forensik

Upload: virza-chairunnisa-latuconsina

Post on 08-Oct-2015

92 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

j

TRANSCRIPT

MEMAR :

FORENSIK

BAB I

THANATOLOGI

Ilmu yang mempelajari tentang kematian dan perubahan perubahan yang terjadi setelah kematian.Definisi mati ada banyak, antara lain :

Berhentinya kehidupan

Berhentinya kehidupan secara irreversible

Terhentinya jantung dan pernafasan irreversible

Terhentinya fungsi otak secara permanen

Terhentinya fungsi batang otak.Untuk Indonesia berlaku PP 18 tahun 1981 :

Mati adalah terhentinya pernafasan, jantung dan fungsi otak keadaan ini harus ditentukan oleh seorang ahli ilmu kedokteran. Untuk kepentingan transplantasi ditentukan oleh 2 (dua) orang dokter yang tidak turut dalam proses transplantasi tersebut. Penting disini adalah keyakinan dan pengalaman dokter dalam menentukan kematian.

Definisi hidup :

Berfungsinya semua organ2 vital sebagai suatu kesatuan yang utuh, ditandai dengan adanya konsumsi oksigen, untuk definisi kematian adalah kebalikannya.

Dengan berkembangnya ilmu kedokteran khususnya dalam hal resusitasi, maka definisi kematian yang menyangkut tiga fungsi vital tubuh masih kurang memadai Sekarang ini berlaku prinsip Mati adalah Mati Batang Otak (Death is Brain Stem Death). Teori ini berdasarkan :

a. Fungsi otak sangat luas, tes2 untuk menentukan fungsinya, dalam keadaan koma tidak dapat dilakukan.b.Proses mati otak terjadi secara bertahap.

c.Tidak seluruh bagian otak merupakan bagian vital.

Sedangkan batang otak :

a.Paling tahan terhadap kekuranganan O2.

b.Bagian paling vital karena mengatur fungsi-fungsi vital tubuh.

Mengenai mati batang otak terdapat beberapa aliran :

a.Mahzab Anglo America adalah ;Koma yang irreversible

b.Mahzab Perancis adalah ;Koma Irreversible ditambah rusaknya pengendali temperatur dan tekanan darah.

c.Mahzab Austro German adalah ;Tidak adanya sirkulasi darah ke otak selama 15 menit.

1. Tanda tanda mati batang otak :

a.Koma

b.Tidak ada sikap/gerakan abnormal

c.Tidak ada gerakan/sentakan epideptik

d.Tidak ada reflek batang otak :

1) Reflek pupil

2) Reflek corneal

3) Reflek batuk

4) Reflek vestibilo occular Doll. Phenomena (seperti rangsangan pada kalori telinga).

e.Tidak ada nafas spontan

Untuk memastikan hal tersebut diatas dilakukan tes-tes yang dilakukan paling cepat 6 jam setelah koma, yaitu tes berupa :

1) Rangsangan/stimulti untuk melihat respon.

2) Gerakan otot.

3) Rangsangan terhadap reflek :

a) Pupil

b) Cornea

c) Batuk

d) Vestibulo occular

4) Tidak ada nafas spontan setelah respirator dicabut.

Dapat dilakukan pemeriksaan ElektroEncephalografie.

2. Perubahan yang terjadi setelah kematian.

a.Tanda - Tanda Mati Tidak Pasti :

1) Berhentinya pernafasan.

2) Berhentinya gerakan jantung.

3) Tonus otot menghilang.

4) Tidak adanya gerakan. b.Tanda - Tanda Mati Lanjut :

1) Lebam mayat (Livor Mortis)

2) Kaku mayat (Rigor Mortis)

3) Suhu tubuh turun (Algor Mortis)

4) Pembusukan (Decomposed / Putrified ).

LEBAM MAYAT = LIVOR MORTIS

Warna Livide (merah keunguan) terdapat pada bagian tubuh terbawah sesuai posisi korban saat mati, merupakan proses Hypostatik ( Terkumpulnya darah ) oleh karena adanya daya tarik bumi.

Dari Lebam Mayat dapat ditentukan :

a. Kepastian mati.

b. Posisi waktu mati.

c. Saat kematian.

d. Penyebab kematian.e. Perkiraan cara kematianMulai timbul 15 sampai 30 menit setelah kematian tergantung kondisi korban ( penyakit darah seperti anemia, perdarahan dll ) Lebam mayat akan lengkap pada 6-10 jam setelah kematian artinya lebam mayat lengkap bila ditekan tidak hilang.Pada kasus asphyxia ( tergantung atau terjerat ) dan proses kematian yang cepat lebam mayat akan luas dan warna-nya lebih gelap oleh karena adanya aktivitas fibrinolysine dan peningkatan CO2.

Pada keracunan Cyanida (CN) ---- Warna lebam mayat merah terang bata (hanya 30-45% kasus)

Sedangkan pada keracunan Carbon Mono Oksida (CO) ---- Warna lebam mayat merah terang.

Pada daerah dingin/setelah mayat dimasukkan kependingin lebam mayat

juga berwarna merah terang.Menetapnya lebam mayat ( tidak hilang waktu ditekan ) disebabkan :

-Sel Darah Merah telah memenuhi dengan sesak pembuluh darah kapiler.

-Pembuluh-pembuluh darah terjepit otot yang mengalami kaku mayat.

-Lemak dalam plasma yang telah membeku

-Adanya sistem benjana berhubungan antar pembuluh darah sehingga bila darah telah masuk pembuluh kecil, sulit keluar kembali ke pembuluh darah yang lebih lebar.

Pada beberapa kasus (tergantung) pembuluh darah pada lebam dapat pecah sehingga terbentuk bintik-bintik perdarahan oleh karena adanya pembendungan.

Perlu dibedakan antara resapan darah ( memar ) dan lebam mayat, oleh karena resapan darah diakibatkan pukulan yang warnanya hamper sama dengan lebam mayat.

TANDA TANDALEBAM MAYATRESAPAN DARAH

UKURAN

PERMUKAAN

LOKASI

BILA KULIT DISAYAT & DISIRAMLuas

Rata

Bagian terbawah posisi tubuh

Hilang atau lebih pucat oleh karena darah berada di dalam pembuluhTerbatas

Agak menonjol

Dapat dimana saja

Tetap oleh karena darah meresap pada jarungan otot.

Membedakan Lebam Mayat pada keracunan CO, CN serta pada mayat yang didinginkan :

Keracunan CO : Oleh karena terbentuknya HbCO2 dan Myoglobine CO warna merah sampai pada otot. Pada saat otot dipotong dan diserap dengan spon atau disiram, warna merah tidak hilang.

Keracunan CN : terbentuk ikatan Cytochrom CN HbO2 banyak beredar dalam pembuluh darah, bila otot dipotong dan di serap dengan spon atau disiram , warna akan berkurang atau menghilang.

Pendinginan : Oleh karena HbO2 tidak dapat terurai. Bila mayat didiamkan, warna menjadi biasa lagi.

Pada keracunan CN, hanya 30-40 % kasus yang berwarna merah oleh karena keracunan CN lebih banyak bersifat digestif, penyerapannya sedikit demi sedikit. Pada keracunan melalui inhalasi ( dihirup ) keracunan akan cepat dan banyak, sehingga CN dalam darah naik dengan cepat dan terjadi manifest warna merah terang.

KAKU MAYAT = RIGOR MORTIS

Setelah kematian otot akan mengalami relaksasi sehingga menjadi sangat lemah, kemudian otot akan mengalami kekakuan, namun kekakuan ini baru tampak setelah 2 jam pasca kematian dan kaku mayat menjadi lengkap ( terjadi pada seluruh tubuh ) antara 10-12 jam kemudian bertahan selama 12 jam kemudian baru mengalami relaksasii kembali.

Proses terjadi kaku mayat dimulai pada otot-otot kecil daerah muka ( otot kelopak mata ) dilanjutkan ke otot-otot besar dan kaku mayat juga terjadi pada otot-otot polos seperti Cutis anserina ( kaku otot bulu rambut ), keluarnya sperma, partus post mortal, dll.Kaku mayat akan dipercepat dengan adanya atau pada kondisi :

Orang kurus.

Sebelum mati mengalami panas tinggi/radang.

Pada suhu sekitar yang tinggi.

Melakukan aktifitas fisik yang berat sebelum kematian.

Teori terjadinya kaku mayat :

-Teori pemendekan otot (oleh Sommer). hanya terjadi bila sebelumnya otot mengalami peregangan.

-Teori aktomiosin dan ATP, pada orang mati sintesa aktomiosin dan ATP tdk ada.

-Teori gukogen dan keasaman otot, pada orang mati ATP secara bertahap habis, diadakan lagi dengan proses anaerob yang memecah glikogen menjadi asam laktat dan energi, Asam Laktat yang terkumpul ini menyebab kekakuan.

-Teori enzim-enzim, pada orang mati terdapat pelepasan enzim2 tertentu yang dapat menguraikan ATP dan aktomyosine sehingga otot menjadi kaku.PROSES KAKU MAYAT

MATI MULAI KAKU MAYAT KAKU MAYAT KAKU MAYAT

RELAKSASI KAKU MAYAT LENGKAP BERTAHAN MENGHILANG

___|_________________|______________________|_____________________|______________________|_______MEMBUSUK__________

0 JAM 2 JAM 10 12 JAM SELAMA 12 JAM 24 JAM

KEADAAN YANG MENYERUPAI KAKU MAYAT :

a. Cadaveric Spasme

Proses terjadinya seperti pada kaku mayat namun tanpa melewati fase relaksasi, lebih banyak terjadi ada otot dengan koordinasi baik ( Jari tangan ) dapat terjadi juga pada seluruh tubuh, apabila intensitasnya besar ( Kaku sangat kuat ).

Biasanya ditemukan orang yang mengalami stres hebat sebelum kematian (pada stres ATP cepat menghilang).

b. Heat Stiffening

Terjadi pada luka bakar Oleh karena proses koagulasi protein jaringan.

c. Cold Stiffening

Oleh karena adanya pembekuan dari cairan tubuh dan sendi.

Bila dihangatkan cairan akan mencair, terjadi kaku mayat seperti biasanya tapi proses lebih cepat.

Kaku mayat pada bayi juga terjadi, hanya berlangsung cepat, cepat muncul dan cepat hilang.

PENURUNAN SUHU TUBUH = ALGOR MORTIS Akibat adanya perbedaan suhu tubuh dengan suhu disekelilingnya, penurunannya menurut kurve signoid, mula2 lambat, cepat lalu melambat kembali.

Keadaan yang mempengaruhi kecepatan penurunan suhu tubuh :

- Kondisi tubuh gemuk lebih lama terjadi penurunan suhu tubuh.

- Pakaian tebal lebih lama terjadi.

- Suhu pada saat mati tinggi ( demam ) lebih lama terjadi.

- Suhu sekeliling tinggi (padang pasir ) lebih lama terjadi.

-Kelembaban tinggi dan aliran udara lambat terjadi lebih lamaRata rata penurunan suhu tubuh pada daerah tropis adalah Satu Derajat Celcius Perjam.Cara pengukuran yang paling baik, adalah pengukuran suhu rectal (anus) dengan menggunakan temperatur digital khusus. Temperatur dimasukan ke rektal dengan sedalam 3 inchi dan pengukuran dilakukan setiap 3 menit.

PEMBUSUKAN

Degradasi dari lemak, protein, KH oleh bakteri-bakteri terutama oleh bakteri Clostridium Welchii sehingga terbentuk skatol, indol, H2S, CO2, H2O, alkohol, dll.

Untuk terjadinya perlu beberapa faktor :

Bakteri .

Air.

Udara.

Suhu optimal.

Terlihat pertama - tama pada daerah kanan bawah (tempat usus paling dekat kulit mulai 24-36 jam pasca kematian )

Kecepatan pembusukan menurut Casper , perbandingan antara :

Udara : Air : Dalam tanah = 1 : 2 : 8

Pada pembusukan lanjut sering terlihat adanya Bulae ( cairan pada bawah jaringan kulit) harus dibedakan bulae oleh karena luka bakar

LUKA BAKARBUSUKAN

-Isi Bulae

-Warna

-Dasar

-Patologi anatomiAlbumin, elektrolit

Kuning

Merah (Hyperhemuis)

RX jaringan (+)

bulae intraepidermalSedikit

Kecoklatan

Merah busuk

RX (-)

Interdermis dan epidermis

MUMMIFIKASI Terjadi karena penguapan air dari tubuh, kondisi lingkungan yang memungkinkan terjadi mummifikasi adalah :

Suhu relatif tinggi.

Kelembaban rendah.

Aliran udara baik.

Waktu lama (7-10 bulan).

Untuk menentukan saat kematian dapat ditentukan dengan data metereologi.

ADIPOCERE :

-Terjadi karena adanya hidrogenisasi dari lemak tubuh (penyabunan).

Kondisi yang memungkinkan terjadinya adipocere :

Udara suhu rendah.

Kelembaban tinggi.

Banyak lemak.

Aliran udara rendah.

Waktu lama.

-Adipocere dalam forensik sangat penting karena luka2 yang telah terbentuk tetap dalam bentuk semula, demikian pula dengan organ2 dalam.

-Banyak terjadi pada anak2 bayi.

PENENTUAN SAAT KEMATIAN Cukup sulit karena tidak ada tanda2 kematian yang dapat digunakan sebagai patokan saat kematian. Lebam Mayat, Kaku Mayat, waktunya sangat bervariatif, kisaran (range) terlalu panjang, demikian pula urutan2 kejadiannya sering overlapping.

Pengukuran suhu mayat sesungguhnya patokan yang baik disandingkan dengan LM / KM, karena mempunyai ukuran2 yang banyak (setiap 3 menit diukur) dan objektif. Namun ada kesulitan2 yaitu mempertahankan kondisi lingkungan sesuai keadaan waktu hidup.

Oleh karena itu untuk memperkirakan saat kematian perlu dikumpulkan data sebanyak2nya (LM, KM, AM, dll), yang kemudian di formulasikan untuk menentukan saat kematian.

Beberapa patokan lain yang sering digunakan untuk melengkapi data dalam memperkirakan saat kematian adalah :

1. Keadaan isi lambung, lambung baru kosong setelah makan 3-4 jam, dalam waktu -1jam masih berupa bolus/makanan setengah tercerna . Tapi keadaan ini dipengaruhi oleh jenis makanan, keadaan motilitas lambung dan enzim2 pencernakan, kondisi mental seseorang, dll.

2. Pertumbuhan rambut, jengot/ kumis, dapat membantu bila diketahui saat terakhir bercukur. Pertumbuhan rambut 0,4 mm/hari (diperiksa 24 jam pertama pasca mati ).

3. Kekeringan pada kornea, bila kornea terpapar kekeringan terjadi (+/-) 6 jam pasca mati.

4. Metode entomologik. Banyak variasi/jenis serangga sehingga sulit digunakan, pada umumnya bila larva ada umur kematian sudah (3-4 hari). Untuk Eropa sikitar (8-14 hari).

5. Secara laboratoris pemeriksaan zat2 tertentu, seperti :

Peningkatan kadar K+, laktat, P, urea, glukosa dalam serum.

Peningkatan AS, laktat, NPN, kosentrasi asam amino dalam LCS

pada 15 jam pertama pasca mati

Pemeriksaan kadar K+ dalam vitrous Humour, cukup akurat untuk 24 jam-100 jam pasca mati.

6. Pemeriksaan panjang jenggot/kumis sebaiknya dicukur dulu.

7. Penentuan waktu kematian dengan pengukuran kadar K+ dalam vitrous Humour dengan standard error (+/-) 5 jam. Dengan penelitian yang paling baru ternyata banyak faktor pengaruh seperti temperature.

SKELETONISASI (penghancuran jaringan lunak sehingga tampak sisa tulang)

Di udara terbuka tergantung kondisi sekeliling korban, ada tidaknya binatang/serangga memakan serangga sekeletoniasi dapat terjadi 1-3 bulan , setelah 7 bulan bau tulang sudah mulai hilang.Pada kasus terkubur :

Sampai 19 bulan = tulang masih utuh.

Sampai 39 bulan = kerusakan berat pada collum vertebralus ( Ruas tl. Belakang )

Sampai 46 bulan = rusak distal ulna dan fibula.

Sampai 61 bulan = rusak tulang panjang, iga, collum Vertebralis.

Sampai 75 bulan = rusak berat iga, collum Vertebralis, tulang panjang

Sampai 82 bulan = distal dan proximal humerus rusak.

BAB IITRAUMATOLOGI1.Intra vitalitas luka.

Penting diketahui untuk membedakan luka yang terjadi korban masih hidup atau luka setelah korban mati ( Intra vital / post mortal ), sangat erat kaitannya dengan proses penyembuhan luka.

Bila luka yang timbul jangka waktunya berbeda lama dengan saat kematian maka membedakan luka intravital dan post mortal mudah. Dimana luka intravital tampak merah, perdarahan (+), bila telah agak lama tampak reaksi radang (membengkak). Sementara luka post mortal tampak pucat, perdarahan (-) / sedikit, tidak ada reaksi radang.

Intravitalitas luka juga perlu diketahui untuk menentukan berapa lama luka tersebut terjadi. Intravital luka dapat ditentukan dengan 2 cara :

a.Makroskopis.

b.Mikroskopis.

a.Makroskopis

1)Pada luka terbuka baru :

a)Tampak merah, terdapat perdarahan.

b)Setelah 12-24 jam terbentuk krusta merah.

2-3 hari krusta warna kecoklatan.

4-7 hari terjadi epitilasi

Sembuh setelah 10-14 hari (tergantung dari luasnya luka)

c)Pada memar, mula2 warna merah

1-2 hari = kebiruan.

2-4 hari = biru kehitaman/coklat.

5-7 hari = warna kehijauan.

Lebih dari 7 hari = kuning normal.

Luka yang terinfeksi reaksi radangnya tampak secara kasat mata setelah 36 jam yaitu membengkak terdapat pus/ nanah.

b.Mikroskopis

Dapat dengan 3 cara :

1)Secara Histologik

2)Secara Histokimia

3)Secara Biokimia

1)Secara Histologik :

a)8-12 jam (peneliti lain mulai 4 jam) tampak sebukan sel radang ( PMN +++,

MN +

b)16-24 jam : PMN >, MN >>. Sebukan tampak pada zona tertentu (perifier)

dari luka, sedangkan pada central tampak jaringan nekrotik.

c)2 - 4 hari : tampak sebukan sel2 fibrobiast dan mulai terjadi epitelisasi.

d)4-8 hari : terjadi neovaskviarisasi dan epidermis baru mulai terbentuk.

2)Secara Histokimia :

yang dideteksi adalah enzym yang dilepaskan oleh sel yang rusak (luka), seperti : ATP-ASE, ESTRASE, AMINOPEPTIDASE, ACID PHOSPHATASE, ALKALI. PHOSPHATASE. Dimulai setelah 1 jam post luka, dimana kadar2 zat tersebut diatas meningkat terus sesuai dengan umur luka.

Secara sistematik peningkatan kadar tersebut :

5.ALK PHOSPHATASE

4.ACID PHOSPHATASE

3.AMINO PEPTIDASE

2.ESTRASE

1.ATP. ASE

0 1 2 4 6 8 10 12

WAKTU (JAM)

3) Secara Biokimia :

Dimaksud disini adalah pemeriksaan kadar seretonin dan histamin. Kadar

serotonin mulai meningkat 10 menit setelah luka, sedangkan Histamin

mulai meningkat 10-20 menit setelah luka.

2.Reaksi penyembuhan luka.

a.Phase Peradangan (1-3 hari)

1)Reaksi Vaskular vaso kontriksi dan vasodilafasi.

2)Reaksi Haemostasis Perdarahan berkurang / berhenti.

Fibrin pd kapiler2

Trombocyt pada pembuluh darah banyak

3)Reaksi Seluler sebukan sel2 heucocyt, PMN, MN, dan Makrophag

b.Phase Proliferasi (4-7 hari). Tampak ada epitelisasi dan neovaskularisasi.

c.Phase Regenerasi.

d.Pembentukan jaringan perut, luka menyembuh.

3.Perlukaan.

Memar

Benda tumpul

Luka lecetL.tekan, L.geser, L.regang

Luka robek

Luka Tusuk

Luka Benda tajam Luka Iris

Luka Bacok

Riflied LTM, LTK

Luka tembak

Smoth Bore Rifled

4.Memar.

Pecahnya pembuluh kapiler di kulit/bawah kulit, sel2 darah tampak menyebuk ke jaringan sekitarnya, bedakan dengan Lebam Mayat, pada memar bila disayat dan diusap/disiram, darah tidak terkikis. Pada Lebam.Mayat darah terkikis karena tidak darah meresap dalam jaringan hanya ada di pembuluh darah.

Tandanya daerah memar membengkak, warna kebiruan; warna dapat berubah tergantung dari lamanya memar terjadi (merah, biru, hijau, kuning) sehingga dapat diketahui umur luka.

Patofisiologi.

Dapat mengakibatkan gangguan aliran darah, shock, konfusion dan kadang2 kematian. Merupakan media tubuhnya kuman2. Pada daerah jaringan longgar, memar menjadi lebih luas.

Kepentingan forensik.

Dapat memperkirakan bentuk benda penyebab oleh karena sering membentuk cetak negatif (Mirror Striking Obyect) dari alat yang digunakan. Lokasi dapat menentukan arah kekerasan/tanda2 perlawanan.

Memar pada punggung tangan perlawanan.

Memar pada leher pencekikan.

Memar pada pantat penganiayaan

5.Luka lecet.

Merupakan kerusakan kulit (epidermis) atau mucus membrane.

Patofisiologi :

Perdarahan sedikit oleh karena pembuluh darah besar tidak kena, bila seluruh epidermis kena akan merupakan Port De Entre ( tempat masuknya kuman) . Dasar luka tampak adanya serum dan Lymphosit.

Kepentingan Dalam Forensik :

*Merupakan indikasi adanya kekerasan.

*Dapat memperkirakan benda penyebab, jejas kuku, gantung, bekas gigitan.

*Dapat menentukan arah kekerasan luka Luka geser.

Penting membedakan Luka robek/regang dengan luka tajam di daerah kepala, keduanya hampir sama hanya pada Luka robek tepi luka tidak rata, akar rambut tidak terpotong, dan terdapat jembatan jaringan.

6.Luka kekerasan benda tajam.Adalah kel. Tubuh yang disebabkan oleh persentuhan dengan benda tajam/1/2 tajam, alat berujung runcing sehingga kontinuitas jaringan rusak atau terputus. Benda2 tersebut dapat berupa : pisau, golok, bayonet, pecahan kaca, atau benda keras lain berujung runcing.

Pembagian luka tajam :

a.Luka tusuk

b.Luka iris

c.Luka bacok.

a.Luka tajam.

Adalah luka yang diakibatkan oleh benda berujung runcing dan bermata tajam atau tajam yang masuk ke dalam tubuh dengan tekanan secara tegak lurus atau serong pada permukaan tubuh.

Ciri-ciri luka tusuk :

Tergantung pada bentuk dan jenis benda penyebab ciri umum-nya adalah :

1)Tepi luka rata.

2)Sudut luka dapat runcing/tumpul (tergantung benda penyebab)

3)Pada sisi yang tajam akar rambut terpotong rata.

4)Dalam luka lebih besar dari lebar luka.

5)Bentuk luka tergantung bentuk benda, tempat dan arah perkenan, bentuk luka yang sejajar garis Langer disebut celah dan yang tegak lurus dengan Langer disebut menganga dan yang serong dengan garis lange disebut asimetris.

Bentuk dan ukuran luka hanya dapat digunakan untuk memperkirakan bentuk benda penyebab ok. Banyak faktor yang mempengaruhi bentuk luka, antara lain :

1. Arah benda masuk.

2. Elasitas jaringan.

3. Gerakan senjata waktu ditarik keluar.

4. Gerakan tubuh sendiri.

Beberapa patokan pada luka tusuk ok pisau :

1. Lembar luka : merupakan lembar maksimal, benda penyebab yang masuk.

2. Dalam luka : merupakan panjang minimal benda yang masuk dalam tubuh.

3. Bila kedua sudut tajam : pisau yang digunakan dapat bermata satu atau dua tergantung arah masuk.

4. Bila satu sudut tajam, lainnya tumpul : dapat dipastikan ok pisau mata satu. Cara kematian :

Dapat beberapa cara :

1. Pembunuhan

2. Bunuh diri

3. Kecelakaan.

Tiap cara mempunyai ciri tersendiri pada bunuh diri, misalnya : korban memilih daerah jantung dan perut. Biasanya melepaskan pakaian dulu, luka percobaan (tentative wound) dapat ada/tidak dan kadang-kadang pisau masih tergengam erat ok cadaveric spasm.

Pada pembunuhan : luka2 dapat banyak dan tersebar (belakang/depan tubuh) terutama daerah punggung dan dada, bila ada luka tusuk di daerah punggung, dapat dipastikan bukan bunuh diri. Sering ditemukan luka2 perlawanan pada tangan.

Pada luka tusuk, bila ditemukan lecet pada tepi luka, kemungkinan ok benda setengah tajam.

Arah saluran luka dapat pula membantu memperkirakan cara kematian, saluran luka dari bawah ke atas lebih banyak/sering terjadi akibat pembunuhan, sementara arah luka dari atas ke bawah dapat terjadi baik ok bunuh diri atau pembunuhan.

Pada kecelakaan, tempat luka dapat dimana saja, pada luka lantas misalnya luka2 paling sering pada daerah muka dan dada akibat badan terbentur kaca mobil.

LUKA IRIS :

Adalah luka yang disebabkan oleh benda yang mempunyai sisi tajam dan digeserkan pada permukaan tubuh dengan tekanan yang cukup kuat, ciri2 dari luka iris adalah :

1. Tepi luka rata.

2. Bagian2 jaringan kulit dan otot terpotong rata.

3. Sudut luka tajam dan jumlahnya dapat banyak tergantung jumlah gesekan.

4. Dalam luka lebih pendek dibandingkan dengan lebar/panjang luka.

5. Bentuk luka tergantung arah irisan terhadap garis lange.

Cara perlukaan dapat ok bunuh diri, dibunuh atau kecelakaan seperti pada luka tusuk demikian pula masing2 ciri-cirinya.

Luka iris bunuh diri sering pada daerah leher dan pergelangan tangan, perhatikan kemiringan luka iris dengan kebiasaan korban (kidal/biasa).

LUKA BACOK :

Luka yang disebabkan oleh benda relatif besar, bermata tajam/ 1/2 tajamyang dikenakan ke bagian tubuh dengan cara diajun dan menggunakan tenaga besar. Senjata yang dapat digunakan : golok, kampak, celurit, pedang, dll.

Ciri-ciri luka bacok :

Luka bacok mempunyai ciri yang hampir sama dengan luka iris, perbedaannya luka bacok dibuat dengan tekanan dan tenaga besar sehingga luka yang timbul sangat hebat, sekitar luka sering ditemukan memar, jaringan tulang dibawahnya ikut terluka bahkan dapat terpotong.

Cara kematian luka bacok ini hampir dipastikan ok pembunuhan, sasaran bacokan biasanya pada kepala, bahu, leher dan anggota gerak atas mengingat waktu membacok cenderung ayunan dari atas ke bawah.

Mekanisme kematian :

Mekanisme kematian pada luka ok kekerasan tajam dapat dibedakan :

1. Langsung = perdarahan, kerusakan organ dalam, emboli (terpotong pem.besar), shock (nevrogenik, volumik).

2. Tidak langsung = infeksi.

LUKA ROBEK :

Luka yang disebabkan kekerasan benda tumpul yang terjadi dengan hebat, biasanya pada laka lantas (terlintas ban). Disini luka tampak tidak beraturan, kulit dan otot dapat terlepas dari ikatannya dengan tulang dan tergulung keluar. Luka jenis ini banyak terjadi pada daerah anggota gerak.

LUKA TEMBAK :

Apabila ditemukan kasus luka tembak, maka dokter harus turut menentukan beberapa hal :

1. Apakah luka yang ditemukan merupakan luka tembak.

2. Mana luka tembak masuk (LTN)/mana luka tembak keluar (LTK), berapa jumlahnya.

3. Jenis dan kaliber senjata.

4. Arah peluru masuk.

5. Saluran luka.

6. Posisi korban (perkiraan).

7. Jarak tembakan.

8. Sebab kematian.

9. Cara kematian.

Senjata Api (Senpi)

Pembagian secara garis besar :

PENDEK/ RIFLIED REVOLVER =PUTARAN KIRI

GENGAM PISTOL = PUTARAN KANAN

SENPI

Full Choke (0,02 0,04 inch)

SMOOTH BORE

Half Choke (< 0,02 inch)

PANJANG

Full Cylinder

Otomatis

RIFLIED Semi Otomatis

Tidak Otomatis

REFLIED : adalah laras beralur, gunanya untuk mendapatkan effek gyroskopik, peluru berjalan dengan berputar sehingga stabil. Pada revolver arah alur ke kiri, pada pistol arah alur ke kanan, jumlah alur tergantung dari pabrik pembuat (4-7).

SMOOTH BORE : adalah larak yang tidak beralur, banyak digunakan pada senjata untuk berburu, jumlah anak peluru banyak. Bentuk Choke dimaksud agar anak peluru pada waktu keluar laras tidak terlalu tersebar.

Full Choke, perbedaan diameter antara pangkal laras dan muara laras antara 0,02 0,04 inch, sedangkan pada Full Choke perbedaan tersebut kurang/ = 0,02 inch.

Perbedaan antara Revolver dan Pistol :

REVOLVERPISTOL

Peluru tersimpan dalam silinder

Setelah penembakan selongsong tetap pada silinder.

Peluru mempunyai Rim

Alur ke kiti.

Digunakan oleh Polisi standard (kal : 38)Dalam magazine

Peluru terlempar ke luar.

Peluru mempunyai grove/alur

Alur ke kanan

Standard angkatan perang (kal : 45)

PELURU DAN MESIU :

Dibedakan anak peluru tunggal (PD Rified) dan anak peluru banyak (Smooth Bore).

Bagian-bagian peluru : Proyektil

Selonsong peluru

Mesiu Kaliber Peluru/Laras :

Adalah ukuran peluru, ditentukan oleh jarak antara pematiang pada laras. Ukurannya dapat dalam bentuk inch. (0,38 inch) atau mm. Pada Smooth Bore, kaliber senjata dapat dibuat dari 1 pound timah, standard 12 buah. Ukuran adalah : gauge.

Cara mengetahui kaliber peluru adalah dengan mengukur lubang dari pantat anak peluru atau beratnya bila peluru masih baik. Contoh : peluru kaliber 0,38 inch, lubang pantat peluru : 0,38 x 25,4 mm = 9,65 mm. Berat = 12,96 gram.

Cara lain adalah dengan mengukur ukuran lubang luka tembak masuk, tidak selalu betul karena banyak faktor yang mempengaruhi, seperti elasitas jaringan, tempat perkenan, performitas peluru, dll.

Mesiu merupakan bagian yang penting dari sebuah peluru, karena ia menentukan kecepatan jalan anak peluru untuk selanjutnya menentukan jangkauan maupun daya tembusnya.

Dikenal 3 jenis mesiu :

1. Black powder : terdiri dari ramuan belerang 10%, arang (C) 15% dan sendawa (NO3) 75%. Sangat berasap dan berwarna hitam.

2. Smookless powder : terdiri dari campuran nitro celulose dan nitro glycerine, tidak berasap dan daya dorong besar, banyak digunakan pada senjata untuk perang.

3. Kualkwik powder : sangat sensitive digunakan pada pengalak, dibuat dari azide dan sinoxide.

LUKA TEMBAK :

Untuk menentukan apakah suatu luka merupakan luka tembak, maka perlu diketahui apa yang terjadi. Bila sebuah peluru ditembakkan dan keluar dari laras, yaitu :

1. Anak peluru.

2. Gas panas/api.

3. Asap/jelaga.

4. Sisa mesiu yang tidak habis terbakar.

Tiap2 komponen ini mempunyai effek dan menimbulkan ciri tersendiri apabila mengenai tubuh.

1. ANAK PELURU :

Anak peluru yang menembus kulit akan membentuk lubang luka yang dapat berbentuk bulat atau lonjong tergantung dari arah peluru masuk atau dapat tidak teratur tergantung bentuk peluru pada waktu masuk dan jenis jaringan.

Lubang luka mempunyai diameter lebih kecil dari anak peluru ok adanya elasitas jaringan, selain lubang luka oleh karena adanya putaran peluru maka terjadi pula geseran sehingga terbentuk luka lecet yang disebut klim lecet.

Apabila anak peluru masuk pada daerah yang ketebalan jaringan tipis dan dibawahnya terdapat tulang pipih (daerah pelipis) maka lubang luka tidak bulat tapi bentuknya tidak beraturan (bintang) ok adanya tahanan tulang yang mengakibatkan gas kembali keluar.

Selain klim lecet pada LTM. Disekitar lubang terdapat pula klim kesat, yang terbentuk ok adanya sisa2 lemak/kotoran pada anak peluru yang menempel disekitar/tepi luka, adanya klim kesat ini merupakan tanda yang pasti bahwa luka tembak tersebut merupakan LTM. 2. GAS PANAS/API

Gas panas/api akan menimbulkan luka bakar pada kulit (warna kemerahan) atau pada daerah berambut, rambut akan mengeriting dan daerah ini disebut klim api. Effek gas panas ini baru terlihat bila jarak tembakan kurang dari 15 cm.3. ASAP/JELAGA

Efeknya terlihat pada kulit berupa warna kehitaman yang mudah terhapus. Daerah ini dinamakan klim jelaga. Effek ini dapat terjadi bila jarak tembakan kurang dari 25 cm.

4. SISA MESIU

Butir2 mesiu baik yang telah terbakar atau tidak terbakar pada waktu peluru lepas, juga akan ikut keluar laras. Butir2 ini akan menyebabkan timbulnya gambaran bintik2 disekitar lubang luka yang diakibatkan tertanamnya bintik2 pipi pada epidermis dan dermis, gambaran ini tidak hilang bila dicuci dan disebut klim tato. Klim tato berbentuk bila penembakan pada jarak (+/-) 60 cm.

LUKA TEMBAK MASUK :

Luka tembak masuk dicirikan dari klim2 yang terbentuk seperti diatas, tapi yang khas adalah klim kesat, tergantung jarak tembak.

LTM dibedakan menjadi :

1. LTM tempel/kontak :

Moncong laras menempel pada kulit, lubang luka yang terbentuk tergantung daerah mana yang terkena, pada daerah dahi lubang besar dan tidak beraturan ok tek. Gas yang kembali keluar. Bila pada daerah yang lunak, (dada) lubang luka bulat dan sekitarnya terdapat jejas laras, komponen peluru semua ikut masuk dalam jaringan, tepi luka hitam (terbakar).

2. LTM jarak sangat dekat (< 10 cm) :

Sekitar lubang luka terdapat klim2 :

a. Klim lecet

b. Klim api

c. Klim jelaga

d. Klim tato.

3. LTM dekat (10 - 30 cm) :

Sekitar lubang luka terdapat klim2 (Klim Lecet dan Klim Tato).

4. Luka tembak jarak jauh (> 30 cm)

Sekitar lubang luka hanya terdapat klim lecet saja.

Patokan2 jarak seperti diatas tidak selalu dapat diterapkan ok adanya jenis2 peluru yang menggunakan bermacam-macam mesiu dan cara penembakan yang inkonvensional (peredam, penutup laras dengan bantal, dll). Percobaan yang dilakukan penembakan dengan senjata dan jarak yang sama tapi dengan peluru berbeda (dari berbagai pabrik) ternyata memberikan gambaran yang berbeda.

LUKA TEMBAK KELUAR :

Letak disebabkan oleh peluru yang berjalan dari dalam ke arah keluar (LTM dari luar ke dalam). Konsekwensinya dapat ikut jaringan/tulang sehingga lubang luka sangat variable baik bentuk/besarnya.

Beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk/besar luka tembak keluar adalah :

1. Kecepatan saat peluru keluar dari badan.

2. Permukaan/jaringan tempat peluru keluar.

3. Deformitas dari peluru akibat benturan dengan jaringan sewaktu melalui rongga badan.

4. Jalan/gerakan peluru, dimana peluru dalam tubuh tidak berjalan stabil tapi melakukan goyangan (tumbling dan yawing).

5. Ada tidaknya fragmentasi anak peluru.

6. Ada tidaknya fragmentasi tulang/jaringan yang ikut keluar.

7. Ada tidaknya tahanan dari luar pada waktu peluru akan menembus (tembok, sesuatu yang keras)

Secara umum LTK bentuknya lebih besar dari LTM (kecuali bila peluru jalannya pelan), bentuk kurang teratur dan tidak ditemukan klim2 (kecuali klim lecet dapat berbentuk pada LTK bila pada waktu keluar tempat tersebut tertahan tembok/lantai).

Luka tembak masuk dapat > besar dari luka tembak keluar bila LTM tersebut mengenai daerah jaringan tipis dan dibawahnya terdapat tulang keras (dahi).

Perbedaan lain antara LTM dan LTK, pada tempat bertulang (tengkorak) lubang luka LTM membentuk corong terbalik artinya O lubang pertama lebih kecil dari lubang di dalam pd LTM dan sebaliknya pada LTK.

LTK dapat mengalami memar sekelilingnya bila pada waktu keluar, peluru mendapat tahanan benda yang keras selain klim lecet sehingga sukar di bedakan dengan LTM, untuk itu perlu diperiksa secara histopatologi.

Histopatologi LTM : memberikan perubahan seperti mekanikal dan panas. Dampak epitel mengalami kompresi (terutama luka tembak tempel), sel2 memanjang dan kurus. Demikian pula inti sel, nekrosis koagulasi dan pembengkakan serta vakuolisasi sel. Basal dapat terjadi disekitar luka dapat tampak kotoran2 warna hitam (klim kesat) dan pecahan2 logam, tanda yang pathognomonik adalah adanya epidermis yang terlepas dari dasarnya dan mencuat ke luar pada tepi luka, keadaan ini disebabkan pada waktu peluru menembus kulit, ternyata kulit juga mengalami dorongan keluar akibat gas.

Pada LTK, gambarnya berbeda, ok peluru telah kehilangan panasnya selama berjalan dalam rongga badan sehingga gambaran yang tampak sangat minim, tampak adanya perdarahan segar pada epidermisa dan dermis, kalau ada sisa2 mesiu (pada luka tembak tempel) hanya ada pada lapisan dermis.

ARAH PELURU MASUK DAN SALURAN LUKA :

Arah peluru masuk dan saluran luka penting diketahui untuk memperkirakan cara kematian, arah tembakan dan posisi korban waktu ditembak (penting waktu rekontruksi).

Arah peluru masuk ditentukan dengan melihat bentuk dari lubang luka dan klim lecet yang terbentuk bila peluru masuk tegak lurus maka bentuk lubang bulat dan klim lecet berukuran sama pada sekitar luka.

Bila peluru masuk serong maka klim lecet akan berbentuk lonjong dengan sisi dimana peluru datang jauh lebih lebar dibandingkan pada sisi2 yang lain. Pada pemeriksaan perlu disebutkan arah serongnya dan perkiraan besar sudut dengan bidang horizontal. (misalnya arah dari kanan atas ke kiri bawah, membentuk < 45 derajat dengan bidang horizontal).

Saluran luka ditentukan pada waktu otopsi, dari saluran luka ini dapat ditentukan peluru mana yang menyebabkan kematian (bila ada lebih dari satu tembakan) selain itu pada penentuan sal uran luka kita juga berusaha menemukan anak peluru yang tertinggal.

CARA KEMATIAN :

Cara kematian pada LT dapat disebabkan oleh bunuh diri, dibunuh atau kecelakaan. Pada bunuh diri daerah sasaran adalah kepala dan leher, pada kepala paling banyak adalah pelipis, mulut, dahi. Sedangkan pada leher adalah daerah bawah mulut. Penting adalah arah saluran luka, pada bunuh diri arahnya cenderung dari bawah ke atas menginggat kemudahan waktu memegang dan menarik pelatuk. Jarak tembakan, biasanya tempel atau tembakan jarak dekat, sering ditemukan cadaveric spasme.

Pada pembunuhan, tempat luka tembak dapat dimana saja dan biasanya tunggal.

Pada kesimpulan luka tembak perlu dicantumkan kaliber peluru, jumlah alur dan arah alur (kalau peluru ditemukan). Tapi tidak boleh menyebutkan jenis senjata (pistol/revolver/senjata panjang) karena yang membentuk adalah ahli balistik).

Bila mayat telah membusuk untuk membedakan LTM/LTK dengan memeriksa pecahan2 tulang.

Ciri khas LTM : klim kesat dan ada jaringan yang hilang, bila luka dirapatkan tidak kembali menyatu.

Ciri khas LTK : tidak ada jaringan yang hilang, kecuali bila ada tulang2 yang lepas atau peluru kecepatan tinggi.

Dalam kesimpulan luka tembak, perlu disebutkan ukuran peluru, berat, arah dan jumlah alur (bila masih mungkin).

Jejas laras : terjadi selain akibat panas laras, juga akibat dorongan kulit keluar yang tertekan oleh gas. Nampak lebih jelas pada permukaan kulit yang dasarnya terdapat tulang = tulang pelipis.LUKA BAKAR :

Untuk melihat berat ringan suatu luka bakar maka perlu ditentukan derajat dan luas luka bakar.

Derajat luka bakar :

A. Epidermal Burn

Derajat 1 : erythema

Derajat 2 : vesikel dengan ciri :

Banyak albumin dan chior.

PMN

Sekitar merah.

Intra epidemal (bila dipecahkan dasarnya terdapat bintik perdarahan)

B. Dermal Burn :

1. Derajat 3 : kerusakan pada lap. Cuticula kulit warna kehitaman, ujung2 syaraf terkena rasa sakit (penyembuhan dengan sikatrik).

Derajat 4 : seluruh lap. Kulit terkena, warna kuning kecoklatan, syaraf sudah rusak sakit kurang. Dalam beberapa hari timbul jaringan necrotik dan nanah sembuh dengan deformitas sikatrik.

C. Deep Burn :

2. Derajat 5 : mengenai seluruh lap. Kulit dan otot, terjadi koagulasi protein (albumin otot) pugilistik.

3. Derajat 6 : seluruh jaringan kulit, otot dan tulang mengarang nampak pada beberapa bagian jaringan pecah2 menyerupai L. tajam (disini tidak ada darah).

Mengenai luas luka bakar :

Digunakan rumus 9 (Evans)

Extremitas atas : 9%

Extremitas bawah : 18%

Badan bagian depan : 18%

Badan bagian belakang : 18%

Kepada : 9%

Leher : 1%

Genital : 1%

Luas luka bakar lebih penting dibandingkan derajat luka. Epidemal burn yang melebihi 1/3 bagian tubuh fatal. Kematian bila luas LB > 50%, pada anak2 lebih sensitif lagi. Luka bakar der2 pada anggota gerak cacat oleh krn jaringan sikatrik.

Faktor lain yang turut berpengaruh :

1. Derajat luka bakar/luas LB.

2. Derajat panas benda penyebab.

3. Lamanya terpapar

4. Umur

5. Jenis kelamin.

Luka bakar pada daerah kepala, badan, perut bagian bawah, genital lebih berbahaya dari tempat lain.

Sebab Kematian :

1. Cepat : keracunan CO (30-80%)

shock neurogenik

luka2 lain akibat tertindih/tertimpa benda keras

2. Lambat : sepsis hypostastik pneumoni

hyponatremia

renal failure, dll.

Masa kritisI-------III. Mediko legal Aspeks :

1 Identifikasi

Paling sulit terutama bila tubuh korban telah mengarang sama sekali. Pada korban hanya tersisa tulang dan gigi serta beberapa organ dalam. Dari tulang dapat memperkirakan umur, jenis kelamin, tinggi badan, ras. Sementara dari gigi apabila ada data antemortem dapat lebih menjuruskan iden korban.

Organ dalam yang dapat dipakai untuk upaya identifikasi adalah ginjal oleh karena relatif terlindungi. Dari sini dapat ditentukan gol darah dan sex (Barr Body/Y. Body).

2 Membedakan luka bakar ante/post mortem :

Penting untuk menentukan cara kematian, pada luka bakar ante mortal terdapat reaksi Intra Vital berupa :

Membedakan luka bakar ante/post mortem :

Penting untuk menentukan cara kematian, pada luka bakar ante mortal terdapat reaksi Intra Vital berupa :

a. Adanya jelaga pada saluran nafas.

b. Kadar CO yang tinggi dalam darah (10-60%), pada anak2 (80%).

c. Ulcerasi pada mucosa lambung.

d. Reaksi jaringan (warna kemerahan) sekitar luka2 yang ada.

e. Gambaran vesikel yang terbentuk.

3 Luka2 post/ante mortem :

Luka2 yang terjadi sebelum korban mati karena luka bakar menunjukkan tanda2 intra vital seperti adanya darah, warna kemerahan sekitar WKA. Apabila meragukan dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi/biokimia.

Pada luka bakar sering timbul patah tulang dan psevda epidural hematon yang terjadi oleh karena panas tinggi sehingga pemb pecah extravasasi. Tanda2 pseudo epidural hematoni.

Gumpalan darah lunak, rapuh dan tipis, warna coklat terang sampai kekuningan terdapat gambaran sarang tawon, akibat gelembung2 udara (mendidih).

Pseudo epidural ini perlu dibedakan dengan epidural yang terjadi antemortem akibat kekerasan.

Pemeriksaan Mayat :

1. Darah berwarna merah terang

2. Pada sal pernafasan ditemukan jelaga selaput lendir warna kemerahan dan dapat ditemukan pula busa halus

3. Tulang tenggkorak sering telah terbuka atau dapat ditemukan pseudo epidural hematom.

4. Paru2 odema, jantung penuh berisi darah

5. Dapat ditemukan pula oedema laryng.

6. Bila korban sempat hidup dalam jangka waktu beberapa hari, sering dijumpai :

a. Radang paru2

b. Degenerasi sel parenkim hati.

c. Tubular nekrosis akut.

d. Ullerasi lambung/duodenum.

Pemeriksaan Toksikologi :

Penting adalah kadar CO - > 10% dalam darah orang tersebut masih hidup waktu terbakar, sebaliknya kadar CO (-)/sedikit belum tentu orang tersebut sudah mati waktu terbakar. Dapat terjadi pada kematian yang cepat (ledakan, oedema laring, kadar CO sekell >, cepat mati.

Berat ringan luka bakar (youle efek) ini tergantung (R ) kulit. Makin besar (R ) misalnya pada kulit yang tangan kering, makin hebat luka bakarnya, juga tergantung pada lamanya O ; 24 x I2. R. T (youle). Pada kulit yang basah (R ) kecil, sehingga efek luka bakar kecil/tidak ada sama sekali. Demikian pula pada paparan yang luas.

Electric Mark dapat terjadi Post Mortal.

2. Efek spesifik

Efek yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melintas di dalam tubuh. Efek yang ditimbulkan berupa :

a. Fibriiasi ventrukel iardiac arest (volt < 220 v).

b. Vagal Refiekbila arus masuk melalui kepala.

c. Respiratory Failvre (volt > 1000 v). otot pernafasan kejang.

Kedua efek diatas dapat timbulkan kematian tergantung dari :

1. Kondisi listrik.

2. Lama kontak.

3. Kondisi phisik.

Add 1. Kondisi Listrik

I = V/R (rumus OHMs), makin kecil R makin besar I, makin cepat kematian dan sebaliknya.

Add. Lama Kontak

Lets go current (12 MA), pada kontak dengan listrik demikian genggaman tangan masih dapat membuka. Pada listrik diatas 12 MA dan tegangan menengah (65-1000 V) maka otot flexor tangan malah berkontraksi sehingga kontak makin lama. Tegangan tinggi > 1000 Vtubuh akan terlempar.

Add. Kondisi Phisik

Sakit jantung >cepat sering kontak (pegawai PLN) tahan. Waspada/tidak, dll.

Gambaran dari Electric Mark :

1. Epidel memipih.

2. Sel stratum corneum menggelembung dan kosong.

3. Inti sel stratum basalis lonjong. Tersusun secara palisade.

4. Terdapat sel2 yang mengalami karbonisasi dan metalisasi.

Bunuh diri dengan listrik jarang, paling sering oleh karena kecelakaan, sedangkan pembunuhan dengan listrik pernah dilaporkan.

Hukuman mati melalui kursi listrik di AS dan menggunakan listrik 7,5 A 1700 volt selama 60 setik dilakukan 2 kali.

Pemeriksaan Post Mortal :

I. PL muka pucat, mata penyebaran pemb darah, elektric mark tangan/kaki (+)/(-), kadang ada echimosis pada kulit dada.

II. PD paru2 oedematus, organ dalam pembendungan, perdarahan berbintik pada otak dapat (+), tardius spot pada pleura dan jantung.

Tanda-tanda tersebut tidak spesifik, oleh karena itu penyimpulan kematian oleh karena listrik berdasarkan pereklusionan (dibuktikan tidak ada kelainan lain yang menyebabkan kematian).

Catatan :

0,016 A let go current ( secara reflek anggota tubuh masih dapat menhindar )

0,1 A Ventrikel fibrilasi

2 A Ventrikel stand still

BAB VIII

ASPHYXIA (MATI LEMAS) Merupakan istilah yang dipakai pada forensik untuk keadaan anoksia jaringan tubuh yang disebabkan oleh hal2 mekanis sifatnya.

Anoxia sendiri adalah keadaan gangguan/penurunan pemasukan O2 ke dalam darah disertai dengan pemupukan CO2. Keadaan ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan sel, terutama otak dan jantung (dalam waktu 10 menit terjadi anoksia jaringan tersebut rusak permanent).

Anoxia sendiri dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :

gantung

jerat

Mekanikbekap

Asphyxia

Sendak

traumatik

Anoxia (Hypoksia)

Sirkulatorik (Shock)

Biologik/klinik

Anemik (Keracunan CO)

Histotosik (Keracunan. CN)

Mengenai tenggelam, ada perbedaan pendapat di kalangan para pakar, satu pihak memasukkan dalam asphyxia. Yang lainnya tidak setuju, oleh karena mekanisme kematian pada tenggelam lebih kompleks dan agak berbeda.

Gejala Asphyxia :

1. Penurunan kadar O2 darah pernafasan >>, lendir >> + udara busa, tyspnoe.

2. Peningkatan kadar CO2 darah merangsang pusat pernafasan dan SSPkonulsi.

3. Terminasi perangsangan menghilang, apnoe

Tergantung pada besar hambatan, gejala sudah dapat timbul dalam 2-4 menit.

Secara klinis gejala ini dibagi menjadi 3 stadium :

(1) Stad I : pernafasan dalam dan cepat, tekanan darah dan nadi cepat.

(2) Stad II : pernafasan mulai sulit, muka kongestitif, vena2 leher terbendung, tekanan darah naik, tachy cardi.

(3) Stad III : hilang kesadaran, kejang2, pernafasan irregular, tekanan darah turun, pernafasan berhenti.

Penegakan Diagnosa :

Berdasarkan mekanisme pokok pd asphyxia yaitu perbendungan dan penurunan O2, peningkatan CO2. Selain tentunya tanda2 yang ditimbulkan oleh penyebab asphyxia.

Tanda-tanda yang dapat ditemukan (tidak khas untuk asphyxia dapat timbul padang kejang2/epilepsi) :

1. Venal terbendung, pada penyekatan misalnya n\muka menjadi sembab, pelebaran pembuluh selaput bola mata/kelopak mata, lebar luas dan warna gelap.

2. Peningkatan kadar CO2 dan penurunan kadar O2 tardivs spot, cyanosis.

3. Tanda-tanda lain = kekerasan pada leher, mulut pada kasus2 gantung, jerat, sekap. Benda asing pada sal udara sobek. Tanda kekerasan pada dada pada traumatik asphyxia.

Cara Kematian :

Dapat oleh karena bunuh diri (gantung diri), kecelakaan (anak bayi muka tertutup bantal, tersedak) atau oleh karena pembunuhan (cekik, penjeratan). Penting diketahui keadaan TKP.

Mekanisme Kematian :

1. Anoksia otak = terjepit aliran darah ke otak.

2. Gangguan pernafasan = saluran nafas terjepit/tersumbat.

3. Vagal Reflek = akibat tekanan darah leher.

4. Patahnya tulang leher = terutama terjadi pada hukuman gantung (Judicial Hanging)

Pemeriksaan Bedah Mayat :

I. Pemeriksaan Luar :

Lebam luas dan gelap. Pada muka dan ujung2 jari, kaki sianosis muka, bibir dan ujung jari.

Mata menonjol, petechia pada kelopak, bola mata (disebabkan pembuluh darah).

Lidah dapat keluar/tidak, tergantung posisi tali. Diatas rawan lidah, lidah tidak terjulur. Dibawah rawan lidah, lidah dapat terjulur.

Sperma dapat keluar/tidak.

Tanda2 kekerasan sesuai dengan penyebab.

II. Pemeriksaan Dalam :

Darah tampak cair dan gelap.

Perbendungan pada semua organ.

Jantung kanan tampak terengang dan penuh darah yang cairsedangkan bagian kiri kosong.

Trachea dan laring penuh busa dan pelebaran pembuluh darah.

Paru2 sembab, bila diiris, spontan keluar darah cair dan busa.

Tardiev spot pada serosa, mata, epigiotis, paru2 dan jantung.

Derajat perbendungan tergantung lamanya pergulatan untuk hidup (mulai asphyxia mati) makin cepat tanda kurang jelas.

Tardiev spot bukan tanda yang pathognomik untuk asphyxia, dapat timbul pada semua keadaan yang menimbulkan hypoksemia.

Pada asphyxia darah dapat cair tergantung dari lama pergulatan hidup pada proses yang lama ada mekanisme dimana terbentuk trombus akibatnya tubuh mengeluarkan fibrinolysin >>, akibatnya darah cair; bila proses mati cepat, maka tidak terbentuk tromous, fibrinolysin < tali :

Jarak ke lantai pendek.

Jarak simpul ke paru2 jauh

Simpul hidup

Jumlah lilitan cenderung . 1

3. Korban :

Tidak ada luka2

Tanda intra vital (+) Dari luar

Dapat dimana saja

Sering acak-acakan

Suicide note (-)

Cenderung tinggi

Jarak cenderung pendek/dekat

Dapat hidup/mati

Dapat satu/lebih

Tanda2 kekerasan

Tanda intra vital (-)

Jerat sejalan mendatar juga dapat terjadi pada gantung diri, yaitu bila korban tergantung tidak penuh (kaki tidak tergantung/partial).

Mekanisme utama mati tergantung adalah ischemia otak oleh karena aliran darah tersumbat, mekanisme kedua baru asphyxia.

Tekanan yang diperlukan untuk membuat sumbatan pada organ2 di leher :

1. Sumbatan vena : 2 kg

2. Sumbatan A. carotis : 5 kg

3. Sumbatan Trachea : 15 kg

4. Sumbatan A. vertebralis : 30 kg

Komplikasi yang sering terjadi pada kasus gantung diri yang tergolong adalah : Pneumonia dan Hypoxia Brain Damage.

TENGGELAM :

Tenggelam adalah asphyxia yang disebabkan oleh karena adanya cairan dalam saluran pernafasan yang masuk melalui hidung/mulut. Tenggelam dapat seluruh tubuh masuk dalam air atau hanya sebagian.

Perubahan2 yang terjadi pada waktu tenggelam :

Khas : cairan berbusa keluar dari mulut yang liat (sukar untuk dihapus), bedakan dengan busa pada asphyxia biasa yang mudah dihapus. Fine Froth (busa liat) ini diakibatkan mekanisme pada saluran pernafasan yang terangsang oleh air sehingga excudat (lendir) pernafasan menjadi banyak yang tercampur dengan udara paru.

Paru tampak kongesti, terdapat petechia pleura visceralis.

Tidak khas : Tanda2 perbendungan pada alat dalam, Darah cair warna kebiruan, Diudisi jantung, dll.

Diagnosa : penting pada kasus tenggelam untuk menentukan apakah seseorang masih hidup/sudah mati pada waktu tenggelam. Pada kasus mati karena tenggelam terdapat tanda2 sebagai berikut :

Fine froth, cutis anserina, washer woman hand.

Petechia (dalam hal tenggelam bercak paltauf)

Perbendungan pada paru dan alat dalam.

Ditemukan aspirat pada saluran nafas dan paru berupa : diatome, ganggang2, kristal2 sesuai dengan tempat tenggelam.

Perubahan kimia darah.

Selain itu dapat pula ditemukan :

Lumpur/kotoran pada sal nafas dan,

Lambung, usus halus.

Tanda ini tidak spesifik karena lumpur/kotoran dapat masuk secara pasif.

PEMERIKSAAN DIATOME :

Diatome adalah algae bersel satu, bentuk dapat macam2, pemeriksaan dapat dengan cara :

1. Sediaan langsung dari getah paru.

2. Destruksi dengan asam kuat.

3. Sediaan histologi tanpa pewarnaan dan menggunakan mikro dark field.

Pro dan kontra mengenai kesahihan dari diatome dalam paru, oleh karena katanya diatome dapat pula ditemukan pada orang hidup melalui minuman atau makanan pada waktu menelan (demikian pula kedalaman > 25 m, diatome dapat masuk alv secara pasif). Sangat sahih bila ditemukan diatome pada tulang.

Mekanisme kematian :

1. GG. Elektrolit :

a. Airtausar : hypotonus dibandingkan dengan cairan darah, air dari paru2 teserap darah = haemodilusi, kadar elektrolit cepat terjadi di bandingkan pada air laut karena cepatnya terjadi fibrilasi ventrikel.

2. Laryngospasme ( Akibat rangsang dingin dari air.

3. Vagal reflek ( Rangsang air yang masuk ke oesophagus atau sal nafas reflek vagus, henti jantung.

4. Hydrocaution ( kolaps sirkulasi dengan sebab tidak jelas.

5. Hypothermia ( penurunan suhu yang mendadak.

Kematian dapat terjadi dalam waktu 2-3 menit saja.

Penentuan diagnosis kematian :

1. Tanda/gejala

Tidak khas : perbendungan, darah cair, kebiruan, dintasi jantung, lumpur PD, TR dan GIT.

Khas : petechia pada pleura viseralis (bercak pactauf), cairan berbusa pada bronchus, laryng, paru2 kongesti.

2. Histologi

A. Menurut Toreh, jaringan paru dilihat gambaran nueoli dengan menggunakan impregnasi perak.

Stad 1 : dinding alv berkerut sampai sebesar kapiler (N = 2-3X> lebar).

Stad 2 : dinding alv > kecil lagi, kapiler tertarik sehingga sering pecah.

Stad 3 : distensi septum > hebat, kapiler tinggal setipis benang. Terdapat ruptur inika septum yang komplit.

Stad 4 : batas peregangan septum sudah dilampaui terdapat ruptur yang multipie dengan ujung2 septum yang putus menebal.

B. Pemeriksaan diatome : simetri radial (banyak dikut) dan simetri vertal (banyak ditawar)

3. Pemeriksaan kimia darah :

A. Penentuan ion CL dari darah ventr kiri dan kanan pada air tawar CL turun sampai 17 Me/ pada jantung kiri, sebaliknya meningkat pada tenggelam di air laut.

Penggunaan ion CL hanya pada 24 jam pertama, sebab setelah itu kadar akan turun dengan sendirinya. Pemeriksaan dapat juga menggunakan ion Na, K dan CO.

B. Spitz : perubahan aktifitas2 enzym2 (peroksidase, aldolase, sitokrom oxidase) dari homogenat jantung dan paru2.

Pembagian kasus tengelam :

1. Wet drowning (asin/tawar).

2. Dry drowning (mod vagar reflek/laryngo spasme)

3. Secondary drowning (sempat tertolong).

BAB IX INFANTICIDE/PEMBUNUHAN BAYI SENDIRI BARU LAHIR Definisi : sesuai dengan unsur2 psl 341 KUHP, yaitu : pembunuhan atas bayi oleh ibunya karena takut ketahuan melahirkan, pada saat itu atau tidak lama setelah anak dilahirkan.

Beda dengan Eropa/negara barat. Infanticide cakupannya sampai anak berumur 1 tahun.

Unsur2 yang harus dipenuhi untuk menyebutkan infanticide :

1. Unsur menghilangkan nyawa anak (anak lahir hidup).

2. Unsur psikis (takut ketahuan)

3. Unsur waktu (pada saat/tdk lama setelah lahir)

4. Unsur dilakukan ibu kandung

Cara pembunuhan :

Paling sering adalah dengan menimbulkan asphyxia mekanik (pembekapan, penjeratan, penyumbatan). Cara lain (dipukul, ditusuk, ditenggelamkan)

Pemeriksaan :

Ditujukan untuk memenuhi ke 4 unsur yang ada dalam pasal 341 :

1. Unsur menghilangkan nyawa :

a. Menentukan apakah bayi lahir hidup/mati paling penting adalah pemeriksaan paru2 baik secara makro/mikroskopis.

b. Menentukan sebab kematian dan mekanismenya.

2. Unsur waktu :

a. Usia post partum ditentukan dengan melihat :

1. Ada/tidak udara/susu dalam lambung.

2. Ada/tidak mekonium.

3. Perubahan pada tali pusat.

4. Pemeriksaan sel darah merah (sel HbF).

b. Penentuan usia bayi dalam kandungan :

1. TB, BB, LK.

2. Pusat2 penulangan

3. Tanda2 lain yang menyokong.

c. Baik/tidaknya bayi hidup di luar kandungan dicari2 cacat bawaan.

3. Pembuktian unsur psikis :

Banyak ditentukan oleh hakim. Dokter dapat membantu dengan mengenali ada/tidaknya tanda2 perawatan.

4. Unsur dilakukan oleh ibu :

Dicari tanda2 post partum tinggi fomous lochia, dll.

Pemeriksaan tambahan : dilakukan bila masih ditemukan placenta (berat, kelainan anatomis, gambaran mikro (memar2) mikroskopis pada tali pusat, potongan tali pusat (digunting/ditarik) serta ukuran panjang.

Beberapa patokan :

A. Tanda lahir hidup/mati (terutama pemeriksaan paru2)

PARU TLH BERNAFASBELUM BERNAFAS

1. Berkembang (IGA 4/5/ IGA 5/6)

2. Mempunyai gambaran mozaik dan marmer.

3. Tepi tumpul seperti spons.

4. Bera 1/35 BB

5. Tes apung (+)Menguncup (tidak khas)

Homogen spt hepar.

Tepi tajam, kenyal.

Berat 1/70 BB.

Tes apung (-)

Pemeriksaan lain adalah tes apung lambung (Berlaws Second Life Test). Pemerik yang penting untuk menentukan paru bernafas/tidak adalah : PMRK mikroskopis. Gambaran mikros paru telah bernafas adl:

1. Alveoli berkembang secara tidak uniform.

2. Dinding alv terenggang menjadi lurus dan melengkung.

3. Tidak nampak adanya tonjolan2 dinding alv (projection).

4. Di beberapa bagian masih nampak adanya alveoli yang blm berkembang (crumpled sac alveoli).

Sedangkan yang belum berkembang :

1. Bayi belum mencapai umur 2/3 masa kehamilan, gambaran seperti kelenjar.

2. Janin > 2500 gram paru2 nampak seperti berkembang dan uniform, dgn dinding berlekuk dan menonjol (projection) disebut cushion like/cwb like.

B. Usia Kehamilan :

Patokan yang lebih akurat untuk menentukan usia kehamilan (78%) adalah kombinasi antara panjang badan pusat ossifikasi. Untuk panjang badan tidak sama dengan umur (rumus Hanse dan Streeter)

Pusat Ossifikasi :

1. Distal femur diaphisa = usia 8-9 minggu.

2. Distal femur epiphysa = usia 35-40 minggu.

3. Progsamal tibia dia = usia 8-9 minggu.

4. Progsamal tibia epi = usia 40 minggu.

5. OS Calceneus = usia 21-29 minggu.

6. OS Cuboid = usia 40 minggu

Bayi usia cukup bulan : ( > 38 minggu) :

1. BB > 2500 gram.

2. PB > 48 cm.

3. Besar kepala > 31 cm (32 cm).

4. Pusat penulangan dispil feuur dan proksinal tibia (+) 5 x 5 mm.

5. Tanda2 lain :

a. Lanugo sedikit

b. Kuku telah melewati ibu jari

c. Gambaran gurat kaki > 1/3 tapak kaki.

d. Lingkar puting susu > 7 mm.

e. Testis telah lengkap turun dengan ruggae scrotum jelas. Labia mayor telah menutupi vulva.

f. Daun telinga telah terbentuk dengan baik dan tegak.

Bayi yang belum laik hidup :

1. Bayi antara hidup/mati.

2. Cukup bulan/tidak.

3. Tanda2 perawatan ada/tidak.

4. Sebab dan mekanisme kematian.

Menurut Prof. Arief, tanda external yang utama untuk menentukan maturitas adalah :

1. Lingkar kepala

2. Rawan telinga

Untuk membedakan abortus/infanticide pada kasus2 marginal tanda lahir hidup/mati, bila hidup (anfanticide). Bila mati (abortus).

Bila umur < 28 minggu, tanda hidup (+)karena tidak viabie = membiarkan/ menyembunyikan jenazah (pasal 308 = 4,5 tahun).

Pembunuhan : aktif, dengan (menusuk, memukul, dll). Sedangkan pasif, tanpa tindakan (membiarkan anak baru lahir, dll).

Untuk menentukan tanda lahir hidup/mati :

1. Gambarkan mozaik/marmer (markros)/utama.

2. Tes apung.

3. Mikroskopis.

Pasal 342 : yang dimaksud rencana disini, waktunya hanya sempit (melaturkan sampai membunuh). Pembuktian di muka hakim.

Penentuan tali pusat terpotong rata/tidak persiapan kita untuk mencocokkan dengan cerita si ibu. Bila dia bilang oleh karena pecipitas, maka tali pusat terpotong tidak sama dengan rata dan dekat pusat.

DD/Infanticiade :

1. Anoxia/hypoxia neonotarum.

2. Kelainan sistem haemapoetik.

3. Trauma lahir.

4. Abortus.

5. Kelainan ibu selama melahirkan.

6. Kelainan congenital.

7. Partus praecipitarus.

Menurut Prof. Samil (Maj. Obstet. Genek Indon. Vol . 12 No. 1. 1986 Januari). Penyebab kematian neountal adalah sebagai berikut :

Aspiksia neunatarum (36,9 - 43,4%).

Infeksi (23,6 34%).

BBLR (15,7 20%).

Sindr. Distres pernafasan (12,5 %).

Trauma lahir (2 7%).

Cacat bawaan (3,9%).

Aspiksia neonaturum 63,9%. Mati pada 24 jam pertama.

Dxy Partus Praecipitatus :

1. Anak

Fraktur tengkorak, tidak selalu ada kalau ada di daerah puncak kepala frontal, temporal.

Moulage dan saput (-).

Cephal hematon (+).

Tali pusat tercabik lebih dekat ke arah pusat daerah yang terputus.

Getah paru-paru diatong, bila ada riwayat jatuh ke air/got.

2. Ibu

Tanda2 baru melahirkan.

Ukuran panggul.

Dapat pkimi/multi para.ABORTUS PROVOKATUS :

Definisi menurut hukum : terhentinya kehamilan sebelum waktunya sedangkan istilah medis pengeluaran mudigah (20minggu).

Pasal KUHP yang berlaku :

A. Pembunuhan 346 of mengugurkan/mematikan (4thn).

347 orang lain/tidak ada ijin ibu (12thn).

348 orang lain dengan ijin ibu (5,6thn).

349 - dokter/para medis yang membantu (1/3)

B. Kejahatan Susila 299 memberi obat, menyuruh, diberitahu, timbul harapan untuk aborsi (4 tahun).

C. Pelanggaran Susila 355 menunjukkan, mempertontonkan, mengeluarkan alat gugur (4 bulan).

SPONTAN

ABORTUS

TERAPEUTIK

PROVOKTUS

(tindak pidana)

KRIMINALIS

Semua tindakan abortus provokatus terkena pidana, hanya pada terapeutik ada pengecualian untuk menghilangkan sifatnya pidana yaitu:

1. Adanya hak profesi, perlu mengikuti kaidah standard profesi. Misalnya : hanya atas indikasi si ibu konsult 2-3 orang ahli.

2. Secara materiel tidak melawan hukum. Misal pada kehamilan akibat pemerkosaan.

3. Ada ijin dari yang bersangkutan. Paling penting kecuali dalam keadaan gawat darurat.

Mengenai penjualan/ penjelasan mengenai alat pencegah kehamilan yang seharus dihukum sesuai pasal 534, dapat ditiadakan karena adanya hak opprtunitas dari jaksa agung untuk mendeponir kasus (keputusan tahun 1968).

Pemeriksaan forensik :

Pada Ibu :

1. Tanda2 kehamilan (pasti dan tidak pasti).

2. Usaha2 penghentian kehamilan (alat, obat2an dan tanda2 kekerasan).

3. Hasil usaha penghentian kehamilan.

Pemeriksaan meliputi :

1. Uterus, dipotong-potong mendatar, tiap 1 cm, deteksi adanya luka/perdarahan.

2. Tes emboli, pada venacava inferior dan pada jantung.

3. Toksikologi terhadap : cairan rongga pinggul, darah (obat2an), lambung.

Umur bayi diluar kandungan :

1. Udara dalam Lambung 15 menit pertama.

Usus halus 1-2 jam.

Usus besar 5-6 jam

Rectum 12 jam.

2. Tali pusat = 2 hari mengering

4-5 hari terlepas (jarang pada hari 3/6). PA pada tali pusat.

3. Sel Darah Merah = > 24 jam, foetal SDM (berinti (cinderela syndrome).

3. Jenis Cedera :

Trauma Tumpul : memar dan inserasi terudama di daerah muka (bibir dan pipi), kepala.

Fraktur : pada anak kecil pada daerah iga pada anak besar di tungkai, bokong.

Luka Bakar : sundutan rokok, di kaki, tangan , punggung, dll.

Luka Tusuk.

menurut BITE MARK.

4. Sebab Kematian :

Kekerasan tumpul di daerah kepala.

Ruptur organ dalam.

Luka bakar, dll.

Mengenai Pelaku :

pelaku adalah orang tua (82 % ayah, 18 % ibu). Sisanya dapat kakak, pengasuh, guru.

Usia orang tua, laki2 24-28 tahun dan perempuan 22-24 tahun.

Sosial ekonomi, unskilled (pekerja kasar) dan semi skilled (menengah). Tapi semua tingkat sosial ekonomi dapat menjadi/ditemukan menganiaya anaknya.

Kebanyakan ayah pernah tersangkut perkara kriminal (65%), dan peminum alkohol (54%).

Kehidupan keluarga, tertutup, sering berpindah-pindah, kehidupan perkawinan tidak harmonis, sering orang tua merupakan pasangan kumpul kebo.

Latar belakang penganiayaan :

1. Menyingkirkan anak yang tidak diharapkan.

2. Karena takut anaknya menderita.

3. Kelainan jiwa.

4. Rangsang dari luar (PHK, cerai).

5. Rangsang dalam (marah, kesal, lelah).

6. Seksual (jarang).

Diagnosa :

Peranan dokter sangat penting, oleh karena pada kasus non faktal akhirnya si anak dibawa ke dokter oleh orang tua.

Patokan2 curiga penganiayaan anak :

1. Variasi dan tidak konsisten ket dari ortu atas luka2 yang dialami anak.

2. Adanya tenggang waktu yang cukup lama sampai anak dibawa ke dokter (rata2 20 jam).

3. Tidak cocok antara pola luka dan keterangan.

4. Adanya pola luka tertentu.

5. Adanya riwayat pindah2 dokter.

6. Tindak tanduk/ tutur kata yang tidak wajar dari orang tua.

Pemeriksaan :

PL : harus teliti, foto2 RO, foto biasa, gambar topografik, catat status gizi (TB,BB, lemak tubuh).

PD : harus selalu dilakukan, kadang2 tanpa memar di daerah perut, pada periksa dalam alat2 dalam ruptur (anak di pukul sebelumnya dibungkus bantal, kasur, bed cover).

BAB XKEMATIAN OLEH KARENA SHOCK ANAPILATIK Untuk mendiagnosa apakah suatu kematian oleh karena shock anapilatik harus ditentukan :

1. Bahwa bahan yang disuntikkan tidak toksin untuk manusia umumnya.

2. Sebelum kematian harus didahului gejala alergi.

3. Pada otopsi tidak ditemukan kalainan2 lain sebagai penyebab kematian.

4. Harus ditunjuk adanya substantia sensitive yang spesifik.

Pemeriksaan luar ditemukan :

1. Oedema muka/bibir.

2. Perdarahan yang luas berupa bintik2 dibawah kulit (histamin efek).

3. Tanda2 aspiksia (busa, perbendungan).

4. Tempat suntikan (+), diambil untuk pemeriksaan anti gen.

Pada pemeriksaan dalam ditemukan :

1. Otak tanda2 perbendungan.

2. Oedema glotis.

3. Petechial.

4. Jantung dapat membesar.

Perlu diambil darah untuk pemeriksaan taksikologi.

Pada kesimpulan kasus shock anapilatik tidak ditentukan indikasi pemakaian obat, oleh karena indikasi hanya dapat ditentukan/ didasari pada pemeriksaan klinis.

SUDDEN DEATH (NATURAL SUDDEN DEATH) :

Def : kematian yang datangnya tiba2 dan tidak diduga sebelumnya yang disebabkan oleh penyakit baik yang didapat/kongenital.

Yang penting disini adalah sebab yang tidak diketahui dibandingkan dengan kondisi waktunya.

Frek : 60-70% kematian oleh karena penyakit (natural death). Yang berhubungan dengan tindak pidana 10-15%, sisanya karena kecelakaan.

3 gol penyakit yang menyebabkan mati mendadak :

1. Gol Penyakit yang berjalan lambat tapi pasti memburuk (artero scherosis).

2. Gol penyakit didapat/kongenital yang dapat bermanifest secara mendadak oleh karena sebab2 tertentu (pecah aneurisma, sumbatan pemb nadi dan jantung).

3. Penyakit2 yang tidak memberikan gejala yang khas dan jelas tapi fatal (endomyocaroitis, lobar pneumonia).

Sistem yang sering menyebabkan SD (gonzales).

1. Semua kardiovaskular = 44-51%.

2. Semua respiratorius = 12-23%.

3. Sistema SSP = 9-17%.

4. Sistema Track gastro intentinaliso dan urogentalis = 9-13%.

Dari sistem kardio vaskular, penyakit jantung iskemik akibat insuffiensi koroner yang disebabkan ateroma/trombosis adalah menduduki frekuensi terbesar. Pada umur2 dewasa mudah (20-30 tahun), penyakit yang sering terjadi penyebab kematian adalah endomyo carditis (35%). Tempat2 predeleksi penyumbatan A. coroner :

1. A. kor kiri cabang descendens : menyebabkan infark : anterior septum, apex, anterior dinding vent. Kiri. (paling sering terjadi).

2. A. kor kanan : menyebabkan infark pada : post septum, post dinding vent kiri.

3. A. sirkum fueksa kiri : menyebabkan infervent kiri sebelum materal, vent kiri postero materal.

Tempat penyempitan pada A. coroner yang paling sering adalah 3-4 cm dari ostium koroner. Sementara jenis infark ada 3 macam :

1. Transmural.

2. Intra mural.

3. Subendo cardial.

Mekanisme kematian disini dapat :

a. Fibriiasi ventrikel.

b. Ruptur jantung dan tamponade jantung.

c. Asistove ventrakel.

d. Emboli pulmonal masif.

DX Post Mortal :

Secara markos, kelainan terlihat setelah 24 jam. Sedangkan mikroskopis sekitar 1 jam setelah serangan. Sedangkan secara umum gambarannya : tahap permulaan berwarna merah gelap / tampak seperti haemorhagis, lalu menjadi kuning dan padat dan selanjutnya tampak sebagai berbak keputihan (fibrosis).

Secara mikroskopis : serat2 menjadi sembab, hialinisasi, pola serang lintang menghilang, nukleus menghilang, infiltrasi leukosit, karenan daerah melemah mudah luntur.

Menurut Ferris dan Preisen : infrak miocard dini memberikan gambaran :

1. Wavy Fibre (serat2 otot bergelombang).

2. O2 nekrosis koagulatif = tarikan pasif waktu sistoe.

3. Serang lintang menghilang.

Selanjutnya : serat otot tampak terpatah-terpatah pada diskus interkalatus.

Sedangkan SS dan AB dengan pewarnaan HE :

1. Peningkatan esoinophila sel otot.

2. Membran sel kabur.

3. Pembengkakan serabut otot.

4. Granulasi sitoplasma.

5. Serabut bergelombang.

6. Pita kontraksi.

7. Perubahan inti sel.

8. Fragmentasi.

9. Infiatrasi leukosit.

10. Tuperemi.

Cara pengambilan sempel dari jantung :

Jantung dipotong melintang mulai dari apex = basis tiap 10 mm. Jaringan diambil dari tempat2 yang dicurigai termasuk bag yang sehat.

Bila belum tampak secara makros maka diambil potongan ke III masing2

1. Dinding ant. Vent kiri berikut sekat yang dekat.

2. Dinding postero iateral kiri.

3. Dinding ant vent kanan.

Dari potongan ke IV masing2 :

1. Dinding post vent kiri.

2. Dinding post vent kanan.

Ditambah : dinding ant vent kiri dan sekat 2cm dari apex (potongan I/II).

Sedangkan pada dugaan oleh karena endomyocarditis jaringan diambil 15-20 potong dari :

1. Septum interventr tiap 2 cm mulai dari apex.

2. Potongan atria kanan/kiri.

3. Dinding rebas kanan/kiri.

4. Otot papiler kiri depan dan belakang.

Jaringan diambil dengan mengikut sertakan, jaringan endomyocardial.

Secara umum penegakan diagnose sudden death di dasarkan pada :

1. Anamnestik.

2. Autopsi.

3. Laboratorik : pada mutlak.

DD/kelainan nyeri dada :

1. Jantung = infark.

2. Paru-paru = radang, emboli.

3. Muskulosretal = myelgia otot dada, radikulitis, chondroitis.

4. GIT : gastritis, choiescystitis, panckeatiis.

5. Lain2 ; herpes zoster, hysteria, dll.

Penyakit yang sering menyebabkan sudden death selain jantung :

1. Trauma.

2. Keracunan/?.

3. Cocking (keselek).

4. Massif pulmonary/emboli/ infeksi akut.

5. Massif git haemorrhage.

6. Ruptur aorta.

7. Penyakit infeksi berat dan akut.

Kelainan jantung yang dapat menyebabkan sudden death.

1. Inssuf A. cor = infark.

2. Radang = myocardius (usia muda 20-30 tahun).

3. Kelainan denyut jantung = fiakulasi/asistole.

4. Ruptur jantung.

5. Kontusi.

6. Pericardial effiosion.

Hubungan penyakit trauma :

1. Penyakit >>.

Bila pemberian morfin dihentikan, timbul gejala obstinensi berupa :

1. Merasa sakit.

2. Gelisah iritabel.

3. Tidur nyenyak setelah bangun rasa ingin mati, putus asa, gelisah.

4. Gejala phisik, tremor, irritabilitas, lakrimasi, berkeringat, banyak menguap, mutah2, kolik dan diare.

Modi membagi 3 stage gejala keracunan morfin, dinama gejala mulai timbul -1 jam stlh absorbsi.

Stage Iexcitement/euphoria.

banyak bicara

gelisah

halusinasi

muka merah.

kerja jantung ber (+)

Stage II stupor (susunan syaraf pusat sudah mulai depresi) : sakit mata, sakit kepala, mual, mutah, mabok, lesu (tidur), pupil kontraksi.

Stage III narkosis

Koma, otot2 reaksasi, tekanan darah nadi - pernafasan turun, kulit dingin dan lembab.

Dosis fatal : sekitar 200 mg, dilaporkan kematian pada 60 mg = sehingga dosis letal sangat variabel tergantung sensitivnya seseorang.

Jika kadar morfin 5 mg%, korban menggunakan morfin/heroin dalam kadar yang berlebih. Jika kadar morfin 5-20 mg% atau dalam darah 0,1 0,5 mg% telah memakai obat dalam dosis toksik.

DD keracunan morfin :

1. Apoplexi.

2. Uremia coma.

3. Diabetik coma. Pupil tidak mengecil.

4. Epileptik.

5. Akut alkohol poisoning.

6. Keracunan babi burat

Mekanisme kematian :

A. Langsung = depresi pusat pernafasan, edema pulmonum, syok anaphilatik (biasanya ok filter).

B. Tidak langsung = penyakit paru2 (emboli/pneumoni), endokartitis, hepatitis, tetanus, dll.

Pemeriksaan mayat :

A. Pemeriksaan luar :

1. Needle Mark.

Bekas suntikan/banyak ditemukan pada fossa ante cubiti, lengan atas, punggung tangan dan tungkai. Bekas suntukan ini ditemukan pada 52,9% kasus.

Untuk membuktikan bekas suntikan baru. Di pencet = keluar darah/serum.

Pada kasus I kronik ditemukan jaringan sikatrik sepanjang vena intra venous track. Selain itu ditemukan abces/granula/ulkus akibat penyuntikan subkutan.

Bekas suntikan spt bawah lipat mammae, perinem dan di daerah rajah.

Bila tidak ditemukan nedle mark kemungkinan korban menggunakan morfin dengan cara membaui, menghisap dengan rokok (ACK-ACK) atau menghisap uapnya. Untuk itu perlu diambil swab daerah mulut/hidung untuk pemeriksaan toksikologi.

2. Pembesaran getah bening regional.

Pemb kel getah bening di axiler menunjukkan korban adalah pecandu kronis.

3. Skin Blister (gelembung2 pada kulit).

Ditemukan pada daerah kaki/telapak tangan. Biasanya ok penyuntikan dengan over dosis. Kelainan ini dpt ditemukan pada keracunan CO dan barbiburat.

4. Tanda mati lemas

Keluar busa halus putih dari mulut/hidung.

B. Pemeriksaan Dalam :

Sering tidak ditemukan kelainan2 yang berarti terutama bila korban bukan pecandu kronik. Pada kasus2 yang akut (> perdarahan dan PMN. Atelektasi dan emphysema. (3-7 jam).

Stage III: kongesti dan oedema, aweolar haemokrhage. Makroptiag >> (5-12 jam).

Eksudat dari PMN di dalam alveoli penebalan bronchhioles tcyalin membrane membuat garis yang jelas pada beberapa alv.

Stage IV : akut exsudative labar pneumonia dengan PMN >> (24 jam).

Perubahan pada hati variabel = radang adl perub yang paling banyak (Portal Triaditis 42%), Fatty Liver 16%, Hepatitis 6%, Cirrhosis, Granulomata. Gambaran hati pada portal triaditis adalah : sebukan sel radang kronik pada daerah portal. Sel2 tersebut lymposit, munonuklear sel, plasma sel dan eosinophil, sering ditemukan talk kristal.

Kelainan pada sistema kardiovaskular :

Pada pembuluh darah dapat ditemukan :

a. Perivascular haemorrhage.

b. Trombus dan trombophilebitis.

c. Kngiitis nekrotikan.

d. Foreign body emboli.

Pada jantung :

a. Focal endomyocarditis.

b. Subendocardial haemorrhage.

c. Endocarditis dengan berbagai sebab.

Ukuran morfin yang diperdagangkan : cekak 4 mg, ampelop ganja 0,5 s/d 1,5 gram.

- Lab. Klandestin = lab pengolahan narkotik

BAB XIIKEJAHATAN SEKSUAL

KLASIFIKASI BERDASARKAN UNDANG UNDANG :

.

>15 tahun (psl 284)

( perzinahan )

Persetujuan (delik aduan )

65 detik, getah vagina.

2. Tes pan : berdasarkan adanya ZN dlm semen. Sensitive, tidak spesifik. Hasil (+) warna berubah menjadi merah muda.

3. Tes florence : kurang spesifik, berdasarkan adanya cholin dalam semen.

Bahan kaca obyek/tutup dengan kaca penutup tetes lugol dari samping = mikroskop = kristal2 warna coklat (kristal choline perodide).

4. Tes barberio spesifik, berdasarkan adanya spermin dlm semen reangen pikrat jenuh.

Cara idem florence tunggu 1 jam = kristal bentuk oval/jarum warna kuning jernih (spermin pikrat).

5. Tes puranen idem 4 = reagen napthols yellow, hasil kristal flavinat warna kuning.

Statistik Pemerkosaan :

1 Of tidak menikah/cerai. Kemungkinan diperkosa 5x lebih banyak.

2 1/3 pelaku tlh mengenal korban.

3 75% terjadi di luar rumah.

4 Lebih banyak dirangsang oleh tindak-tanduk korban.

5 20%, mengalami luka2 di kepala dan hanya 10% yang mengalami luka2 dikemaluannya. Sisanya luka2 campuran.

Pada kasus pemerkosaan, sesungguhnya tidak diperlukan penentuan umur oleh karena ancaman hukuman sama, umur perlu untuk pertimbangan hakim dalam menjatuhkan hukuman.

---0VISUM ET REPERTUM1. PENGERTIAN:a.Merupakan laporan tertulis yang dibuat oleh Dokter.

b.Atas pemeriksaan yang dilakukan terhadap barang bukti berupa tubuh manusia (mati / hidup), bagian dari tubuh manusia.

c.Memuat hasil pemeriksaan dan kesimpulan

d.Berdasarkan permintaan tertulis dari pihak berwajib.

e.Digunakan untuk kepentingan peradilan.2.LANDASAN HUKUM :a.Lembaran negara No. 350 Thn. 1937

b.KUHAP Pasal 179 kewajiban sebagai saksi ahli.

c.KUHAP Pasal 133 penyidik dapat meminta ket. ahli.

Istilah Visum Et Repertum tidak tercantum pada KUHAP yang ada adalah Keterangan Ahli, keterangan ahli dapat tertulis atau lisan, ( Penjelasan pasal 186 KUHAP Keterangan Ahli dapat juga diberikan pada waktu pemeriksaan oleh Penyidik atau Penuntut Umum yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah di waktu menerima jabatan atau pekerjaan ).Berdasarkan hal tersebut Visum et Repertum merupakan keterangan ahli baik untuk bagian pemberitaan maupun kesimpulan sehingga secara keseluruhan VeR menurut KUHAP merupakan alat bukti sah.

Beda dengan Lembaran Negara No. 350/1937 = bagian dari VeR yang merupakan alat bukti sah hanyalah bagian Pemberitaan.

(LN. 350/1937 : VeR merupakan alat bukti yang sah sepanjang apa yang dilihat dan ditemukan oleh Dokter).

Catatan :Alat Bukti (Pasal 184)

Segala macam formalitas yang digunakan untuk membuktikan suatu tindak pidana.

(5 buah) keterangan saksi, keterangan ahli, surat-surat, petunjuk, keterangan terdakwa.

Sistem peradilan di Indonesia pembuktian () artinya hakim dapat menjatuhkan pidana sekurang-kurangnya dengan 2 alat bukti dan keyakinannya.

Barang Bukti

Segala macam benda yang terlibat langsung dalam suatu peristiwa pidana.

3.SIAPA YANG BERHAK MEMBUAT VeR : Permasalahannya mengenai siapa yang disebut dengan ahli karena beberapa pasal tidak tegas menyebutkan (lihat Pasal 133 serta penjelasan umum butir 28). Tapi prinsip setiap dokter yang lulus dari pendidikan dokter di Indonesia dapat membuat VeR., karena dokter adalah seorang ahli dalam bidang kedokteran. Tenaga tenaga medis lainnya tidak dapat membuat VeR.

TANGGUNG JAWAB GANDA DOKTER :

Pengurusan penyidik : barang bukti ( hak/kwjban pasien berkurang ( periksa

secara forensik

VER

KORBAN

Obati

Datang sendiri : pasien biasa ( dgn hak/kwjban sbg pasien ( Terapi

Penyidik minta VER

Izin pasien

Kasus ttt

Berikan langsung Menggunakan data Rekam Medik VER berdasarkan Rekam medikTubuh manusia dapat disebut sebagai barang bukti bila ada/ telah diurus oleh penyidik, namun tidak seluruh tubuh tersebut sebagai barang bukti, hanya pada bagian bagian yang tersangkut tidak pidana yang dapat dianggap sebagai barang bukti. 4.BENTUK UMUM VER :

Tidak tercantum dalam UU, hanya mengikuti aturan tertentu yang lazim digunakan :

a.Pembukaan

Berupa tulisan Projustutia. Bukan hanya untuk bebas meterai, tapi

mempunyai arti yang lebih luhur, bahwa Ver dibuat/digunakan untuk

kepentingan Keadilan. Dalam UU

Perpajakan Tahun 1984 meterai hanya untuk perkara perdata sedangkan

perkara pidana bebas.

b.Pendahuluan berisi :

Waktu tempat pemeriksaan.

1)Identitas Dokter, pemohon, pengantar (label).

2)Identitas barang bukti.c.Hasil Pemeriksaan

Berisi hal-hal yang ditemukan oleh dokter yang sifatnya diskripsi terhadap barang bukti (obyektif) dan hasil lab/pemeriksaan lain.

d.Kesimpulan

Memuat pendapat dokter tentang sebab/akibat dari hal-hal yang ditemukan.

e.Penutup

Berisi penegasan bahwa Ver ini dibuat berdasarkan sumpah jabatan dan dibuat dengan

sebaik-baiknya dan sejujur-jujurnya.

5.JENIS VER

Korban

*Luka : Seketika, Sementara, Lanjutan

Orang hidup

*Kejahatan Seksual

*Psikiatri

Pelaku

VER Orang mati pemeriksaan luar

pemeriksaan luar dan dalam

Benda/bag berasal

Dari tubuh manusiaexpertise6.VER PSIKIATRI :Dapat diminta oleh hakim dengan masa obsevasi 5 bulan (L.N. 1966 No : 3 Psl 8)

Diminta oleh penyidik dengan observasi selama 4 minggu (PERMENKES RI), PP MENKES RI tahun 1970 Bab III Pasal 11-23.

7.VER SEMENTARA :Diterbitkan apabila Polisi meminta segera sementara korban perlu perawatan/observasi. Ver lanjutan dibuat bila korban mati , sembuh atau pindah rawat/pulang paksa.

Pidana Vis et Ret (tidak perlu ijin korban). Biaya (-)

PEMERIKSAAN DOKTER

Perdata Ket. Dokter (perlu ijin korban). Biaya (+)8.

Pengertian V. E. R berdasarkan KUHAP :

Surat keterangan yang dibuat oleh Dokter/dokter ahli forensik atas barang bukti berupa pemeriksaan medis dari tubuh manusia/bag2 tubuh manusia.Atas permintaan tertulis penyidik dan digunakan untuk peradilan.

.9. YANG BERHAK MINTA VISUM :

a.Penyidik.

b.POM/Provost

d.Hakim, khusus Ve Psikiatrukum.

e. Hakim pengadilan Agama

PAGE 23

_1113611700.unknown

_1113633755.unknown

_1113639699.unknown

_1113641560.unknown

_1113647149.unknown

_1113648842.unknown

_1113652640.unknown

_1113654703.unknown

_1113654772.unknown

_1113652669.unknown

_1113649870.unknown

_1113647187.unknown

_1113643669.unknown

_1113645445.unknown

_1113642592.unknown

_1113640465.unknown

_1113640757.unknown

_1113640395.unknown

_1113635500.unknown

_1113638737.unknown

_1113638794.unknown

_1113638177.unknown

_1113634596.unknown

_1113634611.unknown

_1113634032.unknown

_1113621600.unknown

_1113633328.unknown

_1113633424.unknown

_1113633690.unknown

_1113633358.unknown

_1113627859.unknown

_1113628228.unknown

_1113623676.unknown

_1113615880.unknown

_1113617199.unknown

_1113618383.unknown

_1113617139.unknown

_1113613908.unknown

_1113615315.unknown

_1113612524.unknown

_1113605111.unknown

_1113607199.unknown

_1113607857.unknown

_1113609427.unknown

_1113607246.unknown

_1113605939.unknown

_1113607164.unknown

_1113605161.unknown

_1113600642.unknown

_1113603732.unknown

_1113603815.unknown

_1113602509.unknown

_1113588776.unknown

_1113589558.unknown

_1113586787.unknown