hubungan antara lama pemakaian dengan …

36
i HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN KEJADIAN AMENORHEA SEKUNDER PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DMPA DI BPS SRI INDRIYATI KABUPATEN MAGELANG KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan STIKES A. Yani Yogyakarta Disusun Oleh : Eko Yanti 1308162 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN YOGYAKARTA 2011

Upload: others

Post on 26-Nov-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

i

HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN KEJADIAN AMENORHEA SEKUNDER PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DMPA

DI BPS SRI INDRIYATI KABUPATEN MAGELANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan STIKES A. Yani Yogyakarta

Disusun Oleh : Eko Yanti 1308162

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN YOGYAKARTA

2011

Page 2: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

iii

Page 3: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

iv

ABSTRACT

RELATIONSHIP BETWEEN THE LENGTH OF USAGE KB INJECTABLE DMPA WITH THE EVENT AMENORHEA

SECONDARY ON ACCEPTORS KB INJECTABLE DMPA IN BPS SRI INDRIYATI KAJORAN

DISTRICT MAGELANG IN 2011

EkoYanti1, Esti Nugraheny2, Imroatul Azizah3

Background: Based on studies preliminary conducted by researchers at the BPS Sri Indriyati, to 20 Acceptors KB injectable DMPA, researchers get 13 Acceptors (65%) who use KB injectable DMPA for 1-2 years, said not getting your period again, 1 acceptor (5%) say having periods of excessive amounts, 4 acceptor (20%) said it is still getting your period a little bit or spots, 2 Acceptors (5%) said having cycles menstrual shorter than ever. Objective: Determinant the relationship between duration of use with the incidence of amenorhea secondary on acceptors KB injections of DMPA in BPS Sri Indriyati in 2011. Method: Analytic correlation by design cross sectional, a population of 110 technique sampling using a purposive sampling in getting the sample 55. Analysis of data using chi square statistical test with significance level α <0.05. Results: Soon (1-4x) mostly did not happen amenorhea (32,7%), long (5-8x) entirely amenorhea calculate (36,4%), based test the significant by using the chi square results ² (15,290) > ² table 3.841 with probability 0,000 < 0,05. The coefficient contingency = 0,466 is the interval from 0,400 – 0,599 in the categories of being. Conclusion: There was relationship a significant between the length of usage KB DMPA with the incidence amenorrhea secondary with the value (²) count (15.290) (²) table (3.841) (² count > ² table). Keywords: Amenorhea secondary and the use KB injections DMPA. _________________________ 1 Student of STIKES A. Yani Yogyakarta 2 Lecturer not fixed of STIKES A. Yani Yogyakarta 3 Lecturers of STIKES A. Yani Yogyakarta

iv

Page 4: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

v

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN KEJADIAN AMENORHEA SEKUNDER PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DMPA

DI BPS SRI INDRIYATI KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011

EkoYanti1, Esti Nugraheny2, Imroatul Azizah3

Latar belakang: Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di BPS Sri Indriyati, kepada 20 Akseptor KB suntik DMPA, peneliti mendapatkan 13 Akseptor (65%) yang menggunakan KB suntik DMPA selama 1-2 tahun mengatakan tidak mendapatkan haid lagi, 1 Akseptor (5%) mengatakan mengalami haid yang berlebihan jumlahnya, 4 Akseptor (20%) mengatakan masih mendapatkan haid sedikit-sedikit atau flek - flek, 2 Akseptor (5%) mengatakan mengalami siklus haid yang lebih pendek dari sebelumnya. Tujuan: Mengetahui hubungan antara lama pemakaian dengan kejadian amenorhea sekunder pada akseptor KB suntik DMPA di BPS Sri Indriyati tahun 2011. Metode: Analitik korelasional dengan rancangan cross sectional, jumlah populasi 110 teknik sampling menggunakan purposive sampling di dapatkan sampel 55. Analisa data menggunakan uji statistik chi kuadrat dengan tingkat kemaknaan α < 0,05. Hasil: Tidak lama (1-4x) sebagian besar tidak terjadi amenorhea (32,7%), lama (5-8x) seluruhnya terjadi amenorhea (36,4%), berdasarkan uji signifikan dengan menggunakan chi kuadrat hasil ² hitung(15,290) >² tabel 3,841 dengan signifikansi 0,000 < 0,05. Nilai koefisien kontigensi = 0,466 berada pada interval 0,400 – 0,599 dalam kategori sedang. Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikanantara lama pemakaian KB DMPA dengan kejadian amenorrhea sekunder dengan hasil nilai (²) hitung (15,290) (²) tabel (3,841) (² hitung >² tabel). Kata kunci: Amenorhea sekunder dan pemakaian KB suntik DMPA.

_______________________ 1 Mahasiswa stikes A. Yani Y ogyakarta 2 Dosen tidak tetap Stikes A. Yani Yogyakarta 3 Dosen tetap Stikes A. Yani Yogyakarta

v

Page 5: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

vi

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Yogyakarta, Agustus 2011

Penulis

vi

Page 6: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahhirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Lama Pemakaian Dengan Kejadian Amenorhea Sekunder Pada Akseptor KB DMPA Di BPS Sri Indriyati Kajoran Kabupaten Magelang Tahun 2011”. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan Program Pendidikan Diploma III Kebidanan di STIKES A. Yani Yogyakarta. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr.I Edy Purwoko,Sp.B selaku Ketua STIKES A. Yani Yogyakarta. 2. Tri Sunarsih, S.ST., M. Kes. Selaku ketua Prodi Kebidanan yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah . 3. Sri Arini S, kep. M, Kes selaku penguji I yang telah bersedia untuk menguji

dan memberikan masukan kepada penulis. 4. Esti Nugraheny S.SiT,M. Kes selaku pembmbing 1 yang telah bersedia untuk

membimbing dan memberi masukan kepada penulis. 5. Imroatul Azizah S.ST selaku pembimbing 2 yang telah bersedia untuk

membimbing dan memberi masukan kepada penulis. 6. bidan Sri Indriyati, Amd. keb yang telah memberi izin dan kesempatan untuk

melaksanakan penelitian di BPS Sri Indriyati. 7. Suamiku tercinta yang selalu memberikan doarestunya serta memberikan

motivasi, dukungan moril dan materiil untuk segera menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Kedua orang tuaku yang telah memberi dorongan, dukungan moril dan materiil untuk segera menyelesaikan Kara Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulisi Imiah ini masih

banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan penulisan di masa yang akan datang.

Wassalamu’alaikumWr. Wb.

Yogyakarta, Maret 2011

Penulis

ix

Page 7: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN....................................................................

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii ABSTRACT....................................................................................................... iv ABSTRAK......................................................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN....................................................................... vi HALAMAN MOTTO..................................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... viii KATA PENGANTAR ................................................................................ ix DAFTAR ISI .............................................................................................. x DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR.................................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian........................................................................ 4 D. Manfaat Penelitian...................................................................... 5 E. Keaslian Penelitian ..................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori............................................................................ 8 B. Kerangka Teori........................................................................... 32 C. Kerangka Konsep Penelitian ....................................................... 33 D. Hipotesis .................................................................................... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian........................................................................ 34 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 34 C. Variabel Penelitian ..................................................................... 34 D. Definisi Operasional ................................................................... 35 E. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 35 F. Alat dan Metode Pengumpulan Data........................................... 37 G. Metode Pengolahan dan Analisa Data ......................................... 38 H. Jalanya Penelitian ....................................................................... 42 I. Etika Penelitian............................................................................... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian................................................................................ 45 B. Pembahasan Penelitian.................................................................... 51 C. Keterbatasan ................................................................................ 58

x

Page 8: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

xi

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................... 59 B. Saran................................................................................................. 60

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN

xi

Page 9: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Definisi operasional ...................................................................... 35 Tabel 3.2. Pedoman untuk interpretasi terhadap koefisien korelasi ................. 42 Tabel 4.1. Distribusi frekuensi berdasarkan umur responden ......................... 46 Tabel 4.2. Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan responden ................ 47 Tabel 4.3. Distribusi frkuensi berdasarkan pekerjaan responden .................... 48 Tabel 4.4. Distribusi frekuensi berdasarkan lama pemakaian ......................... 48 Tabel 4.5. Distribusi frekuensi berdasarkan kejadian amenorhea.................... 49 Tabel 4.6. Tabel silang antara lama pemakaian dengan kejadian amenorhea

sekunder............................................................................................. 50

xii

Page 10: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian............................................... 32 Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian........................................... 33

xiii

Page 11: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Permohonan chek list Lampiran 2 : persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 : Chek List Lampiran 4 : Jadwal Penyusunan KTI Lampiran 5 : Ijin studi pendahuluan kepada BPS Sri Indriyati Magelang Lampran 6 : Surat balasan dari BPS Sri Indriyati Magelang Lampiran 7 : Ijin penelitian kepada Gubernur DIY Lampiran 8 : Surat balasan dari Gubernur DIY Lampiran 9 : Ijin penelitian kepada Gubernur provinsi Jawa Tengah Lampiran 10 : Surat balasan dari gubernur propinsi jawa tengah Lampiran 11 : Surat balasan dari kesbanglinmas magelang Lampiran 12 : Surat balasan dari BPPT magelang Lampiran 13 : Surat ijin penelitian kepada Dinas Kesehatan Magelang Lampiran 14 : Hasil penelitian

xiv

Page 12: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat ini keluarga berencana telah hampir dikenal diseluruh dunia.

Dinegara-negara maju, keluarga berencana bukan lagi merupakan suatu

program atau gagasan, tetapi telah merupakan falsafah hidup masyarakatnya.

Sedangkan dinegara-negara berkembang, keluarga berencana masih

merupakan program yang pelaksanaanya harus terus ditingkatkan (Mochtar,

2008).

Di Indonesia terdapat berbagai macam metode keluarga berencana

seperti: alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), susuk atau implant,

kontrasepsi suntikan, kontrasepsi pil, kondom dan kontrasepsi mantap, yang

pada wanita yaitu metode operasi wanita (MOW) dan metode kontrasepsi

pria (MOP), hal ini disesuaikan dengan pilihan Akseptor KB (Manuaba 2001)

Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian, perdarahan inter-

menstrual dan perdarahan bercak berkurang dengan jalanya waktu,

sedangkan kejadian amenorhea bertambah besar (Hanafi, 2004). Pada

pemakaian DMPA (Depo Medroksiprogesteron Asetat) jangka panjang

amenorhea menjadi hal yang menonjol (Glasier, 2005).

Berdasarkan data yang diambil dari BKKBN Jawa Tengah tahun 2010

jumlah Akseptor KB sebanyak 4.849.207 orang, dari total seluruhpeserta

Page 13: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

2

tersebut sebagian besar Akseptor KB suntik ada 2.649.722 orang atau

54,64%.

Data dari kantor BKKBN Kabupaten Magelang pada bulan Desember

2010, menunjukkan bahwa pasangan usia subur di Kabupaten Magelang

berjumlah 217.124, sebanyak 85.299 (39,2%) menggunakan kontrasepsi

suntik, 29.702 (13,6%) menggunakan kontrasepsi IUD, 24.752 (11,3%)

menggunakan kontrasepsi pil, 15.566 (7,1%) menggunakan kontrasepsi

implant, 9.841 (4,5%) menggunakan kontrasepsi MOW, 2.689 (1,2%)

menggunakan kontrasepsi kondom, 1.248 (0,5%) menggunakan kontrasepsi

MOP. Salah satu jenis kontrasepsi efektif dan menjadi pilihan kaum ibu

adalah KB suntik, ini disebabkan karena aman, efektif, sederhana dan murah.

Cara ini mulai disukai masyarakat kita dan diperkirakan setengah juta

pasangan memakai kontrasepsi suntikan untuk mencegah kehamilan

(Mochtar, R 2008). Namun demikian KB suntik juga memunyai banyak efek

samping, seperti amenorhea (50%), spoting (bercak darah) dan menorargia,

seperti halnya dengan kontrasepsi hormonal lainya dan dijumpai pula keluhan

mual, sakit kepala(< 1 – 17%), pusing (90%), perubahan berat badan (7 –

9%) (Hartanto, 2004).Efek samping dari KB suntik DMPA (Depo

Medroksiprogesteron Asetat) yang sering terjadi, antara lain: Amenorhea ini

yang paling banyak terjadi, berat badan yang bertambah, sakit kepala pada

sistem kardiovaskuler efeknya sangat sedikit, makanan, ada sedikit

peninggian dari kadar insulin dan penurunan ADL kolesterol (Hartanto,

2004). Salah satu masalah pada pemakaian kontrasepsi steroid yang hanya

Page 14: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

3

berisi progesteron adalah timbulnya gangguan pola perdarahan sampai

terjadinya amenorhea. Efek ini dipandang sebagai kekurangan oleh banyak

wanita yang menganggap bahwa perdarahan yang teratur merupakan suatu

tanda kesehatan dan haid sebagai indikator bahwa mereka tidak hamil (WHO,

2006). Untuk beberapa wanita pengalaman amenorhea sekunder dapat sangat

membebani. Mendapat menstruasi adalah cara normal wanita mengetahui

apakah mereka hamil atau tidak. (Everett, 2007).Kelainan haid merupakan

sebab utama dari penghentian kotrasepsi suntikan (Hanafi,2004). Sampai

25% akseptor KB DMPA (Depo Medroksiprogesteron Asetat) berhenti pada

tahun pertama akibat perdarahan yang tidak teratur. Perdarahan dan spoting

menurun secara progresif seiring setiap satu kali penyuntikan ulang sehingga

setelah lima tahun, 80% pengguna menjadi amenorhea (Sproff, 2003).

Pada penlitian Nur, S. 2007 tentang kejadian efek samping kontrasepsi

Suntikan Progestin di Desa Pagersari dan Desa Bojong Mungkid Magelang

tahun 2007, didapatkan hasil bahwa sebanyak 26 akseptor (85%) dari 40

akseptor mengalami efek samping berupa gangguan siklus menstruasi

amenorhea. Gangguan haid merupakan keluhan yang paling sering

ditemukan, seperti: siklus haid yang memendek atau memanjang, perdarahan

yang banyak atau sedikit, perdarahan yang tidak teratur atau perdarahan

bercak, tidak haid sama sekali atau amenorhea (Baziat, 2008).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di BPS

Sri Indriyati, Kajoran Magelang pada bulan maret 2011 kepada 20 Akseptor

KB suntik DMPA, peneliti mendapatkan 13 Akseptor (65%) yang

Page 15: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

4

menggunakan KB suntik DMPA selama 1-2 tahun mengatakan tidak

mendapatkan haid lagi, 1 Akseptor (5%) mengatakan mengalami haid yang

berlebihan jumlahnya, 4 Akseptor (20%) mengatakan masih mendapatkan

haid sedikit-sedikit atau flek - flek, 2 Akseptor (5%) mengatakan mengalami

siklus haid yang lebih pendek dari sebelumnya. Data ini diperoleh dari

Akseptor yang datang ke bidan Sri Indriyati untuk melakukan penyuntikan

ulang.

Dengan melihat permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian tentang “Hubungan Antara lama pemakaian dengan

kejadian amenorhea sekunder pada Akseptor KB suntik DMPA di BPS Sri

Indriyati Magelang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam Karya

Tulis ini adalah”Adakah hubungan antara lama pemakaian dengan kejadian

amenorhea sekunder diBPS Sri Indriyati Magelang?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan antara lama pemakaian dengan kejadian

amenorhea sekunder pada Akseptor KB suntik DMPA di BPS Sri Indriyati

Magelang.

Page 16: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

5

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya lama pemakaian KB suntik DMPA di BPS Sri Indriyati

Magelang.

b. Diketahuinya kejadian amenorhea sekunder pada Akseptor KB suntik

DMPA diBPS Sri Indriyati Magelang.

c. Menganalisa hubungan lama pemakaian KB suntik DMPA dengan

kejadian amenorhea Sekunder

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberikan gambaran tentang ilmu pengetahuan kebidanan

khususnya pada pelayanan KB .

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Bidan BPS Sri Indriyati

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan

pertimbangan untuk mengambil langkah-langkah strategis dalam

memberikan konseling mengenaiefek samping KB suntik DMPA

khususnya yang berhubungan dengan kejadian Amenorhea, kepada

Akseptor KB suntik DMPA.

b. Bagi Responden

Menambah dan meningkatkan pemahaman tentang efek

samping KB suntik DMPA khususnya yang berhubungan dengan

Amenorhea sekunder.

Page 17: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

6

c. Bagi Peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk

menambah bahan pustaka serta meningkatkan pengetahuan dan

wawasan bagi mahasiswa serta pembaca pada umumnya.

d. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan metode penelitian mengenai

KB yang berhubungan dengan efek samping lama pemakaian KB

DMPA dengan kejadian Amenorhea sekunder.

E. Keaslian Penelitian

Penelitiansejenis yang pernah dilakukan tentang kontrasepsi suntik oleh:

1. Diana, D (2008) dengan judul “Hubungan Antara Lama Pemakain KB

Suntik Cyclofem Dengan Kenaikan Berat Badan di BPS Finulia Banjarsari

Surakarta”. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional. Pemilihan sampel dilakukan dengan

cara purposive sampling. Hasil Penelitian menunjukkan ada hubungan

antara lama pemakaian KB suntik cyclofem dengan kenaikan berat badan.

2. Wati, T (2007) dengan judul “Hubungan Pemakaian Kontrasepsi Suntik

Depo Provera terhadap Perubahan Pola Menstruasi di BPS Worotri

Prabandari Sambirejo Kabupaten Sragen”. Penelitian ini menggunakan

metode analitik dengan pendekatan cross sectional. Pemilihan sampel

dilakukan dengan cara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan

Page 18: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

7

ada hubungan antara pemakaian kontrasepsi Depo Provera terhadap

perubahan pola menstruasi.

3. Maya, F (2008) dengan judul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan

Akseptor Depo Progestin dengan Kepatuhan Kunjungan Ulang di

RB An-Nissa Kota Surakarta Tahun 2008”. Desain penelitian yang

digunakan adalah observasional analitik, peneliti mencoba untuk mencari

hubungan antara variabel bebas (faktor resiko) dengan variabel tergantung

(efek) yang analisisnya untuk menentukan ada tidaknya hubungan antar

variabel sehingga perlu disusun hipotesisnya (Taufiqurrohman, 2004).

Pendekatan waktu yang digunakan adalah Cross Sectional. Pemilihan

sampel dilakukan dengan cara quota sampling. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan

akseptor depo progestin dengan kepatuhan kunjungan ulang.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah Populasi,

waktu, responden, tempat penelitian serta variabel penelitianya.

Page 19: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara lama

pemakaian KB suntik DMPA dengan kejadian amenorhea sekunder yang

dilakukan pada 55 responden di BPS Sri Indriyati Kajoran, Magelang tahun

2011 diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Bidan Praktek Swasta (BPS) Sri Indriyati Kajoran, Magelang. BPS

Sri Indriyati memberikan pelayanan yaitu sebagai berikut: KIA, KB, dan

ANC, dilaksanakan setiap hari kerja pagi dari pukul 06.00 WIB sampai

dengan pukul 07.30 WIB, dan sore dimulai pukul 14.00 WIB sampai

dengan pukul 20.00 WIB. Pemeriksaan ANC dan imunisasi dilayani setiap

hari kecuali imunisasi BCG dan campak setiap tanggal 1 dan 15.

Pemeriksaan darah dilayani setiap hari. Kecuali pertolongan persalinan

dilayani setiap hari selama 24 jam. Sedangkan pelayanan KB dilayani

setiap hari dengan rata-rata kunjungan ulang akseptor KB DMPA adalah

110 orang setiap bulan.

Page 20: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

46

2. Karakteristik Responden

Karakteristik Responden dalam penelitian ini akan disajikan berdasarkan

umur, pendidikan, dan pekerjaan. Deskripsi Karakteristik responden dapat

dilihat sebagai berikut:

a. Umur

Berdasarkan hasil analisis frekuensi berdasarkan umur responden

pada akseptor KB suntik DMPA di BPS Sri Indriyati Kabupaten

Magelang dapat diketahui dalamTabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1.Distribusi frekuensi berdasarkan umur responden di BPS Sri Indriyati Kabupaten Magelang Tahun 2011.

Umur

Frekuensi

Persentase (%)

<20 tahun

20-35 tahun

>35 tahun

9

43

3

16,4

78,2

5,5

Jumlah 55 100 % Sumber : Data primer

Berdasarkan usia, Responden terbanyak adalah yang berusia

antara 20 – 35 tahun sebanyak 43 responden (78,2%) dan responden

yang paling sedikit adalah responden yang berusia > 35 tahun sebanyak

3 responden (5,5 %)

Page 21: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

47

b. Pendidikan

Berdasarkan tabel hasil analisis frekuensi berdasarkan pendidikan

responden di atas, yaitu akseptor KB suntik DMPA di BPS Sri Indriyati

Kabupaten Magelang dapat diketahui dalam Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2.Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan responden di BPS Sri Indriyati Kabupaten Magelang Tahun 2011.

Pendidikan

Frekuensi

Persentase (%)

SD

SLTP SLTA

D3

25 14 11 5

45,5 25,5 20 9,1

Jumlah 55 100 % Sumber : Data primer

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa responden

berdasarkan tingkat pendidikan yang terbanyak adalah yang

berpendidikan SD sebanyak 25 responden (45,5%) dan responden

yang paling sedikit berpendidikan D3 sebanyak 5 responden (9,1 %),

c. Pekerjaan

Berdasarkan hasil analisis frekuensi berdasarkan pekerjaan

responden, yaitu akseptor KB suntik DMPA di BPS Sri Indriyati

Kabupaten Magelang dapat diketahui dalamTabel 4.3 berikut.

Page 22: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

48

Tabel 4.3. Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan responden di BPS Sri Indriyati Kabupaten Magelang Tahun 2011.

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

IRT Petani

Wiraswasta Swasta Buruh PNS

25 11 10 5 3 1

45,5 20

18,2 9,1 5,5 1,8

Jumlah 55 100 %

Sumber : Data primer

Berdasarkan tabel di atas responden yang terbanyak bekerja

sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu 25 responden (45,5 %) dan

responden yang paling sedikit bekerja sebagai PNS yaitu hanya 1

orang (1,8%).

3. Analisa univariat

a. Lama pemakaian KB Suntik DMPA

Berdasarkan hasil analisis frekuensi berdasarkan lama pemakaian

KB suntik DMPA, yaitu akseptor KB suntik DMPA di BPS Sri

Indriyati Kabupaten Magelang dapat diketahui dalam Tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4. Distribusi frekuensi berdasarkan lama pemakaian KB suntik DMPA di BPS Sri Indriyati Kabupaten Magelang Tahun 2011.

Lama Suntik Frekuensi Persentase (%) Tidak Lama

Lama

35 20

63,3 36,4

Jumlah 55 100 % Sumber : Data primer

Page 23: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

49

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 55 responden

yang mempunyai tingkat pemakaian KB suntik DMPA dalam kategori

lama (5 – 8x suntik) 20 responden (36,4%) sedangkan kategori tidak

lama (1 – 4x suntik) yaitu 35 responden (63,3%).

Dari data tersebut disimpulkan bahwa tingkat pemakaian KB

suntik DMPA yang terbanyak yaitu yang dalam kategori tidak lama

b. Amenorhea Sekunder

Berdasarkan hasil analisis frekuensi berdasarkan amenorrhea

sekunder pada akseptor KB suntik DMPA di BPS Sri Indriyati

Kabupaten Magelang dapat diketahui dalam Tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5. Distribusi frekuensi berdasarkan amenorrhea sekunder responden di BPS Sri Indriyati Kabupaten Magelang Tahun 2011.

Amenorhea sekunder

Frekuensi

Persentase (%)

Terjadi

Tidak Terjadi

37 18

67,3 32,7

Jumlah 55 100 % Sumber : Data primer

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang

tidak mengalami amenorhea sekunder 18 responden (32,7%)

sedangkan yang mengalami amenorrhea sekunder yaitu sebanyak 37

responden (67,3%).

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan responden yang

megalami amenorhea sekunder lebih banyak dari yang tidak

mengalami amenorhea sekunder

Page 24: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

50

4. Analisa bivariat

Hasil analisa antara lama suntik dengan kejadian amenorhea

sekunder pada akseptor KB suntik DMPA di BPS Sri Indriyati Kabupaten

Magelang tahun 2011 disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 4.6. Hubungan Antara lama pemakaian suntik dengan kejadian amenorrhea sekunder akseptor KB suntik DMPA di BPS Sri Indriyati Kabupaten Magelang

Kejadian amenorrhea

sekunder Lama pemakaian

Tidak terjadi Terjadi

Total

Lama 0 20 20 Tidak Lama 18 17 35 Total 18 37 55

² = 15,290 p value = 0,000

Analisis hubungan antara lama pemakaian KB suntik DMPA

dengan kejadian amenorhea sekunder dapat didistribusikan sebagai

berikut: Responden dengan lama pemakain KB Suntik DMPA 5 – 8x

suntik 20 responden (36,3%) mengalami amenorhea dari total responden

sebanyak 20 (36,3 %). Responden dengan lama pemakaian KB DMPA 1 –

4x suntik 18 responden (32,7%) tidak mengalami amenorhea dan 17

responden (30,9%) mengalami amenorhea dari total responden sebanyak

35 (63,6%).

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara lama suntik dengan

kejadian amenorrhea sekunder akseptor KB suntik DMPA di BPS Sri

Indriyati Kabupaten Magelang diperoleh ² hitung = 15,290 > ² tabel =3,841

dengan derajat kebebasan (df/dk) 1, tingkat kemaknaan 0,5% p value

0,000 (0,000 < 0,5) . maka Ho di tolak dan Ha diterima, hal ini berarti

Page 25: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

51

bahwa lama pemakaian KB suntik DMPA berhubungan secara signifikan

dengan kejadian amenorrhea sekunder. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa lama pemakaian KB suntik DMPA berhubungan

secara signifikan dengan kejadian amenorrhea sekunder pada akseptor KB

suntik DMPA di BPS Sri Indriyati Kajoran Magelang.

Berdasarkan analisis data penelitian juga diperoleh nilai koefisien

kontigensi = 0,466. Oleh karena nilai koefisien kontigensi berada pada

interval 0,400 – 0,599 maka dapat dinyatakan bahwa tingkat hubungan

antara lama pemakaian dengan kejadian amenorhea sekunder termasuk

dalam kategori sedang.

B. Pembahasan

Dari tabel 4.1 terlihat bahwa sebagian besar (78,2%) responden

berumur 20-35 tahun. Menurut Brahm (2007) usia seorang wanita dapat

mempengaruhi kecocokan dan akseptabilitas metode-metode kontrasepsi

tertentu. Dua kelompok pemakai kontrasepsi yaitu remaja dan premenepouse

perlu mendapatkan perhatian khusus. Dan menurut Hanafi (2004) Pada usia

<20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak dulu, prioritas

penggunaan kontrasepsi pil dan melahirkan, dianjurkan memakai IUD. Pada

usia > 35 tahun fase menghentikan kehamilan, disarankan memakai

kontrasepsi mantap Umur seorang wanita memang mempengaruhi pemakaian

kontrasepsi yang tepat. Untuk usia > 35 tahun disarankan memakai

kontrasepsi mantap dikarenakan jika terjadi kehamilan pada usia itu akan

menjadi kehamilan resiko tinggi yang akan memperbesar kematian dan

Page 26: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

52

kesakitan ibu dan bayi. Sedangkan usia < 20 tahun lebih disarankan memakai

pil, IUD hal ini dikarenakan agar kembalinya kesuburan bisa didapatkan

dengan cepat. Sehingga seorang wanita harus benar- benar cermat dalam

mencari metode kontrasepsi yang efektif bagi mereka. Usia seorang wanita

dapat mempengaruhi kecocokan dan akseptabilitas metode-metode

kontrasepsi tertentu. Dua kelompok pemakai kontrasepsi yaitu remaja dan

premenepouse perlu mendapatkan perhatian khusus (Brahm, 2007). Dalam

pelayanan KB dibagi menjadi 3 fase, yaitu fase menunda kehamilan pada usia

<20 th dianjurkan memakai pil, IUD-mini dan metode sederhana dan tidak

dianjurkan memakai suntikan. Fase menjarangkan kehamilan pada usia 20-35

tahun pilihan terbaik adalah menggunakan IUD dan suntikan. Fase

mengakhiri kehamilan pada usia >35 th lebih dianjurkan memakai kontap,

IUD (Hanafi, 2004). KB suntik yang berumur < 20 th dan ibu umur 20 - 35

tahun merupakan pemakai tertinggi. Banyak wanita harus menentukan pilihan

kontrasepsi yang sulit. Tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang

tersedia, tetapi juga karena metode-metode tersebut membutuhkan

pertimbangan yang dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional

KB, kurangnya pengetahuan wanita tentang metode kontrasepsi, kesehatan

individual, dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi.

Dalam memilih suatu metode, wanita harus menimbang berbagai faktor,

termasuk status kesehatan mereka, efek samping potensial suatu metode,

konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga

yang diinginkan, kerjasama pasangan, dan norma budaya mengenai

Page 27: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

53

kemampuan mempunyai anak (Maryani, 2008). Terdapatnya permasalahan

dalam pemakaian KB suntik merupakan salah satu pengaruh dari kurangnya

pengetahuan akseptor tentang KB. Untuk mengatasi permasalahan itu

akseptor membutuhkan konselling yang tepat tentang KB. Tentunya dangan

memperhatikan beberapa aspek, yaitu: kesehatan, agama, dan yang terpenting

adalah pendidikan calon akseptor KB tersebut. Dan dapat menyesuaikan cara

komunikasi sesuai dengan kemampuan penerimaan calon akseptor tersebut.

Tabel 4.2 terlihat bahwa sebagian besar (45,5%) responden

berpendidikan dasar (SD). Menurut Muhbiyah (2005) tingkat pendidikan

seseorang merupakan salah satu faktor seseorang dalam memilih kontrasepsi,

orang yang berpendidikan tinggi akan mencari lebih banyak informasi untuk

mencari kontrasepsi yang sesuai. Sedangkan orang yang berpendidikan

kurang dimungkinkan akan cenderung menerima apa saja jenis kontrasepsi

yang disarankan atau mengikuti tetangganya atau temannya dalam memilih

kontrasepsi. Dan menurut Brahm (2007)wanita yang berpendidikan tinggi

memilih KB kalender / alami, hal ini dikarenakan wanita yang berpendidikan

tinggi menginginkan keluarga berencana yang efektif, tetapi tidak rela untuk

mengambil resiko yang terkait dengan sebagian metode kontrasepsi modern.

Pendidikan yang rendah akan mempengaruhi daya serap dalam menerima

informasi yang baru, khususnya tentang kontrasepsi suntik. Selain itu tingkat

pendidikan seseorang akan mempengaruhi pandangan terhadap sesuatu yang

datang dari luar. Orang yang mempunyai pendidikan tinggi akan memberikan

tanggapan yang lebih rasional dibandingkan dengan orang yang

Page 28: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

54

berpendidikan rendah. Pendidikan merupakan salah satu cara menyebarkan

informasi tentang KB. Program pendidikan dapat meningkatkan manfaat

Keluarga Berencana (KB) dan membantu calon peserta memilih cara KB

yang paling tepat bagi mereka (Maxwell, 2002). Tingkat pendidikan tidak

saja mempengaruhi kerelaan menggunakan keluarga berencana, tetapi juga

pemilihan suatu metode. Beberapa studi telah memperlihatkan bahwa metode

kalender lebih banyak digunakan oleh pasangan yang lebih berpendidikan.

Dihipotesiskan bahwa wanita yang berpendidikan menginginkan keluarga

berencana yang efektif, tetapi tidak rela untuk mengambil resiko yang terkait

dengan sebagian metode kontrasepsi modern.(Brahm, 2007)

Tabel 4.3 terlihat bahwa sebagian besar (45,5%) responden bekerja

sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT). Pekerjaan dari peserta KB dan suami akan

mempengaruhi pendapatan dan status ekonomi keluarga. Suatu keluarga

dengan status ekonomi atas terdapat perilaku fertilitas yang mendorong

terbentuknya keluarga besar. Status pekerjaan dapat berpengaruh terhadap

keikutsertaan dalam KB karena adanya faktor pengaruh lingkungan pekerjaan

yang mendorong seseorang untuk ikut dalam KB, sehingga secara tidak

langsung akan mempengaruhi status dalam pemakaian kontrasepsi.

Dari tabel 4.4 terlihat mayoritas reponden belum lama menggunakan

KB Suntik DMPA yaitu 63,3%. Akseptor yang menggunakan KB suntik

DMPA dalam kategori tidak lama mengeluhkan mereka sering mengalami

gangguan haid. Gangguan haid dapat terjadi karena perubahan hormon pada

pemakaian KB suntik DMPA yaitu hormon progesteron yang terkandung

Page 29: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

55

dalam konsentrasi DMPA menimbulkan perubahan histologi endometrium

sampai pada atrofi endometrium. Pemakaian KB suntik DMPA akan

memberikan pengaruh pada siklus haid, hal ini dikarenakan KB suntik

DMPA merupakan salah satu jenis KB hormonal, sehingga hormon yang

masuk kedalam tubuh akan mempengaruhi siklus haid akseptor KB suntik

DMPA. Sarwono (2005) menyebutkan bahwa sebagian akseptor KB suntik

DMPA setelah penyuntikan pada tahun pertama tidak mendapatkan haid lagi

setiap bulanya. Efek samping dari KB DMPA menurut Saifudin (2006) dalam

penggunaan jangka panjang DMPA dapat menimbulkan kekeringan pada

vagina, gangguan emosi, nervositas dan jerawat. Perubahan haid yang dialami

wanita yag menggunakan DMPA dimulai dalam bentuk: perdarahan tidak

teratur yang tak dapat diprediksi, bercak darah yang berlangsung selama tujuh

hari atau lebih, perdarahan hebat selama beberapa bulan pertama penggunaan

DMPA, serta DMPA mengakibatkan makin berkurangnya perdarahan dalam

setiap siklus haid. Jika terus digunakan selama lebih dari dua tahun maka haid

akan berhenti (amenorhea).

Dari tabel 4.5 terlihat mayoritas responden mengalami kejadian

amenorhea yaitu 67,3%. Menurut billing (2007) KB DMPA mengakibatkan

makin berkurangnya perdarahan dalam setiap siklus haid. Jika terus

digunakan selama lebih dua tahun maka haid akan berhenti (amenorhea).

Dalam penelitian menunjukkan mayoritas alasan responden mengguakan KB

suntik DMPA karena efektif sehingga responden menggunakan KB suntik

Page 30: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

56

DMPA dalam waktu yang lama akibatnya kejadian amenorhea pada

pemakaian KB suntik DMPA juga semakin besar.

Hubungan antara lama pemakaian dengan kejadian amenorhea

Berdasarkan hasil penelitian tabulasi silang diketahui bahwa akseptor

yang lama menggunakan KB suntik DMPA banyak yang mengalami

amenorhea. Hal ini disebabkan karena progesteron yang terkandung dalam

kontrasepsi suntik DMPA menimbulkan perubahan histologi pada

endometrium sampai pada atrofi endometrium , DMPA lebih sering

menimbulkan perdarahan bercak dan amenorhea sekunder. Amenorhea

sekunder yang disebabkan karena efek samping DMPA lebih sering terjadi

pada akseptor dengan berat badan tinggi.

Hasil analisis data penelitian menggunakan analisis chi kuadrat

diperoleh ² hitung = 15,290 > ² tabel = 3,841 dengan p value 0,000,

sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti

bahwa lama pemakaian KB suntik DMPA berhubungan secara signifikan

dengan kejadian amenorrhea sekunder pada akseptor KB suntik DMPA di

BPS Sri Indriyati. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa tingkat hubungan

antara lama pemakaian KB suntik DMPA dengan kejadian amenorhea

sekunder termasuk dalam kategori sedang. Dengan kata lain dapat dinyatakan

bahwa lama pemakaian KB suntik DMPA berhubungan cukup erat dengan

kejadian amenorhea sekunder.

Amenorhea sekunder yang dialami akseptor KB suntik DMPA dapat

memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif yaitu memberikan

Page 31: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

57

keuntungan bagi akseptor tidak merasa repot dengan datangnya haid. Dampak

negatif terhadap psiologis akseptor adalah menimbulkan beberapa pertanyaan

apakah KB-nya gagal atau suatu penyakit. Kurangnya pengetahuan tentang

amenorhea sekunder menyebabkan anggapan negatif masyarakat bahwa KB

suntik DMPA merupakan penyebab amenorhea sekunder yang sering

berakibat kegagalan terjadi kehamilan atau bisa menimbulkan penyakit

karena darah haid tidak bisa keluar. Hal ini menyebabkan akseptor KB suntik

DMPA mengalami kecemasan, tidak patuh dengan jadwal penyuntikan ulang,

pindah kontrasepsi atau tidak menggunakan kontrasepsi apapun.

Merupakan salah satu tugas bidan untuk menanggulangi masalah

tersebut dengan menjelaskan kepada calon akseptor KB suntik, bahwa

amenorhea sekunder adalah salah satu efek samping penggunaan KB suntik

DMPA dan untuk masalah itu tidak memerlukan pengobatan apapun.

Apabila akseptor tidak dapat menerima keadaan amenorhea sekunder maka

menganjurkan kepada akseptor KB suntik DMPA untuk ganti kontrasepsi lain

(kontrasepsi non hormonaid), ada sebagian akseptor KB menyadari

ketidaknormalan pada siklus haidnya, yaitu akseptor tidak mendapatkan haid

pada tiap bulanya.

Hasil penelitian ini membuktikan anggapan negatif masyarakat,

bahwa KB suntik DMPA merupakan penyebab amnorhea sekunder yang

sering berakibat gagal dan terjadi kehamilan atau bisa menimbulkan penyakit

karena darah haid yang tidak bisa keluar tanpa mengkaji lebih dalam terhadap

faktor – faktor lain. Hal ini menyebabkan akeptor KB suntik mengalami

Page 32: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

58

kecemasan, tidak patuh dengan penyuntikan ulang, pindah kontrasepsi atau

bahkan tidak menggunakan kontrasepsi apapun.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Diana, D (2008) yang menyimpulkan adanya hubungan antara lama

pemakaian KB untik cyclofem dengan kenaikan berat badan di BPS Finulia

Banjarmasin Surakarta, dan penelitian Wati, T (2007) yang menyimpulkan

ada hubungan antara pemakaian kontrasepsi suntik Depo Provera terhadap

perubahan pola menstruasi di BPS Worotri Prabandari Sambirejo Kabupaten

Sragen. Penelitian ini juga mendukung penelitian Maya, F (2008) yang

menyimpulkan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan akseptor Depo

Progestin dengan kepatuhan kunjungan ulang di RB An-Nissa Kota Surakarta

Tahun 2008.

C. Keterbatasan

Beberapa keterbatasan yang ada dalam penelitian ini antara lain:

1. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian hanya sedikit

2. Keterbatasan alat pengumpul data (chek list) akan lebih baik jika didukung

oleh hasil observasi dan pemeriksaan langsung terhadap responden.

Page 33: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

59

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis mengenai hubungan antara lama pemakaian

dengan kejadian amenorhea sekunder pada akseptor KB suntik DMPA di BPS

Sri Indriyati Kabupaten Magelang tahun 2011 dapat disimpulkan :

1. Sebagian besar lama pemakaian suntik akseptor KB suntik DMPA di BPS

Sri Indriyati Kabupaten Magelang dalam kategori tidak lama (1 – 4x

suntik) (63,3 %).

2. Kejadian anemorhea akseptor KB suntik DMPA di BPS Sri Indriyati

Kabupaten Magelang sebagian besar mengalami amenorhea, yaitu

sebanyak 67,3 %.

3. Ada hubungan antara lama pemakaian dengan kejadian amenorhea

sekunder pada akseptor KB suntik DMPA di BPS Sri Indriyati Kabupaten

Magelang Tahun 2011. Hal ini ditunjukkan dengan ² hitung (15,290) > ²

tabel (3,841). Nilai koefisien kontigensi = 0,466 berada pada interval 0,400

– 0,599 dalam kategori sedang.

Page 34: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

60

B. Saran

Berdasarkan dari kesimpuan penelitian diatas, maka dapat diberikan saran

sebagai berikut:

1. Bagi Bidan BPS Sri Indriyati

Diharapkan dapat meningkatkan pemberian konseling kepada akseptor KB

suntik DMPA mengenai kelebihan, kekurangan, komplikasi serta efek

samping KB suntik DMPA terutama tentang kejadian amenorhea sekunder

sehingga tidak ada kekhawatiran dari akseptor KB DMPA.

2. Bagi Responden

Diharapkan akseptor agar siap menghadapi informasi mengenai

keuntungan, kerugian serta efek amping KB suntik DMPA khususnya

kejadian amenorhea sekunder.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian serupa

diharapkan melakukan penelitian yang bersifat menyempurnakan

penelitian ini baik itu dilihat dari variabel yang digunakan maupun dilihat

dari uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini.

4. Bagi peneliti

Diharapkan agar dapat menambah pengetahuan dan menerapkan

pengetahuan yang dimiliki ke dalam lapangan yang sebenarnya.

Page 35: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

61

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2007. Metode Penelitian. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitan Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Budiarto, E. 2001. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Baziad, A. 2002. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta: YBPSP

Billing. 2007. Metode Ovulasi Billing. Jakarta: Gramedia

BKKBN, 2004. Program Keluarga Berencana Nasional, BKKBN, Jakarta

Everett, Suzanne. 2007. Kontrasepsi dan Kesehatan Sexual Reproduktif. Edisi 2. Jakarta: EGC

Glasier, A. 2005. Kelurga Berencana & Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC

Hanafi, H . 2004. Keluarga Berencana dan kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Hidayat, A. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika

Hartanto, H, 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Kasdu, D. 2005. Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta: Puspa Swara

Manuaba, IBG. 2001. Konsep obstetri dan ginekologi sosial Indonesia. Jakarta: EGC

Mochtar, R. 2008. Sinopsis obstetri fisiologi dan patologi, jilid 1, jakarta: EGC

Murdiyanti, P (2007). Perbedaan Siklus Menstruasi antara Ibu yang Menggunakan alat Kontrasepsi IUD dengan Kontrasepsi Suntik. Jurnal Kesehatan Surya Medika Yogyakarta. Diunduh tanggal 21 april 2011

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Page 36: HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN DENGAN …

62

Nur, S. 2007. Hubungan Penggunaan Jenis Kontrasepsi Suntik Dengan Gangguan Siklus Menstruasi Amenorhea Pada Akseptor Kontrasepsi Suntik.di Desa Sawitan Wilayah Kerja Puskesmas Kota Mungkid. Program Studi Kebidanan Magelang. KTI

Rayburn, 2001. Obstetri dan ginekologi. Cet. 1. jakarta: widya medika

STIKES Ahmad Yani Yogyakarta (2010). Panduan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah.Yogyakarta: Kanisius.

Speroff, L. 2003. Pedoman Klinis Kontrasepsi. Jakarta: EGC

Saifudin. 2006. Keluarga Berencana dan kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Cetakan Kesebelas. Bandung: Alfabeta

Sarwono, P. 2005. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Siswosudarmo, dkk. 2001. Teknologi Kontrasepsi. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press

Susanto, N. 2010. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Digibooks

Soetrisno. 1993. Studi Banding Kontrasepsi Cycloprovera dengan Depoprovera Pola Menstruasi dan Kelangsungan Pemakaian. Berkala Ilmu Kedokteran. Jil. xxv, 4. Diunduh tanggal 21 april 2011

Varney, H. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan volume 1. Jakarta: EGC

Wiknjosasatro, H. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

WHO. 2006. Profil Kesehatan dan Pembangunan Perempuan di Indonesia. Jakarta: WHO