hubungan intensitas nyeri pada pasien low back paineprints.ums.ac.id/39507/1/full naspub.pdf ·...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN LOW BACK PAIN
DENGAN KUALITAS TIDUR DI RSUD Dr. MOEWARDI
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
NOURMA YUSTIA SARI
J 500 110 054
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN INTENSITAS N'YERI PADA PASIEN LOW BACK PAIN
DENGAN KUALITAS TIDUR DI RSTID DT. MOEWARDI
Pembimbing
Nama : dr.
NIPATIK. 100.1550
J 500 110 054
ffi #p6
Flora
00.1 5,
3 Utar
Ani R
#; =**
&
T,#ryr€"E#*
Telah
Nourma Yustia Sari
\[.--_--'_ __-__----_J
4 tanggal 20 J anuari 20 1 5
. Ia
\,, ' -{,
.. .....)
-- J '\i1-\If\.-^h1 n
r'' An !
300.1243
dr, Sp.A(K)
ABSTRAK
HUBUNGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN LOW BACK PAIN
DENGAN KUALITAS TIDUR DI RSUD Dr. MOEWARDI
Nourma Yustia Sari, Ani Rusnani Fibriani, Budi Hernawan
Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Latar Belakang: Low Back Pain merupakan salah satu gangguan
muskuloskeletal yang paling sering terjadi di praktik sehari-hari. Low Back Pain
didefinisikan sebagai nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat
merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular yang biasanya disertai oleh
keterbatasan gerak karena nyeri yang ditimbulkan. Low Back Pain merupakan
masalah besar di dunia, jutaan uang dihabiskan setiap tahun untuk menangani
LBP, sering mengalami keberhasilan yang terbatas karena intensitas nyeri yang
ditimbulkan tinggi. Low Back Pain merupakan urutan kedua tertinggi yang
berkunjung ke Poliklinik Neurologi di seluruh Indonesia setelah sefalgia.
Tujuan: Menjelaskan hubungan intensitas nyeri pada pasien LBP dengan kualitas
tidur di RSUD Dr. Moewardi.
Metode: Penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional
didapatkan 64 pasien, terdiri dari 32 pasien terdiagnosa LBP skor nyeri 0-5 dan 32
pasien terdiagnosa LBP skor nyeri 6-10. Pengambilan sampel dengan
menggunakan cara random sampling.
Hasil: Analisa data menggunakan uji Chi Square didapatkan nilai p=0,048
(p<0,05) untuk LBP.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan nilai
p=0,048 (p<0,05) untuk LBP dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
bermakna antara intensitas nyeri pada pasien LBP dengan kualitas tidur di RSUD
Dr. Moewardi. Low Back Pain skor nyeri 6-10 lebih berisiko mengalami
gangguan tidur 3 kali lebih besar daripada LBP skor nyeri 0-5.
Kata Kunci: Low Back Pain, Kualitas Tidur
ABSTRACT
HUBUNGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN LOW BACK PAIN
DENGAN KUALITAS TIDUR DI RSUD Dr. MOEWARDI
Nourma Yustia Sari, Ani Rusnani Fibriani, Budi Hernawan
Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Background: Low Back Pain is one of the most common musculoskeletal
disorders that occur in everyday practice. Low Back Pain is defined as pain that is
felt in the lower back region, can be a local pain and radicular pain is usually
accompanied by reduced mobility due to pain caused. Low Back Pain is a major
problem in the world, millions of money spent each year to deal with LBP, often
have limited success due to the high intensity of the pain inflicted. Low Back Pain
is the second highest after visiting cephalgia Neurology Clinic in Indonesia.
Purpose: Explain the relationship LBP pain intensity in the patient with sleep
quality in hospitals Dr. Moewardi.
Method: Observational study of cross sectional analytic approach to obtain 64
patients, consisted of 32 patients diagnosed with LBP pain score 0-5 and 32
patients diagnosed with LBP pain score 6-10. Sampling by using random
sampling.
Result: Data were analyzed using Chi square test p value = 0.048 (p <0.05) for
LBP.
Conclusion: Based on the research that has been done p value = 0.048 (p <0.05)
for LBP can be concluded that there is a significant relationship between pain
intensity in patients with LBP with sleep quality in hospitals Dr. Moewardi. Low
Back Pain pain score 6-10 more at risk of sleep disturbance 3 times greater than
the LBP pain score 0-5.
Keywords: Low Back Pain, Sleep Quality
PENDAHULUAN
Low Back Pain merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang
paling sering terjadi di praktik sehari-hari. Low Back Pain didefinisikan sebagai
nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal
maupun nyeri radikular yang biasanya disertai oleh keterbatasan gerak karena
nyeri yang ditimbulkan (Meliala et al, 2003; Tucer et al, 2009). Menurut
penelitian di Finlandia secara umum populasinya dalam 1 bulan prevalensi LBP
berkisar antara 30-40%. Prevalensi tahunan LBP berkisar 25-60% dan LBP kronik
berkisar 10-13%. Low Back Pain lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan
dengan pria (Shiri et al, 2009).
Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan jaringan (Meliala et al, 2003).
Menurut Sherwood (2012) nyeri merupakan mekanisme protektif untuk
menimbulkan kesadaran bahwa sedang atau akan terjadi kerusakan jaringan. Tipe-
tipe nyeri LBP adalah nyeri lokal, nyeri radikular, nyeri yang menjalar ke
punggung, nyeri yang berasal dari vertebra, nyeri yang menyertai spasme otot.
Nyeri yang sering dikeluhkan pasien LBP adalah nyeri lokal (Fauci et al, 2009;
Longo et al, 2012).
Tidur merupakan suatu proses aktif, bukan sekedar hilangnya keadaan
terjaga akan tetapi tingkat aktivitas otak keseluruhan tidak berkurang selama tidur
(Sherwood, 2012). Keluhan kesehatan yang sering ditemui oleh dokter adalah
gangguan tidur. Lebih dari setengah orang dewasa mengalami gangguan tidur
intermitten, dan 50-70 juta orang Amerika menderita gangguan tidur kronis (Fauci
et al, 2009). Sepertiga dari semua orang dewasa di Amerika mengalami gangguan
tidur selama hidupnya. Insomnia adalah gangguan tidur yang paling sering terjadi
dan paling dikenal (Kaplan et al, 2010).
Penelitian di Irlandia melaporkan bahwa gangguan tidur yang dialami oleh
pasien LBP dikaitkan dengan intensitas nyeri yang ditimbulkan (O’Donoghue et
al, 2009). Gangguan tidur bisa disebabkan oleh peningkatan nyeri dari pasien
LBP (Marty et al, 2008). Intensitas nyeri tidak berpengaruh besar dengan
gangguan tidur (Alsaadi et al, 2011). Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui
bahwa intensitas nyeri sebagai faktor risiko gangguan tidur masih mendukung tapi
tidak sepenuhnya karena masih ada penelitian yang menyatakan bahwa intensitas
nyeri tidak berpengaruh besar dengan gangguan tidur. Oleh karena itu, penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui apakah memang terdapat hubungan diantara
keduanya.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr.
Moewardi pada bulan Desember 2014. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien
LBP skor nyeri 0-5 dan LBP skor nyeri 6-10 dengan gangguan tidur dan atau
bukan gangguan tidur. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan
teknik random sampling. Berdasarkan rumus uji hipotesis terhadap rerata dua
populasi maka didapatkan hasil besar sampel pada penelitian ini sebesar 32 orang
untuk setiap kelompoknya.
Prosedur penelitian yang dilakukan adalah pengumpulan data responden
yang dilakukan dengan mempergunakan kuesioner yang berisi data-data mengenai
identitas responden, menanyakan riwayat penyakit kanker, arthritis, epilepsi, nyeri
kepala, gagal ginjal, asma dan penggunaan zat seperti alkohol, amfetamin, kokain,
kafein. Kemudian responden mengisi kuesioner VAS dan PSQI.
Analisis data yang digunakan adalah uji chi square. Interpretasi hasil dari
uji chi square dua kelompok tidak berpasangan dikatakan bermakna apabila nilai
p < 0,05 dan dikatakan tidak bermakna jika nilai p > 0,05. Adapun pengolahan
data dilakukan dengan program Statistical Product and Service Solution (SPSS)
17 for windows.
HASIL PENELITIAN
Sebelum penelitian, sampel telah menyetujui surat persetujuan dan mengisi
kuesioner. Sampel kemudian dipilih berdasarkan kriteria restriksi yang telah
ditetapkan. Pengukuran intensitas nyeri dan gangguan tidur berdasarkan
kuesioner VAS dan PSQI.
Menurut jenis kelamin didapatkan kejadian LBP skor nyeri 6-10 pada
wanita sebanyak 17 sampel (53,1%) dan pada pria sebanyak 15 sampel (46,8%),
sedangkan pada kejadian LBP skor nyeri 0-5 pada wanita sebanyak 21 sampel
(65,6%) dan pada pria di dapatkan 11 sampel (34,3%)
Kejadian LBP skor nyeri 6-10 terbanyak pada kelompok usia 51-60 tahun
dengan presentase 46,8% dan paling sedikit pada kelompok usia 18-20 tahun
dengan presentase 9,3%, Sedangkan pada kejadian LBP skor nyeri 0-5 terbanyak
pada kelompok usia 51-60 tahun dengan presentase 59,3% dan tidak ada sampel
pada kelompok usia 18-20 tahun.
Menurut penilaian kualitas tidur didapatkan kejadian LBP skor nyeri 6-10
pada kondisi gangguan tidur sebanyak sebanyak 27 sampel (84,3%) dan pada non
gangguan tidur sebanyak 5 sampel (15,6%), sedangkan pada kejadian LBP skor
nyeri 0-5 pada kondisi gangguan tidur di dapatkan 20 sampel (62,5%) dan pada
non gangguan tidur sebanyak 12 sampel (37,5%).
Menurut perjalanan kliniknya didapatkan kejadian LBP skor nyeri 6-10
pada akut sebanyak 20 sampel (62,5%) dan pada kronis sebanyak 12 sampel
(37,5%), sedangkan pada kejadian LBP skor nyeri 0-5 pada akut sebanyak 10
sampel (31,2%) dan pada kronis di dapatkan 22 sampel (68,7%).
Tabel 1 Chi Square Test dan Risk Estimate
Kualitas
Tidur
Skor Nyeri
Total X2 P OR
LBP skor nyeri 6-
10 LBP skor nyeri 0-5
N % N % n %
Gangguan
Tidur 27 84,4 20 62,5 47 73,4 3,925 0,048 3,24
Non
Gangguan
Tidur
5 15,6 12 37,5 17 26,6
Total 32 100 32 100 64 100
Tabel 1 menjelaskan bahwa hasil analisa statistik dengan Uji Chi Square
X2 hitung menggunakan program SPSS 17.0 for window adalah 3,925 lebih tinggi
dari nilai X2 tabel sebesar 3,841, dengan didapatkan nilai significancy sebesar
0.048 dengan db=1 maka H0 ditolak H1 diterima. Karena nilai p<0.05 maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna pada hubungan bermakna
antara intensitas nyeri pada pasien LBP dengan kualitas tidur di RSUD Dr.
Moewardi. Hasil OR = 3,24 yang berarti bahwa penderita LBP skor nyeri 6-10
lebih berisiko menderita gangguan tidur 3,24 lebih besar daripada penderita LBP
skor nyeri 0-5.
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan intensitas nyeri pada
pada pasien LBP dengan kualitas tidur. Pengukuran intensitas nyeri dengan
menggunakan kuesioner VAS, sedangkan kualitas tidur menggunakan kuesioner
PSQI. Hasil dari kuesioner VAS berupa angka yang menunjukkan LBP skor nyeri
0-5 dan 6-10, kuesioner PSQI berupa angka yang menunjukkan gangguan tidur
dan non gangguan tidur.
Terdapat perbedaan bermakna pada LBP skor nyeri 0-5 dibandingkan
dengan LBP skor nyeri 6-10 yaitu LBP skor nyeri 0-5 pada wanita 2 kali lebih
besar dibandingkan pria dikarenakan pada wanita dipengaruhi oleh obesitas,
pekerjaan dan posisi tubuh. Data ini didukung penelitian yang dilakukan oleh
Purnamasari et al (2010) yang menyebutkan bahwa prevalensi LBP pada wanita
60,98% dan pada pria 39,02%. Low Back Pain lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan dengan pria karena dipengaruhi oleh obesitas (Shiri et al, 2009).
Penelitian yang dilakukan di Jerman menyebutkan bahwa prevalensi LBP wanita
lebih besar dari pada pria, wanita yang mengalami obesitas akan mempengaruhi
kerja dari os.vertebrae yaitu dalam menopang tubuh bebannya lebih besar
sehingga dapat menyebabkan LBP (Schneider et al, 2006). Penelitian yang
dilakukan di Surabaya menyebutkan bahwa lamanya berdiri >2 jam berisiko untuk
menderita LBP dibandingkan dengan kelompok yang bekerja berdiri <2 jam
(Nawawinetu, 2012). Faktor risiko yang timbul pada pekerja wanita yang duduk
statis selama 90-300 menit. Prevalensi LBP 12,6% pada orang yang sering bekerja
duduk selama lebih dari 4 jam, orang yang bekerja dengan posisi duduk selama
setengah hari memiliki risiko untuk terjadinya LBP (Samara et al, 2005).
Tidak terdapat perbedaan bermakna pada LBP skor nyeri 0-5 dengan LBP
skor nyeri 6-10 karena keduanya sama-sama memiliki sample dengan jumlah
terbanyak pada usia 51-60 tahun yang berkaitan dengan masalah degeneratif.
Puncak prevalensi LBP pada kelompok usia antara 45-60 tahun (Meliala et al,
2003). Penelitian yang dilakukan di Poli Saraf RSUD Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto menyebutkan bahwa Pasien LBP paling banyak terdapat pada usia >
54 tahun, hal tersebut menunjukkan adanya kecenderungan bahwa LBP
merupakan masalah penyakit degeneratif (Purnamasari et al, 2010).
Terdapat perbedaan bermakna pada LBP skor nyeri 6-10 dibandingkan
dengan LBP skor nyeri 0-5 yaitu LBP skor nyeri 6-10 pada gangguan tidur 5 kali
lebih besar dibandingkan non gangguan tidur dikarenakan intensitas nyeri yang
ditimbulkan. Penelitian yang dilakukan di Australia menyebutkan bahwa nyeri
yang ditimbulkan pada penderita LBP mempengaruhi gangguan tidur. Gangguan
tidur yang ditemukan tergantung pada intensitas nyerinya, dimana meningkat satu
titik pada VAS dikaitkan dengan peningkatan 10% pada pelaporan gangguan tidur
(Alsaadi et al, 2011). Hasil penelitian yang dilakukan di Medan menyatakan
bahwa ada hubungan bermakna antara kualitas tidur dengan intensitas nyeri pada
pasien LBP di RSUP H. Adam Malik Medan (r= 0,906; p= 0,006) (Bukit, 2011).
Terdapat perbedaan bermakna pada LBP skor nyeri 0-5 dibandingkan
dengan LBP skor nyeri 6-10 yaitu LBP skor nyeri 0-5 pada kronis 2 kali lebih
besar dibandingkan akut karena dipengaruhi oleh penggunaan obat-obatan yang
diberikan oleh dokter sehingga intensitas nyeri pada pasien kronis lebih banyak
terdapat pada LBP skor nyeri 0-5 sebaliknya LBP skor nyeri 6-10 pada akut 2 kali
lebih besar dibandingkan kronis karena tidak dipengaruhi oleh penggunaan obat-
obatan yang diberikan oleh dokter sehingga intensitas nyeri pada pasien akut lebih
banyak terdapat pada LBP skor nyeri 6-10. Pasien akut memiliki intensitas nyeri
yang tinggi sehingga menyebabkan gangguan tidur, sebaliknya pasien kronis
memiliki intensitas nyeri yang rendah. Data ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Alsaadi et al (2011) menyebutkan bahwa Acute LBP merupakan
penyebab dari gangguan tidur. Chronic LBP bukan merupakan penyebab dari
gangguan tidur (Marty et al, 2008).
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa secara
statistik terdapat hubungan antara LBP skor nyeri 6-10 dengan kejadian gangguan
tidur. Low Back Pain merupakan salah satu faktor risiko dari gangguan tidur.
Penelitian ini masih memiliki kelemahan yaitu menggunakan rancangan
cross sectional dikarenakan keterbatasan waktu, selain itu dalam pengumpulan
data terdapat pasien LBP yang sudah diberikan obat-obatan yang dapat
mengurangi rasa nyeri sehingga pasien tidak mengalami gangguan tidur.
Diharapkan ada penelitian selanjutnya menggunakan cohort dengan pengambilan
data secara langsung dan lengkap dengan faktor risiko gangguan tidur yang
lainnya mengingat dari data epidemiologi LBP di Indonesia didapatkan prevalensi
sekitar 18% yang berkunjung di Poliklinik Neurologi urutan kedua tertinggi
setelah sefalgia (Meliala et al, 2003).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan LBP skor nyeri 6-10
lebih berisiko mengalami gangguan tidur 3 kali lebih besar daripada LBP skor
nyeri 0-5 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara
intensitas nyeri pada pasien LBP dengan kualitas tidur di RSUD Dr. Moewardi
pada tahun 2014.
DAFTAR PUSTAKA
Alsaadi, S.M., McAuley, J.H. Hush, J.M., Maher, C.G.. 2011. Prevalence of Sleep
Disturbance in Patients with Low Back Pain. Eur Spine J; 20: 737-743.
Bukit, S.T.. 2011. Hubungan Kualitas Tidur dengan Intensitas Nyeri pada
Penderita Nyeri Punggung Bawah dan Nyeri Kepala Primer. Laporan
Penelitian. Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK USU, Medan.
Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser, Longo, Jamesson, Loscalzo. 2009. Harrison
Manual Kedokteran. Karisma Publishing Group. Tangerang Selatan.
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., & Grebb, J.A.. 2010. Sinopsis Psikiatri Jilid Kedua.
Bina Rupa Aksara Publisher. Tangerang.
Longo, Fauci, Kasper, Hauser, Jameson, Loscalzo. 2012. Harisson Principles of
Internal Medicine. The McGraw Hill Companies. United States of
America.
Marty, M., Rozenberg, S., Duplan, B., Thomas, P., Duquesnoy, B., Allaert, F..
2008. Quality of Sleep in Patients with Chronic Low Back Pain. EurSpine
J; 17: 839-844.
Meliala, K.R.T.L., Suryamiharja, A., Purba, J.S., Sadeli, H.A.. 2003. Nyeri
Punggung Bawah. Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia (PERDOSSI) FK-Universitas Indonesia, Jakarta.
Nawawinetu, E. D.. 2012. Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Nyeri
Punggung Bawah pada Bidan Saat Menolong Proses Persalinan. Bagian
Kesehatan Masyarakat-Universitas Airlangga, Surabaya.
O’Donoghue, G., Fox, N., Heneghan, C., & Hurley, D.A.. 2009. Objective and
Subjective Assessment of Sleep in Chronic Low Back Pain Patients
Compared with Healthy Age and Gender Matched Controls: A Pilot Study.
BMC Musculoskeletal Disorders; 10: 122.
Purnamasari, H., Gunarso, U., Rujito, L.. 2010. Overweight Sebagai Faktor Risiko
Low Back Pain pada Pasien Poli Saraf RSUD Prof.Dr.Margono Soekarjo
Purwokerto. Mandala of Health. Vol.4. No.1.
Samara, D., Bastaman, B,, Jofizal, J.. 2005. Duduk Statis sebagai Faktor Risiko
Terjadinya Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Perempuan. Bagian
Ilmu Kedokteran Anatomi FK-Trisakti, Jakarta.
Schneider, S., Randoll, D., Buchner, M.. 2006. Why do women have back pain
more than men? A representative prevalence study in the federal republic
of Germany. Clinical Journal Pain; 8: 738-47.
Sherwood, L.. 2012. Fisiologi Manusia. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Shiri, R., Karppinen, J., Arjas, P.L., Solovieva, S., Juntura, E.V.. 2009. The
Association Between Obesity and Low Back Pain: A Meta Analysis.
American Journal of Epidemiology; 171 (2): 135-154.
Tucer, B., Yalcin, B.M., Ozturk, A., Mazicioglu, M.M., Yilmaz, Y., Kaya, M..
2009. Risk Factors for Low Back Pain an Its Relation with Pain Releated
Disability and Depression in a Turkish Sample. Turkish Neurosurgery,
Vol.19, No-4, 327-332.