gambaran kemanfaatan layanan kesehatan dasar …
TRANSCRIPT
JSSHA (Journal of Social Science, Humanities and Humaniora) Volume 1 Nomor 1, Mei 2021
Journal of Social Science Humanities and Humaniora - Vol 1, No: 1 Page 61
GAMBARAN KEMANFAATAN LAYANAN KESEHATAN DASAR MENJANGKAU MASYARAKAT DI KEPULAUAN DENGAN
PROGRAM PERAHU SEHAT PULAU BAHAGIA (PSPB) (Studi Kasus Puskesmas Sabutung Kecamatan Liukang
Tuppabiring Utara)
DESCRIPTION OF BENEFITS OF BASIC HEALTH SERVICES REACHING COMMUNITY IN THE ARCHIPELAGO WITH THE
PERAHU SEHAT PULAU BAHAGIA (PSPB) PROGRAM (Case Study at Sabutung Public Health Center, North Liukang
Tuppabiring District)
Rusdi1 1Departemen Of Sabutung Public Health Center, Liukang Tuppabiring Utara District,
90671 - South Sulawesi, Indonesia, Email : [email protected] Rosdiana2
2Departemen of Drug Information Services Administration at Batara Siang Pangkep Hospital, 90611, - South Sulawesi, Indonesia, Email : [email protected]
Irman Idrus3,* 3Department of Pharmacy, Institute of Pelita Ibu Health Sciences, Kendari 93231 –
Southeast Sulawesi, Indonesia. * Corresponding authors:
*[email protected]; Phone: (+62) 82189450827 (Idrus I.)
Article Received: Februari 2021; Revised: April 202; Accepted: Mei 2021
ABSTRACT The Public Health Center in 2014 explained that the puskesmas is a First Level health service facility that organizes Public Health Efforts (UKM) and Individual Health Efforts (UKP), especially for promotion and prevention efforts (Tasim, 2020). The Sabutung Health Center outlined the Minister of Health Regulation No.75 of 2014 by launching the Happy Island Healthy Boat (PSPB) service (Kompak, 2020). PSPB service is an initiative introduced by Puskesmas Sabutung to implement puskesmas services outside island-based buildings (Kompak, 2020). The research was conducted on Sabutung Island. In particular Puskesmas Sabutung, Liukang Tuppabiring Utara Regency, from July to December 2020. The type of research used is a quantitative research using a cross-sectional approach, namely the object of research to be measured and observed and carried out simultaneously using dependent and independent variables (Sugyono, 2017). The results of this study showed that the community with the awareness that the use of PSB health services was bad was only 2 (3.33%), while the community (respondents) who had awareness of the benefits of PSB services in supporting health services at the Sabutung Health Center stated that it was good, namely 58 (96.7%). Keywords : Happy Island Healthy Boat (PSPB), Accessibility, Patient Perception,
Utilization of Health Services
JSSHA (Journal of Social Science, Humanities and Humaniora) Volume 1 Nomor 1, Mei 2021
Journal of Social Science Humanities and Humaniora - Vol 1, No: 1 Page 62
Pendahuluan Pemerintah Indonesia saat ini sedang focus melanjutkan percepatan
pembangunan bidang kesehatan khususnya peningkatan kesehatan daerah perbatasan
terpencil yang tentunya menyasar kawasan timur Indonesia (Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional, 2014). Hal tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 331/MENKES/SK/V/2006 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan 2005-2009 dan 7 (7) berbeda. Kegiatan Kementerian
Kesehatan tahun 2011 meliputi penataan wilayah, pelosok daerah, perbatasan dan
nusantara (Dwi Laksono and Wahyu Dwi Astuti, 2013).
Menindak lanjuti keputusan Menteri Kesehatan maka dilaksanakan program
reformasi kesehatan. Salah satu prioritas reformasi kesehatan adalah meningkatkan dan
mendistribusikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat di daerah terpencil dan
pulau-pulau dengan rencana aksi yang berbeda (Luti et al., 2012). Penyusunan rencana
aksi ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan dasar, sehingga
dapat menjamin kesehatan mereka di daerah terpencil dan pulau-pulau (Rahmad Daulay,
2021). Kebijakan Kesehatan di Daerah dan Pulau Tertinggal (DTPK) merupakan bagian
tak terpisahkan dari kebijakan Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia
sehat (Tumiwa, Pangemanan and Sondakh, 2018).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 75 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) tahun 2014, menjelaskan bahwa puskesmas
merupakan fasilitas pelayanan kesehatan Tingkat Pertama yang menyelenggarakan
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP), terutama
untuk upaya promosi dan pencegahan (Tasim, 2020). Tujuannya untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat tertinggi di wilayah kerja puskesmas. Dalam pelayanan,
Puskesmas harus memperhatikan prinsip layanan, yaitu model kesehatan, tanggung
jawab teritorial, kemandirian masyarakat, kesetaraan, keterampilan yang sesuai, integrasi
dan keberlanjutan (Ade Yuniar, 2020). Dalam melaksanakan asas keadilan, puskesmas
harus memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan terjangkau bagi setiap
orang di wilayah kerjanya, tanpa memandang status sosial, ekonomi, agama, budaya dan
kepercayaan, melalui jaringan pelayanan kesehatan yang terdiri dari dukungan
puskesmas, puskesmas keliling dan bidan desa (Lestari, 2020).
Puskesmas Sabutung menjabarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.75 tahun
2014 dengan meluncurkan layanan Perahu Sehat Pulau Bahagia (PSPB) (Kompak,
2020). Layanan PSPB merupakan inisiatif yang diperkenalkan oleh Puskesmas Sabutung
JSSHA (Journal of Social Science, Humanities and Humaniora) Volume 1 Nomor 1, Mei 2021
Journal of Social Science Humanities and Humaniora - Vol 1, No: 1 Page 63
untuk melaksanakan layanan puskesmas di luar bangunan berbasis pulau (Kompak,
2020).
Layanan PSPB diluncurkan pertama kali di Puskesmas Sabutung pada tahun
2017 untuk meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas di 6
desa dan 16 pulau yang tersebar di Kabupaten Liukang Tuppabiring Utara. Dalam
penjabaran Peraturan Menteri Kesehatan No.75 tahun 2014, Puskesmas Sabutung
meluncurkan layanan Perahu Sehat Pulau Bahagia (PSPB). Layanan PSPB merupakan
inisiatif yang diperkenalkan oleh Puskesmas Sabutung untuk melaksanakan layanan
puskesmas di luar bangunan berbasis pulau dan memiliki enam tujuan, salah satu
diantaranya adalah meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan Puskesmas Sabutung
(Kompak, 2020).
Salah satu indikator pelayanan yang penting bagi pasien sebagai konsumen
adalah pelayanan yang memadai terutama pada saat pendaftaran dan waktu tunggu.
Harapan pasien untuk kecepatan pelayanan cenderung meningkat dari waktu ke waktu
dengan kemajuan teknologi dan informasi kesehatan. Oleh pengguna perawatan
kesehatan. Nilai waktu bagi masyarakat semakin mahal karena masyarakat merasa
kegiatan ekonominya semakin meningkat (Anjaryani, 2009).
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan di Pulau Sabutung. Khususnya Puskesmas Sabutung
Kabupaten Liukang Tuppabiring Utara, dari bulan Juli sampai Desember Tahun 2020.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan
pendekatan cross sectional, yaitu objek penelitian yang akan diukur dan diamati serta
dilakukan secara bersamaan dengan menggunakan variabel dependen dan independen
(Sugyono, 2017).
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer Primer yaitu
data yang akan diperoleh langsung dari masyarakat Pulau sabutung dan data sekunder
yang bersumber dari hasil pengumpulan data secara tidak langsung dengan penelusuran
landasan teoritis yang berasal dari perpustakaan, kumpulan jurnal, internet, dan buku
yang berkaitan dengan layanan ksesehatan berbasis pulau.
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data primer pada penelitian ini
adalah dengan melakukan pembagian angket atau kuesioner pada masyarakat di
Sabutung Kabupaten Liukang Tuppabiring Utara yang meliputi kecepatan pelayanan,
kemajuan teknologi, dan pelayanan informasi kesehatan.
JSSHA (Journal of Social Science, Humanities and Humaniora) Volume 1 Nomor 1, Mei 2021
Journal of Social Science Humanities and Humaniora - Vol 1, No: 1 Page 64
Hasil Penelitian Gambaran Umum
Gambar 1. Layanan Kesehatan Dasar Menjangkau Masyarakat Kepulauan Puskesmas Sabutung
Kecamatan Liukang Tuppabiring Utara
Tabel 1. Distribusi Wilayah, Waktu Tempuh Menggunakan Perahu Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sabutung
Nama Desa Luas
Wilayah (km2)
Jumlah Pulau Nama Pulau
Waktu Tempuh
Puskesmas
Mattiro Uleng 5 2 1. Pulau Kulambing 2. Pulau Bangko-
Bangkoang
30 15
Mattiro Kanja* 4,72 1 1. Pulau Sabutung*
(lokasi Puskesmas Sabutung)
Mattiro Baji 4,28 4
1. Pulau Satando 2. Pulau Saugi 3. Pulau Sapuli 4. Pulau Camba Cambang*
20 25 20
Mattiro Bombang 22,00 4
1. Pulau Salemo 2. Pulau Sagara 3. Pulau Sabangko 4. Pulau Sakuala
45 35 40 75
Mattiro Walie 31,00 4
1. Pulau Samatellu 2. Pulau Samatellu Borong 3. Pulau Samatellu Pe’da 4. Pulau Salebbo
120 120 90 150
Mattiro Bulu 3,00 1 1. Pulau Karanrang 120
Mattiro Labangeng 4,00 2 1. Pulau Laiya
2. Pulau Polewali 90 105
Total 74,00 18
JSSHA (Journal of Social Science, Humanities and Humaniora) Volume 1 Nomor 1, Mei 2021
Journal of Social Science Humanities and Humaniora - Vol 1, No: 1 Page 65
Sumber data sekunder : (Kompak, 2020)
Melihat Tabel 2 dijabarkan bahwa dari 60 responden, 43 (71.7%) berjenis
kelamanin perempuan dan responden paling kecil adalah jenis kelamin laki-laki yaitu 17
(28.3%).
Kelompok umur yang paling banyak memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah
kelompok umur 56-78 dengan jumlah 20 (33.3%) responden, sedangkan kelompok umur
terendah adalah 21 - 35 tahun yaitu 2 responden (3,33%).
Pekerjaan tertinggi adalah kelompok responden dengan jenis pekerjaan sebagai
nelayan sebanyak 19 responden (31,7%) dan kelompok pekerjaan terendah adalah buruh
dan petani masing-masing 3 responden (5,0%).
Responden dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah responden yang
berpendidikan SMA yaitu 27 orang (45%), sedangkan Sarjana adalah responden paling
sedikit sebanyak 9 responden (15%).
Tabel 2. Distribusi Karakteristik Responden di wilayah kerja Puskesmas Sabutung Kecamatan
Liukang Tuppabiring Utara No Karakteristik Responden Frekuensi Persen
1 Jenis Kelami Laki perempuan
17 43
28.3% 71.7%
Total 60 100%
2 Umur
6-20 21-35 36-45 46-55 56-78
2 18 7 11 20
3.33% 30.0% 11.7% 18.3% 33.3%
Total 60 100%
3 Pekerjaan
PNS Wiraswasta Nelayan Petani IRT Buruh
10 8 19 3 17 3
16.7% 13.3% 31.7% 5.0% 28.3% 5.0%
Total 60 100%
4 Pendidikan
SD SMP SMA Sarjana
10 14 27 9
16.7% 23.3% 45% 15%
Total Sumber : Data Primer Tahun 2020
Tabel 3. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Aksesbilitas, Persepsi Pasien dan
Pemanfatan Pelayanan kesehatan program Perahu Sehat Pulau Bahagia (PSPB) di wilayah kerja Puskesmas Sabutung Kecamatan Liukang
JSSHA (Journal of Social Science, Humanities and Humaniora) Volume 1 Nomor 1, Mei 2021
Journal of Social Science Humanities and Humaniora - Vol 1, No: 1 Page 66
Tuppabiring Utara.
No Karakteristik responden Frekuensi (n)
Persen (%)
1 Aksesbilitas Mudah Sulit
50 10
83.3% 16.7%
Total 60 100%
2 Persepsi Pasien Baik Tidak baik
58 2
96.7% 3.33%
T otal 60 100%
3 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Memanfaatkan Tidak Memanfaatkan
48
12
80%
20% Total 60 100%
Sumber : Data Primer Tahun 2020
Berdasarkan Tabel 2 ditas terlihat bahwa responden dengan aksesibilitas mudah
sebanyak 50 responden (83.3%). Sedangkan responden dengan aksesibilitas sulit
sebanyak 10 responden (16,7%).
Gambar 2.
Bar Chart Karakteristik responden berdasarkan Aksesbilitas
Persepsi responden yang menyatakan baik sebanyak 58 responden (96.7%).
Sedangkan persepsi responden yang menyatakan tidak baik sebanyak 2 responden
(3,33%). Responden yang memanfaatkan pelayanan kesehatan sebanyak 48 responden
(80%) sedangkan yang tidak memanfaatkan sebanyak 12 responden (20%).
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
Mudah Sulit
83.30%
16.70%
Frek
uens
i (%
)
Aksesbilitas
Karakteristik Responden
JSSHA (Journal of Social Science, Humanities and Humaniora) Volume 1 Nomor 1, Mei 2021
Journal of Social Science Humanities and Humaniora - Vol 1, No: 1 Page 67
Gambar 3.
Bar Chart Karakteristik responden berdasarkan persepsi
Gambar 4.
Bar Chart Karakteristik responden berdasarkan Pemanfaatan
Pembahasan Kemanfaatan layanan Puskesmas dapat dilihat dari berbagai indikator
diantaranya banyak tidaknya jumlah kunjungan. Rendahnya jumlah kunjungan
masyarakat ke pusat pelayanan kesehatan menunjukkan bahwa masyarakat kurang
memanfaatkan pelayanan kesehatan puskesmas (Pradella, 2017). Pemodelan
pemanfaatan pelayanan kesehatan menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
(2010) menjelaskan bahwa pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh
0.00%20.00%40.00%60.00%80.00%
100.00%
Baik Tidak baik
96.70%
3.33%
Frek
uens
i (%
)
Persepsi
Karasteristik Responden
0%
20%
40%
60%
80%
Memanfaatkan Tidak Memanfaatkan
80%
20% Freu
ensi
(%)
Pemanfaatan Pelayan Kesehatan
Karakteristik responden
JSSHA (Journal of Social Science, Humanities and Humaniora) Volume 1 Nomor 1, Mei 2021
Journal of Social Science Humanities and Humaniora - Vol 1, No: 1 Page 68
terbatasnya jumlah tenaga kesehatan milik pemerintah, perekonomian sarana pelayanan
kesehatan di masyarakat, dan persepsi masyarakat (Rasidin Calundualundu, 2018).
Jenis Kelamin Jenis kelamin perempuan mengalami lebih banyak masalah tekanan
dibandingkan laki-laki, tetapi faktor latar belakang bervariasi dari berbagai kelompok
sosial, karena perempuan dalam kehidupan mereka memiliki lebih banyak atau lebih
sedikit masalah kesehatan dari pada laki-laki, sehingga perempuan lebih banyak
menerima pemeriksaan kesehatan dan layanan kesehatan. Penelitian ini sejalan dengan
hasil temuan Satrianegara M.F. dkk (2015), dimana 18 (30 %) responden laki-laki dan 42
(70%) perempuan (Satrianegara, Surahmawati and Asriani, 2016).
Umur Penggunaan jasa layanan kesehatan dipengaruhi oleh usia yang menjadi salah
satu faktor dalam masyarakat hal ini di ungkapkan oleh Suriani (2004) dalam (Magee et
al., 2017). Sutriani juga mengatakan dalam penelitiannya bahwa faktor usia berperan
dalam menentukan keberlangsungan penggunaan fasilitas kesehatan (Magee et al.,
2017).
Semakin muda usia anda, semakin giat anda dalam mencari tempat-tempat yang
dapat memberikan perawatan kesehatan yang baik dibandingkan dengan orang yang
lebih tua, apalagi jika anda memiliki banyak masalah kesehatan pada saat-saat seperti ini
sehingga anda dapat memanfaatkan layanan kesehatan yang ada. (Sugiono, Maidin and
Irwandy, 2013), juga menemukan bahwa kelompok umur terbanyak adalah (25,4%) yaitu
12-22 tahun. Kelompok usia dengan jumlah responden paling sedikit berada pada rentang
usia 78-88 (1,7%) responden. Hasil penelitian ini tidak relevan dengan hasil penelitian
yang telah di lakukan karena usia 56-78 justru yang lebih banyak menggunakan jasa
pelayanan kesehatan (Sugiono, Maidin and Irwandy, 2013).
Pendidikan Keluarga yang berpendidikan rendah pada umumnya pasrah bila masalah
kesehatan menyebabkan penderitaan bagi anggota keluarganya, teori ini telah jauh di
kemukakan dalam Syahlan (1996) dalam (Rizky Ary Saputri, 2017). Tingkat pendidikan
sangat menentukan upaya pencarian layanan kesehatan, keseriusan muncul masalah
kesehatan yang serius maka seketika itu anda akan meminta bantuan pada petugas
layanan kesehatan dibandingkan dengan masyarakat biasa yang berpendidikan rendah
(Rizky Ary Saputri, 2017).
JSSHA (Journal of Social Science, Humanities and Humaniora) Volume 1 Nomor 1, Mei 2021
Journal of Social Science Humanities and Humaniora - Vol 1, No: 1 Page 69
Secara teori, pendidikan formal memiliki pengaruh yang besar terhadap
pengetahuan, jadi jika dalam analisis ini seseorang dengan pendidikan formal yang lebih
tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dari pada orang yang berpendidikan
lebih rendah, hanya orang yang pendidikan formal yang memiliki pendidikan tinggi akan
lebih cepat mudah dimengerti dengan apa yang sampaikan terkait penggunaan jasa
medis (Notoatmodjo, 1993) dalam (Agustina, 2018).
Hasil penelitian ini sejalan dengan (Sugiono, Maidin and Irwandy, 2013) dan
(Tangcharoensathien et al., 2020) yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan adalah 51
(43,2%) responden yaitu tamat SMA / teman sekelas dan paling sedikit tidak sekolah 2
responden (1,7%).
Pekerjaan Mereka yang tidak bekerja lebih cenderung mendapatkan perawatan medis
karena tidak terlalu sibuk, sedangkan mereka yang bekerja terlalu sibuk dalam bekerja
dan terkadang tidak terlalu mengkhawatirkan kesehatannya, sehingga tidak
memanfaatkan yang ada. atau menghubungi layanan medis yang terdekat. Pemanfaatan
pelayanan kesehatan yang lebih banyak di rasakan oleha masyarakat yang tidak bekerja
(URT) sebanyak 31 (26,35) responden Jumlah responden 1 (1,7%) yaitu PNS / TNI /
POLRI. Hasil penelitian ini di kemukan oleh (Sugiono, Maidin and Irwandy, 2013).
Aksesbilitas Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin mudah akses masyarakat ke
Puskesmas maka semakin mudah pula akses pelayanan kesehatan, begitu pula
sebaliknya. Semakin sulit aksesibilitas responden ke Puskesmas, semakin sulit pula
jadinya mereka menggunakan layanan kesehatan. Namun, tidak jarang juga bahwa fakta
banyak masyarakat yang terkendala dengan akses, namun mereka tetap memanfaatkan
layanan kesehatan seperti memanfaatkan Puskesmas yang sering mereka tempati, yaitu
Puskesmas Sabutung Kabupaten Liukang Tuppabiring Utara. Namun ada juga
masyarakat yang memilih puskesmas lain karena pindah tempat tinggal, meskipun
administrasi pelayanan kesehatan masih terdaftar di Puskesmas Sabutung. Namun
semenjak adanya program Perahu Sehat Bahagia (PSB) ini masyarakat tersebut kembali
merasakan kemudahan dalam memerikasakan kesehatan mereka di Puskesmas
Sabutung karena adanya sarana telah di sediakan langsung oleh pemerintah setempat
dalam hal ini di kordinir langsung oleh Kepala Puskesmas Sabutung dan di bantu oleh
tenaga kesehatan lainnya serta tokoh masyarakat.
Persepsi masyarakat
JSSHA (Journal of Social Science, Humanities and Humaniora) Volume 1 Nomor 1, Mei 2021
Journal of Social Science Humanities and Humaniora - Vol 1, No: 1 Page 70
Ketika masyarakat mengatakan persepsi mereka maka kita akan mendapatkan
persepsi yang berbeda tentang program Perahu Sehat Bahagia (PSB) yang di jalankan
oleh Puskesmas Sabutung. Jikalau pun ada persepsi masyarakat menyatakan tidak baik
tentang Perahu Sehat Bahagia (PSB), maka dia tidak akan menggunakan fasilitas
tersebut untuk mempermudah akses mereka dalam memeriksakan kesehatannya di
Puskesmas Sabutung.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat memiliki persepsi yang buruk,
namun ia masih menggunakan layanan tersebut. Artinya, dia sudah tahu bahwa fasilitas
Perahu Sehat Bahagia (PSB) yang di sediakan pemerintah melalui Puskesmas Sabutung
masih terbilang langka.
Meskipun merasakan panas jika musim panas, tapi masyarakat tetap
memanfaatkan pelayanan PSB tersebut, karena mempercepat jarak tempuh dari rumah
mereka ke Puskesmas. Apa lagi jika ada masyarakat yang mengalami kondisi kesehatan
sakit parah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat dengan kesadaran
menyatakan penggunaan layanan kesehatan PSB ini buruk hanya 2 (3,33%), sedangkan
masyarakat (responden) yang memiliki kesadaran akan manfaat jasa PSB dalam
menunjang Pelayanan kesehatan di Puskesmas Sabutung menyatakan baik yaitu 58
(96.7%).
Dengan Program PSB ini masyarakat mengerti tentang pelayanan PSPB, jadwal
pelayanan, dan alur pelayanan, masyarakat pulau tertarik untuk mengakses dan
menggunakan pelayanan PSPB, masyarakat pulau terlibat memetakan masyarakat yang
membutuhkan pelayanan PSPB seperti kelompok masyarakat dengan kebutuhan khusus
(penyandang disabilitas, lansia yang tidak memiliki anggota keluarga, dan lain-lain), dan
peserta perwakilan masyarakat bisa menjadi pemberi informasi kepada masyarakat pulau
lainnya untuk dapat mengakses dan memanfaatkan pelayanan PSPB.
Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pegawai Puskesmas
Sabutung, masyarakat di Sabutung Kabupaten Liukang Tuppabiring Utara, serta Tim
PSPB Puskesmas Sabutung dan anggota Tim Peneliti lainnya
JSSHA (Journal of Social Science, Humanities and Humaniora) Volume 1 Nomor 1, Mei 2021
Journal of Social Science Humanities and Humaniora - Vol 1, No: 1 Page 71
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai “Gambaran Kemanfaatan
Layanan Kesehatan Dasar Menjangkau Masyarakat Di Kepualaun Dengan Program
Perahu Sehat Pulau Bahagia (PSPB). Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan berbasis Perahu Sehat Bahagia (PSB) sebanyak 48 responden (80%)
sedangkan yang tidak memanfaatkan sebanyak 12 responden (20%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dari 60 responden adalah
perempuan dengan jumlah responden 43 (71%) dan setidaknya 17 adalah laki-laki
(28,3%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden menunjukkan
kelompok umur tertinggi adalah 56-78 tahun yang memanfaatkan jasa pelayanan
kesehatan berbasis Perahu Sehat Bahagia (PSB) sebanyak 20 responden (33.3%
sedangkan kelompok umur terendah adalah 6-20 tahun tahun yaitu sebanyak 2
responden (3.3%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah responden dari jenjang
SMA yang banyak menggunakan jasa layanan kesehatan berbasis PSB sebanyak 27
responden (45%) dan SMP sebanyak 14 responden (23,3%). sedangkan SD 10 (16,7% )
dan Sarjana sebanyak 9 (15% ).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok kerja tertinggi adalah
kelompok Nelayan sebanyak 19 responden (31,7%) dan kelompok pekerjaan terendah
adalah Petani dan buruh sebanyak 3 (5,0%) responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan aksesibilitas mudah
sebanyak 50 (83,3%), sedangkan responden dengan aksesibilitas sulit sebanyak 10
responden (16,7%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi responden yang mengatakan baik
sebanyak 58 (96,7%). Sementara Persepsi responden yang menyatakan tidak baik
sebanyak 2 (3.33%).
Saran
Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa saran yang dapat diberikan oleh
peneliti yang dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh Puskesmas Sabutung terkait
Program Perahu sehat Bahagia (PSB) ini, diantaranya agar instansi terkait dapat
mempertimbangkan kebijakan mengenai jumlah petugas kesehatan dan pemerataan
sarana dalam hal ini penambahan armada Perahu Sehat Bahagia (PSB) sehingga dapat
JSSHA (Journal of Social Science, Humanities and Humaniora) Volume 1 Nomor 1, Mei 2021
Journal of Social Science Humanities and Humaniora - Vol 1, No: 1 Page 72
memberikan pelayanan kesehatan berbasis PSB ini lebih optimal kepada masyarakat
serta dapat meningkatkan pemanfaatannya. Kepada peneliti lain untuk melanjutkan
penelitian tentang penggunaan pelayanan kesehatan Berbasis PSB dengan berbagai
metode dan menggali lebih dalam tentang layanan kesehatan Berbasis PSB yang di
inisiatori Puskesmas Sabutung di Kabupaten Liukang Tuppabiring Utara.
Referensi Ade Yuniar (2020) Partisipasi Masyarakat Dalam Mewujudkan Lorong Sehat Di
Wilayah Kerja Puskesmas Paccerakkang Kota Makassar. Agustina, E. (2018) Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017, Prosiding Biotik.
Available at: http://103.107.187.25/index.php/PBiotik/article/view/2187 (Accessed: 15 March 2021).
Anjaryani, W. D. (2009) ‘Kepuasan pasien rawat inap terhadap pelayanan perawat
di rsud tugurejo semarang’. Dwi Laksono, A. and Wahyu Dwi Astuti, D. (2013) Review Kebijakan Tentang
Pelayanan Kesehatan Puskesmas Di Daerah Terpencil Perbatasan (Policy Review on Health Services in Primary Health Center in the Border and Remote Area).
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (2014) Perlindungan Sosial Di
Indonesia. Available at: www.bappenas.go.id (Accessed: 15 March 2021). Kompak (2020) Perahu Sehat Bahagia (PSB) Layanan Kesehatan Dasar
Menjangkau Masyarakat Kepulauan Puskesmas Sabutung Kecamatan Liukang Tuppabiring Utara. Sabutung, Indonesia.
Lestari, A. M. R. D. S. (2020) Administrasi Pelayanan Kesehatan Masyarakat - -,
Cv. Jaka Media. Available at: https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=ArrODwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR1&dq=TDalam+melaksanakan+asas+keadilan,+puskesmas+harus+memberikan+pelayanan+kesehatan+yang+terjangkau+dan+terjangkau+bagi+setiap+orang+di+wilayah+kerjanya,+tanpa+memandang+status+sosi (Accessed: 15 March 2021).
Luti, I. et al. (2012) Government Policy In Improving Health Referral System
Islands Region District In Lingga District Province Of Riau Archipelago, 24 Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia.
Magee, R. V. et al. (2017) ‘Hubungan Mutu Pelayanan Kesehatan Dengan Minat
Kunjungan Ulang Pasien Di Puskesmas Cangkringan Sleman’, ABA Journal, 102(4), pp. 24–25. Available at:
JSSHA (Journal of Social Science, Humanities and Humaniora) Volume 1 Nomor 1, Mei 2021
Journal of Social Science Humanities and Humaniora - Vol 1, No: 1 Page 73
http://repository.unjaya.ac.id/2255/ (Accessed: 15 March 2021). Pradella, N. D. (2017) Hubungan Disiplin Waktu dengan Kinerja Pelayanan
Kesehatan di Puskesmas Tawangrejo Kota Madiun Tahun 2017, STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun. Available at: http://repository.stikes-bhm.ac.id/349/ (Accessed: 15 March 2021).
Rahmad Daulay (2021) Pergolakan Pemikiran Reformasi Birokrasi, CV Budi Utama. Available at: (Accessed: 15 March 2021).
Rasidin Calundualundu (2018) Manajemen Kesehatan. (Accessed: 6 March 2021). Rizky Ary Saputri (2017) Faktor-Faktor Yang Mendukung Pemilihan Puskesmas
Baki Sukoharjo Sebagai Layanan Kesehatan Bagi Penderita Hipertensi. Satrianegara, M. F., Surahmawati and Asriani (2016) ‘Faktor-faktor yang
behubungan dengan pemanfaatan ulang pelayanan rawat jalan pada pasien TB paru di RSUD Labuang Baji Makassar’, Public Helath Science Journal, 8(1), pp. 49–59. (Accessed: 15 March 2021).
Sugiono, E. F., Maidin, M. A. and Irwandy (2013) ‘Faktor yang berhubungan
dengan Minat Pemanfaatan Kembali Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit Stella Maris Makasar’, pp. 1–13. (Accessed: 15 March 2021).
Sugyono (2017) metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r&d. intro - PDF
Drive. (Accessed: 30 June 2020). Tangcharoensathien, V. et al. (2020) ‘Children and women’s health in south east
asia: Gap analysis and solutions’, International Journal of Environmental Research and Public Health. MDPI AG. doi: 10.3390/ijerph17103366.
Tasim, M. (2020) ‘Analisis Usaha Kesehatan Masyarakat Berdasarkan
Manajemen Umum Yang Berkwalitas Di Puskesmas’, PrimA : Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 6(1). doi: 10.47506/jpri.v6i1.174.
Tumiwa, R., Pangemanan, S. and Sondakh, E. (2018) Efektivitas Kualitas
Pelayanan Kesehatan Masyarakat Pada Puskesmas Di Kecamatan Dumoga, Jurnal Eksekutif. (Accessed: 15 March 2021).