herpes zoster oftalmikus

21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Latar Belakang Herpes zoster oftalmikus adalah infeksi virus herpes zoster yang menyerang bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang oftalmikus saraf trigeminus (N.V) yang ditandai dengan erupsi herpetik unilateral pada kulit. 1 Insidensi herpers zoster terjadi pada 20 % populasi dunia dan 10 % diantaranya adalah herpes zoster oftalmikus. 2 Penyakit ini cukup berbahaya karena dapat menimbulkan penurunan visus.Virus Varicella zoster dapat laten pada sel syaraf tubuh dan pada frekuensi yang kecil di sel non-neuronal satelit dari akar dorsal, berhubung dengan saraf tengkorak dan saraf autonomic ganglion, tanpa menyebabkan gejala apapun. Infeksi herpes zoster biasanya terjadi pada pasien usia tua dimana specific cell mediated immunity pada umumnya menurun seiring dengan bertambahnya usia atau pasien yang mengalami penurunan system imun seluler. Morbiditas kebanyakan terjadi pada individu dengan imunosupresi (HIV/AIDS), pasien yang mendapat terapi dengan imunosupresif dan pada usia tua. Herpes zoster oftalmik merupakan bentuk manifestasi lanjut setelah serangan varicella.virus

Upload: rahmaniar-dwi-hartati

Post on 07-Jul-2016

223 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

herpes

TRANSCRIPT

Page 1: Herpes Zoster Oftalmikus

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Latar Belakang

Herpes zoster oftalmikus adalah infeksi virus herpes zoster yang

menyerang bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang

oftalmikus saraf trigeminus (N.V) yang ditandai dengan erupsi herpetik

unilateral pada kulit.1

Insidensi herpers zoster terjadi pada 20 % populasi dunia dan 10 %

diantaranya adalah herpes zoster oftalmikus.2 Penyakit ini cukup berbahaya

karena dapat menimbulkan penurunan visus.Virus Varicella zoster dapat laten

pada sel syaraf tubuh dan pada frekuensi yang kecil di sel non-neuronal satelit

dari akar dorsal, berhubung dengan saraf tengkorak dan saraf autonomic

ganglion, tanpa menyebabkan gejala apapun. Infeksi herpes zoster biasanya

terjadi pada pasien usia tua dimana specific cell mediated immunity pada

umumnya menurun seiring dengan bertambahnya usia atau pasien yang

mengalami penurunan system imun seluler. Morbiditas kebanyakan terjadi

pada individu dengan imunosupresi (HIV/AIDS), pasien yang mendapat

terapi dengan imunosupresif dan pada usia tua.

Herpes zoster oftalmik merupakan bentuk manifestasi lanjut setelah

serangan varicella.virus ini dapat menyerang saraf cranial V. Pada nervus

trigeminus, bila yang terserang antara pons dan ganglion gasseri, maka akan

terjadi gangguan pada ketiga cabang nervus V (cabang oftalmik, maksilar,

mandibular) akan tetapi yang biasa terkena adalah ganglion gasseri dan yang

terganggu adalah cabang oftalmik.

Bila cabang oftalmik yang terkena, maka terjadi pembengkakan kulit di

daerah dahi, alis, dan kelopak mata disertai kemerahan yang dapat disertai

vesikel, dapat mengalami supurasi, yang bila pecah akan menimbulkan

sikatriks. 4 Bila cabang nasosiliar yang terkena, kemungkinan komplikasi

pada mata sekitar 76 %. Jika saraf ini tidak terkena maka resiko komplikasi

pada mata hanya sekitar 3,4%.

Page 2: Herpes Zoster Oftalmikus

Virus herpes zoster bisa dorman atau menetap (laten) pada ganglion N.V

dan reaktivasinya didahului oleh gejala prodormal seperti demam, malaise,

sakit kepala dan nyeri pada daerah saraf yang terkena tapi sebelumnya

terbentuk lesi kulit. Kulit kelopak mata dan sekitarnya berwarna merah dan

bengkak diikuti terbentuknya vesikel, kemudian menjadi pustule lalu pecah

menjadi krusta. Jika krusta lepas akan meninggalkan jaringan sikatrik.

B. Definisi

Herpes zoster oftalmikus adalah infeksi virus herpes zoster yang

menyerang bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang

oftalmikus saraf trigeminus (N.V) yang ditandai dengan erupsi herpetik

unilateral pada kulit.

C. Epidemiologi

Insidensi herpers zoster terjadi pada 20 % populasi dunia dan 10 %

diantaranya adalah herpes zoster oftalmikus.

D. Manifestasi klinik

Biasanya penderita herpes zoster oftalmik pernah mengalami penyakit

varisela beberapa waktu sebelumnya. Dapat terjadi demam atau malaise dan

rasa nyeri yang biasanya berkurang setelah timbulnya erupsi kulit, tetapi rasa

nyeri ini kadang-kadang dapt berlangung berbulan-bulan bahkan bertahun-

tahun.

Secara subyektif biasanya penderita datang dengan rasa nyeri serta

edema kulit yang tampak kemerahan pada daerah dahi, alis dan kelopak atas

serta sudah disertai dengan vesikel. Secara obyektif tampak erupsi kulit pada

daerah yang dipersarafi cabang oftalmik nervus trigeminus. Erupsi ini

unilateral dan tidak melewati garis median. Rima palpebra tampak

Page 3: Herpes Zoster Oftalmikus

menyempit bila kelopak atas mata mengalami pembengkakan. Bila cabang

nasosiliar nervus trigeminus yang terkena , maka erupsi kulit terjadi pada

daerah hidung dan rima palpebra biasanya tertutup rapat. Bila kornea atau

jaringan yang lebih dalam terkena maka timbul lakrimasi, mata silau dan sakit

dan penderita tampak kesakitan yang parah. Kelainan mata berupa bercak-

bercak atau bintik-bintik putih kecil yang tersebar di epitel kornea yang

dengan cepat sekalimelibatkan stroma. Bila infeksi mengenai jaringan mata

yang lebih dalam dapt menimbulkan iridosiklitis disertai sinekia iris serta

menimbulkan glaucoma sekunder. Komplikasi lain adalah paresis otot

penggerak mata serta neurirtis optic.

E. Diagnosis banding

Diagnosis banding herpes zoster oftalmikus antara lain bell’s palsy, luka

bakar, episkliritis, erosi kornea persisten pada herpes simpleks.2

F. Penegakan diagnosis

Penegakan diagnosis sebagian besar dilihat dari adanya riwayat

menderita cacar air, manifestasi nyeri dan gambaran ruam kulit seperti vesikel

dengan karakteristik distribusi sesuai dermatom. Jika gambaran lesi kulit

tidak begitu jelas maka dibutuhkan pemeriksaan penunjang laboratorium.

Tekhnik polymerase chain reaction (PCR) adalah tekhnik pemeriksaan yang

paling sensitif dan spesifik karena dapat mendeteksi varicella-zoster virus

DNA yang terdapat dalam cairan vesikel. Kultur virus juga dapat dilakukan

namun sensitifitasnya rendah. Pemeriksaan lain yaitu direct

immunofluorescence assay.7

G. Penatalaksanaan

Strategi pengobatan pada infeksi akut herpes zoster oftalmikus yaitu

antivirus, kortikosteroid sistemik, antidepresan, dan analgesic yang adekuat.

Jika tidak diobati dengan adekuat dapat terjadi kerusakan permanen pada

mata termasuk inflamasi yang kronik, nyeri yang mengganggu (neuralgia

pasca herpes) dan hilangnya tajam pengelihatan.

Obat antivirus diindikasikan dalam pengobatan herpes zoster yang akut.2,9

Yang termasuk antivirus adalah famsiklovir, acyclovir. Obat ini signifikan

untuk menurunkan nyeri akut, menghentikan progresi virus dan pembentukan

vesikel, mengurangi insiden episkleritis rekuren, keratitis, iritis dan

mengurangi neuralgia pasca herpetic jika dimulai dalam 72 jam onset ruam.

Page 4: Herpes Zoster Oftalmikus

Yang sering digunakan adalah asiklovir 5x800 mg perhari selama 7 hari

diikuti 2-3 minggu kemudian. Jika kondisi pasien berat dianjurkan dirawat

dan diberikan terapi asiklovir 5-10 mg/kgBB IV 8 jam selama 8-10 hari.

Lesi kulit dapat diobati dengan kompres hangat dan salep antibiotic.

Terapi local untuk lesi pada mata seperti keratitis, iridosiklitis, dan skleritis

dapat digunakan steroid topical dan siklopegik. Untuk mencegah infeksi

sekunder dapat digunakan antibiotic tetes atau salep.

Pemberian kortikosteroid diberikan sebagai pencegahan komplikasi-

komplikasi di mata. Pada semua jenis herpes zoster diberikan kortikosteroid

sistemik untuk mengurangi neuralgia, juga neuralgia post herpetikum. Obat

yang sering digunakan adalah prednisone dengan dosis 20-60 mg per hari

dalam dosis tebagi 2-4 selama 2-3 minggu dan dilakukan tapering off bila

gejala berkurang terutama pada pasien dengan umur lebih dari 60 tahun.

Analgesik seperti asetaminopen, asam menefenamat, aspirin dan NSAID

untuk mengontrol rasa nyeri. Artifial tears untuk lubrikasi kornea dan

konjungtiva terutama pada neurotrodik keratopati dan defek epithelial

persisten. Pada pasien dengan sikatrik kornea yang luas mungkin diperlukan

tindakan keratoplasti.

H. Komplikasi

1. Myelitis. Merupakan komplikasi di luar mata yang pernah dilaporkan oleh

Gordon dan Tucker, demikian juga encephalitis dan hemiplegi walaupun

jarang ditemukan tetapi pernah dilaporkan. Hal ini diperkirakan karena

penjalaran virus ke otak.

2. Conjunctiva. Pada mata komplikasi yang dapat timbul adalah chemosis

yang ada hubungannya dengan pembengkakan palpebra. Pada saat ini

biasanya disertai dengan penurunan sensibilitas cornea dan kadang-

kadang oedema cornea yang ringan. Dapat juga timbul vesikel-vesikel di

conjunctiva tetapi jarang terjadi ulserasi. Pernah dilaporkan adanya

canaliculitis yang ada hubungannya dengan zoster.

3. Cornea. Bila comea terkena maka akan timbul infiltrat yang berbentuk

tidak khas dengan batas yang tidak tegas , tetapi kadang-kadang

infiltratnya dapat menyerupaiherpes simplex. Proses yang terjadi pada

dasamya berupa keratitis profunda yang bersifat khronis dan dapat

Page 5: Herpes Zoster Oftalmikus

bertahan beberapa minggu setelah kelainan kulit sembuh. Akibat

kekeruhan comea yang terjadi maka visus akan menurun.

4. Iris. Adanya laesi diujung hidung sangat penting untuk diperhatikan

karena kemungkinan besar iris akan ikut terkena mengingat n. nasociliaris

merupakan cabang dari n.ophthalmicus yang juga menginervasi daerah

iris, corpus ciliaze dan cornea. Iritis/iridocyclitis dapat merupakan

penjalaran dari keratitis ataupun berdiri sendiri. Iritis biasanya

ringan,jarang menimbulkan eksudat, pada yang berat kadang-kadang

disertai dengan hypopion atau secundair glaucoma. Akibat dari iritis ini

sering timbul sequele berupa iris atropi yang biasanya sektoral. Pada

beberapa kasus dapat disertai massive iris atropi dengan kerusakan

sphincter pupillae.

5. Sclera. Scleritis merupakan komplikasi yang jarang ditemukan, biasanya

merupakan lanjutan dari iridocyclitis. Pada sclera akan terlihat nodulus

dengan injeksi lokal yang dapat timbul beberapa bulan sesudah

sembuhnya laesi di kulit. Nodulusnya bersifat khronis, dapat bertahan

beberapa bulan, bila sembuh akan meninggalkan sikatrik dengan

hyperpigmentasi. Scleritis ini dapat kambuh lagi.

6. Ocular palsy. Dapat timbul bila mengenai N III, N IV, N V1, N III dan N

IV dapat sekaligus terkena. Pernah pula dilaporkan timbulnya

ophthalmoplegi totalis dua bulan setelah menderita herpes zoster

ophthalmicus. Paralyse dari otot-otot extra-oculer ini mungkin karena

perluasan peradangan dari N Trigeminus di daerah sinus cavemosus.

Timbulnya paralyse biasanya dua sampai tiga minggu setelah gejala

permulaan dari zoster dirasakan, walaupun ada juga yang timbul

sebelumnya. Prognosa otot-otot yang pazalyse pada umumnya baik dan

akan kembali normal kira-kira dua bulan kemudian.

7. Retina. Kelainan retina yang ada hubungannya dengan zoster jarang

ditemukan. Kelainan tersebut berupa choroiditis dan perdazahan retina,

yang umumnya disebabkan adanya retinal vasculitis.

8. Optic neuritis. Optic neuritis juga jazang ditemukan; tetapi bila ada dapat

menyebabkan kebutaan karena timbulnya atropi n. opticus. Gejalanya

berupa scotoma sentral yang dalam beberapa minggu akan terjadi

penurunan visus sampai menjadi buta. 3,8,10

Page 6: Herpes Zoster Oftalmikus

I. Prognosis

Prognosis bonam bila ditatalaksana secara cepat dan adekuat.

Page 7: Herpes Zoster Oftalmikus

Daftar pustaka

1.      Siregar RS.Penyakit Virus. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi

ke-2. Jakarta: EGC, 2005;84-7.

2.      Herpes zoster from http://www.emedicine.com/oph[disc257.htm,2006

3.      Herpes zoster from www.optometry.co.uk

4.      Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, 2000

5.      Khurana AK. Comprehensive Ophtalmology. Fourth edition, India;

2007:103-106

6.      Trigeminal Nerve fromhttp://www.gudangmateri.com/2010/03/trigeminal-

nerve.html

7.      Roxas M,ND.Herpes zoster and Post Herpetic Nauralgia: Diagnosis and

Therapeutic Consideration

8.      Herpes Zoster Information from http://www.emedicinehealth.com/articles

9.      Saad Shakh MD, Christopher NTAMD, Evaluation and Management of

Herpes Zoster Ophthalmicus from http://www.aafp.org/afp/contents.html

10.  Herpes Zoster Ophthalmicus in handbook of Ocular Disease Management

from http://www.revotom.com/handbook/hbhome.html

11.  Hodge, W. G., 2000, Penyakit Virus, dalam Vaughan, D. G., Asbury, T. dan

Riodan, P., Oftalmologi Umum, Widya Medika, Jakarta : 336.

1. Definisi

Herpes zoster merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh Human Herpes

Virus 3 (Varisela Zoster Virus), virus yang sama menyebabkan varisela (chicken

pox). Virus ini termasuk dalam famili Herpes viridae, seperti Herpes Simplex,

Epstein Barr Virus, dan Cytomegalovirus.1

Herpes Zoster Oftalmikus (HZO) merupakan hasil reaktivasi dari Varisela Zoster

Virus (VZV) pada Nervus Trigeminal (N.V). Semua cabang dari nervus tersebut

bisa terpengaruh, dan cabang frontal divisi pertama N.V merupakan yang paling

umum terlibat. Cabang ini menginervasi hampir semua struktur okular dan

periokular.2

Blefarokonjungtivitis pada HZO ditandai dengan hiperemis dan konjungtivitis

Page 8: Herpes Zoster Oftalmikus

infiltratif disertai dengan erupsi vesikuler yang khas sepanjang penyebaran

dermatom N.V cabang oftalmikus. Konjungtivitis biasanya papiler, tetapi pernah

ditemukan folikel, pseudomembran, dan vesikel temporer, yang kemudian

berulserasi. Lesi palpebra mirip lesi kulit di tempat lain, bisa timbul di tepi

palpebra ataupun palpebra secara keseluruhan, dan sering menimbulkan parut.3

Lesi kornea pada HZO sering disertai keratouveitis yang bervariasi beratnya,

sesuai dengan status kekebalan pasien. Keratouveitis pada anak umumnya

tergolong jinak, pada orang dewasa tergolong penyakit berat, dan kadang-kadang

berakibat kebutaan.3

2. Etiologi

Herpes zoster disebabkan oleh Varisela Zoster Virus (VZV). VZV mempunyai

kapsid yang tersusun dari 162 sub unit protein dan berbentuk simetri isohedral

dengan diameter 100 nm. Virion lengkapnya berdiameter 150-200 nm, dan hanya

virion yang berselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan

cepat dapat dihancurkan oleh bahan organik, deterjen, enzim proteolitik, panas,

dan lingkungan dengan pH yang tinggi.4 HZO merupakan reaktivasi dari VZV di

N.V divisi oftalmik (N.V1).5

3. Epidemiologi

HZO khas mempengaruhi 10-20 % populasi. HZO biasanya berpengaruh pada

usia tua dengan meningkatnya pertambahan usia. Dari data insiden terjadinya

HZO pada populasi Caucasian adalah 131 : 100.000. Populasi American-Afrika

mempunyai insiden 50 % dari Caucasian. Alasan untuk perbedaan ini tidak

sepenuhnya dipahami. Kebanyakan kasus HZO disebabkan reaktivasi dari virus

laten.6

Lebih dari 90 % dewasa di Amerika terbukti mempunyai serologi yang terinfeksi

VZV. Dari hasil tahunan, insiden dari herpes zoster bervariasi, dari 1,5 – 3, 4

kasus per 1000 orang. Faktor resiko dari perkembangan oleh herpes zoster adalah

menyusutnya sel mediated dari sistem imun yang berhubungan dengan

perkembangan usia. Insiden HZO pada usia 75 tahun ke atas melebihi 10 kasus

per 1.000 orang per tahun, dan risiko seumur hidup diperkirakan 10-20 %.5

Faktor risiko lain untuk herpes zoster diperoleh dari hambatan respon sel mediated

Page 9: Herpes Zoster Oftalmikus

imun, seperti pada pasien dengan obat imunosupresif dan HIV, dan yang lebih

spesifik dengan AIDS. Pada kenyataannya, risiko relatif dari herper zoster

sedikitnya 15x lebih besar dengan HIV dibandingkan tanpa HIV.5

HZO terdapat 10-25 % dari semua kasus herpes zoster. Resiko komplikasi

oftalmik pada pasien herpes zoster tidak terlihat berhubungan dengan umur, jenis

kelamin, atau keganasan dari ruam kulit.5

4. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi timbulnya herpes zoster oftalmikus ini adalah:7

a. Kondisi imunocompromise (penurunan imunitas sel T)

- Usia tua

- HIV

- Kanker

- Kemoterapi

b. Faktor reaktivasi

- Trauma lokal

- Demam

- Sinar UV

- Udara dingin

- Penyakit sistemik

- Menstruasi

- Stres dan emosi

5. Patogenesis

Seperti herpes virus lainnya, VZV menyebabkan infeksi primer (varisela/ cacar

air) dan sebagian lagi bersifat laten, dan ada kalanya diikuti dengan penyakit yang

rekuren di kemudian hari (zoster/ shingles). Infeksi primer VZV menular ketika

kontak langsung dengan lesi kulit VZV atau sekresi pernapasan melalui droplet

udara. Infeksi VZV biasanya merupakan infeksi yang self-limited pada anak-anak,

dan jarang terjadi dalam waktu yang lama, sedangkan pada orang dewasa atau

imunosupresif bisa berakibat fatal. Pada anak-anak, infeksi VZV ini ditandai

dengan adanya demam, malaise, dermatitis vesikuler selama 7-10 hari, kecuali

Page 10: Herpes Zoster Oftalmikus

pada infeksi primer yang mengenai mata (berupa vesikel kelopak mata dan

konjungtivitis vesikuler). VZV laten mengenai ganglion saraf dan rata-rata 20 %

terinfeksi dan bereaktivasi di kemudian hari.8

HZO timbul akibat infeksi N.V1. Kondisi ini akibat reaktivasi VZV yang

diperoleh selama masa anak-anak. Varisela zoster adalah virus DNA yang

termasuk dalam famili Herpes viridae. Selama infeksi, virus varisela berreplikasi

secara efisien dalam sel ganglion. Bagaimanapun, jumlah VZV yang laten per sel

terlalu sedikit untuk menentukan tipe sel apa yang terkena. Imunitas spesifik sel

mediated VZV bertindak untuk membatasi penyebaran virus dalam ganglion dan

ke kulit.6

Kerusakan jaringan yang terlihat pada wajah disebabkan oleh infeksi yang

menghasilkan inflamasi kronik dan iskemik pembuluh darah pada cabang N. V.

Hal ini terjadi sebagai respon langsung terhadap invasi virus pada berbagai

jaringan. Walaupun sulit dimengerti, penyebaran dermatom pada N. V dan daerah

torak paling banyak terkena.6

Tanda-tanda dan gejala HZO terjadi ketika N.V1 diserang virus, dan akhirnya

akan mengakibatkan ruam, vesikel pada ujung hidung (dikenal sebagai tanda

Hutchinson), yang merupakan indikasi untuk resiko lebih tinggi terkena gannguan

penglihatan. Dalam suatu studi, 76 % pasien dengan tanda Hutchinson

mempunyai gangguan penglihatan.6

6. Manifestasi Klinis

Adapun manifestasi klinis HZO ini, antara lain:7

a. Prodormal (didahului ruam sampai beberapa hari)

- Nyeri lateral sampai mengenai mata

- Demam

- Malaise

- Sakit kepala

- Kuduk terasa kaku

Gejala-gejala di atas terjadi pada 5 % penderita, terutama pada anak-anak, dan

timbul 1-2 hari sebelum terjadi erupsi.

b. Dermatitis

c. Nyeri mata

d. Lakrimasi

Page 11: Herpes Zoster Oftalmikus

e. Perubahan visual

f. Mata merah unilateral

Gejala-gejala mata yang dapat dilihat yaitu:

- Kelopak mata

HZO sering mengenai kelopak mata. Hal ini ditandai dengan adanya

pembengkakan kelopak mata, dan akhirnya timbul radang kelopak, yang disebut

blefaritis, dan bisa timbul ptosis. Kebanyakan pasien akan memiliki lesi vesikuler

pada kelopak mata, ptosis, disertai edema dan inflamasi. Lesi pada palpebra mirip

lesi kulit di tempat lain.9

- Konjungtiva

Konjungtivitis adalah salah satu komplikasi terbanyak pada HZO. Pada

konjungtiva sering terdapat injeksi konjungtiva dan edema, dan kadang disertai

timbulnya petechie. Ini biasanya terjadi 1 minggu. Infeksi sekunder akibat S.

aureus bisa berkembang di kemudian hari.9

- Sklera

Skleritis atau episkleritis mungkin berupa nodul atau difus yang biasa menetap

selama beberapa bulan.9

- Kornea

Komplikasi kornea kira-kira 65 % dari kasus HZO. Lesi pada kornea sering

disertai dengan keratouveitis yang bervariasi beratnya sesuai dengan kekebalan

tubuh pasien. Komplikasi pada kornea bisa berakibat kehilangan penglihatan

secara signifikan. Gejalanya adalah nyeri, fotosensitif, dan gangguan visus. Hal

ini terjadi jika terdapat erupsi kulit di daerah yang disarafi cabang-cabang N.

nasosiliaris.3

Berbeda dengan keratitis pada HSV yang bersifat rekuren dan biasanya hanya

mengenai epitel, keratitis HZV mengenai stroma dan uvea anterior pada awalnya,

lesi epitelnya keruh dan amorf, kecuali kadang-kadang ada pseudodendrit linear

yang mirip dendrit pada HSV. Kehilangan sensasi pada kornea selalu merupakan

ciri mencolok dan sering berlangsung berbulan-bulan setelah lesi kornea tampak

sudah sembuh.3

Keratitis epithelial : gejala awal, berupa punctat epitel. Multipel, lesi vocal dengan

fluoresen atau rose Bengal. Lesi ini mengandung virus keratitis stroma. Ini

merupakan reaksi imun selama serangan akut dan memungkinkan perpindahan

virus dari ganglion. Keratitis stroma kronik bisa menyerang vaskularisasi,

Page 12: Herpes Zoster Oftalmikus

keratopati, penipisan kornea dan astigmatisme.9

- Traktus uvea

Sering menyebabkan peningkatan TIO. Tanpa perawatan yang baik penyakit ini

bisa menyebabkan glaukoma dan katarak.9

- Retina

Retinitis pada HZO digambarkan sebagai retinitis nekrotik dengan perdarahan dan

eksudat, oklusi pembuluh darah posterior, dan neuritis optik. Lesi ini dimulai dari

bagian retina perifer.9

7. Komplikasi

Hampir semua pasien akan pulih sempurna dalam beberapa minggu, meskipun

ada beberapa yang mengalami komplikasi. Hal ini tidak berhubungan dengan

umur dan luasnya ruam, tetapi bergantung pada daya tahan tubuh penderita. Ini

akan terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun setelah serangan awal.

- Komplikasi mata terjadi pada 50 % kasus. Nyeri terjadi pada 93% dari pasien

tersebut, 31% nya masih ada sampai 6 bulan berikutnya. Pengaruh itu semua,

terjadi anterior uveitis pada 92% dan keratitis 52%. Pada 6 bulan, 28% mengenai

mata dengan uveitis kronik, keratitis, dan ulkus neuropatik.

- Komplikasi mata yang jarang, termasuk optik neuritis, retinitis, dan kelumpuhan

nervus kranial okuler. Ancaman ganguan penglihatan oleh keratitis neuropatik,

perforasi, glaukoma sekunder, posterior skleritis, optik neuritis, dan nekrosis

retina akut.10

- Komplikasi jangka panjang, bisa berhubungan dengan lemahnya sensasi dari

kornea dan fungsi motor palpebra. Ini beresiko pada ulkus neuropati dan

keratopati. Resiko jangka panjang ini juga terjadi pada pasien yang memiliki

riwayat HZO, 6-14% rekuren.10

- Infeksi permanen zoster oftalmik bisa termasuk inflamasi okuler kronik dan

kehilangan penglihatan.10

8. Diferensial Diagnosis6

a. Kondisi yang memperlihatkan penampakan luar yang sama

- Herpes simplek

- Ulkus blefaritis

b. Kondisi yang menyebabkan penyebaran nyeri

- Tic Douloureux

Page 13: Herpes Zoster Oftalmikus

- Migrain

- Pseudotumor orbita

- Selulitis orbita

- Nyeri akibat sakit gigi

c. Kondisi yang menyebabkan inflamasi stromal kornea

- Epstein-Barr Virus

- Mumps

- Sipilis

9. Pemeriksaan Laboratorium

Diagnosis laboratorium terdiri dari beberapa pemeriksaan, yaitu:11

a. Pemeriksaaan langsung secara mikroskopik

Kerokan palpebra diwarnai dengan Giemsa, untuk melihat adanya sel-sel raksasa

berinti banyak (Tzanck) yang khas dengan badan inklusi intranukleus asidofil

b. Pemeriksaaan serologik

c. Isolasi dan identifikasi virus

10. Penatalaksanaan

Sebagian besar kasus herpes zoster dapat didiagnosis dari anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Cara terbaru dalam mendiagnosis herpes zoster adalah dengan

tes DFA (Direct Immunofluorence with Fluorescein-tagged Antibody) dan PCR

(jika ada), terbukti lebih efektif dan spesifik dalam membedakan infeksi akibat

VZV dengan HSV. Tes bisa dilanjutkan dengan kultur virus.2

Pasien dengan herpes zoster oftalmikus dapat diterapi dengan Acyclovir ( 5 x 800

mg sehari) selama 7-10 hari. Penelitian menunjukkan pemakaian Acyclovir,

terutama dalam 3 hari setelah gejala muncul, dapat mengurangi nyeri pada herpes

zoster oftalmikus. Onset Acyclovir dalam 72 jam pertama menunjukkan mampu

mempercepat penyembuhan lesi kulit, menekan jumlah virus, dan mengurangi

kemungkinan terjadinya dendritis, stromal keratitis, serta uveitis anterior.1,5,10

Terapi lain dengan menggunakan Valacyclovir yang memiliki bioavaibilitas yang

lebih tinggi, menunjukkan efektivitas yang sama terhadap herpes zoster

oftalmikus pada dosis 3 x 1000 mg sehari. Pemakaian Valacyclovir dalam 7 hari

menunjukkan mampu mencegah komplikasi herpes zoster oftalmikus, seperti

konjungtivitis, keratitis, dan nyeri. Pada pasien imunocompromise dapat

Page 14: Herpes Zoster Oftalmikus

digunakan Valacyclovir intravena. Untuk mengurangi nyeri akut pada pasien

herpes zoster oftalmikus dapat digunakan analgetik oral.1,5,10

Untuk mengobati berbagai komplikasi yang ditimbulkan oleh herpes zoster

oftalmikus disesuaikan dengan gejala yang ditimbulkan. Pada

blefarokonjungtivitis, untuk blefaritis dan konjungtivitisnya, diterapi secara

paliatif, yaitu dengan kompres dingin dan topikal lubrikasi, serta pada indikasi

infeksi sekunder oleh bakteri (biasanya S. aureus). Pada keratitis, jika hanya

mengenai epitel bisa didebridemant, jika mengenai stromal dapat digunakan

topikal steroid, pada neurotropik keratitis diterapi dengan lubrikasi topikal, serta

dapat digunakan antibiotik jika terdapat infeksi sekunder bakteri.1,2,9,10