helmintologi medik

14
Helmintologi Medik 1.Bentuk infektif dan diagnostic dari: a.Ascaris Lumbricoides Bentuk infektif : telur berembrio dengan larva stadium II Bentuk diagnostic : telur matang b.Cacing Tambang (necator) Bentuk Infektif : larva filariform Larva Filariform Bentuk Diagnostic : telur dalam tinja

Upload: ivan-hardivan

Post on 01-Jan-2016

58 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Helmintologi Medik

TRANSCRIPT

Page 1: Helmintologi Medik

Helmintologi Medik

1.Bentuk infektif dan diagnostic dari:

a.Ascaris Lumbricoides

Bentuk infektif : telur berembrio dengan larva stadium II

Bentuk diagnostic : telur matang

b.Cacing Tambang (necator)

Bentuk Infektif : larva filariform

Larva Filariform

Bentuk Diagnostic : telur dalam tinja

Telur cacing tambang dalam tinja

Page 2: Helmintologi Medik

c.Filarial (Wuchereria bancrofti)

Bentuk Infektif : larva stadium 3

L3 wuchereria bancrofti

Bentuk Diagnostic : 

bentuk diagnosis wuchereria bancrofti

d.Fasciola hepatica

Bentuk Infektif : metaserkaria pada tumbuhan air

Bentuk Diagnostic : telur tak berembrio dalam tinja

f. hepatica telur tak berembrio

e.Hymenolepis nana

Bentuk Infektif : telur berembrio

Bentuk Diagnostic : telur berembrio dalam tinja

Page 3: Helmintologi Medik

hymenolepis nana

2.Cacing Filaria (I)

a.Species yang ada di Indonesia dan nama penyakitnya

Wuchereria bancrofti, penyakit : filariasis bankrofti/elephantiasis/kaki gajah

Brugia malayi, penyakit : filariasis malayi/filariasis brugia

b.Stadium-stadium cacing

L1 pada lambung nyamuk, L2 dan L3 pada otot toraks dan kepala nyamuk, L4 dan L5 pada kelenjar

limfe manusia (dewasa betina dan jantan)

c.Jenis-jenis periodisitas dan mikrofilarianya

periodesitas nokturna : muncul dalam darah tepi pada malam hari, pada siang berada dalam

kapiler organ dalam (viseral)

microfilaria : eosinofilik paru-paru (microfilaria tak beredar dalam darah), microfilaria dalam

peredaran darah.

d.Hospes definitive dan hospes perantaranya

hospes definitive : manusia

hospes perantara : nyamuk (Culex quinguefasciatus, Aedes sp, Anopheles sp, Anopheles

barbirostris, Mansonia uniformis)

3.Cacing Filaria(II)

a.Sampel dan cara diagnosa

Sampel adalah darah yang diambil pada malam hari. Sediaan tetes tebal untuk melihat gerakan

aktif microfilaria. Penetapan spesies dengan pewarnaan (giemsa/wright).

b.Aspek klinik Wuchereria Brancofti

Infeksi disebabkan cacing dewasa atau microfilaria, menimbulka limfadenopati dan limfangitis

retrogard, dalam kondisi tertentu occult filariasis.

Ada 3 stadium, stadium mikrofilaremia, akut dan kronik. Pada stadium akut terjadi limfadenitis,

stadium kronik terbentuk hidrokel, beberapa kasusu terjadi kiluria.

Page 4: Helmintologi Medik

c.Jenis vector penularannya

Culex quinguefasciatus, Aedes sp, Anopheles sp

d.Epidemiologi W.Brancofti

Ditemukan di pedesaan maupun perkotaan. Terutama pedesaan, penyebaran bersifat fokal.

4.Schistosoma Japonicum

a.Stadium-stadium cacing

Telur, mirasidium, sporokista I & II, serkaria.

b.Aspek klinik

Disebabkan oleh jumlah cacing dewasa yang banyak dan ektopik. Menimbulkan kelainan hati

seperti fibrosis hati, hepatosplenomegali, dan limfadenopati pada infeksi kronik. Gejala yang timbul

adalah gatal gatal, demam tinggi, eosinofiliaa, diare, dan disentri.

c.Cara diagnosis

Menemukan telur dalam tinja atau dalam jaringan hati dan rectum.

d.Epidemiologi

Endemic di Sulawesi Tengah, sekitar danau Lindu dan Lembah Napu

5.Tania Solium

a.Morfologi cacing dewasa

Cacing dewasa seperti pita, berwarna putih, 2-4m. terdiri dari skoleks, leher, dan strobila. Skoleks

seperti bola dengan 4 patil isap. Strobila tersusun oleh proglotid.

taenia solium

b.Aspek klinik

Infeksi disebabkan oleh cacing dewasa dan larvanya. Gejala klinik yang timbul diantaranya iritasi

Page 5: Helmintologi Medik

ringan pada usus tempat perlekatan cacing, nyeri ulu hati, sakit kepala, anoreksi, lemah, gejala

abdominal samar-samar. Menyebabkan peritonitis, obstruksi. Prognosis oleh cacing dewasa

umumnua baik, prognosis oleh sistiserkus buruk.

c.Cara diagnosis

menemukan telur dan cacing dewasa. Telur yang ditemukan digunakan untuk identifikasi tingkat

genus. Proglitid T. solium mempunyai cabang lateral uterus antara7-13, T. saginata 15-20.

d.Epidemiologi

Frekuensi tiap daerah berbeda. Berhubungan dengan kebiasaan penduduk mengkonsumsi daging

babi, adat keagamaan dan kesadaran higienik dan santasi yang kurang.

6.Gambar diagramatik daur hidup:

a.Filaria (W.Brancofti)

filaria wuchereria bancrofti

b.Schistosoma Japonicum

Page 6: Helmintologi Medik

filaria wuchereria bancrofti

c.Tania saginata

Page 7: Helmintologi Medik

taenia saginata

7.Pengertian

a.Perioditas nokturna:

mikrofilaria terdapat di dalam darah tepi pada malam hari

b.Anemia hipokhrom mikrositer:

Ukuran sel-sel darah merah kecil mengandung Hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal

(MCV maupun MCHC kurang).

c.Mikrofilaremia

salah satu stadium pada patogenesis filariasis bankrofti

d.Serkaria

Trematoda muda yang tumbuh dari sel germinal sporokista dan redia

e.Metaserkaria

Stadium larva bila serkaria membentuk kista

f.Proglotida gravid

bentuk diagnostik dalam tinja di lingkungan dari Taenia solium

Page 8: Helmintologi Medik

g.Embrio heksakan

Larva yang memiliki 6 kait dan diselubungi oleh lapisan dalam yg disebut embrifor, yang ada di

dalam telur Taenia sp

h.Skoleks

Skoleks merupakan bagian tubuh dari cestoda yang dilapisi kutikula, berfungsi untuk melekat pada

dinding usus dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi spesies dalam genus Taenia.

A.Protozoologi Medik

1.Pendahuluan (I)

a.Pengertian protozoa

Protozoa adalah hewan yang tubuhnya terdiri atas satu sel (monoseluler)

b.Stadium-stadium protozoa

Stadium kista dan stadium vegetative ( tropozoit/poliferatif)

c.Dasar klasifikasi protozoa

Protozoa diklasifikasikan berdasarkan alat geraknya. Dibagi menjadi sporozoa, rizopoda,

flagelata, dan ciliate.

d.Macam-macam klas protozoa dan contoh spesiesnya

Sporozoa : Plasmodium vivax, P. falciparum, P. malariae, P. ovale

Rhizopoda : E. histolytica, E. coli

Flagellata : Giardia lamblia (A), Trichomonas vaginalis (A),

Cilliata : Toxoplasma gondii, Balantodium coli (B)

2.Pendahuluan (II)

a.Cara reproduksi protozoa

Seksual : dengan pembentukan sel gamet.

Belah pasang : protozoa membelah menjadi dua dengan bentuk yang sama. Contoh : amoeba,

flagelata, dan ciliata.

Skizogoni : protozoa membelah menjadi beberapa inti yang kemudian diselubungi sitoplasma,

membentuk merozoit.

Membentuk kista : ekskistasi inti yang membelah menjadi kista. Tiap kista dapat mengeluraka

beberapa tropozoit baru. Caontoh : amoeba,

Konyugasi : penggabungan sementara.

b.Penularan (transmisi) protozoa

Penularan prozoa dapat secara langsung atau melalui makanan dan airsetelah berada di luar

Page 9: Helmintologi Medik

tubuh hospes. Protozoa yang tidak memiliki bentuk kista penularannya melalui bentuk

tropozoitnya, dapat pula ditularkan melalui vektornya.

3.Pendahuluan (III)

a.Patologi dan gejala klinik protozoa

Infeksi terbagi menjadi dua stadium yaitu stadium akut yang dapat berkembang menjadi stadium

laten yang menahun dan terkadang diselingi kambuh (relaps). Infeksi semula dapat berjalan

subklinik.

b.Cara diagnosis

Menemukan parasit dalam tubuh traktus intestinalis (misalnya amebiasis), dari bahan pemeriksaan

berupa urin atau secret vagina (trikomoniasis), dari darah dan jaringan (malaria). Sediaan dapat

berupa apus langsung, konsentrasi, pembiakan dan inokulasi, serta tes serologic pada

toksoplasmosis.

4.Entamoeba histolytica

a.Perbedaan bentuk dan sifat bentuk histolytica dan bentuk minuta:

Histolytica:

Stadium tropozoit, Berukuran 20-40 mikron, Extoplasma tampak bening dan homogeny,

Ektoplasma terletak di bagian tepi sel, Pseudopodia yg dibentuk extoplasma besar seperti daun,

dibentuk mendadak, gerakan cepat, Endoplasma mengandung eritrosit, Endoplasma tidak

mengandung bakteri atau sisa-sisa makanan, Pathogen, Penyebarannya pada jaringan usus besar,

hati, paru, otak,kulit, dan vagina, Berkembang biak dengan belah pasang.

Minuta:

Stadium tropozoit, 10-20 mikron, extoplasma tidak nyata dan hanya tampak bila terbentuk

Page 10: Helmintologi Medik

pseudopodium, Pseudopodium terbentuk perlahan-lahan, gerakan lambat, Tidak mengandung

eritrosit, Mengandung bakteri dan sisa-sisa makanan, Komensal, kadang-kadang berubah menajdi

pathogen, Penyebarannya pada Rongga usus besar, Berkembang biak dengan belah pasang.

b.Amebiasis intestinal

Amebiasis usus/amebiasis kolon. Ditandai adanya radang usus besar yang disebut colitis ulserosa

amebic.

Akut : gejala jelas, tinja berlendir, bentuk histolitika mudah ditemukan.

Kronik : gejala tidak jelas, diare diselingi obstipasi, bentuk histolitika sulit ditemukan.

c.Diagnosis kolon akut

Gejala diare berlangsung tidak lebih 10 kali sehari. Menemukan bentuk histolitika dari E. histolytica

dalam tinja.

d.Diagnosis Amebiasis hati

Berat badan menurun, badan lemah dan demam, anoreksi, hepatomegali. Pemeriksaan radiologic:

tampak peninggian diafragma. Pemeriksaan darah : lekositosis. Diagnosis lab : menemukan bentuk

histolitika dalam biopsi dinding abses atau aspirasi nanah abses. Pemeriksaan serologic:

hemaglutinasi tidak langsung atau tes imunodifusi.

5.Gardia Lamblia

a.Morfologi tropozoit dan kista

Tropozoit/vegetative/proliferative : seperti buah jambu monyet, bilateral simetrik. Anterior

membulat, posterior meruncing, dorsal melengkung.punya dua inti dan 4 flagel.

Kista : bentuk oval, dinding halus dan tampak jelas, sitoplasma mempunyai butir halus, yang

letaknya terpisah dengan dinding kista. Kista muda punya 2 inti, kista matang punya 4 inti yang

terletak di kutub.

giardia lamblia

Page 11: Helmintologi Medik

b.Patologi dan gejala klinik

Iritasi menyebabkan sekresi mukosa usus meningkat,dapat menimbulkan gangguan absorpsi

lemak. Menyerang saluran dan kandung empedu, menyebabkan iritasi dan penebalan mukosa,

penyumbatan bilirubin. Biasanya infeksi tanpa gejala, keluhan sakit ulu hati, sakit perut dan

kembung. Kadang gejala diare, kolesistitis dan ikterus. Pada anak ditandai enteritis akut atau

kronik disertai diare. Pada infeksi lanjut kronik, gejala utamanya masa tinja berlemak dan diselingi

obstipasi. Keadaan akut ditandai berak encer yang kering.

c.Diagnosis

Menemukan bentuk vegetative dalam tinja encer atau cairan duodenum. Kista ditemukan pada

masa tinja yang padat.

d.Epidemiologi

Menyebar secara cosmopolitan terutama dari lingkungan keluarga besar. Penularan parasit melalui

makanan dan minuman atau dengan kontak langsung.

6.Trichomonas Vaginalis

a.Morfologi

tidak memiliki bentuk kista. Mempunyai 4 flagel anterior dan 1 flagel posterior yang melekat pada

membrane bergelombang. Sitoplasma bergranula, aksostil dari aran anterior ke posterior.

Ditularkan dalam bentuk tropozoit.

b.Cara infektif

Ditularkan dalam bentuk tropozoit, melalui hubungan seksual, atau secara tidak langsung melalui

alat mandi.

c.Patologi dan gejala klinik

Terjadi deskuamasi dan degenerasi sel epitel vagina. Terdapat banayk leukosit dalam secret

vagina karena seranagn leukosit. Fluor albus. Saat melalui stadium akut gejalanya mulai

berkurang. Secara klinik, dinding vagina tampak berwarna kemerahan karena ptechiae.

d.Cara diagnosis

Klinik : keluhan keputihan, rasa pana, gatal pada vagian maupun vulva, sekret encer berbusa

serta berbau tidak enak. Terdapat lesi bekas garukan da hyperemia pada vagina.

Laboratorium : menemukan parasit dari bahan sekret vagina, uretra, prostat, dan urin.

7.Malaria

a.Spesies yang ada di Indonesia

Plasmodium vivax, P. falciparum, P. malariae, P. ovale

Page 12: Helmintologi Medik

b.Distribusi geografik

Ditemukan pada 60o LU – 32o LS. Dari daerah rendah 400 m dpl (laut mati) – 2 600m dpl (Londiani

di Kenya). Di Indonesia penyakit malaria ditemukan tersebar dii seluruh kepulauan

c.Morfologi dan daur hidup

Daur hidup meliputi fase seksual eksogen (sporogoni) di dalam tubuh nyamuk Anopheles sp. Dan

fase aseksual (skizogoni) dalam tubuh hospes vertebrata. Fase aseksual pada manusia terjadi dua

siklus yaitu siklus eritrosit dan siklus jaringan hati (skizogoni eksoeritrosit).

d.Perbedaan morfologi P.vivax dan P.Falciparum

Pada infeksi P. valciparum hanya mengalami satu generasi aseksual dalam hati sebelu memulai

siklus eritrosit, selanjutnya siklus jaringan hati tidak dilanjutkan lagi.

Pada P. vivax terjadi siklus eksoeritrosit terus menerus sampai berlangsung bertahun tahun untuk

melengkapi perjalanan penyakit yang berlangsung sangat lama, sehingga sering terjadi

kekambuhan.

8.Plasmodium falciparum

a.Morfologi

Perkembangan aseksual dalam hati hanya mengalami fase erotrosit saja, tidak mengalami fase

eksoeritrosit yang dapat menimbulkan rekurens. Skizon dapat dilihat dalam hati setelah hari

keempat setelah infeksi. Bentuk cincin (tropozoit muda) parasit ini sanga kecil dan halus, kadang

terdapat du butir kromatin yag disebut double chromatine. Bentuk pinggir dan bentuk accole

dalam satu eritrosit.

b.Malaria cerebral

Dimulai secaralambat atau mendadak setelah gejala awal. Gejala berupa sakit kepala, rasa

mengantuk yang disususl keadaan koma dengan pupil mengecil dan reflex hulang atau meninggi.

Menyerupai gejala meningitis, epilepsy, delirium, intoksikasi, sangat panas dan lain lain. Gejala

ditimbulkan oleh sumbatan kapiler pada susunan syaraf pusat oleh eritrosit yang mengandung

parasit.

c.Diagnosis

Menemukan parasit stadium tropozoit muda (bentuk cincin) tanpa atau dengan gametosit dalam

sediaan darah tepi. Pada autopsy dapat ditemukan pigmen dan parasit dalam kapiler otak dan alat

alat dalam.

9.Toxoplasma Gondii

a.Hospes dan nama penyakit

Page 13: Helmintologi Medik

Hospes definitive : kucing dan hewan sejenisnya.

Hospes perantara: manusia. Penyakit : toksoplasmosis konginental dan akuisita.

b.Cara infeksi

1.Penularan parasi ke janin terjadi secara in utero melalui plasenta (ibu mendapat infeksi waktu

hamil)

2.Pada toksoplasma akuisita hospes memakan daging mentak atau dimasak kurang sempurna

yang mengandung kista atau proliferative parasit atau menelan ookista yang berasal dari tinja

kucing.

3.Infeksi dari laboratorium dari sampel dengan parasit hidup.

c.Toksoplasmosis congenital

d.Diagnosis

Cairan serebral : perubahan tidak khas, dipastikan bila kadar protein yang ada dalam ventrikel

tinggi

Darah : lekositisis, lekopenia, lomfositosis, monositosis, trombositopenia, dan eosinofilia. Tokso

akut dipastikan dengan menemukan tropozoit dalam biopsy otak, sumsum tulang belakang, cairan

serebrospinal, dan ventrikel.

Kelenjar limfe yang terinfeksi menunjukkan perubahan histologik yang khas tapi parasi jarang

ditemukan.

Tes serologic yang menunjang : teswarna Sabin-Feldman.

10.Pengertian

a.Kista

Bentuk infektif parasit namun tidak aktif.

b.Endoplasma

Bagian yang berada di dalam (diselubungi) oleh membrane plasma

c.Amebiasis ekstra intestinal

Amebiasis yang menyebar keluar usus.

d.Inti kosentrik

Inti terpusat di satu sisi

e.Ekskistasi

Proses keluarnya tropozoit dari kista

Page 14: Helmintologi Medik

f.Aksostil

alat yang memanjang berupa batang di tenga-tengah badan yang terdapat pada beberapa

flagelata

g.Membrane bergelombang

Selaput yang terjadi karena flagella melingkari badan parasit. yaitu sebuah membran yang

dibentuk antara sebuah flagel dan kosta pada badan parasit.

h.Skizon

Skizon merupakan produk dari skizogoni

i.Titik-titik Schüffner

Titik-titik halus berwarna merah muda (eritrosit pecah) yang tampak dalam eritrosit yang terinfeksi