glaukoma skunder (mte)
DESCRIPTION
mataTRANSCRIPT
GLAUKOMA SKUNDER
1. Definisi
Glaukoma adalah suatu kelainan mata berupa neuropati optik dengan karakteristik,
yang berhubungan dengan berkurangnya lapang pandang dengan faktor resiko utama
peningkatan tekanan intra okular.1,2
Berdasarkan etiologinya, glaukoma terbagi atas :1,2,3
a. Glaukoma Primer
b. Glaukoma Kongenital
c. Glaukoma Skunder
d. Glaukoma Absolut
Glaukoma Skunder adalah suatu kelainan mata yang berhubungan dengan
peningkatan tekanan intra okular yang terjadi sebagai salah satu manifestasi penyakit mata
lain.1,2
2. Epidemiologi
Hampir 80.000 penduduk Amerika Serikat buta akibat glaukoma, sehingga penyakit
ini menjadi penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah di Amerika Serikat. Sedangkan
di Indonesia glaukoma merupakan penyebab kedua kebutaan.1,2
3. Patofisiologi
Mekanisme yang paling penting adalah meningginya tahanan terhadap aliran cairan
dalam bola mata. Sumber tahanan mungkin berlokasi pada trabekula atau kanal schlem dan
vena akuos. Trabekula dapat ditutup oleh bermacam – macam sel radang, sel darah merah,
protein dari plasmid akuos, material lensa dan pigmen – pigmen.2,3
Trauma kontusio pada trabekula sering menyebabkan perubahan fibrotik, atropi dan
hialinisasi yang menutup aliran cairan akuous. Sinekia anterior perifer akan mencegah
masuknya akuos ke trabekula. Pada vena akuos yang tertekan, sklera akan menjadi edema
dan kemudian akan sikatrik, ini akan menimbulkan glaukoma. Selain itu, glaukoma
juga dapat terjadi karena terbentuknya pembuluh darah baru (neovaskularisasi) pada
sudut COA.2,3
4. Gejala Klinis
Tergantung kecepatan kenaikan TIO, jika kenaikan TIO terjadi perlahan-lahan maka
tidak menimbulkan gejala yang nyata. Jika TIO naik dengan cepat dan tinggi maka dapat
terjadi gejala sbb :
Penglihtan kabur
Mata merah
Rasa sakit dimata dan sakit kepala
5. Etiologi
Berdasarkan etiologinya, glaukoma skunder dapat dibagi atas :2,3
1. Glaukoma pigmentasi
2. Sindrom Eksfoliasi
3. Akibat kelainan lensa
a. Dislokasi
b. Intumesensi
c. Fakolitik
4. Akibat kelainan traktus uvea
a. Uveitis
b. Sinekia posterior
c. Tumor
5. Sindrom iridokorneo endotel (ICE)
6. Trauma
a. Hifema
b. Kontusio / resesi sudut
c. Sinekia anterior perifer
7. Pasca operasi
a. Glaukoma sumbatan siliaris (glaucoma maligna)
b. Sinekia anterior perifer
c. Pertumbuhan epitel ke bawah
d. Pascabedah tandur kornea
e. Pasca bedah pelepasan retina
8. Glaukoma Neovaskuler
a. Diabetes melitus
b. Sumbatan vena retina sentralis
c. Tumor intra okuler
9. Peningkatan tekanan vena episklera
a. Fistula karotis – kavernosa
b. Sindrom Sturge – Weber
10. Akibat steroid
Glaukoma Pigmentasi
Glaukoma pigmentasi terutama disebabkan oleh degenerasi epitel pigmen iris dan
korpus siliaris. Granula pigmen terkelupas dari iris akibat friksi dengan serat – serat
zonular di bawahnya sehingga terjadi transiluminasi iris. Pigmen mengendap di permukaan
kornea posterior (Krukenberg’s spindle) dan tersangkut di jalinan trabekular, mengganggu
aliran keluar humor akueus.
Terapi logis untuk kelaianan ini adalah zat – zat miotik karena obat ini mengatasi
gerakan iris atas zonula. Namun, karena pasien biasanya berusia muda, dan miopik, terapi
tersebut biasanya kurang dapat ditoleransi kecuali apabila diberikan sebagai pilokarpin
sekali sehari, terutama pada malam hari. Penghambat beta seperti epinefrin juga efektif.
Pada pasien usia muda, sering dilakukan tindakan bedah drainase dan kombinasi tindakan
bedah dan terapi antimetabolit. Trabekuloplasti laser sering digunakan untuk kelainan ini
tetapi kecil kemungkinannya dapt melenyapkan keharusan tindakan bedah drainase.
Sindrom Eksfoliasi (Sindrom Pseudo–Eksfoliasi)
Pada sindrom eksfoliasi, dijumpai endapan – endapan bahan berserat mirip serpihan
di permukaan lensa anterior, prosesus siliaris, zonula, permukaan posterior iris, dan di
jalinan trabekular.
Untuk terapi pasien ini, dapat dilakukan trabekuloplasti laser atau operasi filtrasi.
Dapat juga diberikan penghambat beta, miotik dan epinefrin.
Glaukoma Akibat Kelainan Lensa
Dislokasi Lensa
Lensa kristalina dapat mengalami dislokasi akibat trauma ataupun secara spontan,
seperti pada sindrom Marfan. Dislokasi lensa ke arah anterior akan menimbulkan sumbatan
pada pupil yang menyebabkan penutupan sudut. Dislokasi ke arah posterior juga dapat
menyebabkan glaukoma, tetapi mekanismenya belum jelas.
Pada dislokasi anterior, terapi definitif adalah ekstraksi lensa setelah tekanan intra
okular terkontrol secara medis. Pada dislokasi posterior, lensa biasanya dibiarkan dan
glaukoma diobati sebagai glaukoma sudut terbuka primer.
Intumesensi Lensa
Lensa dapat menyerap cukup banyak cairan sewaktu mengalami kelainan karaktosa
sehingga ukurannya membesar secara bermakna. Lensa ini kemudian dapat melanggar
batas kamera anterior yang menimbulkan sumbatan pupil dan pendesakan sudut serta
menyebabkan glaukoma sudut tertutup. Terapi berupa ekstraksi lensa apabila tekanan intra
okular telah terkontrol secara medis.
Glaukoma Fakolitik
Sebagian katarak stadium lanjut (hipermatur) dapat mengalami kebocoran kapsul
lensa anterior, sehingga protein – protein yang mencair masuk ke kamera anterior. Jalinan
trabekular menjadi edematosa dan tersumbat oleh protein – protein lensa dan menimbulkan
peningkatan mendadak tekanan intra okular. Terapi yang diberikan sama dengan glaukoma
akibat intumesensi lensa yaitu berupa ekstraksi lensa apabila tekanan intra okular telah
terkontrol secara medis.
Gambar 1. Glaukoma fakolitik pada katarak hipermatur
Glaukoma Akibat Kelainan Traktus Uvealis
Uveitis
Peningkatan tekanan intra okular pada uveitis dapat disebabkan oleh tersumbatnya
jalinan trabekular oleh sel – sel radang dari kamera anterior yang disertai edema skunder
atau kadang – kadang terlibat dalam proses peradangan yang secara spesifik diarahkan ke
sel – sel trabekula (trabekulitis). Uveitis kronik atau rekuren menyebabkan gangguan
permanen fungsi trabekula, sinekia anterior perifer, dan kadang – kadang neovaskularisasi
sudut, yang semuanya meningkatkan kemungkinan glaukoma skunder.
Terapi terutama ditujukan kepada pengontrolan uveitis disertai pemberian terapi
glaucoma sesuai kebutuhan, dan menghindari miotik karena dapat meningkatkan
kemungkinan pembentukan sinekia posterior. Terapi jangka panjang, tindakan bedah, perlu
juga dilakukan karena kerusakan jalinan trabekula yang ireversibel.
Tumor
Melanoma traktus uvealis dapat menimbulkan glaukoma akibat pergeseran korpus
siliaris ke anterior yang menyebabkan penutupan sudut skunder, keterlibatan langsung
sudut kamera anterior, penyumbatan sudut filtrasi oleh dispersi pigmen dan
neovaskularisasi sudut. Tindakan yang dapat dilakukan adalah enukleasi.
Glaukoma Akibat Trauma
Cedera kontusio bola mata dapat disertai peningkatan dini tekanan intra okular akibat
perdarahan ke kamera anterior (hifema). Darah bebas menyumbat jalinan trabekular, yang
juga mengalami edema akibat cedera. Efek lambat cedera kontusio pada tekanan intra
okular disebabkan oleh kerusakan langsung sudut. Laserasi atau robek akibat kontusio pada
segmen anterior diikuti hilangnya kamera anterior. Apabila kamera tidak segera dibentuk
kembali setelah cedera, akan terbentuk sinekia anterior perifer dan menyebabkan
penutupan sudut yang ireversibel.
Terapi pertamanya adalah pemberian obat – obatan yang dapat menurunkan tekanan
intra okular. Namun, jika tidak berhasil dapat dilakukan tindakan pembedahan.
Glaukoma Pasca Operasi Okular
Tindakan bedah pada mata yang mengalami peningkatan tekanan intra okular dan
penutupan sudut dapat menyebabkan glaukoma sumbatan siliaris (glaukoma maligna).
Segera setelah pembedahan, tekanan intra okular meningkat hebat dan lensa terdorong ke
depan akibat penimbunan humor akueus pada dan di belakang korpus vitreum.
Terapinya terdiri dari sikloplegik, midriatik, penekanan humor akueus, dan obat
hiperosmotik. Obat – obat hiperosmotik digunakan untuk menciutkan korpus vitreum dan
membiarkan lensa jatuh ke arah posterior. Mungkin juga diperlukan sklerotomi posterior,
viterektomi dan bahkan ekstraksi lensa.
Glaukoma Neovaskular
Neovaskularisasi iris (rubeosis iris) dan sudut kamera anterior paling sering
disebabkan oleh iskemia retina yang luas seperti yang terjadi pada sumbatan vena retina
stadium lanjut pada diabetes. Glaukoma timbul mula – mula disebabkan oleh sumbatan
sudut oleh membran fibrovaskular tetapi kontraksi membran berikutnya menyebabkan
penutupan sudut.
Terapi dengan miotik dan karbonik anhidrase inhibitor kurang member respon, juga
terapi pembedahan dengan operasi filtrasi kurang memuaskan, walaupun pada beberapa
penderita tertentu memberikan hasil yang lumayan. Untuk mengurangi keluhan dapat
diberikan kortikosteroid dan tetes mata atropin.
Gambar 2. Glaukoma Akibat Neovaskular
Glaukoma Akibat Peningkatan Tekanan Vena Episklera
Peningkatan tekana vena episklera dapat berperan menimbulkan glaukoma pada
sindrom Sturge–Weber (yang juga terdapat anomali perkembangan sudut) dan fistula
karotis–kavernosa yang dapat menyebabkan neovaskularisasi sudut akibat iskemia mata
yang luas. Tindakan medis tidak dapat menurunkan tekanan intra okular di bawah tingkat
tekanan vena episklera yang meningkat secara abnormal, dan tindakan bedah berkaitan
dengan factor resiko penyulit yang tinggi.
Glaukoma Akibat Steroid
Kortikosteroid topical dan periokular dapat menimbulkan sejenis glaucoma yang
mirip dengan glaukoma sudut terbuka primer, terutama pada individu yang memiliki
riwayat keluarga glaukoma. Selain itu, juga akan memperparah peningkatan tekanan intra
okular pada penderita glaukoma sudut terbuka primer. Penghentian pengobatan biasanya
menghilangkan efek – efek tersebut, tetapi dapat terjadi kerusakan permanen apabila
keadaan tersebut tidak disadari untuk jangka lama. Apabila terapi steroid mutlak
diperlukan, terapi glaukoma medis dapat mengontrol tekanan intra okular.
6. Diagnosis
Penegakan diagnosis glaukoma dapat diketahui dari anamnesis dan beberapa pemeriksaan,
yaitu :
Penurunan Visus
Konjungtiva Hiperemis
Kornea keruh
Pupil miosis atau miodriasis, tergantung penyebab. Jika kerena uveitis maka pupil
miosis dan terdapat sinekia posterior
Didapatkan kelainan mata yang lain sesuai dengan penyebab
Biomikroskopi, untuk menentukan kondisi segmen anterior mata, dengan pemeriksaan ini
dapat ditentukan apakah glaukomanya merupakan glaukoma primer atau sekunder.
Funduskopi dengan menggunakan oftalmoskop : papil dapat normal atau
penggaungan (cupping) bertambah.
Gonioskopi (pemeriksaan sudut bilik mata depan) : terbuka atau tertutup tergantung
penyebab
Tonometri : TIO meningkat
Lapangan pandang masih normal atau ada kelainan tergantung beratnya penyakit
1. Lapang pandang sentral, seluas 30 derajat diperiksa dengan layer hitam
Byerrumm, pada jarak 1 meter dengan menggunakan objek 1 mm putih (isopter
1/1000)atau pada jarak 2 meter dengan objek sebesar 2 mm (isopter 2/2000).
2. Lapang pandang perifer, yang dapat diukur dengan perimeter atau kampimeter
pada jarak 330 mm dengan menggunakan objek sebesar 3 mm (isopter 3/330).