halim proposal
DESCRIPTION
proposTRANSCRIPT
A. Judul
PENGARUH METODE ACTIVE LEARNING TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU
EKONOMI KELAS VIII DI MTs. NW EMBUNG RAJA KECAMATAN
TERARA KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN PELAJARAN
2013/2014
B. Latar Belakang
Sistem pembelajaran pendidikan pada umumnya sampai saat ini masih
didominasi oleh metode ceramah. Metode ini tidak begitu banyak
mengembangkan kemampuan berfikir peserta didik terutama dalam
memecahkan suatu permasalahan. Sering dijumpai dalam pembelajaran guru
hanya menggunakan metode yang monoton, dalam menggunakan metode
tersebut guru hanya memberikan materi melalui ceramah, pemberian tugas
dan diskusi bebas. Dengan demikian guru tidak bisa mengembangkan
pembelajaran yang menarik. Ada kesan guru takut untuk merancang
pembelajaran sendiri, sehingga dari bahan belajar sampai metode evaluasi
nyaris tidak ada perbedaan.
Penelitian menunjukkan bahwa dalam pembelajaran bergaya ceramah,
peserta didik kurang menaruh perhatian selama 40% dari seluruh waktu
pembelajaran. Peserta didik dapat mengingat 70% dalam sepuluh menit
pertama pembelajaran, sedangkan dalam sepuluh menit terakhir, mereka
hanya dapat mengingat 20% materi pembelajaran (Silberman, 2006:24).
1
Guru dalam melaksanakan metode ceramah atau ekspositorinya masih
sering terjebak ke dalam pemberian hafalan untuk dilatihkan kepada
siswanya. Mereka hanya diminta untuk menghafal, bukan tidak penting bagi
peserta didik mengetahui hal ini, akan tetapi jika hal ini saja yang diberikan
pada siswanya maka akan ada kecenderungan peserta didik merasa bosan dan
jenuh pada mata pelajaran yang diajarkan.
Kekhawatiran lain yang mungkin timbul akibat adanya rasa bosan dan
jenuh ini adalah peserta didik menjadi malas bahkan tidak mau lagi mengikuti
pelajaran. Akibatnya ialah tidak ada minat dan motivasi peserta didik untuk
belajar.
Guru memiliki peranan penting dalam menentukan proses
pembelajaran di sekolah. Peserta didik yang berprestasi pada umumnya
memiliki akses untuk berkembang dengan baik di bawah bimbingan guru
yang professional. Mulyasa (2002) memberikan pendapat bahwa mengingat
peranan guru yang penting terhadap keberhasilan implementasi KBK bahkan
sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar, maka guru
perlu memperhatikan hal-hal berikut: (1) Mengurangi ceramah, (2)
memberikan tugas yang berbeda bagi setiap peserta didik, (3)
Mengelompokkan peserta didik berdasarkan kemampuannya, serta
disesuaikan dengan mata pelajaran, (4) Bahan harus dimodifikasi dan
diperkaya, (5) Jangan ragu untuk berhubungan dengan spesialist, bila ada
peserta didik yang mempunyai kelainan, (6) Gunakan prosedur yang
bervariasi dalam membuat penilaian dan membuat laporan, (7) Ingat bahwa
2
peserta didik tidak berkembang dalam kecepatan yang sama, (8) Usahakan
mengembangkan situasi belajar yang memungkinkan setiap anak bekerja
dengan kemampuannya masing-masing pada tiap pelajaran, dan (9) Usahakan
untuk melibatkan peserta didik dalam berbagai kegiatan. (Mulyasa, 2002:186)
Guru adalah praktisi dalam dunia pendidikan. Guru menjadi ujung
tombak dalam upaya menyukseskan program pembelajaran dan pendidikan
pada umumnya. Oleh karena itu, guru diharapkan secara terus menerus
berupaya meningkatkan mutu proses dan hasil belajar. Upaya itu tentu tidak
dapat dilaksanakan manakala guru kurang memahami realitas yang ada serta
permasalahan pembelajaran yang dihadapi atau dilaksanakannya. Untuk itu
penting yang harus dimiliki guru adalah kemampuan untuk mengenali
permasalahan, baik yang berkenaan dengan materi pembelajaran, pengelolaan
kelas, metode pembelajaran, media pembelajaran, minat dan motivasi belajar
siswa, kemampuan siswa, dan yang terlebih kemampuan guru itu sendiri.
Pada dasarnya setiap guru menginginkan agar proses belajar mengajar
yang dilakukan dapat berjalan dengan efektif. Dengan demikian pembelajaran
tersebut mampu menghasilkan prestasi belajar yang optimal dan menciptakan
suasana belajar yang menarik, terkontrol, dan sistematis. Menurut Sanusi
kriteria pembelajaran efektif antara lain: (1) Pembelajaran peserta didik
secara klasikal tuntas, (2) Tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan telah
tercapai, (3) Respon peserta didik terhadap pembelajaran positif, (4) Aktivitas
peserta didik dan guru adalah efektif dan, (5) kemampuan guru mengolah
pembelajaran sudah baik dengan syarat nomor 1 dan 2 terpenuhi.
3
Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala
pengetahuannya dalam rangka membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Sebagai
upaya yang bukan saja membuahkan manfaat yang besar, pendidikan juga
merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang sering dirasakan belum
memenuhi harapan. Hal itu disebabkan banyak lulusan pendidikan formal
yang belum dapat memenuhi kriteria tuntutan lapangan kerja yang tersedia,
apalagi menciptakan lapangan kerja baru sebagai presentase penguasaan ilmu
yang diperolehnya dari lembaga pendidikan. Kondisi seperti ini merupakan
gambaran rendahnya kualitas pendidikan kita.
Banyak faktor yang turut mempengaruhi rendahnya kualitas
pendidikan. Apabila pendidikan dilihat sebagai suatu sistem maka faktor yang
turut mempengaruhi kualitas pendidikan tersebut, menurut Deming meliputi:
(1) input mentah atau siswa, (2) lingkungan instruksional, (3) proses
pendidikan, dan (4) keluaran pendidikan. Dalam proses pendidikan,
sebenarnya di dalamnya terdapat motivasi belajar, akan tetapi bila hal ini
tidak diperankan dengan baik oleh guru seorang peserta didik tidak akan
mempunyai semangat untuk melakukan aktifitas belajar.
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang
yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin
melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang
akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang
menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama
sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, apa
4
yang seseorang lihat sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa
yang ia lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri.
Banyak anak dengan inteligensi yang rendah disebabkan tidak ada motivasi
dalam belajar. Fungsi motivasi yang seharusnya sebagai pendorong,
penggerak, dan pengarah perbuatan belajar tidak dijalankan dengan baik.
Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seseorang siswa,
misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu
diselidiki sebab sebabnya. Sebab sebab itu biasanya bermacam-macam,
mungkin ia tidak senang, mungkin sakit, lapar, ada problem pribadi dan lain
lain. Hal ini berarti pada diri anak tidak terjadi perubahan energi, tidak
terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki tujuan
atau kebutuhan belajar. Keadaan semacam inilah perlu dilakukan daya upaya
yang dapat menemukan sebab musababnya dan kemudian mendorong
seseorang peserta didik itu mau melakukan pekerjaan yang seharusnya
dilakukan, yakni belajar. Dengan kata lain peserta didik itu perlu diberikan
rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya. Singkatnya perlu diberikan
motivasi (Sardiman, 2011:74).
Peranan motivasi yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah,
merasa senang dan semangat untuk belajar. Peserta didik yang memiliki
motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan
belajar. Seorang peserta didik yang memiliki intelegensia cukup tinggi bisa
jadi gagal karena kekurangan motivasi. Hasil belajar itu akan optimal kalau
ada motivasi yang tepat. Terkait dengan hal ini maka kegagalan belajar
5
peserta didik jangan begitu saja mempersalahkan pihak siswa, sebab mungkin
saja guru tidak berhasil dalam memberikan motivasi yang mampu
membangkitkan semangat dan kegiatan peserta didik untuk berbuat/belajar.
Jadi tugas guru bagaimana mendorong para peserta didik agar pada dirinya
tumbuh motivasi. Dalam hal ini sudah barang tentu peran guru sangat
penting. Bagaimana guru melakukan usaha -usaha untuk dapat menumbuhkan
dan memberikan motivasi agar anak didiknya melakukan aktivitas belajar
dengan baik. Untuk dapat belajar dengan baik diperlukan proses dan motivasi
yang baik pula. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi.
Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu.
Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para
siswa.
Mengingat hal tersebut di atas, penulis mencoba meneliti tentang
pengaruh penerapan active learning sebagai salah satu cara untuk memotivasi
peserta didik dalam belajar. Serta untuk mengasah pola fikir peserta didik
agar ia terbiasa dalam berfikir kritis analistis argumentatif punya kepekaan
sosial yang tinggi serta dapat memecahkan persoalan-persoalan yang
dihadapinya, baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
perlu dikaji dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana pengaruh metode active
learning terhadap motivasi belajar peserta didik kelas VIII MTs. NW
Embung Raja”?
6
D. Batasan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka untuk menghindari
perbedaan persepsi dalam memahami dan mengartikan masalah. Maka
peneliti perlu memberikan batasan masalah, sebagai berikut:
a. Objek Penelitian
Objek yang diteliti adalah pengaruh metode active learning
terhadap motivasi belajar peserta didik kelas VIII MTs. NW Embung Raja
kecamatan Terara.
b. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII MTs.
NW Embung Raja Kecamatan Terara Tahun Pelajaran 2013/2014.
c. Lokasi Penelitian
Tempat atau lokasi penelitian akan dilaksanakan di kelas VIII
MTs. NW Embung Raja Kecamatan Terara Tahun Pelajaran 2013/2014.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh metode active learning
terhadap motivasi belajar peserta didik kelas VIII MTs. NW Embung Raja
Kecamatan Terara Lombok Timur.
F. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, baik secara
teoritis maupun praktis. Adapun manfaat yang dimaksud:
1. Manfaat secara teoritis
7
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pengembangan ilmu
pengetahuan dan menambah informasi tentang hal-hal yang berhubungan
dengan pengaruh metode mengajar terhadap motivasi belajar peserta didik
pada mata pelajaran IPS terpadu Ekonomi di MTs. NW Embung Raja
kecamata terara, serta dapat menjadi acuan bagi peneliti dalam
melaksanakan tugas pengajaran di masa-masa yang akan datang.
2. Manfaat secara praktis
a. Dapat dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik khususnya di dalam
memotivasi peserta didik agar prestasi belajar peserta didik sesuai
dengan yang diharapkan.
b. Dari hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk
sekolah-sekolah, khususnya pada MTs. NW Embung Raja kecamata
Terara, serta dapat menjadi acuan bagi peneliti dalam melaksanakan
tugas pengajaran dimasa-masa yang akan datang, sebagai upaya dalam
meningkatkan kelangsungan proses belajar mengajar terutama yang
menyangkut motivasi belajar peserta didik.
G. Sistimatika Pembahasan
Adapun sistimatika pembahasan pada proposal ini sebagai berikut:
a. Judul
b. Latar belakang
c. Rumusan masalah
d. Batasan masalah
e. Tujuan penelitian
8
f. Manfaat penelitian
1. Manfaat secara teoritis
2. Manfaat secara praktis
g. Sistimatika pembahasan
h. Tinjauan pustaka dan perumusan hipotesis
1. Pengertian penegasan istilan
2. Penelitian yang relevan
3. Landasan teori
4. Perumusan hipotesis
i. Metode penelelitian
1. Jenis penelitian
2. Populasi dan sampel
3. Data penelitian
a. Tipe dan sumber data
b. Teknik pengumpulan data
4. Variable penelitian
5. Analisis data
6. Pengujian hipotesis
j. Jadwal kegiatan penelitian
k. Daftar pustaka
9
H. Tinjauan Pustaka dan Perumusan Hipotesis
1. Definisi Operasional Variabel
Untuk menghindari terjadinya penafsiran yang berbeda-beda
diantara pembaca, maka perlu diberikan batasan-batasan pengertian pada
beberapa istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini. Beberapa
istilah yang perlu dijelaskan pengertiannya antara lain: (1) Metode active
learning (2) Motivasi Belajar.
a. Metode active learning
Metode active learning merupakan suatu proses kegiatan
belajar mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual
dan emosional, sehingga peserta didik betul-betul berperan dan
berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan
pengajaran dapat dicapai lebih baik.
b. Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai
daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
(Sardiman, 2011:73). Dalam pembelajaran motivasi merupakan suatu
yang menggerakkan atau mendorong siswa untuk belajar atau
menguasai materi pembelajaran yang sedang diikutinya (Gintings,
2010:86)
10
2. Penelitian yang relevan
Penerapan metode active learning dalam pembelajaran sebelumnya
telah dikembang oleh Ali Muhtadi yang berjudul “Model Pembelajaran
“Active Learning” dengan Metode Kelompok untuk Meningkatkan
Kualitas Proses Pembelajaran di Perguruan Tinggi” menyimpulkan
bahwa model pembelajaran active learning mampu mendorong minat,
motivasi, kesiapan, dan tanggung jawab belajar mahasiswa dalam setiap
langkah pembelajaran.
3. Landasan teori.
A. Metode Active Learning
1. Pengertian Active Learning
Metode active learning merupakan suatu proses kegiatan belajar
mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional,
sehingga peserta didik betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam
melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai
lebih baik (Sudjana dan Daeng, 1988:32). Dari pengertian tersebut
menunjukkan bahwa metode active learning menempatkan peserta didik
sebagai inti dalam kegiatan belajar mengajar. Peserta didik dipandang
sebagai objek dan sebagai subjek. Active learning merupakan suatu
proses belajar mengajar yang aktif dan dinamis. Dalam proses ini peserta
didik mengalami “keterlibatan intelektual-emosional” disamping
keterlibatan fisiknya (Nurdin dan Usman, 2002:117).
11
Pembelajaran aktif (active learning) adalah suatu proses
pembelajaran dengan maksud untuk memberdayakan peserta didik agar
belajar dengan menggunakan berbagai cara/strategi secara aktif. Dalam
hal ini proses aktivitas pembelajaran didominasi oleh peserta didik
dengan menggunakan otak untuk menemukan konsep dan memecahkan
masalah yang sedang dipelajari, disamping itu juga untuk menyiapkan
mental dan melatih ketrampilan fisiknya (A. Fatah Yasin, 2008:180).
Cara memberdayakan peserta didik tidak hanya dengan menggunakan
strategi atau metode ceramah saja, sebagaimana yang selama ini
digunakan oleh para pendidik (guru) dalam proses pembelajaran.
Mendidik dengan ceramah berarti memberikan suatu informasi melalui
pendengaran, yang hanya bisa dicerna otak peserta didik 20%. Padahal
informasi yang dipelajari peserta didik bisa saja dari membaca (10%),
melihat (30%), melihat dan dengar (50%), mengatakan (70%),
mengatakan dan melakukan (90%). Hal ini sesuai dengan pendapat
seorang filosof cina Konfusius bahwa “Apa yang saya dengar, saya lupa”
“Apa yang saya lihat, saya ingat” “Apa yang saya lakukan, saya paham”
Ketika ada informasi yang baru, otak manusia tidak hanya sekedar
menerima dan menyimpan. Akan tetapi otak manusia akan memproses
informasi tersebut samapai dapat dicerna dan baru kemudian
disimpannya. Karena itu jika ada sesuatu yang baru, otak akan bertanya
“pernahkah aku mendengar, melihat, mengalami sebelumnya, kapan dan
dimanakah kira-kira hal itu aku dengar, lihat dan kualami lalu dimanakah
12
hal itu aku simpan?” Manusia dengan potensi dasar yang ia miliki
termasuk otak tersebut perlu diaktifkan, sehingga berfungsi semaksimal
mungkin melalui proses belajar yang ia lakukan.
Agar proses pembelajaran aktif bisa berjalan dengan baik, maka
pendidik sebagai penggerak belajar peserta didik dituntut untuk
menggunakan dan menguasai strategi pembelajaran aktif. Strategi
pembelajaran aktif sangat diperlukan karena peserta didik mempunyai
cara belajar yang berbeda-beda. Ada yang senang belajar dengan
membaca. Berdiskusi dan ada juga yang senang dengan cara langsung
praktik. Inilah yang sering disebut dengan gaya belajar atau learning
style. Disamping itu penggunaan strategi pembelajaran aktif bagi
pendidik adalah sangat membantu atau memudahkan dalam mengajar.
Bagi pendidik yang memiliki banyak jam mengajar, dan apabila dalam
mengajar hanya berorientasi pada ceramah saja, maka jelas pendidik
yang bersangkutan akan kehabisan energi karena mengekspos suara lisan
melalui ceramah secara terus-menerus.
Dilihat dari subjek didik maka metode active learning
merupakan proses kegiatan yang dilakukan peserta didik dalam rangka
belajar. Dilihat dari segi guru/pengajar maka metode active learning
merupakan bagian strategi mengajar yang menuntut keaktifan optimal
subjek didik.
Bertitik tolak dari uraian di atas maka dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan metode active learning adalah
13
salah satu cara strategi belajar mengajar yang menuntut keaktifan dan
partisipasi peserta didik seoptimal mungkin sehingga peserta didik
mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan efisien.
2. Prinsip-prinsip Metode Active Learning
Proses belajar-mengajar yang dapat memungkinkan metode active
learning harus dilaksanakan dan dilaksanakan secara sistematik. Dalam
pelaksanaan mengajar hendaknya diperhatikan beberapa prinsip belajar
sehingga pada waktu proses belajar-mengajar peserta didik melakukan
kegiatan belajar secara optimal. Ada beberapa prinsip belajar yang dapat
menunjang tumbuhnya Cara belajar peserta didik aktif diantaranya
adalah sebagai berikut:
a. Perhatian dan motivasi
Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap
bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar. Perhatian
terhadap pelajaran akan timbul pada peserta didik apabila bahan
pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan motivasi
mempunyai peranan memberi tenaga yang mengerakkan dan
mengarahkan aktivitas seseorang.
b. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Dalam belajar peserta didik tidak sekedar mengamati secara
langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam
perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
c. Pengulangan
14
Belajar adalah melatih daya yang ada pada manusia yang
terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, menghayal,
merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan
pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang dan
menjadi sempurna.
d. Balikan dan Penguatan
Sumber penguatan belajar untuk pemuasan kebutuhan berasal
dari luar dan dari dalam dirinya. Penguat belajar yang berasal dari
luar seperti nilai, pengakuan prestasi siswa, persetujuan pendapat
siswa, ganjaran, hadiah, dan lain-lain. Sedangkan penguat dari dalam
dirinya bisa terjadi apabila respon yang dilakukan peserta didik
betul-betul memuaskan dirinya dan sesuai dengan kebutuhannya
(Dimyati dan Mudjiono, 2013:42).
Prinsip-prinsip di atas penting dilaksanakan pada waktu
mengajar Sehingga mendorong kegiatan belajar peserta didik
seoptimal mungkin.
3. Ciri-ciri Metode Active Learning
Pada waktu mengajar harus ada interaksi antara guru dengan
peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pengajaran, oleh karena itu
guru harus menciptakan lingkungan belajar yang mendorong semua
peserta didik aktif melakukan kegiatan belajar secara nyata. Ada
beberapa ciri yang harus nampak dalam proses belajar active learning,
diantaranya adalah:
15
a. Situasi kelas menantang peserta didik melakukan kegiatan belajar
secara bebas tapi terkendali.
b. Guru Tidak mendominasi pembicaraan tetapi lebih banyak
memberikan rangsangan berpikir kepada peserta didik untuk
memecahkan masalah.
c. Guru menyediakan dan mengusahakan sumber belajar bagi siswa,
bisa sumber tertulis, sumber manusia, misalnya murid itu sendiri
menjelaskan permasalahan kepada murid lainnya, berbagai media
yang diperlukan, alat bantu pengajaran, termasuk guru sendiri
sebagai sumber belajar.
d. Kegiatan belajar peserta didik bervariasi, ada kegiatan yang sifatnya
bersama sama dilakukan oleh semua siswa, ada kegiatan belajar
yang dilakukan secara kelompok dan ada pula kegiatan belajar yang
harus dilakukan oleh masing-masing siwa secara mandiri. Penetapan
kegiatan belajar tersebut diatur oleh guru secara sistematik dan
terencana.
e. Hubungan guru dengan peserta didik sifatnya harus mencerminkan
hubungan manusiawi bagaikan hubungan bapak dan anak, bukannya
hubungan pimpinan dengan bawahan. Guru menempatkan diri
sebagai pembimbing semua peserta didik yang memerlukan bantuan
manakala mereka menghadapi persoalan belajar.
f. Situasi dan kondisi kelas tidak kaku terikat dengan susunan yang
mati, tapi sewaktu-waktu diubah sesuai dengan kebutuhan siswa.
16
g. Belajar tidak hanya dilihat dan diukur dari segi hasil yang dicapai
peserta didik tapi juga dilihat dan diukur dari segi proses belajar
yang dilakukan siswa.
h. Adanya keberanian peserta didik mengajukan pendapatnya melalui
pertanyaan atau pernyataan gagasannya, baik yang diajukan kepada
guru maupun kepada peserta didik lainnya dalam pemecahan
masalah belajar.
i. Guru Senantiasa menghargai pendapat peserta didik terlepas dari
benar atau salah, dan tidak diperkenankan membunuh atau
mengurangi/menekan pendapat peserta didik di depan peserta didik
lainnya. Guru bahkan harus mendorong peserta didik agar selalu
mengajukan pendapatnya secara bebas.
Ciri-ciri di atas merupakan sebagian kecil dari hakikat belajar active
learning dalam praktek pengajaran. Untuk dapat mewujudkan ciri-
ciri di atas bukanlah hal yang mudah tapi perlu pengenalan teori
strategi dan teori penyusunan satuan pelajaran.
4. Teknik-teknik Pembelajaran Active Learning
Agar proses pembelajaran active learning bisa berjalan dengan
baik, maka pendidik sebagai penggerak belajar peserta didik dituntut
untuk menggunakan dan menguasai strategi pembelajaran (Yasin,
2008:181).
Strategi pembelajaran active learning sangat diperlukan karena
peserta didik mempunyai cara belajar yang berbeda-beda. Ada yang
17
senang belajar dengan membaca, berdiskusi dan ada juga yang senang
dengan cara langsung praktik. Disamping itu penggunaan strategi
pembelajaran active learning bagi pendidik adalah sangat membantu atau
memudahkan dalam mengajar. Bagi pendidik yang memiliki banyak
jam mengajar, dan apabila dalam mengajar hanya berorientasi pada
ceramah saja, maka jelas pendidik yang bersangkutan akan kehabisan
energi karena mengekspos suara lisan melalui ceramah secara terus-
menerus. Untuk itu sangat diperlukan penggunaan berbagai jenis strategi
pembelajaran active learning.
Beberapa strategi dalam pembelajaran aktif tersebut, antara lain
adalah sebagai berikut:
a. Poster comment (mengomentari gambar)
Yaitu suatu strategi yang digunakan pendidik dengan maksud
mengajak peserta didik untuk memunculkan ide apa yang terkandung
dalam suatu gambar. Gambar tersebut tentu saja berkaitan dengan
pencapaian suatu kompetensi dalam pembelajaran. Langkah-
langkah penerapannya:
1. Pendidik menyediakan potongan gambar yang dihubungkan
dengan materi bahasan.
2. Jangan ada tulisan apapun dalam gambar tersebut.
3. Peserta didik disuruh berkomentar dengan bebas secara
bergiliran, kira-kira ide apa yang akan dimunculkan setelah
melihat gambar tersebut.
18
4. Peserta didik boleh mengeluarkan pendapat yang berbeda,
karena pikiran manusia juga berbeda-beda.
5. Pendidik sudah mempersiapkan rumusan jawaban yang tepat
mengenai gambar tersebut, sehingga peserta didik merasa dapat
penjelasan sekaligus dapat pula menyaksikan gambarnya.
Dengan strategi ini peserta didik diharapkan dapat memberi
masukan berupa pendapat/ide yang bervariasi karena setiap pikiran
manusia itu berbeda-beda, dengan berbagai macam pendapat dari
peserta didik tersebut akan dapat ditarik benang merahnya tentang
inti pokok dari materi yang diajarkan.
b. Index Card Matc (Mencari Pasangan Jawaban)
Yaitu suatu startegi yang digunakan pendidik dengan maksud
mengajak peserta didik untuk menemukan jawaban yang cocok
dengan pertanyaan yang sudah disiapkan. Langkah-langkah
penerapannya:
1. Siapkan materi yang sudah dipelajari di rumah, dan atau yang
sudah pernah dialami sebagai pengalaman.
2. Buatlah potongan kertas sejumlah peserta didik di kelas, yang
berisi tentang pertanyaan dan jawaban.
3. Potongan kertas berisi pertanyaan dibagikan kepada separuh
jumlah peserta didik, dan yang berisi jawaban juga sejumlah
separuh peserta didik yang hadir.
19
4. Peserta didik disuruh mencari pasangan soal dan jawabannya,
setelah ketemu suruh mereka duduk berdekatan. Dan mulailah
satu persatu membacakan atau mencocokkan soal dan
jawabannya, yang lain mendengarkan barangkali ada kekeliruan
pasangan.
5. Pendidik mengoreksi dengan cara mendengarkan dan sekaligus
menjelaskan bahwa strategi ini sebagai latihan persiapan ujian
akhir atau ulangan.
c. Everyone is teacher Here (semua adalah pendidik/guru)
Yaitu strategi yang digunakan oleh pendidik dengan maksud
meminta peserta didik untuk semuanya berperan menjadi narasumber
terhadap sesama temannya di kelas belajar. Langkah-langkah
penerapannya:
1. Berikan bahan bacaan dan minta peserta didik untuk membaca
bahan tersebut.
2. Mintalah setiap peserta didik untuk membuat pertanyaan dari
materi terdahulu lalu bagikan kembali kepada semua peserta.
3. Kocoklah kertas pertanyaan tersebut, lalu bagikan kembali
kepada semua peserta.
4. Mintalah peserta membaca dalam hati sambil memikirkan
jawabannya dari pertanyaan tersebut.
5. Panggil secara bergantian setiap peserta untuk membaca
pertanyaan dan jawabannya masing-masing.
20
6. Minta peserta lain untuk memberi tanggapan.
7. Strategi ini bertujuan untuk memberikan kesempatan yang sama
kepada setiap peserta didik untuk berperan sebagai guru bagi
kawannya.
8. Dengan ini diharapkan agar peserta didik yang pasif dapat ikut
terlibat dalam pembelajaran aktif.
d. Team Quiz
Langkah-langkah metode kuis berkelompok adalah:
1. Pilihlah topik yang dapat disampaikan dalam tiga bagian.
2. Bagilah peserta didik menjadi tiga kelompok yaitu A, B dan C.
3. Sampaikan kepada peserta didik format penyampaian pelajaran
kemudian mulai penyampaian materi. Batasi penyampaian
materi maksimal 10 menit.
4. Setelah penyampaian, minta kelompok A menyiapkan
pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan materi yang baru saja
disampaikan. Kelompok B dan C menggunakan waktu ini untuk
melihat lagi catatan mereka.
5. Mintalah kepada kelompok A untuk memberi pertanyaan kepada
kelompok B. Jika kelompok B tidak dapat menjawab
pertanyaan, lempar pertanyaan tersebut kepada kelompok C.
6. Kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok C, jika
kelompok C tidak bisa menjawab, lemparkan kepada kelompok
B.
21
7. Jika tanya jawab selesai, lanjutkan pelajaran kedua dan tunjuk
kelompok B untuk menjadi kelompok penanya. Lakukan seperti
proses untuk kelompok A.
8. Setelah kelompok B selesai dengan pertanyaannya, lanjtkan
penyampaian materi pelajaran ketiga dan tunjuk kelompok C
sebagai kelompok penanya.
9. Akhiri pelajaran dengan menyimpulkan Tanya jawab dan
jelaskan sekiranya ada pemahaman peserta didik yang keliru
(Suprijono, 2009:114).
e. Jigsaw
Yaitu strategi kerja kelompok yang terstruktur didasarkan pada
kerjasama dan tanggung jawab. Kelebihan strategi ini adalah dapat
melibatkan seluruh peserta didik dan setiap peserta didik memikul
suatu tanggung jawab yang signifikan dalam kelompok.
Langkah-langkah penerapannya:
1. Kelas diatur ke dalam sejumlah kelompok pangkalan kira-kira
enam anggota masing-masing.
2. Tugas dibagi ke dalam jumlah bagian yang sama dengan topik
yang berbeda-beda.
3. Di dalam kelompok pangkalan, setiap peserta didik meneliti satu
dari isu atau pertanyaan yang berbeda-beda itu.
22
4. Kelompok menugaskan tugas khusus untuk angota-anggota
kelompok pangkalan atau membiarkan kelompok berunding
diantara mereka mengenai siapa yang melakukan apa.
5. Apa hasil kesimpulan dari masing-masing topik bacaan tersebut,
setelah selesai meneliti dan membacanya. Kemudian peserta didik
disuruh menguraikan atau membacakan.
Pada dasarnya model jigsaw merupakan salah satu model dari
cooperative learning yakni dengan membentuk diskusi atau learning
community. Rasa dalam satu kelompok ini memungkinkan peserta
didik menghadapi perubahan-perubahan di hadapannya. Ketika
belajar lebih senang dengan yang lain dari pada sendirian, mereka
memiliki dorongan emosional dan intelektual, yang memungkinkan
mereka melampaui tingkat pengetahuan dan ketrampilan mereka
sekarang. Jerome Bruner dalam Mel Silberman mengenalkan sisi
sosial dari belajar dalam buku klasiknya yang berjudul Toward a
Theory of Instruction. Ia mendeskripsikan suatu kebutuhan yang
dalam untuk merespon yang lain dan secara bersama-sama dengan
mereka terlibat dalam mencapai tujuan, yang ia sebut reciprocity.
5. Kebaikan dan Kelemahan Metode Active Learning
a. Kebaikan Metode Active Learning
Proses belajar mengajar baru berhasil apabila guru memiliki
kewibawaan di depan kelas. Secara lahir kewibawaan guru banyak
ditentukan oleh penampilannya, posisinya di depan kelas, perkataan
23
dan tulisannya. Secara batin kewibawaan ditumpang oleh penguasaan
bahan yang diajarkan, penguasaan metode dan media pendidikan yang
dipilihdan digunakan, dan penguasaan alat penelitian yang diterapkan
(Oemar Hamalik, 2007:142). Disamping itu guru juga memperhatikan
keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar,
diusahakan peserta didik aktif dan berpartisipasi secara penuh dalam
belajar, kewibawaan juga timbul karena kemahiran guru dalam
pengorganisasi waktu, bahan, dan siswa. Kebaikan-kebaikan metode
active learning adalah sebagai berikut:
c. Prakarsa peserta didik dalam kegiatan belajar, yang ditujukan
melalui keberanian memberikan urung pendapat tanpa secara
eksklusif diminta misalnya di dalam diskusi-diskusi,
mengemukakan usul dan saran di dalam pendekatan tujuan atau
cara kerja kegiatan belajar, kesediaan mencari alat atau sumber
dan lain sebagainya.
d. Keterlibatan mental peserta didik di dalam kegiatan-kegiatan
belajar yang telah berlangsung yang ditujukan dengan
peningkatan diri kepada tugas kegiatan. Baik secara intelektual
maupun secara emosional yang dapat diamati dalam bentuk
perhatian serta pikiran peserta didik dengan tugas yang telah
dihadapi serta komitmennya untuk menyelesaikan tugas tersebut
dengan sebaik-baiknya.
24
e. Peranan guru yang lebih banyak sebagai fasilitator merupakan
sisi lain daripada kadar tinggi prakarsa serta tanggung jawab
peserta didik di dalam kegiatan belajar.
f. Belajar dengan pengalaman langsung, kekayaan variasi bentuk
dan alat kegiatan belajar mengajar merupakan indikator yang
dominan dalam metode active learning.
g. Indikator terakhir yang dikemukakan dalam masalah ini adalah
kualitas interaksi antar siswa, baik intelektual maupun sosial,
emosional sehingga meningkatkan peluang. Pembentukan
kepribadian seutuhnya, terutama yang berkaitan dengan
keamanan dan kemampuan bekerjasama di dalam memecahkan
masalah, baik yang berkenaan dengan kegiatan Intra maupun
Ekstra Kurikuler
Jadi kebaikan metode active learning adalah Kadar
kegiatannya lebih diperbanyak. Untuk mendorong peserta didik belajar
mempraktikkan proses-proses intelektual seperti dikemukakan oleh
Oemar Hamalik “ …mengorganisasi data, mempertanyakan persoalan
dan memikirkan secara kritis hubungan di dalam antara gagasan
perorangan dengan gagasan orang lain dengan kenyataan situasi”.
b. Kelemahan Metode Active Learning.
Hakikat pendidikan adalah proses kemanusiaan yang hanya
dilakukan oleh manusia. Ini berarti bahwa prakarsa dan tanggung
jawab belajar ada pada subjek didik. Oleh karena itu untuk mendidik
25
sendiri harus secara eksklusif. Belajar tidak berarti hanya menerima
pengetahuan saja, tetapi belajar dapat terjadi dari hasil interaksi antara
sesama peserta didik atau prakarsa dirinya di dalam mengembangkan
kemampuan yang ada pada dirinya
Terjadinya kadar metode active learning yang menurun ini
terjadi akibat tidak keterlibatannya mental secara optimal di dalam
kelas maupun di luar kelas. Beberapa kelemahan dari metode active
learning adalah sebagai berikut:
a. Tidak menjamin dalam melaksanakan keputusan. Kendatipun
telah tercapai persetujuan, namun keputusan-keputusan itu belum
tentu dapat dilaksanakannya.
b. Diskusi tidak dapat diramalkan, pada mulanya diskusi
diorganisasi secara baik tetapi selanjutnya mungkin saja
mengarah ke tujuan lain, sehingga terjadi (Free Foryall) terutama
jika kepemimpinan diskusi tidak produktif.
c. Memasyarakatkan agar semua peserta didik memiliki ketrampilan
berdiskusi yang diperlukan untuk berpartisipasi secara aktif.
d. Membentuk pengaturan fisik (seperti kursi dan meja) dan jadwal
kegiatan secara luwes.
e. Dapat menjadi palsu (tidak murni lagi) jika pemimpin mengalami
kesulitan mempertemukan berbagai pendapat padahal dia telah
mengetahui jawaban yang diinginkan, sehingga ia menolak
pendapat peserta lain.
26
f. Dapat didominasi oleh active learning seseorang atau sejumlah
peserta didik sehingga dia menolak pendapat peserta lain.
Jadi kelemahan metode peserta didik yang pandai akan
bertambah pandai, peserta didik yang bodoh akan tertinggal.
Disamping ketrampilan kegiatan siswa, guru juga harus terampil
memilih dan menggunakan metode yang tepat pada waktu proses
belajar mengajar, karena tidak semua guru didukung oleh literature
yang cukup kuat dan tidak semua guru mampu menafsirkan dan
mengolah informasi metode active learning dan tepat sesuai dengan
misi hakikat metode active learning yang dimaksud.
B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai
kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu
tersebut bertindak atau berbuat. Motif dapat dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan (Sardiman, 2011:73).
Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai
daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-
saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat
mendesak. Atau dengan kata lain motivasi adalah dorongan yang terdapat
dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah
laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.
27
Menurut Mc. Donald, “Motivation is a energy change within the
person characterized by affective arousal and anticipatory goal
reactions.”Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Dari pengertian yang dikemukakan MC.Donald ini mengandung tiga
unsur yang saling terkait yaitu;
a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri
setiap individu manusia.
b. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan/ feeling/ afeksi
seseorang.
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam
hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan.
Dari ketiga unsur di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi
itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan
terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga
akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga
emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini
didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.
Selanjutnya Hamalik mengatakan motivasi mempunyai dua
komponen, yakni komponen dalam (inner component) dan komponen
luar (outer component). Komponen dalam ialah perubahan di dalam diri
seseorang, keadaan merasa tidak puas, ketegangan psikologis. Komponen
luar ialah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah
28
kelakuannya. Jadi komponen dalam ialah kebutuhan-kebutuhan yang
hendak dipuaskan, sedangkan komponen luar adalah tujuan yang hendak
dicapai.
Motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam
diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah
ketrampilan, pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarah minat
belajar untuk tercapai suatu tujuan. Siswa akan bersungguh-sungguh
belajar karena termotivasi mencari prestasi, mendapat kedudukan dalam
jabatan, menjadi politikus, dan memecahkan masalah.
Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan
ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha
untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi
motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu
adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, maka
motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam
diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar
itu dapat tercapai. Dikatakan keseluruhan, karena pada umumnya ada
beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar.
2. Macam-Macam Motivasi Belajar
Motivasi dalam belajar dibagi menjadi dua yaitu:
29
a. Motivasi intrinsik.
Yang disebut dengan motivasi instrinsik adalah motif-motif
yang menjadi aktif atau berfungsinya tudak perlu dirangsang dari luar,
karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu. Siswa termotivasi untuk belajar semata-mata
untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran,
bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapat pujian, nilai yang
tinggi, atau hadiah dan sebagainya.
Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam
dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang
tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar,
motivasi intrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri.
Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam
belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif,
bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan
dibutuhkan dan sangat berguna kini dan di masa yang akan datang.
Dorongan untuk belajar bersumber pada kebutuhan, yang berisikan
keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan.
Jadi, motivasi intrinsik muncul berdasarkan kesadaran dengan tujuan
esensial, bukan sekedar atribut dan seremonial.
b. Motivasi ekstrinsik.
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, seperti: angka,
30
kredit, ijazah, tingkatan, hadiah, medali, pertentangan dan persaingan
dan lain-lain. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin
mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik, atau
agar mendapat hadiah. Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi
yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi
ekstrinsik diperlukan agar siswa mau belajar. Motivasi ekstrinsik tidak
selalu buruk akibatnya. Motivasi ekstrinsik sering digunakan karena
bahan pelajaran kurang menarik perhatian anak didik.
Kesalahan penggunaan bentuk-bentuk motivasi ekstrinsik
akan merugikan anak didik. Akibatnya, motivasi ekstrinsik bukan
berfungsi sebagai pendorong, tetapi menjadikan siswa malas belajar.
3. Fungsi Motivasi Dalam Belajar
Untuk dapat terlaksananya suatu kegiatan, pertama-tama harus ada
dorongan untuk melaksanakan kegiatan itu, begitu juga daalm dunia
pendidikan, aspek motivasi ini sangat penting. Siswa harus mempunyai
motivasi untuk mengikuti kegiatan belajar terutama dalam proses belajar
mengajar.
Ada tiga fungsi motivasi yang dipaparkan oleh Martinis Yamin
dalam belajar, yaitu:
a. Motivasi sebagai pendorong perbuatan
Dengan adanya motivasi anak didik akan terdorong/tergerak untuk
melakukan perbuatan seperti belajar.
b. Motivasi sebagai penggerak perbuatan
31
Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan
menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
c. Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.
Sama halnya dengan pendapat yang dikemukakan oleh Tabrani dalam
bukunya pendekatan dalam proses belajar mengajar yaitu:
a. Mendorong timbulnya kelakuan atau perbuatan.
b. Mengharapkan aktivitas belajar peserta didik.
c. Menggerakkan dan menentukan cepat atau lambatnya suatu perbuatan
(Tabrani Rusyan, 1989).
Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain, motivasi dapat
berfungsi sebagai pendorong usaha-usaha mencapai prestasi. Seseorang
melakukan sesuatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang
baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Dengan kata lain
bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya
motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi
yang baik. Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan
tingkat pencapaian prestasi belajarnya. Dengan demikian motivasi itu
mempengaruhi adanya kegiatan.
4. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar
Motivasi mempunyai peranan penting dalam aktivitas belajar
seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada
32
motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Ada beberapa prinsip motivasi
dalam belajar seperti dalam uraian berikut ini:
a. Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar.
Seseorang melakukan aktivitas belajar karena ada yang
mendorongnya. Motivasilah sebagai dasar penggeraknya yang
mendorong seseorang untuk belajar.
b. Motivasi instrinsik lebih utama daripada motivasi ekstrinsik dalam
belajar.Kepuasan yang didapat oleh individu itu sesuai dengan ukuran
yang ada di dalam dirinya sendiri.
c. Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman.
Setiap orang senang dihargai dan tidak suka dihukum dalam bentuk
apapun juga. Memuji orang lain berarti memberikan penghargaan atas
prestasi kerja orang lain. Hal ini akan memberikan semangat kepada
seseorang untuk lebih meningkatkan prestasi kerjanya.
d. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar.
Kebutuhan yang tidak bisa dihindari oleh anak didik adalah
keinginannya untuk menguasai sejumlah ilmu pengetahuan. Oleh
karena itulah siswa termotivasi belajar karena adanya kebutuhan.
e. Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar.
Siswa yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin dapat
menyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukan. Dia yakin bahwa
belajar bukanlah kegiatan yang sia-sia. Hasilnya pasti akan berguna
tidak hanya kini, tetapi juga hari-hari mendatang.
33
f. Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar.
Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya
prestasi belajar seorang siswa.
g. Teknik dan prosedur mengajar yang bermacam-macam itu efektif
untuk memelihara minat siswa. Cara mengajar yang yang bervariasi
ini akan menimbulkan situasi belajar yang menantang dan
menyenangkan.
h. Pemahaman yang jelas tentang tujuan belajar akan merangsang
motivasi. Apabila seseorang telah mengetahui tujuan yang hendak
dicapainya, perbuatan kearah itu akan lebih besar daya dorongnya.
i. Tugas-tugas yang bersumber dari diri sendiri akan menimbulkan
minat yang lebih besar untuk mengerjakannya ketimbang bila tugas-
tugas itu dipaksakan oleh guru. Apabila siswa diberi kesempatan
untuk menemukan masalah sendiri dan memecahkannya sendiri, ia
akan mengembangkan motivasi dan disiplin yang lebih baik.
j. Motivasi yang tinggi erat hubungannya dengan kreatifitas siswa.
Dengan teknik mengajar tertentu, motivasi siswa dapat diarahkan
kepada kegiatan-kegiatan kreatif (Oemar Hamalik, 2004).
Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi
dalam belajar tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus diterangkan
dalam aktivitas belajar mengajar. Peran guru sangat penting dalam
menumbuhkan motivasi belajar siswa, karena dengan tanpa adanya
motivasi kegiatan belajar tidak akan terlaksana dengan maksimal.
34
5. Bentuk-Bentuk Motivasi Dalam Belajar
Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka
mengarahkan belajar siswa di kelas sebagai berikut:
a. Memberi angka
Angka merupakan alat motivasi yang cukup memberikan rangsangan
kepada siswa untuk mempertahankan atau bahkan lebih meningkatkan
prestasi belajar mereka di masa mendatang. Angka ini biasanya
terdapat dalam buku rapor sesuai jumlah mata pelajaran yang
diprogramkan dalam kurikulum.
b. Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai
penghargaan. Dalam dunia pendidikan hadiah bisa dijadikan sebagai
alat motivasi agar senantiasa mempertahankan dan meningkatkan
prestasi belajar.
c. Kompetisi
Kompetisi adalah persaingan untuk mendorong siswa agar bergairah
belajar.
d. Ego-Involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya
tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga bekerja
keras dengan mempertaruhkan harga diri.
e. Memberi ulangan
35
Para siswa akan belajar dengan giat kalau mengetahui kalau akan ada
ulangan.
f. Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, siswa terdorong untuk belajar
lebih giat.
g. Pujian
Seorang siswa akan senang dipuji atas hasil pekerjaan yang telah
mereka selesaikan. Hal ini akan membesarkan jiwa seseorang dan
akan lebih bergairah dalam mengerjakannya.
h. Hukuman
Hukuman yang mendidik yakni bertujuan untuk memperbaiki sikap
dan perbuatan siswa yang dianggap salah. Sehingga dengan hukuman
siswa tidak akan mengulangi kesalahan atau pelanggaran.
i. Hasrat untuk belajar
Hasrat berarti ada unsur kesengajaan dalam kegiatan belajar, sehingga
sudah barang tentu hasilnya akan jauh lebih baik.
j. Minat
Minat adalah kecenderungan yang menetap atau suatu rasa lebih suka
dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang
menyuruh. Siswa yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan
mempelajarinya dengan sungguh-sungguh, karena ada daya tarik
baginya.
36
k. Tujuan yang diakui angka merupakan alat motivasi yang cukup.
Dengan memahami tujuan yang harus dicapai, dirasakan anak sangat
berguna dan menguntungkan, sehingga menimbulkan gairah untuk
terusbelajar (Sardiman, 2011:91).
Bentuk-bentuk motivasi seperti di atas tersebut hanyalah
sebagian cara untuk mengarahkan belajar siswa agar termotivasi untuk
selalu bersemangat dalam belajar. Guru harus kreatif dalam memberikan
suatu cara untuk memotivasi siswanya agar mereka tidak merasa bosan
atau jenuh, sehingga akan menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar
yang menyenangkan.
6. Indikator Siswa Termotivasi
Indikator yang bisa dijadikan patokan bahwa siswa itu termotivasi adalah:
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang
lama, tidak berhenti sebelum selesai).
b. Ulet menghadapi kesulitan.
c. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi.
d. Ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan.
e. Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan
prestasinya).
f. Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah “orang dewasa”
(misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan dan sebagainya).
37
g. Senang dan rajin belajar, penuh semangat, capat bosan dengan tugas-
tugas rutin dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (kalau sudah
yakin akan sesuatu, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini tersebut).
h. Mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan
kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian).
i. Senang mencari dan memecahkan soal-soal.
Jadi tugas dari guru adalah selalu melihat perkembangan dari
siswanya, agar nantinya bisa dijadikan evaluasi agar lebih baik lagi, karena
setiap siswa mempunyai motivasi belajar yang berbeda.
Posisi guru dan dan siswa boleh berbeda, tetapi keduanya tetap
seiring dan setujuan. Seiring dalam arti kesamaan langkah dalam mencapai
tujuan bersama. Siswa berusaha mencapai cita-citanya dan guru dengan
ikhlas mengantar dan membimbing siswa ke pintu gerbang cita-citanya.
Untuk itulah guru perlu memotivasi penuh agar tujuan dan cita-citanya
tercapai.
C. Pengaruh penerapan metode active learning terhadap motivasi
belajar siswa dalam mata pelajaran IPS terpadu
Metode active learning adalah suatu cara/strategi belajar mengajar
yang menuntut keaktifan dan partisipasi siswa seoptimal mungkin
sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif
dan efisien. Peran guru hanya sebagai fasililitator saja. Agar kegiatan
belajar mengajar berlangsung dengan efektif dan efisien maka harus
menggunakan metode yang tepat dan sesuai terhadap materi yang
38
diajarkan oleh guru. Dengan demikian akan menciptakan suasana belajar
yang menjunjung KBM yang efektif dan efisien. Hal tersebut akan
dicapai suatu kondisi belajar yang optimal jika kemampuan dan
ketrampilan dikuasai atau dipenuhi guru dalam setiap pembelajaran
siswa.
Ketika kegiatan belajar mengajar berproses guru harus ikhlas
dalam bersikap dan berbuat, serta mau memahami peserta didiknya
dengan segala konsekuensinya. Semua kendala yang terjadi dapat
menjadi penghambat jalannya KBM baik yang berasal dari peserta didik
maupun yang bersumber dari luar diri peserta didik harus guru hilangkan,
dan bukan membiarkannya karena keberhasilan belajar mengajar lebih
banyak ditentukan oleh guru dalam menggunakan metode pembelajaran
yang tepat.
Konsep belajar John Dewey menekankan bahwa belajar itu
menyangkut apa yang harus dikerjakan peserta didik untuk dirinya
sendiri. Guru adalah pembimbing dan pengarah, yang mengemudikan
jalannya kegiatan pembelajaran, tetapi tenaga untuk menggerakkan
tersebut haruslah berasal dari murid yang belajar (Dimyati dan Mudjiono,
2013:116).
Sedangkan Gage dan Berliner secara sederhana mengungkapkan
bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang membuat
seseorang mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman yang diperolehnya.
39
Dari batasan belajar yang dikemukakan oleh Dewey serta Gage
dan Berliner, kita dapat menandai bahwa belajar merupakan suatu proses
yang melibatkan manusia secara orang per orang sebagai satu kesatuan
organisasi sehingga terjadi perubahan pada pengetahuan, ketrampilan,
dan sikapnya. Dengan demikian, dalam belajar orang tidak mungkin
melimpahkan tugas-tugas belajarnya kepada orang lain. Orang yang
belajar adalah orang yang mengalami sendiri metode active proses
belajar.
Diantara salah satu kemampuan penerapan leaning adalah
mengupayakan siswa untuk belajar, berdasarkan gambaran-gambaran
nilai dari macam-macam dan tujuan perlu disyaratkan bagi guru untuk
mencapai tujuan instruksional bidang IPS terpadu ekonomi. Dari
penjelasan tersebut penulis dapat mengambil kesimpulan:
a. Penerapan metode active learning dapat memantapkan arah dan
tujuan pelajaran IPS terpadu ekonomi pada peserta didik dari aspek
motivasi belajar peserta didik.
b. Pendidikan yang erat hubungannya dengan tingkah laku akan
ditunjang oleh fungsi serta tujuan penerapan metode active learning
berdasarkan motivasi belajar peserta didik.
c. Penerapan metode active learning akan memudahkan dalam proses
belajar mengajar peserta didik dan memantau guru mengajar secara
efektif dan efisien, dalam rangka memenuhi tujuan pengajaran, dan
40
motivasi belajar peserta didik sebagai akibat dari perolehan dari
pengajar.
3. Perumusan hipotesis
Ho: Variabel penerapan metode active learning tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap motivasi belajar.
Ha: Variabel penerapan metode active learning berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel motivasi belajar.
I. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah
dikemukakan di atas, maka penelitian ini berusaha untuk mendapatkan
informasi yang lengkap dan mendalam mengenai pengaruh metode active
learning terhadap motivasi belajar IPS terpadu ekonomi peserta didik di
MTs. NW Embung Raja, maka peneliti akan mencoba menggunakan jenis
penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu proses
menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai
alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin diketahui. Menurut
Arikunto penelitian kuantitatif adalah”sesuai dengan namanya yaitu
banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,
penafsiran terhadap data terhadap tersebut, serta penampilan dari data
tersebut (Arikunto, 2002:10).
Dengan metode deskriptif penelitian survei, yaitu bertujuan untuk
menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau
41
berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek
penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi.
2. Populasi dan sampel
a. Populasi
Pengertian populasi menurut Sugiyono (2013:117) adalah sebagai
berikut: “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”
Arikunto mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari subjek
penelitian. Populasi dibatasi sebagai sejumlah penduduk atau individu
yang paling sedikit mempunyai sifat yang sama.Berdasarkan
pengertian di atas, maka yang jadi populasi penelitian ini adalah
seluruh siswa MTs. NW Embung Raja kecamatan Terara yang
berjumlah 263 siswa.
Tabel 1. Jabaran populasi
Kelas Populasi
VII 102
VIII 99
IX 62
Jumlah 263
Sumber: Arsip MTs. NW Embung Raja
b. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
Populasi (Sugiyono, 2013:117). Sampel merupakan sebagian atau
wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010:174). Sample dalam
42
penelitian ini adalah sebagian siswa kelas VIII MTs. NW Embung
Raja, karena peneliti akan menggunakan teknik random dalam
menentukan sampel karena setiap anggota populasi terpilih menjadi
anggota sampel dengan peluang yang sama (Subama dan Sudrajat,
2001:117), maka sampel pada penelitian ini semua kelas VIII yang
berjumlah 99 siswa.
Tabel 2. Jabaran sampel
Kelas Sampel
VIII.A 39
VIII.B 39
VIII.C 21
Jumlah 99
3. Data penelitian
a. Jenis dan sumber data
Adapun sumber data yang dapat diperoleh melalui, yaitu:
1. Data primer adalah yang langsung diperoleh dari sumber data
pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian. Dalam hal ini
kepala sekolah, guru, siswa dan pihak yang terkait (Sugiyono,
2013:308)
2. Sumber data sekunder yaitu data yang lebih dulu dikumpulkan
oleh Orang yang ada di luar penyelidikan. Dalam hal ini buku-
buku (literatur) dan dokumen-dokumen yang ada (Sugiyono,
2013:308)
b. Teknik pengumpulan data
43
Untuk mendapatkan data yang ada hubungannya dengan penulisan ini,
penulis memakai beberapa metode sebagai berikut:
1. Metode Observasi
Observasi adalah pengamatan yang meliputi kegiatan
pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indera (Arikunto, 2002:133).
Sedangkan menurut Margono (2005:58) observasi diartikan
sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap
gejala yang tampak pada objek penelitian.
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa observasi
adalah pengamatan terhadap proses terjadinya sesuatu kegiatan
dalam situasi tertentu. Dalam melakukannya harus secara
langsung dalam artian bahwa dalam melakukan pengamatan
peneliti mengamati secara langsung apa yang nampak/terjadi di
lapangan sehingga data yang diinginkan betul-betul akurat.
2. Kuisioner/Angket
Metode kuesioner merupakan serangkaian atau daftar
pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim
untuk diisi oleh responden. Setelah diisi,angket dikirim kembali
atau dikembalikan kepetugas atau ke peneliti. Metode ini
digunakan oleh penulis untuk memperoleh data tentang tingkat
motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah penerapan metode
active learning. Dalam hal ini peneliti memakai metode kuisioner
44
langsung sebagai instrumen penelitian, yaitu responden
menajawab tentang dirinya, dan dilihat dari bentuknya kuisioner
ini termasuk rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah
pertanyaan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan
tingkatan-tingkatan. Adapun sakala pengukuruan yang digunakan
dalam angket ini menggunakan skala Likert. Skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang
atau sekelompok orang.
Data diolah dengan menggunakan skala Likert dengan
jawaban atas pertanyaan yaitu skala nilai 1-5. Nilai yang
dimaksud adalah skor atas jawaban responden, dimana nilai yang
digunakan peneliti adalah sebagai berikut:
1
.
TP = Tidak pernah Skor jawaban 1
2
.
JR = Jarang Skor jawaban 2
3
.
KD = Kadang-kadang Skor jawaban 3
4
.
SR = Sering Skor jawaban 4
5
.
SLL = Selalu Skor jawaban 5
4. Variable penelitian
45
Variable adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian (Arikunto, 2010: 161).Variabel adalah gejala yang
menjadi penelitian atau apa saja yang menjadi perhatian penelitian yaitu:
a. Variable Bebas X (Indevenden Variabel)
Yaitu variable yang menjadi sebab perubahan timbulnya
variable devenden atau variable terikat (Sugiyono, 2013: 61).
Variable bebas dalam penelitian ini adalah Pengaruh metode active
learning
b. Variable terikat Y (Devenden Variabel)
Yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variable bebas. Adapun variable pada penelitian ini
yaitu motivasi belajar siswa
5. Analisis data
Sebagaimana dimaklumi bahwa data merupakan kedudukan yang
sangat penting bagi suatu penelitian, karena data merupakan
penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat untuk
membuktikan hipotesis. Oleh sebab itu benar tidaknya data, sangat
menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya
data, tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpul data. Instrumen
yang baik harus memenuhi harus memenuhi dua persyaratan penting,
yaitu validitas dan reliabilitas.
a. Uji validitas
46
Uji validitas adalah pengujian sejauh mana suatu alat ukur yang
digunakan untuk mengukur variabel yang ada. Sebuah instrument
dikatakan valid jika mampu mengukur yang dinginkan oleh peneliti,
serta dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara
tepat dan tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh
mana data yang dikumpulkan tidak menyimpang dari gambar tentang
variabel yang dimaksud. Cara pengujian validitas dengan menghitung
korelasi antara skor masing-masing pertanyaan dan skor total dengan
menggunakan rumus korelasi Product Moment.
Teknik korelasi Product Moment ini digunakan untuk mencari
hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel bila data
kedua variabel berbentuk interval atau ratio, dan sumber data dari dua
variabel atau lebih tersebut adalah sama. Teknik analisis data product
moment dengan angka kasar digunakan untuk menemukan pengaruh
penerapan metode active learning terhadap motivasi belajar siswa.
Valid tidaknya suatu item instrument dapat diketahui dengan
membandingkan indeks Korelasi Product Moment atau r hitung
dengan nilai kritisnya dan rumus Product Moment yang digunakan
adalah sebagai berikut:
R xy=N∑ XY−(∑ X ) (∑ Y )
√¿¿¿
Keterangan:
Rxy = Koofisien korelasi antara variable x dan y
N = Jumlah subjek penelitian
47
∑ xy= Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y
∑ x = Jumlah skor x
∑ y = Jumlah skor y
b. Uji reliabilitas
Uji Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat ukur yang dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu
alat pengukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan
hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur
tersebut reliabel. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila
digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama akan
menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach, yaitu
sebagai berikut:
r11=( k(k−1 ) )(1−
∑ δb2
δ t2 )
Keterangan:
R11 = Reliabilitas instrument
K = Banyaknya butir pertanyaan atau soal
∑ δb2=¿ Jumlah varians butir
δ t2❑= Varians total (Arikunto, 2010:239)
Uji reliabilitas ini dihitung dengan cara mengkorelasikan skor
item satu dengan skor item yang lain kemudian hasilnya dibandingkan
48
dengan nilai kritis pada tingkat signifikan 5 % (α = 0, 05). Jika
koefisien korelasi lebih besar dari nilai kritis, maka alat ukur tersebut
dikatakan reliabel.
6. Pengujian hipotesis
Untuk menguji hipotesis yang diajukan bermakna atau tidak maka
digunakan perhitungan uji t. Uji t (parsial) merupakan uji statistik secara
individu untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat, yaitu sebagai berikut:
t = r √n−2
√1−r 2
Di mana:
t = Nilai thitung atau tes signifikan korelasi
r = Koefisien korelasi hasil rhitng
n = Jumlah responden (Sugiyono, 2013:257)
Kesimpulan
Menolak Ho dan menerima Ha secara parsial variabel penerapan metode
active learning berpengaruh terhadap variable dependen motivasi belajar,
atau menerima Ho dan menolak Ha artinya bahwa secara parsial variable
penerapan metode active learning tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen motivasi belajar.
49
J. Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Bulan
Juni Juli Agustus
Minggu Minggu Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan Proposal X X
2 Konsultasi Proposal X X X
3 Penelitian X
4 Pengumpulan Data X
5 Analisis Data X
6 Penyusunan Skripsi X
7 Konsultasi Skripsi X X
8 Penyelesaian Skripsi X
50
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Fatah Yasin, 2008. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Sukses Offset.
Gintings, Abdorrakhman. 2010. Esensi praktis belajar dan pembelajaran. Bandung: Humaniora
Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara
Mudjiono dan Dimyati. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Muhtadi, Ali. Model Pembelajaran “Active Learning” dengan Metode Kelompo untuk Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran di Perguruan Tinggi
Mulyasa, 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurdin Syarifuddin dan Usman Basyiruddin. 2002. Guru Profesional Dan Implementasi kurikulum. Jakarta: Ciputat Pers.
Riyanto, yatim. 2001. Metodologi penelitian pendidikan. Surabaya: SIC
Rusyan, Tabrani. 1989. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV Remaja Rosdakarya.
Sardiman. 2011. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Subama dan sudrajat. 2001. Dasar-dasar penelitian ilmiah. Bandung: CV Pustaka setia.
Sugiyono, 2013. Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.
Silberman, Melvin. 2006. Active Learning. Bandung: Penerbit Nusamedia
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
___________Pembelajaran aktif. (http://www.gwu.edu/eriche).
51