operasi glaukoma
DESCRIPTION
suksesTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma merupakan
kelainan mata yang dicirikan dengan rusaknya saraf optic yang berfungsi untuk membawa
pesan-pesan cahaya dari mata ke otak. Kerusakan saraf optik ini disebabkan oleh kelebihan
cairan humor yang mengisi bagian dalam bola mata. Cairan mata yang diproduksi oleh
jaringan-jaringan di depan bola mata ini sebenarnya berfungsi untuk membawa makanan
untuk kornea dan lensa mata. Cairan mata juga akan mempertahankan tekanan di dalam bola
mata agar bentuknya tetap terjaga dengan baik. Tekanan yang dihasilkan oleh cairan mata
disebut tekanan intraokuler.1,2
Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor akueus dan
tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. Rentang tekanan intraokuler normal adalah 10-
24 mmHg.
Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan aliran
keluar humor akueus akibat kelainan sistem drainase sudut kamera anterior (glaukoma sudut
terbuka) atau gangguan akses humor akueus ke sistem drainase (glaukoma sudut tertutup).
Pengobatan ditujukan untuk menurunkan tekanan intraokuler dan, apabila mungkin,
memperbaiki patogenesis yang mendasarinya.
Berdasarkan etiologi, glaukoma dibagi menjadi 4 bagian ; glaukoma primer,
glaukoma kongenital, glaukoma sekunder dan glaukoma absolut sedangkan berdasarkan
mekanisme peningkatan tekanan intraokular glaukoma dibagi menjadi dua, yaitu glaukoma
sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup. 2
Penatalaksanaan glaukoma berupa pengobatan medis, terapi bedah dan laser.
Penatalaksanaan glaukoma terdiri dari tiga macam, yaitu medikamentosa, pembedahan dan
laser. Pembedahan dan laser dilakukan jika obat-obatan tidak mampu mengontrol tekanan
intraokuler. Pembedahan ditujukan untuk memperlancar aliran keluar cairan aquos di dalam
sistem drainase atau sistem filtrasi sehingga prosedur ini disebut teknik filtrasi. Pembedahan
dapat menurunkan tekanan intraokuler jika dengan medikamentosa tidak berhasil. Walaupun
telah dilakukan tindakan pembedahan, penglihatan yang sudah hilang tidak dapat kembali
normal, terapi medikamentosa juga tetap dibutuhkan, namun jumlah dan dosisnya menjadi
lebih sedikit. Berbagai penatalaksanaan yang diterapkan kepada penderita, berupa
medikamentosa, tindakan pembedahan dan laser hanya ditujukan untuk memperlambat atau
mencegah hilangnya penglihatan (kebutaan). Namun, berkurangnya lapang pandang yang
telah terjadi tidak bisa dikembalikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Bilik Mata Depan (COA)
Bilik mata depan merupakan struktur penting dalam hubungannya dengan pengaturan
tekanan intraokuler. Hal ini disebabkan karena pengaliran cairan aquos harus melalui bilik
mata depan terlebih dahulu sebelum memasuki kanal Schlemm. Bilik mata depan dibentuk
oleh persambungan antara kornea perifer dan iris.
Bagian mata yang penting dalam glaukoma adalah sudut filtrasi. Sudut filtrasi ini
berada dalam limbus kornea. Limbus adalah bagian yang dibatasi oleh garis yang
menghubungkan akhir dari membran descement dan membran bowman, lalu ke posterior
0,75 mm, kemudian ke dalam mengelilingi kanal schlem dan trabekula sampai ke COA.
Limbus terdiri dari dua lapisan epitel dan stroma. Epitelnya dua kali setebal epitel kornea. Di
dalam stroma terdapat serat – serat saraf dan cabang akhir dari a. Siliaris anterior.
Sudut filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sklera dan kornea, di sini
ditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan merupakan batas
belakang sudut filtrasi, serta tempat insersi otot siliar logitudinal. Pada sudut filtrasi terdapat
garis schwalbe yang merupakan akhir perifer endotel dan membran descement dan kanal
schlemm yang menampung cairan mata keluar ke salurannya.
Kanal schlemn merupakan kapiler yang dimodufikasi yang mengelilingi kornea.
Dindingnya terdiri dari satu lapisan sel. Pada dinding sebelah dalam terdapat lubang – lubang
sebesar 2 U, sehingga terdapat hubungan langsung antara trabekula dan kanal shlemn. Dari
kanal schlemn, keluar salura kolektor, 20 – 30 buah, yang menuju ke pleksus vena di dalam
jaringan sklera dan episkelera dan vena siliaris anterior di badan siliar.
2.2. Fisiologi Aquos Humor
2.2.1 Produksi Cairan Aquos
Cairan aquos diproduksi epitel non pigmen dari korpus siliaris, tepatnya dari
plasma darah di jaringan kapiler proccesus siliaris.
Fungsi Cairan aquos adalah : Sebagai cairan yang mengisi bilik mata depan,
cairan aquos berfungsi untuk menjaga tekanan intraokuler, memberi nutrisi ke kornea
dan lensa dan juga memberi bentuk ke bola mata anterior.
Volumenya sekitar 250 µL dengan jumlah yang diproduksi dan dikeluarkan
setiap harinya berjumlah 5 mL/hari. Cairan ini bersifat asam dengan tekanan osmotik
yang lebih tinggi dibandingkan plasma.
Tiga Proses Produksi Humor Aquous oleh proc. Ciliar (epitel ciliar) :
1. Transpor aktif (sekresi)
Transpor aktif menggunakan energi untuk memindahkan substansi melawan
gradien elektrokimia dan tidak bergantung pada tekanan. Ciri-ciri tepatnya ion atau
ion-ion yang ditranspor tidak diketahui, akan tetapi sodium, klorida, potasium, asam
askorbat, asam amino dan bikarbonat ikut terlibat. Transpor aktif diperhitungkan
untuk sebagian besar produksi akueus dan melibatkan, setidaknya sebagian, aktivitas
enzim carbonic anhydrase II dan Na+K+ pump diaktivasi ATPase.
2. Ultrafiltrasi
Ultrafiltasi berkenaan dengan pergerakan yang bergantung pada tekanan
sepanjang gradien tekanan. Pada prosesus siliaris, tekanan hidrostatik dibedakan
antara tekanan kapiler dan tekanan intraokular yang menyokong pergerakan cairan
kedalam mata, sedangkan gradien onkotik diantara keduanya menghambat pergerakan
cairan. Hubungan antara sekresi dan ultrafiltrasi tidak diketahui.
3. Difusi
Difusi adalah pergerakan pasif ion-ion melewati membran yang berhubungan
dengan pengisian. Sodium sangat bertanggungjawab untuk pergerakan cairan kedalam
camera oculi posterior.
2.2.2 Komposisi Cairan Aquos
Humor akueus adalah suatu cairan jernih yang mengisi bilik mata depan dan
bilik mata belakang. Humor akueus dibentuk dari plasma didalam jalinan kapiler
prosesus siliaris. Tekanan osmotiknya sedikit lebih tinggi daripada plasma.
Komposisinya serupa dengan plasma kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi
askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi; dan protein, urea dan glukosa yang
lebih rendah. Unsur pokok dari humor akueus normal adalah air (99,9%), protein
(0,04%) dan lainnya dalam milimol/kg adalah Na+ (144), K+ (4,5), Cl- (110), glukosa
(6,0), asam laktat (7,4), asam amino (0,5) dan inositol (0,1). Normal produksi rata-rata
adalah 2,3 µl/menit.2
2.2.3 Mekanisme Pengaliran Cairan Aquos
Humor akuous diproduksi oleh epitel non pigmen dari korpus siliaris dan
mengalir ke dalam bilik posterior, kemudian masuk diantara permukaan posterior iris
menilai sudut pupil.
Selanjutnya masuk ke bilik anterior. Humor akuous keluar dari bilik anterior
melalui dua jalur konvensional (jalur trabekula) dan jalur uveosklera (jalur non
trabekula).
1. Jalur trabekulum (konvensional)
Kebanyakan humor akueus keluar dari mata melalui jalur jalinan trabekula-
kanal Schlemm-sistem vena. Jalinan trabekula dapat dibagi kedalam tiga bagian :
- Uveal
- Korneoskleral
- Jukstakanalikular
Tahanan utama aliran keluar terdapat pada jaringan juksta kanalikular. Fungsi
jalinan trabekula adalah sebagai katup satu jalan yang membolehkan akueus
meninggalkan mata melalui aliran terbesar pada arah lain yang tidak bergantung pada
energi. Akueus bergerak melewati dan diantara sel endotelial yang membatasi dinding
dalam kanal Schlemm. Sekali berada dalam kanal Schlemm, akueus memasuki saluran
kolektor menuju pleksus vena episklera melalui kumpulan kanal sklera.
2. Jalur uveosklera (nonkonvensional)
Pada mata normal setiap aliran non-trabekular disebut dengan aliran
uveoskleral. Mekanisme yang beragam terlibat, didahului lewatnya akueus dari
camera oculi anterior kedalam otot muskularis dan kemudian kedalam ruang
suprasiliar dan suprakoroid. Cairan kemudian keluar dari mata melalui sklera yang
utuh ataupun sepanjang nervus dan pembuluh darah yang memasukinya. Aliran
uveoskleral tidak bergantung pada tekanan. Aliran uveoskleral ditingkatkan oleh agen
sikloplegik, adrenergik, dan prostaglandin dan beberapa bentuk pembedahan (misal
siklodialisis) dan diturunkan oleh miotikum.
Kecepatan pembentukan cairan aquos dan hambatan pada mekanisme
pengaliran keluarnya menentukan besarnya tekanan intraokuler. Normalnya tekanan
di dalam bola mata berkisar antara 10-20 mmHg.
Peningkatan tekanan intraokuler dapat terjadi akibat produksi cairan aquos
yang meningkat misalnya pada reaksi peradangan dan tumor intraokuler atau karena
aliran keluarnya yang terganggu akibat adanya hambatan pada pratrabekular,
trabekular atau post trabekular.7
Resistensi utama terhadap aliran keluar humor aquous dari COA adalah
lapisan endotel saluran schlemm dan bagian-bagian jalinan trabekula di dekatnya,
bukan dari sistem pengumpul vena. Tetapi tekanan di jaringan vena episklera
menentukan besar minimum tekanan intraokular yang dicapai oleh terapi medis.
2.2.4 Faktor yang mempengaruhi tekanan intraokuler (TIO)
Variasi tekanan intraokular dengan sejumlah faktor termasuk berikut ini :
Waktu siang
Detak jantung
Pernafasan
Intake cairan
Medikasi sistemik
Obat-obatan topical
Konsumsi alkohol menghasilkan penurunan tekanan intraokular yang bersifat
sementara. Kafein dapat menyebabkan peningkatan kecil sementara pada tekanan
intraokular. Tekanan intraokular akan lebih tinggi ketika pasien berbaring daripada
berdiri. Beberapa orang mengalami peningkatan tekanan intraokular berlebihan ketika
mereka dalam posisi berbaring dan kecenderungan ini mungkin penting dalam
patogenesis beberapa bentuk glaukoma.
Tekanan intraokular biasanya meninggi seiring usia dan dipengaruhi oleh genetik.
Biasanya ada kecenderungan peninggian tekanan intraokular pada pagi hari dan terjadi
penurunan pada sore hari; hal ini telah dihubungkan dengan variasi diurnal pada tingkat
kortisol plasma
2.3. Klasifikasi
Sugar mengklasifikasikan glaucoma menjadi:
1. Glaukoma Primer
a. Glaukoma sudut tertutp
b. Glaukoma sudut terbuka
2. Glaukoma Sekunder
3. Glaukoma Kongenital
4. Glaukoma Absolut: mata yang keras, tidak dapat melihat, sering nyeri 2
2.4. Patofisiologi Terjadinya Glaukoma
Setiap hari mata memproduksi sekitar 1 sdt humor aquos yang menyuplai makanan
dan oksigen untuk kornea dan lensa dan membawa produk sisa keluar dari mata melalui
anyaman trabekulum ke Canalis Schlemm.
Pada keadaan normal tekanan intraokular ditentukan oleh derajat produksi cairan mata oleh
epitel badan siliar dan hambatan pengeluaran cairan mata dari bola mata. Pada glaukoma
tekanan intraokular berperan penting oleh karena itu dinamika tekanannya diperlukan sekali.
Dinamika ini saling berhubungan antara tekanan, tegangan dan regangan.
1. Tekanan
Tekanan hidrostatik akan mengenai dinding struktur (pada mata berupa dinding
korneosklera). Hal ini akan menyebabkan rusaknya neuron apabila penekan pada sklera
tidak benar.
2. Tegangan
Tegangan mempunyai hubungan antara tekanan dan kekebalan. Tegangan yang
rendah dan ketebalan yang relatif besar dibandingkan faktor yang sama pada papil optik
ketimbang sklera. Mata yang tekanan intraokularnya berangsur-angsur naik dapat
mengalami robekan dibawah otot rektus lateral.
3. Regangan
Regangan dapat mengakibatkan kerusakan dan mengakibatkan nyeri.
Tingginya tekanan intraokuler tergantung pada besarnya produksi aquoeus humor
oleh badan siliar dan pengaliran keluarnya. Besarnya aliran keluar aquoeus humor melalui
sudut bilik mata depan juga tergantung pada keadaan sudut bilik mata depan, keadaan jalinan
trabekulum, keadaan kanal Schlemm dan keadaan tekanan vena episklera.
Tekanan intraokuler dianggap normal bila kurang daripada 20 mmHg pada
pemeriksaan dengan tonometer aplanasi. Pada tekanan lebih tinggi dari 20 mmHg yang juga
disebut hipertensi oculi dapat dicurigai adanya glaukoma. Bila tekanan lebih dari 25 mmHg
pasien menderita glaukoma (tonometer Schiotz).
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofi sel ganglion
difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam retina dan
berkurangnya akson di saraf optikus. Iris dan korpus siliar juga menjadi atrofi, dan prosesus
siliaris memperlihatkan degenerasi hialin.
Diskus optikus menjadi atrofi disertai pembesaran cekungan optikus diduga
disebabkan oleh ; gangguan pendarahan pada papil yang menyebabkan degenerasi berkas
serabut saraf pada papil saraf optik (gangguan terjadi pada cabang-cabang sirkulus Zinn-
Haller), diduga gangguan ini disebabkan oleh peninggian tekanan intraokuler. Tekanan
intraokuler yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang merupakan tempat
dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil saraf optik relatif lebih
kuat daripada bagian tengah sehingga terjadi cekungan pada papil saraf optik. Serabut atau
sel syaraf ini sangat tipis dengan diameter kira-kira 1/20.000 inci. Bila tekanan bola mata
naik serabut syaraf ini akan tertekan dan rusak serta mati. Kematian sel tersebut akan
mengakibatkan hilangnya penglihatan yang permanen.
2.5. Gejala Klinis
a. Fase prodormal (fase nonkongestif)
1) Pengelihatan kabur.
2) Terdapat halo (gambaran pelangi) sekitar lampu.
3) Sakit kepala.
4) Sakit pada mata.
5) Akomodasi lemah.
6) Berlangsung ½ - 2 jam.
7) Injeksi perikornea.
8) Kornea agak suram karena edem.
9) Bilik mata depan dangkal.
10) Pupil melebar.
11) Tekanan intraokuler meningkat.
12) Mata dapat normal juga serangan reda.
b. Fase kongestif
1) Sakit kepala yang hebat sampai muntah-muntah.
2) Palpebra bengkak.
3) Konjungtiva bulbi : hiperemia kongesti, kemosis dengan injeksi silier, injeksi
konjungtiva.
4) Kornea keruh.
5) Bilik mata depan dangkal.
6) Iris : gambaran, corak bergaris tidak nyata.
Pupil : melebar, lonjong, miring agak vertikal, kadang midriasis total, warna kehijauan,
refleksi cahaya menurun sekali atau tidak sama sekali
2.6. Jenis Glaukoma
1. Glaukoma Primer
a. Glaukoma sudut terbuka
Glaukoma primer sudut terbuka adalah bentuk glaukoma yang tersering
dijumpai. Sekitar 0,4-0,7 % orang berusia lebih dari 40 tahun dan 2-3% orang berusia
lebih dari 70 tahun diperkirakan mengidap glaukoma primer sudut terbuka. Diduga
glaukoma primer sudut terbuka diturunkan secara dominan atau resesif pada 50%
penderita, secara genetik penderitanya adalah homozigot. Terdapat faktor resiko pada
seseorang untuk mendapatkan glaukoma seperti diabetes melitus, hipertensi, kulit
berwarna dan miopia.2
Gambaran patologik utama pada glaukoma primer sudut terbuka adalah proses
degeneratif di jalinan trabekular, termasuk pengendapan bahan ekstrasel di dalam
jalinan dan di bawah lapisan endotel kanalis Schlemm. Akibatnya adalah penurunan
aquoeus humor yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler.2
Mulai timbulnya gejala glaukoma primer sudut terbuka agak lambat yang
kadang-kadang tidak disadari oleh penderita sampai akhirnya berlanjut dengan
kebutaan 2
Pada glaukoma primer sudut terbuka tekanan bola mata sehari-hari tinggi atau
lebih dari 20 mmHg. Mata tidak merah atau tidak terdapat keluhan, yang
mengakibatkan terdapat gangguan susunan anatomis dan fungsi tanpa disadari oleh
penderita. Gangguan saraf optik akan terlihat gangguan fungsinya berupa penciutan
lapang pandang.2
Pada waktu pengukuran bila didapatkan tekanan bola mata normal sedang
terlihat gejala gangguan fungsi saraf optik seperti glaukoma mungkin akibat adanya
variasi diurnal. Dalam keadaan ini maka dilakukan uji provokasi minum air,
pilokarpin, uji variasi diurnal, dan provokasi steroid.2
b. Glaukoma sudut tertutup
Glaukoma sudut tertutup dibagi menjadi 4, yaitu ; glaukoma sudut tertutup
akut primer, glaukoma sudut tertutup subakut, glaukoma sudut tertutup kronik dan iris
plateau. Hanya glaukoma sudut tertutup akut primer yang akan dibahas karena
merupakan suatu kedaruratan oftalmologik.2
Glaukoma sudut tertutup akut primer terjadi apabila terbentuk iris bombé yang
menyebabkan sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer. Hal ini menyumbat
aliran aquoeus humor dan tekanan intraokular meningkat dengan cepat, menimbulkan
nyeri hebat, kemerahan dan kekaburan penglihatan.
Pada glaukoma sudut tertutup , pupil berdilatasi sedang, disertai sumbatan
pupil. Hal ini biasanya terjadi pada malam hari, saat tingkat pencahayaan berkurang.
Hal tersebut juga dapat terjadi pada dilatasi pupil untuk oftalmoskopi.2
Glaukoma sudut tertutup akut primer ditandai oleh munculnya kekaburan
penglihatan mendadak yang disertai nyeri hebat, halo dan mual serta muntah.
Temuan-temuan lain adalah peningkatan mencolok tekanan intraokular, kamera
anterior dangkal, kornea berkabut, pupil terfiksasi berdilatasi sedang dan injeksi
siliaris.1,2
2. Glaukoma kongenital
Glaukoma kongenital (jarang) dapat dibagi menjadi (1) glaukoma kongenital
primer, yang menunjukkan kelainan perkembangan terbatas pada sudut kamera anterior;
(2) anomali perkembangan segmen anterior - sindrom Axenfeld, anomali Peter, dan
sindrom Reiger. Disini perkembangan iris dan kornea juga abnormal;(3) berbagai
kelainan lain, termasuk aniridia, sindrom Sturge-weber, neurofibromatosis, sindrom Lowe
dan rubela kongenital. Pada keadaan ini, anomali perkembangan pada sudut disertai
dengan kelainan okular dan ekstraokular lain.
Glaukoma kongenital bermanifestasi sejak lahir pada 50% kasus, didiagnosis pada
6 bulan pertama pada 70% kasus dan didiagnosis pada akhir tahun pertama pada 80%
kasus.2
Gejala paling dini dan paling sering adalah epifora. Dapat dijumpai fotofobia dan
pengurangan kilau kornea. Peningkatan tekanan intraokular adalah tanda kardinal.
Pencekungan diskus optikus akibat glaukoma merupakan kelainan yang terjadi relatif dini
dan terpenting. Temuan-temuan lanjut adalah peningkatan garis tengah, edema epitel,
robekan membran Descemet, dan peningkatan kedalaman kamera anterior serta edema
dan kekeruhan lensa.2
3. Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang diketahui penyebabnya. Dapat disebabkan
atau dihubungkan dengan keadaan-keadaan atau penyakit yang telah diderita sebelumnya
atau pada saat itu.
Penyakit-penyakit yang diderita tersebut dapat memberikan kelainan pada :
o Badan siliar : luksasi lensa ke belakang
o Pupil : seklusio pupil, glaukoma yang diinduksi miotik
o Sudut bilik mata depan : goniosinekia.
o Saluran keluar aqueous : miopia
Penyebab yang paling sering ditemukan adalah uveitis. Penyebab lainnya adalah
penyumbatan vena oftalmikus, cedera mata, pembedahan mata dan perdarahan ke dalam
mata. Beberapa obat (misalnya kortikosteroid) juga bisa menyebabkan peningkatan tekanan
intraokuler.
Pada uveitis, tekanan intraokular biasanya lebih rendah dari normal karena korpus
siliar yang meradang kurang berfungsi baik. Namun juga dapat terjadi peningkatan tekanan
intraokular melalui beberapa mekanisme yang berlainan. Jalinan trabekular dapat tersumbat
oleh sel-sel radang dari kamera anterior, disertai edema sekunder, atau kadang-kadang
terlibat dalam proses peradangan yang spesifik diarahkan ke sel-sel trabekula (trabekulitis).2
Uveitis kronik atau rekuren menyebabkan gangguan permanen fungsi trabekula,
sinekia anterior perifer, dan kadang-kadang neovaskularisasi sudut,yang semuanya
meningkatkan glaukoma sekunder.1,2
4. Glaukoma absolut
Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma (terbuka/tertutup) dimana
sudah terjadi kebutaan total, akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut.1
Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan
ekskavasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit. Sering dengan mata
buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit
berupa neovaskularisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya
glaukoma hemoragik.2
2.7. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendiagnosis glaukoma dilakukan sejumlah pemeriksaan yang rutin dilakukan
pada seseorang yang mengeluh rasa nyeri di mata, penglihatan dan gejala prodromal lainnya.
Pemeriksaan yang dilakukan secara berkala dan dengan lebih dari satu metode akan lebih
bermakna dibandingkan jika hanya dilakukan 1 kali pemeriksaan. Pemeriksaan tersebut
meliputi:
a. Tajam penglihatan
Pemeriksaan ketajaman penglihatan bukan merupakan cara yang khusus untuk
glaukoma, namun tetap penting, karena ketajaman penglihatan yang baik, misalnya 6/6
belum berarti tidak glaukoma.
b. Tonometri
Tonometri diperlukan untuk memeriksa tekanan intraokuler. Ada 3 macam tonometri,
yaitu:
1. Digital
Merupakan teknik yang paling mudah dan murah karena tidak memerlukan
alat. Caranya dengan melakukan palpasi pada kelopak mata atas, lalu membandingkan
tahanan kedua bola mata terhadap tekanan jari. Hasil pemeriksaan ini
diinterpretasikan sebagai T.N yang berarti tekanan normal, Tn+1 untuk tekanan yang
agak tinggi, dan Tn-1 untuk tekanan yang agak rendah. Tingkat ketelitian teknik ini
dianggap paling rendah karena penilaian dan interpretasinya bersifat subjektif.
2. Tonometer Schiøtz
Tonometer Schiøtz ini bentuknya sederhana, mudah dibawa, gampang
digunakan dan harganya murah. Tekanan intraokuler diukur dengan alat yang
ditempelkan pada permukaan kornea setelah sebelumnya mata ditetesi anestesi topikal
(pantokain). Jarum tonometer akan menunjukkan angka tertentu pada skala.
Pembacaan skala disesuaikan dengan kalibrasi dari Zeiger-Ausschlag Scale yang
diterjemahkan ke dalam tekanan intraokuler.
3. Tonometer aplanasi Goldmann
Alat ini cukup mahal dan tidak praktis, selain itu memerlukan slitlamp yang
juga mahal. Meskipun demikian, di dalam komunikasi internasional, hanya tonometri
dengan aplanasi saja yang diakui. Dengan alat ini, kekakuan sklera dapat diabaikan
sehingga hasil yang didapatkan menjadi lebih akurat.
c. Gonioskopi
Gonioskopi sangat penting untuk ketepatan diagnosis glaukoma. Gonioskopi dapat
menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan
pada semua pasien yang menderita glaukoma, pada semua pasien suspek glaukoma, dan
pada semua individu yang diduga memiliki sudut bilik mata depan yang sempit. Dengan
gonioskopi dapat dibedakan glaukoma sudut tertutup dan glaukoma sudut terbuka, juga
dapat dilihat adanya perlekatan iris bagian perifer ke depan (peripheral anterior
sinechiae).
Pada gonioskopi terdapat 5 area spesifik yang dievaluasi di semua kuadran yang
menjadi penanda anatomi dari sudut bilik mata depan:
1) Iris perifer, khususnya insersinya ke badan siliar.
2) Pita badan siliar, biasanya tampak abu-abu atau coklat.
3) Taji sklera, biasanya tampak sebagai garis putih prominen di alas pita badan shier.
4) Trabekulum meshwork
5) Garis Schwalbe, suatu tepi putih tipis tepat di tepi trabekula Meshwork. Pembuluh
darah umumnya terlihat pada sudut normal terutama pada biru.
Gambar dari: American Academy of Ophtalmology
d. Lapang Pandang (perimetry)
Yang termasuk ke dalam pemeriksaan ini
adalah lapangan pandang sentral dan lapangan
pandang perifer. Pada stadium awal, penderita
tidak akan menyadari adanya kerusakan
lapangan pandang karena tidak mempengaruhi
ketajaman penglihatan sentral. Pada tahap yang
sudah lanjut, seluruh lapangan pandang rusak
dengan tajam penglihatan sentral masih normal
sehingga penderita seolah-olah melihat melalui
suatu teropong (tunnel vision).
e. Oftalmoskopi
Pada pemeriksaan oftalmoskopi, yang harus
diperhatikan adalah keadaan papil. Perubahan
yang terjadi pada papil dengan glaukoma adalah
penggaungan (cupping) dan degenerasi saraf
optik (atrofi). Jika terdapat penggaungan lebih
dari 0,3 dari diameter papil dan tampak tidak
simetris antara kedua mata, maka harus
diwaspadai adanya ekskavasio glaukoma.
Gambar 1. Diskus optikus
normal. Lihat batas tegas dari
diskus optikus, demarkasi yang
jelas dari ‘cup’, dan warna pink
cerah dari sisi neuroretinal.
Gambar 2. Rasio C/D pada
nervus optikus ini mendekati
0,6. Hubungan klinis dengan
riwayat dari pasien dan juga
pemeriksaan menunjukkan
bahwa nervus optikus ini
abnormal.
Gambar 3. ‘Cup’ nervus optikus
yang bersifat glaukomatous.
‘Cup’ pada nervus optikus ini
membesar sampai 0,8, dan
terdapat penipisan yang khas
pada sisi inferior neuroretinal,
terbentuk suatu “takik”.
f. Tonografi
Tonografi dilakukan untuk mengukur banyaknya cairan aquos yang dikeluarkan
melalui trabekula dalam satu satuan waktu
g. Tes Provokasi
Tes ini dilakukan pada keadaan dimana seseorang dicurigai menderita glaukoma.
Untuk glaukoma sudut terbuka, dilakukan tes minum air, pressure congestion test, dan tes
steroid. Sedangkan untuk glaukoma sudut tertutup, dapat dilakukan tes kamar gelap, tes
membaca dan tes midriasis.
2.8. Penatalaksanaan Glaukoma
Sasaran utama pengobatan glaukoma adalah untuk menurunkan tekanan intraokuler
sehingga dapat mencegah terjadinya penurunan lapangan pandang dan ketajaman penglihatan
lebih lanjut yang berujung pada kebutaan dengan cara mengontrol tekanan intraokuler
supaya berada dalam batasan normal.
Penatalaksanaan glaukoma terdiri dari tiga macam, yaitu medikamentosa, pembedahan
dan laser. Pembedahan dan laser dilakukan jika obat-obatan tidak mampu mengontrol
tekanan intraokuler.
1. Medikamentosa
Berdasarkan tujuan farmakoterapinya, obat anti glaukoma dibedakan menjadi
empat jenis, yaitu: untuk supresi produksi cairan aquos, meningkatkan aliran keluar
cairan aquos, menurunkan volume korpus vitreus.2
a). Supresi produksi cairan aquos
Antagonis adrenergik ß
Obat ini dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan obat lain. Efek
samping: pada penggunaan adrenergik sering terjadi reaksi alergi, pandangan
kabur, sakit kepala, rasa terbakar di mata, takikardia dan aritmia.
Agonis adrenergik α
Bekerja untuk mengurangi produksi cairan aquos dan meningkatkan
drainase. Efek samping: rasa terbakar di tempat meneteskan obat topikal,
midriasis, hipertensi, malaise, sakit kepala, mulut dan hidung terasa kering.
Inhibitor karbonik anhidrase (CAI)
Bekerja mengurangi produksi cairan aquos sebesar 40-60% dengan
menghambat kerja enzim karbonik anhidrase di korpus siliaris. Obat ini bisa
diberikan per oral ataupun intravenous. Efek samping: paresethesia di lengan dan
tungkai, dispepsia, gangguan ingatan, depresi, batu ginjal, dan polakisuria.
Inhibitor karbonik anhidrase diturunkan dari golongan sulfa, sehingga bisa juga
menyebabkan aplastik anemia walaupun hal ini jarang terjadi.
b). Meningkatkan aliran keluar cairan aquos
Parasimpatomimetik
Obat yang digunakan merupakan golongan agonis kolinergik. Bekerja
pada anyaman trabekular dengan meningkatkan kontraksi otot siliaris sehingga
pupil mengalami miosis. Karena efek inilah maka obat parasimpatomimetik sering
juga disebut obat miotik. Kontriksi pupil sangat penting dalam penatalaksanaan
glaukoma sudut tertutup. Efek samping: diare, kram perut, hipersalivasi, enuresis
dan bisa juga reaksi alergi.
c). Meningkatkan aliran keluar cairan aquos
Obat-obat hiperosmotik, seperti gliserin, menyebabkan darah menjadi hipertonik
sehingga air tertarik keluar dari korpus vitreus dan terjadi penciutan korpus vitreus.
Efek samping: sakit pinggang, sakit kepala, gangguan mental. Pada pasien DM, obat
ini bisa menyebabkan hiperglikemia atau bahkan ketoasidosis.
Penatalaksanaan terbaik untuk glaukoma sudut tertutup adalah pembedahan.
Terapi medikamentosa hanya merupakan pengobatan pendahuluan sebelum penderita
dioperasi. Terapi diberikan sesuai dengan fase penyakit.
Pada fase nonkongestif, penderita diberi golongan parasimpatomimetik,
seperti pilokarpin 2-4% tiap 20-30 menit. Dengan demikian diharapkan lensa yang
miosis akan menyebabkan iris tertarik ke belakang sehingga sudut bilik mata depan
terbuka. Selain itu, bisa juga diberikan golongan inhibitor karbonik anhidrase 3X1
tablet/hari. Obat-obat ini diberikan sampai tekanan intraokuler menjadi normal.
Kemudian ada dua pilihan terapi yang dapat dilakukan, yaitu tetap memberikan obat
parasimpatomimetik atau melakukan tindakan operasi.
Pada fase kongestif, pengobatan harus dilakukan secepat mungkin. Tekanan
intraokuler harus sudah turun dalam 2-4 jam. Jika terlambat 24-48 jam, maka akan
terjadi sinekhia anterior perifer sehingga pengobatan dengan parasimpatomimetik
tidak berguna lagi.
Obat yang biasa dipakai untuk glaukoma sudut tertutup adalah:
a. Parasimpatomimetik: pilokarpin 2-4%, setiap menit 1 tetes selama 5 menit.
Kemudian diteruskan setiap jam.
b. Inhibitor karbonik anhidrase: asetazolamid 250 mg, 2 tablet. Kemudian disusul
dengan 1 tablet tiap 4 jam.
c. Hiperosmotik: gliserin 50%, 1-1,5 gr/kg yang diberikan per oral.
Dengan pengobatan seperti di atas, tekanan dapat turun sampai di bawah 25
mmHg dalam waktu 24 jam. Bila tekanan intraokuler sudah turun, operasi harus
dilakukan dalam 2-4 hari kemudian.
Pengobatan glaukoma sudut terbuka diberikan semaksimal mungkin sehingga
tercapai tekanan intraokuler normal, ekstravasasi tidak bertambah dan lapangan
pandang tidak memburuk. Namun, obat yang diberikan haruslah yang mudah
diperoleh dan mempunyai efek samping yang minimal.
Obat yang bisa dipakai untuk glaukoma sudut terbuka adalah :
a. Parasimpatomimetik: pilokarpin 2-4%, 1 tetes, 3-6 kali sehari atau eserin 0,25-
0,5%, 1 tetes, 3-6 kali sehari
b. Agonis-α: epinefrin 0,5-2%, 1 tetes, 2 kali sehari
c. ß-blocker: timolol maleat 0,25-0,5%, 1 tetes, 1-2 kali sehari
d. Inhibitor karbonik anhidrase: asetazolamid 250 mg, 1 tablet, 4 kali sehari
Obat-obat ini biasanya diberikan secara tunggal atau bila perlu dapat dikombinasi. Bila
dengan pengobatan tersebut tekanan intraokuler terkontrol dengan baik, maka penderita harus
menggunakan obat tersebut seumur hidup. Kalau tidak berhasil, frekuensi penetesan atau
dosis obat dapat ditingkatkan
Obat anti glaucoma
Jenis obat Konsentrasi Dosis Efek obat Penurun
an TIO
Efek samping
Okular Sistemik
Prostaglandins analogs
Latanoprost 0.005% 4x Meningkatkan
aliran uveoskleral
25-30% Meningkatkan
pigmentasi
iris,
hipertrikosis,
penglihatan
kabur,
teratitis,
uveitis
anterior,
konjungtiva
hiperemis,
reaktivasi,
keratitis
herpes
Gejala spt flu,
nyeri otot dan
sendi, sakit
kepala
Travoprost 0.004% 4x s.d.a 25-32% s.d.a s.d.a
Bimatoprost 0.03% 4x Meningkatkan
uveoskleral dan
trabekular
27-33% s.d.a s.d.a
Unoprostone
isopropyl
0.15% 2x Meningkatkan
aliran trabekular
13-18% s.d.a s.d.a
β –adrenergic antagonist (β -bloker)
Non selektif
Timolol
maleate
0.25-0.5% 4x Menurunkan
produksi akuos 20-30%
Kekaburan,
iritasi,
anestesi,
kornea,
Bradikardi, blok
jantung,
bronkospasme,
hipotensi,
keratitis,
punctuate,
alergi
depresi SSP
Timolol-LA 0.5% 4x s.d.a 20-30% s.d.a s.d.a
Timolol
hemihydrate
0.5% 4x, 2x s.d.a 20-30% s.d.a s.d.a
levobonolol 0.25-0.5% 4x, 2x s.d.a 20-30% s.d.a s.d.a
metipranolol 0.3% 2x s.d.a 20-30% s.d.a s.d.a
Carteolol
hydrochloride
1.0% 4x, 2x Simpatomimeti
k intrinsic
Selektif
Betaxolol 0.25% 2x s.d.a 15-20% s.d.a Komplikasi
paru-paru
Adrenergic agonist
Non selektif
Epinefrin 0.25, 0.5,
1.0, 2.0 %
2x Meningkatkan
aliran akuos
15-20% Iritasi
konjungtiva,
hiperemis,
retraksi
kelopak
mata,midriasi
s
Kepala ekstra
systole
Aβ 2-adrenergic agonist
Selektif
Apraclonidin
HCL
0.5-1.0% 2x, 3x Menurunkan
produksi akuos,
menurunkan
tekanan vena
episkleral
20-30% Iritasi,
iskemia,
alergi,
retraksi,
kelopak mata,
konjungtivitis,
folikularis
Hipotensi,
kelelahan,
hidung dan
mulut kering,
vasovagal
attack
Sangat selektif
Brimonidine
tartrate 0.2%
0.2% 2x, 3x Menurunkan
produksi akuos,
meningkatkan
aliral uveoskleral
20-30% Kekaburan
edem kelopak
mata,
kekeringan,
sensasi
benda asing
Sakit kepala,
kelelahan,
hipotensi,
insomnia
Parasimpatomimetik (miotik) agent
Agonis kolinergik (direct acting)
Pilokarpin
HCL
0.2-10.0% 2-4% Meningkatkan
aliran trabekular
15-25% Sinekia
posterior,
keratitis,
miosis,
miopia
Meningkatkan
salvias,
meningkatkan
sekresi gaster
Anti kolinesterase agent (indirect acting)
Achothiopate
iodide
0.125% 4x, 2x s.d.a 15-25% Myopia,
katarak,
epipora
Sama dengan
pilokarpin
Carbonic anhidrase inhibitors
Oral
Asetazolamid
e
62.5, 125,
250 mg
2-4x Menurunkan
produksi akuos
15-20% Tidak ada Asidosis,
depresi, letargi
metazolamid
e
25, 50, 100
mg
2x, 3x s.d.a s.d.a s.d.a s.d.a
Topical
Dorzolamide 2.0% 2x, 3x s.d.a s.d.a Myopia,
penglihatan
kabur,
keratitis,
konjungtivitis
Kurang
menyebabkan
efek sistemik
Hiperosmotik agents
Mannitol(pare
nteral)
20% 2g/Kg
BB
Osmotic gradient
dehydrates
vitreous
TIO rebound Retensi urin,
sakit kepala,
gagal jantung
kongestif
Gliserin(Oral) 50% s.d.a s.d.a s.d.a
BAB III
OPERASI GLAUKOMA
Terapi bedah dan laser
Terapi pembedahan pada glaucoma dilakukan jika terapi obat tidak cukup, tidak
ditolerir, tidak efektif, dan tidak cocok dilakukan oleh pasien tertentu, dan glaikoma tetap tak
terkontrol dengan kerusakan progresif yang terdokumentasi atau memiliki resiko yang sangat
tinggi untuk terjadinya kerusakan yang lebih lanjut. Pembewdahan biasanya merupkan
pendekatan primer untuk glaucoma infantile dan blok pupil. Ketika operasi diindikasikan
keadaan klinis harus meamndu pemilihan prosedur yang sesuai. Tiap-tiap prosedur yang ada
cocok untuk kondisis dan situasi klinis tertentu. Banyak prosedur pembedahan glaucoma
yang berbeda yang dilakukan untuk menurunkan TIO, diantaranya adalah trabekulektomi dan
variasinya, prosedur filtrasi non-penetrasi, implantasi tabung drainase glaucoma, operasi
sudut untuk glaucoma kongenital, dan ablasio badan siliar. Prosedur lain seperti iridektomi
dan gonioplasti mengatasi masalah akses aquos humor ke sudut.
3.1 Glaucoma Sudut Terbuka
Pembedahan diindikasikan pada glaucoma sudut terbuka ketika TIO tidak dapat
dipertahankan oleh terapi nonoperatif pada tingkat yang dianggap cukup rendah untuk
mencegah kerusakan terkait tekanan yang lebih lanjut pada nervus optikus atau kehilangan
lapang pandang. Glaucoma mungkin tak terkontrol karena alas an berikut ini
- Terapi obat maksimal gagal menurunkan TIO secara adekuat.
- Jumlah terapi obat yang dibutuhkan untuk mengontrol TIO tidak ditolerir dengan
baik atau menempatkan pasien pada resiko yang tak dapat diterima.
- Pencekungan nervus optikus atau kehilangan lapang pandang terus mengalami
progresi meskipun terjadi penurunan TIO “adekuat” yang nyata dengan terapi
obat.
- Psien tidak dapat mematuhi regimen obat yang diperlukan.
3.1.1 Trabekuloplasti Laser (LTP)
Indikasi : Secara histioris, indikasi LTP dapat secara sederhana dikemukakan sebagai
berikut. Pasien dengan galukoma pada terapi obat maksimum yang dapat
ditolerir yang membutuhkan TIO lebih rendah dan memiliki sudut yang
terbuka pada gonioskopi. Terapi ini pada glaucoma sudut terbuka paling tidak
memiliki efektifitas sama dengan obat untuk dua tahun pertama. Saat ini
klinisi tetap mengawali dengan beberapa bentuk terapi obat sebelum berlanjut
ke LTP, namun tidak masuk akal mempertimbangkan LTP sebagai langkah
awal pengelolaan glaucoma ketiak pasien mendapat satu atau lebih obat.
Trabekuloplasti dengan laser secara efektif menurunkan TIO pada pasien
dengan glaucoma sudut terbuka primer, glaucoma pigmentasi, dan sindrom
eksfoliasi. Mata afakia dan pseudofakia dapat memberika respon yang kurang
disukai daripada mata fakik, dengan demikian , LTP mungkin lebih efektif
sebelum operasi katarak daripada sesudahnya. Penurunan TIO tidak terlihat
dikurangi oleh ekstraksi katarak yang dilakukan setelahnya. Ketika efektif,
LTP diharapkan menurunkan TIO sebesar 20-25%.4
Kontraindikasi: LTP kurang efektif pada pasien dengan glaucoma inflamasi atau dengan
membrane pada sudut atau pada pasien muda yang memiliiki defek
perkembangan. LTP dapat dilakukan pada penonjolan sudut namun perubahan
jaringan yang mendasarinya dapat membuatnya tidak efektif. Kontraindikasi
relative lain dari LTP adalah kurangnya efek pada mata satunya. Jika mata
mengalami kerusakan lanjut dan TIO tinggi, LTP tidak mungkin mencapai
target TIO rendah..
Evaluasi preoperative: seperti pada operasi okcular, evaluasi preoperative untuk LTP
seharusnya meliputi riwayat pengobatan dan detil ocular dan pemeriksaan
mata yang komprehensif. Perhatian khusus harus diberikan pada pemeriksaan
lapang pandang, gonioskopi, dan evaluasi nervus optikus. Sudut harus terbuka
secara goanioskopi. Jumlah pigmen pada sudut akan membantu menentukan
pengaturan laser untuk laser argon, sudut yang semakin terpigmentasi
berespon tewrhadap energy laser yang lebih rendah.
Teknik : pada prosedur laser argon, berkas sinar laser 50 µm dengan durasi 0,1 detik
difokuskan melalui goniolens pada perbatasan tepi trabekulum meshwork
yang tak terpigmentasi anterior dan terpigmentasi posterior. Aplikasi pada
trabekulum meshwork cenderung menyebabkan inflamasi, penyebaran
pigmen, peningkatan TIO yang berkepanjangan, dan PAS. Seting tenaga (300-
1000mV) harus ditirasi untik mencapai titik akhir yang diinginlkan,
Pemucatan trabekulum meshwork dan produksi gelembung kecil. Jika terlihat
mgeleembung besar, tenaga dikurangi. Energy laser diaplikasikan keseluruh
lingkaran (360 derajat) trabekulum meshwork. Bukti menunjukkan bahwa
banyak pasien mengalami penurunan TIO yang memuaskan dengan resiko
yang lebih kecil terjadinya peningkatan tekanan jangka pendek ketika hanya
separuh lingkaran diterapi, menggunakan sekitar 40-50 aplikasi.
Komplikasi : komlikasi paling signifikan dari trabekuloplasti laserdalah peningkatan
sementara TIO yang terjadi pada sekitar 20% pasien. TIO dilaporkan
mencapai 50-60mmHg dan dapatmenyebabkan kerusakan tambahan pada
nervus optikus. Peningkatan ini kurang umum terjadi jika hanya 180o sudut
diterapi pada tian sesinya.
Peningkatan TIO merupakan hal terutama yang harus diperthatikan apad
apsien dengan pencekungan lanjut. Peningkatan TIO biasanya terlihat dalam
2-4 jam pertama setelah terapi, dan semua pasien harus dmonitor ketat untuk
komplikasi ini. Penggunaan tambahan apraklonidin topical terlihat
menumpulkan peningkatan tekanan postoperative. Obat topilakl lain yang
berefek menumpulkan lonjakan TIO dalah beta bloker, pilokarpin, dan CAI
topical. Agen hiperosmotik, CAI oral, dan balok es mungkin bermanfat pada
mata dengan lomjakan TIO yang tidak responsive terhadap obat topical.
Iritis derajat rendah dapat terjadi setelah LTP. Beberapa bedah secara rutin
menerapi antiinflamasi topical selama 1 minggu, sedang lainnya menggunakan
obat ini hanya ika terjadi inflamasi. Komplikasi lain dari LTp meliputi
peningkatan TIO persisten jarang yang membutuhkan operasi filtrasi, hifema,
dan pembentukan PAS.
Hasil dan follow up jangkapanjang. Dari 4 sampai 6 minggu harus dilakukan evaluasi efek
penuh dari terapi awal sebelum keputusan mengenai terapi tambahan dibuat.
Sekitar 80% pasien dengan glaucoma sudut terbuka yang tidak terkontrol
dengan obat mengalami penurunan TIO paling minim selama 6-12 bulan
setelah LTP. Peningkatan TIo dapat kembali terjadi pada beberapa psien
setelah beberapa bulan atau tahun setelah control. Terapi laser tambahan
mungkin bermanfaat jikan keseluruhan sudut tidak diterapi sebelumnya. Jika
trabekuloplasti inisial gagal mengontrol TIO, trabekulektomi harus
dipertimbangkan.5,8
Trabekuloplasti laser selektif
Akhir-akhir ini, ini merupakan prosedur pengamatan mengenai laser dengan target
melanin intraselular. Hasil pendahuluan menunjukkan bahwa prosedur ini aman dan efektif
dengan hasil TIO mirip dengan yang dicapai dengan LTP argon. Bukti pendahuluan juga
menunjukkan bahwa prosedur ini dapat diulangi dan tetap efektif dengan resiko kerusakan
pada trabekulum meshwork yang lebih kecil.
3.1.2 Operasi Insisional Untuk Glaucoma Sudut Terbuka
Meskipun prusedur insisional untuk menurunkan TIO secara tradisional dosebut
sebagai filtrasi, akan lebih benar menyebutnya sebagai prosedur fistukasi. Tujuan operasi
filtrasi adalah membentuk jalur baru(fistula) untuk aliran bagian terbesar aquos humor dari
BMD melalui defek bedah pada sclera ke ruang subkonjungtiva dan sub tenon. Prosedur
filtrasi yang paling umum dilakukan adalah trabekulektomi terpandu (guarded
trabeculectomy)
Trabekulektomi
Merupakan teknik yang paling sering digunakan. Pada teknik ini, bagian kecil trabekula
yang terganggu diangkat kemudian dibentuk bleb dari konjungtiva sehingga terbentuk jalur
drainase yang baru. Lubang ini akan meningkatkan aliran keluar cairan aquos sehingga dapat
menurunkan tekanan intraokuler. Tingkat keberhasilan operasi ini cukup tinggi pada tahun
pertama, sekitar 70-90%. Sayangnya di kemudian hari lubang drainase tersebut dapat
menutup kembali sebagai akibat sistem penyembuhan terhadap luka sehingga tekanan
intraokuler akan meningkat. Oleh karena itu, terkadang diperlukan obat seperti mitomycin-C
and 5-fluorourasil untuk memperlambat proses penyembuhan. Teknik ini bisa saja dilakukan
beberapa kali pada mata yang sama.
Indikasi : pasien dengan glaucoma pada terapi medis maksimum yang dapat ditolerir
yang telah memiliki manfaat laser secara maksimal dan yang fungsi nervus
opticusnya gagal atau kemungkinan besar gagal. Kegagalan pengobatan
yang disebabkan ketidakpatuhan pasien merupakan indkasi relative
dilakukan prosedur ini.
Meskipun penanda glaucoma adalah kerusakan nervus optikus yang
progresif, relative tidak umum membuat keputusan klinik berdasar deteksi
perubahan progresif pada nervus optikus danretina peripapiler. Progresi
kerusakan lapang pandang merupakan indikasi klinis yang jauh lebih umum
digunakan untuk pembedahan
Kontraindikasi : kontraindikasi relative untuk operasi filtrasi glaucoma dapat berupa ocular
atau sistemik. Mata buta seharusnya tidak dipertimbangkan untuk operasi
insisional.ablasio badan siliar adalah alternative yang lebih baik untuk
menurunkan TIO pada mata tersebut jika diperlukan untuk mengontrol
nyeri, meskipun prosedur ini bukan tanpa resiko. Resiko opthalmia
simpatika harus tetap diingat ketika setiap prosedur pada mata buta atau
mata dengan potensi penglihatan yang lemah dipertimbangkan. Kondisi
yang memiliki kecenderungan memiliki kegagalan trabekulektomi seperti
neovaskularisasi segmen anterior aktif atau iritis aktif meru[pakan
kontraindikasirelatif. Masalah yangmendasarinya harus diselesaikan terlebih
dahulu.
Operasi filtrasi kurang berhasil jika dilakukan pada pasien afakia atau
pseudofakia yang lebih muda. Angka keberhasilan yang lebih rendah juga
ditemukan pada pasien dengan glaucoma uveitis atau dengan prosedur
filtrasi sebelumnya yang gagal.
Evaluasi preoperative: pasien harus stabil secara medis untuk dilakukannya prosedur ocular
invasive dibawah local anestesi. Control inflamasi preoperative dengan
kortikosteroid membantu menurunkan iritis postoperative dan pembentukan
jaringan parut pada bleb filtrasi. Agen antikolinesterase harus dihentikan jika
mungkin dan digantiakn sementara dengan obat alternative sekurang-
kurangnya 2-3 minggu sebelum operasi dilakukan untuk mengurangi
perdarahan dan iridosiklitis.
Pada perssipan operasi, TIO harus dikurangi sedekat mungkin dengan
tingkat normal sebelum operasi dilakukan, untuk meminimalkan resiko
terjadinya perdaraha koroid ekspulsif. Obat antiplatelet harus dihentika dan
hipertensi sistemik harus dikontrol.
Penting diperhataikan bahwa pasien dengan kehilangan lapang pandang
yang lanjut atau kehilangan lapang pandang yang mengenai fiksasi
memiliki resiko kehilangan total tajam penglihatan setelah prosedur operasi.
Mekanisme fenomena ini tidak diketahui, namun kemungkinan meliputi:
- Edema macula kistoid.
- Lonjakan TIO pada periode awal postoperative.
- Penyimpangan lamina, yang sangat membahayakan akson yang tersisa.
- Iskemia nervus optikus, kemungkinan terkait anestesi regional.
Teknik trabekulektomi: trabekulotomi adalah prosedur filtrasi sebagian ketebalan (partial
thickness) yang terpandu yang dilakukan dengan memindahkan blok
jaringan limbal di bawah flap scleral. Flap scleral memberikan tahanan
membatasi aliran aquos humor, sehingga dapat menurunkan komplikasi
terkait hipotoni awal seperti bilik anterior datar, katarak, efusi koroid serosa
dan hemoragik, edema macula, dan edema nervus optikus. Trabekulektomi
dapat dipecah menjadi beberapa langkah dasar:
1. Evaluasi preoperative
Seperti telah dijelaskan di atas, sebelum merenungkan prosedur operasi,
opthalmologis harius mempertimbangkan factor-faktor seperti kesehatan pasien,
perkiraan harapan hidup, dan keadaan mata sebelahnya.
2. Traksi jahitan kornea
Jahitan traksi korneal atau jahitan kekang rektus superior dapat memutar bola mata ke
bawah, memberikan paparan terbaik dari sulkus dan limbus, yang dapat sangat
bermanfaat untuk flap konjungtiva berbasis limbus. Speculum harus diatur untuk tetap
tidak memberikna penekanan pada bola mata.
3. Insisi konjungtival
Flap konjungtiva berbasis forniks atau berbasis limbus daapt digunakan. Tiap teknik
memiliki keuntungan dan kekurangan. Flap berbasis forniks memungkinkan paparan
pada limbus yng lebih baik, dan lebih mudah dilakukan ketika tidak tersedia asisten
yang terampil. Namun demikian lebih sulit mencapai penutupan dengan air
jikadilakukan insisi ini. Flap konjungtiva berbasis limbus secara teknik lebih
menantang namun memungkinkan untuk penutupan kokoh yang cukup jauh dari
limbus. Insisi seharusnya terletak 8-10mm di sebalah posterior limbus, dan harus
dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari tendon muskulus rektus superior. Flap
konjungtiva dapat dipotong kea rah superior pada arah jam 12.00 atau pada arah lain
di kuadran superior.
4. Flap scleral
Ukuran dan bentuk pasti flap scleral tidak penting. Terdapat hubungan antara flap dan
sklerostomi yang mendasarinya yang menyebabkan terjadinya tahanan terhadap
aliran. Meskipun disain flap bervariasi menurut kegemaran ahli bedah, teknik yang
umum meliputi membuat flap trapezoid atau rectangular sebesar 3-4mm. penting
untuk memotong flap ke arah anterior ke kornea yang jernih.
5. Paracentesis
Prosedur ini memungkinkan dilakukannya penurunan TIO secara bertahap,
mengontrol bilik anterior melalui pemberian basic saline solution (BSS) atau
viskoelastis, dan uji patensi tempat filtrasi antraoperatif dan integritas penutupan
konjungtiva. BSS dimasukkan melalui paracentesis dan jahitan ditambahkan pada flap
scleral sampai aliran dianggap memuaskan. Ketika bilik yang mendatar postoperative
terjadi, paracentesis yang telah berada di tempatnya digunakan untuk membentuk
kembali bilik yang jauh lebih aman disbanding mencoba melakukan paracentesis pada
mata dengan bilik datar.
6. Sklerostomi
Sklerostomi dapat dibuat dengan alat pembuat lubang atau irisan tajam. Ukuran
lubang ditentukan oleh flap sclera dan jumlah overlap yang diinginkan oleh ahli
bedah.
7. Iridektomi
Sebagian besar ahli bedah melakukan iridektomi untuk menurunkan resiko iris
menutupi lubang dan untuk menurunkan resika terjadinya blok pupil.
8. Penutupan flap scleral
9. Penutupan konjungtiva.8
Agen antifibrotik
Pemberian agen antifibrotik seperti 5-fluorourasil dan mitomisin C menyebabkan
keberhasilan yang lebih besar dan TIO yang lebih rendah setelah operasi trabekulektomi.
Namun demikian, komplikasi postoperative serius dapat terjadi, dan agen ini tidak boleh
digunakan sembarangan. Agen antifibrotik harus digunakan dengan hati-hati pada
trabekulektomi primer pada pasien myopia muda karena resiko terjadinya hipotoni
meningkat.
Perhatian postoperative pada operasi filtrasi
Agen sikloplegik topical, antibiotic, dan kortikosteroid diberikan setelah operasi.
Kortikosteroid subtenon atau kortikosteroid sistemik jnagka pendek dapat diberikan untuk
mengurangi jarinagn parut atau inflamasi terutama pada pasien dengan prognosis buruk33
Komplikasi Operasi Filtrasi
Komplikasi awal Komplikasi lambat
Infeksi
Hipotoni
Pendataran bilik anterior
Aquos yang salah arah
Hifema
Pembentukan/pemburukan katarak
Peningkatan TIO sementara
Edema macula histoid
Makulopati hipotoni
Efusi koroid
Perdarahan subkoroid
Kebocoran/ kegagalan bleb
Katarak
Blebitis
Endopthalmitis/infeksi bleb
Bleb simptomatik
Migrasi bleb
hipotoni
Uveitispersisten
Pembentukan dellen
Kehilangan penglihatan
3.2 Glaukoma Sudut Tertutup
Poin keputusan klinis pertama setelah diagnosis glaucoma sudut tertutup adalah
membedakan penutupan sudut berdasarkan mekanisme blok pupil dan pentutupan berdasar
mekanisme lain. Iridektomi laser merupakan prosedur pilihan untuk menghilangkan blok
pupil, namun prosedur ini akan menjadi tidak efektif pada penutupan sinekial yang sempurna
akibat neovaskularisasi atau inflamasi kronis.
Terapi glaucoma blok pupil baik primer maupun sekunder adalah laser atau
iridektomi insisional. Operasi laser telah menjadi terapi yang telah menjadi metode yang
disukai pada hampir semua kasus. Laser argon dan laser Nd:YAG. Keduanya efektif untuk
menghilangkan blok pupil. Setelah resolusi blok pupil berhasil, TIO dapat kembali normal
atau tetap meninggi
3.2.1 Iridektomi Laser
Teknik ini biasa digunakan sebagai terapi pencegahan yang aman dan efektif untuk glaukoma
sudut tertutup. Dilakukan dengan membuat celah kecil di iris perifer dan mengangkat
sebagian iris yang menyebabkan sempitnya sudut bilik mata depan
Indikasi :
Indikasi untuk iridektomi meliputi:
- Adanya blok pupil dan kebutuhan untuk menentukan adanya blok pupil.
- Mencegah adanya blok pupil pada orang yang beresiko tinggi untuk terkena glaucoma
yang ditentukan dengan pemeriksaan gonioskopik atau karena adanya serangan sudut
tertutup pada mata yang lain
Kontra Indikasi
- Mata dengan rubeosis iridis aktif karena dapat berdarah setelah dilakukan iridektomi
laser
- Resiko perdarahan juga meningkat pada pasien yang mengkonsumsi antikoagulasi
sistemik, termasuk aspirin
Iridektomi tidak bermanfaat untuk penutupan sudut yang tidak disebabkan oleh
mekanisme blok pupil, kadang-kadang iridektomi laser diperlukan untuk memastikan
bahwa tidak terjadi blok pupil (indikasi diagnostic)
Pertimbangan preoperatif’
Pada keadaan penutupan sudut akut, sering sulit melakukan iridektomi perifer karena
kornea yang berkabut, bilik yang dangkal, dan iris yang tidak rata. Klinisi harus mencoba
untuk menurunkan TIO dengan obat-obatan, kemudian melanjutkan dengan operasi.
Paling mudah melakukan penetrasi iris pada kript. Perhatian harus diambil untuk mejaga
iridektomi berada di perifer dan tertutup kelopak mata. Pemberian pilokarpin sebelum
perlakuan memungkinkan untuk menarik dan menipiskan iris. Terapi TIO sebelum
perlakuan dengan apraklonidin atau agen lain dapat membantu menumpulkan ketajaman
TIO.
Teknik
A. Iridektomi laser Argon
Laser argon dapat dipergunakan untuk melakukan iridektomi pada sebagian besar
mata. Namun, iris yang sangat gelap atau sangat terang menimbulkan kesalahan
teknis. Dengan menggunakan lensa kontak yang dipadatkan, pengaturan lser awal
yang khas adalah berdurasi 0.02-0.1 detik. Ukuran bintik 50 µm. dan kekuatan
800-1000 mW. Terdapat berbagai variasi teknik dan warna iris menentukan teknik
yang dipakai. Komplikasi meliputi opasitas lensa terlokalisir, peningkatan TIO
yang akut (yang dapat merusak nervus optikus), iritis sementara atau menetap,
penutupan awal dari iridektomi dan terbakarnya kornea dan retina.
B. Laser Nd: YAG Q-switched
Laser ini umumnya membutuhkan pulsasi yang lebih kecil dan energy yang lebih
sedikit dibandeng laser argon untuk membuat iridektomi menetap dan merupakan
teknik yang disukai pada sebagian besar mata. Efektivitas laser ini tidak
mempengaruhi laser iris. Dengan lensa kontak yang dipadatkan, pengaturan laser
awal yang khas adalah 2-8 mJ.
Komplikasi yang potensial terjadi meliputi terbakarnya kornea, gangguan pada
kapsul lensa anterior atau endotel kornea, perdarahan (biasanya
sementara),lonjakan TIO post operatif, inflamasi dan penundaan penutupan
iridektomi.
Perawatan postoperative
Perdarahan dapat terjadi dari tempat iridektomi, terutama dengan laser Nd:YAG.
Seringkali, penekanan pada mata dengan lensa laser dapat menekan pembuluh
darah. Pada kasus yang jarang terjadi, jika hal tersebut tidak dapat dilakukan
dengan baik maka laser Argon dapat digunakan untuk mengkoagulasikan
pembuluh darah. Lonjakan tekanan post operatif dapat terjadi. Inflamasi post
operatif jika perlu dapat diterapi dengan kortikosteroid topikal.6
Glaukoma Sudut tertutup
3.2.2 Gonioplasti perifer atau iridoplasti perifer
Indikasi :
Gonioplasti atau iridoplasti merupakan teknik untuk mendalamkan sudut yang kadang
bermanfaat pada glaucoma sudut tertutup yang diakibatkan oleh iris yang melandai.
Pembakaran normal oleh laser argon pada iris perifer menyebabkan kontraksi dan pendataran.
Kontraindikasi
- Mata dengan rubeosis iridis aktif karena dapat berdarah setelah dilakukan iridektomi
laser
- Resiko perdarahan juga meningkat pada pasien yang mengkonsumsi antikoagulasi
sistemik, termasuk aspirin
Iridektomi tidak bermanfaat untuk penutupan sudut yang tidak disebabkan oleh
mekanisme blok pupil, kadang-kadang iridektomi laser diperlukan untuk memastikan
bahwa tidak terjadi blok pupil (indikasi diagnostic)
Pertimbangan preoperative
Sudut yang tertutup sebagai akibat iris yang melandai tidak akan terbuka dengan
dilakukannya iridektomi laser karena mekanisme yang mendasarinya bukanlah blok pupil.
Hal ini seringkali merupakan kondisi yang sulit untuk didiagnosis dengan akurat.
Teknik
Pengaturan laser yang khas adalah durasi 0.1-0.5 detik, ukuran bintik 200-500 µm dan
kekuatan 200-500 mw. Prosedur ini dapat digunakan untuk membuka sudut sementara, pada
tindakan antisipasi laser atau iridektomi insisional yang lebih definitive atau pada tipe
penutupan sudut lain seperti sindrom iris yang melandai dan nanoftalmos
Operasi insisional utuk penutupan sudut
A. Iridektomi perifer
Dilakukan pada glaukoma sudut tertutup. Pada teknik ini dibuat lubang kecil di iris
perifer sehingga iris terdorong ke belakang lalu sudut bilik mata depan akan terbuka
Diperlukan jika iridektomi menetap tidak dapat dicapai dengan laser. Situasi ini dapat
terjadi pada keadaan kornea berkabut, bilik anterior yang datar, dan pasien yang
kurang kooperatif
B. Ekstraksi katarak
Ketika blok pupil pupil dikaitkan dengan katarak yang signifikan secara visual,
ekstraksi lensa dapat dipertimbangkan sebagai prosedur primer. Namun demikian,
iridektomi laser tetap dapat dipertimbangkan untuk menghentikan serangan akut blok
pupil sehingga operasi katarak dapat dilakukan lebih aman pada waktu selanjutnya.
C. Pendalaman bilik dan goniosinekialisis
Ketika PAS terbentuk pada kasus glaucoma sudut tertutup, iridektomi saja mungkin
tidak akan menghilangkan glaucoma dengan adekuat.
Pendalaman bilik melalui parasintesis dengan gonioskopi intraoperatif dapat
memecahkan PAS dengan onset yang relative baru. Agen viskositas dan/dengan
spatula viskodialisis mungkin bermanfaat pada prosedur yang dikenal sebagai
goniosinekialisis untuk memecah sinekia
3.3 Prosedur lain untuk menurunkan TIO
Prosedur insisional dan non-insisional untuk mengontrol TIO meliputi operasi
pipa-pintas (tube-shunt), ablasio badan siliar, siklodialisis dan viskokanalostomi dan
prosedur non-penetrasi lainnya.
A. Pintasan Pipa Glaukoma
Beberapa tipe alat telah dicptakan untuk membantu filtrasi dengan memintas
aquous ke tempat di sebelah posterior limbus. Alat pintasan atau drainase
umumnya ditempatkan pada bilik anterior atau melewati pars plana yang mengalir
ke penampungan ekstraokular yang ditempatkan di ekuator sclera.
Indikasi:
Keadaan klinis yang dapat dipertimbangakan untuk melakukan pintasan pipa
glaucoma adalah:
1. Kegagalan trabekulektomi
2. Kegagalan trabekulektomi dengan antifibrotik
3. Uveitis akut
4. Glaucoma neovaskuler
5. Konjungtiva yang tidak adekuat
6. Kebutuhan yang mengancam untuk dilakukannya keratoplasti penetrasi (PK)
7. Kandidat pasien yang buruk untuk dilakukan trabekulektomi
8. Pontensial untuk memperbaiki tajam penglihatan
9. Kebutuhan TIO yang lebih rendah
Kontraindikasi
Operasi ini merupakan kontraindikasi relative pada mata dengan potensi penglihatan
yang sangat buruk atau pada pasien yang tidak dapat menuruti petunjuk perawatan
pribadi pada periode post operasi. . fungsi endotel kornea yang terbatas merupakann
kontraindikasi relative dilakukannya penempatan pipa pada bilik anterior.
Pertimbangan preoperative
Evaluasi preoperative harus mirip dengan evaluasi pada trabekulektomi. Selain
pemeriksaan oftalmik, klinisi harus memperhatikan keadaan konjungtiva, kesehatan
sclera pada tempat yang akan dipasang pipa dan tempat penampungan ekstraokuler dan
lokasi vitreous di dalam mata.
Teknik
Meskipun alat berbeda dalam desain, teknik dasar untuk implantasi mirip. Kuadran
supertemporal lebih disukai karena akses bedah lebih mudah dicapai dibanding kuadran
superonasal. Mekanisme lempeng atau katup ekstraokular dijahitkan antara muskulus
rektus vertical dan horizontal di sebelah posterior insersi otot. Pipa kemudian dikirimkan
ke anterior memasuki sudut bilik atau melalui pars plana untuk implantasi posterior pada
mata yang pernah menjalani viterktomi. Khasnya, pipa ditutupi dengan jaringan seperti
sclera, pericardium atau dura untuk mebantu mencegah terjadinya erosi.
Pengelolaan Post Operatif
TIO pada periode post operatif awal dapat tinggi, rendah atau diantaranya. Lonjakan
awal paling baik dikelola dengan obat. Setelah beberapa waktu yang cukup bagi kapsul
unruk membentuk penampungan ekstraokular bulat, benang pengklusi dilepaskan
pada alat tak berpenahan. Kortiosteroid topikal, antibiotic dan siklopegik digunakan
seperti pada trabekuloktomi. Lonjakan TIO diharapkan terjadi sekitar 2-8 minggu
minggu postoperative, yang mungkin menunjukkan enkapsulasi di sekitar penampungan
ekstraokular. Supresi aqueous dapat mengontrol TIO dan peningkatan ini biasanya
menyembuh sendiri secara 1-6 bulan.
Komplikasi
Komplikasi terjadi terkait dengan pipa dan lempeng juga timbul. Filtrasi berlebih awal
pada mata dengan pipa di bilik anterior menyebabkan pendataran bilik dan sentuhan
pipa-kornea. Hal ini dapat mengganggu kornea. Bahkan ketika tidak terjadi sentuhan,
area dekompesasi kornea dapat terlihat di dekat pipa. Migrasi pipa pada mata atau erosi
tuba mungkin mebutuhkan revisi bedah. Mata harus juga harus dimonitoring untuk
terjadinya komplikasi lambat seperti erosi atau migrasi pipa.
B. Ablasi Badan Siliar
Beberapa prosedur pembedahan menurunkan sekresi aquouos dengan merusak
sebagian badan siliar dapat terapi menggunakan siklokryoterapi, diatermi iltrasound
terapetik dan laser terminal seperti laser Nd:YAG gelombang berlanjut (continous
wave), argon dan diode.
Indikasi : ablasio siliar diindikasikan untuk menurunkan TIO pada mata dengan potensi
penglihatan yang buruk atau calon buruk untuk dilakukannya operasi insisional. Operasi
pada mata buta harus dihindari. Jika memungkinkan karena resiko kecil terjadinya
oftamia simpatika. Intervensi seperti injeksi alcohol retrobulbar atau enukleasi
dapat dipertimbangkan untuk mata buta yang sangat nyeri. Ablasio badan siliar
umumnya dicadangkan untuk mata yang tidak responsive atau sangat mungkin tidak
responsive atau sangat mungkin tidak responsive terhadap terapi jenis lain.
Kontraindikasi. Ablasio siliar relative di kontraindikasikan untuk mata dengan
penglihatan baik karena terdapat resiko kehilangan penglihatan.
Evaluasi Preoperatif.
Sudut yang tertutup sebagai akibat iris yang melandai tidak akan terbuka dengan
dilakukannya iridektomi laser karena mekanisme yang mendasarinya bukanlah blok
pupil. Hal ini terlihat seringkali merupakan kondisi yang sulit untuk didiagnosis dengan
akurat
Metode dan Perimbangan
Siklokrioterapi merupakan metode yang paling banyak digunakan secara umum setelah
lebih dari beberapa decade. Namun, ketertarikan meningkat pada Nd:YAG transkleral
dan siklofotokoagulasi laser diode transkleral keduanya terlibat menyebabkan rasa nyeri
dan inflamasi yangblebih sedikit dibanding siklokrioterapi.
Sistem pemberian laser endoskopik telah disarankan untuk digunakan secara kombinasi
pada operasi katarak untuk mata pseudofakia atau afakia. Penggunaan laser argon yang
ditujukan pada prosesus siliaris melalui goniolens mungkin dilakukan pada presentase
kecil pasien.
Pengelolaan postoperative
Rasa nyeri setelah prosedur ini dapat sangat nyata dan pasien harus diberi analgesic yang
adekuat meliputi narkotik, elama periode segera setelah operasi.
Komplikasi Tiap prosedur dapat mengakibatkan terjadinya hipotoni berkepanjangan,
nyeri, inflamasi,edema, macula kistoid, perdarahan dan bahkan ptisis bulbi. Oftalmia
simpatika merupakan komplikasi yang jarang terjadi namun serius
C. Siklodialisis
Siklodialisis merupakan prosedur membuat hubungan antara bilik anterior dan ruang
suprakoroid. Hal ini dapat terjadi secara traumatic dan secara bedah
Indikasi: siklodialisis jarang dilakukan namun mungkin bermanfaat pada pasien afakia
yang tidak berespon terhadap operasi filtrasi.
Teknik : insisi sclera kecil dibuat kira-kira 4 mm dari limbus dan spatula halus
dilewatkan di bawah sclera menuju bilik anterior. Spatual ini menyelipkan bagian
muskulus siliaris dari skleral pur dan membuat celah pada sudut , menyediakan
hubungan langsung antara bilik anterior dan ruang suprakoroid.
Komplikasi: perdarahan,inflamasi, katarak, pengelupasan membrane descement
merupakan komplikasi yang mungkin terjadi. Hipotoni yang sangat besar atau
peningkatan TIO signifikan yang besarnya sama dengan ketika celah tertutup dapat pula
terjadi. Beberapa ahli bedah telah menyarakan dilakukannya siklodialisi yang
dikombinasi dengan operasi katarak untuk pasien glaucoma namun pendekatan ini tidak
diterima secara luas
D. Goniotomi dan Trabekulektomi
Indikasi : adanya glaucoma pada masa anak-anak
Kontraindikasi : terjadi pada bayi dengan kesehatan yang tidak stabil, bayi dengan
anomaly multipel dengan prognosis yang buruk dan mata yang benar-benar tidak
terorganisir
Evaluasi preoperative: pemeriksaan menyeluruh di ruang dokter tidak selalu mungkin
dilakuakan. Operasi ini memerlukan keahlian khusus karena melibatkan anak-anak.
Pemberian susu mungkin dapat mengalihkan perhatian sehingga dapat dilakukan
tonometri dan dilatasi. Ketika tidak dapat dilakukan, pemeriksaan di bawah anestesi
diperlukan. Operasi dapat dilakuakn pada waktu yang sama atau pada sesi berikutnya.
Sebaiknya tidak dilakukan dilatasi kecuali untuk operasi sudut agar supaya didapat
perlindungan lensa yang lebih baik selama prosedur.
Teknik: bilik anterior harus diisi dengan viskoelastis untuk mencegah terjadinya kolaps
dan untuk tamponade perdarahan. Dengan goniotomi, pisau-jarum dilewatkan menyilang
bilik anterior dan insisi uperficial dibum meshwork dibawah control gonioskopi.\at pada
bagian anterior trabekulum
Pada trabekulektomi, instrument sperti kabel halus dimasukkan ke kanalis schlemm dari
sisi eksternal dan trabekulum meshwork dirobek dengan memutar trabekolom ke bilik
anterior. Kanalis schlemm lebih mudah ditentukan jika flap separuh ketebalan sebelumnya
diangkat mirip trabekulektomi. Pemotongan bertahap kemudian dapat dibuat untuk
identifikasi kanal dengan lebih baik. Teknik alternative telah dikembangkan yaitu benang
prolene atau nilon yang dijahitkan melalui kanalis schlemm dan ujungnya dipegang.
Kedua ujung benang kemudian ditarik dan benang merupturkan trabekulum meshwork
dan bergerak melalui COA.Benang kemudian diambil. Proses ini dapat dilakukan pada
180 atau 360 derajat. Trabekulektomi terutama dilakukan jika kornea terlalu keruh untuk
goniotomi
Komplikasi
Hifema,infeksi,kerusakan lensa,dan uveitis. Membrane descement dapat terkelupas selama
trabekulektomii.