hasil dan pembahasan sawit armando

11
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Melihat dari adanya keseragaman bahan tanaman, maka data pertumbuhan pada parameter tinggi tanaman dan jumlah daun, per minggunya yang diperhitungkan adalah data pertambahan, sementara parameter yang lain yaitu kecepatan muncul bakal daun dan persentase muncul bakal daun digunakan data pertumbuhan setiap minggu sejak dimulainya pengambilan data. Kecepatan Muncul Bakal Daun (HST) Berdasarkan hasil percobaan diperoleh data pengamatan kecepatan muncul bakal daun kelapa sawit dengan pemberian komposisi kompos yang berbeda dan frekuensi penyiraman umur 1-30 HST dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lapiran x. Pengaruh komposisi kompos dan frekuensi penyiraman terhadap tingkat kecepatan muncul bakal daun kelapa sawit pada 30 HST disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan kecepatan muncul bakal daun kelapa sawit pada perlakuan komposisi kompos yang berbeda dan frekuensi penyiraman umur 30 HST. Perlak F1 F2 F3 Rataa

Upload: dhoe-aredhoe-aremandhoe

Post on 06-Nov-2015

6 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

pembahasan

TRANSCRIPT

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Melihat dari adanya keseragaman bahan tanaman, maka data pertumbuhan pada parameter tinggi tanaman dan jumlah daun, per minggunya yang diperhitungkan adalah data pertambahan, sementara parameter yang lain yaitu kecepatan muncul bakal daun dan persentase muncul bakal daun digunakan data pertumbuhan setiap minggu sejak dimulainya pengambilan data.

Kecepatan Muncul Bakal Daun (HST)

Berdasarkan hasil percobaan diperoleh data pengamatan kecepatan muncul bakal daun kelapa sawit dengan pemberian komposisi kompos yang berbeda dan frekuensi penyiraman umur 1-30 HST dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lapiran x. Pengaruh komposisi kompos dan frekuensi penyiraman terhadap tingkat kecepatan muncul bakal daun kelapa sawit pada 30 HST disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan kecepatan muncul bakal daun kelapa sawit pada perlakuan komposisi kompos yang berbeda dan frekuensi penyiraman umur 30 HST.

PerlakuanF1F2F3Rataan

K084.0084.0078.0082.00

K179.6770.0084.0077.89

K284.0077.0079.3380.11

K377.0080.3379.6779.00

K479.6779.6784.0081.11

Rataan80.8778.2081.0080.02

Tabel 1 menunjukkan bahwa komposisi kompos pada taraf K0 (tanpa kompos) berpengaruh terhadap kecepatan muncul bakal daun kelapa sawit. Sedangkan perlakuan K1 (200 gr/polybag) menunjukkan hasil yang paling rendah. Namun perlakuan K4 (800 gr/polybag) menunjukkan pengaruh yang positif terhadap kecepatan muncul bakal daun kelapa sawit.

Pengaruh frekuensi penyiraman pada kecepatan muncul bakal daun pada F3 (pagi + siang + sore) menunjukkan pengaruh yang nyata. Sedangkan perlakuan F2 menunjukkan hasil yang paling rendah.

Persentase Muncul Bakal Daun (%)Data pengamatan persentase muncul bakal daun kelapa sawit dengan pemberian komposisi kompos yang berbeda dan frekuensi penyiraman umur 1-30 HST dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lapiran x. Pengaruh komposisi kompos dan frekuensi penyiraman terhadap persentase muncul bakal daun kelapa sawit pada 30 HST disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan persentase muncul bakal daun kelapa sawit pada perlakuan komposisi kompos yang berbeda dan frekuensi penyiraman umur 30 HST.

PerlakuanF1F2F3Rataan

K0100.00100.00100.00100.00

K1100.00100.00100.00100.00

K2100.0075.00100.0091.67

K375.00100.00100.0091.67

K4100.00100.00100.00100.00

Rataan95.0095.00100.0096.67

Tabel 2 menunjukkan bahwa komposisi kompos pada taraf K0 (tanpa kompos), K1 (200 gr/polybag), dan K4 (800 gr/polybag) berpengaruh terhadap persentase muncul bakal daun kelapa sawit. Sedangkan perlakuan K2 (400 gr/polybag) dan K3 (600 gr/polybag) menunjukkan hasil yang paling rendah.

Pengaruh frekuensi penyiraman pada persentase muncul bakal daun pada F3 (pagi + siang + sore) menunjukkan pengaruh yang nyata. Sedangkan perlakuan F1 dan F2 menunjukkan hasil yang paling rendah.

Tinggi Tanaman (cm)

Berdasarkan hasil percobaan diperoleh data pengamatan tinggi tanaman kelapa sawit dengan pemberian komposisi kompos yang berbeda dan frekuensi penyiraman umur 10 MST dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lapiran x. Pengaruh komposisi kompos dan frekuensi penyiraman terhadap tinggi tanaman kelapa sawit pada 10 MST disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan tinggi tanaman kelapa sawit pada perlakuan komposisi kompos yang berbeda dan frekuensi penyiraman umur 10 MST

PerlakuanF1F2F3Rataan

K049.5738.4040.0342.67

K145.2734.8043.4741.18

K237.9734.4342.9338.44

K339.9042.0047.1743.02

K440.0044.1740.8741.68

Rataan42.5438.7642.8941.40

Tabel 3 menunjukkan bahwa komposisi kompos pada taraf K3 (600 gr/polybag) berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kelapa sawit apabila dibandingkan dengan perlakuan K0 (tanpa kompos). Sedangkan perlakuan K2 (400 gr/polybag) menunjukkan respon yang negative terhadap tinggi tanaman kelapa sawit.Pengaruh frekuensi penyiraman pada tinggi tanaman pada F3 (pagi + siang + sore) menunjukkan pengaruh yang nyata. Sedangkan perlakuan F2 menunjukkan hasil yang paling rendah.

Jumlah Daun

Data pengamatan jumlah daun tanaman kelapa sawit dengan pemberian komposisi kompos yang berbeda dan frekuensi penyiraman umur 10 MST dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lapiran x. Pengaruh komposisi kompos dan frekuensi penyiraman terhadap jumlah daun tanaman kelapa sawit pada 10 MST disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan jumlah daun tanaman kelapa sawit pada perlakuan komposisi kompos yang berbeda dan frekuensi penyiraman umur 10 MST

PerlakuanF1F2F3Rataan

K013.6713.3312.6713.22

K113.6712.3314.3313.44

K228.0012.0013.3317.78

K312.3314.3313.6713.44

K410.6714.3315.0013.33

Rataan15.6713.2713.8014.24

Tabel 4 menunjukkan bahwa komposisi kompos pada taraf K2 (400 gr/polybag) berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman kelapa sawit apabila dibandingkan dengan perlakuan K0 (tanpa kompos). Sedangkan perlakuan K4 (800 gr/polybag) menunjukkan respon yang negative terhadap jumlah daun tanaman kelapa sawit.

Pengaruh frekuensi penyiraman pada jumlah daun tanaman pada F3 (pagi + siang + sore) menunjukkan pengaruh yang nyata. Sedangkan perlakuan F2 menunjukkan hasil yang paling rendah.

Pembahasan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil kecepatan mucul bakal daun pada table 1 yang menunjukkan komposisi kompos pada taraf K0 (tanpa kompos) berpengaruh terhadap kecepatan mucul bakal daun dengan hasil rataan 82.00, sedangkan perlakuan K1 (200 gr/polybag) menunjukkan hasil yang paling rendah dengan rataan 77.89. Frekuensi penyiraman pada kecepatan muncul bakal daun pada F3 (pagi + siang + sore) menunjukkan pengaruh yang nyata dengan rataan 81.00 sedangkan perlakuan F2 menunjukkan hasil yang paling rendah dengan rataan 78.20. Ini menunjukkan bahwa pemberian kompos tidak terlalu berpengaruh terhadap kecepatan muncul daun yang sangat berpengaruh adalah frekuensi penyiraman agar tersedianya air yang dibutuhkan tanaman sawit untuk pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan literaturEfendi (2014) yang menyatakan bahwa apabila terjadi kekurangan air pada tanaman akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sel sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sel, sintesis protein dan sintesis dinding sel.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil persentase mucul bakal daun pada table 2 yang menunjukkan bahwa komposisi kompos pada taraf K0 (tanpa kompos), K1 (200 gr/polybag), dan K4 (800 gr/polybag) berpengaruh terhadap persentase muncul bakal daun kelapa sawit dengan rataan persentase 100% sedangkan perlakuan K2 (400 gr/polybag) dan K3 (600 gr/polybag) menunjukkan hasil yang paling rendah dengan rataan persentase 91.67%. frekuensi penyiraman pada persentase muncul bakal daun pada F3 (pagi + siang + sore) menunjukkan pengaruh yang nyata dengan rataan persentase 100%. Sedangkan perlakuan F1 dan F2 menunjukkan hasil yang paling rendah dengan rataan persentase 95%. Ini menunjukkan bahwa pemberian kompos pada perlakuan K0, K1 dan K4 berpengaruh terhadap persentase muncul bakal daun dan merpakan dosis yang tepat. Freskuensi penyiraman juga berpengaruh terhadap persentase kecepatan muncul bakal daun karena ketersediaan air yang cukup agar air berfungsi dengan baik. Hal ini sesuai dengan literatur Gusmawartati dan wardati (2012) yang menyatakan bahwa air berfungsi dalam pengangkutan unsur hara, pelarut, serta sebagai penyusun jaringan tanaman berjalan dengan baik.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil pertumbuhan tinggi tanaman pada table 3 yang menunjukkan bahwa komposisi kompos pada taraf K3 (600 gr/polybag) berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kelapa sawit apabila dibandingkan dengan perlakuan K0 (tanpa kompos) dengan rataan tinggi 43.02. Sedangkan perlakuan K2 (400 gr/polybag) menunjukkan respon yang negative terhadap tinggi tanaman kelapa sawit. Dengan rataan tinggi 38.44. frekuensi penyiraman pada tinggi tanaman pada F3 (pagi + siang + sore) menunjukkan pengaruh yang nyata dengan rataan 42.89 sedangkan perlakuan F2 menunjukkan hasil yang paling rendah dengan rataan 38.76. Ini menunjukkan bahwa pemberian kompos sebanyak 600 gr/polybag merupakan perlakuan atau dosis yang tepat sehingga bibit kelapa sawit cepat pertumbuhan tingginya dibandingan tidak diberi kompos. Frekuensi penyiraman pagi siang sore merupakan perlakuan yang sangat baik sehingga ketersediaan air tanaman tercukupi. Hal ini sesuai dengan literatur Gusmawartati dan wardati (2012) yang menyatakan bahwa pada tanaman kelapa sawit yang belum menghasilkan laju fotosintesis meningkat dengan meningkatnya ketersediaan air tanah, sedangkan pupuk yang diberikan akan menyediakan unsure hara yang diperlukan tanaman untuk proses pertumbuhan tanaman, namun bila unsure tesebut dalam keadaan tidak seimbang ( berlebih atauopun kurang) maka akan menghambat pertumbuhan tanaman.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil pertumbuhan jumlah daun pada table 4 yang menunjukkan bahwa komposisi kompos pada taraf K2 (400 gr/polybag) berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman kelapa sawit apabila dibandingkan dengan perlakuan K0 (tanpa kompos) dengan rataan 17.78. Sedangkan perlakuan K4 (800 gr/polybag) menunjukkan respon yang negative terhadap jumlah daun tanaman kelapa sawit dengan rataan 13.33 . Frekuensi penyiraman pada jumlah daun tanaman pada F3 (pagi + siang + sore) menunjukkan pengaruh yang nyata dengan rataan 13.80 sedangkan perlakuan F2 menunjukkan hasil yang paling rendah dengan rataan 13.27. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah daun dosis yang tepat yaitu pemberian kompos sebanyak 400 gr/polybag dan adanya interaksi antara frekuensi penyiraman. Penyiraman pagi siang sore dengan pemberian kompos 400 gr/polybag akan terjadi keseimbangan dalam proses pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Gusmawartati dan wardati (2012) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk pada bibit akan membeikan pengaruh yang baik bagi pertumbuhan namun jika pemberian berlebihan akan berpengaruh menekan pertumbuhan tanaman, bila nsur hara di dalam tanah sudah tersedia dengan cukup dan sesuai dengan kebutuhan tanaman, maka dpat dimanfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhannya.