gingival enlargement
DESCRIPTION
ginggival enlargment,TRANSCRIPT
Tugas Mandiri Periodontia II
Perawatan Pembesaran Gingiva
Penyusun :
1. Cintya Sara Lumumba 021211133048
2. Vreida Mega 021211133049
3. Arinil Haque 021211133050
4. Cornelia Johana C 021211133051
5. Reno Andrey S 021211133052
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNAIR
Semester Genap 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmatya kepada penulis se-
hingga dapat terselesainya makalah dengan judul ’’Perawatan pada Pembesaran Gingiva” se-
bagai salah satu persyaratan akademis dalam rangka pemenuhan tugas semester VI Periodon-
tia II Departemen Periodontia.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada :
1. Agung Krismariono, drg., M.Kes., Sp.Perio (K) selaku PJMK Periodontia II Departe-
men Periodontia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga
2. Irma Josefina Savitri, drg., Sp.Perio., Ph.D selaku dosen pembimbing kami yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan tugas mandiri.
3. Semua dosen yang telah memberikan ilmu yang bisa membantu kita ketika menyele-
saikan tugas mandiri.
4. Semua anggota yang telah memberikan kontribusi ide dalam diskusi kelompok dan
penyelesaian tugas mandiri. Arinil, Cornelia, Vreida, Cintya, dan Reno.
5. Keluarga yang memberikan dukungan pengetahuan dan doa.
6. Teman-teman yang telah membantu dan memberi dukungan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Semoga Allah SWT
senantiasa memberikan pahala atas segala amal yang diberikan dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis maupun pihak yang memanfaatkan.
Surabaya, April 2015
Penulis
1. 1 Chronic Inflammatory Enlargement
Enlargement inflamasi kronis memiliki bentukan soft dan pudar terutama
disebabkan edema dan terdapat infiltrasi seluler. Perawatan untuk gingival
enlargement adalah scaling dan root planing, dengan syarat ukuran enlargement
tidak mengganggu proses pengangkatan deposit yang ada pada permukaan gigi. Apa-
bila pada enlargement inflamasi gingiva kronis terdapat komponen fibrotik yang sig-
nifikan yang tidak mengalami penyusutan setelah scaling dan root planing, atau uku-
ran enlargement pada permukaan gigi mengganggu akses operator terhadap deposit
di permukaan gigi, dapat dilakukan bedah pengangkatan. Dua teknik bedah pen-
gangkatan yaitu: gingivektomi dan bedah flap. Pilihan yang sesuai dengan teknik ter-
gantung pada ukuran pembesaran dan karakter dari jaringan. Namun, jika gingivek-
tomi mengangkat semua attached gingiva dan keratinized gingiva yang nantinya
akan menghasilkan suatu masalah pada mucogingival, maka indikasi dilakukan
teknik flap. Enlargement inflamasi tumorlike dapat diatasi dengan gingivektomi den-
gan cara berikut ini:
a. Permukaan gigi discaling secara masal untuk menghilangkan kalkulus dan
debris lainnya, dengan keadaan pasien yang sedang di bawah pengaruh
anestesi lokal.
b. Lesi dipisahkan dari mukosa pada bagian dasarnya menggunakan blade
Bard-Parker nomor12. Jika lesi meluas interproksimal, interdental gingiva
juga harus diinsisi untuk memastikan agar paparan deposit dari akar tidak
tersisa.
c. Setelah lesi dihilangkan, permukaan akar discaling dan root planing dan
pada area tersebut dibersihkan serta diirigasi dengan air hangat.
d. Terapkan dressing periodontal. Seminggu setelah pengangkatan, pasien di-
instruksikan untuk kontrol plak (Carranza, 2011).
1.1.1 Flap periodontal
Flap Periodontal adalah bagian dari operasi pemisahan gingiva dan/
mukosa dari jaringan paling dasar untuk memberi akses dari dan ke tulang dan
permukaan akar. Flap juga memungkinkan gingiva untuk berpindah ke lokasi
berbeda pada pasien dengan melibatkan mucoginvival (Carranza, 2011).
Flap periodontal dapat diklasifikasikan menurut:
• Bone exposure after flap reflection (Paparan tulang setelah refleksi flap)
• Placement of the flap after surgery (Penempatan flap setelah pembedahan)
• Management of the papilla (Manajemen papila)
1.2 Periodontal and Gingival Abscesses
1.2.1 Abses Periodontal
Abses periodontal biasanya ditemukan pada pasien periodontitis yang
tidak terawat dan pada kumpulan poket periodontal sedang-dalam. Abses peri-
odontal sering muncul sebagai eksaserbasi akut pada poket yang sudah ada se-
belumnya. Terutama berhubungan dengan pengangkatan kalkulus yang tidak
tuntas, abses periodontal telah terhubung dengan sejumlah situasi klinis. Abses
periodontal telah diidentifikasi pada pasien yang telah operasi periodontal,
setelah perawatan preventif, setelah terapi antibiotik sistemik, dan sebagai
hasilnya adalah kekambuhan penyakit. Kondisi abses periodontal tidak
berhubungan dengan penyakit inflamasi periodontal termasuk perforasi gigi
atau fraktur dan foreign body impaction. Diabetes mellitus yang tidak terkon-
trol dianggap sebagai faktor predisposisi pembentukan abses periodontal.
Pembentukan abses periodontal dilaporkan sebagai penyebab utama tooth loss,
namun, dengan treatment yang tepat disertai perawatan preventif periodontal
yang dilakukan dengan konsisten, gigi akan bertahan dari bone loss selama 7
tahun secara signifikan (Carranza, 2011).
1.2.2 Abses Gingiva
Abses gingiva bersifat lokal, lesi inflamasi akut muncul dari berbagai
sumber, termasuk infeksi mikroba plak, trauma, dan foreign body impaction.
Karakteristik klinis adalah merah, smooth, terkadang nyeri, sering terjadi pem-
bengkakan fluktuan (Carranza, 2011).
1.2.3 Specific Treatment Approaches
Treatment untuk abses periodontal terdapat pada dua fase: menyem-
buhkan lesi akut, diikuti dengan manajemen terhadap kondisi yang kronis.
1.2.3.1 Abses Akut
Abses akut dirawat untuk mengurangi gejala, mengontrol penyebaran
infeksi, dan untuk drainase. Sebelum perawatan, riwayat medis pasien, riwayat
gigi, dan kondisi sistemik ditinjau dan dievaluasi untuk membantuk
menegakkan diagnosis dan untuk menentukan kebutuhan akan antibiotik
sistemik (Carranza, 2011).
Drainase Poket Periodontal
Area perifer di sekeliling abses dianestesi topikal dan lokal secukupnya
untuk menjaga kenyamanan pasien. Dinding poket ditarik dengan lembut
menggunakan probe periodontal atau kuret untuk memulai drainase dengan
cara masuk melalui poket. Ditarik dengan lembut sampai tanda-tanda klinis
utama berkurang. Pada pasien ini, gunakan antibiotik sistemik tambahan di-
rekomendasi dengan regimen short-term-high-dose. Terapi antibiotik saja
tanpa drainase lebih lanjut dan scaling subgingival adalah sebuah kon-
traindikasi.
Drainase Insisi Eksternal
Abses dikeringkan dan diisolasi menggunakan spon kasa. Aplikasikan
anestesi topikal diikuti anestesi lokal yang diinjeksi pada saraf perifer yang
ada pada lesi. Insisi vertikal melalui bagian paling fluktuan yang ada di tengah
abses dilakukan menggunakan blade bedah nomor 15. Jaringan lateral yang di-
insisi dapat dipisahkan dengan kuret atau elevator periosteal. Terdapat materi
fluktuan, and the wound edges approximated under light digital pressure den-
gan bantalan kasa lembab.
Pada abses dengan pembengkakan parah serta inflamasi, instrumentasi
agresif mekanis harus ditunda untuk mendukung terapi antibiotik sehingga
dapat menghindari kerusakan untuk mendapatkan kesehatan jaringan
periodontal.
Sekali perdarahan dan supurasi berhenti, pasien mungkin menolak.
Bagi mereka yang tidak memerlukan antibiotik sistemik, instruksikanlah post-
treatment termasuk berkumur dengan air garam hangat (1sdm/ 8-oz glass) dan
aplikasi klorheksidin glukonat secara berkala baik dengan berkumur atau se-
cara lokal menggunakan aplikator cotton-tipped. Memperkecil tenaga dan
memperbesar intake cairan adalah sering direkomendasikan untuk pasien yang
terlibat dengan masalah sistemik. Analgesik dapat diresepkan untuk kenya-
manan pasien. Setelah itu tanda-tanda dan gejala yang biasanya sudah
mereda. Jika tidak, pasien diinstruksikan untuk melanjutkan regimen yang di-
anjurkan sebelumnya untuk tambahan 24 jam. Hasil yang sering didapatkan
adalah kesembuhan yang memuaskan, dan lesi dapat dirawat sebagai abses
kronis (Carranza, 2011).
1.2.3.2 Abses Kronis
Sama dengan poket periodontal, abses kronis biasanya dirawat dengan
scaling dan root planing atau bedah. Bedah dianjurkan ketika deep vertical
atau defek furkasi ditemui di luar kemampuan instrumentasi terapeutik non
bedah (nonsurgical). Pasien harus diberitahu mengenai kemungkinan pasca
bedah atau gejala sisa yang biasanya berhubungan dengan prosedur bedah
maupun nonbedah periodontal (Carranza, 2011).
1.2.3.3 Abses Gingiva
Treatment abses gingiva bertujuan untuk membalik fase akut dan
ketika dilakukan, segera menghilangkan penyebabnya. Untuk menjamin
prosedur kenyamanan, dilakukan infiltrasi anestesi baik lokal maupun topikal.
Ketika mungkin, scaling dan root planing yang komplit untuk membentuk
drainase dan menghilangkan deposit mikroba. Pada situasi akut lainnya, area
fluktuan diinsisi menggunakan blade scalpel nomor 15, dan eksudan akan
keluar dengan tekanan yang lembut. Benda-benda asing lainnya (misal,
benang gigi, material impression) diangkat juga. Daerah tersebut diirigasi
menggunakan air hangat dan ditutup dengan kasa lembab under light pres-
sure.
1.2.3.4 Abses Perikorona
Sama dengan abses lainnya pada periodonsium, treatment abses
perikorona bertujuan pada manajemen fase akut, diikuti dengan pen-
guraian kondisi kronis. Pada pasien abses akut perikorona diberi
anestesi untuk kenyamanan, dan drainase dilakukan dengan men-
gangkat perlahan jaringan lunak operkulum menggunakan probe peri-
odontal atau kuret. Jika debris mudah diakses, debris akan dihi-
langkan, diikuti dengan irigasi dengan lembut menggunakan saline
steril. Jika terdapat pembengkakan regional, limfadenopati, atau
tanda-tanda sistemik, antibiotik sistemik akan diresepkan untuk
pasien. Jika ketidaknyamanan dikomplain oleh pasien, gunakan anal-
gesik yang tepat. Satu dari fase akut telah dikontrol, gigi yang erupsi
sebagian akan sepenuhnya dirawat dengan bedah eksisi dari jaringan
di atasnya atau jaringan yang menyinggung gigi (Carranza, 2011).
1.2.3 Drug-Associated Gingival Enlargement
Gingival enlargement telah dikaitkan dengan pemberian
dari tiga jenis obat: antikonvulsan, calcium channel blocker, dan im-
munosuppressant, cyclosporin. Bab ini memberikan kajian
komprehensif dari gambaran klinis dan mikroskopis dan patogenesis
gingival enlargement disebabkan oleh obat obatan tersebut.
Pemeriksaan kasus dari drug-induced gingival enlarge-
ment menunjukkan jaringan tumbuh cepat menjadi 2 bagian: tipe fi-
brotik yang disebabkan oleh obat dan jenis peradangan yang dise-
babkan oleh bakteri plak. Meskipun jaringan fibrotik dan inflamasi
muncul dalam gingival enlargement adalah hasil dari proses patologis
yang berbeda, mereka hampir selalu ada dalam kombinasi. Peran bak-
teri plak dalam keseluruhan patogenesis drug-induced gingival en-
largement tidak jelas. Beberapa studi menunjukkan bahwa plak meru-
pakan prasyarat untuk gingival enlargement, sedangkan yang lain men-
yarankan bahwa adanya plak merupakan konsekuensi dari akumulasi
yang disebabkan oleh gingival enlargement.
1.2.3.1 Pilihan pengobatan
Pengobatan menggunakan drug-induced gingival enlargement
harus didasarkanpada obat-obatan yang sedang digunakan dan fitur kli-
nis dari kasus. Pertama, pertimbangan harus diberikan untuk kemungk-
inan menghentikan obat atau mengubah obat. Kemungkinan ini harus
diperiksa oleh dokter dari pasien. Penghentian sederhana obat ini bi-
asanya tidak praktis, namun pemberian dengan obat lain mungkin men-
jadi pilihan. Jika ada usaha pemberian obat, penting untuk memu-
ngkinkan periode 6-12 bulan berlalu antara penghentian obat dan ke-
mungkinan pengobatan gingival enlargement. Keputusan untuk
menerapkan perawatan bedah dibuat setelah periode waktu ini telah
berlalu.
Alternatif obat untuk Antikonvulsan fenitoin antara lain asam
valproik dan carbamazepine7, keduanya telah dilaporkan memiliki
efek lebih rendah dalam merangsang gingival enlargement.
Untuk pasien yang memakai nifedipin, yang dilaporkan memi-
liki prevalensi gingival enlargement hingga 44%, blocker saluran kal-
sium lainnya, seperti diltiazem atau verapamil, mungkin dapat menjadi
alternatif. Prevalensi mereka dilaporkan merangsang gingival enlarge-
ment masing-masing adalah 20% dan 4%, Pertimbangan juga akan
diberikan untuk penggunaan lain kelas obat anti hipertensi daripada
calcium channel blocker, tidak ada yang dikenal untuk menginduksi
gingival enlargement.
Penggantian obat untuk cyclosporin lebih terbatas. Tacrolimus
adalah immunosuppressant lain yang telah digunakan pada transplan-
tasi organ penerima. Insiden gingival enlargement pada pasien di
bawah terapi tacrolimus adalah sekitar 65% lebih rendah dari pada
mereka yang menggunakan cyclosporine. Uji klinis juga menunjukkan
bahwa penggantian dari cyclosporin oleh tacrolimus mendapat hasil
yang signifikan yaitu penurunan tingkat keparahan gingival enlarge-
ment bila dibandingkan dengan pasien yang terus menggunakan terapi
cyclosporin; dalam studi lain, penggantian obat sama menghasilkan
penurunan yang kuat. Resolusi gingival enlargement di lebih dari 70%
pasien awalnya menunjukkan dengan cyclosporin-induced gingival en-
largement. Karena itu dokter gigi harus berkonsultasi dengan dokter
transplantasi yang merawat untuk menyelidiki kemungkinan perubahan
dalam terapi immunosuppressant sebagai salah satu langkah-langkah
dalam pengobatan cyclosporin –induced terkait gingival enlargement.
Pelaksanaan pemberian antibiotik azithromycin telah terbukti
untuk mengurangi keparahan gingival enlargement yang disebabkan
oleh pemberian dari cyclosporin. Pemberian selama 3-hari
azithromycin secara sistemik menunjukkan adanya penurunan sig-
nifikan pada gingival enlargement, dan efeknya diamati sedini
mungkin 7-30 hari setelah inisiasi terapi antibiotik. Efek azithromycin
menurunkan gingival enlargement secara signifikan lebih besar dari-
pada cyclosporine diamati dengan peningkatan oral hygiene.
Pemberian topikal dari azithromycin dalam bentuk pasta gigi juga
menurunkan tingkat keparahan cyclosporin-induced gingival enlarge-
ment.
Kedua, klinisi harus menekankan kontrol plak sebagai yang
langkah pertama dalam pengobatan drug-induced gingival enlarge-
ment. Meskipun peranan yang dimainkan oleh bakteri plak tersebut
tidak mudah dipahami, bukti menunjukkan bahwa kebersihan rongga
mulut yang baik dan pembersihan plak mengurangi tingkat gingival
enlargement dan meningkatkan keseluruhan kesehatan gingiva.
Adanya drug-induced pembesaran adalah dikaitkan dengan bentukan
pseudopocket, sering dengan akumulasi plak yang banyak. Hal ini
memungkinkan menyebabkan periodontitis. Oleh karena itu teliti kon-
trol plak membantu mempertahankan tingkat attachment. Kontrol plak
juga dapat membantu dalam mencegah terulangnya gingival enlarge-
ment dalam kasus pembedahan.
Ketiga, pada beberapa pasien, dengan gingival enlargement
lanjut bahkan setelah pertimbangan cermat pendekatan sebelumnya.
Pasien ini mungkin memerlukan operasi, baik gingivektomi atau peri-
odontal flap.
1.2.3.2 Gingivektomi
Gingivektomi memiliki keuntungan dari kesederhanaan dan ke-
cepatan tetapi ada juga kerugian dari ketidaknyamanan pasca bedah
dan peningkatan resiko perdarahan pasca bedah. Hal itu jika perlu
menyebabkan pasien dengan jaringan keratin tidak memungkinkan un-
tuk recontouring tulang. Keputusan klinis antara dua teknik bedah
tersedia harus mempertimbangkan tingkat daerah untuk dioperasikan,
adanya periodontitis dan cacat tulang, dan lokasi dasar pocket dalam
kaitannya dengan mucogingival junction.
Gingivektomi atau gingivoplasty dapat juga dilakukan dengan
bedah elektrik, menggunakan perangkat laser. Ada beberapa bukti awal
bahwa terulangnya drug-induced pembesaran gingiva lebih lambat
pada pasien yang diobati melalui laser dibandingkan untuk bedah kon-
vensional gingivektomi atau flap.
Gambar 1. Teknik gingivektomi seperti yang digunakan dalam mem-
perlakukan pasien dengan drug-induced gingival enlargement. Garis
putus-putus mewakili bevel insisi eksternal dan daerah teduh sesuai
dengan jaringan untuk menjadi dipotong. Sayatan gingivektomi
mungkin tidak menghilangkan seluruh jaringan hyperplastik dan
mungkin meninggalkan berbagai luka terkena jaringan ikat
(Carranza, 2011).
1.2.3.3 Teknik Flap
Daerah yang lebih luas pada gingival enlargement (lebih dari-
pada enam gigi) atau daerah dimana attachment loss dan cacat tulang
yang ada harus diperlakukan dengan teknik flap, karena harus ada kon-
disi di mana teknik gingivektomi mungkin membuat masalah mucogin-
gival. Teknik flap periodontal yang digunakan untuk perluasan pengo-
batan gingiva
adalah variasi sederhana yang digunakan untuk mengobati
periodontitis. Langkah-langkah dasar dalam teknik, adalah sebagai
berikut:
1. Setelah menganastesi daerah, cari dasar tulang alveolar dilakukan
dengan probe periodontal untuk menentukan keberadaan dan luas-
nya cacat tulang.
2. Dengan pisau Bard-Parker #15, sayatan awal pada internal bagian
yang bergigi bevel setidaknya 3 mm ke koronal untuk mucogingi-
val junction, termasuk interdental papila baru.
3. Pisau yang sama digunakan untuk jaringan tipis gingiva di
buccolingual mengarah ke mucogingival junction. Titik pisau ini
menetapkan kontak dengan tulang alveolar, dan full-thickness
atau sebuah split-thickness flap yang ditinggikan.
4. Menggunakan pisau Orban, buat sayatan pada dasar papila masing-
masing menghubungkan wajah dan sayatan lingual.
5. Potong jaringan marjinal dan buang interdental dengan curettes.
6. Jaringan tersebut dilepas, tinggikan akar secara menyeluruh dan
rencanakan recontouring tulang yang diperlukan.
7. Flap diganti dan jika perlu, dipotong untuk mencapai junction tu-
lang gigi. Flap kemudian dijahit terus-menerus menggunakan
teknik matras. Daerah bedah ditutupi dengan teknik dressing
periodontal.
Jahitan dan dressing akan dilepas setelah 1 minggu. Kemudian
pasien diperintahkan untuk memulai metode pengendalian plak. Bi-
asanya pasien nyaman untuk menggunakan chlorhexidine oral
dengan membilas sekali atau dua kali sehari selama beberapa
minggu.
Terulangnya drug-induced gingival enlargement adalah keny-
ataan di kasus pembedahan seperti yang dinyatakan sebelumnya,
teliti perawatan, bilas chlorhexidine glukonat , dan profesional ter-
api dapat menurunkan tingkat dan tingkatan kekambuhan terjadi.
Mungkin seorang penjaga gigitan karet keras, alami yang
dilengkapi yang dipakai pada malam hari membantu untuk men-
gontrol recurrence.
Meskipun pendekatan flap periodontal yang mungkin secara
teknis lebih sulit daripada prosedur gingivektomi, rangkaian
penyembuhan pascaoperasi teknik flap menimbulkan sedikit keti-
daknyamanan dan meredakan masalah hemoragik. Penutupan
primer bedah dengan prosedur flap merupakan keuntungan yang
besar atas terbukanya luka sekunder akibat teknik gingivektomi.
Juga, rangkaian pascaoperasi perawatan di rumah dapat ditetapkan
sebelumnya dengan periodontal flap. Kekambuhan mungkin terjadi
sedini 3-6 bulan setelah prosedur pembedahan. Secara umum, hasil
bedah dipertahankan untuk setidaknya 12 bulan. Dalam satu studi,
rangkaian pascaoperasi pada pemeriksaan 6-bulan terulangnya cy-
closporin-induced gingival enlargement setelah operasi flap
periodontal atau gingivektomi ditentukan kembalinya peningkatan
pocket kedalaman itu lebih lambat dengan teknik flap. Namun,
terulangnya peningkatan ketebalan jaringan periodontal tidak
dievaluasi dengan objektif.
Gambar 2. Perawatan flap periodontal untuk drug-induced gingival
enlargement. Sayatan reverse bevel awal, diikuti oleh penipisan gingi-
val enlargement jaringan; garis-garis mewakili sayatan, dan area teduh
merupakan bagian jaringan yang akan dipotong. B. Setelah elevasi
flap, sebagian gingival enlargement jaringan akan dihilamgkan. C.
Flap ditempatkan di atas tulang alveolar dan dijahit.
Gambar 3. Perawatan bedah cyclosporine-induced gingival enlarge-
ment yang menggunakan teknik gingivektomi pada seorang gadis beru-
sia 16 tahun yang telah menerima allograft ginjal 2 tahun sebelumnya.
A. Muncul pembesaran jaringan gingiva dan pembentukan pseu-
dopocket; tanpa attachment loss atau ada bukti dari hilangnya tulang
vertikal. B. Awal sayatan bevel eksternal dilakukan dengan pisau Kirk-
land. C. Jaringan interproksimal dibawah dicapai dengan pisau Orban.
D dan E. Gingivoplasty dilakukan dengan nipper jaringan dan high
speed dengan round diamond dengan pendinginan. F. Aspek luka
bedah di akhir dari prosedur bedah. G. Penempatan noneugenol
periodontal dressing. H. Daerah bedah 3 bulan pascaoperasi. Catatan
penghilangan sukses diperbesar jaringan gingiva, pemulihan fisiologis
kontur gingiva kontur dan pemeliharaan dari sebuah band yang
memadai jaringan keratin.
Gambar 4. Treatment gabungan cyclosporin dan nifedipin-induced gin-
gival enlargement dengan flap periodontal pada seorang wanita berusia
35 tahun yang telah menerima allograft ginjal 3 tahun sebelumnya. A.
Definisi aspek klinis gigi anterior rendah, menampilkan gingival en-
largement yang parah. B. Kembalikkan sayatan bevel pada bagian
yang bergigi, termasuk pemeliharaan jaringan keratin dan pemben-
tukan papila bedah. C. Ketinggian dari flap full-thickness dan
penghilangan didalam bagian sebelumnya menipiskan jaringan
gingiva. Setelah dilakukan scalling dan root planing, osseous recon-
touring dapat dilakukan jika diperlukan. D. Flap adalah diposisikan di
atas puncak alveolar crest. E. Aspek rangkaian pascaoperasi dari
daerah yang diobati selama 12 bulan. Catatan pengurangan diperbesar
jaringan volume dan kesehatan gingiva dapat diterima.
1.4 Leukemic Gingival Enlargement
Leukemic enlargement terjadi pada leukemia akut atau subakut
dan jarang pada keadaan leukemia kronis. Perawatan medis pasien
leukemia seringkali sangat rumit oleh gingival enlargement dan ditam-
bah dengan necrotizing ulcerative gingivitis akut. Hal ini mengganggu
pengunyahan dan menciptakan reaksi sistemik yang beracun. Pasien
perdarahan, clotting time dan jumlah platelet harus diperiksa, dan
harus berkonsultasi pada Ahli Hematologi sebelum pengobatan peri-
odontal dilakukan.
Setelah gejala akut mereda, perhatian diarahkan untuk
koreksi gingival enlargement. Rasionalnya untuk terapi adalah untuk
menghilangkan faktor lokal untuk mengendalikan peradangan dan
komponen penyebab pembesaran. Lesi di treatment dengan cara
scalling dan root planning yang dilakukan dengan anestesi topikal dan
lokal. Treatment awal dilakukan dengan cara menghilangkan
akumulasi plak bakteri, melakukan scalling superficial, dan
memerintahkan pasien untuk megendalikan plak dan kebersihan mulut.
Bagian dari terapi meliputi, setidaknya pada awalnya, penggunaan obat
kumur chlorhexidine sehari-hari. Prosedur kebersihan rongga mulut
sangatlah penting pada pasien dan harus dilakukan oleh perawat jika
diperlukan.
Scalling yang lebih progresif dilakukan pada kunjun-
gan berikutnya. Treatment terbatas area kecil dari mulut dan memfasil-
itasi kontrol perdarahan. Antibiotik diberikan secara sistemik dari se-
malam sebelum dan selama 48 jam setelah setiap perawatan untuk
mengurangi risiko infeksi.
1.5 Gingival Enlargement in Pregnancy
Pembesaran gingiva bisa terjadi pada marginal dan menye-
bar, atau berupa massa seperti tumor (tunggal/multipel) (Carranza,
2012). Selama kehamilan terjadi peningkatan hormone progesterone
dan esterogen. Pada trimester ketiga kehamilan, peningkatan kedua
hormon bisa mencapai 10-30 kali. Hal ini menyebabkan perubahan
permeabilitas vaskuler, memicu timbulnya edema pada gingiva dan
berpotensi meningkatkan respon inflamasi terhadap plak. Micro-
biota subgingival juga terjadi perubahan, termasuk peningkatan jum-
lah Prevotella intermedia.
1.5.1 Histopatologi
Pembesaran gingiva pada kehamilan disebut juga an-
giogranuloma. Kedua marginal dan pembesaran seperti tu-
mor terdiri dari massa jaringan ikat di daerah tengah, dengan
tersusun berbagai difus, yang baru terbentuk, dan pembe-
saran kapiler dilapisi oleh sel endotel berbentuk kubus
(Gambar 9-14), serta stroma yang cukup berserat dengan
berbagai tingkat edema dan infiltrasi inflamasi kronis. Epitel
skuamosa berlapis menebal, dengan rete pegs yang menonjol
dan beberapa derajat intraseluler dan ekstraseluler edema,
jembatan antar seluler yang menonjol, dan infiltrasi leuko-
cytic (Carranza, 2011).
Figuer 9-14 Gambaran mikroskopis pembesaran gingiva
pada kehamilan terlihat banyak pembuluh darah dan dis-
elingi sel-sel inflamasi
1.5.2 Pembesaran Marginal
Pembesaran marginal gingiva pada kehamilan dise-
babkan oleh bertambah parahnya inflamasi yang sudah ada
sebelumnya, insiden ini yang telah dilaporkan sebanyak 10%
dan 70%.
Gambaran klinisnya adalah biasanya menyebar dan
cenderung lebih jelas pada interproksimal daripada fasial atau
lingual. Warna merah terang atau magenta, konsistensi lunak,
permukaan halus dan mengkilap. Mudah berdarah secara
spontan atau sedikit rangsangan (Carranza, 2011).
1.5.3 Pembesaran Gingiva Seperti Tumor
Disebut tumor kehamilan tetapi bukan suatu neoplasma.
Ini merupakan respon inflamasi pada bakteri plak dan di
modifikasi oleh kondisi pasien. Biasanya muncul setelah
usia kehamilan 3 bulan atau bisa lebih awal. Insiden ini yang
telah dilaporkan adalah 1.8% sampai 5% (Carranza, 2011).
Gambaran klinisnya adalah berbentuk seperti jamur,
discrete, bulat pipih (flattened spherical), menonjol dari tepi
gingiva atau dari interproksimal dan terpasang oleh basis ses-
sile atau pedunkulata (Figure 9-13). Warnanya merah tua atau
merah kehitaman atau magenta, permukaan halus dan mengk-
ilap, tidak melibatkan tulang dibawahnya, konsistensi semi
padat dengan variasi derajat kelunakan, tidak terasa sakit, ke-
cuali bila mengganggu oklusi dan terjadi ulserasi.
Walaupun di mikroskopis ditemukan karakteristik
pembesaran gingiva pada kehamilan, tetapi itu tidak pato-
gonomik karena tidak dapat digunakan untuk membedakan
pasien hamil dan pasien tidak hamil (Carranza, 2011).
Figure 9-13 Localized gingival enlargement pada pasien
hamil usia 27 tahun
Pembesaran gingiva selama kehamilan dapat dicegah
dengan menghilangkan plak dan kalkulus serta menjaga oral
hygiene sejak awal. Dalam kehamilan, perawatan pada gin-
giva yang terbatas pada pengangkatan jaringan tanpa elimi-
nasi menyeluruh dari iritasi lokal diikuti oleh kekambuhan
dari pembesaran gingiva. Terjadi penurunan secara spontan
pada pembesaran gingiva biasanya terjadi setelah kehamilan
berakhir, pembersihan lengkap dari sisa lesi inflamasi
memerlukan penghilangan semua penumpukan plak dan fak-
tor-faktor yang mendukung akumulasi (Carranza, 2011).
Perawatan mengharuskan penghilangan semua
iritasi lokal yang bertanggung jawab untuk mempercepat
perubahan gingiva pada kehamilan. Penghilangan iritasi
lokal pada awal kehamilan adalah tindakan pencegahan
terhadap penyakit gingiva. Hal ini lebih baik untuk
pengobatan pembesaran gingiva setelah terjadi. Marginal
dan interdental inflamasi gingiva dan pembesaran
dirawat dengan scaling dan root planing. Perawatan dari
tumorlike pembesaran gingiva terdiri dari eksisi bedah
dan scaling dan planing pada permukaan gigi.
Pembesaran akan kambuh kecuali semua iritasi dihapus.
Impaksi makanan sering merupakan faktor yang
mendorong (Carranza, 2011).
Timing of Treatment and Indications
Lesi gingiva pada kehamilan harus diperlakukan
segera setelah mereka terdeteksi, meskipun tidak selalu
dengan cara bedah. Scaling dan rootplaning prosedur
dan langkah-langkah yang mampu menjaga kebersihan
mulut dapat mengurangi ukuran pembesaran. Pembe-
saran gingiva akan menyusut setelah kehamilan tetapi
tidak dapat hilang sepenuhnya. Setelah kehamilan, selu-
ruh mulut harus dievaluasi, mengambil gambaran radio-
grafi, dan perlu perawatan yang diperlukan.
Dalam kehamilan, penekanan yang dilakukan adalah
harus mencegah penyakit gingiva sebelum terjadi dan
mengobati penyakit gingiva yang ada sebelum membu-
ruk. Semua pasien harus dilihat sedini mungkin dalam
kehamilan. Mereka yang tanpa penyakit gingiva harus
diperiksa untuk potensi sumber iritasi lokal dan harus
diinstrusikan dalam prosedur kontrol plak. Mereka yang
terkena penyakit gingiva harus segera diobati, sebelum
efek kehamilan pada gingiva menjadi jelas.
Setiap pasien hamil harus dijadwalkan untuk kun-
jungan ke dokter gigi secara berkala. Pada janji tersebut,
pentingnya pencegahan harus ditekankan untuk
menghindari masalah periodontal serius selama kehami-
lan (Carranza, 2011).
1.6 Gingival Enlargement in Puberty
Pubertas biasanya disertai dengan respon yang berlebi-
han dari gingiva terhadap plak. Inflamasi, edema dan pembe-
saran gingiva merupakan hasil dari faktor lokal yang mungkin
biasanya mendatangkan suatu respon gingiva yang relatif
ringan. Dalam waktu pendewasaaan, tingkat keparahan pada
gingiva berkurang, walaupun faktor-faktor lokal tetap ada. Na-
mun. Untuk kembali dalam keadaan sehat membutuhkan
penghilangan dalam beberapa faktor. Meskipun prevalensi dan
tingkat keparahan penyakit gingiva meningkat pada masa pu-
bertas, gingivitis bukanlah kejadian yang di alami oleh semua
remaja yang pubertas, dengan kebersihan mulut yang baik, hal
itu dapat dicegah.
Pada umumnya pada pria maupun wanita. Oleh karena
disebabkan peningkatan proporsi provotella intermedia dan
provotella nigrescens. Pembesaran gingiva oleh
karena pubertas berhubungan dengan faktor lokal, muncul
pada daerah yan terdapat akumulasi plak.Pembesaran terjadi
pada marginal dan interdental, disertai tonjolan membulat pada
papila interdental yang terlihat jelas. Lebih sering terjadi
pada daerah fasial daripada lingual oleh karena mekanisme aksi
lidah dan pergerakan selama makan dan mencegah akumulasi
iritan lokal pada lingual. Gejala klinis Pembesaran Gingiva oleh
karena pubertas relatif sama dengan inflamasi gingiva kronis,
namun yg membedakan Pembesaran Gingiva pubertas dengan
Pembesaran Gingiva inflamasi kronis adalah, pada Pembesaran
Gingiva karena pubertas bersifat reccurent walaupun deposit
plak relatif sedikit. Setelah masa pubertas Pembesaran Gingiva
akan menghilang dan harus diikuti pembersihan plak/kalkulus
(Carranza, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Carranza, F.A., Newman, M.G., Takei, H.H., Klokkevold, P.R., 2011, Clinical Peri-
odontology, 11th ed., E. Saunders, Missouri.