“i don‟t believe in fate” fileaku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu...
TRANSCRIPT
“I Don‟t Believe In Fate”
Bagian 1
By : Merumi
Aku suka , berasa nonton drama kalo baca tulisan eonni yang satu ini, dan
jadi pens berat tulisan tulisan eonni karena pertama kalinya aku baca ff
itu. Iya ff ini miris emang. dan satu lagi , bahasanya , kata kata kiasan ,
greget nya dapet dan semuanya deh aku suka , gaya tulisannya itu keren
beda dari tulisan lain. (Rizki Mahmudah Nur Alifia)
“I Don‟t Believe In Fate”
2
Penulis : Mentari Puteri Utami
Twitter : @MissKyungSoo
Facebook : Mentari Lee
Email : [email protected]
Copyright © 2013 by Merumi
All rights reserved
Design Sampul : Amirra Lee ( @amirralee )
Layout & Editting : Amirra Lee ( @amirralee)
Penerbit :
AFL Club
www.facebook.com/AFreelance
Hak cipta dilindungi oleh Undang Undang
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa seizin penerbit
Diterbitkan melalui:
3
Ayah, Ibu dan kedua saudara saya,
Asril Rizky Amalia dengan Aulia Rochmanis
Sidqi.
Terimakasih kepada Rizka Ifanda
Akbar untuk bantuan dalam perbaikan
penulisan naskah.
Terimakasih kepada penerbit yang
bersedia menerbitkan karya saya.
Terimakasih kepada teman-teman yang
selalu senantiasa mendukung setiap karya-
karya saya, exotic.
Love
* Merumi
4
5
CHAPTER 1
“Differ”
6
“Oppa1…. aku tau, aku bukanlah seorang yeoja2
yang baik. Tapi aku berusaha menjadi yang terbaik. Aku
sangat menyukaimu. Aku benar-benar menyukaimu.” Eun
Soo tertunduk. Ia menyembunyikan wajah memalukannya
dari Joon Myeon sunbae3-nya.
“Kau benar-benar menyukaiku?” Joon Myeon
terlihat heran, kemudian ia menutup buku yang ia pegang
dan meletakkannya diatas meja. Kini ia berfokus pada Eun
Soo yang masih berdiri mematung didekatnya.
“Nde4, oppa. Aku sangat menyukaimu.” kata Eun
Soo malu-malu dan bergelayut rasa takut.
Perlahan Eun Soo merasakan tangannya mendapat
sentuhan yang begitu lembut dan membuat jantungnya
berdetak semakin kencang. Ia mendongakkan kepalanya
dan menatap kedua mata Joon Myeon dengan seksama.
Kedua manik hitam itu bertatapan lekat.
“Aku juga sangat menyukaimu.”
Kedua mata Eun Soo semakin melebar. Jantung
Eun Soo berdetak kencang dan tak normal. Kini keduanya
saling menundukkan kepala dan tersenyum malu. Kejutan
yang tak pernah Eun Soo duga sebelumnya kalau Joon
Myeon memiliki perasaan yang sama dengannya.
1 Oppa = Panggilan untuk kakak laki-laki yang dilafalkan oleh wanita
2 Yeoja = Wanita
3 Sunbae = senior
4 Nde = ya
7
“Kau tidak berbohong?” tanya Eun Soo
meyakinkan.
“Nde, aku serius mengatakan ini padamu.”
“Jeongmal chuayo, oppa.”
“Eun Soo-ah?”
“Umm?”
“Eun Soo-ah….,” panggilan itu semakin terdengar
jelas ditelinga Eun Soo. Perlahan ia membuka kedua
matanya. Terlihat samar-samar seorang namja5 berdiri
disamping ranjangnya.
“Kyung Soo?” Eun Soo mengerjapkan kedua
matanya.
“Ya6, kenapa kau susah sekali dibangunkan? Apa
kau mau bolos sekolah lagi?” ujar Kyung Soo ketus.
Kyung Soo menyambar handuk yang tergantung
didekatnya dan melemparkan tepat diwajah Eun Soo yang
masih mengenakan piama bercorak bintang dan belum
juga beranjak dari tempat tidur.
“Aahh, kau menyebalkan. Aku baru saja
bermimipi indah, bodoh.” kata Eun Soo kesal kemudian
dengan malas bangkit dari tempat tidurnya.
“Eomma7 sudah menyiapkan sarapan untuk kita.
Jadi cepatlah mandi dan turun.”
“Aku tau. Kalau saja kau bukan kakakku. Sudah
kulempar kau keluar jendela.”
5 Namja = laki-laki
6 Ya = Hey
7 Eomma = panggilan ibu oleh orang Korea
8
Kyung Soo hanya tersenyum smirk kemudian
keluar dari kamar Eun Soo. Ia menyusuri setiap tangga
dengan sangat hati-hati, itu karena ia takut jatuh dan
phobia dengan ketinggihan, padahal itu tangga rumahnya
sendiri. Di dapur ia melihat ibunya tengah sibuk
menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.
Wanita paruh baya itu sibuk berkutat dengan alat
dapur yang ada dihadapannya dengan terpasang earphone
dikedua telinganya. Kyung Soo menghentikan
langkahnya, kini ia memperhatikan tingkah ibunya yang
terlihat asyik mendengar musik sampai kepalanya
terangguk-angguk tanpa sadar. Tersungging senyuman
tipis dibibir Kyung Soo menahan geli melihat kelakuan
ibunya.
“Eomma hentikan.” Sang ibu tidak
mendengarnya.
“Eomma!!!” Sekali lagi Kyung Soo berteriak
sembari menuruni tangga. Kini eomma sedikit
mendengarnya yang kemudian melepas earphone yang
ada ditelinga kanannya.
“Kau mengatakan sesuatu?” Kyung Soo hanya
tersenyum ringan sembari duduk dikursinya.
“Kyung Soo, kau jangan terlalu keras dengan
adikmu,” ucap eomma yang kemudian meletakkan satu
persatu masakannya diatas meja makan.
“Kalau tidak begitu, Eun Soo tidak akan bangun,”
ujar Kyung Soo sembari menikmati sarapan paginya.
Duk… Dukk… Dukkk….
Terdengar suara langkah kaki Eun Soo menyusuri
tangga dengan terburu. Ia terlihat berantakan dengan dasi
9
yang hanya bergantung dilehernya, baju yang belum
dimasukkan serta rambut yang tidak tertata rapi, ia belum
menyisir rambutnya, bahkan itu jarang sekali ia lakukan.
Melihat keadaan itu, Kyung Soo dan eomma hanya
berdecak ringan. Itu sudah menjadi kebiasaannya setiap
pagi sebelum berangkat kesekolah. Gadis berusia 17 tahun
ini tidak pernah memperdulikan soal penampilannya.
Secantik apapun ia menata diri, tidak ada seorang namja
yang akan tertarik padanya.
“Ck, lihat dirimu!” Ujar Kyung Soo ketus sambil
terus memandangi Eun Soo yang turut serta menikmati
sarapan.
“Memangnya kenapa? Aku akan merapikannya
dijalan nanti. Cepat makan, kita sudah terlambat
kesekolah. Semalam aku lupa mengerjakan tugas,” ujar
Eun Soo sambil terburu melahap sarapan paginya.
“Memangnya kau pernah mengerjakan tugasmu?”
“Aish, kau benar-benar cerewet.” Eun Soo
berdesis sembari mengernyitkan keningnya.
“Imionusae8, saat makan, kalian tidak boleh
berisik.” Eomma melerai sembari duduk dikursi tunggal
diantara kedua anaknya. Biasanya appa9 yang akan duduk
disana, tapi appa sedang tidak ada dirumah karena tugas
pekerjaannya diluar kota.
“Nde, eomma,” ujar Kyung Soo dan Eun Soo
bebarengan yang kemudian mereka bertatapan tajam dan
melanjutkan aktifitas pagi mereka.
8 Imionusae = sudah
9 Appa = panggilan ayah di Korea
10
Merekapun berangkat sekolah bersama dengan
menggunakan sepeda. Tidak seperti teman-temannya
disekolah yang sudah menyetir mobil sendiri atau diantar
dengan kendaraan beroda empat kesekolah. Kyung Soo
dan Eun Soo lebih menikmatinya dengan bersepeda.
Eun Soo selalu berusaha untuk mengayuh lebih
dulu dibandingkan Kyung Soo. Tapi Kyung Soo selalu
menjadi yang pertama masuk kedalam sekolah.
“Kyung Soo-ya, aku pinjam buku tugasmu ya?”
rayu Eun Soo.
“Ani10, enak saja kau meminjamnya,” ujar Kyung
Soo tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan.
“Hanya untuk jam pertama, ayolah bantu aku.”
Pinta Eun Soo dengan memohon. Kyung Soo
menggelengkan kepalanya dan
mempercepat laju sepedanya.
Eun Soo melongo.
“Ya!” Teriak Eun Soo sembari terus memandangi
punggung Kyung Soo yang semakin menjauh.
“Kau pelit sekali,” kata Eun Soo kesal kemudian
segera menyusul Kyung Soo yang sudah jauh didepannya.
Kyung Soo sudah memarkirkan sepedanya dan
berjalan menuju kelas, dengan terburu-buru Eun Soo
segera menyusul. Kebetulan Kyung Soo dan Eun Soo
berbeda kelas walaupun dalam tingkatan yang sama. Kelas
Kyung Soo dan Eun Soo hanya berjarak dua kelas, Kyung
10 Ani = tidak
11
Soo berada dikelas „B‟ sementara Eun Soo berada di „E‟.
Pembagian kelas itu berdasarkan tingkat prestasi mereka.
Dan betapa buruknya Eun Soo berada dikelas „E‟.
“Anyonghasimnikka11 Eun Soo-ah..” Sapa seorang
yeoja pada Eun Soo yang merupakan sunbae-nya.
“Anyeong…” Balas Eun Soo sambil
membungkukkan badan. Kemudian ia kembali tergesa
menyusul Kyung Soo yang hampir masuk kedalam kelas.
“Kyung Soo-ya! Tunggu!” Teriak Eun Soo sekuat
tenaganya yang membuat disekitarnya memperhatikan
mereka.
“Apa lagi?” Kyung Soo menoleh kesal. Wajah
datarnya membuat Eun Soo ingin sekali menarik sudut
bibir Kyung Soo agar tersenyum. Kyung Soo sulit sekali
untuk tersenyum manis padanya.
“Ayolah, Kyung Soo. Bantu aku, jebal12. Aku
akan menurut padamu,” kata Eun Soo meyakinkan.
“Gojinmal!13
”
“Tidak, aku berjanji. Em?” kata Eun Soo sembari
mengacungkan jari kelingkingnya. Tanpa memperdulikan
hal itu, Kyung Soo langsung mengeluarkan buku tugas
yang Eun Soo maksud. Kemudian masuk kedalam kelas
tanpa berkomentar apapun.
Eun Soo menatap buku yang ada dikedua
tangannya dengan wajah yang begitu sumringah.
11 Anyonghasimnikka = Selamat pagi
12 Jebal = kumohon
13 Gojinmal = Bohong, dusta
12
Perasaannya begitu lega ketika Kyung Soo membanting
buku bersampul coklat itu pada kedua tangannya walapun
dengan tatapan yang menyebalkan.
“Hah…” Desah Eun Soo lega. “Ck, hey! Dia
kakakku? Mengerikan,” lanjutnya.
“Eun Soo-ah?” sapa seorang yeoja yang membuat
senyum Eun Soo semakin mengembang.
“Anyeong…” Eun Soo melambaikan tangan dan
menyambut kedatangan Yumi dengan gembira.
Yumi, teman sekaligus sahabat terbaik Eun Soo.
Sejak awal masuk sekolah hingga sekarang persahabatan
mereka terjalin dengan baik. Yumi bukanlah gadis Korea
asli, kedua orang tuanya adalah orang Jepang tapi ia
dibesarkan di Korea oleh neneknya. Gadis berwajah
ulzzang14 ini hanya bisa bertemu dengan orang tuanya
setiap akhir tahun saja.
Yumi melongok melihat kedalam kelas Kyung
Soo sembari
menerka-nerka keberadaan Kyung Soo. Gadis ini sangat
tergila-gila dengan saudara kembar Eun Soo sejak awal
mereka bertemu. Hanya saja Kyung Soo selalu bersikap
dingin padanya. Lebih tepatnya Kyung Soo tidak pernah
memberi respon yang baik.
“Kau mencari siapa?” tanya Eun Soo yang yang
ikut melongokkan kepalanya kedalam kelas dengan kedua
alis yang saling terpaut.
“Kakakmu.” Mendengar itu, Eun Soo langsung
menarik tangan Yumi dan menyeretnya masuk kedalam
14 Ulzzang = penampilan terbaik (cantik, tampan)
13
kelasnya sendiri yang berjarak dua kelas dari kelas Kyung
Soo.
“Hey, kau tidak lupa menyampaikan suratku pada
Kyung Soo, kan?”
Mendengar soal surat, Eun Soo benar-benar
melupakannya. Surat beramplop pink dengan pita kecil
dan bertuliskan „secret‟ titipan dari Yumi masih tersimpan
rapi didalam tasnya disela-sela komik yang kemarin ia
baca.
“Eemm.” Eun Soo mengatupkan bibirnya dan
tersenyum bersalah.
“Itta15? Sudah kuduga. Baiklah, jangan sampai
kau melupakannya. Hari ini kau kuampuni,” ujar Yumi
sembari meletakkan tangannya diatas kepala Eun Soo.
Eun Soo memicing. “Hey, siapa kau? Pastur?”
Eun Soo menepis tangan Yumi kemudian berjalan
beriringan menuju kelas.
Eun Soo meletakkan buku milik Kyung Soo diatas
mejanya. “Apa ini? Ini bukan punya-mu, kan?” tanya
Yumi sembari membolak-
balikkan buku milik Kyung Soo.
“Hey, letakkan. Itu punya Kyung Soo. Aku
meminjamnya.”
“Aahh, jinja16? Aku mau lihat.” Yumi dengan
sangat antusias membuka perlembar buku yang ia pegang.
15 Itta = Lupa
16 Jinja = Benarkah
14
Kemudian nampak ekspresi kagum dari wajahnya melihat
deretan tulisan Kyung Soo disana. Ia menebarkan
senyuman terpesona melihat buku itu.
Tanpa permisi Eun Soo menyambar buku itu dari
tangan Yumi yang tengah sibuk mengamati tiap deret
tulisan Kyung Soo. Yumi mendengus kesal. Kedua
matanya menatap Eun Soo tajam.
“Hey, ingat, ini bukan waktunya kau meminjam
buku ini dariku. Aku sedang membutuhkannya,” kata Eun
Soo ketus.
“Ahh, Eun Soo-ya, kau pelit sekali.”
Kedua mata Eun Soo terpaku. Tanpa sengaja ia
melihat seorang namja berkulit putih pucat melintas
didepan kelasnya. Dalam pelukan namja itu terdapat
setumpuk buku-buku tebal. Eun Soo tersenyum dan terus
memperhatikan namja tampan itu melintas didepan
kelasnya. “Ohh, Tuhan.”
Yumi ikut mencari sesuatu yang membuat Eun
Soo terpaku. “Hey, hentikan! Guru Kim sudah datang.”
Eun Soo masih terus mengikuti langkah namja itu sampai
berakhir terhalang oleh dinding kelasnya.
**
Kyung Soo duduk diperpustakaan tempat
biasanya ia membaca buku disana. Biasanya Baekhyun
akan menemaninya, tapi karena perut Baekhyun tidak bisa
diajak kompromi, Baekhyun memutuskan pergi kekantin
terlebih dahulu sebelum menemani Kyung Soo ke
perpustakaan.
Baekhyun adalah teman sebangku Kyung Soo dan
merupakan sahabat Kyung Kyung Soo sejak mereka
15
bertemu dikelas 2. Baekhyun adalah namja yang sangat
periang. Meskipun dalam urusan belajar Baekhyun tidak
terlalu pintar, tapi Baekhyun sangat pandai menghafal
rumus. Sebab itulah Kyung Soo tidak bisa belajar tanpa
Baekhyun.
“Kyung Soo-ssi, boleh aku minta tolong ambilkan
buku itu?” seorang yeoja terlihat kesulitan menggapai
buku yang ada di rak paling atas padahal ia sudah berjinjit.
Mendengar hal itu Kyung Soo langsung berdiri
dan mendatangi yeoja yang meminta bantuannya. Kyung
Soo tertegun setelah menyadari siapa yang meminta
bantuan kepadanya dan sedikit membuatnya kesal karena
menganggu aktifitas membacanya.
Yeoja itu mengernyit heran. Melihat wajah aneh
Kyung Soo membuatnya merasa aneh pula. Ia menjadi
kebingungan. “Kyung Soo-ssi?” tersadar, Kyung Soo
langsung meraih buku yang dimaksud kemudian
memberikan buku itu padanya dan berlalu pergi.
Melihat kelakuan aneh Kyung Soo, yeoja itu
menjadi sungkan. Ia menatap tubuh Kyung Soo yang
semakin menjauh darinya. “Aku belum mengucapkan
terimakasih padamu, Kyung Soo,” ujar Narri dalam
hatinya.
Kyung Soo berjalan lebih cepat melewati koridor.
Sesampainya disudut loker sekolah, ia menyandarkan
tubuhnya kedinding sambil menghela nafas panjang.
Ditangan kanannya sedang memegang sebuah buku yang
lupa ia kembalikan diperpustakaan tadi.
“Kyung Soo? Kau kah itu?” Kyung Soo menoleh
kearah sumber suara yang memanggilnya. Tampak
16
seorang yeoja yang sudah tak asing lagi baginya sedang
berjalan mendekatinya.
“Sedang apa kau disini?” tanya Eun Soo
keheranan.
“Aku mencari sesuatu. Kau sendiri sedang apa
keluyuran disini?”
“Aku sedang mencari tempat tidur. Wajar jika aku
keluyuran, berbeda denganmu. Mencari sesuatu? itu lebih
aneh lagi, apa kau pikir ada sesuatu ditempat seperti ini?”
ujar Eun Soo sembari menatap wajah Kyung Soo lebih
dekat, kedua alisnya terangkat.
“Ya, apa yang kau katakan!” Kyung Soo beranjak
pergi tapi tangan Eun Soo menghalanginya. Seketika itu
Kyung Soo membalikkan tubuhnya.
“Tunggu dulu. Ini!” Eun Soo menyerahkan
sebuah „amplop pink‟ pada Kyung Soo. Dengan perasaan
sedikit bingung Kyung Soo –terpaksa- menerimanya.
“Dari siapa?”
“Bacalah dulu, dengan begitu kau tau siapa
pengirim surat itu. Baiklah, pergi sana.” Eun Soo
mendorong Kyung Soo untuk cepat-cepat pergi. Dengan
perasaan yang sedikit aneh, Kyung Soo membolak-
balikkan „amplop pink‟ yang sedang ia pegang. „Secret‟
tulisan itu tidak asing baginya, ia sering melihat tulisan itu
sebelumnya, tapi Kyung Soo lupa milik siapa tulisan itu.
Eun Soo mencoba membaringkan tubuhnya
diantara deretan loker yang berjajar rapi dan memulai
mimpinya yang indah siang itu, ketika Yumi datang dan
membuatnya bangun lagi.
17
“Kya, aku melihatnya!” Yumi berteriak keras,
membuat Eun Soo ingin menjambak rambutnya karena
kesal.
“Mwoya17!!!! Kau mengagetkanku,” teriak Eun
Soo kesal yang berusaha membaringkan tubuhnya lagi.
“Kajja18 kau tak ingin melewatkan kesempatan
inikan?” tanpa memperdulikan Eun Soo, Yumi langsung
menarik tangan Eun Soo dan menyeretnya ketempat yang
ia maksud.
Sebuah perpustakaan sekolah. Tempat terasing
bagi Eun Soo, sekalipun ia tak pernah berkunjung
ketempat ini. Dengan perasaan kesal ia menatap Yumi
datar. Untuk apa Yumi mengajaknya ketempat seperti
ini?, batin Eun Soo. Apa untuk memakan buku-buku yang
ada didalamnya?
“Ya, jangan melihatku begitu. Kau belum tahu
siapa yang ada didalam sana,” ujar Yumi sembari menebar
senyum termanisnya.
“Nuguya19?” kata Eun Soo kesal.
“Lihatlah sendiri dan hampiri dia, atau kau akan
menyesal nanti.”
Eun Soo semakin bingung tapi ia mencoba untuk
masuk. Dan kedua mata bulatnya melihat saudara
kembarnya duduk disana dan sibuk membaca surat
pemberiannya tadi.
17 Mwoya = apa
18 Kajja = ayo
19 Nuguya = siapa?
18
“Kyung Soo? Apa ini yang disebut menyesal?”
gerutu Eun Soo. “Apa maksudmu itu Kyung Soo? Kau
gila, tapi lihat dia sedang membaca surat darimu.”
Seketika Yumi memanas malu.
“Ah, aku jadi gugup. Tapi masuklah sedikit lagi!
Kau pasti akan senang sekali.” Yumi mendorong tubuh
Eun Soo sekuat tenaganya dan terlihatlah seorang namja
yang berada didekat Kyung Soo tengah sibuk membaca
buku.
“Aaaaaa~.”
Namja itupun menoleh begitu juga dengan
Kyung Soo karena
teriakan yang tanpa sadar keluar dari bibir tebalnya.
Kyung Soo terkejut melihat keberadaan adiknya ditempat
yang tidak biasanya dikunjungi.
“Kau? Apa kau sedang sakit?” ujar Kyung Soo
dengan penuh keheranan.
“Kalau aku sakit jelas aku akan ke UKS, babo20
.”
Tanpa basa basi Eun Soo mendekat ketempat namja itu
duduk, Kyung Soo terus mengamatinya dan mulai
menutup suratnya.
“Anyeonghaseyo, oppa,” sapa Eun Soo dengan
penuh hormat sembari membungkukkan badannya.
Namja berkulit putih pucat itu menutup bukunya dan
menatap Eun Soo datar. Eun Soo langsung menundukkan
kepalanya, melihat kejadian itu Kyung Soo merasa geli.
Rasa percaya diri yang Eun Soo miliki kini langsung
runtuh melihat tatapan datar yang tertuju pada dirinya.
20 Babo = bodoh
19
“Apa?” kata Joon Myeon kaku.
“Aah, aku hanya ingin menyapamu saja,” jawab
Eun Soo terbata
“Kalau begitu carilah tempat lain, aku sedang
sibuk sekarang.” Kedua alis Eun Soo saling terpaut. Kini
tergambar jelas diwajahnya rasa kesal atas tanggapan Joon
Myeon padanya.
Eun Soo melangkahkan kakinya pergi. Dan duduk
tepat disamping Kyung Soo. “Kekekeke…” Kyung Soo
terkekeh geli.
“Apa menurutmu ini lucu? Ha!!”
“Hahaha, itu memalukan,” kata Kyung Soo ketus.
“Kau keterlaluan Kyung Soo,” ujar Eun Soo
dengan nada tinggi, membuat pengunjung perpustakaan
yang lain menatap sinis padanya.
“Eun Soo-ah, kecilkan volume suaramu!” Desis
Kyung Soo sambil tersenyum bersalah pada orang di
sekitar mereka.
“Aku sedang marah,” ujarnya kesal sambil
memukul meja pelan kemudian menatap Joon Myeon
yang juga melihat kearahnya. Keduanya saling melempar
tatapan yang tidak biasa, Joon Myeon dengan tatapan
cukup merendahkan dan Eun Soo tatapan cinta namun
berubah menjadi suatu kebencian yang dalam.
**
20
“Chajan21…..” Kyung Soo dan Eun Soo terkejut.
Mereka melihat eomma dan appa menggendong seekor
anjing masing-masing dalam pelukannya.
“Saengil chukka hamida22….” Teriak eomma dan
appa bebarengan. Benar-benar surprise yang tak terduga
oleh keduanya.
“Aaahhh, apa dia untukku?” Eun Soo berlari kecil
menuju appa yang menggendong seekor anjing berpita
merah ditelinganya.
“Nde, dan ini hadiah untukmu.” Jawab appa
kemudian Kyung Soo pun menerima hadiah yang sama
seperti Eun Soo.
“Um, yeonggu… bagaimana kalau namamu
yeonggu,” kata Eun Soo diiringi gelak tawa bahagia.
“Kalau begitu anjingku bernama meonggu saja,”
sahut Kyung Soo kemudian berjalan menuju kamarnya
yang diikuti dengan meonggu, peliharan barunya.
“Ck, kenapa dia tidak kreatif. Baiklah, eomma,
appa. Aku keatas dulu,” pamitnya sembari menggendong
yeonggu dalam pelukannya.
“Sepertinya kita tidak salah membeli hadiah,”
eomma menaruh tangannya dipundak kanan appa.
Saat perjalanan menuju kamar, ia melihat Kyung
Soo merebahkan tubuhnya diatas ranjang dan diikuti
dengan meonggu. Eun Soo berhenti, tepat didepan pintu
kamar Kyung Soo dan terus memperhatikan Kyung Soo.
21 Chajan = Kejutan
22 Saengil chukka hamida = selamat ulang tahun
21
“Meonggu-ah… Aku tadi bertemu dengan yeoja
yang sangat kusukai. Ia datang keperpustakaan hari ini.”
Eun Soo terkekeh pelan. “Setiap aku bertemu dengannya,
rasanya hatiku menjadi tak karuan,” lanjut Kyung Soo.
“Apa menurutmu aku tidak usah bertemu
dengannya saja.” Kyung Soo melanjutkan kalimatnya.
Eun Soo semakin terkekeh melihat kelakuan Kyung Soo
yang ada didalam kamar.
“Hah, hanya orang gila yang berbicara dengan
seekor anjing,” celetuk Eun Soo ketus.
Kyung Soo menoleh kemudian bangun dari
tidurnya dan berjalan menuju pintu. “Kau!” Ucap Kyung
Soo kesal. Eun Soo bergegas pergi sebelum mendapat
jitakan dari Kyung Soo.
Eun Soo duduk bersantai dengan yeonggu
dihalaman belakang rumahnya. Eun Soo teringat kejadian
memalukan di perpustakaan tadi. Ia berharap bisa segera
melupakan hal itu. “Aku tidak akan datang ke
perpustakaan lagi. Tidak akan, tidak akan!!!!”
“Memang seharusnya begitu” Kyung Soo tiba-tiba
duduk disamping Eun Soo. “Kau terlalu agresif,” lanjut
Kyung Soo. Eun Soo menundukkan kepalanya karena
malu dengan hal konyol yang tadi dilakukannya.
“Aku tidak pernah melalukan hal itu sebelumnya.
Payah.”
“Dan, ini.” Kyung Soo menyodorkan sebuah
„amplop pink‟ pada Eun Soo. Eun Soo heran karena
amplop itu pemberian darinya saat disekolah tadi.
22
“Wae23? kau sudah membacanya ?”
“Nde, dan katakan padanya bahwa aku sudah
mempunyai orang yang spesial.”
Eun Soo tercengang. “Kau serius?”
Mereka berdua saling bertatapan. Terlihat jelas
kejujuran di mata Kyung Soo dan membuat Eun Soo
yakin dia tidak berbohong. Ia tau benar bagaimana Kyung
Soo.
Eun Soo menghela nafas panjang, lalu kembali
melihat yeonggu dan meonggu bermain dihalaman. Kyung
Soo menolak Yumi, batinnya.
“Lebih baik kau mundur, kau bukan
tandingannya,” ujar Kyung Soo datar dan terus menatap
Eun Soo.
“Kau terlalu merendahkanku, Kyung Soo.” Eun
Soo kemudian pergi dari tempatnya duduk. Hatinya terasa
tercabik-cabik mendengar penuturan Kyung Soo. Terlihat
kedua manik matanya berkaca-kaca.
“Eun Soo-ah… Eun Soo-ah… Bukan itu
maksudku.”
Berkali-kali Kyung Kyung Soo memanggil tapi
Eun Kyung Soo tak menghiraukannya dan terus berjalan
menuju kamarnya.
Eun Soo pun menangis. Hatinya begitu sakit. Ia
mengunci pintu kamarnya agar tak seorangpun masuk.
Kebiasaan ini sering ia lakukan saat bertengkar dengan
Kyung Soo.
23 Wae = kenapa
23
“Memangnya sehebat apa dirimu mengatakanku
seperti itu,”
ujar Eun Soo sembari terisak tangis. Ia berusaha meraih
tissue yang ada diatas meja kecilnya.
“Eun Soo-ah… mianhae24?” terdengar suara
Kyung Soo dari balik pintu. Eun Soo hanya diam dan tak
memperdulikan suara namja yang berada dibalik pintu
kamarnya.
“Aku menyesal,” sambung Kyung Soo lagi.
Kali ini Kyung Soo terdiam didepan pintu kamar
adiknya, menunggunya keluar. Kyung Soo memang tak
pernah bersikap manis pada Eun Soo karena orang tua
mereka lebih memperhatikan Eun Soo dibandingkan
dirinya. Walaupun Kyung Soo lebih unggul dalam urusan
sekolah, tapi Eun Soo akan mendapat pujian lebih dulu.
“Waeyo, Kyung Soo-ah?” Kyung Soo sontak
menoleh kearah sumber suara.
“Eomma.. um, aku hanya…”
“Apa yang kau lakukan pada Eun Soo?”
“Ka-kami bertengkar,” jawab Kyung Soo
ketakutan.
“Ada apa lagi? Kau menjambak rambutnya?”
tanya eomma pelan sembari mendekat pada Kyung Soo.
Melihat putranya terlihat gugup, eomma berusaha tenang
agar tidak membuatnya takut.
“Ani eomma, kali ini aku tidak menjambak
rambutnya.”
24 Mianhae = maaf
24
“Tapi dia menghinaku!” Teriak Eun Soo dari
dalam kamar dengan suara bergetar.
“Aah, Kyung Soo. Apa yang kau katakan?”
eomma terlihat kecewa. “Eun Soo-ah~ kajja keluar dari
kamar. Kyung Soo ingin minta maaf padamu.”
“Aku tidak mau,” teriak Eun Soo dari dalam.
“Hah, baiklah. Kalau begitu biarkan Kyung Soo
masuk,” rayu
eomma dengan suara lembut.
“Tidak boleh.”
“Kenapa kau manja sekali!” Celetuk Kyung Soo
kesal melihat sikap Eun Soo. Dan tangisan Eun Soo
terdengar semakin keras. Eomma melototinya dan sontak
membuatnya menundukkan kepala.
**
Eun Soo menyeka air matanya, kemudian berjabat
tangan dengan Kyung Soo. Mereka berdua duduk
berdampingan di ruang tengah dan akan menikmati makan
malam bersama keluarganya.
“Ha, kalau seperti ini kalian terlihat lebih baik.”
Appa tersenyum. Keduanya saling membisu dan tak
memandang satu sama lain.
“Sudahlah, jangan bertengkar lagi. Jujur saja
kepala eomma terasa sakit jika melihat kalian bertengkar.”
Kyung Soo dan Eun Soo mengangguk.
“Sebenarnya bukan itu yang ingin aku katakan
padamu. Aku hanya bercanda,” jelas Kyung Soo dengan
wajah tertunduk.
25
Eun Soo terdiam, ia meletakkan kembali sendok
yang ia pegang. Eomma dan appa ikut memperhatikan.
“Hanya saja, setahuku dia itu…” Suara Kyung
Soo tercekat.
Eun Soo menoleh, ia mulai memperhatikan wajah
kakaknya yang tampak bimbang. “Katakan saja.
Gwenchana.”
“Dia namja yang angkuh.” Kyung Soo kembali
memakan makanannya sesuap demi sesuap.
Eun Soo menghela nafas berat. Sebelum Kyung
Soo mengatakan hal itu Eun Soo sudah mengerti saat
kesan pertama bertemu dengan Joon Myeon.
“Jadi, Eun Soo sedang jatuh cinta?” tanya appa
dengan mulut yang penuh dengan makanan.
“Begitulah.” Jawab Kyung Soo datar sementara
Eun Soo masih terdiam.
“Hahaha, ternyata putriku sudah dewasa,” lanjut
appa.
“Ayo lanjutkan makan kalian, jangan diam begitu.
Kalian terlihat tidak semangat makan.” Eomma kembali
menaruh nasi ke mangkok mereka masing-masing.
Tokkkk-tokkkkk-tokkkk!!
Eun Soo keluar kamarnya dan mengetuk pintu
kamar Kyung Soo. Ketukan itu sangat keras dan membuat
penghuni kamar sangat terganggu.
“Biarkan aku masuk. Sebentar saja.” Pinta Eun
Soo pelan.
Klak~
26
Terlihat wajah Kyung Soo dari dalam kamar yang
hanya membuka pintu selebar wajahnya. Kyung Soo
sudah mengenakan piama tidurnya. Tanpa permisi, Eun
Soo menerobos masuk tanpa menunggu izin dari Kyung
Soo kemudian duduk diatas ranjang Kyung Soo bersama
dengan meonggu.
“Ada apa lagi?” Kyung Soo berjalan mendekat.
“Hah…” Eun Soo menghela nafas berat. “Aku
butuh bantuan,” lanjutnya.
“Apa?” tanya Kyung Soo datar.
“Bantu aku mencari tahu lebih jauh tentang Joon
Myeon. Aku ingin tau semua tentang dia.”
“Mwo? Kau gila? Sudah kubilang dia namja yang
angkuh. Kalau
tidak mengenalnya kenapa kau menyukainya.” Protes
Kyung Soo sambil duduk disebelah meonggu.
Eun Soo mengerutkan keningnya. “Apa kau lupa
dengan pepatah kalau cinta itu buta? Tapi aku tidak buta,
aku melihat dengan jelas bahwa Joon Myeon itu tampan.”
Eun Soo beranjak dari tempat tidur Kyung Soo dan
menyeret kakinya keluar kamar.
“Gadis aneh.” Gumam Kyung Soo.
**
Eun Soo kembali sibuk dengan aktivitasnya saat
semua siswa sibuk mengerjakan tugas. Ia tertawa
terpingkal-pingkal sambil menepuk meja karena komik
yang ia baca. Yumi hanya memperhatikan dengan
perasaan yang maklum akan sikap sahabatnya itu.
27
“Eun Soo-ah, tugasmu!!” Teriak Yumi sembari
menepuk pundak Eun Soo pelan.
Eun Soo menyeka air matanya karena tertawa
sampai menangis. Kemudian ia menutup komik yang
menjadi bacaan wajibnya saat pelajaran.
“Hah.. tertawa membuatku dehidrasi. Kau punya
air minum?”
“Kantin.” Yumi kembali menatap buku yang ia
pegang.
“Ya! Kau ini kenapa?” Eun Soo tidak mengerti
dengan ucapan Yumi.
“Ya, sampai kapan aku harus mengerjakan
tugasmu.”
Eun Soo tercengang. “Oh, jadi itu. Araseo25. Aku
sangat
berterimakasih padamu.” Eun Soo memeluk Yumi yang
masih fokus pada
bukunya. Kemudian tergambar senyum tipis dibibir Yumi.
“Bagaimana dengan Kyung Soo?” tanya Yumi.
Eun Soo terbangun. Ia tak ingin menyampaikan
pesan Kyung Soo yang akan membuat hati Yumi sedih.
“Emm, aku belum mendapat jawaban darinya.
Akan kutanyakan lagi sepulang sekolah nanti.”
“Hah, aku sangat gelisah. Kira-kira apa yang akan
dia katakan padaku.” Yumi menatap Eun Soo muram, Eun
Soo hanya membalas dengan tersenyum bimbang.
25 Araseo = mengerti
28
“Oh ya, aku sangat menyesal menyuruhmu datang
ke perpustakaan. Joon Myeon, dia tak sebaik yang aku
kira.”
“Gwaenchana26. Aku sudah melupakannya.”
“Emm, bagaimana kalau kau kukenalkan dengan
temanku. Dia namja yang sangat tampan. Badannya tinggi
dan sangat manis.” Yumi terlihat begitu antusias tapi Eun
Soo hanya terdiam.
“Kau akan menyukainya. Aku yakin sekali,
dibandingkan dengan Joon Myeon? Dia jauh lebih baik.”
lanjut Yumi.
“Seperti apa dia?”
“Seorang gitaris disebuah band. Sebentar lagi ia
akan mengadakan sebuah rekaman. Jadi, apa kau tidak
tertarik mempunyai namjachingu27 seorang artis?? Dia
baru saja masuk Universitas tahun ini. Musik, baginya
musik adalah segalanya.” Terang Yumi dengan penuh
semangat.
“Lalu, kenapa tidak kau saja yang bersamanya?”
“Ya, ingat! Aku terlanjur menaruh hati pada
kakakmu karena
dia namja yang dingin. Aku suka itu.”
“Hah, dingin bagaimana?”
“Sudahlah, sepulang sekolah kita bertemu
dengannya,” kata Yumi santai tapi Eun Soo terlihat kaget
dengan penuturan Yumi.
26 Gwenchana = tidak masalah
27 Namjachingu = kekasih untuk perempuan
29
“Ya! Aku belum minta izin pada eomma.”
“Tenang saja, aku akan meminta izin pada Kyung
Soo. Serahkan padaku,” kata Yumi genit sambil
tersenyum senang.
“Cck, bilang saja kau ingin bertemu dengannya.”
“Tepat sekali.”
Yumi merapikan dirinya karena sebentar lagi ia
akan menemui Kyung Soo di tempat parkir.
Yumi menghela nafas berat setelah melihat
keberadaan Kyung Soo yang sibuk mengeluarkan sepeda
dari Parkiran. Degupan jantungnya menjadi tidak stabil.
“Kyung Soo-ya?” Yumi melambaikan tangan
sembari menunjukkan jajaran giginya yang rapi. Kyung
Soo mengerutkan keningnya. “Anyeong, Kyung Soo.”
sapa Yumi.
“Annyeong.” Mata Kyung Soo mencari-cari
keberadaan Eun Soo yang sudah ia tunggu-tunggu sejak
10 menit yang lalu.
“Kau mencari Eun Soo? Aku dan dia mendapat
tugas kelompok, jadi kami akan mengerjakan bersama
dirumahku. Tolong sampaikan pada orang tuamu Eun Soo
akan pulang terlambat hari ini.”
“Baiklah,” jawab Kyung Soo datar kemudian
pergi begitu saja.
Tenggorokan Yumi serasa tercekat melihat
kepergian Kyung Soo tanpa pamit. Dengan hati yang
sangat gelisah, ia kembali mendatangi Eun Soo yang
sedang menunggunya didalam kelas.
30
“Kenapa dengan wajahnmu?” Eun Soo
memperhatikan wajah muram Yumi.
“Kakakmu, ada apa dengan kakakmu?” balas
Yumi. Eun Soo sudah menduga akan seperti ini. Kyung
Soo sudah menolak Yumi dan hal itu tidak bisa ditawar
lagi. Dengan hati-hati Eun Soo mengalihkan topik
pembicaraan mereka dan mengajak Yumi berangkat
bertemu dengan namja yang akan Yumi kenalkan
padanya.
Disebuah café, Yumi dan Eun Soo duduk
menunggu. Yumi menceritakan banyak hal tentang
temannya itu tapi Eun Soo terlihat biasa saja
menanggapinya.
“Aku bertemu dengannya saat acara pentas seni
tahun lalu. Tentu bukan sekolah kita, kapan sekolah kita
mengadakan pentas seni.”
“Kau yakin? Apa dia namja yang baik.”
“Hey, nona Do.. aku sangat yakin. Kau akan
menyukainya.” Tutur Yumi sembari menyeruput
minumannya.
Beberapa menit setelah itu, namja yang dimaksud
datang. Dengan baju yang sedikit kurang rapi, topi dan
rambut keriting berwarna emas, ia duduk tepat disamping
Yumi.
Eun Soo tercengang kaget. Kemudian
memperhatikan namja itu dengan seksama, kedua
matanya naik turun kemudian ia menelan ludahnya
dengan susah payah.
“Ini dia yeoja yang aku ceritakan padamu.”
31
“Anyeonghaseo, aku Park Chanyeol,”
katanya sembari
memamerkan jajaran gigi yang putih dan rapi. Tatapannya
begitu ramah, senyumnya juga sangat bergairah. Setiap
orang yang melihatnya akan tertarik untuk memperhatikan
jajaran gigi yang begitu rapi dengan senyuman yang
begitu menyegarkan.
“Anyeonghaseo, Do Eun Soo imnida28,” jawab
Eun Soo kemudian menatap tajam pada Yumi. Yumi
terkekeh.
“Aku tinggal kalian sebentar. Kalian ngobrol saja
dulu, aku akan segera kembali.” Yumi bersiap
meninggalkan Eun Soo dengan Chanyeol.
Eun Soo mendelik dan terus mengikuti Yumi
yang beranjak pergi.
Hening…
Keduanya saling membisu. Chanyeol sesekali
keceplosan bernyanyi kemudian terdiam saat menyadari
tatapan aneh dari Eun Soo sedang menyerangnya.
“Hahaha, beginilah aku.” Chanyeol mencoba
mengakrabkan diri. “Aku suka sekali dengan musik.
Kau?”
Eun Soo mengangkat kepalanya kaget. “Um, aku
suka sekali membaca….”
“Ah, tentu saja. Sudah terlihat jelas kau anak yang
kutu buku.” Eun Soo menyeringai. Ia kembali terdiam.
28 Imnida = namaku
32
“Aku dan bandku, sangat terkenal dikalangan
remaja.”
“Ah, jinja29? Tapi kenapa aku tak pernah
mendengar nama band kalian.”
Chanyeol tertawa keras dan membuat Eun Soo
kaget untuk kesekian kalinya.
“Hahaha, mungkin kau saja yang tak pernah tau
tentang kami. Oh ya, apa kau pintar bernyanyi?” Eun Soo
menggelengkan
kepalanya.
“Ah, sayang sekali. Kami sedang membutuhkan
vokalis. Kami bertiga ingin memadukan „rap‟ dan „pop‟,
jadi kami membutuhkan vokalis yang bisa bernyanyi lagu
„pop‟ dengan baik,” jelasnya.
Eun Soo teringat seseorang. “Sepertinya aku ada
teman.”
“Benarkah? Kami sangat membutuhkannya, ini?”
Chanyeol menyerahkan selembar kertas pada Eun Soo.
“Ini nomor ponselku, kau bisa menghubungiku jika
memang kau ada teman untuk bergabung dengan kami.
Tentunya kau bisa menghubungiku kapan saja.” Ia terlihat
begitu bersemangat.
“Ah, baiklah. Aku mengerti. Akan kusimpan
nomor ponselmu, oke.”
“Aahh, Eun Soo-ah? Hahaha, terdengar sedikit
canggung memanggilmu seperti itu.”
29 Jinja = benarkah
33
“Gwenchana, oppa. Aku senang dengan
panggilan itu.”
“Mwo? Kau panggil aku oppa? Bwhahahaa, aku
sangat senang mendengarnya.” Eun Soo mengerjapkan
kedua matanya heran, melihat namja yang tidak bisa
meninggalkan tawanya saat bicara.
Yumi datang membawa 3 botol minuman soda
dan menyerahkannya pada Chanyeol dan Eun Soo. “Wah,
kalian akrab sekali.”
Eun Soo kembali melirik Yumi tajam sambil
meneguk minuman sodanya.
Yumi mengakhiri pertemuan mereka kemudian
berpamitan
untuk pulang. Eun Soo tak mengeluarkan komentar
apapun, ia berjalan terus menatap kosong yang ada
didepannya.
“Hey, bagaimana menurutmu?” sebagai
jawabannya Eun Soo
hanya berdehem. “Apa kau tidak suka? Percayalah padaku
kau akan
nyaman bersamanya,” lanjut Yumi kemudian Eun Soo
berdehem.
“Aish! Yaaaa! Bicaralah sedikit. Jangan seperti
orang bisu.”
“Ehem!”
Yumi melongo, ia menatap Eun Soo dan kmudian
membalasnya dengan deheman yang lebih keras.
34
Eun Soo melihat Kyung Soo sedang duduk
membaca buku didepan rumahnya. Eun Soo turun dari
sepeda dan berjalan menuntun sepeda itu masuk
kehalaman. “Kau sudah pulang?”
“Mmm..” Eun Soo memarkirkan sepedanya di
garasi.
Kyung Soo melirik jam tangan yang ia kenakan.
“Ini sudah sore. Bagaimana tugasmu? apa sudah selesai?.”
Eun Soo tampak bingung. “Tugas?” mereka
berdua bertatapan. “Ahh, tentu,” lanjutnya.
“Cepatlah kemari setelah kau mandi. Ada yang
ingin kusampaikan.” Eun Soo menghentikan langkahnya,
ia kembali kedepan menghadap Kyung Soo.
“Setelah kau mandi, bukan sekarang.” kata Kyung
Soo datar tanpa melihat Eun Soo.
Tak lama Eun Soo kembali setelah selesai mandi.
Kyung Soo menutup bukunya, lalu mengeluarkan
selembar kertas dari saku bajunya. Eun Soo terlihat begitu
penasaran, ia tak sabar apa yang akan Kyung Soo
sampaikan.
“Biar aku bacakan, kau cukup mendengarkan.”
Kyung Soo melirik kearah Eun Soo sembari
mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.
Eun Soo menurut, ia mengangguk pasrah.
“Kim Joon Myeon, dia putra tunggal keluarga
Kim dan memiliki IQ Superior. Berbeda denganmu.. IQ-
mu berapa?”
Eun Soo mengembungkan pipinya.
35
“Dia sering sekali memenangkan lomba
Olympiade, terutama matematika. Ia pandai sekali
berhitung. Peringkatnya tidak pernah merosot setiap
tahunnya. Itu sebabnya Joon Myeon terpilih menjadi
presiden sekolah. Ayahnya juga seorang dosen disebuah
Universitas ternama di Korea Selatan dan aku belum
mendapatkan nama Universitas itu. Dia tinggal di
Gangnam-Gu. Dia anak orang kaya.” Kyung Soo melirik
kearah Eun Soo saat mengatakan kalimat terakhirnya.
Eun Soo menghela nafas. Memang benar, Joon
Myeon bukan tandingannya. Bukan karena dia putra
tunggal konglomerat, tapi karena kualitas otak pria itu
tidak sebanding dengan dirinya.
“Tipe yeoja yang sangat di-idamkan Joon Myeon
adalah berambut hitam panjang.” Eun Soo segera menata
rambutnya. “Dan suka sekali membaca buku. Dia suka
dengan gadis yang pintar.” Kyung Soo terkekeh geli. Itu
berbeda jauh dengan adiknya.
“Aahhh, kenapa harus begitu!!!!” Gerutu Eun
Soo.
“Dia tipe orang yang penyayang sebenarnya, tapi
kepada orang yang benar-benar dia kenal.”
“Sudah cukup, aku tidak mau mendengarnya!!”
Eun Soo berdiri dan akan beranjak pergi.
“Hey, kau mau kemana?” Kyung Soo
menghentikan langkah Eun Soo.
“Aku mau makan.” Jawabnya singkat.
“Sekarang giliranmu membantuku.”
“Apa?? Aku harus bagaimana?”
“Cari tau tentang Narri.”
36
“Cho Narri??? Kau yakin.” Kyung Soo
mengangguk yakin.
“Emm, baiklah. Oh ya, Kyung Soo. Bukankah kau
pandai menyanyi, suaramu sangat bagus.”
“Kau bicara apa?”
“Aku pernah mendengar konser tunggalmu
dikamar mandi. Ada tawaran menarik untukmu.”
“Aku tidak mau.”
“Hey, kalau begitu jangan harap aku akan mencari
informasi tentang Narri untukmu.”
“Apa? Jadi kau mengancamku?”
“Aniyo, jika kau menerima tawaranku.” Keduanya
saling menatap tajam. kemudian Kyung Soo kembali
membuka bukunya, dan Eun Soo memutuskan pergi ke
dapur.
**
“Eun Soo-ah,”
“Mmm...” kata Eun Soo dengan mulut penuhnya.
“Baiklah, aku setuju. Jadi aku harus bagaimana?”
“Ohok!” Eun Soo menepuk-nepuk punggung-nya
karena tersedak, kemudian Kyung Soo terburu mengambil
minum untuk Eun Soo.
Setelah Eun Soo merasa baikan. Ia menarik
nafas cukup
panjang untuk mengisi rongga dada yang terasa kosong.
“Baiklah, kita sepakat.” Eun Soo mengulurkan
tangannya. Ia mengajak Kyung Soo untuk berjabat tangan
sebagai perjanjian.
37
“Nde.” Kyung Soo dengan segera meraih tangan
Eun Soo.
“Kau cukup bernyanyi, mereka band yang cukup
terkenal hanya saja membutuhkan vocalis untuk pop.
Sebenarnya aku tidak tau seterkenal apa mereka, bahkan
kita tidak pernah melihatnya muncul ditelevisi.” Mereka
berdua saling menatap tanpa ekspresi.
“Aku juga bisa melakukan beatbox. Aku bisa
menyanyi rapp dengan baik.”
“Ahh, jangan pamer padaku. Jelaskan saja saat
kau bertemu dengan mereka.” Tukas Eun Soo kemudian ia
meraih sebuah kertas pemberian Chanyeol tadi, dan segera
menghubunginya.
“Yoboseyo30?”
“Yoboseyo?”
“Oppa, ini aku, Eun Soo.”
“Ah, kau? Ada apa?”
“Aku ada kabar gembira untukmu.”
“Jinja?” Terdengar suara gelak tawa bahagia dari
seberang sana.
“Kyung Soo, dia kakakku. dan bersedia
bergabung dengan kalian.”
“Uwaa. Aku senang sekali mendengarnya.
Gomawo31 Eun Soo-ah. Besok sepulang sekolah kalian ku
jemput.”
30 Yoboseyo = halo
31 Gomawo = terimakasih
38
“Mmm, aku membawa sepeda. Tapi kenapa
terburu sekali?”
“Kalau begitu besok kalian tidak usah membawa
sepeda, kalian satu sekolah kan? Kami tidak punya banyak
waktu lagi.”
“Nde, arasimida32.”
“Ah, apa dia ada disana?”
“Nde.” Eun Soo menyerahkan ponselnya pada
Kyung Soo. Dengan malas Kyung Soo menerima ponsel
itu.
“Yoboseyo?”
“Ah, hai. Kau serius kan mau bergabung dengan
kami?”
“Nde.”
“Kalau begitu kau bersiap untuk tes besok.”
“Apa perlu hal seperti itu? Bukankah band kalian
hanya band indie?”
“Ckckck, tapi kami tidak sembarang memilih
personel.”
“Ah, kau meragukanku?”
“Bukan begitu. Baiklah, sampai jumpa besok.
Aku harap kau pilihan yang tepat. annyeong.”
Tut…. tut... tut…
“Pilihan yang tepat bagaimana maksudnya?”
32 Arasimida = aku mengerti.
39
Eun Soo menggelengkan kepala. kemudian
meraih kembali ponselnya yang ada di genggaman Kyung
Soo.
**
Eun Soo dan Kyung Soo terpaksa harus berjalan
kaki menuju sekolah. Mereka berangkat lebih awal agar
tidak terlambat sesampainya disekolah.
“Kalau kakiku pegal, kau harus tanggung jawab,”
gerutu Kyung Soo yang terlihat ngos-ngosan. Eun Soo
pun demikian, ia berkali-kali berhenti dan duduk di
sembarang tempat.
“Ah, kakiku juga pegal, bagaimana kalau kau
gendong aku, nanti aku akan menggendongmu?”
Kyung Soo langsung berdecak tidak setuju.
“Ccciiih, kau sudah gila!!!! Jatuh martabatku jika aku
berada diatas punggungmu.”
Sesampainya disekolah, Kyung Soo dan Eun Soo
langsung duduk didekat gerbang dengan hati yang lega
karena mereka tidak terlambat datang ke sekolah.
Yumi datang dan menghampiri mereka. Dengan
wajah kebingungan dia mencoba memberanikan diri untuk
mendekat.
“Kalian kenapa?”
Eun Soo mengelus-elus kakinya, sedangkan
Kyung Soo bersandar pada tembok dengan kaki yang ia
luruskan.
“Aahhh, kami berjalan kaki. Aduh, rasanya
kakiku mau patah,” gerutu Eun Soo. Yumi tersenyum.
40
“Ini semua karena ide konyolmu,” sahut Kyung
Soo.
“Hey, ini juga karena kau! Jangan menyalahkanku
lagi.”
“Sudahlah, lebih baik kita masuk kelas sekarang.”
Yumi meraih tangan Eun Soo, akhirnya mereka berdua
masuk kelas lebih dulu.
Kyung Soo masih terdiam. Ia ingin
menghilangkan keringat paginya terlebih dahulu sebelum
masuk kedalam kelas. Ia tidak ingin terlihat berantakan
didepan-teman-temannya. Kemudian Kyung Soo bangkit
dan berpindah duduk dipetak tanaman yang ada
didekatnya.
“Ya, apa yang kau lakukan?” sapa Baekhyun.
“Ah, aku habis berolahraga,” ucapnya sembari
mengibaskan
tangannya pada wajah.
“Kau? Hah, aku kaget mendengarnya.”
Kedua mata Kyung Soo melotot. Ia melihat Narri
berjalan sendirian masuk kesekolah. Segera ia menutupi
wajahnya dengan tas yang ia bawa. Jantungnya berubah
menjadi tak karuan saat melihat Narri melintas
didekatnya, sedangkan Baekhyun, yang semakin heran
dengan tingkah aneh Kyung Soo.
“Hei, kau kenapa? Hah?” Baekhyun berusaha
menarik tas Kyung Soo tapi Kyung Soo dengan keras
memeganginya. Mereka seperti berebut tas sampai
akhirnya Kyung Soo melepaskan tas itu dan Baekhyun
terjatuh.
41
End Of
Chapter 1
CHAPTER 2
“Cry-cry”
42
“Ya!!! Kenapa kau menjatuhkanku?”
Dengan wajah kagetnya, Kyung Soo membantu
Baekhyun berdiri. “Kenapa kau bisa jatuh?” tanya Kyung
Soo bingung. Baekhyun hanya memandang wajah tanpa
dosa Kyung Soo dengan menghela nafas panjang.
“Sudahlah, kita masuk saja. Pantatku baik-baik
saja,” katanya datar kemudian berjalan memasuki sekolah
dan Kyung Soo berjalan mengekori Baekhyun.
Kyung Soo menghentikan langkahnya, tiba-tiba
dadanya terasa sesak. bukan karena melihat Narri, tapi ia
sedikit kesulitan bernafas. Kyung Soo menggenggam erat
dasi yang melingkari lehernya dan mencoba membuatnya
sedikit longgar. Sedangkan Baekhyun, ia berjalan dan
berbicara panjang lebar mengenai kesulitannya
mengerjakan soal fisika semalaman suntuk. Karena tidak
43
mendapatkan jawaban dari Kyung Soo. Lebih tepatnya
tidak mendapat respon, ia berhenti.
“Kyung Soo, kau mendengarku tidak?” kemudian
ia menoleh kebelakang punggungnya. Baekhyun kaget
saat melihat Kyung Soo berada beberapa meter dari
tempatnya berdiri.
“Ya!!! Jadi kau membiarkanku berbicara sendirian
dari tadi!!!!” Baekhyun kembali dan menarik tangan
Kyung Soo. Sedangkan Kyung Soo, wajahnya tiba-tiba
saja terlihat pucat. “Kyung Soo, kau sakit? kau kenapa?”
tanya Baekhyun panik.
“Gwenchana, aku terlalu ketat memakai dasi.
Rasanya leherku tercekik,” elak Kyung Soo, kemudian
mulai berjalan dan menarik tangan Baekhyun agar tidak
menaruh curiga padanya.
“Seharusnya kau meniru gaya Eun Soo, kulihat
dia tidak pernah mengenakan dasi.” Baekhyun terkekeh.
“Aku bukan Eun Soo.” Kedua manik hitam itu
menatap Baekhyun tajam.
Baekhyun hanya menelan ludah yang kemudian
tersenyum masam menanggapinya. “Baiklah, aku
mengerti. Kalian itu kembar, tapi tidak mau disama-
samakan, begitu, „kan? Yah, seharusnya aku tau itu.”
**
Kyung Soo menatap kosong pada buku yang ia
pegang. Ia sedang berdiri didepan kelasnya sembari
membaca buku dan sesekali memandangi teman-temannya
yang sedang asyik bermain di halaman sekolah.
44
Kedua mata lebarnya menatap Narri yang sedang
berjalan dan duduk bergabung dengan teman-temannya
ditaman, tepat di bawah tempat Kyung Soo berdiri.
“Aku tidak tau kenapa aku tidak bisa mengerjakan
soal-soal ini dengan baik, padahal aku sudah belajar
dengan keras.” Baekhyun menatap hasil lembaran
ulangannya kemarin. Terlalu banyak coretan merah yang
ia dapatkan.
“Apa otakku sebodoh itu? Seharusnya aku satu
kelas dengan adikmu, Kyung Soo.” Baekhyun menaikkan
bola matanya. Sekali lagi ia berharap mendapat jawaban
dari Kyung Soo tapi Kyung Soo sama sekali tak
memperdulikannya. Baekhyun menoleh, memperhatikan
wajah Kyung Soo yang terpaku dengan seseorang
dibawah mereka.
“Ahh… jadi kau memperhatikan dia? Begitu ya
orang sedang jatuh cinta, sekalipun tak memperdulikan
temannya bicara,” celetuk Baekhyun.
Kyung Soo menoleh. “Aku dengar apa yang kau
katakan,” balas Kyung Soo. Baekhyun menyeringai.
“Yah, Cho Narri. Kelas „c‟ dan dia merupakan
pelanggan tetap perpustakaan. Dia tinggal bersama dengan
keluarga lengkapnya, ayah, ibu dan adiknya. Tingginya
hanya 150 cm-an, dan usianya sama dengan kita. Dia
mengikuti berbagai macam kursus termasuk ballet, piano
dan biola. Dia pandai sekali berbahasa Inggris, nilainya
sangat dikagumi guru Kim. Cita-citanya menjadi seorang
dokter, karena adiknya tengah sakit sekarang. dan…”
Kyung Soo ternganga, kaget. “Dari mana kau tau
soal itu?”
45
“Hey, dia tetanggaku, jelas saja aku tau. Ibunya
sangat akrab dengan nenekku. Mereka berdua sering
menggosipkan sesuatu saat bersama. Aku tau karena aku
sering menguping pembicaraan mereka.”
Kyung Soo kembali menatap sesosok yeoja yang
dikaguminya sedang mengumbar tawa bersama dengan
teman-temannya.
“Ah, jadi begitu,” gumam Kyung Soo.
“Hanya itu? Aku minta bayaran, traktir aku
makan.” Mereka berdua bertatapan, Baekhyun
menunjukkan wajah termanisnya pada Kyung Soo. Tapi
Kyung Soo hanya membalas dengan tatapan datar dan
berjalan menuju tempat yang Baekhyun harapkan.
**
Eun Soo mengembungkan pipinya. Kini ia sedang
menatap sebuah lembaran kertas putih yang dipenuhi
dengan coretan merah. Berkali-kali ia menghela nafas
panjang. Entah bagaimana ia harus menyampaikan
lembaran itu kepada eomma dan appa nanti. Apalagi jika
dibandingkan dengan nilai yang Kyung Soo dapatkan.
Yumi menatapnya prihatin. Yah, memang
seharusnya begitu. Eun Soo harus berubah agar mendapat
nilai bagus dan bisa naik kelas tahun ini. Bayangan tinggal
kelas semakin menghantuinya.
“Bagaimana menurutmu?”
Eun Soo menggembungkan pipinya sambil
menggelengkan kepala. Kemudian disusul dengan
mengangkat kedua tangannya.
“Tapi setidaknya nilaiku bertambah 10 point dari
40 menjadi 50. Yah, tidak cukup buruk.” Eun Soo
46
menyeringai, dengan gemas Yumi memukul dahi
temannya itu.
“Kau bercanda. Bagaimana dengan Kyung Soo?
Dia selalu mendapat nilai jauh lebih bagus darimu. Kau
tidak merasa malu dengannya?” Eun Soo dengan enteng
menggelengkan kepalanya. Kemudian kembali meraih
komik yang ada dilaci mejanya.
“Hentikan Eun Soo, bukan saatnya kau membaca
komik disaat seperti ini.”
“Kenapa?”
“Aku mengkhawatirkanmu. Araseo?” Eun Soo
tertegun. Ia menatap wajah gelisah Yumi. “Kalau kita
masuk kelas ini sama-sama, kita juga harus keluar sama-
sama,” kata Yumi lirih, hampir tak terdengar.
Seketika itu dada Eun Soo menjadi sesak.
Genangan air mata Yumi yang tertahan siap meluncur
kapan saja. Eun Soo kembali menutup bukunya, tepatnya
sebuah komik yang ia pegang.
“Aku akan berubah. Aku akan belajar,” balas Eun
Soo. Ia menepuk pundak Yumi pelan, mencoba
menghiburnya.
“Gojima, kau dulu juga bilang begitu.”
Eun Soo membisu. Sekalipun ia tak pernah
belajar. “Aku akan berusaha. Aku masih tidak bisa janji
padamu, tapi aku akan mencobanya.”
Yumi menyeka air matanya. Kemudian kembali
duduk dibangkunya, tepat disamping kanan Eun Soo
duduk.
47
“Um, Yumi-ah? Apa kau mengenal Narri?” tanya
Eun Soo yang tiba-tiba mengalihkan pembicaraan setelah
teringat janjinya dengan Kyung Soo.
“Cho Narri maksudmu?” Eun Soo mengangguk
yakin. “Tidak banyak yang kuketahui tentangnya, untuk
apa kau menanyakan dia?” Yumi mulai menaruh curiga.
“Ahh, kau tau. Aku sangat kesal dengannya, dia
sombong sekali.”
Yumi terheran. Ia kembali menatap ragu pada
mata Eun Soo. Tergambar jelas sedikit kebohongan
disana, kemudian Yumi tersenyum. Bertemu dengan Narri
saja tidak pernah, Eun Soo dengan seenak lidahnya
mengatakan Narri sombong.
“Begitu ya, kalau begitu kita labrak dia sama-
sama,” ajak Yumi penuh semangat.
“Ah, untuk apa? Itu hanya akan membuang-buang
waktu.” Eun Soo kembali duduk tenang, ia mencoba
meraih buku pelajaran yang ia bawa. Tapi, tasnya kosong.
**
“Kyung Soo-ssi?” kata Yumi serak. Ia kini
tengah berdiri mematung dihadapan Kyung Soo. Kyung
Soo hanya menatap datar tanpa menggerakkan bibirnya
sekalipun pada Yumi.
Yumi menjadi semakin gugup. Ia sudah berusaha
memberianikan diri untuk bertemu langsung dengan
Kyung Soo. Tak ada tujuan lain, Yumi hanya ingin
menyampaikan soal Eun Soo padanya. Kali ini ia tidak
berniat untuk mencari kesempatan bertemu dengan Kyung
Soo.
48
“Maaf aku menganggumu.” Yumi
membungkukkan tubuhnya sebagai tanda permintaan
maafnya pada Kyung Soo. Kyung Soo mulai menutup
bukunya. Yumi tau benar ia sangat menganggu aktifitas
membaca yang Kyung Soo lakukan.
Baekhyun, yang berada dilantai atas sekolah
mereka, Memperhatikan gerak gerik mereka berdua.
“Hah, coba lihat apa yang sedang terjadi?” kata
Baekhyun pada dirinya sendiri.
“Ada apa?” kata Kyung Soo ketus. Ia paling tidak
suka saat sedang asyik membaca ada yang mengganggu.
“Aku hanya ingin menyampaikan soal Eun Soo
padamu.” Yumi masih menundukkan kepalanya, ia tidak
berani menatap Kyung Soo.
“Kenapa dengan dia?”
“Nilainya, kau tau nilai Eun Soo tidak pernah
mengalami peningkatan? Aku hanya ingin kau
membantunya,” kata Yumi hati-hati.
“Lalu aku harus bagaimana? Memberinya les
sepulang sekolah? Menjadi tutor pribadinya, begitu?
Percuma saja.” Kyung Soo mulai menatap wajah Yumi.
Yumi mengerutkan keningnya mendengar jawaban dari
Kyung Soo dan masih menundukkan kepalanya.
“Bukan, biarkan dia belajar sendiri.” Suara Yumi
semakin serak.
“Dengan cara bagaimana? Memegang buku
pelajaran saja dia tidak pernah.”
“Berbohong, coba kau bohongi dia?” Yumi
mencoba mengangkat kepalanya.
49
“Kenapa kau begitu mengkhawatirkannya, dia
sendiri tidak peduli dengan nilainya,” gertak Kyung Soo.
Ia mendekatkan wajahnya pada gadis itu. Membuat gadis
yang ada dihadapannya semakin gugup.
“Aku tau.” Yumi menarik nafas panjang. “Tapi
kau tak tau kalau aku sangat peduli dengan adikmu, dia
temanku, sahabatku. Aku sangat menyayanginya. Aku
khawatir dengan ujian semester yang akan datang. Kau
jelas tau maksudku.” Yumi terdiam. Kyung Soo pun
kehilangan kata-kata.
“Baiklah, aku harus bagaimana?” Yumi menatap
Kyung Soo kaget. Kemudian mulai tersenyum dan
menjelaskan misi yang sudah ia pikirkan kepada Kyung
Soo dengan detail. Kyung Soo mencoba memahami dan
akan segera melakukannya pada Eun Soo.
“Hah, apa yang mereka bicarakan ? Kenapa
menjadi serius begitu,” gerutu Baekhyun kesal. Ia
mencoba memperhatikan lebih seksama lagi kejadian yang
ada dibawah karena memang suara mereka tidak sampai
terdengar ke atas.
“Hei, mana Kyung Soo?” Eun Soo menepuk
pundak Baekhyun dan membuatnya terjingkat kaget.
“Kenapa kau mengagetkanku.” Teriak Baekhyun
kesal tepat didepan wajah Eun Soo.
“Kau lebih mengagetkanku jika seperti itu.” Eun
Soo mengelus dadanya.
“Kau mencari Kyung Soo?” Eun Soo
mengangguk.
Baekhyun memegangi kepala Eun Soo dan
menundukkannya kebawah. “Apa yang kau…” Kedua
50
mata lebar Eun Soo merasakan surprise saat melihat
kejadian langkah di taman sekolah. “Hey, apa itu sebuah
kebetulan?”
Baekhyun melepaskan tangannya. “Tidak,
kejadian itu disengaja,” jawab Baekhyun dan membuat
Eun Soo mengerutkan keningnya.
“Aku melihat sendiri, temanmu itu mendatangi
Kyung Soo. Seperti disebuah drama, wanita itu memang
agresif. Tapi kurasa temanmu sudah mulai menunjukkan
perkembangan.” Baekhyun terkekeh. Eun Soo tersenyum.
“Ya, jika Narri bukanlah gadis yang Kyung Soo
inginkan.”
Baekhyun menatap Eun Soo yang masih
memperhatikan kakaknya. Kedua matanya terbelalak.
“Jadi Kyung Soo benar-benar menyukai Narri?” suara
Baekhyun terdengar kaget.
“Kau ini bodoh atau apa? Ha?” Eun Soo
mengangkat alisnya dan menatap Baekhyun heran.
Kemudian mereka berdua kembali memperhatikan
kebawah dan Kyung Soo dan Yumi sudah menghilang.
“Kemana mereka berdua pergi.” Baekhyun dan
Eun Soo mencari-cari. Kedua mata mereka berpencar
mencari keberadaan Kyung Soo dan Yumi.
“Apa yang kalian lakukan?” Eun Soo dan
Baekhyun menoleh. Namja berwajah dingin itu tengah
berdiri dibalik punggung mereka. Seketika Eun Soo dan
Baekhyun terkesiap. Dengan spontan mereka tersenyum
janggal melihat tatapan mematikan dari mata Kyung Soo.
“Aku mencarimu,” jawab Eun Soo sekenanya.
**
51
Eun Soo berjalan lebih dulu dibanding Kyung Soo
dan Baekhyun. Yumi akan menyusul setelah Chanyeol
datang menjemput. Eun Soo menghentikan langkahnya. Ia
melihat Joon Myeon berjalan menuju mobil jemputannya
keluar sekolah sendirian. Hatinya kembali menjadi
muram.
Kyung Soo dan Baekhyun ikut memperhatikan.
Terdengar helaan nafas Eun Soo dan membuat Kyung Soo
menoleh. Kemudian ia berjalan dan sengaja menabrak
lengan Eun Soo agar bangun dari lamunannya.
“Ya, dia memang tampan,” ujar Kyung Soo. Eun
Soo melongo.
“Kalian berdua ini saudara yang aneh,” gumam
Baekhyun kemudian menyusul Kyung Soo.
Sebuah mobil bercat hitam merk Porsche 911
berhenti didepan sekolah. Kemudian seorang namja tinggi
dengan senyuman yang menawan itu turun. Kini
rambutnya tidak keriting lagi. Rambut emas kecoklatan
lurus dan yang pasti membuat wajahnya semakin tampan
menjadi pusat perhatian setiap yeoja yang baru saja
keluar dari
sekolah untuk bergegas pulang.
Eun Soo terbelalak melihat pemilik mobil „antic‟
itu melambaikan tangan pada dirinya. Kyung Soo dan
Baekhyun terlihat kebingungan.
“Hey, apa itu namjachingu Eun Soo?” tanya
Baekhyun heran.
Kyung Soo menggelengkan kepalanya dengan
bibir sedikit terbuka.
52
“Ya!! kita tidak punya banyak waktu lagi.” Yumi
datang dengan berlari dan segera meraih tangan Eun Soo.
Kyung Soo dan Baekhyun masih berjalan tenang.
“Mana kakakmu?” tanya Chanyeol. Kedua
matanya mencoba mencari-cari keberadaan Kyung Soo
yang belum pernah ia ketahui sebelumnya. Sedangkan
Kyung Soo hanya berada satu meter dari tempatnya
berdiri.
“Kyung Soo? Apa maksudnya Kyung Soo?”
Yumi terkaget. Eun Soo menganggukkan kepalanya dan
mulai menatap Kyung Soo agar berjalan lebih cepat.
“Ah, kau ternyata orangnya. Kau lebih mungil
dari yang kubayangkan.” Baekhyun terkekeh. Kemudian
terdiam saat Kyung Soo menatapnya.
Mereka berempat masuk mobil, termasuk
Baekhyun sebagai tamu yang tak diundang memaksakan
dirinya untuk bisa ikut.
“Siapa namamu?” Baekhyun memecah
keheningan didalam mobil.
“Park Chanyeol imnida, yah aku Park Chanyeol
tapi cukup kau panggil aku Chanyeol.”
“Kau lebih tua dariku, sepertinya. Aku
memanggilmu hyeong
saja.”
“Ah, kau terlalu sungkan. Kita ini teman.”
“Hahaha, ya tentu. Hey, aku sangat menyukai
mobil anehmu ini. Hahahaha.” Celetuk Baekhyun tanpa
sungkan.
53
Kyung Soo dan Eun Soo menatap Baekhyun
bebarangan. Baekhyun mengerjapkan kedua matanya
melihat hal itu.
“Ahahhaaa, ini bukan mobil aneh. Ini mobil antic
dari Jerman tahun 90-an. Aku membelinya dari hasil
lelang saat awal masuk Universitas,” jelas Chanyeol.
“Hahaha, ya seharusnya aku tau soal itu,” jawab
Baekhyun terdengar sungkan.
“Emm, siapa namamu?”
“Baekhyun imnida. Byun Baekhyun.”
“Ah, mannasobangawo33.”
“Chonmaneyo34.”
Hening.
Mereka semua tediam didalam mobil. Terhanyut
oleh pikiran masing-masing.
“Hey, kenapa bukan kau saja yang duduk
dibelakang?” bisik Chanyeol pada Yumi. Dan Kyung Soo
memperhatikan.
Kemudian Yumi menoleh, melihat keadaan
dikursi kedua mobil Chanyeol. Kyung Soo terlihat jelas
menatap dirinya dengan kedua mata bulatnya yang terlihat
datar. Yumi menunduk, mengalihkan pandangannya
kebawah dan semakin dalam. Kemudian kembali
menghadap kedepan.
“Tidak mungkin aku duduk dibelakang,” balasnya
lirih dan Chanyeol tidak mendengarnya. 33 Mannasobangawo = senang berkenalan denganmu
34 Chonmaneyo = sama-sama
54
“Kenapa Yumi bisa ikut?” Kyung Soo berbisik
pada pada Eun Soo yang ada disamping kirinya.
“Chanyeol dan Yumi adalah teman. Aku
mengenalnya dari Yumi.”
“Kapan kalian bertemu?”
“Baru saja kemarin. Kami bertemu dicafe,” jawab
Eun Soo polos.
“Jadi kau berbohong. Bukannya kemarin kau
berpamitan untuk pergi mengerjakan tugas kelompok?”
Eun Soo menoleh. “Kalian bilang kalian sedang ada tugas
kelompok dan mengerjakannya dirumah Yumi,” sambung
Kyung Soo, Eun Soo tercengang. Ia kehilangan kata-kata.
Ia tidak tau soal itu sebelumnya.
“Ya, setelah kami belajar kelompok tentunya.”
Sahut Yumi. Dan Kyung Soo menatap tajam pada Eun
Soo. Eun Soo hanya melempar pandangannya keluar
jendela mobil.
“Apa yang kalian bicarakan?” tanya Baekhyun
penasaran.
“Tidak ada,” jawab Kyung Soo dan Eun Soo
bebarengan.
“Kalian kompak sekali ya.” Chanyeol
menyeringai.
Sampailah mereka disebuah gedung studio band.
Tempatnya terlihat tidak terlalu besar tapi cukup bagus.
Chanyeol menjelaskan bahwa gedung itu milik bandnya
pribadi, itu adalah hasil kerja kerasnya bersama dengan
dua namja yang sedang menunggu didalam.
Chanyeol membuka pintu usai memarkirkan
mobilnya di pekarangan kecil studio. Disana dua orang
55
namja sedang menunggu dan berlatih dengan alat
musiknya masing-masing. Baekhyun terbelalak takjub
melihat isi gedung yang terlihat kecil dari luar tetapi
begitu luas
dalamnya. Ia melihat sebuah drum, studio rekaman pribadi
dan gitar.
Perlahan ia melangkahkan kakinya masuk begitu
juga dengan yang lain. Kyung Soo tampak tenang-tenang
saja, Eun Soo memperhatikan isi keseluruhan ruang itu
dengan mata yang berbinar.
“Daebak35. Apa ini juga termasuk kalian sendiri
yang merancangnya?” ujar Eun Soo sembari mengamati.
“Nde, kami sendiri yang merancangnya.
Bagaimana menurutmu teman?” Chanyeol menatap
Kyung Soo.
“Not bad.” Jawabnya singkat.
“Ah… begitu ya.” Chanyeol mangut-mangut.
“Perkenalkan, mereka berdua adalah bagian dari band
ini.” Dua orang namja berdiri. Yang satu meletakkan gitar
bass-nya dan yang satunya lagi bangun dari kursi drum-
nya.
Kyung Soo membungkukkan badannya. Begitu
juga kedua namja yang ada dihadapannya.
“Anyeonghaseyo, Sehun imnida.”
“Anyeonghaseyo, Kyung Soo imnida.” balas
Kyung Soo, kemudian disusul dengan Eun Soo dan
Baekhyun memperkenalkan diri. Yumi sudah cukup akrab
dengan mereka. 35 Daebak = hebat
56
“Anyeonghaseyo, Kai imnida.” Kai menyeringai.
Kini ia sedang menatap jahil kearah Eun Soo yang berdiri
tepat disamping Kyung Soo. Menyadari hal itu, Eun Soo
langsung menyembunyikan dirinya dibalik punggung
Kyung Soo.
“Ini dia, orang yang akan bergabung dengan kita.
Sebelumnya, kami ingin mendengar seperti apa suaramu?”
ucap Chanyeol seraya menyerahkan microfon pada Kyung
Soo.
“Baiklah, aku mengerti.”
“Kau bisa menyanyikan lagu apa?” celetuk Kai
sembari memutar-mutar stik drumnya.
“Aku bisa menyanyikan segala jenis lagu.”
Sehun terkekeh menyepelekan, begitu juga
dengan Kai. Kemudian Chanyeol berdehem dan memulai
latihan pertama mereka bersama Kyung Soo.
Kyung Soo masih berdiri mematung sekalipun
musik sudah terdengar kencang. Eun Soo tiba-tiba merasa
khawatir.
Suara Kyung Soo menggema. Suara yang lembut
dan halus bak sutra. Eun Soo berjingkrak-jingkrak
kegirangan saat melihat ketiga namja itu menelan ludah
mereka masing-masing. Yumi bertepuk tangan dan
Baekhyun mengacungkan kedua jempolnya. Chanyeol
dengan posisi mulut ternganga kagum dan Sehun yang
berhenti memetik gitarnya. Kai, ia tercengang sembari
membelalakkan kedua matanya.
Chanyeol, Kai dan Sehun mengerjapkan mata
mereka bebarengan kemudian sekali lagi menelan ludah.
Kyung Soo membungkukkan badannya, mengakhiri lagu
57
yang ia nyanyikan dengan penghormatan. Eun Soo,
Baekhyun dan Yumi berdiri sembari memberikan tepuk
tangan.
“Uwahhh, aku benar-benar suka dengan suaramu.
Sungguh.”. Chanyeol mendekat dan menepuk pundak
Kyung Soo.
“Oddoke36? Apa kakakku masuk nominasi?” Eun
Soo tampak
begitu bersemangat.
“Ah, tentu saja,” balas Chanyeol tanpa ragu.
“Suaramu bagus, aku menyukainya.” Sehun
tersenyum dengan polosnya.
“Apa temanku juga boleh bergabung. Baekhyun
memiliki suara yang khas.” Baekhyun melotot. Ketiga
namja itu kini beralih menatap Baekhyun.
“Hey, apa yang kau katakan? Aku tidak bisa
bernyanyi.” Kyung Soo berjalan mendekati Baekhyun dan
menyerahkan microfon-nya ketangan Baekhyun.
Dengan malu-malu ia berdiri dan mencoba untuk
bernyanyi.
Serasa tenggorokan mereka tercekat. Suara tinggi
Baekhyun membuat mereka kehilangan kata-kata. Begitu
tipis dan nyaring. Chanyeol semakin tersenyum
sumringah, kini ia tidak usah susah payah lagi mencari
personel karena ada dua personel datang dengan
sendirinya.
36 Oddoke = bagaimana
58
“Hwa…..” Chanyeol bertepuk tangan. “Kita akan
bekerja dengan baik. tidak perlu banyak latihan lagi, aku
rasa kalian mampu memenuhinya. Minggu depan, kita
berangkat kedapur rekaman yang sebenarnya.” Baekhyun
dan Kyung Soo tersenyum lebar. Untuk pertama kalinya
Yumi melihat senyum manis Kyung Soo.
**
“Kau berhasil. Kau berhasil.” Eun Soo melompat
kegiraan sembari memeluk Kyung Soo.
“Cepat lepaskan,” kata Kyung Soo datar.
“Ahh, baiklah. Aku akan menceritakan soal Narri
padamu.”
“Tidak usah, aku sudah mengetahui semuanya.”
“Apa?” Eun Soo terbelalak.
“Kau terlambat. Sebagai hukumannya dengarkan
aku.”
“Tidak mau.” Eun Soo menggelengkan kepalanya.
Kyung Soo langsung memegang tangan Eun Soo erat.
“Aku tadi bertemu dengan Joon Myeon.” Eun Soo
langsung berhenti memberontak.
“Jinja, dimana?”
“Tentu saja di perpustakaan. Dia juga
menyukaimu sebenarnya.” Wajah Kyung Soo terlihat
misterius.
“Benarkah?” kemudian Eun Soo menaruh curiga
pada Kyung Soo. “Kau berbohong.”
“Aniyo, aku tidak berbohong. Hanya saja kau
gadis yang kurang pintar, sebab itulah Joon Myeon tidak
mau mengungkapkan perasaannya padamu. Ia menunggu
59
kau berubah terlebih dahulu. Seandainya kau gadis yang
pintar, mungkin dia sudah mengajakmu berkencan.”
Eun Soo tertegun. Ia sangat ragu dengan ucapan
Kyung Soo.
“Akan kubantu kau belajar. Kau tidak mungkin
menyia-nyiakan kesempatan ini, „kan?” Kyung Soo
menatap Eun Soo meyakinkan. Eun Soo terlihat bingung.
“Kau yakin kau tidak sedang berbohong?”
Kyung Soo mengangguk yakin.
“Baiklah, aku akan berusaha. Untuk Joon Myeon,
untuk menjadi yeojachingu37 Joon Myeon… kyaaaaaaa…”
Eun Soo berlari masuk kedalam rumah dengan
kegirangan. Kyung Soo hanya tersenyum smirk.
“Babo, kau memang terlalu bodoh.”
**
Eun Soo memperhatikan sepedanya. Kemudian ia
berteriak memanggil appa dan Kyung Soo untuk keluar.
“Ada apa?” tanya appa sembari berlari kecil.
Kyung Soo membawa tasnya dan siap berangkat ke
sekolah.
“Sepadaku,” gerutu Eun Soo sembari
menunjukkan sepedanya.
“Waeyo?” Kyung Soo datang mendekat.
“Tach‟ida38,” jawab Eun Soo singkat.
37 Yeojachingu = pacar untuk laki-laki
38 Tach‟ida = rusak
60
“Hhahaa, ini hanya ban bocor. Kita bisa
menambalnya dan bisa kau pakai lagi,” sahut appa.
“Tapi ini rusak appa.”
“Hanya ban bocor,” celetuk Kyung Soo.
“Tapi tidak bisa dipakai kan? Berarti rusak.”
Appa tertawa dan Kyung Soo hanya menatap Eun
Soo kesal.
“Biar aku berangkat bersama dengan sepeda
Kyung Soo saja, appa.”
“Yah, sepulang sekolah nanti sepedamu sudah
bisa dipakai lagi,” jawab appa sembari mengamati sepeda
Eun Soo.
“Siapa juga yang mau memboncengmu.
Berjalanlah sendiri,” sahut Kyung Soo ketus.
“Apa kau tega membiarkanku berjalan sendirian
pergi ke sekolah. Tentu saja tidak, „kan?” belum sempat
Kyung Soo menjawab tapi Eun Soo sudah menjawab
pertanyaannya sendiri.
“Naiklah!”
Eun Soo berdiri dibelakang punggung Kyung Soo
dan berpegangan pada kedua pundak Kyung Soo.
“Sepulang sekolah nanti, kau ada latihan dengan
bandmu?”
“Nde, aku sudah minta izin pada eomma.”
“Dengan Baekhyun?”
“Memangnya dengan siapa lagi?”
“Kalau begitu sepedamu ini biar aku pakai.”
61
“Memangnya kau akan meninggalkannya di
sekolah.”
“Ikkkksss, kau.” Eun Soo menjambak rambut
Kyung Soo.
“Sekali lagi kau melakukannya, kau akan
kuturunkan sekarang juga.” Ancam Kyung Soo dan
membuat Eun Soo terkekeh.
“Mianhae, oppa,” balas Eun Soo.
Kyung Soo terkaget, mendengar panggilan yang
terasa asing ditelinganya dan tak pernah Eun Soo katakan
padanya membuatnya tersenyum bahagia.
Sesampainya mereka di sekolah. Semua mata
tertuju pada mereka, tak biasanya mereka seakrab ini.
Yumi dan Baekhyun memperhatikan. Kebetulan mereka
sampai disekolah pada waktu yang sama.
Eun Soo melambaikan tangannya pada Baekhyun
dan Yumi, kemudian berlari kecil menghampiri mereka.
“Ini aneh?” Baekhyun mengangkat sebelah
alisnya. Eun Soo
tersenyum kemudian menggelengkan kepala dan
mengajak Yumi masuk kelas.
“Kyung Soo-ya, aku disini!” Baekhyun
melambaikan tangannya. Kyung Soo sudah tau Baekhyun
berdiri menunggunya disitu.
“Nanti kita latihan kan?” Baekhyun meletakkan
tangannya
dipundak Kyung Soo.
“Em.”
62
“Bagaimana menurutmu? Mereka cukup
menyenangkan bukan? Menurutku begitu,” ucap
Baekhyun.
“Aniyo, hanya Chanyeol yang ramah. Kai, aku
kurang menyukainya,” sahut Kyung Soo.
“Hahaha, dia memang sedikit angkuh menurutku.
Mungkin karena kita belum terlalu mengenalnya.”
Baekhyun tersenyum.
“Aku harap juga begitu. Dia terlalu meremehkan
kita,” lanjut Kyung Soo.
“Hahahaha, kau benar sekali.”
**
Eun Soo mengeluarkan seluruh buku pelajaran
yang ia bawa dan menaruhnya di laci bangkunya. Yumi
tercengang kaget. Kedua matanya terbelalak
memperhatikan sahabatnya yang sedikit aneh hari ini. Eun
Soo tampak begitu bersemangat.
Yumi datang menghampiri bangku Eun Soo. Ia
menempelkan tangannya ke dahi Eun Soo. “Apa yang kau
lakukan?” Eun Soo melongo.
“Kau tidak sedang sakit kan?”
“Ah, aku kan sudah bilang padamu aku akan
belajar.” Yumi mangut-mangut.
“Ini karena seseorang.” Eun Soo menyeringai.
Dan Yumi
tersenyum, ternyata permintaannya dipenuhi oleh Kyung
Soo.
“Aku sangat mendukungmu.”
63
“Tentu, kau harus mendukungku.” Eun Soo
terlihat begitu bersemangat. Hari ini wajahnya sangat
sumringah.
Pelajaran berlalu begitu cepat sampai akhirnya
saat jam
pulang sekolah tiba. Eun Soo datang ke Parkiran sekolah
bersama Yumi untuk mengambil sepeda milik Kyung Soo
dan membawanya pulang.
“Aku yang bonceng,” tawar Eun Soo.
“Rumahku dekat. Aku bisa berjalan kaki.”
“Hey, kau ini. Dari pada kau sendirian kan lebih
baik aku bonceng pulang.”
“Ah, baiklah. Jangan melototiku seperti itu.”
Mereka berjalan menuntun sepeda sampai keluar
gerbang. Soo dan Baekhyun sudah dijemput oleh
Chanyeol sebelum bel sekolah berdering. Eun Soo
tertegun. Ia berhenti tanpa aba-aba sampai membuat Yumi
yang berada dibelakangnya menabrak tubuhnya. Mereka
berdua terpaku. Kini wajah muram Eun Soo tergambar
jelas.
“Kyung Soo berbohong. dia berbohong padaku.”
Yumi menatap Eun Soo prihatin. Ia juga merasa menyesal.
**
Eun Soo merobohkan sepeda Kyung Soo
dihalaman rumahnya. Ia duduk dikursi tempat bersantai
depan rumahnya, kemudian menggeletakkan tasnya diatas
meja. Dalam pikirannya terlintas kejadian sepulang
sekolah tadi. Ia melihat Joon Myeon sedang menggandeng
seorang yeoja, dan yeoja itu memeluk lengan Joon Myeon
64
dengan manja. Lebih menyakitkan lagi saat Yumi
mengatakan gadis itu adalah Narri.
Eun Soo menghela nafas berat. Kemudian ia
berjalan masuk kedalam rumah. Eomma melihat
kedatangannya, wajah putrinya tampak lusuh. Tanpa
menghiraukan keberadaan eomma yang sedang
memperhatikan dirinya, Eun Soo terus berjalan menaiki
tangga.
“Kau kenapa?” Eun Soo mengangkat kepalanya
yang tadinya menunduk muram, kemudian
menggelengkan kepalanya dan berjalan lesu menuju
kamar.
“Eun Soo-ah, eomma mianhae.” Eun Soo
menghentikan langkahnya. Kini ia berdiri di pertengahan
tangga. “Seharusnya eomma tidak membiarkan mereka
bermain dijalan,” lanjut eomma yang membuat Eun Soo
semakin tak mengerti.
Eomma berjalan mendekat, tatapannya mendung.
Eun Soo masih belum bisa menebak apa yang sudah
terjadi. Siapa lagi yang dimaksud kalau bukan anjing
peliharaannya.
“Waeyo, eomma?” Eun Soo perlahan menuruni
tangga.
“Yeonggu, seseorang menabraknya dan
melarikan diri.” Eun Soo terkejut. Kedua matanya
seketika melebar.
“Dimana yeonggu sekarang?” tanpa perlu
mendengar jawaban eomma, Eun Soo langsung berlari
menuruni tangga dan mencari sumber suara meonggu.
65
Eun Soo tercengang kaget. Yeonggu terbaring
disamping meonggu dengan keadaan yang
memprihatinkan. Kakinya terluka dan banyak sekali
darah. Sedikitpun yeonggu tak bergerak, tubuhnya begitu
lemas. Eomma sudah berusaha mengobatinya, terlihat
sebuah balutan perban dikaki kanan yeonggu.
Eun Soo menyeka air matanya. Kemudian meraih
tubuh yeonggu dengan lembut. Dengan hati-hati tangan
Eun Soo mengangkat tubuh yeonggu dan menaruhnya
dalam pelukannya. Ia merasa ada sesuatu yang berbeda.
“Eomma!!!” Teriak Eun Soo dengan terisak
tangis. Yeonggu sudah mengakhiri hidupnya, terlihat dari
kedua bola mata anjing ras terrier airedale itu menatap
kosong pada Eun Soo.
**
Kyung Soo melihat tubuh adiknya membungkuk
diteras halaman belakang rumahnya bersama dengan
anjing miliknya. Kyung Soo menghela nafas, ia
mendengar cerita dari eomma sesampainya dirumah tadi.
Mungkin Kyung Soo belum tau satu kejutan lagi yang
sudah Eun Soo lihat bersama dengan Yumi sepulang
sekolah.
Kyung Soo memegang pundak Eun Soo pelan.
Kemudian ia duduk dengan tenang disamping Eun Soo
dan meonggu datang duduk diantara mereka.
“Meonggu sekarang milik kita bersama.” Eun Soo
menoleh. wajahnya terlihat begitu mengerikan. “Sudah,
jangan menangis lagi.” Kyung Soo meraih dagu Eun Soo
dan menghapus air mata yang membanjiri pipi adiknya
dengan jemari tangannya.
66
“Kau terlihat jelek.” lanjut Kyung Soo. Eun Soo
menyembunyikan wajahnya, ia menunduk lebih dalam.
“Aku tidak akan memaafkan orang yang sudah
membunuh yeonggu.” Kyung Soo meraih tubuh Eun Soo
dan menjatuhkannya pada pelukannya.
“Aku juga,” sahut Eun Soo getir.
**
Angin malam membelai lembut helaian rambut
Eun Soo. Ia termenung bersama meonggu di halaman
belakang rumah dan hanya mengenakan piama hitam
bergambar bintang itu tanpa jaket atau pun selimut.
Padahal udara malam ini cukup dingin.
Kedua matanya menatap kosong pada
dedaunan yang
melambai-lambai tertiup angin. Suara gemerincing dari
hiasan kerang yang mengantung itu menjadi musiknya
malam ini.
“Kau belum tidur? Walaupun besok kau libur, tapi
ini jam tidurmu. „kan?” eomma mendekat, kemudian
memeluk tubuh Eun Soo dengan selembar selimut tebal.
“Aku belum mengantuk, eomma. Aku akan pergi
tidur jika memang mengantuk.”
“Em, baiklah. Jangan lupa untuk mengunci pintu.”
“Ye..”
Eun Soo kembali melamun. Dan mulai menikmati
suasana malam itu.
Perlahan ia memejamkan kedua matanya. Disana
tergambar saat-saat indah bersama yeonggu, hadiah ulang
tahun dari kedua orang tuanya yang paling ia sukai
67
beberapa hari yang lalu. Semahal apapun penggantinya
akan tetap terasa berbeda. Anjing kesayangannya kini
telah pergi.
“Kau baik-baik saja?” suara namja itu membuat
kedua mata Eun Soo terbuka.
“Emm.”
Kyung Soo beralih duduk disamping Eun Soo. Ia
memperhatikan wajah adiknya yang terlihat begitu sedih.
Kemudian beralih memandang halaman yang kosong
dihadapannya.
Kyung Soo tidak akan keluar dari kamarnya
setelah mengenakan piama. Tapi niatannya untuk keluar
kamar tidak bisa ia artikan sendiri. Kyung Soo pun
menjadi tidak tenang.
“Setidaknya kau harus beristirahat,” tukas Kyung
Soo sembari memandang lesu wajah Eun Soo yang
muram.
“Aku belum mengantuk.” Dan hanya jawaban
itulah yang Eun Soo keluarkan. Kyung Soo menghela
nafas berat.
“Aku tidak akan membangunkanmu besok pagi,”
ancam Kyung Soo. Eun Soo menundukkan kepalanya.
Kemudian melingkarkan kedua tangannya pada lututnya.
“Kenapa kau membohongiku?”
Kyung Soo tertegun. Sepertinya ia tak mengerti
dengan apa yang Eun Soo katakan. Kyung Soo
menatap Eun Soo penuh tanya,
sekalipun Eun Soo tak menoleh padanya.
68
“Joon Myeon sama sekali tidak mengenalku.
Narri, adalah yeojachingu-nya.” Kyung Soo tersentak
kaget. Kedua mata bulatnya semakin melebar. “Aku
melihat mereka berdua pulang bersama hari ini.” Eun Soo
meremas selimut yang ia kenakan.
“Kenapa saat bersamaan aku merasakan dua
kesedihan sekaligus. Kehilangan yeonggu, dan ….” Eun
Soo menundukkan kepalanya. ia menangis.
“Kita lupakan mereka sama-sama,” tukas Kyung
Soo kemudian. Eun Soo menoleh, menatap kedua mata
kakaknya yang terlihat baik-baik saja. Kemudian kembali
melemparkan pandangannya ke halaman yang berada
dihadapannya. Eun Soo mengernyit bingung.
“Melupakan seseorang tidak semudah saat kau
memasukkan jarimu kelubang hidung, Kyung Soo,” balas
Eun Soo.
“Ah, sudahlah jangan membahas mereka,” tukas
Kyung Soo.
Kyung Soo menatap langit yang bertaburan
banyak sekali bintang, nampaknya malam ini Goyang
sangat cerah. Tersungging senyuman tipis dibibirnya.
Kedua mata bulat Kyung Soo memperhatikan
beberapa titik bintang yang terlihat begitu terang, dan ada
satu bintang yang paling terang diantara yang lain. Ia
tersenyum, kemudian meletakkan tangan kirinya pada
pundak Eun Soo yang sedang terisak tangis.
“Kau lihat itu?” Kyung Soo mengangkat jari
telunjuknya. Eun Soo mendongakkan kepalanya. Kini
mereka melihat bintang yang sama.
69
“Mungkin saja itu yeonggu,” kata Kyung Soo
sembari tersungging senyuman dibibirnya. “Mana
bintangmu?” lanjutnya.
Eun Soo menyeka air matanya. Kemudian
menerawang angkasa. Ia mencoba memilih satu bintang
yang menarik baginya.
“Yang itu.” Ia menunjuk bintang yang sama-sama
bersinar dengan bintang yang Kyung Soo bilang adalah
yeonggu.
Tepat dua bintang berdekatan yang Eun Soo pilih.
Yah, suasana hati mereka sedikit tenang. Kyung Soo
mengehela nafas lega. Mendengar Narri sudah
mempunyai namjachingu bukanlah kiamat baginya.
“Kalau begitu yang satunya adalah bintangku.”
Kyung Soo menatap Eun Soo penuh arti.
“Lalu, bintang meonggu yang mana?” tanya Eun
Soo dan berharap Kyung Soo menunjuk satu bintang
untuk meonggu.
“Yang itu, dan disana milik appa, disampingnya
lagi eomma,” akhirnya segaris senyuman tipis tersungging
dibibir tebal Eun Soo.
Mereka beranjak pergi tidur dan siap menikmati
akhir pelan mereka besok.
**
Kyung Soo dan Eun Soo -terpaksa- berdiri
menatapi eomma dan appa yang akan menjemur mereka
dibawah terik matahari. Hari ini cuaca cukup panas. Baru
juga jam 10 pagi sudah seperti jam 1 siang.
“Ayolah… kita berkebun sekarang. semangat!!!”
Appa tersenyum lebar.
70
Kedua tangan Eun Soo dan Kyung Soo kini
terbungkus dengan sarung tangan berwarna hijau yang
nampak kebesaran. Tak lupa juga eomma menyuruh
mereka mengenakan topi besar ala ibu-ibu, termasuk
Kyung Soo juga harus mengenakannya sebelum wajahnya
merah terkena sinar matahari. Ia sedikit alergi panas.
Setelah mengenakan kostum lengkap mereka,
Kyung Soo dan Eun Soo berjalan menuju halaman
belakang rumah mereka yang gersang. Appa sudah
menggemburkan tanah yang siap menjadi kebun mereka
dan menaburkan pupuk disana. Eomma membawa
beberapa karung kecil bibit yang diserahkan pada Eun Soo
dan Kyung Soo. Mereka berdua masing-masing
memegang satu karung kecil.
Eun Soo menatap karung yang ada ditangannya,
begitupun juga Kyung Soo, ia melakukan hal yang sama.
Untuk pertama kalinya mereka berkebun bersama.
Biasanya setiap minggu Eun Soo akan menghabiskan
waktunya didalam kamar dan membaca komik sampai ia
tertidur dan bangun saat makan malam tiba. sedangkan
Kyung Soo akan mengerjakan segala sesuatu yang bisa ia
kerjakan. Membersihkan kamar-merapikan buku-bukunya
dan belajar.
“Ayolah, fighting39!!! Jangan murung begitu.
Appa tau kalian sedang sedih, yeonggu… appa yakin dia
sedang bahagia karena sempat bertemu dengan kalian,”
ujar appa sembari mengangkat skrop kecil ditangan
kanannya dan membuat eomma yang berada
disampingnya kelilipan.
39 Fighting = semangat
71
Kyung Soo dan Eun Soo terkekeh. Menyadari hal
itu appa langsung meminta maaf pada eomma. Dengan
sedikit semangat Eun Soo memulai aktifitas berkebunnya
dipagi yang cerah itu.
Kedua tangannya menggali tanah basah yang
sudah appa sirami sebelum mereka berniat untuk
berkebun. Kyung Soo turut memperhatikan, sejauh ini
Eun Soo tak terdengar suaranya sama sekali. Kyung Soo
pun turut menggali. dan dengan sengaja ia membuat tanah
galiannya mengenai Eun Soo.
“Iks,” desah Eun Soo sembari menatap Kyung
Soo kesal. Tapi hati Kyung Soo merasa tidak puas karena
Eun Soo kembali melanjutkan aktifitasnya tanpa
membalas perbuatannya.
Sekali lagi Kyung Soo melakukan hal yang sama.
Kini ia benar-benar dengan sengaja melempar tanah
dengan skrop yang ada
ditangannya dan mengotori lengan Eun Soo.
Eun Soo terdiam. Ia memandangi tangan
kanannya tanpa ekpresi. Tanpa banyak bicara ia
mengambil tanah dengan skrop yang ia pegang dan
memasukkannya pada sarung tangan Kyung Soo.
“Rasakan!!!” Umpat Eun Soo. Kyung Soo
melongo, ia segera melepas sarung tangannya dengan
tersungging senyuman tipis dibibirnya.
“Ini untukmu.” Eun Soo melompat sembari
berteriak ngeri. Appa dan eomma seketika berdiri.
“Ada apa?” Kyung Soo tertawa puas. Seekor
cacing tanah yang ia dapatkan berhasil membuat Eun Soo
mengeluarkan suaranya.
72
“Kau! hiiii….” Eun Soo bergidik ngeri. Kemudian
berlari menjauh dari tempatnya semula. Appa dan eomma
hanya menggeleng-gelengkan kepala mereka.
Kyung Soo masih tertawa tidak bisa menahan
betapa gelinya saat melihat Eun Soo hampir saja terjatuh
karena melihat seekor cacing. Eun Soo benci dengan
hewan melata.
“Sudah tau aku benci dengan binatang-binatang
seperti itu. ih, menyebalkan!” gerutu Eun Soo. Kali ini
meonggu turut membantu. Ia datang dan berhasil
menggalikan tanah untuk Eun Soo.
“Anjing pintar.” Eun Soo mengacak-acak bulu
meonggu.
“Meonggu-ya, kenapa kau tidak membantuku?
Apa kau menyukai majikan barumu? Huh?” teriak Kyung
Soo yang membuat eomma dan appa tertawa sembari
menggelengkan kepala mereka.
“Meonggu sudah bosan denganmu, jadi kau
bekerjalah sendiri,” celetuk Eun Soo dengan ketusnya.
“Ah, baiklah meonggu. Kau tidak akan mendapat
snack dariku lagi.”
“Tenang meonggu, aku juga bisa membelikannya
untukmu.” Eun Soo menjulurkan lidahnya sedangkan
Kyung Soo melotot.
Mereka melanjutkan aktifitas mereka. Setelah
menggali lubang-lubang kecil pada tanah, Kyung Soo
mengisi lubang-lubang itu dengan bibit yang eomma beri
padanya begitu juga dengan Eun Soo melakukan hal yang
sama. Mereka kembali seperti semula, melupakan sedikit
kejadian yang membuat hati mereka terluka.
73
“Kyung Soo-ah, ada tamu untukmu.” Eomma
melonggokkkan kepalanya dari balik pintu. Kyung Soo
berdiri kemudian meletakkan skrop yang ada ditangannya
secara sembarangan.
“Tamu? Memangnya siapa yang
mengunjungimu,” gerutu Eun Soo. Jelas saja ia
mengatakan seperti itu karena sebelumnya mereka berdua
sama-sama tidak pernah mendapatkan tamu.
“Bukan urusanmu.” Kyung Soo melepas sandal
yang ia kenakan dan naik keatas lantai. Baru saja Kyung
Soo melangkahkan kakinya, seorang namja berwajah imut
itu tengah berdiri dihadapannya.
“Kau?”
“Hai, ah! Apa yang kalian lakukan?” Baekhyun
datang mendekati Eun Soo yang tengah berjongkok dan
sibuk menanam bibit-bibit bunga yang eomma berikan.
“Kalian seperti sedang membuat istana pasir.”
Kyung Soo datang mendekat dan kembali
mengenakan sarung tangannya dan mulai berkebun lagi.
“Untuk apa kau kemari?” tanya Eun Soo tanpa
melihat Baekhyun yang berada disampingnya.
“Aku ingin berkunjung. Em, sebenarnya karena
matematika aku terpaksa datang kemari,” jelasnya dengan
antusias.
“Oh.” Eun Soo berpindah tempat dan
membuat Baekhyun
mengernyitkan dahinya dan kemudian tersenyum.
**
74
“Kyungie-ah, ada yang ingin kusampaikan
padamu. Ini soal Narri.”
Kyung Soo tidak merespon, ia sibuk dengan
tangannya yang sedang dipenuhi sabun. Sekali lagi
Baekhyun berbicara dan mendekati Kyung Soo. “Kau mau
mendengarkanku atau tidak?”
“Ani. Aku sudah tau soal itu, jadi jangan dibahas
lagi.”
“Ha?” kedua alis Baekhyun saling tertaut. Ia
bingung karena belum mengatakan apa-apa pada
temannya.
“Apa maksudmu, Do Kyung Soo?” Baekhyun
terus mengikuti langkah Kyung Soo yang berjalan
mondar-mandir kesana kemari.
Kyung Soo menghentikan langkahnya. Kemudian
membalikkan tubuhnya dan menatap Baekhyun yang
berada didepannya.
“Narri adalah yeojachingu Joon Myeon. Aku
sudah tau.”
Baekhyun tercengang kaget, kedua matanya
terbuka begitu lebar seperti bibirnya yang kini membentuk
huruf „o‟. Ia menatapi Kyung Soo yang tampak tenang-
tenang saja. Dihatinya berfikir kalau Kyung Soo tidak
benar-benar mencintai Narri.
“Dari mana kau tau itu?”
“Dariku.” Eun Soo menatap Baekhyun dalam.
Kini hatinya mulai terasa seperti terhimpit bebatuan besar.
Sakit.
Suasana menjadi hening. Ketiga anak manusia itu
terdiam membisu. Dan saling menatap satu sama lain.
75
Baekhyun merasa bersalah. Seharusnya ia tidak usah
menyampaikan hal itu pada Kyung Soo.
“Ah, baiklah. Sebenarnya bukan matematika dan
Narri yang
membuatku datang kemari.” Kyung Soo dan Eun Soo
mengernyitkan kening mereka bingung.
“Lalu apa?” tanya Kyung Soo. Eun Soo dan
Kyung Soo menatap Baekhyun penuh tanya.
“Izinkan aku menginap disini? Jebal.” sebulir air
bening menetes dari pelupuk matanya. Bibirnya bergetar.
Kyung Soo dan Eun Soo melongo kaget. Mereka
berdua tersentak kaget melihat Baekhyun menangis deras
tanpa sebab. Kemudian Kyung Soo membawa Baekhyun
ke ruang tengah dan Eun Soo memberinya segelas air
putih. Nampaknya Baekhyun sedang ada masalah sampai
membuatnya menangis.
Setelah tangis Baekhyun reda. Eun Soo dan
Kyung Soo siap menjadi pendengar yang baik. Mereka
berdua mendengarkan dengan seksama penjelasan dari
Baekhyun.
“Aku tidak tau harus pergi kemana. Yang ada
diingatanku hanya kau, Kyung Soo. Aku bertengkar
dengan nenekku. Siapa yang menginginkan menjadi
seorang yatim piatu,” jelas Baekhyun panjang lebar
sembari berkali-kali menyeka air matanya.
Eun Soo dan Kyung Soo terkesiap, hati mereka
merasa iba.
Yah, Baekhyun adalah seorang yatim piatu sejak
dia masih berusia 3 tahun. Orang tuanya meninggal karena
kecelakaan pesawat saat mereka menuju Australia untuk
76
sebuah tugas perusahaan. Hanya Baekhyun kecil yang
terselamatkan saat itu. Dan dengan terpaksa menerima
kenyataan hidupnya, Baekhyun dirawat dengan keadaan
yang tidak cukup baik oleh neneknya.
Baekhyun kecil tidak pernah menikmati masa
kanak-kanaknya seperti pada umumnya. Ia tidak
mendapatkan kasih sayang utuh dari neneknya. Bagi
neneknya, semenjak kelahiran Baekhyun, orang tuanya
banyak sekali mengalami kesialan. Maka dari itu
Baekhyun disebut sebagai anak pembawa sial. Bibinya
juga menganggap demikian, ia tidak pernah melihat atau
menyentuh Baekhyun sekalipun karena takut hidup
keluarga mereka terancam. Baekhyun kecil tidak pernah
mengerti akan hal itu.
Saat Baekhyun ingin pergi bermain bersama
teman-temannya. Baekhyun harus mengerjakan sesuatu
terlebih dahulu sebelum keluar rumah. Saat disekolah,
Baekhyun kecil hanya bisa menatapi teman-temannya
menikmati jajanan sekolah. Dua permen lollipop yang
hanya bisa ia nikmati sehari-hari selama ditaman kanak-
kanak dan sekolah dasar.
Bukan hanya anak pembawa sial yang neneknya
ungkapkan, tetapi karena pernikahan orang tuanya tidak
mendapat restu. Dan hal kecil karena nilai sekolah
Baekhyun yang tidak mengalami kenaikan. Selama di
sekolah dasar Baekhyun tidak mempunyai waktu untuk
belajar karena diburu dengan pekerjaan rumah dan harus
memasang mata boneka sepulang sekolah. Ia merasa
sangat beruntung bisa masuk ke sekolah yang menjadi
tempatnya belajar sekarang ini tanpa mengeluarkan biaya
dengan pengajuan beasiswa tidak mampu.
77
Baekhyun memutuskan pergi dari rumah
neneknya untuk membuat suasana hatinya sedikit tenang.
Terlalu lama dirumah neneknya akan membuatnya
semakin frustasi.
“Kau! Selalu saja nilaimu jelek! Kau tidak mau
belajar! Apa ini hasil dari biaya yang kukeluarkan untuk
sekolahmu, huh?” Baekhyun tertunduk dalam dengan
bercucuran air mata membanjiri pipinya.
“Aku muak melihatmu bocah bodoh! Lebih baik
kau pergi saja mencari keluarga ibumu dan hidup bersama
mereka.”
Baekhyun terkesiap, hatinya seperti tersabit benda
tajam dan membuatnya terluka parah. Perlahan Baekhyun
menyeka air matanya. Ia mencoba menenangkan hatinya.
Yang kemudian membalas tatapan tajam neneknya.
“Aku akan pergi.”
Eun Soo hampir saja menangis. Kyung Soo
menyentuh pundak Baekhyun pelan. Kini ia juga
merasakan hal yang Baekhyun rasakan. Sedangkan
Baekhyun sudah terisak tangis sedari tadi.
“Kau boleh tinggal disini. selama yang kau mau.”
Mereka bertiga menoleh. Wajah appa terlihat
menaruh belas kasih pada Baekhyun. Kemudian appa
mendekat dan duduk disamping Baekhyun yang
menundukkan kepalanya sembari menangis.
“Sudahlah, jangan sedih lagi. Anggap saja kami
keluargamu.” Baekhyun semakin terisak tangis. Kemudian
appa memeluk tubuhnya.
78
Eun Soo dan Kyung Soo juga eomma tersenyum
bahagia menyambut kedatangan keluarga baru mereka.
Serasa keluarga mereka mendapatkan suasana baru.
Kyung Soo dan Eun Soo tidak pernah mengira
sebelumnya kehidupan Baekhyun sahabat mereka, seperih
ini. Karena Baekhyun sendiri selalu terlihat bahagia dan
tidak pernah murung sekalipun. Tapi, untuk kali ini
Baekhyun rupanya tidak bisa menyembunyikan lukanya
lagi. Sikap neneknya yang selalu kasar dan perlakuan
saudara-saudaranya yang tidak menyenangkan. Kini
Baekhyun berharap mimpi buruknya segera berakhir.
“Kau sudah mengemasi barang-barangmu?”
Appa memperhatikan Baekhyun hanya membawa
satu buah tas ransel yang berada dipunggungnya.
“Ye, ahjussi40. Aku sudah membawa semua
barang-barangku.” Baekhyun berjalan keluar dan masuk
membawa barang-barang di tangan kanan dan kirinya.
“Ah, aku kira kau belum berkemas. Kyung Soo,
sementara kau berbagi kamar dengannya. Hem?” Kyung
Soo tersenyum sembari menganggukkan kepalanya
dengan senang hati.
“Jeongmal mianhae, aku merepotkan kalian.”
Baekhyun membungkukkan badannya.
“Kau terlalu sungkan. Sudahlah cepat masuk
kamar dan rapikan barang-barangmu disana. Jangan lupa
ganti baju dan turun untuk makan siang.”
40 Ahjussi = paman
79
“Ayo kuantar.” Kyung Soo mengangkat tas yang
ada ditangan kanan Baekhyun dan membawanya menuju
kamar.
Sementara Baekhyun dan Kyung Soo kekamar.
Eun Soo masih berada ditempat duduknya dan
memperhatikan tubuh Baekhyun dan Kyung Soo pergi.
“Kau baik-baik saja?” tanya appa.
“Ye, appa.” Eun Soo tersenyum.
“Kau merasa sedih?”
“Ah, aku sangat terkejut mendengar apa yang ia
ceritakan tadi.”
“Apa tidak sebaiknya kita mengangkatnya
menjadi putra kita? Aku melihat sesuatu yang berbeda dari
anak itu.” Eomma membuat appa dan Eun Soo terkejut.
**
Kyung Soo membantu Baekhyun merapikan
pakaiannya. Kali ini Kyung Soo harus rela berbagi almari,
tempat tidur, dan segala fasilitas kamarnya dengan
Baekhyun.
“Kenapa kau tidak pernah bilang padaku?”
Baekhyun terdiam. Kini tangannya berhenti
melipat pakaian.
Baekhyun tidak berani menatap Kyung Soo yang juga
sedang sibuk dengan pakaian-pakaiannya.
“Aku-kan temanmu. Seharusnya kau bilang
padaku.” Kyung Soo menatap Baekhyun dalam.
“Kyungie-ah?” melihat tatapan itu, dada
Baekhyun terasa sesak. “Aku tidak ingin membuatmu
khawatir. Aku hanya ingin kita bersenang-senang.”
80
Baekhyun mencoba untuk tersenyum. Tapi Kyung Soo tau
pasti dengan senyuman yang terpaksa ia tunjukkan.
Tanpa memberi jawaban, Kyung Soo kembali
merapikan pakaian Baekhyun.
“brraakkk.” pintu terbuka begitu saja dan
membuat Kyung Soo dan Baekhyun terkaget.
Eun Soo kini berdiri diambang pintu dengan mata
yang terbelalak. Kyung Soo melotot, dan Baekhyun hanya
tersenyum. Baekhyun terbiasa diperlakukan seperti itu
dirumahnya.
“Wah, sopan sekali.” Kyung Soo berdiri, menatap
Eun Soo kesal dan Baekhyun kembali merapikan barang-
barangnya.
“Huh.” Eun Soo menghela nafas, kemudian
menyeka keringat didahinya dengan punggung tangan.
Padahal tidak ada keringat disana. “Kuharap kalian senang
mendengar ini.” Eun Soo berjalan masuk dan duduk
ditepian ranjang Kyung Soo.
“Ada apa?” Kyung Soo terlihat begitu serius.
“Eomma dan appa memutuskan untuk
mengangkat Baekhyun menjadi saudara kita.” ujar Eun
Soo dengan berteriak. Ia sengaja melakukan hal itu agar
terdengar surprise oleh kedua lelaki yang ada
dihadapannya.
“Mwo?” Baekhyun dan Kyung Soo terkaget.
Kemudian Eun Soo bersorak bahagia sembari meraih
tubuh Baekhyun dan memeluknya
tanpa sadar.
Baekhyun terkejut, serasa mendapatkan hadiah
terbesar dalam hidupnya, kehadiran kedua orang tuanya
81
kembali. Sampai-sampai buliran air mata itu menetes tiba-
tiba. Kyung Soo menghembuskan nafas lega dan
merasakan kebahagiaan yang sama. Ia mengelus pundak
Baekhyun dengan lembut sembari tersenyum.
“Ah, mianhae.” Eun Soo menunduk malu setelah
melepaskan tangannya yang tadinya melingkari tubuh
Baekhyun.
“Karena kau sudah ada teman untuk tidur. Biarkan
aku bersama meonggu kali ini. Kajja meonggu,” lanjut
Eun Soo kemudian berlari kecil keluar kamar. Ia juga tak
lupa untuk menutup pintu kamar Kyung Soo.
“Mian, terkadang Eun Soo menjadi aneh.”
Baekhyun langsung memeluk Kyung Soo dan hampir
membuat mereka terjatuh.
**
Mereka bertiga mengayuh sepeda mereka
bersama-sama. Eun Soo mengalah dan memberikan
sepedanya pada Baekhyun, sedangkan ia rela berdiri
dibalik pungung Kyung Soo.
“Aku baru tau kalau ahjumma41 juga menyiapkan
kalian bekal.”
Eun Soo dan Kyung Soo tersenyum, sebenarnya
bekal itu hanya untuk Eun Soo. Dan Kyung Soo lebih
memilih membeli jajanan dikantin karena teman-teman
sekelasnya tidak ada yang membawa bekal kesekolah.
“Bagaimana kalau kita taruhan?” Eun Soo dan
Kyung Soo menoleh bebarengan.
“Mwo????” tanya Kyung Soo tidak mengerti. 41 Ahjumma = bibi
82
“Yang menang sampai disekolah duluan berhak
menghabiskan bekalnya. Oke?” Baekhyun seraya
mengayuh sepedanya dengan cepat tanpa memberi aba-
aba terlebih dahulu.
“Eun Soo-ah, pegangan yang erat,” teriak Kyung
Soo.
Kyung Soo mengayuh sepedanya dengan cepat
sampai Eun Soo hampir terjatuh.
“Oppa, biarkan saja bekalku ia habiskan. Tapi
jangan seperti ini.” Eun Soo berteriak sembari menutup
kedua matanya karena takut.
“Kau cukup pegangan padaku.” Kyung Soo jadi
lepas kendali.
Brak..
Sepeda mereka roboh.
“Saengi42!” Baekhyun memutar balik sepedanya.
Ia terlihat panik saat melihat sepeda yang dinaiki Kyung
Soo dan Eun Soo roboh.
Eun Soo mencoba berdiri. Lututnya kini mengalir
segaris darah segar. Kyung Soo jatuh dengan posisi duduk
dan Eun Soo berlutut.
Baekhyun segera menolong. Ia membantu Eun
Soo berdiri. Tampak jelas Eun Soo sedang menahan rasa
kesakitan. Kyung Soo mendirikan sepedanya, telapak
tangannya sedikit terluka. Dan orang-orang yang ada
disekeliling mereka turut memperhatikan.
“Aku minta maaf, gara-gara aku…”
42 Saengi = adik
83
“Hiks, hiks. Lututku sakit. Aku tidak bisa
berjalan.” Eun Soo merintih kesakitan.
“Tanganku.” Kyung Soo menatap telapak
tangannya yang lecet.
“Celanamu, Kyung Soo.” Baekhyun menunjuk
celana Kyung Soo yang robek dibagian lutut.
“Sial, aku tidak bisa pergi kesekolah dalam
keadaan seperti ini.”
“Kyung Soo-ah, biar aku yang menggendong Eun
Soo. Kau masih kuat berjalankan? Kita titipkan saja
sepeda kita ditempat penitipan.” Baekhyun meraih tangan
Eun Soo.
“Lalu?” Kyung Soo terlihat bingung.
“Kita kembali pulang.”
Kyung Soo dan Eun Soo melongo. Baekhyun
berjongkok didepan Eun Soo dan menaruh ranselnya
didepan dadanya. Eun Soo terdiam, melihat keadaan tubuh
Baekhyun yang kurus seperti itu membuatnya ragu untuk
menerima tumpangan dari Baekhyun.
“Apa yang kau tunggu. Cepat naiklah.” Perlahan
Eun Soo menaiki tubuh Baekhyun dan melingkarkan
tangannya pada leher Baekhyun.
Selama perjalan pulang. Mereka memikirkan
bagaimana menjelaskan pada eomma sesampainya
dirumah nanti. Membolos sekolah, bukanlah alasan yang
tepat. menjelaskan taruhan mereka juga merupakan hal
yang konyol.
84
“Aku minta maaf, ahjumma.” Baekhyun
menundukkan kepalanya dengan ketakutan. Kyung Soo
dan Eun Soo sudah berbaring diatas sofa dan
membersihkan luka mereka masing-masing.
“Sebenarnya apa yang kalian lakukan? Kyung
Soo? Kenapa bisa kau terjatuh sampai seperti ini?” tanya
eomma sembari membantu Eun Soo membersihkan
lututnya.
“Na43…” Kyung Soo mencoba mencari alasan.
“Ini bukan salah Kyung Soo. Tapi ini salahku,
ahjumma. Aku… um, aku….” sahut Baekhyun.
“Ada apa dengan kalian? Kenapa kalian susah
sekali menjelaskan hal ini?” eomma terlihat bingung.
“Mereka taruhan, eomma,” sahut Eun Soo. Kedua
tangannya terlipat rapi dan bibir yang sengaja ia
kerucutkan.
“Taruhan?” eomma semakin tidak mengerti.
Kyung Soo dan Baekhyun melotot pada Eun Soo.
“Demi bekal. Kyung Soo dan Baekhyun taruhan,”
ujar Eun Soo dengan ketus.
“Apa? Ya Tuhan Kyung Soo!” Eomma
memegang kepalanya frustasi.
Kyung Soo menundukkan kepalanya, begitu juga
dengan Baekhyun. Mereka terlihat takut.
“Baekhyun-ah?” Baekhyun mengangkat
kepalanya. “Tolong jangan panggil aku dengan sebutan
ahjumma. Apa kau terlalu susah memanggilku eomma?
43 Na = aku
85
Dan maafkan eomma tidak membuatkan bekal untuk
kalian. Karena Kyung Soo tidak terbiasa membawa bekal,
jadi eomma kira kaupun demikian.”
Baekhyun tersenyum, sungkan.
“Ah, baiklah. Sekarang cepat lepas celanamu.
Eomma akan menjahitnya. Dan Eun Soo, gantilah bajumu.
Eomma akan menghubungi sekolah untuk memberi
kabar.”
“Eomma, apa harus aku melepas celanaku
disini?” tanya
Kyung Soo dengan polosnya. Eomma sudah menepuk
jidatnya sendiri.
“Ckck.” Eun Soo dan Baekhyun terkekeh.
**
Yumi hampir saja gila, ia sudah menunggu sampai
jam sekolah dimulai tapi Eun Soo tidak terlihat batang
hidungnya. Jelas saja, Eun Soo sekarang tengah
menikmati istirahatnya dirumah. Lututnya yang sedikit
berdarah itu membuatnya susah berjalan dan kesulitan
melakukan aktivitas apapun. Sedangkan Kyung Soo,
tangannya menjadi korban dan seragamnya robek karena
tersangkut saat terjatuh. Kini tiga plaster itu menempel
ditelapak tangan Kyung Soo.
“Omo44! Dia benar-benar tidak masuk sekolah.”
Yumi memasuki kelas dengan malas. Tidak ada teman
lain yang bisa ia ajak bicara selain Eun Soo.
Yumi datang kekelas Kyung Soo. Disana juga ia
melihat bangku Kyung Soo dan Baekhyun kosong. 44 Omo = wah
86
Rupanya mereka sedang berkomplot untuk membolos
sekolah, batin Yumi. Kemudian ia beralih menuju taman
sekolah yang saat itu sepi. Sayangnya Yumi tidak
diperbolehkan membawa ponsel saat sekolah oleh
neneknya. Sehingga ia tidak bisa menghubungi Eun Soo
dan menanyakan sebab gadis itu tidak datang ke sekolah.
“Ah, ini tidak menyenangkan.” Yumi berbaring
diatas bangku kayu yang panjangnya hampir seukuran
tubuhnya. Perlahan ia memejamkan mata dan menikmati
istirahatnya dengan tidur. Wajahnya tertutupi oleh
bayang-bayang pohon sehingga menghalangi sinar
matahari mengenai wajahnya.
“Oppa, bagaimana Kyung Soo menurutmu?”
“Entahlah, aku tidak mengenalnya. Jangan
berusaha
mendekatinya. Kau itu punyaku.”
“Aniyo, kau tau dia pintar. Aku bisa
memanfaatkan namja itu. Kemarin aku bertemu
dengannya diperpustakaan.” Terdengar tawa kecil.
“Hah, namja seperti dia? Apa yang kau lihat
darinya?”
Yumi mengernyit kesal. “Nde, aku tidak melihat
tampangnya. Tapi otaknya, aku tidak akan merepotkanmu
lagi kalau aku berhasil merebut hatinya. Tapi kurasa dia
cukup manis. Sudah lama aku memperhatikannya.”
“Huh. bagaimana kalau kita taruhan saja? Kau
dapatkan Kyung Soo dan aku adik kembarnya yang „babo‟
itu? Oddoke?” Joon Myeon menutup buku yang ada
ditangannya.
87
“Mwo? Kau menantangku? Lalu, jika aku berhasil
mendapatkan Kyung Soo, apa yang kau berikan padaku?”
Narri tersenyum miring.
“Kau mau apa?” sebelah alis Joon Myeon
terangkat.
“Tas mewah di toko yang waktu itu, saat aku
berkencan denganmu. Hem?”
“Ah, baiklah. Dan jika aku mendapatkan adik
Kyung Soo?”
“Aku terima cintamu? Kita resmi pacaran, bukan
bohongan lagi. Tapi bagaimana jika aku benar-benar jatuh
cinta padanya?” tukas Narri meyakinkan.
Yumi tersentak kaget. Samar-samar ia mendengar
pembicaraan yang cukup pelan didekat tempatnya
merebahkan diri. Yumi tetap berpura-pura tidur seolah
tidak mendengar apapun. Ternyata Cho Narri dan Kim
Joon Myeon belum sepenuhnya pacaran walaupun
kelakuan mereka sudah seperti sepasang kekasih. Hal
yang lebih tak terduga lagi, Joon Myeon si president
sekolah yang terkenal dengan keramahannya,
kedisplinannya, kepintarannya dan berwajah tampan juga
bekulit seputih susu itu mempunyai hati rendahan.
Menjadikan hati dan cinta seseorang sebagai taruhan.
Kyung Soo, Yumi tidak akan membiarkan yeoja –
sialan- itu menyakiti hati Kyung Soo. Dengan cara apapun
Yumi akan berusaha menghalangi niatan buruk Kim Joon
Myeon dan Cho Narri untuk menghancurkan perasaan
kedua sahabatnya.
Narri dan Joon Myeon melintas didepan tempat
Yumi merebahkan diri. Sekilas mereka memperhatikan
88
Yumi dengan tatapan sinis. Yumi masih memejamkan
matanya, berpura-pura tidur sampai mereka pergi berlalu.
Setelah mendengar pijakan kaki itu semakin
samar, Yumi mulai membuka kedua matanya. Ia
memperbaiki posisi duduknya dan menoleh kearah Yumi
dan Joon Myeon yang berlalu pergi.
“Apa kalian pikir kalian itu hebat? Eun Soo dan
Kyung Soo tidak akan memperdulikan kalian,” desis
Yumi kesal dan menatap Joon Myeon dan Narri tajam dari
kejauhan.
“Aku tidak akan tinggal diam.”
End Of Chapter 2
89
CHAPTER 3
“Bad Plan”
90
“Ini hanya soal matematika dasar, kenapa kau
tidak bisa mengerjakannya? Apa kau sebodoh itu.” Kedua
alis Kyung Soo terpaut. Ia mengetuk-ngetukkan bolpoin
hitam yang ada ditangan kanannya pada lembaran buku
yang ada dihadapan Eun Soo sembari sedikit berteriak-
teriak kesal menjelaskan soal matematika dasar pada adik
perempuannya itu.
Sudah hampir 6 kali Kyung Soo menjelaskan tapi
Eun Soo hanya menguap, menggelengkan kepala tak
91
mengerti dan bingung dengan sendirinya. Kyung Soo
mendengus kesal. Kini ia meletakkan bolpoin hitam itu
dengan sedikit membantingnya kemudian melipat kedua
tangannya. Baekhyun hanya tertawa ringan. Kegiatan
belajar dua anak kembar ini lebih menyenangkan
dibandingkan bermain game sampai tengah malam.
“Jangan terlalu cepat, aku tidak bisa memahami
yang kau katakan dengan baik. Kau tau otakku tidak bisa
berkerja dengan kecepatan penuh,” gerutu Eun Soo sambil
memandang melas pada Kyung Soo yang tampak jelas ia
sedang kesal.
“Lalu aku harus bagaimana? Soal matematika
dasar saja kau tidak bisa. Bagaimana dengan ulangan
semester depan? Apa kau mau tinggal kelas?”
Eun Soo menundukkan kepalanya. Ia meraih
bolpoin yang tadi sempat Kyung Soo gunakan dan mulai
mengerjakan soal yang Kyung Soo berikan.
“Mungkin aku bisa membantu. Aku memang
tidak terlalu pintar, tapi aku bisa mengajarimu kalau soal
seperti ini.” Baekhyun mengambil alih.
Eun Soo memperhatikan penjelasan Baekhyun
dengan seksama. Nampaknya ia lebih antusias jika
Baekhyun yang menjadi tutornya malam ini.
“Jadi kau tinggal menambahkan saja. Hanya
angka yang diatas dan disampingnya ini.” Begitulah
Baekhyun mengakhiri penjelasannya. Eun Soo
mengangguk mengerti, kemudian mencoba mengerjakan
soal yang Kyung Soo berikan.
Kyung Soo mengernyitkan keningnya keheranan.
Eun Soo sudah berhasil melewati tes pertamanya dengan
92
jawaban yang benar. Ternyata Baekhyun lebih mahir
dibandingkan dirinya untuk menemani Eun Soo belajar.
“Yah, ini baru benar.” Mendengar itu seketika
senyum Eun Soo mengembang. Begitu juga dengan
Baekhyun yang merasa bangga dengan dirinya.
“Apa kubilang. Gunakan bahasa yang mudah
dipahami, Kyung Soo. Bahasamu terlalu tinggi dan sulit
dimengerti, juga terlalu cepat,” protes Baekhyun yang
membuat kedua mata bulat Kyung Soo menatapnya sinis.
“Ah, baiklah. Berarti jadwal belajar pertamaku
sudah selesai. Apa aku boleh pergi kekamar dan membaca
komik disana?”
Kyung Soo melotot dan membuat Eun Soo
mengurungkan niatnya. Ia kembali duduk dan
menyandarkan kepalanya diatas meja dengan kesal.
“Kebanyakan belajar akan membuat kepalaku
botak,” gerutu Eun Soo. Baekhyun tertawa renyah.
“Aku membutuhkan waktu yang lama untuk pergi
kekamar, melewati tangga sangat susah dengan kaki
seperti ini,” lanjutnya.
“Biar aku yang menggendongmu.” Tawaran
Baekhyun membuat kedua pipi Eun Soo seketika
memerah panas.
“Ah, aku…”
“Bagaimana kalau aku saja yang menyeretmu?
Menggunakan
tali besar yang appa pakai untuk mengikat barang-
barangnya di gudang, bagaimana?” sahut Kyung Soo
dengan tatapan horornya.
93
Baekhyun tertawa keras. Kali ini ia tidak bisa
menahannya lagi. Melihat tingkah saudara angkatnya ini
merupakan hiburan baru baginya. Terutama dengan
ekspresi Eun Soo yang menggemaskan, ia gadis yang
sangat manja dan susah diatur bagi Kyung Soo. Biasanya
Baekhyun hanya melihat mereka berkelahi disekolah dan
akur saat jam pulang sekolah tiba, tapi kali ini
pertengakaran Kyung Soo dan Eun Soo akan menjadi
tontonannya setiap hari.
“Sudahlah, kalian belajarlah dengan tenang.”
Eomma datang dan membawa sepiring camilan yang ia
letakkan diatas meja bulat tempat ketiga anaknya belajar.
“Baekhyun-ah, kuharap kau bisa terbiasa melihat
mereka seperti ini,” ujar eomma sembari menyentuh
pundak Baekhyun pelan.
“Nde, eomma. aku sudah sangat terbiasa.”
“Apa mereka saat disekolah juga sering
bertengkar?”
Baekhyun tertawa ringan. Kemudian menatap
Kyung Soo dan Eun Soo yang memberi isyarat padanya
untuk tidak mengatakannya pada eomma.
“A- aniyo. Mereka jarang sekali bertemu.”
“Jadi begitu. Baiklah lanjutkan belajar kalian,
eomma siapkan makan malam dulu. Sebentar lagi appa
pulang.”
“Nde. Eomma,” ucap mereka bertiga bebarengan.
**
“Hey, apa kau sudah merapatkan selimutmu, cepat
balas pesanku.”
94
Pesan ketiga yang Yumi kirim pada Eun Soo tak
kunjung
mendapatkan balasan. Yumi sangat gelisah dan cemas. Ia
sedang mencari cara untuk menyampaikan apa yang ia
dengar ditaman sekolah tadi. Mungkin Eun Soo akan
langsung mempercayainya, tapi berbeda dengan Kyung
Soo? Namja itu cukup kaku dalam hal seperti ini. Ia akan
tertawa sinis sembari mengacuhkan penjelasan Yumi dan
menganggap Yumi sedang mengigau, atau sedang
mencari-cari alasan untuk membuat hati Kyung Soo jatuh
padanya.
Walaupun Yumi sangat mencintai Kyung Soo, ia
tidak pernah berharap mendapatkan balasan yang sama
dari Kyung Soo. Melihat Kyung Soo tersenyum padanya
dan menganggapnya teman adalah hal yang cukup
menyenangkan walaupun cintanya tak terbalaskan. Surat
yang ia titipkan pada Eun Soo beberapa waktu yang lalu
mungkin sudah menjadi jawaban yang jelas bahwa Kyung
Soo menolak dirinya karena tidak mendapatkan balasan.
Hanya sikap Kyung Soo yang selalu menunjukkan
ketidaksukaannya pada Yumi adalah satu-satunya jawaban
yang pasti.
“Eun Soo, kau kemana?” kata Yumi khawatir.
Kini ia mencoba menenangkan diri. Meninggalkan buku
pelajarannya hanya untuk menghubungi Eun Soo dan
memberi kabar tak sedap itu.
Yumi merebahkan tubuhnya pada ranjang
berwarna pink itu dengan wajah yang begitu muram. Ia
menatap langit-langit dengan tatapan kosong. Mencoba
mengingat-ingat semua percakapan antara Joon Myeon
dan Narri.
95
Cho Narri adalah gadis setingkat dengan Eun Soo,
Kyung Soo, Baekhyun dan Yumi. Yang juga merupakan
mantan tetangga Baekhyun. Dia gadis yang cantik dan
berpenampilan menarik. Rambutnya sering gonta-ganti
warna dan terkadang bergradasi yang membuat hati
teman-teman sekolahnya terpukau melihatnya. Selain itu,
dia juga merupakan anak orang kaya dan terkenal dengan
kepintarannya. Bentuk tubuh yang sempurna, kaki jenjang
dan lekuk yang indah. Bibir yang selalu terlihat sensual
juga mata yang lebar. Semua itu menjadi daya tarik
tersendiri baginya. Walaupun sebenarnya nilai-nilai
terbaik yang Cho Narri miliki bukanlah hasil kerja
kerasnya sendiri, melainkan dari para siswa yang pintar di
sekolah termasuk Joon Myeon yang sudah menjadi
korbannya. Itulah sebabnya kenapa Cho Narri sering
datang ke perpustakaan untuk sekedar mencari alasan
belajar dan mencari perhatian dari siswa yang pintar agar
mau membantunya mengerjakan tugas-tugas sekolahnya.
“Yoboseyo?”
“Ah, kau kemana saja, bodoh.”
“Aku sedang belajar.”
“Mwo? Apa aku tidak salah dengar?” Yumi
terdengar kaget. Kini mereka berbicara melalui telpon.
“Aniyo, ini untuk semester kenaikan kelas,” elak
Eun Soo.
“Ah, syukurlah. ini bukan karena seseorang,
‟kan?”
“Tidak!! Aku tidak belajar untuknya.”
“Bagus. Aku senang mendengarnya. Aku ingin
menyampaikan sesuatu padamu. Tapi jika kau masuk
96
sekolah saja. Oh ya, kenapa hari ini kau tidak masuk. huh?
Aku menunggumnu sampai bel selesai didepan gerbang
pagi tadi.”
“Mianhae, aku terjatuh dari sepeda. Kyung Soo
bodoh itu tidak bisa membonceng dengan baik.”
“Apa yang kau katakan!” sahut Kyung Soo yang
saat itu berada disamping Eun Soo. Mendengar suara
Kyung Soo hati Yumi menjadi bergetar.
“Apa kau sedang bersama Kyung Soo?”
“Nde, kau mau bicara dengannya?”
“Ah, ani ani!”
“Yoboseyo?” Yumi terkaget, kedua matanya
terbuka lebar. Ia
sontak kehilangan kata-kata dan membisu. Jika
mendengar suara Kyung Soo rasanya bibir mungilnya
menjadi keluh.
tut.. tut…
Yumi mengakhiri teleponnya begitu saja. Ia
menghela nafas panjang dan menatap layar ponselnya.
Sebenarnya ia juga ingin berbicara dengan Kyung Soo.
Tapi Yumi tidak tau apa yang akan ia bicarakan dengan
Kyung Soo.
“Aneh sekali, kenapa dia mematikan ponselnya.”
Kyung Soo mengerutkan keningnya. Baekhyun dan Eun
Soo hanya tertawa ringan.
“Yah, begitulah cinta,” sindir Eun Soo.
“Jadi Yumi benar-benar jatuh hati pada Kyung
Soo?” Baekhyun menyeringai.
“Seperti yang kau lihat,” sahut Eun Soo.
97
“Tutup mulut kalian!!!” Kyung Soo melempar
ponsel Eun Soo dan membuat gadis itu berteriak histeris.
**
“Kenapa tidak kau coba hubungi mereka. Kaukan
dekat dengan adik Kyung Soo.” Kai meletakkan stik
drumnya. Kemudian beralih duduk disofa bersama Sehun
yang sibuk membenarkan senar gitarnya.
“Em, kurasa lebih baik begitu. Aku yakin mereka
punya alasan tidak datang latihan hari ini,” timpal Sehun
sedangkan Chanyeol masih sibuk mondar mandir sembari
memegang poselnya erat dan tidak terfikir untuk
menghubungi Eun Soo.
“Ya, apa yang sedang kau tunggu, huh? Kenapa
kau tidak segera menghubungi mereka. Ingat, tinggal
menunggu beberapa hari lagi kita mulai rekaman.” protes
Kai sembari bangkit dari duduknya yang kemudian
merebut ponsel Chanyeol. Chanyeol hanya melongo,
kemudian mengacak-acak rambutnya frustasi.
Sebagai leader sekaligus manager band, Chanyeol
terlalu pusing mengatur jadwal sekaligus mengatur
personel mereka yang nampaknya kurang kompak. Yah,
Kai dan Kyung Soo nampaknya kurang kompak saat
mereka latihan. Kai selalu protes ketika Kyung Soo
melantunkan lagu mereka dan tidak sesuai dengan musik
drum yang ia mainkan. Walaupun sebenarnya tidak ada
masalah dengan suara Kyung Soo dan musik yang Kai
mainkan. Sejak awal Kai memang kurang menyukai
Kyung Soo karena Kyung Soo bersikap dingin saat Kai
mencoba mengakrabkan diri dengannya. Tapi hal itu
berbeda saat Kai memperhatikan adik Kyung Soo.
98
“Ah, aku sangat bingung. Kalian tau? Pemilik
studio rekaman sudah menelponku tadi. Dan besok, kita
sudah harus menyetorkan arasement musik-nya pada
mereka.”
“Mwo?” Sehun dan Kai terbelalak kaget.
“Maka dari itu rasanya kepalaku mau pecah.
Bagaimana kita bisa menyelesaikannya? Apalagi dua
bocah itu kelihatannya tidak bisa bolos sekolah.”
Chanyeol semakin frustasi.
“Huh, sebenarnya aku kurang setuju saat kau
memasukkan Kyung Soo dan Baekhyun dalam band ini.
Tapi kualitas suara mereka sangat bombastis,” protes Kai
sembari menekuk wajahnya. Menunjukkan ketidak
sukaannya pada Kyung Soo dan Baekhyun.
“Kalau begitu biar aku saja yang menjadi
vokalis.”
Chanyeol dan Kai langsung menatap Sehun
horror. Tidak mungkin Sehun menjadi vokalis dalam band
mereka. Ia bisa membuat lagu yang ia nyanyikan menjadi
kacau bahkan tidak bisa didengar. Itu semua karena Sehun
tidak bisa bernyanyi dengan baik.
**
Yumi menyentuh pelan tangan Eun Soo yang kini
sedang memegang sebuah komik Doraemon terbarunya.
Ia menatap wajah
sahabatnya itu penuh arti dan tidak bisa Eun Soo pahami.
“Waeyo?” Eun Soo mulai kebingungan. Hari ini
ia sudah masuk sekolah walaupun langkah kakinya
terkadang kurang seimbang.
“Apa hanya kau yang terjatuh?”
99
“Ani, kami jatuh bersama-sama.”
“Benarkah begitu? Apa rasanya sakit?”
“Nde, kau kenapa? Apa kau sangat
merindukanku?” Yumi mengangguk.
“Hahahaa, aku baru saja tidak masuk sekolah satu
hari, chingu45. Bagaimana kalau aku tidak masuk sekolah
selama satu minggu?”
Yumi hanya tersenyum, tapi dalam senyuman itu
penuh dengan kesedihan. Ia kembali menatap Eun Soo
yang mulai berfokus pada komik yang ada ditangannya.
Yumi bingung harus memulainya dari mana.
“Eun Soo-ah, aku ingin menyampaikan sesuatu
padamu?” Yumi semakin mendekatkan wajahnya pada
Eun Soo.
“Soal apa?” balas Eun Soo tanpa menoleh.
“Ini soal Joon Myeon dan Narri.” bisik Yumi
hampir tak terdengar. Eun Soo hanya berdehem.
“Aku tidak ingin mendengarnya.” Tolak Eun Soo.
“Tapi kau harus mendengarnya, karena ini juga
berhubungan dengan Kyung Soo.” paksa Yumi. Kini Eun
Soo menoleh dan menatapnya penuh tanya dan penasaran.
Yumi segera menceritakan semua yang ia dengar
saat jam
istirahat kemarin. Memang tidak biasanya Yumi
menghabiskan waktu istirahat di taman. Tapi karena tidak
ada Eun Soo, dengan sengaja ia pergi ketaman untuk tidur
45 Chingu = teman
100
dan tidak sengaja mendengar percakapan Narri dan Joon
Myeon.
Rencana Narri dan Joon Myeon untuk menjadikan
Eun Soo dan Kyung Soo sebagai taruhan itu Yumi
ceritakan dengan detail tanpa ada yang terlewatkan
satupun. Ia tidak ingin sahabatnya tersakiti lagi. Entah apa
yang membuat mereka berfikir seperti itu. Kecerdasan
Kyung Soo yang hampir sama dengan Joon Myeon tidak
boleh dimanfaatkan oleh Narri, walaupun Kyung Soo
sangat mencintai Narri, tapi hal itu tidak boleh terjadi.
“Katakan ini pada Kyung Soo, mungkin ia akan
mempercayaimu dibandingkan denganku yang
mendengarnya dengan kedua telingaku sendiri. Aku tidak
berbohong atau sekedar mengada-ngada soal ini. Kau
percaya padaku, „kan?”
Eun Soo terdiam membisu. Ia masih berusaha
memahami semua penjelasan Yumi. Memang tidak masuk
akal, tapi untuk apa Yumi mengarang cerita sekonyol ini.
Eun Soo menarik tangan Yumi dan membawanya
ke perpustakaan tempat Kyung Soo menghabiskan waktu
istirahatnya. Tidak salah lagi, mereka berdua melihat
Kyung Soo dan Baekhyun sibuk membaca buku disana.
Tapi tatapan mereka berubah muram ketika melihat
seorang yeoja berambut almond duduk dihadapan Kyung
Soo.
“Kita terlambat,” ujar Eun Soo kemudian menatap
Yumi.
“Apa yang kalian lakukan disini?” Tiba-tiba saja
Baekhyun ada dihadapan Eun Soo dan Yumi tanpa mereka
sadari.
101
Dengan tatapan yang masih terkejut. Eun Soo dan
Yumi menyeret tangan Baekhyun dan membawanya ke
tempat loker. Disana Eun Soo dan Yumi menyandarkan
tubuh Baekhyun kedinding. Membuat namja itu heran
dengan tingkah laku dua yeoja yang ada dihadapannya.
Baekhyun mengerjapkan kedua matanya. Menatap
dua yeoja itu secara bergantian. Eun Soo mendengus
kesal. Kini tangan kirinya bersangga pada dinding tepat
diatas bahu Baekhyun. Yumi hanya melipat kedua
tangannya dan kaki kanannya maju menginjak kaki kiri
Baekhyun.
“Kalian ini sebenarnya kenapa? Apa kalian akan
memperkosaku?” ujar Baekhyun dengan polosnya dan
menunjukkan raut muka memelas.
Yumi tertawa kecil dan berhenti ketika Eun Soo
menatapnya tajam. Ia kembali ke posisi semula. Berusaha
untuk serius.
“Seharusnya kau tidak membiarkan mereka..”
Protes Eun Soo sembari mencubit pipi Baekhyun yang
membuatnya kesakitan.
“Seharusnya kau mengajak Kyung Soo keluar.”
Timpal Yumi sembari menginjak kaki Baekhyun dengan
sengaja.
“Ya! kalian ini kenapa? Kenapa kalian
menganiayaku?” gerutu Baekhyun kesal.
Baekhyun mencoba memberontak dan akhirnya ia
berhasil terlepas dari himpitan Yumi dan Eun Soo. Tapi
Yumi dan Eun Soo tidak membiarkan Baekhyun dengan
mudah melarikan diri. Mereka berdua memegangi tangan
Baekhyun dan memaksa Baekhyun untuk mendengarkan
penjelasan mereka.
102
Perlahan mereka berdua melepas tangan
Baekhyun dan sama-sama duduk dintara loker yang
terjajar rapi.
“Apa benar Narri seperti itu?” tanya Baekhyun
terlihat tak percaya. Ia tidak pernah menyangka mantan
tetangganya akan berbuat seperti itu.
“Bukankah kau tetangganya, seharusnya kau tau
soal dia lebih banyak?” tanya Yumi.
“Baekhyun bukan tetangga Narri lagi,” sahut Eun
Soo yang membuat Yumi semakin tidak mengerti.
“Aku sekarang tinggal di rumah Eun Soo.”
Timpal Baekhyun yang membuat Yumi terkejut.
“Baekhyun sekarang jadi kakak angkatku. Itulah
kenapa aku sekarang harus naik sepeda bersama Kyung
Soo, dan hanya karena sekotak bekal kami jadi taruhan
dan akhirnya aku dan Kyung Soo terjatuh,” jelas Eun Soo
dengan menatap sinis pada Baekhyun.
“Iya, aku minta maaf. Tapi sekarang eomma juga
menyiapkan bekal untukku juga,” jawab Baekhyun
dengan tersenyum manis.
“Ah, sudahlah. Lalu bagaimana dengan Kyung
Soo?” tukas Yumi. Ia sangat mengkhawatirkan Kyung
Soo.
“Dia sedang mengobrol dengan Narri di
perpustakaan. Tenang saja, Kyung Soo tidak akan peduli
dengan Narri. Ia sudah tau bagaimana hubungan Narri
dengan Joon Myeon. Kalian jangan khawatir.” Baekhyun
mengangkat tubuhnya dan pergi dari hadapan Yumi dan
Eun Soo dengan tenang-tenang saja.
103
“Hey, bagaimana bisa?” Yumi menggoncang-
goncangkan tubuh Eun Soo.
“Ah, apanya?” Eun Soo berusaha menepis tangan
Yumi.
“Baekhyun?” tanya Yumi penasaran.
“Ceritanya cukup panjang. aku..” Eun Soo
terhenti ketika melihat kedatangan Baekhyun dengan
tergesa dan wajahnya nampak begitu panik.
“Kyung Soo pingsan.”
Eun Soo dan Yumi tersentak kaget. Mereka
bertiga segera datang ke UKS sekolah untuk melihat
keadaan Kyung Soo. Untuk pertama kalinya Kyung Soo
pingsan dan bukan hal wajar bagi Eun Soo. Kyung Soo
tidak pernah pingsan sekalipun ia terlalu lelah.
Eun Soo membelai lembut pipi Kyung Soo.
Namja itu terlihat begitu pucat. Badannya juga tidak
panas, apa yang membuatnya pingsan? Eun Soo meraih
tangan Kyung Soo, tangannya begitu dingin. Baekhyun
dan Yumi yang berada disamping Eun Soo hanya
memperhatikan Kyung Soo penuh kekhawatiran.
“Kyung Soo, ironna46?” bisik Eun Soo disamping
telinga kanan Kyung Soo. Tapi Kyung Soo tidak
menunjukkan reaksi apapun.
“Apa yang terjadi? Kenapa dia sampai pingsan?”
Eun Soo memandang Baekhyun lekat. Kedua manik hitam
itu terlihat kebingungan untuk menjelaskannya. Baekhyun
46 Ironna = bangunlah
104
hanya menggelengkan kepalanya. Jawaban yang tidak
pernah Eun Soo harapkan.
“Apa tidak sebaiknya kau hubungi orang tuamu?
Bukankah lebih baik Kyung Soo dibawah kerumah sakit?”
Yumi mencoba menenangkan Eun Soo yang terlihat
begitu khawatir.
“Bagaimana caranya? Aku tidak membawa
ponsel.” Eun Soo tersadar setelah ia merogoh saku kemeja
putih yang ia kenakan untuk mencari ponselnya.
Ketiga anak manusia itu nampak kebingungan.
Kemudian seorang gadis berambut almond memasuki
kamar UKS tanpa permisi dan membuat Baekhyun, Eun
Soo dan Yumi melempar tatapan sinis padanya.
“Kyung Soo, aku sangat khawatir padamu.”
Gadis itu dengan
seenaknya meraih tangan Kyung Soo dan meletakkan
didadanya. Ia sedang berusaha menangis.
“Lepaskan tangan kakakku sekarang juga.” Eun
Soo menatap tajam pada Narri yang kini duduk disamping
ranjang Kyung Soo.
“Kau apakan dia sampai dia pingsan?” ujar Eun
Soo sekali lagi dengan penuh emosi. Kini kedua bola mata
Eun Soo seketika memerah karena marah. Kedua
tangannya juga mengepal seolah siap melemparkannya
pada wajah Narri.
“Eun Soo, Choyonghada47.” Baekhyun
menyentuh pundak Eun Soo pelan. Mencoba meredam
47 Choyonghada = tenanglah
105
amarah yang sedang melonjak-lonjak dalam hati saudara
angkatnya itu.
“Beraninya kau!”
Bruk.. Eun Soo berhasil membuat tangan yeoja itu
terlepas dari jemari saudara kembarnya. Kini Cho Narri
jatuh tersungkur diatas lantai.
“Apa salahku?” Perlahan Narri berdiri. Baekhyun
dan Yumi hanya bisa terkejut melihat kejadian itu tanpa
berusaha melerainya.
“Dengarkan aku! Aku tidak suka jika kau
mendekati kakakku?” Eun Soo menudingkan jari
telunjuknya. Nafasnya mulai terengah-engah menahan
emosi. Narri hanya menatapnya datar tanpa bersalah.
Cho Narri berusaha tetap tenang. Ia
membenahkan dirinya dengan santai dan membersihkan
kemeja putih yang kotor karena jatuh tadi dengan ekspresi
yang benar-benar tenang. Hal itu membuat Eun Soo dan
Yumi semakin emosi.
“Aish, kau!” Tangan kanan Eun Soo terangkat
dan membuat
Narri sedikit ketakutan. Yumi dan Baekhyun hanya
melongo.
“Eun Soo, hentikan!”
Mereka sontak menoleh kearah Kyung Soo yang
terlihat setengah sadar. Wajahnya merah marah walaupun
dalam keadaan sakit. Kyung Soo berusaha menguatkan
dirinya untuk bangun dari tempat tidur. Eun Soo datang
mendekat dan langsung memeluk tubuh Kyung Soo yang
masih lemah.
106
“Syukurlah kau sudah sadar. Aku sangat
mengkhawatirkanmu.” bisik Eun Soo seolah tak terjadi
apa-apa.
“Minta maaflah pada Narri.”
Eun Soo mengangkat tubuhnya. Ia menatap
Kyung Soo tajam. Menunjukkan ketidak inginannya
meminta maaf kepada gadis yang berusaha mendekatinya
karena suatu hal. Narri hanya tersenyum miring sembari
memandangi Eun Soo dan Yumi dengan kemenangannya.
“Tapi, Kyung Soo…” Baekhyun mulai angkat
bicara.
“Wae?” Kyung Soo menoleh.
“Sudahlah, Kyung Soo. Gwenchana. Aku senang
kau sudah sadar. Kalau begitu aku kembali kekelas dulu,
jam pelajaran sudah dimulai.” Narri memberi salam
sebelum keluar dari ruang uks.
“Aish!” gerutu Eun Soo kesal.
Kyung Soo menarik tangan Eun Soo dengan keras
yang membuatnya merasa kesakitan. Eun Soo tercengang
kaget. Ia berusaha melepaskan tangan Kyung Soo tapi
genggaman namja itu semakin erat. Kyung Soo
mendekatkan wajahnya pada wajah Eun Soo. Tatapan
mengerikan itu membuat tubuh Eun Soo menegang.
“Kyung Soo, apa yang kau lakukan?” Baekhyun
mencoba melerai. Tapi Kyung Soo menahan tubuh
Baekhyun dengan tangan kirinya. Yumi hanya bisa
terdiam dan tak berani berbuat apa-apa.
Gadis ini serba salah.
“Apa yang sudah kau lakukan benar-benar
keterlaluan. Sekali lagi aku melihatmu melakukan hal itu,
107
aku tidak akan segan-segan memukulmu.” bisik Kyung
Soo yang membuat ketiga anak manusia itu tercengang
kaget.
“Lepaskan tanganku.” Eun Soo memberontak dan
berhasil melepaskan lengannya dari genggaman Kyung
Soo.
“Apa kau tidak ingat dia sudah mempunyai
namjachingu?” bentak Eun Soo.
“Bukan berarti kau bisa menyakitinya karena
namjachingu-nya adalah orang yang kau sukai juga!”
“Bukan itu maksudku! Aku tidak peduli dengan
hal itu. Bukankah kau sendiri yang mengatakan padaku
kau akan melupakannya. Apa kau lupa, huh? Kau sendiri
yang mengajakku untuk melupakan mereka! Ingat itu,
Kyung Soo? Saat kau menunjukkan bintang yeonggu
padaku.”
Kyung Soo hanya tersenyum meremehkan.
Kemudian ia turun dari tempat tidurnya dan kembali
mengenakan sepatunya. Kedua kakinya melangkah keluar
dari kamar UKS dan tangannya sudah menggandeng
tangan Baekhyun.
“Itu kemarin, Eun Soo. Berbeda dengan
sekarang.” Kyung Soo menghentikan langkahnya dan
megatakan hal itu tanpa menoleh ketempat Eun Soo
berdiri.
“Dan jangan sekali-kali kau melaporkan aku
pingsan pada eomma dan appa. Nan Gwenchana.” Lanjut
Kyung Soo kemudian berlalu pergi.
Eun Soo dan Yumi hanya menatap tubuh Kyung
Soo yang semakin menjauh dari mereka. Kini
108
kekhawatiran mulai merayapi hati Eun Soo dan Yumi.
Apa yang dikatakan Baekhyun ternyata salah. Rupanya
Kyung Soo sudah terjebak oleh perangkap Narri.
**
“Hey, bung. Kemana saja kalian. huh? Apa kalian
tidak tau aku sangat kebingungan saat kalian tidak
memberi kabar padaku untuk tidak latihan kemarin?”
namja jangkung itu mengomel tanpa keluar dari mobil
antiknya.
“Cepat kalian masuk atau aku akan menyeret
kalian untuk masuk kedalam mobilku? Hanya tinggal 3
hari lagi kita mengadakan rekaman, apa kalian tidak
khawatir dengan hal itu?” timpal namja itu lagi.
Baekhyun dan Kyung Soo bertatapan sejenak.
Kemudian Baekhyun mendekat dan membungkukkan
badannya agar kepalanya bisa masuk kedalam jendela
mobil.
“Bos, kami membawa sepeda. Dan Eun Soo
kakinya juga masih sakit,” ujar Baekhyun dengan imutnya
sehingga membuat kedua mata Chanyeol terbelalak hebat.
“Eun Soo? Kenapa dengannya?” tanya Chanyeol
panik. Ia terkejut bukan karena wajah imut Baekhyun, tapi
karena mendengar Eun Soo sakit.
Kemudian datang Eun Soo yang berjalan dengan
langkah yang tidak seimbang dan dibantu dengan Yumi
yang memegangi tangannya.
“Inilah alasan kenapa kami tidak datang latihan
kemarin,” jelas Baekhyun sembari membantu Eun Soo
berjalan saat tau Yumi kesulitan menyangga tubuh
sahabatnya itu.
109
“Ah, kalau begitu titipkan saja sepeda kalian.
Besok kalian akan kuantar pergi kesekolah, kita tidak
punya banyak waktu. kajja.” Chanyeol keluar dari
mobilnya dan berjalan mendatangi Eun Soo dan
mengangkat tubuh Eun Soo tanpa permisi yang membuat
Kyung Soo terkejut.
Eun Soo hanya melongo.
“Apa yang kau lakukan?” teriak Kyung Soo
dengan wajah kagetnya.
“Membantu adikmu masuk kedalam mobil?
Memangnya apa lagi? Kau tidak bisa mengangkat tubuh
Eun Soo, „kan? Karena tubuh kalian itu hampir sama
besarnya.”
Baekhyun dan Yumi cekikikan. Kyung Soo
mengerucutkan bibirnya sebal. Kini mereka semua masuk
kedalam mobil setelah Kyung Soo dan Baekhyun menaruh
sepeda mereka ketempat penitipan sepeda.
Sesampainya mereka ditempat latihan. Baekhyun
dengan baik hati menggendong Eun Soo dipunggungnya
dan membawanya masuk ketempat latihan. Melihat hal
itu, Sehun dan Kai heran. Kini mereka sama-sama
mengira bahwa ada sesuatu antara Baekhyun dan Eun
Soo.
“Uwah, ada apa ini?” ujar Sehun setelah
meletakkan gitarnya.
“Eun Soo sedang sakit. Lututnya terluka, jadi ia
kesulitan berjalan,” jelas Baekhyun dengan santainya. Kai
hanya tersenyum smirk memperhatikan mereka.
110
Kyung Soo dan Yumi masuk. Suasana menjadi
kikuk. Kai dengan sengaja memukulkan stik drumnya
yang membuat semua orang dalam ruangan itu terkejut.
“Apa yang kalian lakukan, ayo cepat latihan.”
Teriak Kai.
Chanyeol dan Sehun segera mengambil posisi
mereka masing-masing. Begitu juga dengan Baekhyun
dan Kyung Soo yang sudah memegang microfon mereka.
Latihan mereka hari ini berjalan lancar. Lebih
menyenangkan lagi, Chanyeol mendengar Kyung Soo dan
Baekhyun siap masuk kedalam dapur rekaman. Chanyeol
mengantar keempat temannya itu pulang, begitu juga
dengan Kai dan Sehun yang ikut serta untuk mengantar.
Kali ini Chanyeol menggunakan mobil pribadi milik Kai.
Karena mobil Kai lebih besar dan bisa memuat 8 orang
sekaligus dibandingkan dengan mobilnya sendiri yang
hanya bisa memuat 5 orang saja.
“Kau kenapa, bung? Wajahmu terlihat pucat, apa
kau kurang sehat?” Kai menyodorkan sebotol air minum
pada Kyung Soo yang mulai berkeringat walaupun „ac‟
mobil sudah dinyalakan.
“Aku baik-baik saja.” Kyung Soo melempar
senyum dan dengan senang hati menerima minuman dari
Kai. Membuat kebencian namja itu sedikit menghilang.
“Kau sudah berusaha hari ini. Aku semakin
kagum dengan olah vocalmu yang luar biasa.” Puji Kai
sembari meletakkan lengannya pada pundak Kyung Soo
yang saat itu mereka sedang duduk bersampingan disofa
tengah. Sedangkan disamping kanan Kyung Soo, ada
Baekhyun yang tengah menikmati musik dari gadget yang
berhasil ia pinjam dari Sehun.
111
“Oh ya, Kyung Soo. Apa Eun Soo sudah
mempunyai namjachingu?” bisik Kai pada telinga kiri
Kyung Soo yang benar-benar terdengar lirih. Karena Eun
Soo berada dibelakang sofa mereka dan asyik ngobrol
dengan Yumi.
Kyung Soo menatap Kai ragu. Namun Kai dengan
gayanya yang selalu terlihat cool mencoba meyakinkan
Kyung Soo agar mengizinkannya mengencani adiknya.
Kai semakin mengakrabkan diri, kini ia melingkarkan
lengannya pada pundak Kyung Soo tanpa sungkan.
Membuat suasana dimobil semakin aneh.
Sehun memperhatikan mereka dari kaca spion
depan. Disana nampak jelas bahwa Kyung Soo
memaksakan dirinya untuk menanggapi keanehan Kai dan
membuat Sehun menahan tawanya.
“Hyeong48, rupanya Kai sedang menjalankan
aksinya.” Begitu isi pesan Sehun yang ia kirimkan pada
Chanyeol. Membuat konsentrasi namja itu sedikit
terganggu.
“Oh, ya. Kenapa bukan kau saja yang menyetir
mobil. Bukankah ini mobilmu?” Eun Soo tiba-tiba
memecah keheningan dalam mobil itu. Membuat Kai
sontak memutar kepalanya kebelakang untuk menjawab
pertanyaan Eun Soo.
“Ah, aku memang punya mobil. Tapi aku tidak
bisa menyetir dengan baik,” jawab Kai sembari
mengumbar gelak tawa yang sebenarnya sama sekali tidak
diperlukan.
“Ah benarkah?” balas Eun Soo tidak yakin.
48 Hyeong = panggilan kakak yang dikatakan untuk sesame laki-laki
112
“Ya, aku hampir saja mengalami sebuah
kecelakaan beberapa hari yang lalu,” jelas Kai lagi.
“Ya, untung saja umurku masih panjang. Aku
tidak mau lagi naik mobil bersama Kai hyeong.” Timpal
Sehun yang kemudian kembali berfokus menghadap
kedepan.
“Aish, kau ini.”
Chanyeol tertawa gemas melihat tingkah Sehun.
Sehun memang selalu terlihat kekanakan meskipun ia
sudah duduk dibangku kuliah.
“Oh ya, Kyung Soo-ssi. Setelah kuamati, kau dan
Eun Soo terlihat tidak jauh berbeda, sebenarnya usia
kalian terlampau berapa tahun?” tanya Sehun dengan
polosnya. Membuat namja itu semakin terlihat seperti
anak kecil.
“Eun Soo adalah adik kembarku,” jawab Kyung
Soo seadanya.
Chanyeol sontak mengerem mobilnya
mendadak. Membuat
seisi mobil itu terbangun dari tempat duduk mereka
masing-masing.
“Auw. Kau mau mengajak kami mati bersama-
sama?” gerutu Sehun sembari mengelus-elus keningnya
yang membentur kaca depan mobil.
“Jadi kalian kembar? Hwa.. i don‟t believe it.”
Chanyeol melonggokkan kepalanya kebelakang. Tepat
didepan wajah Kyung Soo.
“It‟s just fate.” Jawab Kyung Soo lagi.
113
“Aish, apa Yumi tidak memberi tahumu
sebelumnya?” Baekhyun nampak kesakitan karena
kepalanya membentur sofa tempat Chanyeol duduk.
“Apa lagi yang kau tunggu, cepat antar kami
pulang. Ini sudah terlalu larut.” Protes Yumi sembari
memandangi jam yang melingkari pergelangan tangannya.
Sesampainya dirumah Kyung Soo. Nampak dua
orang paruh baya duduk dikursi teras dan memperhatikan
mobil yang memasuki halaman rumah mereka. Eomma
berdiri, mencoba memastikan bahwa mobil itu membawa
ketiga buah hatinya yang pergi tanpa pamit.
Baekhyun keluar terlebih dahulu. Ia terlihat
sedang memegangi lengan seseorang, yang tak lain adalah
Eun Soo. Kemudian Kyung Soo ikut turun membantu Eun
Soo berjalan.
“Huh.” Eomma mendengus kesal. Appa
meletakkan koran yang tadinya ia baca dan tidak
memperhatikan ada sebuah mobil
memasuki halaman rumahnya.
Baekhyun dan dua saudara angkatnya berjalan
mendekat. Kemudian dibelakang punggung mereka
terlihat tiga orang namja yang berbadan tinggi. Membuat
eomma berfikir yang tidak-tidak.
Eomma mengernyitkan keningnya dan menaruh
kedua tangannya di pinggang. Kyung Soo, Baekhyun dan
Eun Soo menundukkan
kepala mereka dalam-dalam.
“Kalian tau sudah jam berapa ini?” Gertak eomma
yang membuat ketiga anaknya terdiam tidak memberi
jawaban.
114
“Kenapa kalian tidak pulang terlebih dahulu baru
meminta izin untuk pergi? Apa kalian berdua sudah
merasa baikan?”
Kyung Soo dan Eun Soo tertunduk dalam.
Kemudian Chanyeol memberanikan diri untuk meminta
maaf karena membuat tiga temannya pulang tidak tepat
waktu.
“Anyeonghaseyo, ahjumma.” Chanyeol
membungkukkan tubuhnya memberi salam.
“Kau siapa?” tanya appa sembari berkacak
pinggang, membuat Chanyeol sedikit takut dengan posisi
seperti itu.
“Chanyeol imnida. Maaf aku membuat mereka
pulang terlambat. Hari ini kami latihan penuh, jadi itulah
sebabnya mereka pulang terlambat. Sekali lagi maaf.”
“Latihan?” Eomma dan appa menatap Kyung Soo
dan Baekhyun bingung.
“Nanti kami akan jelaskan,” jawab Kyung Soo
seadanya. Hal itu ia lakukan agar teman-temannya yang
lain bisa segera pergi.
“Baiklah, kami pamit pulang dulu.” Chanyeol,
Kai dan Sehun memberi salam. Kemudian Kai tersenyum
jahil sembari mengedipkan sebelah matanya pada Eun
Soo. Melihat hal itu membuat Eun Soo mengernyitkan
keningnya heran.
Setelah mereka bertiga mandi dan mengganti baju
mereka. Eomma dan appa sudah menunggu mereka diluar
tengah. Bukankah jam 7 malam tidak terlalu larut untuk
mereka sampai dirumah, mungkin karena pergi tanpa izin
115
dan keadaan Eun Soo yang kurang baik membuat eomma
dan appa marah.
Kyung Soo dan Eun Soo berseta Baekhyun duduk
dengan tenang dihadapan kedua orang tua mereka.
“Latihan apa? Kalian punya kegiatan lain?
Ekstrakulikuler atau apa? Kenapa sebelumnya kami tidak
pernah tau hal itu?” tanya eomma berturut-turut.
“Aniyo, eomma. Kami mempunyai sebuah band,”
jelas Baekhyun dengan wajah yang tertunduk.
“Jadi mereka tadi musisi? Pantas saja
dandanannya aneh begitu. Lihat celana mereka, robek-
robek. Apa mereka tidak bisa membeli celana yang baru?
Belum lagi kalian terlihat masih sangat kecil dibandingkan
tubuh mereka besar-besar seperti itu.” Celoteh appa
panjang lebar, eomma hanya menggeleng-gelengkan
kepalanya.
“Lalu, apa Eun Soo juga ikut bergabung dengan
mereka?”
Eun Soo tersentak kaget. Sontak ia menatap wajah
eomma dan appa panik dengan perlahan menggelengkan
kepalanya. Baekhyun dan Kyung Soo beralih menatapnya
tajam. Bagaimanapun juga karena Eun Soo-lah mereka
menjadi anggota band yang Chanyeol bentuk.
“Aish.” desis Eun Soo pelan. “Nde, eomma. Aku
juga anggota mereka. Tapi aku hanya sebagai supporter.”
“Lalu?” tanya eomma lagi.
“Ya, setelah Kyung Soo dan Baekhyun terkenal,
aku berencana untuk menjadi manager mereka.”
Baekhyun tertawa geli. eomma
menatap Eun Soo heran.
116
“Memangnya kalian mau jadi artis?”
“Tentu saja, eomma. Mereka adalah calon bintang
top. Suara Kyung Soo dan Baekhyun tak kalah dengan boy
band yang sekarang sedang terkenal diseluruh dunia
seperti Super Junior. Aku yakin setelah mereka
mengadakan rekaman pasti banyak sekali management
musik yang menawarkan kontrak rekaman pada mereka.
Dan sebagai manager, aku akan mengatur jadwal mereka
dengan baik. Menata kostum dan berbagai hal yang
mereka butuhkan.”
Eun Soo semakin terlihat bersemangat. Eomma
dan appa hanya menanggapi sikap putri mereka dengan
senyuman ringan. Sedangkan Baekhyun sudah mengulas
tawa berkali-kali, dan nampaknya Kyung Soo mulai bosan
dengan pidato panjang yang Eun Soo katakan.
“Jadi kalian berencana untuk mengadakan
rekaman?” sambung appa.
“Nde, beberapa hari lagi.”
“Kalau begitu semoga sukses. Sekarang kita
makan malam dulu.”
Senyuman Eun Soo seketika mengembang. Itu
tandanya mereka sudah mendapatkan ijin dari orang tua
mereka untuk meneruskan impian mereka menjadi
seorang penyanyi.
**
Eun Soo merapikan seragam yang ia kenakan.
Kali ini ia memakai dasi yang tergantung rapi dilehernya.
Menatap dirinya didepan cermin, memastikan bahwa
penampilannya sudah sempurna dan tak ada satupun
atribut sekolah yang terlupakan.
117
“Baiklah, kau sudah sedikit cantik sekarang,”
ucapnya pada diri sendiri. setelah mengantongi cermin
genggam berbentuk Doraemon, ia berjalan keluar kamar
dan siap menyantap sarapan bersama dengan dua saudara
laki-lakinya.
“Selamat pagi…” Sapa Eun Soo dengan
senyuman yang mengembang pada Kyung Soo dan
Baekhyun yang duduk di meja makan dan tengah
menikmati sarapan mereka.
“Pagi..” balas Baekhyun dengan senyuman khas
dari bibir tipisnya.
Sedangkan Kyung Soo terbelalak kaget. Ia tak
pernah melihat Eun Soo berpenampilan serapi ini
sebelumnya. Dasi yang rapi, kemeja putih yang tertata rapi
dan almamater sekolah yang ia kenakan. memang tampak
sedikit aneh baginya. Yang lebih membuat Kyung Soo
terkejut, ada sehelai pita merah yang mengikat rambut
hitam pekat milik adiknya itu. Kyung Soo masih menatapi
Eun Soo yang duduk dihadapannya dengan kedua mata
yang terbuka lebar dan bibir sedikit terbuka.
“Kau terlihat…”
“Kyeopta49?” balas Eun Soo penuh semangat, ia
menatap Kyung Soo tanpa ragu saat mengucapkan kalimat
itu.
“Aneh,” sahut Kyung Soo tegas. Baekhyun
terkekeh pelan. Eun Soo mendengus dan menatap Kyung
Soo sebal.
49 Kyeopta = manis
118
“Apa yang membuatmu berdandan berlebihan
seperti itu?” tanya Kyung Soo sembari perlahan
memasukkan makanan kedalam mulutnya, kedua matanya
masih memperhatikan dandanan adiknya yang aneh hari
ini.
Tidak ada jawaban. Eun Soo sibuk mengolesi roti
tawarnya dengan mentega. Ia tampak lebih santai dari
hari-hari biasanya.
“Apa karena Chanyeol menjemput kita hari ini?”
celetuk Kyung Soo yang membuat Eun Soo sontak
menatapnya.
“Aish, apa kau pikir aku sedang mencari
perhatian? Aku tidak segenit itu. Aku tidak segenit Narri,
menggoda seseorang untuk mencari keuntungan,” ujar
Eun Soo dengan tersenyum miring, membuat Baekhyun
tertawa kecil dan terdiam saat menerima tatapan tajam
dari Kyung Soo.
“Apa maksudmu. Kau masih saja suka
menghinanya.”
“Menurutmu?” kedua mata itu bertatapan tajam.
“Dengarkan aku, Kyung Soo. Terserah apa yang kau
lakukan, jika kau masih saja bertemu Narri. Jangan harap
aku dan Baekhyun mau memperdulikanmu. Narri
bukanlah gadis yang baik, dia itu seperti serigala berbulu
domba. Setelah Joon Myeon, sekarang giliranmu. Bahkan
Joon Myeon juga sama buruknya seperti Narri. Gadis itu
hanya memanfaatkanmu, dia menyuruhmu mengerjakan
ini itu sesuka hatinya, setelah melihat namja lain, Hah!
aku yakin dia akan meninggalkanmu.”
“Apa yang kau katakan? Aku sudah berkali-kali
katakan padamu, jangan menghinanya seperti itu. Tau apa
119
kau soal Narri? Seberapa jauh dan seberapa lama kau
mengenalnya? Apa kau mempunyai bukti mengatakan hal
sekonyol itu.” Kyung Soo tersenyum miring.
“Dia hanya memanfaatkanmu, itu yang ku tau.
Terserah kau percaya atau tidak!” Eun Soo menjawab
dengan tegas, dalam hati ia masih sangat dongkol karena
Kyung Soo belum juga mempercayai ucapannya tentang
Narri.
“Dari mana kau dapatkan siasat buruk itu.
Katakan padaku!” Kyung Soo sontak berdiri dari tempat
duduknya. Ia terlihat sangat kesal.
Hal itu membuat Eun Soo dan Baekhyun terkejut.
Bahkan eomma yang sibuk berkutat didapur juga ikut
terkejut sampai sendok yang ia pegang saat akan
mencicipi sup terjatuh.
“Ah, kau memang keras kepala! Seperti kepala
udang, kepala batu dan kepala hulk! Tidak bisakah kau
mempercayai adikmu sendiri dengan sekali mendengar
apa yang kukatakan?” Eun Soo ikut berdiri. Kali ini wajah
mereka berhadapan dekat. Ia melupakan soal lututnya
yang belum sepenuhnya sembuh.
“Sudah hentikan. Chanyeol sudah menjemput
kita.”
Baekhyun melerai. Ia meraih tangan Eun Soo dan
membawanya ke depan setelah berpamitan dengan eomma
untuk berangkat sekolah. Tapi Eun Soo belum sempat
menyantap sarapan paginya. Roti itu ia biarkan begitu saja
diatas meja, Eun Soo berjalan mengikuti Baekhyun,
langkahnya sudah cukup seimbang. Kemudian masuk
kedalam mobil antik milik Chanyeol. Mereka berdua juga
120
melupakan sesuatu, bekal. Beberapa detik kemudian
datang Kyung Soo menyusul.
Pagi ini Chanyeol terlihat begitu ceria. Namja
jangkung itu bernyanyi sepanjang perjalanan menuju
sekolah dan diiringi dengan suara merdu Baekhyun. Tidak
ada kesempatan lain untuk latihan selain perjalan menuju
kesuatu tempat.
“Oh ya, Eun Soo. Malam minggu besok sungai
Han sangat ramai, apa kau mau pergi bersamaku? Emm,
disana ada pesta kembang api, kau suka kembang api-
kan?” Chanyeol menatap Eun Soo melalui spion depan
mobilnya. Gadis itu membalas tatapannya.
Eun Soo tampak kebingungan menjawabnya.
Kyung Soo masih menatap keluar jendela tanpa
mempedulikan apa yang sedang mereka bicarakan.
Hatinya masih kesal dengan apa yang Eun Soo ucapkan di
meja makan tadi.
“Apa aku boleh ikut?” Keheningan seketika pecah
saat Baekhyun tanpa sungkan menawakan dirinya untuk
ikut pergi. Walaupun itu hanya akan merusak kencan
mereka.
“Ah, jika Baekhyun pergi, maka aku juga akan
pergi,” jawab Eun Soo tanpa basa-basi. Baekhyun dan Eun
Soo bertatapan sembari tersenyum.
Chanyeol menghela nafas berat. Sebenarnya dia
hanya ingin pergi berkencan bersama Eun Soo. Dengan –
terpaksa- Chanyeol meng-iyakan permintaan Eun Soo, tak
ada pilihan lain selain mengajak Baekhyun ikut bersama
mereka atau Eun Soo menolak untuk pergi.
121
“Ngomong-ngomong, aku baru tau kalau
Baekhyun juga saudaramu, dodo? Bukankah kemarin dia
juga pulang bersama kalian?”
“Apa maksudmu dengan dodo?” kini Eun Soo
memelototkan kedua matanya melalui spion depan mobil
Chanyeol. Chanyeol mengerjapkan kedua matanya dan
melemparnya ketempat lain.
“Nde, dia juga saudara kami.” Jawab Kyung Soo
sekenanya.
“Ah, apa kalian juga kembar tiga? Begitu?” kini
Chanyeol kembali fokus dengan setir mobilnya.
“Aniyo!” sahut Kyung Soo dan Eun Soo
bebarengan.
Sesampainya di sekolah, mereka bertiga
membungkukkan badan untuk mengucapkan terimakasih
pada Chanyeol karena sudah mengantar mereka kesekolah
hari ini. Namja itu tersenyum, kemudian masuk kedalam
mobil antiknya dan berlalu pergi.
“Sepertinya dia sedang jatuh cinta padamu,” bisik
Baekhyun yang membuyarkan lamunan Eun Soo sejenak.
“Apa benar begitu?” ujar Eun Soo ragu.
Kemudian di menoleh kearah Baekhyun yang berada
disamping kirinya dan namja itu sudah tidak ada
disampingnya. Ia sudah berlalu pergi bersama Kyung Soo.
Didalam kelas. Ia melihat Yumi sedang sibuk
mengerjakan sesuatu sampai-sampai kedatangannyapun
Yumi tidak menyadarinya. Eun Soo mengeluarkan buku
tugasnya, dan menatapi Yumi yang masih berfokus pada
buku yang ada didepannya. gadis itu terlihat sangat sibuk.
“Kau mengerjakan apa?”
122
Yumi tidak menjawab. Ia masih sibuk
mengerjakan sesuatu yang ada didepannya tanpa
memperdulikan Eun Soo sedikitpun.
“Sebentar lagi Kyung Soo dan Baekhyun
rekaman. Semoga saja ada produser yang tertarik dengan
single mereka. Aku sangat senang ada studio rekaman
yang mau membantu mereka.”
Yumi tidak memberi jawaban apapun.
Eun Soo menoleh. Yumi sudah meletakkan
pensilnya, tapi kedua mata gadis itu terpaku pada dua anak
manusia yang terlihat akrab didepan kelas mereka. Kyung
Soo dan Narri tengah ngobrol didepan kelas. Perbincangan
mereka terlihat seru saat Kyung Soo sesekali tertawa
menanggapi apa yang Narri katakan. Itu membuat hati
Yumi terluka.
“Apa kau akan membiarkan mereka?” Yumi
menatap Eun Soo sendu.
“Biarkan Kyung Soo menyadari sendiri. Aku dan
Baekhyun sudah angkat tangan,” jawab Eun Soo pasrah.
Ia tidak mempunyai jawaban lain, Kyung Soo tidak mau
mendengarnya.
“Tapi, kau..”
“Jangan mengkhawatirkannya. Dia akan baik-baik
saja. Hem?”
Eun Soo meredam perasaan Yumi yang tengah
sangat khawatir dan kecewa melihat orang yang dia cintai
bersama dengan gadis lain. Dan hal yang sangat
menyakitkan, ia melihatnya kesana kemari dengan gadis
itu, gadis yang sangat tidak disukainya.
**
123
Jam istirahat tiba. Joon Myeon menyeret Narri
dengan menggenggam lengannya erat. Gadis itu
memberontak kesakitan. Dengan kasar Joon Myeon
mendudukkan Narri dan membuatnya
merasakan sakit. Bangku kayu di taman bukanlah sebuah
sofa.
Kedua mata Joon Myeon menatap Narri tajam.
Ada amarah yang sedang meledak disana. Joon Myeon
sangat marah sampai wajahnya merah padam. Nafasnya
terengah-engah. Tidak biasanya Joon Myeon marah
sampai seperti itu. Narri membalas tatapan Joon Myeon.
Tidak ada rasa takut sama sekali dalam hatinya, meskipun
namjachingu bohongan-nya benar-benar sedang marah
padanya.
Suasana taman serasa hening. Joon Myeon berada
di pertengahan taman yang memang jarang didatangi oleh
siswa lain. Ia masih berdiri mematung dihadapan Narri
yang terlihat tenang-tenang saja dengan posisi duduknya.
Gadis itu membuat amarahnya semakin naik.
“Kau sudah berlebihan!”
“Wae? Kau cemburu?” ujar Narri dengan
entengnya yang membuat Joon Myeon semakin naik
darah.
“Kau harus ingat! Ini semua hanya taruhan. Kau
tidak boleh mendekati Kyung Soo terlalu jauh. Ambil
yang kau inginkan darinya tapi jangan bersikap murahan
seperti itu padanya. Kau mengerti tidak!”
“Siapa kau! Kau sudah tidak berarti apa-apa
bagiku.”
124
Joon Myeon tersentak kaget. Kedua matanya
seketika terbuka lebar, ia hampir tidak percaya dengan apa
yang didengar. Narri baru saja mengungkapkan sesuatu
yang membuat hatinya merasa sakit.
“Aku bersikap seperti itu pada Kyung Soo karena
aku mencintainya. Aku sudah tidak mencintaimu, oppa.
Kau sendiri yang mengatakan padaku, tidak ada cinta
abadi didunia ini. Termasuk cintaku padamu.”
Narri menatap Joon Myeon tajam. Kini tatapan
cinta yang biasa ia berikan berubah menjadi kebencian.
Joon Myeon membalasnya dengan tatapan sendunya.
Hatinya serasa teriris dan sangat sakit. Gadis yang ia cintai
dengan mudahnya berpaling kepada namja lain karena
taruhan konyol yang mereka buat.
“Secepat itukah kau menggantikanku?”
“Aku sudah bosan denganmu, aturanmu yang
menyebalkan! Sikapmu yang membosankan dan semua
yang kau berikan padaku tidak pernah membuatku
bahagia.”
Joon Myeon kehilangan kata-kata. Selama ini
tidak banyak yang Joon Myeon berikan pada Narri selain
mengerjakan tugas sekolahnya dan mengantarnya pulang
sampai kerumah. Apa yang bisa Joon Myeon berikan
kepada gadis yang sudah memiliki segalanya seperti Narri.
Berjuta won-pun tidak dibutuhkan oleh gadis itu.
“Baiklah, arasimida.” Ada sesuatu yang
membuatnya sesak.
“Gomawo. Aku tidak akan melupakan semua
kebaikanmu padaku.” Narri tersenyum miring. Kemudian
pergi dari hadapan Joon Myeon begitu saja.
125
Joon Myeon mendudukkan dirinya. Pikirannya
berubah menjadi kosong. Sebenarnya niatannya membawa
Narri ketempat itu untuk membatalkan taruhan konyol
yang mereka buat sendiri. Karena Narri sudah melanggar
jauh taruhan mereka, tetapi ternyata Narri bersikap seperti
itu karena memang ingin mendapatkan hati Kyung Soo.
**
Kyung Soo mendatangi Eun Soo kekelasnya. Kali
ini sendirian tanpa Baekhyun yang biasanya menemaninya
kemanapun ia pergi. Eun Soo tengah tertidur diatas
bangkunya. Gadis itu menahan perutnya yang telah melilit
kelaparan. Tidur adalah salah satu alternative terbaik
baginya. Ia tidak bisa membelanjakan uang sakunya
dikantin karena edisi terbaru Doraemon segera keluar.
“Eun Soo-ah?” panggil Kyung Soo sembari
memandangi tubuh adiknya yang terlihat memaksakan
untuk tidur.
“Eun Soo-ah?” Sekali lagi Kyung Soo memanggil
namanya. Gadis itu hanya menggeliatkan tubuhnya dan
tak kunjung membuka kedua matanya.
Yumi berusaha menjaga jarak. Ia tahu benar
Kyung Soo tidak suka jika melihatnya. Yumi hanya bisa
memandangi Kyung Soo dari kejauhan, tepat disudut
paling belakang kelas itu.
“Kau benar-benar tidur?”
Eun Soo mendengarnya. Tapi ia sengaja tidak
membuka kedua matanya dan tetap berpura-pura tidur.
Yumi tahu kalau Eun Soo hanya berpura-pura. Gadis itu
terus memperhatikan mereka berdua.
126
“Baiklah, ini bekalmu. Aku tau kau sangat
membutuhkannya, hari ini sikap Baekhyun sedikit aneh.
Dia keluar kelas lebih dulu setelah bel berbunyi, jadi aku
tidak sempat menitipkan bekal ini padanya. Kukira dia
sedang bersamamu, ternyata tidak. Aku tidak tau dia
sedang dimana. Dan… aku harap kau tidak mengatakan
kalimat yang kau ucapkan tadi pagi kepadaku.
Bagaimanapun, aku tetap percaya padamu.”
Eun Soo sontak mendongakkan kepalanya. Ia
berkali-kali mengerjapkan kedua matanya dan terus
menatap Kyung Soo tidak percaya.
“Tapi, jangan menghalangiku untuk dekat dengan
Narri,” lanjut Kyung Soo. Membuat gadis itu kembali
pada posisi tidurnya.
“Aku harus mengatakan berapa kali padamu, Do
Kyung Soo. Kau memang menyebalkan,” gerutu Eun Soo
pelan. Dan Kyung Soo tidak bisa mendengarnya.
“Baiklah, jangan lupa habiskan bekalmu. Aku
pergi dulu.” Kyung Soo mendorong dua kotak bekal yang
ada disamping Eun Soo sampai menyentuh lengan
adiknya. Kemudian ia menatap Eun Soo sejenak, tatapan
itu tidak bisa diartikan. Entah ada penyesalan atau ia
kecewa dengan dirinya sendiri. Kemudian Kyung Soo
beranjak pergi dari kelas Eun Soo.
**
Di tepian taman yang rindang dengan
pepohonannya, Baekhyun, Eun Soo dan Yumi menikmati
bekal mereka. Eun Soo membagi bekalnya dengan Yumi
sedangkan Baekhyun menikmati bekalnya sendirian.
Namja itu tiba-tiba datang ke kelas Eun Soo dan
menanyakan soal bekal. Mungkin ditengah perjalanannya
127
ia bertemu dengan Kyung Soo dan menyampaikan soal
bekal itu pada saudara angkatnya yang terlihat begitu
kelaparan.
“Apa menurut kalian Chanyeol menyukaiku?”
Baekhyun tersedak. Ia menepuk-nepuk dadanya
dan segera mencari air untuk minum. Yumi
menggelengkan kepalanya sembari terus melahap
makanannya. Eun Soo berfikir keras, tentang sikap
Chanyeol yang baik padanya juga tawarannya untuk pergi
bersama ke sungai han.
“Ah, mungkin aku berlebihan,” tukas Eun Soo
kemudian kembali melahap makan siangnya.
“Kalau Chanyeol menyukaimu, itu adalah hal
yang bagus.” Baekhyun berkata dengan mulut penuhnya.
Ia kembali melahap bekalnya setelah merasa lebih baik.
“Wae?” tanya Eun Soo tak mengerti.
“Dia kaya, mobilnya bagus, tampan dan berbadan
tinggi. Itu bisa disebut sempurna. Aku juga sangat siap
menjadi kakak iparnya.”
“Ah. Kau benar. Kalian sangat cocok. Ya kan?
Apa kubilang,
kau pasti akan nyaman bersamanya. Dia sangat baik,
periang dan ramah,” timpal Yumi semangat.
“Ah, begitu ya. Aku juga merasa begitu, tapi
bagaimana Kai menurut kalian?”
Yumi dan Baekhyun melongo. Keduanya saling
menatap sebentar. Yumi tidak terlalu menyukai Kai.
“Kai?” tanya Yumi meyakinkan.
128
“Kai? Namja berkulit gelap itu. Ish! Dia tidak
cocok denganmu. Dia angkuh, dan sok tampan. Aku tidak
menyukainya. Aku jauh lebih tanpan darinya, hanya saja
badannya lebih tinggi dariku,” ujar Baekhyun sinis.
Kemudian ia menutup kotak bekalnya karena sudah habis.
“Em, sudahlah. Aku tidak terlalu tertarik jika
membahasnya. Oh ya, Eun Soo. Kau nanti tidak ikut
latihan-kan? Bisa kau temani aku pergi ke toko buku? Ada
sesuatu yang ingin kubeli, mungkin kau ingin mencari
komik Doraemon baru?”
“Nde, aku ada waktu nanti.”
“Oh ya, soal buku. Aku tadi melihat si kutu buku
sedang menyeret gadisnya masuk kedalam taman,
kelihatannya mereka sedang ada masalah,” sahut
Baekhyun. Ia setengah berbisik sembari sedikit
menundukkan kepalanya, membuat Yumi dan Eun Soo
ikut menundukkan kepala mereka.
“Si kutu buku siapa maksudmu?” balas Yumi
sambil berbisik.
“Aish, siapa lagi kalau bukan Joon Myeon!”
“Dimana kau melihatnya?” tanya Eun Soo tak
yakin.
“Tadi saat memasuki taman. Kulihat wajahnya
merah, sepertinya dia sedang marah. Aku yakin Joon
Myeon sedang mempunyai masalah. Kuharap hubungan
mereka segera berakhir. Aku tidak
menyukai mereka.”
“Mungkin soal Kyung Soo. Hubungan Narri dan
Kyung Soo semakin akrab saja,” ujar Yumi sinis.
129
Menunjukkan ketidaksukaannya dengan kedekatan Kyung
Soo dan Narri.
“Dan aku juga berharap Joon Myeon segera
diturunkan dari posisinya, menjabat sebagai president
sekolah tapi bersikap kotor seperti itu sangat tidak pantas.
bukankah itu memalukan?”
“Apa menurutmu begitu?”
Yumi dan Eun Soo tersentak kaget.
“Tentu saja,” jawab Baekhyun dengan entengnya.
Tubuh Baekhyun seketika mengejang saat
menyadari orang yang ia bicarakan berdiri dibalik
punggungnya. Joon Myeon menatap punggung Baekhyun
dan seperti ingin mencekik leher namja itu. Sedikitpun
mereka tak berkutik. Eun Soo dan Yumi hanya
menundukkan kepala mereka.
“Dari pada kalian membicarakan orang lain, apa
tidak sebaiknya kalian gunakan waktu istirahat dengan
baik dan mengerjakan hal yang positif. Selesai makan
siang kau bisa membaca buku diperpustakaan dari pada
membuang waktumu dengan sia-sia. Itu saranku.”
Mereka bertiga mengangguk kaku. Kemudian
Joon Myeon pergi tanpa pamit. Baekhyun menarik nafas,
lega.
“Sejak kapan dia berada disitu, hah? Aku kaget
sekali,” ujar Baekhyun sembari memperhatikan langkah
Joon Myeon yang semakin menjauh.
“Tutup mulutmu,” tukas Eun Soo.
**
130
Kyung Soo kembali memfokuskan dirinya pada
tugas yang sibuk ia kerjakan. Dijauhi oleh Baekhyun dan
Eun Soo membuatnya sedikit kurang fokus saat
mengerjakan sesuatu.
„Terserah apa yang kau lakukan, Kyung Soo. Tapi
jika itu untuk membantu Narri, jangan harap kami mau
membantumu.‟
Apa yang dikatakan Eun Soo kembali terlintas
dalam ingatannya. Eun Soo dan Baekhyun sudah berusaha
untuk mengingatkan Kyung Soo, terlebih lagi soal rencana
Narri dan Joon Myeon untuk memperalatnya. Namun
Kyung Soo masih bersikeras mempertahankan
komitmennya untuk menjadi teman dan selalu ada disaat
Narri membutuhkan.
“Kyung Soo, maaf aku merepotkanmu,” ujar Narri
yang membuat lamunan Kyung Soo pecah seketika.
Namja itu hanya melempar senyum tipis kemudian
kembali memfokuskan dirinya dengan tugas Narri yang
sedang ia kerjakan. Disamping mereka berdiri dua orang
memakai tuxedo hitam dan mengawasi sekitarnya. Mereka
adalah orang suruhan orang tua Cho Narri untuk menjaga
putrinya.
Dari kejauhan, Joon Myeon memperhatikan
mereka. Nampak Narri sudah berhasil merayu Kyung Soo
untuk mengerjakan tugasnya tanpa hambatan. Sedangkan
dirinya, sekalipun tak pernah bertemu dengan Eun Soo.
Tapi Joon Myeon berusaha melupakan hal itu, ia sudah
putus dengan Narri dan itu terjadi beberapa jam yang lalu.
Disisi lain, disebuah meja yang tak jauh dari meja
Kyung Soo. Duduk tiga orang bocah yang menutupi wajah
mereka dengan buku tetapi mata mereka mengintip kearah
Kyung Soo dan memperhatikan apa yang terjadi disana.
131
“Aish, apa yang mereka bicarakan?” gerutu Eun
Soo karena daun telinganya tak dapat mendengar
pembicaraan Kyung Soo dan Narri dengan jelas.
“Ah, mereka berbicara terlalu pelan,” timpal
Baekhyun.
“Aku juga tidak bisa mendengar dengan baik,”
tambah Yumi yang mencoba terus menengadahkan
telinganya untuk mendengar pembiaraan mereka.
“Lebih baik kita keluar saja, aku mulai bosan,”
protes Eun Soo kemudian meletakkan buku yang tadinya
menutupi wajahnya.
Kyung Soo tau jika ketiga temannya sedang
mengawasi mereka. Setelah selesai mengerjakan tugas
milik Narri, Kyung Soo datang menghampiri mereka.
“Apa yang kalian lakukan disini?”
Mereka bertiga seketika terperanjat dan berpura-
pura fokus pada buku yang mereka pegang masing-
masing. “Tentu saja membaca buku.” jawab Eun Soo
ketus. Ia melirik Kyung Soo sebentar.
“Oh, ya? Lalu bagaimana bisa kau membaca
dengan posisi terbalik begitu?”
Eun Soo menatap cover bukunya, ternyata posisi
buku yang ia pegang memang terbalik. Dengan malu-malu
ia membenarkan posisi buku yang ia pegang. Kyung Soo
menyeringai dan duduk bergabung dengan mereka. Ia
membiarkan Narri duduk sendirian dan sedang
memperhatikan Kyung Soo dari kejauhan.
“Untuk apa kau duduk disini. Apa tidak sebaiknya
kau kembali
ke tempat pacarmu?” ujar Eun Soo dengan sinisnya.
132
“Aku dan Narri hanya teman. Apa kau ikut latihan
hari ini?.”
“Aniyo.”
“Waeyo?”
“Aku ada urusan lain.” Lagi-lagi nada suara Eun
Soo terdengar sinis.
“Oh ya, Yumi.” Yumi melongo kaget. Ia sedikit
terperanjat ketika Kyung Soo memanggil namanya.
“Terimakasih karena kau sudah mengenalkanku
dengan Chanyeol dan teman-temannya.”
Yumi tersenyum bingung. Ia sulit menganalisir
getaran hebat yang memenuhi hatinya. Baru saja Kyung
Soo mengucapkan terimakasih padanya dan hal itu adalah
hal langka dalam hidupnya.
**
Eun Soo menghentikan langkahnya. Ia
membiarkan Yumi memasuki toko lebih dulu.
Langkahnya terhenti ketika ia melihat seorang gadis kecil
sedang duduk ditepian jalan sendirian, tepatnya di trotoar
sembari memperhatikan ramainya jalanan siang itu. Siang
yang sangat panas dan tempat seramai ini ada seorang
anak kecil sendirian duduk ditepi jalan. Apa dia sedang
kehilangan jejak orang tuanya?
Eun Soo datang mendekat. Ia duduk disamping
gadis kecil itu. Gadis kecil itu tersenyum pada Eun Soo,
membiarkannya duduk disampingnya walaupun ia tidak
mengenalnya. Tidak tampak sedikitpun rasa ketakutan
dari wajah gadis kecil itu.
133
“Kau sedang menunggu seseorang?” Eun Soo
berkata pelan pada gadis kecil itu. Gadis kecil itu
menganggukan kepalanya ringan.
“Nugu?” tanya Eun Soo lagi dengan nada
kekanak-kanakannya.
“Adik kembarku, eonni50.” ujar gadis itu sembari
melempar tatapan sendu.
“Kau kembar?” Sekali lagi gadis itu mengangguk
dengan polosnya. Eun Soo tersenyum, ia mempunyai
saingan, batinnya. “Lalu, mana ibumu?”
“Di toko seberang jalan sana.” gadis kecil itu
menunjuk sebuah
toko kecil yang ada diseberang jalan. Eun Soo
memperhatikan, tidak ada seseorang yang sedang
kebingungan mencari putrinya disana.
“Lalu, adik kembarmu dimana?”
“Eomma bilang dia sedang di surga.” Eun Soo
tertegun. Gadis kecil itu kembali menatapi jalanan.
Sebuah „zebracros‟ yang ada disebelah kanannya. Eun Soo
berubah menatapnya prihatin.
“Eonni, kenapa orang yang pergi ke surga tidak
mau kembali lagi?” gadis kecil itu bertanya dengan
polosnya. Eun Soo menatap gadis itu sendu. Mendengar
pertanyaannya membuatnya ingin menangis.
“Karena surga, lebih indah dibandingkan disini.
Itulah sebabnya orang yang sudah masuk surga tidak ingin
kembali.” Eun Soo tersenyum sembari membelai pipi
gembul gadis kecil itu. 50 Eonni = panggilan kakak yang diucapkan oleh wanita kepada wanita
134
“Jeongmalyo, eonni? Apa di surga dia
mempunyai teman?”
“Keurom51. Dia akan punya banyak teman
disana.” Gadis kecil itu beralih menatap dua boneka yang
ada dalam pelukannya.
“Kalau begitu Jung Soo tidak membutuhkan
boneka ini lagi..” Eun Soo kembali tertegun. Gadis kecil
itu menatap boneka yang berada ditangan kirinya dengan
sendu. Sepertinya boneka itu milik adik kembarnya yang
telah pergi.
“Jung Jin-ah, Jung Jin-ah?” seorang wanita paruh
baya datang dan sontak mengangkat tubuh gadis kecil itu
kedalam pelukannya.
Eun Soo berdiri. Memperhatikan mereka. Wanita
itu terlihat lega setelah menemukan gadis kecilnya yang
menghilang sesaat.
“Ah, eomma mengkhawatirkanmu.” desah wanita
itu sembari mencubit pelan pipi gembul putrinya.
“Anyeonghaseyo..” Eun Soo membungkukkan
tubuhnya. Begitu juga dengan wanita paruh baya itu.
“Ghamsahamida sudah menemukan putriku. Dia
suka sekali pergi tanpa pamit.”
“Ah, gwenchanayo. Dia hanya duduk menunggu
disini.”
“Ah, tempat ini.” Wanita itu memperhatikan
sekitarnya. Wajahnya berubah sendu. “Tidak seharusnya
eomma membawamu kemari. Maafkan, eomma,” lanjut
51 Keurom = tentu
135
wanita itu, diwajahnya tergambar sebuah penyesalan dan
kesedihan.
“Em, mianhae ahjumma. Tapi boleh aku
menanyakan sesuatu?”
“Nde?” wanita itu mengernyitkan keningnya
dengan ragu.
“Maaf aku menanyakan ini, tapi apa yang terjadi
pada putri kembarmu?” Eun Soo menatap wajah wanita
itu dengan tatapan sendu.
“Putriku? Kau tau mereka kembar.”
“Ah, mianhae. Tidak seharusnya aku menanyakan
hal ini.” Eun Soo membungkukkan tubuh dengan perasaan
yang bersalah.
“Baru saja beberapa bulan yang lalu putriku
kecelakaan ditempat itu saat menyebrang. Bodohnya aku
membiarkan mereka melakukan hal itu. Tapi hanya Jung
Jin yang selamat dalam kecelakaan itu. Aku harap kau
berhati-hati, jalanan semakin hari semakin ramai,” ucap
wanita paruh baya itu dengan wajah penuh dengan
penyesalan.
“Ne, ahjumma. aku juga akan menjaga diri
dengan baik.”
Tersungging segaris senyuman dibibir wanita itu.
Walaupun sebenarnya tergambar jelas kesedihan yang
begitu dalam di hatinya.
“Eonni, apa kau mau pergi ke surga bersamaku?”
celetuk gadis kecil itu. Membuat Eun Soo dan ibunya
kaget.
“Nde?” Eun Soo membuka matanya lebar-lebar.
136
“Apa yang kau bicarakan? Ah, baiklah kami pergi
dulu. Anyeonghaseyo.”
“Anyeonghaseyo..” Balas Eun Soo sembari
membungkukkan tubuhnya.
“Eonni, sampai bertemu di surga.” Gadis kecil itu
melambaikan tangannya. Eun Soo ikut melambaikan
tangannya dan melempar senyum pada gadis kecil itu.
“Surga?”
Yumi berteriak memanggil Eun Soo. Ia sudah
menemukan buku yang ia cari. Yumi berjalan mendekati
Eun Soo dan ikut memperhatikan apa yang Eun Soo lihat.
“Siapa?”
“Seorang gadis lucu.”
“Oh..”
“Kau sudah selesai?”
“Nde, ayo kita pulang. Oh ya, kau lapar tidak?”
“Emm,”
“Aku yang traktir.”
“Baiklah.”
“Dan lihat apa ini?” Yumi mengeluarkan sebuah
buku kecil dari kantong plastic yang ia bawa dan
menunjukkannya pada Eun Soo. Sebuah buku kecil
berwarna biru dengan gambar tokoh kartun favorit Eun
Soo.
“Ah, sudah terbit!!! Benarkah sudah terbit!!!!”
Eun Soo meraih buku itu dengan girang. Ia hampir saja
melompat sembari memeluk komik Jepang keluaran
terbaru itu.
137
“Baiklah, aku yang traktir!” Eun Soo beralih
menarik tangan Yumi. Ia sudah tidak perlu menabung lagi
karena komik Doraemon keluaran terbaru yang ia tunggu
sudah Yumi belikan.
**
Eun Soo terperanjat. Seketika ia hanya bisa
membuka matanya lebar-lebar dan membiarkan dua namja
itu mengobrak-abrik meja belajarnya yang sebelumnya
sudah ia tata rapi. Eun Soo mendengus kesal. Kedua
saudaranya itu tidak ada bedanya dengan guru BP yang
senang merampas mainan siswa-siswanya.
“Jangan yang itu! Itu ada part dimana Sizuka
beradegan romantis dengan Nobita.”
“Hey, aku belum membaca komik itu sampai
selesai.”
“Aku mohon, Kyung Soo. Itu komik favoritku,
bertemu dengan raja matahari adalah bagian favoritku.”
“Jangan yang ini, Baekhyun. Ini part paling lucu.
Disini ada bagian yang paling kusuka.”
“Ah, tidak-tidak. Kau tidak boleh mengambil
yang itu juga!! Itu kubeli dengan aku menabung uang saku
sekolahku sampai satu minggu.”
“Hey, itu edisi paling baru dan baru saja kubeli
tadi siang bersama Yumi.”
Eun Soo hanya bisa mendengus kesal. Kini Kyung
Soo dan Baekhyun sudah berhasil mengemas semua
komik koleksi miliknya dan menggantinya dengan
berbagai macam buku pelajaran yang menurut Eun Soo
sangat membosankan.
138
“Sekarang apa mau kalian? Kapan kalian akan
menggembalikan semua komikku?” tanya Eun Soo
dengan wajah memelasnya.
“Tidak akan, aku akan menjualnya,” balas Kyung
Soo dengan
senyuman miringnya, membuat kedua mata Eun Soo
seketika terbuka lebar.
“Kau gila!”
“Sekarang yang perlu kau fokuskan hanya belajar,
Eun Soo.” Baekhyun menepuk pundak Eun Soo pelan.
“Aku akan belajar dengan rajin, sungguh. Aku
sudah berjanji pada diriku sendiri.”
Kyung Soo dan Baekhyun saling bertatapan.
Mereka tidak yakin dengan apa yang baru saja mereka
dengar.
“Aku mohon. Aku akan belajar.” Eun Soo berlutut
dihadapan mereka. Hal itu membuat Baekhyun tidak tega
melihatnya. Tapi Kyung Soo sudah menahan Baekhyun
untuk membantu Eun Soo berdiri.
“Nilai seratus, yah setidaknya kau mendapat nilai
seratus baru kami akan kembalikan dua kantung plastic
komik ini padamu.”
Ada genangan air dikedua mata Eun Soo. Gadis
itu benar-benar tidak bisa merelakan semua komiknya
dirampas walaupun
kakaknya sendiri yang melakukannya.
Baekhyun tidak bisa memastikan Eun Soo
mendapat nilai seratus kerena baru beberapa hari yang lalu
ia belajar soal matematika dasar dengannya.
139
“Aku akan menjadi tutormu, jangan khawatir.”
Baekhyun berjongkok, ia menyamakan tingginya dengan
Eun Soo. Air mata Eun Soo sudah mengalir deras. Gadis
itu sudah tidak bisa menahannya lagi.
Kyung Soo hanya memutar kedua bola matanya
kemudian beranjak pergi dari kamar Eun Soo dengan
menenteng dua kantung plastik hitam ditangan kiri dan
kanannya. Dia benar-benar ingin merubah Eun Soo.
“Kau tau kenapa kau bodoh? Itu karena kau
mengidolakan
orang yang bodoh juga,” ujar Kyung Soo sesampainya
diambang pintu.
“Apa pintarnya dari Nobita? Doraemon juga sama
saja. Tanpa bantuan kantong ajaibnya, dia juga tidak bisa
apa-apa,” lanjut Kyung Soo. Bahkan Kyung Soo juga tau
bagaimana karakter dalam kartun itu walaupun dia tidak
menyukainya.
Eun Soo berdiri. Ia menyeka air matanya yang
menetes. Dengan mengikis lengan bajunya yang tampak
kepanjangan. Eun Soo berkacak pinggang dan menatap
Kyung Soo tajam.
“Aku tidak menyukai Sinosuke. Yah, karena
semua orang pintar didunia ini bersikap sombong!” Eun
Soo menghentakkan kakinya, membuat ucapannya
terdengar serius.
Kyung Soo membelalakkan kedua matanya.
Baekhyun tiba-tiba tertawa kecil dan memalingkan
mukannya dari kedua anak kembar itu. Setelah melempar
tatapan sinisnya pada Eun Soo, Kyung Soo lantas berlalu
pergi.
140
**
Eun Soo dan Baekhyun sudah siap untuk
berangkat. Chanyeol akan menjeput mereka beberapa
menit lagi. Dengan tatanannya yang tidak seperti
biasanya, Eun Soo menatap dirinya didepan cermin. Ia
merasa penampilannya terlalu sederhana, tapi memang
beginilah dia sebenarnya. Berpenampilan apa adanya akan
membuatnya lebih percaya diri dibandingkan harus
berpenampilan meniru gaya orang lain.
Eun Soo melonggokkan kepalanya. Ia menatap
kearah gerbang dan memastikan bahwa ada sebuah mobil
antik berwarna hitam milik Chanyeol disana. Sampai
beberapa menit berlalu Chanyeol tak kunjung datang. Eun
Soo kembali menatap layar ponsel yang sengaja ia nyala-
matikan untuk memastikan tidak ada pesan yang belum ia
baca.
Ini adalah kencan pertamanya, wajar saja ia
merasa gugup
dan bersikap tidak sewajarnya. Ia tidak lagi mengenakan
pita merah yang Yumi sarankan, itu hanya akan membuat
Kyung Soo terus memandanginya dan membuatnya tidak
nyaman. Pita merah itu sebenarnya yang biasa ia pakaikan
pada yeonggu.
Mobil hitam itu kini terparkir didepan gerbang
rumah Eun Soo. Gadis itu merasa lega, ia segera berlari
dan membuka pintu gerbang. Ada senyuman yang terus
mengembang dibibirnya. Chanyeol keluar dari mobil,
penampilannya malam ini benar-benar membuat Eun Soo
terpesona. Kedua matanya terpaku menatap Chanyeol
yang terlihat semakin tampan dengan t-shirt merah yang
dilapisi dengan jaket jins biru lengan panjang itu.
Penampilannya begitu maskulin.
141
“Apa kau menungguku terlalu lama. Maaf, jalanan
sedikit macet.” Eun Soo hanya tersenyum sembari
menggelengkan kepalanya.
“Ini untukmu.” Chanyeol menyodorkan sebuket
bunga mawar putih yang tampak menawan ditempat yang
redup itu.
“Apa itu Chanyeol? Aku sudah bosan menunggu.”
teriak Baekhyun yang berdiri didepan pintu sembari
menyipitkan kedua matanya. Ia tidak bisa melihat dengan
jelas keadaan yang ada didekat gerbang.
Setelah Eun Soo menerima bunga itu dan
Baekhyun sudah siap untuk masuk kedalam mobil, tiba-
tiba namja bernama Do Kyung Soo muncul dan tanpa
permisi masuk kedalam mobil Chanyeol.
“Kyung Soo? Kau..” Baekhyun mengernyitkan
keningnya heran. Kini ia sudah duduk didalam mobil dan
berada disamping Kyung Soo.
Namja itu hanya duduk dengan tenang dan
menatap Baekhyun dengan senyuman miring yang khas
dari bibirnya.
Chanyeol mendengus tak percaya. Acaranya
malam ini benar-benar dirusak oleh saudara Eun Soo. Tapi
mereka tetap berangkat ke sungai Han. Chanyeol ingin
sekali pergi ke tempat itu bersama dengan orang yang dia
cintai. Dan menikmati gemericik aliran sungai Han
bersama.
“Kau tau bagaimana asal usul sungai Han?”
Eun Soo menggelengkan kepalanya. Mereka
berdua masih menatap aliran sungai yang panjangnya
142
mencapai 514 km itu dengan perasaan yang aneh satu
sama lain. Mereka berdua tidak bisa mengartikan sebuah
perasaan yang mereka rasakan sendiri.
“Sungai Han terbentuk akibat pertemuan dari
sungai Namhan dan sungai Bukhan. Meskipun sungai ini
tidak terlalu panjang, tapi ujung sungai Han lebar
alirannya sangat luas. Sungai ini dikenal memiliki debit
air yang deras sebelum dibangun sejumlah dam,” jelas
Chanyeol sembari mengulas senyum.
Eun Soo menatap Chanyeol penuh makna. Namja
berkaki panjang itu tersenyum sembari terus memandangi
sungai yang ada dihadapannya. Sementara Baekhyun dan
Kyung Soo ditempat lain, yang tak jauh dari tempat
mereka duduk, sedang sibuk mencari suatu kegiatan yang
tidak membuat mereka bosan.
“Hey, Kyung Soo. Seharusnya kau mengajak
Narri juga kesini,” ujar Baekhyun sembari menyeringai
menatapi Kyung Soo. Kyung Soo hanya melotot
membalas tatapan itu.
“Lalu jika aku mengajak Narri, kau dengan siapa?
Hah?”
“Aku dengan Yumi, gadis itu semakin hari
semakin cantik saja.” Baekhyun mengumbar tawanya.
“Apa?” Kyung Soo memukul kepala Baekhyun
dengan gemas. “Ya, jika Yumi menerima tawaranmu.”
“Hahaha, tentu saja dia tidak bisa menolakku.”
“Apa?” kini tubuh Kyung Soo menimpa tubuh
Baekhyun. Mereka
berdua berkelahi seperti anak kecil saat merebutkan
permen.
143
**
“Kau tau tidak sorotan-sorotan lampu warna-
warni yang ada disana?” Chanyeol menunjuk kesuatu
tempat yang ia maksud. Eun Soo mencoba mencari arah
yang Chanyeol tunjukkan.
Terlihat sebuah sorotan lampu warna warni yang
membuat suasana malam itu semakin romantis.
Pemandangan malam yang sangat indah.
“Itu adalah sebuah air terjun buatan, sengaja
dibuat dengan gerak yang berbeda-beda.” Eun Soo
membulatkan bibirnya. “Dan itulah yang menjadi daya
tarik sungai ini,” lanjut Chanyeol. Kedua matanya
menatap Eun Soo yang masih mencoba menganalisir
kalimat yang Chanyeol ucapkan padanya.
Ekspresi menggemaskan yang Eun Soo tunjukkan
membuat Chanyeol ingin sekali mencubit pipi gembul
yang Eun Soo miliki. Gadis itu terlihat begitu manis ketika
memikirkan sesuatu.
Dan lampu warna-warni yang menghiasi langit itu
mengejutkan semua pengunjung di sungai itu. Pesta
kembang api dimulai. Eun Soo menangkupkan kedua
tangannya didepan dada. Gadis itu terlihat takjub menatap
langit yang dipenuhi dengan warna warni kembang api.
“Chanyeol-ssi, aku merasa sangat bahagia malam
ini.”
“Nado52.” Chanyeol meraih tangan kanan Eun
Soo. Eun Soo menatap Chanyeol dalam, ia sulit
mengartikan sebuah getaran yang menjalar diseluruh
52 Nado = aku juga
144
tubuhnya. Sementara Chanyeol menatap langit, Eun Soo
masih tertegun menatap namja yang ada disampingnya.
“Aku tidak tau perasaan apa ini? Kau atau aku
yang sedang jatuh cinta,” ujar Eun Soo dalam batinnya.
**
Kyung Soo meletakkan microfon yang ia pegang.
Ia hanya duduk memperhatikan Baekhyun yang sibuk
latihan untuk single mereka. Sebenarnya mereka berdua
berduet, tapi nampaknya Kyung Soo kurang bersemangat
latihan hari ini. Dadanya kembali terasa sakit, itulah yang
ia rasakan. Akhir-akhir ini ia sering merasa sesak nafas
yang luar biasa. Dadanya terasa terjepit sesuatu yang keras
dan sulit ia hentikan.
Kyung Soo menyandarkan kepalanya. Ia mencoba
bernafas dari mulutnya, karena bernafas dari hidung
membuatnya kurang lega. Rasa tidak nyaman itu muncul
lagi, rasa sakit itu muncul ditengah-tengah dadanya.
Tangan kanan Kyung Soo memegangi dadanya.
Padangannya menjadi samar. Segera ia mengangkat
kepalanya, memandangi teman-temannya yang sibuk
latihan. Perlahan ia mencoba berdiri, tapi kakinya serasa
kaku.
“Ah, akhirnya latihan hari ini selesai juga.”
Baekhyun duduk disofa, lebih tepatnya berada disamping
Kyung Soo yang berusaha berdiri. Baekhyun meraih botol
air mineral yang ada diatas meja.
“Kau kenapa, Kyung Soo? Kenapa kau tiba-tiba
berhenti?” Baekhyun mengedikkan botol itu kekaki
Kyung Soo. Kini Kyung Soo sudah berhasil berdiri.
“Kyung Soo-ya, kau baik-baik saja, „kan?”
Baekhyun berdiri. Ia memegangi tangan Kyung Soo dan
145
beberapa detik kemudian Kyung Soo sudah tidak sadarkan
diri.
“Kyung Soo-ya!!!!!!” Baekhyun berteriak panik.
Baekhyun merangkul tubuh Kyung Soo yang
hampir terjatuh mengenai meja. Ketiga namja itu sontak
berlari dan membantu Baekhyun membawa tubuh Kyung
Soo keatas sofa. Wajahnya terlihat semakin pucat, bibir
tebal yang semerah semangka itu berubah menjadi ungu
keputihan. Pelupuk mata Kyung Soo berubah sedikit
kebiruan. Melihat keadaan itu, semua yang ada distudio
seketika panik.
“Aku akan telpon, Eun Soo. Tolong kalian jaga
dia sebentar.”
Baekhyun merogoh sakunya. Saking paniknya
Baekhyun menjadi kesulitan menemukan ponselnya
sendiri.
“Ah, dimana kau saat kubutuhkan.” Decak
Baekhyun kesal. Kemudian ia beralih menuju tas
ranselnya yang tergeletak dibawah dekat meja.
Ternyata dugaannya benar. Ponsel itu tersimpan
di tasnya sendiri. Segera Baekhyun menyambar dan
menghubungi Eun Soo.
“Yoboseyo? Eun Soo-ah?”
“Ini aku Baekhyun, Kyung Soo pingsan lagi. Kau
bisa datang ke studio tidak? Minta appa untuk
menjemput.”
“Nde, baiklah. Aku akan menunggu. Cepatlah
sedikit.”
Baekhyun merasa sedikit lega. Setidaknya appa
akan menjemput dan keadaan menjadi baik. Kemudian ia
146
kembali melihat keadaan Kyung Soo. Kyung Soo tidak
menunjukkan reaksi untuk sadar. Chanyeol dan Sehun
menatap Kyung Soo prihatin. Kedua namja itu
menunjukkan wajah sendunya, berbeda dengan Kai. Ia
hanya terdiam tanpa ekspresi memandangi wajah pucat
Kyung Soo.
“Apa kau melihatnya?” Kai menatap wajah
Kyung Soo tajam.
“Apa?” jawab Chanyeol dan Sehun bebarengan.
Kedua pria itu menunduk, mencoba ikut memperhatikan
wajah Kyung Soo yang masih terlelap.
“Kalau seperti ini, dia mirip sekali dengan Eun
Soo. bukankah begitu?” Kai menoleh kearah Chanyeol
dan Sehun yang membungkuk disampingnya.
“Kau!” desis Chanyeol kesal.
“Sempat-sempatnya kau mengatakan seperti itu,
hyeong. Apa Kyung Soo sakit?” Sehun beralih menatap
Baekhyun. Baekhyun menangkupkan bibirnya, kedua
pundaknya terangkat lalu menggelengkan kepala.
Baekhyun tidak tau Kyung Soo sakit atau tidak. Ia
hanya tau sudah dua kali ini Kyung Soo pingsan dan
menyuruhnya untuk tutup mulut dari eomma dan appa.
Eun Soo juga tidak bisa mengatakan hal itu pada eomma
dan appa karena sudah mendapat ancaman dari Kyung
Soo. Kyung Soo tidak akan mengembalikan semua
komiknya sekalipun Eun Soo sudah mendapat nilai
seratus.
Baekhyun meraih tangan Kyung Soo kemudian
menggenggamnya erat. Ia merasa sangat khawatir. Ia takut
terjadi sesuatu yang buruk pada Kyung Soo.
147
“Apa kau sakit, Kyung Soo? Katakan padaku?”
ujar Baekhyun dalam batinnya. Ia menatap wajah pucat
Kyung Soo dengan perasaan yang begitu khawatir.
“Apa dia sering pingsan?” Chanyeol berdiri
disamping Baekhyun.
“Ini baru kedua kalinya.” Jawab Baekhyun
seadanya. Ia lupa dengan janjinya untuk tutup mulut.
“Wajahnya mengerikan.” Kai berdiri dari
duduknya. Kini ia menyeret kakinya keluar dari studio.
“Apa dia sudah pergi ke dokter?” tanya Chanyeol
lagi. Baekhyun menggelengkan kepalanya.
“Mana, Kyung Soo?” Eun Soo berdiri diambang
pintu. Wajah khawatirnya tidak bisa ia sembunyikan.
Kedua matanya tertuju pada Kyung Soo yang berbaring
lemah diatas sofa. Kemudian ia berjalan tergesa
mendatangi Kyung Soo.
Eun Soo menangkupkan kedua tangannya dipipi
Kyung Soo. Perlahan air bening itu membasahi pipinya.
“Kita harus membawanya kerumah sakit.” suara
Eun Soo bergetar.
Beberapa saat kemudian appa datang. Ia baru saja
selesai memakirkan mobilnya, pekarangan kecil studio
membuatnya kesulitan mengemudikan mobilnya.
“Ya Tuhan, Kyung Soo. Kenapa kau bisa sampai
seperti ini?” Appa terkejut melihat putranya berbaring
tidak berdaya diatas sofa. Terlebih lagi dengan raut wajah
yang begitu pucat.
Kyung Soo mulai bereaksi. Kedua matanya
perlahan terbuka. Samar-samar ia memandangi seseorang
yang berada disekelilingnya. Gadis yang ada
148
dihadapannya sudah menangis deras. Kyung Soo
tersenyum tipis melihat gadis yang ada dihadapannya
sedang menangis. Ia sama sekali tidak menunjukkan
wajah kesakitannya.
“Kau kenapa?” tanya Kyung Soo seolah tak
terjadi apa-apa.
Semua yang ada diruangan itu bingung. Kyung
Soo seolah baru saja bangun tidur. Ia berdiri dan kembali
merapikan kemejanya. Ia tidak memperhatikan seisi
ruangan studio itu yang panik karena keadaannya. Eun
Soo hampir tidak percaya. Ia segera mengangkat tubuhnya
dan meraih tangan Kyung Soo. Dia sangat khawatir.
“Kau harus kerumah sakit!” Eun Soo menatap
Kyung Soo khawatir. Mendengar itu hati Kyung Soo
serasa tercabik, ia tidak pernah menerima tatapan penuh
arti dari mata adiknya.
“Waeyo? Nan gwenchana. Hem? Ayo kita
pulang, bukankah latihan sudah selesai?” Elak Kyung
Soo. Ia menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja tak
seperti yang mereka kira.
Kyung Soo berjalan dengan cepat keluar dari
studio. Ia terburu-buru karena takut menerima berbagai
pertanyaan dari teman-temannya, terutama dari appa.
Kyung Soo sendiri tidak tau apa yang sedang terjadi pada
dirinya. Saat ia sampai diambang pintu, tubuhnya sempat
bertabrakan dengan Kai yang akan masuk kedalam studio.
“Aw!” Teriak Kai sembari memegangi dagunya
karena terbentur oleh kepala Kyung Soo. “Kau sudah
sadar?”
149
Kyung Soo terus berjalan tanpa menggubris
pertanyaan Kai. Ia berjalan seolah tidak ada seorang pun
yang menghalanginya.
**
“Kalian sedang belajar?” eomma menyembulkan
kepalanya dari balik pintu.
Perlahan ia berjalan masuk, ditangannya sudah
membawa 3 buah gelas berisi susu dan dua piring camilan
diatas nampan. Eun Soo, Baekhyun dan Kyung Soo diam
membisu sembari memperhatikan ibunya berjalan dengan
wajah sedikit sembab. Terlihat jelas dia usai menangis.
“Eomma?” panggil Eun Soo getar. Tiba-tiba ia
merasakan hal yang sama, sedih.
“Nde?” eomma tersenyum. Ia meletakkan barang
bawaannya diatas meja kemudian memandangi ketiga
anaknya sambil menghela nafas berat.
“Kalian lanjutkan belajarnya, nde? Jika kalian
memerlukan sesuatu, panggil saja eomma. Eomma dan
appa ada dibawah dan menonton tv bersama.”
Wanita paruh baya itu berjalan keluar. Sekali lagi
tiga anaknya melihat punggung ibunya sedang menggigil,
ia menangis. Eun Soo beralih menantap Kyung Soo, kedua
kelopak mata Kyung Soo masih terlihat sedikit hitam.
Baekhyun berusaha kembali memfokuskan dirinya pada
tugas yang tengah ia kerjakan. Sedangkan Kyung Soo
masih focus menatap pintu.
“Kyung Soo-ah..” teriak Eun Soo kemudian tiba-
tiba memeluk Kyung Soo dan membuat kursi yang Kyung
Soo duduki hampir roboh.
150
“Apa yang kau lakukan?” ujar Kyung Soo dan
membiarkan Eun Soo tetap memeluk dirinya.
“Biarkan seperti ini. Biarkan aku memelukmu.”
Suara Eun Soo bergetar. Ia menangis.
Baekhyun menekan pensil yang ia pegang,
tatapannya berubah sendu. Hatinya kini menangis,
mungkin itu yang sama-sama ia rasakan dengan Eun Soo.
**
Peralatan medis itu membuat Kyung Soo
ketakutan. Dia sangat tidak menyukai semua hal yang
berhubungan dengan rumah sakit. Apalagi ketika jarum
suntik menyentuh kulit lengannya. Ia sedikit terkejut saat
jarum suntik itu berhasil menembus kulitnya dan
membawa beberapa milli darahnya yang dibawa masuk ke
dalam laboratorium rumah sakit.
Kyung Soo terbaring diatas ranjang rumah sakit
yang dingin itu. Ruangan ber-ac itu membuatnya kurang
nyaman. Keringat dinginnya mulai bercucuran dan nyaris
membuat t-shirt yang ia kenakan basah. Ia memperhatikan
sekelilingnya. Ruangan ini terlalu asing baginya. Tidak
ada buku, tidak ada meja belajar, tidak ada pensil dan
tidak ada benda-benda lain yang akrab ia temui disekolah
dan rumah.
Hari ini Kyung Soo berhasil dibawah kerumah
sakit, tepatnya setelah kejadian pingsan di studio itu.
Eomma dan appa bersikeras memaksa putranya yang
alergi dengan peralatan medis itu untuk memeriksakan
keadaannya. Rasa khawatir yang terus menghantui mereka
membuat mereka dengan paksa membawa Kyung Soo
kerumah sakit.
151
Kyung Soo masih berbaring dengan ketakutan
yang tak
kunjung pergi. Eomma dan appa hanya bisa menunggunya
diluar dan tak bisa menemaninya didalam, Dokter
melarangnya. Dan Kyung Soo dengan terpaksa
melangkahkan kakinya memasuki ruangan serba putih itu
dan dipenuhi dengan alat medis.
“Appa, eomma..” Desah Kyung Soo pelan. Ia
masih belum selesai menjalani pemeriksaan.
Sebenarnya Kyung Soo sudah benar-benar tidak
tahan. Ia ingin sekali berlari keluar dan pergi dari tempat
mengerikan ini. Tapi keadaannya tidak cukup baik,
kakinya serasa tidak cukup kuat menopang tubuhnya,
matanya selalu berkunang-kunang jika ia terlalu lama
berdiri, dan dadanya serasa sesak dan sulit untuk bernafas.
Beberapa saat kemudian seorang perawat datang
memasuki ruangan itu. Ia membawa sebuah lembaran
kertas dan meletakkannya diatas meja, Kyung Soo hanya
memperhatikan tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
Perawat itu memeriksa denyut nadi Kyung Soo. Kyung
Soo sedikit terperanjat, ia tidak nyaman dengan sentuhan-
sentuhan itu.
“Kau harus sering berolahraga, atau kurangi
makanan yang berlemak,” ujar perawat itu dan membuat
Kyung Soo mengernyit bingung.
“Apa aku sedang mengalami obesitas?” desah
Kyung Soo dalam hatinya. Dalam minggu-minggu ini
berat badannya tidak naik, malah sebaliknya.
Kini Kyung Soo hanya bisa menunggu di lobby
dan tidak bisa masuk mendengarkan penjelasan dari
152
dokter tentang penyakitnya. Eomma dan appa masih
didalam dan mendengarkan wejangan dari dokter.
Kini dalam pikiran Kyung Soo terbesit berbagai
pertanyaan. Khawatir dan takut berbaur menjadi satu dan
memenuhi otaknya.
“Aku baik-baik saja. Kau baik-baik saja, Kyung
Soo. Tenanglah.” Kyung Soo meremas lututnya.
Tangannya berubah menjadi
dingin padahal tidak ada AC diruangan itu.
Kyung Soo mengigit bibir bawahnya. ia benar-
benar tidak bisa tenang. Sesekali ia mencoba melihat
eomma dan appa yang berada didalam ruangan kedap
suara itu.
“Kenapa lama sekali.” Kyung Soo kini berdiri
didepan pintu ruangan dokter itu.
Kedua orang tuanya terlihat begitu serius. Mereka
memperhatikan dengan seksama apa yang dokter
sampaikan, membuat Kyung Soo berfikir yang tidak-tidak.
Setelah semuanya selesai. Kyung Soo dan kedua
orang tuanya kembali pulang. Mereka tidak mengatakan
sesuatu tentang penyakit Kyung Soo. Eomma hanya
mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tapi
sesampainya dirumah mereka mengatakan tentang
penyakit Kyung Soo.
**
Serasa kedua kakinya tak sanggup lagi berdiri.
Kyung Soo kini tengah berlutut dan menahan tusukan
menyakitkan dihatinya. Ia berusaha tetap tenang tetapi
rasa itu tidak bisa ia tunjukkan. Buliran air bening
perlahan menetes dan membanjiri pipinya. Kyung Soo
153
memejamkan matanya, berharap setelah membuka mata
nanti kehidupannya telah berubah.
Isakan tangis Eun Soo dan eomma memenuhi
ruangan itu. Baekhyun hanya bisa termenung diam dan
menahan kesedihan yang sama-sama mereka rasakan.
Appa mencoba tenang, ia berusaha membuat suasana
malam itu tidak seburuk pada kenyataannya.
“Apapun yang terjadi, kita hadapi semuanya
sama-sama. Kau masih bisa menjalani semuanya dengan
baik, eomma yakin kau bisa melewati masa-masa buruk
ini dengan sangat baik.” Eomma memeluk tubuh Kyung
Soo yang masih berlutut tidak percaya.
Dokter mengatakan Kyung Soo terkena penyakit
jantung angina. Yang merupakan gejala dari penyakit
arteri koroner dan berujung pada serangan jantung
nantinya. Penyebab penyakit ini karena kurangnya
pasokan darah beroksigen yang masuk pada otot-otot
jantung, sehingga terjadilah penyumbatan pada pembuluh
darah yang membawa darah ke jantung.
“Kau pasti sembuh, tidak ada penyakit didunia ini
yang tak bisa disembuhkan,” lanjut eomma sembari
mengelus pelan punggung Kyung Soo, membuat hati
Kyung Soo sedikit sedikit tenang.
End Of Chapter 3
154
CHAPTER 4
“Hate and Love”
155
Buk…
Narri menghentikan langkahnya. Ia menatap
tumpukan buku yang tadi ia bawa sudah berserakan diatas
lantai. Ia menoleh kebelakang, gadis yang sudah
menyenggol pundaknya itu masih berjalan lurus seolah tak
melakukan kesalahan. Entah itu sengaja atau tidak, tapi
gadis itu masih dengan santai berjalan menjauhinya.
“Ya!” Teriak Narri kesal. Suaranya menggema di
koridor siang itu. Tapi tidak ada yang perduli dengan
teriakannya.
Sontak Narri berjalan cepat menghampiri
seseorang yang sudah membuat buku-bukunya jatuh.
Narri memegang pundak gadis itu, secara bersamaan gadis
itu menghentikan langkahnya tanpa langsung menoleh. Ia
tetap memandang yang ada didepannya.
“Kau sudah menabrakku, apa kau tidak minta
maaf padaku? Huh.”
156
Perlahan gadis itu membalikkan tubuhnya,
berusaha melihat seseorang yang sudah dengan keras
menepuk pundaknya.
“Waeyo?” Ujar Eun Soo tanpa bersalah. Ia
menatap datar wajah Narri yang sudah marah.
“Huh, kau.” Decak Narri meremehkan.
“Lepaskan tanganmu dari pundakku?”
“Kau mau menata kembali bukuku atau tidak?”
“Aniyo.”
“Huh.” Narri menyipitkan matanya. Ia berusaha
untuk sabar, Eun Soo tidak bisa bersikap manis seperti
yang Kyung Soo lakukan padanya. “Kalau begitu cepat
kau minta maaf padaku?”
“Untuk apa?”
“Apa? Kau ini manusia atau bukan, huh?”
“Menurutmu? Aku manusia atau bukan, huh?”
Eun Soo mendekatkan wajahnya. Tatapan datar itu
berubah menjadi tatapan tajam penuh dengan kebencian.
Perlahan tangannya meraih tangan Narri yang masih
menyentuh pundaknya untuk lepas dari tubuhnya.
Beberapa saat kemudian Eun Soo meremas tangan Narri
dan membuat gadis itu merasa kesakitan.
“Ah, apa yang kau lakukan?” Narri berusaha
melepaskan tangannya.
“Cho Narri, harus berapa kali aku katakan
padamu. Jauhi kakakku!” Eun Soo mengernyit sembari
terus menatap tajam pada Narri. Gadis itu berusaha
menjauhkan wajahnya dan melepaskan genggaman Eun
Soo.
157
“Ah, lepaskan!”
Perlahan Eun Soo mengangkat kepalanya,
tangannya sengaja ia lepas dan ia kembali pada posisinya
semula. Kedua tangannya ia masukkan kembali pada saku
almamater yang ia kenakan. Ia tersenyum tipis dan
menatap Narri dengan ramah, itu ia buat sedemikian rupa
agar tidak terlihat telah terjadi sesuatu dengan mereka.
“Sepertinya aku tidak perlu membantumu
membereskan buku, karena sudah ada seseorang yang
membereskannya.” Setelah melempar senyum sinis, Eun
Soo beranjak pergi dari hadapan Narri.
Narri sedikit bingung. Sontak ia menoleh
kebelakang punggungnya. Mencoba melihat keadaan
buku-bukunya yang tergeletak diatas lantai. Kedua
matanya melebar. Seseorang tengah berdiri mematung
sembari membawa tumpukan buku itu dalam kedua
tangannya.
“Oppa?”
Joon Myeon hanya tersenyum tipis dan berjalan
mendekat. Ia
menyodorkan tumpukan buku itu pada gadis yang masih
menatapnya bingung.
**
Yumi menebarkan pandangannya kearah lapangan
sekolah yang dipenuhi dengan anak-anak yang sibuk
bermain bola. Kini ia sedang mencari udara segar, bukan
di taman yang biasanya ia gunakan sebagai tempat makan
siang dengan Baekhyun dan Eun Soo. Bukan juga ikut
tidur bersama Eun Soo diantara jajaran loker sepatu, tapi
kini ia sedang duduk sendirian diatas loteng sekolah.
158
Eun Soo sibuk memikirkan sesuatu. Yumi sengaja
membiarkan temannya itu untuk berfikir dan mondar-
mandir tidak jelas. Mungkin saja Eun Soo sedang
memikirkan nasib komik-komiknya yang terancam tidak
bisa kembali, atau tentang ujian akhir semester yang
hanya tinggal beberapa minggu lagi. Kemudian disusul
dengan liburan musim panas atau ada hal lain yang sedang
Eun Soo pikirkan, Kyung Soo.
Dengan setengah mengantuk Yumi masih
berfokus melihat permainan teman-temannya. Ia berusaha
agar tidak merasa bosan. Yah, setidaknya ia bisa melihat
Baekhyun bergaya ala cheerleaders mendukung teman-
temannya bertanding.
Yumi meraih botol air mineral yang ada
disampingnya. Perlahan ia membuka cup botol itu dan
mulai memasukkan air kedalam tenggorokannya.
“Kau mau berbagi air denganku?” Yumi berhenti.
Baru saja ia akan menuangkan air kedalam mulutnya.
Seorang namja sudah duduk disampingnya tanpa
ia sadari. Namja itu berbicara tidak melihatnya.
“Kau bicara denganku?”
“Menurutmu dengan siapa? Hantu? siapa lagi
kalau bukan kau. Hanya kita berdua yang ada disini.”
Yumi menjadi gugup. Ia mengurungkan niatnya
untuk minun dan menurunkan botol air mineral itu. Tanpa
izin Kyung Soo menyambar botol itu dari tangan Yumi
dan segera meneguk air yang ada dalam botol. Yumi
terkejut sembari terus memandangi Kyung Soo yang ada
disamping kirinya.
159
Kyung Soo menghela nafas lega. Baru saja ia
merasa sangat kehausan. Entah apa yang membawanya
datang ketempat itu. Sebenarnya ia ingin menenangkan
diri, dan melupakan segala kenyataan buruk tentangnya.
Tapi ia melihat Yumi sedang duduk bersilah ditempat
yang ia datangi, loteng sekolah.
“Kau tidak bersama Eun Soo?”
“Um, ah.. dia sedang ingin sendiri.”
“Kau atau Eun Soo yang ingin sendiri?”
“Um. Kami berdua.” Yumi berusaha
menyembunyikan wajah gugupnya. Ia terus menundukkan
kepalanya.
“Yumi-ah?”
Yumi mengejang. Ia masih belum bisa menatap
wajah Kyung Soo sedekat itu. Sedangkan Kyung Soo
dengan santainya duduk disamping Yumi dengan kaki
yang ia luruskan dan tangan yang menyangga tubuhnya
dibelakang punggung.
“Nde?” jawab Yumi pelan.
“Terimakasih kau sudah banyak membantu Eun
Soo. Dia sering sekali merepotkanmu.”
Yumi mulai menatap Kyung Soo perlahan. Namja
itu masih menatap yang ada di lapangan sekolah yang
terlihat jelas dari atas.
“Ah, dia tidak pernah merepotkanku. Aku sangat
senang membantunya.”
160
“Benarkah? Memangnya sudah berapa tugas
yang kau kerjakan untuknya?” Kyung Soo tersenyum
tipis.
“Aku hanya tinggal menyalinnya dari buku
tugasku, itu sungguh tidak repot.”
Kyung Soo tiba-tiba tertawa tanpa sebab,
membuat Yumi sedikit bingung. Terdengar suara tegukan
air yang memasuki tenggorokan Kyung Soo. Ia meminum
lagi air mineral milik Yumi, tanpa seizin gadis itu.
“Aku tidak tau kenapa Eun Soo sebodoh itu.
Eomma dan appa dulu seorang juara kelas, aku sampai
bingung sebenarnya dia itu anak siapa?”
Kini mereka berdua mulai bertatapan. Yumi
tersenyum, ia menahan tawanya yang serasa menggelitiki
perutnya. Kyung Soo tertegun. Kedua matanya terpaku
menatap Yumi yang tengah tersenyum mendengar kalimat
yang ia ucapkan.
Senyuman itu. Senyuman gadis itu tidak asing
baginya. Gadis Jepang itu tersenyum seperti wanita
idamannya, Amanda Seyfried. Ia hafal betul dengan
segaris senyuman tipis yang manis itu. Senyuman yang
berbeda dengan yang lainnya. Yah, artis sekaligus model
dari Amerika itu sangat Kyung Soo idolakan. Ia ingin
mendapat gadis yang memiliki senyuman seperti Amanda
Seyfried. Dan kini ia melihat segaris senyuman itu
didepannya.
“Amanda-ssi?” desis Kyung Soo pelan. Yumi
sedikit menunduk, mencoba memastikan apa yang Kyung
Soo ucapkan.
“Mwo?”
161
“Aniyo. Kau tau Amanda Seyfried, tidak? Artis
dan model dari Amerika.” Yumi hanya menggelengkan
kepala.
“Dia masih berumur 15 tahun. Ia besar dan tinggal
di Allentown, Pennsylvania. Sejak usia 11 tahun ia
menjadi seorang model. Hebat, bukan?” Kyung Soo
melempar senyum pada Yumi. Karena Yumi tidak protes
atau mengganti topik pembicaraan mereka, berbeda
dengan Narri. Gadis itu akan mengatakan bahwa ia tidak
tertarik sama sekali dengan artis Amerika.
“Nde, dia luar biasa.”
“Aku sangat menyukainya, aku sangat menyukai
senyumnya.”
Yumi kembali terdiam. Ia hanya menundukkan
kepalanya. Sedangkan Kyung Soo berharap ia mau
memberikan senyum itu lagi. Senyuman yang ia cari
selama ini.
“Bagaimana dengan rekaman? Kau dan bandmu?”
Kyung Soo melempar pandangannya ke lapangan
yang ada dibawahnya. Ia terdiam sejenak. Soal rekaman
masih ia pikirkan dengan baik. Kondisinya semakin buruk
dan ia takut tidak bisa melakukan rekaman bersama
dengan teman-temannya. Dan takut mengecewakan
Chanyeol yang sudah dengan sepenuhnya percaya pada
dirinya.
“Besok, kami akan datang kestudio rekaman.”
“Jeongmal? Aku ingin sekali ada diantara kalian,
seperti Eun Soo. Aku ingin ikut berada diluar studio dan
menunggu kalian sampai selesai rekaman.”
162
Kyung Soo menatap gadis itu dalam. Yumi masih
menundukkan kepalanya dan mengatakan kalimat itu
dengan suara yang getar.
“Bukankah kau sangat mengenal Chanyeol? Kau
bisa datang kapan saja yang kau mau.”
Yumi mengatupkan bibirnya rapat. Serasa hatinya
sedang menangis. Hari ini ia sangat bahagia karena
dengan tiba-tiba Kyung Soo bersikap berbeda pada
dirinya. Tatapan datar dan menyebalkan itu hilang. Rasa
cemas dan kecewa kini telah pergi dengan sendirinya.
**
Eun Soo menguap. Ia mencoba untuk merebahkan
tubuhnya ditempat yang sempit itu. Ia sudah berkeliling
disetiap tempat yang biasa ia datangi bersama Yumi, tapi
ia tidak berhasil bertemu dengan Yumi. Dengan alas
selembar kardus yang ia dapatkan dari kantin, Eun Soo
mencoba menyamankan dirinya dan memulai untuk tidur
siang. Jam istirahat terasa panjang kali ini.
Ia sama sekali belum menyentuh kotak bekal yang
ada didalam ranselnya. Baekhyun memohon padanya agar
mengundur acara makan siang yang biasa mereka lakukan
bersama. Sepertinya ia mempunyai kegiatan baru,
bergabung untuk menirukan gaya cheerleaders di
lapangan sepak bola. Pertandingan sepak bola tidak
membutuhkan cheerleaders. Tapi ia bersikeras untuk
menjadi supporter. Dia juga tidak melihat Kyung Soo di
perpustakaan.
Setelah menghela nafas panjang, Eun Soo
perlahan menutup kedua matanya. Sebenarnya ia sangat
merindukan komik-komik yang sekarang sedang ditawan
163
oleh Kyung Soo. Ia berusaha tidur dan terus memaksakan
kedua matanya untuk terpejam.
klak..
Dari sudut tempat itu terdengar seseorang sedang
membuka pintu loker. Eun Soo masih tetap tenang dalam
posisi tidurnya. Sedikitpun ia tak merasa terganggu. Tak
lama kemudian suasana kembali hening, suasana yang
sangat disukai oleh Eun Soo. Sebab itulah loker adalah
tempat favoritnya untuk tidur.
Beberapa saat kemudian kedua mata Eun Soo
terbuka lebar. Ia mendengar ada seseorang yang sedang
menangis. Dadanya seketika berdegup kencang. Ia
berusaha untuk tetap tenang dan mencari sumber suara
tangis itu berasal.
“Hantu disiang bolong tidak mungkin muncul.
Bukankah hantu alergi dengan sinar matahari.” ujar Eun
Soo dalam hatinya berusaha
menenangkan diri.
Ia beranjak dari duduknya. Perlahan kakinya
menyusuri deretan loker yang tertata rapi. Suara itu
semakin terdengar keras dan jelas saat Eun Soo mendekati
deretan loker paling ujung.
Eun Soo menelan ludah bulat-bulat. Ia mencoba
untuk tetap tenang dan memastikan itu bukanlah hantu
seperti yang dalam pikirannya.
Perlahan Eun Soo menyembulkan kepalanya dari
balik loker. Eun Soo tertegun. Kini ia memandangi tubuh
namja itu. Ia sedang membungkuk dan terisak tangis
dengan cukup keras. Eun Soo datang mendekat. Ia berdiri
164
tepat dibelakang punggung namja itu tanpa mengeluarkan
suara apapun.
Perasaan itu muncul lagi. Eun Soo mengigit bibir
bawahnya, ia tidak ingin mengingat masa menyakitkan
itu. “Kau baik-baik saja?”
Sontak namja itu menoleh dan terburu menghapus
air matanya seraya ia berdiri. Dia terlihat kaget dengan
kedatangan Eun Soo, yah Eun Soo-lah sebenarnya hantu
bagi namja itu. Bibirnya masih getar, ia terus memandangi
Eun Soo dan terlihat kebingungan.
“Ini untukmu?” Eun Soo menyodorkan tissue.
Sebenarnya itu tissue milik Baekhyun yang biasa ia
gunakan untuk membersihkan bibirnya setelah makan.
“Gomawo.” Ia menerima tissue itu dan perlahan
mengelap pipinya yang telah basah karena air matanya
sendiri.
Eun Soo beralih duduk dihadapan namja itu,
sedangkan Joon Myeon masih berdiri dan menatap Eun
Soo dengan kebingungan. Eun Soo menarik lengan Joon
Myeon, membuatnya ikut duduk bersamanya.
“Terkadang cinta itu menyakitkan, hem?” Eun
Soo menatap Joon Myeon penuh arti. Joon Myeon
melemparkan pandangannya ketempat lain.
“Kau sangat mencintai Narri-kan? Yah, aku tau
itu. Dan kau pasti tau gadis bodoh ini sangat menyayangi
kakaknya.”
Sontak Joon Myeon menatap Eun Soo penuh
tanya. Eun Soo terlihat begitu serius dengan ucapannya.
Eun Soo bersikap tidak seperti biasanya, sikap manis yang
biasa ia tunjukkan pada Joon Myeon kini sudah tidak
165
pernah muncul lagi setelah kejadian diperpustakaan waktu
itu.
“Yeoja babo?” Joon Myeon mengernyit.
“Sudahlah, oppa. Aku tau kau menyebutku
dengan sebutan seperti itu. Sekarang apa yang bisa kau
lakukan saat seseorang yang kau cintai mengacuhkanmu,
hem?”
“Um, aku…”
“Yah, kau hanya bisa menangis seperti ini. Dan
aku harap kau bisa kembali padanya dan menjauhkan
kakakku darinya. Kyung Soo tidak pantas dengannya.”
Eun Soo menatap Joon Myeon tajam. Membuat namja
yang ada dihadapannya sedikit terkesiap menanggapinya.
“Aku tidak bisa membantumu. Mianhae.”
“Waeyo? kau bisa kapan saja meminta Cho Narri
untuk kembali padamu. Apa kau tidak tau betapa sulitnya
aku meyakinkan kakakku. Rencana konyolmu dengannya
membuat kakakku berharap mendapatkan Narri!” Eun Soo
berhenti sejenak. Kini nafasnya terengah-tengah penuh
emosi.
“Kyung Soo bukan mesin milik Cho Narri. Kyung
Soo bukan seorang budak!” Eun Soo tertunduk kesal, ia
tidak bisa menatap mata Joon Myeon.
“Eun Soo-ah, apa kau akan menangis jika melihat
seseorang yang kau cintai bersama dengan orang lain?‟
Eun Soo menatap tatapan kosong itu. Joon Myeon
terlihat linglung kehilangan akalnya.
“Yah, aku menangis. Aku menangis saat
melihatmu bersama Cho Narri. Sekarang perasaan yang
dulu pernah kurasakan bisa kau rasakan juga, oppa.
166
Seperti inilah perasaanku waktu itu, seperti saat kau
melihat Kyung Soo dan Narri. Tapi tidak hanya kau yang
terluka, bahkan Yumi lebih terluka dibandingkan dirimu.”
Eun Soo menatap Joon Myeon dalam. Mereka terhanyut
oleh perasaan mereka masing-masing.
Joon Myeon terdiam. Ia mengatupkan kedua
bibirnya dan ikut menundukkan kepalanya. Seketika
suasana menjadi kikuk dan hening. Perlahan Eun Soo
berdiri, ia kembali merapikan seragamnya dan pergi tanpa
pamit dari hadapan Joon Myeon.
“Eun Soo-ah..” Joon Myeon berteriak memanggil
Eun Soo. Langkah kaki gadis itu terhenti tanpa
menolehkan kepalanya. “Jeongmal mianhae. Aku
menyesal.” Suara itu terdengar getar.
“Terlambat, oppa. Aku sudah tidak bisa
memaafkanmu.” Desis Eun Soo pelan kemudian kembali
melangkahkan kakinya pergi.
**
“Eun Soo-ah, anyeong?”
Eun Soo menghentikan langkahnya. Yumi yang
berada dibelakang punggungnya langsung menabrak tas
yang ada dipunggung Eun Soo. Mereka berdua berhenti
dan menatap kearah seorang yang sudah memanggil nama
Eun Soo.
“Kai-ssi?” desis Eun Soo bingung. Untuk apa Kai
datang ke sekolahnya.
Kai tersenyum lebar sembari melambaikan
tangannya. Tubuhnya separuh keluar dari mobil. Ia
membawa mobilnya sendirian kali ini.
167
“Untuk apa kau datang kemari?” tanya Eun Soo
setelah berada didepan Kai.
“Menjemputmu untuk pulang? Hem?‟
“Ah, bukankah kau ada latihan hari ini? Besok
kau sudah mengadakan rekaman.”
“Hey, jangan terlalu terburu begitu. Seorang
drummer hanya bisa mendengar para vokalisnya
bernyanyi, jadi aku masih bisa bersenang-senang.”
Eun Soo terdiam. Yumi menahan tangan kanan
Eun Soo. Ia tidak suka bila Kai dekat dengan Eun Soo.
“Eun Soo kumohon.” bisik Yumi pada telinga
kanan Eun Soo.
“Kajja, apa yang kau tunggu?” Kai menatap Eun
Soo bingung. Sedangkan Eun Soo bingung dengan
sendirinya. Ia tidak bisa meninggalkan Yumi begitu saja.
“Um, Kai-ssi. Aku hari ini sedang ingin berolah
raga, aku belum mengambil sepedaku diparkiran. Tidak
mungkin aku meninggalkannya, dan aku juga belum
meminta izin kepada Kyung Soo dan Baekhyun.”
“Hahaha.” Sontak namja berkulit tan itu tertawa
lebar. “Apa perlu kau meminta izin jika ada seseorang
yang mengantarmu pulang? Kau ini lucu sekali.”
Sekeliling mereka turut memperhatikan. bukan
karena tawa Kai yang keras, melainkan mereka tertarik
dengan namja berpenampilan maskulin itu. Berperawakan
tinggi dan memiliki warna kulit yang eksotik, juga
membawa mobil Nissan Serena Silver model terbaru yang
membuatnya semakin terlihat keren. Walaupun sebenarnya
itu mobil untuk keluarga.
“Dia tampan.”
168
“Dan sangat keren.”
“Apa ada manusia seperti itu?”
“Wajahnya sangat manis, aku menyukainya.”
“Hey, apa dia seorang artis?”
Kai mendengar semua kalimat itu. Ia tersenyum
smirk, kemudian menarik tangan Eun Soo dan
memaksanya masuk kedalam mobilnya.
“Kya!!!! Apa dia pacar Eun Soo? Lalu bagaimana
dengan namja berambut emas itu?”
Yumi mengernyit sembari menatap gadis-gadis
yang dengan usil membicarakan temannya. Mereka
perlahan bubar. Ia terus memandangi mobil Kai yang
semakin menjauh.
“Mana Eun Soo? Apa dia sudah pulang lebih
awal?” Baekhyun berdiri disamping Yumi yang masih
memandangi mobil Kai, padahal sudah tidak terlihat.
“Dia pulang bersama Kai.”
“Ha? Kai? Ini berita buruk.”
**
Perjalan itu terasa menegangkan. Eun Soo sudah
memasang sabuk pengamannya dengan benar tetapi tetap
saja ia merasa tidak aman. Sedangkan namja
disampingnya berfokus menatap jalananan yang cukup
ramai. Dada Eun Soo berdegup lebih kencang dari
sebelumnya, gadis ini merasa sangat ketakutan dengan
cara mengemudi Kai.
Kai sudah berhasil menerobos lampu merah,
menabrak tong sampah dipinggir jalan, melaju dengan
169
menghimpit trotoar, membuat pejalan kaki kalang kabut
dan yang terakhir, Kai selalu lupa menekan pedal remnya.
“Ya Tuhan, aku masih ingin hidup. Masih
banyak yang ingin
kulakukan. Panjangkan umurku.” ujar Eun Soo sembari
memejamkan kedua matanya. Kai masih bisa tersenyum
mendengar kalimat yang Eun Soo ucapkan dalam keadaan
darurat seperti ini.
cciiiiitttt….
Kai mencoba menekan pedal itu memastikan
bahwa itu memang pedal rem. Alhasil Eun Soo
membentur kaca depan mobil.
“Auw!” Eun Soo mengusap keningnya. Kai
menghela nafas.
Mobil Kai berhenti ditepian jalan. Ia sengaja
memakirkan mobilnya untuk membuat Eun Soo sedikit
tenang.
“Seharusnya aku tidak memaksakan diri.” Kai
menyandarkan wajahnya didepan setir.
“Huh, apa tidak sebaiknya kau telpon seseorang
untuk menggantikanmu menyetir? Atau kau ingin kita
bunuh diri sama-sama?”
Kai menoleh, wajah gadis itu terlihat semakin
panik. Tanpa alasan ia ingin sekali menjemput Eun Soo
dan rela membolos jam kuliah terakhirnya. Kai bersandar
pada sofa yang ia duduki. Sebenarnya Kai juga sangat
panik. Ia masih belum mendapatkan surat izin mengemudi
seperti Chanyeol.
“Kau mau mendengarkan ceritaku?”
170
Eun Soo menoleh. Ia tampak kesal. Tapi Kai tidak
peduli dengan tatapan itu.
“Ini pengalaman mengemudi keduaku. Yah, aku
bersama Sehun. Selama perjalan dia cerewet sekali.
Mulutnya itu tidak bisa berhenti mengomel terus. Ia
berteriak tekan rem, belok kanan!!! Cepat balas, awas itu
pagar!!!” Kai meniru gaya bicara Sehun. Membuatnya
ceritanya semakin terdengar nyata.
Eun Soo tersenyum tipis. Kai mulai tertawa kecil
dan terus menatap wajah yeoja yang ada disampingnya.
“Lalu, bagaimana kalian?” tanya Eun Soo
penasaran.
“Aku berusaha mencari pedal remku. Beberapa
saat aku bisa mengingat yang mana pedal rem, tapi sesaat
kemudian aku lupa lagi.”
“Hahah, konyol sekali.”
“Haha, iya. Memalukan. Seharusnya aku tidak
usah memaksa kedua orang tuaku untuk membelikanku
mobil ini. Karena putra mereka tidak bisa mengemudi
dengan baik.”
“Yah, seharusnya begitu.”
kruk.. krukk..
Eun Soo mengernyit sembari menunduk malu.
Perutnya tiba-tiba berbunyi dan membuat Kai melongo.
Kini Eun Soo merasa kehilangan harga dirinya didepan
namja berwajah karismatik itu.
“Kau lapar?” Kai mencoba melihat wajah Eun
Soo yang menunduk dalam.
171
Dengan sungkan ia menganggukan kepalanya.
Yah, ini karena tadi siang Eun Soo tidak menyantap
bekalnya. Ia tidak menduga jika harus pergi bersama Kai.
“Hahaha, baiklah. Ayo cepat turun.”
**
Mereka berdua berdiri didepan kedai yang
menjual berbagai macam jajanan. Eun Soo mengamati
seisi meja yang dipenuhi makanan itu. Sedangkan Kai
sudah berkali-kali mencicipi jajanan itu dan belum
menentukan yang mana akan ia beli.
“Aku mau yang ini.”
Kai menoleh. Ia melihat kearah makanan yang
sedang Eun Soo tunjuk. Dengan segera ia mengatakan
untuk memesan makanan yang sama dengan Eun Soo.
“Bayar juga. bukankah kau juga tadi sudah
banyak memakan yang lain?” ujar ahjumma itu sembari
menadahkan tangannya.
“Ah, bukankah mencicipi itu gratis?” elak Kai.
“Yah, gratis jika kau mengambilnya hanya sedikit.
Tapi sudah berapa yang kau ambil? lihat sampah bekasmu
makan juga masih ada.” ahjumma itu menuding sampah
yang tak jauh dari kaki kai.
“Cerewet. Ini aku bayar semua.”
“Memang seharusnya begitu, apa kau pikir ini
dapur ibumu yang bisa seenaknya makan gratis.”
“Iks! Iya aku tau.”
“Lagi pula apa kau tidak malu dengan
yeojachingu-mu, huh?”
172
Eun Soo mengangkat kepalanya. Kai dan Eun Soo
terbelalak dan memandang satu sama lain.
“Kami hanya berteman!” ucap mereka berdua
bebarengan. Membuat bibi penjual dikedai itu tertawa
keras.
Kai meraih tangan Eun Soo dan membawanya
pergi dari kedai itu. Kai lupa bahwa kaki Eun Soo tidak
sepanjang kakinya yang bisa melangkah dengan jarak
yang jauh dan cepat. Eun Soo kesulitan mengikuti langkah
kai.
Sesampainya didekat mobil Kai, Eun Soo
menunduk memegangi lututnya. Ia tampak sangat
kelelahan. Kai duduk di trotoar jalan dan membersihkan
tempat yang ada disampingnya dengan telapak tangannya.
“Ayo, duduklah. Aku tau kau pasti lelah.” Kai
menatap Eun Soo sembari melempar senyum.
Perlahan Eun Soo duduk. Ia mencoba
menyamankan diri dengan tempat yang ia duduki cukup
panas karena terik matahari siang ini. Mereka berdua
mulai menyantap makan siang mereka. Eun Soo membuka
bungkusan bulgogi yang baru saja ia beli. Ia sangat
menyukai jajanan satu ini, tapi karena eomma
melarangnya untuk membeli makanan dipinggir jalan, Eun
Soo jarang sekali makan bulgogi.
Jajanan yang berisi daging sapi, cumi-cumi dan
paprika merah yang dicampur dengan bumbu pasta juga
bawang merah dan bawang putih itu ia lahap dengan
cepat. Kai dan Eun Soo seperti sedang melakukan sebuah
kompetisi makan. Mereka berdua melahap makanan itu
tanpa sisa.
173
“Hahaha, kita seperti orang kelaparan.” Kai
tertawa kecil. Eun Soo membersihkan mulutnya yang
masih tertempel sisa makanan dengan kedua tangannya.
“Ah, besok kami sudah melakukan rekaman.
Entah kenapa aku jadi malas latihan.”
“Jangan begitu, bukankah menuju dapur rekaman
adalah impian kalian.”
“Benar. Itu impianku sejak masih duduk di
sekolah dasar. Menjadi seorang bintang adalah impianku.”
Tersungging segaris senyuman dibibir Kai.
“Semoga impianmu segera terwujud,” balas Eun
Soo. “Oh ya, apa kau hanya berteman dengan Chanyeol
dan Sehun?” lanjut Eun Soo. Ia memang tidak pernah
melihat Kai bersama dengan orang lain, hanya Chanyeol
dan Sehun.
“Em. Aku hanya mempunyai dua orang teman
saja. Dulu, aku juga punya sahabat. Tapi dia pergi.”
Eun Soo terdiam. Ia tidak tau apa maksud Kai.
Entah temannya itu pergi tak kembali atau bagaimana.
Tapi gadis itu tetap mendengarkan apa yang Kai katakan.
Kai menceritakan sedikit tentang kisah masa lalunya.
Saat kehidupannya masih normal dan
menyenangkan. Berbeda dengan sekarang.
“Saat itu adalah hari terakhirku bertemu
dengannya. Dia pergi dengan keluarganya ke China. Dan
sejak saat itu, aku selalu merasa kesepian.”
Seoul, 2006 April 20.
174
Kai berlari kecil menuju ayunan taman bermain
sore itu. Dibelakangnya sudah ada seseorang yang
mengejarnya. Badannya lebih tinggi dari Kai, usia mereka
terlampau 2 tahun. Bocah berumur 7 tahun itu duduk
diatas ayunan dan berusaha mengayun sendiri. Ia terlihat
begitu senang. Senyuman bocah berkulit tan itu sangat
khas, selalu terlihat miring dalam keadaan apapun.
Yixing berjalan mendekat. Ia berdiri tak jauh dari
tempat Kai, hanya 1,5 meter saja. Yixing berkacak
pinggang dan menatap teman kecilnya yang sibuk sendiri.
“Sampai kapan kau akan berayun seperti itu?
katanya kau mau kuajari main kelereng?” Yixing merogoh
saku celana selututnya dan mengelurkan beberapa
kelereng dari sana.
“Tapi aku tidak punya uang untuk membeli
kelereng, hyeong. Pinjami aku kelerengmu dulu.”
“Kau selalu begitu. Baiklah, cepat kemari.”
Kai melompat dari gantungan ayunan itu sembari
tertawa kecil. Ia berlari kecil menuju tempat Yixing
berdiri. Yixing telah menganggaris-gariskan jarinya diatas
tanah membentuk sebuah pola.
“Untuk apa kau mengambar semua itu?” Kai
terlihat bingung. Ia berjongkok dan terus memperhatikan
Yixing.
Satu persatu Yixing meletakkan kelerengnya
disetiap sudut pola yang ia buat. Kemudian memberi
sebuah kelereng untuk Kai. Ia
menatap kelerengnya bingung, bocah itu masih tidak
mengerti.
175
“Hyeong, aku bingung.” Kai menatap Yixing
dengan tatapan tidak mengertinya. Yixing tertawa kecil.
“Baiklah, coba perhatikan aku.”
Yixing mulai mencontohkan pada Kai bagaimana
bermain kelereng. Dengan sedikit bingung, Kai mencoba
memperhatikan dan mulai mengerti.
“Aku tau! Aku tau!”
“Baiklah, yang kalah harus mengendong?
Bagaimana?” tantang Yixing.
“Tapi, hyeong. Badanmu lebih besar dariku?
Bagaimana kalau aku kalah, apa aku juga harus
mengendongmu?”
“Tentu saja. Kau tidak boleh curang.”
“Ah, baiklah.”
Mereka berduapun mulai bermain. Dan yang
memenangkan permainan itu adalah Yixing, tentu saja
karena Kai tidak bisa bermain kelereng. Dan dengan
terpaksa Kai menggendong Yixing diatas punggungnya.
Dengan kekuatan penuh Kai berusaha menopang
tubuh Yixing. Lama kelamaan tubuhnya semakin
merunduk dan akhirnya mereka terjatuh bersama diatas
kotak pasir itu.
“Hahaha, kau baru 3 langkah mengangkatku.”
Yixing duduk dengan kaki yang ia luruskan diatas pasir.
“Kau berat, hyeong.” Gerutu bocah itu.
“Ah, untung saja kau jatuhkan aku disini.” Yixing
bangkit dari duduknya. Ia segera membersihkan celananya
yang kotor terkena pasir.
176
“Memangnya kalau aku jatuhkan kau ketanah,
kenapa?”
“Aku akan terluka dan harus kerumah sakit?”
Kai mengernyit bingung. Apa sampai separah itu
sampai harus datang kerumah sakit, batin Kai. Kini
mereka duduk di tepian kotak pasir itu dan melupakan
kelereng mereka.
“Kalau kau besar nanti, kau mau jadi apa?” tanya
Yixing tanpa memandang kai.
“Jadi apa ya?” Kai meletakkan jari telunjuknya
didepan bibir, ia berfikir sejenak. “Aku ingin jadi artis!”
lanjut Kai.
Yixing menoleh dan tertawa ringan. Ia melihat
tatapan Kai berbinar, tidak seperti biasanya. Bocah itu hari
ini terlihat begitu senang, berbeda dengan dirinya. Yixing
menundukkan kepalanya, jarinya menggaris-garis tanah.
Tidak jelas ia mengambar apa.
“Kalau kau, hyeong ingin menjadi apa?”
“Aku tidak tau. Mungkin jadi abu.” Kalimat itu
membuat Kai terkejut.
“Abu? Apa bisa menjadi abu? Kalau menjadi abu
harus dibakar dulu.” Kai terhenti. Ia menatap Yixing lekat.
“Hyeong? Kau mau mati?”
Sekali lagi Yixing tertawa ringan. Ia memukul
gemas dahi kai. Wajah polos dongsaeng53-nya itu
membuatnya sedikit terhibur.
53 Dongsaeng = Adik
177
“Tentu saja tidak! Siapa orang didunia ini yang
ingin mati.”
“Oh, aku kira. Kalau hyeong mati, aku tidak
akan punya
teman lagi. Jadi hyeong tidak boleh mati.” Yixing serasa
sesak. Sedangkan Kai yang berada disampingnya
mengucapkan kalimat terakhirnya dengan gembira.
“Kau tau Leukemia, tidak?”
“Makanan apa itu?” tanya Kai dengan polosnya.
“Hahaha, sudahlah lupakan.” Yixing kembali
mengaris-garis tanah.
“Aku ingin tau, hyeong!” Kai mengoncang-
goncangkan lengan Yixing.
“Em, Leukimia itu menyebalkan. Aku ingin
mengusirnya…” Yixing terlihat sendu. Ia ingin menangis.
“Apa dia pacarmu?” sontak Yixing tertawa lagi
melihat wajah polos Kai.
“Carilah teman lain, jangan hanya berteman
denganku. Apa kau tidak bosan?” Yixing mengalihkan
pembicaraan. Kai melotot.
“Hyeong bosan berteman denganku? Bukankah
aku tidak nakal? Apa karena aku tidak punya kelereng
makanya hyeong menyuruhku mencari teman lain.”
“Yah aku bosan denganmu. Makanya aku mau
mencari teman lain. Kau selalu meminjam mainanku.”
“Ah, aku mengerti sekarang.” Kai berdiri, ia
melipat kedua tangannya didepan dada dan
mengerucutkan bibirnya.
“Apa?”
178
“Leukemia itu teman barumu, „kan? Jadi kau lebih
suka berteman dengan leukemia dibandingkan aku. Aku
marah, hyeong.”
Yixing mengumbar gelak tawanya. Ia memukul-
mukul tanah karena geli mendengar penuturan kai.
“Aku yakin dia seorang gadis, makanya kau suka
berteman dengannya, apa dia juga cantik? Kau memang
genit hyeong. Kalau begitu aku juga akan mencari pacar
yang lebih cantik dari leukemia.”
Kai mendengus.
Ada genangan air mata dipelupuk mata Yixing.
Bukan itu Kai, leukemia tidak cantik, dia tidak seperti
yang kau bayangkan, bahkan lebih menyeramkan dari
yang kau kira. Yixing mencoba menahan genangan air
mata itu agar tidak terjatuh. Kai masih tetap pada
posisinya.
“Ayo kita pulang, ini sudah hampir gelap.”
Yixing menggandeng tangan mungil Kai.
Langit senja menghiasi Seoul. Mereka berdua
berjalan tanpa mengeluarkan kata-kata apapun. Kai
menatap wajah hyeong-nya bingung, tapi beberapa saat
kemudian ia tersenyum. Ia tidak akan kehilangan sahabat
sebaik Yixing. Sejak kecil mereka sudah bersama dan tak
mungkin terpisahkan.
**
Kai mengerjapkan kedua matanya. Baru saja
nuna-nya membangunkan tidurnya dengan paksa. Ia
menarik selimut yang membukus tubuh Kai dan membuat
tubuh bocah itu jatuh bersamaan dengan selimut yang
terlepas dari tubuhnya.
179
“Nuna!!!” desak Kai sebal. Kedua matanya masih
sembab.
“Ironnayo!” Kim Jae In menarik tangan Kai.
“Aku masih mengantuk.” Kai menguap. Ia
terpaksa berdiri sesuai perintah kakaknya.
“Cepat cuci mukamu. Wajahmu saat bangun tidur
jelek sekali.”
“Memangnya ada apa?”
“Yixing hari ini pulang ke China, apa kau tidak
ingin bertemu dengannya sebelum ia berangkat ke
bandara?”
“Apa? Pulang ke China. Kenapa?”
“Sudah jangan banyak tanya. sebentar lagi ia dan
keluarganya akan berangkat.”
Ada sesuatu yang aneh menusuk hatinya. Ia
segera berlari keluar kamar dan masih mengenakan
setelan piama berwarna biru itu. Kai tidak ingin Yixing
pergi.
“Hyeong, hyeong?” Kai menuruni anak tangga
menuju pintu utama rumah Yixing tanpa mengenakan alas
kaki, yah mereka bertetangga.
Kai menjinjitkan kakinya agar kepalanya bisa
melihat keadaan didalam rumah Yixing melalui jendela. Ia
melihat sudah banyak tumpukan koper diruang tamu. Kai
menepuk-nepuk kaca jendela dan berharap seseorang
membukakan pintu untuknya.
Beberapa saat kemudian, Yixing membukakan
pintu untuk Kai. Ia sudah terlihat rapi mengenakan kemeja
bermotif kotak dan sweeter yang melapisi tubuhnya.
180
“Kau tidak boleh pergi, hyeong. Tidak boleh!” Kai
meraih lengan Yixing dan memegangnya erat.
Yixing terdiam membisu. “Kalau hyeong pergi,
aku tidak punya teman! Kajima54, hyeong. Jebal.” Kai
menatap Yixing dengan kedua mata yang berkaca-kaca.
Yixing mengatupkan kedua bibirnya. Ia menahan
sesak yang teramat dalam. Terlalu sulit menjelaskan pada
Kai tentang apa yang terjadi padanya.
“Aku harus pergi, jika kau tidak ingin melihatku
menjadi abu.” Kai menatap Yixing tidak mengerti.
“Hyeong, jangan pergi. Jebal.” Kai mulai
menangis. Buliran air
mata itu jatuh dengan sendirinya tanpa perintahnya.
“Kau bisa datang menjengukku ke China.”
Kai mengangkat kepalanya, sejenak tangisnya
terhenti. Ia menatap Yixing lekat. “Benarkah?”
“Yah, kau bisa datang menjengukku.”
“Tapi aku tidak tau dimana China. Apa China itu
dekat?”
“Yah, kurasa cukup dekat.” Ucap Yixing
meyakinkan.
“Apa aku bisa datang membawa sepeda saat
menjengukmu?”
Yixing mulai bingung. Ia memaksakan tersenyum
menanggapinya. Kini bocah yang ada di hadapannya
perlahan melepaskan genggamannya dan menghapus
54 Kajima = jangan pergi
181
bekas air mata yang tadi membanjiri pipinya. “Aku akan
merindukanmu.” Yixing menepuk pundak Kai pelan.
“China-kan dekat, hyeong tidak usah
merindukanku,” ujar Kai dengan entengnya.
“Ingat, saat aku bertemu denganmu, kau harus
sudah menjadi artis.”
“Tentu, tapi hyeong jangan menjadi abu. Cita-cita
Hyeong jelek sekali.”
Yixing tertawa ringan. Ia berhasil membohongi
Kai bocah polos itu. Ia harus kembali ke China karena
akan menjalani pengobatan untuk penyakit leukemia yang
menyerang tubuhnya. Entah ia bisa kembali ke Korea dan
terbebas dari penyakit itu atau sesuai perkiraannya,
menjadi abu yang dibuang di laut dan tidak meninggalkan
jejak sedikitpun.
“Kau tidak ingin membantuku memasukkan koper
kebagasi mobil?”
“Nde, aku mau bantu.” Bocah polos itu segera
masuk kedalam rumah dan meraih koper-koper kecil tanpa
disuruh. Ia tampak begitu bersemangat. Sedangkan Yixing
merasakan hal yang berbeda.
“Bagaimana dengan leukemia? Apa hyeong sudah
berpamitan padanya?”
Yixing terdiam. Ia berfikir sembari merapikan box
yang ada didepannya. Kai terus menanyakan soal
leukemia yang kemarin mereka bicarakan.
“Kau tau tidak, aku pergi bersama leukemia juga.
Nanti kami akan bertemu dibandara.”
“Apa?” Kedua mata Kai melebar. “Jadi kau
mengajaknya dan meninggalkanku?”
182
Yixing tersenyum jahil, bocah itu mudah sekali
dibohongi. Ia kembali masuk kedalam rumah dan
mengambil koper lainnya dan meninggalkan Kai di dekat
mobil yang masih membelalakkan matanya.
“Saat kau besar nanti, kau akan tau seperti apa
leukemia,” ujar Yixing setelah kembali dari mengambil
koper terakhir. Ia dan keluarganya siap berangkat
sekarang.
Kai tersenyum, ia memaksakan untuk tersenyum.
Kejadian beberapa tahun yang lalu menghampiri dirinya
kembali. Ia tidak habis pikir betapa bodohnya dirinya
dimasa lalu. Kini ia sadar bahwa ia tidak bisa pergi ke
China hanya dengan menggunakan sepeda. ia juga paham
dengan leukemia, penyakit kelainan sel darah itu ia cari
tau melalui internet saat duduk dibangku SMP, saat ia tiba-
tiba merindukan Yixing. Berharap sosok sahabat
terbaiknya itu kembali.
“Sejak saat itu aku tidak pernah mempunyai
teman. Aku selalu sendiri.”
Eun Soo menatap Kai sendu. Ada hal yang
berbeda dibalik wajah kaku namja berkulit coklat itu. Ia
sangat jauh berbeda dengan yang Eun Soo lihat
sebelumnya.
“Tapi aku bertemu dengan Sehun saat kelas 2
SMA, kami mulai berteman baik karena menyukai hal
yang sama, musik.”
“Tapi, Sehun tidak seperti Yixing hyeong. Aku tau
setiap orang selalu berbeda, tapi Yixing hyeong selalu
mengalah padaku. Dia berbeda dengan Sehun, Sehun tidak
pernah mau mengalah padaku.” Buliran air bening itu
183
mengaliri pipinya. “Aku sangat merindukannya, Jeongmal
bogosippoyo.” Kai menundukkan kepalanya.
Dengan ragu Eun Soo mengangkat tangannya,
mencoba memegang punggung namja itu untuk
menenangkannya.
“Aku yakin, dia sekarang baik-baik saja.” Eun
Soo mengelus punggung Kai dengan lembut, mencoba
menenangkan hati Kai yang kacau.
**
“Kemana saja kau jam segini baru pulang?”
Baekhyun berkacak pinggang sedangkan Kyung Soo
berdiri disampingnya dan berusaha untuk menjajarinya.
Tapi tubuhnya terhalang oleh lengan Baekhyun.
“Aku bersenang-senang.”
“Apa? Kau bersenang-senang sedangkan kami
dirumah mengkhawatirkanmu.”
“Maafkan aku, Byun Baekhyun. Besok adalah
hari libur, jadi apa salahnya aku pulang terlambat
sekarang.”
“Ya, dan besok kami akan kestudio rekaman. Apa
kau mau ikut?”
“Kureom. Aku tidak mau melewatkan hal
itu.” Eun Soo
tersenyum girang.
Baekhyun berjalan mendekat. Ia meraih tangan
Eun Soo dan membawa gadis itu duduk dikursi teras.
Kemudian Kyung Soo mengikuti mereka. Ia duduk
disamping Eun Soo. Baekhyun menundukkan kepalanya
dan mendekatkan wajahnya pada Eun Soo.
184
“Ya? kau kemana saja hari ini bersama Kai?”
Baekhyun tersenyum jahil. Kyung Soo mendekatkan
wajahnya, ia tidak mendengar jelas apa yang Baekhyun
katakan.
“Kami tidak pergi kemana-mana,” jawab Eun Soo
datar.
“Ah, tidak mungkin.” Elak Baekhyun.
“Memangnya kau pergi bersama Kai?” Kyung
Soo menatap Eun Soo. Gadis itu menoleh.
“Um, tiba-tiba dia menjemputku.”
“Sekaligus kau mengencani dua namja? Apa
karena kau frustasi dengan Joon Myeon?” Kyung Soo
tersenyum miring, sedangkan adiknya sudah melotot
kesal.
“Apa yang kau bicarakan, Do Kyung Soo? Aku
dan Kai tidak berkencan.” Eun Soo beranjak berdiri, ia
meraih tas ranselnya.
“Lalu kenapa kau pulang sendirian?” tanya Kyung
Soo lagi.
Eun Soo menghentikan langkahnya. Ia menoleh
kearah Kyung Soo dan memfokuskan memandang
kakaknya.
“Aku masih ingin hidup, itulah sebabnya aku
memilih naik bus untuk pulang dan berjalan berkilo-kilo
meter untuk sampai kerumah,” jelas Eun Soo kemudian ia
berjalan masuk kedalam rumah.
Dua pria itu terlihat bingung. Mereka berdua
tidak mengerti dengan apa yang Eun Soo katakan. Eun
Soo lebih memilih naik bus karena tidak mau menguji
andrenalinya untuk menemani Kai menyetir mobil. Ia
185
tidak mau mati muda. Dan Kyung Soo juga
Baekhyun
melupakan soal Kai tidak bisa menyetir mobil dengan
baik.
“Eun Soo punya banyak perkembangan.”
Baekhyun mengangkat kakinya dan menaruhnya diatas
meja yang ada dihadapannya. Kyung Soo melirik.
“Turunkan kakimu, itu tidak sopan.” Kyung Soo
memukul kaki Baekhyun, dengan terburu Baekhyun
segera menurunkan kakinya. “Perkembangan apa
maksudmu?”
“Hey, kaukan kakaknya? Dia sekarang dekat
dengan banyak namja. Kai, Chanyeol, lalu siapa lagi?”
Baekhyun menghitung jarinya sendiri.
“Apa kau bukan kakaknya juga? Hal itu tidak
penting, yang terpenting adalah dia mau belajar dan bisa
naik kelas.”
“Sudahlah, kau terlalu mengkhawatirkannya, Do
Kyung Soo.”
“Tentu saja aku mengkhawatirkannya. Tugas-
tugasnya saja ia tidak mengerjakan sendiri. Semua yang
ada di bukunya adalah tulisan Yumi.”
“Benarkah? Bagaimana bisa kau tau bahwa itu
tulisan Yumi?”
“Ah, aku.. aku.” Kyung Soo kehilangan kata-kata.
Baekhyun melirik sembari tersenyum miring dan
melempar tatapan jail pada Kyung Soo. “Aku hanya
mengira-ngira, bukankah Kim Yumi dekat dengan Do Eun
Soo.”
“Ah, begitu ya?”
186
“Sudahlah, percuma saja bicara denganmu.”
Kyung Soo berdiri. Ia berjalan masuk kedalam
rumah dan membiarkan Baekhyun tertawa sendirian
diluar. Kyung Soo membukakan pintu kamarnya,
kemudian ia menguncinya dari dalam. Semenjak ia
berbagi kamar dengan Baekhyun, tidak ada hal privasi
diantara mereka. Kyung Soo duduk dikursi meja
belajarnya. Ia menyalakan lampu duduk yang ada
didekatnya. Tangan kanannya meraih sesuatu yang terselip
diantara tumpukan buku miliknya.
Amplop pink itu ia pandangi cukup lama. Ia
mengambilnya diam-diam dari Eun Soo. Untungnya Eun
Soo tidak mencarinya. Amplop pink itu adalah surat
pertamanya yang ia dapat dari seorang yeoja.
Kim Yumi, ia mengirim surat cinta pada Kyung
Soo. Dan sebab itulah Kyung Soo tau tulisan tangan yang
ada dibuku tugas Eun Soo adalah buatan Yumi. Kyung
Soo menghela nafas berat, ia membuka kembali lembaran
surat itu.
“Jeongmal mianhae, Kim Yumi. Aku
memutuskan untuk tidak jatuh cinta, ah bukan itu
maksudku, mungkin aku memang tidak ingin jatuh cinta,
tapi aku tidak tau perasaan apa ini. Terlalu sulit bagiku
menjelaskannya. Tapi Dokter mengatakan aku tidak boleh
terlalu senang dan terlalu sedih. Dan jatuh cinta akan
membuatku menjadi terlalu senang dan terlalu sedih. Aku
tidak tau apa yang terjadi padaku, terlalu lemah. Mungkin
jika aku mencintaimu akan menjadi sia-sia, tapi nado
sharanghae, Yumi-ah.”
Hati Kyung Soo terasa sakit. Tetapi ia mencoba
untuk tenang, Kyung Soo tidak boleh sedih atau dia akan
jatuh pingsan. Kyung Soo melipat kedua tangannya diatas
187
meja, ia masih mengenggam surat itu. Perlahan kepalanya
tertunduk. Ia menangis. Buliran air bening itu mengalir
dengan derasnya.
tok..tok..
Suara pintu terketuk itu mengagetkannya. Kyung
Soo mengangkat kepalanya dan segera menghapus air
mata yang membanjiri pipinya. Kemudian ia segera
menyembunyikan kembali lembaran surat dari Yumi.
“Kyung Soo-ya? Ini aku.” teriak Eun Soo dari
balik pintu dan terus mengetuk pintu kamar Kyung Soo
tanpa henti.
“Berisik!” Decak Kyung Soo kemudian segera
membuka pintu kamarnya.
Kyung Soo menunjukkan separuh wajahnya dari
dalam kamar. Ia selalu melakukan hal itu jika Eun Soo
yang datang kekamarnya.
Eun Soo menatap mata Kyung Soo. Eun Soo tau
Kyung Soo usai menangis. Kedua matanya sembab.
“Boleh aku masuk?”
Kyung Soo membuka pintu kamarnya tanpa
komentar. Ia membiarkan adik perempuannya itu masuk.
Eun Soo melihat lampu meja itu menyala, pertanda bahwa
Kyung Soo sedang belajar atau membaca buku. Eun Soo
mengawasi sekitarnya, seluruh sudut kamar Kyung Soo ia
perhatikan dengan seksama.
“Kau tidak akan menemukannya,” tukas Kyung
Soo yang kemudian ia kembali duduk dikursi belajarnya.
“Iks, kau tau kalau aku sedang mencari komikku.”
“Kau tidak mungkin datang kekamarku jika tidak
ada yang kau inginkan,” ujar Kyung Soo tanpa menoleh,
188
ia meraih sebuah buku pelajaran yang ada dihadapannya,
bahasa Inggris.
Eun Soo berjalan mendekat. Ia memperhatikan
kakaknya yang mulai sibuk mengerjakan sesuatu. Ia
melihat sebuah frame kecil yang duduk dimeja belajar itu,
disana terpasang foto masa kecilnya bersama Kyung Soo
saat berlibur di rumah neneknya yang dekat dengan pulau
Nami.
Eun Soo berdiri disamping Kyung Soo, kemudian
bersangga pada meja dan meraih frame itu.
“Lihatlah, aku lebih manis dibandingkan
denganmu.” ledek Eun Soo dan menunjukkan foto dirinya
tepat didepan wajah Kyung Soo.
“Aku memang tidak manis, tapi aku terlihat
sangat tampan dan lucu darimu.”
Eun Soo berdecak. Ia memukul pelan pundak
Kyung Soo dengan frame yang ia pegang.
“Apanya? Kau sangat jelek! Lihat wajahmu bulat
begitu.” Eun Soo menahan tawanya. Kyung Soo
mengangkat tangannya, kemudian mencoret tangan Eun
Soo dengan bolpoin yang ia pegang.
Eun Soo melotot.
“Kalau kau hanya ingin menggangguku, lebih
baik cepat keluar dan belajarlah di kamarmu sendiri. Atau
kau benar-benar ingin semua komikmu itu kujual?”
“Aku bosan, Do Kyung Soo.”
“Kalau begitu ambillah bukumu, dan belajarlah
bersamaku disini.”
189
“Tapi kau janji tidak akan memarahiku jika aku
tidak mengerti?”
Kyung Soo menghela nafas. “Iya, aku berjanji.”
Dan Eun Soo berlari menuju kamarnya untuk
membawa semua buku yang akan dipelajarinya.
Sementara Kyung Soo dan Eun Soo belajar, Baekhyun
malah enak-enakkan menemani ayah angkatnya menonton
tv diruang tengah bersama eomma.
“Kemana adik kembarmu? Appa tidak melihat
mereka?” Ujar appa sembari memakan satu persatu
camilannya.
“Mereka sedang dikamar, katanya ada sesuatu
yang penting.”
“Um, benarkah? Besok adalah hari libur, apa
rencana kalian?”
“Kami akan pergi ke seoul untuk melakukan
rekaman.” Jelas Baekhyun seraya mengulas senyum.
“Wah, akhirnya keinginan kalian terwujud.” Appa
menepuk-nepuk bahu Baekhyun. Membuat tubuhnya
sedikit tidak seimbang.
“Oh ya, minggu depan ada pertandingan sepak
bola disekolah. Dan aku ikut.”
“Benarkah? Kau mendapat posisi apa? keeper atau
straiker?” tanya appa dengan sangat antusias. Appa adalah
penggemar sepak bola.
“Um, bukan.”
“Lalu? Sebagai gelandang?” tanya appa penuh
semangat.
190
“Bukan itu juga, appa. Aku sebagai pemandu
sorak disana.”
Appa dan eomma melongo. Mereka berdua sangat
terkejut dengan jawaban putra angkatnya itu. Jawaban
yang tidak pernah mereka duga sebelumnya.
“Itu bagus, kau pasti bisa menjadi pimpinan
pemandu sorak yang baik,” tukas eomma. membuat
suasana kikuk tadi berubah seperti semula.
“Yah, aku pikir juga begitu, eomma. Tapi mereka
seperti meragukanku.”
“Tunjukkan pada mereka kalau kau bisa. hem?”
“Geurae. Aku akan berusaha.”
**
Kyung Soo dan Eun Soo sibuk. Mereka berdua
sama-sama fokus pada sebuah buku yang ada dihadapan
mereka. Sebenarnya Eun Soo mulai bosan, ia sedikit
mengantuk karena apa yang ia lihat hanya deretan tulisan
yang kurang ia pahami.
Kyung Soo baru saja memberikan beberapa
penjelasan padanya. Dan Eun Soo berusaha untuk
memperhatikan dan memahami maksud Kyung Soo. Kali
ini model pembelajaran yang Kyung Soo berikan sedikit
berbeda. Ia tidak terburu-buru dan tidak secepat kilat saat
menjelaskan pada Eun Soo. Sesuai dengan saran
Baekhyun, agar dia menggunakan bahasa yang mudah
dipahami.
Kyung Soo melirik kearah Eun Soo. Ia melihat
adiknya itu berusaha membuka matanya lebar-lebar dan
menahan uapan yang akan keluar dari bibirnya.
191
“Percuma saja kau melotot begitu tapi kau tidak
bisa fokus dengan baik.”
“Tiba-tiba mataku melihat gambar ranjang, ini
membuatku mengantuk.” Eun Soo menyandarkan
kepalanya diatas meja.
“Ah, sudahlah. Tutup saja bukumu.”
“Tapi aku masih ingin belajar. Aku ingin komik-
komikku kembali.”
Kyung Soo tertegun. Ia menatap Eun Soo dengan
sendu. Ia tidak bermaksud menghukum Eun Soo dengan
cara seperti ini. Tapi Kyung Soo hanya ingin membuat
Eun Soo jera dan mau belajar seperti dulu sebelum
mengenal kartun favoritnya dari Jepang itu.
“Maafkan aku,” ujar Kyung Soo lirih. Eun Soo
menoleh dengan tatapan bingung. “Tidak harus seratus,
setidaknya diatas 70 puluh sudah cukup. Yang penting kau
tidak mengulang,” lanjut Kyung Soo tanpa menatap Eun
Soo.
Eun Soo berdiri. Ia beranjak dari duduknya dan
membuat Kyung Soo semakin bersalah. Kyung Soo
berfikir Eun Soo marah padanya. Kini Eun Soo berdiri
dibelakang punggung Kyung Soo dan melingkarkan kedua
tangannya dileher Kyung Soo.
“Arachi55, aku akan berusaha. Walaupun komikku
tidak kembali nantinya.” Bisik Eun Soo ditelinga kanan
Kyung Soo.
“Kenapa akhir-akhir ini kau suka sekali
memelukku?”
55 Arachi = aku mengerti
192
“Molla, tapi aku suka melakukannya. Rasanya
hatiku tenang. Seperti saat memeluk appa dan eomma.”
“Nado,” batin Kyung Soo.
Kyung Soo meletakkan pulpennya. Ia memegangi
tangan Eun Soo yang ada didepan dadanya. Kemudian
menepuk-nepuknya pelan. Melihat itu, Eun Soo semakin
mengeratkan pelukannya.
“Aku menyayangimu, Kyung Soo,” ujar Eun Soo
sembari menyandarkan kepalanya dibahu kiri Kyung Soo.
Kyung Soo tersenyum, ia berusaha untuk tidak
terlalu bahagia.
“Aku juga sangat menyayangimu.”
“Apa kau tidak akan memukulku karena aku benci
dengan Narri?” bisik Eun Soo. Sekali lagi Kyung Soo
mengulas senyum kemudian mengacak-acak rambut
adiknya yang sedang bersandar pada pundaknya dengan
tangan kanannya.
“Lupakan hal itu.”
**
Hari yang mereka nantikan tiba. Kyung Soo dan
Baekhyun berusaha tenang. Mereka berdua menjadi
sangat gugup dan tidak bisa diam. Terutama Baekhyun, ia
berjalan mondar-mandir tidak jelas sembari sesekali
mengibas-ibaskan tangannya. Yah, tiba-tiba tangannya
berkeringat. Kyung Soo masih duduk tenang di kursinya,
ia hanya bisa berdo‟a agar semuanya berjalan lancar
sembari menunggu jemputan mobil dari Chanyeol datang.
Sedangkan Eun Soo sibuk dengan kukunya.
“Apa kau tidak bisa diam?” seru Kyung Soo dan
menghentikan langkah pria berwajah imut itu.
193
Eun Soo turut memperhatikan Baekhyun. Sejenak
Baekhyun terdiam, ia berusaha duduk disamping Eun Soo,
tapi beberapa saat kemudian ia berdiri lagi dari kursinya
dan berjalan mondar-mandir didepan Kyung Soo dan Eun
Soo.
Kyung Soo dan Eun Soo berdecak bebarengan.
Kemudian Eun Soo berdiri seraya meraih tangan
Baekhyun dan menariknya untuk duduk.
“Duduklah, itu hanya akan membuang tenagamu,”
pinta Eun Soo, namja itu hanya memiringkan tubuhnya
kearah kursi.
“Aku akan lebih tenang jika berjalan kesana
kemari,” jawab Baekhyun dan menarik tangannya dari
genggaman Eun Soo.
Kini Kyung Soo ikut berdiri. Dan secara
bersamaan bocah kembar itu menarik tangan saudara
angkat mereka dan mendudukkannya secara paksa.
“Ya!” teriak Baekhyun histeris. Dia selalu
bersikap berlebihan.
Tidak lama kemudian sebuah mobil Nissan Serena
berwarna silver itu terparkir di depan gerbang rumah
mereka. Itu bukan mobil yang biasa Chanyeol kendarai.
Tiga anak manusia itu memperhatikan, mereka bertiga
berdiri dan terus memperhatikan kearah gerbang.
Kemudian seorang pria menggunakan jaket hoody abu-
abu tanpa lengan itu keluar dari mobil.
“Siapa dia?” Baekhyun menyipitkan kedua
matanya.
Kai melambaikan tangan sembari mengoncangkan
gerbang rumah Kyung Soo dengan sengaja.
194
“Hey! Hentikan, kau bisa merusaknya.” teriak
Baekhyun sembari berlari dan berniat membuka pintu
gerbang itu. Jarak rumah dan gerbang cukup jauh.
Halaman depan rumah mereka luas dan hanya dipenuhi
pohon maple merah yang akan terlihat indah saat musim
gugur tiba.
Kai memegangi gerbang dengan kedua
tangannya, ia melihat
Baekhyun tergopoh kemudian tersenyum miring.
Baekhyun berhenti melangkah, wajahnya berubah menjadi
datar.
“Kenapa kau yang menjemput kami?”
“Chanyeol sangat sibuk, dia harus tiba disana
lebih awal untuk mengurus segala hal. Jadi ia memintaku
untuk menjemput kalian,” jelas Kai sembari mengotak atik
gembok gerbang yang mengantung didepannya.
Sehun membuka kaca mobil. Ia melongok keluar
dan menyapa Baekhyun sembari melambaikan tangan.
“Ah, ini musibah namanya,” desis Baekhyun
pelan, hanya dirinya sendiri yang mendengarnya.
“Ya? Kyung Soo-ya? Ppalli, kita berangkat.”
teriak Baekhyun sembari menengok kebelakang.
Kyung Soo dan Eun Soo berjalan menuruni
tangga kecil yang menghubungkan teras dengan jalan
menuju gerbang. Eun Soo merapikan sweeter yang ia
kenakan dan membetulkan letak topi rajut yang miring
dikepalanya. Kyung Soo dan Eun Soo mengenakan topi
yang sama dengan corak warna yang berbeda.
195
“Eun Soo-ya?” Kai melambaikan tangan dan
senyumnya seketika mengembang ketika melihat Eun Soo
berjalan dibelakang Kyung Soo.
Eun Soo tersenyum. Ia tidak membalas lambaian
tangan dari Kai. Baekhyun membuka kunci gerbang dan
keluar, kemudian giliran Kyung Soo untuk menguncinya
kembali dan mengantongi kunci itu dalam sakunya, hari
ini eomma dan appa sedang tidak ada dirumah. Mereka
pergi berkunjung kerumah Ji Won ahjumma, adik
perempuan appa.
“Cepat turun.” Kai membuka pintu depan
mobilnya. Kemudian namja berkaki panjang dengan
rambut pelanginya itu keluar. Ia terlihat sedikit kurang
senang karena Kai menyuruhnya untuk duduk dibelakang.
“Dibelakang itu sempit, aku tidak suka.” Gerutu
Sehun tapi dia tetap saja keluar dari mobil dan duduk
dibelakang bersama Kyung Soo dan Baekhyun.
Kemudian Baekhyun dan Kyung Soo masuk.
Mereka tidak banyak mengeluarkan komentar karena hati
mereka semakin tidak tenang. Eun Soo berdiri mematung
didekat pintu mobil, padahal semua yang ada dalam mobil
sudah menunggunya. Kai sengaja menekan klakson
mobilnya, dan membuat Eun Soo berjingkat kaget.
“Do Eun Soo, apa yang kau tunggu?” Kai berjalan
keluar mobil. Ia mendatangi adik kembar Kyung Soo dan
mendorong pelan gadis itu untuk masuk kedalam
mobilnya.
“Bukankah itu aneh? Pasti ada sesuatu diantara
mereka.” Baekhyun berbisik ketelinga kanan Kyung Soo
sembari memperhatikan Kai dan Eun Soo. Kyung Soo
beralih memperhatikan mereka. Seperti yang Baekhyun
196
katakan, memang terlihat aneh jika Kai bersikap manis
pada adiknya. Tapi Kyung Soo sudah tau bahwa Kai
memang sedang mengincar adik kembarnya.
“Aku senang hari ini kau bisa ikut.” Kai menutup
pintu mobilnya.
“Tunggu sebentar.” tangan kanan Eun Soo
menahan pintu yang sedang didorong oleh Kai.
“Ada apa?” Kai bingung dan ketiga namja yang
berdesakan dibelakang juga terlihat bingung.
Eun Soo menoleh kebelakang. Ia menadahkan
tangannya didepan Kyung Soo. Kyung Soo menatap Eun
Soo bingung. Mereka berdua bertatapan cukup lama.
“Berikan kuncinya padaku?” Eun Soo
mengangkat dagunya.
“Ada apa? Kau tidak mau ikut?” jawab Kyung
Soo sembari merogoh saku jaketnya.
“Aniyo, ada yang tertinggal.”
Eun Soo langsung menyambar kunci yang ada
ditangan Kyung Soo. Ia berlari keluar mobil dengan
sangat terburu, seperti ada sesuatu yang sangat penting
yang tertinggal didalam rumah.
Beberapa menit kemudian setelah Kyung Soo dan
teman-temannya bosan menunggu. Eun Soo baru keluar
rumah dan berjalan dengan seekor anjing disampingnya.
“Anjing?” Sehun terbelalak menatapi anjing yang
berada disamping Eun Soo. Ia sangat menyukai anjing.
“Ya Tuhan, Eun Soo. Kau membuat kami gila.
Cepat, kita sudah sangat terlambat. Apa kau pikir
rumahmu menuju Seoul itu dekat? Tak ada bedanya
197
dengan China ke Korea.” Gerutu Kai sembari berjalan
masuk kedalam mobil.
Eun Soo masuk kedalam mobil. Ia menyerahkan
kembali kunci pagar rumahnya kepada Kyung Soo.
“Kemarilah anjing manis, aku ingin
menggendongmu.” Sehun berusaha meraih tubuh
meonggu yang berada dipangkuan Eun Soo. Kemudian
Eun Soo membantu mengangkat tubuh meonggu dan
menyerahkannya pada Sehun. Tapi meonggu sedikit
menolaknya, anjing itu berusaha tetap pada posisinya
dipangkuan Eun Soo.
“Biarkan meonggu didepan, apa kau mau tempat
ini semakin sempit,” sahut Baekhyun dan segera
mengalihkan pandangannya keluar
jendela.
“Dia tidak akan memakan tempat dudukmu. Jadi
apa salahnya dia duduk bersamaku disini.” balas Sehun
dengan melotot.
“Berisik!” Kyung Soo yang berada diantara
mereka berusaha
melerai. Ia melotot pada Baekhyun dan Sehun bergantian.
Mereka berdua sejenak terdiam. Dan sama-sama
memandang keluar jendela.
End Of Chapter 4
198
199
CHAPTER 5
“Trully”
200
Joon Myeon menatap lembaran buku yang ada
didepannya. Ia memandangi deretan tulisan itu dan
mencoba memfokuskan dirinya. Pikirannya terasa kacau.
Lagi-lagi konsentrasinya terganggu. Ia menghela nafas
berat, ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya.
Kemudian pandangannya beralih pada rak buku yang
berdiri disamping mejanya, jaraknya hanya selangkah saja
dari tempatnya duduk.
Siluet saat pertama kali ia bertemu dengan Cho
Narri tiba-tiba muncul, saat itu Cho Narri meminta tolong
padanya untuk mengambil sebuah buku paling atas di rak
itu. Sama halnya seperti yang dilakukan pada Kyung Soo.
201
Dan sejak saat itu mereka sering bertemu diperpustakaan
dan belajar bersama. Hal itu terjadi secara tiba-tiba.
Hari-harinya terasa begitu istimewa semenjak
kehadiran Cho Narri dalam hidupnya. Gadis cantik dan
kaya itu cukup berarti baginya, tapi semua hanyalah
kenangan bagi Joon Myeon. Semua itu hanya sepenggal
cerita masa lalu yang harus ia kubur dalam-dalam.
“Ternyata kau jauh lebih buruk dibandingkan Do
Eun Soo. Bahkan dia lebih baik dari yang kukira.” Desis
Joon Myeon dalam hati. Terasa sedikit sesak.
Kini ia memandangi sebuah buku catatannya
sendiri. Buku itu ia buat dengan bersusah payah menulis
semalaman semua pelajaran yang selama ini ia pelajari.
Dan entah apa tujuannya membuat rangkuman
pelajarannya seperti itu. Joon Myeon sengaja memberinya
sampul merah dan ia buat dengan sangat rapi. Benar-benar
lebih dari rapi.
**
Cho Narri merogoh sakunya, ia memegang
selembar tissue ditangan kanannya. Kemudian ia menatapi
Kyung Soo yang sibuk membaca sebuah novel yang baru
saja ia berikan. Gadis itu mulai tergila-gila pada Do
Kyung Soo. Hari-harinya serasa hampa tanpa kehadiran
Kyung Soo disisinya. Cho Narri berhasil dengan sukses
melupakan Joon Myeon yang selama ini lebih dari setahun
menemani dirinya, walaupun belum ada hubungan yang
special diantara keduanya.
Narri mengulurkan tangannya. Perlahan ia
mengelap dahi Kyung Soo yang berkeringat dengan tissue
yang ia pegang. Kyung Soo merasa terganggu, ia menatap
gadis itu dengan tatapan yang tidak biasanya. Kemudian
202
Kyung Soo menepis tangan Narri, dengan cukup kasar,
sampai membuat gadis itu terkejut. Cho Narri lebih
merasa kaget lagi ketika melihat Kyung Soo yang
mengernyit dan menatapnya kesal.
“Tolong jangan lakukan itu lagi, aku tidak
menyukainya.” Kyung Soo menunjukkan raut wajah tanpa
ekspresi pada gadis itu.
Seketika tubuh Narri mengejang. Ia membalas
tatapan Kyung Soo dengan sedikit bingung, gadis itu
benar-benar terkejut. Kemudian ia tersenyum tipis dan
menurunkan tangannya. Ia mencoba untuk tenang. Hanya
itu yang bisa ia lakukan.
“Do Kyung Soo, ada apa?” tanya Narri bingung.
“Aku bisa mengelap keringatku sendiri,” jawab
Kyung Soo tanpa menoleh. Kemudian Kyung Soo kembali
memfokuskan dirinya pada buku yang ada didepannya.
Dan beberapa saat kemudian Do Kyung Soo tiba-tiba
menjaga jarak duduknya dengan Narri, membuat gadis itu
semakin merasa aneh dengan sikap Kyung Soo yang tidak
biasanya. Ia merasa menjadi orang asing.
“Kau berubah.” Desis Narri sembari mengepalkan
tangan kanannya yang ia pukulkan pada meja yang
kemudian pergi dari samping Kyung Soo.
Kyung Soo hanya melirik tanpa menoleh dan
melanjutkan aktifitas membacanya. Ia tidak
memperdulikan gadis itu. Tanpa sebab perasaannya pada
Narri tiba-tiba memudar. Tidak seperti saat pertama
bertemu dengannya.
Kyung Soo merasa muak dengan sikap Cho Narri
yang semakin berlebihan padanya, gadis itu menyusahkan
dirinya. Jauh berbeda dengan perkiraannya, Kyung Soo
203
sering membayangkan akan berkompetisi belajar dengan
gadis impiannya. Berebut mendapatkan peringkat tertinggi
dan terus bersaing dalam urusan belajar. Tapi Cho Narri
malah membebankan semua tugasnya pada Kyung Soo.
Dan Kyung Soo tidak pernah melihatnya belajar sekalipun
saat bersamanya. Hanya Kyung Soo sendiri yang sibuk
mengerjakan tugas-tugas Cho Narri.
**
Berbeda dengan Kyung Soo yang selalu
berkompetisi dalam belajar, adik kembarnya yang
bernama Do Eun Soo lebih memilih untuk berkompetisi
makan bersama dengan kakak angkatnya. Dua anak
manusia itu sibuk berkutat dengan kotak bekal yang ada
didepan mereka. Terkecuali Yumi, ia hanya menjadi
supporter dan menyaksikan Baekhyun dan Eun Soo
berlomba menghabiskan bekal mereka. Mereka berdua
seperti tidak pernah makan berabad-abad lamanya.
“Aku menang!” Eun Soo mengangkat sumpitnya.
Dan teriakannya itu membuat sekeliling mereka ikut
memperhatikan.
Yumi memberikan tepuk tangan untuk
kemenangan temannya yang dengan semangat melahap
habis semua bekalnya. Sedangkan Baekhyun, kini ia
memelankan kunyahannya karena sudah jelas kalah dari
Eun Soo. Ia menatap Eun Soo, sinis.
“Aku memang sengaja mengalah.” Baekhyun
menahan makanan yang masih ada didalam mulutnya
kemudian menelan bulat-bulat makanan itu masuk dalam
tenggorokannya.
“Tetap saja aku yang menang,” balas Eun Soo
yang kemudian meneguk air dalam botol milik Yumi.
204
“Eh?” Sontak tangan kanan Yumi terangkat. Dan
Eun Soo sudah meneguk air itu sampai habis setengah
botol.
“Ah, kenyang!” Eun Soo mengelus perutnya
senang.
“Seharusnya kau tidak meminum airku.” Gerutu
Yumi dengan kecewa. Ia menyambar botol air itu dari
tangan Eun Soo.
“Hey, kenapa? Aku bisa membelikanmu dikantin,
Kim Yumi.”
“Bukan begitu, bukan airnya. Tapi botolnya.”
Sekali lagi gadis itu menatapi botol yang ada ditangannya.
Eun Soo dan Baekhyun saling menatap bingung.
Keduanya tidak mengerti apa yang dipermasalahkan
Yumi. Yumi sama sekali tidak mencuci botol air itu,
bahkan ia hanya menambahkan sedikit air dari sisa
kemarin. Ia tidak ingin menghilangkan bekas bibir Kyung
Soo yang sempat tertempel disana, tapi Eun Soo dengan
seenaknya menempelkan bibirnya pada botol itu ditempat
yang sama.
Beberapa saat kemudian Kyung Soo datang
menghampiri mereka. Ia langsung mengambil posisi
duduk disamping Yumi. Bangku yang Yumi duduki cukup
panjang dan kebetulan sedang kosong. Gadis itu terkejut
dengan kedatangan Kyung Soo secara tiba-tiba, tidak
hanya Yumi, bahkan Baekhyun dan Eun Soo juga sangat
terkejut melihat Kyung Soo datang. Kyung Soo jarang
sekali menghabiskan waktu istirahat bersama mereka, ia
lebih memilih duduk didalam perpustakaan dan dengan
tenang membaca buku disana.
205
“Aku haus.” Kyung Soo meraih botol yang ada
ditangan Yumi. Dan berniat untuk meminumnya.
“Eh, eh! Jangan diminum!” Baekhyun dan Eun
Soo berteriak histeris. Sontak Kyung Soo kembali
menurunkan botol yang ada ditangannya.
Yumi langsung merubah ekspresi wajahnya, baru
saja ia akan tersenyum. Tapi Baekhyun dan Eun Soo
membuatnya menekuk wajahnya kembali.
“Waeyo?” tanya Kyung Soo bingung.
“Yumi bilang air itu tidak boleh diminum.” Sahut
Baekhyun sembari meletakkan sumpit yang ia pegang dan
mencoba meyakinkan Kyung Soo.
“Yah, Aku rasa itu air kramat. Bukan airnya, tapi
botolnya.” Eun Soo menyipitkan matanya. Memberi kesan
misterius pada Kyung Soo. Tapi Kyung Soo malah
menatap aneh padanya. Jelas saja, adiknya itu sulit sekali
ia percayai.
“Apa yang kau bicarakan!” Bentak Yumi gemas.
Ia tidak tahan dengan sikap Baekhyun dan Eun Soo.
Perlahan tangan Kyung Soo semakin menurun dan
kembali meletakkan botol itu diatas meja. Ketiga manusia
yang ada dimeja itu menatap gerak gerik Kyung Soo
dengan seksama. Dalam hati Yumi ingin sekali memarahi
Baekhyun dan Eun Soo kemudian menjambak habis
rambut mereka dengan brutal. Sedangkan mereka berdua
menghela nafas lega melihat reaksi Kyung Soo.
Dengan cepat Kyung Soo meneguk air dalam
botol itu dan membuat Baekhyun dan Eun Soo berteriak
histeris lagi seolah terjadi sesuatu yang buruk pada Kyung
206
Soo. Kim Yumi sontak kaget, kemudian ia tersenyum.
Sepertinya hutang Kyung Soo sudah terbayarkan.
“Ah, aniya!!! Kenapa kau tetap meminumnya!”
Eun Soo menutup kedua telinganya.
“Kau bisa sakit Kyung Soo.” sahut Baekhyun
berusaha merebut botol minuman yang ada ditangan
Kyung Soo.
Tanpa mereka sadari, Cho Narri sudah
memperhatikan mereka dari kejauhan. Gadis itu berdiri
dan berpegangan pada dinding. Ia merasa sangat kesal saat
melihat Do Kyung Soo lebih memilih bergabung dengan
saudara kembarnya dibandingkan dengannya di
perpustakaan dan mengerjakan sesuatu bersama. Padahal
gadis itu baru saja bersikap marah pada Kyung Soo. Dan
nampaknya Do Kyung Soo sama sekali tidak khawatir
dengannya.
“Jadi kau mau bermain-main denganku, Do
Kyung Soo?” Narri mengernyit dan terus menatap Kyung
Soo dari tempatnya berdiri. Kini Kyung Soo terlihat
begitu senang dan sibuk ngobrol bersama teman-
temannya.
“Sekali kau menyalakan api, jangan harap aku
mau memadamkannya untukmu. Kau sudah
mempermainkanku,” desisnya lagi. Kini tangannya
mengepal menahan emosi.
Dalam hatinya sudah tertanam amarah yang
begitu besar. Tanpa sebab yang ia ketahui Do Kyung Soo
bersikap aneh padanya. Tidak seperti biasanya yang selalu
bersikap manis dan mengkhawatirkan dirinya.
207
To Be Continued..
TENTANG
PENULIS
Mentari Puteri Utami . Bernama pena Merumi. Lahir di Sidoarjo tanggal 10 Agustus 1993
208
Saat ini tercatat sebagai mahasiswi Tehnik di Institute Saint Teknologi Palapa Malang.
Ditengah kesibukan belajar, ia selalu
menyempatkan diri menuangkan imaginasi dalam bentuk cerpen dan novel.
Email : [email protected]
Facebook : Puput Mentari
Twitter : @MissKyungsoo.