hubungan body image dengan kepercayaan diri...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN KEPERCAYAAN DIRI
PESERTA DIDIK PUTRI DI MTs MUHAMMADIYAH
LAKITAN KABUPATEN PESISIR SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan ( STRATA 1 )
Oleh:
MERLIN RAMADHANI
NPM: 13060059
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
SEKOLAH TINGGI KEGURUN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
2017
i
ABSTRAK
Merlin Ramadhani (NPM: 13060059), Hubungan Body Image dengan
Kepercayaan Diri Peserta Didik Putri di MTs Muhammadiyah Lakitan
Kabupaten Pesisir Selatan, Skripsi, Program Studi Bimbingan dan Konseling
STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang, 2017.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya peserta didik yang belum
memiliki kepercayaan diri terhadap bentuk tubuh yang dimilikinya, peserta didik
terganggu terhadap perubahan dirinya, peserta didik yang terlalu memperhatikan
perubahan fisik pada dirinya, dan peserta didik yang lebih mementingkan
penampilan fisik untuk mampu tampil di depan umum. Peserta didik memiliki
kepercayaan diri yang rendah jika harus keluar rumah atau berada di tempat yang
ramai. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui: (1) Body image peserta didik putri. (2) Kepercayaan diri pada peserta didik putri. (3) Hubungan body image dan
kepercayaan diri peserta didik putri.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi mencakup
seluruh peserta didik kelas VII dan VIII di MTs Muhammadiyah Lakitan yang
berjumlah 162 peserta didik. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
purposive stratified random sampling peserta didik putri dengan jumlah sampel
62 peserta didik putri kelas VII dan VIII di MTs Muhammadiyah Lakitan.
Instrumen yang digunakan adalah angket.
Hasil penelitian ini mengungkap bahwa: (1) Body image peserta didik putri
berada pada kategori baik. (2) Kepercayaan diri pada peserta didik putri berada
pada kategori baik. (3) Hubungan body image dengan kepercayaan diri peserta
didik putri memiliki hubungan yang signifikan keeratan kuat karena nilai pearson
correlation body image dan kepercayaan diri yaitu 0,687 dengan korelasinya
keeratan kuat. Berdasarkan temuan penelitian ini direkomendasikan kepada
peserta didik untuk lebih percaya diri tampil di depan umum.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrohim.
Alhamdullilah, puji syukur penulis hantarkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Hubungan Body Image dengan Kepercayaan Diri
Peserta Didik Putri Di MTs Muhammadiyah Lakitan Kabupaten Pesisir
Selatan”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan
menyelesaikan progrm pendidikan pada jenjang program Strata Satu (S1),
Program studi Bimbingan dan Konseling, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan
bimbingan dan arahan serta motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Ketua Yayasan Bapak Drs. Dasrizal, M.P, Ketua STKIP PGRI Sumatera
Barat Ibu Dr. Zusmelia, M.Si., dan Wakil Ketua Bidang Akademik dan
Administrasi Umum Ibu Sri Imelwaty, M.Pd., Ph.D. serta Wakil Ketua
Bidang Kemahasiswaan Alumni dan Kerjasama Bapak Jarudin, M.A.,
Ph.D.
2. Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling, Bapak Ahmad
Zaini.,S.Ag,.M.Pd selaku penguji 1 yang selalu memberikan bimbingan
dan arahan dengan penuh sabar kepada penulis dalam penyelesain skripsi
ini.
iii
3. Sekretaris Program Studi Bimbingan dan Konseling, Ibu Rahma Wira
Nita,.M.Pd,.Kons yang selalu memberikan bimbingan dan arahan dengan
penuh sabar kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Pembimbing I Bapak Rici Kardo., M.Pd yang telah membimbing,
memberikan masukan serta kritik yang membangun dan mengarahkan
penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Pembimbing II Bapak Hafiz Hidayat., M.Pd yang telah membimbing,
memberikan masukan serta kritik yang membangun dan membantu penulis
dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Penguji II Ibu Rila Rahma Mulyani., S.Psi., M.Psi., Psikolog Penguji III
Bapak Yasrial Chandra, M.Pd yang telah memberikan saran dan kritik
yang membangun dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen serta staf Program Studi Bimbingan dan Konseling
STKIP PGRI Sumatera Barat yang telah mengarahkan, memberikan ilmu,
memotivasi dan memberikan semangat serta kesabaran dalam mendidik
penulis selama berada di STKIP PGRI Sumatera Barat.
8. Ibu Meta Purnama Sari,.SE yang telah membantu penulis dalam mengurus
hal terkait dengan kebutuhan penulis selama masa perkuliahan hingga
dalam penyelesaian skripsi ini.
9. Ayahanda dan ibunda tercinta (Rafli Maizon dan DM. Maria Endra) yang
selalu menyemangati, selalu memfasilitasi kebutuhan peneliti dalam
penyelesaian skripsi ini serta selalu memberikan semangat kepada penulis
iv
hingga mampu menyelesaikan skripsi ini dengan motivasi yang besar,
kesabaran, dan penuh keikhlasan.
10. Kepada Oma dan abang penulis Hj. Maimunah, Dicky Prima Zola., ST,
Rocky Lesmana Putra., S.Pd yang selalu menyemangati saya selama
menyelesaikan skripsi.
11. Rekan-rekan Mahasiswa BK STKIP PGRI terkhusus sesi B yang selama
kuliah telah menghadirkan banyak cerita dan tawa serta telah memberikan
bantuan, semangat dan motivasi yang membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
12. Terima kasih juga kepada orang terkasih dan para sahabat yang selalu
memberikan dukungan kepada penulis terkhususnya (Okta Puja Aldike,
Zira Dwi Tarenia, Riri Sepnita Jashani, Winda Nofrina Amir, Metha
Rezkyiani E.P, Septia Ningsih, Sintha Ariesta Nosa, Ervina)
v
Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis berdoa semoga jasa baik
dari semua pihak, dibalas Allah SWT dengan pahala yang berlipat ganda
dan dinilai sebagai amal jariyah disisi-Nya. Dalam penulisan skripsi ini,
penulis berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan hasil yang
terbaik, namun penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak
luput dari kesalahan dan kekurangan, baik dari segi isi maupun bahasanya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran, untuk
kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat
bagi kita semua.
Padang, Agustus 2017
Merlin Ramadhani
13060059
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................... 6
C. Batasan Masalah ............................................................................ 7
D. Rumusan Masalah ......................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian ......................................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Body Image ................................................................................... 9
1. Pengertian Body Image ........................................................... 9
2. Faktor yang Mempengaruhi Body Image ................................ 11
3. Aspek Body Image .................................................................. 17
B. Kepercayaan Diri........................................................................... 20
1. Pengertian Kepercayaan Diri .................................................. 20
2. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kepercayaan Diri ........ 22
3. Karakteristik Kepercayaan Diri ............................................... 27
4. Jenis Kepercayaan Diri ........................................................... 29
5. Aspek-aspek Kepercayaan Diri ............................................... 34
C. Hubungan Body Image dengan Kepercayaan Peserta Didik Putri 35
D. Kerangka Pikir............................................................................... 38
E. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 38
vii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 39
B. Jenis Penelitian .............................................................................. 39
C. Definisi Operasional ...................................................................... 40
D. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 41
E. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 45
F. Tenik Pengumpulan Data .............................................................. 45
G. Teknik Pengolahan Data ............................................................... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian .................................................... 57
1. Body Image Peserta Didik Putri ............................................... 57
2. Kepercayaan Diri Peserta Didik Putri....................................... 58
B. Uji Prasyarat Analisis ..................................................................... 60
1. Uji Normalitas Data ................................................................. 60
a. Uji Normalitas Data Body Image ....................................... 61
b. Uji Normalitas Data Kepercayaan Diri .............................. 61
2. Uji Linearitas ............................................................................ 62
3. Uji Hipotesis.............................................................................. 63
C. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 64
1. Body Image Peserta Didik Putri ............................................... 64
2. Kepercayaan Diri Peserta Didik Putri....................................... 66
3. Hubungan Body Image dengan Kepercayaan Diri
Peserta Didik Putri .................................................................... 69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 72
B. Saran ............................................................................................. 72
KEPUSTAKAAN ........................................................................................... 74
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Populasi Siswi MTs Muhammadiyah Lakitan Tahun Pelajaran
2016/2017 .................................................................................................. 41
2. Sampel Penelitian ....................................................................................... 44
3. Jawaban Variabel Body Image (X) dengan Kepercayaan Diri Peserta
Didik Putri (Y) .......................................................................................... 46
4. Tabel Uji Validitas X ................................................................................. 49
5. Tabel Uji Validitas Y ................................................................................. 52
6. Pengkategorian skor Body Image ............................................................... 57
7. Pengkategorian Skor kepercayaan Diri ...................................................... 59
8. Hasil Uji Normalitas Data Body Image ..................................................... 60
9. Hasil Uji Normalitas Data Kepercayaan Diri ............................................. 61
10. Uji Linearitas Data .................................................................................... 62
11. Hubungan Body Image dengan Kepercayaan Diri Peserta Didik Putri di
MTs Muhammadiyah Lakitan Kabupaten Pesisir Selatan... ..................... 63
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Pikir ............................................................................................ 37
x
DAFTAR GRAFIK
Halaman Halaman
1. Diagram Gambaran Body Image Peserta Didik Putri MTs
Muhammadiyah Lakitan Kabupaten Pesisir Selatan ................................... 58
2. Diagram Gambaran Kepercayaan Diri Peserta Didik Putri
MTs Muhammadiyah Lakitan Kabupaten Pesisir Selatan .......................... 59
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Angket ACC Judge ................................................................................. 77
2. Rekapitulasi Judge .................................................................................. 86
3. Angket Uji Coba Penelitian .................................................................... 90
4. Angket Penelitian .................................................................................... 98
5. Uji Validitas Angket ............................................................................... 106
6. Uji Reliabilitas Angket ........................................................................... 113
7. Data Umum Body Image ......................................................................... 117
8. Data Umum Kepercayaan Diri ................................................................ 119
9. Surat Uji Coba dan Penelitian STKIP ..................................................... 121
10. Surat Balasan dari Sekolah ...................................................................... 122
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai
dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin
mencapai pendidikan nasional. Perkembangan zaman ini menuntut adanya
sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu bersaing dengan
negara lain yang telah maju.
Peserta didik juga dapat didefinisikan sebagai orang yang belum
dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar yang masih perlu dikembangkan.
Potensi dimaksud umumnya terdiri dari tiga kategori, yaitu kognitif, afektif,
psikomotor, dan peserta didik tersebut memiliki imajinasi, potensi, dan
dunianya sendiri bukan sekedar miniatur orang dewasa (Danim, 2010:2).
Peserta didik adalah individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang
khas, sehingga ia merupakan insan yang unik. Potensi-potensi khas yang
dimilikinya ini perlu dikembangkan dan diaktualisasikan sehingga mampu
mencapai taraf perkembangan yang optimal (Desmita, 2014:40).
Jadi dapat disimpulkan bahwa peserta didik merupakan suatu manusia
yang unik dan bermacam-macam potensi, imajinasi serta kemampuan yang
dilihat dari kognitif, afektif dan psikomotori dimana potensi tersebut perlu
dikembangkan kemampuan tersebut sehingga dapat dikembangkan secara baik
dan efektif
2
Kepercayaan diri secara sederhana bisa dikatakan sebagai suatu
keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan
keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai
tujuan di dalam hidupnya (Hakim, 2002:6). Sejalan dengan itu, Barbara
(2003:10) menjelaskan:
Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dalam jiwa menusia
bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan berbuat sesuatu.
Kepercayaan diri itu lahir dari kesadaran bahwa jika memutuskan
untuk melakukan sesuatu, maka sesuatu itu pula yang harus dilakukan.
Kepercayaan diri itu akan datang dari kesadaran individu bahwa
individu tersebut memiliki tekad untuk melakukan apapun, sampai
tujuan yang ia inginkan tercapai.
Fatimah (2010:149) menjelaskan kepercayaan diri adalah sikap positif
seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian
positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/ situasi yang
dihadapinya. Idealnya kepercayaan diri yang dimiliki individu haruslah berada
pada kategori tinggi. Hal ini dimaksud agar individu mampu mengembangkan
aspek-aspek yang ada dalam dirinya, dibutuhkan kepercayaan diri yang tinggi
pada individu tersebut. Namun, kenyataan yang ada di lapangan, masih
banyaknya individu terutama peserta didik yang memiliki kepercayaan diri
yang rendah.
Rendahnya kepercayaan diri pada peserta didik disebabkan oleh
beberapa faktor. Ghufron (2014:37) menjelaskan faktor yang mempengaruhi
kepercayaan diri diantaranya konsep diri, harga diri, pengalaman, dan
pendidikan. Santrock (2003:336-338) juga menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi kepercayaan diri yaitu penampilan fisik, konsep diri, hubungan
3
dengan orangtua, dan hubungan dengan teman sebaya. Penampilan fisik
merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada kepercayaan diri. Ini sejalan
dengan yang dijelaskan Santrock (2003: 336), sejumlah penelitian telah
menemukan bahwa penampilan fisik merupakan suatu kontributor yang sangat
berpengaruh pada rasa percaya diri remaja.
Perubahan fisik menimbulkan dampak psikologis yang tidak
diinginkan. Mayoritas anak muda lebih banyak memperhatikan penampilan
mereka ketimbang aspek lain dalam diri mereka, dan banyak di antara mereka
yang tidak suka melihat apa yang mereka lihat di cermin. Anak perempuan
memiliki perasaan tidak suka yang lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki,
merefleksikan penekanan kultural yang lebih besar terhadap atribut fisik
wanita (Papalia, 2011:539).
Dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah suatu kemampuan
yang ada dalam diri seseorang untuk memperlihatkan kemampuannya dalam
bidang-bidang tersebut baik dibidang akademik maupun non akademik,
kepercayaan diri juga menyangkut kedalam diri seseorang baik berbentuk fisik
maupun gaya hidup seseorang.
Munculnya penilaian dikalangan peserta didik putri bahwa standar
tubuh saat ini yang mementingkan penampilan fisik dengan bentuk tubuh yang
kurus, telah membuat remaja putri saat ini memiliki kepercayaan diri yang
kurang, peserta didik putri selalu menilai dirinya melalui kaca mata orang lain
yaitu teman-teman sepergaulannya (Ratnawati, 2012). Berawal dari
penampilan fisik, peserta didik mulai memberikan gambaran dan persepsi
4
tentang bentuk fisik yang dimiliki, kemudian beranjak pada penampilan fisik
yang dimiliki orang lain hingga standar tubuh yang harus dimiliki setiap
perempuan. Gambaran dan persepsi tentang penampilan fisik inilah yang
disebut body image.
Body image merupakan imajinasi subyektif yang dimiliki seseorang
tentang tubuhnya, khususnya yang terkait dengan penilaian orang lain, dan
seberapa baik tubuhnya harus disesuaikan dengan persepsi-persepsi ini
(Arthur, 2010). Sejalan dengan itu, Thompson (2000) menjelaskan tingkat
body image individu digambarkan oleh seberapa jauh individu merasa puas
terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan fisik secara keseluruhan serta
menambahkan tingkat penerimaan citra raga sebagian besar tergantung pada
pengaruh sosial budaya yang terdiri dari empat aspek yaitu reaksi orang lain,
perbandingan dengan orang lain, peranan individu dan identifikasi terhadap
orang lain. Idealnya body image yang harus dimiliki individu adalah positif,
agar ia mampu menerima dirinya sendiri tanpa harus memikirkan standar
tubuh kebanyakan orang. Namun, yang terlihat di lapangan masih banyaknya
siswa terutama peserta didik putri yang memilki body image negatif baik itu
pada kategori rendah maupun kategori sedang.
Jadi dapat disimpulkan body image adalah suatu gambaran diri
seseorang terhadap pandangan tubuhnya yaitu baik dari bentuk tubuhnya
maupun ukuran tubuhnya serta mengetahui kekurangan dan kelebihan
fisiknya. Pengetahuan tentang gambaran diri tersebut dapat membuat
seseorang mampu mengkondisikan dirinya secara efektif.
5
Pada penelitian yang dilakukan oleh Aldia (2014) tentang “Perbedaan
body image siswa berdasarkan gender” menunjukkan bahwa body image
peserta didik perempuan lebih rendah dibandingkan dengan body image
peserta didik laki-laki. Selanjutnya, peneltian yang dilakukan oleh Putri
(2015) yang berjudul “Hubungan body image dengan kepercayaan diri
mahasiswi yang mengalami obesitas” menunjukkan body image yang dimiliki
siswa berada pada kategori sedang yang artinya cukup positif.
Berdasarkan hasil observasi selama dari 25 Juli sampai 17 Desember
2016 di MTs Muhammadiyah Lakitan, diperoleh bahwa masih banyak peserta
didik yang belum memiliki kepercayaan diri terhadap bentuk tubuh yang
dimilikinya, peserta didik terganggu terhadap perubahan dirinya, peserta didik
yang terlalu memperhatikan perubahan fisik pada dirinya, dan peserta didik
yang lebih mementingkan penampilan fisik untuk mampu tampil di depan
umum.
Hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 5 september 2017
dengan remaja putri yang berinisial AM menyatakan bahwa bentuk tubuh
yang dimilikinya saat ini sangatlah tidak ideal dibandingkan remaja putri
lainnya, ia juga memandang penampilan fisik melalui pandangan orang lain
dibandingkan dengan pandangan diri sendiri serta beranggapan bahwa tubuh
ideal adalah tubuh yang memiliki bentuk dan proporsi tubuh yang bagus dan
tidak percaya diri dengan penampilan dan bentuk tubuh yang dimilikinya. Ini
berarti peserta didik tersebut memiliki body image yang negatif terhadap
dirinya. Akibatnya AM memiliki kepercayaan diri yang rendah jika harus
6
keluar rumah atau berada di tempat yang ramai. AM harus memikirkan
penampilannya agar tidak terlihat begitu buruk di antara orang-orang yang
memiliki tubuh yang ideal.
Berdasarkan fenomena-fenomena yang ditemukan, permasalahan
kepercayaan diri yang menyangkut aspek fisik dalam hal ini terkait body
image pada peserta didik terlihat cukup tidak baik. Peserta didik seharusnya
mampu lebih mengembangkan potensi yang dimilikinya, namun terhambat
dengan persepsi tentang kecantikan yang berpedoman pada keindahan fisik
yang sempurna. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
yang berjudul “Hubungan Body Image dengan Kepercayaan Diri Peserta
Didik Putri di MTs Muhammadiyah Lakitan Kabupaten Pesisir Selatan”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka dapat di identifikasi permasalahan dalam penelitian ini yaitu:
1. Masih ada peserta didik putri yang terganggu dengan perubahan-
perubahan pada dirinya.
2. Masih ada peserta didik putri yang tidak percaya diri dengan perubahan-
perubahan pada dirinya.
3. Masih ada peserta didik putri yang terlalu memperhatikan perubahan fisik
pada dirinya.
4. Masih ada peserta didik putri yang lebih mementingkan penampilan fisik
untuk mampu tampil di depan umum.
7
5. Masih ada peserta didik putri yang memandang penampilan fisik melalui
pandangan orang lain dibandingkan dengan pandangan diri mereka
sendiri.
6. Masih ada peserta didik putri yang beranggapan bahwa tubuh ideal adalah
tubuh yang memiliki bentuk dan proporsi tubuh yang bagus.
7. Masih ada peserta didik putri yang tidak percaya diri dengan penampilan
dan bentuk tubuh yang dimilikinya.
C. Batasan Masalah
Agar penelitin ini lebih fokus pada masalah yang akan diteliti, maka
penelitian ini dibatasi untuk mendeskripsikan:
1. Body Image peserta didik putri.
2. Kepercayaan diri peserta didik putri.
3. Hubungan Body Image dengan kepercayaan diri peserta didik putri.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah Bagaimana Hubungan Body Image dengan Kepercayaan
Diri Peserta Didik Putri di MTs Muhammadiyah Lakitan Kabupaten Pesisir
Selatan?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah untuk
mengungkap:
1. Body image peserta didik putri.
2. Kepercayaan diri pada peserta didik putri.
8
3. Hubungan body image dan kepercayaan diri peserta didik putri.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah bagi :
1. Peserta didik putri, diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri dan
memilki body image yang positif.
2. Guru BK, dapat digunakan untuk program layanan BK di sekolah,
khususnya dalam meningkatkan kepercayaan diri, dan body image peserta
didik, seperti melalui layanan informasi.
3. Program studi, sebagai referensi atau perkembangan ilmu dalam
pengajuan akreditasi program studi bimbangan dan konseling.
4. Peneliti, sebagai pengalaman yang sangat berharga dalam penelitian, dan
dapat memperkaya pengetahuan dan pemahaman penulis tentang body
image dan kepercayaan diri.
5. Peneliti selanjutnya, dapat menjadi bahan pertimbangan dan contoh untuk
melakukan penelitian kedepannya agar memperoleh hasil yang lebih baik
tentang hubungan body image dengan kepercayaan diri.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Body Image
1. Pengertian Body Image
Body image menurut Arthur (2010) adalah imajinasi subjektif yang
dimiliki seseorang tentang tubuhnya, khususnya yang terkait dengan
penilaian orang lain, dan seberapa baik tubuhnya harus disesuaikan dengan
persepsi-persepsi ini. Beberapa peneliti atau pemikir menggunakan istilah
ini hanya terkait tampilan fisik, sementara yang lain mencakup pula
penilaian tentang fungsi tubuh, gerakan tubuh, koordinasi tubuh, dan
sebagainya.
Setiap individu memiliki gambaran diri ideal seperti apa yang
diinginkannya termasuk bentuk tubuh ideal seperti apa yang dimilikinya.
Ketidaksesuaian antara bentuk tubuh yang dipersepsi oleh individu dengan
bentuk tubuh yang menurutnya ideal akan memunculkan ketidakpuasan
terhadap tubuhnya. Citra tubuh mulai terbentuk jauh sebelum seorang anak
mampu mengungkapkan fikiran-fikiran maupun ide-idenya lewat kata-
kata. Melalui kemampuan fisiknya seorang anak mempersepsi dirinya
sebagai seseorang yang dapat menyebabkan sesuatu terjadi, misalnya
dengan menggunakan tangannya sebagai alat (Amalia, 2007)
Tingkat Body image individu digambarkan oleh seberapa jauh
individu merasa puas terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan fisik
secara keseluruhan serta menambahkan tingkat penerimaan citra raga
10
sebagian besar tergantung pada pengaruh sosial budaya yang terdiri dari
empat aspek yaitu reaksi orang lain, perbandingan dengan orang lain,
peranan individu dan identifikasi terhadap orang lain (Thompson, 2000)
Pengertian Body Image menurut Honigam dan Castle (Januar,
2007) adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran
tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan penilaian
atas apa yang dipikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk
tubuhnya, dan atas penilaian orang lain terhadap dirinya. Sebenarnya, apa
yang dipikirkan dan rasakan olehnya, belum tentu benar-benar
mempresentasikan keadaan yang aktual, namun lebih merupakan hasil
penilaian diri yang bersifat subjektif.
Body image menurut Hoyt (Naimah, 2008) diartikan sebagai sikap
seseorang terhadap tubuhnya dari segi ukuran, bentuk maupun estetika
berdasarkan evaluasi individual dan pengalaman efektif terhadap atribut
fisiknya. Body image bukan sesuatu yang statis, tetapi selalu berubah.
Pembentukannya dipengaruhi oleh persepsi, imajinasi, emosi, suasana
hati, lingkungan, dan pengalaman fisik. Dengan demikian, proses
komparasi sosial pasti terjadi dalam membentuk body image peserta didik
putri.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan body image
merupakan gambaran persepsi seseorang tentang tubuh ideal dan apa yang
mereka inginkan pada tubuh mereka baik itu dalam hal berat maupun
11
bentuk tubuh yang didasarkan pada persepsi-persepi orang lain dan
seberapa harus mereka menyesuaikan persepsi tersebut.
Seseorang menganggap kondisi fisiknya tidak sama dengan konsep
idealnya, maka individu tersebut akan merasa memilki kekurangan secara
fisik meskipun dalam pandangan orang lain sudah dianggap menarik.
Keadaan seperti itu yang sering membuat seseorang tidak dapat menerima
kondisi fisiknya secara apa adanya sehingga body imagenya menjadi
negatif. Jika seorang wanita merasa gemuk dan memiliki berat badan yang
berlebih, mereka cenderung merasa tidak puas dengan kondisi tubuhnya
dan menginginkan berat tubuhnya berkurang. Kesenjangan yang terlalu
jauh antara tubuh yang dipersepsi dengan gambaran idealnya akan
menyebabkan penilaian yang negatif terhadap tubuhnya, hal tersebut yang
membuat mereka memiliki kepercayaan diri yang rendah akibat dari
penilaian yang negatif terhadap body image yang tidak sesuai dengan
gambaran idealnya.
2. Faktor yang Mempengaruhi Body Image
Body image terbentuk dari sejak individu lahir sampai selama
individu hidup. Banyak hal yang dapat mempengaruhi body image
seseorang,termasuk pandangan atau penilaian orang lain terhadap
penampilan diri sendiri. Beberapa ahli menyatakan ada berbagai faktor
yang dapat mempengaruhi body image seseorang adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan body image menurut Cash (1994)
adalah sebagai berikut :
12
a. Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi dalam
perkembangan body image seseorang. Ketidakpuasan terhadap tubuh lebih
sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki. Pada umumnya wanita, lebih
kurang puas dengan tubuhnya dan memiliki body image yang negatif.
Wanita biasanya lebih kritis terhadap tubuh mereka baik secara
keseluruhan maupun pada bagian tertentu tubuh mereka daripada laki-laki.
Persepsi body image yang buruk sering berhubungan dengan perasaan
kelebihan berat badan terutama pada wanita. Seorang laki-laki ,lebih
memperhatikan masa otot ketika mempertimbangkan body image mereka.
Umumnya body image yang buruk dapat menyebakan diet konstan dan
diet yang bersifat sementara, obesity, dan gangguan makan serta dapat
menyebabkan rendahnya harga diri, depresi, kecemasan dan keseluruhan
tekanan emosional.
Sebuah penelitian (Cash,1994) menjelaskan bahwa sekitar 40- 70%
gadis remaja tidak puas dengan dua atau lebih aspek dari tubuh mereka.
ketidakpuasan biasanya berfokus pada jaringan adipose substansial dalam
tubuh bagian tengah atau bawah, seperti pinggul, perut dan paha. Di
berbagai Negara maju, antara 50- 80 % gadis remaja ingin menjadi
langsing dan melakukan diet bervariasi dari 20% hingga 60%. Seorang
laki-laki juga ingin menghindari bentuk tubuh gemuk, lembek, namun
dikalangan lelaki yang tidak puas dengan berat dan bentuk berusaha untuk
13
menambah berat badan untuk mengembangkan lengan atas, dada dan
bahu.
b. Media massa
Media massa yang muncul dimana-mana memberikan gambaran
ideal mengenai figure perempuan dan laki-laki yang dapat mempengaruhi
gambaran tubuh seseorang. Tiggeman (Cash, 1994) menyatakan bahwa
media massa menjadi pengaruh kuat dalam budaya social. Anak-anak dan
remaja lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menonton televisi
dan kebanyakan orang dewasa membaca surat kabar harian dan majalah.
Survey media massa menunjukkan bahwa 83 % majalah fashion
khususnya dibaca oleh mayoritas permpuan maupun anak perempuan.
Konsumsi media yang tinggi dapat mempengaruhi konsumen dalam
berbagai cara. Isi tayangan media massa sering menggambarkan bahwa
standart kecantikan perempuan adalah tubuh yang kurus , dalam hal ini
berarti level kekurusan yang dimilki, kebanyakan wanita percaya bahwa
mereka adalah orang-orang yang sehat. Media juga menggambarkan
gambaran ideal bagi laki-laki adalah dengan memilki tubuh yang berotot
dan perut yang rata.
Menurut Longe (Cash, 1994) body image dapat dipengaruhi oleh
pengaruh luar. Sumber media, seperti televise, internet, dan majalah sering
menggambarkan orang lebih dekat dengan tipe tubuh yang ideal umum
diterima daripada citra tubuh rata-rata , untuk menjual produk mereka.
Akibatnya, orang-orang, terutama anak-anak dan dewasa muda yang
14
terlalu dipengaruhi dan terpengaruh oleh penggambaran seperti citra tubuh
tersebut. Levine dan Smolak menyimpulkan bahwa dengan melihat foto-
foto model yang langsing membuat gadis dan perempuan merasa buruk
tentang tubuh mereka, beberapa penelitian menunjukkan dampak negatif.
Secara singkat media menciptakan citra seorang wanita itu langsing pada
majalah fashion terbukti menyebabkan sejumlah efek negatif secara
langsung termasuk perhatian yang lebih besar tentang berat badan,
ketidakpuasan tubuh, suasana hati yang negatif ,dan penurunan persepsi
daya tarik diri.
c. Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal membuat seseorang cenderung
membandingkan diri dengan orang lain dan feedback yang diterima
mempengaruhi konsep diri termasuk mempengaruhi bagaimana perasaan
terhadap penampilan fisik. Hal inilah yang sering membuat orang merasa
cemas dengan penampilannya dan gugup ketika orang lain melakukan
evaluasi terhadap dirinya.
Rossen dan koleganya (Cash, 1994) menyatakan feedback
terhadap penampilan dan kompetensi teman sebaya dan keluarga dalam
hubungan interpersonal dapat mempengaruhi bagaimana pandangan dan
perasaan mengenai tubuh. Dunn dan Gooke (Cash, 1994) menerima
feedback mengenai penampilan fisik mereka berarti seseorang
mengembangkan persepsi tentang bagaimana seseorang melakukan
perbandingan social yang merupakan salah satu proses pembentukan
15
dalam penilaian diri mengenai daya tarik fisik. Pikiran dan perasaan
mengenai tubuh bermula dari adanya reaksi orang lain. Dalam konteks
perkembangan, body image berasal dari hubungan interpersonal.
Perkembangan emosional dan pikiran individu juga berkontribusi pada
bagaimana seseorang melihat dirinya. Maka, bagaimana seseorang
berpikir dan merasa mengenai tubuhnya dapat mempengaruhi hubungan
dan karakteristik psikologis.
Banyak hal yang dapat mempengaruhi body image. Sejalan dengan
itu, Thompson (2000) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi
body image adalah :
a. Pengaruh berat badan dan persepsi gemuk/kurus
Keinginan-keinginan untuk menjadikan berat badan tetap
optimal dengan menjaga pola makan yang teratur, sehingga persepsi
terhadap citra tubuh yang baik akan sesuai dengan diinginanya.
b. Budaya
Adanya pengaruh disekitar lingkungan individu dan bagaimana
cara budaya mengkomunikasikan norma-norma tentang penampilan
fisik, dan ukuran tubuh yang menarik.
c. Siklus hidup
Pada dasar Individu menginginkan untuk kembali memiliki
bentuk tubuh seperti masa lalu.
16
d. Masa kehamilan
Proses dimana individu bisa menjaga masa tumbuh kembang anak
dalam kandungan, tanpa ada peristiwa-peristiwa pada masa kehamilan.
e. Sosialisasi
Adanya pengaruh dari teman sebaya yang menjadikan individu ikut
terpengaruh didalamnya.
f. Konsep diri
Gambaran Individu terhadap dirinya, yang meliputi penilaian diri
dan penilaian sosial.
g. Peran gender
Dalam hal ini peran orang tua sangat penting bagi citra tubuh
individu, sehingga menjadikan individu lebih cepat terpengaruh
h. Pengaruh distorsi citra tubuh pada diri individu
Perasaan dan persepsi individu yang bersifat negatif terhadap
tubuhnya yang dapat diikuti oleh sikap yang buruk.
Diantara komponen tersebut, yang memiliki pengaruh lebih besar
adalah budaya yaitu bahwa keindahan tubuh dan standar tentang tubuh
ditentukan oleh masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat menilai apa yang
dikatakan indah, ideal, dan apa yang tidak. Kecantikan wanita yang ideal telah
bervariasi dan berubah sesuai standar estetika jangka waktu tertentu dan
sebagian besar wanita telah berusaha untuk mengubah diri mereka sendiri
untuk memenuhi citra ideal ini (Thompson, 2000). Adanya trend mengenai
citra ideal dapat mempengaruhi persepsi individu terhadap tubuhnya, hal
17
tersebut akan membuat individu cenderung membandingkan antara persepsi
tubuh dan penampilannya sendiri dengan penampilan ideal yang mereka
bayangkan, apabila terdapat kesenjangan yang terlalu jauh antara tubuh
nyatanya dengan tubuh idealnya, individu akan merasa kecewa, frustasi, sedih
atau merasa ada satu kebutuhan yang tidak terpenuhi. Penelitian lain
menekankan bahwa kecenderungan untuk membandingkan penampilan fisik
sendiri pada orang lain secara kuat terkait dengan ketidakpuasan tubuh
(Thompson, 2000:12).
Pada studi lain, terdapat indikasi bahwa mayoritas variasi dari body
image dan gangguan pola makan bisa dikaitkan dengan kecenderungan untuk
menyadari dan menginternalisasikan norma sosiokultural mengenai
penampilan yang menarik (Thompson, 2000:12). Thompson (2000:12)
menjelaskan pentingnya faktor media massa dalam membentuk nilai-nilai
yang dianut masyarakat. Melalui media massa, tubuh yang ideal terbentuk di
masyarakat. Di Indonesia sendiri dapat dilihat bahwa peran media massa
mulai mempunyai pengaruh dalam membentuk pikiran tentang penampilan
dan body image, pada iklan-iklan kosmetik sering digunakan model wanita
dengan kulit yang putih, tubuh yang langsing, secara tidak sadar masyrakat
menganggap tubuh ideal seorang wanita adalah yang memiliki kulit putih dan
bertubuh langsing.
3. Aspek Body Image
Body image terbagi dalam beberapa aspek. Menurut Cash dan
Puzinsky (Seawell, A. H & Danorf Burg, 2005) mengenai body image
18
pada umumnya menggunakan Multidemensional Body Self Relation
Questionnaire-Appearance Scale (MBSRQ-AS), yaitu:
a. Appearance evaluation (evaluasi penampilan)
Evaluasi penampilan yaitu mengukur penampilan keseluruhan
tubuh, apakah menarik atau tidak menarik serta memuaskan atau belum
memuaskan.
b. Appearance orientation (orientasi penampilan)
Orientasi penampilan yaitu perhatian individu terhadap penampilan
dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan
penampilan diri.
c. Body area satisfaction (kepuasan terhadap bagian tubuh)
Kepuasan terhadap bagian tubuh, yaitu mengukur kepuasan
individu terhadap bagian tubuh secara spesifik, wajah, tubuh bagian atas
(dada, bahu lengan), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), tubuh bagian
bawah (pinggul, paha, pantat, kaki), serta bagian tubuh secara keseluruhan.
d. Overweight preoccupation (kecemasan menjadi gemuk)
Kecemasan menjadi gemuk yaitu mengukur kewaspadaan individu
terhadap berat badan, kecenderungan untuk melakukan diet, dan
membatasi pola makan
e. Self-classified weight (Pengkategorian ukuran tubuh)
Pengkategorian ukuran tubuh, yaitu mengukur bagaimana individu
menilai berat badannya, dari sangat kurus sampai gemuk.
19
Menurut Thompson (2000) tingkat citra raga individu digambarkan
oleh seberapa jauh individu merasa puas terhadap bagian-bagian tubuh dan
penampilan fisik secara keseluruhan serta menambahkan tingkat penerimaan
citra raga sebagian besar tergantung pada pengaruh sosial budaya yang terdiri
dari empat aspek yaitu reaksi orang lain, perbandingan dengan orang lain,
peranan individu dan identifikasi terhadap orang lain. Komponen citra raga
terdiri dari komponen perseptual dan komponen sikap menjadi landasan
pengukuran. Komponen perseptual menunjukkan bagaimana individu
menggambarkan kondisi fisiknya. Oleh karena itu penilaian merupakan aspek
yang tepat untuk mewakili komponen-komponen tersebut. Komponen sikap
mengarah pada perasaaan dan sikap yang muncul dari kondisi tersebut.
Perasaan diwakili dengan tingkat kepuasan dan ketidakpuasan individu
terhadap tubuhnya, sedangkan sikap diwakili oleh harapan-harapan mengenai
tubuhnya, sebagai akibat dari harapan biasanya menjadi tindakan demi
mewujudkan harapan tersebut (Thompson, 2000).
Oleh karena itu aspek perasaan dan aspek harapan mewakili seluruh
komponen sikap. Thompson (2000) menjelaskan aspek-aspek dalam citra raga
yaitu:
a. Persepsi terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan secara
keseluruhan.
Bentuk tubuh merupakan suatu simbol dari diri seorang individu,
karna dalam hal tersebut individu dinilai oleh orang lain dan dinilai oleh
dirinya sendiri. Selanjutnya bentuk tubuh serta penampilan baik dan buruk
20
dapat mendatangkan perasaan senang atau tidak senang terhadap bentuk
tubuhnya sendiri.
b. Aspek perbandingan dengan orang lain
Adanya penilaian sesuatu yang lebih baik atau lebih buruk dari
yang lain, sehingga menimbulkan suatu prasangka bagi dirinya keorang
lain, hal-hal yang menjadi perbandingan individu ialah ketika harus
menilai penampilan dirinya dengan penampilan fisik orang lain.
c. Aspek sosial budaya (reaksi terhadap orang lain).
Seseorang dapat menilai reaksi terhadap orang lain apabila dinilai
orang itu menarik secara fisik, maka gambaran orang itu akan menuju hal-
hal yang baik untuk menilai dirinya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kompenan
sikap adalah perilaku yang menunjukkan bagaimana perilaku atau
kecendrungan berprilaku pada diri seseorang.
B. Kepercayaan Diri
1. Pengertian Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri atau Self confidence merupakan sikap yang
dimiliki oleh individu yang dapat berkembang dengan baik, namun dapat
pula mengalami penurunan yang dapat membuat individu itu sulit bahkan
tidak ingin melakukan sesuatu. Hakim (2002:6) menyatakan kepercayaan
diri sebagai suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan
21
yang dimilkinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu
untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya
Menurut Lauster (2012:12-14) Self-confidence (kepercayaan diri)
merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan yang dimiliki
sehingga individu yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam setiap
tindakan, dapat bebas malakukan hal-hal yang disukai dan bertanggung
jawab atas segala perbuatan yang dilakukan, hangat dan sopan dalam
berinteraksi dengan orang lain.
Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dalam jiwa manusia
bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan berbuat sesuatu.
Kepercayaan diri itu lahir dari kesadaran bahwa jika memutuskan untuk
melakukan sesuatu, maka sesuatu itu pula yang harus dilakukan.
Kepercayaan diri itu akan datang dari kesadaran individu bahwa individu
tersebut memiliki tekad untuk melakukan apapun, sampai tujuan yang ia
inginkan tercapai (Barbara, 2003:10).
Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang
memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/ situasi yang
dihadapinya (Fatimah, 2010:149). Hal ini bukan berarti bahwa individu
tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri.
Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya
beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut bahwa ia merasa
memiliki kompetensi, yakin mampu dan percaya bahwa dia bisa karena
22
didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang
realistik terhadap diri sendiri.
Kumara (Ghufron, 2014:34) menyatakan bahwa kepercayaan diri
merupakan ciri kepribadian yang mengandung arti keyakinan terhadap
kemampuan diri sendiri. Hal ini senada dengan pendapat Afiatin dan
Andayani (dalam Ghufron 2014:34) yang menyatakan bahwa kepercayaan
diri merupakan aspek kepribadian yang berisikan keyakinan tentang
kekuatan, kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya.
Selain itu, Ghufron (2014:35) juga menyatakan bahwa kepercayaan
diri adalah keyakinan untuk melakukan sesuatu pada diri subjek sebagai
karakteristik pribadi yang didalamnya terdapat keyakinan akan
kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab, rasional, dan
realistis.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa kepercayaan diri adalah suatu sikap yang dimiliki individu dimana
individu tersebut yakin terhadap kemampuan diri sendiri, optimis,
sehingga mampu menghadapi situasi dengan sebaik mungkin.
2. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepercayaan Diri
Tinggi rendahnya kepercayaan diri individu disebabkan oleh
beberapa faktor. Menurut Ghufron (2014:37) faktor yang mempengaruhi
kepercayaan diri yaitu:
a. Konsep diri
Menurut Anthony (Ghufron, 2014:37) terbentuknya
kepercayaan diri pada diri seseorang diawali dengan perkembangan
23
konsep diri yang diperoleh dalam pergaulannya dalam suatu
kelompok. Hasil interaksi yang terjadi akan menghasilkan konsep diri.
b. Harga diri
Konsep diri yang positif akan membentuk harga diri yang
positif pula. Harga diri adalah penilaian yang dilakukan terhadap diri
sendiri. Santoso (Ghufron, 2014:37) berpendapat bahwa tingkat harga
diri seseorang akan mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seseorang.
c. Pengalaman
Pengalaman dapat menjadi faktor munculnya rasa percaya diri.
Sebaliknya, pengalaman juga dapat menjadi faktor menurunnya rasa
percaya diri seseorang. (Ghufron, 2014:37) mengemukakan bahwa
pengalaman masa lalu adalah hal terpenting untuk mengembangkan
kepribadian sehat.
d. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap
tingkat kepercayaan diri seseorang. Tingkat pendidikan yang rendah
akan menjadikan orang tersebut tergantung dan berada di bawah
kekuasaan orang lain yang lebih pandai darinya. Sebaliknya, orang
yang mempunyai pendidikan tinggi akan memilki tingkat kepercayaan
diri yang lebih dibandingkan yang berpendidikan rendah.
Selanjutnya, Hakim (2002:12) menjelaskan sumber penyebab timbulnya
rasa tidak percaya diri, yaitu:
a. Cacat atau kelainan fisik
b. Buruk rupa
24
c. Ekonomi lemah
d. Status sosial
e. Status perkawinan
f. Sering gagal
g. Kalah bersaing
h. Kurang cerdas
i. Pendidikan rendah
j. Perbedaan lingkungan
k. Tidak supel
l. Tidak siap menghadapi situasi tertentu
m. Sulit menyesuaikan diri
n. Mudah cemas dan penakut
o. Tidak terbiasa
p. Mudah gugup
q. Bicara gagap
r. Pendidikan keluarga kurang baik
s. Sering menghindar
t. Mudah menyerah
u. Tidak bisa menarik simpati orang
v. Kalah wibawa dengan orang lain
Banyak hal yang dapat mempengaruhi invidu merasa tidak percaya
diri. Santrock (2003:336-338) juga mengungkapkan faktor-faktor yang
mempengaruhi kepercayaan diri yaitu:
a. Penampilan fisik
Sejumlah peneliti telah menemukan bahwa penampilan fisik
merupakan suatu kontributor yang sangat berpengaruh pada rasa percaya
diri remaja (Adams, 1977; Harter, 1989; Lerner & Brackney, 1978;
Simmons & Blyth, 1987). Sebagai contoh adalah pada penelitian Harter,
penampilan fisik secara konsisten berkorelasi paling kuat dengan rasa
percaya diri secara umum, yang baru kemudian diikuti oleh penerimaan
sosial teman sebaya.
b. Konsep diri
25
Harter (1989) juga menemukan adanya hubungan yang kuat antara
penampilan fisik dengan harga diri secara umum yang tidak hanya dimasa
remaja tapi juga sepanjang masa hidup, dari masa kanak-kanak awal
hingga usia dewasa pertengahan. Pada salah satu penelitian baru-baru ini
dikemukan bahwa konsep diri remaja yang berhubungan dengan
ketertarikan fisik merupakan faktor terkuat untuk meramalkan rasa
percaya diri secara keseluruhan dari remaja (Lord & Eccles, 1994)
c. Hubungan dengan orang tua
Pada suatu penelitian yang luas mengenai hubungan orang tua dan
anak dengan rasa percaya diri, terdapat suatu alat ukur rasa percaya diri
yang diberikan kepada anak laki-laki, dan kemudian anak laki-laki beserta
ibunya diwawancarai mengenai hubungan keluarga mereka (Coopersmith,
1967). Berdasarkan pengukuran tersebut, berikut ini adalah atribut-atribut
dari orang tua yang berhubungan dengan tingkat rasa percaya diri yang
tinggi dari anak laki-laki:
1) Ekspresi rasa kasih sayang
2) Perhatian terhadap masalah yanng dihadapi oleh anak
3) Keharmonisan di rumah
4) Partisipasi dalam aktivitas bersama keluarga
5) Kesediaan untuk memberikan pertolongan yang kompeten dan terarah
kepada anak ketika mereka membutuhkannya
6) Menetapkan peraturan yang jelas dan adil
7) Mematuhi peraturan-peraturan tersebut
26
8) Memberikan kebebasan pada anak dengan batas-batas yang telah
ditentukan
Harap diingat bahwa penelitian ini bersifat korelasional sehingga
para peneliti tidak dapat menyatakan bahwa atribut-atribut orang tua
menjadi sebab dari tingginya rasa percaya diri remaja. Walaupun faktor-
faktor seperti ekspresi rasa kasih sayang dan memberi kebebasan kepada
anak-anak dengan batas tertentu terbukti sebagai faktor penentu yang
penting bagi rasa percaya diri remaja, para peneliti hanya dapat
menyatakan bahawa faktor-faktor tersebut berhubungan dengan rasa
percaya diri namun bukan sebagai penyebab dari tingkat rasa percaya diri
anak, berdasarkan data penelitian yang menunjukkan adanya korelasi.
d. Hubungan teman sebaya
Penilaian teman sebaya memiliki derajat yang tinggi pada anak-
anak yang lebih tua dan remaja. Suatu penelitian menunjukkan bahwa
dukungan dari teman sebaya lebih berpengaruh terhadap tingkat
kepercayaan diri pada individu pada masa remaja awal daripada anak-
anak, meskipun dukungan orangtua juga merupakan faktor yang penting.
Pada penelitian ini, dukungan teman sebaya merupakapan faktor
yang lebih penting dibandingkan dengan dukungan orang tua dimasa
remaja akhir. Terdapat dua jenias dukungan teman sebaya yang diteliti,,
yaitu:
1) Dukungan dari teman satu kelas
2) Dukungan teman akrab
27
Dukungan dari teman satu kelas berpengaruh lebih kuat tehadap
rasa percaya diri remaja berbagai usia dibandingkan dengan dukungan
teman akrab. Hal ini bisa terjadi mengingat, teman akrab selalu
memberikan dukungan yang dibutuhkan, sehingga dukungan tersebut tidak
dianggap oleh remaja sebagai sesuatu yang meningkatkan percaya diri
mereka, karena remaja pada saat-saat tertentu membutuhkan sumber
dukungan yang lebih obyektif untuk membenarkan rasa percaya dirinya.
3. Karakteristik Kepercayaan Diri
Individu yang percaya diri akan terlihat dari sikap yang
ditunjukkannya. Fatimah (2010:149) menjelaskan beberapa ciri atau
karakterisitik individu yang mempunyai rasa percaya diri yang
proporsional, di antaranya adalah :
a. Percaya akan kompetensi/ kemampuan diri, hingga tidak
membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, ataupun hormat
orang lain.
b. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi
diterima oleh orang lain atau kelompok.
c. Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain-berani
menjadi diri sendiri.
d. Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya
stabil)
e. Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan
atau kegagalan, bergantung pada usaha sendiri dan tidak mudah
menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak bergantung/
mengharapkan bantuan orang lain).
f. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri,
orang lain, dan situasi di luar dirinya.
g. Memiliki harapan yang realisitik terhadap diri sendiri, sehingga
ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi
positif dirinya dan situasi yang terajdi.
Selanjutnya, Hakim (2002:5) juga menjelaskan ciri-ciri individu
yang memilki kepercayaan diri yang tinggi yaitu:
28
a. Selalu bersikap tenang di dalam mengerjakan segala sesuatu.
b. Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai.
c. Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul di dalam
berbagai situasi.
d. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai
situasi.
e. Memiliki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang
penampilannya.
f. Memiliki kecerdasan yang cukup.
g. Memiliki tingkat pendidikan formal yang cukup.
h. Memiliki keterampilan atau keahlian lain yang menunjang
kehidupannya, misalnya keterampilan berbahasa asing.
i. Memiliki kemampuan bersosialisasi.
j. Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik.
k. Memilki pengalaman hidup yang menempa mentalnya menjadi
kuat dan tahan di dalam menghadapi berbagai cobaan hidup.
l. Selalu bereaksi positif dalam menghadapi berbagai masalah,
misalnya dengan tetap tegar, sabar, dan tabah dalam
menghadapi persoalan hidup.
Tidak hanya sikap percaya diri yang terlihat pada diri individu, sikap
tidak percaya diri juga dapat terlihat melalui perilaku yang ditujukkan individu
itu. Hakim (2002:8) menjelaskan ciri-ciri orang yang tidak percaya diri
adalah:
a. Mudah cemas dalam menghadapi persoalan dengan tingkat
kesulitan tertentu.
b. Memiliki kelemahan atau kekurangan dari segi mental, fisik,
sosial, atau ekonomi.
c. Sulit menetralisasi timbulnya ketegangan di dalam suatu situasi.
d. Gugup dan terkadang berbicara gagap.
e. Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang kurang baik.
f. Memiliki perkembangan yang kurang baik sejak masa kecil.
g. Kurang memiliki kelebihan pada bidang tertentu dan tidak tahu
bagaimana cara mengembangkan diri untuk memilki kelebihan
tertentu.
h. Sering menyendiri dari kelompok yang dianggapnya lebih dari
dirinya.
i. Mudah putus asa.
j. Cenderung bergantung pada orang lain dalam mengatasi masalah.
k. Pernah mengalami trauma.
29
l. Sering bereaksi negatif dalam menghadapi masalah, misalnya
dengan menghindari tanggung jawab atau mengisolasi diri, yang
menyebabkan rasa tidak pecaya dirinya semakin buruk.
Selanjunya, Fatimah (2010:150) juga menjelaskan beberapa ciri atau
karakterisitik individu yang kurang percaya diri, di antaranya adalah sebagai
berikut:
a. Berusaha menunjukkan sikap konformis, semata-mata demi
mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok.
b. Menyimpan rasa takut/ kekhawatiran terhadap penolakan.
c. Sulit menerima realita diri (terlebih menerima kekurangan diri) dan
memandang rendah kemampuan diri sendiri-namun di lain pihak,
memasang harapan yang tidak realistik terhadap diri sendiri.
d. Pesimis, mudah menilai segala sesuatu dari sisi negatif.
e. Takut gagal, sehingga menghindari segala resiko dan tidak berani
memasang target untuk berhasil.
f. Cenderung menolak pujian yang ditujukan secara tulus (karena
undervalue diri sendiri).
g. Selalu menempatkan/ memposisikan diri sebagai yang terakhir,
karena menilai dirinya tidak mampu.
h. Mempunyai external locus of control (mudah menyerah pada
nasib, sangat bergantung pada keadaan dan pengakuan/ penerimaan
serta bantuan orang lain).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik
kepercayaan diri adalah seseorang yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang ada
di dalam dirinya baik orang yang mempunyai kepercayaan diri yang positif
maupun yang negatif.
4. Jenis Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri terbagi dalam beberapa jenis sesuai dengan sikap dan
perilaku yang diperlihatkan. Barbara (2003:58) mengemukakan ada tiga
jenis kepercayaan diri, yaitu:
30
a. Kepercayaan diri tingkah laku adalah kepercayaan diri untuk
mampu bertindak dan menyelesaikan tugas-tugas baik tugas-tugas
yang paling sederhana hingga yang bernuansa cita-cita untuk
meraih sesuatu.
b. Kepercayaan diri emosional adalah kepercayaan diri untuk yakin
dan mampu menguasai segenap sisi emosi.
c. Kepercayaan diri spiritual adalah keyakinan individu bahwa
setiap hidup memiliki tujuan yang positif dan bermakna.
Sedangkan Lidenfield (1997:4-7) mengemukakan bahwa kepercayaan
diri terdiri dari dua jenis, yaitu:
a. Kepercayaan Diri Batin
Menurut Lidenfield ada empat ciri utama orang yang mempunyai
percaya diri batin yang sehat, yaitu:
1) Cinta Diri
Orang yang percaya diri peduli tentang diri mereka sendiri
sehingga perilaku dan gaya hidup yang mereka tampilkan untuk
memelihara diri. Jadi cinta diri setiap individu sangat diperlukan
dalam menumbuhkan kepercayaan diri karena setiap individu akan
menghargai dengan baik kebutuhan jasmani maupun rohani,
sehingga individu akan:
a) Mampu memelihara diri sehingga mampu menghargai baik
kebutuhan jasmani maupun rohani, dan menempatkan jasmani dan
rohani pada pijakan yang setara dengan kebutuhan orang lain.
b) Bangga akan sifat-sifat yang baik dan memusatkan diri untuk
memanfaatkan sifat tersebut sebaik mungkin, tidak mau
membuang waktu, tenaga atau uang untuk memikirkan
kekurangan diri sendiri.
31
c) Merasa senang bila diperhatikan. Secara terbuka menunjukkan
keinginan untuk dipuji, ditentramkan dan mendapat ganjaran, serta
tidak memanfaatkan orang lain untuk kepentingan diri sendiri.
2) Pemahaman Diri
Orang yang percaya diri batin sangat sadar diri. Tidak
terus-menerus merenungi diri sendiri, tetapi secara teratur
memikirkan perasaan, pikiran, perilaku dan selalu ingin tahu
bagaimana pendapat orang lain tentang dirinya. Dengan demikian
pemahaman diri yang baik, individu akan dapat:
a) Menyadari potensi diri yang dimilikinya sehingga kecil
kemungkinan akan mengalami kegagalan berulang kali, cenderung
menjadi pribadi yang mantap, tidak begitu saja mengikuti
orang lain, mempunyai sahabat yang dapat memberi dan
menerima.
b) Tahu diri dalam arti terbuka untuk menerima kritik dan pujian.
c) Tujuan yang jelas, orang yang percaya diri selalu tahu tujuan
hidup. Seseorang yang memiliki tujuan yang jelas akan dapat: (a)
mampu menentukan tujuan sendiri (b) mempunyai motivasi yang
tinggi, lebih menilai kemajuan dirinya dari tujuan yang telah
ditetapkan (c) mampu membuat keputusan karena seseorang tahu
betul apa yang diinginkan dan dibutuhkan dari hasilnya.
3) Berfikir Positif
Orang yang percaya diri biasanya merupakan teman yang
menyenangkan, salah satu sebabnya ialah karena biasa melihat
32
kehidupan yang cerah, optimis, serta mencari pengalaman dan hasil
yang bagus. Seseorang yang mampu berfikir positif akan dapat: (a)
memiliki harapan dalam hidupnya, (b) memiliki potensi motivasi
dalam hidupnya, (c) memilki kepercayaan bahwa ini masalah dapat
diselesaikan, percaya bahwa masa datang akan lebih baik dari
masa sekarang, mau bekerja walau dengan tantangan, dan
melakukan tugasnya, karena seseorang percaya bahwa tujuannya
akan tercapai.
b. Kepercayaan Diri Lahir
Untuk memberikan kesan percaya diri pada dunia luar,
maka kita perlu mengembangkan keterampilan dalam empat
bidang yang berkaitan dengan kepercayaan diri lahir, yaitu:
a) Komunikasi
Dengan memiliki dasar yang baik dalam ketrampilan
berkomunikasi, maka dapat mendengarkan orang lain dengan
tepat, tenang dan penuh perhatian, bisa berbincang-bincang
dengan orang dari segala jenis latar belakang, tahu kapan dan
bagaimana berganti pokok pembicaraan dari percakapan biasa
ke yang lebih mendalam, dan bicara di depan umum tanpa
rasa takut. Ketika berkomunikasi orang yang kurang percaya
diri, biasanya bicara gagap, sulit dimengerti oleh orang lain.
Orang yang memilki kepercayaan diri tinggi tidak akan
menemui kendala-kendala apabila harus berkomunikasi dengan
33
orang lain, mampu berkomunikasi secara baik, dan orang yang
diajak berbicara juga merasa nyaman.
b) Ketegasan
Dengan memilki sikap tegas tidak akan menunjukkan
sikap agresif dan pasif dalam mencapai keberhasilan dalam
hidupnya dan hubungan sosialnya, sehingga memungkinkan
rasa percaya diri bertambah. Orang yang memiliki ketegasan
akan dapat: (1) bersikap dan berperilaku asertif, yaitu dapat
menuntut hak pribadi dan menyatakan pikiran, perasaan dan
keyakinan dengan cara langsung, jujur dan tepat (2) menjadi
orang yang tegas pastinya memiliki kepercayaan diri tinggi (3)
berkompromi dengan siapa saja secara baik (4) menerima pujian
dari orang lain secara wajar (5) menerima kritikan dari orang lain
secara wajar.
c) Penampilan Diri
Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang pasti
memperhatikan penampilan diri. Untuk dapat tampil menarik
membutuhkan gaya hidup yang dapat diterima orang lain dan
mencerminkan tampil adanya, sopan dan berbusana dengan
model maupun warna yang cocok, sehingga bisa tampil sebagai
orang yang penuh percaya diri. Berpenampilan menarik
mencerminkan rasa percaya diri yang tinggi.
34
d) Pengendalian Perasaan
Pengendalian perasaan sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Perasaan perlu dikelola secara baik. Apabila tidak
dikelola secara baik bisa membentuk kekuatan besar yang
tidak terduga dan bisa membuat seseorang lepas kendali. Untuk itu
individu harus mampu mengendalikan perasaan, mempunyai
keberanian dalam menghadapi tantangan, ketabahan dalam
menghadapi masalah dan pengendalian dalam bertindak agar
tidak mudah terbenam dalam emosi.
Orang yang tidak percaya diri dapat dikatakan tidak bisa
mengendalikan perasaan sehingga menunjukkan ketakutan, kecemasan dan
sulit menetralisasi ketegangan. Orang dapat dikatakan percaya diri, selain
memiliki kepercayaan diri lahir yang tinggi pula. Individu harus memiliki
komunikasi yang baik, memiliki ketegasan, mempunyai penampilan diri
yang baik dan mampu mengendalikan perasaan. Orang yang memiliki
kepercayaan diri tidak hanya memiliki kepercayaan diri batin saja atau
kepercayaan diri tingkah laku saja tetapi harus memiliki kedua-duanya.
5. Aspek-aspek Kepercayaan Diri
Individu yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi akan terlihat
lebih tenang, tidak memiliki rasa takut, dan mampu memperlihatkan
kepercayaan dirinya setiap saat. Sedangkan bagi mereka yang tidak percaya
diri, setiap kegagalan mempertegas rasa tidak mampu mereka.Tidak adanya
percaya diri dapat mewujud dalam bentuk rasa putus asa, rasa tidak berdaya,
dan meningkatnya keraguan kepada diri sendiri. Selain itu, percaya diri yang
35
berlebihan dapat membuat orang tampak sombong, terutama bila ia tidak
mempunyai keterampilan sosial.
Aspek-aspek kepercayaan diri menurut Lauster (Gufron & Risnawita
S, 2014:36) adalah sebagai berikut:
a. Keyakinan kemampuan diri
Keyakinan kemampuan diri adalah sikap positif seseorang tentang
dirinya.Ia mampu secara sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya.
b. Optimis
Optimis adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu
berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri dan
kemampuannya.
c. Objektif
Orang yang memandang permasalahan atau sesuatu sesuai dengan
kebenaran yang semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau
menurut dirinya sendiri.
d. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab adalah kesediaan orang untuk menanggung
segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.
e. Rasional dan realistis
Rasional dan realistis adalah analisis terhadap suatu masalah,
sesuatu hal, dan suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang
dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.
Berdasarkan daei uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek
kepercayan diri adalah individu yang mempunyai keyakinan kemampuan diri
yang dimilikinya.
36
C. Hubungan Body Image dengan Kepercayaan Diri Peserta Didik Putri
Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang
memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik terhadap
diri sendiri maupun terhadap lingkungan/ situasi yang dihadapinya (Fatimah,
2010:149). Sedangkan menurut Amalia, (2007) setiap individu memiliki
gambaran diri ideal seperti apa yang diinginkannya termasuk bentuk tubuh
ideal seperti apa yang dimilikinya. Ketidaksesuaian antara bentuk tubuh yang
dipersepsi oleh individu dengan bentuk tubuh yang menurutnya ideal akan
memunculkan ketidakpuasan terhadap tubuhnya. Citra tubuh mulai terbentuk
jauh sebelum seorang anak mampu mengungkapkan fikiran-fikiran maupun
ide-idenya lewat kata-kata. Melalui kemampuan fisiknya seorang anak
mempersepsi dirinya sebagai seseorang yang dapat menyebabkan sesuatu
terjadi, misalnya dengan menggunakan tangannya sebagai alat.
Sejumlah peneliti telah menemukan bahwa penampilan fisik
merupakan suatu kontributor yang sangat berpengaruh pada rasa percaya diri
remaja (Adams, 1977; Harter, 1989; Lerner & Brackney, 1978; Simmons &
Blyth, 1987). Sebagai contoh adalah pada penelitian Harter, penampilan fisik
secara konsisten berkorelasi paling kuat dengan rasa percaya diri secara
umum, yang baru kemudian diikuti oleh penerimaan sosial teman sebaya.
Penampilan fisik yang sangat berpengaruh pada kepercayaan diri didasarkan
bagaimana invidu tersebut melihat bagaimana kondisi fisik yang dapat berupa
bentuk tubuh ataupun berat tubuh yang ia miliki serta bagaimana penilaian
invidu itu terhadap fisik yang ia miliki dan bagaimana bentuk yang ia
inginkan.
37
Hal tersebut sejalan dengan pengertian body image (Arthur, 2010)
yaitu imajinasi subyektif yang dimiliki seseorang tentang tubuhnya,
khususnya yang terkait dengan penilaian orang lain, dan seberapa baik
tubuhnya harus disesuaikan dengan persepsi-persepsi ini. Hal ini sesuai
dengan teori Surya (2009) yang menyatakan bahwa seorang akan percaya diri
ketika orang tersebut menyadari bentuk tubuhnya yang sangat ideal dan orang
tersebut merasa puas melihat bentuk tubuhnya, maka body image yang
terbentuk pun menjadi positif. Sebaliknya, jika seseorang memandang
tubuhnya tidak ideal seperti wajahnya kurang menarik, badanya terlalu gemuk
atau kurus dan sebagainya, maka orang tersebut menjadi sibuk memikirkan
kondisi fisiknya, sehingga body image yang terbentuk menjadi negatif dan
dapat dikatakan orang tersebut tidak memiliki kepercayaan diri.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Marita, dkk (2014) didapatkan
ada hubungan positif antara body image dengan kepercayaan diri yang artinya
semakin tinggi body image maka semakin tinggi tingkat kepercayaan dirinya,
demikian juga sebaliknya. Dari penelitian ini didapatkan bahwa citra tubuh
(body image) seseorang dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan dirinya.
38
D. Kerangka Pikir
Kerangka pikir dalam penelitian adalah kerangka acuan yang akan
diteliti dalam suatu penelitian. Agar penelitian ini dapat terarah sesuai dengan
tujuan penelitian, kerangka konseptual penelitian ini dijabarkan sebagai
berikut:
Gambar 1. Kerangka Pikir Hubungan Body Image dengan Kepercayaan
Diri Peserta Didik Putri
Berdasarkan kerangka konseptual dapat dijelaskan bahwa penelitian
ini mengungkap body image (X) dan kepercayaan diri (Y) kemudian dilihat
bagaimana hubungan body image dan kepercayaan diri. Kerangka pikir ini
dapat membantu peneliti untuk berpikir terarah dan teratur untuk melihat
hubungan kedua variabel (X dan Y) tersebut.
E. Hipotesis
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini yaitu:
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara body image dan kepercayaan
diri pada peserta didik putri.
Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara body image dan
kepercayaan diri pada peserta didik putri.
Kepercayaan Diri (Y):
Body Image (X)
Peserta Didik Putri
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan bulan Juli 2017. Penelitian ini
dilaksanakan di MTs Muhammadiyah Lakitan. Alasan penulis memilih
tempat penelitian ini karena masalah yang akan diteliti banyak ditemukan di
MTs Muhammadiyah Lakitan, berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara
pada saat PLBK Sekolah bahwa adanya hubungan antara body image dengan
kepercayaan diri peserta didik di sekolah tersebut.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan
deskriptif korelasional. Nazir (2011:54) menjelaskan pendekatan deskriptif
adalah suatu pendekatan dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu
objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa
pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran
atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-
sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Sedangkan, Emzir (2012:37) menjelaskan penelitian korelasional
menggambarkan suatu pendekatan umum umtuk penelitian yang berfokus
pada penaksiran pda kovariasi di antara variabel yang muncul secara alami.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan prediktif
dengan menggunakan teknik korelasi atau teknik statistik yang lebih canggih.
40
Dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa penelitian ini
mendeskripsikan body image dan kepercayaan diri peserta didik putri dan
mangidentifikasi hubungan antara dua variabel yang akan diteliti, yaitu body
image (X) sebagai variabel bebas dan kepercayaan diri (Y) sebagai variabel
terikat.
C. Definisi Operasional
1. Body Image
Body image yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana
remaja menilai tentang penampilan fisik atau bentuk tubuhnya dan
bagaimana remaja menilai bentuk tubuh yang ideal serta yang
diinginkannya. Body image peserta didik putri yang dimaksud mencakup
evaluasi penampilan, orientasi penampilan, kepuasan terhadap bagian
tubuh, kecemasan menjadi gemuk, dan pengkategorian ukuran tubuh.
2. Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu
sikap atau perasaan yakin atas kemampuan yang dimilki sehingga individu
yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam setiap tindakan, dapat bebas
malakukan hal-hal yang disukai dan bertanggung jawab atas segala
perbuatan yang dilakukan, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan
orang lain. Sikap yang ditunjukkan oleh individu yang percaya diri
mencakup keyakinan kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggung
jawab, rasional dan realitis.
41
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam
suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan (Zuriah, 2005:116).
Mardalis (2014:53) menjelaskan populasi adalah sekumpulan kasus yang
perlu memenuhi syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah
penelitian. Kasus-kasus tersebut dapat berupa orang, barang, binatang, hal
atau peristiwa. Selanjutnya, Yusuf (2005:183) menjelaskan populasi
merupakan totalitas semua nilai-nilai yang mungkin daripada karakteristik
tertentu sejumlah objek yang ingin dipelajari sifat-sifatnya. Menurut
Arikunto (2006:173) “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”.
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik putri kelas VII
dan VIII yang terdaftar pada semester genap tahun ajaran 2016/2017 di
MTs Muhammadiyah Lakitan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 1. Populasi Peserta Didik MTS Muhammadiyah Lakitan Tahun
Pelajaran 2016/2017
Kelas Jumlah Kelas Jumlah ∑
VII. 1 10 orang VIII. 1 16 orang
VII. 2 12 orang VIII. 2 13 orang
VII. 3 15 orang VIII. 3 15 orang
VII. 4 13 orang VIII. 4 15 orang
VII. 5 12 orang VIII. 5 14 orang
VII. 6 10 orang VIII. 6 17 orang
72 orang 90 orang 162 orang
Sumber : Guru BK di MTs Muhammadiyah Lakitan 2016/2017
42
2. Sampel
Yusuf (2005:160) mengatakan bahwa sampel adalah bagian dari
populasi yang diteliti untuk memperoleh data yang diperlukan. Mardalis
(2014:55) menjelaskan sampel atau sampling berarti contoh, yaitu
sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek penelitian. Tujuan
penentuan sampel ialah untuk memperoleh keterangan mengenai objek
penelitian dengan cara mengamati hanya sebagian dari populasi, suatu
reduksi terhadap jumlah objek penelitian. Sugiyono (2013:118)
mengemukakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakterisitik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk itu sampel yang
diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili). Teknik
penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
stratified random sampling.
Penggunaan teknik purposive sampling mempunyai suatu tujuan
atau dilakukan dengan sengaja, cara penggunaan sampel ini diantara
populasi sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakterisitik populasi
yang telah dikenal sebelumnya (Mardalis, 2014:58). Riduwan (2010:63)
menjelaskan purposive sampling ialah teknik sampling yang digunakan
peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di
dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan
tertentu.
Sedangkan stratified random sampling merupakan suatu prosedur
atau cara dalam menentukan sampel dengan membagi populasi atas
43
beberapa strata sehingga tiap strata menjadi homogen dan tidak tumpang
tindih dengan kelompok lain; atau antara satu kelompok dengan yang lain
bertingkat/berlapis yang merupakan “rank order” (Yusuf, 2005:160).
Brdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa purposive
stratified random sampling merupakan kombinasi dalam teknik
pengambilan sampel, yaitu purposive sampling dan stratified random
sampling. Penggunaan teknik purposive stratified random sampling di
dalam penelitian ini dimaksudkan pada populasi yang akan diambil yaitu
peserta didik putri kelas VII dan VIII di MTs Muhammadiyah Lakitan.
a. Penentuan Jumlah Sampel
Besarnya ukuran sampel hendaklah mempertimbangkan tingkat
kesalahan sampel yang dapat ditolerir dan tingkat kepercayaan yang
dapat diterima secara statistik (Yusuf, 2005:187). Berdasarkan
penyebaran distribusi populasi maka untuk penelitian ini menggunakan
besaran sampel dengan rumus Taro Yamane (Riduwan, 2010:65) :
12
Nd
Nn
Keterangan: N = Ukuran populasi
n = Ukuran sampel
d = Presisi yang ditetapkan
Penelitian ini jumlah populasi adalah 162 orang dan tingkat
presisi yang ditetapkan sebesar 10%.
Jadi,
44
= = 61, 83 = 62 orang responden
b. Penentuan Jumlah Sampel Substrata/ Per Kelas
Selanjutnya, besarnya sampel yang telah ditetapkan tersebut
digunakan untuk menentukan jumlah sampel masing-masing kelompok
dengan menggunakan rumus sederhana berikut (A. Muri Yusuf,
2005:202)
Jumlah masing-masing kelompok
Sampel = x Besar sampel
Jumlah total
Jumlah sampel sebanyak 62 orang, sampel diambil melalui
acak dari kelas VII dan VIII, melalui rumus berikut:
72
Kelas VII = x 62 = 27,55 dibulatkan menjadi 28 orang
162
90
Kelas VIII = x 62 = 34,44 dibulatkan menjadi 34 orang
162
Adapun yang menjadi sampel pada penelitian dapat dilihat
pada tebel berikut ini:
Tabel 2. Sampel Penelitian
Kelas Jumlah siswa
VII 28 orang
VIII 34 orang
Total 62 Orang
E. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval
yaitu data tentang hubungan body image dengan kepercayaan diri peserta
45
didik putri di MTs Muhammadiyah Lakitan Kabupaten Pesisir Selatan.
Menurut Bungin (2011:131) Data interval merupakan angka skala yang
batas variasi nilai satu dengan yang lainnya sudah jelas, sehingga jarak
atau intervalnya dapat dibandingkan.
2. Sumber Data
Sumber data adalah dari mana data diperoleh atau didapatkan
(Arikunto, 2006:172). Sumber data dalam penelitian ini adalah data
primer. Data primer adalah data yang langsung diambil dari responden.
Data primer ini didapatkan dengan menyebarkan angket yang disusun
sesuai dengan permasalahan yang diteliti, yaitu kepada peserta didik putri
kelas VII dan VIII MTs Muhammadiyah Lakitan yang terdaftar pada
semester genap tahun ajaran 2016/ 2017.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan
mengadministrasikan angket yang telah disusun kepada siswi kelas VII dan
VIII MTs Muhammadiyah Lakitan yang terdaftar pada semester genap tahun
ajaran 2016/2017. Responden diminta membaca dan memahami setiap item
pernyataan yang ada pada angket dan memberi tanda silang (X) pada alternatif
jawaban yang telah disediakan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada
responden terkain body image dan kepercayaan diri responden. Kemudian
angket dikumpulkan lagi pada peneliti.
1. Pengumpulan Data
Menurut Nasir (Riduwan, 2013:97) bahwa teknik pengumpulan
data merupakan alat-alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu
46
penelitian. Data yang akan dikumpulkan dapat berupa angka-angka,
keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan
dengan batasan penelitian yang diteliti. Sehubungan dengan pengertian
pengumpulan data dan wujud data yang akan dikumpulkan, maka dalam
penelitian ini digunakan teknik angket.
Bungin (2013:133) bahwa “metode angket merupakan serangkaian
atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim
untuk diisi oleh responden. Setelah diisi, angket dikirim kembali atau
dikembalikan kepetugas atau peneliti”. Setiap responden dapat memilih
jawaban dengan cara menceklis pada jawaban yeng telah disediakan.
Pilihan setiap item terdiri dari lima alternatif jawaban yaitu selalu (SL),
sering (SR), kadang-kadang (K), jarang (Jr), tidak pernah (TP). Penetapan
skor untuk setiap jawaban pada setiap item dalam bentuk skala ordinal
sebagai berikut:
Tabel 3: Tabel Jawaban Variabel Body Image (X) dan Kepercayaan
Diri Peserta Didik Putri (Y)
No Jawaban Pernyataan
+ -
1 Selalu (SL) 5 1
2 Sering(SR) 4 2
3 Kadang-kadang (K) 3 3
3 Jarang (J) 2 4
4 Tidak Pernah(TP) 1 5
47
a. Penyusunan Instrumen
1) Peneliti membaca berbagai sumber untuk menguatkan kajian teori
sehingga memudahkan peneliti dalam mengembangkan instrumen
penelitian.
2) Penyusunan kisi-kisi angket terlebih dulu ditetapkan adalah variabel,
setelah itu disusun menjadi beberapa indikator. Kisi-kisi angket
tersebut diturunkan menjadi butir-butir pernyataan untuk mengetahui
hubungan body image dengan kepercayaan diri peserta didik putri.
3) Untuk menguji dan mengetahui validitas alat pengumpulan data atau
instrumen tersebut, maka dilakukan judge oleh 3 (tiga) orang dosen
program studi bimbingan dan konseling STKIP PGRI Sumatera Barat
yaitu Bapak Ahmad Zaini, S.Ag.,M.Pd., Ibu Rilla Rahma Mulyani,
S.Psi.,M.Psi.,Psikolog dan Bapak Yasrial Chandra, M.Pd. Dari 100
item pernyataan, setelah dilakukan analisis hasil judge terdapat 8 item
pernyataan yang ditolak sehingga jumlah item pernyataan yang tersisa
adalah 92 item. Item yang ditolak adalah item nomor 5, 27, 36, 45, 46,
74, 80, 94 (lihat lampiran II).
4) Validitas Instrumen
Anastasia dan Urbina (Lufri 2007:116) validitas adalah suatu
ukuran yang menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat mengukur
apa yang hendak diukur. Menurut Sugiyono (2013:121) bahwa “hasil
penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang
terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang
48
diteliti”. Setelah dilakukan uji validitas terdapat beberapa item angket
yang tidak valid (drop). Item angket body image yang tidak valid
sebanyak 8 item, yaitu nomor 5, 7, 14, 22, 26, 33, 40, 44 dan item
angket kepercayaan diri yang tidak valid sebanyak 9 item, yaitu
nomor 8, 10, 20, 28, 32, 37, 39, 46, 47. Jadi total item angket yang
tidak valid adalah 17 item dan item yang valid adalah 75 item angket.
Keterangan :
N = Banyaknya subyek
x = Jumlah skor masing-masing item
y = Jumlah skor item total
xy = Jumlah skor antara X dan Y
X2
= Kuadrat dijumlah skor tiap item
Y2
= Kuadrat dari skor total
Pengambilan keputusan dilakukan dengan cara
membandingkan rhitung dengan rtabel pada n = 30 dan α = 0,05 yaitu
0,361. Jika rhitung ≥ 0,361 maka item instrumen penelitian dinyatakan
valid dan jika rhitung ≤ 0,361 maka item instrumen penelitian
dinyatakan tidak valid. Keseluruhan item instrumen penelitian yang
drob dan valid dilihat pada Lampiran
49
Contoh perhitungan validitas item no. 1 adalah sebagai berikut:
Tabel. 4 Uji Validitas Variabel X Item Pernyataan No. 1
Y X Y² X² XY
185 1 34225 1 185
161 3 25921 9 483
129 3 16641 9 387
115 1 13225 1 115
187 3 34969 9 561
183 1 33489 1 183
203 5 41209 25 1015
149 1 22201 1 149
200 4 40000 16 800
205 5 42025 25 1025
189 2 35721 4 378
161 2 25921 4 322
159 1 25281 1 159
201 1 40401 1 201
189 1 35721 1 189
169 3 28561 9 507
174 5 30276 25 870
196 5 38416 25 980
147 1 21609 1 147
152 1 23104 1 152
147 3 21609 9 441
124 1 15376 1 124
166 1 27556 1 166
154 4 23716 16 616
128 1 16384 1 128
135 1 18225 1 135
160 5 25600 25 800
137 1 18769 1 137
179 5 32041 25 895
195 3 38025 9 585
4979 74 846217 258 12835
50
Perhitungan:
= 0.452
51
Tabel. 5 Uji Validitas Variabel Y Item Pernyataan No. 1
Y X Y² X² XY
187 2 34969 4 374
174 3 30276 9 522
135 4 18225 16 540
111 1 12321 1 111
135 1 18225 1 135
137 1 18769 1 137
195 4 38025 16 780
177 4 31329 16 708
199 5 39601 25 995
185 5 34225 25 925
156 4 24336 16 624
173 4 29929 16 692
187 3 34969 9 561
173 1 29929 1 173
148 3 21904 9 444
200 3 40000 9 600
170 2 28900 4 340
194 4 37636 16 776
171 2 29241 4 342
162 1 26244 1 162
139 1 19321 1 139
181 3 32761 9 543
150 2 22500 4 300
171 2 29241 4 342
154 2 23716 4 308
134 3 17956 9 402
195 5 38025 25 975
171 3 29241 9 513
165 1 27225 1 165
223 5 49729 25 1115
5052 84 868768 290 14743
52
Perhitungan:
= 0.601
5) Reliabilitas Instrumen
Menurut Lufri (2007:122) Reliabilitas mengacu kepada suatu
pengertian bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat ukur atau alat pengumpul data. suatu instrumen dikatakan
reliabel atau dapat dipercaya bila instrumen tersebut mempunyai
konsistensi di dalam mengukur gejala yang sama. Sugiyono
(2013:121) menyatakan “hasil penelitian yang reliabel adalah bila
terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Mencari
reliabilitas dengan Koefisien Alfa dari Cronbach sebagai berikut:
Keterangan:
Ykk = Reliabilitas instrumen
k = Banyak butir soal atau butir penyataan
= Jumlah varian item
= Varian total
53
Berdasarkan hasil pengolahan diperoleh nilai Alpha Cronbach
untuk setiap variabel yaitu sebagai berikut:
1. Uji reliabilitas variabel X item pernyataan no 1
Perhitungan:
Item dinyatakan reliabilitas jika nilai Alpa Cronbach > 0,60
maka item tersebut reliabel. Ini terlihat pada item no 1 0,916 > 0,60,
jadi item di atas dinyatakan reliabel.
2. Uji reliabilitas variabel Y item pernyataan no 1
Perhitungan:
54
Item dinyatakan reliabilitas jika nilai Alpa Cronbach > 0,60
maka item tersebut reliabel. Ini terlihat pada item No. 1 0,909 >
0,60, jadi item di atas dinyatakan reliabel.
G. Teknik Pengolahan Data
1. Uji Persyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi
data. Penggunaan uji normalitas pada analisis statistik parametrik,
asumsi yang harus dimiliki oleh data tersebut terdistribusi secara
normal. Data yang terdistribusi normal dimana data memuat pada nilai
rata-rata dan median. Uji normalitas data penelitian diolah dengan
menggunakan program uji statistik deskriptif data penelitian diolah
dengan menggunakan program software IBM SPSS versi 20,0
b. Uji Linearitas
Uji linearlitas menyatakan bahwa untuk setiap persamaan
korelasi linear, hubungan, pengaruh antara variabel independen dan
dependen harus linear atau searah (Idris, 2006:91-95). Tes linearlitas
akan menggunakan metode nilai deviation from linearition dari uji F.
Jika nilai sig deviation from linearition adalah > 0,05 maka data adalah
linear. Sebaiknya jka nilai sig deviation from linearition < 0,05 maka
data adalah tidak linear. Uji linearlitas data penelitian diolah dengan
menggunakan program uji statistik deskriptif data penelitian diolah
dengan menggunakan program software IBM SPSS versi 20.0.
55
2. Uji Statistik Deskriptif
a. Verifikasi Data
Verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi atau memilih data
yang memadai untuk diolah. Proses seleksi ditempuh dengan cara
memeriksa dan menyeleksi kelengkapan pengisian maupun jawaban
dari angket yang disebarkan kepada responden.
b. Penskoran
Data yang ditetapkan dari angket untuk diolah diberi skor
untuk setiap jawaban sesuai dengan sistem yang telah ditetapkan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Memeriksa kelengkapan dan kesesuaian isi instrumen (angket)
yang telah diterima dari sampel responden.
2) Membuat tabel pengolahan data berdasarkan item pernyataan
angket yang telah dijawab responden.
3) Mencari dan menghitung jumlah skor serta memasukan data tabel
pengolahan.
4) Perumusan kriteria sturgess
Menurut Sturgess (Mangkuatmodjo, 2003:38) mencari interval
skor sebagai berikut:
5) Menghitung persentase masing-masing frekuensi yang telah
diperoleh dengan menggunakan teknik analisis persentase yang
dikemukakan oleh Sugiyono (2013:43) sebagai berikut:
56
Keterangan
P =Persentase item kesiapan peserta didik dalam
menyelesaikan
tugas sekolah
f = Frekuensi yang dicari persentasenya
N = Jumlah peserta didik
100 = Jumlah angka mutlak
3. Korelasi
Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui tinggi rendahnya
hubungan antar variabel yang dianalisis. Analisa korelasi yang digunakan
adalah metode korelasi Pearson Product Moment (PPM) (Riduwan
2007:138). Teknik analisis korelasi ini termasuk teknik statistik
parametrik yang menggunakan data interval. Untuk melihat hubungan atau
korelasi yang signifikan masing-masing variabel X dan Y dengan dengan
ketentuan nilai r tidak dari harga (-1 ≤ r ≤1). Apabila nilai r = -1
korelasinya negatif sempurna, r = 0 artinya tidak ada korelasi, dan r = 1
korelasinya sangat kuat.
Analisis taraf signifikansi hubungan atau uji korelasi menggunakan
nilai koreasi yang dibuat oleh Riduwan (2012:138) sebagai berikut:
a. 0,00 – 0,20 korelasinya sangat lemah
b. 0,21 – 0,40 korelasinya keeratan lemah
c. 0,41 – 0,71 korelasinya keeratan kuat
d. 0,71 – 0,90 korelasiya keeratan sangat kuat
e. 0,91 – 0,99 korelasinya keeratan sangat kuat sekali
f. 1 berarti korelasinya keeratan sempurna
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Analisis hasil penelitian ini mengenai hubungan body image dengan
kepercayaan diri peserta didik putri di MTs Muhammadiyah Lakitan
Kabupaten Pesisir Selatan, digambarkan pada bab ini sesuai dengan batasan
dan rumusan masalah dalam penelitian ini. Batasan masalah dalam penelitian
ini dijelaskan sebagai berikut:
1. Body Image Peserta Didik Putri
Berdasarkan data yang diperoleh, gambaran mengenai body image
peserta didik putri MTs Muhammadiyah Lakitan dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 6. Pengkategorian Skor Body Image
Interval Kategori Frekuensi %
< 61 Sangat Kurang Baik 0 0
62 - 92 Kurang Baik 0 0
93 - 123 Cukup Baik 22 35,48
124 - 154 Baik 25 40,33
155 - 185 Sangat Baik 15 24,19
Total 62 100
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 62 orang peserta
didik putri, sebanyak 22 orang peserta didik dengan persentase 35,48%
memiliki body image pada kategori cukup baik. Kemudian 25 orang
peserta didik dengan persentase 40,33% berada pada kategori baik dan 15
dari 62 orang peserta didik dengan persentase 24,19% berada pada
58
kategori sangat baik. Untuk lebih mengetahui skor body image peserta
didik putri MTs Muhammadiyah Lakitan dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik 1. Diagram Gambaran Body Image Peserta Didik Putri
MTs Muhammadiyah Lakitan Kabupaten Pesisir Selatan
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa rata-rata body image
peserta didik putri MTs Muhammadiyah Lakitan yang berjumlah 62 orang
memiliki body image pada kategori baik.
2. Kepercayaan Diri Peserta Didik Putri
Berdasarkan data yang diperoleh, gambaran mengenai kepercayaan
diri peserta didik putri MTs Muhammadiyah Lakitan dapat dilihat pada
tabel berikut:
59
Tabel 7. Pengkategorian Skor Kepercayaan Diri
Interval Kategori Frekuensi %
< 66 Sangat Kurang Baik 0 0
67 – 97 Kurang Baik 0 0
98 – 128 Cukup Baik 5 8,07
129 – 159 Baik 45 72,58
160 – 190 Sangat Baik 12 19,35
Total 62 100
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dari 62 orang peserta
didik putri, sebanyak 5 orang peserta didik dengan persentase 8,07%
memiliki kepercayaan diri pada kategori cukup baik. Kemudian 45 orang
peserta didik dengan persentase 72,58% berada pada kategori baik dan 12
dari 62 orang peserta didik dengan persentase 19,35% berada pada
kategori sangat baik. Untuk lebih mengetahui skor kepercayaan diri
peserta didik putri MTs Muhammadiyah Lakitan dapat dilihat pada grafik
berikut:
Grafik 2. Diagram Gambaran Kepercayaan Diri Peserta Didik Putri
MTs Muhammadiyah Lakitan Kabupaten Pesisir Selatan
60
Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa rata-rata kepercayaan
diri peserta didik putri MTs Muhammadiyah Lakitan yang berjumlah 62
orang memiliki kepercayaan diri pada kategori baik.
B. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas merupakan uji untuk mengukur apakah data
memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik
parametrik. Data yang berdistribusi normal adalah data yang memusat
pada nilai rata-rata atau median. Uji normalitas data dilakukan dengan uji
Kolmogorov-Smirnov.
a. Uji Normalitas Data Body Image
Berdasarkan instrumen yang telah diberikan kepada peserta
didik, diperoleh data yang kemudian diuji normalitasnya. Uji
normalitas data penelitian tentang diolah dengan menggunakan
program uji statistik deskriptif data dengan menggunakan program
software IBM Statistical Package for the Social Sciences version 20
for windows (IBM SPSS Versi 20.0) dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Data Body Image
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Body Image
N 62
Normal Parametersa,b Mean 136,44
Std. Deviation 19,632
Most Extreme Differences
Absolute ,124
Positive ,124
Negative -,094
Kolmogorov-Smirnov Z ,975
Asymp. Sig. (2-tailed) ,297
61
Berdasarkan tabel uji normalitas data body image di atas nilai
signifikansi data adalah 0,297. Syarat data berdistribusi normal jika nilai
signifikansi Kolmogorov-Smirnov ≥ 0,05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa data
yang diperoleh terdistribusi normal, karena nilai signifikansi Kolmogorov-
Smirnov 0,297 > 0,05.
b. Uji Normalitas Data Kepercayaan Diri
Berdasarkan instrumen yang telah diberikan kepada peserta didik,
diperoleh data yang kemudian diuji normalitasnya. Uji normalitas data
penelitian tentang kepercayaan diri diolah dengan menggunakan program
uji statistik deskriptif data dengan menggunakan program software IBM
Statistical Package for the Social Sciences version 20 for windows (IBM
SPSS Versi 20.0) dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 9. Hasil Uji Normalitas Data Kepercayaan Diri
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kepercayaan Diri
N 62
Normal Parametersa,b Mean 147,48
Std. Deviation 17,378
Most Extreme Differences
Absolute ,121
Positive ,121
Negative -,100
Kolmogorov-Smirnov Z ,955
Asymp. Sig. (2-tailed) ,321
Berdasarkan tabel uji normalitas data kepercayaan diri di atas nilai
signifikansi data adalah 0,321. Syarat data berdistribusi normal jika nilai
signifikansi Kolmogorov-Smirnov ≥ 0,05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
data yang diperoleh terdistribusi normal, karena nilai signifikansi
Kolmogorov-Smirnov 0,321 > 0,05.
62
2. Uji Linearitas
Uji linearlitas menyatakan bahwa untuk setiap persamaan korelasi
linear, hubungan, pengaruh antara variabel independen dan dependen
harus linear atau searah (Idris, 2006:91-95). Tes linearlitas akan
menggunakan metode nilai deviation from linearition dari uji F. Jika nilai
sig deviation from linearition adalah > 0,05 maka data adalah linear.
Sebaiknya jka nilai sig deviation from linearition < 0,05 maka data adalah
tidak linear. Uji linearlitas data penelitian diolah dengan menggunakan
program uji statistik deskriptif data penelitian diolah dengan menggunakan
program software IBM SPSS versi 20.0. dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 10. Uji Linearitas Data
ANOVA Table
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Kepercayaan
Diri * Body
Image
Between
Groups
(Combined) 15445,984 41 376,731 2,532 ,014
Linearity 8695,770 1 8695,770 58,44
9 ,000
Deviation from
Linearity 6750,214 40 168,755 1,134 ,391
Within Groups 2975,500 20 148,775 Total 18421,484 61
Berdasarkan tabel uji linearitas data di atas nilai signifikansi
deviation from linearition adalah 0,391. Syarat data dikatakan linear jika
nilai signifikansi deviation from linearition ≥ 0,05. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa data yang diperoleh tersebut linear, karena nilai signifikansi
deviation from linearition 0,391 > 0,05.
63
3. Uji Hipotesis
Hasil penelitian di atas menggambarkan body image dan
kepercayaan diri peserta didik putri MTs Muhammadiyah Lakitan.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan program
SPSS versi 20.00 maka dapat diketahui bagaimana hubungan body image
dengan kepercayaan diri peserta didik putri, dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 11. Hubungan body image dengan Kepercayaan Diri
Peserta Didik putri MTs Muhammadiyah Lakitan
Kabupaten Pesisir Selatan
Correlations
Body Image Kepercayaan Diri
Body Image
Pearson Correlation 1 ,687**
Sig. (2-tailed) ,000
N 62 62
Kepercayaan Diri
Pearson Correlation ,687** 1
Sig. (2-tailed) ,000 N 62 62
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa pada kolom body image
terdapat nilai pearson correlation yaitu 0,687 dengan signifikan 0,000.
Sedangkan pada kolom kepercayaan diri terdapat nilai pearson correlation
yaitu 0,687 dengan signifikan 0,000.
Riduwan (2012:138) menjelaskan bahwa analisis taraf signifikan
hubungan atau uji korelasi menggunakan nilai korelasi, yaitu:
a. 0,00 – 0,20 korelasinya sangat lemah
b. 0,21 – 0,40 korelasinya keeratan lemah
c. 0,41 – 0,71 korelasinya keeratan kuat
d. 0,71 – 0,90 korelasiya keeratan sangat kuat
e. 0,91 – 0,99 korelasinya keeratan sangat kuat sekali
64
f. 1 berarti korelasinya keeratan sempurna
Dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan, bahwa body
image dengan kepercayaan diri peserta didik putri memiliki hubungan
keeratan kuat karena nilai pearson correlation body image dan
kepercayaan diri yaitu 0,687.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil pengolahan data di atas dapat disimpulkan adanya hubungan
body image dan kepercayaan diri. Hasil penelitian tersebut dapat dijelaskan
secara rinci sebagai berikut:
1. Body Image Peserta Didik Putri
Body image menurut Arthur (2010) adalah imajinasi subyektif
yang dimiliki seseorang tentang tubuhnya, khususnya yang terkait dengan
penilaian orang lain, dan seberapa baik tubuhnya harus disesuaikan dengan
persepsi-persepsi ini. Beberapa peneliti atau pemikir menggunakan istilah
ini hanya terkait tampilan fisik, sementara yang lain mencakup pula
penilaian tentang fungsi tubuh, gerakan tubuh, koordinasi tubuh, dan
sebagainya.
Setiap individu memiliki gambaran diri ideal seperti apa yang
diinginkannya termasuk bentuk tubuh ideal seperti apa yang dimilikinya.
Ketidaksesuaian antara bentuk tubuh yang dipersepsi oleh individu dengan
bentuk tubuh yang menurutnya ideal akan memunculkan ketidakpuasan
terhadap tubuhnya. Citra tubuh mulai terbentuk jauh sebelum seorang anak
mampu mengungkapkan fikiran-fikiran maupun ide-idenya lewat kata-
65
kata. Melalui kemampuan fisiknya seorang anak mempersepsi dirinya
sebagai seseorang yang dapat menyebabkan sesuatu terjadi, misalnya
dengan menggunakan tangannya sebagai alat (Amalia, 2007).
Tingkat Body image individu digambarkan oleh seberapa jauh
individu merasa puas terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan fisik
secara keseluruhan serta menambahkan tingkat penerimaan citra raga
sebagian besar tergantung pada pengaruh sosial budaya yang terdiri dari
empat aspek yaitu reaksi orang lain, perbandingan dengan orang lain,
peranan individu dan identifikasi terhadap orang lain (Thompson, 2000).
Pengertian Body Image menurut Honigam dan Castle (Januar,
2007) adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran
tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan penilaian
atas apa yang dipikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk
tubuhnya, dan atas penilaian orang lain terhadap dirinya. Sebenarnya, apa
yang dipikirkan dan rasakan olehnya, belum tentu benar-benar
mempresentasikan keadaan yang aktual, namun lebih merupakan hasil
penilaian diri yang bersifat subjektif.
Body image menurut Hoyt (Naimah, 2008) diartikan sebagai sikap
seseorang terhadap tubuhnya dari segi ukuran, bentuk maupun estetika
berdasarkan evaluasi individual dan pengalaman efektif terhadap atribut
fisiknya. Body image bukan sesuatu yang statis, tetapi selalu berubah.
Pembentukannya dipengaruhi oleh persepsi, imajinasi, emosi, suasana
hati, lingkungan, dan pengalaman fisik. Dengan demikian, proses
66
komparasi sosial pasti terjadi dalam membentuk body image peserta didik
putri.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan body image
merupakan gambaran persepsi seseorang tentang tubuh ideal dan apa yang
mereka inginkan pada tubuh mereka baik itu dalam hal berat maupun
bentuk tubuh yang didasarkan pada persepsi-persepi orang lain dan
seberapa harus mereka menyesuaikan persepsi tersebut. Peserta didik putri
MTs Muhammadiyah Lakitan Kabupaten Pesisir Selatan memiliki body
image pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik putri
memiliki persepsi yang baik tentang tubuh ideal yang mereka inginkan,
namun pada wawancara awal dilapangan ada beberapa pesera didik yang
masih belum memiliki body image yang baik.
2. Kepercayaan Diri Peserta Didik
Kepercayaan diri atau self confidence merupakan sikap yang
dimiliki oleh individu yang dapat berkembang dengan baik, namun dapat
pula mengalami penurunan yang dapat membuat individu itu sulit bahkan
tidak ingin melakukan sesuatu. Hakim (2002:6) menyatakan kepercayaan
diri sebagai suatu keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan
yang dimilkinya dan keyakinan tersebut membuatnya merasa mampu
untuk bisa mencapai berbagai tujuan di dalam hidupnya
Menurut Lauster (2012:12-14) Self-confidence (kepercayaan diri)
merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan yang dimiliki
sehingga individu yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam setiap
67
tindakan, dapat bebas malakukan hal-hal yang disukai dan bertanggung
jawab atas segala perbuatan yang dilakukan, hangat dan sopan dalam
berinteraksi dengan orang lain.
Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan dalam jiwa manusia
bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan berbuat sesuatu.
Kepercayaan diri itu lahir dari kesadaran bahwa jika memutuskan untuk
melakukan sesuatu, maka sesuatu itu pula yang harus dilakukan.
Kepercayaan diri itu akan datang dari kesadaran individu bahwa individu
tersebut memiliki tekad untuk melakukan apapun, sampai tujuan yang
diinginkan tercapai (Barbara, 2003:10).
Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang
memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/ situasi yang
dihadapinya (Fatimah, 2010:149). Hal ini bukan berarti bahwa individu
tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri.
Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya
beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut bahwa dia merasa
memiliki kompetensi, yakin mampu dan percaya bahwa dia bisa karena
didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang
realistik terhadap diri sendiri.
Menurut Kumara (Ghufron, 2014:34) bahwa kepercayaan diri
merupakan ciri kepribadian yang mengandung arti keyakinan terhadap
kemampuan diri sendiri. Hal ini senada dengan pendapat Afiatin dan
Andayani (Ghufron 2014:34) yang menyatakan bahwa kepercayaan diri
68
merupakan aspek kepribadian yang berisikan keyakinan tentang kekuatan,
kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya.
Selain itu, Ghufron & Risnawita (2014:35) juga menyatakan
bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan untuk melakukan sesuatu pada
diri subjek sebagai karakteristik pribadi yang didalamnya terdapat
keyakinan akan kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggung jawab,
rasional, dan realistis.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat dipahami bahwa kepercayaan
diri adalah suatu sikap yang dimiliki individu dimana individu tersebut
yakin terhadap kemampuan diri sendiri, optimis, sehingga mampu
menghadapi situasi dengan sebaik mungkin. Peserta didik putri MTs
Muhammadiyah Lakitan Kabupaten Pesisir Selatan memiliki kepercayaan
diri pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik putri
memiliki keyakinan terhadap kemampuan yang dimilikinya. Peserta didik
memahami kelebihan dan kelebihan dirinya sehingga mampu
mengkondisikan kekurangan dan kelebihannya itu secara efektif. Hasil
penelitian secara menyeluruh bertolak belakang dari hasil wawancara
sebelumnya, dimana peserta didik memiliki kepercayaan diri rendah. Hal
ini dapat dipahami bahwa peserta didik tersebut memiliki kepercayaan diri
cukup baik pada hasil penelitian.
69
3. Hubungan Body Image dengan Kepercayaan Diri Peserta Didik Putri
Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang
mampu membuat dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik
terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/ situasi yang
dihadapinya (Enung Fatimah, 2010:149). Sedangkan menurut Amalia,
(2007) setiap individu memiliki gambaran diri ideal seperti apa yang
diinginkannya termasuk bentuk tubuh ideal seperti apa yang dimilikinya.
Ketidaksesuaian antara bentuk tubuh yang dipersepsi oleh individu dengan
bentuk tubuh yang menurutnya ideal akan memunculkan ketidakpuasan
terhadap tubuhnya. Citra tubuh mulai terbentuk jauh sebelum seorang anak
mampu mengungkapkan fikiran-fikiran maupun ide-idenya lewat kata-
kata. Melalui kemampuan fisiknya seorang anak mempersepsi dirinya
sebagai seseorang yang dapat menyebabkan sesuatu terjadi, misalnya
dengan menggunakan tangannya sebagai alat.
Sejumlah peneliti telah menemukan bahwa penampilan fisik
merupakan suatu kontributor yang sangat berpengaruh pada rasa percaya
diri remaja (Adams, 1977; Harter, 1989; Lerner & Brackney, 1978;
Simmons & Blyth, 1987). Sebagai contoh adalah pada penelitian Harter,
penampilan fisik secara konsisten berkorelasi paling kuat dengan rasa
percaya diri secara umum, yang baru kemudian diikuti oleh penerimaan
sosial teman sebaya. Penampilan fisik yang sangat berpengaruh pada
kepercayaan diri didasarkan bagaimana invidu tersebut melihat bagaimana
kondisi fisik yang dapat berupa bentuk tubuh ataupun berat tubuh yang
70
dimiliki serta bagaimana penilaian individu itu terhadap fisik yang
dimiliki dan bagaimana bentuk yang diinginkannya.
Hal tersebut sejalan dengan pengertian body image (Arthur, 2010)
yaitu imajinasi subyektif yang dimiliki seseorang tentang tubuhnya,
khususnya yang terkait dengan penilaian orang lain, dan seberapa baik
tubuhnya harus disesuaikan dengan persepsi-persepsi ini. Hal ini sesuai
dengan Surya (2009) yang menyatakan bahwa seorang akan percaya diri
ketika orang tersebut menyadari bentuk tubuhnya yang sangat ideal dan
orang tersebut merasa puas melihat bentuk tubuhnya, maka body image
yang terbentuk pun menjadi positif. Sebaliknya, jika seseorang
memandang tubuhnya tidak ideal seperti wajahnya kurang menarik,
badanya terlalu gemuk atau kurus dan sebagainya, maka orang tersebut
menjadi sibuk memikirkan kondisi fisiknya, sehingga body image yang
terbentuk menjadi negatif dan dapat dikatakan orang tersebut tidak
memiliki kepercayaan diri.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Marita, dkk (2014)
didapatkan ada hubungan positif antara body image dengan kepercayaan
diri yang artinya semakin tinggi body image maka semakin tinggi tingkat
kepercayaan dirinya, demikian juga sebaliknya. Dari penelitian ini
didapatkan bahwa citra tubuh (body image) seseorang dapat
mempengaruhi tingkat kepercayaan dirinya.
Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa body image
memiliki hubungan yang erat dengan kepercayaan diri seseorang. Hal ini
71
mendukung hasil penelitian yang peneliti lakukan dimana terdapat
hubungan yang signifikan antara body image dan kepercayaan diri peserta
didik putri. Persepsi yang baik mengenai gambaran dirinya memunculkan
kepercayaan diri yang baik pula.
72
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat diambil
kesimpulan mengenai hubungan body image dengan kepercayaan diri peserta
didik putri di MTs Muhammadiyah Lakitan Kabupaten Pesisir Selatan, dilihat
dari:
1. Body image peserta didik putri, terlihat dari hasil analisis berada pada
kategori baik.
2. Kepercayaan diri peserta didik putri, terlihat dari hasil analisis berada pada
kategori baik.
3. Terdapat hubungan yang signifikan body image dengan kepercayaan diri
putri di MTs Muhammadiyah Lakitan Kabupaten Pesisir Selatan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, dikemukakan saran yang terkait dengan
hubungan body image dengan kepercayaan diri peserta didik putri di MTs
Muhammadiyah Lakitan Kabupaten Pesisir Selatan, bagi:
1. Peserta didik putri yang masih memiliki body image serta kepercayaan
diri rendah diharapkan bisa memiliki body image yang positif sehingga
memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
2. Guru BK, agar memberikan program layanan BK di sekolah, khususnya
dalam meningkatkan kepercayaan diri, dan body image peserta didik,
seperti melalui layanan informasi.
73
3. MGBK, sebagai masukkan dalam menetapkan program BK sehingga
memberikan layanan yang dapat meningkatkan kepercayaan diri, dan
body image peserta didik, seperti melalui layanan informasi.
4. Pengelola program studi, agar lebih memberikan masukkan kepada
mahasiswa dalam meningkatkan body image ke arah yang positif serta
memiliki kepercayaan diri yang baik.
5. Peneliti selanjutnya, Penelitian selanjutnya, berdasarkan hasil penelitian
yang peneliti lakukan dikatakan berhasil, namun peneliti tetap
merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan
penelitian kembali mengenai hubungan body image dengan kepercayaan
diri peserta didik, baik putra maupun putri.
74
KEPUSTAKAAN
Adiasih, L. 2015. “Hubungan antara Pola Asuh Orangtua dengan Kepercayaan
Diri Siswa di SMAN 1 Tarusan. Skripsi. Padang: BK FIP UNP.
Ahmadi, A & Shaleh, M. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.
Alidia, Fauzana. 2014. “Body Image Siswa ditinjau dari Gender dan Implikasinya
terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling”. Skripsi. Padang: BK FIP
UNP.
Amalia, L. 2007. “Citra tubuh (Body Image) Remaja Perempuan”. Jurnal
Musawa, Vol. 5, No. 4. STAIN Ponorogo.
Angelis, Barbara. 2003. Confidence (Percaya Diri). Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arthur, S. R. & Emily S. R. 2010. Kamus Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bungin, 2011:131. Metode penelitian Kuantitaif. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group
Bungin, 2013:133. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Cash, T. F. 1994. Body Image Attitudes : Evaluation, Investment And Affect :
Perceptual Motor Skills. Journal of psychology, (78), 1168-1170.
Danim, Sudarwan. (2003). Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Alfabeta.
Desmita. 2014. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif.
Jakarta: Rajawali Pers.
Farida, N. I. 2014. “Upaya Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa Remaja Putri
yang Mengalami Pubertas Awal Melalui Layanan Penguasaan Konten
dengan Teknik Role Playing Di Kelas VII Smp N 13 Semarang Tahun
Ajaran 2013/2014”. Skripi. Semarang: BK FIP UNES.
74
75
Fatimah, E. 2010. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik).
Bandung: Pustaka Setia.
Ghufron, M. N & Risnawita, R. 2014. Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-ruzz
Media.
Hakim, Thursan. 2002. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Jakarta: Puspa
Swara.
Idris. (2006). Aplikasi SPSS dalam Data Kuantitatif. Jakarta: STIA-LAN Press
Indri, K, N. 2008. “Stres pada Remaja”. Skripsi. Medan: Psikologi Universitas
Sumatera Utara.
Irianto, A. 2012. Statistika Konsep Dasar, Aplikasi, dan Pengembangannya.
Jakarta: Kencana Pernada Media Group.
Januar, V. 2007. “Citra Tubuh Pada Remaja Putri Menikah dan Memiliki Anak”.
Jurnal Psikologi. Vol. 1, No 1. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
Jakarta.
Lauster, P. 2012. Tes Kepribadian. Terjemahan D. H. Gulo. Jakarta: Bumi
Aksara.
Lidenfield, G. 1997. Mendidik Anak agar Percaya Diri. Terjemahan oleh Ediati
Kamil. Jepara: Silas Press.
Lufri. 2007:116. Metodologi Penelitian. Padang: FMIPA-UNP.
Mardalis. 2014. Metode Penelitian, Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi
Aksara.
Marita, G. D. M., Yuliadi, I., & Karyanta, N. A. 2014. “Hubungan antara Body
Image dan Imaginary Audience dengan Kepercayaan Diri Pada Siswi
Kelas X SMA Negeri 2 Nganjuk”. Jurnal Ilmiah, 3 (3).
Na’imah, T. 2008. “Pengaruh Komparasi Sosial pada Public Figure di Media
Massa terhadap Body Image Remaja di Kecamatan Patikraja, Kabupaten
Banyumas”, Jurnal Psikologi Penelitian Humaniora. Vol. 9, No. 2,
2008. Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Nazir, M. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Papalia, Diane E., et al. 2011. Human Development (Psikologi Perkembangan).
Jakarta: Kencana.
76
Putri, A. T. 2015. “Hubungan antara Body Image dengan Kepercayaan Diri
Mahasiswi Yang Mengalami Obesitas”. Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Ratnawati, V. 2012. “Percaya Diri, Body Image dan Kecendrungan Anorexia
Nervosa Pada Remaja Putri”. Jurnal Psikologi Indonesia. Vol. 1 No.2.
Kediri: Universitas PGRI Indonesia.
Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti
Muda. Bandung: Alfabeta.
Riduwan. 2013. Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung:
Alfabeta
Santrock, Jhon, W. 2003. Adolescene: Perkembangan Remaja. Terjemahan oleh
Shinto B. Adelar dan Sherly Siragih. Jakarta: Erlangga.
Seawell, A, H & Danorf-Burg, S. (2005). “Body Image and Sexuality In Woman
With And Without Systemic Lupus Erythematosus”. Sex Roles,
5(11/12), 865-876. (online). Available FTP:
http://findarticels.com/p/articles/mi m2294/is 11-12 53/ai n16083985
diakses pada 05 April 2016.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, Dan R & D). Bandung: Alfabeta.
Surya, H. 2009. Menjadi Manusia Pembelajar. Jakarta: Gramedia.
Thompson, J. K. 2000. Body Image, Eating Disorders, and Obesity. Amarican
Psychological Association. Washington, DC.
Yusuf, A. Muri. 2005. Metodologi Penelitian. Padang: FIP-UNP.
Zuriah, N. 2005. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Zusmelia, dkk. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi. STKIP PGRI SUMBAR:
Padang.