hubungan proses pembelajaran dengan prestasi belajar siswa di

32
TINJAUAN PUSTAKA Proses Pembelajaran Dalam Ketentuan Umum UU Sisdiknas 2003 pasal 1 nomor 20 dinyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran dalam konteks pendidikan formal merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar mulai dari perencanaan sampai kepada evaluasi. Rangkaian kegiatan tersebut meliputi tujuan yang dirumuskan dalam standar kompetensi dan indikator pencapaian, penentuan materi pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metoda dan media yang akan digunakan, waktu yang dibutuhkan serta evaluasi pembelajaran. Hal penting yang harus diperhatikan dalam berlangsungnya proses belajar adalah kondisi internal siswa yang meliputi fisik dan psikis serta terjalinnya interaksi antara guru dengan siswa. Dalam interaksi ini peranan guru sebagai figur utama di sekolah sangat besar karena kedudukannya sebagai orang dewasa lebih memiliki pengalaman, lebih memahami nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan. Peranan siswa sebagai peserta didik lebih banyak menerima pengaruh dan sebagai pengikut. Najati (2000:174-205) mengemukakan bahwa metode belajar dalam Al- Qur’an meliputi peniruan, pengalaman praktis serta berfikir, sedangkan prinsip- prinsip belajar dalam Al-Qur’an meliputi 6 hal yaitu dorongan (motivasi), pengulangan, perhatian, partisipasi aktif (active learning), distribusi belajar (tenggang waktu untuk beristirahat) serta bertahap dalam merubah perilaku (proses belajar bukanlah suatu pekerjaan yang instant). Dalam hal peniruan, orang tua/pendidik merupakan figur utama yang akan dijadikan panduan oleh anak didik dalam bertindak dan berperilaku, sehingga perilaku orang tua/pendidik merupakan ujung tombak bagi pembentukan perilaku anak didik. Bandura (1977:11-12) mengemukakan bahwa proses belajar meliputi kegiatan yang terjadi melalui reciprocal interaction (hubungan timbal balik), modeling (peniruan) dari orang dewasa kepada peserta didik, serta vicarious

Upload: vudieu

Post on 12-Jan-2017

216 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

TINJAUAN PUSTAKA

Proses Pembelajaran

Dalam Ketentuan Umum UU Sisdiknas 2003 pasal 1 nomor 20 dinyatakan

bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran dalam konteks

pendidikan formal merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam

penyelenggaraan proses belajar mengajar mulai dari perencanaan sampai kepada

evaluasi.

Rangkaian kegiatan tersebut meliputi tujuan yang dirumuskan dalam standar

kompetensi dan indikator pencapaian, penentuan materi pembelajaran, kegiatan

belajar mengajar, pemilihan metoda dan media yang akan digunakan, waktu yang

dibutuhkan serta evaluasi pembelajaran.

Hal penting yang harus diperhatikan dalam berlangsungnya proses belajar

adalah kondisi internal siswa yang meliputi fisik dan psikis serta terjalinnya

interaksi antara guru dengan siswa. Dalam interaksi ini peranan guru sebagai figur

utama di sekolah sangat besar karena kedudukannya sebagai orang dewasa lebih

memiliki pengalaman, lebih memahami nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan.

Peranan siswa sebagai peserta didik lebih banyak menerima pengaruh dan sebagai

pengikut.

Najati (2000:174-205) mengemukakan bahwa metode belajar dalam Al-

Qur’an meliputi peniruan, pengalaman praktis serta berfikir, sedangkan prinsip-

prinsip belajar dalam Al-Qur’an meliputi 6 hal yaitu dorongan (motivasi),

pengulangan, perhatian, partisipasi aktif (active learning), distribusi belajar

(tenggang waktu untuk beristirahat) serta bertahap dalam merubah perilaku

(proses belajar bukanlah suatu pekerjaan yang instant). Dalam hal peniruan,

orang tua/pendidik merupakan figur utama yang akan dijadikan panduan oleh

anak didik dalam bertindak dan berperilaku, sehingga perilaku orang tua/pendidik

merupakan ujung tombak bagi pembentukan perilaku anak didik.

Bandura (1977:11-12) mengemukakan bahwa proses belajar meliputi

kegiatan yang terjadi melalui reciprocal interaction (hubungan timbal balik),

modeling (peniruan) dari orang dewasa kepada peserta didik, serta vicarious

Page 2: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

12

experience (pengalaman melalui pengamatan terhadap perilaku orang lain). Lebih

jauh Bandura dan Walters (Mustafa,2005:1)) menyarankan bahwa kita belajar

banyak perilaku melalui peniruan, bahkan tanpa adanya penguat (reinforcement)

sekalipun yang kita terima. Kita bisa meniru beberapa perilaku hanya melalui

pengamatan terhadap perilaku model, dan akibat yang ditimbulkannya atas model

tersebut. Proses belajar semacam ini disebut "observational learning" -

pembelajaran melalui pengamatan. Di sinilah letak peran penting orang tua dan

guru sebagai teladan dan figur terbaik bagi anak-anak didiknya.

Berbeda dengan Bandura, Bloom (Winkle, 1987:170) mengemukakan

bahwa proses belajar tidak hanya melalui peniruan tetapi banyak aspek lain dari

individu yang menjadi kekuatan untuk belajar. Bloom menyatakan bahwa proses

pertumbuhan dan perkembangan manusia didukung oleh berbagai kemampuan

atau aspek-aspek kepribadian yang dimiliki oleh setiap manusia yaitu aspek

kognitif meliputi pengetahuan, penerapan, pemahaman, analisa sintesa dan

evaluasi; aspek afektif yang mencakup penerimaan, partisipasi, penentuan sikap,

organisasi dan pembentukan pola hidup; serta aspek psikomotorik yang mencakup

persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan yang

kompleks, penyesuaian dan kreativitas.

Dalam bagian lain dikemukakan pula bahwa aspek dinamik-afektif manusia

memiliki kemampuan untuk melakukan aktivitas berdasarkan hasrat/

kehendaknya, tidak selalu merupakan hasil peniruan. Dengan demikian meskipun

secara sosial manusia cenderung pada peniruan seperti yang dikemukakan

Bandura di atas, tetapi dengan menggunakan kemampuan kognitif dan dinamik-

afektifnya manusia dapat mengambil keputusan untuk melakukan atau tidak

melakukan suatu aktivitas. Dalam proses pendidikan hal ini merupakan hak

peserta didik untuk mengembangkan kemampuan dirinya.

Proses pembelajaran saat ini, yang disosialisasikan dengan nama Kurikulum

Berbasis Kompetensi (KBK) membuka peluang bagi siswa untuk dapat

mengembangkan kemampuan dirinya tersebut. Siswa merupakan subyek didik

yang memiliki peran aktif dalam sebuah kegiatan pembelajaran. Proses ini dikenal

dengan sebutan student centered learning (pembelajaran terpusat pada siswa).

Page 3: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

13

Dalam proses belajar ini siswa lebih dihargai pribadinya sebagai manusia yang

memiliki kehendak sebagaimana yang dikemukakan oleh Carl R. Rogers (1969).

Rogers (1969) lebih menekankan kepada grup/kelas bukan berorientasi pada

kebebasan pribadi, artinya dengan membuat iklim belajar yang bebas sehingga

para pelajar termotivasi serta dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya

dengan nyaman . Teori ini lebih mementingkan aspek non biologis, yaitu

eksplorasi pikiran dan perhatian pelajar.

Interaksi yang terjalin antara siswa dengan lingkungannya lebih beralasan

karena siswa mau menjalin interaksi tersebut serta karena stimulus positif yang

diberikan oleh guru. Dengan demikian siswa dapat lebih banyak memperoleh

pengalaman belajar yang berkesan sehingga akan bertahan lebih lama dalam

ingatannya. Kondisi ini memungkinkan siswa untuk memperoleh prestasi yang

lebih baik ketimbang siswa yang hanya duduk diam dan mendengarkan.

Najati (2000:203) mengemukakan bahwa praktek tidak hanya penting

dalam mempelajari keahlian yang bercorak gerakan saja, tetapi juga dalam ilmu-

ilmu teoritis dan dalam mempelajari perilaku moral, keutamaan, nilai-nilai dan

tata krama perilaku sosial. Lebih lanjut dikemukakan hasil suatu kajian

eksperimental, bahwa orang-orang yang membaca sendiri huruf dan kalimat yang

ada di hadapannya lebih cepat dalam menghafalnya ketimbang orang-orang lain

yang hanya mendengarkan pelatih membacakan huruf dan kalimat itu dan pada

saat yang sama melihat huruf dan kalimat itu di layar film yang ada di depan

mereka.

Terkait dengan hasil eksperimen di atas, Maslow (Mangkunegara, 2000:94)

memberikan 5 klasifikasi kebutuhan yang harus dipenuhi berdasarkan prioritas

tuntutannya yaitu :

1. Kebutuhan faal (materi), yaitu kebutuhan fisiologis agar manusia bisa

hidup, misalnya : makan, minum, pakaian, perumahan dan kesehatan

2. Kebutuhan rasa aman, misalnya : mengunci rumah, berjalan di tempat

yang aman, menyimpan barang-barang berharga dengan baik, dan lain-lain

3. Kebutuhan sosial, sayang menyayangi, misalnya : berumah tangga,

bergaul dengan orang lain, berteman, saling mengunjungi, dan lain-lain.

Page 4: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

14

4. Kebutuhan untuk dihargai, misalnya : dihormati, menunjukkan egonya,

menjaga harga dirinya, dan lain-lain

5. Kebutuhan akan realisasi diri, yaitu kebutuhan untuk menunjukkan

keberadaan diri dan kemampuannya.

Konsep ini menyatakan bahwa jika kebutuhan yang paling urgen yaitu pada

tingkat pertama belum terpenuhi, maka individu tidak akan melangkah untuk

memenuhi kebutuhan pada tingkat yang berikutnya. Dalam perkembangan ilmu

pendidikan yang sesuai dengan rumusan hasil Konferensi Pendidikan Islam

(1977) dan tujuan Pendidikan Nasional, maka konsep Maslow di atas perlu

dilengkapi dengan pemenuhan kebutuhan spiritual (kebutuhan akan adanya

Tuhan). Kebutuhan ini akan merupakan bagian integral dari tiap-tiap tingkatan

kebutuhan di atas, tidak mendahului satu dengan yang lainnya.

Sehubungan dengan proses belajar, maka kebutuhan pada tingkat keempat

dan kelima menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh para pendidik dan

orang tua sehingga para siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang

memadai. Percobaan seperti dikemukakan oleh Najati di atas cukup membuktikan

pentingnya partisipasi aktif dalam proses pembelajaran yang didasarkan atas suri

tauladan (contoh) yang baik dari pendidik dan orang tua.

Peran aktif siswa dalam pembelajaran ini sudah dikembangkan dalam

sebuah metode pembelajaran yang dikenal dengan Quantum Learning (Belajar

Sukses) dan Quantum Teaching (Mengajar Sukses) yang diluncurkan oleh Bobbi

DePorter, dkk (1999). Dalam metode ini siswa sungguh-sungguh dihargai dan

diakui eksistensinya, dikembangkan kemampuan intelegensinya, disentuh

emosinya, sehingga tumbuh kreativitas dan rasa percaya diri yang dapat

membantunya menuju keberhasilan belajar.

Selain partisipasi aktif dari para siswa, prinsip pengajaran yang efektif

adalah penggunaan pendekatan atau metode dan media yang bervariasi,

"pendekatan multi metode-multi media". Dengan menggunakan metode dan media

yang bervariasi, perbedaan individual siswa dapat terlayani, di samping

pembelajaran menjadi lebih menarik karena sering terjadi pergantian kegiatan

(Sukmadinata, 2004:197).

Page 5: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

15

Guru sebagai motivator (pendorong), desainer (perancang), fasilitator

(penyedia bahan dan peluang belajar), katalisator (penghubung), guidance

(pemandu) serta penunjuk di mana informasi itu berada dan bagaimana

memahami dan menyajikan hasil informasi tersebut, dan sebagai evaluator

(penilai) serta justificator (pembenar) dalam perannya, hanya menyiapkan sebuah

rencana pembelajaran yang sesuai dengan kapasitas siswa, memberikan arahan

kepada siswa untuk dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana yang

telah dipersiapkannya. Untuk dapat melaksanakan tugas ini diperlukan

keterampilan dan kreativitas dalam mendesain proses pembelajaran sehingga

hasilnya maksimal.

Sehubungan dengan fungsi guru di atas, Hamalik (2004:73) mengemukakan

tentang beberapa hal penting yang harus dikuasai dan dilakukan oleh guru dalam

proses pembelajaran, sebagai berikut :

1. Menguasai landasan kependidikan

2. Menguasai bahan pengajaran

3. Menyusun program pengajaran

4. Melaksanakan program pengajaran

5. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

Sardiman (2001:48) mengemukakan bahwa secara makro guru dituntut

untuk dapat mengorganisasikan komponen-komponen yang terlibat di dalam

proses belajar-mengajar, sehingga diharapkan terjadi proses pengajaran yang

optimal. Sebagai visualisasi dapat dilihat dalam gambar 1. berikut :

2

1 4 5 6

3

Gambar 1. Proses Pembelajaran

Instrumental input/

masukan alat

Raw input/ masukan

mentah

Proses pengajaran Hasil

langsung

Hasil

akhir

Lingkungan

Page 6: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

16

Keterangan :

1. Masukan mentah : siswa/subyek belajar

2. Masukan alat : terdiri dari tenaga, fasilitas, kurikulum, sistem administrasi dan lain-lain.

3. Lingkungan, termasuk antara lain keluarga, masyarakat dan sekolah.

4. Proses pengajaran : merupakan proses interaksi antara unsur raw input, instrumental

input dan juga pengaruh lingkungan.

5. Hasil langsung : merupakan tingkah laku siswa setelah belajar melalui proses belajar-

mengajar, sesuai dengan materi/bahan yang dipelajarinya.

6. Hasil akhir : merupakan sikap dan tingkah laku siswa setelah ada di masyarakat.

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran diperlukan peningkatan aktivitas

dan kreativitas peserta didik, karena pada dasarnya hasil pembelajaran terbaik

adalah yang diperoleh melalui pengalaman. Namun dalam pelaksanaannya sering

kali tidak disadari, bahwa masih banyak kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan

justru menghambat aktivitas dan kreativitas peserta didik. Guru pada umumnya

kurang menyenangi situasi di mana peserta didik banyak bertanya mengenai hal-

hal yang berada di luar konteks yang dibicarakannya (Mulyasa, 2004:106).

Gibbs (Mulyasa, 2004:106) mengemukakan bahwa berbagai penelitian

menyimpulkan bahwa kreativitas dapat dikembangkan dengan memberi

kepercayaan, komunikasi yang bebas, penghargaan diri dan pengawasan yang

tidak terlalu ketat. Hasil penelitian tersebut dapat ditransfer dalam proses

pembelajaran.

Widada (Mulyasa, 2004:107) mengemukakan bahwa di samping penyediaan

lingkungan yang kreatif, guru dapat menggunakan pendekatan sebagai berikut :

1. Self esteem approach (pengembangan kesadaran akan harga diri).

2. Creative approach (mengembangkan problem solving, brainstorming,

inquiry dan role playing).

3. Value clarification and moral development approach (pengembangan

potensi pribadi melalui pendekatan holistik dan humanistik menuju self

actualization..

4. Multiple talent approach (pengembangan seluruh potensi peserta didik).

5. Inquiry approach (pengembangan potensi untuk menemukan konsep

atau prinsip ilmiah).

6. Pictorial ridle approach (pendekatan untuk mengembangkan motivasi

dan minat peserta didik).

Page 7: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

17

7. Synetics approach (mengembangkan kompetensi peserta didik untuk

membuka intelegensi dan kreativitasnya).

Melalui metode yang dapat mengembangkan seluruh kompetensi siswa,

pengembangan potensi diri siswa berjalan lebih cepat dari pada proses yang

selama ini digunakan di sekolah-sekolah yang masih cenderung bersifat teacher

centered. Di sekolah yang menggunakan pendekatan seperti dikemukakan Widada

di atas, serta didukung dengan pendekatan individual, emosional dan spiritual,

para siswa berkembang lebih cepat, aktif, kreatif serta kritis dalam menyikapi

sesuatu hal. Hal ini sangat relevan dengan karakteristik siswa yang memang

sedang berkembang pesat.

Proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik apabila dirancang

sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa serta memenuhi komponen-

komponen pembelajaran yang meliputi tujuan, materi, kegiatan, pendekatan

pembelajaran yang digunakan, metode dan media yang disesuaikan serta evaluasi

yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu hal penting yang tidak

boleh diabaikan adalah bahwa diperlukan ketulusan dan kreativitas guru untuk

mendesain suasana belajar yang dapat membuat siswa merasa nyaman dan

senang, sehingga materi pelajaran lebih mudah diserap.

Proses pembelajaran yang bersifat student centered memberi peluang

kepada para siswa untuk lebih meningkatkan prestasi belajarnya. Kegiatannya

tidak terpusat pada materi tetapi pada proses sebagaimana dikemukakan oleh

pakar pendidikan Islam Mahmud Yunus (1992:72) bahwa penguasaan terhadap

metodologi pengajaran lebih penting dari pada pemberian materi pelajaran (al-

thariqah ahamm min al-madah). Materi yang sama apabila disampaikan dengan

metode yang berbeda maka akan diperoleh hasil yang berbeda pula.

Namun demikian, keseimbangan antara materi (isi) dan proses tetap harus

menjadi perhatian mengingat kedua kompenen tersebut sangat penting dan

berhubungan sangat erat. Perhatian terhadap isi bertujuan agar para siswa

memiliki bekal pengetahuan yang cukup, sedangkan perhatian terhadap proses

bertujuan agar para siswa merasakan suasana yang menyenangkan ketika belajar

sehingga memperoleh kemudahan dalam menyerap dan memahami isi.

Page 8: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

18

Sehubungan dengan usaha pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional secara

holistik, maka penanaman nilai-nilai spiritual (iman dan taqwa) dalam proses

pembelajaran sudah merupakan sebuah kebutuhan yang harus mendapat perhatian.

Penyelenggaraan kurikulum terpadu yaitu keterpaduan antara Iptek (Imu

pengetahuan dan teknologi) dan Imtaq (Iman dan Taqwa) sangat relevan dengan

bab II pasal 3 UU Sisdiknas. Melalui keterpaduan ini dirancang sebuah prestasi

belajar siswa yang tidak hanya mengedepankan satu aspek saja yaitu kognitif,

tetapi keseimbangan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor, sekaligus

internalisasi nilai-nilai dalam ajaran agama dalam satu kesatuan proses dan hasil

yang utuh dan terkendali.

Shariati (Agustian, 2001:xviii) mengemukakan bahwa manusia adalah

makhluk dua-dimensional yang membutuhkan penyelarasan kebutuhan

kepentingan dunia-akhirat. Oleh sebab itu manusia harus memiliki konsep

duniawi atau kepekaan emosi dan intelegensia yang baik (EQ / Emotional

Quotient plus IQ / Intellegence Quotient) dan penting pula penguasaan rukhiyah

vertikal atau Spiritual Quotient (SQ).

Pendapat Shariati bahwa manusia memiliki kebutuhan akan keberadaan

Tuhan di atas sejalan dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur'an Surat Al-A'raaf

: 172 yang artinya sebagai berikut :

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak

Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa

mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka

menjawab : “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami

lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan :

“Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah

terhadap (keesaan Tuhan)”.

Saat ini proses pembelajaran dengan pendekatan active learning yang

diperkaya dengan pembinaan emosi dan spiritual baru diterapkan di sekolah-

sekolah tertentu, khususnya Sekolah Islam Terpadu (SIT). Di sekolah-sekolah ini

SDM-nya dibekali dengan wawasan yang cukup melalui penyelenggaraan

pelatihan secara periodik. Materi pelajaran diberikan secara terpadu, maksudnya

adalah materi-materi pelajaran umum disampaikan melalui pendekatan emosional

spiritual dengan menyentuh aspek keimanan dan ketakwaan serta pembentukan

akhlak siswa.

Page 9: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

19

Guru yang berfungsi sebagai fasilitator, motivator, katalisator, serta

mediator membawa siswa untuk mengenal Sang Pencipta serta melaksanakan

ajaran-ajaran-Nya melalui ilmu pengetahuan dan pengalaman. Proses ini

dilakukan untuk memberi makna pada materi pelajaran, dihubungkan dengan

nilai-nilai kehidupan yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntunan agama.

Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Dalam psikologi perkembangan masa anak memasuki sekolah dasar

dikategorikan pada usia 6 -12 tahun disebut sebagai masa bersekolah. Dalam hal

perkembangan intelektual, Piaget (Hurlock,1992:162) menyebutnya sebagai masa

concrete operations (operasional konkrit). Masa saat konsep yang pada awal masa

kanak-kanak merupakan konsep yang samar-samar sekarang menjadi konkrit dan

tertentu. Oleh sebab itu pembelajaran pada masa ini mengharuskan para pendidik

untuk memperagakan dan memberi contoh konkrit, sehingga anak memperoleh

kejelasan dari apa yang ingin dicapai guru.

Pada usia ini anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang

dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan masa

dewasanya. Oleh sebab itu peletakan dasar pengetahuan yang tepat melalui

stimulasi positif dari pendidik sangat dibutuhkan. Para pendidik juga memandang

periode ini sebagai periode kritis dalam dorongan berprestasi, suatu masa saat

anak membentuk kebiasaan sukses, tidak sukses atau sangat sukses.

Hurlock (1992:166) mengemukakan bahwa kebiasaan anak untuk bekerja di

bawah, di atas atau sesuai dengan kemampuannya cenderung menetap sampai

dewasa. Penelitian telah membuktikan bahwa tingkat perilaku berprestasi pada

masa kanak-kanak mempunyai korelasi yang tinggi terhadap perilaku berprestasi

pada masa dewasa. Hal ini akan terjadi tidak hanya di bidang akademik tetapi di

bidang-bidang lain pun akan demikian.

Kebiasaan ini menuntut para pendidik untuk peka terhadap perilaku anak

sedini mungkin, sehingga apabila ditemukan anak didik berada pada kebiasaan

yang kurang baik dapat segera diantisipasi. Para pendidik dapat membimbing dan

mengarahkan anak didik untuk melakukan kebiasaan yang baik, minimal sesuai

Page 10: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

20

dengan kemampuan yang dimilikinya. Ini berarti bahwa kesuksesan di masa

datang dapat dirancang dari sekarang.

Havighurst (1974:19) mengemukakan bahwa periode ini ditandai dengan

tiga karakteristik yang memberinya dorongan kuat untuk keluar kepada

lingkungan yang lebih luas. Ketiga karakteristik tersebut adalah : (1) kepercayaan

diri seorang anak untuk keluar dari rumah menuju kepada peer group-nya, (2)

kepercayaan secara fisik untuk masuk ke dalam dunia permainan dan

keterampilan yang memerlukan kekuatan fisik (otot), dan (3) kepercayaan mental

untuk memasuki dunia orang dewasa berupa konsep-konsep, logika, simbolisme

dan komunikasi.

Havighurst mengemukakan bahwa tugas-tugas perkembangan pada periode

ini yang akan menjadi modal dasar bagi perkembangannya untuk berprestasi di

masa yang akan datang. Tugas perkembangan tersebut meliputi :

1. Mempelajari keterampilan fisik yang dibutuhkan untuk bermain.

2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang

sedang tumbuh.

3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya.

4. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.

5. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca,

menulis dan berhitung.

6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan

sehari-hari.

7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan tingkatan nilai.

8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-

lembaga.

9. Mencapai kebebasan pribadi.

Namun demikian, sekalipun setiap manusia ingin menguasai segala tugas

perkembangannya dengan tepat, pada kenyataannya tidak semua orang dapat

mencapainya. Terdapat beberapa faktor penting yang mempengaruhi penguasaan

tugas-tugas perkembangan yaitu :

1. Yang menghalangi

• Tingkat perkembangan yang mundur

Page 11: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

21

• Tidak adanya kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas

perkembangan atau tidak ada bimbingan untuk menguasainya

• Tidak ada motivasi

• Kesehatan yang buruk

• Cacat tubuh

• Tingkat kecerdasan yang rendah

2. Yang membantu

• Tingkat perkembangan yang normal atau diakselerasikan

• Adanya kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas perkembangan dan

adanya bimbingan untuk menguasainya

• Motivasi

• Kesehatan yang baik dan tidak ada cacat tubuh

• Tingkat kecerdasan yang tinggi

• Kreativitas

Tugas-tugas perkembangan menurut Havighurst tersebut, pada poin 1 (satu)

sampai dengan poin 8 (delapan) merupakan tahap-tahap perkembangan yang

wajar pada anak, namun perlu dicermati pada tugas perkembangan poin 9

(sembilan). Sebagai bangsa yang beragama dan bermoral hendaknya para orang

tua dan pendidik (guru) mewaspadai kebebasan yang dikehendaki oleh anak

sehingga tidak keluar dari ruang lingkup tatanan sosial, moral dan agama.

Melihat tugas-tugas perkembangan seperti dikemukakan di atas, selayaknya

orang tua dan pendidik berusaha sebaik-baiknya untuk dapat memberi

kesempatan dan dukungan agar anak dapat mempelajari dan melaksanakan tugas-

tugas perkembangannya dengan tepat serta menghindarkan anak dari faktor-faktor

yang menghambat.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Keberhasilan belajar seseorang tidak hanya ditentukan oleh faktor

intelegensi semata. Hasil penelitian menyatakan bahwa setinggi-tingginya, IQ

menyumbang 20 persen saja bagi faktor-faktor yang menentukan sukses dalam

Page 12: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

22

hidup, maka yang 80 persen diisi oleh kekuatan-kekuatan lain (Golemen,

1997:44).

Kekuatan-kekuatan lain tersebut dapat berupa kesehatan fisik, kondisi

emosi yang dapat menggambarkan kesiapan siswa dalam menghadapi berbagai

hambatan dalam belajar, keseluruhan proses pembelajaran, juga termasuk kondisi

spiritual yang dapat menjadi motivasi yang sangat kuat sehingga seseorang mau

berusaha mencapai kesuksesan dengan cara yang baik dan benar. Kekuatan-

kekuatan tersebut dapat menjadi positif manakala diberikan arahan dan bimbingan

oleh pendidik.

Goleman (1997:45) juga mengemukakan bahwa yang mendukung

kesuksesan belajar adalah kecerdaan emosional yang memiliki ciri-ciri seperti

kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi;

mengendalikan dorongan hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan

kemampuan berfikir; berempati dan berdo’a. Kemampuan tersebut dapat

dikembangkan pada anak-anak, apabila diupayakan terus menerus untuk

mengajarkannya.

Syah (1995:87) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang dapat

mempengaruhi keberhasilan belajar yaitu faktor internal siswa, faktor eksternal

siswa dan faktor pendekatan belajar yang digunakan oleh siswa.

1. Faktor internal yaitu segala sesuatu yang berasal dari dalam diri siswa.

Faktor ini meliputi dua hal yaitu : (a) aspek fisiologis, yaitu kondisi umum

jasmani siswa. Kondisi tubuh siswa yang lemah, sedang dalam keadaan

tidak sehat, dapat menurunkan kualitas kemampuan siswa sehingga materi

yang dipelajari tidak dapat diserap dengan baik. (b) aspek psikologis, yaitu

kondisi psikis siswa yang di antaranya meliputi tingkat dan tipe

kecerdasan, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi.

2. Faktor eksternal yaitu segala sesuatu yang berada di luar diri siswa yang

turut mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Faktor eksternal ini

meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non sosial yang meliputi faktor

alam serta instrumen. Faktor sosial adalah lingkungan keluarga, sekolah

dan masyarakat sedangkan non sosial meliputi faktor alam, yaitu kondisi

alam yang berupa cuaca atau iklim, dan faktor instrumen meliputi

Page 13: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

23

kurikulum, program, sarana (fasilitas) . ‘Ulwan (1990:35) menyatakan

bahwa selamatnya masyarakat serta kuat dan kokohnya bangunan tidak

terlepas dari sehatnya anggota masyarakat dan cara mempersiapkannya.

Pernyataan ini mengandung makna bahwa kondisi masyarakat yang sehat

yaitu terdidik, berakal dan bijak turut mempengaruhi keberhasilan sebuah

usaha pendidikan

3. Pendekatan Belajar. Pendekatan ini sangat berkaitan erat dengan motivasi

belajar siswa. Pendekatan belajar yang dimaksud meliputi ;

(1) Surface yaitu pendekatan permukaan. Maksudnya adalah siswa belajar

hanya berorientasi untuk mencapai kelulusan semata. Siswa memiliki

pendekatan belajar ini pada umumnya motivasi belajarnya rendah,

berapa pun hasil yang dicapai tidak terlalu penting meskipun hanya

dapat mencapai kelulusan dengan nilai minimal. Belajar bagi para

siswa di wilayah ini hanya merupakan pemenuhan kewajiban yang

harus dilakukan oleh anak pada usia sekolah serta memenuhi

keinginan orang tua.

(2) Deep yaitu pendekatan mendalam. Maksudnya adalah siswa belajar

dengan motivasi ingin mendalami pengetahuan karena merasa

membutuhkannya. Pendekatan ini berdampak kepada hasil belajar

yang biasanya cenderung baik karena diawali dengan motivasi yang

baik. Siswa yang melakukan pendekatan belajar ini biasanya telah

memiliki motivasi intrinsik yang cukup baik. Ia faham dengan makna

belajar bagi pemenuhan kewajiban terhadap Tuhan karena belajar pun

dapat menjadi ibadah dan secara sosial belajar dapat pula

meningkatkan kualitas hidupnya dalam masyarakat demi menjelang

masa depannya (Q.S. Al-Mujadalah :11)

(3) Achieving yaitu pendekatan kemampuan tinggi. Pendekatan ini

dilakukan oleh siswa dengan target mencapai hasil setinggi-tingginya

karena ada ambisi tertentu yang ingin diraih. Sisi positif dari

pendekatan ini adalah siswa akan berusaha sebaik-baiknya demi

mencapai prestasi terbaik, misalnya dengan harapan dapat diterima di

perguruan tinggi terbaik dan memperoleh pekerjaan di sebuah instansi

Page 14: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

24

yang dapat memberinya jabatan serta kesejahteraan besar. Pendekatan

jenis ini memiliki dampak negatif yaitu apabila siswa gagal meraih

ambisinya maka dapat berakibat terjadinya depresi yang

membahayakan kelangsungan pendidikan dan masa depannya.

Faktor yang dominan dalam mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam

belajar berbeda antara seorang siswa dengan siswa yang lain. Tentang pendekatan

belajar yang digunakan seseorang juga tergantung pada apakah motivasi

belajarnya termasuk intrinsik atau ekstrinsik. Faktor motivasi tersebut juga

merupakan pengaruh dari pola didik yang diterapkan oleh orang tua dan guru

kepada anak didik.

Proses pembelajaran yang dikondisikan dengan memperhatikan tujuan

secara universal, memperhatikan berbagai kebutuhan siswa serta ditunjang

dengan kompetensi profesional dari seorang pendidik maka akan membuahkan

hasil yang baik. Sebaliknya jika proses pembelajaran hanya memperhatikan salah

satu aspek dari seluruh aspek mental yang dimiliki siswa maka hasil yang akan

diperolehnya pun tidak akan dapat mencapai tujuan universal yang telah

ditetapkan.

Akibatnya hasil pendidikan menjadi tidak seimbang, di satu sisi terbangun

kemampuan siswa yang tinggi, tetapi sisi-sisi lain tidak tersentuh. Hal ini akan

menjadi penyebab kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan tidak mencapai

apa yang diharapkan yaitu manusia yang bermartabat, yang berakhlak mulia dan

berilmu pengetahuan, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dalam UU Sisdiknas

2003.

U m u r

Umur bagi seorang anak Sekolah Dasar, menggambarkan kesiapan mental

dan kematangan dalam belajar. Secara logika, dengan bertambahnya umur

seorang siswa, maka bertambah tingkat kematangan dan kesiapan mental dalam

belajar yang sesuai dengan jenjang kelas yang ditempuhnya.

Dalam UU SISDIKNAS No 20 tahun 2003 Bab 7 Pasal 34 tentang Wajib

Belajar disebutkan bahwa : "Setiap warga negara yang berusia 6 tahun dapat

mengikuti program wajib belajar."

Page 15: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

25

Padmowihardjo (1994:36) menyatakan bahwa umur bukan merupakan

faktor psikologis, tetapi apa yang diakibatkan oleh umur adalah faktor psikologis.

Disebutkan bahwa terdapat dua faktor yang menentukan kemampuan seseorang

berhubungan dengan umur. Pertama, adalah mekanisme belajar dan kematangan

otak, organ-organ sensual, dan otot organ-organ tertentu. Kedua, adalah

akumulasi pengalaman dan bentuk-bentuk proses belajar yang lain. Dengan

demikian umur merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan aktivitas

otak dan otot manusia.

Secara psikologis, para ahli psikologi pun menyatakan bahwa umur yang

dianggap matang secara mental untuk memasuki jenjang SD ini adalah 6 tahun.

Hurlock (1992:146) mengatakan bahwa hal yang wajib untuk anak berusia enam

tahun di Amerika adalah masuknya anak ke kelas satu SD. Hurlock juga

menyatakan bahwa pada umur tersebut anak diharapkan memperoleh dasar-dasar

pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada

kehidupan dewasa, dan mempelajari berbagai keterampilan penting tertentu, baik

keterampilan kurikuler maupun ekstra kurikuler.

Jenis Kelamin

Terdapat perbedaan yang jelas antara laki-laki dan perempuan, baik secara

fisik maupun psikis. Dalam hal fisik, laki-laki memiliki postur, daya tahan dan

kekuatan tubuh yang lebih besar dibandingkan perempuan. Hal ini sudah

dirasakan bahkan oleh anak-anak sendiri. Nolan (1977; Hurlock, 1992:167)

menyatakan : "Secara diam-diam anak-anak belajar dari televisi bahwa anak laki-

laki lebih berharga dari pada anak perempuan." Anggapan tersebut merupakan

stereotip yang berkembang di masyarakat secara turun temurun. Di sisi lain, anak

perempuan dengan kelemah lembutan fisiknya, memiliki kekuatan lain yang tidak

dimiliki oleh laki-laki dalam tugas-tugas tertentu.

Dalam hal psikis, proses kematangan anak perempuan cenderung lebih

cepat dari pada anak laki-laki. Hal ini seiring dengan percepatan pertumbuhan

fisiknya yang mana pada masa anak-anak menjelang remaja, secara fisik anak

perempuan lebih cepat pertumbuhannya.

Page 16: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

26

Selain perbedaan fisik dan psikis tersebut, juga terdapat perbedaan tingkah

laku yang mencolok antara anak laki-laki dan perempuan. Di rumah atau pun di

sekolah, anak laki-laki lebih sering melanggar peraturan dari pada anak

perempuan. Hal ini dapat disebabkan karena mereka merasa dirinya lebih kuat dan

juga pada umumnya orang tua lebih memberi kebebasan dalam bergerak kepada

anak laki-laki.

Sebuah penelitian di Amerika Serikat (Hurlock, 1992:167) tentang

perilaku masalah anak di sekolah menunjukkan buruknya perilaku anak laki-laki

dari pada anak perempuan dalam hal penyesuaian diri dan perhatian yang kurang

dari rata-rata. Hal ini merupakan keadaan yang dapat berdampak terhadap prestasi

belajarnya.

M i n a t

Dalam kehidupan manusia akan selalu berkomunikasi atau berhubungan

dengan orang lain, benda, situasi atau aktivitas-aktivitas yang terdapat di

sekitarnya. Dalam berhubungan tersebut ada kemungkinan individu bersikap

menerima, membiarkan atau menolaknya. Apabila individu tersebut menaruh

minat, maka ia akan menyambut dan bersikap positif terhadap obyek tersebut dan

melanjutkan dengan hubungan lebih jauh. Namun jika tidak berminat maka ia

cenderung akan menghindarinya dan bersikap negatif terhadap obyek tersebut.

Shaleh & Wahab (2004:262) menyatakan secara sederhana, minat dapat

diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian dan bertindak

terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi obyek dari minat tersebut

dengan disertai perasaan senang.

Crow & Crow (Shaleh & Wahab,2004:264) berpendapat ada tiga faktor

yang menjadi timbulnya minat yaitu :

1. Dorongan dari dalam diri individu, misalnya dorongan untuk makan,

rasa ingin tahu terhadap sesuatu

2. Motif sosial, misalnya minat terhadap pakaian timbul karena adanya

persetujuan atau penerimaan dan perhatian orang lain

3. Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang erat dengan emosi.

Bila seseorang memperoleh sukses pada suatu aktivitas, maka akan

Page 17: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

27

menimbulkan perasaan senang, dan hal tersebut akan memperkuat minat

terhadap aktivitas tersebut.

Hurlock (1992:107) membahas bahwa minat yang berkembang pada anak

usia sekolah sangat mempengaruhi perilaku tidak saja selama periode ini tetapi

juga sesudahnya. Menurutnya minat yang muncul dalam tingkah laku anak tidak

dapat diabaikan begitu saja. Minat yang muncul pada akhir masa kanak-kanak

dapat diterangkan sebagai berikut :

1. Minat mempengaruhi bentuk dan intensitas cita-cita. Misalnya saja

seorang anak yang menaruh minat pada masalah kesehatan dan fungsi

tubuh manusia, akan bercita-cita menjadi perawat atau dokter.

2. Minat dapat dan memang berfungsi sebagai pendorong yang kuat.

3. Prestasi selalu dipengaruhi oleh jenis dan intensitas minat seseorang .

Misalnya anak yang berminat pada pelajaran matematika akan berusaha

keras untuk mendapat nilai baik dalam mata pelajaran itu, sedangkan anak

yang kurang berminat cenderung kurang berhasil pada bidang ini.

4. Minat yang terbentuk pada masa kanak-kanak sering kali menjadi minat

seumur hidup karena minat menimbulkan kepuasan. Anak cenderung

mengulang kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan minatnya dan

dengan demikian menjadi kebiasaan yang dapat menetap sepanjang hidup.

Misalnya minat melukis atau minat pada musik bag orang dewasa

biasanya berasal dari minat pada masa kanak-kanaknya.

Minat-minat yang umum pada masa kanak-kanak yang dikemukakan oleh

Hurlock yaitu minat terhadap penampilan, pakaian, nama dan julukan, agama,

tubuh manusia, kesehatan, seks, sekolah, pekerjaan masa depan, simbol status dan

otonomi diri. Minat-minat tersebut semuanya dapat mengarah kepada tercapainya

cita-cita yang berhubungan dengan perilaku mereka ketika masa kanak-kanak.

Demikian pula halnya dalam kegiatan belajar di sekolah, biasanya setiap

siswa menunjukkan adanya minat terhadap salah satu bidang studi atau rumpun

bidang studi, dan juga terhadap kegiatan ekstrakurikuler tertentu. Minat tersebut

akan berpengaruh terhadap prestasi belajar karena dengan minat yang kuat

mendorong seseorang melakukan sesuatu dengan bersungguh-sungguh.

Page 18: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

28

Motivasi

Stanford (Mangkunegara, 2000:93) mengemukakan definisi motivasi adalah

sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu.

Motivasi dapat pula diartikan sebaga energi untuk membangkitkan dorongan

dalam diri

Dalam kehidupan, sering didapatkan manusia yang melakukan pekerjaan

dengan bersungguh-sungguh, tetapi banyak pula yang santai, bahkan tidak sedikit

yang tidak berbuat apa pun. Dengan demikian, maka akan berbeda pula sesuatu

yang diperoleh, tergantung kepada seberapa besar tingkat usaha yang

dilakukannya. Hal itu disebabkan karena adanya motivasi dalam diri seeorang.

Sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan oleh para siswa di

sekolah, Padmowihardjo (1994:52), mengemukakan bahwa motivasi belajar

adalah setiap usaha yang dilakukan untuk menimbulkan motif pada diri seseorang

untuk belajar.

Dalam sebuah Studi Motivasi McClelland (Mangkunegara, 2000:97)

mengemukakan adanya tiga macam kebutuhan manusia yaitu :

1. Need for Achievment, yaitu kebutuhan untuk berprestasi yang merupakan

refleksi dari dorongan akan tanggung jawab untuk pemecahan masalah.

2. Need for Affiliation, yaitu kebutuhan untuk berafiliasi yang merupakan

dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, berada bersama orang lain,

tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain.

3. Need for Power, yaitu kebutuhan untuk kekuasaan yang merupakan

refleksi dari dorongan untuk mencapai otoritas untuk memiliki pengaruh

terhadap orang lain.

Berkaitan dengan prestasi akademik, dari ketiga motivasi tersebut yang

paling menopang adalah motivasi berprestasi, karena motivasi ini dilandasi oleh

persaingan di antara teman untuk memperoleh nilai yang tinggi.

Motivasi berprestasi sebagai motivasi yang mendorong individu untuk

mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan (standard

of excellence). Ukuran keunggulan ini dapat berupa prestasinya sendiri

sebelumnya, dapat pula berupa prestasi orang lain. Apabila individu

menggunakan prestasinya sendiri di masa lampau sebagai ukuran keunggulan

Page 19: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

29

yang dipakai, maka ukuran keunggulan ini disebut “autonomous standards”, dan

bila memakai prestasi orang lain sebagai ukuran keunggulan disebut “social

comparision standard”.

Menurut McClelland motivasi berprestasi adalah usaha gigih untuk

mencapai keberhasilan dalam segala aktivitas kehidupan. Selain itu McClelland

juga mengartikan motivasi berprestasi sebagai “standar of excellent”. Motivasi

berprestasi merupakan kecenderungan dalam individu untuk mencapai prestasi

secara optimal.

Motivasi berprestasi merupakan hasil belajar yang diperoleh dari

pengalaman emosional, terutama berkaitan dengan usaha untuk menghasilkan

sesuatu secara sempurna. Timbulnya motivasi berprestasi adalah dari lingkungan

keluarga, di mana pola asuh, gaya hidup, cara orang tua mendidik, serta latar

belakang pendidikan orang tua memberi pengaruh pada timbulnya motivasi

berprestasi.

McClelland (1953:68) mengemukakan bahwa latar belakang keluarga

mempengaruhi pembentukan motivasi berprestasi anak. Motivasi berprestasi

kemudian berkembang terus setelah individu berinteraksi dan mendapat

pengalaman dari lingkungan yang lebih luas, dan motivasi akan berkembang

dengan cepat setelah seseorang merasa terus berkompetisi dengan orang lain.

Maka faktor persaingan sangat berperan dalam perkembangan motivasi

Rohwer (Mangkunegara, 2000:84) mengemukakan dua jenis motivasi

yaitu :

1. Motivasi intrinsik berasal dari dorongan untuk bertindak secara efisien

dan kebutuhan untuk berprestasi secara baik (excellence). Komponen

motivasi berprestasi intrinsik adalah sebagai berikut :

(1) Dorongan ingin tahu

Rasa ingin tahu yang kuat mampu mendorong seseorang untuk

melaksanakan tugas yang menantang dan sulit, tetapi mampu untuk

diselesaikan. Dan ini merupakan ciri orang yang memiliki motivasi

berprestasi yang tinggi. Sedangkan orang yang memiliki motivasi

berprestasi rendah cenderung memiliki rasa ingin tahu yang rendah

dan untuk menyelesaikan tugas yang sulit cenderung tidak selesai.

Page 20: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

30

Kemampuan menyelesaikan tugas yang sulit merupakan cerminan

dorongan rasa ingin tahu yang berasal dalam diri (intrinsik)

(2) Tingkat Aspirasi

Tingkat aspirasi seseorang turut menentukan tingkat motivasi dalam

belajar. Level aspirasi merupakan perkiraan standar diri mengenai

perasaan berhasil atau gagal dalam melakukan sesuatu. Seseorang

yang memperkirakan dirinya berhasil melakukan sesuatu tujuan akan

berusaha untuk mencapai tujuan tersebut. Orientasi keberhasilan dan

kegagalan sangat penting bagi setiap mahasiswa, karena mereka

memperkirakan hasil yang akan dicapainya

2. Motivasi ekstrinsik, motivasi ekstrinsik ini berkembang dalam kaitan

dengan perilaku yang ditujukan untuk kehidupan sosial. Adapun ciri-ciri

motivasi ekstrinsik adalah:

(1) Faktor kecemasan dalam berprestasi

Kecemasan sering dikaitkan dengan 3 hal berikut ini: a) pengalaman

kegagalan, b) rangsangan fisik (phsyiological arousal), dan c) keadaan

kognisi. Tiga faktor yang mempengaruhi kecemasan ini mempunyai

pengaruh terhadap hasil belajar seseorang. Pengalaman gagal sering

mengakibatkan terjadinya tekanan emosi. Akibat kecemasan terhadap

fisik adalah keluarnya keringat yang berlebihan, gangguan fungsi

pencernaan. Sedangkan pengaruh kecemasan terhadap kognisi tampak

pada rasa khawatir terhadap kegagalan, menyalahkan diri sendiri

(2) Pencapaian tujuan karena dorongan dari luar

Pencapaian tujuan merupakan keadaan kognitif yang paling

menentukan keberhasilan belajar seseorang bila dibandingkan dengan

elemen lain. Pencapaian tujuan karena pengharapan penerimaan orang

lain, misalnya dengan mendapat pujian atau hadiah dari orang lain.

(3) Standar hasil yang ditetapkan oleh faktor luar

Penetapan standar keberhasilan dalam motivasi ekstrinsik bukan dari

dalam dirinya, namun ditetapkan oleh orang lain karena takut

kehilangan perhatian orang lain.

(4) “Self regulation succses” karena pengaruh orang lain.

Page 21: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

31

Mengulangi tugas-tugas yang gagal dipecahkan, mengerjakan tugas

yang lebih sulit setelah berhasil memecahkan suatu tugas, usaha untuk

berhasil ini lebih didorong oleh orang lain, bukan oleh dirinya sendiri.

Motivasi yang berkembang pada anak Sekolah Dasar pada umumnya

diawali dengan motivasi ekstrinsik yaitu pencapaian tujuan karena pengharapan

penerimaan dari luar (dalam hal ini orang tua dan guru). Orang tua memotivasi

dengan cara memberikan hadiah bila anaknya berhasil dan memberikan sanksi

bila anaknya ternyata gagal. Motivasi intrinsik akan muncul kemudian seiring

dengan perkembangan kemampuan kognitif serta pengalaman belajar yang

menyenangkan sehingga memunculkan dorongan rasa ingin tahu yang besar.

Mangkunegara (2000:104) mengatakan bahwa terdapat 2 faktor yang

sangat mempengaruhi motivasi berprestasi, yaitu tingkat kecerdasan (IQ) dan

kepribadian. Artinya orang yang mempunyai motivasi berprestasinya tinggi bila

memiliki kecerdasan yang memadai dan kepribadian yang dewasa mampu

mencapai prestasi maksimal.

Pendidikan Dalam Keluarga

Keluarga merupakan unit masyarakat terkecil tempat tumbuh dan

berkembangnya cikal bakal generasi manusia yang akan datang. Di dalam sebuah

keluarga tertumpu tanggung jawab pembinaan dan pendidikan yang pertama dan

utama yang peran utamanya adalah ayah dan ibu. Keduanya memiliki fungsi yang

setara dalam hal memberikan pendidikan terbaik bagi putra-putrinya.

Banyak hal di dalam keluarga yang merupakan faktor-faktor penentu

keberhasilan pendidikan di antaranya adalah faktor keutuhan atau keharmonisan

keluarga, perhatian, kasih sayang, pemenuhan segala kebutuhan fisik, tingkat

pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, serta status sosial ekonomi dalam

pandangan masyarakat. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan,

maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, maka tentu akan

terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. (Daradjat, 1994:47).

'Ulwan (1990:55) menyatakan bahwa salah satu tanggung jawab terpenting

menurut pandangan mayoritas pendidik adalah tanggung jawab pendidikan

intelektual. Maksudnya adalah bagaimana orang tua dapat menumbuhkan sikap

Page 22: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

32

terlibat dalam mengembangkan kebudayaan dan ilmu serta memusatkan otak

mereka untuk memahami konsep secara maksimal, pengetahuan secara kritis,

kebijakan yang berimbang dan persepsi yang matang lagi sehat.

Orang tua yang memiliki wawasan pendidikan dan pengalaman yang baik

akan lebih memberikan perhatian serta bimbingan bagi perkembangan pendidikan

putra-putrinya. Melalui perhatian dan bimbingan dari kedua orang tua maka

motivasi belajar anak dapat ditumbuh kembangkan secara positif.

Mengingat situasi dan kondisi saat ini, yaitu di mana tingkat pendidikan

tinggi yang dimiliki oleh orang tua berdampak kepada tingginya tingkat kesibukan

orang tua di luar rumah sehingga sedikit sekali waktu perjumpaan dengan anak,

maka yang lebih dibutuhkan saat ini adalah kualitas dari setiap perjumpaan

tersebut. Keterbatasan waktu dapat digantikan dengan muatan komunikasi yang

efektif dan efisien, sehingga kebutuhan anak untuk mendapat perhatian dan

bimbingan tetap dapat dipenuhi.

Kompetensi Guru

Kompetensi merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang tentang

suatu bidang tertentu berdasarkan latar belakang pendidikan yang dimilikinya.

Kompetensi juga merupakan modal utama bagi seseorang untuk dapat

menjalankan profesinya sesuai dengan kapasitas yang dimiliki sehingga suatu

pekerjaan dapat dilaksanakan dengan cara profesional. Tanpa kompetensi

seseorang akan mengalami hambatan dalam melaksanakan tugas-tugas yang

diembannya.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Purwadarminta) kompetensi

berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal.

Pengertian dasar kompetensi (competency) yaitu kemampuan atau kecakapan.

Kepmendiknas No.045/U/2002 mendefinisikan kompetensi sebagai

tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat

untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melakukan tugas-tugas di bidang

pekerjaan tertentu.

Elemen-elemen kompetensi yang dikemukakan dalam Kepmendiknas

No.045/U/2002 di atas adalah : (1) landasan kepribadian; (2) penguasaan ilmu dan

Page 23: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

33

keterampilan; (3) kemampuan berkarya; (4) memiliki sikap dan keterampilan

dalam berkarya berdasarkan ilmu yang dikuasai; dan (5) pemahaman kaidah

kehidupan bermasyarakat seuai dengan keahlian berkarya.

Ditjen Dikti (1982) mengemukakan bahwa kompetensi guru diklasifikasikan

menjadi tiga kelompok yaitu : “kompetensi pribadi, kompetensi profesi dan

kompetensi kemasyarakatan.”

Mulyasa (2004:37) memberikan definisi bahwa kompetensi merupakan

perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan

dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. McAshan (Mulyasa, 2004:38)

mengemukakan bahwa kompetensi :

“...is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that the person

achieves, which become part of his or her being to the exent he or she can

satisfactorily perform particular cognitive, afective and psychomotor

behaviors”.

Guru professional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian

khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan

fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Profesi ini memerlukan

persyaratan khusus. Ali (Usman, 2003:15) menyatakan beberapa persyaratan

khusus yang harus dimiliki seorang guru antara lain sebagai berikut :

1. Menuntut adanya keterampilan yang mendasar tentang konsep dan teori

ilmu pengetahuan yang mendalam.

2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan

bidang profesinya.

3. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.

4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang

dilaksanakannya.

5. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.

Usman (2003:15), menambahkan persyaratan yang harus dipenuhi adalah

sebagai berikut :

1. Memiliki kode etik,

2. Memiliki klien/obyek layanan yang tetap,

3. Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya.

Page 24: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

34

Hamalik (2004:73) mengemukakan bahwa dalam melaksanakan tugasnya,

setiap guru wajib memiliki 3 kompetensi yang meliputi kompetensi profesional,

kompetensi kepribadian dan kompetensi kemasyarakatan. Secara teoritis ketiga

jenis kompetensi tersebut dapat dipisah-pisah satu sama lain, akan tetapi secara

praktis sesungguhnya merupakan keterpaduan yang tak dapat dipisah-pisahkan.

Guru yang terampil mengajar tentunya harus pula memiliki kepribadian yang baik

dan mampu melakukan social adjusment dalam masyarakat.

Kompetensi yang dimaksud dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kompetensi Profesional, meliputi :

(1) Menguasai landasan kependidikan

a) Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan

nasional.

b) Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat

c) Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat

dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar.

(2) Menguasai bahan pengajaran

a) Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan

menengah

b) Menguasai bahan pengayaan.

(3) Menyusun program pengajaran

a) Menetapkan tujuan pembelajaran

b) Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran

c) Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar memilih

dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai

d) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar

(4) Melaksanakan program pengajaran

a) Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat

b) Mengatur ruangan belajar

c) Mengelola interaksi belajar mengajar

(5) Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

a) Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran

b) Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan

Page 25: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

35

2. Kompetensi Pribadi dan Kemasyarakatan, meliputi :

(1) Mengembangkan Kepribadian

a) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

b) Berperan dalam masyarakat sebagai warga negara yang berjiwa

baik

c) Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratan bagi

jabatan guru

(2) Berinteraksi dan berkomunikasi

a) Berinteraksi dengan teman sejawat untuk meningkatkan

kompetensi serta kemampuan professional

b) Berinteraksi dengan masyarakat untuk menunaikan misi

pendidikan

(3) Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan

a) Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar

b) Membimbing murid yang berkelainan atau berbakat khusus.

(4) Melaksanakan administrasi sekolah

a) Mengenal pengadministrasian kegiatan sekolah

b) Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah.

(5) Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran.

a) Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah

b) Melaksanakan penelitian sederhana

Tanpa mengabaikan kemungkinan adanya perbedaan tuntutan kompetensi

profesional yang disebabkan oleh adanya perbedaan lingkungan sosial kultural

dari setiap institusi sekolah sebagai indikator, Hamalik (2004:78) juga

mengemukakan bahwa guru dinilai kompeten secara profesional apabila :

1. Mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya.

Tanggung jawab yang dimaksud meliputi tanggung jawab moral, tanggung

jawab dalam bidang pendidikan di sekolah, tanggung jawab dalam bidang

kemasyarakatan dan tanggung jawab dalam bidang keilmuan.

2. Mampu melaksanakan peran dan fungsnya dengan berhasil. Peran dan

fungsi tersebut adalah sebagai pendidik dan pengajar, sebagai anggota

masyarakat, sebagai pemimpin, dan sebagai pelaksana administrasi ringan.

Page 26: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

36

3. Mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan (tujuan

instruksional) sekolah yang meliputi bidang pengetahuan, keterampilan

serta nilai dan sikap.

4. Mampu melaksanakan peranannya dalam proses belajar mengajar dalam

kelas yaitu sebagai perencana dan pengelola kelas secara keseluruhan.

Selain kompetensi yang bersifat profesional diatas, secara pribadi guru

yang berkompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang

efektif, menyenangkan dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga

belajar pada siswa berada pada tingkat optimal (Hamalik, 2004). Yang lebih

penting dari itu semua bahwa faktor motivasi dan ketulusan guru dalam

menjalankan tugas juga merupakan faktor penentu keberhasilan belajar siswa.

Zakiah Darajat (Zainuddin, 1990:56) menyatakan

“Faktor terpenting bagi seorang guru adalah kepribadiannya dan

kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan

pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah menjadi perusak dan

penghancur bagi hari depan anak didik, terutama bagi anak didik yang

masih kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka mengalami guncangan

jiwa (tingkat menengah)”.

Al-Ghazali, salah seorang filosof muslim abad ke 11 Masehi

mengemukakan berbagai pandangannya mengenai karakter erta persyaratan

sebagai seorang guru, di antara yang beliau kemukakan dapat disarikan oleh

Zainuddin (1990:57) sebagai berikut :

� Bertabiat dan perilaku seorang pendidik.

� Minat dan perhatian terhadap proses belajar mengajar.

� Memiliki kecakapan dan keterampilan mengajar.

� Bersikap ilmiah dan cinta terhadap kebenaran.

Prestasi Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (DEPDIKBUD, 1999:787) prestasi

diartikan sebagai “penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau

nilai angka yang diberikan oleh guru”. Berbagai definisi lain kemudian banyak

dikemukakan oleh para ahli pendidikan yang menyangkut prestasi.

Page 27: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

37

Arikunto (1998:19) mengemukakan bahwa prestasi mencerminkan

sejauhmana siswa telah dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan di setiap

bidang studi. Gambaran prestasi siswa dapat dinyatakan dengan angka (0 s.d 10).

Arifin (1989:46) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari suatu

usaha, kemampuan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal di bidang

pendidikan.

Bloom (Winkel, 1987:149-154) menyatakan bahwa prestasi belajar

menyangkut tiga domain (ranah) kemampuan yaitu pertama yang berhubungan

dengan kecerdasan intelektual, pemahaman, dan penalaran disebut dengan

domain kognitif, kedua adalah yang berhubungan dengan perasaan, sikap

terhadap suatu hal serta pembentukan pola hidup disebut dengan domain afektif,

dan ketiga adalah yang berhubungan dengan keterampilan, kemampuan fisik

motorik yang disebut dengan domain psikomotorik.

Pada tiap-tiap ranah dalam Taksonomi Bloom di atas terdapat komponen-

komponen yang merupakan rangkaian sistematis dalam proses pembelajaran.

Berikut ini diuraikan masing-masing komponen tersebut :

1. Ranah kognitif (cognitive domain) menurut Bloom dan kawan-kawan terdiri

dari :

(1) Pengetahuan, sebagai komponen pertama dalam ranah kognitif mencakup

ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.

Hal-hal itu dapat meliputi fakta, kaidah dan prinsip, serta metode yang

diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan digali pada saat

dibutuhkan melalui bentuk mengingat (recall) atau mengenal kembali

(recognition).

(2) Pemahaman merupakan kemampuan untuk menangkap makna dan arti

dari bahan yang dipelajari. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam

menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, mengubah data yang disajikan

dalam bentuk tertentu ke bentuk lain, seperti menjelaskan kembali isi

sebuah cerita.

(3) Penerapan merupakan kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau

metode bekerja pada suatu kasus yang konkret dan baru.

Page 28: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

38

(4) Analisa yaitu kemampuan merinci suatu kesatuan di dalam bagian-bagian

sehingga struktur keseluruhan dan organisasinya dapat dipahami.

(5) Sintesa yaitu kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru.

Bagian-bagian dihubungkan satu sama lain sehingga tercipta bentuk baru.

Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam membuat suatu rencana seperti

penyusunan satuan pelajaran atau proposal penelitian ilmiah.

(6) Evaluasi merupakan kemampuan untuk membentuk suatu pendapat

mengenai suatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggung jawaban

pendapat itu, yang berdasarkan kriteria tertentu. Kemampuan ini

dinyatakan dalam memberikan sesuatu.

2. Ranah afektif (affective domain) menurut taksonomi Kratwohl, Bloom dan

kawan-kawan terdiri dari lima komponen meliputi:

(1) Penerimaan mencakup kepekaan yang akan adanya suatu perangsang dan

kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran

atau penjelasan yang diberikan oleh guru.

(2) Partisipasi mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan

berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Kesediaan itu dinyatakan dalam

memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan.

(3) Penilaian/penentuan sikap mencakup kemampuan untuk memberikan

penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu.

(4) Organisasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai

sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.

(5) Pembentukan pola hidup mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-

nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi

(internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur

kehidupannya sendiri. Kemampuan itu dinyatakan dalam pengaturan hidup

di berbagai bidang, seperti mencurahkan waktu secukupnya pada tugas

belajar/bekerja, tugas membina kerukunan keluarga, tugas beribadat, tugas

menjaga kesehatan dirinya sendiri dan lain sebagainya.

3. Ranah psikomotorik (psycomotoric domain) menurut klasifikasi Simpson

meliputi 7 komponen :

Page 29: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

39

(1) Persepsi mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang

tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-

ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. Adanya kemampuan

ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan

hadirnya rangsangan (stimulasi) dan perbedaan antara rangsangan-

rangsangan yang ada.

(2) Kesiapan mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam

keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan

ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental, seperti dalam

mempersiapkan diri untuk menggerakkan kendaraan yang ditumpangi,

setelah menunggu beberapa lama di depan lampu lalu lintas yang berwarna

merah.

(3) Gerakan terbimbing mencakup kemampuan untuk melakukan suatu

rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi).

(4) Gerakan yang terbiasa mencakup kemampuan untuk melakukan suatu

rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya,

tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.

(5) Gerakan kompleks mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu

keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat

dan efesien.

(6) Penyesuaian pola gerakan mencakup kemampuan untuk mengadakan

perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat

atau dengan persyaratan khusus yang berlaku. Misalnya seorang pemain

tenis yang menyesuaikan pola permainannya dengan gaya bermain dari

lawannya atau dengan kondisi lapangan.

(7) Kreativitas mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-

gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Hanya

orang-orang yang berketrampilan tinggi dan berani berpikir kreatif, akan

mampu mencapai tingkat kesempurnaan ini, seperti kadang-kadang dapat

disaksikan dalam pertunjukan tarian di lapisan es dengan diiringi musik.

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar

merupakan kegiatan utama. Oleh sebab itu berhasil tidaknya pencapaian tujuan

Page 30: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

40

pendidikan tergantung kepada bagaimana keterlaksanaan proses belajar mengajar

tersebut serta sejauh mana faktor-faktor pendukung, khususnya guru dapat

menjalankan perannya secara maksimal.

Setiap proses belajar mengajar akan selalu berakhir dengan perolehan hasil

belajar atau yang biasa disebut dengan prestasi belajar. Prestasi dapat diketahui

melalui sebuah kegiatan evaluasi yaitu pada saat seorang pembelajar (peserta

didik) harus menggali kembali informasi-informasi yang telah diperolehnya.

Untuk lebih jelas tentang berlangsungnya sebuah proses belajar, maka

digambarkan dalam suatu diagram sederhana yang dikemukakan oleh Winkel

(1987:295) berikut ini:

Fiksasi Retensi Evokasi

(encoding) (storage) (retrieval)

fase konsentrasi fase mengolah fase menyimpan fase menggali fase prestasi

(fase 2) (fase 3) (fase 4) (fase 5) (fase 6)

Keluar Keluar Lupa

Gambar 2. Proses mencapai prestasi

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa prestasi akan dicapai setelah

melalui suatu rangkaian kegiatan otak dalam sebuah proses belajar. Diawali

dengan adanya motivasi sebelum memasuki fase konsentrasi, untuk mencapai

prestasi diperlukan proses mengolah informasi (encoding), menyimpan (storage)

setelah itu baru dapat dilakukan penggalian informasi yang hasilnya dapat dilihat

dalam bentuk prestasi. Setinggi apa prestasi dicapai tergantung kepada kelancaran

dalam melalui setiap fase tersebut.

Prestasi berhubungan erat dengan kapasitas kecerdasan seseorang. Howard

Garder (1985) seorang tokoh psikologi populer mengemukakan hasil

penelitiannya yang menunjukkan bahwa setiap manusia memiliki 8 kecerdasan.

Teorinya dikenal dengan sebutan Multipple Intellegence (Kecerdasan Majemuk).

Page 31: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

41

Teori Kecerdasan Majemuk (Garder; Amstrong, 2003 : 2-4) membangun

konteks yang tepat untuk memahami kemampuan kognitif siswa. Kurikulum KM

dapat dirancang untuk mencakup seluruh tingkat kompleksitas kognitif Bloom. 8

Kecerdasan Majemuk yang dimiliki manusia tersebut meliputi :

1. Kecerdasan Linguistik, yaitu kemampuan menggunakan kata secara

efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Misalnya sastrawan, wartawan,

editor.

2. Kecerdasan Matematis-Logis, yaitu kemampuan menggunakan angka-

angka dengan baik dan melakukan penalaran dengan benar. Misalnya

ilmuwan, pemrogram komputer, ahli logika.

3. Kecerdasan Spasial, yaitu kemampuan mempersepsi dunia spasial-visual

secara akurat dan mentransformasikan persepsi tersebut. Misalnya

seniman, arsitek, dekorator.

4. Kecerdasan Kinestetis-Jasmani, yaitu keahlian menggunakan seluruh

tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan serta keterampilan tangan

untuk menciptakan atau mengubah sesuatu. Misalnya, aktor, atlet, penari,

pengrajin, pematung, dan lain-lain

5. Kecerdasan Musikal, yaitu kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal

dengan cara mempersepsi, membedakan, menggubah dan

mengekspresikan misalnya : pendengar musik, kritikus musik, komposer

dan penyanyi.

6. Kecerdasan Interpersonal, yaitu kemampuan mempersepsi dan

membedakan suasana hati, maksud, motivasi serta perasaan orang lain.

7. Kecerdasan Intrapersonal, yaitu kemampuan memahami diri sendiri dan

bertindak berdasarkan pemahaman tersebut.

8. Kecerdasan Naturalis, yaitu keahlian mengenali dan mengkategorikan

spesies flora dan fauna di lingkungan sekitar.

Teori ini berpendapat bahwa setiap manusia memiliki potensi pada setiap

kecerdasan di atas, namun demikian pada umumnya hanya akan ada satu atau dua

kecerdasan saja yang dominan dimiliki oleh seseorang. Dari sini munculllah ahli-

ahli dalam berbagai bidang. Berdasarkan pandangan ini maka akan diperoleh

Page 32: Hubungan Proses Pembelajaran Dengan Prestasi Belajar Siswa Di

42

seseorang yang cerdas dalam bidang eksak belum tentu cerdas pula dalam bidang

sosial. Atau seseorang yang kecerdasan kognitifnya mendominasi biasanya pada

kecerdasan yang lain agak berkurang.

Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa

sebenarnya setiap orang adalah cerdas dan memiliki potensi untuk berprestasi

pada bidangnya masing-masing. Untuk itu diperlukan dukungan dari lingkungan

tempat individu tersebut tumbuh dan berkembang.