hukum, kekuasaan, dan wewenang

17
SOSIOLOGI & POLITIK HUKUM, KEKUASAAN, DAN WEWENANG OLEH : KELOMPOK 7 NAMA NPM MOHAMAD IKHSAN 25213594 IRFAN ZAMZAMI 24213495 LOUIS DAVID AROR 25213033 AKBAR ARIANANDA 20213544 CHAIRROMY 21213861 ANDI SYAHTRISNA 20213874 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA

Upload: mohikhsanz

Post on 13-Dec-2015

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hukum, Kekuasaan, Dan Wewenang

SOSIOLOGI & POLITIK

HUKUM, KEKUASAAN, DAN WEWENANG

OLEH :

KELOMPOK 7

NAMA NPM

MOHAMAD IKHSAN 25213594

IRFAN ZAMZAMI 24213495

LOUIS DAVID AROR 25213033

AKBAR ARIANANDA 20213544

CHAIRROMY 21213861

ANDI SYAHTRISNA 20213874

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS GUNADARMA

2014

Page 2: Hukum, Kekuasaan, Dan Wewenang

HUKUM, KEKUASAAN, DAN WEWENANG

A. PENGERTIAN DAN WUJUD HUKUM

Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan

kelembagaan. dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan

masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan sosial

antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum pidana yang berupayakan cara

negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan kerangka kerja bagi

penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas kekuasaan politik serta cara

perwakilan di mana mereka yang akan dipilih. Administratif hukum digunakan untuk meninjau

kembali keputusan dari pemerintah, sementara hukum internasional mengatur persoalan antara

berdaulat negara dalam kegiatan mulai dari perdagangan lingkungan peraturan atau tindakan

militer. filsuf Aristotle menyatakan bahwa "Sebuah supremasi hukum akan jauh lebih baik dari pada

dibandingkan dengan peraturan tirani yang merajalela.

B. PENGERTIAN KEKUASAAN

Kekuasaan adalah kemampuan untuk bertindak atau memerintah sehingga dapat menyebabkan

orang lain bertindak, pengertian disini harus meliputi kemampuan untuk membuat keputusan

memepngaruhi orang lain dan mengatasi pelaksanaan keputusan itu. Biasanya dibedakan antara

kekuasaan yang berarti dalam kemampuan untuk mempengaruhi orang lain sehingga dapat

menyebabkan orang lain tersebut bertindak dan wewenang yang berarti hak untuk memerintah

orang lain.

Kekuasaan dapat didefinisikan sebagai suatu potensi pengaruh dari seorang pemimpin.

Keberhasilan seorang pemimpin banyak ditentukan oleh kemampuannya dalam memahami situasi

serta ketrampilan dalam menentukan macam kekuasaan yang tepat untuk merespon tuntutan

situasi.

Menurut Gary A Yukl (1989), kekuasaan adalah potensi agen untuk mempengaruhi sikap dan

perilaku orang lain (target person), sementara David dan Newstroom (1989) membedakan kekusaan

dan kewenangan, kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain sedangkan

wewenang merupakan pendelegasian dari manajemen yang lebih tinggi. Jadi dapat disimpulkan,

kekuasaan atau power berarti suatu kemampuan untuk mempengaruhi orang atau merubah orang

Page 3: Hukum, Kekuasaan, Dan Wewenang

atau situasi.Sedangkan Menurut Max Weber : kekuasaan adalah “Kesempatan yang ada pada

seseorang atau sejumlah orang untuk melaksanakan kemauannya sendiri dalam suatu tindak social,

meskipun mendapat tantangan dari orang lain yang terlibat dalam tindakan itu”.

Melaksanakan kekuasaan (power) menuju jalan sukses sangat bergantung kepada yang disebut

dengan:

1) Kekuasaan yang sah;

2) Mekanisme sistem informasi;

3) Partisipasi aktif dari bawahan.

Oleh karena itu, wewenang memberi kekuatan dan bila salah mengaktualisasikan dapat merusak

karena sifat mementingkan diri sendiri diperluas dengan wewenang. Jadi penggunaan wewenang

adalah soal kepercayaan.

Kekuasaan mempunyai peranan yang dapat menentukan nasib berjuta-juta manusia. Oleh

karena itu, kekuasaan (power) sangat menarik perhatian para ahli ilmu pengetahuan

kemasyarakatan.

Adanya kekuasaan merupakan suatu pengaruh yang nyata atau potensial. Mengenai pengaruh

tersebut, lazimnya diadakan perbedaan, sebagai berikut:

1) Pengaruh bebas yang didasarkan pada komunikasi dan bersifat persuasif.

2) Pengaruh tergantung atau tidak bebas menjadi aktif.

3) Pihak yang berpengaruh membantu pihak yang dipengaruhi untuk mencapai tujuannya.

4) Pihak yang berpengaruh mempunyai pengaruh di dalam kemampuan.

Max Weber mengatakan, kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang

untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauan sendiri, dengan sekaligus menerapkannya

terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu.

Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna

menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak

boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok

untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku

(Miriam Budiardjo,2002) atau Kekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi pihak lain untuk

berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang memengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).

Dalam pembicaraan umum, kekuasaan dapat berarti kekuasaan golongan, kekuasaan raja,

kekuasaan pejabat negara. Sehingga tidak salah bila dikatakan kekuasaan adalah kemampuan untuk

Page 4: Hukum, Kekuasaan, Dan Wewenang

mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut.

Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan, ada yg memerintah dan ada yg diperintah. Manusia

berlaku sebagai subjek sekaligus objek dari kekuasaan. Contohnya Presiden, ia membuat UU (subyek

dari kekuasaan) tetapi juga harus tunduk pada UU (objek dari kekuasaan).

C. SIFAT DAN HAKIKAT KEKUASAAN

Kekuasaan berarti suatu kemampuan yang melekat pada seseorang yang digunakan untuk

mendapatkan sesuatu sesuai cara yang dikehendaki. Dalam hal ini kekuasaan seorang pemimpin

memerlukan basis kekuasaan yang dapat digunakan untuk mempengaruhi orang lain.

Dalam arti tertentu kekuasaan itu bersifat abstrak yaitu kekuasaan merupakan sesuatu yang tak

tampak dengan mata. Kekuasaan hanya suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu

bentuk hubungan antara manusia yaitu mempengaruhi dan menaati.

Aspek yang paling penting dari kekuasaan adalah bahwa kekuasaan tersebut merupakan fungsi

ketergantungan. Semakin besar ketergantungan B terhadap A maka makin besar kekuasaan yang

dimiliki A terhadap B.

Kekuasaan juga mempunyai dua sifat yaitu :

Kekuasaan bersifat positif

merupakan Kemampuan yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada individu sebagai pemegang

kekuasaan tertinggi yang dapat memengaruhi dan mengubah pemikiran orang lain atau kelompok

untuk melakukan suatu tindakan yang diinginkan oleh pemegang kekuasaan dengan sungguh-

sungguh dan atau bukan karena paksaan baik secara fisik maupun mental.

Kekuasaan bersifat Negatif

Merupakan sifat atau watak dari seseorang yang bernuansa arogan, egois, serta apatis dalam

memengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan tindakan yang diinginkan oleh pemegang

kuasa dengan cara paksaan atau tekanan baik secara fisik maupun mental. Biasanya pemegang

kekuasaan yang bersifat negatif ini tidak memiliki kecerdasan intelektual dan emosional yang

baik,mereka hanya berfikir pendek dalam mengambil keputusan tanpa melakukan pemikiran yang

tajam dalam mengambil suatu tindakan, bahkan mereka sendiri kadang-kadang tidak dapat

menjalankan segala perintah yang mereka perintahkan kepada orang atau kelompok yang berada di

bawah kekuasannya karena keterbatasan daya pikir tadi. dan biasanya kekuasaan dengan karakter

Page 5: Hukum, Kekuasaan, Dan Wewenang

negatif tersebut hanya mencari keuntungan pribadi atau golongan di atas kekuasannya itu. karena

mereka tidak memiliki kemampuan atau modal apapun selain kekuasaan untuk menghasilkan

apapun, dan para pemegang kekuasaan bersifat negatif tersbut biasanya tidak akan berlangsung

lama karena tidak akan mendapatkan dukungan sepenuhnya oleh rakyatnya.

Di negara demokrasi, dimana kekuasaan adalah ditangan rakyat, maka jalan menuju kekuasaan

selain melalui jalur birokrasi biasanya ditempuh melalui jalur partai politik. Partai partai politik

berusaha untuk merebut konstituen dalam masa pemilu. Partai politik selanjutnya mengirimkan

calon anggota untuk mewakili partainya dalam lembaga legislatif. Dalam pemilihan umum legislatif

secara langsung seperti yang terjadi di Indonesia dalam Pemilu 2004 maka calon anggota legislatif

dipilih langsung oleh rakyat.

D. DASAR DAN PROSES WEWENANAG

Adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak

melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu. Wewenang merupakan hasil delegasi atau

pelimpahan wewenang dari atasan ke bawahan dalam suatu organisasi.Dua pandangan yang saling

berlawanan tentang sumber wewenang, yaitu:

1.Teori formal (pandangan klasik) Wewenang merupakan anugrah, ada karena seseorang diberi

atau dilimpahi hal tersebut. Beranggapan bahwa wewenang berasal dari tingkat masyarakat yang

tinggi. Jadi pandangan ini menelusuri sumber tertinggi dari wewenang ke atas sampai sumber

terakhir, dimana untuk organisasi perusahaan adalah pemilik atau pemegang saham.

2.Teori penerimaan (acceptance theory of authority)

Wewenang timbul hanya jika dapat diterima oleh kelompok atau individu kepada siapa

wewenang tersebut dijalankan. Pandangan ini menyatakan kunci dasar wewenang oleh yang

dipengaruhi (influencee) bukan yang mempengaruhi (influencer). Jadi, wewenang tergantung pada

penerima (receiver), yang memutuskan untuk menerima atau menolak.

Wewenang terbagi atas dua yaitu Lini dan Staf. Lini mempunyai fungsi untuk bertanggung jawab

langsung atas tercapainya tujuan-tujuan perusahaan.Staf adalah individu atau kelompok (terdiri para

ahli) dalam struktur organisasi yang fungsi utamanya memberikan saran dan pelayanan kepada

fungsi lini.

Ada dua tipe staf, yaitu:

Page 6: Hukum, Kekuasaan, Dan Wewenang

1.Staf pribadi (personal staf )

Staf pribadi dibentuk untuk memberikan saran, bantuan dan jasa kepada seorang manajer. Staf

pribadi biasa disebut asisten atau asisten staf yang mempunyai banyak tugas untuk atasan dan

biasanya generalis.

2.Staf spesialis.

Memberikan saran, konsultasi, bantuan, dan melayani seluruh lini dan unsur organisasi.

Bertanggung jawab ke tingkatan-tingkatan organisasi yang bermacam-macam, seperti tingkatan

divisi, tingkatan bagian, ataupun tingkatan cabang yang berdiri sendiri.

Dalam keseharian kita wewenang sering kali dilimpahkan kepada orang lain, atau yang paling

sering terjadi yaitu pelimpahan wewenang dari atasan kepada bawahannya.

Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada orang lain untuk melaksanakan

kegiatan tertentu disebut delegasi.

Delegasi wewenang adalah:

proses manajer mengalokasikan wewenang ke bawah yaitu pada orang-orang yang melapor

kepadanya.

pemberian otoritas atau kekuasaan formal dan tanggung jawab untuk melaksanakan

kegiatan tertentu kepada orang lain.

Pelimpahan otoritas oleh atasan kepada bawahan diperlukan agar organisasi dapat berfungsi

secara efisien karena tak ada atasan yang dapat mengawasi secara pribadi setiap tugas-tugas

organisasi

.Alasan perlunya pendelegasian, yaitu:

1. Memungkinkan manajer dapat mencapai lebih dan bila mereka menangani setiap tugas

sendiri

2. Agar organisasi dapat berfungsi lebih efisien

3. Manajer dapat memusatkan tenaganya pada tugas-tugas prioritas yang lebih penting

4. Bawahan dapat tumbuh, berkembang dan alat untuk belajar dari kesalahan

Delegasi dibutuhkan karena manajer mungkin hanya menguasai “the big picture”, tidak cukup

mengerti secara terperinci dan tidak selalu mempunyai semua pengetahuan yang dibutuhkan untuk

membuat keputusan. Sehingga untuk mengefisienkan penggunaan sumber daya, pelaksanaan tugas

Page 7: Hukum, Kekuasaan, Dan Wewenang

tertentu didelegasikan kepada tingkatan organisasi yang serendah mungkin di mana terdapat cukup

kemampuan dan informasi untuk menyelesaikannya.

Prinsip-prinsip klasik yang dapat dijadikan dasar untuk delegasi yang efektif adalah:

1. Prinsip skalar

Menyatakan harus ada garis otoritas yang jelas yang menghubungkan tingkat paling tinggi

dengan tingkat paling bawah. Garis otoritas yang jelas ini memudahkan anggota organisasi untuk

megetahui:a.kepada siapa dia dapat mendelegasikanb.siapa yang dapat melimpahkan

wewenang kepadanyac.kepada siapa dia bertanggungjawabDalam proses penyusunan garis

otoritas diperlukan kelengkapan pendelegasian wewenang, yaitu semua tugas yang diperlukan

dibagi habis. Hal ini digunakan untuk menghindari:a.gaps, yaitu tugas-tugas yang tidak ada

penangung jawabnyab.overlaps, yaitu tanggung jawab untuk satu tugas yang sama diberikan

kepada lebih dari satu orangc.splits, yaitu tanggung jawab atas tugas yang sama diberikan

kepada lebih dari satu-satuan organisasi.

2. Prinsip kesatuan perintah (unity of command)

Menyatakan setiap orang dalam organisasi harus melapor pada satu atasan. Melapor pada

lebih dari satu orang akan menyulitkan seseorang untuk mengetahui kepada siapa ia harus

bertanggung jawab dan perintah siapa yang harus diikuti. Bertanggung jawab kepada lebih dari

satu atasan juga akan membuat bawahan dapat menghindari tanggungjawab atas pelaksanaan

tugas yang jelek dengan alasan banyaknya tugas dari atasan lain.

3. Tanggungjawab, wewenang dan akuntabilitas

Prinsip-prinsip ini menyatakan bahwa:

a) dapat menggunakan sumber dayanya secara efisien

b) masing-masing orang dalam organisasi dapat melaksanakan tugas yang dibebankan

kepadanya secara efektif

c) akuntanbilitas penerimaan tanggungjawab dan wewenang

Ada 4 kegiatan terjadi ketika delegasi dilakukan:

1. Pendelegasian menetapkan dan memberikan tujuan dan tugas kepada bawahan.

2. Pendelegasian melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk mencapai ujuan atau tugas.

3. Penerimaan delegasi, yang menimbulkan kewajiban atau tanggung jawab.

Page 8: Hukum, Kekuasaan, Dan Wewenang

4. Pendelegasi menerima pertanggungjawaban bawahan untuk hasil-hasil yang dicapai.

Manfaat pendelegasian wewenang, yaitu:

1. Manajer memiliki banyak kesempatan untuk mencari dan menerima peningkatan

tanggungjawab dari tingkatan manajer yang tinggi

2. Memberikan keputusan yang lebih baik

3. Pelimpahan yang efektif mempercepat pembuatan keputusan

4. Melatih bawahan memikul tanggungjawab, melakukan penilaian dan meningkatkan

keyakinan diri serta kesediaan untuk berinisiatif

E. BIROKRASI

Birokrasi berasal dari kata “bureau” yang berarti meja atau kantor dan kata “kratia” (cratein)

yang berarti pemerintah. Pada mulanya, istilah ini digunakan untuk menunjuk pada suatu

sistematika kegiatan kerja yang diatur atau diperintah oleh suatu kantor melalui kegiatan-kegiatan

administrasi (Ernawan, 1988). Dalam konsep bahasa Inggris secara umum, birokrasi disebut dengan

“civil service”. Selain itu juga sering disebut dengan public sector, public service atau public

administration.

Definisi birokrasi telah tercantum dalam kamus awal secara sangat konsisten. Kamus akademi

Perancis memasukan kata tersebut pada tahun 1978 dengan arti kekuasaan, pengaruh, dari kepala

dan staf biro pemerintahan. Kamus bahasa Jerman edisi 1813, mendefinisikan birokrasi sebagai

wewenang atau kekuasaan yang berbagai departemen pemerintah dan cabang-cabangnya

memeperebutkan diri untuk mereka sendiri atas sesama warga negara. Kamus teknik bahasa Italia

terbit 1823 mengartikan birokrasi sebagai kekuasaan pejabat di dalam administrasi pemerintahan.

Birokrasi berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli adalah suatu sistem kontrol

dalam organisasi yang dirancang berdasarkan aturan-aturan yang rasional dan sistematis, dan

bertujuan untuk mengkoordinasi dan mengarahkan aktivitas-aktivitas kerja individu dalam rangka

penyelesaian tugas-tugas administrasi berskala besar (disarikan dari Blau & Meyer, 1971; Coser &

Rosenberg, 1976; Mouzelis, dalam Setiwan,1998).

Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, birokrasi didefinisikan sebagai :

Page 9: Hukum, Kekuasaan, Dan Wewenang

Sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada

hirarki dan jenjang jabatan

Cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban, serta menurut tata aturan (adat dan

sebagainya) yang banyak liku-likunya dan sebagainya.

Definisi birokrasi ini mengalami revisi, dimana birokrasi selanjutnya didefinisikan sebagai

Sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai bayaran yang tidak dipilih oleh rakyat, dan

cara pemerintahan yang sangat dikuasai oleh pegawai. Berdasarkan definisi tersebut, pegawai atau

karyawan dari birokrasi diperoleh dari penunjukan atau ditunjuk (appointed) dan bukan dipilih

(elected).

Berbicara soal birokrasi, tidak bisa lepas dari konsep yang digagas Max Weber, sosiolog ternama

asal Jerman, dalam karyanya ”The Theory of Economy and Social Organization”, yang dikenal melalui

ideal type (tipe ideal) birokrasi modern. Model ini yang sering diadopsi dalam berbagai rujukan

birokrasi berbagai negara, termasuk di Indonesia, walaupun dalam penerapan tidak sepenuhnya bisa

dilakukan.

Weber membangun konsep birokrasi berdasar teori sistem kewarganegaraan yang

dikembangkannya. Ada tiga jenis kewenangan yang berbeda. Kewenangan tradisional (traditional

authority) mendasarkan legitimasi kewenangan pada tradisi yang diwariskan antar generasi.

Kewenangan kharismatik (charismatic authority) mempunyai legitimasi kewenangan dari kualitas

pribadi dan yang tinggi dan bersifat supranatural. Dan, kewenangan legal-rasional (legal-rational

authority) mempunyai legitimasi kewenangan yang bersumber pada peraturan perundang-

undangan.

Dalam analisis Weber, organisasi “tipe ideal” yang dapat menjamin efisiensi yang tinggi harus

mendasarkan pada otoritas legal-rasional., Weber mengemukakan konsepnya tentang the ideal type

of bureaucracy dengan merumuskan ciri-ciri pokok organisasi birokrasi yang lebih sesuai dengan

masyarakat modern.

Secara filosofis dalam paradigma Weberian, birokrasi merupakan organisasi yang rasional

dengan mengedepankan mekanisme sosial yang “memaksimumkan efisiensi”. Pengertian efisiensi

digunakan secara netral untuk mengacu pada aspek-aspek administrasi dan organisasi. Dalam

pandangan ini, birokrasi dimaknai sebagai institusi formal yang memerankan fungsi pengaturan,

pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat. Jadi, birokrasi dalam pengertian

Weberian adalah fungsi dari biro untuk menjawab secara rasional terhadap serangkaian tujuan yang

ditetapkan pemerintahan.

Page 10: Hukum, Kekuasaan, Dan Wewenang

Dalam pandangan Weber, birokrasi berparadigma netral dan bebas nilai. Tidak ada unsur

subyektivitas yang masuk dalam pelaksanaan birokrasi karena sifatnya impersonalitas: melepaskan

baju individu dengan ragam kepentingan yang ada di dalamnya.

Berbeda dengan konsep birokrasi yang digagas oleh Hegel dan Karl Marx. Keduanya mengartikan

birokrasi sebagai instrumen untuk melakukan pembebasan dan transformasi sosial.

Hegel berpendapat birokrasi adalah medium yang dapat dipergunakan untuk menghubungkan

kepentingan partikular dengan kepentingan general (umum). Sementara itu teman

seperjuangannya, Karl Marx, berpendapat bahwa birokrasi merupakan instrumen yang

dipergunakan oleh kelas yang dominan untuk melaksanakan kekuasaan dominasinya atas kelas-kelas

sosial lainnya, dengan kata lain birokrasi memihak kepada kelas partikular yang mendominasi

tersebut.

Birokrasi adalah alat kekuasaan bagi yang menguasainya, dimana para pejabatnya secara

bersama-sama berkepentingan dalam kontinuitasnya. Ditinjau dari sudut etimologi, maka perkataan

birokrasi berasal dari kata bureau dan kratia (Yunani), bureau artinya meja atau kantor

dan kratia artinya pemerintahan. Jadi birokrasi berarti pelayanan yang diberikan oleh pemerintah

dari meja ke meja. Max Weber memandang Birokrasi sebagai suatu istilah kolektif bagi suatu badan

yang terdiri atas pejabat-pejabat atau sekelompok yang pasti dan jelas pekerjaannya serta

pengaruhnya dapat dilihat pada semua macam organisasi.

Secara teoritis birokrasi adalah alat kekuasaan untuk menjalankan keputusan-keputusan politik,

namun dalam prakteknya birokrasi telah menjadi kekuatan politik yang potensial yang dapat

merobohkan kekuasaan. Birokrasi juga merupakan alat politik untuk mengatur dan mewujudkan

agenda-agenda politik, sifat kekuasaan aparat birokrasi sebenarnya bukan tanpa kendali tetapi tetap

dibatasi oleh perangkat kendali dari luar dan dari dalam. Birokrasi juga dapat dibedakan dengan dua

tipe, yaitu tipe birokrasi klasik dan birokrasi perilaku.

Dalam pemerintahan, kekuasaan publik dijalankan oleh pejabat pemerintah atau para birokrat

yang melaksanakan tugasnya sesuai dengan peranan dan fungsinya dalam sistem birokrasi negara

dan harus mampu mengendalikan orang-orang yang dipimpinnya. Birokrasi dalam hal ini mempunyai

tiga arti, yaitu :

1) Sebagai tipe organisasi yang khas;

2) Sebagai suatu sistem;

3) Sebagai suatu tatanan jiwa tertentu dan alat kerja pada organ negara untuk mencapai

tujuannya.

Page 11: Hukum, Kekuasaan, Dan Wewenang

Fritz Morstein Marx mengatakan (terjemahan) :

“bahwa tipe organisasi yang dipergunakan pemerintah yang modern untuk pelaksanaan

berbagai tugas-tugas yang bersifat spesialis, dilaksanakan dalam sistem administrasi dan khususnya

oleh aparatur pemerintah”.

Dalam melaksanakan birokrasi negara, setiap pejabat dalam melaksanakan tugasnya dilengkapi

dengan dua asas, yaitu:

1. Asas Legalitas

Asas ini berarti tidak ada satu pun perbuatan atau keputusan dari pejabat atau para birokrat

yang bersangkutan, boleh dilakukan tanpa dasar suatu ketentuan undang-undang, untuk itu para

pejabat atau para birokrat harus memperhatikan delapan unsur legalitas, yaitu peraturan tertulis,

penyebaran atau penggunaan peraturan, tidak berlaku surut, peraturan bisa dimengerti, tidak

bertentangan satu sama lain, tidak menuntut diluar kemampuan orang, tidak sering berubah-ubah

dan sesuai antara peraturan dan pelaksanaannya.

2. Asas Freies Ermessen atau Diskresi

Artinya pejabat atau para birokrat tidak boleh menolak mengambil keputusan dengan alasan

tidak ada peraturan, oleh karena itu diberikan kebebasan untuk mengambil keputusan menurut

pendapatnya sendiri asalkan tidak melanggar asas legalitas.

Dalam setiap hal yang dikerjakan oleh aparatur administrasi negara, dapat dilihat apa yang

menjadi hak, kewajiban, tanggung jawab serta peranan aparatur administrasi negara. Adapun hak

dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang aparatur administrasi negara (birokrat) adalah :

Wajib atau taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku;

Wajib membuat suatu kebijaksanaan terhadap suatu hal walaupun tidak ada peraturan yang

mengaturnya, hal ini sesuai dengan freies ermessen;

Harus sesuai dengan susunan pembagian tugas;

Wajib melaksanakan prinsip-prinsip organisasi;

Wajib melaksanakan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB).