hipertiroid
DESCRIPTION
hipertiroidTRANSCRIPT
BAB I
SKENARIO 2BERDEBAR-DEBAR DAN MAKIN KURUS
Seorang pasien ny. Santi 25 th diantar suaminya datang ke poliklinik dengan keluhan
berdebar sejak 4tahun yang lalu. Keluhan lainnya adalah tidak tahan cuaca panas dan
lebih suka cuaca dingin . dalam 3 bulan terakhir pasien mengeluh berat badan turun
sebanyak 5kg padahal nafsu makannya baik. Keluhan lain adalah mudah letih saat
aktivitas ringan dan timbul benjolan tidak nyeri dileher depan sejak 1 tahun.
BAB II
KATA KUNCI
Berdebar
Berat badan menurun
Tidak tahan cuaca panas
Letih
Benjolan di leher
BAB III
MINIMAL PROBLEM
1. Apa saja yang mendasari timbulnya keluhan – keluhan yang dialami oleh Ny.
Santi ?
2. Apakah kemungkinan diagnosa berdasarkan kelihan-keluhan ny.santi tdb?
3. Anamnesa tambahan apa lagi yang diperlukan untuk penegakan diagnosa?
4. Pemeriksaaan penunjang apa saja untuk membantu menegakkan diagnosa?
5. Bagaimana penatalaksanaan dasar penyakit ny. Santi?
BAB IV
PEMBAHASAN4.1. BATASAN
4.1.1 Berdebar
Suatu perasaan di mana kita sadar atau dapat merasakan ketika
jantung kita berdetak.Perasaan ini dapat digambarkan sebagai lompatan,
mental atau bergetar. Berdebar yang tidak berbahaya tetapi dapat mengancam
kehidupan jika diabaikan.
4.1.2 Berat badan menurun
Hilangnya lemak, air / elektrolit dan protein dapat
mengakibatkan penurunan massa tubuh. Protein dan
lemak adalah cadangan energi tubuh sumber yang disintesis oleh tubuh dalam
keadaan di mana energi primer (glukosa) dalam menghasilkan energi sedikit
atau tidak ada. Kurangnya atau tidak adanya energi yang dihasilkan
oleh glukosa dapat disebabkan oleh adanya gangguan metabolisme, gangguan
penyerapan atau pengambilan sel gangguan makanan.Gangguan metabolik
seperti hiperglikemia, atau hipertioid dapat menyebabkan penurunan berat
badan.
4.1.3 Tidak tahan cuaca panas
Peningkatan metabilisme dan produksi panas yang biasanya
merupakan manifestasi dari hipertiroidism. Dimana metaabolisme basal hampir
2 kali lipat. Orang yang terkena akan cenderung lebih suka suhu dingin, ketika
panas cenderung berkeringat lebih banyak (intoleransi panas).
4..1.4 Letih
Kelelahan yang merasa kecapekan atau tubuh yang tidak berenergi
dikarenakan kurangnya waktu istirahat yang cukup istirahat.
Kelelahan timbul tidak hanya dari fisik, tapi juga kelelahan pikiran. Dari
segi fisik, kelelahan terjadi dengan gejala seperti tubuh ditimpa dari karung
pasir. Dari segi pikiran, sulit untuk berkonsentrasi dan tiba-tiba jatuh sakit di
pagi hari saat bangun dan melakukan tugas sehari-hari merasa malas.
4.1.5 Benjolan di leher
Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan benjolan di leher, seperti
trauma, infeksi, hormon, neoplasma dan kelainan herediter. Faktor-faktor
ini bekerja dengan cara mereka sendiri dalam penyebab benjolan. Hal yang
perlu ditekankan adalah bahwa tidak selalu ada benjolan di leher yang
disebabkan oleh kelainan yang ada di leher. Tidak jarang gangguan yang
hanya berasal dari gangguan sistemik seperti limfoma.
4.2 Anatomi, Fisiologi dan Patofisiologi
4.2.1 Anatomi dan Fisiologi
Kelenjar tiroid terletak dibagian bawah leher, terdiri dari atas 2 lobus,
dihubungkan oleh ismus yang menutupi cincin trakea 2 dan 3. Struktur ismus
yang dalam bahasa latin artinya penyempitan, merupakan struktur yang
menghubungkan lobus kiri dan kanan dan berukuran sekitar 1,25 cm. dalam
keadaan normal kelenjar tiroid pada dewasa beratnya antara 10 – 20 gram.
Mekanisme yang berjalan di dalam tubuh manusia tersebut diatur oleh dua
sistem pengatur utama, yaitu: sistem saraf dan sistem hormonal atau sistem
endokrin (Guyton & Hall: 1159). Pada umumnya, sistem saraf ini mengatur
aktivitas tubuh yang cepat, misalnya kontraksi otot, perubahan viseral yang
berlangsung dengan cepat, dan bahkan juga kecepatan sekresi beberapa
kelenjar endokrin (Guyton & Hall: 703).
Sedangkan, sistem hormonal terutama berkaitan dengan pengaturan berbagai
fungsi metabolisme tubuh, seperti pengaturan kecepatan rekasi kimia di dalam
sel atau pengangkutan bahan-bahan melewati membran sel atau aspek lain dari
metabolisme sel seperti pertumbuhan dan sekresi (Guyton & Hall:1159).
Hormon tersebut dikeluarkan oleh sistem kelenjar atau struktur lain yang
disebut sistem endokrin.
Salah satu kelenjar yang mensekresi hormon yang sangat berperan
dalam metabolisme tubuh manusia adalah kelenjar tiroid. Dalam pembentukan
hormon tiroid tersebut dibutuhkan persediaan unsur yodium yang cukup dan
berkesinambungan. Penurunan total sekresi tiroid biasanya menyebabkan
penurunan kecepatan metabolisme basal kira-kira 40 sampai 50 persen di
bawah normal, dan bila kelebihan sekresi hormon tiroid sangat hebat dapat
menyebabkan naiknya kecepatan metabolisme basal sampai setinggi 60 sampai
100 persen di atas normal. Keadaan ini dapat timbul secara spontan maupun
sebagai akibat pemasukan hormon tiroid yang berlebihan
Tiroksin dan triiodotironin berfungsi meningkatkan kecepatan reaksi kimia
dalam hampir semua sel tubuh, jadi meningkatkan tingkat metabolisme tubuh
umum. Kalsitonin berfungsi memacu pengendapan kalsium di dalam tulang
sehingga menurunkan konsentrasi tingkat metabolisme tubuh umum. Fungsi
Hormon-hormon tiroid yang lain :
Memegang peranan penting dalam peetumbuhan fetus khususnya
pertumbuhan saraf dan tulang
Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin
Efek kronotropik dan inotropik terhadap jantung yaitu menambah
kekuatan kontraksi otot dan menambah irama jantung
Merangsang pembentukan sel darah merah
Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernafasan sebagai kompensasi
tubuh terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolism.
Bereaksi sebagai antagonis kalsium.
Etiologi
Lebih dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit graves, suatu
penyakit tiroid autoimun yang antibodinya merangsang sel-sel untuk
menghasilkan hormone yang berlebihan. Penyebab hipertiroid lainnya yang
jarang selain penyakit graves adalah (Tiara, 2008) :
Toksisitas pada strauma multinudular
Adenoma folikular fungsional ,atau karsinoma(jarang),
Adema hipofisis penyekresi-torotropin (hipertiroid hipofisis)
Tumor sel benih,missal karsinoma (yang kadang dapat menghasilkan
bahan mirip-TSH) atau teratoma (yang mengandung jarian tiroid
fungsional)
Tiroiditis (baik tipe subkutan maupun hashimato)yang keduanya dapat
berhubungan dengan hipertiroid sementara pada fase awal.
Tirotoksitosis dapat terjadi karena factor genetic dan imunologi, yang meliputi
(Kowalak, 2011) :
Peningkatan insidensi kehamilan kembar monozigot, yang
menunjukkan adanya factor herediter, kemungkinan gen autosom
resesif
Koeksistensi yang terjadi kadang-kadang bersama kelainan endokrin
lain, seperti diabetes mellitus tipe I, tiroiditis dan hiperparatiroidisme
Defek pada fungsi limfosit-T supresor, yang memungkinkan produksi
autoantibody (immunoglobulin yang menstimulasi tiroid dan
immunoglobulin yang menghambat peningkatan-tyroid-stimulating
hormone, TSH)
Tirotoksitosis klinis yang dipicu oleh asupan yodium yang berlebihan
dan makanan atau mungkin pula stress (pasien dengan penyakit laten)
Obat-obatan, seperti litium dan amiodaron
Tumor atau nodul yang toks
4.2.2 Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika.
Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai
tiga kali dari ukuran normal,disertai dengan banyak hyperplasia dan lipatan-lipatan
sel-sel folikel ke salam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat
beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga,setiap sel
meningkatkan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu
yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan-bahan ini adalah antibody
immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang
berkaitan dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang
aktivasi cAMP (cyclic AMP or 3'-5'-cyclic adenosine monophosphate) dalam sel,
dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien
hipertiroidisme konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek
perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid,yakni selama 12 jam, berbeda
dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam.Tingginya sekresi hormon tiroid
yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh
kelenjar hipofisis anterior.
Peningkatan produksi T3 dan T4 juga mengakibatkan aktivitas simpatis
berlebih, adanya peningkatan aktivitas medula spinalis yang akan menyebabkan
gangguan pengeluaran tonus otot sehingga menimbulkan tremor halus.
Peningkatan kecepatan serebrasi mengakibatkan gelisah, apatis, paranoid, dan
ansietas.
Selain itu dapat mengakibatkan hipermetabolisme yang berpengaruh pada
peningkatan sekresi getah pencernaan dan peningkatan peristaltik saluran cerna
dimana salah satunya akan ada peningkatan nafsu makan dan juga timbulnya diare.
Bila terjadi peningkatan metabolisme kelenjar hipofise dan lemak mengakibatkan
proses oksidasi dalam tubuh meningkat yang akan meningkatkan produksi panas
ditandai dengan berkeringat dan tidak tahan panas dan penurunan cadangan energi
mengakibatkan kelelahan dan penurunan berat badan. Karena hipermetabolisme
sehingga penggunaan O2 lebih cepat dari normal dan adanya peningkatan CO2
menyebabkan peningkatan kecepatan nafas sehingga terjadi sesak nafas.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon
hingga diluar batas,sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut,sel-sel sekretori
kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka
hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat
peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses
metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami
kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot
sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang
halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar
tangan yang abnormal. Nadi yang takikardia atau diatas normal juga merupakan
salah satu efek hormone tiroid pada system kardiovaskular. Eksopthalamus yang
terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan
periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar
4.2.4 Gejala klinis
DATA PASIEN
Nama : ny. Santi
Usia : 25 th
Alamat : jl. Dukuh kupang Surabaya
Pekerjaan : karyawan swasta
ANAMNESA
RPS
dada sering berdebar sejak 4 bulan terakhir
keluhan berdebar dirasakan saat aktivitas maupun istirahat, tapi tidak disertai
nyeri dada atau sesak
tidak tahan cuaca panas dan lebih suka cuaca dingin
dalam 3 bulan terakhir berat badan turun dari 55 kg meenjadi 50 kg , padahal
napsu makan baik, bahkan cenderung meningkat
mudah letih walaupun melakukan aktivitas ringan terasa sejak 1 bulan terakhir
tangan selalu basah dan sering gemetar bersamaan dengan penurunan BB
RPD
sejak 1 th lalu muncul benjolan dileher depan dan secara perlahan bertambah
besar
karena tidak nyeri benjolan dianggap hal biasa dan tidak pernah diperiksakan ke
dokter
Riwayat pengobatan
sesekali ke klinik umum dekat rumah Karena mudah letih, hanya diberi vitamin
Riwayat penyakit keluarga
tidak ada yang menderita penyakit seperti ini
Riwayat social
menikah 1 th belum memiliki keturunan
Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : baik
Kesadaran : kompos mentis
TB 160 cm BB : 50 kg
Vital sign : tensi 140/60 , nadi 108 x/mnt , suhu 37,20 C , RR
26 x/mnt
Kepala : kedua mata exoftalmus
Leher : benjolan difus dileher depan , bergerak naik turun
saat menelan, didapatkan bunyi ‘bruit’
Thorax : jantung tak membesar, takikardia, suara jantung
normal tanpa ada bising, paru dalam batas normal
Abdomen : tidak ada kelainan
Ektermitas : Hiperrefleksia (+), telapak tangan hangat dan
lembab, jari-jari tremor halus (+)
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium :
Darah : Hb 12,3 g/dl ; lekosit 7800mm³
kimia darah :
- Gula darah puasa 130 mg/dl, total cholesterol 125 mg/dl , triglyceride 120 mg/dl
- Tes fungsi hati dan ginjal dalam batas normal
- Total T4 : 22 µg/dl (normal 4.5-12.5 µg/dl )
- Total T3 : 3.4 µg/dl (normal 1.3 – 2.9 µg/dl )
- TSH : < 0,003 IU/L (normal 0.3 – 5.0 IU/L)
Radiologis
- USG kelenjar tiroid : struma solid dengan hipervaskularisasi
- thyroid scanning : pembesaran kelenjar thyroid dengan hiperaktivitas homogen
BAB V
HIPOTESIS AWAL (DIFFERENTIAL DIAGNOSIS)
1. Hyperthyroid2. Grave’s desease3. Autoimun
BAB VI
ANALISIS DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
1. Hyperthyroid
Hipertiroid adalah respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruhmetabolik hormon
tiroid yang berlebihan karena kelenjar tiroid yang hiperaktif.Tirotoksikosis adalah
Merupakan satu sindroma klinis yang terjadi bila hormontiroid beredar dalam kadar
tinggi dalam darah
Etiologi
a. Lebih dari 95% kasus hipertiroid adalah Diffuse Toxic Goiter (Grave’sDisease),
b. Toxic Adenoma
c. Toxic Multinodular Goiter
d. Subacute thyroiditis
e. Hyperthyroid phase of Hashimoto’s Thyroiditis
f. Thyroiditis Factitiag.Rare form of thyrotoxitosis
Faktor Resiko
Kelainan hipertiroid sangat menonjol pada wanita, Hipertiroid menyerangwanita
lima kali lebih sering dibandingkan laki laki. Insidensinyaakan memuncak dalam
decade usia ketiga serta keempat.
Klasifikasia.
Goiter Toksik Difusa (Graves’ Disease)
Kondisi yang disebabkan, oleh adanya gangguan pada sistem kekebalantubuh
dimana zat antibodi menyerang kelenjar tiroid, sehingga menstimulasikelenjar
tiroid untuk memproduksi hormon tiroid terus meneru
.Nodular Thyroid Disease
Pada kondisi ini biasanya ditandai dengan kelenjar tiroid membesar dantidak
disertai dengan rasa nyeri. Penyebabnya pasti belum diketahui. Tetapiumumnya
timbul seiring dengan bertambahnya usia.c.
Subacute Thyroiditis
Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi,
danmengakibatkan produksi hormon tiroid dalam jumlah besar ke dalam
darah.Umumnya gejala menghilang setelah beberapa bulan, tetapi bisa timbul lagi
pada beberapa orang.
Postpartum Thyroiditis
Timbul pada 5 – 10% wanita pada 3 – 6 bulan pertama setelah melahirkan
danterjadi selama 1 -2 bulan. Umumnya kelenjar akan kembali normal secara
perlahan-lahan.
Manifestasi klinis
dari krisis tiroid dapat berupa tanda-tanda hipermetabolisme berat dan respons
adrenergik yang hebat, yaitu meliputi :
- Demam tinggi, dimana suhu meningkat dari 38°C sampai mencapai 41°C
disertai dengan flushing dan hiperhidrosis.
- Takhikardi hebat , atrial fibrilasi sampai payah jantung.
- Gejala-gejala neurologik seperti agitasi, gelisah, delirium sampai koma.
- Gejala-gejala saluran cerna berupa mual, muntah,diare dan ikterus.
Gejala klinis
Umur penderita
a. Muda nervositas yang lebih menonjol
b. Tua : kardiovaskkuler yang lebih menonjol.
.Ada/ tidak adanya kelainan organ – organ lain sebelumnya. Gejala-
gejalanyaantara lain:
a. Tremor halus
b. Nervous
c. Goiter
d. Emotional irritability mudah tersinggung
e. Von muller’s Paradox ( banyak makan tetapi badan tambah kurus)
f. Tak tahan udara panas
g. Kulit banyak berkeringat dan hangat
h. Palpitasi ( berdebar – debar) sinus takikardi, atrial Fibrilasi dan
kadang – kdang decomp cordis.
i. Rambut jarang , halus dan mudah rontok
j. Hiperdefikasi
k. Lekas lelah (terutamaotot-otot paha)
Dermophati
.Gejala pada Mata
a. Mobius Sign: sukar mengadakan konvergensi
b. Von’s grave sign:sclera antara limbus dankelompok mata bagian atas
terlihat
c. Joffey’s sign: dahi tidak dapat berkerut
d. Stellwarg’s sign : mata jarang berkedip
e. Lid lag : palpebra superior tertinggalwaktu melirik ke bawah
f. Oleh karena faktor mekanis : pendesakan retroorbital
g. Exophthalamus dan segala akibatnya :
h. Konjungtivitis
i. Ulkus cornea
j. Palpebra bengkak
k. Optic neuritis
l. Optic atro
Pemeriksaan Hipertiroid1. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi dari depan penderita, Nampak suatu benjolan pada leher bagian
depan bawah yang bergerak keatas pada waktu penderita menelan ludah.
Perhatikan kulit diatasnya apakah hiperemi, seperti kulit jeruk,ulserasi.
Palpasi dari belakang penderita dengan ibu jari kedua tangan pada tengkuk
penderita dan jari-jari lain meraba benjolan pada leher penderita.Pada palpasi
ini yang harus diperhatikan ialah :
Lokalisasi benjolan terhadap trakea (mengenai lobus kiri, kanan
ataukeduanya)
Ukuran (diameter terbesar dari benjolan, nyatakan dalam sentimeter)
Konsistensi
Mobilitas
Infiltrasi terhadap kulit/jaringan sekitar
Apakah batas bawah benjolan dapat diraba (bila tidak teraba
mungkinada bagian yang masuk ke retrosternal)Harus juga diraba
kemungkinan pembesaran kelenjar getah beningleher, umumnya
metastase karsinoma tiroid pada rantai jugule
2. Pemeriksaan Diagnostik
T4Serum
T3Serum
Tes T3 Ambilan Resin
Tes TSH (Thyroid Stimulating Hormone)
Tes Thyrotropin Releasing Hormone
Tiroglobulin
Ambilan Iodium Radioaktif
Pemindai Radio atau Pemindai Skintilasi Tiroid
Ultrasonografi
Pemeriksaan radiologik di daerah leher
3. Tanda -Tanda Pada Pemeriksaan Fisik di Daerah Mata
Dalrymple’s SignDalrymple’s sign adalah pelebaran yang abnormal dari
palpebral sehingga menyebabkan pelebaran fissure palpebra.
von Graefe’s Signadalah kegagalan palpebra mengikuti pergerakan
bolamata saat pandangan diarahkan ke bawah. Gerakan palpebra akan
terlihatlambat.
Griffith’s SignGriffith’s sign merupakan kebalikan dari von Graefe’s sign,
yaitukegagalan palpebra mengikut pergerakan bola mata saat pandangan
diarahkanke arah atas.
Mean’s SignMean’s sign adalah pergerakan bola terlihat lambat
dibandingkangerakan palpebra saat disuruh memandang ke atas.
Boston’s SignBoston’s sign adalah spasme dari palpebra saat bola mata
diarahkan ke bawah
Stellwag’s SignAdalah tanda dimana mata pasien jarang berkedip.
Biasanya gejala ini bersamaan dengan Dalrymple’s sign.
Rosenbach’s SignTanda dimana palpebra terlihat bergetar saat menutup
mata
Jelink’s SignHiperpigmentasi dari palpebra2.8 Pengobatan
Konservatif
4. Pengobatan
Obat-obat yang menekan produksi hormone tiroid :
a.P.T.U = Prophylthiouracil dosis 200-600 mg/hari
b.Methimazole (misal : Neomercazole) dosis 1/10-nya PTU
Obat-obat yang menekan pengaruh “sympathetic over stimulation”
a.Beta-blocker-propanolol
b.Sedativa/minor tranquilizer
Roborantia
Diet TKTP
5. Pembedahan
Indikasi :
1.Relaps
2.Struma yang besar
3.Tidak dapat diobati secara konservatif
4.Evaluasi pengobatan konservatif
5.kosmetik
Penyulit :
1. Akut :
-Penyulit pembiusan
-Perdarahan
-Paralysa N recurrent
-Thyroid crisi
.Kronik :
-Infeksi
-Hipoparatiroidi
-Hipotiroidi-Relaps
Radioaktif:
Indikasi :
a.Umur tua
b.Menolak pembedahan
c.Karena kondisinya tidak dapat dibedah
Pengobatan exopthalmus :
a.Hindari iritasi pada cornea (salep mata)
b.Kalau perlu, kortikosteroid injeksi retro oculi dan per oral
Dermopati :kortikosteroid local dan per oral
2. Grave’s disease
Penyakit Graves (goiter difusa toksika) merupakan penyebab tersering
hipertiroidisme adalah suatu penyakit otonium yang biasanya ditandai oleh
produksi otoantibodi yang memiliki kerja mirip TSH pada kelenjar tiroid.
Penderita penyakit Graves memiliki gejala-gejala khas dari hipertiroidisme dan
gejala tambahan khusus yaitu pembesaran kelenjar tiroid/struma difus, oftamopati
(eksoftalmus/ mata menonjol) dan kadang-kadang dengan dermopati.(1,4,5,6)
Etiologi
Penyakit Graves merupakan salah satu penyakit otoimun, dimana penyebabnya
sampai sekarang belum diketahui dengan pasti. Penyakit ini mempunyai
predisposisi genetik yang kuat, dimana 15% penderita mempunyai hubungan
keluarga yang erat dengan penderita penyakit yang sama. Sekitar 50% dari
keluarga penderita penyakit Graves, ditemukan autoantibodi tiroid didalam
darahnya. Penyakit ini ditemukan 5 kali lebih banyak pada wanita dibandingkan
pria, dan dapat terjadi pada semua umur. Angka kejadian tertinggi terjadi pada
usia antara 20 tahun sampai 40 tahun.
Patogenesis
Pada penyakit Graves, limfosit T mengalami perangsangan terhadap antigen yang
berada didalam kelenjar tiroid yang selanjutnya akan merangsang limfosit B
untuk mensintesis antibodi terhadap antigen tersebut. Antibodi yang disintesis
akan bereaksi dengan reseptor TSH didalam membran sel tiroid sehingga akan
merangsang pertumbuhan dan fungsi sel tiroid, dikenal dengan TSH-R antibody.
Adanya antibodi didalam sirkulasi darah mempunyai korelasi yang erat dengan
aktivitas dan kekambuhan penyakit. Mekanisme otoimunitas merupakan faktor
penting dalam patogenesis terjadinya hipertiroidisme, oftalmopati, dan dermopati
pada penyakit Graves.
Sampai saat ini dikenal ada 3 otoantigen utama terhadap kelenjar tiroid yaitu
tiroglobulin (Tg), thyroidal peroxidase (TPO) dan reseptor TSH (TSH-R).
Disamping itu terdapat pula suatu protein dengan BM 64 kiloDalton pada
permukaan membran sel tiroid dan sel-sel orbita yang diduga berperan dalam
proses terjadinya perubahan kandungan orbita dan kelenjar tiroid penderita
penyakit Graves.
Sel-sel tiroid mempunyai kemampuan bereaksi dengan antigen diatas dan bila
terangsang oleh pengaruh sitokin (seperti interferon gamma) akan
mengekspresikan molekul-molekul permukaan sel kelas II (MHC kelas II, seperti
DR4) untuk mempresentasikan antigen pada limfosit T.
Gejala klinis
Pada penyakit graves terdapat dua kelompok gambaran utama yaitu tiroidal dan
ekstratiroidal yang keduanya mungkin tidak tampak. Ciri-ciri tiroidal berupa
goiter akibat hiperplasia kelenjar tiroid dan hipertiroidisme akibat sekresi hormon
tiroid yang berlebihan. Gejala-gejala hipertiroidisme berupa manifestasi
hipermetabolisme dan aktifitas simpatis yang berlebihan. Pasien mengeluh lelah,
gemetar, tidak tahan panas, keringat semakin banyak bila panas, kulit lembab,
berat badan menurun walaupun nafsu makan meningkat, palpitasi, takikardi, diare
dan kelemahan srta atrofi otot. Manifestasi ekstratiroidal berupa oftalmopati dan
infiltrasi kulit lokal yang biasanya terbatas pada tungkai bawah. Oftalmopati yang
ditemukan pada 50% sampai 80% pasien ditandai dengan mata melotot, fissura
palpebra melebar, kedipan berkurang, lid lag (keterlambatan kelopak mata dalam
mengikuti gerakan mata) dan kegagalan konvergensi. (3) Gambaran klinik klasik
dari penyakit graves antara lain adalah tri tunggal hipertitoidisme, goiter difus dan
eksoftalmus. (5)
Perubahan pada mata (oftalmopati Graves) , menurut the American Thyroid
Association diklasifikasikan sebagai berikut (dikenal dengan singkatan
NOSPECS) :
Kelas Uraian
0 Tidak ada gejala dan tanda
1 Hanya ada tanda tanpa gejala (berupa upper lid retraction,stare,lid lag)
2 Perubahan jaringan lunak orbita
3 Proptosis (dapat dideteksi dengan Hertel exphthalmometer)
4 Keterlibatan otot-otot ekstra ocular
5 Perubahan pada kornea (keratitis)
6 Kebutaan (kerusakan nervus opticus)
B. Pemeriksaan laboratorium
Kelainan laboratorium pada keadaan hipertiroidisme dapat dilihat pada skema
dibawah ini :
Autoantibodi tiroid , TgAb dan TPO Ab dapat dijumpai baik pada penyakit
Graves maupun tiroiditis Hashimoto , namun TSH-R Ab (stim) lebih spesifik
pada penyakit Graves. Pemeriksaan ini berguna pada pasien dalam keadaan
apathetic hyperthyroid atau pada eksoftamos unilateral tanpa tanda-tanda klinis
dan laboratorium yang jelas. (2)
Untuk dapat memahami hasil-hasil laboratorium pada penyakit Graves dan
hipertiroidisme umumnya, perlu mengetahui mekanisme umpan balik pada
hubungan (axis) antara kelenjar hipofisis dan kelenjar tiroid. Dalam keadaan
normal, kadar hormon tiroid perifer, seperti L-tiroksin (T-4) dan tri-iodo-tironin
(T-3) berada dalam keseimbangan dengan thyrotropin stimulating hormone
(TSH). Artinya, bila T-3 dan T-4 rendah, maka produksi TSH akan meningkat
dan sebaliknya ketika kadar hormon tiroid tinggi, maka produksi TSH akan
menurun.
Pada penyakit Graves, adanya antibodi terhadap reseptor TSH di membran sel
folikel tiroid, menyebabkan perangsangan produksi hormon tiroid secara terus
menerus, sehingga kadar hormon tiroid menjadi tinggi. Kadar hormon tiroid yang
tinggi ini menekan produksi TSH di kelenjar hipofisis, sehingga kadar TSH
menjadi rendah dan bahkan kadang-kadang tidak terdeteksi. Pemeriksaan TSH
generasi kedua merupakan pemeriksaan penyaring paling sensitif terhadap
hipertiroidisme, oleh karena itu disebut TSH sensitive (TSHs), karena dapat
mendeteksi kadar TSH sampai angka mendekati 0,05mIU/L. Untuk konfirmasi
diagnostik, dapat diperiksa kadar T-4 bebas (free T-4/FT-4). (1,2,3)
C. Pemeriksaan penunjang lain
Pemeriksaan penunjang lain seperti pencitraan (scan dan USG tiroid) untuk
menegakkan diagnosis penyakit Graves jarang diperlukan, kecuali scan tiroid
pada tes supresi tiroksin.
3. Autoimun
Gangguan autoimun adalah kegagalan fungsi sistem kekebalan tubuh yang membuat
badan menyerang jaringannya sendiri. Sistem imunitas menjaga tubuh melawan pada
apa yang terlihatnya sebagai bahan asing atau berbahaya. Bahan seperti itu termasuk
mikro-jasad, parasit (seperti cacing), sel kanker, dan malah pencangkokkan organ dan
jaringan.
Bahan yang bisa merangsang respon imunitas disebut antigen. Antigen adalah molekul
yang mungkin terdapat dalam sel atau di atas permukaan sel (seperti bakteri, virus, atau
sel kanker). Beberapa antigen, seperti molekul serbuk sari atau makanan, ada di mereka
sendiri.
Sel sekalipun pada orang yang memiliki jaringan sendiri bisa mempunyai antigen.
Tetapi, biasanya, sistem imunitas bereaksi hanya terhadap antigen dari bahan asing atau
berbahaya, tidak terhadap antigen dari orang yang memiliki jaringan sendirii. Tetapi,
sistem imunitas kadang-kadang rusak, menterjemahkan jaringan tubuh sendiri sebagai
antibodi asing dan menghasilkan (disebut autoantibodi) atau sel imunitas menargetkan
dan menyerang jaringan tubuh sendiri.
Respon ini disebut reaksi autoimun. Hal tersebut menghasilkan radang dan kerusakan
jaringan. Efek seperti itu mungkin merupakan gangguan autoimun, tetapi beberapa
orang menghasilkan jumlah yang begitu kecil autoantibodi sehingga gangguan autoimun
tidak terjadi.
Beberapa ganguan autoimun yang sering terjadi seperti radang sendi rheumatoid, lupus
erythematosus sistemik (lupus), dan vasculitis, diantaranya. Penyakit tambahan yang
diyakini berhubungan dengan autoimun seperti glomerulonephritis, penyakit Addison,
penyakit campuran jaringan ikat, sindroma Sjogren, sclerosis sistemik progresif, dan
beberapa kasus infertilitas.
Beberapa Gangguan Autoimun
Gangguan Jaringan yang terkena Konsekwensi
Anemia
hemolitik
autoimun
Sel darah merah Anemia (berkurangnya jumlah sel darah merah) terjadi,
menyebabkan kepenatan, kelemahan, dan sakit kepala
ringan. Limpa mungkin membesar. Anemia bisa hebat
dan bahkan fatal.
Bullous
pemphigoid
Kulit Lepuh besar, yang kelilingi oleh area bengkak yang
merah, terbentuk di kulit. Gatal biasa. Dengan
pengobatan, prognosis baik.
Sindrom
Goodpasture
Paru-paru dan ginjal Gejala, seperti pendeknya nafas, batuk darah, kepenatan,
bengkak, dan gatal, mungkin berkembang. Prognosis baik
jika pengobatan dilaukan sebelum kerusakan paru-paru
atau ginjal hebat terjadi.
Penyakit Graves Kelenjar tiroid Kelenjar gondok dirangsang dan membesar,
menghasilkan kadar tinggi hormon thyroid
(hyperthyroidism). Gejala mungkin termasuk detak
jantung cepat, tidak tahan panas, tremor, berat kehilangan,
dan kecemasa. Dengan pengobatan, prognosis baik.
Tiroiditis
Hashimoto
Kelenjar tiroid Kelenjar gondok meradang dan rusak, menghasilkan
kadar hormon thyroid rendah (hypothyroidism). Gejala
seperti berat badan bertambah, kulit kasar, tidak tahan ke
dingin, dan mengantuk. Pengobatan seumur hidup dengan
hormon thyroid perlu dan biasanya mengurangi gejala
secara sempurna.
Multiple
sclerosis
Otak dan spinal cord Seluruh sel syaraf yang terkena rusak. Akibatnya, sel
tidak bisa meneruskan sinyal syaraf seperti biasanya.
Gejala mungkin termasuk kelemahan, sensasi abnormal,
kegamangan, masalah dengan pandangan, kekejangan
otot, dan sukar menahan hajat. Gejala berubah-ubah
tentang waktu dan mungkin datang dan pergi. Prognosis
berubah-ubah.
Myasthenia
gravis
Koneksi antara saraf
dan otot
(neuromuscular
junction)
Otot, teristimewa yang dipunyai mata, melemah dan lelah
dengan mudah, tetapi kelemahan berbeda dalam hal
intensitas. Pola progresivitas bervariasi secara luas. Obat
biasanya bisa mengontrol gejala.
Pemphigus Kulit Lepuh besar terbentuk di kulit. Gangguan bisa
mengancam hidup.
Pernicious
anemia
Sel tertentu di
sepanjang perut
Kerusakan pada sel sepanjang perut membuat kesulitan
menyerap vitamin B12. (Vitamin B12 perlu untuk
produksi sel darah tua dan pemeliharaan sel syaraf).
Anemia adalah, sering akibatnya menyebabkan
kepenatan, kelemahan, dan sakit kepala ringan. Syaraf
bisa rusak, menghasilkan kelemahan dan kehilangan
sensasi. Tanpa pengobatan, tali tulang belakang mungkin
rusak, akhirnya menyebabkan kehilangan sensasi,
kelemahan, dan sukar menahan hajat. Risiko kanker perut
bertambah. Juga, dengan pengobatan, prognosis baik.
Rheumatoid
arthritis
Sendi atau jaringan
lain seperti jaringan
paru-paru, saraf, kulit
dan jantung
Banyak gejala mungkin terjadi. termasuk demam,
kepenatan, rasa sakit sendi, kekakuan sendi, merusak
bentuk sendi, pendeknya nafas, kehilangan sensasi,
kelemahan, bercak, rasa sakit dada, dan bengkak di bawah
kulit. Progonosis bervariasi
Systemic lupus
erythematosus
(lupus)
sendi, ginjal, kulit,
paru-paru, jantung,
otak dan sel darah
Sendi, walaupun dikobarkan, tidak menjadi cacat. Gejala
anemia, seperti kepenatan, kelemahan, dan ringan-
headedness, dan yang dipunyai ginjal, paru-paru, atau
jantung mengacaukan, seperti kepenatan, pendeknya
nafas, gatal, dan rasa sakit dada, mungkin terjadi. Bercak
mungkin timbul. Ramalan berubah-ubah secara luas,
tetapi kebanyakan orang bisa menempuh hidup aktif
meskipun ada gejolak kadang-kadang kekacauan.
Diabetes
mellitus tipe
Sel beta dari pankreas
(yang memproduksi
insulin)
Gejala mungkin termasuk kehausan berlebihan, buang air
kecil, dan selera makan, seperti komplikasi bervariasi
dengan jangka panjang.
Pengobatan seumur hidup dengan insulin diperlukan,
sekalipun perusakan sel pankreas berhenti, karena tidak
cukup sel pankreas yang ada untuk memproduks iinsulin
yang cukup. Prognosis bervariasi sekali dan cenderung
menjadi lebih jelek kalau penyakitnya parah dan bertahan
hingga waktu yang lama.
Vasculitis Pembuluh darah Vasculitis bisa mempengaruhi pembuluh darah di satu
bagian badan (seperti syaraf, kepala, kulit, ginjal, paru-
paru, atau usus) atau beberapa bagian. Ada beberapa
macam. Gejala (seperti bercak, rasa sakit abdominal,
kehilangan berat badan, kesukaran pernafasan, batuk, rasa
sakit dada, sakit kepala, kehilangan pandangan, dan gejala
kerusakan syaraf atau kegagalan ginjal) bergantung pada
bagian badan mana yang dipengaruhi. Prognosis
bergantung pada sebab dan berapa banyak jaringan rusak.
Biasanya, prognosis lebih baik dengan pengobatan.
PENYEBAB
Reaksi autoimun dapat dicetuskan oleh beberapa hal :
Senyawa yang ada di badan yang normalnya dibatasi di area tertentu (dan
demikian disembunyikan dari sistem kekebalan tubuh) dilepaskan ke dalam aliran
darah.Misalnya, pukulan ke mata bisa membuat cairan di bola mata dilepaskan ke
dalam aliran darah.Cairan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk mengenali
mata sebagai benda asing dan menyerangnya.
Senyawa normal di tubuh berubah, misalnya, oleh virus, obat, sinar matahari, atau
radiasi. Bahan senyawa yang berubah mungkin kelihatannya asing bagi sistem
kekebalan tubuh. Misalnya, virus bisa menulari dan demikian mengubah sel di
badan. Sel yang ditulari oleh virus merangsang sistem kekebalan tubuh untuk
menyerangnya.
Senyawa asing yang menyerupai senyawa badan alami mungkin memasuki badan.
Sistem kekebalan tubuh dengan kurang hati-hati dapat menjadikan senyawa badan
mirip seperti bahan asing sebagai sasaran. Misalnya, bakteri penyebab sakit
kerongkongan mempunyai beberapa antigen yang mirip dengan sel jantung
manusia. Jarang terjadi, sistem kekebalan tubuh dapat menyerang jantung orang
sesudah sakit kerongkongan (reaksi ini bagian dari deman rumatik).
Sel yang mengontrol produksi antibodi misalnya, limfosit B (salah satu sel
darah putih) mungkin rusak dan menghasilkan antibodi abnormal yang
menyerang beberapa sel badan.
Keturunan mungkin terlibat pada beberapa kekacauan autoimun.
Kerentanan kekacauan, daripada kekacauan itu sendiri, mungkin diwarisi. Pada
orang yang rentan, satu pemicu, seperti infeks virus atau kerusakan jaringan,
dapat membuat kekacauan berkembang. Faktor Hormonal juga mungkin
dilibatkan, karena banyak kekacauan autoimun lebih sering terjadi pada wanita.
GEJALA
Gangguan autoimun dapat menyebabkan demam. Tetapi, gejala bervariasi
bergantung pada gangguan dan bagian badan yang terkena. Beberapa gangguan
autoimun mempengaruhi jenis tertentu jaringan di seluruh badan misalnya,
pembuluh darah, tulang rawan, atau kulit. Gangguan autoimun lainnya
mempengaruhi organ khusus. Sebenarnya organ yang mana pun, termasuk ginjal,
paru-paru, jantung, dan otak, bisa dipengaruhi. Hasil dari peradangan dan
kerusakan jaringan bisa menyebabkan rasa sakit, merusak bentuk sendi,
kelemahan, penyakit kuning, gatal, kesukaran pernafasan, penumpukan cairan
(edema), demam, bahkan kematian.
DIAGNOSA
Pemeriksaan darah yang menunjukkan adanya radang dapat diduga
sebagai gangguan autoimun. Misalnya, pengendapan laju eritrosit (ESR)
seringkali meningkat, karena protein yang dihasilkan dalam merespon radang
mengganggu kemampuan sel darah merah (erythrocytes) untuk tetap ada di darah.
Sering, jumlah sel darah merah berkurang (anemia) karena radang mengurangi
produksi mereka. Tetapi, radang mempunyai banyak sebab, banyak diantaranya
yang bukan autoimun. Dengan begitu, dokter sering mendapatkan pemeriksaan
darah untuk mengetahui antibodi yang berbeda yang bisa terjadi pada orang yang
mempunyai gangguan autoimun khusus. Contoh antibodi ini ialah antibodi
antinuclear, yang biasanya ada di lupus erythematosus sistemik, dan faktor
rheumatoid atau anti-cyclic citrullinated peptide (anti-CCP) antibodi, yang
biasanya ada di radang sendi rheumatoid. Tetapi antibodi ini pun kadang-kadang
mungkin terjadi pada orang yang tidak mempunyai gangguan autoimun, oleh
sebab itu dokter biasanya menggunakan kombinasi hasil tes dan tanda dan gejala
orang untuk mengambil keputusan apakah ada gangguan autoimun.
PENGOBATAN
Pengobatan memerlukan kontrol reaksi autoimmune dengan menekan
sistem kekebalan tubuh. Tetapi, beberapa obat digunakan reaksi autoimmune juga
mengganggu kemampuan badan untuk berjuang melawan penyakit, terutama
infeksi.
Obat yang menekan sistem kekebalan tubuh (imunosupresan), seperti
azathioprine, chlorambucil, cyclophosphamide, cyclosporine, mycophenolate, dan
methotrexate, sering digunakan, biasanya secara oral dan seringkal denganjangka
panjang. Tetapi, obat ini menekan bukan hanya reaksi autoimun tetapi juga
kemampuan badan untuk membela diri terhadap senyawa asing, termasuk mikro-
jasad penyebab infeksi dan sel kanker. Kosekwensinya, risiko infeksi tertentu dan
kanker meningkat.
Kortikosteroid, seperti prednison, diberikan, biasanya secara oral. Obat ini
mengurangi radang sebaik menekan sistem kekebalan tubuh. KortiKosteroid yang
digunakan dlama jangka panjang memiliki banyak efek samping. Kalau mungkin,
kortikosteroid dipakai untuk waktu yang pendek sewaktu gangguan mulai atau
sewaktu gejala memburuk. Tetapi, kortikosteroid kadang-kadang harus dipakai
untuk jangka waktu tidak terbatas.
Ganggua autoimun tertentu (misalnya, multipel sklerosis dan gangguan tiroid)
juga diobati dengan obat lain daripada imunosupresan dan kortikosteroid.
Pengobatan untuk mengurangi gejala juga mungkin diperlukan.
Etanercept, infliximab, dan adalimumab menghalangi aksi faktor tumor necrosis
(TNF), bahan yang bisa menyebabkan radang di badan. Obat ini sangat efektif
dalam mengobati radang sendi rheumatoid, tetapi mereka mungkin berbahaya jika
digunakan untuk mengobati gangguan autoimun tertentu lainnya, seperti multipel
sklerosis. Obat ini juga bisa menambah risiko infeksi dan kanker tertentu.
Plasmapheresis digunakan untuk mengobati sedikit gangguan autoimun. Darah
dialirkan dan disaring untuk menyingkirkan antibodi abnormal. Lalu darah yang
disaring dikembalikan kepada pasien. Beberapa gangguan autoimun terjadi tak
dapat dipahami sewaktu mereka mulai. Tetapi, kebanyakan gangguan autoimun
kronis. Obat sering diperlukan sepanjang hidup untuk mengontrol gejala.
Prognosis bervariasi bergantung pada gangguan.
BAB VIIHIPOTESA AKHIR
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang kita dapat
mengetahui gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita yang mungkin sesuai dengan
gejala-gejala yang telah diuraikan di atas. Maka, kami menyimpulkan bahwa Ny.SS
mengalami : Grave’s Disease
Graves disease berasal dari nama Robert J. Graves, MD, circa tahun1830, yang
artinya adalah penyakit autoimun yang ditandai dengan hipertiroidisem (produksi
berlebihan dari kelenjar tiroid) yang ditemukan dalam sirkulasi darah dimana zat
antibody menyerang kelenjar tiroid , sehingga menstimulasi kelenjar tiroid untuk
memproduksi hormone tiroid terus menerus.
Grave’s disease lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria , gejalanya
dapat timbul pada berbagai usia , terutama pada usia 20-40 tahun. Factor keturunan juga
dapat mempengaruhi terjadinya gangguan sistem kekebalan tubuh dimana zat antibody
menyerang sel dalam tubuh itu sendiri.
BAB VIIISTRATEGI PENYELESAIAN MASALAH
GRAVES
Berdebar - debar sejak 4bulan terakhir ,
berdebar pada saat istirahat dan saat aktivitas
bertambah parah, tidak disertai nyeri dada
dan sesak napas
tidak tahan cuaca panas dan lebih suka cuaca
dingin.
dalam 3 bulan terakhir , berat badan turun
dari 55kg menjadi 50 kg ,padahal nafsu
makan baik.
mudah letih saat aktivitas ringan sejak 1bulan
terakhir
timbul benjolan tidak nyeri di leher depan
sejak 1 tahun
tangan selalu basah dan sering gemetar
bersamaan dengan penurunan BB
BAB IXPENATALAKSANAAN
A. Terapi Medikamentosa
Pengobatan terhadap Graves disease termasuk penggunaan obat-obat anti tiroid
(OAT), seperti methimazole atau propylthiouracil (PTU), yang akan menghambat
produksi dari hormon tiroid, atau juga dengan yodium radioaktif . Pembedahan
Mata : eksophtalmus pada kedua mata
Leher :benjolan difus di leher depan,
bergerak naik turun saat menelan, dan
didapatkan bunyi bruit.
Palpasi : takikardi
Ekstremitas : Hiperrefleksia (+) , telapak
tangan hangat dan lembab, jari-jari tremor
halus (+) Total T4 22 µg/dl (Normal : 4,5 -12,5 µg/dl)
Total T3 3,4 µg/dl (Normal : 1,3 – 2,9 µg/dl)
TSH < 0,003 IU/L (Normal : 0,3 – 5,0 IU/L)
USG kelenjar tiroid : struma solid dengan
hipervaskularisasi
Thyroid scanning pembesaran kelenjar tiroid
dengan hiperaktivitas homogen.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
ANAMNESA
PEMERIKSAAN FISIK
merupakan salah satu pilihan pengobatan, sebelum pembedahan pasien diobati dengan
methimazole atau propylthiouracil (PTU). Beberapa ahli memberikan terapi kombinasi
tiroksin dengan OAT dosis tinggi untuk menghambat produksi hormon tiroid namun
pasien tetap dipertahankan eutiroid dengan pemberian tiroksin. Penambahan tiroksin
selama terapi dengan OAT juga akan menurunkan produksi antibodi terhadap reseptor
TSH dan frekuensi kambuhnya hipertiroid.
B. Surgical
Tiroidektomi ialah eksisi pembedahan dari kelenjar tiroid. Tiroidektomi subtotal
sangat efektif untuk menanggulangi hipertiroid. Indikasi operasi adalah :
1. Pasien umur muda dengan struma yang besar serta tidak mempan dengan OAT
2. Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan OAT dosis tinggi.
3. Alergi terhadap OAT, pasien tidak bisa menerima iodium radioaktif.
4. Adenoma toksik atau struma multinodular toksik.
5. Pada penyakit grave yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul.
C. Radiasi
Pengobatan dengan iodium radioaktif diindikasikan pada : pasien umur 35 tahun
atau lebih, hipertiroid yang kambuh setelah dioperasi, gagal mencapai remisi sesudah
pemberian OAT, tidak mampu atau tidak mau pengobatan dengan OAT dan pada
adenoma toksik, goiter multinodular toksik. Digunakan I131 dengan dosis 5-12mCi per
oral.
BAB X
PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI
PROGNOSIS
Penyakit ini akan memberikan gejala klinis secara bertahap dan berkembang
progresif jika tidak diterapi dengan segera. Jika tidak diterapi dengan baik akan timbul
beberapa komplikasi. Grave's disease sering diikuti dengan peningkatan nadi yang dapat
memicu kerusakan sistem kardiovaskular serta atrial fibrilasi yang akan berujung pada
stroke. Opthalmopathy juga dapat menyebabkan infeksi kornea dan beresiko mengalami
kebutaan.
Pada dasarnya, prognosis penyakit ini baik, bila diberikan terapi yang efektif.
Tetapi tetap tergantung pada durasi dan tingkat keparahan penyakit sebelum diterapi.
Fisik pasien dan vital sign bisa membaik. Namun perkembangan yang signifikan tidak
dapat langsung nampak pada pasien yang baru saja mendapat terapi. Perkembangannya
akan nampak jika keseimbangan tiroidnya telah stabil. Di samping itu, tidak semua gejala
akan membaik bersamaan.
KOMPLIKASI
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik
(thyroid storm). Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang
menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid
yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar
yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 1060F), dan apabila
tidak diobati dapat menyebabkan kematian.
Komplikasi lainnya adalah penyakit jantung hipertiroid, oftalmopati Graves,
dermopati Graves, infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid.
Hipertiroid yang terjadi pada anak-anak juga dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Leksana, Mirzanie H. Chirurgica. Tosca Enterprise. Yogyakarta, 2005. Hal VIII.1
– 5
Noer S, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. FKUI, Jakarta, 1996. Hal
766 – 72
Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC, Jakarta, 1996. Hal 932
– 4.
tanpa tahun Artikel Kesehatan (Online),
(http://www.indonesiaindonesia.com)diakses Oktober 2011)
tanpa tahun Artikel Kesehatan (Online),(http:// www.NursingBegin.com diakses
Maret 2012)
tanpa tahun Artikel Kesehatan (Online), ( http://www.eMedicine.com diakses
Maret 2012)
tanpa tahun Artikel Kesehatan (Online), ( http://www.wikepedia.com diakses
Maret 2012)
tanpa tahun Artikel Kesehatan
(Online), http://refmedika.blogspot.com/2009/02/graves-disease.html diakses
Maret 2012)
tanpa tahun Artikel Kesehatan (Online), http://www.GraveDisease.com diakses
Maret 2012)
tanpa tahun Artikel Kesehatan (Online), http://www.konsultasigizi.com diakses
Maret 2012)
tanpa tahun . Artikel Kesehatan (Online)(http://www.spesialis.info)diakses Maret
2012 )