hipertensi
TRANSCRIPT
A. DEFINISI
1. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dengan
konsisten di atas 140/90 mmHg. Diagnosis hipertensi tidak berdasarkan pada
peningkatan tekanan darah yang hanya sekali. Tekanan darah harus diukur
dalam posisi duduk dan berbaring. (Baradero, Mary, et.al. 2005).
2. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih.
(Barbara Hearrison 1997)
3. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Pada
manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik lebih dari 160 mmHg
dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. (Brunner and Suddarth. 2002).
4. Menurut WHO, hipertensi adalah tekanan darah yang berada diatas 160/95
mmHg dinyatakan sebagai hipertensi
Klasifikasi tekanan darah pada umur diatas 18 tahun menurut JNC 7
BP
Classification
SBP
(mm HG)
DBP
(mm HG)
Normal <120 and <80
Prehypertension 120-139 or 80-89
Stage 1 hypertension 140-159 or 90-99
Stage 2 hypertension ³160 or ³100
B. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
Jenis Hipertensi Penyebab
Hipertensi esensial, idiopatik,
atau primer
Berhubungan dengan obesitas,
hiperkolesterolemia, aterosklerosis, diet
tinggi garam, diabetes, stres, kepribadian
Tipe A, riwayat keluarga, merokok,
kurang olahraga
Hipertensi sekunder 1. Renovaskular
Penyakit parenkim, mis.
Glomerulonefritis akut dan menahun
Penyempitan (stenosis) arteri renalis,
akibat aterosklerosis atau fibroplasia
bawaan
2. Penyakit atau sindrom Cushing
Dapat disebabkan peningkatan
sekresi glukokortikoid akibat penyakit
adrenal atau disfungsi hipofisis
3. Aldosteronisme primer
Peningkatan sekresi aldosteron,
akibat tumor adrenal
4. Feokromositoma
Tmor medula adrenal yang berakibat
oeningkatan sekresi katekolamin
adrenal
5. Koarktasio aorta
Konstriksi aorta bawaan pada tingkat
duktus arteriosus, dnegan
peningkatan tekanan darah di atas
konstriksi dan penurunan tekanan di
bawah konstriksi.
(Tambayong, Jan. 2000)
Faktor resiko
1. Usia
Insidens hipertensi makin meningkat dengan meningkatkannya usia. Hipertensi
pada yang berusia kurang dari 35 tahun dengan jelas menaikkan insidens
penyakit arteri koroner dan kematian prematur.
Bagi kebanyakan orang, peningkatan tekanan darah terjadi seseiring dengan
bertambahnya usia. Bagi kaum pria, hal ini terjadi lebih cepat daripada kaum
wanita. Pria cenderung memiliki tekanan darah tinggi saat usia 45-50 tahun,
sedangkan wanita cenderung mengalami hipertensi setelah 7-10 tahun setelah
menopause
2. Jenis Kelamin
Pada umumnya insidens pada pria lebih tinggi daripada wanita, namun pada
usia pertengahan dan lebih tua, insidens pada wanita mulai meningkat, sehingga
pada usia di atas 65 tahun, insdiens pada wanita lebih tinggi.
3. Ras
Hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya pada yang berkulit
putih. Akibat penyakit ini umumnya lebih berat pada ras kulit hitam. Misalnya
mortalitas pasien pria hitam dengan diastol 115 atau lebih 3,3 kali lebih tinggi
daripada pria berkulit putih, dan 5,6 kali bagi wanita putih.
(Tambayong, Jan., 2000)
4. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah terjadinya
hipertensi hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang
dari orang tua kita memiliki riwayat hipertensi maka sepanjang hidup kita
memiliki kemungkinan 25% terkena hipertensi
5. Obesitas
Banyak penyelidikan menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang positif diantara
obesitas (terutama upper body obesity) dan hipertensi. Bagaimana mekanisme
obesitas menyebabkan hipertensi masih belum jelas. Akhir-akhir ini ada
pendapat yang menyatakan hubungan yang erat diantara obesitas, diabetes
melitus tipe 2, hiperlipidemia dengan hipertensi melalui hiperinsulinemia.
6. Stress
Hubungan antara stress dan hipertensi primer diduga oleh aktivitas saraf
simpatis (melalui cathecholamin maupun renin yang disebabkan oleh pengaruh
cathecolamin) yang dapat meningkatkan tekanan darah yang intermittent.
7. Merokok
Merupaka salah satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan merokok
dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan tekana darah
karena nikotin akan diserap pembulu darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan
oleh pembulu darah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan
member sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin (Adrenalin).
Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembulu darah dan memaksa jantung
untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi.Selain itu, karbon
monoksida dalam asap rokok menggantikan iksigen dalam darah. Hal ini akan
menagakibatkan tekana darah karena jantung dipaksa memompa untuk
memasukkan oksigen yang cukup kedalam orga dan jaringan tubuh.
8. Aktivitas
Mempengaruhiterjadinya hipertensi, dimana pada orang yang kuan aktvitas
akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tingi sehingga
otot jantung akan harus bekerja lebih keras pada tiap kontraksi.Makin keras dan
sering otot jantung memompa maka makin besar tekanan yang dibebankan pada
arteri.
C. MANIFESTASI KLINIS
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai
bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan
manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh
darah bersangkutan. Gejala klasik yang biasanya timbul adalah:
1. Sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat ↑
tekanan darah intrakranium
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina
3. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat
4. Nokturia yang disebabkan ↑aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat ↑tekanan kapiler. (Corwin,2001)
6. Jika terdapa aterosklerosis gejala yang mncul yaitu pembengkakan pada
pergelangan kaki, peningkatan berat badan dan nafas tersengal-sengal.
7. Gejala sakit kepala sewaktu bangun tidur, mata kabur, depresi, dan nokturia
meningkat pada hipertensi yang tidak di obati.
(Tambayaong, jan.2000)
D. PENATALAKSANAAN
1. Non Farmakologi
Modifikasi Gaya Hidup
1) Teknik-teknik mengurangi stres
2) Penurunan berat badan
3) Pembatasan alkohol, natrium, dan tembakau
4) Olahragalatihan (meningkatkan lipoprotein berdensitas tinggi)
5) Relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap
terapi antihipertensi.
Klien dengan hipertensi ringan yang berada dalam risiko tinggi (pria,
perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya di atas 85 atau 95 mmHg
dan sistoliknya di atas 130 sampai 139 mmHg, perlu dimulai terapi obat-
obatan.
2. Farmakologi
a. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh
(lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh obatannya
adalah Hidroklorotiazid.
Hidroklorotiazid adalah diuretik yang paling sering diresepkan untuk
mengobati hipertensi ringan. Dapat diberikan sendiri pada klien dengan
hipertensi ringan atau klien yang baru. Banyak obat antihipertensi dapat
menyebabkan retensi cairan; karena itu, sering kali diuretik diberi bersama
antihipertensi.
b. Menekan simpatetik (simpatolitik)
Penghambat (adrenergik bekerja di sentral simpatolitik), penghambat
adrenergik alfa, dan penghambat adrenergik beta, juga dianggap sebagai
simpatolitik dan menghambat reseptor beta. Contoh obatnya adalah :
Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
c. Vasodilator arteriol yang berkerja langsung
Vasodilator yang bekerja langsung adalah obat tahap III yang bekerja
merelaksasikan otot-otoot polos pembuluh darah, terutama arteri, sehingga
menyebabkan vasodilatasi.
Dengan terjadinya vasodilatasi, tekanan darah akan turun dan natrium seta
air tertahan sehingga terjadi edema perifer. Yang termasuk dalam golongan
ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan
terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing
d. Antagonis angiotensin (ACE inhibitor)
Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEi) menghambat secara
kompetitif pembentukan angiotensin II dari prekursor angiotensin I yang
inaktif, yang terdapat pada darah, pembuluh darah, ginjal, jantung, kelenjar
adrenal dan otak.
Angitensin II merupakan vaso‐konstriktor kuat yang memacu penglepasan
aldosteron dan aktivitas simpatis sentral dan perifer. Penghambatan
pembentukan angiotensin iI ini akan menurunkan tekanan darah. Jika sistem
angiotensin‐renin‐aldosteron teraktivasi (misalnya pada keadaan penurunan
sodium, atau pada terapi diuretik) efek antihipertensi ACEi akan lebih besar.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
a. Pemeriksaan retina
b. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal
dan jantung
c. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri. Glucosa: Hiperglikemi (DM
adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar
ketokolamin.
d. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
e. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan
fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
f. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
g. Foto dada dan CT scan, Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung
h. Glucosa: Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
(Arif Mansjoer, 2000)
F. KOMPLIKASI
perdarahan retina
gagal jantung kongesti
insufisiensi ginjal
CVA