gangguan dismorfik tubuh

13
BAB I LATAR BELAKANG Gangguan ini telah dikenali dan dinamakan dismorfobia lebih dari 100 tahun yang lalu. Walaupun dismorfobia dikenali dan dipelajari secara luas di Eropa, tetapi tidak disebutkan secara spesifik didalam kriteria diagnostik di Amerika Serikat, sampai diterbitkannya DSM III di tahun 1980 bahwa dismorfobia adalah suatu contoh dari gangguan somatoform atipikal. Dalam DSM III-R dan DSM IV, keadaan ini dikenal sebagai gangguan dismorfik tubuh. karena editor DSM berpendapat bahwa isitilah “dismorfofobia” secara tidak akurat berarti adanya pola perilaku penghindaraan fobik. 1 Pasien dengan gangguan dismorfik tubuh mempunyai perasaan subyektif yang pervasif bahwa beberapa aspek penampilannya buruk padahal normal atau nyaris baik. Inti dari gangguan ini bahwa pasien berkeyakinan kuat atau takut kalau dirinya tidak menarik atau bahkan menjijikan. Ketakutan ini sulit diredakan dengan menentraman atau pujian, meskipun penampilan pasien sangat normal. 2 Pada dewasa muda gangguan ini bias ringan atau berat. Pikiran pasien dapat menjadi preokupasi dengan cacat fisik khayal, dengan perasaan bahwa hal itu memberi pengaruh buruk terhadap penampilannya, dan mencari dokter bedah untuk memperbaikinya atau menarik diri secara sosial atau bahkan hanya berdiam diri di dalam rumah. Meskipun dalam bentuk ringan cukup lazim terjadi, etiologinya hanya sedikit yang diketahui, pola keluarga, biologi dan penatalaksanaannya. 1

Upload: ade-gunawan

Post on 20-Oct-2015

193 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

ade gunawan

TRANSCRIPT

Page 1: Gangguan Dismorfik Tubuh

BAB I

LATAR BELAKANG

Gangguan ini telah dikenali dan dinamakan dismorfobia lebih dari 100 tahun yang

lalu. Walaupun dismorfobia dikenali dan dipelajari secara luas di Eropa, tetapi tidak

disebutkan secara spesifik didalam kriteria diagnostik di Amerika Serikat, sampai

diterbitkannya DSM III di tahun 1980 bahwa dismorfobia adalah suatu contoh dari gangguan

somatoform atipikal. Dalam DSM III-R dan DSM IV, keadaan ini dikenal sebagai gangguan

dismorfik tubuh. karena editor DSM berpendapat bahwa isitilah “dismorfofobia” secara tidak

akurat berarti adanya pola perilaku penghindaraan fobik.1

Pasien dengan gangguan dismorfik tubuh mempunyai perasaan subyektif yang

pervasif bahwa beberapa aspek penampilannya buruk padahal normal atau nyaris baik. Inti

dari gangguan ini bahwa pasien berkeyakinan kuat atau takut kalau dirinya tidak menarik

atau bahkan menjijikan. Ketakutan ini sulit diredakan dengan menentraman atau pujian,

meskipun penampilan pasien sangat normal.2

Pada dewasa muda gangguan ini bias ringan atau berat. Pikiran pasien dapat menjadi

preokupasi dengan cacat fisik khayal, dengan perasaan bahwa hal itu memberi pengaruh

buruk terhadap penampilannya, dan mencari dokter bedah untuk memperbaikinya atau

menarik diri secara sosial atau bahkan hanya berdiam diri di dalam rumah. Meskipun dalam

bentuk ringan cukup lazim terjadi, etiologinya hanya sedikit yang diketahui, pola keluarga,

biologi dan penatalaksanaannya. Gangguan ini memiliki beberapa gambaran gangguan

obsesif-konpulsif. Adakalanya samapai pada taraf psikotik. Pemberian SSRI dapat membantu

pada beberapa pasien.3

1

Page 2: Gangguan Dismorfik Tubuh

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Defenisi

Gangguan dismorfik tubuh adalah suatu preokupasi dengan suatu cacat tubuh yang di

khayalkan (sebagai contohnya, tidak memiliki hidung) atau suatu penonjolan distorsi dari

cacat yang minimal atau kecil. Untuk dapatnya masalah tersebut dianggap sebagai suatu

gangguan mental, permasalahn harus menyebaban penderitaan yang bermakna bagi pasien

atau disertai dengan gangguan dalam kehidupan pribadi, sosial, dan pekerjaan pasien.1

Pasien sering datang dengan keluhan yang dikhayalan atau karena terdapat kecacatan

yang minimal sekali pada muka atau kepala seperti penipisan rambut, jerawat, garis-garis

halus akibat penuanan, koloid, disporposi, tidak simetris, terlalu banyak bulu dan sebagainya.

Manakala preokupasi lain termasuk ukuran, saiz, atau aspek lain mengenai hidung, mata, alis

mata, telinga, mulut, bibir, gigi, dagu, pipi dan sebagainya. Selain itu, bagian tubuh lain juga

dapat menjadi keluhan pasien contohnya, alat genitalia, payu dara, bokong, abdomen, tangan,

lengan, kaki, paha dan sebagainya.( usus)

Epidemiologi

Gangguan dismorfik tubuh adalah keadaan yang belum dipelajari dengan baik,

sebagian karena pasien lebih sering pergi ke dokter ahli penyakit kulit, ahli penyakit dalam,

atau ahli bedah plastik dibandingkan pergi ke dokter psikiatri. 1

Data yang ada menyatakan bahwa usia yang paling sering untuk onset adalah antara

15-30 tahun dan wanita lebih serig terkena dibandingkan laki-laki. Pasien yang terkena juga

berkemungkinan tidak menikah. Gangguan ini biasanya terjadi bersamaan dengan gangguan

mental lainnya. Suatu penelitian menyebutkan bahwa 90% pasien gangguan dismorfik tubuh

pernah mengalami episode depresi berat dalam hidupnya, 70% pernam mengalami suatu

gangguan kecemasan dan 30% pernah mengalami suatu gangguan psikotik. 1,2

Etiologi

Penyebab gangguan dismorfik tubuh tidak diketahui. Gangguan ini banyak

berkormobiditas dengan depresi.1,2 riwayat keluarga adanya ganguan mood dan gangguan

2

Page 3: Gangguan Dismorfik Tubuh

obsesif konpulsif yang lebih tinggi dari pada yang diharapkan, dan respons sensitivitas

gangguan yang dilaporkan terhadap obat spesifik serotonin menyatakn bahwa terjadi

perbaikan pada beberapa pasien, hal ini menunjukan bahwa patofisiologi gangguan ini

kemungkinan melibatkan serotonin dan berkaitan dengan gangguan mental lainnya.1,2,5

Konsep sterotipik tentang kecantikan atau keindahan atau kecantikan yang dianut

dalam keluarga atau kultur tertentu akan berpengaruh besar pada pasien dengan gangguan

dismorfik tubuh.1,2

Menurut model psikodinamik, gangguan ini mencerminkan pemindahan

(Displacement) konflik seksual atau emosional kepada bagian tubuh lainnya yang tidak

terkait. Asosiasi ini terjadi melalui mekanisme defensi represi, disosiasi, distorsi, simbolisme

dan proyeksi.2

Diagnosis

Kriteria diagnosis DMS-IV untuk gagguan dismorfik tubuh mengharuskan suatu

preokupasi dengan kecacatan dalam penampilan yang tidak nyata (dikhayakan) atau

penekanan yang berlebihan (overemphasis) terhadap kecatatan ringan. Preokupasi

menyebabkan penderitaan emosional bermakna pada pasien atau jelas mengganggu

kemampuan pasien untuk berfungsi dalam bidang yang penting.1,2

Tabel 1. Kriteria Diagnosa Untuk Gangguan Dismorfik Tubuh.1,2,3

A Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan sedikit

anomali tubuh, kekhawatiran orang tersebut adalah berlebihan dengan nyata

B Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan

dalam fungsi social, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya

C Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya,

ketidak puasan dengan bentuk dan ukuran tubuh pada anoreksia nervosa)

Gambaran Klinis

Permasalah yang paling sering melibatkan kerusakan tubuh, khususnya yang

berhubungan dengan bagian spesifik tubuh (sebagai contohnya hidung). Kadang-kadang

permasalahannya adalah samar-samar dan sukar untuk dipahami, seperti permasalahan yang

3

Page 4: Gangguan Dismorfik Tubuh

ekstim tentang dagu yang “aneh.” Satu penelitian menemukan bahwa pada umumnya pasien

memiliki permasalahan tentang empat bagian tubuh selama perjalanan gangguan. Gejala

penyerta yang sering adalah ide yang menyangkut diri sendiri (ideas of reference) atau

waham yang jelas menyangkut diri sendiri (frank delusion of reference) biasanya tentang

adanya orang lain yang memperhatikan kerusakan tubuh, bercermin secara berlebihan

maupun menghindari permuaan yang memantulkan, dan berusaha untukmenyembunyikan

kecacatan yang diperkirakan (dengan berias atau berpakaian yang berlebihan). Pengaruh pada

kehidupan seseorang mungkin bermakna; hampir semua pasien yang terkena menghindari

pertemuan social dan pekerjaan. Sebanyak sepertiga pasien mungkin terus-menerus tinggal di

rumah karena deformitas kecacatan mereka, dan sebanyak seperlima pasien yang terkena

berusaha bunuh diri. Seperti yang disebutkan sebelumnya, diagnosis komorbid dengan

gangguan deprsif dan gangguan kecemasan adalah sering ditemukan, dan pasien mungkin

juga memiliki sifat gangguan kepribadian obsesif-konpulsif, skizoid, dan narsistik.1,2

Antara gejala klinis yang tampak adalah:

• Sering membandingkan penampilan dari cacat yang dirasakan dengan orang lain.

• Sering memeriksa penampilan bagian tertentu di cermin dan permukaan reflektif

lainnya.

• Menyamarkan cacat yang dirasakan dengan pakaian, make-up, topi, tangan, atau

postur.

• Mencari operasi, pengobatan dermatologi, atau pengobatan medis yang lain ketika

dokter atau orang lain mengatakan bahwa kekurangan yang minimal atau tidak ada

atau bahwa pengobatan tersebut tidak diperlukan.

• Mencari kepastian tentang cacat atau mencoba untuk meyakinkan orang lain dari

keburukannya.

• Berlebihan perawatan (misalnya, menyisir rambut, mencukur, menghapus atau

memotong rambut, menerapkan makeup)

• Menghindari cermin.

• Sering menyentuh cacat yang dirasakan

• Memilih kulit seseorang

• Sering mengukur bagian tubuh yang tidak disukai

• Berlebihan membaca tentang bagian tubuh yang dirasakan rusak

• Menghindari situasi sosial di mana cacat yang dirasakan mungkin dilihat ramai orang

• Merasa cemas dan sadar diri di sekitar orang lain karena cacat yang dirasakan.

4

Page 5: Gangguan Dismorfik Tubuh

Tabel. 2 Lokasi Defek yang Dibayangkan pada Pasien dengan Gangguan Dismorfik Tubuh.1

Lokasi N %

Rambut 19 63

Hidung 15 50

Kulit 15 50

Mata 8 27

Kepala, wajah 6 20

Seluruh bentuk tubuh, struktur tulang 6 20

Bibir 5 17

Dagu 5 17

Pinggang 5 17

Gigi 4 13

Tungkai, lutut 4 13

Payudara, otot pektoralis 3 10

Wajah buruk (umum) 3 10

Telinga 2 7

Pipi 2 7

Bokong 2 7

Penis 2 7

Lengan, pergelangan tangan 2 7

Leher 1 3

Dahi 1 3

Otot-otot wajah 1 3

Bahu 1 3

Panggul 1 3

Diagnosa Banding

Distorsi citra tubuh terjadi pada anoreksia nervosa, gangguan identitas jenis kelamin,

dan beberapa tipe spesifik cedera otak (sindrom penelantaran); gangguan dismorfik tubuh

tidak boleh didiagnosis pada situasi tersebut. Ganguan dismorfik tubuh juga perlu dibedakan

dari permasalahan normal tentang penampilan seseorang. Ciri yang memebedakan adalah

5

Page 6: Gangguan Dismorfik Tubuh

bawha pada gangguan dismorfik tubuh orang mengalami penderiaan emosional dan gangguan

fungsional yang bermakna akibat permasalahan tersebut. Walaupun membuat perbedaan

antara suatu gagasan yang dipertahankan dengan kuat dan suatu waham adalah sulit, jika

pada kenyataannya kecacatan tubuh yang dirasakan memiliki intensitas waham, diagnosa

yang tepat adalah gangguan delusional, tipe somatik. Pertimbangan diagnosa lainnya adalah

gangguan kepribadian narsistik, gangguan depresif, gangguan obsesif-konpulsif, dan

skizofrenia. Pada gangguan kepribadian narsistik, permasalahan tentang bagian tubuh hanya

merupakan ciri kecil di dalam kumpulan sifat kepribadian umumnya. Pada gangguan

depresif, skizofrenia, dan gangguan obsesif-konpulsif, gejala lain dari gangguan-gangguan

tersebut biasanya menunjukan dirinya sendiri dengan segera, kendatipun gejala awal adalah

permasalahan yang berlebihan tentang suatu bagian tubuh.1,2,4

Hubungan dengan Gangguan Psikiatri Lain

Suatu hubungan antara gangguan dismorfik tubuh dan sejumlah gangguan psikiatri

lain dirumuskan, termasuk gangguan mood, gangguan obsesif-konpulsif dan skizofrenia.

Gangguan dismorfik tubuh mungkin, sebenarnya diperkirakan, hanya satu gejala nonspesifik

keadaan tersebut. Hubungan terbesar nampaknya dengan dengan gangguan obsesif-konpulsif,

tetapi pada gangguan tersebut preokupasi pikiran lebih intrusive dan tidak alami daripada

gangguan dismorfik tubuh.4

Keadaan ini juga dihubungkan dengan gangguan waham, meskipun berdasarkan

defenisi cacat pada gangguan dismofik tubuh tidak memiliki intensitas waham, istilah

hipokondriasis monosimptomatik atau psikosis hipokondrial monosimptomatik digunakan.

Sebenarnya, intensitas seperti ini dapat berubah-ubah seiring waktu sehingga gambaran

klinisnya menjadi tumpang tindih dengan gangguan dismorfik tubuh.4

Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Onset gangguan dismorfik tubuh biasanya bertahap. Orang yang terkena mungkin

mengalami peningkatan permasalahan tentang bagian tubuh tertentu sampai orang tersebut

mengetahui fungsinya terpengaruh oleh permasalahannya. Pada saat itu orang tersebut akan

mencari bantuan medis atau bedah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Tingkat

keprihatinan tentang masalah mungkin hilang dan timbul dengan berjalannya waktu,

walaupun gangguan dismorfik tubuh biasanya merupakan suatu gangguan kronis jika

dibiarkan tidak diobati.1,2

6

Page 7: Gangguan Dismorfik Tubuh

Terapi

Pengobatan pasien dengan gangguan dismorfik tubuh dengan prosedur medik

pembedahan, dermatologis, kedokteran gigi dan lainnya biasanya tidak berhasil mengatasi

keluhannya, obat-obat yang bekerja pada serotonin misalnya klomipramin dan fluoksetin

dapat mengurangi gejala yang di keluhkan pasien minimal 50%. Pemberin antidepresan

trisiklik, pengobatan monoamine oksidase dan pimozide (Orap) bermanfaat pada kasus-kasus

individual.1,2

Apabila terdapat gangguan mental lain yang menyertai, seperti gangguan depresi atau

cemas, maka harus diatasi dengan pemberian farmakoterapi dan psikoterapi yang memadai.

Tidak diketahui sampaikapan pengobatan harus tetap lanjutkan setelah gejala ganguan

dismorfik tubuh menghilang.1

7

Page 8: Gangguan Dismorfik Tubuh

BAB III

KESIMPULAN

Orang dengan gangguan dismorfik tubuh (body dismorphic disorder/BDD) terpaku

pada kerusakan fisik yang dibayangkan atau dibesar-besarkan dalam hal penampilan mereka.

Mereka dapat menghabiskan waktu berjam-jam untuk memeriksakan diri didepan cermin dan

mengambil tindakan yang ekstrem untuk mencoba memperbaiki kerusakan yang

dipersepsikan, bahkan menjalani operasi plastik yang tidak dibutuhkan. Lainnya dapat

membuang setiap cermin dari rumah mereka agar tidak diingatkan akan kecacatan yang

mencolok dari penampilan mereka. Orang dengan gangguan ini dapat percaya bahwa orang

lain memandang diri mereka jelek atau berubah bentuk menjadi rusak dan bahwa penampilan

fisik mereka yang tidak menarik mendorong orang lain untuk berpikir negatif tentang

karakter atau harga diri mereka sebagai seorang manusia. Angka gangguan ini tidak diketahui

secara jelas, karena banyak orang dengan gangguan ini yang gagal mencari bantuan atau

mencoba untuk merahasiakan simtom mereka. Orang dengan gangguan dismorfik tubuh

sering menunjukkan pola berdandan atau mencuci, menata rambut secara kompulsif, dalam

rangka mengoreksi kerusakan yang dipersepsikan.

Penanganan gangguan ini dengan teknik kognitif behavioral, paling sering pemaparan

terhadap pencegahan respons dan restrukturisasi kognitif, juga mencapai hasil yang

memberikan harapan. Pemaparan dapat dilakukan dengan sengaja memunculkan kerusakan

yang dipersepsikan didepan umum, dan bukan menutupinya melalui penggunaan rias wajah

atau pakaian. Pencegahan respons berfokus pada pemutusan ritual kompulsif, seperti

memeriksa didepan cermin (misalnya, dengan menutup semua cermin dirumah) dan

berdandan yang berlebihan. Dalam restrukturisasi kognitif, terapis menantang keyakinan

klien yang terdistorsi mengenai penampilan fisiknya dengan cara menyemangati mereka

untuk mengevaluasi keyakinan mereka dengan bukti yang jelas.

8

Page 9: Gangguan Dismorfik Tubuh

DAFTAR PUSTAKA\

1. Kaplan H.I, Sadock B.J, Grebb J.A., Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku

Psikiatri Klinis, Jilid 2, Binarupa Aksara, 2010; 81-85

2. Kusmawardhani A.A.A.A, Husain A.B, Adikusumo A, dkk. Buku Ajar Psikiatri.

Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010; 275-276

3. Tomb DA. Buku Saku Psikiatri, edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

2008; 134-135

4. Putri BK, Laking PJ, Treasaden IA.Buku Ajar Psikiatri, edisi 2. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC. 2010; 232-233

5. Maslim R, Diagnosis Gangguan Jiwa dari PPDGJ-III, F45 Gangguan Somatoform,

Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta, 2001; 70-85

6. Ahmed Iqbal. Body Dismorphic Disorder. Updated: 27 january 2013. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/291182-overview (diakses tanggal 12

november 2013)

9