hubungan antara osteoporosis dengan penyakit periodontal

Upload: gladis-roito-hutahaean

Post on 09-Mar-2016

228 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

hjh

TRANSCRIPT

Hubungan Antara Osteoporosis Dengan Penyakit Periodontal: Tinjauan Pustaka

Abstrak:Objektif: Osteoporosis adalah penyakit skeletal yang dikarakteristikkan dengan reduksi massa tulang dan perubahan mikro-arsitektur pada tulang, yang menyebabkan peningkatan kerapuhan tulang. Baku emas dalam mendiagnosa osteoporosis adalah pengukuran kepadatan mineral tulang (BMD) dengan menggunakan absorpsiometri energi x-ray ganda (DXA). Penyakit periodontal adalah suatu penyakit destruktif kronis yang dapat terjadi pada orang dewasa, orang muda, dan anak-anak. Patogen periodontal penyebab radang gusi disebut ginggivitis. Ketika terjadinya destruksi jaringan periodontal dan tulang alveolar menghilang disebut sebagai periodontitis. Oleh karena osteoporosis dan penyakit periodontal adalah penyakit destruksi tulang, hal ini dihipotesiskan bahwa osteoporis mungkin adalah suatu faktor resiko terhadap progresivitas penyakit periodontal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meninjau artikel-artikel yang menilai hubungan anatara osteoporosis dengan periodontitis.Metode & Bahan: pada tinjauan ini, artikel-artikel diambil dari PubMed antara Januari 1998 hingga Juni 2010. Dari 508 artikel yang diidentifikasi melalui pencaran elektronik, 17 artikel dipilih untuk pembacaan teks secara keseluruhan yang didasarkan pada kriteria inklusi dan eksklusi.Hasil: Dari 17 penelitian yang difokuskan, 11 penelitian menunjukkan suatu hubungan positif antara osteoporosis dengan penyakit periodontal dan enam sisanya tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara osteoporosis dengan penyakit periodontal.Kesimpulan: Data menunjukkan kecenderungan untuk kehilangan tulang alveolar pada subjek yang mengalami osteoporosis, terutama pada subjek yang mengalami periodontitis sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa osteoporosis atau rendahnya BMD sistemik harus dipertimbangkan sebagai faktor resiko terhadap progresivitas penyakit periodontal.Kata kunci: Periodontitis; Kehilangan Gigi; Kepadatan Tulang; Osteoporosis

PENDAHULUANOsteoporosis adalah suatu penyakit skeletal yang dikarakteristikkan dengan reduksi massa tulang dan perubahan mikro-arsitektur pada tulang, yang menyebabkan peningkatan kerapuhan tulang dan resiko fraktur [1]. Osteoporosis terjadi karena ketidakseimbangan antara kecepatan pembentukan dan resorpsi tulang yang menyebabkan kehilangan massa mineral tulang. Kehilangan komponen mineral tulang menyebabkan kecenderungan tulang yang lebih tinggi untuk patah.Konsekuensi fraktur pada orang tua melibatkan peningkatan resiko kematian, perawatan rumah jangka panjang ataupun keterbatasan pergerakan dan performa aktifitas harian yang permanen.Banyak faktor resiko untuk osteoporosis terkait dengan lingkungan dan oleh karena itu, hal-hal ini dapat dicegah. Faktor-faktor resiko tersebut termasuk usia lanjut; jenis kelamin wanita; post-menopause; ras Kaukasia ataupun Asia; indeks masa tubuh yang rendah; merokok; peminum alkohol; asupan kalsium dan vitamin D yang kurang; penggunaan medikamentosa seperti glukokortikoid dan antikonvulsan; dan anoreksia nervosa [2,3]. Walaupun osteoporosis dan osteopenia dapat mempengaruhi orang pada segala usia, kebanyakan hal ini terjadi pada orang usia pertengahan dan tua [4].Pencitraan konvensional tidak cukup sensitif untuk mendiagnosa osteoporosis, hanya hingga total kepadatan tulang berkurang sebanyak 50% [5]. Sekarang ini, baku emas untuk mendiagnosa osteoporosis adalah dengan pengukuran kepadatan mineral tulang (BMD) dengan menggunakan absorpsiometri energi x-ray ganda (DXA) [6].DXA menggunakan suatu sumber x-ray pada pengukuran BMD dan hasilnya digambarkan sebagai kepadatan area dalam satuan gram/cm2 [7]. Organisasi Kesehatan Dunia menyebutkan definisi osteoporosis sebagai skor kepadatan tulang yang lebih besar dari 2,5 simpangan baku di bawah rerata usia muda pada populasi wanita usia 20 hingga 40 tahun. Skor kepadatan tulang antara 1 dan 2,5 simpangan baku di bawah rerata dinamakan sebagai osteopenia atau massa tulang rendah [6].Osteoporosis dikategorikan menjadi primer atau sekunder. Osteoporosis primer dihubungkan dengan peningkatan usia dan/atau penurunan hormon seks. Osteoporosis sekunder secara tersirat dengan penyebab uatama seperti penggunaan glukokortikoid, penyakit sistemik yang mempengaruhi kilas balik tulang, ataupun asupan kalsium yang rendah [8,9].Penyakit periodontal adalah suatu penyakit destruksi kronis yang mungkin terjadi pada orang dewasa, muda, dan anak-anak. Patogen periodontal yang ditemukan pada biofilm gigi menyebabkan peradangan gusi yang disebut sebagai ginggivitis. Ketika destruksi jaringan periodontal dan hilangnya tulang alveolar terjadi, hal ini disebut sebagai periodontitis [11,12]. Penyakit periodontal dan patogen periodontal telah dikaitkan dengan berbagai penyakit sistemik [10]. Banyak faktor yang disebutkan sebagai faktor resiko periodontal seperti jenis kelamin, [11] penggunaan tembakau, diabetes dan nutrisi [13], indeks masa tubuh (IMT) [14], status sosio-ekonomi dan akses perawatan gigi [15]. Sepertinya, kondisi-kondisi sistemik seperti penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus, kelahiran preterm, osteoporosis, penyakit pernafasan dan infeksi sistemik dihubungkan dengan status periodontal [16-23]. Akhir-akhir ini, beberapa penelitian telah melaporkan suatu hubungan antara osteoporosis dengan kehilangan tulang pada penyakit periodontal. Diskusi-diskusi mengenai hubungan antara kedua penyakit yang merusak tualng ini bermula sejak tahun 1960. [24] Oleh karena osteoporosis dan penyakit periodontal merupakan penyakit dekstruksi tulang, telah dihasilkan hiptesis bahwa osteoporosis mungkin adalah salah satu faktor resiko terhadap progresifitas penyakit periodontal. Tetapi pada beberapa literatur menyimpulkan bahwa osteoporosis pada organ-organ tubuh manusia tidak memiliki efek terhadap kepadatan tulang maksila dan mandibula. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meninjau artikel-artikel yang menilai hubungan antara osteoporosis dengan periodontitis.

BAHAN DAN METODEUntuk meninjau hubungan antara penyakit periodontal dengan osteoporosis, lima langkah telah dilakukan.Sebuah pencaran elektronik dilakukan menggunakan MEDLINE, PubMed, dari Januari 1998 hingga Juni 2010.Langkah 1. Awalnya, istilah-istilah yang tepat disaring dari artikel, buku, dan terutama dari database MESH pada situs PubMed. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penyakit periodontal dan osteoporosis2. Penyakit periodontal dan indeks massa tubuh3. Penyakit periodontal dan osteopenia4. Penyakit periodontal dan reduksi pada kepadatan tulang5. Penyakit periodontal dan fraktur tulangLangkah 2. Kemudian, istilah-istilah ini dicari secara terpisah. Pada langkah ini, ada 508 artikel mengenai penyakit periodontal dan osteoporosis, 287 artikel mengenai penyakit periodontal dan indeks massa tubuh, 528 artikel mengenai penyakit periodontal dan osteopenia, 80 artikel mengenai penyakit periodontal dan reduksi pada kepadatan tulang, dan terakhir, 18 artikel mengenai penyakit periodontal dan fraktur tulang yang ditemukan.Langkah 3. Judul-judul artikel ditinjau dan judul yang tepat dipilih. Pada langkah ini, ada 115 artikel yang terpilih.Langkah 4. Peninjauan abstrak dan pemilihan artikel didasarkan pada kriteria inklusi dan eksklusi. Pada langkah ini, ada 17 artikel yang terpilih. Kriteria inklusi adalah semua artikel yang menilai langsung hubungan antara penyakit periodontal dan osteoporosis. Kriteria eksklusi adalah sebagai berikut:1. Penelitian yang tidak menilai langsung hubungan antara penyakit periodontal dengan osteoporosis.2. Penelitian yang berupa series kasus dan laporan-laporan kasus.3. Penelitian yang menguji kurang dari 10 pasien.Langkah 5. Peninjauan keseluruhan teks pada 17 artikel yang terpilih dan penyaringan informasi yang relevan.Untuk mengategorikan data, penelitian yang dimasukkan diurutkan menurut desain dan ukuran sampel. Dengan menggunakan kriteria berikut, keabsahan ilmiah ditentukan sebagai berikut:Absahan Ilmiah dan Klinis (SCV): Tinjauan keseluruhan dari percobaan klinis teracakk (RCT) atau Dua atau lebih RCT+ 100 pasien atau Satu RCT dan dua atau lebih penelitian prospektif + 150 pasienDokumen yang Baik secara Klinis (CWD): Satu RCT dan dua atau lebih penelitian prospektif + 50 pasien atau Tidak ada RCT, tetapi setidaknya ada tiga penelitian prospektif + 50 pasien atau Tidak ada RCT, tetapi dua atau kurang penelitian prospektif + 100 pasienDokumentasi secara Klinis (CD): Tidak ada RCT, setidaknya dua prospektif + pada penelitian retrospektif + 40 pasien- atau Tidak ada RCT, penelitian retrospektif + 60 pasienDokumentasi yang tidak cukup secara Klinis (CID): Tidak ada dari yang di atas, hanya pendapat para ahli

TINJAUAN PUSTAKAKepentingan klinis hilangnya tulang sistemik sebagai suatu faktor resiko kehilangan tulang alveolar dan kehilangan gigi membutuhkan penelitian lebih lanjut. Lagipula, osteoporosis dan penyakit periodontal dapat dihubungkan karena keduanya memiliki agen etiologi yang sama, di mana hal ini dapat memengaruhi atau memodulasi perjalanan penyakit keduanya dan harus dilihat [4]. Bagian berikut akan meninjau 17 penelitian yang menunjukka hubungan antara penyakit periodontal dengan osteoporosis.Kribbs et al. [25] merupakan sekelompok orang pertama yang hubungan antara penyakit periodontal dengan osteoporosis. Mereka membandingkan massa tulang mandibula pada 85 wanita yang mengalami osteoporosis dan 27 wanita normal dan melaporkan bahwa kelompok yang mengalami osteoporosis memiliki massa dan kepadatan tulang mandibula yang lebih kecil dan korteks gonion yang lebih tipis dibandingkan dengan kelompok yang normal. Tidak ada perbedaan klinis pada pengukuran periodontal ditemukan antara kelompok yang mengalami osteoporosis dengan yang normal [Odds ratio (OR): 2,7 (95% CI: 1,1-6,5)]. Von Wowern et al. [26] mengukur bahwa isi mineral tulang mandibula dengan menggunakan absorpsiometri foton ganda pada 52 wanita dengan riwayat fraktur oleh karena osteoporosis dan menyimpulkan bahwa subjek yang mengalami osteoporosis tidak memiliki isi mineral tulang yang lebih kecil pada tulang rahang [OR: 1,00 (95% CI: 0,98-1,02)]. Jacobs et al. [27] melakukan penelitian dengan desain longitudinal yang menilai BMD vertebra lumbalis pada 69 wanita yang mendapatkan terapi penggantian hormon, hingga 5 tahun dengan menggunakan absorpsiometri foton ganda pada vertebra lumbalis mereka.Setelah 5 tahun, efek positif dari terapi penggantian hormon tersebut pada massa tulang mandibula dan tulang belakang lumbalis diperiksa dan mereka menyarankan bahwa massa tulang mandibula berhubungan dengan massa tulang pada vertebra dan pergelangan tangan. OR tidak dihitung pada penelitian ini.Streckfus et al. [28] melakukan desain suatu faktor kuantitatif dalam pegukuran dimensi vertikal dan pencitraan tangan pada 28 wanita sehat dan 23 wanita yang mengalami periodontitis. Berdasarkan hasil yang diperoleh, mereka menyimpulkan bahwa wanita post-menopause yang mendapatkan terapi hormon estrogen kehilangan tulang alveolar (ABL) yang lebih banyak, kehilangan gigi yang lebih banyak, dan kepadatan tulang alveolar dan metakarpal kedua yang berkurang dibandingkan dengan wanita pre-menopause [OR: 2,47 (95% CI: 1,23-6,12)]. Southard et al. [29] menggunakan pencitraan intraoral kuantitatif dan kepadatan tulang sistemik dinilai dengan menggunakan absorpsiometri energi x-ray ganda (DXA) pada 61 wanita Kaukasia. Mereka menemukan hubungan yang signifikan antara kepadatan prosesus alveolar maksila dan mandibula, vertebra lumbalis, panggul dan radius pada wanita sehat [OR: 5,3 (95% CI: 2,5-11,3)]. Shrout et al. [30] memilih 65 wanita post-menopause yang tidak memiliki atau hanya memiliki penyakit periodontal ringan (tidak ada kedalaman alat > 5 mm) dan membandingkan kerumitan pola trabekula dari bitewing digital mereka antara BMD vertebra lumbalis dengan femoral. Mereka menemukan hubungan yang lemah antara kerumitan pola trabekula BMD vertebra lumbalis dengan femoral [OR: 1,16 ( 95% CI: 0,90-1,49)].Leffcoat et al. [31] pada laporan permulaan dalam penelitian Womens Health Initiative, mengevaluasi 158 wanita post-menopause. Kepadatan mineral tulang panggul dikonfirmasi dengan menggunakan DXA dan kepadatan tulang mandibula diukur dengan pencitraan digital kuantitatif. Setelah pengaturan data, hubungan yang signifikan ditemukan antara kepadatan mineral tulang basal mandibula dengan tulang panggul (OR: 5,23). Elders et al. [32] membandingkan parameter klinis periodontitis dan panjang tulang alveolar dengan BMD tulang lumbalis dan metakarpal. Tidak ada perbedaan yang signifikan secara klinis yang diobservasi pada perdarahan ginggiva, kedalaman kantung probing, resesi ginggiva dan level tulang marginal pada subjek-subjek dengan BMD rendah dibandingkan dengan subjek yang memiliki BMD tinggi [OR: 1,46 (95% CI: 0,97-2,21)].Hildebolt et al. [33] melakukan desain suatu penelitian untuk menjawab pertanyaan, apakah kehilangan perlengketan dihubungkan dengan dengan BMD secara klinis?. Mereka menilai BMD pada wanita post-menopause yang berusia 41-70 tahun, tidak dengan periodontitis sedang hingga berat dan melaporkan bahwa hilangnya perlekatan dihubungkan dengan kehilangan gigi, tetapi tidak dengan BMD [OR: 1,4 (95% CI: 0,6-3,1)].Ketika Weyant et al. [34] membandingkan jumlah area hilangnya perlekatan dengan BMD sistemik pada 292 wanita, tidak ditemukan hubungan yang signifikan secara statistik antara penyakit periodontal dengan BMD sistemik [OR: 1,56 (95% CI: 0,98-2,02)]. Lundstrom et al. [35] membandingkan 15 wanita yang mengalami osteoporosis dengan 41 subjek yang memiliki BMD normal. Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik ditemukan pada perdarahan ginggiva, kedalaman soket probing, resesi ginggiva, ataupung level tulang marginal antara wanita yang mengalami osteoporosis dengan wanita yang memiliki normal BMD [OR: 1,3 (95% CI: 0,98-1,02)].Von Wowern et al. [36] menilai 112 wanita yang mengalami fraktur oleh karena osteoporosis dan menemukan jumlah kehilangan perlekatan yang lebih besar pada wanita yang mengalami osteoporosis dengan rata-rata usia 68 tahun [OR: 2,7 (95% CI: 1,1-6,5)].Tezal et al. [37], pada suatu penelitian menilai BMD tulang sistemik pada 70 wanita Kaukasia yang post-menopause dan melaporkan bahwa rata-rata level tulang alveolar berhubungan secara signifikan dengan dengan BMD sistemik dan sebuah hubungan antara level perlekatan klinis dengan BMD ditemukan (OR: 2,89).Payne [38] mengevaluasi 58 pasien periodontal yang mengalami menopause, di mana mereka masuk dalam program perawatan. Empat puluh satu pasien memiliki BMD normal dan 17 wanita mengalami osteoporosis. Mereka melaporkan kehilangan tulang alveolar, kepadatan crestal dan subcrestal yang lebih besar pada wanta yang mengalami osteoporsis dan kekurangan estrogen [OR: 1,73 (95% CI: 1,23-2,43)]. Reinhardt et al. [39] menilai perdarahan pada probing dan level perlekatan klinnis pada 59 wanita yang mengalami periodontitis dan 16 wanita non-periodontitis, semuanya dalam masa 5 tahun menopause dan melaporkan pasien periodontitis yang mengalami osteoporosis dengan defisiensi estrogen memiliki perdarahan yang lebih banyak pada probing dan level perlekatan klinis (OR: 1,68). Taguchi et al. [40] mengevaluasi 64 wanita anatara usia 50 hingga 70 tahun. Tanda-tanda osteoporosis terdiri atas fraktur vertebra torakalis dan tanda-tanda penyakit periodontal adalah jumlah gigi yang ada, lebar korteks mandibula dan penyerapan tulang alveolar. Berdasarkan hasil-hasil penelitian ini, mereka menyimpulkan bahwa rata-rata level tulang alveolar berhubungan secara signifikan dengan BMD sistemik (OR: 2,10).Grodstein et al. [41] menguji resiko hilangnya gigi yang hubungannya dengan penggunaan hormon pada penelitian prospektif pada 42171 wanita yang mengalami post-menopause dan melaporkan resiko hilangnya gigi lebih rendah pada wanita yang menggunakan hormon akhir-akhir ini [OR: 1,35 (95% CI: 1,14-1,59)].

Tabel 1. Penelitian-penelitian yang Menunjukkan Hubungan Positif antara Osteoporosis dengan Penyakit PeriodontalPenulisPopulasiDesain PenelitianPerkiraan ResikoHasil

Kribbs et al. (25)85 wanita osteoporosis dan 27 wanita normalPotong melintangOR: 2,7 [955 CI: 1,1-6,5]Kelompok osteoporosis memiliki massa dan kepadatang tulang yang lebih kecil

Jacobs et al. (27)69 wanita yang menerima HRT berusia 32-64 tahunPenelitian longitudinal prospektifOR tdak dihitungHubungan yang positif antara kepadatan vertebra dengan massa tulang mandibular pada pemeriksaan kedua (follow-up rata-rata 5,1 tahun)

Streckfus et al. (28)28 wanita sehat dam 23 wanita yang mengalami periodontitisPotong melintangOR: 2,74 [95% CI: 1,23-6,12]ABL dan gigi yang hilang lebih banyak pada wanita post-menopause yang kekurangan hormon estrogen

Southard et al. (29)61 wanita Kaukasia berusia 20 hingga 78 tahunPotong melintangOR: 5,3 [95% CI: 2,15-11,3]Hubungan yang signifikan antara kepadatan prosesus alveolar maksila dan mandibula dengan vertebra lumbalis, tulang panggul dan radius

Jeffcoat et al. (31)158 wanita post-menopausePotong melintangOR: 5,23Hubungan yang signifikan antara BMD tulang panggul dengan BMD basal mandibula

Von Wowern et al. (36)112 wanita yang mengalami fraktur oleh karena osteoporosisPotong melintangOR: 2,7 [95% CI: 1,1-6,5]Kehilangan perlekatan yang lebih besar pada wanita osteoporosis dengan rata-rata usia 68 tahun

Tezal et al. (37)70 wanita Kaukasia yang post-menopause berusia 51-78 tahunPotong melintangOR:: 2,89Rata-rata ABL dihubungkan secara signifikan dengan BMD sistemik

Payne (38)41 wanita dengan BMD normal, 17 wanita osteoporosisPenelitian kliniis longitudinal prospektif selama 2 tahunOR: 1,73 [95% CI: 1,23-2,43]ABL, kehilangan kepadatan crestal dan subcrestal yang lebih besar pada wanita osteoporosis dan kekurangan hormon estrogen

Reinhardt et al. (39)Wanita yzng mengalami menopause dalam 5 tahun ini,Penelitian longitudinal prospektif selama 2 tahunOR: 1,68Pasien periodontitis yang osteopenia/ osteoporosis dan tidak merokok dengan kekurangan hormon estrogen memiliki perdarahan yang lebih banyak pada probing dan kehilangan perlekatan klinis

Taguchi et al. (40)64 wanita antara 50 hingga 70 tahunPotong melintangOR: 2,10Rata-rata level tulang alveolar dihubungkan secara signifikan dengan BMD sistemik

Grodstein et al. (41)42171 wanita post-menopausePotong melintangOR: 1,35 [95% CI: 1,14-1,59]Hubungan yang signifikan antara BMD sistemik dengan BMD basal mandibula

Berdasarkan kriteria validasi di atas, tingkatan bukti artikel-artikel yang kami tinaju mengenai hubungan penyakit periodontal dengan osteoporosis pada 3 penelitian prospektif dan 14 penelitian potong melintang, berada pada kategori dokumen yang baik secara klinis (CWD).

Tabel 2. Penelitian-penelitian yang tidak Menunjukkan Hubungan Positif antara Osteoporosis dengan Penyakit PeriodontalPenulisPopulasiDesain PenelitianPerkiraan ResikoHasil

Von Wowern et al. (26)52 wanita dengan fraktur oleh karena osteoporosisPotong melintangOR: 1,00 [95% CI: 0,98-1,02]Subjek yang mengalami osteoporosis memiliki isi mineral yang lebih kecil pada tulang rahang

Shrout et al. (30)65 wanita post-menopause dengan atau tanpa periodontitis ringanPotong melintangOR: 1,16 [95% CI: 0,90-1,49]Kerumitan pola trabekula dihubungkan secara lemah dengan BMD vertebra lumbalis dan femur

Elders et al. (32)216 wanita dengan usia antara 46 hingga 55 tahunPotong melintangOR: 1,46 [95% CI: 0,97-2,21]Tidak ada hubungan signifikan yang diamati antara kedalaman probing, hilangnya gigi, panjang dan massa tulag alveolar

Hildebolt et al. (33)135 wanita post-menopause berusia 41-70 tahun, tanpa sedang, berat periodontitisPotong melintangOR: 1,4 [95% CI: 0,6-3,1]Hilangnya perlekatan dihubungkan dengan hilangnya gigi tetapi tidak dengan BMD

Weyant et al. (34)292 wanita dentatum (usia rata-rata 75,5 tahun)Potong melintangOR: 1,56 [95% CI: 0,98-2,02]Tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara penyakit periodontal dengan BMD sistemik

Lundstrom et al. (35)15 wanita dengan osteoporosis, 41 wanita dengan BMD normalPotong melintangOR: 1,3 [95% CI: 0,98-1,02]Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik pada perdarahan ginggiva, kedalaman probing, resesi ginggiva dan level tulang marginal

HASILHasil-hasil pada tinjauan ini disimpulkan dalam tabel 1 dan 2.Hubungan antara osteoporosis dengan penyakit periodontal telah dinilai pada beberapa penelitian. Dari 17 penelitian yang difokuskan, 11 penelitian menunjukkan hubungan yang positif antara osteoporosis dengan penyakit periodontal, sementara itu 6 penelitian sisanya tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara osteoporosis dengan penyakit periodontal.

DISKUSIOsteoporosis adalah penyakit multi-faktorial dengan penurunan aktifitas fisik, nutrisi buruk, asupan kalsium yang kurang dan konsumsi alkohol berlebihan merupakan beberapa faktor resiko.Efek osteoporosis pada wanita terlihat jelas, karena pada masa post-menopause, oleh karena defisiensi estrogen, struktur tulang berkurang dan berubah. Banyak dari perubahan ini yang menyebabkan hilangnya tulang dan osteopenia ataupun pada keadaan yang paling buruk menyebabkan osteoporosis.Di sisi lain, dikarenakan perubahan hormonal pada masa ini, wanita lebih muda terkena penyakit periodontal. Terutama, jika pada usia ini kesehatan mulut tidak terjaga, wanita menunjukkan resiko yang meningkat terhadap terjadinya periodontitis.Berdasarkan studi literatur, Kribbs et all. [25], Jacobs et al. [27], Streckfus et al. [28], Southard et al. [29], Jeffcoat et al. [31], Von Wowern et al. [36], Tezal et al. [37], Payne [38], Reinhardt et al. [39], Taguchi et al. [40], Grodstein et al. [41] menunjukkan hubungan positif antara osteoporosis dengan penyakit periodontal. Di sisi lain, pada penelitian yang dilakukan oleh Von Wowern et al. [26], Shrout et al. [30], Elders et al. [32], Hildebolt et al. [33], Weyant et al. [34], Lundstrom et al. [35], tidak ada hubungan positif yang ditemukan antara osteoporosis dengan penyakit periodontal.Kenyataannya osteoporosis tidak dapat dijadikan sebagai faktor definitif dalam memahami penyakit periodontal. Karena penyakit periodontal bersifat multi-faktorial dan faktor utama penyebabnya adalah terbentuknya plak mikroba. Faktanya, osteoporosis tidak dapat dijadikan sebagai penyebab pencetus terjadinya penyakit periodontal,tetapi setelah terjadinya penyakit ini, osteoporosis mungkin dapat dijadikan sebagai faktor predisposisi pada eksaserbasi, ataupun persistensi penyakit.

KESIMPULANData yang ditemukan mengindikasikan kecenderungan yang lebih besar terhadap hilangnya tulang alveolar pada subjek yang mengalami osteoporosis, terutama pada subjek dengan periodontitis yang ada sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa osteoporosis ataupun BMD sistemik yang rendah harus dipikirkan menjadi suatu faktor resiko terhadap perkembangan penyakit periodontal. Dengan keterbatasan pada penelitian tinajaun ini, jelas ditemukan bahwa penelitian yang lebih lama dengan jumlah pasien yang lebih banyak dibutuhkan untuk mengerti masalah ini.

DAFTAR PUSTAKA