gingival enlargement

30
Tugas Mandiri Periodontia II Perawatan Pembesaran Gingiva Penyusun : 1. Cintya Sara Lumumba 021211133048 2. Vreida Mega 021211133049 3. Arinil Haque 021211133050 4. Cornelia Johana C 021211133051 5. Reno Andrey S 021211133052

Upload: demilovegood

Post on 15-Jan-2016

81 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

ginggival enlargment,

TRANSCRIPT

Page 1: Gingival Enlargement

Tugas Mandiri Periodontia II

Perawatan Pembesaran Gingiva

Penyusun :

1. Cintya Sara Lumumba 021211133048

2. Vreida Mega 021211133049

3. Arinil Haque 021211133050

4. Cornelia Johana C 021211133051

5. Reno Andrey S 021211133052

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI – UNAIR

Semester Genap 2014/2015

KATA PENGANTAR

Page 2: Gingival Enlargement

Puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmatya kepada penulis se-

hingga dapat terselesainya makalah dengan judul ’’Perawatan pada Pembesaran Gingiva” se-

bagai salah satu persyaratan akademis dalam rangka pemenuhan tugas semester VI Periodon-

tia II Departemen Periodontia.

Pada kesempatan ini tidak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada :

1. Agung Krismariono, drg., M.Kes., Sp.Perio (K) selaku PJMK Periodontia II Departe-

men Periodontia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga

2. Irma Josefina Savitri, drg., Sp.Perio., Ph.D selaku dosen pembimbing kami yang telah

membantu kami dalam menyelesaikan tugas mandiri.

3. Semua dosen yang telah memberikan ilmu yang bisa membantu kita ketika menyele-

saikan tugas mandiri.

4. Semua anggota yang telah memberikan kontribusi ide dalam diskusi kelompok dan

penyelesaian tugas mandiri. Arinil, Cornelia, Vreida, Cintya, dan Reno.

5. Keluarga yang memberikan dukungan pengetahuan dan doa.

6. Teman-teman yang telah membantu dan memberi dukungan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Semoga Allah SWT

senantiasa memberikan pahala atas segala amal yang diberikan dan semoga makalah ini

bermanfaat bagi penulis maupun pihak yang memanfaatkan.

Surabaya, April 2015

Penulis

1. 1 Chronic Inflammatory Enlargement

Enlargement inflamasi kronis memiliki bentukan soft dan pudar terutama

disebabkan edema dan terdapat infiltrasi seluler. Perawatan untuk gingival

Page 3: Gingival Enlargement

enlargement adalah scaling dan root planing, dengan syarat ukuran enlargement

tidak mengganggu proses pengangkatan deposit yang ada pada permukaan gigi. Apa-

bila pada enlargement inflamasi gingiva kronis terdapat komponen fibrotik yang sig-

nifikan yang tidak mengalami penyusutan setelah scaling dan root planing, atau uku-

ran enlargement pada permukaan gigi mengganggu akses operator terhadap deposit

di permukaan gigi, dapat dilakukan bedah pengangkatan. Dua teknik bedah pen-

gangkatan yaitu: gingivektomi dan bedah flap. Pilihan yang sesuai dengan teknik ter-

gantung pada ukuran pembesaran dan karakter dari jaringan. Namun, jika gingivek-

tomi mengangkat semua attached gingiva dan keratinized gingiva yang nantinya

akan menghasilkan suatu masalah pada mucogingival, maka indikasi dilakukan

teknik flap. Enlargement inflamasi tumorlike dapat diatasi dengan gingivektomi den-

gan cara berikut ini:

a. Permukaan gigi discaling secara masal untuk menghilangkan kalkulus dan

debris lainnya, dengan keadaan pasien yang sedang di bawah pengaruh

anestesi lokal.

b. Lesi dipisahkan dari mukosa pada bagian dasarnya menggunakan blade

Bard-Parker nomor12. Jika lesi meluas interproksimal, interdental gingiva

juga harus diinsisi untuk memastikan agar paparan deposit dari akar tidak

tersisa.

c. Setelah lesi dihilangkan, permukaan akar discaling dan root planing dan

pada area tersebut dibersihkan serta diirigasi dengan air hangat.

d. Terapkan dressing periodontal. Seminggu setelah pengangkatan, pasien di-

instruksikan untuk kontrol plak (Carranza, 2011).

1.1.1 Flap periodontal

Flap Periodontal adalah bagian dari operasi pemisahan gingiva dan/

mukosa dari jaringan paling dasar untuk memberi akses dari dan ke tulang dan

permukaan akar. Flap juga memungkinkan gingiva untuk berpindah ke lokasi

berbeda pada pasien dengan melibatkan mucoginvival (Carranza, 2011).

Flap periodontal dapat diklasifikasikan menurut:

• Bone exposure after flap reflection (Paparan tulang setelah refleksi flap)

• Placement of the flap after surgery (Penempatan flap setelah pembedahan)

Page 4: Gingival Enlargement

• Management of the papilla (Manajemen papila)

1.2 Periodontal and Gingival Abscesses

1.2.1 Abses Periodontal

Abses periodontal biasanya ditemukan pada pasien periodontitis yang

tidak terawat dan pada kumpulan poket periodontal sedang-dalam. Abses peri-

odontal sering muncul sebagai eksaserbasi akut pada poket yang sudah ada se-

belumnya. Terutama berhubungan dengan pengangkatan kalkulus yang tidak

tuntas, abses periodontal telah terhubung dengan sejumlah situasi klinis. Abses

periodontal telah diidentifikasi pada pasien yang telah operasi periodontal,

setelah perawatan preventif, setelah terapi antibiotik sistemik, dan sebagai

hasilnya adalah kekambuhan penyakit. Kondisi abses periodontal tidak

berhubungan dengan penyakit inflamasi periodontal termasuk perforasi gigi

atau fraktur dan foreign body impaction. Diabetes mellitus yang tidak terkon-

trol dianggap sebagai faktor predisposisi pembentukan abses periodontal.

Pembentukan abses periodontal dilaporkan sebagai penyebab utama tooth loss,

namun, dengan treatment yang tepat disertai perawatan preventif periodontal

yang dilakukan dengan konsisten, gigi akan bertahan dari bone loss selama 7

tahun secara signifikan (Carranza, 2011).

1.2.2 Abses Gingiva

Abses gingiva bersifat lokal, lesi inflamasi akut muncul dari berbagai

sumber, termasuk infeksi mikroba plak, trauma, dan foreign body impaction.

Karakteristik klinis adalah merah, smooth, terkadang nyeri, sering terjadi pem-

bengkakan fluktuan (Carranza, 2011).

1.2.3 Specific Treatment Approaches

Treatment untuk abses periodontal terdapat pada dua fase: menyem-

buhkan lesi akut, diikuti dengan manajemen terhadap kondisi yang kronis.

1.2.3.1 Abses Akut

Abses akut dirawat untuk mengurangi gejala, mengontrol penyebaran

infeksi, dan untuk drainase. Sebelum perawatan, riwayat medis pasien, riwayat

gigi, dan kondisi sistemik ditinjau dan dievaluasi untuk membantuk

Page 5: Gingival Enlargement

menegakkan diagnosis dan untuk menentukan kebutuhan akan antibiotik

sistemik (Carranza, 2011).

Drainase Poket Periodontal

Area perifer di sekeliling abses dianestesi topikal dan lokal secukupnya

untuk menjaga kenyamanan pasien. Dinding poket ditarik dengan lembut

menggunakan probe periodontal atau kuret untuk memulai drainase dengan

cara masuk melalui poket. Ditarik dengan lembut sampai tanda-tanda klinis

utama berkurang. Pada pasien ini, gunakan antibiotik sistemik tambahan di-

rekomendasi dengan regimen short-term-high-dose. Terapi antibiotik saja

tanpa drainase lebih lanjut dan scaling subgingival adalah sebuah kon-

traindikasi.

Drainase Insisi Eksternal

Abses dikeringkan dan diisolasi menggunakan spon kasa. Aplikasikan

anestesi topikal diikuti anestesi lokal yang diinjeksi pada saraf perifer yang

ada pada lesi. Insisi vertikal melalui bagian paling fluktuan yang ada di tengah

abses dilakukan menggunakan blade bedah nomor 15. Jaringan lateral yang di-

insisi dapat dipisahkan dengan kuret atau elevator periosteal. Terdapat materi

fluktuan, and the wound edges approximated under light digital pressure den-

gan bantalan kasa lembab.

Pada abses dengan pembengkakan parah serta inflamasi, instrumentasi

agresif mekanis harus ditunda untuk mendukung terapi antibiotik sehingga

dapat menghindari kerusakan untuk mendapatkan kesehatan jaringan

periodontal.

Sekali perdarahan dan supurasi berhenti, pasien mungkin menolak.

Bagi mereka yang tidak memerlukan antibiotik sistemik, instruksikanlah post-

treatment termasuk berkumur dengan air garam hangat (1sdm/ 8-oz glass) dan

aplikasi klorheksidin glukonat secara berkala baik dengan berkumur atau se-

cara lokal menggunakan aplikator cotton-tipped. Memperkecil tenaga dan

memperbesar intake cairan adalah sering direkomendasikan untuk pasien yang

terlibat dengan masalah sistemik. Analgesik dapat diresepkan untuk kenya-

manan pasien. Setelah itu tanda-tanda dan gejala yang biasanya sudah

mereda. Jika tidak, pasien diinstruksikan untuk melanjutkan regimen yang di-

Page 6: Gingival Enlargement

anjurkan sebelumnya untuk tambahan 24 jam. Hasil yang sering didapatkan

adalah kesembuhan yang memuaskan, dan lesi dapat dirawat sebagai abses

kronis (Carranza, 2011).

1.2.3.2 Abses Kronis

Sama dengan poket periodontal, abses kronis biasanya dirawat dengan

scaling dan root planing atau bedah. Bedah dianjurkan ketika deep vertical

atau defek furkasi ditemui di luar kemampuan instrumentasi terapeutik non

bedah (nonsurgical). Pasien harus diberitahu mengenai kemungkinan pasca

bedah atau gejala sisa yang biasanya berhubungan dengan prosedur bedah

maupun nonbedah periodontal (Carranza, 2011).

1.2.3.3 Abses Gingiva

Treatment abses gingiva bertujuan untuk membalik fase akut dan

ketika dilakukan, segera menghilangkan penyebabnya. Untuk menjamin

prosedur kenyamanan, dilakukan infiltrasi anestesi baik lokal maupun topikal.

Ketika mungkin, scaling dan root planing yang komplit untuk membentuk

drainase dan menghilangkan deposit mikroba. Pada situasi akut lainnya, area

fluktuan diinsisi menggunakan blade scalpel nomor 15, dan eksudan akan

keluar dengan tekanan yang lembut. Benda-benda asing lainnya (misal,

benang gigi, material impression) diangkat juga. Daerah tersebut diirigasi

menggunakan air hangat dan ditutup dengan kasa lembab under light pres-

sure.

1.2.3.4 Abses Perikorona

Sama dengan abses lainnya pada periodonsium, treatment abses

perikorona bertujuan pada manajemen fase akut, diikuti dengan pen-

guraian kondisi kronis. Pada pasien abses akut perikorona diberi

anestesi untuk kenyamanan, dan drainase dilakukan dengan men-

gangkat perlahan jaringan lunak operkulum menggunakan probe peri-

odontal atau kuret. Jika debris mudah diakses, debris akan dihi-

langkan, diikuti dengan irigasi dengan lembut menggunakan saline

steril. Jika terdapat pembengkakan regional, limfadenopati, atau

tanda-tanda sistemik, antibiotik sistemik akan diresepkan untuk

pasien. Jika ketidaknyamanan dikomplain oleh pasien, gunakan anal-

Page 7: Gingival Enlargement

gesik yang tepat. Satu dari fase akut telah dikontrol, gigi yang erupsi

sebagian akan sepenuhnya dirawat dengan bedah eksisi dari jaringan

di atasnya atau jaringan yang menyinggung gigi (Carranza, 2011).

1.2.3 Drug-Associated Gingival Enlargement

Gingival enlargement telah dikaitkan dengan pemberian

dari tiga jenis obat: antikonvulsan, calcium channel blocker, dan im-

munosuppressant, cyclosporin. Bab ini memberikan kajian

komprehensif dari gambaran klinis dan mikroskopis dan patogenesis

gingival enlargement disebabkan oleh obat obatan tersebut.

Pemeriksaan kasus dari drug-induced gingival enlarge-

ment menunjukkan jaringan tumbuh cepat menjadi 2 bagian: tipe fi-

brotik yang disebabkan oleh obat dan jenis peradangan yang dise-

babkan oleh bakteri plak. Meskipun jaringan fibrotik dan inflamasi

muncul dalam gingival enlargement adalah hasil dari proses patologis

yang berbeda, mereka hampir selalu ada dalam kombinasi. Peran bak-

teri plak dalam keseluruhan patogenesis drug-induced gingival en-

largement tidak jelas. Beberapa studi menunjukkan bahwa plak meru-

pakan prasyarat untuk gingival enlargement, sedangkan yang lain men-

yarankan bahwa adanya plak merupakan konsekuensi dari akumulasi

yang disebabkan oleh gingival enlargement.

1.2.3.1 Pilihan pengobatan

Pengobatan menggunakan drug-induced gingival enlargement

harus didasarkanpada obat-obatan yang sedang digunakan dan fitur kli-

nis dari kasus. Pertama, pertimbangan harus diberikan untuk kemungk-

inan menghentikan obat atau mengubah obat. Kemungkinan ini harus

diperiksa oleh dokter dari pasien. Penghentian sederhana obat ini bi-

asanya tidak praktis, namun pemberian dengan obat lain mungkin men-

jadi pilihan. Jika ada usaha pemberian obat, penting untuk memu-

ngkinkan periode 6-12 bulan berlalu antara penghentian obat dan ke-

mungkinan pengobatan gingival enlargement. Keputusan untuk

menerapkan perawatan bedah dibuat setelah periode waktu ini telah

berlalu.

Page 8: Gingival Enlargement

Alternatif obat untuk Antikonvulsan fenitoin antara lain asam

valproik dan carbamazepine7, keduanya telah dilaporkan memiliki

efek lebih rendah dalam merangsang gingival enlargement.

Untuk pasien yang memakai nifedipin, yang dilaporkan memi-

liki prevalensi gingival enlargement hingga 44%, blocker saluran kal-

sium lainnya, seperti diltiazem atau verapamil, mungkin dapat menjadi

alternatif. Prevalensi mereka dilaporkan merangsang gingival enlarge-

ment masing-masing adalah 20% dan 4%, Pertimbangan juga akan

diberikan untuk penggunaan lain kelas obat anti hipertensi daripada

calcium channel blocker, tidak ada yang dikenal untuk menginduksi

gingival enlargement.

Penggantian obat untuk cyclosporin lebih terbatas. Tacrolimus

adalah immunosuppressant lain yang telah digunakan pada transplan-

tasi organ penerima. Insiden gingival enlargement pada pasien di

bawah terapi tacrolimus adalah sekitar 65% lebih rendah dari pada

mereka yang menggunakan cyclosporine. Uji klinis juga menunjukkan

bahwa penggantian dari cyclosporin oleh tacrolimus mendapat hasil

yang signifikan yaitu penurunan tingkat keparahan gingival enlarge-

ment bila dibandingkan dengan pasien yang terus menggunakan terapi

cyclosporin; dalam studi lain, penggantian obat sama menghasilkan

penurunan yang kuat. Resolusi gingival enlargement di lebih dari 70%

pasien awalnya menunjukkan dengan cyclosporin-induced gingival en-

largement. Karena itu dokter gigi harus berkonsultasi dengan dokter

transplantasi yang merawat untuk menyelidiki kemungkinan perubahan

dalam terapi immunosuppressant sebagai salah satu langkah-langkah

dalam pengobatan cyclosporin –induced terkait gingival enlargement.

Pelaksanaan pemberian antibiotik azithromycin telah terbukti

untuk mengurangi keparahan gingival enlargement yang disebabkan

oleh pemberian dari cyclosporin. Pemberian selama 3-hari

azithromycin secara sistemik menunjukkan adanya penurunan sig-

nifikan pada gingival enlargement, dan efeknya diamati sedini

mungkin 7-30 hari setelah inisiasi terapi antibiotik. Efek azithromycin

Page 9: Gingival Enlargement

menurunkan gingival enlargement secara signifikan lebih besar dari-

pada cyclosporine diamati dengan peningkatan oral hygiene.

Pemberian topikal dari azithromycin dalam bentuk pasta gigi juga

menurunkan tingkat keparahan cyclosporin-induced gingival enlarge-

ment.

Kedua, klinisi harus menekankan kontrol plak sebagai yang

langkah pertama dalam pengobatan drug-induced gingival enlarge-

ment. Meskipun peranan yang dimainkan oleh bakteri plak tersebut

tidak mudah dipahami, bukti menunjukkan bahwa kebersihan rongga

mulut yang baik dan pembersihan plak mengurangi tingkat gingival

enlargement dan meningkatkan keseluruhan kesehatan gingiva.

Adanya drug-induced pembesaran adalah dikaitkan dengan bentukan

pseudopocket, sering dengan akumulasi plak yang banyak. Hal ini

memungkinkan menyebabkan periodontitis. Oleh karena itu teliti kon-

trol plak membantu mempertahankan tingkat attachment. Kontrol plak

juga dapat membantu dalam mencegah terulangnya gingival enlarge-

ment dalam kasus pembedahan.

Ketiga, pada beberapa pasien, dengan gingival enlargement

lanjut bahkan setelah pertimbangan cermat pendekatan sebelumnya.

Pasien ini mungkin memerlukan operasi, baik gingivektomi atau peri-

odontal flap.

1.2.3.2 Gingivektomi

Gingivektomi memiliki keuntungan dari kesederhanaan dan ke-

cepatan tetapi ada juga kerugian dari ketidaknyamanan pasca bedah

dan peningkatan resiko perdarahan pasca bedah. Hal itu jika perlu

menyebabkan pasien dengan jaringan keratin tidak memungkinkan un-

tuk recontouring tulang. Keputusan klinis antara dua teknik bedah

tersedia harus mempertimbangkan tingkat daerah untuk dioperasikan,

adanya periodontitis dan cacat tulang, dan lokasi dasar pocket dalam

kaitannya dengan mucogingival junction.

Gingivektomi atau gingivoplasty dapat juga dilakukan dengan

bedah elektrik, menggunakan perangkat laser. Ada beberapa bukti awal

bahwa terulangnya drug-induced pembesaran gingiva lebih lambat

Page 10: Gingival Enlargement

pada pasien yang diobati melalui laser dibandingkan untuk bedah kon-

vensional gingivektomi atau flap.

Gambar 1. Teknik gingivektomi seperti yang digunakan dalam mem-

perlakukan pasien dengan drug-induced gingival enlargement. Garis

putus-putus mewakili bevel insisi eksternal dan daerah teduh sesuai

dengan jaringan untuk menjadi dipotong. Sayatan gingivektomi

mungkin tidak menghilangkan seluruh jaringan hyperplastik dan

mungkin meninggalkan berbagai luka terkena jaringan ikat

(Carranza, 2011).

1.2.3.3 Teknik Flap

Daerah yang lebih luas pada gingival enlargement (lebih dari-

pada enam gigi) atau daerah dimana attachment loss dan cacat tulang

yang ada harus diperlakukan dengan teknik flap, karena harus ada kon-

disi di mana teknik gingivektomi mungkin membuat masalah mucogin-

gival. Teknik flap periodontal yang digunakan untuk perluasan pengo-

batan gingiva

adalah variasi sederhana yang digunakan untuk mengobati

periodontitis. Langkah-langkah dasar dalam teknik, adalah sebagai

berikut:

1. Setelah menganastesi daerah, cari dasar tulang alveolar dilakukan

dengan probe periodontal untuk menentukan keberadaan dan luas-

nya cacat tulang.

2. Dengan pisau Bard-Parker #15, sayatan awal pada internal bagian

yang bergigi bevel setidaknya 3 mm ke koronal untuk mucogingi-

val junction, termasuk interdental papila baru.

Page 11: Gingival Enlargement

3. Pisau yang sama digunakan untuk jaringan tipis gingiva di

buccolingual mengarah ke mucogingival junction. Titik pisau ini

menetapkan kontak dengan tulang alveolar, dan full-thickness

atau sebuah split-thickness flap yang ditinggikan.

4. Menggunakan pisau Orban, buat sayatan pada dasar papila masing-

masing menghubungkan wajah dan sayatan lingual.

5. Potong jaringan marjinal dan buang interdental dengan curettes.

6. Jaringan tersebut dilepas, tinggikan akar secara menyeluruh dan

rencanakan recontouring tulang yang diperlukan.

7. Flap diganti dan jika perlu, dipotong untuk mencapai junction tu-

lang gigi. Flap kemudian dijahit terus-menerus menggunakan

teknik matras. Daerah bedah ditutupi dengan teknik dressing

periodontal.

Jahitan dan dressing akan dilepas setelah 1 minggu. Kemudian

pasien diperintahkan untuk memulai metode pengendalian plak. Bi-

asanya pasien nyaman untuk menggunakan chlorhexidine oral

dengan membilas sekali atau dua kali sehari selama beberapa

minggu.

Terulangnya drug-induced gingival enlargement adalah keny-

ataan di kasus pembedahan seperti yang dinyatakan sebelumnya,

teliti perawatan, bilas chlorhexidine glukonat , dan profesional ter-

api dapat menurunkan tingkat dan tingkatan kekambuhan terjadi.

Mungkin seorang penjaga gigitan karet keras, alami yang

dilengkapi yang dipakai pada malam hari membantu untuk men-

gontrol recurrence.

Meskipun pendekatan flap periodontal yang mungkin secara

teknis lebih sulit daripada prosedur gingivektomi, rangkaian

penyembuhan pascaoperasi teknik flap menimbulkan sedikit keti-

daknyamanan dan meredakan masalah hemoragik. Penutupan

primer bedah dengan prosedur flap merupakan keuntungan yang

besar atas terbukanya luka sekunder akibat teknik gingivektomi.

Juga, rangkaian pascaoperasi perawatan di rumah dapat ditetapkan

sebelumnya dengan periodontal flap. Kekambuhan mungkin terjadi

Page 12: Gingival Enlargement

sedini 3-6 bulan setelah prosedur pembedahan. Secara umum, hasil

bedah dipertahankan untuk setidaknya 12 bulan. Dalam satu studi,

rangkaian pascaoperasi pada pemeriksaan 6-bulan terulangnya cy-

closporin-induced gingival enlargement setelah operasi flap

periodontal atau gingivektomi ditentukan kembalinya peningkatan

pocket kedalaman itu lebih lambat dengan teknik flap. Namun,

terulangnya peningkatan ketebalan jaringan periodontal tidak

dievaluasi dengan objektif.

Gambar 2. Perawatan flap periodontal untuk drug-induced gingival

enlargement. Sayatan reverse bevel awal, diikuti oleh penipisan gingi-

val enlargement jaringan; garis-garis mewakili sayatan, dan area teduh

merupakan bagian jaringan yang akan dipotong. B. Setelah elevasi

flap, sebagian gingival enlargement jaringan akan dihilamgkan. C.

Flap ditempatkan di atas tulang alveolar dan dijahit.

Page 13: Gingival Enlargement

Gambar 3. Perawatan bedah cyclosporine-induced gingival enlarge-

ment yang menggunakan teknik gingivektomi pada seorang gadis beru-

sia 16 tahun yang telah menerima allograft ginjal 2 tahun sebelumnya.

A. Muncul pembesaran jaringan gingiva dan pembentukan pseu-

dopocket; tanpa attachment loss atau ada bukti dari hilangnya tulang

vertikal. B. Awal sayatan bevel eksternal dilakukan dengan pisau Kirk-

land. C. Jaringan interproksimal dibawah dicapai dengan pisau Orban.

D dan E. Gingivoplasty dilakukan dengan nipper jaringan dan high

speed dengan round diamond dengan pendinginan. F. Aspek luka

bedah di akhir dari prosedur bedah. G. Penempatan noneugenol

periodontal dressing. H. Daerah bedah 3 bulan pascaoperasi. Catatan

penghilangan sukses diperbesar jaringan gingiva, pemulihan fisiologis

kontur gingiva kontur dan pemeliharaan dari sebuah band yang

memadai jaringan keratin.

Page 14: Gingival Enlargement

Gambar 4. Treatment gabungan cyclosporin dan nifedipin-induced gin-

gival enlargement dengan flap periodontal pada seorang wanita berusia

35 tahun yang telah menerima allograft ginjal 3 tahun sebelumnya. A.

Definisi aspek klinis gigi anterior rendah, menampilkan gingival en-

largement yang parah. B. Kembalikkan sayatan bevel pada bagian

yang bergigi, termasuk pemeliharaan jaringan keratin dan pemben-

tukan papila bedah. C. Ketinggian dari flap full-thickness dan

penghilangan didalam bagian sebelumnya menipiskan jaringan

gingiva. Setelah dilakukan scalling dan root planing, osseous recon-

touring dapat dilakukan jika diperlukan. D. Flap adalah diposisikan di

atas puncak alveolar crest. E. Aspek rangkaian pascaoperasi dari

daerah yang diobati selama 12 bulan. Catatan pengurangan diperbesar

jaringan volume dan kesehatan gingiva dapat diterima.

1.4 Leukemic Gingival Enlargement

Leukemic enlargement terjadi pada leukemia akut atau subakut

dan jarang pada keadaan leukemia kronis. Perawatan medis pasien

leukemia seringkali sangat rumit oleh gingival enlargement dan ditam-

Page 15: Gingival Enlargement

bah dengan necrotizing ulcerative gingivitis akut. Hal ini mengganggu

pengunyahan dan menciptakan reaksi sistemik yang beracun. Pasien

perdarahan, clotting time dan jumlah platelet harus diperiksa, dan

harus berkonsultasi pada Ahli Hematologi sebelum pengobatan peri-

odontal dilakukan.

Setelah gejala akut mereda, perhatian diarahkan untuk

koreksi gingival enlargement. Rasionalnya untuk terapi adalah untuk

menghilangkan faktor lokal untuk mengendalikan peradangan dan

komponen penyebab pembesaran. Lesi di treatment dengan cara

scalling dan root planning yang dilakukan dengan anestesi topikal dan

lokal. Treatment awal dilakukan dengan cara menghilangkan

akumulasi plak bakteri, melakukan scalling superficial, dan

memerintahkan pasien untuk megendalikan plak dan kebersihan mulut.

Bagian dari terapi meliputi, setidaknya pada awalnya, penggunaan obat

kumur chlorhexidine sehari-hari. Prosedur kebersihan rongga mulut

sangatlah penting pada pasien dan harus dilakukan oleh perawat jika

diperlukan.

Scalling yang lebih progresif dilakukan pada kunjun-

gan berikutnya. Treatment terbatas area kecil dari mulut dan memfasil-

itasi kontrol perdarahan. Antibiotik diberikan secara sistemik dari se-

malam sebelum dan selama 48 jam setelah setiap perawatan untuk

mengurangi risiko infeksi.

1.5 Gingival Enlargement in Pregnancy

Pembesaran gingiva bisa terjadi pada marginal dan menye-

bar, atau berupa massa seperti tumor (tunggal/multipel) (Carranza,

2012). Selama kehamilan terjadi peningkatan hormone progesterone

dan esterogen. Pada trimester ketiga kehamilan, peningkatan kedua

hormon bisa mencapai 10-30 kali. Hal ini menyebabkan perubahan

permeabilitas vaskuler, memicu timbulnya edema pada gingiva dan

berpotensi meningkatkan respon inflamasi terhadap plak. Micro-

biota subgingival juga terjadi perubahan, termasuk peningkatan jum-

lah Prevotella intermedia.

1.5.1 Histopatologi

Page 16: Gingival Enlargement

Pembesaran gingiva pada kehamilan disebut juga an-

giogranuloma. Kedua marginal dan pembesaran seperti tu-

mor terdiri dari massa jaringan ikat di daerah tengah, dengan

tersusun berbagai difus, yang baru terbentuk, dan pembe-

saran kapiler dilapisi oleh sel endotel berbentuk kubus

(Gambar 9-14), serta stroma yang cukup berserat dengan

berbagai tingkat edema dan infiltrasi inflamasi kronis. Epitel

skuamosa berlapis menebal, dengan rete pegs yang menonjol

dan beberapa derajat intraseluler dan ekstraseluler edema,

jembatan antar seluler yang menonjol, dan infiltrasi leuko-

cytic (Carranza, 2011).

Figuer 9-14 Gambaran mikroskopis pembesaran gingiva

pada kehamilan terlihat banyak pembuluh darah dan dis-

elingi sel-sel inflamasi

1.5.2 Pembesaran Marginal

Pembesaran marginal gingiva pada kehamilan dise-

babkan oleh bertambah parahnya inflamasi yang sudah ada

sebelumnya, insiden ini yang telah dilaporkan sebanyak 10%

dan 70%.

Gambaran klinisnya adalah biasanya menyebar dan

cenderung lebih jelas pada interproksimal daripada fasial atau

lingual. Warna merah terang atau magenta, konsistensi lunak,

permukaan halus dan mengkilap. Mudah berdarah secara

spontan atau sedikit rangsangan (Carranza, 2011).

Page 17: Gingival Enlargement

1.5.3 Pembesaran Gingiva Seperti Tumor

Disebut tumor kehamilan tetapi bukan suatu neoplasma.

Ini merupakan respon inflamasi pada bakteri plak dan di

modifikasi oleh kondisi pasien. Biasanya muncul setelah

usia kehamilan 3 bulan atau bisa lebih awal. Insiden ini yang

telah dilaporkan adalah 1.8% sampai 5% (Carranza, 2011).

Gambaran klinisnya adalah berbentuk seperti jamur,

discrete, bulat pipih (flattened spherical), menonjol dari tepi

gingiva atau dari interproksimal dan terpasang oleh basis ses-

sile atau pedunkulata (Figure 9-13). Warnanya merah tua atau

merah kehitaman atau magenta, permukaan halus dan mengk-

ilap, tidak melibatkan tulang dibawahnya, konsistensi semi

padat dengan variasi derajat kelunakan, tidak terasa sakit, ke-

cuali bila mengganggu oklusi dan terjadi ulserasi.

Walaupun di mikroskopis ditemukan karakteristik

pembesaran gingiva pada kehamilan, tetapi itu tidak pato-

gonomik karena tidak dapat digunakan untuk membedakan

pasien hamil dan pasien tidak hamil (Carranza, 2011).

Figure 9-13 Localized gingival enlargement pada pasien

hamil usia 27 tahun

Pembesaran gingiva selama kehamilan dapat dicegah

dengan menghilangkan plak dan kalkulus serta menjaga oral

hygiene sejak awal. Dalam kehamilan, perawatan pada gin-

Page 18: Gingival Enlargement

giva yang terbatas pada pengangkatan jaringan tanpa elimi-

nasi menyeluruh dari iritasi lokal diikuti oleh kekambuhan

dari pembesaran gingiva. Terjadi penurunan secara spontan

pada pembesaran gingiva biasanya terjadi setelah kehamilan

berakhir, pembersihan lengkap dari sisa lesi inflamasi

memerlukan penghilangan semua penumpukan plak dan fak-

tor-faktor yang mendukung akumulasi (Carranza, 2011).

Perawatan mengharuskan penghilangan semua

iritasi lokal yang bertanggung jawab untuk mempercepat

perubahan gingiva pada kehamilan. Penghilangan iritasi

lokal pada awal kehamilan adalah tindakan pencegahan

terhadap penyakit gingiva. Hal ini lebih baik untuk

pengobatan pembesaran gingiva setelah terjadi. Marginal

dan interdental inflamasi gingiva dan pembesaran

dirawat dengan scaling dan root planing. Perawatan dari

tumorlike pembesaran gingiva terdiri dari eksisi bedah

dan scaling dan planing pada permukaan gigi.

Pembesaran akan kambuh kecuali semua iritasi dihapus.

Impaksi makanan sering merupakan faktor yang

mendorong (Carranza, 2011).

Timing of Treatment and Indications

Lesi gingiva pada kehamilan harus diperlakukan

segera setelah mereka terdeteksi, meskipun tidak selalu

dengan cara bedah. Scaling dan rootplaning prosedur

dan langkah-langkah yang mampu menjaga kebersihan

mulut dapat mengurangi ukuran pembesaran. Pembe-

saran gingiva akan menyusut setelah kehamilan tetapi

tidak dapat hilang sepenuhnya. Setelah kehamilan, selu-

ruh mulut harus dievaluasi, mengambil gambaran radio-

grafi, dan perlu perawatan yang diperlukan.

Dalam kehamilan, penekanan yang dilakukan adalah

Page 19: Gingival Enlargement

harus mencegah penyakit gingiva sebelum terjadi dan

mengobati penyakit gingiva yang ada sebelum membu-

ruk. Semua pasien harus dilihat sedini mungkin dalam

kehamilan. Mereka yang tanpa penyakit gingiva harus

diperiksa untuk potensi sumber iritasi lokal dan harus

diinstrusikan dalam prosedur kontrol plak. Mereka yang

terkena penyakit gingiva harus segera diobati, sebelum

efek kehamilan pada gingiva menjadi jelas.

Setiap pasien hamil harus dijadwalkan untuk kun-

jungan ke dokter gigi secara berkala. Pada janji tersebut,

pentingnya pencegahan harus ditekankan untuk

menghindari masalah periodontal serius selama kehami-

lan (Carranza, 2011).

1.6 Gingival Enlargement in Puberty

Pubertas biasanya disertai dengan respon yang berlebi-

han dari gingiva terhadap plak. Inflamasi, edema dan pembe-

saran gingiva merupakan hasil dari faktor lokal yang mungkin

biasanya mendatangkan suatu respon gingiva yang relatif

ringan. Dalam waktu pendewasaaan, tingkat keparahan pada

gingiva berkurang, walaupun faktor-faktor lokal tetap ada. Na-

mun. Untuk kembali dalam keadaan sehat membutuhkan

penghilangan dalam beberapa faktor. Meskipun prevalensi dan

tingkat keparahan penyakit gingiva meningkat pada masa pu-

bertas, gingivitis bukanlah kejadian yang di alami oleh semua

remaja yang pubertas, dengan kebersihan mulut yang baik, hal

itu dapat dicegah.

Pada umumnya pada pria maupun wanita. Oleh karena

disebabkan peningkatan proporsi provotella intermedia dan

provotella nigrescens. Pembesaran gingiva oleh

karena pubertas berhubungan dengan faktor lokal, muncul

pada daerah yan terdapat akumulasi plak.Pembesaran terjadi

pada marginal dan interdental, disertai tonjolan membulat pada

Page 20: Gingival Enlargement

papila interdental yang terlihat jelas. Lebih sering terjadi

pada daerah fasial daripada lingual oleh karena mekanisme aksi

lidah dan pergerakan selama makan dan mencegah akumulasi

iritan lokal pada lingual. Gejala klinis Pembesaran Gingiva oleh

karena pubertas relatif sama dengan inflamasi gingiva kronis,

namun yg membedakan Pembesaran Gingiva pubertas dengan

Pembesaran Gingiva inflamasi kronis adalah, pada Pembesaran

Gingiva karena pubertas bersifat reccurent walaupun deposit

plak relatif sedikit. Setelah masa pubertas Pembesaran Gingiva

akan menghilang dan harus diikuti pembersihan plak/kalkulus

(Carranza, 2011).

DAFTAR PUSTAKA

Carranza, F.A., Newman, M.G., Takei, H.H., Klokkevold, P.R., 2011, Clinical Peri-

odontology, 11th ed., E. Saunders, Missouri.