hubungan kedisiplinan dan motivasi belajar … fileterbagi dalam 4 kelas. metode pengumpulan data...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN KEDISIPLINAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN
PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS XI SMA
NEGERI JUMAPOLO TAHUN AJARAN 2009/2010
WARSONO NIM : K8403049
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
HUBUNGAN KEDISIPLINAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN
PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS XI SMA
NEGERI JUMAPOLO TAHUN AJARAN 2009/2010
Oleh :
WARSONO
NIM : K8403049
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Sosiologi - Antropologi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan
Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I
Drs. MH. Sukarno, M.Pd NIP. 1951 0601 1979 0310 01
Pembimbing II
Drs. Soeparno, M.Si. NIP. 1948 1210 1979 0310 02
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Selasa
Tanggal : 6 Juli 2010
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda tangan
Ketua : Dr. Zaini Rohmad, M.Pd ........................................
Sekretaris : Dra. Siti Chotidjah, M.Pd ........................................
Anggota I : Drs. MH. Sukarno, M.Pd ........................................
Anggota II : Drs. Soeparno, M.Si ........................................
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP. 19600727 198702 1 001
v
ABSTRAK
Warsono. HUBUNGAN KEDISIPLINAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI JUMAPOLO TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Juni 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara, (1) Kedisiplinan Belajar dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri Jumapolo. (2) Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri Jumapolo. (3) Kedisiplinan Belajar dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri Jumapolo. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA Negeri Jumapolo yang berjumlah 148 siswa. Dalam pengambilan sampel, penelitian ini menggunakan teknik cluster proporsional random sampling. Adapun sampel yang diambil adalah 25% dari jumlah populasi yaitu, sebanyak 38 siswa yang terbagi dalam 4 kelas. Metode pengumpulan data variabel kedisiplinan belajar, dan motivasi belajar diperoleh dengan menggunakan angket, sedangkan prestasi belajar siswa diperoleh dari dokumen nilai ulangan semester mata pelajaran sosiologi di sekolah. Rancangan analisis statistik dengan teknik korelasi product moment dan regresi ganda. Sebelum analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis, meliputi uji normalitas dan uji linearitas. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa : (1) Dari hasil perhitungan dan analisis data, menunjukkan hasil: rx1y = 0,434 kemudian p = 0,007, dengan sumbangan efektif (SE) sebesar 18,802 % dan sumbangan relatif sebesar 82,336 %. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan kedisiplinan belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa siswa kelas XI IPS SMA Negeri Jumapolo tahun pelajaran 2009/2010. (2) Dari hasil perhitungan dan analisis data, menunjukkan hasil: rx2y = 0,291 kemudian p = 0,073 dengan sumbangan efektif (SE) sebesar 4,034 % dan sumbangan relatif sebesar 17,664 %. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang cukup signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa siswa kelas XI IPS SMA Negeri Jumapolo tahun pelajaran 2009/2010. (3) Dari hasil perhitungan dan analisis data, menunjukkan hasil: r(x1,x2)y = 0,478 dan P = 0,011. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kedisiplinan belajar dan motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri Jumapolo tahun pelajaran 2009/2010.
vi
MOTTO
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat
menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi
kesabaran”.
(Q.S Al ‘Ashr : 1-3)
“…Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu
mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”.
(Q.S Al Imron : 79)
“Ketegasan untuk mendisiplinkan diri sendiri adalah pemasti terhadap tergalinya
emas dibawah tempat anda berdiri”.
(Mario Teguh)
Hidup hanya sekali jadilah yang berarti, tetap bersyukur dengan apa yang telah
ada, dan yakinlah bahwa setiap kejadian yang kita alami ini bukan terjadi karena
sebuah kebetulan yang tanpa perencanaan.
(Peneliti)
vii
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini kupersembahkan kepada :
1. Ibunda Surip dan Ayahanda Mardiyono tercinta,
segenap pengorbanan t’lah Engkau curahkan
demi masa depan anakmu. Jasamu tak dapat
dibayarkan dengan harta walau lautan emas
sekalipun sebagai penggantinya.
2. Mas Sutiman, Mbak Sumi, Mas Gito, Mas
Giyatno, Dan Mbak Iyem, sebagai kakak-
kakakku yang senantiasa menyayangiku, terima
kasih atas semua sumbangsihnya baik secara
moral maupun secara finansial. Hanya Alloh
SWT yang dapat membalas semua amalanmu.
3. Sobat-sobatku di Sos-Antro, terima kasih atas
kebersamaannya.
4. Saudara-saudaraku di berbagai organisasi,
terima kasih atas semua supportnya.
5. Almamater yang ku banggakan.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT, Robb semesta alam. Robb yang telah
mempermudah segala urusan dan persoalan kepada setiap hamba yang
dikehendakiNya. Alhamdulillah, atas izin Allah SWT akhirnya skripsi ini dapat
peneliti selesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan.
Berbagai tantangan yang turut mengiringi penyelesaian skripsi ini, namun
berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya tantangan yang ada dapat dihadapi
dengan baik. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, peneliti mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Syaiful Bachri, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan dan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta
3. Drs. M.H Sukarno, M. Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi-
Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,
sekaligus Pembimbing I dan Pembimbing Akademik yang dengan sabar
telah memberikan banyak arahan, bimbingan, dan memberikan semangat
kepada peneliti dalam penulisan skripsi ini selama menempuh pendidikan
di Program Studi Pendidikan Sosiologi – Antropologi.
4. Drs. Soeparno, M.Si., Pembimbing II yang dengan sabar memberikan
banyak arahan, motivasi, bimbingan dan saran demi kemajuan skripsi ini.
5. Segenap Dosen dan Staff Program Studi Pendidikan Sosiologi –
Antropologi yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, memberikan
spirit, berbagai kemudahan serta bantuannya kepada peneliti.
6. Drs. Sardiyo, M.Pd., Kepala Sekolah SMA Negeri Jumapolo yang telah
memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengadakan penelitian.
ix
7. Hasto Tyas H., S.Pd, M.Pd., Wakasek kurikulum SMA Negeri Jumapolo
yang telah banyak membantu, khususnya dalam memperoleh data
administrasi sekolah.
8. Suryani, S.Pd., Guru mata pelajaran sosiologi SMA Negeri Jumapolo yang
telah banyak membantu dalam memperoleh data penelitian dari para
siswanya selaku responden.
9. Responden /siswa di SMA Negeri Jumapolo yang bersedia untuk bekerja
sama memberikan sumbangsih dan kemudahan dalam pengambilan
datanya.
10. Ustadz Anwar Susilo, S.T., yang selalu memberikan motivasi dan
memberikan penyejuk jiwa yang gersang.
11. Sohib-sohib pembakar semangatku : Boz Djoe, Gus Mahfud, Kang U’ud,
Pak Eisan, Funki, Akhi Anto’ Pak Giy, Pak Wandi, A’Hasun, A’Joko,
A’Agus, A’Yudi. Semoga ukhuwah ini hanya terpisahkan oleh maut.
12. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada
peneliti, yang tidak dapat peneliti sebut satu persatu, hingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Segala amal kebaikan dari semua pihak tersebut mendapat balasan dari
Allah SWT dengan berlipat ganda. Peneliti sadari bahwa skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu peneliti mengharap kritik dan saran yang
membangun. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan
ilmu pengetahuan.
Surakarta, Juni 2010
Peneliti
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi, problematika yang dihadapi jutaan anak manusia
menjadi sangat kompleks. Globalisasi yang ditandai dengan hilangnya batas antar
negara di atas bumi, disebabkan karena perkembangan teknologi, kemajuan
ekonomi dan kecanggihan sarana informasi. Diakui atau tidak, krisis
multidimensional yang melanda di negara kita, membuka mata kita terhadap mutu
penyelenggaraan pendidikan di negara Indonesia. Penyebab adanya krisis itu
sendiri begitu kompleks, namun tak dipungkiri bahwa penyebab utamanya adalah
sumber daya manusia itu sendiri yang kurang bermutu. Oleh sebab itu, Pendidikan
memiliki peranan yang sangat penting dalam mempersiapkan generasi untuk
menghadapi era globalisasi yang penuh dengan tantangan. Pendidikan harus
mampu menyelenggarakan pembekalan pengetahuan, penanaman nilai,
pembentukan sikap dan karakter, guna mengembangkan bakat, kemampuan
pengetahuan, keterampilan, dan menumbuh kembangkan semua potensi jasmani
dan ruhani yang optimal, seimbang dan sesuai dengan tuntutan zaman.
Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan
sumber daya manusia guna mendorong laju pembangunan nasional suatu bangsa,
karena pendidikan merupakan kunci pembangunan sebuah bangsa. Pendidikan
dalam kehidupan suatu bangsa merupakan hal yang sangat penting dan selalu
menuntut adanya inovasi. Tidak akan ada kemajuan pembangunan bangsa tanpa
adanya pembaharuan pendidikan yang inovatif. Pembaharuan pendidikan yang
inovatif membawa ke arah kesuksesan suatu bangsa. Melalui inovasi pendidikan
akan diperoleh berbagai penemuan mengenai mengapa, kapan, apa, dan
bagaimana masyarakat lebih mudah memperoleh metode-metode belajar yang
baru, dan belajar keterampilan dasar yang lebih baik, serta dapat mengelola
sumber-sumber belajar secara tepat dan benar.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam tuntutan globalisasi
secara bersama-sama telah mengakibatkan persaingan semakin ketat tentang
perlunya penyediaan sumber daya manusia yang unggul. Untuk dapat
mempertahankan daya saingnya, sumber daya manusia perlu terus meningkatkan
xi
kemampuannya. Sumber daya paling pokok dalam mengembangkan manusia
modern adalah melalui ilmu pengetahuan, untuk itu proses belajar pada diri setiap
orang menjadi hal yang paling penting untuk dilakukan. Usaha pembangunan
nasional suatu negara harus disertai hasrat belajar yang tinggi dari setiap warga
negaranya. Hasrat belajar mencakup juga keinginan untuk meningkatkan atau
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya bangsa yang telah
ada dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia, untuk
memperkuat kemampuan bersaing diberbagai bidang kehidupan bangsa.
Dalam kamus besar bahasa indonesia pendidikan diartikan sebagai ”suatu
proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam usaha
mendewasakan manusia melalui proses pengajaran dan pelatihan”. Sedangkan
menurut Crow and Crow dalam (Arif Rohman, 2009: 6) mendefinisikan
pendidikan sebagai ” proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok
bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan
budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi”. Driyarkara dalam
(Arif Rohman, 2009: 8) mengartikn pendidikan sebagai ” proses pemanusiaan
manusia muda”. Soedomo Hadi (2003:18) juga turut memberikan pengertian
bahwa, pendidikan adalah pengaruh bantuan, atau tuntunan yang diberikan oleh
orang yang bertanggung jawab kepada peserta didik.
Menurut Survei Human Development Index sebagaimana diungkapkan
oleh Yutata Hadi Andoyo Direktur Direktorat Peguruan Tinggi Swasta Ditjen
Pendidikan Tinggi Depdiknas (Jawa Pos, 11 Juli 2000), kualitas Sumber Daya
Manusia Indonesia saat ini menduduki peringkat ke 105. sedangkan, peringkat
Sumber Daya Manusia di kawasan Asia Tenggara yang lain seperti Singapura
menduduki peringkat 25, Brunei 26, Malaysia 56, Thailand 57 dan Pilipina 77.
Sehingga mutu pendidikan nasional kita mutlak ditingkatkan untuk mengejar
ketertinggalan yang terjadi.
Oleh karenanya, sangat tepat bila kita menengok pada pembukaan undang-
undang dasar 1945 yang bunyinya : “...melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan
xii
kesejahteraan umum dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial “.
Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa maka sudah selayaknya
penyelenggaraan pendidikan di indonesia ini diberikan sarana dan prasarana yang
memadai oleh pemerintah, guna memperlancar proses pendidikan.
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, menyebutkan :
“ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk mempunyai kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat dan bangsa”.
Indonesia merupakan sebuah negara yang besar, negara yang memiliki
kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang sangat potensial.
Namun demikian, kekayaan sumber daya alam & sumber daya manusia ini tidak
akan bisa optimal manakala sumber daya yang ada ini tidak dikelola dengan baik
dan benar. Sumber daya alam yang dimiliki harus dikelola oleh sumber daya
manusia yang profesional dan terpercaya. Sedangkan untuk mendapatkan sumber
daya manusia yang profesional, tidak dapat terlepas dari dunia pendidikan.
Pendidikan merupakan suatu sarana utama bagi setiap negara yang
mendambakan kemajuan bangsanya, karena pendidikan bukan hanya melestarikan
kebudayaan dari generasi ke generasi berikutnya, melainkan diharapkan mampu
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pentingnya peran
pendidikan dalam proses pembangunan bangsa, membuat pembaharuan dalam
bidang pendidikan haruslah selalu dilaksanakan terus-menerus agar dapat
menjawab kebutuhan masyarakat. Setiap anak dalam proses pendidikan harus
selalu dikembangkan secara terpadu dengan tetap memperhatikan komponen-
komponenya. Masing-masing komponen yang ada dalam proses pendidikan tentu
mempunyai problema tersendiri yang harus dicari alternatif pemecahannya. Tidak
dapat dipungkiri bahwa pendidikan membawa dampak pada perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin maju, sehingga menuntut pemerintah
serta masyarakat untuk memberikan prioritas utama terhadap pendidikan.
xiii
Keberhasilan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, yang secara garis
besar dapat dibedakan menjadi dua faktor, yaitu : faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal merupakan hal-hal yang mempengaruhi belajar
seseorang yang berasal dari dalam individu. Faktor eksternal merupakan hal-hal
yang mempengaruhi belajar seseorang yang berasal dari luar individu. Faktor dari
dalam individu merupakan faktor penting yang turut mendominasi dalam
menentukan keberhasilan belajar. Hal tersebut dapat dipahami karena dalam
belajar sasaran utamanya adalah individu sebagai subyek belajar. Sedangkan
menurut A. Tabrani Rusyan, Atang Kusnidar, dan Zainal Arifin (1989:7), ”
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi
dengan lingkungan”. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat
ditunjukkan dengan berbagai bentuk misalnya perubahan pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta
perubahan pada aspek-aspek lain yang ada pada individu belajar. Pendapat lain
tentang belajar juga dikemukakan oleh The Liang Gie (1985:14) bahwa, ” belajar
adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh
seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan
pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya sedikit banyak permanen”. Pengertian
belajar menurut Winarno Surachmad (1986:67), bahwa belajar adalah mengalami,
yang berarti menghayati sesuatu yang aktual. Penghayatan akan menimbulkan
respon-respon dari pihak murid. Pengalaman yang berupa pelajaran akan
menghasilkan perubahan (pematangan, pendewasaan) pola tingkah laku.
Perubahan dalam sistem nilai, pembendaharaan konsep-konsep serta informasi.
Belajar merupakan hal yang sangat dasar bagi manusia dan merupakan
proses yang tidak ada henti-hentinya, karena dengan belajar itulah manusia dapat
berkembang. Kegiatan belajar adalah merupakan suatu proses yang terjadi secara
menyeluruh dalam diri masing-masing individu. Dapat ditarik kesimpulan bahwa
belajar adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu
xiv
dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif
lama dan karena adanya usaha.
Diantara faktor internal yang menentukan keberhasilan belajar salah
satunya adalah kedisiplinan belajar. Pada dewasa ini tingkat kedisiplinan siswa
dalam proses belajar mengajar dinilai masih kurang. Ketidakdisiplinan tersebut
misalnya siawa dalam mengikuti suatu mata pelajaran terkesan semaunya, siswa
datang terlambat, siswa sering tidak mencatat, dan siswa sering meninggalkan jam
pelajaran. Sudah menjadi rahasia umum bahwa suasana belajar di sekolah
terkadang agak kurang diminati oleh siswa. Mereka lebih senang menghabiskan
waktu dengan teman-temannya di mall, warung internet, game online, bermain
playstation, atau berkumpul di sebuah tempat yang tidak diketahui oleh guru
ataupun orang tua. Akhirnya orang tua resah karena prestasi akademik menurun
dan perilaku mereka sulit dikendalikan, dan ini merupakan sutu wujud ketidak
disiplinan siswa. Dengan kondisi ini maka akan mempengaruhi prestasi
belajarnya.
Disiplin merupakan pengaruh yang dirancang untuk membantu anak
mampu menghadapi lingkungan. Disiplin merupakan suatu sikap yang
menunjukkan kesediaan untuk menepati atau mematuhi dan mendukung
ketentuan, tata tertib peraturan, nilai serta kaidah-kaidah yang berlaku. Dengan
demikian, disiplin bukanlah suatu yang dibawa sejak awal, tetapi merupakan
sesuatu yang dipengaruhi oleh faktor ajar atau pendidikan. Perilaku disiplin bagi
siswa adalah salah satu kunci sukses untuk dapat meraih prestasi yang maksimal.
Fungsi utama disiplin adalah mengajar mengendalikan diri dengan mudah
menghormati dan mematuhi aturan untuk menertibkan diri. Dalam mendidik anak
perlu disiplin tegas dalam hal apa yang harus dilakukan dan dalam hal apa yang
tidak boleh dilakukan.
Disiplin menjadi kata kunci kemajuan dan kesuksesan serta kebesaran
orang-orang besar yang pernah hidup dalam sejarah. Seorang pemimpin, atau
siapa saja bisa mencapai kesuksesan di bidangnya masing-masing karena pernah
mempraktikkan disiplin diri. Presiden Amerika Serikat (AS) ke-26, Theodore
Rosevelt (1858-1919) dalam (www.wikimu.com) pernah mengatakan, “With self-
xv
discipline, most anything is possible”, dengan disiplin diri, kebanyakan hal
menjadi mungkin. Gary Ryan Blair, seorang motivator negeri paman Sam, pernah
berkata, “self-dicipline is an act of cultivating. It require you to connect todays
action to tomorrow’s results. Theres a seasons for sowing a season of reaping.”
Inti pernyataan tersebut mengatakan bahwa barang siapa melatih disiplin diri,
maka dia akan menuai hasilnya pula. Orang yang tidak berdisiplin diri akan
menerima akibatnya.
Faktor lain yang turut menentukan keberhasilan belajar adalah motivasi
belajar. Pada diri siswa, motivasi merupakan kekuatan mental yang menjadi
penggerak belajar. Kekuatan penggerak tersebut berasal dari berbagai sumber.
Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu
berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut
dapat tergolong rendah atau tinggi. Ada ahli psikologi pendidikan yang
menyebutnya motivasi yaitu, kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar.
Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan
mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi
terkandung adanya keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dan insentif.
Terdapat dua faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk
belajar, yaitu: Pertama, motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini
terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk
mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan. Kedua, motivasi
belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau
lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi kejiwaan atau psikologis orang
yang bersangkutan.
Motivasi belajar tidak akan terbentuk apabila orang tersebut tidak
mempunyai keinginan, cita-cita, atau menyadari manfaat belajar bagi dirinya.
Guna menumbuhkan kesadaran belajar, dibutuhkan pengkondisian tertentu, agar
diri kita atau siapa pun juga yang menginginkan semangat untuk belajar dapat
termotivasi. Motivasi adalah sebuah alasan atau dorongan seseorang bertindak
untuk berhasil. Seseorang yang tidak mau bertindak untuk berhasil sering kali
disebut tidak memiliki motivasi. Dorongan itu bisa datang dari luar maupun dari
xvi
dalam diri. Meskipun pada dasarnya semua motivasi itu datang dari dalam diri,
faktor luar hanyalah pemicu penguatan munculnya motivasi tersebut.
Mempertimbangkan hal-hal tersebut diatas, peneliti bermaksud
mengadakan penelitian tentang :
” Hubungan Kedisiplinan Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar
Sosiologi Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri Jumapolo Tahun Ajaran 2009/2010”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, timbul beberapa
permasalahan yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Keberhasilan belajar seseorang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa
(intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern). Faktor intern antara lain adalah
faktor kedisiplinan dan motivasi belajar.
2. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang.
3. Pada dewasa ini tingkat kedisiplinan siswa dalam mengikuti proses belajar masih
tergolong rendah, seperti sebagian siswa dalam mengikuti pelajaran masih
berkesan semaunya, siswa datang terlambat, siswa sering tidak mencatat, siswa
sering kali hanya menyukai suatu mata pelajaran tertentu.
4. Motivasi belajar merupakan sebuah dorongan dalam diri siswa dalam usahanya
secara sungguh-sungguh dan terarah untuk mencapai tujuan belajar.
5. Prestasi belajar sosiologi merupakan nilai yang diperoleh sebagai tanda
keberhasilan siswa setelah melakasanakan proses belajar sosiologi.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dari masalah di atas, maka peneliti membatasi
permasalahan sebagai berikut :
1) Kedisiplinan
Kedisiplinan belajar dibatasi pada kedisiplinan siswa kelas XI IPS SMA Negeri
Jumapolo tahun pelajaran 2009/2010 dalam belajar, baik di sekolah maupun di
rumah. Data kedisiplinan belajar diperoleh dari angket.
2) Motivasi belajar
xvii
Motivasi belajar dibatasi pada motivasi siswa kelas XI IPS SMA Negeri Jumapolo
tahun pelajaran 2009/2010 dalam belajar, baik di sekolah maupun di rumah. Data
motivasi belajar diperoleh dari angket.
3) Prestasi belajar
Prestasi belajar sosiologi adalah nilai mata pelajaran sosiologi siswa kelas XI IPS
SMA Negeri Jumapolo tahun pelajaran 2009/2010. Data prestasi diperoleh dari
dokumen nilai ulangan mata pelajaran sosiologi di sekolah.
D. Perumusan Masalah
Bertolak dari identifikasi dan pembatasan masalah tersebut di atas, maka
dapat dirumuskan permasalahan yang diteliti sebagai berikut:
1. Adakah hubungan kedisiplinan belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa
kelas XI IPS SMA Negeri Jumapolo tahun pelajaran 2009/2010 ?
2. Adakah hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas
XI IPS SMA Negeri Jumapolo tahun pelajaran 2009/2010 ?
3. Adakah hubungan secara bersamaan antara kedisiplinan belajar dan motivasi
belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri
Jumapolo tahun pelajaran 2009/2010 ?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hubungan kedisiplinan belajar dengan prestasi belajar sosiologi
siswa kelas XI IPS SMA Negeri Jumapolo tahun pelajaran 2009/2010.
2. Untuk mengetahui hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi
siswa kelas XI IPS SMA Negeri Jumapolo tahun pelajaran 2009/2010.
3. Untuk mengetahui hubungan secara bersamaan antara kedisiplinan belajar dan
motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri
Jumapolo tahun pelajaran 2009/2010.
F. Manfaat Penelitian
Dari penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan
dalam bidang psikologi dan sosiologi.
xviii
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk
kesempurnaan penelitian berikutnya yang relevan.
2. Manfaat praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi kepada guru
dan siswa dalam upaya peningkatan prestasi belajar sosiologi di SMA.
b. Memberikan informasi kepada siswa tentang perlunya kedisiplinan dan motivasi
dalam belajar untuk meningkatkan prestasi belajar sosiologi di SMA.
c. Memberikan informasi kepada lembaga pendidikan pada umumnya tentang arti
pentingnya kedisiplinan dan motivasi dalam belajar sehingga siswa memperoleh
prestasi belajar yang memuaskan.
xix
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan tentang Prestasi Belajar
a. Pengertian prestasi belajar
Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “ prestasi belajar adalah suatu
bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan
kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya”. Menurut Skinner
dalam Dimyati dan Mudjiono (1999:9) berpandangan bahwa, “belajar adalah
suatu perilaku”. Pada saat orang belajar, maka responsnya akan baik. Sebaliknya,
bila ia tidak belajar maka responsnya akan menurun.
Menurut Depdiknas (2001:14), “ pengajaran sosiologi mencakup dua
sasaran yang bersifat kognitif dan praktis. Secara kognitif, pengajaran sosiologi
dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan dasar sosiologi agar siswa mampu
memahami dan menelaah secara rasional komponen-komponen dari individu,
masyarakat, kebudayaan, sebagai suatu sistem. Sasaran yang bersifat praktis
dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan sikap dan perilaku siswa yang
rasional dan kritis dalam menghadapi kemajemukan masyarakat, kebudayaan,
situasi sosial, serta berbagai masalah sosial yang dihadapi masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut diharapkan siswa memiliki kepekaan sosial terhadap
lingkungan ia berada.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi
belajar merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa dalam menerima,
menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar
mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu
dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau
raport setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi
belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat
memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
b. Fungsi prestasi belajar
xx
Prestasi belajar merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia,
karena manusia selalu butuh akan akan sebuah pengakuan tentang dirinya. Bagi
siswa, prestasi merupakan sutau faktor penting untuk mengetahui sejauh mana ia
telah berhasil menguasai materi yang telah dipelajarinya. Prestasi juga berfungsi
sebagai alat untuk mengungkapkan kebanggaan dan kepuasan terhadap prestasi
yang diraihnya.
Adapun fungsi utama dan kegunaan dari prestasi belajar menurut Zainal
Arifin (1990:3-4) adalah :
1). Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang
telah dikuasai anak didik.
2). Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
3). Prestasi belajar sebagai informasi dalam inovasi penidikan.
4). Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan.
5). Prestasi belajar sebagai indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak
didik.
Sedangkan kegunaan prestasi untuk menunjukkan kemampuan seseorang yang
berfungsi :
1). Sebagai umpan balik bagi pendidik dalam mengajar
2). Untuk keperluan diagnostik.
3). Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan.
4). Untuk keperluan penempatan dan penjurusan.
5). Untuk menentukan isi kurikulum.
6). Untuk menentukan kebijakan sekolah.
c. Faktor –faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Menurut Muhibbin Syah (2005:144), “Secara global faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu
Faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar”. Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Faktor Internal
xxi
Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan / kondisi jasmani
dan rohani siswa. Faktor ini meliputi 2 aspek, yakni :
a). Aspek Fisiologis (yang bersifat jasmaniah)
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat
kebugaran organ-organ tubuh dan sendisendinya, dapat mempengaruhi semangat
dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi jasmani yang tidak
mendukung kegiatan belajar, seperti gangguan kesehatan, cacat tubuh, gangguan
penglihatan, gangguan pendengaran dan lain sebagainya sangat mempengaruhi
kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang
disajikan di kelas.
b). Aspek Psikologis (yang bersifat rohaniah)
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran siswa. Diantaranya
adalah tingkat intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan
motivasi siswa.
(1). Intelegensi Siswa
Tingkat kecerdasan merupakan wadah bagi kemungkinan tercapainya hasil
belajar yang diharapkan. Jika tingkat kecerdasan rendah, maka hasil belajar
yang dicapai akan rendah pula. Bahwa tingkat kecerdasan siswa sangat
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
(2). Sikap Siswa
Sikap merupakan gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi dengan cara relatif tetap terhadap objek, baik
secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif terutama kepada guru
dan mata pelajaran yang diterima merupakan tanda yang baik bagi proses
belajar siswa. Sebaliknya, sikap negatif yang diiringi dengan kebencian
terhadap guru dan mata pelajarannya menimbulkan kesulitan belajar siswa
tersebut, sehingga prestasi belajar yang dicapai siswa akan kurang
memuaskan.
(3). Bakat Siswa
xxii
Sebagaimana halnya intelegensi, bakat juga merupakan wadah untuk
mencapai hasil belajar tertentu. Secara umum bakat merupakan kemampuan
potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa
yang akan datang. Bakat juga diartikan sebagai kemampuan individu untuk
melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan
dan latihan. Peserta didik yang kurang atau tidak berbakat untuk suatu
kegiatan belajar tertentu akan mengalami kesulitan dalam belajar.
(4). Minat Siswa
Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang
besar terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil
belajar siswa. Siswa yang menaruh minat besar terhadap bidang studi tertentu
akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lain, sehingga
memungkinkan siswa tersebut untuk belajar lebih giat dan pada akhirnya
mencapai prestasi yang diinginkan.
(5). Motivasi Siswa
Tanpa motivasi yang besar, peserta didik akan banyak mengalami kesulitan
dalam belajar, karena motivasi merupakan faktor pendorong kegiatan belajar.
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal
dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan
belajar. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal keadaan yang datang dari luar
individu siswa yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.
Motivasi yang dipandang lebih esensial adalah motivasi intrinsik karena lebih
murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh
orang lain.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi/ keadaan
lingkungan di sekitar siswa. Adapun faktor eksteren yang dapat mempengaruhi
hasil belajar siswa adalah :
xxiii
a). Lingkungan sosial
Lingkungan sosial siswa di sekolah adalah para guru, staf administrasi
dan teman-teman sekelasnya, yang dapat mempengaruhi semangat belajar siswa.
Masyarakat, tetangga dan teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan
siswa juga termasuk lingkungan sosial bagi siswa. Namun lingkungan sosial yang
lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar sisa ialah orang tua dan keluarga
siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan
keluarga dan letak rumah, semuanya dapat memberi dampak baik dan buruk
terhadap kegiatan belajar dan hasil yang di capai siswa.
b). Lingkungan non sosial
Lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat
tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat alat belajar, keadaan cuaca dan waktu
belajar yang digunakan siswa.
3. Faktor Pendekatan Belajar
Tercapainya hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh bagaimana aktivitas
siswa dalam belajar. Faktor pendekatan belajar adalah jenis upaya belajar siswa
yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan
kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Faktor pendekatan belajar sangat
mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga semakin mendalam cara belajar siswa
maka semakin baik hasilnya.
2. Tinjauan tentang Disiplin Belajar
a. Pengertian Disiplin Belajar
Disiplin merupakan suatu komponen penting dalam keberhasilan.
Dengan jalan berdisiplin untuk melaksanakan pedoman-pedoman yang baik
didalam usaha belajar, barulah seorang siswa memliliki sutau cara belajar yang
baik. Secara etimologis, menurut (Elizabeth B. Hurlock, 1993:83) istilah disiplin
berasal dari disciple yakni “seseorang yang belajar dari atau secara sukarela
mengikuti seorang pemimpin. Orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak
merupakan murid yang belajar dari mereka cara hidup yang menuju kehidupan
yang berguna dan bahagia”. Sedangkan Suharsimi Arikunto (1990:55)
menyatakan bahwa “disiplin dapat diartikan suatu keadaan tertib dimana orang-
xxiv
orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan
yang telah ada dengan senang hati”. T. Raka Joni seperti yang dikutip oleh
Sulistriyo dan Ign. Wagimin (1989:61) memeberikan batasan kedisiplinan sebagai
berikut : “disiplin mencakup setiap macam pengaruh yang ditunjukkan untuk
membantu siswa agar ia dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan juga tentang cara menyelesaiakan tuntutan yang mungkin ingin
ditunjukkan siswa terhadap lingkungannya. Kemudian menurut Thomas Gordon
(1996:3), disiplin adalah :
1). Sebagai kata benda disiplin berarti perilaku dan tata tertib yang sesuai dengan peraturan dan ketetapan, atau perilaku yang diperoleh dari latihan seperti, disiplin dalam kelas, disiplin pada waktu belajar dirumah dan sebagainya.
2). Sebagai kata kerja disiplin berarti mendisiplin yaitu mengawasi, menghukum, mengenakan denda, menghukum demi kebaikan anak.
Disiplin tumbuh dipengaruhi beberapa faktor, antara lain orang tua dan
guru yang berperan dalam menumbuhkan rasa disiplin anak. Perilaku disiplin
dalam belajar berpengaruh terhadap penguasaan materi pelajaran. Disiplin di
sekolah sangat membantu keberhasilan anak dalam belajar. Jika aspek disiplin di
abaikan, sudah barang tentu hal ini akan berdampak pada proses kegiatan belajar
mengajar. Masalah indisipliner di sekolah merupakan suatu indikasi
penyimpangan perilaku di kalangan anak didik. Misalnya, anak terlambat datang
ke sekolah, bersendau gurau di saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa
membolos sekolah, dan siswa tidak mencatat materi pelajaran.
Elizabeth B. Hurlock dalam Singgih D. Gunarso (1991: 81),
menyatakan bahwa : “ disiplin sebagai suatu proses dari latihan atau belajar yang
bersangkut paut dengan pertumbuhan dan perkembangan”. Seorang siswa
dikatakan berhasil belajar kalau siswa tersebut bisa mengikuti dengan sendirinya
tokoh-tokoh yang telah mengajarkan sesuatu yaitu orang tua atau guru. Apa yang
dipelajari akan mengarahkan pada kehidupannya agar bisa bermanfaat bagi
dirinya maupun lingkungannya serta menimbulkan perasaan bahagia.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa disiplin belajar
adalah sikap siswa yang terbentuk melalui serangkaian proses perilaku yang
xxv
menunjukkan suatu sikap atau nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, dan keteraturan
secara sadar yang disertai pengendalian diri berdasarkan acuan nilai moral
individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang mencakup perubahan
berfikir, sikap dan tindakan yang sesuai dengan aturan yang ada di sekolah,
keluarga, dan masyarakat pada umumnya .
b. Pentingnya disiplin
Disiplin belajar penting diterapkan di sekolah, oleh guru dan siswa.
Disiplin merupakan pengaruh yang dirancang untuk membantu anak mampu
menghadapi lingkungan. Disiplin tumbuh dari kebutuhan menjaga keseimbangan
antara kecenderungan keinginan individu untuk berbuat agar memperoleh sesuatu
dengan pembatasan atau peraturan yang diperlukan oleh lingkungan terhadap
dirinya. Disiplin merupakan suatu sikap yang menunjukkan kesediaan untuk
menepati atau mematuhi dan mendukung ketentuan, tata tertib peraturan, nilai
serta kaidah-kaidah yang berlaku. Disiplin tidak terjadi dengan sendirinya,
melainkan harus ditumbuhkembangkan, dan diterapkan dalam setiap aspek
kehidupan. Disiplin merupakan hal mendasar yang harus ada dalam sebuah proses
pembelajaran. Karena tanpa adanya kedisiplinan maka tidak akan ada kesepakatan
antara guru dan murid, serta hasil belajar pun akan kurang maksimal. Syaiful
Bahri Djamarah (2002:10) mengemukakan bahwa, ” banyak orang yang belajar
dengan susah payah, tetapi tidak mendapatkan hasil apa-apa, hanya kegagalan
yang ditemui. Penyebabnya tidak lain karena belajar tidak teratur, tidak disiplin,
dan kurang bersemangat, kurang konsentrasi, serta mengabaikan masalh
pengaturan waktu. Disiplin adalah untuk membentuk perilaku sedemikian rupa
sehingga ia akan sesuai dengan peran yang ditetapkan kelompok budaya, tempat
inividu itu di identifikasikan.
Disiplin perlu ditegakkan agar tidak terjadi pelanggaran. Bila
pelanggaran terjadi akan berakibat terganggunya tujuan pengajaran. Usaha yang
biasa dilakukan oleh sekolah, untuk menciptakan disiplin bagi siswa adalah
dengan menetapkan berbagai aturan yang biasa disebut tata tertib. Berbagai
peraturan yang harus dijalankan oleh siswa termuat didalamnya, termasuk
xxvi
berbagai sanksi yang akan diberikan jika terjadi pelanggaran terhadap peraturan
tersebut.
Siswa yang sudah terbiasa disiplin, tentu akan senantiasa mengikuti
dengan kesadaran pribadi terhadap aturan-aturan di sekolah dan melakukan apa
yang seharusnya ia lakukan sebagai seorang siswa. Hal ini dapat dilihat dari
pemanfaatan waktu secara tepat. Sehingga waktu yang ada, tidak terbuang secara
sia-sia. Terkait hal ini, Suharsimi Arikunto (1990:60) menyatakan, manfaat
disiplin belajar sebagai berikut : 1). Menciptakan kemauan untuk bekerja/belajar
secara teratur ; 2). Memiliki kecakapan belajar yang baik ; 3). Dapat membentuk
watak dan kebiasaan yang baik.
Akhmad Sudrajat (1993) dalam (http://akhmadsudrajat. wordpress.com)
memberikan ulasan bahwa :
“ Tujuan disiplin sekolah adalah untuk menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas. Di dalam kelas, jika seorang guru tidak mampu menerapkan disiplin dengan baik maka siswa mungkin menjadi kurang termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, dan suasana belajar menjadi kurang kondusif untuk mencapai prestasi belajar siswa ”.
Berkenaan dengan tujuan disiplin sekolah, Maman Rachman
(http://akhmadsudrajat .wordpress.com) mengemukakan bahwa tujuan disiplin
sekolah adalah :
1). memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, 2). mendorong siswa melakukan yang baik dan benar, 3). membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, dan ;
4). siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.
Brown dan Brown mengelompokkan beberapa penyebab perilaku siswa
yang indisiplin, sebagai berikut :
1). Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru. Baik buruknya hubungan
antara guru dengan murid akan berpengaruh pada kedisiplinan siswa. Siswa
akan senang jika guru bersikap baik dan memperlakukan secara baik
terhadap dirinya. Seorang siswa yang diperlakukan secara baik, diterima dan
xxvii
diperhatikan oleh guru, akan bersikap baik pula terhadap guru. Selanjutnya
siswa akan merespon secara positif terhadap tugas-tugas yang diberikan
oleh guru. Hal senada di ungkapkan oleh Cassel dan Dreikurs (1986:5)
sebagai berikut : “anak akan merasa tidak senang jika diperlakukan tidak
sepantasnya, mereka kemudian menunjukkan sikap bermusuhan dan
membalas untuk memperdaya kepada gurunya yang otoriter tersebut . oleh
karena itu kepada guru dan murid tidak dapat saling menghormati”.
2). Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh sekolah; kondisi sekolah yang
kurang menyenangkan, kurang teratur, dan lain-lain dapat menyebabkan
perilaku yang kurang atau tidak disiplin.
3). Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa , siswa yang berasal dari
keluarga yang broken home.
4). Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang
tidak terlalu kaku, tidak atau kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-
lain bisa menimbulkan perilaku yang tidak disiplin, dalam proses belajar
mengajar pada khususnya dan dalam proses pendidikan pada umumnya.
Meskipun sudah ada tata tertib sekolah berikut berbagai macam
sanksinya, belum tentu setuap siswa dapat mentaati peraturan tersebut. Sulistyo
dan Ign. Wagimin (1989:64) juga mengemukakan sebab-sebab pelanggaran
disiplin biasanya bersumber pada : “1). Lingkungan sekolah; 2). Yang bersifat
umum”. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
1). Lingkungan Sekolah
Pelanggaran disiplin yang disebabkan oleh lingkungan sekolah antara
lain :
a). Tipe kepemimpinan guru atau kepala sekolah, kepemimpinan yang otoriter
akan mengakibatkan siswa menjadi apatis atau agresif.
b). Pengurangan hak-hak siswa, siswa kurang mendapatkan bimbingan
mengenai perencanaan masa depannya.
c). Kurangnya perhatian terhadap kelompok minoritas.
d). Siswa kurang dilibatkan dan diikutsetakan dalam berbagai kegiatan
tanggung jawab terhadap sekolah.
xxviii
e). Kurangnya perhatian terhadap latar belakang kehidupan keluarga siswa.
f). Kurangnya kerja sama antara sekolah dengan orang tua siswa.
2). Yang Bersifat Umum
Pelanggaran yang dilakukan oleh seorang siswa yang disebabkan oleh
masalah yang bersifat umum antara lain :
a). Kebosanan dalam kelas , jika siswa merasa bosan berada di dalam kelas
biasa ia akan membuat ulah yang dapat melanggar disiplin. Misalnya,
berbicara seenaknya, tidak memperhatikan guru, tidak mau mencatat.
b). Perasaan kecewa dan tertekan akibat tuntutan tata tertib yang kaku.
c). Tidak terpenuhinya kebutuhan akan perhatian, aktualisasi diri.
Pelanggaran disiplin belajar sering yang seringkali dilakukan oleh siswa,
menurut pendapat Crow and Crow yang disadur oleh Siti Meichati (1982:330)
antara lain : “tingkah laku pelanggaran disiplin yang biasa terjadi ialah, terlambat,
melalaikan tugas, membolos, berisik dalam kelas, membantah perintah, ribut,
ceroboh dalam bertindak, marah, merusak benda-benda, bergulat, bersikap tidak
susila”. Pelanggaran kedisiplinan belajar yang dilakukan tersebut disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain :
a). Situasi belajar yang kurang menarik.
b). Guru kurang bijaksana dalam memberi tugas.
c). Lingkungan yang kurang menarik.
d). Kurang teratur dan tertibnya di sekolah.
e). Kepribadian guru yang lemah.
Selanjutnya, Brown dan Brown (http://akhmadsudrajat.wordpress.com)
mengemukakan pula tentang pentingnya disiplin dalam proses pendidikan dan
pembelajaran untuk mengajarkan hal-hal sebagai berikut :
1). Rasa hormat terhadap otoritas/ kewenangan; disiplin akan menyadarkan
setiap siswa tentang kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas,
misalnya kedudukannya sebagai siswa yang harus hormat terhadap guru dan
kepala sekolah.
xxix
2). Upaya untuk menanamkan kerja sama; disiplin dalam proses belajar
mengajar dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan kerjasama, baik
antara siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungannya.
3). Kebutuhan untuk berorganisasi; disiplin dapat dijadikan sebagai upaya
untuk menanamkan dalam diri setiap siswa mengenai kebutuhan
berorganisasi.
4). Rasa hormat terhadap orang lain; dengan ada dan dijunjung tingginya
disiplin dalam proses belajar mengajar, setiap siswa akan tahu dan
memahami tentang hak dan kewajibannya, serta akan menghormati dan
menghargai hak dan kewajiban orang lain.
5). Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan; dalam
kehidupan selalu dijumpai hal yang menyenangkan dan yang tidak
menyenangkan. Melalui disiplin siswa dipersiapkan untuk mampu
menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan
pada umumnya dan dalam proses belajar mengajar pada khususnya.
6). Memperkenalkan contoh perilaku tidak disiplin; dengan memberikan contoh
perilaku yang tidak disiplin diharapkan siswa dapat menghindarinya atau
dapat membedakan mana perilaku disiplin dan yang tidak disiplin.
Dalam kaitan dengan belajar, disiplin merupakan prasyarat utama untuk
mencapai keberhasilan dalam belajar. Tanpa disiplin yang kuat maka kegiatan
belajar hanya merupakan aktivitas yang kurang bernilai, tanpa mempunyai makna
dan target apa-apa. Oleh karena itu, upaya-upaya untuk meningkatkan disiplin
belajar adalah hal penting yang harus dilakukan dalam rangka mencapai
keberhasilan belajar.
Di samping itu, pemberian keteladanan dari guru dalam kegiatan
pembelajaran merupakan hal lain yang penting dalam menumbuhkan disiplin
belajar bagi siswa. Keteladanan guru dalam hal disiplin merupakan salah satu
senjata ampuh dalam membimbing dan mengarahkan siswa agar disiplin dalam
belajar.
Disiplin dalam belajar penting artinya bagi kegiatan belajar, suasana
yang menyenangkan dapat menumbuhkan kegairahan belajar, sedangkan suasana
xxx
yang kacau, ramai, tak tenang, dan banyak gangguan sudah tentu tidak menunjang
kegiatan belajar yang efektif. Karena guru dan siswa senantiasa dituntut agar
menciptakan suasana lingkungan belajar yang baik dan menyenangkan,
menantang dan menggairahkan. Hal ini berarti bahwa, disiplin belajar turut
menentukan motivasi, kegiatan, keberhasilan belajar siswa. Upaya menumbuhkan
disiplin siswa dalam proses pembelajaran mempunyai peran penting dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran dan turut menentukan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan pengertian diatas maka, dapat disimpulkan bahwa dalam
proses belajar, disiplin merupakan hal yang sangat diperlukan. Disiplin dapat
menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman dan kondusif, sehingga akan
melahirkan semangat menghargai waktu serta membentuk watak kebiasaan yang
teratur. Disiplin dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya dari guru, sekolah,
teman , dan juga oleh kurikulum sebuah sistem pendidikan. Meskipun tata tertib
sekolah telah ditetapkan, tidak dengan sendirinya siswa mau mentaatinya. Agar
siswa mau mentaati tata tertib yang ada, hendaknya guru mau berusaha
menghindarkan hal-hal penyebab pelanggaran disiplin tersebut, dan
mengkondisikan anak untuk berlaku disiplin. Dengan kebiasaan baik tersebut
akan dapat menimbulkan motivasi siswa untuk lebih giat belajar. Dengan
mencapai sebuah tingkat disiplin berarti telah berhasil menguasai diri sendiri, bisa
membuat diri sendiri untuk melakukan hal-hal yang tidak suka.
c. Ciri-ciri disiplin
Pada hakikatnya disiplin itu bagian dari pendidikan, karena tanpa disiplin
tidak akan ada pendidikan, dan pendidikan merupakan satu proses yang perlu
dibiasakan pelaksanaannya, seperti norma-norma yang dianggap baik dan berlaku
dalam masyarakat. Kaitan antara disiplin dan pendidikan ialah bahwa disiplin
yang semula sebagai prasyarat dalam proses pendidikan pada akhimya akan
menjadi baku dan membudaya sehingga selanjutnya disiplin itu merupakan hasil
dari pendidikan.
Anak didik sebagai salah satu komponen pendidikan merupakan sasaran
utama dalam pelaksanaan disiplin yang dimulai dari disiplin di rumah sejak
bangun tidur hingga menjelang tidur lagi. Ada beberapa indikasi secara umum
xxxi
tentang anak disiplin di rumah antara lain : 1). Kebiasaan belajar atau bekerja
secara teratur, 2). Sangat menghargai waktu dengan memanfaatkannya secara
maksimal, 3). senantiasa belajar untuk esok hari.
Menurut Workman dan Hektor yang disadur oleh Soeharjo Danusastro
(1985:27), menyatakan bahwa kedisiplinan dalam belajar dapat dilihat dari
perilaku siswa disekolah sebagai berikut :
1). Memperlihatkan guru pada waktu guru mendemonstrasikan suatu tugas,
menunjukkan gambar atau memecahkan masalah didepan papan tulis.
2). Memperhatikan dan mendengarkan guru pada waktu memberikan
pelajaran.
3). Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
4). Memperhatikan benda yang diperlihatkan oleh guru.
d. Cara menanamkan disiplin
Disiplin yang dikehendaki tidak selamanya muncul dengan kesadaran,
tetapi kadang juga karena paksaan. Disiplin karena kesadaran disebabkan faktor
seseorang dengan kesadaran diri, bahwa dengan didisplinlah akan didapatkan
kesuksesan dalam segala hal, ia selalu menempatkan disiplin diatas semua
tindakan dan perbuatan. Disiplin karena paksaan biasanya dilakukan dengan
terpaksa pula. Seseorang melaksanakan suatu hal atau aturan-aturan karena takut
akan sanksi yang telah ditetapkan atas pelanggran terhadap aturan tersebut,
sehingga atas dasar itulah timbul upaya disiplin untuk mentaati aturan yang ada
tersebut demi kebaikannya. Menurut Singgih D Gunarso (1986 : 82), cara
pembentukan atau penanaman disiplin pada diri anak adalah dengan “ cara
otoriter, bebas, demokratis ”.
1). Cara otoriter
Pada cara ini orang tua menentukan aturan-aturan dan batasan-batasan
yang mutlak harus ditaati oleh anak. Anak harus patuh dan tunduk serta tidak ada
lain pilihan yang sesuai dengan pendapatnya sendiri. Kalau anak tidak memenuhi
tuntutan orangtua, anak akan diancam dan di hukum. Anak lebih merasa takut
kalau tidak melakukan dan bukan karena kesadaran apalagi dengan senah hati
melakukannya. Orang tua menentukan tanpa memperhitungkan keadaan anak,
xxxii
tanpa menyelami keinginan dan sifat-sifat anak yang berbeda antara anaak yang
satu dengan anak laninnya. Anak harus patuh dan menurut saja semua peraturan
dan kebijaksanaan orang tua. Sikap keras dianggap sikap yang harus menjadi
penurut.
Dengan cara otoriter ditambah dengan sikap keras, menghukum,
mengancam, akan menjadikan anak patuh dihadapan orang tua tetapi
dibelakangnya anak akan memperlihatkan reaksi-reaksi misalnya anak akan
menentang atau melawan karena merasa dipaksa. Reaksi menentang dan melawan
ini bisa diwujudkan dalam tingkah laku yang melnaggar norma-norma dan yang
menimbulkan persoalan atau kesulitan baik pada dirinya, lingkungan , sekolah
maupun pergaulannya.
Untuk itu agar tidak terjadi hal-hal yang tida diinginkan seperti diatas,
maka hukuman yang diberikan kepada anak itu membutuhkan kondisi dasar
tertentu agar bekerja efektif dalam mengawasi perilaku anak. Seperti yang
dikatakan Thomas Gordon (1996 : 32), bahwa : Hukuman membutuhkan kondisi
dasar tertentu agar bekerja efektif dalam mengawasi perilaku anak, antara lain :
a). Hukuman harus dirasakan oleh yang diawasi sebagai larangan,
membahyakan, meniadakan, tidak diinginkan, merugikan yakni harus
aversif bagi yang diawasi.
b). Hukuman harus aversif agar menghasilkan eliminasi/hilangnya perilaku
yang tidak diiginkan.
c). Yang diawasi harus tidak mampu melarikan diri dari situasi hukuman atau
terkunci dalam hubungan karena ketergantungan pada pengawas untuk
menyediakan apa yang dibutuhkan oleh yang diawasi.
2). Cara bebas
Orang tua membiarkan anak mencari dan menentukan sendiri tatat cara
yang memberi batasan-batasandari tingkah lakunya. Hanya pada hal-hal yag
dianggapnya sudah keterlaluan orang tua baru bertindak. Pada cara bebas ini
pengawasan menjadi longgar. Anak telah terbiasa mengatur dan menentukan
sendiri apa yang dianggapnya baik. Orang tua merasa sudah mempercayakan
xxxiii
masalah pendidikan anaka pada orang lain yang bisa mengasuh khusus atau bisa
juga anggota keluarga yang tinggal di rumah.
3). Cara demokratis
Cara ini memperhatikan dan menghargai kebebasan anak, namun
kebebasan yang tidak mutlak dan dengan bimbingan yang penuh pengertian antara
kedua belah pihak yaitu antara anak dan orang tua. Keinginan dan pendapat anak
diperhatikan dan kalau sesuai dengan norma-norma orang tua, maka disetujui
untuk dilaluakan. Sebaliknya kalau keinginan dan endapatnya tidak sesuai, kepada
anak akan diterangkan secara rasional dan objektif sambil melakukan
perbuatannya, kalau baik perlu dibiasakan dalau tidak baik hendaknya tidak
diperhatikan lagi.
Sementara itu, Reisman dan Payne dalam E. Mulyasa, (2003:110)
mengemukakan strategi umum merancang disiplin siswa, yaitu :
1). Konsep diri (self-concept). Untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga
siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap empatik,
menerima, hangat dan terbuka;
2). Keterampilan berkomunikasi (communication skills). Guru terampil
berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan
mendorong kepatuhan siswa;
3). Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami (natural and logical
consequences). Guru disarankan dapat menunjukkan secara tepat perilaku
yang salah, sehingga membantu siswa dalam mengatasinya; dan
memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah;
4). Klarifikasi nilai (values clarification). Guru membantu siswa dalam
menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem
nilainya sendiri;
5). Analisis transaksional (transactional analysis). Guru disarankan guru belajar
sebagai orang dewasa terutama ketika berhadapan dengan siswa yang
menghadapi masalah;
xxxiv
6). Terapi realitas (reality therapy). Sekolah harus berupaya mengurangi
kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Guru perlu bersikap positif dan
bertanggung jawab;
7). Disiplin yang terintegrasi(assertive discipline). Metode ini menekankan
pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan
peraturan;
8). Modifikasi perilaku (behavior modification). Perilaku salah disebabkan oleh
lingkungan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan
yang kondusif;
9). Tantangan bagi disiplin (dare to discipline). Guru diharapkan cekatan, sangat
terorganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas. Pendekatan ini
mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai keterbatasan
pada hari-hari pertama di sekolah, dan guru perlu membiarkan mereka untuk
mengetahui siapa yang berada dalam posisi sebagai pemimpin.
Untuk mendisiplinkan peserta didik dengan berbagai strategi tersebut,
guru harus mempertimbangkan berbagi situasi, dan perlu memahami faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Oleh karena itu guru dituntut untuk :
1). Mempelajari pengalaman peserta didik di sekolah melalui kartu catatan
komulatif;
2). Mempelajari nama-nama peserta didik secara langsung, misalnya melalui
daftar hadir di kelas;
3). Mempertimbangkan lingkungan kerja dan lingkungan peserta didik;
4). Memberikan tugas yang jelas, dapat dipahami, sederhana, dan tidak bertele-
tele;
5). Menyiapkan tugas sehari-hariagar apa yang dilakukan dalam pembelajran
sesuai dengan apa yang direncanakan, tidak terjadi penyimpangan.
6). Berdiri di dekat pintu pada waktu mulai pergantianpelajaran agar peserta
didik tetap berada pada posisinya sampai pelajaran berikutnya dilaksanakan;
7). Bergairah dan semangat dalam melakukan pembelajaran agar dijadikan
teladan oleh peserta didik;
xxxv
8). Berbuat sesuatu yang berbeda dan bervariasi, jangan monoton, sehingga
membantu disiplin dan gairah belajar pesertta didik;
9). Menyesuaikan argumentasi dengan kemampuan peserta didik, jangan
memaksakan peserta didik sesuai dengan pemahaman guru, atau mengukur
kemampuan peserta didik dari kemampuan gurunya;
10). Membuat peraturan yang jelas dan tegas agar bisa dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya oleh peserta didik dan lingkungannya.
Dari berbagai uraian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa fungsi
utama disiplin adalah untuk mengajar mengendalikan diri dengan mudah
menghormati dan mematuhi otoritas. Dalam mendidik anak perlu disiplin tegas
dalam hal apa yang harus dilakukan dalam hal apa yang dilarang dan tidak boleh
dilakukan. Upaya untuk membentuk disiplin itu sendiri ada berbagai cara,
diantaranya adalah dengan cara otoriter, bebas, dan demokratis. Oleh karena itu,
seseorang yang disiplin dalam kehidupannya, akan dengan mudah mencapai
keberhasilan. Dalam prakteknya, kedisiplinan memerlukan konsistensi dari setiap
individu dalam melaksanakannya. Disiplin memerlukan pemahaman yang
mendalam bagi seseorang untuk mencapai kesuksesan, karena di dalam disiplin
terkandung unsur-unsur yang harus dipenuhi atau dijalankan.
3. Tinjauan Tentang Motivasi Belajar
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut
merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar
serta menentukan keefektifan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar
adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula
dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai
motivasi untuk belajar.
a. Pengertian motivasi
Besar kecilnya motivasi akan berpengaruh terhadap keberhasilan dalam
suatu usaha seseorang dalam mencapai tujuan. Begitu juga dalam hal belajar,
besar kecilnya motivasi belajar seorang anak akan mempengaruhi proses dan hasil
belajarnya. Jika minat seseorang dalam balajar itu besar atau kuat maka ia akan
berusaha sekuat tenaga untuk belajar sesuai apa yang menjadi motivasi mereka. A.
xxxvi
Tabrani Rusyan et al (1989:93) mengemukakan bahwa, ”motivasi adalah
dorongan yang tumbuh karena tingkah laku dan kegiatan manusia”. Motivasi
dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan
perilaku manusia, termasuk perilaku belajar.
Menurut Moh. Uzer Usman (2005 : 28), “motivasi adalah suatu proses
untuk menggiatkan motif-motif menjadi suatu perbuatan atau tingkah laku untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, keadaan dan kesiapan dalam diri
individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai
tujuan tertentu”. Soemarsono (2007: 11) mengemukakan bahwa , “motivasi dapat
diartikan daya penggerak yang telah menjadi aktif pada saat-saat tertentu”.
Sedangkan Menurut Afifudin (1986: 110), bahwa ”motivasi belajar adalah
keseluruhan daya penggerak di dalam diri anak yang mampu menimbulkan
kesemangatan / kegairahan belajar”. Hal senada juga dikemukakan Callahan and
Clark seperti yang dikutip oleh E. Mulyasa (2003:112) bahwa, ” motivasi adalah
tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah
suatu tujuan tertentu”. Peserta didik akan belajar sungguh-sungguh apabila
memiliki motivasi yang tinggi.
Dari pendapat tersebut terlihat bahwa motivasi merupakan suatu usaha
yang mendorong diri seseorang untuk mencapai suatu tujuan, baik suka atau pun
tidak suka, dia berusaha untuk menjadikan sesuatu tersebut supaya menjadi
disukai. Sehingga dengan usahanya tersebut kelak akan mendapatkan hasil yang
maksimal.
b. Teori motivasi
Sehubungan dengan motivasi, Ngalim Purwanto (2002:74)
mengemukakan beberapa teori motivasi, antara lain :
1) Teori Hedonisme
Menurut pandangan teori ini, manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang
mementingkan kehidupan yang penhu kesenangan dan kenikmatan. Sehingga
dalam menghadapi setiap persoalan cenderung memilih alternatif pemecahan
yang dapat mendatangkan kesenangan. Implikasi dari teori ini adalah adanya
anggapan bahwa semua orang akan cenderung menghindari hal-hal yang sulit
xxxvii
dan menyusahkan atau mengandung resiko yang berat. Contoh dari teori ini
misalnya, siswa di suatu kelas akan merasa gembira jika mendengar
pengumuman dari sekolah bahwa guru matematika yang seharusnya mengajar
di kelas itu berhalangan hadir karena sakit. Dari contoh ini dapat diambil
pelajaran bahwa siswa tersebut perlu diberikan motivasi secara tepat agar
tidak menuruti kesenangannya dengan bermalas-malasn dalam belajar.
2) Teori naluri
Dalam mtoeri ini ada tiga nafsu pokok (naluri) manusia yaitu : naluri
mempertahankan diri, naluri mengembangkan diri, dan naluri
mengembangkan/mempertahankan jenis. Tiga naluri ini yang selalu
mendorong kebiasaan/tindakan-tindakan manusia dalam kesehariannya. Oleh
karena itu, menurut teori ini untuk memotivasiseseorang harus berdasarkan
naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan. Misalnya, seorang
pelajar terdorong untuk berkelahi karena selalu diejek teman-temannya
karena ia dianggap bodoh di kelasnya (naluri mempertahankan diri), agar
anak tersebut tidak berkembang menjadi anak nakal yang suka berkelahi
maka perlu diberi motivasi dengan menyediakan situasi yang dapat
mendorong anak tersebut untuk rajin belajar agar bisa menyamai atau bahkan
melebihi teman-teman sekelasnya (naluri mengembangkan diri).
3) Teori reaksi yang dipelajari (Teori Lingkungan Kebudayaan)
Teori ini menilai bahwa tindakan/perilaku manusia tidak berdasarkan naluri
melainkan berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari
kebudayaan tempat orang itu hidup. Seorang pendidik yang akan memotivasi
anak didiknya harus mengetahui latar belakang peserta didiknya. Reaksi atau
sikap tiap orang berbeda dengan orang lainnya dalam menghadapi suatu
masalah, sehingga seorang pendidik/pemimpin harus menyikapinya secara
tepat dengan memahami tiap orang berdasarkan lingkungan kebudayaannya.
4) Teori daya pendorong
Teori ini merupakan perpaduan antara Teori naluri dengan Teori reaksi yang
dipelajari (Teori Lingkungan Kebudayaan). Daya pendorong adalah semacam
naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah
xxxviii
yang umum. Seorang pendidik yang ingin memberikan motivasi pada anak
didiknya harus memperhatikan daya pendorongnya yaitu naluri dan juga
reaksi yang dipelajari dari lingkungan kebudayaannya. Misalnya memotivasi
anak yang sejak kecil di besarkan di Gunung Kidul mungkin akan berbeda
perlakuannya dengan anak yang sejak kecil di besarkan di Medan meskipun
masalah yang di hadapinya sama.
5) Teori kebutuhan
Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan manusia hakekatnya
adalah untuk memenuhi ragam kebutuhannya. Jika seorang pendidik ingin
memotivasi anak didiknya, ia harus berusaha terlebih dahulu mengetahui apa
kebutuhan-kebutuhan anak yang akan dimotivasinya.
Maslow dalam E. Mulyasa (2003:112) menyusun suatu teori kebutuhan
bersifat hierarkis yang dikelompokkan mengjadi lima tingkat yaitu :
1) Kebutuhan fisiologis (physiological needs)
2) Kebutuhan rasa aman (safety needs)
3) Kebutuhan kasih sayang (belongingness and love needs)
4) Kebutuhan akan harga diri (esteem needs)
5) Kebutuhan akan aktualisasi diri (need for self actualization)
c. Pentingnya motivasi belajar
Motivasi merupakan suatu dorongan yang menyebabkan seseorang
melakukan sesuatu. Motivasi akan menyebabkan suatu perubahan energi yang ada
pada diri manusia, baik menyangkut kejiwaan, perasaan dan emosi un tuk
kemudian bertindak sesuai dengan yang menjadi motivasinya.
Motivasi muncul karena adanya dorongan untuk memenuhi kebutuhan.
Motivasi merupakan suatu energi dalam diri manusia yang dapat mendorong
untuk melakukan aktivitas tertentu dengan tujuan tertentu, artinya tanpa motivasi
seorang siswa tidak akan membaca, belajar dan sekolah dan akhirnya tentu saja
tidak akan mencapai suatu keberhasilan dalam belajar.
Tabrani Rusyan et al (1989:96) mengemukakan mengenai pentingnya
motivasi adalah :
xxxix
1). Motivasi memberi semangat terhadap peserta didik dalam kegiatan-kegiatan
belajarnya.
2). Motivasi-motivasi perbuatan merupakan pemilih dari kegiatan-kegiatan
dimana seseorang berkeinginan untuk melakukannya.
3). Motivasi memberi petunjuk pada tingkah laku.
Dimyati dan Mudjiono (1999: 85), menyebutkan pentingnya motivasi
belajar bagi guru dan siswa. Bagi siswa, pentingnya motivasi belajar adalah
sebagai berikut :
1). Menyadarkan kedudukan awal belajar, proses, dan hasil akhir.
2). Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan
dengan teman sebaya.
3). Mengarahkan kegiatan belajar.
4). Membesarkan semangat belajar.
5). Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang
berkesinambungan; inidividu dilatih untuk menggunakan kekuatannya
sedemikian rupa sehingga dapat berhasil.
Pentingnya motivasi belajar perlu diketahui oleh bagi guru, adapun
manfaatnya adalah sebagai berikut :
1). Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk
belajar sampai berhasil.
2). Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam-
ragam.
3). Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu dianatar
bermacam-macam peran fungsi guru.
4). Memberi peluang guru untuk “ unjuk kerja” rekayasa paedagogis.
Unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar menurut Dimyati et al
(1999 : 97-100) adalah :
1). Cita-cita atau aspirasi siswa.
Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil. Keberhasilan
mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan di
kemudian hari cita-cita dalam kehidupan. Dari segi emansipasi kemandirian,
xl
keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar.
Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau juga hukuman akan dapat
mengubah keinginan menjadi kemauan, dan kemudian kemauan menjadi cita-cita.
Dan cita- cita inilah yang akan memperkuat motivasi belajar siswa.
2). Kemampuan siswa.
Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau
kecakapan mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk
melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
3). Kondisi siswa.
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani sangat
mempengaruhi motivasi belajar.
4). Kondisi lingkungan siswa.
Lingkungan siswa berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal,
pergaulan sebaya, kehidupan kemasyarakatan. Dengan kondisi lingkungan
tersebut yang aman, tentram, tertib dan indah maka semangat dan motivasi belajar
mudah diperkuat.
5). Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran.
Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, pikiran yang
mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman
sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar.
6). Upaya guru dalam membelajarkan siswa.
Guru adalah seorang pendidik profesional. Ia bergaul setiap hari dengan
puluhan atau ratusan siswa. Sebagai pendidik, guru dapat memilil dan memilah
yang baik. Partisipasi dan teladan memilih perilaku yang baik tersebut sudah
merupakan upaya membelajarkan dan memotivasi siswa.
d. Ciri motivasi belajar
Menurut Sardiman (1996) siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi
dapat dicirikan sebagai berikut:
1). Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang
lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2). Ulet menghadapi kesulitan (tidak cepat putus asa).
xli
3). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin
(tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).
4). Lebih senang kerja mandiri.
5). Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin.
6). Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).
7). Tidak mudah melepaskan hal yang sudah diyakininya.
8). Senang mencari dan memecahkan soal-soal.
Dari ciri yang tersebut diatas dapat di simpulkan bahwa seseorang yang
memiliki motivasi belajar ia akan gigih dalam menghadapi sebuah tantangan
belajar guna mencapai tujuan yang diharapkan.
e. Cara menanamkan motivasi
Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi
dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif
membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga terbentuk perilaku belajar siswa
yang efektif.
Upaya-upaya yang hendaknya dilakukan guru untuk meningkatkan
motivasi belajar menurut Dimyati et al ( 1999 : 100 -108) adalah sebagai berikut :
1). Optimalisasi penerapan prinsip belajar, antara lain dengan :
a). Memberi pemahaman tentang tujuan beljar secara benar pada siswa.
b). Belajar agkan bermakna jika siswa diberikan tantangan berupa pemecahan
masalah, untuk itu guru harus menyusun urutan masalah dengan baik.
c). Guru harus mampu memusatkan segala kemampuan mental siswa dalam
kegiatan tertentu.
d). Guru seyogyanya mengatur bahan ajar dari yang sederhana sampai yang
paling menantang bagi siswa.
e). Guru memberikan kriteria keberhasilan atau kegagalan dlam belajar, karena
siswa akan tertantang belajar jika memahami prinsip penilaian dan faedah
nilai belajarnya bagi kehidupannya dikemudian hari.
2). Optamalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran.
xlii
a). Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan hambatan
belajar yang dialaminya.
b). Guru harus mendorong dan memelihara minat, kemauan, dan semangat
belajar siswa.
c). Meminta kesempatan pada orang tua siswa atau wali, untuk memberi
kesempatan pada anak untuk beraktualisasi diri dalam belajarnya.
d). Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajarnya.
e). Menggunakan waktu secara tertib, penguat, dan suasana gembira terpusat
pada perilaku belajar. Guru mengupayakan “belajar merupakan aktualisasi
diri siswa”.
f). Guru memberi penguatan rasa percaya diri pada siswa, bahwa ia dapat
mengatasi segala hambatan dan “ pasti berhasil ”.
3). Optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa. Guru harus
memahami tingkat kesukaran-kesukaran belajar siswa, dan memberikan bantuan
sebelum siswa putus asa, anatara lain dengan :
a). Siswa ditugasi membaca bahan belajar sebelumnya, dan catrat hal-hal yang
sulit untuk dikomunikasikan dengan guru.
b). Guru mempelajari hal-hal yang sukar bagi siswa.
c). Guru memecahkan hal-hal yang sukar tersebut, dan mencari cara
pemecahannya.
d). Guru mengajarkan cara memecahkannya, dan mengajarkan keberanian
mengatasi kesulitan.
e). Guru mengajak siswa mengalami dan mengatasi kesukaran.
f). Guru meberi kesempatan siswa yang mampu mengatasi kesulitan untuk
membantu rekannya.
g). Guru memberi penguatan pada siswa yang mampu mengatasi kesulitan
belajarnya sendiri.
h). Guru menghargai pengalaman dan kemampuan siswa agar belajar secara
mandiri.
4). Pengembangan cita-cita dan aspirasi belajar.
a). Menciptakan suasana belajar yang menggembirakan.
xliii
b). Mengikutsertakan semua siswa untuk memeliahara fasilitas belajar.
c). Mengajak serta siswa untuk membuat perlombaan unjuk belajar.
d). Guru mengajak orang tua siswa untuk melengkapi fasilitas belajar.
e). Guru memberanikan siswa untuk mencatat semua keinginannya, bai yang
tercapai maupun yang tidak/belum tercapai untuk kemudian didiskusikan
bersama-sama.
f). Guru bekerja sama dengan pendidik/pihak lain untuk mendidik dan
mengembangkan cita-cita belajar sepanjang hayat.
Motivasi belajar penting artinya bagi proses belajar siswa, karena
fungsinya akan mendorong, menggerakan, dan mengarahkan kegiatan belajar.
Terkait motivasi belajar tersebut Oemar Hamalik (2003:156-161) mengemukakan
beberapa prinsip belajar dalam memotivasi siswa, antara lain:
1). Kebermaknaan. Siswa akan suka dan bermotivasi dalam belajar apabila hal-
hal yang dipelajari mengandung makna tertentu baginya. Caranya misalnya
adalah, dengan berusaha menghubungkan pelajaran dengan pengalaman
siswa masa lampau atau pengalaman yang etlah dimiliki sebelumnya.
Berusaha menyesuaiakan pelajaran dengan minat para siswanya.
2). Modelling.siswa akan suka memperoleh tingkah laku baru bila disasikan
dan ditirunya. Pelajaran akan mudah dihayati dan diterapkan oleh siswa jika
guru mengajarkannya dalam bentuk tingkah laku model.
3). Komunikasi terbuka. Siswa lebih suka belajar bila penyajian terstruktur
supaya pesan-pesan guru terbuka terhadap pengawasan siswa.
4). Prasyarat. Apa yang telah dipelajari siswa sebelumnya, merupakan faktor
penting yang menentukan keberhasilan atau kegagalan siswa belajar. Untuk
itu guru hendaknya menganalisis terhadap tugas, topik, dan tujuan yang
dicapai siswa. Bertolak dari hal itu guru akan lebih mudah menyesuaikan
pelajarannya, sehingga membengkitkan motivasi belajar yang lebih tinggi
dikalangan siswa.
5). Novelty. Siswa lebih senang belajar jika perhatiannya ditarik oleh
penyajian-penyajian yang baru (novelty) atau masih asing. Misalnya,
xliv
metode mengajar secara bervariasi, berbagai alat bantu, tugas macam-
macam kegiatan yang mungkin masih asing bagi mereka.
6). Latihan/Praktek yang aktif dan bermanfaat. Siswa lebih senang belajar jika
mengambil bagian yang aktif dalam latihan/praktek untuk mencapai tujuan
pengajaran.
7). Latihan terbagi. Siswa lebih senang belajar jika latihan dibagi-bagi menjadi
sejumlah kurun waktu yang pendek.
8). Kurangi secara sistematik paksaan belajar. Pada waktu mulai belajar siswa
perlu diberikan paksaan atau pemompaan belajar. Tetapi bagi siswa yang
sudah menguasai pelajaran maka secara sistematik pemompaan itu harus
dikurangi, dan lambat laun siswa akan dapat belajar sendiri.
9). Kondisi yang menyenangkan. Kondisi belajar yang menyenangkan mislanya
dapat dilatih dengan menciptakan suasana kelas yang tidak membosankan,
menghindari iklim kelas yang emosional, usahakan untuk tidak mengulangi
hal-hal yang sudah diketahui siswa karena akan berakibat kejenuhan.
Nasution dalam Suprijanto (2007: 41) mengemukakan bahwa cara untuk
menumbuhkan motivasi peserta didik antara lain : (1). Memberi nilai
perkembangan belajar, (2). Memberi hadiah atau pujian, (3). Memberitahu
kemajuan belajar, (4). Mmemberi tugas yang menantang, (5). Menciptakan
suasana yang menyenangkan.
Beberapa prinsip yang dapat diterapkan untuk meningkatkan motivasi
peserta didik, seperti yang diungkapkan oleh E. mulyasa (2003:114), diantaranya :
1). Peserta didik akan lebih giat apabila topik yang dipelajarinya menarik dan
berguna bagi dirinya.
2). Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada
peserta didik sehungga mereka mengetahui tujuan belajar. Peserta didik juga
dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut.
3). Peserta didik harus selalu diberitahu tentang hasil belajarnya.
4). Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-
waktu hukuman juga diperlukan.
5). Manfaatkan sikap-sikap, cita-cita, dan rasa ingin tahu peserta didik.
xlv
6). Usahakan untuk memperhatikan perbedaan inividual peserta didik, misalnya
perbedaan kemampuan, latar belakang, dan sikap terhadap sekolah atau
subjek tertentu.
7). Usahakan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dengan jalan
memperhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa aman, menunujkkan
bahwa guru memperhatikan mereka, mengatur pengalaman belajar
sedemikian rupa sehingga setiap peserta didik pernah memperoleh lepuasan
dan penghargaan, serta mengarahkan pengalaman belajar kearah
keberhasilan, swhingga mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri.
M. Sobry Sutikno dalam http://makalahkumakalahmu.wordpress.com
menyebutkan Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk
menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut:
1). Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru
menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya
kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam
belajar.
2). Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu
semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa
yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang
berprestasi.
3). Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang
telah dicapai sebelumnya.
4). Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau
pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5). Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses
xlvi
belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa
tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6). Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta
didik.
7). Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
8). Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok.
9). Menggunakan metode yang bervariasi, dan
10). Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Merujuk pada pemikiran Wina Senjaya (2008) dalam http://irvanhabibali.
wordpress.com, di bawah ini dikemukakan beberapa petunjuk umum bagi guru
dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa, adalah sbagai berikut :
1). Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham ke arah mana ia ingin
dibawa. Pemahaman siswa tentang tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan
minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi
belajar mereka. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat
motivasi belajar siswa. Oleh sebab itu, sebelum proses pembelajaran dimulai
hendaknya guru menjelaskan terlebih dulu tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal
ini, para siswa pun seyogyanya dapat dilibatkan untuk bersama-sama merumuskan
tujuan belajar beserta cara-cara untuk mencapainya.
2). Membangkitkan minat siswa.
Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat
untuk belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan minat belajar siswa merupakan
salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar. Beberapa cara dapat
dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa, diantaranya :
a). Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa.
Minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi
pelajaran itu berguna untuk kehidupannya. Dengan demikian guru perlu
menjelaskan keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan siswa.
xlvii
b). Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan
siswa. Materi pelaaran yang terlalu sulit untuk dipelajari atau materi
pelajaran yang jauh dari pengalaman siswa, akan tidak diminati oleh siswa.
Materi pelajaran yang terlalu sulit tidak akan dapat diikuti dengan baik,
yang dapat menimbulkan siswa akan gagal mencapai hasil yang optimal;
dan kegagalan itu dapat membunuh minat siswa untuk belajar. Biasanya
minat siswa akan tumbuh kalau ia mendapatkan kesuksesan dalam belajar.
c). Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi,
misalnya diskusi, kerja kelompok, eksperimen, demonstrasi, dan lain-lain.
3). Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar.
Siswa hanya mungkin dapat belajar dengan baik manakala ada dalam
suasana yang menyenangkan, merasa aman, bebas dari rasa takut. Usahakan agar
kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar, terbebas dari rasa tegang. Untuk
itu guru sekali-sekali dapat melakukan hal-hal yang lucu.
4). Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa.
Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Memberikan
pujian yang wajar merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
memberikan penghargaan. Pujian tidak selamanya harus dengan kata-kata. Pujian
sebagain penghargaan dapat dilakukan dengan isyarat, misalnya senyuman dan
anggukan yang wajar, atau mungkin dengan tatapan mata yang meyakinkan.
5). Berikan penilaian.
Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus. Untuk
itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi
yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan dengan segera
agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. Penilaian harus dilakukan
secara objektif sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing.
6). Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa.
Siswa butuh penghargaan. Penghargaan bisa dilakukan dengan
memberikan komentar positif. Setelah siswa selesai mengerjakan suatu tugas,
sebaiknya berikan komentar secepatnya, misalnya dengan memberikan tulisan
xlviii
“bagus” atau “teruskan pekerjaanmu” dan lain sebagainya. Komentar yang positif
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
7). Ciptakan persaingan dan kerja sama.
Persaingan yang sehat dapat memberikan pengaruh yang baik untuk
keberhasilan proses pembelajaran siswa. Melalui persaingan siswa dimungkinkan
berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik. Oleh
sebab itu, guru harus mendesain pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk
bersaing baik antara kelompok maupun antar-individu. Namun demikian, diakui
persaingan tidak selamanya menguntungkan, terutama untuk siswa yang memang
dirasakan tidak mampu untuk bersaing, oleh sebab itu pendekatan cooperative
learning dapat dipertimbangkan untuk menciptakan persaingan antarkelompok.
Memahami hal-hal diatas dapat diketahui bahwa motivasi itu belum tentu
bisa timbul dengan sendirinya, tetapi kadang diperlukan adanya suatu pemantik
untuk membengkitkan motivasi belajar tersebut. Untuk itu perlu adanya berbagai
upaya yang harus dilakukan untuk menumbuhkan gairah belajar tersebut,
misalnya dengan menerapkan prinsip-prinsip belajar, Menjelaskan tujuan,
menciptakan suasana yang menyenangkan, memberikan suasana yang kompetitif,
memberikan hadiah atau pun hukuman.
B. Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran merupakan suatu arahan penalaran untuk dapat sampai
pada penemuan jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Kerangka
pemikiran berguna untuk mewadahi teori-teori yang seperti terlepas satu sama lain
menjadi suatu rangkaian utuh yang mengarah pada penemuan jawaban sementara.
Adapaun kerangka pemikiran dalam penelitian adala sebagai berikut :
Untuk megetahui apakah tujuan pendidikan telah tercapai, dapat dilakukan
dengan melihat prestasi belajar yang diraih siswa. Semua pendidik ( guru ) serta
peserta didik tentunya menginginkan tercapainya prestasi belajar yang tinggi,
karena prestasi belajar yang tinggi merupakan suatu indikator keberhasilan proses
pembelajaran atau proses belajar mengajar. Banyak faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar tersebut, yang secara garis besar dikelompokkan menjadi dua
faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal misalnya
xlix
kecerdasan, minat, bakat, perhatian, motivasi, emosi, kemauan belajar. Sedangkan
faktor eksternal misalnya, lingkungan belajar, lingkungan keluarga, lingkungan
masyarakat, teman sebaya. Faktor-faktor tersebut secra langsung maupun tidak
langsung dapat mempengaruhi siswa dalam pelksanaan proses belajar mengajar.
Motivasi belajar akan turut berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat, ia akan selalu berusaha segala
kemampuannya untuk meningkatkan prestasinya. Dengan motivasi tersebut siswa
akan terdorong untuk mencapai apa yang telah menjadi tujuannya agar bisa
tercapai. Intensitas usaha siswa untuk belajar tergantung dari besar kecilnya
motivasi siswa.
Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan lebih memiliki
banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar, meningkatkan kualitas belajar,
dan berusaha untuk mengatasi kesulitan dalam belajar demi terwujudnya cita-cita
siswa tersebut. Peran guru, orang tua, serta lingkungan sangat membantu seorang
siswa dalam menumbuhkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi belajar, agar
tercapai hasil yang optimal.
Selain motivasi, faktor lain yang turut andil dalam meningkatkan prestasi
belajar adalah faktor kedisiplinan. Disiplin merupakan hal mutlak yang harus
diterapkan dalam setiap sendi kehidupan, termasuk juga dalam hal belajar.
Dengan kedisiplinan, maka tujuan akan dapat lebih terarah dan tertata dengan baik
sesuai dengan target yang telah ditentukan. Dalam sikap dan tindakannya,
manusia dituntut untuk dapat membina dan menegakkan tiga jenis disiplin, yakni
displin diri, disiplin sosial, dan disiplin nasional. Sikap ini merupakan sikap
mental yang tidak muncul dengan sendirinya melainkan melalui suatu proses yang
panjang dimulai sejak kanak-kanak sampai dewasa. Waktu yang dimiliki setiap
orang sangatlah terbatas, sementara kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi
atau target yang harus dipenuhi sangatlah banyak, untuk itu perlu manajemen
waktu yang baik pula. Disiplin merupakan kunci untuk menerapkan manajemen
waktu yang baik, agar waktu yang ada bisa dimanfaatkan secara maksimal dan
tidak terbuang sia-sia.
l
Disiplin dalam belajar menjadi hal penting, karena dengan disiplin belajar
seorang siswa dapat mengikuti proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.
Disiplin belajar terkadang awalnya perlu sedikit dipaksakan, agar dapat tumbuh
kesadaran akan pentingnya disiplin dalam belajar. Upaya menumbuhkan
kedisiplinan dengan sedikit pemaksaan itu misalnya adalah dengan dibuatnya
aturan dan tata tertib. Disiplin itu sendiri harus senantiasa diterapkan di setiap
saat, baik disiplin di sekolah, di rumah, maupun dimanapun kita berada.
Dari uraian diatas diharaapkan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar
yang tinggi dan kedisiplinan belajar yang tinggi dalam belajar, akan memiliki
peran yang penting terhadap pencapaian prestasi belajar yang tinggi pula.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Gambar 1. Kerangka pemikiran
C. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang diuraikan diatas, maka dapat
dirumuskan hipotesis kerja :
1. Ada hubungan antara kedisiplinan belajar dengan prestasi belajar sosiologi
pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri Jumapolo Tahun Ajaran 2009/2010.
2. Ada hubungan antara kedisiplinan belajar dengan prestasi belajar sosiologi
pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri Jumapolo Tahun Ajaran 2009/2010.
Kedisiplinan Belajar (X1)
Prestasi Belajar (Y)
Motivasi Belajar (X2)
li
3. Ada hubungan antara kedisiplinan belajar dan motivasi belajar dengan prestasi
belajar sosiologi pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri Jumapolo Tahun Ajaran
2009/2010.
lii
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Jumapolo yang terletak di
sebelah timur dengan kota kecamatan jumapolo.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang direncanakan dalam kegiatan penelitian ini mulai dari
pengajuan judul penelitian sampai dengan selesainya laporan penelitian. Adapun
pembagian waktu dan kegiatannya dapat dilihat dalam matriks berikut ini:
No. Kegiatan 2009 2010
Okt Nov Des Jan Feb Maret April Mei 1 pengajuan judul 2 pembuatan proposal 3 seminar 4 pengurusan ijin 5 penelitian 6 uji coba instrumen 7 analisis data 8 laporan penelitian
B. Metode Penelitian
Dalam penelitian, metode penelitian merupakan hal yang esensial yang
digunakan seorang peneliti. Karena salah satu penentu kualitas hasil penelitian
adalah pemilihan metode penelitian yang tepat, ketepatan metode akan membawa
penelitian kearah hasil yang benar. Metode berperan penting dalam sebuah
penelitian, sehingga perlu diketahui pengertian metode penelitian itu sendiri.
Menurut Mardalis (2004: 24) “Metode adalah suatu cara/teknis yang
dilakukan dalam proses penelitian”. Adapun menurut Kartini Kartono (1990: 20)
menyatakan bahwa “Metode adalah cara-cara berpikir dan berbuat yang
dipersiapkan dengan baik-baik untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai
tujuan penelitian”. Sedangkan Winarno Surakhmad (1994:131) mengemukakan
bahwa “Metode adalah cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan”.
liii
Dan penelitian menurut Mardalis (2002:24) adalah “Sebagai upaya dalam
bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan
prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan
kebenaran”.
Dari pengertian-pengertian metode dan penelitian diatas, dapat
disimpulkan bahwa metode penelitian adalah jalan atau cara berfikir dan berbuat
untuk memahami menemukan, mengembangkan, menguji kebenaran suatu
pengetahuan atau objek penelitian agar dapat diperoleh data yang baik dengan
mempergunakan teknik-teknik serta alat-alat tertentu.
Penelitian yang baik harus menggunakan metode yang tepat dan
disesuaikan dengan masalah yang akan diteliti. Metode penelitian ada bermacam-
macam. Hadari Nawawi (1995: 62-68) membedakan metode penelitian menjadi
empat macam, yaitu:
1. Metode Filosofis Adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki secara rasional melalui perenungan dan pemikiran yang terarah, mendalam dan mendasar tentang hakekat sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, baik dengan menggunakan pola berpikir aliran filsafat tertentu maupun dalam bentuk analisa sistematis berdasarkan pola berpikir deduktif, induktif, fenomenologis dan lain-lain dan dengan memperhatikan hokum-hukum berpikir (logika).
2. Metode Penelitian Deskriptif Adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
3. Metode Historis Adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu atau peninggalan-peninggalan baik untuk memahami kejadian atau suatu keadaan masa sekarang maupun memahami kejadian/keadaan masa lalu. Hasil dari metode ini kerap kali juga digunakan untuk meramalkan kejadian atau keadaan masa yang akan datang.
4. Metode Eksperimen Adalah prosedur penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dua variabel atau lebih dengan mengendalikan pengaruh variabel yang lain. Metode ini dilakukan dengan melakukan percobaan secara cermat untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara gejala yang timbul dengsn vsrisbel ysng sengaja diadakan. Tujuan eksperimen bukanlah pada pengumpulan data dan deskripsi data, melainkan pada penemuan-penemuan faktor-faktor akibat.
liv
Berdasarkan jenis-jenis metode di atas, metode yang digunakan untuk
memecahkan masalah dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode
deskriptif. Metode deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan/melukiskan
keadaan subjek/objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang
tampak sebagaimana adanya. Menurut Mardalis (2002:26), “Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi
mengenai keadaan saat ini, dan melihat kaitan-kaitan antara variabel-variabel
yang ada”. Sedangkan menurut Hadari Nawawi (1995:63), “Metode penelitian
deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki
dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian”.
Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif
adalah penelitian yang berusaha untuk menggambarkan informasi-informasi
tentang keadaan dan kaitan antar variabel yang ada pada subyek atau obyek
penelitian serta menyelidikinya sehingga fakta dan informasi yang diperoleh dapat
dipaparkan secara jelas dan lengkap. Ciri-ciri pokok metode deskriptif
dirumuskan oleh Winarno Surakhmad (1994:30) yaitu sebagai berikut:
1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada sekarang dan
masalah-masalah yang aktual.
2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian
dianalisis (karena itu metode ini sering disebut metode analitik).
Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian deskriptif menurut
Moh. Nasir (2003:62-63):
1. Memilih dan merumuskan masalah yang menghendaki konsepsi, ada kegunaan masalah tersebut serta dapat diselidiki dengan sumber yang ada.
2. Menentukan tujuan penelitian yang akan dikerjakan. 3. Memberikan limitasi area atau sejauh mana penelitian deskriptif tersebut akan
dilakukan. 4. Merumuskan kerangka teori/kerangaka konseptual yang kemudian diturunkan
dalam bentuk hipotesa-hipotesa yang diverifikasikan. 5. Menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang ada hubungannya dengan
masalah yang ingin dipecahkan. 6. Merumuskan hipotesa yang ingin diuji baik secara eksplisit maupun implisit. 7. Melakukan kerja lapangan untuk mengumpulkan data, menggunakan teknis
pengumpulan data yang cocok untuk penelitian. 8. Membuat tabulasi serta analisa statistik terhadap data yang telah dikumpulkan.
lv
9. Memberikan interpretasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial yang ingin di selidiki serta dari data yang diperoleh serta referensi khas terhadap masalah yang ingin dipecahkan.
10. Mengadakan genaralisasi serta deduksi dari penemuan serta hipotesis-hipotesis yang ingin diuji.
11. Membuat laporan penelitian dengan cara ilmiah.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif
korelasional karena penelitian ini bermaksud menggambarkan sifat atau keadaan
yang sementara sedang berjalan dan bermaksud memeriksa sebab-sebab dari
suatu gejala yang ada serta mengatur gejala-gejala tersebut dengan
menghubungkan beberapa variabel melalui pengolahan data dengan analisa
statistik.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
M. Iqbal Hasan (2003:12) berpendapat bahwa,“populasi merupakan
kseluruhan nilai yang mungkin, hasil penghitungan, kualitatif ataupun kuantitatif
mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan
jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya”. Sugiyono (2003:90) menerangkan
bahwa, “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”.
Sedangkan Menurut Hadari Nawawi (1995: 141) “Populasi adalah
keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan,
tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber
data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian”. Sedangkan,
Riduwan (2009:55) menyimpulkan bahwa, “populasi merupakan objek atau
subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu
berkaitan dengan wilayah penelitian.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah
keseluruhan obyek maupun subjek yang di teliti yang berada dalam suatu wilayah
penelitian tertentu dan mempunyai sifat, kualitas serta karakteristik yang sama
dengan masalah penelitian.
lvi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas XI IPS SMA
Negeri Jumapolo tahun ajaran 2009/2010 yang jumlahnya ada 148 siswa.
2. Sampel
Berkaitan dengan keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, maka dalam
penelitian ini tidak seluruh populasi harus dijadikan subjek penelitian, tetapi
menggunakan sampel yang dapat mewakili keseluruhan objeknya.
Menurut Sanapiah Faisal (2003: 57) “Sampel adalah sebagian dari
populasi yang diambil sebagai representasi atau wakil populasi
bersangkutan”. Arikunto dalam Riduwan (2009: 56) mengatakan bahwa
sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang
diteliti). Sedangkan menurut Winarno Surakhmad (1994: 93) “Sampel
adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi”. Riduwan
(2009: 56) menyatakan, bahwa “ sampel adalah bagian dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan di teliti.
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sampel adalah
sebagian dari populasi yang diteliti, diambil dengan teknik tertentu yang
dipandang dapat mewakili keseluruhan anggota populasi yang diteliti.
Adapun sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagian
populasi dari siswa Kelas XI IPS SMA Negeri Jumapolo tahun ajaran 2009/2010,
yang diambil dengan teknik tertentu serta dipandang mewakili keseluruhan
anggota populasi yang diteliti yaitu 38 siswa.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Untuk memperoleh sampel yang benar-benar representatif dan efisien,
diperlukan teknik yang tepat yang biasa dinamakan teknik sampling. Teknik
pengambilan sampel disebut sampling. Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 188)
“Teknik yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi disebut teknik
sampling”.
Sedangkan menurut Hadari Nawawi (1995: 152) bahwa: ”Teknik
sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan
ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan
lvii
memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar dapat didapatkan sampel
yang representatif atau benar-benar mewakili populasi”.
Dari pendapat-pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan teknik sampling adalah cara atau teknik yang digunakan untuk
mengambil sampel dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi
sehingga diperoleh sampel yang representatif.
Menurut Sutrisno Hadi (2000: 75-80) ada berbagai macam teknik
sampling yang dapat digunakan untuk melaksanakan penelitian, diantaranya:
1. Teknik Random Sampling Random sampling adalah pengambilan sampel secara random atau tanpa pandang bulu. Dalam random sampling, semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Adapun cara-cara (prosedur) yang digunakan untuk random sampling adalah: a. Cara undian b. Cara ordinal c. Radomisasi dari bilangan random
2. Teknik Non Random Sampling Semua sampling yang dilakukan bukan dengan teknik random sampling disebut non-random sampling.
Agar sampel mewakili populasi atau representatif, maka dalam penelitian
ini teknik sampling yang digunakan adalah teknik secara random sampling dengan
cara undian. Alasan peneliti menggunakan teknik tersebut adalah agar setiap
individu (siswa) dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi
anggota sampel.
Menurut Sutrisno Hadi (2000: 76) langkah-langlah dalam pengambilan
sampel dengan cara undian adalah sebagai berikut:
1. Buatlah suatu daftar yang berisi semua subjek, objek, gejala, peristiwa atau kelompok-kelompok yang ada dalam populasi.
2. Berilah kode-kode yang berupa angka-angka untuk tiap-tiap subjek, objek, gejala, peristiwa, atau kelompok yang ada dalam populasi.
3. Tuliskan kode-kode itu masing-masing dalam satu lembar kertas kecil 4. Gulung kertas itu baik-baik 5. Masukkan gulungan-gulungan kertas itu kedalam kaleng atau
semacamnya. 6. Kocok baik-baik kaleng itu 7. Ambilkan kertas gulungan itu sebanyak yang dibutuhkan
lviii
Sesuai dengan langkah-langkah tersebut diatas yang peneliti lakukan
adalah:
1. Membuat daftar semua subjek atau membuat “sampling frame” yaitu daftar
seluruh siswa kelas XI IPS SMA Negeri Jumapolo.
2. Memberikan kode angka pada setiap subjek.
3. Menuliskan kode angka tersebut pada sebuah kertas kecil.
4. Menggulung kertas yang bertuliskan kode itu baik-baik.
5. Memasukkan gulungan kertas tersebut pada sebuah kaleng.
6. Mengocok kaleng tersebut.
7. Mengambil kertas sebanyak sampel yang dibutuhkan, kertas gulungan yang
sudah keluar tidak dimasukkan lagi, karena cara yang digunakan adalah tanpa
pengambilan.
Untuk menetapkan besarnya sampel dalam penelitian ini, peneliti mengacu
pada pendapat Winarno Surakhmad (1994: 100) yang mengemukakan bahwa
“Bila populasi cukup homogen terhadap populasi di bawah 100 dapat
dipergunakan sampel sebesar 50 %, dan diatas 1000 maka diambil 15 %”. Peneliti
menetapkan besarnya sampel 25% dari jumlah siswa kelas XI IPS SMA Negeri
Jumapolo yaitu 25 % x 148 = 38 siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti
untuk mendapatkan data yang dikumpulkan dari para responden. Untuk
mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini,
menggunakan teknik sebagai berikut:
1. Angket
a. Pengertian angket
Sebagai teknik pokok pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
angket atau kuesioner. Menurut Sanafiah Faisal (2003: 122) menyatakan
“Angket adalah alat pengumpulan data berisi daftar pertanyaan secara tertulis
ditujukkan kepada subjek atau responden penelitian”.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006:151) menyatakan
bahwa: “Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
lix
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya,
atau hal-hal yang ia ketahui”.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa angket
adalah sejumlah daftar pertanyaan secara tertulis, yang ditujukan kepada
responden untuk dijawab secara tertulis pula dengan tujuan untuk mendapatkan
informasi tentang hal-hal yang diperlukan dalam penelitian.
b. Jenis-Jenis Angket
Angket atau kuesioner dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Apabila
dilihat dari cara penyampaiannya, Kartini Kartono (1990:224) membedakan
angket menjadi dua jenis, yaitu:
1). Angket langsung. Angket ini diberikan secara langsung kepada responden yang dimintai informasi tentang dirinya, dapat berupa tanggapan pribadi, keyakinan, minat dan sebagainya.
2). Angket tidak langsung. Angket ini diberikan kepada responden untuk menilai keadaan psikis orang lain.
S. Nasution (2003:129) membagi angket berdasarkan sifat jawaban
yang diinginkan. Angket ini dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1). Angket tertutup, terdiri atas pertanyaan-pertanyaan dengan sejumlah jawaban tertentu sehingga responden men-cek jawaban yang paling sesuai dengan pendiriannya.
2). Angket terbuka, terdiri atas sejumlah pertanyaan berkenaan dengan masalah penelitian dan meminta responden untuk menguraikan pendapat atau pendiriannya dengan menggunakan kalimatnya sendiri.
3). Kombinasi angket terbuka dan tertutup, terdiri dari angket tertutup yang mempunyai jawaban yang ditambah alternatif terbuka yang memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab di samping/di luar jawaban yang tersedia.
Sedangkan Suharsimi Arikunto (2006:152) mengungkapkan bahwa
berdasarkan bentuknya angket dapat dibagi menjadi empat jenis:
1). Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah kuesioner tertutup. 2). Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kuesioner terbuka. 3). Check list, sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan
tanda check (V) pada kolom yang sesuai. 4). Kolom-kolom yang rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah
pertanyaan yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju ke sangat tidak setuju.
lx
Berdasarkan jenis-jenis angket yang telah dijelaskan di atas, maka
dalam penelitian ini digunakan jenis angket sebagai berikut :
1). Angket tertutup, karena dipandang dari cara menjawabnya yaitu pada
penelitian ini penulis menyediakan jawaban dan responden tinggal
mengisi dengan cara memilih jawaban yang paling tepat dan sesuai
keadaan dirinya.
2). Angket langsung, karena dipandang dari cara penyampaiannya yang
langsung diberikan kepada responden.
3). Dipandang dari bentuknya yaitu angket dan check list .
c. Kelebihan dan Kelemahan Angket
Sebagai suatu teknik pengumpulan data, angket memiliki kelebihan dan
kelemahan. Kelebihan penggunaan metode angket menurut Suharsimi Arikunto
(2006:152) yaitu:
1). Tidak memerlukan hadirnya peneliti. 2). Dapat dibagikan serentak 3). Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing. 4). Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas jujur dan tidak malu-
malu menjawab. 5). Dapat dibuat berstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi
pertanyaan yang benar-benar sama.
Senada dengan hal tersebut, Sumadi Suryabrata (2002:75) juga
mengemukakan beberapa kebaikan angket, di antaranya sebagai berikut :
1). Biaya relatif murah. 2). Waktu mendapatkan data relatif singkat. 3). Untuk para pelaksana tidak dibutuhkan keahlian mengenai perihal yang
sedang terjadi. 4). Dapat dilakukan pada sejumlah subjek yang sangat besar.
Selain memiliki kelebihan-kelebihan seperti yang disebutkan di atas,
angket/kuesioner juga memiliki beberapa kelemahan. Suharsimi Arikunto
(2006:152) mengemukakan bahwa kelemahan kuesioner adalah sebagai
berikut:
1). Responden sering tidak teliti dalam menjawab, sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak terjawab, padahal sukar diulangi diberikan kembali kepadanya.
2). Seringkali sukar dicari validitasnya.
lxi
3). Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.
4). Seringkali tidak kembali, terutama jika dikirim lewat pos. 5). Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, kadang-kadang ada yang
terlalu lama sehingga terlambat.
Sedangkan Sutrisno Hadi (2002: 157) mengemukakan bahwa
kelemahan angket sebagai alat pengumpul data di antaranya adalah :
1). Unsur-unsur yang tidak disadari tidak dapat diungkap. 2). Besar kemungkinannya jawaban-jawaban dipengaruhi oleh keinginan-
keinginan pribadi. 3). Ada hal-hal yang dirasa tidak perlu dinyatakan, misalnya hal-hal yang
memalukan atau yang dipandang tidak penting untuk dikemukakan. 4). Kesukaran merumuskan keadaan diri sendiri kedalam bahasa. 5). Ada kecenderungan untuk mengkonstruksi secara logik unsur-unsur
yang dirasa kurang berhubungan secara logika.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa penggunaan metode
angket mempunyai kelebihan dan kekurangan yang harus di perhatikan oleh
peneliti.
d. Alasan Penggunaan Angket
Alasan digunakannya angket sebagai alat pengumpul data dalam
penelitian ini adalah:
1). Metode angket sangat praktis, yaitu dalam jangka waktu yang singkat
dapat memperoleh data yang banyak.
2). Menghemat waktu dan biaya
3). Responden dapat menjawab dengan bebas sesuai dengan keadaan
dirinya
e. Penyusunan Angket
Ada beberapa langkah yang harus dipenuhi dalam penyusunan angket
agar hasil yang diperoleh dapat memenuhi target yang diharapkan yaitu
sebagai berikut:
1). Menetapkan tujuan pembuatan angket
Tujuan penyusunan angket adalah memperoleh data tentang
Hubungan Kedisiplinan dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar
lxii
Sosiologi Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri Jumapolo Tahun
Ajaran 2009/2010.
2). Menyusun kisi-kisi angket
Kisi-kisi angket disusun dengan maksud agar dalam penyusunan
angket yang sesungguhnya tidak mengalami kesulitan. Angket yang
dibuat merupakan hasil dari penjabaran dari kisi-kisi yang telah dibuat
sebelumnya.
3). Menyusun angket
Angket disusun melalui beberapa bagian yaitu:
a). Membuat surat pengantar penyebaran angket,
b). Membuat petunjuk pengisian angket,
c). Dan membuat item-item atau butir-butir pertanyaan hasil
penjabaran dari kisi-kisi angket yang telah dibuat.
4). Memberi skor atau penilaian angket
Setelah angket disusun maka, kemudian akan disusun skor dari
masing-masing jawaban. Penskoran dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan acuan Skala Likert, karena Skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap. Adapun prosedur dalam membuat Skala Likert
menurut C. Seltiz et al dalam Moh. Nazir (2005:339) adalah sebagai
berikut :
a. Peneliti mengumpulkan item-item yang cukup banyak, relevan
dengan masalah yang diteliti, dan terdiri dari item yang cukup
jelas disukai dan tidak disukai.
b. Kemudian item tersebut di uji cobakan pada responden yang
cukup representatif.
c. Responden diminta untuk mengecek (P) tiap item, setelah itu
angket di kumpulkan dan peneliti memberikan penskoran pada
tiap item jawaban tiap-tiap responden.
d. Item-item uji coba tersebut di analisis, untuk mengetahui
validitas dan reliabilitasnya.
lxiii
Dalam penelitian ini disediakan empat alternatif jawaban dengan
menerapkan skala empat seperti skala Likert yang sudah di modifikasi,
yaitu dengan memilih salah satu jawaban yang paling sesuai. Masing-
masing jawaban memiliki skor yang berbeda, misalnya sebagai berikut:
a). Jika pertanyaan positif, maka penilaian setiap item jawaban adalah:
(1). Sangat Setuju = 4
(2). Setuju = 3
(3). Tidak Setuju = 2
(4). Sangat Tidak Setuju = 1
b). Jika pertanyaan negatif, maka penilaian setiap item jawaban
adalah:
(1). Sangat Setuju = 1
(2). Setuju = 2
(3). Tidak Setuju = 3
(4). Sangat Tidak Setuju = 4
5). Uji coba (try out) angket
Angket yang telah disusun perlu dilakukan uji coba terlebih
dahulu untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitasnya. Hadari
Nawawi (1995: 122) menyatakan bahwa tujuan uji coba angket adalah
sebagai berikut:
a). Memeriksa kemungkinan terdapat pernyataan yang kurang jelas maksudnya bagi responden.
b). Memeriksa kemungkinan terdapat kata-kata asing yang dapat memberikan berbagai tafsiran dan bahkan mungkin yang sentimentil.
c). Memeriksa kemungkinan terdapat pertanyaan yang terlalu dangkal/masih terdapat faktor-faktor yang perlu diungkapkan ternyata belum ditanyakan.
d). Memeriksa kemungkinan terdapat pernyataan yang tidak relevan dengan masalah penelitian dan perlu dihilangkan.
Jadi tujuan diadakan try out adalah untuk mengetahui kelemahan
angket yang disebarkan kepada responden dan untuk mengetahui
sejauh mana responden mengalami kesulitan di dalam menjawab
lxiv
pertanyaan tersebut, serta untuk mengetahui apakah angket tersebut
memenuhi syarat validitas dan reliabilitas.
e. Teknik Analisis Item Angket
Analisis item angket dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan
reliabilitas alat ukur yang telah dibuat, setelah angket tersebut disebarkan
kepada sejumlah kecil responden sebagai subjek uji coba. Analisis item angket
yang digunakan adalah sebagai berikut:
1). Uji Validitas
Uji ini digunakan untuk menguji apakah butir-butir yang di uji
cobakan dapat mengukur keadaan responden yang sebenarnya.
Menurut Saifuddin Azwar (2000: 5) menyatakan “Validitas berasal
dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya”.
Ada beberapa jenis validitas menurut Saifuddin Azwar, (2000: 45)
yaitu: “a) Validitas Isi, b) Validitas konstrak dan c) Validitas kriteria”.
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
a). Validitas Isi
Validitas isi digunakan untuk mengetahui sejauh mana item-
item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak
diukur. Estimasi validitas ini tidak melibatkan perhitungan statistik
apapun melainkan hanya analisis rasional. Validitas isi terbagi
menjadi dua tipe, yaitu:
(1). Validitas Muka (Face Validity) yaitu tipe validitas yang paling
rendah signifikansinya karena hanya didasarkan pada penilaian
terhadap format penelitian (appearance) tes.
(2). Validitas Logika (Logical Validity), yaitu validitas yang
menunjukkan sejumlah isi tes yang merupakan representasi
dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur.
b). Validitas Konstruk (Constuct Validity)
Yaitu tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana tes
mengungkap suatu konstruk teoritik yang hendak diukurnya.
lxv
Pengujian validitas konstruk biasanya memerlukan teknik analisis
statistika yang lebih kompleks.
c). Validitas Berdasar Kriteria (Criterian-Related Validity)
Prosedur pendekatan validitas berdasar kriteria menghendaki
tersedianya kriteria eksternal yang dijadikan pengujian skor tes.
Prosedur validasi berdasar kriteria menghasilkan dua macam
validitas, yaitu :
(1) Validitas Prediktif (Predictif Validity)
Prosedur validasi prediktif memerlukan waktu yang lama dan
biaya yang besar karena prosedur ini pada dasarnya merupakan
kontinuitas dalam proses pengambilan tes.
(2) Validitas Konkuren
Validitas konkuren merupakan indikasi yang layak ditegakkan
apabila tes tidak digunakan sebagai suatu prediktor dan
merupakan validitas yang sangat penting dan situasi diagnostis.
Adapun validitas dalam penelitian ini menggunakan jenis validitas
konstruk (construct validity) yaitu untuk menunjukkan seberapa jauh
tes mengukur sifat atau konstruk tertentu karena item disusun
berdasarkan teori yang relevan serta dalam penelitian ini angket
bertujua mengungkapkan konstruk teoritik yang hendak diukur.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam uji validitas item adalah
sebagai berikut:
a) Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur.
b) Melakukan uji coba skala pengukuran tersebut pada sejumlah
responden.
c) Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.
d) Menghitung korelasi antar skor tiap item dengan skor total.
Untuk menguji validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus
product moment dari Suharsimi Arikunto (2006 : 170) yaitu:
( )( )( ) ( )[ ] ( ) úû
ùêëé-
-=
å åååå åå
2222),(
YYNXXN
YXXYNyxr
lxvi
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y
N = jumlah sampel
∑X = skor masing-masing item
∑Y = skor total
Kriteria uji validitas tersebut adalah, jika P > 0,050 maka dapat
disimpulkan bahwa butirr item valid dan sebaliknya jika P < 0,050
maka butir item tidak valid. Berdasarkan hasil perhitungan validitas
item try out dari 30 orang, maka dapat diketahui untuk variabel
kedisiplinan belajar (X1) terdapat 13 item yang tidak valid dari
sejumlah 30 item yaitu nomor 7, 9, 11, 12, 13, 14, 17, 20, 24, 25, 26,
28, dan 29. Variabel kedua yaitu motivasi belajar (X2) terdapat 14 item
yang tidak valid dari 30 item yaitu nomor 1, 2, 5, 10, 12, 13, 19, 20,
21, 22, 24, 25, 27, dan 29. Sedangkan untuk variabel prestasi belajar
(Y) diperoleh dari nilai semester tiap siswa yang dijadikan sampel.
1) Uji Reliabilitas
Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 178) menyatakan “Reliabilitas
menunjuk pada pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data”. Artinya
bahwa instrumen itu dapat dipercaya jika mencerminkan keadaan yang
sebenarnya dari responden yang diukur. Dari hasil pengujian validitas
dapat diketahui item yang valid dan yang tidak. Item yang tidak valid
dibuang. Sedangkan item yang valid kemudian dilakukan uji
reliabilitas untuk mengetahui sejauh mana ketepatan atau keajegan
hasil yang ditunjukkan oleh alat ukur tersebut.
Ada dua jenis reliabilitas yang dikemukakan oleh Arif Sukadi
Sadiman (1991: 107) yaitu:
a) Reliabilitas Stabilitas
Menyangkut usaha memperoleh nilai yang sama/serupa untuks
setiap orang atau unit yang diukur setiap saat mengukurnya.
Menyangkut penggunaan indikator yang sama, definisi operasional
lxvii
dan prosedur yang berbeda, untuk dapat memperoleh reliabilitas
stabilitas, setiap kali unit diukur skornya haruslah sama pada waktu
yang berbeda.
b) Reliabilitas Ekuivalen
Menyangkut usaha memperoleh nilai relatif yang sama dengan
jenis ukuran yang berbeda dalam waktu yang sama. Definisi
konseptual yang dipakai sama tetapi dengan satu atau lebih
indikator pengumpulan data dan atau pengamat-pengamat.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis reliabilitas stabilitas,
karena menggunakan indikator, definisi operasional dan prosedur
pengumpulan data yang sama meski pada waktu yang berbeda. Uji
reliabilitias digunakan untuk ketiga variabel penelitian yaitu
kedisiplinan belajar (X1), motivasi belajar (X2) dan prestasi belajar (Y).
Sedangkan teknik reliabilitas dapat dibedakan menjadi:
(1) Pendekaatan test-retest (tes ulang)
Pendekatan tes ulang dilakukan dengan menyajikan tes dua kali
pada satu kelompok subyek dengan tenggang waktu diantara
kedua penyajian tersebut.
(2) Pendekatan paralles forms (bentuk paralel)
Pendekatan paralel dalam konsistensi hasil pengukuran yang isi
itemnya baik secara kualitas dan kuantitasnya punya kesamaan
dengan bahasa sederhana mempunyai dua tes yang kembar.
(3) Pendekatan internal consistensy (konsistensi internal)
Pendekatan konsistensi internal dilakukan dengan menggunakan
satu bentuk tes yang dikenakan hanya sekali saja pada kelompok
subjek, caranya dengan pembelahan tes.
(Saifuddin Azwar, 2000: 36-42)
Adapun teknik pengukuran reliabilitas yang peneliti gunakan adalah
jenis reliabilitas konsistensi internal. Untuk mengukur tingkat
reliabilitas atau keterandalan instrumen dalam penelitian ini
lxviii
menggunakan rumus Alpha dari Suharsimi Arikunto, (2006: 196) yaitu
sebagai berikut :
úúû
ù
êêë
é Súûù
êëé=
2i
2b
11 11 -k
k r
ss
Keterangan :
r 11 = indeks reliabilitas instrumen
k = banyaknya soal
∑ 2bs = jumlah varian butir
2is = varian total
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui keandalan angket apakah
dapat dipercaya atau tidak untuk mengumpulkan data penelitian. Jika
P < 0,050 maka hasil pengukuran reliabel, sebaliknya jika P > 0,050
maka hasil penelitian tidak reliabel. Berdasarkan hasil perhitungan try
out angket diketahui bahwa reliabilitas kedisiplinan belajar (X1),
motivasi belajar (X2), dapat diterima karena P < 0,050 yaitu 0,000.
2. Dokumentasi
Menurut Hadari Nawawi (1995:133), “Teknik dokumentasi adalah cara
mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan
termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil/hukum-hukum dan lain-
lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan”.
Sedangkan Suharsimi Arikunto, (2002: 206) mengemukakan: “Metode
dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,
agenda dan sebagainya”.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode dokumentasi
adalah metode untuk memperoleh data dari dokumen-dokumen yang
digunakan sebagai sumber yang berwujud benda dan tulisan terutama arsip-
arsip, laporan-laporan catatan harian tentang suatu gejala atau peristiwa yang
lalu.
lxix
Alasan peneliti menggunakan metode dokumentasi adalah:
a. Lebih mudah mendapatkan data karena sudah tersedia dan menghemat
waktu.
b. Data yang diperoleh dapat dipercaya dan mudah mengunakannya.
c. Pada waktu yang relatif singkat dapat diperoleh data yang diinginkan.
d. Data dapat ditinjau kembali jika diperlukan.
Dalam penelitian ini dokumentasi yang digunakan diambil dari bagian
pengajaran SMA Negeri Jumapolo yang berupa daftar nama siswa, data guru
dan karyawan serta segala sesuatu yang berhubungan dengan sekolah yang
dapat dipakai sebagai pelengkap dari hasil penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Tehnik analisis data merupakan suatu cara yang dilakukan dalam
penelitian untuk menganalisis data dan membuktikan hipotesis yang diajukan,
selanjutnya untuk mengambil kesimpulan dari hasil yang diperoleh melalui
analisis data tersebut. Teknik analisis data yang peneliti gunakan untuk mengolah
data dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi ganda, dengan alasan
sebagai berikut :
1. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel prediktor dan satu variabel
kriterium
2. Permasalahan yang akan diselesaikan adalah mencari hubungan dan
menentukan besar sumbangan atau kontribusi.
Adapun teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisa regresi linear ganda menggunakan bantuan komputer seri SPS 2000 edisi
Prof. Sutrisno Hadi dan Yani Pamardiningsih, UGM. Yogyakarta-Indonesia Versi
IBM/IN Tahun 2004.
Teknik analisis butirnya adalah dengan menggunakan Program Analisis
Butir via komputer seri SPS 2000 untuk menguji validitas dan reliabilitas
instrumen edisi Prof. Sutrisno Hadi dan Yani Pamardiningsih, UGM.
Yogyakarta-Indonesia Versi IBM/IN Tahun 2004. Sesuai dengan teknik yang
digunakan maka peneliti menggunakan dasar dalam analisis dengan pedoman
kaidah-kaidah sebagai berikut :
lxx
Kaidah Uji Hipotesis Penelitian (KUHP) menggunakan komputer sebagai berikut:
Jika P < 0,01 = Sangat Signifikan
Jika P < 0,05 = Signifikan
Jika P < 0,15 = Cukup Signifikan
Jika P < 0,30 = Kurang Signifikan
Jika P > 0,30 = Tidak Signifikan
Adapun langkah-langkah untuk menganalisis data dalam penelitian ini
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Penyajian data
2. Menyusun tabulasi data dari kedisiplinan belajar (X1 ), motivasi belajar (X 2 )
dan prestasi belajar (Y) agar memudahkan dalam perhitungan.
3. Menghitung persamaan garis regresi dg rumus :
y = a + b1X1 + b2X2
4. Melakukan uji prasyarat analisis data
a. Uji normalitas
Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang
dianalisis mempunyai sebaran (distribusi) normal atau tidak. Dalam
pengujian ini digunakan rumus Chi Kuadrat dari Sudjana (1996: 332)
sebagai berikut :
])
[2
02 å -=
fh
fhfx
Keterangan :
fo = frekuensi yang diperoleh dari sampel
fh = frekuensi yang diharapkan sebagai pencerminan frekuensi populasi
X2 = Chi Kuadrat.
b. Uji Linearitas
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat. Rumus yang digunakan
menurut Sudjana (1996: 332) adalah sebagai berikut:
lxxi
1) JK(G) = ])(
[2
21 N
yyx ååå -
2) JK(TC) = JK(S) - JK(G)
3) dk(G) = N - K
4) dk(TC) = K – 2
5) RJK(TC) = )(
)(TCdk
TCJK -
6) RJK(G) = )()(
GdkGJK
7) F hit = )()(
GRJKTCRJK
Keterangan :
JK (G) = Jumlah kuadrat galat
JK (TC) = Jumlah kuadrat tuna cocok
dk (G) = Derajat kebebasan galat
dk (TC) = Derajat kebebasan tuna cocok
RJK (G) = Kuadrat tengah galat
RJK (TC) = Kuadrat tengah tuna cocok.
5. Uji Hipotesis
Uji ini menggunakan uji regresi yang meliputi :
a. Menghitung koefisien korelasi sederhana antara X1 dengan Y menggunakan
rumus korelasi Pearson Product Moment, yaitu :
rx1y = ( )( )
( ){ } ( ){ }222
12
1
11
ååå åå åå
--
-
YYNXXN
YXYXN
b. Menghitung koefisien korelasi sederhana antara X2 dengan Y menggunakan
rumus korelasi Pearson Product Moment :
rx2y = ( )( )
( ){ } ( ){ }222
2
22
2
22
ååååå åå
--
-
YYNXXN
YXYXN
c. Menghitung koefisien korelasi ganda antara prediktor X1 dan X2 dengan Y
menggunakan rumus regresi ganda sebagai berikut :
lxxii
Ry(1,2) = å
åå +2
2211
Y
YXaYXa
Keterangan :
Ry(1,2) = koefisien korelasi antara Y dengan X1 dan X2
a1 = koefisien prediktor X1
a2 = koefisien prediktor X2
∑X1Y = jumlah produk antara X1 dengan Y
∑X2 = jumlah produk antara X2 dengan Y
∑Y = jumlah kuadrat kriterium Y (Sutrisno Hadi, 1995:25)
6. Uji Signifikansi
Untuk menganalisis Ry(1,2) signifikan atau tidak digunakan rumus Freg
yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (1995:26) sebagai berikut :
Freg = )1(
)1(2
2
RmmNR
---
Keterangan :
Freg = koefisien regresi
N = jumlah sampel
R = koefisien korelasi antara X1 dan X2 dengan Y
m = jumlah kelompok sampel penelitian
Hasil perhitungan tersebut kemudian disesuaikan dengan tabel F,
sehingga diperoleh Ftabel atau Ft.Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa Freg > Ft maka hipotesis dapat diterima kebenarannya tetapi jika Freg <
Ft maka hipotesis tidak dapat diterima.
7. Sumbangan relatif
Untuk menghitung besarnya sumbangan relatif X1dan X2 terhadap Y
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (1995: 23) adalah
sebagai berikut :
SR X1 % = regJK
YXa å 11 x 100%
lxxiii
SR X2 % =regJK
YXa å 22 x 100%
Keterangan :
SR % X1 = sumbangan relatif prediktor X1 terhadap Y
SR % X2 = sumbangan relatif prediktor X2 terhadap Y
JKreg = jumlah kuadrat regresi.
8. Sumbangan efektif
Untuk menghitung besarnya sumbangan efektif antar variabel
digunakan rumus yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (1995:46) sebagai
berikut :
SE % X1 = SR % X1 x R2
SE % X2 = SR % X2 x R2
SE % X1 X2 = SE % X1 + SE % X2
Keterangan :
SE % X1 = sumbangan efektif X1 terhadap Y
SE % X2 = sumbangan efektif X2 terhadap Y
SE % X1 X2 = sumbangan efektif X1 dan X2 terhadap Y
lxxiv
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Wilayah Penelitian
a. Sejarah Berdirinya SMA Negeri Jumapolo
SMA Negeri Jumapolo merupakan satu-satunya SMA Negeri yang ada
di wilayah jumapolo. Tahun berdirinya SMA ini adalah pada tahun 1984, dan
diresmikan pada tanngal 19 Februari 1986 oleh Bapak Menteri Pendidikan
Dan Kebudayaan yang waktu itu dijabat oleh bapk Prof. DR. Fuad Hassan.
SMA Negeri Jumapolo, merupakan salah satu SMA Negeri yang ada di
Kabupaten Karanganyar yang sudah terakreditas “A”.
Guna menunjang kelancaran proses belajar-mengajar, dari pihak
sekolah terus berusaha untuk melengkapi sarana dan prasarana belajar
mengajar. Sampai sekarang ini, SMA Negeri Jumapolo memiliki beberepa
ruang yaitu : (1) Ruang Kepala Sekolah, (2) Ruang Tata Usaha & Komite
Sekolah, (3) Ruang Guru, (4) Ruang Kelas, (5) Ruang Bimbingan dan
Konseling, (6) Ruang Keterampilan, (7) Ruang Perpustakaan, (8) Ruang OSIS
Dan UKS, (9) Ruang Laboratorium Komputer, (10) Ruang Laboratorium IPA,
(11) Ruang Laboratorium Bahasa, (12) Gedung Serba Guna (Aula) , (13)
Gudang , (14) Koperasi, (15) Masjid, (16) Area Parkir Khusus Mobil, (17)
Area Parkir Khusus Sepeda Motor Guru, (18) Area Parkir Khusus Sepeda
Moto Murid, (19) Pos Satpam, (20) Lapangan, (21) Tempat Upacara, (22)
Taman
Kepala sekolah yang pernah menjabat sebagai pimpinan di SMA
Negeri Jumapolo :
1) Tahun 1985– 1992 : Bapak Soegijoto, BA
2) Tahun1992 – 1995 : Bapak Drs. Soeparmo
3) Tahun 1995 – 1996 : Bapak Drs. Soengkono
4) Tahun 1996 – 2001 : Bapak Drs. H. Moelyadi, MM
5) Tahun 2001 – 2004 : Bapak Drs. Djarot Srijanto, M.Hum
lxxv
6) Tahun 2004 – 2005 : Bapak Drs. Soewandi
7) Tahun 2005 – 2007 : Bapak Drs. H. Sukiman, Bsc, MM
8) Tahun 2007 – 2009 : Bapak Drs. Sri Wardoyo, Bsc, MT
9) Tahun 2009 – Sekarang : Bapak Drs. Sardiyo, M.Pd
b. Lokasi SMA Negeri Jumapolo
SMA Negeri Jumapolo terletak di Jl. Jurug No. 01, Desa Jumapolo,
Kecamatan Jumapolo, Kabupaten Karanganyar, Telp. (0271) 7081121 Kode
Pos 57783. Nomor Statististik Sekolah SMA Negeri Jumapolo Adalah
301031303018. SMA Negeri Jumapolo berdiri di atas tanah seluas 30.168 m2,
dengan jarak dari pusat kota kecamatan adalah 0,2 km. sedangkan jarak dari
pusat kota kabupaten adalah 20 km.
c. Visi dan Misi SMA Negeri Jumapolo
1. Visi
“Unggul dalam mutu, santun dalam budi, terampil dalam karya”.
Adapun indikator dari visi tersebut adalah sebagai berikut :
a) Unggul dalam penguasaan materi pelajaran.
b) Unggul dalam lomba olah raga.
c) Siap membentuk budi pekerti yang luhur.
d) Siap menghantarkan peserta didik yang mandiri dan terampil.
2. Misi
“Unggul dalam mutu berdasarkan penguasaan IPTEK yang dilandasi
IMTAQ yang mantap”. Adapun rumusannya adalah sebagai berikut :
a) Menumbuhkan semangat dan disiplin yang tinggi kepada seluruh warga
sekolah.
b) Melaksanakan pembelajaran dan bimbimngan secara efektif sehingga
setiap siswa dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang
dimiliki.
c) Menanamkan serta membentuk jasmani dan rohani yang sehat,
menumbuhkan etos kerja yang profesional.
d) Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali potensi diri sesuai
dengan keahlian dan keterampilan yang dimiliki.
lxxvi
Dalam mewujudkan visi dan misi tersebut, bagi guru dan karyawan
juga diterapkan berbagai upaya dalam menumbuhkan kedisiplinan, atau yang
lebih dikenal dengan istilah “8 DISIPLIN”. “8 DISIPLIN” itu meliputi :
Datang tepat pada waktunya, Isi daftar hadir, Siapkan sarana kerja yang
sebaik-baiknya, Isi jam-jam kerja dengan kegiatan sesuai tanggung jawabnya,
Patuhi semua peraturan yang berkaitan dengan tugas, Laksanakan tugas yang
menjadi kewajiban sesuai dengan wewenangnya, Izin apabila tidak hadir atau
tidak dapat melaksanakan tugas dan atau meninggalkan kantor, Norma-norma
kepegawaian dan kesadaran yang tinggi harus selalu menjiwai dalam setiap
pikiran dan tindakan.
Selain menerapkan budaya disiplin bagi guru dan pegawainya, SMA
Negeri Jumapolo juga menerapkan budaya “ MALU ”, antara lain :
a) Malu karena datang terlambat.
b) Malu karena melihat rekan sibuk melakukan aktivitas.
c) Malu karena melanggar peraturan.
d) Malu untuk berbuat salah.
e) Malu karena bekerja tidak berprestasi.
f) Malu karena tugas tidak terlaksana/ selesai tepat waktu
g) Malu karena tidak berperan aktif dalam mewujudkan kebersihan
lingkungan sekolah.
d. Struktur Organisasi SMA Negeri Jumapolo
(Lihat lampiran 1 hal 91).
e. Mekanisme kerja pengelolaan dan alur kegiatan sekolah SMA Negeri
Jumapolo :
1. Kepala Sekolah
Kepala sekolah bertugas :
Menyusun perencanaan dan program sekolah, Mengorganisasikan,
Menggerakkan, Mendorong kreatifitas, Mengkoordinasikan,
Melaksanakan pengawasan monitoring, Mengevaluasi dan melaporkan.
2. Wakil Kepala Sekolah
lxxvii
Wakil kepala sekolah membantu kepala sekolah dalam kegiatan
sebagai berikut: kepegawaian, keuangan, pengadaan dan inventarisasi
sarana prasarana, pemeliharaan alat, kesiswaan, serta penyusunan
laporan.
Wakil kepala sekolah juga membantu kepala sekolah dalam urusan:
a) Urusan Kurikulum yang meliputi tugas-tugas sebagai berikut:
Mengatur pelaksanaan program kegiatan kokurikuler dan ekstra
kurikuler, Melaksanaan program kegiatan inservice training,
Melaksanaan program penilaian kegiatan sekolah, Melaksanaan
program kegiatan pengembangan profesi.
b) Urusan Kesiswaan yang meliputi tugas-tugas sebagai berikut:
Mengatur kegiatan OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah),
Mengadakan pengarahan dan pengendalian pada siswa, Mengadakan
program dalam upaya pembentukan disiplin, Pengembangan potensi
diri siswa.
c) Urusan Hubungan masyarakat yang meliputi tugas-tugas sebagai
berikut: Memberikan informasi sekolah kepada masyarakat,
Mengedakan kerja sama antara sekolah dengan BP3 atau masyarakat,
Menjalin hubungan dengan instansi pemerintah atau pihak swasta,
Mengadakan kegiatan sekolah ke alam bebas.
d) Urusan Sarana dan prasarana yang meliputi tugas-tugas sebagai
berikut: Menyusun rencana kebutuhan, Mengadakan
pengkoordinasian pembiayaan alat-alat sekolah, Inventarisasi,
Penataan dan perawatan lingkungan.
3. Kepala Tata Usaha
Kepala Tata Usaha Sekolah bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah
dengan tugas-tugasnya antara lain: Melaksanakan pengelolaan administrasi
kantor. Mengadakan pelayanan administrasi kepegawaian dan kesiswaan.
Mengadakan pelayanan administrasi keuangan sarana prasarana dan
inventarisasi peralatan sekolah. Mengadakan pelayanan administrasi
sekolah (umum).
lxxviii
4. Guru
Tugas dan tanggung jawab guru meliputi : Melaksanakan kegiatan belajar
mengajar, melaksanakan kegiatan evaluasi belajar, melaksanakan kegiatan
analisis hasil penilaiaan, melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler,
melaksanakan administrasi KBM, melaksanakan pengembangan profesi
5. Wali kelas
Tugas dan tanggung jawab guru meliputi : melaksanakan pengelolaan
kelas baik secara teknis, edukatif, maupun secara administratif,
melaksanakan 12 langkah.
6. Guru pembimbing
Tugas dan tanggung jawab guru meliputi : melaksanakan pelayanan pola
17, melaksanakan konseling, melaksanakan pembentukan pribadi siswa,
melaksanakan administrasi dan bimbingan konseling, membantu siswa
memecahkan masalah, menciptakan situasi PBM yang lancar.
f. Administrasi sekolah SMA Negeri Jumapolo :
1. Urusan Administrasi :
Mengurusi hal-hal yang terkait dengan : Kepegawaian, Perlengkapan
alat, Perpustakaan, Keuangan, Pendayagunaan, dll.
2. Urusan Kurikuler
Mengurusi hal-hal yang terkait dengan : kalender pendidikan, perangkat
KBM, program semester dan persiapan mengajar, kurikuler / ekstra
kurikuler, penilaian, kenaikan kelas, laporan pendidikan, program
perbaikan dan pengayaan. pengembangan profesi, materi pelajaran,
supervisi, pendayagunaan fasilitas KBM, dll.
3. Urusan Kesiswaan
Mengurusi hal-hal yang terkait dengan : Pengembangan potensi diri
siswa, Penerimaan siswa baru, Bimbingan dan konseling, Pembinaan
siswa, Pemilihan program, Pembagian kelompok belajar, OSIS, Mutasi
siswa, Orientasi siswa baru, UKS/PKLH, Pendayagunaan, dll.
4. Urusan Sarana Prasarana
lxxix
Mengurusi hal-hal yang terkait dengan : Daftar sarana prasarana sekolah,
Jadwal kegiatan peralatan saran prasarana, Pelaksanaan program 7K,
Sistem pengawasan pekerjaan, Rencana penambahan sarana prasarana
dan renovasi, Pengembangan & perawatan, dll.
5. Urusan Humas
Mengurusi hal-hal yang terkait dengan : Menjalin hubungan antara
sekolah dengan masyarakat, Menjalin hubungan antara sekolah dengan
BP3/ POMG, Menjalin hubungan antara sekolah dengan sekolah lain,
Menjalin hubungan antara sekolah dengan intstansi pemerintah, Menjalin
hubungan antara sekolah dengan swasta, Pendayagunaan, dll.
2. Deskripsi Data Variabel Penelitian
Penelitian tentang kedisiplinan belajar (X1) dan motivasi belajar (X2)
dengan prestasi belajar (Y) pada Siswa Kelas XI SMA Negeri Jumapolo Tahun
Pelajaran 2009/2010, meliputi tiga macam data yaitu:
a. Kedisiplinan belajar (variabel bebas pertama / X1) yang berasal dari data skor
angket responden.
b. Motivasi belajar (variabel bebas kedua / X2) yang berasal dari data skor
angket responden.
c. Prestasi belajar sosiologi (variabel terikat / Y) yang berasal dari nilai akhir
semester siswa.
Ketiga data tersebut dijelaskan dalam uraian dibawah ini:
a. Deskripsi Data tentang Prestasi Belajar
Prestasi belajar sosiologi dalam penelitian ini adalah variabel terikat
(Y). Skor data yang telah diperoleh dapat dilihat pada data induk penelitian
(Lampiran 9 hal 110) Sedangkan rangkuman data statistik dapat disajikan
dalam uraian sebagai berikut :
1) Nilai terendah : 70,00
2) Nilai tertinggi : 83,00
3) Modus : 77,00
4) Mean : 77,84
5) Median : 78,00
lxxx
6) S.B. : 2,85
7) SR : 1,87
Adapun distribusi frekuensi data Prestasi belajar sosiologi dapat
disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Data Prestasi belajar sosiologi
Interval
Kelas Frekuensi
Frekuensi
Komulatif Prosentase
F.K
Prosentase
69,5 – 72,5
72,5 – 75,5
75,5 – 78,5
78,5 – 81,5
81,5 – 84,5
4
0
18
12
4
4
4
22
34
38
10,53
0,00
47,37
31,58
10,53
10,53
10,53
57,89
89,47
100
Jumlah 38 100
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut dapat dilihat bahwa responden
paling banyak menempati kelas ke-3. Pada interval 75,5 – 78,5 dengan
prosentase 47,37 %. Kemudian diikuti kelas ke-4 pada interval 78,5 – 81,5
dengan prosentase sebanyak 31,58 %. Setelah itu diikuti kelas ke-1 dan kelas
ke-5, kelas ke-1 pada interval 69,5 – 72,5 dan kelas ke-5 pada interval 81,5 –
84,5 yang kedua kelas interval tersebut memiliki prosentase yang sama yaitu
10,53 %. Lebih jelasnya digambarkan dalam histogram berikut :
lxxxi
Gambar 2. Histogram Data Prestasi belajar sosiologi
Berdasarkan histogram data tentang Prestasi belajar sosiologi dapat diambil
kesimpulan bahwa Siswa Kelas XI SMA Negeri Jumapolo Tahun Pelajaran
2009/2010 yang memiliki Prestasi belajar sosiologi yang tinggi sebanyak 4
siswa, yaitu pada interval 81,5 – 84,5. Sedangkan yang memiliki Prestasi
belajar sosiologi yang rendah sebanyak 4 siswa, yaitu pada interval 69,5 –
72,5.
b. Deskripsi Data tentang Kedisiplinan Belajar
Kedisiplinan belajar dalam penelitian ini adalah variabel bebas (X1).
Skor data yang telah diperoleh dapat dilihat pada data induk penelitian
(Lampiran 9 hal 110). Sedangkan rangkuman data statistik dapat disajikan
dalam rangkuman data statistik sebagai berikut:
1) Nilai terendah : 41,00
2) Nilai tertinggi : 60,00
3) Modus : 50,50
4) Mean : 51,39
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
69,5 – 72,5 72,5 – 75,5 75,5 – 78,5 78,5 – 81,5 81,5 – 84,5
Frek
uens
i
Interval
Prestasi Belajar Sosiologi
lxxxii
5) Median : 51,36
6) S.B. : 4,55
7) SR : 3,48
Adapun distribusi frekuensi data tentang kedisiplinan belajar dapat
disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Data kedisiplinan belajar
Interval
Kelas Frekuensi
Frekuensi
Komulatif Prosentase
F.K
Prosentase
40,5 – 44,5
44,5 – 48,5
48,5 – 52,5
52,5 – 56,5
56,5 – 60,5
2
7
14
10
5
2
9
23
33
38
5,26
18,42
36,84
26,32
13,16
5,26
23,68
60,53
86,84
100
Jumlah 38 100
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi tersebut dapat dilihat bahwa
responden paling banyak menempati kelas ke-3. Pada interval 48,5 – 52,5
dengan prosentase 36,84 %. Kemudian diikuti kelas ke-4 pada interval 52,5 –
56,5 dengan prosentase 26,32 % lalu diikuti kelas ke-2 pada interval 44,5 –
48,5 dengan prosentase 18,42 %. Setelah itu diikuti kelas ke-5 pada interval
56,5 – 60,5 dengan prosentase sebesar Rp. 13,16 %. Sedangkan responden
paling sedikit menempati kelas ke-1 pada interval 40,5 – 44,5 dengan
prosentase 5,26 %. Lebih jelasnya digambarkan dalam histogram berikut:
lxxxiii
Gambar 3. Histogram Data Kedisiplinan Belajar
Berdasarkan histogram data tentang Kedisiplinan Belajar dapat diambil
kesimpulan bahwa Siswa Kelas XI SMA Negeri Jumapolo Tahun Pelajaran
2009/2010 yang memiliki tingkat kedisiplinan belajar yang tinggi sebanyak 5
siswa, yaitu pada interval 56,5 – 60,5. Sedangkan yang memiliki tingkat
kedisiplinan belajar yang rendah sebanyak 2 siswa, yaitu pada interval 40,5 –
44,5.
c. Deskripsi Data tentang motivasi belajar
Data motivasi belajar dalam penelitian ini adalah variabel bebas (X2).
Skor data yang telah diperoleh dapat dilihat pada data induk penelitian
0
2
4
6
8
10
12
14
16
40,5-44,5 44,5-48,5 48,5-52,5 52,5-56,5 56,5-60,5
Frek
uens
i
Interval
Histogram Kediplinan Belajar
lxxxiv
(Lampiran 9 hal 110). Sedangkan rangkuman data statistik dapat disajikan
dalam uraian berikut:
1) Nilai terendah : 36,00
2) Nilai tertinggi : 75,00
3) Modus : 47,50
4) Mean : 47,26
5) Median : 46,77
6) S.B. : 6,46
7) SR : 3,30
Adapun distribusi frekuensi data tentang motivasi belajar dapat
disajikan berikut ini:
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Data motivasi belajar
Interval
Kelas Frekuensi
Frekuensi
Komulatif Prosentase
F.K
Prosentase
35,5 – 43,5
43,5 – 51,5
51,5 – 59,5
59,5 – 67,5
67,5 – 75,5
10
22
5
0
1
10
32
37
37
38
26,32
57,89
13,16
0,00
2,63
26,32
84,21
97,37
97,37
100
Jumlah 38 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden paling banyak menempati
kelas ke-2 pada interval 43,5 – 51,5 dengan prosentase sebesar 57,89 %
kemudian diikuti oleh kelas ke-1 pada interval 35,5 – 43,5 dengan prosentase
26,32 %, lalu diikuti dengan kelas-3 pada interval 51,5 – 59,5 dengan
prosentase 13,16 %. Sedangkan responden yang paling sedikit ditempati kelas
ke-5 pada interval 67,5 – 75,5 dengan prosentase 2,63 %. Lebih jelasnya
dapat digambarkan dalam histogram sebagai berikut:
lxxxv
Gambar 4. Histogram Data Motivasi Belajar
Berdasarkan data tentang Motivasi Belajar dapat diambil kesimpulan bahwa
siswa kelas Siswa Kelas XI SMA Negeri Jumapolo Tahun Pelajaran
2009/2010 yang memiliki Motivasi Belajar yang tinggi sebanyak 1 siswa,
yaitu pada interval 67,5 – 75,5. Sedangkan yang memiliki Motivasi Belajar
yang rendah sebanyak 10 siswa, yaitu pada interval 35,5 – 43,5.
B. Pengujian Persyaratan Analisa Data
Data yang telah terkumpul disusun secara sistematis seperti pada
lampiran, selanjutnya dianalisis untuk membuktikan hipotesis yang dirumuskan.
Syarat analisis data yang digunakan analisis regresi linier adalah sebaran populasi
data harus berdistribusi normal dan kedua variabel bebas harus linier terhadap
variabel terikat.
Hasil uji persyaratan analisis data yang telah dilakukan dapat dijelaskan
dalam uraian sebagai berikut:
0
5
10
15
20
25
35,5 – 43,5 43,5 – 51,5 51,5 – 59,5 59,5 – 67,5 67,5 – 75,5
frek
uens
i
interval
Histogram Motivasi Belajar
lxxxvi
1. Persamaan Garis Regresi
Dari hasil penghitungan statistik dengan menggunakan komputer program
SPS 2000 edisi Prof. Sutrisno Hadi dan Yani Pamardiningsih, UGM. Yogyakarta-
Indonesia Versi IBM/IN Tahun 2004. Dari penghitungan persamaan garis dengan
komputer, diperoleh hasil sebagai berikut :
y = a + b1X1 + b2X2
y = 61,041 + 0,243 (X1) + 0,090 (X2)
2. Uji Linearitas
Jika p > 0,05 maka dapat disimpulkan korelasinya linear dan apabila p <
0,05 maka korelasinya tidak linear.
a. Uji linearitas X1 terhadap Y
Sebagai langkah pertama dalam uji linearitas adalah membuat tabel
rangkuman analisis linearitas (Lampiran 11 hal 116) kemudian dilakukan
perhitungan sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
F = 0,013
p = 0,904
Karena p > 0,05 yaitu 0,904 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
korelasinya linear.
b. Uji linearitas X2 terhadap Y
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam uji linearitas ini adalah
membuat tabel rangkuman analisis linieritas (Lampiran 11 hal 116) setelah itu
dilakukan perhitungan dengan hasil sebagai berikut:
F = 0,401
p = 0,538
Karena p > 0,05 yaitu 0,538 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
korelasinya linear.
3. Uji Normalitas
Jika p > 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi norma, dan apabila
p < 0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal.
a. Uji normalitas variabel X1
lxxxvii
Pada uji normalitas variabel X1 (kedisiplinan belajar), langkah pertama yang
harus dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel X1 (Lampiran 12
hal 119). Setelah itu dilakukan perhitungan tersebut diperoleh hasil sebagai
berikut: ⋨2 = 5,916
p = 0,748
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa p > 0,05 yaitu 0,748 > 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang berdistribusi normal.
b. Uji normalitas variabel X2
Pada uji normalitas variabel X2 (motivasi belajar), langkah pertama yang harus
dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel X2 (Lampiran 12 hal
120). Setelah itu dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus.
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut: ⋨ 2 = 8,311
p = 0,503
Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa p > 0,05 yaitu 0,503 > 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang berdistribusi normal.
c. Uji normalitas Variabel Y
Pada uji normalitas variabel Y (prestasi belajar sosiologi), langkah pertama
yang harus dilakukan adalah membuat tabel rangkuman variabel Y ( Lampiran
12 hal 121). Kemudian dilakukan perhitungan tersebut sesuai dengan rumus
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut: ⋨ 2 = 2,003
p = 0,367
Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa p > 0,05 yaitu 0,367 >
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil berdasarkan data
yang berdistribusi normal.
C. Pengujian Hipotesis
Setelah syarat-syarat tersebut dipenuhi, selanjutnya dapat dilakukan
analisis data untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah dirumuskan
sebelumnya diterima atau ditolak. Adapun teknik analisis data yang digunakan
lxxxviii
dalam penelitian ini adalah analisis regresi ganda menggunakan komputer seri
SPS-2000 program analisis butir edisi Sutrisno Hadi dan Yuni Pamardiningsih
UGM Yogyakarta tahun 2004 versi IBM/IN. Berdasarkan perhitungan uji
hipotesis diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Hasil perhitungan koefisien korelasi antar variabel
a. Mencari korelasi sederhana antara X1 dengan Y
Setelah membuat tabel kerja seperti pada (Lampiran 13) kemudian
dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus. Dari perhitungan tersebut
diperoleh hasil sebagai berikut:
rx1y = 0,434
p = 0,007
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa p < 0,01 yaitu 0,007 < 0,01, maka
berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis penelitian menggunakan
komputer menurut Sutrisno Hadi dan Yuni Purwaningsih (2004) dapat
diambil kesimpulan bahwa hasilnya sangat signifikan antara X1 dengan Y.
Dengan demikian hipotesis yang berbunyi: “Ada hubungan kedisiplinan
belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri
Jumapolo tahun pelajaran 2009/2010”, diterima.
b. Mencari korelasi sederhana antara X2 dengan Y
Setelah membuat tabel kerja seperti pada (Lampiran 13) yang kemudian
dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus. Maka dari perhitungan
tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:
rx2y = 0,291
p = 0,073
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa P < 0,15 yaitu 0,073 < 0,15, maka
berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis penelitian menggunakan
komputer menurut Sutrisno Hadi dan Yuni Purwaningsih (2004) dapat
diambil kesimpulan bahwa hasilnya cukup signifikan antara X2 dengan Y.
Dengan demikian hipotesis yang berbunyi: “Ada hubungan motivasi
belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri
Jumapolo tahun pelajaran 2009/2010”, diterima.
lxxxix
c. Korelasi ganda X1 dan X2 dengan Y
Setelah membuat tabel kerja seperti pada (Lampiran 13) dan dilakukan
perhitungan sesuai dengan rumus. Maka diperoleh hasil sebagai berikut:
ry(1,2) = 0,478
p = 0,011
F = 5,179
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa P < 0,05 yaitu 0,011 < 0,05, maka
berdasarkan pedoman kaidah uji hipotesis penelitian menggunakan
komputer menurut Sutrisno Hadi dan Yuni Purwaningsih (2004) dapat
diambil kesimpulan bahwa hasilnya signifikan antara X1 dan X2 dengan Y.
Dengan demikian hipotesis yang berbunyi: “Ada hubungan secara
bersamaan antara kedisiplinan belajar dan motivasi belajar dengan prestasi
belajar sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri Jumapolo tahun
pelajaran 2009/2010”, diterima.
2. Mencari besarnya sumbangan efektif dan sumbangan relatif
Besarnya sumbangan efektif dan sumbangan relatif masing-masing
variabel setelah melalui perhitungan sesuai langkah dan rumusnya dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Sumbangan efektif kedisipilinan belajar (X1) terhadap prestasi belajar
sosiologi (Y) adalah sebesar 18,802 %. Sedangkan sumbangan efektif
motivasi belajar (X2) terhadap prestasi belajar sosiologi (Y) adalah sebesar
4,034 %. Dari hasil perhitungan diatas maka dapat diatas maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa kedisipilinan belajar (X1) memberikan
sumbangan yang sangat berarti terhadap prestasi belajar sosiologi (Y),
sedangkan motivasi belajar (X2) memberikan sumbangan yang lebih kecil
terhadap prestasi belajar sosiologi (Y).
b. Sumbangan relatif kedisipilinan belajar (X1) terhadap prestasi belajar
sosiologi (Y) adalah sebesar 82,336 %, sedangkan sumbamngan relatif
motivasi belajar (X2) terhadap prestasi belajar sosiologi (Y) adalah sebesar
17,664 %. Dari hasil perhitungan diatas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa motivasi belajar (X2) memberikan sumbangan yang lebih kecil
xc
terhadap prestasi belajar sosiologi (Y) apabila dibandingkan dengan
kedisipilinan belajar (X1).
c. Setelah sumbangan masing-masing variabel diketahui baik sumbangan
efektif maupun sumbangan relatif maka dapat diketahui kedisipilinan
belajar (X1) motivasi belajar (X2) secara bersama-sama memiliki pengaruh
yang berarti terhadap prestasi belajar sosiologi, yaitu sebesar 22,835 %.
Dalam hal kedisipilinan belajar memberikan sumbangan yang lebih besar
terhadap prestasi belajar sosiologi daripada motivasi belajar.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
Setelah pengujian hipotesis dilakukan dan diketahui hasil-hasilnya,
kemudian dilakukan pembahasan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Hipotesis pertama
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rx1y = 0,434 kemudian p = 0,007
dengan SE sebesar 18,802 % dan SR = 82,336 %. Hal ini menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan antara kedisiplinan belajar dengan dengan
prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri Jumapolo tahun
pelajaran 2009/2010. Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa
kedisiplinan belajar mempunyai peran penting bagi prestasi belajar siswa
secara maksimal. Kedisiplinan dalam belajar akan menunjukkan adanya suatu
kesiapan siswa dalam belajar, sehingga akan berpengaruh positif terhadap
pretasi belajar siswa tersebut. Tingginya tingkat kedisiplinan dalam belajar
baik di sekolah maupun di rumah, dapat menjadi sebuah indikator bahwa
siswa tersebut memiliki sebuah keinginan yang kuat untuk menjadi siswa yang
berprestasi. Disiplin akan menjadikan hidup penuh kesiapan dan keteraturan
dalam menata setiap urusan.
Jadi hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan kedisiplinan belajar dengan
prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri Jumapolo tahun
pelajaran 2009/2010” diterima.
2. Hipotesis Kedua
xci
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh rx2y = 0,291 kemudian p = 0,073
dengan SE sebesar 4,034 % dan SR = 17,664 %. Hal ini menunjukkan adanya
hubungan yang cukup signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi
belajar sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri Jumapolo tahun pelajaran
2009/2010. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar juga mempengaruhi capaian prestasi belajar seorang siswa. Motivasi
belajar memiliki gaya dorong serta gaya tarik bagi seseorang untuk mencapai
apa yang menjadi tujuannya. hipotesis yang berbunyi “Ada hubungan motivasi
belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri
Jumapolo tahun pelajaran 2009/2010” diterima.
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh r(1,2) = 0,478 dan p = 0,011 dengan
serta F sebesar 5,179. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
secara bersamaan antara kedisiplinan belajar dan motivasi belajar dengan
prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri Jumapolo tahun
pelajaran 2009/2010.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
sosiologi sangat dipengaruhi oleh kedisiplinan belajar yang tinggi oleh setiap
siswa. Dengan adanya kedisiplinan belajar, maka akan tercipta suatu suasana
yang teratur pada diri siswa dalam mengatur kegiatan belajar siswa guna
mendapatkan sebuah prestasi yang membanggakan. Praktek untuk berdisiplin
dalam belajar khususnya, memang berat untuk dilaksanakan. Namun
selanjutnya jika sikap disiplin itu sudah tertanam kuat pada diri siswa, tentu
akan menciptakan suatu pola belajar yang terencana secara rapi serta akan
memberikan sebuah kontribusi yang besar dalam mencapi suatu prestasi.
Disiplin tidak hanya berlaku di dalam kelas atau di sekolah saja, tetapi disiplin
juga berlaku di rumah / lingkungan siswa tersebut berada. Pola belajar yang
teratur sebagai hasil dari sebuah kedisiplinan belajar, tentu akan berdampak
pada kesiapan belajar siswa dalam rangka mencetak sebuah prestasi belajar
yang baik. Demikian halnya dengan motivasi belajar, tinggi rendahnya
motivasi belajar siswa turut memberikan kontribusi pada capaian prestasi
xcii
belajar seorang siswa. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat akan
mengadakan respon-respon untuk mewujudkan suatu tujuan belajar. Motivasi
merupakan sebuah motor penggerak dalam setiap kegiatan yang akan
dikerjakan, untuk mencapai apa yang sudah menjadi tujuannnya. Motivasi
belajar itu sendiri memilikidua unsur, yaitu motivasi dari dalam diri siswa
(instrinsik), dan motivasi dari luar (ekstrinsik).
Jadi hipotesis yang berbunyi: “Ada hubungan secara bersamaan antara
kedisiplinan belajar dan motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi
siswa kelas XI IPS SMA Negeri Jumapolo tahun pelajaran 2009/2010”
diterima.
xciii
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari deskripsi data dan pengujian hipotesis yang telah
dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil perhitungan dan analisis data, menunjukkan hasil: rx1y = 0,434
kemudian p = 0,007. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang sangat
signifikan kedisiplinan belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa siswa
kelas XI IPS SMA Negeri Jumapolo tahun pelajaran 2009/2010. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan adanya kedisiplinan belajar yang baik,
diharapkan prestasi belajar siswa pun akan turut baik pula. Semakin tinggi
kedisiplinan belajar siswa, maka akan semakin tinggi pula prestasi yang ia
raih.
2. Dari hasil perhitungan dan analisis data, menunjukkan hasil: rx2y = 0,291
kemudian p = 0,073. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang cukup
signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar sosiologi siswa
siswa kelas XI IPS SMA Negeri Jumapolo tahun pelajaran 2009/2010. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan adanya motivasi belajar yang tinggi siswa akan
terpacu untuk lebih semangat dalam kegiatan proses belajar mengajar,
sehingga motivasi yang tinggi tersebut dapat membantu memberikan arah
belajar guna mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Dari hasil perhitungan dan analisis data, menunjukkan hasil: r(x1,x2)y = 0,478
dan P = 0,011 dengan serta F sebesar 5,179. Hal ini menunjukkan adanya
hubungan yang signifikan antara kedisiplinan belajar dan motivasi belajar
dengan prestasi belajar sosiologi siswa kelas XI IPS SMA Negeri Jumapolo
tahun pelajaran 2009/2010. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki
kedisiplinan dan motivasi belajar yang tinggi, akan memberikan dampak
positif terhadap prestasi belajarnya. Siswa yang memiliki kedisiplinan dan
motivasi belajar yang tinggi, akan memiliki prestasi belajar yang tinggi pula.
4. Adapun besar sumbangan relatif dan sumbangan efektif masing-masing
kriteria terhadap prediktor, diperhitungkan atas dasar analisa persamaan garis
xciv
regresi linier ganda, sehingga dapat ditentukan perbandingan masing-masing
kriterium terhadap prediktor. Perbandingan sumbangan efektif (SE) antara X1
dan X2 yaitu sebesar = 18,802 % : 4,034 %. Sedangkan perbandingan
sumbangan relatif (SR) antara X1 dan X2 yaitu sebesar = 82,336 % :
17,664%. Dengan hasil ini dapat menunjukkan bahwa prediktor kedisiplinan
belajar (X1) lebih memberikan arti pada prestasi belajar sosiologi
dibandingkan dengan prediktor motivasi belajar (X2).
B. Implikasi
1. Implikasi teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memperluas tentang
hal-hal yang mempengaruhi siswa dalam memperoleh prestasi belajar yang tinggi,
terutama dilihat dari faktor kedisiplinan serta motivasi siswa dalam belajar.
2. Implikasi praktis
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebagaimana diatas,
maka dapat dikemukakan beberapa implikasi sebagai berikut:
1. Dengan adanya hubungan yang signifikan antara kedisiplinan belajar dengan
pretasi belajar sosiologi siswa, maka dapat memberikan gambaran kepada
orang tua agar dapat menanamkan serta memberikan keteladanan kepada
putra-putrinya mengenai pentingnya kedisiplinan. Dalam hal belajar pun orang
tua harus semaksimal mungkin mengontrol putra-putrinya, juga
mengingatkannya agar selalu bertindak disiplin termasuk juga disiplin dalam
belajar. Dengan berdisiplin maka akan terbentuk keteraturan dalam belajar.
Bagi pihak sekolah terutama guru juga harus menerapkan pola disiplin belajar
yan tinggi dilingkungan sekolah, termasuk di dalam kelas. Penerapan disiplin
disekolah itu, misalnya dengan memberikan sanksi yang mendidik kepada
setiap siswa yang melanggar peraturan sekolah. Dengan demikian diharapkan
siswa mentaati peraturan yang ada, melaksanakan tugas-tugas sekolah sesuai
dengan ketentuan yang ada sehingga nantinya disiplin bukan lagi menjadi
sebuah paksaan, tetapi sudah menjadi sebuah pola hidup. Dengan sikap
disiplin yang tinggi dalam belajar akan dapat meningkatkan capaian prestasi
siswa secara maksimal pula.
xcv
2. Dengan adanya hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan
prestasi belajar siswa, harapannya dapat memberikan gambaran pada orang
tua maupun guru untuk senantiasa dapat memberikan dan menumbuhkan
motivasi hidup pada anak-anaknya, dalam hal ini adalah motivasi untuk
belajar. Motivasi dari dalam diri siswa itu terkadang pasang surut, untuk itu
guru dan orang tua diharapkan senantiasa memberikan motivasi-motivasi pada
sang anak agar lebih giat lagi dalam belajarnya untuk mencapai tujuan.
Adanya motivasi belajar yang kuat pada diri siswa akan menimbulkan
aktivitas belajar sehingga menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan
memberikan arah belajar sehingga apa yang telah menjadi tujuannya dapat
tercapai. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat, ia akan
bersemangat serta tekun dalam belajar. Sehingga dengan semangat dan
ketekunannya inilah yang diharapkan akan mampu meningkatkan prestasi
belajarnya.
3. Dengan memperhatikan seluruh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar, memberikan implikasi bahwa prestasi belajar dipengaruhi
oleh berbagai faktor, antara lain adalah kedisiplinan dan motivasi belajar
siswa. Setiap siswa memeiliki tingkat kedisiplinann dan motivasi belajar yang
berbeda-beda, untuk itu setiap siswa diharapkan selalu berupaya untuk
berdisiplin baik di rumah maupun di lingkungan ia berada. Dengan disiplin
dalam belajar menunjukkan bahwa siswa tersebut memeilki kesiapan untuk
menambah wawasan keilmuan guna memperoleh suatu prestasi yang gemilang
untuk mencapai apa yang telah mereka cita-citakan. Meskipun upaya untuk
berdisiplin itu tidaklah mudah, namun hal itu perlu di upayakan semaksimal
mungkin dan di iringi dengan tekad yang kuat dari dalam diri. Selain sikap
disiplin, siswa juga diharapkan memiliki motivasi belajar yang tinggi untuk
dapat mencapai suatu prestasi yang tinggi pula. Motivasi belajar yang tinggi
akan menjadi tenaga pendorong dalam diri siswa untuk melakukan sesuatu
untuk mencapai tujuan. Seseorang yang telah termotivasi ia akan
bersemanagat untuk melakukan kegiatan-kegiatan guna menunjang
tercapainya apa yang telah menjadi tujuannya tersebut. Dengan adanya
xcvi
disiplin yang tinggi serta motivasi bel;ajar yang inilah harapannya akan turut
menunjang pencapaian prestasi belajar yang tinggi pula.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan implikasi dari hasil penelitian yang
telah peneliti kemukakan diatas, maka perlu peneliti sampaikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
a. Para siswa, khususnya dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS
SMA Negeri Jumapolo hendaknya selalu berupaya untuk berdisiplin,
baik disiplin dalam belajar ataupun yang lainnya. Disiplin belajar
misalnya dengan mentaati aturan sekolah, belajar teratur, bisa
memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang positif. Hidup memang untuk
berprestasi, dan untuk mencapai suatu prestasi itu tak lepas dari
kemampuan seseorang untuk mendisiplinkan dirinya, karena disiplin
merupakan kunci sukses untuk berprestasi.
b. Disamping berdisiplin, siswa juga diharapkan memiliki motivasi
belajar yang kuat guna mencapai suatu prestasi belajar yang tinggi.
Siswa harus menyadari hakekat dan tujuan ia sekolah, sehingga
harapannya akan menimbulkan motivasi diri. Disiplin dan motivasi
belajar yang kuat diharapkan akan saling bersinergi untuk mencapai
prestasi belajar yang tinggi.
2. Bagi Orang tua / wali murid
a. Hendaknya orang tua untuk tidak henti-hentinya memberikan
dorongan kepada putra-putrinya agar selalu berdisiplin, dengan cara
memberikan keteladanan pada putra-putrinya. Dalam membentuk
karakter putra-putrinya untuk menjadi sosok yang memiliki disiplin
yang tinggi demi tumbuhnya suatu kebiasaan.
b. Pemberian motivasi orang tua kepada putra-putrinya akan memberikan
energi positif pada putra-putrinya sehingga semangat belajarnya pun
akan selalu tumbuh untuk mencapai apa yang telah menjadi
motivasinya. Remaja merupakan masa-masa yang cukup labil,
xcvii
sehingga orang tua jangan pernah lelah untuk memberikan dorongan
pada putra-putrinya.
c. Komunikasi antar orang tua dan anak harus terjalin dengan baik karena
ini akan memberikan daya dorong dan daya kontrol yang efektif
kepada sang buah hati.
3. Bagi Sekolah / Guru
a. Guru hendaknya senantiasa memberikan motivasi pada siswa sehingga
dalam diri anak didik timbul suatu motivasi untuk belajar secara
optimal guna mencapai kesuksesan belajar.
b. Kedisiplinan belajar tentunya menjadi dasar dalam mencapai prestasi
belajar, untuk itu kepada pihak sekolah/guru hendaknya bersikap tegas
terhadap siswa sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. Hadiah dan
sanksi (reward & punishment), ada kalanya diberikan kepada siswa
dengan prinsip-prinsip yang mendidik.
c. Faktor keteladanan turut berperan besar dalam menerapkan
kedisiplinan kepada anak didiknya secara lebih optimal.
4. Bagi Penelitian Lain
Perlu diadakan penelitian yang sejenis dengan melibatkan variabel-
variabel yang lebih kompleks sehingga dapat di ketahui faktor-faktor yang
menentukan keberhasilan dalam belajar. Kepada Peneliti lain yang ingin
mengadakan penelitian sejenis, maka hasil penelitian ini semoga dapat
dijadikan acuan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut yang terkait
dengan masalah prestasi belajar.
xcviii
DAFTAR PUSTAKA
Afifudin. 1986. Psikologi Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar. Solo: Penerbit
Harapan Massa. hal. 110.
A. Tabrani Rusyan. 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:
CV. Remadja karya.
Arif Rohman. 2009. Memahami Pendidikan Dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta:
Laksbang mediatama.
Arif Sukadi Sadiman. 1991. Metode Dan Analisis Mencari Hubungan. Jakarta:
Erlangga.
E. Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Hadari Nawawi. 1995. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta. UGM
Press
Hallen A. 2002. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Pers.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Depdiknas. 2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi sosiologi SMU. Jakarta: Pusat
kurikulum Badan Penelitian & Pengembangan.
Hurlock, Elizabeth B. 1993. Perkembangan Anak. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Kartini Kartono. 1990. Psikologi Umum. Bandung: Mandarungu.
Mardalis. 2004. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
M. Iqbal Hasan. 2003. Pokok-Pokok Materi Statistik I. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Moh. Nasir. 2003. Metodologi Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.
Moh. Uzer Usman. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
xcix
Ngalim purwanto. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Oemar Hamalik. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Pearl, Cassel & dreikurs, Rudolf. 1986. Disiplin Tanpa Hukuman. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Riduwan. 2009. Metode dan Teknis Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Saifudin Azwar. 2000. Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sanapiah Faisal. 2003. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sardiman. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Singgih D. Gunarso. 1986. Psikologi Perkembangan anak dan remaja. Jakarta :
Gunung Mulia.
Siti Meichati. 1982. Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: FIP-IKIP.
Soeharjo Danusastro. 1985. Seri Teknologi Pengontrolan Diri Dan Kepribadian.
Surakarta: Puslit-Bangjari.
Soemarsono. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta : UNS Press.
Sudjana. 1996. Metodologi Statistik. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 1990. Pengelolaan Kelas Secara Manusiawi. Jakarta: Remaja
Grafindo.
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sulistyo dan Ign. Wagimin. 1989. Strategi Belajar Mengajar Ii. Surakarta. UNS
Press.
Sumadi Suryabrata. 2002.Metode Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suprijanto. 2007. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: PT. Bumi aksara.
S. Nasution. 2003. Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.
Sutrisno Hadi. 1995. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset.
Sutrisno Hadi. 2000. Metodologi Research Jilid 1. Yogyakarta: Andi Offset.
c
----------------. 1991. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Tarsito.
Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Thomas Gordon. 1996. Mengajak Anak Berdisplin Diri Di Rumah Dan Di
Sekolah. Jakarta : Gramedia.
The Liang Gie. 1985. Cara Belajar Yang Efisien Jilid I. Yogyakarta : Pusat
Kemajuan Studi.
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Winarno Surachmad . 1986. Pengantar Interaksi Mengajar Belajar : Dasar dan
teknik Metodologi Pengajaran. Bandung : Tarsito.
Winarno Surakhmad. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah ; Dasar, Metoda, Dan
Teknik. Bandung: Tarsito.
Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta; Grasindo.
Zainal Arifin. 1990. Evaluasi Instruksional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
http://www.bruderfic.or.id
http://www.wikimu.com
http://www.akhmadsudrajat.wordpress.com