forensik drowning.docx

Upload: aldiansyahrauf

Post on 14-Apr-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 forensik drowning.docx

    1/4

    2.3 Pemeriksaan pada kasus tenggelam

    Tenggelam adalah suatu keadaan tercekik dan mati yang disebabkan oleh terisinya paru

    oleh air atau bahan lain atau cairan sehingga menyulitkan pertukaran gas. Secara sederhana

    diartikan sebagai terbenamnya sebagian atau seluruh tubuh ke dalam cairan.

    Diperlukan pemeriksaan autopsi luar dan autopsi dalam serta pemeriksaan tambahan lain

    sebagai penunjang seperti pemeriksaan getah paru untuk penemuan diatome dan bercakpaltoufdi

    permukaan paru, pemeriksaan histopatologi dan penentuan berat jenis plasma untuk menemukan

    tanda intravital tersebut. Hal tersebut tidak mudah, terutama bagi mayat yang telah lama tenggelam,

    atau pada mayat yang tidak lengkap, atau hanya ada satu bagian tubuhnya saja.

    2.3.1 Pemeriksaan luar

    Penurunan suhu mayat, berlangsung cepat, rata-rata 50 F per menit. Suhu tubuh akan

    sama dengan suhu lingkungan dalam waktu 5 atau 6 jam. Lebam mayat, akan tampak jelas pada

    dada bagian depan, leher dan kepala. Lebam mayat berwarna merah terang yang perlu dibedakan

    dengan lebam mayat yang terjadi pada keracunan CO.

    Pembusukan sering tampak, kulit berwarna kehijauan atau merah gelap. Pada

    pembusukan lanjut tampak gelembung-gelembung pembusukan, terutama bagian atas tubuh, dan

    skrotum serta penis pada pria dan labia mayora pada wanita, kulit telapak tangan dan kaki

    mengelupas.

    Gambaran kulit angsa (goose-flesh, cutis anserina), sering dijumpai; keadaan ini terjadi

    selama interval antara kematian somatik dan seluler, atau merupakan perubahan post mortal

    karena terjadinya rigor mortis. Cutis anserina tidak mempunyai nilai sebagai kriteria diagnostik.

    Busa halus putih yang berbentuk jamur (mushroom-like mass) tampak pada mulut atau hidung

    atau keduanya. Terbentuknya busa halus tersebut adalah masuknya cairan ke dalam saluran

    pernapasan merangsang terbentuknya mukus, substansi ini ketika bercampur dengan air dan

    surfaktan dari paru-paru dan terkocok oleh karena adanya upaya pernapasan yang hebat.Pembusukan akan merusak busa tersebut dan terbentuknya pseudofoam yang berwarna

    kemerahan yang berasal dari darah dan gas pembusukan.

    Perdarahan berbintik (petechial haemmorrhages), dapat ditemukan pada kedua kelopak

    mata, terutama kelopak mata bagian bawah. Pada pria genitalianya dapat membesar, ereksi atau

    semi-ereksi. Namun yang paling sering dijumpai adalah semi-ereksi. Pada lidah dapat ditemukan

  • 7/27/2019 forensik drowning.docx

    2/4

    memar atau bekas gigitan, yang merupakan tanda bahwa korban berusaha untuk hidup, atau

    tanda sedang terjadi epilepsi, sebagai akibat dari masuknya korban ke dalam air.

    Cadaveric spasme, biasanya jarang dijumpai, dan dapat diartikan bahwa berusaha untuk

    tidak tenggelam, sebagaimana sering didapatkannya dahan, batu atau rumput yang tergenggam,

    adanya cadaveric spasme menunjukkan bahwa korban masih dalam keadaan hidup pada saat

    terbenam.

    Luka-luka pada daerah wajah, tangan dan tungkai bagian depan dapat terjadi akibat

    persentuhan korban dengan dasar sungai, atau terkena benda-benda di sekitarnya; luka-luka

    tersebut seringkali mengeluarkan darah, sehingga tidak jarang memberi kesan korban dianiaya

    sebelum ditenggelamkan. Pada kasus bunuh diri dimana korban dari tempat yang tinggi terjun ke

    sungai, kematian dapat terjadi akibat benturan yang keras sehingga menyebabkan kerusakan

    pada kepala atau patahnya tulang leher.

    Bila korban yang tenggelam adalah bayi, maka dapat dipastikan bahwa kasusnya

    merupakan kasus pembunuhan. Bila seorang dewasa ditemukan mati dalam empang yang

    dangkal, maka harus dipikirkan kemungkinan adanya unsur tindak pidana, misalnya setelah

    diberi racun korban dilempar ke tempat tersebut dengan maksud mengacaukan penyidikan.

    2.3.2 Pemeriksaan dalam

    Untuk sebagian kasus asfiksia merupakan penyebab umum terjadinya kematian ini. Hal

    tersebut dikarenakan air yang masuk ke paru-paru akan bercampur dengan udara dan lendir

    sehingga menghasilkan buih-buih halus yang memblok udara di vesikula. Dalam beberapa kasus,

    kematian dapat terjadi dari asfiksia obstruktif yang juga dikenal sebagai tenggelam kering yang

    disebabkan oleh kejang laring yang dibentuk oleh sejumlah kecil air yang memasuki laring. Pada

    beberapa kasus lainnya air tidak masuk ke paru-paru sehingga tanda-tanda klasik tenggelam

    tidak dapat kita temukan.

    Sebelum kita melakukan pemeriksaan dalam pada korban tenggelam, kita harus

    memperhatikan apakah mayat korban tersebut sudah dalam keadaan pembusukan lanjut atau

    belum. Apabila keadaan mayat telah mengalami pembusukan lanjut, maka pemeriksaan dan

    pengambilan kesimpulan akan menjadi lebih sulit.

    Pemeriksaan terutama ditujukan pada sistem pernapasan, busa halus putih dapat mengisi

    trakhea dan cabang-cabangnya, air juga dapat ditemukan, demikian pula halnya dengan benda-

  • 7/27/2019 forensik drowning.docx

    3/4

    benda asing yang ikut terinhalasi bersama air. Benda asing dalam trakhea dapat tampak secara

    makroskopik misalnya pasir, lumpur, binatang air, tumbuhan air dan sebagainya. Sedangkan

    yang tampak secara mikroskopik diantaranya telur cacing dan diatome.

    Diatome adalah sejenis ganggang yang mempunyai dinding dari silikat. Silikat ini tahan

    terhadap pemanasan dan asam keras. Diatome dijumpai di air tawar, air laut, sungai, sumur, dan

    lain-lain. Pada korban mati tenggelam diatome akan masuk ke dalam saluran pernafasan dan

    saluran pencernaan, karena ukurannya yang sangat kecil, ia di absorpsi dan mengikuti aliran

    darah. Diatome ini dapat sampai ke hati, paru, otak, ginjal, dan sumsum tulang. Bila diatome

    positif berarti korban masih hidup sewaktu tenggelam.

    Oleh karena banyak terdapat di alam dan tergantung musim, maka tidak ditemukannya

    diatome tidak dapat menyingkirkan bahwa korban bukan mati tenggelam. Relevansi diatome

    terbatas pada tenggelam dengan mekanisme asfiksia. Pleura juga dapat kita temukan pada

    pemeriksaan kasus ini. Pleura yang ditemukan dapat berwarna kemerahan dan terdapat bintik-

    bintik perdarahan, perdarahan ini dapat terjadi karena adanya kompresi terhadap septum inter

    alveoli atau oleh karena terjadinya fase konvulsi akibat kekurangan oksigen.

    Bercak perdarahan yang besar (diameter 3-5 cm), terjadi karena robeknya partisi

    interalveolar dan sering terlihat di bawah pleura. Bercak ini disebu t bercak Paltouf yang

    ditemukan pada tahun 1882 dan diberi nama sesuai dengan nama yang pertama mencatat

    kelainan tersebut Bercakpaltoufberwarna biru kemerahan dan banyak terlihat pada bagian

    bawah paru-paru, yaitu pada permukaan anterior dan permukaan antar bagian paru-paru.

    Kongesti pada laring merupakan kelainan yang berarti, paru-paru biasanya sangat mengembang,

    seringkali menutupi perikardium dan pada permukaan tampak adanya jejas dari tulang iga, pada

    perabaan kenyal.

    Edema dan kongesti paru-paru dapat sangat hebat sehingga beratnya dapat mencapai 700-

    1000 gram, dimana berat paru-paru normal adalah sekitar 250-300 gram. Paru-paru pucat dengan

    diselingi bercak-bercak merah di antara daerah yang berwarna kelabu. Pada pengirisan tampak

    banyak cairan merah kehitaman bercampur buih keluar dari penampang tersebut, yang pada

    keadaan paru-paru normal, keluarnya cairan bercampur busa tersebut baru tampak setelah dipijat

    dengan dua jari. Gambaran paru-paru seperti tersebut diatas dikenal dengan nama emphysema

    aquosum atau emphysema hydroaerique.

  • 7/27/2019 forensik drowning.docx

    4/4

    Obstruksi pada sirkulasi paru-paru akan menyebabkan distensi jantung kanan dan

    pembuluh vena besar dan keduanya penuh berisi darah yang berwarna merah gelap dan cair,

    tidak ada bekuan.

    2.4 Tanda-tanda intravital pada kasus tenggelam

    Perlu diperhatikan apakah korban masih hidup saat tenggelam atau tidak yakni dengan

    melihat tanda tanda intravital, tanda kekerasan dan penyebab kematiannya. Ketiganya ini dapat

    membantu kita untuk memperkirakan cara kematiannya. Tanda intravital yang ditemukan pada

    korban bukan merupakan tanda pasti korban mati akibat tenggelam.

    Ada delapan tanda intravital yang menandakan korban masih hidup ketika tenggelam.

    Tanda tersebut adalah ditemukannya tanda cadaveric spasme, perdarahan pada liang telinga,

    adanya benda asing (lumpur, pasir, tumbuhan dan binatang air) pada saluran pernapasan dan

    pencernaan, adanya bercakpaltoufdi permukaan paru, berat jenis darah pada jantung kanan dan

    kiri, ada ditemukan diatome, adanya tanda asfiksia, dan ditemukannya mushroom-like mass.

    Adapun tanda pasti mati akibat tenggelam ada lima yaitu ada tanda asfiksia, dijumpai diatome

    pada pemeriksaan getah paru, terlihat bercakpaltoufdi permukaan paru, berat jenis darah yang

    berbeda antara jantung kiri dan kanan dan mushroom-like mass.

    Daftar pustaka

    Fitrisia R. Tanda Intravital yang Ditemukan pada Kasus Tenggelam di Departemen Kedokteran

    Forensik FK USU RSUP H. Adam Malik / RSUD Pirngadi Medan pada Bulan Januari 2007

    Desember 2009. USU Repository. 2010