hubungan kadar asam urat dengan kejadian …digilib.unila.ac.id/55320/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN KADAR ASAM URAT DENGAN KEJADIAN
PREEKLAMPSIA BERAT PADA IBU HAMIL
DI RSUD DR. H ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
Citara Tri Utami
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACK
ASSOCIATION OF URIC ACID LEVEL WITH SEVERE
PREECLAMPSIA IN PREGNANCY WOMEN
IN RSUD DR. H ABDUL MOELOEK LAMPUNG PROVINCE
By
CITARA TRI UTAMI
Background: Preeclampsia is a syndrome of pregnancy after 20 weeks gestation
and is one of obstetric emergencies. It takes an early detection to diagnosis of
preeclampsia so as to avoid a poor prognosis of preeclampsia. Uric acid during
pregnancy is one of preeclampsia biomarkers that can be used as a diagnostic
assessment of preeclampsia. The purpose of this study is to know the association
of uric acid level with severe preeclampsia in pregnancy women in RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Lampung Province.
Method: The design of this research is case control. Case population were
pregnant women with preeclampsia and control population were pregnant women
without preeclampsia. Sample of case consist 31 respondents and case-control
consist 31 respondents. Incidence preeclampsia data obtained while the
examination acid levels obtained from laboratory tests. The bivariate analysis
using Chi Square.
Results: In pregnant women with severe preeclampsia have elevated uric acid
levels (74.2%) than the control (without preeclampsia) group (35.5%). Based on
bivariate analysis, obtained the value of p = 0.0005 and OR 5.227 (95% CI = 1.7
to 15.5).
Conclusion: There is a assosiation high levels of uric acid during pregnancy may
increase the risk of severe preeclampsia by 5 times when compared with normal
uric acid levels during pregnancy.
Keywords: preeclampsia, pregnancy, uric acid
ABSTRAK
HUBUNGAN KADAR ASAM URAT DENGAN KEJADIAN
PREEKLAMPSIA BERAT PADA IBU HAMIL
DI RSUD DR. H ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG
Oleh
CITARA TRI UTAMI
Background: Preeklampsia adalah suatu sindrom kehamilan setelah umur
kehamilan 20 minggu dan merupakan salah satu kegawatdaruratan obstetrik.
Dibutuhkan suatu deteksi dini untuk diagnosis preeklampsia sehingga dapat
menghindari prognosis yang buruk dari preeklampsia. Asam urat selama
kehamilan merupakan salah satu biomarker preeklampsia yang dapat digunakan
sebagai penilaian diagnosis preeklampsia. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengengetahui hubungan kadar asam urat yang dengan kejadian preeklampsia
berat di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Metode: Rancangan pada penelitian ini adalah case control. Populasi kasus
adalah ibu hamil dengan preeklampsia dan populasi kontrol adalah ibu hamil
tanpa preeklampsia. Sampel kasus sebanyak 31 responden dan kasus kontrol
sebanyak 31 responden. Data preeklampsia didapatkan pemeriksaan sedangkan
kadar asam uat didapatkan dari pemeriksaan laboratorium. Analisis bivariat
menggunakan Chi Square.
Hasil: Pada ibu hamil dengan preeklampsia berat memiliki kadar asam urat tinggi
(74,2%) dibandingkan kelompok kontrol (tanpa preeklampsia) yaitu (35,5%).
Berdasarkan analisis bivariat, didapatkan nilai p =0,0005 dan OR 5,227 (CI 95%
=1,7-15,5).
Kesimpulan: Terdapat hubungan kadar asam urat yang tinggi selama kehamilan
dapat meningkatkan risiko preeklampsia berat sebesar 5 kali bila dibandingkan
dengan kadar asam urat normal selama kehamilan.
Kata kunci: asam urat, kehamilan, preeklampsia
HUBUNGAN KADAR ASAM URAT DENGAN KEJADIAN
PREEKLAMPSIA BERAT PADA IBU HAMIL
DI RSUD DR. H ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG
Oleh
Citara Tri Utami
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis, Citara Tri Utami dilahirkan di Poncowarno pada tanggal 2 Januari 1998
sebagai anak ketiga dari Alm Harry Rusdi dan Sopiyah.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Aisyiyah
Poncowarno pada tahun 2003, kemudian menyelesaikan Sekolah Dasar di SD N 1
Purwodadi pada tahun 2009. Menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama di SMP
N 1 Kalirejo pada tahun 2012 dan menyelesaikan sekolah menengah atas di SMA
Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2015.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Nageri (SNMPTN) pada
tahun 2015. Selama menjadi mahasiswi, penulis aktif dalam kegiatan organisasi
internal seperti BEM FK Unila, FSI Ibnu Sina FK Unila dan DPM FK Unila.
Penulis juga aktif dalam organisasi eksternal seperti Komunitas Sadar Kesehatan
(KSK) Lampung dan Global Youth Id.
ALHAMDULLILAHI RABBIL ‘ALAMIN
SEGALA PUJI BAGI ALLAH SWT YANG MAHA
PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG YANG TELAH
MELIMPAHKAN RAHMAT DAN KASIH SAYANG TAK
TERHINGGA KEPADA HAMBA-NYA
SHALAWAT DAN SALAM KEPADA JUNJUNGAN
BESAR RASULLULAH SAW YANG TELAH
MENUNTUN DARI ZAMAN KEGELAPAN MENUJU
JALAN YANG PENUH DENGAN TERANGNYA ILMU
PENGETAHUAN SEPERTI SEKARANG INI
KUPERSEMBAHKAN KARYA TULISKU INI SEBAGAI
TANDA TERIMAKASIHKU KEPADA KEDUA
ORANGTUAKU, KEDUA KAKAKKU, DAN KELUARGA
BESARKU YANG SANGAT AKU CINTAI DAN
SAYANGI
“Barang siapa yang menempuh perjalanan
untuk mencari ilmu, maka akan Allah
mudahkan jalan menuju surga” (HR. Muslim)
SANWANCANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta
salam penulis hanturkan kepada junjungan Rasulullah SAW yang telah menuntun
menuju ilmu pengetahuan seperti ini.
Skripsi dengan judul “Hubungan Kadar Asam Urat dengan Kejadian Preeklampsia
Berat pada Ibu Hamil di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung” adalah
sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
Dalam meyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat masukan, bantuan,
dorongn, saran, bimbingan, dan kritik dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan
ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih
yang sebesar besarnya kepada.
1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., Selaku Rektor Universitas Lampung.
2. Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA., selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung.
3. dr. Rodiani, S.Ked., M.Sc., Sp.OG., selaku pembimbing 1 atas kesediannya
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, kritik, nasehat,
motivasi, ilmu, dan bantuan selama menyelesaikan skripsi ini.
4. dr. Nurul Utami, S.Ked., selaku pembimbing 2 atas kesediannya meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, saran, kritik, nasehat, motivasi, ilmu,
dan bantuan selama menyelesaikan skripsi ini.
5. dr.Intanri Kurniarti, S.Ked., Sp.PK., selaku pembahas atas kesediannya
meluangkan waktu untuk memberikan koreksi, kritik, saran, dan bantuan
dalam menyelesaikan skripsi ini serta memberikan nasehat.
6. Seluruh dosen pengajar dan civitas akademik Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan
selama proses perkuliahan dan selama proses peyelesaian penelitian.
7. Direktur, dokter, bidan, perawat serta semua pihak di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung yang telah meluangkan waktunya selama proses
pengambilan data penelitian.
8. Semua ibu hamil yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi
responden.
9. Mama dan Papa tersayang, Mama Sopiyah dan Alm Papa Harry Rusdi yang
tak henti hentinya memberikan doa, kasih sayang, dukungan, motivasi,
kesabaran, ketelatenan, dan nasehat kepada penulis.
10. Kedua kakakku, Affandi dan Benny Hartanto yang telah mendukung dan
memberikan bantuan serta mendoakan penulis.
11. Kak Natasya Hayatillah, Kak Osy Lu’lu Alfarossi, kak Marrissa Praja dan
kakak-kakak koas yang telah memberikan banyak bantuan kepada penulis
selama pengambilan data.
12. Almira Trihantro Putri, Zihan Zetira, Arini Meronica, Farhandika Muhammad
Neli Salsabila, Nabila Ulfiani, dan yang lainnya yang tidak bisa disebutkan
satu persatu, yang mendukung, mendoakan, memotivasi, menemani, dan
memberi bantuan kepada penulis semenjak awal perkuliahan.
13. Teman-teman FK UNILA angkatan 2015, terima kasih atas momen selama
perkuliahan semenjak awal masuk hingga saat ini, perjuangan bersama,
kerjasama, kebersamaan, kekeluargaan, bantuan, dan motivasi.
14. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu. Terimakasih atas dukungan, bantuan, doa, dan masukkannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat mambangun demi
perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat
bagi pembacanya.
Bandar Lampung, 17 Desember 2018
Penulis,
Citara Tri Utami
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
1.3.1 Tujuan Umum ......................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Preeklampsia ..................................................................................... 6
2.1.1 Pengertian ............................................................................... 6
2.1.2 Epidemiologi .......................................................................... 6
2.1.3 Klasifikasi ............................................................................... 7
2.1.4 Patogenesis ............................................................................. 8
2.1.5 Patofisiologi .......................................................................... 14
2.1.6 Faktor Predisposisi ............................................................... 17
2.1.7 Diagnosis .............................................................................. 18
2.1.8 Komplikasi ........................................................................... 21
2.2 Asam Urat ....................................................................................... 21
2.2.1 Pengertian ............................................................................. 21
2.2.2 Asam Urat Selama Kehamilan ............................................. 25
2.2.3 Pengaruh Asam Urat Pada Kehamilan ................................. 26
2.2.3.1 Asam Urat dan Perkembangan Plasenta .................. 26
2.2.3.2 Asam Urat dan Struktur, Fungsi Vaskular Plasenta . 27
2.2.3.3 Asam Urat dan Keseimbangan Redoks Plasenta ..... 27
ii
2.2.2.4 Asam Urat dan Inflamasi ....................................... 28
2.2.2.5 Asam Urat dan Perbaikan Endotel ......................... 28
2.2.2.6 Asam Urat dan Disfungsi Ginjal Maternal ............. 29
2.3 Hubungan Kadar Asam Urat dengan Preeklampsia ....................... 29
2.4 Kerangka penelitian ........................................................................ 31
2.4.1 Kerangka Teori ..................................................................... 31
2.4.2 Kerangka Konsep ................................................................. 32
2.5 Hipotesis ......................................................................................... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ............................................................................ 33
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian......................................................... 33
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................... 33
3.3.1 Populasi ................................................................................ 33
3.3.1.1 Populasi Kasus ......................................................... 34
3.3.1.2 Populasi Kontrol ...................................................... 34
3.3.2 Sampel .................................................................................. 34
3.3.2.1 Kriteria Inklusi Kasus .............................................. 34
3.3.2.2 Kriteria Inklusi Kontrol ............................................ 34
3.3.2.3 Kriteria Eksklusi Kasus ............................................ 35
3.3.2.4 Kriteria Ekslusi Kontrol ........................................... 35
3.3.2.5 Sampel Kasus ........................................................... 35
3.3.2.6 Sampel Kontrol ........................................................ 37
3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 38
3.5 Identifikasi Variabel dan Difinisi Operasional Variabel ................ 38
3.5.1 Identifikasi Variabel ............................................................. 38
3.5.2 Definisi Operasional Variabel .............................................. 38
3.6 Alur Penelitian ................................................................................ 39
3.7 Pengelolaan dan Analisis Data ....................................................... 40
3.7.1 Pengelolaan Data .................................................................. 40
3.7.2 Analisis Data ........................................................................ 41
3.8 Etika Penelitian ............................................................................... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................... 44
4.1.1 Analisis Univariat ................................................................. 44
4.1.2 Analisis Bivariat ................................................................... 45
4.2 Pembahasan .................................................................................... 46
4.2.1 Analisis Univariat ................................................................. 46
4.2.1 Analisis Bivariat ................................................................... 47
4.3 Keterbatasan Penelitian .................................................................. 52
iii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 513
5.2 Saran ............................................................................................ 513
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Pemeriksaan Labortorium ................................................................................. 19
2. Definisi Operasional Variabel ........................................................................... 39
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Kadar Asam Urat ................................. 44
4. Hubungan Kadar Asam Urat Dengan Preeklampsia Berat ............................... 45
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Patofisiologi Preeklampsia ................................................................................ 17
2. Kerangka Teori.................................................................................................. 31
3. Kerangka Konsep .............................................................................................. 32
4. Alur Penelitian .................................................................................................. 40
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Persetujuan Etik
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian RSUD Dr. H Abdul Moeloek Provinsi Lampung
Lampiran 3. Penjelasan Penelitian dan Informed Consent
Lampiran 4. Hasil Analisis Statistik
Lampiran 5. Dokumentasi
Lampiran 6. Lembar Pemantauan Kegiatan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Preeklampsia adalah sindrom kehamilan yang memengaruhi banyak sistem
organ, yang ditandai dengan hipertensi dan proteinuria setelah usia kehamilan
20 minggu. Angka kejadian preeklampsia diperkirakan 3-10% kehamilan di
seluruh dunia dan termasuk penyebab utama kematian ibu hamil (Duley,
2009). Lebih dari 70% kematian ibu akibat komplikasi utama dari
perdarahan, infeksi, aborsi yang tidak aman, persalinan terhambat, dan
gangguan hipertensi pada kehamilan, termasuk preeklampsia dan eklampsia
(WHO & WORLDBANK, 2012).
Preeklampsia merupakan salah satu kegawatdaruratan obstetrik yang
mengancam jiwa, sehingga perlu penanganan cepat dan tepat untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010).
Secara global, angka kejadian preeklampsia berkisar 5-7% dari seluruh
kehamilan. Sebaliknya di negara berkembang, angkanya cukup tinggi dan di
Indonesia berkisar 5-10% (Departemen Kesehatan RI, 2007). Brett dkk
(2003), menyatakan bahwa preeklampsia adalah sindroma sistemik yang
merupakan komplikasi 3-5% dari seluruh kehamilan dan berkontribusi
2
terhadap tingginya tingkat morbiditas dan mortalitas ibu dan janin (Young,
Levine, & Karumanchi, 2010).
Pada wanita hamil dengan preeklampsia dapat terjadi perubahan
hemodinamik, penurunan aliran darah ke ginjal, berkurangnya 50% kecepatan
filtrasi glomerulus, terjadi peningkatan kepekaan terhadap zat vasopresor,
penurunan renin-angiotensin, dan penurunan kadar prostaglandin E, sehingga
menyebabkan penurunan eksresi asam urat akibat peningkatan reabsorbsi di
tubulus proksimal (Sumanti dkk., 2013). Preeklampsia umumnya diawali
dengan hiperurisemia yaitu peningkatan kadar asam urat sebelum
menimbulkan onset manifestasi klinis pada awal kehamilan (Bainbridge &
Roberts, 2008). Wanita yang menderita preeklampsia memiliki kecenderungan
kadar asam urat, hemoglobin, dan kreatinin yang tinggi serta jumlah trombosit
yang rendah, dan resiko seksio sesaria yang lebih tinggi (Bellomo dkk., 2011).
Berdasarkan penelitian Bellomo dkk (2011), asam urat menjadi penanda
utama preeklampsia, namun kadar asam urat pada trimester pertama menjadi
penanda yang buruk untuk prediksi bayi kecil masa kehamilan dengan
sensitifitas ≈80% tetapi spesifitas yang rendah (Bellomo dkk., 2011). Studi
yang dilakukan Tejal dan Astha (2014) menyatakan bahwa pengukuran asam
urat serum lebih baik untuk indikator preeklampsia dari pada pengukuran
tekanan darah pada wanita hamil dengan hipertensi (Tejal & Astha, 2014).
Berdasarkan penelitian Belloma dkk (2011), wanita hamil yang di duga
mengalami hipertensi dalam kehamilan dengan asam urat serum >309 µmol/L
3
dan kenaikan >113 µmol/L dari trimester pertama secara akurat dapat
memprediksi perkembangan preeklampsia lebih lanjut (Bellomo dkk., 2011).
Hasil penelitian Andrew dan Patel (2016) dari 98 kasus, preeklampsia ringan
60 kasus (61,2 ±%), preeklampsia berat 24 kasus (24,5%) dan eklampsia 14
kasus (14,3%). Tingkat asam urat serum secara signifikan meningkat seiring
dengan tingkat keparahan kehamilan yang disertai hipertensi, wanita hamil
normal (4,58 ± 0,37), preeklampsia ringan (5,32 + 0,40), preeklampsia berat
(6,29 ± 0,57) dan eklampsia (7,88 ± 1,26). Dari hasil penelitian, wanita
dengan kadar asam urat lebih dari 5.5 mg/dl terlihat pada 28 kasus
preeklampsia ringan, 19 kasus preeklampsia berat dan 12 kasus eklampsia dan
kematian perinatal terjadi dengan kadar asam urat >5,5 mg/dl (Andrew &
Patel, 2016). Menurut Mc Carthy dan Kenny (2015), asam urat menjadi
pengukur preeklampsia dan perinatal yang sangat sensitif tapi hanya bermakna
klinis jika kadarnya meningkat atau sangat tinggi (McCarthy & Kenny, 2015).
Berdasarkan pusat data dan informasi kesehatan Republik Indonesia (2014),
angka kematian ibu hamil akibat hipertensi dalam kurun waktu tahun 2010
sampai 2013 mengalami peningkatan. Angka kejadian kematian ibu hamil
akibat hipertensi pada tahun 2010 tersebut berkisar 21,5% sedangkan pada
tahun 2013 sebesar 27,1% (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Insidensi
preeklampsia di Indonesia yaitu 3-10% (Manik dkk., 2017). Kasus kematian
ibu di Provinsi Lampung tahun 2015 akibat hipertensi sebesar 35 kasus (Dinas
Kesehatan Pemerintah Provinsi Lampung, 2016) sedangkan angka kejadian
4
preeklampsia di RSUD Dr. H Abdul Moeloek Provinsi Lampung menunjukan
bahwa pada tahun 2013 terdapat 481 kasus, sedangkan pada tahun 2014
terdapat 337 kasus. Meskipun terjadi penurunan namun angka kejadian di
RSUD Dr. H Abdul Moeloek Provinsi Lampung masih cukup tinggi,
sedangkan insidensi preeklampsia periode 1 Juli 2014 – 30 Juni 2015
menunjukan 58,4% mengalami preeklampsia berat dan 41,6% mengalami
preeklampsia ringan (Manik dkk., 2017). Berdasarkan latar belakang tersebut,
peneliti tertarik untuk meneliti hubungan kadar asam urat dengan
preeklampsia berat pada ibu hamil di RSUD Dr. H Abdul Moeloek Provinsi
Lampung.
1.2 Perumusan Masalah
Pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu:
Apakah ada hubungan antara kadar asam urat dengan kejadian preeklampsia
berat pada ibu hamil di RSUD Dr. H Abdul Moeloek Provinsi Lampung?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan kadar asam urat dengan kejadian preeklampsia
berat pada ibu hamil di RSUD Dr. H Abdul Moeloek Provinsi
Lampung.
5
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui prevalensi preeklampsia berat di RSUD Dr. H Abdul
Moeloek Provinsi Lampung.
2. Mengetahui hubungan kadar asam urat dengan preeklampsia berat
pada ibu hamil di RSUD Dr. H Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi RSUD Dr. H Abdul Moeloek
Sebagai bahan masukan dalam penyusunan perencanaan pelayanan
maternal terutama dalam membantu menegakkan diagnosis preeklampsia.
2. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menjadi
sumber referensi serta menambah publikasi di Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
3. Bagi peneliti lainnya
Sebagai bahan bacaan mengenai hubungan yang memengaruhi
preeklampsia serta sebagai acuan meneliti hal-hal yang berhubungan
dengan preeklampsia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Preeklampsia
2.1.1 Pengertian
Preeklampsia adalah sindrom kehamilan yang memengaruhi banyak
sistem organ yang ditandai dengan hipertensi dan proteinuria setelah
usia kehamilan 20 minggu (Duley, 2009).
2.1.2 Epidemiologi
Diperkirakan 287.000 kematian ibu hamil terjadi pada tahun 2010, hal
ini terjadi penurunan 47% dari level-level di tahun 1990. Dengan angka
kejadian di Sub-sahara Afrika 56% dan Asia Tenggara 29% dari
kematian ibu hamil di seluruh dunia di tahun 2010 (WHO &
WORLDBANK, 2012). Insidensi kejadian preeklampsia di dunia
sekitar 3-10% kehamilan dan angka kejadian bervariasi tiap negaranya.
World Health Organization (WHO) memperkirakan kejadian
preeklampsia tujuh kali lebih tinggi di negara berkembang (2,8% dari
kelahiran hidup) daripada di negara maju (0,4%). Eklampsia
meningkatkan risiko kematian ibu di negara maju (0,5 sampai 1,8%)
dan di Indonesia (setinggi 15%) (WHO, UNFPA, & UNICEF, 2009).
7
Berdasarkan pusat data dan informasi kesehatan Republik Indonesia
(2014), angka kematian ibu hamil akibat hipertensi dalam kurun waktu
tahun 2010 sampai 2013 mengalami peningkatan. Angka kejadian
kematian ibu hamil akibat hipertensi pada tahun 2010 tersebut berkisar
21,5% sedangkan pada tahun 2013 sebesar 27,1% (Kementerian
Kesehatan RI, 2014). Insidensi preeklampsia di Indonesia yaitu sekitar
3-10% (Manik dkk., 2017). Kasus kematian ibu di Provinsi Lampung
tahun 2015 akibat hipertensi sebesar 35 kasus (Dinas Kesehatan
Pemerintah Provinsi Lampung, 2016) sedangkan angka kejadian
preeklampsia di RSUD Dr. H Abdul Moeloek Provinsi Lampung
menunjukan bahwa pada tahun 2013 terdapat 481 kasus, sedangkan
pada tahun 2014 terdapat 337 kasus. Meskipun terjadi penurunan
namun angka kejadian di RSUD Dr. H Abdul Moeloek Provinsi
Lampung masih cukup tinggi, sedangkan insidensi preeklampsia
periode 1 Juli 2014 – 30 Juni 2015 menunjukan 58,4% mengalami
preeklampsia berat dan 41,6% mengalami preeklampsia ringan. (Manik
dkk., 2017).
2.1.3 Klasifikasi
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists’
(ACOG) Task Force on Hypertension in Pregnancy pada tahun 2013,
membagi klasifikasi preeklampsia menjadi:
8
1. Preeklampsia
Hipertensi onset baru (tekanan darah sistolik >140 mmHg dan/atau
diastolik >90 mmHg) setelah 20 minggu dengan proteinuria.
2. Preeklampsia berat
Jika tanpa proteinuria, hipertensi setelah 20 minggu kehamilan
ditambah tanda atau gejala kerusakan organ.
Tanda/gejala kerusakan organ ditandai dengan:
a. Tekanan darah sistolik >160 mmHg atau diastolik >110
mmHg.
b. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/μL).
c. Gangguan fungsi hati (dua kali normal).
d. Nyeri persisten berat pada kuadran kanan atas atau nyeri
epigastrik yang tidak responsif terhadap pengobatan.
e. Insufisiensi ginjal (kreatinin >1,1 mg/dL atau peningkatan dua
kali lipat kadar kreatinin tanpa disertai penyakit ginjal lainya).
f. Edema paru.
g. New-onset cerebral atau gangguan penglihatan (Sherman dkk.,
2017).
2.1.4 Patogenesis
Meskipun patogenesis preeklampsia belum sepenuhnya dipahami,
tingkat faktor angiogenik yang berubah berperan dalam preeklampsia
(Seely & Solomon, 2016).
9
Menurut Cunningham dkk (2013), patogenesis preeklampsia adalah:
1. Vasospasme
Aktivasi endotel menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah
dengan peningkatan resistensi sehingga menimbulkan hipertensi.
Pada waktu yang sama, kerusakan endotel menyebabkan kebocoran
interstitial tempat lewatnya komponen darah, seperti trombosit dan
fibrinogen yang kemudian terakumulasi di subendotel. Akibat
vasokontriksi pembuluh darah menyebabkan berkurangnya aliran
darah sehingga akan terjadi iskemia jaringan dan dapat
menyebabkan nekrosis, perdarahan, dan gangguan organ lainnya.
2. Kerusakan sel endotel
Endotelium normal memiliki sifat antikoagulan, dan sel-sel
endotelial otot polos vaskular merespon dengan melepaskan Nitrat
Oksida. Rusaknya sel endotelial akan menghasilkan lebih sedikit
Nitrat Oksida dan meningkatkan sekresi zat-zat koagulasi dan
meningkatkan kepekaan terhadap vasopresor.
3. Prostaglandin
Pada kehamilan normal, terjadi penurunan respon terhadap tahanan
vaskular yang disebabkan oleh penurunan responsivitas vaskular
yang dipengaruhi oleh sintesis prostaglandin endotel. Pada
preeklampsia terjadi penurunan produksi prostasiklin endotel
(PGI2). Pada waktu bersamaan, sekresi tromboksan A2 oleh
trombosit meningkat, dan prostasiklin: rasio thromboksan A2
menurun. Akibatnya, akan meningkatkan sensitivitas terhadap
10
Angiotensin II yang disekresikan sehingga menyebabkan
vasokontriksi.
4. Nitrat Oksida
Vasodilator kuat disintesis dari l-arginin oleh sel endotelial.
Penghambatan sintesis Nitrat Oksida meningkatkan tekanan arterial
rata-rata, penurunan denyut jantung, dan membalikkan
ketidaksensitifan terhadap vasopresor yang diinduksi kehamilan.
Pada manusia, Nitrat Oksida merupakan senyawa yang
mempertahankan kondisi normal pembuluh darah untuk berdilatasi
dan bertekanan rendah yang khas untuk perfusi fetoplasenta. Nitrat
Oksida juga diproduksi oleh endotelium janin, dan meningkat
sebagai respon terhadap preeklampsia, diabetes, dan sepsis.
5. Endotelin
Peptida asam 21-amino adalah vasokonstriktor kuat, dan
endothelin-1 (ET-1) adalah isoform utama yang dihasilkan oleh
endotelium manusia. Plasma ET-1 level meningkat pada wanita
hamil normotensif, namun wanita dengan preeklampsia memiliki
tingkat yang lebih tinggi.
6. Protein angiogenik dan antiangiogenik
Terdapat jumlah berlebih dari faktor angiogenik yang diduga
dirangsang oleh hipoksia yang memburuk pada permukaan kontak
uteroplasenta. Pada preeklampsia, jaringan trofoblastik
menghasilkan sedikitnya dua peptide antiangiogenik secara
11
berlebihan yang selanjutnya memasuki sirkulasi maternal
(Cunningham dkk., 2013).
Selain teori diatas ada beberapa teori yang mendukung patogenesis
preeklampsia:
1. Angiogenik Markers
Perubahan kadar absolut Soluble Fms-like tyrosine kinase 1 (sFlt-
1), endogenous inhibitor of vascular endothelial growth factor
(VEGF), placental growth factor (PlGF), dan soluble endoglin
(sEng) di sirkulasi ibu akan mendahului onset preeklampsia pada
umur kehamilan minggu sampai bulan sehingga digunakan sebagai
tes prediksi potensial untuk preeklampsia (Karumanchi,
2016);(Noori dkk., 2010). Menurut Levine dkk, mengamati bahwa
tingkat sirkulasi sFlt-1 mulai meningkat pada 5 minggu sebelum
onset-onset preeklampsia dan berkorelasi dengan tingkat keparahan
penyakit. Sejalan dengan peningkatan level sFlt-, plasma bebas dan
tingkat VEGF bebas menurun, menunjukkan bahwa tingkat hasil
pengikatan oleh sFlt-1. Tingkat PlGF rendah pada 13-20 minggu
dan 21-32 minggu adalah prediktif preeklampsia preterm, dan
tingkat rendah pada 33-41 minggu adalah prediktif terhadap
preeklampsia term .Tingkat sflt-1 yang tinggi tidak lebih awal dari
21-32 minggu adalah prediktif preeklampsia preterm, sedangkan
kadar sFlt-1 yang tinggi pada 33-41 minggu diperkirakan
preeklampsia term. Secara umum, wanita yang mengalami
12
perkembangan parah dan/atau onset dini preeklampsia memiliki
kadar sFlt-1 dan plGF yang lebih tinggi pada masing-masing
interval waktu (Levine dkk., 2004).
2. Protein-13 Plasenta
Protein-13 plasenta (PP-13) (Than dkk., 2004) adalah anggota
keluarga galektin (Visegrady dkk., 2001) yang diproduksi oleh
sinsitiotrofoblas yang terlibat pada implantasi normal dan
perkembangan pembuluh darah plasenta (Than dkk., 2004).
Menurut Gonen dkk, melaporkan bahwa PP-13 pada trimester
pertama saja atau dalam kombinasi antara trimester pertama dan
kedua menjadi penanda untuk menilai risiko preeklampsia (Gonen
dkk., 2008).
3. Plasma Protein A
Protein plasma terkait kehamilan A (PAPP-A) adalah peptidase
yang diproduksi oleh sinkitiotrofoblas dengan aktivitas hidrolitik
untuk faktor pertumbuhan mirip insulin- protein pengikat. Protein
A sebagai faktor pertumbuhan insulin yang penting untuk
implantasi, invasi trofoblas ke ibu, dan pertumbuhan plasenta.
Protein A dilepaskan ke dalam sirkulasi ibu yang akan mengikat
protein pengikat utama eosinofil dan penghambat aktivitas
proteolitiknya (Karumanchi, 2016). Sehingga kadar PAPP-A yang
menurun pada trimester pertama dikaitkan dengan peningkatan
risiko kehamilan yang merugikan, termasuk preeklampsia (Spencer
dkk., 2008).
13
4. Uji Disfungsi Ginjal
Karena ginjal merupakan organ target utama preeklampsia
sehingga tes fungsi ginjal yang terkait diusulkan sebagai prediktor
preeklampsia.
a. Asam urat serum
Dalam beberepa literatur menyebutkan bahwa adanya peran
asam urat dalam proses preeklampsia. Hal ini dikaitkan dengan
peningkatan kaskade pro-inflamasi, stres oksidatif,
hiperpotensi dan penyakit kardiovaskular (Niraula dkk., 2017);
(Zhao dkk., 2014); (Bainbridge & Roberts, 2008)
b. Protenuria
Proteinuria secara rutin dinilai dari pertama kali kunjungan
antenatal care. Pengukuran proteinuria meliputi total protein
atau total ekskresi albumin selama 24 jam, mikroalbuminuria,
rasio albumin: kreatinin, dan dipstick untuk proteinuria atau
albuminuria. Morris dkk (2012) melakukan tinjauan sistematis
dan meta analisis protein kreatinin urin dalam preeklampsia
dan menegaskan bahwa rasio sementara protein kreatinin urin
berperan dalam mendiagnosis proteinuria yang signifikan,
tetapi hal ini tidak berkorelasi dengan hasil buruk yang
berhubungan dengan preeklampsia (Morris dkk., 2012).
c. Kallikrein
Sistem kallikrein-kinin adalah regulator parakrin yang penting
dalam dilatasi pembuluh darah. Kadar kallikrein kencing manis
14
sebagai prediktor dari preeklampsia telah terbukti menurun
pada pasien dengan preeklampsia dibandingkan dengan
kehamilan yang normal sehingga tidak berguna sebagai tes
skrining preeklampsia (Karumanchi, 2016).
5. Asam nukleat bebas
Pada preeklampsia, sel janin-ibu berubah secara signifikan dengan
peningkatan jumlah sel janin yang terdeteksi pada sirkulasi ibu
selama kehamilan. Hal ini ditunjukan pada kehamilan preeklampsia
kadar DNA bebas janin tinggi sebelum onset klinis penyakit
(Karumanchi, 2016).
2.1.5 Patofisiologi
Preeklampsia memiliki patofisiologi yang kompleks, penyebab
utamanya adalah plasentasi yang abnormal. Selain itu, preeklampsia
diakibatkan invasi yang tidak sempurna dari arteri spiralis oleh sel
sitotrofoblas (Uzan dkk., 2011). Preeklampsia disebabkan oleh
disfungsi plasenta yang diikuti oleh pelepasan faktor oleh plasenta
seperti Soluble Fms-like tyrosine kinase 1 (sFlt-1), soluble endoglin
(sEng) dan mediator lainnya yang mengalami ganguan ke dalam
sirkulasi ibu sehingga menyebabkan disfungsi endotel yang
menimbulkan manifestasi klasik penyakit (Gambar 1). Dalam kasus ini,
dua protein antiangiogenik diproduksi secara berlebihan oleh plasenta
dan masuk ke sirkulasi ibu dan menjadi molekul yang berperan untuk
fenotip preeklampsia. Soluble Fms-like tyrosine kinase 1 (sFlt-1), faktor
15
penghambat endogen vascular endothelial growth factor (VEGF),
placental growth factor (PlGF), dan soluble endoglin (sEng), sirkulasi
koreseptor ransforming growth factor beta (TGF-β), yang meningkat
pada serum wanita preeklampsia dibandingkan dengan kehamilan
normal (Karumanchi, 2016).
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa invasi sitotrofoblas pada uterus
sebenarnya merupakan jalur diferensiasi yang unik di mana sel-sel janin
mengambil atribut tertentu dari endotelium maternal yang biasanya
mereka gantikan. Dalam preeklampsia, proses diferensiasi ini berjalan
salah. Abnormalitas mungkin berhubungan dengan jalur oksida nitrat,
yang memberikan kontribusi besar pada kontrol tonus vaskular. Selain
itu, penghambatan sintesis maternal nitrat oksida bisa mencegah
implantasi embrio (Uzan dkk., 2011). Peningkatan resistensi arteri
uterina menginduksi sensitivitas yang lebih tinggi terhadap
vasokonstriksi dan menyebabkan iskemik plasenta kronis dan stres
oksidatif. Iskemia plasenta kronis ini menyebabkan komplikasi janin,
termasuk retardasi pertumbuhan intrauterin dan kematian intrauterin.
Secara paralel, stres oksidatif menginduksi pelepasan zat ke sirkulasi
maternal seperti radikal bebas, lipid teroksidasi, sitokin, dan serum
soluble vascular endothelial growth factor 1. Kelainan ini bertanggung
jawab untuk disfungsi endotel (Roberts, 1998) dengan
hiperpermeabilitas vaskular, trombofilia, dan hipertensi, sehingga
mengkompensasi penurunan aliran di arteri uterina karena
16
vasokonstriksi perifer. Disfungsi endotel bertanggung jawab untuk
klinis tanda-tanda yang diamati pada ibu, yaitu, kerusakan endotelium
hepar yang berkontribusi terhadap timbulnya sindrom HELLP
(Hemolisis, Peningkatan Hati dan Rendah Trombosit), gangguan
endotelium otak yang menyebabkan gangguan neurologis refrakter, atau
bahkan eklampsia. Menipisnya faktor pertumbuhan endotel vaskular
dalam podosit membuat endotelosis lebih mampu memblokir diafragma
celah di membran basal, menambah penurunan filtrasi glomerulus dan
menyebabkan proteinuria. Akhirnya, disfungsi endotel meningkatkan
anemia hemolitik mikroangiopati, dan hiperpermeabilitas vaskular yang
berhubungan dengan albumin serum rendah menyebabkan edema,
terutama di tungkai bawah atau paru-paru (Uzan dkk., 2011).
17
(Karumanchi, 2016)
Gambar 1. Patofisiologi Preeklampsia
2.1.6 Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi yang meningkatkan kejadian
preeklampsia:
1. Nulipara.
2. Usia >40 tahun.
3. Jarak kehamilan >7 tahun.
4. Riwayat keluarga preeklampsia.
5. Wanita yang lahir kecil untuk usia gestasi.
18
6. Obesitas / diabetes mellitus gestational.
7. Multifetal gestasi.
8. Preeklampsia pada kehamilan sebelumnya.
9. Hasil buruk pada kehamilan sebelumnya.
10. Terbatasnya pertumbuhan janin, abrupsio plasenta, kematian janin.
11. Faktor genetika yang sudah ada sebelumnya.
12. Hipertensi kronis.
13. Penyakit ginjal.
14. Diabetes mellitus tipe 1.
15. Sindrom antifosfolipid.
16. Kehamilan dengan inseminasi donor sperma, oosit atau embrio.
17. Mutasi faktor V Leiden (Zamorski & Green, 2017).
2.1.7 Diagnosis
Kriteria diagnostik preeklampsia terbaru menurut American College of
Obstetricians and Gynecologists 2013 Task Force on Hypertension in
Pregnancy adalah:
1. Anamnesis
Gejala nonspesifik sakit kepala, penglihatan buram, atau nyeri pada
kuadran kanan atas, bisa menjadi tanda pendahuluan preeklampsia
dan mungkin hadir tanpa adanya pada peningkatan tekanan darah.
Riwayat penyakit juga membahas faktor predisposisi, termasuk
penyakit kronis, riwayat keluarga, nulipara, dan komplikasi
kehamilan sebelumnya.
19
2. Pemeriksaan fisik
Peningkatan tekanan darah sejak usia kehamilan 20 minggu, namun
paling umum setelah 34 minggu masa kehamilan. Temuan lain
termasuk edema ekstremitas bawah, edema paru, hepatomegali, dan
nyeri tekan kuadran kanan atas, walaupun temuan ini tidak spesifik
untuk diagnosis preeklampsia.
3. Pemeriksaan Penunjang
Tes laboratorium yang direkomendasikan meliputi hitung darah
lengkap, basic metabolic panel (glukosa, kalsium, sodium,
potassium, CO2, Cl, BUN [Blood Urea Nitrogen], kreatinin), tes
fungsi hati, laktat dehydrogenase (LDH), dan haptoglobin (jika
sindrom HELLP [hemolisis, peningkatan enzim hati, trombosit
rendah] dicurigai), dijelaskan pada tabel 1.
Tabel 1. Pemeriksaan Labortorium
Sumber: (Combs, 2017).
Pemeriksaan Laboratorium untuk memastikan kecurigaan preeklampsia
a. Tes darah lengkap (trombositopenia).
b. Tes fungsi hati (aspartate aminotransferase, alanine
aminotransferase, bilirubin).
c. Kreatin serum.
d. Kreatinin protein/kreatinin.
e. Pemeriksaan koagulasi, laktat dehidrogenase dan haptoglobin (jika
HELLP [hemolisis, peningkatan enzim hati, trombosit rendah]
dicurigai).
20
Diagnosis preeklampsia ditegakan pada wanita yang sebelumnya
normotensif:
1. Tekanan darah sistolik 140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik
90 mmHg dalam 2 kali pemeriksaan dan sekurangnya 4 jam setelah
20 minggu masa gestasi, dan
2. Proteinuria 0,3g dalam urin 24 jam atau rasio protein/kreatinin 0,3
atau dipstik >1+ jika tidak tersedia urin 24 jam atau
3. Dengan tidak adanya proteinuria, dan ada salah satu dibawah ini
yang menjadi tambahan dalam hipertensi onset baru:
a. Serum kreatinin >1,1 mg/dL.
b. Transaminase dua kali lipat batas normal jumlah trombosit
normal kurang dari 100.000/mL.
c. Edema paru.
d. Gejala serebral atau visual (seperti skotomata, penglihatan
kabur, sakit kepala baru yang tidak responsif terhadap
analgesia) (Combs, 2017).
Preeklampsia didefinisikan berat apabila ada 1 atau lebih dari tanda
berikut:
1. Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik
110 mmHg dengan dua kali 15 menit.
2. Disfungsi ginjal dengan kreatinin serum lebih besar dari 1,1 mg/dL
atau dua kali lipat dari kreatinin serum.
21
3. Edema paru.
4. Gangguan otak serebral atau visual.
5. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/mL).
6. Peningkatan transaminase dua kali dari normal atau perkembangan
kuadran kanan atas atau nyeri epigastrik (Combs, 2017).
2.1.8 Komplikasi
Beberapa komplikasi akibat preeklampsia:
1. Eklampsia.
2. Perdarahan serebral (sering menyebabkan kematian secara global).
3. Sindroma HELLP.
4. Edema paru.
5. Gagal ginjal.
6. Gagal plasenta.
7. Kematian janin.
8. Disseminated Intravaskular Coagulation (DIC).
9. Ruptur hati (Combs, 2017).
2.2 Asam Urat
2.2.1 Pengertian
Asam urat merupakan produk degradasi purin yang dikatalis oleh enzim
xantin dihidrogenase/xantin oksidase (XDH/XO). XDH diubah menjadi
bentuk oksidase XO oleh beberapa rangsangan termasuk iskemia.
Metabolisme purin akan menghasilkan asam urat dengan produksi
22
radikal bebas (O2-) dan berkontribusi sebagai stress oksidatif.
(Bainbridge & Roberts, 2008).
Asam urat adalah antioksidan plasma yang mampu menghambat
superoksida, radikal hidroksil dan oksigen. Dapat juga mengurangi
residu nitrosilasi tirosin pada protein oleh peroxynitrite dan mampu
mempertahankan aktivitas superoksida dismutase. Sebaliknya, asam
urat bisa menjadi pro-oksidan (urat radikal) dalam pengaturan
ketersediaan antioksidan, terutama penurunan ketersediaan askorbat
(Bainbridge & Roberts, 2008). Asam urat juga merupakan mediator
peradangan yang merangsang produksi protein kemoatraktif monosit-1,
IL-1β, IL-6 dan TNF-α ( Johnson dkk., 2003).
Pada prediabetes terjadi hiperinsulinemia yang dapat menurunkan
ekskresi ginjal terhadap asam urat dan garam sehingga terjadi pemicu
untuk timbulnya hiperurisemia serta penyakit kardiovaskular lain.
Hubungan hiperurisemia dengan toleransi glukosa terganggu (TGT)
diperantarai oleh mekanisme hiperinsulinemia dan resistensi insulin.
Resistensi insulin, hipoksia dan kematian sel dapat menginduksi
perubahan xantin dengan bantuan air dan oksigen yang akan berubah
menjadi asam urat sehingga menghasilkan peroksida. Peroksida
merupakan oksigen radikal bebas yang akan memengaruhi
kaseimbangan Nitric Oxide (NO) yang berperan dalam menjaga
keseimbangan tonus vascular. Pada penderita baru diabetes mellitus tipe
23
2 juga bisa menyebabkan peningkatan kadar asam urat. Pada penderita
diabetes mellitus tipe 2 diduga terjadi resistensi insulin yang yang
berujung pada terjadi hiperinsulinemia yang akan meningkatkan
reabsorbsi asam urat (Siregar & Nurkhalis, 2011).
Pemeriksaan kadar asam urat dapat dilakukan dengan menggunakan
sampel darah atau urin. Pemeriksaan kadar asam urat dengan
menggunkan sampel darah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
chemistry analyzer berupa spektrofotometer dan metode Point Of Care
Testing (POCT). Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan
untuk melakukan pemeriksaan kimia salah satunya yaitu kadar asam
urat yang dilengkapi dengan sumber cahaya (gelombang
elektromagnetik), baik cahaya UV ataupun cahaya nampak (visible)
(Pertiwi, 2016). POCT adalah pemeriksaan laboratorium sederhana
yang dapat dilakukan diluar laboratorium yang hasilnya tersedia cepat
karena tanpa harus transportasi spesimen dan persiapan. POCT
menggunakan teknologi biosensor yang menghasilkan muatan listrik
dari interaksi kimia antara zat tertentu dalam darah (misalnya asam
urat) dan elektroda strip. Perubahan potensial listrik yang terjadi akibat
reaksi kedua zat tersebut akan diukur dan dikonversi menjadi angka
yang sesuai dengan jumlah muatan listrik yang dihasilkan. Angka yang
dihasilkan dalam pemeriksaan dianggap setara dengan kadar zat yang
diukur dalam darah (Akhzami, Rizki, & Setyorini, 2016).
24
Metode POCT memiliki kelebihan waktu pemeriksaan lebih cepat
kurang dari lima menit, tidak memerlukan sampel dalam jumlah yang
besar, dan mudah dalam pengoprasian alat karena dirancang untuk
dapat digunakan selain teknisi laboratorium juga dapat digunakan oleh
orang awam. Tetapi metode ini juga mempunyai kekurangan yaitu
harga alat dan strip yang sedikit lebih mahal dan hasil pemeriksaan
dipengaruhi kualitas sampel. Selain itu alat POCT hanya mampu
membaca kadar asam urat di 3,0-20,0 mg/dL memberikan kesulitan
pada pemeriksaan pasien, karena nilai normal asam urat adalah 2,6-7,0
mg/dL berarti pada kadar dibawah 3,0 mg/dL tidak akan mampu
terbaca padahal sebenarnya sampel tersebut normal (Pertiwi, 2016).
Berdasarkan penelitian Akhzami dkk (2016) dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pemeriksaan asam urat
dengan Point Of Care Testing (POCT) dan chemistry analyzer
(Akhzami dkk, 2016).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan jika menggunakan
pemeriksaan dengan POCT yaitu:
1. POCT tidak akan berfungsi dengan baik pada ketinggian lebih dari
8.000 kaki (2.438 meter) di atas permukaan laut.
2. Digunakan pada suhu antara 14-40°C (57,2°F dan 104 °F) dan
kelembaban relatif 20-85%. Jika jika digunkan diluar kondisi yang
disarankan dapat memberikan hasil yang salah.
25
3. Strip uji disimpan pada suhu 4-30°C (40°F dan 86°F) dan hindari
cahaya matahari langsung.
4. Jangan gunakan alat ini di lingkungan yang kering terutama bahan
sintesis karena dapat merusak matan listrik stastis yang ada pada
strip uji.
5. Jangan gunakan alat ini di dekat telepon seluler atau telpon tanpa
kabel, walkie talkie, garasi pembuka pintu, pemancar radio, atau
peralatan listrik atau elektronik lainnya yang merupakan sumber
radiasi elektromagnetik, karena ini dapat mengganggu operasi yang
tepat dari alat tersebut (Pérez, 2003).
2.2.2 Asam Urat Selama Kehamilan
Kadar asam urat dipengaruhi oleh diet, konsumsi alkohol, peningkatan
turnover sel, kerusakan enzim metabolisme purin atau perubahan fungsi
ginjal (Bainbridge & Roberts, 2008). Selama awal kehamilan kadar
asam urat turun sampai dengan 3 mg/dl. Hal ini terkait dengan efek
urikosurik dari estrogen dan dari peningkatan aliran darah ginjal.
Kemudian kadar asam urat meningkat selama trimester ketiga sampai
kadar 4-5 mg/dl (Johnson dkk, 2011).
Meningkatnya asam urat pada wanita dengan preeklampsia, bisa terjadi
karena peran janin, plasenta, dan organ ibu dan pembuluh darah. Asam
urat berperan dalam kegagalan remodeling plasenta dengan
menghambat inavasi tropoblas yang berakibat pada penurunan perfusi
26
plasenta, jika hal ini terus berlanjut akan menyebabkan iskemia pada
plasenta dan stres oksidatif. Jaringan maternal juga dapat mengalami
cedera iskemik akibat vasospasme akibat disfungsi endotel (terkait
dengan peningkatan asam urat). Cedera iskemik dan stres oksidatif
mendorong feed-forward cycle yang meningkatkan produksi asam urat.
Akibat cedera jaringan, purin dilepaskan dengan hipoksia ATP yang
terdegradasi menjadi adenin dan xantin (subtrat). Selain itu, hipoksia
merupakan potensi dari oksidasi/dehidrogenase holoenzyme xanthine
dan dapat meningkatkan enzim oksidase. Dengan peningkatan paralel
baik pada substrat dan konsentrasi enzim, produksi asam urat akan
meningkat. Selanjutnya vasospasme dan hilangnya cairan sekunder
akibat disfungsi endotel juga merangsang reabsorpsi asam urat di ginjal.
Dengan demikian, hiperurisemia menyebabkan produksi asam urat
lebih banyak dan ekskresi asam urat yang lebih sedikit pada feed-
forward cycle, sehingga asam urat berperan sebagai patogen potensial
dalam preeklampsia (Bainbridge & Roberts, 2008).
2.2.3 Pengaruh Asam Urat Pada Kehamilan
2.2.3.1 Asam Urat dan Perkembangan Plasenta
Selama masa gestasi trofoblas plasenta mengalami modifikasi
fenotip, berproliferasi menjadi subtipe sel yang ivasif. Hal ini
memungkinkan adanya perkembangan plasenta dan invasi yang
memadai dari desidua maternal dan arteriol spiral. Asam urat
memiliki efek pada proliferasi dan migrasi sel endotel,
27
menghambat proliferasi akibat obat dalam sel HUVEC (Human
Umbilical Vein Endothelial Cell) hingga 50% dan menghambat
migrasi HUVEC sebanyak 75% (Bainbridge & Roberts, 2008).
2.2.3.2 Asam Urat dan Struktur, Fungsi Vaskular Plasenta
Asam urat in vitro merangsang produksi: faktor pertumbuhan
platelet, vasokonstriktor tromboksan dan angiotensin dan
penanda peradangan seperti protein C-reaktif. Dengan demikian,
asam urat dapat memacu sel otot polos menghasilkan fenotipe
proliferatif dan pro-inflamasi. Tapi beberapa efek asam urat
pada sel otot polos dapat dilemahkan dengan adanya antioksidan
yang menunjukkan peran patogen untuk radikal urat (Bainbridge
& Roberts, 2008).
2.2.3.3 Asam Urat dan Keseimbangan Redoks Plasenta
Ketidakseimbangan oksidatif berasal dari peningkatan pro-
oksidan ditambah dengan kapasitas antioksidan yang tidak
mencukupi. Dalam keadaan normal, asam urat mengambil agen
pengoksidasi yang diketahui berperan dalam patologi plasenta
preeklampsia. Fungsi antioksidan asam urat ini menghasilkan
transformasi asam urat menjadi radikal bebas. Dalam keadaan
normal, asam urat cepat didaur ulang kembali ke keadaan
antioksidan melalui tindakan askorbat. Jika ketersediaan
askorbat berkurang, seperti yang ada pada wanita preeklampsia,
28
radikal urat tetap ada dan secara potensial berpotensi mengubah
protein dan lipase plasenta (Bainbridge & Roberts, 2008).
2.2.2.4 Asam Urat dan Inflamasi
Keadaan preeklampsia karena peningkatan inflamasi
menyebabkan disfungsi endotel dan lesi vaskular. Asam urat
merupakan mediator peradangan yang ampuh. Pada sel otot
polos vaskular, asam urat meningkatkan konsentrasi protein
monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1) mRNA dalam
waktu dan keadaan yang tergantung dosis. Asam urat juga
merangsang monosit untuk menghasilkan sitokin pro-inflamasi
IL-1β IL-6 dan TNF-α, yang juga meningkat (Johnson dkk.,
2011). Pada wanita preeklampsia peningkatan konsentrasi
sirkulasi TNF-α berkorelasi positif dengan konsentrasi asam urat
yang beredar (Gulati, 2005).
2.2.2.5 Asam Urat dan Perbaikan Endotel
Peningkatan asam urat di sirkulasi mengikuti peristiwa iskemia-
reperfusi akut. Kenaikan asam urat akut ini pada hewan
percobaan menginduksi mobilisasi EPC (Endotelial Progenitor
Cell). Asam urat berfungsi bertindak sebagai sinyal kerusakan
endotel yang memperbaiki kerusakan pembuluh yang rusak
melalui mobilisasi EPC. Namun, peran protektif asam urat ini
hanya hadir dengan peningkatan akut asam urat yang beredar di
29
sirkulasi. Peningkatan mobilisasi EPC tidak diamati pada tikus
yang mengalami hiperurisemik kronis setelah cedera iskemik
reperfusi ginjal yang diinduksi. Dengan demikian asam urat
yang meningkat secara kronis dikaitkan dengan pelepasan EPC
yang terhambat (Bainbridge & Roberts, 2008).
2.2.2.6 Asam Urat dan Disfungsi Ginjal Maternal
Disfungsi ginjal ditemukan pada wanita preeklampsia.
Perubahan anatomi ginjal meliputi hiperplasia juxtaglomerular,
atrofi makula densa, arterolopati aferen, hipertrofi glomerulus
dan glomeruloendoteliosis. Pada tikus percobaan yang
hiperurikemia menunjukkan perubahan ginjal yang sangat mirip
termasuk arteriolopati aferen, fibrosis tubulointerstitial ringan,
hipertrofi glomerular dan akhirnya glomerulosklerosis dengan
albuminuria dan proteinuria (Mazzali dkk., 2001).
2.3 Hubungan Kadar Asam Urat dengan Preeklampsia
Hiperuresemia terjadi pada 16% ibu hamil dengan hipertensi gestasional
tanpa proteinuria dan 75% dengan gejala klinis preeklampsia (Roberts dkk.,
2005). Kadar asam urat meningkat pada 10 minggu awal kehamilan sebelum
manifestasi klinis muncul. Kadar asam urat dalam kehamilan normal
menurun pada trimester satu karena hemodilusi akibat peningkatan volume
plasma, sedangkan peningkatan asam urat disebabkan karena peningkatan
reabsorbsi dan penurunan ekresi ginjal. Peningkatan asam urat pada
30
preeklampsia menghubungkan korelasi postif peningkatan kadar asam urat
dengan risiko penyakit kardiovaskular, efek pro-inflamasi, stimulasi
proliferasi sel otot polos, penghambatan proliferasi sel endotel dan migrasi,
peningkatan disfungsi dan kerusakan endotel yang semua itu berperan dalam
patofisiologi preeklampsia (Bainbridge & Roberts, 2008).
Asam urat mampu merusak vaskuler dan memiliki efek serupa pada plasenta
wanita preeklampsia. Asam urat memasuki sel otot polos melalui transporter
anion organik dan mengaktifkan protein kinase mitogen aktif intraselular dan
faktor transkripsi nuklir. Asam urat in vitro merangsang produksi faktor
pertumbuhan turunan platelet, vasokonstriktor tromboksan, angiotensin II,
dan penanda peradangan seperti protein C-reaktif. Dengan demikian, asam
urat sel otot polos menghasilkan fenotipe proliferatif dan pro-inflamasi.
Peningkatan konsentrasi asam urat berperan dalam pengurangan produksi NO
dan dapat menjelaskan perubahan endotelial pada vaskular wanita
preeklampsia. Pengurangan kadar asam urat mungkin menjadi strategi
terapeutik potensial bagi wanita preeklampsia (Bainbridge & Roberts, 2008).
31
2.4 Kerangka penelitian
2.4.1 Kerangka Teori
Keterangan:
variabel yang diteliti
variabel yang tidak diteliti
Sumber: (Bainbridge & Roberts, 2008); (Cunningham, Leveno, Bloom, Spong, Dashe dkk., 2013);
(Zamorski & Green, 2017).
Gambar 2. Kerangka Teori
Faktor
predisposisi Vasospasme
Kerusakan sel endotel
Prostaglandin
Nitrat Oksida
Endotelin
Protein angiogenik
dan antiangiogenik
Biomarker :
Angiogenik Markers
Protein-13 Plasenta Plasma Protein A
Kalikreins
Asam nukleat bebas
Isufiensi plasenta:
Inhibisi produksi NO
Penurunan invasi tropoblast
dan remodeling
Proliferasi sel otot polos
Disfungsi endotel
Kompensasi perfusi plasenta
Kompensasi traspor asam
amino
Aktivasi kaskade inflamasi
Stress oksidatif
Preeklampsia berat
Hipertensi
maternal
Perfusi organ
berkurang
Kebocoran kapiler
Edema Proteinuria
Asam urat
serum
32
2.4.2 Kerangka Konsep
Variabel independen variabel dependen
Gambar 3. Kerangka Konsep
2.5 Hipotesis
H0 : Tidak terdapat hubungan kadar asam urat dengan preeklampsia berat pada ibu
hamil di RSUD Dr. H Abdul Moeloek Provinsi Lampung
H1 : Terdapat hubungan kadar asam urat dengan preeklampsia berat pada ibu
hamil di RSUD Dr. H Abdul Moeloek Provinsi Lampung
Peningkatan kadar
Asam urat
Preeklampsia
berat
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang akan digunakan adalah Case Control. Case Control
adalah suatu penelitian (survei) analitik yang menyangkut bagaimana faktor
risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif. Retrospektif
adalah pengumpulan data dimulai dari efek yang telah terjadi ditelusuri ke
belakang apakah penyebab yang memengaruhi hal tersebut (Notoatmodjo,
2012).
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Poliklinik Kebidanan RSUD Dr. H Abdul Moeloek
Provinsi Lampung pada bulan Agustus - November 2018.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi adalah sejumlah besar subjek yang mempunyai karakteristik
tertentu. Populasi dari penelitian ini adalah populasi kasus dan populasi
kontrol.
34
3.3.1.1 Populasi Kasus
Populasi kasus dari penelitian ini adalah semua ibu hamil yang
mengalami preeklampsia berat di RSUD Dr. H Abdul Moeloek
Provinsi Lampung.
3.3.1.2 Populasi Kontrol
Populasi kontrol dari penelitian ini adalah semua ibu hamil
yang tidak mengalami preeklampsia berat di RSUD Dr. H
Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu
hingga dapat mewakili populasinya. Sampel dalam penelitian ini adalah
ibu hamil yang memenuhi kriteria inkluasi dan kriteria eksklusi.
3.3.2.1 Kriteria Inklusi Kasus
1. Ibu hamil yang terdiagnosis preeklampsia berat.
2. Bersedia menjadi responden.
3.3.2.2 Kriteria Inklusi Kontrol
1. Ibu hamil yang terdiagnosis tanpa preeklampsia berat.
2. Bersedia menjadi responden.
35
3.3.2.3 Kriteria Eksklusi Kasus
1. Ibu hamil dengan kadar asam urat tinggi sebelum
kehamilan.
2. Ibu hamil dengan penyakit kronik (hipertensi kronik, TBC).
3. Ibu hamil dengan penyakit gangguan ginjal.
4. Ibu hamil dengan diabetes miletus.
3.3.2.4 Kriteria Ekslusi Kontrol
1. Ibu hamil dengan kadar asam urat tinggi sebelum
kehamilan.
2. Ibu hamil dengan penyakit kronik (hipertensi kronik, TBC).
3. Ibu hamil dengan penyakit gangguan ginjal.
4. Ibu hamil dengan diabetes miletus.
3.3.2.5 Sampel Kasus
Sampel kasus adalah ibu hamil yang mengalami preeklampsia
berat di RSUD Dr. H Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Besar
sampel yang akan diperlukan di dalam penelitian di tentukan
berdasarkan rumus sebagai berikut:
𝑁1 = 𝑁2 = (𝑍𝛼√2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽√𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2)2
(𝑃1 − 𝑃2)2
36
Keterangan:
n1=n2 = Besar sampel kasus dan kontrol
Zα = Derivat baku alpha = 1,96; dengan α = 5% atau
0,05
Zβ = Derivat baku beta = 0,84; dengan β = 20% atau 0,2
dan 1-β = 80 %
P2 = Proporsi terpapar pada kelompok kontrol yang
diteliti, yaitu 0,05 (Niraula et al., 2017).
Q2 = 1– P2
= 1 – 0,05
= 0,95
P1-P2 = Selisih proporsi pajanan minimal yang dianggap
bermakna, ditetapkan sebesar 0,3
P1 = P2 + ( P1-P2)
= 0,05 + 0,3
= 0,35
Q1 = 1 – P1
= 1 – 0,35
= 0,65
P = (P1 + P2)/2
= (0,35 + 0,05)/2
= 0,2
Q = 1 – P
= 1 – 0,2
37
= 0,8
Dengan memasukkan nilai-nilai di atas pada rumus, diperoleh:
𝑁 = (𝑍𝛼√2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽√𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2)2
(𝑃1 − 𝑃2)2.
𝑁 =(1,96√2 × 0,2 × 0,8 + 0,84√0,35 × 0,65 + 0,05 × 0,95)2
(0,35 − 0,05)2.
𝑁 = 26,351.
𝑁 = 27
Jadi sampel ini minimal sebesar 26 responden dan dilakukan
penambahan 10% jumlah sampel untuk mewakili jumlah
populasi yang ada dalam melakukan penelitian ini, sehingga
jumlah sampel adalah 31 responden untuk masing-masing
kelompok kasus dan kontrol. Pada penelitian yang akan
dilakukan, peneliti menggunakan Consecutive Sampling dimana
setiap pasien yang memenuhi kriteria penelitian dalam kurun
waktu Oktober-November 2018.
3.3.2.6 Sampel Kontrol
Pada penelitian ini sampel kontrol dengan sampel kasus
menggunakan perbandingan, sampel kasus : sampel kontrol
yaitu 1:1.
38
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan mengumpulkan data
primer yang diperoleh dari pemeriksaan langsung menggunakan fingerprick
di Ruang Delima RSUD Dr. H Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
3.5 Identifikasi Variabel dan Difinisi Operasional Variabel
3.5.1 Identifikasi Variabel
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan
penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
variabel tergantung dan variabel bebas. Variabel tergantung yaitu
variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel tergantung dari
penelitian ini adalah preeklampsia berat. Variabel bebas adalah objek
yang memengaruhi variabel tergantung. Pada penelitian ini variabel
bebas adalah kadar asam urat.
3.5.2 Definisi Operasional Variabel
Untuk lebih memudahkan penjelasan tentang variabel-variabel yang
terlibat dalam penelitian ini, maka diberikan definisi konsep dan
operasional sesuai dengan tujuan penelitian ini.
39
Tabel 2. Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi
Operasional
Alat
Ukur
Hasil Ukur Skala Ukur
Asam Urat Asam urat
merupakan
produk
degradasi purin
yang dikatalis
oleh enzim
xantin
dihidrogenase/x
antin oksidase
(XDH/XO)
(Bainbridge &
Roberts, 2008).
Finger
prick
Normal (2,6-
6mg/dl) atau
Tinggi
(>6mg/dl)
(Desideri dkk.,
2014)
0: Tinggi
1: Normal
Kategorik
Preeklampsia
berat
Hipertensi onset
baru setelah 20
minggu atau
dengan tidak
adanya
proteinuria
disertai dengan
tanda/gejala
kerusakan organ
(Sherman dkk.,
2017).
Berkas
Rekam
Medik
Positif atau
Negatif
0:Preeklampsia
berat
1:Tidak
preeklampsia
Kategorik
3.6 Alur Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti membuat surat izin etika penelitian
(ethical clearance) kepada Komite Etika Penelitian Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung. Setelah itu, peneliti meminta surat pengantar dari
Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Lampung untuk tembusan ke
bagian di RSUD Dr. H Abdul Moeloek. Peneliti menghubungi staf Direktur
dan Diklat RSUD Dr. H Abdul Moeloek untuk meminta izin penelitian di
bagian poliklinik kebidanan RSUD Dr. H Abdul Moeloek. Setelah tim Diklat
menyetujui, surat pengantar diberikan ke bagian poliklinik kebidanan untuk
dapat mengambil data primer yang diperlukan oleh penelitian.
40
Gambar 4. Alur Penelitian
3.7 Pengelolaan dan Analisis Data
3.7.1 Pengelolaan Data
Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diolah
dengan bantuan software SPSS melalui tahapan sebagai berikut
(Hidayat, 2009).
1. Editing
Kegiatan untuk mengoreksi data yang tidak jelas agar bila terjadi
kekurangan atau kesalahan data dapat dengan mudah terlihat dan
segera dilakukan perbaikan.
Pengolahan data
Interpretasi hasil penelitian
Survei pendahuluan dan pembuatan proposal
Seminar proposal
Mengurus ethichal clearance
Perizinan dan pengambilan data di bagian
Poliklinik kebidanan RSUD Dr. H Abdul
Moeloek
c
v
41
2. Koding
Kegiatan pemberian kode numerik (angka) atau mengkonversikan
data yang dikumpulkan selama penelitian ke dalam yang cocok
untuk keperluan analisis. Biasanya dalam pemberian kode dibuat
daftar kode dan artinya dalam satu buku untuk memudahkan kembali
melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.
3. Entri data
Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam
database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi
sederhana.
4. Tabulasi
Hasil pengolahan data dimasukkan ke dalam tabel distribusi.
5. Verifikasi
Pemeriksaan secara visual terhadap data yang dimasukkan ke dalam
komputer.
6. Output komputer
Hasil data yang telah dianalisis oleh komputer kemudian dicetak.
3.7.2 Analisis Data
Analisis statistik dengan menggunakan program komputer untuk
mengolah data yang diperoleh, lalu akan dilakukan dua macam analisis
data, yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.
42
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi
frekuensi masing-masing variabel, baik variabel bebas maupun
variabel terikat. Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan perhitungan statistik sederhana yaitu
persentasi atau proporsi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dapat dilakukan dengan uji Chi-Square. Pada
penelitian ini analisis terdiri dari 2 tahap. Tahap I yaitu uji untuk
mengetahui hubungan antara masing-masing variabel bebas dan
variabel terikat. Dasar penentu adanya hubungan penelitian
berdasarkan pada signifikan (nilai p) yaitu:
a. Jika nilai p >0,05 maka tidak terdapat hubungan.
b. Jika nilai p ≤0,05 maka terdapat hubungan.
Tahap II untuk mengetahui besar risiko antara masing-masing
variabel bebas dan variabel terikat. Dimana variabel pada tahap I
mempunyai p ≤0,05 untuk selanjutnya dilihat Odds Ratio (OR).
Odds Ratio adalah ukuran asosiasi paparan (faktor risiko) dengan
kejadian penyakit; dihitung dari angka kejadian penyakit pada
kelompok berisiko (terpapar faktor risiko) dibanding angka kejadian
penyakit pada kelompok yang tidak berisiko (tidak terpapar faktor
risiko). Interpretasi nilai OR, adalah sebagai berikut:
a. OR =1, artinya kadar asam urat selama kehamilan bukan
merupakan faktor risiko kejadian preeklampsia berat.
43
b. OR >1, artinya kadar asam urat berpengaruh terhadap
peningkatan kejadian preeklampsia berat.
c. OR <1, artinya faktor protektif. Yaitu kadar asam urat tidak
memengaruhi kejadian preeklampsia berat.
3.8 Etika Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti membuat dan mengajukan surat izin penelitian
etika penelitian (ethical clearance) kepada Komite Etika Penelitian Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung dan mendapatkan surat keterangan
persetujuan etik dengan nomor 3356/UN26.18/PP.05.02.00/2018. Peneliti
juga membuat dan mengajukan surat izin penelitian kepada bagian kandungan
dan kebidanan RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung dan
mendapatkan surat persetujuan izin penelitian dengan nomor
420/54676/VII.02/6.1/V/2018.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah sertangkaian proses dilalui, maka peneliti dapat mengambil
beberapa kesimpulan
1. Prevalensi preeklampsia berat di RSUD Dr. H Abdul Moeloek Provinsi
Lampung sebesar 14% dari kurun waktu Oktober-November 2018
2. Terdapat hubungan kadar asam urat dengan preeklampsia berat pada
ibu hamil di RSUD Dr. H Abdul Moeloek Provinsi Lampung
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diberikan di atas, maka saran yang
dapat dijabarkan oleh peneliti adalah
1. Kadar asam urat terbukti berhubungan dengan kejadian preeklampsia
berat sehingga pegukuran kadar asam urat bisa diaplikasikan pada
pasien yang dicurigai preeklampsia.
2. Perlu adanya penelitian dengan menggunakan sampel yang lebih besar
dan bervariasi tentang penelitian ini.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai seberapa besar cut off
atau nilai batas kadar asam urat terhadap prognosis preeklampsia berat.
DAFTAR PUSTAKA
Akhzami, D. R., Rizki, M., & Setyorini, R. H. (2016). perbandingan hasil Point of
Care Testing (POCT) asam urat dengan chemistry analyzer. Jurnal
Kedokteran, 5(4), 15–19.
Andrew, L., & Patel, N. (2016). Uric acid levels in pregnancy Induced
Hypertension ( PIH ) in relation to maternal and perinatal outcomes, 3(2),
150–153. https://doi.org/10.5958/2394-6377.2016.00029.0
Bainbridge, S. A., & Roberts, J. M. (2008). Uric acid as a pathogenic factor in
preeclampsia. Placenta, 29(SUPPL A), 67–72. https://doi.org/10.1016/j.
placenta.2007.11.001
Bellomo, G. (2014). Serum uric acid and pre-eclmpsia: an update. Expert
Riviews, 5(3).
Bellomo, G., Venanzi, S., Saronio, P., Verdura, C., & Narducci, P. L. (2011).
Prognostic significance of serum uric acid in women with gestational
hypertension. Hypertension, 58(4), 704–708. https://doi.org/10.1161/
Hypertensionaha.111.177212
Combs, C. M. (2017). Recognition and management of preeclampsia. Hospital
Medicine Clinics, 6(3), 348–358. https://doi.org/10.1016/j.ehmc.2017.04.001
Cunningham, F. G., Leveno, K. J., Bloom, S. L., Spong, C. Y., Dashe, J. S.,
Hoffman, B. L., Casey, B. M. (2013). Williams obstetrics. Journal of
Chemical Information and Modeling (Vol. 53). https://doi.org/10.1017/
CBO9781107415324.004
Departemen Kesehatan RI. (2007). Profil kesehatan Indonesia 2005. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI 2007.
Desideri, G., Castaldo, G., Lombardi, A., Mussap, M., Testa, A., Pontremoli, R.,
Borghi, C. (2014). Is it time to revise the normal range of serum uric acid
levels?, European Review for Medical and Pharmacological Sciences, 18(9),
1295–1306.
Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Lampung. (2016). Profil kesehatan provinsi
lampung tahun 2015.
Diwan, J., Shah, C., Dixit, R., & Anand, A. K. (2011). A comparative study of
serum uric acid level in normal pregnancy, and pregnancy induced
hypertension. IJMEDPH, 1(1), 39–42.
Duley, L. (2009). The global impact of pre-eclampsia and eclampsia. Semin
Perinatol, 33(3), 130–137.
Gallery, E., Hunyor, S., & Gyory, A. (1979). Plasma volume cntraction: a
significant factor in both pregnancy-assiciated hypertension (pre-eclampsia)
and chronic hypertension in pregnancy. Q J Med, 48, 593–602.
Gathiram, P., & Moodley, J. (2016). Pre-eclampsia : its pathogenesis and
pathophysiolgy. Cardiovascular Journal Of Africa, 27(2), 71–78.
https://doi.org/10.5830/CVJA-2016-009
Gonen, R., Shahar, R., Grimpel, Y., Chefetz, I., Sammar, M., Meiri, H., & Gibor,
Y. (2008). Placental protein 13 as an early marker for pre-eclampsia: a
prospective longitudinal Study. BJOG, 115(12), 1465–72.
Gulati, R. (2005). Raised serum tnf-alpha, blood sugar and uric acid in
preeclampsia in third trimester of pregnancy. JNMA J Nepal Med Assoc,
44(158), 36–8.
Hidayat, A. (2009). Metode penelitian kebidanan dan teknik analisa data.
Surabaya: Salemba Medika.
Johnson, R. J., Kanbay, M., Kang, D.-H., Lozada, L. G.-S., & Feig, D. (2011).
Uric acid: a clinically useful marker to distinguish preeclampsia from
gestational hypertension, 58(4), 548–549. https://doi.org/10.1161/
Hypertensionaha.111.178921.Uric
Johnson, R., Kang, D., Feig, D., Kivlighn, S., Kanellis, J., Watanabe, S., Mazzali,
M. (2003). Is there a pathogenetic role for uric acid in hypertension and
cardiovascular and renal disease? Hypertension, 41(6), 1183–90.
Karumanchi, S. A. (2016). Biomarkers in preeclampsia. Biomarkers of kidney
disease (second edi). Elsevier Inc. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-
803014-1.00014-5
Kementerian Kesehatan RI. (2014). Infodatin pusat data dan informasi
Kementerian Kesehatan RI. Pusat Data dan informasi Kementrian Kesehatan
RI : Penyebab Kematian Ibu. Retrieved from www.depkes.go.id/resources/
download/pusdatin/infodatin/infodatin-ibu.pdf
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Rencana operasional promosi
kesehatan ibu dan anak. Jakarta: Pusat promosi kesehatan.
Khurshid, R., Shamsi, A., Fayyaz, I., & Zia, M. (2016). Maternal serum uric acid
level during pregnancy : a biomarker for preeclampsia. PJMHS, 10(2), 413–
416.
Kondareddy, T., & Prathap, T. (2016). Uric acid as an important biomarker in
hypertensive disorders in pregnancy. International journal of reproduction,
contraception, Obstetrics and Gynecology, 5(12), 4382–4384.
Levine, R. J., Maynard, S. E., Qian, C., Lim, K.-H., England, L. J., Yu, K. F.,
Karumanchi, S. A. (2004). Circulating angiogenic factors and the risk of
preeclampsia. N Engl J Med, 350, 672–683.
Manik, I. N., Sari, R. D. P., & Wulan, A. J. (2017). Hubungan status preeklampsia
dengan kejadian perdarahan postpartum pada ibu bersalin di RSUD Dr H
Abdul Moeloek Provinsi Lampung Periode 1 Juli 2014 - 30 Juni 2015.
Majority, 6, 51–57.
Mazzali, M., Hughes, J., Kim, Y., Jefferson, J., Kang, D., Gordon, K., Johnson, R.
(2001). Elevated uric acid increases blood pressure in the rat by a novel
crystal-independent mechanis. Hypertension, 38(5), 1101–6.
McCarthy, F., & Kenny, L. C. (2015). Hypertension in pregnancy. Obstetrics,
gynaecology & reproductive Medicine, 25(8), 229–235.
https://doi.org/10.1016/j.ogrm.2015.05.004
Morris, R. K., Riley, R. D., Doug, M., Deeks, J. J., & Kilby, M. D. (2012).
Diagnostic accuracy of spot urinary protein and albumin to creatinine ratios
for detection of significant proteinuria or adverse pregnancy outcome in
patients with suspected pre-eclampsia: systematic review and meta-analysis.
BMJ, 345, e4342.
Niraula, A., Lamsal, M., Majhi, S., Khan, S. A., & Basnet, P. (2017). Significance
of serum uric acid in pregnancy induced hypertension. Journal of the national
medical association, 109(3), 198–202. https://doi.org/10.1016/j.jnma.
2017.01.009
Noori, M., Donald, A., Angelakopoulou, A., Hingorani, A., & Williams, D.
(2010). Prospective study of placental angiogenic factors and maternal
vascular function before and after preeclampsia and gestational hypertension.
Circulation, 122(5), 478–487.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pérez, M. (2003). Easy touch gcu blood glucose/cholesterol/uricacid multi
function monitoring system book. WD Info, 2004.
https://doi.org/10.1002/ejoc.201200111
Pertiwi, N. I. (2016). Perbedaan kadar asam urat menggunakan alat
spektrofotometri dengan alat Point of Care Testing (POCT), xii + 41.
Retrieved from http://lib.unimus.ac.id
Pettit, F., & Brown, M. A. (2012). The management of pre-eclampsia: What we
think we know. European Journal of Obstetrics Gynecology and
Reproductive Biology, 160(1), 6–12. https://doi.org/10.1016/
j.ejogrb.2011.09.049
Roberts, J. (1998). Endothelial dysfunction in preeclampsia. Semin Reprod
Endocrinol, .6, 5–15.
Roberts, M., Bodnar, L., Lain, K., Hubel, C., Markovic, N., Ness, R., & Powers,
R. (2005). Uric acid is as important as proteinuria in identifying fetal risk in
women with gestational hypertension. Hypertension, 46(6), 1263–9.
Saleh, F., Shukar-ud-din, S., & Soomro, N. (2010). Serum uric acid as predictor
model for pre eclampsia. Departement of Obstetric & Gynaecology Unit II
Dow University Of Health Sciences Karachi, 26(3), 246–251.
Seely, E. W., & Solomon, C. G. (2016). Improving the prediction of
preeclampsia. New England Journal of Medicine, 374(1), 83–84.
https://doi.org/10.1056/NEJMe1515223
Sherman, W., Descallar, E., & Borhart, J. (2017). Hypertensive disorders of
pregnancy. In J. Borhart (Ed.), Emergency Department Management of
Obstetric Complications (pp. 41–51). Washington, DC: Springer.
Singh, A. K., Kumar, R., Singh, V. K., Srivastava, S., & Sharma, A. (2018).
Serum uric acid levels in pregnancy induced hypertension preeclampsia.
International Journal of Clinical Biochemistry and Research, 5(3), 365–368.
https://doi.org/10.18231/2394-6377.2018.0076
Siregar, M. L., & Nurkhalis. (2011). Korelasi antara kadar gula darah dengan
kadar asam urat pada pasien diabetes mellitus tipe 2, VI(3), 27–33.
Spencer, C. A., Allen, V. M., Flowerdew, G., Dooley, K., & Dod, L. (2008). Low
levels of maternal serum papp-a in early pregnancy and the risk of adverse
outcomes. Prenat Diagn, 28(11), 1029–36.
Sumanti, N., Noormartany, & Alamsyah, M. (2013). Kadar asam urat serum
sebagai biomarker preeklamsi serum levels of uric acid as a biomarker in
preeclampsia. Mkb, 45(2), 98–104. Retrieved from
journal.fk.unpad.ac.id/index.php/mkb/article/download/89/pdf_28
Tejal, P., & Astha, D. (2014). Relationship of serum uric acid level to maternal
and perinatal outcome in patients with hypertensive disorders of pregnancy.
Gujarat Medical Journal, 69(2), 1–3.
Than, N. G., Pick, E., Bellyei, S., Szigeti, A., Burger, O., Berente, Z., … Sumegi,
B. (2004). Functional analyses of placental protein 13/galectin-13. Eur J
Biochem, 271(6), 1065–78.
Toshniwal, S., & Lamba, A. R. (2017). Serum uric acid as marker of severity of
pre-eclampsia. International Journal of Reproduction, Contraception,
Obstetrics and Gynecology, 6(11), 4915–4917.
Uzan, J., Carbonnel, M., Piconne, O., Asmar, R., & Ayoubi, J. M. (2011). Pre-
eclampsia: pathophysiology, diagnosis, and management. Vascular Health
and Risk Management, 7(1), 467–474. https://doi.org/10.2147/VHRM.S2018
Visegrady, B., Than, N. G., Kilar, F., Sumegi, B., Than, G. N., & Bohn, H.
(2001). Homology modelling and molecular dynamics studies of human
placental tissue protein 13 (galectin-13). Protein Eng, 14(11), 875–80.
WHO, UNFPA, & UNICEF. (2009). Monitoring emergency obstetric care: a
handbook. Geneva: WHO, 152(4), 430. https://doi.org/10.3109/
01443611003791730
WHO, & WORLDBANK. (2012). Trends in maternal mortality : 1990 to 2010.
Organization, 32(5), 1–55. https://doi.org/ISBN 978 92 4 150363 1
Young, B. C., Levine, R. J., & Karumanchi, S. A. (2010). Pathogenesis of
preeclampsia. Annu.Rev. Pathol. Mech. Dis, 5, 173–192. https://doi.org/10.
1146/annurev-pathol-121808-102149
Zamorski, M. A., & Green, L. A. (2017). Preeclampsia and hypertensive disorders
of pregnancy. Am Fam Physician (Seventh Ed, Vol. 53). Elsevier Inc.
https://doi.org/10.1016/B978-0-323-32108-2.00031-7
Zangana, J. M., & Hamadamen, A. I. (2018). Serum uric acid as a predictor of
perinatal outcome in women with pre-eclampsia. International Journal of
Medical Research & Health Sciences, 7(3), 168–174.
Zhao, M., Shen, F., Zhao, J., & Chen, Q. (2014). The levels of serum uric acid
correlate with the severity of preeclampsia but not increased in first trimester.
Placenta, 35(9), A81–A82. https://doi.org/10.1016/j.placenta.2014.06.263