fraudulent financial reporting : pengujian teori...
TRANSCRIPT
FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING : PENGUJIAN TEORI FRAUD
PENTAGON PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2012-2016
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh:
Ema Herviana NIM. 1113082000034
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
i
FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING : PENGUJIAN TEORI FRAUD
PENTAGON PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2012-2016
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh:
Ema Herviana NIM. 1113082000034
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
ii
FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING : PENGUJIAN TEORI FRAUD
PENTAGON PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2012-2016
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Disusun oleh:
Ema Herviana
NIM. 1113082000034
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I
Yulianti, SE,. M.Si
NIP. 19820318 201101 2 011
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 10 April 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa/i:
1. Nama : Ema Herviana
2. NIM : 1113082000034
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Fraudulent Financial Reporting: Pengujian Teori
Fraud Pentagon pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2012-2016.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa/I tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 April 2017
1. Masrul Huda, SE,. M.Si. (_________________)
NIP. 19630506 201411 1 001 Penguji 1
2. Wilda Farah, SE, M.Si., AK., CA., CPA (___________________)
NIP.19830326 200912 2 005 Penguji 2
iii
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini hari, tanggal bulan tahun telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa/i:
1. Nama : Ema Herviana
2. NIM : 1113082000034
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Fraudulent Financial Reporting: Pengujian Teori Fraud
Pentagon pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) Periode 2012-2016.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa/I
tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 29 September 2017
1. Hepi Prayudiawan, SE, AK., MM (_________________)
NIP. 19720516 200901 1 006 Ketua Penguji
2. Yusar Sagara, SE., M.Si, AK, CA, CMA
NIDN. 2009058601
3. Yulianti, SE., M.Si (_________________)
NIP. 19820318 201101 2 011 Pembimbing
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah
ini,
Nama : Ema Herviana
No. Induk Mahasiswa : 1113082000034
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini
saya:
1. Tidak mengembangkan ide orang lain tanpa mampu
mengembangkan dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebut sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas
karya ini.
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan
melalui pembuktian yang dapat dipertangunggjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya
siap untuk dikenakan sanksi berdasarkan peraturan yang berlaku di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Agustus 2017
Ema Herviana
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Ema Herviana
2. Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 02 Juni 1995
3. Alamat : Kp. Pasir Tonjong RT. 03/05 Desa Jagabaya Kec.
Parungpanjang Kab. Bogor, Jawa Barat
4. Telepon : 085772793723
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SDN Jagabaya 01 Tahun 2001-2007
2. SMP Negeri 02 Parungpanjang Tahun 2007-2010
3. SMK PGRI 31 Legok Tahun 2010-2013
4. S1 Ekonomi Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013-2017
III. PENDIDIKAN NON FORMAL 1. Kursus Bahasa Inggris Happy English 2012
2. Kursus Bahasa Arab Latanza 2014
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Akuntansi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Periode 2015/2016.
2. Wakil Sekretaris Federasi Olahraga Mahasiswa (FORSA) UINSyarif
Hidayatullah Jakarta Periode 2015/2016.
3. Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Periode 2016/2017.
4. Bendahara Umum Federasi Olahraga Mahasiswa (FORSA) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Periode 2016/2017.
5. Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas ekonomi dan Bisnis UIn Syarif
Hidayatullah Jakarta Periode 2017/2018
V. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Seminar oleh Koperasi Mahasiswa (KOPMA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:
Menciptakan Entrepreneur yang sip dan Berperinsip, 2013.
2. Seminar Nasional oleh HMJ Akuntansi: Kredibilitas Seorang Akuntan Dalam
Menghadapi Perkembangan Perbankan Syariah Di Indonesia, 2014.
3. Workshop oleh Kementrian Keuangan RI: Sosialisasi Perkembangan Terkini
vii
Profesi Di Bidang Akuntansi Dan Ujian Sertifikasi Akuntansi (CA) dan Akuntan
Publik (CPA), 2015.
4. Seminar oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI): Inspiring Life of Accountant after
Graduation, 2015. Seminar Nasional oleh BEM FEB UMM: Meneropong
Strategi Pembangunan Ekonomi Indonesia Berkelanjutan, 2017.
5. Seminar Nasional oleh BEM FEB UIN Sunan Kalijaga: Strategi Pemuda Dalam
Menyongsong Bonus Demografi Untuk Menghadapi Era MEA Menuju
Kebangkitan Perekonomian Bangsa Indonesia, 2017.
6. Simposium Nasional oleh MPR RI: Sistem Perekonomian Untuk Mewujudkan
Kesejahteraan Sosial Sesuai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, 2017.
VI. KEPANITIAAN
1. Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) Jurusan Akuntansi
UIN Jakarta, sebagai Wakil Sekretaris, 2014.
2. Dialog Jurusan dan Konsentrasi HMJ Akuntansi, sebagai Ketua Pelaksana, 2014.
3. Dialog Konsentrasi dan Pengenalan Organisasi Akuntansi, sebagai Moderator,
2016
4. Kongres Ekonomi Umat oleh Majlis Ulama Indonesia (MUI) sebagai anggota
panitia, 2017.
VII. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Supardi
2. Ibu : Asiah
3. Anak ke : 2 dari 4 bersaudara
viii
FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING: PENTAGON FRAUD THEORY
TEST IN STATE OWNED ENTERPRISES THAT LISTED IN INDONESIAN
STOCK EXCHANGE PERIOD 2012-2016
ABSTRACT
This research examined the effect of financial stability, financial
target, external pressure, institutional ownership, ineffective monitoring,
change in auditors, change in directors, and frequency number of CEO’s
picture toward fraudulent financial reporting which listed in Indonesia Stock
Exchange during 2012-2016 period. The number of Stated Owned Enterprises
sample in this study were 17 companies with 5 years observation. Based on
purposive sampling method, the sample consisted of 85 financial statements
and annual reports. Hypotheses tested by logistic regression analytical
method.
This research showed that f i nanc ia l s tab i l i t y and ine f f e c t i v e
mon i tor ing had impact on fraudulent financial reporting. Financial target,
external pressure, institutional ownership, change in auditors, change in
directors, and frequency number of CEO’s picture had no impact on fraudulent
financial reporting.
.
Keywords: fraudulent financial reporting, fraud, and fraud pentagon theory
.
ix
FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING : PENGUJIAN TEORI FRAUD
PENTAGON PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2012-2016
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh financial stability,
financial target, external pressure, institutional ownership, ineffective
monitoring, change in auditor, pergantian direksi, dan frequent number of
CEO’s picture terhadap fraudulent financial reporting yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama periode 2012-2016. Populasi penelitian ini adalah
perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Total sampel dalam
penelitian ini adalah 17 perusahaan dengan 5 tahun penelitian. Dengan
menggunakan metode purposive sampling, terdapat 85 laporan keuangan dan
laporan tahunan. Hipotesis diuji dengan metode analitis regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa f i n a n c i a l s t a b i l i t y
d a n i n e f f e c t i v e m o n i t o r i n g b erpengaruh terhadap fraudulent
financial reporting. Financial target, external pressure, institutional
ownership, change in auditors, pergantian direksi, and frequent number of
CEO’s picture tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting.
Kata kunci: fraudulent financial reporting, fraud, dan fraud pentagon theory.
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Fraudulent Financial Reporting: Pengujian Teori Fraud Pentagon Pada Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Periode 2012-2016”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi
sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orangtuaku tercinta, Bapak dan Ummi yang tidak hentinya
melantunkan do’a, mencurahkan kasih sayang, semangat, dukungan, dan
perhatian kepada penulis. Terimakasih atas do’a, saran, didikan serta
nasehatnya sehingga membuat penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kakak dan adik-adik penulis Eva, Nurlita dan Parhan Munawi.
3. Keluarga besar penulis yang selalu memberikan dukungan dan do’a kepada
penulis.
4. Bapak Dr. Arief Mufraini, LC,. M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Yessi Fitri, SE,. M.Si., Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Hepi Prayudiawan SE., Ak,. MM. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih
atas bantuan dan saran dari bapak demi terselesaikannya skripsi ini.
7. Ibu Yulianti, SE,. M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia
meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan
xi
skripsi ini. Terima kasih atas semua saran yang ibu berikan selama selama
proses penulisan skripsi sampai terlaksananya sidang skripsi.
8. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada
penulis.
9. Teman-teman Akuntansi 2013 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu,
terima kasih atas semua persahabatan, do’a, dan motivasinya, terima kasih atas
perjuangan bersama kita di kampus demi menempuh gelar sarjana.
10. Teman-teman Akuntansi A 2013, terima kasih atas dukungan dan do’a kepada
penulis.
11. Sahabat seperjuangan Nia, Dh in i , V iv i dan Ifah , terima kasih atas
persahabatannya selama ini semoga kita akan selalu seperti ini, seperti sebuah
keluarga.
12. Teman-teman di HMJ Akuntansi terutama Fitri, Pepi, Dio, dan Fifi yang telah
bersama-sama memberikan pelajaran yang berharga selama di kampus.
13. Teman-teman di DEMA FEB terutama Barjun, Zekha dan Tama yang telah
bersama-sama memberikan pelajaran yang berharga selama di kampus.
14. Kakak-kakak senior Akuntansi terutama kepada Ka Alif, Ka Heru, Ka Umi,
Ka Nida, Ka Revan dan Ka Galih.
15. Adik-adik dari berbagai jurusan angkatan 2014-2016 yang telah menemani
penulis dan memberikan semangat kepada penulis.
16. Sahabat/I KOMFEIS yang telah memberikan banyak pelajaran, do’a dan
semangatnya.
17. Sahabat seperjuangan antar jurusan Winda, Acin, Danti, Puspa dan Lita atas
segala kontribusinya demi selesainya skripsi ini.
18. Keluarga Piknik yaitu Nurul Ihya, Fahri Haidar, Erwin Eko Cahyono, Anggi
Dastariana, Bagus Widiyanto, dan Ilqam Rahmadana atas doa, semangat dan
motivasinya terlebih khususnya piknik mendaki gunung untuk refreshing
sejenak dari segala kegiatan kampus.
xii
19. Penghuni kosan mama penguin atas do’a dan motivasinya.
20. Teman seperjuangan (Al, Badrus dan Dhini) dari mulai Ujian Komprehensif
hingga Sidang Skripsi, terima kasih atas semangat dan doanya.
21. Temen-teman KKN CASUARINA terimakasih atas kebersamaan yang
menjadikan cerita indah semasa kuliah
22. Semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu atas bantuannya
dalam terselesainya penyusunan skripsi ini. Semoga amal kebaikan kalian
semua dapat dibalas oleh Allah SWT.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, 3 Agustus 2017
Ema Herviana
xiii
DAFTAR ISI
COVER
COVER DALAM ................................................................................................... ii
SKRIPSI .................................................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ..................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ..................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. vi
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvii
BAB I ....................................................................................................................... 1
A.Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1
B.Perumusan Masalah ............................................................................................... 8
C.Tujuan Penelitian ................................................................................................... 9
D.Manfaat Penelitian ............................................................................................... 10
BAB II ................................................................................................................... 13
A.Tinjauan Literatur ................................................................................................ 13
1.Teori Agensi..................................................................................................... 13
2.Laporan Keuangan ......................................................................................... 14
3.Fraud ................................................................................................................ 17
4.Fraud Triangle Theory .................................................................................... 24
5.Fraud Diamond Theory ................................................................................... 26
6.Fraud Pentagon Theory .................................................................................. 29
B.Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ......................................................................... 31
C.Kerangka Berpikir ............................................................................................... 35
1.Pengaruh financial stability dalam mendeteksi fraudulent financial reporting 35
xiv
2.Pengaruh financial target dalam mendeteksi fraudulent financial reporting... 36
3.Pengaruh external pressure dalam mendeteksi fraudulent financial reporting 37
4.Pengaruh institutional ownership dalam mendeteksi fraudulent financial
reporting. ............................................................................................................. 38
5. Pengaruh Ineffective monitoring dalam mendeteksi fraudulent financial
reporting ………………………………………………………………………………...38
6. Pengaruh change in auditor dalam mendeteksi fraudulent financial reporting
…………………………………………………………………………………..39
7.Pengaruh pergantian direksi perusahaan dalam mendeteksi fraudulent financial
reporting .............................................................................................................. 39
8.Pengaruh frequent number of CEO’s picture dalam mendeteksi fraudulent
financial reporting ............................................................................................... 40
D. Hipotesis ............................................................................................................. 42
BAB III ................................................................................................................. 43
A.Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................... 43
B.Metode Penentuan Sampel .................................................................................. 43
C.Metode Pengumpulan Data .................................................................................. 44
D.Metode Analisis Data .......................................................................................... 45
E.Operasional Variabel ........................................................................................... 50
BAB IV .................................................................................................................. 60
A.Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................ 60
B.Hasil Uji Analisis Data Penelitian ....................................................................... 62
1.Hasil Uji Statistik Deskriptif............................................................................. 62
2.Hasil Uji Model Penelitian ............................................................................... 64
BAB V ................................................................................................................... 82
A.Kesimpulan .......................................................................................................... 82
B.Saran .................................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 85
LAMPIRAN .......................................................................................................... 88
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar. 1.1. Industry of Victim Organizations ............................................................ 5
Gambar. 2.1. Fraud Triangle ...................................................................................... 24
Gambar. 2.2. Fraud Diamond ..................................................................................... 27
Gambar. 2. 3. Fraud Pentagon ..................................................................................... 30
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel. 2.1. Penelitian Terdahulu ................................................................................. 31
Tabel. 3. 1. Rasio Keuangan Untuk Mengukur Beneish M-Score .............................. 52
Tabel. 3. 2. Operasional Variabel dan Pengukuran ..................................................... 58
Tabel. 4.1. Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria ................................................. 61
Tabel. 4.2. Daftar Nama Perusahaan ........................................................................... 61
Tabel. 4.3. Deskripsi Statistik ..................................................................................... 62
Tabel. 4.4. Identifikasi Data ........................................................................................ 65
Tabel. 4.5. Data yang Diproses ................................................................................... 65
Tabel. 4.6. Kelayakan Model Regresi ......................................................................... 66
Tabel. 4.7. Hasil Uji Menilai Keseluruhan Model ...................................................... 67
Tabel. 4.8. Hasil Uji Keseluruhan Model ................................................................... 68
Tabel. 4.9. Hasil Uji Koefisien Determinasi ............................................................... 69
Tabel. 4.10. Matriks Klasifikasi .................................................................................. 70
Tabel. 4.11. Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik ...................................................... 71
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Daftar Nama Sampel Penelitian ............................................................. 89
Lampiran 2: Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria .......................................... 89
Lampiran 3: Output Data SPSS dan Excel .................................................................. 90
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan menjadi salah satu bentuk alat komunikasi perusahaan
mengenai data keuangan atau aktivitas operasional perusahaan kepada para pengguna
informasi keuangan. Perusahaan dapat menunjukkan peningkatan eksistensi kinerja
mereka dalam kurun waktu tertentu melalui pelaporan keuangan (Chyntia, 2016).
Laporan keuangan akan berfungsi maksimal apabila disajikan sesuai dengan
unsur-unsur kualitatifnya, antara lain: mudah dipahami, andal, dapat dibandingkan
(comparable), dan relevan. Laporan keuangan disajikan kepada para pemegang
kepentingan (stakeholder) yaitu: pihak manajemen, karyawan, investor (holder),
kreditor, suplier, pelanggan, maupun pemerintah. Dalam Kerangka Dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI) disebutkan bahwa pemakai laporan keuangan meliputi investor, karyawan,
pemerintah serta lembaga keuangan, dan masyarakat. Kemudian dalam hal
pengambilan keputusan ekonomi laporan keuangan dipengaruhi banyak faktor, antara
lain: keadaan perekonomian, politik dan prospek industri. Komponen laporan
keuangan yang diterapkan di Indonesia sudah semakin komprehensif (Kennedy,
2014).
Tertuang dalam Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 mengenai
tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan,
kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
2
pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Namun terkadang
hasil kinerja yang tertuang dalam laporan keuangan lebih bertujuan untuk
mendapatkan kesan “baik” dari berbagai pihak. Dorongan atau motivasi untuk selalu
terlihat baik oleh berbagai pihak sering memaksa perusahaan untuk melakukan
manipulasi di bagian-bagian tertentu, sehingga pada akhirnya menyajikan informasi
yang tidak semestinya dan tentunya akan merugikan banyak pihak. Ada banyak celah
dalam laporan keuangan yang dapat menjadi ruang bagi manajemen dan oknum
tertentu untuk melakukan kecurangan (Fraud) pada laporan keuangan (Kennedy,
2014).
Kecurangan-kecurangan yang dilakukan perusahaan untuk memanipulasi laporan
keuangan sering disebut dengan fraud, dan praktik kecurangan pelaporan keuangan
itu tersendiri lebih dikenal dengan fraudulent financial reporting. Kecurangan
pelaporan keuangan merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja oleh
perusahaan untuk mengecoh dan menyesatkan para pengguna laporan keuangan,
terutama investor dan kreditor, dengan menyajikan dan merekayasa nilai material dari
laporan keuangan (Kennedy, 2014).
Praktik kecurangan pelaporan keuangan bukan merupakan hal yang asing lagi
bagi masyarakat. Banyak pihak yang merasa terugikan karena mereka mendapatkan
informasi yang tidak semestinya. Kerugian mungkin lebih dirasakan oleh para
investor karena keputusan yang mereka ambil sudah bersifat tidak rasional dan
berdampak terjadinya kegagalan mendapatkan return dari aktivitas investasi yang
dilakukan. Fraud tidak hanya akan merusak hubungan kepercayaan antara
3
manajemen dan investor, namun juga dapat mengotori nilai-nilai dari akuntansi itu
sendiri. Jajaran manajemen puncak tentu akan menjadi pihak yang paling dituntut
pertanggungjawabannya atas timbulnya situasi yang merugikan banyak pihak ini.
Proses audit yang berlangsung pada periode tersebut tentunya juga akan turut
dipertanyakan, mengapa auditor yang seharusnya mampu memberikan keyakinan atas
materialitas informasi dapat gagal mendeteksi adanya kecurangan (Chyntia, 2016).
Salah satu praktik kecurangan pelaporan keuangan yang menyerang sebuah
perusahaan teknologi dunia yang telah berdiri selama 140 tahun, Toshiba
Corporation. Kasus ini mulai terungkap sejak Juli 2015, Toshiba terbukti melakukan
penggelembungan laba sebesar 151,8 miliar yen atau setara dengan 1,22 miliar USD
dalam kurun waktu lima tahun. Hal ini cukup disayangkan oleh banyak pihak, tata
kelola perusahaan yang baik, reputasi perusahaan yang mumpuni ternyata belum
cukup membuat perusahaan sekelas Toshiba benar-benar bersih dari adanya fraud.
Kasus fraud yang dialami Toshiba berimbas pada mundurnya CEO Toshiba, Hisao
Tanaka dan disusul dua eksekutif senior lainnya (Chyntia, 2016).
Pada praktiknya fraud tidak hanya terjadi di perusahaan manufaktur saja. Banyak
sektor Pemerintahan yang dimana dalam penelitian ini akan membahas tentang Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang merupakan bagian didalam pemerintahan yang
juga mengalaminya. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Association of Certified
Fraud Examiner (ACFE) pada tahun 2014 menunjukkan fakta bahwa sektor
pemerintahan merupakan sektor yang kedua terbanyak mengalami kasus fraud
dibanding sektor-sektor yang lain. Hal ini turut dibuktikan dengan maraknya kasus
4
fraud yang terjadi di Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Kasus yang cukup populer
dan menarik perhatian adalah kasus fraud yang dilakukan oleh beberapa perusahaan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) salah satunya PT. Kimia Farma pada 31
Desember 2001 melaporkan laba bersih sebesar Rp. 132 Milyar, karena
mencurigakan akhirnya dilakukan audit ulang pada 3 Oktober 2002 dan hal ini
membuktikan bahwa telah terjadi kesalahan penyajian dengan cara melakukan
penggelembungan harga persediaan. Kasus lainnya yaitu PT. Kereta Api Indonesia
(KAI) juga memanipulasi data dalam laporan keuangan 2005 yang mencatat
keuntungan sebesar Rp. 6,9 milyar padahal rugi sebesar Rp. 63 milyar (Tempo,
2007). Kasus lainnya yaitu PT. Waskita Karya (Persero) pada tahun 2009 melakukan
kelebihan pencatatan (overstate) laba bersih pada laporan keuangan 2004-2007. Hal
ini terungkap ketika Direktur baru melakukan pemeriksaan kembali neraca dalam
rangka penerbitan saham perdana tahun sebelumnya. Menemukan kelebihan
pencatatan sekitar Rp. 400 miliar. Akibatnya penawaran saham Waskita hingga PT.
Perusahaan Pengelola Aset (persero) menyelesaikan restrukturisasi yang di
perkirakan memakan waktu selama dua tahun. PPA membutuhkan dana suntikan Rp.
200 Miliar untuk menyehatkan Waskita. Jika terbukti bersalah Direksi lama harus
mengembalikan semua keuntungan kepada negara (Tempo, 2009).
5
Gambar. 1.1.
Industry of Victim Organizations
Sumber : Association of Certified Fraud Examiner (2014)
Fraudulent financal reporting merupakan sebuah permasalahan yang tidak bisa
dianggap remeh. Dari tahun ke tahun selalu ditemukan kasus terjadinya fraud. Pada
permasalahan ini, peran profesi auditor sangat dibutuhkan untuk melakukan deteksi
sedini mungkin adanya fraud, sehingga dapat melakukan pencegahan terjadinya fraud
dan kemungkinan skandal yang berkepanjangan. Auditor harus dapat
mempertimbangkan kemungkinan terjadinya fraud dari berbagai perspektif, salah
6
satu teori yang sering digunakan untuk melakukan penaksiran terhadap fraud adalah
teori segitiga fraud (fraud triangle) yang dicetuskan oleh Cressey tahun 1953.
Cressey (1953) mengungkapkan bahwa kecurangan pelaporan keuangan terjadi selalu
diikuti oleh tiga kondisi, yaitu tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), dan
rasionalisasi (rationalization). Seiring dengan berjalannya waktu, terus terjadi
perkembangan akan teori fraud triangle yang dikemukakan oleh Cressey (1953).
Perkembangan pertama dikemukakan oleh Wolfe dan Hermanson pada 2004 dengan
fraud diamond theory, dalam teori ini menambahkan satu elemen kualitatif yang
diyakini memiliki pengaruh signifikan terhadap fraud yaitu kapabilitas (capability)
atau kompetensi (competence). Tidak berhenti pada fraud diamond theory saja,
Crowe pada tahun 2011 juga turut menyempurnakan teori yang dicetuskan oleh
Cressey (1953). Crowe (2011) menemukan sebuah penelitian bahwa elemen arogansi
(arrogance) juga turut berpengaruh terhadap terjadinya fraud. Penelitian yang
dikemukakan Crowe (2011) ini turut memasukan fraud triangle theory dan elemen
kompetensi (competence) di dalamnya, sehingga fraud model yang ditemukan oleh
Crowe terdiri dari lima elemen indikator yaitu tekanan (pressure), kesempatan
(opportunity), rasionalisasi (rationalization), kompetensi (competence), dan arogansi
(arrogance). Teori yang dipaparkan oleh Crowe pada tahun 2011 ini dinamakan
dengan Crowe’s fraud pentagon theory.
Penelitian ini merupakan penelitian yang menerapkan Crowe’s fraud pentagon
theory. Hal ini dilakukan karena teori tersebut merupakan teori terbarukan yang
sebelumnya jarang diaplikasikan untuk meneliti kecurangan pelaporan keuangan,
7
terlebih di Indonesia, dan indikator fraud yang dipaparkan dalam Crowe’s fraud
pentagon theory jauh lebih lengkap daripada teori sejenis seperti teori fraud triangle
dan fraud diamond.
Elemen-elemen dalam Crowe’s fraud pentagon theory ini tidak dapat begitu saja
diteliti. Pressure yang di ukur dengan, financial stability, financial target, external
pressure, dan institutional ownership. Opportunity yang di ukur dengan ineffective
monitoring. Rationalization yang di ukur dengan change in auditor; Capability yang
di ukur dengan pergantian direksi perusahaan; dan Arrogance yang di ukur dengan
frequent number of CEO’s picture. Kelima elemen tersebut diindikasikan dapat
menjadi pemicu terjadinya peningkatan fraud, terutama pada beberapa tahun terakhir.
Keinginan perusahaan agar kegiatan operasional perusahaan terjamin
kesinambungannya (going concern) dengan selalu terlihat baik menyebabkan
perusahaan terkadang mengambil jalan pintas (illegal) yaitu dengan melakukan fraud
(Chyntia, 2016).
Penelitian ini dilakukan karena dilatarbelakangi oleh keprihatinan terhadap
maraknya kasus fraudulent financial reporting di Indonesia terutama di sektor Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang cenderung masih cukup sulit untuk diungkapkan.
Hingga saat inipun masih sedikit penelitian yang dilakukan untuk mengupas kasus
ini, terlebih dengan menggunakan Crowe’s fraud pentagon theory. Berdasarkan latar
belakang di atas, penelitian ini dilakukan untuk melakukan pengujian lebih mendalam
mengenai kemampuan Crowe’s fraud pentagon theory yang dikemukakan oleh
Crowe tahun 2011, menginvestigasi dan memberikan penjelasan lebih lanjut apakah
8
Crowe’s fraud pentagon theory dapat membantu untuk mendeteksi adanya
kecenderungan timbulnya fraudulent financial reporting terlebih pada sektor Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan berikut:
1. Seberapa besar pengaruh financial target terhadap fraudulent financial reporting
?
2. Seberapa besar pengaruh financial stability terhadap fraudulent financial
reporting ?
3. Seberapa besar pengaruh external pressure terhadap fraudulent financial
reporting ?
4. Seberapa besar pengaruh institutional ownership terhadap fraudulent financial
reporting ?
5. Seberapa besar pengaruh ineffective monitoring terhadap fraudulent financial
reporting ?
6. Seberapa besar pengaruh change in auditor terhadap fraudulent financial
reporting ?
7. Seberapa besar pengaruh pergantian direksi terhadap fraudulent financial
reporting ?
8. Seberapa besar pengaruh frequent number of ceo’s picture terhadap fraudulent
financial reporting ?
9
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk menganalisis bukti empiris atas hal-hal
berikut ini :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh financial stability
terhadap fraudulent financial reporting.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh financial target
terhadap fraudulent financial reporting.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh external pressure
terhadap fraudulent financial reporting.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh institutional ownership
terhadap fraudulent financial reporting.
5. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh ineffective monitoring
terhadap fraudulent financial reporting.
6. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh change in auditor
terhadap fraudulent financial reporting.
7. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh pergantian direksi
terhadap fraudulent financial reporting.
8. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh frequent number of ceo’s
picture terhadap fraudulent financial reporting.
10
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu akuntansi dan manajemen
keuangan serta sebagai bahan referensi dan bahan pertimbangan untuk mengadakan
penelitian-penelitian selanjutnya.
a. Bagi Mahasiswa Jurusan Akuntansi
Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya dan
pembanding untuk ilmu pengetahuan.
b. Bagi Penulis
Sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta menambah referensi
mengenai auditing, terutama tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
terjadinya kecurangan laporan keuangan, sehingga diharapkan dapat bermanfaat
bagi penulis dimasa yang akan datang.
c. Bagi Peneliti Berikutnya
Berkontribusi terhadap pengembangan ilmu akuntansi khususnya dalam
bidang akuntansi forensik mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
perusahaan untuk melakukan fraudulent financial reporting dengan
mengaplikasikan elemen-elemen indikator dari Crowe’s fraud pentagon theory.
2. Manfaat Praktis
Memberikan pandangan kepada manajemen sebagai agent terkait tanggung
jawabnya dalam melindungi kepentingan principal. Juga memberikan informasi
11
atau alat bantu kepada pemegang saham, investor, kreditor dan pihak lain agar
memahami faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecurangan laporan keuangan
agar tidak salah dalam mengambil keputusan.
a. Bagi perusahaan
Bagi perusahaan, untuk memberikan pandangan kepada pihak manajemen
sebagai agent terkait tanggung jawabnya dalam melindungi kepentingan principal
dalam hal ini investor. Manajemen diharapkan lebih mengetahui dampak jangka
panjang apabila melakukan fraudulent financial reporting, sehingga kemungkinan
terjadinya bangkrut atau pailit yang lebih besar akibat fraudulent financial reporting
dapat dihindari.
b. Bagi Investor
Bagi investor, sebagai alat bantu bagi investor dalam menilai dan
menganalisis investasinya di perusahaan tertentu. Dengan pengetahuan dan
wawasan mengenai fraudulent financial reporting, diharapkan investor lebih teliti
dan mampu mendeteksi kemungkinan terjadinya fraudulent financial reporting pada
perusahaan tertentu dan pada akhirnya mampu memberikan jaminan pada diri
sendiri bahwa investasi yang dilakukan telah berada di tangan yang tepat.
c. Bagi masyarakat
Untuk memberi edukasi kepada masyarakat bahwa fenomena fraud yang
sedang marak terjadi dan menjelaskan mengenai tahapan, cara mendeteksi dan
mencegah fraud sedini mungkin.
12
d. Bagi pihak lain
Penelitian ini dapat dijadikan suatu referensi untuk perbaikan penelitian di
masa yang akan datang atau untuk menambah wawasan.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Agensi
Teori keagenan menjelaskan adanya hubungan kerjasama antar pihak pemegang
saham sebagai principal dan managemen sebagai agen. Hubungan agensi ada ketika
salah satu pihak (principal) yang dalam hal ini adalah pemilik perusahaan atau
pemegang saham menyewa orang lain (agen) yaitu manajemen perusahaan untuk
melakukan suatu jasa dan para principal mendelegasikan wewenang kepada agennya
untuk membuat keputusan (Jensen dan Meckling, 1976).
Principal selalu menginginkan return tinggi atas investasi yang telah
dikeluarkan untuk perusahaan, sedangkan agen memiliki kepentingan tersendiri yaitu
untuk mendapatkan kompensasi yang lebih besar atas hasil kinerjanya. Hal ini
menunjukan adanya benturan kepentingan antara principal dan agen yaitu pemilik
modal dan para pengelola modal atau manajemen perusahaan. Adanya benturan
kepentingan antara agen dan principal ini sering disebut pula conflict of interest
(Chyntia, 2016).
Conflict of interest atau perbedaan kepentingan antara principal dan agen inilah
yang dapat memicu agency problem yang dapat mempengaruhi kualitas laba yang
dilaporkan. Teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia
pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya
14
pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3)
manusia selalu menghindari risiko (risk averse). Ketiga sifat tersebut menyebabkan
informasi yang dihasilkan manusia untuk manusia lain selalu dipertanyakan
reabilitasnya dan informasi yang disampaikan biasanya diterima tidak sesuai dengan
kondisi perusahaan yang sebenarnya atau lebih dikenal sebagai informasi yang tidak
simetris atau asymmetric information ( Eisenhardt, 1989).
2. Laporan Keuangan
a. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan menurut Mulyadi (2002) adalah suatu penyajian data
keuangan termasuk catatan yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber
daya ekonomi (aktiva) dan atau kewajiban entitas pada saat tertentu atau
perubahan atas aktiva dan/atau kewajiban selama suatu periode tertentu sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi komprehensif
selain prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Laporan keuangan menurut (Subramanyam dan John, 2010) adalah produk
proses pelaporan keuangan yang diatur oleh standar dan aturan akuntansi, insentif
manajer serta mekanisme pelaksanaan dan pengawasan perusahaan. Laporan
keuangan menurut (Kasmir, 2014) secara sederhana laporan keuangan
menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode
tertentu. Sedangkan secara luas laporan keuangan merupakan gambaran kondisi
keuangan suatu perusahaan yang dapat memudahkan manajemen dalam menilai
manajemen perusahaan. Penilaian kinerja akan menjadi patokan atau ukuran
15
apakah manajemen mampu atau berhasil dalam menjalankan kebijakan yang telah
digariskan.
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005, Laporan
Keuangan merupakan laporan terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-
transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Berdasarkan pengertian di
atas dapat disimpulkan Laporan Keuangan adalah:
1) Merupakan produk akuntansi yang penting dan dapat digunakan untuk
membuat keputusan-keputusan ekonomi bagi pihak internal dan eksternal.
2) Merupakan potret perusahaan, yaitu dapat menggambarkan kinerja keuangan
maupun kinerja manajemen perusahaan dalam setiap kondisi.
3) Merupakan rangkaian aktivitas ekonomi perusahaan yang diklasifikasikan
dalam suatu periode perusahaan dalam kurun waktu setahun.
4) Merupakan ringkasan dari suatu proses transaksi-transaksi keuangan yang
terjadi selama periode yang bersangkutan.
b. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Publik Indonesia dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja keuangan serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan
manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atau sumber daya
yang dipercayakan kepadanya dan laporan keuangan merupakan hasil akhir dari
16
suatu proses pencatatan yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi
keuangan buku bersangkutan.
Menurut SFAC Nomor 1 tentang Objectives of Financial Reporting by Business
Enterprises, tujuan laporan keuangan untuk organisasi pencari laba adalah:
1) Memberikan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan pemakai
lainnya dalam membuat keputusan secara rasional mengenai investasi, kredit,
dan lainnya.
2) Memberikan informasi untuk membantu investor atau calon investor dan
kreditor serta pemakai lainnya dalam menentukan jumlah, waktu, dan prospek
penerimaan kas dari dividen atau bunga dan juga penerimaan dari penjualan,
piutang, atau saham, dan pinjaman yang jatuh tempo.
3) Memberikan informasi tentang sumber daya (aktiva) perusahaan, klaim atas
aktiva, dan pengaruh transaksi, peristiwa, dan keadaan lain terhadap aktiva
dan kewajiban.
4) Memberikan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan selama satu
periode.
5) Memberikan informasi tentang bagaimana perusahaan mendapatkan dan
membelanjakan kas, tentang pinjaman dan pengembaliannya, tentang
transaksi yang mempengaruhi modal, termasuk dividen dan pembayaran
lainnya kepada pemilik, dan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
likuiditas dan solvabilitas perusahaan.
17
6) Memberikan informasi tentang bagaimana manajemen perusahaan
mempertanggungjawabkan pengelolaan perusahaan kepada pemilik atas
penggunaan sumber daya (aktiva) yang telah dipercayakan kepadanya.
7) Memberikan informasi yang berguna bagi manajer dan direksi dalam proses
pengambilan keputusan untuk kepentingan pemilik perusahaan.
Berdasarkan tujuan laporan keuangan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan
memperoleh laporan keuangan suatu perusahaan, dapat diketahui kondisi
keuangan perusahaan tersebut secara menyeluruh. Kemudian, laporan keuangan
tidak hanya sekadar cukup dibaca saja, tetapi juga harus dimengerti dan dipahami
tentang posisi keuangan perusahaan saat ini. Caranya adalah dengan melakukan
analisis keuangan melalui berbagai rasio keuangan yang lazim dilakukan.
3. Fraud
a. Definisi Fraud
Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE, 2010), fraud adalah
tindakan penipuan atau kekeliruan yang dibuat oleh seseorang atau badan yang
mengetahui bahwa kekeliruan tersebut dapat mengakibatkan beberapa manfaat
yang tidak baik kepada individu atau entitas. Penelitian yang dilakukan oleh
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE, 2010) menemukan bahwa 83%
kasus fraud yang terjadi dilakukan oleh pemilik perusahaan atau dewan direksi.
Selain itu, Ernst & Young (2009) juga menemukan bahwa lebih dari setengah
pelaku fraud adalah manajemen.
18
Menurut Kennedy (2014) Fraud merupakan suatu perbuatan dan tindakan yang
dilakukan secara sengaja, sadar, tahu dan mau untuk menyalahgunakan segala
sesuatu yang dimiliki secara bersama, misalnya: sumber daya perusahaan dan
negara demi kenikmatan pribadi dan kemudian menyajikan informasi yang salah
untuk menutupi penyalahgunaan tersebut.
Sedangkan Statement of Auditing Standards mendefinisikan fraud sebagai “an
intentional act that result in a material misstatement in financial statements that
are the subject of an audit”. Pernyataan tersebut menyatakan bahwa tindakan yang
disengaja untuk menghasilkan salah saji material dalam laporan keuangan yang
merupakan subjek audit.
Dari beberapa definisi atau pengertian fraud (kecurangan) di atas, maka dapat
diketahui bahwa pengertian fraud sangat luas dan dapat dilihat pada beberapa
kategori kecurangan. Menurut Badan Pemeriksa Keuangan (2008) secara umum,
unsur-unsur dari kecurangan adalah:
1) Harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation);
2) Dari suatu masa lampau (past) atau sekarang (present);
3) Fakta bersifat material (material fact);
4) Dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make-knowingly or
recklessly);
5) Dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi;
6) Pihak yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap salah pernyataan tersebut
(misrepresentation);
19
7) Yang merugikannya (detriment).
b. Jenis-jenis Fraud
Theodorus (2012) membagi kecurangan (fraud) dalam 3 (tiga) jenis atau
tipologi berdasarkan perbuatan, yaitu:
1) Asset Misappropriation
Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset atau harta
perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudah
dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat diukur/dihitung (defined
value).
2) Fraudulent Statements
Fraudulent statements meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau
eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi
keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan dalam
penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan.
3) Corruption
Yang banyak terjadi di negara-negara berkembang yang penegakan hukumnya
lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga faktor
integritasnya masih dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat
dideteksi karena para pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan (simbiosis
mutualisme). Termasuk didalamnya adalah penyalahgunaan wewenang/konflik
kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak
20
sah/ilegal (illegal gratuities), dan pemerasan secara ekonomi (economic
extortion).
c. Fraudulent Financial Reporting
Definisi fraudulent financial reporting menurut American Institute Certified
Public Accountant (1998) adalah tindakan yang disengaja atau kelalaian yang
berakibat pada salah saji material yang menyesatkan laporan keuangan. Selain itu,
menurut Australian Auditing Standards (AAS), fraudulent financial reporting
merupakan suatu kelalaian maupun penyalahsajian yang disengaja dalam jumlah
tertentu atau pengungkapan dalam pelaporan keuangan untuk menipu para
pengguna laporan keuangan (Brennan dan McGrath, 2007). Kedua sumber di atas
mendefinisikan fraudulent financial reporting dengan sudut pandang yang sama.
Pelaporan keuangan yang mengandung unsur kecurangan dapat mengakibatkan
turunnya integritas informasi keuangan dan dapat mempengaruhi berbagai pihak.
Selain investor dan kreditor, auditor adalah salah satu korban fraudulent financial
reporting karena mereka mungkin menderita kerugian keuangan dan/atau
kehilangan reputasi (Rezaee, 2002). Oleh karenanya, auditor harus memahami
cara-cara yang ditempuh pihak tertentu dalam melakukan praktik kecurangan.
d. Pelaku Fraudulent Financial Reporting
Financial statement fraud dilakukan oleh siapa saja pada level apa pun, siapa
pun yang memiliki kesempatan (Nguyen dan Pontell, 2008). Menurut Taylor
(2004), terdapat dua kelompok utama pelaku fraudulent financial reporting.
Urutan keterlibatan pelaku dijelaskan sebagai berikut:
21
1) Senior manajemen (CEO, CFO, dan lain-lain). CEO terlibat fraud pada
tingkat 72%, sedangkan CFO pada tingkat 43 %.
2) Karyawan tingkat menengah dan tingkat rendah. Karyawan ini
bertanggungjawab pada anak perusahaan, divisi, atau unit lain dan mereka
dapat melakukan kecurangan pada laporan keuangan untuk melindungi kinerja
mereka yang buruk atau untuk mendapatkan bonus berdasarkan hasil kinerja
yang lebih tinggi.
e. Tipe Fraudulent Financial Reporting
Terdapat dua jenis kesengajaan penyalahsajian yang relevan dengan audit atas
laporan keuangan dan pertimbangan auditor atas terjadinya fraud, yaitu:
1) Fraudulent financial reporting.
Didefinisikan sebagai salah saji yang disengaja atau kelalaian dalam jumlah
atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang didesain untuk merugikan
pengguna laporan keuangan.
2) Misappropriation of assets.
Penyalahgunaan aset dapat dilakukan dalam beberapa cara (termasuk
menggelapkan penerimaan, mencuri aset berwujud dan aset tidak berwujud, atau
menyebabkan organisasi membayar untuk barang dan jasa yang tidak diterima).
Nguyen (2008) menyatakan bahwa penyalahgunaan aset seringkali disertai
dengan pencatatan palsu dalam menyembunyikan fakta bahwa aset yang hilang,
tidak langsung menyebabkan penyimpangan akuntansi dalam laporan keuangan.
22
3) Earnings Management
Earnings management telah dijelaskan secara berbeda oleh para akademisi,
peneliti, praktisi dan badan lain yang terotorisasi (Rezaee, 2002). Rezaee (2002)
mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi terhadap proses
pelaporan keuangan eksternal untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi.
f. Modus Terjadinya Fraudulent Financial Reporting
Rezaee (2002) menyatakan bahwa kecurangan laporan keuangan sebagai salah
saji yang disengaja atau kelalaian dalam laporan keuangan. Kelalaian atau
kesengajaan ini sifatnya material sehingga dapat mempengaruhi keputusan yang
akan diambil oleh pihak yang berkepentingan.
Menurut Wells (2011), fraudulent financial reporting mencakup beberapa
modus, antara lain:
1) Pemalsuan, pengubahan, atau manipulasi catatan keuangan (financial record),
dokumen pendukung atau transaksi bisnis.
2) Penghilangan yang disengaja atas peristiwa, transaksi, akun, atau informasi
signifikan lainnya sebagai sumber dari penyajian laporan keuangan.
3) Penerapan yang salah dan disengaja terhadap prinsip akuntansi, kebijakan,
dan prosedur yang digunakan untuk mengukur, mengakui, melaporkan dan
mengungkapkan peristiwa ekonomi dan transaksi bisnis.
4) Penghilangan yang disengaja terhadap informasi yang seharusnya disajikan
dan diungkapkan menyangkut prinsip dan kebijakan akuntansi yang
digunakan dalam membuat laporan keuangan.
23
g. Deteksi Fraud
Pendeteksian terhadap fraudulent financial reporting tidak selalu mendapat titik
terang karena berbagai motivasi yang mendasarinya serta banyaknya metode untuk
melakukan fraudulent financial reporting Brenan dan McGrath (2007).
Kecurangan laporan keuangan yang tidak terdeteksi dapat berkembang menjadi
skandal besar yang merugikan banyak pihak (Skousen et al., 2009). Hal ini sering
kali terjadi diawali dengan salah saji dari laporan keuangan kuartal yang dianggap
tidak material tetapi akhirnya tumbuh menjadi fraud secara besar-besaran dan
menghasilkan laporan keuangan tahunan yang menyesatkan secara material.
Langkah pertama untuk mendeteksi kecurangan adalah dengan mengetahui
dimana pertama kali harus memulai menerapkan kontrol, setelah itu memahami
faktor-faktor yang menyebabkan kecurangan dan mendefinisikan area utama
dengan melaksanakan pemeriksaan lebih rinci untuk memperkirakan akun mana
yang paling beresiko, hal tersebut adalah cara mendeteksi kecurangan yang paling
efektif. Pada tahap ini kecurigaan dan keraguan auditor adalah pokok penting.
Terlebih lagi auditor harus mengevaluasi semua proses dengan keraguan yang
professional saat mendeteksi kecurangan. Perlu diingat bahwa semua buku dan
laporan keuangan mungkin mengandung aplikasi yang menipu dan semua
dokumen bisa jadi palsu. Hal ini bukan berarti tidak percaya tapi untuk
kepentingan penyelidikan (AICPA, 2002).
24
4. Fraud Triangle Theory
Fraud triangle theory merupakan konsep segitiga kecurangan yang
dikemukakan oleh Cressey (1953). Cressey (1953) dalam skousen (2009),
berpendapat bahwa sampai batas tertentu terdapat tiga kondisi yang selalu hadir
pada saat kecurangan laporan keuangan terjadi. Kondisi ini (pressure, opportunity,
dan rasionalization) menjadikan dasar kerangka faktor resiko kecurangan.
Gambar. 2.1.
Fraud Triangle
Sumber: Cressey (1953)
a. Pressure (Tekanan)
Menurut Ana (2014) merupakan kondisi dimana pihak manajemen sebagai
agen yang harus berusaha bekerja semaksimal mungkin untuk memberikan hasil
yang baik kepada pihak pemegang saham dalam bentuk laba yang meningkat
setiap tahunnya dapat dikategorikan sebagai tekanan yang dialami, walaupun
perusahaan dalam kondisi mengalami kesulitan keuangan mereka dituntut untuk
tetap memiliki kinerja yang baik. Kondisi tersebut membuat pihak manajemen
Pressure
Rationalization Opportunity
25
berupaya untuk memanipulasi laporan keuangan yang nantinya akan disampaikan
kepada pihak pemegang saham untuk mempertanggung jawabkan kinerjanya
dalam mengelola perusahaan.
b. Opportunity (Kesempatan)
Menurut Ratmono et.al (2014) kesempatan akan timbul saat sistem
pengendalian internal perusahaan melemah. Perusahaan dengan pengendalian
internal yang lemah akan memiliki banyak celah yang menjadikan kesempatan
bagi manajemen untuk memanipulasi transaksi. Kesempatan tercipta karena
adanya kelemahan pengendalian internal, ketidakefektifan pengawasan
manajemen, atau penyalahgunaan posisi atau otoritas. Kegagalan untuk
menetapkan prosedur yang memadai untuk mendeteksi aktivitas kecurangan juga
meningkatkan peluang terjadinya kecurangan.
c. Rationalization (Rasionalisasi)
Ana (2014) menyatakan rasionalization sebagai kondisi dimana setiap
perbuatan curang yang mereka lakukan dianggap sebagai tindakan yang wajar atau
malah benar adanya karena tindakan curang yang seperti itu sudah jamak
dilakukan oleh pihak manajemen diberbagai perusahaan diseluruh dunia. Skousen
(2009) menyatakan bahwa rasionalisasi merupakan bagian dari fraud triangle yang
sulit diukur.
Albrecht et.al (2011) menyatakan bahwa rasionalisasi yang sering terjadi ketika
melakukan fraud antara lain:
26
1) Aset itu sebenarnya milik saya (perpetrator’s fraud).
2) Saya hanya meminjam dan akan membayarnya kembali.
3) Tidak ada pihak yang dirugikan.
4) Ini dilakukan untuk sesuatu yang mendesak.
5) Kami akan memperbaiki pembukuan setelah masalah keuangan ini selesai.
6) Saya rela mengorbankan reputasi dan integritas saya asal hal itu dapat
meningkatkan standar hidup saya.
5. Fraud Diamond Theory
Fraud diamond theory pertama kali dikemukakan oleh Wolfe dan Hermanson
pada bulan Desember 2004. Hal ini dipandang sebagai pernyempurnaan yang
diperluas dari fraud triangle theory. Wolfe dan Hermanson (2004) mengatakan
banyak kecurangan tidak akan terjadi tanpa adanya orang yang tepat yang memiliki
kemampuan untuk melakukan kecurangan. Posisi seseorang atau fungsi dalam
organisasi dapat memberikan kemampuan untuk membuat atau memanfaatkan
kesempatan agar kecurangan tidak tersedia untuk orang lain. Dari pernyataan
tersebut dapat dikatakan bahwa variabel kemampuan (capability) dapat dijadikan
sebagai salah faktor untuk mengukur seberapa besar daya dan kapasitas dari
seseorang itu melakukan fraud dilingkungan organisasi.
27
Gambar. 2.2.
Fraud Diamond
Sumber: Wolfe and Hermanson (2004)
Wolfe dan Hermanson (2004) berpendapat bahwa ada pembaharuan fraud
triangle untuk meningkatkan kemampuan mendeteksi dan mencegah fraud yaitu
dengan cara menambahkan elemen keempat yakni capability (kemampuan).
“Many frauds, especially some of the multibillion-dolar ones, would not have
occurred without the right person with the right capabilities inplace. Opportunity
opens the doorway to fraud, and incentive and rationalization can draw the person
towars it. But the person must have the capability to recognize the open doorway as
an opportunity and to take advantage of it by walking through, not just once, but
time and time again. Accordingly, the critical question is; who could turn an
opportunity for fraud into reality”
Wolfe dan Hermanson (2004) menjelaskan sifat-sifat terkait elemen capability
yang sangat penting dalam pribadi perilaku kecurangan, yaitu:
Pressure
Rationalization Capability
Opportunity
28
a. Positioning
Posisi seseorang atau fungsi dalam organisasi dapat memberikan kemampuan
untuk membuat atau memanfaatkan kesempatan untuk penipuan. Seseorang dalam
posisi otoritas memiliki pengaruh lebih besar atas situasi tertentu atau lingkungan.
b. Intelligence and creativity
Pelaku kecurangan ini memiliki pemahaman yang cukup dan mengeksploitasi
kelemahan pengendalian internal dan untuk menggunakan posisi, fungsi, atau
akses berwenang untuk keuntungan terbesar.
c. Convidence / Ego
Individu harus memiliki ego yang kuat dan keyakinan yang besar dia tidak akan
terdeteksi. Tipe kepribadian umum termasuk seseorang yang didorong untuk
berhasil di semua biaya, egois, percaya diri, dan sering mencintai diri sendiri
(narsisme). Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder,
gangguan kepribadian narsisme meliputi kebutuhan untuk dikagumi dan
kurangnya empati untuk orang lain. Individu dengan gangguan ini percaya bahwa
mereka lebih unggul dan cenderung ingin memperlihatkan prestasi dan
kemampuan mereka.
d. Coercion
Pelaku kecurangan dapat memaksa orang lain untuk melakukan atau
menyembunyikan penipuan. Seseorang individu dengan kepribadian yang
persuasif dapat lebih berhasil meyakinkan orang lain untuk pergi bersama dengan
penipuan atau melihat kearah lain.
29
e. Deceit
Penipuan yang sukses membutuhkan kebohongan efektif dan konsisten. Untuk
menghindari deteksi, individu harus mampu berbohong meyakinkan, dan harus
melacak cerita secara keseluruhan.
f. Stress
Individu yang harus mampu mengendalikan stres karena melakukan tindakan
kecurangan dan menjaganya agar tetap tersembunyi sangat bisa menimbulkan
stress.
6. Fraud Pentagon Theory
Teori terbarukan yang mengupas lebih mendalam mengenai faktor-faktor pemicu
fraud adalah teori fraud pentagon ( Crowe’s fraud pentagon theory ). Teori ini
dikemukakan oleh Crowe Howart pada 2011. Teori fraud pentagon merupakan
peluasan dari teori fraud triangle yang sebelumnya dikemukakan oleh Cressey
1953, dan teori fraud diamond yang sebelumnya dikemukakan oleh Wolfe dan
Hermanson 2004, dalam teori ini menambahkan satu elemen fraud lainnya yaitu dan
arogansi ( arrogance ).
30
Gambar. 2. 3. Fraud Pentagon
Sumber: Crowe’s fraud pentagon theory ( Crowe, 2011)
Arogansi merupakan sikap superioritas atas hak yang dimiliki dan merasa bahwa
kontrol internal atau kebijakan perusahaan tidak berlaku untuk dirinya. Terdapat
satu kondisi kompetensi yang dapat memicu terjadinya fraud yaitu:
a. Frequent Number of CEO’s Picture
Tingkat arogansi yang tinggi dapat menimbulkan terjadinya fraud karena
dengan arogansi dan superioritas yang dimiliki seorang CEO, membuat CEO
merasa bahwa kontrol internal apapun tidak akan berlaku bagi dirinya karena
status dan posisi yang dimiliki. Menurut Crowe (2011), juga terdapat
kemungkinan bahwa CEO akan melakukan cara apapun untuk mempertahankan
posisi dan kedudukan yang sekarang dimiliki (Chyntia, 2016).
Pressure
Rationalization Arrogance
Opportunity Capability
31
B. Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
Berikut adalah hasil penelitian serta persamaan dan perbedaan penelitian
sebelumnya dengan penelitian ini. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.1
berikut:
Tabel. 2.1.
Penelitian Terdahulu
No
Penelitian/ Judul
Penelitian/ Tahun
Variabel dan Metode Penelitian Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
1.
Chyntia Tessa/
Fraudulent Financial
Reporting : Pengujian
Teori Fraud Pentagon
pada Sektor
Keuangan dan
Perbankan di
Indonesia/ (2016)
Menggunakan
variable
financial
target,
financial
stability,
external
pressure,
institutional
ownership,
ineffective
monitoring,
change in
auditor,
pergantian
direksi
perusahaan,
frequent
number of
CEO’s picture
Studi pada
Sektor
Keuangan dan
Perbankan di
Indonesia
Variabel
fraudulent
financial
reporting di
proksikan
dengan financial
restatement
Tidak
menggunakan
variabel kualitas
auditor eksternal
Financial
stability,
external
pressure, dan
frequent
number of
ceo’s
berpengaruh
terhadap
Fraudulent
Financial
Reporting
Financial
target,
institutional
ownership,
ineffective
monitoring,
kualitas auditor
external,
change in
auditor, dan
pergantian
direksi
perusahaan
32
tidak
berpengaruh
terhadap
fraudulent
financial
reporting
2.
Laila Tiffani/Deteksi
Financial Statement
Fraud dengan
Analisis
FraudTriangle/(2015)
Menggunakan
variable
financial
stability,
external
pressure,
financial
target dan
rationalization
Variabel
dependen
diproksikan
dengan
Beneish M-
Score Model
Studi pada
perusahaan
manufaktur
yang terdaftar di
BEI
Tidak
menggunakan
variable
personal
financial need,
nature of
industry dan
effective
monitoring
Financial
stability,
external
pressure, dan
effective
monitoring
berpengaruh
terhadap
fraudulent
financial
reporting.
Personal
financial need,
nature of
industry,
rationalization,
dan financial
target tidak
berpengaruh
terhadap
fraudulent
financial
reporting.
3
Kennedy dan
Shiddiq/ Analisis
Fraud Diamond
dalam Mendeteksi
Financial Statement
Fraud : Studi Empiris
pada Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di BEI
tahun 2010-
2012/(2014)
Menggunakan
variable
external
pressure,
ineffective
monitoring,
change in
auditor,dan
pergantian
direksi .
Studi pada
perusahaan
manufaktur
yang terdaftar di
BEI tahun 2010-
2012
Tidak
menggunakan
variabel nature
of industry dan
kualitas auditor
eksternal.
Financial
stability,
nature of
industry, dan
rasionalization
berpengaruh
terhadap
fraudulent
financial
reporting.
Financial
target,
ineffective
33
monitoring,
change in
auditor dan
capability
tidak
berpengaruh
terhadap
fraudulent
financial
reporting.
4
Widarti/Pengaruh
FraudTriangle
terhadap Deteksi
Kecurangan Laporan
Keuangan/(2015)
Menggunakan
variabel
independen
financial
target,
financial
stability,
personal
financial need,
dan ineffective
monitoring.
Studi pada
perusahaan
manufaktur di
BEI.
Memproksikan
variable
dependen
dengan
manajemen laba
metode Jones.
Menggunakan
variabel audit
report, total arus
kas bebas,
nature of
industry, dan
organitation
structure.
Financial
target,
financial
stability, dan
total arus kas
bebas
berpengaruh
terhadap
kecurangan
laporan
keuangan.
Nature of
industry,
personal
financial need,
ineffective
monitoring,
organization
structure dan
opini audit
tidak
berpengaruh
terhadap
kecurangan
laporan
keuangan.
5
Merissa Yesiariani/
Analisis Fraud
Diamond dalam
Mendeteksi Financial
Statement
Fraud/(2016)
Menggunakan
variable
financial
stability,
financial
target,
Studi pada
perusahaan LQ-
45 di BEI.
Variable
dependen
diproksikan
Financial
stability,
external
pressure,
financial
target, dan
34
external
pressure,
pergantian
direksi,
personal
financial need,
change in
auditor dan
ineffective
monitoring
dengan model
Jones
discretionary
accruals.
Menggunakan
variabel nature
of industry dan
rationalization
rationalization
berpengaruh
terhadap
fraudulent
financial
reporting.
Personal
financial need,
nature of
industry,
ineffective
monitoring,
change in
auditor dan
pergantian
direksi tidak
berpengaruh
terhadap
fraudulent
financial
reporting.
6
Skousen et
al/Detecting and
Predicting Financial
Statement Fraud: The
Effectiveness of The
Fraud Triangle and
SAS No. 99/(2009)
Menggunakan
variable
financial
stability,
financial
target, dan
external
pressure
Penelitian ini
hanya
mengidentifikasi
lima proksi
tekanan dan dua
proksi peluang
yang secara
signifikan
berhubungan
dengan
kecurangan.
Skousen et al
tidak
mengidentifikasi
unsur
rasionalisasi,
kemampuan dan
arogansi
Tidak
Pertumbuhan
asset yang
cepat,
penigkatan
kebutuhan
uang tunai, dan
pembiayaan
eksternal yang
secara positif
berkaitan
dengan
kemungkinan
terjadinya
fraud
Kepemilikan
saham
eksternal dan
internal serta
control dewan
direksi juga
terkait dengan
35
menggunakan
variable nature
of industry.
peningkatan
fraudulent
financial
reporting.
Ekspansi
jumlah anggota
independen di
komite audit
berhubungan
negatif dengan
terjadinya
kecurangan.
7
Susmita dan
Nanik/Analisis
Determinan Financial
Statement melalui
Fraud
Triangle/(2015)
Menggunakan
variabel
external
pressure
Menggunakan
variabel nature
of industry,
rasionalisasi dan
kualitas audit
Variabel
external
pressure,
nature of
industry,
rasionalisasi
dan kualitas
audit tidak
berpengaruh
terhadap
fraudulent
financial
reporting
Sumber : Data yang diolah
C. Kerangka Berpikir
1. Pengaruh financial stability dalam mendeteksi fraudulent financial reporting
Stabilitas keuangan (financial stability) terancam oleh keadaan ekonomi,
industri, dam situasi entitas yang beroperasi, manajer menghadapi tekanan untuk
melakukan financial statement fraud (Skousen et.al., 2009). Stabilitas keuangan
perusahaan diukur berdasarkan jumlah pertambahan total aset dari tahun ke tahun.
Banyaknya total aset yang dimiliki perusahaan menjadi daya tarik tersendiri bagi
para investor, kreditor, maupun para pemegang keputusan yang lain. Ketika total
36
aset yang dimiliki perusahaan cukup banyak, perusahaan dianggap mampu
memberikan return maksimal bagi para investor. Namun sebaliknya, apabila total
aset mengalami penurunan atau bahkan negatif dapat membuat para investor,
kreditor maupun para pemegang keputusan menjadi tidak tertarik, karena kondisi
perusahaan dianggap tidak stabil, perusahaan dianggap tidak mampu beroperasi
dengan baik, dan tidak menguntungkan.
Rendahnya total aset yang dimiliki akan menimbulkan tekanan tersendiri bagi
manajemen karena kinerja perusahaan terlihat menurun sehingga mungkin akan
mengurangi aliran dana investasi di tahun berikutnya. Karena alasan itulah pihak
manajemen melakukan manipulasi pada laporan keuangan sebagai alat untuk
menutupi kondisi stabilitas perusahaan yang kurang baik. Hal ini didukung oleh
penelitian dari Loebbecke, Eining dan Willingham (1989) dan Bell, Szykowny, dan
Willingham (1991) yang menunjukkan bahwa kasus di mana perusahaan mengalami
pertumbuhan industri di bawah rata-rata, manajemen mungkin untuk melakukan
manipulasi laporan keuangan untuk meningkatkan prospek perusahaan (Skousen et.
al., 2009).
2. Pengaruh financial target dalam mendeteksi fraudulent financial reporting
Target-target keuangan berupa laba atas usaha yang ingin dicapai oleh
perusahaan sering disebut pula dengan financial target. Salah satu pengukuran
untuk menilai tingkat laba yang diperoleh perusahaan atas usaha yang dikeluarkan
adalah ROA (Return On Assets). Target keuangan memiliki hubungan dengan teori
agensi yang menjelaskan adanya hubungan antara agen dan prinsipal. Agen dan
37
prinsipal memiliki harapan untuk memenuhi kepentingan masing-masing.
Kaitannya dalam hal ini terdapat pada keinginan manajemen untuk mendapatkan
bonus atas hasil kinerja mereka terhadap pemenuhan keinginan prinsipal yaitu
pemenuhan target financial berupa laba.
Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mencapai target keuangannya
dapat dikatakan bahwa kinerja perusahaan semakin baik. Namun terkadang ada
faktor-faktor tertentu yang tidak dapat dikendalikan perusahaan sehingga membuat
target financial tersebut tidak tercapai dan eksistensi perusahaan akan diragukan.
Timbulnya tekanan atas pencapaian target financial untuk mendapatkan bonus atas
hasil kinerja dan menjaga eksistensi kinerja perusahaan dapat memunculkan
kemungkinan adanya pengaruh tekanan terhadap pemenuhan target financial
terhadap kecurangan pelaporan keuangan.
3. Pengaruh external pressure dalam mendeteksi fraudulent financial reporting
External pressure adalah keadaan dimana perusahaan mendapatkan tekanan dari
pihak luar perusahaan. Untuk mengatasi tekanan tersebut perusahaan membutuhkan
tambahan utang atau sumber pembiayaan eksternal agar tetap kompetitif, termasuk
pembiayaan riset dan pengeluaran atau modal (Skousen et al., 2009). Tekanan
eksternal diproksikan dengan menggunakan rasio leverage yaitu perbandingan
antara total liabilitas dan total aset.
Apabila perusahaan memiliki leverage yang tinggi, berarti perusahaan tersebut
dianggap memiliki hutang yang besar dan risiko kredit yang dimilikinya juga tinggi.
Semakin tinggi risiko kredit, semakin besar tingkat kekhawatiran kreditor untuk
38
memberikan pinjaman kepada perusahaan. Oleh karena itu, hal ini menjadi salah
satu hal yang menjadi perhatian tersendiri bagi perusahaan dan memungkinkan
menjadi salah satu penyebab dalam munculnya kecurangan pelaporan keuangan.
Leverage yang lebih besar dapat dikaitkan dengan kemungkinan yang lebih besar
untuk melakukan pelanggaran terhadap perjanjian kredit dan kemampuan lebih
rendah untuk memperoleh tambahan modal melalui pinjaman.
4. Pengaruh institutional ownership dalam mendeteksi fraudulent financial
reporting.
Terdapat indikasi ketika terdapat institutional ownership atau kepemilikan saham
institusi di dalam sebuah perusahaan akan menjadi sebuah tekanan sendiri bagi
perusahaan tersebut. Tekanan tersebut terjadi karena pihak manajemen memiliki
tanggung jawab yang lebih besar dikarenakan pertanggungjawaban yang dilakukan
tidak hanya kepada seorang individu, namun kepada institusi. Selain itu, besarnya
kepemilikan saham oleh institusi daripada perseorangan membuat manajemen
melakukan usaha yang lebih agar tidak kehilangan para investor tersebut, salah
satunya dengan cara mempercantik laporan keuangan melalui tindakan manipulasi.
Berdasarkan hal tersebut dapat diindikasikan, semakin besar kepemilikan saham
oleh institusi maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan merasa tertekan
sehingga melakukan kecurangan pelaporan keuangan (Chyntia, 2016).
5. Pengaruh ineffective monitoring dalam mendeteksi fraudulent financial
reporting.
39
Ineffective monitoring merupakan kondisi dimana tidak adanya keefektifan
sistem pengawasan internal yang dimiliki perusahaan. Hal tersebut dapat terjadi
terjadi karena adanya dominasi manajemen oleh satu orang atau kelompok kecil,
tanpa kontrol kompensasi tidak efektifnya pengawasan dewan.
Direksi dan komite audit atas proses pelaporan keuangan dan pengendalian
internal dan sejenisnya, dengan kurangnya kontrol dari pihak internal perusahaan
menjadi kesempatan tersendiri bagi beberapa pihak untuk memanipulasi data pada
laporan keuangan.
6. Pengaruh change in auditor dalam mendeteksi fraudulent financial reporting
Change in auditor atau pergantian auditor yang digunakan perusahaan dapat
dianggap sebagai suatu bentuk untuk menghilangkan jejak fraud (fraud trail) yang
ditemukan oleh auditor sebelumnya. Kecenderungan tersebut mendorong
perusahaan untuk mengganti auditor independennya guna menutupi kecurangan
yang terdapat dalam perusahaan.
7. Pengaruh pergantian direksi perusahaan dalam mendeteksi fraudulent financial
reporting
Pergantian direksi dipilih sebagai variabel dari salah satu elemen dalam crowe’s
fraud pentagon theory, capability. Terdapat enam komponen dalam capability,
antara lain : posisi (positioning), kecerdasan (intelligence), percaya diri
(confidence/ego), pemaksaan (coercion skill), penipuan (effective lying/deceit), dan
manajemen stress (stress management). Pergantian direksi diindikasikan mampu
menggambarkan kemampuan dalam melakukan manajemen stress.
40
Wolfe dan Hermanson (2004) mengemukakan bahwa perubahan direksi mampu
menyebabkan stress period yang berdampak pada semakin terbukanya peluang
untuk melakukan fraud. Pergantian direksi dapat menjadi suatu upaya perusahaan
untuk memperbaiki kinerja direksi sebelumnya dengan melakukan perubahan
susunan direksi ataupun perekrutan direksi baru yang dianggap lebih berkompeten.
Adanya pergantian direksi juga dapat mengindikasikan suatu kepentingan politik
tertentu untuk mengantikan jajaran direksi sebelumnya. Sementara disisi lain,
pergantian direksi dianggap dapat mengurangi efektivitas dalam kinerja karena
memerlukan waktu yang lebih untuk beradaptasi dengan culture direksi baru.
Oleh karena itu dilakukan investigasi lebih lanjut apakah benar pergantian direksi
mampu menjadi indikator terjadinya fraudulent financial reporting di perusahaan.
8. Pengaruh frequent number of CEO’s picture dalam mendeteksi fraudulent
financial reporting
Yang dimaksud dengan frequent number of CEO’s picture adalah jumlah foto
CEO yang terpampang pada laporan tahunan perusahaan. Banyaknya foto CEO
yang terpampang dalam sebuah laporan tahunan perusahaan dapat
merepresentasikan tingkat arogansi atau superioritas yang dimiliki CEO tersebut.
Seorang CEO cenderung lebih ingin menunjukkan kepada semua orang akan status
dan posisi yang dimilikinya dalam perusahaan karena mereka tidak ingin kehilangan
status atau posisi tersebut (atau merasa tidak dianggap), hal ini sesuai dengan salah
satu elemen yang dipaparkan oleh Crowe (2011). Tingkat arogansi yang tinggi
dapat menimbulkan terjadinya fraud karena dengan arogansi dan superioritas yang
41
Pressure
Financial Stability (ACHANGE)
Financial Target (ROA)
External Pressure (LEVERAGE)
Institutional Ownership (OSHIP)
Opportunity
Ineffective Monitoring (BDOUT)
Ineffective Monitoring (BDOUT)
Rationalization
Change In Auditor (KAP)
Competence
Pergantian Direksi (DCHANGE)
Fraudulent Financial
Reporting (Benish M-
Score)
Arrogance
Frequent Number Of CEO’s Picture
(CEOPIC)
dimiliki seorang CEO, membuat CEO merasa bahwa kontrol internal apapun tidak
akan berlaku bagi dirinya karena status dan posisi yang dimiliki. Menurut Crowe
(2011) juga terdapat kemungkinan bahwa CEO akan melakukan cara apapun untuk
mempertahankan posisi dan kedudukan yang sekarang dimiliki.
Dari uraian di atas maka model penelitian yang terbentuk sebagai berikut:
Model Penelitian
42
D. Hipotesis
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya dapat dirumuskan
hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :
H1: Financial stability berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting
H2: Financial target berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting
H3: External pressure berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting
H4: Institutional ownership berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting
H5: Ineffective monitoring berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting
H6: Change in auditor berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting
H7: Pergantian direksi perusahaan berpengaruh terhadap fraudulent financial
reporting
H8: Frequent number of CEO’s picture berpengaruh terhadap fraudulent financial
reporting
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kausal komparatif yaitu penelitian dengan
karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji variabel independen financial stability,
financial target, external pressure, institutional ownership, ineffective monitoring,
change in auditor, pergantian direksi perusahaan, dan frequent number of CEO’s
picture terhadap variabel dependen yaitu fraudulent financial reporting. Populasi
dalam penelitian ini adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2016. Penelitian ini mengunakan teori
fraud terbaru yaitu Teori Fraud Pentagon yaitu teori terbarukan yang mengupas lebih
mendalam mengenai faktor-faktor pemicu fraud adalah teori fraud pentagon (
Crowe’s fraud pentagon theory ). Teori ini dikemukakan oleh Crowe Howart pada
2011. Teori fraud pentagon merupakan peluasan dari teori fraud triangle yang
sebelumnya dikemukakan oleh Cressey 1953, dan teori fraud diamond yang
sebelumnya dikemukakan oleh Wolfe dah Hermanson 2004, dalam teori ini
menambahkan satu elemen fraud lainnya yaitu dan arogansi ( arrogance ) (Chyntia,
2016).
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2016. Metode penelitian sampel
44
yang digunakan adalah Purposive Sampling, yaitu tipe pemilihan sampel secara tidak
acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu,
umum disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian (Indriantoro dan Bambang,
2002).
Sampel untuk penelitian ini adalah semua perusahaan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2016, dengan
pertimbangan sebagai berikut:
1. Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2012-2016 yang menerbitkan laporan keuangan dalam
rupiah dan laporan tahunan selama lima tahun berturut-turut, yaitu dari tahun
2012 sampai dengan tahun 2016.
2. Perusahaan yang memiliki tahun tutup buku 31 Desember.
3. Laporan tahunan perusahaan memiliki data-data yang berkaitan dengan variabel
penelitian.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua cara
yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan
1. Penelitian Pustaka (Library research)
Perolehan data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku,
jurnal, majalah, tesis, internet, dan perangkat lain yang berkaitan dengan judul
penelitian.
45
2. Penelitian lapangan
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Seluruh
data bersumber dari laporan keuangan serta laporan tahunan perusahaan-perusahaan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) periode 2012-2016 yang telah dipublikasikan
lengkap di Bursa Efek Indonesia (BEI).
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik
analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis suatu
permasalahan yang diwujudkan dengan kuantitatif. Dalam penelitian ini, analisis
kuantitatif dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data-data penelitian sehingga
menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam analisis.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik
(logistic regression) dengan bantuan SPSS. Alasan penggunaan alat analisis model
regresi logistik adalah karena variabel dependen bersifat dummy {melakukan
kecurangan (fraud) dan tidak melakukan kecurangan (non fraud)}. Asumsi normal
distribution tidak dapat dipenuhi karena variabel bebas merupakan campuran antara
variabel kontinyu (metrik) dan kategorial (non-metrik). Dalam hal ini dapat dianalisis
dengan regresi logistik karena tidak perlu asumsi normalitas data pada variabel
bebasnya (Ghozali, 2011).
1. Definisi Regresi Logistik
Regresi logistik adalah bentuk khusus dimana variabel dependennya terbagi
menjadi dua bagian atau kelompok, walaupun formulanya dapat saja lebih dari dua
46
kelompok. Regresi logistik adalah regresi yang digunakan untuk mencari persamaan
regresi jika variabel dependennya merupakan variabel yang berbentuk skala.
Regresi logistik digunakan untuk menemukan persamaan regresi dimana variabel
dependennya bertipe kategorial dua pilihan seperti: ya atau tidak, atau lebih dari dua
pilihan seperti tidak setuju, setuju, dan sangat setuju. Pada teknik analisis regresi
logistik tidak memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel
bebasnya (Ghozali, 2011:333). Regresi logistik juga mengabaikan heteroscedacity,
artinya variabel dependen tidak memerlukan homoscedacity untuk masing-masing
variabel independennya.
2. Tahapan Regresi Logistik
Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik (logistic
regression) adalah statistik deskriptif dan pengujian hipotesis penelitian, adapun
penjelasannya diuraikan dalam paragraf dibawah (Ghozali, 2011: 346):
a. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi suatu data yang
dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi (standard deviation), dan maksimum-
minimum. Mean digunakan untuk memperkirakan besar rata-rata populasi yang
diperkirakan dari sampel. Standar deviasi digunakan untuk menilai rata-rata dari
sampel.
Maksimum-minimum digunakan untuk melihat nilai minimum dan maksimum
dari populasi. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari
47
sampel yang berhasil dikumpulkan dan memenuhi syarat untuk dijadikan sampel
penelitian.
b. Pengujian Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi. Uji
hipotesis yang digunakan adalah uji regresi logistik. Uji regresi logistik ini
digunakan untuk menguji pengaruh dari financial stability, financial target,
external pressure, institutional ownership, ineffective monitoring, change in
auditor, pergantian direksi perusahaan, dan frequent number of ceo’s picture yang
berpengaruh dengan fraudulent financial reporting suatu entitas perusahaan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2012-2016.
Analisis regresi logistik tidak menunjukkan arah hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen dengan mengukur kekuatan hubungan
antara variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011: 82).
Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis dengan logistic regression:
1) Jika hasil signifikansinya (p) < 0,05 maka H1 diterima.
2) Jika hasil signifikansinya (p) > 0,05 maka H1 ditolak.
1) Menilai Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and
Lemeshow’s Godness of Fit Test. Model ini untuk menguji hipotesis nol bahwa
data empiris sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data
sehingga model dapat dikatakan fit). Apabila terdapat perbedaan yang signifikan
48
antara model dengan nilai observasinya sehingga Godness fit model tidak baik
karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya.
Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Godness of Fit Test sama dengan
atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak. Sedangakan apabila nilai
statistik Hosmer and Lemeshow’s Godness of Fit Test lebih dari 0,05 maka
hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai
observasinya atau dikatakan bahwa model dapat diterima karena sesuai dengan
data observasinya (Ghozali, 2011: 341).
2) Menilai keseluruhan model (Overall Model Fit)
Uji ini digunakan untuk menilai model yang dihipotesiskan telah fit atau tidak
dengan data. Hipotesis untuk menilai model fit adalah:
H0 = model yang dihipotesiskan fit dengan data.
H1 = model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data.
Dari hipotesis ini agar model fit dengan data maka H0 harus diterima. Statistik
yang digunakan berdasarkan Likelihood. Likelihood L dari model adalah
probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Untuk
menguji hipotesis nol dan alternatif L ditransformasikan menjadi -2LogL. Output
SPSS memberikan dua nilai -2LogL yaitu satu untuk model yang hanya
memasukkan konstanta saja dan satu model dengan konstanta serta tambahan
bebas.
Adanya pengurangan nilai antara -2LogL awal dengan nilai 2LogL pada
langkah berikutnya menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan
49
data (Ghozali, 2011: 340). Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan
pengertian “Sum of Square Error” pada model regresi, sehingga penurunan
model Log Likelihood menunjukkan model regresi yang semakin baik.
3) Koefisien Determinan
Koefisien determinasi (R) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.
Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen (Ghozali, 2011: 341).
4) Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk
memprediksi kemungkinan suatu perusahaan melakukan fraudulent financial
reporting. Tabel klasifikasi menghitung estimasi yang benar (correct) dan salah
(incorrect) (Ghozali, 2011: 270).
5) Model Regresi Logistik yang Terbentuk
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik
(logistic regression), yaitu dengan melihat pengaruh financial stability, financial
target, external pressure, institutional ownership, ineffective monitoring, change
in auditor, pergantian direksi perusahaan, dan frequent number of CEO’s picture
terhadap fraudulent financial reporting pada perusahaan Badan Usaha Milik
50
Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-
2016. Model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
FFR = α0 + β1 ACHANGE + β2 ROA + β3 LEV+ β4 OSHIP + β5 BDOUT +
β6 CPA + ß7 DCHANGE + ß8 CEOPIC + ε
Dimana:
FFR = Fraudulent financial reporting
α0 = Konstanta
β1,2,3, = Koefisien variabel
ACHANGE = Persentase perubahan total aset
ROA = Return on assets
LEV = Rasio leverage
OSHIP = Presentase kepemilikan institusional
BDOUT = Persentase pengawasan yang tidak efektif
CPA = Presentase perubahan auditor
DCHANGE = Pergantian direksi perusahaan
CEOPIC = Persentase foto CEO yang terpampang dalam laporan
keuangan
ε = Kesalahan residual
E. Operasional Variabel
Menurut Indriantoro dan Supomo (2002) variabel adalah construct yang diukur
dengan berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran yang lebih nyata
51
mengenai fenomena-fenomena. Pengukuran construct merupakan masalah yang
kompleks, karena berkaitan dengan fungsi variabel untuk memberi gambaran yang
lebih kongkret mengenai abstraksi construct yang diwakilinya.
Operasionalisasi variabel penelitian adalah penentuan construct sehingga menjadi
variabel yang dapat diukur. Definisi operasionalisasi menjelaskan cara tertentu yang
digunakan dalam suatu penelitian dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga
memungkinkan penelitian lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara
yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik
(Indriantoro dan Supomo, 2002). Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-
masing variabel yang digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya.
1. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh
variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 2002: 63). Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah fraudulent financial reporting (Y). Fraudulent financial
reporting sering kali diawali dengan salah saji dari laporan keuangan kuartal yang
dianggap tidak material tetapi akhirnya tumbuh menjadi fraud secara besar-besaran
dan menghasilkan laporan keuangan tahunan yang menyesatkan secara material
(Rezaee, 2002). Mengacu pada penelitian Penelitian ini menggunakan variabel
dummy yang dikategorikan menjadi dua, yaitu jika perusahaan laporan keuangannya
terindikasi adanya kecurangan laporan keuangan bernilai “1”, sedangkan
perusahaan yang laporan keuangannya yang tidak terindikasi adanya kecurangan
laporan keuangan bernilai “0”. Untuk mengetahui perusahaan-perusahaan yang
52
melakukan kecurangan dan tidak melakukan kecurangan menggunakan formula
Beneish M-Score (Susmita dan Nanik 2015).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah fraudulent financial reporting
yang diukur dengan menggunakan model Beneish M-Score. Beneish M-Score
diukur dengan menggunakan 8 (delapan) rasio keuangan untuk mengidentifikasikan
apakah perusahaan memiliki indikasi untuk memanipulasi pendapatan dalam
laporan keuangan (Beneish, 1999). Delapan rasio keuangan dan pengukurannya
disajikan pada table 3.1.
Tabel. 3. 1.
Rasio Keuangan Untuk Mengukur Beneish M-Score
No Rasio
Keuangan Rumus
1
Days Sales in
Receivables
Index (DSRI)
(Net Receivables t / Sales t) / (Net Receivables t-1 / Sales t-1)
2 Gross Margin
Index (GMI) [(Sales t-1 – COGS t-1) / Sales t-1] / [(Sales t – COGS t) / Sales t]
3 Asset Quality
Index (AQI) 1-[(CA t + PPE t) / TA t ] / 1-[(CA t-1 + PPE t-1) / TA t-1 ]
4 Sales Growth
Index (SGI) Sales t / Sales t-1
5 Depreciation
Index (DEPI)
[Depreciation t-1 / (PPE t-1 + Depreciation t-1)] / [Depreciation t
/ (PPE t + Depreciation t)]
6
Sales General
and
Administrative
Expenses
(SG&A Expense t / Sales t) / (SG&A Expense t-1 / Sales t-1)
53
Index (SGAI)
7 Leverage
Index (LVGI)
[(CL t + Long Term Debt t) / TA] / [(CL t-1 + Long Term Debt
t-1 ) / TA]
8
Total Accruals
to Total Assets
(TATA)
(NI From Continuing Operations t – Cash Flow Operation) /
TA t
Sumber: Beneish (1999)
Setelah dilakukan perhitungan kedelapan rasio tersebut, kemudian
diformulasikan kedalam rumus Beneish M Score Model:
M-Score = -4.84 + 0.920 DSRI + 0.528 GMI + 0.404 AQI + 0.892 SGI + 0.115
DEPI - 0.172 SGAI - 0.327 LVGI + 4.697 TATA
Jika Benesih M-Score lebih besar dari -2.22, dikategorikan sebagai perusahaan
yang melakukan fraud. Sedangkan jika skor lebih kecil dari 2.22, dikategorikan
sebagai perusahaan yang tidak melakukan fraud (non fraud). Selanjutnya
perusahaan yang melakukan fraud diberi skor 1 dan yang tidak melakukan fraud
(non fraud) diberi skor 0 (Laila, 2015).
2. Variabel Independen
a. Financial Stability: Presentase perubahan total aset (ACHANGE)
Financial stability merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi keuangan
perusahaan dalam kondisi stabil. Penilaian mengenai kestabilan kondisi keuangan
perusahaan dapat dilihat dari bagaimana keadaan asetnya. FASB (1980)
mendefinisikan aset sebagai manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa
54
mendatang yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai
akibat transaksi atau peristiwa masa lalu. Total aset menggambarkan kekayaan
yang dimiliki oleh perusahaan yang meliputi aset lancar dan aset tidak lancar.
Skousen (2009) Persentasi perubahan total aset (ACHANGE) merupakan rasio
perubahan aset selama dua tahun. ACHANGE dihitung dengan rumus:
ACHANGE : (Total Aset t – TotalAset t-1)/Total Aset t
b. Financial Target: Return On Assets (ROA)
Terget-target keuangan berupa laba atas usaha yang ingin dicapai oleh
perusahaan sering disebut pula dengan financial target. Salah satu pengukuran
untuk menilai tingkat laba yang diperoleh perusahaan atas usaha yang dikeluarkan
adalah ROA (Return On Assets). Target keuangan memiliki hubungan dengan
teori agensi yang menjelaskan adanya hubungan antar agen dan principal. Agen
dan principal memiliki harapan untuk memenuhi kepentingan masing-masing.
Kaitannya dalam hal ini terdapat pada keinginan manajemen untuk mendapatkan
bonus atas hasil kinerja mereka terhadap pemenuhan keinginan prinsipal yaitu
pemenuhan target finansial berupa laba.
Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mencapai target finansialnya
dapat dikatakan bahwa kinerja perusahaan semakin baik. Namun terkadang ada
faktor-faktor tertentu yang tidak dapat dikendalikan perusahaan sehingga membuat
target finansial tersebut tidak tercapai dan eksistensi perusahaan akan diragukan.
Timbulnya tekanan atas pencapaian target finansial untuk mendapatkan bonus atas
hasil kinerja dan menjaga eksistensi kinerja perusahaan dapat memunculkan
55
kemungkinan adanya pengaruh tekanan terhadap pemenuhan target finansial
terhadap kecurangan pelaporan keuangan. Skousen (2009) ROA merupakan rasio
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. ROA dihitung
dengan rumus :
ROA : Laba Bersih/Total Aset
c. External Pressure: Rasio Leverage (LEVERAGE)
External Pressure merupakan tekanan yang berlebihan bagi manajemen untuk
memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga. Untuk mengatasi tekanan
tersebut perusahaan membutuhkan tambahan utang atau sumber pembiayaan
eksternal agar tetap kompetitif, termasuk pembiayaan riset dan pengeluaran
pembangunan atau modal. Kebutuhan pembiayaan eksternal terkait dengan kas
yang dihasilkan dari pembiayaan melalui hutang (Skousen et al, 2009). Oleh
karena itu external pressure pada penelitian ini diproksikan dengan rasio leverage
(LEV). Rasio Leverage dihitung dengan rumus:
LEV = Total Hutang/Total Aset
d. Institutional Ownership (OSHIP)
Terdapat indikasi ketika terdapat institutional ownership atau kepemilikan
saham institusi di dalam sebuah perusahaan akan menjadi sebuah tekanan sendiri
bagi perusahaan tersebut. Tekanan tersebut terjadi karena pihak manajemen
memiliki tanggung jawab yang lebih besar dikarenakan pertanggungjawaban yang
dilakukan tidak hanya kepada seorang individu, namun kepada institusi. Selain itu,
besarnya kepemilikan saham oleh institusi daripada perseorangan membuat
56
manajemen melakukan usaha yang lebih agar tidak kehilangan para investor
tersebut, salah satunya dengan cara mempercantik laporan keuangan melalui
tindakan manipulasi. Berdasarkan hal tersebut dapat diindikasikan, semakin besar
kepemilikan saham oleh institusi maka semakin besar pula kemungkinan
perusahaan merasa tertekan sehingga melakukan kecurangan pelaporan keuangan.
Chyntia (2016) Institutional ownership di hitung dengan rumus :
OSHIP : Saham yang Dimiliki Institusi Lain/Saham yang Beredar
e. Ineffective Monitoring (BDOUT)
Ineffective monitoring merupakan kondisi dimana tidak adanya keefektifan
sistem pengawasan internal yang dimiliki perusahaan. Hal tersebut dapat terjadi
terjadi karena adanya dominasi manajemen oleh satu orang atau kelompok kecil,
tanpa kontrol kompensasi, tidak efektifnya pengawasan dewan direksi dan komite
audit atas proses pelaporan keuangan dan pengendalian internal. Dengan
kurangnya kontrol dari pihak internal perusahaan menjadi kesempatan tersendiri
bagi beberapa pihak untuk memanipulasi data pada laporan keuangan. Chyntia
(2016) Ineffective monitoring ini diukur dengan rumus :
BDOUT : Jumlah Dewan Komisaris Independen/Jumlah Total Dewan
Komisaris
f. Change In Auditor (CPA)
Change in auditor atau pergantian auditor yang digunakan perusahaan dapat
dianggap sebagai suatu bentuk untuk menghilangkan jejak fraud (Fraud trail)
yang ditemukan oleh auditor sebelumnya. Kecenderungan tersebut mendorong
57
perusahaan untuk mengganti auditor independennya guna menutupi kecurangan
yang terdapat dalam perusahaan. Oleh karena itu penelitian ini memproksikan
Rationalization dengan Change in auditor (CPA) yang diukur dengan variabel
dummy dimana apabila terdapat pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) setiap
tahunnya selama periode 2012-2016 maka diberi kode 1, sebaliknya apabila tidak
terdapat pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) perusahaan selama periode
2012-2016 maka diberi kode 0 (Skousen, 2009).
g. Pergantian Direksi Perusahaan (DCHANGE)
Competence yang dimiliki seseorang dalam perusahaan akan mempengaruhi
kemungkinan seseorang melakukan fraud. Wolfe dan Hermanson (2004)
mengemukakan bahwa perubahan direksi akan dapat menyebabkan stress period
yang berdampak pada semakin terbukanya peluang untuk melakukan fraud. Oleh
karena itu penelitian ini memproksikan competence dengan pergantian direksi
perusahaan (DCHANGE) yang diukur dengan variabel dummy dimana apabila
terdapat perubahan direksi perusahaan setiap tahunnya selama periode 2012-2016
maka diberi kode 1, sebaliknya apabila tidak terdapat perubahan direksi
perusahaan selama periode 2012-2016 maka diberi kode 0, (Chyntia, 2016).
h. Arrogance : Frequence Number Of CEO’s Picture (CEOPIC)
Yang dimaksud dengan frequent number of CEO’s picture adalah jumlah foto
CEO yang terpampang pada laporan tahunan perusahaan. Banyaknya foto CEO
yang terpampang dalam sebuah laporan tahunan perusahaan dapat
merepresentasikan tingkat arogansi atau superioritas yang dimiliki CEO tersebut.
58
Seorang CEO cenderung lebih ingin menunjukkan kepada semua orang akan status
dan posisi yang dimilikinya dalam perusahaan karena mereka tidak ingin
kehilangan status atau posisi tersebut (atau merasa tidak dianggap), hal ini sesuai
dengan salah satu elemen yang dipaparkan oleh Crowe (2011). Tingkat arogansi
yang tinggi dapat menimbulkan terjadinya fraud karena dengan arogansi dan
superioritas yang dimiliki seorang CEO, membuat CEO merasa bahwa kontrol
internal apapun tidak akan berlaku bagi dirinya karena status dan posisi yang
dimiliki. Menurut Crowe (2011), juga terdapat kemungkinan bahwa CEO akan
melakukan cara apapun untuk mempertahankan posisi dan kedudukan yang
sekarang dimiliki. Oleh karena itu penelitian ini memproksikan arrogance dengan
frequent number of CEO’s picture yang diukur dengan melihat total foto CEO
yang terpampang dalam sebuah laporan tahunan (Chyntia, 2016).
Variabel dan skala pengukuran terdapat dalam penelitian disajikan secara ringkas
dalam Tabel 3.2 dibawah ini:
Tabel. 3. 2.
Operasional Variabel dan Pengukuran
Variabel Pengukuran Skala
Pengukuran
Fraudulent Financial
Reporting
(Laila,2015)
Variable dummy menggunakan Beneish
M-Score, apabila M-Score lebih besar
dari -2,22 dikategorikan melakukan fraud
dan diberikan skor 1, sedangkan jika M-
Score lebih kecil dari 2,22 dikategorikan
sebagai perusahaan yang tidak melakukan
fraud dan di berikan skor 0.
Nominal
59
Presentase perubahan
total aset
(Skousen, 2009)
Total Hutang/Total Aset
Rasio
Return on Total Assets
(Skousen, 2009)
Laba Bersih/Total Aset
Rasio
Rasio Leverage
(Skousen, 2009)
Total Hutang/Total Aset
Rasio
Persentase kepemilikan
saham institusional
(Chyntia, 2016)
Saham yang Dimiliki Institusi Lain/
Saham yang Beredar
Rasio
Persentase pengawasan
yang tidak efektif
(Chyntia, 2016)
Jumlah Dewan Komisaris Independen/
Jumlah Total Dewan Komisaris
Rasio
Change in auditor
(Skousen, 2009)
Variable dummy, apabila terdapat
pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP)
selama periode 2012-2016 maka diberi
kode 1, sebaliknya diberi kode 0
Nominal
Pergantian direksi
(Chyntia, 2016)
Variable dummy, kode 1 jika terdapat
pergantian direksi dalam perusahaan,
kode 0 jika tidak terdapat pergantian
Nominal
Frequent number of
CEO’s picture (Chyntia,
2016)
Total foto CEO yang terpampang dalam
sebuah laporan tahunan
Rasio
60
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Gambaran umum objek penelitian menyajikan prosedur pemilihan sampel dan
kelompok perusahaan yang menjadi populasi dari penelitian ini. Objek dalam
penelitian ini adalah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2016. Perusahaan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut telah terdaftar di BEI dan selama periode
penelitian tersebut tidak keluar dari BEI atau mengalami delisting serta telah
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya.
Berdasarkan populasi perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016 tersebut penelitian ini
menggunakan beberapa sampel perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang ditentukan berdasarkan metode purposive sampling, yaitu penentuan sampel
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Adapun data yang digunakan adalah data
sekunder yang berasal dari laporan keuangan dan laporan tahunan 2012, 2013,
2014, 2015 dan 2016 melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia pada alamat
website www.idx.co.id. Dari pertimbangan tersebut didapatkan sampel sebanyak
17 perusahaan. Tabel 4.1 dibawah ini menyajikan tahapan seleksi sampel
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
61
Tabel. 4.1.
Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria
Sumber: Data sekunder diolah
Berdasarkan tabel 4.1, dapat dilihat bahwa jumlah perusahaan Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
periode 2012-2016 yang sesuai dengan kriteria sebanyak 17 perusahaan. Berikut
merupakan daftar perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menjadi
sampel dalam penelitian ini.
Tabel. 4.2.
Daftar Nama Perusahaan
No Nama Perusahaan Kode
1 PT. Indofarma Tbk. INAF
2 PT. Kimia Farma Tbk. KAEF
3 PT. Adhi Karya Tbk. ADHI
4 PT. Pembangunan Perumahan Tbk. PTPP
5 PT. Wijaya Karya Tbk. WIKA
6 PT. Waskita Karya Tbk. WSKT
7 PT. Bank Negara Indonesia Tbk. BBNI
Keterangan Jumlah
Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2016 yang menerbitkan
laporan keuangan dalam rupiah dan laporan tahunan selama lima
tahun berturut-turut, yaitu dari tahun 2012 sampai dengan tahun
2016.
17
(-) Perusahaan yang memiliki tahun tutup buku 31 Desember. (0)
(-) Laporan tahunan perusahaan memiliki data-data yang berkaitan
dengan variabel penelitian.
(0)
Jumlah perusahaan 17
Jumlah tahun penelitian 5
Jumlah sampel total dalam periode penelitian 85
62
8 PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. BBRI
9 PT. Bank Tabungan Negara Tbk. BBTN
10 PT. Bank Mandiri Tbk. BMRI
11 PT. Aneka Tambang Tbk. ANTM
12 PT. Bukit Asam Tbk. PTBA
13 PT. Timah Tbk. TINS
14 PT. Semen Indonesia Tbk. SMGR
15 PT. Jasa Marga Tbk. JSMR
16 PT. Garuda Indonesia Tbk. GIAA
17 PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. TLKM
Sumber: Date sekunder diolah
B. Hasil Uji Analisis Data Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi
logistik (logistic regression). Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran
yang menyeluruh mengenai pengaruh variabel independen financial stability,
financial target, external pressure, institutional ownership, ineffective monitoring,
change in auditor, pergantian direksi perusahaan, dan frequent number of ceo’s
picture terhadap variabel dependen yaitu fraudulent financial reporting.
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diperoleh sebanyak 85 data observasi
yang berasal dari perkalian antara periode penelitian (5 tahun, dari tahun 2012 -
2016 dengan jumlah perusahaan sampel 17 perusahaan).
Tabel. 4.3.
Deskripsi Statistik
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Financial Stability 85 -.1101 .5862 .155365 .1185168
Financial Target 85 -.1200 .2683 .058642 .0639223
External Pressure 85 .2529 .9188 .620636 .2053223
63
Institutional
Ownweship
85 .0004 .5643 .358132 .1473241
Ineffective Monitoring 85 .0000 .5714 .352400 .1314699
Frequent Number Of
CEO's Picture
85 2.0000 12.0000 3.905882 1.9000221
Valid N (listwise) 85
Sumber : Data diolah
Tabel 4.3 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian.
Berdasarkan Tabel 4.3, hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif
financial stability menunjukkan nilai minimum sebesar -0,1101, nilai maksimum
sebesar 0,5862 dengan nilai rata-rata sebesar 0,155365 artinya tingkat stabilitas
keuangan perusahaan rata-rata sebesar 15,54% dengan nilai standar deviasi
sebesar 0,1185168.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap financial
target menunjukkan nilai minimum sebesar -0.1200 nilai maksimum sebesar
0,2683 dengan nilai rata-rata sebesar 0,058642 artinya tingkat kemampuan
perusahaan menghasilkan laba rata-rata sebesar 5,87% dan nilai standar deviasi
sebesar 0,0639223.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap external
pressure menunjukkan nilai minimum sebesar 0,2529 nilai maksimum sebesar
0,9188 dengan nilai rata-rata sebesar 0,620636 artinya tingkat hutang
perusahaan pada seluruh perusahaan rata-rata sebesar 62,06% dan nilai standar
deviasi sebesar 0,2053223.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap institutional
ownership menunjukkan nilai minimum sebesar 0.0004 nilai maksimum sebesar
0.5643 dengan nilai rata-rata sebesar 0,358132 artinya tingkat tingkat
64
kepemilikan saham institusi lain pada perusahaan rata-rata sebesar 35,81% dan
nilai standar deviasi sebesar 0,1473241.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif ineffective monitoring
menunjukkan nilai minimum sebesar 0.0000 nilai maksimum sebesar 0,5714
dengan nilai rata-rata sebesar 0,352400 artinya tingkat pengendalian yang tidak
efektif pada perusahaan rata-rata sebesar 35,24% dan nilai standar deviasi
sebesar 0.1314699.
Hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif frequent number of
ceo’s picture menunjukkan nilai minimum sebesar 2.0000 nilai maksimum
sebesar 12,0000 dengan nilai rata-rata sebesar 3.905882 artinya tingkat arogansi
pada perusahaan rata-rata sebesar 390.59% dan nilai standar deviasi sebesar
1.9000221.
2. Hasil Uji Model Penelitian
Analisis regresi dalam penelitian ini mengguanakan analisis regresi logistik
dengan tipe regresi logistic. Regresy logistic adalah regresi yang digunakan untuk
melakukan pemodelan suatu kemungkinan kejadian dengan variabel Y (respons)
bertipe kategorial dua pilihan (Trihendradi, 2007: 63). Tujuan regresi logistic
adalah untuk memprediksi besar variabel dependen yang berupa sebuah variabel
logistic menggunakan data variabel bebas yang sudah diketahui besarnya
(Santoso, 2015: 249).
Dalam penelitian ini untuk perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
dengan variabel dependen (respons) Y bertipe kategorik/dua pilihan yaitu Non
Fraud 0 dan Fraud 1. Keterangan ini dapat dilihat dalam tabel identifikasi data
65
Tabel. 4.4.
Identifikasi Data
Original Value Internal Value
.0000 0
1.0000 1
Sumber : Data sekunder yang diolah
Dalam penelitian ini jumlah data yang diproses sebanyak 85 perusahaan atau
N=85. Untuk melihat kelengkapan daya yang diproses dalam penelitian ini dan
tidak adanya missing case ditunjukkan pada tabel case processing summary.
Tabel. 4.5.
Data yang Diproses
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 85 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 85 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 85 100.0
Sumber: Data Sekunder yang Diolah
Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik dapat
dijelaskan sebagai berikut (Ghozali, 2011: 346):
a. Menilai Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and
Lemeshow’s Goodness and Fit Test. Model ini untuk menguji hipotesis nol
bahwa data empiris sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model
dengan data sehingga model dapat dikatakan fit (Ghozali, 2011: 346). Jika
nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness and Fit Test sama dengan
66
atau kurang dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak atau model dikatakan tidak fit.
Hal ini berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai
observasinya sehingga goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat
memprediksi nilai observasinya.
Jika nilai staistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness and Fit Test lebih
besar 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu
memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan bahwa model dapat
diterima karena sesuai dengan data observasinya
Tabel. 4.6.
Kelayakan Model Regresi
Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig.
1 5.753 7 .569
Sumber : Data Sekunder yang Diolah
Hasil output SPSS yang disajikan dalam tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai
Chi-square sebesar 5,753 dengan signifikansi (p) sebesar 0,569. Berdasarkan
hasil tersebut, dengan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka
model dapat disimpulkan mampu memprediksi nilai observasinya atau model
dikatakan fit dengan data dan model dapat diterima sehingga model ini dapat
digunakan untuk analisis selanjutnya.
b. Hasil Uji Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Untuk pengujian ini statistik digunakan pada fungsi likelihood. Likelihood L
dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan
menggambarkan data input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L
ditransformasikan menjadi -2LogL. Output SPSS memberikan dua nilai -
67
2LogL yaitu satu untuk model yang hanya memasukkan konstanta saja dan
satu model dengan konstanta serta variabel bebas. Pengujian dilakukan dengan
membandingkan nilai antara -2 Log Likehood (-2LogL) awal (block number =
0) dengan nilai -2 Log Likehood (-2LogL) akhir (block number = 1). Adanya
penurunan nilai Likehood (2LogL) menunjukkan model regresi yang lebih baik
atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data (Ghozali,
2011: 346). Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan pengertian ‘Sum
of Square Error’ pada model regresi, sehingga penurunan nilai Log Likelihood
menunjukkan model regresi yang semakin baik.
Tabel. 4.7.
Hasil Uji Menilai Keseluruhan Model
(Block Number 0: Beginning Block)
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 117.541 -.118
2 117.541 -.118
Sumber : Data Sekunder yang Diolah
Tabel 4.7 menunjukkan nilai -2 Log Likelihood (-2LogL) pada blok pertama
(block number = 0) terlihat nilai -2LogL sebesar 117.541 Kemudian nilai -
2LogL berikutnya (block number = 1) ditunjukkan pada tabel 4.8 berikut ini:
68
Tabel. 4.8.
Hasil Uji Keseluruhan Model
(Block Number = 1)
Iteration Historya,b,c,d
Iteration
-2 Log
likelihood
Coefficients
Constant X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8
Step
1
1 95.934 -1.219 4.323 -.071 2.410 -.138 -5.126 .046 .000 .201
2 95.187 -1.501 5.649 -.249 2.812 -.118 -5.999 .107 -.079 .248
3 95.175 -1.536 5.856 -.299 2.848 -.106 -6.097 .123 -.093 .255
4 95.175 -1.536 5.860 -.300 2.848 -.106 -6.099 .123 -.093 .255
5 95.175 -1.536 5.860 -.300 2.848 -.106 -6.099 .123 -.093 .255
Sumber: Data Sekunder yang Diolah
Pada tabel 4.8 terlihat bahwa nilai -2 Log Likehood (-2LogL) pada block
number = 1 setelah dimasukkan ketujuh variabel independen yaitu financial
stability, financial target, external pressure, institutional ownership, ineffective
monitoring, change in auditor, pergantian direksi perusahaan, dan frequent
number of CEO’s picture menjadi sebesar 95.175.
Seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.7 dan 4.8 nilai -2 Log Likehood (-
2LogL) awal (block number = 0) sebesar 117.541 dan -2 Log Likehood (-
2LogL) berikutnya (block number =1) sebesar 95.175. Hal ini berarti
mengalami penurunan sebesar 22.366. Terjadinya penurunan nilai 2LogL ini
menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang
dihipotesiskan fit dengan data.
c. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik
ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke’s R2 dapat
diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression. Nilai yang kecil
69
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011: 346). Tabel 4.9
menunjukkan hasil uji koefisien determinasi sebagai berikut:
Tabel. 4.9.
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square Nagelkerke R Square
1 95.175a .231 .309
Sumber: Data Sekunder yang Diolah
Berdasarkan hasil output SPSS yang ditunjukkan dalam tabel 4.9, dapat
dilihat bahwa nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,309. Hal ini berarti
variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen
adalah sebesar 30,9%. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 69,1% dijelaskan oleh
faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti nature of
industry, audit report, dan organization structure.
d. Hasil Matriks Klasifikasi
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk
memprediksi kemungkinan kecurangan laporan keuangan pada perusahaan.
Dalam output regresi logistik angka ini dapat dilihat dalam clasification table.
Tabel klasifikasinya menghitung estimasi yang benar (correct) dan salah
(incorrect)
70
Tabel. 4.10.
Matriks Klasifikasi
Classification Tablea
Observed
Predicted
Fraudulent Financial
Reporting Percentage
Correct .0000 1.0000
Step 1 Fraudulent Financial
Reporting
.0000 37 8 82.2
1.0000 15 25 62.5
Overall Percentage 72.9
Sumber : Data Sekunder yang Diolah
Tabel 4.10 di atas menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk
memprediksi kemungkinan tingkat prediksi model adalah sebesar 72.9%,
dimana 82.2% non fraud dan 62.5% fraud telah mampu diprediksi oleh
model. Artinya kemampuan prediksi dari model dengan variabel financial
stability, financial target, external pressure, institutional ownership, ineffective
monitoring, change in auditor, pergantian direksi perusahaan, dan frequent
number of ceo’s picture secara statistik dapat memprediksi sebesar 62.5%.
Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan
terjadinya kecurangan laporan keuangan adalah sebesar 62.5%. Hal ini
menunjukan bahwa dengan menggunakan model regresi yang digunakan,
terdapat sebanyak 53 perusahaan (62.5%) diprediksi melakukan fraudulent
financial reporting dari total 85 perusahaan yang melakukan fraudulent
financial reportingd. Kekuatan prediksi model perusahaan yang dinyatakan
tidak melakukan fraud (non fraud) adalah sebesar 82.2%, yang berarti bahwa
dengan model regresi yang digunakan terdapat 70 perusahaan (82.2%) dari
71
total 85 perusahaan yang tidak melakukan fraudulent financial reporting.
Sehingga secara keseluruhan ketepatan klasifikasi sebesar 72.9%.
e. Hasil Uji Hipotesis
Estimasi parameter dapat dilihat melalui koefisien regresi. Koefisien regresi
dari tiap-tiap variabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan antara
variabel yang satu dengan yang lainnya. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
cara membandingkan antara nilai probabilitas (sig). Apabila terlihat angka
signifikan lebih kecil terlihat 0,05 maka koefisien regresi adalah signifikan
pada tingkat 5%. Hal itu berarti H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti
bahwa variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap terjadinya
variable terikat. Analisis uji regresi ini untuk menguji seberapa jauh semua
variabel terikat. Hasil koefisien regresi dapat ditentukan dengan menggunakan
nilai probabilitas (Sig) pada tabel berikut:
Hasil pengujian terhadap koefisien regresi menghasilkan model berikut ini :
Tabel. 4.11.
Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik
Variables in the Equation B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step
1a
Financial Stability 5.860 2.756 4.522 1 .033 350.760
Financial Target -.300 5.851 .003 1 .959 .741
External Pressure 2.848 2.001 2.027 1 .155 17.255
Institutional
Ownweship
-.106 1.790 .003 1 .953 .900
Ineffective
Monitoring
-6.099 2.285 7.122 1 .008 .002
Change In Auditor .123 .764 .026 1 .872 1.131
Pergantian Direksi -.093 .532 .031 1 .861 .911
Frequent Number
Of CEO's Picture
.255 .156 2.680 1 .102 1.290
Constant -1.536 1.337 1.321 1 .250 .215
Sumber : Data Sekunder yang Diolah
72
Zi=-1.337 + 5.860 financial stability + -0. 300 financial target + 2.848 external
pressure + -0.106 institutional ownership + -6.099 ineffective monitoring +
0.123 change in auditor + -0.093 pergantian direksi + 0.255 frequent number
of ceo’s picture
Berdasarkan pengujian regresi logistik (logistic regression) sebagaimana
telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, interpretasi hasil disajikan dalam
delapan bagian. Bagian pertama membahas pengaruh financial stability
terhadap fraudulent financial reporting (FFR) (H1). Bagian kedua membahas
pengaruh financial target terhadap fraudulent financial reporting (FFR) (H2).
Bagian ketiga membahas pengaruh external pressure terhadap fraudulent
financial reporting (FFR) (H3). Bagian keempat membahas pengaruh
institutional ownership terhadap fraudulent financial reporting (FFR) (H4).
Bagian kelima membahas pengaruh ineffective monitoring terhadap fraudulent
financial reporting (FFR) (H5). Bagian keenam membahas pengaruh change in
auditor terhadap fraudulent financial reporting (FFR) (H6). Bagian ketujuh
membahas pengaruh pergantian direksi terhadap fraudulent financial reporting
(FFR) (H7). Bagian kedelapan membahas pengaruh frequent number of ceo’s
picture terhadap fraudulent financial reporting (FFR) (H8). Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut:
1) Pengaruh financial stability terhadap fraudulent financial reporting (FFR)
Hasil pengujian variabel persentase perubahan financial stability
mempunyai signifikansi 0,033 lebih kecil dari α = 0,05. Nilai koefisien beta
yang dihasilkan 5.860 Hal ini menunjukan bahwa hipotesis H1 diterima,
73
sehingga dapat dikatakan persentase perubahan total aset berpengaruh
terhadap fraudulent financial reporting pada tingkat signifikansi 5%. Hasil
ini mengindikasi bahwa semakin tinggi kondisi ketidakstabilan keuangan
perusahaan, maka kemungkinan perusahaan melakukan fraudulent financial
reporting juga semakin tinggi. Hasil penelitian ini mendukung hasil peneltian
yang dilakukan oleh Chyntia (2016) dan Skousen (2009) tetapi tidak
mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Merissa (2016),
mungkin hasil penelitiannya berbeda dikarenakan sampel dan cara
pengukuran yang berbeda pula.
Skousen (2009) bahwa manajer menghadapi tekanan untuk melakukan
fraudulent financial reporting ketika stabilitas keuangan (financial stability)
terancam oleh keadaan ekonomi, Industri, dan situasi entitas yang beroperasi.
Artinya dengan adanya ketidakstabilan keuangan, akan memicu terjadinya
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan manajemen.
2) Pengaruh financial target terhadap fraudulent financial reporting (FFR)
Hasil pengujian financial target mempunyai nilai signifikansi 0,959 lebih
besar dari α =0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan sebesar -0.300. Hal
ini menunjukkan hipotesis H2 tidak diterima sehingga dapat dikatakan bahwa
financial target tidak memiliki pengaruh terhadap fraudulent financial
reporting pada tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian yang Chyntia (2016) dan Laila (2015). Tetapi hasil penelitian ini
tidak mendukung hasil penelitian Widarti (2015) dan Skousen et al. (2009)
74
yang menunjukkan hasil berbeda bisa jadi dikarenakan sampel yang berbeda
serta cara pengukurannya.
Laila (2015) tidak berpengaruhnya financial target terhadap fraudulent
financial reporting disebabkan karena manajer menganggap bahwa besarnya
financial target perusahaan masih dinilai wajar dan bisa dicapai. Manajer
tidak menganggap bahwa financial target tersebut sebagai target keuangan
yang sulit untuk dicapai sehingga besarnya financial target tidak memicu
terjadinya kecurangan laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen.
Namun berbeda dengan hasil Widarti (2015) dan Skousen et al (2009)
yang menunjukan financial target berpengaruh signifikan terhadap
kecurangan laporan keuangan. Widarti (2015) mengatakan bahwa financial
target merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur
efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Perolehan laba perusahaan yang
sesuai dengan target, memicu perhatian para investor terhadap perusahaan.
Demi mencapai target laba yang telah direncanakan tersebut, akan
mendorong pihak manajemen melakukan manajemen laba sehingga laporan
keuangan perusahaan akan disajikan secara tidak wajar apabila ternyata laba
yang dihasilkan oleh perusahaan rendah.
Merissa (2015) menyatakan bahwa ROA yang tinggi pada tahun
sebelumnya akan memicu perusahaan untuk meningkatkan profitabilitasnya
dimasa yang akan datang. Meskipun demikian penurunan profitabilitas
perusahaan dapat terjadi akibat krisis yang melanda industri atau perusahaan
75
yang tidak dapat diprediksi sehingga terjadi penurunan profitabilitas ataupun
kenaikan profitabilitas yang semu. Kenaikan profitabilitas perusahaan juga
dapat diakibatkan peningkatan mutu operasional perusahaan seperti
modernisasi sistem informasi, perekrutan tenaga kerja yang potensial serta
kebijakan direksi yang tepat dalam menyelesaikan masalah.
3) Pengaruh external pressure terhadap fraudulent financial reporting (FFR)
Hasil pengujian external pressure mempunyai nilai signifikansi 0,155
lebih besar dari α =0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan sebesar 2.848.
Hal ini menunjukkan hipotesis H3 tidak diterima sehingga dapat dikatakan
bahwa external pressure tidak memiliki pengaruh terhadap fraudulent
financial reporting pada tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian Susmita dan Nanik (2015). Tetapi hasil penelitian
ini tidak mendukung hasil penelitian Chyntia (2016), Kennedy (2014),
Widarti (2015) dan Laila (2015) yang menunjukkan hasil berbeda yang
menyatakan bahwa rasio leverage berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan, hal ini mungkin karena perbedaan sampel serta cara pengukuran
yang dilakukan.
Menurut Van Home (2007) dalam Susmita dan Nanik (2015) bahwa
external pressure merupakan biaya tetap yang digunakan untuk mendanai
perusahaan. Biaya ini dapat menguntungkan perusahaan apabila dapat
dikelola dengan baik sehingga menghasilkan pendapatan yang lebih besar
dari biaya tetap yang dikeluarkan. Namun hasil penelitian ini menunjukan
perusahaan mampu menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari biaya
76
tetap yang digunakan. Sehingga manajemen tidak harus melakukan
kecurangan pada laporan keuangan untuk mengembalikan hutang yang
digunakan untuk mendanai perusahaannya tersebut.
Namun berbeda dengan hasil Chyntia (2016), Kennedy (2014), Widarti
(2015) dan Laila (2015) yang menunjukan external pressure berpengaruh
terhadap kecurangan laporan keuangan. Laila (2015) mengatakan bahwa
semakin besar tekanan dari pihak eksternal maka akan meningkatkan potensi
manajemen untuk melakukan kecurangan laporan keuangan. Artinya
perusahaan tidak mampu menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari
biaya tetap yang digunakan, sehingga hal ini dapat memicu manajemen untuk
melakukan kecurangan laporan keuangan atas tekanan dari pihak eksternal
agar dapat mengembalikan hutang yang digunakan untuk mendanai
perusahaan tersebut.
4) Pengaruh institutional ownership terhadap fraudulent financial reporting
(FFR)
Hasil pengujian institutional ownership mempunyai nilai signifikansi
0,953 lebih besar dari α =0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan sebesar -
.106. Hal ini menunjukkan hipotesis H4 tidak diterima sehingga dapat
dikatakan bahwa institutional ownership tidak memiliki pengaruh terhadap
fraudulent financial reporting pada tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian
ini mendukung hasil penelitian Chyntia (2016), Merissa (2016) dan Widarti
(2015).
77
Dalam hasil penelitian Merissa (2016) menyatakan bahwa karena
kemungkinan keberadaan dewan komisaris independen akan memberikan
sedikit jaminan bahwa pengawasan perusahaan akan semakin independen dan
objektif serta jauh dari intervensi pihak-pihak tertentu. Fraud dapat
diminimalkan salah satunya dengan mekanisme pengawasan yang baik.
Keberadaan dewan komisaris independen dalam suatu perusahaan merupakan
suatu faktor yang signifikan dalam peningkatan pengawasan operasional
perusahaan.
5) Pengaruh ineffective monitoring terhadap fraudulent financial reporting
(FFR)
Hasil pengujian ineffective monitoring mempunyai nilai signifikansi 0.008
lebih kecil dari α =0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan sebesar -6.099.
Hal ini menunjukkan hipotesis H5 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa
ineffective monitoring memiliki pengaruh terhadap fraudulent financial
reporting pada tingkat signifikansi 5%. Dari hasil penelitian juga bisa kita
lihat, semakin tinggi efektifitas pengawasan perusahaan akan menurunkan
potensi manajemen untuk melakukan kecurangan laporan keuangan. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian Laila (2015) dan menolak hasil
penelitian Chyntia (2016), Kennedy (2014), Merissa (2016) dan Widarti
(2015). Perbedaan hasil penelitian itu sendiri mungkin karena berbedanya
sampel serta pengukuran yang dilakukan oleh masing-masing peneliti.
Menurut Gideon (2005) dalam Widarti (2015) menyatakan bahwa tidak
berpengaruhnya ineffective monitoring dimungkinkan bahwa penempatan
78
atau penambahan anggota dewan komisaris independen dimungkinkan hanya
sekedar memenuhi ketentuan formal dari BEI yang mewajibkan adanya
dewan komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari jumlah komisaris
yang ada, sementara pemegang saham mayoritas (pengendali/founders) masih
memegang peranan penting, sehingga kinerja dewan tidak meningkat bahkan
menurun, serta kuatnya kendali pendiri perusahaan dan kepemilikan saham
mayoritas menjadikan dewan komisaris tidak independen. Fungsi pengawas
yang seharusnya menjadi tanggung jawab anggota dewan menjadi tidak
efektif.
Laila (2015) Secara umum keberadaan dewan komisaris independen akan
memberikan sedikit jaminan bahwa pengawasan perusahaan akan semakin
independen dan objektif serta jauh dari intervensi pihak-pihak tertentu.
Semakin banyak komisaris independen diharapkan akan semakin
meningkatkan kinerja perusahaan. Namun akan berbeda apabila terdapat
intervensi kepada dewan komisaris independen yang mengakibatkan tidak
objektifnya suatu pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris
independen tersebut sehingga jumlah atau banyaknya dewan komisaris
independen dalam suatu perusahaan bukan merupakan suatu faktor yang
signifikan dalam meningkatkan pengawasan operasional perusahaan.
6) Pengaruh change in auditor terhadap fraudulent financial reporting (FFR)
Hasil pengujian change in auditor mempunyai nilai signifikansi 0.872
lebih besar dari α =0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan sebesar 0.123.
Hal ini menunjukkan hipotesis H6 tidak diterima sehingga dapat dikatakan
79
bahwa change in auditor tidak memiliki pengaruh terhadap fraudulent
financial reporting pada tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian Chyntia (2016), Laila (2015), Merissa (2016) dan
Kennedy (2014).
Merissa (2016) menyatakan bahwa kemungkinan perusahaan melakukan
pergantian auditor bukan karena ingin mengurangi pendeteksian laporan
keuangan oleh auditor lama, tetapi dikarnakan perusahaan menaati Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No 20 Tahun 2015 pasal 11 ayat 1 yang
menyatakan bahwa pemberian jasa audit atas laporan keuangan terhadap
suatu entitas oleh seorang akuntan publik dibatasi paling lama 5 (lima) tahun
buku berturut-turut.
Kennedy (2014) mengatakan bahwa perubahan auditor bisa terjadi sebagai
akibat perusahaan tidak puas terhadap kinerja auditor sebelumnya baik dari
hasil auditan yang dilakukan. Perusahaan yang motivasinya positif akan
menggunakan auditor yang benar-benar independen dan objektif dalam
melakukan audit untuk kepentingan perbaikan kinerja perusahaan dimasa
depan. Namun apabila suatu perusahaan mulai tidak puas dengan kinerja
auditor yang tidak dapat diintervensi atau dipengaruhi perusahaan agar
memanipulasi hasil auditan yang dilakukan maka kecenderungan fraud akan
semakin tinggi (Stice, 1991).
7) Pengaruh pergantian direksi terhadap fraudulent financial reporting (FFR)
Hasil pengujian pergantian direksi mempunyai nilai signifikansi 0,861
lebih besar dari α =0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan sebesar -0,093.
80
Hal ini menunjukkan hipotesis H7 tidak diterima sehingga dapat dikatakan
bahwa pergantian direksi tidak berpengaruh terhadap financial statement
fraud pada tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian ini mendukung hasil
penelitian Chyntia (2016), Kennedy (2014) dan Merissa (2016).
Merissa (2016) ketika perusahaan melakukan pergantian direksi bukan
disebabkan karena perusahaan ingin menutupi kecurangan yang dilakukan
direksi sebelumnya. Tetapi pemangku kepentingan tertinggi di perusahaan
menginginkan adanya perbaikan kinerja perusahaan dengan cara merekrut
direksi yang dianggap lebih kompeten daripada direksi sebelumnya.
Namun berbeda dengan hasil Wolfe and Hermanson dalam Skousen
(2009) yang menunjukan DCHANGE berpengaruh signifikan terhadap
kecurangan laporan keuangan. Wolfe and Hermanson (2004) mengatakan
bahwa perubahan direksi dapat mengindikasi terjadinya fraud. Perubahan
direksi merupakan upaya perusahaan untuk menyingkirkan direksi yang
dianggap mengetahui fraud yang dilakukan perusahaan serta perubahaan
direksi dianggap akan membutuhkan waktu adaptasi sehingga kinerja awal
tidak maksimal.
8) Pengaruh frequent number of CEO’s picture terhadap fraudulent financial
reporting (FFR)
Hasil pengujian frequent number of ceo’s picture mempunyai nilai
signifikansi 0.102 lebih besar dari α =0,05. Nilai koefisien beta yang
dihasilkan sebesar 0,255. Hal ini menunjukkan hipotesis H8 tidak diterima
sehingga dapat dikatakan bahwa frequent number of CEO’s picture tidak
81
memiliki pengaruh terhadap fraudulent financial reporting pada tingkat
signifikansi 5%. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian
Chyntia (2016) yang menyatakan bahwa frequent number of CEO’s picture
berpengaruh terhadap kecurangan yang terjadi di perusahaan. Menurutnya
tingkat arogansi yang tinggi dapat menimbulkan terjadinya fraud karena
dengan arogansi dan superioritas yang dimiliki seorang CEO, membuat CEO
merasa bahwa control internal apapun tidak akan berlaku bagi dirinya karena
status dan posisi yang dimiliki. Hasil penelitian ini berbeda mungkin karena
penelitian ini menggunakan sampel yang berbeda dari penelitia sebelumnya
di mana penelitian ini menggunakan sampel perusahaan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sedangkan
penelitian sebelumnya menggunakan sampel perusahaan perbankan dan
keuangan.
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini meneliti tentang pengaruh financial stability, financial target,
external pressure, institutional ownership, ineffective monitoring, change in auditor,
pergantian direksi, dan frequent number of CEO’s picture terhadap fraudulent
financial reporting. Data sampel perusahaan sebanyak 17 pengamatan perusahaan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama periode 2012-2016.
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang dijelaskan pada bagian
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Financial stability berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting selama
lima tahun pengamatan (2012-2016). Hasil penelitian ini mendukung hasil
peneltian yang dilakukan oleh Chyntia (2016) dan Skousen (2009) tetapi tidak
mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Merissa (2016)
2. Financial target tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting
selama lima tahun pengamatan (2012-2016). Hasil penelitian ini mendukung
hasil penelitian yang Chyntia (2016) dan Merissa (2016). Tetapi hasil penelitian
ini tidak mendukung hasil penelitian Widarti (2015) dan Skousen et al. (2009).
3. External pressure tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting
selama lima tahun pengamatan (2012-2016). Hasil penelitian ini mendukung
hasil penelitian Susmita dan Nanik (2015). Tetapi hasil penelitian ini tidak
83
mendukung hasil penelitian Chyntia (2016) dan Laila (2015) yang menunjukkan
hasil berbeda yang menyatakan bahwa rasio leverage berpengaruh terhadap
kecurangan laporan keuangan.
4. Institutional ownership tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial
reporting selama lima tahun pengamatan (2012-2016). Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian Chyntia (2016) dan Merissa (2016).
5. Ineffective monitoring berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting
selama lima tahun pengamatan (2012-2016). Hasil penelitian ini tidak
mendukung hasil penelitian Susmita (2015) dan Widarti (2015).
6. Change in auditor tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting
selama lima tahun pengamatan (2012-2016). Hasil penelitian ini mendukung
hasil penelitian Merissa (2016) dan Kennedy (2014).
7. Pergantian direksi tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial reporting
selama lima tahun pengamatan (2012-2016). Hasil penelitian ini mendukung
hasil penelitian Chyntia (2016) dan Merissa (2016).
8. Frequent number of ceo’ picture tidak berpengaruh terhadap fraudulent financial
reporting selama lima tahun pengamatan (2012-2016). Hasil penelitian ini tidak
mendukung hasil penelitian Chyntia (2016) yang menyatakan bahwa frequent
number of CEO’s picture berpengaruh terhadap kecurangan yang terjadi di
perusahaan.
84
B. Saran
Penelitian mengenai fraud dimasa yang akan datang diharapkan mampu
memberikan hasil penelitian yang lebih berkualitas dengan mempertimbangkan saran
sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya mungkin dapat memperluas sampel penelitian dengan
mempertimbangkan penggunaan seluruh perusahaan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) b a i k yang terdaftar di BEI maupun tidak sebagai populasi
penelitian.
2. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan beberapa variabel independen
lain yang mungkin dapat mempengaruhi kecurangan pelaporan keuangan untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai fraud di Indonesia seperti kualitas auditor
eksternal, nature of industry, structure of organization dan lain-lain.
3. Penelitian selanjutnya dapat meneliti sektor lain misalnya sektor manufaktur,
dimana sektor itu merupakan sektor ketiga terbanyak yang melakukan
kecurangan pelaporan keuangan menurut ACFE (2014).
85
DAFTAR PUSTAKA
Association of Certified Fraud Examinations. 2000. ACFE Reports The Nations 2000.
Association of Certified Fraud Examiners. 2014. Report to The Nation on
Occupational Fraud and Abuse (2014 Global Fraud Study).
Beneish, M.D. 1999. Detecting GAAP Violation: Implications for Assessing
Earnings Management Among Firm with Extreme Financial Performance.
Journal of Accounting and Public Policy, vol. 16, no. 3.
Bolton R dan Hand J. 2002. Statistical Fraud Detection : A Review, Statistical
Science, 17 (3), 235-255.
Boyton, Jonhson dan Kell. 2003. Modern Auditing, edisi ketujuh, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Cyntia Tessa. 2016. Fraudulent Financial Reporting : Pengujian Teori Fraud
Pentagon pada Sektor Keuangan dan Perbankan di Indonesia. Simposium
Nasional Akuntansi XIX, 1-21.
Dwi, Yuvita dan Agus. 2014. Dapatkah Teori Fraud Triangle Menjelaskan
Kecurangan dalam Laporan Keuangan?. SNA 17 Universitas Mataram
Mataram, Lombok
Einsenhardt, Kathleem,M. (1989). Agency Theory : An Assesment and Review.
Academy of Management Review, 14, hal. 54-74
Ernest & Young. 2009. Detecting Financial Statement Fraud : What Every Manager
Needs to Know.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Jensen M C dan Meckling W H. 1976. Theory of The Firm : Managerial Behavior,
Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 305-
360.
K.R. Subraman, John J, Wild. 2010. Analisis Laporan Keuangan Edisi ke sepuluh,
Salemba Empat, Jakarta.
Kennedy Sihombin. 2014. Analisis Fraud Diamond dalam Mendeteksi Financial
Statement Fraud : Studi empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di BEI tahun 2010-2012. Diponegoro Journal of Accounting, 1-12.
86
Laila Tiffany dan Marfuah. 2015. Deteksi Financial Statement Fraud dengan Analisis
Fraud Triangle pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Simposium Akuntansi XVIII. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Merissa dan Isti. 2016. Analisis Fraud Diamond dalam Mendeteksi Financial
Statement Fraud. SNA XIX Lampung.
Mulyadi. 2002. Auditing Edisi 6. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002. Metodologi Penelitian Bisnis edisi
Pertama. Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Rezaee Z. 2005. Cause, Consequences and Deterrence of Financial Statement Fraud.
Elsevier, 277-298.
Richardson, Vernon J. (1998). Information Asymmetry An earning Management :
Some Evidence. Working paper, 30 Maret
Robert N Anthony dan Vijay Govindarajan. 2005. Sistem Pengendalian Manajemen,
Edisi kesebelas. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Scott, W.R. 2000. Financial Accounting Theory. Second Edition. Canada: Prentice
Hall.
Sekaran, Uma. 2015. Metodologi Penelitian untuk Bisnis, edisi ke empat, Salemba
Empat, Jakarta.
Sekaran, Uma. 2015. Metodologi Penelitian untuk Bisnis, edisi pertama, Salemba
Empat, Jakarta.
Skousen,et al. 2009. Detecting and Predicting Financial Statement Fraud: The
Effectiveness of the Fraud Triangle and SAS No.99. In C. J. Skousen, K. R.
Smith, & C. j. Wright, Advances in Financial Economics (pp. 53-81).
Bingley: Emerald Group Publishing Limited.
Susmita dan Nanik. 2015. Analisis Determinan Financial Statement Melalui
Pendekatan Fraud Tiangle. Accounting Analisis Journal Vol. 4 No 1.
Universitas Negeri Semarang, Indonesia.
Tempo Interaktif, Jakarta. Diakses dari halaman
https://m.tempo.do/read/news/2009/08/28/090194968/tiga-direksi-waskita-
dinonaktifkan tanggal 14 April 2017.
Tempo Interaktif, Jakarta. Diakses dari halaman
http://www.tempo.co/read/news/2007/08/03/056104906/Izin-Akuntan-PT-
Kereta-Api-Dibekukan, tertanggal Jum’at, 03 Agustus 2007, 17:49 WIB.
Diakses pada tanggal 15 Juli 2017.
www.kimiafarma.co.id. Diakses pada tanggal 28 Juli 2017
87
Theodorus M Tuanakotta. 2012. Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi, edisi
kedua, Penerbit Salemba Empat.
Tugas F. 2012. Exploring a New Elemen of Fraud : A Study on Selected Financial
Accounting Fraud Cases in the World. American International Journal of
Contemporary Reserch, 2 (6), 112-121.
Ujiyantho M A. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen laba dan
kinerja keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X.
Widarti. 2015. Pengaruh Fraud Triangle Terhadap Deteksi Kecurangan Laporan
Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Jurnal Manajemen dan Bisnis Sriwijaya. Vol.13
Wolf, David T dan Dana R Hermanson. 2004. The Fraud Diamond : Considering The
Four Elements of Fraud. CPA Journal. 74. 12 : 38-42.
Yusar S dan Fitriyani J. 2013. Auditing. UIN Jakarta Press, Banten
89
Lampiran 1:
Daftar Nama Sampel Penelitian
No Nama Perusahaan Kode
1 PT. Indofarma Tbk. INAF
2 PT. Kimia Farma Tbk. KAEF
3 PT. Adhi Karya Tbk. ADHI
4 PT. Pembangunan Perumahan Tbk. PTPP
5 PT. Wijaya Karya Tbk. WIKA
6 PT. Waskita Karya Tbk. WSKT
7 PT. Bank Negara Indonesia Tbk. BBNI
8 PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. BBRI
9 PT. Bank Tabungan Negara Tbk. BBTN
10 PT. Bank Mandiri Tbk. BMRI
11 PT. Aneka Tambang Tbk. ANTM
12 PT. Bukit Asam Tbk. PTBA
13 PT. Timah Tbk. TINS
14 PT. Semen Indonesia Tbk. SMGR
15 PT. Jasa Marga Tbk. JSMR
16 PT. Garuda Indonesia Tbk. GIAA
17 PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. TLKM
Lampiran 2:
Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria
Keterangan Jumlah
Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2016 yang menerbitkan
laporan keuangan dalam rupiah dan laporan tahunan selama lima
tahun berturut-turut, yaitu dari tahun 2012 sampai dengan tahun
2016.
17
(-) Perusahaan yang memiliki tahun tutup buku 31 Desember. (0)
90
Lampiran 3:
Output Data SPSS dan Excel
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Financial Stability 85 -.1101 .5862 .155365 .1185168
Financial Target 85 -.1200 .2683 .058642 .0639223
External Pressure 85 .2529 .9188 .620636 .2053223
Institutional
Ownweship
85 .0004 .5643 .358132 .1473241
Ineffective Monitoring 85 .0000 .5714 .352400 .1314699
Frequent Number Of
CEO's Picture
85 2.0000 12.0000 3.905882 1.9000221
Valid N (listwise) 85
Case Processing Summary Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 85 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 85 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 85 100.0
Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value
.0000 0
1.0000 1
(-) Laporan tahunan perusahaan memiliki data-data yang berkaitan
dengan variabel penelitian.
(0)
Jumlah perusahaan 17
Jumlah tahun penelitian 5
Jumlah sampel total dalam periode penelitian 85
91
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 117.541 -.118
2 117.541 -.118
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
Fraudulent Financial
Reporting Percentage
Correct .0000 1.0000
Step 0 Fraudulent Financial
Reporting
.0000 45 0 100.0
1.0000 40 0 .0
Overall Percentage 52.9
Variables in the Equation B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.118 .217 .294 1 .588 .889
Variables not in the Equation Score df Sig.
Step 0 Variables Financial Stability 9.058 1 .003
Financial Target 2.352 1 .125
External Pressure 3.655 1 .056
Institutional Ownweship .017 1 .897
Ineffective Monitoring 3.075 1 .079
Change In Auditor 1.996 1 .158
Pergantian Direksi .677 1 .411
Frequent Number Of
CEO's Picture
3.290 1 .070
Overall Statistics 20.164 8 .010
Iteration Historya,b,c,d
Iteration
-2 Log
likelihood
Coefficients
Constan
t X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X7
Step
1
1 95.934 -1.219 4.323 -.071 2.410 -.138 -5.126 .046 .000 .201
2 95.187 -1.501 5.649 -.249 2.812 -.118 -5.999 .107 -.079 .248
3 95.175 -1.536 5.856 -.299 2.848 -.106 -6.097 .123 -.093 .255
4 95.175 -1.536 5.860 -.300 2.848 -.106 -6.099 .123 -.093 .255
5 95.175 -1.536 5.860 -.300 2.848 -.106 -6.099 .123 -.093 .255
92
Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig.
Step 1 Step 22.366 8 .004
Block 22.366 8 .004
Model 22.366 8 .004
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square Nagelkerke R Square
1 95.175a .231 .309
Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig.
1 5.753 7 .569
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Fraudulent Financial
Reporting = .0000
Fraudulent Financial
Reporting = 1.0000
Total Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 6 7.813 3 1.187 9
2 8 7.055 1 1.945 9
3 6 6.528 3 2.472 9
4 7 6.010 2 2.990 9
5 5 5.177 4 3.823 9
6 6 4.669 3 4.331 9
7 4 3.571 5 5.429 9
8 2 2.557 7 6.443 9
9 1 1.620 12 11.380 13
Classification Tablea
Observed
Predicted
Fraudulent Financial
Reporting Percentage
Correct .0000 1.0000
Step 1 Fraudulent Financial
Reporting
.0000 37 8 82.2
1.0000 15 25 62.5
Overall Percentage 72.9
93
Variables in the Equation B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step
1a
Financial Stability 5.860 2.756 4.522 1 .033 350.760
Financial Target -.300 5.851 .003 1 .959 .741
External Pressure 2.848 2.001 2.027 1 .155 17.255
Institutional
Ownweship
-.106 1.790 .003 1 .953 .900
Ineffective
Monitoring
-6.099 2.285 7.122 1 .008 .002
Change In Auditor .123 .764 .026 1 .872 1.131
Pergantian Direksi -.093 .532 .031 1 .861 .911
Frequent Number
Of CEO's Picture
.255 .156 2.680 1 .102 1.290
Constant -1.536 1.337 1.321 1 .250 .215
Correlation Matrix Constant X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8
Step
1
Constant 1.000 -.051 -.529 -.598 -.239 -.018 -.061 -.134 -.212
Financial
Stability
-.051 1.000 -.040 -.080 -.096 -.095 -.238 -.128 -.037
Financial
Target
-.529 -.040 1.000 .708 -.285 -.277 -.097 .128 -.207
External
Pressure
-.598 -.080 .708 1.000 -.261 -.478 -.026 -.077 -.146
Institutional
Ownweship
-.239 -.096 -.285 -.261 1.000 .022 .035 .025 .204
Ineffective
Monitoring
-.018 -.095 -.277 -.478 .022 1.000 .151 .056 -.178
Change In
Auditor
-.061 -.238 -.097 -.026 .035 .151 1.000 -.085 .030
Pergantian
Direksi
-.134 -.128 .128 -.077 .025 .056 -.085 1.000 -.105
Frequent
Number Of
CEO's
Picture
-.212 -.037 -.207 -.146 .204 -.178 .030 -.105 1.000
94
Tabel Hasil Penelitian Variabel Fraudulent Financial Reporting
No Nama Perusahaan Kode
Hasil Penelitian Fraudulent Financial
Reporting
2012 2013 2014 2015 2016
1 PT. Indofarma INAF 1 1 0 0 1
2 PT. Kimia Farma KAEF 0 0 0 0 1
3 PT. Adhi Karya ADHI 1 0 1 1 1
4 PT. Pembangunan
Perumahan PTPP 1 1 1 1 1
5 PT. Wijaya Karya WIKA 0 0 1 1 1
6 PT. Waskita Karya WSKT 1 1 1 1 1
7 PT. Bank Negara
Indonesia BBNI 0 1 0 1 0
8 PT. Bank Rakyat
Indonesia BBRI 0 1 0 0 0
9 PT. Bank Tabungan
Negara BBTN 0 1 0 1 0
10 PT. Bank Mandiri BMRI 0 1 1 0 1
11 PT. Aneka Tambang ANTM 1 0 0 0 1
12 PT. Bukit Asam PTBA 1 0 0 0 1
13 PT. Timah TINS 0 1 1 0 1
14 PT. Semen Indonesia SMGR 1 0 0 0 0
15 PT. Jasa Marga JSMR 0 1 0 0 1
16 PT. Garuda Indonesia GIAA 0 0 0 0 1
17 PT. Telekomunikasi
Indonesia TLKM 0 0 0 0 0
95
Tabel Hasil Penelitian Variabel Financial Stability
No Nama Perusahaan Kode Hasil Penelitian Financial stability
2012 2013 2014 2015 2016
1 PT. Indofarma INAF
0.0620
0.0818
(0.0370)
0.1861
(0.1101)
2 PT. Kimia Farma KAEF
0.1358
0.1600
0.1672
0.0828
0.2984
3 PT. Adhi Karya ADHI
0.2235
0.1902
0.0706
0.3760
0.1659
4 PT. Pembangunan
Perumahan PTPP
0.1892
0.3113
0.1503
0.2361
0.3875
5 PT. Wijaya Karya WIKA
0.2396
0.1310
0.2086
0.1881
0.3696
6 PT. Waskita
Karya WSKT
0.3885 0.0480
0.2993
0.5862
0.5066
7 PT. Bank Negara
Indonesia BBNI
0.1027
0.1380
0.0718
0.1809
0.1566
8 PT. Bank Rakyat
Indonesia BBRI
0.1477
0.1195
0.2192
0.0871
0.1248
9 PT. Bank
Tabungan Negara BBTN
0.2025
0.1481
0.0927
0.1590
0.1973
10 PT. Bank Mandiri BMRI
0.1317
0.1330
0.1426
0.0605
0.1238
11 PT. Aneka
Tambang ANTM
0.2287
0.0986
0.0081
0.2738
(0.0125)
12 PT. Bukit Asam PTBA
0.0957
(0.0901)
0.2116
0.1232
0.0906
13 PT. Timah TINS
(0.0768)
0.2261
0.1917
(0.0509)
0.0282
14 PT. Semen
Indonesia SMGR
0.2603
0.1368
0.1026
0.1006
0.1373
15 PT. Jasa Marga JSMR
0.1550
0.1274
0.1096
0.1325
0.3136
16 PT. Garuda
Indonesia GIAA
0.3560
0.1475
0.0474
0.0632
0.1144
17
PT.
Telekomunikasi
Indonesia TLKM
0.0747
0.1296
0.0919
0.1521
0.0748
96
Tabel Hasil Penelitian Variabel Financial Target
No Nama Perusahaan Kode
Hasil Penelitian Financial Target
2012 2013 2014 2015 2016
1 PT. Indofarma INAF
0.0331
0.0357
(0.0419)
0.0009
0.0043
2 PT. Kimia Farma KAEF
0.0957
0.0991
0.0872
0.0797
0.0782
3 PT. Adhi Karya ADHI
0.0299
0.0271
0.0420
0.0312
0.0277
4 PT. Pembangunan
Perumahan PTPP
0.0346
0.0362
0.0339
0.0364
0.0442
5 PT. Wijaya Karya WIKA
0.0470
0.0462
0.0496
0.0472
0.0359
6 PT. Waskita Karya WSKT
0.0336
0.0304
0.0419
0.0400
0.0346
7 PT. Bank Negara
Indonesia BBNI
0.0194
0.0211
0.0234
0.0260
0.0180
8 PT. Bank Rakyat
Indonesia BBRI
0.0321
0.0339
0.0341
0.0309
0.0289
9 PT. Bank Tabungan
Negara BBTN
0.0126
0.0122
0.0119
0.0077
0.0108
10 PT. Bank Mandiri BMRI
0.0230
0.0252
0.0257
0.0242
0.0232
11 PT. Aneka Tambang ANTM
0.1268
0.1519
0.0187
(0.0352)
(0.0475)
12 PT. Bukit Asam PTBA
0.2683
0.2286
0.1588
0.1363
0.1206
13 PT. Timah TINS
0.1365
0.0707
0.0691
0.0695
0.0109
14 PT. Semen
Indonesia SMGR
0.2012
0.1854
0.1739
0.1624
0.1186
15 PT. Jasa Marga JSMR
0.0564
0.0620
0.0436
0.0381
0.0359
16 PT. Garuda
Indonesia GIAA
0.0396
0.0440
0.0038
(0.1200)
0.0236
17 PT. Telekomunikasi
Indonesia TLKM
0.1501
0.1649
0.1586
0.1522
0.1403
97
Tabel Hasil Penelitian Variabel External Pressure
No Nama Perusahaan Kode
Hasil Penelitian External Pressure
2012 2013 2014 2015 2016
1 PT. Indofarma INAF 0.4531 0.5436 0.5258 0.6135 0.5833
2 PT. Kimia Farma KAEF 0.3057 0.3429 0.3898 0.4246 0.5076
3 PT. Adhi Karya ADHI 0.8500 0.8407 0.8325 0.6920 0.7292
4 PT. Pembangunan
Perumahan PTPP 0.8064 0.8401 0.8364 0.7324 0.6543
5 PT. Wijaya Karya WIKA 0.7429 0.7438 0.6872 0.7226 0.5981
6 PT. Waskita Karya WSKT 0.7601 0.7288 0.7729 0.6798 0.7269
7 PT. Bank Negara
Indonesia BBNI 0.8694 0.8767 0.8189 0.8115 0.8170
8 PT. Bank Rakyat
Indonesia BBRI 0.8823 0.8733 0.8781 0.8712 0.8537
9 PT. Bank Tabungan
Negara BBTN 0.9080 0.9119 0.9156 0.9188 0.9107
10 PT. Bank Mandiri BMRI 0.8161 0.8140 0.8152 0.8090 0.7938
11 PT. Aneka Tambang ANTM 0.3489 0.4149 0.4588 0.3966 0.3860
12 PT. Bukit Asam PTBA 0.3318 0.3533 0.4146 0.4502 0.4320
13 PT. Timah TINS 0.2529 0.3794 0.4249 0.4212 0.4079
14 PT. Semen Indonesia SMGR 0.3166 0.2919 0.2714 0.2808 0.3087
15 PT. Jasa Marga JSMR 0.6046 0.6169 0.6414 0.6632 0.6946
16 PT. Garuda Indonesia GIAA 0.5572 0.6218 0.7044 0.7128 0.7298
17 PT. Telekomunikasi
Indonesia TLKM 0.3986 0.3949 0.3887 0.4378 0.4124
98
Tabel Hasil Penelitian Variabel Institutional Ownership
No Nama Perusahaan Kode
Hasil Penelitian Institutional Ownership
2012 2013 2014 2015 2016
1 PT. Indofarma INAF 0.1934 0.1934 0.1934 0.1934 0.1934
2 PT. Kimia Farma KAEF 0.0997 0.0997 0.0997 0.0997 0.0997
3 PT. Adhi Karya ADHI 0.4900 0.4900 0.4900 0.4900 0.4900
4 PT. Pembangunan
Perumahan PTPP 0.5643 0.5643 0.5643 0.5643 0.5643
5 PT. Wijaya Karya WIKA 0.3449 0.3485 0.3485 0.3496 0.3495
6 PT. Waskita Karya WSKT 0.3200 0.3200 0.3267 0.3396 0.3396
7 PT. Bank Negara
Indonesia BBNI 0.5456 0.5456 0.5456 0.5456 0.5456
8 PT. Bank Rakyat
Indonesia BBRI 0.4325 0.4325 0.4325 0.4325 0.4325
9 PT. Bank Tabungan
Negara BBTN 0.3865 0.3986 0.3987 0.3996 0.4000
10 PT. Bank Mandiri BMRI 0.0004 0.0004 0.0004 0.0004 0.0004
11 PT. Aneka Tambang ANTM 0.3500 0.3500 0.3500 0.3500 0.3500
12 PT. Bukit Asam PTBA 0.3498 0.3498 0.3498 0.3498 0.3498
13 PT. Timah TINS 0.3500 0.3500 0.3500 0.3500 0.3500
14 PT. Semen Indonesia SMGR 0.4899 0.4899 0.4899 0.4899 0.4899
15 PT. Jasa Marga JSMR 0.3000 0.3000 0.3000 0.3000 0.3000
16 PT. Garuda
Indonesia GIAA 0.3086 0.3086 0.3949 0.3949 0.3949
17 PT. Telekomunikasi
Indonesia TLKM 0.4881 0.4881 0.4881 0.4881 0.4881
99
Tabel Hasil Penelitian Variabel Ineffective Monitoring
No Nama Perusahaan Kode
Hasil Penelitian Ineffective Monitoring
2012 2013 2014 2015 2016
1 PT. Indofarma INAF 0.0000 0.0000 0.0000 0.3333 0.3333
2 PT. Kimia Farma KAEF 0.4000 0.4000 0.4000 0.3333 0.2000
3 PT. Adhi Karya ADHI 0.3333 0.2857 0.2857 0.2857 0.2857
4 PT. Pembangunan
Perumahan PTPP 0.2857 0.2857 0.4000 0.4000 0.2857
5 PT. Wijaya Karya WIKA 0.3333 0.3333 0.4000 0.2857 0.2857
6 PT. Waskita Karya WSKT 0.2000 0.2000 0.2000 0.3333 0.3333
7 PT. Bank Negara
Indonesia BBNI 0.5000 0.5000 0.4444 0.5556 0.5556
8 PT. Bank Rakyat
Indonesia BBRI 0.5000 0.5000 0.5000 0.5556 0.5000
9 PT. Bank Tabungan
Negara BBTN 0.4286 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000
10 PT. Bank Mandiri BMRI 0.5000 0.4286 0.5714 0.5000 0.5000
11 PT. Aneka Tambang ANTM 0.3333 0.3333 0.3333 0.4000 0.3333
12 PT. Bukit Asam PTBA 0.3333 0.2857 0.2857 0.2857 0.2857
13 PT. Timah TINS 0.0000 0.0000 0.2000 0.3333 0.3333
14 PT. Semen Indonesia SMGR 0.5000 0.3333 0.4286 0.2857 0.2857
15 PT. Jasa Marga JSMR 0.5000 0.4286 0.4286 0.1667 0.3333
16 PT. Garuda Indonesia GIAA 0.3333 0.5000 0.2857 0.2857 0.2857
17 PT. Telekomunikasi
Indonesia TLKM 0.4000 0.3333 0.4286 0.4286 0.4286
100
Tabel Hasil Penelitian Variabel Change In Auditor
No Nama Perusahaan Kode
Hasil Penelitian Change In Auditor
2012 2013 2014 2015 2016
1 PT. Indofarma INAF 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
2 PT. Kimia Farma KAEF 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000
3 PT. Adhi Karya ADHI 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000 1.0000
4 PT. Pembangunan
Perumahan PTPP 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000
5 PT. Wijaya Karya WIKA 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000
6 PT. Waskita Karya WSKT 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000 1.0000
7 PT. Bank Negara
Indonesia BBNI 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000
8 PT. Bank Rakyat
Indonesia BBRI 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
9 PT. Bank Tabungan
Negara BBTN 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
10 PT. Bank Mandiri BMRI 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000 0.0000
11 PT. Aneka Tambang ANTM 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 0.0000
12 PT. Bukit Asam PTBA 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000
13 PT. Timah TINS 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 0.0000
14 PT. Semen Indonesia SMGR 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 0.0000
15 PT. Jasa Marga JSMR 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000 0.0000
16 PT. Garuda Indonesia GIAA 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
17 PT. Telekomunikasi
Indonesia TLKM 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
101
Tabel Hasil Penelitian Variabel Pergantian Direksi
No Nama Perusahaan Kode
Hasil Penelitian Pergantian Direksi
2012 2013 2014 2015 2016
1 PT. Indofarma INAF 0.0000 1.0000 1.0000 0.0000 0.0000
2 PT. Kimia Farma KAEF 1.0000 1.0000 0.0000 0.0000 1.0000
3 PT. Adhi Karya ADHI 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
4 PT. Pembangunan
Perumahan PTPP 1.0000 0.0000 1.0000 0.0000 1.0000
5 PT. Wijaya Karya WIKA 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
6 PT. Waskita Karya WSKT 0.0000 1.0000 0.0000 1.0000 0.0000
7 PT. Bank Negara
Indonesia BBNI 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000 1.0000
8 PT. Bank Rakyat
Indonesia BBRI 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000 1.0000
9 PT. Bank Tabungan
Negara BBTN 1.0000 0.0000 1.0000 1.0000 1.0000
10 PT. Bank Mandiri BMRI 0.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
11 PT. Aneka Tambang ANTM 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000 0.0000
12 PT. Bukit Asam PTBA 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000
13 PT. Timah TINS 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000 1.0000
14 PT. Semen Indonesia SMGR 0.0000 0.0000 1.0000 1.0000 1.0000
15 PT. Jasa Marga JSMR 1.0000 0.0000 0.0000 0.0000 1.0000
16 PT. Garuda Indonesia GIAA 1.0000 1.0000 1.0000 0.0000 1.0000
17 PT. Telekomunikasi
Indonesia TLKM 1.0000 0.0000 1.0000 0.0000 0.0000
102
Tabel Hasil Penelitian Variabel Frequent Number Of CEO’s Picture
No Nama Perusahaan Kode
Hasil Penelitian Frequent Number Of CEO's
Picture
2012 2013 2014 2015 2016
1 PT. Indofarma INAF 3.0000 3.0000 2.0000 2.0000 3.0000
2 PT. Kimia Farma KAEF 4.0000 3.0000 4.0000 3.0000 3.0000
3 PT. Adhi Karya ADHI 4.0000 4.0000 8.0000 6.0000 4.0000
4 PT. Pembangunan
Perumahan PTPP 3.0000 5.0000 5.0000 12.0000 3.0000
5 PT. Wijaya Karya WIKA 3.0000 3.0000 3.0000 4.0000 5.0000
6 PT. Waskita Karya WSKT 4.0000 4.0000 3.0000 4.0000 4.0000
7 PT. Bank Negara
Indonesia BBNI 3.0000 4.0000 3.0000 4.0000 3.0000
8 PT. Bank Rakyat
Indonesia BBRI 4.0000 4.0000 4.0000 3.0000 12.0000
9 PT. Bank Tabungan
Negara BBTN 2.0000 3.0000 3.0000 3.0000 3.0000
10 PT. Bank Mandiri BMRI 6.0000 9.0000 9.0000 4.0000 6.0000
11 PT. Aneka Tambang ANTM 4.0000 6.0000 3.0000 5.0000 3.0000
12 PT. Bukit Asam PTBA 5.0000 3.0000 3.0000 3.0000 2.0000
13 PT. Timah TINS 3.0000 5.0000 3.0000 3.0000 2.0000
14 PT. Semen Indonesia SMGR 5.0000 3.0000 3.0000 4.0000 2.0000
15 PT. Jasa Marga JSMR 4.0000 2.0000 2.0000 2.0000 3.0000
16 PT. Garuda Indonesia GIAA 3.0000 2.0000 3.0000 3.0000 3.0000
17 PT. Telekomunikasi
Indonesia TLKM 3.0000 4.0000 7.0000 5.0000 3.0000