fungsi sekolah dan implimentasinya ke atas pembentukkan masyarakat

24
  Fungsi Sekolah dan Implikasinya Bagi Pengembangan Kurikulum Oleh : Hayati, M.Ag 1  Abstrak Sekolah atau lembaga pendidikan bukan hanya sebagai sarana memperoleh ilmu, tetapi merupakan khazanah pengembangan peradaban, yang fungsinya mewariskan segala potensi kepada generasi muda. Di antaranya adalah: mengembangkan kecerdasan, melatih keterampilan, membina kepribadian yang sempurna, peka terhadap kehidupan sosial dan sebagai transmisi kebudayaan serta mengembangkan nilai-nilai esensial sebagai bekal hidup manusia yang merupakan abdi Allah dipermukaan bumi ini.Sekolah dapat berfungsi dengan  baik apabila didukung oleh kurikulum yang memenuhi aspirasi masyarakat dan  pihak pengguna.  Kata kunci : sekolah, kurikulum, skill. 1  Penulis adalah dosen IAIN AR-Raniry, DPK pada Fakultas Tarbiyah Universitas Serambi Mekkah. Saat ini penulis sedang melanjutkan program doktoralnya di pascasarjana IAIN Ar-Raniry Konsentrasi Kependidikan Islam.

Upload: basikal-tua

Post on 04-Nov-2015

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PERANAN DAN FUNGSI SEKOLAH DALAM MASYARAKAT DAN IMPLIMENTASINYA SERTA PENGHAYATANNYA

TRANSCRIPT

  • Fungsi Sekolah dan Implikasinya Bagi Pengembangan Kurikulum

    Oleh : Hayati, M.Ag1

    Abstrak

    Sekolah atau lembaga pendidikan bukan hanya sebagai sarana memperoleh ilmu, tetapi merupakan khazanah pengembangan peradaban, yang fungsinya mewariskan segala potensi kepada generasi muda. Di antaranya adalah: mengembangkan kecerdasan, melatih keterampilan, membina kepribadian yang sempurna, peka terhadap kehidupan sosial dan sebagai transmisi kebudayaan serta mengembangkan nilai-nilai esensial sebagai bekal hidup manusia yang merupakan abdi Allah dipermukaan bumi ini.Sekolah dapat berfungsi dengan baik apabila didukung oleh kurikulum yang memenuhi aspirasi masyarakat dan pihak pengguna.

    Kata kunci : sekolah, kurikulum, skill.

    1 Penulis adalah dosen IAIN AR-Raniry, DPK pada Fakultas Tarbiyah Universitas Serambi Mekkah. Saat ini penulis sedang melanjutkan program doktoralnya di pascasarjana IAIN Ar-Raniry Konsentrasi Kependidikan Islam.

  • Hayati, M.Ag

    I. PENDAHULUAN Sekolah merupakan salah satu elemen pendidikan yang membantu dalam

    pembentukan anak serta perbaikan pendidikan mereka. Ketika Sekolah memiliki

    niat baik serta metode-metode yang benar, yang dikelola oleh badan pendidikan

    yang sungguh-sungguh, akan menghasilkan generasi yang sadar yang meyakini

    tujuan bangsa. Di sisi lain tatkala sekolah mengabaikan tugas dan tanggung

    jawab mereka, maka nilai-nilai bangsa akan runtuh dan prilaku generasi

    mendatang akan mudah terpengaruh hal-hal negatif.

    Pendidikan di sekolah bukan hanya ditentukan oleh usaha murid secara

    individual atau berkat interaksi murid dan guru dalam proses belajar mengajar,

    melainkan juga oleh interaksi murid dengan lingkungannya. Anak itu berbeda-

    beda bukan hanya karena berbeda bakat atau pembawaannya akan tetapi mereka

    berbeda karena membawa kebudayaan rumah tangganya, yang mempunyai

    corak tertentu bergantung pada status sosial, agama nilai-nilai yang dijalankan

    orang tuanya. Mengutip Pendapat Djohar, pendidikan harus berorientasi pada

    pembangunan yang berwawasan kemanusiaan yang menekankan perhatian

    terhadap manusia sebagai individu secara utuh, tidak hanya terbatas pada

    dimensi psikologis, motorik atau pengetahuan saja, namun pada keutuhan

    antropologis anak didik sebagai manusia, dalam arti, sebagai pribadi dengan

    segala karakteristik fisik dan psikisnya serta karakter sosial budayanya. Fokus

    pendidikan yang diarahkan pada pembangunan kemanusiaan meliputi cara

    memperlakukan sasaran pendidikan, yaitu individu anak dalam proses

    pendidikan yang manusiawi, sistem-sistem pendidikan yang dilaksanakan,

    manajemen pendidikan, penyelenggaran pendidikan termasuk kegiatan belajar

    mengajar yang dilaksanakan.

    152 Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Juli-Desember 2012

    Volume 1, Nomor 1, Januari - Juni 2013

  • Fungsi Sekolah dan Implikasinya Bagi Pengembangan Kurikulum

    Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Juli-Desember 2012 153

    II. PEMBAHASAN 1. Konsep Sekolah

    Sekolah menurut pengertiannya adalah lembaga penyelenggara kegiatan

    belajar mengajar.2 suatu lembaga yang diselenggarakan untuk menciptakan

    situasi dan kondisi yang sesuai untuk pelaksanaan proses belajar mengajar.

    Proses belajar mengajar sendiri dalam pengertian umum sering disebut dengan

    pendidikan.

    Lembaga pendidikan yang paling refresentatif secara teoritis adalah

    sekolah. Alasannya sederhana, di dalam lembaga sekolah segala sesuatu; baik

    materi yang diajarkan, pengajar, siswa sistem dan metode pengajaran maupun

    tempat pembelajaran itu sendiri direkayasa sedemikian rupa untuk tujuan

    pendidikan. Dengan kata lain sekolah adalah lembaga yang sesungguhnya dari

    pendidikan.

    Perekayasaan tersebut disusun dalam bentuk; pengajar dan siswa,

    kurikulum, perjenjangan, metode pengajaran, aturan dan tata tertib sekolah,

    fasilitas pembelajaran sampai pada gedung tempat pembelajaran itu sendiri.

    Semua direncanakan dan direkayasa sedemikin rupa dengan tujuan berhasilnya

    proses pendidikan.

    2. Pendidikan (sekolah) adalah Proses Pembudayaan Setiap bangsa, setiap individu pada umumnya menginginkan pendidikan,

    pendidikan dimaksud di sini adalah pendidikan formal, semakin banyak dan

    makin tinggi pendidikan makin baik kualitas bangsa. Bahkan diinginkan agar

    setiap warga negara melanjutkan pendidikannya sepanjang hidup. Dalam setiap

    kelompok, keluarga, sekolah, masyarakat terdapat cara cara berpikir dan

    berbuat yang diterima dan diharapkan oleh setiap anggota kelompok atau

    2W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN: Balai Pustaka,

    1982),hal. 889.

    Volume 1, Nomor 1, Januari - Juni 2013

  • Hayati, M.Ag

    154 Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Juli-Desember 2012

    masyarakat. Pola kelakuan yang secara umum terdapat dalam suatu masyarakat

    disebut kebudayaan.3 Kebudayaan meliputi keseluruhan pengetahuan,

    kepercayaan, keterampilan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kebiasaan

    manusia sebagai anggota masyarakat. H.A.R Tilaar4 mengatakan bahwa

    pendidikan merupakan proses pembudayaan. Dengan kata Lain, pendidikan

    antara satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan, ketika berbicara pendidikan,

    maka kebudayaanpun ikut di dalamnya. Pendidikan memang bukan hanya

    bertujuan menghasilkan manusia yang pintar dan terdidik, tetapi yang lebih

    penting pendidikan mampu menciptakan manusia yang terdidik dan berbudaya

    (education civilized human being). 5

    Kebudayaan bukan hanya membentuk pribadi seseorang, tetapi juga

    dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Dengan demikian jelaslah kiranya

    bahwa pendidikan tidak lain dari proses pembudayaan. Tanpa pendidikan yang

    inovatif dan kreatif maka kebudayaan akan hilang. Perkembangan kebudayaan,

    penguasaan unsur-unsur baru, di dalam kebudayaan seperti kebudayaan global

    hanya dapat terlaksana apabila pelaku-pelaku kebudayaan melalui pendidikan

    adalah manusia-manusia yang inovatif dan produktif.

    Pendidikan merupakan sebagian dari proses kebudayaan artinya apabila

    pendidikan itu dilepaskan dari kebudayaan, maka tujuan pendidikan dapat

    dimanipulasi ke arah yang kurang jelas atau bahkan ke arah yang salah dan

    dapat direkayasa oleh kekuatan-kekuatan politik penguasa. Oleh karena itu

    reformasi di bidang pendidikan di dukung oleh manusia-manusia yang berjiwa

    reformasi yang berkesinambungan melalui pendidikan nasional yang didasarkan

    kepada kebudayaan dengan nilai-nilai luhur yang ada di dalamnya.

    3S.Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksaran, 1995), hal. 63.

    4H.A.R Tilar, Pendidikan Baru, Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rinka Cipta, 2000), hal. 56. 5Syamsul Maarif, Revitalisasi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), hal. 71.

    Syamsul Maarif, Revitalisasi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), hal. 71.

    Volume 1, Nomor 1, Januari - Juni 2013

  • Fungsi Sekolah dan Implikasinya Bagi Pengembangan Kurikulum

    Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Juli-Desember 2012 155

    Menurut Moh. Yamin.6 Ada beberapa hal penting yang harus

    diperhatikan dalam menata ulang konsep pendidikan: Pertama, harus

    mewujudkan pendidikan demokratis. Pendidikan demokratis yang dimaksud

    adalah sebagai pembebasan pendidikan manusia dari struktur dan sistem

    perundangan yang mendudukkan manusia sebagai komponen. Pendidikan yang

    demokratis juga merupakan pembebasan manusia dari depedensi atas realitas

    objektif yang selalu menghambat dan mengganggu pengembangan diri untuk

    beraktualisasi maju secara progresif.

    Pendidikan demokratis tetap mempertahankan nilai-nilai lama yang

    masih dapat dilestarikan untuk kepentingan masa depan selama tidak merusak

    cita-cita masa depan pendidikan yang berkeadilan dan beradab. Lebih lanjut

    Moh Yamin mengatakan ada lima tolok ukur bahwa pendidikan memberikan

    peran kepada manusia:

    a. Manusia merupakan makhluk sejarah. Dengan kata lain, manusia itu mampu

    melakukan refleksi diri, mampu keluar dari dirinya, dan menengok

    kebelakang, kemudian mengadakan penelitian dan perenungan yang

    merupakan koreksi terhadap masa lalu dari sebuah kontruksi baru di masa

    depan.

    b. Manusia merupakan makhluk dengan segala individuaitasnya yang

    memiliki ciri khas masing-masing dalam konteks lokalitas tertentu sehingga

    merekapun bukan lagi berposisi sebagai objek dalam pendidikan, melainkan

    subjek yang harus diperlakukan secara manusiawi dan mendapat

    penghargaan selaku manusia yang bermartabat.

    c. Manusia selalu membutuhkan sosialisasi guna menyatakan eksistensinya

    dalam hubungan sosial.

    d. Manusia hubungan dengan alam sekitarnya.

    6 Moh Yamin, Menggugat Pendidikan Indonesia: Belajar dari Paulo Freire dan Kihajar Dewantara, (Jogjakarya: Ar-Ruzz Media, 2009), hal.203.

    Volume 1, Nomor 1, Januari - Juni 2013

  • Hayati, M.Ag

    156 Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Juli-Desember 2012

    Kedua, pendidikan merupakan wujud praksis perwujudan sebagai bangsa dan

    manusia yang berbudaya. Dengan kata lain, pendidikan harus menghargai segala

    budaya yang dimiliki oleh manusia dan bangsa tempat manusia itu tinggal.7

    Sistem budaya organisasi sekolah yang diwariskan oleh sekolah kepada

    anak didiknya akan berdampak besar pada cara pandang siswanya terhadap

    sesuatu hal di masa depan. Kemudian secara nyata, akan berpegaruh kepada etos

    kerja sekolah, di mana kepala sekolah, guru dan siswanya memiliki kesiapan

    mental dan kekuatan moral untuk mencapai prestasi terbaik.

    Sekolah yang memiliki budaya moral terbaik dapat ditandai dengan

    beberapa ciri unik dalam tampilan sekolah, manajemen, guru dan siswanya.

    Antara lain sebagai berkut:

    1. Budaya Nilai. Tidak mungkin lahir sekolah yang berbudaya tanpa

    menampilkan sistem nilai tertentu yang ditaati bersama.Misalnya sistem

    nilai prilaku bermoral yang tercermin dalam segala tatanan budaya sekolah,

    mulai cara brpikir, memandang permasalahn, dan mensikapi segala tindakan.

    Semua persoalan senantiasa dilihat dari perspektif moral atau nilai yag

    diyakininya.

    2. Budaya kerja. Tidak ada ukuran yag begitu dihargai dalam budaya sekolah

    kecuai menempatkan kualitas sebagai fokus di atas fokus.

    3. Budaya belajar. Belajar bagi sekolah yang berbudaya, bukan saja dilakukan

    untuk mencapai target prestasi belajar, tetapi untuk mengoptialkan proses

    belajar prestasi.

    4. Budaya Investasi. Tidak mungkin ada sekolah yang berprestasi, tanpa

    adanya kesadaran bahwa segala tindakan yang dilakukan hanyalah sebagai

    investasi bangsa.

    7A. Waidl, Pendidikan Yang Memahami Manusia, dalam A. Atmadi dan Y Seryaningsih,

    Tansformasi Pendidkan, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), hal. 23-23.

    Volume 1, Nomor 1, Januari - Juni 2013

  • Fungsi Sekolah dan Implikasinya Bagi Pengembangan Kurikulum

    Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Juli-Desember 2012 157

    5. Budaya Pelayanan. Sekolah yang baik adalah sekolah yang menawarkan

    pelayanan terbaik, customer satisfaction. Sekolah yang memiliki pelayanan

    yang jelek akan ditinggalkan peminatnya, sekalipun murah. Akan tetapi

    sekolah yang menawarkan pelayanan terbaik, sekalipun menawarkan jasa

    imbalan yang tinggi, akan tetap menjadi rebutan orang yang menyadari

    pendidikan sebagai investasi masa depan.

    6. Budaya Produktif. Hingga hari ini, sekolah atau perguruan tinggi belum

    banyak berpikir tentang apa karya yang bisa dihasilkan. Seberapa besar bisa

    menghasilkan benefit atau profit. Hidup yang tidak produktif adalah hidup

    yang tidk bermakna.

    7. Budaya menghargai hal yang kecil. Keunikan bukanlah merujuk kepada

    hal-hal yang besar, tetapi mengarahkan hal-hal yang kecil untuk menjadi

    besar. Banyak hal kecil yang tidak mendapatkan penghargaan, kemudian

    menjadi besar di tangan orang-orang yang berani menghargai yang kecil

    dengan potensi yang besar.8

    Tujuh ciri utama di atas cukup memberikan gambaran bahwa sekolah yang

    berbudaya telah menjadi pilihan yang tepat untuk menempatkan sekolah

    menjadi pilihan yang terpilih.

    3. Tiga Pilar Fungsi Sekolah Lembaga pendidikan formal atau sekolah dikonsepsikan untuk

    mengemban fungsi reproduksi, penyadaran dan mediasi secara simultan.

    Fungsi-fungsi sekolah itu diwadahi melalui proses pendidikan dan pembelajaran

    sebagai inti bisnisnya. Pada proses pendidikan dan pembelajaran itulah terjadi

    aktivitas kemanusiaan dan pemanusian sejati. Tiga pilar fungsi sekolah dapat

    dilihat dalam gambar berikut ini.

    8Mursidin, Moral Sumber Pendidikan; sebuah Formula Pendidikan Budi Pekerti di

    sekolah Madrasah, (Bogor; Ghalia Indonesia, 2011).hal. 22

    Volume 1, Nomor 1, Januari - Juni 2013

  • Hayati, M.Ag

    FungsiPendidikanSebagai

    Penyadaran

    FungsiMediasiPendidikan

    FungsiProgresifPendidikan

    PendidikanDan

    Pembelajar

    Dari gambar di atas tampak bahwa sekolah hanyalah salah satu dari

    subsistem pendidikan, karena lembaga pendidikan itu sesungguhnya identik

    dengan jaringan kemasyarakatan.

    1. Fungsi penyadaran atau disebut juga fungsi konservatif bermakna bahwa

    sekolah bertanggung jawab untuk mempertahankan nilai-nilai budaya

    masyarakat dan membentuk kesejatian diri sebagai manusia.9 Pendidikan

    sebagai instrumen penyadaran bermakna bahwa sekolah berfungsi

    membangun kesadaran untuk tetap berada pada tataran sopan satun, beradab

    dan bermoral di mana hal ini menjadi tugas semua orang. Hal ini diperkuat

    oleh pendapat Freire, bahwa sistem pendidikan sebaiknya harus menjadi

    kekuatan penyadar dan pembebas umat manusia.10

    Kesadaran individu atau kelompok terdiri dari beberapa tingkatan:

    Pertama; kesadaran naif ciri khasnya dengan prilaku orang yang terlalu

    menyederhanakan atau mensiplikasikan dan mereorientasisasikan realitas.

    158 Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Juli-Desember 2012

    9 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Upaya Mengaktifkan Pendidikan Agama di

    Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hal.34. 10Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke lembaga

    Akademik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 1. Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke lembaga Akademik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 1.

    Volume 1, Nomor 1, Januari - Juni 2013

  • Fungsi Sekolah dan Implikasinya Bagi Pengembangan Kurikulum

    Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Juli-Desember 2012 159

    Orang yang memiliki kesadaran naif berusaha mereformasi individu-individu

    yang tidak adil dengan asumsi bahwa sistem yang mewadahinya bisa bekerja

    secara cepat.11

    Kedua kesadaran magis;12 merupakan sebuah tatanan prilaku di mana orang

    mengadaptasi atau menyesuaikan diri secara fatalistik dengan sistem yang ada.

    Contoh. Begitu gampang orang ikut demonstrasi tanpa tujuan yang jelas, hanya

    karena dibayar beberapa rupiah.

    Ketiga kesadaran kritis; adalah sebuah kesadaran dengan menggunakan nalar

    atau prilaku selektif sebagai basis bertindak.

    Keempat kesadaran emosional; adalah kesadaran yang bersumber dari kata hati

    terdalam dengan mempertimbangkan dampak sosial dan psikologis ketika

    tindakan itu dilakukan atau tidak dilakukan.

    Kelima kesadaran spiritual; adalah sebuah kesadaran yang dibangun atas dasar

    kemampuan intelegensi dan emosi serta spiritual itu sendiri, sehingga ditemukan

    kesejatian sebagai makhluk tuhan yang cinta akan fitrah.

    1. Fungsi Reproduksi atau disebut juga dengan fungsi progresif merujuk pada

    eksistensi sekolah sebagai pembaharu atau pengubah kondisi masyarakat

    kekinian ke sosok yang lebih maju.

    2. Fungsi Mediasi

    Fungsi sekolah akan lebih lengkap jika pendidikan juga melakukan

    fungsi mediasi, yaitu menjembatani fungsi konservatif dan fungsi progresif. Hal

    yang termasuk dalam kerangka fungsi mediasi adalah kehadiran institusi

    pendidikan sebagai wahana sosialisasi, pembawa bendera moralitas, wahana

    proses pemanusiaan dan kemanusiaan umum, serta pembinaan idealisme sebagai

    manusia terpelajar.

    11Paulo Ffreire, Politik Pendidikan: Kebudayaan Kekuasaan dan Pembebasan, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2007), hal. 186. 12 Paulo Ffreire, Politik Pendidikan, hal. 186

    Volume 1, Nomor 1, Januari - Juni 2013

  • Hayati, M.Ag

    160 Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Juli-Desember 2012

    Komisi Internasional bagi pendidikan abad 21 yang dibentuk oleh

    UNESCO melaporkan bahwa di era globalisasi ini pendidikan dilaksanakan

    dengan bersandar pada empat pilar pendidikan, yaitu learning to know, learning

    to do, to be, dan learning to live together13.

    Dalam learning to know peserta didik belajar pengetahuan yang penting

    sesuai dengan jenjang pendidikan yang diikuti, dalam learning to do peserta

    didik mengembangkan keterampilan dengan memadukan pengetahuan yang

    dikuasai dengan latihan (law of practice), sehingga terbentuk suatu keterampilan

    yang memungkinkan peserta didik memecahkan masalah dan tantangan

    kehidupan. Dalam learning to be, peserta didik belajar menjadi individu yang

    utuh, memahami arti hidup dan tahu apa yang terbaik dan baik dilakukan , agar

    hidup dengan baik. Dalam learning to live together, peserta didik dapat

    memahami arti hidup dengan orang lain, dengan jalan saling menghormati,

    saling menghargai serta memahami tentang adanya saling ketergantungan

    (interdependency). Dengan demikian melalui keempat pilar pendidikan ini

    diharapkan peserta didik tumbuh menjadi individu yang utuh, yang menyadari

    segala hak dan kewajiban, serta menguasai ilmu dan teknologi untuk bekal

    hidupnya.

    4. Fungsi dan Peranan Sekolah Di dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional

    pada pasal 13 ayat 1 disebutkan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan

    formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya

    satu sama lainnya.

    Peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga,

    maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar, serta memperbaiki dan

    13Paulo Ffreire, Politik Pendidikan, hal. 186

    Volume 1, Nomor 1, Januari - Juni 2013

  • Fungsi Sekolah dan Implikasinya Bagi Pengembangan Kurikulum

    Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Juli-Desember 2012 161

    memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarganya. Sementara

    itu, dalam perkembangan kepribadian anak didik, peranan sekolah dengan

    melalui kurikulum, antara lain sebagai berikut:

    a. Anak didik belajar bergaul sesama anak didik, antara guru dengan anak didik, dan antara anak didik dengan orang yang bukan guru (karyawan)

    b. Anak didik belajar menaati peraturan-perturan sekolah. c. Mempersipkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang

    berguna bagi agama, bangsa dan negara.14 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pembentukan

    kecerdasan (pengertian), sikap dan minat sebagai bagian dari pembentukan

    kepribadian, dilaksanakan oleh sekolah.

    Fungsi sekolah sebagaimana dirinci oleh Suwarno15 dalam bukunya Pengantar

    Umum Pendidikan adalah sebagai berikut:

    a. Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan.

    Selain bertugas untuk mengembangkan pribadi anak didik secara menyeluruh,

    fungsi sekolah yang lebih penting sebenarnya adalah menyampaikan

    pengetahuan dan melaksanakan pendidikan kecerdasan. Fungsi sekolah

    dalam pendidikan intelektual dapat disamakan dengan fungsi keluarga dalam

    pendidikan moral.

    b. Spesialisasi

    Di antara ciri semakin meningkatnya masyarakat adalah semakin

    bertambahnya diferensiasi dalam tugas kemasyarakatan dan lembaga sosial yang

    melaksanakan tugas tersebut. Sekolah mempunyai fungsi sebagai lembaga sosial

    yang spesialisasinya dalam bidang pendidikan dan pengajaran.

    14 Lihat, Danah Zohar, Ian Marshall, Spiritual Intellegnce (Great Britain: Bloomsbury, 2000), hal.109. 15 Arif Rohman dan teguh Wiyono, Education Policy in Decentralization Era, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hal. 90.

    Volume 1, Nomor 1, Januari - Juni 2013

  • Hayati, M.Ag

    162 Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Juli-Desember 2012

    c. Efisiensi

    Sekolah atau pelaksanaan pendidikan dan pengajaran dalam masyarakat

    menjadi lebih efisiensi dengan alasan sebagai beirkut:1) Seumpama sekolah

    tidak ada, sedangkan pekerjaan mendidik hanya dipikul oleh keluarga, maka hal

    ini tidak akan efisien, karena orang tua selalu sibuk dengan pekerjaannya, serta

    banyak orang tua tidak mampu melaksanakan pendidikan dimaksud.2).

    Pendidikan sekolah dilaksanakan dalam program yang tertentu dan sistematis. 3)

    Di sekolah dapat dididik sejumlah besar anak secara sekaligus.

    d. Sosialisasi

    Sekolah mempunyai peranan yang penting di dalam proses sosialisasi

    membantu perkembangan individu menjadi makhluk sosial, makhluk yang dapat

    beradaptasi dengan baik di masyarakat. Sebab bagaimanapun pada akhirnya dia

    berada di masyarakat.

    e. Konservasi dan Transimisi Kultur.

    Fungsi lain dari sekolah adalah memelihara warisan budaya yang hidup

    dalam masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan budaya tadi (transmisi

    kultur) kepada generasi muda, dalam hal ini tentunya adalah anak didik.

    f. Transisi dari rumah ke masyarakat

    Ketika berada dalam keluarga, kehidupan anak serba menggantungkan diri

    pada orang tua, maka memasuki sekolah di mana ia mendapat kesempatan untuk

    melatih berdiri sendiri dan tanggung jawab sebagai persiapan sebelum ke

    masyarakat.16

    Menururt Suwarno, fungsi sekolah yang utama ialah pendidikan

    intelektual, yakni mengisi Otak anak dengan berbagai macam pengetahuan.

    Sekolah dalam kenyataannya masih mengutamakan latihan-latihan mental

    16Dalam istilah pendidikan, antara mendidik dan mengajar dapat dibedakan pengertiannya. Mendidik tidak hanya berupa proses pemberian ilmu pengetahuan kepada anak didik, tetapi lebih jauh berupa pemberian nilai. Sedang mengajar hanya diartikan sebagai proses pemberian ilmu pengetahuan kepada anak didik, tidak menyangkut nilai.

    Volume 1, Nomor 1, Januari - Juni 2013

  • Fungsi Sekolah dan Implikasinya Bagi Pengembangan Kurikulum

    Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Juli-Desember 2012 163

    formal, yaitu suatu tugas yang pada umumnya tidak dapat dipenuhi oleh

    keluarga atau lembaga lain. Oleh sebab memerlukan tenaga khusus

    dipersiapkan untuk itu, yakni guru. Dalam pendidikan Formal yang biasanya

    memegang peranan utama ialah guru dengan mengontrol reaksi dan respon

    murid. Anak-anak biasanya belajar di bawah tekanan dan bila perlu paksaan

    tertentu dan kelakuannya dikuasai serta diatur dengan berbagai aturan.

    Kurikulum pada umumnya juga ditentukan oleh petugas pendidikan, guru atau

    orang dewasa lainnya akan tetapi bukan oleh murid sendiri. Tidak selalu bahan

    itu menarik minat anak atau fungsional dalam kehidupan anak itu. Maka guru

    berusaha menarik minat anak, menggunakan paksaan atau macam-macam

    motivasi ektrinsik.17

    Sedangkan fungsi sekolah yang dikemukakan oleh S. Nasution:

    a. Sekolah mempersiapkan anak untuk suatu pekerjaan

    Anak yang telah menamatkan sekolah diharapkan sanggup melakukan

    pekerjaan sebagai mata pencaharian atau setidaknya mempunyai dasar untuk

    mencari nafkah. Makin tinggi pendidikan, makin besar harapan memperoleh

    pekerjaan yang baik. Ijazah masih tetap dijadikan syarat penting untuk suatu

    jabatan.walaupun ijazah itu sendiri tidak menjamin kesiapan sesorang untuk

    melakukan pekerjaan tertentu. Akan tetapi dengan ijazah yang tinggi

    seorang dapat memahami dan menguasi pekerjaan kepemimpinannya atau

    tugas lain yang dapat dipercayakan kepadanya. Memiliki ijazah perguruan

    tinggi merupakan bukti akan kesanggupan intelektuanya untuk

    menyelesaikan studinya yang tidak mungin dicapai oleh orang yang rendah

    kemampuannya.

    17 Zahara Idris, Dasar-Dasar Kependidikan, (Bandung: Angkasa, 1981), hal. 69.

    Volume 1, Nomor 1, Januari - Juni 2013

  • Hayati, M.Ag

    164 Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Juli-Desember 2012

    b. Sekolah memberikan keterampilan dasar

    Orang yang sekolah setidak-tidaknya pandai membaca, berhitung, menulis,

    yang diperlukan untuk menghadapi masyarakat yang sekmakin modern.

    Selain itu dipereh juga sejumlah pengetahuan seperti sejarah, geografi,

    kesehatan, kewarganegaraan, fisika, kimia, bahasa dan lain-lain yang

    membekali anak untuk melanjutkan pelajarannya, atau memperluas

    pandangan dan pemahamanannya tentang masalah-masalah dunia.

    c. Sekolah membuka kesempatan memperbaiki nasib

    Sekolah sering dipandang sebagai jalan mobilitas sosial. Melalui pendidikan

    orang dari golongan rendah dapat meningkat ke golongan yang lebih tinggi.

    Orang tua mengharapkan anak-anaknya mempunyai nasib yang lebih baik

    dan karena itu berusaha untuk menyekolahkan anaknya jika mungkin sampai

    memperoleh gelar dari suatu perguruan tinggi. Gelar akademis sangat

    membantu untuk menduduki tempat terhormat dalam dunia pekerjaan.

    Mereka yang telah menduduki tempat yang tinggi memandang pendidikan

    tinggi sebagai syarat mutlak untuk mempertahankan status sosialnya.

    d. Sekolah menyediakan tenaga pembangunan

    Bagi negara-negara yang sedang berkembang pendidikan dipandang sebagai

    alat yang paling ampuh untuk menyiapkan tenaga yang terampil dan ahli

    dalam segala sektor pembangunan. Kekayaan alam hanya mengandung arti

    bila didukung oleh keahlian. Maka karena itu manusia merupakan sumber

    utama bagi pembangunan negara.

    e. Sekolah membantu memecahkan-masalah-masalah sosial

    Masalah-masalah sosial diharapkan dapat diatasi dengan mendidik generasi

    muda untuk mengelakkan atau mencegah penyakit-penyakit sosial seperti

    kejahaatan, pertumbuhan penduduk yang melewati batas, pengrusakan

    lingkungan, kecelakaan lalu lintas, narkotika dan sebagainya.

    f. Sekolah Transmisi Kebudayaan

    Volume 1, Nomor 1, Januari - Juni 2013

  • Fungsi Sekolah dan Implikasinya Bagi Pengembangan Kurikulum

    Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Juli-Desember 2012 165

    Demi kelangsungan hidup bangsa dan negara, kepada generasi muda

    disampaikan nilai-nilai yang dijujung tinggi oleh bangsa itu. Setiap warga

    negara diharapkan menghormati pahlawannya, menjunjung tinggi nilai-nilai

    luhur yang diwariskan nenek moyang dan dengan demikian meresapkan rasa

    kesatuan dan persatuan bangsa.

    g. Sekolah membentuk manusia yang sosial

    Pendidikan diharapkan membentuk manusia sosial, yang dapat bergaul

    dengan sesama manusia sekalipun berbeda agama, suku-suku bangsa

    pendirian, dan sebagainya. Ia juga harus dapat menyesuaikan diri dalam

    situasi sosial yang berbeda.

    h. Sekolah merupakan alat transformasi kebudayaan

    Sekolah terutama perguruan tinggi diharapkan menambah pengetahuan

    dengan mengadakan penemuan-penemuan baru yang dapat membawa

    perubahan masyarakat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah

    membawa perubahan yang besar di dunia ini. Sekolah dapat digunakan

    untuk merekonstruksi masyarakat bahkan dapat mengontrol perubahan

    perubahan itu dengan cara sosial engineering.

    i. Sekolah sebagai tempat penitipan anak

    Sekolah juga dipandnag sebagai tempat penitipan anak khususnya anak

    pra sekolah. Seperti PAUD, Play Group dan taman kanak-kanak.

    j. Sekolah merupakan sarana memilih jodoh

    Sambil menunggu waktunya sampai umur untuk dapat dinikahkan.18

    Dalam kaitanya dengan pengembangan kurikulum, Peran dan tanggung jawab

    sekolah dalam mengembangkan kurikulum adalah sebagai berikut:

    a. Berkolaborasi dengan sekolah lain untuk membentuk tim pengembang

    SKKD tingkat kecamatan dan mengembagkan SKKD sesuai dengan kondisi

    18 Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, (Jakarta: Aksara, 1985), hal. 70.

    Volume 1, Nomor 1, Januari - Juni 2013

  • Hayati, M.Ag

    166 Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Juli-Desember 2012

    dan kebutuhan daerah. Hal ini dapat dilakukan dalam kelompok kerja guru

    (KKG) atau musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) Kecamatan.

    b. Membentuk tim pengembang SKKD tingkat sekolah bagi yang mampu

    melakukannya.

    c. Mengembangkan SKKD sendiri bagi yang mampu dan memenuhi kriteria

    untuk melakukannya.

    d. Mengidentifikasi kompetensi sesuai dengan perkembangan peserta didik dan

    kebutuhan daerah yang perlu dikembangkan ke dalam kurikulum.

    e. Memohon bantuan dinas kabupaten dan kota dalam proses penyusunan

    kurikulum.

    f. Menguji kelayakan kurikulum Prosedur Pengembangan SSKD di yang

    diimplementasikan di sekolahnya, melalui analisis kualitas isi, analisis

    kompetensi dalam kaitannya dengan peningkatan prestasi belajar peserta

    didik.

    g. Memberikan masukan kepada dinas pendidikan kabupaten dan kota, dinas

    pendidikan provinsi, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), dan pusat

    kurikulum depatemen pendidikan nasional, berkaitan dengan efektifitas dan

    efisiensi kurikulum, berdasarkan kondisi aktual di lapangan.

    h. Menerapkan kurikulum (melaksanakan pembelajaran sesuai dengan

    karakteristik dan kebutuhan sekolah baik bantuan sendiri maupun yang

    disusun oleh sekolah lain.

    i. Memperbaiki, dan meningkatkan kualitas kurikulum dan kualitas

    pembelajaran secara terus menerus dan berkesinambungan.19

    Untuk memberi kemudahan kepada guru dan kepala sekolah dalam

    melakukan pengembangan SKKD di sekolah, perlu dipahami prosedurnya, baik

    yang mencakup perencanaaan, pelaksanaan, evaluasi maupun revisi.

    19 Suwarno, Pengantar Umum, hal. 70.

    Volume 1, Nomor 1, Januari - Juni 2013

  • Fungsi Sekolah dan Implikasinya Bagi Pengembangan Kurikulum

    Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Juli-Desember 2012 167

    Perubahan kurikulum merupakan salah satu upaya pemerintah untuk

    meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan agar dapat mencapai

    keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi seperti

    yang digariskan dalam haluan negara. Dengan demikian perubahan kurikulum

    diharapkan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi

    oleh dunia pendidikan dewasa ini. Terutama dalam memasuki era globalisasi

    yang penuh dengan berbagai macam tantangan. Lebih dari itu perubahan dan

    penyempurnaan kurikulum diharapkan mampu membawa bangsa dan negara ke

    luar dari krisis multidensional, terutama krisis mental dan moral. Hal ini

    dimunginkan karena salah satu kelebihan kurikulum yang disempurnakan

    adalah memberikan kesempatan yang lebih luas terhadap sekolah dan daerah

    dalam pengembangan SSKD. Sekolah dan daerah yang mempunyai

    kemampuan mandiri dapat menyusun kurikulum dan mengembangkan SKKD

    yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.

    5. Implikasi Sekolah (Pendidikan) dalam Pengembangan Kurikulum

    Kurikulum merupakan acuan mengajar dan sekaligus landasan

    pembentukan kepribadian dan karakter anak didik. Kurikulum merupakan inti

    sebuah sekolah. Menurut (Doll, 1964: 15) menegaskan bahwa kurikulum itu

    adalah perencanaan yang ditawarkan, bukan yang diberikan, karena

    pengalaman. Menurut Westmeyer menekankan bahwa pengembangan

    kurikulum itu harus didasarkan pada hasil analisis terhadap berbagai kebutuhan

    siswa. (Westmeyer, 1981: 39) .Kurikulum menurut Sukmadinata memiliki

    beberapa karakteristik (Sukmadinata,1997: 27), yaitu:

    1. Kurikulum sebagai suatu substansi, yakni bahwa kurikulum adalah sebuah

    rencana kegiatan belajar para siswa di sekolah, yang mencakup rumusan-

    rumusan tujuan, bahan ajar, proses kegiatan pembelajaran, jadwal evaluasi

    hasil belajar.

    Volume 1, Nomor 1, Januari - Juni 2013

  • Hayati, M.Ag

    2. Kurikulum sebagai sebuah sistem, yakni kurikulum merupakan rangkaian

    konsep tentang berbagai kegiatan pembelajaran yang masing-masing

    memiliki keterkaitan dengan yang lain.

    3. Kurikulum merupakan sebuah konsep yang dinamis, yakni kurikulum

    merupakan konsep yang terbuka dengan berbagai perubahan dan terbukaan.

    Allan A. Glatthorn menjelaskan tiga variabel penting dalam pengelolaan

    dan pengembangan sekolah dan menjadi bagian integral dari hidden

    curriulum (Glatthorn: 1987: 22):

    a. Variabel organisasi, yaitu kebijakan penguasaan guru dan pengelompokan siswa untuk proses pembelajaran; team teaching, promosi kenaikan kelas, kemampuan, dan pemfokusan kurikulum.

    b. Variabel sistem sosial, yakni suasana sekolah yang tergambar dari pola-pola hubungan semua komponen sekolah.

    c. Variabel budaya, yakni dimensi sosial yang terkait dengan sistem kepercayaan nilai-nilai, dan struktur kognitif. Faktor yang penting dikembangkan dalam budaya ini adalah: rumusan tujuan sekolah yang jelas, pengelolaan administrasi yang tinggi, penguatan pelayanan kepada siswa dan pemberian hadiah kepada siswa yang berprestasi.

    Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam pengembangan

    kurikulum (Westmeyer; 1981. 4). hal ini dapat dilihat sebagai berikut:

    MasyarakatLokal

    Budaya

    MasyarakatLuas

    Harapan

    Disiplin

    Kurikulum

    Siswa

    168 Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Juli-Desember 2012

    Volume 1, Nomor 1, Januari - Juni 2013

  • Fungsi Sekolah dan Implikasinya Bagi Pengembangan Kurikulum

    Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Juli-Desember 2012 169

    Menurut Abdurrahman Shaleh, kurikulum adalah perangkat standar

    program pendidikan yang dapat mengantarkan siswa untuk menjadi kompeten

    dalam berbagai bidang kehidupan yang dipelajarinya. (Shaleh, 2003: 23).

    Kurikulum sebagai salah satu komponen pendidikan sangat berperan dalam

    mengantarkan pada tujuan pendidikan yang diharapkan. Untuk itu kurikulum

    merupakan kekuatan utama yang mempengaruhi dan membentuk proses

    pembelajaran. Kesalahan dalam penyusunan kurikulum akan menyebabkan

    kegagalan suatu pendidikan dan penzoliman terhadap peserta didik. Dalam

    pendidikan Islam ada upaya-upaya untuk mentransfer dan menanamkan nilai-

    nilai agama (ilahiah) sebagai titik sentral tujuan dan proses pendidikan Islam.

    Oleh karena itu, al-Syaibany20 memberikan kerangka dasar yang jelas tentang

    kurikulum Islam, yaitu:

    1. Kurikulum harus memuat nilai-nilai agama, karena nilai agama ini menjadi target tertinggi, karena bersumber dari Al-Quran dan hadits.

    2. Memiliki dasar Falsafah. Falsafah ini memberikan pedoman bagi tujuan pendidikan Islam secara filosofis, sehingga tujuan, isi dan organisasi kurikulum mengandung suatu kebenaran dan pandangan hidup dalam bentuk nilai-nilai yang diyakini sebagai suatu kebenaran, baik ditinjau dari segi ontologi, epistimologi, maupun aksiologi.

    3. Dasar Psikologis. Dasar ini memberikan landasan dalam perumusan kurikulum yang sejalan dengan ciri-ciri perkembangan psikis peserta didik, sesuai dengan tahap kematangan dan bakatnya, memperhatikan kecakapan pemikiran dan perbedaan perorangan antara satu peserta didik dengan lainnya. Banyak sinyal al-Quran tentang bentuk kurikulum pendidikan islam, diantaranya muatan materi yang mampu menyesuaikan perkembangan zaman. Muatan filosofis materi mampu memprediksi apa yang akan terjadi, muatan materi sistematis, mudah dicerna dan dilaksanakan muatannya menyentuh seluruh aspek kemanusiaan (jasmani, akal dan al-qalb) dan lain sebagainya.

    4. Dasar sosial. Dasar ini memberikan gambaran bagi kurikulum pendidikan Islam yang tercermin pada dasar sosial yang mengandung ciri-ciri masyarakat Islam dan kebudayaannnya, baik dari segi pengetahuan, nilai-nilai ideal, cara berpikir dan adat kebiasaan, seni dan sebagainya.

    20 S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksaran 1995),hal. 14.

    Volume 1, Nomor 1, Januari - Juni 2013

  • Hayati, M.Ag

    170 Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Juli-Desember 2012

    Dalam rangka menyusun kurikulum al-Abrasyi mengatakan perlu

    memperhatikan prinsip-prinsip, diantaranya : 1) Bermanfaat bagi pendidikan

    jiwa dan kehidupan manusia pada umumnya; 2) Sesuai dengan perkembangan

    siswa; 3) Fungsi ilmu untuk ilmu; 4) Kejuruan dan keterampilan untuk mencari

    penghidupan; 5) Bermanfaat untuk membuka jalan untuk mencari ilmu-ilmu

    lain. 21

    Sedangkan prinsip-prisipnya asy-Syaibani adalah 1) Agamis (bermuatan

    agama) untuk pembentukan akhlak dan spiritual; 2) Universal dan seimbang

    (pembinaan pribadi manusia dalam segala aspeknya secara seimbang; 3) Sesuai

    dengan bakat, minat, kemampuan serta keperluan siswa dan masyarakat; 4)

    Sejalan dengan perkembangan dan perubahan zaman; 5) Saling keterkaitan

    antara satu mata pelajaran dengan lainnya.22

    Kewenangan Sekolah

    Sejalan dengan desentralisasi pendidikan dalam konteks otonomi daerah

    yang sedang bergulir, dalam penerapan kurikulum sekolah diberi kewenangan

    yang sangat leluasa terutama dalam hal-hal sebagai berikut:

    1. Menyusun dan mengembangkan kurikulum, khususnya program

    pembelajaran dan proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar

    pesera didik bersama-sama dengan komite sekolah dan dewan pendidikan.

    Penyusunan program pembelajaran memperhatikan standar nasional, baik

    isi, kompetensi, maupun standar lulusan yang dikeluarkan oleh Badan

    Standar nasional Pendidikan (BSNP)

    2. Managemen sekolah menggambarkan kadar otonomi sekolah desentralisasi

    pendidikan. Dalam hal ini sekolah dapat memilih diantara tiga kemungkinan,

    20 S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, hal. 17. 23 Al-Abrasyi , at-Tarbiyah..,hal. 164 24 Asy-Syaibani, Falsafah at-Tarbiyah hal.352 25 Mulyasa, Kurikulum Yang Disempurnakan, Pengembangan Standar Kompetensi dan

    Kompetensi dasar, (Bandung: Rosdakarya, 2006), hal. 109. 22Mulyasa, Kurikulum Yang Disempurnakan, Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar, (Bandung: Rosdakarya, 2006), hal. 132.

    Volume 1, Nomor 1, Januari - Juni 2013

  • Fungsi Sekolah dan Implikasinya Bagi Pengembangan Kurikulum

    Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Juli-Desember 2012 171

    yaitu (1) mandiri, 2) bergabung dengan sekolah lain, 3) menggunakan

    SKKD yang dikembagkan oleh BNSP Depdiknas.

    3. Membuat perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban; penerapan

    kurikulum tidak lepas dari accountability yang dapat dilihat dari

    perencanaan sekolah dan pencapaiannya.23

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan pendesainan kurikulum pendidikan

    perlu memperhatikan tingkat satuan pendidikan serta geografis keberadaan suatu

    satuan pendidikan. Hal ini disebabkan, bila melihat pada tujuan pendidikan

    adalah untuk membentuk anak didik atau hasil lulusan dari satuan pendidikan

    mampu bekerja di wilayah mereka masing-masing. Maka pendesaian kurikulum

    harus melihat pada tingkat dan tataran peserta didik.

    III. PENUTUP Sekolah menjadi jalan utama kemajuan dan perkembangan umat

    manusia, sekolah merupakan sumber pencerahan ideologi dan kematangan

    intlektual, selain itu sekolah adalah pokok paling signifikan dalam penyelamatan

    orang-orang dari kebodohan serta keburukan. Sekolah (Pendidikan) Juga

    memanusiakan manusia.

    Pendidikan diprogram atau direncanakan dalam suatu bentuk yang

    disebut dengan kurikulum. Secara garis besar kurikulum mengandung unsur-

    unsur: 1) ketauhidan, 2) keagamaan, 3) pengembangan manusia, 4)

    pengembangan hubungan sosial dan 5) pengembangan diri sebagai individu.

    Pendidikan membentuk manusia menjadi berkualitas baik secara fisik,

    moral, personal maupun sosial. Hal ini tidak cukup hanya dengan

    mengembangkan dimensi kecerdasannya (IQ) saja, melainkan harus juga

    disertai dengan pengembangan emosionalnya yang muthmainnah dan

    23Oemar Muhammad al-Taomy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, Falsafah Pendidikan Islam,terj. Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal. 485.

    Volume 1, Nomor 1, Januari - Juni 2013

  • Hayati, M.Ag

    172 Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Juli-Desember 2012

    kecerdasan spiritual (SQ). Inilah konsep pendidikan yang cepat dalam upaya

    membangun manusia dan masyarakat berkualitas, integritas, dinamis, kreatif dan

    mampu menghadapi perkembangan kemajuan dan perubahan ke arah

    konfigurasi kehidupan yang harmonis dan bermartabat sebagai makhluk tuhan,

    makhluk hidup sesama manusia dan makhluk alam semesta dan membangun

    budaya terbaik bagi kehidupan. Ada tiga pilat Fungsi pendidikan; Fungsi

    penyadaran, fungsi progresif, dan fungsi mediasi. Selain sekolah juga berfungsi

    sebagai mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan,

    spesialisasi, efisiensi, transformasi budaya,sosial, transmisi kultur dan transmisi

    dari rumah ke sekolah. Di samping itu sekolah juga sebagai sarana memperbaiki

    nasib, memperoleh keterampilan dasar, pengembangan nilai-nilai budaya.

    Komisi Internasional bagi pendidikan abad 21 yang dibentuk oleh

    UNESCO melaporkan bahwa di era globalisasi ini pendidikan dilaksanakan

    dengan bersandar pada empat pilar pendidikan, yaitu learning to know, learning

    to do, to be, dan learning to live together.

    Dalam learning to know peserta didik belajar pengetahuan yang penting

    sesuai dengan jenjang pendidikan yang diikuti, dalam learning to do peserta

    didik mengembangkan keterampilan dengan memadukan pengetahuan yang

    dikuasai dengan latihan (law of practice), sehingga terbentuk suatu keterampilan

    yang memungkinkan peserta didik memecahkan masalah dan tantangan

    kehidupan. Dalam learning to be, peserta didik belajar menjadi individu yang

    utuh, memahami arti hidup dan tahu apa yang terbaik dan baik dilakukan , agar

    hidup dengan baik. Dalam learning to live together, peserta didik dapat

    memahami arti hidup dengan orang lain, dengan jalan saling menghormati,

    saling menghargai serta memahami tentang adanya saling ketergantungan

    (interdependency).

    Untuk mewujudkan sebuah sekolah atau pendidikan yang bermartabat,

    hendaknya melihat kepada karakter budaya bangsa itu sendiri, tidak mungkin

    Volume 1, Nomor 1, Januari - Juni 2013

  • Fungsi Sekolah dan Implikasinya Bagi Pengembangan Kurikulum

    Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Juli-Desember 2012 173

    suatu pendidikan dipaksakan sebagaimana budaya atau karakter bangsa lain. Hal

    ini menimbulkan kepura-puraan dan kepalsuan dalam pendidikan. Pendidikan

    akan berhasil apabila dilandasi nilai-nilai budaya setempat.

    Referensi

    A. Waidl, Pendidikan Yang Memahami Manusia, dalam A. Atmadi dan Y

    Seryaningsih, Tansformasi Pendidkan, Yogyakarta: Kanisius, 2000.

    Arif Rohman dan teguh Wiyono, Education Policy in Decentralization Era,

    Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

    Danah Zohar, Ian Marshall, Spiritual Intellegnce, Great Britain: Bloomsbury,

    2000.

    H.A.R Tilar, Pendidikan Baru, Pendidikan Nasional, Jakarta: Rinka Cipta,

    2000.

    Moh Yamin, Menggugat Pendidikan Indonesia: Belajar dari Paulo Freire dan

    Kihajar Dewantara, Jogjakarya: Ar-Ruzz Media, 2009.

    Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Upaya Mengaktifkan Pendidikan

    Agama di Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.

    Mulyasa, Kurikulum Yang Disempurnakan, Pengembangan Standar Kompetensi

    dan Kompetensi dasar, Bandung: Rosdakarya, 2006.

    Mursidin, Moral Sumber Pendidikan; sebuah Formula Pendidikan Budi Pekerti

    di sekolah Madrasah, Bogor; Ghalia Indonesia, 2011.

    Oemar Muhammad al-Taomy al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, Falsafah

    Pendidikan islam, terj. Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.

    Paulo Ffreire, Politik Pendidikan: Kebudayaan Kekuasaan dan

    Pembebasan,Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2007.

    S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksaran 1995.

    Volume 1, Nomor 1, Januari - Juni 2013

  • Hayati, M.Ag

    174 Islamic Studies Journal | Vol. 2 No. 1 Juli-Desember 2012

    Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke

    lembaga Akademik, Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

    Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, Jakarta: Aksara, 1985.

    Syamsul Maarif, Revitalisasi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.

    W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PN: Balai

    Pustaka, 1982.

    Zahara Idris, Dasar-Dasar Kependidikan, Bandung: Angkasa, 1981.

    Volume 1, Nomor 1, Januari - Juni 2013

    islamic studies jurnal vol 1 2013_157.pdfislamic studies jurnal vol 1 2013_158.pdfislamic studies jurnal vol 1 2013_159.pdfislamic studies jurnal vol 1 2013_160.pdfislamic studies jurnal vol 1 2013_161.pdfislamic studies jurnal vol 1 2013_162.pdfislamic studies jurnal vol 1 2013_163.pdfislamic studies jurnal vol 1 2013_164.pdfislamic studies jurnal vol 1 2013_165.pdfislamic studies jurnal vol 1 2013_166.pdfislamic studies jurnal vol 1 2013_167.pdfislamic studies jurnal vol 1 2013_168.pdfislamic studies jurnal vol 1 2013_169.pdfislamic studies jurnal vol 1 2013_170.pdfislamic studies jurnal vol 1 2013_171.pdfislamic studies jurnal vol 1 2013_172.pdfislamic studies jurnal vol 1 2013_173.pdfislamic studies jurnal vol 1 2013_174.pdfislamic studies jurnal vol 1 2013_175.pdfislamic studies jurnal vol 1 2013_176.pdfislamic studies jurnal vol 1 2013_177.pdfislamic studies jurnal vol 1 2013_178.pdfislamic studies jurnal vol 1 2013_179.pdfislamic studies jurnal vol 1 2013_180.pdf