ii. tinjauan pustaka 2.1. perlindungan dan pengelolaan...

48
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah: upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum, (UUPPLH No. 32 Tahun 2009). 2.2. Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu adalah suatu pendekatan pe- ngelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumber daya, dan kegiatan pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu (integrated) guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan. Keterpaduan (integration) mengandung tiga dimensi: sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis (Dahuri et al, 2008) Keterpaduan secara sektoral berarti bahwa perlu ada koordinasi tugas, wewenang dan tanggung jawab antar sektor atau instansi pemerintah pada tingkat pemerintah tertentu (horizontal integration)', dan antar tingkat pemerintahan dari mulai tingkat desa, kecamatan, kabupaten, propinsi, sampai tingkat pusat (vertical integration). Keterpaduan dari sudut pandang keilmuan mensyaratkan bahwa di dalam pengelolaan wilayah pesisir hendaknya dilaksanakan atas dasar pendekatan interdisiplin ilmu (interdisciplinary approaches), yang melibatkan bidang ilmu: ekonomi, ekologi, teknik, sosiologi, hukum, dan lainnya yang relevan. Hal ini diperlukan karena wilayah pesisir pada dasarnya terdiri dari sistem sosial yang terjalin secara kompleks dan dinamis serta pada dasarnya tersusun dari berbagai macam ekosistem (mangrove, terumbu karang, estuarin, pantai berpasir, dan lainnya) yang satu sama lain saling terkait, tidak berdiri sendiri. Perubahan atau kerusakan yang menimpa satu ekosistem akan menimpa pula ekosistem lainnya. Selain itu, wilayah pesisir juga dipengaruhi oleh berbagai macam kegiatan manusia maupun proses-proses alamiah yang terdapat di lahan atas (upland areas)

Upload: duongmien

Post on 07-Feb-2018

213 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

17

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah: upaya

sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan

hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup

yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan,

pengawasan, dan penegakan hukum, (UUPPLH No. 32 Tahun 2009).

2.2. Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu

Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu adalah suatu pendekatan pe-

ngelolaan wilayah pesisir yang melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumber daya,

dan kegiatan pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu (integrated) guna

mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan. Keterpaduan

(integration) mengandung tiga dimensi: sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan

ekologis (Dahuri et al, 2008)

Keterpaduan secara sektoral berarti bahwa perlu ada koordinasi tugas,

wewenang dan tanggung jawab antar sektor atau instansi pemerintah pada tingkat

pemerintah tertentu (horizontal integration)', dan antar tingkat pemerintahan dari

mulai tingkat desa, kecamatan, kabupaten, propinsi, sampai tingkat pusat (vertical

integration).

Keterpaduan dari sudut pandang keilmuan mensyaratkan bahwa di dalam

pengelolaan wilayah pesisir hendaknya dilaksanakan atas dasar pendekatan

interdisiplin ilmu (interdisciplinary approaches), yang melibatkan bidang ilmu:

ekonomi, ekologi, teknik, sosiologi, hukum, dan lainnya yang relevan. Hal ini

diperlukan karena wilayah pesisir pada dasarnya terdiri dari sistem sosial yang

terjalin secara kompleks dan dinamis serta pada dasarnya tersusun dari berbagai

macam ekosistem (mangrove, terumbu karang, estuarin, pantai berpasir, dan

lainnya) yang satu sama lain saling terkait, tidak berdiri sendiri. Perubahan atau

kerusakan yang menimpa satu ekosistem akan menimpa pula ekosistem lainnya.

Selain itu, wilayah pesisir juga dipengaruhi oleh berbagai macam kegiatan

manusia maupun proses-proses alamiah yang terdapat di lahan atas (upland areas)

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

18

maupun laut lepas (oceans). Kondisi empiris seperti ini mensyaratkan bahwa

pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara terpadu (PWPLT) harus

memperhatikan segenap keterkaitan ekologis (ecological linkages) tersebut yang

dapat mempengaruhi suatu wilayah pesisir.

Mengingat bahwa suatu pengelolaan (management) terdiri dari tiga tahap

utama: perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi; maka nuansa

keterpaduan tersebut perlu diterapkan sejak tahap perencanaan sampai evaluasi.

2.2.1. Perencanaan terpadu

Perencanaan terpadu dimaksudkan untuk mengkoordinasikan dan

mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor dalam perencanaan

pembangunan dalam kaitannya dengan pengelolaan wilayah pesisir dan lautan,

(Dahuri et al, 2008). Perencanaan terpadu biasanya dimaksudkan sebagai suatu

upaya secara terprogram untuk mencapai tujuan yang dapat mengharmoniskan

dan mengoptimalkan antara kepentingan untuk memelihara lingkungan,

keterlibatan masyarakat, dan pembangunan ekonomi. Seringkali, keterpaduan juga

diartikan sebagai koordinasi antara tahapan pembangunan di wilayah pesisir dan

lautan yang meliputi: pengumpulan dan analisis data, perencanaan, implementasi,

dan kegiatan konstruksi (Sorensen, 1990) diacu dalam Dahuri et al, (2008).

Dalam konteks perencanaan pembangunan sumber daya alam yang lebih

luas, Hanson (1988) diacu dalam Dahuri et al, (2008) mendefinisikan perencanaan

sumber daya secara terpadu sebagai suatu upaya secara bertahap dan terprogram

untuk mencapai tingkat pemanfaatan sistem sumber daya alam secara optimal

dengan memperhatikan semua dampak lintas sektoral yang mungkin timbul.

Dalam hal ini yang dimaksud dengan pemanfaatan optimal adalah suatu cara

pemanfaatan sumber daya pesisir dan lautan yang dapat menghasilkan keuntungan

ekonomis secara berkesinambungan untuk kemakmuran masyarakat. Kemudian,

Lang (1986) diacu dalam Dahuri et al (2008) menyarankan bahwa keterpaduan

dalam perencanaan dan pengelolaan sumber daya alam, seperti pesisir dan lautan,

hendaknya dilakukan pada tiga tataran (level): teknis, konsultatif, dan koordinasi.

Pada tataran teknis, segenap pertimbangan teknis, ekonomis, sosial, dan

lingkungan hendaknya secara seimbang atau proporsional dimasukkan kedalam

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

19

setiap perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sumber daya pesisir dan

lautan.

Pada tataran konsultatif, segenap aspirasi dan kebutuhan para pihak yang

terlibat (stakeholders) atau terkena dampak pembangunan sumber daya pesisir dan

lautan hendaknya diperhatikan sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaan.

Tataran koordinasi mensyaratkan diperlukannya kerjasama yang harmonis antar

semua pihak yang terkait dengan pengelolaan sumber daya pesisir dan lautan, baik

itu pemerintah, swasta, maupun masyarakat umum.

2.2.2. Keterpaduan ekologis

Antara lahan atas (daratan) dan laut, secara keruangan dan ekologis

wilayah pesisir memiliki keterkaitan. Hal ini disebabkan karena wilayah pesisir

merupakan daerah pertemuan antara daratan dan laut. Karena keterkaitan kawasan

tersebut, maka pengelolaan kawasan pesisir dan laut tidak terlepas dari

pengelolaan lingkungan yang dilakukan di kedua kawasan tersebut. Berbagai

dampak lingkungan yang mengenai kawasan pesisir dan laut adalah akibat

dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan yang dilakukan di lahan

atas seperti penggunaan lahan permukiman, peternakan, perkebunan, kehutanan,

industri, perkantoran dan sebagainva, demikian juga dengan kegiatan yang

dilakukan di laut lepas, seperti kegiatan pengeboran minyak lepas pantai dan

perhubungan laut (Dahuri, 2008)

Pengendalian pencemaran yang diakibatkan oleh antropogenik di hulu

tidak dapat hanya dilakukan di kawasan di pesisir saja, melainkan harus dilakukan

mulai dari sumber dampaknya. Oleh karena itu, pengelolaan di wilayah pesisir

harus diintegrasikan dengan wilayah daratan dan laut serta daerah aliran sungai

menjadi satu kesatuan dan keterpaduan pengelolaan. Pengelolaan yang baik di

wilayah pesisir akan terganggu jika tidak diimbangi dengan perencanaan DAS

yang baik pula.

2.2.3. Keterpaduan sektor

Wilayah pesisir merupakan perairan yang sangat penting, baik

dipandang dari segi ekologis dan ekonomis serta merupakan penopang sistem

ekologi dari biota laut. Banyaknya instansi atau sektor-sektor pelaku

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

20

pembangunan yang bergerak dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut,

maka akibatnya, seringkali terjadi tumpang tindih pemanfaatan sumberdaya

pesisir dan laut antar satu sektor dangan sektor lainnya. Oleh karena itu, supaya

pengelolaan sumberdaya alam di kawasan pesisir dapat dilakukan secara optimal

dan berkesinambungan, maka dalam perencanaan pengelolaan harus

mengintegrasikan semua kepentingan sektoral. Kegiatan suatu sektor tidak

dibenarkan mengganggu, apalagi sampai mematikan kegiatan sektor lain.

Keterpaduan sektoral ini, meliputi keterpaduan secara horisontal (antar sektor)

dan keterpaduan secara vertikal (dalam satu sektor). Oleh karena itu, pengelolaan

di kawasan pesisir secara terpadu sangat perlu dilakukan untuk menghindari

benturan dan tingkat kepentingan antara stakeholder (Mukhtasor, 2007)

2.2.4. Keterpaduan disiplin ilmu

Karasteristik wilayah pesisir dan laut adalah unik, baik sifat dan

karakteristik ekosisitem pesisir, maupun sifat dan karasteristik sosial budaya

masyarakat pesisir. Sehingga dalam mengkaji wilayah pesisir dan laut tidak hanya

diperlukan satu disiplin ilmu saja tetapi dibutuhkan berbagai disiplin ilmu yang

menunjang sesuai dengan karakteristik pesisir dan lautan tersebut. Dengan sistem

dinamika perairan pesisir yang khas, dibutuhkan disiplin ilmu khusus pula, seperti

ilmu hidrologi, ilmu perairan, hidrooseanografi, dinamika oseanografi, perikanan,

ilmu pertanian, ilmu MIPA, ekologi, keteknikan, hukum, sosiologi, dan ilmu

kebijakan lingkungan disertai keragaman analisis (Dahuri 2005)

2.2.5. Keterpaduan sistem

Dalam beberapa hal, perubahan yang terjadi bukanlah sesuatu yang

mudah untuk dipelajari karena keterkaitan antar komponen yang sangat kompleks.

Sebagai contoh, pembuangan limbah secara langsung ke badan perairan secara

terus ke sungai, akan mengakibatkan perubahan fisik,kimia, dan biologi di sungai

maupun di pesisir. Hal tersebut menyebabkan perubahan fungsi sungai dan pesisir

sehingga menyebabkan pencemaran atau degradasi ekosistem pesisir. Selain itu

akan mempengaruhi aspek ekonomi dan sosial.

Perubahan yang bersifat kompleks membuat pengelola tidak hanya

mempelajari sebagian dari perubahan tersebut, tetapi harus mempelajarinya secara

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

21

menyeluruh, karena keterkaitan antar komponen yang satu dengan lainnya. Oleh

sebab itu, dalam menangani suatu masalah, harus menyelesaikannya tidak hanya

pada suatu tempat kejadian dan waktu tertentu, namun pada skala yang lebih luas

baik secara spasial maupun temporal. Pada kasus pembuangan limbah di atas,

dampaknya tidak langsung terjadi seketika, namun dapat terjadi pada masa yang

akan datang setelah bahan pencemar mencapai titik kritis tertentu (Hartisari, 2007)

Pendekatan sistem merupakan cara pandang yang bersifat menyeluruh

(holistic) yang memokuskan pada integrasi dan keterkaitan antar komponen.

Pendekatan ini dapat mengubah cara pandang dan pola berpikir dalam menangani

permasalahan dengan menggunakan model yang merupakan penyerhanaan dari

sebuah sistem (Eriyatno, 2003)

2.2.6. Keterpaduan kebijakan

Kebijakan muncul dan diperlukan dalam masyarakat yang relatif maju

dan menghadapi permasalahan yang kompleks dalam mengatur perilaku anggota

masyarakat dalam aktivitas tertentu. Oleh karena itu kebijakan dapat

menghasilkan suatu perubahan yang nampaknya tidak mungkin terjadi menjadi

mungkin

Tidak mudah mendefinisikan kata kebijakan, hal ini disebabkan adanya

berbagai tafsiran dan persepsi dari masyarakat umum dalam percakapan sehari-

hari. Menurut Dunn, W, (2003) bahwa, analisis kebijakan (Policy Analysis) adalah

aktivitas menciptakan pengetahuan tentang dan dalam proses pembuatan

kebijakan. Dalam arti historis yang paling luas, analisis kebijakan sebagai suatu

pendekatan terhadap pemecahan masalah sosial dimulai pada satu tonggak sejarah

ketika pengetahuan secara sadar digali untuk memungkinkan dilakukannya

pengujian secara eksplisit kemungkinan menghubungkan pengetahuan dan

tindakan. Sedangkan ilmu kebijakan (Policy Sciences), suatu istilah dan orientasi

terhadap ilmu sosial yang dikembangkan oleh Harold D. Lasswell dkk sebelum

dan setelah perang dunia II adalah: ilmu yang berorientasi pada masalah

kontekstual, multidisiplin, dan secara eksplisit bersifat normatif. Ilmu kebijakan

dirancang untuk menyoroti masalah fundamental dan yang seringkali diabaikan

yang muncul ketika warga Negara dan pengambil kebijakan menyesuaikan

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

22

dengan perubahan-perubahan sosial dan transformasi politik dan kebijakan yang

terus menerus untuk melayani tujuan-tujuan demokrasi. Kemudian menurut E.S

Quade dalam Dunn, W (2003) bahwa analisis kebijakan adalah suatu bentuk

analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga

dapat memberi landasan dari pusat pembuat kebijakan dalam membuat keputusan.

Keterpaduan kebijakan sangat esensial untuk menjamin konistensi dari

program pengelolaan pesisir terpadu dalam konteks kebijakan pemerinah pusat

dan daerah serta untuk memelihara koordinasi. Tujuan akhir adalah

mengintegrasikan program pengelolaan pesisir secara terpadu ke dalam rencana

pembangunan ekonomi dan strategi penyuluhan pesisir harus dapat merupakan

perubahan yang terjadi di wilayah pesisir dan konsisten dengan tujuan

pembangunan ekonomi nasional

Untuk mewujudkan pengelolaan terpadu, para stakeholder yang terkait

dalam pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan harus mengetahui

kegiatan apa saja yang dapat dan tidak dapat dipadukan, dan bagaimana cara

memadukannya (Aunuddin et al. 2001) diacu dalam Rofiko, (2005)

2.2.7. Keterpaduan stakeholder

Suatu keterpaduan bisa berhasil bila diterapkan atau ditunjang oleh

keterpaduan dari pelaku dan pengelola pembangunan di kawasan pesisir di laut

(stakeholder). Pelaku pembangunan dan pengelola sumber daya alam wilayah

pesisir dan laut antara lain terdiri dari pemerintah pusat dan daerah), masyarakat

pesisir, swasta/investor dan juga lembaga swadaya masyarakat yang masing-

masing mempunyai tingkat kepentingan dalam pemanfaatan sumber daya alam di

pesisir. Perencanan pengelolaan terpadu harus mengakomodir segenap

kepentingan pelaku pembangunan sumber daya pesisir dan laut. Oleh karena itu.

perencanaan pengelolaan pembangunan harus menggunakan pendekatan dua arah,

yaitu pendekatan "top down" dan pendekatan "bottom up" (Dahuri, 2005)

Pengelolaan secara terpadu merupakan dimensi yang sangat penting

dalam sistem pengeloalan sumberdaya pesisir dan laut, tidak hanya dari segi

kecocokan secara internal antara kebijakan dan program aksi, antar proyek dan

program, tetapi juga antara perencanaan dan pelaksanaan. Berdasarkan jenis

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

23

keterpaduan dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu keterpaduan sistem,

keterpaduan fungsi dan keterpaduan kebijakan.

2.2.8. Keterpaduan fungsional

Keterpaduan fungsional diperlukan dalam pengelolaan pesisir dan

lautan yang berkaitan dengan hubungan antara berbagai kegiatan pengelolaan

seperti koordinasi mengenai program dan proyek supaya sesuai dengan tujuan dan

sasaran pengelolaan. Keterpaduan juga mengupayakan supaya tidak terjadi

duplikasi proyek diantara stakeholder yang terlibat, tetapi saling melengkapi.

Keterpaduan fungsional merupakan salah satu bentuk efektif dalam penyusunan

zonasi pesisir yang mengalokasikan pemanfaatan sumberdaya secara spesifik.

2.3. Perencanaan secara sektoral

Perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir secara sektoral biasanya

berkaitan dengan hanya satu macam pemanfaatan sumber daya atau ruang pesisir

oleh satu instansi pemerintah untuk memenuhi tujuan tertentu, seperti perikanan

tangkap, tambak, pariwisata, pelabuhan, atau industri minyak dan gas.

Pengelolaan semacam ini dapat menimbulkan konflik kepentingan antar sektor

yang berkepentingan yang melakukan aktivitas pembangunan pada wilayah

pesisir dan lautan yang sama. Selain itu, pendekatan sektoral semacam ini pada

umumnya tidak atau kurang mengindahkan dampaknya terhadap yang lain,

sehingga dapat mematikan usaha sektor lain. Contohnya kegiatan industri yang

membuang limbahnya ke lingkungan pesisir dapat mematikan usaha tambak,

perikanan tangkap, pariwisata pantai dan membahayakan kesehatan manusia

(Dahuri 2005)

2.4. Dimensi pembangunan berkelanjutan.

Pembangunan berkelanjutan adalah: Pembangunan yang berdasarkan

pada azas pertumbuhan ekonomi, pelestarian lingkungan hidup dan stabilitas

sosial untuk meningkatkan kesejahteraan manusia, baik generasi saat ini maupun

generasi mendatang tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan hidup dan

ekosistem (Sutjahjo 2007). Kemudian menurut UU nomor. 32 tahun 2009 tentang

perlindungan pengelolaan lingkungan hidup, bahwa pembangunan berkelanjutan

adalah: upaya sadar terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial,

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

24

dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin kebutuhan

lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup

generasi masa kini dan generasi masa depan.

Di sisi lain menurut Djajadiningrat (2001) pembangunan berkelanjutan

adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi

kemampuan generasi mendatang. Kemudian lebih lanjut disebutkan bahwa

keberlanjutan (sustainability) adalah "memberikan/meninggalkan kepada generasi

yang akan datang kesempatan sebanyak mungkin selain yang telah kita miliki."

Dengan mengartikan kesempatan sebagai kekayaan per kapita atau modal tentang

hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan. Dalam

konsep ini, terkandung dua gagasan penting yaitu: gagasan kebutuhan esensial

untuk memberlanjutkan kehidupan manusia dan gagasan keterbatasan yang

bersumber pada kondisi teknologi dan organisasi sosial terhadap kemampuan

lingkungan untuk memenuhi kebutuhan kini dan hari depan.

PBBL

(PSDA & LH)

TUJUAN SOSIAL:

1. Pemberdayaan

2. Peranserta

3. Kebersamaan

4. Mobilitas

5. Identitas budaya

6. Pembinaan Kelembagaan

7. Pengentasan kemiskinan

TUJUAN EKOLOGIS:

1. Identitas & tingkat keutuhan ekosistem

2. Pelestarian keanekaragaman hayati

3. Daya dukung SDA & LH

4. IPTEK-bersih (ramah LH & hemat SDA)

5. Tanggapan isyu global

TUJUAN EKONOMI:

1. Pertumbuhan

2. Pemerataan

3. Eko-efisiensi

4. Stabilitas

TRI- SISTIM DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN

BERWAWASAN LINGKUNGAN (PBBL)

Gambar 4 . Konsep Pembangunan Berkelanjutan

(sumber : Sutjahjo, 2007)

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

25

2.4.1. Dimensi ekologis

Pemanfaatan sumber daya wilayah pesisir secara berkelanjutan berarti

bagaimana mengelola segenap kegiatan pembangunan yang terdapat di suatu

wilayah yang berhubungan dengan wilayah pesisir agar total dampaknya tidak

melebihi kapasitas fungsionalnya. Setiap ekosistem alamiah, termasuk wilayah

pesisir, memiliki 4 fungsi pokok bagi kehidupan manusia: (1) jasa-jasa pendukung

kehidupan, (2) jasa-jasa kenyamanan, (3) penyedia sumber daya alam, dan (4)

penerima limbah (Ortolano, 1984) diacu dalam Dahuri et al, (2008).

Jasa-jasa pendukung kehidupan (life support services) mencakup

berbagai hal yang diperlukan bagi eksistensi kehidupan manusia, seperti udara dan

air bersih serta ruang bagi berkiprahnya segenap kegiatan manusia. Jasa-jasa

kenyamanan (amenity services) yang disediakan oleh ekosistem alamiah adalah

berupa suatu lokasi beserta atributnya yang indah dan menyejukkan yang dapat

dijadikan tempat berekreasi serta pemulihan kedamaian jiwa. Ekosistem alamiah

juga menyediakan sumber daya alam yang dapat dikonsumsi langsung atau

sebagai masukan dalam proses produksi. Sedangkan fungsi penerima limbah dari

suatu ekosistem adalah kemampuannya dalam menyerap limbah dari kegiatan

manusia, hingga menjadi suatu kondisi yang aman. Dari keempat fungsi

ekosistem alamiah tersebut, dapat dimengerti bahwa kemampuan dua fungsi yang

pertama sangat bergantung pada dua fungsi yang terakhir. Hal ini berarti bahwa

jika kemampuan dua fungsi terakhir dari suatu ekosistem alamiah tidak dirusak

oleh kegiatan manusia, maka fungsinya sebagai pendukung kehidupan dan

penyedia jasa-jasa kenyamanan dapat diharapkan tetap terpelihara (Ortolano,

1984) diacu dalam Dahuri et al, (2008).

Berdasarkan keempat fungsi ekosistem di atas, secara ekologis terdapat

tiga persyaratan yang dapat menjamin tercapainya pembangunan berkelanjutan,

yaitu: (1) keharmonisan spasial, (2) kapasitas asimilasi, dan (3) pemanfaatan

berkelanjutan. Keharmonisan spasial (spatial suitability) mensyaratkan, bahwa

dalam suatu wilayah pembangunan, seperti Pantai Timur Kalimantan, Pulau

Batam, dan Pantai Utara Jawa Barat, hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan

bagai zona pemanfaatan, tetapi harus pula dialokasikan untuk zona preservasi dan

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

26

konservasi. Contoh daerah preservasi adalah daerah pemijahan ikan (spawning

ground) dan jalur hijau pantai. Dalam zona preservasi ini tidak diperkenankan

adanya kegiatan pembangunan, kecuali penelitian. Sementara itu, beberapa

kegiatan pembangunan, seperti pariwisata alam, pemanfaatan hutan bakau dan

perikanan secara berkelanjutan (sustainable basis) dapat berlangsung dalam zona

konservasi.

2.4.2. Dimensi sosial ekonomi

Dimensi ekologis seperti diuraikan di atas pada dasarnya menyajikan

informasi tentang daya dukung (kemampuan suplai) sistem alam wilayah pesisir

dalam menopang segenap kegiatan pembangunan dan kehidupan manusia.

Dengan demikian, agar pembangunan wilayah pesisir dapat berkelanjutan, maka

pola dan laju pembangunan harus dikelola sedemikian rupa, sehingga total

permintaannya (demand) terhadap sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan

tidak melampaui kemampuan suplai tersebut. Kualitas dan jumlah permintaan

tersebut ditentukan oleh jumlah penduduk dan standar (kualitas) kehidupannya.

Oleh karena itu, selain mengendalikan jumlah penduduk, kebijakan yang

mendesak untuk dilakukan adalah mengurangi kesenjangan antara kaya dan

miskin.

Secara sosial ekonomi budaya konsep pembangunan berkelanjutan

mensyaratkan, bahwa manfaat (keuntungan) yang diperoleh dari kegiatan

penggunaan suatu wilayah pesisir serta sumber daya alamnya harus diprioritaskan

untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk sekitar kegiatan (proyek) tersebut,

terutama mereka yang ekonomi termasuk lemah, guna menjamin kelangsungan

pertumbuhan ekonomi wilayah itu sendiri. Untuk negara berkembang, seperti

Indonesia, prinsip ini sangat mendasar, karena banyak kerusakan lingkungan

pantai misalnya penambangan batu karang, penebangan mangrove, penambangan

pasir pantai dan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak, berakar

pada kemiskinan dan tingkat pengetahuan yang rendah dari para pelakunya.

Keberhasilan Pemda Dati I Propinsi Bali dalam menanggulangi kasus

penambangan batu karang, dengan menyediakan usaha budi daya rumput laut

sebagai alternatif mata pencaharian bagi para pelakunya, adalah merupakan salah

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

27

satu contoh betapa relevannya prinsip ini bagi kelangsungan pembangunan di

Indonesia.

2.4.3. Dimensi sosial politik

Pada umumnya permasalahan (kerusakan) lingkungan bersifat

eksternalitas. Artinya pihak yang menderita akibat kerusakan tersebut bukanlah

pembuat kerusakan, melainkan pihak lain, yang biasanya masyarakat miskin dan

lemah. Misalnya, pendangkalan bendungan dan saluran irigasi serta peningkatan

frekuensi dan magnitude banjir suatu sungai akibat penebangan hutan yang

kurang bertanggung jawab di daerah hulu. Demikian juga dampak pemanasan

global akibat peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer yang sebagian

besar disebabkan oleh negara-negara industri.

Ciri khas lain dari kerusakan lingkungan adalah, bahwa akibat dari

kerusakan ini biasanya muncul setelah beberapa waktu. Contohnya, pencemaran

perairanTeluk Minamata di Jepang terjadi sejak tahun 1940-an. Tetapi penyakit

minamata dan itai-itai baru timbul pada awal 1960-an (Silent Spring).

Mengingat karakteristik permasalahan lingkungan tersebut, maka

pembangunan berkelanjutan hanya dapat dilaksanakan dalam sistem dan suasana

politik yang demokratis dan transparan. Tanpa kondisi politik semacam ini,

niscaya laju kerusakan lingkungan akan melangkah lebih cepat ketimbang upaya

pencegahan dan penanggulangannya.

2.4.4. Dimensi hukum dan kelembagaan

Pada akhirnya pelaksanaan pembangunan berkelanjutan mensyaratkan

pengendalian diri dari setiap warga dunia untuk tidak merusak lingkungan dan

bagi kelompok the haves dapat berbagi kemampuan dan rasa dengan saudaranya

yang masih belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, sambil mengurangi

budaya konsumerismenya. Persyaratan yang bersifat personal ini dapat dipenuhi

melalui penerapan sistem peraturan dan perundang-undangan yang berwibawa

dan konsisten, serta dibarengi dengan penanaman etika pembangunan

berkelanjutan pada setiap warga dunia. Di sinilah peran sentuhan nilai-nilai

keagamaan akan sangat berperan.

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

28

2.5. Kebijakan pembangunan dan lingkungan

Komisi Bruntland mengidentifikasikan 7 tujuan penting untuk kebijakan

pembangunan berkelanjutan yaitu: 1) memikirkan kembali makna pembangunan;

2) merubah kualitas pertumbuhan (lebih menekankan pada pembangunan dari

pada sekedar pertumbuhan; 3) memenuhi kebutuhan dasar akan lapangan kerja,

makanan, energi, air dan sanitasi; 4) menjamin terciptanya keberlanjutan pada

satu tingkat pertumbuhan penduduk tertentu; 5) mengkonservasi dan

meningkatkan sumber daya; 6) mengubah arah teknologi dan mengelola resiko; 7)

memadukan pertimbangan lingkungan dan ekonomi dalam pengambilan

keputusan.

Dari tujuh tujuan tersebut, ada dua hal penting yang membutuhkan

perhatian disini yaitu 1) Walaupun komisi menyadari bahwa pertumbuhan adalah

penting untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, pembangunan berkelanjutan

merupakan sesuatu yang lebih dari sekedar pertumbuhan. Untuk itu, merubah

hakekat pertumbuhan merupakan suatu keharusan, terutama untuk mengurangi

sifat materialistisnya, membuat lebih hemat energi, dan keseimbangan manfaat. 2)

Adanya keterpaduan antara pertimbangan lingkungan dan ekonomi sebagai

strategi utama pembangunan berkelanjutan.

2.6. Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan

Pasca Our cammon future, banyak upaya telah dilakukan untuk

mengembangkan pedoman dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

Tanpa prinsip, tidak mungkin menentukan apakah suatu kebijakan atau kegiatan

dapat dikatakan berkelanjutan. Betapapun banyak tantangan dalam

mengembangkan suatu model umum, adanya pedoman umum tetap dibutuhkan

yang kemudian dapat dimodifikasi untuk setiap kondisi dan waktu yang berbeda.

2.7. Teluk

2.7.1. Degradasi teluk oleh aktivitas manusia

Masalah utama perubahan kuantitas dan kualitas air teluk adalah : 1)

pencemaran teluk dan sekitarnya, 2) berkurang dan rusaknya lahan basah

sekeliling Teluk, 3) pembangunan dan struktur sipil di sungai tanpa

memperhitungkan keberlanjutan biota teluk, dan 4) perubahan drastis tata ruang

dan tata guna lahan di daerah tangkapan air. Dampak langsung dari pengrusakan

Page 13: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

29

lingkungan di sekitar teluk adalah turunnya kualitas fisik-kimia, dan biologi dan

dampak tidak langsung adalah turunnya kemampuan daya dukung ekosistim teluk

untuk mendukung produktivitas perairan. Dampak akibat turunnya daya dukung

perairan adalah: 1) berkurangnya produksi perikanan, 2) tercemarnya air dan 3)

pendangkalan teluk yang mengakibatkan kendala transportasi air pada musim

kemarau dan banjir pada musim hujan. Berbagai ancaman ini berdampak pada

kegiatan ekonomi dan kelestarian sumberdaya alam. Dahuri (2005)

mengemukakan bahwa faktor sumber pencemar perairan adalah limbah domestik

perkotaan (domestic –urban wastes), limbah cair perkotaan (urban stormwater),

limbah cair pemukiman (sewage) pertambangan, limbah industri (industrial

wastes), limbah pertanian (agriculture wastes), limbah perikanan budidaya dan air

limbah pelayaran (shipping waste water). Buangan limbah industri ke tanah dan

/atau permukaan badan air mengakibatkan sumberdaya air (air tanah dan air

permukaan) tidak stabil untuk dimanfaatkan. Karenanya perlu pengolahan

kembali (reuse) air limbah agar dapat digunakan dalam berbagai hal seperti

irigasi.

2.7.2. Fungsi ekosistim teluk bagi kehidupan manusia

Teluk terjadi karena peristiwa alami untuk menampung dan menyimpan

air yang berasal dari hujan, mata air, dan atau sungai. Atau teluk adalah badan air

alami berukuran besar yang dikelilingi oleh daratan. Teluk bisa berupa cekungan

yang terjadi karena peristiwa alam yang kemudian menampung dan menyimpan

air yang berasal dari hujan, mata air, rembesan, dan atau air sungai.

Teluk memilki fungsi sebagai transportasi air, sumber perikanan, juga

merupakan tempat hidup berbagai biota air, pengatur tata air, dan pengendali

banjir. Pendangkalan teluk, pencemaran, eutrofikasi, introduksi spesies asing,

eksploitasi sumberdaya, dan terjadinya konflik pemanfaatan air teluk telah

menjadi isu dan permasalahan teluk di Indonesia dan tempat lainnya.

Teluk merupakan kawasan yang sangat penting bagi perekonomian

masyarakat karena potensial untuk tujuan wisata, sarana transportasi, perikanan.

Keberadaan teluk meski ditujukan untuk meningkatkan kondisi ekonomi

masyakarat, ternyata dapat menimbulkan persoalan ekologis dan sosial. Hal ini

menyebabkan perlunya prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan teluk.

Page 14: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

30

Permasalahan utama yang dihadapi oleh ekosistem teluk adalah tekanan

pencemaran dari kegiatan industri, pertanian, perikanan, pariwisata, rumah tangga,

dan introduksi spesies asing. Banyak teluk mengalami eutrofikasi dan

pendangkalan akibat erosi, serta kehilangan spesies endemik akibat masuknya

spesies asing yang memangsa spesis lain.

Bagi manusia kepentingan teluk jauh lebih berarti dibandingkan dengan

luas daerahnya. Keberadaan ekosistem teluk memberikan fungsi yang

menguntungkan bagi kehidupan manusia (rumah tangga, industri, dan perikanan).

Beberapa fungsi penting ekosistem ini, sebagai berikut: 1) sebagai tempat

berlangsungnya siklus hidup jenis flora/fauna yang penting, 2) sebagai sumber air

yang dapat digunakan langsung oleh masyarakat sekitarnya (perikanan); 3)

sebagai tempat penyimpanan kelebihan air yang berasal dari air hujan, aliran

permukaan, sungai-sungai atau dari sumber-sumber air bawah tanah; 3)

memelihara iklim mikro, dimana keberadaan ekosistem teluk dapat

mempengaruhi kelembapan dan tingkat curah hujan setempat; 4) sebagai sarana

tranportasi untuk memindahkan hasil-hasil pertanian dari tempat satu ke tempat

lainnya; 5) sebagai sarana rekreasi dan objek pariwisata.

Teluk juga digunakan manusia untuk berbagai keperluan, misalnya untuk

rekreasi, perikanan, dan pengendalian air limbah. Sebagai sumber air paling

praktis, teluk sudah menyediakannya melalui terkumpulnya air secara alami

melalui aliran permukaan yang masuk ke teluk, aliran sungai-sungai yang menuju

ke teluk dan melalui aliran di bawah tanah yang secara alami mengisi cekungan

dimuka bumi ini. Bentuk fisik Teluk Youtefa pun memberikan daya tarik sebagai

tempat membuang yang praktis. Jika kita membiarkan semua demikian, maka

akan mengakibatkan Teluk Youtefa tak akan bertahan lama berada di muka bumi.

Ekosistem teluk tidak dikelola sebagaimana mestinya, sebaliknya untuk

memenuhi kepentingan manusia, lingkungan sekitar, teluk diubah untuk

dicocokkan dengan cara hidup dan cara bermukim manusia.

Page 15: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

31

2.8. Pemantauan kualitas air

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004

mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa kelas menurut peruntukannya.

Menurut Mason (1993) yang diacu dalam Effendi (2003), pemantauan kualitas air

suatu perairan memiliki tiga tujuan utama sebagai berikut:1) Environmental

Surveillance, yakni tujuan untuk mendeteksi dan mengukur pengaruh yang

ditimbulkan oleh suatu pencemar terhadap kualitas lingkungan dan mengetahui

perbaikan kualitas lingkungan setelah pencemar tersebut dihilangkan ;2)

Establishing Water-Quality Criteria, yakni tujuan untuk mengetahui hubungan

sebab akibat antara perubahan variabel – variabel ekologi perairan dengan

parameter fisika dan kimia, untuk mendapatkan baku mutu kualitas air; 3)

appraisal of Resources, yakni tujuan untuk mengetahui gambaran kualitas air pada

suatu tempat secara umum.

Pada hakekatnya, pemantauan kualitas air pada perairan umum memiliki

tujuan sebagai berikut; 1) mengetahui nilai kualitas air dalam bentuk parameter

fisika, kimia, dan biologi; 2) membandingkan nilai kualitas air tersebut dengan

baku mutu sesuai dengan peruntukanya.

2.8.1. Air permukaan (surface water)

Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan (surface water)

dan air tanah (groud water). Air permukaan adalah air yang berada di sungai,

teluk, waduk, rawa, dan badan air lain, yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah

tanah. Air tanah yang mengalirkan air ke suatu badan air disebut watersheds atau

drainage basins. Air yang mengalir dari daratan menuju suatu badan air disebut

limpasan permukaan (surface run off); dan air yang mengalir di sungai menuju

laut disebut aliran air sungai (river run off). Sekitar 69 % air yang masuk ke

sungai berasal dari hujan, pencairan es/salju, dan sisanya berasal dari air tanah.

Wilayah di sekitar daerah aliran sungai yang menjadi tangkapan air disebut

catchment basin.

Perairan permukaan diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama, yaitu

badan air tergenang (standing waters atau lentik) dan badan air mengalir (flowing

waters).

Page 16: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

32

2.8.2. Perairan tergenang (lentik)

Perairan tergenang meliputi, kolam, waduk (reservoir), rawa (wetland),

dan sebagainya. Perairan tergenang (lentik), biasanya mengalami stratifikasi

secara vertikal akibat perbedaan intensitas cahaya dan perbedaan suhu pada kolam

air yang terjadi secara vertikal.

2.9. Estuari

2.9.1. Pengertian estuari

Estuari adalah luasan badan air pantai setengah tertutup yang berhubungan

langsung dengan laut terbuka, jadi sangat terpengaruh oleh gerakan pasang surut

air laut yang bercampur dengan air tawar dari buangan air daratan. Clark, (1974).

Kemudian menurut Dahuri et al, (2008) Estuari adalah teluk di pesisir, tempat air

tawar dan air laut bertemu dan bercampur. Kebanyakan estuari didominasi oleh

substrat berlumpur. Substrat berlumpur ini merupakan endapan yang dibawa oleh

air tawar dan air laut. Di antara partikel yang mengendap di estuari kebanyakan

bersifat organik. Akibatnya substrat ini kaya akan bahan organik. Bahan inilah

yang menjadi cadangan makanan yang besar bagi organisme estuari.

Clark (1974) mengemukakan bahwa ekosistem estuari bernilai ekonomis

tinggi karena terdiri dari kombinasi bentuk dan fungsinya yang secara sendiri-

sendiri maupun secara kombinasi memiliki fungsi sebagai berikut: 1) struktur fisik

yang setengah tertutup: melindungi wilayah badan air dari gaya gelombang dan

memberikan kesempatan pada tumbuhan unluk dapat berakar, tumbuh dan

menjerat/menampung biota dan nutrient, 2) perairan yang dangkal:

memungkinkan cahaya matahari untuk tembus ke dalam estuari sehingga

mendukung tumbuhnya tumbuhan rawa dan biota rawa pasang surut, serta

menghalangi predator laut yang biasanya menghindari perairan dangkal, 3)

Salinitas: aliran air tawar dapat menimbulkan perbedaan salinitas yang lebih

tinggi dan lebih berat sehingga menimbulkan aliran yang terstratifikasi, 4)

sirkulasi: menjadi suatu transport system yang menguntungkan bagi kehidupan

strata rendah, karena dengan aliran yang terstratifikasi tadi, aliran permukaan ke

luar (ke arah laut) dan aliran dasar masuk ke wilayah estuari serta memungkinkan

organisme berkumpul dalam suatu habitat melalui proses adaptasi. 5) arus

Page 17: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

33

pasang surut: energi pasang surut menjadi tenaga pengubah yang kuat; aliran arus

pasang surut memindahkan nutrient dan kehidupan, mengencerkan dan

membuang limbah; irama pasang surut berfungsi sebagai regulator yang penting

bagi penyediaan makanan dan perkembang biakan kehidupan. 6) gudang nutrient:

mekanisme penjerat di wilayah estuarin berfungsi sebagai penyimpan nutrisi,

contohnya adalah rawa dan padang lamun menyimpan nutrient untuk dilepaskan

secara perlahan-lahan sebagai detritus.

Ada tiga komponen fauna di estuaria yaitu fauna lautan, air tawar dan

payau atau estuari. Komponen fauna yang terbesar didominasi oleh fauna lautan,

Jumlah organisme yang menghuni estuari lebih sedikit jika dibandingkan dengan

organisme yang hidup di perairan tawar atau laut. Sedikitnya jumlah spesies ini

disebabkan oleh fluktuasi kondisi lingkungan, terutama fluktuasi salinitas yang

sangat besar sehingga hanya beberapa spesies saja yang mampu bertahan hidup di

estuari. Selain miskin dalam jumlah organisme, estuari juga miskin akan flora.

Perairan estuari sangat keruh sehingga tumbuhan mencuat saja yang dapat

tumbuh.

Parameter lingkungan utama untuk ekosistem estuari adalah (1) aliran

sungai, seperti limbah, toksikan, sedimen dan nutrient; (2) sifat-sifat fisik air laut,

seperti pasang, surut arus laut dan gelombang.

2.9.2. Kawasan estuari

Sebagian besar daerah pesisir di Teluk Youtefa dipengaruhi oleh

keberadaan estuari. Beberapa daerah yang memiliki kawasan estuari antara lain:

kawasan estuari DAS kali acai, Siborghoni, Entrop, Hanyaan. Kawasan muara

sungai rentan terhadap kerusakan dan perubahan baik alami maupun akibat

kegiatan manusia. Muara yang terletak di daerah perkotaan, industri dan daerah

pemukiman seringkali mendapat tekanan yang besar. Nybakken (1982), dan Clark

(1974) melihat estuari dari tiga aspek, yaitu komposisi fauna, vegetasi estuari, dan

plankton estuari. Ada tiga komponen fauna di estuari; komponen fauna laut, air

tawar. dan air payau (estuari).

Menurut Koesoebiono (1991), hewan air yang hidup di wilayah estuari terjadi

atas: 1) spesies-spesies yang endemik (tinggal di estuari sepanjang hidupnya)

Page 18: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

34

seperti berbagai macam kerang, kepiting, dan berbagai jenis ikan. 2) spesies yang

tinggal untuk sementara waktu di estuari, seperti larva beberapa jenis udang dan

ikan yang setelah dewasa bermigrasi ke laut bebas. 3). beberapa spestes ikan yang

menggunakan estuari sebagai jalur imigrasi dari laut ke sungai dan sebaliknya

seperti ikan sidat dan salmon. Lebih lanjut disebutkan bahwa tumbuhan estuari

terdiri atas tumbuhan berakar seperti mangrove yang tumbuh di daerah pasang

surut dan bermacam lamun (sea grass), serta ganggang makro (sea weed) yang

tumbuh di dasar perairan. Selain itu, terdapat pula ganggang yang berukuran

mikroskopis yang hidup sebagai plankton nabati yang hidup melekat menyelimuti

daratan-daratan lumpur yang tampak pada waktu air surut atau melekat pada

daun-daun.

Estuari mempunyai beberapa macam tipe dan defmisi. Hal ini disebabkan

oleh beberapa bentuk geomorfologis garis pantai, yang bentuknya seperti estuari

semi tertutup, estuari dataran pesisir atau rawa, estuari tipe tektonik, teluk dangkal

yang sering dianggap sebagai estuari. Nybakken (1992) mendefinisikan bahwa

estuari (aestus, air pasang) adalah lingkungan pantai berbentuk teluk yang

sebagian tertutup atau semi tertutup, dan tejadi pertemuan dan percampuran antara

air tawar dan air laut. Hutabarat dan Evans (2008) menyebutkan bahwa estuari

merupakan daerah percampuran antara air sungai atau tawar dan air laut, daerah

ini mempunyai salinitas rendah dibanding dengan laut terbuka. Jadi defmisi di

atas memberi pengertian bahwa adanya hubungan bebas antara laut dengan

sumber air tawar, paling sedikit selama setahun. proses percampuran sangat

kompleks. Air tawar yang berasal dari sungai mempunyai densitas yang lebih

kecil dibanding air laut dan cenderung mengapung di atas permukaan air laut. Di

daerah estuari terdapat dinamika salinitas yang berlangsung secara tetap yang

berhubungan dengan gerakan air pasang surut. Massa air tawar yang masuk ke

estuari pada waktu surut mengakibatkan salinitas rendah. Pada saat air pasang,

massa air laut masuk ke dalam estuari dan bercampur dengan air tawar,

akibatnya salinitas dalam estuari meningkat.

Wilayah estuari dapat juga dibagi menjadi tiga bagian: 1) estuari bagian

mulut sungai yang berhubungan dengan air tawar dan dipengaruhi oleh pasang

Page 19: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

35

surut harian, 2) estuari bagian tengah dan terjadi percampuran air tawar dan air

laut dengan baik. 3) estuari yang berhubungan langsung dengan laut bebas. Pada

masing-masing wilayah estuari memiliki kondisi salinitas, suhu, oksigen terlarut

dan bahan sedimen serta biologis yang bervariasi sehingga menyebabkan

ekosistem estuari menjadi lebih kompleks. Estuari merupakan bagian dari sungai

yang dipengaruhi oleh pasang surut. Muara sungai berfungsi sebagai pengeluaran

atau pembuangan air hujan yang berlebihan melalui mulut sungai ke laut. Karena

letaknya diujung hilir, maka debit aliran air di muara lebih bcsar dibanding air

sungai di hulu. Pengaruh pasang surut terhadap sirkulasi aliran di estuari dapat

sampai jauh ke hulu sungai dan hal ini tergantung dengan tinggi pasang surut,

debit air sungai dan karakteristik.

Estuari dipengaruhi oleh massa air tawar yang mengalir dari sungai ke laut

dan pergerakan air pasang surut secara teratur ke dalam dan ke luar estuari. Aliran

pasang surut dan air tawar yang bersumber dari aliran air sungai maupun air laut

yang menghasilkan arus dan aliran-aliran sekunder dengan kecepatan rendah, hal

ini menyebabkan terjadinya proses percampuran air tawar dengan air laut yang

menghasilkan salinitas bervariasi dalam wilayah estuari. Oleh karena itu, air tawar

yang bersumber dari sungai dan air pasang-surut air laut merupakan faktor yang

penting dalam ekosistem estuari. Percampuran kedua massa air tersebut

menghasilkan suatu wilayah (zona) air yang bersalinitas rendah.

Klasifikasi estuari dibagi menjadi beberapa tipe berdasarkan gradient

salinitas dan proses pencampurannya yaitu (1) estuarin posttif pada musim hujan,

curah hujan sangat tinggi dan jumlah debit air tawar yang memasuki wilayah

estuarin lebih besar. Pada bagian tertentu di kolom air secara vertikal di wilayah

estuari mempunyai salinitas tinggi di dekat dasar dan salinitas rendah di dekat

permukaan. Kondisi estuari yang demikian disebut estuari positif (estuari baji

garam), yang tejadi karena percampuran. Baji garam yang mencolok sampai

homogen menghasilkan salinitas yang sama secara vartikal dari permukaan

sampai dasar pada tiap titik tertentu, akan tetapi kondisi pasang surut dan aliran

air sungai diwilayah estuari dapat berubah-ubah karena pengaruh musim

(Nyabakken 1992). (2) estuari negatif pada musim kemarau, curah hujan sangat

Page 20: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

36

rendah dan jumlah debit air tawar yang memasuki estuarin jauh berkurang serta

kecepatan penguapan tinggi, maka masalah ini dapat menghasilkan estuari negatif,

dan biasanya air laut masuk sampai beberapa kilometer kearah hulu, dalam estuari

yang demikian, air laut ke luar dan masuk melalui permukaan dan selanjutnya

mengalami sedikit pengeceran karena bercampur dengan air tawar yang terbatas

jumlahnya. Bila kecepatan penguapan tinggi dapat rnenyebabkan permukaan air

di wilayah estuari menjadi hipersalin. Air hipersalin lebih berat dari air laut dan

tenggelam ke dasar serta bergerak ke luar estuari bersama dengan arus dasar (3).

estuari netral, yang tejadi karena sumber air tawar dari sungai dan hujan seimbang

dengan penguapan.

Pritehard (1967) diacu dalam Rofiko (2005) mengklasifikasikan estuari ke

dalam empat tipe berdasarkan sirkulasi air: (1) Tipe A (Salt wedge estuaries,

estuari baji garam). Tipe estuari ini memiliki stratifikasi salinitas yang tinggi. (2).

tipe B (Partially mixed estuaries, estuari campuran sebagian). Tipe estuari ini

memiliki stratifikasi salinitas sedang (moderat). (3). tipe C (Vertically

homogeneous esiuarine estuari homogen secara sempuma atau homogen vertikal).

Tipe estuari ini memiliki gradien salinitas ke arah samping. (4). tipe D

(Sectionally homogeneous esiuarine or Fjord, estuari homogen terpisah-pisah).

Tipe estuari ini memiliki gradian salinitas membujur dan memiliki hubungan

sirkulasi massa air laut dan air tawar yang tertutup serta menghasilkan perubahan

salinitas yang menyebar ke segala arah.

Duxbury dan Dexbury (1993) mengklasifikasikan karakteristik masing-

masing tipe estuari sebagai berikut : (1) Salt wedge estuaries memiliki karateristik

sebagai berikut: arus sungai sebagai pencampur utama, percampuran air laut

terjadi dari dasar ke permukaan, stratifikasi densitas air laut dengan jelas, gradian

salinitas terjadi secara vertikal, melintang atau membujur, tingkatan kekeruhan

sangat tinggi. (2) Well mixed estuaries: angin dan pasang surut sebagai

pencampur utama, arus pasang bergerak memasuki sungai dan terjadi

percampuran oleh turbulensi arus, tidak terdapat stratifikasi densitas air laut

dengan jelas, gradian salinitas terjadi secara melintang dan membujur. tingkat

kekeruhan tinggi. (3) Partially mixed estuaries: arus sungai, angin dan pasang

Page 21: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

37

surut merupakan pencampur utama, air laut bergerak dan bagian bawah ke atas,

sehingga terjadi percampuran pada bagian atas, tidak terdapat stratifikasi densitas

air laut. gradien salinitas terjadi secara melintang atau vertikal dan membujur,

tingkat kekeruhan sedang. (4) Fjord, arus sungai, pasang surut dan angin

merupakan air bagian dasar cenderung lebih homogen dan relatif tetap.

Secara ekologis estuari dapat dianggap sebagal wilayah (zona) peralihan

atau ekoton antara habitat air tawar dan habitat air laut, akan tetapi banyak dari

sifat fisika, kimia dan biologinya yang utarna tidak bersifat peralihan, melainkan

unik. Ke arah daratan wilayah ini dipengaruhi oleh pasang surut, gelombang laut,

angin laut intrusi air laut, sedangkan ke arah laut dipengaruhi oleh kegiatan

alamiah dan manusia di wilayah daratan dan laut seperti air sungai yang

bersumber dari aliran permukaan (run off), sedimentasi, bahan beracun dan

pencemar lainnya. Keadaan sifat fisika, kimia dan biologis di estuari juga

bervariasi dan dipengaruhi oleh musim. Dinamika ekosistem estuari laut dan darat

di seluruh wilayah Indonesia ini berpengaruh terhadap faktor-faktor biotik dan

abiotik: salinitas, suhu air, total padatan tersuspensi, musim, massa air,

sumberdaya ikan dan organisme makanan alami (Kennish 1992)

2.9.3. Hidrodinamika perairan estuari

Zona pertemuan atau peralihan antara air laut dan air tawar disebut estuari.

Di sepanjang estuari pergerakan air dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan

aliran air sungai. Pasang surut merupakan gaya eksternal utama yang

membangkitkan pergerakan massa air serta pola perubahan tinggi muka air secara

dinamis. Akibat pasang surut, arus dapat mempengaruhi pergeseran salinitas dan

kekeruhan di sepanjang daerah estuari. Kondisi pada saat pasang akan

menyebabkan salinitas dan bahan tersuspensi bergerak ke hulu dan saat surut

menuju hilir. Hidrodinamika perairan secara umum berperan dalam proses-proses

seperti pencampuran (mixing) penyebaran dan proses sedimentasi (Benoit, 1971).

Pasang surut (pasut) dapat menyebabkan terjadinya arus pasang surut yang

menimbulkan turbulensi. Proses pengadukan akan semakin besar bila perairan

tidak terlalu luas dan pencampuran bisa terjadi ke semua arah dan lapisan.

Interaksi air laut dan air tawar akan mempengaruhi sirkulasi massa air dan

Page 22: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

38

pencampuran yang dibangkitkan oleh perbedaan densitas. Pasang surut

mempengaruhi proses pencampuran melalui geseran (friction) ketika pasang surut

mengalir melewati dasar perairan. Geseran tersebut menimbulkan turbulensi yang

pada akhirnya akan menimbulkan proses pencampuran. Kedalaman estuari akan

mempengaruhi terbentuknya ombak, perairan estuari yang dangkal dengan mulut

estuari yang sempit akan memperkecil atau meredam energi gelombang, sehingga

estuari menjadi suatu daerah yang tenang.

2.9.4. Pengaruh iklim terhadap hidrodinamika estuari

Secara geografis wilayah Indonesia terletak diantara dua benua Asia dan

Australia serta diapit oleh Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Oleh karena

itu iklim dan kondisi wilayah laut dan darat kepulauan di Indonesia dipengaruhi

oleh kedua benua dan samudera tersebut.

Angin pasat timur laut yang berhembus ke wilayah barat Indonesia disertai

musim kemarau (panas) di wilayah barat Indonesia, sedangkan ketika angin pasat

barat laut berhembus ke wilayah timur Indonesia yang disertai musim hujan.

Ketika kegiatan angin pasat timur laut atau tenggara (kemarau) mulai berhembus

dengan kuat kondisi salinitas air laut mulai meningkat (>35%) dan lebih tinggi

dibandingkan salinitas air laut pada angin musim pasat barat laut (hujan). Pada

musim barat (hujan) salinitas di perairan laut menurun seiring dengan tingginya

curah hujan (Nopember-Juni) di wilayah kepulauan di Indonesia, terutama

disekitar pantai pulau-pulau besar. Sirkulasi massa air yang berasal dari Samudera

Hindia maupun Samudera Pasifik dan melintasi laut kepulauan Indonesia pada

musim timur dan musim barat disebut Arlindo (Arus Lintas Indonesia). Sirkulasi

massa air tersebut terjadi secara bergantian antara musim barat dan timur, dan

masing-masing sekali dalam setahun. Sirkulasi arus tersebut merupakan sirkulasi

massa air dunia. Sirkulasi, angin dan arus massa air yang melintasi kepulauan

Indonesia dan mempengaruhi iklim darat dan laut di Indonesia.

2.9.5. Sumber pencemaran estuari

Sumber pencemar di estuari dapat bersumber dari kegiatan : industri,

pertambangan, pertanian dalam arti luas. Pencemaran lingkungan yang bersumber

dari antropogenik tersebut dapat berupa gas, cair dan padat, serta logam beracun

Page 23: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

39

terikat pada sedimen. Jadi kegiatan manusia modern merupakan sumber

antropogenik yang mencemari lingkungan estuari, demikian pula halnya pada

lingkungan darat dan udara.

Kegiatan alamiah dapat menjadi sumber logam dalam air, akan tetapi

dalam konsentrasi yang rendah, seperti kegiatan gunung merapi dibawah laut dan

kegiatan bakteria (biogeokimia) serta erosi. Proses alamiah bukan sumber

pencemaran lingkungan estuari maupun laut.

2.9.6. Pengaruh pencemaran terhadap lingkungan estuari

Pencemaran estuari dan laut merupakan suatu ancaman yang benar-benar

harus ditangani secara serius. Karena hal ini sudah banyak kejadian terbukti

bahwa pencemaran laut, pantai dan estuari yang bersumber dari kegiatan kapal-

kapal pengangkut yang bermuatan bahan beracun dalam jumlah yang besar dan

tenggelam ke dasar laut. Kemudian terbawa oleh arus, angin dan gelombang ke

pantai, estuari dan menjadi sumber penyebab kematian organisme, tetapi hal yang

sangat membahayakan adalah terakumulasinya zat kimia beracun dalam sedimen.

Zat kimia beracun yang terakumulasi pada sedimen di daerah estuari baru terurai

oleh bakteri dalam jangka cukup lama. Akibatnya dalam selang waktu penguratan

tersebut terjadi kematian organisme laut dan kerusakan ekosistem estuari

(Hutabarat dan Evans 2008). Estuari berfungsi dan berperan sebagai habitat dan

lokasi pemijahan organisme laut dan air tawar. Pengaruh zat kimia beracun yang

terakumulasi dalam sedimen dapat menyebabkan kematian telur dan anak-anak

ikan dan menurunkan mutu produk perikanan.

Ikan lebih sensitif terhadap pencemaran Cd, Pb dan Hg dibanding dengan

krustase dan spesies bentuk lainnya. Cd, Pb dan Hg merupakan logam non

essensial yang umumnya diketahui sebagai "logam beracun". Oleh karena itu

kehadirannya secara berlebihan sangat membahayakan keseimbangan ekosistem.

Berbagai upaya pencegahan pencemaran dan cara pemantauan melalui indikator-

indikator biologis dan kimia sering dilakukan, (Cornwell, DA, Davis, ML, (1998).

Hal tersebut diperlukan karena kita masih belum cukup punya pengetahuan dan

pengalaman mengenai ekosistem laut dan estuari serta pengaruh pencemaran

logam terhadap kehidupan organisme pada tingkat yang membahayakan

Page 24: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

40

(Hutabarat dan Evans 2008). Pengaruh letal logam beracun lebih mudah

terdeteksi, tetapi sub letal jarang terdeteksi karena terakumulasi dalam sedimen

dan jaringan organ ikan. Pada konsentrasi tertentu, pengaruh negatif baru muncul

setelah berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun terakumulasi dalam tubuh ikan,

organisme lainnya, lingkungan dan manusia. Pengaruh logam beracun terhadap

ikan dan manusia muncul dalam waktu yang relatif beda, tetapi pada manusia baru

muncul gangguannya setelah 30 tahun sejak terakumulasi dalam jaringan dan

organ tubuh. Jadi pada konsentrasi tertentu akan menyebabkan keracunan pada

jaringan dan organ sasaran yang lebih spesifik. Keracunan Hg terhadap manusia

baru terlihat (tremor) dan terasa pengaruhnya antara 10-20 tahun.

2.9.7. Pencemar logam di estuari

Pada umumnya logam asli tidak larut dalam air dan lingkungan perairan

sebagai ion-ion yang larut dalam air. Sedangkan spesies-spesies organologam

seringkali memperlihatkan bentuk yang menonjol dari bioakumulasinya oleh

senyawa-senyawa, Cornel D, (1998). Cd terlarut dalam air laut atau air payau

adalah dalam bentuk ion Cd. Logam Cd tersebut berasosiasi secara kuat dengan

ion-ion klorida (Cl) dalam air Iaut, Darmono (2001). Konsentrasi dan bentuk Cd

dalam perairan sewaktu-waktu berubah-ubah oleh antropogenik. Sekitar 65-90 %

Cd dalam perairan berbentuk ion-ion senyawa-senyawa logam. Kompleks Cd

dengan bahan organik terlarut lebih dominan dan konsentrasi paling tinggi terjadi

pada musim panas (73-84 %). Di dalam perairan, konsentrasi yang paling tinggi

terdapat di lapisan permukaan (57-76 %), kemudian di dasar (46-63 %).

Hg yang larut dalam air laut dan payau dalam bentuk ion-Ion Hg2+

dan

terjadi paling banyak dalam bentuk Hg (OH)2 dan HgCl2. Ion-ion halida kompleks

Hg dapat terbentuk sebagai (HgCl4)2-

yang terdapat dalam larutan. Hg dapat

membentuk Hg kompleks yang stabil dengan senyawa-senyawa organik yang

terdapat dalam air payau, terutama protein dan asam humik yang mengandung

sulfur. Hg yang masuk ke ekosistem perairan estuari dapat berubah menjadi

senyawa anorganik melalui oksidasi. Hg anorganik dapat berubah bentuk menjadi

Hg organik melalui sistern anaerobik oleh bakteria tertentu di dalam sedimen

dasar perairan. Degradasi Hg terjadi melalui proses lambat hingga berubah

Page 25: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

41

menjadi anorganik. Dalam batas tertentu Hg dapat diabsorbsi oleh partikel-

partikel organik dalam sedimen dan pada kondisi anaerobik

2.9.8. Salinitas estuari

Distribust salinitas dalam estuari dan laut dipengaruhi oleh densitas air.

Densitas (kepadatan) itu sendiri dipengaruhi oleh suhu, dipengaruhi oleh sirkulasi

air laut, penguapan, aliran air sungai, evaporasi dan hujan. Habitat ikan estuari

merupakan lingkungan yang bersalinitas dinamis dibanding dengan laut bebas.

Hal ini disebabkan oleh pengaruh aliran air tawar dari sungai-sungai. Dinamika

salinitas di estuarin berpengaruh terhadap konsentrasi ion-ion Cd2+

, Pb2+

Hg2+,

.

Na+ dan Cl

- dalam darah ikan estuarin, ion-ion Ca

2+ konsentrasinya rendah dan

pemanfaatan dilakukan secara efesien. Tekanan (stress) salinitas pada ikan estuari

menyebabkan perubahan dalam elektrolit plasma darah. Salinitas permukaan laut

terbuka, bervariasi antara 33-37 0/00 dengan nilai rata-rata 35

0/00.

2.10. Beban pencemar dan kapasitas asimilasi

Beban pencemar adalah jumlah total bahan pencemar yang masuk ke

lingkungan dalam hal ini perairan, baik langsung maupun tidak langsung dalam

kurun waktu tertentu. Beban pencemar berasal dari berbagai aktivitas manusia

misalnya industri dan rumah tangga. Besarnya beban masukan limbah sangat

tergantung dari aktivitas manusia di sekitar perairan dan di bagian hulu sungai

yang mengalir ke arah laut (Suharsono, 2005). Kuantitas beban pencemar selain

ditentukan oleh aktivitas manusia, juga dipengaruhi oleh kondisi pasang surut

wilayah pantai. Beban masukan limbah sangat kecil saat terjadinya pasang karena

air sungai akan tertahan oleh peningkatan massa air pantai (Hadi, 2005). Kondisi

sebaliknya terjadi yaitu beban limbah ke kawasan pantai akan lebih besar pada

saat surut tiba. Hal ini karena aliran dapat menembus masuk tanpa terhalang oleh

massa air laut. Perhitungan beban pencemar dapat dilakukan dengan mengalikan

konsentrasi dengan debit aliran sungai dalam satuan waktu tertentu. Sebelumnya

debit aliran sungai dapat diperoleh dengan mengalikan luas penampang aliran

sungai dengan kecepatan aliran sungai.

Menurut Nemerow (1991) kapasitas asimilasi didefinisikan sebagai

kemampuan air atau sumber air dalam menerima pencemaran limbah tanpa

Page 26: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

42

menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air yang ditetapkan sesuai

peruntukannya. Suatu bahan pencemar misalnya logam berat ketika memasuki

perairan akan mengalami tiga macam fenomena, yaitu penyebaran, pengenceran

dan pengendapan.

Perhitungan kapasitas asimilasi dapat dilakukan dengan beberapa metode,

salah satunya dengan menggunakan hubungan antara kualitas air dan beban

pencemar limbah. Kapasitas asimilasi dapat ditentukan dengan cara memplotkan

nilai-nilai kualitas suatu perairan pada kurun waktu tertentu dengan beban limbah

yang dikandungnya ke dalam grafik. Kemudian mereferensikan dengan nilai baku

mutu yang diperuntukkan bagi biota laut (Rajab, 2005). Nilai yang diperoleh dari

titik perpotongan pada grafik inilah yang dimaksud dengan kapasitas asimilasi.

2.11. Pencemaran laut

Secara umum pencemar di perairan laut berupa minyak, bahan-bahan

kimia, limbah dan sampah, (Nybakken, 1992). Minyak akan melapisi permukaan

laut yang dapat mengganggu proses kehidupan biota laut. Bahan-bahan pencemar

seperti bahan kimia meliputi logam-logam berat serta pestisida, kemudian limbah

sampah umumnya berasal dari aktivitas domestik dan industri. Pada umumnya

pencemaran laut seringkali terjadi secara fisika, kimiawi maupun biologis, banyak

menghasilkan racun bagi biota laut dan manusia. Sebagai contoh racun-racun dari

limbah industri misalnya logam berat, zat-zat organik minyak bumi, zat-zat

petrokimia dan pestisida (Palar, 1994). Pada kondisi demikian maka sumberdaya

perikanan sangat terancam keberadaannya dengan masuknya zat-zat tersebut ke

laut maupun teluk.

2.12. Pasang surut

Nontji A, (2007) mengemukakan bahwa pasang surut sering disingkat

pasut yaitu gerakan naik turunnya muka air laut secara berirama yang disebabkan

oleh gaya tarik bulan dan matahari. Matahari mempunyai massa 27 juta kali lebih

besar dari massa bulan, tetapi jaraknya sangat jauh dari bumi (rata-rata 149,6 juta

km). Sedangkan bulan, sebagai satelit kecil, jaraknya sangat dekat ke bumi (rata-

rata 381.160 km). Dalam mekanika alam semesta, jarak lebih menentukan dari

pada massa. Sedangkan menurut Dahuri, et al, (2008) bahwa Pasang surut (pasut)

Page 27: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

43

adalah proses naik turunnya muka laut secara hampir periodik karena gaya tarik

benda-benda angkasa, terutama bulan dan matahari. Naik turunnya muka laut

dapat terjadi sekali sehari (pasut tunggal), atau dua kali sehari (pasut ganda).

Sedangkan pasut yang berperilaku di antara keduanya disebut sebagai pasut

campuran. Untuk memprediksi kondisi pasut dengan akurasi yang baik diperlukan

pengetahuan tentang pasut yang cukup memadai. Karena itu diperlukan data

pengukuran paling sedikit selama 15 hari, atau selama 18,6 tahun jika ingin

mendapat hasil yang akurasinya tinggi.

Hutabarat dan Evans, (2008) mengemukakan bahwa air pada bagian

ujung pantai yang berbatasan dengan lautan tidak pernah diam pada suatu

ketinggian yang tetap, tetapi selalu bergerak naik dan turun sesuai dengan siklus

pasang. Permukaan air laut perlahan-lahan naik sampai pada ketinggian

maksimum, peristiwa ini dinamakan pasang tinggi (high water), setelah itu turun

sampai kepada suatu ketinggian minimum yang disebut pasang rendah (low

water). Kemudian permukaan air akan mulai bergerak naik lagi. Perbedaan

ketinggian permukaan antara pasang tinggi dan pasang rendah dikenal sebagai

tinggi pasang (tidal range). Sifat khas dari naik turunnya permukaan air ini terjadi

campuran setiap hari di Teluk Youtefa sehingga terdapat dua periode pasang

tinggi dan dua periode pasang rendah.

Pasang surut air laut terjadi karena perubahan gaya tarik menarik antara

bulan dan matahari terhadap perputaran bumi. Pada saat pasang tinggi, pengaruh

perubahan muka air dan arus pasang surut merupakan faktor dalam evolusi

pesisir. Pada teluk dan estuari, pergantian pasang dan surut yang ada dalam

pergerakan arus disebut arus pasang surut, pada saat muka air turun maka timbul

arus surut (ebb current) Strahler, (1998) diacu dalam Rofiko, (2005). Aliran ini

berhenti saat pasang surut berada pada titik terendah.

Arus pasang dan surut yang dibangkitkan oleh gelombang memiliki

fungsi penting disepanjang garis pantai. Strahler, (1998) diacu dalam Rofiko,

(2005) mengemukan bahwa fungsi tersebut adalah 1) arus yang mengalir ke luar

masuk teluk melalui inlet yang sempit akan menggerus inlet tersebut dengan kuat.

Hal ini akan menjadi inlet terbuka, meskipun kecendrungan proses drifiing pantai

Page 28: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

44

akan menutup inlet dengan pasir. 2) arus pasang surut membawa material halus

dan tanah liat dalam bentuk suspense. Sedimen halus tersebut terbawa oleh aliran

yang memasuki teluk, atau dari lumpur dasar yang terbawa oleh gaya gelombang

badai. Sedimen tersebut kemudian tenggelam ke dasar teluk atau estuarin dan

berakumulasi membentuk lapisan-lapisan serta perlahan-lahan mengisi

teluk/estuarin tersebut yang di dalamnya terdapat materi organik. Semakin lama,

sedimen pasang surut memenuhi teluk maka menghasilkan daratan lumpur yang

terdiri dari endapan lumpur dan tanah liat. Kemudian tumbuh tumbuhan yang

memiliki toleransi terhadap kadar garam yang tinggi, akan menjebak sedimen

lebih banyak lagi, sehingga daratan terbentuk sampai sebatas arus pasang menjadi

rawa air asin atau tawar. Ekosistem mangrove biasanya terbentuk di daerah

pasang surut tersebut.

Bentuk pasang surut perairan laut yang terdapat di perairan Indonesia tidak

sama. Pada wilayah tertentu, kondisi pasang surut dalam satu hari dapat terjadi

satu kali atau dua kali pasang surut. Menurut Triatmodjo (1999), diacu dalam

Rofiko, (2005) bahwa pasang surut perairan laut di wilayah Indonesia dapat

dibedakan dalam empat tipe :

1. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide). Tipe pasang surut ini dalam

sehari terjadi dua kali air pasang dan dua kali surut dengan tinggi yang hampir

sama dan pasang surut tersebut terjadi berurutan secara teratur. Periode pasang

surut rata-rata 12 jam 24 menit. Pasang surut tersebut terdapat di Selat Malaka

sampai Laut Andaman.

2. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide). Tipe pasang surut ini dalam sehari

terjadi satu kali pasang dan satu kali surut. Periode pasang terjadi selama 24 jam

50 menit. Pasang surut tipe ini tejadi di perairan selat Karimata.

3. Pasang surut campuran cenderung ke harian ganda (mixed tide prevailing semi

diurnal). Tipe pasang surut ini dalam sehari terjadi dua kali air pasang dan dua

kali air surut akan tetapi tinggi dan periodenya berbeda. Tipe pasang surut jenis

ini banyak terdapat di perairan Indonesia Tirnur.

4. Pasang surut campuran cenderung ke harian tunggal (mixed tide prevailing

diurnal). Tipe pasang surut ini dalam sehari terjadi satu kali pasang dan satu kali

Page 29: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

45

air surut, akan tetapi kadang-kadang untuk beberapa waktu terjadi dua kali pasang

dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda. Tipe pasang

surut jenis ini terdapat di perairan Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat.

Variasi salinitas di wilayah estuarin berpengaruh terhahap proses

pengaturan osmosis pada setiap individu spesies ikan estuarin. Variasi salinitas

dalam estuarin dipengaruhi oleh besar kecilnya curah hujan bulanan dan musiman.

Estuarin dan pantainya merupakan wilayah yang kaya unsur hara dan bahan

organik dan memiliki produktivitas tinggi, sehingga makanan alami untuk

berbagai spesies ikan tersedia dengan baik. Ikan dan organisme estuarin dikontrol

oleh salinitas dan suhu perairan. Di dalam ekosistem perairan estuarin spesies-

spesies ikan air tawar menempati kolom air lapisan atas, spesies-spesies ikan laut

menempati kolom air lapisan bawah, sedangkan spesies-spesies ikan estuarin

murni menempati kolom air yang bercampur air tawar dan air laut (front).

Pada musim barat kelompok-kelompok spesies ikan laut lebih banyak

tinggal dan bergerombol di lapisan permukaan laut antara kedalaman 0-100 m.

Gerombolan spesies ikan tersebut bermigrasi ke arah pantai. Arus pasang yang

bergerak ke wilayah pantai dan estuarin mempunyai peranan penting terhadap

distribusi salinitas, organisme makanan ikan serta partikel-partikel pasif.

Distribusi spesies ikan ke wilayah estuarin dipengarahi oleh perubahan

hidrodinamika estuarin dan arus laut ke arah pantai dan estuarin. Distribusi

spesies dibatasi oleh faktor salinitas, suhu, oksigen terlarut, pH dan sedimen. Jika

terjadi perubahan fisika dan kimia serta organisme makanan memberi respon

terhadap organisme secara keseluruhan. Ikan estuarin dipengaruhi oleh parameter

fisika dan kimia air, total padatan tersuspensi berpengaruh pada kecerahan air.

2.13. Gelombang

Romimohtarto K, (2001) mengemukakan bahwa gelombang sebagian

ditimbulkan oleh dorongan angin di atas permukaan laut, dan waktu yang

digunakan untuk menempuh jarak dari satu titik serupa dari satu gelombang

ketitik berikutnya dinamakan periode gelombang. Permukaan laut, hampir tidak

pernah terlihat tenag sempurna, selalu saja adanya gelombang berupa riak kecil,

tetapi sering kali juga gelombang yang besar. Nontji A, (2007) mengemukakan

Page 30: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

46

bahwa setiap gelombang mempunyai 3 unsur yaitu panjang, tinggi, dan periode.

Panjang gelombang ialah jarak mendatar antara dua puncak yang berurutan, tinggi

gelombang adalah jarak menegak antara puncak dan lembah, sedangkan periode

gelombang adalah waktu yang diperlukan oleh dua puncak yang berurutan untuk

melalui suatu titik.

Antara panjang gelombang dan tinggi gelombang tidak terdapat suatu

hubungan yang pasti. Akan tetapi gelombang yang mempunyai panjang yang jauh

akan mempunyai kemungkinan mencapai gelombang yang tinggi pula. Apabila

kita mengamati perambatan gelombang di laut, seolah-olah tampak air laut

bergerak maju beserta dengan gelombangnya. Tetapi kenyataannya sebenarnya

tidaklah demikian. Pada perambatan gelombang, yang bergerak maju sebenarnya

adalah bentuknya saja, partikel airnya sendiri hampir tidak bergerak maju. Untuk

membuktikan ini cukup dengan mengamati gerakan sepotong kayu terapung di

laut. Potongan kayu akan bergerak naik turun mengikuti gelombang yang

melaluinya tetapi kayu tidak hampir tidak beranjak dari tempatnya semula,

kalaupun maju hanya sedikit sekali.

Umumnya gelombang yang diamati di laut disebabkan oleh hembusan

angin. Ada 3 faktor yang menentukan besarnya gelombang yang disebabkan oleh

angin yakni kuatnya hembusan, lamanya hembusan dan jarak tempuh angin. Jarak

tempuh angin ialah bentang air terbuka yang dilalui angin. Sekali gelombang telah

terbentuk oleh angin maka gelombang tersebut akan merambat terus sampai jauh,

umumnya jauh melampaui daerah angin yang menyebabkannya

Dalam garis besarnya, gelombang atau ombak yang pecah dapat dibagi

menjai dua macam yakni ombak terjun dan ombak landai. Ombak terjun kerapkali

terlihat di pantai yang dasar lautnya terjal. Ombak semacam ini menggulung

tinggi lalu jatuh dengan hempasan hebat dan bunyi gemuruh. Ombak landai

terbentuk di pantai yang dasar lautnya landai. Sewaktu ombak menyerbu ke

pantai, pada bagian depannya terdapat sebaris buih yang senantiasa berjatuhan.

Ombak landai ini selamanya berada dalam keadaan hampir pecah, tetapi tidak

benar-benar pecah. Berkurangnya kedalaman air tidak secara mendadak

menyebabkan gelombang bergulung ke pantai sampai agak jauh sebelum benar-

benar pecah. Ombak semacam inilah yang digemari para pemain selancar karena

memberi kesempatan untuk meluncur dengan jarak paling jauh.

Page 31: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

47

Gelombang yang terhempas ke pantai melepaskan energinya dipantai.

Makin tinggi gelombang makin besar tenaganya memukul ke pantai. Pasir laut

atau terumbu karang yang membuat dangkalnya suatu perairan berfungsi sebagai

peredam pukulan gelombang. Oleh sebab itu pengambilan pasir laut, pengambilan

atau perusakan terumbu karang memberikan kesempatan lebih besar bagi

gelombang untuk menggempur dan merusak kestabilan garis pantai. Ukuran besar

kecilnya gelombang umumnya ditentukan berdasarkan tinggi gelombang. Tinggi

gelombang bisa hanya beberapa millimeter saja tetapi juga bisa sampai puluhan

meter. Rekor gelombang tertinggi yang pernah tercatat di dunia adalah 34 meter di

samudra Pasifik yang diukur oleh kapal angkatan laut Amerika “Ramapo” 3

Februari 1933, Nontji A, (2007).

2.14. Sistem

Sistem adalah suatu gugus dari elemen yang saling berhubungan dan

terorganisir untuk mencapai suatu tujuan atau suatu gugus dari tujuan (Manetsch dan

Park 1979 dalam Eriyatno 1999 dan Forrester 1976). Disiplin akademik dan ilmu

pengetahuan mempunyai pandangan masing – masing. Para ilmuwan dimasing –

masing disiplin mengembangkan beragam model yang seringkali tidak konsisten,

parsial, temporal dan bersifat diskrit (tidak berkesinambungan). Kenyataan yang

mendasar dari persoalan aktual adalah kompleksitas, dimana unitnya adalah

keragaman. Oleh karena keragaman yang begitu besar tidak mungkin dikaji atau

dikendalikan oleh satu atau dua metode spesifik saja. Dalam hal ini, teori sistem

mempertanyakan bahwa kesisteman adalah suatu meta – konsep atau meta – disiplin;

dimana formalitas dan proses dari keseluruhan disiplin ilmu dan pengetahuan sosial;

dapat dipadukan dengan berhasil (Gigh 1993 dan Carnavayal 1992 dalam Kholil

2005). Karena pemikiran sistem selalu mencari keterpaduan antar bagian melalui

pemahaman yang utuh, maka diperlukan suatu kerangka fikir baru yang terkenal

sebagai pendekatan sistem (System Approach). Dalam pendekatan sistem umumnya

ditandai oleh dua hal, yaitu : 1) mencari semua faktor penting dalam mendapatkan

solusi yang baik untuk menyelesaikan masalah, 2) dibuat suatu model kuantitatif

untuk membantu keputusan secara rasional. Untuk dapat bekerja secara sempurna

suatu pendekatan sistem mempunyai delapan unsur yang meliputi 1) metodologi

untuk perencanaan dan pengelolaan, 2) suatu tim yang multidisipliner, 3)

pengorganisasian, 4) disiplin untuk bidang yang non kuantitatif, 5) teknik model

Page 32: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

48

matematik, 6) teknik simulasi, 7) teknik optimasi, 8) aplikasi komputer (Eriyatno

1999).

Perilaku sistem diartikan sebagai status sistem dalam suatu periode waktu

tertentu, dimana perubahan status sistem tersebut diamati melalui dinamika

outputnya. Status sistem dapat berkeadaan transien yaitu adanya perubahan output di

setiap satuan waktu atau berkeadaan berkeseimbangan (steady state) yaitu adanya

keseimbangan aliran masuk dan keluar. Status sistem juga berkaitan dengan apakah

tertutup (closed system) dimana interaksi dengan lingkungan sangat kecil sehingga

bisa diabaikan, dan atau terbuka (open system) dimana paling sedikit satu elemennya

berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam kenyataan sistem tertutup tidak pernah

ada, hanya ada dalam anggapan dan kajian analisis (Muhamadi, Aminulah, dan

Soesilo 2001). Berdasarkan sifatnya sistem dapat dibagi menjadi dua yaitu sistem

dinamik dan sistem statis (Djojomartono dan Pramudya 1983 diacu dalam Kholil

2005). Sistem dinamik memiliki sifat yang berubah menurut waktu, jadi merupakan

fungsi dari waktu. Sistem dinamik ditandai dengan adanya ”time delay” yang

menggambarkan ketergantungan out put terhadap variabel input pada periode waktu

tertentu. Sedangkan sistem statis adalah sistem yang nilai out putnya tidak

tergantung pada nilai inputnya. Secara lengkap karakteristik pendekatan sistem

adalah : 1) kompleks, dimana interaksi antar elemen cukup rumit, 2) dinamis, dalam

arti faktor yang ada berubah menurut waktu dan ada pendugaan ke masa depan, dan

3) probabilistik, yaitu diperlukannya fungsi peluang dalam inferensi kesimpulan

maupun rekomendasi (Eriyatno 1999).

Penyelesaian persoalan melalui pendekatan sistem menekankan pada tiga

filosofi dikenal dengan SHE, yaitu Sibernetik (goal oriented), Holistik dan

Efektivitas. Sibernetik (goal oriented) artinya dalam penyelesaian permasalahan

tidak berorientasi pada ”problem oriented”, tetapi lebih ditekankan pada ” apa

tujuan” dari penyelesaian masalah tersebut. Efektivitas maksudnya sebuah sistem

yang telah dikembangkan haruslah dapat dioperasikan. Oleh karena itu sistem

haruslah merepresentasikan kondisi nyata yang sebenarnya terjadi, dan holistik

mengharuskan merepresentasikan penyelesaian permasalahan secara utuh,

menyeluruh dan terpadu.

Page 33: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

49

2.15. Pengembangan analisis sistem

2.15.1. Tahapan pendekatan sistem

Masalah pengelolaan Teluk Youtefa harus melibatkan banyak pihak yaitu

masyarakat, industri, usaha, pemerintah, dinas perikanan, dinas kehutanan, dinas

kesehatan, dinas pariwisata, dan LSM. Karena Teluk Youtefa merupakan suatu

sistem yang terdiri dari sumber daya yaitu sumber daya alam, sumber daya

manusia, sumber daya buatan, sumber daya dana yang merupakan satu kesatuan

dan saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu dalam

pengelolaan Teluk Youtefa perlu pendekatan sistem dengan memperhatikan

keterpaduan dan keberlanjutan.

Melihat banyaknya pihak yang terlibat, maka masalah pengelolaan Teluk

Youtefa menjadi masalah yang kompleks. Alternatif pendekatan yang cocok

adalah pendekatan holistik yang melibatkan seluruh pihak secara terpadu.

Pendekatan sistem dengan multidisiplin ilmu merupakan alternatif terbaik bagi

penyelesaian masalah pengelolaan Teluk Youtefa yang kompleks tersebut. Hal ini

karena melalui pendekatan sistem, akan dapat diidentifikasi kebutuhan seluruh

pihak terkait (stakeholder), sehingga dapat dicari satu penyelesaian holistik dan

terpadu yang dapat memberikan hasil lebih efektif.

Dalam pendekatan sistem dilakukan beberapa tahap proses yang terdiri

dari analisis kebutuhan, formulasi permasalahan, identifikasi sistem, pemodelan

sistem, verifikasi dan validasi model serta implementasi. Pelaksanaan semua

tahapan tersebut dalam satu ketentuan kerja merupakan analisis sistem (Eriyatno

1999 dan Hartisari 2007). Sistem model dinamik merupakan salah satu

pendekatan sistem yang memiliki beberapa keunggulan antara lain : 1) dapat

menyederhanakan model masalah yang kompleks menjadi lebih sederhana, dan 2)

adanya umpan balik (feed back) dalam model (Muhamadi 2000 dan Kholil 2005).

Dalam pengembangan model dinamik, penggunaan perangkat lunak (soft ware

tool) computer sangat diperlukan. Melalui perangkat lunak powersim dapat

dilakukan simulasi terhadap model yang telah dikembangkan untuk melihat trend

(pola) sistem pada masa yang akan datang seiring perubahan waktu. Sehingga

perubahan (perbaikan) yang diperlukan untuk mendapatkan sistem model yang

Page 34: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

50

diinginkan dapat dilakukan. Ada dua jenis perbaikan yang dapat dilakukan : a)

perbaikan struktural, yakni dengan melakukan penyempurnaan model

(menambah/mengurangi), dan b) perbaikan fungsional, yakni dengan melakukan

penyempurnaan unsur – unsur sistem. Ada dua pertimbangan dasar yang harus

dipikirkan dalam melakukan perbaikan (baik perbaikan struktural maupun

fungsional), yaitu: a) feasibility b) desirability. Feasibility menekankan bahwa

perbaikan dilakukan agar model dapat dilaksanakan dalam dunia nyata (real

world), sedangkan desirability menekankan perbaikan model dilakukan agar dapat

didukung oleh semua unsur dan sumber daya.

2.15.2. Analisis kebutuhan

Analis kebutuhan merupakan tahap awal dari rangkaian proses

pengembangan sistem model. Analisis kebutuhan bertujuan untuk

mengidentifikasi kebutuhan setiap pelaku (aktor) yang terlibat dalam pengelolaan

Teluk Youtefa berdasarkan kajian pustaka/empiris, stakeholder yang terlibat

disajikan dalam Tabel 3. Berdasarkan aktor yang terlibat, ada dua jenis kebutuhan

yang terkait dengan pengelolaan Teluk Youtefa : a) kebutuhan masing – masing

individu (individual needs) yang dapat mengarah pada conflict of interest, dan

kebutuhan bersama (common needs) yang menjadi masalah bersama (common

problem).

Pemodelan sistem Analisis kebutuhan

Mulai

Formulasi masalah

Identifikasi sistem

A Selesai

Verifikasi dan validasi

Implementasi

A

Gambar 5. Pendekatan sistem (Hartisari 2007)

Page 35: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

51

Tabel 3. Analisis kebutuhan Aktor/Stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan

Teluk Youtefa. No Aktor/Stakeholder Kebutuhan

1

Masyarakat nelayan

1) Kualitas dan kesejahteraan sumberdaya/manusia meningkat

2) Harga jual ikan hasil tangkapan menguntungkan

3) Produktivitas nelayan meningkat

4) Terbukanya lapangan pekerjaan

5) Tersedianya lahan untuk usaha budidaya ikan

6) Produksi budidaya KJA meningkat

7) Pemasaran yang baik dengan harga yang tinggi

8) Peningkatan pendapatan dan kontuinitas permintaan

9) Tersedianya sarana produksi dan harga jual ikan yang tinggi

10) Tersedianya sarana & prasarana perikanan yang memadai

11) Tidak tercemar dan dangkal teluk

12) Pemukiman diatas Teluk

2 Masyarakat umum

1) Stabilitas politik lokal yang kondusif

2) Lingkungan teluk yang bersih.

3 LMA, Ondoapi,

Kepala suku

1) Produktivitas tangkapan ikan meningkatk lokal yang kondusif

2) Tidak terjadi pencemaran

3) Teluk lestari dan berkelanjutan

4

Dinas perikanan

1) Fungsi teluk lestari

2) Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat/nelayan

3) Terbuka lapangan kerja

4) Kontunuitas produksi ikan

5

Dinas kehutanan

1) Fungsi hutan lestari

2) Tidak adanya aktivitas perambahan hutan dan erosi

diminimalkan

6

Dinas kesehatan

1) Produksi ikan terjamin mutunya

2) Kesehatan lingkungan masyarakat terjamin

3) Gizi masyarakat terjamin

7

Dinas pariwisata

1) Sarana rekreasi/ekowisata

2) Nilai estetika teluk baik

3) Pendapatan daerah naik

8 Lembaga keuangan

1) Keamanan dan keuntungan usaha

2) Resiko kegagalan pengembalian pinjaman modal kecil

9 Pengusaha

1) Kemitraan dan ketersediaan bahan baku

2) Daya saing kompetitif, dan iklim usaha yang kondusif

10

LSM

1) Lingkungan sehat dan tidak ada konflik soaial

2) Transparansi dan pemerintahan yang bersih

3) Keamanan, dan kesejahteraan masyarakat meningkat

11 Jasa tranportasi

1) Keamanan berusaha

2) Kerjasama pedagang atau nelayan

12 Perguruan tinggi

1) Kegiatan penelitian

2) Kegiatan praktek lapangan

2.15.3. Formulasi Masalah

Formulasi masalah dibuat karena adanya konflik kepentingan (conflict of

interest) diantara para stakeholder terhadap ketersediaan suatu sumberdaya dalam

mencapai tujuan system (Eriyatno 2003). Berdasarkan analisis kebutuhan tersebut,

maka dalam upaya pengelolaan teluk secara lestari, ada permasalahan yang

mengancam kelangsungan teluk adalah:

Page 36: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

52

1. Rusaknya fungsi ekologis: rusaknya fungsi ekologis TeluktahYoutefa dapat

disebabkan oleh meningkatnya beban pencemaran, dan sedimentasi sehingga

menyebabkan turunya kualitas air teluk. Hal ini akan menyebabkan rusaknya

fungsi ekologis teluk sebagai: 1) sumber plasma nuftah; 2) tempat berlangsungnya

siklus hidup jenis flora/fauna; 3) Tempat hidup biota air; 4) pengendali banjir; 5)

rekreasi/wisata; 6) tempat penyimpanan kelebihan air yang berasal dari air hujan,

aliran permukaan, sungai-sungai atau dari sumber-sumber air bawah tanah; 7)

memelihara iklim mikro, dimana keberadaan ekosistem teluk dapat

mempengaruhi kelembaman dan tingkat curah hujan setempat; 8) sarana

tranportasi

2. Lemahnya regulasi: lemahnya regulasi dalam pengelolaan teluk disebabkan

oleh belum ditegakkannya undang – undang, sehingga aktivitas pencemaran di

teluk dan perambahan hutan di sekitar teluk terus berlangsung.

3. Gangguan keslingmas: meningkatnya limbah cair (faeces-tinja) rumah tangga,

hotel dan restoran akan meningkatkan bakteri E. Coli serta akan membawa

penyakit pada ikan dan ketika ikan dikonsumsi masyarakat akan membawa

penyakit pada masyarakat akhirnya akan mengganggu keslingmas.

4.Lemahnya sumberdaya manusia: Meningkatnya aktivitas masyarakat terhadap

pengrusakan hutan dan pencemaran di sekitar teluk disebabkan oleh: sumber daya

manusia yang tidak memiliki wawasan tentang pentingnya pelestarian lingkungan,

rendahnya tingkat pendidikan, dan lemahnya prilaku sosial (kesadaran

masyarakat).

2.15.4. Identifikasi sistem

Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan

dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan masalah yang harus dipecahkan

dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut. Tujuan identifikasi sistem tersebut

adalah untuk memberikan gambaran tentang hubungan antra faktor-faktor yang

saling mempengaruhi dalam kaitannya dengan pembentukan suatu sistem.

Menurut Marimin (2004) identifikasi sistem dapat digambarkan dalam bentuk

diagram sebab akibat dan diagram input output (black box) (Gambar 6). Diagram

sebab akibat merupakan interkoneksi antar peubah – peubah penting yang

diturunkan dari identifikasi kebutuhan dan masalah yang telah diformulasikan

Page 37: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

53

pada suatu sistem tertutup (closed-loop system) untuk melihat interaksi antar

komponen sistem terkait.

Gambar 6. Diagram input output model pengelolaan Teluk Youtefa

2.16. Sistem Dinamik

Sistem dinamik merupakan sebuah pendekatan yang menyeluruh dan

terpadu, yang mampu menyederhanakan masalah yang rumit tanpa kehilangan

esensi atau unsur utama dari obyek yang menjadi perhatian (Muhamadi, 2001).

Metodologi sistem dinamik dibangun atas dasar tiga latar belakang disiplin yaitu

manajemen tradisional, teori umpan balik atau cybernetic, dan simulasi komputer.

Prinsip dan konsep dari ketiga disiplin ini dipadukan dalam sebuah metodologi

INPUT LINGKUNGAN

UU No.32 Tahun 2009

PP. 51 Tahun 2004

PP No. 82 Tahun 2001

INPUT TAK TERKONTROL

Limbah non point

Debit air

Beban limbah

Partisipasi masyarakat

OUTPUT YANG DIKEHENDAKI

Teluk lestari

Kualitas air memenuhi baku mutu

Beban pencemaran menurun

INPUT TERKONTROL

Implementasi peraturan

Jumlah hotel, retoran, dan pemukiman

disekitar Teluk

Sistem dan kapasitas kelembagaan

Pertumbuhan dan distribusi penduduk

Komitmen dukungan PEMDA

OUTPUT YANG TIDAK DIKEHENDAKI

Kualitas air terus menurun

Jumlah beban limbah meningkat

Penurunan kesehatan masyarakat

Penurunan hasil ikan (kualitas &

kuantitas)

MANAJEMEN PENGELOLAAN

MODEL PENGELOLAAN TELUK YOUTEFA

TERPADU SECARA BERKELANJUTAN

Page 38: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

54

untuk memecahkan permasalahan manajerial secara holistik, menghilangkan

kelemahan dari masing – masing disiplin, dan menggunakan kekuatan setiap disiplin

untuk membentuk sinergi.

Validasi model sistem dinamik pada dasarnya adalah suatu proses

membangun kepercayaan pada kegunaan model sebagai alat bantu analisis dan

perancangan kebijakan. Dalam proses validasi ini, sebuah model tidak akan dapat

dinyatakan valid secara absolut, jika tidak terdapat bukti bahwa model dapat

merepresentasikan suatu realita dengan benar – benar mirip secara absolut, sehingga

dengan melakukan proses pengujian model sistem dinamik terhadap bukti – bukti

empiris akan meningkatkan kepercayaan seseorang terhadap model. Pengujian

terhadap model sistem dinamik secara umum dapat dibagi menjadi tiga katagori

utama sebagai berikut:

Validasi struktur, yaitu pengujian relasi antar variabel yang ada di dalam model,

dan disesuaikan dengan keadaan pada sistem yang sebenarnya.

Validasi perilaku, yaitu pengujian terhadap kecukupan struktur model dengan

melakukan penilaian terhadap perilaku yang dihasilkan model;

Validasi implikasi kebijakan, yaitu pengujian terhadap perilaku model terhadap

berbagai rekomendasi kebijakan.

Menurut Kholil (2005), pengembangan model dinamik secara garis besar terdiri dari

4 tahap, yaitu :

1) Tahap seleksi konsep dan variabel

Pada tahap ini dilakukan pemilihan konsep dan variabel yang memiliki

relevansi cukup nyata terhadap model yang akan dikembangkan. Dengan kerangka

berfikir sistem (system thinking) dilakukan pemetaan pengetahuan (cognitif map),

yang bertujuan untuk mengembangkan model abstrak dari keadaan yang sebenarnya.

Kemudian dilanjutkan dengan penelaahan secara teliti dan mendalam terhadap

asumsi – asumsi, serta konsistensinya terhadap variabel dan parameter berdasarkan

hasil diskusi dengan pakar. Variabel yang dinyatakan tidak konsisten dan kurang

relevan dibuang.

2) Konstruksi model (tahap pengembangan model)

Page 39: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

55

Model abstrak yang telah dikembangkan, direpresentasikan (dibuat)

kedalam model dinamiknya dengan bantuan soft ware tool Powersim versi 2.5

berbasis sistem operasi windows. Model yang telah dibuat kemudian dilakukan

validasi dan verifikasi model simulasi.

3) Tahap analisis sensivitas

Tahap ini dilakukan untuk mengetahui variabel mana yang mempunyai

pengaruh nyata terhadap model, sehingga perubahan variabel tersebut akan

mempengaruhi model secara keseluruhan. Variabel – variabel yang kurang (tidak)

berpengaruh dalam model dihilangkan, dan sebaliknya perhatian dapat difokuskan

pada variabel kunci.

4) Analisis kebijakan

Kegiatan ini dilakukan dengan memberikan perlakuan khusus terhadap

model melalui intervensi struktural atau fungsional, tujuannya untuk mendapatkan

alternatif kebijakan terbaik berdasarkan simulasi model.

Gambar 7. Garis besar pengembangan model dinamik

Diagram input-output merepresentasikan input lingkungan, input

terkendali dan tak terkendali, output dikehendaki dan tak dikehendaki, serta

manajemen pengendalian. Sedangkan parameter rancangan sistem dipresentasikan

sebagai kotak gelap (black box) pada tengah diagram, yang menunjukkan

terjadinya proses transformasi input menjadi output. Diagram input-output desain

sistem pengelolaan Teluk Youtefa (Gambar 8).

Konsep sistem

Permasalahan

Diagram sebab akibat

Konstruksi model

Validasi

Simulasi

Analisis kebijakan

OK ? Tidak

Selesai

Page 40: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

56

Konsep sistem dinamik

Sistem dinamik merupakan salah satu metode yang bisa digunakan

untuk mengilustrasikan sistim dinamika yang kompleks serta menganalisis

implikasi-implikasi relatif dari suatu kebijakan. Sistem dinamik mengkaji sistem

sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari berbagai elemen-elemen yang saling

berinteraksi dan menentukan kinerja sistem secara keseluruhan. Model sistem

dinamik dapat memberikan informasi lebih mendetail yang berguna untuk

mengungkap mekanisme yang tersembunyi dan memperbaiki kinerja sistem

secara keseluruhan. Sistem dinamik dikenal variabel level, variabel rate, dan

variabel auxiliary. Gambar 9, merupakan contoh gambaran umum diagram alir

model dinamik dengan aplikasi powersim studio 2.5.

Level merupakan hasil akumulasi dari aliran-aliran dalam diagram alir dan

menyatakan kondisi sistem setiap saat. Persamaan powersim untuk aliran level

adalah:

Init LEV = kondisi awal; flow LEV = -dt*(RK) + dt*(RM)

dengan: LEV = level (unit); RM = rate (laju) masukan;

RK = rate (laju) keluaran; dt = interval waktu simulasi (satuan waktu)

Init = initial, nilai awal; flow = aliran untuk variabel level.

Rate merupakan suatu aliran yang menyebabkan bertambah atau berkurangnya

suatu level. Rate terdiri dari 2 jenis, yaitu rate masuk dan rate keluar. Rate masuk

akan menambah akumulasi di dalam suatu level dan dilambangkan dengan katub

dan panah yang menuju level, sedangkan rate keluar ditunjukkan dengan katub

Proses

UMPAN

BALIK

Input Lingkungan

Input Tak Terkontrol

Input Terkontrol

Output Yang

Diinginkan

Output Yang Tak

Diinginkan

Gambar 8. Diagram input-output sistem (Hartisari 2007)

Page 41: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

57

yang dihubungkan dengan panah yang sink. Simbul awan menunjukkan source

dan sink suatu material mengalir ke dalam atau keluar level.

Aliran dalam powersim dilambangkan dengan tanda panah yang tegas. Aliran ini

merupakan penghubung antar sejumlah variabel dalam suatu sistem. Jika aliran

informasi keluar dari level, aliran tersebut tidak akan mengurangi akumulasi yang

terdapat di dalam level.

Variabel auxiliary adalah suatu penambahan informasi yang dibutuhkan dalam

merumuskan persamaan atau variabel rate, atau suatu variabel yang membantu

untuk memformulasikan variabel rate. Variabel auxiliary digambarkan dengan

suatu lingkaran penuh. Simbul belah ketupat dalam powersim menggambarkan

konstanta, yaitu suatu besaran yang nilainya tetap selama proses simulasi.

2.17. Pengembangan model dinamik

Sistem Dinamik menawarkan dua keuntungan yaitu: (1) relatif mudah

untuk menggabungkan antara pemahaman kualitatif dengan data kuantitatif; (2)

Simulasi bisa dilakukan pada saat ketersediaan data tidak memadai untuk

melakukan analisis data statistik. Pengkajian dalam pendekatan sistem

seyogyanya memenuhi tiga karakteristik, yaitu: (1) kompleks, dimana interaksi

antar elemen cukup rumit; (2) dinamis, dalam arti faktor yang terlibat ada yang

berubah menurut waktu dan ada pendugaan ke masa depan; dan (3) probabilistik,

Gambar 9. Diagram alir model sistem dinamik

menggunakan program powersim

Page 42: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

58

yaitu diperlukannya fungsi peluang dalam inferensi kesimpulan maupun

rekomendasi (Eriyatno 1999).

2.18. Uji validasi dan sensitivitas model

Untuk menguji kebenaran sebuah model dengan kondisi obyektif

dilakukan uji validasi. Ada dua uji validasi: validasi struktur dan validasi kinerja.

Validasi struktur dilakukan untuk memperoleh keyakinan konstruksi model valid

secara ilmiah. Sedangkan validitas kinerja untuk memperoleh keyakinan sejauh

mana model sesuai dengan kinerja sistem nyata (keadaan yang sebenarnya).

Validitas struktur meliputi dua pengujian, yakni validitas konstruksi dan validitas

kestabilan. Validitas konstruksi melihat apakah konstruksi model yang

dikembangkan sesuai dengan teori. Sedangkan uji validitas kestabilan dilakukan

dengan menguji konsistensi antara model agregat dan model rinci.

2.18.1. Uji validasi kinerja :

Validitas kinerja dilakukan dengan cara pengujian menggunakan statistik

AME (Absolute Mean Eror) dan AVE (Absolute Variation Eror). Nilai batas

penyimpangan yang dapat diterima adalah < 10%.

Tabel 4. Konversi rumus statistik ke persamaan powersim

No Rumus Statistik Persamaan Powersim

1 Penyimpangan means absolut (AME)

AME = (Si-Ai) Ai

Si = Si N

Ai = AiN

E1 = abs(Sr-Ar)/Ar

Sr = integrate (S)/t(n) – t(0))

Ar = integrate (A)/t(n)-t(0))

2 Penyimpangan variasi absolut (AVE)

AVE = Ss-Sa Sa

Ss = ((Si – Si)2 N)

Sa = ((Ai – Ai)2 N)

E2 = abs(Ss-Sa)Sa

Ss=sqrt (integrate ((S-Sr)^2)(t(n)-t(0)))

Sa=sqrt (integrate((A-Ar)^2)(t(n)-t(0)))

Keterangan :

A = nilai aktual ^2 = pangkat dua

S = nilai simulasi n = waktu

N = interval waktu pengamatan sqrt = akar

Sa = deviasi nilai aktual integrate = sigma fungsi waktu

Ss = deviasi nilai simulasi S = nilai simulasi; Abs = nilai absolut

2.18.2. Uji sensitivitas

Untuk mengetahui kekuatan (robustness) model dalam dimensi waktu

dilakukan uji sentivitas, dengan menggunakan fungsi – fungsi sepeti IF, STEP,

GRAPH, dan PULSE (Davidesen 1994 dalam Kholil 2005). Uji sensitivitas

Page 43: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

59

dilakukan untuk mengetahui respon model terhadap stimulus, tujuannya untuk

menemukan alternatif tindakan baik untuk mengakselerasi kemungkinan pencapaian

positif, maupun untuk mengantisipasi dampak negatif. Uji sensitivitas dilakukan

dengan dua macam (Muhamadi, 2001) : 1) Intervensi fungsional, yakni dengan

memberikan fungsi – fungsi khusus terhadap model, dan 2) intervensi struktural,

yakni dengan mempengaruhi hubungan antar unsur atau struktur model, dengan cara

mengubah struktur modelnya.

2.19. Analisis kebijakan

Analisis kebijakan dilakukan untuk mempengaruhi sistem agar sesuai

dengan apa yang diinginkan (Davidsen, 1994 dalam Kholil, 2005). Dalam sistem

dinamis analisis kebijakan dilakukan terhadap hasil simulasi model (Muhamadi,

2001). Ada dua tahap analisis kebijakan yaitu : pengembangan kebijakan alternatif

dan analisis kebijakan alternatif. Pengembangan kebijakan alternatif adalah suatu

proses berfikir kreatif menciptakan ide – ide baru untuk mempengaruhi sistem agar

mencapai tujuan yang diinginkan, baik dengan cara mengubah parameter maupun

struktur modelnya. Sementara itu analisis kebijakan alternatif dilakukan untuk

memilih satu kebijakan terbaik dari beberapa alternatif kebijakan yang ada, dengan

mempertimbangkan perubahan sistem lama ke sistem baru, serta perubahan

lingkungan ke depan.

2.20. Pengembangan model kelembagaan

Pengembangan model kelembagaan pengelola Teluk Youtefa terpadu

didasarkan atas hasil analisis kelembagaan dengan menggunakan metoda ISM

(Interpretative structural modelling) yang dikembangkan oleh Saxena (1992)

dalam Eriyatno (1999). Data pada teknis ISM adalah kumpulan pendapat dari

pakar panelis sewaktu menjawab tentang keterkaitan antar elemen. Pengembangan

model kelembagaan ini bertujuan untuk membangun alternatif institusi pengelola

Teluk Youtefa yang tepat, sesuai dengan karakteristik daerah, perkembangan

masyarakat dan peraturan yang berlaku.

Elemen – elemen yang dipilih dalam melakukan analisis kelembagaan ini

adalah elemen yang berperan secara dominan dalam menentukan keberhasilan

pengelolaan Teluk Youtefa.

Page 44: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

60

Menurut Saxena (1992) dalam Eriyatno (1999) program dapat dibagi

menjadi sembilan elemen, yaitu (1) sektor masyarakat yang terpengaruhi, (2)

kebutuhan dari program, (3) kendala utama, (4) perubahan yang dimungkinkan,

(5) tujuan dari program, (6) tolok ukur untuk menilai setiap tujuan, (7) Aktivitas

yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan, (8) ukuran aktivitas guna

mengevaluasi hasil yang dicapai oleh setiap aktivitas, dan (9) lembaga yang

terlibat dalam pelaksanaan program. Dalam melakukan analisis kelembagaan

elemen – elemen yang akan digunakan adalah elemen yang dominan yang

dikonsultasikan dengan pakar. Pakar dalam hal ini adalah yang memiliki a)

pengetahuan tentang Teluk Youtefa, b) pengetahuan tentang model dinamik dan

c) skill, d) Sikap (etika dan moral – attitude)

Menurut Marimin (2004), analisis terhadap model kelembagaan ini pada

dasarnya untuk menyusun hierarki setiap sub elemen pada elemen yang dikaji,

dan kemudian membuat klasifikasi ke dalam 4 sektor, untuk menentukan sub

elemen mana yang termasuk ke dalam variabel Autonomous (sektor 1), dependent

(sektor 2), linkage (sektor 3) atau independent (sektor 4)

IV III

I II

Driver

pow

er

Dependence

Gambar 10 Matriks DP-D

Page 45: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

61

Sektor 1 : Weak driver – weak dependent variables (autonomous); Sektor 2 : Weak driver –

strongly dependent variables (dependent); Sektor 3 : Strong driver – strongly dependent variables

(linkage); Sektor 4 : Strong drive weak dependent variables (independent)

Gambar 11. Diagram alir analisis kelembagaan dengan metode ISM

Teknis ISM merupakan salah satu teknik permodelan sistem untuk

menangani kebiasaan yang sulit diubah dari perencana jangka panjang yang sering

menerapkan secara langsung teknik penelitian operasional dan atau aplikasi

statistik deskriptif. Tahapan dalam melakukan ISM dibagi menjadi dua bagian,

yaitu Penyusunan hirarki dan klasifikasi sub elemen (Eriyatno, 2003).

a. Penyusunan hierarki

• Program yang sedang ditelaah penjenjangan strukturnya dibagi menjadi elemen-

elemen di mana setiap elemen selanjutnya diuraikan menjadi sejumlah sub

elemen.

• Menentapkan hubungan kontekstual antara sub elemen yang terkandung adanya

suatu pengarahan (direction) dalam terminologi sub ordinat yang menuju pada

perbandingan berpasangan (oleh pakar). Jika jumlah pakar lebih dari satu maka

dilakukan perataan. Penilaian hubungan kontekstual pada matriks perbandingan

berpasangan menggunakan simbol:

Mulai

Input analisis kelembagaan (konsultasi ke pakar):

(1) Kendala utama, (2) Tujuan, (3) Tolak ukur, (4)

Lembaga yang terlibat, (5) Kebutuhan.

Analisis kelembagaan pengelola Teluk Youtefa, berdasarkan elemen – elemen

yang dikaji dengan metode ISM

OK

? Output : Hirarki sub elemen untuk setiap elemen yang dikaji dan klasifikasi

sub elemen pada setiap elemen

Page 46: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

62

V jika eij = 1 dan eji = 0;

V = sub elemen ke-i harus lebih dulu ditangani dibandingkan subelemen ke-j

A jika eij = 0 dan eji = 1;

A = sub elemen ke-j harus lebih dulu ditangani dibandingkan subelemen ke-i

X jika eij = 1 dan eji = 1; X = kedua sub elemen harus ditangani bersama

O jika eij = 0 dan eji = 0;

O = kedua sub elemen bukan prioritas yang ditangani

Pengertian nilai eij = 1 adalah ada hubungan kontekstual antara sub elemen ke-i

dan ke-j, sedangkan nilai eji = 0 adalah tidak ada hubungan kontekstual antara sub

elemen ke-i dan ke-j.

• Hasil olahan tersebut tersusun dalam structural self interaction matrix (SSIM).

SSIM dibuat dalam bentuk tabel reachability matrix (RM) dengan mengganti V,

A, X dan O menjadi bilangan 1 dan 0.

2.21. Permodelan

Menurut Robert (1983) yang diacu dalam Kholil (2005)

mengemukakan bahwa model merupakan perwakilan atau abstraksi dari sebuah

obyek atau situasi aktual yang menggambarkan hubungan antar variabel dalam

sebuah system. Model dianggap baik bila dapat merepresentasikan realitas yang

sebenarnya sederhana, (Eriyatno 1999). Secara umum ada 3 bentuk model: 1).

Model ikotonik yaitu model miniatur dari keadaan yang sebenarnya, seperti model

pesawat terbang, model mobil, dan model rumah. 2) model analog, yaitu model

suatu proses atau sifat, seperti proses grazing yang dapat dicontohkan pemotongan

rumput dengan mesin. Model ini sifatnya sederhana dan sering dipakai pada

situasi khusus seperti untuk proses pengendalian mutu industri (operating

characteristic curve). 3) model simbolik yaitu suatu model yang menggunakan

simbol-simbol matematika pada analisa system sebagai penelitian ilmiah yang

sering digunakan adalah model simbolik dan model matematika.

Pengembangan model dibutuhkan beberapa langkah yaitu: 1) problem

definition, 2) system conceptualization, 3) model representation, 4) model

behavior, 5) model evaluation, 6) policy analysis and model use. Tahapan system

conceptualization merupakan bagian yang paling crusial, karena kegagalan dalam

tahap ini akan memberikan pengaruh pada tahap-tahap berikutnya. model

Page 47: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

63

representation merupakan tahap pembuatan model melalui kode-kode program

seperti kedalam bahasa dynamic. model behavior dan model evaluation secara

umum merupakan tahap untuk mengetahui perilaku model dan sensivitas model

bila dilakjukan perubahan terhadap nilai parameter. Kemudian model merupakan

tahap implementasi dari model telah dianggap logis dan diuji kebenarannya.

Kholil, (2005) mengemukakan bahwa pembuatan model harus dimulai

dari bentuk yang paling sederhana dengan cara mendefenisikan permasalahan

secara hati - hati, digunakan analisis sensitifitas untuk membantu menentukan

rincian model dan selanjutnya untuk penyempurnaan dilakukan dengan

penambahan variabel secara gradual sehingga diperoleh model yang logis dan

dapat merepresentasikan keadaan sebenarnya

Pada suatu sistem, bahwa perubahan unsur akan mempengaruhi unsur

lainnya dan bisa menjadi kendala terhadap perilaku sistem. Oleh sebab itu perlu

dipahami sifat hubungan antar elemen yang terkait (relation of an entity toward

other entities) dan sifat hubungan terhadap perilaku total sistem (relation to the

whole)

Eriyatno (1999) mengemukakan bahwa faktor input terdiri dari: input

yang terkontrol (controllable overt inputs) dan input yang tak terkontrol

(uncontrollable overt inputs). Kemudian output terdiri dari: output yang

dikehendaki (desirable out puts) dan output yang tak dikehendaki (undesirable

outputs). Input lingkungan (environmental input) merupakan faktor yang

berpengaruh pada bagian proses dari sebuah sistem output yang tak dikehendaki

(undesirable output) akan menjadi unpan balik (feed back) bagi sistem. Adanya

umpan balik ini perlu dilakukan manajemen sistem sehingga dapat dikendalikan

dan menjadi input bagi sistem (Eriyatno, 1999 diacu dalam Kholil, 2005). Dengan

demikian maka dampak perubahan yang terjadi akibat berubahnya elemen lain

dapat diprediksi, sehingga hal-hal yang perlu diambil untuk pengendalian sistem

dapat diantisipasi lebih awal.

Page 48: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perlindungan dan pengelolaan ...repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/54144/BAB II... · mengarahkan berbagai aktivitas dari dua atau lebih sektor

64

2.22. Simulasi

Menururt Robert, (1983) yang diacu dalam Kholil, (2005)

mengemukakan bahwa seimulasi adalah cara untuk menirukan keadaan yang

sesungguhnya. Sedangkan menurut Manetsch dan Park, (1977) yang diacu dalam

Kholil, (2005) bahwa simulasi sebagai suatu teknik dalam pemodelan untuk

mendapatkan suatu solusi dari suatu model matematik yang disusun menurut

asumsi yang spesifik dengan input model dan nilai-nilai parameter yang telah

ditentukan dimana simulasi adalah jawaban acceptable. Masalah yang penuh

dengan ketidakpastian yang sulit dipecahkan dengan metode analitis, akan dapat

dipecahkan melalui simulasi, pendekatan simulasi merupakan alternatif dari

pendekatan sistem.

Menururt Robert, (1983) yang diacu dalam Kholil, (2005) bahwa

penyelesaian permasalahan dengan menggunakan teknik pendekatan simulasi

memiliki beberapa keuntungan yaitu 1) membagi sistem menjadi komponen-

komponen yang dapat dideteksi perilakunya, 2) dapat dipergunakan untuk melihat

interaksi dari tiap-tiap komponen, 3) bila terjadi perubahan salah satu variabel

input mempengaruhi secara keseluruhan terhadap sistem dapat diketahui.