hukum perjanjian internasiona la
TRANSCRIPT
HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL GERALD A. BUNGA, SH., LL.M
DEFINISI HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL
HPI
Norma2 yg mengatur ttg pembuatan suatu PI
Antara subyek hukum internasional
Dan masalah lainnya yg berkaitang dgn pembuatan tersebut
Termasuk di dalamnya
Kewajiban2 para pihak akibat adanya perjanjian tersebut
Dan keterkaitan para pihak dgn perjanjian tersebut
Antar negara
Antar negara - OI
Antar OI
Proses kodifikasi Konvensi Wina 1969
Piagam PBB, Pasal 13 (1) a
MU-PBB membentuk International Law Commission
MU-PBB hrs memprakarsai suatu studi & membuat rekomendasi utk mendorong perkembangan kemajuan prinsip2 HI beserta kodifikasinya
Konvensi memberlakukan pada hari ke-30 setelah instrumen ratifikasi/aksesi yg ke-35 didepositkan
Pasal 84 KW 1969
27/01/1980 mulai diberlakukan
Mengesahkan KW ttg Hk.perjanjian
Koneferensi internasional PBB ttg hk perjanjian diadakan di Wina (23/5/1969
Memilih topik Hk. Perjanjian utk dikodifikasi
Membuat rancangan konvensi ttg hk perjanjian
Rancangan final selesai tahun 1966
Aturan2 hk kebiasaan int tetap diberlakukan untuk masalah2 yg tidak diatur dlm KW 1969
Diterapkan hanya pada perjanjian yg dibuat antara negara
Perumusan HPI oleh komisi hukum internasional
Atas dasar Pasal 13 (1) a Piagam PBB, ILC dibentuk oleh MU-PBB (Res MU. 174 (II), tgl 21/11/1947
Mendorong perkembangan & kemajuan prinsip2 HI
Utk mempersiapkan draft konvensi & instrumen HI lainnya yg belum diatur dlm HI
kodifikasi
Utk memperoleh perumusan & aturan2 HI secara tepat & sistematik
ttg berbagai bidang yg sudah ada secara luas dlm praktek kenegaraan yg
sudah pernah terjadi ataupun dlm doktrin
Rancangan konvensi yg dihasilkan ILC merupakan
Saran2 utk mengembangkannya (de lege ferenda)
Kenyataan2 yg ada di dlm HI (de lege lata)
Konvensi wina 1969
PENGERTIAN PERJANJIAN INTERNASIONAL (Pasal 2 (1) a
Dibatasi pada
perjanjian antar negara
negara2
Tidk berlaku bagi
perjanjian yg dibuat oleh negara dg subyel HI
lainnya {psl 3}
Negara – OI
OI - OI
Bukan dg lisan (oral)
Membuat Persetujua
n Internasio
n-al dlm bentuk tertulis
(written)
Diatur oleh HI bukan hukum
nasional
Diatur tersendiri dlm KW 1986 ttg PI antar negara –
OI & OI -OI
P I
Menimbulkan kewajiban2
internasional yg mengikat
secara hukum
Tdk berlaku bagi perjanjian
tdk tertulis (oral) {psl3}
Dihimpun dlm
1 instrumen
2 instrumen
Lebih dari 2
instrumen
Convention atau treaty
Convention dgn
protocol atau dgn final act
Treaty , Final act,
Resolution, Additional,
Protocol, Optional protocol
BERBAGAI JENIS PERJANJIAN INTERNASIONAL
Instrumen Internasion
al
Konvensi (Convention)
Persetujuan (agreement
)
Perjanjian (treaty)
Dibuat olh beberapa
negara
Biasanya dihasilkan olh
OI spt PBB (multilateral
treaty)
Bisa diperluas dg berbagai
jenis protokol
Protokol tambaha
n
Persetujuan int yg bersifat penting
(spt perj perdamaian), punya
arti politik & merpakan
instrumen yg pling sesuai (bs dibuat antar negara atau
pemerintah
Perlu ratifikasi
Bisa hanya olh 2 negara
Bs jga diperluas dg protokol
Perstujuan yg sedikit formal dibandingkan
dg konvensi/ perjanjia. Dibuat dlm lingkungan terbatas.
Dibuat olh beberapa negara, bersiffat
teknis/administratif (departemental)
Protokolpilihan
Protokol tambahan
Protokol pilihan
Biasanya tdk perlu
ratifikasi
Perlu ratifikasi
FORMAT PERJANJIAN INTERNATIONAL
FORMAT PERJANJIAN
INTERNATIONAL
Mukadimah (Narratio)
Klausula final yang terdiri dari
seperangkat pasal (corroboratio)
Berbagai Pasal yang bersifat substantif dalam perjanjian
(dispositiio)
Mukadimah (Narratio) • Negara-negara yang ikut serta dalam perumusan beserta kapasitasnya;
• Suatu rangkuman mengenai tujuan dan maksud perjanjian tersebut;
• Jenis konferensi yang diberikan mandat untuk mengesahkan rancangan final menjadi suatu perjanjian yang dinginkan
• Konferensi tersebut yang menghasilkan kuasa penuh untuk menyetujui pasal2 yang ada
• Diakhiri dengan kata: Have agreed as follows; have agreed on the following; do hereby agree as follows; have agreed to establish; solemnly agree to enter into.
Berbagai Pasal Yang Bersifat Substantif Dalam Perjanjian (Dsipositio)
• Pasal2 yang memberikan definisi atau pengertian tentang istilah2 yang memerlukan pengertian lebih lanjut secara pasti. Biasanya didahului dengan kata: “for the purpose of the convention”
• Pasal2 yang bersifat umum dan ketentuan2 yang bersifat lebih khusus lagi
• Ketentuan2 lain jika diperlukan yang memuat tentang cara2 dan pelaksanaan dari ketentuan2 yang bersifat umum dan khusus tersebut
Klausula Akhir Yang Terdiri Dari Seperangkat Pasal (Corroboratio)
• Masalah2 yg berkaitan dgn penerapan perjanjian tsb baik dari faktor tempat (ratione loci) maupun faktor waktu (ratione temporis);
• Psl2 mengenai penandatanganan;
• Psl2 mengenai ratifikasi/aksesi yg biasanya juga menyebutkan mengenai insturmen2 tsb (depositary, instrument of ratification/accession);
• Psl2 yg berkaitan dg waktu berlakunya perjanjian tsb bagi negara2 yg telah menyatakan kesepakatannya utk mengikatkan diri pada perjanjian baik melalui ratifikasi maupun aksesi;
• Psl2 mengenai kemungkinan bagi Negara Pihak untuk menyampaikan reservasi thd psl2 tertentu, jika memang dimungkinkan olh perjajiannya sendiri (khususnya yg bersifat multilateral);
• Ada ketentuan tersendiri yg disebut “testimonium” yg dimulai dg kata2: “in witness whereof, duly authorized have signed the present treaty” atau “in witness of whereof, the undersigned plenipotentiaries, being duly authorized thereto, by their respective governments, have signed the present treaty” dimana para wakil negara2 perunding yg menghadiri pleipotentiary Conference telah membubuhkan tanda tangan dan cap masing2. demikian juga mengenai tempat dan tgl penandatanganan thd pengesahan naskah final perjanjian tsb yg biasanya dituli sbb: “done at….., the….day of….,two thousand……..”
ISTILAH-ISTILAH DALAM PERJANJIAN INTERNASIONAL
Ratifikasi, penerimaan, pengesahan, aksesi (Psl 2 (1) b)
Tindakan hukum dari sesuatu negara untuk mengikatkan diri pada suatu perjanjian
Surat kuasa penuh (full power) – (Psl 2 (1) c)
Reservasi, keberatan atau persyaratan (reservation) – (Psl 2 (1) d)
Dokumen yg dikeluarkan olh penguasa negara yg mempunyai kewenangan yg diberikan kepada seseorang atau orang2 yg mewakili negaranya utk: 1. Berunding 2. Mengesahkan atau otentifikasi naskah
perjanjian 3. Menyatakan kesepakatan utk mengikatkan diri
pd suatu perjanjian
Suatu pernyataan sepihak dari negara utk tidak menerima berlakunya pasal2 tertentu dlm PI
Negara perunding (negotiating state) – (Psl 2 (1) e)
Negara peserta (contracting state) – Psl 2 (1) f)
Pihak (party), Negara pihak (state party) – (Psl 2 (1) g)
Pihak ketiga (third party) – (Psl 2 (1) h)
Negara yg ikut serta dlm merumuskan & mengesahkan naskah perjanjian
Negara yg telah menyatakan kesepakatannya utk mengikatkan diri pada suatu perjanjian baik perjanjian itu sudah berlaku atau belum
Negara yg telah menyatakan kesepakatannya utk mengikatkan diri pada suatu perjanjian di mana perjanjian itu sudah berlaku
Negara yg bukan pihak dari perjanjian
BERBAGAI JENIS PERJANJIAN Dibuat olh OI/org regional (olh neg aggtanya)
PI
Dibuat olh neg2 utk membuat OI atau org regional
Perjanjian multilateral
convention
Treaty
International covenant
KW 1969, UNCLOS 1982
Treaty on Nuclear Weapons Free Zone in Shout East Asia
ICPR & ICESCR 1966
Dibuat olh 2 negara
Dibuat olh beberapa subyek HI (OI-OI, Neg-Neg, Neg-Neg)
Perjanjian/Persetujuan Bilateral
-Perj ekstradisi RI-Malaysia -perj utk mebghilangkan pajak berganda antara RI-UK
Perjanjian/Persetujuan Internasional
-Persetujuan NY 1999 mengenai pelaksanaan jajak pendapat di Timor Timur - Perj mengenai pelucutan senjata strategis antara AS, Rusia, Inggris, Perancis, & Cina
Constituent Instrument (Instrumen Pokok)
Kovenan LBB, Statuta ICC, Piagam PBB, Piagam Asean,dll
PEMBUATAN PERJANJIAN INTERNASIONAL
Negara Mempunyai kapasitas hkm utk membuat perj
Diadakan perundingan utk merumuskan naskah perj
Perumusan naskah final perj trmasuk instr tmbhn,dll dimasukan dlm naskah perj tsb
Perj Int exist
Perj Int diberlakukan
Se2org dikirim utk mewakili negara (Psl7(1))
Dg kuasa penuh dr negaranya (full powers)-(Psl7(1)a)
Ikut serta dlm perundingan
Melakukan otentifikasi & pengesahan (dg 2/3 suara dr yg hadir kecuali ditentukan lain (Psl10)
Dg prosedur yg sdh disetujui sblmnya
Jika tdk ada prosedur, dilakukan dg penandatanganan, penandatanganan ad referendum atau pemarafan
Menyatakan mengikatkan diri pd perj baik sblm maupun sesudah perj berlaku (Psl 7(1))
Jika dilakukan olh kep Negara/Pemerintahan/Menlu, maka karena kedudukannya tdk memerlukan full powers. Kep prwklan dplomatik (Dubes) krn fungsinya jg tdk perlu full powers
PEMBUATAN PERJANJIAN BILATERAL
Melalui kepala perwakilan diplomatik (dubes)
Negara Pengirim
Negara Penerima
Membuat perjanjian bilateral (Psl 6)
Perundingan utk merumuskan naskah perj bilateral diadakn di negara penerima
Naskah final perj selesai dirumuskan
Perj bilateral exists
Perj bilateral mulai berlaku
Pengesahan
Dapat mengesahkan
Menyatakan kesepakatan utk mengikatkan diri pd perj bilateral
Melalui pertukaran instrumen yg melekat pd perj bilateral & setelah ditandatangani
PEMBUATAN PERJANJIAN MULTILATERAL
Negara2 anggota OI
Pembuatan perj multilateral olh OI (dilakukan olh badan pembuat hkm yg telah diberikan mandat
Naskah final perj multilateral selesai
Naskah perj multilateral exists
Perj multilateral diberlakukan
Wakil2 tetapnya pd OI (spt PBB) yg krn fungsinya td memerlukan full powers (Psl 7 (2) c)
Mengesahkan dgn 2/3 suara dri Neg aggt yg hadir atau dg cara lain yg sebelumnya sdah disetujui (Psl 9 (3))
Menyatakan kesepakatan utk mengikatkan diri pd perj
Dg cara yg diatur dlm Psl 11
KESEPAKATAN UNTUK MENGIKATKAN DIRI PADA PERJANJIAN (1)
Kesepakatan utk mengikatkan diri thd perj melalui wakil2nya dpt dilakukan dgn (Psl 11) :
Penandatanganan (Psl 12) Pertukaran instrumen diantara
mereka yg melakukan perj (Psl 13)
Jika disebutkan olh ketentuan dlm perj bhw dgn
penandatanganan akan mempunyai pengaruh thd
keterikatan thd perj
Jika tdk disebutkan maka negara2 perunding sblmnya
tlh menyetujui bhw penandatanganan itu akan mempunyai pengaruh thd
keterikatan thd perj
Jika ada kehendak dr negara utk memberikan pengaruh pd penandatanganan yg tertulis dlm kuasa penuh yg diberikan kpd wakil2nya atau telah dinyatakan hal itu sewaktu perundingan
Jika instrumen itu menyebutkan bhw
pertukaran semacam itu akan berpengaruh
Jika tdk disebutkan maka negara tsb sblmnya tlh
menyetujui bhw pertukaran instrumen itu hrs mempunyai
pengaruh
KESEPAKATAN UNTUK MENGIKATKAN DIRI PADA PERJANJIAN (2)
Kesepakatan utk mengikatkan diri thd perj melalui wakil2nya dpt dilakukan dgn (Psl 11) :
Ratifikasi, akseptasi & persetujuan (Psl 14)
Aksesi (Psl 15)
Jika perj itu menyebutkan bhw kesepakatan itu hrs dinyatakan dg
ratifikasi
Jika tdk disebutkan maka negara2 perunding sblmnya tlh menyetujui bhw
ratifikasi itu diperlukan
Jika ada kehendak dr negara utk menandatangani perj dan hanya akan berlaku
jika sdh diratifikasi spt yg tertulis dlm kuasa penuh yg diberikan kpd wakilnya atau
dinyatakan selama perundingan
Jika perj itu menyatakan kesepakatan itu bisa
dinyatakan olh negara dg cara aksesi
Jika tdk disebutkan maka negara tsb sblmnya tlh
menyetujui bhw kesepakatan semacam itu bisa dinyatakan olh negara tsb dg cara aksesi
Jika wakil negara tlh menandatangani perj dan akan berlaku jika sdh
diratifikasi
Jika para pihak kemudian tlh menyetujui bhw kesepakatan semacam itu dinyatakan olh
negara tsb dg cara aksesi
RESERVASI
Reservasi (reservation)/persyaratan
KW 1969 Pasal 2 (1) d: Suatu pernyataan sepihak, apapun perumusan atau namanya yg dibuat oleh suatu negara pada waktu menandatangani, meratifikasi, menerima, mengesahkan, atau mengaksesi suatu perjanjian yg isi pokoknya adalah untuk mengeluarkan atau mengubah alibat hukum dari ketentuan2 (pasal2) tertentu dalam penerapannya terhadap negara tersebut.
UU No.4 Tahun 2000 Pasal 1 (5): Persyaratan adalah pernyataan sepihak suatu negara untuk tidak menerima berlakunya suatu ketentuan tertentu pada perjanjian internasional dalam rumusan yang dibuat ketika menandatangani, menerima, menyetujui, atau mengesahkan perjanjian internasional yang bersifat multilateral.
PERUMUSAN RESERVASI (Psl 19)
Negara
Yg melakukan penandatanganan, ratifikasi, akseptasi, persetujuan & aksesi
Dpt mengajukan reservasi kecuali
Jika dilarang olh ketentuan dlm perjanjian
Thd beberapa ketentuan dlm perj tdk boleh dilakukan reservasi
Tdk bertentangan dg maksud dan tujuan perjanjian
PENERIMAAN DAN PENOLAKAN RESERVASI (Psl 20 (1))
Negara Mengajukan
reservasi
Ketentuan 2 yg diperbolehkan olh perj utk membuat reservasi
Tdk memerlukan penerimaan dri negara peserta lainnya kecuai perj itu menyatakan lain
PENERIMAAN DAN PENOLAKAN RESERVASI (Psl 20 (2))
Jika ada reservasi dr negara2 perunding dg jumlah terbatas
& “tujuan& maksud” perj menyatakan bahwa
pemberlakuan perj itu secara utuh antara semua pihak
merupakan satu syarat mutlak bagi tiap negara pihak utk mengikatkan diri pd perj
Mengajukan reservasi thd suatu perj
Memerlukan penerimaa dr semua pihak
PENERIMAAN DAN PENOLAKAN RESERVASI (Psl 20 (3))
Jika ada negara
anggota OI
Mengajukan reservasi
Harus memutuskan utk menerima atau tidak reservasi tsb
negara2 Membuat perj (instrumen pokok) utk membentuk OI
OI
Badan yg berwenang dari OI
AKIBAT HUKUM DARI RESERVASI DAN PENOLAKAN RESERVASI (Psl 21)
Negara A Menerima
Negara D
menolak
Menolak sbg pihak & perj tdk
berlaku bagi negara C & D
Perlu perubahan thd pasal X
Negara B
Negara C
menolak
Reservasi thd Psl X
Menerima sbg pihak perjanjian
PENARIKAN DAN PENOLAKAN RESERVASI (Psl 22 )
Penarikan kembali dirumuskan secara tertulis
Bisa ditarik kembali setiap waktu
reservasi
Dinyatakan berlaku dlm kaitannya dg negara peserta lainnya, hanya jika pemberitahuan mengenai hal itu tlh diterima olh negara tsb
Penolakan reservasi
Dinyatakan berlaku hanya jika pemberitahuan mengenai hal itu tlh diterima olh negara yg telah mengajukan reservasi
Negara yg sudah setuju menerima reservasi tdk diperlukan persetujuannya utk hal ini
Bisa ditarik kembali setiap waktu
CARA PENYAMPAIAN RESERVASI (Psl 23 (1))
Rservasi
Pernyataan utk menerima reservasi
Penolakan reservasi
Disampaikan kepada
Dirumuskan secara tertulis
Negara2 lain yg diperbolehkan menjadi pihak perj
Negara peserta
CARA PENYAMPAIAN RESERVASI (Psl 23 (2))
Negara
Menyatakan kesepakatan utk mengikatkan diri pd perj dg reservasi
Perjanjian (dlm ketentuannya mengharuskan dg ratifikasi utk penandatanganan perjanjian)
Reservasi tsb secara resmi harus dikonfirmasi (dihitung mulai tgl pembuatan konfirmasi tsb)
Pasal 23 (3)
Pernyataan utk menerima
penolakan
Reservasi yg sebelumnya
dinyatakan dlm ketentuan hrs dg
konfirmasi
Dg sendirinya tidak
memerlukan konfirmasi
Pasal 23 (4)
Penarikan kembali
penolakan
reservasi
Hrus diumumkan
secara tertulis
BERLAKUNYA PERJANJIAN
Berlakunya Perjanjian (Pasal 24)
Berlakunya suatu Perjanjian
Mulai tgl yg akan ditetapkan dlm perjanjian tsb atau sesuai dg persetujuan
negara2 perunding
Jika tidak disebutkan dlm ketentuan perjanjian maka perjanjian itu berlaku
setelah negara2 perunding menyatakan kesepakatan mereka utk mengikatkan diri
pada perjanjian tsb
Jika kesepakatan negara untuk mengikatkan diri pada perjanjian itu
dilakukan pada tgl setelah perjanjian itu berlaku maka perjanjian itu berlaku bagi
negara itu pada tgl tsb kecuali jika perjanjian itu menyatakan lain
Ketentuan2 dlm perjanjian yg mengatur ttg otentifikasi naskah, pernyataan kesepakatan utk mengikatkan diri pasa perjanjian, cara2 mengenai berlakunya
perjanjian, reservasi, tugas depositary dan masalah2 lainnya yg timbul yg dianggap perlu sblm berlakunya perjanjian tsb akan diterapkan sejak saat
pengesahan naskah perjanjian
Contoh dlm pasal 51 ttg berlakunya Konvensi Wina 1961 Mengenai
Hubungan Diplomatik
Ayat 1 : The present convention shall enter into force on the thirthieth day following thr date of deposit of the twenty-second instrument of ratification or accession in the Secretary General of the United Nations
Ayat 2 : For each state ratifying or acceding to the convention after the deposit of the twenty-second instrument of ratification or accession, the convention shall enter into force on the thirtieth day after deposit by such state of its instrument of ratification or accession.
Penerapan Sementara Suatu Perjanjian (Pasal 25)
Sebelum perjanjian dinyatakan berlaku, perjanjian atau bagiannya dpt diterapkan sementara: a) Jika hal itu dinyatakan sendiri dlm ketentuan
perjanjian; b) Jika negara2 perunding mempunyai cara lain yg
disetujui bersama
Kecuali jika dinyatakan dlm perjanjian atau tlh disetujui sebelumnya olh negara perunding, penerapan sementara dari suatu perjanjian atau sebagian perjanjian oleh sesuatu negara akan berakhir, jika negara tsb memberitahukan negara2 lain bahwa dia tidak ingin menjadi pihak pada perjanjian itu
Pacta Sunt Servanda