stkip pgri sumbar - analisis latar dalam novel...
TRANSCRIPT
ANALISIS LATAR DALAM NOVELMENGGAPAI MENTARI KARYA ANASTASIA ELISA HERMAN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk MendapatkanGelar Sarjana Pendidikan (Strata 1)
DINA NOFRIANINPM 11080328
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIASEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARATPADANG
2018
HALAMAN PERSE TUJUAI.{ SKRIPSI
Analisis Latar Ilalam Novelil'tenggapai lllentari Karya Anastasia Biim lferman
: Dina Nofriani: 1 1080328: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia: S^ekolah Tinggi Keguruan danllmu pendidikan(STKIP) PGRI Sumatera Barat
NamaNPMProgram StudiInstitusi
Pembiurbing I
Emil Septia, S.S., M.pd.
Padang, Z}Februari2A1 8
Disetujui oleh:
Pernbirnbing II
Wahyudi Rahmat, M.Hum.
Mengetahui,Ketua Prograrn Studi
{,
-rI t, AWI,"i Y
II
Dra. lndriani Nisja, M.pd.
E
IIALAMAN PENGESAIIAN LULUS UJIAN SKRIPSI
Dinyatakan lulus setelah dipertahankan di depan Tim penguji SkripsiPrograrn Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
STKIP PGRI Sumatera Barat
Analisis Latar Dalam NovelMenggapai Mentari Karya Anastasia Elisa Herman
NamaNPMProgram Studilnstitusi
Jabatan
Ketua
Sekretaris
Anggota
: Dina Nofriani:11080328: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia: Sekolah Tinggi Kegu"ruan dan Ilmu Pendidikan(STKIP) PGRi Sumatera Barat
Padang, 22Februari 2018
Tim Penguji,
Nama
: Ernil Septia, S.S., M.Pd.
: Wahyudi Rahmat, M.Hum.
: 1. Aruna Laila, S.S., M.Pd.
2. Putri Dian Afrinda, M.Pd.
3 Refa Lina Tiarvati, M.Pd.
Disahkan oleh,
KetuaWil **
Dra. lndriani Nisja, M Pd.
Tanda Tangan'fulL3 .r
@r$\
Sekretaris Program Studi
Sumatera Barat
. qfr
HALAMAN PERNTYATAAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Dina Nofriani
NPM :12480216
Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra lndonesia
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya ini-adalah karya saya
sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tingg manapur. SepzuUang pengetahuau saya tidak terdapat karya
ataupun pendapat yang ditulis atau dite6itkan orarg lain, kecuali yang secara
tertulis di dalam naskah ini disebut dalam daftar pustaka. Jika terdapat hal-hal
yang tidak sesuai dengan isi pernyataan ini, maka saya bersedia gelar kesarjanaan
saya dicabut.
Padang, Februari 2018
Yangmenyatakan,
i
ABSTRAK
Dina Nofriani (NPM: 11080328), Analisis LatarDalamNovel MenggapaiMentari Karya Elisa Herman.Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasadan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang, 2018
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kekhasan dan keunikan novel dalammelukiskan latar dan peristiwa sehingga pembaca seolah-olah nyatamenyaksikannya. Novel ini penting untuk diteliti dalam khazana penganalisisanlatar, sebab dekat dengan realita kehidupan. Novel Menggapai Mentari KaryaElisa Herman, menggambarkan latar yang dapat dijadikan sebagai pelajaranseperti tempat, waktu dan sosial, serta pelajaran hidup yang berbasis nyata.Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan analisis latar dalam novelmenggapai mentari karya Elisa Herman.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakanmetode deskriptif. Data dalam penelitian ini adalah teks berupa kata, kalimat, danwacana tentang latar yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari karya ElisaHerman. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Menggapai Mentari karyaElisa Herman.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Pertama, latar tempat yang terdapatdalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman yaitu Rumah Sakit, tanggaHalte Transjakarta, Monumen Nasional, Gedung Kemerdekaan, Bundaran HotelIndonesia, Kantor Gubenur Jakarta, Kantor Komisi Pemilihan Umum danbeberapa tempat lainnya yang pernah di singgahi oleh tokoh Elisa untuk bertemudengan Idolanya Joko Widodo. Kedua, latar waktu yang terdapat dalam novelMenggapai Mentari karya Elisa Herman yaitu dengan kata “Sebulan”. Waktuyang dijelaskan tokoh dalam novel merupakan waktu 30 kalau di hitung denganhari. Waktu tersebut memaparkan “kapan” terjadinya peristiwa. Ketiga, latarsosial dapat meyakinkan dan menggambarkan suasana kedaerahan tertentumelalui kehidupan sosial masyarakat. Latar sosial cara berpikir, sikap dankeyakinan, cara tokoh meyakini sesuatu, nilai dan norma sosial, caratradisi/kebiasaan hidup. Tertuang lewat sikap tokoh Elisa dalam memperjuangkanapa yang diiginkannya.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi penelitian
yang berjudul Analisis Latar dalam Novel Menggapai Mentari Karya Elisa
Herman.
Peneliti telah banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak dalam proses penelitian skripsi penelitian ini. Oleh karena itu, sebagai
wujud rasa hormat, peneliti sampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak
berikut.
1. Emil Septia, S.S., M.Pd sebagai pembimbing I dan Wahyudi Rahmat, M. Hum
sebagai pembimbing II yang telah membimbing peneliti dan memberikan
arahan serta pengetahuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Dra. Indriani Nisja, M.Pd dan Samsiarni M.Hum. sebagai ketua dan sekretaris
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
3. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
STKIP PGRI Sumatera Barat yang telah membekali peneliti dengan ilmu
pendidikan.
4. Kedua orang tua yang tidak hentinya memberi semangat, motivasi, dan doa
kepada peneliti.
5. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat
disebut satu persatu.
Mudah-mudahan segala amal dan bantuan dari pihak-pihak yang telah
disebutkan di atas, mendapatkan pahala serta balasan dari Allah Swt. Peneliti telah
ii
berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan skripsi ini, dan apabila masih
terdapat kesalahan atau kekurangan, peneliti mohon maaf. Peneliti berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya dalam dunia
pendidikan.
Padang, Februari 2018
Peneliti
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Fokus Masalah................................................................................. 4
C. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian............................................................................. 5
E. Manfaat Penelitia............................................................................. 5
F. Batasan Istilah ................................................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ................................................................................ 7
1. Novel sebagai Karya Sastra...................................................... 7
2. Kepribadian .............................................................................. 12
3. Teori Analisis Psikologis.......................................................... 15
B. Penelitian yang Relevan .................................................................. 19
C. Kerangka Konseptual ...................................................................... 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Metode Penelitian ............................................................ 23
B. Data dan Sumber Data..................................................................... 23
C. Instrumen Penelitian ........................................................................ 23
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 24
E. Teknik Pengabsahan Data ............................................................... 24
F. Teknik Analisis Data ....................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
karya sastra mewakili kehidupan dan kenyataan sosial yang dalam diri
sastrawan dapat menjadi objek penciptaan karya sastra. Seorang pengarang dalam
hal ini berkedudukan sebagai pengamat kehidupan. Ia berusaha merefleksikan
hasil pengamatannya dalam bentuk karya sastra yang digunakan sebagai sarana
komunikasi. Pengarang dapat menceritakan pengalamn kehidupannya sendiri
ataupun kehidupan orang di sekitarnya sesuai dengan penceritaannya.
Sebagai sebuah karya imajiner, fiksi memberikan berbagai permasalahn
manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang mengahayati
berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang diungkapkannya
kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya salah satu jenis prosa
adalah novel. Novel merupakan bagian dari karya fiksi yang memuat pengalaman
manusia secara menyeluruh atau merupakan suatu terjemahan tentang hidup yang
bersentuhan dengan kehidupan manusia, sehingga dapat dikatakan bahwa karya
fiksi berupa novel adalah suatu potret realitas yang terwujud melalui bahasa yang
estetis dan kreatif. Karya kreatif dalam cerita fiksi, pengarang tidak hanya
bertindak sebagai pencerita melainkan sebagai aktor yang turut serta dalam
perkembangan peristiwa-peristiwa dalam cerpen. Disisi lain, pencerita tidak
mengungkapkan mengenai dirinya, namun pembaca dapat membayangkan
bagaimana pandangannya, status sosialnya, pendidikannya, dan keahliannya.
Bayangan ini akan mempengaruhi kesan pembaca mengenai dunia yang
1
2
dipaparkan dalam cerita itu. Oleh sebab itu, gambaran yang diperoleh dalam cerita
dapat kontras dengan dunia yang dipantulkan dalam cerita. Novel sebagai sebuah
karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang
diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya
seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain- lain.
Latar merupakan salah satu unsur intrinsik pembangun sebuah novel.
Latar atau setting disebut juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian
tempat terjadinya peristiwa – peristiwa yang diceritakan. Latar akan memberikan
pijakan cerita secara konkret dan jelas untuk memberi kesan realita kepada
pembaca dan menciptakan suasana tertentu untuk memberi kesan realitas kepada
pembaca dan menciptakan suasana tertentu yang seolah- olah benar terjadi.
Pentingnya mengidentifikasi latar dalam novel yaitu dengan
mengidentifikasi latar, seorang pembaca dapat melihat cerita secara utuh dengan
melihat dimana kejadian, kapan dan bagaimana peristiwa sosial tokoh. Hal itu
akan memudahkan guru khususnya guru bahasa Indonesia dalam mengajarkan
siswa baik di sekolah menegah pertama (SMP) maupun di sekolah menegah atas
(SMA) dalam mengidentifikasi aspek latar dalam novel Indonesia.
Selain membutuhkan tokoh cerita dan plot, setting juga termasuk
bagian terpenting dalam karya fiksi. Latar atau setting yang disebut juga sebagai
landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristia-peristiwa yang diceritakan.
Melalui analisis latar/setting, seseorang dapat mengetahui bagaimana
keadaan, pekerjaan, dan status sosial para tokoh. Seringkali setting juga
3
berhubungan erat dengan nasib seorang tokoh dalam sebuah teks. Artinya
lingkungan sekitar kerap memberikan efek secara langsung terhadap apa yang
dikerjakan seorang tokoh. Setting memberikan pijakan cerita secara konkret dan
jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca,
menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh ada dan benar-benar
terjadi. Setting dalam karya fiksi hadir secara realisme yang refleksi.
Unsur setting terbukti mampu mempengaruhi keseluruhan unsur yang
lain sehingga tampak bahwa berbagai unsur dari cerita bergantung pada setting.
Menyadari betapa pentingnya unsur setting dalam karya sastra fiksi, diperlukan
kajian-kajian penerkaan secara serius dan intensif untuk membedah kandungan
yang bernilai itu.Penginformasian tentang setting tertentu melalui sarana cerita
fiksi, adakalanya lebih efektif daripada sarana informasi yang lain. Hal itu
disebabkan latar dalam fiksi langsung dalam kaitannya dengan sikap, pandangan,
dan perlakuan tokoh. Sedang tokoh itu sendiri sering diidentifikasi diri oleh
pembaca. Selain itu, dengan mengidentifikasi latar secara utuh di dalam novel
dapat mempermudah pembaca dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik novel
Menggapai Matahari karya Anastasia Elisa Herman.
Pengarang memilih latar tertentu untuk ceritanya dengan mempertimbangkan
unsur-unsur dan persoalan atau tema yang dikerjakannya. Unsur latar dalam
sebuah cerita akan menjelaskan kapan dan dimana sebuah peristiwa terjadi serta
hal- hal apa saja yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat
di suatu tempat tertentu. Penggunaan latar dalam sebuah cerita sangat penting
untuk menjelaskan sebuah peristiwa terjadi.
4
Berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi dan latar sosial yang menyaran pada hal- hal
yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat
yang diciptakan dalam novel. Dengan penggambaran latar yang sedemikian rupa,
latar mampu membangkitkan image dalam benak pembaca mengenai peristiwa
tertentu atau kisah- kisah dalam sebuah novel. Dengan demikian, deskripsi latar
dalam sebuah novel begitu penting untuk membuat novel memiliki identitas
peristiwa yang jelas dan terlihat nyata.
Novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman merupakan salah satu
novel yang menceritakan kisahnya untuk menggapai keberhasilan hidup setelah
melalui proses yang panjang dan penuh dengan rintangan. Tekad dan kerja keras
adalah kunci dari sebuah keberhasilan setelah mendaki gunung yang sangat
meletihkan. Elisa Herman merupakan seorang bidan serta perawat dan juga
terkenal dengan penulis novel. Novel Elisa Herman Menggapai Mentari yang
mengisahkan kisah nyata tentang perjuangan untuk kehidupan yang lebih maju.
Keberhasilan yang digapai setelah melewati berbagai perjuangan yang
meletihkan.
Berkaitan dengan latar, Elisa Hernan menggunakan berbagai tempat
sebagai latar, diantaranya Pekanbaru, Jakarta dan sebagainya. Latar waktu yang
digunakan diantaranya siang, malam dan sepanjang waktu, karena Elisa Herman
berprofesi sebagai bidan yang dibutuhkan oleh masyarakat tanpa batas waktu.
Latar sosial diantaranya adalah rasa tolong menolong dalam masyarakat.
5
Pemilihan novel Menggapai Mentari sebagai bahan kajian, dilatarbelakangi
oleh adanya keinginan untuk memahami latar dalam novel Menggapai Mentari
karya Elisa Herman sebagai bagian masalah yang diangkat pengarang melalui
karyanya. Tokoh Elisa Herman adalah seorang bidan yang memiliki tekad, kerja
keras dan keinginan yang kuat untuk menjadi seorang penulis walaupun bukan
seorang sarjana. Novel Menggapai Mentari adalah sebuah novel ketiga karya
Elisa Herman yang diterbitkan oleh penebar plus+ tahun 2016. Kelebihan novel
ini terletak pada jalinan cerita yang menggunakan berbagai tempat dalam jalan
cerita, waktu yang panjang serta adanya latar sosial yang berkaitan dengan tokoh
dalam novel. Tempat yang paling berkesan dan bersejarah bagi Elisa adalah di
Bundaran HI, dimana pertama kalinya ia bertemu dengan sosok yang dicari
selama ini. Elisa Herman merupakan seorang bidan yang bergaul dengan banyak
masyarakat. Dengan latar belakang tersebut, Elisa Herman juga ditugaskan
diberbagai tempat pada selang waktu tertentu.
Novel latar Elisa dibandingkan dengan Latar Sosial Budaya Cerbung Ting
Karya Dyah Kushar Pengetahuan dan kemampuan analisa, antara lain:
pengetahuan tentang keadaan, cara melakukan sesuatu, pengetahuan tentang
karakter wayang dan cirinya, ketidak-tahuan, analisis kasus, penyelidikan pelaku
kejahatan. Penelitian ini juga membahas mengenai karakter tokoh yang penuh
perjuangan.
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, alasan penulis
memilih novel ini sebagai kajian penelitian karena, persoalan yang diangkat
dalam novel Menggapai Mentari merupakan kisah nyata yang dialami oleh Elisa
6
Herman. Serta peristiwa-peristiwa menarik yang dialaminya.Latar yang
ditampilkan dalam tokoh Elisa Herman dapat dilihat dari perilaku- perilakunya
yang diceritakan dalamnovel. Dilihat dari segi penceritaannya, novel Menggapai
Mentari merupakan karya sastra yang inovatif dan mampu meningkatkan motivasi
serta sifat dan perilaku Elisa Herman yang bisa dicontoh oleh pembaca untuk
menggapai cita- cita yang diinginkan.
B. Fokus Masalah
Berdasarkan latarbelakang di atas, penelitian ini difokuskan pada
latar yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah latar tempat yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari
karya Elisa Herman?
2. Bagaimanakah latar waktu yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari
karya Elisa Herman?
3. Bagaimanakah latar sosial yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari
karya Elisa Herman?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut tujuan penelitian ini sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan latar tempat yang terdapat dalam novel Menggapai
Mentari karya Elisa Herman.
7
2. Mendeskripsikan latar waktu yang terdapat dalam novel Menggapai
Mentari karya Elisa Herman.
3. Mendeskripsikan latar sosial yang terdapat dalam novel Menggapai
Mentari karya Elisa Herman.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk berbagai pihak
sebagai berikut: 1) Bagi peneliti, diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan
pengalaman peneliti dalam menganalisis karya sastra. 2) Bagi siswa: a)
meningkatkan kemampuan dalam memahami karya sastra, b) memperluas ilmu
pengetahuan tentang ilmu sastra dan c) meningkatkan apresiasi karya sastra. 3)
Bagi pembaca diharapkan dapat membantu pembaca dalam mengungkapkan
makna yang terkandung.
F. Batasan Istilah
Berikut ini dikemukakan batasan istilah yang digunakan dalam
penelitian yaitu:
1. Latar adalah peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu,
maupun peristiwa. Latar dalam suatu cerita bisa bersifat factual atau bisa
pula imaijner. Latar berfungsi untuk memperkuat atau mempertegas
keyakinan pembaca terhadap jalannya suatu cerita. Dengan demikian
apabila pembaca sudah menerima latar itu sebagai sesuatu yang benar
adanya, maka cenderung dia pun akan lebih siap dalam menerima
perilaku ataupun kejadian- kejadian yang berada dalam latar.
8
2. Novel adalah merupakan gambaran kehidupan dan perilaku nyata pada
saat novel itu ditulis. Sebuah karya itu bisa dikatakan novel apabila
ditandai oleh beberapa hal yaitu ceritanya memberi efek realitas dengan
mempresentasikan karakter yang kompleks dengan motif yang
bercampur dengan kelas sosial ( Atmazaki, 2005:39 ).
9
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Teori- teori yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi: (1) Hakikat
novel, dan, (2) latar novel
1. Hakikat Novel
a. Pengertian Novel
Novel bersal dari bahasa Italia yaitu novella yang secara harfiah berarti
sebuah barang baru dan kecil kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam
bentuk prosa. Istilah novella memiliki pengertian yang sama dengan istilah yang
dipakai dalam bahasa Indonesia. Novella berarti sebuah karya prosa fiksi yang
cukup panjang tidak terlau panjang dan tidak terlalu pendek (Nurgiyantoro,
2010:9).
Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992:6) novel adalah sebuah cerita
yang memuat beberapa kesatuan persoalan disertai dengan faktor penyebab dan
akibatnya. Persoalan kehidupan yang diangkat seperti kesedihan, kegembiraan
penghianatan, kejujuran dan permasalahan kemanusian lainnya yang disajikan
penggarang, tokoh yang bergerak dari satu peristiwa ke peristiwa berikutnya.
Menurut Atmazaki (2005:39) novel merupakan gambaran kehidupan dan
perilaku nyata pada saat novel itu tertulis. Sebuah karya itu bisa dikatakan novel
apabila ditandai oleh beberapa hal yaitu ceritanya memberi efek realitas dengan
mempresentasikan karakter yang kompleks dengan motif yang bercampur dengan
kelas sosial.
9
10
Berdasarkan pendapat para ahli tesebut novel merupakan serangkaian
cerita yang menggambarkan waktu dari tokoh, berkaitan dengan persoalan
kehidupan yang diangkat seperti kesedihan, kegembiraan, pengkhianatan,
kejujuran dan permasalahan kemanusian baik itu cerita fiksi maupun non fiksi.
b. Jenis-jenis Novel
Berdasarkan nyata atau tidaknya suatu cerita, novel terbagi dua jenis
yaitu.
1. Novel fiksi sesuai namanya, novel berkisah tentang hal yang fiktif dan tidak
terjadi, tokoh, alur maupun latar belakangnya hanya rekaan penulis saja.
Contoh: novel Harry Potter
2. Novel non fiksinovel ini kebalikan dari novel fiksi yaitu novel yang bercerita
tentang hal nyata yang sudah pernah terjadi, lumrahnya jenis novel ini
berdasarkan pengalaman seseorang, kisah nyata atau berdasarkan sejarah.
Contoh: Laskar Pelangi
c. Unsur-unsur Novel
Seperti yang telah dibahas tadi novel adalah serangkaian cerita yang
menggambarkan watak dari tokoh, berkaitan dengan persoalan kehidupan yang
diangkat seperti kesedihan, kegembiraan, pengkhianatan, kejujuran dan
permasalahan kemanusian baik itu cerita fiktif maupun nonfiktif. Unsur-unsur
yang membangun karya sastra terdiri dari dua unsur yaitu unsur intrinsik, dan
unsur ekstrinsik.
11
1) Unsur Intrinsik
Menurut Nurgiyantoro (2010:23) unsur intrisik adalah unsur-unsur yang
membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya
sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai
jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur
yang secara langsung turut serta membanggun cerita` kepaduan antar berbagai
unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berrealitas sosial budaya jawa.
Menurut Muhardi dan Hasanudin (1992:22) unsur-unsur intrinsik
tidaklah lepas satu sama lainnya tetapi secara bersama-bersama membentuk
kesatuan dan kepaduan fiksi. Kesatuan dan kepaduan unsur fiksi tersebut hanya
dapat dipisahkan dalam kepentingan teoritis dan praktis penganalisiannya. Jadi
dapat disimpukan bahwa unsur intrinsik adalah unsur yang membangun dari
dalam karya sastra itu sendiri.
a) Alur
Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992: 28) alur adalah hubungan
antara suatu peristiwa atau kelompok peristiwa dengan peristiwa yang lain.
Karakteristik alur menjadi dua yaitu, (1) alur konvensional adalah jika peristiwa
yang disajikan lebih dahulu selalu menjadi penyebab munculnya peristiwa yang
hadir sesudahnya, (2) alur inkonvensional adalah peristiwa yang diceritakan
kemudian menjadi penyebab dari peristiwa yang diceritakan lebih dahulu menjadi
akibat dari peristiwa yang diceritakan sesudahnya.
Selanjutnya menurut Luxemburg (1989:149) yang dimaksud dengan alur
adalah kontruksi yang dibuat pembaca mengenai sebuah deretan peristiwa yang
12
secara logic dan kronologik saling berkaitan dan yang mengakibatkan atau yang
dialami oleh para pelaku.
Sedangkan menurut Atmazaki (2005: 101) plot merupakan struktur
tindakan yang diartikan menuju keberhasilan efek emosional tertentu bagi
pembaca. Sebuah alur akan mengalir begitu saja tanpa ditentukan oleh
pengarang.Berdasarkan teori yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa
alur adalah rangkaian peristiwa yang terdapat pada novel. Alur tersebut
menghubungkan suatu peristiwa dengan perisyiwa lainnya dalam novel.
b) Penokohan
Menurut Nurgiyantoro (2010: 13) tokoh- tokoh cerita dalam novel
biasanya ditampilkan secara lengkap seperti ciri- ciri fisik, keadaan sosial, tingkah
laku, sifat dan kebiasaan termasuk bagaimana hubungan antar tokoh itu baik
dilukiskan secara langsung atau tidak langsung hal ini bertujuan agar dapat
memberikan gambaran yang jelas dan kongkret tentang keadaan para tokoh dalam
cerita tersebut dan agr tokoh- tokoh yang ditampilkan lebih mengesankan
sementara pembaca tidak harus mengkonsentrasikan gambaran yang lebih lengkap
tentang tokoh.
Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992: 24) penokohan termasuk
masalah penamaan, pemeranan keadaan fisik, keadaan psikis, dan karakter.
Bagian- bagian ini saling berhubungan dalam upaya membangun permasalahan
fiksi. Jadi dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah gambaran bagaimana
watak seseorang dalam menampilkan cerita dan perubahan yang terjadi pada diri
seseorang sehingga cerita ini terlihat lebih jelas.
13
Berdasarkan pendapat ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
penokohan merupakan salah satu unsur intrinsik sastra. Penokohan adalah
seseorang yang tergambar dalam sebuah cerita atau pelaku dalam cerita.
Perwatakan merupakan sifat seseorang yang ada pada setiap tokoh. Hal ini akan
mempermudah embaca untuk menebak bagaimana tokoh mempengaruhi sebuah
cerita.
c) Latar
Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992: 30) latar adalah penanda
identitas permasalah fiksi yang secara samar diperlihatkan alur atau penokohan,
latar merupakan tempat terjadinya tindakan atau peristiwa. Abraham
(Nurgiyantoro, 2010: 216) mengatakan bahwa latar atau setting disebut juga
sebagai landas tumpu, menyarankan pada pengertian tempat, hubungan waktu,
dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Jadi
dapat disimpulkan bahwa latar adalah tempat, waktu dan suasana berlangsungnya
suatu peristiwa dalam fiksi.
d) Tema
Menurut Semi (1988: 43) tema merupakan suatu gagasan sentral yag
menjadi dasar sebuah karya sastra. Dalam tema tercakup persoalan dan tujuan dari
pengarang.Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992: 38) tema adalah inti
permasalahan yang hendak disampaikan pengarang dalam karyanya, dengan
demikian dalam suatu tema tercakup suatu persoalan dan tujuan utama dalam
pengarang menulis karya sastra.
14
Hartoko dan Rahmanto (Nurgiyantoro, 2010: 68) mengatakan bahwa
tema merupakan gagasan dasar umum yang menompang karya sastra dan yang
terkandung dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut
persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
tema adalah inti permasalahan dalam sebuah cerita yang disajikan pijakan bagi
peneliti dalam menganalisis karya sastra.
Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan
atau ide dari suatu cerita. Tema juga tergambar dari cerita yang dibuat di dalam
novel.
Berdasarkan bentuk dan unsur intrinsik, maka yang akan dipakai dalam
penelitian ini adalah latar. Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa latar merupakan salah satu unsur intrinsik sastra. latar adalah
tempat, waktu dan suasana berlangsungnya suatu peristiwa dalam fiksi. Hal ini
akan mempermudah pembaca untuk menebak bagaimana latar mempengaruhi
sebuah cerita.
2) Unsur Ekstrinsik
Menurut Nurgiyantoro ( 2010: 23) unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur
yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi
bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik merupakan unsur-
unsur yang mempengaruhi bangunan cerita karya sastra, namun tidak ikut menjadi
bagian di dalamnya. Walau demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh
terhadap totalitas bangunan cerita yang dihasilkan. Oleh karena itu unsur
ekstrinsik sebuah novel haruslah tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting.
15
Menurut Muhardi dan Hasanuddin ( 1992: 20) aspek utama dari unsur
ekstrinsik adalah pengarang, sedangkan aspek penunjang adalah yang ada
disekitar pengarang seperti kehidupan pengarang tersebut. pengaruh luar yang
melatarbelakangi penciptaan lain cenderung dianggap juga sebagai unsur
ekstrinsik, misalnya sensitifitas atau kepekaan pengarang, dan pandangan hidup
pengarang. Realitas objektivitas yang ada disekitar pengarang juga merupakan
unsur ekstrinsik, namun pengaruhnya melalui pengarang. Bagian dari realitas
objektif yang mempengaruhi penciptaan fiksi antara lain tata nilai kemanusiaan
yang berlaku dalam masyarakat, konvensi budaya dan norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat atau sosial.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada
di luar karya itu sendiri. Unsur ekstrinsik novel berisikan biografi pengarang.
Situasi dan kondisi secara langsung maupun tidak langsung dan nilai-nilai dalam
cerita.
2. Latar
a. Pengertian Latar
Menurut Tarigan, (2011:136) pertama latar yang dapat dengan terang dan
jelas serta mudah diingat, biasanya cenderung untuk memperbesar keyakinan
terhadap tokoh dan gerakannya serta tindakannya. dengan kata lain, apabila
membaca menerima latar itu sebagai sesuatu yang nyata, maka cenderung dia
lebih siap menerima orang-orang yang berbeda dalam latar itu dan tingkah laku
serta gerak-geriknya. penerimaan itu tentu menerima wajar, tidak berlebih-
lebihan. Kedua, latar suatu cerita mempunyai relasi yang lebih langsung dengan
16
arti keseluruhan dan arti yang umum dari suatu cerita. ketiga kadang-kadang
mungkin juga terjadi bahwa latar itu dapat bekerja bagi maksud-maksud yang
lebih tertentu dan terarah daripada menciptakan suatu atmosfer yang bermanfaat.
Menurut Anjelina Maria (2013:4) latar merupakan lingkungan tempat
peristiwa terjadi dalam karya sastra. Latar terdiri dari tiga unsur diantaranya:
unsur tempat, waktu dan sosial.
Menurut Wellek dan Austin (1988:79) yang paling banyak dibahas dalam
studi sastra adalah latar (setting) lingkungan dan hal-hal yang bersifat eksternal.
Metode ekstrinsik ini tidak terbatas pada studi tentang sastra lama, tetapi juga
dapat diterapkan pada kesusastraan modern.
Ramadansyah (2012:155), latar merupakan keterangan mengenai tempat,
waktu, ruang dan suasana dalam suatu cerita. Pada dasarnya, latar cerita mutlak
dibutuhkan untuk pembentukan tema dan plot karena latar harus bersatu antara isi
dan struktur sehingga menghasilkan cerita yang menarik, padat, dan berkualitas.
Menurut Muhardi dan Hasanuddin (1992:30) latar adalah penanda
identitas permasalahan fiksi yang mulaisecara samar diperlihatkan alur atau
penokohan. Jika permasalahan fiksi sudah diketahui melalui alur atau penokohan,
maka latar memperjelas suasana, tempat dan waktu peristiwa itu berlaku. Latar
memperjelas pembaca untuk mengidentifikasi permasalahan tahun 20-an atau 80-
an, pagi atau sore, siang atau malam, di kota atau di desa, di perkampungan atau
di hutan, berhubungan dengan kultur Minangkabau atau Sunda, permasalahan
orang dewasa atau remaja, dan lain-lain.
17
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa latar
adalah sesuatu yang menunjukkan waktu dan tempat dimana suatu cerita tersebut
terjadi. Latar sangat penting dalam sebuah cerita karena latar memiliki fungsi
untuk mempertegas atau menunjukkan suatu kejadian dimana peristiwa di dalam
cerita itu terjadi. Suatu fiksi meskipun merupakan bentuk rekaan, harus dapat
meyakinkan pembaca bahwa cerita yang disajikan benar-benar terjadi, sehingga
dapat membawa pembaca memvisualisasikan latar yang diceritakan upaya untuk
meyakinkan pembaca bahwa tempat atau situasi seperti yang digambarkan dalam
cerita itu benar-benar adanya, peran karakter, dan narasi sangatlah penting.
b. Unsur-unsur Latar
Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat,
waktu, dan sosial. Ketiga unsur itu walaupun masing-masing menawarkan
permasalahan yang berbeda dan dapat dibedakan secara sendiri, pada
kenyataannya saling berkaitan mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
1) Latar Tempat
Pelukisan tempat tertentu dengan sifat khasnya secara rinci biasanya
menjadi bersifat kedaerahan atau berupa pengangkatan suasana daerah.
Pengangkatan suasan kedaerahan, sesuatu yang mencerminkan unsur local color,
akan menyebabkan latar tempat menjadi unsur yang dominan dalam karya yang
bersangkutan. Tempat menjadi sesuatu yang bersifat khas, tipikal, dan fungsional.
(Nurgiyantoro, 2010:316). Latar akan mempengaruhi pengaluran dan penokohan,
dan karenanya menjadi koheren dengan cerita secara keseluruhan. Sifat
kedaerahan tak hanya ditentukan oleh rincinya deskripsi lokasi, melainkan
18
terlebih harus didukung oleh sifat kehidupan sosial masyarakat penghuninya.
Dengan kata lain, latar sosial, latar spiritual justru lebih menentukan ketipikalan
latar tempat yang ditunjuk.
Tidak semua latar tempat digarap secara teliti dalam berbagai fiksi. Pada
sebuah karya tertentu penunjukan latar hanya sekedar sebagai latar, lokasi hanya
sekedar tempat terjadinya peristiwa-peristiwa, dan kurang mempengaruhi
perkembangan alur dan tokoh. Misalnya nama-nama tempat tertentu sekedar
disebut: Jakarta, hotel, Yogyakarta, Malioboro, dan lain sebagainya sehingga
nama-nama itu dapat diganti dengan nama-nama lain begitu tanpa mempengaruhi
perkembangan cerita. Unsur tempat, dengan demikian menjadi kurang fungsional,
kurang koheren dengan unsur cerita yang lain dan dengan cerita secara
keseluruhan.
2) Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, Nurgiyantoro (2010:318).
Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan peristiwa sejarah.
Pengetahuan dan persepsi pembaca terhadap waktu sejarah itu kemudian
dipergunakan untuk mencoba masuk ke dalam suasana cerita, apakah berupa
penanggalan, penyebutan peristiwa bersejarah, penggambaran situasi malam,
siang, sore, dan lain-lain. Misalnya, senin, sekarang, 16 Desember, pada zaman
dahulu, atau pada pukul 13.00 WIB. Semua itu merupakan berbagai keterangan
tentang latar waktu.
19
Kejelasan waktu yang diceritakan amat penting dilihat dari segi waktu
penceritaannya. Tanpa kejelasan (urutan) waktu yang diceritakan, orang hampir
tak mungkin menulis cerita. Dalam hal ini kejelasan masalah waktu menjadi lebih
penting dari pada kejelasan unsur tempat, Nurgiyantoro (2010:231). Hal ini
disebabkan orang masih dapat menulis dengan baik walau unsur tempat tak
ditunjukkan secara pasti, namun tidak demikian halnya dengan pemilihan bentuk-
bentuk kebahasan sebagai sarana pengungkapannya.
3) Latar Sosial
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi
(Nurgiyantoro, 2010:322). Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup
berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan
hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan
bersikap, dan lain-lain. Latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh
yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, dan atas.
Latar sosial dapat meyakinkan dan menggambarkan suasana kedaerahan
tertentu melalui kehidupan sosial masyarakat. Di samping berupa hal-hal yang
telah dikemukakan, latar sosial dapat pula berupa dan diperkuat dengan
penggunaan bahasa daerah atau dialek-dialek tertentu. Status sosial tokoh
merupakan salah satu hal yang perlu diperhitungkan dalam pemilihan latar. Ada
sejumlah novel yang membangun konflik berdasarkan kesenjangan status sosial
tokoh-tokohnya. Perbedaan status sosial dengan demikian, menjadi fungsional
dalam fiksi. Secara umum perlu adanya deskripsi perbedaan antara kehidupan
20
tokoh yang berbeda status sosialnya. Keduanya tentu memiliki perbedaan tingkah
laku, pandangan, cara berpikir dan bersikap, gaya hidup, dan mungkin
permasalahan yang dihadapi.
Perlu ditegaskan bahwa latar sosial merupakan bagian latar secara
keseluruhan. Jadi, latar sosial berada dalam kepaduan dengan unsur latar yang
lain, yaitu unsur tempat dan waktu. Ketiga unsur tersebut dalam satu kepaduan
jelas akan menyaran pada makna yang lebih khas dan meyakinkan dari pada
secara terpisah dan berbagai unsur yang lain, melainkan justru dari kepaduan dan
koherensinya dengan keseluruhan.
B. Penelitian yang Relevan
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Hermansyah (2015) dengan
judul penelitian “Latar dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata dan
kelayakannya”. Hasil penelitian ditemukan bahwa: (1) latar tempat, (2) latar
waktu, (3)latar sosial, dan (4) fungsi latar sebagai metafora dan atmosfer. Novel
Padang Bulan layak dijadikan sebagai alternatif bahan ajar sastra di SMA.
Kedua, Prasetya (2015) dengan judul “Deskripsi Latar dalam Novel Ayah
karya Andrea Hirata dan Rancangan pembelajarannya di Sekolah Menengah
Atas”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam novel Ayah terdapat
pendekatan realistis, impresionistis, dan menurut sikap penulis serta diksi dan
kiasan untuk mendeskripsikan latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Diksi
yang digunakan yaitu (1) makna denotasi dan konotasi, (2) penggunaan kata
abstrak dan konkret, (3) penggunaan kata umum dan khusus, (4) penggunaan kata
21
populer dan kajian, dan (5) pengguanaan kata serapan dari bahasa asing dan
daerah, serta kiasan berupa (1) metafora, (2) simile, dan (3) personifikasi.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Maemonah (2013) dengan judul
Aspek Latar dalam novel Cinta di dalam gelas karya Andrea Hirata: Tinjauan
Psikologi Sastra dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa aspek latar dalam novel Cinta di Dalam Gelas
adalah (1) perempuan yang sabar, (2) perempuan yang tekun bekerja secara
teratur (3) perempuan yang tidak lekas putus asa, (4) perempuan yang berbicara
singkat, tetapi mantab, (5) perempuan yang cekatan. Hasil penelitian ini dapat
diimplementasikan sebagai bahan ajar sastra di SMA. Dengan demikian aspek
latar dalam novel Cinta di Dalam Gelas dapat dijadikan acuan oleh pembaca
untuk diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat dan sebagai bahan ajar
pembelajaran ajar di SMA.
Berdasarkan penelitian relevan di atas terdapat persamaan dan perbedaan
dalam penelitian. Persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama memfokuskan
pada latar yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman,
yaitu peneliti lebih fokus pada latar dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa
Herman.
C. Kerangka Konseptual
Novel adalah salah satu karya sastra yang bersifat kreatif imajinatif dan
juga berangkat dari realitas sosial. Sebagai bentuk karya sastra, merupakan realita
di dalamnya terjadi peristiwa dan perilaku yang dialami dan dibuat manusia.
Selain itu novel juga dapat dijadikan sebagai media refleksi dan membangun jiwa.
22
Ada dua unsur yang membangun sebuah novel yaitu unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang terdapat dalam karya itu sendiri.
Unsur intrinsik terdiri dari alur, penokohan, latar, tema, amanat, sudut pandang,
dan gaya bahasa. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya itu
sendiri.
Selain itu novel juga berangkat dari realita yang ada di kehidupan
manusia, yang mengungkap latar seorang tokoh, faktor-faktor yang
mempengaruhi dan tipe-tipe perilaku tokoh itu sendiri. Salah satu tokoh tersebut
yang terdapat pada novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman menggunakan
berbagai latar, diantara tempat, waktu dan latar sosial. Dalam penelitian ini
peneliti menganalisis latar dalam novel yang menyangkut latar tempat, latar waktu
dan latar sosial. Untuk lebih jelasnya kerangka konseptual yang digambarkan
dalam penelitian sebagai berikut ini.
23
Bagan 1. Kerangka Konseptual Analisis Latardalam Novel Menggapai MentariKarya Elisa Herman
Novel
Unsur Intrinsik Unsur Ekstrinsik
RealitasObjektif
Pandangan duniapengarang
Alur Tokoh/Penokohan
Latar Tema Amanat SudutPandang
GayaBahasa
Konvensi Budaya Sosial Tata Nilai
Analisis
Latar Tempat Latar Waktu Latar Sosial
Analisis Latar dalam Novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman
24
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Menurut
Ratna (2004:46-47) penelitian kualitatif adalah penelitian yang memanfaatkan
cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi. Penelitian
kualitatif memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam hubungannya
dengan konteks keberadaannya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analisis. Menurut Ratna (2004:53) metode deskriptif analisis adalah metode yang
dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul
dengan analisis. Secara etimologis deskripsi dan analisis berarti menguraikan.
Jadi, subjek dalam penelitian ini adalah latar dalam novel Menggapai Mentari
karya Elisa Herman.
B. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah teks tentang latar yang terdapat dalam
novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman. Sumber data dalam penelitian ini
adalah novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman, 2016, penerbit plus+
Pustaka Pelajar, Jakarta Timur.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri serta dibantu oleh format
pencatatan data. Peneliti mencatat data yang berhubungan dengan fokus penelitian
yaitu latar yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman.
24
2424
25
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa
langkah:
1. Membaca novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman, sehingga dapat
memahami pesan dan cerita yang jelas tentang isi novel yang diteliti.
2. Mencatat data tentang latar yang terdapat dalam novel Menggapai
Mentari karya Elisa Herman.
3. Mengelompokkan data yang berhubungan dengan latar tempat, latar
waktu dan latar sosial dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa
Herman.
Format Inventarisasi Latar pada novel Menggapai Mentari karyaElisa Herman
No Kutipan Latar Halaman Catatan
Tempat Waktu Sosial
E. Teknik Pengabsahan Data
Teknik pengabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik uraian rinci. Moleong (2005:338) menyatakan bahwa teknik uraian rinci,
peneliti dituntut untuk melaporkan hasil penelitiannya melalui uraian yang diteliti
dan secermat mungkin dalam menggambarkan konteks penelitian. Uraian ini
26
harus mampu mengungkapkan secara khusus segala sesuatu yang dibutuhkan oleh
pembaca agar dapat memahami penemuan-penemuan yang diperoleh dari hasil
penelitian. Hal itu berarti peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan
teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol.
Pengabsahan data dilakukan dengan pembuktian yang diambil langsung
dalam novel yaitu latar yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari karya
Elisa Herman. Data yang diambil adalah cerita yang antar tokoh dan kata-kata
yang digunakan pengarang dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman.
Setelah didapat bagian tersebut, maka dikutip beberapa baris untuk
memperlihatkan hal yang dimaksud.
F. Teknik Analisis Data
Patton (Moleong, 2010:280) mengatakan bahwa analisis data merupakan
mengatur urutan data mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori, dan
satuan uraian dasar. Data yang sudah dikumpulkan dianalisis menurut langkah-
langkah berikut:
1. Mendeskripsikan data yang berhubungan dengan latar tempat, latar waktu
dan latar sosial.
2. Mengklasifikasikan data melalui tuturan yang dapat diabstraksikan sebagai
data latar tempat, latar waktu dan latar sosial pada novel Menggapai
Mentari karya Elisa Herman.
3. Menginterpretasikan data berdasarkan hubungan sebab-akibat ucapan dan
penokohan tokoh utama.
27
4. Menganalisis data hasil inventarisasi untuk mendapatkan fungsi latar
dalam novel.
5. Membuat kesimpulan dan melaporkan hasil penelitian.
28
BAB IVTEMUAN PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan tentang temuan, analisis data, dan
pembahasan. Temuan data dalam penelitian ini yaitu data-data yang berhubungan
dengan analisis latar yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa
Herman. Setelah itu, dilakukan analisis data yang terdapat temuan data dengan
mengaitkan dengan teori yang dijelaskan pada bab II. Setelah data dianalisis,
maka dilakukan tahap pembahasan.
A. Temuan latar yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari karya ElisaHerman
Bedasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka latar yang terdapat
dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman ini berjumlah empat puluh
sembilan (49) data. 1) latar tempat berjumlah 17, 2) latar waktu berjumlah 27, dan
3) latar sosial berjumlah 20. Penjelasannya dapat dilihat pada temuan data berikut
ini.
1. Latar Tempat
Tidak semua latar tempat digarap secara teliti dalam berbagai fiksi. Pada
sebuah karya tertentu penunjukan latar hanya sekedar sebagai latar, lokasi hanya
sekedar tempat terjadinya peristiwa-peristiwa, dan kurang mempengaruhi
perkembangan alur dan tokoh. Misalnya nama-nama tempat tertentu sekedar
disebut: Jakarta, hotel, Yogyakarta, Malioboro, dan lain sebagainya, sehingga
nama-nama itu dapat diganti dengan nama-nama lain. Latar tempat itu
mengisyaratkan bahwa terjadi peristiwa yang bisa dilakukan subjek/pelaku. Latar
tempat dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman ditemukan sebanyak
28
29
tujuh belas (17) data. Hal itu terdapat pada beberapa peristiwa sebagai berikut.
Pertama, latar tempat “Rumah Sakit” yaitu adanya ruangan operasi, ruang inap,
ruang tunggu, dan lain-lain. Di Rumah Sakit ada dokter yang selalu siap siaga,
rekan medis dan beberapa perawat. Kedua, tangga “Halte Transjakarta”, tempat
pemberhentian orang yang akan pulang dari kantor atau pergi di luar rumah.
seperi karyawan buruh pabrik, Guru, Karyawan Swasta dan tentunya Elisa sendiri.
Halte ini sangat penting bagi masyarakat sebelum bepergian dan juga tempat
istirahat sejenak setelah bekerja sebelum pulang. Ketiga, “Monumen Nasional”,
yaitu tempat bersejerah yang didirikan oleh Presiden Soekarno dan gedung
kemerdekaan, Bundaran Hotel Indonesia, Kantor Gubenur Jakarta, kantor Komisi
Pemilihan Umum dan beberapa tempat lainnya yang pernah di singgahi oleh
Tokoh Elisa Untuk bertemu dengan sang Idolanya Joko Widodo. Semua tempat
tersebut hanya berhenti sehingga beberapa saat saja ketika tokoh ingin bertemu
dengan tokoh idolanya yaitu Ir. Joko Widodo Presiden RI.
2. Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut
biasanya dihubungkan dengan peristiwa sejarah. Pengetahuan dan persepsi
pembaca terhadap waktu sejarah itu kemudian dipergunakan untuk mencoba
masuk ke dalam suasana cerita, apakah berupa penanggalan, penyebutan peristiwa
bersejarah, penggambaran situasi malam, siang, sore, dan lain-lain. Misalnya,
senin, sekarang, 16 Desember, pada zaman dahulu, atau pada pukul 13.00 WIB.
Semua itu merupakan berbagai keterangan tentang latar waktu. Latar waktu dalam
30
novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman ditemukan sebanyak dua puluh
tujuh (27) data. Pertama, latar waktu yaitu dengan kata-kata “Sebulan”. Waktu
dijelaskan tokoh dalam novel merupakan 30 kalau dihitung dengan hari. Kedua,
waktu yang dijelaskan tokoh dalam novel merupakan waktu, pagi hingga siang
hari. Waktu itu dijelaskan secara rinci dan diurai di dalam novel ini. Ketiga,
keesokan paginya, kejadian semalam, tiga hari kemudian, Malam itu, empat
bulan, dan waktu terperinci juga di gunakan seperti pukul 13.30 WIB. Tangal 28
September.
3. Latar Sosial
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup
yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,
keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain. Latar sosial
juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah,
menengah, dan atas.
Latar sosial dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman
ditemukan sebanyak dua puluh (20). Pertama, latar sosial dapat meyakinkan dan
menggambarkan suasana kedaerahan tertentu melalui kehidupan sosial
masyarakat seperti acara Car Free Day. Kegiatan ini diadakan untuk memberikan
ruang dan waktu bagi warga agar menikmati suasana tanpa polusi. Kedua, adanya
keyakinan dalam diri Elisa untuk berobat seperti saya juga minum ramuan yang
konon sangat bagus untuk penderita stroke. Ketiga, adanya sikap dan pandangan
31
hidup dalam mengahargai kesehatan seperti saya semakin menghargai kesehatan.
Jika saya yang sudah tua telah terlanjur salah asuh, sebelum terlambat untuk
mendidik yang masih muda-muda. Latar sosial terlihat jelas dari peristiwa yang
dialami oleh tokoh dan beberapa tokoh cara berpikir, sikap dan keyakinan, cara
tokoh meyakini sesuatu, nilai dan norma sosial, cara tradisi/kebiasaan hidup.
B. Analisis Latar yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari karya ElisaHerman
Berdasarkan temuan data yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari
karya Elisa Herman dilakukan analisis data. Data yang dianalisis tersebut berupa
latar tempat, waktu dan sosial. Data ini dianalisis berdasarkan yang terdapat
dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman. Berikut ini paparan analisis
data analisis latar yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa
Herman.
1. Latar tempat dalam Novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman
Pelukisan tempat tertentu dengan sifat khasnya secara rinci biasanya
menjadi bersifat kedaerahan atau berupa pengangkatan suasana daerah.
Pengangkatan suasana kedaerahan, sesuatu yang mencerminkan unsur warna
kedaerahan yang menyebabkan latar tempat menjadi unsur yang dominan dalam
karya yang bersangkutan. Tempat menjadi sesuatu yang bersifat khas, tipikal, dan
fungsional. (Nurgiyantoro, 2010:316). Latar akan mempengaruhi pengaluran dan
penokohan, dan karenanya menjadi koheren dengan cerita secra keseluruhan. Sifat
kedaerahan tak hanya ditentukan oleh rincinya deskripsi lokasi, melainkan
terlebih harus didukung oleh sifat kehidupan sosial masyarakat penghuninya.
Dengan kata lain, latar sosial, latar spiritual justru lebih menentukan ketipikalan
32
latar tempat yang ditunjuk. Unsur tempat, dengan demikian cerita secara
keseluruhan terdapat beberapa latar tempat. Setelah dilakukan penelitian terdapat
latar dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman. Latar tempat itu
mengisyaratkan bahwa terjadi peristiwa yang bisa dilakukan subjek/pelaku.
Berikut dijelaskan latar tempat dalam novel Menggapai Mentari.
Data No. 2Bulan pertama, saya berpergian dengan taksi. Setelah sebulanterlewati, kondisi saya berangsur pulih, saya mulai naikTransjakarta atau kendaraan umum. Pada saat saya melangkahmenaiki tangga Halte Transjakarta, napas saya mulai tersengal.Pikiran negatif mulai simpang-siur di benak Elisa. (Herman,2016: 21)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu tangga Halte Transjakarta dan taksi. Tangga Halte
Transjakarta merupakan tempat pemberhentian mobil Transjakarta. Tokoh Elisa
sering berhenti di tangga halte Transjakarta sebelum memasuki bus. Alat
transportasi tersebut merupakan alat transportasi yang paling cepat saat itu, sebab
ada rute tersendirinya. Halte itu juga banyak yang berjualan makanan ringan
sambil menunggu mobil angkutan datang. Elisa dan beberapa karyawan swasta
menunggu di Halte. Halte itu juga jalan alternatif menghilangkan capek setelah
bekerja seharian sebab di sana ada kursi yang nyaman untuk duduk. Tokoh Elisa
biasanya berhenti di Halte sebelum berpergian, seperti karyawan dan pengajar.
Elisa cenderung beristirahat jika sudah letih mencari Jokowi. Selanjutnya
peristiwa latar juga terlihat pada saat kunjungan ke Monas. Hal itu terlihat pada
kutipan berikut.
33
Data No. 4“Demi menurunkan kadar kolesterol, saya memutuskan untukmulai olahraga. Olahraga yang paling mudah dan murah adalahlari pagi. Saya memutuskan untuk lari pada minggu pagi saat CarFree Day di Jakarta cukup panjang dari Bundaran Senayan sampaiMonumen Nasional (monas), pagi hingga siang hari. Denganberjalan waktu serta semakin padatnya masyarakat yangberolahraga di sana, lokasi Car Free Day pun ditambah. Bisaberolahraga di lingkungan yang tenang bersih, segar, dan bebaspolusi di Kota Metropolitan yang senantiasa hiruk-pikukmerupakan suatu kebahagiaan yang tak terperi bagi saya.(Herman, 2016: 22)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari latar tempat tersebut merupakan peristiwa yang ada dan
benar-benar terjadi. Monumen Nasional adalah lambang negara Indonesia.
Monumen itu juga melambangkan berdirinya bangsa Indonesia. Monumen
Nasional berdiri di bawah pemerintahan Presiden Soekarno. Disini terlihat tokoh
Elisa berolahraga di Monumen Nasional demi menurunkan kadar kolestrol. Tokoh
Elisa memutuskan untuk lari pagi di bundaran senayan sampai Monas. Monumen
ini adalah lambang Ibu Kota dan sekaligus tanda bahwa bangsa ini berdiri kokoh.
Hal itu terlihat pada kutipan “Bundaran Senayan sampai Monumen Nasional
(monas), pagi hingga siang hari”. Monumen ini selain lambang Ibu Kota juga
lambang Ibu Kota negara yang banyak di kunjugi atau tempat favorit keluarga
ketika berlibur. Di sini adalah tempat olahraga yang sering dikunjungi Elisa setiap
minggu. Selanjutnya peristiwa tempat terjadinya terjadi di rumah sakit. Hal itu
terlihat sebagai berikut.
Data No. 7Awal mulanya, saya merawat Jacky bersama sahabat Elisa.Ketika itu, ia baru pulang dari Rumah Sakit setelah operasijantung dan menderita stroke yang kedua kali. (Herman, 2016:28)
34
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu latar “rumah sakit” merupakan tempat dimana tokoh
bersama tokoh lain berada di rumah sakit. Di rumah sakit biasanya terdapat
ruangan operasi, ruang inap, ruang tunggu. Disini terlihat bahwa tokoh Elisa berda
di Rumah Sakit untuk mendampingi pasiennya yang sakit Stroke. Rumah sakit
juga merupakan segala tempat untuk memeriksa kesehatan pasien. Tokoh utama
yaitu Elisa dengan tokoh lain sedang berada di rumah sakit, karena merawat
temannya. Elisa biasanya ke rumah sakit bila penyakit pertigonya kambuh. Elisa
tidak akan ke rumah sakit kalau tidak ada yang sakit. Elisa tahu bahwa tempat
rumah sakit merupakan tempat yang sangat menghantui pemikirannya.
Selanjutnya, peristiwa tempat juga terlihat pada keberadaan tokoh di sebuah
tempat yaitu apartemen yang digunakan sebagai tempat istirahat. Hal itu terlihat
pada kutipan berikut.
Data No. 11saya sempat bingung dan takut untuk merawat dia di rumah dalamkondisi seperti itu. Setelah beristirahat selama 30 menit di lobigedung itu, akhirnya dengan berat hati, kami pun membawanyapulang. Sesampainya di Apartemen, saya mulai mencatat semuahasil tekanan dan gejala apa saja yang terlihat selama lima haridia berada di rumah. (Herman, 2016: 40)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu di apartemen dan lobi gedung. Apartemen merupakan
tempat istirahat, fungsinya sama dengan rumah, dan hotel. Namun, yang berbeda
dengan apartemen adalah fasilitasnya. Disini terlihat tokoh sedang beristirahat di
lobi Apartemen. Apartemen biasanya lebih mahal, baik penjualannya maupun
penyewaannya. Apartemen biasanya di sewa perbulan, dan biayanya rata-rata di
35
atas 30 Juta. Di sini juga disebutkan latar tempat di lobi gedung dalam kutipan
“Setelah beristirahat selama 30 menit di lobi gedung itu. Lobi gedung biasanya
dilengkapi dengan berbagai perangkat meja dan kursi, yang berfungsi sebagai
ruang duduk atau ruang tunggu. Sebelum berangkat ke apartemen, Elisa
beristirahat terlebih dahulu di lobi gedung. Kegiatan Elisa selama lima hari di
rumah yang terdapat di dalam kutipan yaitu mencatat semua hasil tekanan dan
gejala apa saja yang terlihat dengan pasiennya itu.
Selanjutnya, peritiwa latar tempat juga terlihat pada peristiwa
berkumpulannya tokoh utama dengan teman-temannya di warung dekat
Universitas Indonesia. Warung tersebut merupakan tempat biasa beristirahat dan
diskusi tokoh dengan teman-teman dekatnya. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 13“Mulanya, satu kelas berisi sekitar 17 murid. Akhirnya yangmelaju hanya tinggal tiga orang: saya, Lena, dan Kathy. Kerenatinggal bertiga, kelas kami pun tidak bisa dilanjutkan. Namun,kami masih kerap berkumpul melepas rindu di warung sampingUniversitas Indonesia atau restoran di mal. Lama-kelamaanhanya sesekali kami bertemu karena terpisah benua. Kamiberkumpul jika sama-sama pulang ke Indonesia, di PlazaSenayan, Jakarta untuk melepas rindu. (Herman, 2016: 47)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu ketika Elisa berkumpul di warung samping Universitas
Indonesia dan restoran di mal. Artinya Warung tersebut merupakan tempat
berkumpul Elisa bersama teman-temannya untuk melepas rindu. Selain di warung
samping Universitas Indonesia, tokoh Elisa dan teman-temannya juga berkumpul
di restoran di mal. Restoran adalah tempat menjual menu makanan dan minuman
dengan pelayanan yang baik dalam sebuah bangunan dengan standar tertentu yang
36
dapat digunakan untuk menerima tamu atau konsumen. Selanjutnya, peristiwa
latar tempat juga terlihat ketika tokoh pergi ke arah Senayan dari semanggi dan
terakhir Elisa berada kearah Bundaran Hotel Indonesia. Hal itu terlihat pada
kutipan berikut.
Data No. 17“Sebagai catatan, setelah kena serangan vertigo saya selaluditemani putra saya berlari dari Semanggi ke arah Senayan padaCar Free Day. Tetapi, karena kali ini putra saya tidak bisamenemani saya mencoba berlari ke arah yang berlawanan. Sayaingat betul pagi itu, Minggu 15 Desember 2013 sekitar pukul07.15, saya berlari sendirian ke arah Bundaran Hotel IndonesiaKempinski. (Herman, 2016: 59-60)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari karya Elisa Herman. Ketika tokoh menjelaskan latar tempat
yang disinggahi yaitu semanggi, Senayan dan Bundaran Hotel Indonesia. Artinya
setelah terkena serangan penyakit vertigo, tokoh Elisa selalu ditemani putranya
pada kegiatan Car Free Day pada hari minggu. Tetapi, karena putranya tidak bisa
menemani, akhirnya tokoh Elisa berlari sendirian ke arah Bundaran HI. Bundaran
HI merupakan tempat yang berada persis di persimpangan jalan depan Hotel
Indonesia, di Jakarta Pusat. Disitu terdapat monumen patung Selamat Datang
khusus dibangun untuk menyambut kontingen duta olahraga pada pesta Asian
Games tahun 1962. Sekarang Bundaran HI menjadi tempat strategis di Ibu Kota
bagi para demonstrans untuk menyuarakan aspirasi serta membentangkan segala
bentuk poster dan spanduk saat berunjuk rasa. Selanjutnya, peritiwa latar tempat
juga terlihat ketika tokoh berada di Mal. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 21“Tiba di Mal, saya bergegas mencari apa yang sedang sayabutuhkan. Akhirnya setelah mencari ke sana-kemari sekitar pukul17.00, saya menemukan tempat isi ulang dan catrige baru di Mal.
37
Sekitar pukul 01.30, saya baru selesai. Untunglah, dalamperjalanan pulang dari mal, saya sempat menanyakan alamatkantor Bapak Joko Widodo kepada pengemudi taksi yang sayatumpangi. Paginya sekitar pukul 06.30, saya langsung berangkatke kantor Gubernur di Gedung Balai Kota Provinsi DKIJakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan No.8-9 sesuaiketerangan pengemudi taksi kemarin. (Herman, 2016: 64)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu ketika Elisa berada di Mal dan kantor Gubernur di
Gedung Balai Kota Provinsi DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan No.8-9.
Mal adalah tempat pusat perbelanjaan dengan arsitektur berupa bangunan tertutup
dengan suhu yang diatur. Umumnya mal memiliki tiga lantai. Biasanya di mal,
lebih lengkap dibandingkan dg tempat perbelanjaan yang lain. Serta memberikan
kenyamanan dan keamanan berbelanja bagi pengunjung. Di mal ini tokoh Elisa
sedang mencari tempat isi ulang catrige baru. Sementara Kantor Gubenur
merupakan tempat kepala pemerintahan wilayah. Tempat ini adalah tempat yang
akan dikunjungi tokoh Elisa untuk bertemu dengan tokoh idolanya Bapak Jokowi.
Selanjutnya, peritiwa latar tempat juga terlihat ketika Elisa dari Salemba menuju
jalan Merdeka Barat. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 29“Pukul 10.45, saya pun bertolak dari Salemba ke tempat tujuansaya di jalan Medan Merdeka Barat. Saya sengaja berangkatlebih awal, ada waktu luang untuk menenangkan diri sebelumbertemu dengan beliau karena lokasi tujuan saya, paling lamaditempuh dalam waktu 20 menit. (Herman, 2016: 86)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu Salemba dan di jalan Medan Merdeka Barat. Artinya
latar tempat di gambarkan yaitu “dari Salemba ke tempat tujuan Elisa di jalan
Medan Merdeka Barat”. Salemba adalah nama sebuah kawasan di kecamatan
38
Senen, Jakarta Pusat. Nama ini juga terkenal karena adanya Universitas Indonesia
yang terletak di daerah tersebut. beberapa gedung yang dekat di daerah ini adalah
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo (RSCM). Jalan Merdeka Barat adalah nama salah satu jalan di
Jakrta yang mengelilingi kawasan Monas dan termasuk dalam wilayah Civic
Center. Sebagian jalan ini dilalui oleh Transjakarta. Tujuan Elisa datang kesini
adalah untuk bertemu dengan Bapak Jokowi. Sela- njutnya peristiwa latar juga
terlihat penggambarannya ketika Elisa berada di kantor Kemenkes RI. Hal itu
terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 30“Siang itu, dengan semangat berpijar saya berangkat ke kantorKemenkes RI di jalan Percetakan Negara untuk berjumpadengan Bapak Dirjen. Jadwal saya untuk bertemu beliau padapukul 13.00. Tetapi, karena saya tiba lebih awal, pukul 12.00 dankebetulan beliau sedang kosong, saya langsung dipersilahkanmasuk. Pukul 13.00. (Herman, 2016: 92)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat kejadian tokoh yang berada
di kantor kemenkes. Kantor itu merupakan kantor pusat kesehatan Indonesia.
Disana dihuni oleh menteri-menteri yang telah di tunjuk presiden untuk
melakukan tugasnya yaitu memantau dan memberikan keputusan apa saja yang
berkaitan dengan kesehatan seluluruh masyarakat Indonesia. Elisa ke kantor
tersebut mencari Joko Widodo sosok idola yang sangat ia kagumi. Selanjutnya,
Elisa juga pergi ke tempat lain. Kali ini ia pergi ke kantor KPU. Hal itu terlihat
sebagai berikut.
Data No. 32“Siang itu, 29 Mei 2014, saya tiba di kantor KPU lebih awal darijadwal, masih lengang. Di pintu masuk saya sempat dicegat. “Ibu
39
ada undangan?” Begitu saya menggeleng, mereka kembalibertanya. (Herman, 2016: 115)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang disajikan oleh Elisa
terlihat jelas bahwa Elisa sekarang mengunjungi sebuah tempat yang bernama
KPU. KPU merupakan sebuah singkatan dari Komisi Pemilihan Umum. KPU
merupakan kantor pusat dimana kantor itu berfungsi memutuskan kepala daerah
atau presiden dari hasil pemilihan umum oleh warga negara Indonesia. Kantor
KPU juga mempunyai tugas selain harus independen, juga terbuka mengenai
informasi tentang pemilihan umum. KPU tugas biasanya memutuskan tentang
pemilihan Presiden melalui KPU Daerah. Selanjutnya, peristiwa latar tempat juga
diperlihatkan oleh tokoh Elisa ketika tokoh pergi ke posko di sebelah bundaran
Hotel Indonesia. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 33“saya terdiam. Pantasan tadi pagi ketika saya berhenti di poskodepan Menara BCA, suara hati sempat mengingat kisah pertamakali saya bertemu Jokowi di depan pos polisi Bundaran HI.(Herman, 2016: 126)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu ketika Elisa berada di depan pos polisi Bundaran HI.
Bundaran HI merupakan singkatan dari tempat Bundaran Hotel Indonesia. Hotel
ini termasuk salah satu hotel tertua di Indonesia. Semenjak Jakarta bernama
Batavia dulunya. Tokoh berada di dekat pos polisi di Bundaran HI. Pos polisi ini
merupakan tempat penjagaan polisi jika ada sesuatu yang terjadi di Bundaran
Hotel Indonesia. Sebab, di tempat ini sering terjadi demo dan kampanye tentang
pemilihan Presiden atau menjatuhkan Presiden seperti peristiwa 98. Selanjutnya,
40
tokoh juga menjelaskan tentang tempat yang dialami. Hal itu terlihat pada kutipan
berikut.
Data No. 39Benar, begitu tiba di halte GBK semua penumpang turun dantangga halte Transjakarta sontak penuh sesak. Bahkan, untukjalan keluar dari tangga halte orang harus mengantre panjang.Selepas dari tangga, saya semakin terpesona melihat orang-oranglalu-lalang di sekitar GBK. (Herman, 2016: 158)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu ketika Elisa tiba di halte GBK dan tangga halte
Transjakarta. Halte ini merupakan tempat pemberhentian sebelum seseorang pergi
menggunakan Transjakarta. Halte Transjakarta di desain berbeda dari halte
angkutan umum lainnya. Halte di sediakan tempat penyebrangan yang biasanya
terletak dekat lampu lalu lintas atau dibuat zebra cross. Di dalam halte disediakan
tempat duduk, tempat sampah, papan informasi mengenai rute Transjakarta, dan
lain-lain. Artinya, tokoh yang berada di tangga Halte menyaksikan orang-orang
lalu-lalang di sekitar GBK. Selanjutnya peristiwa terjadi pada Elisa adalah untuk
mencari identitas Pak Jokowi hal itu terlihat dengan tempat yang disinggahinya di
depan istana merdeka. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 43“Setelah berselancar ke sana-sini, akhirnya saya menemukanpersyaratan lomba dan langsung mendaftarkan diri untuk larijarak 8 km. Lomba lari ini diselenggarakan guna memperingatiHari Kemerdekaan Ke-69 RI yang akan diadakan pada 31Agustus 2014, Pukul 06.00, dari depan Istana Merdeka.(Herman, 2016: 212)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu Istana Merdeka. Istana Merdeka merupakan tempat
resmi kediaman dan kantor Presiden Indonesia yang letaknya menghadap ke
41
Taman Monas Jalan Merdeka Utara, Jakarta. Istana Merdeka digunakan untuk
penyelenggaraan acara-acara kenegaraan, anatara lain Peringatan detik-detik
Proklamasi, upacara penyambutan tamu negara dan penyerahan surat-surat
kepercayaan duta besar negara sahabat. Terlihat disini Elisa sangat ingin
mengikuti lomba lari yang akan diadakan dari depan Istana Merdeka. Selanjutnya
peristiwa yang dialami oleh tokoh mengenai penggambaran peristiwa ketika tokoh
berada di Monumen Nasional, hal itu terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 44“Setelah Independendence Day Run 2014, saya mendaftarkandiri untuk ikut fx Sunday Fun Run di Fx Sudirman. Pendaftaranberjalan lancar dan tertib. Setelah kesuksesan Fx Sunday FunRun, saya mendaftarkan diri untuk ikut Mandiri JakartaMarathon 2014 di Monumen nasional (Monas) pada 26Oktober 2014. Acara ini diikuti oleh para peserta nasional daninternational. (Herman, 2016: 259)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu di Monumen Nasional (Monas). Monumen itu
merupakan tempat bersejarah dan menjadi lambang Indonesia. Di sekeliling tugu
terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat
berolahraga. Pada hari-hari libur dipenuhi pengunjung yang berekreasi menikmati
pemandangan Tugu Monas dan melakukan berbagai aktivitas dalam taman.
Monumen tersebut di rancang pada pemerintahan Presiden pertama Indonesia
yaitu Ir. Soekarno. Disini terlihat Elisa mendaftarkan diri pada acara Mandiri
Jakarta Marathon 2014 setelah kesuksesannya di fx Sunday Fun Run. Selanjutnya,
latar tempat juga terlihat ketika tokoh mampir ke Istana. Hal itu terlihat pada
kutipan berikut.
42
Data No. 46“Setelah puas mampir seharian di Istana, dengan langkah ringansaya bergegas menuju Pesta Rakyat yang diselenggarakan diMonas. Di pintu Monas, masyarakat sudah padat mengantre.(Herman, 304)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang disajikan oleh Elisa.
Elisa mampir seharian di Istana dan di Monas. Di pintu Monas masyarakat sudah
padat mengantre. Istana Merdeka merupakan tempat resmi kediaman dan kantor
Presiden Indonesia yang letaknya menghadap ke Taman Monas Jalan Merdeka
Utara, Jakarta. Istana Merdeka digunakan untuk penyelenggaraan acara-acara
kenegaraan, antara lain Peringatan detik-detik Proklamasi, upacara penyambutan
tamu negara dan penyerahan surat-surat kepercayaan duta besar negara sahabat.
Monumen Nasional merupakan tempat bersejarah dan menjadi lambang
Indonesia. Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa
lapangan terbuka tempat berolahraga. Disini Elisa mengahadiri pesta rakyat yang
diadakan di Monas. Selanjutnya, latar tempat juga dijelaskan ketika jutaan orang
menyemut di jalan Thamrin menuju istana dan Bundaran HI. Tempat tersebut
merupakan tempat persinggahan sementara Elisa sebelum bertemu Pak Jokowi.
Hal itu terlihat pada cuplikan berikut.
Data No. 47“Jutaan orang menyemut di Jalan M.H.Thamrin menuju IstanaNegara. Mereka ingin menyambut kedatangan Presiden danWakil Presiden RI yang baru saja dilantik, Joko Widodo danJusuf Kalla. Sejak pukul 08.00, mereka rela dijerang mentarimemenuhi Bundaran Hotel Indonesia demi menunggu sangPresiden yang akan melintasi jalur tersebut dengan menggunakankereta kuda. (Herman, 2016: 311)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu di Jalan M.H. Thamrin menuju Istana Negara dan
43
Bundaran HI. Jalan M. H. Thamrin adalah nama salah satu jalan utama Jakarta.
Jalan ini terdapat kedutaan-kedutaan besar, Hotel Indonesia dan Bundaran HI.
Bundaran HI terdapat monumen patung Selamat Datang khusus dibangun untuk
menyambut kontingen duta olahraga pada pesta Asian Games tahun 1962.
Sekarang Bundaran HI menjadi tempat strategis di Ibu Kota bagi para
demonstrans untuk menyuarakan aspirasi serta membentangkan segala bentuk
poster dan spanduk saat berunjuk rasa. Disini Elisa menceritakan bagaimana
antusias warga dalam menyambut kedatangan Presiden ketika dilantik.
Selanjutnya, latar tempat dijelaskan dalam novel yang pernah di datangi oleh Elisa
adalah Teras Istana Presiden. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 49“Air mata saya memang jatuh di garis finish Independence DayRun 2014 dan teras Istana Negara saat Upacara militer lepassambut Presiden pada 20 Oktober 2014. Tetapi, perjalanan Elisabelum mencapai garis akhir. Belum, belum lagi usai. Saya masihakan terus berlari, merengkuh impian saya walaupun tersengal,walaupun terpuruk, walau terjal berliku. Perjalanan Elisa masihbelum usai. (Herman, 2016: 325)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar tempat yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu teras Istana Negara saat Upacara Militer lepas sambut
Presiden pada 20 Oktober 2014. Istana Negara adalah tempat penyelenggaraan
acar-acara yang bersifat kenegaraan, antara lain seperti pelantikan pejabat-pejabat
tinggi negara, rapat kerja nasional, serta jamuan yang bersifat kenegaraan. Artinya
peristiwa yang dialami tokoh ketika meneteskan air mata di “Teras Istana Negara
saat Upacara militer lepas sambut Presiden pada 20 Oktober 2014”. Tidak semua
orang bisa memasuki tempat tersebut. Tempat itu hanya bisa di masuki oleh
44
orang-orang yang memiliki kepentingan negara dan tempat yang paling bersejarah
bagi bangsa Indonesia.
2. Latar waktu dalam Novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, Nurgiyantoro (2010:318).
Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan peristiwa sejarah.
Kejelasan waktu yang diceritakan amat penting dilihat dari segi waktu
penceritaannya. Tanpa kejelasan (urutan) waktu yang diceritakan, orang hampir
tak mungkin menulis cerita. Latar waktu juga digambarkan dalam novel
Menggapai Mentari karya Elisa Herman. Latar waktu menerangkan “kapan”
peristiwa itu terjadi. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 1“Sebulan berselang setelah vertigo menyerang, daya ingat sayaberangsur-angsur pulih. saya mulai beraktivitas ke lokasi yangtidak terlalu jauh. Namun, di bawah tempurung kepala saya masihterasa ada sesuatu yang mengganjal. (Herman, 2016: 20)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu “sebulan”. Disini terlihat bahwa kapan peristiwa
beberapa waktu yang lalu, Elisa mengalami penyakit vertigo yang pernah
menyerangnya. Waktu itu di jelaskan secara umum oleh tokoh Elisa. Elisa
mengindap penyakit vertigo. Venyakit ini bisa membuat orang mati seketika
sebab menyerang saraf dan jantung/pernafasan. Vertigo ini jenis penyakit pusing-
pusing atau sama dengan stroke ringan. Peristiwa tersebut dijelaskan di dalam
novel secara mendalam sehingga kita bisa menelaah lebih dalam mengenai waktu
tersebut. Selanjutnya peristiwa waktu juga terlihat dari peristiwa yang dialami
45
oleh tokoh. Tokoh juga menggambarkan dengan kata “waktu”. Hal itu terlihat
pada kutipan sebagai berikut.
Data No. 4“Demi menurunkan kadar kolesterol, saya memutuskan untukmulai olahraga. Olahraga yang paling mudah dan murah adalahlari pagi. saya memutuskan untuk lari pada Minggu pagi saat CarFree Day di Jakarta cukup panjang dari Bundaran Senayan sampaiMonumen Nasional (monas), pagi hingga siang hari. Denganberjalan waktu serta semakin padatnya masyarakat yangberolahraga di sana, lokasi Car Free Day pun ditambah. Bisaberolahraga di lingkungan yang tenang bersih, segar, dan bebaspolusi di Kota Metropolitan yang senantiasa hiruk-pikukmerupakan suatu kebahagiaan yang tak terperi bagi saya.(Herman, 2016: 22)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu “minggu pagi dan siang hari”. Artinya pagi merupakan
melambangkan kapan terjadi peristiwa itu. Jika dihadapkan pertanyaan kapan
terjadi? Tentu jawabannya “pagi hari dan siang hari”. Artinya Elisa melakukan
aktifitasnya di pagi hari hingga siang hari dan merasakan lingkungan yang tenang
dan bersih. Elisa menjelaskan peristiwa yang pernah dilalui seperti pagi dan siang
hari. Perisr=tiwa yang di tulis Elisa secara sistematis sehingga pembaca bisa
memahami cerita Elisa secara optimal. Selanjutnya peristiwa waktu juga
dijelaskan tokoh pada peristiwa selanjutnya. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 6“Keesokan paginya, saya terbangun seperti biasa dan telah lupapada kejadian semalam. Hari lekas bergulir karena kesibukanmulai beruntun. Tiga hari kemudian, entah mengapa sayamerasa lebih nyaman. Tapi aneh, apa yang menyebabkan sayalebih nyaman? saya mulai termenung. (Herman, 2016: 26)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu keesokan paginya, kejadian semalam, dan tiga hari
46
kemudian. Artinya tokoh menceritakan kapan terjadinya peristiwa yang ia alami.
Elisa yang bangun di pagi hari telah lupa peristiwa yang ia alami di pagi hari. Tiga
hari setelah itu, baru Elisa merasa lebih nyaman dan melakukan aktifitas kembali.
peritiwa ini dialami Elisa dalam semua aktifitasnya. Namun, waktu yang ditulis
Elisa terkadang secara umum dan terkadang di khususkannya seperi peritiwa ini
contoh waktu yang secara umum tanpa dijeskan jam dan menitnya. Selanjutnya
peristiwa lain yang dialami tokoh lewat waktu yaitu setiap kejadian yang dialami
dijelaskan dalalm bentuk “malam itu”. Hal itu terlihat pada kutipan sebagai
berikut.
Data No. 8“Malam itu, saya menyiapkan sebuah jaket baru untuk Jackyyang hendak cek ke dokter keesokan paginya, jaket sutera halusitu telah lama ia beli di Perancis, tetapi tidak pernah dipakainya.Jacky sangat senang ketika saya memberitahu bahwa jaket ituakan menghangatkan bila ia pergi ke dokter. (Herman, 2016: 29)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu “malam itu dan keesokan paginya” merupakan
gambaran bahwa tokoh mengalami suatu peristiwa dimana Elisa menyiapkan
jaket baru untuk pasiennya yang hendak cek ke dokter pada besok pagi. Peristiwa
ini Elisa mencoba bersiap dan apa saja dibutuhkan bila pergi nantinya. Elisa
melihat bagaimana bahan jaket itu di beli dari Perancis dan tentunya barang
tersebut sangat bagus. Hangatnya sangat sempurna jika dipakai oleh orang sedang
sakit. Selanjutnya latar waktu terlihat pada kutipan sebagi berikut.
Data No. 10“Empat bulan setelah Vera dipecat, saya menerima telepon darisebuah panti jompo. Mereka menanyakan apakah saya mengenalVera. Pertanyaan itu sempat mengagetkan saya. Sebab, setelahperistiwa itu kami tidak pernah berhubungan lagi.Ternyata, Vera
47
melamar pekerjaan di situ. Dan, mereka meminta rekomendasidari saya. (Herman, 2016: 37)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari karya Elisa Herman yaitu “Empat Bulan”. Waktu yang
dijelaskan oleh tokoh dalam cerita merupakan kapan terjadinya peristiwa yang
dihadapi Elisa. Bahwa setelah empat bulan lamanya, ia diingatkan kembali
dengan seorang teman ketika menerima telepon dari sebuah panti yang meminta
rekomendasi mengenai temannya itu. Empat bulan merupakan waktu umum yang
dijelaskan oleh tokoh utama. Selanjutnya peristiwa waktu juga terlihat ketika
tokoh mengalami peristiwa di dalam kehidupan dalam mencari identitas tokoh
idolanya. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 11“saya sempat bingung dan takut untuk merawat dia di rumahdalam kondisi seperti itu. Setelah beristirahat selama 30 menitdi lobi gedung itu, akhirnya dengan berat hati, kami punmembawanya pulang. Sesampainya di apartemen, saya mulaimencatat semua hasil tekanan dan gejala apa saja yang terlihatselama lima hari dia berada di rumah. (Herman, 2016: 40)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu setelah beristirahat selama “30 menit” di lobi gedung
itu, akhirnya dengan berat hati, kami pun membawanya pulang. Sesampainya di
apartemen, Elisa mulai mencatat semua hasil tekanan dan gejala apa saja yang
terlihat selama lima hari dia berada di rumah. Sempat bingung dan takut untuk
merawat dia di rumah dalam kondisi seperti itu. Waktu yang dijelaskan dalam
novel sangat rinci seperti selama 30 menit di lobi gedung. Waktu yang dijelskan
secara rinci dan optimal sehingga pembaca bisa dengan mudah memahaminya.
48
Selanjutnya latar waktu juga terlihat ketika Elisa membuat janji dengan Jokowi.
Hal itu terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 16“Dua hari berselang, Sabtu menjelang petang, putra sayamenelepon. “Ma, hari ini saya sangat lelah sehabis acaragathering di kantor. Kalau besok pagi saya bisa menemani laripagi di car free day, apakah mama bisa pergi sendirian. (Herman,2016: 59)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
itu yaitu “dua hari berselang, Sabtu menjelang petang. Artinya latar waktu di
jelaskan secara rinci yaitu dua hari berselang, sabtu menjelang petang. Itu artinya
waku yang disajikan oleh penulis sangat efektif sehingga pembaca bisa
memahaminya secara optimal. Selanjutnya peristiwa waktu juga di paparkan oleh
penulis lewat peristiwa yang terjadi di sebah tempat. Hal itu terlihat pada kutipan
sebagai berikut.
Data No. 17“Sebagai catatan, setelah kena serangan vertigo saya selaluditemani putra saya berlari dari Semanggi ke arah Senayan padaCar Free Day. Tetapi, karena kali ini putra saya tidak bisamenemani, saya mencoba berlari ke arah yang berlawanan. Sayaingat betul pagi itu, Minggu 15 Desember 2013 sekitar pukul07.15, saya berlari sendirian ke arah Bundaran Hotel IndonesiaKempinski. (Herman, 2016: 59)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang yang disajikan di dalam
novel Menggapai Mentari yaitu ketika putra tidak bisa menemani, Elisa mencoba
berlari ke arah yang berlawanan. Elisa ingat betul pagi itu, Minggu 15 Desember
2013 sekitar pukul 07.15, Elisa berlari sendirian ke arah Bundaran Hotel
Indonesia Kempinski. Artinya waktu yang dijelaskan oleh tokoh yaitu Minggu 15
Desember 2013 sekitar pukul 07.15.waktu itu sangat terperinci dan yang
49
dijelaskan oleh tokoh. Selanjutnya peristiwa waktu juga di paparkan oleh penulis
lewat peristiwa yang terjadi di sebah tempat. Hal itu terlihat pada kutipan sebagai
berikut.
Data No. 19“Barangkali beliau membaca reaksi saya. Beliau kembalitersenyum ramah. saya sadar itu bukan mimpi. Dengan tangangemetar, saya bertanya, “jam berapa, pak? Antara pukul 08.00-09.00 “oh terima kasih Bapak. (Herman, 2016: 62)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu di paparkan penulis
menggambarkan secara langsung dan tepat sehingga pembaca bisa memahami
novel secara rinci dan optimal. Sehingga di buatkan waktunya secara tepat. Waktu
digambarkan di dalam novel yaitu pukul 08.00-09.00. Selanjutnya peristiwa
waktu juga tergambarkan lewat apa yang dilakukan tokoh utama. Hal itu terlihat
pada kutipan berikut.
Data No. 20“Pada saat saya sedang sibuk mencari tempat isi ulang tintaprinter, putri saya meminta saya untuk menemaninya beribadahsekitar pukul 18.00. Waktu itu, jam sudah menunjukkan pukul15.00. Konsentrasi sayaterpecah. (Herman, 2016: 63)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari. Artinya waktu dijelaskan dalam bentuk rinci sampai kepada
jamnya. Hal itu terlihat dari beribadah sekitar pukul 18.00. Waktu itu, jam sudah
menunjukkan pukul 15.00. Pukul tersebut mengisyaratkan peristiwa berlangsung
secara rinci dan terstruktur. Selanjutnya peristiwa latar waktu terlihat pada
peristiwa Elisa sedang melakukan kegiatan kunjungan ke Mal. Hal itu terlihat
pada kutipan berikut.
50
Data No. 21Tiba di Mal, saya bergegas mencari apa yang sedang sayabutuhkan. Akhirnya setelah mencari kesana-kemari sekitar pukul17.00, saya menemukan tempat isi ulang dan catrige baru di mal.Sekitar pukul 01.30, saya baru selesai. Untunglah, dalamperjalanan pulang dari mal, saya sempat menanyakan alamatkantor Bapak Joko Widodo kepada pengemudi taksi yang sayatumpangi. Paginya sekitar pukul 06.30, saya langsung berangkatke kantor Gubernur di Gedung Balai Kota Provinsi DKI Jakarta,Jalan Medan Mardeka Selatan No.8-9 sesuai keteranganpengemudi taksi kemarin. (Herman, 2016: 64)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
Menggapai Mentari yaitu jika di lihat dari sudut waktu. Latar waktu yang
ditampilkan dalam novel ini benar-benar akurat. Sebab, menjelaskan jamnya
secara rinci dan tetail dan bisa pembaca memahaminya secara optimal. Artinya
waktu yang ditampilkan secara baik sehingga novel ini benar-benar nyata di buat
oleh Elisa. Selanjutnya peristiwa latar waktu juga terlihat pada peristiwa
selanjutnya. Peristiwa tersebut terlihat ketika tokoh Elisa menanti sosok idolanya
tersebut.hal itu terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 23Semua sahabat, penerbit, memberi jawaban bahwa saya tidakmungkin bisa mendapatkan testimoni dari beliau karena sayabukan siapa-siapa. Dari beliau pribadi saja sulit, apalagi daribeliau selaku Gubernur DKI. Namun, tiada semburat putus asamenyinggahi batin saya. Saya butuh obat pemicu semangat. Salahsatunya yang paling ampuh buatan Tuhan. Setiap malam sayaterus berbincang kepada-Nya. (Herman, 2016: 69)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu ditampilkan dalam novel ini.
Itu artinya penulis menampilkan waktu tidak secara sempurna namun penulis
rincian waktunya pada peristiwa selanjutnya. Waktu sengaja di ciptakan secara
umum sehingga novel ini mengesankan lebih sempurna lewat peristiwa yang
ditampilkan.
51
Data No. 24“Setelah sms terkirim, saya menanti hari senin tiba dengangelisah. saya menguntai kesimpulan jika nomor telepon tersebutbenar milik Joko Widodo dan jika beliau adalah sosok yangmemegang teguh janji dan komitmen kepada rakyat, ajudannyaakan menghubungi saya pada hari senin. (Herman, 2016: 71)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
ini yaitu ketika tokoh Elisa menanti hari senin tiba dengan gelisah. Elisa
menguntai kesimpulan jika nomor telepon tersebut benar milik Joko Widodo dan
jika beliau adalah sosok yang memegang teguh janji dan komitmen kepada rakyat,
ajudannya akan menghubungi Elisa pada hari Senin. Artinya “hari senin”
merupakan latar waktu yang dijelaskan oleh tokoh Elisa supaya rentetan peristiwa
bisa sesuai struktur dan sesuai dengan apa yang disebut koherensi. Selanjutnya
peristiwa tokoh juga terlihat dari pemaparan tokoh utama yaitu Elisa
mengutarakan apa yang terjadi menuju mimpinya. Hal itu terlihat pada kutipan
berikut.
Data No. 25“Beberapa hari berselang, sekitar pukul 09.00 saya kembalimenelepon kantor gubernur. Begitu seringnya saya meneleponsampai mereka sudah hafal nama dan mungkin suara saya. Sayatidak peduli andai mereka menamakan saya si Bawel yang tidaktahu diri. (Herman, 2016: 72)
Berdasarkan data di atas terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel ini
semacam peritiwa yang terjadi yang di hadapi tokoh Elisa. Tokoh utamanya Elsah
yang menggambarkan peristiwa latar waktu yaitu “sekitar pukul 09.00 Elisa
kembali menelepon kantor gubernur. Itu artinya Elisa memaparkan latar waktu
secara intensif dan lebih terperinci seperti “sekitar pukul 09.00 Elisa kembali
menelepon kantor gubernur” kutipan itu membuktikan bahwa waktu yang
52
ditampilkan oleh tokoh Elisa benar-benar terperinci. Selajutnya Elisa memaparkan
peristiwa yang terjadi di dalam novel dalam bentuk pemaparan langsung. Hal itu
terlihat sebagai berikut.
Data No. 28“Gayung bersambut, permohonan saya diluluskan. Dengan penuhsemangat siang malam saya ramungkan naskah saya. Begituselesai, saya langsung menghubungi ajudan beliau untukmemohon kesempatan bertemu. Sungguh beruntung, sayalangsung mendapat jadwal pada kamis, 3April 2008, Pukul12.00. (Herman, 2016: 82)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
inibegitu selesai, Elisa langsung menghubungi ajudan beliau untuk memohon
kesempatan bertemu. Sungguh beruntung. Elisa langsung mendapat jadwal pada
kamis, 3 April 2008, Pukul 12.00. Artinya waktunya ada dua yang diidentifikasi
yaitu semangat siang malam, dan kamis, 3 April 2008, Pukul 12.00. yang
merupakan penjabaran secara rinci mengenai peristiwa yang terjadi di dalam
novel. Selanjutnya peristiwa waktu yang dialami tokoh juga terlihat dari
penjabaran tokoh utama yang mengiginkan mimpinya. Hal itu terlihat pada
kutipan berikut.
Data No. 29“Pukul 10.45, sayapun bertolak dari Selemba ke tempat tujuansaya di jalan Medan Merdeka Barat. saya sengaja berangkat lebihawal, ada waktu luang untuk menenangkan diri sebelum bertemudengan beliau karena lokasi tujuan saya, paling lama ditempuhdalam waktu 20 menit. (Herman, 2016: 85)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
itu yaitu ketika tokoh menggambarkan waktu “Pukul 10.45, Elisa pun bertolak
dari Selemba ke tempat tujuan Elisa di jalan Medan Merdeka Barat. Elisa sengaja
berangkat lebih awal, ada waktu luang untuk menenangkan diri sebelum bertemu
53
dengan beliau karena lokasi tujuan Elisa, paling lama ditempuh dalam waktu 20
menit. Artinya waktu yang dijelaskan ada dua yaitu pukul 10.45 dan waktu 20
menit. Waktu tersebut menjelaskan secara nyata kapan waktu itu terjadi.
Selanjutnya ketika peristiwa ketika tokoh utama berangkat ke kantor Kemenkes
RI di jalan Percetakan Negara untuk berjumpa dengan Bapak Dirjen. Hal itu
terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 30“Siang itu, dengan semangat berpijar saya berangkat ke kantorKemenkes RI di jalan Percetakan Negara untuk berjumpa denganBapak Dirjen. Jadwal saya untuk bertemu beliau pada pukul13.00.tetapi, karena saya tiba lebih awal, pukul 12.00 dankebetulan beliau sedang kosong, saya langsung dipersilahkanmasuk. Pukul 13.00. (Herman, 2016: 92)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
itu yaitu jadwal Elisa untuk bertemu beliau pada pukul 13.00, karena Elisa tiba
lebih awal, pukul 12.00 dan kebetulan beliau sedang kosong, Elisa langsung
dipersilahkan masuk. Pukul 13.00. Itu artinya peristiwa latar waktu dijelaskan
secara rinci. Waktu pukul 13.00, pukul 12.00 dan Pukul 13.00.Itu merupakan
peristiwa yang terjadi dalam rentetan peristiwa tokoh dalam bentuk latar waktu.
Selanjutnya peristiwa waktu juga terjadi di dalam kehidupan tokoh Elisa.Hal itu
terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 32Siang itu, 29 Mei 2014, saya tiba di kantor KPU lebih awal darijadwal, masih lengang. Di pintu masuk saya sempat dicegat.“Ibuada undangan?” begitu saya menggeleng, mereka kembalibertanya. (Herman, 2016: 115)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
yaitu pada waktu “siang itu, 29 Mei 2014, Elisa tiba di kantor KPU lebih awal
54
dari jadwal, masih lengang. Di pintu masuk Elisa sempat dicegat”. Artinya waktu
yang dijelaskan “siang itu, 29 Mei 2014”. Merupakan gambaran tokoh yang
dijelaskan secara detail maka tokoh menjelaskan secara terperinci lewat waktu
yang telah dijelaskan. Selanjutnya peristiwa kaktu jiga terlihat ketika tokoh
menunggu Bapak Jokowi. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 36“saya tidak boleh makan gula, Bu. saya tidak menyangkamasyarakat begitu antusias kemari. Tadi pagi, saya tiba pukul06.30, tetapi jam 08.00 baru dapat parkir, macet sekali Bu.(Herman, 2016: 141)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
ini yaitu Elisa tidak menyangka masyarakat begitu antusias kemarin. Tadi pagi,
Elisa tiba pukul 06.30, tetapi jam 08.00 baru dapat parkir, macet sekali Bu. Hal itu
merupakan waktu keterlambatan Elisa ketika menunggu orang yang ingn ia
jumpai. Waktu yang dijelaskan secara lebih rinci dan detail.Itu artinya peristiwa
yang dijelaskan benar-benar tegambar oleh pembaca. Selanjutnya peristiwa waktu
juga terlihat ketika tokoh utama yaitu Elisa menunggu lagi. Hal itu terlihat pada
kutipan sebagai berikut.
Data No. 38Waktu itu jarum jam menunjukkan pukul 17.00. Saya harusmenunggu sampai jam berapa? Kalau sampai tengah malambarangkali Pak Jaya lelah dan tidak pantas lagi untuk diganggu.(Herman, 2016: 154)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
ini ketika Elisa menunggu orang yang ingin ia jumpai. Kalau sampai tengah
malam barangkali Pak Jaya lelah dan tidak pantas lagi untuk diganggu. Itu artinya
waktu yang dijelaskan oleh penulis benar-benar nyata dan hidup sesuai dengan
konteks bagaimana peristiwa itu menjadi nyata. Penulis berusaha menyatakan
55
sebuah peristiwa yang terjadi di dalam novel itu. Selanjutnya peristiwa waktu juga
terlihat ketika tokoh melihat dan menyaksikan penentuan idolanya menjadi
Presiden. Hal itu terlihat pada kutipan beriku.
Data No. 40“Pada 9 Juli 2014 ketika Pilpres berlangsung, keinginan itukembali menggelitik. Awalnya , saya berencana menanti beliaupada pagi hari di TPS Menteng. Saya pikir barangkali ada celakesempatan untuk menyerahkan buku, pagi itu. (Herman, 2016:161)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
ini yaitu“Pada 9 Juli 2014 ketika Pilpres berlangsung, keinginan itu kembali
menggelitik. Awalnya, Elisa berencana menanti beliau pada pagi hari di TPS
Menteng. Elisa Pikir barangkali ada cela kesempatan untuk menyerahkan buku,
Pagi itu. Itu artinya waktu yang ditampilkan oleh tokoh yaitu “Pada 9 Juli 2014
dan Pagi itu. Hal itu merupakan penjabaran tokoh utama dalam setiap konteks
peristiwa. Peristiwa itu merupakan gambaran yang terjadi di dalam novel.
Selanjutnya latar waktu juga terlihat pada kutipan sebagai berikut.
Data No. 41“Keesokan harinya pada tanggal 25 Juli, putra saya meneleponputri saya. Tak lama kemudian, putri saya bertanya, “Ma, kakakbertanya-tanya tanggal 28 Mama butuh mobil? (Herman, 2016:178)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
ini yaitu“keesokan harinya pada tanggal 25 Juli, putra Elisa menelepon putri
Elisa. Artinya waktu tanggal 25 Juli dan tanggal 28.Merupakan waktu peristiwa
yang disajikan oleh tokoh merupakan rentetan waktu yang disajikan oleh penulis
berupaya menyatakan semua peristiwa. Selanjutnya peristiwa lain juga dijelaskan
56
dalam konteks waktu yang terjadi di dalam novel ini. Hal itu terlihatsebagai
berikut.
Data No. 42“Bu, kalau mau lebih yakin, besok pagi sekitar pukul 06.00-07.00 sebelum berangkat, coba pantau di televisi dulu JokowiSalat Idul Fitri dimana. Kalau beliau salat di balai Kota makasudah pasti sehabis itu aka nada open house di Balai Kota.(Herman, 2016: 186)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
ini“besok pagi sekitar pukul 06.00-07.00. Artinya waktu tersebut merupakan
gambaran peristiwa yang dialami oleh tokoh yang terjadi di dalam novel ini.
Waktu yang dijabarkan terpapar jelas bahwa latar waktu yang disajikan benar
terperinci dengan tujuan peristiwa yang disajikan dalam novel ini benar-banar
nampak secara nyata. Selanjutnya peristiwa latar waktu juga terlihat ketika tokoh
menemukan cara untuk bertemu tokoh idolanya. Hal itu terlihat pada kutipan
berikut.
Data No. 43“Setelah bersilancar ke sana-sini, akhirnya saya menemukanpersyaratan lomba dan langsung mendaftarkan diri untuk larijarak 8 km. Lomba lari ini diselenggarakan guna memperingatiHari Kemerdekaan Ke-69 RI yang akan diadakan pada 31Agustus 2014, Pukul 06.00, dari depan Istana Merdeka.(Herman, 2016: 212)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
ini yaitu“pada 31 Agustus 2014, Pukul 06.00, dari depan Istana Merdeka. Itu
artinya latar waktu di sajikan dalam bentuk nyata. Peristiwa dan kejadian
disajikan dalam bentuk kenyataan sebab penulis berusaha supaya pembaca bisa
meilihat bagaimana latar waktu benar-benar koherensi penjabarannya dan
pemaparannya. Selanjutnya peristiwa latar waktu juga terlihat ketika tokoh
57
melakukan Independendence Day Run 2014, Elisa mendaftarkan diri untuk ikut fx
Sunday Fun Run di Fx Sudirman. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 44“Setelah Independendence Day Run 2014, saya mendaftarkan diriuntuk ikut fx Sunday Fun Run di Fx Sudirman. Pendaftaranberjalan lancar dan tertib. Setelah kesuksesan Fx Sunday FunRun, saya mendaftarkan diri untuk ikut Mandiri Jakarta Marathon2014 di Monumen Nasional (Monas) pada 26 Oktober 2014.Acara ini diikuti oleh para peserta nasional dan international.(Herman, 2016: 259)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
ini yaitu ketika tokoh mengikuti acara Independendence Day Run 2014, Elisa
mendaftarkan diri untuk ikut fx Sunday Fun Run di Fx Sudirman. Pendaftaran
berjalan lancar dan tertib. Setelah kesuksesan Fx Sunday Fun Run, Elisa
mendaftarkan diri untuk ikut Mandiri Jakarta Marathon 2014 di Monumen
Nasional (Monas) pada 26 Oktober 2014. Acara ini diikuti oleh para peserta
Nasional dan International. Artinya latar waktu terjadi pada tanggal 26 dan itu
pemaparannya secara jelas dan rinci. Selanjutnya peristiwa latar waktu juga
terlihat dari tokoh yang jalan M.H. Thamrin menuju Istana Negara. Hal itu terlihat
pada kutipan sebagai berikut.
Data No. 47“Jutaan orang menyambut di Jalan M.H.Thamrin menuju IstanaNegera.Mereka ingin menyambut kedatangan Presiden dan WakilPresiden RI yang baru saja dilantik, Joko Widodo dan JusufKalla.Sejak pukul 08.00, mereka rela dijerang mentari memenuhiBundaran Hotel Indonesia demi menunggu sang Presiden yangakan melintasi jalur tersebut dengan menggunakan kereta kuda.(Herman, 2016: 311)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
ini yaitu sejak pukul 08.00, mereka rela dijerang mentari memenuhi Bundaran
58
Hotel Indonesia demi menunggu sang Presiden yang akan melintasi jalur tersebut
dengan menggunakan kereta kuda. Waktu secara terperinci dijelaskan yaitu,
“sejak pukul 08.00” artinya waktunya dijelaskan secara terperinci dan jelas agar
menyatakan setiap peristiwa yang terjadi di dalam novel. Selanjutnya peristiwa
latar waktu juga terlihat pada peristiwa tokoh yang kunjungan ke teras Istana
Negara saat Upacara Militer lepas sambut Presiden pada 20 Oktober 2014. Hal itu
terlihat pada kutipan sebagai berikut.
Data No. 49“Air mata saya memang jatuh di garis finish Independence DayRun 2014 dan teras Istana Negara saat Upacara Militer lepassambut Presiden pada 20 Oktober 2014. Tetapi, perjalanan sayabelum mencapai garis akhir. Belum lagi usai. saya masih akanterus berlari, merengkuh impian saya walaupun tersengal, walauterpuruk, walau terjal berliku. Perjalanan saya masih belum usai.(Herman, 2016: 325)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar waktu yang terjadi di dalam novel
ini yaitu Elisa pergi ke teras Istana Negara saat Upacara Militer lepas sambut
Presiden pada 20 Oktober 2014. Tetapi, perjalanan Elisa belum mencapai garis
akhir. Belum lagi usai. Artinya waktu yang dipaparkan oleh tokoh secara jelas dan
rinci. Tujuan dari penulis untuk menyatakan supaya setiap peristiwa secara nyata
dan bisa di terima di masyarakat luas.
3. Latar sosial dalam Novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi
(Nurgiyantoro, 2010:322). Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup
berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan
hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan
59
bersikap, dan lain-lain. Latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh
yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, dan atas.
Perlu ditegaskan bahwa latar sosial merupakan bagian latar secara
keseluruhan. Jadi, latar sosial berada dalam kepaduan dengan unsur latar yang
lain, yaitu unsur tempat dan waktu. Ketiga unsur tersebut dalam satu kepaduan
jelas akan menyaran pada makna yang lebih khas dan meyakinkan dari pada
secara terpisah dan berbagai unsur yang lain, melainkan justru dari kepaduan dan
koherensinya dengan keseluruhan. Di dalam novel Menggapai Mentari karya
Elisa Herman. Latar sosial terlihat jelas dari peristiwa yang dialami oleh tokoh
dan beberapa tokoh lainnya juga terlibat dalam situasi sosial. Situasi sosial
dijelaskan secara rinci dalam novel ini.hal itu bisa di lihat pada kutipan sebagai
berikut.
Data No. 3“Tetapi, saya tidak memedulikan pikiran saya yang terusmenduga-duga. saya terus melalui hari demi hari, sarat denganperjuangan. Dengan susah payah dan penuh bercucuran,akhirnya saya bisa mencapai loket penjualan karcis yangjaraknya mungkin hanya sekitar 40 mater. Anehnya, setelahbersimbah peluh saya lebih segar. Hal itu terjadi beberapa kali.(Herman, 2016: 21)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar sosial tokoh yaitu “cara berpikir,
sikap dan keyakinan”. Jika dilihat lebih dalam tokoh memiliki pemikiran “pikiran
Elisa yang terus menduga-duga” itu artinya jika dilihat dari latar sosial tokoh
memiliki sikap dan cara berpikir. Dan itu merupakan bagian dari latar sosial. Latar
sosial selain menjabarkan cara pikir juga bagaimana tokoh menduga-duga
terjadinya suatu. Hal itu juga dipertimbangkan lewat akal sehat dari tokoh Elisa.
Cara berpikir Elisa terlihat jelas bahwa Elisa mempunyai pemikiran dan
60
keyakinan dalam mencapai tujuannya dalam membeli karcis. Selanjuntya,
peristiwa latar sosial juga terlihat dari bagaimana tokoh menjelaskan sesuatu. Hal
itu terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 4“Demi menurunkan kadar kolesterol, saya memutuskanuntuk mulai olahraga. Olahraga yang paling mudah danmurah adalah lari pagi. saya memutuskan untuk lari padaMinggu pagi saat Car Free Day di Jakarta cukup panjang dariBundaran Senayan sampai Monumen Nasional (monas), pagihingga siang hari. Dengan berjalan waktu serta semakin padatnyamasyarakat yang berolahraga di sana, lokasi Car Free Day punditambah. Bisa berolahraga di lingkungan yang tenang bersih,segar, dan bebas polusi di Kota Metropolitan yang senantiasahiruk-pikuk merupakan suatu kebahagiaan yang tak terperih bagisaya. (Herman, 2016: 22)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar sosial tokoh yaitu “Kebiasaan hidup
dan Cara berpikir dan sikap”. Disini terlihat bagaimana Elisa membiasakan diri
untuk hidup sehat. Elisa berfikir olahraga yang paling mudah dan murah adalah
lari pagi. Setelah mengalami kolestrol, Elisa memutuskan untuk berolahraga.
Selanjutnya peristiwa latar sosial yang menggambarkan tokoh utama yaitu Elisa
takut mengalami Strok. Hal itu terlihat pada cuplikan teks sebagai berikut.
Data No. 5“Setelah berjuang dengan diet ketat selama sekitar satubulan, pada bulan kedua saya mulai berani mengkonsumsidaging ayam tanpa kulit dan sedikit daging ayam yangdimasak tanpa minyak atau direbus. Dua kali sehari sayaminum satu sendok makan olive oil jenis extra virgin pada harisaat perut masih kosong dan olive oil, saya juga minum ramuanyang konon sangat bagus untuk penderita stroke, yaitucampuran bawang putih, jahe, cuka apel, lemon dan madu,dan terkadang sereh dan jahe. (Herman, 2016: 23)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar sosial tokoh yaitu “cara bersikap
dan meyakini sesuatu”. Disini terlihat cara Elisa dalam bersikap dengan mulai
61
berani mengkonsumsi ayam tanpa kulit serta dimasak tanpa minyak. Elisa juga
yakin terhadap suatu pengobatan yang dijalaninya dengan meminum ramuan-
ramuan bagi penderita stoke. Elisa mulai memperbaiki diri dan tidak mau hidup
sembarangan lagi sebab Elisa sudah banyak penyakit yang menyerangnya.
Selanjutnya peristiwa tokoh dari latar sosial juga tergambar atau terilihat pada
kutipan teks sebagai berikut.
Data No. 9“saya langsung menghubungi satpam apartemen danmeninggalkan pesan jika ada yang kehilangan sebuah tasperempuan agar menghubungi saya. Setelah itu, saya menelitiisi tas sekali lagi, untuk mencari petunjuk lainnya. Pada saatitu saya menemukan botol kecil berisi botol bubuk putih berbausangat tajam seperti biang amoniak, tidak ada nomor teleponsebagai petunjuk. (Herman, 2016: 34)
Berdasarkan data di atas, terlihatlah latar sosial tokoh yaitu “cara bersikap
dan nilai sosial” dimana tokoh Elisa melakukan sesuatu yang dianggapnya benar
dengan langsung menghubungi satpam ketika seseorang kehilangan tasnya.
Kemudian Elisa juga mencari petunjuk tentang siapa pemilik tas tersebut.
Selanjutnya peristiwa latar sosial juga dialami oleh tokoh utama yaitu ketika
tokoh utama mengalami peristiwa untuk menggapai mimpinya. Hal itu terlihat
sebagai berikut.
Data No. 12Kata strok seakan membuat bulu roma saya berdiri ketakutan.Setelah saya sadar bagaimana Tuhan menyembuhkan strokesaya dengan benturan kepala tanpa sengaja, saya semakinmenghargai kesehatan. Jikalau saya yang tua telah terlanjursalah asuh, sebelum terlambat untuk mendidik yang masih muda-muda. (Herman, 2016: 45)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar sosial tokoh yaitu “sikap dan cara
berfikir”. Selanjutnya di jelaskan cara Elisa dalam bersikap dan caranya berfikir.
62
Terlihat disana caranya berfikir bagaimana Tuhan menyembuhkan stroke Elisa
dengan benturan tanpa sengaja. Disini juga terlihat bagaimana Elisa dalam
bersikap dengan semakin menghargai kesehatannya. Kesehatan merupakan hal
yang paling penting bagi Elisa. Elisa kalau tidak sehat maka ia tidak akan dapat
bertemu dengan tokoh idolanya. tokoh idolanya adalah presiden Jokowi Dodo
yang merupakan presiden RI. Selanjutnya peristiwa latar sosial juga terdapat
beberapa perstiwa yang disajikan oleh Elisa. Hal itu terlihat pada kutipan sebagai
berikut.
Data No. 13“Mulanya, satu kelas berisi sekitar 17 murid. Akhirnya yangmelaju hanya tinggal tiga orang: saya, Lena, dan Kathy. Karenatinggal bertiga, kelas kami pun tidak bisa dilanjutkan. Namun,kami masih kerap berkumpul melepas rindu di warungsamping Universitas Indonesia atau restoran di Mal. Lama-kelamaan hanya sesekali kami bertemu karena terpisah benua.Kami berkumpul jika sama-sama pulang ke Indonesia, diPlaza Senayan, Jakarta untuk melepas rindu. (Herman, 2016:47)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar sosial tokoh yaitu “Kebiasaan
Hidup/tradisi.”. Itu artinya kebiasaan/tradisi yang dilakukan Elisa dengan teman-
temannya ketika berkumpul di warung samping Universitas Indonesia atau
restoran mal, jika mereka berada di Indonesia. Kebiasaan untuk mengenang
peristiwa- peristiwa ketika bersama dan melepas rindu. Itu menunjukkan latar
sosial yang diidentik dengan tradisi. Kebiasan hidup Elisa yaitu mengumpulkan
teman-teman melepas rindu yang sudah membengkak dan takutnya menjadi
penyakit yang tidak bisa disembuhkan namanya penyakit rindu berat. Selanjutnya
peristiwa latar sosial juga terjadi bagaimana tokoh berpikir dan bersikap. Hal itu
terlihat pada cuplikan sebagai berikut.
63
Data No. 14“Setelah segenap emosi saya mereda, saya pun tenang kembalidan mulai merenung. Perlahan pikiran positif mulaimenyembul, sedikit demi sedikit. saya terus berjuang agarpikiran positif itu semakin menguasai diri saya. Lalu, sayamembiarkan “pengacara hati saya” mengemukakan pembelaan,saya merenungkan alasan-alasan dan penjelasan yang masuk akaltentang perilaku Kathy selaku terdakwa. (Herman, 2016: 51)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar sosial tokoh yaitu “cara berpikir dan
bersikap”. Disini terlihat bagaimana Elisa bersikap dan berfikir dengan terus
melawan atau berjuang untuk selalu berfikiran positif terhadap perilaku
temannya..Itu artinya tokoh melakukan sesuatu di luar batas yaitu emosional dan
sekarang tokoh berhasil mengendalikan diri. Selanjutnya peristiwa latar sosial
pada tokoh Elisa juga terlihat ketika Elisa ingin bertemu gubenur idolanya, latar
ini bisa dikatakan sosial yang berkaitan dengan keyakinan. Hal itu terlihat pada
kutipan berikut.
Data No. 15“Luar biasa! Kemajuan teknologi saat ini mampu dengan segeramemecahkan masalah saya, dengan hati berbunga-bunga sayalangsung melayangkan surat permohonan kepada BapakGubernur. Dalam hitungan detik, email saya sudah terkirim. Sayabegitu bangga terhadap diri saya. Sambil tersenyum-senyum,saya sudah membayangkan putri saya akan memuji saya.(Herman, 2016: 55)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar sosial tokoh yaitu “keyakinan.”.
disini digambarkan bahwa Elisa yang begitu bangga dan yakin jika anaknya akan
memujinya, sebab ia merasa akan berhasil menemui tokoh idolanya yaitu bapak
Joko Widodo. Joko Widodo merupakan presiden RI yang merupakan orang no.1
dan orang yang sangat berpengaruh di bangsa Indonesia. Joko Widodo juga
banyak aktifitasnya namun berkat keyakinan Elisa di harapkan bisa bertemu
64
dengan Jokowi Dodo. Selanjutnya peristiwa latar yang dialami tokoh yaitu latar
sosial yang ada kaitannya dengan cara berfikir. Hal itu terlihat pada kutipan
berikut.
Data No. 18“Yang pasti pada waktu itu sekujur tubuh saya sudah basaholeh keringat, bau, dan rambut saya acak-acakkan.Penampilan saya waktu itu lebih mirip orang gila ataugelandangan. Namun, dengan tenang, penuh perhatian, dansenyum cerah, Pak Jokowi mendengarkan maksud saya mencaribeliau, yaitu ingin memperoleh testimoni. (Herman, 2016: 61)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar sosial tokoh yaitu “cara berfikir dan
bersikap”. Disini terlihat cara Elisa berfikir dengan tubuhnya penuh dengan
keringat, bau serta rambutnya yang acak-acakan tidak menyurutkan niatnya untuk
bertemu Bapak Jokowi dan menyampaikan maksudnya dengan memperoleh
testimoni. Ia tidak percaya diri saat itu. Namun Elisa berusaha meyakinkan diri,
Selanjutnya peristiwa latar sosial yaitu ketika tokoh menemui secara langsung ke
kantor tempat bekerja. Selanjutnya peristiwa latar sosial juga tergambar dari
keyakinan tokoh untuk bertemu terhadap tokoh idolanya. Minggu demi Minggu
pun terlintasi, Elisa menanti dengan harap-harap cemas.Hal itu terlihat pada
kutipan berikut.
Data No. 22“Minggu demi Minggu pun terlintasi, saya menanti dengan harap-harap cemas. Semua sahabat, penerbit, memberi jawaban bahwasaya tidak mungkin bisa mendapatkan testimoni dari beliaukarena saya bukan siapa-siapa. Dari beliau pribadi saja sulit,apalagi dari beliau selaku Gubernur DKI. Namun, tiadasemburat putus asa menyinggahi batin saya. Saya butuh obatpemicu semangat. Salah satunya yang paling ampuh buatanTuhan. Setiap malam saya terus berbincang kepada-Nya.(Herman, 2016: 69)
65
Berdasarkan data di atas, terlihat latar sosial tokoh yaitu “keyakinan.” Dan
“cara berfikir”. Disini terlihat cara berfikir Elisa bahwa ia tidak mungkin bisa
mendapatkan testimoni dari Bapak Jokowi. Namun, semangat dan tak kenal kata
putus asa. Artinya Elisa berkeyakinan akan bertemu dengan Bapak Jokowi
tersebut dengan mengadu pada Tuhan untuk diberi kemudahan. Selanjutnya
peristiwa latar sosial juga terjadi ketika tokoh berusaha menjelaskan tradisi dari
budaya Indonesia. Hal itu terlihat sebagai berikut.
Data No. 25“Sejak SMA, saya gemar mengumpulkan koin dan perangko.Berbicara mengenai koin, pikiran kita sontak mengarah padasesuatu yang berharga dan mempunyai nilai tukar. Sebab koinbiasanya di buat dari jenis logam, mulai dari ringan sampai yangberat, dari putih sampai yang kuning, dari yang bulat sampaipersegi. Ke negara mana pun kita berlabuh di dunia ini, merekapasti memiliki koin dengan desain atau corak tersendiri. (Herman,2016: 74)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar sosial tokoh yaitu “kebiasaan
hidup”. Artinya Elisa mulai membiasakan untuk mengumpulkan koin dan
perangko sejak SMA. Koin adalah suatu jenis mata uang yang dimiliki oleh setiap
Negara. Di setiap Negara memiliki koin dengan desain atau corak tersendiri.
Selanjutnya peristiwa latar juga terlihat dari tokoh. Kali ini tokoh menjelaskan
latar sisal melalui nilai dan norma. Hal itu terlihat pada kutipan sebagai berikut.
Data No. 26“Sebab, televisi negara Amerika jarang sekali memuat hal-halyang bagus tentang negera kita. Sebagian besar berita yangdisiarkan di sana berkisar pada demonstrasi dan bencana alamyang terjadi. Jangankan di luar negeri, di sini apa yang terkenaldari Indonesia? Jarang sekali orang menyebutnya Monas,Raja Ampat, Bali. Dengan bangga mereka menjawab Macetdan Banjir. (Herman, 2016: 79)
66
Berdasarkan data di atas, terlihat latar sosial tokoh yaitu “nilai dan
norma”. Artinya norma-norma dan nilai di Indonesia secara tidak langsung Elisa
menjelaskan pandangan orang tentang Indonesia. Jarang sekali orang
menyebutnya Monas, Raja Ampat, Bali. Dengan bangga mereka menjawab Macet
dan Banjir. Nilai yang tidak baik selalu di paparkan. Begitulah cara kita
menjelaskan sesuatu kepada orang lain lewat televisi. Selanjutnya peristiwa latar
sosial yang berkaitan dengan cara berfikir. Hal itu terlihat pada kutipan sebagai
berikut.
Data No. 30“Mendengar ada titik terang Jokowi bisa menjadi PresidenRI, saya semakin bersemangat dan berdoa. Namun, beberapahari kemudian, saya mulai sedih sebab media mulaimeragukan kesediaan Jokowi untuk dicalonkan. saya mulaimengubah taktik doa. Rangkaian doa saya mulai terdengar anehdan terkadang mengundang tawa sendiri. (Herman, 2016: 111)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar sosial tokoh yaitu “cara berfikir dan
bersikap. Artinya Elisa merasa ragu sikapnya kali ini seperti kata- Elisa mulai
sedih sebab media mulai meragukan kesediaan Jokowi untuk dicalonkan. Namun
Elisa tetap semangat untuk menemui tokoh idolanya tersebut walaupun cara
berpikirnya seperti itu. Selanjutnya peristiwa latar sosial cara berpikir juga terlihat
ketika Elisa di cemooh oleh orang-orang. Hal itu terlihatsebagai berikut.
Data No. 33Rangkain cemooh yang beruntun itu berubah menjadicambuk bagi saya untuk terus berjuang. Entah mengapa hariitu saya teringat pada acara Kick Andy yang telah beberapa kalimenampilkan orang-orang yang memperoleh Rekor MURI. Yangterpikir di benak saya. Mereka yang tampil tidak semua orangkaya. (Herman, 2016: 132)
67
Berdasarkan data di atas, terlihat latar sosial tokoh yaitu “cara berfikir dan
bersikap.”. Artinya cemooh merupakan sebagai cambuk bagi tokoh Elisa untuk
mendapatkan sesuatu yang diimpikannya. Begitula budaya Indonesia cemooh
merupakan sesuatu yang mematahkan semangat kita sementara jika orang yang
mempunyai motivasi tinggi itu merupakan cambuk bagi mereka. Selanjutnya
peristiwa latar sosial yang berkaitan dengan tradisi orang Indonesia yang baik di
jelaskan sebagai berikut.
Data No. 34“Pada saat penumpang turun, jarang sekali ada yangmengucapkan terima kasih atau tersenyum kepada mereka.Sampai-sampai kalau ada yang mengucapkan terima kasih,mereka seperti kaget. (Herman, 2016: 139)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar sosial tokoh yaitu
“tradisi/kebiasaan. Sepertinya budaya Indonesia yang ramah mulai terkikis dari
sikap orang-orang yang dilihat oleh Elisa. Biasanya kalau dulu orang Indonesia
terkenal ramah dan baik. Dan sering kalau ditolong mengucapkan kata terimaka
kasih. Namun sekarang sudah jarang lagi dan itu yang di kritik dalam latar sosial
yang dijelaskan oleh tokoh Elisa. Selanjutnya peristiwa latar sosial cara berpikir
juga terlihat ketika Elisa di cemooh oleh orang-orang. Hal itu terlihat sebagai
berikut.
Data No. 35Saya tidak boleh makan gula, Bu. Saya tidak menyangkamasyarakat begitu antusias kemari. Tadi pagi, saya tiba pukul06.30, tetapi jam 08.00 baru adapat parkir, macet sekali Bu.Sempat terpikir bagaimana kalau saya yang pingsan, jika rotiini saya berikan kepadanya. Di sekitar tempat itu tidak terlihatada orang yang menjual makanan. Tiba- tiba, saya teringatpada pasien yang sakit gula. Mereka tidak boleh terlambatmakan, bisa berakibat fatal. Tanpa ragu saya langsungmerogoh croissant saya dan memberikan kepadanya.
68
Berdasarkan data di atas, terlihat latar sosial tokoh yaitu “cara berfikir dan
bersikap”. Artinya Elisa takut jika nanti roti satu-satunya yang ada dalam tas
diberikan kepada orang itu, Elisa akan pingsan. Disebabkan tidak ada orang yang
menjual makanan di tempat itu. Tetapi, Elisa teringat pasien yang menderita sakit
gula. Jika terlambat makan, akan berakibat fatal. Lalu tokoh tersebut bersikap
dengan memberikan roti tersebut kepada orang yang di sampingnya. Selanjutnya
berdasarkan latar sosial, Elisa juga memaparkan bahwa anak sekarang sungguh
kreatif. Hal itu terlihat pada kutipan sebagai berikut.
Data No. 36“saya harus mengakui bahwa anak muda sekarang memangsangat kreatif. saya yang tadinya tidak mengerti tahap demitahap tetang email tadi. Pikiran saya terus berjalan mengolahpendapatnya tadi yang sangat masuk akal. Lalu muncul argumentkuat di dalam diri saya. (Herman, 2016: 145)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar sosial tokoh yaitu “pandangan
hidup”. Elisa yang tadinya tidak mengerti tahap demi tahap tetang email tadi.
Artinya tokoh harus bisa kreatif dalam mengikuti arus globalisasi. Selanjutnya
peristiwa latar sosial juga terjadi ketika tokoh ingin melihat kebiasaan hidup orang
Jakarta. Hal itu terlihatsebagai berikut.
Data No. 39Benar, begitu tiba di halte GBK semua penumpang turun dantangga halte Transjakarta sontak penuh sesak. Bahkan,untuk jalan keluar dari tangga halte orang harus mengantrepanjang. Selepas dari tangga, saya semakin terpesona melihatorang-orang lalu-lalang di sekitar GBK. (Herman, 2016: 158)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar sosial tokoh yaitu “kebiasaan
hidup”. Elisa yang tadinya tidak mengerti tahap demi tahap tetang email tadi.
Pikiran Elisa terus berjalan mengolah pendapatnya tadi yang sangat masuk akal.
69
Artinya Elisa mengakui bahwa latar sosial yang berkaitan dengan kebiasaan hidup
yaitu anak muda sekarang sungguh sangat penuh sesak. Selanjutnya peristiwa
keinginan yang menggebuh untuk bisa melihat langsung acara yang sedang
dilaksanakan. Hal itu terlihat pada kutipan sebagai berikut.
Data No. 45“Keinginan yang menggebu untuk bisa melihat langsung acaraini, menggerakkan saya untuk mulai berupaya mendulanginformasi. Awalnya, saya mencoba menghubungi sahabatsaya yang berprofesi wartawan. Tetapi, mereka juga tidak tahuapa syarat untuk bisa terpilih serta harus berkumpul di mana.Sebelum menyerah, saya mencoba men-tweet salah seorangpanitia, tetapi tidak menjawab. Setelah mencari dan bertanyakian kemari, akhirnya saya menguntai kesimpulan harus langsungberangkat dan memilih salah satu tempat strategis, GBK,Bundaran HI, Monas atau Istana Negara. (Herman, 2016: 280)
Berdasarkan data di atas, terlihat latar sosial tokoh yaitu keyakinan.
Awalnya, Elisa mencoba menghubungi sahabat Elisa yang berprofesi wartawan.
Tetapi, mereka juga tidak tahu apa syarat untuk bisa terpilih serta harus
berkumpul di mana. Sebelum menyerah, Elisa mencoba men-tweet salah seorang
panitia, tetapi tidak menjawab. Artinya tokoh berusaha meyakinkan diri untuk
mencoba menghubungi sahabat Elisa yang berprofesi wartawan. Agar Elisa benar-
benar memastikan bisa untuk bertemu dengan tokoh idolanya tersebut.selanjutnya
persitiwa latar sosial juga terlihat dari peran tokoh dari cara berfikir atau
pandangan hidup. Hal itu terlihat pada kutipan berikut.
Data No. 48“Pengalaman jatuh bagun mengejar Jokowi untuk sekedarmenyerahkan novel Love, Life, Heaven juga membuat sayamenjadi penikmat politik dadakan. Selama berhari-hari sayaduduk manis di depan televisi menyimak hiruk-pikuk Pilpres.Tidak ada tokoh lain yang saya ikuti pergerakkannya denganseksama selama berhari-hari. (Herman, 2016: 320)
70
Berdasarkan data di atas, terlihat latar sosial tokoh yaitu “cara
berfikir/bersikap. Selama berhari-hari Elisa duduk manis di depan televisi
menyimak hiruk-pikuk Pilpres. Artinya tokoh memiliki cara bersikap bahwa
pengalaman jatuh bagun mengejar Jokowi untuk sekedar menyerahkan novel
Love, Life, Heaven juga membuat Elisa menjadi penikmat politik dadakan dan itu
merupakan nilai kehidupan yang tiada tara, dan tidak mungkin terlupakan selama
hidupnya.
C. Pembahasan
Berdasarkan temuan data dan analisis data yang telah dilakukan, maka
dilakukan pembahasan terhadap analisis latar yang terdapat dalam novel
Menggapai Mentari karya Elisa Herman dapat ditemukan pembahasannya yaitu
1) Latar tempat dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman. 2) Latar
waktu dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman. 3) Latar social
dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman. Berikut ini akan dibahas
satu persatu.
Berdasarkan analisis data yang dilakukan terhadap beberapa tokoh dalam
novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman dapat disimpulkan bahwa beberapa
tokoh dalam novel ini terdapat latar tempat.
Pelukisan tempat tertentu dengan sifat khasnya secara rinci biasanya
menjadi bersifat kedaerahan atau berupa pengangkatan suasana daerah.
Pengangkatan suasana kedaerahan, sesuatu yang mencerminkan unsur warna
kedaerahan akan menyebabkan latar tempat menjadi unsur yang dominan dalam
71
karya yang bersangkutan. Tempat menjadi sesuatu yang bersifat khas, tipikal, dan
fungsional. (Nurgiyantoro, 2010:316).
Dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman. Peneliti
menemukan latar tempat yang di gambarkan di dalamnya, latar tempat Rumah
Sakit, tangga Halte Transjakarta, Monumen Nasional, gedung kemerdekaan,
Bundaran Hotel Indonesia, Kantor Gubenur Jakarta, kantor Komisi Pemilihan
Umum dan beberapa tempat lainnya yang pernah di singgahi oleh Tokoh Elisa
untuk bertemu dengan sang Idolanya Joko Widodo. Latar tempat selalu
menunjukkan pada suatu dimana kejadian itu terjadi seperti Jakarta, hotel,
Yogyakarta, Malioboro, dan lain sebagainya sehingga nama-nama itu dapat
diganti dengan nama-nama lain begitu tanpa mempengaruhi perkembangan cerita.
Unsur tempat, dengan demikian menjadi kurang fungsional, kurang koheren
dengan unsur cerita yang lain dan dengan cerita secara keseluruhan.
Berdasarkan analisis data yang dilakukan terhadap beberapa tokoh dalam
novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman dapat disimpulkan bahwa beberapa
tokoh dalam novel ini terdapat latar waktu. Latar waktu berhubungan dengan
masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah
karya fiksi, Nurgiyantoro (2010:318). Masalah “kapan” tersebut biasanya
dihubungkan dengan peristiwa sejarah. Pengetahuan dan persepsi pembaca
terhadap waktu sejarah itu kemudian dipergunakan untuk mencoba masuk ke
dalam suasana cerita, apakah berupa penanggalan, penyebutan peristiwa
bersejarah, penggambaran situasi malam, siang, sore, dan lain-lain. Misalnya,
72
senin, sekarang, 16 Desember, pada zaman dahulu, atau pada pukul 13.00 WIB.
Semua itu merupakan berbagai keterangan tentang latar waktu.
Dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman, peneliti
menemukan waktu yang dapat di gambarkan di dalamnya, seperti latar waktu
yaitu dengan kata-kata “Sebulan”. Waktu yang dijelaskan tokoh dalam novel
merupakan waktu 30 kalau di hitung dengan hari, pagi hingga siang hari.
Keesokan paginya, kejadian semalam, tiga hari kemudian, Malam itu, empat
bulan, dan waktu terperinci juga di gunakan seperti pukul 13.30 WIB. Tangal 28
September.
Berdasarkan analisis data yang dilakukan terhadap latar sosial dalam
novelMenggapai Mentari karya Elisa Herman, dapat disimpulkan bahwa latar
sosial yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu
tempat yang diceritakan dalam karya fiksi (Nurgiyantoro, 2010:322). Tata cara
kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang
cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,
keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain. Latar sosial
juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah,
menengah, dan atas.
Perlu ditegaskan bahwa latar sosial merupakan bagian latar secara
keseluruhan. Jadi, latar sosial berada dalam kepaduan dengan unsur latar yang
lain, yaitu unsur tempat dan waktu. Ketiga unsur tersebut dalam satu kepaduan
jelas akan menyaran pada makna yang lebih khas dan meyakinkan dari pada
secara terpisah dan berbagai unsur yang lain, melainkan justru dari kepaduan dan
73
koherensinya dengan keseluruhan. Di dalam novel Menggapai Mentari karya
Elisa Herman. Latar sosial terlihat jelas dari peristiwa yang dialami oleh tokoh
dan beberapa tokoh cara berpikir, sikap dan keyakinan, cara tokoh meyakini
sesuatu, nilai dan norma sosial, cara tradisi/kebiasaan hidup.
74
BAB VPENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan data, analisis data dan pembahasan, maka dapat
disimpulkan bahwa analisis latar yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari
karya Elisa Herman, yaitu. Pertama, Latar tempat yang terdapat dalam novel
Menggapai Mentari karya Elisa Herman yaitu latar tempat Rumah Sakit, tangga
Halte Transjakarta, Monumen Nasional, gedung kemerdekaan, Bundaran Hotel
Indonesia, Kantor Gubenur Jakarta, kantor Komisi Pemilihan Umum dan
beberapa tempat lainnya yang pernah di singgahi oleh tokoh Elisa Untuk bertemu
dengan sang Idolanya Joko Widodo. Ini merupakan sebuah latar tempat karena
latar tempatdalam hal ini latar tempat selalu menunjukkan pada suatu dimana
kejadian itu terjadi seperti Jakarta, hotel, dan lain sebagainya dengan na
Kedua, latar waktu yang terdapat dalam novel Menggapai Mentari karya
Elisa Herman yaitu latar waktu yaitu dengan kata-kata “Sebulan”. Waktu yang
dijelaskan tokoh dalam novel merupakan waktu 30 kalau di hitung dengan hari,
pagi hingga siang hari. Keesokan paginya, kejadian semalam, tiga hari kemudian,
Malam itu, empat bulan, dan waktu terperinci juga di gunakan seperti pukul 13.30
WIB. Tangal 28 September. Waktu tersebut memaparkan “kapan” terjadinya
peristiwa tersebut.
Ketiga, Latar sosial dapat meyakinkan dan menggambarkan suasana
kedaerahan tertentu melalui kehidupan sosial masyarakat. Di samping berupa hal-
hal yang telah dikemukakan, latar sosial dapat pula berupa dan diperkuat dengan
penggunaan bahasa daerah atau dialek-dialek tertentu. Dalam novel Menggapai
74
75
Mentari karya Elisa Herman terdapat latar sosial yaitu cara berpikir, sikap dan
keyakinan, cara tokoh meyakini sesuatu, nilai dan norma sosial, cara
trandisi/kebiasaan hidup. Terlihat dari sikap tokoh Elisa dalam memperjuangkan
apa yang diiginkannya.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini tentang analisis latar yang terdapat dalam
novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman, dapat ditemukan beberapa saran
sebagai berikut. Pertama, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas
khasanah ilmu pengetahuan terutama di bidang Bahasa dan Sastra Indonesia serta
menambah wawasan dan pengetahuan penulis, pembaca, dan pecinta sastra.
Terutama mengenai keilmuan tetang latar. Kedua, bagi peneliti lain, dapat
mengembangkan penelitian ini dari sudut pandang dan teori yang berbeda
sehingga mendapatkan hasil yang lebih baik. Ketiga, bagi pembaca, dapat
menambahkan wawasan dan bacaan. Keempat, bagi penulis, dapat memperluas
wawasan dalam menganalisis karya sastra khususnya analisis latar yang terdapat
dalam novel Menggapai Mentari karya Elisa Herman.
DAFTAR PUSTAKA
Atmazaki. 2005. Ilmu Sastra, Teori, dan Terapan. Bandung: Citra Budaya.
Anjelia Maria. 2013. Analisis Tema Dan Latar Novel Kelana Cinta SyafiyyaKarya Fitria Pratiwi. Jurnal Nasional.Jurusan Pendidikan Bahasa DanSastra Indonesia Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas MaritimRaja Ali Haji Tanjungpinang.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Pusat Bahasa
Herman, Elisa. 2016. Menggapai Mentari. Jakarta Timur: Penebar Plus+
Hermansyah. 2015. “Latar dalam novel Padang Bulan karya Andrea Hirata danKelayakannya”. Jurnal Kata (Bahasa, Sastra dan Pembelajarnnya).Agustus 2015
Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta:Kanisius.
Kharisma, Ratna dkk. 2013. Setting Dalam Novel Edensor Karya Andrea Hirata.Jurnal National. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FakultasKeguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Riau.
Kurniawan, Wiwin. 2013. Aspek Latar Sosial Budaya Dalam Novel Geger WongNdekep Macan Karya Hari Soemoyo. Skripsi. FBS. Universitas NegeriYogyakarta
Maemonah, Siti. 2013. “Aspek Latar dalam novel Cinta di Dalam Gelas karyaAndrea Hirata: Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya sebagaiBahan Ajar Sastra di SMA. Skripsi Pendidikan Bahasa dan SastraIndonesiadan Daerah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UniversitasMuhammadiyah Surakarta.
Moleong, Lexy. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. RemajaRosda Karya.
Muhardi, dan Hasanuddin WS. 1992. Prosedur Analisis Fiksi. Padang: IKIPPadang.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada
Prasetya, Magista Wahyu. 2015. “Deskripsi Latar dalam novel Ayah karyaAndrea Hirata dan Rancangan Pembelajarannya di Sekolah MenengahAtas”. Skripsi FKIP Universitas Lampung.
Ramadansyah. 2012. Paham dan Terampil Berbahasa dan Bersastra Indonesia.Bandung: Dian Aksara Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Semi, M. Atar. 1988. Anatomi Sastra.Padang: IKIP Padang Press.
Tworisniawati, Mardiana. 2012. Latar Sosial Budaya Dalam Cerbung Ting KaryaDyah Kushar. Skripsi. FBS. Universitas Negeri Yogyakarta.
Tarigan, Hendri Guntur. 2011. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: AngkasaBandung.
Wellek, Rene dan Warren Austin.1988. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.
77
LAMPIRAN COVER NOVEL
Judul buku : Menggapai Mentari
Penulis : Elisa Herman
Tebal Buku : 332 halaman
Penerbit : Penebar Plus+
Tahun Terbit : 2016
Sinopsis Novel “Menggapai Mentari” Karya Elisa Herman
Elisa adalah seorang bidan yang ingin menjadi seorang penulis walaupun
bukan seorang sarjana. Perjalanannya dimulai dari sebuah testimoni. Elisa pernah
merasakan pedihnya hidup, karena mendapatkan tekanan dari seorang sahabat
yang menolak memberikan testimoninya. Akibat itu, ia hampir mengalami stroke
ringan lagi. Untungnya Elisa berhasil mengalahkan dirinya sendiri hingga berani
memaafkan sahabatnya itu.
Malamnya, ia bercerita kepada putrinya tentang kejadian yang ia alami.
Putrinya mengusulkan bahwa “jika mama mendapatkan testimoni dari Bapak Joko
Widodo barulah mama orang hebat”. Elisa semakin terpuruk bagai orang yang
jatuh tertimpa tangga. Ia seperti disengat kalajengking. Jantungnya berdegup
sangat kuat. Kebahagiaannya terusik kembali. Elisa kembali memandangi
putrinya seakan tak percaya putrinya mengucapkan hal itu. Wajahnya tampak
biasa-biasa saja. Ia begitu tenang seolah-olah tidak pernah mengucapkan sesuatu
78
yang menikam batin mamanya. Tanpa memedulikan wajah mamanya yang
memucat, putrinya terus mengeringkan rambut.
Ia terus terbenam dalam kepedihan. Putri yang sangat ia cintai malah
mengutarakan sesuatu yang hampir mustahil. Elisa mulai merenung, tidak
mungkin putrinya memberi tantangan baru karena akan membuat mamanya stres
lagi. Bahkan, putrinya selalu berkata,”Mam, jangan capek-capek nanti sakit lagi”.
Ia membatin, mungkin putrinya bermaksud untuk menghibur.
Diam-diam, ketika putri Elisa tertidur pulas, ia membuka laptop berupaya
mencari alamat email Bapak Joko Widodo. Sekalipun tak pandai teknologi. Tanpa
mengulur waktu, Elisa langsung menemukan alamat yang ia cari. Ia langsung
melayangkan surat permohonan kepada Bapak Gubernur. Dalam hitungan detik,
emailnya sudah terkirim. Sambil tersenyum-senyum, ia sudah membayangkan
putrinya akan memuji dan berkata “Mamaku memang hebat dan banyak akal”.
Begitu email terkirim, ia langsung memeriksa email yang masuk. Ternyata
pengiriman gagal, karena email tersebut sudah tidak aktif lagi atau salah alamat.
Ia kembali terhenyak malu. Untunglah, putrinya tidak sempat tahu, karena masih
tidur. Dalam permenungan, ia berdoa pada Tuhan. Ia berkata “Mana mungkin
hamba yang bersahaja ini bisa memperoleh testimoni dari seorang pejabat negara,
apalagi dari seorang Gubernur DKI Jakarta yang begitu populer dan sangat sibuk
membenahi Ibu Kota dengan rentetan permasalahannya.
Begitulah hari berlalu, Elisa belum mau menyerah. Dua hari berselang,
putranya menelpon bahwa tidak bisa menemani Elisa lari pagi di Car Free Day.
Minggu, 15 Desember 2013 sekitar pukul 07.15, Elisa berlari sendirian ke arah
79
Bundaran Hotel Indonesia (HI) Kempinski. Hampir-hampir tak percaya, ia
menemukan sosok yang ia impikan yaitu Bapak Joko Widodo sedang dikerubuti
masyarakat. Tanpa pikir panjang ia menyelinap di antara kerumunan banyak
orang. Tepat di depan Bapak Joko Widodo, dengan luapan emosi dan tanpa pikir
panjang Elisa langsung menyampaikan maksudnya. “Bapak, Bapak, saya hanya
seorang bidan. Sudah berhari-hari saya mencari Bapak”. Setelah usai
mengucapkan hal itu, Bapak Gubernur mengatakan bahwa besok pagi, Ibu datang
ke kantor saya antara pukul 08.00-09.00 Wib.
Ternyata tidak semudah yang ia pikirkan. Ia harus melalui proses yang
panjang dan melelahkan dengan perjuangan yang tiada henti-hentinya. Akhirnya,
Elisa mendapatkan testimoni dari seorang Bapak Joko Widodo. Bukan hanya
testimoni Bapak Joko Widodo yang ia peroleh. Banyak orang-orang hebat yang ia
temui dan mendapatkan testimoni dari beliau. Dimulai dari Ibu Prof. Dr. Meutia
Hatta Swasono, Andi F. Noya, termasuk Bapak Anies R. Baswedan, Ph.D, dan
masih banyak lagi tokoh-tokoh yang ia temui. Bukan hanya sampai disitu
perjuangan seorang Elisa Herman. Setelah mendapatkan testimoni dari Bapak
Jokowi, Elisa harus menyerahkan bukunya ke genggaman Bapak Joko Widodo.
Dari mulai Joko Widodo menjadi Gubernur Pada waktu itu, Elisa sudah
kesusahan mencari beliau, apalagi akhirnya Joko Widodo mencalonkan diri
sebagai Presiden RI pada waktu itu. Tetapi, dengan semangat juang yang tinggi
tanpa mengenal kata putus asa, ia selalu berusaha demi memberikan sebuah buku
pada Joko Widodo.
80
Elisa juga mendapatkan rekor Muri sebagai “Bidan Pertama yang Menulis
Buku Pengalaman Pribadi”. Mendapatkan rekor Muri tidaklah mudah. Elisa
mendapatkan rekor Muri sebelum berhasil menyerahkan buku pada Bapak Joko
Widodo. Pada waktu itu Elisa mulai berpikir jika ia tidak memperoleh mukjizat
untuk bertemu dengan Bapak Joko Widodo sekali lagi demi menyerahkan buku,
barangkali Tuhan berkenan menganugerahkan mukjizat lain dengan Rekor Muri.
Dengan semangat yang membara, Elisa pun mencari tahu lewat penerbit
bagaimana cara mendapatkannya. Rangkaian cemooh pun ia dapatkan dari
adiknya sendiri.”Manalah mungkin kamu mendapatkan Rekor Muri dari sebuah
buku. Apalagi bukumu yang bisa mendapatkan rekor itu kalau membuat sesuatu
dalam jumlah besar. Misalnya, kamu bisa launching sepuluh novel dalam sehari
dan dibagikan gratis, nah itu baru fenomenal,” ujarnya. Dari kata itu, ia jadikan
cambuk untuk terus berjuang. Informasi dari manapun telah ia peroleh demi
mendapatkan Rekor Muri. Tiada kenal lelah ataupun putus asa. Apapun telah ia
lakukan untuk mendapatkan sebuah informasi dan terus berjuang. Setelah
memperoleh informasi, Elisa pun mengirimkannya ke MURI melalui email yang
alamatnya diperoleh dari Manajer MURI. Demi penantian, ia mendapat balasan
dari MURI, bahwa permohonannya disetujui. Setibanya di rumah dengan wajah
berseri-seri, Elisa menunjukkan email tersebut pada putranya. Putranya langsung
meneliti apakah email itu benar atau sekedar penipuan. Elisa dibikin kaget dan
sedih lagi dari pernyataan anaknya yang mengatakan bahwa email ini tidak resmi.
Dengan penuh keraguan dan takut malu jika ternyata berita itu salah alamat, sebab
saudaranya sendiri pernah mengingatkannya untuk melupakan angan-angan yang
81
tidak masuk akal itu. Dengan perasaan kecewa, esoknya Elisa menanyakan
kembali pada Manajer MURI apakah email itu benar atau tidak. Kemudian
Manajernya menjelaskan bahwa email itu benar. Ia menjelaskan bahwa email itu
hanya sebuah pemberitahuan, bukan piagam asli. Dari penjelasan Manajer itu
barulah Elisa bernafas lega dan senang mendengarnya. Akhirnya, setelah tertunda
tiga minggu barulah ia memutuskan untuk mengambil piagam tersebut.
82
Tabel Inventarisasi Latar Pada Novel Menggapai Mentari Karya Elisa Herman
No Kutipan Latar Halaman Catatan
Tempat Waktu Sosial
1 Sebulan berselang setelah vertigo menyerang, daya ingat sayaberangsur-angsur pulih. Saya mulai beraktivitas ke lokasi yangtidak terlalu jauh. Namun, di bawah tempurung kepala saya masihterasa ada sesuatu yang mengganjal.
20
2 Bulan pertama, saya bepergian dengan taksi. Setelah sebulanterlewati, kondisi saya berangsur pulih, saya mulai naikTransjakarta atau kendaraan umum. Pada saat saya melangkahmenaiki tangga Halte Transjakarta, napas saya mulai tersengal.Pikiran negatif mulai simpang-siur di benak saya.
21
3 Tetapi, saya tidak memedulikan pikiran saya yang terusmenduga-duga. Saya terus melalui hari demi hari, syarat denganperjuangan. Dengan susah payah dan penuh bercucuran,akhirnya saya bisa mencapai loket penjualan karcis yangjaraknya mungkin hanya sekitar 40 mater. Anehnya, setelahbersimbah peluh saya lebih segar. Hal itu terjadi beberapa kali.
21 Cara berpikir,sikap dankeyakinan
4 Demi menurunkan kadar kolesterol, saya memutuskan untukmulai olahraga. Olahraga yang paling mudah dan murahadalah lari pagi. Saya memutuskan untuk lari pada Minggu pagisaat Car Free Day di Jakarta cukup panjang dari BundaranSenayan sampai Monumen Nasional (monas), pagi hingga sianghari. Dengan berjalan waktu serta semakin padatnya masyarakatyang berolahraga di sana, lokasi Car Free Day pun ditambah. Bisaberolahraga di lingkungan yang tenang bersih, segar, dan bebaspolusi di Kota Metropolitan yang senantiasa hiruk-pikuk merupakansuatu kebahagiaan yang tak terperih bagi saya.
22 Kebiasaan hidupdan Cara berpikir
dan sikap
83
5 setelah berjuang dengan diet ketat selama sekitar satu bulan,pada bulan kedua saya mulai berani mengkonsumsi dagingayam tanpa kulit dan sedikit daging ayam yang dimasak tanpaminyak atau direbus. Dua kali sehari saya minum satu sendokmakan olive oil jenis extra virgin pada hari saat perut masih kosongdan olive oil, saya juga minum ramuan yang konon sangatbagus untuk penderita stroke, yaitu campuran bawang putih,jahe, cuka apel, lemon dan madu, dan terkadang sereh danjahe.
23 Cara bersikap dankeyakinan
6 Keesokan paginya, saya terbangun seperti biasa dan telah lupapada kejadian semalam. Hari lekas bergulir karena kesibukanmulai beruntun. Tiga hari kemudian, entah mengapa saya merasalebih nyaman. Tapi aneh, apa yang menyebabkan saya lebihnyaman? Saya mulai termenung.
26
7 Awal mulanya, saya merawat Jacky bersama sahabat saya. Ketikaitu, ia baru pulang dari rumah sakit setelah operasi jantung danmenderita stroke yang kedua kali.
28
8 Malam itu, saya menyiapkan sebuah jaket baru untuk Jacky yanghendak cek ke dokter keesokan paginya, jaket sutera halus itu telahlama ia beli di Perancis, tetapi tidak pernah dipakainya. Jackysangat senang ketika saya memberitahu bahwa jaket itu akanmenghangatkan bila ia pergi ke dokter.
29
9 Saya langsung menghubungi satpam apartemen danmeninggalkan pesan jika ada yang kehilangan sebuah tasperempuan agar menghubungi saya. Setelah itu, saya meneliti isitas sekali lagi, untuk mencari petunjuk lainnya. Pada saat itusaya menemukan botol kecil berisi botol bubuk putih berbau sangattajam seperti biang amoniak, tidak ada nomor telepon sebagaipetunjuk.
34 Cara bersikap dannilai sosial
84
10 Empat bulan setelah Vera dipecat, saya menerima telepon darisebuah panti jompo. Mereka menanyakan apakah saya mengenalVera. Pertanyaan itu sempat mengagetkan saya. Sebab, setelahperistiwa itu kami tidak pernah berhubungan lagi. Ternyata, Veramelamar pekerjaan di situ. Dan, mereka meminta rekomendasi darisaya.
37
11 Saya sempat bingung dan takut untuk merawat dia di rumah dalamkondisi seperti itu. Setelah beristirahat selama 30 menit di lobigedung itu, akhirnya dengan berat hati, kami pun membawanyapulang. Sesampainya di apartemen, saya mulai mencatat semuahasil tekanan dan gejala apa saja yang terlihat selama lima hari diaberada di rumah.
40
12 Kata strok seakan membuat bulu roma saya berdiri ketakutan.Setelah saya sadar begaimana Tuhan menyembuhkan strokesaya dengan benturan kepala tanpa sengaja, saya semakinmenghargai kesehatan. Jikalau saya yang tua telah terlanjur salahasuh, sebelum terlembat untuk mendidik yang masih muda-muda
45 sikap dan caraberfikir
13 Mulanya, satu kelas berisi sekitar 17 murid. Akhirnya yang melajuhanya tinggal tiga orang: saya, Lena, dan Kathy. Kerena tinggalbertiga, kelas kami pun tidak bisa dilanjutkan. Namun, kami masihkerap berkumpul melepas rindu di warung sampingUniversitas Indonesia atau restoran di mal. Lama-kelamaanhanya sesekali kami bertemu karena terpisah benua. Kamiberkumpul jika sama-sama pulang ke Indonesia, di PlazaSenayan, Jakarta untuk melepas rindu.
47 KebiasaanHidup/tradisi
14 Setelah segenap emosi saya mereda, saya pun tenang kembali danmulai merenung. Perlahan pikiran positif mulai menyembul,sedikit demi sedikit. Saya terus berjuang agar pikiran positif itusemakin menguasai diri saya. Lalu, saya membiarkan “pengacara
51 Cara berpikir danbersikap
85
hati saya” mengemukakan pembelaan, Saya merenungkan alasan-alasan dan penjelasan yang masuk akal tentang perilaku Kathyselaku terdakwa.
15 Luar biasa! Kemajuan teknoogi saat ini mampu dengan segeramemecahkan masalah saya, dengan hati berbunga-bunga sayalangsung melayangkan surat permohonan kepada Bapak Gubernur.Dalam hitungan detik, email saya sudah terkirim. Saya begitubangga terhadap diri saya. Sambil tersenyum-senyum, sayasudah membayangkan putri saya akan memuji saya.
55 Keyakinan
16 Dua hari berselang, Sabtu menjelang petang, putra sayamenelepon. “Ma, hari ini saya sangat lelah sehabis acara gatheringdi kantor. Kalau besok pagi saya bisa menemani lari pagi di carfree day, apakah mama bisa peri sendirian.
59
17 Sebagai catatan, setelah kena serangan vertigo saya selalu ditemaniputra saya berlari dari Semanggi ke arah Senayan pada Car FreeDay. Tetapi, karena kali ini putra saya tidak bisa menemani sayamencoba berlari ke arah yang berlawanan. Saya ingat betul pagiitu, Minggu 15 Desember 2013 sekitar pukul 07.15, saya berlarisendirian ke arah Bundaran Hotel Indonesia Kempinski.
59-60
18 Yang pasti pada waktu itu sekujur tubuh saya sudah basah olehkeringat, bau, dan rambut saya acak-acakkan. Penamilan sayawaktu itu lebih mirip orang gila atau gelandangan. Namun,dengan tenang, penuh perhatian, dan senyum cerah, Pak Jokowimendengarkan maksud saya mencari beliau, yaitu inginmemperoleh testimoni.
61 Cara berpikir dansikap
19 Brangkali beliau membaca reaksi saya. Beliau kembali tersenyumramah. Saya sadar itu bukan mimpi. Dengan tangan gemetar, sayabertanya, “jam berapa, pak? Antara pukul 08.00-09.00 “oh terimakasih Bapak.
62
86
20 Pada saat saya sedang sibuk mencari tempat isi ulang tinta ptinter,putri saya meminta saya untuk menemaninya beribadah sekitarpukul 18.00. waktu itu, jam sudah menunjukkan pukul 15.00.kosentrasi saya terpecah.
63
21 Tiba di mal, saya bergegas mencari apa yang sedang sayabutuhkan. Akhirnya setelah mencari ke sana-kemari sekitar pukul17.00, saya menemukan tempat isi ulang dab catrige baru di mal.
Sekitar pukul 01.30, saya baru selesai. Untunglah, dalamperjalanan pulang dari mal, saya sempat menanyakan alamat kantorBapak Joko Widodo kepada pengemudi taksi yang saya tumpangi.
Paginya sekitar pukul 06.30, saya langsung berangkat ke kantorGubernur di Gedung Balai Kota Provinsi DKI Jakarta, JalanMedan Mardeka Selatan No.8-9 sesuai keterangan pengemuditaksi kemarin
64
22 Minggu demi Minggu pun terlintasi, saya menanti dengan harap-harap cemas. Semua sahabat, penerbit, memberi jawabatan bahwasaya tidak mungkin bisa mendapatkan testimoni dari beliaukarena saya bukan siapa-siapa. Dari beliau pribadi saja sulit,apalagi dari beliau selaku Gubernur DKI. Namun, tiada semburatputus asa menyinggahi batin saya. Saya butuh obat pemicusemangat. Salah satunya yang paling ampuh buatan Tuhan.Setiap malam saya terus berbincang kepada-Nya.
69 Keyakinan dancara berfikir
23 setelah sma terkirim, saya menanti hari senin tiba dengan gelisah.Saya menguntai kesimpulan jika nomor telepon tersebut benar milikJoko Widodo dan jika beliau adalah sosok yang memegang teguhjanji dan komitmen kepada rakyat, ajudannya akan menghubungisaya pada hari Senin.
71
87
24 Beberapa hari berselang, sekitar pukul 09.00 saya kembalimenelepon kantor gubernur. Begitu seringnya saya meneleponsampai mereka sudah hafal nama dan mungkin suara saya. Sayatidak peduli andai mereka menamakan saya si Bawel yang tidaktahu diri.
72
25 Sejak SMA, saya gemar mengumpulkan koin dan perangko.Berbicara mengenai koin, pikiran kita sontak mengarah padasesuatu yang berharga dan mempunyai nilai tukar. Sebab koinbiasanya di buat dari jenis logam, mulai dari ringan sampai yangberat, dari putih sampai yang kuning, dari yang bulat sampaipersegi. Ke negara mana pun kita berlabuh di dunia ini, merekapasti memiliki koin dengan desain atau corak tersendiri.
74 Kebiasaan hidup
26 Sebab, televisi negara Amerika jarang sekali memuat hal-halyang bagus tentang negera kita. Sebagian besar berita yangdisiarkan di sana berkisar pada demontrasi dab bencana alam yangterjadi. Jangankan di luar negeri, di sini apa yang terkenal dariIndonesia? Jarang sekali orang menyebutnya Monas, RajaAmpat, Bali. Dengan bangga mereka menjawab Macet danBanjir.
79 Nilai dan norma
27 Gayung bersambut, permohonan saya diluluskan. Dengan penuhsemangat siang malam saya ramungkan naskah saya. Begituselesai, saya langsung menghubungi ajudan beliau untuk memohonkesempatan bertemu. Sungguh beruntung. Saya langsung mendapatjadwal pada kamis, 3 April 2008, Pukul 12.00.
82
28 Pukul 10.45, saya pun bertolak dari Selemba ke tempat tujuansaya di jalan Medan Mardeka Barat. Saya sengaja berangkatlebih awal, ada waktu luang untuk menenangkan diri sebelumbertemu dengan beliau karena lokasi tujuan saya, paling lamaditempuh dalam waktu 20 menit.
85
88
29 Siang itu, dengan semangat berpijar saya berangkat ke kantorKemenkes RI di jalan Percetakan Negara untuk berjumpadengan Bapak Dirjen. Jadwal saya untuk bertemu beliau padapukul 13.00. tetapi, karena saya tiba lebih awal, pukul 12.00 dankebetulan beliau sedang kosong, saya langsung dipersilahkanmasuk. Pukul 13.00
92
30 Mendengar ada titik terang Jokowi bisa menjadi Presiden RI,saya semakin bersemangat dan berdoa. Namun, beberapa harikemudian, saya mulai sedih sebab media mulai meragukankesediaan Jokowi untuk dicalonkan. Saya mulai mengubah taktikdoa. Rangkaian dia saya mulai terdengar aneh dan terkadangmengundang tawa sendiri.
111 Cara berpikir danbersikap
31 Siang itu, 29 Mei 2014, saya tiba di kantor KPU lebih awal darijadwal, masih lengang. Di pintu masuk saya sempat dicegat. :Ibuada undagan?”begitu saya menggeleng, mereka kembali bertanya.
115
32 Saya terdiam. Pantasan tadi pagi ketika saya berhenti di poskodepan Menara BCA, suara hati sempat mengingat kisah pertamakali saya bertemu Jokowi di depan pos polisi Bundaran HI.
126
33 Rangkain cemooh yang beruntun itu berubah menjadi cambukbagi saya untuk terus berjuang. Entah mengapa hari itu sayateringat apda acara Kick Andy yang teelah beberapa kalimenampilkan orang-orang yang memperoleh Rekor MURI. Yangterpikir di benak saya. Mereka yang tampil tidak semua orang kaya.
132 Cara berpikir danbersikap
34 Pada saat penumpang turun, jarang sekali ada yangmengucapkan terima kasih atau tersenyum kepada mereka.Sampai-sampai kalau ada yang mengucapkan terima kasih,mereka seperti kaget.
139 Tradisi/KebiasaanHidup
35 Saya tidak boleh makan gula, Bu. Saya tidak menyangkamasyarakat begitu antusias kemari. Tadi pagi, saya tiba pukul
142 Cara berfikir danbersikap
89
06.30, tetapi jam 08.00 baru adapat parkir, macet sekali Bu.Sempat terpikir bagaimana kalau saya yang pingsan, jika roti inisaya berikan kepadanya. Di sekitar tempat itu tidak terlihat adaorang yang menjual makanan. Tiba-tiba, saya teringat pada pasienyang sakit gula. Mereka tidak boleh terlambat makan, bisa berakibatfatal. Tanpa ragu saya langsung merogoh croissant saya danmemberikan kepadanya.
36 Saya harus mengakui bahwa anak muda sekarang memangsangat kreatif. Saya yang tadinya tidak mengerti tahap demi tahaptetang email tadi. Pikiran saya terus berjalan mengolah pendapatnyatadi yang sangat masuk akal. Lalu muncul argument kuat di dlamdiri saya.
145 Pandangan Hidup
37 Waktu itu jarum jam menunjukkan pukul 17.00. saya harusmenunggu sampai jam berapa? Kalau sampai tengah malambarangkali Pak Jaya lelah dan tidak pantas lagi untuk diganggu.
154
38 Benar, begitu tiba di halte GBK semua penumpang turun dantangga halte Transjakarta sontak pennuh sesak. Bahkan, untukjalan keluar dari tangga halte orang harus mengantre panjang.Selepas dari tangga, saya semakin terpesona melihat orang-oranglalu-lalang di sekitar GBK.
158 Kebiasaan Hidup
39 Pada 9 Juli 2014 ketika Pilpres berlangsung, keiginan itu kembalimenggelitik. Awalnya , saya berencana menanti beliau pada pagihari di TPS Menteng. Saya Pikir barangkali ada cela kesempatanuntuk menyerahkan buku, Pagi itu.
160
40 Keesokan harinya pada tanggal 25 Juli, putra saya menelepon putrisaya. Tak lama kemudian, putri saya bertanya, “Ma, kakak bertanyatanya tanggal 28 Mama butuh mobil?
178
41 Bu, kalau mau lebih yakin, besok pagi sekitar pukul 06.00-07.00sebelum berangkat, coba pantau di televisi dulu Jokowi Salat Idul
186
90
Fitri di mana. Kalau beliau salat di balai Kota maka sudah pastisehabis itu aka nada open house di Balai Kota.
42 Setelah bersilancar ke sana-sini, akhirnya saya menemukanpersyaratan lomba dan langsung mendaftarkan diri untuk lari jarak8 km. Lomba lari ini diselenggarakan guna memperingati HariKemerdekaan Ke-69 RI yang akan diadakan pada 31 Agustus2014, Pukul 06.00, dari depan Istana Mardeka.
212
43 Setelah Independendence Day Run 2014, saya mendaftarkan diriuntuk ikut fx Sunday Fun Run di Fx Sudirman. Pendaftaran berjalanlancer dan tertib. Setelah keseksesan Fx Sunday Fun Run , sayamendaftaran diri untuk ikut Mandiri Jakarta Marathon 2014 diMonumen nasional (Monas) pada 26 Oktober 2014. Acara inidiikuti oleh para peserta nasional dan international.
259
44 Keinginan yang menggebuh untuk bisa melihat langsung acara ini,menggerakkan saya untuk mulai berupaya mendulanginformasi. Awalnya, saya mencoba menghubungi sahabat sayayang berprofesi wartawan. Tatapi, mereka juga tidak tahu apasyarat untuk bisa terpilih serta harus berkumpul di mana. Sebelummenyerah, saya mencoba men-tweet salah seorang panitia,tetapi tidak menjawab. Setelah mencari dan bertanya kian kemari,akhirnya saya menguntai kesimpulan harus langsung berangkat danmemilih salah satu tempat strategis, GBK, Bundaran HI, Monasatau Istana Negara.
280 Keyakinan
45 Setalah puas mampir seharian di Istana, dengan langkah ringansaya bergegas menuju Pesta Rakyat yang diselenggarakan diMonas. Di pintu Monas masyarakat sudah padat mengantre.
304
46 Jutaan orang menyambut di Jalan M.H.Thamrin menuju IstanaNegera. Mereka ingin menyebut kedatangan Presiden dan WakilPresiden RI yang baru saja dilantik, Joko Widodo dan Jusuf Kalla.
311
91
Sejak pukul 08.00, mereka rela dijerang mentari memenuhiBundaran Hotel Indonesia demi menunggu sang presiden yang akanmelintasi jalur tersebut dengan menggunakan kereta kuda.
47 Pengalaman jatuh bagun mengejar Jokowi untuk sekedarmenyerahkan novel Love, Life, Heaven juga membuat sayamenjadi penikmat politik dadakan. Selama berhari-hari sayaduduk manis di depan televisi menyimak hiruk-pikuk Pilpres. Tidakada tokoh lain yang saya ikuti pergerakkannya dengan seksamaselama berhari-hari, bahkan berbulan-bulan, seperti saya menguntitjejak Jokowi.
320 Cara berpikir danbersikap
48 Air mata saya memang jatuh di garis finish Independence Day Run2014 dan teras Istana Negara saat Upacara militer lepas sambutPresiden pada 20 Oktober 2014. Tetapi, perjalanan saya belummencapai garis akhir. Belum lagi usai. Saya masih akan terusberlari, merengkuh impian saya walaupun tersengal, walauterpuruk, walau terjal berliu. Perjalanan saya masih belum usai.
325
Jumlah 17 27 20