idealisme

4
IDEA(LISME) Kemana dia bermuara, setelah mengaliri pikiran kita? Seorang bapak berkata pada anaknya disuatu sore, “hidup itu” katanya, “adalah proses menguak rahasia, dan pemuda adalah sumberdaya paling berharga untuk melakukannya”. Pesan selanjutnya, bagaimana berupaya untuk meragukan setiap hal yang diketahui. Dalam prosesnya, kemudian manusia mempertanyakan, mencari asal penyebab suatu hal terjadi, dan mempertanyakan esensi-esensi lain dalam kehidupan. Kemudian menarik ulur gagasan sampai menemukan ide cemerlang. Hidup ini sederhana, kata cak nun. Bila ingin memahami lebih banyak hal di dunia, orang jawa punya lelaku “titen” (tidak ada padanannya dari bahasa apapun, maka biasakan dengan titen). Dalam level yang lebih praktis adalah meneliti dengan sungguh-sungguh, itulah titen, teliti lan telaten. Orang-orang terdahulu pada akhirnya mereka mampu memproduksi “lelaku-lelaku” yang salahsatunya terangkum dalam babad atau primbon. Sayangnya seiring berjalannya waktu, manusia semakin menurun “roso” nya (kepekaannya) sehingga keinginan untuk melacak hal-hal yang “tidak logis” sangat kecil. Bagaimanapun, lelaku titen merupakan output dari sebuah “roso” yang kalau dalam bahasa ilmiah disebut kuriositas (rasa ingin tahu). Meneliti adalah pekerjaan siapapun yang ingin tahu. Ada keinginan untuk mencari sebuah pembenaran dari anggapan, hipotesis, asumsi atau perkiraan. Segala sesuatu yang masih menjadi hipotesis ataupun asumsi personal harus dibuktikan keabsahannya. Sehingga, kebenaran yang ditemukan dapat diterima secara massal, diterima secara umum sebagai sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan. Sains menyebut proses pembenaran ini sebagai eksperimen atau riset, sedang para praktisi menyebutnya sebagai proses validasi. Didunia yang penuh dengan asumsi ini, banyak yang beranggapan bahwasanya tugas penelitian hanya disandang oleh kaum akademis atau yang duduk dibangku sekolah. Sementara didunia akademis,

Upload: rahmi-wijayanti

Post on 02-Feb-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kemana ia bermuara setealah mengaliri pikiran kita.

TRANSCRIPT

Page 1: Idealisme

IDEA(LISME)

Kemana dia bermuara, setelah mengaliri pikiran kita?

Seorang bapak berkata pada anaknya disuatu sore, “hidup itu” katanya, “adalah proses menguak rahasia, dan pemuda adalah sumberdaya paling berharga untuk melakukannya”. Pesan selanjutnya, bagaimana berupaya untuk meragukan setiap hal yang diketahui. Dalam prosesnya, kemudian manusia mempertanyakan, mencari asal penyebab suatu hal terjadi, dan mempertanyakan esensi-esensi lain dalam kehidupan. Kemudian menarik ulur gagasan sampai menemukan ide cemerlang.

Hidup ini sederhana, kata cak nun. Bila ingin memahami lebih banyak hal di dunia, orang jawa punya lelaku “titen” (tidak ada padanannya dari bahasa apapun, maka biasakan dengan titen). Dalam level yang lebih praktis adalah meneliti dengan sungguh-sungguh, itulah titen, teliti lan telaten. Orang-orang terdahulu pada akhirnya mereka mampu memproduksi “lelaku-lelaku” yang salahsatunya terangkum dalam babad atau primbon. Sayangnya seiring berjalannya waktu, manusia semakin menurun “roso” nya (kepekaannya) sehingga keinginan untuk melacak hal-hal yang “tidak logis” sangat kecil. Bagaimanapun, lelaku titen merupakan output dari sebuah “roso” yang kalau dalam bahasa ilmiah disebut kuriositas (rasa ingin tahu).

Meneliti adalah pekerjaan siapapun yang ingin tahu. Ada keinginan untuk mencari sebuah pembenaran dari anggapan, hipotesis, asumsi atau perkiraan. Segala sesuatu yang masih menjadi hipotesis ataupun asumsi personal harus dibuktikan keabsahannya. Sehingga, kebenaran yang ditemukan dapat diterima secara massal, diterima secara umum sebagai sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan. Sains menyebut proses pembenaran ini sebagai eksperimen atau riset, sedang para praktisi menyebutnya sebagai proses validasi.

Didunia yang penuh dengan asumsi ini, banyak yang beranggapan bahwasanya tugas penelitian hanya disandang oleh kaum akademis atau yang duduk dibangku sekolah. Sementara didunia akademis, masih banyak akademisi yang belum melek tentang penelitian itu sendiri.

Dewasa ini, penelitian terkadang dianggap sebagai sesuatu yang rumit. Seakan-akan menjadi suatu keharusan bahwa penelitian itu harus dilaporkan dengan berlembar-lembar kata intelektual, istilah-istilah sulit yang kadang sulit dimengerti oleh orang awam. Seakan menjadi suatu kewajiban bahwa penelitian itu harus tembus jurnal internasional. Jika mengacu pada sistem akademis, memang benar adanya bahwa penelitian itu harus dilaporkan sebagai bentuk tanggungjawab akademisi, namun diluar hingar bingar kehidupan akdemisi yang selalu dikerubuti oleh hal-hal ilmiah. Banyak juga orang yang telah melakukan suatu penyelidikan.

Didunia teknologi kita mengenal steve jobs. Steve jobs dan timnya sudah banyak melakukan riset yang terbukti berhasil meski tidak pernah dipublikasikan melalui jurnal internasional. Tapi hasil temuan perusahaannya diimplementasikan pada produk dan proven diterima masyarakat. Meski tidak berlabel akdemis, pernyataan steve diakui sebagai kebenaran karena sudah tervalidasi. Hingga ia mendapat pengakuan dan reputasi sebagai super class innovator bersama para teknokrat lain seperti Bill Gates, Mark uckerberg, yang tidak menyandang gelar akademis

Page 2: Idealisme

namun diakui strategi marketnya. Para innovator tersebut berhasil menghadirkan produk unggulan yang bersifat painkiller (produk yang benar-benar dibutuhkan), bukan hanya vitamin.

Riset itu sebenarnya sederhana. Hanya saja setiap manusia yang tidak mendalami melihatnya sebagai sesuatu yang rumit. Bahkan peradaban kita dimasa lalu sudah mencapai pada titik gemar meneliti (poso : ngeposnoroso sebagai niat mencari kebenaran). Menjalani penyelidikan dengan media bertapa dan menyendiri (takhali, tajjali). Contoh kecil lain dari peradaban sejarah masa lalu adalah ilmu falak (astronomi, weton, perhitungan hari buruk, hari baik dsb), ilmu arsitektur (Borobudur, masjid, dll). Ilmu-ilmu tersebut layak dan pantas disebut sebagai bagian dari riset panjang peradaban nenek. Meski hanya disampaikan bermedia cerita dari satu generasi ke generasi lain.

Manusia sejatinya diberikan potensi yang luar biasa. Hanya saja tak banyak yang menyadari. Dengan segala potensi tersebut. sangat sayang jika hidup hanya bertujuan untuk diri sendiri, untuk memperkaya diri sendiri. Sama halnya dengan tujuan penelitian, sayang jika penelitian dihentikan gara-gara sudah memenangkan lomba, sudah laporan pertanggungjawaban (LPJ) selepas mendapat dana, apalagi jika tujuan penelitian hanya mencari dana hibah.

Puncaknya, bahwa meneliti memiliki kemerdekaan sendiri. Penelitian tidak dimiliki oleh kaum akademisi saja, melainkan tugas seluruh manusia. Karena pada dasarnya setiap manusia tengah berproses untuk mendalami perjalanannya sebagai wujud pencarian tentang kebenaran yang sejati Robbana ma kholaqtana hadza bathila. Ya Rabb kami, sungguh tidak ada yang sia-sia apa yang engkau ciptakan. Untuk mencapai pemahaman bahwa tidak ada yang sia-sia, maka hal tersebut harus dibuktikan secara logis dan empiris. Maka ayat apapun dalam Al-Quran sesungguhnya adalah dorongan untuk manusia agar terus melakukan pencarian, peneltian. Agar menjadi manusia yang rahmatan lil ‘alamin.

Sekarang, kita(?). sebuah obrolan ringan sesama kawan dijawa tengah sana, tentang ide dan idealisme, memunculkan keinginan untuk saling bertemu. Pertemuan ini, selain disebabkan oleh latar belakang diatas, juga dikaitkan karena Indonesia sedang kaya-kaya nya pemuda, dalam proses belajar para pemuda, mereka melahirkan gagasan/ide. Ide tersebut dilingkupi oleh idealisme (sebagai sebuah harta yang paling berharga dan tak dapat dipertaruhkan). Maka, pertemuan –yang belum memiliki nama ini- adalah pertemuan pemuda dari berbagai wilayah di pulau jawa, dari banten hingga jawa timur dan beberapa provinsi lainnya diindonesia yang tertarik untuk datang dan berpartisipasi.

Pertemuan ini adalah wujud keberadaan ruang dan waktu, dimana kita bisa bertemu tatap muka, kemudian ada seseorang yang mempresentasikan ide/gagasannya, lalu kita berdiskusi, membantu merumuskan agar idenya dapat diwujudkan dan memberi manfaat kepada masyarakat dan lingkungan sekitar. ada kemungkinan untuk saling berbagai rezeki (jaringan, referensi, dana, dan bentuk lainnya baik moril maupun materil) karena prinsip yang dibangun adalah gotong royong. Pertemuan ini inshaAllah dilaksanakan pada 28 Oktober 2015 di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta pukul 08.00 – selesai. Kegiatan ini diharapkan dapat membangun pencerahan dan optimism di hati para pemuda yang kaya idea(lisme) untuk menjawab tantangan realita, sehingga idea (lisme) dapat bermuara pada karya, pada budaya.