granulasi basah a1

Upload: beria-kundharindi

Post on 09-Feb-2018

272 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    1/36

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Maksud dan Tujuan Percobaan1.1.1 Maksud Percobaan

    Maksud dari percobaan ini adalah agar mahasiswa mengetahui proses dari

    pembuatan tablet dengan metode granulasi basah, dapat melakukan in process

    control, dapat mengevaluasi mutu tablet serta dapat mengatasi masalah yang timbul

    saat pembuatan tablet Acetamol dengan metode granulasi basah.

    1.1.2 Tujuan PercobaanUntuk dapat melakukan proses manufaktur tablet dengan metode granulasi

    basah, melakukan in proses control, mengevaluasi mutu tablet dan mengatasi

    masalah yang timbul saat menufaktur tablet Acetamol dengan bahan aktif

    Paracetamol dengan metode granulasi basah.

    1.2 Prinsip PercobaanPercobaan dilakukan dengan membuat campuran massa granul yang terdiri

    dari paracetamol sebagai zat aktif, Avicel PH 102 sebagai pengisi (diluent), Corn

    starch sebagai pengikat (binder), Starch 1500 sebagai penghancur (disintegrant),

    Emersol sebagai pelincir (lubricant), talkum sebagai glidant, dan tween 80 sebagai

    cairan penggranulasi. Setengah dari massa granul yang di dapat kemudian akan di

    evaluasi, dan setengahnya lagi akan dikempa menjadi tablet. Setelah terbentuk tablet,

    kemudian akan dilakukan pengujian mutu tablet sebelum di beri etiket dan di kemas.

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    2/36

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tablet

    Menurut Farmakope Indonesia edisi III. Tablet adalah sediaan padat,

    kompak, dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua

    permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau

    tanpa zat tambahan (Depkes, 1979).

    Tablet dicetak dari serbuk kering, kristal atau granulat, umumnya dengan

    penambahan bahan pembantu, pada mesin yang sesuai dengan menggunakan tekanan

    tinggi. Tablet dapat memiliki bentuk silinder, kubus, batang, atau cakram, serta

    bentuk seperti telur atau peluru. Garis tengah tablet pada umumnya 5-17 mm,

    sedangkan bobot tablet 0,1-1 g. Butiran granulat yang diperoleh, partikel-partikelnya

    mempunyai daya lekat. Daya alirnya menjadi lebih baik sehingga pengisian ruang

    cetak dapat berlangsung secara kontiniu dan homogen. Keseragaman bentuk granulat

    menyebabkan keseragaman bentuk tablet (Voigt, 1995)

    Dimana zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai bahan

    pengisi, zat pengikat, zat pelincir, zat pengembang, zat pembasah atau zat lain yang

    cocok.

    Tablet adalah bentuk sediaan farmasi yang paling banyak dibuat/diproduksi

    karena memiliki banyak kelebihan dibandingkan dari bentuk sediaan lainnya yaitu :

    1. Takaran obat cukup teliti dan serba sama untuk setiap tablet.2. Pembebasan obat dapat diatur sesuai dengan efek terapi yang diinginkan.3. Rasa dan bau yang tidak menyenangkan dapat ditutupi dengan penyalutan.4. Bahan obat yang dapat rusak oleh cairan atau enzim dalam saluran pencernaan

    dapat diatasi dengan penyalutan.

    5. Mudah dalam pengemasan, pengepakan, transportasi dan penggunaannya.6. Biaya produksi relatif mudah dibandingkan dengan bentuk sediaan lain.

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    3/36

    Kerugian / kelemahan tablet yaitu :

    1. Sukar diberikan pada anak-anak dan penderita yang sukar menelan.2. Biasanya efek terapi yang diinginkan lebih lambat.Persyaratan khusus untuk sediaan tablet dalam farmakope Indonesia edisi III :

    1. Mengandung zat berkhasiat sesuai yang tertera pada etiket.2. Mempunyai keseragam ukuran yaitu diameter tidak lebih dari 3x dan tidak

    kurang dari 11/3tablet tebalnya.

    3. Mempunyai keseragaman bobot.4. Kecuali dinyatakan lain, waktu hancur dari tablet tidak lebih dari 15 menit untuk

    tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut selaput

    (Lachman, 1994).

    B. Granulasi

    Granulasi adalah suatu proses pengubahan partikel-partikel serbuk menjadi

    bulatan-bulatan dalam bentuk beraturan yang disebut granul. Butiran yang diperoleh

    memiliki daya lekat dan sifat alir yang baik. Ukuran granul biasanya berkisar antara

    ayakan 4-12, walaupun demikian granul dari macam-macam ukuran lubang ayakan

    dapat dibuat tergantung pada tujuan pemakaiannya (Ansel, 1989).

    Granul yang baik memiliki bentuk dan warna yang sedapat mungkin

    homogen, memiliki sifat alir yang baik, memiliki distribusi ukuran partikel yang

    sempit dan mengandung komponen berbentuk serbuk, menunjukkan kekompakan

    mekanis yang memuaskan dan tidak terlalu kering serta mudah hancur di dalam air

    (Voight, 1994).

    Metode ini adalah metode yang paling tua dan masih banyak digunakan.

    Metode ini digunakan bila bahan obat tidak dapat dicetak langsung, misalnya karena

    sifat kohesif, sifat kompresibilitas dan sifat aliran yang kurang baik sementara

    dosisnya besar serta memerlukan penambahan pewarna dalam bentuk larutan

    sehingga dibutuhkan bahan pengikat.

    Bahan yang akan dicetak dilembabkan dengan larutan pengikat sehingga

    serbuk terikat bersama dan terasa seperti tanah yang lembab. Kemudian serbuk

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    4/36

    tersebut dikeringkan dengan menggunakan oven, setelah kering ukurannya diperkecil

    dengan pengayakan dan siap untuk dicetak. Proses pembuatan tablet dengan metode

    ini meliputi beberapa tahap yaitu penimbangan, pencampuran awal, pembuatan

    larutan ikat, penambahan larutan ikat, pengayakan I, pengeringan, pengayakan II,

    pencampuran lubrikan dan pencetakan (Ansel, 1989).

    Berdasarkan sifat fisika kimia dari bahan obat, maka tablet dapat dibuat

    dengan berbagai cara :

    a. Granulasi dasarTablet yang dibuat dengan granulasi dasar yaitu bahan obat yang tidak stabil

    dengan adanya air atau terurai dengan adanya panas. Sifat aliran dan daya

    kompresibilitasnya jelek, dimana tahap-tahap pengerjaannya sama dengan cara

    granulasi basah. Hanya pada granulasi dasar bahan obat tidak di granulasi bersama-

    sama dengan bahan pembantu, seperti bahan pengisi, penghancur dalam tetapi

    ditambahkan pada tahap lubrikasi dalam bentuk serbuk halus atau fine kedalam

    granul bersama-sama dengan penghancur luar dan bahan lubrikan.

    Pada cara granulasi dasar ini perlu diperhitungkan terlebih dahulu jumlah

    fine dalam masa cetak ini karena dapat menimbulkan kesulitan selama proses

    pencetakan. Fine dalam cara ini berasal dari bahan obat, bahan penghancur luar,

    bahan lubrikan juga berasal dari hasil pengayakan granul yang dikeringkan.

    b. Granulasi kering / prekompresiCara ini merupakan proses pembuatan granul tanpa melibatkan air sama

    sekali. Dimana campuran serbuk dicetak menjadi tablet besar dan keras (slug),

    kemudian slug di ayak menjadi granul yang diinginkan. Cara slugging ini sangat

    cocok untuk bahan aktif yang sifat alirnya kurang baik, peka terhadap panas dan

    kelembaban.

    Pada penyusunan formula untuk tablet yang dibuat dengan cara prekompresi

    ini perlu dipertimbangkan bahan-bahan pembantu yang dipilih haruslah dapat

    menghasilkan slug yang keras. Kegagalan akan terjadi pada waktu membuat granul

    dari slug akan terbentuk serbuk bukan granul.

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    5/36

    Cara pembuatan tablet granulasi kering :

    1) Menghaluskan bahan aktif / eksipien.2) Mencampur semua komponen untuk tablet.3) Mencetak menjadi tablet besar dan keras untuk membuat slug.4) Pengayakan slug menjadi granul.5) Mencampur granul dengan bahan penghancur dan pelincir.6) Pencetakan tablet.

    (Ansel, 1989)

    C. Granulasi Basah

    Merupakan cara yang paling umum dan banyak dilakukan, karena hampir

    semua jenis bahan aktif dapat diproses secara granulasi basah. Disebut granulasi

    basah karena di dalam proses pembuatan granulnya mempergunakan larutan bahan

    pengikat, dimana campuran serbuk ditambah dengan larutan bahan pengikat atau

    dalam bentuk mucilago sampai terbentuk masa yang konsistensinya dapat dikepal.

    Cara pembuatan tablet granulasi basah :

    1) Menghaluskan bahan aktif/eksipien.2) Mencampur semua komponen untuk tablet.3) Membuat larutan pengikat.4) Mencampur larutan pengikat dengan campuran bahan komponen obat, untuk

    membentuk masa yang basah.

    5) Mengayak secara kasar masa basah, dengan ayakan ukuran mesh 14.6) Mengeringkan granul basah.7) Mengayak granul kering melalui ayakan ukuran mesh 16.8) Mencampur granul kering yang sudah diayak dengan bahan pelincir dan

    penghancur luar.

    9) Pencetakan tablet.(Voight, 1994)

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    6/36

    D. Monografi Bahan

    a. Paracetamol1) MonografiNama lain : Acetaminophen

    Struktur molekul : C8H9NO2

    Berat molekul : 151,2

    Pemerian : Putih atau hampir putih, bubuk kristalin

    (Depkes, 1979)

    2) Sifat kimia dan fisikokimiaKelarutan : Larut dalam 20 bagian air panas, 10 bagian alkohol dan 15 bagian

    1 N NaOH

    Suhu lebur : 168 C172 C

    Stabilitas : Harus disimpan dalam ruangan dengan suhu kurang dari 40 C,

    dianjurkan sekitar 1530 C

    Penyimpanan : Terlindung rapat, wadah tahan cahaya dan disimpan pada suhu

    ruangan terlindung dari panas dan kelembaban terjaga.

    (Depkes, 1979)

    3) FarmakologiMekanisme kerja : Acetaminophen bekerja pada hipotalamus untuk memberikan efek

    antipiretik dengan cara meningkatkan aliran darah perifer dan

    vasodilatasi.

    Farmakokinetik : Acetaminophen diabsorpsi di saluran gastrointestinal setelah

    pemberian oral. Rata-rata konsentrasi acetaminophen dalam

    plasma sekitar 2,1 atau 1,8 mg/mL, setelah 6-8 jam pemberian.

    Acetaminophen langsung didistribusikan hampir ke semua

    jaringan tubuh sekitar 25% acetaminophen di dalam darah

    berikatan pada protein plasma t1/21,253 jam.

    (American Society, 2008)

    Indikasi : Ringan sampai nyeri sedang (BNF, 2009).

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    7/36

    Kontraindikasi : Penggunaan dengan fenilketonuria (defisiensi dari fenilalanin)

    (American Society, 2008)

    Efek samping : Jarang terjadi tetapi ruam, kelainan darah (termasuk

    trombositopenia, leukopenia, neutropenia) dilaporkan, hipotensi

    pada pemberian infuse. Efek samping penting kerusakan hati yang

    disertai kerusakan ginjal (BNF, 2009)

    Interaksi obat : Acetaminophen + alkohol : meningkatkan resiko hepatotoksik

    Acetaminophen + antikonvulsik : menstimulasi enzim mikrosomal

    hati yang menyebabkan hepatotoksik

    Acetaminophen + isoniazid : meningkatkan resiko hepatotoksik

    Acetampnophen + Fenotiazin : Hipotermia

    (American Society, 2008)

    Dosis : Oral (maksimum 0,51 gram setiap 46 jam)

    Anak-anak

    2 bulan : 60 mg

    3-1 tahun : 60120 mg

    1-5 tahun : 120250 mg

    6-12 tahun : 200250 mg

    Intravena

    Anak-anak dan bayi baru lahir < 10 kg : 7,5 mg/kg setiap 4-6 jam

    (maksimal 30 mg/kg setiap hari)

    Anak-anak dan dewasa: ( > 50 mg) ; 1 gram tiap 4 6 jam

    (maksimal 4 gram tiap hari), (10 50 mg ; 15 mg/kg tiap 4 6

    jam (maksimal 60 mg/kg tiap hari).

    (American Society, 2008)

    4) AnalisisIdentifikasi

    a) Larutkan 100 mg dalam 10 mL air, tambahkan 0,05 mL larutan besi (III) kloridaP ; terjadi warna biru violet

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    8/36

    b) Larutkan 200 mg dalam 4 mL pinidina P, tambahkan 500 mg paranitrobenzoilklorida P, didihkan selama 2 3 menit, dinginkan, tuangkan dalam 40 mL air

    sambil diaduk. Cuci endapan berturut-turut dengan 30 mL air, dengan 30 mL

    larutan natrium karbonat P 1 % b/v dan dengan 30 mL air ; hablurkan kembali

    dengan etanol (95 %) P ; suhu lebur hablur tidak kurang 210.

    c) Larutkan 50 mg dalam 100 mL metanol P ; pada 1 mL tambahkan 1 mL asamklorida 0,1 N kemudian metanol P secukupnya hingga 100 mL. Serapan 2 cm

    larutan pada 249 nm lebih kurang 0,90.

    d) Didihkan 100 mg dengan 1 mL asam klorida P selama 3 menit, tambahkan 10mL air, dinginkan ; tidak terbentuk endapan. Tambahkan 0,05 mL kalium

    bikarbonat 0,1 N ; terjadi perlahan-lahan warna violet yang tidak berubah

    menjadi merah.

    e) Penetapan Kadar : Lakukan penetapan dengan cara penetapan kadarnitrogen menggunakan 300 mg yang ditimbang seksama dan 8 mL asam sulfat

    bebas nitrogen P.

    (Depkes, 1979)

    b. TalkumSinonim : Hydrous magnesium calcium silicate

    Struktur molekul : Mg6(Si2O5)4OH4

    Pemerian : Serbuk halus, putih, tidak berbau, tidak berasa, sedikit

    manis, serbuk kristal

    Titik leleh : 101oC

    Kelarutan : Praktis tidak larut dalam pelarut asam dan alkalis,

    pelarut organik dan air

    Keasaman : pH 7-10 untuk 20% w/v

    Higroskopisitas : Talk mengabsorbsi sejumlah signifikan air pada 25oC

    Distribusi ukuran partikel : Bervariasi pada sumber dan kelas dari bahan

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    9/36

    Stabilitas : Merupakan bahan yang stabil dan bisa disterilkan

    dengan pemanasan pada suhu 160oC tidak kurang dari

    1 jam

    Penyimpanan : Disimpan pada wadah tertutup rapat, sejuk dan

    ditempat kering

    Inkompatibilitas : Inkompatibilitas dengan senyawa ammonia kuartener

    Kegunaan : Glidant

    c. Avicel pH 1021) MonografiSinonim : Avicel pH ; celex ; cellulose gel ; celphere ; ceolus K6

    Struktur Molekul : (C6H10O5)n

    Berat molekul : 36.000

    Pemerian : Mikrokristalin selulosa yang dimurnikan

    Penggunaan : Absorben 2090 %

    Pengisi 2090 %

    Desintegran 515 %

    (Rowe, 2008)

    2) Sifat KhasDensitas : Bulk : 0,337 g/cm

    3

    Tapped : 0,478 g/cm3

    True : 1,5121,668 g/cm3

    Flowability : 1,41 g/s

    Titik leleh : 260 C270 C

    Kelarutan : Praktis tidak larut asam dan pelarut organik, larut dalam larutan

    alkali dan air (fraksi NaCMC)

    Keasaman : 5,07,5

    Higroskopisitas : Higroskopis

    Kandungan air : Kurang dari atau sama dengan 5 % b/b

    Ukuran partikel : Khas untuk partikel rata-rata 20 -200 nm

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    10/36

    Stabilitas

    Penyimpanan : Mikrokristalin selulosa stabil meskipun bahan higroskopis. Bahan

    masal disimpan di temapat tertutup dan tempat yang sejuk dan

    kering.

    Inkompatibilitas : Inkompatibilitas dengan agen pengoksidasi.

    (Rowe, 2008)

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    11/36

    BAB III

    METODE KERJA

    3.1. Alat dan Bahan3.1.1Alata. Alat uji abration testerb. Alat uji rolling and impact durability testerc. Batang pengadukd. Cawan porseline. Corong kacaf. Gelas kimia 50 mLg. Gelas ukur 50 mLh. Hardness testi. Jangka sorongj. Mesh 20, 40, 60, 80, dan 100k. Mortir dan stamperl. Mesin rotarytabletm. Ovenn. Penangas airo. Pinsetp. Retsch vibratorq. Sendok tandukr. Sikat tabungs. Sikat halust. Spatel logamu. Statif dan klemv. Stopwatchw. Timbangan analitikx. Toples

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    12/36

    3.1.2Bahana. Aquadestb. Avicel pH 102c. Corn starchd. Emersole. Purified waterf. Starch 1500g. Talkumh. Tween 80

    3.2. Prosedur Kerja3.2.1Pembuatan Tableta. Ditimbang semua bahanb. Dimilling semua bahanc. Dimixing paracetamol dan avicel pH 102, kemudian ditambahkan cairan

    penggranulasi (Tween 80 dan purified water)

    d. Dibuat starch paste dengan memasukkan amilum ke dalam gelas kimia,ditambahkan aquadest, dipanaskan sambil diaduk sesekali sampai membentuk

    massa gel

    e. Ditambahkanstarch paste yang telah dibuat ke dalam campuran sebelumnyaf. Dibuat granul dan diayak menggunakan mesh 20g. Dikeringkan granul dengan suhu 50oC selama 60 menith. Diayak menggunakan mesh 20i. Ditambahkan fase luar yaitu starch 1500, emersol dan talkum, kemudian

    dimixing

    j. Dievaluasi mutu granulk. Dicetak tablet menggunakan mesin rotarytabletl. Dievaluasi mutu tablet

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    13/36

    m. Dikemas tablet dan disimpan diwadah yang tertutup rapat, sejuk danterlingsung dari cahaya matahari langsung

    3.2.2Evaluasi Mutu Granula. Distribusi Ukuran Partikel1) Ditimbang 10 g granul2) Ditimbang bobot masing-masing pengayak dan pan penampung yang akan

    digunakan

    3) Susun pengayak-pengayak tersebut dengan ukuran terbesar diletakkan diatasdan pan penampung dibawah

    4) Diletakkan susunan pan pengayak tersebut diatas retsch vibrator5) Diletakkan granul yang telah ditimbang pada pengayak paling atas, ditutup dan

    dikencangkan

    6) Digetarkan pengayak selama 10 menit7) Ditimbang bobot masing-masing pengayak dan granul yang terdapat

    didalamnya

    8) Dihitung bobot granul yang terdapat pada masing-masing pengayak dan panpenampung tersebut

    9) Dibuatlah tabel dan kurva distribusi ukuran granul yang diperoleh

    b. Bobot Jenis Nyata (Bul k Density)1) Dimasukkan 10 g granul atau serbuk ke dalam gelas ukur 100 mL (dimiringkan

    pada sudut 45oC dengan cepat atau dapat melalui corong)

    2) Ditegakkan gelas ukur dan digoyangkan (secara perlahan, jangan diketuk)untuk meratakan permukaan bahan dan dibaca volumenya

    3) Dihitung bobot jenis nyata granul atau serbuk tersebut4) Diulangi perlakuan (b) sebanyak 2x

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    14/36

    c. Bobot Jenis Mampat (Tapped Density)1) Dimasukkan 10 g granul atau serbuk ke dalam gelas ukur 100 mL2) Diketuk perlahan dan diamati volume granul atau serbuk tiap interval 100

    ketukan dari 100 sampai 500 ketukan

    3) Dicatat volume granul atau serbuk dalam gelas ukur pada tiap interval 100ketukan, sampai tiga pengamatan berurutan menunjukkan volume yang tetap

    4) Dihitung bobot jenis mampat granul atau serbuk tersebut

    d. Kandungan Lembab1) Ditimbang 5 g bahan, diratakan permukaannya pada wadah2) Dimasukkan ke dalam oven, diatur temperatur dan lama pengeringan yang

    sesuai

    3) Ditimbang berat bahan setelah dilakukan pengeringan4) Dihitung kandungan lembab

    e. Kecepatan Alir1) Dipasang corong pada statif dengan jarak ujung pipa bagian bawah ke bidang

    datar = 10,0 0,2 cm

    2) Ditimbang bahan 20 g3) Dituang bahan tersebut ke dalam corong dengan dasar lubang corong ditutup4) Dibuka tutup dasar lubang sambil dinyalakan stopwatch5) Dicatat waktu yang diperlukan mulai bahan mengalir sampai bahan dalam

    corong habis (t)

    6) Dihitung kecepatan alir

    f. Sudut Istirahat1) Diukur tinggi timbunan bahan dibawah corong hasil penentuan kecepatan alir

    (h cm)

    2) Diukur jari-jari alas kerucut rimbunan tersebut (r cm)

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    15/36

    3) Dihitung sudut istirahat

    3.2.3Evaluasi mutu tableta. Keseragaman bobot tablet1) Diambil sebanyak 20 tablet yang telah dicetak2) Ditimbang satu per satu dengan menggunakan timbangan analitik3) Dicatat hasil pengukuran bobot tablet

    b. Kesergaman ukuran tablet1) Diukur tebal dan diameter masing-masing tablet dengan menggunakan jangka

    sorong sebanyak 10 tablet

    2) Dicatat hasil pengukuran tebal dan diameter masing-masing tablet

    c. Kekerasan tablet1) Ditempatkan tablet pada ujung alat dan skala alat menunjukkan angka nol2) Diputar pangkal alat sampai tablet pecah dan skala yang terbaca mununjukkan

    angka kekerasan tablet

    3) Dicatat hasil uji kekerasan masing-masing tablet sebanyak 10 tablet

    d. Friabilitas1) Dibersihkan tablet satu per satu dari debu menggunakan sikat halus sebanyak

    10 tablet

    2) Ditimbang seluruh tablet menggunakan timbangan analitik3) Dimasukkan masing-masing 10 tablet ke dalam alat uji rolling and impact

    durability tester dan sejumlah 10 abration tester

    4) Dinyalakan alat uji pada 25 rpm selama 4 menit5) Ditimbang kembali sejumpah tablet yang dimasukkan ke dalam alat tersebut6) Dihitung selisih bobot tablet dan dinyatakan dalam % friabilitas

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    16/36

    BAB IV

    HASIL PENGAMATAN

    4.1 Tabel Pengamatan4.1.1Penimbangan Bahan

    Nama bahan

    Jumlah

    1tablet

    (persen)

    Jumlah

    1 batch

    (gram)

    Paracetamol - 31,2 g

    Tween 80 0,25 % 0,12 g

    Starch 1500 5 % 2,11 g

    Emersol 1 % 0,42 g

    Talkum 1 % 0,42 g

    Avicel PH 102 41,2 % 19,16 g

    Corn starch 5 % 2,33 g

    Purified water 1,25% 0,58 g

    4.1.2 Pengujian mutu granul

    a. Distribusi ukuran partikelBerat granul No mesh Jumlah serbuk

    10 g

    20 1,780 gram

    40 2,291 gram

    60 1,607 gram

    80 1,007 gram

    100 2,695 gram

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    17/36

    b.Bobot jenis nyata (Bulk Density)Replikasi Berat granul Volume

    1 10 g 25 mL

    2 10 g 26 mL

    3 10 g 26 mL

    Rata-rata 25,67 mL

    c. Bobot Jenis Mampat (Tapped Density)Berat granul Ketukan Ke- Volume

    10 g

    100 22 mL

    200 21 mL

    300 20,5 mL

    400 20 mL

    500 20 mL

    Rata-rata 20,7 mL

    d.Kandungan LembabBerat awal Waktu ke- Berat akhir

    104,628 g

    15 menit 103,645 gram

    30 menit 103,634 gram

    45 menit 103,632 gram

    e. Kecepatan AlirReplikasi Berat granul Waktu

    1 20 gram 1,6 s

    2 20 gram 1,8 s

    3 20 gram 1,8 s

    Rata-rata 20 gram 1,7 s

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    18/36

    f. Sudut IstirahatReplikasi Berat granul Tinggi Jari-jari

    1 20 gram 1,2 8,5

    2 20 gram 1,1 8,7

    3 20 gram 1,2 8,4

    Rata-rata 20 gram 1,2 8,5

    4.1.3 Pengujian mutu tablet

    a. Keseragaman bobot1). Berat Tablet

    Tablet Ke- Berat Tablet Ke- Berat

    1 174 gram 11 174 gram

    2 163 gram 12 169 gram

    3 171 gram 13 170 gram

    4 168 gram 14 175 gram

    5 173 gram 15 170 gram

    6 182 gram 16 175 gram

    7 169 gram 17 175 gram

    8 172 gram 18 171 gram

    9 150 gram 19 171 gram

    10 170 gram 20 172 gram

    Rata- rata 170,7 gram

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    19/36

    2). Penyimpangan bobot

    Tablet ke-

    Penyimpangan

    Bobot Rata-

    Rata (%)

    Tablet ke-

    Penyimpangan

    Bobot Rata-

    Rata (%)

    1 1,93 11 1,93

    2 4,51 12 0,99

    3 0,18 13 0,41

    4 1,58 14 2,70

    5 1,35 15 0,41

    6 6,62 16 2,70

    7 0,99 17 2,70

    8 0,76 18 0,18

    9 12,13 19 0,18

    10 0,41 20 0,76

    b.Uji Keseragamn TabletTablet ke- Ketebalan

    1 3,82

    2 3,87

    3 3,91

    4 3,76

    5 3,80

    6 3,87

    7 3,758 3,76

    9 3,89

    10 3,88

    Rata-rata 3,83

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    20/36

    c. Diameter tabletTablet ke- Diameter

    1 8,6

    2 8,5

    3 8,1

    4 8,1

    5 8,11

    6 8,7

    7 8,7

    8 8,16

    9 8,6

    10 8,14

    Rata-rata 8,37

    d.Kekerasan TabletTablet ke- Kekerasan

    1 145

    2 180

    3 195

    4 210

    5 310

    6 1000

    7 590

    8 1809 195

    10 225

    Rata-rata 323

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    21/36

    e. FriabilitasJumlah tablet Berat awal tablet Berat akhir tablet

    10 1,696 g 1,691 g

    4.2 Perhitungan4.2.1Perhitungan bahanBerat tablet yang diinginkan adalah 200 mg / tablet

    Dibuat dalam 250 tablet

    Jumlah dalam 1 batch 200mg/ tab x 250 tab = 50 gram

    Jumlah fase dalam = bobot tablet totalfase luar

    = 100 % - (1% + 1% + 5%)

    = 93 % x 50 g

    = 46,5 g

    Fase dalam

    Paracetamol = 125 mg 250 tablet

    31250 mg 31,25 g

    Tween 80 = 0,25 % x 46,5 g= 0,12 g

    Avicel PH 102 = 41,2 % x 46,5 g

    = 19,16 g

    Corn starch = 5 % x 46,5 g

    = 2,33 g

    Purified water = 1,25 % x 46,5 g

    = 0,58 g

    Granul kering yang diperoleh 43 g + air 2%

    Tanpa air = (100-2)% x 43 g

    = 98% x 43 g

    = 42,14 g

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    22/36

    Fase luar

    Starch 1500 = 5 % x 42,14 g

    = 2,11 g

    Emersol = 1% x 42,14 g

    = 0,42 g

    Talkum = 1% x 42,14 g

    = 0,42 g

    4.2.2 Hasil Evaluasi4.2.2.1 Bobot Jenis

    a.Bulk Density (Bobot Jenis Nyata)1)Replikasi 1

    m

    v

    10 gam

    25 0,

    2)Replikasi 2

    m

    v

    10 gam

    26 0,38

    3)Replikasi 3

    m

    v

    10 gam

    26 0,38

    Rata-rata bulk density

    0, 0,38 0,38

    3 0,386

    b. Tapped density (Bobot Jenis Mampat)

    m

    v

    10 gam

    20,7 m 0,483

    4.2.2.2Kompresibilitas

    100

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    23/36

    0,483 0,386

    0,483100

    20

    4.2.2.3Kandungan lembabw= berat sampel basah

    wo= berat sampel kering

    a. Replikasi 1

    w wo

    wo100

    103,645

    100 0,9

    w wo

    w100

    103,645

    100 0,939

    b. Replikasi 2

    w wo

    wo100

    103,64

    103,64100 0,959

    w wo

    w100

    103,64

    100 0,950

    c. Replikasi 3

    w wo

    wo100

    103,62

    103,62100 0,961

    w wo

    w100

    103,62

    100 0,952

    ataata 0,939 0,950 0,952

    3

    0,947

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    24/36

    4.2.2.4Kecepatan alirkecepatan ali

    w

    tgdetik

    a. Replikasi 1

    20 g

    1,6 detik12,5 gdetik

    b. Replikasi 2

    20 g

    1,8 detik11,1 gdetik

    c. Replikasi 3 20 g

    1,8 detik11,1 gdetik

    ataata 12,5 11,1 11,1

    3

    11,56 gdetik

    4.2.2.5Sudut istirahata. Replikasi 1

    tan1

    tan11,2

    8,5 11,31

    b. Replikasi 2 tan1

    tan11,1

    8,7 7,21

    c. Replikasi 3 tan1

    tan11,2

    8,4813

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    25/36

    ataata 11,31 7,21 8,13

    38,88

    4.2.2.6Keseragaman bobot tabletataata

    beat tablet

    20

    3414

    20

    170,7 gambeat penyimpangan

    beat pe tablet beat ataata

    beat ataatax 100

    a.Tablet 1

    beat penyimpangan174 g 170,7 g

    170,7 gx 100

    = 1,93 %

    b. Tablet 2beat penyimpangan

    163 g 170,7 g

    170,7 gx 100

    = 4,51 %

    c. Tablet 3beat penyimpangan

    171 g 170,7 g

    170,7 gx 100

    = 0,18 %

    d. Tablet 4beat penyimpangan

    168 g 170,7 g

    170,7 gx 100

    = 1,58 %

    e. Tablet 5beat penyimpangan

    173 g 170,7 g

    170,7 gx 100

    = 1,35 %

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    26/36

    f. Tablet 6beat penyimpangan

    182 g 170,7 g

    170,7 g x 100

    = 6,62 %

    g. Tablet 7beat penyimpangan

    169 g 170,7 g

    170,7 gx 100

    = 0,99 %

    h. Tablet 8beat penyimpangan

    172 g 170,7 g

    170,7 g x 100

    = 0,76 %

    i. Tablet 9beat penyimpangan

    150 g 170,7 g

    170,7 gx 100

    = 12,13 %

    j. Tablet 10beat penyimpangan

    170 g 170,7 g

    170,7 gx 100

    = 0,41 %

    k. Tablet 11beat penyimpangan

    174 g 170,7 g

    170,7 gx 100

    = 1,93 %

    l. Tablet 12beat penyimpangan

    169 g 170,7 g

    170,7 gx 100

    = 0,99 %

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    27/36

    m.Tablet 13beat penyimpangan

    170 g 170,7 g

    170,7 g x 100

    = 0,41 %

    n. Tablet 14beat penyimpangan

    175 g 170,7 g

    170,7 gx 100

    = 2,70 %

    o. Tablet 15beat penyimpangan

    170 g 170,7 g

    170,7 g x 100

    = 0,41 %

    p. Tablet 16beat penyimpangan

    175 g 170,7 g

    170,7 gx 100

    = 2,70 %

    q. Tablet 17beat penyimpangan

    175 g 170,7 g

    170,7 gx 100

    = 2,70 %

    r. Tablet 18beat penyimpangan

    171 g 170,7 g

    170,7 gx 100

    = 0,18 %

    s. Tablet 19beat penyimpangan 171 g 170,7 g

    170,7 gx 100

    = 0,18 %

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    28/36

    t. Tablet 20beat penyimpangan

    172 g 170,7 g

    170,7 g x 100

    = 0,76 %

    4.2.2.7FriabilitasWa = bobot awal tablet

    Wb = bobot akhir tablet

    iabilitasa b

    ax 100

    iabilitas

    1,696 1,691

    1,696 x 100

    = 0,29 %

    4.3 Grafik Distribusi ukuran partikel

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    3

    150 (100) 180 (80) 250 (60) 425 (40) 850 (20)

    JumlahSerbuk(gram)

    Ukuran Partikel (m)

    (nomor mesh)

    Distribusi Ukuran Partikel Serbuk

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    29/36

    BAB V

    PEMBAHASAN

    Tablet menurut Farmakope Indonesia edisi IV ialah merupakan sediaan padat

    mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi, sedangkan menurut Ansel

    1989 tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat

    dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai. Formulasi tablet

    terdiri dari zat aktif dan zat tambahan. Zat aktif merupakan zat yang memang terbukti

    memberikan efek farmakologis pada tubuh manusia atau hewan dalam dosis tertentu,

    sedangkan zat tambahan ialah zat yang tidak memberikan efek secara farmakologis,

    namun dapat menunjang kinerja penghantaran zat aktif pada aplikasi. Zat tambahan

    dalam tablet biasanya terdiri atas bahan pengisi (diluent), bahan pengikat (binder),

    bahan penghancur (disintegrant) dan bahan pelincir (lubricant). Diluent berfungsi

    untuk memperbesar volume massa agar mudah dicetak atau dibuat, contohnya

    laktosa, pati, kalsium fosfat dibase dan Avicel. Binder berfungsi memberikan daya

    adhesi kepada massa serbuk sewaktu granulasi serta menambah daya kohesi pada

    bahan pengisi, contohnya gom akasa, gelatin, sukrosa, povidon, dan pasta pati

    terhidrolisis. Disintegrant berfungsi membantu hancurnya tablet setelah ditelan,

    contohnya amilum dan selulosa yang dimodifikasi secara kimia,asam alginate, dan

    kollidon CL. Lubricant berfungsi mengurangi gesekan selama proses pengempaan

    tablet dan juga berguna mencegah massa tablet melekat pada cetakan, contohnya

    senyawa asam stearat dengan logam, asam stearat, minyak nabati terhidrogenasi dan

    talcum.

    Zat aktif yang digunakan dalam formulasi ini adalah paracetamol. Sedangkan

    zat tambahannya terdiri dari Avicel PH 102 sebagai pengisi (diluent), corn starch

    sebagai pengikat (binder), Starch 1500 sebagai penghancur (disintegrant) Emersol

    sebagai pelincir (lubricant), talkum sebagai glidantdan antiadherent serta Tween

    80 sebagai cairan penggranulasi. Bahan aktif dalam tablet memiliki indikasi untuk

    meringankan gejala sakit kepala, nyeri dan demam. Tablet dibuat dengan berat 200

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    30/36

    mg per tablet dan satu bacth terdiri dari 250 tablet. Avicel PH 102 dipilih karena

    merupakan bahan pengisi yang dapat meningkatkan daya alir dan kompaktibilitas,

    dengan kata lain dapat menghasilkan tablet yang keras dengan tekanan kecil. Hal ini

    juga disebabkan karena Avicel PH 102 mempunyai bentuk granul sehingga dapat

    meningkatkan sifat alir. Corn starch dipilih karena penggunaan corn starch sebagai

    bahan pengikat dapat meningkatkan disolusi suatu tablet. Starch 1500 digunakan

    sebagai disintegrant (fase luar) karena jika kontak dengan air akan membentuk gel

    dan mengembang sehingga akan mempermudah proses penghancuran tablet. Starch

    1500 pada granulasi basah tidak disarankan digunakan sebagai fase dalam karena

    akan membentuk ikatan yang sangat kuat sehingga waktu hancur atau disolusi tablet

    akan jelek. Karena sifat dari Starch 1500 yang higroskopis dan akan mudah menjadi

    lengket maka pemilihan lubricant yang cocok ialah asam stearate atau emersol.

    Talkum dipilih untuk membantu kerja dari lubricant agar tablet dapat mudah mengalir

    dan dicetak. Tween 80 digunakan agar tablet tidak mudah pecah atau rapuh karena

    sifat dari paracetamol yang hidrofob yang ditakutkan akan menolak air. Bobot 200

    mg dipilih untuk menyesuaikan ukuran dari alat pencetak tablet di dalam

    laboratorium.

    Formulasi ini menggunakan metode granulasi basah. Pemilihan granulasi

    basah didasarkan kepada sifat zat aktif yaitu paracetamol yang mempunyai sifat alir

    yang kurang baik. Granulasi basah merupakan sebuah metode yang dilakukan dengan

    memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar

    dengan menggunkan cairan pengikat dalam jumlah yang sesuai sehingga terjadi

    massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini digunakan biasanya untuk zat aktif

    yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik, zat

    aktif yang tahan terhadap panas dan lembab. Prinsip dari metode ini yaitu membasahi

    massa tablet dengan larutan pengikat tertentu sampai didapatkan tingkat kebasahan

    tertentu pula, kemudian massa basah tersebut digranulasi.

    Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat fase dalam dari

    tablet. Fase dalam tablet merupakan fase yang berhubungan dengan bahan-bahan

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    31/36

    yang akan berperan dalam proses pembentukan sebuah massa tablet. Dimana fase

    dalam terdiri atas zat aktif, zat pengisi, dan zat pengikat. Bahan-bahan kemudian

    ditimbang masing-masing sesuia perhitungan. Lalu dicampurkan paracetamol dan

    Avicel PH 102 sampai homogen dan ditambahkan tween 80 untuk membasahi

    permukaan serbuk. Setelah itu ditambahkan corn starch yang telah di aktifkan dengan

    penambahan air, dibentuk menjadi pasta pati (Starch paste). Starch paste

    ditambahkan sedikit demi sedikit hingga membentuk massa granul. Starch paste

    dibuat dengan mencampurkan pati jagung atau corn starch dan air murni dengan cara

    dipanaskan di atas penangas air sambil sesekali diaduk hingga massa mengental.

    Kemudian dibentuk menjadi massa granul basah dengan melewatkan pada pengayak.

    Pengayak yang digunakan yaitu mesh 20. Karena diinginkan massa granul yang

    mempunyai ukuran cukup besar. Setelah proses pengayakan granul basah yang

    terbentuk tersebut kemudian dikeringkan menggunakan oven dengan yang telah

    diatur yaitu 50C selama 1 jam. Hal ini disesuaikan dengan syarat pengeringan dari

    masing-masing zat aktif. Granul kering yang didapatkan kemudian dicampurkan

    dengan fase luar. Fase luar merupakan fase dimana bahan-bahan yang termasuk ke

    dalam fase dalam ini berperan dalam membantu proses produksi dari tablet, sehinggadiperoleh bentuk tablet yang sesuai. Dimana fase luar terdiri atas lubricant, glidan,

    dan antiadherentyang berfungsi agar tablet dapat mengalir dengan baik pada mesin

    pencetak serta desintegrant. Campuran antara granul kering fase dalam dan fase luar

    ini dicampur secara homogen. Kemudian campuran yang dihasilkan dilakukan

    evaluasi granul.

    Evaluasi granul yang terdiri dari distribusi ukuran partikel, bulk density,

    tapped density, kompresibilitas, kandungan lembab, kecepatan alir dan sudut

    istirahat. Evaluasi tersebut dilakukan untuk mengetahui kualitas granul yang telah

    dibuat. Evaluasi granul dilakukan bertujuan untuk mengetahui kualitas dari granul

    yang diperoleh sehingga dengan diketahuinya kaulitas granul yang diperoleh dapat

    prediksikan apakah tablet tercetak baik atau tidak.

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    32/36

    Distribusi ukuran partikel dilakukan dengan menggunakan alat retsh vibrator

    bertujuan untuk melihat keseragaman dari ukuran granul. Diharapkan hasil yang

    diperoleh menunjukkan ukuran granul yang tidak terlalu berbeda. Distribusi ukuran

    partikel berhubungan dengan aliran granul. Jika ukuran granul berdekatan, aliran

    akan baik.diharapkan bahwa ukuran granul mengikuti kurva distribusi normal yaitu

    berbentuk lonceng. Hasil evaluasi yang didapatkan yaitu distribusi ukuran partikel

    tertahan banyak pada mesh nomor 100 (diameter 150 m) yang menyatakan

    distribusi ukuran partikel yang kecil. Hal ini dapat terjadi karena rapuhnya massa

    granul yang terbentuk sehingga sebagian besar menjadi serbuk.

    Evaluasi selanjutnya yaitu sifat alir granul. Dimana pada percobaan ini

    menggunakan metode corong menggunakan corong kaca. Tujuan dari evaluasi ini

    untuk menentukan apakah aliran suatu granul baik atau tidak dengan melihat

    kecepatan aliran dan apakah granul yang ada dapat mengalir seluruhnya dari corong

    atau tidak. Penentuan aliran granul ini berhubungan dengan penentuan sudut istirahat.

    Dimana hasil aliran granul dari corong akan diukur untuk menentukan sudut istirahat.

    Setelah evaluasi sifat alir dilakukan evaluasi untuk menentukan berat jenis nyata dan

    berat jenis mampat dari granul, dilakukan denga cara menggunakan gelas ukur 100

    mL dengan cara diketuk sebanyak 100 kali sebanyak 5 kali pengulangan. Hubungan

    indeks sudut istirahat dengan sifat alir. 38 (sangan buruk

    sekali). Hasil evaluasi menunjukkan bahwa granul mempunyai sifat alir yang baik

    Berat jenis nyata adalah berat jenis yang diperoleh sebelum dilakukan

    pengetukan dan berat jenis mampat adalah berat atau volume pada gelas ukur yang

    diperoleh setelah pengetukan. Penentuan berat jenis ini kemudian dapat digunakan

    untuk menentukan kompresibiliatas dari suatu granul. Penentuan berat jenis ini juga

    berhubungan dengan sifat aliran dari granul, dimana apabila persen pemampatan 20%. Kompresibilitas yang kurang baik

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    33/36

    dikarenakan karena jumlah pengikat yang tidak sesuai, atau kurang maksimalnya

    kerja corn starch sebagai pengikat.

    Proses pencetakan dilakukan setelah proses evaluasi selesai dilakukan. Proses

    pencetakan tablet dilakukan dengan mesin pencetak tablet. Mesin ini bekerja dengan

    gaya putaran yang dapat membuat granul yang ada dapat dicetak menjadi tablet

    sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Setelah proses pencetakan tablet dilakukan

    kembali evaluasi tablet yang telah terbentuk. Evaluasi tablet ini meliputi uji

    kekerasan yang bertujuan untuk melihat daya hancur tablet sehingga dapat ditentukan

    apakah tablet tersebut mempunyai sifat yang rapuh atau tidak. Kemudian uji

    keseragaman bobot tablet yang dilakukan dengan menggunakan timbangan analitik

    dengan cara menimbang 10 tablet secara acak untuk melihat apakah bobot dari

    masing-masing tablet mempunyai bobot yang sama atau tidak. Evaluasi dari

    keseragaman bobot ini kemudian digunakan untuk melakukan evaluasi friabilitas

    dengan menggunakan alat rolling and impact durability tester prinsip dari uji ini

    yaitu menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam waktu

    tertentu. Hal ini terlihat dengan tablet yang hancur dan tablet yang tetap berbentuk

    tablet utuh. Selanjutnya evaluasi dilakukan untuk menentukan keseragaman ukuran

    tablet yang dilakukan dengan mengukur 10 tablet secara acak menggunakan jangka

    sorong. Diharapkan bahwa ukuran tablet yang diukur memiliki ukuran tablet yang

    sama atau mendekati ukuran yang sama.

    Berdasarkan evaluasi tablet yang dilakukan dapat dilihat bahwa tablet yang

    terbentuk mempunyai kekerasan tablet yang baik, dimana tablet yang terbentuk

    mempunyai kekerasan >15 kg pada alat uji. Dan pada uji friabilitas juga

    menunjukkan kualitas tablet yang baik dimana syarat friabilitas tablet yang baik tidak

    boleh lebih dari 0,51,00 %. Pada uji keseragaman bobot dan ukuran tablet

    menunjukan hasil yang baik, dimana syarat keseragaman bobot tablet yang baik tidak

    boleh 2 tablet yang bobot rata-ratanya menyimpang dari bobot rata-rata tablet lebih

    besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak satupun yang bobotnya

    menyimpang dari rata-rata kolom B. Dari hasil diperoleh keseragaman bobot tablet

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    34/36

    baik karena dua tablet beratnya tidak melebihi bobot rata-rata. Dan pada uji

    keseragaman ukuran diperoleh hasil yang baik, dimana syarat keregaman ukuran

    tablet yang baik diameter tablet tidak boleh lebih besar 3 kali dan tidak boleh lebih

    besar 1 1/3 tebal tablet.

    Setelah proses pencetakan tablet selesai, selanjutnya tablet dimasukkan ke

    dalam wadah penyimpanan. Kemasan yang digunakan terdiri dari 2 yaitu kemasan

    primer dan kemasan sekunder. Dimana kemasan primer yang digunakan yaitu botol

    dan kemasan sekunder yaitu kotak. Kemasan primer merupakan kemasa pertama,

    dimana kemasan primer ini yang akan bersentuhan dengan obat selama penyimpanan,

    sehingga harus digunakan kemasan yang baik dan dapat menahan pengaruh dari luar,

    sedangkan kemasan sekunder merupakan kemasan kedua yang digunakan untuk

    menutupi kemasan pertama. Tablet harus disimpan dalam wadah yang rapat dan

    dimungkinkan untuk terhindar dari cahaya, lembab , gesekan dan guncangan

    mekanik. Serta kondisi penyimpanan harus dicantumkan pada etiket.

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    35/36

    BAB VI

    PENUTUP

    6.1. KesimpulanBerdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa

    1. Hasil evaluasi granula. Kompresibilitas kurang baik yaitu 20,08% (syarat

  • 7/22/2019 Granulasi Basah A1

    36/36

    DAFTAR PUSTAKA

    Ansel, H.C. 1989.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. UI-Press: Jakarta.

    Depkes RI. 1979.Farmakope Indonesia Edisi III Jilid II. Depkes RI: Jakarta.

    Lachmann, Leon, dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. UI-Press:Jakarta.

    Voight, 1994. Teknologi Farmasi. UI-Press: Jakarta

    Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi V. Gajah Mada

    University Press:Yogyakarta.