hubungan kelainan kongenital dengan genetik
TRANSCRIPT
Hubungan Kelainan Kongenital dengan Genetik
Definisi dan klasifikasi cacat lahir
Cacat lahir, malformasi konenital, anomali kongenital adalah istilah-istilah
sinonim yang digunakan untuk menjelaskan gangguan struktral, perilaku,
fungsional, dan metabolik yang ada sejak lahir. Sejauh ini terminologi
abnormalitas kongenital (congenital abnormality) dan defek atau cacat lahir (birth
defect) digunakan untuk menggambarkan semua bentuk abnormalitas struktur
yang terjadi pada embrio, janin, atau bayi baru lahir. Tetapi istilah ini tidak
mengacu pada satu mekanisme penyebab tertentu. Definisi yang lebih spesifik dan
mencakup gambaran klinis serta penggolongan penyebabnya diuraikan sebagai
berikut:
1. Malformasi adalah gangguan atau defek struktur utama dari organ atau
bagian organ yang diakibatkan oleh abnormalitas selama perkembangan.
Adanya malformasi menunjukkan bahwa pada masa awal embrio terdapat
suatu jaringan atau organ tertentu yang berhenti atau salah arah
(misdirection) dalam perkembangannya. Kebanyakan malformasi pada
satu organ diturunkan secara multifaktorial. Hal tersebut menggambarkan
interaksi beberapa gen dengan faktor-faktor lingkungan. Contoh: VSD,
ASD, sumbing bibir/palatum, NTD (anencephaly; myelo-meningocele).2,3
2. Disrupsi Istilah disrupsi (disruption) mengacu pada struktur abnormal pada
organ atau jaringan sebagai akibat dari faktor eksternal yang mengganggu
proses perkembangan normal. Proses ini dikenal sebagai malformasi
sekunder atau malformasi ekstrinsik. Faktorfaktor ekstrinsik yang dapat
mengganggu proses perkembangan normal diantaranya adalah ischemia,
infeksi, dan trauma. Berdasarkan definisinya, disrupsi tidak disebabkan
oleh faktor genetik. Tetapi kadang-kadang faktor genetik dapat menjadi
predisposisi terjadinya disrupsi. Misalnya beberapa kasus amniotic band
dapat disebabkan oleh faktor genetik yang menyebabkan kerusakan
kolagen sehingga melemahkan amnion dan menjadikan amnion lebih
mudah robek dan ruptur secara spontan. Contoh: amniotic band.2,3
3. Deformasi adalah kerusakan yang disebabkan kekuatan mekanik abnormal
yang menyebabkan penyimpangan struktur normal. Contoh: dislokasi
panggul dan talipes ringan (club foot). Kedua kasus tersebut dapat
disebabkan oleh oligohidramnion atau ruang intrauterina yang sempit
karena bayi kembar atau struktur uterus yang abnormal. Deformasi
seringkali terjadi pada kehamilan lanjut dan memiliki prognosis yang baik
apabila diberikan treatment yang sesuai. 2,3
4. Displasia adalah ketidakteraturan sel dalam menyusun jaringan. Efeknya
biasanya dapat dilihat pada semua bagian tubuh dimana jaringan tersebut
terdapat. Contohnya pada skeletal displasia seperti thanatophoric displasia
yang disebabkan mutasi FGFR3 yang menyebabkan hampir semua bagian
tulang mengalami kelainan. Demikian juga pada ektodermal displasia,
kerusakan dapat dijumpai pada semua organ turunan ektoderm seperti
rambut, tulang, dan kuku. Kebanyakan displasia diakibatkan kerusakan
gen tunggal (single gene defect) dan mempunyai resiko berulang yang
tinggi pada saudara kandung (sibling) dan keturunan penderita
(offspring).2,3
Kasus Celah Bibir
Pengertian umum celah bibir (cleft lip) Celah bibir (cleft lip) merupakan
kelainan kongenital yang disebabkan gangguan perkembangan wajah pada
masa embrio. Celah dapat terjadi pada bibir, langit-langit mulut (palatum),
ataupun pada keduanya. Celah pada bibir disebut labiochisis sedangkan celah
pada langit-langit mulut disebut palatoschisis. Penanganan celah adalah
dengan cara pembedahan.6,7
Etiologi dari celah bibir atau langitan tidak diketahui dan multifactor.
Factor keturunan merupakan salah satu dari multi factor penyebab dari celah
bibir dan atau celah langitan, keturunan keluarga baik celah bibir atau langitan
terjadi dengan frekuensi yang bervariasi tergantung apakah orangtua atau
saudara berpengaruh. Untuk celah bibir dengan atau tanpa celah langitan
faktor terjadinya adalah 2 % dengan satu orang tua terpengaruh, 4 % dengan
hanya satu saudara sekandung, 9 %dengan 2 saudara sekandung dan 10-17 %
dengan satu orang tua dan satu saudara sekandung. Celah langitan, 7 %
dengan satu orang tua terpengaruh, 2% dengan satu saudara sekandung, 1 %
dengan dua saudara sekandung. Penyimpangan kromosom seperti trisomi D
dan E terlihat meningkat apabila terjadi celah. 15-60 % dari celah bibir dan
atau langitan disebabkan oleh syndrome sebagai manifestasi dari celah.
Syndrome yang umumnya dapat dihubungkan dengan terjadinya celah
langitan adalah syndrome Apert’s, Stickler's dan Treacher Collins, sedangkan
syndrome Van der Woudes dan Waardenberg berhubungan dengan terjadinya
celah bibir dengan atau tanpa celah langitan.4,5
Teori Pewarisan Kromosom
Sifat individu baru ditentukan oleh gen-gen spesifik di kromosom yang
diwarisi dari ayah dan ibunya. Manusia memiliki sekitar 35.000 gen di kromosom.
Gen-gen di kromosom yang sama cenderung di wariskan bersama dan karenanya
dikenal sebagai libked genes (gen terkait). Di sel somatik , kromosom tampak
sebagai 23 pasangann homolog untuk membentuk jumlah diploid , yaitu 46.
Terdapat 22 pasangan kromosom yang sepadan, otosom, dan satu pasang seks.
Jika pasangqannya adalah XX, individu secara genetis adalah wanita. Jika
pasangannya adalah XY, individu secarqa genetis adalah pria. Satu kromosom
dari setiap pasangan berasal dari gamet ayah (sperma). Karena itu, setiap gamet
mengandung haploid, yaitu 23 kromosom, dan penyatuan kedua gamet saat
fertilisasi memulihkan jumlah diploid (46).1,3
Abnormalitas Klinik Karena Kromosom
Kromosom terbntuk oleh DNA dan kompleks protein lain dan
mengandung kebanyakan informasi genetik yang diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Kelainan kromosom terjadi pada sekitar 0,4% kelahiran
hidup. Anomali ini merupakan penebab penting retardasu mental dan anomali
kongenital. Anomali kromosom terjadi dengan frekuensi yang jauh tinggi pada
aborsi spontan dan lahir mati. Anomali kromosom mencakup kelainan pada
jumlah dan struktur kromosom.1
Kelainan Jumlah Kromosom
Aneuploidi dan Poliploidi
Bila suatu sel manusia memiliki 23 kromosom disebut sel haploid
(yaitu pada sel telur atau sel sperma). Setiap jumlah kromosom
yang dengan tepat merupakan kelipatan jumlah sel haploid (misal
46, 69, 92, pada manusia) disebut euploid. Sel euploid dengan
jumlah kromosom sel diploid 46 kromosom disebut sel poliploid.
Pembuahan poliploid biasanya tidak hidup. Namun poliploid ini
biasa terdapat dalam bentuk mosaik (lebih dari satu deret sel), yang
memungkinkan terus hidup. Sel dengan 3 set kromosom disebut
dengan triploid dan sering terlihat pada materi abortus dan kadang-
kadang pada orang yang masih hidup, biasanya dalam bentuk
mosaik. Sel yang menyimpang dari kelipata haploid disebut
aneuploid (tidak euploid), menunjukan kromosom ekstra seperti
pada trisomi.1
Trisomi
Kelainan dalam jumlah kromosom yang paling sering dijumpai
adalah trisomi. Ini terjadi bila ada 3 gambaran kromosom
disamping 2 kromosom biasa. Trisomi biasanya terjadi akibat
meiosis tidak bersambung (kegagalan pasangan kromosom untuk
memisahkan diri). Kebanyakan individu dengan trisomi
memperlihatkan fenotip spesifik dan konsisten tergantung pada
kromosom yang terlibat. Trisomi yang paling sering terjadi dan
paling diketahui manusia adalah trisomi 21 atau sindrom down.
Trisomi kromosom 18 dan 13 juga relatif sering dikaitkan dengan
serangkaian anomali kromosom genital serta retardasi mental khas.
Sindrom Down pertama kali dijelaskan pada tahun 1866, namun
penyebabnya belum diketahui hingga tahun 1959, ketika Lejune
dan Turpin berhasil menunjukan bahwa individu ini membawa 47
kromosom, kromosom ekstra ditandakan pada saat sebagai
kromosom 21. Lebih dari separuh pembuahan trisomi 21
mengalami keguguran pada awal kehamilan. Kejadian trisomi 21
meningkat dengan bertambahnya usia ibu. Pada wanita usia
dibawah 35 tahun, kadar α-fetoprotein serum ibu lebih rendah,
estriol tidak terkonyugasi menurun, dan gonadotropin korionik
manusia meningkat ketika bila ada down sindrom pada janin.
Kombinasi ukuran tersebut efktif skrining untuk prenatal.
Meningkatnya resiko trisomi 21 pada wwanita diatas 35 tahun
merupakan petunjuk untuk dilakukannya pengambilan sampel
amniosemtesis atau villus-korionik serta analisis kromosom
sebagai cara untuk mendeteksi down sindrom jani.1
Translokasi Sindrom Down
Semua individu denga sindrom down memiliki 3 salinan
kromosom 21. Sekitar 95% memiliki salinan kromosom 21 saja.
Sekitar 1% individu bersifa mosaik dengan beberapa sel normal.
Sekitar 4% penderita down sindrom mengalami translokasi pada
kromosom 21. Terdapat 9% anak dengan down sindrom yang
dilahirkan oleh ibu di bawah usia 30 tahun. Setengah dari
translokasi lagi muncul pada individu yang terkena, sedang
separuh lagi diwariskan dari translokasi orang tua pengidap. Orang
tua yang merupakan ppengidap translokasi kromosom 21
menghasikan 3 tipe keturunan hidup; fenotip dan kariotip normal,
pengidap translokasi secara fenotip normal, dan translokasi trisomi
21. Kebanyakan translokasi yang menyebabkan down sindrom
merupakan gabungan pada sentromer antara kromosom 13, 14, 15,
atau 21t (21q,21q). Fenotip pada translokasi sindrom down reguler
dengan trisomi 21 tidak dapa dibedakan. Studi kromosom harus
dilakukan pada tiap individu sindrom down. Jika suatu translokasi
berhasil diidentifikasi, studi orang tua harus dilakukan untuk
mengidentifikasi individu normal dengan resio tinggi mendapatkan
anak abnormal.1
Trisomi Kromosom serta Tanda Klinisnya
Sindrom Insidensi Manifestasi Klinik
Trisomi 13,
Sindrom Patau
1/20.000 Kelahiran Bibir Sumbing, Jari-jari fleksi
dengan polidaktili; Hemagioma
dahi atau leher; Hidung lebar,
telinga mengalami malformasi
letak rendah, tengkorak abnormal
kecil, malformasi otak,
mikroftalmia; malformasi jantung;
iga hipoplastik atau tidak ada;
anomali viseral dan genital.
Trisomi 18,
Sindrom Edward
1/8.000 Kelahiran BB lahir rendah, tinju tertutup
dengan jari telunjuk menumpang
pada jari ke-3 dan ke-5
menumpangi ke-4, pinggul sempit
dengan abduksi terbatas; kaki
dengan telapak rata; mikrosefali;
mikrognatia; malforasi jantung dan
ginjal serta retardasi mental; 95%
kasus meninggal pada umur 1
tahun.
Trisomi 21,
Sindrom Down
1/600-800 Kelahhiran Hipotonia, muka datar, fisur
palpebra keatas dan miring, lipatan
epikantus, iris bernoda (bintik
Brushfield); berbagai tingkat
retardasi mental, displasia pelvis,
malformasi jantung, lipatan simian;
tanggan pendek dan lebar,
hipoplasia falanks tenah jari
kelima, atresia intestinum,
lengkung palatum tinggi, 5%
penderita down sindrom adalah
translokasi –t (14q21q), t(15q21q),
t(13q21q)- dimana fenotipnya
serupa dengan trisomi 21 down
sindrom.
Trisomi 8,
Mosaikisme
Muka panjang, dahi tinggi
menonjol, hidung menghadap ke
atas lebar, bibir bawah tebal
menonjol, mikroretrognatia, telinga
rendahm lengkung palatum tinggi
kadang-kadang bercelah. Anomali
osteoartikuler lazim, mental
retardasi sedang
Sumber : Nelson Ilmu Kesehatan Anak . halaman 392
DAFTAR PUSTAKA
1. Arvin. Behrman. Kliegman. Nelson Ilmu Kesehatan Anak . Edisi 15.
Vol.1. Terjemahan : Prof. DR. dr. A. Samik Wahab, Sp.A(K). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000: 375, 385, 389-393
2. Dewi Safrina. Rahayu Indriati dwi. Modul Pembelajaran Kelainan
Kongenital. Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya; 2013
3. Sadler T.W. Langman Embriologi Kedokteran. Edisi 10. Terjemahan :
Brahum U. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009; 15-19, 129
4. Pujiastutu Nurul. Hayati Retno. Perawatan Celah Bibir dan Langit Pada
Anak Usia 4 Tahun. Indonesian Journal of Dentistry 2008; 15 (3): 232-
238
5. Sianita Pricillia Priska. Alawiyah Tuti. Kelainan Celah Bibir Serta Langit-
langit dan Permasalahannya Dalam Kaitan dengan Interaksi Sosial dan
Perilaku. Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDM(B).
2011
6. Haryuti Sri. Teknik Operasi Celah Bibir dan Langi-langit yang Digunakan
di Sulawesi Selatan Pada Tahun 2010-2013. Skripsi. Universitas
Hasanuddin. 2013
7. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31860/4/Chapter
%20II.pdf diakses pada tanggaal 3 febuari 2015.