hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia...
TRANSCRIPT
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia Mengikuti Senam
di Club PROLANIS Diamen Barigas BPJS Kesehatan Kota Palangka Raya
Akhmad Riva’i
Program Studi D-IV Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Palangka Raya
Email: [email protected]
ABSTRAK
Riva’i, A. 2019. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Lansia Mengikuti Senam
Di Klub PROLANIS Diamen Barigas BPJS Kesehatan Kota Palangka Raya. Skripsi,
Program Studi D-IV Keperawatan, Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kemenkes
Palangka Raya. Pembimbing: (I) Ns. Fetty Rahmawaty, S.Kep, M.kep. (II) Ns. Missesa,
S.Kep, M.Kep., Sp.Kep.J. 61 hlm; 10 tabel; 2 gambar
Pendahuluan Lansia banyak menghadapi permasalahan-permasalahan. Salah satu
permasalahan yang dialami oleh lansia adalah fisiknya yang sudah mulai berkurang.
Permasalahan fisik yang sering dialami oleh lansia yaitu immobility (kurang bergerak),
kelelahan sehingga membuat lansia jadi susah untuk melakukan senam. Maka dari itu
dukungan keluarga sangat dibutuhkan karena memiliki peran yang penting dalam memberi
motivasi, pemahaman manfaat dan pentingnya senam bagi lansia. Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui data demografi responden berdasarkan usia, jenis kelamin dan status
pernikahan, mengetahui dukungan keluarga lanjut usia tentang senam lansia di klub
PROLANIS Diamen Barigas BPJS Kesehatan kota Palangka Raya, mengetahui keaktifan
lansia mengikuti senam di klub PROLANIS Diamen Barigas BPJS Kesehatan kota Palangka
Raya dan mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lansia mengikuti senam
di klub Prolanis Diamen Barigas BPJS kesehatan kota Palangka Raya. Metode responden
dinilai menggunakan kuesioner dukungan keluarga dan kuesioner keaktifan. Uji Chi Square
digunakan untuk menentukan hubungan antara kedua variabel. Hasil Dari hasil penelitian
yang berjumlah 55 responden menunjukkan bahwa sebanyak 38 responden yang dukungan
keluarganya baik, terdiri dari 21 responden yang aktif mengikuti senam (55,3%) dan 17
responden (44,7%) yang tidak aktif mengikuti senam, sedangkan 17 responden yang
dukungan keluarganya kurang baik, terdiri dari 3 responden (17,6%) yang aktif mengikuti
senam dan 14 responden atau (82,4%) yang tidak aktif mengikuti senam. Kesimpulan
terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan keaktifan lansia mengikuti senam di
Klub PROLANIS Diamen Barigas Kantor BPJS Palangka Raya dengan nilai P= 0,021 yang
berarti p value < 0,01.
Kata kunci: dukungan keluarga, keaktifan senam lansia
ABSTRACT
Riva'i, A. 2019. Relationship between Family Support and Activity of Elderly People
Following Exercise at PROLANIS Club Diamen Barigas BPJS of Palangka Raya. Skripsi, D-
IV Nursing Program, Nursing Department, Health Polytechnic of Palangka Raya. Advisor: (I)
Ns. Fetty Rahmawaty, S.Kep, M.kep. (II) Ns. Missesa, S.Kep, M.Kep., Sp.J. 61 pages; 10
tables; 2 pictures.
Introduction Elderly people face many problems. One of the problems experienced by the
elderly is that their physical condition has begun to decrease. Physical problems that are often
experienced by the elderly are immobility (fatigue), fatigue which makes the elderly become
difficult to exercise.Therefore family support is needed because it has an important role in
giving motivation, understanding the benefits and importance of exercise for the elderly. The
purpose of this study was to find out the demographic data of respondents based on age, sex
and marital status, knowing elderly family support about elderly exercise pattern at the
prolanis club Diamen Barigas BPJS of Palangka Raya, knowing the pattern of the elderly in
exercise at the prolanis Diamen club Barigas BPJS Palangka City Raya and knowing the
relationship between family support and the pattern of the elderly following exercise at the
Prolanis Diamen Barigas BPJS club of Palangka Raya. Methods respondents were assessed
using family support questionnaires and activity questionnaires. Chi Square test is used to
determine the relationship between the two variables. Results The results of the study
showed that 38 respondents who had good family support consisted of 21 respondents who
actively participated in exercise (55,3%) and 17 respondents (44,7%) who were not actively
participating in exercise, while 17 respondents who lacked family support, consisting of 3
respondents (17,6%) who actively participated in exercise and 14 respondents (82,4%) who
were not actively participating in exercise. Conclusions there is a relationship between
family support and the pattern of the elderly following exercise in PROLANIS Club Diamen
Barigas Office of BPJS Palangka Raya 0.021 which means p value <0.01.
Keyword : family support, elderly exercise
PENDAHULUAN
Lanjut usia (lansia) merupakan kelompok
usia yang cukup unik karena jumlahnya
dari tahun ke tahun semakin bertambah.
Data Departemen Kesehatan (Depkes)
tahun 2013 menyatakan bahwa demografi
di dunia pada saat ini mengalami
perubahan seiring dengan perkembangan
pembangunan di bidang medis. Hal
tersebut menyebabkan terjadinya
peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH)
yang akan berdampak pada perkembangan
proporsi lansia (Indradulmawan, 2016).
World Health Organization (WHO)
menyatakan bahwa lansia adalah seseorang
yang memasuki umur 60 tahun keatas.
Masa tua atau usia lanjut merupakan suatu
periode akhir dalam rentang kehidupan,
yaitu suatu masa saat seseorang sudah
beralih jauh dari masa sebelumnya yang
lebih menyenangkan atau beranjak dari
masa yang memiliki banyak manfaat
(Hurlock, 1999 dalam Sulandari,
Martyastanti & Mutaqwarohmah, 2009).
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada
tahun 2010 menunjukan bahwa jumlah
penduduk lansia di Indonesia berjumlah
18,04 juta jiwa atau 7,59% dari
keseluruhan penduduk. Jumlah penduduk
lansia wanita yaitu 9,75 juta jiwa, lebih
banyak dari jumlah penduduk laki-laki
yaitu 8,29 juta jiwa. Lansia lebih banyak
berada di daerah pedesaan yaitu 10,36 juta
jiwa, dibandingkan dengan di daerah
perkotaan yaitu 7,69 juta jiwa. Dilihat
berdasarkan kelompok usia, jumlah
penduduk lansia terbagi menjadi lansia
muda 60-69 tahun berjumlah 10, 75 juta
jiwa, lansia menengah 70-79 tahun
berjumlah 5,43 juta jiwa, dan lansia tua 80
tahun keatas berjumlah 1,86 juta jiwa
(BPS, 2013 dalam Xavier, Prastiwi &
Andinawati, 2017).
Hasil proyeksi penduduk Provinsi
Kalimantan Tengah tahun 2010-2020
mencatat bahwa jumlah penduduk lanjut
usia (Lansia) di Provinsi Kalimantan
Tengah terus mengalami kenaikan baik
secara absolut maupun persentase. Pada
tahun 2010-2020, persentase penduduk
lansia berada pada kisaran 5%. (Badan
Pusat Statistik Provinsi Kalimantan
Tengah, 2016).
Pada tahun 2016 jumlah penduduk lansia
Provinsi Kalimantan Tengah mencapai
137.055 jiwa atau 5,37 persen dari jumlah
penduduk. Hal ini berarti pada tahun 2016
dari setiap 1.000 penduduk Provinsi
Kalimantan Tengah, sekitar 53 orang
adalah lansia. Jika dibandingkan tahun-
tahun sebelumnya, jumlah penduduk lansia
di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun
2016 merupakan yang tertinggi. (Badan
Pusat Statistik Provinsi Kalimantan
Tengah, 2016).
Menjadi lanjut usia merupakan salah satu
fase hidup yang akan dialami oleh setiap
manusia, meskipun usia bertambah dengan
diiringi penurunan fungsi organ tubuh
tetapi lansia tetap dapat menjalani hidup
sehat. Salah satu hal yang paling penting
adalah merubah kebiasaan. Tidak hanya
meninggalkan kebiasaan buruk yang dapat
mengganggu kesehatan, tetapi beberapa
pola hidup sehat seperti olah raga dan
menjaga pola makan memang harus
dilaksanakan (PKPU, 2011). masalah
kesehatan yang sering terjadi pada lansia
berbeda dari orang dewasa, yang menurut
Kane & Ouslander sering disebut dengan
istilah 14 I, yaitu Immobility (kurang
bergerak), Instability (berdiri dan berjalan
tidak stabil atau mudah jatuh),
Incontinence (beser buang air kecil dan
atau buang air besar), Intellectual
impairment (gangguan intelektual/
dementia), Infection (infeksi), Impairment
of vision and hearing, taste, smell,
communication, convalescence, skin
integrity (gangguan pancaindera,
komunikasi, penyembuhan, dan kulit),
Impaction (sulit buang air besar), Isolation
(depresi), Inanition (kurang gizi),
Impecunity (tidak punya uang),
Iatrogenesis (menderita penyakit akibat
obat-obatan), Insomnia (gangguan tidur),
Immune deficiency (daya tahan tubuh yang
menurun), dan Impotence (impotensi).
Olahraga pada usia lanjut dapat dilakukan
dengan memperhatikan tingkat kekuatan,
seperti jalan cepat, bersepeda santai dan
senam dapat dilakukan secara rutin.
Bahkan aktivitas sehari-hari seperti
membersihkan rumah, berkebun dan
mencuci pakaian dengan intensitas selama
30 menit juga baik bagi kesehatan. Penting
bagi lansia untuk mengikuti senam karena
akan membantu tubuh lansia agar tetap
bugar dan tetap segar, karena senam lansia
mampu melatih tulang tetap kuat,
mendorong jantung bekerja secara optimal
dan membantu menghilangkan radikal
bebas yang terdapat didalam tubuh. Semua
jenis senam dan aktivitas olahraga ringan
sangat bermanfaat untuk menghambat
proses degeneratif atau proses penuaan
(Widianti, 2010).
Jika lansia kurang aktif dalam bergerak
atau olahraga akan menyebabkan
gangguan pada sistem muskuloskeletal
yaitu terjadinya atrofi otot, osteoporosis,
serta timbulnya kekakuan pada sendi yang
peka (terutama kaki). Semua perubahan
tersebut mengakibatkan kelambanan
bergerak, langkah yang pendek, kaki tidak
menapak dengan kuat. Lanjut usia harus
mencegah kelebihan berat badan
berlebihan karena dapat mempengaruhi
gangguan fungsi pada sendi sehingga
lansia pelu mengikuti senam (Hanafiah,
2008).
Menurut Azizah (2011) salah satu faktor
pendukung keberhasilan senam adalah
dukungan keluarga karena keluarga
merupakan salah satu unsur penting dalam
membangun kesadaran lansia akan
pentingnya senam lansia. Sehingga dalam
hal ini dukungan keluarga sangat
dibutuhkan karena memiliki peran yang
penting dalam memberi motivasi,
pemahaman manfaat dan pentingnya
senam lansia bagi lansia. Penelitian Vivin
(2012) menunjukkan ada hubungan
dukungan keluarga dengan tingkat
keaktifan dalam mengikuti senam lansia di
Posyandu “Peduli Insani” dengan nilai ×2
hitung = 46,854, dan nilai p-value = 0,000
(<0,05).
Penelitian Sulistyowati (2016)
menunjukkan ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan kualitas hidup
lansia dengan DM dari 78 lansia dan
keluarga. Semua elemen dukungan
keluarga memiliki hubungan terutama
dukungan emosional. Lansia yang
mendapatkan dukungan emosional yang
baik akan memiliki kesempatan 12 kali
untuk memiliki kualitas hidup yang tinggi
dibandingkan dengan lansia yang tidak
mendapatkan dukungan emosional.
Studi pendahuluan yang dilakukan oleh
peneliti pada tanggal 22 Februari 2019 di
kantor BPJS Palangka Raya, diperoleh
data jumlah peserta lansia di Club Diamen
Barigas Kantor BPJS Palangka Raya
sebanyak 58 orang, dan yang aktif hanya
40 orang. Pada tanggal 22 Februari 2019
peneliti mewawancarai pengurus Club
Senam bahwa senam dilakukan dua kali
seminggu setiap hari selasa dan jumaat
pukul 05.30-06.30 WIB. Melihat dari
kehadirannya saat kegiatan senam
berlangsung, hanya 26 anggota yang
menghadiri kegiatan senam.
Fenomena di atas menunjukkan bahwa
pentingnya lansia dalam menjalankan
aktivitas fisik secara rutin, maka perlu
diketahui tentang tingkat keaktifan lansia
dalam melakukan olahraga. Sehubungan
dengan hal tersebut maka peneliti tertarik
untuk mengadakan penelitian tentang
“Hubungan Dukungan Keluarga Tentang
Senam Lansia Dengan Keaktifan
Mengikuti Senam Di Club PROLANIS
Sanang Barigas Kantor BPJS Palangka
Raya”.
TUJUAN PENELITIAN
Mengidentifikasi data demografi
responden berdasarkan usia, jenis kelamin
dan status pernikahan, Mengidentifikasi
dukungan keluarga lanjut usia tentang
senam lansia di klub prolanis Diamen
Barigas BPJS kesehatan kota Palangka
Raya, Mengidentifikasi keaktifan lansia
mengikuti senam di klub prolanis Diamen
Barigas BPJS kesehatan kota Palangka
Raya, Menentukan hubungan dukungan
keluarga dengan keaktifan lansia
mengikuti senam di klub Prolanis Diamen
Barigas BPJS kesehatan kota Palangka
Raya..
HIPOTESIS
Ha: ada hubungan dukungan keluarga
dengan keaktifan lansia dalam mengikuti
senam
Ho: tidak ada hubungan dukungan
keluarga dengan keaktifan lansia dalam
mengikuti senam
METODE PENELITIAN
Penelitian menggunakan rancangan
penelitian cross sectional. Penelitian ini
dilakukan di Club PROLANIS Diamen
Barigas BPJS Palangka Raya pada bulan
Mei 2019. Sampel diambil menggunakan
teknik purposive sampling. Jumlah sampel
penelitian berjumlah 55 responden.
Kriterian inklusi merupakan dimana
subyek penelitian mewakili sampel
penelitian yang memenuhi syarat sebagai
sampel. Kriteria inklusi penelitian ini
adalah: lansia yang berusia 60-90 tahun ke
atas, lansia yang terdaftar pada Club
PROLANIS Diamen Barigas BPJS
Palangka Raya, lansia yang tinggal
bersama keluarga, responden kooperatif,
bisa berbicara dan mendengar, responden
dapat membaca serta menulis. Kriteria
eksklusi merupakan di mana subyek
penelitian tidak dapat mewakili sampel
karena tidak memenuhi syarat sebagai
sampel. Kriteria eksklusi penelitian ini
adalah: lansia mengalami kelemahan fisik,
lansia yang mengalami gangguan jiwa,
lansia pada saat senam di jemput oleh
keluarga
INSTRUMEN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan kuesioner
dukungan keluarga dan keaktifan.
Kuesioner dukungan keluarga digunakan
untuk mengetahui tingkat dukungan
keluarga yang diberikan anggota keluarga
kepada salah satu anggota keluarganya
yaitu pada lansia dalam aktif tidaknya
dalam mengikuti senam. Kuesioner
dukungan keluarga ini menggunakan
kuesioner dukungan keluarga dari
penelitian sebelumnya yaitu Hubungan
Dukungan Keluarga Tentang Senam
Lansia Dengan Keaktifan Mengikuti
Senam di Posyandu “Peduli Insani” Di
Mendungan Desa Pabelan Kartasura.
Kuesioner dukungan keluarga ini
mencakup dimensi emosional terdiri dari 3
item pertanyaan nomor (5, 7, 6), dimensi
penghargaan 4 item pertanyaan nomor (8,
9, 11, 10), dimensi instrumental 4 item
pertanyaan nomor (1, 2, 3, 4), dan dimensi
informasi 4 item pertanyaan nomor (12,
15, 13, 14). Item pertanyaan pada
kuesioner ini berjumlah 15, yang terdiri
dari 10 pertanyaan positif pada nomor 1, 2,
3, 5, 7, 8, 9, 11, 12, 15 dan 5 pertanyaan
negatif pada nomor 4, 6, 10, 13, 14.
Penilaian pertanyaan positif yaitu Benar di
beri nilai = 1, Salah di beri nilai = 0 dan
penilaian pertanyaan negatif yaitu Benar di
beri nilai = 0, Salah di beri nilai = 1. Uji
validitas kuesioner dukungan keluarga
hasil nilai realibelnya (Alpha Cronbach
0,847). Penilaian pada kuesioner ini yaitu:
Dukungan keluarga Baik :≥76-100%,
Dukungan keluarga Kurang baik : < 76%.
Kuesioner keaktifan ini menggunakan
format dari penelitian sebelumnya oleh
Agnes Febriyanti yang meneliti tentang
Hubungan Antara Keaktifan Mengikuti
Senam Lansia Dengan Keseimbangan
Tubuh Lansia tahun 2013. Penilaian
dilakukan dengan melihat absensi
kehadiran senam kemudian dimasukkan
dalam 24 kolom pelaksanaan senam yang
ada pada bagian kategori keaktifan dalam
mengikuti senam,dengan kriteria penilaian
yaitu: Aktif jika kedatangan ≥75%, Tidak
aktif jika kedatangan <75%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian Univariat
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Usia Di Klub PROLANIS
Diamen Barigas BPJS Kesehatan Kota
Palangka Raya tahun 2019 (n=55)
No Usia Lansia
(Tahun)
Jumlah (n) %
1 60-74 47 85
2 75-90 8 15
3 >90 0 0
Total 55 100
Hasil distribusi responden menurut umur
tertinggi adalah berumur 60-74 tahun
(elderly) yaitu sebanyak 47 responden
(85%) hal ini selaras dengan peelitian
Pratikwo (2006), lansia pada kelompok
usia 60-74 tahun secara umum
mobilitasnya cukup baik dibandingkan
dengan kelompok usianya yang lebih tua,
sehingga pada kelompok usia 75-90 tahun
cenderung berperilaku kurang sehat. Selain
itu semakin tua seorang lansia,
kemampuan ingatan dan motivasi
berperilaku sehat juga menurun.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin
Lansia Di Klub PROLANIS Diamen
Barigas BPJS Kesehatan Kota Palangka
Raya tahun 2019 (n=55)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
jenis kelamin yang paling dominan adalah
responden yang berjenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 35 lansia 64%.
Berdasarkan observasi yang telah
dilakukan pada lansia perempuan
menyatakan suami lebih suka dirumah,
suami sudah meninggal dan lansia laki-laki
lebih suka menjaga cucu dirumah daripada
mengikuti kegiatan senam. Menurut
komnas lansia (2009) usia harapan hidup
perempuan di Indonesia lebih tinggi
dibanding laki-laki, karena banyaknya
aktifitas yang dilakukan wanita
dibandingkan laki-laki. Para wanita
biasanya menerima apa yang dialami dan
mereka sadar apa yang dialami merupakan
suatu takdir dari Tuhan. Salah satu contoh
perempuan disamping mencari nafkah,
memasak atau menyediakan makanan,
setiap hari juga harus menyediakan sesaji,
serta kegiatan rumah tangga lain yang
tidak dikerjakan oleh laki-laki (Hikmawati,
2008).
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Status menikah Lansia Di
Klub PROLANIS Diamen Barigas BPJS
Kesehatan Kota Palangka Raya tahun 2019
No. Jenis kelamin Jumlah (n) %
1. Laki-laki 20 36
2. Perempuan 35 64
Total 55 100
No. Status menikah Jumlah
(n)
%
1. Menikah 44 80
2. Bercerai 0 0
3. Janda/duda 11 20
4. Tidak pernah
menikah
0 0
Total 55 100
Hasil distribusi responden menurut status
pernikahan yang didapat menunjukkan
bahwa responden yang menikah sebanyak
44 orang (80%) dan yang janda/duda
(mati) sebanyak 11 orang (20%).
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Dukungan Keluarga Di Klub
PROLANIS Diamen Barigas BPJS
Kesehatan Kota Palangka Raya tahun 2019
(n=55)
No. Dukungan
keluarga
Jumlah (n) %
1. Baik 38 69
2. Kurang baik 17 31
Total 55 100
Hasil penelitian tertinggi responden
dengan dukungan keluarga baik sebanyak
38 lansia (69%). Tingkat dukungan
keluarga dalam penelitian ini menunjukkan
hasil bahwa sebagian besar lansia atau
responden memiliki dukungan keluarga
yang baik sebanyak 69%. Dibandingkan
dengan temuan penelitian sebelumnya oleh
Vivin (2012) menunjukkan bahwa
distribusi tertinggi adalah dukungan
keluarga kategori buruk yaitu sebanyak 38
lansia (69%).
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Keaktifan Lansia Di Klub
PROLANIS Diamen Barigas BPJS
Kesehatan Kota Palangka Raya tahun 2019
(n=55)
No. Keaktifan Jumlah (n) %
1. Aktif 24 44
2. Tidak aktif 31 56
Total 55 100
Hasil penelitian tertinggi responden yang
tidak aktif sebanyak 31 lansia (56%). Hal
ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
faktor pengetahuan, sosial ekonomi,
ketersediaan sarana dan fasilitas, letak
geografis, dukungan keluarga dan sikap
petugas kesehatan. Dari hasil observasi
dilapangan melalui daftar hadir selama 24
kali pertemuan terdapat kehadiran lansia
yang terendah sebanyak 19 lansia dengan
kehadiran 2 sampai 6 pertemuan, ini
disebabkan karena keluarga tidak memberi
tahu jadwal senam, jarak rumah lansia
dengan tempat senam terlalu jauh, lansia
tidak datang mengikuti kegiatan senam
lansia karena idak tau manfaat senam.
Menurut Wulan (2012) dengan banyaknya
lansia yang aktif mengikuti senam
diharapkan lansia mendapatkan manfaat
dari mengikuti senam lansia sehingga
lansia tetap bugar dan memiliki harapan
hidup yang tinggi.
Hasil Penelitian Bivariat
Tabel 4.6 Analisis Hubungan Dukungan
Keluarga dengan Keaktifan Lansia
Mengikuti Senam Di Klub PROLANIS
Diamen Barigas BPJS Kesehatan Kota
Palangka Raya tahun 2019 (n=55)
Penelitian ini menunjukkan ada hubungan
yang signifikan antara dukungan keluarga
dengan keaktifan Lansia Mengikuti Senam
di Klub PROLANIS Diamen Barigas
Kantor BPJS Palangka Raya. Hal ini dapat
dibuktikan dari hasil penelitian bahwa dari
38 responden yang termasuk kategori
dukungan keluarga baik terdiri dari 21
Dukung
an
keluarga
Keaktifan P
valu
e Aktif Tidak
aktif
Tot
al
(n)
%
N % N %
Baik 2
1
55,
3
1
7
44,
7
38 10
0
0,02
1
Kurang
baik
3 17,
6
1
4
82,
4
17 10
0
Total 24
43,6
31
56,4
55 100
orang dengan kategori keaktifan aktif, dan
17 orang dengan kategori keaktifan tidak
aktif dalam mengikuti senam. Kemudian
untuk 17 orang responden yang termasuk
kategori dukungan keluarga kurang baik
terdiri dari 3 orang dengan kategori
keaktifan aktif dan 14 orang dengan
kategori tidak aktif dalam mengikuti
senam. Melihat dari hasil tersebut
responden yang memiliki kategori
dukungan keluarga kurang baik sebagian
besar memiliki kategori keaktifan tidak
aktif dalam mengikuti senam, hal ini
disebabkan karena keluarga kurang
memberikan dukungan kepada lansia,
sibuk karena pekerjaan, dan sikap lansia
yang masih kurang mematuhi jadwal
senam yang sudah ditentukan.
Hasil penelitian ini menunjukkan hasil
yang sama dengan penelitian sebelumnya
yaitu dari Vivin (2012) yang menunjukkan
pula adanya hubungan dukungan keluarga
dengan tingkat keaktifan dalam mengikuti
senam lansia di Posyandu “Peduli Insani”.
Hal ini semakin menunjukkan pentingnya
dukungan keluarga terhadap keaktifan
lansia dimana teori sebelumnya
menyatakan keluarga memiliki fungsi
sebagai sistem pendukung bagi
anggotanya.
Anggota keluarga memandang bahwa
orang yang bersifat mendukung selalu siap
memberikan pertolongan dan bantuan jika
diperlukan (Friedman 1998). Dukungan
dari orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan (suami/istri), kelahiran (anak),
dan adopsi akan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum
dilakukan pasien, meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional
dan sosial. Dukungan tersebut dapat
dilakukan dengan cara: 1). Dukungan
informasi: mencakup pemberian saran,
sugesti dan iformasi: 2). Dukungan
penilaian: mencakup bimbingan umpan
balik, membimbing dan menengahi
pemecahan masalah, sebagai sumber dan
validator identitas anggota keluarga
diantaranya memberikan support,
penghargaan, perhatian: 3). Dukungan
instrumental: mencakup sebuah sumber
pertolongan praktis dan konkrit,
diantaranya kesehatan penderita dalam hal
kebutuhan makan dan minum, istirahat,
terhindarnya penderita dari kelelahan: 4).
Dukungan emosional: mencakup
dukungan yang diwujudkan dalam bentuk
afeksi, adanya kepercayaan, perhatian,
mendengarkan dan didengarkan (Friedman
2008).
Keluarga merupakan support system utama
dalam mempertahankan kesehatannya.
Peranan keluarga dalam perawatan antara
lain menjaga atau merawat,
mempertahankan dan meningkatkan status
mental, dukungan dan perubahan sosial
ekonomi, serta memberikan motivasi,
dukungan dan memfasilitasi kebutuhan
spritual. Bila dukungan keluarga tinggi
maka akan dapat menurunkan angka
kesakitan dan angka kematian yang
akhirnya akan meningkatkan kualitas
hidup dari Lansia. Selain itu adanya
dukungan keluarga bagi lansia dapat
meningkatkan kesehatan fisik, manajemen,
reaksi stres, produktivitas, dan
kesejahteraan psikologis dan kemampuan
penyesuaian diri lansia (Sumardi, 2016).
Dukungan keluarga yang baik akan
memberikan dukungan serta motivasi bagi
lansia untuk melakukan serta
mempertahankan kondisi lansia agar tetap
stabil, salah satunya yakni dengan
berolahraga (senam). Menurut
(Darmojo:2009 dalam Satriana 2013)
latihan atau olahraga seperti senam dapat
mengeliminasi berbagai resiko penyakit
seperti hipertensi, diabetes melitus, dan
penyakit arteri koroner.
Pola hubungan dukungan keluarga dengan
keaktifan menunjukkan bahwa semakin
tinggi dukungan keluarga, maka semakin
tinggi keaktifan lansia dalam melakukan
senam. Sebaliknya semakin rendah
dukungan keluarga, maka semakin rendah
pula tingkat keaktifan lansia dalam
melakukan senam.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Melalui hasil penelitian yang telah
dilakukan di Klub Senam PROLANIS
Diamen Barigas Kantor BPJS Palangka
Raya maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa: karakteristik umur lansia di Klub
Diamen Barigas Kantor BPJS Palangka
Raya paling banyak pada kelompok usia
60-74 sebesar 85%, jenis kelamin lansia
paling banyak yang berjenis kelamin
perempuan sebanyak 35 orang (64%). dan
status pernikahan yang lebih banyak yang
menikah sebanyak 44 orang (80%), tingkat
dukungan keluarga pada lansia di Klub
PROLANIS Diamen Barigas Kantor BPJS
Palangka Raya rata-rata dukungan
keluarga baik sebesar 69%, tingkat
keaktifan pada lansia di Klub PROLANIS
Diamen Barigas Kantor BPJS Palangka
Raya rata-rata keaktifan tidak aktif sebesar
56%, hasil analisis bivariat menunjukkan
ada hubungan antara dukungan keluarga
dengan keaktifan lansia mengikuti senam
di Klub PROLANIS Diamen Barigas
Kantor BPJS Palangka Raya.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan
kepada Klub PROLANIS Diamen Barigas
BPJS Kesehatan kota Palangka Raya
Untuk meningkatkan kesadaran lansia
tentang pentingnya senam. Pengurus Klub
senam hendaknya memberikan
pengetahuan dan kesadaran kepada lansia
tentang pentingnya mengikuti kegiatan
senam sesuai jadwal untuk menjaga
kondisi kesehatan agar tetap stabil. Untuk
peneliti selanjutnya penelitian ini dapat
menjadi referensi bagi peneliti lain yang
ingin melakukan penelitian dengan obyek
sejenis. Namun diharapkan peneliti yang
akan datang meningkatkan jumlah variabel
penelitian yaitu variabel tingkat
pendidikan karena tingkat pendidikan
mempengaruhi keaktifan lansia dalam
mengikuti senam.
DAFTAR PUSTAKA
Ambardini, RL. 2009. Aktivitas Fisik Pada
Lanjut Usia. 1-10. Universitas
Negeri Yogyakarta
Ardiansah, DY. 2016. Efektifitas Dance
Movement Therapy Untuk
Menurunkan Hipertensi Pada
Lansia Di Panti Jompo Griya Kasih
Siloam Sigura-Gura Di Malang.
Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Malang
Azizah, Lilik Ma’rifatul, 2011.
Keperawatan lanjut usia. Edisi
pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu
Budiharjo, Santosa, dkk 2004, Januari.
Pengaruh Senam Bugar Lansia
terhadap Kekuatan Otot Wanita
Lanjut Usia tidak Terlatih Di
Yogyakarta. UGM.\
BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial), 2014
Dinata, WW. 2015. Menurunkan Tekanan
Darah Pada Lansia Melalui Senam
Yoga. Jurnal Olahraga Prestasi.
11(2): 77-90. Universitas Negeri
Yogyakarta
Efendi & Makhfudli. 2009. Keperawatan
kesehatan komunitas teori dan
praktik dalam keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Fatimah. 2010. Merawat Manusia Lanjut
Usia. Jakarta Timur: CV. Trans
Info Medika
Fitriastuti, P. D. 2016. Badan Pusat
Statistik Provinsi Kalimantan
Tengah. (online),
http://kalteng.bps.go.id
Friedman. 1998. Keperawatan Keluarga.
Jakarta: EGC
Friedman, M. M. 2008. Keperawatan
Keluarga Teori dan Praktik.
Jakarta: EGC.
Friedman, M. 2010. Buku ajar
keperawatan keluarga: Riset, teori,
dan praktik Ed 5. Jakarta: EGC
Giriwijoyo, S., & Sidik, DZ. 2012. Ilmu
Kesehatan Olahraga. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Hanafiah, Hafas 2008. Kelainan System
Muskuloskeletal pada lanjut usia,
medan: Gelanggang Mahasiswa,
Kampus USU.
Harlinawati. 2013. Konsep dan proses
keperawatan keluarga. Sulsel:
Pustaka As Salam
Hensarling, J. 2009. Development and
psychometric testing of henserling’s
diabetes family support scale.
Disertasi, Texa’s Women’s
University
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Riset
Keperawatan dan Teknik Penulisan
Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.
Hikmawati.Eny & Akhmad Purnama
(2008). Kondisi Kepuasan Hidup
Lanjut usia. Jurnal PKS Vol.VII.No
26.
Indradulmawan, ME. 2016. Hubungan
Tingkat Aktivitas Fisik Dan Fungsi
Kognitif Lansia Di Posyandu
Lansia Mekar Sari Kota Surabaya
Tahun 2016. Skripsi. Universitas
Katolik Widya Mandala Surabaya
Johan. 2016. Upaya Peningkatan Keaktifan
Siswa Kelas X Tl 1 Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Negeri
2 Banyumas. (online),
(http://repository.ump.ac.id/940/3/B
AB%20II_JOHAN_PPKn%2716.p
df), diakses 20 Desember 2017
Kurnianto, DP. 2015. Menjaga Kesehatan
Di Usia Lanjut. Jurnal Olahraga
Prestasi. 11(2): 19-30. Universitas
Negeri Yogyakarta
Lulik Agus Suhendro. (2013). Determinan
Keaktifan Melakukan Senam
Diabetes Mellitus Pada Anggota
Komunitas Diabetesi Sehat
Puskesmas Ngrambe Kabupaten
Ngawi. (online),
(http://eprints.ums.ac.id/25709/13/
NASKAH_PUBLIKASI.pdf),
diakses 03 desember 2017
Maryam, RS., Ekasari, MF., Rosidawati.,
Jubaedi, A., & Batubara, I. (2008).
Mengenal Usia Lanjut Dan
Perawatannya. Jakarta; Salemba
Medika
Noorkasiani, ST. 2009. Kesehatan Usia
Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Notoatmodjo, S 2002. Metode Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Novarina V. 2012. Hubungan Dukungan
Keluarga Tentang Senam Lansia
Dengan Keaktifan Mengikuti
Senam Di Posyandu “Peduli
Insani” Di Mendungan Desa
Pabelan Kartasura. (online),
(http://Eprints.Ums.Ac.Id/20154/9/
Naskah_Publikasi.Pdf), diakses 07
Desember 2017
PKPU.2011. launhing komunitas peduli
lansia.http://pkpusemarang.blogspo
t.com Di akses tanggal: 27 juli 2017
Rohmah, AIN., Purwaningsih, & Bariyah,
K. 2012. Kualitas Hidup Lanjut
Usia. Jurnal Keperawatan. 3(2):
120-132. Universitas
Muhammadiyah Malang
Satriana, N. 2013. “Hubungan Dukungan
Keluarga Dengan Keaktifan Senam
Lansia Di Posyandu Wijaya
Kusuma Bambangliporo Bantul
Yogyakarta”.
(online),(http://repository.unjaya.ac.
id/847/1/Nova%20Satriana_321150
15_nonfull.pdf ), diakses 25 mei
2018
Suhendro L.A. 2013. Determinan
Keaktifan Melakukan Senam
Diabetes Mellitus Pada Anggota
Komunitas Diabetesi Sehat
Puskesmas Ngrambe Kabupaten
Ngawi. (onlie),
(http://eprints.ums.ac.id/25709/13/
NASKAH_PUBLIKASI.pdf),
diakses 03 Desember 2017
Sulandari, S., Martyastanti, D., &
Mutaqwarohmah, R. 2009. Bentuk-
bentuk Produktifitas Orang-orang
Lanjut Usia (Lansia). Jurnal Ilmiah
Berkala Psikologi. 11(1): 58-68.
Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Suarti, Ni Made. 2009. Panduan Praktik
Keperawatan Lansia. Yogyakarta:
Penerbit PT Citra Aji Pratama
Sulistyowati R, 2016. The Relation of
Family Support With The Quality
of Life Elderly With Diabetes
Mellitus. (online),
http://www.poltekkes-
mks.ac.id/index.php, diakses
tanggal 26 Maret 2019
Sumardi. 2016. Gambaran Dukungan
Keluarga Terhadap Ibu Hamil
Dengan Hiperemesis Gravidarum.
(online),
(http://repository.umy.ac.id/bitstrea
m/handle/123456789/2776/BAB%2
0II.pdf?sequence=6&isAllowed=y),
diakses 09 desember 2017
Setiadi. 2008. Konsep dan proses
keperawatan keluarga. Yogyakarta
: Graha Ilmu
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R dan D.
Bandung: Alfabeta
Tamber, S. Dan Noorkasiani. 2009.
Kesehatan Usia Lanjut dengan
Pendekatan Asuhan Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Widianti & Proverawati. 2010. Senam
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Wulan Widiyastuti, Veronica, dkk (2012).
Hubungan Tingkat Pengetahuan
Tentang Senam Lansia dengan
Keaktifan Mengikuti Senam Lansia
di Unit Rehabilitasi Sosial Wening
Wardoyo Ungaran. Jurnal Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan
Vol.1/no.1/2012 Juni.Semarang
Xavier, EADC., Prastiwi, S., &
Andinawati, M. 2017. Hubungan
Antara Aktifitas Fisik Dengan
Tekanan Darah Pada Lansia Di
Posyandu Lansia Desa Banjarejo
Kecamatan Ngantang Kabupaten
Malang. Nursing News. 2(3): 343-
351. Malang