani Agreement between the
Government of the Republic of Indonesia and the Republic of the Philippines Concerning the
Maritime Boundary Delimitation of the Exclusive Economic Zone tanggal 23 Mei 2014 di Manila.
"(This agreement) serves as solid proof
to our steadfast commitment to uphold
the rule of law and pursue the peaceful
and equitable settlement of maritime
concerns."
Benigno Aquino, President of the Philippines, BBC, 23 May, 2014
Foto Pertukaran MoU Menlu RI dengan Menlu Kanada pada Konsultasi Bilateral RI – Kanada di Jakarta, 5 Agustus 2014.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 75
Adapun beberapa kendala utama dalam pencapaian kinerja Komponen-2 IKU-3 SS-3,
yaitu penyampaian bahan-bahan masukan tidak tepat waktu dan penundaan
penandatanganan dari pejabat tinggi (penandatangan) baik di Indonesia dan Negara mitra.
Selain itu, terdapat kendala dari K/L atau instansi teknis terkait dalam merespons dan
menindaklanjuti proses pembahasan draft dokumen kerja sama yang disampaikan kepada
mereka. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh faktor pergantian kepemimpinan nasional pada
tahun 2014, sehingga menyebabkan beberapa K/L teknis terkait tersebut menunggu
kebijakan pemimpin yang baru.
Mengatasi kendala tersebut, telah dilakukan langkah-langkah solutif kedepan antara
lain memperkuat koordinasi dengan perwakilan RI di luar negeri, Kedubes Negara mitra di
Jakarta maupun Kementerian/Instansi teknis terkait untuk menyampaikan posisi strategis
Pemerintah RI dalam perundingan bilateral maupun regional dengan negara mitra. Di sisi lain,
Kemlu berupaya terus melakukan koordinasi intensif dengan K/L teknis terkait dan
mendampingi proses perumusan dokumen hingga tindak lanjut persetujuan kerja sama
tersebut untuk mencapai kepentingan nasional.
AnalisisKomponen-3 IKU-3 SS-3: Persentase Negara Yang Mendukung Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI)
Komponen-3 IKU-3 SS-3 “Persentase Negara Yang Mendukung Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI)” merupakan indikator penting dari pelaksanaan politik luar
negeri Indonesia sesuai dengan amanat yang disampaikan dalam UUD 1945 dimana
Pemerintah Negara Indonesia melindungi bangsa dan tumpah darah Indonesia. Kementerian
Luar Negeri sesuai tupoksinya menjalankan amanat tersebut dengan senantiasa melakukan
diplomasi agar kedaulatan Indonesia tetap diakui oleh negara-negara lain.
Sampai dengan tahun 2014, Indonesia telah memiliki hubungan diplomatik dengan 83
(delapan puluh tiga) negara di kawasan Amerika dan Eropa, namun dari jumlah tersebut baru
77 (tujuh puluh tujuh) negara yang memiliki Perwakilan RI. Sebanyak 6 (lima) negara masih
belum memiliki Perwakilan RI, yaitu Antigua-Barbuda, Barbados, Belize, Haiti, Republik
Dominika dan St.Kitts & Navis. Sementara itu di kawasan Asia Pasifik dan Afrika, terdapat 106
(seratus enam) negara yang memiliki Perwakilan RI ataupun merupakan daerah rangkapan.
Capaian Komponen-3 IKU-3 SS-3 diperoleh dari hasil asesmen dan laporan
Perwakilan RI (pada tingkat Kedutaan Besar RI) di negara-negara kawasan Asia Pasifik dan
Afrika serta Amerika dan Eropa yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia.
Kementerian Luar Negeri telah mengirimkan kuesioner ke Perwakilan RI untuk diteruskan ke
negara-negara akreditasi mengenai pernyataan dukungan negara-negara di kawasan
terhadap NKRI.
Dari hasil kuesioner diperoleh data bahwa seluruh negara di kawasan Asia Pasifik dan
Afrika serta Amerika dan Eropa yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia
mengakui kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, kecuali 1 (satu) negara, yaitu
Vanuatu, sehingga capaian untuk Komponen-3 IKU-3 SS-3adalah sebesar 99,53%.
ASIA PASIFIK DAN AFRIKA AMERIKA DAN EROPA TOTAL 99,05% 100% 99,53%
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 76
Dalam hal ini, Kementerian Luar Negeri menghadapi kendala dalam mencapai target
100%, utamanya target untuk merubah posisi Vanuatu menjadi mendukung NKRI secara
penuh. Upaya untuk menjaga kepentingan nasional utamanya untuk memagari NKRI dalam 10
(sepuluh) tahun terakhir, politik luar negeri telah diarahkan ke kawasan Pasifik Barat Daya
dan Pasifik Selatan melalui soft power diplomacy dan penguatan kerja sama yang saling
menguntungkan baik di tataran hubungan bilateral maupun melalui kerjasama intra-kawasan.
Hubungan Indonesia dan Vanuatu cenderung pasang surut akibat para pemimpin
Vanuatu yang mendukung self-determination gerakan separatis Papua (Wantok Blong Yumi
2010) dan kepentingan politik dalam negeri mereka. Karenanya Indonesia memiliki
kepentingan agar pihak Vanuatu dapat menghormati dan mendukung kedaulatan dan
integritas wilayah NKRI, sebagaimana tertera dalam Development Cooperation Agreement
(DCA) RI-Vanuatu (20 Desember 2011).
Upaya diplomasi untuk mengengage Vanuatu juga dilakukan melalui kerjasama intra-
kawasan Melanesian Sparehead Group (MSG), yang anggotanya terdiri dari Fiji, Kaledonia
Baru, Papua New Guinea, Solomon Islands dan Vanuatu. Pada tahun 2011, Indonesia diterima
sebagai observer pada MSG. Pada tahun 2013, Menlu RI telah melakukan pertemuan dengan
Menlu-Menlu MSG di sela-sela pertemuan Bali Democracy Forum.
Sepanjang tahun 2014, Indonesia telah berupaya mengengage Vanuatu di berbagai
kesempatan misalnya kunjungan Menlu Vanuatu untuk hadir di Bali Democracy Forum pada
11 Oktober 2014 serta kunjungan Ketua dan Wakil Ketua Parlemen Vanuatu untuk
menghadiri acara Parliamentary Event on MDGs Acceleration and Post-2015 Agenda di
Surabaya tanggal 12-13 November 2014 serta melakukan penandatanganan MoU kerjasama
antar-parlemen antara DPR RI dan Parlemen Vanuatu pada tanggal 12 November 2014.
Namun demikian, perkembangan terakhir Pemerintah Vanuatu menetapkan tanggal 1
Desember 2014 sebagai Unity Day di Vanuatu, dan pada tanggal tersebut telah dilakukan long-
march West Papua oleh 700 warga setempat dan pengibaran bendera bintang kejora. Vanuatu
juga mendukung aplikasi the United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) di
Melanesian Spearhead Group (MSG) pada bulan Februari 2015, dan pengumuman hasil
aplikasi ini akan dilakukan pada MSG Summit bulan Juni 2015.
Sebagai langkah solutif kedepan, Indonesia perlu memperkuat engagement dengan
Vanuatu dengan penguatan berbagai bentuk kerja sama bilateral antara lain dalam saling
kunjung dan pertemuan antar pemerintah, parlemen, dan private sectors; penguatan
kerjasama perdagangan dan investasi; penguatan kerjasama pertanian dan peternakan;
undangan partisipasi Vanuatu pada berbagai program kerja sama teknik yang
diselenggarakan Indonesia serta mendorong pembukaan perwakilan diplomatic RI di
Vanuatu, serta rencana pembukaan Kedubes Vanuatu di Jakarta. Selain itu, penguatan
diplomasi regional diperlukan baik dalam kerangka Melanesian Sparehead Group, Southwest
Pacific Dialogue maupun Pasific Islands Development Forum.
Analisis Komponen-4 IKU-3 SS-3: Nilai Investasi Negara-Negara Asing
Capaian Komponen-4 IKU-3 SS-3yaitu “Nilai Investasi Asing” adalah sebesar
103,26% sebagaimana tabel berikut:
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 77
Tabel Perbandingan Capaian Komponen-4 IKU-3 SS-3
Tahun 2014 dengan Tahun 2013
Komponen-4 IKU-3 SS-3
TAHUN 2013 TAHUN 2014
Target (juta USD)
Realisasi (juta USD)
Target (juta USD)
Realisasi (juta USD)
Nilai Investasi Asing Rp. 272,60 T US28.617,5
Rp. 300,48 T Rp. 297,3 T
USD28.527,3* Rp.307,0 T
CAPAIAN (%) 100 103,26% Sumber: BKPM
**) TW I s.d TW III 2014 Kurs US$1 = Rp10.500 (kurs APBN 2014). TW IV Kurs US$1 = Rp11.600 (kurs APBN-P 2014) (dalam juta USD)
Apabila dibandingkan dengan capaian
tahun 2013, capaian tahun 2014 naik dalam
mata uang Rupiah, dengan kenaikan sekitar 6,5
Triliun Rupiah. Namun apabila dikonversikan
ke dalam USD, nilai capaian 2014 sedikit
dibawah capaian 2013. Hal ini dikarenakan
pada tahun 2013, kurs yang digunakan yaitu
kurs APBN sebesar Rp. 10.500. Sedangkan
pada tahun 2014, triwulan I sampai III
menggunakan kurs APBN 2014 sebesar Rp.
10.500, namun pada triwulan IV menggunakan
kurs APBN-P 2014 sebesar Rp. 11.600. Pada
tahun 2014, Indonesia menghadapi tahun
politik yang berpengaruh terhadap nilai Penanaman Modal Asing (PMA) yang diakibatkan
oleh proses wait and see oleh para pelaku investasi.
Grafik Perbandingan Kinerja Komponen 4 IKU-3 SS-3: Tahun 2010—2014
Sumber: BKPM
2010 2011 2012 2013 2014
Nilai PMA 16,214.8 19,474.5 24,564.7 28,617.1 28,527.3
-
5,000.0
10,000.0
15,000.0
20,000.0
25,000.0
30,000.0
35,000.0
dal
am ju
ta U
SD
Nilai Investasi Asing 2010-2014
Nilai investasi negara-negara asing, total nilai perdagangan, dan jumlah wisatawan mancanegara merupakan kinerja atau outcome dari pelaksanaan politik luar negeri, sebagai kontribusi atas upaya bersama dalam meningkatkan nilai perdagangan dan investasi asing. Komponen ini diberi bobot kecil karena merupakan hasil kinerja banyak stakeholders di dalam dan luar negeri negeri seperti kementerian terkait: Kemendag, BKPM, Kemenparekraf, dan para pengusaha di tanah air serta perwakilan RI di luar negeri.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 78
Secara umum, realisasi investasi asing yang masuk ke Indonesia mengalami
peningkatan yang cukup signifikan dari tahun 2010 – 2014. Hal ini menunjukkan bahwa
Indonesia dipandang sebagai negara yang menarik dan prospektif secara bisnis bagi dunia
internasional, sehingga mengundang minat investor asing dalam menanamkan modalnya di
Indonesia. Disisi lain, kenaikan juga tidak terlepas dari peran Kementerian Luar Negeri yang
telah melakukan kegiatan promosi melalui Perwakilan-Perwakilan RI di luar negeri dan
hubungan kerja sama yang baik dengan negara mitra melalui kerangka kerja sama bilateral
dan regional. Peran nyata Perwakilan RI di luar negeri dalam kontribusi kepada peningkatan
investasi asing salah satunya adalah melaluikegiatan fasilitasi business gathering dan
partisipasi yang intensif dalam berbagai pameran dan kegiatan komunitas bisnis.
Grafik Perbandingan RealisasiInvestasi Asing Berdasarkan Negara Asal
Tahun 2014 dengan Tahun 2013
Sumber: BKPM
Dari grafik perbandingan realisasi Investasi Asing antara tahun 2013 dengan 2014,
dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 lima negara penanam investasi terbesar adalah
Singapura, Jepang, Malaysia, Belanda, dan Inggris. Sementara itu pada tahun 2013, negara
yang termasuk dalam top 5 adalah Jepang, Singapura, AS, Korsel, dan Inggris. Pada tahun 2014
investasi asal Singapura meningkat cukup signifikan sebesar 23%, sementara investasi asal
Jepang menurun sebesar 42%. Pada tahun 2014, investasi asal Malaysia dan Belanda naik
cukup besar sehingga masuk kedalam lima negara penanam investasi terbesar di Indonesia.
Pada tahun-tahun mendatang, dengan pemerintahan baru yang stabil dan memiliki
kebijakan ramah investor asing, diharapkan nilai investasi asing dapat terus meningkat
sejalan dengan perekonomian Indonesia yang semakin menguat di tataran dunia
internasional.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 79
Analisis Komponen 5 IKU-3 SS-3: Total Nilai Perdagangan
Tabel Perbandingan Capaian Komponen 5 IKU-3 SS-3
Tahun 2014 dengan Tahun 2013
Komponen 5 IKU-3 SS-3: TAHUN 2013 TAHUN 2014
Target (juta USD)
Realisasi (juta USD)
Target (juta USD)
Realisasi (juta USD)
Total Nilai Perdagangan 200.000 369.180,5 250.000 354.471,5
CAPAIAN (%) 100 120 *Sumber: Kemendag *) Terjadi penurunan3,98% di tahun 2014
Capaian Komponen-5 IKU-3 SS-3: yaitu “Total Nilai Perdagangan”adalah sebesar
120% (batas toleransi capaian). Berdasarkan tabel dan grafik di atas tampak bahwa realisasi
tahun 2014 dengan nilai 354.471,5 juta USD menurun sebesar-3,98 persen dibanding realisasi
tahun 2013 senilai 369.180,5 juta USD. Hal ini merupakan dampak dari kondisi negara-negara
mitra dan kawasan yang kurang kondusif. Selain itu, kebijakan ekonomi yang diambil oleh
negara mitra dagang juga dapat dapat berdampak pada volume perdagangan Indonesia.
Kendati terdapat penurunan, capaian nilai perdagangan yang terbilang stabil juga
tidak terlepas dari peran Kementerian Luar Negeri untuk melakukan promosi, memperkuat
kerja sama bilateral dan regional, serta upaya-upaya untuk mengatasi kendala-kendala yang
datang dari negara-negara mitra.
Berdasarkan tabel dan grafik di bawah tampak bahwa volume perdagangan Indonesia
mengalami peningkatan dari tahun 2010 – 2012. Sementara di tahun 2013 dan 2014 terjadi
penurunan volume perdagangan.
Grafik Perbandingan KinerjaKomponen 5 IKU-3 SS-3: Tahun 2010—2014
*Sumber: Kemendag
Secara umum, negara-negara di kawasan Asia Pasifik dan Afrika saat ini masih
merupakan penggerak utama pertumbuhan ekonomi dunia walaupun gejala pemulihan mulai
-
100,000
200,000
300,000
400,000
2010 2011 2012 2013 2014
293,442 380,932 381,710 369,181 354,472
dal
am J
uta
USD
Jumlah Nilai Perdagangan 2010-2014
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 80
terlihat dialami oleh negara-negara maju terutama di kawasan Amerika dan Eropa. Namun,
Pemerintah Indonesia juga telah mengantisipasi adanya perlemahan ekonomi yang
ditunjukkan oleh beberapa kelompok negara emerging markets yang terjadi akibat gejala
stagnasi, antara lain RRT dan India. Hal tersebut menyebabkan adanya penurunan nilai
ekspor Indonesia. Disamping itu, perubahan kebijakan moneter AS untuk menarik kembali
stimulus ekonomi domestiknya juga mengakibatkan perlunya diambil langkah-langkah
antisipasi terhadap kemungkinan perubahan keseimbangan ekonomi dunia. Untuk itu,
diplomasi ekonomi Indonesia di negara-negara kawasan Asia Pasifik dan Afrika serta Amerika
dan Eropa ditujukan untuk menjaga keseimbangan neraca perdagangan dan arus investasi
Indonesia.
Analisis Komponen 6 IKU-3 SS-3: Jumlah Wisatawan Mancanegara
Capaian Komponen 6 IKU-3 SS-3yaitu “Jumlah Wisatawan Mancanegara”adalah
sebesar 102,56%. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara selama tahun 2014 mencapai
9,44 juta kunjungan, naik 7,19 persen dibanding kunjungan selama tahun 2013 sebesar 8,8
juta kunjungan. Pencapaian ini melebihi target yang ditetapkan Pemerintah pada tahun 2014
yaitu sebesar 9,2 juta wisatawan mancanegara. Hal tersebut membuat pertumbuhan
pariwisata Indonesia melebihi pertumbuhan rata-rata dunia sebesar 4,7 persen. Kenaikan
jumlah kunjungan wisman ini terjadi di sebagian besar pintu masuk utama dengan persentase
kenaikan tertinggi tercatat di pintu masuk Bandara Internasional Lombok, NTB sebesar 73,06
persen, diikuti Bandara Ngurai, Bali sebesar 15,11 persen, dan Bandara Minangkabau,
Sumatera Barat sebesar 13,73 persen. Mayoritas wisatawan yang berkunjung ke Indonesia
tersebut berasal dari Singapura, Malaysia, Australia, RRT, dan Jepang.
Berdasarkan data dari Data Pusdatin Kemenpar dan BPS menyebutkan, berdasarkan
kebangsaan, secara kumulatif, kunjungan wisman pada Januari hingga November 2014
mengalami pertumbuhan tertinggi, yaitu: Bahrain sebesar 43,15%, Mesir 36,09%, Arab Saudi
29,02%, Tiongkok 27,03%, dan Uni Emirat Arab 24,45%. Dapat dilihat bahwa tren
peningkatan terbesar wisman berasal dari negara-negara Timur Tengah serta RRT.
Tabel Perbandingan Capaian Komponen 6 IKU-3 SS-3
Tahun 2014 dengan Tahun 2013
Komponen 6 IKU-3 SS-3 TAHUN 2013 TAHUN 2014
Target Realisasi Target Realisasi
Jumlah Wisatawan Mancanegara 8.000.000 8.802.129 9.200.000 9.435.411
CAPAIAN (%) 100 102.56 Sumber: BPS dan Kemenparekraf, Januari 2015
*) Terjadi kenaikan 7,19% di tahun 2014
Dalam grafik di bawah terlihat bahwa jumlah wisatawan mancanegara yang
mengunjungi Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Capaian ini tidak lepas
dari kiprah Kementerian Luar Negeri dalam melakukan promosi baik di dalam negeri,
maupun melalui Perwakilan-Perwakilan RI di luar negeri. Salah satu upaya promosi
Perwakilan RI di luar negeri adalah dengan berpartisipasi aktif di berbagai festival
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 81
kebudayaan dan pameran pariwisata di luar negeri guna mempertunjukkan kekayaan budaya,
kesenian tradisional Indonesia serta potensi pariwisata Indonesia yang beranekaragam.
Grafik Perbandingan KinerjaKomponen 6 IKU-3 SS-3Tahun 2010—2014
*Sumber: BPS dan Kemenparekraf, Januari 2015
Sebagai langkah progresif kedepan, pada tahun 2015 Pemerintah menargetkan
wisatawan mancanegara mencapai 12 juta orang. Guna mencapai target tersebut, Pemerintah
RI melalui Perwakilan RI di luar negeri akan melakukan diplomasi ekonomi secara intensif,
salah satunya melakukan pembangunan dan promosi destinasi yang akan berfokus pada
pembangunan aspek bahari seperti terumbu karang, serta mengkaji kemungkinan
pembebasan visa bagi wisatawan asal Jepang, RRT, Rusia, dan Korea Selatan di tahun 2015.
D.3.1 Perbandingan Capaian Sasaran Strategis-3 Tahun 2010—2014
Tabel Perbandingan Capaian SS-3Tahun 2010—2014
2010 2011 2012 2013 2014
7,002,944 7,649,731 8,044,462 8,802,129 9,435,411
-
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
7,000,000
8,000,000
9,000,000
10,000,000
Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara 2010-2014
SASARAN STRATEGIS (SS-3)
%CAPAIAN
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Lama: Terwujudnya Peningkatan dan Penguatan Hubungan dan Kerja Sama Bilateral dan Regional di Berbagai Bidang dengan Negara-Negara dan Organisasi Internasional di Kawasan Asia Pasifik, Afrika, Amerika dan Eropa
102,90 105,27 127 - -
Revisi: Meningkatnya kerja sama di berbagai bidang antara RI dengan negara-negara dan organisasi intrakawasan di kawasan Asia-Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa (SS-3)
- - - Indeks 10 (99,94%) Istimewa
Indeks 10 (112,05) Istimewa
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 82
Dalam periode 2010—2014, SS-3 telah direvisi pada tahun 2013 termasuk IKU. SS-3
pada tahun 2012 telah melampaui 100% (127%), karena IKU masih berorientasi kegiatan,
proses, dan setingkat output. Sejak tahun 2013, SS-3 didukung dengan IKU yang lebih tinggi
dan terukur dengan menggunakan indeksasi yang disertai dengan setting target yang lebih
progresif dan menantang khususnya di tahun 2013 dan 2014. Hal ini menyebabkan sepintas
kinerja capaian SS-3 tahun 2013—2014 secara kuantitatif mengalami penurunan dibanding
tahun-tahun sebelumnya. Namun secara kualitas, kinerja Kementerian Luar Negeri lebih
akuntabel.
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 83
D.4 Sasaran Strategis
(SS-4)
Meningkatnya Kualitas Hukum dan
Perjanjian Internasional yang Aman
dari Aspek Politis, Yuridis, Teknis,
dan Keamanan
Kualitas Hukum dan Perjanjian Internasional yang aman dari aspek politis, yuridis,
teknis, dan keamanan ditandai dengan pencapaian penyelenggaraan perundingan batas darat
dan laut; perjanjian internasional di bidang politik, keamanan, kewilayahan, dan kelautan;
serta ekonomi, sosial budaya yang dibuat, serta produk hukum yang diselesaikan. Pencapaian
Sasaran Strategis 4 (SS-4) “Meningkatnya Kualitas Hukum dan Perjanjian Internasional
yang Aman dari Aspek Politis, Yuridis, Teknis, dan Keamanan” diukur dengan Indikator
Kinerja Utama (IKU-4 SS-4) “Indeks diplomasi bidang hukum dan perjanjian
internasional”.
Pada tahun 2014, capaian kinerja SS-4 ditargetkan dengan Indeks 8 dengan capaian
Indeks 8 (93,47%) dengan kategori capaian “Amat Baik” (range capaian 85<x≤95), yang
diperoleh dari komponen dan pembobotan sebagai berikut :
Tabel Capaian SS-4 Tahun 2014
No Komponen Bobot Realisasi
2014 Batas
Toleransi Realisasi
Pembobotan 1 Jumlah perundingan dalam rangka upaya
penyelesaian penetapan batas wilayah nasional di
darat dan di laut (Komponen 1 IKU-4 SS-4)
50 266,67% 120% 60%
2 Persentase perjanjian internasional di bidang politik,
keamanan, kewilayahan, dan kelautan serta ekonomi
dan social budaya yang dibuat
(Komponen 2 IKU-4 SS-4)
30 83,58% - 25,07%
3 Persentase produk hukum yang diselesaikan
(Komponen 3 IKU-4 SS-4)
20 42% - 8,4%
% Capaian SS-4 93,47% Indeks SS-4 Capaian 8
Target 8
Jika dibandingkan dengan indeks capaian sasaran SS-4 di tahun 2013 terjadi kenaikan
4,73% yang disebabkan oleh tingginya capaian jumlah perundingan dalam rangka upaya
penyelesaian penetapan batas wilayah nasional di darat dan di laut (Komponen 1 IKU-4 SS-4)
yang jauh melebihi 100% dan meningkatnya capaian persentase perjanjian internasional di
bidang politik, keamanan, kewilayahan dan kelautan serta ekonomi dan sosial budaya yang
dibuat (Komponen 2 IKU-4 SS-4).
Hal-hal yang mendorong capaian tersebut antara lain karena diplomasi di bidang
hukum dan perjanjian internasional pada tahun 2014 semakin pro aktif. Indonesia melalui
Kementerian Luar Negeri berkomitmen untuk menyelesaian masalah perbatasan dan semakin
intensif mendorong kesediaan negara pihak untuk melakukan perundingan dalam
penyelesaian perbatasan baik perbatasan darat maupun perbatasan laut. Selain itu,
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 84
Kementerian Luar Negeri juga berkomitmen untuk terus menjaga proses perumusan
perjanjian internasional yang dibuat dengan negara pihak di berbagai bidang dan dalam
pembuatan produk hukum baik yang menyangkut negara pihak maupun dalam negeri.
Tabel Perbandingan Capaian SS-4 Tahun 2014 dengan Tahun 2013
No Komponen Realisasi
2013
Realisasi Pembobotan
2013
Realisasi 2014
Realisasi Pembobotan
2014 1 Jumlah perundingan dalam rangka
upaya penyelesaian penetapan batas
wilayah nasional di darat dan di laut
341,67% 50% 266,67% 60%
2 Persentase perjanjian internasional
di bidang politik, keamanan,
kewilayahan, dan kelautan serta
ekonomi dan sosial budaya yang
dibuat
62,45% 18,74% 83,58% 25,07%
3 Persentase produk hukum yang
diselesaikan
100% 20% 42% 8,4%
% Capaian SS-4 88,74% (Amat Baik)
93,47%*) (Amat Baik)
Indeks SS-4 Capaian 7 8 Target 7 8
*) Terjadi peningkatan sebesar 4,73% di tahun 2014
Dalam pencapaian kinerja SS-4, Kementerian Luar Negeri menghadapi kendala umum
diantaranya yaitu kesesuaian jadwal dan kesiapan negara mitra untuk melakukan
perundingan, perbedaan kepentingan, posisi dan prioritas antara Indonesia dengan negara
counterpart, perbedaan persepsi dan kepentingan pada saat pembahasan isi pasal sehingga
memerlukan waktu cukup lama mengingat dalam pembahasan tersebut harus mem
pertimbangkan kepentingan nasional masing-masing negara. Selain itu, kurangnya jumlah
sumber daya manusia dan kompleksitas upaya konsolidasi dengan pemangku kepentingan
dalam negeri juga menjadi kendala teknis dalam menyelesaikan berbagai isu-isu perjanjian
internasional.
Mengatasi kendala tersebut, Kementerian Luar Negeri melakukan pendekatan secara
informal untuk meyakinkan negara mitra tentang pentingnya penyelesaian perbatasan
dengan memastikan jadwal pelaksanaan perundingan, menginformasikan masalah krusial
yang kemungkinan besar akan muncul dalam pembahasan draft perjanjian, serta
mengintensifkan konsolidasi dengan pemangku kepentingan dalam negeri.
Sebagai langkah solutif, Kementerian Luar Negeri akan melakukan pendekatan
secara informal guna melakukan penyesuaian jadwal dan kesiapan, menyamakan persepsi,
sehingga pada saat pembahasan perjanjian sudah terdapat kesepahaman serta memperkuat
komunikasi dengan pemangku kepentingan dalam negeri. Selain itu, Kementerian Luar Negeri
juga akan melakukan capacity building keahlian khusus di bidang hukum.
ANALISIS IKU-1 SS-4: Indeks Diplomasi Bidang Hukum dan Perjanjian Internasional
Indeks Diplomasi Bidang Hukum dan Perjanjian Internasional diperoleh dari 3 komponen
dengan pembobotan yang berbeda, yaitu:
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 85
No Komponen IKU-1 SS-4 Bobot 1 Jumlah perundingan dalam rangka upaya penyelesaian penetapan batas wilayah
nasional di darat dan di laut (Komponen 1 IKU-4 SS-4)
50
2 Persentase perjanjian internasional di bidang politik, keamanan, kewilayahan,
dan kelautan serta ekonomi dan social budaya yang dibuat (Komponen 2 IKU-4
SS-4)
30
3 Persentase produk hukum yang diselesaikan (Komponen 3 IKU-4 SS-4) 20
Capaian SS-4
Analisis Komponen 1 IKU-4 SS-4: Jumlah Perundingan dalam Rangka Upaya
Penyelesaian Penetapan Batas Wilayah Nasional di Darat dan di Laut
Diplomasi perbatasan (border diplomacy) adalah
suatu bentuk pelaksanaan politik luar negeri dalam
rangka penanganan dan pengelolaan batas negara
yang melingkupi upaya penetapan batas negara yang
bersifat tiga dimensi (di matra laut, darat, dan udara),
serta kerja sama penanganan berbagai permasalahan
di ketiga matra wilayah tersebut. Penetapan batas
wilayah negara yang dilakukan oleh Pemerintah RI
merupakan suatu perintah konstitusional dan
diselenggarakan sesuai dengan hukum internasional dan peraturan perundang-undangan
nasional yang berlaku.
Penyelesaian masalah perbatasan sulit diukur secara kuantitatif karena menyangkut
aspek hukum, politis, teknis dan kepentingan nasional masing-masing negara. Oleh karena itu,
hal yang dianggap paling signifikan yang dapat mengukur tingkat kemajuan penyelesaian
masalah perbatasan tersebut adalah banyaknya perundingan yang dilakukan. Hal ini
dikarenakan untuk bisa melakukan satu
perundingan saja dibutuhkan suatu kinerja
diplomasi melalui langkah pendekatan diplomatik
agar bisa mengajak negara mitra memulai dan/atau
melanjutkan perundingan. Banyaknya perundingan
merupakan ukuran kinerja karena sifat perundingan
masalah penetapan perbatasan, selain menyangkut
aspek hukum dan teknis juga sangat dipengaruhi
kebijakan politik masing-masing negara.
Adapun hasil kesepakatan selama 2014 sejumlah 3 (tiga) kesepakatan berupa 2 (dua)
kesepakatan batas maritim dan 1 (satu) kesepakatan politik terkait batas maritim, yaitu
sebagai berikut:
1. Kesepakatan batas maritim:
a. Laut Wilayah Sebelah Timur Selat Singapura melalui Perjanjian antara Republik
Indonesia dan Republik Singapura tentang Penetapan Garis Batas Laut Wilayah
Kedua Negara di Bagian Timur Selat Singapura yang ditandatangani di Singapura
tanggal 3 September 2014; dan Indonesia dan Singapura telah melakukan
perundingan penetapan batas laut wilayah di Segmen Timur 1 Selat Singapura
(Batam-Changi) sejak tahun 2011. Pada pertemuan Teknis Putaran Kesepuluh di
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 86
Medan pada tanggal 17-19 Agustus 2014, Tim Teknis telah berhasil menyelesaikan
perundingan penetapan batas laut wilayah di Segmen Timur 1 (Batam-Changi)
dengan disepakatinya rancangan Perjanjian berikut Peta Lampiran Perjanjian. Treaty
between the Republic of Indonesia and the Republic of Singapore relating to the
Delimitation of the Territorial Seas of the Two Countries in the Eastern Part of the
Strait of Singapore beserta Annexures ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri RI
dan Menteri Luar Negeri Singapura di sela-sela kunjungan kenegaraan Presiden RI
ke Singapura.
b. Zona Ekonomi Eksklusif dengan Filipina melalui Persetujuan antara Pemerintah
Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Filipina mengenai Penetapan Batas
Zona Ekonomi Eksklusif yang ditandatangani di Manila, Filipina tanggal 23 Mei 2014.
Perundingan penetapan batas maritim RI-Filipina telah berlangsung sejak tahun
1994 dan mencapai kemajuan dengan diperolehnya kesepakatan sementara
Provisional Exclusive Economic Zone Boundary Line/PEBL RI-Filipina dalam 5 (lima)
segmen pada bulan Januari 2014 di pertemuan the Second Preparatory Meeting to the
8th Joint Permanent Working Group on Maritime and Ocean Concerns (JPWG-MOC)
RI-Filipina. Guna memfinalisasi rancangan Naskah Perjanjian Penetapan Batas ZEE
RI-Filipina berikut Peta Lampiran Perjanjian, pada tahun 2014 telah dilaksanakan 3
(tiga) pertemuan antara kedua negara, yaitu Pertemuan the Third Preparatory
Meeting to the 8th Joint Permanent Working Group on Maritime and Ocean Concerns
(JPWG-MOC) RI-Filipina yang dilaksanakan di Jakarta, tanggal 4-5 April 2014, diikuti
dengan Pertemuan the Fourth Preparatory Meeting to the 8th Joint Permanent
Working Group on Maritime and Ocean Concerns (JPWG-MOC) di Jakarta pada tanggal
17 Mei 2014, serta Pertemuan the 8th Joint Permanent Working Group on Maritime
and Ocean Concerns (8th JPWG-MOC) di Jakarta, pada tanggal 18 Mei 2014.
Penandatanganan Agreement between the Government of the Republic of Indonesia
and the Government of the Republic of the Philippines concerning the Delimitation of
the Exclusive Economic Zone Boundary dilakukan oleh Menteri Luar Negeri RI dan
Menteri Luar Negeri Filipina di Manila, Filipina, tanggal 23 Mei 2014.
2. Kesepakatan politik terkait penyelesaian penetapan batas Landas Kontinen.
Pernyataan Bersama antara Republik Indonesia dan Republik Filipina tentang
Penetapan Batas Landas Kontinen yang ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri RI dan
Menteri Luar Negeri Filipina di Bali, tanggal 10 Oktober 2014 guna mendorong segera
dimulainya perundingan delimitasi batas Landas Kontinen antara kedua negara.
Selama tahun 2014, Indonesia telah melakukan 32 kali perundingan dari target 12 kali
perundingan, sebagaimana tabel berikut:
Komponen 1 IKU-1 SS-4 Informasi Kinerja Jumlah %
Jumlah perundingan dalam
rangka upaya penyelesaian
penetapan batas wilayah
nasional di darat dan di laut.
Pencapaian penyelenggaraan
perundingan batas darat dan laut
32
266,67
Target Penyelenggaraan
perundingan batas darat dan laut
12
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 87
Jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2013 yang telah dilakukan sebanyak 41 kali,
perundingan penetapan batas darat dan maritim pada tahun 2014 telah dilakukan 32 kali
perundingan. Berikut perbandingan jumlah perundingan penetapan batas wilayah yang telah
dilakukan antara tahun 2010-2014 sebagaimana grafik berikut ini:
Grafik Perbandingan Jumlah Perundingan Batas Wilayah
Hal-hal yang mempengaruhi kinerja
Komponen 1 IKU-4 SS-4 antara lain
karena adanya komitmen kuat baik dari
Pemerintah Indonesia maupun negara
mitra untuk menyelesaikan penetapan
batas wilayah nasional baik di darat
maupun di laut. Langkah-langkah
diplomasi penyelesaian perbatasan yang
dilakukan Kementerian Luar Negeri
semakin intensif di berbagai tingkatan
dari tingkat teknis hingga tingkat
pengambil kebijakan melalui komunikasi-
komunikasi informal maupun formal
sehingga negara pihak bersedia untuk
melakukan perundingan. Langkah pro-
aktif instansi terkait di tanah air juga telah
mendukung terlaksananya perundingan
melalui koordinasi yang dilakukan oleh
Kementerian Luar Negeri.
Dalam pencapaian Komponen 1
Indeks IKU-1 SS-4, Kementerian Luar
Negeri menghadapi kendala diantaranya selain yang telah disebutkan dalam kendala umum
juga karena jumlah perundingan perbatasan dipengaruhi adanya kesediaan negara pihak
untuk melakukan perundingan meskipun Indonesia telah melakukan langkah pro aktif
melalui koordinasi yang dilakukan oleh Kemlu.
Hasil kesepakatan perbatasan laut selama
tahun 2014
1. Perjanjian antara Republik Indonesia dan
Republik Singapura tentang Penetapan Garis
Batas Laut Wilayah Kedua Negara di Bagian
Timur Selat Singapura yang ditandatangani
di Singapura tanggal 3 September 2014.
2. Persetujuan antara Pemerintah Republik
Indonesia dan Pemerintah Republik Filipina
mengenai Penetapan Batas Zona Ekonomi
Eksklusif yang ditandatangani di Manila,
Filipina tanggal 23 Mei 2014.
3. Pernyataan Bersama antara Republik
Indonesia dan Republik Filipina tentang
Penetapan Batas Landas Kontinen yang
ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri RI
dan Menteri Luar Negeri Filipina di Bali,
tanggal 10 Oktober 2014 guna mendorong
segera dimulainya perundingan delimitasi
batas Landas Kontinen antara kedua negara.
23
3832
41
32
0
10
20
30
40
50
2010 2011 2012 2013 2014
Perbandingan Jumlah Perundingan Penetapan Batas Wilayah
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 88
Terkait dengan kesesuaian jadwal, terdapat kendala jadwal yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah Indonesia tidak dapat dilaksanakan karena kesibukan negara mitra dan
sebaliknya. Sedangkan terkait dengan kesiapan negara mitra, beberapa negara seperti
Republik Palau meminta penundaan perundingan batas maritim hingga tahun berikutnya,
Thailand dan Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) belum dapat memberikan respon atas
usulan Indonesia untuk melakukan perundingan batas maritim.
Untuk mengatasi kendala tersebut, maka dilakukan pendekatan dengan negara mitra
yang akan berunding melalui koordinasi intensif dengan Perwakilan RI di Luar Negeri dan
kantor perwakilan negara mitra yang ada di Indonesia untuk memastikan jadwal pelaksanaan
perundingan. Selain itu juga dilakukan pendekatan informal antar ketua delegasi Indonesia
dan negara mitra.
Langkah solutif kedepan, Kementerian Luar Negeri akan terus menggalang
komunikasi secara intensif dan mendorong negara mitra untuk mempertahankan semangat
penyelesaian perbatasan. Mengupayakan dorongan politis pada tingkat pejabat tinggi atau
kepala negara/pemerintahan terkait penyelesaian penetapan batas wilayah di darat dan di
laut.
Analisis Komponen 2 IKU-4 SS-4: Persentase perjanjian internasional di bidang politik, keamanan, kewilayahan, dan kelautan serta ekonomi dan sosial budaya yang dibuat
Sesuai dengan UU No. 24 tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, Kementerian
Luar Negeri terlibat dalam perundingan-perundingan terkait dengan pembuatan perjanjian
internasional baik bilateral, regional, maupun multilateral. Dalam pembuatan perjanjian
internasional untuk memberikan pandangan hukum sehingga setiap perjanjian internasional
yang dibuat oleh Pemerintah Indonesia memenuhi aspek 4 aman (politis, yuridis, keamanan,
dan teknis). Selain terlibat dalam proses pembuatan perjanjian internasional, Kementerian
Luar Negeri juga terlibat dalam setiap pengesahan perjanjian internasional, khususnya dalam
mengkoordinasikan langkah-langkah yang perlu diambil untuk melaksanakan pengesahan
perjanjian internasional.
Selama tahun 2014 capaian IKU tersebut dapat dilihat sebagaimana tabel berikut:
Komponen 2 IKU-1 SS-4
Bidang Perjanjian
Jumlah permintaan pendapat mengenai
perjanjian internasional yang diterima
Jumlah perjanjian internasional dibuat dan atau diratifikasi
Persentase perjanjian internasional di bidang politik, keamanan, kewilayahan, dan kelautan serta ekonomi dan sosial budaya yang dibuat
Bidang Politik, Keamanan dan Kewilayahan
134 90
Bidang Ekonomi dan Sosial Budaya
109 109
Jumlah 243 199
Realisasi (%): 83,58
Capaian (%) dari target 100%: 83,58
Jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2013, realisasi perjanjian internasional di
bidang politik, keamanan, kewilayahan dan kelautan serta ekonomi, sosial dan budaya
mengalami kenaikan.
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 89
Tabel Perbandingan Perjanjian Internasional di Bidang Politik, Keamanan,
Kewilayahan dan Kelautan serta Ekonomi, Sosial dan Budaya Tahun 2010 - 2014
Bidang Perjanjain Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Politik, Keamanan, Kewilayahan, dan Kelautan
52 73 46 47 90
Ekonomi dan Sosial Budaya 96 99 101 91 109
Total 148 172 147 138 199
Grafik Perbandingan Perjanjian Internasional di Bidang Politik, Keamanan,
Kewilayahan dan Kelautan serta Ekonomi, Sosial dan Budaya Tahun 2010 - 2014
Faktor-faktor pendorong pencapaian kinerja Komponen 2 IKU-1 SS-4 yaitu adanya
kepentingan bersama antara RI dan negara mitra untuk membuat perjanjian internasional
baik yang bersifat bilateral, regional maupun multilateral di bidang politik, keamanan,
kewilayahan serta ekonomi dan sosial budaya. Hasil dari IKU ini pada umumnya berupa
pembuatan MoU atau kerjasama serupa yang akan bermanfaat bagi peningkatan capaian
kepentingan nasional.
Beberapa kendala yang dihadapi dalam pencapaian perjanjian internasional di bidang
politik, keamanan, kewilayahan dan kelautan serta ekonomi dan sosial budaya selain yang
telah disebut dalam kendala umum juga karena semakin meningkatnya permintaan pendapat
mengenai perjanjian internasional yang diterima dari pemangku kepentingan dalam negeri.
Untuk mengatasi kendala tersebut telah dilakukan langkah-langkah dengan
pendekatan dan koordinasi yang intensif kepada negara-negara mitra dan interkem terkait,
sosialisasi tentang tata cara pembuatan perjanjian internasional serta permintaan sumber
daya manusia yang mempunyai latar belakang pendidikan di bidang hukum. Langkah solutif
kedepan, Kementerian Luar Negeri perlu terus membina kerja sama dengan negara mitra
dan mengingatkan kepada pemangku kepentingan di dalam negeri akan pentingnya
pembuatan perjanjian sesuai dengan prinsip 4 aman (politis, yuridis, keamanan, dan teknis).
Analisis Komponen 3 IKU-4 SS-4: Persentase Produk Hukum yang Diselesaikan
Selama tahun 2014 Kementerian Luar Negeri menerima permintaan sebanyak 50
buah rancangan naskah mengenai produk hukum. Dari jumlah tersebut, sebanyak 21 naskah
telah selesai dan telah ditandatangani. Dengan demikian capaian kinerja IKU ini sebesar 42%.
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 90
Tabel Capaian Kinerja Komponen 3 IKU-4 SS-4 Kementerian Luar Negeri Tahun 2014
Indikator Kinerja Sasaran Informasi Kinerja Jumlah %
IKU-3 : Persentase produk
hukum yang diselesaikan
Jumlah produk hukum yang
diselesaikan
21
42%
Jumlah seluruh permintaan
produk hukum yang masuk
50
Grafik Perbandingan Capaian IKU-3 Kementerian Luar Negeri Tahun 2010 – 2014
100 10087.5
100
42
0
20
40
60
80
100
120
2010 2011 2012 2013 2014
PersentaseProdukHukum…
Dari tabel di atas tergambarkan adanya penurunan persentase produk hukum yang
diselesaikan pada tahun 2014. Hal ini disebabkan pada tahun 2014, IKU ini tidak hanya
menghitung jumlah Perjanjian Bebas Visa (PBV) yang ditandatangani saja, namun juga
menghitung jumlah permintaan kerjasama dan
permintaan atas rancangan peraturan. Dengan
demikian, pada tahun 2014 jumlah seluruh permintaan
produk hukum yang masuk lebih banyak (50 produk
hukum) dibandingkan dengan tahun 2013 (9 produk
hukum). Secara kualitas dan kuantitas kinerja tersebut
sebenarnya meningkat mengingat pada tahun 2014
sebanyak 21 produk hukum yang diselesaikan, dibandingkan dengan tahun 2013 sebanyak 9
produk hukum yang diselesaikan.
Hal-hal yang mendorong capaian tersebut yaitu:
1. Adanya keinginan dari kedua Negara untuk membuat perjanjian bebas visa bagi
pemegang paspor diplomatik dan dinas. Tanpa adanya keinginan kedua belah pihak,
maka akan mustahil untuk dapat membuat suatu perjanjian dengan cepat.
2. Koordinasi yang baik antara Kementerian Luar Negeri dengan instansi lain terkait
dengan pembuatan perjanjian tersebut.
3. Kementerian Luar Negeri selalu melakukan kajian, pendampingan dan berpartisipasi
sebagai anggota Delri pada pembahasan pembuatan Perjanjian Bebas Visa.
4. Kementerian Luar Negeri selalu melakukan koordinasi dengan K/L lain terkait
penyelesaian untuk rancangan peraturan
Kendala pencapaian Komponen 3 IKU-4 SS-4 diantaranya selain yang telah
disebutkan dalam kendala umum juga karena jumlah sumber daya manusia tidak sebanding
dengan beban pekerjaan yang harus ditanggung dan diselesaikan.
Laporan Kinerja (LKJ) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 91
Untuk mengatasi kendala tersebut, maka perlu dilakukan pendekatan informal
kepada negara mitra guna mencari titik temu perbedaan kebijakan nasional RI dengan negara
mitra, perlu penambahan sumber daya manusia yang memiliki latar belakang pendidikan di
bidang hukum, serta koordinasi yang intensif dengan Kementerian/Lembaga lain maupun di
Kementerian Luar Negeri.
Sebagai langkah solutif kedepan yaitu perlu antisipasi pengaturan jadwal dalam
pembahasan produk hukum agar dapat terselesaikan pada tahun berjalan. Terkait dengan
Kementerian/Lembaga lain maupun di Kementerian Luar Negeri, perlu adanya pendekatan
secara intensif.
D.4.1 Perbandingan Capaian Sasaran Strategis-4 Tahun 2010—2014
Tabel Perbandingan Capaian SS-4 Tahun 2010—2014
Dalam periode 2010—2014, SS-4 telah direvisi pada tahun 2013 termasuk IKU. SS-4
pada tahun 2012 telah melampaui 100% (163,43%), karena IKU masih berorientasi kegiatan,
proses, dan setingkat output. Sejak tahun 2013, SS-4 didukung dengan IKU yang lebih tinggi
dan terukur dengan menggunakan indeksasi yang disertai dengan setting target yang lebih
progresif dan menantang khususnya di tahun 2013 dan 2014. Hal ini menyebabkan sepintas
kinerja capaian SS-4 tahun 2013—2014 secara kuantitatif mengalami penurunan dibanding
tahun-tahun sebelumnya. Namun secara kualitas, kinerja Kementerian Luar Negeri lebih
akuntabel.
SASARAN STRATEGIS (SS-4) % CAPAIAN
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Lama: Terwujudnya Optimalisasi Diplomasi Melalui Pengelolaan Hukum dan Perjanjian Internasional yang Aman dari Aspek Politis, Hukum Teknis, dan Keamanan
93,94 95,34 163,34 - -
Revisi: Meningkatnya kualitas hukum dan perjanjian internasional yang aman dari aspek politis, yuridis, teknis, dan keamanan (SS-4)
- - - Indeks 7 (88,74%) Amat Baik
Indeks 8 (93,47%) Amat Baik
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 92
D.5
Sasaran
Strategis
(SS-5) Meningkatnya Kualitas
Pelayanan Keprotokolan dan
Kekonsuleran
Pencapaian Sasaran Strategis Kementerian Luar Negeri “Meningkatnya Kualitas
Pelayanan Keprotokolan dan Kekonsuleran” sebagai Sasaran Strategis 5 (SS-5) diukur
dengan 2 (dua) Indikator Kinerja Utama yaitu “Persentase Permasalahan/ Kasus WNI dan
BHI di luar negeri yang diselesaikan” (IKU-5 SS-5) dan “Indeks Pelayanan Keprotokolan
dan Kekonsuleran” (IKU-6 SS-6). Sasaran ini memberikan fungsi dalam pelayanan publik
Kementerian Luar Negeri untuk memberikan pelayanan
terbaik, prima, profesional kepada seluruh pemangku kepentingan. Pelayanan publik
yang diberikan meliputi pemberian pelayanan keprotokolan, pelayanan kekonsuleran,
pelayanan fasilitas diplomatik, serta pelayanan perlindungan WNI dan BHI di luar negeri.
Kualitas pelayanan keprotokolan dan kekonsuleran Kementerian Luar Negeri dapat
dilihat dari penyelesaian permasalahan/kasus WNI/BHI di luar negeri serta pelayanan
keprotokolan dan kekonsuleran. Besarnya indeks pelayanan ini ditandai dengan jumlah
penerima jasa yang menyatakan puas atas pelayanan kekonsuleran, jumlah pelayanan
keprotokolan yang sesuai dengan Protap yang berlaku, dan jumlah penyelesaian dokumen
fasilitas diplomatik yang diselesaikan sesuai SOP.
Pada tahun 2014, capaian kinerja SS-5 ditargetkan dengan IKU-5 SS-5 “Persentase
permasalahan/kasus WNI dan BHI di luar negeri yang diselesaikan” dengan realisasi 46,11%
dari target 55% dengan capaian sebesar 83,84%; serta IKU-6 SS-5 “Indeks pelayanan
keprotokolan dan kekonsuleran” ditargetkan Indeks 7 dengan capaian Indeks 7 (86,99%)
dengan kategori capaian “amat baik” (range capaian 85<x≤95).
Perhitungan realisasi IKU-5 SS-5 “Persentase permasalahan/kasus WNI dan BHI di
luar negeri yang diselesaikan” sebagai berikut:
Tabel Realisasi IKU-5 S-5 Tahun 2014
*)Sumber: Database Perlindungan WNI dan BHI
Sasaran IKU-5 SS-5 Target Capaian Informasi
Kinerja Jumlah Realisasi
Meningkatnya kualitas pelayanan keprotokolan dan kekonsuleran
Persentase Permasalahan/Kasus WNI dan BHI di luar negeri yang diselesaikan
55% 83,84% Jumlah kasus yang ditangani
15.896
46,11%
Jumlah kasus yang diselesaikan
11.513
Jumlah kasus hukuman mati yang ditangani
298
Jumlah kasus dibebaskan dari hukuman mati
59
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 93
Sedangkan perhitungan realisasi kinerja IKU-6 SS-5 “Indeks pelayanan keprotokolan
dan kekonsuleran” diperoleh dari komponen dan pembobotan sebagai berikut:
Tabel Capaian IKU-6 SS-5 Tahun 2014
No Komponen Bobot Realisasi Realisasi
Pembobotan 1 Persentase penerima jasa yang menyatakan puas atas
pelayanan kekonsuleran (Komponen IKU-6 SS-5) 50 80,67% 40,36%
2 Persentase pelayanan keprotokolan yang sesuai dengan Protap yang berlaku (Komponen IKU-6 SS-5)
30 94,84% 28,45%
3 Persentase dokumen fasilitas diplomatik yang diselesaikan sesuai SOP (Komponen IKU-6 SS-5)
20 90,90% 18,18%
% Capaian IKU-6 SS-5 86,99% (Amat Baik)
Indeks IKU-6 SS-5 Capaian 7 Target 7
Bukti konkrit atas kualitas pelayanan keprotokolan dan kekonsuleran, pada tahun
2014 Kementerian Luar Negeri memperoleh predikat kepatuhan, Standar Pelayanan Publik
sesuai UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang diberikan oleh Ombudsman bagi
4 unit kerja, yaitu Direktorat Konsuler, Direktorat PWNI dan BHI, Direktorat Fasilitas
Diplomatik, dan LPSE. Kementerian Luar Negeri juga telah mengembangkan sistem informasi
WNI/BHI di luar negeri melalui database secara online (e-perlindungan) yang terintegrasi
dengan sistem database yang dikelola BNP2TKI. Selain itu juga telah dikembangkan Sistem
Informasi Terpadu pelayanan ijin tinggal dan kartu identitas bagi Diplomat Asing.
Jika dibandingkan dengan tahun 2013, pada tahun 2014 dari segi realisasi kinerja IKU-5
SS-5 “Persentase permasalahan/kasus WNI/BHI di luar negeri yang diselesaikan”mengalami
penurunan sebesar 11,82% (46,11% pada tahun 2014 dari 57,93% pada tahun 2013). Adapun
dari segi capaian kinerja terjadi penurunan karena tingginya kompleksitas dan intensitas kasus
yang sulit diprediksi waktu, jumlah dan bobotnya secara akurat dari tahun ke tahun; selain itu
juga adanya peningkatan target kinerja pada tahun 2014 (55%) jika dibandingkan dengan
tahun 2013 (50%) sebagai berikut:
Tabel Perbandingan Capaian IKU-5 SS-5 tahun 2013-2014
IKU Tahun 2013 Tahun 2014
Data Dukung Target Realisasi Capaian Target Realisasi Capaian
Persentase
Permasalaha
n/ Kasus
WNI dan BHI
di luar negeri
yang
diselesaikan
50%
57,93%
115,86%
55%
46,11%
83,84%
Database
Perlindungan
WNI dan BHI
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 94
Tabel Perbandingan Capaian IKU-6 SS-5 Tahun 2014 dengan Tahun 2013
No Komponen Realisasi
2013
Realisasi Pembobotan
2013
Realisasi 2014
Realisasi Pembobotan
2014 1 Persentase penerima jasa yang
menyatakan puas atas pelayanan kekonsuleran (Komponen IKU-6 SS-5)
83,33% 41,66% 80,67% 40,36%
2 Persentase pelayanan keprotokolan yang sesuai dengan Protap yang berlaku (Komponen IKU-6 SS-5
98,87% 29,66% 94,84% 28,45%
3 Persentase dokumen fasilitas diplomatik yang diselesaikan sesuai SOP (Komponen IKU-6 SS-5)
93% 18,60% 90,90% 18,18%
% Capaian IKU-6 SS-5 89,92% (Amat Baik)
86,99% (Amat Baik)
Indeks IKU-6 SS-5 Capaian 7 7
Target 6 7
Posisi Indeks 7 atas capaian IKU-6 SS-5 yang telah dicapai pada tahun 2013 telah
berhasil dipertahankan di tahun 2014. Sedangkan dari sisi angka persentase capaian, pada
tahun 2014 mengalami penurunan dari tahun 2013 sebesar 2,93% (86,99% pada tahun 2014
dari 89,92% pada tahun 2013). Penurunan capaian IKU-6 SS-5 tahun 2014 disebabkan karena
adanya Force Majeur yang tidak memungkinkan beberapa prosedur tidak dilaksanakan serta
menurunnya permintaan dokumen fasilitas diplomatik dari Perwakilan Negara Asing (PNA)
dan Organisasi Internasional (OI) di Indonesia.
Dalam pencapaian kinerja SS-5, Kementerian Luar Negeri menghadapi kendala
eksternal diantaranya:
1. Masih adanya legislasi nasional di bidang migrasi tenaga kerja yang tumpang tindih
sehingga menimbulkan duplikasi dan inkonsistensi dalam tatanan implementasi
perlindungan WNI serta perbedaan cara pandang antara instansi pemangku kebijakan.
Hal ini dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan komersial sehingga
menyulitkan posisi Pemerintah RI
2. Minimnya pemahaman publik mengenai pentingnya proses migrasi aman;
3. Masih belum optimalnya penanganan perlindungan WNI di luar negeri antara lain
terkendala limitasi sumber daya Perwakilan RI yang tidak seimbang dengan luas wilayah
kerja dan jumlah kasus yang ditangani; dan
4. Tingginya ekspektasi publik terhadap penyelesaian permasalahan WNI di luar negeri
dan kurangnya pemahaman mengenai limitasi kewenangan, peran dan tanggung jawab
Pemerintah dalam pemberian perlindungan kepada WNI yang berada di luar negeri.
Sebagai akibat, Kementerian Luar Negeri kerap dituntut untuk dapat memberikan
pelayanan dan perlindungan kepada WNI di luar negeri yang sifatnya kerap melampaui
tugas pokok dan fungsi yang ada pada lembaga Kementerian, dan terkadang di luar
peraturan perundang-undangan nasional, sebagaimana yang terjadi dalam hal
pembayaran diyat untuk membebaskan sejumlah WNI dari hukuman mati di Arab
Saudi.
Dari sisi internal Kementerian Luar Negeri, di bidang perlindungan WNI dan BHI
terdapat beberapa kendala sebagai berikut:
1. Belum berimbangnya sumber daya manusia (SDM) dengan tingkat intensitas dan
kompleksitas kasus yang ditangani.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 95
2. Proses adminstrasi dan sistem pembiayaan pengacara tetap (retainer lawyer) di luar
negeri terutama untuk penanganan kasus yang bersifat multiyears.
3. Penetapan tugas fungsi yang ada selama ini dipandang sudah tidak lagi mampu
mengakomodir perkembangan tugas, peran dan tanggung jawab Kementerian Luar
Negeri di bidang perlindungan WNI di luar negeri yang terus meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah dan kompleksitas kasus-kasus WNI di luar negeri, khususnya yang
menimpa TKI.
Mengatasi kendala tersebut dan sebagai langkah kedepan Kementerian Luar Negeri
akan mengambil langkah solutif sebagai berikut:
1. Peningkatan kualitas koordinasi dengan instansi terkait, baik di tingkat pusat maupun
daerah, khususnya untuk penanganan kasus-kasus WNI di luar negeri
2. Penyusunan kebijakan, norma dan standarisasi yang terkait dengan perlindungan
WNI untuk menjadi pedoman seluruh Perwakilan RI
3. Sosialisasi yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman publik mengenai proses
migrasi yang aman dan bahaya-bahaya migrasi ireguler
4. Pengintegrasian data WNI dengan instansi terkait di Indonesia
5. Pemberdayaan komunitas WNI dan diaspora Indonesia di luar negeri sebagai salah
satu perangkat dalam perlindungan WNI di luar negeri
6. Peningkatan program Public Awareness Campaign yaitu diseminasi informasi
mengenai isu-isu perlindungan di daerah-daerah yang menjadi kantong-kantong
pengiriman TKI dengan tujuan untuk memberikan pemahaman kepada publik
mengenai migrasi yang aman, kebijakan pemerintah dan hal terkait perlindungan
WNI.
7. Melakukan restrukturisasi organisasi terutama Direktorat yang berkaitan dengan
masalah perlindungan WNI dan BH yang mengedepankan pendekatan kewilayahan.
8. Penguatan koordinasi dalam penanganan kasus high profile dan pembiayaan retainer
lawyer
9. Peningkatan kualitas capacity building terhadap pelayanan publik.
ANALISIS IKU-5 SS-5: Persentase Permasalahan/Kasus WNI dan BHI di Luar Negeri yang
diselesaikan
Pelayanan dan perlindungan terhadap Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri
merupakan amanat konstitusi sebagaimana tertuang dalam paragraf keempat Preambule
Undang-Undang Dasar 1945, yang menyebutkan bahwa: “...melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia...” sebagai salah satu tujuan nasional
Indonesia. Amanat konstitusi tersebut telah dijabarkan dalam berbagai ketentuan perundang-
undangan di bawahnya, antara lain Undang-undang No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan
Luar Negeri Pasal 19 Huruf b yang memuat kewajiban Perwakilan Republik Indonesia di luar
negeri untuk memberikan pengayoman, perlindungan dan bantuan hukum bagi WNI dan BHI
di luar negeri, sesuai dengan peraturan perundang-undangan nasional serta hukum dan
kebiasaan internasional. Kementerian Luar Negeri memiliki komitmen yang tinggi untuk
melaksanakan hal tersebut dengan menempatkan isu perlindungan WNI di luar negeri
sebagai salah satu isu prioritas.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 96
Berdasarkan data sejak Juli 2011 sampai dengan 31 Desember 2014, Kementerian
Luar Negeri telah menangani sejumlah 467 WNI yang terancam hukuman mati. Dari jumlah
tersebut, 229 WNI masih dalam proses penanganan, dan sebanyak 238 WNI telah dibebaskan
dari ancaman hukuman mati, dengan tingkat penyelesaian 50,96%. Sedangkan khusus untuk
periode tahun 2014, sebanyak 119 WNI telah ditangani dan sebanyak 59 WNI berhasil
dilepaskan, dengan peningkatan persentase penyelesaian 49,58%.
Pemulangan TKI ilegal di Malaysia
Varian kasus yang dihadapi oleh ke-229 WNI tersebut meliputi kasus narkoba (57%),
pembunuhan (34%), zina (5%), sihir (3%), penculikan (1%), dan kepemilikan senjata api
(0,43%). Varian kasus ini tidak mengalami perubahan persentase dari tahun 2013. Guna
memberikan perlindungan hukum seoptimal mungkin terhadap berbagai varian kasus
tersebut berdasarkan hukum setempat yang berlaku, maka sesuai dengan arahan Presiden RI,
penanganan seluruh kasus WNI telah diperkuat dengan pembentukan unit penanganan
khusus pada Perwakilan RI di luar negeri yang didukung dengan pemanfaatan jasa pengacara
secara retainer (tetap). Review kinerja unit penanganan WNI hukuman mati di Perwakilan RI
dan pengacara retainer merupakan salah satu kegiatan penting yang terus dilaksanakan
sabagai bagian dari upaya penanganan WNI terancam hukuman mati di luar negeri secara
dini, akurat, dan tepat.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 97
Sebagai langkah nyata melalui Peraturan Menteri Luar Negeri (Permenlu) Nomor 4
Tahun 2008 Kementerian Luar Negeri telah menetapkan standar teknis pelayanan
perlindungan bagi WNI di luar negeri kepada 24 Perwakilan RI yang telah ditetapkan sebagai
Perwakilan Citizen Service (CS). Kementerian Luar Negeri juga melakukan Pemantauan dan
Evaluasi (Monitoring and Evaluation/Monev) di Perwakilan-Perwakilan tersebut secara
berkala. Monev ditujukan untuk memastikan bahwa Perwakilan yang ditetapkan sebagai
Citizen Service telah memberikan pelayanan perlindungan sesuai standar yang telah
ditetapkan, mengidentifikasi kelemahan (area of concerns), tantangan dan hambatan dalam
pemberian pelayanan, serta menyusun rekomendasi bagi peningkatan kualitas pelayanan.
Pada tahun 2014, Direktorat Perlindungan WNI dan BHI telah melakukan kegiatan
pemantauan dan evaluasi di 13 Perwakilan RI.
1. Penyelesaian Kasus WNI di Luar Negeri
Sepanjang tahun 2014, Kementerian Luar Negeri telah menangani sebanyak 15.896
kasus, dimana 14.354 kasus (90,29%) di antaranya merupakan kasus WNI. Dari jumlah
total kasus tersebut, 11.513 (72,45%) di antaranya telah berhasil diselesaikan, data
ini adalah data per 31 Desember 2014, akan tetapi proses penginputan dokumennya masih
berlangsung sehingga data yang diambil adalah data per 31 Desember 2014 dengan proses
penginputan sampai tanggal 10 Februari 2015. Berikut tabel dengan rincian kasus WNI
yang ditangani sepanjang tahun 2014.
Tabel Kasus WNI yang Ditangani Tahun 2014
NO TOTAL KASUS WNI YANG DITANGANI 15.896 KASUS
1 Kriminalitas lainnya 816 kasus
2 Ketenagakerjaan 2.329 kasus
3 Hukuman Mati 295 kasus
4 Keimigrasian 7.391 kasus
5 WNI/TKI Meninggal Dunia 491 kasus
6 WNI/TKI Sakit 488 kasus
7 Narkoba 200 kasus
8 TPPO 309 kasus
9 Lain-lain (tidak betah, ingin pulang, hilang kontak, dll)
3.577 kasus
Secara umum angka kasus tahun 2014 mengalami penurunan dibandingkan dengan
angka kasus tahun 2013 yakni sebesar 28.415 kasus. Sebagian besar kasus-kasus yang
ditangani merupakan kasus ketenagakerjaan dan keimigrasian yang menimpa TKI di luar
negeri. Namun di samping kasus-kasus tersebut, terdapat sejumlah isu perlindungan yang
menjadi perhatian publik sepanjang tahun 2014 dan turut masuk dalam agenda
penanganan Kementerian Luar Negeri, di antaranya masalah WNI overstayers di Arab
Saudi dan proses pemulangannya, repatriasi WNI dari Suriah dan Yaman, pemulangan WNI
Pendatang Asing Tanpa Ijin (PATI) dari Malaysia, kasus-kasus WNI di luar negeri yang
terancam hukuman mati, dan penanganan korban kecelakan kapal laut dan pesawat udara
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 98
di luar negeri, kasus eksploitasi yang menimpa ABK yang bekerja di kapal berbendera
asing di luar negeri, serta kasus-kasus TKI-PLRT terutama korban Tindak Pidana
Perdagangan Orang (TPPO).
Terkait penanganan masalah WNI overstayers di Arab Saudi, selama periode 2014,
Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan RI di Arab Saudi telah memulangkan 20.379
orang WNI overstayers. Dengan demikian, Pemerintah RI telah memulangkan sebanyak
46.249 WNI overstayer dari Arab Saudi sejak pemberlakuan Amnesti oleh Pemerintah
Arab Saudi. Diperkirakan saat ini masih terdapat sekitar 588.075 WNI Overstayer yang
berada di wilayah Arab Saudi.
Saat ini terdapat sekitar 439.372 PATI WNI dari 640.609 PATI WNI yang berpotensi
tidak memiliki dokumen dan izin tinggal. Berdasarkan database Kementerian Luar Negeri
sejak berlangsungnya program 6P (Program Pendaftaran, Pemutihan, Pengampunan,
Pemantauan, Penguatkuasaan, dan Pengusiran) hingga Desember 2014 tercatat sebanyak
67.499 PATI WNI telah dideportasi ke Indonesia. Program 6P merupakan kebijakan
Pemerintah Malaysia berupa pemutihan dokumen TKI di Malaysia dalam rangka
memperbaiki dokumen pekerja migran Indonesia di Malaysia yang statusnya tidak
berdokumen resmi.
Sementara itu, upaya repatriasi WNI dari Suriah yang telah dilakukan sejak tahun
2012 masih terus berjalan. Pada tahun 2014, total jumlah WNI yang dipulangkan adalah
sebesar 1.750 orang, dengan demikian total jumlah WNI yang telah direpatriasi pada
periode 2012 – 2014 adalah sebanyak 11.566 orang.
Selama 2014 Pemerintah RI memulangkan 332 WNI (sebagian besar mahasiswa) dari
Yaman. Total WNI yang telah dipulangkan dari Yaman sejak terjadinya krisis Arab Spring
tahun 2011 berjumlah 678 WNI. Diperkirakan masih terdapat sekitar 3.828 WNI di
Yaman menunggu proses pemulangan. Konflik internal yang diwarnai aksi unjuk rasa dan
maraknya bom bunuh diri telah menyebabkan keamanan di Yaman tidak kondusif. Belum
dapat dipastikan kapan repatriasi WNI dari Yaman akan berakhir mengingat penyelesaian
konflik belum memperlihatkan arah yang jelas.
Tabel Perbandingan Jumlah Kasus WNI Periode 2009 – 2014
D
Dari tabel perbandingan jumlah kasus WNI periode 2009-2014 di atas, dapat dilihat
bahwa telah terjadi penurunan yang signifikan pada tahun 2014 dengan presentase kasus
selesai 72,42%. Jumlah kasus tersebut menurun dibandingkan jumlah kasus yang
ditangani pada tahun 2013, (sebanyak 28.415 kasus). Meski demikian, varian kasus yang
ditangani pada tahun 2014 cenderung lebih kompleks, dinamis, dan memerlukan
penanganan yang lebih komprehensif. Misalnya, penanganan kasus WNI korban
2009
2010 2011 2012
2013
2014
Total Kasus 35.358 16.064 38.880 20.880 28.415 15.896
Kasus Diselesaikan 31.657 14.368 24.488 11.165 18.309 11.513
Persentase Kasus
Selesai 89.53% 89.44% 62.98% 53.47%
64,43 % 72.42%
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 99
kecelakaan pesawat MH17 dan MH 370 serta penanganan WNI korban mutilasi di
Australia.
Kendala dan tantangan yang dihadapi Kementerian Luar Negeri terkait
implementasi penyelesaian permasalahan/kasus WNI dan BHI di luar antara lain dalam
implementasinya Kementerian Luar Negeri sering kali dihadapkan dengan kekurangan
SDM karena terdapatnya beberapa kegiatan prioritas perlindungan WNI/TKI di luar negeri
yang harus segera diselesaikan dan tidak dapat diprediksi. Selain itu Kendala pada
pelaksanaan jasa konsultan hukum dalam rangka advokasi dalam proses pengadaan
barang dan jasa yang melibatkan peraturan negara setempat dan negara kita sendiri. Selain
itu batas tanggung jawab pelaksana kegiatan pengadaan jasa pengacara juga masih harus
dikoordinasikan kembali mengingat proses pengadaan menggunakan anggaran Pusat.
Untuk mengatasi permasalahan pengadaan jasa konsultan hukum, langkah yang
dilakukan Kementerian Luar Negeri antara lain dengan memberhentikan kontrak tahunan
pengacara dan membayarkan biaya secara case by case. Namun kedepan kebutuhan untuk
jasa pengacara di Perwakilan akan semakin meningkat melihat kompleksitas kasus dan
upaya penanganan kasus yang akan semakin ditingkatkan baik dari segi penyelesaian
permasalahan dan dukungan anggaran. Untuk mengatasi kekurangan SDM khususnya pada
Direktorat Perlindungan WNI dan BHI, Kementerian Luar Negeri mengoptimalkan SDM
secara lintas Satuan/Unit Kerja dalam beberapa penanganan kasus WNI di luar negeri
seperti repatriasi WNI, evakuasi WNI, monitoring dan evaluasi pelayanan warga, dsb.
2. Penyelesaian Kasus WNI Terancam Hukuman Mati di Luar Negeri
Pada tahun 2014 jumlah WNI yang terancam hukuman mati mencapai 298 kasus,
angka ini merupakan jumlah tertinggi dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir (2011-
2014). Sedangkan jumlah WNI yang terbebas hukuman mati sebanyak 59 kasus dengan
persentase jumlah WNI yang terbebas hukuman mati sebesar 19,8%, hal ini menunjukkan
bahwa telah terjadi kenaikan pada persentase jumlah WNI yang terbebas hukuman mati
dari tahun 2013. Berikut tabel jumlah kasus WNI yang terancam hukuman mati.
209
291 289 298
3773
51 59
172
218238 239
0
50
100
150
200
250
300
350
2011 2012 2013 2014
Grafik Penyelesaian Hukuman Mati WNI
WNI Terancam Hukuman Mati WNI Terbebas Hukuman Mati Sisa Kasus
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 100
Dalam implementasi penyelesaian kasus WNI yang terancam hukuman mati ini
Kementerian Luar Negeri menghadapi kendala utama, yaitu tidak adanya atau lambatnya
consular notification dari otoritas berwenang di negara tujuan. Hal ini menyebabkan
Perwakilan tidak dapat memberikan immediate response terhadap masalah tersebut yang
pada gilirannya dapat berakibat kompliasi dalam legal proceeding terhadap WNI tersebut.
Sebagai contoh jika seorang WNI pada tahap awal sudah membuat pengakuan di bawah
sumpah yang merugikan posisi hukumnya dalam proses peradilan (pada umumnya dilakukan
WNI untuk mempercepat proses), akan sangat sulit bagi Perwakilan untuk mengupayakan
pembebasannya. Hal tersebut juga menyulitkan Perwakilan untuk menyediakan jasa
pengacara pada tahap penyelidikan dan penyidikan yang merupakan tahap krusial dalam
proses peradilan kasus pidana berat.
Untuk mengatasi kendala tersebut Kementerian Luar Negeri telah berupaya untuk
terus mendorong dibuatnya perjanjian bilateral mengenai Mandatory Consular Notification
(MCN) dengan negara-negara sahabat, khususnya negara-negara yang menjadi tujuan utama
TKI. Namun demikian, tidak semua negara memberikan tanggapan positif terhadap gagasan
tersebut.
ANALISIS IKU-6 SS-5: Indeks Pelayanan Keprotokolan dan Kekonsuleran
Indeks pelayanan keprotokolan dan kekonsuleran ini diperoleh dari 3 komponen
dengan pembobotan yang berbeda, yaitu:
Analisis Komponen 1 IKU-6 SS-5: Persentase penerima jasa yang menyatakan
puas atas pelayanan kekonsuleran
Pelayanan kekonsuleran yang diberikan secara cepat, murah, transparan, akuntabel
dan tepat kepada masyarakat umum telah diupayakan untuk meningkat dalam berbagai hal,
termasuk peningkatan sarana dan prasarana sehingga memudahkan masyarakat mendapat
akses pelayanan serta penertiban dalam hal pelayanan.
Sepanjang tahun 2014, dalam hal capaian komponen 1 IKU-6 SS-5, Kementerian Luar
Negeri mencapai realisasi dan capaian kinerja 80,67% dari target 100%. Hasil tersebut
didapatkan dari 150 penerima jasa yang mengembalikan kuesioner, 121 responden
diantaranya menyatakan puas atas pelayanan kekonsuleran. Capaian tersebut dapat dilihat
dalam tabel sebagai berikut:
Komponen IKU Bobot
Persentase penerima jasa yang menyatakan puas atas pelayanan kekonsuleran (Komponen IKU-6 SS-5)
50
Persentase pelayanan keprotokolan yang sesuai dengan Protap yang berlaku (Komponen IKU-6 SS-5)
30
Persentase dokumen fasilitas diplomatik yang diselesaikan sesuai SOP (Komponen IKU-6 SS-5)
20
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 101
Tabel Realisasi dan Capaian Komponen 1 IKU-6 SS-5
Komponen 1 Target Capaian Informasi Kinerja Jumlah Realisasi
%
Persentase penerima jasa yang menyatakan puas atas pelayanan kekonsuleran
100% 80,67% Jumlah penerima jasa yang menyatakan puas atas pelayanan
121
80,67 Jumlah penerima jasa yang mengembalikan kuesioner
150
Selama periode 2010 hingga 2014, Kementerian Luar Negeri telah menerbitkan
paspor, exit-permit, dan rekomendasi visa dengan data-data sebagai berikut :
Jika diperhatikan pada tabel diatas (diagram dokumen yang diterbitkan periode 2010-
2014) terhitung sejak tahun 2010 sampai dengan 2014 pelayanan terhadap 3 (tiga)
komponen yaitu Paspor Diplomatik dan Dinas, Exit-Permit dan Rekomendasi Visa mengalami
penurunan kecuali pada tahun 2011 yang sedikit mengalami kenaikan. Naik turunnya
pelayanan yang diberikan, disebabkan oleh jumlah permintaan pada tahun tersebut. Dengan
kata lain bahwa banyak sedikitnya jumlah paspor, exit-permit dan rekomendasi visa yang
diberikan tergantung pada permintaan stakeholder. Selain itu, khususnya pada akhir tahun
2014 dengan kebijakan Presiden yang baru mengenai pembatasan dinas dan kunjungan ke
luar negeri juga menjadi penyebab turunnya jumlah pelayanan sebagaimana tersebut di atas.
Kementerian Luar Negeri memiliki fungsi dalam hal koordinasi dan pelaksanaan
program di bidang permohonan visa diplomatik dan dinas dari perwakilan asing dan
permohonan visa dari tenaga ahli asing yang diperbantukan kepada Pemerintah RI dan
Organisasi Internasional yang berada di Indonesia. Selain itu, memberikan otorisasi visa
diplomatik dan dinas bagi WNA yang akan melaksanakan tugas penempatan di Perwakilan
Asing/Organisasi Internasional di Indonesia. Hal ini juga mencakup penyusunan standar,
norma, pedoman, kriteria dan prosedur permohonan visa diplomatik dan dinas dimaksud.
Kementerian Luar Negeri juga menyelesaikan pembentukan Persetujuan Bebas Visa bagi
Pemegang Paspor Diplomatik dan Dinas dengan negara sahabat. Sampai saat ini telah
18674 19388 18076 18697 18697
62580 6322259122
55445 54164
27907 26847 27001 28134
21197
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
2010 2011 2012 2013 2014
Diagram Dokumen yang Diterbitkan Periode 2010-2014
Paspor
Exit-Permit
Rekomendasi Visa
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 102
terdapat 51 PBV antara RI dengan negara sahabat (41 PBV yang sudah berlaku serta 10 PBV
yang sudah ditandatangani dan menunggu proses ratifikasi), juga ditambah dengan PBV lain
yang masih dalam proses pembahasan.
Kementerian Luar Negeri juga memberikan dukungan dan bantuan teknis untuk
kegiatan dan pertemuan internasional yang dilaksanakan di Indonesia khususnya yang terkait
dengan lalu lintas orang asing pemegang paspor diplomatik dan dinas. Dalam hal ini,
mencakup antara lain pengiriman rekomendasi permintaan Visa Kunjungan Saat Kedatangan
(VKSK) kepada Ditjen Imigrasi terutama bagi WNA yang bukan termasuk dalam subyek VKSK,
serta membuat Letter of Guarantee (LoG) bagi warga negara asing yang akan melakukan
pertemuan internasional di Indonesia.
Adapun data pengeluaran otorisasi Visa, pengiriman Rekomendasi VKSK serta
pengeluaran LoG adalah sebagai berikut:
No. Periode Waktu Otorisasi Visa Rekomendasi VKSK
LoG
1. Okt – Des 2008 21 9 28
2. Jan – Des 2009 200 57 122
3. Jan – Des 2010 132 44 334
4. Jan – Des 2011 445 34 261
5. 2012 1150 9 279 6. 2013 1005 53 397
7. 2014 3500 11 765
Tabel di atas menggambarkan jenis-jenis pelayanan publik yang menjadi tanggung jawab
Sub Direktorat Visa dan Tenaga Ahli Asing, mencakup pelayanan kepada Warga Negara Asing
dalam hal:
pemberian otorisasi visa bagi Warga Negara Asing yang akan melaksanakan penugasan dinas dan diplomatik di Indonesia;
pembuatan rekomendasi Visa Kunjungan Saat Kedatangan (VKSK) bagi delegasi asing yang akan melakukan kunjungan kenegaraan/seminar/konferensi internasional di Indonesia;
penerbitan (Letter of Guarantee) LoG bagi delegasi asing yang akan melakukan kunjungan kenegaraan/seminar/konferensi internasional di Indonesia. Tercatat sejak 2010 s.d. 2014, terjadi peningkatan cukup signifikan dalam pemberian
otorisasi visa bagi WNA yang akan melaksanakan penugasan dinas/diplomatik di Indonesia.
Angka tersebut secara tidak langsung juga mencerminkan peningkatan jumlah WNA yang
melaksanakan penugasan dinas/diplomatik di Indonesia, yang hal ini seiring dengan realita
bahwa jumlah Perwakilan Negara Asing dan Organisasi Internasional yang membuka
kantornya di Indonesia semakin banyak. Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia telah
menjadi salah satu negara dunia yang dipandang penting oleh masyarakat internasional.
Dalam pencapaian komponen 1 IKU-6 SS-5, Kementerian Luar Negeri menghadapi
kendala di antaranya kurangnya SDM, tingkat kemampuan teknologi informasi (TI)
yangdimiliki oleh SDM, serta belum pahamnya arti pelayanan publik oleh SDM yang ada.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 103
Mengatasi kendala tersebut dan sebagai langkah antisipasi untuk tahun
mendatang, Kementerian Luar Negeri berupaya untuk melakukan penambahan jumlah SDM,
pemberian kursus-kursus terkait dengan IT, maupun maupun sosialisasi dan pendalaman
materi tentang UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dan memberikan penyuluhan
materi bagaimana cara pelayanan yang baik dan benar.
Analisis Komponen 2 IKU-6 SS-5: Persentase Pelayanan Keprotokolan yang
Sesuai dengan Protap yang Berlaku
Sepanjang tahun 2014, realisasi komponen 2 IKU-6 SS-5 adalah sebesar 94,84%,
dengan capaian sebesar 99,83% sebagaimana berikut:
Tabel Realisasi dan Capaian Komponen 2 Indeks IKU-6 SS-5
Komponen 2 Target Capaian INFORMASI KINERJA JUMLAH Realisasi
%
Persentase pelayanan keprotokolan yang sesuai prosedur tetap
95% 99,83% Jumlah pelayanan keprotokolan yang sesuai protap
47,64 94,84
Jumlah seluruh pelayanan keprotokolan yang dilakukan
50,23
Dari diagram tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan realisasi kinerja
komponen 2 IKU-6 SS-5 dari tahun 2013 sebesar 4,03% (94,84% di tahun 2014 dari tahun
2013 sebesar 98,87%). Selama tahun 2014, telah dilaksanakan 13 (tiga belas) kunjungan
Presiden/ Wapres RI ke luar negeri. Untuk kunjungan tamu Negara/tamu pemerintah ke
Indonesia selama tahun 2014 adalah sebanyak 72 (tujuh puluh dua) kunjungan yang terdiri
dari 29 (dua puluh sembilan) kunjungan kepala negara/pemerintahan dengan 8 kunjungan
bersifat kunjungan kenegaraan, 12 kunjungan kerja,
dan 9 kunjungan pribadi. Selanjutnya, terdapat 43
(empat puluh tiga) kunjungan tamu menteri luar negeri
yang terdiri dari 37 kunjungan setingkat menteri dan 6
Utusan Khusus Kepala Negara Asing.
Adapun kunjungan tamu negara/tamu
pemerintah ke Indonesia selama tahun 2013 tercatat
sebanyak 40 (empat puluh) kunjungan. Dari ke-40
kunjungan tersebut terdapat 22 (dua puluh dua) kunjungan kepala negara atau kepala
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 104
pemerintahan ke Indonesia baik dalam rangka kunjungan kenegaraan/resmi atau dalam
rangka kunjungan kerja menghadiri konferensi internasional yang diselenggarakan di
Indonesia pada tahun 2014. Sedangkan terdapat 18 (delapan belas) kunjungan tamu menteri
luar negeri ke Indonesia baik dalam rangka kunjungan bilateral maupun kunjungan
menghadiri konferensi internasional. Dibandingkan degan kunjungan pada tahun 2010
terdapat 30 kunjungan tamu negara, pada tahun 2011 terdapat 84 kunjungan tamu negara di
mana jumlah tersebut meningkat signifikan atas Keketuaan Indonesia dalam KTT ASEAN ke-
18, sedangkan pada tahun 2012 terdapat 35 kunjungan tamu negara. Berikut grafik jumlah
kunjungan tamu negara/tamu pemerintahan dari tahun 2010-2014.
Dalam setiap kunjungan baik outgoing maupun incoming selalu dilaksanakan sesuai
dengan prosedur tetap. Namun, dalam pelaksanaannya Kementerian Luar Negeri menghadapi
beberapa kendala dalam melaksanakan prosedur tetap tersebut, yaitu:
1. Pada saat kunjungan Presiden/Wapres ke luar negeri, yaitu daftar delegasi Indonesia
tidak pernah dapat diserahkan kepada pihak tuan rumah negara yang dikunjungi pada
jauh hari sebelum keberangkatan Presiden/Wapres RI karena selalu berubah hingga
keberangkatan Presiden / Wapres RI.
2. Pada saat kunjungan Tamu Negara/Pemerintah ke Indonesia adanya Force Majeur yang
tidak memungkinkan beberapa prosedur untuk dilaksanakan (misalnya: kesehatan tamu
negara/tamu pemerintah yang tidak memungkinkan dilaksanakannya seluruh prosedur
tetap/kegiatan selama kunjungan kenegaraan tersebut, dsb.)
3. Tidak adanya kedutaan/perwakilan asing di Indonesia pada kunjungan tamu
negara/pemerintah yang membuat koordinasi persiapan kunjungan menjadi kurang
intensif.
Untuk mengatasi kendala tersebut dan sebagai langkah antisipasi untuk tahun
mendatang, Kementerian Luar Negeri melakukan langkah solutif sebagai berikut:
1. Kementerian Luar Negeri perlu melakukan sosialiasi mengenai praktek keprotokolan
kepada Instansi Pemerintah lainnya baik di Pusat maupun di Daerah karena masih
dijumpai belum sepenuhnya terdapat keseragaman, terutama dengan mengacu pada
Undang-Undang nomor 9 Tahun 2010 tentang Keprotokolan dan peraturan ketentuan
lainnya dan kelaziman dalam pergaulan internasional yang berlaku.
2. Kementerian Luar Negeri melalui standarisasi pelayanan keprotokolan yang prima yang
akan menghasilkan kelancaran dan kenyamanan dalam penyelenggaraan acara-acara
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 105
yang bersifat bilateral maupun multilateral. Pada gilirannya, kondisi tersebut dapat ikut
menyumbang kepada tercapainya kepentingan nasional yang lebih luas dengan
melaksanakan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia maupun sarana dan
prasarana. Dengan kapasitas internal yang semakin baik, tuntutan pengguna untuk
memperoleh pelayanan keprotokolan yang prima tentu dapat dijawab oleh Kementerian
Luar Negeri.
Analisis Komponen 3 IKU-6 SS-5: Persentase dokumen fasilitas diplomatik yang
diselesaikan sesuai SOP
Perbaikan, penyempurnaan prosedur, peningkatan prasarana dan kapasitas sumber
daya manusia dalam pelayanan fasilitas diplomatik senantiasa ditingkatkan. Sejak tahun 2008,
Kementerian Luar Negeri berupaya melakukan penataan ulang dalam pelayanan Kartu Tanda
Pengenal Perwakilan Negara Asing antara lain mempersingkat waktu pengurusan ID Card
Diplomatik, Dinas, Konsuler, Kondul Kehormatan dan Organisasi Internasional yaitu dengan
merancang sistem Local Area Netwok (LAN). Upaya penataan ulang Kartu Tanda Pengenal
Perwakilan Negara Asing ini mendapat pengakuan yang baik dengan diperolehnya Sertifikasi
Manajemen Mutu ISO 9001:2001 (28 Desember 2010) untuk proses penerbitan ID Card untuk
para pejabat diplomatik, konsuler dan organisasi internasional yang ada di Indonesia.
Sepanjang tahun 2014, dalam hal capaian komponen 3 IKU-6 SS-6 yaitu Persentase
dokumen fasilitas diplomatik yang diselesaikan sesuai SOP, dari target 95%, tingkat realisasi
adalah sebesar 90,90% sebagaimana tabel di bawah ini. Dengan demikian, capaian untuk IKU
tersebut adalah 95,69%.
Tabel Realisasi dan Capaian Komponen 3 IKU-6 SS-5
Komponen 3 Target Capaian Informasi Kinerja Jumlah Realisasi
%
IKU 6:
Persentase dokumen
fasilitas diplomatik
yang diselesaikan
sesuai SOP
95 % 95,69% Jumlah dokumen fasilitas
diplomatik yang
diselesaikan sesuai SOP
11.999
90,90% Jumlah dokumen
permintaan fasilitas
diplomatik yang diterima.
13.200
Di tahun 2014, realisasi jumlah dokumen fasilitas diplomatik yang diselesaikan sesuai
SOP adalah sebanyak 11.999 dokumen dengan jumlah dokumen permintaan fasilitas
diplomatik yang diterima sebanyak 13.200. Sebagai perbandingan, di tahun 2013 realisasi
jumlah dokumen fasilitas diplomatik yang diselesaikan sesuai SOP adalah sebesar 12.996
dokumen dengan jumlah dokumen fasilitas diplomatik yang diselesaikan sebanyak 13.969
dokumen. Perbedaan jumlah penyelesaian permintaan fasilitas tahun 2013 dengan tahun
2014 ini disebabkan oleh menurunnya permintaan dokumen fasilitas diplomatik dari
Perwakilan Negara Asing (PNA) dan Organisasi Internasional (OI) di Indonesia.
Berikut disajikan diagram perbandingan realisasi jumlah dokumen fasilitas diplomatik
yang diselesaikan yang sesuai dengan SOP dari jumlah dokumen fasilitas diplomatik yang
diselesaikan pada tahun 2013 dan 2014.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 106
Tabel Realisasi Komponen 3 Indeks IKU-6 SS-5 Tahun 2013—2014
Sebagaimana terlihat dalam tabel bahwa terdapat kecenderungan capaian kinerja
yang menurun. Hal ini disebabkan oleh adanya permintaan permohonan dokumen fasilitas
diplomatik yang menurun dari Perwakilan Negara Asing (PNA) dan Organisasi Internasional
(OI) sehingga mempengaruhi penetapan target di setiap tahunnya.
Selain menyelesaikan dokumen – dokumen permohonan fasilitas diplomatik dari
Perwakilan Negara Asing di Indonesia, Kementerian Luar Negeri telah melakukan
pemutakhiran database antara lain Database Konsul Honorer Perwakilan Negara Asing di
Indonesia; Database Pengamanan, Pengawasan dan Kasus yang dihadapi oleh Perwakilan
Negara Asing di Indonesia; Database Barang dan Minuman Beralkohol dari Perwakilan Negara
Asing di Indonesia; Database Perizinan Bangunan dan Frekuensi Radio kepada Perwakilan
Negara Asing di Indonesia; serta database Kendaraan Bermotor (Ranmor) dan Tanda Nomor
Kendaraan Bermotor (TNKB) Nopol CD/CC.
Pemutakhiran database tersebut mutlak dilakukan sebagai media pengawasan dan
pengendalian terhadap fasilitas – fasilitas diplomatik yang telah diberikan kepada Perwakilan
Negara Asing di Indonesia beserta pejabatnya. Database tersebut juga bertujuan untuk
memberikan pertimbangan dan rekomendasi kepada pimpinan, terkait permohonan
pengamanan Perwakilan Negara Asing dan Pejabatnya di Indonesia yang memerlukan
penelaahan dan kontrol yang terukur
Dalam rangka pengawasan dan pengendalian pemberian perizinan fasilitas
diplomatik kendaraan bermotor Perwakilan Negara Asing dan Pejabatnya di Indonesia,
Kementerian Luar Negeri juga secara berkala melakukan rapat Tim Penilai Kewajaran (TPK)
yang bertujuan untuk memberikan pertimbangan dan rekomendasi kepada pimpinan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Dalam pencapaian komponen 3 Indeks IKU-6, Kementerian Luar Negeri menghadapi
kendala di antaranya banyaknya dokumen permohonan fasilitas dari Perwakilan Negara
Asing dan Organisasi Internasional yang diterima tidak lengkap, sehingga dalam rangka
pemrosesan pemberian fasilitas (Privileges and Immunities) tidak dapat dilakukan dan tidak
sesuai dengan peraturan. Selain itu, kebijakan pemberian fasilitas Privileges and Immunities
bagi beberapa organisasi internasional seperti ASEAN dan Diplomat negara sahabat yang
bukan anggota negara-negara ASEAN yang ditepatkan sebagai diplomat di ASEAN secretariat
juga masih menjadi kendala yaitu belum adanya kebijakan yang mengatur pemberian
Privileges and Immunities. Kendala lain menyangkut pemberian fasilitas adalah menyangkut
beberapa kantor perwakilan dagang dan turis negara sahabat yang saat ini mulai banyak
dibuka dan pemberian fasilitasnya belum dapat dilakukan secara resiprokal.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 107
Untuk mengatasi kendala tersebut, pada akhir tahun 2014 Kementerian Luar Negeri
telah mengadakan rapat pembahasan yang lebih intensif pemberian Privileges and Immunities
bagi diplomat asing non member of ASEAN Country yang ditempatkan di ASEAN Secretariat,
dan juga pemberian standarisasi pemberian Privileges and Immunities bagi diplomat negara-
negara ASEAN di ASEAN Secretariat, dan diharapkan kebijakan pemerintah dalam pemberian
fasilitas Privileges and Immunities dapat segera terealisasi.
D.5.1 Perbandingan Capaian Sasaran Strategis-5 Tahun 2010—2014
Tabel Perbandingan Capaian SS-5 Tahun 2010—2014
Dalam periode 2010—2014, SS-5 telah direvisi pada tahun 2013 termasuk IKU. SS-5
pada tahun 2011 dan 2012 telah melampaui 100%, karena IKU masih berorientasi kegiatan,
proses, dan setingkat output. Sejak tahun 2013, SS-5 didukung dengan IKU yang lebih tinggi
dan terukur dengan menggunakan indeksasi yang disertai dengan setting target yang lebih
progresif dan menantang khususnya di tahun 2013 dan 2014. Hal ini menyebabkan sepintas
kinerja capaian SS-5 tahun 2013—2014 secara kuantitatif mengalami penurunan dibanding
tahun-tahun sebelumnya. Namun secara kualitas, kinerja Kementerian Luar Negeri lebih
akuntabel.
SASARAN STRATEGIS (SS-5) % CAPAIAN
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Lama: Meningkatnya Kualitas dan Kapasitas Pelayanan Keprotokolan, Kekonsuleran, Fasilitas Diplomatik dan Perlindungan WNI/BHI di Luar Negeri
92,5 128,18 103,83 - -
Revisi: Meningkatnya kualitas pelayanan keprotokolan dan kekonsuleran (SS-5)
- - - 94,96 85,42
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 108
D.6 Sasaran Strategis (SS-6):
Meningkatnya Citra Indonesia Dimata Publik Domestik dan Internasional
Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi dan proses globalisasi yang begitu
pesat dewasa ini telah memberi pengaruh relatif besar sehingga memberi dampak yang tidak
hanya berupa manfaat dan peluang, namun juga tantangan bagi kepentingan nasional.
Menyikapi dampak yang ditimbulkan, minimal ada 2 (dua) hal penting yang dapat dilakukan.
Pertama, Indonesia mampu memperoleh manfaat, dan sekaligus menghindari potensi yang
berakibat menimbulkan ancaman, dan apabila mampu mendekatkan antara faktor domestik
dan faktor internasional. Kedua, bahwa peran aktif diplomasi tidak hanya memproyeksikan
kepentingan nasional, tetapi juga harus mampu mengkomunikasikan perkembangan-
perkembangan di dunia luar ke dalam negeri. Dengan demikian, diplomasi harus mampu
mendekatkan jarak antara faktor-faktor internasional dan domestik, serta mampu menjadi
ujung tombak yang memperjuangkan kepentingan nasional, dan sekaligus
mengkomunikasikan perkembangan-perkembangan dunia luar ke dalam negeri.
Sasaran Strategis Kementerian Luar Negeri “Meningkatnya citra Indonesia di mata
publik domestik dan internasional” sebagai Sasaran Strategis 6 (SS-6) diukur dengan
Indikator Kinerja Utama 7 (IKU-7) “Indeks citra positif penyelenggaraan politik dan
hubungan luar negeri dari persepsi masyakat domestik dan internasional”.
Peningkatan dilakukan melalui serangkaian komunikasi efektif atas perkembangan-
perkembangan dan pelaksanaan politik luar negeri kepada publik di dalam negeri dan luar
negeri yang ditandai dengan meningkatnya citra positif Indonesia di wilayah negara
akreditasi, dukungan konstituen terhadap aset diplomasi publik dan politik luar negeri
Indonesia, pemberitaan positif tentang Indonesia yang dimuat media asing di Indonesia,
banyaknya press release yang dimuat di media nasional maupun asing, peningkatan
permintaan bantuan kerjasama teknis dari Indonesia yang diterima, peningkatan kegiatan
bantuan kerjasama teknis melalui mekanisme triangular, banyaknya negara yang hadir
dalam rangka kegiatan diplomasi publik.
Pada tahun 2014, capaian kinerja SS-6 ditargetkan dengan Indeks 6 dengan
capaian Indeks 9 (97,52%) dengan kategori capaian “istimewa” (range capaian 95<x>100),
yang diperoleh dari komponen dan pembobotan sebagai berikut :
No Komponen Bobot Realisasi
(%)
Batas Toleransi Realisasi
Realisasi Pembobotan
1 Persentase citra positif Indonesia di wilayah negara akreditasi (Komponen-1 IKU-7 SS-6)
30 89,39 - 26,82
2 Persentase dukungan konstituen terhadap aset diplomasi publik dan politik luar negeri Indonesia (Komponen-2 IKU-7 SS-6)
20 101,62 - 20,32
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 109
No Komponen Bobot Realisasi
(%)
Batas Toleransi Realisasi
Realisasi Pembobotan
3 Persentase pemberitaan positif tentang Indonesia yang dimuat media asing di Indonesia (Komponen-3 IKU-7 SS-6)
20 94 - 18,8
4 Persentase permintaan bantuan kerjasama teknis dari Indonesia yang diterima (Komponen-4 IKU-7 SS-6)
10 130,48
120 12
5 Persentase kegiatan bantuan kerjasama teknis melalui mekanisme triangular (Komponen-5 IKU-7 SS-6)
10 120 - 12
6 Persentase negara yang hadir dalam rangka kegiatan diplomasi publik (Komponen-6 IKU-7 SS-6)
10 75,83 - 7,58
% Capaian SS- 6 97,52
Indeks SS-6 Capaian 9
Target 6
Jika dibandingkan dengan tahun 2013, posisi Indeks 9 atas capaian SS-6 di tahun
2014 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Begitupun dari sisi persentase capaian,
pada tahun 2014 telah mengalami peningkatan dari tahun 2013 sebesar 16,48% (97,52%
pada tahun 2014 dari 81,04% pada tahun 2013). Peningkatan capaian SS-6 tahun 2014
merupakan refleksi dari semakin meningkatnya citra positif Indonesia di mata publik
domestik dan internasional.
Tabel Perbandingan Capaian SS-6 Tahun 2014 dengan Tahun 2013
No Komponen Realisasi 2013 (%)
Realisasi Pembobotan
2013 (%)
Realisasi 2014 (%)
Realisasi Pembobotan
2014 (%) 1 Persentase citra positif Indonesia di
wilayah negara akreditasi (Komponen-1 IKU-7 SS-6)
85 25,5 89,39 26,82
2 Persentase dukungan konstituen terhadap aset diplomasi publik dan politik luar negeri Indonesia (Komponen-2 IKU-7 SS-6)
100 20 101,62 20,32
3 Persentase pemberitaan positif tentang Indonesia yang dimuat media asing di Indonesia (Komponen-3 IKU-7 SS-6)
78,49 7,84 94 18,8
4 Persentase permintaan bantuan kerjasama teknis dari Indonesia yang diterima (Komponen-4 IKU-7 SS-6)
62,57
6,25 120
12
5 Persentase kegiatan bantuan kerjasama teknis melalui mekanisme triangular (Komponen-5 IKU-7 SS-6)
66,67 6,66 120 12
6 Persentase negara yang hadir dalam rangka kegiatan diplomasi publik (Komponen-6 IKU-7 SS-6)
79,17 7,91 75,83 7,58
% Capaian SS-6 81,04% (Baik)
97,52%*) (Istimewa)
Indeks SS-6 Capaian 6 9 Target 4 6
*)Telah mengalami peningkatan sebesar 16,48%
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 110
Hingga penghujung tahun 2014, Capaian Kinerja Kementerian Luar Negeri dari
sasaran strategis ”Meningkatnya Citra Indonesia Dimata Publik Domestik dan
Internasional” adalah 97,52% (capaian kinerja predikat istimewa), sementara pada tahun
2013 diperoleh 81,04% (capaian kinerja predikat baik), sehingga capaian kinerja
Kementerian Luar Negeri mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Secara
keseluruhan dapat dijelaskan bahwa hasil capaian diplomasi Kementerian Luar Negeri yang
digambarkan melalui sasaran ”Meningkatnya Citra Indonesia Dimata Publik Domestik
dan Internasional” adalah kontribusi bagi peningkatan dan penguatan dukungan serta
kepercayaan masyarakat Internasional serta terpeliharanya keutuhan dan integritas negara
kesatuan Republik Indonesia serta pemulihan ekonomi nasional.
Bukti konkret meningkatnya citra positif Indonesia di publik domestik dan
internasional dapat dilihat dari adanya pemberitaan positif mengenai berbagai forum/ acara
yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri antara lain Cooperation Among East
Asian Countrries for Palestinian Development (CEAPAD), the 6th Global Forum United Nation
Alliance of Civilization (UNAOC), Bali Democracy Forum (BDF), Presidential Friends of
Indonesia, Interfaith Dialogue and Empowering the Moderates, Indonesian Arts and Culture
Scholarship (Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia-BSBI) dan Indonesian Channel, Outstanding
Student for the World, Public Diplomacy Campaign, Duta Belia, Updates from the Region,
Diplomatic Gathering, Public Lecture, Pelayanan Publik, Promosi dan Community Outreach
MKAA (Museum Konferensi Asia Afrika), Terbitan Tabloid Diplomasi, dan South-south
Cooperation Forum.
Respon positif dari pernyataan dukungan dan apresiasi para tokoh/pejabat tinggi
negara yang dikutip dari media elektronik dan cetak untuk peningkatan citra positif
Indonesia, yang disampaikannya dalam beberapa forum penting yang diselenggarakan oleh
Indonesia, a.l. dapat dilihat pada skema berikut ini:
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 111
Selain pernyataan dukungan dan apresiasi dari para pejabat pemerintahan, tokoh,
pejabat tinggi negara, peningkatan citra Indonesia dapat pula ditunjukkan dari pelaksanaan
diplomasi dalam bidang seni dan budaya, misalnya melalui program Beasiswa Seni dan
Budya Indonesia (BSBI). Seperti diketahui bahwa sejak dimulainya BSBI pada 2003, jumlah
total peserta yang mengikuti BSBI hingga 2014 mencapai sebanyak 588 peserta. Angka
tersebut menunjukkan semakin meningkatnya ketertarikan masyarakat di negara sahabat
akan budaya Indonesia, yang pada gilirannya, para penerima beasiswa BSBI tersebut dapat
menjadi aset mempromosikan Indonesia di negara masing-masing.
Disamping itu, dalam konteks dialog lintas agama, Pemerintah Indonesia melalui
Kemlu RI dan Kemenag RI telah melaksanakan serangkaian Dialog Lintas Agama (DLA), baik
pada tingkat bilateral, regional maupun multilateral sejak 2004. Pada tingkat multilateral,
Indonesia telah aktif dalam berbagai forum DLA, a.l.melalui The Non-Aligned Movement
(NAM) Interfaith Dialogue dan United Nations Alliance of Civilization (UNAOC). Upaya pro-
aktif Indonesia ini ditargetkan untuk melawan stereotip negatif tentang Islam yang
berkembang di Barat dimana terdapat anggapan bahwa Islam berada dibalik berbagai aksi
terorisme.
Dialog Lintas Agama juga sangat bermanfaat menampilkan Indonesia sebagai negara
multikultur yang hidup bertoleransi dan harmoni, sekaligus memberikan kontribusi demi
terciptanya “harmony among civilizations”. Kegiatan DLA melibatkan berbagai pemangku
kepentingan antara lain tokoh agama, masyarakat madani, akademisi, media, dan generasi
muda.Pada tingkat bilateral, jumlah negara yang telah menjalin kerjasama DLA dengan
Indonesia dapat dilihat pada diagram berikut:
Data di atas menunjukkan bahwa Dialog Lintas Agama pada tingkat bilateral, yang
telah menjalin kerjasama dan berpartisipasi aktif sejumlah 25 negara sejak dicanangkan
sejak 2004, yaitu Amerika Serikat (2010, 2012), Austria (2009, 2010), Belanda (2009),
Bulgaria (2010), Ceko (2010), Ethiopia (2011), Hungaria (2010), Inggris (2008), Italia (2009,
2012), Jerman (2010, 2011, 2013), Kanada (2008,2013), Lebanon (2008, 2011), Polandia
(2011,2013), Rusia (2009), Serbia (2011,2013), Spanyol (2010), Uni Eropa (2010), Vatikan
(2008), Yunani (2011), Chile (2012), Argentina (2012), Pakistan (2012), Kroasia (2014),
Bosnia (2014) dan Slovakia (2014).
Peningkatan citra Indonesia dapat pula digambarkan melalui peningkatan
pengunjung website Kementerian Luar Negeri untuk mendapatkan informasi berkaitan
dengan kebijakan hubungan luar negeri Indonesia dengan negara-negara di dunia. Sepanjang
tahun 2014, dalam hal capaian kinerja rata-rata pengunjung website Kemlu, tercatat bahwa
dari target 37.000 pengunjung website Kemlu dalam sebulan, ternyata berdasarkan hasil
Google Analytic, terdapat rata-rata 36.162 pengunjung website Kemlu dalam satu bulan.
Tingginya jumlah pengunjung website Kemlu tersebut dipengaruhi oleh makin dikenalnya
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 112
website Kemlu oleh publik sebagai website yang dapat dipercaya (kredibel) dan dapat
diandalkan, antara lain akibat dari terintegrasinya portal Kemlu dengan website Perwakilan,
serta meningkatnya kesadaran Satker untuk memanfaatkan website Kemlu untuk
mempublikasikan berita dan kegiatan Satker yang terkait dengan pelaksanaan diplomasi
Indonesia, seperti hasil-hasil sidang KTT Asean, BDF, UNAOC dan sebagainya. Berita di
website juga menjadi rujukan bagi banyak media nasional maupun internasional. Guna
mempertahankan kredibilitas dan kehandalan website tersebut, Kementerian Luar Negeri
akan melakukan redesign tampilan agar lebih responsif serta meningkatkan kualitas konten
serta kemampuan SDM pengelola website.
Disamping itu, upaya-upaya peningkatan citra Indonesia tidak terlepas dari kondisi
keamanan yang kondusif, baik di dalam maupun luar negeri. Sebagai bagian dari upaya
tersebut, Kementerian Luar Negeri pada tahun 2014 telah melakukan kegiatan Koordinasi,
Evaluasi, dan Bimbingan Teknis Sistem Pengamanan Perwakilan RI atau yang lebih dikenal
dengan istilah sterilisasi pada 13 (tiga belas) Perwakilan. Bimbingan Teknis dan Evaluasi
Sistem Pengamanan Perwakilan RI di luar negeri dilakukan agar Perwakilan RI dan
personilnya mampu menghadapi berbagai ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan
selama melaksanakan tugas dan fungsinya. Selain Kementerian Luar Negeri, instansi lainnya
yang terlibat dalam tim evaluasi yaitu Pusat Komunikasi Kemlu, Lembaga Sandi Negara, dan
Badan Intelijen Negara. Pada saat melakukan kegiatan tersebut, tim mengevaluasi kesiapan
fisik gedung, aset Perwakilan, pelaksanaan prosedur pengamanan, kondisi keamanan
personalia, tingkat keamanan komunikasi dan informasi Perwakilan sehingga terhindar dari
aksi penyadapan yang dilakukan oleh pihak lain.
Jumlah Perwakilan RI di luar negeri yang dievaluasi setiap tahunnya serta jumlah
akumulatif Perwakilan RI yang telah dievaluasi sejak tahun 2004 sampai 2014 terangkum
dalam diagram sebagai berikut.
Meskipun sasaran SS-6 telah tercapai dengan istimewa, namun dalam rangka
meningkatkan kinerja masih dihadapi kendala misalnya dalam konteks diplomasi publik
yaitu relatif terlalu luasnya stakeholder yang menjadi target, sehingga menyebabkan tidak
optimalnya informasi yang ingin disampaikan. Selain itu, kepedulian dan minat stakeholder
juga yang masih rendah. Dalam konteks pemberitaan media asing, beberapa media
internasional masih menyoroti isu-isu negatif mengenai Indonesia, misalnya bencana alam,
korupsi, pelanggaran HAM dan lingkungan hidup, yang dapat mempengaruhi pandangan
publik internasional. Disamping itu, kendala lain adalah masalah sumber daya yang dimiliki
kurang mendukung, khususnya SDM, sarana dan prasarana pendukung lainnya.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 113
Pada tahun 2014, Kementerian Luar Negeri telah berupaya mengatasi kendala-
kendala utama tersebut diantaranya melakukan langkah-langkah asas prioritas dari
stakeholder yang dapat dijangkau. Sementara mengatasi kurangnya minat stakeholder
ditempuh langkah proaktif dengan memberikan insentif dan melakukan kunjungan ke
wilayah-wilayah yang sulit terjangkau.Sementara untuk mengurangi pemberitaan negatif
media massa, yaitu dengan jalan memperbanyak frekuensi pertemuan dengan media melalui
mediagathering, menghadirkan narasumber yang berkompeten. Kementerian Luar Negeri
juga memaksimalkan sarana dan prasarana yang ada saat ini guna mengoptimalkan
pelaksanaan kinerja. Langkah solutif kedepan, Kementerian Luar Negeri akan terus
melakukan langkah-langkah engagement dengan media massa secara lebih intensif melalui
media gathering dan meningkatkan jumlah peserta Journalist Visit Program
ANALISA IKU-7 SS-6: Indeks citra positif penyelenggaraan politik dan hubungan luar negeri
dari persepsi masyarakat domestik dan internasional diperoleh dengan 6 komponen dengan
pembobotan yang berbeda, yaitu:
Persentase citra positif Indonesia di wilayah negara akreditasi 30
Persentase dukungan konstituen terhadap aset diplomasi publik dan politik luar negeri Indonesia
20
Persentase pemberitaan positif tentang Indonesia yang dimuat media asing di Indonesia
20
Persentase permintaan bantuan kerjasama teknis dari Indonesia yang diterima 10
Persentase kegiatan bantuan kerjasama teknis melalui mekanisme triangular 10
Persentase negara yang hadir dalam rangka kegiatan diplomasi publik 10
Analisis Komponen 1 IKU 7 SS-6: Persentase citra positif Indonesia di wilayah negara
akreditasi
Citra Positif Indonesia di wilayah negara akreditasi diperoleh dengan menggunakan
data primer langsung dari 132 (seratus tiga puluh dua) Perwakilan RI di luar negeri dengan
menyampaikan data quesioner kepada stakeholders Perwakilan RI, yang mencakup aspek
politik, ekonomi, dan sosial budaya. Dari jumlah 132 (seratus tiga puluh dua), terdapat 84
(delapan puluh empat) perwakilan yang menyampaikan kembali jawaban quesioner.
Adapun stakeholders yang menjadi target survey diantaranya berasal dari unsur
pemerintah, parlemen, pengusaha, kalangan akademisi, media negara setempat, dan
masyarakat umum lainnya. Berdasarkan hasil survey, secara keseluruhan diperoleh hasil
bahwa stakeholders yang menjawab sangat setuju dan setuju adalah sebesar 89,39%. Bila
dibandingkan dengan tahun 2013, citra positif Indonesia di wilayah negara akreditasi
berhasil meningkat sebesar 4,88% dari 84,51% menjadi 89,39% sebagaimana tergambar
dalam grafik berikut ini.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 114
Keterangan
*) Sangat Setuju (SS); Setuju (S); Kurang Setuju (KS); Tidak Setuju (TS); Tidak Tahu/Kosong (TT/K) **) Persentase Citra Positif Indonesia sebesar 89,39% (42,49% Sangat Setuju + 46,90% Setuju)
Dari tiga bidang pertanyaan yang diajukan, berbeda dengan tahun 2013 dimana citra
positif Indonesia tertinggi diraih di bidang sosial budaya (88,4%) yang diikuti oleh politik
(86,63%) dan ekonomi (78%), pada tahun 2014 penilaian positif terbesar para responden
tertuju di bidang politik, diikuti oleh bidang ekonomi dan bidang sosial budaya. Secara
politik, citra positif Indonesia yang ditandai dengan jawaban sangat setuju dan setuju
mencapai 91,12%, secara ekonomi 89,91%, secara sosial budaya 87,14%.
Tabel Hasil Jawaban Kuesioner Citra Positif Indonesia di Wilayah Negara Akreditasi Tahun 2014
Bidang SS S KS TS
Politik 39,14% 51,99% 5,13% 0.49%
Ekonomi 41,84% 48,06% 8,27% 0.66%
Sosial Budaya 46,50% 40,64% 10,19% 2,30%
Berdasarkan jawaban dari responden, penilaian positif tertinggi terhadap Indonesia
di bidang politik terletak pada pengakuan akan keberhasilan pelaksanaan Pemilu 2014 yang
diapresiasi dunia sebagai indikator kedewasaan demokrasi Indonesia (92,91%), sedangkan
pernyataan “Inisiatif dan kontribusi Indonesia diakui di fora internasional (misalnya: APEC,
UNAOC, BDF, CEAPAD, MSG)” mendapat tanggapan negatif terbesar dari para responden
yakni sebesar 7,06%. Rincian selengkapnya disajikan dalam diagram sebagai berikut:
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 115
Di bidang ekonomi, 96,43% responden menanggapi secara positif status
Indonesia sebagai mitra dagang yang prospektif. Sedangkan pernyataan “Indonesia mulai
dikenal sebagai negara donor dan negara mitra dalam kerjasama pembangunan (teknik dan
finansial)” mendapat tanggapan negatif terbesar yakni 25,47% dari responden. Hal ini
tentunya menjadi tantangan bagi Pemerintah RI untuk lebih agresif dalam menyebarluaskan
kontribusi Indonesia dalam kerja sama permbangunan baik teknik maupun finansial.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 116
Sementara di bidang sosial budaya, sebanyak 95,68% responden memberikan
persepsi positif dengan mengenal Indonesia sebagai negara multikultural dengan penduduk
muslim moderat terbesar. Hanya saja, umumnya liputan media massa setempat mengenai
Indonesia dirasa masih kurang memadai untuk dapat menambah pemahaman tentang
Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya tanggapan negatif para responden (37,15%)
terkait ketersediaan informasi mengenai Indonesia di media massa setempat. Untuk
mengatasi hal tersebut, kiranya Perwakilan RI dapat melakukan pendekatan kepada media
massa di negara akreditasi untuk menginformasikan berita positif mengenai Indonesia dan
mendorong media setempat untuk melakukan peliputan ke Indonesia.
Analisis Komponen 2 IKU-7 SS-6: Persentase dukungan konstituen terhadap aset
diplomasi publik dan politik luar negeri Indonesia
Sepanjang tahun 2014, dalam hal capaian Komponen-2 IKU-7 SS-6 yaitu Persentase
dukungan konstituen terhadap asset diplomasi publik dan politik luar negeri Indonesia,
Kementerian Luar Negeri mencatat bahwa dari target 90% konstituen yang mendukung aset
diplomasi publik dan politik luar negeri Indonesia, sebanyak 101,62% konstituen menyatakan
mendukung. Dengan demikian, capaian untuk komponen IKU tersebut adalah sebesar
112,91% sebagaimana tabel di bawah ini.
Tabel Perbandingan Capaian Komponen 2 IKU-7 SS-6
Tahun 2013 dengan Tahun 2014
Komponen 2 IKU-7 SS-6
TAHUN 2013 TAHUN 2014 Jumlah peserta
yang mendukung
Jumlah kuesioner yang
diterima
Jumlah peserta
yang mendukung
Jumlah kuesioner
yang diterima
Persentase dukungan konstituen terhadap aset diplomasi publik dan politik luar negeri Indonesia
491 491 24.734 24.340
REALISASI (%) 100 101,62 CAPAIAN (%) 117,65 112,91
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 117
Pada Tahun 2014, dari sisi realisasi terjadi peningkatan sebesar 1,62% dibandingkan
Tahun 2013. Hal ini dikarenakan selain bentuk kuesioner, bentuk dukungan diberikan
melalui tanggapan konstituen atas keberhasilan pelaksanaan Beasiswa Seni dan Budaya
Indonesia, Outstanding Student for the World, Duta Belia, Public Lecture, Pelayanan Publik,
Update from the Region, Sosialisasi Isu Aktual dan Penguatan Diplomasi Ekonomi Indonesia
maupun pengisian buku tamu MKAA.
Salah satu program prioritas diplomasi publik Indonesia adalah Beasiswa Seni dan
Budaya Indonesia (BSBI). Pada tahun Akademik 2014, BSBI telah diikuti oleh 70 Peserta dari
45 negara. Pelaksanaan BSBI dibagi menjadi dua yaitu: (1) BSBI Program Reguler yang
diikuti oleh 60 orang peserta dan ditempatkan di sanggar-sanggar di Bandung, Solo,
Surabaya, Bali dan Makassar. Adapun kurikulum pelatihan/studi yaitu pelatihan tari, musik
tradisional dan kearifan lokal Indonesia, dan (2) BSBI Program Kekhususan Indonesian
Studies for Future Indonesianist yang mengundang 10 peserta dari 10 negara yakni Australia,
AS, Belanda, Italia, Rusia, Suriname, Vietnam, Jerman, Jepang dan Azerbaijan. Sampai kurun
waktu 2003–2014, telah tercatat sebanyak 588 peserta/alumni BSBI Reguler dan
Kekhususan yang berasal dari 58 negara.
Tabel Data Penerima Beasiswa BSBI (Orang)
NEGARA TAHUN 2003-2014
TOTAL 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
ASIA PASIFIK DAN AFRIKA
12 24 37 40 49 46 43 42 43 50 40 40 466
AMERIKA DAN EROPA
0 0 0 0 0 5 7 20 16 15 29 30 122
JUMLAH 12 24 37 40 49 51 50 62 59 65 69 70 588
Jumlah peserta dan negara pada tahun 2014 ini mengalami kenaikan dibandingkan
tahun 2013 yang mencerminkan semakin meningkatnya ketertarikan masyarakat di negara
sahabat akan budaya Indonesia. Peserta BSBI diharapkan dapat menjadi aset untuk
mempromosikan Indonesia di negara masing-masing. Merujuk laporan Perwakilan RI,
alumni BSBI banyak berpartisipasi dalam program promosi Indonesia di negara akreditasi,
baik atas koordinasi Perwakilan RI maupun yang bersifat mandiri.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 118
Pembukaan BSBI pada bulan Maret 2014 dan penyelenggaraan Indonesian Channel di UPN Veteran Yogyakarta
pada bulan Juni 2014
Selain itu, Kementerian Luar Negeri mengoptimalkan keberadaan dan peranan
Museum Konferensi Asia Afrika (MKAA) sebagai aset diplomasi melalui community outreach,
dengan menjaga hubungan baik dengan para kelompok masyarakat dan mitra sahabat
MKAA. Program ini telah menghasilkan capaian berupa penghargaan yang diperoleh MKAA
dalam kategori “Museum Paling Bersahabat“ dari Komunitas Jelajah (komunitas independen
yang peduli terhadap peristiwa, tempat, pelaku
sejarah dan budaya), yang penganugerahannya
ditayangkan pada 25 Juni 2014 dalam acara “Kick
Andy”, Metro TV. Community outreach MKAA
telah berhasil memunculkan penghayatan yang
mendalam bagi para mitra dan sahabat MKAA
terhadap pesan-pesan koleksi sehingga terbentuk
identitas kolektif tentang citra MKAA sebagai
rumah tempat belajar dan mengaktualisasikan
diri.
Analisis Komponen 3 IKU 7 SS-6: Persentase pemberitaan positif tentang Indonesia
yang dimuat media asing di Indonesia
Sepanjang tahun 2014, dalam hal capaian komponen 3 IKU-7 yaitu Persentase
pemberitaan positif tentang Indonesia yang dimuat di media asing di Indonesia, Kementerian
Luar Negeri menargetkan bahwa dari seluruh pemberitaan tentang Indonesia yang dimuat
oleh media massa asing di Indonesia, terdapat 90% pemberitaan yang positif (artinya,
pemberitaan yang dapat membentuk opini publik yang positif tentang Indonesia). Dalam
realisasinya terdapat 1911 pemberitaan tentang Indonesia yang positif (94%) dari 2034
pemberitaan tentang Indonesia yang dimuat pada media massa asing. Dengan demikian,
capaian untuk komponen IKU tersebut adalah sebesar 104,4%.
Penerimaan penghargaan “Museum Paling Bersahabat” untuk Museum Konferensi Asia Afirika
Bandung dalam Museum Awards 2014
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 119
Tabel Perbandingan Capaian Komponen 3 IKU-7 SS-6
Tahun 2013 dengan Tahun 2014
Komponen 3 IKU-7 SS-6
TAHUN 2013 TAHUN 2014
Pemberitaan yang dimuat
Pemberitaan yang
disebarkan
Pemberitaan yang
dipantau
Pemberitaan media asing yang positif
Persentase pemberitaan positif tentang Indonesia yang dimuat di media asing di Indonesia
73 93 2.034 1.911
REALISASI (%) 78,49 94 CAPAIAN (%) 98,11 104,40
Pada Tahun 2014, terjadi peningkatan realisasi sebesar 15,51% dan capaian sebesar
6,29% dibandingkan Tahun 2013. Peningkatan tersebut tidak terlepas dari upaya yang
dilakukan Kementerian Luar Negeri untuk melakukan pendekatan substansial kepada para
jurnalis baik secara perorangan maupun institusi antara lain media gathering dan media
briefing. Selain itu, upaya peningkatan kualitas konten portal situs Kementerian Luar Negeri
juga senantiasa dilakukan antara lain melalui pelatihan penulisan jurnalistik untuk
pengelolaan situs Kemlu bagi para staf Kementerian Luar Negeri yang terlibat dalam forum
News Management Gathering (NMG). Kementerian Luar Negeri juga berupaya meningkatkan
jumlah press release yang disebarkan kepada media. Selain itu, aktif menyusun Lembar
Informasi tentang isu-isu tertentu yang sedang berkembang, atau tentang penyelenggaraan
suatu event internasional yang merupakan bagian dari pelaksanaan diplomasi Indonesia
guna disebarkan kepada media.
Dari 2.034 pemberitaan tentang Indonesia yang dipantau pada media massa asing
(online) sepanjang 2014, terdapat 1.911 pemberitaan yang memiliki sentimen berita yang
positif ataupun netral, sehingga pemberitaan dimaksud diyakini dapat membentuk opini
positif di kalangan pembacanya karena menyajikan berita yang faktual, aktual, berimbang,
dan menyajikan substansi pemberitaan yang tidak tendensius. Hal ini tentunya membantu
upaya pencapaian sasaran strategis “Terbentuknya opini publik yang positif terhadap
kepentingan nasional Indonesia”.
Trend Pemberitaan Positif tentang Indonesia pada Media Online Asing Sepanjang Tahun 2014
Keterangan: Batang sebelah kiri adalah total pemberitaan yang dipantau Batang sebelah kanan adalah jumlah artikel/pemberitaan yang bersentimen positif tentang Indonesia Nilai angka dalam puluhan
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 120
Meskipun capaian kinerja IKU Persentase pemberitaan positif tentang Indonesia yang
dimuat di media asing di Indonesia tersebut terkategori sangat baik, namun dalam
pelaksanaannya Kementerian Luar Negeri masih menghadapi kendala, yaitu adanya
penilaian (persepsi) media tertentu terhadap “nilai berita” yang terkandung dalam suatu
bahan pemberitaan yang disebarkan kepada media. Akibatnya, keputusan untuk memuat
atau tidak memuat pemberitaan tersebut sangat dipengaruhi oleh persepsi media.
Diproyeksikan, pemberitaan positif tentang Indonesia oleh media massa asing dalam
lima (5) tahun ke depan dapat terus mengalami peningkatan, mengingat semakin
bertambahnya sumber-sumber informasi tentang pelaksanaan kebijakan hubungan luar
negeri yang dapat dengan mudah diakses oleh jurnalis, khususnya website dan media sosial
Kementerian Luar Negeri. Sebagai langkah kedepan, kualitas konten dan sarana website
(portal situs) serta media sosial (facebook dan twitter) Kemlu akan terus ditingkatkan di
tahun-tahun mendatang. Pengembangan akses website Kemlu melalui aplikasi berbasis
android sedang direncanakan.
Pelaksanaan kegiatan media gathering/media briefing dalam rangka pengayaan informasi kepada para
wartawan/jurnalis mengenai isu-isu tertentu yang sedang berkembang dalam konteks pelaksanaan kebijakan hubungan luar negeri Indonesia. Gambar di atas adalah 2 dari 16 kali pelaksanaan media
gathering/media briefing sepanjang tahun 2014 (tanggal 19 Februari 2014 di Ruang Palapa, Kementerian Luar Negeri, dan 10 Maret 2014 di Midori Restaurant, Jakarta).
Analisis Komponen-4 IKU-7 SS-6: Persentase permintaan bantuan kerjasama teknis
dari Indonesia yang diterima
Sepanjang tahun 2014, dalam hal capaian Komponen-4 IKU-7 SS-6 yaitu “Persentase
permintaan bantuan kerjasama teknis dari Indonesia yang diterima“, Kementerian Luar
Negeri mencatat bahwa jumlah permintaan kerjasama teknik meningkat dari 187
permintaan pada tahun 2013 menjadi 244 permintaan pada tahun 2014 atau sebesar
130,48%. Peningkatan ini menunjukkan pengakuan negara lain akan kapasitas yang dimiliki
oleh Indonesia.
Melalui pemberian bantuan teknik dalam bentuk capacity building, Pemerintah
Indonesia mengharapkan agar peluang pasar bagi produk/jasa Indonesia menjadi lebih luas.
Matriks permintaan tahun 2014 capaian untuk komponen IKU tersebut adalah sebesar
130,48% sebagaimana tabel di bawah ini:
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 121
Komponen 4 IKU-7 SS-6
TAHUN 2013 TAHUN 2014 Permintaan
bantuan kerjasama
teknik tahun
berjalan
Permintaan
bantuan
kerjasama
teknik tahun
sebelumnya
Permintaan bantuan
kerjasama teknik tahun
berjalan
Permintaan bantuan
kerjasama teknik tahun sebelumnya
Persentase permintaan bantuan kerjasama teknis dari Indonesia yang diterima
187 117 244 187
REALISASI (%) 159,83 130,48
Pada tahun 2014, dari sisi realisasi terjadi penurunan dibandingkan Tahun 2013
namun hal tersebut tidak mencerminkan penurunan kinerja. Adanya peningkatan pada
permintaan bantuan dari negara-negara sahabat dikarenakan negara-negara tersebut telah
mengetahui kapasitas yang dimiliki Indonesia. Hal ini didukung dengan diterbitkannya buku
tentang Kapasitas Indonesia yang disusun bersama dengan Japan International Cooperation
Agency (JAICA). Buku tersebut disampaikan kepada seluruh Perwakilan RI di luar negeri dan
perwakilan asing di Jakarta.
Pada acara-acara tertentu yang terkait dengan program kerjasama selatan-selatan
dan triangular, Kementerian Luar Negeri melibatkan para stakeholders terkait untuk turut
serta mempromosikan kapasitas unggulan yang dimiliki Indonesia, baik dalam bentuk
produk (peralatan pertanian, perlengkapan manajemen bencana, peralatan perikanan), dan
jasa (konsultan, konstruksi, kesehatan).
Sebagai langkah kedepan, pemberian bantuan kerjasama teknis Indonesia akan
mengacu kepada Cetak Biru Tim Koordinasi Nasional KSST yang disusun bersama oleh
Kemlu, Bappenas, Kementerian Keuangan, dan Sekretariat Negara.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 122
International Training On Micro FinanceYangon, Myanmar, 1 – 5 September 2014
International Training Program on Fisheries Processing
Product and Seashell Handicraft Making for MSG Member Countries and Timor Leste, Bali, 28 April 2014
Analisis Komponen-5 IKU-7 SS-6: Persentase kegiatan bantuan kerjasama teknis
melalui mekanisme triangular
Sepanjang tahun 2014, dalam hal capaian Komponen-5 IKU-7 SS-6 yaitu Persentase
kegiatan bantuan kerjasama teknik melalui mekanisme triangular, Kementerian Luar Negeri
mencatat bahwa dari target 10% telah terjadi peningkatan realisasi kegiatan triangular
tahun 2014 sebanyak 120%. Peningkatan realisasi tersebut didapat dari peningkatan
kegiatan triangular dari 5 kegiatan di tahun 2013 menjadi 6 kegiatan di tahun 2014. Dengan
demikian capaian untuk komponen IKU tersebut adalah sebesar 120% sebagaimana tabel
berikut ini:
Komponen 5 IKU-7 SS-6
TAHUN 2013 TAHUN 2014
Jumlah kegiatan
triangular tahun
berjalan
Jumlah kegiatan triangular
tahun sebelumnya
Jumlah kegiatan
triangular tahun
berjalan
Jumlah kegiatan
triangular tahun
sebelumnya
Persentase kegiatan bantuan kerjasama teknis melalui mekanisme triangular
5 3 6 5
REALISASI (%) 166,67 120
Pada Tahun 2014, dari sisi realisasi terjadi penurunan dibandingkan Tahun 2013
namun hal tersebut tidak mencerminkan penurunan kinerja, mengingat secara nyata jumlah
kegiatan bertambah dan mitra triangular yang pada Tahun 2013 hanya 2 negara (Amerika
Serikat dan Jepang), namun pada tahun 2014 mitra triangular meningkat menjadi 4 negara
(Amerika Serikat, Norwegia, Belanda, dan Jepang). Negara-negara mitra ini yakin bahwa
Indonesia memiliki keunggulan dan tenaga ahli/pakar di bidang manajemen bencana, good
governance, pertanian, micro finance, dan perikanan dan kelautan.
Peningkatan kerjasama triangular dengan negara mitra pembangunan maupun
organisasi internasional hal ini menunjukkan kepercayaan akan peran Indonesia dalam turut
serta memberikan kontribusi pada pembangunan global. Peran aktif Kementerian Luar
Negeri dalam menjalin hubungan dengan kerjasama dengan negara mitra pembangunan
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 123
maupun organisasi internasional telah membuahkan hasil yang positif terutama dalam hal
pendanaan melalui mekanisme triangular. Bertambahnya pendanaan pada mekanisme
triangular turut menambah jumlah kegiatan dari 5 kegiatan di tahun 2013 menjadi 6
kegiatan di tahun 2014. Hal ini menunjukkan pula adanya ketertarikan dan kepercayaan dari
negara mitra pembangunan maupun organisasi internasional terhadap kemampuan
Indonesia dalam memberikan capacity building kepada negara-negara berkembang.
Sebagai langkah kedepan, Kementerian Luar Negeri akan terus menjalin hubungan
baik dengan negara-negara mitra pembangunan dan organsiasi internasional, melalui
kegiatan kunjungan lapangan bagi negara-negara donor guna melihat secara langsung
kapasitas yang dimiliki oleh balai latihan maupun pemerintah daerah; serta penyelenggaraan
focus group discussion secara reguler dengan negara-negara mitra untuk memaparkan
kebijakan dan tujuan program capacity building Indonesia.
Analisis Komponen-6 IKU-7 SS-6: Persentase negara yang hadir dalam rangka
kegiatan diplomasi publik
Sepanjang tahun 2014, dalam hal capaian komponen 6 IKU-7 SS-6 yaitu Persentase
negara yang hadir dalam rangka kegiatan diplomasi publik, Kementerian Luar Negeri
mencatat bahwa dari 120 negara dan organisasi internasional yang diundang dalam Bali
Democracy Forum VII 2014, dan sejumlah 87 negara dan 4 organisasi internasional telah
hadir. Berdasarkan perbandingan ini, persentase realisasi komponen 6 IKU-7 SS-6 mencapai
75,83% dan persentase capaian sebesar 84,25%, sebagaimana tabel di bawah ini:
Komponen 6 IKU-7 SS-6
TAHUN 2013 TAHUN 2014 Jumlah
negara dan organsasi
internasional yang hadir
Undangan yang
disebarkan
Jumlah negara dan organsasi
internasional yang hadir
Undangan yang
disebarkan
Persentase negara yang hadir dalam rangka kegiatan diplomasi publik
95 120 91 120
REALISASI (%) 79,17 75,83 CAPAIAN (%) 93,14 84,25
Pada tahun 2014, dari sisi realisasi maupun capaian terjadi penurunan dibandingkan
Tahun 2013 namun hal tersebut tidak mencerminkan penurunan kinerja. Hal ini juga terlihat
dengan meningkatnya bobot BDF VII dengan kehadiran 4 Kepala Negara/Pemerintahan
(Indonesia, Brunei Darussalam, Filipina, Timor Leste), naik dari 3 Kepala/Pemerintahan yang
hadir pada BDF VI 2013 (Indonesia, Brunei Darussalam, Timor Leste).
Sejak tahun 2008, Indonesia telah memprakarsai BDF sebagai satu-satunya forum
mengenai demokrasi di wilayah Asia Pasifik. BDF merupakan bentuk upaya Pemri dalam
mewujudkan terbentuknya tata bangun demokrasi (democratic architecture) yang kokoh di
kawasan. BDF telah berhasil menjadikan demokrasi sebagai agenda strategis untuk Asia
dalammewujudkan pembangunan ekonomi dan politik yang seimbang, menciptakan
perdamaian dan stabilitas, serta memajukan kualitas penghormatan hak asasi manusia dan
nilai-nilai kemanusiaan di kawasan.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 124
Tabel Jumlah Delegasi pada Bali Democracy Forum
Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Negara Peserta+Observer+OI 28 31 40 77 85 95 91
Kepala Negara/Pemerintahan 4 4 4 8 12 3 4
Presiden RI berfoto bersama para delegasi pada kegiatan Bali Democracy Forum VII tanggal 10-11 Oktober 2014
Sebagai langkah kedepan, Kementerian Luar Negeri terus mendukung upaya
menjalankan peran strateginya mengkomunikasikan perkembangan-perkembangan di luar
negeri kepada publik di dalam negeri, menyerap masukan dan aspirasi publik di dalam
negeri, memantapkan citra Indonesia di luar negeri dan berperan aktif menggalang
koordinasi dengan semua kalangan, baik pemerintah maupun non pemerintah dalam upaya
memperjuangkan kepentingan nasional.
D.6.1 Perbandingan Capaian Sasaran Strategis-6 Tahun 2010—2014
Tabel Perbandingan Capaian SS-6 Tahun 2010—2014
Dalam periode 2010—2014, SS-6 telah direvisi pada tahun 2013 termasuk IKU. SS-6
pada tahun 2011 telah melampaui 100% (144,25%), karena IKU masih berorientasi
kegiatan, proses, dan setingkat output. Sejak tahun 2013, SS-6 didukung dengan IKU yang
lebih tinggi dan terukur dengan menggunakan indeksasi yang disertai dengan setting target
SASARAN STRATEGIS (SS-3) % CAPAIAN
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Tahun 2014
Lama: Menguatnya Dukungan dan Kepercayaan Masyarakat Internasional bagi Terpeliharanya Keutuhan dan Integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pemulihan Ekonomi Nasional
91,94 144,25 83,16 - -
Revisi: Meningkatnya citra Indonesia dimata publik domestik dan internasional (SS-6)
- - - Indeks 6 (81,04%)
Baik
Indeks 9 (97,52%) Istimewa
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 125
yang lebih progresif dan menantang khususnya di tahun 2013 dan 2014. Hal ini
menyebabkan sepintas kinerja capaian SS-6 tahun 2013—2014 secara kuantitatif mengalami
penurunan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Namun secara kualitas, kinerja Kementerian
Luar Negeri lebih akuntabel.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 126
E. Analisis Program/Kegiatan
PROGRAM SASARAN STRATEGIS PAGU PER TAHUN (dlm juta Rupiah) EVALUASI PROGRAM/KEGIATAN
SERTA REKOMENDASI 2010 2011 2012 2013 2014 Program Peningkatan Hubungan dan Politik Luar Negeri melalui Kerjasama ASEAN
Meningkatnya peran dan kepemimpinan Indonesia dalam pembentukan Komunitas ASEAN di bidang politik dan keamanan, ekonomi, dan sosial budaya
40,515.30
85,788.24
37,885.92
54,627.38
53,976.88
Evaluasi Program: Berdasarkan capaian kinerja, program ini masih valid, relevan dan konsisten dengan kegiatan-kegiatan dibawahnya yang menggambarkan output dan outcome yang dihasilkan serta menunjang keberhasilan pencapaian kinerja. Rekomendasi: Program ini masih efektif untuk diterapkan. Penekanan intensifikasi pada kegiatan pemasyarakatan di publik domestik.
Program Peningkatan Peran dan Diplomasi Indonesia di Bidang Multilateral
Meningkatnya peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu multilateral
347,688.70
343,962.90
304,344.57
394,892.90
303,093.60
Evaluasi Program: Berdasarkan capaian kinerja, program ini masih valid, relevan dan konsisten dengan kegiatan-kegiatan dibawahnya yang menggambarkan output dan outcome yang dihasilkan serta menunjang keberhasilan pencapaian kinerja serta menunjang keberhasilan pencapaian kinerja. Rekomendasi: Program ini masih efektif untuk diterapkan.
Program Pemantapan Hubungan dan Politik Luar negeri serta Optimalisasi Diplomasi di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika
Meningkatnya kerja sama di berbagai bidang antara RI dengan negara-negara dan organisasi intrakawasan di kawasan Asia-Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa
36,885.56
33,573.90
42,080.00
36,150.00
32,368.79
35,420.25
191,984.45
49,913.23
46,388.80
33,439.90
Evaluasi Program: Berdasarkan capaian kinerja, program ini masih valid, relevan dan konsisten dengan kegiatan-kegiatan dibawahnya yang menggambarkan output dan outcome yang dihasilkan serta menunjang keberhasilan pencapaian kinerja. Rekomendasi: Program ini masih efektif untuk diterapkan, tetapi pada level kegiatan perlu dilakukan penyesuaian dengan mempertimbangkan beban kerja di wilayah Asia Timur dan Pasifik, perlu di split menjadi Asia Timur dan Asia Tenggara.
Program Pemantapan Hubungan dan Politik Luar negeri serta Optimalisasi Diplomasi di Kawasan Amerika dan Eropa
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 127
PROGRAM SASARAN STRATEGIS PAGU (Rp) PER TAHUN EVALUASI PROGRAM DAN KEGIATAN
SERTA REKOMENDASI 2010 2011 2012 2013 2014
Program Optimalisasi Diplomasi terkait dengan Pengelolaan Hukum dan Perjanjian Internasional
Meningkatnya kualitas hukum dan perjanjian internasional yang aman dari aspek politis, yuridis, teknis, dan keamanan
34,182.26
35,360.00
25,523.64
37,714.60
34,996.00
Evaluasi Program: Berdasarkan capaian kinerja, program ini masih valid, relevan dan konsisten dengan kegiatan-kegiatan dibawahnya yang menggambarkan output dan outcome yang dihasilkan serta menunjang keberhasilan pencapaian kinerja. Rekomendasi: Program ini masih efektif untuk diterapkan.
Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Keprotokolan dan Kekonsuleran
Meningkatnya kualitas pelayanan keprotokolan dan kekonsuleran
28,427.00
85,665.25
79,032.27
131,946.76
124,620.84
Evaluasi Program: Berdasarkan capaian kinerja, program ini sudah tidak lagi mampu mengakomodir perkembangan tugas, peran dan tanggung jawab Kementerian Luar Negeri di bidang perlindungan WNI di luar negeri yang terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah dan kompleksitas kasus-kasus WNI di luar negeri, khususnya yang menimpa TKI. Sehingga Kegiatan Perlindungan WNI perlu menjadi Program tersendiri menjadi Program Perlindungan WNI dan BHI, tidak berada di bawah Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Keprotokolan dan Kekonsuleran agar lebih menunjang keberhasilan pencapaian kinerja. Rekomendasi: Program Perlindungan WNI dan BHI, tidak berada di bawah Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Keprotokolan dan Kekonsuleran.
Program Optimalisasi Informasi dan Diplomasi Publik
Meningkatnya citra Indonesia dimata publik domestik dan internasional
55,019.40
64,749.79
50,750.43
72,749.87
97,194.78
Evaluasi Program: Berdasarkan capaian kinerja, program ini masih valid, relevan dan konsisten dengan kegiatan-kegiatan dibawahnya yang menggambarkan output dan outcome yang dihasilkan. Rekomendasi: Program ini masih efektif untuk diterapkan.
Alokasi Anggaran Sasaran Strategis Kementerian Luar Negeri:
Persentase Anggaran dari Total Pagu (%):
576,292.12
693,756.2
565,325.9
933,829.2
693,710.80
10.36
12.39
11.15
16.09
12.10
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 128
PROGRAM SASARAN STRATEGIS PAGU (Rp) PER TAHUN EVALUASI PROGRAM DAN KEGIATAN
SERTA REKOMENDASI 2010 2011 2012 2013 2014
Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Kementerian Luar Negeri
Meningkatnya Kualitas Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dalam Mendukung Diplomasi Total
20,590.84
23,136.07
18,245.86
26,711.03
23,370.10
Evaluasi Program: Berdasarkan capaian kinerja, program ini masih valid, relevan dan konsisten dengan kegiatan-kegiatan dibawahnya yang menggambarkan output dan outcome yang dihasilkan serta menunjang keberhasilan pencapaian kinerja. Rekomendasi: Program ini masih efektif untuk diterapkan.
Program Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Luar Negeri
Meningkatnya Kualitas Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dalam Mendukung Diplomasi Total
22,190.20
22,428.72
29,660.04
28,163.97
26,574.48
Evaluasi Program: Berdasarkan capaian kinerja, program ini masih valid, relevan dan konsisten dengan kegiatan-kegiatan dibawahnya yang menggambarkan output dan outcome yang dihasilkan serta menunjang keberhasilan pencapaian kinerja. Rekomendasi: Program ini masih efektif untuk diterapkan.
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Luar Negeri
Meningkatnya Kualitas Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dalam Mendukung Diplomasi Total
4,631,625.6
4,489,212.5
4,063,148.3
4,216,490.1
4,380,861.6
Evaluasi Program: Kinerja Perwakilan RI tidak dapat tercerminkan pada program ini sehingga perlu ditinjau ulang. Rekomendasi: 1. Usulan nomenklatur Program adalah program Dukungan Manajemen dan Peningkatan Sarana dan Prasarana Kementerian Luar Negeri. 2. Agar Perwakilan RI dibuatkan Program tersendiri dengan nomenklatur Program Pelaksanaan Tugas Diplomasi di Perwakilan RI.
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kementerian Luar Negeri
Meningkatnya Kualitas Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dalam Mendukung Diplomasi Total
312,976.00
371,850.29
394,616.06
599,634.95
606,621.22
Evaluasi Program: Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir Program ini tidak efektif berdiri sendiri, hal ini juga ditandai dengan kinerja yang lemah baik anggaran maupun fisiknya. Rekomendasi: Program ini agar digabungkan pada Program Dukungan Manajemen Kementerian Luar Negeri.
TOTAL ANGGARAN SELURUH PROGRAM KEMLU
5,563,674.70
5,670,383.78
5,070,996.1
5,804,829.2
5,731,138.2
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 129
Berdasarkan perbandingan alokasi anggaran yang menunjang langsung Sasaran Strategis Kementerian Luar Negeri, rata-rata anggaran yang
tersedia adalah sebesar 10% s.d 16% dari total anggaran Kementerian Luar Negeri (rata-rata pagu anggaran setiap tahun Rp. 5 Triliun sampai
dengan Rp. 5,8 Triliun).
Kisaran angka 10 s.d 16 % tersebut belum memperhitungkan anggaran yang ada di Perwakilan RI karena Program Perwakilan RI berada
dibawah “Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Luar Negeri”, sehingga kinerja Perwakilan
RI tidak dapat tercerminkan dalam suatu program tersendiri. Usulan konkrit, agar Kinerja Perwakilan RI dapat tercerminkan pada suatu
program tersendiri yaitu Program Pelaksanaan Tugas Diplomasi di Perwakilan RI.
Dari kondisi tersebut, capaian kinerja Kementerian Luar Negeri pada prinsipnya masih belum didukung dengan dana yang memadai. Selama
5 tahun ini Kementerian Luar Negeri mencoba melakukan upaya-upaya optimalisasi dan efisiensi dengan memaksimalkan resource SDM dan waktu
kerja. Diharapkan 5 tahun kedepan, Kementerian Luar Negeri dapat memperoleh alokasi yang memadai khususnya untuk menunjang kinerja
Perwakilan RI sebagai ujung tombak diplomasi.
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 117
Laporan Kinerja(LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 130
F. Realisasi Anggaran 2014 dan Analisis Efisiensi Anggaran
Realisasi anggaran Kementerian Luar Negeri tahun 2014 adalah sebesar
Rp. 5.335.907.090.624,- atau 93,10% dari pagu anggaran Rp. 5.731.138.190.000,- dengan
komposisi sebagai berikut:
Grafik Perbandingan Pagu dan Realisasi Anggaran
Tahun 2010-2014
•Pagu : Rp 1.886.070.541.000 •Realisasi : Rp 1.766.683.905.749 •Persentase serapan : 93,67%
Satker Pusat
•Pagu : Rp 3.845.067.649.000 •Realisasi : Rp 3.569.223.184.875 •Persentase serapan : 92,83%
Satker Perwakilan RI
Belanja Pegawai
•Pagu: •Rp 2.635.203.286.000,-
•Realisasi: •Rp 2.509.331.031.795,-
Belanja Barang
•Pagu: •Rp 2.686.166.179.000,-
•Realisasi: •Rp 2.483.248.893.652,-
Belanja Modal
•Pagu: •Rp 409.768.725.000,-
•Realisasi: •Rp 343.327.165.177,-
5,564 5,670
5,071
5,805 5,731
3,752 4,005 4,118
5,095 5,336
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
2010 2011 2012 2013 2014
Pagu dalam juta
Realisasi
Laporan Kinerja(LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 131
Jika membandingkan capaian Kinerja Kementerian Luar Negeri tahun 2014
sebesar 95,54% dengan kinerja realisasi anggaran sebesar 93,10%, maka secara
keseluruhan Kemlu telah membuktikan budget follows function dalam kerangka
membangun sebuah organisasi yang berorientasi hasil. Selain itu, jika dibandingkan
dengan tahun 2013 (87,95%), realisasi keuangan tahun 2014 Kementerian Luar Negeri
telah mengalami peningkatan sebesar 5,15%.
Selama 5 tahun ini Kementerian Luar Negeri mencoba melakukan upaya-upaya
optimalisasi dan efisiensi dengan memaksimalkan resource SDM dan waktu kerja. Selain
itu, pada tahun 2014 Kementerian Luar Negeri telah berkontribusi terhadap efisiensi
APBN Nasional dengan melakukan pemotongan penghematan anggaran sebesar Rp. 351,4
Miliar pada Belanja Barang. Sebelumnya pada tahun 2012, Kementerian Luar Negeri juga
telah melakukan pemotongan untuk penghematan anggaran sebesar Rp. 500,9 Miliar pada
Belanja Barang. Penghematan anggaran tersebut, mendorong Kementerian Luar Negeri
untuk lebih efisien dalam pelaksanaan diplomasi dengan tetap menjaga kualitas kinerja.
Perbandingan % Realisasi Keuangan Tahun 2010-2014
Kementerian Luar Negeri menghadapi kendala dalam pengelolaan
APBNKementerian Luar Negeri, khususnya di Perwakilan RI di luar negeri. Sebagai
langkah kedepan perlunya pengkajian khusus oleh Kementerian Keuangan, Bappenas,
dan LKPP agar Kementerian Luar Negeri dapat diterbitkan pengaturan khusus atas
mekanisme pelaksanaan APBN di Perwakilan RI di luar negeri dengan azas fleksibilitas.
Hal ini sangat penting karena adanya perbedaan sistem (ketentuan dan kebiasaan) di
negara akreditasi Perwakilan RI dengan Indonesia sehingga banyak peraturan yang
menyangkut pengelolaan APBN di Perwakilan RI di luar negeri tidak/kurang compatible
dengan sistem negara dimana Perwakilan RI berakreditasi. Selain sistem, faktor jarak,
waktu dan biaya yang dikeluarkan akibat adanya transaksi juga menjadi faktor kendala
dalam pengelolaan APBN di Perwakilan RI di luar negeri, sehingga terjadi banyaknya
revisi, peraturan pengadaan barang/jasa yang tidak dapat diimplementasikan di
Perwakilan RI, pihak ketiga (PFK) minus dan terhambatnya penyetoran PNBP ke pusat.
67.44
70.64
81.20
87.77
93.10
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
2010 2011 2012 2013 2014
%
Laporan Kinerja(LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 132
REALISASI ANGGARAN TERKAIT CAPAIAN SASARAN TAHUN 2014
SASARAN INDIKATOR
KINERJA UTAMA (IKU) ANGGARAN AWAL (Rp)
ANGGARAN SETELAH REVISI
(Rp) REALISASI (Rp) PERSENTASE
Meningkatnya peran dan kepemimpinan Indonesia dalam pembentukan Komunitas ASEAN di bidang politik dan keamanan, ekonomi, dan sosial budaya
1. Indeks peran dan kepemimpinan Indonesia dalam pembentukan Komunitas ASEAN 2015
53.976.884.000 52.363.440.000 49.355.380.741 94,26%
Meningkatnya peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu multilateral
2. Indeks peran diplomasi Indonesia dalam penanganan isu-isu multilateral
303.093.600.000 545.701.086.000 537.395.517.852 98,48%
Meningkatnya kerja sama di berbagai bidang antara RI dengan negara-negara dan organisasi intrakawasan di kawasan Asia-Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa
3. Indeks kerja sama Indonesia di berbagai bidang dengan negara-negara dan organisasi intrakawasan di kawasan Asia-Pasifik dan Afrika serta Amerika dan Eropa
79.828.700.000 92.058.964.000 88.279.989.947
95,89%
Meningkatnya kualitas hukum dan perjanjian internasional yang aman dari aspek politis, yuridis, teknis, dan keamanan
4. Indeks diplomasi bidang hukum dan perjanjian internasional
34.734.216.000 34.996.009.000 34.387.905.763 98,26%
Meningkatnya kualitas pelayanan keprotokolan dan kekonsuleran
5. Persentase Penyelesaian Permasalahan/ Kasus WNI dan BHI di Luar Negeri
124.620.836.000 111.873.003.000 91907.290.141 82,15%
6. Indeks pelayanan keprotokolan dan kekonsuleran
Meningkatnya citra Indonesia dimata publik domestik dan internasional
7. Indeks citra positif penyelenggaraan politik dan hubungan luar negeri dari persepsi masyakat domestik dan internasional
97.194.782.000 87.308.918.000 80.359.554.581 92,04%
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 133
Pada tahun 2014, hasil capaian kinerja dari 6 (enam) Sasaran Strategis (SS)
Kementerian Luar Negeri diukur dengan 7 IKU. Secara keseluruhan, Capaian kinerja
Kementerian Luar Negeri tahun 2014 sebesar 95,56% dengan kategori capaian kinerja dari 7
IKU, sebanyak 3 IKU dengan capaian kategori “istimewa” (range capaian 95<x>100), sebanyak
3 IKU dengan capaian kategori “amat baik” (range capaian 85<x≤95), dan 1 IKU kategori “baik“
(range capaian 75<x≤95). Jika dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2013, capaian
kinerja Kementerian Luar Negeri meningkat 3,74% dari capaian tahun 2013 sebesar 91,82%.
Capaian kinerja Kementerian Luar Negeri berkontribusi secara langsung terhadap
Sasaran Prioritas RPJMN 2010-2015 di Bidang Politik Luar Negeri yaitu, ”Pulihnya posisi
penting Indonesia sebagai negara demokratis besar yang ditandai dengan keberhasilan
diplomasi di fora internasioal dalam upaya pemeliharaan keamanan nasional, integritas wilayah
dan pengamanan kekayaan sumber daya alam nasional”.
Jika dibandingkan dengan tahun 2013, capaian kinerja SS Kementerian Luar Negeri
telah mengalami peningkatan di 3 SS pada tahun 2014, 3 (tiga) SS diantaranya telah meningkat
dari tahun 2013 dan 2 (dua) SS diantaranya sama dengan tahun 2013. Namun demikian,
terdapat 1 (satu) SS turun dari tahun 2013, yaitu SS-5 “Meningkatnya Kualitas Pelayanan
Keprotokolan dan Kekonsuleran” yang didalamnya terkait penyelesaian permasalahan/Kasus
WNI dan BHI di Luar Negeri dan pelayanan keprotokolan dan kekonsuleran.
Adanya penurunan tersebut terjadi karena tingginya kompleksitas dan intensitas kasus
WNI yang sulit diprediksi waktu, jumlah dan bobotnya secara akurat dari tahun ke tahun.
Sebagai langkah solutif kedepan, Kementerian Luar Negeri akan meningkatkan diplomasi yang
menghasilkan kerangka hukum/mekanisme proteksi WNI/BHI diantaranya dengan menyusun
kebijakan, norma dan standarisasi yang terkait dengan perlindungan WNI untuk menjadi
pedoman seluruh Perwakilan RI serta pengintegrasian data WNI dan penanganan kasus WNI di
luar negeri dengan instansi terkait di Indonesia. Selain itu, Kementerian Luar Negeri akan
melakukan pemberdayaan komunitas WNI dan diaspora Indonesia di luar negeri sebagai salah
satu perangkat dalam perlindungan WNI di luar negeri, peningkatan program Public Awareness
Campaign diseminasi informasi mengenai isu-isu perlindungan di daerah-daerah yang menjadi
kantong-kantong pengiriman TKI dengan tujuan untuk memberikan pemahaman kepada
publik mengenai migrasi yang aman, kebijakan pemerintah dan hal terkait perlindungan WNI.
Selain hal tersebut di atas, terdapat beberapa langkah di masa mendatang untuk
meningkatkan kinerja Kementerian Luar Negeri sebagai berikut:
1. Menempatkan posisi Indonesia secara tepat atas isu-isu global dengan memanfaatkan
posisi strategis Indonesia secara maksimal bagi kepentingan nasional dan merevitalisasi
konsep identitas nasional dalam politik luar negeri dan hubungan luar negeri
BAB V PENUTUP
Laporan Kinerja (LKj) Tahunan 2014
Kementerian Luar Negeri, Jalan Taman Pejambon No. 6, Jakarta Pusat 134
2. Pemantapan peran Indonesia di ASEAN dan optimalisasi peran Setnas ASEAN-Indonesia
untuk meningkatkan koordinasi dengan para pemangku kepentingan terkait dan
mengkonsolidasikan berbagai hasil kesepakatan ASEAN pada tingkat nasional
3. Percepatan penyelesaian permasalahan perbatasan
4. Penyesuaian strategi dan penguatan diplomasi ekonomi
5. Memprioritaskan kerja sama maritim dalam rangka keamanan dan stabilitas regional
6. Memperkuat kerja sama dan dialog dengan berbagai stakeholders, khususnya pemangku
kepentingan terkait di dalam negeri dalam perumusan dan implementasi kebijakan luar
negeri
7. Membangun dan menata infrastruktur diplomasi dengan menerapkan dan
mengimplemetasikan sistem manajemen organisasi, kinerja, SDM, dan IT yang baik
terutama capacity building SDM Kementerian Luar Negeri
Pencapaian target kinerja Kementerian Luar Negeri dan keberhasilan pelaksanaan
politik luar negeri secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh kondisi dalam dan luar negeri.
Oleh karena itu peran, keterlibatan, dan sinergisitas seluruh komponen stakeholders dan
pemanfaatan seluruh lini kekuatan (multi-track diplomacy) harus dilaksanakan demi
peningkatan pencapaian kinerja pelaksanaan politik luar negeri Indonesia.