gangguan dismorfik tubuh
DESCRIPTION
ade gunawanTRANSCRIPT
![Page 1: Gangguan Dismorfik Tubuh](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082516/55cf98f8550346d0339ac5ee/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
LATAR BELAKANG
Gangguan ini telah dikenali dan dinamakan dismorfobia lebih dari 100 tahun yang
lalu. Walaupun dismorfobia dikenali dan dipelajari secara luas di Eropa, tetapi tidak
disebutkan secara spesifik didalam kriteria diagnostik di Amerika Serikat, sampai
diterbitkannya DSM III di tahun 1980 bahwa dismorfobia adalah suatu contoh dari gangguan
somatoform atipikal. Dalam DSM III-R dan DSM IV, keadaan ini dikenal sebagai gangguan
dismorfik tubuh. karena editor DSM berpendapat bahwa isitilah “dismorfofobia” secara tidak
akurat berarti adanya pola perilaku penghindaraan fobik.1
Pasien dengan gangguan dismorfik tubuh mempunyai perasaan subyektif yang
pervasif bahwa beberapa aspek penampilannya buruk padahal normal atau nyaris baik. Inti
dari gangguan ini bahwa pasien berkeyakinan kuat atau takut kalau dirinya tidak menarik
atau bahkan menjijikan. Ketakutan ini sulit diredakan dengan menentraman atau pujian,
meskipun penampilan pasien sangat normal.2
Pada dewasa muda gangguan ini bias ringan atau berat. Pikiran pasien dapat menjadi
preokupasi dengan cacat fisik khayal, dengan perasaan bahwa hal itu memberi pengaruh
buruk terhadap penampilannya, dan mencari dokter bedah untuk memperbaikinya atau
menarik diri secara sosial atau bahkan hanya berdiam diri di dalam rumah. Meskipun dalam
bentuk ringan cukup lazim terjadi, etiologinya hanya sedikit yang diketahui, pola keluarga,
biologi dan penatalaksanaannya. Gangguan ini memiliki beberapa gambaran gangguan
obsesif-konpulsif. Adakalanya samapai pada taraf psikotik. Pemberian SSRI dapat membantu
pada beberapa pasien.3
1
![Page 2: Gangguan Dismorfik Tubuh](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082516/55cf98f8550346d0339ac5ee/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Defenisi
Gangguan dismorfik tubuh adalah suatu preokupasi dengan suatu cacat tubuh yang di
khayalkan (sebagai contohnya, tidak memiliki hidung) atau suatu penonjolan distorsi dari
cacat yang minimal atau kecil. Untuk dapatnya masalah tersebut dianggap sebagai suatu
gangguan mental, permasalahn harus menyebaban penderitaan yang bermakna bagi pasien
atau disertai dengan gangguan dalam kehidupan pribadi, sosial, dan pekerjaan pasien.1
Pasien sering datang dengan keluhan yang dikhayalan atau karena terdapat kecacatan
yang minimal sekali pada muka atau kepala seperti penipisan rambut, jerawat, garis-garis
halus akibat penuanan, koloid, disporposi, tidak simetris, terlalu banyak bulu dan sebagainya.
Manakala preokupasi lain termasuk ukuran, saiz, atau aspek lain mengenai hidung, mata, alis
mata, telinga, mulut, bibir, gigi, dagu, pipi dan sebagainya. Selain itu, bagian tubuh lain juga
dapat menjadi keluhan pasien contohnya, alat genitalia, payu dara, bokong, abdomen, tangan,
lengan, kaki, paha dan sebagainya.( usus)
Epidemiologi
Gangguan dismorfik tubuh adalah keadaan yang belum dipelajari dengan baik,
sebagian karena pasien lebih sering pergi ke dokter ahli penyakit kulit, ahli penyakit dalam,
atau ahli bedah plastik dibandingkan pergi ke dokter psikiatri. 1
Data yang ada menyatakan bahwa usia yang paling sering untuk onset adalah antara
15-30 tahun dan wanita lebih serig terkena dibandingkan laki-laki. Pasien yang terkena juga
berkemungkinan tidak menikah. Gangguan ini biasanya terjadi bersamaan dengan gangguan
mental lainnya. Suatu penelitian menyebutkan bahwa 90% pasien gangguan dismorfik tubuh
pernah mengalami episode depresi berat dalam hidupnya, 70% pernam mengalami suatu
gangguan kecemasan dan 30% pernah mengalami suatu gangguan psikotik. 1,2
Etiologi
Penyebab gangguan dismorfik tubuh tidak diketahui. Gangguan ini banyak
berkormobiditas dengan depresi.1,2 riwayat keluarga adanya ganguan mood dan gangguan
2
![Page 3: Gangguan Dismorfik Tubuh](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082516/55cf98f8550346d0339ac5ee/html5/thumbnails/3.jpg)
obsesif konpulsif yang lebih tinggi dari pada yang diharapkan, dan respons sensitivitas
gangguan yang dilaporkan terhadap obat spesifik serotonin menyatakn bahwa terjadi
perbaikan pada beberapa pasien, hal ini menunjukan bahwa patofisiologi gangguan ini
kemungkinan melibatkan serotonin dan berkaitan dengan gangguan mental lainnya.1,2,5
Konsep sterotipik tentang kecantikan atau keindahan atau kecantikan yang dianut
dalam keluarga atau kultur tertentu akan berpengaruh besar pada pasien dengan gangguan
dismorfik tubuh.1,2
Menurut model psikodinamik, gangguan ini mencerminkan pemindahan
(Displacement) konflik seksual atau emosional kepada bagian tubuh lainnya yang tidak
terkait. Asosiasi ini terjadi melalui mekanisme defensi represi, disosiasi, distorsi, simbolisme
dan proyeksi.2
Diagnosis
Kriteria diagnosis DMS-IV untuk gagguan dismorfik tubuh mengharuskan suatu
preokupasi dengan kecacatan dalam penampilan yang tidak nyata (dikhayakan) atau
penekanan yang berlebihan (overemphasis) terhadap kecatatan ringan. Preokupasi
menyebabkan penderitaan emosional bermakna pada pasien atau jelas mengganggu
kemampuan pasien untuk berfungsi dalam bidang yang penting.1,2
Tabel 1. Kriteria Diagnosa Untuk Gangguan Dismorfik Tubuh.1,2,3
A Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan sedikit
anomali tubuh, kekhawatiran orang tersebut adalah berlebihan dengan nyata
B Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi social, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya
C Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya,
ketidak puasan dengan bentuk dan ukuran tubuh pada anoreksia nervosa)
Gambaran Klinis
Permasalah yang paling sering melibatkan kerusakan tubuh, khususnya yang
berhubungan dengan bagian spesifik tubuh (sebagai contohnya hidung). Kadang-kadang
permasalahannya adalah samar-samar dan sukar untuk dipahami, seperti permasalahan yang
3
![Page 4: Gangguan Dismorfik Tubuh](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082516/55cf98f8550346d0339ac5ee/html5/thumbnails/4.jpg)
ekstim tentang dagu yang “aneh.” Satu penelitian menemukan bahwa pada umumnya pasien
memiliki permasalahan tentang empat bagian tubuh selama perjalanan gangguan. Gejala
penyerta yang sering adalah ide yang menyangkut diri sendiri (ideas of reference) atau
waham yang jelas menyangkut diri sendiri (frank delusion of reference) biasanya tentang
adanya orang lain yang memperhatikan kerusakan tubuh, bercermin secara berlebihan
maupun menghindari permuaan yang memantulkan, dan berusaha untukmenyembunyikan
kecacatan yang diperkirakan (dengan berias atau berpakaian yang berlebihan). Pengaruh pada
kehidupan seseorang mungkin bermakna; hampir semua pasien yang terkena menghindari
pertemuan social dan pekerjaan. Sebanyak sepertiga pasien mungkin terus-menerus tinggal di
rumah karena deformitas kecacatan mereka, dan sebanyak seperlima pasien yang terkena
berusaha bunuh diri. Seperti yang disebutkan sebelumnya, diagnosis komorbid dengan
gangguan deprsif dan gangguan kecemasan adalah sering ditemukan, dan pasien mungkin
juga memiliki sifat gangguan kepribadian obsesif-konpulsif, skizoid, dan narsistik.1,2
Antara gejala klinis yang tampak adalah:
• Sering membandingkan penampilan dari cacat yang dirasakan dengan orang lain.
• Sering memeriksa penampilan bagian tertentu di cermin dan permukaan reflektif
lainnya.
• Menyamarkan cacat yang dirasakan dengan pakaian, make-up, topi, tangan, atau
postur.
• Mencari operasi, pengobatan dermatologi, atau pengobatan medis yang lain ketika
dokter atau orang lain mengatakan bahwa kekurangan yang minimal atau tidak ada
atau bahwa pengobatan tersebut tidak diperlukan.
• Mencari kepastian tentang cacat atau mencoba untuk meyakinkan orang lain dari
keburukannya.
• Berlebihan perawatan (misalnya, menyisir rambut, mencukur, menghapus atau
memotong rambut, menerapkan makeup)
• Menghindari cermin.
• Sering menyentuh cacat yang dirasakan
• Memilih kulit seseorang
• Sering mengukur bagian tubuh yang tidak disukai
• Berlebihan membaca tentang bagian tubuh yang dirasakan rusak
• Menghindari situasi sosial di mana cacat yang dirasakan mungkin dilihat ramai orang
• Merasa cemas dan sadar diri di sekitar orang lain karena cacat yang dirasakan.
4
![Page 5: Gangguan Dismorfik Tubuh](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082516/55cf98f8550346d0339ac5ee/html5/thumbnails/5.jpg)
Tabel. 2 Lokasi Defek yang Dibayangkan pada Pasien dengan Gangguan Dismorfik Tubuh.1
Lokasi N %
Rambut 19 63
Hidung 15 50
Kulit 15 50
Mata 8 27
Kepala, wajah 6 20
Seluruh bentuk tubuh, struktur tulang 6 20
Bibir 5 17
Dagu 5 17
Pinggang 5 17
Gigi 4 13
Tungkai, lutut 4 13
Payudara, otot pektoralis 3 10
Wajah buruk (umum) 3 10
Telinga 2 7
Pipi 2 7
Bokong 2 7
Penis 2 7
Lengan, pergelangan tangan 2 7
Leher 1 3
Dahi 1 3
Otot-otot wajah 1 3
Bahu 1 3
Panggul 1 3
Diagnosa Banding
Distorsi citra tubuh terjadi pada anoreksia nervosa, gangguan identitas jenis kelamin,
dan beberapa tipe spesifik cedera otak (sindrom penelantaran); gangguan dismorfik tubuh
tidak boleh didiagnosis pada situasi tersebut. Ganguan dismorfik tubuh juga perlu dibedakan
dari permasalahan normal tentang penampilan seseorang. Ciri yang memebedakan adalah
5
![Page 6: Gangguan Dismorfik Tubuh](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082516/55cf98f8550346d0339ac5ee/html5/thumbnails/6.jpg)
bawha pada gangguan dismorfik tubuh orang mengalami penderiaan emosional dan gangguan
fungsional yang bermakna akibat permasalahan tersebut. Walaupun membuat perbedaan
antara suatu gagasan yang dipertahankan dengan kuat dan suatu waham adalah sulit, jika
pada kenyataannya kecacatan tubuh yang dirasakan memiliki intensitas waham, diagnosa
yang tepat adalah gangguan delusional, tipe somatik. Pertimbangan diagnosa lainnya adalah
gangguan kepribadian narsistik, gangguan depresif, gangguan obsesif-konpulsif, dan
skizofrenia. Pada gangguan kepribadian narsistik, permasalahan tentang bagian tubuh hanya
merupakan ciri kecil di dalam kumpulan sifat kepribadian umumnya. Pada gangguan
depresif, skizofrenia, dan gangguan obsesif-konpulsif, gejala lain dari gangguan-gangguan
tersebut biasanya menunjukan dirinya sendiri dengan segera, kendatipun gejala awal adalah
permasalahan yang berlebihan tentang suatu bagian tubuh.1,2,4
Hubungan dengan Gangguan Psikiatri Lain
Suatu hubungan antara gangguan dismorfik tubuh dan sejumlah gangguan psikiatri
lain dirumuskan, termasuk gangguan mood, gangguan obsesif-konpulsif dan skizofrenia.
Gangguan dismorfik tubuh mungkin, sebenarnya diperkirakan, hanya satu gejala nonspesifik
keadaan tersebut. Hubungan terbesar nampaknya dengan dengan gangguan obsesif-konpulsif,
tetapi pada gangguan tersebut preokupasi pikiran lebih intrusive dan tidak alami daripada
gangguan dismorfik tubuh.4
Keadaan ini juga dihubungkan dengan gangguan waham, meskipun berdasarkan
defenisi cacat pada gangguan dismofik tubuh tidak memiliki intensitas waham, istilah
hipokondriasis monosimptomatik atau psikosis hipokondrial monosimptomatik digunakan.
Sebenarnya, intensitas seperti ini dapat berubah-ubah seiring waktu sehingga gambaran
klinisnya menjadi tumpang tindih dengan gangguan dismorfik tubuh.4
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Onset gangguan dismorfik tubuh biasanya bertahap. Orang yang terkena mungkin
mengalami peningkatan permasalahan tentang bagian tubuh tertentu sampai orang tersebut
mengetahui fungsinya terpengaruh oleh permasalahannya. Pada saat itu orang tersebut akan
mencari bantuan medis atau bedah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Tingkat
keprihatinan tentang masalah mungkin hilang dan timbul dengan berjalannya waktu,
walaupun gangguan dismorfik tubuh biasanya merupakan suatu gangguan kronis jika
dibiarkan tidak diobati.1,2
6
![Page 7: Gangguan Dismorfik Tubuh](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082516/55cf98f8550346d0339ac5ee/html5/thumbnails/7.jpg)
Terapi
Pengobatan pasien dengan gangguan dismorfik tubuh dengan prosedur medik
pembedahan, dermatologis, kedokteran gigi dan lainnya biasanya tidak berhasil mengatasi
keluhannya, obat-obat yang bekerja pada serotonin misalnya klomipramin dan fluoksetin
dapat mengurangi gejala yang di keluhkan pasien minimal 50%. Pemberin antidepresan
trisiklik, pengobatan monoamine oksidase dan pimozide (Orap) bermanfaat pada kasus-kasus
individual.1,2
Apabila terdapat gangguan mental lain yang menyertai, seperti gangguan depresi atau
cemas, maka harus diatasi dengan pemberian farmakoterapi dan psikoterapi yang memadai.
Tidak diketahui sampaikapan pengobatan harus tetap lanjutkan setelah gejala ganguan
dismorfik tubuh menghilang.1
7
![Page 8: Gangguan Dismorfik Tubuh](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082516/55cf98f8550346d0339ac5ee/html5/thumbnails/8.jpg)
BAB III
KESIMPULAN
Orang dengan gangguan dismorfik tubuh (body dismorphic disorder/BDD) terpaku
pada kerusakan fisik yang dibayangkan atau dibesar-besarkan dalam hal penampilan mereka.
Mereka dapat menghabiskan waktu berjam-jam untuk memeriksakan diri didepan cermin dan
mengambil tindakan yang ekstrem untuk mencoba memperbaiki kerusakan yang
dipersepsikan, bahkan menjalani operasi plastik yang tidak dibutuhkan. Lainnya dapat
membuang setiap cermin dari rumah mereka agar tidak diingatkan akan kecacatan yang
mencolok dari penampilan mereka. Orang dengan gangguan ini dapat percaya bahwa orang
lain memandang diri mereka jelek atau berubah bentuk menjadi rusak dan bahwa penampilan
fisik mereka yang tidak menarik mendorong orang lain untuk berpikir negatif tentang
karakter atau harga diri mereka sebagai seorang manusia. Angka gangguan ini tidak diketahui
secara jelas, karena banyak orang dengan gangguan ini yang gagal mencari bantuan atau
mencoba untuk merahasiakan simtom mereka. Orang dengan gangguan dismorfik tubuh
sering menunjukkan pola berdandan atau mencuci, menata rambut secara kompulsif, dalam
rangka mengoreksi kerusakan yang dipersepsikan.
Penanganan gangguan ini dengan teknik kognitif behavioral, paling sering pemaparan
terhadap pencegahan respons dan restrukturisasi kognitif, juga mencapai hasil yang
memberikan harapan. Pemaparan dapat dilakukan dengan sengaja memunculkan kerusakan
yang dipersepsikan didepan umum, dan bukan menutupinya melalui penggunaan rias wajah
atau pakaian. Pencegahan respons berfokus pada pemutusan ritual kompulsif, seperti
memeriksa didepan cermin (misalnya, dengan menutup semua cermin dirumah) dan
berdandan yang berlebihan. Dalam restrukturisasi kognitif, terapis menantang keyakinan
klien yang terdistorsi mengenai penampilan fisiknya dengan cara menyemangati mereka
untuk mengevaluasi keyakinan mereka dengan bukti yang jelas.
8
![Page 9: Gangguan Dismorfik Tubuh](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082516/55cf98f8550346d0339ac5ee/html5/thumbnails/9.jpg)
DAFTAR PUSTAKA\
1. Kaplan H.I, Sadock B.J, Grebb J.A., Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis, Jilid 2, Binarupa Aksara, 2010; 81-85
2. Kusmawardhani A.A.A.A, Husain A.B, Adikusumo A, dkk. Buku Ajar Psikiatri.
Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010; 275-276
3. Tomb DA. Buku Saku Psikiatri, edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2008; 134-135
4. Putri BK, Laking PJ, Treasaden IA.Buku Ajar Psikiatri, edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 2010; 232-233
5. Maslim R, Diagnosis Gangguan Jiwa dari PPDGJ-III, F45 Gangguan Somatoform,
Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta, 2001; 70-85
6. Ahmed Iqbal. Body Dismorphic Disorder. Updated: 27 january 2013. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/291182-overview (diakses tanggal 12
november 2013)
9