gambaran kualitas hidup pada lansia penderita …eprints.ums.ac.id/82339/12/naskah publikasi.pdf ·...
TRANSCRIPT
GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA PENDERITA
DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1
pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh :
NIDA ROIHATUL JANNAH
J210160083
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
i
ii
iii
1
GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA PENDERITA
DIABETES MELITUS DI WIILAYAH KERJA PUSKESMAS
MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO
Abstrak
Peningkatan usia harapan hidup di Indonesia pada tahun 2018 menyebabkan jumlah
lansia meningkat dengan jumlah 24,49 juta lansia. Provinsi Jawa Tengah berada
pada urutan kedua dengan jumlah lansia terbanyak di Indonesia dengan presentase
lansia sebesar 12,34%. Penuaan menyebabkan penurunan daya tahan tubuh
sehingga lansia rentan terkena penyakit. Penyakit terbanyak yang diderita lansia
adalah diabetes melitus. Adanya penyakit diabetes melitus dapat mempengaruhi
kualitas hidup lansia. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran
kualitas hidup pada lansia penderita diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas
Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu
deskriptif survei. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2019 hingga
Januari 2020 dengan jumlah sampel 83 lansia yang diambil menggunakan teknik
proportional random sample. Penelitian ini menggunakan kuesioner DQLCTQ-R
(Diabetes Quality of Life Clinical Trial Questioner- Related) dengan 34 pertanyaan.
Analisa data yang digunakan adalah statistik deskriptif. Hasil penelitian diperoleh
bahwasanya kualitas hidup yang baik berada pada kelompok usia 60-74 tahun,
berjenis kelamin laki-laki, pendidikan SMA, kelompok petani, lama menderita
diabetes melitus selama >10 tahun, kelompok tidak memiliki penyakit lainnya, dan
tinggal dengan keluarga. Domain yang paling berpengaruh adalah domain
kekhawatiran biaya dan domain dengan nilai yang paling rendah adalah kesehatan
umum. Maka dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup lansia penderita diabetes
melitus di wilayah kerja Puskesmas Mojolaban Kabupaten Sukoharjo sebagian
besar memiliki kualitas hidup yang baik.
Kata Kunci : Kualitas Hidup, Lansia, Diabetes Melitus
Abstract
An increase in life expectancy in Indonesia in 2018 has caused the number of
elderly to increase by 24.49 million elderly. Central Java Province ranks second
with the largest number of elderly in Indonesia with an elderly percentage of
12.34%. Aging causes a decrease in endurance so (that) the elderly are susceptible
to diseases. Most diseases suffered by the elderly is diabetes mellitus. The presence
of diabetes mellitus can affect the quality of life of the elderly. The purpose of this
study was to draw an overview of the quality of life in elderly patients with diabetes
mellitus in the working area of Mojolaban Health Center in Sukoharjo. The method
used in this research is descriptive survey. This study was conducted in December
2019 until January 2020 with a total sample of 83 elderly taken using the
proportional random sample technique. This study used a DQLCTQ-R (Diabetes
Quality of Life Clinical Trial Questioner- Related) questionnaire with 34 questions.
The data analysis used was descriptive statistics. The results of the study showed
that good quality of life is in the age group of 60-74 years old, male, (with) high
2
school education, the farmer group, has been suffering from diabetes for >10 years,
do not have other diseases, and stay with family. The most influential domain is
cost concerns domain and the domain with the lowest value is public health. Hence,
it can be concluded that the quality of life of elderly patients with diabetes mellitus
in the working area of Mojolaban Health Center in Sukoharjo mostly have a good
quality of life.
Keywords : Quality of Life, Elderly (people), Diabetes Mellitus
1. PENDAHULUAN
Pengertian lanjut usia (lansia) berdasarkan peraturan pemerintah Republik
Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 adalah seseorang yang usianya telah mencapai 60
(enam puluh) tahun keatas (Kemenkes RI, 2017). Proses yang dialami seluruh
makhluk hidup yang bersifat alami disebut proses menua, sedangkan usia lanjut
adalah istilah yang digunakan pada tahap akhir dari sebuah proses penuaan
(Suardiman, 2011).
Kesuksesan pemerintah dalam pembangunan nasional telah memajukan
ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) terutama dibidang kesehatan
yang telah memajukan kualitas kesehatan masyarakat serta meningkatkannya usia
harapan hidup bagi masyarakat. Jumlah lanjut usia (lansia) di Indonesia pada tahun
2018 sebanyak 9,27% atau setara dengan 24,49 juta lansia, jumlah ini mengalami
peningkatan dari tahun 2017 yang hanya 8,97% atau setara dengan 23,4 juta lansia
(Badan Pusat Statistik, 2018).
Data Susenas 2018 memperlihatkan provinsi dengan presentase penduduk
lansia terbanyak kedua adalah Provinsi Jawa Tengah dengan presentase 12,34
persen setelah DI Yogyakarta dengan presentase 12,37 persen (Badan Pusat
Statistik, 2018). Kabupaten Sukoharjo menunjukan presentase lansia pada tahun
2018 sebesar 13,97 persen berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS)
kabupaten Sukoharjo.
Peningkatan penduduk lansia membawa konsekuensi pada meningkatnya
penyakit dan masalah kesehatan yang timbul akibat dampak penuaan. Penyakit
terbanyak yang diderita lansia adalah penyakit tidak menular diantaranya adalah
3
diabetes melitus (DM) (Kemenkes, 2016). Peringkat pertama prevalensi DM
berdasarkan diagnosis dokter tahun 2018 berada pada rentang umur 55-64 tahun
yakni sebesar 6,3%, peringkat kedua berada pada rentang 65-75 tahun yakni sebesar
6,0%, dan pada rentang 75 tahun keatas sebesar 3,3% (Kemenkes, 2018).
Data international Diabetes Federation (IDF) tahun 2017 menyatakan bahwa
penderita diabetes di dunia sebanyak 425 juta orang yang diantaranya berasal dari
usia 65-79 tahun sebanyak 98 juta orang (Cho et al., 2017). Menurut Kemenkes
(2018), terdapat peningkatan prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia,
penyakit diabetes melitus mengalami peningkatan menjadi 8,5% yang awalnya
6,9% menurut hasil pemeriksaan glukosa darah. Prevalensi penyakit tidak menular
diabetes melitus berada pada urutan kedua tertinggi di Provinsi Jawa Tengah
sebesar 19,22% (Dinkes Jateng, 2017). Sedangkan kasus penyakit diabetes melitus
di kabupaten Sukoharjo terdapat 4.964 kasus (Dinkes, 2018).
Penderita diabetes melitus dalam kehidupannya harus melakukan berbagai
macam terapi yang dapat mengakibatkan dampak secara fisik dan juga psikologis.
Dampak secara fisik yang dirasakan penderita adalah sering mengalami nyeri,
penurunan nafsu makan, perubahan berat badan, sering mengalami letih, dan
gangguan tidur. Sedangkan dampak secara psikologis berupa permasalahan
emosional yaitu perasaan tidak berguna, cemas, putus asa, stress, dan tidak
memiliki harapan hidup (Tjokroprawiro, 2011 dalam PH, Sari, & Hermanto, 2018).
Kualitas hidup menurut WHO adalah persepsi setiap individu mengenai
keberadaan mereka dalam kehidupan dalam sistem nilai dan budaya dimana mereka
hidup yang berkaitan dengan harapan, tujuan, kekhawatiran dan standar mereka
(Kashi et al., 2018). Kualitas hidup terkait dengan kesehatan adalah keadaan
dimana setiap individu merasakan kesejahteraan atau kebahagiaan meskipun
memiliki penyakit atau cacat (Rugbeer et al., 2017).
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hidup berdasarkan Diabetes
Quality Of Life (DQOL) terdiri dari status perkawinan, hubungan sosial, adanya
masalah kesehatan lainnya, tingkat pengetahuan penderita, kemampuan untuk
4
mengontrol penyakit, dan kepuasan terhadap pengobatan. Serta terdiri dari tiga
domain yaitu kepuasaan, dampak, dan khawatir tentang efek diabetes (Bujang et
al., 2018).
Hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2019 di
Puskesmas Mojolaban Kabupaten Sukoharjo berdasrkan hasil dari kuesioner
kualitas hidup yang di lakukan secara subjektif pada tujuh lansia yang menderita
diabetes melitus ditemukan hasil tiga lansia menunjukkan kualitas hidup yang baik
dan empat lansia menunjukkan kualitas hidup yang kurang baik. Berdasarkan
fenomena diatas peneliti tertarik meneliti lebih lanjut mengenai gambaran kualitas
hidup pada lansia penderita diabetes melitus.
2. METODE
Jenis penelitian ini menggunakan jenis kuantitatif dengan rancangan metode
deskriptif survei dengan tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran kualitas
hidup pada lansia penderita diabetes melitus di wilayah Kerja Puskesmas
Mojolaban Kabupaten Sukoharjo. Lokasi penelitian dilaksanakan di Puskesmas
Mojolaban Kabupaten Sukoharjo dengan jumlah sampel sebanyak 83 lansia
penderita diabetes melitus. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat
(deskriptif) yang bertujuan untuk mendeskriptifkan setiap variabel penelitian yaitu
karakteristik responden dan domain kualitas hidup.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Karakteristik Responden
Tabel 1 Karakteristik responden
No. Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
1. Usia
a. Usia 60-74 tahun
b. Usia >74 tahun
79
4
95,2
4,8
2. Jenis Kelamin
a. Laki-Laki
b. Perempuan
21
62
25,3
74,7
5
3. Pendidikan
a. Tidak Sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. Perguruan Tinggi
19
31
12
16
5
22,9
37,3
14,5
19,3
6
4. Pekerjaan
a. Tidak bekerja/
IRT/ Pensiunan
b. Buruh
c. Wiraswasta
d. Petani
46
12
22
3
55,4
4,5
26,5
3,6
5. Lama Menderita
a. 1-5 tahun
b. 6-10 tahun
c. >10 tahun
54
22
7
65,1
26,5
8,4
6. Penyakit Lain
a. Tidak ada
b. 1 penyakit lain
c. 2 penyakit lain
d. > 2 penyakit lain
41
27
11
4
49,4
32,5
13,3
4,8
7. Status Tinggal
a. Tinggal sendiri
b. Dengan keluarga
0
83
0
100
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan karakteristik responden sebanyak 79
(95,2%) merupakan lansia berusia 60-74 dan sebanyak 4 (4,8%) lansia
berusia >74 tahun. Menurut jenis kelamin didapatkan bahwa responden
perempuan merupakan responden terbanyak dengan 62 (74,7%) responden,
sedangkan jenis kelamin laki-laki dengan 21 (25,3%) responden. Tingkat
pendidikan terbanyak yang dienyam oleh responden adalah SD dengan 31
(37,3%), sedangkan yang paling sedikit adalah Perguruan tinggi dengan 5
(6%) responden. Berdasarkan kelompok pekerjaan terbanyak merupakan
kelompok tidak bekerja, ibu rumah tangga dan pensiunan yaitu dengan 46
(55,4%) responden, sedangkan kelompok pekerjaan terendah adalah petani
dengan 3 (3,6%) responden. Berdasarkan lamanya menderita penyakit
diabetes melitus paling banyak responden menderita penyakit selama 1
hingga 5 tahun yaitu 54 (65,1%), sedangkan yang paling sedikit dialami
6
selama >10 tahun yaitu 7 (8,4%) responden. Responden yang digunakan
sebagai sampel kebanyakan tidak mempunyai penyakit lain yaitu 41 (49,4%)
responden dan yang paling sedikit berada pada kelompok yang memiliki lebih
dari 2 penyakit lainnya yaitu 4 (4,8%). Responden yang digunakan sebagai
sampel pada penelitian ini terkait status tinggal sebanyak 83 (100%)
responden hidup dengan keluarga.
3.1.2 Kualitas Hidup Lansia Penderita Diabetes Melitus
Tabel 2 Deskripsi skor diabetes quality of life clinical trial questioner
related
Domain Mean Median Standar
Deviasi Maks Min
Kesehatan Fisik
ketahanan fisik
Kesehatan Umum
Kepuasan Terhadap Pengobatan
Gejala yang Mengganggu
Kekhawatiran Biaya
Kesehatan Emosional
Kepuasan Diet
68,95
46,74
44,58
62,50
52,73
70,81
65,66
65,07
70,75
50
50
68,75
50
75
65
66,75
14,15
23,04
13,74
13,84
22,09
12,71
6,14
12,93
95,75
100
66,75
81,25
100
100
75
91,75
20,75
0
8,25
18,75
0
25
50
25
Total 60,08 61,03 10,05 77,94 25,74
Dari tabel diatas dapat dilihat dari skala 0-100, skor setiap domain dari quality
of life memiliki mean antara 70,81 – 44,58. Skor terbesar diperoleh oleh
domain kekhawatiran biaya dengan nilai mean 70,81dan nilai terendah oleh
domain kesehatan umum dengan nilai mean 44, 58. Sedangkan untuk total skor
didapatkan nilai mean sebesar 60,08 yang dibulatkan menjadi 60. Sehingga
dapat dikatakan kualitas hidup yang baik apabila mempunyai skor ≥ 60 dan
dikatakan kualitas hidup kurang baik apabila mempunyai skor < 60.
Tabel 3 Distribusi responden berdasarkan kualitas hidup
Kualitas Hidup Frekuensi Persentase (%)
a. Baik
b. Kurang Baik
43
40
51,81
48,19
Total 83 100
Berdasarkan tabel diatas responden pada penelitian ini yang mempunyai
kualitas hidup yang baik sebanyak 43 lansia (51,81%), yang mana hasilnya
7
tidak terlalu tinggi dan hanya berbeda sedikit dengan kualitas hidup yang
kurang baik.
3.1.3 Gambaran Kualitas Hidup Berdasarkan Karakteristik Responden
3.1.3.1 Usia
Tabel 4 Gambaran usia dengan kualitas hidup
Usia
Kualitas
Hidup
Total
Kurang Baik Baik
N % N % N %
60-74
>74
38
2
48,1
50
41
2
51,9
50
79
4
100
100
Total 40 48,19 43 51,81 83 100
Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa gambaran usia dengan kualitas
hidup didapatkan bahwa responden dengan kelompok usia 60-74 tahun
kebanyakan mempunyai kualitas hidup yang baik yaitu 41 lansia atau 51,9%.
Responden dengan usia >74 tahun memiliki kualitas hidup yang setara antara
baik dan kurang baik yaitu masing-masing sebesar 2 lansia atau 50%.
3.1.3.2 Jenis Kelamin
Tabel 5 Gambaran jenis kelamin dengan kualitas hidup
Jenis
Kelamin
Kualitas
Hidup
Total
Kurang Baik Baik
N % N % N %
Laki-Laki
Perempuan
7
33
33,33
53,23
14
29
66,67
46,77
21
62
100
100
Total 40 48,19 43 51,81 83 100
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa gambaran jenis kelamin lansia
penderita diabetes melitus dengan kualitas hidup ditemukan bahwa responden
dengan jenis kelamin laki-laki kebanyakan mempunyai kualitas hidup yang
baik yaitu dengan jumlah 14 responden atau 66,67%. Responden dengan
kelompok perempuan kebanyakan memiliki kualitas hidup kurang baik
dengan jumlah 33 responden atau setara 53,23%.
8
3.1.3.3 Pendidikan
Tabel 6 Gambaran pendidikan responden dengan kualitas hidup
Pendidikan
Kualitas Hidup Total
Kurang Baik Baik
N % N % N %
Tidak Sekolah
SD
SMP
SMA
Perguruan
Tinggi
12
18
7
0
3
63,16
58,06
58,33
0
60
7
13
5
16
2
36,84
41,94
41,67
100
40
19
31
12
16
5
100
100
100
100
100
Total 40 48,19 43 51,81 83 100
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kelompok pendidikan tidak
sekolah kebanyakan mendapatkan kualitas hidup yang kurang baik dengan
jumlah 12 responden atau 63,16%. Kelompok pendidikan SD kebanyakan
mempunyai kualitas hidup yang kurang baik dengan jumlah 18 responden
atau 58,06%. Kelompok pendidikan SMP kebanyakan mempunyai kualitas
hidup yang kurang baik dengan jumlah 7 responden atau 58,33%. Kelompok
pendidikan SMA mempunyai kualitas hidup yang baik dengan jumlah 16
responden atau 100%. Kelompok pendidikan perguruan tinggi kebanyakan
mempunyai kualitas hidup yang kurang baik dengan jumlah 3 responden atau
60%.
3.1.3.4 Pekerjaan
Tabel 7 Gambaran pekerjaan responden dengan kualitas hidup
Pekerjaan
Kualitas Hidup Total
Kurang
Baik
Baik
N % N % N %
Tidak Bekerja/
IRT/ Pensiunan
Buruh
Wiraswasta
Petani
22
5
12
1
47,83
41,67
54,55
33,33
24
7
10
2
52,17
58,33
45,45
66,67
46
12
22
3
100
100
100
100
Total 40 48,19 43 51,81 83 100
9
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa kelompok tidak bekerja/ IRT/
Pensiunan kebanyakan mempunyai kualitas hidup yang baik dengan jumlah
24 responden atau 52,17%. Kelompok buruh kebanyakan mempunyai
kualitas hidup yang baik dengan jumlah 7 responden atau 58,33%. Kelompok
wiraswasta kebanyakan mempunyai kualitas hidup yang kurang baik dengan
jumlah 12 responden atau 54,55%. Kelompok petani kebanyakan mempunyai
kualitas hidup yang baik dengan jumlah 2 responden atau 66,67%.
3.1.3.5 Lama Menderita
Tabel 8 Gambaran lama menderita diabetes melitus dengan kualitas hidup
Lama
Menderita
Kualitas
Hidup
Total
Kurang Baik Baik
N % N % N %
1-5 tahun
6-10 tahun
>10 tahun
24
14
2
44,44
63,64
28,57
30
8
5
55,56
36,36
71,43
54
22
7
100
100
100
Total 40 48,19 43 51,81 83 100
Berdasarkan hasil analisis diperoleh hasil penderita yang mengalami diabetes
melitus selama 1-5 tahun kebanyakan mempunyai kualitas hidup yang baik
dengan jumlah 30 responden atau 55,56%. Responden yang mengalami
diabetes melitus selama 6-10 tahun kebanyakan mempunyai kualitas hidup
yang kurang baik dengan jumlah 14 responden atau 763,64% dan responden
yang mengalami diabetes melitus selama > 10 tahun kebanyakan mempunyai
kualiatas hidup yang baik dengan jumlah 5 responden atau 71,43%.
3.1.3.6 Penyakit Lainnya
Tabel 9 Gambaran penyakit lain dengan kualitas hidup
Penyakit Lainnya
Kualitas Hidup Total
Kurang Baik Baik
N % n % N %
Tidak ada
1 Penyakit Lain
2 Penyakit Lain
>2 Penyakit lain
17
13
7
3
41,46
48,15
63,64
75
24
14
4
1
58,54
51,85
36,36
25
41
27
11
4
100
100
100
100
Total 40 48,19 43 51,81 83 100
10
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa responden yang tidak mempunyai
penyakit penyerta paling banyak berada pada kualitas hidup yang baik
dengan jumlah 24 responden atau setara dengan 58,54%. Responden yang
memiliki 1 penyakit penyerta paling banyak berada pada kualitas hidup yang
baik dengan jumlah 14 responden atau 51,85%. Responden yang memiliki 2
penyakit penyerta paling banyak berada pada kualitas hidup yang kurang baik
yaitu sebanyak 7 responden atau 63,64% dan responden yang memiliki > 2
penyakit penyerta paling banyak berada pada kualitas hidup yang kurang baik
dengan jumlah 3 responden atau 75%.
3.1.3.7 Status Tinggal
Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa semua responden tinggal
bersama keluarga dengan kualitas hidup yang baik sebanyak 43 responden
atau 51,81% dan kualitas hidup yang kurang baik sebesar 40 responden atau
48,19%.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil analisis, responden terbanyak berada pada kelompok usia
60 hingga 74 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usia seseorang berpengaruh
terhadap kualitas hidup. Jenis kelamin responden paling banyak adalah jenis
kelamin perempuan. Responden menurut tingkat pendidikan terbanyak berada
pada kelompok responden dengan pendidikan SD atau sekolah dasar.
Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan paling banyak adalah
kelompok tidak bekerja/ IRT/ Pensiunan. Distribusi frekuensi lama menderita
diabetes melitus paling banyak dimiliki responden selama 1-5 tahun.
Kemudian hasil penelitian didapatkan bahwa kebanyakan responden tidak
mempunyai penyakit penyerta dan diketahui bahwa semua responden tinggal
dengan keluarga.
11
3.2.2 Kualitas Hidup Lansia Penderita Diabetes Melitus
Berdasarkan hasil yang diperoleh disebutkan bahwa domain yang paling
berpengaruh dan mendapatkan posisi pertama diantara domain yang lain
adalah domain kekhawatiran biaya dengan mean 70,81 yang mana
dikategorikan domain dengan kualitas hidup yang baik. Hal ini selaras dengan
penelitian Sari (2017) kekhawatiran biaya erat kaitannya dengan lama
menderita dan juga komplikasi penyakit yang sangat berpengaruh terhadap
kualitas hidup, dikatakan bahwa semakin banyak biaya yang dikeluarkan
maka semakin baik juga kualitas hidupnya.
Domain yang berpengaruh selanjutnya adalah domain kesehatan fisik
dengan kategori kualitas hidup yang baik dengan mean 68,95, yang mana hal
ini selaras dengan penelitian Pozzo dan kawan-kawan (2016) bahwa kesehatan
fisik berpengaruh terhadap aktivitas fisik, yang mana aktivitas fisik yang baik
akan mengurangi mortalitas, morbiditas, dan komplikasi penyakit diabetes.
Domain selanjutnya adalah kesehatan emosional yang masuk dalam
kategori kualitas hidup yang baik dengan nilai mean 65,66. Hal ini didukung
oleh penelitian Febriyani dan Derliana (2017) yang menyebutkan bahwa
kesehatan emosional mempengaruhi kualitas hidup penderita diabetes melitus,
apabila kesehatan emosional kurang atau memiliki emosi yang negatif akan
memberikan efek pada kualitas hidup yang semakin menurun.
Domain kepuasaan diet memberikan pengaruh terhadap kualitas hidup
dengan kategori kualitas hidup yang baik dengan nilai mean 65,07. Hal ini
sependapat dengan penelitian sari dan kawan-kawan (2011) yang
menyebutkan bahwa kepuasan seseorang terhadap dietnya dapat
mempengaruhi kualitas hidupnya, responden yang puas terhadap dietnya
kualitas hidup yang didapatkan lebih tinggi dari pada responden yang tidak
puas dengan dietnya.
12
Domain kepuasaan terhadap pengobatan mempunyai pengaruh akan
kualitas hidup seseorang dengan kategori kualitas hidup yang baik dengan
nilai mean 62,50. Hal ini didukung oleh penelitian Yanto dan Setyawati (2017)
yang dilakukan di kota Semarang dengan hasil penelitian menyebutkan bahwa
kepuasaan pengobatan akan mempengaruhi seseorang untuk mematuhi
program pengobatan yang mana jika merasa puas dan patuh terhadap
pengobatan akan memperbaiki kualitas hidup penderita diabetes melitus.
Domain gejala yang mengganggu mempunyai pengaruh terhadap kualitas
hidup seseorang dengan kategori kualitas hidup yang kurang baik karena
hasilnya berada dibawah mean total dengan nilai mean 52,73. Hal tersebut
selaras dengan penelitian yang dilakukan Simanjuntak dan kawan-kawan
(2018) bahwa gejala yang mengganggu dapat mempengaruhi psikologis
penderita diabetes melitus serta dapat mempengaruhi kualitas tidur penderita.
Sehingga apabila menderita gejala yang mengganggu dalam waktu yang
sering dapat mengurangi kualitas hidup penderita.
Domain ketahanan fisik berada pada kategori kualitas hidup yang kurang
baik dengan nilai mean 46,74. Hal ini didukung oleh penelitian Setiyorini &
Wulandari (2017) dengan hasil bahwa ketahanan fisik mempengaruhi fisik
serta psikologis penderita. Apabila ketahanan fisik penderita baik maka
penderita tidak merasakan keluhan-keluhan, sehingga ketahanan fisik yang
baik dapat mempengaruhi kualitas hidup menjadi lebih baik.
Domain kesehatan umum mempunyai nilai mean terendah diantara
domain-domain yang lain yaitu 44,58 dan masuk dalam kategori kualitas
hidup yang kurang baik. Penderita diabetes melitus mudah terkena mikroba
ataupun penyakit lainnya yang akan mempengaruhi kesehatan penderita.
Ketika kesehatan ini menurun ataupun terabaikan akan memberikan efek yang
besar terhadap kualitas hidup penderita (Stojanović et al., 2018).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan nilai mean total sebesar 60, nilai
yang didapat lebih rendah dibandingkan hasil penelitian yang dilakukan di
13
Puskesmas Kotagede 1 Yogyakarta dengan nilai mean total 75,84 (Faridah &
Dewintasari, 2016). Selain itu dari 83 responden pada penelitian ini yang
mempunyai kualitas hidup baik sebanyak 43 responden, hal tersebut lebih
tinggi dari responden yang memiliki kualitas hidup yang kurang baik dengan
jumlah 40 responden. Berdasarkan hasil tersebut memperlihatkan bahwa
gambaran kualitas hidup pada lansia penderita diabetes melitus di wilayah
kerja Puskesmas Mojolaban Kabupaten Sukoharjo tidak banyak perbedaan
yang signifikan antara kualitas hidup yang baik dengan kualitas hidup yang
kurang baik.
3.2.3 Gambaran Kualitas Hidup Berdasarkan Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden terbanyak yang
berada pada kategori kualitas hidup yang baik adalah responden dengan usia
60 hingga 74 tahun dengan presentase 51,9%. Hal ini selaras dengan penelitian
(Didarloo and Alizadeh 2016) yang menyebutkan bahwa usia muda lebih baik
kualitas hidupnya dibandingkan dengan responden yang lebih tua dikarenakan
ini berpengaruh terhadap keadaan fisik, mudahnya terkena komplikasi, dan
adanya peningkatan emosional.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa kualitas hidup yang baik
paling banyak berada pada responden yang memiliki jenis kelamin laki-laki
dengan presentase 66,67%. Penelitian ini sependapat dengan penelitian
Juanita dan Safitri (2016) yang menyebutkan bahwa laki-laki penderita
diabetes melitus memiliki kualitas hidup yang lebih baik dikarenakan
mempunyai kepuasan yang lebih tinggi dibandingkan perempuan terhadap
psikologi dan hubungan sosial serta cenderung merasakan bahwa kondisinya
baik meskipun mempunyai penyakit.
Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan tingkat pendidikan
menunjukkan bahwa kualitas hidup yang baik paling banyak berada pada
tingkat pendidikan SMA dengan presentase 100%. Penelitian ini didukung
oleh penelitian Sari dan kawan-kawan (2011) yang menunjukkan bahwa
14
responden yang mengenyam pendidikan SMA keatas mempunyai kualitas
hidup yang baik. Serta tingkat pendidikan mempunyai pengaruh terhadap
kualitas hidup dikarenakan semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan
semakin berusaha untuk mengakses informasi terkait kesehatan, sehingga
pengetahuannya meningkat.
Responden penelitian berdasarkan kelompok pekerjaan pada penelitian ini
menunjukkan bahwa kelompok petani memiliki kualitas hidup yang baik yaitu
dengan presentase 66,67%. Hal ini sejalan dengan penelitian Sari dan kawan-
kawan (2011) yang menyebutkan bahwa kelompok yang bekerja mempunyai
kualitas hidup yang baik dibandingkan dengan kelompok yang tidak bekerja.
Hal ini dikarenakan kelompok yang bekerja mempunyai aktivitas yang lebih
banyak dan mempunyai peluang yang lebih besar untuk bersosialisasi,
sehingga tidak terlalu memikirkan tentang penyakitnya.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa responden yang
menderita penyakit diabetes melitus selama >10 tahun mempunyai kualitas
hidup yang baik dengan presentase 71,43%. Hal ini didukung oleh penelitian
Setiyorini dan Wulandari (2017) menyebutkan jika responden yang
mengalami diabetes melitus >5 tahun mempunyai kualitas hidup yang baik.
Lamanya menderita diabetes melitus menunjukkan bahwa penderita diabetes
melitus dapat beradaptasi dengan penyakitnya.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa kelompok yang tidak
memiliki penyakit lainnya mempunyai kualitas hidup yang baik dengan
presentase 58,54%. Adanya penyakit lain yang diderita akan meningkatkan
beban secara psikologis dan fisik sehingga dapat menurunkan kualitas hidup
serta menyebabkan penurunan harapan hidup (Hills et al. 2018).
Berdasarkan hasil penelitian responden pada penelitian ini terkait status
tinggal sebanyak 83 lansia (100%) hidup dengan keluarga dengan kualitas
hidup yang baik sebanyak 43 responden. Hal ini didukung dengan penelitian
Ratnawati, Wahyudi, dan Zetira (2019) dengan hasil penelitian, responden
15
yang hidup dengan keluarga mendapatkan dukungan sosial yang dapat
meningkatkan maupun menurunkan kualitas hidup. Hal tersebut tergantung
pada penatalaksanaan penyakit oleh lansia dan keluarga.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah dan dianalisis maka dapat
disimpulkan:
1) Penderita diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Mojolaban
Kabupaten Sukoharjo memiliki karakteristik yaitu Paling banyak
responden berada pada rentang usia 60-74 tahun, perempuan,
pendidikan SD (Sekolah Dasar), kelompok tidak bekerja/ IRT/,
mengalami penyakit diabetes melitus terdapat pada rentang 1-5 tahun,
tidak memiliki penyakit penyerta lainnya dan semua penderita tinggal
dengan keluarganya.
2) Penderita diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Mojolaban
Kabupaten Sukoharjo sebagian besar berada pada kualitas hidup yang
baik. Domain kualitas hidup yang berada pada kategori kualitas hidup
yang baik diurutkan dari nilai yang paling tinggi yaitu domain
kekhawatiran biaya, kesehatan fisik, kesehatan emosional, kepuasan
diet, dan kepuasan terhadap pengobatan. Sedangkan domain kualitas
hidup yang berada pada kategori kualitas hidup kurang baik diurutkan
dari nilai yang paling tinggi yaitu domain gejala yang mengganggu,
ketahanan fisik, dan kesehatan umum.
3) Penderita diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Mojolaban
Kabupaten Sukoharjo yang mempunyai kualitas hidup yang baik
berdasarkan karakteristik yaitu usia 60-74 tahun, berjenis kelamin
perempuan, pendidikan SMA, kelompok petani, lama menderita
diabetes melitus selama >10 tahun, tidak memiliki penyakit penyerta
lainnya, dan tinggal dengan keluarga.
16
4.2 Saran
1) Lansia
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi lanisa
penderita diabetes melitus sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup
dengan menjaga kondisi kesehatannnya dengan menjaga asupan
makanan, olah raga, mengontrol gulu darah, dan mengikuti program-
program lansia.
2) Keluarga
Dukungan yang diberikan keluarga dapat membantu dalam
meningkatkan kualitas hidup lansia penderita diabetes melitus,
hendaknya keluarga memperhatikan asupan makanan lansia penderita
diabetes melitus, dengan menyediakan makanan yang rendah gula agar
kondisi kesehatan lansia tidak semakin parah dan kualitas hidup lansia
dapat terjaga.
3) Dinas Kesehataan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambahkan informasi bagi
dinas kesehatan serta memberikan masukan dengan memberikan
program-program kesehatan pada penderita diabetes melitus.
4) Peneliti Selanjutnya
Menambah referensi peneliti selanjutnya agar meneliti hubungan setiap-
setiap domain kualitas hidup dengan karakteristik responden seperti
hubungan antara kekhawatiran biaya dengan pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Sukoharjo. (2018). "Sukoharjo Dalam Angka 2018". Badan
Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo BPS - Statistics of Regency Sukoharjo
https://sukoharjokab.bps.go.id/publication/2018/08/16/6eb8bc73394a271a80
3e66c4/kabupaten-sukoharjo-dalam-angka-2018.html
Badan Pusat Statistik. (2018). “Statistik Penduduk Lanjut Usia 2018”. Badan Pusat
Statistik,4104001https://www.bps.go.id/publication/2018/12/21/eadbab6507c
06294b74adf71/statistik-penduduk-lanjut-usia-2018.html
Bujang, M. A., Adnan, T. H., Mohd Hatta, N. K. B., Ismail, M., & Lim, C. J. (2018).
17
A Revised Version of Diabetes Quality of Life Instrument Maintaining
Domains for Satisfaction, Impact, and Worry. Journal of Diabetes Research,
2018, 5804687. https://doi.org/10.1155/2018/5804687
Cho et al. (2017). Eighth edition 2017. In IDF Diabetes Atlas, 8th edition.
http://fmdiabetes.org/wp-content/uploads/2018/03/IDF-2017.pdf
Didarloo, A., & Alizadeh, M. (2016). Health-Related Quality of Life and its
Determinants Amongst Women With Diabetes Mellitus: A Cross-Sectional
Analysis. Nursing and Midwifery Studies, InPress(InPress), 1–7.
https://doi.org/10.17795/nmsjournal28937
Dinkes Jateng. (2017). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2017. Dinkes
Jateng, 3511351(24), 1–62. https://doi.org/10.5606/totbid.dergisi.2012.10
Dinkes. (2018). Profil Kesehatan Kabupaten Sukoharjo 2017. Dinkes Sukoharjo
Retrieved from http://dkk.sukoharjokab.go.id/download/profil/Tabel Profil
Kab. Sukoharjo 2017.pdf
Faridah, Noor Imaniniar & Dewintasari, Venty (2016). Hubungan Usia dan
Penyakit Penyerta terhadap Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
di Puskesmas Kotagede 1 Yogyakarta. Prosiding Rakernas Dan Pertemuan
Ilmiah Tahunan, 123–126.
Febriyani, & Darliana, D. (2017). Feelings of Helplessness and Quality of Life of
Diabetic. 1–8.
Hills, A. P., Arena, R., Khunti, K., Yajnik, C. S., Jayawardena, R., Henry, C. J.,
Misra, A. (2018). Epidemiology and determinants of type 2 diabetes in south
Asia. The Lancet Diabetes and Endocrinology, 6(12), 966–978.
https://doi.org/10.1016/S2213-8587(18)30204-3
Kashi, A. M., Moradi, Y., Chaichian, S., Najmi, Z., Mansori, K., Salehin, F.,
Khateri, S. (2018). Application of the world health organization quality of life
instrument, short form (WHOQOL-BREF) to patients with endometriosis.
Obstetrics and Gynecology Science, 61(5), 598–604.
https://doi.org/10.5468/ogs.2018.61.5.598
Kemenkes RI. (2017). Analisis Lansia di Indonesia. Pusat Data Dan Informasi
KementerianKesehatanRI,1–2.https://www.depkes.go.id/resource202017.pdf
Liuw, F. F., Kandou, G. D., & Malonda, N. S. H. (2017). Hubungan antara jenis
kelamin dan diabetes melitus tipe 2 dengan kualitas hidup pada penduduk di
Kelurahan Kolongan Kecamatan Tomohon Tengah Kota Tomohon. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Media
Kesehatan, 2017 - pdfs.semanticscholar.org
PH, L., Sari, I. P., & Hermanto, H. (2018). Gambaran Tingkat Stres Pasien Diabetes
Mellitus.JurnalPerawatIndonesia..https://doi.org/10.32584/jpi.v2i1.40
18
Pozzo, M. J., Mociulsky, J., Martinez, E. T., Senatore, G., Farias, J. M., Sapetti, A.,
Lemme, L. (2016). Diabetes and Quality of life: Initial Approach to
Depression, Physical Activity, and Sexual Dysfunction. American Journal of
Therapeutics, 23(1), e159-el71. https://doi.org/10.1097/01.mjt.0000433949.
Ratnawati, D., Wahyudi, C. T., Zetira, G. (2019) Dukungan Keluarga Berpengaruh
Kualitas Hidup Pada Lansia dengan Diagnosa Diabetes Melitus. Vol 9 No 02
(2019): Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia Edisi Juni 2019.
https://doi.org/10.33221/jiiki.v9i02.229
Rugbeer, N., Ramklass, S., Mckune, A., & van Heerden, J. (2017). The effect of
group exercise frequency on health related quality of life in institutionalized
elderly. Pan African Medical Journal, 26, 1–14.
https://doi.org/10.11604/pamj.2017.26.35.10518
Sari, Lusiani Septika (2017). Analisis Biaya Akibat Sakit serta Kualitas Hidup
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Penyakit Jantung. Jurnal Ekonomi
Kesehatan Indonesia, 1(3). https://doi.org/10.7454/eki.v1i3.1777
Simanjuntak, T. D., Saraswasti, L. D., Muniroh, M. (2018). Gambaran Kualitas
Tidur Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe-2 Di Wilayah Kerja Puskesmas
Ngesrep. Jurnal Kesehatan Masyarakat (E-Journal), 6(1), 328–335.
Setiyorini, Erni & Wulandari, N. A. (2017). Analisis Hubungan Lama Menderita
Diabetes Mellitus Dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal
Ilmu Kesehatan, 4(2), 7. https://doi.org/10.32831/jik.v4i2.84
Setiyorini, Erni & Wulandari, N. A. (2017). Hubungan Status Nutrisi Dengan
Kualitas Hidup Pada Lansia Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Yang Berobat
Di Poli Penyakit Dalam RSD Mardi Waluyo Blitar. Jurnal Ners Dan
Kebidanan, 4(2), 98–103. https://doi.org/10.26699/jnk.v4i
Stojanović, M., Cvetanović, G., Anđelković-Apostolović, M., Stojanović, D., &
Rančić, N. (2018). Impact of socio-demographic characteristics and long-term
complications on quality of life in patients with diabetes mellitus. Central
European Journal of Public Health, 26(2), 104–110.
https://doi.org/10.21101/cejph.a5022
Suardiman, Siti Partini. (2011). Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Yanto, A., & Setyawati, D. (2017). Dukungan Keluarga Pada Pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2 Di Kota Semarang. (September), 45–49.