formulasi gemuk lumas (lubricating grease) dengan...
TRANSCRIPT
1
FORMULASI GEMUK LUMAS (LUBRICATING GREASE) DENGAN
BAHAN DASAR MINYAK JARAK (CASTOR OIL) DAN BAHAN
PENGENTAL SABUN LITHIUM STEARAT
Laporan Praktik Kerja Lapangan di PPPTMGB “LEMIGAS”
REZA SURAPUTRA
230531221X
PROGRAM STUDI D3 KIMIA TERAPAN
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2008
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Formulasi Gemuk Lumas (Lubricating Grease) dengan Bahan Dasar
Minyak Jarak (Castor Oil) dan Bahan Pengental
Sabun Lithium Stearat
Laporan Praktik Kerja Lapangan
di PPPTMGB ”LEMIGAS”
Disusun oleh:
Reza Suraputra
230531221X
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Ratu Ulfiati, M.Eng Dr. Ir. Antonius Herry Cahyana Pa.Lab. Fiskim Pelumas Industri PPPTMGB LEMIGAS
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
iii
KATA PENGANTAR
Laporan Praktik Kerja Lapang yang berjudul Formulasi Gemuk
Lumas (Lubricating Grease) dengan Bahan Dasar Minyak Jarak (Castor
Oil) dan Bahan Pengental Sabun Lithium Stearat merupakan salah satu
syarat untuk mengikuti ujian akhir pada semester VI, Program D3 Kimia
Terapan, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Indonesia. Praktik Kerja Lapang ini dilaksanakan mulai
tanggal 20 Maret sampai 5 Juni 2008.
Laporan ini disusun berdasarkan hasil kerja lapang yang
dilaksanakan penulis di Laboratorium Pelumas, Kelompok Program Riset
Teknologi Aplikasi Produk, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”, Jalan Ciledug Raya Kav.
109, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan ini. Pada kesempatan ini,
penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Ir. Hadi Purnomo, M.Sc, DIC, selaku kepala pusat PPPTMGB
”LEMIGAS”.
2. Drs. Mardono, MM, selaku koordinator kelompok program riset
teknologi aplikasi produk.
3. Ir. Subiyanto, selaku ketua kelompok pelumas.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
iv
4. Drs. Riswiyanto, M.Si, selaku ketua program D3 Kimia Terapan
FMIPA UI.
5. Dra. Ratu Ulfiati, M.Eng, selaku pembimbing I yang telah
membimbing dan memberi pengarahan kepada penulis selama PKL
serta memberikan penjelasan yang berguna dalam penyusunan
laporan PKL.
6. Dr. Ir. Antonius Herry Cahyana, selaku pembimbing II yang telah
membimbing penulis selama proses PKL dan peyusunan laporan
PKL.
7. Drs. Abdul Haris, M.Si, selaku koordinator kelompok program riset
teknologi proses yang membantu penulis untuk dapat melakukan
PKL di PPPTMGB ”LEMIGAS”.
8. Seluruh staf pengajar departemen kimia FMIPA UI yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan.
9. Seluruh staf karyawan kelompok program riset teknologi aplikasi,
terutama seluruh karyawan unit pelumas, Bapak Albert, Mas Hanif,
Mas Setyo, Mbak Nami, Mbak Milda, Mbak Shinta, Mbak Endah,
Mbak Catur, Mas Faris, Mas Sugeng, Pak Darmanto, Mas Yudi.
10. Bapak Djauhar Jasin yang telah banyak membantu dan memberikan
ilmu pada penulis selama menjalankan PKL di PPPTMGB
”LEMIGAS”.
11. Damar, Arif, Soni, Fitri, Irma, Mila, Ika, teman seperjuangan dalam
menjalankan PKL di PPPTMGB ”LEMIGAS”.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
v
12. Keluarga tercinta yang tidak pernah lelah mencurahkan kasih
sayang, doa, dukungan baik moril maupun materiil sehingga penulis
dapat menyelesaikan PKL di PPPTMGB ”LEMIGAS”.
13. Teman-teman DnD, Ramli, Pepep, Santo, Anfiyus, Byan, Ricky,
Ferdian, Arief, Ade.
14. Seluruh teman-teman angkatan 2005 D3 Kimia Terapan.
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu dalam menyelesaikan PKL dan penyusunan
laporan.
Pada kesempatan kali ini, penulis membuka pintu saran dan kritik
pembaca demi kesempurnaan laporan PKL ini.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi
pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.
Bogor, Juni 2008
Penulis,
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
vi
ABSTRAK PROGRAM D3 KIMIA TERAPAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2008
Reza Suraputra. (230531221X)
Formulasi Gemuk Lumas (Lubricating Grease) dengan Bahan Dasar
Minyak Jarak (Castor Oil) dan Bahan Pengental
Sabun Lithium Stearat
Minyak mineral merupakan bahan dasar yang umum digunakan
dalam pembuatan gemuk lumas (lubricating grease). Namun seperti yang
kita ketahui bahwa harga minyak dunia terus mengalami kenaikan,
disamping minyak mineral merupakan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui (non renewable), penggunaan minyak mineral juga
menimbulkan dampak yang kurang baik terhadap lingkungan karena
sifatnya karsinogenik, toksik, dan tidak dapat terdegradasi secara biologis
(non biodegradable), oleh karena itu dicari alternatif lain bahan dasar
pembuatan gemuk lumas. Minyak jarak (castor oil) merupakan salah satu
minyak nabati yang berpotensi untuk menggantikan minyak mineral
sebagai bahan dasar pembuatan gemuk lumas, karena minyak jarak
ramah lingkungan, dapat terdegradasi secara biologis (biodegradable) dan
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
vii
juga minyak jarak merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui
(renewable).
Tujuan dari percobaan ini adalah membuat formula yang optimal
dan tahapan proses pembuatan gemuk lumas dengan bahan dasar
minyak jarak, untuk mendapatkan gemuk lumas sesuai dengan spesifikasi
yang diinginkan. Pada dasarnya proses pembuatan gemuk lumas diawali
dengan reaksi penyabunan antara asam lemak dan basa. Pada
percobaan ini asam lemak yang digunakan adalah 12-Hidroksi Asam
Stearat dan basa yang digunakan adalah Lithium Hidroksida. Setelah
proses penyabunan selesai, kemudian sabun Lithium Stearat yang
terbentuk didispersikan ke dalam minyak jarak.
Hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa proses pembuatan
gemuk lumas sangat dipengaruhi oleh tatacara pencampuran bahan dasar
maupun bahan tambahan, serta suhu dan cara pengadukannya. Oleh
karena itu, perlu diperhatikan proses-proses yang dapat mempengaruhi
gemuk lumas yang dihasilkan, antara lain proses saponifikasi
(penyabunan), proses pencampuran bahan, proses dispersi sabun lithium
stearat ke dalam minyak jarak, proses pemanasan, dan proses
pendinginan.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
viii
DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................iii
ABSTRAK ................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...............................................................................................viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................xiii
BAB I ..............................................................................................................
PENDAHULUAN..........................................................................................1
I.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan (PKL). ............................1
I.2 Tempat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan. .............................2
I.3 Tujuan Praktik Kerja Lapangan. ....................................................2
I.3.1 Tujuan umum Praktik Kerja Lapangan. .....................................2
I.3.2 Tujuan khusus Praktik Kerja Lapangan. ...................................3
BAB II .............................................................................................................
INSTITUSI TEMPAT PKL............................................................................5
II.1 Sejarah PPPTMGB “LEMIGAS”....................................................5
II.1.1 Lembaga Minyak dan Gas Bumi (LEMIGAS). .......................5
II.1.2 Pusat Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi
“LEMIGAS” (PPTMGB “LEMIGAS”). ....................................................6
II.1.3 Pusat Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Minyak Dan
Gas Bumi (PPPTMGB) “LEMIGAS”. ...................................................7
II.2 Visi dan Misi PPPTMGB “LEMIGAS”............................................8
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
ix
II.3 Tugas Pokok dan Fungsi PPPTMGB “LEMIGAS”. .......................9
II.4 Kegiatan PPPTMGB “LEMIGAS”................................................10
II.5 Struktur Organisasi PPPTMGB “LEMIGAS”. ..............................11
II.6 Sarana dan Fasilitas. ..................................................................13
II.6.1 Laboratorium........................................................................14
II.6.2 Perpustakaan.......................................................................19
BAB III ............................................................................................................
PELAKSANAAN PKL.................................................................................20
III.1 Jadwal Kegiatan PKL..................................................................20
III.2 Tinjauan Pustaka. .......................................................................20
III.2.1 Minyak Jarak. .......................................................................20
III.2.2 Sifat Fisik dan Kimia Minyak Jarak. .....................................22
III.2.3 Pelumas. ..............................................................................25
III.2.4 Fungsi Pelumas. ..................................................................26
III.2.5 Jenis-jenis Pelumas. ............................................................28
III.2.6 Gemuk Lumas (lubricating grease)......................................29
III.2.7 Komposisi Gemuk Lumas....................................................32
III.2.8 Jenis Gemuk Lumas. ...........................................................42
III.2.9 Sifat Sifat Fisik Gemuk Lumas.............................................44
III.2.10 Metode Pengujian. ...........................................................46
III.3 Percobaan. ..............................................................................55
III.3.2 Alat dan Bahan ....................................................................55
III.3.3 Cara Kerja ............................................................................56
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
x
III.3.3.1 Percobaan 1 .................................................................56
III.3.3.2 Percobaan 2 .................................................................56
III.3.3.3 Percobaan 3 .................................................................57
III.3.3.4 Percobaan 4 .................................................................58
III.3.3.5 Percobaan 5 .................................................................58
III.3.3.6 Percobaan 6 .................................................................59
III.3.3.7 Percobaan 7 .................................................................60
III.3.3.8 Percobaan 8 .................................................................61
III.3.3.9 Percobaan 9 .................................................................62
III.3.3.10 Percobaan 10...............................................................63
III.3.3.11 Percobaan 11...............................................................63
III.3.3.12 Percobaan 12 ...............................................................64
III.4 Hasil Analisis ...........................................................................65
III.5 Pembahasan............................................................................66
III.6 Kesimpulan ..............................................................................75
BAB IV ...........................................................................................................
PENUTUP..................................................................................................76
IV.1 Hasil Praktik Kerja Lapangan......................................................76
IV.2 Manfaat Praktik Kerja Lapangan.................................................76
IV.3 Saran...........................................................................................76
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................78
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Jarak.............................24
Tabel 2. Sifat Fisika Minyak Jarak.............................................................24
Tabel 3. Bahan Pengental Gemuk dan Sifatnya…………………………..34
Tabel 4. Klasifikasi Batasan Penetrasi Worked.........................................45
Tabel 5. Hasil Percobaan Pembuatan Gemuk Lumas ..............................55
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tanaman Jarak (Ricinus Communis L.) ..................................21
Gambar 2. Proses Pembuatan Minyak Jarak............................................21
Gambar 3. Struktur Trigliserida Asam Risinoleat pada Minyak Jarak.......23
Gambar 4. Komposisi Gemuk Lumas........................................................32
Gambar 5. Ikatan Aditif TE dengan Permukaan Logam ...........................40
Gambar 6. Penetrasi Cone ........................................................................47
Gambar 7. Dropping Point .........................................................................49
Gambar 8. Four Ball ..................................................................................51
Gambar 9. Alat Uji Scientific Four Ball ......................................................52
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.................................................................................................80
Lampiran 2.................................................................................................82
Lampiran 3.................................................................................................84
Lampiran 4.................................................................................................85
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan (PKL).
Program studi Diploma 3 Kimia Terapan merupakan salah satu
program studi yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten
di bidang industri maupun penelitian. Untuk memenuhi permintaan dunia
kerja akan sumber daya manusia yang tidak hanya berpotensi secara ilmu
keilmuan tetapi juga terampil dan handal dalam melakukan pekerjaannya,
maka program studi D3 Kimia Terapan dalam salah satu kurikulumnya
mewajibkan mahasiswa mengikuti Praktik Kerja Lapangan sebagai salah
satu syarat kelulusan.
Dasar pemikiran diadakannya Praktik Kerja Lapangan yaitu
mencapai salah satu tujuan program pendidikan D3 Kimia Terapan
Universitas Indonesia, antara lain menghasilkan lulusan yang terampil dan
dapat melaksanakan berbagai tugas dalam bidang kimia, terutama di
laboratorium. Praktik Kerja Lapangan juga dimaksudkan untuk menambah
pengetahuan serta pengalaman yang dapat mendukung keahlian sebagai
seorang lulusan yang terampil dalam kerja laboratorium.
Dalam bidang industri, khususnya industri kimia, mahasiswa
diharapkan menjadi analis yang terdidik, terlatih dan terampil serta mampu
meningkatkan keterampilan kerjanya sehingga memiliki akurasi dan
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
2
presisi yang tinggi dalam menggunakan prosedur, metode, maupun
pengoperasian alat. Hal tersebut dapat dijadikan modal bagi para
lulusannya untuk memasuki dunia kerja. Hasil yang diperoleh selama
Praktik Kerja Lapangan (PKL) dituangkan dalam bentuk Laporan Praktik
Kerja Lapangan. Dalam menyusun laporan Praktik Kerja Lapangan
diperlukan pengamatan, penelitian, serta aplikasi langsung terhadap
sampel yang diambil secara representatif. Selain itu juga diperlukan
literatur, referensi, dan berbagai sumber dasar teori yang berhubungan
dengan laporan tersebut dan dapat dipertanggungjawabkan.
I.2 Tempat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan.
Praktik kerja lapangan (PKL) ini dilaksanakan di Laboratorium
Fisika-Kimia dan Semi Unjuk Kerja Pelumas, Kelompok Program Riset
Teknologi Aplikasi Produk, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”, Jalan Ciledug Raya Kav.
109, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
I.3 Tujuan Praktik Kerja Lapangan.
I.3.1 Tujuan umum Praktik Kerja Lapangan.
• Memenuhi syarat akhir kelulusan mahasiswa Program D3 Kimia
Terapan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
3
• Meningkatkan SDM mahasiswa kimia yang meliputi segi
intelektualitas, wawasan, dan keterampilan untuk menciptakan
lulusan yang profesional.
• Sebagai sarana bagi mahasiswa untuk mengenal lebih dekat
kondisi dunia kerja pada dunia industri sehingga mahasiswa
mampu mempersiapkan diri untuk terjun ke dalamnya.
• Mempersiapkan mahasiswa agar mampu menerapkan ilmu
yang telah didapat selama perkuliahan untuk diaplikasikan ke
dalam dunia kerja.
• Mengenalkan mahasiswa pada aspek-aspek dalam lapangan
kerja seperti struktur organisasi, asosiasi usaha, manajemen
usaha dan lain-lain.
• Menumbuhkan dan meningkatkan sikap disiplin dan
profesionalisme mahasiswa dalam rangka memasuki dunia
kerja.
• Melatih mahasiswa untuk mengenal dan mampu
mengoperasikan instrumen kimia yang lebih modern untuk lebih
memantapkan keterampilan.
I.3.2 Tujuan khusus Praktik Kerja Lapangan.
Tujuan khusus dilakukannya Praktik Kerja Lapangan di
Laboratorium Pelumas, Kelompok Program Riset Teknologi Aplikasi
Produk, PPPTMGB “LEMIGAS”, adalah membuat formula yang
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
4
optimal untuk pembuatan gemuk lumas (lubricating grease) dengan
bahan dasar minyak jarak (Ricinnus communis L.) dan bahan
pengental sabun lithium stearat, serta tahapan proses pembuatan
gemuk lumas, untuk mendapatkan gemuk lumas sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan. Pada percobaan ini parameter yang
diuji adalah Dropping Point (ASTM D 566), Penetrasi Cone (ASTM
D 217) dan Pencegahan keausan metode Four Ball (ASTM D
2266).
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
5
BAB II
INSTITUSI TEMPAT PKL
II.1 Sejarah PPPTMGB “LEMIGAS”.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas
Bumi "LEMIGAS”, terletak di Jalan Ciledug Raya Kav. 109, Cipulir,
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Instansi ini berada di bawah Badan
Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral,
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
Gagasan didirikannya lembaga penelitian perminyakan di Indonesia
dimulai setelah pengesahan Undang-Undang No.44 Tahun 1960, tentang
pengolahan pertambangan minyak dan gas bumi di Indonesia. Undang-
undang tersebut dikeluarkan berdasarkan UUD’45 pasal 33, yang
menyatakan bahwa kekayaan alam dikelola oleh negara dan digunakan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
II.1.1 Lembaga Minyak dan Gas Bumi (LEMIGAS).
PPPTMGB “LEMIGAS” pada awalnya disebut Lembaga Minyak dan
Gas Bumi (LEMIGAS). LEMIGAS merupakan salah satu organisasi
eksekutif dalam lingkungan Departemen Urusan Minyak dan Gas Bumi,
berdiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Nomor 17/M/MIGAS/65
tanggal 11 Juni 1965. LEMIGAS memiliki 3 tugas pokok , berdasarkan
Surat Keputusan Menteri MIGAS Nomor 208a/M/MIGAS/65 tanggal 16
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
6
Desember 1965 yaitu riset, pendidikan dan pelatihan, serta dokumentasi
dan publikasi di bidang perminyakan.
Latar belakang berdirinya Lembaga Minyak dan Gas Bumi
“LEMIGAS” merupakan perwujudan dari keinginan Pemerintah untuk
memiliki suatu badan yang dapat menghimpun pengetahuan teknik serta
menyediakan data dan informasi tentang perminyakan. Hampir semua
pengetahuan, data, dan tenaga ahli di bidang perminyakan dikuasai atau
menjadi monopoli perusahaan-perusahaan asing, sedangkan lapangan
maupun cadangan minyak dan gas bumi merupakan milik negara.
Pemerintah menyadari bahwa kebutuhan minyak dan gas bumi akan
berkembang dengan pesat. Hal ini harus disikapi dengan kemajuan
kemampuan teknis ilmiah serta teknologi agar minyak dan gas bumi
benar-benar dapat dimanfaatkan bagi kepentingan masyarakat, bangsa,
dan negara.
II.1.2 Pusat Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi
“LEMIGAS” (PPTMGB “LEMIGAS”).
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan Nomor 646 Tahun
1977, tanggal 26 Desember 1977 Organisasi Lembaga Minyak dan Gas
Bumi (LEMIGAS) diubah menjadi Pusat Pengembangan Teknologi Minyak
dan Gas Bumi “LEMIGAS” (PPTMGB “LEMIGAS”). PPTMGB “LEMIGAS”
adalah unit pelaksana teknis di bidang pendidikan dan pelatihan,
penelitian dan pengembangan, serta dokumentasi dan informasi teknologi
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
7
minyak dan gas bumi termasuk pelayanan jasa guna pengembangan
usaha dan industri pertambangan minyak dan gas bumi di lingkungan
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi.
II.1.3 Pusat Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Minyak Dan
Gas Bumi (PPPTMGB) “LEMIGAS”.
PPTMGB “LEMIGAS” berubah menjadi PPPTMGB “LEMIGAS”
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor
1092 Tahun 1984, tanggal 5 November 1984. Perubahan ini seiring
dengan berkembangnya industri minyak dan gas bumi di dunia. Para
pendiri Lembaga Minyak dan Gas Bumi mempelajari kebutuhan suatu
lembaga dari pihak-pihak luar yang melakukan penelitian dan
pengembangan di bidang minyak dan gas bumi untuk disesuaikan dan
diterapkan.
Untuk menyikapi perkembangan industri migas nasional, Menteri
Pertambangan dan Energi menetapkan Surat Keputusan Nomor 1748
Tahun 1992 tanggal 31 Desember 1992, yang berisi tugas pokok
PPPTMGB “LEMIGAS”. Tugas-tugas pokok tersebut ialah melakukan
penelitian dan pengembangan, dokumentasi ilmiah, serta pelayanan jasa
teknologi di bidang minyak dan gas bumi. Selain itu PPPTMGB
“LEMIGAS” juga berfungsi dalam pengusahaan panas bumi yang berada
di bawah Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, dengan lingkup
teknologi eksplorasi, teknologi eksploitasi, teknologi proses, teknologi
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
8
aplikasi, serta sistem dan informasi. Berdasarkan Keputusan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1915 Tahun 2001 tanggal 23 Juli
2001, PPPTMGB “LEMIGAS” pindah dari Direktorat Jenderal Minyak dan
Gas Bumi ke Badan Penelitian Energi dan Sumber Daya Mineral
(Balitbang ESDM), Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 0030 Tahun
2005 tanggal 20 Juli 2005 tentang Oganisasi dan Tata kerja Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral merupakan peraturan terbaru yang
mengatur Organisasi dan Tata Kerja PPPTMGB “LEMIGAS” sampai saat
ini.
II.2 Visi dan Misi PPPTMGB “LEMIGAS”.
Visi : Menjadi suatu lembaga yang bermutu, profesional, mandiri,
dan bertaraf internasional dalam penelitian dan
pengembangan teknologi minyak dan gas bumi.
Misi : - Mengembangkan teknologi baru.
- Memecahkan permasalahan di bidang industri minyak
dan gas bumi.
- Memberikan masukan bagi kebijakan pemerintah.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
9
II.3 Tugas Pokok dan Fungsi PPPTMGB “LEMIGAS”.
Tugas pokok PPPTMGB “LEMIGAS” adalah menyelenggarakan
penelitian dan pengembangan teknologi kegiatan hulu dan hilir bidang
minyak dan gas bumi.
Sedangkan fungsi PPPTMGB “LEMIGAS” adalah :
a. Perumusan pedoman dan prosedur kerja.
b. Perumusan rencana dan program penelitian dan pengembangan
teknologi berbasis kinerja.
c. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan teknologi kegiatan
hulu dan hilir minyak dan gas bumi, pengelolaan sarana dan prasarana
penelitian, dan pengembangan teknologi.
d. Pengelolaan kerja sama kemitraan penerapan hasil penelitian dan
pelayanan jasa teknologi, kerja sama penggunaan sarana dan
prasarana penelitian, dan pengembangan teknologi.
e. Pengelolaan sistem informasi dan layanan informasi, sosialisasi dan
dokumentasi hasil penelitian, dan pengembangan teknologi.
f. Penanganan masalah hukum dan hak atas kekayaan intelektual serta
pengembangan sistem mutu kelembagaan penelitian dan
pengembangan teknologi.
g. Pembinaan kelompok jabatan fungsional pusat.
h. Pengelolaaan ketatausahaan, rumah tangga, administrasi keuangan,
dan kepegawaian pusat.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
10
i. Evaluasi penyelenggaraan penelitian dan pengembangan teknologi di
bidang minyak dan gas bumi.
II.4 Kegiatan PPPTMGB “LEMIGAS”.
Lingkup kegiatan PPPTMGB “LEMIGAS” diantaranya :
a) Penelitian dan Pengembangan
Kegiatan penelitian di PPPTMGB “LEMIGAS” dapat dibagi menjadi
dua:
• Penelitian yang dilakukan oleh PPPTMGB “LEMIGAS”, merupakan
kegiatan penelitian yang perumusan masalahnya diprakarsai oleh
PPPTMGB “LEMIGAS” sendiri.
• Penelitian yang dilakukan berdasarkan kerjasama dengan pihak
lain, yang perumusan masalahnya dilakukan secara bersama-
sama.
b) Dokumentasi dan informasi ilmiah.
c) Pelayanan jasa riset dan teknologi.
Pelayanan jasa yang tersedia di PPPTMGB “LEMIGAS” dapat
dikategorikan dalam empat kelompok, yaitu :
• Jasa teknik, berupa pelayanan jasa analisis laboratorium untuk
menunjang penelitian dan industri.
• Jasa studi dan konsultasi teknologi, meliputi studi yang
dilaksanakan untuk memenuhi permintaan KKS (Kontraktor Kerja
Sama), BUMN, dan Perusahaan Swasta lain.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
11
• Jasa penyewaan peralatan.
• Jasa perbantuan tenaga ahli.
II.5 Struktur Organisasi PPPTMGB “LEMIGAS”.
Dalam melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan
teknologi minyak dan gas bumi, PPPTMGB “LEMIGAS” memiliki struktur
organisasi yang terdiri atas:
1. Kelompok Program Riset Teknologi.
Kelompok Program Riset Teknologi (KPRT) yang mempunyai tugas
melaksanakan dan memberikan pelayanan jasa penelitian dan
pengembangan di bidang teknologi minyak dan gas bumi. KPRT ini
dibagi menjadi 5 kelompok yaitu :
a) Kelompok Program Riset Teknologi Eksplorasi, terdiri dari :
• Kelompok Kerja Evaluasi Lahan Migas.
• Kelompok Kerja Stratigrafi.
• Kelompok Kerja Sedimentologi.
• Kelompok Kerja Pencitraan Bawah Permukaan.
• Kelompok Kerja Sistem Hidrokarbon.
• Kelompok Kerja Penginderaan Jauh dan SIG.
b) Kelompok Program Riset Teknologi Eksploitasi, terdiri dari :
• Kelompok Kerja Pemboran.
• Kelompok Kerja Produksi.
• Kelompok Kerja Evaluasi Formasi.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
12
• Kelompok Kerja Reservoar.
• Kelompok Kerja Peningkatan Pengurasan.
c) Kelompok Program Riset Teknologi Proses, terdiri dari :
• Kelompok Kerja Teknologi Proses Separasi.
• Kelompok Kerja Teknologi Proses Konversi dan Katalisa.
• Kelompok Kerja Analitik dan Kimia Terapan.
• Kelompok Kerja Bioteknologi.
• Kelompok Kerja Engineering dan Pemodelan.
• Kelompok Kerja Teknologi Lingkungan.
d) Kelompok Program Riset Teknologi Aplikasi Produk, terdiri dari :
• Kelompok Kerja Pelumas.
• Kelompok Bahan Bakar Minyak dan Bahan Bakar Gas.
e) Kelompok Program Riset Teknologi Gas, terdiri dari :
• Kelompok Kerja Teknologi Pemanfaatan Gas.
• Kelompok Kerja Teknologi Analisis Gas.
• Kelompok Kerja Teknologi Separasi Gas.
• Kelompok Kerja Transportasi Gas.
• Kelompok Kerja Tekno Ekonomi.
2. Bagian Tata Usaha.
Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan
kepegawaian, keuangan, rumah tangga, dan ketatausahaan pusat. Bagian
Tata Usaha dibagi menjadi 2 Sub Bagian yaitu :
a) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
13
b) Sub Bagian Rumah Tangga dan Keuangan.
3. Bidang Sarana Penelitian dan Pengembangan.
Bidang Sarana Penelitian dan Pengembangan bertugas
melaksanakan pengelolaan sarana dan prasarana penelitian dan
pengembangan teknologi pusat. Bidang Sarana Penelitian dan
Pengembangan dibagi menjadi 2 Sub Bidang yaitu :
a) Sub Bidang Pengembangan Sarana.
b) Sub Bidang Pengoperasian Sarana.
4. Bidang Program.
Bidang Program dibagi menjadi 2 Sub Bidang yaitu :
a) Sub Bidang Penyiapan Rencana.
b) Sub Bidang Analisis dan Evaluasi.
5. Bidang Afiliasi.
Bidang Afiliasi dibagi menjadi 2 Sub Bidang yaitu :
a) Sub Bidang Afiliasi Jasa Teknologi.
b) Sub Bidang Informasi dan Publikasi.
II.6 Sarana dan Fasilitas.
PPPTMGB “LEMIGAS” menempati lahan seluas 12,4 hektar, yang
digunakan untuk gedung perkantoran, laboratorium, perpustakaan, dan
sarana lain seperti koperasi, fasilitas olah raga, perparkiran, pertamanan,
masjid, dan lain-lain.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
14
PPPTMGB “LEMIGAS” memiliki bangunan gedung seluas lebih
kurang 55.000 m2
yang letaknya disesuaikan dengan pembagian
kelompok serta bidang tugas masing-masing kelompok atau bidang
tersebut.
II.6.1 Laboratorium.
PPPTMGB “LEMIGAS” memiliki laboratorium uji dan laboratorium
kalibrasi yang telah mendapatkan Sertifikat Akreditasi Laboratorium sesuai
ISO/IEC 17025:2005 dari komite Akreditasi Nasional (KAN).
Laboratorium uji berada di lingkungan KPRT Eksplorasi, KPRT
Eksploitasi, KPRT Proses, KPRT Aplikasi Produk, dan KPRT Gas
sedangkan Laboratorium Kalibrasi berada di bawah Bidang Sarana
Penelitian dan Pengembangan.
6.1.1 Kelompok Program Riset Teknologi (KPRT) Eksplorasi.
KPRT Eksplorasi mempunyai beberapa laboratorium uji yang
mampu melakukan jasa pengujian dan analisis bermutu tinggi terhadap
percontoh batuan antara lain komposisi mineral, besar butir, kandungan
fosil, kandungan bahan organik (kematangan termal bahan organik,
bitumen/hidrokarbon, isotop karbon, dan komposisi kerogen), minyak bumi
(komposisi bitumen/hidrokarbon, distribusi biomarker, dan isotop karbon),
gas bumi (komposisi hidrokarbon, kandungan non-hidrokarbon, dan isotop
karbon), serta pengukuran sifat fisik (gaya berat, magnetik, seismik, citra
satelit, dan resistivitas).
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
15
Setiap kelompok yang terdapat di KPRT Eksplorasi memiliki
laboratorium masing-masing, yaitu :
a) Kelompok Teknologi Biokimia, memiliki :
• Laboratorium Statigrafi.
• Laboratorium Petrografi dan Sedimentologi.
• Laboratorium Kartografi dan Topografi.
b) Kelompok Teknologi Geologi, memiliki :
• Laboratorium Seismik.
• Laboratorium Potensial.
• Laboratorium Panas Bumi.
• Laboratorium Pengolahan Data dan Instrumen
6.1.2 Kelompok Program Riset Teknologi (KPRT) Eksploitasi.
Laboratorium di KPRT Eksploitasi digunakan untuk melakukan
pengujian percontoh pemboran hingga untuk kepentingan penelitian EOR.
Setiap kelompok di KPRT Eksploitasi memiliki laboratorium masing-
masing, yaitu :
a) Kelompok Evaluasi Formasi, memiliki :
• Laboratorium Routine Core.
• Laboratorium Integrated Special Core.
• Laboratorium Kerusakan Formasi.
• Laboratorium Mekanika Batuan.
b) Kelompok Produksi, memiliki :
• Laboratorium Uji Peralatan Produksi.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
16
• Laboratorium Teknologi Produksi.
c) Kelompok Reservoar, memiliki :
• Laboratorium PVT.
• Laboratorium Komposisi Fluida.
• Laboratorium Pemindelan Reservoar.
d) Kelompok Peningkatan Pengurasan, memiliki :
• Laboratorium Gas Flooding.
• Laboratorium Thermal and Chemical Flooding.
e) Kelompok Pemboran, memiliki :
• Laboratorium Material Pemboran.
• Laboratorium Teknologi Pemboran.
6.1.3 Kelompok Program Riset Teknologi (KPRT) Proses.
Laboratorium di KPRT Proses terdiri atas beberapa laboratorium uji
yang mampu melakukan pengujian/analisis terhadap komoditas minyak
dan gas bumi, produk-produk hasil olahannya seperti bahan bakar gas
(LPG, LNG, dan BBG), produk BBM (premium, kerosin, solar, dan minyak
bakar), bahan bakar penerbangan (avgas dan avtur), produk non-BBM
(nafta, wax, aspal, dan minyak lumas), serta bahan-bahan pembantu
industri migas (pelarut, aditif, katalis, dan sebagainya).
Setiap kelompok di KPRT Proses memiliki laboratorium masing-
masing, yaitu :
a) Kelompok Analitik dan Kimia Terapan, memiliki :
• Laboratorium Kromatografi.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
17
• Laboratorium Kimia Umum dan Limbah.
• Laboratorium Spektroskopi.
b) Kelompok Proses Separasi, memiliki :
• Laboratorium Pemisahan Minyak Bumi dan Produknya.
• Laboratorium Uji Sifat Fisika Minyak Bumi dan Produknya.
c) Kelompok Proses Konversi dan Katalisa, memiliki :
• Laboratorium Preparasi dan Karakterisasi.
• Laboratorium Pengembangan Proses Uji dan Aktivasi.
d) Kelompok Bioteknologi, memiliki :
• Laboratorium Mikrobiologi.
• Laboratorium Bioproses.
e) Kelompok Teknologi Lingkungan, memiliki :
• Laboratorium Lingkungan.
6.1.4 Kelompok Program Riset Teknologi (KPRT) Aplikasi Produk.
KPRT Aplikasi produk mempunyai beberapa laboratorium uji yang
mampu melakukan pengujian terhadap produk-produk hasil olahan
minyak bumi, serta bahan baku industri minyak bumi. Laboratorium
tersebut berada di bawah Kelompok Pelumas dan Kelompok Bahan Bakar
Minyak dan Gas, yaitu :
a) Kelompok Pelumas, memiliki :
• Laboratorium Fisika Kimia Pelumas Industri.
• Laboratorium Fisika Kimia Pelumas Otomotif.
• Laboratorium Semi Unjuk Kerja Pelumas.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
18
b) Kelompok Bahan Bakar Minyak dan Gas, memiliki :
• Laboratorium Fisika Kimia.
• Laboratorium Semi Unjuk Kerja.
• Laboratorium Unjuk Kerja.
6.1.5 Kelompok Program Riset Teknologi (KPRT) Gas.
KPRT Gas memiliki laboratorium penguji Korosi, Uji Tabung,
Kromatografi Gas, Sifat Fisika dan Kimia Gas, Separasi Gas dan
Kondensat, Transmisi dan Distribusi Gas, serta Laboratorium Uji Pipa.
Laboratorium tersebut tersebar di beberapa kelompok yaitu Kelompok
Teknologi Pemanfaatan Gas, Pengembangan Teknologi Analisa Gas, dan
Transportasi Gas. Laboratorium di KPRT Gas dirancang untuk
kepentingan penelitian gas, termasuk transmisinya.
6.1.6 Laboratorium Kalibrasi.
Laboratorium Kalibrasi PPPTMGB “LEMIGAS” mampu melakukan
kalibrasi peralatan pengukuran suhu, tekanan, massa dan volume. Tugas
laboratorium kalibrasi adalah melayani jasa kalibrasi internal dan
eksternal. Jasa kalibrasi internal yaitu melayani kalibrasi peralatan
laboratorium uji di dalam lingkungan PPPTMGB “LEMIGAS”, sedangkan
jasa kalibrasi eksternal melayani peralatan ukur laboratorium uji di luar
lingkungan PPPTMGB “LEMIGAS”.
Sebagai lembaga penelitian yang mengelola banyak peralatan
laboratorium, PPPTMGB Lemigas perlu melakukan kalibrasi rutin atas
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
19
peralatan yang digunakan. Hal ini perlu dilakukan mengingat ketatnya
persyaratan pengujian percontoh di lingkungan industri migas.
II.6.2 Perpustakaan.
Sarana perpustakaan PPPTMGB “LEMIGAS” telah mengelola lebih
dari 7.000 judul buku (terbitan sebelum tahun 1980 sampai dengan
terbitan tahun terkini), ribuan laporan ilmiah, dan dokumen AMDAL.
Perpustakaan PPPTMGB “LEMIGAS” telah dimanfaatkan secara aktif oleh
masyarakat ilmiah dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di
Indonesia serta secara internal melayani pegawai atau peneliti PPPTMGB
“LEMIGAS”. Dalam upaya untuk meningkatan pelayanan perpustakaan
yang modern, diterapkan sistem komputerisasi untuk pengelolaan buku,
laporan ilmiah, dan dokumen lain. Penambahan buku selalu dilaksanakan
setiap tahunnya, berdasarkan kebutuhan internal setiap satuan kerja di
PPPTMGB “LEMIGAS” dan arah perkembangan litbang ke depan.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
20
BAB III
PELAKSANAAN PKL
III.1 Jadwal Kegiatan PKL.
Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan di Laboratorium Pelumas,
Kelompok Program Riset Teknologi Aplikasi Produk, PPPTMGB
“LEMIGAS” sejak bulan Maret 2008 sampai dengan awal bulan Juni 2008,
sesuai dengan hari dan jam kerja PPPTMGB “LEMIGAS” yaitu dari hari
Senin sampai Kamis, pukul 08.00 WIB – 16.00 WIB, untuk hari Jum’at
pukul 07.30 WIB – 16.30 WIB.
III.2 Tinjauan Pustaka.
III.2.1 Minyak Jarak.
Minyak jarak adalah minyak nabati yang diperoleh dari ekstraksi biji
tanaman jarak (Ricinus communis L.) yang banyak tumbuh di daerah
tropis dan subtropis. Jarak (Ricinus communis L.) adalah spesies tanaman
dari Euphorbiaceae dan tergolong ke dalam kerajaan Plantae, divisi
Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Malpighiales, familia
Euphorbiaceae, subfamilia Acalyphoideae, tribe Acalypheae, subtribe
Ricininae, genus Ricinus, dan spesies R. communis.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Jarak_pohon). Tanaman jarak dapat dilihat
pada Gambar 1.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
21
Gambar 1. Tanaman Jarak (Ricinus Communis L.)
Proses pengolahan bji jarak menjadi minyak jarak dapat dilihat pada
Gambar 2.
Daging buah
Pengempaanawal
Penyaringandan
pengendapan
Penggerusan
Pemasakan40-80OC
Ekstraksi
Distilasi
Minyak Residu
Foot
Minyak mentahgrade no. 1
Heksana /heptana
Ampas
Minyak mentahgrade no. 3
Buah Jarak
Pengeringan
Pelepasancangkang
Pencucian
Pemasakan(80OC,
udara terbuka)
Pengeringan100OC
Daging buah
Gambar 2. Proses Pengolahan Biji Jarak (a). Pengolahan Awal (b). Ekstraksi
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
22
Minyak jarak digunakan secara luas pada industri pelumas,
kosmetik, pembersih, tekstil, pelapis, nylon-11 dan urethane.
Negara-negara penghasil minyak jarak antara lain Brazil, India,
Cina, dan Thailand. Sebenarnya Indonesia sudah memproduksi minyak
jarak sejak masa penjajahan Belanda. Saat itu, produk minyak jarak
diekspor untuk bahan baku pelumas. Pada masa penjajahan Jepang,
rakyat Indonesia dipaksa menanam jarak untuk produksi minyak lumas
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan perang.
Penggunaan minyak jarak dalam industri pelumas tergeser setelah
ditemukan additive synthetis dari minyak bumi. Pada perkembangan
selanjutnya, minyak bumi menguasai industri minyak lumas dunia karena
harganya lebih murah dibandingkan dengan minyak lumas dari minyak
jarak. Namun, dengan semakin menipisnya cadangan minyak bumi, saat
ini minyak jarak mulai dipertimbangkan kembali sebagai bahan baku
pelumas. (Riesta, 2001)
III.2.2 Sifat Fisik dan Kimia Minyak Jarak.
Minyak jarak mempunyai rasa asam dan dapat dibedakan dengan
trigliserida lainnya karena bobot jenis, kekentalan (viskositas), dan
bilangan asetil serta kelarutannya dalam alkohol yang relatif tinggi. Minyak
jarak larut dalam etil alkohol 95% pada suhu kamar serta pelarut organik
yang polar, dan sedikit larut dalam golongan hidrokarbon alifatis. Nilai
kelarutan dalam petroleum eter relatif rendah, dan dapat dipakai untuk
membedakannya dengan golongan trigliserida lainnya. Kandungan
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
23
tokoferol relatif kecil (0.05%), serta kandungan asam lemak essensial
yang sangat rendah menyebabkan minyak jarak tersebut berbeda dengan
minyak nabati lainnya (Ketaren, 1986).
Minyak jarak mengandung asam risinoleat yang sangat tinggi yaitu
89,5 %, yang berarti asam risinoleat adalah penyusun utama dari minyak
jarak. Asam risinoleat atau asam 9-hidroksioktadekenoat merupakan
asam lemak tak jenuh yang tersusun dari 18 atom karbon. Struktur asam
ini mirip dengan asam oleat namun memiliki gugus hidroksil (OH), sebagai
pengganti atom H, yang terikat pada atomC ke-12 dari pangkal (gugus
karboksil) (http://id.wikipedia. org/wiki/Asam_ricinoleat).
Struktur asam risinoleat dapat dilihat pada Gambar 3.
C
C
C
C C C
C
C
C C CO
O
O
(CH
H)7
--H H
OH5
HH
H(C
H
H)C C CC C(C
H
H)7
--H H
OH5
HH
H(C
H
H)C C CC C(C
H
H)7
--H H
OH5
HH
H(C
H
H)O
==
=
O
O
H
H
H
H
H
H
H
H
H
H H
H H
H H
H
H
H
H H
Gambar 3. Struktur Trigliserida Asam Risinoleat pada Minyak Jarak
Hanya 70 − 90% bagian dari minyak jarak yang merupakan
trigliserida dari asam risinoleat. Sebagian lain merupakan trigliserida dari
beragam asam lemak lain dengan salah satu atau dua cabang
trigliseridanya merupakan asam risinoleat. Komposisi asam lemak dalam
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
24
minyak jarak dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan sifat fisika minyak
jarak dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Jarak.
Asam Lemak Rumus Molekul % Berat
Asam risinoleat C18H34O3 89.5
Asam dihidroksistearat C18H36O4 0.7
Asam palmitat C16H32O2 1.0
Asam stearat C18H36O2 1.0
Asam oleat C18H34O2 3.0
Asam linoleat C18H32O2 4.2
Asam linolenat C18H30O2 0.3
Asam eikosanoat C20H40O2 0.3 Sumber: Ed Champbell (1999) seperti yang dikutip Rona (2005)
Tabel 2. Sifat Fisika Minyak Jarak.
Sifat Fisika Nilai
Visositas, 25 OC, mm2/s 615 − 790 Flash point, Cleveland open cup 285 tag close cup 230 Tegangan permukaan, mN/m 39 20 OC 39 80 OC 35.2 Nilai asetat 144 - 150 Rotasi optik (polarimeter, 200 nm) + 7.5 − 9 Titik tuang, OC −23 Koefisien ekspansi, mL/C 0.00066 Sumber: Naughton, 1974
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
25
III.2.3 Pelumas.
Pelumas dibuat dari minyak dasar (base oil) ditambah aditif
dengan perbandingan tertentu, sesuai spesifikasi yang diinginkan. Bahan
aditif yang ditambahkan bukan berasal dari minyak bumi, melainkan
bahan kimia yang dapat berfungsi meningkatkan kualitas, sehingga
pelumas yang dihasilkan dapat melayani pelumasan pada mesin atau
peralatan sesuai dengan spesifikasinya (M.Djauhar Jasin, 2003).
Bahan dasar pelumas adalah salah satu produk minyak bumi yang
termasuk pada fraksi destilat berat, yang mempunyai kisaran titik didih di
atas 300oC (572o F). Menurut HEPPLE (1967) bahan dasar pelumas
adalah fraksi minyak bumi dengan atau tanpa aditif yang mempunyai
kisaran titik didih antara 380o C – 550o C dan digunakan untuk maksud
pelumasan.
Sebelum ditemukannya minyak bumi dan teknologi pengolahannya,
bahan dasar pelumas berasal dari lemak hewan dan minyak tumbuhan,
akan tetapi pada saat ini yang umum dikenal sebagai minyak lumas dasar
adalah yang berasal dari hasil pengolahan minyak bumi.
Berdasarkan bahan dasarnya pelumas dapat dibagi menjadi tiga
jenis yaitu :
♦ Bahan yang berasal dari hewan contoh: lemak sapi, lemak
kambing dan lain sebagainya.
♦ Bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan contohnya:
minyak jarak, minyak kelapa dan lain-lain.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
26
♦ Bahan yang berasal dari mineral, yang disebut bahan
tambang seperti minyak bumi. Bahan ini sering dipakai
sebagai bahan dasar pelumas yang diperoleh dari fraksi
beratnya.
Minyak mineral merupakan bahan yang paling banyak dipakai
sebagai bahan dasar pelumas, hal ini disebabkan pelumas mineral
memiliki kekuatan geser yang rendah, memberikan perlindungan terhadap
korosi dan beberapa keuntungan lain, seperti harganya yang relatif lebih
murah dan mudah bercampur dengan bahan aditif yang ditambahkan,
yang berguna untuk meningkatkan kualitas dan unjuk kerjanya.
III.2.4 Fungsi Pelumas.
Menurut M. Djauhar Jasin (2003), setiap jenis pelumas yang
digunakan pada suatu mesin, selalu mempunyai fungsi atau peranan lebih
dari satu. Secara umum pelumas mempunyai beberapa fungsi utama
diantaranya :
♦ Mengurangi gesekan
Berkurangnya gesekan karena pelumas dapat dijelaskan sebagai
berikut: Jika kita hendak menggeser suatu benda di atas suatu
permukaan yang kasar, maka akan diperlukan tenaga yang
besar agar benda tersebut dapat bergerak, tetapi jika benda
tersebut terletak di atas cairan maka dengan tenaga yang
relatif kecil benda itu dapat digeser.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
27
♦ Mengurangi keausan
Kerusakan yang terjadi pada mesin yang dilumasi, umumnya
disebabkan oleh tiga mekanisme yaitu: abrasi, korosi dan kontak
antara logam dengan logam. Kerusakan abrasi disebabkan oleh
partikel-partikel padat, baik yang berupa logam maupun yang
bukan logam. Partikel ini dihilangkan dengan cara dialirkan ke
dalam filter atau didispersi oleh kandungan aditif deterjen,
sedangkan bahan yang menimbulkan korosi dihilangkan dengan
aditif anti oksidasi (Antioksidan) atau aditif anti korosi. Untuk
menghindari terjadinya kerusakan akibat kontak antar logam, maka
di dalam pelumas perlu ditambahkan aditif yang disebut sebagai
aditif tekanan ekstrim (Extreme Pressure).
♦ Menurunkan Suhu
Pelumas yang dapat menurunkan suhu hanyalah pelumas dalam
bentuk cair atau fluida. Pelumas dalam bentuk semi padat seperti
gemuk tidak dapat digunakan sebagai penurun suhu.
♦ Sebagai Isolasi
Fungsi lain dari pelumas adalah sebagai isolator. Pelumas disini
tidak saja digunakan sebagaimana umumnya melumasi mesin,
tetapi juga dapat melumasi peralatan listrik.
♦ Membentuk sekat
Setiap jenis pelumas mempunyai viskositas atau kekentalan
tertentu. Nilai viskositas tergantung pada kondisi mesin atau
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
28
peralatan dimana pelumas itu digunakan. Jika suatu sistem pada
mesin atau peralatan menggunakan pelumas dengan viskositas
yang lebih rendah dari spesifikasinya, maka pelumasnya akan
merembes keluar jika mesin itu beroperasi, dan sebaliknya agar
tidak merembes keluar, maka diharuskan menggunakan pelumas
dengan viskositas yang sesuai.
♦ Membersihkan kotoran
Dalam operasi mesin, minyak lumas juga dapat berfungsi sebagai
pembersih kotoran yaitu kotoran-kotoran yang berasal dari luar
maupun dari logam-logam yang terkikis. Hal ini terjadi karena
dalam minyak lumas terdapat aditif deterjen.
III.2.5 Jenis-jenis Pelumas.
Jenis pelumas dapat dibedakan berdasarkan bahan dasar (base
oil), bentuk fisik, dan tujuan penggunaan. Ada pelumas dari minyak nabati
dan hewani, ada pula pelumas dari minyak bumi, ada pelumas yang
encer, ada pula pelumas yang kental. Ada pelumas untuk temperatur
rendah dan ada pula pelumas untuk temperatur tinggi, dan masih banyak
lagi pelumas untuk kondisi kerja tertentu yang dihadapi.
(www.tips_info2_otomotif.htm)
Pembagian pelumas berdasarkan bentuk fisiknya:
a. Minyak lumas
b. Gemuk lumas
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
29
c. Padatan lumas
Pembagian minyak lumas berdasarkan bahan dasarnya:
a. Pelumas dari bahan nabati
b. Pelumas dari bahan hewani
c. Pelumas sintesis
Pembagian minyak lumas berdasarkan penggunannya:
a. Pelumas kendaraan (otomotif)
b. Pelumas industri
c. Pelumas perkapalan
d. Pelumas penerbangan, dll.
III.2.6 Gemuk Lumas (lubricating grease).
Menurut Rico (2007) yang dikutip dari buku Automotive Lubricants
Reference Book, gemuk lumas merupakan pelumas dalam bentuk
setengah padat (semi solid) tetapi lembut. Masyarakat mengenal jenis
pelumas ini dengan sebutan gemuk atau vaselin. Gemuk lumas dibuat
dari minyak lumas dasar yang diberi tambahan pengental (thickening
agent). Ada dua tipe utama dari bahan pengental (thickening agent) yang
biasa dipergunakan, yaitu metalic soap dan non soap. Tipe metalic soap
dipakai pada sebagian besar gemuk lumas.
Bentuk setengah padat dari gemuk lumas ini merupakan dispersi
sabun dalam minyak. Bahan untuk membuat gemuk lumas, dapat juga
digunakan minyak sintetis maupun minyak nabati sebagai pengganti
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
30
minyak mineral, ditambah bahan kimia lainnya untuk menjaga supaya
tidak terjadi pemisahan antara minyak dan sabun.
Tujuan utama penggunaan gemuk lumas adalah untuk
memperpanjang umur pemakaian komponen yang dilumasi. Gemuk lumas
dipakai untuk melumasi komponen mesin yang bergerak.
Ada beberapa alasan mengapa kita memerlukan gemuk lumas,
karena gemuk lumas mempunyai beberapa sifat yang tidak dapat
dilakukan oleh minyak lumas. Beberapa alasan digunakannya gemuk
lumas untuk melumasi bagian mesin adalah sebagai berikut. :
♦ Gemuk lumas memiliki karakteristik fisik yang memadai untuk
dapat diterapkan di dalam tugasnya melayani mesin.
♦ Gemuk lumas dapat bersifat sebagai penyekat (seal) untuk
menahan masuknya kotoran dan air.
♦ Gemuk lumas dapat menahan kebocoran dan penetesan
pelumas dari permukaan yang dilumasi.
♦ Gemuk lumas dapat memberi perlindungan permukaan yang
dilumasi dari terjadinya korosi.
♦ Gemuk lumas dapat memberikan perubahan tahanan pada
kerja mekanis yang diterima permukaan yang dilumasi.
Ditinjau dari perbedaan antara penggunaan gemuk lumas dan
minyak lumas dalam melumasi mesin, gemuk lumas tampak lebih
ekonomis dibandingkan minyak lumas. Hal ini karena beberapa alasan,
yaitu :
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
31
♦ Melumasi dengan menggunakan gemuk lumas tidak perlu untuk
sering menggantinya.
♦ Dalam menjalankan tugas, gemuk lumas juga berfungsi sebagai
penyekat untuk menahan masuknya kotoran dan debu ke dalam
bantalan.
♦ Penetesan dan penyemprotan tidak terjadi pada pelumasan yang
menggunakan gemuk lumas sebagai pelumasnya.
♦ Gemuk lumas dapat melekat lebih baik pada permukaan logam yang
dilumasi dibandingkan minyak lumas .
♦ Gemuk lumas lebih cocok digunakan pada beberapa kondisi kerja
yang ekstrim, seperti suhu tinggi, tekanan tinggi, kecepatan rendah,
adanya beban kejutan dari bantalan yang beroperasi dengan kondisi
mesin yang berjalan atau berhenti dan berputar balik berulang kali.
Di samping banyak keuntungan yang diperoleh dengan
menggunakan gemuk lumas pada mesin, terdapat pula beberapa segi
yang merugikan yang tidak dapat dihindari. Gemuk lumas pada
kenyataannya bukan bahan yang baik untuk digunakan sebagai media
pendingin. Sebaliknya, minyak lumas merupakan bahan pendingin yang
baik digunakan pada sistem pendinginan pada mesin. Selain itu, gemuk
lumas juga memiliki beberapa kekurangan lainnya yaitu pada saat
pengisian dan penggantiannya yang sulit. Cara memberi gemuk lumas
pada bagian mesin adalah dengan menggunakan bedil gemuk (grease
gun).
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
32
Karena banyaknya jenis gemuk lumas yang beredar di pasaran,
penggunaan gemuk lumas harus disesuaikan dengan perangkat yang
akan dilumasi. Apalagi setiap gemuk lumas memiliki kemampuan kerja
yang berbeda. Gemuk lumas khusus untuk sasis misalnya, harus memiliki
spesifikasi tahan terhadap air, kotoran, tekanan, dan goncangan. Hal ini
disebabkan sasis mobil selalu berhubungan dengan kotoran, debu, dan
lumpur.
III.2.7 Komposisi Gemuk Lumas.
Struktur umum komposisi gemuk lumas terdiri dari minyak lumas
dasar (base oil), bahan pengental, bahan tambahan (additif), bahan
pengisi, zat warna dan parfum. Struktur umum komposisi dari gemuk
lumas dapat dilihat pada Gambar 4.
Minyak Lumas Dasar (Base
Oils)
Minyak Mineral
Pengental (Thickener)
Bahan tambahan(Additif)
Zat Warna
dan parfum
Bahan pengisi (Filler)
Gemuk lumas (Grease)
Minyak Sintetis
Minyak Nabati
Sabun (Soap) Non-Soap
Lemak Asam lemak
Garam Alkali (Alkali Salt)
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
33
Gambar 4. Komposisi Gemuk Lumas
Minyak Lumas Dasar (Base Oil).
Untuk membuat gemuk lumas, diperlukan minyak lumas dasar
(base oil) yang akan dicampurkan dengan sabun atau bahan
thickener. Komposisi terbesar pada gemuk lumas terletak pada
base oil-nya. Minyak mineral merupakan minyak yang paling
umum digunakan sebagai base oil. Bahan yang berasal dari
mineral, yang disebut bahan tambang seperti minyak bumi.
Contoh minyak mineral yang biasa digunakan dalam
pembuatan gemuk lumas adalah ISO 220 mineral base oil, HVI
650, HVI 95 dan lain-lain.
Pengental (Thickener).
Bahan pengental dalam gemuk lumas adalah bahan yang
terdiri dari partikel-partikel halus yang didispersikan ke dalam
minyak dasar (base oil) untuk membentuk struktur produk gemuk
lumas. Ada dua macam jenis bahan pengental yang digunakan
dalam pembuatan gemuk lumas, yaitu :
a. Pengental sabun (Soap thickener)
Soap thickener dapat dibuat dengan mereaksikan asam
lemak atau lemak dan alkali hidroksida.
• asam lemak (fatty acids), fats yang digunakan contohnya
berasal dari castor oil (minyak jarak), palm oil (minyak
palem), coconut oil dsb.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
34
• Alkali hidroksida yang digunakan contohnya adalah
NaOH, KOH, LiOH, Al(OH)3, Ca(OH)2 dsb.
Reaksi antara asam lemak dengan alkali hidroksida tersebut
dikenal dengan proses “saponifikasi”. Proses ini dikerjakan
dengan mereaksikan satu jenis atau lebih lemak atau asam
lemak tersebut di atas dengan hidroksida logam
menghasilkan sabun (soap).
b. Pengental bukan sabun (Non-Soap thickener)
Contohnya adalah silika gel, clay dsb.
Bahan pengental gemuk dan sifat-sifatnya dapat dilihat pada
tabel 3.
Tabel 3. Bahan Pengental Gemuk dan Sifatnya.
Pengental Struktur Dropping point (0C)
Temperatur kerja
Maks.(0C)
Sifat lainnya
Sabun Sodium
Fibrous 177 93 – 135 Tahan karat, ketahanan air tinggi, sifat temperatur rendah buruk.
Sabun calsium Simple
Complex
Halus
Halus, butterly
132 – 143
> 232
119
149
Ketahanan air yg baik Sifat EP yang baik, ketahanan air yang baik.
Sabun Lithium Simple
Halus
199
163
Ketahanan air yang baik. Stabilitas
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
35
Complex
Halus, agak lengket
>232
177
mekanikal yang baik. Sama seperti diatas.
Aluminium Complex
Halus, gel > 232 149 Tahan air, stabilitas shear dan pemompaan yang baik.
Clay Halus >260 149 Non drop, sangat tahan air, marginal shear stability.
Polyurea Tidak transparan, agak buram
>232 177 Tahan oksidasi dan air.
Bahan Tambahan (Additif).
Selain tersusun oleh minyak lumas dasar (base oil) dalam
gemuk lumas juga terdapat senyawa-senyawa yang sengaja
ditambah untuk meningkatkan mutu atau kinerja gemuk lumas yang
disebut sebagai bahan additif. Banyak jenis additif digunakan di
dalam membuat gemuk lumas. Additif yang ditambahkan ke dalam
gemuk lumas mempunyai bermacam-macam tujuan, yang pada
dasarnya untuk memperbaiki karakteristik sifat kimia fisika yang
dimiliki gemuk lumas secara alamiah, ataupun menambahkan
karakteristik sifat kimia fisika yang baru, sehingga gemuk lumas
yang dihasilkan dapat menjalankan fungsinya sebagai pelumas
pada mesin sesuai dengan spesifikasinya. (Pakan, T.S. 1991)
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
36
Untuk dapat menghasilkan kinerja yang optimal pada
pelumasan, additif dalam gemuk lumas harus memiliki beberapa
sifat umum, yaitu :
♦ kelarutan, mudah larut di dalam minyak dasar mineral atau
minyak dasar sintetis.
♦ Stabil dalam waktu yang lama.
Bahan additif harus mempunyai derajat kestabilan yang tinggi
terhadap temperatur pada saat penyimpanan, serta harus
tahan terhadap hidrolisis sehingga tidak terjadi dekomposisi.
♦ Dapat bercampur dengan bahan additif lain.
♦ Sifat penguapannya rendah.
Penguapan zat additif harus rendah, sehingga saat
pencampuran pada suhu tinggi, additif tidak akan mengalami
penguapan. Bila terjadi penguapan maka akan mengakibatkan
penurunan konsentrasi dan efektivitas additif tersebut.
♦ Aktivitas additif harus terkendali.
Additif yang digunakan harus bekerja secara efektif dan
terkendali pada jangkauan suhu operasi mesin yang dilumasi
dan dilindungi.
♦ Tidak memiliki bau yang merangsang.
♦ Additif harus memiliki sifat multiguna sehingga dapat
mengurangi jumlah pemakaian beraneka ragam additif pada
minyak lumas dasar.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
37
Beberapa contoh dari additif yang biasa digunakan dalam
pembuatan gemuk lumas, yaitu :
a. Antioksidan
Tujuan utama penambahan additif antioksidan adalah
mencegah dekomposisi karena oksidasi. Antioksidan atau biasanya
disebut penghindar oksidasi adalah additif yang biasa digunakan
dan harus dipilih untuk memenuhi persyaratan menjadi gemuk
lumas tertentu. Tujuan sebenarnya dari penghindar oksidasi ini
adalah melindungi gemuk selama penyimpanan, terutama selama
penggunaan. Dalam pemakaiannya, gemuk lumas sering kontak
langsung dengan udara, logam dan bahan kimia lain yang bersifat
katalisator, sehingga pada temperatur tinggi memungkinkan
terjadinya oksidasi. Hasil oksidasi yang akan terbentuk seperti
peroksida-peroksida. Senyawa tersebut akan bereaksi dengan
logam mengakibatkan terjadinya korosi dan keausan pada mesin.
Hampir semua gemuk serba guna (multipurpose grease) dan
gemuk yang dirancang khusus bekerja pada suhu tinggi
mengandung penghindar oksidasi untuk memperpanjang usia
penggunaannya dan memperpanjang interval waktu pemberian
gemuk lumas. Jenis-jenis additif anti oksidan seperti logam dialkali
ditiopospat, amin aromatik, dan alkil fenol.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
38
b. Metal Deactivator
Untuk melawan aktivitas katalitik tembaga dan logam lainnya
yang dapat mempercepat terjadinya oksidasi, digunakan metal
deactivator. Jenis senyawa additif metal deactivator adalah
senyawa organik kompleks yang mengandung nitrogen atau sulfur,
amina, sulfida dan phospit. Senyawa tersebut membentuk lapisan
tipis pada permukaan logam dengan cara membentuk senyawa
kompleks dengan ion logam.
c. Anti karat dan anti korosi (Rust and Corrosion Inhibitor)
Zat additif ini mencegah korosi dan karat pada bagian metal
yang bersentuhan dengan pelumas. Jenis senyawa zat additif ini
yaitu :
Logam ditiofosfat, khususnya zine diorgano ditiofosfat. Rumus
molekulnya sebagai berikut :
RO S
P
RO S-M
Logam ditiokarbamat, khususnya zine ditiokarbamat. Rumus
umumnya adalah sebagai berikut :
R S
N C S M
R
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
39
Sulfurized terpene seperti sulfurized dipentene
Phosphor sulfurized terpene
Senyawa tersebut teradsorpsi pada permukaan logam
membentuk pelindung dan menetralkan asam korosif. Lapisan
pelindung yang terbentuk harus dapat melekat kuat pada
permukaan logam, sehingga tidak mudah dilepaskan oleh deterjen
atau dispersan yang terdapat dalam gemuk lumas.
Pada kondisi yang sangat basah atau korosif, kinerja hampir
semua gemuk dapat ditingkatkan dengan additif penghindar karat.
Hampir semua gemuk lumas berkualitas tinggi yang dapat
digunakan serba bisa (multipurpose) mengandung penghindar
korosi dan karat.
d. Additif Tekanan Ekstrem (Extreme Pressure)
Additif tekanan ekstrem (TE) adalah additif yang dapat memberi
tambahan perlindungan terhadap beban kejut pada gemuk lumas,
menurunkan gesekan dan keausan, mencegah goresan pada
permukaan logam. Additif TE ini merupakan ikatan organik yang
mengandung satu atau lebih unsur seperti sulfur, halogen
(khususnya klor), fosfor dan karboksilat. Additif TE dapat bekerja
karena bereaksi dengan permukaan logam membentuk lapisan
selaput garam logam atau sabun yang dapat melekat kuat pada
permukaan logam tersebut. Lapisan yang terbentuk tersebut
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
40
bersifat sebagai peredam (shock absorber), sehingga pada saat
terjadi kontak antar logam, maka proses keausan dapat dihindari.
Gambar 5. Ikatan Aditif TE dengan Permukaan Logam
e. Pour Point Depressant.
Kandungan parafin dalam pelumas dapat menyebabkan
terbentuknya kristal pada suhu rendah. Additif Pour Point
Depressant ini memungkinkan gemuk lumas tidak membeku pada
suhu rendah. Kandungan paraffin pada pelumas akan
menyebabkan terbentuknya kristal pada suhu rendah. Additif Pour
Point Depressant akan teradsorpsi pada kristal sehingga mencegah
pertumbuhan kristal selanjutnya. Contoh additif Pour Point
Depressant adalah polimetekrilat, poliakrilamida dan vinil
karboksilat-dialkil fumarat kopolimer.
f. Deterjen.
Deterjen merupakan additif yang memberikan kemampuan
mengurangi timbulnya deposit atau endapan karbon dan kotoran
lainnya yang berasal dari ruang pembakaran maupun bagian mesin
lainnya yang beroperasi pada suhu tinggi. Jenis-jenis additif
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
41
deterjen diantaranya adalah Fenat dan Sulfonat. Fenat merupakan
garam normal dan garam basa dari alkil fenol sulfida, dan alkil fenol
aldehida, yang merupakan hasil kondensasi. Rumus umumnya
adalah :
Keterangan : R = radikal.
Me = logam.
Sulfonat merupakan senyawaan garam normal dan garam basa
dari petroleum sulfonat yang mempunyai rantai panjang dari alkil
yang mensubstitusi benzen sulfonat. Rumus umumnya adalah :
R SO3 Me SO3 R
Bahan Pengisi (filler)
Bahan yang sering digunakan untuk bahan pengisi adalah
grafit, molibdenum disulfida, oksida logam dan karbon hitam Bahan
Pengisi (filler) pada gemuk lumas tidak selamanya dilakukan.
Sekarang banyak terjadi penurunan dalam penggunaan bahan
pengisi. Walaupun demikian bahan pengisi yang tepat dapat
meningkatkan kinerja gemuk untuk berbagai macam kondisi. Grafit
biasanya cukup untuk membantu meminimalkan terjadinya kontak
antar logam dan keausan. Molibdenum disulfida atau disingkat
dengan moly sangat terkenal sebagai pengisi gemuk. Kelebihan
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
42
gemuk dengan pengisi moly ini untuk konsentrasi lebih dari 3%
memberikan perlindungan dengan cara mempertahankan selaput di
saat gemuk lumas sulit dijaga. Zinc dan magnesium oksida telah
digunakan dalam proses industri makanan. Warnanya yang lembut
dan kemampuannya menetralisasikan asam adalah keistimewaan
utamanya. Untuk mendapatkan kinerja yang terbaik, oksida ini
harus dilarutkan dalam gemuk dengan menggiling. Untuk pengisi
carbon black memiliki sifat penebalan pada gemuk yang digunakan.
Zat Warna dan Parfum
Kebanyakan zat warna yang dipakai oleh gemuk lumas adalah
hijau, jingga, merah dan kuning yang larut dalam base oil. Contoh
zat warna yang dapat digunakan dalam pembuatan gemuk lumas
adalah oil soluble analin colour. Gemuk lumas juga memakai
bermacam-macam parfum maupun campurannya.
III.2.8 Jenis Gemuk Lumas.
Menurut Caines, A.J. dan R.F. Haycock dalam bukunya yang
berjudul Automotive Lubricant Reference Book, dilihat dari bahan dasar
sabun yang dipergunakan, secara umum gemuk lumas dapat digolongkan
dalam jenis-jenis sbb :
a) Gemuk Sabun Lithium.
Gemuk ini diproduksi dan dikembangkan pada masa Perang
Dunia II. Awalnya, jenis gemuk ini harganya masih sangat mahal.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
43
Kini, gemuk sabun lithium ini telah dipergunakan secara luas,
bukan saja di kapal terbang, melainkan sudah merambah ke dalam
industri ataupun otomotif. Harganya pun sudah tidak lagi mahal.
Gemuk sabun lithium ini mempunyai sifat lembut, berbentuk seperti
mentega, mempunyai titik lebur tinggi sekitar 199°C.
b) Gemuk Sabun Kalsium.
Gemuk sabun kalsium atau gemuk lime merupakan gemuk
lumas pertama yang diproduksi secara besar-besaran. Gemuk
sabun kalsium dalam melayani operasi mesin, umumnya memiliki
titik lebur sekitar 80°C sampai 90°C. Sampai saat ini produksi
gemuk lumas sabun kalsium berjumlah kurang lebih separuh dari
semua gemuk lumas yang diproduksi. Menurut sejarahnya, sudah
lebih lima puluh tahun jenis gemuk lumas ini digunakan orang untuk
melumasi bantalan dengan memberikan penurunan gesekan pada
mesin industri dan otomotif. Jenis gemuk lumas ini memiliki
beberapa keuntungan, yaitu dapat dimodifikasi, jika perlu dengan
menambahkan additif seperti additif tekanan ekstrem, harganya
yang tidak mahal dan ketahanannya terhadap air atau kedap air.
Gemuk lumas jenis ini bentuk sabunnya memiliki serat yang sangat
kecil dibandingkan dengan serat sabun gemuk lumas lainnya,
sehingga jenis gemuk lumas ini mempunyai sifat halus dan lembut.
Sifat yang halus memberi pengaruh kepada gemuk yang dapat
membantu dalam menghidupkan mesin dengan putaran lambat.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
44
Selain itu, dengan sifat ini gemuk lumas lebih mudah didistribusikan
dalam sirkuit gemuk lumas yang ada pada mesin.
c) Gemuk Sabun Natrium.
Sifat unggul yang dimiliki gemuk sabun natrium dibandingkan
dengan gemuk sabun kalsium adalah suhu titik leburnya yang lebih
tinggi. Gemuk sabun natrium suhu titik leburnya sekitar 177°C atau
350°F. Pengaruh gemuk sabun natrium memiliki titik lebur yang
lebih tinggi adalah memberikan peluang yang lebih besar untuk
digunakan pada bidang yang lebih luas lagi. Akan tetapi,
penggunaan gemuk jenis ini mempunyai kelemahan yaitu
mempunyai sifat mudah mengikat atau mengisap air. Gemuk sabun
natrium ini mengabsorpsi air dan membentuk emuisi minyak di
dalam air (M/A). Dengan keadaan ini, daya proteksinya menjadi
terbatas.
d) Gemuk sabun campuran ( Complex grease).
Gemuk lumas jenis ini dibuat dari campuran sabun di atas.
Dengan tujuan untuk mendapatkan kinerja yang lebih baik. Gemuk
lumas jenis ini memiliki nilai dropping point di atas 232°.
III.2.9 Sifat Sifat Fisik Gemuk Lumas.
a. Penetrasi.
Pengukuran penetrasi menggunakan alat khusus yaitu yang
dinamakan one quarter scale cone equipment. Penetrasi dilakukan
untuk menentukan tingkat kekerasan gemuk lumas. Seperti halnya
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
45
kekentalan untuk pelumas, untuk gemuk dinyatakan dengan
kekerasan, pengelompokannya ditentukan oleh National
Lubricating Grease Institute (NLGI). NLGI adalah tingkat kekerasan
gemuk lumas setelah Work Penetration pada suhu 25 ± 0.5oC.
Seperti terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Klasifikasi Batasan Penetrasi Worked.
Kekerasan gemuk lumas dibagi menjadi 9 tingkat kekerasan,
dari tingkat kekerasan NLGI 000 sampai tingkat kekerasan NLGI 6.
Makin besar angka NLGI, makin keras gemuk lumas tersebut.
b. Dropping point.
Dropping point adalah suhu pada saat pengental gemuk
lumas (sabun) mulai mencair. Dropping point digunakan untuk
kontrol kualitas dan pengenalan gemuk lumas. Dropping point tidak
NLGI Batasan Penetrasi Worked ( 25oC )
000 445 – 475
00 400 – 430
0 355 – 385
1 310 – 340
2 265 – 295
3 220 – 250
4 175 – 205
5 130 – 160
6 85 – 115
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
46
menunjukkan batasan maksimum suhu kerjanya, pada umumnya
suhu kerja gemuk lumas jauh lebih dari Droping point-nya.
c. Pengujian Semi Unjuk Kerja Pencegahan Keausan Gemuk
Lumas Metode Four Ball Wear.
Pengujian semi unjuk kerja Pencegahan Keausan Gemuk
Lumas sesuai dengan ketentuan ASTM D 2266 untuk
pengukuran karakteristik minyak lumas gemuk pada pencegahan
keausan dengan aplikasi gesekan antara baja dengan baja.
Metode uji ini mencakup ketentuan karakteristik minyak lumas
gemuk mengenai pencegahan keausan relatif pada kondisi uji
tertentu. Ketentuan ini tidak dimaksudkan untuk menentukan
karakteristik pencegahan keausan relatif pada metal kombinasi
selain metal baja.
III.2.10 Metode Pengujian.
Metode pengujian pada percobaan ini dilakukan berdasarkan
American Society for Testing and Materials (ASTM), yang meliputi uji
penetrasi, uji dropping point dan uji semi unjuk kerja Pencegahan
Keausan Gemuk Lumas metode Four Ball.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
47
a. Pengujian Cone Peneration.
• Gambar Alat
Gambar 6. Penetrasi Cone
• Metode
Metode ASTM D 217 “Standard test method for cone penetration
of lubricating grease”.
• Alat
Cone Penetrometer
Termometer
• Cara Kerja
Persiapan Percontoh
1. Diisi kotainer percontoh gemuk sampai penuh dan ratakan
permukaannya dengan peralatan yang tersedia.
2. Jika percontoh terlihat mengandung cairan yang tidak
homogen dengan percontoh, diaduk secara perlahan sampai
homogen. Perhatian: Jangan lakukan agitasi pada percontoh
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
48
karena dapat mempengaruhi hasil, khususnya pada penetrasi
”Unwork”.
Prosedur Uji Penetrasi Unwork
1. Dikondisikan percontoh di dalam kontainer pada suhu 25 ±
0.5oC.
2. Diletakkan kontainer pada posisi yang tepat ( posisi center )
3. Ditekan tombol “Release“ dan dorong plunger dan Cone ke
posisi paling atas. Kemudian lepaskan tombol Release.
4. Ditekan tombol “Start“ dan Cone akan jatuh dengan bebas ke
bawah dan penetrasi ke dalam gemuk selama 5 detik.
5. Hasil angka penetrasi secara digital dalam sepersepuluh
milimeter akan terbaca.
6. Dibuat tiga ketentuan dan hitung rata-ratanya.
7. Hasil rata-rata adalah hasil uji Unwork Penetration.
Prosedur Uji Penetrasi Work
1. Dikocok percontoh dengan alat grease worker sebanyak 60
double stroke permenit.
2. Dikondisikan percontoh di dalam kontainer ke suhu 25 ±0.5oC.
3. Setelah mencapai 25 ± 0.5oC, diposisikan kontainer pada
posisi yang tepat ( posisi center )
4. Ditekan tombol “Release“ dan dorong plunger dan Cone ke
posisi paling atas. Kemudian dilepaskan tombol Release.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
49
5. Ditekan tombol “Start“ dan Cone akan jatuh dengan bebas ke
bawah dan penetrasi ke dalam gemuk selama 5 detik.
6. Hasil angka penetrasi secara digital dalam sepersepuluh
milimeter akan terbaca.
7. Dibuat tiga ketentuan dan hitung rata-ratanya.
Hasil rata-rata adalah hasil uji Work Penetration.
b. Pengujian Dropping Point
• Gambar Alat
Gambar 7. Dropping Point
• Metode
Metode ASTM D 566 “Standard test Method for dropping point of
lubricating grease”.
• Alat
1. Grease cup, sebuah cup brass lapis chromium.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
50
2. Tabung uji, dari gelas transparan tahan panas, panjang 100−103
mm, diameter 11,1−11,7 mm.
3. Termometer, dua buah dengan batasan −5 sampai 300oC, ASTM
2C/IP 62C.
4. Penangas minyak 400 mL, pemegang termometer, dua tutup
gabus, batang metal poles.
5. Minyak penghantar panas dengan titik nyala jauh di atas
temperatur operasi maksimum.
6. Plat pemanas listrik yang dilengkapi pengatur panas sampai ±
400oC.
• Cara Kerja
1. Diisi cup dengan percontoh sampai penuh.
2. Dimasukkan batang metal ke bagian atas cup dan putar sambil
ditekan, agar percontoh merata pada dinding cup.
3. Dimasukkan cup ke dalam tabung uji.
4. Dimasukkan termometer bersama gabusnya pada tabung uji.
5. Dimasukkan pasangan tabung uji, termometer dan cup percontoh
pada penangas minyak.
6. Dimasukkan termometer pada penangas minyak. Perhatikan
bahwa kedalaman bulb termometer pada penangas minyak
adalah sama dengan bulb termometer pada tabung uji.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
51
7. Dihidupkan pengaduk penangas minyak dan panaskan dengan
kecepatan 4 sampai 7OC, sampai suhu mencapai kira-kira 17OC
di bawah dropping point gemuk.
8. Pada tahap ini kecepatan pemanasan diturunkan sehingga
perbedaan temperatur antara tabung uji dengan penangas
minyak dipertahankan 1 – 2 OC.
9. Pada saat gemuk yang mencair jatuh dari cupnya, dicatat kedua
pembacaan termometer dan dihitung rata-rata nya. Ini adalah
dropping point dari grease percontoh sesuai ASTMD 566.
10. Dibuat dua kali pengujian. Repeatability pada pengujian ini adalah
perbedaan 7OC pada dua kali pengujian.
c. Pengujian Four Ball
• Gambar Alat
Gambar 8. Four Ball
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
52
• Metode
Metode ASTM D 2266 untuk pengukuran karakteristik minyak
lumas gemuk pada pencegahan keausan dengan aplikasi
gesekan antara baja dengan baja.
• Alat
1. Alat uji Mesin Four Ball (lihat gambar ).
Gambar 9. Alat Uji Scientific Four Ball
2. Mikroskop dengan skala pengukur yang terkalibrasi dengan
ketelitian 0.01 mm dan mampu untuk mengukur diameter luka
goresan yang dihasilkan pada ketiga bola stasioner. Akan lebih
effisien untuk mengukur luka goresan tanpa melepas ketiga bola
stasioner dari pemegangnya.
3. Timer, graduasi per sepuluh detik.
4. Bola uji, chrome alloy steel, standar AISI baja No. E-52100,
diameter 12,7 mm (0,5 inci), grade 25 EP (Extra Polish).
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
53
• Kondisi Pengujian
Bola uji harus diuji pada kondisi berikut
Temperatur 75 ± 2oC
Kecepatan 1200 ± 60 rpm
Durasi 60 ± 1 menit
Beban 40 ± 0,2 kgf
• Persiapan Peralatan
1. Diatur putaran 1200 ± 60 rpm.
2. Diatur alat uji pada temperatur uji 75 ± 2oC.
3. Diatur timer otomatis alat uji 60 ± 1 menit.
4. Mekanisme beban harus di-balans ke NOL dengan semua
bahan uji dan peralatan terpasang. Untuk menguji balans,
tambahkan atau kurangi alat balans dengan 0.2 kgf dan kondisi
imbalans akan terlihat. Beri beban 40 ± 0.2 kgf.
• Cara Kerja
1. Dibersihkan empat bola uji baru, pot bola dan pasangan chuck-
nya dengan pelarut Stoddard dan kemudian dengan n-Heptane
ASTM, yang mana tidak membuat lapisan tipis melekat pada
bola uji. Alat pembersih Ultrasonic dapat dipakai untuk
membersihkan. Jangan memakai pelarut chlorinated karena
dapat mempengaruhi hasil uji.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
54
2. Dipasang salah satu dari bola uji yang sudah dibersihkan ke
dalam ball chuck. Pasang chuck pada spindel alat uji dan
kencangkan sesuai rekomendasi pembuat alat.
3. Ditaruh sedikit gemuk lumas uji pada cup bola yang cukup untuk
mengisi celah-celah kosong dan bagian bawah cup bola.
Masukkan ketiga bola uji ke dalam cup bola dan jepit ketiga bola
tersebut dengan mengencangkan baut penguncinya dengan
tangan dan kemudian dengan kunci torsi alat four ball yang
tersedia sekeras 50 ± 5 ft.lb.
4. Gemuk lumas uji dilapiskan secara menyeluruh pada bola uji
yang berada di chuck dan juga di cup sampai ketinggian rata
dengan baut pengunci.
5. Ditaruh cup bola uji yang berisi ketiga bola uji dan gemuk lumas
uji pada alat uji four ball. Hindari pembebanan kejut dengan cara
menaikkan beban secara perlahan.
6. Setelah mencapai beban yang diinginkan, dihidupkan alat
pengontrol temperatur dan atur ke temperatur uji 75 ± 2 oC.
7. Pada saat temperatur uji telah tercapai, langsung start timer dan
motor penggerak yang telah diatur kecepatannya 1200 ± 60
rpm.
8. Setelah motor penggerak berputar selama 60 ± 1 menit,
dimatikan heater (alat pemanas) dan motor penggerak dan
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
55
buka cup bola uji dan pasangannya (Awas – panas, hati-hati
pada penanganan bagian cup bola uji dan pasangannya).
9. Diukur diameter luka gores (scar diameter) pada ketiga bola uji
dengan ketelitian 0.01 mm dengan metode ASTM D 2266.
III.3 Percobaan
Dasar dari percobaan pembuatan gemuk (lubricating grease)
adalah proses penyabunan. Pada percobaan ini asam lemak yang
digunakan adalah 12-Hidroksi Asam Stearat dan Lithium Hidroksida
sebagai basa. Setelah terbentuk sabun Lithium Stearat baru kemudian
didispersikan ke dalam minyak jarak yang digunakan sebagai bahan dasar
(base oil).
III.3.1 Alat dan Bahan
1) Beaker glass 100 mL, 250 mL, 500 mL, 1000 mL.
2) Termometer
3) Hot Plate
4) Automatic Stirrer
5) Neraca Analitik
6) 12-Hidroksi Asam Stearat
7) Lithium Hidroksida
8) Antioksidan
9) Minyak Jarak
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
56
10) Emulsifier CMC dan Arabic Gum
11) Aquades dan etanol
III.3.3 Cara Kerja
Percobaan 1
Komposisi (skala 300 g)
- LiOH = 7,5% x 300 g = 22,5 g
- 12-HAS = 7,5% x 300 g = 22,5 g
- Minyak jarak = 85% x 300 g = 255 g
Prosedur
1. Ditimbang LiOH sebanyak 22,5 g dan dimasukkan ke dalam
beaker glass 500 mL.
2. Ditambahkan 12-HAS dalam beaker glass.
3. Ditambahkan minyak jarak sedikit demi sedikit.
4. Diaduk dengan automatic stirrer pada kondisi suhu 40 oC,
kecepatan 500 rpm selama 1,5 jam.
Percobaan 2
Komposisi (skala 100 g)
- LiOH = 2% x 100 g = 2 g
- 12-HAS = 10% x 100 g = 10 g
- Antioksidan = 0,2% x 100 g = 0,2 g
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
57
- Air = 5% x 100 g = 5 g
- Minyak jarak = 82,8% x 100 g = 82,8 g
Prosedur
1. Ditimbang LiOH sebanyak 2 g ke dalam beaker glass 250 mL.
2. Dilarutkan dengan air sambil diaduk sampai LiOH larut.
3. Ditambahkan LiOH yang telah dilarutkan dalam air ke dalam
minyak jarak.
4. Ditambahkan 12-HAS dan antioksidan.
5. Diaduk secara manual pada suhu 40-50 oC selama 30 menit.
Percobaan 3
Komposisi (skala 500 g)
- LiOH = 7,5% x 500 g = 37,5 g
- 12-HAS = 7,5% x 500 g = 37,5 g
- Antioksidan = 0,2% x 500 g = 1 g
-Minyak jarak = 84,8% x 500 g = 424 g
Prosedur
1. Ditimbang 37,5 g 12-HAS dalam beaker glass 1000 mL.
2. Dipanaskan diatas hot plate sampai mencair/meleleh.
3. Dimasukkan minyak jarak ke dalam lelehan 12-HAS.
4. Diaduk dengan automatic stirrer pada suhu 40-50 oC.
5. Ditambahkan 37,5 g LiOH dan 1 g antioksidan ke dalam minyak
jarak.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
58
6. Diaduk dengan automatic stirrer pada suhu 40-50 oC selama 2
jam.
Percobaan 4
Komposisi (skala 500 g)
- LiOH = 5% x 500 g = 25 g
- 12-HAS = 10% x 500 g = 50 g
- Antioksidan = 0,2% x 500 g = 1 g
- Minyak jarak = 84,8% x 500 g = 424 g
Prosedur
1. Ditimbang 50 g 12-HAS dimasukkan ke dalam beaker glass
1000 mL.
2. Dipanaskan 12-HAS diatas hot plate pada suhu 80-90 oC
sampai mencair.
3. Ditambahkan minyak jarak sedikit demi sedikit ke dalam lelehan
12-HAS dan diaduk.
4. Ditambahkan LiOH kemudian diaduk kembali.
5. Ditambahkan antioksidan dan diaduk dengan automatic stirrer
pada suhu 40-50 oC selama 1,5 jam.
Percobaan 5
Komposisi (skala 500 g)
- LiOH = 1/4 x 15% x 500 g = 18,75 g
- 12-HAS = 3/4 x 15% x 500 g = 56,25 g
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
59
- Antioksidan = 0,2% x 500 g = 1 g
- Minyak jarak = 84,8% x 500 g = 424 g
Prosedur
1. Ditimbang 56,25 g 12-HAS ke dalam beaker glass 1000 mL.
2. Dipanaskan diatas hot plate pada suhu 80-90 oC sampai
mencair.
3. Dimasukkan 1/2 bagian minyak jarak.
4. Diaduk dengan automatic stirrer.
5. Dimasukkan lagi sisa 1/2 bagian minyak jarak.
6. Ditambahkan LiOH dan antioksidan.
7. Diaduk dengan automatic stirrer selama 1,5 jam pada suhu 40-
50 oC.
Percobaan 6
Komposisi (skala 100 g)
- LiOH = 1,20% x 500 g = 1,20 g
- 12-HAS = 8,20% x 500 g = 8,20 g
- Antioksidan = 0,2% x 500 g = 0,2 g
- Etanol = 5% x 500 g = 5 g
- Minyak jarak = 85,40% x 500 g = 85,40 g
Prosedur
1. Ditimbang 1,2 g LiOH dalam beaker glass 100 mL.
2. Ditambahkan 5 g etanol ke dalam beaker glass.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
60
3. Diaduk sampai LiOH larut.
4. Ditimbang minyak jarak dan antioksidan dalam beaker glass 250
mL dan dipanaskan pada suhu 40-50 oC selama 30 menit.
5. Ditimbang 8,2 g 12-HAS dan dipanaskan diatas hot plate
sampai mencair.
6. Dimasukkan LiOH yang telah dilarutkan dengan etanol ke dalam
12-HAS.
7. Diaduk dengan automatic stirrer sampai terbentuk Li-stearat.
8. Dimasukkan minyak jarak dan antioksidan yang telah
dipanaskan ke dalam Li-stearat.
9. Diaduk dengan automatic stirrer selama 2 jam pada suhu 40-50
oC.
Percobaan 7
Komposisi (skala 500 g)
- LiOH = 1,20% x 500 g = 41 g
- 12-HAS = 8,20% x 500 g = 6 g
- Antioksidan = 0,2% x 500 g = 1 g
- HVI 650 = 3/4 x 90,4% x 500 g = 339 g
- HVI 95 = 1/4 x 90,4% x 500 g = 113 g
Prosedur
1. Ditimbang 339 g HVI 650 dan 113 g HVI 95 dalam beaker glass
1000 mL.
2. Diaduk sampai dengan homogen.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
61
3. Ditambahkan Antioksidan dan LiOH ke dalam campuran mineral
oil tersebut.
4. Diaduk selama 1 jam pada suhu 40-50 oC.
5. Ditimbang 12-HAS dan dipanaskan diatas hot plate sampai cair.
6. Dimasukkan mineral oil yang telah dipanaskan ke dalam 12-
HAS yang telah mencair.
7. Diaduk dengan automatic stirrer selama 3 jam, suhu 40-50 oC.
Percobaan 8
Komposisi (skala 100 g)
- LiOH = 3,75% x 100 g = 3,75 g
- 12-HAS = 11,25% x 100 g = 11,25 g
- Antioksidan = 0,2% x 100 g = 0,2 g
- CMC = 5% x 100 g = 5 g
- Minyak jarak = 79,8% x 100 g = 79,8 g
Prosedur
1. Ditimbang 11,25 g 12-HAS dalam beaker glass 250 mL dan
dipanaskan diatas hot plate hingga mencair.
2. Ditimbang 79,8 g minyak jarak dan dipanaskan pada suhu 40-50
oC.
3. Ditambahkan 3,75 g LiOH dan 0,2 gr antioksidan ke dalam
minyak jarak.
4. Campuran minyak jarak tersebut dimasukkan ke dalam lelehan
12-HAS.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
62
5. Ke dalam campuran tersebut ditambahkan 5 g CMC.
6. Diaduk kembali dengan automatic stirrer pada suhu 40-50 oC
selama 1 jam.
Percobaan 9
Komposisi (skala 100 g)
- LiOH = 3,75% x 100 g = 3,75 g
- 12-HAS = 11,25% x 100 g = 11,25 g
- Antioksidan = 0,2% x 100 g = 0,2 g
- Arabic Gum = 1% x 100 g = 1 g
- Minyak jarak = 83,5% x 100 g = 83,5 g
Prosedur
1. Ditimbang 83,5 g minyak jarak dalam beaker glass 250 mL.
2. Ke dalam minyak jarak tersebut ditambahkan 0,2 g antioksidan
dan 1 g arabic gum.
3. Dipanaskan diatas hot plate selama 1 jam pada suhu 40-50 oC.
4. Ditambahkan 3,75 g LiOH ke dalam minyak jarak yang
dipanaskan tersebut.
5. Campuran minyak jarak tersebut dimasukkan ke dalam 12-HAS
yang telah dicairkan pada suhu 80-90 oC.
6. Diaduk dengan automatic stirrer selama 1 jam pada suhu 40-50
oC.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
63
Percobaan 10
Komposisi (skala 100 g)
- LiOH = 1,20% x 100 g = 1,20 g
- 12-HAS = 8,20% x 100 g = 8,20 g
- Antioksidan = 0,2% x 100 g = 0,20 g
- Minyak jarak = 90,4% x 100 g = 90,4 g
Prosedur
1. Ditimbang 8,20 g 12-HAS dalam beaker glass 250 mL.
2. Dipanaskan diatas hot plate sampai mencair.
3. Setelah 12-HAS mencair ditambahkan LiOH sedikit demi
sedikit sambil terus diaduk.
4. Dimasukkan minyak jarak dan antioksidan yang sebelumnya
dipanaskan terlebih dahulu pada suhu 40-50 oC selama 1 jam.
5. Diaduk dengan automatic stirrer selama 2 jam pada suhu 40-
50 oC.
Percobaan 11
Komposisi (skala 500 g)
- LiOH = 1,20% x 500 g = 6 g
- 12-HAS = 8,20% x 500 g = 41 g
- Antioksidan = 0,2% x 500 g = 1 g
- Minyak jarak = 90,4% x 500 g = 452 g
Prosedur
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
64
1. Ditimbang 452 g minyak jarak dan dimasukkan ke dalam beaker
glass 1000 mL.
2. Ditambahkan antioksidan dan LiOH ke dalam minyak jarak.
3. Diaduk dengan automatic stirrer pada suhu 40-50 oC selama 1
jam.
4. Ditimbang 41 g 12-HAS dan dipanaskan diatas hot plate
sampai mencair.
5. Dimasukkan minyak jarak yang telah dipanaskan ke dalam 12-
HAS yang telah mencair.
6. Diaduk dengan automatic stirrer pada suhu 40-50 oC selama 3
jam.
Percobaan 12
Komposisi (skala 100 g)
- 12-HAS = 10,60% x 100 g = 10,60 g
- LiOH = 1,50% x 100 g = 1,50 g
- Antioksidan = 0,2% x 100 g = 0,2 g
- Minyak jarak = 87,70% x 100 g = 87,70 g
Prosedur
1. Ditimbang minyak jarak ke dalam beaker glass 250 mL.
2. Ditambahkan antioksidan dan LiOH ke dalam minyak jarak.
3. Diaduk dengan automatic stirrer pada suhu 40-50 oC selama 50
menit.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
65
4. Dipanaskan 12-HAS diatas hot plate pada suhu 80-90 oC
sampai mencair.
5. Dimasukkan minyak jarak yang telah dipanaskan ke dalam 12-
HAS yang telah mencair.
6. Diaduk selama 2 jam pada suhu 40-50 oC.
III.4 Hasil Analisis
Hasil formulasi pembuatan gemuk lumas dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil Percobaan Pembuatan Gemuk Lumas
Penetrasi (per 0,1mm)
Percobaan Dropping Point (oC)
Unwork Work
Four Ball (mm)
1 Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
2 Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
3 53 oC 352 351 353
351 353 355
Tidak dilakukan
4 177,5 oC 297 297 299
312 310 309
Tidak dilakukan
5 55 oC 286 287 282
286 280 282
Tidak dilakukan
6 115 oC Tidak dilakukan Tidak dilakukan
7. 76 oC 329 327 326
315 317 318
586,5167 µm 0,5865 mm
8 110,5 oC Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
66
9 55 oC Tidak dilakukan Tidak dilakukan
10 114,5 oC Tidak dilakukan Tidak dilakukan
11 48 oC 305 306 305
308 308 311
597,75 µm 0,5977 mm
12 63 oC Tidak dilakukan Tidak dilakukan
III.5 Pembahasan
• Percobaan 1
Percobaan 1 merupakan awal dari percobaan pembuatan
gemuk, dimana pada proses pembuatannya semua komponen
langsung dimasukkan secara bersamaan. Pada percobaan ini
gemuk yang dihasilkan berwarna kuning muda, gemuk tidak
bercampur antara minyak jarak dengan LiOH dan 12-HAS. Selain
itu terdapat butiran-butiran yang tidak larut (tidak campur) dari LiOH
dan 12-HAS. Hal ini mengindikasikan bahwa proses penyabunan
belum terjadi. Ini dapat terjadi karena baik itu LiOH maupun 12-
HAS keduanya dalam bentuk kristal dan padatan sehingga
memerlukan perlakuan terlebih dahulu agar terbentuk sabun lithium
stearat.
• Percobaan 2
Pada percobaan 2, penambahan air dimaksudkan untuk
melarutkan LiOH. Penambahan air sebanyak 5% tidak dapat
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
67
melarutkan semua LiOH. Gemuk yang dihasilkan pada percobaan
ini berwarna putih, cukup kental dan terlihat lebih homogen. Pada
bagian atas gemuk ini masih terdapat air, hal ini menjadi kendala
karena seperti yang kita tahu bahwa pelumas tidak boleh
mengandung air dan untuk menghilangkan air tersebut perlu
dilakukan pemanasan pada suhu titik didih air, sedangkan pada
percobaan ini bahan dasar yang dipakai adalah minyak jarak
dimana minyak jarak ini tidak boleh dipanaskan lebih dari 60 oC
karena minyak jarak dapat teroksidasi membentuk asam-asam
organik dan peroksida.
• Percobaan 3
Pada percobaan 3, perbandingan LiOH dan 12-HAS yang
ditambahkan untuk pembuatan sabun lithium stearat adalah 1:1.
Pada percobaan ini proses penyabunan terjadi pada saat minyak
jarak dimasukkan ke dalam 12-HAS yang telah mencair dan
ditambahkan LiOH. Gemuk yang dihasilkan berwarna kuning muda
dan memiliki kekentalan berkisar antara NLGI 0 dan NLGI 1. Nilai
dropping point yang didapat masih rendah yaitu 53 oC. Hasil ini
menujukkan proses penyabunan belum berlangsung dengan baik
karena apabila sabun lithium stearat sudah terbentuk dan bersatu
dengan minyak jarak maka nilai dropping point yang seharusnya
dari sabun lithium stearat adalah 190 oC.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
68
• Percobaan 4
Percobaan 4 hampir sama dengan percobaan 3, hanya pada
percoban 4 perbandingan antara LiOH dan 12-HAS adalah 1:2. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan gemuk yang dihasilkan
dengan komposisi yang berbeda. Dari hasil percobaan didapat
gemuk yang terbentuk lebih kental daripada percobaan 3, hal ini
ditunjukkan dengan gemuk memiliki nilai NLGI 1. Pada percobaan
ini nilai dropping point yang diperoleh mengalami kenaikan drastis
yaitu 177,5 oC. Nilai dropping point ini hampir mendekati nilai
dropping point yang sebenarnya dari sabun lithium stearat, hal ini
menunjukkan bahwa proses dispersi sabun ke dalam minyak jarak
telah berjalan dengan baik.
• Percobaan 5
Percobaan 5 hampir sama dengan percobaan 3 dan 4, hanya
pada percobaan 5 ini perbandingan LiOH dan 12-HAS yang
digunakan untuk pembuatan sabun Lithium stearat adalah 1:3.
Prosedur yang digunakan sama seperti pada percobaan 3 dan 4
dimana proses penyabunan berlangsung pada saat minyak jarak
dimasukkan ke dalam lelehan 12-HAS dan ditambahkan LiOH.
Gemuk yang diperoleh memiliki kekentalan NLGI 2. Dari
percobaan ini diketahui bahwa semakin banyak 12-HAS yang
digunakan maka gemuk yang dihasilkan akan semakin kental. Nilai
dropping point yang diperoleh pada percobaan ini yaitu 55 oC. Dari
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
69
data ini menunjukkan bahwa proses penyabunan maupun proses
dispersi sabun lithium stearat belum berjalan dengan baik.
• Percobaan 6
Sama seperti pada percobaan 2, pada percobaan ini
ditambahkan etanol yang bertujuan untuk melarutkan LiOH. Pada
percobaan, etanol yang digunakan untuk melarutkan LiOH tidak
dapat melarutkan semua LiOH. Setelah LiOH dilarutkan dalam
etanol kemudian dimasukkan ke dalam 12-HAS, kemudian diaduk
maka akan terbentuk lithium stearat. Pada proses pemanasan dan
pengadukan ini kita harus dapat memastikan bahwa etanol yang
digunakan untuk melarutkan LiOH harus sudah menguap
semuanya. Pada saat penambahan minyak jarak ke dalam lithium
stearat jangan sampai lithium stearat yang terbentuk mengeras,
karena hal ini akan menyulitkan proses pengadukan yang
menyebabkan produk gemuk yang dihasilkan mengandung butiran-
butiran yang cukup besar dari lithium stearat yang tidak bercampur
dengan minyak jarak sebagai bahan dasar.
• Percobaan 7
Pada percobaan ini akan dibuat gemuk dari campuran mineral
oil HVI 650 dan HVI 95 dengan perbandingan 3:1. Perbandingan
3:1 bertujuan agar kekentalan mineral oil yang dibuat mendekati
kekentalan minyak jarak. Pada percobaan gemuk yang dibuat dari
mineral oil ini sangat mudah mengeras pada suhu rendah sehingga
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
70
dalam proses pengadukannya suhu pemanasan perlu
dipertahankan diatas 100oC. Gemuk yang dihasilkan berwarna
cokelat, terlihat seperti ada gelembung udara dalam gemuk namun
cukup homogen. Adanya gelembung udara pada gemuk
disebabkan karena adanya kontak antara lithium hidroksida dengan
udara sehingga pada proses pembuatan gemuk perlu dilakukan di
suatu wadah/tangki tertutup untuk menghindari terjadinya kontak
dengan udara. Nilai dropping point yang diperoleh adalah sebesar
76 oC, nilai ini masih jauh dari nilai standar sabun lithium stearat
yang seharusnya mencapai 190 oC. Hal ini mengindikasikan bahwa
proses penyabunan belum berlangsung dengan baik. Dari hasil uji
penetrasi, gemuk yang dihasilkan memiliki nilai NLGI 1. Pada
percobaan ini juga dilakukan uji semi unjuk kerja pencegahan
keausan metode Four Ball untuk mengetahui tingkat goresan
gemuk pada suatu logam metal, dari uji Four Ball didapat hasil
586,5167 µm atau 0,5865 mm.
• Percobaan 8
Pada percobaan ini, gemuk yang dibuat ditambahkan
emulsifier CMC (Carboxy Methyl Cellulose). Penambahan
emulsifier CMC ini bertujuan untuk meningkatkan kestabilan
gemuk, karena pada percobaan-percobaan sebelumnya gemuk
yang dihasilkan tidak stabil baik dari teksur maupun keketalannya
dan memiliki nilai dropping point rendah. Oleh karena itu
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
71
penambahan emulsifier CMC ini bertujuan untuk memperbaiki
segala kekurangan dari gemuk yang dibuat. Hasil gemuk yang
diperoleh pada percobaan ini, gemuk terlihat kurang homogen
namun mampu menaikkan dropping point menjadi 110,5 oC.
Walaupun nilai dropping point ini masih dibawah standar namun
sudah menunjukkan adanya suatu peningkatan.
• Percobaan 9
Pada percobaan 9, pembuatan gemuk dilakukan dengan
menambahkan emulsifier arabic gum. Penambahan arabic gum ini
sama seperti pada percobaan 8, dimaksudkan untuk meningkatkan
kestabilan gemuk, baik dalam bentuk, tekstur, maupun
kekentalannya. Namun setelah dilakukan percobaan, gemuk yang
didapat masih memiliki nilai dropping point yang rendah yaitu
sebesar 55 oC, selain itu gemuk yang dihasilkan memiliki bentuk
yang kurang baik. Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa
emulsifier jenis arabic gum tidak berfungsi dengan baik karena tidak
dapat meningkatkan kestabilan gemuk atau mungkin disebabkan
karena emulsifier ini tidak cocok digunakan untuk pembuatan
gemuk lumas.
• Percobaan 10
Pada percobaan 10, sabun lithium stearat dibuat terlebih
dahulu, dimana setelah 12-HAS mencair pada suhu 80-90 oC
kemudian ditambahkan LiOH dan diaduk sambil dipanaskan
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
72
sampai terbentuk lithium stearat. Yang perlu diperhatikan disini
adalah pada saat penambahan minyak jarak, minyak jarak yang
akan ditambahkan ke dalam 12-HAS harus dipanaskan terlebih
dahulu sampai suhunya 40-50 oC. Selain itu hindari mengerasnya
sabun lithium stearat pada saat penambahan minyak jarak karena
apabila hal ini terjadi maka akan menyulitkan proses pengadukan.
Gemuk yang dihasilkan pada percobaan berwarna putih, cukup
homogen, dan memiliki nilai dropping point 114 oC, hasil ini
menunjukkan proses penyabunan telah terjadi namun proses
dispersi sabun ke dalam minyak jarak masih belum sempurna, hal
ini ditunjukkan dengan bentuk gemuk yang cair.
• Percobaan 11
Pada percobaan ini, 12-HAS dipanaskan terlebih dahulu
sampai mencair baru kemudian ditambahkan minyak jarak yang
sudah dipanaskan dan didalamnya ditambahkan LiOH dan
antioksidan. Jadi pada percobaan ini, proses penyabunan
berlangsung pada saat semua bahan bercampur. Gemuk pada
percobaan ini memiliki bentuk yang sangat baik, cukup homogen
dan kental. Gemuk ini memiliki kekentalan antara NLGI 1 dan NLGI
2, namun gemuk ini tidak stabil karena setelah beberapa hari
kekentalannya berkurang dan terdapat butiran-butiran lithium
stearat yang keluar dari gemuk. Gemuk ini juga memiliki nilai
dropping point yang rendah yaitu 48 oC, hal ini menunjukkan proses
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
73
penyabunan yang belum berjalan dengan baik. Pada percobaan ini
juga dilakukan uji semi unjuk kerja pencegahan keausan metode
Four Ball untuk mengetahui tingkat goresan gemuk pada suatu
logam metal, dari uji Four Ball didapat hasil 597,75 µm atau 0,5977
mm.
• Percobaan 12
Pada percobaan 12, gemuk yang dihasilkan berwarna kuning
muda, memiliki bentuk yang sangat baik. Namun gemuk ini memiliki
dropping point yang rendah yaitu sebesar 63 oC.
Berdasarkan rangkaian percobaan yang telah dilakukan,
gemuk yang dibuat dengan bahan dasar minyak jarak dan pengental
sabun lithium stearat, dilihat dari nilai dropping point dan kestabilannya
belum memenuhi spesifikasi untuk digunakan sebagai gemuk lumas untuk
industri ataupun gemuk lumas untuk otomotif. Nilai dropping point yang
rendah ini disebabkan karena belum terbentuknya sabun lithium stearat
sehingga apabila dilakukan uji dropping point maka yang menetes adalah
minyak jarak bukan dropping point dari pengental sabun lithium
stearatnya. Apabila sabun lithium stearatnya tidak terbentuk maka akan
mempengaruhi kekentalan dari gemuk lumas, bisa saja gemuk lumas itu
mengental tetapi bukan disebabkan karena sabun lithium stearat
melainkan berasal dari 12-HAS, karena 12-HAS apabila berada pada
suhu rendah akan membeku akibatnya gemuk yang tadinya stabil setelah
beberapa hari akan mengalami penurunan kekentalan dan keluarnya
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
74
butiran-butiran lithium stearat. Jadi hal yang harus diperhatikan pada
pembuatan gemuk lumas ini adalah proses penyabunan (saponifikasi).
Reaksi Penyabunan yang terjadi.
LiOH + CH3-(CH2)5-CHOH-(CH2)10-COOH C
O
C C CC C(CH
H)7
-H H
OH5
HH
H(C
H
H)O
=HH
H
L:i
HH
12-Hidroksi asam searat Litium stearat
Pada proses penyabunan ini harus diperhatikan kondisi temperatur,
pengadukan, lama pengadukan, dan dari literatur disebutkan bahwa
proses pembuatan gemuk lumas dengan basa lithium hidroksida ini
seharusnya dilakukan dalam suatu wadah/tangki tertutup untuk
menghindari adanya kontak dengan udara, karena apabila hal ini terjadi
maka akan terdapat gelembung udara dalam gemuk lumas yang
dihasilkan.
Proses pembuatan gemuk lumas ini sangat sensitif, bisa saja
dengan komposisi dan prosedur yang sama dihasilkan gemuk lumas yang
berbeda baik itu dari bentuk, kekentalan, maupun nilai dropping pointnya.
Oleh karena itu harus diperhatikan betul kondisi-kondisi yang dapat
mempengaruhi gemuk selama proses berlangsung. Dari percobaan juga
didapat bahwa gemuk yang dibuat tidak stabil, kekentalannya menurun
setelah beberapa hari, ini merupakan suatu indikasi belum terbentuknya
sabun lithium stearat. Pada percobaan, masalah ketidakstabilan ini dicoba
untuk diatasi dengan penambahan suatu emulsifier, Carboxy Mehyl
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
75
Cellulose (CMC) dan Arabic Gum. Penambahan CMC pada pembuatan
gemuk efektif menaikkan dropping point namun bentuk gemuk yang
dihasilkan kurang bagus. Sedangkan penambahan Arabic Gum tidak
memberikan pengaruh yang berarti karena tidak dapat memperbaiki nilai
dropping point maupun bentuk dari gemuk yang dihasilkan. Mungkin hal
ini disebabkan karena konsentrasi emulsifier yang ditambahkan kurang
atau emulsifier yang digunakan tidak cocok untuk mendispersi sabun
dalam minyak.
III.6 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, beberapa formula gemuk lumas
sudah menghasilkan gemuk lumas dengan NLGI 2 dan 3 yaitu percobaan
3, 4, 5, 6, dan 7, akan tetapi dropping pointnya belum mencapai nilai yang
sesuai dengan literatur yaitu 177 untuk gemuk lumas dengan bahan
pengental sabun lithium stearat. Hal ini kemungkinan disebabkan proses
penyabunan yang belum sempurna, sehingga dispersi sabun dalam
minyak belum optimal.
Untuk percobaan pembuatan gemuk selanjutnya, proses
penyabunan, kondisi operasi selama pembuatan gemuk meliputi
temperatur, kecepatan pengadukan, lama pengadukan, dan tempat/tangki
pengadukan harus diperhatikan. Demikian juga penambahan emulsifier
harus dicari jenis yang cocok, agar dapat berfungsi secara maksimal.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
76
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Hasil Praktik Kerja Lapangan
Selama Praktik Kerja Lapangan di Laboratorium Pelumas,
Kelompok Program Riset Teknologi Aplikasi Produk, PPPTMGB
LEMIGAS, banyak ilmu pengetahuan, wawasan, dan keterampilan yang
penulis peroleh. Disini penulis lebih mengenal tentang pelumas,
khususnya gemuk lumas, mulai dari cara pembuatannya, komposisi, aditif
yang digunakan, parameter yang diuji, pengoperasian alat untuk
melakukan pengujian serta merencanakan formulasi gemuk lumas
IV.2 Manfaat Praktik Kerja Lapangan
Penulis memiliki pengalaman bekerja secara mandiri serta
memahami fungsi dan peranan seorang analis kimia pada suatu instansi
atau perusahaan. Selain itu melatih penulis untuk lebih bertanggung jawab
terhadap tugas dan kewajiban serta membina penulis untuk dapat
bekerjasama antar personil.
IV.3 Saran
Saran yang ingin disampaikan penulis, untuk mendapatkan gemuk
yang memenuhi spesifikasi perlu dilakukan variasi formulasi dan prosedur
lain, proses pengadukan perlu dilakukan di suatu wadah yang tidak ada
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
77
kontak dengan udara, lebih memperhatikan temperatur pada saat
pembuatan gemuk berlangsung agar dihasilkan gemuk sesuai dengan
yang diinginkan.
Semoga kerja sama antara PPPTMGB LEMIGAS dengan
Departemen Kimia khususnya Program Studi D3 Kimia Terapan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia tetap
terjalin dengan baik sehingga PPPTMGB LEMIGAS dapat terus menerima
mahasiswa Program Studi D3 Kimia Terapan FMIPA UI untuk dapat
melakukan Praktik Kerja Lapangan sehingga syarat kelulusan program
diploma dapat terpenuhi.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
78
DAFTAR PUSTAKA
1. American Society for Testing and Materials [ASTM]. 2004. ASTM and
Other Specifications and Classifications for Petroleum Products
and Lubricants Volume 05.01. Philadelphia : ASTM
2. Caines, A.J. dan R.F. Haycock. 1996. Automotive Lubricants
Reference Book. USA : Society of Automotive Engineers Inc.
3. Pakan, T.S. 1991. Gemuk Pelumas (Grease). PPPTMGB “LEMIGAS”.
Jakarta.
4. S.Ketaren, 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan.
Jakarta; UI-Press.
5. Jasin, M Djauhar. 2003. Landasan Teori Pelumas. Jakarta : PPPTMGB
“LEMIGAS”.
6. Karina, Rona Malam. 2005. Stabilisasi Oksidasi Castor Oil Sebagai
Minyak Lumas Dasar [tesis]. Depok : Program Pasca Sarjana
Bidang Ilmu Teknik Universitas Indonesia.
7. Richo, 2007. Laporan Praktik Kerja Lapangan PPPTMGB ‘LEMIGAS”.
Depok: FMIPA UI.
8. Mayasari, Selfi.2007. Laporan Praktik Kerja Lapangan PPPTMGB
“LEMIGAS”. Depok: FMIPA UI.
9. Departemen Teknologi Pertanian. 2005. Proses Pembuatan Minyak
Jarak sebagai Bahan Bakar Alternatif. Medan: Fakultas
Pertanian USU.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
79
10. Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat. 2002.
Pengembangan Teknologi Pengolahan Castor Oil sebagai
Bahan Baku Pelumas: Institut Teknologi Bandung.
11. http://id.wikipedia.org/wiki/jarak_ pohon.
12. http://id.wikipedia.org/wiki/minyak_jarak.
13. http://id.wikipedia.org/wiki/asam_ ricinoleat.
14. http://id.wikipedia.org/wiki/lithium_hidroksida.
15. http://id.wikipedia.org/wiki/lithium stearat.
16. http://id.wikipedia.org/wiki/gemuk_ lumas.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
80
Daftar Lampiran
Lampiran 1. Gambar hasil uji semi unjuk kerja pencegahan keausan
metode Four Ball dari gemuk yang dibuat dari minyak jarak.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
81
Hasil Rata-Rata Goresan = 630,6+638,7+582,8+571,0+592,4+571,0
6 = 597,75 µm
= 0,5977 mm
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
82
Lampiran 2. Gambar hasil uji semi unjuk kerja pencegahan keausan
metode Four Ball dari gemuk yang dibuat dari mineral oil.
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
83
Hasil Rata-Rata Goresan = 601,9+580,6+582,8+590,3+573,2+590,3
6
= 586,5167 µm
= 0,5865 mm
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
84
LAMPIRAN 3. Struktur Organisasi Pusat Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Minyak Dan Gasa Bumi PPPTMGB
“LEMIGAS”
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Minyak dan Gas Bumi
“LEMIGAS
Bagian Tata Usaha Bidang Sarana Penelitian dan
Pengembangan
Bidang Program Bidang Afiliasi Kelompok
Jabatan
Fungisional
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Sub Bidang Pengembangan
Sarana
Sub Bidang Penyiapan Rencana
Sub Bidang Afiliasi Jasa dan Teknologi
Sub Bagian Keuangan dan Rumah Tangga
Sub Bidang Pengoperasian
Sarana
Sub Bidang analisis dan Evaluasi
Sub Bidang Informasi dan
Publikasi
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
85
Lampiran 4. Gambar Gemuk
Percobaan 1
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
86
Percobaan 2
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
87
Percobaan 3
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
88
Percobaan 4
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
89
Percobaan 5
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
90
Percobaan 6
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
91
Percobaan 7
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
92
Percobaan 8
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
93
Percobaan 9
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
94
Percobaan 10
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
95
Percobaan 11
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.
96
Percobaan 12
Formulasi gemuk..., Reza Suraputra, FMIPA UI, 2008.