gtl bab ii
TRANSCRIPT
BAB II
ISI
2.1. Geologi Regional
Van bemmelen (1949) secara mum membagi fisiografi pulau jawa dan Madura
menjadi empat bagian, yaitu :
Jawa barat bagian tengah ( antara jakarta sampai barat Cirebon)
Jawa tengah (antara Cirebon sampai semarang)
Jawa timur (antara semarang sampai Surabaya)
Serta bagian timur pulau jawa dengan selat dan pulau Madura
Untuk daerah jawa barat sendiri van bemmelen membagi lagi menjadi enam bagian, seperti pada
gambar berikut :
Pantai utara jakarta
Zona Dataran Pantai Jakarta menempati bagian utara Jawa membentang barat-
timur mulai dari Serang, Jakarta, Subang, Indramayu hingga Cirebon. Darah ini
bermorfologi pedataran dengan batuan penyusun terdiri atas aluvium sungai/pantai dan
endapan gunungapi muda.
Zona bogor
Menempati bagian selatan Zona Dataran Pantai Jakarta, membentang mulai dari
Tangerang, Bogor, Purwakarta, Sumedang, Majalengka dan Kuningan. Zona Bogor
umumnya bermorfologi perbukitan yang memanjang barat-timur dengan lebar
maksimum sekitar 40 km. Batuan penyusun terdiri atas batuan sedimen Tersier dan
batuan beku baik intrusif maupun ekstrusif. Morfologi perbukitan terjal disusun oleh
batuan beku intrusif, seperti yang ditemukan di komplek Pegunungan Sanggabuana,
Purwakarta. Van Bemmelen (1949), menamakan morfologi perbukitannya sebagai
antiklinorium kuat yang disertai oleh pensesaran.
Zona Bandung
Letaknya di bagian selatan Zona Bogor, memiliki lebar antara 20 km hingga 40
km, membentang mulai dari Pelabuhanratu, menerus ke timur melalui Cianjur, Bandung
hingga Kuningan. Sebagian besar Zona Bandung bermorfologi perbukitan curam yang
dipisahkan oleh beberapa lembah yang cukup luas. Van Bemmelen (1949) menamakan
lembah tersebut sebagai depresi diantara gunung yang prosesnya diakibatkan oleh
tektonik (intermontane depression). Batuan penyusun di dalam zona ini terdiri atas
batuan sedimen berumur Neogen yang ditindih secara tidak selaras oleh batuan vulkanik
berumur Kuarter. Akibat tektonik yang kuat, batuan tersebut membentuk struktur lipatan
besar yang disertai oleh pensesaran. Zona Bandung merupakan puncak dari Geantiklin
Jawa Barat yang kemudian runtuh setelah proses pengangkatan berakhir (van Bemmelen,
1949).
Pegunungan selatan
Terletak di bagian selatan Zona Bandung. Pannekoek, (1946), menyatakan bahwa
batas antara kedua zona fisiografi tersebut dapat diamati di Lembah Cimandiri,
Sukabumi. Perbukitan bergelombang di Lembah Cimandiri yang merupakan bagian dari
Zona Bandung berbatasan langsung dengan dataran tinggi (pletau) Zona Pegunungan
Selatan. Morfologi dataran tinggi atau plateau ini, oleh Pannekoek (1946) dinamakan
sebagai Plateau Jampang.
Zona gunung api kuarter
memisahkan antara zona bogor dan zona bandung serta memisahkan zona bandung
dengan pegunungan selatan
Kubah dan pegunungan pada zona depresi tengah
Daerah ini menempati zona depresi tengah
2.2. Geologi Daerah Cianjur dan Sekitarnya
Secara geografis Cianjur terletak pada titik koordinat 106o42’-107o25’ Bujur Timur dan
6o21’-7o32’ Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Cianjur 350.148 km2 dengan jumlah
penduduk pada tahun 2007 sebanyak 2.138.465 jiwa. Secara administratif Pemerintah kabupaten
Cianjur terbagi dalam 32 Kecamatan, dengan batas-batas administratif :
1. Sebelah utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta.
2. Sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi.
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia.
4. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut.
Secara geografis , Kabupaten Cianjur dapat dibedakan dalam tiga wilayah pembangunan yakni
wilayah utara, tengah dan wilayah selatan.
1. Wilayah Utara
Meliputi 16 Kecamatan : Cianjur, Cilaku, Warungkondang,Gekbrong, Cibeber,
Karangtengah, Sukaluyu, Ciranjang, Bojongpicung, Mande, Cikalongkulon, Cugenang ,
Sukaresmi, Cipanas, Pacet dan Haurwangi.
2. Wilayah Tengah
Meliputi 9 Kecamatan : Sukanagara, Takokak, Campaka, Campaka Mulya, Tanggeung,
Pagelaran, Leles, Cijati dan Kadupandak.
3. Wilayah Selatan
Meliputi 7 Kecamatan : Cibinong, Agrabinta, Sindangbarang, Cidaun , Naringgul,
Cikadu dan Pasirkuda.
Sebagian besar wilayah Cianjur adalah pegunungan, kecuali di sebagian pantai selatan
berupa dataran rendah yang sempit. Lahan-lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultura,
peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan merupakan sumber kehidupan bagi
masyarakat. Keadaan itu ditunjang dengan banyaknya sungai besar dan kecil yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber daya pengairan tanaman pertanian. Sungai terpanjang di Cianjur
adalah Sungai Cibuni, yang bermuara di Samudra Hindia.
Dari luas wilayah Kabupaten Cianjur 350.148 hektar, pemanfaatannya meliputi 83.034
Ha (23,71 %) berupa hutan produktif dan konservasi, 58,101 Ha (16,59 %) berupa tanah
pertanian lahan basah, 97.227 Ha (27,76 %) berupa lahan pertanian kering dan tegalan, 57.735
Ha (16,49 %) berupa tanah perkebunan, 3.500 Ha (0,10 %) berupa tanah dan penggembalaan /
pekarangan, 1.239 Ha (0,035 %) berupa tambak / kolam, 25.261 Ha (7,20 %) berupa pemukiman
/ pekarangan dan 22.483 Ha (6.42 %) berupa penggunaan lain-lain.
Sebaran batuan dasar berdasarkan pada Peta Geologi Lembar Jakarta skala 1:100.000.
Batuan dasar yang tertua berupa batuan terobosan yaitu berupa batuan andesite hornblende dan
porfiri diorite hornblende (ha), andesite biotite (ba), shoshonit (sh), vitrofir, porfir basalt dan
dolerit (vi), mangerit (ma), eseksit dan gabbro eseksit (es), andesite (a) dan andesit basalt (ab)
yang kemudian di atasnya diendapkan lapisan secara selaras yang berupa batuan batu lempung,
napal, batu pasir kuarsa dari formasi rajamandala (omc) yang menjemari dengan batu gamping
(oml) dari formasi rajamandala. Selanjutnya diendapkan lapisan-lapisan tipis batu pasir tipis
dengan batu lempung (md) yang termasuk dalam formasi jampang. Selanjutnya di atas formasi
jampang di endapkan secara selaras formasi citarum dengan batuan penyusun berupa anggota
batu pasir dan lanau (Mts).
Diendapkan secara selaras di atas formasi citarum terdapat formasi jatiluhur yang terdiri
dari napal dan batu lempung dengan sisipan batupasir gampingan, anggota napal (Mdm) dimana
napal berwarna abu-abu tua, batu lempung napalan, dan serpih lempungan dengan sisipan
batupasir kuarsa, kuarsit, dan batu gamping napalan yang menjemari dengan batu gamping koral
bersisipan batu gamping pasiran dan napal (Formasi Klapanunggal). Diatas formasi
klapanunggal di endapkan secara selaras Formasi cantayan yang terdiri dari batu gamping koral
di selatan waduk jatiluhur, batu lempung, serpih tufaan mengandung belerang, lignit dan
konkresi-konkresi batu lempung, sisipan batu gamping, batu pasir berlapis baik, serpih pasiran,
lempung serpihan, breksi laut dan konglomerat.
Diendapkan secara selaras di atas formasi cantayan berupa anngota formasi subang yang
terdiri dari batuan andesit menyisip di antara batu lempung, yang diendapkan selaras dengan
anggota formasi nyalindung yang terdiri dari batupasir glaukonit bersifat gampingan, lempung
berumur tersier, batugamping, napal dan breksi laut. Kemudian di atas formasi nyalindung
terendapkan secara tidak selaras formasi cilanang yang terdiri dari napal tufaan berseling dengan
batupasir tufaan dan breksi tufaan, mengandung lapisan-lapisan konglomerat, batupasir glaukonit
bersifat gampingan, lempungan dengan konkresi-konkresi, batu gamping koral pejal dan keping
di sisi selatan lembar peta.
Dan di atas formasi cilanang diendapkan secara tidak selaras batuan-batuan yang
berumur quarter seperti (pb) breksi tufaan, lava, batu pasir, conglomerate, (qoa) alluvium tua
seperti konglomerat dan batum pasir sungai , (qoh) tuff hornblende, (qot) hasil gunung api tertua,
(qos) batu pasir tufaan dan conglomerate, (qol) endapan danau seperti lempuung, konglomerat,
(qob) hasil gunug api tua, breksi, lahar, lava, (qyk) breksi dan lava di daerah gn limo, (qyb)
aliran basal dari gn. Geger bentang, (qyc) bukit0bukit kecil terutama bongkahan basalt, (qyt) tuff
dari gn tangkuban perahu, (qyd) tuff dari gn danu dan Gn tangkuban perahu, (qyl) lava dari Gn
gede, (qyg) breksi dan lahar dari Gn gede, (ql) endapan-endapan danau bersifaat tufaan, (qa)
alluvium berupa lempung, lanau, pasir.
Struktur Geologi daerah Cianjur dan Sekitarnya
Di daerah timur laut dari daerah penelitian terdapat sesar naik dan sesar mendatar dimana
arah straight dan dipnya berkisar antara 30-49 kemudian pada daerah timur dari daerah penelitian
hanya terdapat sedikit struktur.disekitar pr panyaweuyan terdapat sesar naik dan antiklin di
sekitar wilayah tersebut juga di temukan adanya fosil koraminifera.wilayah yang paling banyak
terdapat struktur berada di arah tenggara hingga selatan dari daerah penelitian,pada daerah
itubanyak mengalami sesar naik antiklin maupun sesar-sesar lainnya dimana besar straihgt
berkisar antara 10-29.
Banyaknya struktur di daerah ini disebabkan oleh karna litologi penyusun dari daerah ini
adalah batuan sedimen oleh karna itu di daerah ini banyak mengalami gangguan struktur.di
sebelah barat dari lokasi penelitian tidak ditemukan indikasi adanya struktur hal ini disebabkan
karna litologi batuan penyusun dari daerah ini adalah batuan beku,oleh karna itu daerah ini
jarang ada struktur jika dilihat dari sifat materil batuan bekuyang kompak dan padat.di bagian
barat laut hingga utara struktur banyak ditemukan seperti adanya antiklin,sesar,serta lokasi
ditemukannya fosil koraminifera halini disebabkan oleh karna litologi batuan penyusun dari
daerah ini merupakan batuan sedimen yang mudah mengalami gangguan struktur.
Stratigrafi daerah Cianjur dan Sekitarnya
Pembahasan stratigrafi regional dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum dari
beberapa formasi yang erat hubungannya dengan stratigrafi daerah penelitian dan diuraikan dari
satuan yang tua ke satuan yang lebih muda.
Formasi cilanang
Formasi-formasi ini terdiri dari lapisan-lapisan napal tufaan berseling dengan batupasir tufaan
dan breksi tufaan, mengandung lapisan-lapisan konglomerat, batupasir glaukonit bersifat
gampingan, lempungan dengan konkresi-konkresi, batu gamping koral pejal dan keeping di sisi
selatan lembar peta. Fosil melimpah dengan moluska sebanyak 189 species, 33% diantaranya
masih hidup.
Formasi Nyalindung
Formasi-formasi ini terdiri dari lapisan-lapisan batupasir glaukonit bersifat gampingan, lempung
berumur tersier, batugamping, napal dan breksi laut. Mengandung foraminifera kecil, koral dan
moluska. 18% di antaranya masih hidup. Tersingkap di sisi barat daya lembar peta.
Formasi Subang
Formasi subang ini terdiri dari batuan andesit menyisip di antara batu lempung, dimana
umumnya batu lempung mengandung lapisan-lapisan dan nodula batu gamping keras, napal dan
lapisan-lapisan batu gamping abu-abu setebal 2-3m, kadang-kadang mengandung batu pasir
glaukonit hijau. Formasi ini berumur Miosen Atas.
Formasi Cantayan
Formasi cantayan ini terdiri dari batu gamping koral di selatan waduk jatiluhur, batu lempung,
serpih tufaan mengandung belerang, lignit dan konkresi-konkresi batu lempung, sisipan batu
gamping, batu pasir berlapis baik, serpih pasiran, lempung serpihan, breksi laut dan konglomerat.
Breksi polemic mengandung komponen bersifat basalt, andesite, dan batu gamping koral,
bersisipan batupasir andesite pada bagian atas. Dibeberapa tempat mengandung juga batuan-
bautan bersifat intrusive.
Formasi Klapanunggal
Batugamping Formasi Klapanunggal (Tmk), terdiri dari batugamping koral, napal dan batupasir
kuarsa, pada umumnya melapuk menengah dan berlapis. Batugamping tersusun oleh cangkang
moluska dan koral, berwarna putih kecoklatan, sebagian klastik kasar, padu, agak keras, hasil uji
kuat tekan di lapangan memakai Schmidt Hammer (UCS lapangan) di beberapa lokasi antara
100-250 kg/cm2 . Napal berwarna kelabu, agak keras dan padu, hasil uji kuat tekan di lapangan
memakai Schmidt Hammer (UCS lapangan) di beberapa lokasi antara 100-150 kg/cm2.
Batupasir kuarsa berwarna kelabu kehijauan, banyak mengandung kuarsa, pasir berbutir halus
sampai sedang, membundar tanggung sampai bundar, agak keras dan padu, hasil uji kuat tekan
dilapangan memakai Schmidt Hammer (UCS lapangan) di beberapa lokasi antara 150-275
kg/cm2. Tanah pelapukan umumnya berupa lempung lanauan, mengandung pecahan cangkang
moluska dan koral,berwarna coklat kehitaman, lunak, plastisitas tinggi. Tebal rata-rata 1,50 m, di
beberap tempat nilai penetrometer saku (qu) antara 0,50-2,50 kg/cm2
Formasi Jatiluhur
Formasi jatiluhur ini terdiri dari napal dan batu lempung dengan sisipan batupasir gampingan,
anggota napal (Mdm) dimana napal berwarna abu-abu tua, batu lempung napalan, dan serpih
lempungan dengan sisipan batupasir kuarsa, kuarsit, dan batu gamping napalan. Batu pasir
kuarsa (Mdq) merupakan lapisan-lapisan tipis sampai tebal, jalur-jalur tipis batubara dan lembar-
lembar kecil muskovit dengan lensa-lensa batu gamping, pada beberapa tempat juga terdapat
lapisan-lapisna quarzit yg berwarna abu-abu. Batulempung Formasi Jatiluhur (Tmj), terdiri dari
batulempung dengan sisipan batupasir gampingan, berlapis baik dan pada umumnya melapuk
menengah. Batulempung berwarna abuabu kebiruan, agak padu dan agak keras, setempat
menyerpih dan mudah hancur, tebal lapisan antara 0,50-2,00 m, hasil uji kuat tekan di lapangan
memakai Schmidt Hammer (UCS lapangan) di beberapa lokasi antara 100-250 kg/cm2.
Batupasir gampingan, berwarna kelabu muda, pasir berbutir halus-kasar, membundar tanggung,
agak padu, agak keras, tebal lapisan antara 0,20-0,50 m. Tanah pelapukan umumnya berupa
lanau lempungan, abu-abu kecoklatan, mengandung pecahan batulempung, lunak, plastisitas
tinggi. Tebal rata-rata 1,50 m, dibeberap tempat nilai penetrometer saku (qu) antara 1,00-2,25
kg/cm2. Formasi Jatiluhur ini mencirikan lingkungan laut dangkal.
Formasi Citarum
Formasi ini umumnya terdiri dari greywacke yang berselang-seling dengan batulanau atau
batulempung tufaan serta konglomerat dan breksi volkanik pada bagian bawahnya. Fragmen
batugamping dan batulempung dapat dijumpai dalam lapisan breksi, konglomerat, dan
graywacke. Lapisan-lapisan greywacke berwarna hijau kelabu, pada bagian dasarnya terdapat
sedikit fragmen batugamping dengan fosil foraminifera besar dan fragmen batulempung
berdiameter sekitar 25 cm. Lapisan-lapisan batupasir ini kaya campuran tufa dan fragmen
batulempung. Ketebalan lapisan-lapisan greywacke dapat mencapai 25 meter. Tebal singkapan
formasi di daerah ini sekitar 850 meter. Formasi ini tertutupi secara tidak selaras oleh Formasi
Saguling
Di daerah ini, Formasi Citarum bersentuhan secara struktur dengan Formasi Rajamandala yang
berumur lebih tua. Singkapan persentuhan sesar dapat diamati pada perbukitan Rajamandala
sejajar jalan raya (Lokasi tipe singkapan di Citatah). Batas selaras formasi ini di atas Formasi
Rajamandala kemungkinan dapat dijumpai ke arah barat daerah ini.
Lokasi tipenya di Lembah S.Citarum, pada S.Cinongnang. Formasi terdiri dari graywacke. Tebal
formasi mencapai 1,372 meter. Nama lainnya dalam literatur adalah: Tjitarum Beds (van
Bemmelen, 1949, pp. 639); Tjitarum Sandstein (Martin; 1887; pp. 369-370). Fosil diagnostik
yang dijumpai adalah Miogypsina thecidaeformis RUTTEN; Lepidocyclina cf. angulosa
PROVALE; Eulepidina sp.; Cycloclypeus sp.; Lepidocyclina epipioides.
Formasi Jampang
Formasi Jampang terdiri dari breksi vulkanik, batupasir tufaan dengan sisipan batulanau dan
batufempung, breksi dan tufa, tebal 1000 m, umur Miosen Awal. Nama Andesit Tua sering
diberikan untuk satuan ini. Di daerah utaranya seumur dengan Formasi Jampang adalah Formasi
Citarum, terdiri dari tufa dan greywacke tebal 1250 m. Kedua satuan ini merupakan satu sistem
kipas laut dalam, dimana Formasi Jampang adalah bagian dalam dan Formasi Citarum
merupakan bagian kipas luar. Ciri-ciri batuannya merupakan endapan aliran gravitasi seperti lava
dan kadang-kadang memperlihatkan struktur bantal.
Formasi jampang ini terdiri dari lapisan-lapisan tipis batu pasir tufaan dan batu lempung yang
umumnya berwarna hijau karena klorit. Breksi tufaan bersifat gampingan bersusun andesit dan
dasit. Batupasir gampingan, napal, serpih dan tuf pasiran berwarna putih. Formasi ini tersingkap
di daerah barat daya lembar peta.
Formasi Rajamandala
Formasi ini terdiri dari batugamping dan napal pasiran (marl). Batugamping tersebut berwarna
putih kecoklatan berupa batugamping koral (coralline limestones), masif membentuk perbukitan.
Tebal lapisan batugamping ini sekitar 9 meter. Ketebalan formasi ini berkisar antara 0-200
meter. Fauna dalam batugamping berumur Aquitanian. Pada bagian bawah formasi ini terdapat
napal pasiran yang banyak mengandung konkresi lempung. Lapisan ini selaras berada di atas
batulempung napalan dan batupasir kuarsa yang mengandung fosil Camerina fichteli-intermedia
(umurnya Oligosen).
Lokasi tipe formasi ini di Gunung Masigit, dekat Rajamandala, Jawa Barat serta penyebarannya
terbatas dekat lokasi tipenya. Nama lainnya dalam literatur adalah: Masigit Limestone (van
Bemmelen, 1949, pp. 109, 639); Tagogapu Beds; Tagogapoe Lagen atau Tagogapu Limestone
(Leupold dan van der Klerk, 1931, pp. 639). Di daerah ini, Formasi Rajamandala tersingkap di
atas Formasi Citarum yang berumur lebih muda (persentuhan sesar). Singkapan di daerah ini
dapat diamati pada perbukitan Rajamandala sejajar jalan raya.
Batas formasi ini selaras dan berangsur kearah bawah menjadi batupasir kuarsa bersemen
karbonat dan batulempung tergerus kuat yang merupakan satuan Formasi Batuasih. Lapisan
batulempung napalan dan batupasir kuarsa bersemen karbonat selaras di atas napal (marls) yang
mengandung fosil Globigerina, dan graywacke dengan perselingan batuan sedimen laut.
Singkapan batas formasi yang selaras dan berangsur menjadi batupasir kuarsa dan batulempung
Formasi Batuasih dapat diamati pada lokasi singkapan di Cipanas (lihat Lokasi singkapan di
Cipanas). Formasi ini hanya berkembang di cekungan Bogor (lihat Stratigrafi Cekungan Bogor).
Batugamping Formasi Rajamandala yang tersingkap di daerah Padalarang terbentuk sebagai
barrier reef pada umur Oligosen Akhir - Miosen Awal. Terdapat 5 fasies karbonat pembentuk
satuan ini (1) Planktonic Packstone - Wackestone, (2) Fasies Lepidocyclina Packstone (3) Fasies
Rudstone, (4) Fasies Boundstone dan (5) Fasies Milliolid Packstone. Rekontruksi hubungan
sebaran fasies menunjukkan lereng depan terumbu berada di bagian Utara sedang bagian
belakang terumbu terdapat di Selatan. Diagenesa yang teramati pada Batugamping Formasi
Rajamandala adalah sementasi, mikritisasi, pelarutan, dan kompaksi. Diagenesa terjadi mulai
dari lingkungan marine sampai burial.
Fosil yang ditemukan dalam formasi ini adalah: Globigerina; Camerina fichteli-intermedia.
Umur Formasi Rajamandala adalah Oligo-Miosen (N5). Lingkungan pengendapan laut dangkal
(Epi-Neritik, kedalaman 100-200 meter), dan merupakan terumbu karang.
2.3. Bahasan Evaluasi Satuan Kemampuan
2.3.1. satuan kemampuan lahan Bentang Alam
2.3.2. satuan kemampuan lahan Tata Air
SKL Tata air merupakan salah satu peta SKL pokok yang paling penting dalam
pembuatan peta SKLK ( Satuan Kesesuaian Lahan Kawasan ) permukiman dan pariwisata
daerah Cianjur dan sekitarnya. Di dalam peta SKLK permukiman dan pariwisata pemanfaatan
sumber air permukaan, air tanah maupun sumber mata air panas sangatlah penting untuk
ketersediaan sumber air bersi untuk penunjang permukiman dan sebagai sumber air bersih
pengembangan sarana dan prasarana serta objek pariwisata.
Hal-hal yang menjadi parameter dalam pembuatan peta satuan kesesuaian lahan tata air
adalah litologi batuan, kondisis fisik secara umum, keterdapatan sumber air permukaan maupun
air tanah ( air bawah permukaan ) yang kemudian di dapatkan potensi dan kendalanya. Peta SKL
tata air dibuat dengan menggunakan peta dasar berupa peta Geologi dan peta Hidrogeologi.
Tata air daerah Cianjur Jawa Barat,termasuk kedalam potensi tata air yang baik, karena
daerah ini memiliki sumber mata air permukaan dan air tanah yang relative banyak dan didukung
pula dengan litologi yang amat mendukung dan topografi yang beragam. Terdapat kawasan
sumber mata air panas yang dapat dikembangkan sebagai kawasan pariwisata. Dengan adanya
objek wisata tersebut dan pemanfaatan mata air panas sebagai pembangkit listrik tenaga uap dan
pemanfaatan Geothermal maka akan dapat menambah pendapatan ( income ) daerah.
Klasifikasi potensi tata air di daerah Cianjur dan sekitarnya, Jawa Barat berdasarkan
litologi [endukung, topografi, serta kondisi fisik daerah tersebut, maka satuan ikesesuaian lahan
tata air dibagi menjadi unit :
A. Air Tanah
1. Sangat Baik
Merupakan daerah Gunungapi Muda dengan litologi berupa produk vulkanik,
yaitu lava dan lahar (Qyg, Qyb, Qyl, Qyk, Pb, dan Pl ), breksi dan batuan piroklastika tuff
( Qyd, Qyt, Qoh ). Daerah ini berumur kuater dan hampir tidak terdapat stuktur geologi.
Kemiringan topografi sedang hingga curam. Merupakan resapan yang baik untuk air
tanah dan Daerah ini sangat memungkinkan terjadinya aktivitas volkanisme karena
daerah ini terletak di kaki Gunung Gede Pangrango, Gunung Gegerbenteng, dan Gunung
Limo. Topografi terjal dengan ketinggian berkisar antara 100-2000 m. terletak di bagian
barat di sekitar kaki gunung Gede Pangrango.
2. Baik
Merupakan daerah endapan Alluvium ( Qa dan Qoa ), dengan endapan-endapan
batuan sedimen di sepanjang alur sungai dengan kemiringan topografi yang sangat landai
dengan ketinggian topografi 20-50 m. Daerah ini merupakan wilayah pengendapan
( depositional ) dengan resapan air yang baik.
Dari peta hidrogeologi diketahui bahwa di daerah ini memiliki banyak sumber
mata air untuk ketersediaan air bersih. Tetapi dapat terjadi pencampuran dengan air
waduk, dan merupakan daerah dataran banjir.
3. Sedang
Tata air sedang ini tersebar di bagian selatan dan utara dengan Litologi berupa
batuan sedimen dan batuan gunung api tua. Dengan litologi batuan sedimen berupa napal,
batu pasir, batu lempung serta breksi ( Pt, Mn, Mtjs, Msb, Mss, Msc, Mttc, Mtts, Mttb,
Mdm, Qmc, Md, Mts, Mtb, Mdb, dan Mdq) dan juga terdapat litologi batu gamping
terumbu ( Qml, Mtjl, Mttl, Mk dan Mdl ). Selain itu juga tata air sedang juga di dominasi
oleh batuan gunung api tua yaitu Qos, Qot, dan Qob.
Terdapat banyak struktur-struktur mayor yakni sesar-sesar naik ataupun
turun,kekar, perlipatan, dan lain-lain. Kemiringan topografi datar hingga sedang, dengan
sumber mata air yang relative sedikit, dilihat dari peta hidrogeologi.
Tata air relative sedang, terdapat begitu banyak struktur dengan litologi berupa
batuan sedimen dan batuan-batuan gunung api tua yang cukup mendukung sebagai zona
resapan dan aliran air , ketersediaan air bersih dalam jumlah sedang. Dan merupakan
zona gelinciran dan berpotensi cukup besar terjadinya bencana geologi di daerah ini.
4. Buruk
Tata air buruk tersebar di daerah utara ( daerah Gunung Sanggabuana ) yang
merupakan hampir keseluruhan berupa intrusi dengan Litologi berupa batuan batuan beku
andesit dan lava ( Ha, Ba, Sh, V, Ma, Es, a dan b ) dengan tekstur kristalin yang kompak
dengan kemiringan topografi yang terjal, dan jarang terdapat struktur membuat tata
airnya relatif buruk dengan sangat sedikit sekali sumber mata air ( dilihat dari peta
hidrogeologi ) dan resapan air yang sedikit pula, sehingga ketersediaan air bersih sangat
kurang sekali. Terdapat banyak zona longsoran.
B. Air Permukaan
1. Sangat Baik
Merupakan wilayah danau Saguling yang terletak di sebelah tenggara dari daerah
Cianjur, dengan litologi berupa endapan danau ( Qol ) yaitu berupa endapan epiklastik
dan endapan-endapan danau yang bersifat tufaan. Tekstur batuannya sangat baik untuk
penyimpanan air, oleh karena itu tata air sangat baik untuk ketersediaan air bersih.
Dapat dikembangkan menjadi bendungan dan wilayah asset wisata, tetapi daerah
ini merupakan daerah rawan banjir.
2. Baik
Wilayah danau Jatiluhur dan Cirata dengan litologi pendukung batuan sedimen
dengan porositas dan permeabilitas yang baik sehingga dapat menjadi system tata air
yang baik untuk ketersediaan air bersih. Dapat dikembangkan untuk bendungan dan
merupakan wilayah aset wisata utama . kemiringan topografi sedang-curam, merupakan
daerah banjir.
C. Mata Air Panas
1. Sangat Baik
Kawasan volklanik yaitu kaki Gunung Tangkuban Perahu, amat sangat dekat
dengan kawasan waduk cirata dengan kemiringan landai-sedang. Litologi berupa aliran
lava dan lahar dari Gunung Tangkuban Perahu( Qob dan Qos ). Merupakan daerah
wisata sumber mata air panas, dapat digunakan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Uap
( PLTU ) dan sebagai energy Geothermal. Tetapi Kuantitas dan Kualitasnya belum
diketahui dengan pasti.
2.3.3. Satuan Kemampuan Lahan Daya Dukung
Dalam menyusun peta SKLK (Satuan Kesesuaian Lahan Kawasan) di perlukan data yaitu
berupa peta daya dukung tanah untuk pemanfaatan sebagai pemukiman dan pariwisata. Hal-hal
yang menjadi parameter dalam pembuatan peta satuan kesesuaian lahan daya dukung tanah
adalah litologi batuan, topografi, elevasi dan kelerengan yang kemudian didapatkan potensi dan
kendalanya.
Klasifikasi potensi daya dukung tanah daerah Cianjur, Jawa Barat berdasarkan litologi,
jenis topografi serta kelerengan dan elevasi yang mendominasi daerah tersebut, maka satuan
kesesuaian lahannya di bagi menjadi unit :
1. Sangat Tinggi
Litologi penyusun berupa batuan sedimen seperti breksi, pasir, napal dan endapan
alluvium,dan batuan beku seperti lava basalt, vitovir dan andesit. Tergolong daerah
pegunungan dengan elevasi > 1000 m dengan lereng >30 %. Rawan terhadap letusan
gunung api dan gerakan tanah
2. Tinggi
Litologi penyusun berupa batuan sedimen seperti pasir, lempung, gamping, breksi,napal
dan juga batuan beku seperti tuff. Tergolong daerah pegunungan dengan elevasi > 1000
m dengan lereng >30 %. Rawan terhadap letusan gunung api, terdapat juga sesar geser
dan sesar naik sehingga mempengaruhi gerakan tanah pada daerah ini
3. Sedang
Litologi penyusun daerah ini berupa batuan sedimen seperti gamping, breksi, pasir,
lempung, napal dan endapan alluvium, juga terdapat batuan beku seperti andeit, vitrovir,
shoshonit, tuff. Tergolong daerah perbukitan dengan elevasi 200-1000 m dengan
kelerengan < 30 %, daerah ini mempunyai bayak sungai dan di pengaruhi oleh sesar
geser dan sesar naik.
4. Rendah
Litologi daerah ini didominasi oleh batuan beku seperti pasir, lempung, breksi, gamping
dan endapan alluvium, terdapat juga batuan beku seperti andesit dan tuff. Tergolong
daerah dataran dengan elevasi < 200 m denga kelerengan < 30 %, daerah ini sangat di
pengaruhi oleh struktur terutama sesar naik sehingga gerakan tanahnya cukup besar.
5. Sangat Rendah
Daerah ini berupa air yaitu waduk dan terdapat juga batuan sedimen seperti napal, breksi
endapan danau juga batuan beku seperti tuff dan andesit. Karena daerah ini berupa air
maka daya dukungnya sangat rendah untuk di dirikan bangunan
KRITERIA PENILAIAN SKL DAYA DUKUNG TANAH DAERAH CIANJUR,
JAWA BARAT
UNIT URAIAN
Sangat Tinggi
5
Litologi penyusun berupa batuan sedimen seperti breksi, pasir, napal
dan endapan alluvium,dan batuan beku seperti lava basalt, vitovir dan
andesit. Tergolong daerah pegunungan dengan elevasi > 1000 m
dengan lereng >30 % . Rawan terhadap letusan gunung api dan
gerakan tanah
Tinggi
4
Litologi penyusun berupa batuan sedimen seperti pasir, lempung,
gamping, breksi,napal dan juga batuan beku seperti tuff. Tergolong
daerah pegunungan dengan elevasi > 1000 m dengan lereng >30 %.
Rawan terhadap letusan gunung api, terdapat juga sesar geser dan sesar
naik sehingga mempengaruhi gerakan tanah pada daerah ini
Sedang
3
Litologi penyusun daerah ini berupa batuan sedimen seperti gamping,
breksi, pasir, lempung, napal dan endapan alluvium, juga terdapat
batuan beku seperti andeit, vitrovir, shoshonit, tuff. Tergolong daerah
perbukitan dengan elevasi 200-1000 m dengan kelerengan < 30 %,
daerah ini mempunyai bayak sungai dan di pengaruhi oleh sesar geser
dan sesar naik.
Rendah
2
Litologi daerah ini didominasi oleh batuan beku seperti pasir, lempung,
breksi, gamping dan endapan alluvium, terdapat juga batuan beku
seperti andesit dan tuff. Tergolong daerah dataran dengan elevasi < 200
m denga kelerengan < 30 %, daerah ini sangat di pengaruhi oleh
struktur terutama sesar naik sehingga gerakan tanahnya cukup besar.
Sangat Rendah Daerah ini berupa air yaitu waduk dan terdapat juga batuan sedimen
1 seperti napal, breksi endapan danau juga batuan beku seperti tuff dan
andesit. Karena daerah ini berupa air maka daya dukungnya sangat
rendah untuk di dirikan bangunan
POTENSI DAN KENDALAPETA SKL DAYA DUKUNG TANAH DAERAH CIANJUR,
JAWA BARAT
NO UNIT SKL DAYA
DUKUNG TANAH
PEMERIAN PENILAIAN
POTENSI KENDALA N B N x B
1
Sangat Tinggi
Litologi penyusun
berupa batuan
sedimen seperti
breksi, pasir, napal
dan endapan
alluvium,dan batuan
beku seperti lava
basalt, vitovir dan
andesit. Sehingga
memiliki kekompakan
batuan yang baik
untuk didirikan
bangunan
Tergolong daerah
pegunungan dengan
elevasi > 1000 m
dengan lereng >30 %.
Sehingga sulit untuk
didirikan bagunan pada
lereng yan cukup besar
ini.Rawan terhadap
letusan gunung api dan
gerakan tanah
5 3 15
2
Tinggi
Litologi penyusun
berupa batuan
sedimen seperti pasir,
lempung, gamping,
Tergolong daerah
pegunungan dengan
elevasi > 1000 m
dengan lereng >30 %.
4 3 12
breksi,napal dan juga
batuan beku seperti
tuff
Rawan terhadap letusan
gunung api, terdapat
juga sesar geser dan
sesar naik sehingga
mempengaruhi gerakan
tanah pada daerah ini
sehingga beresiko
untuk di dirikan
pemukiman
3
Sedang
Litologi penyusun
daerah ini berupa
batuan sedimen
seperti gamping,
breksi, pasir, lempung,
napal dan endapan
alluvium, juga
terdapat batuan beku
seperti andeit, vitrovir,
shoshonit, tuff. Baik
untuk didirikan
bagunan karena
daerahnya yang cukup
datar.
Tergolong daerah
perbukitan dengan
elevasi 200-1000 m
dengan kelerengan <
30 %, daerah ini
mempunyai bayak
sungai dan di pengaruhi
oleh sesar geser dan
sesar naik sehingga
mempengaruhi
bangunan pada daerah
ini.
3 3 9
4
Rendah
Litologi daerah ini
didominasi oleh
batuan beku seperti
pasir, lempung, breksi,
gamping dan endapan
alluvium, terdapat
juga batuan beku
seperti andesit dan
Tergolong daerah
dataran dengan elevasi
< 200 m denga
kelerengan < 30 %,
daerah ini sangat di
pengaruhi oleh struktur
terutama sesar naik
sehingga gerakan
2 3 6
tuff. Baik untuk
didirikan bangunan
karena daerahnya
yang cukup datar
tanahnya cukup besar
dan mempengaruhi
kekuatan bangunan
pada daerah ini.
5
Sangat Rendah
Daerah ini berupa air
sehinggdapat
dimanfaatkan untuk
pembuatan waduk
Karena daerah ini
berupa air maka daya
dukungnya sangat
rendah untuk di dirikan
bangunan
1 3 3
2.3.4. Satuan Kemampuan Lahan Kemudahan Pengerjaan
3. Kemudahan pengerjaan adalah skala yang menunjukan tinggi rendahnya kemudahan
suatu litologi atau lapisan batuan untuk dilakukan penerjaan atau penggalian, karena
didalam suatu daerah tidak hanya terdapat satu litologi saja. Pada daerah Cianjur yang
terletak di propinsi jawa barat, kemudahan pengerjaan dilakukan sebagai data untuk
mengetahui apakah daerah tersebut mudah untuk dikerjakan, untuk pembangunan sarana
fisik dalam bidang permukiman dan pariwisata.
Kemudahan pengerjaan dibagi menjadi 5 unit satuan kemampuan lahan, yaitu :
Sanggat tinggi
Litologinya yang sangat mudah dikerjakan. Kemungkinan daerah endapat danau
memiliki unsur butiran yang mudah lepas.
Tinggi
Litologinya termasuk batuan sedimen yang terdapat banyak struktur oleh karena itu
daerah ini mudah untuk di kerjakan tetapi daerah ini memiliki banyak struktur (sesar)
sehingga banyak gerakan tanah
Sedang
Litologi daerah ini berupa batu sedimen dengan jumlah struktur sedikit dimana
topografi daerah ini sangat tinggi oleh karena itu daerah ini rawan longsor.
Rendah
Litologi daerah ini berupa batuan beku hasil dari gunung api tua dimana batuannya
telah terkompaksikan dimana Pada daerah ini topografi cukup tinggi, oleh karna itu
daerah ini cukup sulit untuk di eksplorasi.
Sangat Rendah
Litologi penyusun daerah ini berupa batuan beku dan miskin struktur dan
topografinya yang tinggi.
Pada daerah cianjur, kemudahan pengerjaan diberi bobot 2. Keudahan pengerjaan
mempunyai potensi dan kendala dimana hal ini pertimbangan dalam pemberiaan
nilaiuntuk setiap unit satuan kemampuan lahan kemudahan pengerjaan. Potensi dalam
SKL (satuan Kemampuan Lahan) kemudahan pengerjaan adalah daerah yang memiliki
litologi yang kurang kompak/ kurang padat dan berumur muda. Kendala dalam SKL
kemudahan pengerjaan adalah daerah yang memiliki litologi yang keras, kompak, padat,
dan berumur tua serta dilihat dari letak geografisnya.
KRITERIA PENILAIAN SKL KEMUDAHAN PENGERJAAN DAERAH CIANJUR,
JAWA BARAT
nilai URAIAN
5 Litologi merupakan batuan beku, dimana batuannya berupa Qyk, Qyb, Qyg, Qot, Qyc,
Qa dan Vi yang muncul secara setempat, dan Qob, dengan elevasi berkisar antara 100
– 2000m dengan kelerengan sebesar …. . Oleh karena itu jika dilihat dari material
penyusun daerah tersebut yang merupakan produk dari gunung api dan kehadiran
struktur yang tidak ditemukan pada lembar peta maka kemudahan pengerjaan sangat
rendah dilakukan karena materal batuan beku sangat kompak dan tidak mudah hancur
4 Litologi penyusun daerah ini merupakan batuan beku hasil gunung api tua dimana
batuannya berupa Qob, Mttl, Mttc, Mdm, serta Qyd. Elevasi pada daerah ini berkisar
antara 0 – 2200m dengan kelerengan sebesar . Selain itu pada daerah ini juga di
temukan indikasi adanya struktur walaupun sangat sedikit sehingga daerah ini cukup
keras untuk dikerjakan oleh karna itu nilai dari kemudahan pengerjaannya rendah
3 Litologi penyusun daerah ini merupakan batuan sedimen dimana batuannya berupa
Omc, mk, Qos, Msc, Mdm, Mttb, Mttc, Mtts, Mn, PI, Ma, Mdq, Mdl, Mss, Md, (qa, ha
dan vi yang terdapat dalam jumlah sedikit dan berlokasi setempat). Pada daerah ini
terdapat struktur dalam jumlah kecil, dimana elevasi berkisar antara 0 – 2900m,
dimana kemudahan pengerjaan dari daerah ini cukup baik karena litologi rata-rata
berupa batuan sedimen dan terdapat struktur pada daerah tersebut
2 Litologi penyusun daerah ini merupakan batuan sedimen dimana batuannya berupa
Omc, Mk, Qos, Msc, Mdm, Mttb, Mttc, Mtts, Mn, PI, Ma, Mdq, Mdl, Mss, Md, (ha, vi
dan qa yang terdapat dalam jumlah sedikit dan setempat), daerah ini juga terdapat
banyak sekali struktur oleh karena itu kemudahan pengerjaannya mempunyai nilai
yang sangat baik, tetapi karena banyak struktur di daerah tersebut dan elevasi di daerah
ini yang rata-rata 0 – 1200m, banyak pula gerakan tanah/erosi pada daerah tersebut.
1 Litologi penyusun daerah ini merupakan endapan danau dimana batuannya berupa QI,
Qoa, dan Qyl, Elevasi di daerah ini rata-rata 0-125m serta kelerengan sebesar .
Seperti yang diketahui bahwa endapan danau memiliki kemudahan pengerjaan yang
sangat baik karena materialnya yang masih mudah lepas.
POTENSI DAN KENDALA PETA SKL KEMUDAHAN PENGERJAAN DAERAH
CIANJUR, JAWA BARAT
No Unit SKL Potensi Kendala N B N x B
1 Sangat Litologi daerah ini berupa Berupa endapan danau 5 2 0
tinggi endapan danau sehingga
mudah di kerjakan
dan terdapat waduk
sehingga daya dukungnya
tidak baik,material mudah
lepas
2 tinggi Litologi daerah ini batuan
sedimen yang terdapat
banyak struktur oleh karena
itu daerah ini mudah untuk
di kerjakan
Terdapat banyak struktur
(sesar) sehingga banyak
gerakan tanah.
4 2 8
3 Sedang Litologi daerah ini berupa
batu sedimen dengan jumlah
struktur sedikit sehingga
kemudahan pengerjaannya
cukup baik
Pada daerah ini terdapat
beberapa sesar dimana
topografi daerah ini sangat
tinggi oleh karena itu
daerah ini rawan longsor
3 2 6
4 rendah Litologi daerah ini berupa
batuan beku hasil dari
gunung api tua dimana
batuannya telah
terkompaksikan sehingga
kemudahan pengerjaannya
rendah
Pada daerah ini topografi
cukup tinggi, oleh karna
itu daerah ini cukup sulit
untuk di eksplorasi
2 2 4
5 Sangat
rendah
Litologi penyusun daerah ini
berupa batuan beku dan
miskin struktur.
Pada daerah ini sulit untuk
dilakukan pengerjaan jika
dilihat dari litologi
penyusunnya berupa
batuan beku dan
topografinya yang tinggi
1 2 2
2.3.5. Satuan Kemampuan Lahan Bencana Geologi
2.4. Satuan Kesesuaian Lahan Kawasan
Peta Satuan Kesesuaian Lahan Kawasan ( SKLK ) adalah peta yang berisi unit-
unit kawasanyang mempunyai potensi, kendala, jumlah nilai, dan rekomendasi untuk
memaksimalkan potensi dan meminimalkan kendala yang ada.
Satuan Kesesuaian Lahan Kawasan ( SKLK ) di daerah Cianjur dan sekitarnya,
Jawa Barat didapatkan dari penggabungan 5 buah peta Satuan Kemampuan Lahan yang
mendukung Permukiman dan daerah pariwisata. Peta SKLK didapatkan dari hasil overlay
kelima buah peta SKL yang ada dan kemudian di plot menjadi satu dipeta SKLK semua
peta SKL yang ada dengan garis batas masing-masing peta SKL dengan jelas, kemudian
dilakukan penjumlahan ( BXN ) dari semua keseluruhan nilai peta SKL yang telah di
overlay. Setelah penjumlahan akhirnya didapatkan wilayah potensi permukiman dan
pariwisata daerah Cianjur dan sekitarnya, Jawa Barat. Hasilnya adalah sebagai berikut :
A. Zona Kawasan sangat Berpotensi
Total nilai untuk Zona Kawasan sangat Berpotensi adalah 51-62,
merupakan wilayah waduk saguling, dataran kaki Gunung Tangkuban Perahu dan dataran
kaki Gunung Gede Pangrango yang terletak di sebelah timur dan tengah dari peta,
memiliki bentang alam dataran hingga perbukitan dengan relief bergelombang, terdapat
banyak sumber mata air dengan litologi pendukung yang baik untuk resapan air, dengan
daya dukung tanah yang sangat baik, tetapi cukup sulit untuk dilakukan pembangunan,
perlu sedikit kerja keras.
Kendala dari daerah ini adalah adanya aktivitas volkanisme dari Gunung
Tangkuban Perahu dan Gunung Gede Pangrango. Dan juga Topografi dengan kemiringan
100-600 m dengan kelerengan ……..
B. Zona Kawasan Berpotensi
Total nilai untuk Zona Kawasan Berpotensi adalah 41-50, merupakan wilayah
waduk Jatiluhur dan waduk Cirata yang berda dibagian tengah dari peta dan daerah
daerah alluvium yang terletak di bagian utara peta. Pada zona kawasan berpotensi ini
memiliki bentang alam bergelombang hingga perbukitan, terdapat cukup sumber mata air
dengan litologi pendukung yang baik untuk resapan air, dengan daya dukung tanah yang
baik, dan didukung pula dengan kemudahan pembangunan yang baik di daerah ini.
Selain kawasan ini berpotensi untuk permukiman, kawasan ini juga sangat
berpotensi menjadi kawasan pariwisata karena di kaki Gunung Tangkuban perahu
disekitar waduk Cirata terdapat sumber mata air panas yang sangat baik untuk dijadikan
objek wisata, contohnya dijadikan objek wisata pemandian air panas seperti yang ada di
daerah Cipanas.
Namun kendalanya adalah daerah ini memiliki topografi yang terjal dngan
kelerengan……. Dan elevasi 300-1000m, rawan terjadi longsor dan banjir serta gerakan-
gerakan tanah.
C. Zona Kawasan tidak Berpotensi
Total nilai untuk Zona Kawasan tidak Berpotensi adalah 30-40, merupakan
kawasan yang terdapat di daerah selatan peta yang di dominasi oleh litologi batuan
sedimen yang memiliki begitu banyak struktur geologi baik itu patahan, lipatan dan
kekar-kekar dalam skala yang besar. Hal ini mengakibatkan banyaknya gerakan-gerakan
tanah yang aktif terjadi di daerah ini seperti gelinciran, dan juga di dukung dengan
sedikitnya mata air, daya dukung tanah yang rendah dan topografi yang sedang-terjal
sehingga kawasan ini tidah memenuhi syarat-syarat yang diperlukan untuk sebuah
permukiman. Oleh karena itu, daerah ini merupakan zona kawasan yang tidak berpotensi.
SATUAN KESESUAIAN LAHAN KAWASAN
DAERAH CIANJUR DAN SEKITARNYA
JAWA BARAT
TOTAL
NXB
POTENSI KENDALA REKOMENDASI
51-62
Sangat Berpotensi
memiliki bentang alam dataran hingga perbukitan dengan relief bergelombang.
Terdapat banyak sumber mata air dengan litologi pendukung yang baik untuk resapan air.
Ketersediaan air bersih yang cukup banyak.
Daya dukung tanah yang sangat baik
cukup sulit untuk dilakukan pembangunan, perlu sedikit kerja keras.
Banyak terdapat aktivitas
volkanisme dari
Gunung Tangkuban
Perahu dan Gunung
Gede Pangrango.
Dan juga Topografi
dengan kemiringan
100-600 m dengan
kelerengan ……..
Peningkatan kewaspadaan
wilayah akan adanya
aktivitas gunung api .
Pembuatan konstruksi
bangunan yang tahan akan
gerakan tanah.
41-50
Berpotensi
terdapat cukup
sumber mata air
dengan litologi
pendukung yang baik
untuk resapan air.
Daya dukung tanah
yang baik.
kemudahan
pembangunan yang
baik di daerah ini
topografi yang terjal dngan kelerengan……. Dan elevasi 300-1000m
Rawan terjadi longsor dan banjir serta gerakan-gerakan tanah
Pembuatan konstruksi bangunan yang tahan akan gerakan tanah dan tahan akan amblesan.
Penanaman vegetasi untuk mencegah terjadinya banjir
30-40
Tidak Berpotensi
Litologi batuan beku dan sedimen yang memiliki banyak struktur
Gerakan-gerakan tanah yang aktif terjadi seperti gelinciran.
Sedikitnya mata air. daya dukung tanah
yang rendah Topografi yang
sedang hingga terjal
Tidak cocok untuk dijadikan kawasan permukiman ataupun kawasan Wisata
BAB III
KESIMPULAN